PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIHasil penelitian menunjukkan infus akar ginseng merah...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIHasil penelitian menunjukkan infus akar ginseng merah...
-
i
UJI POTENSI ANTIBAKTERI INFUS AKAR GINSENG MERAH
(Phytolacca americana L.) TERHADAP Staphylococcus aureus
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh
Yulius Eriet Wibowo
NIM: 038114020
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
Tuhan, Engkau adalah lilinku
Sumber penerang di dalam hidupku
Kau selalu tunjukkan jalan
Untuk meraih mimpi dan harapan
Terima kasih Tuhan ...
Kau tlah membimbing aku
Ciptakan karya kecilku
Untuk untaian cinta
Dan lembaran cita-citaku
Amien.
Kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus cahaya hidupku
Bapak dan Ibuku tercinta, ungkapan rasa hormat dan baktiku
Sahabat-sahabat terbaikku
Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasihNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul UJI POTENSI
ANTIBAKTERI INFUS AKAR GINSENG MERAH (Phytolacca americana L.)
TERHADAP Staphylococcus aureus. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi gelar
Sarjana Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan banyak masukan serta kritik dan saran selama
penelitian kepada penulis.
3. Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si. selaku dosen penguji yang telah meluangkan
waktu untuk menguji dan memberikan masukan, kritik dan saran kepada penulis.
4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu
untuk menguji dan memberikan masukan, kritik dan saran kepada penulis.
5. Bapak dan Ibuku tercinta, terima kasih atas segala doa, dukungan dan semangat
serta kasih sayang yang tiada habisnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
6. Nenekku dan Om Broto yang selalu memberi semangat sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
7. CV. Indmira yang telah menyediakan bahan tanaman sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
8. Sahabat-sahabatku : Vian, Rosa, Wida, Atin, Wewen, Anin, terima kasih untuk
saling mengingatkan dan selalu memberikan semangat, kritik, saran serta
kebersamaan kita selama ini.
9. Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Sarwanto, Mas Andre dan semua laboran yang
telah banyak membantu selama penelitian ini dilaksanakan sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
10. Teman-teman kelas A angkatan 2003 terima kasih atas dukungan dan
kebersamaannya.
11. Teman-teman kelompok praktikum A terima kasih atas dukungan dan
kebersamaannya.
12. Teman-teman KKNku Budi, Adit, Gilang, Mia, Mika, Tina, Tere dan Martha.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, Juni 2008
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ix
INTISARI
Akar ginseng merah merupakan tanaman obat yang berkhasiat mengatasi sakit kulit dan infeksi saluran pernafasan atas. Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri penyebab infeksi pada kulit dan saluran pernapasan atas. Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi antibakteri infus akar ginseng merah terhadap S. aureus dan mengidentifikasi golongan senyawa yang terdapat dalam infus akar ginseng merah.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola satu arah. Uji potensi antibakteri terhadap S. aureus dilakukan dengan metode difusi paper disk. Potensi antibakteri ditunjukkan dengan adanya zona hambat di sekitar paper disk. Metode Kromatografi Lapis Tipis digunakan untuk identifikasi golongan senyawa yang terdapat dalam infus akar ginseng merah dengan fase diam silika gel GF 254, fase gerak kloroform : metanol : air (64 : 50 : 10 v/v) dan dideteksi dengan pereaksi semprot vanillin H2SO4. Data diameter zona hambat dianalisa dengan Kolmogorov Smirnov Test, ANOVA satu arah, dilanjutkan dengan uji LSD (p ≥ 0,05).
Hasil penelitian menunjukkan infus akar ginseng merah memiliki potensi antibakteri terhadap S. aureus yang ditunjukkan dengan adanya zona hambat. Analisis kualitatif secara KLT menunjukkan infus akar ginseng merah mengandung senyawa saponin. Kata kunci : potensi antibakteri, akar ginseng merah , Staphylococcus aureus, infus,
zona hambat , saponin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
ABSTRACT
Poke root is a medicinal plant which is used to cure skin diseases and infection of the upper respiratory tract. Staphylococcus aureus is one of bacteria, which caused infection in the skin and the upper respiratory tract. This research was aimed to test the antibacterial potency of infuse from poke root against S. aureus and identify the compound inside infuse from poke root.
This research was a pure experiment with one way complete design. The antibacterial potency against S. aureus was done using the paper disk diffusion. The antibacterial potency was shown by the blocked zone. Thin Layer Chromatography (TLC) method was used to identificate infuse of poke root which eventually was determined using silica gel GF 254 as the stationary phase, chloroform : methanol : aqua (64 : 50 : 10 v/v) as the mobile phase and also spray reactant vanillin H2SO4 to identify the supposedly compound. Data of diffusion method were analysed by Kolmogorov Smirnov Test, one way ANOVA, and continued by LSD test (p ≥ 0,05).
The result showed the infuse of poke root had the antibacterial potency against Staphylococcus aureus which was shown by the blocked zone. Qualitative analysis by using TLC it showed the infuse of poke root consist of saponin.
Keyword : antibacterial potency, poke root, Staphylococcus aureus, infuse, the blocked zone, saponin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ viii
INTISARI........................................................................................................ ix
ABSTRACT ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENGANTAR ......................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................. 1
1. Permasalahan ............................................................... 2
2. Keaslian Penelitian ....................................................... 2
3. Manfaat Penelitian ....................................................... 3
B. Tujuan Penelitian ............................................................... 3
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ................................................... 4
A. Ginseng Merah ................................................................... 4
1. Keterangan Botani ........................................................ 4
2. Deskripsi ...................................................................... 4
3. Kandungan Kimia ........................................................ 5
4. Kegunaan ..................................................................... 5
B. Penyarian ............................................................................ 6
C. Uji Potensi Senyawa Antibakteri ....................................... 8
D. Staphylococcus aureus ....................................................... 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
Halaman
E. Identifikasi Kualitatif Kandungan Senyawa Aktif ............. 11
F. Landasan Teori ................................................................... 13
G. Hipotesis ............................................................................. 14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 15
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................... 15
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................... 15
1. Variabel Penelitian ....................................................... 15
2. Definisi Operasional .................................................... 16
C. Alat dan Bahan ................................................................... 17
1. Alat ............................................................................... 17
2. Bahan ........................................................................... 17
D. Tata Cara Penelitian ........................................................... 18
1. Determinasi Akar Ginseng Merah ............................... 18
2. Pengumpulan Bahan .................................................... 18
3. Pengeringan dan Pembuatan Serbuk ............................ 18
4. Penyarian Akar Ginseng Merah Dengan Metode
Infundasi ....................................................................... 19
5. Uji Potensi Antibakteri Infus Akar Ginseng Merah...... 20
a. Persiapan stok bakteri ............................................ 20
b. Pembuatan suspensi bakteri ................................... 20
c. Uji potensi antibakteri infus akar ginseng merah ter-
hadap S. aureus dengan metode difusi paper disk 20
d. Uji potensi antibakteri infus akar ginseng merah ter-
hadap S. aureus dengan metode dilusi padat ......... 20
6. Identifikasi Kualitatif Kandungan Senyawa dalam Infus
Akar Ginseng Merah .................................................. 21
a. Uji Tabung ............................................................. 21
b. Kromatografi Lapis Tipis........................................ 23
E. Analisis Hasil .......... 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
Halaman
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 26
A. Determinasi Akar Ginseng Merah ..................................... 26
B. Pengumpulan dan Pengeringan Bahan ............................... 26
C. Penyarian Akar Ginseng Merah Dengan Metode Infundasi 28
D. Uji Potensi Antibakteri Infus Akar Ginseng Merah Terha-
dap S. aureus dengan Metode Difusi Paper Disk .............. 29
E. Uji Potensi Antibakteri Infus Akar Ginseng Merah Terha-
dap S. aureus dengan Metode Dilusi Padat......................... 33
F. Identifikasi Kualitatif Kandungan Senyawa dalam Infus
Akar Ginseng Merah dengan Uji Tabung dan Metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ....................................... 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 43
A. Kesimpulan ........................................................................ 43
B. Saran ................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 44
LAMPIRAN ....................................................................................... 47
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................... 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Seri konsentrasi infus akar ginseng merah ............................... 19
Tabel II. Purata diameter zona hambat infus akar ginseng merah
terhadap S. aureus dengan metode difusi paper disk ............... 30
Tabel III. Hasil uji statistik menggunakan ANOVA ................................ 31
Tabel IV. Hasil uji statistik menggunakan uji Least Significant Difference
(LSD) ....................................................................................... 32
Tabel V. Hasil uji potensi antibakteri infus akar ginseng merah
terhadap S. aureus dengan metode dilusi padat dalam
waktu inkubasi 24 jam ............................................................. 35
Tabel VI. Hasil uji tabung infus akar ginseng merah................................ 36
Tabel VII. Harga Rf dan warna bercak infus akar ginseng merah ............ 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Akar dan tanaman ginseng merah ............................................ 5
Gambar 2. Mekanisme pembentukan buih ................................................. 39
Gambar 3. Profil kromatogram infus akar ginseng merah ......................... 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi Tanaman Ginseng Merah ...... 47
Lampiran 2. Pengamatan potensi hambat infus akar ginseng merah
terhadap S. aureus dengan metode difusi paper disk waktu
inkubasi 24 jam ...................................................................... 48
Lampiran 3. Pengamatan potensi infus akar ginseng merah terhadap
S. aureus dengan metode dilusi padat waktu inkubasi 24 jam 49
Lampiran 4. Penegasan hasil dilusi padat infus akar ginseng merah terha-
dap S. aureus dengan metode streak plate waktu inkubasi
24 jam...................................................................................... 50
Lampiran 5. Hasil uji tabung akar ginseng merah untuk uji saponin .......... 51
Lampiran 6. Hasil identifikasi saponin infus akar ginseng merah
dengan metode KLT ............................................................... 52
Lampiran 7. Hasil pengukuran diameter zona hambat infus akar
ginseng merah terhadap S. aureus dengan metode difusi
paper disk waktu inkubasi 24 jam .......................................... 53
Lampiran 8. Hasil perhitungan data potensi antibakteri infus akar
ginseng merah terhadap S. aureus .......................................... 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Akar ginseng merah (Phytolacca americana L.) merupakan salah satu
simplisia yang digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai obat antirheumatik,
antiskabies, antibakteri, antidiare, antiradang saluran pernapasan atas (Nuskha, 2004;
Duke, 1992). Akar ginseng merah diketahui mengandung senyawa aktif saponin
triterpenoid (Nuskha, 2004).
Penggunaan obat tradisional di masyarakat umumnya dalam bentuk rebusan
dan seduhan. Untuk penyarian, Farmakope Indonesia IV menetapkan sebagai cairan
penyari digunakan air, etanol, etanol air atau eter. Untuk obat tradisional masih
terbatas pada penggunaan air dan etanol (Anonim, 1986). Kandungan senyawa aktif
saponin triterpenoid yang terdapat dalam akar ginseng merah larut dalam air dan
etanol (Robinson, 1991), karenanya penyarian dilakukan dengan metode infundasi.
Senyawa saponin diketahui mempunyai aktivitas sebagai antimikroba (Evans &
Trease, 1989).
Penggunaan akar ginseng merah adalah untuk mengobati beberapa penyakit
yang disebabkan oleh bakteri, seperti infeksi / radang pada selaput lendir saluran
pernapasan atas pada penggunaan internal dan digunakan untuk membersihkan kulit
dari kudis dan pengganggu lainnya pada penggunaan eksternal (Nuskha, 2004).
Staphylococcus aureus merupakan bakteri penyebab penyakit yang umum diderita
oleh masyarakat, seperti radang pada selaput lendir dan sakit kulit seperti penanahan
pada luka dan kudis (Jawetz, Melnick & Adelberg, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
Terkait dengan penggunaan akar ginseng merah sebagai antibakteri, perlu
dilakukan uji potensi untuk melihat potensi antibakteri dari infus akar ginseng merah
terhadap S. aureus. S. aureus dapat membentuk sistem kekebalan baru terhadap
senyawa antibakteri yang sudah ada sehingga dapat menyebabkan terjadinya
resistensi terhadap senyawa antibakteri yang sudah ada. Untuk mengatasi hal ini,
perlu dilakukan pencarian senyawa antibakteri baru yang memungkinkan untuk
penemuan obat baru yang dapat menggantikan senyawa antibakteri yang sudah ada.
Sehubungan dengan hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk
membuktikan potensi antibakteri infus akar ginseng merah terhadap S. aureus.
1. Perumusan masalah
a. Apakah infus akar ginseng merah mempunyai potensi antibakteri terhadap S.
aureus ?
b. Golongan senyawa apa yang terdapat dalam infus akar ginseng merah ?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran peneliti, penelitian tentang potensi antibakteri infus
akar ginseng merah terhadap S. aureus belum pernah dilakukan sebelumnya.
Terhadap akar ginseng merah pernah dilakukan penelitian yang berhubungan
dengan kandungan senyawa oleh CV. Indmira Citra Tani Nusantara (2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya penggunaan akar ginseng merah
sebagai antibakteri.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
khasiat infus akar ginseng merah untuk mengobati sakit kulit dan infeksi
saluran pernapasan atas.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui potensi antibakteri infus akar ginseng merah terhadap S. aureus.
2. Mengetahui golongan senyawa yang terdapat dalam infus akar ginseng merah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Ginseng Merah
1. Keterangan Botani
Tanaman ginseng merah termasuk dalam familia Phytolaccaceae, genus
Phytolacca dan spesies Phytolacca americana L. Nama lain dari tanaman
ginseng merah ini, antara lain Poke, Pokeweed, red weed, red ink plant, garget,
pigeon berry, scoke, coakum, Virginia polk, pocan bush, American nightshade
dan red ink berries (Nuskha, 2004)
2. Deskripsi
Tanaman tegak dengan tinggi 1 – 3 m, tersusun lebat seperti hutan, batang
dari bunga berwarna merah jambu sampai kemerah-merahan. Daun berbentuk
bulat sampai bulat menyempit atau lanset dengan panjang 4 – 16 cm dan lebar
1 – 4 cm. Panjang tangkai bunga 4 – 5 cm, panjang tangkai buah 6 – 10 mm.
Buah seperti bola ditekan, diameter 5 – 10 mm, warna berubah dari merah
menjadi hitam ketika masak. Buah masak dalam waktu dua bulan (Anonim,
1998; Harden, 1990). Tanaman ginseng merah berbunga antara bulan Mei sampai
Oktober (Anonim, 2003). Tanaman ginseng merah memiliki akar berwarna
kecoklatan yang sangat besar seperti daging, berserabut dan dapat tumbuh sampai
dengan diameter antara 20 – 25 cm (Anonim, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
Gambar 1. Akar dan tanaman ginseng merah (Anonim,1996; 2004)
3. Kandungan Kimia
Kandungan aktif utama pada akar ginseng merah ini adalah saponin
triterpenoid (Nuskha, 2004). Menurut Duke (1992) semua bagian tanaman
memiliki kandungan senyawa dan aktivitas biologi yang berbeda-beda.
Kandungan senyawa yang terdapat dalam akar ginseng merah, antara lain
anthocyanin, ascorbic-acid, beta-karoten, betanin, caryophyllene, jaligonic-acid,
niacin, oleanolic-acid, riboflavin dan thiamin.
4. Kegunaan
Akar ginseng merah biasa digunakan untuk mengobati infeksi / radang
selaput lendir saluran pernapasan atas dan infeksi pada kulit seperti kudis dan
penanahan pada luka (Nuskha, 2004). Menurut Duke (1992) akar ginseng merah
dapat digunakan sebagai antibakteri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
B. Penyarian
Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang
tidak dapat larut dengan pelarut cair. Faktor yang mempengaruhi kecepatan
penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara
cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut. Zat aktif yang terdapat
dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam alkaloida, glikosida, flavonoid
dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta
stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, logam berat, udara,
cahaya, dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya zat aktif yang dikandung
simplisia akan mempermudah pemilihan cairan penyari dan cara penyarian yang
tepat (Anonim, 1986). Faktor utama untuk pertimbangan pada pemilihan cairan
penyari adalah selektifitas, kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut,
ekonomis, aman dan ramah lingkungan (Sidik & Mudahan, 2000).
Cara penyarian dapat dibedakan menjadi :
1. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian (menyari simplisia dengan air pada suhu
90oC selama 15 menit) yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan
aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati (Anonim, 1986).
Pada penelitian ini digunakan metode penyarian secara infundasi. Proses
penyarian yaitu simplisia serbuk dibasahi dengan air secukupnya, kemudian
dipanaskan di tangas air dalam panci infusa selama 15 menit dihitung mulai suhu
dalam panci 90o C sambil sesekali diaduk. Kemudian diserkai selagi panas
melalui kain flanel. Untuk mencukupi kekurangan air, ditambah air panas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
secukupnya melalui ampas sampai diperoleh volume yang dikehendaki (Anonim,
1974).
Untuk penyarian, Farmakope Indonesia IV menetapkan sebagai cairan
penyari digunakan air, etanol, etanol air atau eter. Untuk obat tradisional masih
terbatas pada penggunaan penyari air dan etanol. Pada penyarian dengan metode
infusa digunakan cairan penyari berupa air (Anonim, 1986).
2. Maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka
larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Anonim,
1986)
3. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Tahap perkolasi
dilakukan terus-menerus sampai diperoleh ekstrak yang jumlahnya 1-5 kali bahan
(Sidik & Mudahan, 2000).
4. Penyarian berkesinambungan
Prinsip kerjanya yaitu cairan penyari diisikan pada labu, serbuk simplisia
diisikan pada tabung dari kertas saring atau tabung yang berlubang-lubang dari
gelas, baja tahan karat atau bahan lain yang cocok. Cairan penyari dipanaskan
hingga mendidih. Uap penyari akan naik ke atas melalui serbuk simplisia. Uap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
penyari mengembun karena didinginkan oleh pendingin balik. Embun turun
melalui serbuk simplisia sambil melarutkan zat aktifnya dan kembali ke labu.
Cairan akan menguap kembali berulang proses seperti di atas (Anonim, 1986).
C. Uji Potensi Senyawa Antibakteri
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada senyawa antibakteri yang bersifat
menghambat pertumbuhan bakteri (bacteriostatic), dan ada yang bersifat membunuh
bakteri (bacteriocide). Konsentrasi minimal senyawa antibakteri yang diperlukan
untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuhnya, masing-masing dikenal
sebagai Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal
(KBM). Senyawa antibakteri tertentu aktifitasnya dapat meningkat dari bacteriostatic
menjadi bacteriocide bila kadar senyawa antibakterinya ditingkatkan (Jawetz,
Melnick & Adelberg, 1996).
Potensi senyawa antibakteri dapat diterapkan dengan beberapa cara di
antaranya adalah metode difusi dan metode dilusi.
1. Metode Difusi
Metode ini didasarkan pada kemampuan obat untuk berdifusi ke dalam
media tempat bakteri uji berkembang biak secara optimal dengan mengamati
diameter hambatan pertumbuhan bakteri karena berdifusinya obat dari titik awal
pemberian ke daerah difusi. Metode difusi dapat dilakukan dengan menggunakan
paper disk yang mengandung senyawa antibakteri diletakkan di atas media agar
yang telah diinokulasi bakteri uji atau bila dengan sumuran, senyawa antibakteri
dimasukkan ke dalam sumuran. Besarnya daerah difusi sesuai dengan daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
pertumbuhan atau hambatan bakteri uji dan sebanding dengan konsentrasi obat
yang diberikan (Anonim, 1992). Pengukuran zona hambat dilakukan dengan
mengukur diameter zona jernih di sekitar paper disk menggunakan penggaris.
Hasil metode difusi adalah:
a. Zona irradikal adalah suatu daerah di sekitar disk atau sumuran yang
menunjukkan pertumbuhan bakteri yang dihambat oleh senyawa antibakteri
tersebut tetapi tidak dimatikan. Di sini akan terlihat adanya pertumbuhan
yang kurang subur atau lebih jarang dibandingkan dengan daerah di luar
pengaruh senyawa antibakteri tersebut.
b. Zona radikal adalah suatu daerah di sekitar disk atau sumuran yang sama
sekali tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri (Anonim, 1992).
2. Metode Dilusi
Prinsip metode ini adalah larutan uji diencerkan sehingga diperoleh
beberapa konsentrasi. Pada dilusi cair masing-masing konsentrasi obat yang telah
dibuat tersebut ditambahkan suspensi bakteri uji ke dalam media, sedangkan pada
dilusi padat masing-masing konsentrasi obat yang telah dibuat dicampurkan ke
dalam media agar kemudian ditanami bakteri uji dan diinkubasi. Dengan metode
ini akan didapat hasil secara kuantitatif. Konsentrasi terendah yang menghambat
pertumbuhan mikroba (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) dalam
media dapat ditentukan dengan mengukur kekeruhan setelah inkubasi (Hugo &
Russel, 1987). Keuntungan metode ini dibandingkan dengan metode difusi
adalah dapat menentukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dari larutan uji tersebut (Anonim, 1992).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
D. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus termasuk dalam familia Micrococcaceae, yaitu sel
gram positif berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam rangkaian tak beraturan seperti
anggur. Bakteri ini mudah tumbuh pada berbagai perbenihan dan mempunyai
metabolisme aktif, meragikan karbohidrat, serta menghasilkan pigmen yang
bervariasi dari putih sampai kuning tua. Bakteri ini tumbuh paling cepat pada suhu
37oC, tetapi membentuk pigmen-pigmen paling baik pada suhu kamar (20o – 25oC).
S. aureus merupakan bakteri anaerob fakultatif yang bersifat patogen, memproduksi
koagulase pigmen warna kuning emas, lipase, bersifat hemolitik dan tumbuh pada
media yang mengandung NaCl 0,9%. S. aureus biasanya ditemukan pada kulit dan
membran serta dapat menimbulkan suatu penyakit tertentu. Bakteri ini dapat
menyebabkan terjadinya infeksi pada selaput lendir, bisul, borok, serta nanah pada
luka, tetapi peka terhadap antibiotik golongan beta laktam, serta peka terhadap fenol
dan derivat fenol lainnya (Jawetz, Melnick & Adelberg, 1996).
Kepekaan S. aureus terhadap banyak obat antimikroba berbeda-beda.
Resistensi bakteri ini dibagi menjadi beberapa golongan :
a. Sering membentuk β-laktamase di bawah kendali plasmid, dan menyebabkan
organisme resistensi terhadap beberapa penisilin.
b. Resistensi terhadap nafsilin (dan terhadap metisilin serta oksasilin) tidak
tergantung pada pembentukan β-laktamase. Gen tersebut mungkin berada pada
kromosom dan ekspresinya bermacam-macam. Mekanisme resistensi terhadap
nafsilin dikaitkan dengan tidak ada atau sukar dicapainya protein pengikat
penisilin pada organisme itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
c. Toleransi berarti bahwa obat dapat menghambat tetapi tidak bisa mematikan
Staphylococcus, artinya terdapat perbedaan yang sangat besar antara konsentrasi
hambat minimal dan konsentrasi bunuh minimal suatu antimikroba. Toleransi
kadang-kadang disebabkan oleh tidak adanya proses aktivasi enzim autolitik
dalam dinding sel (Jawetz, Melnick & Adelberg, 1996).
E. Identifikasi Kualitatif Kandungan Senyawa Aktif
Identifikasi kualitatif bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa aktif
yang berguna untuk pengobatan. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan uji
tabung dan atau uji kualitatif secara KLT. Uji tabung merupakan analisis kualitatif
dengan cara mereaksikan bahan tanaman dengan larutan atau pereaksi tertentu,
sehingga diperoleh hasil yang mengarah ke kandungan senyawa aktif dari bahan
tanaman tersebut. Uji tabung meliputi uji alkaloid, uji antrakinon, uji polifenol, uji
tanin (zat samak), uji kerdenolida, uji saponin dan uji minyak atsiri. Hasil dari uji
tabung dapat dipertegas dengan analisis kualitatif secara KLT.
Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan berdasarkan sifat-sifat
fisikokimia (Stahl, 1985). Kelebihan KLT adalah keserbagunaan, kecepatan dan
kepekaannya. Keserbagunaan KLT dikarenakan sejumlah penyerap yang berbeda-
beda dapat disaputkan pada pelat kaca / penyangga lain. Kecepatan eluasi KLT yang
besar karena sifat kepekaan yang tinggi sehingga hanya memerlukan sampel dalam
jumlah kecil (Harborne, 1987).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan senyawa dalam KLT adalah
struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan, sifat dari penjerap, tebal dan kerataan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
dari lapisan penjerap, derajat kemurnian dari fase gerak, derajat kejenuhan uap dalam
bejana pengembangan, jumlah cuplikan yang digunakan, suhu, kesetimbangan antara
atmosfer dalam bejana jenuh dengan uap pelarut (Sastrohamidjojo, 2002)
Pada umumnya KLT dilakukan dengan cara pengembangan naik di dalam
suatu bejana yang dindingnya dilapisi kertas saring, sedangkan deteksi senyawa pada
pelat KLT biasanya dilakukan dengan menyemprotkan pereaksi tertentu. Jarak
pengembangan senyawa pada kromatogram dinyatakan dengan angka Rf (Retention
factor)
awal titik daridepan garis jarakawal titik daribercak pusat k jarak titi Rf = (Stahl, 1985)
Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dengan fase gerak
kloroform-metanol-air (64 : 50 : 10) v/v. Silika gel merupakan penjerap yang paling
banyak dipakai dalam KLT. Silika gel yang ditambah bahan pengikat gypsum
dikenal dengan istilah ”silika gel G”, apabila ditambahkan zat yang mudah
berfluoresensi agar mudah diidentifikasi disebut ”silika gel GF”. Fase gerak adalah
media angkut yang terdiri dari satu atau beberapa pelarut. Fase gerak bergerak dalam
fase diam, yaitu suatu lapisan berpori karena adanya gaya kapiler (Stahl, 1985).
Terdapat berbagai kemungkinan untuk deteksi senyawa pada kromatogram.
Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan penyerapan di daerah
UV gelombang pendek (254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi
radiasi UV gelombang panjang (365 nm). Jika dengan kedua cara itu senyawa tidak
dapat dideteksi harus dicoba dengan reaksi kimia yaitu pereaksi warna atau pereaksi
semprot (Stahl, 1985).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
Penting diingat bahwa pereaksi warna harus mencapai pelat KLT dalam
bentuk tetesan yang sangat halus sebagai aerosol dan bukan sebagai semprotan yang
kasar. Biasanya hal ini tidak bisa dicapai bila digunakan semprot bola. Pembentukan
warna yang optimum seringkali memerlukan peningkatan suhu dan waktu tertentu
(Stahl, 1985).
Identifikasi kualitatif kandungan senyawa aktif dalam infus akar ginseng
merah dapat dilakukan dengan uji tabung dan dilanjutkan dengan analisis secara
KLT. Analisis kualitatif secara KLT menggunakan fase diam silika gel GF 254 dan
fase gerak kloroform : metanol : air (64 : 50 : 10) v/v. Dengan analisis secara KLT
dapat ditentukan kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam infus akar ginseng
merah. Kandungan kimia akar ginseng merah meliputi anthocyanin, ascorbic-acid,
beta-karoten, betanin, caryophyllene, jaligonic-acid, niacin, oleanolic-acid,
riboflavin dan thiamin (Duke, 1992). Kandungan aktif utama pada akar ginseng
merah ini adalah saponin triterpenoid (Nuskha, 2004). Senyawa saponin diketahui
mempunyai aktivitas sebagai antimikroba (Evans & Trease, 1989).
F. Landasan Teori
Akar ginseng merah merupakan salah satu simplisia yang berkhasiat
mengatasi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri, seperti sakit kulit dan
infeksi saluran pernapasan atas (Nuskha, 2004). Kandungan senyawa aktif yang
terdapat dalam akar ginseng merah adalah saponin triterpenoid (Nuskha, 2004).
Saponin diketahui mempunyai aktivitas sebagai antimikroba (Clause, 1961; Evans &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
Trease, 1989). Penyarian dilakukan dengan metode infundasi karena menurut
Robinson (1991) senyawa saponin dapat larut dalam air.
G. Hipotesis
Infus akar ginseng merah diduga memiliki potensi antibakteri terhadap S.
aureus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian tentang uji potensi antibakteri infus akar ginseng merah terhadap S.
aureus ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan
penelitian acak lengkap pola searah. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Farmakognosi-Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas
Infus akar ginseng merah dengan variasi konsentrasi 40, 60, 80, dan 100%
b/v.
b. Variabel tergantung
Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri uji.
c. Variabel pengacau terkendali
Waktu inkubasi (24 jam), suhu inkubasi (37o C), diameter paper disk (6 mm),
volume suspensi bakteri uji yang diinokulasikan dalam media (0,1 ml),
konsentrasi suspensi bakteri uji setara dengan kepadatan larutan standar Mc.
Farland II (6 x 108 CFU/ ml), volume larutan uji yang diinokulasikan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
paper disk (10 μl), tempat tumbuh tanaman, suhu pengeringan bahan, cara
dan waktu panen.
d. Variabel pengacau tak terkendali
Umur tanaman ginseng merah.
2. Definisi Operasional
a. Akar ginseng merah adalah bagian dari tanaman ginseng merah, berwarna
kecoklatan berukuran besar dan berserabut yang berada di dalam tanah yang
diperoleh dari CV. Indmira Citra Tani Nusantara.
b. Infus akar ginseng merah konsentrasi 100% adalah sediaan cair yang dibuat
dengan menyari serbuk akar ginseng merah yang diperoleh dari CV. Indmira
Citra Tani Nusantara sebanyak 40 gram dengan 400 ml air pada suhu 90o C
selama 15 menit.
c. Infus akar ginseng merah konsentrasi 80, 60 dan 40% adalah konsentrasi
infus yang diperoleh dengan mengambil 20, 15 dan 10 ml larutan infus akar
ginseng merah konsentrasi 100% kemudian diencerkan dengan aquadest
sampai 25 ml.
d. Potensi antibakteri adalah kemampuan infus akar ginseng merah untuk
menghambat atau membunuh S. aureus dibandingkan dengan aquades
sebagai kontrol negatif.
e. Biakan murni Staphylococcus aureus diperoleh dari Laboratorium
Mikrobiologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
f. Zona hambat adalah zona jernih di sekitar paper disk yang telah diinokulasi
infus akar ginseng merah yang tidak terlihat adanya pertumbuhan S. aureus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Cawan petri (Pyrex), Waterbath (Memmert), Microbiology Safety
Cabinet, lampu UV, ose, spreader/ batang bengkok, autoklaf (Model KT-40, ALP
Co, Ltd, Hamurashi Tokyo, Japan), inkubator (Memmert, type BE 400,
GmbH+CoKG-D91126, Swahaban FRG, Germany), neraca analitik (Nagata),
penggaris, mikropipet, pemanas bunsen, panci infus, almari es (Sharp), alat-alat
KLT (bejana, penyemprot, pipa kapiler) dan alat-alat gelas lainnya.
2. Bahan
a. Akar ginseng merah diperoleh dari CV. Indmira Citra Tani Nusantara,
Yogyakarta.
b. Biakan murni S. aureus yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
c. Media Nutrien Agar (Oxoid)
d. Aquadest steril sebagai kontrol negatif.
e. Danoxilin® 1000 mg (amoxycillin murni untuk injeksi) produksi Alpharma
sebagai kontrol positif.
f. Aquadest
g. Fase diam : silika gel GF 254
h. Fase gerak : kloroform : metanol : air (64 : 50 : 10) v/v
i. Vanillin H2SO4 sebagai penyemprot untuk identifikasi saponin
j. Larutan standar Mc. Farland II (6 x 108 CFU/ml)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
D. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi Akar Ginseng Merah.
Akar ginseng merah yang akan diteliti dideterminasi menurut pustaka
acuan (Anonim, 1998; Anonim, 2000; Anonim, 2003; Christman, 2000; Harden,
1990; dan Nuskha, 2004). Determinasi dilakukan di Laboratorium Kebun Obat
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Untuk mempermudah determinasi,
digunakan seluruh bagian dari tanaman ginseng merah (akar, batang, daun,
bunga dan buah).
2. Pengumpulan Bahan
Bahan berupa akar dari tanaman ginseng merah yang diperoleh dari CV.
Indmira Citra Tani Nusantara, Yogyakarta pada bulan Oktober 2007. Tanaman
yang diambil adalah tanaman yang sudah berbunga. Bagian tanaman yang
digunakan adalah bagian akarnya yaitu dengan cara mengambil tanaman utuh
kemudian dipotong pada bagian akarnya.
3. Pengeringan dan Pembuatan Serbuk
Pengeringan akar ginseng merah dilakukan di tempat terbuka yang
terlindung dari sinar matahari langsung. Sebelum dikeringkan, akar dibersihkan
dari debu dan kotoran terlebih dahulu, kemudian dicuci bersih dengan air
mengalir. Selanjutnya dirajang dan diangin-anginkan di tempat terbuka yang
terlindung dari sinar matahari langsung, kemudian dikeringkan dengan oven pada
suhu 40 – 50 oC. Bagian tanaman yang sudah kering (simplisia kering ditandai
dengan mudah dipatahkan), diserbuk dengan blender, kemudian diayak
menggunakan pengayak. Kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia harus
dihaluskan menjadi serbuk dengan ukuran (4/18)(Anonim, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
4. Penyarian Akar Ginseng Merah Dengan Metode Infundasi
Penyarian dilakukan dengan metode infundasi. Untuk infus kadar 100%
sebanyak + 40 gram bahan (akar kering yang sudah diserbuk) dibasahi dengan air
400 ml kemudian dipanaskan di dalam penangas air, selama 15 menit terhitung
mulai suhu dalam panci infus 90oC, sambil sesekali diaduk. Infus diserkai
sewaktu masih panas dengan menggunakan kain flanel sehingga diperoleh filtrat
sebanyak 100 ml. Apabila filtrat yang diperoleh kurang dari 100 ml, maka untuk
mencukupi kekurangan air perlu ditambahkan air panas secukupnya melalui
ampas sampai diperoleh volume yang dikehendaki. Dari larutan infus 100 %
dipipet 20 ml, 15 ml dan 10 ml kemudian diencerkan dengan aquadest sampai 25
ml sehingga diperoleh konsentrasi 80, 60 dan 40 %.
Tabel I. Seri konsentrasi infus akar ginseng merah sebagai larutan uji
Konsentrasi
infus
Volume larutan uji
infus 100% (ml)
Volume aquadest
(ml)
Volume
pengenceran (ml)
80 % 20 5 25
60 % 15 10 25
40 % 10 15 25
5. Uji Potensi Antibakteri Infus Akar Ginseng Merah Terhadap S. aureus
a. Persiapan stok bakteri
Diambil bakteri dari biakan murni S. aureus dengan ose, kemudian di
diinokulasi secara streak plate pada media nutrien agar miring, lalu inkubasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
selama 24 jam pada suhu 37oC. Hasil inokulasi sebagai stok untuk tahap
penelitian selanjutnya.
b. Pembuatan suspensi bakteri
Diambil dengan ose dari stok bakteri, kemudian diinokulasikan pada
aquades steril, kemudian disetarakan dengan larutan standar Mc. Farland II (6
x 108 CFU/ml) dengan cara membandingkan kekeruhan suspensi bakteri uji
secara visual dengan larutan standar baku.
c. Uji potensi antibakteri infus akar ginseng merah terhadap S. aureus dengan
metode difusi paper disk
Dituang 20 ml nutrien agar ke dalam cawan petri, digoyang agar
homogen, biarkan memadat. Diambil 0,1 ml suspensi bakteri uji yang setara
dengan larutan standar Mc. Farland II (6 x 108 CFU/ ml), kemudian
diinokulasikan secara spread plate ke dalam cawan petri yang berisi media.
Paper disk yang telah diinokulasi dengan 10μl amoksisilin sebagai kontrol
positif, aquadest steril sebagai kontrol negatif, dan larutan uji (konsentrasi
100, 80, 60 dan 40%) diletakkan di atas permukaan media yang telah
diinokulasi dengan bakteri uji. Diinkubasi terbalik selama 24 jam pada suhu
37o C dan hasilnya dibaca dengan mengukur zona hambatan yang terbentuk
di sekitar paper disk dengan menggunakan penggaris.
d. Uji potensi antibakteri infus akar ginseng merah terhadap S. aureus dengan
metode dilusi padat
Pada tabung reaksi yang berisi 20 ml media nutrien agar dimasukkan
0,5 ml bakteri S. aureus, kemudian ditambahkan pula 1 ml larutan uji dalam
berbagai konsentrasi (100, 80, 60 dan 40%), dihomogenkan dengan vortex.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
Setelah homogen dimasukkan dalam petri steril secara pour plate. Diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37o C. Diamati pertumbuhan bakteri yang terjadi
dan dibandingkan kekeruhan dari masing-masing konsentrasi dengan kontrol
negatif dengan memberikan notasi untuk menyatakan banyak sedikitnya
pertumbuhan bakteri uji. Setelah inkubasi pada petri yang menunjukkan tidak
adanya pertumbuhan (kekeruhan = 0) diambil dengan ose koloni bakteri uji
dan ditanam secara streak plate pada media padat steril dan diinkubasi selama
24 jam pada suhu 37o C. Kemudian diamati pertumbuhan bakteri untuk
mendapatkan nilai KHM dan KBM. KHM dapat ditentukan dari hasil dilusi
padat yaitu pada petri yang menunjukkan penghambatan pada pertumbuhan
S. aureus dibandingkan dengan kontrol negatif. Sedangkan KBM ditentukan
dari hasil penegasan dengan mengamati pertumbuhan bakteri uji pada media
yang menggunakan metode streak plate dari hasil dilusi padat mulai dari petri
yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri (McKane & Kandel,
1996)
6. Identifikasi Kualitatif Kandungan Senyawa dalam Infus Akar Ginseng Merah
a. Uji Tabung
1) Uji Alkaloid
Sebanyak 2 gram serbuk akar ginseng merah dipanaskan dalam
tabung reaksi besar dengan 10 ml asam klorida 1% selama 30 menit di atas
penangas air mendidih. Larutan disaring dengan kapas ke dalam tabung
reaksi A dan B sama banyak. Larutan A dibagi dua sama banyak, lalu ke
dalam larutan A-1 ditambah dengan pereaksi Dragendorf (3 tetes) dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
larutan A-2 ditambah pereaksi Mayer (3 tetes). Terbentuknya endapan
dengan kedua pereaksi tersebut menunjukkan adanya alkaloid.
2) Uji Antrakinon
Infus akar ginseng merah dididihkan selama 2 menit dengan 10 ml
KOH 0,5N dan 1 ml hidrogen peroksida. Setelah dingin, suspensi disaring
melalui kapas. Filtrat (5 ml) ditambah asam asetat (10 tetes) sampai pH 5,
lalu dirambahkan 10 ml toluena. Lapisan atas (5 ml) dipisahkan dengan
cara dipipet dan dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah
KOH 0,5N, warna merah yang terjadi pada lapisan air (basa) menunjukkan
adanya senyawa antrakinon.
3) Uji Polifenol
Sebanyak 2 gram serbuk akar ginseng merah depanaskan dengan air
sebanyak 10 ml selama 30 menit di atas penangas air mendidih. Kemudian
disaring panas-panas, setelah dingin ditambah 3 tetes pereaksi besi (III)
klorida. Terjadinya warna hijau-biru menunjukkan adanya polifenolat.
4) Uji Tanin (zat samak)
Sebanyak 2 gram serbuk akar ginseng merah dipanaskan dengan air
sebanyak 10 ml selama 30 menit di atas penangas air mendidih. Disaring
dan filtrat sebanyak 5 ml ditambahkan larutan NaCl 2% sebanyak 1 ml.
Bila terjadi suspensi atau endapan disaring melalui kertas saring.
Kemudian filtrat ditambah larutan gelatin 1% sebanyak 5 ml.
Terbentuknya endapan menunjukkan adanya tanin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
5) Uji Kardenolida
Sebanyak 2 gram serbuk akar ginseng merah dipanaskan dengan air
sebanyak 10 ml selama 10 menit di atas penangas air mendidih. Kemudian
ditambah asam 3,5-dinitratbenzoat (0,4 ml) dan KOH 1N dalam metanol
(0,6 ml). Terjadinya warna biru-ungu menunjukkan adanya kardenolida
(glikosida jantung). Untuk penegasan lebih lanjut, filtrat yang lain (2 ml)
dicampur dengan kloroform (2 ml). Lapisan atas diambil dengan pipet,
lapisan bawah ditambah asam 3,5-dinitrobenzoat (0,5 ml). Terjadinya
warna biru-ungu menunjukkan adanya kardenolida.
6) Uji Saponin
Tambahkan air suling (10 ml) ke dalam tabung reaksi yang berisi serbuk
akar ginseng merah (100 mg), tutup dan kocok kuat-kuat selama 30 detik.
Biarkan tabung dalam posisi tegak selama 30 menit. Apabila buih setinggi
kurang lebih 3 cm dari permukaan cairan, maka menunjukkan adanya
saponin.
7) Uji Minyak Atsiri
Serbuk akar ginseng merah ditambahkan 20 ml eter, kocok dan
disaring. Kemudian filtrat dikeringuapkan. Bila sedikit berbau aromatik,
larutan residu dengan sedikit etanol maka uapkan lagi sampai kering. Bila
terjadi bau aromatik yang spesifik, menunjukkan adanya minyak atsiri.
b. Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Pemeriksaan senyawa dalam tanaman ginseng merah dilakukan secara
KLT dengan fase gerak kloroform-metanol-air (64 : 50 : 10) v/v dan fase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
diam silika gel GF 254 dengan standar pembanding saponin. Senyawa
dielusikan sampai batas yang ditentukan yaitu 10 cm. Deteksi awal banyak
bercak dilakukan di bawah sinar UV 254 nm dan 365 nm. Bercak dideteksi
dengan disemprot pereaksi penampak Vanillin asam sulfat. Hasil yang
diperoleh adalah warna bercak dan harga Rf yang akan dibandingkan dengan
standar pembanding.
Larutan uji yang digunakan adalah larutan infus akar ginseng merah.
Sedangkan standar pembanding digunakan larutan daging buah Sapindus
rarak yaitu dengan merefluks 2 gram daging buah Sapindus rarak dengan 10
ml etanol 70 % selama 10 menit.
E. Analisis Hasil
Analisis uji antibakteri dengan metode difusi paper disk dengan mengukur
diameter zona hambat. Sedangkan analisis pada metode dilusi padat dengan
mengamati kekeruhan media yang menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri pada
masing-masing konsentrasi dibandingkan dengan kontrol negatif untuk mengetahui
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM).
Data difusi paper disk berupa diameter zona hambat diuji distribusinya dengan
Kolmogorov Smirnov-test terlebih dahulu untuk melihat normal atau tidak distribusi
datanya. Analisis dilanjutkan dengan analisis statistik parametrik ANOVA satu arah,
dan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan bermakna antar tiap kelompok
perlakuan dilakukan uji Least Significant Difference (LSD) dengan taraf kepercayaan
95 %.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
Analisis hasil KLT dilakukan dengan menghitung Rf dan mengamati warna
bercak yang timbul dan membandingkannya dengan nilai Rf dan warna bercak dari
standar yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Akar Ginseng Merah
Identifikasi tanaman dilakukan untuk mengetahui bahwa tanaman yang
digunakan dalam penelitian sesuai yang dimaksud yaitu Phytolacca americana L.
(ginseng merah).
Tanaman yang baru diambil langsung diidentifikasi dengan melihat
persamaan ciri-ciri makroskopis tanaman dicocokkan dengan pustaka acuan
(Anonim, 1998; Anonim, 2000; Anonim, 2003; Christman, 2000; Harden, 1990; dan
Nuskha, 2004). Digunakan persamaan ciri-ciri makroskopis karena tanaman yang
akan diidentifikasi dalam bentuk tanaman utuh segar (akar, batang, daun, bunga dan
buah) sehingga identifikasi dilakukan dengan pengamatan secara visual dicocokkan
dengan pustaka acuan. Berdasar hasil identifikasi (lampiran 1) diperoleh kepastian
bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Phytolacca americana
L. (ginseng merah).
B. Pengumpulan dan Pengeringan Bahan
Tanaman ginseng merah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
CV. Indmira Citra Tani Nusantara, Yogyakarta. Tempat diperoleh akar diusahakan
sama supaya diperoleh keseragaman bahan dan hasil uji. Bagian tanaman yang
digunakan adalah akar, yang dikumpulkan pada bulan Oktober 2007. Digunakan akar
pada penelitian ini karena terkait dengan penggunaan tanaman ini di masyarakat.
Pemanfaatan akar ginseng merah untuk mengobati sakit kulit dan infeksi saluran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
pernapasan atas. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh bakteri, salah satunya S.
aureus. Oleh karena itu dilakukan uji potensi antibakteri menggunakan akar ginseng
merah terhadap S. aureus. Akar diambil dalam keadaan segar pada kondisi tanaman
sedang berbunga karena pada saat itu kandungan kimia mencapai kadar optimum
yaitu fotosintesis berlangsung optimal sehingga senyawa aktif yang terbentuk juga
dalam keadaan optimal. Fotosintesis merupakan proses metabolisme pada tanaman.
Jika metabolisme berlangsung secara optimal maka kandungan senyawa dalam
tanaman tersebut juga akan bertambah (Anonim, 1985a).
Akar ginseng merah dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan
kotoran yang menempel pada permukaan akar, kemudian ditiriskan untuk
menghilangkan air sisa cucian. Selanjutnya dirajang dan diangin-anginkan di tempat
terbuka yang terlindung dari sinar matahari langsung. Tujuan dari perajangan dan
diangin-anginkan adalah untuk mempercepat proses pengeringan dan mengurangi
kadar air dalam akar tersebut. Kemudian bahan dikeringkan dalam oven pada suhu
40-50oC (Anonim, 1985a). Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air
sampai dengan 10 % sehingga tidak mudah ditumbuhi fungi atau bakteri serta
menghambat kerja enzim yang dapat merusak senyawa aktif. Pengeringan dilakukan
hingga rajangan akar tersebut mudah dipatahkan. Rajangan akar yang sudah kering
diserbuk dengan blender. Pembuatan serbuk dimaksudkan untuk mendapatkan
partikel terkecil sehingga luas permukaan partikel yang kontak dengan pelarut
semakin besar, dengan demikian kandungan kimia yang terlarut dalam proses
infundasi semakin banyak. Kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia harus
dihaluskan menjadi serbuk dengan ukuran (4/18) (Anonim, 1995), tetapi karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
pengayak dengan ukuran 4/18 tidak tersedia di laboratorium maka digunakan
pengayak dengan no mesh 34 yaitu dengan mengukur jumlah lubang tiap 1 inch
sejajar panjang kawat. Dengan menggunakan satu ukuran pengayak, ukuran serbuk
menjadi tidak seragam tetapi ukuran pengayak yang digunakan masuk dalam range
ukuran pengayak yang disyaratkan yaitu (10/45) hasil konversi dari ukuran pengayak
(4/18) yang dikalikan faktor konversi 2,54 (1 inch). Pengayak dengan no mesh 34
akan menghasilkan serbuk dengan diameter maksimal 0,119 mm (Anonim, 1995)
C. Penyarian Akar Ginseng Merah Dengan Metode Infundasi
Pemilihan metode infundasi dikarenakan kandungan senyawa saponin
bersifat polar sehingga dapat larut dalam pelarut yang polar (Robinson, 1991). Berat
serbuk yang digunakan dalam pembuatan infus sebanyak 10 % dari volume aquadest
yang digunakan untuk menyari (Anonim, 1986). Hal ini dikarenakan serbuk yang
akan diinfus banyak menyerap air. Selain itu banyak air yang menguap saat
pemanasan. Hasil dari infus akar ginseng merah tidak dipekatkan karena menurut
Harborne (1987) bila dalam tumbuhan terdapat banyak saponin, sukar untuk
memekatkan ekstrak air dengan baik walaupun dengan penguap putar. Kemudian
dari larutan infus 100 % diencerkan dengan aquadest sampai diperoleh konsentrasi
80, 60 dan 40 %. Pemilihan rentang konsentrasi ini berdasarkan orientasi yang
menunjukkan bahwa dari konsentrasi infus akar ginseng merah 40% mulai ada
penghambatan yang ditunjukkan dengan adanya zona hambat di sekitar paper disk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
D. Uji Potensi Antibakteri Infus Akar Ginseng Merah Terhadap S. aureus
dengan Metode Difusi Paper disk
Prinsip kerja metode difusi yaitu senyawa uji yang ditempatkan dalam media
padat yang telah diinokulasi bakteri uji akan berdifusi ke dalam media dan
menghambat pertumbuhan bakteri uji, bahkan mematikannya. Setelah inkubasi
selama 20-24 jam akan diperoleh diameter zona hambat yang menunjukkan besarnya
potensi antibakteri senyawa uji jika dibandingkan dengan kontrol negatif (McKane &
Kandel, 1996).
Suhu inkubasi yaitu 37oC sesuai dengan tubuh manusia karena S. aureus
termasuk anggota flora normal dalam tubuh. Media penanaman bakteri uji yang
digunakan yaitu Nutrien Agar (NA). Media ini mengandung semua kebutuhan untuk
pertumbuhan mikrobia, yaitu sumber energi, sumber nitrogen, serta ion organik
esensial dan kebutuhan lain seperti vitamin dan asam amino. Jumlah bakteri uji yang
diinokulasikan disetarakan dengan standar Mc. Farland II (6x108 CFU/ml).
Pengontrolan terhadap jumlah S. aureus bertujuan agar jumlah bakteri uji yang akan
dibiakkan dapat dikendalikan populasinya dengan cara membandingkan kekeruhan
suspensi bakteri uji secara visual dengan standar baku sehingga akan diperoleh hasil
yang hampir sama untuk setiap replikasi.
Uji potensi antibakteri secara difusi menggunakan paper disk dengan
konsentrasi infus 40, 60, 80, dan 100 % sebanyak 10 μl. Variasi kadar dimaksudkan
untuk mengetahui apakah pada konsentrasi tersebut dihasilkan potensi hambat
terhadap pertumbuhan S. aureus. Kontrol positif yang digunakan sebagai
pembanding adalah Amoxycillin (20 mg/ml) karena golongan penicillin masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
merupakan drug of choice untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Pemilihan konsentrasi Amoxycillin 20 mg/ml sesuai dengan nilai MIC Amoxycillin
terhadap S. aureus yaitu antara 10-20 mg/ml (Lateef, Oloke & Gueguim-Kana,
2004). Sebagai kontrol negatif digunakan aquadest steril karena merupakan pelarut
dari infus.
Tabel II. Purata diameter zona hambat infus akar ginseng merah terhadap S. aureus dengan metode difusi paper disk
Sampel Uji Diameter zona hambat (cm)
(Purata ± SD) Kontrol (-) Aquadest steril 0 ± 0,00 Infus ginseng merah 40 % b/v 0,83 ± 0,12 Infus ginseng merah 60 % b/v 0,97 ± 0,06 Infus ginseng merah 80 % b/v 1,07 ± 0,06 Infus ginseng merah 100 % b/v 1,23 ± 0,06 Kontrol (+) Amoxycillin 2 % 1,37 ± 0,12
Pada difusi paper disk diperoleh hasil diameter zona hambat untuk kontrol
negatif sama dengan 0 ± 0,00 yang artinya aquadest sebagai kontrol negatif tidak
memiliki potensi antibakteri. Sedangkan untuk kontrol positif menghasilkan diameter
zona hambat 1,37 ± 0,12 yang artinya amoxycillin sebagai kontrol positif memiliki
potensi antibakteri. Pada pengamatan diameter zona hambat untuk larutan uji infus
akar ginseng merah dengan konsentrasi 40, 60, 80 dan 100% berturut-turut adalah
0,83 ± 0,12; 0,97 ± 0,06; 1,07 ± 0,06 dan 1,23 ± 0,06 yang berarti larutan uji infus
akar ginseng merah dengan konsentrasi 40, 60, 80 dan 100% memiliki potensi
antibakteri terhadap S. aureus yang ditunjukkan oleh adanya zona hambatan di
sekitar paper disk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
Data berupa diameter zona hambat pertumbuhan bakteri uji dianalisis
menggunakan analisis Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui pola distribusi
datanya dengan parameter bahwa data terdistribusi normal jika nilai signifikansinya
> 0,05. Dari analisis ini diketahui bahwa data hasil penelitian ini terdistribusi normal
dengan nilai signifikansi 0,150 (> 0,05) dan dengan nilai Kolmogorov Smirnov Z
1,138 ( F tabel berarti H0
ditolak dan H1 diterima, demikian juga sebaliknya (Pratista, 2004).
Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis kerja (H1) sebagai berikut: setiap
variasi konsentrasi infus akar ginseng merah serta kontrol negatif dan kontrol positif
memiliki mean yang berbeda dalam hal diameter zona hambat yang dihasilkan.
Sedangkan hipotesis nihil (H0) dirumuskan bahwa setiap variasi konsentrasi infus
akar ginseng merah serta kontrol negatif dan kontrol positif tidak memiliki mean
yang berbeda dalam hal diameter zona hambat.
Tabel III. Hasil uji statistik menggunakan ANOVA
ANOVA
Diameter zona hambat
3.524 5 .705 115.345 .000.073 12 .006
3.598 17
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
Dari ANOVA satu arah yang dilakukan terhadap diameter zona hambat yang
ditimbulkan oleh infus akar ginseng merah dengan berbagai variasi konsentrasi serta
kontrol negatif dan kontrol positif, ternyata H0 ditolak dan H1 diterima karena nilai F
uji (115,345) lebih besar dari nilai F tabel (3,106) sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti
setiap variasi konsentrasi infus akar ginseng merah serta kontrol negatif dan kontrol
positif memiliki rerata hambatan yang berbeda. Dari kesimpulan yang diperoleh pada
tabel ANOVA perlu dilakukan uji lanjut atau Post Hoc Test dengan menggunakan uji
Least Significant Difference (LSD) dengan taraf kepercayaan 95 %. Uji LSD
dilakukan antar variasi konsentrasi infus serta kontrol negatif dan kontrol positif.
Tabel IV. Hasil uji statistik menggunakan uji Least Significant Difference (LSD)
Kontrol
(-)
Kontrol
(+)
Infus
40%
Infus
60%
Infus
80%
Infus
100%
Kontrol (-) - BB BB BB BB BB
Kontrol (+) BB - BB BB BB BTB
Infus 40% BB BB - BTB BB BB
Infus 60% BB BB BTB - BTB BB
Infus 80% BB BB BB BTB - BB
Infus 100% BB BTB BB BB BB -
Keterangan : BB = Berbeda Bermakna BTB = Berbeda Tidak Bermakna
Uji LSD bertujuan untuk mengetahui perbedaan potensi antibakteri antar
masing-masing konsentrasi infus akar ginseng merah dan kelompok kontrol.
Parameter uji ini yaitu setiap variasi konsentrasi dari infus akar ginseng merah
memiliki perbedaan yang bermakna dalam hal diameter zona hambat yang
dihasilkan, baik terhadap kontrol positif Amoxycillin dan kontrol negatif aquadest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
steril, jika nilai signifikansinya < 0,05 (taraf kepercayaan 95 %). Terlihat pada tabel
Post Hoc Test bahwa setiap variasi konsentrasi infus akar ginseng merah dengan
kontrol negatif memiliki nilai signifikansi < 0,05 dan menghasilkan diameter zona
hambat yang berbeda bermakna, artinya setiap variasi konsentrasi infus akar ginseng
merah memiliki potensi sebagai antibakteri terhadap S. aureus. Sedangkan setiap
variasi konsentrasi infus akar ginseng merah dengan kontrol positif hanya pada
konsentrasi 100 % yang tidak ada perbedaan yang bermakna dengan kontrol positif,
yang artinya mungkin konsentrasi 100 % dari infus akar ginseng merah dapat
menggantikan potensi antibakteri dari amoxycillin (kontrol positif) tetapi masih perlu
penelitian dan pembuktian lebih lanjut. Suatu senyawa antimikroba dikatakan
memiliki potensi antibakteri jika ada penghambatan pada pertumbuhan mikroba uji
dibandingkan dengan kontrol negatif.
E. Uji Potensi Antibakteri Infus Akar Ginseng Merah Terhadap S. aureus
dengan Metode Dilusi Padat
Dari uji potensi antibakteri dengan metode difusi menggunakan paper disk
diperoleh data bahwa infus akar ginseng merah mempunyai potensi antibakteri
terhadap S. aureus. Selanjutnya dilakukan pengujian potensi antibakteri dari infus
akar ginseng merah dengan membandingkan kekeruhan media terhadap kontrol
negatif. Dalam tahap ini digunakan pula kontrol positif Amoxycillin (20 mg/ml) dan
kontrol negatif dengan aquadest steril.
Metode uji yang digunakan adalah dilusi padat. Sebelumnya, suspensi S.
aureus dikontrol dengan disetarakan standar Mc Farland II yang setara dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
jumlah bakteri sebanyak 6x108 CFU/ml. Pengontrolan terhadap jumlah S. aureus
bertujuan agar jumlah bakteri uji yang akan dibiakkan dapat dikendalikan
populasinya dengan cara membandingkan kekeruhan suspensi bakteri uji secara
visual dengan standar baku sehingga akan diperoleh hasil yang hampir sama untuk
setiap replikasi.
Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap kekeruhan media yang telah
diinokulasi larutan uji infus akar ginseng merah dengan konsentrasi masing-masing
10, 20, 30, 40, 60, 80, 100 % dan bakteri uji. Pada metode dilusi padat ini digunakan
konsentrasi 10, 20 dan 30 % karena diketahui pada hasil difusi paper disk pada
konsentrasi 40 % infus akar ginseng merah sudah mempunyai potensi antibakteri
sehingga dimungkinkan KHM berada di bawah atau sama dengan konsentrasi 40 %.
Hasil pengamatan masing-masing konsentrasi dibandingkan dengan kontrol negatif,
ternyata pada konsentrasi 10, 20, 30 dan 40% sama dengan kontrol negatif masih
terlihat adanya kekeruhan media yang artinya masih terdapat pertumbuhan bakteri
uji, tetapi kekeruhan pada konsentrasi 40% lebih sedikit dibandingkan dengan
kontrol negatif.
Sedangkan pada konsentrasi 60, 80 dan 100% sudah tidak terlihat adanya
kekeruhan media yang artinya tidak terdapat pertumbuhan bakteri uji. Pada metode
dilusi padat hanya diperlukan perbandingan potensi antibakteri melalui pengamatan
secara visual terhadap kekeruhan media, sehingga perbandingan dituliskan dalam
bentuk notasi. Notasi dituliskan untuk memberikan gambaran tingkat kekeruhan
media berisi bakteri uji yang sudah diberi larutan infus akar ginseng merah. Semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
keruh berarti pertumbuhan koloni bakteri uji semakin subur dan sebaliknya semakin
jernih maka pertumbuhan koloni bakteri uji kurang subur (Trihendrokesowo, 1986).
Hasil yang diperoleh dengan metode dilusi padat menggunakan media NA
adalah sebagai berikut :
Tabel V. Hasil uji potensi antibakteri infus akar ginseng merah terhadap S. aureus dengan metode dilusi padat dalam waktu inkubasi 24 jam
Konsentrasi infus (% b/v) Pertumbuhan koloni S. aureus
Kontrol (-) Infus 40 Infus 60 Infus 80
Infus 100 Kontrol (+)
++ + - - - -
Keterangan : ++ : pertumbuhan subur + : pertumbuhan kurang subur - : pertumbuhan tidak ada
Selanjutnya dilakukan penegasan dengan cara streak plate. Pada pengamatan
kekeruhan media, konsentrasi 10, 20, 30 dan 40% masih terdapat pertumbuhan
bakteri uji. Penegasan dengan metode streak plate dilakukan terhadap media yang
menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri uji yaitu pada konsentrasi 60, 80
dan 100%. Setelah dilakukan penegasan dengan metode streak plate dari petri
dengan konsentrasi 60, 80 dan 100 % diperoleh hasil pada konsentrasi 60 %
ditemukan pertumbuhan bakteri pada media yang di-streak dan pada konsentrasi 80
dan 100 % sudah tidak ditemukan pertumbuhan bakteri pada media yang di-streak.
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa infus akar ginseng merah berpotensi
sebagai antibakteri terhadap S. aureus dengan adanya penghambatan pada
pertumbuhan S. aureus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
F. Identifikasi Kualitatif Kandungan Senyawa Infus Akar Ginseng Merah
dengan Uji Tabung dan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Identifikasi kualitatif dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa aktif
yang berguna untuk pengobatan. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan uji
tabung dan atau uji kualitatif secara KLT. Uji tabung adalah analisis kualitatif
dengan cara mereaksikan bahan tanaman dengan larutan atau pereaksi tertentu,
sehingga diperoleh hasil yang mengarah ke kandungan senyawa aktif dari bahan
tanaman tersebut. Uji tabung meliputi uji alkaloid, uji antrakinon, uji polifenol, uji
tanin (zat samak), uji kardenolida, uji saponin dan uji minyak atsiri. Uji tabung
bertujuan untuk mengetahui senyawa aktif sesuai dengan nama uji tabung yang
dilakukan. Untuk mempertegas hasil dari uji tabung dapat dilanjutkan dengan
analisis kualitatif secara KLT.
Tabel VI. Hasil uji tabung infus akar ginseng merah
Uji Tabung Hasil Keterangan Uji Alkaloid -
-
Tidak terbentuk endapan dengan penambahan Dragendorff Tidak terbentuk endapan dengan penambahan Mayer
Uji Antrakinon - Tidak terbentuk warna merah pada lapisan air (basa)
Uji Polifenol - Warna kuning setelah penambahan besi (III) klorid Uji Tanin (zat samak)
- Tidak terbentuk endapan setelah penambahan lar. Gelatin 1%
Uji Kardenolida - Filtrat + as 3,5 dinitrobenzoat + KOH 1N dlm metanol = oranye kecoklatan
Uji Saponin + Terbentuk buih > 3 cm dari permukaan cairan setelah penggojogan
Uji Minyak Atsiri - Tidak terjadi bau aromatis
Pemeriksaan terhadap adanya alkaloid dilakukan dengan menambahkan HCl
1% pada infus akar ginseng merah. Hal ini bertujuan untuk menggaramkan alkaloid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
yang terdapat dalam bentuk basa. Adanya alkaloid dapat dipertegas dengan reaksi
pengendapan, yaitu dengan penambahan Dragendorf dan Mayer. Hasil uji
menunjukkan tidak terbentuk endapan pada penambahan Dragendorf dan Mayer. Hal
ini menunjukkan akar ginseng merah tidak mengandung alkaloid.
Pada uji antrakinon, filtrat ditambah dengan asam asetat glasial (10 tetes) dan
10 ml toluena. Lapisan atas (5 ml) dipisahkan dengan dipipet dan dimasukkan dalam
tabung , kemudian ditambah KOH 0,5N. Warna merah yang terjadi pada lapisan air
(basa) menunjukkan adanya senyawa antrakinon. Pada uji ini diperoleh hasil negatif
karena tidak terjadi warna merah pada lapisan air (basa).
Uji terhadap senyawa polifenol, filtrat ditambah dengan pereaksi besi (III)
klorida. Sebagai cairan penyari digunakan air karena senyawa polifenol cenderung
mudah larut dalam air. Terjadinya warna hijau-biru menunjukkan adanya polifenol.
Dari uji ini pada infus akar ginseng merah diperoleh larutan berwarna kuning. Hal ini
berarti dalam infus akar ginseng merah tidak terdapat kandungan senyawa polifenol.
Pada uji tanin, filtrat ditambahkan larutan gelatin 1%. Adanya tanin dapat
diketahui jika pada larutan terbentuk endapan. Dari hasil uji tidak terdapat endapan
yang berarti akar ginseng merah tidak mengandung tanin.
Pada uji kardenolida, filtrat ditambah asam 3,5-dinitrobenzoat dan KOH 1N
dalam metanol. Terjadinya warna ungu menunjukkan adanya kardenolida (glikosida
jantung). Dari hasil uji terjadi warna oranye kecoklatan. Hasil ini menunjukkan
bahwa akar ginseng merah tidak mengandung kardenolida.
Uji terhadap senyawa saponin, serbuk ditambah 10 ml air kemudian dikocok
kuat-kuat selama 30 detik. Apabila terbantuk buih setinggi kurang lebih 3 cm dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
permukaan cairan menunjukkan adanya saponin. Pada uji ini diperoleh hasil positif
dengan terbentuknya buih setinggi > 3 cm. Hal ini menunjukkan akar ginseng merah
mengandung saponin.
Pemeriksaan terhadap adanya minyak arsiri dilakukan dengan menambahkan
eter pada serbuk akar ginseng merah untuk mengisolasi minyak atsiri sehingga pada
saat dipanaskan tercium bau aromatik. Dari hasil percobaan diperoleh hasil negatif
karena tidak tercium bau yang khas. Ini berarti dalam akar ginseng merah tidak
terdapat kandungan minyak atsiri.
Pada uji tabung diketahui bahwa senyawa aktif yang terkandung dalam akar
ginseng merah adalah saponin (tabel VI). Hal tersebut dapat diketahui dengan
terbentuknya buih yang tahan lama pada permukaan cairan setelah digojog (lampiran
5). Ciri khas pada senyawa saponin adalah pembentukan buih setelah penggojogan
(Robinson, 1991). Pembentukan buih dikarenakan sifatnya yang seperti sabun,
saponin mempunyai molekul besar yang mengandung gugus hidrofilik dan gugus
lipofilik. Dalam air, molekul saponin akan mensejajarkan diri secara vertikal dengan
gugus lipofiliknya akan menjauhi air (gambar 2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
Gambar 2. Mekanisme pembentukan buih
Untuk memisahkan senyawa yang ada dalam infus akar ginseng merah,
digunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Dalam kromatografi lapis tipis,
fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dengan fase gerak kloroform :
metanol : air (64 : 50 : 10) v/v, untuk deteksi digunakan pereaksi semprot vanillin-
H2SO4.
Fase gerak yang digunakan merupakan senyawa polar karena saponin yang
akan dipisahkan merupakan senyawa polar. Sementara silika gel GF 254 merupakan
senyawa nonpolar dan berfluoresensi di bawah sinar UV 254 nm. Silika gel
merupakan penyerap yang paling umum digunakan dalam metode Kromatografi
Lapis Tipis. Pereaksi semprot vanillin-H2SO4 digunakan sebagai deteksi untuk
memperjelas bercak yang diperoleh pada plat KLT. Uji KLT ini digunakan untuk
mengidentifikasi senyawa saponin karena pada uji pendahuluan (uji tabung)
diketahui senyawa yang terkandung dalam infus akar ginseng merah adalah saponin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
Pada uji KLT ini digunakan standar saponin dari hasil merefluks 2 g daging buah
Sapindus rarak dengan 10 ml etanol 70 % selama 10 menit. Daging buah dari
Sapindus rarak ini diketahui mengandung senyawa saponin (Anonim, 1985b). Hal
itu terbukti dari terbentuknya buih yang tahan lama setelah penggojogan larutan
daging buah Sapindus rarak. Oleh karena kesamaan tersebut maka digunakan
Sapindus rarak sebagai standar saponin.
Setelah penotolan dengan pipa kapiler, lempeng KLT kemudian dieluasi di
dalam tabung yang jenuh akan uap dari fase gerak. Penjenuhan dilakukan dengan
menempatkan kertas saring yang dibasahi dengan fase gerak pada dinding tabung.
Tujuannya adalah agar perambatan dapat berlangsung cepat dan optimal. Eluasi
dilakukan hingga jarak rambat yang ditentukan (10 cm) tepat terlampaui fase gerak.
Tabel VII. Harga Rf dan warna bercak infus akar ginseng merah
Nomor Bercak
Harga Rf
Deteksi dengan UV
254 nm
Deteksi dengan UV
365 nm
Setelah disemprot vanillin-
H2SO4 (UV 254 nm)
Setelah disemprot vanillin-
H2SO4 (UV 365 nm)
1 2
Standar
0,41 0,44 0,42
Pemadaman Pemadaman Pemadaman
Putih Putih Putih
Pemadaman Pemadaman Pemadaman
Putih Putih Putih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
a b c a b c a b c
I II III
Gambar 3. Profil Kromatogram Infus Akar Ginseng Merah Keterangan : a. Bercak hasil penotolan infus akar ginseng merah b. Bercak hasil penotolan infus akar ginseng merah c. Bercak hasil penotolan standar saponin (Sapindus rarak) I. Deteksi dengan UV 254 nm II. Deteksi dengan UV 365 nm III. Deteksi setelah disemprot vanillin-H2SO4 Fase diam : silika gel GF 254 Fase gerak : kloroform : metanol : air (64 : 50 : 10 v/v) Jarak pengembangan 10 cm
Dari bercak infus akar ginseng merah dibandingkan dengan standar saponin
(Sapindus rarak) memiliki kemiripan dalam hal harga Rf dan warna bercak yang
diamati di bawah sinar UV 254 nm dan 365 nm. Dapat disimpulkan bahwa infus
rimpang ginseng merah mengandung senyawa saponin. Terkait dengan potensi
antibakteri, senyawa saponin memiliki aktivitas antimikroba tetapi mekanisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
aksinya belum diketahui secara jelas. Menurut Duke (1992) senyawa yang memiliki
aktivitas antibakteri adalah oleanolic acid dengan MIC 625-1,250 µg/ml.
Kemungkinan senyawa oleanolic acid ini bersifat polar seperti senyawa saponin,
yang dapat tersari dalam infus akar ginseng merah sehingga menunjukkan adanya
aktivitas antibakteri dari infus akar ginseng merah terhadap S. aureus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Infus akar ginseng merah memiliki potensi antibakteri terhadap S. aureus.
2. Infus akar ginseng merah mengandung senyawa saponin.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan KLT preparatif untuk
mengisolasi senyawa aktif yang diduga bertanggungjawab terhadap aktivitas
antibakteri yang diujikan pada S. aureus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1974, Ekstra Farmakope Indonesia, Edisi IV, 410, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1985a, Cara Pembuatan Simplisia, 4, 11, 13, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1985b, Tanaman Obat Indonesia, Jilid I, 54, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1986, Sediaan Galenik, Edisi I, 2 – 4, 7, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta. Anonim, 1992, Dasar-Dasar Pemeriksaan Mikrobiologi, Edisi II, 100-114, Fakultas
Kedokteran Umum UGM, Yogyakarta. Anonim, 1995, Materia Medika Indonesia Jilid VI, hal xvii, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1996, Phytolacca americana Pictures, http://www.rain-
tree.com/Phytolaccaamericanapictures.htm. Diakses pada tanggal 1 Mei 2006.
Anonim, 1998, Pokeberry, http://www.hort.purdue.edu/newcrop/herbhunters/
pokeberry.html. Diakses pada tanggal 1 Mei 2006. Anonim, 2003, Phytolacca americana page, http://www.missouriplants.com/
Whitealt/Phytolacca_americana_page.html. Diakses pada tanggal 5 November 2007.
Anonim, 2004, Phytolacca or Poke Root, http://www.drugstoremuseum.com/
sections/level_info2.php?level_id=201&level=2. Diakses pada tanggal 5 November 2007.
Christman, S., 2000, Floridata : Phytolacca americana,
http://www.floridata.com/ref/P/phyt_ame.cfm. Diakses pada tanggal 5 November 2007.
Claus, E. P., 1961, Pharmacognosy, 4th Edition, 143-144, Lea and Febinger,
Phyladelphia. Dowdy, S., Wearden, S., 1983, Statistics for Research, 469-491, John Willey and
Sons, Canada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
45 Duke, J. A., 1992, Duke’s Phytochemical and Ethnobotanical Databases, Taxon:
Phytolacca americana L., http://www.ars-grin.gov/duke/plants.html. Diakses pada tanggal 21 Desember 2005.
Evans, W. C., and Trease, G. E., 1989, Trease and Evans Pharmacognosy, 11th
Edition, 476-478; 480, Baillere Tyndal, London. Harborne, J. B., 1987 Phytochemical Methods, 2nd Edition, 102-245, diterjemahkan
oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Penerbit ITB, Bandung. Harden, G.J., 1990, PlantNET Flora Online,
http://www.plantnet.rbgsyd.nsw.gov.au/cgi-bin/NSWfl.pl?page=nswfl&lvl=sp&name=Phytolacca∼americana. Diakses pada tanggal 1 Mei 2006.
Hugo, W.B., Russel, A.D, 1987, Pharmaceutical Microbiology, 4th Edition, 285-286,
Blackwell Scientific Publiscation, Boston, Melbourne. Jawetz, E. Melnick, J.L., Adelberg, 1996, Medical Microbiology,20th Edition, 211-
217, diterjemahkan oleh Edi Nugroho, R.F., Maulany, EGC, Jakarta. Lateef, A., Oloke, J. K., Gueguim-Kana, E. B., 2004, African Journal of
Biotechnology Vol. 3 : Antimicrobial resistance of bacterial strains isolated from orange juice products, http://www.academicjournals.org/AJB/PDF/Pdf2004/Jun/Lateef%20et%20al.pdf. Diakses pada tanggal 5 November 2007.
McKane, L., Kandel, J., 1996, Microbiology Essentials and Applications, 2nd Ed,
384, 397, 398, McGraw-Hill, Inc, USA. Nuskha, D. M. K., 2004, List of Medicinal Plants, http://www.dadimakanuskha.com/
phytolaccaamericana.htm. Diakses pada tanggal 29 April 2006 Pratista, A., 2004, Aplikasi SPSS 10.05 Dalam Statistik dan Rancangan Percobaan,
99-100, Penerbit Alfabeta, Bandung. Robinson, T., 1991, The Organic Constituents of Higher Plants,6th Edition, 281-292,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung. Sastrohamidjojo, H., 2002, Kromatografi, 26-36, Liberty, Yogyakarta. Sidik dan Mudahan, H., 2000, Prosiding Seminar PERHIPBA Pemanfaatan Bahan
Obat Alami III, 12-14, Fakultas Farmasi UNTAG 1945, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
46 Stahl, E., 1985, Drug Analysis by Chromatography and Microscopy,3-20,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Penerbit ITB, Bandung.
Steckel, L., Common Pokeweed, http://www.utextension.utk.edu/publications/
wfiles/W105.pdf. Diakses pada tanggal 5 November 2007 Trihendrokesowo, 1986, Dasar-dasar Pemeriksaan Mikrobiologi, 7-18, 33-42,
Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
47
Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
48
Lampiran 2. Pengamatan potensi hambat infus akar ginseng merah terhadap S. aureus dengan metode difusi paper disk waktu inkubasi 24 jam
Keterangan : - : kontrol negatif (aquadest steril)
40 : infus dengan konsentrasi 40%
60 : infus dengan konsentrasi 60%
80 : infus dengan konsentrasi 80%
100 : infus dengan konsentrasi 100%
+ : kontrol positif (Amoxycillin)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
49
Lampiran 3. Pengamatan potensi antibakteri infus akar ginseng merah terhadap S. aureus dengan metode dilusi padat waktu inkubasi 24 jam
K (-) 40 % 60 %
80 % 100 % K (+) Keterangan : K (+) = kontrol positif (NA, S. aureus, Amoxycillin)
K (-) = kontrol negatif (NA, S. aureus, aquadest steril)
40 % = NA, S.aureus, infus konsentrasi 40 %
60 % = NA, S. aureus, infus konsentrasi 60 %
80 % = NA, S. aureus, infus konsentrasi 80 %
100 % = NA, S. aureus, infus konsentrasi 100 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
50
Lampiran 4. Penegasan hasil dilusi padat infus akar ginseng merah terhadap S. aureus dengan metode streak plate waktu inkubasi 24 jam
60 %
80 % 100 %
Keterangan : 60 % = infus konsentrasi 60 %
80 % = infus konsentrasi 80 %
100 % = infus konsentrasi 100 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
51
Lampiran 5. Hasil uji tabung akar ginseng merah untuk uji saponin
Keterangan : terbentuk buih yang tahan lama pada permukaan cairan setelah penggojogan
buih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
52
Lampiran 6. Hasil identifikasi saponin infus akar ginseng merah dengan metode KLT
a b c a b c I II Keterangan :
a. Bercak hasil penotolan infus rimpang ginseng merah