PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Oleh ka rena itu, penulis ingin memberi ucapan...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Oleh ka rena itu, penulis ingin memberi ucapan...
Pengaruh Tipe Pola Asuh Orang Tua terhadap Perilaku
Perundungan pada Remaja di Sekolah Homogen
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Anastasia Fernanda Harlin
NIM : 149114030
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
Kau tak dapat meraih sesuatu dalam hidup tanpa pengorbanan sekecil
apapun.
-Shakira-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya persembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas penyertaan, kasih, dan anugerah-Nya
Keluarga saya yang selalu mendoakan dan mendukung
Dosen pembimbing yang sudah membantu dan membimbing dengan sabar
Dan semua teman, kekasih yang selalu sabar mendengar keluh kesah dan selalu
mendukung saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PENGARUH TIPE POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PERILAKU
PERUNDUNGAN PADA REMAJA DI SEKOLAH HOMOGEN
Anastasia Fernanda Harlin
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola asuh orangtua terhadap
perilaku perundungan pada remaja di sekolah homogen dan mengetahui tipe pola
asuh yang paling berpengaruh. Subjek penelitian ini berjumlah 204 orang usia 15-
18 tahun. Terdapat dua hipotesis dalam penelitian ini, yaitu pola asuh orangtua
berpengaruh signifikan terhadap perilaku perundungan pada remaja di sekolah
homogen dan pola asuh otoriter paling berpengaruh terhadap perilaku perundungan
pada remaja di sekolah homogen. Metode pengambilan sampel yang digunakan
adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan dua skala model Likert, yaitu skala pola asuh orangtua dan skala
perundungan. Hasil penelitian melalui analisis regresi ganda menyimpulkan bahwa
pola asuh orangtua memengaruhi perilaku perundungan (sig. 0,00<0,05). Tipe pola
asuh otoriter dan permisif berpengaruh positif pada perilaku perundungan
(sig.<0,05).
Kata kunci : pola asuh orangtua, perilaku perundungan, remaja, sekolah homogen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE INFLUENCE OF PARENTING STYLE WITH BULLYING
BEHAVIOR ON ADOLESCENCES IN HOMOGENEOUS SCHOOL
Anastasia Fernanda Harlin
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of parenting on bullying behavior in
adolescents in homogeneous schools and to know the most influential types of
parenting. The subjects of this study were 204 students aged 15-18 years. There are
two hypotheses in this study, which are parenting style has a significant influence
on bullying behavior on adolescence in homogeneous school and the authoritarian
parenting style are the gives the most influence on bullying behavior in adolescents
in homogeneous schools. The sampling method used was purposive sampling. The
method of data collection in this study used two Likert model scales, which are the
scale of parenting and scale of bullying behavior. The results of the study through
multiple regression analysis concluded that parenting influenced affect bullying
behavior (sig. 0,00<0,05). Authoritarian and permissive parenting types have a
positive effect on bullying behavior (sig.<0,05).
Keywords: parenting style, bullying behavior, adolescende, homogeneous school.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kebaikan,
dan penyertaan-Nya selama proses penyusunan hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tipe Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Perilaku Perundungan pada Remaja di Sekolah Homogen”.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, doa, dan bantuan banyak pihak
yang sudah membantu hingga penulis sampai di tahap ini. Oleh karena itu, penulis
ingin memberi ucapan terimakasih kepada :
1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum, Ph.D. selaku Ketua Program Studi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Romo Dr. Priyono Marwan, S.J. selaku Dosen Pembimbing Akademik
pertama. Terimakasih atas waktu, perhatian dan nasihat yang sudah
diberikan kepada para mahasiswa untuk selalu berjuang dan menjadi yang
terbaik.
4. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M. Si. selaku Dosen Pembimbing
Akademik kedua. Terimakasih atas waktu dan nasihat yang sudah
diberikan kepada para mahasiswa.
5. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi saya yang
selalu sabar membimbing, membantu, mendukung, dan memotivasi saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
serta memberikan masukan serta arahan selama proses penulisan skripsi ini
hingga saya mampu menyelesaikannya.
6. Segenap dosen, staff akademik, dan karyawan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma atas segala bantuan yang sudah diberikan
kepada para mahasiswa.
7. Kepala sekolah, para guru beserta seluruh murid selaku subjek dalam
penelitian ini. Terimakasih atas kesempatan yang sudah diberikan kepada
penulis untuk dapat melakukan penelitian di sekolah. Terimakasih pula atas
kesediaan waktu dan bantuan dalam mengisi kuesioner yang penulis
bagikan. Seluruh data sangatlah berarti bagi penulis. Semoga Tuhan
membalas kebaikan teman-teman semua.
8. Papa, Mama, Chandra, dan Eyang selaku keluarga penulis. Terimakasih
untuk doa, dukungan, dan perhatian yang selalu diberikan sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih pula karena tidak pernah
lelah memotivasi penulis.
9. Bayvan Defino Lakadewa selaku teman hidup penulis. Terimakasih karena
selalu ada disaat sulit, dan sabar mendengarkan keluh kesah penulis.
Terimakasih pula atas segala cinta, kasih sayang, dukungan, bantuan dan
usaha untuk membahagiakan penulis sehingga penulis mampu melewati
ini. I’m so lucky to have you.
10. Antonia Ita Verina dan Theresia Devani Chintya Monica. Terimakasih
karena selalu ada di masa-masa sulit penulis dan tidak pernah lelah
mendengarkan keluh kesah penulis serta selalu mampu memberikan solusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
yang membuat penulis tenang. Terimakasih pula atas dukungan dan
motivasi nya selama ini.
11. Ivena Karin. Terimakasih atas bantuan dan dukungan yang sudah diberikan
kepada penulis. Bantuanmu sangatlah berarti, semoga Tuhan selalu
memberkati mu.
12. Fanny, Dyas, Ocha, Rara, Gladys, Jess, Nata, dan Yona dalam grup
Gengges. Terimakasih karena sudah memberikan warna dalam kehidupan
perkuliahan ini. Terimakasih pula karena sudah saling menguatkan dan
mendukung satu sama lain. Aku bahagia bisa menjadi bagian dari kalian.
13. Teman-teman Kelas C 2014. Terimakasih atas bantuan dan perhatian
teman-teman selama ini.
14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terimakasih atas
dukungan yang sudah diberikan bagi penulis
Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna. Namun, penulis
berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan peneliti
selanjutnya. Akhir kata, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 10
1. Manfaat Teoritis .................................................................................. 10
2. Manfaat Praktis .................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 12
A. Perundungan ............................................................................................. 12
1. Pengertian Perundungan ...................................................................... 12
2. Bentuk-Bentuk Perilaku Perundungan .................................................. 14
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perundungan ................... 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4. Karakteristik Pelaku Perundungan ....................................................... 18
5. Dampak Perundungan .......................................................................... 18
B. Pola Asuh Orangtua .................................................................................. 19
1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua ......................................................... 19
2. Aspek Pola Asuh Orangtua .................................................................. 20
3. Jenis-jenis Pola Asuh Orangtua ............................................................ 21
C. Remaja ..................................................................................................... 24
D. Sekolah Homogen ..................................................................................... 25
E. Dinamika Pengaruh Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku Perundungan
pada Remaja ................................................................................................... 27
F. Skema ....................................................................................................... 31
G. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 33
A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 33
B. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................................. 33
C. Definisi Operasional ................................................................................. 33
1. Pola Asuh Orangtua ............................................................................. 33
2. Perundungan ........................................................................................ 34
D. Subjek Penelitian ...................................................................................... 34
E. Alat Pengumpulan Data ............................................................................ 34
1. Pola Asuh Orangtua ............................................................................. 35
2. Skala Perilaku Perundungan ................................................................. 37
F. Pengujian Instrumen Penelitian ................................................................. 39
1. Validitas .............................................................................................. 39
2. Seleksi Item ......................................................................................... 40
3. Reliabilitas ........................................................................................... 43
G. Metode Analisis Data ................................................................................ 44
1. Uji Asumsi........................................................................................... 44
2. Uji Hipotesis ........................................................................................ 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 47
A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
B. Deskripsi Subjek ....................................................................................... 47
C. Deskripsi Penelitian .................................................................................. 48
D. Hasil Penelitian ......................................................................................... 51
1. Uji Asumsi........................................................................................... 51
2. Uji Hipotesis ........................................................................................ 55
E. Pembahasan .............................................................................................. 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 62
A. Kesimpulan............................................................................................... 62
B. Saran ........................................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 64
LAMPIRAN ...................................................................................................... 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi aspek pola asuh ................................................................. 24
Tabel 3.1 Pemberian nilai skor dalam skala likert ............................................... 35
Tabel 3.2 Sebaran Item Skala Pola Asuh Orangtua Sebelum Uji Coba ............... 37
Tabel 3.3 Sebaran Item Skala Perilaku Perundungan Sebelum Uji Coba ............ 38
Tabel 3.4 Sebaran Item Skala Pola Asuh Orangtua Setelah Uji Coba ................. 42
Tabel 3.5 Sebaran Item Skala Perilaku Perundungan Setelah Uji Coba ............... 43
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas setelah Uji Coba ................................................ 44
Tabel 4.1 Persebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ................................... 48
Tabel 4.2 Persebaran Subjek Berdasarkan Usia .................................................. 48
Tabel 4.3 Tabel Deskripsi Data Penelitian .......................................................... 49
Tabel 4.4 Norma Kategorisasi ............................................................................ 49
Tabel 4.5 Kategorisasi Skor Perilaku Perundungan ............................................ 50
Tabel 4.6 Kategorisasi Pola Asuh Subjek ........................................................... 51
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 52
Tabel 4.8 Hasil Uji Linearitas ............................................................................ 53
Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 54
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................... 55
Tabel 4.11 Hasil Uji analisis R square (Regresi ganda) ...................................... 55
Tabel 4.12 Hasil Uji F Analisis Regresi Ganda .................................................. 56
Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi untuk Setiap Variabel .................................... 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Perilaku
Perundungan Remaja ......................................................................................... 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Skala Uji Coba ............................................................................... 68
Lampiran 2: Skala Penelitian ............................................................................. 88
Lampiran 3: Hasil Reabilitas .............................................................................. 98
Lampiran 4: Hasil Uji Analisis ......................................................................... 105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia termasuk salah satu negara yang cukup tinggi dalam
permasalahan tindak agresi, yaitu perilaku perundungan terhadap remaja
(dalam Arofa, Hudaniah, & Uun, 2018). Baron & Branscombe (2012)
menjelaskan bahwa perundungan merupakan perilaku dimana salah satu
orang dipilih untuk menjadi target dari agresi. Agresi sendiri merupakan
perilaku yang ditujukan untuk melukai orang lain. Akan tetapi dalam
perundungan, agresi cenderung dilakukan secara berulang. Target yang
dipilih cenderung memiliki kekuatan yang lemah jika dibandingkan dengan
pelaku, sehinga korban tidak dapat membela dirinya sendiri. Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menjelaskan hasil pengawasan kasus
yang terjadi dalam bidang pendidikan selama tahun 2018. Data
menyebutkan bahwa kasus perundungan menduduki kasus terbanyak di
bidang pendidikan, yaitu sebesar 41 kasus (Widiastuti, 2018).
Penjelasan lain dari Yayasan Sejiwa (2008) menjelaskan bahwa
perundungan adalah kekuatan dan kekuasaan yang disalahgunakan baik
secara kelompok maupun individu. Perilaku tersebut cenderung dilakukan
secara berulang. Selain itu, dalam perundungan terdapat pihak yang lebih
kuat. Pihak yang lebih kuat disini bukan hanya kuat secara fisik namun juga
secara mental, sehingga membuat korban perundungan tidak mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
mempertahankan dirinya karena korban cenderung lebih lemah baik secara
fisik maupun mental.
Neto, Limber & Nation, Nwokolo et, al (dalam Efobi & Chinyelu,
2014) mengatakan bahwa perundungan banyak terjadi di sekolah-sekolah.
Hal tersebut terjadi karena para siswa yang terlibat dalam perilaku
perundungan, tidak menganggapnya sebagai perilaku yang menyimpang
atau karena sebagian guru dan orangtua tidak menganggap masalah tersebut
serius. Hal tersebut didukung dengan hasil workshop yang dilakukan oleh
yayasan Sejiwa tahun 2006 mengenai perundungan. Hasil dari workshop
tersebut menjelaskan bahwa masih banyak guru dan orang tua yang
menganggap bahwa perundungan adalah hal yang berlebihan dan tidak
perlu dipersoalkan.
Kementerian Sosial mengatakan bahwa hingga pertengahan tahun
2017 telah menerima ratusan laporan kasus yang terkait dengan
perundungan. Laporan yang telah diterima hingga bulan Juni tahun 2017
sebanyak 976 kasus. Dari 976 kasus tersebut, terdapat 400 kasus mengenai
kekerasan seksual dan sekitar 117 kasus mengenai perundungan.
Fenomena yang sering terjadi di dunia pendidikan adalah
perundungan, yang dilakukan antara murid satu dengan yang lainnya atau
guru dengan murid. Menurut National Association of School Psychologis
(dalam Arofa, Hudaniah, & Uun, 2018), salah satu faktor terjadinya
perundungan adalah faktor sekolah. Di Indonesia terdapat sekolah yang
dibedakan berdasarkan jenis kelamin siswanya. Sekolah tersebut adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
sekolah koedukasi dan non-koedukasi. Sekolah edukasi adalah sekolah
yang menerima siswa dengan jenis kelamin berbeda yaitu laki-laki dan
perempuan. Sekolah edukasi biasa disebut dengan sekolah heterogen.
Sedangkan sekolah non-koedukasi adalah sekolah yang hanya menerima
siswa dengan satu jenis kelamin saja. Sekolah non-koedukasi biasa disebut
dengan sekolah homogen (Ardiyanti, 2014).
Martin & Fabes (dalam Arofa, Hudaniah, & Uun, 2018) menyatakan
di sekolah homogen siswa berinteraksi dengan teman yang berjenis kelamin
sama. Hal tersebut menyebabkan adanya diskriminasi perilaku antar gender.
Sebagai contoh, ketika anak laki-laki hanya bermain dengan laki-laki maka
mereka cenderung menjadi lebih agresif. Di sisi lain penelitian Faris &
Felmlee (dalam Arofa, Hudaniah, & Uun, 2018) menemukan, bahwa
sekolah yang memiliki siswa dengan jenis kelamin berbeda maka tingkat
agresifitas akan cenderung lebih rendah dibanding sekolah dengan siswa
sesama jenis. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Hardika (2009), bahwa Sekolah Menengah Atas (SMA) homogen
memiliki kecenderungan perundungan lebih tinggi jika dibandingkan
dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) heterogen. Salah satu faktor yang
menyebabkan adalah tidak adanya rasa enggan dan rasa malu sehingga
senior cenderung arogan dalam bereskspresi. Selain itu, siswa yang berada
di Sekolah Menengah Atas (SMA) homogen cenderung memiliki kebebasan
yang lebih besar menurut Yayasan Sejiwa (dalam Hardika, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Hingga saat ini, masih terdapat kasus perundungan yang kerap
terjadi. Sebagai contoh, terdapat kasus perundungan pada korban yang
terjadi di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Jakarta Selatan.
Pelaku diduga melakukan penganiayaan kepada korban. Korban diminta
melakukan push up kemudian dipukul dan ditendang (Hadi, 2018). Berbeda
dengan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap beberapa siswa di
sekolah homogen, mereka cenderung melakukan perilaku perundungan
secara verbal dan mental/psikologis. Sebagai contoh, mereka mencibir dan
menjauhi teman yang memiliki penyimpangan seksual.
Rigby (dalam Pertiwi & Juneman, 2012) mengatakan, salah satu
karakteristik dari perilaku perundungan adalah adanya perilaku agresif yang
membuat pelaku senang untuk menyakiti korbannya. Perilaku perundungan
dibedakan menjadi tiga, yaitu perundungan fisik, perundungan verbal, dan
perundungan mental atau psikologis (Yayasan Sejiwa, 2008).
Perundungan sendiri memiliki dampak yang besar bagi korban.
Korban perundungan cenderung mengalami masalah kesehatan, baik secara
fisik maupun secara mental. Korban perundungan lebih mudah merasa
depresi, gelisah, dan masalah tidur yang akan terbawa hingga mereka
dewasa. Selain itu, korban perundungan cenderung menghindari sekolah
karena mereka merasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah. Hal
tersebut menyebabkan korban mengalami penurunan dalam prestasi
akademik dan semangat belajar (Zakiyah, Sahadi, & Meilanny, 2017).
Sekolah juga mendapatkan dampak dari perundungan yaitu menurunnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
reputasi sekolah tersebut di masyarakat. Dampak terburuk dari perilaku
perundungan adalah bunuh diri.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya perundungan
pada kalangan remaja yaitu faktor keluarga, sekolah, teman sebaya, dan
media (Yusuf & Fahrudin, 2012). Teman sebaya memiliki pengaruh
terhadap perilaku perundungan, karena pada masa remaja mereka
cenderung menghabiskan waktu dengan kelompok sebayanya untuk berbagi
informasi tentang dunia luar (Yusuf & Fahrudin, 2012). Selain itu, Ariesto
(dalam Zakiyah, sahadi, & meilanny, 2017) menjelaskan bahwa remaja
melakukan perundungan untuk membuktikan bahwa mereka mampu masuk
ke dalam kelompok tertentu.
Faktor lain yang memengaruhi perundungan adalah sekolah. Azwar
dan Yuli (2017) menjelaskan bahwa perundungan tidak mendapatkan
konsekuensi yang tegas dari pihak sekolah, sehingga perundungan terus
berlanjut. Selain itu, pelaku perundungan memandang perilaku
perundungan sebagai hal yang benar karena pihak sekolah tidak mencegah
atau menegur hal tersebut dan menganggap sebagai hal yang wajar. Selain
sekolah, media juga memengaruhi anak dalam melakukan perundungan.
Tayangan atau berita yang menayangkan kekerasan akan memberikan
contoh bagi remaja untuk melakukan hal tersebut.
Faktor penting yang memengaruhi perilaku anak adalah keluarga,
khususnya orang tua merupakan tempat pertama yang akan ditemui oleh
anak, sehingga harus diusahakan menjadi tempat yang baik bagi anak agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
memiliki perkembangan kepribadian yang baik. Keluarga memiliki
pengaruh yang besar dalam menentukan sifat dan sikap apa yang akan
dibentuk. Hal tersebut membuktikan bahwa orang tua sangat memengaruhi
perkembangan, pertumbuhan, dan pergaulan anak (Syofiyanti, 2016).
Fielder (dalam Efobi & Chinyelu, 2014) berpendapat bahwa
perilaku perundungan merupakan produk dari dinamika keluarga. Hal
tersebut didukung oleh pernyataan Ladd (dalam Hassan & Ee, 2015), bahwa
pola asuh terhadap anak dapat menjadi model bagi anak-anak dalam
berperilaku dan gambaran terhadap harapan mereka di masa depan.
Penelitian ini fokus kepada pola asuh orangtua, karena berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orangtua memiliki
peranan penting dalam membentuk perilaku anak.
Baumrind (dalam Efobi & Chinyelu, 2014) menjelaskan terdapat
empat jenis pola asuh orangtua yaitu pola asuh otoritatif, pola asuh otoriter,
pola asuh permisif, dan pola asuh tidak terlibat/pola asuh univolved.
Keempat pola asuh tersebut akan memengaruhi perilaku anak di kemudian
hari.
Orangtua yang menerapkan pola asuh otoritatif akan menghasilkan
anak yang mandiri namun tetap memiliki kontrol dan batasan atas perilaku
mereka sendiri. Selain itu, anak dengan pola asuh otoritatif cenderung
memiliki kemampuan yang baik dalam mengendalikan diri dan mandiri.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak dengan pola asuh otoritatif
cenderung tidak terlibat dalam perilaku yang bermasalah (Santrock, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Hal tersebut karena dalam pola asuh otoritatif, orangtua seimbang dalam
memberikan kasih sayang dan aturan kepada anak. Orangtua akan
memberikan kebebasan pada anak namun juga memberikan teguran ketika
anak melakukan kesalahan (Syofiyanti, 2016).
Orangtua dengan pola asuh otoriter cenderung menerapkan banyak
aturan dan tuntutan. Selain itu, orangtua memiliki harapan yang tinggi pada
anak-anaknya untuk menaati peraturan yang telah dibentuk. Orangtua juga
cenderung menggunakan hukuman dan pemaksaan agar anak menuruti
keinginan orangtua, hal tersebut menyebabkan anak cenderung suka
melawan karena merasa terkekang dengan aturan yang diberikan orangtua.
Baumrind (dalam Santrock, 2007) mengatakan anak dengan pola asuh
otoriter cenderung tidak bahagia, mudah cemas, dan memiliki perilaku
agresif yang lebih tinggi.
Orangtua dengan pola pengasuhan uninvolved, akan menghasilkan
anak dengan sifat yang cenderung tidak memiliki kemampuan sosial,
sehingga anak cenderung bergantung dengan orang lain. Selain itu, anak
juga memiliki harga diri yang rendah. Hal tersebut disebabkan karena anak
cenderung mendapatkan penolakan dari orang tua dan tidak memiliki
kontrol dari orang tua. Dalam masa remaja, anak dengan pola asuh ini
cenderung memiliki perilaku menyimpang seperti nakal dan suka membolos
menurut Baumrind (dalam Santrock, 2007).
Baumrind (dalam Santrock, 2007) mengatakan, bahwa orangtua
dengan pola pengasuhan permisif cenderung menghasilkan anak yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
mampu mengendalikan perilakunya dan selalu berharap mendapatkan apa
yang mereka inginkan. Mereka cenderung mendominasi. Selain itu menurut
Berndt (dalam Rahmawan, 2013) anak dengan pola asuh permisif akan
berperilaku agresi ketika tidak mendapatkan yang mereka inginkan. Mereka
akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Miller dkk (dalam Pertiwi & Juneman, 2012), menjelaskan bahwa pola asuh
permisif cenderung menyebabkan anak kesulitan untuk membatasi perilaku
agresif, sehingga mengembangkan mereka menjadi pelaku perundungan.
Penelitian tentang pola asuh orangtua dan perundungan sudah ada
sebelumnya, namun ada beberapa perbedaan hasil penelitian tentang pola
asuh berkaitan dengan perilaku perundungan. Menurut Smith & Myron-
Wilson (dalam Pertiwi & Juneman, 2012), anak yang berasal dari keluarga
yang menerapkan pola asuh otoriter cenderung menjadi pelaku
perundungan. Hal tersebut karena pola asuh otoriter cenderung
menggunakan kekerasan dan hukuman ketika anak tidak menuruti
keinginan orangtua, sehingga menyebabkan anak mencontoh dan
menerapkan perilaku tersebut kepada orang lain.
Temuan lain menurut Miller et al (dalam Pertiwi & Juneman, 2012)
mengungkapkan bahwa pola asuh permisif cenderung membuat anak
kesulitan dalam membatasi perilaku agresif mereka sehingga mendukung
mereka menjadi pelaku perundungan. Hal tersebut disebabkan karena
orangtua membiarkan anak melakukan apapun baik itu positif maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
negatif. Orangtua dengan pola asuh permisif juga tidak memberikan teguran
ketika anak berperilaku negatif.
Bertolak belakang dari penelitian sebelumnya, peneliti lain
mengungkapan bahwa pola asuh permisif memprediksi anak cenderung
menjadi korban perundungan (Pertiwi & Juneman, 2012). Penelitian yang
dilakukan oleh Nurhayati, Dwi, & Natalia (2013), menyatakan bahwa pola
asuh otoritatif juga berpengaruh dalam perilaku perundungan pada remaja
meskipun tergolong rendah. Hal tersebut karena anak dengan pola asuh
otoritatif cenderung mampu mengontrol diri dan mempunyai hubungan
yang baik dengan oranglain.
Penelitian serupa telah dilakukan sebelumnya, namun dilakukan
pada tipe sekolah heterogen. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melihat
pengaruh pola asuh dan perilaku perundungan yang terjadi di sekolah
homogen. Hal ini berkaitan dengan pernyataan yang mengatakan bahwa
pola asuh yang dilakukan oleh masing-masing orangtua akan menghasilkan
anak yang memiliki perilaku berbeda antara satu anak dengan anak lainnya.
Pola pengasuhan yang tidak tepat dapat mempengaruhi perilaku
menyimpang pada anak seperti perundungan.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti bermaksud untuk melihat
apakah pola asuh dapat memengaruhi perilaku perundungan dan untuk
mengetahui jenis pola asuh seperti apa yang berpengaruh secara signifikan
terhadap perilaku perundungan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah penelitian ini melihat pengaruh dari masing-masing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
jenis pola asuh terhadap perilaku perundungan dan menggunakan subjek
sekolah homogen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang disampaikan di atas, dapat dilihat bahwa masalah
yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pola asuh orangtua memengaruhi perilaku perundungan
remaja di sekolah homogen?
2. Tipe Pola Asuh manakah yang paling berpengaruh pada perilaku
perundungan remaja di sekolah homogen?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola asuh
terhadap perilaku perundungan dan mengetahui tipe pola asuh yang paling
berpengaruh.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam bidang
psikologi perkembangan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat
memperkuat teori yang sudah ada terkait dengan hubungan pola asuh
terhadap perilaku perundungan.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi orangtua agar mampu menerapkan pola asuh yang tepat untuk
anak-anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan
tentang perilaku perundungan dan dampak yang dihasilkan dari
perilaku tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perundungan
1. Pengertian Perundungan
Yayasan Sejiwa (2008) menjelaskan bahwa perundungan adalah
kekuatan atau kekuasaan yang disalahgunakan baik secara kelompok
maupun individu, selain itu perundungan juga dilakukan secara
berulang-ulang. Di dalam perundungan terdapat pihak yang kuat, baik
kuat secara fisik maupun mental. Suatu perilaku dapat dikatakan sebagai
perundungan apabila korban perundungan merasa terintimidasi.
Rigbby (2003) mengatakan bahwa perundungan adalah perilaku
yang dilakukan untuk menyakiti seseorang dan cenderung dilakukan
secara berulang. Selain itu, didalam perundungan terdapat tindakan
yang menyakitkan dan seseorang yang melakukan perundungan
cenderung merasa senang ketika menyakiti orang lain. Hal tersebut
cenderung disebabkan karena adanya kekuasaan yang tidak seimbang
dan kekuasaan yang digunakan secara tidak adil oleh seseorang terhadap
orang lain. Didalam perundungan juga terdapat seseorang yang merasa
terintimidasi.
Sementara itu, Veenstra, Lidenberg, Winter, Oldenhikel, Verhulst,
& Ormel (dalam Sugiariyanti, 2009) mengungkapkan bahwa
perundungan adalah tindakan yang bersifat agresi dan dilakukan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
berulang-ulang. Perundungan dapat dilakukan secara individu maupun
kelompok, dan memiliki tujuan untuk menyakiti atau mengganggu
seseorang baik secara fisik (memukul, menampar, dan merebut sesuatu
milik orang lain), verbal (mengejek dan mengancam), dan secara
psikologis (mengeluarkan seseorang dari kelompok, menyebar gossip,
atau mengisolasi seseorang).
Komisi Nasional Perlindungan Anak (dalam Lestari, 2016)
menjelaskan bahwa perundungan adalah perilaku kekerasan baik secara
fisik maupun psikologis yang memiliki jangka panjang. Perundungan
biasanya dilakukan secara individu maupun kelompok terhadap
seseorang yang dirasa tidak mampu mempertahankan diri.
Sementara itu, Baron dan Byrne (2005), menjelaskan bahwa
perundungan adalah perilaku dimana satu individu dipilih sebagai target
dari agresi berulang. Baron dan Branscombe menjelaskan bahwa agresi
merupakan perilaku yang ditujukan untuk melukai orang lain. Selain itu,
dalam agresi juga terdapat keinginan/motivasi untuk melukai orang lain.
Perundungan merupakan tindakan agresi, namun perundungan
cenderung dilakukan secara berulang. Perundungan dapat dilakukan
secara individu maupun kelompok. Korban/target yang dipilih oleh
pelaku perundungan cenderung memiliki kekuatan yang lebih lemah
dibanding dengan pelaku. Lemah dalam artian tidak mampu membela
dirinya sendiri, sehingga menjadi target secara berulang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Berdasarkan penjelasan dari beberapa tokoh, peneliti menyimpulkan
bahwa perilaku perundungan adalah kekuatan dan kekuasaan yang
disalahgunakan dalam bentuk agresi dan menyebabkan adanya korban
yang merasa terintimidasi. Perundungan dapat dilakukan baik secara
individu maupun kelompok dan cenderung dilakukan secara berulang.
1. Bentuk-bentuk Perilaku Perundungan
Menurut Yayasan Sejiwa (2008) ada beberapa bentuk perilaku
perundungan, yaitu:
a. Perundungan Fisik
Perundungan fisik adalah perilaku perundungan yang dapat
dilihat secara langsung karena terjadi kontak langsung antara
pelaku dengan korban. Bentuk perundungan fisik antara lain
menampar, menginjak, menarik rambut, memalak, melempar
dengan barang, dan memukul.
b. Perundungan Verbal
Perundungan verbal dapat ditangkap melalu indera
pendengaran. Bentuk perundungan verbal adalah menghina,
memaki, menuduh, membentak, menyebar gossip, dan
memandang rendah.
c. Perundungan mental atau psikologis
Merupakan bentuk perilaku perundungan yang paling
bahaya dibanding dengan bentuk perundungan yang lain, karena
cenderung tidak terdeteksi baik melalui pendengaran maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
penglihatan. Bentuk perundungan mental atau psikologis antara
lain mengucilkan, mencibir, mempermalukan, dan mendiamkan.
Coloroso (dalam Zakiyah, Sahadi, & Meilanny, 2017) juga
menjelaskan beberapa bentuk perundungan, yaitu:
a. Perundungan Fisik
Perundungan fisik merupakan perundungan yang paling
tampak dan paling mudah diidentifikasi dibandingkan
dengan bentuk perundungan yang lain. Bentuk dari
perundungan fisik adalah memukul, menggigit, merusak, dan
menghancurkan barang milik anak yang tertindas.
b. Perundungan Verbal
Perundungan verbal adalah perundungan yang paling
umum terjadi, baik oleh anak perempuan maupun laki-laki.
Bentuk dari perundungan verbal adalah julukan nama, fitnah,
kritik negatif, penghinaan, dan pelecehan seksual. Selain itu,
perundungan verbal juga dapat berupa gossip dan tuduhan-
tuduhan yang tidak benar.
c. Perundungan Relasional
Perundungan relasional merupakan perundungan yang
paling berbahaya. Bentuk dari perundungan relasional adalah
penindasan dengan cara pengabaian, pengucilan,
penghindaran, dan penolakan. Perundungan relasional
digunakan untuk mengasingkan atau menolak kehadiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
seorang teman atau secara sengaja merusak persahabatan.
Perilaku ini dapat terlihat dengan pandangan yang agresif,
cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.
d. Cyberbullying
Cyberbullying adalah bentuk perundungan yang terbaru
karena semakin berkembangnya teknologi, internet, dan
media sosial. Bentuk dari perundungan ini adalah pesan
dengan bahasa yang negatif, menyebarkan video untuk
mempermalukan seseorang, dan e-mail yang
mengintimidasi.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perundungan
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perundungan
(Yusuf & Fahrudin, 2012; Lestari, Yumansyah, & Shinta, 2018) :
1. Keluarga
Latar belakang keluarga memiliki peranan yang penting
dalam membentuk perilaku perundungan pada remaja. Hal tersebut
didukung oleh pendapat Fielder (dalam Efobi & Chinyelu, 2014)
bahwa perilaku perundungan adalah produk dari dinamika keluarga.
Setiap keluarga memiliki cara atau pola asuh yang berbeda-beda
dalam mendidik anak. Hasil dari pola asuh tersebut akan
memengaruhi anak dalam berperilaku. Orangtua yang sering
berkelahi cenderung membentuk anak-anak yang agresif. Hal
tersebut disebabkan karena anak cenderung melakukan modelling,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dalam kata lain anak akan mencontoh perilaku orangtuanya. Selain
itu, orangtua yang menggunakan kekerasan untuk mendisiplinkan
anak secara tidak langsung akan mendorong perilaku perundungan
pada anak. Hal tersebut dikarenakan anak akan menganggap bahwa
kekerasan adalah hal yang wajar sehingga anak cenderung ikut
melakukan kekerasan pada orang lain.
2. Sekolah
Lingkungan sekolah akan memengaruhi para siswanya
dalam berinteraksi dengan siswa lain. Pengawasan disiplin sekolah
yang lemah akan mengakibatkan lahirnya perilaku perundungan.
Selain itu, masih ada beberapa sekolah yang menganggap perilaku
perundungan sebagai hal yang wajar. Hal tersebut menyebabkan
perilaku perundungan meningkat dengan pesat.
3. Faktor kelompok sebaya
Kelompok sebaya memiliki pengaruh yang cukup penting
dalam pengembangan dan pembentukan identitas diri. Selain itu,
masa remaja cenderung menghabiskan waktu dengan kelompok
sebayanya untuk saling bertukar informasi tentang dunia luar. Hal
tersebut akan memengaruhi pemikiran dan perilaku remaja dalam
mengembangkan jati dirinya. Yusuf & Fahrudin (2012) menjelaskan
bahwa kelompok sebaya memiliki peranan yang penting dalam
perilaku perundungan, karena kehadiran teman sebaya sebagai
pengamat, secara tidak langsung memberikan dukungan kuasa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
status, dan popularitas terhadap remaja yang melakukan
perundungan. Dalam beberapa kasus, saksi atau teman sebaya yang
melihat cenderung diam dan tidak ikut campur.
4. Faktor media
Setiap tayangan baik dimuat dalam media cetak atau
elektronik akan membawa dampak bagi setiap individu. Tayangan
atau pemberitaan yang menayangkan tentang kekerasan dapat
memberikan contoh bagi para remaja untuk melakukan hal tersebut.
Hal tersebut berpotensi memengaruhi perilaku perundungan pada
remaja.
3. Karakteristik Pelaku Perundungan
Menurut Yayasan Sejiwa (2008) dan Baron & Byrne (2005) ada
beberapa karakteristik pelaku perundungan, yaitu :
a. Cenderung kurang dapat mengatasi stress dengan cara yang
efektif
b. Memiliki kepercayaan diri yang tinggi
c. Memiliki dorongan yang tinggi untuk menindas anak yang
lemah
d. Cenderung bersifat temperamental, melampiaskan kekesalan
dan kekecewaannya pada orang lain.
4. Dampak Perundungan
Perundungan memiliki dampak yang besar bagi korban. Menurut
laporan temuan empiris, ditemukan bahwa perundungan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
menyebabkan seseorang memiliki gangguan stress pasca trauma dan
dapat menyebabkan seseorang bunuh diri (Rigbby, 2003). Selain itu,
perundungan dapat menyebabkan seseorang memiliki kepercayaan diri
yang rendah, prestasi menurun, konsentrasi cenderung berkurang,
sosialisasi terganggu, mudah gelisah, memiliki rasa takut yang tinggi,
sensitif, dan mudah depresi. Korban perundungan juga cenderung
menghindari sekolah. Hal tersebut disebabkan karena, korban merasa
tidak aman ketika berada di lingkungan sekolah (Zakiyah, Sahadi, &
Meilanny, 2017). Perundungan tidak hanya berdampak bagi korban,
namun juga bagi pelaku. Pelaku perundungan cenderung mudah terlibat
dalam tindak kriminal di kemudian hari.
B. Pola Asuh Orangtua
1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Baumrind menjelaskan bahwa pola asuh adalah segala bentuk dan
proses interaksi antara orangtua dengan anak, dimana pola asuh tertentu
akan memberikan pengaruh pada perkembangan kepribadian anak
(dalam Longkutoy, Jehosua, & Henry, 2015). Selain berinteraksi, pola
asuh juga mengajarkan anak tentang bagaimana menerapkan aturan
dalam kehidupan, memberikan kasih sayang dan perhatian, serta
menunjukkan perilaku yang baik sehingga anak mendapatkan contoh
yang baik.
Penjelasan lain dari Darling & Steinberg (dalam Ningrum & Triana,
2015) mengemukakan bahwa pola asuh atau gaya pengasuhan adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
sikap orangtua pada anak dan bagaimana menciptakan suasana
emosional yang diperlihatkan melalui perilaku-perilaku orangtua.
Menurut Utti (dalam Efobi & Chinyelu, 2014), pola asuh merupakan
instrumen yang penting dalam kehidupan sosial anak. Selain itu, pola
asuh memiliki pengaruh yang penting dalam perilaku anak seperti yang
dijelaskan oleh Baumrind.
Pola asuh memiliki efek yang besar dalam kehidupan anak secara
keseluruhan. Hal tersebut selaras dengan penjelasan Fielder (dalam
Efobi & Chinyelu, 2014) yang mengatakan bahwa orangtua
membutuhkan pendekatan yang baik agar mengetahui bagaimana cara
mengasuh anak yang baik.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan pola
asuh adalah sikap dan proses interaksi antara orang tua dengan anak,
dimana pola asuh tersebut memberikan pengaruh besar terhadap
perkembangan anak hingga mereka dewasa.
2. Aspek Pola Asuh Orangtua
Baumrind (dalam Santrock, 2007) membagi jenis pola asuh
orangtua berdasarkan dua aspek pola asuh orangtua. Dua aspek pola asuh
tersebut adalah responsiveness/penerimaan dan demandingness/tuntutan
(Santrock, 2007; Erikson; Maccoby & Martin dalam Shaffer & Kipp,
2014).
Responsiveness mengacu pada dukungan dan kasih sayang yang
diberikan oleh orangtua. Orangtua dapat dikatakan responsiveness
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
apabila mereka sering tersenyum, memuji, dan memberikan semangat
atau support kepada anak-anak mereka. Orangtua yang responsiveness
akan mengekspresikan kehangatan yang mendalam, namun meskipun
demikian mereka dapat menjadi cukup kritis ketika anak melakukan
perilaku yang tidak pantas. Orangtua yang tidak responsiveness
cenderung suka mengkritik, kurang menghargai anak, menghukum anak,
dan mengabaikan anak-anak mereka. Selain itu, mereka juga jarang
mengkomunikasikan kepada anak bahwa mereka berarti dan dicintai.
Demandingness/kontrol memfokuskan pada kontrol atau
pengawasan yang orangtua berikan untuk anak. Mereka akan memantau
perilaku anak-anak mereka untuk memastikan bahwa aturan yang dibuat
oleh orangtua sudah ditaati. Orangtua dengan demandingness yang tinggi
cenderung membatasi kebebasan anak untuk berekspresi dan
memberikan banyak tuntutan. Sedangkan orangtua dengan
demandingness yang rendah cenderung memberikan tuntutan yang
sedikit dan memberikan kebebasan pada anak untuk mengejar keinginan
mereka dan membuat keputusan sendiri.
3. Jenis-jenis Pola Asuh Orangtua
Kedua aspek tersebut (responsiveness dan demandingness)
membentuk empat jenis pola asuh orangtua terhadap anak. Pola
pengasuhan tersebut adalah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
a. Pola Asuh Otoritatif
Pola asuh otoritatif adalah gaya pengasuhan dimana
orangtua memberikan kontrol namun tetap fleksibel. Orangtua
dengan pola asuh ini cenderung membuat tuntutan yang wajar
pada anak-anak mereka, serta menjelaskan alasan mengapa anak
harus mematuhi aturan yang sudah diberikan dan memastikan
bahwa anak mengikuti aturan tersebut. Meskipun demikian,
orangtua dengan pola asuh ini cenderung lebih menerima dan
merespon pandangan anak jika dibandingkan dengan orangtua
yang otoriter. Mereka akan mengajak anak-anak untuk
berpartisipasi dalam keluarga dan menghormati perspektif anak-
anak mereka (Shaffer & Kipp, 2014). Baumrind (dalam
Santrock, 2007) pola asuh ini akan menghasilkan anak yang
mandiri, dapat mengontrol dirinya sendiri, berorientasi terhadap
pencapaian, dan dapat mengatasi stress dengan baik. Selain itu,
anak cenderung mempertahankan hubungan persahabatan
dengan teman sebaya dan dapat bekerja sama dengan orang yang
lebih dewasa.
b. Pola Asuh Otoriter
Orangtua dengan pola asuh otoriter cenderung menerapkan
banyak aturan dan sangat mengharapkan anak untuk menaati
peraturan yang sudah dibentuk tanpa memberikan alasan
mengapa mereka harus menaati aturan orangtua. Untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
mendapatkan kepatuhan dari anak, orangtua sering memberikan
hukuman ketika anak tidak patuh dan cenderung memaksa
kehendaknya. Selain itu, orangtua otoriter tidak dapat
memahami apabila anak memiliki sudut pandang yang berbeda
dengan mereka. Orangtua memiliki posisi yang dominan dan
mengharapkan anak menghormati otoritas mereka (Shaffer &
Kipp, 2014). Baumrind (dalam Santrock, 2007), anak dengan
pola asuh ini cenderung tidak bahagia, takut, cemas, dan
memiliki keterampilan komunikasi yang lemah. Anak suka
membandingkan dirinya dengan orang lain. Selain itu, menurut
Hart & Other (dalam Santrock, 2007) anak dengan pola asuh
otoriter berperilaku agresif.
c. Pola Asuh Uninvolved/Tidak Terlibat
Maccoby & Martin (dalam Shaffer & Kipp, 2014), orangtua
dengan pola asuh ini memiliki hubungan yang jauh dengan anak
dan cenderung menolak anak-anak mereka. Hal ini dapat
disebabkan orangtua memiliki banyak tekanan dan masalah
sehingga tidak memiliki banyak waktu dan energi untuk
membesarkan anak. Orangtua tidak terlibat dalam kehidupan
anak dan tidak peka terhadap kebutuhan-kebutuhan sang anak.
Penelitian menjelaskan bahwa anak dengan pola asuh ini
cenderung egois dan sering bermusuhan ketika remaja. Anak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
anak juga suka memberontak, melakukan tindakan antisosial,
nakal, dan berbagai macam pelanggaran kriminal.
d. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah pola asuh dimana orangtua
memberikan kehangatan yang cukup dan menerima anak namun
memiliki aturan yang relatif sedikit. Orangtua akan mengizinkan
anak-anak mereka untuk bebas mengekspresikan diri dan
perasaan mereka. Selain itu, orangtua tidak memantau dan
mengawasi aktivitas dan perilaku sang anak secara ketat.
Baumrind (dalam Santrock, 2007) pola asuh permisif akan
menghasilkan anak yang kurang dapat menghargai orang lain
dan sulit untuk mengendalikan perilaku mereka. Selain itu,
mereka cenderung egois, tidak patuh, mendominasi, dan
mengalami kesulitan dalam membangun hubungan dengan
teman sebaya.
Tabel 2.1 Klasifikasi Aspek Pola Asuh
Demandingness
Responsiveness
+ -
+ Otoritatif Otoriter
- Permisif Uninvolved
C. Remaja
Santrock (2003) menjelaskan bahwa remaja adalah masa
perkembangan transisi antara masa anak dengan masa dewasa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
mencakup perubahan kognitif, biologis, dan juga sosial emosi. Masa remaja
dimulai dari usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir di usia 18 sampai 21
tahun. Masa remaja disebut dengan masa yang sulit secara emosional. Pada
masa remaja, individu cenderung memiliki emosi yang tidak seimbang. Ada
kalanya pada waktu bersamaan, remaja merasa ada di puncak dunia namun
tidak merasa berharga sama sekali (Santrock, 2007). Steinberg & Levine
(dalam Santrock, 2007) menjelaskan bahwa remaja mengekspresikan emosi
yang cenderung berlebihan jika dibandingkan dengan kejadian yang
menyebabkan remaja merasa emosi. Remaja cenderung lebih sering
merajuk dan tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan emosi mereka,
sehingga dengan sedikit atau tanpa provokasi mereka dapat meledak di
depan orang lain. Hal tersebut disebabkan karena remaja cenderung
melampiaskan emosi kepada orang lain sebagai pertahanan diri mereka.
Selain itu, masa remaja merupakan tahap dimana seseorang mencari jati diri
dan cenderung dipengaruhi oleh lingkungan. Saat individu berada di tahap
masa remaja, maka ia akan mengalami konflik baik dengan dirinya maupun
dengan lingkunganya. Pada saat ini, orangtua memiliki peran yang sangat
penting dalam pembentukan nilai pada anak, agar anak sesuai dengan nilai-
nilai dewasa (dalam Wulaningsih & Nurul, 2015)
D. Sekolah Homogen
Indonesia memiliki dua macam sistem pendidikan, yaitu sekolah
koedukasi yang cenderung disebut sekolah heterogen dan sekolah non-
koedukasi yang cenderung disebut dengan sekolah homogen. Sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
koedukasi/heterogen adalah sekolah yang menerima siswa dengan jenis
kelamin berbeda yaitu laki-laki dan perempuan. Sedangkan, sekolah non-
koedukasi/homogen adalah sekolah yang hanya menerima siswa dengan
salah satu jenis kelamin saja (Ardiyanti, 2014).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hardika (2009),
didapatkan hasil bahwa salah satu faktor yang mendukung kecenderungan
perilaku perundungan pada sekolah homogen lebih tinggi dibanding dengan
sekolah heterogen adalah jenis kelamin. Sekolah homogen merupakan
sekolah dimana siswanya terdiri dari jenis kelamin yang sama sehingga
kemungkinan munculnya perilaku perundungan akan lebih besar jika
dibandingkan dengan sekolah heterogen dimana memiliki siswa yang
berjenis kelamin berbeda. Selain itu, salah satu hal yang dapat memicu
agresi adalah persaingan. Berdasarkan penelitian Hardika, dikatakan bahwa
sekolah dengan siswa berjenis kelamin sama cenderung memiliki
persaingan yang lebih tinggi.
Hasil dalam penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Faris dan Felmlee (dalam Arofa, Hudaniah, & Uun, 2018)
bahwa pertemanan dengan berbeda gender dapat mengurangi agresifitas
pada remaja. Studi lain mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang
mendorong anak melakukan perundungan adalah rendahnya kemampuan
untuk berempati (Andayani, 2012). Seperti yang diketahui, perempuan
memiliki kecenderungan empati yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
laki-laki. Hal tersebut karena perempuan lebih mudah merasakan kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
emosional orang lain jika dibandingkan dengan laki-laki (Istiana, 2016).
Maka dari itu, ketika laki-laki berteman atau bersosialisasi dengan
perempuan maka ada kemungkinan memunculkan empati pada diri laki-laki
jika dibandingkan dengan laki-laki yang hanya berteman dengan sesama
laki-laki.
E. Dinamika Pengaruh Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku
Perundungan pada remaja
Masa remaja adalah masa yang sulit secara emosional karena
individu cenderung memiliki emosi yang tidak seimbang. Remaja dapat
merasakan bahwa mereka berada di puncak dunia dan merasa tidak berharga
sama sekali pada waktu yang bersamaan (Santrock, 2007). Selain itu, remaja
cenderung lebih sering merajuk dan tidak tahu bagaimana cara untuk
mengekspresikan perasaan atau emosi mereka kepada orang lain. Sehingga
remaja dapat mengeluarkan emosi mereka tanpa di provokasi oleh orang
lain. Remaja juga sering melampiaskan emosinya kepada orang lain. Hal itu
dilakukan sebagai bentuk pertahanan diri mereka. Kurang terkontrolnya
emosi seorang remaja dapat menyebabkan masalah dikalangan remaja dan
salah satunya adalah perundungan (Syofiyanti, 2016). Perundungan adalah
adanya keinginan untuk menyakiti seseorang dan cenderung dilakukan
secara berulang. Selain itu, didalam perundungan seseorang yang
melakukan perundungan cenderung merasa senang ketika menyakiti orang
lain. Perundungan biasanya disebabkan karena adanya kekuatan yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
seimbang dan kekuasaan yang digunakan secara tidak adil baik secara
kelompok maupun individu (Yayasan sejiwa, 2008).
Ketika seseorang berada dalam tahap remaja, orangtua memiliki
peran yang sangat penting, agar anak dapat sesuai dengan nilai dan norma
yang berlaku. Berdasarkan pendapat dari Ladd (dalam Hassan, 2015),
perilaku mengasuh anak dapat menjadi model bagi anak-anak dalam
berperilaku dan memberi gambaran terhadap harapan mereka di masa
depan. Seperti yang diketahui, orangtua memiliki pola masing-masing
dalam mendidik dan membimbing anak-anak mereka dari lahir hingga
dewasa. Pola pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua untuk mendidik
anaknya akan terus mempengaruhi perkembangan fisik dan psikis mereka
(Jannah, 2015). Pola asuh yang diterapkan oleh orangtua akan menghasilkan
anak dengan tipe atau karakteristik tertentu.
Orangtua dengan pola asuh otoritatif cenderung memberikan kontrol
dan tuntutan yang wajar pada anak, serta menjelaskan kepada anak alasan
mereka harus mematuhi aturan tersebut. Selain itu, orangtua otoritatif
memberikan kehangatan dan dukungan yang cukup kepada anak, seperti
memberikan perhatian kecil pada anak. Orangtua dengan pola asuh otoritatif
akan menghasilkan anak yang mampu mengontrol diri dan emosi, serta
mampu mempertahankan persahabatan dengan teman sebaya sehingga
cenderung tidak terlibat dalam perilaku perundungan.
Selain itu, orangtua dengan pola asuh otoriter cenderung
memberikan kontrol dan tuntutan yang tinggi, bahkan seringkali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
memberikan hukuman kepada anak ketika ia melakukan kesalahan.
Penggunaan hukuman fisik dan hukuman yang tidak konsisten dapat
memberikan pengaruh pada perilaku agresif anak. Sehingga dapat
disimpulkan, ketika remaja sering mendapatkan hukuman fisik dari
orangtua atau dimanja secara berlebihan maka akan meningkatkan perilaku
agresif anak (Syofiyanti, 2016). Rigby (dalam Ningrum & Triana, 2015)
anak yang sering menerima hukuman akan menerapkan hukuman tersebut
ketika ia berhubungan dengan orang lain yang lebih lemah. Hal tersebut
menyebabkan anak cenderung terlibat dalam perilaku perundungan.
Orangtua dengan pola asuh permisif maka akan menghasilkan anak
yang tidak mampu mengendalikan perilakunya sendiri dan selalu berharap
mendapatkan apa yang ia inginkan (Santrock, 2007). Hal ini disebabkan
karena, orangtua dengan pola asuh permisif memberikan kehangatan yang
berlebihan dan orangtua akan memberikan apapun yang diinginkan oleh
anak. Hal tersebut menyebabkan anak dengan pola asuh ini cenderung
mendominasi karena terbiasa mendapatkan apa yang dia inginkan selama
ini. Selain itu, mereka dapat melakukan perilaku agresif demi mendapatkan
keinginan mereka. Hal tersebut menyebabkan anak dengan pola asuh
permisif cenderung terlibat dalam perilaku perundungan.
Orangtua dengan pola asuh univolved, sama sekali tidak terlibat
dengan kehidupan sang anak. Mereka tidak memberikan kontrol dan
dukungan pada anak, serta jarang berinteraksi dan bertukar perasaan satu
sama lain. Hal tersebut menyebabkan orangtua tidak mengetahui aktivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
anak dan bagaimana anak berperilaku. Selain itu, anak juga menganggap
bahwa orangtua tidak peduli dan mengabaikan kepentingan anak. Hal
tersebut menyebabkan anak menjadi mudah marah dan dapat melampiaskan
kemarahannya terhadap orang lain.
Berdasarkan hal yang telah dibahas, peneliti menyimpulkan bahwa
pola asuh tertentu yang diterapkan oleh orang tua akan memengaruhi
perkembangan. Selain itu, pola asuh orang tua juga akan memengaruhi
perilaku anak di masa depan. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti juga
menyimpulkan bahwa pola asuh otoriter paling berpengaruh dalam perilaku
perundungan pada remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
F. Skema
Gambar 2.1. Skema Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Perilaku Perundungan Remaja
POLA ASUH
ORANGTUA
Pola Asuh
Otoritatif
Pola Asuh
Otoriter
Pola Asuh
Permisif
Pola Asuh
Uninvolved
Memberikan kontrol dan
tuntutan yang cukup, serta
memberikan kehangatan dan
dukungan yang cukup
Memberikan kontrol dan tuntutan yang berlebihan
namun kurang memberi
kehangatan dan dukungan yang
rendah
Kurang memberikan kontrol dan tuntutan, namun terlalu
berlebihan dalam memberikan
kehangatan dan dukungan
Tidak memberikan kontrol dan
tuntutan, serta tidak memberikan kehangatan dan
dukungan
Tidak terlibat dengan
perilaku perundungan
Cenderung melakukan
perilaku perundungan
Cenderung melakukan
perilaku perundungan
Cenderung melakukan
perilaku perundungan
Menghasilkan anak yang
mandiri, dapat mengontrol diri, dan mempertahankan
persahabatan dengan teman
sebaya
Anak cenderung egois, memberontak dan agresif karena
sering mendapatkan hukuman
fisik, maka anak menerapkan
hukuman fisik kepada oranglain
Anak selalu mendapatkan apa
yang dia inginkan, membuat
anak menjadi dominan dan tidak
dapat mengontrol diri dan emosi
Anak merasa tidak diterima dan
tidak diperhatikan oleh orangtua, menyebabkan anak menjadi
mudah marah dan melampiaskan
kepada oranglain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
1. Pola asuh berpengaruh signifikan terhadap perilaku perundungan pada
remaja
2. Pola asuh otoriter paling berpengaruh signifikan terhadap perilaku
perundungan pada remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang
menekankan pada angka-angka dan analisis yang menggunakan data
statistik. Metode kuantitatif digunakan untuk meneliti popolasi atau sampel
tertentu dan menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2014)
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel bebas : Pola asuh orangtua yang terdiri dari tipe pola
asuh otoritatif, pola asuh otoritarian, pola asuh permisif, dan pola
asuh uninvolved/tidak terlibat.
2. Variabel tergantung : Perilaku perundungan
C. Definisi Operasional
1. Pola Asuh Orangtua
Pola asuh orangtua menurut Baumrind (dalam Longkutoy, Jehosua, &
Henry, 2015) adalah bentuk atau proses interaksi antara orangtua
dengan anak. Pola asuh orangtua diukur dengan menggunakan skala
pola asuh yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori Baumrind yaitu
responsiveness dan demandingness. Responsiveness mengacu pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
kehangatan, dukungan, dan respon. Sedangkan demandingness
mengacu pada tuntutan dan kontrol.
2. Perundungan
Perundungan adalah kekuatan dan kekuasaan yang disalahgunakan
baik secara individu maupun kelompok. Selain itu perundungan
cenderung dilakukan secara berulang. Di dalam perundungan terdapat
pihak yang lebih kuat, tidak hanya kuat secara fisik namun secara
mental. Perundungan diukur dengan menggunakan skala yang disusun
oleh peneliti berdasarkan tiga kategori perilaku perundungan, yaitu
perundungan fisik, perundungan verbal, dan perundungan mental atau
psikologis.
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah remaja
berusia 15-18 tahun yang bersekolah di sekolah homogen. Teknik pemilihan
subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan yang dibuat oleh peneliti. Peneliti menggunakan teknik
tersebut agar peneliti mendapatkan sampel yang sesuai dengan karakteristik
subjek yang diinginkan.
B. Alat Pengumpulan Data
Metode pengambilan data dalam penelitian tersebut dilakukan
melalui penyebaran skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
skala pola asuh orangtua dan skala perilaku perundungan. Kedua skala
tersebut disusun oleh peneliti dengan mengacu pada teori yang ada.
Peneliti menggunakan jenis skala Likert. Skala Likert adalah metode
yang digunakan untuk mengukur atribut tertentu dengan meminta subjek
menyatakan kesesuaian dan ketidaksesuaian subjek terhadap pernyataan
yang telah disediakan. Dalam skala tersebut terdapat empat jenis alternatif
jawaban. Selain itu, dalam metode Likert isi pernyataan dibedakan menjadi
dua kategori yaitu pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable
(Supratiknya, 2014).
Tabel 3.1 Pemberian nilai skor dalam skala Likert
Respon Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai 4 1
Sesuai 3 2
Tidak Sesuai 2 3
Sangat Tidak Sesuai 1 4
Dalam penelitian ini terdapat dua skala yaitu skala pola asuh
orangtua dan skala perilaku perundungan. Berikut ini adalah skala dari
masing-masing variabel penelitian:
1. Pola Asuh Orangtua
Peneliti menggunakan skala pola asuh orangtua yang disusun
dengan mengacu pada dua aspek yang disusun oleh Baumrind yaitu
Responsiveness dan Demandingness. Setiap item terdiri dari empat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
jenis respon yaitu “Sangat Sesuai”, “Sesuai”, “Tidak Sesuai”, dan
“Sangat Tidak Sesuai”. Skor terdiri dari angka 1 hingga 4 dengan tidak
memunculkan respon netral.
Subjek kemudian dikelompokkan menjadi empat jenis pola
asuh yaitu otoritatif, otoritarian, permisif, dan tidak terlibat. Subjek
dengan responsiveness dan demandingness tinggi maka termasuk pola
asuh otoritatif. Subjek dengan responsiveness rendah dan
demandingness tinggi maka termasuk dalam pola asuh otoritarian.
Subjek dengan responsiveness tinggi dan demandingness rendah maka
termasuk dalam pola asuh permisif. Sedangkan subjek dengan
responsiveness dan demandingness yang rendah maka termasuk dalam
pola asuh tidak terlibat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tabel 3.2 Sebaran Item Skala Pola Asuh Orangtua Sebelum Uji Coba
No Aspek Indikator Item
Favorable
Item
Unfavorable
Jumlah (%)
1. Responsiveness Kehangatan 2, 28, 62, 6,
9, 41, 55
53, 40, 3,
18, 5, 22,
57, 31
31 (49,21%)
Dukungan
dan Respon
35,48,37,54,
8, 30, 47, 34
1, 10, 49,
59, 14, 50,
29, 58
2. Demandingness Tuntutan 19, 4, 12,
11, 27, 26,
61, 51
32, 45, 25,
36, 56, 24,
63, 15
32 (50,79%)
Kontrol 21, 20, 13,
43, 46, 60,
23, 33
44, 17, 16,
39, 42, 52,
7, 38
Jumlah 31 (49,21%) 32 (50,79%) 63 (100%)
2. Skala Perilaku Perundungan
Peneliti menggunakan skala perilaku perundungan yang disusun
berdasarkan tiga aspek pada teori yang ada yaitu Perundungan Fisik,
Perundungan Verbal, dan Perundungan Mental atau Psikologis. Setiap item
terdiri dari empat jenis respon yaitu “Sangat Sesuai”, “Sesuai”, “Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Sesuai”, dan “Sangat Tidak Sesuai”. Skor terdiri dari angka 1 hingga 4.
Peneliti sengaja tidak memunculkan respon netral.
Tabel 3.3 Sebaran Item Skala Perilaku Perundungan Sebelum Uji Coba
No Bentuk Indikator Item
Favorable
Item
Unfavorable
Jumlah (%)
1. Perundungan
Fisik
Menampar,
Menginjak,
Menarik
rambut,
Memalak,
Melempar
dengan
barang, dan
Memukul
22, 23, 32,
19, 33, 11,
31, 1, 7,
6, 27, 3, 30,
18, 16, 36,
37
17 43,59%
2. Perundungan
Verbal
Menghina,
Memaki,
Menuduh,
Membentak,
Menyebar
gossip, dan
Memandang
rendah
2, 5, 34,
35, 21, 25,
38, 24, 13,
20, 12, 29
12 30,77%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3. Perundungan
Mental/Psiko
logis
Mengucilkan,
Mencibir,
Mempermaluk
an, dan
Mendiamkan
9, 8, 14,
10, 4
17, 26, 39,
28, 15
10 25,64%
Jumlah 20
(51,28%)
19
(48,72%)
39
(100%)
F. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Validitas
Validitas merupakan taraf sejauh mana suatu tes benar-benar dapat
mengukur dan mengungkap atribut psikologis yang akan diukur
(Supratiknya, 2014). Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa suatu alat ukur dapat dikatakan valid apabila dapat mengukur
apa yang akan diukur dan dapat mengungkapkan apa yang akan
diungkap.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi. Validitas
isi adalah taraf sejauh mana alat ukur tersebut relevan dan dapat
merepresentasikan atribut yang akan dituju. (Supratiknya, 2016).
Penelitian ini menggunakan validitas isi untuk pengujian validitas.
Pada penelitian ini, pengujian validitas dilakukan dengan
mendiskusikan skala dengan dosen pembimbing. Selain itu, validitas isi
juga diselidiki dengan bantuan tiga orang mahasiswa lulusan Sarjana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Psikologi Universitas Sanata Dharma dan empat mahasiswa yang
sedang mengerjakan skripsi. Suatu skala dikatakan memiliki validitas
yang baik apabila IVI-S ≥ 0,90 (Supratiknya, 2016). Hasil perolehan
indeks validitas isi skala yaitu :
a. Skala pola asuh orangtua memiliki koefisien validitas
sebesar 0,91
b. Skala perilaku perundungan memiliki koefisien validitas
sebesar 0,90
Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua skala, baik skala pola asuh
orangtua maupun skala perilaku perundungan memiliki validitas isi
yang baik.
2. Seleksi Item
Pada umumnya standar skor korelasi item total adalah ≥ 0,30, namun
ketika item yang gugur cukup banyak maka skor total dapat diturunkan
menjadi ≥ 0,25 (Azwar, 2017).
Peneliti melakukan uji coba skala pola asuh orangtua dan perilaku
perundungan pada tanggal 22 September hingga 5 Oktober dengan
menggunakan google form. Hasil seleksi item uji coba skala adalah
sebagai berikut:
a. Skala Pola Asuh Orangtua
Skala ini awalnya terdiri dari 63 item dimana 31 item aspek
responsiveness dan 32 item demandingness. Namun, setelah
melakukan tryout, peneliti perlu melakukan seleksi item.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Peneliti menggugurkan beberapa item yang memiliki rit < 0,30.
Item yang gugur yaitu 5, 22, 37, 15, dan 42. Setelah itu, peneliti
menggugurkan beberapa item favorable dan unfavorable
dengan tujuan agar komposisi item favorable dan unfavorable
dalam jumlah yang seimbang. Item yang digugurkan adalah
item nomor 2, 4, 16, 21, 23, 29, 36, 47, 49, dan 51. Pada
akhirnya, jumlah item yang tersisa setelah dilakukan
pengguguran adalah 48 item.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel 3.4 Sebaran Item Skala Pola Asuh Orangtua Setelah Uji Coba
No. Aspek Indikator Item
Favorable
Item
Unfavorable
Jumlah
(%)
1. Responsiveness Kehangatan (2), 28, 62, 6,
9, 41, 55
53, 40, 3, 18,
5*, 22*, 57,
31
24
(50%)
Dukungan
dan Respon
35, 48, 37*,
54, 8, 30, (47),
34
1, 10, (49),
59, 14, 50,
(29) ,58
2. Demandingness Tuntutan 19, (4), 12, 11,
27, 26, 61,
(51)
32, 45, 25,
(36), 56, 24,
63, 15*
24
(50%)
Kontrol (21), 20, 13,
43, 46, 60,
(23), 33
44, 17, (16),
39, 42*, 52, 7,
38
Jumlah 24 (50%) 24 (50%) 48 (100%)
* : Item yang gugur
( ) : Item yang digugurkan
b. Skala Perilaku Perundungan
Skala ini awalnya terdiri dari 39 item. Namun setelah
melakukan tryout, peneliti perlu melakukan seleksi item.
Peneliti menggugurkan beberapa item yang memiliki rit < 0,30.
Item yang digugurkan yaitu 6, 10, 20, 28, 30, dan 36. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
akhirnya, jumlah item yang tersisa setelah dilakukan
pengguguran adalah 33 item.
Tabel 3.5 Sebaran Item Skala Perilaku Perundungan Setelah Uji Coba
No. Aspek Item
Favorable
Item
Unfavorable
Jumlah (%)
1. Perundungan
Fisik
22, 23, 32,
19, 33, 11,
31, 1, 7,
6*, 27, 3,
30*, 18, 16,
36*, 37
14 42,42%
2. Perundungan
Verbal
2, 5, 34, 35,
21, 25,
38, 24, 13,
20*, 12, 29
11 33,34%
3. Perundungan
Mental/Psikologis
9, 8, 14, 10*,
4
17, 26, 39,
28*, 15
8 24,24%
Jumlah 19 (57,58%) 14 (42,42%) 33 (100%)
*: Item yang gugur
3. Reliabilitas
Menurut Nunnally (dalam Supratiknya, 2014) reliabilitas adalah
ketepatan pengukuran tanpa melihat atau menghiraukan atribut apa
yang diukur. Penelitian ini menggunakan koefisien Alpha’s Cronbach
untuk mendapatkan estimasi konsistensi internal. Koefisien minimum
yang dipandang memuaskan untuk reliabilitas adalah 0,70. Apabila
sebuah tes mendapatkan koefisien reliabilitas dibawah 0,70 maka
dipandang kurang memadai karena menunjukkan ketidakkonsistenan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
sehingga interpretasi skor menjadi meragukan (Supratiknya, 2014).
Reliabilitas penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas setelah Uji Coba
Skala Reliabilitas
Pola Asuh Otoritatif 0,886
Pola Asuh Otoritarian 0,876
Pola Asuh Permisif 0,709
Pola Asuh Uninvolved 0,882
Perilaku Perundungan 0,924
Tabel 3.6 menunjukkan bahwa uji reliabilitas skala secara
keseluruhan sudah memenuhi kriteria, yaitu > 0,70. Skala pola asuh
otoritatif memiliki reliabilitas sebesar 0,886, skala pola asuh otoritarian
memiliki reliabilitas sebesar 0,876, skala pola asuh permisif memiliki
reliabilitas sebesar 0,709, skala pola asuh uninvolved memiliki
reliabilitas sebesar 0,882, dan skala perilaku perundungan memiliki
reliabilitas sebesar 0,924.
G. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat nilai residual yang
dihasilkan oleh regresi terdistribusikan secara normal atau tidak
(Priyatno, 2014). Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
One Sample Kolmogrov-Smirnov dengan progam SPSS. Apabila hasil
menunjukkan nilai signifikansi p > 0,05 maka dikatakan bahwa nilai
residual berdistribusi normal dan sebaliknya
b. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah masing-masing
variabel yang akan diukur mengikuti garis lurus. Peneliti menggunakan
Test for Linearity dengan program SPSS antara variabel pola asuh
sebagai variabel bebas dan variabel perilaku perundungan sebagai
variabel terikat. Hasil dikatakan linear apabila memperoleh nilai
signifikansi (Linearity) dari dua variabel < 0,05
c. Uji Heteroskedastisitas
Dalam uji regresi, heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadi
ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Regresi dikatakan baik, apabila tidak terjadi
heteroskedastisitas (Priyatno, 2014).
d. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel
bebas tidak berkorelasi satu dengan yang lain. Uji multikolinearitas
dalam penelitian ini menguji empat variabel bebas, yaitu pola asuh
otoritatif, pola asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh
uninvolved
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2. Uji Hipotesis
a. Uji Analisis Regresi Ganda
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah pola asuh
memiliki pengaruh terhadap perilaku perundungan dan tipe pola asuh
mana yang paling berpengaruh terhadap perundungan. Peneliti menguji
hipotesis ini menggunakan uji analisis regresi ganda. Uji analisis regresi
ganda menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2018 sampai
dengan tanggal 26 November 2018. Pengumpulan data menggunakan dua
skala yaitu skala pola asuh orangtua dan skala perilaku perundungan.
Peneliti menyebarkan kuesinoner yang terdiri dari dua skala penelitian
dijadikan satu. Peneliti menyebarkan kuesioner penelitian dengan
menggunakan google form dan print paper.
Penyebaran skala dilakukan dengan mendatangi beberapa sekolah
homogen dan meminta izin pada pihak sekolah untuk melakukan penelitian
di sekolah tersebut. Guru-guru di sekolah membantu penelitian ini dengan
mengantarkan dan memperkenalkan peneliti pada beberapa kelas. Setelah
itu, peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kedatangan
peneliti. Setelah mendapat persetujuan dari siswa, peneliti memberikan
petunjuk mengenai pengisian skala.
B. Deskripsi Subjek
Subjek adalah remaja perempuan dan laki-laki dengan rentang usia
15-18 tahun. Subjek terdiri dari siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)
homogen. Gambaran subjek penelitian ini adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
a. Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Persebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin Jumlah Persentase
Perempuan 131 64,21%
Laki-laki 73 35,79%
Jumlah 204 100%
b. Usia
Tabel 4.2 Persebaran Subjek Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Persentase
15 28 13,73%
16 98 48,04%
17 63 30,88%
18 15 7,35%
Jumlah 204 100%
C. Deskripsi Penelitian
Peneliti membandingkan nilai mean empirik dan teoritis
berdasarkan data yang diperoleh variabel perundungan. Mean empirik
diperoleh dengan menggunakan perhitungan SPSS 23 for Windows.
Sedangkan mean teoritis diperoleh menggunakan perhitungan manual.
Mean empirik dan teoritik variabel perundungan dapat dilihat dari tabel
berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel 4.3 Tabel Deskripsi Data Penelitian
Data Teoritik Data Empirik
Variabel N Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Perundungan 204 33 132 82,5 16,5 41 93 65,6 11,77
Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa nilai mean teoritik
skala perundungan sebesar 82,5 dan mean empirik skala perundungan
sebesar 65,6. Hal tersebut menunjukkan bahwa mean teoritik skala
perundungan lebih besar dibandingkan dengan mean empirik skala
perundungan, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat perundungan pada
subjek penelitian cenderung rendah.
Peneliti juga membuat analisis kategorisasi. Hal tersebut digunakan
untuk melihat tinggi rendahnya perilaku perundungan pada masing-masing
subjek dengan norma kategorisasi. Peneliti membagi subjek ke dalam tiga
kategorisasi yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Berikut ini adalah norma
kategorisasi:
Tabel 4.4 Norma Kategorisasi
z Kategori
X < (µ - 1. σ) Rendah
(µ - 1. σ) ≤ X < (µ + 1. σ) Sedang
(µ + 1. σ) ≤ X Tinggi
Keterangan: µ : Mean Teoritik, σ : Standar Deviasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
a. Norma Kategorisasi Perilaku Perundungan
Tabel 4.5 Kategorisasi Skor Perilaku Perundungan
Kategori Skor Jumlah Presentase
Rendah X< 66 99 48,53%
Sedang 66 ≤ X < 99 105 51,47%
Tinggi 99 ≤ X 0 0%
Total 204 100%
b. Kategorisasi Pola Asuh Orangtua
Peneliti menggunakan perhitungan z score untuk
mengkategorikan pola asuh orangtua yang di alami subjek.
Pola asuh setiap subjek ditentukan dari z score yang
diperoleh oleh subjek. Semakin tinggi z score yang diperoleh
subjek, maka akan semakin jelas kecenderungan pola asuh
yang dialami subjek. Perhitungan z score dilakukan dengan
menggunakan rumus :
Z=(X-M)/SD
Keterangan :
Z= z score
X= score subjek
M= mean kelompok subjek
SD= standar deviasi kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 4.6 Kategorisasi Pola Asuh Subjek
Pola Asuh Orangtua Jumlah
Pola Asuh Otoritatif 73
Pola Asuh Otoriter 50
Pola Asuh Permisif 42
Pola Asuh Uninvolved 39
D. Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi
a. Hasil Uji Normalitas Residu
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah nilai residual
yang dihasilkan dari regresi terdistribusi normal atau tidak
(Priyatno, 2014). Nilai residual dikatakan terdistribusi normal
apabila memiliki tarif signifikansi (p > 0,05), sedangkan nilai
residual dikatakan tidak terdistribusi normal apabila memiliki
tarif signifikansi (p < 0,05). Uji normalitas dengan
menggunakan One Sample Kolmogrov-Smirnov dengan
program SPSS for windows versi 23 mendapatkan hasil sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Variabel Asymp. Sign (2-
tailed)
N
Pola asuh orangtua dan
perilaku perundungan
0,200 204
Berdasarkan hasil uji normalitas, dapat diketahui bahwa
nilai residu pada analisis regresi pola asuh orangtua dan perilaku
perundungan terdistribusi sebesar 0,200. Hal tersebut berarti
nilai residu terdistribusi secara normal karena nilai signifikansi
p > 0,05
b. Hasil Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah
hubungan antar variabel memiliki garis lurus atau tidak.
Apabila nilai signifikansi linearitas dari dua variabel < 0,05,
maka dapat dikatakan bahwa data-data tersebut memiliki
hubungan yang linear. Uji linearitas dilakukan dengan
menggunakan Tes for Linearity pada program SPSS for
windows versi 23 mendapatkan hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel 4.8 Hasil Uji Linearitas
Variabel Signifikansi Keterangan
Pola Asuh Otoritatif 0,000 Linear
Pola Asuh Otoritarian 0,000 Linear
Pola Asuh Permisif 0,002 Linear
Pola Asuh Uninvolved 0,000 Linear
Tabel 4.8 membuktikan bahwa tiap variabel pola asuh
memiliki hubungan linear dengan variabel perilaku
perundungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa data
penelitian pada skala pola asuh memiliki hubungan yang linear
dengan data penelitian pada skala perilaku perundungan
c. Hasil Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk memastikan ada
atau tidaknya kesamaan varian dari residual pada satu
pengamatan ke pengamatan yang lain (Priyatno, 2014).
Apabila hasil menunjukkan nilai signifikansi p > 0,05 maka
dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
Namun apabila hasil menunjukkan bahwa nilai signifikansi p
< 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas. Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat
dilihat pada tabel di bawah ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Signifikansi
Pola Asuh Otoritatif 0,241
Pola Asuh Otoritarian 0,605
Pola Asuh Permisif 0,834
Pola Asuh Uninvolved 0,711
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas, dapat
diketahui bahwa masing-masing variabel pola asuh bersifat
homoskedastisitas. Hal ini menunjukkan bahwa variasi dari
residu atau error bersifat konstan.
d. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah
variabel bebas tidak berkorelasi satu sama lain. Tabel 4.7
memperlihatkan bahwa setiap variabel memiliki nilai VIF
yang memenuhi syarat, yaitu kurang dari 10 (VIF < 10).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel VIF Tolerance
Pola Asuh
Otoritatif
6,892 0,145
Pola Asuh
Otoritarian
4,863 0,206
Pola Asuh Permisif 1,147 0,872
Pola Asuh
Uninvolved
2,374 0,421
2. Uji Hipotesis
Uji analisis regresi ganda dilakukan untuk menguji pengaruh
variabel terikat dengan variabel bebas lebih dari satu. Hasil dari uji
analisis regresi ganda terdiri dari 3, yaitu tabel uji analisis untuk R
square, tabel uji F analisis regresi ganda dan tabel regresi untuk
setiap variabel bebas.
Tabel 4.11 Hasil Uji analisis R square (Regresi ganda)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .557a .310 .296 9.873
a. Predictors: (Constant), Uninvolved, Permisif, Otoriter, Otoritatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel tiap pola asuh
memiliki prediksi sebsar 31% (R square=0,310) pada variabel
perilaku perundungan.
Tabel 4.12 Hasil Uji F Analisis Regresi Ganda
ANOVAa
Hasil uji F membuktikan secara linear pola asuh berpengaruh
secara signfikan terhadap perilaku perundungan, yaitu (p= 0,00 <
0,05). Hipotesis pertama dalam penelitian ini bahwa “Pola asuh
mempengaruhi perilaku perundungan pada remaja” dinyatakan
diterima.
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1Regression 8713.471 4 2178.368 22.348 .000b
Residual 19397.367 199 97.474
Total 28110.838 203
a. Dependent Variable: Perundungan
b. Predictors: (Constant), Uninvolved, Permisif, Otoriter, Otoritatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi untuk Setiap Variabel
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant
) 29.931 17.831 1.679 .095
Otoritatif -.156 .281 -.086 -.554 .580
Otoriter .703 .235 .389 2.994 .003
Permisif .815 .189 .272 4.320 .000
Uninvolve
d .152 .182 .075 .832 .406
a. Dependent Variable: Perundungan
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa pola asuh otoriter
(p=0,003 < 0,05) dan pola asuh permisif (p=0,000 < 0,05)
berpengaruh positif terhadap perilaku perundungan secara
signifikan. Hal tersebut memiliki arti, kenaikan skor pola asuh
otoriter dan pola asuh permisif akan diikuti dengan skor perilaku
perundungan yaitu sebesar 0,703 dan 0,815. Sedangkan pola asuh
otoritatif dan pola asuh uninvolved berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap perilaku perundungan pada remaja. Hal tersebut
memiliki arti, kenaikan skor pola asuh otoritatif dan pola asuh
uninvolved tidak diikuti dengan skor perilaku perundungan pada
remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
E. Pembahasan
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh pola asuh
orangtua dengan perilaku perundungan pada remaja. Tujuan pertama dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa terdapat pengaruh pola asuh
orangtua terhadap perilaku perundungan pada remaja. Setelah melakukan
analisis, ditemukan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Dengan
demikian, hipotesis pertama dalam penelitian ini dinyatakan diterima, yaitu
pola asuh orangtua mempengaruhi perilaku perundungan pada remaja.
Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tipe pola
asuh orangtua yang paling mempengaruhi perilaku perundungan pada
remaja. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh otoriter dan
pola asuh permisif memiliki pengaruh positif pada perilaku perundungan
remaja dengan signfikansi 0,003 (Pola Asuh Otoriter) dan 0,000 (Pola Asuh
Permisif). Tipe pola asuh otoritatif dan pola asuh uninvolved terbukti
berpengaruh negatif terhadap perilaku perundungan anak. Dengan
demikian, hipotesis kedua dalam penelitian ini dinyatakan diterima, yaitu
pola asuh otoriter berpengaruh signifikan terhadap perilaku perundungan.
Selain itu, dalam penelitian ini ditemukan bahwa pola asuh permisif juga
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku perundungan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Kholilah (dalam Tis’Ina
& Suroso, 2015) yang mengatakan bahwa ketika orangtua menggunakan
hukuman fisik untuk menghukum anak-anaknya, maka anak akan meniru
perilaku orangtua kepada orang lain yang mereka anggap lebih lemah. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
tersebut karena perilaku orang tua yang menggunakan hukuman fisik,
menyebabkan anak berfikir bahwa hal tersebut wajar untuk dilakukan.
Dalam pola asuh otoriter sendiri, orangtua seringkali menggunakan
kekerasan fisik untuk menghukum anak mereka ketika anak melakukan
suatu kesalahan atau melakukan hal yang tidak diinginkan oleh
orangtuanya. Orang tua dengan pola asuh otoriter juga cenderung
memaksakan kehendak mereka, sehingga menyebabkan anak menganggap
pemaksaan juga hal yang wajar.
Selain itu, menurut Syofiyanti (2016) orangtua yang terlalu
memanjakan anak juga berpengaruh pada perilaku agresif anak. Dalam pola
asuh permisif, orangtua terlalu memberi kelonggaran dan kebebasan pada
anak, serta akan menuruti apapun keinginan anak. Orangtua akan
memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan apapun tanpa
pengawasan. Meskipun demikian, orangtua dengan pola asuh ini
memberikan kehangatan yang tinggi, sehingga cenderung dikuasai oleh
anak. Pola asuh ini membuat anak menjadi individu yang bebas dan
terkadang berperilaku tidak sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku.
Dampak dari pola asuh ini adalah karena mereka terlalu mendapatkan
kebebasan dalam berperilaku, maka mereka tidak dapat mengendalikan
perilakunya dan menjadi dominan untuk mendapatkan apa yang mereka
inginkan (Santrock, 2007).
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, ditemukan bahwa
perundungan pada sekolah homogen cenderung rendah. Hasil penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardika (2009)
dimana perundungan pada sekolah homogen cenderung tinggi. Hal ini
disebabkan karena dalam sekolah homogen, persaingan antara sesama siswa
lebih terlihat dan lebih sering terjadi menurut Dennis (dalam Hardika,
2009). Hal ini disebabkan karena dalam sekolah homogen hanya terdapat
satu jenis kelamin saja. Persaingan yang terjadi dalam sekolah homogen
adalah membanding-bandingkan dirinya dengan individu lain dalam segala
hal, dalam hal ini akan menemukan mana yang lebih baik dan yang lebih
buruk. Salah satu cara yang mungkin terjadi adalah intimidasi terhadap
individu yang lebih buruk agar tidak berkembang menjadi lebih baik.
Intimidasi antara individu maupun kelompok yang lebih kuat terhadap
individu yang dianggap lebih buruk atau lemah merupakan salah satu ciri
dari perundungan.
Hasil penelitian ini, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ardiyanti (2014) di sekolah homogen, ditemukan bahwa sekolah homogen
memiliki interaksi yang baik antara satu individu dengan individu yang lain
sehingga menciptakan hubungan kekeluargaan yang erat pada setiap
individu. Selain itu, sekolah homogen hanya terdiri dari satu jenis kelamin
saja sehingga para siswa lebih mudah untuk menyesuaikan diri dan
membangun sosialisasi yang baik. Sekolah homogen memiliki aturan dan
norma dimana siswa yang lebih muda saling menghormati dan menghargai
siswa yang lebih tua dan sebaliknya sehingga menghindari adanya konflik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
atau masalah antar kelas. Selain itu, sekolah homogen akan memberikan
sanksi yang tegas terhadap siswa yang terlibat perundungan.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa pola asuh memiliki
pengaruh sebesar 31% terhadap perundungan. Selain itu, hanya dua pola
asuh yang memiliki pengaruh terhadap perilaku perundungan pada remaja.
Hal tersebut menjelaskan bahwa perundungan tidak hanya dipengaruhi oleh
faktor keluarga terutama pola asuh orang tua. Hal tersebut didukung dengan
pendapat Yusuf & Fahrudin (2012) yang menjelaskan bahwa perundungan
memiliki beberapa faktor lain yaitu sekolah yang memiliki pengawasan
lemah, teman sebaya yang secara tidak langsung mendukung perilaku
perundungan tersebut, dan tayangan media yang akan membawa dampak
bagi setiap individu. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa perundungan tidak hanya dipengaruhi oleh pola asuh orang tua,
namun juga dipengaruhi oleh lingkungan individu tersebut.
Secara keseluruhan, hasil penelitian sejalan dengan beberapa
penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Sehingga, hasil
penelitian ini semakin menegaskan penelitian sebelumnya, bahwa pola asuh
otoriter dan pola asuh permisif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku perundungan pada remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pola asuh
mempengaruhi perilaku perundungan pada remaja di sekolah homogen.
Pola asuh otoriter dan pola asuh permisif adalah tipe pola asuh yang
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku perundungan pada remaja
di sekolah homogen. Sedangkan tipe pola asuh otoritatif dan pola asuh
uninvolved berpengaruh negatif terhadap perilaku perundungan pada
remaja di sekolah homogen.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti
memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Penelitian Selanjutnya
a. Kuesioner lebih baik disebarkan secara langsung oleh
peneliti, agar peneliti mengetahui bahwa subjek mengisi
kuesioner dengan tepat.
b. Pemilihan bahasa untuk tiap aitem lebih diperhatikan, agar
subjek tidak bingung atau ragu dalam menjawab.
c. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian
serupa, diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini
dengan menggunakan variabel lain yang berpengaruh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
2. Bagi Orang Tua
a. Orang tua diharapkan lebih mengamati pergaulan anak,
karena perundungan juga dipengaruhi faktor lain yaitu
lingkungan.
b. Orang tua diharapkan mulai sadar bahwa pola asuh
otoriter dan pola asuh permisif cenderung membentuk
perilaku perundungan pada anak, sehingga diharapkan
orang tua menghindari pola asuh tersebut.
c. Orang tua diharapkan dapat memberikan dukungan dan
atas apa yang anak lakukan, namun tetap menegur dan
memberi nasehat ketika anak melakukan kesalahan
sehingga anak mampu mengendalikan perilakunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, T., R. (2012). Studi meta-analisis: Empati dan bullying. Buletin
Psikologi, 20(2), 36-51.
Audriene, D. (2017). Semakin banyak yang melaporkan kasus ‘bullying’. Diakses tanggal 12 Desember 2018 dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-
hidup/20170722163858-277-229641/semakin-banyak-yang-melaporkan-
kasus-bullying
Ardiyanti, B. (2014). Eksistensi sekolah homogen (Studi Deskriptif di SMA Stella
Duce 1 Yogyakarta). Journal Universitas Erlangga, 3(3), 1-12.
Arofa, Z., Hudaniah, & Uun, Z. (2018). Pengaruh perilaku bullying terhadap empati
ditinjau dari tipe sekolah. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 6, 74-92.
Azwar, S. (2017). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, W., & Yuli, P., S. (2017). Fenomena Bullying siswa: Studi tentang motif
perilaku bullying siswa di SMP negeri 01 painan, sumatera barat. Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam, 10 (2), 348.
Baron, R., A & Branscombe, N., R. (2012). Social Psychology (Ed ke-13). New
Jersey: Pearson Education, Inc.
Baron, R., A & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial (Ed ke-10). Jakarta: Penerbit
Erlangga, 159-160.
Efobi, A., & Chinyelu, N. (2014). Relationship between parenting styles and
tendency to bullying behaviour among adolescents. Journal of Education &
Human Development, 3(1), 507-521.
Hadi, F. (2018). Pelaku bully SMK PGRI 23 jadi tersangka. Diakses tanggal 20
Januari 2019 dari http://wartakota.tribunnews.com/2018/08/23/pelaku-bully-
smk-pgri-23-jadi-tersangka
Haffer, D., R., & Kipp, K. (2014). Development psychology: childhood and
adolescence, 9th edition, international edition. United Station America:
WADSWORTH Cengage Learning.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Hardika, I., R. (2009). Perbedaan kecenderungan perilaku bullying antara Sekolah
Menangah Atas homogen dan heterogen di Yogyakarta. (Skripsi). Program
Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
Yogyakarta.
Hassan, N., & Ee. (2015). Relationship between bully’s behavior and parenting styles amongst elementary school students. International Journal of
Education and Training (InjET), 1(1), 1-12.
http://www.psychologymania.com/2012/06/dampak-bullying-bagi-siswa.html.
Istiana. (2016). Hubungan empati dengan perilaku prososial pada relawan KSR
PMI kota Medan. Jurnal Diversita, 2(2), 7.
Jannah, M. (2015). Pola pengasuhan orang tua dan moral remaja dalam Islam.
Jurnal Ilmiah Edukasi, 1(1), 63-79.
Lestari, W. (2016). Analisis faktor-faktor penyebab bullying di kalangan peserta
didik. Social Science Education Journal, 3(2), 147-157.
Lestari, S., Yusmansyah, & Shinta, M. (2018). Bentuk dan faktor penyebab perilaku
bullying. Lampung: Universitas Lampung.
Longkutoy, N., Jehosua, S., & Hendry, O. (2015). Hubungan pola asuh orang tua
dengan kepercayaan diri siswa SMP Kristen Ranotongkor Kabupaten
Minahasa. Jurnal e-Biomedik (eBm), 3(1), 93-99.
Ningrum, S,. & Triana, E. (2015). Hubungan pola asuh otoriter orang tua dengan
bullying di sekolah pada siswa SMP. Jurnal Ilmiah Psikologi Indigenous,
13(1), 29-38.
Nurhayati, R., Dwi, N., & Natalia. (2013). Tipe pola asuh orang tua yang
berhubungan dengan perilaku bullying di SMA Kabupaten Semarang. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 1(1), 49-59.
Pertiwi, M., & Juneman. (2012). Peran pola asuh orangtua dalam mengembangkan
remaja menjadi pelaku dan/atau korban pembulian di sekolah. Jurnal
Sosiokonsepsin, 17(2), 173-191.
Priyatno, D. (2014). SPSS 22 pengolah data terpraktis. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Rahmawan, I. (2013). Hubungan antara pola asuh permisif dengan intensif bullying
pada siswa-siswi kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta. Empathy
Jurnal Fakultas Psikologi, 2(1), 67-99.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Rigby, Ken. (2003). Consequences of bullying in schools. Can J Psychiatry, 48(9),
583-590.
Santrock, J. (2003). Adolescent: Remaja (Ed ke-6). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Santrock, J. (2007). Child development (Ed ke-11). New York: McGraw Hill.
Sejiwa (Yayasan Semai Jiwa Amini). (2008). Bullying: Mengatasi kekerasan di
sekolah dan lingkungan sekitar anak. Jakarta: PT. Grasindo.
Sugiariyanti. (2009). Perilaku bullying pada anak dan remaja. Jurnal Ilmiah
Psikologi, 1(2), 101-107.
Sugiyono, P., D. (2014). Statistika untuk penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sugiyono, P., D. (2010). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan RnD.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Supratiknya, A. (2016). Kuantifikasi validitas isi dalam asesmen psikologis.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Syofiyanti, D. (2016). Pola asuh orang tua terhadap perilaku bullying remaja. Jurnal
PPKn & Hukum, 11(1), 67-85.
Tis’Ina, N., & Suroso. (2015). Pola asuh otoriter, konformitas, dan perilaku school
bullying. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, 4(2), 153-161.
Widiastuti, R. (2018). Hari Anak Nasional, KPAI catat kasus bullying paling
banyak. Diakses tanggal 26 Maret 2019 dari
https://nasional.tempo.co/amp/1109584/hari-anak-nasional-kpai-catat-
kasus-bullying-paling-banyak.
Wulaningsih, R., & Nurul, H. (2015). Hubungan antara persepsi pola asuh orangtua
dan kontrol diri remaja terhadap perilaku merokok di Pondok Pesantren.
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 4(2), 119-126.
Yusuf, H., & Fahrudin, A. (2012). Perilaku bullying: Assesmen multidimensi dan
intervensi sosial. Jurnal Psikologi Undip, 11(2), 1-9.
Zakiyah, E., Sahadi, H., & Meilanny, B. (2017). Faktor yang mempengaruhi remaja
dalam melakukan bullying. Jurnal Penelitian dan PPM, 4(2), 328-329.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Salam sejahtera,
Perkenalkan, saya Anastasia Fernanda Harlin. Saya adalah mahasiswi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam rangka
memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir, maka saya mengharapkan
partisipasi saudara/saudari untuk mengisi skala ini.
Informasi yang saudara/saudari berikan akan menjadi informasi yang sangat
berguna apabila saudara/saudari dapat memberikan jawaban yang sebenar-
benarnya, apa adanya, dan jujur-sejujurnya sesuai dengan keadaan diri
saudara/saudari. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, maka saya mohon
saudara/saudari dapat memberikan jawaban yang paling sesuai dengan diri
saudara/saudari. Saya memahami bahwa mungkin saja jawaban yang
saudara/saudari berikan bersifat rahasia. Oleh karena itu, kerahasiaan data diri dan
jawaban saudara/saudari akan dirahasiakan dan dilindungi oleh kode etik Psikologi.
Saya akan menggunakan informasi tersebut murni hanya untuk kepentingan
penelitian saja.
Saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan dan kerja sama
saudara/saudari dalam mengisi skala ini
Yogyakarta, .. oktober 2018
Anastasia Fernanda Harlin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN
Setelah membaca dan memahami informasi yang berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sdri. Anastasia Fernanda Harlin, saya bersedia
berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya berpartisipasi secara sukarela dan tanpa
paksaan atau tekanan dari pihak manapun.
Semua jawaban yang saya berikan dalam skala penelitian ini merupakan
jawaban yang jujur dan murni berasal dari diri saya yang sesungguhnya dan bukan
berdasarkan apa yang benar atau salah dan apa yang baik atau buruk dalam
masyarakat pada umumnya.
Saya juga mengijinkan peneliti untuk menggunakan jawaban-jawaban yang
saya berikan untuk kepentingan penelitian ini
Menyetujui,
………..…………..,2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
Bacalah setiap pernyataan dengan saksama. Setiap pernyataan hanya dapat
memiliki satu jawaban. Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban adalah
benar. Hasil dari skala ini tidak akan mempengaruhi nilai atau apapun yang terkait
dengan diri saudara/saudari. Saudara/saudari diminta untuk memilih satu jawaban
yang paling sesuai dengan keadaan/kondisi yang saudara/saudari rasakan dan
alami. Silahkan memberikan tanda centang (√) pada kotak pilihan jawaban yang
telah disediakan.
Pilihan jawaban yang tersedia adalah sebagai berikut :
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
Tidak ada jawaban yang kami anggap salah. Semua jawaban disesuaikan dengan
keadaan yang saudara/saudari alami dan rasakan. Mohon kerjakan dengan teliti,
jangan sampai ada yang terlewati.
Contoh pengisian :
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya merasa pintar √
Jika saudara/saudari ingin mengganti jawaban, maka gunakan cara dibawah ini :
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya merasa pintar √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
LEMBAR IDENTITAS
Inisial Nama :
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
Usia :
Suku / Etnis :
Asal :
Saat ini tinggal bersama : a. Ayah dan Ibu c. Ayah saja
b. Ibu saja d. Lainnya: ….
Selamat Mengerjakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
SKALA 1
NO Pernyataan STS TS S SS
1. Ketika saya bercerita, orangtua hanya mendengarkan tanpa merespon
2. Orangtua mau mendengarkan pendapat saya meskipun berbeda dengan
mereka
3. Orangtua cenderung membentak, ketika saya melakukan kesalahan
4. Orangtua tetap memantau pergaulan saya
5. Orangtua mendukung secara penuh segala hal yang saya inginkan, tanpa
bertanya hal tersebut positif atau tidak
6. Orangtua selalu membantu saya dalam menyelesaikan masalah
7. Orangtua mengambil keputusan sendiri tanpa menanyakan pendapat
saya dalam masalah keluarga
8. Orangtua melarang saya, bertanya atas aturan yang dibuat
9. Orangtua menghukum saya, ketika saya tidak melakukan apa yang
mereka inginkan
10. Orangtua memaksa saya untuk mencapai keinginannya seperti dalam
hal nilai ulangan
11. Orangtua mendukung hal yang saya inginkan, bila hal tersebut
memberikan dampak baik
12. Orangtua mengatur pergaulan saya
13. Orangtua menasehati saya secara baik-baik, ketika melakukan
kesalahan
14. Orangtua membebaskan saya menentukan minat, namun tetap
menasehati agar bertanggung jawab pada pilihan yang diambil
15. Orangtua memperbolehkan saya berteman dengan siapa saja, asalkan
membawa dampak yang baik
16. Orangtua mengkritik ketika saya dirasa salah
17. Orangtua memberikan saya kesempatan untuk menjelaskan, mengapa
saya menolak keinginan mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
18. Orangtua memuji semua perbuatan saya
19. Ketika prestasi saya menurun, orangtua tidak menegur saya
20. Ketika saya melakukan kesalahan, orangtua akan mendengarkan
penjelasan saya terlebih dahulu
21. Orangtua selalu ada untuk membela saya
22. Meskipun orangtua saya sibuk, mereka tetap peduli dengan keadaan
saya
23. Orangtua memaksa saya mengikuti minat mereka tanpa menanyakan
pendapat saya
24. Orangtua mengabaikan saya, ketika saya meminta ijin pergi bermain
25. Orangtua tidak merespon keluh kesah saya
26. Orangtua dapat menjadi tempat untuk berbagi dan merespon apa yang
saya katakan
27. Orangtua menyuruh saya untuk selalu ijin ketika akan pergi bermain
28. Orangtua membebaskan saya bermain, asal seimbang dengan belajar
29. Ketika saya melakukan kesalahan, orangtua menyalahkan saya tanpa
mau mendengar penjelasan
30. Orangtua jarang berinteraksi dan berkomunikasi dengan saya
31. Orangtua mengharuskan saya banyak belajar dibanding bermain
32. Orangtua tidak peduli dengan kegiatan yang saya ikuti
33. Orangtua saya menjunjung tinggi prestasi, sehingga saya wajib
berprestasi
34. Orangtua percaya secara penuh terhadap apa yang saya lakukan baik di
sekolah maupun di lingkungan rumah
35. Orangtua mengijinkan saya untuk ikut andil dalam keputusan keluarga
36. Orangtua tetap menegur, ketika saya berbuat salah
37. Ketika saya meminta suatu hal, orangtua akan bertanya alasan saya
mengingikan hal tersebut
38. Orangtua cenderung cuek dan mengabaikan saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
39. Orangtua melarang saya untuk melakukan apa yang saya inginkan,
apabila berbeda dengan keinginan mereka
40. Orangtua saya terlalu sibuk dengan urusannya sendiri tanpa
memperdulikan saya
41. Orangtua bertanya alasan prestasi saya bisa menurun
42. Orangtua meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan saya
43. Orangtua berusaha ada ketika saya mengalami masalah
44. Orangtua cenderung membebaskan apa yang saya lakukan, selama hal
tersebut positif
45. Orangtua menuruti apapun yang saya minta
46. Orangtua menghindari pembicaraan yang bersangkutan dengan
kegiatan sekolah
47. Orangtua marah ketika saya mengutarakan pendapat yang berbeda
dengan mereka
48. Orangtua meluangkan waktu untuk bertanya mengenai kegiatan saya di
sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
SKALA 2
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya akan melempar barang yang ada di dekat saya, ketika ada teman
yang mengganggu saya
2. Saya memanggil teman dengan sebutan khusus (gendut, centil,
pendek, freak dan lain-lain)
3. Saya merasa menarik rambut teman adalah perbuatan yang tidak
sopan
4. Ketika ada teman yang tidak saya sukai mengajak berbicara, saya
akan mendiamkannya
5. Saya berbicara dengan kata-kata kasar kepada teman
6. Saya akan memukul ketika ada teman yang mengganggu saya, agar
mereka merasa takut
7. Saya menertawakan dan mengejek teman ketika mereka salah
menjawab pertanyaan guru
8. Saya akan mengucilkan teman yang memiliki ras atau suku yang
berbeda dengan saya
9. Saya memaksa teman untuk membayar makanan yang saya beli di
kantin
10. Saya hanya menyebarkan berita yang benar adanya
11. Saya akan mencari fakta terlebih dahulu sebelum menyalahkan teman
12. Saya mengomentari penampilan teman di muka umum agar mereka
malu
13. Saya senang berbincang – bincang dengan siapa saja
14. Saya akan berbicara baik-baik dengan teman, ketika saya merasa
diganggu
15. Saya senang bergaul dengan siapa saja
16. Saya menggunakan uang sendiri untuk membayar makanan yang
17. Saya senang menjahili teman dengan cara menarik rambutnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
18. Saya menyebar berita yang tidak benar tentang seseorang yang tidak
saya sukai
19. Saya menampar teman yang menyinggung perasaan saya
20. Saya menginjak kaki teman yang menghalangi jalan saya
21. Saya menjaga cara bicara saya ketika berbicara dengan teman
22. Saya menganggap teman bodoh, ketika dia tidak dapat menjawab
pertanyaan guru
23. Saya membantu teman saya ketika ia mengalami kesulitan dalam
menjawab pertanyaan
24. Saya memaafkan ketika ada teman yang tidak sengaja menginjak kaki
saya
25. Menurut saya, tidak dapat menjawab soal yang diberikan guru adalah
hal yang wajar
26. Saya memaksa teman untuk membelikan saya makanan ketika malas
ke kantin
27. Saya membalas menginjak ketika ada teman yang tidak sengaja
menginjak kaki saya
28. Saya meminta uang kepada teman secara paksa ketika saya
membutuhkan uang
29. Saya menyalahkan teman atas suatu perbuatan tanpa mencari fakta
terlebih dahulu
30. Saya membentak teman ketika ia melakukan kesalahan
31. Ketika suasana hati saya buruk, saya lebih banyak diam
32. Saya memanggil teman sesuai dengan nama asli
33. Saya menghindari hal-hal yang berkaitan dengan mempermalukan
orang lain
Terimakasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
1. Reliabilitas Skala Pola Asuh Otoritatif
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 61 100.0
Excludeda 0 .0
Total 61 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.886 13
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
itemX1 37.13 31.183 .456 .885
itemX10 37.33 31.857 .508 .881
itemx17 37.56 30.817 .476 .885
itemx19 36.74 31.363 .592 .877
itemx20 36.74 32.597 .521 .880
itemx28 37.39 32.143 .555 .879
itemx32 36.92 29.443 .750 .868
itemx35 37.23 30.313 .690 .872
itemx40 37.07 29.229 .759 .867
itemx44 37.00 32.000 .553 .879
itemx45 37.46 31.319 .562 .878
itemx48 37.38 32.439 .467 .883
itemx53 37.02 31.083 .639 .874
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
2. Reliabilitas Skala Pola Asuh Permisif
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 61 100.0
Excludeda 0 .0
Total 61 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.709 12
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
itemx8 24.97 12.866 .418 .680
itemx9 24.34 13.296 .252 .704
itemx14 25.43 13.749 .186 .713
itemx24 25.05 12.948 .396 .683
itemx26 24.66 12.230 .461 .671
itemx27 25.03 12.766 .429 .678
itemx30 24.28 12.504 .351 .690
itemx46 24.03 13.499 .282 .698
itemx50 25.25 13.822 .258 .701
itemx52 25.26 13.730 .252 .702
itemx56 25.10 13.190 .327 .692
itemx60 25.05 12.548 .520 .667
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
3. Reliabilitas Skala Pola Asuh Otoriter
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 61 100.0
Excludeda 0 .0
Total 61 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.876 12
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
itemx3 21.03 25.932 .567 .867
itemx6 20.89 25.370 .665 .860
itemx11 21.08 26.343 .590 .865
itemx12 21.25 25.589 .696 .859
itemx13 21.15 25.528 .700 .859
itemx18 21.23 27.146 .541 .868
itemx25 21.00 26.233 .614 .864
itemx39 21.31 28.018 .396 .876
itemx43 20.61 27.343 .373 .879
itemx54 20.93 24.996 .618 .864
itemx59 21.38 27.472 .493 .871
itemx62 21.15 26.128 .585 .866
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
4. Reliabilitas Skala Pola Asuh Uninvolved
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 61 100.0
Excludeda 0 .0
Total 61 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.882 11
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
itemx7 17.98 23.850 .438 .881
itemx31 18.07 22.062 .676 .866
itemx33 18.05 23.314 .583 .873
itemx34 17.93 21.596 .679 .866
itemx38 18.05 24.614 .314 .888
itemx41 17.90 21.690 .636 .869
itemx55 17.97 20.432 .795 .857
itemx57 17.93 21.896 .708 .864
itemx58 17.93 21.862 .713 .864
itemx61 18.13 24.349 .489 .878
itemx63 17.75 23.722 .499 .878
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
5. Reabilitas Skala Perundungan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 61 100.0
Excludeda 0 .0
Total 61 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.924 33
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
itemy1 56.39 124.109 .670 .920
itemy2 55.49 123.854 .473 .923
itemy3 56.18 126.984 .338 .925
itemy4 55.84 125.373 .515 .922
itemy5 55.59 125.546 .411 .924
itemy7 56.20 124.761 .475 .923
itemy8 55.93 123.529 .587 .921
itemy9 56.69 129.118 .440 .923
itemy11 56.66 127.730 .559 .922
itemy12 56.05 129.848 .260 .925
itemy13 56.13 128.683 .424 .923
itemy14 56.36 125.368 .554 .922
itemy15 56.08 125.910 .454 .923
itemy16 55.90 126.757 .454 .923
itemy17 56.20 126.861 .463 .923
itemy18 56.28 127.771 .395 .923
itemy19 56.23 125.546 .547 .922
itemy21 56.41 126.379 .526 .922
itemy22 56.59 124.779 .707 .920
itemy23 56.51 125.221 .738 .920
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
itemy24 55.79 127.604 .365 .924
itemy25 56.36 123.534 .718 .920
itemy26 56.05 128.348 .448 .923
itemy27 56.16 128.673 .360 .924
itemy29 56.30 124.578 .624 .921
itemy31 56.38 128.205 .351 .924
itemy32 56.20 123.094 .655 .920
itemy33 56.56 127.051 .542 .922
itemy34 56.39 125.976 .531 .922
itemy35 56.18 120.584 .753 .919
itemy37 56.46 126.186 .539 .922
itemy38 55.79 126.070 .449 .923
itemy39 56.11 126.003 .471 .923
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
1. Uji Asumsi
a. Hasil uji normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 204
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 10.51306344
Most Extreme Differences Absolute .040
Positive .040
Negative -.038
Test Statistic .040
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
b. Hasil uji linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares
df
Mean
Square
F
Sig.
perundungan *
pola asuh otoritatif
Between
Groups
(Combined) 8979.888 28 320.710 2.934 .000
Linearity 5781.199 1 5781.199 52.883 .000
Deviation from
Linearity
3198.689
27
118.470
1.084
.364
Within Groups 19130.951 175 109.320
Total 28110.838 203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
ANOVA Table
Sum of
Squares
df
Mean
Square
F
Sig.
perundungan *
pola asuh permisif
Between
Groups
(Combined) 4818.270 22 219.012 1.702 .031
Linearity 1335.952
1
1335.952
10.38
1
.002
Deviation from
Linearity
3482.318
21
165.825
1.289
.188
Within Groups 23292.56
8
181
128.688
Total 28110.83
8
203
ANOVA Table
Sum of
Squares
df
Mean
Square
F
Sig.
perundungan *
pola asuh otoriter
Between
Groups
(Combined) 9550.520 27 353.723 3.354 .000
Linearity 6137.335
1
6137.335
58.19
8
.000
Deviation from
Linearity
3413.185
26
131.276
1.245
.204
Within Groups 18560.31
8
176
105.456
Total 28110.83
8
203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
ANOVA Table
Sum of
Squares
df
Mean
Square
F
Sig.
perundungan *
pola asuh
uninvolved
Between
Groups
(Combined) 10086.11
6
26
387.928
3.809
.000
Linearity 4464.231
1
4464.231
43.83
8
.000
Deviation from
Linearity
5621.885
25
224.875
2.208
.002
Within Groups 18024.72
2
177
101.835
Total 28110.83
8
203
c. Hasil uji multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficients
t
Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std. Error
Beta
Toleranc
e
VIF
1 (Constant) 29.931 17.831
1.679 .095
pola asuh
otoritatif
-.156
.281
-.086
-.554
.580
.145
6.892
pola asuh otoriter .703 .235 .389 2.994 .003 .206 4.863
pola asuh
permisif
.815
.189
.272
4.320
.000
.872
1.147
pola asuh
uninvolved
.152
.182
.075
.832
.406
.421
2.374
a. Dependent Variable: perundungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
d. Hasil uji heterokedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.401 10.869
-.313 .755
pola asuh otoritatif .201 .171 .217 1.177 .241
pola asuh otoriter .074 .143 .080 .517 .605
pola asuh permisif .024 .115 .016 .210 .834
pola asuh uninvolved .041 .111 .040 .371 .711
a. Dependent Variable: RES2
2. Uji Hipotesis
a. Hasil uji analisis regresi ganda
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .557a .310 .296 9.873
a. Predictors: (Constant), pola asuh uninvolved, pola asuh permisif,
pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 8713.471 4 2178.368 22.348 .000b
Residual 19397.367 199 97.474
Total 28110.838 203
a. Dependent Variable: perundungan
b. Predictors: (Constant), pola asuh uninvolved, pola asuh permisif, pola asuh otoriter, pola asuh
otoritatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 29.931 17.831
1.679 .095
pola asuh otoritatif -.156 .281 -.086 -.554 .580
pola asuh otoriter .703 .235 .389 2.994 .003
pola asuh permisif .815 .189 .272 4.320 .000
pola asuh uninvolved .152 .182 .075 .832 .406
a. Dependent Variable: perundungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI