PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Kedua kakakku tercinta yang memberi banyak...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Kedua kakakku tercinta yang memberi banyak...
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PENGGUNAAN
DIURETIK PADA PASIEN GERIATRI DENGAN HIPERTENSI
KOMPLIKASI STROKE DI RUMAH SAKIT PANTI RINI
YOGYAKARTA PERIODE JANUARI 2012 – JUNI 2013
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Suryo Halim
NIM : 108114169
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PENGGUNAAN
DIURETIK PADA PASIEN GERIATRI DENGAN HIPERTENSI
KOMPLIKASI STROKE DI RUMAH SAKIT PANTI RINI
YOGYAKARTA PERIODE JANUARI 2012 – JUNI 2013
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Suryo Halim
NIM : 108114169
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Persetujuan Pembimbing
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PENGGUNAAN
DIURETIK PADA PASIEN GERIATRI DENGAN HIPERTENSI
KOMPLIKASI STROKE DI RUMAH SAKIT PANTI RINI
YOGYAKARTA PERIODE JANUARI 2012 – JUNI 2013
Skripsi yang diajukan oleh :
Suryo Halim
NIM : 108114169
Telah disetujui oleh :
Pembimbing Utama
Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D tanggal 27 Januari 2014
Pembimbing Pendamping
Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. Tanggal 27 Januari 2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Pengesahan Skripsi Berjudul
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PENGGUNAAN
DIURETIK PADA PASIEN GERIATRI DENGAN HIPERTENSI
KOMPLIKASI STROKE DI RUMAH SAKIT PANTI RINI
YOGYAKARTA PERIODE JANUARI 2012 – JUNI 2013
Oleh :
Suryo Halim
NIM : 108114169
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Pada tanggal : 27 Januari 2014
Mengetahui,
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
(Ipang Djunarko M.Sc., Apt)
Panitia Penguji Skripsi Tanda Tangan
1. Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D .........................
2. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. ........................
3. dr. Fenty, M.Kes., Sp.K .........................
4. Dr. Rita Suhadi M.Si., Apt. .........................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“The Lord himself will fight for you.
Just stay calm”
Exodus 14:14
“The fear of the Lord is the beginning of wisdom.
And knowledge of the Holy One is understanding”
Proverbs 9:10
Karya kecilku ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sepanjang hidupku
Papa dan Mama atas kasih sayang, doa, dan dukungannya
Kedua kakakku tercinta yang memberi banyak pelajaran dalam hidupku
Sahabat-sahabatku tersayang
Serta
Almamaterku…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
ASDSA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
AAAA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) Penggunaan Diuretik
Pada Pasien Geriatri Dengan Hipertensi Komplikasi Stroke Di Rumah Sakit Panti
Rini Yogyakarta Periode Januari 2012 – Juni 2013” dengan baik sebagai salah
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) program studi
Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak
langsung baik berupa moral, materiil maupun spiritual. Oleh sebab itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. dr. Y. Wibowo Soerahjo, MMR. selaku direktur Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta yang memberikan ijin untuk melakukan penelitian di RS Panti Rini.
2. Bapak Ipang Djunarko, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing skripsi atas
perhatian, kesabaran, bimbingan, masukan dan motivasi kepada penulis
dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing skripsi
atas perhatian, kesabaran, bimbingan, masukan dan motivasi kepada penulis
dalam proses penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.K sebagai dosen penguji yang telah memberikan
kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan skripsi.
6. Ibu Dr. Rita Suhadi M.Si., Apt. sebagai dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan
skripsi.
7. Dr. Michael Agus Prasetyo, Sp.S., selaku dokter yang telah membantu
penulis dengan memberi bantuan dan memberi saran dalam penyusunan
skripsi ini.
8. Papa dan mama tersayang atas kasih sayang, doa, dukungan, semangat, dan
pengertian serta bantuan finansial hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik.
9. Kakak-kakakku tersayang Surya Halim dan Suryanti yang telah
membimbing penulis serta menjadi inspirasi dan motivasi bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
10. Teman-teman seperjuangan dalam tim Aji, Yosri, Adra, Tian, untuk
semangat, kerjasama, bantuan, dan informasi yang selalu di bagikan dalam
proses penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.
11. Sahabatku Djanuar, Andika, Archie, Reza, Chandra, Kenny, Tora, Lili, Jonas
terimakasih untuk tawa dan semangatnya selama pengerjaan skripsi ini.
12. Dita Maria Virginia yang selalu memberikan doa dan sebagai pengingat
yang selalu ada dengan memberikan dukungan dan semangat selama proses
pembuatan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
AAA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..............................................................................
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.............................................................
PRAKATA...................................................................................................................... .....
DAFTAR ISI........................................................................................................................
DAFTAR TABEL................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................
INTISARI............................................................................................................................
ABSTRACT..........................................................................................................................
BAB I. PENGANTAR.........................................................................................................
A. Latar Belakang............................................................................................................
1. Perumusan Masalah.............................................................................................
2. Keaslian Penelitian..............................................................................................
3. Manfaat Penelitian...............................................................................................
B. Tujuan Penelitian........................................................................................................
1. Tujuan Umum.....................................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
x
xiv
xv
xvi
xvii
xviii
1
1
4
5
7
8
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
2. Tujuan Khusus.....................................................................................................
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA..................................................................................
A. Hipertensi...................................................................................................................
B. Stroke..........................................................................................................................
C. Diuretik.......................................................................................................................
D. Geriatri........................................................................................................................
E. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG).................................................................................
F. Drug Related Problems (DRPs).................................................................................
G. Keterangan Empiris....................................................................................................
BAB III. METODE PENELITIAN......................................................................................
A. Jenis dan Rancangan Penelitian...............................................................................
B. Variabel dan Definisi Operasional...........................................................................
C. Subjek Penelitian.....................................................................................................
D. Bahan Penelitian.......................................................................................................
E. Lokasi Penelitian......................................................................................................
F. Tata Cara Penelitian.................................................................................................
1. Pengurusan Izin Penelitian..................................................................................
2. Analisis Situasi....................................................................................................
3. Pengambilan Data................................................................................................
4. Pengolahan Data dan Analisis Hasil....................................................................
a. Karakteristik Pasien......................................................................................
b. Profil Penggunaan Obat dan Profil Penggunaan Diuretik............................
c. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)....................................................
8
9
9
13
15
16
17
18
20
21
21
22
23
25
25
25
25
25
26
26
26
27
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
d. Penyajian Hasil................................................................................................
e. Wawancara Dengan Dokter Penulis Resep......................................................
G. Keterbatasan Penelitian...................................................................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................
A. Karakteristik Pasien..................................................................................................
1. Distribusi Pasien Berdasarkan Umur...................................................................
2. Persentasi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin.....................................................
3. Profil Nilai Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Pasien............................................
B. Profil Penggunaan Obat dan Profil Penggunaan Diuretik.......................................
1. Obat Kardiovaskular............................................................................................
a. Golongan dan Jenis Diuretik..........................................................................
b. Indikasi dan Pilihan Terapi Diuretik...............................................................
c. Frekuensi dan Dosis Pemberian Diuretik......................................................
d. Rute dan Waktu Pemberian Diuretik.............................................................
2. Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Cerna..................................................
3. Obat yang Mempengaruhi Nutrisi dan Darah....................................................
4. Obat yang Bekerja Sebagai Analgetik................................................................
5. Obat yang Bekerja pada Sistem Saraf Pusat.......................................................
6. Obat yang Mempengaruhi Hormon....................................................................
7. Obat Untuk Pengobatan Infeksi dan Antialergi..................................................
8. Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Nafas..................................................
9. Infus.....................................................................................................................
C. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)................................................................
28
29
29
31
31
31
32
33
35
36
38
38
39
39
40
41
41
42
42
43
43
43
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1. Obat Tanpa Indikasi.............................................................................................
2. Obat Salah............................................................................................................
3. Dosis Kurang.......................................................................................................
4. Efek Samping Obat..............................................................................................
5. Dosis Terlalu Tinggi............................................................................................
D. Rangkuman Evaluasi Drug Related Problems (DRPs).............................................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
LAMPIRAN.........................................................................................................................
BIOGRAFI PENULIS.........................................................................................................
47
47
50
51
53
54
56
56
57
59
62
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Tabel II.
Tabel III.
Tabel IV.
Tabel V.
Tabel VI.
Tabel VII.
Tingkat Penyakit Ginjal Kronik Berdasarkan Nilai LFG..........
Profil Nilai Laju Filtrasi Glomerulus Pasien Hipertensi
Komplikasi Stroke di RS Panti Rini Yogyakarta Periode
Januari 2012 – Juni 2013.........................................................
Profil Penggunaan Obat pada Pasien Hipertensi Komplikasi
Stroke di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2012 –
Juni 2013..............................................................................
Persentasi Golongan dan Jenis Obat Kardiovaskular yang
Digunakan Pasien Hipertensi Komplikasi Stroke di RS Panti
Rini Yogyakarta Periode Januari 2012 – Juni 2013..................
Persentasi Golongan Obat Selain Obat Kardiovaskular yang
Digunakan Pasien Hipertensi Komplikasi Stroke di RS Panti
Rini Yogyakarta Periode Januari 2012 – Juni 2013..................
Jenis DRPs Penggunaan Diuretik Pasien Geriatri Hipertensi
Komplikasi Stroke di RS Panti Rini Yogyakarta Periode
Januari 2012 – Juni 2013........................................................
Hasil Evaluasi DRPs dan Status Keluar Pasien Hipertensi
Komplikasi Stroke di RS Panti Rini Yogyakarta Periode
Januari 2012 – Juni 2013...........................................................
17
34
35
37
44
46
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Perbandingan Klasifikasi Tekanan Darah (mmHg)................
Sistem Renin-Angiotensin-Aldosterone Sebagai Salah Satu
Mekanisme Hipertensi...........................................................
Patogenesis Penyulit yang Ditimbulkan oleh Hipertensi
beserta Komplikasinya............................................................
Skema Pemilihan Subjek Penelitian di RS Panti Rini
Yogyakarta Periode Januari 2012 – Juni 2013..........................
Persentasi Pasien Hipertensi Komplikasi Stroke Berdasarkan
Umur di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2012 –
Juni 2013..................................................................................
Persentasi Pasien Hipertensi Komplikasi Stroke Berdasarkan
Jenis Kelamin di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Januari
2012-Juni 2013........................................................................
10
11
14
24
31
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Nilai normal pemeriksaan data laboratorium pasien geriatri
hipertensi komplikasi stroke yang menerima diuretik di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti rini Yogyakarta
periode Januari 2012 – Juni 2013........................................
Analasis Drug Related Problems pasien geriatri hipertensi
komplikasi stroke yang menerima diuretik di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Panti rini Yogyakarta periode
Januari 2012 – Juni 2013....................................................
Hasil wawancara peneliti pada dokter di Rumah Sakit Panti
Rini mengenai standar pengobatan pasien hipertensi
komplikasi stroke...............................................................
Surat keterangan telah melakukan penelitian di Rumah
Sakit Panti Rini...............................................................
63
64
100
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
INTISARI
Prevalensi hipertensi meningkat seiring dengan meningkatnya prevalensi
populasi geriatri dan begitu juga prevalensi stroke. Pasien geriatri umumnya
mengalami penurunan fungsi ginjal yang dapat dilihat melalui Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) dan menerima berbagai macam obat untuk kesehatannya.
Penggunaan berbagai macam obat dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
Drug Related Problems (DRPs). Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran
DRPs mengenai diuretik yang terjadi berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan
catatan keperawatan terapi pasien, kemudian dibandingkan dengan standar terapi
dari pustaka yang sesuai.
Penelitian ini bersifat non eksperimental deskriptif evaluatif dengan data
retrospektif periode Januari 2012 – Juni 2013 yaitu data rekam medis terdahulu
meliputi catatan keperawatan, diagnosa, dan hasil laboratorium disertai
wawancara dokter. Pengambilan data dilakukan di Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta periode Januari 2012 – Juni 2013. Data diambil melalui catatan rekam
medis pasien dengan kriteria inklusi pasien usia 60 tahun ke atas dengan
hipertensi komplikasi stroke serta menerima obat diuretik dan menjalani uji
laboratorium terkait penggunaan diuretik. Kemudian hasil dianalisis secara
deskriptif evaluatif.
Obat diuretik yang paling banyak digunakan yaitu furosemid sebesar
17,1%. Terdapat 22 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan ditemukan 37
kasus DRPs terkait penggunaan diuretik yaitu 19 kasus salah pemberian obat, 4
kasus dosis terlalu tinggi, 10 kasus dosis terlalu rendah, efek samping obat 3 kasus
dan tidak butuh obat 1 kasus. Pada umumnya 1 kasus memiliki lebih dari 1 DRPs
yang terjadi.
Kata kunci : hipertensi, stroke, geriatri, LFG, diuretik, DRPs
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
ABSTRACT
The prevalence of hypertension increases with the increasing prevalence of
the geriatric population and so does the prevalence of stroke. Geriatric patients
generally experience a decline in kidney function that can be seen through the
glomerular filtration rate (GFR) and received a variety of drugs to handle their
health problems. Using various drugs may increase the likelihood occur Drug
Related Problems (DRPs). The aims of this research is to provide an overview
DRPs of diuretics which occurs based on the results of the physical examination
and nursing records of patients, then compared with the standard therapy of
appropriate literature.
This research was non-experimental and the design of the research was
descriptive evaluative. The data were obtained by retrospective method which is
medical record that include nursing record, diagnose, laboratorium result and
interviewed method with a doctor. The data conducted at Panti Rini Hospital
Yogyakarta in the period of January 2012 - June 2013. Data retrieved through the
patient's medical record with the criteria of age 60 years and older with
hypertension complication stroke and receiving diuretics and wolk on laboratory
testing related to the use of diuretics. Then, the results were analyzed by
descriptive evaluative method.
The most drug widely used diuretics is furosemide as many 17,1%. There
are 22 patients who met the inclusion criteria and found 37 cases related to the use
of DRPs of diuretics. The DRPs consist of 19 cases of wrong drug, 4 cases dosage
too high, 10 cases dosage too low, 3 cases adverse drug reaction and 1 case
unnecessary drug. In general, 1 case had more than 1 DRPs happened.
Keywords : hypertension, stroke, geriatrics, GFR, diuretics, Drug Related
Problems (DRPs)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III)
menyatakan di Amerika paling sedikit 30% (sekitar 50 juta jiwa) pasien hipertensi
tidak menyadari kondisi mereka. Pada populasi geriatri (umur ≥ 60 tahun),
prevalensi untuk hipertensi sebesar 65,4 %. Penelitian menyatakan bahwa data
terakhir menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi seiring dengan
peningkatan prevalensi populasi geriatri. Prevalensi stroke, penyakit arteri
koroner, jantung kongesti, dan penurunan fungsi ginjal juga turut meningkat
sebagai bagian dari risiko hipertensi (Keenan&Rosendorf, 2011).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan
prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%. Dari prevalensi tersebut
diketahui sebesar 7,2% penduduk mengetahui memiliki hipertensi dan hanya
0,4% kasus yang berusaha mengatasinya dengan minum obat hipertensi
(Departemen Kesehatan, 2012).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular dengan
peningkatan yang menetap tekanan diastolik > 90 mmHg dan atau tekanan sistolik
> 140 mmHg. Penyakit ini seringkali muncul tanpa disertai gejala yang terlihat
jelas dan belum secara pasti diketahui mekanismenya. Dengan meningkatnya
tekanan darah dan gaya hidup seseorang yang tidak sehat dapat meningkatkan
risiko terjadinya berbagai penyakit, salah satunya adalah stroke (Ettner, Ettner and
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
White, 2012). World Heart Federation (2013) menyatakan 50% hipertensi akan
berkembang menjadi stroke baik iskemik maupun hemoragik.
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang disebabkan pecahnya
vaskular ataupun tersumbatnya aliran darah dan merupakan penyakit yang paling
sering menyebabkan kecacatan (Kumar, 2005; Ginsberg, 2008; Muttaqin, 2008).
World Heart Federation (2013) menyatakan setiap tahun terdapat 15 juta kasus
stroke di dunia dan 75 % penderita stroke menderita lumpuh.
Yayasan Stroke Indonesia (2012) menyebutkan bahwa di Indonesia
63,52 % dari 100.000 penduduk Indonesia berumur di atas 65 tahun ditaksir
terjangkit stroke. Sebanyak 28,5 % penderita stroke meninggal dunia dan sebagian
besar terjadi kelumpuhan sebagian maupun total, hanya 15 % yang dapat sembuh
total dari serangan stroke atau kecacatan.
Diuretik merupakan salah satu obat untuk pasien hipertensi. Obat ini
dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis). Diuretik dapat dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu diuretik-thiazid, loop diuretik dan diuretik hemat-
kalium (Tjay, 2007). Golongan thiazid terbukti efektif dalam menurunkan tekanan
darah sekaligus menurunkan risiko terkena stroke sebesar 29-38 % dibandingkan
dengan plasebo (Ravenni, Jabre, Casiglia, and Mazza, 2011).
Kombinasi 2 obat dari 2 kelas obat antihipertensi yang berbeda
meningkatkan penurunan tekanan darah yang lebih efektif dibanding dengan
menggunakan 1 jenis obat. Banyak uji yang dilakukan menyatakan bahwa diuretik
banyak digunakan sebagai salah satu dari 2 kombinasi yang disarankan untuk
pasien dengan hipertensi komplikasi stroke (Mancia and Fagard, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Diuretik merupakan obat yang dapat meningkatkan laju aliran urin dan
juga meningkatkan laju eksresi Na+
(natriuresis). Peningkatan keseimbangan Na+
akan menyebabkan volume yang berlebihan disertai edema pulmonari, sedangkan
berkurangnya keseimbangan Na+ akan menyebabkan penurunan volume dan
kolaps kardiovaskular. Pemberian diuretik yang terus menerus dapat
menyebabkan kekurangan natrium total dalam tubuh yang berkesinambungan.
Diuretik juga memodifikasi pengaturan kation lain seperti kalium dan asam urat
oleh ginjal sehingga diuretik secara tidak langsung dapat mengubah hemodinamik
ginjal. Efek samping yang umum dari diuretik sendiri yaitu hipotensi dan
hipokalemi kecuali diuretik jenis hemat kalium yang tidak boleh digunakan
bersamaan dengan obat antihipertensi golongan Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitors ACEI (Mancia and Fagard, 2013; Hardman and Limbird, 2008).
Hasil penelitian Libre et al. (2010) di Kuba menunjukkan bahwa pasien
geriatri dengan usia lebih dari 60 tahun memiliki faktor risiko hipertensi
komplikasi stroke sebesar 5,2 (95%CI= 3,6 – 6,8). Pasien geriatri membutuhkan
perhatian lebih dalam proses perawatan dan pengobatan karena sensitivitasnya
terhadap berbagai bentuk aksi obat lebih tinggi daripada populasi dewasa yaitu
dalam hal interaksi farmakodinamika obat dengan reseptornya (Katzung, 2004).
Pasien geriatri sering kali mengalami keterbatasan dan kemunduran fungsi organ
dibandingkan dengan pasien dewasa. Penurunan fungsi ginjal pada geriatri akan
mempengaruhi farmakodinamik dan farmakokinetik obat (Shargel, 2004).
Pengukuran klirens kreatinin yang cepat dan tepat diperlukan untuk
menghitung dosis obat yang khususnya diberikan pada geriatri dan obat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
diekresikan melalui ginjal (Fenty, 2010). National Kidney Foundation Kidney
Disease Outcome Quality Initiative (NKF KDOQI) (2012) merekomendasikan
pengukuran LFG pada orang dewasa menggunakan formula Cockroft-Gault dan
Modification of Diet in Renal Disease (MDRD).
Perhitungan LFG tidak membutuhkan banyak tes. Formula MDRD
membutuhkan data serum kreatinin, umur, suku bangsa, dan jenis kelamin
(Johnson, 2005). Fenty (2010) menyebutkan pemeriksaan klirens kreatinin pada
lansia menggunakan formula MDRD merupakan pilihan yang dianjurkan untuk
menilai LFG.
Drug related problems (DRPs) merupakan peristiwa yang tidak
diinginkan yang dapat mengganggu pencapaian tujuan terapi suatu obat kepada
pasien (Cipolle, 2004). Kategori DRPs tersebut meliputi terapi tanpa indikasi,
perlu terapi tambahan, pemilihan obat yang kurang tepat, dosis terlalu rendah,
efek obat merugikan, dosis terlalu tinggi, dan kepatuhan. Pada penelitian ini
evaluasi DRPs terkait dosis berdasarkan dosis diuretik disesuaikan dengan fungsi
ginjal terkait dengan nilai LFG.
1. Perumusan Masalah
a. Seperti apa karakteristik pasien geriatri dengan penyakit hipertensi
komplikasi stroke di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari
2012 – Juni 2013?
b. Seperti apa profil penggunaan obat dan profil penggunaan diuretik pada
pasien tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
c. Seperti apa DRPs terkait penggunaan diuretik pada pasien geriatri di
Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2012 – Juni 2013?
2. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan Evaluasi DRPs
penggunaan diuretik pada pasien geriatri dengan hipertensi komplikasi stroke
yang pernah dilakukan, antara lain :
1. Drug-Related Problems Pada Penatalaksanaan Pasien Stroke Rawat Inap di
RSAL DR. Ramelan Surabaya Periode 1 September – 31 Oktober 2006. Hasil
yang didapat dari 109 pasien stroke rawat inap sebanyak 102 pasien
memenuhi kriteria inklusi. Pada 102 pasien didapat 67 pasien mengalami
DRPs (65,69%) dan 35 pasien tidak mengalami DRPs (Rahajeng, 2007).
2. Evaluasi Terapi Diuretik pada Pengobatan Pasien Gagal Jantung yang
Menjalani Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Januari –
Desember 2006. Hasil yang didapat DRPs yang terjadi untuk dosis berlebih
sebesar 12%, pemilihan obat kurang tepat sebesar 5%, interaksi obat sebesar
36% dan efek samping yang terjadi sebesar 29,41% (Setiawan, 2007).
3. Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Stroke di ICU (Intensive Care
Unit) Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi. Hasil yang didapat dari 39
pasien stroke didapat pasien yang mengalami indikasi tanpa obat sebesar
27,58%, ketidaktepatan pemilihan obat sebesar 15,51%, dosis lebih, dosis
kurang dan efek samping obat masing-masing 13,79%, obat tanpa indikasi
sebesar 8,62% dan terjadinya interaksi obat sebesar 3,45% (Farizal, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
4. Drug Related Problems (DRPs) pada Pengobatan Stroke Iskemik di Instalasi
Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta selama Tahun 2005 dengan hasil
yang didapat DRPs yang terjadi untuk indikasi tanpa obat sebesar 4,5%,
kejadian sub dose 4,5%, kejadian over dose 15,9%, kejadian efek samping
obat sebesar 2,27%, dan kejadian interaksi obat sebesar 22,7% (Mutia, 2006).
5. Drug Related Problems Pada Pasien Rawat Inap Stroke Iskemik Di Ruang
Perawatan Neurologi RSSN Bukittinggi dengan hasil yang didapat DRPs yang
terjadi untuk indikasi tanpa obat sebesar 18%, ketidaktepatan pemilihan obat
sebesar 9%, terjadi kelebihan dan kekurangan dosis obat sebesar 11%,
interaksi obat sebesar 42%, efek samping pemakaian obat sebesar 24%, dan
kegagalan memperoleh obat sebesar 52% (Jerry, 2012).
6. Drug related problems in hospitals : a review of the recent literature
menunjukkan faktor risiko terpenting terjadinya DRPs. Faktor tersebut
meliputi polifarmasi, jenis kelamin wanita, obat indeks terapi sempit, obat
yang tereliminasi di ginjal, umur > 65 tahun, antikoagulan, dan diuretik
(Melcher et al., 2007).
7. Penelitian metaanalisis dari Knudsen, Strandgaard, and Paulson (2013) yang
berjudul Secondary Prevention of Stroke with Effective Antihypertensive
Treatment dengan kontrol plasebo menyatakan obat antihipertensi diuretik
ataupun Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors (ACEI) mampu
menurunkan risiko stroke.
8. Kajian Penggunaan Antibiotik Profilaksis Dan Evaluasi Drug Related
Problems Pada Bedah Orthopaedi Kasus Fraktur Di Unit Bedah RS Panti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Rapih Yogyakarta Periode Agustus 2007 – September 2007. Hasil yang
didapat yaitu diperoleh 1 kasus terapi tanpa indikasi, 44 kasus dosis terlalu
rendah, 24 kasus efek obat merugikan, dan 54 kasus dosis terlalu tinggi
(Utami, 2008).
Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, penelitian mengenai
“Evaluasi Drug Related Problem (DRPs) Penggunaan Diuretik pada Pasien
Geriatri dengan Hipertensi Komplikasi Stroke di Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Periode Januari 2012 - Juni 2013” belum pernah dilakukan.
Perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan yang telah disebut di atas
yaitu penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengobatan pasien geriatri
hipertensi komplikasi stroke di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta. Perbedaan
dengan penelitian terdahulu terletak pada subjek yang diteliti, tempat penelitian,
serta waktu pelaksanaannya. Penelitian ini bersifat penelitian non eksperimental
deskriptif evaluatif dengan menggunakan data retrospektif. Persamaan dengan
penelitian terdahulu terletak pada topik penelitian, yaitu evaluasi DRPs pada
pasien di Rumah Sakit.
3. Manfaat Penelitian
Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam
pengambilan keputusan oleh farmasis dan tenaga kesehatan lain mengenai
pernatalaksanaan pemberian diuretik pada geriatri berdasarkan parameter
LFG dengan formula MDRD sehingga dapat mencegah terjadinya DRPs.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengevaluasi Drug Related Problem (DRPs) penggunaan diuretik pasien
geriatri dengan hipertensi komplikasi stroke berdasarkan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) menurut formula Modification of Diet in Renal Disease
(MDRD) di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2012 - Juni
2013.
2. Tujuan Khusus
a. Memberi gambaran karakteristik pasien geriatri dengan penyakit hipertensi
komplikasi stroke di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari
2012 – Juni 2013.
b. Memberi gambaran profil penggunaan obat dan profil penggunaan diuretik
pada pasien tersebut.
c. Mengevaluasi DRPs terkait penggunaan diuretik pada pasien geriatri di
Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2012 – Juni 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Hipertensi
National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III)
menyatakan di Amerika paling sedikit 30% atau kurang lebih sekitar 50 juta jiwa
pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, sedangkan prevalensi pada
populasi geriatri (umur ≥ 60 tahun) sebesar 65,4 % (Keenan&Rosendorf, 2011).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%. Dari kejadian tersebut, 7,2% penduduk
Indonesia mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum
obat hipertensi (Departemen Kesehatan, 2012).
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang dinyatakan dengan
peningkatan yang menetap tekanan diastolik > 90 mmHg dan atau tekanan sistolik
> 140 mmHg. Penyakit ini seringkali muncul tanpa disertai gejala yang terlihat
jelas sehingga sering disebut Silent killer. Dengan meningkatnya tekanan darah
dan gaya hidup seseorang yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko terjadinya
berbagai penyakit, salah satunya adalah stroke (Ettner, Ettner, and White, 2012).
World Heart Federation (2013) menyatakan 50% hipertensi akan berkembang
menjadi stroke baik iskemik maupun hemoragik.
Sekitar 95 % hipertensi bersifat idiopatik (disebut juga hipertensi
primer). Hipertensi primer umumnya tidak menyebabkan masalah jangka pendek
dan jika terkendali memungkinkan usia panjang dan tidak menimbulkan gejala.
Hipertensi yang tidak terkendali ini dapat menimbulkan infark miokardium,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
penyakit serebrovaskular atau komplikasi lain. Terapi hipertensi dapat
mengurangi insidensi penyakit terkait aterosklerosis, terutama stroke dan IHD
(Ischemic Heart Disease) (Kumar, 2005).
Gambar 1. Perbandingan Klasifikasi Tekanan Darah (mmHg) (The Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure, 2004)
Klasifikasi di atas digunakan untuk individu 18 tahun atau lebih tua yang
tidak mengkonsumsi obat antihipertensi dan tidak menderita penyakit hipertensi
akut. Isolated Systolic Hypertension (ISH) didefinisikan sebagai tekanan sistolik
140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik dibawah 90 mmHg.
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular yang
merupakan faktor risiko utama gangguan jantung dan juga dapat mengakibatkan
terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular seperti stroke. Beberapa
mekanisme yang mungkin berkontribusi menyebabkan hipertensi telah
diidentifikasi, namun belum satupun teori yang menyatakan patogenesis untuk
hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga,
hal ini menunjukkan adanya faktor genetik yang berperan dalam patogenesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
hipertensi primer. Sistem Renin Angiotensin Aldosteron juga memegang peranan
penting dalam mekanisme hipertensi (McPhee, 2007).
Ginjal mengatur tekanan darah jangka panjang dengan mengubah volume
darah. Baroreseptor pada ginjal menyebabkan penurunan tekanan darah dengan
mengeluarkan sistem renin. Renin kemudian mengkatalisasi perubahan
angiotensinogen menjadi angiotensin I yang selanjutnya dikonversi menjadi
angiotensin II oleh enzim pengkonversi angiotensin (ACE). Angiotensin II adalah
vasokonstriktor yang poten dalam sirkulasi yang dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Angiotensin II juga memacu sekresi aldosteron, sehingga
reabsorbsi natrium ginjal dan volume darah ikut meningkat yang dapat
menyebabkan kenaikan tekanan darah (Mycek, 2001; McPhee, 2007).
Gambar 2. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosterone Sebagai Salah Satu
Mekanisme Hipertensi (Saseen and MacLaughlin, 2008)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Turunnya tekanan darah menyebabkan neuron-neuron yang sensitif
terhadap tekanan (baroreseptor pada arkus aora dan sinus karotid) mengirimkan
impuls yang lemah kepada pusat kardiovaskular. Hal tersebut akan meningkatkan
respons refleks saraf simpatik dan penurunan saraf parasimpatik terhadap jantung
dan pembuluh sehingga menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan isi
sekuncup jantung. Perubahan ini akan menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan
darah (Mycek, 2001).
Resistensi vaskular perifer merupakan penyebab terbesar hipertensi.
Peningkatan berkepanjangan curah jantung juga dapat menyebabkan hipertensi
dikarenakan tekanan darah sama dengan resistensi perifer total dikali curah
jantung, Pemilihan obat pada hipertensi tergantung pada derajat meningkatnya
tekanan darah dan juga keberadaan indikasi komplikasi penyakit lainnya.
(McPhee, 2007).
Hipertensi ringan sering diobati dengan obat tunggal dan hipertensi berat
terkadang memerlukan pengobatan kombinasi obat yang dipilih dengan efek
samping yang kecil. Pengobatan dimulai ketika salah satu dari empat macam obat
yang tergantung pada pasien yaitu diuretika, beta blocker, ACEI, dan penyekat
kanal kalsium. Jika tekanan darah tidak dapat terkontrol perlu ditambahkan obat
kedua. Pada umumnya, penderita hipertensi ringan diawali dengan pemberian
diuretik thiazide dan penderita hipertensi berat ditangani dengan terapi kombinasi
dengan salah satunya menggunakan diuretik. Selain obat antihipertensi,
vasodilator juga dapat ditambahkan sebagai langkah ketiga untuk pasien yang
tidak responsif (Mycek, 2001; Saseen and MacLaughlin, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Perlu dilakukan penatalaksanaan untuk mencegah terjadinya pengulangan
stroke iskemik yang diakibatkan oleh hipertensi. Pengontrolan tekanan darah yang
ingin dicapai pada pasien yang memiliki riwayat stroke atau serangan iskemik
transient perlu dipertimbangkan untuk mencegah terjadinya stroke berulang.
Tekanan darah yang ingin dicapai yaitu kurang dari 130/80 mmHg. Perindopril
Protection Against Recurrent Stroke Study (PROGRESS) menunjukkan angka
kejadian terjadinya stroke iskemik dapat berkurang dengan pemberian diuretik
seperti thiazide yang dikombinasikan dengan antihipertensi golongan ACE
inhibitor. Angka kejadian stroke berulang tidak berkurang dengan obat golongan
ACE inhibitor sebagai monoterapi. Penurunan angka kejadian hanya dilihat ketika
diuretik seperti golongan thiazid ditambahkan dalam penatalaksanaan terapi
(Saseen and MacLaughlin, 2008).
B. Stroke
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak dan
disebabkan terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa
saja. Penyebab stroke yang paling sering dijumpai adalah penyakit degeneratif
arterial, baik aterosklerosis pada pembuluh darah besar maupun pembuluh darah
kecil (Ginsberg, 2008). Penyakit ini merupakan yang paling sering menyebabkan
kecacatan berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir,
daya ingat, dan bentuk kecacatan lain akibat gangguan fungsi otak. Setiap tahun
terdapat 15 juta kasus stroke di dunia dan 75 % penderita stroke menderita
lumpuh (Muttaqin, 2008; World Heart Federation, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Stroke dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori utama berdasarkan
patogenesisnya yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Pada stroke iskemik,
sumbatan vaskular mengganggu aliran darah ke suatu daerah otak, yang
menimbulkan pola defisit neurologis yang mengakibatkan hilangnya fungsi yang
dikontrol oleh daerah otak tersebut. Pola defisit akibat pendarahan lebih sulit
dipredisksi karena bergantung pada lokasi perdarahan serta pada faktor yang
mempengaruhi fungsi otak dari perdarahan tersebut (McPhee, 2007).
Gambar 3. Patogenesis Penyulit yang Ditimbulkan oleh Hipertensi beserta
Komplikasinya (McPhee, 2007)
Stroke iskemik paling sering disebabkan oleh aterosklerosis atau endapan
kolesterol yang terakumulasi. Jika arteri menjadi terlalu sempit, sel darah dapat
berkumpul dan membentuk bekuan darah. Gumpalan darah tersebut dapat
memblokir arteri dan membentuk gumpalan darah di lapisan pembuluh darah
(trombosis) atau dapat terjebak dalam arteri dekat otak (emboli). Gejala sebelum
terjadinya trombosis dapat berkembang dalam beberapa menit dan dapat didahului
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
serangan singkat defisit fokal reversibel yang dikenal sebagai transient ischemic
attacks (TIA). Sebagian besar penyakit ini terjadi akibat degenarasi pembuluh
darah yang disebabkan oleh hipertensi kronik (McPhee, 2007; Fagan and Hess,
2008).
C. Diuretik
Diuretik merupakan obat-obat yang meningkatkan laju aliran urin dan
juga bermanfaat untuk meningkatkan laju eksresi natrium dan anion yang
menyertainya, biasanya klorida. Joint National Comitee (JNC) 7 tahun 2004
menyatakan bahwa diuretik merupakan lini pertama dalam terapi hipertensi serta
paling berpeluang untuk menurunkan risiko komplikasi hipertensi. Penurunan
tekanan darah terlihat ketika penggunaan awal yang disebabkan oleh diuresis
awal. Diuresis menyebabkan penurunan volume plasma dan stroke volume,
sehingga menurunkan cardiac output dan tekanan darah (Greene & Harris, 2008).
Diuretik dapat diklasifikasikan menjadi (Tjay, 2007; Katzung, 2004;
Ernst&Moser, 2012; Mycek, 2001) :
a. Diuretik thiazid (contoh : hydrochlorothiazid, indapamide, chlorthalidone)
Efek obat ini bekerja lebih lemah dan lambat tetapi dapat bertahan lebih lama
(6 – 48 jam) dan terutama digunakan untuk pemeliharaan hipertensi dan
lemah jantung. Bekerja dengan menghambat reabsorpsi NaCl dari sisi luminal
sel apitel dalam tubulus distal. Thiazid memiliki aksi yang lebih rendah dari
loop diuretika karena NaCl yang diserap oleh tubulus distal sedikit jumlahnya
hanya sekitar 10% dari NaCl tersaring daripada tubulus proksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
b. Diuretik loop (contoh: furosemid, bumetanide)
Diuretik loop bekerja cepat pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal atau
tidak responsif pada tiazid tetapi waktu kerja agak singkat (4 – 6 jam).
Diuretika loop menyebabkan penurunan resistensi vaskular ginjal dan
meningkatkan aliran darah ginjal. Diuretik loop bekerja dengan menghambat
aktivitas simporter Na+-K
+-2Cl
- di thick ascending limb di lengkung Henle
(loop).
c. Diuretik hemat kalium (contoh: amiloride, triamterene, spironolakton)
Efek obat ini hanya lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan
diuretika lainnya untuk menghambat eksresi kalium. Mekanisme kerja obat
ini dengan cara mencegah sekresi K+ dengan melawan efek aldosteron pada
tubulus distal dan korteks tubulus kolektivus. Agen ini menghambat influks
Na+
melalui kanal ion di membran luminal.
d. Diuretik osmotis (contoh : manitol dan sorbitol)
Obat-obat ini hanya direabsorpsi sedikit oleh tubuli, hingga reabsorpsi air
juga terbatas. Efeknya yaitu diuresis osmotis dengan eksresi air kuat dan
relatif sedikit ekskresi natrium.
D. Geriatri
Pembagian terhadap populasi berdasarkan usia meliputi tiga tingkatan,
yaitu :
a) Lansia (elderly) dengan kisaran umur 60-75 tahun,
b) Tua (old) dengan kisaran umur 75-90 tahun
c) Sangat tua (very old) dengan umur > dari 90 tahun (Walker, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Kimble, et al. (2008) menyatakan bahwa geriatri juga telah mengalami
perubahan dalam hal farmakokinetik dan farmakodinamik obat. Perubahan
farmakokinetik yang terjadi karena adanya penurunan kemampuan absorbsi yang
disebabkan oleh perubahan dari saluran gastrointestinal, perubahan distribusi
terkait dengan penurunan cardiac output dan ikatan protein-obat, perubahan
metabolisme karena penurunan fungsi hati dan atau ginjal, serta penurunan laju
ekskresi karena terjadinya penurunan fungsi ginjal.
E. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
Laju filtrasi glomerulus (LFG) adalah jumlah darah yang terfiltrasi
melalui glomerulus dalam tiap menit dan seringkali digunakan sebagai indeks
terbaik dalam pengukuran fungsi ginjal. Nilai LFG tergantung dari jenis kelamin,
umur, dan luas permukaan tubuh. Nilai LFG pada individu dewasa mendekati 120
– 130 mL/min/1,73 m2
dan akan menurun seiring dengan meningkatnya usia.
Penurunan LFG merupakan tanda awal dari gagal ginjal, oleh karena itu nilai LFG
digunakan untuk menentukan kriteria dari penyakit ginjal kronis (Patel, 2009).
Tabel I. Tingkat Penyakit Ginjal Kronik Berdasarkan Nilai LFG (Hudson)
Tahap LFG dengan luas
permukaan tubuh
1,73m2
Deskripsi
1 ≥90 Fungsi renal normal dengan nilai LFG normal atau meningkat
2 60-89 Fungsi renal sedikit menurun
dengan penurunan LFG
3 30-59 Fungsi menurun dalam tahap
moderat dengan penurunan LFG
4 15-29 Penurunan fungsi renal yang berat
dengan penurunan LFG
5 <15 (atau dialisis) Gagal ginjal tahap akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Pada umumnya, individu yang berumur diatas 65 tahun sudah memiliki
nilai LFG dibawah 60 mL/min/1,73 m2. Penelitian terbaru membuktikan individu
yang berumur diatas 80 tahun dengan nilai LFG dibawah 60 mL/min/1,73 m2
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena penurunan fungsi ginjal dibanding
dengan individu dengan nilai LFG diatas 60 mL/min/1,73 m2. Nilai LFG dibawah
60 mL/min/1,73 m2 tetap meningkatkan mortalitas dan risiko terjadinya penyakit
kardiovaskular, sehingga pemisahan umur secara spesifik untuk diagnosis
penyakit ginjal dan tahapannya tidak disarankan (Phoon, 2012).
F. Drug Related Problems (DRPs)
Drug Therapy Problems atau Drug Related Problems adalah hal yang
tidak diinginkan yang dialami oleh pasien yang melibatkan, atau diduga
melibatkan terapi pengobatan, dan yang menghalangi tercapainya tujuan terapi
yang diinginkan. Terdapat 7 kategori pada Drug Related Problems (DRPs) dan
dapat dibagi menjadi 4 kategori besar, yaitu aspek : 1) Indikasi yang terdiri dari
perlu terapi tambahan dan pemberian obat yang tidak diperlukan; 2) Efektifitas
yang terdiri dari salah pemberian obat dan dosis terlalu rendah; 3) Keamanan yang
terdiri dari efek samping dan dosis terlalu tinggi; 4) Kepatuhan.
Permasalahan dalam terapi obat dapat dipengaruhi oleh kondisi
patofisiologis pasien serta penatalaksanaan terapi itu sendiri. Cipolle (2004)
memaparkan penyebab untuk masing-masing kategori DRPs menjadi :
a. Terapi tanpa indikasi disebabkan oleh terapi yang diperoleh sudah tidak
sesuai, menggunakan terapi polifarmasi yang seharusnya bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
menggunakan terapi tunggal, kondisi yang seharusnya mendapat terapi
non farmakologi, terapi efek samping yang dapat diganti dengan obat lain,
penyalahgunaan obat.
b. Memerlukan terapi tambahan (needs additional drug therapy) disebabkan
oleh munculnya kondisi kronik yang membutuhkan terapi, memerlukan
terapi untuk mengurangi risiko munculnya kondisi medis baru,
memerlukan terapi kombinasi untuk memperoleh efek obat kuat atau efek
tambahan.
c. Pemilihan obat yang kurang tepat (wrong drug) dapat disebabkan oleh
obat efektif tetapi relatif mahal atau bukan obat yang paling aman,
kombinasi obat yang salah sehingga terapi tidak maksimal.
d. Dosis terlalu rendah (dosage too low) yang dapat disebabkan karena dosis
terlalu rendah untuk dapat menimbulkan respon, jarak pemberian obat
dalam frekuensi yang jarang untuk dapat memberikan respon, interaksi
obat yang dapat mengurangi jumlah obat yang tersedia dalam bentuk aktif,
durasi terapi obat terlalu pendek untuk dapat menghasilkan respon.
e. Efek obat merugikan (adverse drug reaction) dapat disebabkan karena
obat menimbulkan efek yang tidak diinginkan tetapi tidak ada
hubungannya dengan dosis, interaksi obat yang menyebabkan reaksi yang
tidak diharapkan tetapi tidak ada hubungannya dengan dosis, aturan dosis
yang telah diberikan atau diubah terlalu cepat, obat yang menyebabkan
alergi, dan obat yang memiliki kontraindikasi terhadap pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
f. Dosis terlalu tinggi (dosage too high) dapat disebabkan dosis yang
diberikan terlalu tinggi sehingga menimbulkan efek yang berlebihan,
frekuensi pemberian obat terlalu pendek sehingga terjadi akumulasi, durasi
terapi pengobatan terlalu panjang, interaksi obat dapat menghasilkan
reaksi toksik, obat diberikan atau dinaikkan terlalu cepat.
g. Ketidakpatuhan (noncompliance) pasien dapat disebabkan karena pasien
tidak memahami aturan pemakaian, pasien lebih suka tidak menggunakan
obat, pasien lupa untuk menggunakan obat, obat terlalu mahal bagi pasien,
pasien tidak dapat menelan obat atau menggunakan obat sendiri secara
tepat. Oleh karena itu, diperlukan peran farmasis dalam mencegah dan
mengatasi terjadinya ketidakrasionalan penggunaan obat (Cipolle, 2004).
G. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat mengindentifikasi Drug Related
Problems (DRPs) terkait penggunaan obat diuretik yang digunakan pada pasien
60 tahun ke atas dengan hipertensi komplikasi stroke di Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta periode Januari 2012 – Juni 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini mengevaluasi Drug Related Problems (DRPs) penggunaan
diuretik pada pasien geriatri dengan hipertensi komplikasi stroke di Rumah Sakit
Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2012 - Juni 2013. Penelitian ini merupakan
jenis penelitian non eksperimental deskriptif evaluatif dengan menggunakan data
retrospektif.
Penelitian non eksperimental atau penelitian observasional adalah
penelitian yang observasinya dilakukan terhadap sejumlah variabel dari subjek
penelitian, dengan kondisi apa adanya dan tidak dilakukan tindakan intervensi
terhadap variabel yang diteliti (Imron, 2010).
Rancangan penelitian ini dikategorikan deskriptif evaluatif karena
penelitian ini bertujuan memberikan gambaran dan evaluasi mengenai
penggunaan obat diuretik pada pasien geriatri berdasarkan LFG menurut formula
MDRD (Jogiyanto, 2008; Imron, 2010). Penelitian ini menggunakan data
retrospektif yang merupakan data yang diambil dengan cara melakukan
penelusuran dokumen terdahulu, yaitu pada lembar rekam medis pasien geriatri
dengan hipertensi komplikasi stroke di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
periode Januari 2012 – Juni 2013. Pengambilan data dilakukan dari tanggal 1 – 30
Agustus 2013. Penelitian ini juga menggunakan data kualitatif yang berupa hasil
wawancara dengan dokter penulis resep di rumah sakit tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Profil karakteristik pasien geriatri dengan penyakit hipertensi komplikasi
stroke di RS Panti Rini periode Januari 2012 – Juni 2013 meliputi umur, jenis
kelamin, dan profil nilai LFG pasien. Umur dikategorikan menjadi 3 yaitu
lansia dengan kisaran umur 60 – 75 tahun, tua dengan umur 75 – 90 tahun,
dan sangat tua dengan umur lebih dari 90 tahun. Kondisi ginjal pasien dilihat
menggunakan parameter Laju Filtrasi Glomerulus yang diukur dengan metode
MDRD. Formula MDRD adalah sebagai berikut:
LFG (mL/min/1,73 m2) = 186 x (Scr)
-1,154 x (umur)
-0,203 x (0,742 jika
wanita) x (1,212 bila African-American) (SI units)
(Knott, 2010).
2. Profil pengobatan kardiovaskular dan obat lain yang diterima oleh pasien
hipertensi komplikasi stroke selama mengalami perawatan di rumah sakit
yang terbagi menjadi kelompok, golongan, dan jenis obat. Profil penggunaan
diuretik terbagi menjadi golongan dan jenis diuretik, indikasi dan pilihan
terapi diuretik, frekuensi dan dosis pemberian diuretik, rute dan waktu
pemberian diuretik.
3. Subjek penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini menggunakan
jumlah kasus yang ditemukan sesuai kriteria inklusi yang telah disebutkan
selama periode Januari 2012 – Juni 2013.
4. Drug Related Problems yang akan dievaluasi pada penelitian ini yaitu dibagi
menjadi 6 kelompok yaitu butuh tambahan obat, tidak butuh obat, salah
pemberian obat, dosis obat yang tidak mencukupi atau kurang, munculnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
efek yang tidak diinginkan atau efek samping obat, dosis obat yang berlebih,
sedangkan untuk kriteria kepatuhan tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
5. Wawancara dengan dokter penulis resep dalam penelitian dilakukan setelah
data rekam medis dianalisis. Hasil analisis tersebut digunakan untuk
menyusun panduan pertanyaan yang digunakan untuk wawancara dan hasil
wawancara digunakan untuk melengkapi pembahasan terhadap hasil analisis.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini semua pasien geriatri yang terdiagnosis hipertensi
komplikasi stroke dan menerima terapi obat golongan diuretik di Rumah Sakit
Panti Rini periode Januari 2012 - Juni 2013. Kriteria inklusi pasien dengan usia di
atas 60 tahun yang memiliki tekanan diastolik ≥ 90 mmHg dan tekanan sistolik ≥
140 mmHg dengan stroke serta menerima obat diuretik dan telah menjalani uji
laboratorium yang terkait dengan penggunaan diuretik pada geriatri seperti
kreatinin serum dan kadar elektrolit. Kriteria eksklusi yang diberlakukan adalah
pasien dengan hasil rekam medis yang tidak lengkap dan tidak bisa dikonfirmasi
serta tidak memiliki data hasil laboratorium terkait penggunaan diuretik.
Pemilihan subjek penelitian dipilih sesuai dengan kriteria inklusi yang
telah ditetapkan. Terdapat populasi hipertensi sebanyak 240 pasien di RS Panti
Rini periode Januari 2012 – Juni 2013 dan 122 pasien diantaranya termasuk
pasien geriatri yang termasuk dalam kriteria inklusi penelitian. Pasien hipertensi
geriatri yang mengalami hipertensi komplikasi stroke ditemukan sebanyak 29
pasien dan yang termasuk kriteria inklusi sebanyak 22 pasien. Pasien yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dimasukkan ke dalam subjek penelitian disebabkan oleh beberapa hal yaitu, 3
pasien tidak menggunakan diuretik, 2 pasien menggunakan diuretik namun tidak
terdapat informasi mengenai kekuatan/dosis obat diuretik yang digunakan, dan 2
pasien tidak memiliki data hasil laboratorium yang terkait dengan penggunaan
diuretik dan tidak bisa dikonfirmasi oleh tenaga kesehatan di rumah sakit tersebut
sehingga 7 pasien di eksklusi.
Gambar 4. Skema Pemilihan Subjek Penelitian di RS Panti Rini Yogyakarta
Periode Januari 2012-Juni 2013
Penelitian ini juga melibatkan dokter penulis resep sebagai subjek
penelitian yang dilakukan melalui wawancara. Wawancara tersebut bermaksud
untuk melengkapi pembahasan pada hasil evaluasi DRPs. Hasil tersebut didapat
melalui panduan pertanyaan yang didapatkan setelah mengevaluasi data rekam
medis yang telah dianalisis berupa penatalaksanaan terapi pada pasien hipertensi
komplikasi stroke.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
D. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan
rekam medis pasien geriatri yang memenuhi kriteria inklusi seperti tersebut di
atas. Rekam medis adalah riwayat pengobatan dan perawatan pasien yang dapat
digunakan sebagai bahan penelitian yaitu yang memuat data karakteristik pasien
meliputi usia, jenis kelamin, diagnosis masuk, terapi yang diberikan, catatan
keperawatan, dan hasil laboratorium. Pengambilan data dilakukan dari tanggal 1 –
30 Agustus 2013.
E. Lokasi Penelitian
Pengambilan data dilakukan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta yang
beralamat di Jl.Solo Km 12,5 Kalasan Yogyakarta. Data tersebut diambil tepatnya
pada bagian ruangan rekam medis pasien.
F. Tata Cara Penelitian
1. Pengurusan Izin Penelitian
Penelitian dimulai dengan mengurus izin penelitian untuk dapat
mengambil data di lokasi penelitian yaitu Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta. Izin penelitian didapat dari rumah sakit tersebut untuk dapat
mengambil data.
2. Analisis Situasi
Analisis situasi dilakukan dengan mencari data rekam medis pasien
geriatri yang terdiagnosa hipertensi komplikasi stroke menggunakan obat
diuretik di RS Panti Rini periode Januari 2012 - Juni 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
3. Pengambilan Data
Subjek yang diperoleh dari data nomor rekam medis pada analisis situasi
dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang telah
ditetapkan. Apabila terdapat data yang kurang jelas dan kurang lengkap,
dilakukan tanya jawab dengan apoteker di RS Panti Rini. Kemudian dilakukan
pencatatan data yang meliputi nomor rekam medis, umur, jenis kelamin, berat
badan, data laboratorium, jenis diuretik, dosis dan frekuensi pemberian obat
diuretik, serta keluhan yang dirasakan oleh pasien yang diduga merupakan
efek samping atau hasil interaksi obat. Pengumpulan data dari rekam medis
tersebut dilakukan dengan tanpa mengganggu aktivitas petugas kesehatan di
rumah sakit tersebut.
4. Pengolahan Data dan Analisis Hasil
Pengolahan data dilakukan secara deskriptif dengan memberikan
gambaran karakteristik subjek penelitian, profil penggunaan obat pasien, dan
profil penggunaan obat diuretik. Pengolahan data secara evaluatif dilakukan
dengan cara mengevaluasi DPRs pada penggunaan obat diuretik pada pasien
geriatri dengan penyakit hipertensi komplikasi stroke. Pengolahan data secara
deksriptif maupun evaluatif dijelaskan secara rinci berikut ini :
a. Karakteristik Pasien
Analisis deskriptif mengenai karakteristik pasien dimulai dengan
mengelompokkan pasien hipertensi komplikasi stroke berdasarkan distribusi umur
dan jenis kelamin serta nilai LFG pasien. Distribusi umur dan jenis kelamin
dinyatakan dalam bentuk persentasi, sedangkan nilai LFG diberi keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
terkait dengan fungsi ginjal pasien yaitu tahap 1 dengan nilai LFG ≥90 berarti
fungsi renal masih normal, tahap 2 dengan nilai LFG 60-89 yang berarti fungsi
renal sedikit menurun, tahap 3 dengan nilai LFG 30-59 yang berarti fungsi renal
menurun dalam tahap moderat, tahap 4 dengan nilai LFG 15-29 yang berarti
penurunan fungsi renal yang berat, dan tahap 5 dengan nilai LFG <15 yang berarti
gagal ginjal tahap akhir (Hudson, 2008).
b. Profil Penggunaan Obat dan Profil Penggunaan Diuretik
Profil penggunaan obat pada pasien hipertensi komplikasi stroke
dikelompokkan berdasarkan kelas terapi menurut Tjay (2007) yaitu : obat
kardiovaskular, obat susunan saraf pusat, obat untuk saluran pernafasan, obat
untuk saluran cerna, obat yang mempengaruhi hormon, obat nutrisi dan darah,
obat untuk infeksi dan penggunaan infus. Profil penggunaan diuretik
dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu : golongan diuretik, jenis diuretik,
indikasi dan pemilihan terapi diuretik, dosis dan frekuensi pemberian diuretik,
waktu pemberian diuretik, dan rute pemberian diuretik
c. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)
a. Butuh tambahan obat (need additional drug therapy)
b. Tidak butuh obat (unnecessary drug therapy)
c. Salah pemberian obat (wrong drug)
d. Dosis obat yang tidak mencukupi atau kurang (dosage too low)
e. Efek samping obat (adverse drug reaction)
f. Dosis obat yang berlebih (dose too high)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Hasil evaluasi Drug Related Problems akan dianalisis dengan metode
SOAP (subjektif, objektif, assessment, dan plan atau rekomendasi). Subjektif
meliputi umur, jenis kelamin, lama dirawat, diagnosa, keluhan, perjalanan
penyakit, riwayat penyakit, status keluar, dan genogram 3 generasi pasien.
Objektif meliputi hasil laboratorium, tanda vital (tekanan darah dan nadi), asuhan
keperawatan, dan penatalaksanaan obat yang diterima oleh pasien. Assessment
merupakan penilaian yang dilakukan terkait evaluasi penggunaan diuretik. Plan
atau rekomendasi merupakan saran yang diberikan untuk mengatasi DRPs yang
muncul dalam penggunaan obat diuretik berdasarkan acuan yang ada. Acuan yang
digunakan untuk evaluasi DRPs yang terjadi dalam pengobatan pasien hipertensi
komplikasi stroke yaitu The Clinician’s Guide 2nd
ed. tahun 2004,
Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 7th
ed. tahun 2008, The
Seventh Report of the Joint National Committe on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure tahun 2004, British National
Formulary, 58th ed. tahun 2009, Stockley’s Drug Interaction, 8
th ed. tahun 2008
dan Drug Information Handook (DIH) tahun 2011-2012.
d. Penyajian Hasil
Hasil atau data yang muncul akan disajikan dalam bentuk tabel dan
dianalisis DRPs yang muncul berdasarkan acuan yang digunakan. Data yang
diperoleh dianalisis secara evaluatif dengan cara mengevaluai Drug Related
Problems yang terjadi untuk obat diuretik dan dibahas dalam bentuk uraian dan
secara deskriptif dalam bentuk tabel dan atau gambar diagram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
e. Wawancara Dengan Dokter Penulis Resep
Wawancara dengan dokter penulis resep dimaksudkan untuk melengkapi
pembahasan mengenai hasil evaluasi Drug Related Problems (DRPs). Hasil
tersebut didapat melalui panduan pertanyaan yang didapatkan setelah
mengevaluasi data rekam medis yang telah dianalisis berupa penatalaksanaan
terapi pada pasien hipertensi komplikasi stroke.
G. Keterbatasan Penelitian
Penelitian dengan data retrospektif memiliki kelemahan bila
dibandingkan dengan jika menggunakan data prospektif. Pada penelitian dengan
data retrospektif tidak memungkinkan mengamati lebih lanjut perkembangan
kondisi pasien yang sebenarnya berkaitan dengan analisis DRPs, misalnya
mengenai kepatuhan pasien terhadap regimen terapi. Oleh karena itu, pada
penelitian ini hanya dapat dilakukan 6 aspek DRPs sedangkan aspek kepatuhan
tidak dapat dilakukan. Keterbatasan lain yang dimiliki oleh data retrospektif yaitu
acuan yang digunakan untuk mengevaluasi DRPs yang terjadi tidak bisa
menggunakan acuan yang terbaru.
Waktu yang terbatas yang disediakan oleh pihak Rumah Sakit Panti Rini
untuk melakukan wawancara juga merupakan salah satu keterbatasan penelitian.
Hal tersebut menyebabkan hasil wawancara yang digunakan bersifat menyeluruh
dan tidak bisa secara kasus per kasus. Kelemahan lain penelitian ini yaitu hanya
mengevaluasi mengenai pemberian obat diuretik tanpa melihat keseluruhan
pengobatan lain yang diberikan pada pasien tersebut. Hal ini menyebabkan DRPs
terkait perlu terapi tambahan tidak teridentifikasi pada penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Kesulitan lainnya yaitu masalah dalam membaca rekam medis yang
dikarenakan tulisan yang kurang jelas, penggunaan bahasa daerah dalam
penulisan catatan keperawatan yang bermacam-macam dan juga rekam medis
yang tidak secara lengkap mencantumkan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti
seperti pemeriksaan fisik, keluhan pasien dan kekuatan obat. Apabila terdapat data
yang kurang lengkap tersebut, dapat dilakukan tanya jawab dengan apoteker di RS
Panti Rini, bila tidak ada hasil maka sesuai dengan kriteria eksklusi, rekam medis
tersebut tidak diikutsertakan sebagai bahan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai “Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)
Penggunaan Diuretik pada Pasien Geriatri dengan Hipertensi Komplikasi Stroke
di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2012 – Juni 2013”
dilakukan dengan menelusuri data rekam medis pasien yang terdiagnosis sebagai
penderita hipertensi komplikasi stroke. Berdasarkan data yang diperoleh bagian
rekam medis, diperoleh 22 kasus sebagai bahan penelitian yang mempunyai data
rekam medis lengkap yaitu yang mencantumkan jenis kelamin, umur, diagnosa
utama, lama perawatan, terapi, data laboratorium ALT, AST dan SCr.
A. Karakteristik Pasien
1. Distribusi Pasien Berdasarkan Umur
Pasien hipertensi komplikasi stroke di Rumah Sakit Panti Rini
dikelompokkan berdasarkan umur 60 – 75 tahun (Elderly), 75 – 90 tahun (Old),
dan lebih dari 90 tahun (Very Old). Penelitian yang dilakukan difokuskan pada
populasi geriatri karena populasi ini merupakan salah satu risiko terjadinya
penyakit hipertensi komplikasi stroke yang akan diteliti.
Gambar 5. Persentasi Pasien Hipertensi Komplikasi Stroke Berdasarkan
Umur di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2012 – Juni 2013
77,3%
18,2% 4,6%
Distribusi Pasien Berdasarkan Umur
60 - 75 tahun
75 - 90 tahun
> 90 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Gambaran kelompok pasien hipertensi komplikasi stroke yang dirawat
di RS Panti Rini berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa pasien dengan
kelompok umur 60 – 75 tahun sebesar 77,3%, kelompok umur 75 – 90 tahun
sebesar 18,2%, dan kelompok umur > 90 tahun sebesar 4,6%.
Risiko terjadinya hipertensi beserta komplikasinya semakin meningkat
seiring bertambahnya usia. Hal itu dapat terjadi karena terjadi penimbunan lemak
pada pembuluh darah seiring bertambahnya usia sehingga dapat terjadi
penyumbatan pembuluh darah yang dapat memicu kenaikan tekanan darah dan
risiko terjadinya stroke meningkat (McPhee, 2007). Pada usia > 75 tahun
persentasi pasien mulai menurun, hal ini disebabkan usia harapan hidup hingga
mencapai usia tersebut semakin kecil, dengan demikian hanya sedikit pasien yang
mampu bertahan hidup dengan penyakit stroke hingga mencapai usia >75 tahun.
2. Persentasi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada umumnya, laki-laki lebih memiliki kecenderungan untuk
mengalami stroke dibandingkan dengan perempuan, hal tersebut mungkin terjadi
karena pengaruh perbedaan hormon pada laki - laki dan perempuan. Pada laki-laki
terdapat hormon testosterone yang dapat meningkatkan kadar LDL (Low Density
Lipoprotein), apabila kadar LDL tinggi maka dapat meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah yang merupakan faktor risiko terjadinya penyakit
degeneratif seperti stroke (Eleanor, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Gambar 6. Persentasi Pasien Hipertensi Komplikasi Stroke Berdasarkan
Jenis Kelamin di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2012-Juni 2013
Gambaran kelompok pasien berdasarkan jenis kelamin menunjukkan
sebanyak 59,1% pasien laki-laki yang terkena hipertensi komplikasi stroke dan
sebanyak 40,9% pasien wanita yang mengalami hipertensi komplikasi stroke. Hal
ini juga dapat terjadi karena pasien laki-laki cenderung memiliki pola hidup yang
kurang sehat seperti merokok, konsumsi alkohol, kopi dan minuman berenergi
yang dapat merusak tubuh sehingga risiko terkena penyakit stroke semakin
meningkat jika dibandingkan perempuan (McPhee, 2007).
3. Profil Nilai Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Pasien
Laju filtrasi glomerulus (LFG) adalah jumlah darah yang terfiltrasi
melalui glomerulus dalam tiap menit dan seringkali digunakan sebagai indeks
terbaik dalam pengukuran fungsi ginjal pada orang sehat maupun sakit. Nilai LFG
pada individu dewasa mendekati 120 – 130 mL/min/1,73 m2
dan akan menurun
seiring dengan meningkatnya usia (Patel, 2009). Penurunan LFG merupakan
tanda awal dari gagal ginjal dan dapat berkembang menjadi Chronic Kidney
59,1%
40,9%
Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Disease (CKD) sehingga perlu dilakukan penanganan terutama penyesuaian dosis
obat yang dapat mempengaruhi kerja ginjal. Profil nilai LFG pasien hipertensi
komplikasi stroke di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2012 – Juni 2013
dapat dilihat pada Tabel II.
Tabel II. Profil Nilai Laju Filtrasi Glomerulus Pasien Hipertensi Komplikasi
Stroke di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2012 – Juni 2013
Lampiran
Kasus
Umur Jenis
Kelamin
Serum
Kreatinin
LFG
(mL/min/1.73 m2)
Tahap
CKD
1 70 P 0,8 75,37 2
2 92 L 0,9 83,88 1
3 70 L 0,8 101,58 1
4 61 L 0,7 121,86 1
5 77 L 0,8 99,63 1
6 62 P 0,6 107,67 1
7a 65 P 1,1 52,98 3
7b 65 P 1,0 59,14 3
8 63 L 1,0 80,21 2
9 80 L 1,5 47,86 3
10 75 P 0,6 103,58 1
11 64 P 0,8 76,75 2
12a 64 P 0,6 106,97 1
12b 64 P 0,6 106,97 1
13a 64 L 1,0 79,96 2
13b 64 L 0,8 103,44 1
14 73 L 0,9 87,91 2
15 66 L 1,1 71,18 2
16 78 P 1,1 51,06 3
17 62 L 1,1 72,09 2
18 64 L 0,7 120,67 1
19 74 L 1,5 48,62 3
P = Perempuan, L = Laki-laki
Tahap 1 : nilai LFG ≥90 (fungsi renal masih normal)
Tahap 2 : nilai LFG 60-89 (fungsi renal sedikit menurun)
Tahap 3 : nilai LFG 30-59 (fungsi renal menurun dalam tahap moderat)
Tahap 4 : nilai LFG 15-29 (penurunan fungsi renal yang berat)
Tahap 5 : nilai LFG <15 (gagal ginjal tahap akhir) (Hudson, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
B. Profil Penggunaan Obat dan Profil Penggunaan Diuretik
Profil penggunaan obat pada pasien hipertensi komplikasi stroke
merupakan gambaran pengobatan yang diberikan yang meliputi kelas terapi obat,
golongan obat, jenis obat, dan frekuensi penggunaan obat yang disajikan dalam
bentuk tabel yang akan disertai dengan penjelasan. Gambaran secara umum
distribusi penggunaan obat pada pasien hipertensi komplikasi stroke Rumah Sakit
Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2012 – Juni 2013 menurut kelas terapinya
disajikan pada Tabel III dibawah.
Tabel III. Profil Penggunaan Obat pada Pasien Hipertensi Komplikasi
Stroke di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2012 – Juni 2013
No. Kelas Terapi Obat Jumlah Kasus Persentasi (%)
1 Obat Kardiovaskular 129 42,0
2 Obat untuk Saluran Cerna 45 14,7
3 Obat Nutrisi dan Darah 45 14,7
4 Obat Analgetik 21 6,8
5 Obat Susunan Saraf Pusat 26 8,5
6 Obat yang Mempengaruhi Hormon 7 2,3
7 Obat untuk Infeksi dan anti alergi 9 2,9
8 Obat untuk Saluran Nafas 3 1,0
9 Infus 22 7,2
Total 307 100
Penggunaan obat terbanyak terdapat pada kelas terapi obat
kardiovaskular. Hal tersebut sesuai dengan terapi pilihan yang digunakan untuk
mencapai tujuan terapi pengobatan yang sesuai untuk pasien hipertensi
komplikasi stroke dikarenakan pasien tersebut memerlukan tindakan yang tepat
dalam perawatan untuk menangani penyakit yang diderita (Fagan and Hess,
2008). Kelompok, golongan, dan jenis obat yang digunakan akan diuraikan secara
lebih terperinci sebagai berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
1. Obat Kardiovaskular
Pasien hipertensi komplikasi stroke memerlukan tindakan yang tepat
dan cepat dalam perawatan. Penggunaan obat kardiovaskular pada pasien
hipertensi komplikasi stroke yang paling banyak ditemui adalah golongan
vasodilator perifer yaitu sitikolin sebesar 31% yang dapat dapat dilihat pada Tabel
IV. Pemberian obat ini diharapkan dapat memperbaiki sirkulasi pada keadaan
peredaran darah yang terhalang. Vasodilator ini bekerja dengan cara melebarkan
pembuluh darah secara langsung (Tjay, 2007).
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu dokter penulis resep di
RS Panti Rini, sitikolin memang selalu digunakan pada pasien hipertensi
komplikasi stroke yang berfungsi sebagai vasodilator. Dokter tersebut
menyatakan bahwa penggunaan sitikolin tersebut berdasarkan salah satu guideline
dari Eropa. Hal lain yang terungkap melalui wawancara dengan penulis resep
tersebut adalah mengenai penggunaan piracetam yang digunakan pada pasien
untuk melancarkan peredaran darah. Penggunaan kedua obat tersebut disesuaikan
dengan kondisi pasien.
Pasien hipertensi komplikasi stroke juga memerlukan obat
antihipertensi selain vasodilator. Obat ini digunakan dengan pemantauan darah
yang dilakukan secara rutin untuk menjaga kondisi tekanan darah pasien tetap
berada di keadaan yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan obat-obat
antihipertensi yang digunakan meliputi golongan calcium channel blocker, ACE
inhibitor, Alfa-receptor blocker, agonis alfa-2 adrenergik, dan diuretik. Persentasi
golongan dan jenis obat sistem kardiovaskular disajikan pada tabel IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tabel IV. Persentasi Golongan dan Jenis Obat Kardiovaskular yang
Digunakan Pasien Hipertensi Komplikasi Stroke di RS Panti Rini
Yogyakarta Periode Januari 2012 – Juni 2013
No Golongan Obat Kelompok Jenis Obat Jumlah Kasus
(n=129)
Persentasi
(%)
1 Antihipertensi Calcium Channel Blocker Amlodipin 19 14,7
Nimodipin 4 3,1
Nifedipin 2 1,6
Diltiazem 3 2,3
Agonis Alfa-2 Adrenergik Klonidin 5 3,9
Alfa-receptor blocker Candesartan 1 0,8
Valsartan 4 3,1
Kalium losartan 4 3,1
ACEI Kaptopril 1 0,8
2 Vasodilator Perifer Sitikolin 40 31,0
Nitrat Isosorbid dinitrat 2 1,6
3 Hipolipidemik Statin Atorvastatin 3 2,3
Simvastatin 1 0,8
Pitavastatin 1 0,8
4 Diuretik Loop diuretic Furosemid 22 17,1
Osmotic diuretic Manitol 1 0,8
Thiazid Hidroklorotiazid 2 1,6
5 Antiplatelet Anti-trombotik Silostazol 2 1,6
Klopidrogel 8 6,2
Asam asetilsalisilat Asetosal 1 0,8
Aspilet 3 2,3
Pada profil penggunaan diuretik akan dibagi menjadi 4 yaitu golongan dan
jenis diuretik, indikasi dan pilihan terapi diuretik, frekuensi dan dosis pemberian
diuretik, rute pemberian dan waktu pemberian diuretik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
a. Golongan dan Jenis Diuretik
Diuretik yang diberikan paling banyak yaitu furosemid yang termasuk
golongan obat loop diuretik yaitu sebesar 17,1%. Obat golongan ini berkhasiat
kuat dan cepat walaupun durasinya agak singkat (4-6 jam). Obat ini sesuai untuk
penanganan pasien hipertensi komplikasi stroke yang membutuhkan penanganan
yang cepat dan digunakan pada keadaan akut (Tjay, 2007). Efek samping yang
perlu diwaspadai dari obat diuretik yaitu hipotensi terutama bila dikombinasikan
dengan obat antihipertensi yang lain.
b. Indikasi dan Pilihan Terapi Diuretik
Pemberian obat diuretik diindikasikan untuk mengontrol tekanan darah
pada pasien hipertensi komplikasi stroke dan juga mencegah terjadinya penyakit
komplikasi lainnya seperti gagal ginjal. Pemberian obat ini penting diberikan pada
pasien dengan riwayat penyakit stroke untuk digunakan secara patuh untuk
mencegah terjadinya stroke berulang.
Penggunaan diuretik sudah tepat untuk mencegah terjadinya stroke
berulang atau serangan iskemia transient. Golongan diuretik yang lebih
disarankan untuk digunakan sebagai pemeliharaan yaitu obat diuretik dengan
golongan thiazide. Penelitian klinik menunjukkan bahwa kombinasi inhibitor
ACE dan diuretik thiazid mengurangi kejadian stroke berulang (JNC 7, 2004).
Tekanan darah yang diinginkan dengan pemakaian obat antihipertensi diuretik ini
yaitu dibawah 130/80 mmHg (Saseen and MacLaughlin, 2008). Manitol yang
termasuk diuretik osmotis direabsorpsi sedikit oleh tubuli dengan efeknya yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
diuretis osmosis dengan eksresi air yang kuat dan relatif sedikit ekskresi natrium.
Manitol digunakan sebagai infus intravena untuk mengeluarkan cairan dan juga
menurunkan volume CCS (cairan cerebrospinal) dan tekanan intracranial (Tjay,
2007).
c. Frekuensi dan Dosis Pemberian Diuretik
Dalam terapi pasien hipertensi komplikasi stroke memerlukan penanganan
yang cepat dan tepat namun tetap tercapai penggunaan obat yang rasional. Dosis
dan frekuensi pemberian terapi diuretik harus sesuai dengan kondisi patofisiologis
pasien untuk menghindari terjadinya kontraindikasi pada terapi seperti gangguan
fungsi ginjal dan hipokalemia. Dosis diuretik furosemid yang digunakan yaitu 20-
40 mg per hari secara intravena. Dasar pemilihan dosis ini disesuaikan dengan
kebutuhan pasien dan frekuensinya sehari diberikan 1 – 2 kali, sedangkan untuk
hidroklorotiazid, dosis yang digunakan yaitu 25 mg perhari secara oral dan
manitol dibarengi dengan infus dengan dosis 250 cc.
d. Rute dan Waktu Pemberian Diuretik
Waktu dan rute pemberian diuretik perlu penyesuaian yang disesuaikan
dengan kebutuhan pasien. Hasil penelitian menjelaskan bahwa rute pemberian
diuretik sebagian besar diberikan melalui rute parenteral (intravena). Pada pasien
hipertensi komplikasi stroke memerlukan penanganan yang cepat dan tepat
sehingga rute intravena ini sudah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien,
meskipun ada rute pemberian lain yaitu secara oral dalam keadaan tertentu seperti
untuk pemeliharaan dan kontrol. Waktu pemberian diuretik juga harus disesuaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dengan pemberian obat lain yang digunakan oleh pasien hipertensi komplikasi
stroke. Pada umumnya selain obat diuretik, juga digunakan penggunaan obat yang
lain seperti vasodilator, obat antihipertensi lain, antibiotik. Waktu pemberian obat
diuretik tersebut memerlukan penyesuaian yang tepat untuk mencegah terjadinya
interaksi obat diuretik baik dengan obat lain, makanan, ataupun uji laboratorium
yang dilakukan oleh pasien sehingga perlu diperhatikan waktu pemberian diuretik
yang diberikan.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemberian diuretik
umumnya diberikan saat pasien masuk Instalasi Gawat Darurat RS Panti Rini.
Pemberian ini dikarenakan pasien memerlukan penanganan yang cepat untuk
pasien hipertensi komplikasi stroke terutama yang mengalami stroke akut dan
juga hipertensi emergency dan selanjutnya pemberian diuretik dilakukan tiap jam
8 pagi dan jam 8 malam setiap harinya.
2. Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Cerna
Gangguan saluran cerna yang dialami oleh pasien bisa dikarenakan fungsi
organ pencernaan pasien yang sudah mulai menurun seiring dengan meningkatnya
umur. Gangguan pencernaan ini bisa diderita oleh pasien sebelum masuk ke
rumah sakit atau dikarenakan gangguan yang terjadi dan didapat saat perawatan di
rumah sakit. Penggunaan obat saluran cerna diharapkan dapat membantu pasien
agar dapat merasa nyaman karena pasien sering mengeluh pusing, mual,
konstipasi, muntah dan kehilangan nafsu makan sehingga diperlukan obat
pencernaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Obat saluran cerna yang paling banyak digunakan adalah pada golongan
antitukak sebesar 18,5%. Obat – obat ini bekerja dengan cara menghambat sekresi
asam lambung (Tjay, 2007). Antiemetik juga digunakan untuk mengatasi keluhan
mual dan muntah pada pasien stroke dan obat laksatif untuk mengatasi konstipasi
yang dialami oleh pasien. Persentasi golongan yang bekerja pada sistem saluran
cerna disajikan pada tabel V.
3. Obat yang Mempengaruhi Nutrisi dan Darah
Pada penelitian ini yang paling banyak digunakan adalah obat untuk
mengatur sistem koagulasi darah yaitu sebesar 7,9%. Pada pasien stroke obat obat
hemostatis sangat diperlukan untuk memperbaiki, melancarkan sistem sirkulasi
dan pembentukan darah. Persentasi golongan obat yang mempengaruhi nutrisi dan
darah disajikan pada tabel V.
4. Obat yang Bekerja Sebagai Analgetik
Obat analgetik ini digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Obat analgesik yang digunakan terdapat 2
kelompok yaitu analgesik non-opioid atau non narkotik dan analgesik opioid,
sedangkan yang paling banyak digunakan adalah analgesik non-opiod sebesar
11,2%. Penggunaan analgesik opioid dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan ketergantungan sehingga perlu diperhatikan waktu pemakaian obat
golongan opioid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
5. Obat yang Bekerja pada Sistem Saraf Pusat
Jenis obat yang paling banyak digunakan pada sistem saraf pusat adalah
obat untuk involusi sebesar 7,9%. Obat ini merupakan obat yang diperlukan untuk
memperbaiki sistem saraf pada pasien stroke dan diperlukan oleh pasien untuk
menjaga kondisi tubuh pasien. Selain obat untuk involusi, juga digunakan obat –
obat lain seperti antiansietas, antiepilepsi untuk mencegah timbulnya kejang,
antiparkinson sebagai enzim inhibitor berdasarkan pembentukan kompleks stabil
dengan asetilkolinesterase sehingga dapat mengurangi gejala tremor yang dialami
oleh pasien, antigout, dan juga penghambat neuromuskular (Tjay, 2007).
Persentasi golongan obat yang bekerja pada sistem saraf pusat disajikan dalam
tabel V.
6. Obat yang Mempengaruhi Hormon
Obat hormonal yang digunakan dikelompokkan menjadi obat anti diabetik
dan juga kortikosteroid. Obat hormonal yang paling banyak digunakan adalah
obat golongan kortikosteroid dan suplemen gula darah sebesar 1,7%. Obat
kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang dan sebagai imunosupresan
(Tjay, 2007). Obat anti diabetik ini diperlukan pada pasien geriatri untuk
mengontrol dan menjaga glukosa darah yang meningkat karena pasien geriatri
pada umumnya sudah mengalami penurunan fungsi organ sehingga obat ini
diperlukan pada pasien untuk mencegah terjadinya komplikasi penyakit yang lain
(Tjay, 2007; McPhee, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
7. Obat untuk Pengobatan Infeksi dan Antialergi
Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan pada
pengobatan infeksi yaitu sebesar 4,5%. Antialergi yang digunakan pada penelitian
ini yaitu kelompok H-1 receptor antagonist. Antialergi ini digunakan untuk
mengatasi alergi yang terjadi pada pasien. Persentasi golongan obat yang bekerja
untuk pengobatan infeksi dan antialergi disajikan dalam tabel V.
8. Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Nafas
Obat saluran nafas yang digunakan pada pasien yaitu adrenergik,
mukolitik serta antihistamin untuk pasien yang mengalami gangguan pernafasan
seperti batuk, keluhan sesak nafas yang mungkin dikarenakan terdapat mukus
pada saluran pernafasan yang menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan.
Persentasi golongan obat yang bekerja pada sistem saluran pernafasan disajikan
dalam tabel V.
9. Infus
Pemberian cairan dan elektrolit merupakan hal yang diperlukan untuk
pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit khususnya untuk pasien rawat
inap. Infus diberikan kepada pasien untuk menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit yang dibutuhkan oleh tubuh karena mengandung cairan dan elektrolit
seperti natrium, kalium, dan klorida. Presentase Jenis infus yang diberikan pada
pasien stroke disajikan dalam tabel V.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel V. Persentasi Golongan Obat Selain Obat Kardiovaskular yang
Digunakan Pasien Hipertensi Komplikasi Stroke di RS Panti Rini
Yogyakarta Periode Januari 2012 – Juni 2013
No Kelas Terapi Obat Golongan Obat Jumlah Kasus
(n=178)
Persentasi
(%)
1 Saluran Cerna Antitukak 33 18,5
Laksatif 6 3,4
Antiemetik 6 3,4
2 Nutrisi dan Darah Cairan dan Elektrolit 5 2,8
Mineral 7 3,9
Vitamin 12 6,7
Nutrisi 7 3,9
Sistem koagulasi darah 14 7,9
3 Analgetik Non Narkotik 20 11,2
Opioid Lemah 1 0,6
4 Sistem Saraf Pusat Antiepilepsi 3 1,7
Antiparkinson 2 1,1
Antigout 1 0,6
Antiansietas 4 2,2
Penghambat Neuromuskular
Involusi
2
14
1,1 7,9
5 Hormon Hipoglikemik Oral 1 0,6
Suplemen Gula 3 1,7
Kortikosteroid 3 1,7
6 Infeksi dan Antialergi
Antibiotik 8 4,5
Antialergi 1 0,6
7 Sistem Pernafasan Adrenergika 1 0,6
Mukolitik 1 0,6
Antihistamin 1 0,6
8 Infus Ringer Laktat (RL) 15 8,4
Assering 1 0,6
Normal Saline 2 1,1
Kombinasi RL dan Assering 1 0,6
Dekstrosa 3 1,7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
C. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)
Proses penatalaksanaan pasien di rumah sakit perlu memperhatikan
kerasionalan penggunaan obat. Pengobatan untuk pasien harus selalu
mempertimbangkan antara keuntungan dan kerugian dari efek yang ditimbulkan
setelah pengobatan diberikan. Keuntungan yang diperoleh oleh pasien hendaknya
lebih besar dibandingkan kerugian yang ditimbulkan. Kerugian atau Drug Related
Problems yang timbul seperti salah obat, efek samping dan dosis berlebih perlu
ditekan seminimal mungkin agar tidak terjadi kepada pasien.
Pada penelitian ini, identifikasi Drug Related Problems dilakukan dengan
mengevaluasi permasalahan yang timbul berkaitan dengan penggunaan diuretik
pada pasien hipertensi komplikasi stroke di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti
Rini periode Januari 2012 – Juni 2013. Kategori DRPs yang dievaluasi yaitu
butuh tambahan obat, tidak butuh obat, salah pemberian obat, dosis obat yang
tidak mencukupi atau kurang, munculnya efek yang tidak diinginkan atau efek
samping obat, dan dosis obat yang berlebih.
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi permasalahan terkait penggunaan
diuretik untuk penatalaksanaan terapi pada pasien hipertensi komplikasi stroke.
Evaluasi dilakukan dengan mengikutsertakan analisis data laboratorium terutama
dengan melihat penurunan fungsi ginjal pasien melalui nilai serum kreatininnya.
Pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal memerlukan penyesuaian dosis
pada obat yang diberikan. Pemeriksaan laboratorium harus selalu dipantau karena
pasien pada umumnya merupakan kelompok lanjut usia yang sudah mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
penurunan fungsi organ sehingga penatalaksaan terapi memerlukan perhatian
khusus terhadap kondisi pasien.
Ditemukan 37 kasus DRPs dari 22 pasien yang memenuhi kriteria inklusi
dan menjalani perawatan di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini yaitu 19
kasus salah pemberian obat, 4 kasus dosis terlalu tinggi, 10 kasus dosis terlalu
rendah, efek samping obat sebanyak 3 kasus dan tidak butuh obat sebanyak 1
kasus. Pada umumnya 1 kasus memiliki lebih dari 1 DRPs yang terjadi. Tabel VI
berikut menyajikan jenis DRPs yang terjadi pada penggunaan diuretik pasien
geriatri hipertensi komplikasi stroke.
TABEL VI. Jenis DRPs Penggunaan Diuretik Pasien Geriatri Hipertensi
Komplikasi Stroke di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2012 – Juni
2013
No Jenis DRPs Nomor Kasus
(seperti lampiran)
Kasus DRPs
(n=37)
1 Obat tanpa indikasi
(unnecessary drug therapy)
12b 1
2 Memerlukan terapi tambahan
(needs additional drug therapy)
-
3 Obat salah (wrong drug) 1, 3, 4, 5, 7a, 7b, 8, 9,
10, 11, 12a, 12b, 13a,
13b, 14, 15, 16, 17, 18
19
4 Dosis kurang (dosage too low) 3, 4, 7a, 7b, 8, 12a,
12b, 16, 17, 19
10
5 Efek samping obat (adverse
drug reaction)
2, 7a, 14 3
6 Dosis terlalu tinggi (dosage too
high)
2, 4, 5, 9 4
Dari 22 subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dapat
diketahui bahwa DRPs yang paling banyak ditemukan pada pasien adalah obat
salah yaitu sebanyak 19 kasus dari total 37 kasus DRPs yang dapat dilihat pada
Tabel VI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
1. Obat Tanpa Indikasi
Diuretik banyak digunakan sebagai terapi pertama hipertensi yang
memiliki komplikasi stroke. Efek samping dari diuretik ini dapat
menyebabkan gangguan elektrolit dan juga terjadinya retensi urin bila terjadi
kesalahan dalam pemilihan dosis ataupun pemilihan obat diuretik yang tidak
sesuai dengan kondisi pasien. Jenis DRPs dengan kategori obat tanpa indikasi
terjadi pada kasus nomor 12b (terdapat di lampiran). Pada penelitian ini
terjadi penggunaan bersamaan antara furosemid dengan hidroklorothiazid.
Golongan diuretik yang direkomendasikan untuk penanganan stroke berulang
dan sudah terbukti berhasil yaitu diuretik golongan thiazid yang dapat
dikombinasikan dengan ACEI seperti kaptopril 12,5 mg. Penggunaan
furosemid tidak dibutuhkan pada kasus ini karena dikhawatirkan terjadi efek
hipotensi jika obat antihipertensi yang digunakan terlalu banyak
(PROGRESS, 2008). Jenis DRPs yang terjadi pada kasus ini merupakan
DRPs aktual.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu dokter penulis resep
di RS Panti Rini, Tekanan darah yang diharapkan tidak boleh terlalu rendah,
biasanya 25% dari tekanan darah pasien, karena setiap pasien memiliki
tekanan darah normal yang berbeda-beda.
2. Obat Salah
Pemilihan obat yang kurang tepat atau salah pemilihan obat pada
umumnya ditemui disebabkan karena terapi yang diterima oleh pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
ternyata kontraindikasi dengan kondisi pasien atau terapi yang diberikan
kepada pasien bukan merupakan terapi yang paling efektif untuk mengatasi
kondisi pasien saat diterapi.
Pada kasus 1, 3, 4, 5, 7a, 7b, 8, 10, 11, 12b, 13a, 13b, 14, dan 18
pasien mengalami stroke berulang atau TIA. Lini pertama untuk mencegah
stroke berulang atau TIA yaitu dengan penggunaan diuretik sendiri atau
dikombinasikan dengan obat antihipertensi golongan ACEI seperti kaptopril.
Penggunaan kombinasi obat tersebut terbukti lebih efektif dibanding
penggunaan obat antihipertensi lain seperti Angiotensin Receptor Blocker dan
Calcium Channel Blocker (Fagan and Hess, 2008). Pada kasus di atas yang
diberikan pada pasien bukan merupakan kombinasi obat yang disarankan
sehingga perlu dilakukan penggantian obat. Perlu diketahui antihipertensi
golongan diuretik (kecuali hidroklorothiazid) dan ACEI juga disarankan
untuk hipertensi disertai dengan penurunan fungsi ginjal sehingga untuk
pasien dengan nilai kreatinin pasien di atas normal dan nilai LFG pasien < 60
mL/min/1.73 m2
obat ini cukup aman. Berdasarkan hasil wawancara dengan
dokter penulis resep yang dapat dilihat pada lampiran 3, pemilihan obat
antihipertensi tergantung dokter yang menangani. Pada umumnya digunakan
calcium channel blocker seperti diltiazem atau diuretik seperti furosemid.
Tekanan darah yang diharapkan yaitu 140/100 mmHg dikarenakan jika terlalu
rendah dapat menyebabkan terjadi hipotensi pada pasien. Jenis DRPs yang
terjadi pada kasus ini merupakan DRPs aktual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Pada kasus 16, pasien mengalami penurunan fungsi ginjal dengan
nilai 51,06 mL/min/1.73 m2 dan diberi hidroklorothiazid (HCT). Penggunaan
HCT tidak efektif pada pasien dengan pasien yang mengalami penurunan
fungsi ginjal dan hanya efektif jika dikombinasikan dengan loop diuretik
(DIH 2011). Pada kasus 9, 15, dan 17 pasien mengalami stroke hemorrhagic
atau stroke pendarahan. Lini pertama yaitu menggunakan nimodipin untuk
mengurangi keparahan penurunan neurologi efek dari stroke dan diketahui
nimodipin tidak kontraindikasi dengan pasien CKD. Penggunaan nimodipin
dapat digunakan 60 mg setiap 6 jam sekali, jika hipotensi terjadi dikurangi
hingga 30 mg setiap 4 jam (Fagan and Hess, 2008). DRPs yang terjadi pada
kasus ini merupakan DRPs aktual.
Pada kasus 12a, pasien mengalami stroke akut dengan tekanan sistolik
> 160 mmHg yang dapat dikategorikan bahwa pasien mengalami hipertensi
emergency dan membutuhkan penanganan cepat. Tujuan terapi jika terjadi
stroke akut adalah penurunan tekanan darah dengan obat antihipertensi yang
memiliki cara kerja cepat. Menurut CHHIPS (Controlling Hypertension and
Hypertension Immediately Post-Stroke) (2009) menyarankan penggunaan
lisinopril atau atenolol pada pasien stroke akut dengan tekanan sistolik > 160
mmHg. Pada kasus 12a, dokter meresepkan furosemid, valsartan, amlodipin,
dan nimodipin sebagai obat antihipertensi untuk pasien tersebut. Menurut
guideline menyatakan seharusnya obat yang digunakan adalah lisinopril.
Berdasarkan hasil wawancara dengan dokter penulis resep, obat ini tidak
digunakan karena tidak beredar di Indonesia. Tetapi sebenarnya lisinopril
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
beredar di Indonesia. DRPs yang terjadi pada kasus ini merupakan DRPs
aktual. Jenis DRPs dengan kategori obat salah ditemukan pada kasus 1, 3, 4,
5, 7a, 7b, 8, 9, 10, 11, 12a, 12b, 13a, 13b, 14, 15, 16, 17, dan 18 yang dapat
dilihat di lampiran.
3. Dosis Kurang
Evaluasi DRPs dosis terlalu rendah dapat dikarenakan kadar diuretik
tidak mencukupi sebagai dosis yang dapat memberikan efek untuk
menurunkan tekanan darah. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kadar
diuretik rendah yaitu waktu pemberian diuretik, dosis pemberian diuretik, dan
juga interaksi obat dengan obat lain selain diuretik yang dapat menyebabkan
penurunan efek diuretik sebagai obat antihipertensi seperti obat golongan
NSAIDs (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs).
Pada kasus 3 dan 8 terjadi interaksi obat diuretik furosemid dengan
NSAIDs yaitu asam mefenamat. Interaksi ini dapat menyebabkan penurunan
efek dari obat furosemid (Baxter, 2008) sedangkan dosis pemberian
furosemid yang diberikan pada kasus ini yaitu 20 mg yang merupakan dosis
terkecil dari furosemid. Pemberian furosemid bersamaan dengan asam
mefenamat dikhawatirkan dapat membuat furosemid menjadi tidak efektif.
Pada kasus 7a, 7b, 12b, dan 16 terjadi interaksi obat diuretik
furosemid dengan NSAIDs yaitu metampiron. Interaksi ini dapat
menyebabkan penurunan efek dari obat furosemid sedangkan dosis
pemberian furosemid yang diberikan pada kasus ini yaitu 20 mg yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
merupakan dosis terkecil dari furosemid. Selain itu, diuretik juga dapat
meningkatkan efek nefrotoksisitas dari NSAIDs sehingga berbahaya jika
diberikan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal (Baxter, 2008).
Pada kasus 12a, 17, dan 19 terjadi interaksi obat antara diuretik
dengan ketorolac. interaksi antara ketorolac dengan furosemid menyebabkan
penurunan efek dari obat furosemid secara signifikan sebanyak 20% (Baxter,
2008) sehingga dikhawatirkan pemberian furosemid bersamaan dengan
ketorolac menyebabkan furosemid menjadi tidak efektif. DRPs yang terjadi
pada kasus terkait dosis kurang ini merupakan DRPs potensial. Jenis DRPs
dengan kategori dosis kurang ditemukan pada kasus 3, 4, 7a, 7b, 8, 12a, 12b,
16, 17, dan 19 yang dapat dilihat pada lampiran.
4. Efek Samping Obat
Obat-obat yang diberikan pada pasien diperlukan pengawasan agar
efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat yang diberikan tidak terjadi.
Efek samping ini dapat timbul jika terjadi interaksi dengan obat lain yang
dapat menimbulkan efek lain yang tidak diinginkan selama terapi, waktu
pemberian yang tidak tepat, efek samping dari obat itu sendiri.
Pada kasus 2, pemberian diuretik diberikan bersamaan dengan
metamizole dapat menurunkan clearance dari furosemid secara intravena 20
mg dari 175 ml/menit menjadi 141 ml/menit walaupun efek diuretik dari
furosemid tidak berubah (Baxter, 2008). Jenis DRPs yang terjadi pada kasus
ini merupakan DRPs potensial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Pada kasus 7a, 14 furosemid digunakan pada pasien dengan kadar
kalium berada pada batas bawah tanpa digunakan bersamaan dengan
pemberian asupan kalium dari luar. Hal ini dapat menyebabkan pasien
mengalami hipokalemia karena diuretik sendiri dapat menurunkan kadar
kalium dalam tubuh sehingga perlu diberikan bersamaan dengan asupan
kalium seperti kalium aspartat. Pada kasus ini, diperlukan monitoring lebih
lanjut terkait dengan kadar kalium untuk memastikan apakah diperlukan
penanganan terkait penurunan kadar kalium pasien. DRPs yang terjadi pada
kasus ini merupakan DRPs aktual. Jenis DRPs yang terjadi dengan kategori
efek samping obat ditemukan pada kasus 2, 7a, dan 14 yang dapat dilihat
pada lampiran.
Perlu diperhatikan pada kasus 1, pemberian furosemid di kasus ini
diberikan bersamaan dengan candesartan yang dapat berefek meningkatkan
penurunan kadar kalium pada pasien walaupun pada kasus ini tidak terjadi
efek tersebut. Sedangkan, pada kasus 6, 7a, dan 13b furosemid diberikan
bersamaan dengan seftriakson. Furosemid dapat berpotensi berinteraksi
dengan seftriakson yang dapat meningkatkan toksisitas dari furosemid dan
bisa menyebabkan nefrotoksisitas. Namun, interaksi yang terjadi termasuk
interaksi minor dan tidak terjadi pada pasien. Pada kasus 12b, pemberian
furosemid dapat berinteraksi dengan obat nitrat yang menyebabkan
peningkatan efek hipotensi dan tidak terjadi pada pasien (Baxter, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
5. Dosis Terlalu Tinggi
DRPs dosis terlalu tinggi dapat dikarenakan kadar diuretik berlebih
dalam tubuh yang dapat memberikan efek penurunan tekanan darah yang
berlebih. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kadar diuretik tinggi
yaitu waktu pemberian diuretik, dosis pemberian diuretik, dan juga interaksi
obat dengan obat lain selain diuretik yang dapat menyebabkan peningkatan
efek diuretik sebagai obat antihipertensi seperti clonidin ataupun peningkatan
efek obat lain akibat diuretik.
Pada kasus 2, furosemid diberikan bersamaan dengan allopurinol.
Furosemid meningkatkan efek dari allopurinol jika diberikan bersamaan,
namun efek tersebut tidak terlihat sehingga DRPs pada kasus ini merupakan
DRPs potensial. Rekomendasi yang diberikan yaitu sebaiknya furosemid dan
allopurinol tidak diberikan bersamaan (DIH, 2011). Pada kasus 4, 5, dan 9,
pasien diberikan furosemid yang diberikan bersamaan dengan clonidin.
Pemakaian furosemid dengan clonidin dapat meningkatkan efek hipotensi
dari clonidin (BMJ, 2009). Pada kasus 7b dan 18 pasien juga diberikan
furosemid bersamaan dengan clonidin, tetapi efek samping peningkatan
hipotensi dari clonidin tidak terjadi pada kasus ini.
Pada kasus 9, pasien diberikan diltiazem dan furosemid secara
bersamaan. Penggunaan diltiazem dengan furosemid secara bersamaan dapat
meningkatkan efek hipotensi dari diltiazem yang dapat dilihat pada tekanan
darah pasien yang menurun, namun jika dilihat dari catatan keperawatan
pasien tidak ditemukan keluhan oleh pasien sehingga DRPs yang terjadi pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
kasus ini merupakan DRPs potensial. Rekomendasi yang diberikan yaitu
penggunaan kedua obat tersebut tidak diberikan bersamaan (BMJ, 2009).
Jenis DRPs yang terjadi dengan kategori dosis terlalu tinggi ditemukan pada
kasus 2, 4, 5, dan 9 yang dapat dilihat pada lampiran.
D. Rangkuman Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)
Pada hasil penelitian ditemukan 40 kasus DRPs yang terjadi. Pada
umumnya 1 kasus memiliki lebih dari 1 DRPs. Jenis DRPs yang terjadi tersebut
dibagi menjadi 2 yaitu aktual dan juga potensial. Jenis DRPs aktual merupakan
DRPs yang benar-benar terjadi pada pasien sehingga mengakibatkan kerugian
yang ditimbulkan akibat terjadinya DRPs tersebut. Jenis DRPs potensial adalah
DRPs yang mungkin terjadi tetapi tidak terlihat dari keluhan dan hasil
laboratorium pasien, namun dapat berpotensi menimbulkan DRPs. Tabel VII
berikut menyajikan hasil evaluasi beserta status keluar pasien yang dirawat di RS
Panti Rini Yogyakarta.
Tabel VII. Hasil Evaluasi DRPs dan Status Keluar Pasien Hipertensi
Komplikasi Stroke di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2012 – Juni
2013
Kasus DRPs Jenis DRPs Status Keluar Pasien
1 Salah obat Aktual Baik, diizinkan dengan TD terkontrol
2 Dosis lebih
Efek samping obat
Potensial
Potensial
Belum sembuh dan atas permintaan
pasien dengan TD terkontrol
3 Salah obat Dosis kurang
Aktual Potensial
Baik, diizinkan dengan TD terkontrol
4
Salah obat
Dosis terlalu tinggi Dosis kurang
Aktual
Potensial Potensial
Baik, diizinkan dengan TD terkontrol
5 Salah obat
Dosis terlalu tinggi
Aktual
Potensial Baik, diizinkan dengan TD terkontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tabel VII. lanjutan
6 Tidak terjadi DRPs - Baik, diizinkan dengan TD terkontrol
7a
Salah obat
Efek samping obat
Dosis kurang
Aktual
Aktual
Potensial
Baik, diizinkan dengan TD tidak
terkontrol
7b Salah obat Dosis kurang
Aktual Potensial
Baik, diizinkan dengan TD terkontrol
8 Salah obat
Dosis kurang
Aktual
Potensial Baik, diizinkan dengan TD terkontrol
9 Salah obat
Dosis terlalu tinggi
Aktual
Potensial
Baik, diizinkan dengan TD tidak terkontrol
10 Salah obat Aktual Baik, diizinkan dengan TD terkontrol
11 Salah obat Aktual Baik, diizinkan dengan TD tidak
terkontrol
12a Dosis kurang
Salah obat
Potensial
Aktual Baik, diizinkan dengan TD terkontrol
12b
Salah obat
Terapi tanpa indikasi
Dosis kurang
Aktual
Aktual
Potensial
Baik, diizinkan dengan TD terkontrol
13a Salah obat Aktual Baik, diizinkan dengan TD tidak
terkontrol
13b Salah obat Aktual Baik, diizinkan dengan TD tidak
terkontrol
14 Salah obat
Efek samping obat
Aktual
Aktual Baik, diizinkan dengan TD terkontrol
15 Salah obat Aktual Baik, diizinkan dengan TD terkontrol
16 Salah obat
Dosis kurang
Aktual
Potensial Baik, diizinkan dengan TD terkontrol
17 Salah obat
Dosis kurang
Aktual
Potensial Baik, diizinkan dengan TD terkontrol
18 Salah obat Aktual Baik, diizinkan dengan TD terkontrol
19 Dosis kurang Potensial Belum sembuh,atas permintaan pasien
dengan TD tidak terkontrol
DRPs = Drug Related Problems, TD = Tekanan darah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian mengenai “Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)
Penggunaan Diuretik pada Pasien Geriatri dengan Hipertensi Komplikasi Stroke
di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2012 – Juni 2013”
diperoleh hasil :
1. Karakteristik pasien hipertensi komplikasi stroke yaitu :
a. Kelompok pasien hipertensi komplikasi stroke yang dirawat di RS
Panti Rini berdasarkan kelompok umur didapatkan pasien dengan
kelompok umur 60 – 75 tahun sebesar 77,3%, kelompok umur 75 – 90
tahun sebesar 18,2%, dan kelompok umur > 90 tahun sebesar 4,6%.
Pasien stroke terbanyak pada usia 60 – 75 tahun.
b. Gambaran kelompok pasien berdasarkan jenis kelamin menunjukkan
sebanyak 59,1% pasien laki-laki yang terkena hipertensi komplikasi
stroke dan sebanyak 40,9% pasien wanita yang mengalami hipertensi
komplikasi stroke.
2. Profil penggunaan obat pasien tersebut yaitu :
a. Sebanyak 42,0% menggunakan obat kardiovaskular
b. Sebanyak 14,7% menggunakan obat untuk saluran cerna
c. Sebanyak 14,7% menggunakan obat nutrisi dan darah
d. Sebanyak 6,8% menggunakan obat analgetik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
e. Sebanyak 8,5% menggunakan obat susunan saraf pusat
f. Sebanyak 2,3% menggunakan obat yang mempengaruhi hormon
g. Sebanyak 2,9% menggunakan obat untuk infeksi dan antialergi
h. Sebanyak 1,0% menggunakan obat untuk saluran nafas
i. Sebanyak 7,2% menggunakan infus
Dan profil penggunaan obat diuretik pasien tersebut yaitu :
a. Sebanyak 17,1% menggunakan obat diuretik golongan diuretik loop
jenis furosemid
b. Sebanyak 0,8% menggunakan obat diuretik golongan osmotis diuretik
jenis manitol
c. Sebanyak 1,6% menggunakan obat diuretik golongan thiazid jenis
hidroklorothiazid
3. Drug Related Problems yang terjadi pada pasien tersebut yaitu :
a. Sebanyak 1 kasus obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy)
b. Sebanyak 19 kasus pemberian obat salah (wrong drug)
c. Sebanyak 10 kasus dosis kurang (dosage too low)
d. Sebanyak 3 kasus efek samping obat (adverse drug reaction)
e. Sebanyak 4 kasus dosis terlalu tinggi (dosage too high)
B. Saran
1. Untuk RS Panti Rini Yogyakarta perlu dilakukan :
a. Adanya standar terapi untuk penggunaan pilihan obat antihipertensi
pada pasien hipertensi komplikasi stroke di RS Panti Rini Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
dengan menggunakan acuan terbaru agar dapat mengoptimalkan
penanganan pasien hipertensi komplikasi stroke.
b. Perlunya monitoring lebih lanjut terkait keseimbangan elektrolit
dikarenakan penggunaan obat diuretik yang mengubah keseimbangan
elektrolit dalam tubuh.
c. Kedisplinan dalam penulisan rekam medis, mengenai kelengkapan
data pasien, bahasa yang digunakan, tulisan yang tidak bisa terbaca
agar tidak terjadi kesalahan dalam membaca sehingga
penatalaksanaan terapi berjalan lebih optimal.
2. Untuk penelitian selanjutnya :
a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara prospektif mengenai
penggunaan diuretik pada pasien hipertensi komplikasi stroke agar
dapat dilihat kajian kepatuhan pada aspek pharmaceutical care dan
juga dapat digunakan acuan terbaru untuk mengevaluasi DRPs yang
terjadi pada penelitian.
b. Perlu dilakukan wawancara yang lebih mendalam kepada dokter
penulis resep untuk setiap kasus yang dijadikan subjek penelitian.
c. Dapat dilakukan penelitian yang sama dengan rumah sakit yang
berbeda agar dapat diketahui jumlah kasus di tempat lain dan
didapatkan gambaran mengenai penatalaksanaan terapi sehingga dapat
dijadikan perbandingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, P. O., Knoben, J. E., and Troutman, W.G.,2002, Handbook of Clinical
Drug Data, 10th
ed., McGraw-Hill, United States of America, pp. 716-740.
Ashley, C., and Currie, A., 2009, The Renal Drug Handbook, 3rd
ed., Radcliffe
publishing Ltd., United Kingdom, pp. 338-352.
Baxter, K., 2008, Stockley’s Drug Interaction, 8th ed., Pharmaceutical Press,
United Kingdom, pp. 944-959.
BMJ Group, 2009, British National Formulary, 58th
edition, RPS Publishing,
London, pp. 755-756.
Cipolle, Robert J., 2004, Pharmaceutical Care Practice : The Clinician’s Guide,
The McGraw-Hill Companies, Inc., USA, pp. 172 – 178.
Departemen Kesehatan, 2012, http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-
srelease/1909-masalah-hipertensi-di-indonesia.html, diakses tanggal 4 Mei
2012.
Eleanor, B., 2007. Simple Guide : Kolesterol, Erlangga, Jakarta.
Ernst, M. E., Moser, M., 2009, Use of Diuretiks in Patients With Hypertension, N.
Engl. J. Med., 361, 2153.
Ettner, R., Ettner, F., and White, T., 2012, Secrecy and The Pathogenesis of
Hypertension, International Journal of Family Medicine, vol. 2012, 1-3.
Fagan, S. C., and Hess D. C., 2008, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic
Approach, 7th
ed., Mc Graw-Hill Companies, pp. 374-380.
Farizal, 2011, Drug Related Problems pada Pasien Stroke di ICU (Intensive Unit
Care) Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi, artikel, Universitas
Andalas, Padang, pp. 10-11.
Fenty, 2010, Laju Filtrasi Glomerulus Pada Lansia Berdasarkan Tes Klirens
Kreatinin Dengan Formula Cockroft-Gault, Cockroft-Gault Standardisasi
Dan Modification Of Diet In Renal Disease, Jurnal Penelitian, Vol. 13,
217-220.
Ginsberg, L., 2008, Neurologi, Edisi 8, Erlangga, Jakarta, pp. 89-90.
Greene, R. J., and Harris, N. D., 2008, Pathology and Therapeutics for
Pharmacist, 3rd
ed., Pharmaceutical Press, London, pp. 225-226.
Hardman, J., G., and Limbird, L., E., 2008, Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10,
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 735-760.
Hudson, J. Q., 2008, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 7th ed.,
Mc Graw-Hill Companies, pp. 746-749.
Imron, M., 2010, Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, CV Sagung Seto,
Jakarta, pp. 107-110; 117-137.
Jerry, 2012, Drug Related Problems Pasien Rawat Inap Stroke Iskemik Di Ruang
Perawatan Neurologi RSSN Bukittinggi periode Maret-Mei 2011, Tesis,
pp. 1-9.
Jogiyanto, 2008, Metodologi Penelitian Sistem Informasi, Penerbit Andi,
Yogyakarta, pp. 89-90.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Johnson, D. W., 2005, Automated Reporting of Glomerulus Filtration Rate,
Australian Family Psysician, 34(11), 926.
Katzung, B. G., 2004, Basic and Clinical Pharmacology, 9th
ed., Mc Graw-Hill,
U.S., pp. 553, 1007, 1012.
Keenan, N. L., and Rosendorf, K. A., 2011, Prevalence of Hypertension and
Controlled Hypertension, Centers for Disease Control and Prevention,
60(1), 94-97.
Kimble, M. A. K., Young, L. Y., Alldredge, B. K., Corelli, R. L., Guglielmo, B.
J., Kradjan, W. A., and William, B. R., 2008, Applied Therapeutics The
Clinican Use of Drugs, 9th
ed., Lippincott William & Wilkins,
Philadelphia, pp. 99-1 – 99-4.
Knott, L., 2009, Assessing Renal Function,
http://www.patient.co.uk/doctor/Assessing-Renal-Function.htm, diakses
tanggal 5 Mei 2013.
Knudsen, S. B., Strandgaard, S., and Paulson, O. B., 2013, Secondary Prevention
of Stroke With Effective Antihypertensive Treatment, Ugeskr Laeger.,
175(15), pp. 1024-1028.
Kumar, V., 2005, Dasar Patologis Penyakit, edisi 7, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, pp. 538; 542-545.
Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance L.L., 2011, Drug Information
Handbook, 20th
Ed., Lexi-copm, Ohio, pp. 676-677; 737-742.
Libre, J. J., Valhuerdi, A., Fernandez, O., Libre, J. C., Porto, R., Lopez, A. M.,
Marcheco, B., and Moreno, C., 2010, Prevalence of Stroke and Associated
Risk Factors in Older Adults in Havana City and Matanzas Province,
Cuba, MEDICC Review, 12(3), 20-26.
Mancia, G., and Fagard, R., 2013, The Task Force For The Management of
Arterial Hypertension of The European Society of Hypertension (ESH) and
of The European Society of Cardiology (ESC), pp. 1323-1326.
McPhee, S., J., 2007, Patofisiologi Penyakit : Pengantar Menuju Kedokteran
Klinis, Edisi 5, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 195-202; 339-341.
Melcher, A., Schlienger, R., lampert, M., Hascke, M., Drewe, J., and Krahenbul,
S., 2007, Drug-Related Problems In Hospitals : A Review of The Recent
Literature, Drug Saf., 30(5), 379-407.
Mutia, I., 2006, Drug Related Problems (DRPs) pada Pengobatan Stroke Iskemik
di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta selama Tahun
2005, Skripsi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, pp. 34.
Muttaqin, A., 2008, Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan, Salemba Medika, Jakarta, pp. 234.
Mycek, M., J., 2001, Farmakologi : Ulasan Bergambar, Ed. 2, Widya Medika,
Jakarta, pp. 181-190.
National Kidney Foundation Kidney Disease Outcome Quality Initiative, 2012,
Chronic Kidney Disease, http://www.kidneyhi.org/index.php?cid=36,
diakses tanggal 4 Mei 2013.
Patel, P., 2009, Glomerular Filtration Rate, http://www.nlm.nih.gov/
medlineplus/ency/article/007305.htm, diakses tanggal 5 Mei 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Phoon, R. K., 2012, Chronic Kidney Disease In The Elderly, Australian Family
Physician, 41 (12), pp. 940.
Potter J.F., Robinson T.G., Ford G.A., Mistri A., James M., Chernova J., Jagger
C., 2009, Controlling Hypertension And Hypotension Immediately
Poststroke (CHHIPS) : A Randomised, Placebocontrolled, Double-Blind
Pilot Trial, Lancet Neurology, pp. 8; 48–56.
Rahajeng, B., 2007, Drug Related Problems Pada Penatalaksanaan Pasien Stroke
Rawat Inap di RSAL Dr. Ramelan Surabaya Periode 1 September-31
Oktober 2006, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pp. 15
Ravenni, R., Jabre, J. F., Casiglia, E., and Mazza, A., 2011, Primary Stroke
Prevention and Hypertension Treatment: Which Is The First-Line
Strategy?, Neurology International, 3(12), 45-49.
Saseen, J.J., and MacLaughlin, E.J., 2008, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic
Approach, 7th
ed., Mc Graw-Hill Companies, pp. 139-150.
Setiawan, M. R., 2007, Evaluasi Terapi Diuretik Pada Pengobatan Pasien Gagal
Jantung Yang Menjalani Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Periode Januari-Desember 2006, skripsi, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta, pp. 24-26.
Shargel, L., 2005, Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics, 4th ed.,
McGraw-Hill, New York, pp. 531-532.
Tjay, T.H., 2007, Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek
Sampingnya, Edisi 6, Gramedia, Jakarta, pp. 519-522.
U.S. Department Of Health and Human Services, 2004, The Seventh Report of
The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure, National Institutes of Health
Publications, pp. 10-38.
Utami, Y.Y., 2008, Kajian Penggunaan Antibiotik Profilaksis Dan Evaluasi Drug
Related Problems Pada Bedah Orthopaedi Kasus Fraktur Di Unit Bedah
RS Panti Rapih Yogyakarta Periode Agustus 2007 – September 2007,
skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, pp. 11
Walker, R., 2003, Clinical Pharmacy and Therapeutics, Churchill Livingstone,
Philadelphia, pp. 65.
World Heart Federation, 2013, Stroke and Hypertension, http://www.world-heart-
federation.org/cardiovascular-health/stroke/stroke-and-hypertension/,
diakses tanggal 5 Mei 2013.
World Heart Federation, 2013, Stroke, http://www.world-heart-
federation.org/cardiovascular-health/stroke/, diakses tanggal 5 Mei 2013.
Yayasan Stroke Indonesia, 2012, Sekilas Tentang Stroke,
http://www.yastroki.or.id/read.php?id=218, diakses tanggal 3 Mei 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Lampiran 1. Nilai normal pemeriksaan data laboratorium pasien geriatri
hipertensi komplikasi stroke yang menerima diuretik di instalasi rawat inap
Rumah Sakit Panti rini Yogyakarta periode Januari 2012 – Juni 2013
Parameter Nilai Rujukan Satuan
Laki-laki Perempuan
SGOT (serum glutamix
oxaloasetic transaminase)
0 - 38 0 – 32 μ/l
SGPT (serum glutamic pyruvic
transaminase)
0 - 41 0 – 31 μ/l
kolesterol total < 201 < 201 mg/dl
Trigliserida < 200 < 200 mg/dl
HDL (high density lipoprotein) > 55 > 55 mg/dl
LDL (low density lipoprotein) < 100 < 100 mg/dl
Ureum < 71 < 50 mg/dl
Kreatinin 0,67 - 1,17 0.51 - 0.95 mg/dl
Asam urat 3,4 – 7 2,4 - 5,7 mg/dl
Kalium 3,5 - 5,1 3,5 - 5,1 mmol/l
Natrium 136 - 145 136 – 145 mmol/l
Chlorida 97 - 111 97 – 111 mmol/l
Glukosa acak 74 - 106 mg/dl
HCT (Hematokrit) 40 – 54 37 -47 %
NEU (Neutrofil) - 2 - 7,5 %
WBC (white blood cell acount) - 4,00 - 11,00 103/mm3
HGB (hemoglobin) 13 – 18 12 - 16,5 g/dl
PDW (platelet distribution width) - 11,0 - 18,0 %
PLT (platelet count) - 150 – 450 103/mm3
RBC(red blood cell acount) 4,5 - 6,5 - 106/mm3
MCHC (mean corpuscullar
hemoglobin consentration)
32 – 36 - g/dl
MCV (mean corpuscular volume) 80 – 100 - Fl
RDW (red cell distribution width) 11,0 - 16,0 - %
MCH (mean corpuscular
hemoglobin)
27 – 32 - Pg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lampiran 2. Analasis Drug Related Problems pasien geriatri hipertensi komplikasi stroke yang menerima diuretik di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Panti rini Yogyakarta periode Januari 2012 – Juni 2013
Kasus 1.
Subjektif
Umur/JK: 70 tahun/P
Masuk RS : 7/09/2012 - 10/09/2012
Diagnosa Masuk : Obs. Hemiparese + Stroke Diagnosa Keluar : Obs. Hemiparese + Stroke
Keluhan Utama : pusing, badan panas, tangan & kaki lemas
Perjalanan Penyakit : mulai jam 10 badan panas, keringat dingin dan
tidak bisa bicara dibawa ke panti rini dan opname
Riwayat Penyakit : Hipertensi Status Keluar : Baik dan diizinkan
Genogram 3 generasi : tidak ada penyakit menular dan menurun
Objektif
Hasil Laboratorium (7 September) :
SGOT : 21,8
SGPT : 11,7
Kolesterol Total : 170 Trigiliserida : 58
Ureum : 56
Kreatinin : 0,8
Kalium : 4,2
Natrium : 142 Klorida : 107
Tanggal 7 8 9 10
Tanda
Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
200/80 186/72
170/90
170/110
180/80 160/120
160/100
140/90
140/90 180/100
140/90
140/90
150/90 150/80
-
-
Nadi
(x/menit)
91
77
80
76
72
-
-
-
Keluhan
Pusing, badan panas,
tangan dan kaki lemas
Tidak bisa mengontrol
BAK
Mau BAB tidak bisa, BAK
sakit, tangan dan kaki mulai kuat
Tidak ada keluhan, minta
pulang
Peksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Furosemid 20 mg
Suplemen K Aspartat
Amlodipin 5 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Aspilet 80 mg
DLBS
Sitikolin
Candesartan 8 mg
Omeprazol
Assessment : wrong drug : Kombinasi yang direkomendasikan sebagai lini pertama untuk mencegah hipertensi dan komplikasi stroke yang berulang digunakan diuretik sendiri atau diuretik dikombinasikan dengan obat antihipertensi golongan ACEI (Saseen and MacLaughlin, 2008).
Furosemid memiliki potensi berinteraksi dengan candesartan yang berefek pada penurunan kadar kalium. Tetapi pada pasien ini, efek samping
tidak terjadi dilihat dari keluhan pasien yang menandakan terjadi hipokalemia seperti kejang-kejang.
Rekomendasi : amlodipin dan candesartan tidak diberikan dan diganti obat antihipertensi golongan ACEI. Pantau kadar kalium, nilai kreatinin
serum dan tekanan darah
Kasus 2.
Subjektif
Umur : 92 tahun/L
Masuk RS : 11/05/2012 - 15/05/2012 Diagnosa Masuk : Hipertensi + Susp. TIA + DD + Stroke Infark
Diagnosa Keluar : Stroke TIA
Keluhan Utama : lemas dan pusing
Perjalanan Penyakit : lagi nyiram tanaman, tiba-tiba lemas, bicara
susah, sebelumnya tidak ada keluhan, tadi pagi kerja kepala pusing, muntah, dibawa ke panti rini, saran opname
Riwayat Penyakit : Hipertensi
Status Keluar : Belum sembuh dan atas permintaan
Objektif
Hasil Laboratorium (11 Mei) :
SGOT : 19,6 SGPT : 19,9
Kolesterol Total : 182
Trigiliserida : 259
Ureum : 31
Kreatinin : 0,9
Uric acid : 8,3 Kalium : 3,6
Natrium : 132
Klorida : 101
Glukosa acak : 146
Tanggal 20 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tanda Vital
Tekanan Darah
(mmHg)
170/100 130/80
140/80
120/80
130/70 -
-
-
Nadi (x/menit) 76
64
79
-
Keluhan Pusing, lemas, malamnya merasa sudah
enakkan
Tidak ada keluhan
Pelaksanaan Obat Pa Si So Ma Pa Si So Ma
Furosemid 20 mg
Alopurinol
Suplemen DM
Silostazol
DLBS
Pantoprazole
Sitikolin 2 A
Metamizol
Assessment : Dosis lebih : pemberian furosemid dapat meningkatkan efek dari allopurinol (DIH, 2011). Efek samping obat: Metamizole dapat menurunkan clearance dari furosemid intravena 20 mg dari 175 menjadi 141 ml/menit tetapi efek diuretik
tidak berubah (Baxter, 2008).
Rekomendasi : Pemberian Allopurinol tidak diberikan bersamaan dengan furosemid. Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
Kasus 3.
Subjektif
Umur/JK: 70 tahun/L
Masuk RS : 23/05/2013 - 30/05/2013
Diagnosa Masuk : Obs. Melena DD + Haematosia
Diagnosa Keluar : Melena + Stroke + Hipertensi + Anoreksia
Keluhan Utama : lemas, mual, mau komunikasi susah
Status Keluar : Baik dan diizinkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Objektif
Hasil Laboratorium (23 Mei):
SGOT : 14,4
SGPT : 5,9 Kolesterol Total : 143
Trigiliserida : 127
Ureum : 112
Kreatinin : 0,8
Kalium : 4,2
Natrium : 143 Klorida : 112
HCT : 35,3
Tanggal 23 24 25 26 27 28 29 30
Tanda
Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
144/82
160/100
170/100 160/80
180/90
130/80
140/90 150/90
140/90
140/80
- 120/80
130/80
140/90
101/49 140/80
150/90
150/100
100/80 140/90
140/80
110/80
100/60 140/60
110/70
120/80
100/60 110/60
130/80
-
- -
Nadi
(x/menit)
76 78
84 92
80 80
88 110
88 84
88 80
80 76
88 84
Keluhan
Lemas,
komunikasi
susah, bicara tidak jelas
Pasien lemas,
bila
digerakkan tangannya
terasa sakit
Pasien merasa
lemas dan
mengantuk
Mau bicara
susah, merasa
sakit di tangan
Pasien
berhalusinasi
lemas, bicara susah
Lemas,
pusing,
tangan gemetar
Bicara susah,
tangan masih
gemetar
Lemas,
komunikasi
susah, tangan gemetar
Penatalaksanaan Obat
P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M
Furosemid 20 mg
Omeprazole
Losartan 50 mg
Asam mefenamat
Sitikolin 500
Asam tranexamat
Ondansentron
Assessment : wrong drug : Kombinasi yang direkomendasikan sebagai lini pertama untuk mencegah hipertensi dan komplikasi stroke yang berulang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
digunakan diuretik sendiri atau diuretik dikombinasikan dengan obat antihipertensi golongan ACEI (Saseen and MacLaughlin, 2008). Dosis kurang : interaksi antara NSAIDs (asam mefenamat) dengan furosemid dapat menurunkan efek diuretik dari furosemid sehingga efek antihipertensi
dari diuretik juga menurun, sedangkan dosis minimal furosemid yaitu 20 mg (Baxter, 2008).
Rekomendasi : Losartan diganti dengan obat antihipertensi golongan ACEI. Dosis furosemid dinaikkan menjadi 40 mg. Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
Kasus 4.
Subjektif
Umur/JK: 61 tahun/L
Masuk RS : 02/03/2012 - 06/03/2012
Diagnosa Masuk : Hipertensi, DM + Stroke Diagnosa Keluar : Hipertensi, DM + Stroke
Keluhan Utama : tangan dan kaki kiri terasa lemas berat
Perjalanan Penyakit : tanggal 2 maret kontrol ke dr. Nugroho, tensi
tinggi, tangan kaki terasa lemas dan berat, disarankan opname
Riwayat Penyakit : Hipertensi Status Keluar : Baik dan diizinkan
Objektif
Hasil Laboratorium (2 Maret) :
SGOT : 18,1
SGPT : 17,7
Ureum : 31 Kreatinin : 0,7
Kalium : 3,2
Natrium : 137
Klorida : 93
Neu : 9,16 WBC : 11,8
Tanggal 2 3 4 5 6
Tanda
Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
- 200/100
160/100
160/100
120/90 150/90
-
160/90
160/70 150/70
180/90
180/100
180/100 190/100
160/100
-
160/90 130/70
140/90
140/90
Nadi
(x/menit)
80
80
70
72
70
89
76
84
80
-
Keluhan Tangan dan kaki
terasa lemas berat
Badan sebelah kiri
terasa berat, kepala pusing dan berat,
Badan sebelah kiri
masih terasa berat
Tangan gemetar,
pusing, kepala berat
Sudah tidak pusing,
tangan dan kaki masih lemas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
tangan gemetar
Penatalaksanaan
Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Furosemid 20 mg
Kalium Klorida
Amlodipin 5 mg
Glimepiride
Silostazol
DLBS
Lansoprasole
Clonidin
Pantoprazole
Sitikolin
Assessment : wrong drug : lini pertama untuk mencegah stroke berulang yaitu penggunaan diuretik sendiri atau dikombinasikan dengan
antihipertensi golongan ACEI (Saseen and MacLaughlin, 2008).
Dosis terlalu tinggi : pemakaian furosemid dengan clonidin dapat meningkatkan efek hipotensi dari clonidin yang dapat dilihat pada pasien
bahwa tekanan diastoliknya pernah menjadi 70 mmHg (BMJ, 2009). Dosis terlalu rendah : pemberian loop diuretik seperti furosemid dengan obat antidiabetes seperti glimepiride dapat menyebabkan penurunan
efek hipoglikemi dari obat tersebut (BMJ, 2009)
Rekomendasi : amlodipin dan clonidin dihentikan dan diganti dengan obat golongan ACEI seperti. Glimepiride dan furosemid tidak diberikan bersamaan.furosemid dapat diberikan pagi dimana waktu paruhnya 0,5 – 2 jam dan glimepiride
diberikan siang hari (Ashley, 2009).
Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Kasus 5.
Subjektif
Umur/JK: 77 tahun/L
Masuk RS : 06/04/2012 – 11/04/2012
Diagnosa Masuk : Obs. Hemiparese susp. Stroke infark + HT Diagnosa Keluar : Obs. Hemiparese susp. Stroke infark + HT
Keluhan Utama : ekstremitas kiri lemas, pusing
Perjalanan Penyakit : pasien 3 hari di rumah lemas, ekstremitas,
pusing, dibawa ke panti rini --> opname
Riwayat Penyakit : Stroke Status Keluar : Baik dan diizinkan
Objektif
Hasil Laboratorium (6 April) :
SGOT : 16,3
SGPT : 8,8 Kolesterol Total : 225
Trigiliserida : 76
Ureum : 26
Kreatinin : 0,8
Kalium : 3,3
Natrium : 138 Klorida : 101
Neu : 9,54
WBC : 13,2
Tanggal 6 7 8 9 10 11
Tanda
Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
180/80
150/70
130/70 110/70
100/60
100/70
100/60 120/80
110/70
120/70
120/80 120/80
130/80
120/80
120/80 -
100/80
120/80
110/60 140/90
140/90
140/80
- -
Nadi
(x/menit)
68
80
64
88
76
64
80
76
60
88
76
84
Keluhan
Badan sakit semua, lemas,
pipi kiri bengkak
sakit
Pipi kiri bengkak, tangan lemas
semua
Pusing, badan bagian kiri lemas,
kaki sakit
Tangan dan kaki lemas
Tangan dan kaki masih lemas,
badan tidak enak,
sudah tidak
pusing
Tangan dan kaki kiri masih susah
digerakkan, lemas
Penatalaksanaan
obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Furosemid 20 mg
K/Mg Aspartat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Amlodipin 5 mg
Clonidin
Aspilet 80 mg
Vit B1, B6, B12
Sitikolin 2 g
Pantoprazole
Assessment : wrong drug : Lini pertama untuk mencegah stroke berulang yaitu penggunaan diuretik sendiri atau dikombinasikan dengan
antihipertensi golongan ACEI (Saseen and MacLaughlin, 2008).
Dosis terlalu tinggi : pemakaian furosemid dengan clonidin dapat meningkatkan efek hipotensi dari clonidin (BMJ, 2009). Dapat dilihat pada tanggal 10 April, tekanan darah pasien dibawah normal yaitu 110/60 mmHg.
Perhatian : kadar kalium pasien dibawah normal. Penanganan sudah tepat karena pemberian diuretik dibarengi dengan asupan Kalium
Rekomendasi : amlodipin dan clonidin dihentikan dan diganti dengan obat golongan ACEI.
Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
Kasus 6.
Subjektif
Umur/JK: 62 tahun/P
Masuk RS : 14/05/2012 – 22/05/2012
Diagnosa Masuk : Hipertensi + Susp. Stroke Diagnosa Keluar : Hipertensi + Susp. Stroke
Keluhan Utama : tangan + kaki kanan lemas, tidak bisa bicara
Perjalanan Penyakit : jatuh dari tempat tidur dalam keadaan lemas
Riwayat Penyakit : Hipertensi berobat jika ada keluhan Status Keluar : Baik dan diizinkan
Objektif
Hasil Laboratorium (14 Mei) : SGOT : 12
SGPT : 11,1
Kolesterol Total : 209
Trigiliserida : 161 Ureum : 27
Kreatinin : 0,6
Kalium : 4,4 Natrium : 143
Klorida : 110
HGB : 11,8
HCT : 36,8 PDW : 9,5
PLT : 503
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tanggal 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Tanda
Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
160/90
120/80
130/80 140/80
120/80
140/70
120/60 130/90
150/90
130/100
140/80 160/100
140/70
120/60
130/80 130/80
130/70
120/80
130/70 140/90
130/90
110/80
120/70 130/70
120/80
110/60
100/70 -
150/100
-
- 120/80
170/100
-
120/80 -
Nadi
(x/menit)
60
64
80
72
62
70
80
80
80
84
72
80
84
80
60
84
52
-
Keluhan
Pusing, susah bicara, susah
nelan
Badan bagian kanan lemas,
pusing
Bicara susah, badan bagian
kanan masih
lemas
Mumet dan pusing, bicara
tidak jelas
Leher sakit, mau bicara
susah
Gelisah, sudah bisa mulai
bicara sedikit
jelas
Mau duduk susah, badan
bagian kanan
lemas
Badan bagian kanan masih
lemas
Mau latihan berdiri
Penatalaksanaan
obat
P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M
Furosemid 20 mg
K Aspartat
Kalium klorida
Paracetamol 500
mg
Piracetam
Omeprazole
Seftriakson
Ranitidin
Asam tranexamat
500 mg
Sitikolin
Fenolftalein
Assessment : furosemid dapat berpotensi berinteraksi dengan seftriakson yang dapat meningkatkan toksisitas dari furosemid dan bisa menyebabkan nefrotoksisitas. Interaksi yang
terjadi termasuk interaksi minor. Dilihat dari keluhan yang dialami pasien, efek samping tersebut tidak terjadi.
Rekomendasi : pemberian furosemid dan seftriakson tidak diberi bersamaan. Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Kasus 7A.
Subjektif
Umur/JK: 65 tahun/P
Masuk RS : 23/03/2013 – 27/03/2013 Diagnosa Masuk : Susp. TIA + HT + Stroke
Diagnosa Keluar : Susp. TIA + HT + Stroke
Keluhan Utama : badan kesemutan, pusing
Perjalanan Penyakit : mulai pagi seluruh badan kesemutan, pusing, dibawa ke panti rini, opname
Status Keluar : Baik dan diizinkan
Objektif
Hasil Laboratorium (24 Maret) :
SGOT : 18
SGPT : 13,9
Kolesterol Total : 191 Trigiliserida : 170
HDL : 53
LDL : 117
Ureum : 31
Kreatinin : 1,1
Kalium : 3,5 Natrium : 143
Klorida : 107
HCT : 35,3
Tanggal 23 24 25 26 27
Tanda
Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
-
-
130/90 140/80
110/80
160/80
130/80 180/90
140/90
160/100
- 140/80
150/90
160/100
150/100 -
160/100
160/100
- -
Nadi
(x/menit)
80
80
70
72
70
89
76
84
80
-
Keluhan jari tangan dan kaki kesemutan, pusing,
mual
badan kesemutan, tidak bisa tidur
kesemutan di tangan, perut sesak
kepala terasa berat, tenggorokan sakit,
perut sebah
pusing, telapak kaki kesemutan, badan
tidak enak
Penatalaksanaan
Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Furosemid 20 mg
Valsatran 80 mg
Diltiazem 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Metampiron
Gabapentin
Clopidogrel
DLBS
Klordiazepoksida
Seftriakson
Polymyxin B sulfat
dan neomycin
Vit B1, B6, B12
Alprazolam 0,5 mg
Lansoprazole
Mekobalamin
Sitikolin 500 mg
Ranitidin 1A
Ondansentron 1A
Assessment : perlu diperhatikan nilai kreatinin pasien di atas normal dan nilai LFG pasien < 60 mL/min/1.73 m2 yaitu 52,98 mL/min/1.73 m
2
sehingga pasien dikategorikan mengalami CKD stage 3.
Wrong drug : Lini pertama untuk mencegah stroke berulang yaitu penggunaan diuretik sendiri atau dikombinasikan dengan antihipertensi golongan ACEI. pasien dengan hipertensi komplikasi gagal ginjal kronik dapat menggunakan inhibitor ACEI atau angiotensin receptor blocker
(ARB) (Saseen and MacLaughlin, 2008).
Efek samping obat : kadar kalium pasien berada pada batas bawah. Pemberian furosemid tanpa dibarengi dengan asupan suplemen kalium
dikhawatirkan bisa menyebabkan hipokalemia, yang dapat terlihat terjadi gejala hipokalemia ditandai dengan kesemutan. Dosis kurang : interaksi antara NSAIDs (metampiron) dengan furosemid dapat menurunkan efek diuretik dari furosemid sehingga efek
antihipertensi dari diuretik juga menurun, sedangkan dosis minimal furosemid yaitu 20 mg. Selain itu, diuretik juga dapat meningkatkan efek
nefrotoksisitas dari NSAIDs (Baxter, 2008). Furosemid dapat berpotensi berinteraksi dengan seftriakson yang dapat meningkatkan toksisitas dari furosemid dan bisa menyebabkan
nefrotoksisitas. Interaksi yang terjadi termasuk interaksi minor. Dilihat dari keluhan pasien, efek samping tidak terjadi.
Pemberian Neomycin dan polymyxin dapat berinteraksi dengan furosemid dan mungkin terjadi nefrotoksisitas Pemberian sudah tepat karena furosemid diberikan pada pagi hari dan polymyxin neomycin diberikan pada siang hari sehingga tidak terjadi interaksi obat merugikan.
Rekomendasi : valsatran dan diltiazem dihentikan dan diganti dengan obat golongan ACEI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Pemberian furosemid untuk pasien dengan kadar kalium rendah harus dibarengin dengan asupan kalium dari luar. Furosemid tidak diberikan bersamaan dengan metampiron karena pasien sudah mengalami gangguan ginjal.
pemberian furosemid dan seftriakson tidak diberikan bersamaan .
Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
Kasus 7B.
Subjektif
Umur/JK: 65 tahun/P Masuk RS : 31/01/2012 – 05/02/2012
Diagnosa Masuk : Hemiparese (D) HT ST II
Diagnosa Keluar : Hemiparese (D) HT ST II Keluhan Utama : pusing
Perjalanan Penyakit : pusing, tidak enak badan, pusing hilang timbul, TD naik turun, minum obat tidak rutin (tidak terkontrol, hanya jika ada
keluhan) pasien sering jatuh
Status Keluar : Baik dan diizinkan
Objektif
Hasil Laboratorium (31 Januari) : SGOT : 16,7
SGPT : 12,8
Kolesterol Total : 177 Trigiliserida : 164
HDL : 34
LDL : 110 Ureum : 36
Kreatinin : 1,0
Kalium : 3,9 Natrium : 141
Klorida : 108
Tanggal 31 1 2 3 4 5
Tanda
Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
- 190/110
110/70
120/80
120/80 100/70
120/80
140/80
130/80 120/80
120/70
140/90
160/100 120/80
150/90
120/80
130/90 120/70
120/80
140/80
140/80 130/80
-
-
Nadi
(x/menit)
- 88
88 84
88 80
76 76
52 80
57 68
Keluhan
pusing dan dua
kakinya kesemutan
kepala pusing,
tangan kesemutan
kepala pusing
sebelah, dada
terasa nyeri
kepala pusing
sebelah, tangan
bekas infus kaku,
sakit kepala
sebelah, leher
kaku
pusing, dada
bagian tengah
sakit, ingin BAB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
tidak bisa tidur nyenyak, pikiran
kemana-mana
Penatalaksanaan
obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Furosemid 20 mg
Kalium Klorida
Clonidin
Amlodipin 5 mg
Clopidogrel
Metampiron prn
Suplemen DM
Eperison hidroklorida
Fenolftaleina
Alprazolam 1 mg
Pantoprazole 1A
Piracetam 3 gr
Sitikolin
Assessment : perlu diperhatikan nilai kreatinin pasien di atas normal dan nilai LFG pasien < 60 mL/min/1.73 m2 yaitu 59,14 mL/min/1.73 m
2 sehingga
pasien dikategorikan mengalami CKD stage 3. pemakaian furosemid dengan clonidin dapat meningkatkan efek hipotensi dari clonidin (BMJ, 2009)
tetapi dilihat dari tanda vital, efek hipotensi tidak terlalu kuat. Wrong drug : Lini pertama untuk mencegah stroke berulang yaitu penggunaan diuretik sendiri atau dikombinasikan dengan antihipertensi golongan
ACEI. Pasien dengan hipertensi komplikasi gagal ginjal kronik dapat menggunakan inhibitor ACEI atau ARB (Saseen and MacLaughlin, 2008).
Dosis kurang : interaksi antara NSAIDs (metampiron) dengan furosemid dapat menurunkan efek diuretik dari furosemid sehingga efek antihipertensi dari diuretik juga menurun, sedangkan dosis minimal furosemid yaitu 20 mg. Selain itu, diuretik juga dapat meningkatkan efek nefrotoksisitas dari
NSAIDs (Baxter, 2008).
Rekomendasi : amlodipin dan clonidin dihentikan dan diganti dengan obat golongan ACEI.
Furosemid tidak diberikan bersamaan dengan metampiron karena pasien sudah mengalami gangguan ginjal. Pantau kadar kalium.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Kasus 8.
Subjektif
Umur/JK: 63 tahun/L
Masuk RS : 31/05/2012 – 07/06/2012
Diagnosa Masuk : Obs. penurunan kesadaran, SNH Diagnosa Keluar : Hipertensi + Stroke
Perjalanan Penyakit : jatuh dari sepeda motor sampai UGD panti rini tidak sadar,
muntah, ekstremitas kiri lemas, ada hematon di dahi sebelah kiri, kaki kiri bawah
tampak deformitas, diajak bicara tidak menjawab Status Keluar : Baik dan diizinkan
Objektif
Hasil Laboratorium (31 Mei) : SGOT : 36,1
SGPT : 18,7
Kolesterol Total : 233
Trigiliserida : 251 HDL : 46
LDL : 158
Ureum : 38 Kreatinin : 1,0
Uric acid : 5,7
Kalium : 3,6
Natrium : 139 Klorida : 104,3
Tanggal 31 1 2 3 4 5 6 7
Tanda
Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
150/100
152/89
153/83
135/70
141/91
120/80
120/70
150/80
140/90
130/80
130/80
130/80
130/80
130/80
120/70
120/70
120/90
130/70
120/80
140/80
140/80
120/80
110/70
130/70
140/80
120/60
140/80
120/80
130/80
-
-
-
Nadi
(x/menit)
72
78
68
84
78
88
88
78
78
76
76
72
72
-
72
84
Keluhan
Telapak dan
jari tangan
dingin
Pusing, mata
kiri sulit
dibuka, bicara susah, bahu kiri
terasa sakit
Pusing, badan
terasa kaku
Badan kaku,
kepala pusing
Pusing, badan
terasa lemas
Kepala masih
pusing dan
badan lemas
kepala pusing,
minta pulang
Sudah agak
enakkan
Penatalaksanaan
Obat
P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Furosemid 20 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Kalium Klorida
Amlodipin
Natural
astaxanthin
Nimodipin 60 mg
Asam traneksamat
500 gr
Sitikolin
Asam mefenamat 500 gr
Pantoprazole 1A
Ketorolac
Piracetam 3 gr
Assessment : Wrong drug : Lini pertama untuk mencegah stroke berulang yaitu penggunaan diuretik sendiri atau dikombinasikan dengan antihipertensi golongan ACEI (Saseen and MacLaughlin, 2008).
Dosis kurang : interaksi antara NSAIDs (asam mefenamat) dengan furosemid dapat menurunkan efek diuretik dari furosemid sehingga efek antihipertensi dari diuretik
juga menurun, sedangkan dosis minimal furosemid yaitu 20 mg (Baxter, 2008). Dosis kurang : interaksi antara ketorolac dengan furosemid menyebabkan penurunan efek dari obat furosemid secara signifikan sebesar 20% (Baxter, 2008).
Rekomendasi : amlodipin dan nimodipin dihentikan dan diganti dengan obat golongan ACEI.
Dosis furosemid dinaikkan menjadi 40 mg jika ingin diberikan bersamaan dengan asam mefenamat dan ketorolac.
Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
Kasus 9.
Subjektif
Umur/JK: 80 tahun/L
Masuk RS : 11/05/2012 – 15/05/2012
Diagnosa Masuk : Hemiparese HT emergency Stroke pendarahan
Diagnosa Keluar : Hemiparese HT emergency Stroke pendarahan
Perjalanan Penyakit : mulai kemarin malam tangan kesemutan dan
susah berjalan
Riwayat Penyakit : Hipertensi
Status Keluar : Baik dan diizinkan
Objektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Hasil Laboratorium (12 Mei) : SGOT : 15,4
SGPT : 7,7
Kolesterol Total : 171 Trigiliserida : 93
HDL : 49
LDL : 110 Ureum : 29
Kreatinin : 1,5
Kalium : 3,2 Natrium : 139
Klorida : 104
Tanggal 11 12 13 14 15
Tanda
Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
- -
240/110
140/90
160/90 130/80
130/60
140/90
130/80 130/70
150/80
140/80
160/80 110/70
110/60
110/70
150/80 160/70
-
-
Nadi
(x/menit)
- 82
94 80
78 72
80 60
80 76
Keluhan Pusing Kaki dan tangan
kesemutan, perut mules
Badan sudah mulai
enakkan
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Penatalaksanaan
Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Furosemid 20 mg
K/Mg aspartat
Clonidin
Diltiazem
Klopidogrel
Sitikolin 500 mg
Metaproterenol
Amlodipin 5 mg
Omeprazol
Mekobalamin
Piracetam 3 gr
Ranitidin 1A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Assessment : perlu diperhatikan nilai kreatinin pasien di atas normal dan nilai LFG pasien < 60 mL/min/1.73 m2 yaitu 47,86 mL/min/1.73 m
2
sehingga pasien dikategorikan mengalami CKD stage 3.
Wrong drug : Stroke pendarahan dianjurkan menggunakan nimodipin untuk mengurangi keparahan penurunan neurologi efek dari stroke dan
diketahui nimodipin tidak kontraindikasi dengan pasien CKD (Fagan and Hess, 2008). Dosis terlalu tinggi : pemakaian furosemid dengan clonidin dapat meningkatkan efek hipotensi dari clonidin (BMJ, 2009) yang dapat dilihat
pada tanggal 14 Mei, tekanan darah pasien sempat menjadi 110/60 mmHg.
Dosis terlalu tinggi : penggunaan diltiazem dengan furosemid dapat meningkatkan efek hipotensi dari diltiazem (BMJ, 2009).
Perhatian : kadar kalium pasien dibawah normal. Penanganan sudah tepat karena pemberian diuretik dibarengi dengan asupan Kalium
Rekomendasi : furosemid, clonidin, diltiazem, dan amlodipin dihentikan dan diganti dengan nimodipin 60 mg setiap 6 jam, jika hipotensi terjadi
dikurangi hingga 30 mg setiap 4 jam (Saseen and MacLaughlin, 2008).
Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
Kasus 10.
Subjektif
Umur/JK: 75 tahun/P Masuk RS : 30/08/2012 – 04/09/2012
Diagnosa Masuk : Aphasia Hipertensi TIA SNH
Diagnosa Keluar : Stroke
Perjalanan Penyakit : pagi" bicara tidak jelas, ke panti rini opname Riwayat Penyakit : Hipertensi
Status Keluar : Baik dan diizinkan
Objektif
Hasil Laboratorium (31 Agustus) :
SGOT : 29
SGPT : 18,2 Kolesterol Total : 227
Trigiliserida : 92
HDL : 74
LDL : 135
Ureum : 31
Kreatinin : 0,6 Kalium : 3,9
Natrium : 143
Klorida : 107
Tanggal 30 31 1 2 3 4
Tanda
Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
-
150/80
160/90
140/80
140/90
140/80
140/80
140/70
120/70
140/80
130/90
-
140/80
140/90
140/90
140/80
-
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
110/70 150/90 140/90 140/80 140/80 -
Nadi
(x/menit)
86
84
80
-
80
76
76
80
80
84
84
-
Keluhan
Pusing Bicara susah,
makan mudah keselek
Mau bicara susah,
komunikasi tidak jelas
Bicara masih
susah, ekstremitas meningkat
Bicara mulai
lancar, badan mulai enakkan
Mau BAB susah
Penatalaksanaan
obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Furosemid 20 mg
Atorvastatin Ca
Natural astaxanthin
Amlodipin 5 mg
Klopidogrel
DLBS
Sitikolin
Ranitidin
Piracetam 3 gr
Assessment : Wrong drug : Lini pertama untuk mencegah stroke berulang yaitu penggunaan diuretik sendiri atau dikombinasikan dengan antihipertensi golongan ACEI (Saseen and MacLaughlin, 2008).
Rekomendasi : amlodipin dihentikan dan diganti dengan obat golongan ACEI.
Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
Kasus 11.
Subjektif
Umur/JK: 64 tahun/P Masuk RS : 27/09/2012 – 02/10/2012
Diagnosa Masuk : HT stage II + Stroke
Diagnosa Keluar : HT stage II + Stroke
Keluhan utama : pusing, ekstremitas kiri mati rasa Perjalanan Penyakit : sejak pagi ini tangan dan kaki kesemutan +
pusing dibawa periksa ke Panti Rini disarankan rawat inap
Riwayat Penyakit : Hipertensi + DM Status Keluar : Baik dan diizinkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Objektif
Hasil Laboratorium (27 September) :
SGOT : 17,9
SGPT : 12,1 Kolesterol Total : 196
Trigiliserida : 96
Ureum : 35
Kreatinin : 0,8
Kalium : 4,0 Natrium : 135
Klorida : 103
Tanggal 27 28 29 30 1 2
Tanda
Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
213/121
219/129
120/80 160/90
160/90
170/100
140/90 130/80
140/90
160/100
160/100 160/80
190/100
140/80
- -
160/100
160/90
160/90 -
140/90
160/100
- -
Nadi
(x/menit)
96
84
80
84
88
80
80
88
60
84
80
-
Keluhan
Pusing, tangan dan kaki mati rasa
Pusing, tangan kiri masih
gemetar dan
kesemutan
Gemetar berkurang, pusing
berkurang
Tangan dan kaki kiri kaku, pusing
Badan bagian kiri mati rasa
Merasa membaik
Penatalaksanaan
obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Furosemid 20 mg
Ubiquinone
Suplemen DM
Amlodipin 5 mg
Eperison
hidroklorida
Pregabalin 50 mg
Sitikolin
Ranitidin 1A
Asam traneksamat
500 gr
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Fenolftaleina
Nifedipin 10 mg
Mekobalamin 1A
Piracetam 3 gr
Assessment : Wrong drug : Lini pertama untuk mencegah stroke berulang yaitu penggunaan diuretik sendiri atau dikombinasikan dengan antihipertensi golongan ACEI (Saseen and MacLaughlin, 2008).
Rekomendasi : amlodipin dan nifedipin dihentikan dan diganti dengan obat golongan ACEI.
Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
Kasus 12A.
Subjektif
Umur/JK: 64 tahun/P Masuk RS : 13/09/2012 – 21/09/2012
Diagnosa Masuk : Hemiparase dengan penurunan kesadaran + HT stage 2
Diagnosa Keluar : Hipertensi stage 2 + Stroke akut
Perjalanan Penyakit : tiba-tiba pusing mual muntah, lemas ekstremitas kiri dan sulit bicara
Riwayat Penyakit : Hipertensi tidak terkontrol
Status Keluar : Baik dan diizinkan
Objektif
Hasil Laboratorium (13 September) :
SGOT : 21,9
SGPT : 14,7 Kolesterol Total : 266
Trigiliserida : 94
HDL : 88
LDL : 159
Ureum : 30
Kreatinin : 0,6 Kalium : 3,3
Natrium : 143
Klorida : 105
Tanggal 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Tanda
Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
-
225/179
192/115
150/90
150/90
140/90
130/80
140/80
150/80
130/90
190/120
160/90
180/110
200/120
140/100
170/110
180/100
160/100
160/110
150/80
140/90
180/110
160/110
140/90
140/90
160/100
130/90
120/70
140/80
130/80
-
120/80
145/92
140/90
120/80
140/80
Nadi
(x/menit)
94
80
80
88
80
76
80
92
92
76
88
92
80
76
80
68
80
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Keluhan
Pusing, pasien
gelisah
Pusing, tidak bisa bicara
jelas
Pusing kepala sebelah kanan
dan badan
sakit semua
Pusing, mau bangun tidak
bisa
Pusing, bicara susah
Pusing Pusing, tangan kiri kaku
Susah melek, pusing
Pusing, mau bangun tidak
bisa
Penatalaksanaan
obat
P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M
Furosemid 40 mg
Manitol 250 cc
Valsartan 80 mg
Pitavastatin
Kalium aspartat
Amlodipin 10 mg
Tramadaol HCl
Nimodipin
Sitikolin
Paracetamol dan
asetil sistein
Lansoprazole
Amoxicilin 500 gr
Seftriakson
Ketorolac 30 mg
Asam traneksamat 500gr
Pantoprazole 1A
Piracetam 3 gr
Ondansentron 1A
Ranitidin 1A
Metamizole
Assessment : Furosemid dapat berpotensi berinteraksi dengan seftriakson yang dapat meningkatkan toksisitas dari furosemid dan bisa menyebabkan nefrotoksisitas. Interaksi
yang terjadi termasuk interaksi minor. Tetapi dilihat dari keluhan pasien, diduga efek samping obat tidak terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Metamizole dapat menurunkan clearance dari furosemid intravena 20 mg dari 175 menjadi 141 ml/menit tetapi efek diuretik tidak berubah (Baxter, 2008) Dosis kurang : interaksi antara ketorolac dengan furosemid menyebabkan penurunan efek dari obat furosemid secara signifikan sebesar 20% (Baxter, 2008).
Perhatian : kadar kalium pasien dibawah normal. Penanganan sudah tepat karena pemberian diuretik dibarengi dengan asupan kalium.
Wrong drug : Menurut CHHIPS (Controlling Hypertension and Hypertension Immediately Post-Stroke) (2009) menyarankan penggunaan lisinopril atau atenolol pada pasien stroke akut dengan tekanan sistolik > 160 mmHg.
Rekomendasi : furosemid, valsartan, amlodipin, dan nimodipin yang digunakan diganti dengan lisinopril.
furosemid dan ketorolac tidak diberikan bersamaan. Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
Kasus 12B.
Subjektif
Umur/JK: 64 tahun/P Masuk RS : 12/12/2012 – 17/12/2012
Diagnosa Masuk : Hipertensi Stage II + Stroke
Keluhan utama : lemas
Perjalanan Penyakit : mulai tadi sore demam, lemas, tangan dan kaki dedem, periksa panti rini opname
Riwayat Penyakit : september 2012 opname stroke pendarahan
Status Keluar : Baik dan diizinkan
Objektif
Hasil Laboratorium (13 Desember) : SGOT : 13,7
SGPT : 7,3
Kolesterol Total : 233 Trigiliserida : 123
HDL : 66
LDL : 149 Ureum : 17
Kreatinin : 0,6
Kalium : 4,7 Natrium : 142
Klorida : 105
Tanggal 12 13 14 15 16 17
Tanda
Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
- -
180/110
180/130
185/110 200/120
160/80
-
220/110 140/80
140/90
160/120
200/120 150/100
130/80
160/90
150/100 130/100
140/90
-
130/80 -
-
-
Nadi
(x/menit)
- 74
72 84
92 -
80 88
80 88
100 -
Keluhan Pusing, cateter Badan pegal, Pipis terasa sakit, Lemas, mau Badan pegal- Tidak ada keluhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
sakitt pusing badan gatal-gatal pulang pegal
Penatalaksanaan
obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Furosemid 40 mg
Hidroklorthiazid 12,5 mg
Valsatran 80 mg
Sitikolin
D-ribosa dan koenzim Q10
Amlodipin 5 mg
Simvastatin
fenolftaleina
Metampiron
Mebhidrolin
napadisilat
Nitrat
Assessment : Wrong drug : Lini pertama untuk mencegah stroke berulang yaitu penggunaan diuretik sendiri atau dikombinasikan dengan antihipertensi golongan ACEI (Saseen and MacLaughlin, 2008).
unnecessary drug therapy: furosemid, antara HCT dan furosemid sebaiknya diberi salah satu saja. Golongan diuretik yang direkomendasikan
untuk penanganan stroke berulang yaitu diuretik golongan thiazid dikombinasikan dengan ACEI (PROGRESS, 2008). Dosis kurang : interaksi antara NSAIDs (metampiron) dengan furosemid dapat menurunkan efek diuretik dari furosemid sehingga efek
antihipertensi dari diuretik juga menurun (Baxter, 2008).
Pemberian nitrat dan furosemid yang bersamaan dapat meningkatkan efek hipotensi (Baxter, 2008). Tetapi pada pasien ini tidak terjadi penurunan
tekanan darah yang berlebihan.
Rekomendasi : valsatran dan amlodipin dihentikan dan diganti dengan obat golongan ACEI.
Furosemid tidak diberikan.
Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Kasus 13A.
Subjektif
Umur/JK: 64 tahun/L
Masuk RS : 25/07/2013 – 30/07/2013
Diagnosa Masuk : Obs. Disfasia susp stroke Keluhan utama : susah bicara
Perjalanan Penyakit : 25 juli 2013 tiba" mendadak tidak bisa bicara,
mau bicara tidak bisa
Status Keluar : Baik dan diizinkan
Objektif
Hasil Laboratorium (26 Juli) :
SGOT : 17,1 SGPT : 12,7
Kolesterol Total : 213
Trigiliserida : 154 HDL : 68
LDL : 124
Ureum : 20 Kreatinin : 1,0
Kalium : 3,9
Natrium : 138 Klorida : 103
Tanggal 25 26 27 28 29 30
Tanda
Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
-
- 200/100
140/90
180/100
140/90 140/90
160/100
170/100
140/100 150/80
140/80
160/100
140/90 140/80
150/80
220/110
160/120 -
-
180/110
190/110 -
-
Nadi
(x/menit)
57
60
64
60
80
84
76
88
80
68
78
80
Keluhan
Kepala pusing,
tangan kesemutan
Pusing, bicara
susah
Pusing Bicara susah,
sudah mulai
enakkan
Bicara susah Tidak ada keluhan
Penatalaksanaan
obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Furosemid 20 mg
Kalium losartan
Clopidogrel
Atorvastatin
Ubidecarenone
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
(CoQ10), folic acid
Sitikolin 2A
Ranitidin
Amlodipin 10 mg
Piracetam 12 gr
Donepezil
Assessment : Wrong drug : Lini pertama untuk mencegah stroke berulang yaitu penggunaan diuretik sendiri atau dikombinasikan dengan
antihipertensi golongan ACEI (Saseen and MacLaughlin, 2008).
Rekomendasi : losartan dan amlodipin dihentikan dan diganti dengan obat golongan ACEI.
Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
Kasus 13B.
Subjektif
Umur/JK: 64 tahun/L Masuk RS : 04/10/2012 – 08/10/2012
Diagnosa Masuk : Hipertensi Stroke DD TIA
Diagnosa Keluar : Hipertensi Stroke DD TIA
Perjalanan Penyakit : 4 oktober 2012 siang hari, bangun tidur tiba" lemas, susah bicara. Dibawa ke panti rini saran opname
Riwayat Penyakit : Hipertensi
Status Keluar : Baik dan diizinkan
Objektif
Hasil Laboratorium (5 Oktober) :
SGOT : 18,5
SGPT : 16,4 Kolesterol Total : 244
Trigiliserida : 115
HDL : 80 LDL : 161
Ureum : 25
Kreatinin : 0,8
Kalium : 4,0 Natrium : 138
Klorida : 105
PDW : 10,01% WBC : 12,5
Tanggal 4 5 6 7 8
Tanda
Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
-
202/107 120/90
130/80
130/80
120/80 170/90
-
140/50
140/80 -
150/100
120/80
130/80 130/90
140/90
160/100
- -
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Nadi
(x/menit)
76 84
76 84
60 80
80 80
80 -
Keluhan Pusing Membaik, bicara
lebih mudah
Pusing, tidak nafsu
makan
Pusing, leher kaku Ingin jalan-jalan,
pusing sedikit
Penatalaksanaan
Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Furosemid 20 mg
Amlodipin 10 mg
Kalium losartan
Clopidogrel
Atorvastatin Ca
DLBS
Piracetam 3 gr
Sitikolin 500 mg
Ranitidin
Nifedipin 10 mg
Mekobalamin
Seftriakson
Assessment : Wrong drug : Lini pertama untuk mencegah stroke berulang yaitu penggunaan diuretik sendiri atau dikombinasikan dengan antihipertensi golongan ACEI (Saseen and MacLaughlin, 2008).
Furosemid dapat berpotensi berinteraksi dengan seftriakson yang dapat meningkatkan toksisitas dari furosemid dan bisa menyebabkan
nefrotoksisitas. Interaksi yang terjadi termasuk interaksi minor. Tetapi efek pada pasien tidak terjadi jika dilihat dari keluhan yang dialaminya.
Rekomendasi : losartan, nifedipin dan amlodipin dihentikan dan diganti dengan obat golongan ACEI.
pemberian furosemid dan seftriakson tidak diberi bersamaan.
Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Kasus 14.
Subjektif
Umur/JK: 73 tahun/L
Masuk RS : 31/08/2012 – 04/09/2012
Diagnosa Masuk : Hipertensi, Bronkitis + Stroke
Diagnosa Keluar : Hipertensi, Bronkitis + Stroke
Keluhan utama : pusing dan seseg
Status Keluar : Baik dan diizinkan
Objektif
Hasil Laboratorium (1 September) :
SGOT : 23,6 SGPT : 21
Kolesterol Total : 179
Trigiliserida : 149
HDL : 49 LDL : 117
Ureum : 23
Kreatinin : 0,9 Uric acid : 4,8
Kalium : 3,4
Natrium : 139
Klorida : 105
Tanggal 31 1 2 3 4
Tanda
Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
-
- 140/90
120/80
160/120
150/90 180/110
130/80
140/90
180/110 130/80
-
140/100
130/70 140/90
150/90
150/100
- -
-
Nadi
(x/menit)
- 88
- 70
72 76
80 80
88 -
Keluhan Pusing dan seseg Bila telentang sesak,
mirint tidak, batuk
Sesak, tidak bisa tidur Sesak berkurang,
batuk-batuk
Tidak ada keluhan
Penatalaksanaan
Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Furosemid 20 mg
Valsatran 80 mg
Asetosal
Vit B1, B6, B12
Nitrat
Amlodipin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Prometazhine
Ambroksol
Eritromisin
metilprednisolon
Alprazolam
Ranitidin
Seftriakson
Assessment : Wrong drug : Lini pertama untuk mencegah stroke berulang yaitu penggunaan diuretik sendiri atau dikombinasikan dengan
antihipertensi golongan ACEI (Saseen and MacLaughlin, 2008).
Efek samping obat : kadar kalium pasien berada pada batas bawah. Pemberian furosemid tanpa dibarengi dengan asupan suplemen kalium dikhawatirkan bisa memperparah hipokalemia.
perhatian : pemberian nitrat dan furosemid yang bersamaan dapat meningkatkan efek hipotensi sehingga pemberian sudah tepat karena tidak
diberi bersamaan dan waktu paruh furosemid yang pendek 1-2 jam sehingga tidak terjadi interaksi obat.
Rekomendasi : valsatran dan amlodipin dihentikan dan diganti dengan obat golongan ACEI.
Pemberian furosemid untuk pasien dengan kadar kalium rendah harus dibarengin dengan asupan kalium dari luar.
Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
Kasus 15.
Subjektif
Umur/JK: 66 tahun/L
Masuk RS : 24/05/2012 – 28/05/2012
Diagnosa Masuk : Stroke Hemoragi + Hipoglikemia Diagnosa Keluar : Stroke Hemoragi + Hipoglikemia
Keluhan utama : pusing
Perjalanan penyakit : pusing dari tadi pagi, tiba" jatuh waktu mau
duduk dibawa ke panti rini rujuk opname Status Keluar : Baik dan diizinkan
Objektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Hasil Laboratorium (25 Mei) : SGOT : 18,9
SGPT : 14,7
Kolesterol Total : 129 Trigiliserida : 36
HDL : 61
LDL : 63
Ureum : 47 Kreatinin : 1,1
Uric acid : 2,6
Kalium : 3,2 Natrium : 135
Klorida : 99
Tanggal 24 25 26 27 28
Tanda
Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
-
200/100
197/100 197/109
180/100
160/100
140/90 180/120
180/110
200/120
- -
180/100
120/80
160/100 140/90
140/90
140/100
170/120 150/100
Nadi
(x/menit)
-
88
80
76
-
76
80
76
92
68
Keluhan Pusing, lemas Perut terasa perih,pusing
Badan enakkan, pusing berkurang
Lemas, pusing Tidak ada keluhan
Penatalaksanaan
Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Furosemid 20 mg
kaptopril 25 mg
Kalium losartan
Amlodipin
Vit B1, B6, B12, E
Kalium aspartat
Piracetam 3gr
Sitikolin 500 mg
Ranitidin
Mekobalamin
Assessment : Wrong drug : Stroke pendarahan dianjurkan menggunakan nimodipin untuk mengurangi keparahan penurunan neurologi efek dari stroke (Fagan and Hess, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Perhatian : kadar kalium pasien dibawah normal. Penanganan sudah tepat karena pemberian diuretik dibarengi dengan asupan Kalium
Rekomendasi : furosemid, kaptopril, losartan, dan amlodipin dihentikan dan diganti dengan nimodipin 60 mg setiap 6 jam, jika hipotensi terjadi dikurangi hingga 30 mg setiap 4 jam.
Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
Kasus 16.
Subjektif
Umur/JK: 78 tahun/P Masuk RS : 19/03/2013 - 21/03/2013
Diagnosa Masuk : Obs. Astenia + Stroke
Diagnosa Keluar : Obs. Astenia + Stroke
Perjalanan Penyakit : 19 maret tiba" mengeluh lemas, sesak, ulu hati tidak enak, dibawa ke panti rini dan opname
Riwayat Penyakit : stroke
Status Keluar : Baik dan diizinkan
Objektif
Hasil Laboratorium (20 Maret) :
SGOT : 25,6
SGPT : 13,3 Kolesterol Total : 183
Trigiliserida : 162
Ureum : 50
Kreatinin : 1,1
Kalium : 6,6
Natrium : 138 Klorida : 102
HCT : 32,7
Tanggal 19 20 21
Tanda Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
-
-
- 180/80
110/60
130/80
- 150/90
100/60
-
- -
Nadi (x/menit) -
88
80
76
60
80
Keluhan Kaki kanan terasa pegal Pusing, ngantuk Lapar, kaki pegal, minta pulang
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M
Hidroklorthiazid 12,5 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
D-ribosa + koenzim Q10
DLBS
Asetosal
Amlodipin 5 mg
Vit B1, B6, B12, E
Omega 3
Lansoprazole
Ondansentron
Ranitidin
Metamizol 1 gr
Metampiron
Pantoprazole
Assessment : perlu diperhatikan nilai kreatinin pasien di atas normal dan nilai LFG pasien < 60 mL/min/1.73 m2 yaitu 51,06 mL/min/1.73 m
2
sehingga pasien dikategorikan mengalami CKD stage 3. Wrong drug : Lini pertama untuk mencegah stroke berulang yaitu penggunaan diuretik sendiri atau dikombinasikan dengan antihipertensi
golongan ACEI (Saseen and MacLaughlin, 2008).
Wrong drug : Penggunaan HCT tidak efektif pada pasien dengan pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal. Hanya efektif jika
dikombinasikan dengan loop diuretik (DIH, 2011) Dosis kurang : interaksi antara NSAIDs (metampiron) dengan HCT dapat menurunkan efek diuretik dari HCT sehingga efek antihipertensi dari
diuretik juga menurun, sedangkan dosis minimal HCT yaitu 12,5 mg. Selain itu, diuretik juga dapat meningkatkan efek nefrotoksisitas dari
NSAIDs (Baxter, 2008).
Rekomendasi : amlodipin dan HCT dihentikan dan diganti dengan furosemid 20 mg.
HCT tidak diberikan bersamaan dengan metampiron karena pasien sudah mengalami gangguan ginjal.
Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Kasus 17.
Subjektif
Umur/JK: 62 tahun/L
Masuk RS : 12/01/2013 – 17/01/2013
Diagnosa Masuk : hemiparese susp. Stroke Hemoragie Diagnosa keluar : hemiparese susp. Stroke Hemoragie
Keluhan : mau bicara tidak bisa
Perjalanan Penyakit : setelah mencangkul sawah, tadi pagi merasakan
pusing, lemes, tangan kanan kesemutan. Tadi pagi langsung dibawa ke
panti rini, saran opname Riwayat sakit : HT stage II, stroke NH
Status Keluar : Baik dan diizinkan
Objektif
Hasil Laboratorium (12 Januari) :
SGOT : 22,4
SGPT : 20,7
Kolesterol Total : 211 Trigiliserida : 86
Ureum : 28
Kreatinin : 1,1
RBC : 6,99
MCHC : 31
MCV : 60 RDW : 17,1
MCH : 18,6
Tanggal 12 13 14 15 16 17
Tanda
Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
160/80 120/80
120/80
130/80
145/80 130/80
140/80
140/80
150/90 130/90
130/80
160/100
145/90 130/90
160/90
150/90
150/90 160/80
130/80
150/90
130/90 120/80
130/80
-
Nadi
(x/menit)
80
-
84
84
80
88
72
80
80
80
88
80
Keluhan
Mau bicara susah,
tangan dan kaki kanan lemas
Tangan suka
gemetar sendiri
Badan pegal
pegal, pusing
Tangan dan kaki
kanan gemetar
Ulu hati nyeri,
perut sesak, tangan kanan
kesemutan
Tangan kanan
kesemutan, tidak mau disuntik obat
pengurang sakit
Penatalaksanaan
obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Furosemid 20 mg
Kalium klorida
Amlodipin 5 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Clopidogrel
Gabapentin
DLBS
Sitikolin 500 mg
Bisakodil
Piracetam 12 gr
Mebeverine HCl
Pantoprazole
Ketorolac
Mekobalamin
Assessment : Wrong drug : Stroke pendarahan dianjurkan menggunakan nimodipin untuk mengurangi keparahan penurunan neurologi efek dari
stroke dan diketahui nimodipin tidak kontraindikasi dengan pasien CKD (Fagan and Hess, 2008).
Dosis kurang : interaksi antara ketorolac dengan furosemid menyebabkan penurunan efek dari obat furosemid secara signifikan sebanyak 20%
(Baxter, 2008).
Rekomendasi : furosemid dan amlodipin dihentikan dan diganti dengan nimodipin 60 mg setiap 6 jam, jika hipotensi terjadi dikurangi hingga 30
mg setiap 4 jam. Ketorolac tidak diberikan bersamaan dengan furosemid
Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
Kasus 18.
Subjektif
Umur/JK: 64 tahun/L Masuk RS : 13/07/2012 – 17/07/2012
Diagnosa Masuk : Obs. HT berat + stroke
Diagnosa Keluar : Obs. HT berat + stroke
Perjalanan penyakit : tiba-tiba pandangan kabur & pusing disertai muntah, bicara sulit lalu dibawa ke panti rini dan di opname
Riwayat penyakit : HT terkontrol dan Stroke
Status Keluar : Baik dan diizinkan
Objektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Hasil Laboratorium (13 Juli) : SGOT : 41,2
SGPT : 46,6
Kolesterol Total : 234 Trigiliserida : 170
Ureum : 34
Kreatinin : 0,7 Uric acid : 7,1
Kalium : 3,2
Natrium : 142 Klorida : 102
Tanggal 13 14 15 16 17
Tanda
Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
220/140 200/120
150/100
170/100
160/90 120/80
160/100
170/100
160/100 150/90
190/128
150/100
140/80 140/90
140/80
160/90
160/120 130/70
-
-
Nadi
(x/menit)
- 96
84 68
68 88
68 100
76 -
Keluhan Bicara susah Pusing, bicara sulit Pusing, bicara tidak
jelas
Pusing, lemas Bicara tidak
nyambung
Penatalaksanaan
Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Furosemid 20 mg
Kalium aspartat
Clonidin
Amlodipin 5 mg
Aspilet
Sitikolin
Diltiazem 50 mg
omeprazole
Metamizol
Ondansentron
Ranitidin
Assessment : Wrong drug : Lini pertama untuk mencegah stroke berulang yaitu penggunaan diuretik sendiri atau dikombinasikan dengan antihipertensi golongan ACEI (Saseen and MacLaughlin, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
pemakaian furosemid dengan clonidin dapat meningkatkan efek hipotensi dari clonidin (BMJ, 2009), tetapi dilihat dari pengukuran tanda vital pasien setiap hari, efek hipotensi yang terjadi tidak terlalu kuat.
Perhatian : kadar kalium pasien dibawah normal. Penanganan sudah tepat karena pemberian diuretik dibarengi dengan asupan Kalium
Rekomendasi : amlodipin, diltiazem dan clonidin dihentikan dan diganti dengan obat golongan ACEI. Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
Kasus 19.
Subjektif
Umur/JK: 74 tahun/L Masuk RS : 11/02/2012 - 13/02/2012
Diagnosa Masuk : DM + Stroke TIA
Keluhan : 1/2 bagian badan sebelah kanan agak lemas dan kaku
Perjalanan Penyakit : jam 12 sore tanggal 11 februari, 1/2 bagian badan terasa lemas, agak mati rasa, berat, panti rini, opname
Riwayat Penyakit : HT + DM
Status Keluar : Belum sembuh dan atas permintaan
Objektif
Hasil Laboratorium (12 Februari) :
SGOT : 14,3
SGPT : 14 Kolesterol Total : 182
Trigiliserida : 116
HDL : 50 LDL : 115
Ureum : 34
Kreatinin : 1,5
Uric acid : 7,7
Glukosa acak : 59
Kalium : 4,0 Natrium : 141
Klorida : 106
HCT : 30,6 HGB : 9,9
MCV : 80
MCH : 25,7
Tanggal 11 12 13
Tanda Vital
Tekanan
Darah
(mmHg)
-
-
130/60 130/90
160/90
160/90
150/80 -
180/90
160/100
Nadi (x/menit) -
80
88
80
76
80
Keluhan Kaki kesemutan, badan lemas Badan kesemutan, minta pulang Tidak ada keluhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M
Furosemid 20 mg
Mekobalamin
Ranitidin
Sitikolin 500 mg
Ketorolac
Alprazolam 0,5 mg
Donepezil
Assessment : perlu diperhatikan nilai kreatinin pasien di atas normal dan nilai LFG pasien < 60 mL/min/1.73 m2 yaitu 51,06 mL/min/1.73 m
2
sehingga pasien dikategorikan mengalami CKD stage 3. Dosis kurang : interaksi antara ketorolac dengan furosemid menyebabkan penurunan efek dari obat furosemid secara signifikan sebesar 20%
(Baxter, 2008).
Dapat dilihat pada kasus ini status keluar pasien yaitu belum sembuh atau memburuk yang dapat dilihat dari tekanan darahnya yang masih tinggi yaitu 160/100 mmHg dan pulang atas permintaan pasien sendiri.
Rekomendasi : Dosis furosemid dinaikkan menjadi 40 mg jika ingin diberikan bersamaan dengan asam mefenamat dan ketorolac.
Pantau kadar kalium, nilai kreatinin serum dan tekanan darah
HT = Hipertensi, P = Pagi, Si = Siang, So = Sore, M = Malam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran 3. Hasil Wawancara Peneliti Pada Dokter Di Rumah Sakit Panti
Rini Mengenai Standar Pengobatan Pasien Hipertensi Komplikasi Stroke
1. Pasien stroke pada umumnya selalu mendapatkan sitikolin yang berfungsi
sebagai vasodilator berdasarkan guideline dari Eropa dengan dosis 2x500 mg.
Selain sitikolin bisa digunakan piracetam disesuaikan dengan kondisi pasien.
2. Obat anti platelet juga diperlukan untuk pasien stroke untuk meringankan
penyakit.
3. Pasien Hipertensi Emergency harus cepat dilakukan penanganan. Obat pilihan
pertama tergantung dokter yang menangani, biasa digunakan calcium channel
blocker seperti diltiazem atau diuretik seperti furosemid. Tekanan darah yang
diharapkan yaitu 140/100 mmHg. Jika terlalu rendah, dikhawatirkan terjadi
hipotensi pada pasien.
4. Yang paling banyak menyebabkan stroke di rumah sakit yaitu hipertensi
sebesar 70%, sisanya disebabkan akibat dislipidemia, Diabetes Mellitus,
gangguan jantung.
5. Untuk pasien stroke akut jarang ditemui karena umumnya pasien sudah
datang lebih dari 3 jam. Obat yang disarankan menurut guideline yang diacu
menggunakan atenolol atau lisinopril untuk pasien stroke akut. Menurut
dokter penulis resep obat tersebut tidak beredar di Indonesia, sehingga
digunakan obat antihipertensi yang daya kerjanya cepat seperti diltiazem.
6. Pemberian obat antihipertensi disesuaikan dengan kondisi ekonomi pasien,
apakah pasien tersebut terdaftar dalam asuransi kesehatan atau tidak.
7. Tekanan darah yang diharapkan tidak boleh terlalu rendah, biasanya 25% dari
tekanan darah pasien, karena setiap pasien memiliki tekanan darah normal
yang berbeda-beda.
8. Uji laboratorium biasanya dilakukan di awal, untuk pengukuran di akhir
disesuaikan dengan kondisi pasien, jika merasa diperlukan maka perlu
dilakukan uji laboratorium lagi untuk melihat perkembangan pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Di Rumah Sakit
Panti Rini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Evaluasi Drug Related
Problems (DRPs) Penggunaan Diuretik Pada Pasien
Geriatri Dengan Hipertensi Komplikasi Stroke Di
Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari
2012 – Juni 2013” memiliki nama lengkap Suryo
Halim. Penulis lahir di Tangerang pada tanggal 8 Maret
1992 dari pasangan Johan Halim dan Subanti sebagai
anak ketiga dari tiga bersaudara. Pendidikan formal
yang ditempuh penulis dimulai di TK Tunas Bangsa
Tangerang (1996-1998), SD Shalom I BK3 (1998-
2004), SMP Shalom I BK3 (2004-2007), dan
melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Strada
Santo Thomas Aquino (2007-2010). Pada tahun 2010
penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Farmasi. Selama menempuh kuliah, penulis
aktif dalam berbagai kepanitiaan dan organisasi. Penulis pernah menjadi anggota
divisi pendamping kelompok Inisiasi Sanata Dharma (2011), anggota tim Biofair
Universitas Atma Jaya Yogyakarta (2011), anggota seksi P3K Acara Pharmacy
Performance (2011), koordinator anggota medis Rektor Cup (2012). Penulis juga
berperan aktif dalam organisasi Kampanye Informasi Obat “Herbal Medicine”
(2011) dan asisten praktikum Komunikasi Farmasi (2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI