PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · MSDS ... dan Merah K.3 adalah zat warna sintetis...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · MSDS ... dan Merah K.3 adalah zat warna sintetis...
i
PERBANDINGAN SIFAT FISIS BEDAK TABUR BERBAHAN DASAR AMILUM SOLANI (Solanum tuberosum L.) DAN AMILUM MANIHOT
(Manihot utilisima L.) DENGAN PEWARNA KAROTENOID DARI BUAH LABU KUNING (Cucurbita moschata Duch.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Arum Mangastuti Poernomo
NIM : 08 8114 116
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Halaman Persembahan
Karya ini aku persembahkan kepada :
Tuhan Yesus Kristus
Papahku Soekotjo Poernomo dan Mamahku Laurentia
Koh Harry
Keluargaku dan sahabat-sahabatku
Teman-temanku Farmasi dan Almamaterku tercinta
Filipi 4:13 Segala perkara dapat kutanggung
di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku…
Pengkotbah 3:11 IA membuat segala sesuatu
Indah Pada waktunya…
Belajarlah dari keberhasilan dan kesalahan diri sendiri dan orang lain…
-Billy Boen-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, cinta kasih, dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “PERBANDINGAN SIFAT FISIS BEDAK TABUR BERBAHAN
DASAR AMILUM SOLANI (Solanum tuberosum L.) DAN AMILUM MANIHOT
(Manihot utilisima L.) DENGAN PEWARNA KAROTENOID DARI BUAH
LABU KUNING (Cucurbita moschata Duch.)” sebagai tugas akhir untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata satu Farmasi (S.
Farm), Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah memberikan doa, bimbingan, dukungan dan bantuan
yang penulis terima secara langsung maupun tidak langsung sehingga akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ucapan terima kasih tersebut
penulis tujukan kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus, atas segala sesuatu yang telah penulis terima dalam
hidupnya.
2. Bapak Ipang Djunarko, M,Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing Skripsi dan
Penguji yang telah mendampingi, mengarahkan, memberikan masukan, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
meluangkan waktu untuk berdiskusi bersama penulis hingga akhirnya skripsi
ini dapat selesai dengan baik.
4. Ibu Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah
meluangkan waktu, memberikan saran dan masukan yang membangun serta
atas bimbingannya selama perkuliahan.
5. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah
meluangkan waktu, memberikan saran dan masukan yang membangun serta
atas bimbingannya selama perkuliahan.
6. Ibu Phebe Hendra, Ph. D., Apt dan Bapak Jeffry Julianus, M.Si atas
bimbingan selama perkuliahan dan penyusunan proposal.
7. Segenap Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas
segala bimbingan selama perkuliahan.
8. Pak Musrifin, Mas Kayat, Mas Kunto, Mas Pardjiman, Mas Heru, Mas Ottok,
dan segenap staf laboratorium atas bantuan dan kerja samanya selama
penelitian.
9. Segenap karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
atas bantuannya.
10. Papah dan Mamah tercinta atas doa, dukungan, nasehat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
11. Koh Harry, terima kasih atas dukungannya.
12. Edwardo Bastian, terima kasih atas doa, kasih sayang, perhatian, dukungan
dan bantuannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
13. Cik Nancy dan Fenny Anggraeni, terima kasih atas dukungan, saran, dan
nasehatnya.
14. Intan Chintya Dewi, terima kasih atas kebersamaan, semangat dan kerja
samanya selama penelitian di laboratorium dan ujian.
15. Budiastuti Nurrochmah, terima kasih atas semangat, kerja sama selama
mempersiapkan ujian dan saat ujian tertutup.
16. Dessy, Elen, Dewi, teman-teman “lipbalm Buah Naga”, terima kasih atas
kebersamaan dan bantuannya. Dian, Mariana, Tika, Ana, Pius, Agnes, Silvia,
Eddie, Lala, Sin Lie, Yessy, Dea, Noveli, Nanda, teman-teman satu
laboratorium, terima kasih atas kebersamaan dan bantuannya.
17. Melly, Citra, Vivi, Vithe, Riana, Cinthya Wijayani, terima kasih atas masukan,
dan bantuannya.
18. Teman-teman FST B 2008, teman-teman kelas B 2008, dan semua teman-
teman Farmasi terima kasih atas segala kebersamaannya.
19. Semua pihak dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh
penulis yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan kekurangan
dalam penyusunan skripsi ini oleh karena keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan penulis. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membuat karya ini menjadi lebih baik. Akhir kata, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
ilmu kefarmasian.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS............................................................. vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
INTISARI ............................................................................................................. xvii
ABSTRACT ........................................................................................................... xviii
BAB I PENGANTAR .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................................... 4
C. Keaslian Penelitian ......................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA .................................................................. 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
A. Kulit ............................................................................................................... 6
1. Struktur kulit ............................................................................................ 6
2. Fungsi kulit .............................................................................................. 7
B. Labu Kuning (Cucurbita moschata Duch.) .................................................. 8
1. Deskripsi .................................................................................................. 8
2. Kandungan ............................................................................................... 8
3. Kegunaan ................................................................................................. 9
C. Bedak ............................................................................................................. 10
D. Amilum .......................................................................................................... 12
1. Amylum Solani ...................................................................................... 12
2. Amylum Manihot ...................................................................................... 12
E. Titanium Diokside .......................................................................................... 13
F. Magnesium Stearat ......................................................................................... 13
G. Metil Paraben ................................................................................................ 14
H. Uji Sifat Fisis ................................................................................................. 14
1. Uji mikromeritik ...................................................................................... 14
2. Uji pengetapan ......................................................................................... 15
3. Uji kandungan lembab/moisture content ................................................. 16
4. Uji stabilitas warna ................................................................................... 16
5. Uji daya lekat ........................................................................................... 17
I. Uji Keamanan/Uji Iritasi ................................................................................ 17
J. Landasan Teori ............................................................................................... 19
K. Hipotesis ........................................................................................................ 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 21
A. Jenis Rancangan Penelitian ............................................................................ 21
B. Variabel Penelitian ......................................................................................... 21
1. Variabel bebas .......................................................................................... 21
2. Variabel tergantung .................................................................................. 21
3. Variabel pengacau terkendali ................................................................... 21
4. Variabel pengacau tak terkendali ............................................................. 21
C. Definisi Operasional ...................................................................................... 22
D. Alat Penelitian ................................................................................................ 22
E. Bahan Penelitian ............................................................................................ 23
F. Tata Cara Penelitian ....................................................................................... 23
1. Determinasi .............................................................................................. 23
2. Pengambilan sampel buah labu kuning .................................................... 23
3. Pembuatan sari buah labu kuning ............................................................ 23
4. Formulasi bedak tabur .............................................................................. 24
5. Uji sifat fisis ............................................................................................. 25
a. Uji mikromeritik ................................................................................ 25
b. Uji pengetapan ................................................................................... 25
c. Uji kandungan lembab/moisture content ........................................... 25
d. Uji stabilitas warna ............................................................................. 25
e. Uji daya lekat ..................................................................................... 26
f. Uji sifat fisis bedak tabur yang beredar di pasaran ............................ 26
6. Uji keamanan/uji iritasi ............................................................................ 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
G. Analisis Hasil ................................................................................................. 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 28
A. Formulasi ....................................................................................................... 28
B. Uji Sifat Fisis ................................................................................................. 33
1. Uji mikromeritik ...................................................................................... 34
2. Uji pengetapan ......................................................................................... 38
3. Uji kandungan lembab/moisture content ................................................. 42
4. Uji stabilitas warna ................................................................................... 47
5. Uji daya lekat ........................................................................................... 51
C. Uji Keamanan/uji iritasi ................................................................................. 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 57
LAMPIRAN ......................................................................................................... 61
BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................... 105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Hasil analisis kandungan gizi buah labu kuning/waluh per 100 gram ... 9
Tabel II. Evaluasi reaksi iritasi kulit ............................................................ 18
Tabel III. Indeks iritasi .................................................................................. 18
Table IV. Formula acuan bedak tabur (Menurut Riley, 2000) ...................... 24
Table V. Formula bedak tabur berbahan dasar Amylum Solani ................... 24
Table VI. Formula bedak tabur berbahan dasar Amylum Manihot ................ 24
Tabel VII. Hasil uji normalitas persentil ......................................................... 36
Tabel VIII. Hasil uji R Paired t-test pengukuran mikromeritik hari ke-0 dan ke-30 37
Tabel IX. Hasil uji normalitas pengetapan hari ke 0, 2, 10, 20 dan 30 ......... 40
Tabel X. Hasil uji R t -test pengetapan hari ke 0, 2, 10, 20 dan 30 .............. 40
Tabel XI. Hasil uji normalitas pengetapan 2 jenis amilum dan bedak “M” .. 41
Tabel XII. Hasil uji normalitas kandungan lembab 2 jenis amilum ............... 44
Tabel XIII. Hasil uji R t-test kandungan lembab 2 jenis amilum .................... 45
Tabel XIV. Hasil uji normalitas 2 jenis amilum dan bedak “M” ..................... 46
Tabel XV. Hasil uji normalitas daya lekat ...................................................... 53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Kulit ..................................................................................... 6
Gambar 2. Labu kuning (Cucurbita moschata Duch.) ....................................... 8
Gambar 3. Diagram distribusi ukuran partikel amylum solani ............................ 34
Gambar 4. Diagram distribusi ukuran partikel amylum manihot ........................ 35
Gambar 5. Persentil hari ke-0 dan ke-30............................................................... 36
Gambar 6. Pengetapan hari ke 0, 2, 10, 20 dan 30 ............................................... 39
Gambar 7. Struktur Amylose dan Amylopectin .................................................... 43
Gambar 8. Kandungan lembab pada ke-2 jenis amilum ...................................... 44
Gambar 9. Skala Munsell Color Chart ................................................................ 47
Gambar 10. Struktur α-caroten, β-caroten, β-cryptocanthin, lutein, zeaxanthine.. 49
Gambar 11. Mekanisme degradasi β-carotene dan hasil degradasinya ............... 50
Gambar 12. Daya lekat pada 2 jenis amilum dibandingkan dengan bedak “M” . 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data hasil uji mikromeritik .......................................................... 62
Lampiran 2. Data hasil uji stabilitas warna, kandungan lembab, pengetapan,
daya lekat dan uji iritasi................................................................ 65
Lampiran 3. Data hasil uji normalitas dan signifikansi .................................... 77
Lampiran 4. Komposisi bedak pasaran merk “M” yang digunakan sebagai
pembanding................................................................................... 91
Lampiran 5. Dokumentasi ................................................................................ 92
Lampiran 6. Alur penelitian dalam bentuk skema ........................................... 95
Lampiran 7. Surat Pengesahan Determinasi ..................................................... 96
Lampiran 8. MSDS (Material Safety Data Sheet) ........................................... 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
INTISARI
Penelitian ini merupakan formulasi dan uji sifat fisis bedak tabur berbahan dasar Amylum Solani dan Amylum Manihot dengan pewarna karotenoid dari buah labu kuning (Cucurbita moschata Duch.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis amilum yang berbeda sebagai bahan dasar bedak akan memberikan sifat fisis yang berbeda pada bedak tabur.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Sifat fisis bedak tabur yang diteliti meliputi ukuran partikel, sifat alir, kandungan lembab, daya lekat dan stabilitas warna bedak tabur. Selain itu, dilakukan juga uji iritasi dengan metode Draize Skin Test pada kulit kelinci. Untuk perbandingan 2 jenis amilum diuji menggunakan uji R t-test. Untuk pergeseran ukuran partikel digunakan uji R paired-t test. Untuk perbandingan 2 jenis amilum dan kontrol menggunakan uji R One Way Anova (uji parametrik) atau uji R Kruskal-Wallis (uji non-parametrik) dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jenis amilum yang berbeda akan memberikan sifat fisis yang berbeda, meliputi ukuran partikel, sifat alir, kandungan lembab dan stabilitas warna bedak tetapi tidak memberikan perbedaan dalam hal daya lekat dan uji iritasi (uji keamanan).
Kata kunci : bedak tabur, Amylum Solani, Amylum Manihot, buah labu kuning (Cucurbita moschata Duch.), sifat fisis bedak tabur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
ABSTRACT
This research is about formulation and physical properties comparison on loose powder with amylum manihot and amylum solani as basic materials with carotenoid pigment as colour from pumpkin fruit (Cucurbita moschata Duch.). This study aims to know whether different amylum as basic material would give different physical properties on loose powder or not.
This study is an experimental research. Physical properties that would be observed were particle size, flow ability, moisture content, adhesion ability and colour stabilization of loose powder. Besides, it was also done an iritation test with Draize Skin Test method on a rabbit’s skin. As a comparison, two kinds of amylum were analyzed with R t-test. R paired t-test was used on the movement of particle size. The comparison of two kinds of amylum and standart were analyzed using R One Way Anova (parametric test) and R Kruskal-Wallis (nonparametric test) with 95% level of confidence.
The results showed that the use of different amylum would give different physycal properties, include particle size, flow ability, moisture content and colour stabilization of loose powder, but wouldn’t give different on adhesion ability and iritation test (safety test).
Key words: loose powder, amylum solani, amylum manihot, pumpkin fruit (Cucurbita moschata Duch.), physical properties of loose powder
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Setiap wanita mendambakan mempunyai wajah yang cantik dan menarik
maka tidak heran para wanita akan mencoba berbagai kosmetik yang dapat
membuat wajah mereka menjadi lebih menarik. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Nair dan Pillai (2007), terdapat 62% dari 300 responden wanita
yang menggunakan produk kosmetik. Hal ini menjadi peluang usaha yang sangat
baik bagi produsen kosmetik.
Menurut Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Husniah
Rubiana Thamrin, bahan pewarna Merah K.10 (Rhodamin B) dan Merah K.3
adalah zat warna sintetis yang umumnya digunakan sebagai zat warna kertas,
tekstil atau tinta. Zat warna ini merupakan zat karsinogenik yang dapat
menyebabkan kanker, dan apabila digunakan pada konsentrasi tinggi dapat
mengakibatkan kerusakan hati (Saputri, 2008).
Zat warna yang sering digunakan adalah methanil yellow (pewarna
kuning). Ciri bedak yang mengandung methanil yellow adalah jika dipakai akan
meninggalkan bekas warna kuning pada pakaian dan sulit dihilangkan. Jika bedak
yang mengandung methanil yellow digunakan secara terus-menerus pada wajah,
kulit akan mengalami iritasi bahkan bisa mengakibatkan perubahan pigmen kulit
secara signifikan (Anonim, 2011b).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Pada umumnya, buah labu kuning (Cucurbita moschata Duch.)
digunakan sebagai bahan pangan. Buah labu kuning dapat diolah menjadi
berbagai jenis masakan, seperti kolak, jenang, sayur, dan lain-lain. Di dalam buah
labu kuning mengandung beberapa senyawa, antara lain vitamin A, vitamin C,
betacaroten, zat besi dan kalium (Maryani, 2011). Senyawa betacaroten inilah
yang membuat buah labu kuning berwarna kuning, sehingga buah labu kuning
dapat digunakan sebagai pewarna dalam makanan. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini akan dibuat bedak tabur dengan pewarna dari buah labu kuning.
Dengan digunakannya buah labu kuning sebagai pewarna dalam kosmetik bedak
tabur diharapkan dapat meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomis di
masyarakat.
Pada umumnya, bedak tabur yang beredar di pasaran menggunakan
talcum sebagai bahan dasar bedak, tetapi ada beberapa produk kosmetik yang
menambahkan amilum sebagai bahan dasar bedak. Amilum yang biasa digunakan
untuk bahan dasar bedak adalah Amylum Maydis dan Amylum Oryzae. Di pasaran
terdapat beraneka ragam jenis amilum, antara lain Amylum Maydis (dari jagung),
Amylum Oryzae (dari beras), Amylum Solani (dari kentang), Amylum Manihot
(dari singkong), Amylum Tritici (dari gandum). Oleh karena itu, dalam penelitian
ini akan dibuat bedak tabur dengan bahan dasar dari amilum, yaitu Amylum
Manihot dan Amylum Solani. Dengan digunakannya Amylum Manihot dan
Amylum Solani sebagai bahan dasar bedak diharapkan dapat menambah variasi
bahan dasar bedak yang berasal dari bahan alam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Menurut Voigt (1994), amilum mempunyai sifat slip dan absorbency
yang baik. Kemampuan slip (daya sebar) dapat dilihat dari pengujian sifat alir,
daya lekat dan ukuran partikel. Amilum dengan ukuran partikel yang besar akan
mempunyai sifat alir yang baik, tetapi mempunyai daya lekat yang buruk. Uji
kandungan lembab yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah bedak
tabur dapat menyerap lembab dari lingkungan karena hal ini akan berpengaruh
terhadap stabilitas bedak tabur selama penyimpanan.
Amylum Manihot mempunyai ukuran partikel yang kecil jika
dibandingkan dengan Amylum Solani. Ukuran partikel Amylum Manihot yaitu
sekitar 5-35 µm sedangkan ukuran partikel Amylum Solani yaitu sekitar 10-100
µm (Rowe, Sheskey, Quinn, 2009). Ukuran partikel akan berpengaruh terhadap
sifat alir dan daya lekat bedak tabur. Ukuran partikel yang kecil akan mempunyai
daya lekat yang bagus dan mempunyai sifat alir yang buruk sedangkan ukuran
partikel yang besar akan mempunyai sifat alir yang bagus dan mempunyai daya
lekat yang buruk. Ukuran partikel yang kecil mempunyai luas permukaan spesifik
yang besar, semakin besar kontak partikel dengan kulit, sehingga bedak akan
melekat dengan baik di kulit wajah. Ukuran partikel yang besar mempunyai
kohesivitas yang kecil antarpartikel, sehingga partikel akan cenderung berpisah
satu sama lain, hal ini akan mempermudah partikel bedak untuk mengalir.
Penggunaan bahan baku dari alam (dalam hal ini berasal dari tumbuhan)
akan dapat meminimalkan timbulnya penyakit-penyakit pada kulit manusia,
seperti iritasi kulit yang disebabkan alergi terhadap bahan kimia sampai terjadinya
perubahan pigmen kulit, kanker kulit atau bahkan kerusakan hati. Keuntungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
penggunaan bahan baku alam adalah dapat meminimalkan resiko efek samping
yang tidak diharapkan. Pembuatan kosmetik yang berasal dari bahan baku alam
sesuai dengan fenomena sekarang ini yaitu Back to Nature.
1. Perumusan masalah
Apakah penggunaan Amylum Manihot dan Amylum Solani sebagai bahan
dasar bedak akan memberikan sifat fisis yang berbeda pada bedak tabur?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran yang dilakukan peneliti, penelitian terhadap buah
labu kuning (Cucurbita moschata Duch.) telah banyak dilakukan, antara lain
Pengaruh Jumlah Bubur Labu Kuning dan Konsentrasi Kitosan terhadap Mutu
Mie Basah oleh Andriyani (2008); Ekstraksi dan Pengeringan Waluh untuk
Mendapatkan Produk Fine Powder oleh Perdanianti dan Pratiwi (2004). Tetapi
penggunaan buah labu kuning sebagai pewarna dalam kosmetik serta amylum
solani dan amylum manihot sebagai bahan dasar dalam kosmetik belum pernah
dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis. Dengan penelitian ini, diharapkan dapat
menambah pengetahuan dalam formulasi bedak tabur dengan pewarna dari buah
labu kuning.
b. Manfaat praktis. Dengan penelitian ini, diharapkan dapat
membantu dalam formulasi bedak tabur menyangkut bahan dasar dan bahan
pewarna yang berasal dari alam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
B. Tujuan Penelitian
Mengetahui apakah penggunaan jenis amilum yang berbeda (Amylum
Manihot dan Amylum Solani) sebagai bahan dasar bedak akan memberikan sifat
fisis yang berbeda pada bedak tabur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kulit
1. Struktur Kulit
Kulit merupakan organ yang terluas yang menutupi seluruh permukaan
tubuh. Daerah yang paling kaku dan tebal adalah telapak kaki dan telapak tangan
serta sela-sela jari. Sel kulit yang paling tipis terdapat pada kulit muka (Young,
1972).
Gambar 1. Struktur Kulit (American Medical Association, 1998)
Kulit tersusun atas 2 lapisan, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis
merupakan lapisan kulit yang paling tipis dan berfungsi sebagai penghalang
(barrier) dari senyawa asing yang masuk ke dalam tubuh. Sel dasar epidermis
disebut keratinosit. Epidermis dibagi menjadi 5 lapisan, yaitu stratum
germinativum, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan
stratum korneum (Swanson, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Dermis merupakan kulit sejati dan tersusun atas protein fibrin, kolagen
yang merupakan jaringan yang bersifat elastis. Pada lapisan dermis kaya akan
pembuluh darah dan syaraf. Selain itu, pada lapisan dermis terdapat kelenjar
keringat, kelenjar lemak dan folikel rambut (Young, 1972). Kelembaban kulit
yang rendah menyebabkan kulit kering, kasar dan tidak menarik. Pada tingkatan
yang lebih buruk menyebabkan kulit pecah-pecah dan mudah teriritasi (Rawling,
2002).
2. Fungsi Kulit
a. Proteksi. Kulit menutupi tubuh dan merupakan barier atau
rintangan fisik yang melindungi jaringan di bawahnya dari abrasi fisik, invasi
bakteri, dehidrasi dan radiasi ultraviolet.
b. Pengindera (sensori). Kulit terdiri dari berbagai ujung saraf dan
reseptor yang menerima rangsang suhu, sentuhan, tekanan dan sakit.
c. Pengatur suhu tubuh dan ekskresi. Kulit mengatur suhu tubuh tidak
hanya dengan mengeluarkan keringat, tetapi juga dengan ekskresi sisa-sisa
metabolisme tubuh, misalnya air, garam dan beberapa senyawa organik.
d. Pembentukan pigmen. Sel pembentuk pigmen kulit terletak di
lapisan basal epidermis. Jumlah melanosit serta jumlah dan besar melanin
yang terbentuk menentukan warna kulit. Paparan sinar matahari
mempengaruhi produksi melanin, jika paparan sinar matahari bertambah maka
produksi melanin akan meningkat (Tortora and Angnostakos, 1990).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
B. Labu Kuning (Cucurbita moschata Duch.)
1. Deskripsi
a. b.
Gambar 2. a. Berbagai macam bentuk buah labu kuning (Ferriol, Nuez, and Pico (2007).
b. Labu kuning (BISI Internasional, 2010)
Buah labu kuning termasuk dalam famili Cucurbitaceae, genus
Cucurbita dan nama spesiesnya yaitu Cucurbita moschata Duch. dengan nama
umum labu kuning dan nama daerah labu parang (Melayu), labu kuning (Sunda
dan Jawa Tengah) (Anonim, 2011a).
Buah labu kuning berbentuk bulat, berdaging dengan diameter 25-35 cm
dan berwarna kuning. Bijinya keras, pipih dengan panjang ±1,5 cm dan lebar ±5
mm, berwarna coklat muda (Anonim, 2011a).
2. Kandungan
Buah labu kuning mengandung saponin, flavonoida dan tanin. (Anonim,
2011a). Selain itu, buah labu kuning juga mengandung vitamin A, vitamin C,
betacaroten, zat besi dan kalium (Maryani, 2011). Warna oranye pada labu
kuning disebabkan karena kandungan betacaroten yang tinggi. Betacaroten
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
merupakan provitamin A yang terdapat dalam tanaman. Tubuh manusia memiliki
kemampuan secara fisiologis mengubah sejumlah besar betacaroten ini menjadi
vitamin A. Sedangkan vitamin C merupakan antioksidan dan diduga dapat
menangkal berbagai jenis kanker akibat pembentukan radikal bebas (Anonim,
2008).
Hasil analisis kandungan gizi buah labu kuning / waluh per 100 gram
menurut Perdanianti dan Pratiwi (2004) (Tabel I).
Tabel I. Hasil analisis kandungan gizi buah labu kuning / waluh per 100 gram
3. Kegunaan
Beberapa peneliti menyebutkan bahwa labu kuning berperan penting
dalam mencegah penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus (kencing manis),
arterosclerosis (penyempitan pembuluh darah), jantung koroner, tekanan darah
tinggi, bahkan bisa pula mencegah kanker (Perdanianti dkk, 2004). Kandungan
betacaroten yang cukup tinggi pada labu kuning efektif untuk mengatasi
kekurangan vitamin A (Anonim, 2010a).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Buah labu kuning terdiri dari lapisan kulit luar yang keras dan lapisan
daging buah. Dalam daging buah inilah terkandung beberapa vitamin, antara lain
betacaroten, vitamin A dan vitamin C. Selain daging buahnya, daun dan pucuk
ranting yang masih muda dapat digunakan sebagai bahan untuk sayuran.
Komponen lain buah labu kuning yang masih mengandung nilai gizi tinggi adalah
bijinya. Biji labu kuning mengandung bahan pencahar laksatif dan antelmintik
yang dapat digunakan untuk peluruh cacing (Perdanianti dkk, 2004).
C. Bedak
Kosmetik berasal dari kata Yunani ‘kosmetikos’ yang mempunyai arti
keterampilan menghias atau mengatur (Prihatin, 2010). Berdasarkan keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.
HK.00.05.4.1745 tentang kosmetik, pengertian kosmetik adalah sebagai berikut:
kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital
bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Direktorat Jenderal
Pengawas Obat dan Makanan RI, 2003).
Bedak wajah (face powder) adalah suatu tipe kosmetik yang digunakan
untuk membuat wajah menjadi lebih menarik dan menutupi noda kecil berwarna
coklat di kulit wajah, serta kerusakan di wajah (Mitsui, 1998). Fungsi dari bedak
wajah (face powder) yaitu memberikan hasil yang lembut pada kulit dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
menyembunyikan noda (kerusakan) yang terlihat di kulit (Rieger, 2000), membuat
kulit menjadi lebih bercahaya, melindungi kulit dari radiasi sinar ultraviolet
(Mitsui, 1998).
Ciri-ciri bedak wajah (face powder) yang baik harus memiliki
karakteristik berikut, antara lain :
1. Covering power, yaitu kemampuan menyembunyikan cacat pada kulit wajah,
seperti bekas luka, noda di kulit wajah (flek), pori-pori kulit yang besar, bekas
jerawat, dan sebagainya
2. Absorbency, yaitu kemampuan bedak wajah (face powder) untuk
menghilangkan kulit berminyak di sekitar area wajah dengan mengabsorbsi
sekresi kelenjar sebaceous
3. Slip, yaitu kualitas kemudahan dari substansi bedak untuk dapat menyebar
dengan baik pada kulit wajah dan mempermudah pengaplikasian
4. Adhesion, yaitu kemampuan dari substansi bedak untuk melekat dengan baik
pada kulit wajah (Rieger, 2000).
Bedak tabur (loose powder) adalah suatu produk kosmetik dimana
sebagian besar bahan dasarnya berbentuk serbuk. Bedak tabur (loose powder)
diaplikasikan menggunakan puff, kemudian diratakan dengan halus (Mitsui,
1998). Kelebihan bedak tabur (loose powder) adalah sangat bagus jika
diaplikasikan pada kulit berminyak, karena dapat mengontrol keringat dan sebum,
sedangkan kelemahan bedak tabur (loose powder) adalah bedak tidak dapat
tertahan di kulit wajah dalam waktu yang lama (Anonim, 2011b).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
D. Amilum
Amilum sebagai salah satu komposisi bedak mempunyai fungsi sebagai
absorbency dan slip yang baik (Voigt, 1994). Absorbency yaitu kemampuan
bedak wajah (face powder) untuk menghilangkan kulit berminyak di sekitar area
wajah dengan mengabsorbsi sekresi kelenjar sebaceous dan slip yaitu kualitas
kemudahan penyebaran dan pengaplikasian serbuk untuk menghasilkan hasil yang
lembut pada kulit wajah (Rieger, 2000). Selain itu, amilum mempunyai fungsi
untuk memperhalus permukaan kulit (Schlossman, 2006).
1. Amylum Solani
Amylum Solani didapatkan dari umbi Solanum tuberosum L. Amylum
Solani berupa serbuk putih, jika ditekan di antara jari akan menimbulkan suara
creaks (seperti suara engsel); praktis tidak larut di air dingin dan alkohol. Amylum
Solani mempunyai bentuk yang tidak beraturan, oval (European Pharmacopoeia,
2002). Ukuran partikel Amylum Solani sekitar 10-100 µm, dengan diameter rata-
rata partikel adalah 46 µm dan kandungan lembabnya sebesar 18% (Jackson,
1968; Rowe et al, 2009).
Amylum Solani sudah banyak digunakan di industri makanan sebagai
pengental (thickener), pengikat (binder). Amylum Solani juga digunakan sebagai
bahan tambahan pada industri kosmetik dan industri farmasi (Anonim, 2010b).
2. Amylum Manihot
Amylum Manihot mempunyai ukuran partikel dengan diameter sekitar 5-
30 µm dengan diameter rata-rata partikel 13 µm. Amylum Manihot berbentuk oval
dengan hilum yang terletak di tengah (Jackson, 1969; Rowe et al, 2009). Amylum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Manihot telah banyak digunakan di industri farmasi dan industri kosmetik.
Amilum tersebut relatif mudah didapat dan harganya lebih murah (Wahyu, 2009).
Penggunaan Amylum Manihot dapat memberikan rasa halus dan lembut (Riley,
2000).
E. Titanium Diokside
Fungsi utama bedak (face powder) adalah untuk menutupi kulit wajah
secara visual. Oleh karena itu, dalam formulasi bedak (face powder) berisi bahan-
bahan dasar dengan sifat penutup yang paling efektif. Bahan-bahan tersebut antara
lain zinc oxide dan titanium dioxide, yang daya penutupnya tidak menurun jika
terkena air (Tranggono dan Latifah, 2007).
Titanium diokside berupa serbuk berwarna putih, amorf, tidak berbau dan
tidak berasa (Rowe et al, 2009). Titanium diokside secara luas digunakan pada
kosmetik dan sediaan topikal sebagai pigmen pemutih dan opacifier. Titanium
diokside juga dapat digunakan sebagai pelindung sinar ultraviolet (sunscreen)
pada sediaan kosmetik dan sediaan topikal (Rowe et al, 2009 dan Mitsui, 1998).
Konsentrasi maksimum untuk penggunaan titanium diokside adalah 25%
(SCCNFP, 1998).
F. Magnesium Stearat
Untuk memperbaiki daya adhesi/lekat bedak ke kulit, maka perlu
ditambahkan bahan khusus, yaitu zinc stearat dan magnesium stearat. Bahan-
bahan ini juga dapat memperbaiki adhesi bedak pada puff (Tranggono dkk, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Konsentrasi magnesium stearat dalam bedak yaitu 0,1-2,0 % (Sakai Chemical
Industry, 2010). Pada level yang terlalu tinggi dapat menyebabkan efek blotchy
pada kulit dan akan menurunkan kemampuan slip (daya penyebaran bedak)
(Riley, 2000).
G. Metil Paraben
Pengawet adalah bahan untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme
yang bisa merusak produk atau tumbuh pada produk. Alasan diperlukan bahan
pengawet pada kosmetik adalah untuk melindungi produk-produk yang sudah
terformulasi. Kontaminan dengan mikroorganisme dapat menyebabkan timbulnya
bau yang tidak sedap, perubahan warna, penurunan daya kerja bahan aktif,
perubahan perasaan atas pemakaian produk atau gangguan kesehatan (Tranggono
dkk, 2007).
Metil paraben secara luas digunakan sebagai pengawet dan antimikroba
pada kosmetik, produk makanan, dan sediaan farmasi. Metil paraben memiliki
spektrum aktivitas antimikroba yang luas. Metil paraben paling efektif terhadap
ragi dan kapang. Metil paraben berupa kristal tidak berwarna atau serbuk kristalin
putih, tidak berbau, dan berasa sedikit membakar. Konsentrasi metil paraben
untuk penggunaan sediaan topikal adalah 0,02-0,3 % (Rowe et al, 2009).
H. Uji Sifat Fisis
1. Uji mikromeritik
Mikromeritik merupakan suatu ilmu dan teknologi tentang ukuran
partikel yang kecil. Istilah mikromeritik dicetuskan oleh DallaValle. Pengetahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dan pengendalian ukuran partikel dalam bidang farmasi sangatlah penting. Hal ini
berhubungan dengan sifat fisika, kimia dan efek farmakologis suatu obat. Ukuran
partikel suatu obat dapat mempengaruhi pelepasan zat aktif dari bentuk
sediaannya, yang diberikan melalui oral, parenteral, rektal dan topikal (Martin,
Swarbrick, Cammarata, 1983).
Kerugian dari metode mikroskopik adalah hanya diperoleh garis tengah
dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada
perkiraan untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan memakai metode ini.
Jumlah partikel yang harus dihitung adalah 300-500 partikel agar mendapatkan
suatu perkiraan yang baik dari distribusi partikel (Martin et al, 1983).
2. Uji pengetapan
Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan yaitu dengan
melakukan penghentakan (tapping) terhadap sejumlah serbuk dengan
menggunakan alat volumenometer (mechanical tapping device) (Dewi, 2010).
Pengurangan volum serbuk akibat pengetapan dinyatakan sebagai
harga %T. Serbuk mempunyai sifat alir bagus bila nilai %T tidak lebih dari 20% .
%T = ି௧
x 100%
Keterangan : V0=volum serbuk sebelum pengetapan
Vt=volum serbuk setelah pengetapan (Anshory, Syukri, Malasari,
2006).
Metode tidak langsung untuk mengukur sifat alir dari bulk density
dikemukakan oleh Carr. Persentase kompresibilitas (%C) serbuk diukur dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
densitas serbuk. Serbuk mempunyai sifat alir bagus bila nilai %C tidak lebih dari
16%.
%C=ି
x100
Keterangan : Df=densitas serbuk sebelum pengetapan
D0=densitas serbuk setelah pengetapan (Aulton, 1988).
3. Uji kandungan lembab
Kadar air adalah banyaknya hidrat yang terkandung di dalam suatu zat
atau banyaknya air yang terserap oleh zat. Alatnya menggunakan moisture
balance dan oven (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979).
Metode gravimetri didasarkan pada perhitungan susut pengeringan dengan
menimbang bahan sebelum dan sesudah pengeringan. Selisihnya merupakan kadar
air yang diselidiki (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).
Salah satu cara untuk mengetahui kelembaban suatu bahan padat adalah
dengan perhitungan menggunakan data berdasarkan bobot keringnya. Angka hasil
perhitungan ini dianggap sebagai kandungan lembab (moisture content / MC).
Persamaan untuk menghitung MC yaitu:
%MC = ௧ ௗ ௦௧ ௦௨௨ ௦
.(Rankell, 1989) %100 ݔ
4. Uji stabilitas warna
Tujuan dari uji stabilitas produk kosmetik adalah untuk memastikan
bahwa produk baru atau produk modifikasi yang dibuat memenuhi standar
kualitas fisika, kimia dan mikrobiologi sehingga akan tetap memiliki
fungsionalitas yang baik selama dalam kondisi penyimpanan (The European
Cosmetic Toiletry and Perfumery Association, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Metode untuk menentukan warna ditemukan oleh Albert Henry Munsell
(1858-1976). Beliau adalah guru dan seniman di Massachusetts College of Art,
Boston. Oleh karena itu, metode ini dinamakan Munsell Color System (Anonim,
2011c).
5. Uji daya lekat
Uji daya lekat berhubungan dengan kemampuan sediaan untuk dapat
menempel dengan baik pada kulit wajah. Uji ini dilakukan dengan menimbang
berat bedak yang menempel pada gelas obyek, dimana semakin banyak jumlah
bedak yang menempel pada gelas obyek, daya lekatnya semakin buruk.
I. Uji Keamanan/Uji iritasi
Iritasi adalah suatu reaksi pada kulit oleh zat kimia, misalnya alkali kuat,
asam kuat, pelarut dan detergen. Beratnya bermacam-macam dari hyperemia,
edema dan vesikulasi sampai pemborokan. Iritasi primer terjadi di tempat kontak
dan umumnya pada sentuhan pertama (Lu, 1995).
Reaksi iritasi dapat terjadi pada 1-10% dari pemakai kosmetik dan
terutama terjadi pada wajah. Reaksi iritasi yang terjadi dapat berupa :
a. Reaksi iritasi subyektif : pada reaksi iritasi ringan, penderita mengeluh
rasa terbakar, gatal tanpa disertasi gejala di kulit.
b. Reaksi iritasi obyektif : pada reaksi yang lebih berat, selain keluhan
subyektif juga disertai gejala peradangan berupa sembab, kemerahan (Sukanto,
1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Uji iritasi kulit dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada punggung
kelinci yang telah dibersihkan dari bulu, kemudian diamati eritema dan edema
yang terbentuk setelah 24, 48 dan 72 jam (Tarini, Dewi, Immaculata, 2007).
Setelah 24, 48 dan 72 jam pemejanan, tempelan dilepas dan reaksi yang timbul
dievaluasi berdasarkan skor dalam tabel berikut ini (Lu, 1995).
Tabel II. Evaluasi reaksi iritasi kulit (Lu, 1995)
Jenis iritasi Skor Eritema Tanpa eritema 0
Eritema hampir tidak nampak 1 Eritema berbatas jelas 2 Eritema moderat sampai berat 3 Eritema berat (merah bit) sampai sedikit membentuk kerak
4
Edema Tanpa edema 0 Edema hampir tidak nampak 1 Edema tepi berbatas jelas 2 Edema moderat (tepi naik ±1 mm) 3 Edema berat (tepi naik lebih dari 1 mm dan meluas ke luar daerah pejanan)
4
Setelah pengamatan selesai dilakukan, kemudian dilakukan perhitungan
indeks iritasi primer berdasarkan jumlah eritema dan jumlah edema yang mungkin
terdapat pada kulit hewan uji dengan rumus di bawah ini :
Indeks iritasi primer = ቀೕೠೌ ೌ ೌೌ మర,రఴ,ళమ ೕೌ
య ቁା ቀೕೠೌ ೌ ೌೌ మర,రఴ,ళమ ೕೌయ ቁ
௨ ௪
Berdasarkan indeks iritasi primer yang diperoleh dapat diketahui kriteria
iritasi dari senyawa kimia yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel III. Indeks iritasi (Maibach and Patrick, 2001)
Indeks iritasi Kriteria iritasi senyawa kimia 0 Tidak mengiritasi
<2 Kurang merangsang 2-5 Iritan moderat >5 Iritan berat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
J. Landasan Teori
Bedak tabur (loose powder) adalah suatu produk kosmetik dimana
sebagian besar bahan dasarnya berupa serbuk (Mitsui, 1998). Amilum telah
banyak digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan bedak. Penggunaan
amilum untuk bedak dapat memperhalus kulit wajah karena amilum mempunyai
kemampuan absorbency dan slip yang baik (Voigt, 1994). Absorbency dan slip
merupakan karakteristik bedak wajah yang penting.
Jenis amilum yang berbeda akan mempunyai karakteristik yang berbeda.
Perbedaan ukuran partikel amilum dapat berpengaruh terhadap sifat alir, dan daya
lekat bedak. Partikel dengan ukuran yang lebih kecil akan mempunyai sifat alir
yang buruk, tetapi mempunyai daya lekat yang baik, sebaliknya partikel dengan
ukuran yang besar akan mempunyai sifat alir yang bagus, tetapi mempunyai daya
lekat yang buruk. Sifat alir akan berpengaruh terhadap slip, yaitu kemampuan
bedak untuk dapat menyebar secara merata di kulit wajah.
Penyerapan kandungan lembab oleh bedak berbahan dasar amilum dapat
dijadikan parameter stabilitas bedak tabur selama penyimpanan, yaitu dilihat dari
kemampuan bedak tabur dalam menyerap lembab dari lingkungan. Partikel
dengan kandungan lembab yang tinggi mempunyai stabilitas yang buruk karena
selama penyimpanan bedak tabur menyerap lembab dari lingkungan. Hal ini akan
berpengaruh terhadap sifat alir bedak. Partikel dengan kandungan lembab yang
tinggi mempunyai sifat alir yang buruk karena ikatan antarpartikel lebih kuat, jadi
partikel-partikel akan lebih cenderung berkelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
penggunaan jenis amilum yang berbeda sebagai bahan dasar bedak akan
memberikan sifat fisis yang berbeda, meliputi ukuran partikel, sifat alir,
kandungan lembab, daya lekat, stabilitas warna dan iritasi pada kulit. Bahan dasar
yang digunakan pada penelitian ini adalah Amylum Manihot dan Amylum Solani.
Sifat fisis bedak tabur ini juga dibandingkan dengan sifat fisis bedak
yang telah beredar di pasaran, hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah bedak
yang diformulasikan memiliki potensi untuk diterima oleh konsumen.
K. Hipotesis
Penggunaan jenis amilum yang berbeda sebagai bahan dasar bedak akan
memberikan sifat fisis yang berbeda pada bedak tabur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Formulasi Teknologi Sediaan Solid Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Amylum Solani dan
Amylum Manihot.
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisis dari bedak
meliputi ukuran partikel, sifat alir serbuk, kandungan lembab serbuk, stabilitas
warna bedak, daya lekat bedak, iritasi pada kulit.
3. Variabel pengacau terkendali
Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah lama
pencampuran serbuk, suhu pengeringan serbuk (oven), alat dan bahan yang
digunakan, lama penyimpanan bedak.
4. Variabel pengacau tak terkendali
Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu
dan kelembaban ruang dalam pembuatan dan penyimpanan bedak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
C. Definisi Operasional
1. Bedak tabur adalah salah satu tipe kosmetik yang bahan utamanya berupa
serbuk dan digunakan pada bagian wajah manusia untuk memperbaiki
penampilan.
2. Amylum Solani adalah serbuk pati berwarna putih yang berasal dari umbi
kentang (Solanum tuberosum L.).
3. Amylum Manihot adalah serbuk pati berwarna putih yang berasal dari umbi
singkong (Manihot utilissima L.).
4. Sari buah labu kuning adalah sari buah yang diperoleh dari buah labu kuning
(Cucurbita moschata Duch.) yang dijuice menggunakan juice extractor.
5. Sifat fisis adalah sifat bedak tabur yang dapat dilihat kenampakan fisiknya dan
dapat diukur secara kuantitatif, meliputi uji mikromeritik, uji pengetapan, uji
kandungan lembab (moisture content), uji stabilitas warna, dan uji daya lekat.
6. Uji keamanan adalah pengujian yang bertujuan untuk menjamin keamanan
dari bedak yang dibuat, menggunakan metode Draize skin test.
D. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (Mettler
AE 260 Delta Range®), neraca analitik (Mettler PL 300), juicer extractor (Miyako
JE-507), oven (Memmert), moisture balance (Mettler Toledo HG53 Halogen
Moisture Analyzer), pengetapan/volumenometer (Erweka SVM), motic
microscope B3 Professional Series, blender (Miyako), lemari pendingin (Glacio),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pengayak, saringan teh, loyang, alat-alat gelas, wadah plastik, gunting, kandang
kelinci yang terbuat dari bambu.
E. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Amylum Solani (PT.
Adimitra Prima Lestari) distributor Tunas Sumber Idea Kreasi Kimia Jakarta
Barat, Amylum Manihot (PT. Brataco Chemica Yogyakarta), titanium diokside
(PT. Brataco Chemica Yogyakarta), buah labu kuning (Cucurbita moschata
Duch.) yang diperoleh dari LotteMart Yogyakarta, metil paraben (PT. Brataco
Chemica Yogyakarta), magnesium stearat (PT. Brataco Chemica Yogyakarta),
kelinci jenis albino, kain kasa, plester.
F. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi
Determinasi tanaman dilakukan dengan mengacu pustaka menurut
Ferriol, Nuez, and Pico (2007) dari European Central Cucurbits database.
2. Pengambilan sampel buah labu kuning
Buah labu kuning yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
LotteMart Wholesale, Maguwoharjo, Yogyakarta yang ditanam di daerah Kopeng,
Kabupaten Salatiga, Jawa Tengah.
3. Pembuatan sari buah labu kuning
Buah labu kuning dicuci dan dikupas kulitnya, lalu daging buah labu
kuning dipotong kecil-kecil kemudian dijuicer menggunakan alat juicer extractor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
sampai didapatkan sarinya. Sari buah labu kuning yang telah didapat kemudian
disaring menggunakan saringan teh kemudian disaring lagi menggunakan
saringan dengan diameter lubang yang lebih kecil.
4. Formulasi bedak tabur
Tabel IV. Formula acuan bedak tabur (Menurut Riley, 2000) Bahan % w/w Talc 74.80 Zinc Stearate 7.50 Magnesium Carbonate 1.00 Black Iron Oxide (pigment) 0.30 Red Iron Oxide (pigment) 3.00 Yellow Iron Oxide (pigment) 3.00 Mica, Barium Sulphate, Titanium Dioxide 10.00 Fragrance 0.15 Preservative q.s.
Formula bedak tabur yang digunakan sebagai berikut :
Tabel V. Formula Bedak Tabur Berbahan Dasar Amylum Solani Bahan Komposisi (gram) A. Amylum Solani 92,7
Titanium diokside 6,0 Metil paraben 0,3
B. Sari buah labu kuning 150,0 C. Magnesium stearat 1,0
Tabel VI. Formula Bedak Tabur Berbahan Dasar Amylum Manihot
Bahan Komposisi (gram) A. Amylum Manihot 92,7
Titanium diokside 6,0 Metil paraben 0,3
B. Sari buah labu kuning 150,0 C. Magnesium stearat 1,0
cr
Cara pembuatan bedak tabur
Bahan A ditimbang sesuai ukuran, lalu diblender selama 1 menit. Bahan
B dituang ke dalam bahan A, lalu dicampur sampai rata dengan cara diblender.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Campuran tersebut didiamkan selama 6 hari di dalam lemari pendingin. Kemudian
campuran dikeringkan di dalam oven sampai kering. Kemudian ditambahkan
bahan C ke dalam serbuk bedak yang sudah kering, lalu diblender. Serbuk dituang
ke dalam wadah. Pembuatan bedak tabur dilakukan sebanyak 3 replikasi.
5. Uji sifat fisis
a. Uji mikromeritik. Sebelum motic microscope digunakan, dilakukan
kalibrasi terlebih dahulu. Air diambil secukupnya, lalu diletakkan di atas gelas
objek, beri sedikit bedak, diratakan lalu ditutup dengan kaca penutup. Lalu
diamati menggunakan motic microscope, kemudian diukur diameter
partikelnya. Pengujian dilakukan pada hari ke 0 dan 30 dengan replikasi
sebanyak 3 kali.
b. Uji pengetapan. Seratus gram bedak dituang pelan-pelan ke dalam
gelas ukur sehingga didapat volum tertentu (Vo). Gelas ukur dipasang pada
alat dan motor dihidupkan. Perubahan volum pada hentakan ke 5, 10, 25 dan
seterusnya sampai volum konstan dicatat sebagai Vt. Pengujian dilakukan
pada hari ke 0, 2, 10, 20 dan 30 dengan replikasi sebanyak 3 kali
c. Uji kandungan lembab/moisture content. Bedak dengan berat ±5
gram ditempatkan secara merata pada krus, lalu dilakukan siklus pemanasan
mengikuti panduan alat gravimetri. Pengujian dilakukan pada hari ke 0, 2, 10,
20 dan 30 dengan replikasi sebanyak 3 kali.
d. Uji stabilitas warna. Satu gram bedak dimasukkan pada plastik
bening, lalu dibandingkan dengan skala warna yang ada. Skala yang didapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dicatat. Pengujian dilakukan pada hari ke 0, 2, 10, 20 dan 30 dengan replikasi
sebanyak 3 kali.
e. Uji daya lekat. Bedak sebanyak 0,01 gram ditempelkan pada kulit
di bagian tangan, lalu diratakan. Gelas obyek ditimbang sebagai M0, lalu
diletakkan gelas objek di atas tangan yang sudah diberi bedak. Kemudian
diberi beban seberat 50 gram, dan dibiarkan selama 1 menit. Kemudian gelas
obyek ditimbang sebagai Mt. Dihitung selisih M0 dan Mt. Pengujian
direplikasi sebanyak 3 kali.
f. Uji sifat fisis bedak tabur yang beredar di pasaran. Diambil 3 buah
bedak tabur merk “M” dengan nomor batch yang sama. Lalu dilakukan uji
sifat fisis meliputi uji mikromeritik, uji pengetapan, uji kandungan lembab, uji
stabilitas warna, uji daya lekat dan uji iritasi pada bedak tabur merk “M”
(pengujian yang dilakukan sama dengan pengujian yang dilakukan terhadap
bedak tabur formulasi dari laboratorium).
6. Uji keamanan/uji iritasi
Kelinci yang digunakan untuk penelitian berjenis albino dengan mata
berwarna merah. Kelinci tersebut diperoleh dari Desa Sumberharjo,
Prambanan, Yogyakarta pada tanggal 2 November 2011.
Satu gram bedak ditempelkan pada kulit kelinci (sebelumnya bulu
kelinci telah dibersihkan), kemudian diamati eritema dan edema yang
terbentuk setelah 48 jam. Pengujian direplikasi sebanyak 3 kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
G. Analisis Hasil
Analisis hasil menggunakan program uji R versi 2.14.0. Untuk pengujian
normalitas data digunakan program komputer, digunakan uji Shapiro-Wilk jika
jumlah data kurang dari 50, dan digunakan uji Kolmogorov-Smirnov jika jumlah
data lebih dari 50.
Untuk menghitung persentil dari 300 partikel digunakan program
Microsoft Excel 2007. Untuk mengetahui signifikansi ukuran partikel hari ke-0
dan hari ke-30 setelah pembuatan digunakan uji R Paired t-test untuk masing-
masing jenis amilum. Untuk data berdistribusi normal digunakan uji R Paired t-
test, sedangkan untuk data berdistribusi tidak normal digunakan uji R Wilcoxon.
Penarikan kesimpulan menggunakan taraf kepercayaan (Confidence Interval)
95%.
Untuk perbandingan 2 jenis amilum digunakan uji R t-test. Untuk
perbandingan 3 data (bedak tabur berbahan dasar Amylum Solani, bedak tabur
berbahan dasar Amylum Manihot, dan kontrol bedak tabur yang telah beredar di
pasaran) diuji dengan uji R One Way Anova (Analysis of Variance) untuk data
berdistribusi normal, sedangkan untuk data yang berdistribusi tidak normal diuji
dengan uji R Kruskal-Wallis. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan
menggunakan taraf kepercayaan (Confidence Interval) 95%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Formulasi
Formula bedak yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil
modifikasi dari formula bedak standar menurut Riley (2000). Bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan bedak antara lain Amylum Solani, Amylum Manihot,
titanium diokside, metil paraben, magnesium stearat, dan sari buah labu kuning
(Cucurbita moschata Duch.).
Determinasi terhadap buah labu kuning yang digunakan pada penelitian
ini dilakukan di Laboratorium Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dengan mengacu pustaka menurut Ferriol, Nuez, and
Pico (2007) dari European Central Cucurbits database, dengan hasil buah yang
digunakan adalah Cucurbita moschata Duch.
Amylum Solani dan Amylum Manihot berfungsi sebagai bahan dasar
pembuatan bedak. Selain itu amilum juga berfungsi sebagai slip dan absorbency.
Slip yaitu kemampuan bedak untuk dapat menyebar merata pada kulit wajah dan
absorbency yaitu kemampuan bedak untuk dapat menyerap keringat dan minyak
pada kulit wajah. Karena amilum mempunyai sifat slip dan absorbency yang baik
maka dapat digunakan sebagai bahan dasar bedak. Pada penelitian ini digunakan 2
jenis amilum yang berbeda, yaitu Amylum Manihot dan Amylum Solani, yang akan
dibandingkan sifat fisisnya. Penggunaan jenis amilum yang berbeda sebagai
bahan dasar akan memberikan karakteristik yang berbeda pula.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Titanium diokside berfungsi sebagai opacifier dan covering power yang
baik, karena salah satu fungsi dari penggunaan bedak wajah adalah untuk
menutupi kulit wajah secara visual, menutupi noda-noda di kulit wajah, sehingga
dapat memperbaiki penampilan. Selain itu, titanium diokside dapat juga berfungsi
sebagai sunscreen.
Metil paraben berfungsi sebagai bahan pengawet. Pada formula bedak
yang digunakan dalam penelitian ini banyak menggunakan bahan-bahan yang
berasal dari alam, seperti amilum dan sari buah labu kuning, sehingga peran bahan
pengawet sangat penting dalam formula ini, untuk mencegah tumbuhnya
mikroorganisme yang dapat mengganggu stabilitas bedak. Adanya kontaminasi
mikroorganisme dapat menyebabkan timbulnya bau yang tidak sedap dan dapat
menurunkan fungsi dari bedak.
Magnesium stearat berfungsi sebagai peningkat adhesivitas, yaitu
meningkatkan daya lekat bedak pada kulit wajah. Selain itu, magnesium stearat
juga dapat memperbaiki adhesi bedak pada puff (Tranggono dan Latifah, 2007).
Sari buah labu kuning berfungsi sebagai bahan pewarna alami bedak. Di
dalam sari buah labu kuning terdapat senyawa karotenoid yang dapat membuat
daging buah labu kuning berwarna kuning (Paiva and Russell, 1999; Marek,
Radzanowska, Danilcenko, Jariene, and Cerniauskiene, 2008; Dutta, Chaudhuri
and Chakraborty, 2005), dan senyawa tersebut yang diharapkan dapat berfungsi
sebagai pewarna bedak yang dibuat. Di dalam buah labu kuning, terdapat
kandungan vitamin A dan vitamin C yang tinggi (Perdanianti dkk, 2004), dimana
vitamin A dapat memperhalus kulit wajah dan vitamin C dapat merangsang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
pembentukan kolagen yang dapat mempercepat pembentukan sel kulit baru
sehingga dapat mencegah terjadinya keriput di kulit wajah.
Pada proses pencampuran bahan-bahan yang meliputi amilum (Amylum
Manihot atau Amylum Solani), titanium diokside dan metil paraben dilakukan
dengan cara diblender, hal ini bertujuan supaya lebih cepat homogen dan lebih
praktis dibandingkan dengan penggerusan menggunakan mortir dan stamper.
Urutan pencampuran bahan dimulai dari kuantitas bahan yang kecil hingga
kuantitas yang besar dalam formula, yaitu metil paraben, titanium diokside, dan
amilum. Urutan ini berdasarkan atas jumlah bahan yang sedikit hingga jumlah
bahan yang banyak, tujuannya adalah untuk mempermudah pencampuran bahan
sehingga didapatkan campuran yang homogen. Penambahan sari buah labu kuning
dilakukan setelah semua bahan telah tercampur.
Sari buah labu kuning berasal dari daging buah labu kuning yang dijuicer
menggunakan juice extractor. Buah labu kuning yang digunakan dalam penelitian
ini diambil yang kulitnya berwarna hijau dengan bintik-bintik coklat, kemudian
daging buahnya berwarna kuning tua. Buah labu kuning ini diperoleh dari
LotteMart Wholesale, Maguwoharjo, Yogyakarta, dan buah labu kuning ini
ditanam di daerah Kopeng, Kabupaten Salatiga, Jawa Tengah.
Pemilihan buah labu kuning ini akan berpengaruh terhadap warna bedak
yang dihasilkan. Apabila digunakan buah labu kuning yang daging buahnya
berwarna kuning atau kuning muda maka akan menghasilkan bedak dengan warna
kuning pucat dan lebih cepat memudar warna kuningnya. Oleh karena itu, pada
penelitian ini digunakan buah labu kuning yang daging buahnya berwarna kuning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
tua. Hal ini dikarenakan pada buah labu kuning yang daging buahnya berwarna
kuning tua mengandung senyawa karotenoid yang lebih tinggi sehingga dapat
menghasilkan bedak dengan warna kuning yang lebih menyala dan stabil.
Pada penelitian ini, tidak digunakan ekstrak (hasil ekstraksi) tetapi
menggunakan sari buah yang berasal dari buah yang dijuicer, karena senyawa
karotenoid tidak stabil pada pemanasan. Apabila buah labu kuning diekstraksi
menggunakan ekstraksi pada suhu tertentu, hal ini dapat menyebabkan senyawa
karotenoid menjadi tidak stabil karena terjadi peristiwa degradasi senyawa
karotenoid yang disebabkan oleh panas. Selain itu, dalam proses pembuatan bedak
masih melalui tahap pengeringan, yang akan terpapar panas dari oven, sehingga
apabila dibuat dalam bentuk ekstrak tidak dapat dijamin kestabilan senyawa
karotenoid tersebut karena mengalami pemanasan berulang kali. Jadi, pada
penelitian ini digunakan sari buah untuk meminimalkan terjadinya degradasi
senyawa karotenoid yang disebabkan oleh pemasanan.
Pada penelitian ini menggunakan sari buah labu kuning dalam jumlah
yang banyak (yaitu 150 mL sari buah labu kuning untuk 100 gram bahan) karena
dari hasil orientasi jumlah tersebut yang dapat menghasilkan warna yang bagus
dan stabil.
Selama proses pembuatan bedak, dilakukan pendiaman selama 6 hari di
lemari pendingin, dengan tujuan supaya senyawa karotenoid dapat terserap ke
dalam amilum dengan sempurna, sehingga setelah pengeringan dapat terbentuk
warna bedak yang optimum. Dipilih pendiaman selama 6 hari, karena dari hasil
orientasi pendiaman selama 3, 6 dan 9 hari, pendiaman selama 6 dan 9 hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
memberikan hasil yang hampir sama, sehingga untuk mengefektifkan waktu
digunakan yang 6 hari, sedangkan pendiaman selama 3 hari warna yang terbentuk
belum bagus dan tidak stabil.
Pengeringan menggunakan oven pada suhu tidak lebih dari 450 C, karena
senyawa karotenoid dapat terdegradasi atau rusak pada pemanasan tinggi, yaitu di
atas 600 C (Ruwanti, 2010). Untuk meminimalkan terjadinya degradasi senyawa
karotenoid maka suhu yang digunakan sekitar 40-450 C. Pada proses pengeringan
perlu diperhatikan mengenai penggunaan loyang. Apabila digunakan loyang yang
terbuat dari aluminium, maka akan dihasilkan bedak dengan warna yang pudar
dan tidak stabil, dalam hitungan hari akan berubah warnanya menjadi lebih pudar
dari sebelumnya. Aluminium merupakan penghantar panas yang baik, hal ini
dapat menyebabkan panas terserap ke aluminium, sehingga ketika pengeringan
selesai bedak yang dihasilkan akan berwarna pudar. Pudarnya warna bedak dapat
dikarenakan senyawa karotenoid terdegradasi oleh panas yang terserap
aluminium. Hal ini dapat dilihat ketika setelah pengeringan warna yang lebih tua
akan berada di bagian bawah atau dasar loyang aluminium, tetapi setelah digerus
dan homogen dengan serbuk yang lain maka warna yang terbentuk akan menjadi
lebih muda. Oleh karena itu, dicoba alternatif lain yaitu menggunakan loyang
yang terbuat dari kaca. Struktur kaca lebih rigid dan kaca merupakan penghantar
panas yang kurang baik sehingga dapat meminimalkan terjadinya perisitwa
degradasi senyawa karotenoid oleh panas, dan diharapkan dapat menghasilkan
bedak dengan warna yang lebih stabil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Setelah serbuk kering, kemudian digerus dan diblender untuk
memperkecil ukuran partikel dan menghomogenkan warna. Tetapi sewaktu
memblender tidak boleh terlalu lama karena proses blender akan menghasilkan
energi panas. Apabila terlalu lama dalam proses blender, energi panas tersebut
dapat mendegradasi senyawa karotenoid yang ada di dalam bedak, sehingga dapat
menyebabkan warna bedak menjadi pudar.
Penambahan magnesium stearat dilakukan di akhir pembuatan bedak
yaitu setelah bedak selesai dikeringkan karena magnesium stearat di sini berfungsi
sebagai peningkat adhesivitas bedak terhadap kulit wajah sehingga
penambahannya setelah didapatkan serbuk kering bedak. Selain itu, magnesium
stearat bersifat nonpolar (hidrofob), apabila ditambahkan bersamaan dengan
bahan-bahan lain dan sari buah labu kuning, maka magnesium stearat tidak dapat
bercampur dengan bahan lain. Magnesium stearat akan mengapung di atas
permukaan sehingga bahan yang sudah dicampur tidak dapat digunakan.
B. Uji Sifat Fisis
Sifat fisis merupakan salah satu unsur penting yang digunakan untuk
menentukan kualitas suatu sediaan. Dalam penelitian ini, parameter sifat fisis
bedak yang diuji antara lain ukuran partikel, sifat alir, kandungan lembab,
stabilitas warna, dan daya lekat serta uji keamanan yaitu uji iritasi.
Oleh karena belum adanya standar yang tepat untuk uji-uji tersebut maka
dalam penelitian ini digunakan bedak pasaran sebagai pembandingnya. Bedak
pasaran adalah bedak yang sudah beredar dan banyak digunakan oleh masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
luas. Bedak pasaran yang digunakan sebagai pembanding adalah bedak merk
“M”. Bedak pasaran yang digunakan sebagai pembanding diambil dari nomor
batch yang sama untuk menjamin bedak yang digunakan memiliki kualitas yang
sama. Uji sifat fisis yang dilakukan meliputi:
1. Uji mikromeritik
Uji mikromeritik dilakukan pada hari ke-0 yaitu di awal pembuatan dan
hari ke-30 yaitu di hari terakhir pengujian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
apakah selama penyimpanan terjadi perubahan ukuran partikel. Ukuran partikel
dapat mempengaruhi beberapa faktor, antara lain sifat alir dan daya lekat, dimana
semakin kecil ukuran partikel maka daya lekatnya semakin tinggi, tetapi memiliki
kelemahan yaitu sifat alirnya buruk. Amylum Solani dan Amylum Manihot
mempunyai bentuk bulat dan sferis, hal ini akan mempermudah dalam penyebaran
bedak pada kulit wajah dan tidak mengiritasi kulit wajah. Jumlah partikel yang
diukur sebanyak 300 partikel, karena jumlah ini dianggap sudah dapat
memberikan data mengenai distribusi partikel (Martin et al, 1983).
Gambar 3. Diagram distribusi ukuran partikel Amylum Solani
020406080
100120140160
Distribusi Ukuran Partikel
hari ke 0
hari ke 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa pada hari ke-0 bedak berbahan dasar
Amylum Solani lebih banyak berada pada ukuran yang kecil, yaitu ukuran yang
paling dominan adalah 3,1-12,9 µm. Pada hari ke-30 bedak berbahan dasar
Amylum Solani ukuran partikelnya lebih merata, yaitu paling dominan berada di
ukuran 3,1-72,9 µm. Hal ini menunjukkan selama penyimpanan selama 30 hari,
terjadi penurunan jumlah ukuran partikel berukuran kecil, dan terjadi pertambahan
jumlah ukuran partikel berukuran besar.
Gambar 4. Diagram distribusi ukuran partikel Amylum Manihot
Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa distribusi ukuran partikel bedak
berbahan dasar Amylum Manihot pada hari ke-0 berukuran kecil yaitu paling
dominan ukuran partikel berada di bawah ukuran 16,9 µm. Pada hari ke-30,
terjadi pertambahan ukuran partikel, ditandai dengan penurunan jumlah partikel di
ukuran 5,1-16,9 µm, dan terjadi pertambahan ukuran partikel di ukuran 17,0-32,9
µm.
0102030405060708090
100
Distribusi Ukuran Partikel
hari ke 0
hari ke 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Gambar 5. Persentil hari ke-0 dan ke-30
Nilai persentil didapat dari pengukuran 300 partikel. Nilai persentil yang
didapat merupakan nilai dari persentil 90. Persentil 90 mempunyai arti yaitu 90%
dari partikel yang diuji berada di bawah atau pada ukuran diameter tersebut. Pada
gambar 5 menunjukkan bahwa semakin lamanya penyimpanan akan
meningkatkan nilai persentil. Pada Amylum Manihot, 90% partikel berukuran ±20
µm pada hari ke-0 dan berukuran ±22 µm pada hari ke-30, sedangkan pada
Amylum Solani, 90% partikel berukuran ±53 µm pada hari ke-0 dan berukuran
±66 µm pada hari ke-30. Dari data ini, dapat disimpulkan bahwa ukuran partikel
pada bedak berbahan dasar Amylum Manihot berukuran lebih kecil daripada bedak
berbahan dasar Amylum Solani.
Tabel VII. Hasil uji normalitas persentil
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
selisih persentil manihot .185 3 . .998 3 .923 selisih persentil solani .251 3 . .966 3 .645 a. Lilliefors Significance Correction
Untuk uji normalitas karena jumlah data yang digunakan kurang dari 50,
maka digunakan uji Shapiro-Wilk. Untuk data Amylum Manihot, data yang
didapat berdistribusi normal karena nilai p>0,05 yaitu p=0,923. Untuk data
20,19
53,323
22,943
66,69
amilum manihot amilum solani
Persentil Ukuran Partikel
hari ke-0 hari ke-30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Amylum Solani, data yang didapat berdistribusi normal karena nilai p>0,05 yaitu
p=0,645. Oleh karena data yang didapat berdistribusi normal, maka untuk
mengetahui perbedaan atau signifikansi antara 2 kelompok, dilakukan uji R
Paired t-test.
Tabel VIII. Hasil uji R Paired t-test pengukuran mikromeritik hari ke-0 dan ke-30
Jenis amilum df Confidence Interval p-value Manihot 2 95% 0.024 Solani 2 95% 0.2703
Dari tabel VIII dapat disimpulkan bahwa pada bedak berbahan dasar
Amylum Manihot, ukuran partikel bedak saat pembuatan yaitu hari ke-0 berbeda
signifikan dengan ukuran partikel bedak pada akhir pengujian yaitu hari ke-30, hal
ini dikarenakan nilai p<0,05 yaitu p=0,024, sedangkan pada bedak berbahan dasar
Amylum Solani, ukuran partikel bedak saat pembuatan yaitu hari ke-0 tidak
berbeda signifikan dengan ukuran partikel bedak pada akhir pengujian yaitu hari
ke-30, hal ini dikarenakan nilai p>0,05 yaitu p=0,2703.
Pada uji signifikansi menggunakan uji R Paired t-test, untuk bedak
berbahan dasar Amylum Solani ukuran partikel bedak pada hari ke-0 tidak berbeda
signifikan dengan ukuran partikel pada hari ke-30, hal ini berarti partikel bedak
berbahan dasar Amylum Solani stabil selama penyimpanan, sedangkan untuk
bedak berbahan dasar Amylum Manihot ukuran partikel bedak pada hari ke-0
berbeda signifikan dengan ukuran partikel pada hari ke-30, hal ini berarti partikel
bedak berbahan dasar Amylum Manihot tidak stabil selama penyimpanan.
Dari pengujian ukuran partikel bedak “M”, didapatkan rata-rata diameter
partikel adalah 16,281±0.217. Rentang ukuran diameter partikel bedak adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
16,063-16,498. Ukuran diameter partikel bedak hasil formulasi lebih besar
daripada ukuran diameter partikel bedak “M”.
2. Uji pengetapan
Tujuan dilakukan uji pengetapan yaitu untuk mengetahui sifat alir serbuk
(secara metode tidak langsung) dan mengetahui nilai kompresibilitas dari serbuk.
Salah satu syarat bedak yang baik yaitu bedak dapat menyebar dengan merata
pada kulit wajah. Daya sebar bedak dipengaruhi oleh kemampuan bedak untuk
dapat mengalir dengan baik.
Ada beberapa cara untuk menguji sifat alir serbuk, antara lain dengan
metode langsung yaitu dengan metode corong (hopper flow rate), dan metode
tidak langsung yaitu dengan metode sudut diam (angel of repose), uji pengetapan
(bulk density measurement) (Aulton, 1988). Pada penelitian ini digunakan uji
pengetapan untuk menguji sifat alir serbuk. Uji pengetapan menggunakan alat
volumenometer.
Metode corong tidak digunakan untuk pengujian karena metode corong
tidak cocok untuk partikel yang berukuran kecil. Partikel yang berukuran kecil
akan mempunyai kohesivitas yang tinggi antarpartikel sehingga akan mempunyai
kecenderungan untuk berdekatan dengan partikel yang lain (bergerombol
membentuk suatu kesatuan), yang apabila dilakukan pengujian dengan metode
corong maka partikel-partikel kecil tersebut akan menyumbat corong karena
partikel-partikel tersebut akan bergerombol di mulut corong, sehingga tidak dapat
mengalir dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Selama proses pengetapan terjadi mekanisme penataulangan
(rearrangement) karena partikel serbuk akan mengisi ruang atau celah kosong
yang ada di bawahnya. Partikel serbuk akan bergerak karena ada pengaruh
hentakan dan tekanan dari partikel di atasnya. Hal ini menyebabkan terjadinya
reduksi volum.
Persentase pengetapan (% C) dibandingkan antara ke-2 jenis amilum
serta dibandingkan dengan bedak pasaran :
a. Perbedaan % C antara bedak berbahan dasar Amylum Manihot dengan
Amylum Solani
Gambar 6. Pengetapan hari ke 0, 2, 10, 20 dan 30
Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan maka
nilai % C semakin besar. Semakin besar nilai % C, semakin besar reduksi
volum yang terjadi, sifat alir semakin buruk karena semakin banyak partikel
yang berukuran kecil. Partikel yang berukuran kecil mempunyai sifat alir yang
buruk karena partikel kecil mempunyai kohesivitas yang tinggi, yang
mempunyai kecenderungan untuk mengelompok.
20,8
13,54
25,61
14,76
25,45
16,10
26,15
14,33
25,78
17,83
amilum manihot amilum solani
% C
hari ke-0 hari ke-2 hari ke-10 hari ke-20 hari ke-30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Dari perolehan nilai % C, dapat disimpulkan bahwa bedak berbahan
dasar Amylum Solani mempunyai sifat alir yang lebih baik daripada bedak
berbahan dasar Amylum Manihot, karena nilai % C pada bedak berbahan dasar
Amylum Solani lebih kecil dari pada % C pada bedak berbahan dasar Amylum
Manihot. Serbuk mempunyai sifat alir yang bagus apabila nilai % C kurang
dari 21% (Aulton, 1988), sehingga dapat disimpulkan bahwa bedak berbahan
dasar Amylum Solani mempunyai sifat alir yang bagus. Serbuk dengan rentang
% C 23-28% (Aulton, 1988) mempunyai sifat alir yang buruk, sehingga dapat
disimpulkan bahwa bedak berbahan dasar Amylum Manihot mempunyai sifat
alir yang buruk.
Tabel IX. Hasil uji normalitas pengetapan hari ke 0, 2, 10, 20 dan 30 Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pengetapan .139 30 .145 .952 30 .189 a. Lilliefors Significance Correction
Untuk uji normalitas, karena jumlah data yang digunakan kurang dari
50, maka digunakan uji Shapiro-Wilk. Dari tabel IX data yang didapat
berdistribusi normal karena nilai p>0,05 yaitu p=0,189. Oleh karena data yang
didapat berdistribusi normal, maka untuk mengetahui perbedaan atau
signifikansi antara 2 kelompok, dilakukan uji R t-test.
Tabel X. Hasil uji R untuk pengetapan Pengujian Jenis uji p-value
Manihot hari ke 0, 2, 10, 20, 30 Anova 0.09082 Solani hari ke 0, 2, 10, 20, 30 Anova 0.4474
Perbandingan ke-2 jenis amilum Unpaired t-test 0,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Dari tabel X dapat disimpulkan bahwa selama penyimpanan bedak
berbahan dasar Amylum Manihot dan Amylum Solani tidak mengalami
perubahan sifat alir, karena nilai p>0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan
yang signifikan. Dan apabila diperbandingkan antara kedua jenis amilum,
terdapat perbedaan yang signifikan antara sifat alir untuk bedak berbahan
dasar Amylum Manihot dan Amylum Solani, karena nilai p<0,05 yang berarti
terdapat perbedaan yang signifikan.
Apabila dilihat dari nilai % C yang ditunjukkan pada grafik pada
gambar 4 dapat dinyatakan bahwa bedak berbahan dasar Amylum Solani
mempunyai sifat alir yang lebih baik daripada bedak berbahan dasar Amylum
Manihot.
b. Perbedaan % C antara ke-2 jenis amilum dengan bedak “M”
Tabel XI. Hasil uji normalitas pengetapan 2 jenis amilum dan bedak “M” Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pengetapan .197 9 .200* .844 9 .064 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Untuk uji normalitas, karena jumlah data yang digunakan kurang dari
50, maka digunakan uji Shapiro-Wilk. Dari tabel XI data yang didapat
berdistribusi normal karena nilai p>0,05 yaitu p=0,064. Oleh karena data yang
didapat berdistribusi normal, maka untuk mengetahui perbedaan atau
signifikansi dilakukan uji R One Way Anova. Dari pengujian uji R One Way
Anova diperoleh nilai p<0,05 yaitu p=0.0005495, yang berarti terdapat
perbedaan yang signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Apabila dilihat dari nilai % C, dapat dinyatakan bahwa bedak
berbahan dasar Amylum Solani mempunyai nilai % C yang lebih kecil
daripada bedak berbahan dasar Amylum Manihot. Bedak berbahan dasar
Amylum Solani mempunyai perbedaan yang signifikan dengan bedak berbahan
dasar Amylum Manihot dan bedak M, sehingga dapat dinyatakan bahwa bedak
berbahan dasar Amylum Solani mempunyai sifat alir yang paling bagus
dibandingkan dengan bedak berbahan dasar Amylum Manihot dan bedak M.
Dalam hal ini, bedak M yang digunakan sebagai pembanding mempunyai sifat
alir yang buruk, karena bedak M tidak berbeda signifikan dengan bedak
berbahan dasar Amylum Manihot.
3. Uji kandungan lembab/moisture content
Tujuan dilakukan uji kandungan lembab adalah untuk mengetahui
apakah selama penyimpanan bedak menyerap lembab dari lingkungan. Hal ini
berpengaruh pada sifat alir dan stabilitas bedak. Semakin tinggi kandungan
lembab serbuk, semakin buruk sifat alirnya, karena pada serbuk dengan
kandungan lembab yang tinggi ikatan antarpartikelnya kuat, sehingga akan lebih
sulit mengalir. Persentase kandungan lembab yang tinggi mengindikasikan bahwa
bedak tabur tidak stabil selama penyimpanan, karena bedak menyerap lembab dari
lingkungan. Uji kandungan lembab menggunakan alat moisture balance dengan
metode gravimetri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Gambar 7. Struktur Amylose dan Amylopectin (Rowe et al, 2009).
Kandungan lembab amilum dipengaruhi oleh jumlah amylopectin dan
amylose dalam amilum. Menurut Rowe et al (2009), di dalam Amylum Solani
terdapat 20-23% amylose, sedangkan di dalam Amylum Manihot terdapat 17-20%
amylose. Pada gambar 7, apabila dilihat dari struktur amylose banyak mengikat
gugus –OH, semakin tinggi persentase amylose maka kandungan lembabnya
semakin tinggi pula. Jadi, apabila dilihat dari persentase amylose kandungan
lembab pada Amylum Solani lebih tinggi daripada kandungan lembab pada
Amylum Manihot
Persentase kandungan lembab (%MC) dibandingkan antara ke-2 jenis
amilum serta dibandingkan dengan bedak pasaran :
a. Perbedaan %MC antara bedak berbahan dasar Amylum Manihot dengan
Amylum Solani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Gambar 8. Kandungan lembab pada ke-2 jenis amilum
Dari gambar 8 dapat dilihat bahwa pada bedak berbahan dasar
Amylum Solani, semakin lama penyimpanan maka jumlah persentase
kandungan lembab semakin menurun, hal ini berarti selama penyimpanan
bedak tidak menyerap lembab dari lingkungan, sedangkan pada bedak
berbahan dasar Amylum Manihot, semakin lama penyimpanan jumlah
persentase kandungan lembab lebih stabil. Pada bedak berbahan dasar Amylum
Manihot terjadi peningkatan persentase kandungan lembab pada hari ke 2 dan
30. Bila dilihat dari grafik pada gambar 7 kandungan lembab pada bedak
berbahan dasar Amylum Solani lebih tinggi daripada kandungan lembab pada
bedak berbahan dasar Amylum Manihot, tetapi selama penyimpanan bedak
berbahan dasar Amylum Solani tidak menyerap lembab dari lingkungan.
Tabel XII. Hasil uji normalitas kandungan lembab 2 jenis amilum Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic Df Sig. kandungan lembab .144 30 .113 .914 30 .018 a. Lilliefors Significance Correction
19,65
29,07
20,37
27,06
19,1
25,75
17,08
23,36
17,17
23,02
amilum manihot amilum solani
% MC
hari ke 0 hari ke 2 hari ke 10 hari ke 20 hari ke 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Untuk uji normalitas, karena jumlah data yang digunakan kurang
dari 50, maka digunakan uji Shapiro-Wilk, data yang didapat berdistribusi
tidak normal karena p<0,05 yaitu p=0,018. Oleh karena data yang didapat
berdistribusi tidak normal, maka untuk mengetahui perbedaan atau
signifikansi dilakukan uji R t-test.
Tabel XIII. Hasil uji R kandungan lembab Pengujian Jenis uji p-value
Manihot hari ke 0, 2, 10, 20, 30 Anova 0.002741 Solani hari ke 0, 2, 10, 20, 30 Anova 0.2443
Perbandingan ke-2 jenis amilum Unpaired t-test 0.001458
Dari tabel XIII dapat disimpulkan bahwa selama penyimpanan bedak
berbahan dasar Amylum Solani tidak mengalami perubahan kandungan
lembab, karena nilai p>0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang
signifikan, sedangkan untuk bedak berbahan dasar Amylum Manihot
mengalami perubahan kandungan lembab, karena nilai p<0,05 yang berarti
terdapat perbedaan yang signifikan. Dan apabila diperbandingkan antara
kedua jenis amilum, terdapat perbedaan yang signifikan antara sifat alir untuk
bedak berbahan dasar Amylum Manihot dan Amylum Solani, karena nilai
p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan.
Dari hasil pengujian, diperoleh data bahwa bedak berbahan dasar
Amylum Solani mempunyai persentase kandungan lembab yang lebih tinggi,
tetapi selama penyimpanan mengalami penurunan jumlah persentase
kandungan lembab, yang berarti selama penyimpanan bedak tidak menyerap
lembab dari lingkungan, sedangkan bedak berbahan dasar Amylum Manihot
mempunyai persentase kandungan lembab yang lebih rendah, tetapi selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
penyimpanan mengalami peningkatan jumlah persentase kandungan lembab,
yang berarti selama penyimpanan bedak menyerap lembab dari lingkungan.
Kesimpulannya adalah bedak berbahan dasar Amylum Solani lebih stabil
daripada bedak berbahan dasar Amylum Manihot, karena bedak berbahan
dasar Amylum Solani lebih rendah dalam menyerap lembab daripada bedak
berbahan dasar Amylum Manihot, yang berarti bedak berbahan dasar Amylum
Solani lebih stabil dalam penyimpanan.
b. Perbedaan %MC antara ke-2 jenis amilum dengan bedak “M”
Tabel XIV. Hasil uji normalitas 2 jenis amilum dan bedak “M” Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
MC .275 9 .049 .833 9 .049 a. Lilliefors Significance Correction
Untuk uji normalitas, karena jumlah data yang digunakan kurang dari
50, maka digunakan uji Shapiro-Wilk, data persen kandungan lembab yang
didapat berdistribusi tidak normal (p<0,05). Karena data yang diperoleh
berdistribusi tidak normal, maka untuk mengetahui perbedaan dilakukan uji R
Kruskal-Wallis. Hasil dari pengujian menggunakan uji R Kruskal-Wallis
didapatkan nilai p<0,05 yaitu p=0.02732 yang berarti terdapat perbedaan yang
signifikan. Hal ini berarti bedak formulasi mempunyai kandungan lembab
yang berbeda dengan bedak pasaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
4. Uji stabilitas warna
Tujuan dilakukannya uji stabilitas warna adalah untuk mengetahui
kestabilan senyawa karotenoid yang berasal dari buah labu kuning setelah
diformulasikan sebagai bahan pewarna dalam bentuk sediaan bedak tabur.
Pengujian stabilitas warna menggunakan Munsell Color Chart yang
diambil 7 skala warna untuk mempermudah dalam pengamatan selama pengujian.
Cara pengujiannya adalah dengan membandingkan warna sediaan bedak hasil
formulasi dengan skala Munsell Color Chart yang dipilih.
Skala Munsell Color Chart yang digunakan adalah sebagai berikut:
Gambar 9. Skala Munsell Color Chart
Skala paling besar menunjukkan intensitas warna yang paling tua, dan
skala yang paling kecil menunjukkan intensitas warna yang paling muda. Rentang
kestabilan apabila perubahan warnanya antara skala 4-7. Apabila perubahan
warnanya menuju skala yang lebih kecil dari skala 4 berarti warna sudah tidak
stabil.
Pada hari ke-0 sampai hari ke-2, warna bedak hasil formulasi masih
berada pada rentang kestabilan, tetapi pada pengujian hari ke-10, warna bedak
yang dibuat sudah memudar dan ketika diuji dengan skala Munsell Color Chart,
warna bedak hasil formulasi sudah berada di skala nomor 3, yang berarti bedak
hasil formulasi sudah tidak stabil. Hal ini dimungkinkan karena telah terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
peristiwa degradasi senyawa karotenoid, yang dimungkinkan disebabkan oleh
panas dan oksigen. Pada saat pengeringan, menggunakan loyang yang terbuat dari
aluminium. Aluminium merupakan penghantar panas yang baik, sehingga panas
akan terserap ke aluminium, sehingga setelah selesai pengeringan bedak yang
dihasilkan warnanya sudah tidak stabil, karena senyawa karotenoid telah
terdegradasi oleh panas. Selain itu, menurut Ruwanti (2010), senyawa karotenoid
akan mengikat oksigen dari udara bebas dan dapat meningkatkan percepatan
perubahan warna yang lebih pucat. Peristiwa autooksidasi karotenoid ini dimulai
setelah beberapa hari kontak dengan udara.
Untuk meminimalkan terjadinya peristiwa degradasi senyawa karotenoid
oleh panas, dibuat alternatif lain yaitu menggunakan loyang yang terbuat dari
kaca. Kaca mempunyai struktur yang lebih rigid, dan kaca bukan penghantar
panas yang baik, sehingga pengeringan menggunakan loyang kaca diharapkan
dapat meminimalkan terjadinya degradasi senyawa karotenoid yang disebabkan
oleh panas, sehingga diharapkan dapat menghasilkan bedak dengan warna yang
lebih stabil dan optimum. Dari pengujian stabilitas warna dengan membandingkan
warna bedak yang dibuat dengan skala warna pada Munsell Color Chart, didapat
bedak yang dibuat dengan loyang kaca mempunyai stabilitas warna yang lebih
baik.
Terdapat beberapa mekanisme degradasi senyawa karotenoid, antara lain
isomerisasi, oksidasi, fragmentasi molekul pigmen karotenoid yang disebabkan
oleh panas, cahaya dan oksigen (Goncalves, Pinheiro, Abreu, Brandao and Silva,
2007). Yang terjadi pada penelitian ini adalah perubahan warna akibat degradasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
senyawa karotenoid karena panas. Senyawa karotenoid akan rusak pada suhu di
atas 60 0C (Ruwanti, 2010). Oleh karena itu, untuk meminimalkan terjadinya
degradasi senyawa karotenoid oleh panas, pada saat pengeringan menggunakan
oven, suhu dijaga antara 40-450 C.
Senyawa karotenoid yang terdapat pada buah labu kuning antara lain α-
caroten, β-caroten, β-cryptocanthin, lutein, dan zeaxanthin. Berikut adalah
struktur dari senyawa karotenoid tersebut: (gambar 10)
Gambar 10. Struktur α-caroten, β-caroten, β-cryptocanthin, lutein, zeaxanthine
(Britton and Khachik, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Mekanisme degradasi dapat terjadi melalui proses oksidasi yang akan
menyebabkan karotenoid membentuk epoksi-epoksinya, antara lain beta-
carotene-5,6-epoxide, beta-carotene-5,6,5’,6’-diepoxide, beta-carotene-5,8-
epoxide, beta-carotene-5,8,5’,8’-diepoxide, beta-ionone 5,6-epoxide, beta-apo-8’-
carotenal, beta-apo-13-carotenone, dan lain-lain (Kusumaningtyas dan
Limantara, 2009; Boon, Mcclements, Weiss and Decker, 2010).
Gambar 11. Mekanisme degradasi β-carotene dan hasil degradasinya
(Lan, Javier, Hanh and Yves, 2011).
Pada penelitian ini, pengujian stabilitas warna dilakukan dengan 2
metode, yaitu bedak disimpan di tempat terang dan bedak disimpan di tempat
gelap. Hal ini bertujuan untuk membandingkan apakah adanya cahaya akan
mempengaruhi stabilitas warna.
Hasil pengujian stabilitas warna dengan menggunakan Munsell Color
Chart, yaitu untuk bedak berbahan dasar Amylum Manihot yang di tempatkan di
tempat gelap dan tempat terang pada hari ke-0 dan hari ke-2 sama-sama masih
stabil. Untuk bedak berbahan dasar Amylum Solani yang ditempatkan di tempat
gelap dan di tempat terang pada hari ke-0 dan hari ke-2 sama-sama masih stabil,
kecuali untuk bedak replikasi 2 yang ditempatkan di tempat terang sudah berada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
di angka 3. Tetapi sewaktu dilakukan pengujian pada hari ke-10 semua bedak
sudah berubah warnanya menjadi lebih pudar (untuk bedak dengan bahan dasar
ke-2 jenis amilum dan yang disimpan di tempat gelap maupun yang disimpan di
tempat terang), ketika dibandingkan dengan skala Munsell Color Chart sudah
berada di bawah angka 3, hal ini berarti bedak sudah tidak stabil. Selama
penyimpanan bedak mengalami degradasi, peristiwa degradasi ini bisa
dikarenakan panas sewaktu pengeringan, cahaya ataupun oksigen.
Untuk bedak berbahan dasar Amylum Manihot yang pada proses
pengeringan menggunakan loyang kaca, ketika dilakukan pengujian stabilitas
warna, warnanya lebih stabil. Setelah dilakukan pengujian 30 hari didapat nilai
terkecil adalah berada di skala 4. Hal ini berarti warna bedak stabil selama
penyimpanan, karena tetap berada di rentang kestabilan.
5. Uji daya lekat
Tujuan dilakukannya uji daya lekat adalah untuk mengetahui
kemampuan bedak untuk dapat melekat pada kulit wajah dengan baik. Hal ini
penting untuk diuji karena daya lekat merupakan salah satu syarat bedak wajah
yang baik.
Pengujian daya lekat bedak yang dilakukan merupakan hasil modifikasi
dari Patch test. Pada pengujian yang dilakukan (modifikasi Patch test),
menggunakan kulit tangan manusia, kulit tangan diasumsikan sebagai kulit wajah.
Bedak diletakkan di atas kulit tangan pada ukuran 3x3 cm, dan diratakan,
kemudian diletakkan gelas objek di atas tangan tersebut dan diberi beban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
sebanyak 50 gram, didiamkan selama 1 menit. Gelas objek sebelumnya telah
ditimbang untum mendapatkan berat awal. Gelas objek yang telah diletakkan di
atas tangan diambil kemudian ditimbang. Kemudian dihitung selisih berat gelas
objek setelah pengujian dan sebelum pengujian sehingga akan didapatkan berat
bedak yang melekat pada gelas objek. Semakin banyak jumlah bedak yang
melekat pada gelas objek, daya lekat bedak semakin jelek. Hal ini dikarenakan
semakin banyak bedak yang melekat pada gelas objek, berarti semakin sedikit
bedak yang dapat melekat pada kulit tangan, padahal kulit tangan di sini
diasumsikan sebagai kulit wajah.
Pengujian daya lekat dilakukan pada hari ke-30 dengan asumsi bahwa
pada hari ke 30 produk kosmetik sudah berada di tangan konsumen, jadi untuk
menjamin bahwa bedak masih dapat melekat dengan baik pada kulit wajah, maka
dilakukan uji daya lekat.
Gambar 12. Daya lekat pada 2 jenis amilum dibandingkan dengan bedak “M”
Dari gambar 12 dapat disimpulkan bahwa bedak berbahan dasar Amylum
Manihot mempunyai daya lekat yang paling baik dibanding bedak berbahan dasar
Amylum Solani dan bedak M, sedangkan bedak berbahan dasar Amylum Solani
0,001
0,0027
0,0013
amilum manihot amilum solani bedak M
Berat bedak yang menempel pada gelas obyek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mempunyai daya lekat yang paling buruk. Bedak berbahan dasar Amylum Manihot
mempunyai daya lekat yang baik dilihat dari jumlah bedak yang menempel pada
gelas objek dengan jumlah paling kecil, sedangkan bedak berbahan dasar Amylum
Solani mempunyai daya lekat yang buruk dilihat dari jumlah bedak yang
menempel pada gelas objek dengan jumlah yang paling besar.
Tabel XV. Hasil uji normalitas daya lekat Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. berat bedak .254 9 .098 .861 9 .099 a. Lilliefors Significance Correction
Untuk uji normalitas, karena jumlah data yang digunakan kurang dari 50,
maka digunakan uji Shapiro-Wilk, data yang didapat berdistribusi normal
(p>0,05). Oleh karena data yang diperoleh berdistribusi normal, maka untuk
mengetahui perbedaan atau signifikansi digunakan uji R One Way Anova.
Hasil pengujian uji R One Way Anova didapatkan nilai p=0.1086, nilai
p>0,05 berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara daya lekat bedak
formulasi dengan daya lekat bedak pasaran.
C. Uji Keamanan/uji iritasi
Tujuan dilakukannya uji iritasi adalah untuk menjamin bahwa produk
yang dibuat aman untuk dipakai, tidak menimbulkan iritasi pada kulit wajah. Uji
ini penting dilakukan karena tujuan pemakaian bedak wajah adalah untuk
memperbaiki penampilan, sehingga produk yang digunakan harus dijamin
keamanannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Pengujian iritasi dengan metode Draize Skin test, yaitu dengan
menggunakan kulit kelinci. Kelinci yang digunakan untuk pengujian berjenis
kelinci albino dengan mata berwarna merah. Dipilih kelinci albino karena kulitnya
lebih sensitif dan memudahkan untuk pengamatan. Kelinci albino tidak
mempunyai pigmen warna pada kulitnya sehingga akan memudahkan dalam
pengamatan apa yang terjadi pada kulitnya. Dipilih kelinci dengan umur sekitar 6
bulan, supaya kulitnya tidak terlalu keras (umur tua) ataupun tidak terlalu lunak
(umur muda).
Pengujian iritasi dengan metode Draize Skin test dilakukan pada hari ke
30 setelah pembuatan. Dipilih hari ke 30 dengan asumsi bahwa pada hari ke 30
produk kosmetik yang dihasilkan sudah sampai di konsumen, sehingga perlu
dilakukan pengujian apakah produk kosmetik tersebut masih aman atau tidak. Hal
tersebut dapat diketahui dengan melakukan uji iritasi.
Bulu kelinci di bagian punggung dicukur sampai bersih, tujuannya adalah
supaya memudahkan dalam pengaplikasian bedak tabur pada kulit punggung
kelinci, dan memudahkan dalam pengamatan secara visual. Punggung kelinci
dibagi dalam beberapa bagian, antara lain untuk bedak yang akan diuji, bedak M
sebagai pembanding bedak dan kulit punggung kelinci yang tidak diberi bedak.
Tujuan penggunaan kulit punggung kelinci yang tidak diberi bedak untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kulit yang tidak diberi bedak
dengan kulit yang diberi bedak, selain itu dapat juga digunakan untuk mengetahui
apakah bedak yang diaplikasikan menyebabkan iritasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Pengujian iritasi dilakukan selama 48 jam. Dipilih waktu selama 48 jam
dengan asumsi bahwa 48 jam merupakan waktu maksimal orang-orang
menggunakan bedak tanpa dibersihkan. Jadi pengujian selama 48 jam ini
bertujuan untuk mengetahui apakah selama 48 jam penggunaan bedak pada kulit
wajah aman atau tidak aman (menimbulkan iritasi).
Dari hasil pengujian selama 48 jam, diperoleh data skor eritema dan
edema adalah 0. Hal ini membuktikan bahwa bedak hasil formulasi tidak
mengakibatkan iritasi, yang berarti bedak hasil formulasi aman untuk digunakan.
Bedak yang digunakan untuk pengujian iritasi adalah bedak yang telah
melewati pengujian hari ke-20, bedak ini telah mengalami degradasi senyawa
karotenoid yang ditandai dengan berubahnya warna bedak menjadi lebih muda
dan pudar. Tujuan dari pengujian iritasi ini sekaligus untuk menguji apakah bedak
yang telah mengalami degradasi senyawa karotenoid masih aman bila digunakan.
Dan hasil pengujian menyatakan bahwa bedak hasil formulasi yang telah
mengalami degradasi senyawa karotenoid tetap aman dipakai di kulit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penggunaan Amylum Solani dan Amylum Manihot sebagai bahan dasar
bedak memberikan sifat fisis yang berbeda, dalam hal ukuran partikel bedak, sifat
alir bedak, kandungan lembab bedak, stabilitas warna bedak, tetapi tidak
memberikan perbedaan dalam hal daya lekat dan uji iritasi.
B. Saran
1. Pada proses pengeringan lebih baik menggunakan loyang terbuat dari kaca
(jika menggunakan senyawa karotenoid sebagai bahan pewarna).
2. Perlu dilakukan optimasi suhu pengeringan, karena senyawa karotenoid
mudah terdegradasi oleh pemanasan.
3. Perlu ditambahkan antioksidan pada formulasi bedak.
4. Perlu ditambahkan pengering seperti silica gel di dalam wadah bedak, untuk
menjaga kestabilan kandungan lembab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
PUSTAKA
Anonim, 2010a, Labu Kaya Vitamin A, http://blog.umy.ac.id/kukuh/2010/12/09/, diakses tanggal 16 September 2011
Anonim, 2010b, Scientists study potato starch for nutritional and industrial applications, http://www4.agr.gc.ca/AAFC-AAC/display-afficher.do?id= 1240859378049&lang=eng, diakses tanggal 9 September 2011
Anonim, 2011a, Cucurbita moschata Duch. http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/ artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1-092.pdf, diakses tanggal 6 September 2011
Anonim, 2011b, Satu Polesan Begitu Berarti, http://www.chem.itb.ac.id, diakses tanggal 20 Agustus 2011
Anonim, 2011c, The Munsell Color System, http://dba.med.sc.edu/price/irf/Adobe tg/models/munsell.html, diakses tanggal 3 Oktober 2011
Anshory, H., Syukri, Y., Malasari, Y., 2006, Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Ginseng Jawa (Talinum paniculatum) dengan Variasi Kadar Pemanis Aspartam, Laporan Penelitian, Fakultas MIPA Universitas Islam Indonesia
Aulton, M.E., 1988, Pharmaceutical The Science of Dosage Form Design, 2nd ed., Churchill Livingstone, London, pp. 205-208
BISI International, 2010, Labu Kuning, http://www.bisi.co.id/horticulture3.php, diakses tanggal 16 September 2011
Boon, C.S., Mcclements. J., Weiss, J., and Decker, E.A., 2010, Factors Influencing the Chemical Stability of Carotenoids in Foods, Critical Reviews in Food Science and Nutrition, vol. 50, 515-532
Britton, G., Khachik, F., 2009, Carotenoids in Food, in Britton, G., Jensen, S.L., Pfander, H., Carotenoids volume 5: Nutrition and Health, Birkhauser Verlag, Berlin, pp. 46, 56-57
Dewi, S.K., 2010, Formulasi Sediaan Tablet Fast Disintegrating Antasida dengan Starch 1500 sebagai Bahan Penghancur dan Laktosa sebagai Bahan Pengisi, Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah, Surakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan RI, 1979, Farmakope Indonesia, jilid III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 815
Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope Indonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 1033-1036
Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan RI, 2003, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.4.1745 tentang Kosmetik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Dutta, D., Chaudhuri, U.R., and Chakraborty, R., 2005, Structure, health benefits, antioxidant property and processing and storage of carotenoids, African Journal of Biotechnology, 4(13), 1510-1520
European Pharmacopoeia, 2002, Potato Starch (Solani Amylum), 4th ed., European Pharmacopoeia
Ferriol, M., Nuez, F., and Pico, B., 2007, "Cucurbita species: Taxonomy, terminology, description, uses and intra-specific classification. Origin and domestication. Development of cultivars", European Central Cucurbits Database, http://www.comav.upv.es/taxonomy_intro.html.
Goncalves, E.M., Pinheiro, J., Abreu, M., Brandao, T.R.S., Silva, C.L.M., 2007, Modelling the kinetics of peroxidase inactivation, colour and texture changes of pumpkin (Cucurbita maxima L.) during blanching, Journal of Food Engineering, 81(4), 693-701
Jackson, B.P. and Snowdon, D.W., 1968, Powdered Vegetable Drugs: An Atlas of Microscopy for Use in the Identification and Authentication of Some Plant Materials Employed as Medicinal Agents, J.& A. Churchill Ltd., Gloucester Place London, pp. 2-3
Kusumaningtyas, R.S., dan Limantara, L., 2009, The Isomerization and Oxidation of Carotenoid Compounds in The Oil Palm Fruit During Productions of CPO, Indo. J. Chem., 9(1), 48-53
Lan, C.H., Javier, O.P.F., Hanh, P.T., and Yves, W., 2011, Stability of Carotenoid Extracts of Cucurbita maxima Towards Enzymatic Cooxidation and Aroma Compound Generation, International Conference on Biotechnology and Food Science, vol. 27, 141-143
Lu, F.C., 1995, Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran dan Penilaian Risiko, edisi II, diterjemahkan oleh Edi Nugroho, Universitas Indonesia Press, Jakarta, hal. 239-245
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Maibach, H., and Patrick., E., 2001, Dermatotoxicology, in Hayes, A.W., Principles and Methods of Toxicology, 4th ed., Taylor and Francis, United States of America, pp. 1063-1064
Marek, G., Radzanowska, J., Danilcenko, H., Jariene, E., and Cerniauskiene, J., 2008, Quality of Pumpkin Cultivars in Relation to Sensory Characteristics, Not. Bot. Hort. Agrobot. Cluj., 36(1), 73-79
Martin, A., Swarbrick, J. and Cammarata, A., 1983, Physical Pharmacy : Physical Chemical Principles in the Pharmaceutical Science, 3rd ed., Lea & Febiger, Philadelphia, pp. 492-502
Maryani, R., 2011, Budidaya Labu Kuning, http://agrocultural.blogspot.com /2011/05/budidaya-labu-kuning.html, diakses tanggal 6 September 2011
Mitsui, T., 1998, New Cosmetic Science, Elsevier, Netherlands, pp. 375-376
Nair, V.K. and Pillai, P., 2007, A Study on Purchase Pattern of Cosmetics among Consumers in Kerala, International Marketing Conference on Marketing and Society, India, 581-595
Paiva, A.A.R., and Russell, R.M., 1999, β-Carotene and Other Carotenoids as Antioxidants, Journal of the American College of Nutrition,18(5), 426-433
Perdanianti, A.M. dan Pratiwi, Y.A., 2004, Ekstraksi dan Pengeringan Labu Kuning untuk Mendapatkan Produk Fine Powder, Laporan Penelitian, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang
Rawling, A., 2002, The Skin Moisturizer, Marcel Dekker Inc., New York, pp. 245, 259, 560
Rieger, M.M., 2000, Harry’s Cosmetology, 8th ed, Chemical Publishing Co. Inc., New York, pp. 287, 289-292
Riley, P., 2000, Decorative Cosmetics, in Butler H., (Ed.), Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps, 10th ed., Kluwer Academic Publisher, London, pp. 169-170, 181
Rowe, R.C., Sheskey, P.J. and Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th ed., Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association, London dan USA, pp. 441-444, 687, 741-743
Ruwanti, S., 2010, Optimasi Kadar β-caroten pada Proses Pembuatan Tepung Ubi Jalar Oranye (Ipomoea batatas L.) dengan Menggunakan Response Surface Methodology (RSM), Laporan Penelitian, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Sakai Chemical Industry, 2010, Magnesium Stearat, http://www.sakai-chem.co.jp/english/products/pdf/magnesium_stearate2.pdf, diakses tanggal 16 September 2011
Saputri, M., 2008, Kosmetik Berbahaya Bisa Akibatkan Kerusakan Otak, http://nasional.kompas.com/read/2008/11/26/14312010/Kosmetik.Berbahaya.Bisa.Akibatkan.Kerusakan.Otak, diakses tanggal 3 Juni 2011
SCCNFP, 1998, Opinion of The Scientific Committee on Cosmetic Products and Non-Food Products Intended for Consumers, SCCNFP, 0005
Schlossman, M.L., 2006, Decorative Products, in Paye, M., Barel, A.O, and Maibach, H.I., Handbook of Cosmetic Science and Technology, 2nd ed., Taylor & Francis Group, New York, pp.568-569
Sukanto, H., 1995, Efek Samping Pengunaan Kosmetika, Berkala Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 6 (4), 15-23
Swanson, J.R., 1996, Anatomy and Histology of Skin, http://www.meddean.luc.edu/lumen/meded/medicine/dermatology/melton/title.htm, diakses tanggal 16 September 2011
Tarini, S., Dewi, A.P.S. dan Immaculata, M., 2007, Formulasi, Uji Iritasi dan Penentuan Khasiat Pelindung Surya Krim yang Mengandung Serbuk Kappaphycus alvarezii Bahan Bahari Sumber Karagenan, http://bahan-alam.fa.itb.ac.id, diakses tanggal 4 Juni 2011
The European Cosmetic Toiletry and Perfumery Association, 2004, Guidelines on Stability Testing of Cosmetic Product, Brussels, pp. 1-10
Tortora, G.J. and Angnostakos, N.P., 1990, Principles of Anatomy and Physiology, 6th ed., Harper and Row Publisher, New York, pp. 120-133
Tranggono, R.I. dan Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 104-106,152-153
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi 5, diterjemahkan oleh Soendani Noerono, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta, hal. 155
Wahyu, M.K., 2009, Pemanfaatan Pati Singkong sebagai Bahan Baku Edible Film, Laporan Penelitian, Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung
Young, A., 1972, Practical Cosmetic Science, 2nd ed., Mills and Boon Limited, London, pp. 17-20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 1. Data hasil uji mikromeritik
Tabel data persentil
Replikasi Hari ke 0 Hari ke 30 Amilum Amilum
Manihot Solani Manihot Solani 1 18,520 46,230 21,620 74,460 2 21,130 51,920 24,400 66.200 3 20,920 61,820 22,810 59,410
Rata-rata 20,190±1,322 53,323±4,023 22,943±1,966 66,690±5.841
a. Uji normalitas data persentil Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
persentil manihot 3 50.0% 3 50.0% 6 100.0% persentil solani 3 50.0% 3 50.0% 6 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
persentil manihot Mean 2.75333 .434447
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound .88406 Upper Bound 4.62261
5% Trimmed Mean . Median 3.10000 Variance .566 Std. Deviation .752485 Minimum 1.890 Maximum 3.270 Range 1.380 Interquartile Range . Skewness -1.633 1.225
Kurtosis . . persentil solani Mean 1.49733E1 7.461649
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound -1.71316E1 Upper Bound 4.70782E1
5% Trimmed Mean .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Median 1.42800E1 Variance 167.029 Std. Deviation 1.292396E
1
Minimum 2.410 Maximum 28.230 Range 25.820 Interquartile Range . Skewness .241 1.225 Kurtosis . .
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
persentil manihot .344 3 . .841 3 .216 persentil solani .188 3 . .998 3 .911 a. Lilliefors Significance Correction Kesimpulan :
Untuk amylum manihot : jumlah data yang digunakan kurang dari 50, maka
digunakan uji Shapiro-Wilk, data yang didapat berdistribusi normal (p>0,05).
Untuk amylum solani : jumlah data yang digunakan kurang dari 50, maka
digunakan uji Shapiro-Wilk, data yang didapat berdistribusi normal (p>0,05).
Signifikansi amylum manihot pada hari ke 0 dan 30
Untuk mengetahui perbedaan dilakukan uji R Paired t test.
> hari0=c(18.520, 21.130, 20.920)
> hari30=c(21.620, 24.400, 22.810)
> t.test(hari0,hari30,paired=TRUE)
Paired t-test
data: hari0 and hari30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
t = -6.3376, df = 2, p-value = 0.024
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval:
-4.6226091 -0.8840575
sample estimates:
mean of the differences
-2.753333
Kesimpulan : nilai p=0.024, p<0,05, berarti berbeda signifikan.
Signifikansi amylum solani pada hari ke 0 dan 30
Untuk mengetahui perbedaan dilakukan uji R Paired t test.
> hari0=c(46.230, 51.920, 61.820)
> hari30=c(74.460, 66.200, 59.410)
> t.test(hari0,hari30,paired=TRUE)
Paired t-test
data: hari0 and hari30
t = -1.5092, df = 2, p-value = 0.2703
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval:
-51.47435 24.74101
sample estimates:
mean of the differences
-13.36667
Kesimpulan : nilai p=0.2703, p>0,05, berarti tidak berbeda signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 2. Data hasil uji stabilitas warna, kandungan lembab, pengetapan,
daya lekat dan iritasi
a. Data hasil uji stabilitas warna
Skala yang digunakan untuk pengujian stabilitas warna :
Stabilitas warna hari ke 0
Replikasi Amylum Manihot Amylum Solani Tempat terang Tempat gelap Tempat terang Tempat gelap
1 6 6 5 5 2 7 7 4 4 3 7 7 5 5
Stabilitas warna hari ke 2
Replikasi Amylum Manihot Amylum Solani Tempat terang Tempat gelap Tempat terang Tempat gelap
1 4 5 4 4 2 5 6 3 4 3 6 6 4 4
Stabilitas warna hari ke 10
Replikasi Amylum Manihot Amylum Solani Tempat terang Tempat gelap Tempat terang Tempat gelap
1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 3 2 2 2 1
Stabilitas warna hari ke 20
Replikasi Amylum Manihot Amylum Solani Tempat terang Tempat gelap Tempat terang Tempat gelap
1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Stabilitas warna hari ke 30
Replikasi Amylum Manihot Amylum Solani Tempat terang Tempat gelap Tempat terang Tempat gelap
1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1
Bedak berbahan dasar amilum manihot dengan loyang kaca
Hari ke- Tempat terang Tempat gelap 0 7 7 2 7 7 10 6 6 20 4 5 30 3 4
b. Data hasil uji kandungan lembab Hari ke
Jenis Amylum Manihot Amylum Solani Replikasi 1 2 3 x 1 2 3 x
0 Vo 4,999 4,993 5,003 19.652
±1,241
4,899 4,993 4,931 29,069 ±5,168 Vt 4,215 4,184 4,134 3,710 4,056 3,734
%MC 18,600 19,335 21,021 32,049 23,102 32,057
2 Vo 5,005 4,999 4,999 20,367
±1,028
5,003 4,999 5,000 27,063 ±3,613 Vt 4,197 4,146 4,122 3,823 4,042 3,948
%MC 19,252 20,574 21,276 30,866 23,676 26,646
10 Vo 5,000 5,000 5,005 19,100
±0,851
5,000 5,000 5,001 25,752±3,121 Vt 4,215 4,216 4.168 3,886 4,083 3,965
% MC 18,624 18,594 20,082 28,667 22,459 26,129
20 Vo 5,000 5,000 5,001 17.078
±0,485
5,001 5,000 5,002 23,365 ±2,180 Vt 4,263 4,291 4,259 3,991 4,132 4,041
% MC 17,288 16,523 17,422 25,307 21,007 23,781
30 Vo 5,001 5,001 5,001 17,167
±0,512
5,000 5,001 5,001 23,018 ±2,372 Vt 4,247 4,281 4,277 3,993 4,150 4,055
% MC 17,754 16,818 16,928 25,219 20,506 23,329
Kandungan lembab bedak “M” Replikasi Vo Vt %MC
1 5,000 4,865 2,775 1 5,000 4,868 2,712 3 5,001 4,863 2,838
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
c. Data hasil uji pengetapan
Pengetapan Amylum Manihot Hari ke 0
Replikasi Pengetapan (hentakan) Vo Vt Berat
serbuk T% Gk dan Go C%
1
5 230 224
100
2,609
Gk= 0,537 Go= 0,435 19,130
10 230 212 7,826 25 230 196 14,783 50 230 190 17,391
100 230 186 19,130 200 230 186 19,130
2
5 214 209
100
2,336
Gk= 0,610 Go= 0,467 23,364
10 214 200 6,542 25 214 182 1,953 50 214 166 22,430
100 214 164 23,364 200 214 164 23,364
3
5 216 214
100
0,926
Gk= 0,578 Go= 0,463 19,907
10 216 198 8,333 25 216 186 13,889 50 216 176 18,519
100 216 173 19,907 200 216 173 19,907
Rata-rata 20,800±2,254 Pengetapan Amylum Manihot Hari ke 2
Replikasi Pengetapan (hentakan) Vo Vt Berat
serbuk T% Gk dan Go C%
1
5 226 215
100
4,867
Gk= 0,588 Go= 0,442 24,779
10 226 207 8,407 25 226 190 15,929 50 226 182 19,469 100 226 170 24,779 200 226 170 24,779
2
5 220 200
100
9,091
Gk= 0,625 Go= 0,455 27,273
10 220 192 12,727 25 220 176 20 50 220 163 25,909 100 220 160 27,273 200 220 160 27,273
3 5 226 212 100 6,195 Gk= 0,588 24,779
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
10 226 204 9,734 Go= 0,442 25 226 186 17,699 50 226 173 23,451 100 226 170 24,779 200 226 170 24,779
Rata-rata 25,610±1,440 Pengetapan Amylum Manihot Hari ke 10
Replikasi Pengetapan (hentakan) Vo Vt Berat
serbuk T% Gk dan Go C%
1
5 230 214
100
6,956
Gk= 0,565 Go= 0,435 23,043
10 230 207 10 25 230 188 18,261 50 230 178 22,609 100 230 177 23,043 200 230 177 23,043
2
5 219 197
100
10,046
Gk= 0,633 Go= 0,457 27,853
10 219 190 13,242 25 219 174 20,548 50 219 160 26,941 100 219 158 27,854 200 219 158 27,854
3
5 228 212
100
7,017
Gk= 0,588 Go= 0,439 25,439
10 228 204 10,526 25 228 186 18,421 50 228 171 25 100 228 170 25,439 200 228 170 25,439
Rata-rata 25,445±2,405 Pengetapan Amylum Manihot Hari ke 20
Replikasi Pengetapan (hentakan) Vo Vt Berat
serbuk T% Gk dan Go C%
1
5 230 214
100
6,956
Gk= 0,565 Go= 0,435 23,043
10 230 206 10,435 25 230 188 18,261 50 230 179 22,174 100 230 177 23,043 200 230 177 23,043
2 5 215 196
100 8,837 Gk= 0,633
Go= 0,465 26,512 10 215 188 12,558
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
25 215 173 19,535 50 215 160 25,581 100 215 158 26,511 200 215 158 26,511
3
5 225 210
100
6,667
Gk= 0,625 Go= 0,444 28,889
10 225 201 10,667 25 225 185 17,778 50 225 170 24,444 100 225 160 28,889 200 225 160 28,889
Rata-rata 26,148±2,940 Pengetapan Amylum Manihot Hari ke 30
Replikasi Pengetapan (hentakan) Vo Vt Berat
serbuk T% Gk dan Go C%
1
5 220 210
100
4,545
Gk= 0,595 Go= 0,455 23,636
10 220 200 9,091 25 220 176 20 50 220 170 22,727 100 220 168 23,636 200 220 168 23,636
2
5 222 194
100
12,613
Gk= 0,629 Go= 0,450 28,378
10 222 187 15,766 25 222 172 22,522 50 222 160 27,928 100 222 159 28,378 200 222 159 28,378
3
5 225 203
100
9,778
Gk= 0,595 Go= 0,444 25,333
10 225 196 12,889 25 225 169 24,889 50 225 168 25,333 100 225 168 25,333 200 225 168 25,333
Rata-rata 25,782±2,403 Pengetapan Amylum Solani Hari ke 0
Replikasi Pengetapan Vo Vt Berat serbuk T% Gk dan Go C%
1 5 138 122
100 11,594
Gk= 0,885 Go= 0,725 18,116 10 138 117 15,217
25 138 114 17,391
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
50 138 113 18,116 100 138 113 18,116
2
5 130 126
100
3,077
Gk= 0,855 Go= 0,769 10,000
10 130 122 6,155 25 130 118 9,231 50 130 117 10 100 130 117 10
3
5 128 120
100
6,25
Gk= 0,893 Go= 0,781 12,500
10 128 116 9,375 25 128 113 11,719 50 128 112 12,5 100 128 112 12,5
Rata-rata 13,539±4,156 Pengetapan Amylum Solani Hari ke 2
Replikasi Pengetapan (hentakan) Vo Vt Berat
serbuk T% Gk dan Go C%
1
5 136 120
100
11,765
Gk= 0,909 Go= 0,735 19,118
10 136 115 15,441 25 136 112 17,647 50 136 110 19,118 100 136 110 19,118
2
5 120 113
100
5,833
Gk= 0,943 Go= 0,833 11,667
10 120 110 8,333 25 120 106 11,667 50 120 106 11,667 100 120 106 11,667
3
5 126 117
100
7,143
Gk= 0,917 Go= 0,794 13,492
10 126 113 10,3174 25 126 109 13,492 50 126 109 13,492 100 126 109 13,492
Rata-rata 14,759±3.884 Pengetapan Amylum Solani Hari ke 10
Replikasi Pengetapan (hentakan) Vo Vt Berat
serbuk T% Gk dan Go C%
1
5 130 118
100
9,231 Gk= 0,917 Go= 0,769 16,154
10 130 113 13,077 25 130 110 15,385 50 130 109 16,154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
100 130 109 16,154
2
5 128 116
100
9,375
Gk= 0,935 Go= 0,781 16,406
10 128 112 12,5 25 128 108 15,625 50 128 107 16,406 100 128 107 16,406
3
5 127 117
100
7,874
Gk= 0,935 Go= 0,787 15,748
10 127 113 11,024 25 127 108 14,961 50 127 107 15,748 100 127 107 15,748
Rata-rata 16,103±0,332 Pengetapan Amylum Solani Hari ke 20
Replikasi Pengetapan (hentakan) Vo Vt Berat
serbuk T% Gk dan Go C%
1
5 127 118
100
7,087
Gk= 0,935 Go= 0,787 15,748
10 127 112 11,811 25 127 108 14,961 50 127 107 15,748 100 127 107 15,748
2
5 120 116
100
3,333
Gk= 0,935 Go= 0,833 10,833
10 120 110 8,333 25 120 108 10 50 120 107 10,833 100 120 107 10,833
3
5 128 118
100
7,813
Gk= 0,935 Go= 0,781 16,406
10 128 112 12,5 25 128 108 15,625 50 128 107 16,406 100 128 107 16,406
Rata-rata 14,329±3,045 Pengetapan Amylum Solani Hari ke 30
Replikasi Pengetapan (hentakan) Vo Vt Berat
serbuk T% Gk dan Go C%
1
5 130 117
100
10
Gk= 0,935 Go= 0,769 17,692
10 130 113 13,077 25 130 108 16,923 50 130 107 17,692 100 130 107 17,692
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
2
5 129 116
100
10,077
Gk= 0,952 Go= 0,775 18,605
10 129 110 14,729 25 129 106 17,829 50 129 105 18,605 100 129 105 18,605
3
5 128 115
100
10,156
Gk= 0,943 Go= 0,781 17,187
10 128 110 14,062 25 128 107 16,406 50 128 106 17,187 100 128 106 17,187
Rata-rata 17,828±0,712 Hasil pengetapan bedak “M”
Replikasi Pengetapan (hentakan) Vo Vt Berat
granul T% Gk dan Go C%
1
5
212
198
110
6.604
Gk = 0.724 G0 =0 .519 28.302
10 190 10.377 25 180 15.094 50 166 21.698 100 152 28.302 200 152 28.302
2
5
210
196
110
6.667
Gk = 0.714 Go = 0.524 26.667
10 194 7.619 25 184 12.381 50 170 19.048 100 154 26.667 200 154 26.667
3
5
210
196
110
6.667
Gk = 0.719 Go = 0.524 27.143
10 186 11.429 25 170 19.048 50 162 22.857 100 153 27.143 200 153 27.143
Rata-rata 27,371±0,841
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
d. Data hasil uji daya lekat
Gambar metode yang digunakan untuk uji daya lekat
Amylum Manihot Rata-rata Replikasi Berat kaca Berat kaca+bedak Berat bedak 1 4,8579 4,8591 0,0012 0,0010
±0,0004 2 4,8578 4,8584 0,0006 3 4,8577 4,8592 0,0014
Amylum Solani Rata-rata Replikasi Berat kaca Berat kaca+bedak Berat bedak 1 4,8579 4,8610 0,0031 0,0027
±0,0013 2 4,8576 4,8614 0,0038 3 4,8577 4,8590 0,0013
Bedak “M” Rata-rata Replikasi Berat kaca Berat kaca+bedak Berat bedak 1 4,3512 5,3492 0,0020 0,0013
±0,0005 2 4,8578 4,8590 0,0012 3 4,8578 4,8587 0,0009
e. Data hasil uji iritasi Jenis Amylum Manihot Amylum Solani Replikasi 1 2 3 1 2 3 Eritema 0 0 0 0 0 0 Udema 0 0 0 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Data hasil uji iritasi
Amylum Manihot Replikasi 1
Sebelum diberi bedak Saat diberi bedak Setelah 48 jam
Amylum Manihot Replikasi 2
Sebelum diberi bedak Saat diberi bedak Setelah 48 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Amylum Manihot Replikasi 3
Sebelum diberi bedak Saat diberi bedak Setelah 48 jam
Amylum Solani Replikasi 1
Sebelum diberi bedak Saat diberi bedak Setelah 48 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Amylum Solani Replikasi 2
Sebelum diberi bedak Saat diberi bedak Setelah 48 jam
Amylum Solani Replikasi 3
Sebelum diberi bedak Saat diberi bedak Seteleh 48 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 3. Data hasil uji normalitas dan signifikansi
a. Uji normalitas data kandungan lembab
1). Data kandungan lembab hari ke 0, 2, 10, 20 dan 30 Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kandungan lembab 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
kandungan lembab Mean 22.16 .828
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 20.47 Upper Bound 23.86
5% Trimmed Mean 21.92 Median 21.01 Variance 20.582 Std. Deviation 4.537 Minimum 17 Maximum 32 Range 16 Interquartile Range 7 Skewness .832 .427
Kurtosis -.114 .833
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kandungan lembab .144 30 .113 .914 30 .018 a. Lilliefors Significance Correction Kesimpulan : jumlah data yang digunakan kurang dari 50, maka digunakan uji
Shapiro-Wilk, data yang didapat berdistribusi tidak normal (p<0,05).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Signifikansi
Karena data yang diperoleh berdistribusi tidak normal, maka untuk mengetahui
signifikansi digunakan uji R.
Signifikansi Amylum Manihot hari ke 0, 2, 10, 20 dan 30
> hari0=c(18.600, 19.335, 21.021)
> hari2=c(19.252, 20.574, 21.276)
> hari10=c(18.624, 18.594, 20.082)
> hari20=c(17.288, 16.523, 17.422)
> hari30=c(17.754, 16.818, 16.928)
>MCmanihot=data.frame(hari0,hari2,hari10,hari20,hari30)
> boxplot(MCmanihot)
> MCmanihot =stack(MCmanihot)
> names(MCmanihot)
[1] "values" "ind"
> oneway.test(values~ind, data= MCmanihot, var.equal=T)
One-way analysis of means
data: values and ind
F = 8.6701, num df = 4, denom df = 10, p-value = 0.002741
Kesimpulan : nilai p=0.002741, p<0,05, berarti terdapat perbedaan yang
signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Signifikansi Amylum Solani hari ke 0, 2, 10, 20 dan 30
> hari0=c(32.049, 23.102, 32.057)
> hari2=c(30.866, 23.676, 26.646)
> hari10=c(28.667, 22.459, 26.129)
> hari20=c(25.307, 21.007, 23.781)
> hari30=c(25.219, 20.506, 23.329)
> MCsolani=data.frame(hari0,hari2,hari10,hari20,hari30)
> boxplot(MCsolani)
> MCsolani =stack(MCsolani)
> names(MCsolani)
[1] "values" "ind"
> oneway.test(values~ind,data= MCsolani,var.equal=T)
One-way analysis of means
data: values and ind
F = 1.6186, num df = 4, denom df = 10, p-value = 0.2443
Kesimpulan : nilai p=0.2443, p<0,05, berarti terdapat perbedaan yang signifikan.
Signifikansi antara Amylum Manihot dengan Amylum Solani
> manihot=c(19.652, 20.367, 19.100, 17.078, 17.167)
> solani=c(29.069, 27.063, 25.752, 23.365, 23.018)
> t.test(manihot,solani)
Welch Two Sample t-test
data: manihot and solani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
t = -5.3021, df = 6.446, p-value = 0.001458
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval:
-10.148899 -3.812301
sample estimates:
mean of x mean of y
18.6728 25.6534
Kesimpulan : nilai p=0.001458, p<0,05, berarti tidak terdapat perbedaan yang
signifikan.
2). Data kandungan lembab bedak dengan bedak “M”
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
MC 9 100.0% 0 .0% 9 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
MC Mean 1.43199E1 3.034340
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 7.32269 Upper Bound 2.13171E1
5% Trimmed Mean 1.43593E1 Median 1.69280E1 Variance 82.865 Std. Deviation 9.103021E
0
Minimum 2.712 Maximum 25.219 Range 22.507 Interquartile Range 19.111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Skewness -.486 .717 Kurtosis -1.619 1.400
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
MC .275 9 .049 .833 9 .049 a. Lilliefors Significance Correction Kesimpulan : jumlah data yang digunakan kurang dari 50, maka digunakan uji
Shapiro-Wilk, data yang didapat berdistribusi tidak normal (p<0,05).
Signifikansi
Karena data yang diperoleh berdistribusi tidak normal, maka untuk mengetahui
signifikansi digunakan uji R Kruskal Wallis.
> manihot=c(17.754, 16.818, 16.928)
> solani=c(25.219, 20.506, 23.329)
> kontrol=c(2.775, 2.712, 2.838)
> kandunganlembab=data.frame(manihot, solani, kontrol)
> boxplot(kandunganlembab)
> kandunganlembab=stack(kandunganlembab)
> names(kandunganlembab)
[1] "values" "ind"
> kruskal.test(values~ind, data=kandunganlembab)
Kruskal-Wallis rank sum test
data: values by ind
Kruskal-Wallis chi-squared = 7.2, df = 2, p-value = 0.02732
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Kesimpulan : nilai p=0.02732, p<0,05, berarti terdapat perbedaan yang signifikan.
b. Uji normalitas data pengetapan
1). Data pengetapan hari ke 0, 2, 10, 20 dan 30
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetapan 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
pengetapan Mean 2.00177E1 1.022627 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 1.79262E1 Upper Bound 2.21092E1
5% Trimmed Mean 2.00754E1 Median 1.91240E1 Variance 31.373 Std. Deviation 5.601158E
0
Minimum 10.000 Maximum 28.889 Range 18.889 Interquartile Range 8.865 Skewness -.089 .427
Kurtosis -1.101 .833
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pengetapan .139 30 .145 .952 30 .189 a. Lilliefors Significance Correction
Kesimpulan : data jumlah data yang digunakan kurang dari 50, maka digunakan
uji Shapiro-Wilk, data pengetapan yang didapat berdistribusi normal (p>0,05).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Signifikansi
Karena data yang diperoleh berdistribusi normal, maka untuk mengetahui
signifikansi digunakan uji R.
Signifikansi Amylum Manihot hari ke 0, 2, 10, 20 dan 30
> hari0=c(19.130, 23.364, 19.907)
> hari2=c(24.779, 27.273, 24.779)
> hari10=c(23.043, 27.853, 25.439)
> hari20=c(23.043, 26.512, 28.889)
> hari30=c(23.636, 28.378, 25.333)
> manihotindeksCarr=data.frame(hari0,hari2,hari10,hari20,hari30)
> boxplot(manihotindeksCarr)
> manihotindeksCarr=stack(manihotindeksCarr)
> names(manihotindeksCarr)
[1] "values" "ind"
> oneway.test(values~ind,data=manihotindeksCarr,var.equal=T)
One-way analysis of means
data: values and ind
F = 2.7203, num df = 4, denom df = 10, p-value = 0.09082
Kesimpulan : p=0.09082, p>0,05 berarti tidak berbeda signifikan.
Signifikansi Amylum Solani hari ke 0, 2, 10, 20 dan 30
> hari0=c(18.116, 10.000, 12.500)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
> hari2=c(19.118, 11.667, 13.492)
> hari10=c(16.154, 16.406, 15.748)
> hari20=c(15.748, 10.833, 16.406)
> hari30=c(17.692, 18.605, 17.187)
> solaniindeksCarr=data.frame(hari0,hari2,hari10,hari20,hari30)
> boxplot(solaniindeksCarr)
> solaniindeksCarr=stack(solaniindeksCarr)
> names(solaniindeksCarr)
[1] "values" "ind"
> oneway.test(values~ind,data=solaniindeksCarr,var.equal=T)
One-way analysis of means
data: values and ind
F = 1.0091, num df = 4, denom df = 10, p-value = 0.4474
Kesimpulan : nilai p=0.4474, p>0,05 berarti tidak berbeda signifikan.
Signifikansi antara Amylum Manihot dengan Amylum Solani
> manihot=c(20.800, 25.610, 25.445, 26.148, 25.782)
> solani=c(13.539, 14.759, 16.103, 14.329, 17.828)
> t.test(manihot,solani)
Welch Two Sample t-test
data: manihot and solani
t = 7.5604, df = 7.451, p-value = 9.488e-05
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
95 percent confidence interval:
6.527104 12.363696
sample estimates:
mean of x mean of y
24.7570 15.3116
Kesimpulan : nilai p=0,000, p<0,05 yang berarti tedapat perbedaan yang
signifikan.
2). Data pengetapan bedak dengan bedak “M”
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pengetapan .143 33 .082 .937 33 .055 a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
Statistic Std. Error
pengetapan Mean 23.6603 1.54043
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 20.1081 Upper Bound 27.2126
5% Trimmed Mean 23.7579 Median 25.3330 Variance 21.356 Std. Deviation 4.62129 Minimum 17.19 Maximum 28.38 Range 11.19 Interquartile Range 9.57 Skewness -.544 .717
Kurtosis -1.709 1.400
Tests of Normality
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pengetapan .197 9 .200* .844 9 .064 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Kesimpulan : karena jumlah data yang digunakan kurang dari 50, maka digunakan
uji Shapiro-Wilk, data yang didapat berdistribusi normal (p>0,05).
Signifikansi
Karena data yang diperoleh berdistribusi normal, maka untuk mengetahui
signifikansi digunakan uji R One Way Anova.
> manihot=c(23.636, 28.378, 25.333)
> solani=c(17.692, 18.605, 17.187)
> kontrol=c(28.302, 26.667, 27.143)
> indeksCarr=data.frame(manihot, solani, kontrol)
> boxplot(indeksCarr)
> indeksCarr=stack(indeksCarr)
> names(indeksCarr)
[1] "values" "ind"
> oneway.test(values~ind,data=indeksCarr,var.equal=T)
One-way analysis of means
data: values and ind
F = 33.6275, num df = 2, denom df = 6, p-value = 0.0005495
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Kesimpulan : nilai p=0.0005495, p<0,05 berarti terdapat perbedaan yang
signifikan.
c. Uji normalitas data daya lekat
1). Perbandingan antara 2 jenis amilum
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
daya lekat 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error daya lekat Mean .001900 .0005112
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound .000586 Upper Bound .003214
5% Trimmed Mean .001867 Median .001350 Variance .000 Std. Deviation .0012522 Minimum .0006 Maximum .0038 Range .0032 Interquartile Range .0022 Skewness .872 .845
Kurtosis -1.013 1.741
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
daya lekat .322 6 .052 .862 6 .196 a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Kesimpulan : karena jumlah data yang digunakan kurang dari 50, maka digunakan
uji Shapiro-Wilk, data yang didapat berdistribusi normal (p>0,05).
Signifikansi
Karena data yang diperoleh berdistribusi normal, maka untuk mengetahui
signifikansi digunakan uji R dua sampel independen.
> manihot=c(0.0012, 0.0006, 0.0014)
> solani=c(0.0031, 0.0038, 0.0013)
> t.test(manihot,solani)
Welch Two Sample t-test
data: manihot and solani
t = -2.1301, df = 2.412, p-value = 0.1447
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval:
-0.004537703 0.001204370
sample estimates:
mean of x mean of y
0.001066667 0.002733333
Kesimpulan : nilai p=0.1447, p>0,05, berarti tidak berbeda signifikan.
2). Perbandingan bedak dengan bedak “M”
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
daya lekat 9 100.0% 0 .0% 9 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
daya lekat Mean .001722 .0003546
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound .000904 Upper Bound .002540
5% Trimmed Mean .001669 Median .001300 Variance .000 Std. Deviation .0010639 Minimum .0006 Maximum .0038 Range .0032 Interquartile Range .0015 Skewness 1.234 .717
Kurtosis .546 1.400
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
daya lekat .286 9 .033 .850 9 .075 a. Lilliefors Significance Correction
Kesimpulan : jumlah data yang digunakan kurang dari 50, maka digunakan uji
Shapiro-Wilk, data yang didapat berdistribusi normal (p>0,05).
Signifikansi
Karena data yang diperoleh berdistribusi normal, maka untuk mengetahui
signifikansi digunakan uji R One Way Anova.
> manihot=c(0.0012, 0.0006, 0.0014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
> solani=c(0.0031, 0.0038, 0.0013)
> kontrol=c(0.0020, 0.0012, 0.0009)
> dayalekat=data.frame(manihot, solani, kontrol)
> boxplot(dayalekat)
> dayalekat=stack(dayalekat)
> names(dayalekat)
[1] "values" "ind"
> oneway.test(values~ind,data=dayalekat,var.equal=T)
One-way analysis of means
data: values and ind
F = 3.2886, num df = 2, denom df = 6, p-value = 0.1086
Kesimpulan : nilai p=0.1086, p>0,05 berarti tidak terdapat perbedaan yang
signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 4. Komposisi bedak pasaran merk “M” yang digunakan sebagai
pembanding
Nomor batch : AA0048S
1. Talcum
2. Amylum maydis
3. Zinc oxydum
4. Zinc stearat
5. Asam salisilat 0,08 gram
6. Pigment yellow iron oxide
7. Pigment yellow FCF 37 39%
8. Parfum bedak “M”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 5. Dokumentasi
Labu kuning Sari buah labu kuning
Labu kuning utuh
Amylum manihot Amylum solani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Amylum Manihot Amylum Solani
Replikasi 1 Replikasi 1
Replikasi 2 Replikasi 2
Replikasi 3 Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Moisture balance Volumenometer (pengetapan)
Oven Motic Microscope
Juicer Blender
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 6. Alur penelitian dalam bentuk skema
Pencampuran formula bedak tabur (metil paraben, titanium diokside dan amilum)
dilakukan dengan menggunakan blender selama 1 menit, kemudian ditambahkan
sari buah labu kuning, dan dilakukan pendiaman di lemari pendingin selama 6
hari. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 40-450 C.
penambahan magnesium stearat setelah bedak kering dengan diblender.
Uji sifat fisis bedak tabur yang dilakukan meliputi uji mikromeritik, uji
pengetapan, uji kandungan lembab, uji stabilitas warna, uji daya lekat, dan uji
iritasi
Analisis hasil menggunakan program uji R versi 2.14.0. Untuk pengujian
signifikansi ukuran partikel pada hari ke-0 dan 30 menggunakan uji R Paired t-
test untuk data berdistribusi normal, dan uji R Wilcoxon untuk data berdistribusi
tidak normal. Untuk perbandingan 2 jenis amilum menggunakan uji R t-test.
Untuk perbandingan 3 jenis amilum menggunakan uji R One Way Anova
(Analysis of Variance) untuk data berdistribusi normal, dan uji R Kruskall Wallis
untuk data berdistribusi tidak normal. Penarikan kesimpulan dengan taraf
kepercayaan 95%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 7. MSDS (Material Safety Data Sheet)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Perbandingan Sifat Fisis Bedak Tabur Berbahan Dasar Amilum Solani (Solanum tuberosum L.) dan Amilum Manihot (Manihot utilissima L.) dengan Pewarna Karotenoid dari Buah Labu Kuning (Cucurbita moschata Duch.)” bernama lengkap Arum Mangastuti Poernomo. Penulis lahir di Magelang pada tanggal 2 Desember 1989 dan merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Soekotjo Poernomo dan Ibu Laurentia. Penulis telah menempuh pendidikan formal pada tahun 1996-2002 di SD Marsudirini Santo Yoseph Muntilan, pada tahun 2002-2005 di SMP Marganingsih Muntilan, dan pada tahun 2005-2008 di SMA Tarakanita Magelang. Pada tahun
2008, penulis mengawali pendidikannya sebagai mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama masa kuliah, penulis terlibat dalam beberapa kegiatan kepanitiaan, antara lain Panitia Seminar Pofasadha (2009), Panitia Pelepasan Wisuda Fakultas Farmasi (2010), Penyelenggara Bakti Sosial Pengobatan Gratis di Pedukuhan Plupuh (2011), Pengajar Kegiatan PAUD Janoko di Pedukuhan Plupuh (2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI