Adsorpsi Zat Warna Oleh Karbon Aktif
-
Upload
meity-jolanda-karoma -
Category
Documents
-
view
1.472 -
download
14
Transcript of Adsorpsi Zat Warna Oleh Karbon Aktif
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA FISIKA
ADSORPSI ZAT WARNA OLEH KARBON AKTIF
Nama : MEITY JOLANDA K
NIM : H311 08 262
Kelompok : 5 (Lima)
Hari/Tgl. Praktikum : Senin / 29 Maret 2010
Asisten : BHAKTI WIGUNA MOO
LABORATORIUM KIMIA FISIKAJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah cair adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat atau
industri, yang mengandung hampir 0,1% benda-benda padat yang terdiri dari zat
organik dan bukan organik. Sumber terbesar limbah cair berasal dari proses
industri yang merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia. Limbah cair dari proses industri ini apabila dibuang langsung ke badan
air sungai tanpa proses pengolahan akan mengakibatkan pencemaran, sehingga
dapat menurunkan kualitas dari air sungai tersebut. Pencemaran dari proses
industri ini sangat serius mengingat limbah tersebut banyak mengandung bahan
dan zat-zat kimia berbahaya, yang dapat menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan dan kehidupan manusia.
Salah satu cara untuk menurunkan kadar zat warna tekstil dan timbal
dalam larutan adalah adsorbsi dengan karbon aktif. Karbon aktif dapat digunakan
sebagai adsorben karena selain dapat menyerap, logam dapat pula menarik warna
dari suatu larutan. Berkurangnya intensitas warna dari suatu larutan menandakan
bahwa karbon aktif dapat menyerap warna.
Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorf, yang dapat dihasilkan
dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan
dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Karbon aktif
dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat
adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas
permukaan.
Berdasarkan pada latar belakang yang diuraikan diatas, maka dilakukanlah
percobaan ini .
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari
adsorpsi zat warna oleh karbon aktif.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Menentukan model adsorpsi yang sesuai untuk adsorpsi rodamin B oleh
karbon aktif.
2. Menentukan kapasitas adsorpsi dari adsorpsi rodamin B oleh karbon aktif.
1.3 Prinsip Percobaan
Menentukan model adsorpsi yang sesuai terhadap adsorpsi rodamin B oleh
karbon aktif. Dengan cara mengukur konsentrasi larutan rodamin B setelah
adsorpsi oleh karbon aktif, dengan konsentrasi awal yang bervariasi dengan waktu
pengadukan 30 menit. Melalui pengukuran absorbansi dan panjang gelombang
menggunakan spektrofotometer.
1.4 Manfaat Percobaan
Manfaat yang didapatkan setelah percobaan ini adalah mahasiswa lebih
memahami metode adsorpsi zat warna oleh karbon aktif, tidak hanya melalui
teori, selain itu, mahasiswa lebih mahir dalam penggunaan alat-alat laboratorium,
dalam hal ini dikhususkan pada spektronik 20D+, dan juga magnetic stirrer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu zat padat yang mempunyai kecenderungan untuk menyerap atau
menarik molekul-molekul gas, cairan atau padatan pada permukaannya, disebut
adsorben, sedangkan peristiwanya disebut adsorpsi (Staf pengajar kimia fisika,
2008). Defenisi adsorpsi adalah gas, cairan, atau zat terlarut (adsorbat) yang
menempel pada permukaan padatan (adsorben).Adsorpsi berarti penempelan
molekul pada permukaan padatan. Sebaliknya absorpsi berarti pelarutan molekul
dalam suatu medium yang dapat berupa cairan atau padatan. Secara umum,
material yang teradsorpsi menempel pada permukaan bahan, seperti debu pada
dinding. Absorpsi kebanyakan terjadi pada cairan, adsorpsi kebanyakan pada
padatan (Vitasari, 2009).
Mekanisme penyerapan (Adsorpsi) dapat dibedakan menjadi dua yaitu,
Adsorpsi secara fisika (fisisorpsi) dan adsorpsi secara kimia (kemisorpsi). Pada
proses fisisorpsi gaya yang mengikat adsorbat oleh adsorben adalah gaya-gaya
van der Waals. Molekul terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada
adsorpsi fisika relatif rendah sekitar 20 kJ/mol (Castellan 1982). Sedangkan pada
proses adsorpsi kimia, interaksi adsorbat dengan adsorben melalui pembentukan
ikatan kimia. Kemisorpsi terjadi diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu partikel-
partikel adsorbat mendekat ke permukaan adsorben melalui gaya van der Waals
atau melalui ikatan hidrogen. Kemudian diikuti oleh adsorpsi kimia yang terjadi
setelah adsorpsi fisika. Dalam adsorpsi kimia partikel melekat pada permukaan
dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderung
mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan substrat
(Sukarta, 2008).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan adsorpsi suatu
adsorben diantaranya adalah sebagai berikut (Junaidi, 2009) :
1. Luas permukaan adsorben
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang diserap,
sehingga proses adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil ukuran
diameter pertikel maka semakin luas permukaan adsorben.
2. Ukuran partikel
Makin kecil ukuran partikel yang digunakan maka semakin besar kecepatan
adsorpsinya. Ukuran diameter dalam bentuk butir adalah lebih dari 0,1 mm,
sedangkan ukuran diameter dalam bentuk serbuk adalah 200 mesh.
3. Waktu kontak
Semakin lama waktu kontak dapat memungkinkan proses difusi dan
penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Konsentrasi zat-zat
organik akan turun apabila kontaknya cukup dan waktu kontak biasanya
sekitar 10-15 menit.
4. Distribusi ukuran pori
Distribusi pori akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat yang
masuk kedalam partikel adsorben. Kebanyakan zat pengadsorpsi atau
adsorben merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung
terutama pada dinding-dinding pori atau letak-letak tertentu didalam partikel
tersebut.
Penyerapan ion-ion logam pada pada permukaan sel mikroorganisme dapat
digambarkan dengan kurva Freundlich atau Langmuir, menggunakan data
konsentrasi logam yang terikat dan yang masih terdapat dalam larutan, namun
pendekatan isoterm Langmuir merupakan pendekatan yang paling umum
digunakan (Mawardi, 2009).
Adsorpsi isoterm Freundlich, merupakan persamaan yang menunjukkan
hubungan antara jumlah zat yang terserap dengan konsentrasi zat dalam larutan,
dan dinyatakan dengan persamaan :
m = k c1/n
dengan m adalah jumlah miligram zat yang terserap pergram zat penyerap, c
adalah konsentrasi zat terserap saat seimbang, k dan n adalah tetapan. Dengan
mengukur m sebagai fungsi c dan memplot log m terhadap log c, maka nilai n
dan k dapat ditentukan dari slop dan intersepnya. Isoterm Freundlich tidak berlaku
jika konsentrasi (atau tekanan) zat terserap terlalu tinggi (Mawardi, 2009).
Adsorpsi Isoterm Langmuir. Langmuir menggambarkan bahwa pada
permukaan penyerap terdapat sejumlah tertentu pusat aktif (active sites) yang
sebanding dengan luas permukaan penyerap. Pada setiap pusat aktif hanya satu
molekul yang dapat diserap. Ikatan antara zat yang terserap dengan penyerap
dapat terjadi secara fisika (physisorption) atau secara kimia (chemisorption).
Ikatan tersebut harus harus cukup kuat untuk mencegah perpindahan molekul
yang telah terserap sepanjang permukaan penyerap. Interaksi antar molekul-
molekul yang terserap dalam lapisan hasil serapan diabaikan (Mawardi, 2009).
Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat dituliskan sebagai berikut :
C merupakan konsentrasi adsorbat dalam larutan, x/m adalah konsentrasi adsorbat
yang terserap per gram adsorben, k adalah konstanta yang berhubungan dengan
afinitas adsorpsi dan (x/m)mak adalah kapasitas adsorpsi maksimum dari adsorben
(Sukarta, 2008).
Karbon atau arang aktif adalah material yang berbentuk butiran atau bubuk
yang berasal dari material yang mengandung karbon misalnya batubara, kulit
kelapa, dan sebagainya. Dengan pengolahan tertentu yaitu proses aktivasi seperti
perlakuan dengan tekanan dan suhu tinggi, dapat diperoleh karbon aktif yang
memiliki permukaan dalam yang luas (Pararaja, 2008).
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%
karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan
pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi
kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung
karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang selain
digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben
(penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan
ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi
dengan bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi.
Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia.
Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif (Pararaja, 2008).
Rodamin B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes. Rodamin B
adalah bahan kimia yang digunakan untuk pewarna merah pada industri tekstil
dan plastik. Rodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari metanlinilat dan
dipanel alanin yang berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah
keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna merah
terang pada konsentrasi rendah. Rodamin B sering diselahgunakan untuk pewarna
pangan (kerupuk,makanan ringan, es-es dan minuman yang sering dijual di
sekolah) serta kosmetik dengan tujuan menarik perhatian konsumen. Rodamin B
(C28N31N2O3Cl) adalah bahan kimia sebagai pewarna dasar untuk berbagai
kegunaan (Syaifuddin, 2009).
Rodamin B
Adsorption is usually described through isotherms, that is, the amount of
adsorbate on the adsorbent as a function of its pressure (if gas) or concentration (if
liquid) at constant temperature. The quantity adsorbed is nearly always
normalized by the mass of the adsorbent to allow comparison of different
materials (Hunter, 2003).
Adsorpsi biasanya digambarkan melalui isotherms, yaitu jumlah adsorbat
pada adsorben sebagai fungsi dari tekanan (jika gas) atau konsentrasi (jika cairan)
pada suhu konstan. Kuantitas adsorben hampir selalu dinormalkan oleh massa
adsorben untuk memungkinkan perbandingan pada bahan yang berbeda (Hunter,
2003).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan–bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah karbon aktif,
rodamin B 10 ppm, aluminium foil, kertas saring, akuades, kertas label, dan tissue
roll.
3.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlenmeyer 500 mL,
labu ukur 100 mL, labu ukur 50 mL, gelas kimia 600 mL, gelas kimia 50 mL,
buret 50 mL, corong Buchner, pompa vakum, statif, klem, stirer magnetik, bar,
pipet tetes, spektronik 20 D+, neraca digital, labu semprot, dan stopwatch.
3.3 Prosedur Percobaan
Disiapkan 5 buah labu ukur 100 mL dan 50 mL yang bersih dan kering.
Diencerkan larutan rodamin B 10 ppm menjadi konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm,
8 ppm, dan 10 ppm di dalam labu ukur 100 mL sebagai larutan contoh.
Diencerkan larutan rodamin B 10 ppm menjadi konsentrasi 0,5 ppm, 1 ppm, 2
ppm, 4 dan 8 ppm di dalam labu ukur 50 mL sebagai larutan standar. Disiapkan 4
buah erlenmeyer 500 ml yang bersih dan kering. Ditimbang 1 g karbon aktif
sebanyak empat kali dengan teliti dan tepat. Dimasukkan larutan contoh rodamin
B dengan konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm pada masing-
masing erlenmeyer. Dimasukkan karbon aktif ke dalam erlemeyer tersebut dan
ditutup dengan aluminium foil. Larutan tersebut diaduk menggunakan stirer
magnetik selama 30 menit. Semua larutan disaring dalam corong Buchner, dimana
saringan pertama dibuang. Diukur absorbansi dari setiap larutan standar rhodamin
B dengan konsentrasi 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, dan 4 ppm menggunakan
spektronik 20D+ dengan panjang gelombang 590 nm dan dicatat. Diukur juga
absorbansi larutan contoh rodamin B dengan konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8
ppm, dan 10 ppm menggunakan spektronik 20D+ dengan panjang gelombang 590
nm dan dicatat. Ditentukan konsentrasi melalui kurva standar setelah adsorpsi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil Pengamatan
Data Kurva Kalibrasi
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0,5 0,121
1 0,168
2 0,317
4 0,574
Data Absorbansi Rodamin B setelah Adsorpsi
Adsorben (gram) Konsentrasi awal (ppm)
Absorbansi
1 2 0,182
1 4 0,306
1 6 0,372
1 8 0,314
1 10 0,764
b. Kurva Kalibrasi
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.50
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
f(x) = 0.131617391304348 x + 0.0482173913043479R² = 0.99823660846559
Grafik Konsentrasi vs Absorbansi
Series2Linear (Series2)
Konsentrasi (ppm)
Abso
rban
si
c. Perhitungan
i. Perhitungan konsentrasi larutan setelah adsorpsi
Dari kurva standar rodamin B diperoleh persamaan garis :
y = 0,131x + 0,048
x = y – 0,0 48
0,131
dimana, x = konsentrasi larutan setelah adsorpsi
y = absorbansi larutan setelah adsorpsi
Maka, berdasarkan persamaan garis tersebut diperoleh konsentrasi masing-masing
larutan setelah adsorpsi yaitu :
a. Untuk konsentrasi awal 2 ppm
x = 0, 182 – 0,0 48
0,131
= 1,0229 ppm
b. Untuk konsentrasi awal 4 ppm
x = 0,306 – 0,0 48
0,131 = 1,9695 ppm
c. Untuk konsentrasi awal 6 ppm
x = 0, 372 – 0,0 48
0,131
= 2,4733 ppm
d. Untuk konsentrasi awal 8 ppm
x = 0, 314 – 0,0 48
0,131
= 2,0305 ppm
e. Untuk konsentrasi awal 10 ppm
x = 0, 764 – 0,0 48
0,131
= 5,4656 ppm
4.3.2 Perhitungan Efektifitas Adsorpsi
Efektifitas adsorpsi (qe ; x/m) = (Co – Ce) x V larutan (L)massa larutan
Dimana : Co = Konsentrasi awal
Ce = Konsentrasi akhir
1. Konsentrasi awal 2 ppm
qe = (2 – 1,0229 ) x 1 L1 gram
= 0,9771 mg/g
2. Konsentrasi awal 4 ppm
qe = (4 – 1,9695 ) x 1 L1 gram
= 2,0305 mg/g
3. Konsentrasi awal 6 ppm
qe = (6 – 2,4733 ) x 1 L1 gram
= 3,5267 mg/g
4. Konsentrasi awal 8 ppm
qe = (8 – 2,0305 ) x 1 L1 gram
= 5,9695 mg/g
5. Konsentrasi awal 10 ppm
qe = (10 – 5,4656 ) x 1 L1 gram
= 4,5344 mg/g
4.4 Kurva Isotermal Adsorbsi
Co (ppm)
Ce (ppm) qe ; x/m Ce/qe Log Ce Log qe
2
4
6
8
1,0229
1,9695
2,4733
2,0305
0,9771
2,0305
3,5267
5,9695
1,0469
0,9699
0,7013
0,3401
0,0098
0,2943
0,3933
0,3076
-0,0101
0,3076
0,5474
0,7759
10 5,4656 4,5344 1,2054 0,7376 0,6565
1. Kurva Isotermal Adsorpsi Langmuir
0 1 2 3 4 5 60
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
f(x) = 0.0823360407962202 x + 0.639275341281511R² = 0.167987371478245
Grafik Ce/qe vs Ce
Series2Linear (Series2)
Ce
Ce/q
e
Dari kurva tersebut diperoleh :
slope = 0,082
Intercept = 0,639
Kapasitas adsorpsi (Q) = 1
slope
= 1
0,082
= 12,1951 mg/g
Tetapan Langmuir (b) = 1
Q x intercept
= 1
12,1951× 0,639
= 0,1283 L/mg
2. Kurva Isotermal Adsorpsi Freundlich
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8-0.10
0.10.20.30.40.50.60.70.80.9
f(x) = 0.861413591033619 x + 0.155240135252963R² = 0.518703725632242
Grafik log Ce vs log qe
Series2Linear (Series2)
log Ce
log
qe
Dari kurva tersebut diperoleh:
slope = 0,861
Intercept = 0,155
Kapasitas adsorpsi (K) = Inv. log Intercept
= Inv Log 0,155
= 1,4289 mg/g
Tetapan Freundlich (b) = 1
slope
= 1
0,861
= 1,1614 mg/L
4.5 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui adsorpsi zat warna oleh karbon
aktif. Dalam percobaan ini digunakan zat warna rodamin B yang akan ditentukan
bagaimana adsorpsinya oleh arbon aktif. Karbon aktif digunakan sebagai adsorben
karena dapat menarik warna dari suatu larutan. Berkurangnya intensitas warna
dari suatu larutan menandakan bahwa karbon aktif dapat menyerap warna.
Percobaan ini menggunakan larutan standar rodamin B yang
konsentrasinya 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, dan 4 ppm, dan larutan contoh rodamin
yang akan ditentukan adsorbansinya dengan konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 8 ppm,
6 ppm, dan 10 ppm. Pengenceran harus dilakukan dengan teliti agar hasil yang
diperoleh tidak jauh melenceng dari yang sebenarnya. Dalam percobaan ini,
larutan contoh rodamin B masing-masing ditambahkan karbon aktif dalam suatu
erlenmeyer, setelah itu erlenmeyer ditutup dan larutan diaduk menggunakan
magnetik stirer selama 30 menit. Penambahan karbon aktif harus berlangsung
secara bersamaan agar lama adsorpsi dari tiap sampel sama, sehingga daya
adsorpsi dari konsentrasi yang bervariasi dapat dibandingkan. Fungsi penutupan
erlenmeyer adalah untuk menghindari keluarnya larutan akibat percikan-percikan
selama proses pengadukan. Sedangkan pengadukan yang dilakukan bertujuan agar
larutan warna rodamin dapat bercampur dengan karbon aktif, sehingga proses
adsorpsi warna oleh karbon aktif dapat terjadi semaksimal mungkin.
Larutan zat warna rodamin dengan karbon aktif kemudian disaring
menggunakan penyaring vakum untuk memisahkan larutan zat warna hasil
adsorpsi dengan karbon aktif. Hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan
penyaringan yaitu beberapa mililiter filtrat pertama harus digunakan untuk
membilas wadah tempat menampung filtrat dan dibuang. Filtrat pertama tidak
diambil karena ada kemungkinan zat warna rodamin B juga diserap oleh kertas
saring pada saat melakukan penyaringan.
Untuk mengukur absorbansi dari contoh yang telah melewati proses
adsorpsi, dibutuhkan suatu deret standar yang diambil dari larutan rodamin B 10
ppm yang kemudian diencerkan menjadi 0,5, 1, 2, 4, dan 8 ppm.
Pada pengukuran absorbansi menggunakan alat Spectronic 20D+. Hal
yang perlu diperhatikan adalah setiap kali akan memasukkan larutan, alat harus
selalu di-nol-kan. Analisa rodamin B menggunakan panjang gelombang 590 nm
yaitu panjang gelombang yang berada pada daerah visibel.
Nilai absorbansi larutan standar pada konsentrasi 8 ppm terlalu tinggi, oleh
sebab itu absorbansinya tidak dapat dibaca oleh alat Spectronic 20D+. Sehingga
dalam perhitungan konsentrasi larutan standar yang digunakan hanya 0,5 ppm;
1 ppm; 2 ppm; dan 4 ppm.
Berdasarkan teori, larutan yang telah mengalami adsorpsi seharusnya
konsentrasinya menjadi berkurang sesuai daya adsorpsi optimum karbon aktif
pada konsentrasi tersebut. Namun dari hasil perhitungan yang diperoleh, terdapat
hasil yang tidak sesuai dengan teori dimana pada smpel dengan konsentrasi awal
6 ppm memiliki nilai konsentrasi setelah mengalami adsorpsi yaitu 2,4733 ppm
yang lebih besar dari konsentrasi awal 8 ppm yaitu 2,0305 ppm. Hal ini mungkin
dikarenakan pada saat melakukan pengenceran, terdapat kesalahan pada saat
membaca skala buret atau kurang ketelitian pada saat menghimpitkan labu ukur.
Atau bisa juga karena karbon aktif yang digunakan sudah banyak menyerap air
dari udara sehingga mengurangi kemampuan adsorpsinya.
Dari kurva isotermal Langmuir diperoleh nilai y = 0,082x + 0,639
dengan nilai R² = 0,168. Nilai kapasitas adsorpsinya (Qo) sebesar 12,1951 mg/g
adsorban dan nilai adsorpsinya (b) sebesar 0,1283 L/mg. Pada kurva isotermal
Freundlich diperoleh nilai y = 0,861x + 0,155 dan nilai R² = 0,518. Nilai kapasitas
adsorpsinya (K) sebesar 1,4289 mg/g adsorben dan nilai intensitas adsorpsinya (b)
sebesar 1,1614 mg/L. Dari kedua kurva menunjukkan nilai R yang berbeda,
dimana Freundlich lebih mendekati 1 dibandingkan Langmuir, maka dapat
dinyatakan bahwa persamaan yang paling memenuhi adsorpsi rodamin B adalah
isotermal adsorpsi Freundlich.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Model adsorpsi yang sesuai dengan adsorpsi rodamin B oleh karbon aktif
adalah model adsorpsi Freundlich.
2. Nilai kapasitas adsorpsinya (K) sebesar 1,4289 mg/g adsorban dan nilai
adsorpsinya (b) sebesar 1,1614 mg/L
5.2 Saran
Saran untuk percobaan kali ini yaitu pada saat melakukan pengenceran
sebaiknya menggunakan pipet volum agar konsentrasi yang diperoleh sesuai
dengan yang diharapkan.
Saran untuk asisten adalah responnya jangan dilaksanakan pada saat
percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hunter, A.J., 2003, Adsorption, (online) (http://en.wikipedia.org/wiki/adsorption) diakses tanggal 23 Maret 2010.
Junaidi, W., 2009, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi, (online), (http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/12/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-adsorpsi_27.html), diakses tanggal 30 Maret 2010.
Mawardi, 2009, Biosorpsi, Universitas Negeri Padang, Padang.
Pararaja, A., 2008, Karbon Aktif, (online), (http://smk3ae.wordpress.com/tag/slentingan/karbon-aktif.html), diakses tanggal 30 Maret 2010.
Staf pengajar kimia fisika, 2008, Penuntun Praktikum Kimia Fisika, Universitas Brawijaya, Malang.
Sukarta, I. N., 2008. Adsorpsi Ion Cr3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia, (Online), (http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=801), diakses tanggal 30 Maret 2010.
Syaifuddin, M., 2009, Pewarna Sintesis “Rhodamin B”, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Vitasari, 2009, Kuliah-12 Adsorpsi, (online) (http://blog.ums.ac.id/vitasari/files/ 2009/06/kuliah-12_adsorpsi.pdf) diakses tanggal 23 Maret 2010.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 1 April 2010
Asisten Praktikan
Bhakti Wiguna Moo Meity Jolanda Karoma