PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.ukcore.ac.uk/download/pdf/45362060.pdfPRAKATA...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.ukcore.ac.uk/download/pdf/45362060.pdfPRAKATA...
SITOTOKSISITAS FRAKSI PROTEIN DAUN MIMBA
(Azadirachta indica A. Juss) FP10, FP20, FP30, DAN FP40 TERHADAP
KULTUR SEL HeLa
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Lestarining Wahyu Ndadari
NIM: 038114029
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SITOTOKSISITAS FRAKSI PROTEIN DAUN MIMBA
(Azadirachta indica A. Juss) FP10, FP20, FP30, DAN FP40 TERHADAP
KULTUR SEL HeLa
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Lestarining Wahyu Ndadari
NIM: 038114029
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan
Ia memberi kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia
tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah
dari awal sampai akhir. Pengkhotbah 3 : 11
Ku persembahkan karyaku ini kepada: Tuhan Yesus Kristus atas Kasih dan KaryaNya yang luar biasa dalam
hidupku Bapak dan Ibu yang menyayangiku dengan seluruh dukungan, restu
dan doa yang selalu menyertaiku Semua teman-teman dan Almamaterku
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Sitotoksisitas Fraksi Protein Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) FP10,
FP20, FP30, dan FP40 terhadap Kultur Sel HeLa” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bimbingan,
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang senantiasa meluangkan waktu
dan pikirannya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku dosen dan dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma yang bersedia berbagi ilmu dan pengalaman klinis.
2. Drs. A. Yuswanto, Ph.D., S.U., Apt., yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan, dan semangat selama penelitian dan penyusunan skripsi.
3. Drs. Mulyono, Apt., yang bersedia berdiskusi dan memberikan saran sebagai
dosen penguji skripsi. yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan
masukan dalam menyelesaikan permasalahan.
4. dr. Luciana Kuswibawati, M. Kes., yang memberikan saran sebagai dosen
penguji skripsi.
5. Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. yang membantu dalam pengolahan statistik
dan determinasi tanaman.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Dosen dan karyawan Fakultas Farmasi yang telah banyak memberikan
sumbangan ilmu dan tenaga.
7. Kedua orang tua, Bapak Wahjudi dan Ibu J. Endang Lestari serta keluarga
besar atas doa, cinta, nasehat, semangat dan perhatian kepada penulis.
8. Bapak Rajiman, Mbak Yuli, Mbak Istini, Heni, Mas Dwi, segenap karyawan
dan staf Laboratorium Ilmu Hayati UGM yang telah banyak membantu dan
membimbing selama penelitian skripsi ini.
9. Nike, yang telah menjadi teman dan sahabat yang berharga yang Tuhan Yesus
anugerahkan bagi penulis dalam suka, duka, tangis dan tawa ceria.
10. Teman-teman PMK Apostolos yang menjadi keluarga untuk berbagi suka dan
keluh kesah, kekuatan yang menopang dan menarik kembali saat jauh
dariNya, dan semangat dalam pelayanan, dalam mereka kelembutan kasih
Tuhan terpancar.
11. Teman-teman Komunitas Tari Genta Rakyat atas kebersamaan yang indah
dalam perjalanan yang mengagumkan untuk menemukan jati diri. Dance with
our Soul.
12. Leea, Vita, Sari, Lucy, Melon, Ana, Jenny (kelompok Mimba) dan Mila, Wati,
Ratih, Agnes (kelompok Teki) untuk diskusi, kerjasama, dan sebagai teman
seperjuangan suka maupun duka dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
13. Seluruh angkatan 2003 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
khususnya kelas A kelompok B atas kebersamaan kita dalam setiap belajar di
kelas maupun di luar kelas dan praktikum yang penuh dengan tantangan,
ketegangan dan keceriaan.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dalam isi, bahasa maupun
penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan koreksi dan saran dari
seluruh pembaca untuk lebih menyempurnakan tulisan ini. Penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat dan memberikan sumbangan bagi ilmu
pengetahuan.
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Terapi alternatif yang mulai digunakan untuk penyakit kanker adalah dengan daun mimba (Azadirachta indica A. Juss). Hasil penelitian sebelumnya fraksi protein daun mimba hasil pengendapan dengan amonium sulfat 30% dan 60% memiliki efek sitotoksik terhadap kultur sel HeLa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sitotoksisitas fraksi protein daun mimba FP10, FP20, FP30 dan FP40 terhadap kultur sel HeLa dan sel Vero.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni rancangan acak lengkap pola satu arah. Fraksi protein diendapkan menggunakan amonium sulfat dalam berbagai tingkat kejenuhan dan konsentrasi. Uji sitotoksisitas dilakukan terhadap sel HeLa dan sel Vero secara in vitro menggunakan metode MTT (3-(4,5-dimetil-tiazol-2-il)-2,5-dipheniltetrazolium bromide). Hasil uji berupa prosentase kematian sel. Analisis statistik dengan analisis probit dilakukan untuk mengetahui nilai LC50 dan uji t-independent sample untuk membandingkan sitotoksisitas fraksi protein daun mimba terhadap sel HeLa dan sel Vero.
Hasil uji sitotoksisitas menunjukkan bahwa FP10, FP20, FP30 dan FP40 sitotoksik terhadap sel HeLa dan sel Vero. Nilai LC50 FP10, FP20, FP30 dan FP40 terhadap sel HeLa berturut-turut sebesar 1,5.107 µg/ml; 6.10-3 µg/ml; 3,7.10-13 µg/ml dan 1,8.10-2 µg/ml; sedangkan terhadap sel Vero berturut-turut sebesar 1,2.10-3 µg/ml; 1,2.104 µg/ml; 1,2.10-2 µg/ml dan 2,3.1011 µg/ml. Uji t-independent sample menunjukkan bahwa seluruh fraksi protein daun mimba memiliki perbedaan sitotoksisitas yang tidak signifikan antara sel HeLa dan sel Vero. FP10, FP20, FP30 dan FP40 daun mimba tidak berpotensi untuk dikembangkan sebagai antikanker.
Kata kunci : daun mimba, sitotoksisitas, fraksi protein, LC50, sel HeLa, sel Vero
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Neem leaves (Azadirachta indica A. Juss) is now being used as alternative
therapy for cancer. Previous research showed that protein fraction of neem leaves which were precipitated using ammonium sulphate in concentration of 30% and 60% had cytotoxic activity against HeLa cells. This research aim to investigate the cytotoxicity of protein fraction of neem leaves PF10, PF20, PF30, and PF40 against HeLa and Vero cells (normal cells).
This research was pure experimental research with the complete random and one way design. Protein fractions were precipitated with ammonium sulphate in various saturation grades. The cytotoxicity test was determined against HeLa cells and Vero cells in vitro using MTT (3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyl tetrazolium bromide) method. Data collected was cell death percentage. Data were statistically analysis by probit analysis to determined the LC50 values and independent samples t-test was used to identify whether the protein fractions have selectivity to HeLa cells.
The result indicated that PF10, PF20, PF30, and PF40 of neem leaves show cytotoxic activity to HeLa and Vero cells. LC50 of PF20, PF30, and PF40 against HeLa cells are 1,5.107 µg/ml; 6.10-3 µg/ml; 3,7.10-13 µg/ml and 1,8.10-2 µg/ml respectively; whereas LC50 of PF10, PF20, PF30 and PF40 against Vero cells are 1,2.10-3 µg/ml; 1,2.104 µg/ml; 1,2.10-2 µg/ml and 2,3.1011 µg/ml. The results of independent samples t-test showed that all protein fraction of neem leaves have no significant difference of cytotoxicity between HeLa and Vero cells. In conclusion, PF10, PF20, PF30, and PF40 of neem leaves were not recommended to be developed as anticancer.
Keywords: neem leaves, cytotoxicity, protein fraction, LC50, HeLa cells, Vero cells
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................ v
PRAKATA ......................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ ix
INTISARI .......................................................................................... x
ABSTRACT ......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ...................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xix
ARTI SINGKATAN DAN ISTILAH ASING .................................. xx
BAB I PENGANTAR ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
1. Permasalahan ................................................................... 3
2. Keaslian penelitian ........................................................... 3
3. Manfaat penelitian ........................................................... 4
B. Tujuan Penelitian ................................................................... 4
Tujuan umum ......................................................................... 4
Tujuan khusus ........................................................................ 4
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ................................................ 5
A. Tanaman Mimba (Azadirachta indica A. Juss.) .................... 5
1. Nama daerah .................................................................... 5
2. Deskripsi tanaman ............................................................ 5
3. Kandungan kimia ............................................................. 6
4. Penelitian terhadap tanaman mimba ................................ 6
B. Protein .................................................................................... 7
1. Pengertian protein ............................................................ 7
2. Jenis protein berdasarkan kelarutan ................................. 8
3. Pemurnian protein ............................................................ 9
4. Pengukuran konsentrasi protein ....................................... 11
C. Kanker .................................................................................... 11
1. Definisi ............................................................................. 11
2. Proses terjadinya kanker .................................................. 13
3. Kanker leher rahim .......................................................... 18
D. Kultur Sel ............................................................................... 19
1. Sel HeLa ........................................................................... 20
2. Sel Vero ........................................................................... 21
E. Uji Sitotoksisitas In vitro ....................................................... 21
F. Landasan Teori ....................................................................... 23
G. Hipotesis ................................................................................ 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................... 25
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................. 25
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Variabel-variabel Penelitian ................................................... 25
C. Definisi Operasional .............................................................. 26
D. Bahan atau Materi Penelitian ................................................. 26
E. Alat-alat Penelitian ................................................................. 27
F. Tatacara Penelitian ................................................................. 28
1. Determinasi tanaman ....................................................... 28
2. Pengumpulan daun mimba ............................................... 28
3. Sterilisasi alat dan bahan .................................................. 28
4. Pembuatan fraksi protein dari daun mimba ..................... 28
5. Pengukuran konsentrasi protein total ............................... 31
6. Propagasi dan panen sel HeLa ......................................... 31
a. Propagasi sel HeLa .................................................... 31
b. Panen sel HeLa .......................................................... 32
7. Propagasi dan panen sel Vero .......................................... 32
a. Propagasi sel Vero ..................................................... 32
b. Panen sel Vero ........................................................... 33
8. Uji sitotoksisitas terhadap sel HeLa dan sel Vero ........... 33
a. Uji sitotoksisitas dengan metode MTT terhadap sel
HeLa .......................................................................... 33
b. Uji sitotoksisitas dengan metode MTT terhadap sel
Vero ............................................................................ 34
G. Analisis Hasil ......................................................................... 35
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................... 36
A. Preparasi Fraksi Protein Daun Mimba ................................... 36
B. Penetapan Konsentrasi Fraksi Protein ................................... 38
C. Uji Sitotoksisitas Fraksi Protein ............................................ 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 53
A. Kesimpulan ............................................................................ 53
B. Saran ...................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 54
LAMPIRAN ....................................................................................... 58
BIOGRAFI PENULIS ....................................................................... 102
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Prosentase kematian dari uji sitotoksisitas fraksi protein
terhadap sel HeLa ...................................................... 44
Tabel II. Prosentase kematian dari uji sitotoksisitas fraksi protein
terhadap sel Vero ....................................................... 46
Tabel III. Volume larutan ekstrak gubal protein daun mimba ... 58
Tabel IV. Absorbansi fraksi protein pada panjang gelombang
280 nm dan 260 nm .................................................... 60
Tabel V. Hasil uji sitotoksik fraksi protein daun mimba FP10
terhadap kultur sel HeLa ............................................ 61
Tabel VI. Hasil uji sitotoksik fraksi protein daun mimba FP20
terhadap kultur sel HeLa ............................................ 61
Tabel VII. Hasil uji sitotoksik fraksi protein daun mimba FP30
terhadap kultur sel HeLa ............................................ 62
Tabel VIII. Hasil uji sitotoksik fraksi protein daun mimba FP40
terhadap kultur sel HeLa ............................................ 62
Tabel IX. Hasil uji sitotoksik fraksi protein daun mimba FP10
terhadap kultur sel Vero ............................................. 63
Tabel X. Hasil uji sitotoksik fraksi protein daun mimba FP20
terhadap kultur sel Vero ............................................. 63
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XI. Hasil uji sitotoksik fraksi protein daun mimba FP30
terhadap kultur sel Vero ............................................. 64
Tabel XII. Hasil uji sitotoksik fraksi protein daun mimba FP40
terhadap kultur sel Vero ............................................. 64
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Reaksi reduksi MTT menjadi formazan .................... 22
Gambar 2. Foto sel HeLa dan sel Vero tanpa perlakuan ............. 41
Gambar 3. Foto sel HeLa dan sel Vero setelah perlakuan ........... 42
Gambar 4. Foto kristal formazan ungu ........................................ 42
Gambar 5. Grafik prosentase kematian sel HeLa ........................ 44
Gambar 6. Grafik prosentase kematian sel Vero ......................... 47
Gambar 7. Foto tanaman Azadirachta indica A. Juss .................. 98
Gambar 8. Foto daun Azadirachta indica A. Juss ....................... 98
Gambar 9. Foto Hi-Mac Sentrifuge HITACHI SCP85 ................ 99
Gambar 10. Foto ELISA reader SLT 340ATC ............................. 99
Gambar 11. Foto Mikroskop (Olympus IMT-2) ............................ 99
Gambar 12. Foto perlakuan dengan sel HeLa dalam 96 well plate 100
Gambar 13. Foto perlakuan dengan sel Vero dalam 96 well plate 100
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Jumlah penambahan amonium sulfat ........................ 58
Lampiran 2. Perhitungan konsentrasi protein ................................. 60
Lampiran 3. Absorbansi sel dengan metode MTT ......................... 61
Lampiran 4. Hasil analisis probit LC50 fraksi protein terhadap sel
HeLa ........................................................................... 66
Lampiran 5. Hasil analisis probit LC50 fraksi protein terhadap sel
Vero ............................................................................ 78
Lampiran 6. Hasil distribusi data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov 90
Lampiran 7. Hasil analisis Uji t-independent sample ..................... 94
Lampiran 8. Foto tanaman dan daun mimba
(Azadirachta indica A. Juss) ...................................... 98
Lampiran 9. Foto Hi-Mac Sentrifuge HITACHI SCP85H, ELISA
reader SLT 340ATC dan mikroskop
(Olympus IMT-2) ....................................................... 99
Lampiran 10. Foto hasil uji sitotoksik fraksi protein daun mimba
FP40 terhadap kultur sel HeLa dan sel Vero dalam
96 well plate ............................................................... 100
Lampiran 11. Surat determinasi tanaman ......................................... 101
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ARTI SINGKATAN DAN ISTILAH ASING
continous cell lines : sel yang berasal dari sel primer yang ditumbuhkan terus
menerus
ELISA : Enzyme Link Immunosorbent Assay
FP10 (PF10) : fraksi protein (protein fraction) daun mimba hasil
pengendapan dengan amonium sulfat 10% jenuh
FP20(PF20) : fraksi protein (protein fraction) daun mimba hasil
pengendapan dengan amonium sulfat 20% jenuh
FP30(PF30) : fraksi protein (protein fraction) daun mimba hasil
pengendapan dengan amonium sulfat 30% jenuh
FP40(PF40) : fraksi protein (protein fraction) daun mimba hasil
pengendapan dengan amonium sulfat 40% jenuh
FBS : Foetal Bovine Serum
MTT : 3-(4,5-dimetil-tiazol-2-il)-2,5-dipheniltetrazolium bromide)
reagen stopper : reagen yang terdiri dari larutan SDS 10% dalam HCl 0,01N
RPMI : Rosswell Park Memorial Institute
SDS : Sodium Dodesil Sulfat
tissue culture flask : tempat untuk menumbuhkan sel, berbentuk botol dengan
leher bengkok
96 well plate : sumuran mikro yang terdiri dari 96 lubang tempat menanam
sel pada uji sitotoksisitas
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Kanker memiliki reputasi sebagai penyakit yang mematikan (Anonim,
2005b). Dalam daftar Badan Kesehatan Dunia penyakit kanker masuk dalam
urutan teratas dari kelompok penyakit. Di seluruh dunia penyakit kanker
menempati urutan kedua setelah penyakit jantung, sedangkan di Indonesia masuk
urutan keenam sebagai penyakit penyebab kematian. Penyakit kanker
diperkirakan diidap oleh 15 orang per 100.000 penduduk di dunia (Mulyadi,
1996). Sampai saat ini penyakit kanker masih menjadi ancaman, sementara obat
spesifik untuk menghentikan perkembangan sel kanker belum juga ditemukan
(Hartono, 1999).
Upaya pencegahan terus diusahakan dengan berbagai terapi seperti
pembedahan, radiasi dan sitostatika. Namun terapi-terapi tersebut membutuhkan
biaya yang besar dan menimbulkan efek samping yang merugikan bagi penderita
sehingga sebagian penderita lebih memilih terapi alternatif. Guna menakar
besarnya manfaat dan risiko terapi alternatif, sangat diperlukan pemahaman
tentang cara kerja terapi alternatif, termasuk penggunaan suplemen makanan
(senyawa antioksidan serta vitamin mineral) dan preparat herbal yang dapat
bekerja melawan kanker (Hartono, 1999).
Pada umumnya antineoplastik menekan pertumbuhan atau proliferasi sel
dan menimbulkan toksisitas. Suatu antikanker diharapkan memiliki toksisitas
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
selektif artinya menghancurkan sel kanker tanpa merusak sel jaringan normal
(Ganiswarna, 1995). Oleh sebab itu, penelitian-penelitian menggunakan bahan-
bahan yang berasal dari alam misalnya tanaman, diharapkan dapat menjadi terapi
antikanker alternatif yang bersifat selektif. Daun yang berasal dari tanaman
mimba (Azadirachta indica A. Juss) telah lama diketahui memiliki banyak
manfaat dalam dunia kesehatan antara lain, sebagai antiinflamasi, antirematik,
antipiretik, penurun gula darah, antitukak lambung, hepatoprotektor,
imunopotensiasi, antifertilitas, antivirus, dan antikanker (Sukrasno, 2003).
Penelitian tentang efek sitotoksik fraksi protein daun mimba terhadap
kultur sel kanker telah dilakukan antara lain, fraksi total protein daun mimba
terhadap kultur sel Raji (Ariyani, 2004), terhadap kultur sel SiHa (Lusia, 2004),
terhadap kultur sel HeLa (Febriani, 2004), fraksi protein daun mimba hasil
pengendapan dengan amonium sulfat 30%; 60% dan 100% jenuh terhadap kultur
sel Myeloma (Hariadi, 2006), terhadap kultur sel SiHa (Candra, 2006), terhadap
kultur sel Raji (Robbyono, 2006), dan terhadap kultur sel HeLa (Suwanto, 2006).
Suatu senyawa dapat dinyatakan memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai antikanker apabila mempunyai nilai LC50 ≤ 20 µg/ml (Suffness and
Pezzuto, 1991) dan bersifat toksik selektif (Ganiswarna, 1995). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Suwanto (2006) diketahui bahwa fraksi protein
daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) hasil pengendapan dengan amonium
sulfat 30%; 60% dan 100% jenuh memiliki efek sitotoksik terhadap kultur sel
HeLa terutama pada fraksi 30% dan 60% dengan nilai LC50 sebesar 1,0 µg/ml dan
4,1 µg/ml sehingga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai senyawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
antikanker. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Suwanto (2006) tersebut perlu
dilakukan penelitian dengan fraksinasi yang lebih kecil dan seri konsentrasi yang
lebih banyak untuk mengetahui secara lebih spesifik fraksi protein yang bersifat
sitotoksik terhadap sel HeLa serta keselektifan efek sitotoksiknya terhadap sel
normal. Oleh karena itu, pada penelitian kali ini akan dilakukan fraksinasi
proteinnya dengan pengendapan menggunakan amonium sulfat dengan fraksi
yang lebih kecil yaitu 10% (FP10), 20%(FP20), 30% (FP30) dan 40% (FP40) jenuh
dengan harapan dapat diperoleh hasil yang lebih spesifik dan membandingkan
sitotoksisitasnya terhadap sel Vero (sel normal).
1. Permasalahan
a. Diantara fraksi protein daun mimba FP10, FP20, FP30 dan FP40, manakah
yang mempunyai sitotoksisitas terhadap sel HeLa dan sel Vero ?
b. Berapakah nilai LC50 dari fraksi protein daun mimba FP10, FP20, FP30 dan
FP40 terhadap sel HeLa dan sel Vero ?
c. Apakah fraksi protein daun mimba FP10, FP20, FP30 dan FP40 dapat
dikembangkan sebagai antikanker ?
2. Keaslian penelitian
Sebelumnya pernah dilakukan penelitian mengenai sitotoksisitas fraksi
protein daun mimba (Azadirachta indica A. Juss.) hasil pengendapan dengan
amonium sulfat 30%, 60% dan 100% jenuh terhadap kultur sel HeLa (Suwanto,
2006). Sejauh yang diketahui penulis belum pernah dilakukan penelitian
sitotoksisitas fraksi protein daun mimba (Azadirachta indica A. Juss.) FP10, FP20,
FP30 dan FP40 terhadap kultur sel HeLa dan sel Vero.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat melengkapi dan memperkaya teori yang telah ada
mengenai khasiat, penggunaan, dan efek sitotoksisitas fraksi protein daun
mimba terhadap sel HeLa dan sel Vero yang berguna dalam kemajuan
bidang ilmu kefarmasian.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan yang mendukung
penemuan obat alternatif antikanker dari daun mimba.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan umum:
untuk mengetahui apakah fraksi protein daun mimba FP10, FP20, FP30 dan FP40
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai senyawa antikanker baru.
Tujuan khusus:
a. untuk mengetahui fraksi protein daun mimba FP10, FP20, FP30 dan FP40
yang mempunyai daya sitotoksisitas terhadap sel HeLa dan sel Vero
b. untuk mengetahui nilai LC50 dari fraksi protein daun mimba FP10, FP20,
FP30 dan FP40 terhadap sel HeLa dan sel Vero
c. untuk mengetahui apakah fraksi protein daun mimba FP10, FP20, FP30 dan
FP40 berpotensi dikembangkan sebagai antikanker.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tanaman Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
1. Keterangan botani tanaman mimba (Azadirachta indica A. Juss)
Tanaman mimba (Azadirachta indica A. Juss.) termasuk dalam divisi
Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, bangsa Meliales,
suku Meliaceae, marga Azadirachta, jenis Azadirachta indica A. Juss. Tanaman
mimba memiliki sinonim yaitu Melia azadirachta Linn. Dalam bahasa Inggris
atau Belanda tanaman ini dikenal dengan nama Margosa tree, Neem tree, atau
Margosier.
(Backer and Backuizen van den Brink, 1963; 1965; Hutapea, 1993)
2. Nama daerah
Tanaman mimba (Azadirachta indica A. Juss.) memiliki nama daerah
Jawa yaitu Imba, mimba, membha, mempheuh. Di wilayah Pasundan (Sunda)
dikenal dengan nama nimba, di Bali dan Nusa Tenggara dikenal dengan nama
intaran, dan di Madura dikenal dengan nama mimba, membha, atau mempheuh
(Sukrasno, 2003).
3. Deskripsi tanaman
Tanaman mimba berupa pohon dengan tinggi 10-15 meter. Batang tegak,
berkayu, bulat, permukaan kasar, percabangan simpodial, coklat. Daun majemuk,
berhadapan, lonjong, melengkung, tepi bergerigi, ujung lancip, pangkal
meruncing, pertulangan menyirip, panjang 5-7 cm, lebar 3-4 cm, tangkai panjang
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
8-20 cm, hijau. Bunga majemuk, berkelamin dua, di ujung cabang, tangkai
silindris, panjang 8-15 cm, kelopak hijau, benang sari silindris, putih kekuningan,
putik lonjong, coklat muda, mahkota halus, putih. Buah buni, bulat telur, hijau.
Biji bulat, diameter kurang lebih 1 cm, putih. Akar tunggang, coklat (Hutapea,
1993). Pohon mimba dapat tumbuh di berbagai ketinggian tempat, tetapi di atas
ketinggian 500 meter diatas permukaan laut sulit menghasilkan biji, hanya
daunnya yang tumbuh lebat (Kardinan dan Taryono, 2003).
4. Kandungan kimia
Sampai saat ini, setidaknya ada sembilan senyawa yang telah diisolasi dan
diidentifikasi dari daun mimba yaitu nimonol, nimbolida, 28-deoksi nimbolida, α-
linolenat, 14-15-epoksinimonol, 6-K-O-asetil-7-deasetil-mimosinol, melrasinol,
dan nimbotalin. Penelitian terhadap senyawa-senyawa yang terkandung dalam
daun mimba tersebut mendukung pemanfaatannya dalam dunia kesehatan
(Sukrasno, 2003).
5. Penelitian terhadap tanaman mimba
Beberapa penelitian untuk membuktikan kebenaran khasiat daun mimba
terutama protein daun mimba sebagai antikanker telah dilakukan antara lain,
penelitian sitotoksisitas fraksi total protein daun mimba terhadap kultur sel Raji
(Ariyani, 2004), terhadap kultur sel SiHa (Lusia, 2004), terhadap kultur sel HeLa
(Febriani, 2004), dengan kesimpulan bahwa fraksi protein daun mimba
mempunyai efek sitotoksik terhadap ketiga jenis sel kanker tersebut walaupun
belum dapat dinyatakan sebagai senyawa yang berpotensi untuk dikembangkan
sebagai senyawa antikanker karena nilai LC50 yang diperoleh lebih besar dari 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
µg/ml. Penelitian lebih lanjut yaitu sitotoksisitas fraksi protein daun mimba hasil
pengendapan dengan amonium sulfat 30%; 60% dan 100% terhadap sel Raji
(Robbyono, 2006) dengan kesimpulan fraksi 30% berpotensi untuk dikembangkan
sebagai antikanker karena nilai LC50 < 20 µg/ml, sedangkan pada penelitian
serupa terhadap sel HeLa (Suwanto, 2006), terhadap sel Myeloma (Hariadi, 2006)
dan terhadap sel SiHa (Candra, 2006) menyimpulkan bahwa fraksi 30% dan 60%
berpotensi untuk dikembangkan sebagai antikanker sebab nilai LC50 yang
diperoleh juga < 20 µg/ml.
B. Protein
1. Pengertian protein
Kata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau
utama. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan
atau manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh hewan maupun
manusia, maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama
dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Tumbuhan membentuk protein dari
CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Protein adalah suatu polipeptida yang
mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai
jutaan (Poedjiadi, 1994). Protein terdapat dalam semua jenis zat hidup: tumbuhan,
hewan, dan jasad renik. Semua protein, selain mengandung karbon, hidrogen, dan
oksigen juga mengandung nitrogen dan sering mengandung belerang dan fosfor
(Sakidja, 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan
unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil. Asam amino pada protein
mempunyai konfigurasi-L dan ikatan amida hanya terbentuk antara gugus amino-
alfa dan gugus karboksil-alfa dari asam amino yang bersangkutan. Beberapa
protein beracun mempunyai peran ekologi dalam melindungi tumbuhan dari
serangan mikroba. Protein beracun lain memberi harapan dalam pengobatan
kanker dan penyakit yang disebabkan virus. Fraksinasi ekstrak protein dapat
dilakukan dengan cara pengendapan menggunakan amonium sulfat (Robinson,
1991).
2. Jenis protein berdasarkan kelarutan
Beberapa jenis protein yang diklasifikasikan berdasarkan kelarutannya
antara lain:
1. albumin merupakan protein yang dapat larut dalam air dan larutan garam,
dapat terkoagulasi oleh panas. Larutan albumin di dalam air dapat
diendapkan dengan penambahan amonium sulfat hingga jenuh.
2. globulin memiliki sifat sukar larut dalam air murni, tetapi dapat larut
dalam larutan garam netral, misalnya larutan NaCl encer. Larutan globulin
dapat diendapkan oleh penambahan garam ammonium sulfat hingga
setengah jenuh. Globulin dapat diperoleh dengan jalan mengekstraksinya
dengan larutan garam (5%-10%) NaCl kemudian ekstrak yang diperoleh
diencerkan dengan penambahan air. Globulin akan mengendap dan dapat
dipisahkan. Globulin juga dapat terkoagulasi oleh panas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
3. histon merupakan protein yang mempunyai sifat basa dan dapat larut
dalam air. Pada proses hidrolisis menghasilkan banyak arginin dan lisin.
Histon terdapat di dalam inti sel dalam bentuk ikatan dengan asam nukleat.
4. protamin merupakan protein yang bersifat basa seperti histon, tidak
mengandung tirosin dan triptofan, tetapi mengandung banyak arginin
sehingga mempunyai kadar nitrogen antara 25%-30%. Protamin berikatan
dengan asam nukleat. Protamin larut dalam etanol 70%-80% tetapi tidak
larut dalam air serta etanol absolut.
5. skleroprotein tidak larut dalam air atau larutan garam, banyak
mengandung asam amino Glysin, Alanin dan Prolin.
(Poedjiadi, 1994; Murray dkk, 1995)
3. Pemurnian protein
Suatu jenis protein dari bahan alam dalam keadaan murni tidak mudah
diperoleh sebab molekul protein tidak stabil terhadap pemanasan serta pelarut
organik. Pemurnian protein diawali dengan pemilihan bahan alam yang akan
diproses berdasarkan kadar protein yang terkandung didalamnya yaitu yang
berkadar protein tinggi dan mudah diperoleh. Selanjutnya mengeluarkan protein
dari dalam bahan alam tersebut dengan cara memecahkan sel-sel jaringan secara
mekanik misal dengan cara menghancurkan dan melumatkannya dalam suatu alat
tertentu dan beberapa jenis protein dapat diperoleh dengan melarutkannya dalam
air atau pelarut lain. Dalam proses ini perlu dijaga agar temperatur dan pH larutan
tidak merusak protein. Pada temperatur 40°C protein mudah terdenaturasi, maka
pemurnian protein sering dilakukan pada temperatur rendah, yaitu mendekati titik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
beku pelarut yang digunakan. Disamping itu, protein juga sensitif terhadap asam
atau basa dengan konsentrasi tinggi, dan biasanya pemurnian protein dilakukan
pada pH mendekati netral dengan menggunakan larutan buffer tertentu (Poedjiadi,
1994).
Setelah diperoleh larutan yang berisi beberapa macam protein maka proses
selanjutnya ialah fraksinasi yaitu memisahkan masing-masing protein dalam
campuran secara fraksi demi fraksi. Dua cara yang biasa digunakan untuk proses
fraksinasi ini yaitu pengendapan dan kromatografi. Proses pengendapan protein
dapat dilakukan menggunakan amonium sulfat berkonsentrasi tinggi atau larutan
jenuh. Beberapa protein berbeda kelarutannya dalam konsentrasi garam yang
berbeda. Cara ini digunakan terutama bila diinginkan satu macam protein saja
sedangkan protein lain tidak diperlukan. Selain dengan garam proses pengendapan
protein dapat dilakukan dengan menyesuaikan pH titik isoelektrik protein yang
diinginkan. Pada titik isoelektrik kelarutan protein berkurang hingga minimum
dan protein yang diinginkan akan mengendap, sedangkan protein lain yang tidak
diinginkan tetap di dalam larutan. Protein dapat dipisahkan satu dari yang lain
dengan cara kromatografi. Kromatografi adsorpsi untuk pemurnian protein
dilakukan dengan menggunakan alumina atau kalsium fosfat sebagai adsorben.
Selain itu kromatografi penukar ion dapat digunakan pula untuk pemurnian
protein. Kolom kromatografi diisi dengan DEAE-selulosa, suatu penukar ion yang
mempunyai gugus dietilaminoetil yang terikat pada selulosa atau dengan penukar
kation yaitu CM-selulosa yang mempunyai gugus karboksimetil terikat pada
selulosa (Poedjiadi, 1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
4. Pengukuran konsentrasi protein
Pada umumnya, metode pemurnian protein harus dilakukan pada
temperatur rendah, pada range 0-4°C. Temperatur rendah meminimalkan
degradasi protein selama pemurnian dengan menghalangi aktifitas protease
(enzim yang memecah ikatan peptida) dan mengurangi kemungkinan protein akan
terdenaturasi, atau membuka ikatannya (banyak protein yang sangat sensitif
terhadap panas). Pada pH netral tirosin, triptofan dan fenilalanin mengabsorpsi
sinar ultraviolet (UV) pada panjang gelombang 280 nm (Moran dkk, 1994;
Murray dkk, 1995).
C. Kanker
1. Definisi
Kanker adalah penyakit yang disebabkan adanya perbanyakan dan
penyebaran yang tidak terkontrol menjadi bentuk tubuh abnormal dari sel tubuh
itu sendiri. Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian di Negara
berkembang, setidaknya satu dari lima pada populasi di Eropa dan Amerika Utara
diperkirakan meninggal karena kanker (Rang dkk, 2003). Kanker ditandai oleh
pembelahan sel yang tidak terkontrol dan kemampuannya untuk menyerang
jaringan lain, baik melalui pertumbuhan langsung pada jaringan (invasi) atau
dengan migrasi sel ke jaringan yang lain (metastasis). Pertumbuhan yang tidak
sesuai aturan ini disebabkan oleh kerusakan DNA, menghasilkan mutasi pada gen
utama yang mengendalikan pembelahan sel, dan fungsi yang lain. Satu atau lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dari mutasi ini, baik yang diturunkan atau didapatkan, dapat menuntun ke
pembelahan sel yang tak terkendali dan pembentukan tumor (Anonim, 2005b).
Tumor menunjukkan suatu massa yang abnormal di jaringan, baik berupa
malignan (kanker) atau benigna (nonkanker). Tumor benigna tidak menyebar ke
bagian lain tubuh atau menyerang jaringan lain, dan jarang perawatannya untuk
bertahan hidup jika tidak secara kebetulan menekan struktur utama (vital). Tumor
malignan dapat menyerang organ lain, menyebar ke lokasi yang jauh (metastasis)
dan menjadi perawatan untuk bertahan hidup (Anonim, 2005b). Istilah kanker,
neoplasma malignan dan tumor malignan merupakan sinonim. Keduanya
dibedakan dari tumor benigna oleh dediferensiasi, keinvasifan dan kemampuan
metastasis (penyebaran ke bagian lain dari tubuh). Kedua tumor baik benigna
maupun malignan menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali. Sel kanker
memiliki karakteristik yang membedakannya dari sel normal, yaitu sel kanker
mengalami pertumbuhan dan pembelahan sel yang tidak terkendali oleh regulasi
pembelahan sel dan pertumbuhan jaringan yang normal, adanya gangguan
diferensiasi dan kehilangan fungsi pada sel kanker, sel kanker mampu melakukan
invasif dan metastasis (Rang dkk, 2003).
Untuk menghambat metastasis kanker, perlu diketahui cara sel tersebut
menyebar. Ada dua cara sel kanker ber-metastasis: melalui angiogenesis
(pembentukan pembuluh darah yang baru) dan penghancuran kolagen yang
merupakan kerangka sel normal. Dengan demikian metastasis akan dapat
dihambat bila angiogenesis dapat dicegah; sementara kolagen yang rusak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
diperbaiki oleh tubuh sendiri dengan memanfaatkan makanan tertentu (Hartono,
1999).
Pendekatan utama dalam pengobatan kanker yaitu pembedahan, irradiasi,
dan kemoterapi. Penggunaan masing-masing pengobatan tersebut tergantung pada
tipe tumor dan tingkat perkembangannya (Rang dkk, 2003).
2. Proses terjadinya kanker
Sel normal berubah menjadi sel kanker karena satu atau lebih mutasi pada
DNA-nya baik secara diturunkan, bukan kanker itu sendiri yang diturunkan
melainkan gen yang telah termutasi dan mudah berkembang menjadi kanker
maupun dengan cara didapat dari luar sel akibat pemaparan zat kimia, ko-
karsinogen, dan lain-lain. Perkembangan kanker merupakan proses yang rumit,
melibatkan tidak hanya satu perubahan genetik tetapi juga yang lain, seperti
faktor-faktor epigenetik (aksi hormonal, ko-karsinogen dan efek pemacu tumor)
yang tidak hanya menghasilkan kanker itu sendiri melainkan dengan
meningkatkan kemungkinan mutasi genetik yang akan menimbulkan kanker
(Rang dkk, 2003).
Sel kanker mempunyai antigen pada permukan sel yang dapat dikenali dan
bereaksi dengan sistem imun inang sehingga mampu mencegah pertumbuhan
tumor yang tak terkendali. Teori ini dikenal sebagai immunosurveillance
(pemantauan imun). Teori ini bermula dari percobaan yang dilakukan oleh Paul
Ehrlich yang mengamati bahwa hewan dengan pertumbuhan tumor bervirulensi
rendah mengalami penurunan pertumbuhan tumor setelah dilakukan inokulasi sel
tumor berikutnya. Ehrlich menduga lubang pada struktur permukaan sel tumor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
yang dapat dikenali sebagai sesuatu yang abnormal oleh inang. Penelitian
dilanjutkan oleh Lewis Thomas yang memberikan teori penolakan allograft
menggambarkan mekanisme utama dalam pertahanan alami terhadap neoplasia.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, Macfarlane Burnet memberikan teori
immunosurveillance yang berpusat adanya antigen yang tergabung pada sel tumor
(Schwartz, 1991; Dasgupta, 1992).
Teori tersebut menyatakan bahwa sel efektor pada sistem imun secara aktif
beredar di dalam tubuh untuk mengenali dan membasmi sel-sel tumor yang mulai
terbentuk. Penelitian pada tahun 1970 mampu menemukan dan mengidentifikasi
adanya sel T, sel ini menjadi sel efektor yang diduga memperantarai dalam
immunosurveillance. Lebih dari dua dekade terakhir, data-data memunculkan
pendapat bahwa konstituen sistem imun seperti sel natural killer (NK) dan
jaringan cytokine mampu memberi pertahanan terhadap kanker (Ichim, 2005).
Aktivitas sel NK menjadi tanda penunjuk pada beberapa tipe tumor. Sel-
sel NK terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pemantauan
kemunculan tumor dan mikrometastasis. Teori ini kemudian dibuktikan dengan
data yang menunjukkan bahwa onkogen tertransfeksi fibroblas dapat lisis secara
selektif oleh sel NK bila dibandingkan dengan kontrol yang tidak tertransfeksi.
Mekanisme secara tepat sel NK dalam immunosurveillance belum diketahui
secara pasti. Berkaitan dengan efek sitotoksik secara langsungnya, kemungkinan
sel NK mengaktifkan sel lain dalam sistem imun dengan cara memperlengkapinya
dengan bantuan cytokine. Sel NK yang mature tidak menghasilkan cytokine T-
helper 2 (Th2), tetapi lebih pada cytokine T-helper 1 (Th1), tumor necrosis factor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
(TNF)-α, interferon (IFN)-γ dan granulocyte-macrophage colony-stimulating
factor (GM-CSF). Pada kenyataanya, sekresi IFN-γ oleh sel NK dapat
mempengaruhi pembentukan respon imun tipe Th1 terhadap agen patogen
maupun tumor terinduksi 3-methylcholanthrene (MCA) (Ichim, 2005).
Langkah awal respon imun memerlukan cytokine yang dihasilkan oleh sel-
sel T-helper. Perbedaan cytokine yang dihasilkan oleh sel menentukan tipe respon
imun. Respon imun yang diperantarai sel membutuhkan cytokine Th1, sedangkan
respon imun yang diperantarai antibodi membutuhkan cytokine Th2. Sel T-helper
yang terdiferensiasi menjadi sel Th1 mensekresikan IFN-γ dan sedikit interleukin
(IL)-2 dan IL-12, sedangkan sel Th2 mensekresikan IL-10, IL-4, dan sedikit IL-5.
Namun, tumor memiliki beberapa cara baik spesifik maupun non-spesifik untuk
menghindari respon Th1. Tumor mensekresikan sejumlah agen, termasuk
transforming growth factor (TGF)-β, IL-10 dan prostaglandin E-2, yang
menunjukkan meningkatkan respon imun Th2 ketika menekan respon imun Th1.
Hal ini telah ditunjukkan bahwa jaringan cytokine dari beberapa pasien kanker
cenderung mengarah ke Th2. Pasien-pasien tersebut menunjukkan peningkatan
cytokine Th2 atau penurunan cytokine Th1 baik tumor sistemik maupun lokal.
Penelitian mengenai tumor yang mengembangkan beberapa cara untuk
menghindari respon Th1 sesuai dengan pengertian immunosurveillance. Fakta
bahwa malignan memiliki banyak cara dalam menghindari respon Th1
menunjukkan bahwa kemampuan untuk menghindari respon ini memberikan
keuntungan pertahanan pada sel malignan, yang selanjutnya menunjukkan bahwa
respon Th1 menjadi ancaman bagi neoplasma (Ichim, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Cytokine Th1 IFN-γ berfungsi sebagai antitumor baik secara langsung
maupun tidak langsung. Serangkaian penelitian menunjukkan arti penting IFN-γ
dalam membasmi tumor awal dengan adanya peningkatan keberhasilan
karsinogenesis saat tidak ada IFN-γ. IFN-γ menghambat pertumbuhan tumor
dengan mempengaruhi proliferasi, apoptosis dan angiogenesis. IFN-γ juga
mempunyai efek antitumor tidak langsung dengan memacu respon imun
antitumor yang efektif. Sebagai tambahan dalam mempengaruhi keseimbangan
cytokine Th1-Th2, IFN-γ mampu mengaktifkan makrofag sitotoksik, sel-sel NK
dan sel-sel T NK (Ichim, 2005).
Bukti dari prinsip tipe respon imun yang tidak tepat akan meningkatkan
pertumbuhan tumor telah dibuktikan pada awal 1907 oleh Flexner dan Jobling,
yang menunjukkan bahwa injeksi sel tumor autologous mati meningkatkan
pertumbuhan tumor yang ada lebih dulu. Secara umum, Th2 membawa respon
antibodi ke tumor yang tidak terlindungi dan mendukung perkembangan tumor
dengan menghambat respon imun yang diperantarai sel Th1. Namun, paham
bahwa respon imun yang diperantarai antibodi dapat merugikan pada kanker telah
diusulkan lama sebelum Mossman dan Coffman menunjukkan paradigma Th1-
Th2 pada tahun 1986. Pada tahun 1950-an Kaliss mempopulerkan istilah
”immunological enhancement” untuk menggambarkan peningkatan pertumbuhan
tumor oleh antibodi non-sitotoksik. Teori ini menyebutkan bahwa antibodi
berikatan dengan sel tumor, melapisi atau menutup epitop sel tumor dan kemudian
mencegah respon imun yang diperantarai sel sehingga sel tumor tidak bereaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dengan imun dan tetap bisa tumbuh dan berkembang, meskipun hal ini belum
pernah dibuktikan dengan percobaan (Ichim, 2005).
Ada dua kategori utama perubahan genetik yang dapat mengakibatkan
munculnya kanker, yaitu:
Aktivasi proto-onkogen menjadi onkogen
Proto-onkogen adalah gen yang secara normal mengendalikan pembelahan sel,
apoptosis, dan diferensiasi tetapi dapat berubah menjadi onkogen oleh adanya aksi
virus atau karsinogen.
Inaktivasi gen penekan tumor
Sel normal mengandung gen yang mempunyai kemampuan untuk menekan
perubahan malignan yang disebut gen penekan tumor (anti-onkogen) dan
sekarang terdapat bukti bahwa mutasi terhadap gen ini terlibat dalam
pembentukan kanker yang berbeda-beda. Kehilangan fungsi dari gen penekan
tumor dapat menjadi peristiwa penting dalam karsinogenesis (Rang dkk, 2003).
Kanker akan muncul bila DNA sel normal mengalami kerusakan sehingga
menyebabkan mutasi genetik. Kalau ini tidak segera dikoreksi, perbanyakan sel
yang DNA-nya rusak tersebut potensial menghasilkan sel kanker. Padahal
perbanyakan sel dimaksudkan untuk pemulihan sel-sel yang aus atau rusak
(Hartono, 1999).
Tingkatan perubahan sel pada pertumbuhan kanker adalah sebagai berikut:
a. hiperplasi yaitu pembengkakan organ tubuh akibat pertumbuhan sel-sel
baru yang abnormal karena hilangnya kontrol pertumbuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
b. metaplasi yaitu perubahan epitel suatu jenis jaringan dewasa menjadi
jaringan lain yang juga dewasa.
c. displasi yaitu perubahan sel dewasa ke arah kemunduran dalam hal
bentuk, besar dan orientasinya. Masih bersifat reversibel.
d. anaplasi yaitu perubahan serupa displasi yang menyimpang lebih jauh dari
normal. Merupakan suatu ciri tumor ganas yang sangat ireversibel.
e. karsinoma insitu yaitu gambaran sel menjadi sangat atipik namun belum
terdapat pertumbuhan infiltratif.
f. invasi yaitu sel kanker telah menembus lapisan basal jaringan
(Kuswibawati, 2000).
3. Kanker leher rahim
Kanker servik merupakan suatu bentuk malignan pada leher rahim
(servik). Kanker leher rahim merupakan jenis kanker paling banyak kedua di
dunia yang menyerang wanita dan peringkat ketiga kanker yang dapat
menyebabkan kematian setelah kanker payudara dan kanker paru-paru. Kanker ini
menyerang 16 per 100.000 orang wanita dan menyebabkan kematian 9 per
100.000 setiap tahunnya (Anonim, 2007a). Uji sitologi cervical (Pap smear)
menunjukkan identifikasi dan penghilangan lesi prekanker (Anonim, 2005b).
Gejala klinik kanker leher rahim adalah keputihan yang tidak gatal, nyeri dan
perdarahan sehabis senggama, anemia serta gejala-gejala lain yang ditimbulkan
pada metastasis jauh (Fenty, 2000).
Istilah Cervical Intra-epithelial Neoplasia (CIN) digunakan saat pada
servik mengalami perubahan stadium displasia premalignan. Human Papilloma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Virus (HPV) pada stadium ini merupakan virus yang beresiko rendah dalam arti
tidak selalu berkembang menjadi kanker tetapi bisa juga menjadi virus beresiko
tinggi menyebabkan kanker leher rahim. Apabila kanker leher rahim dideteksi
lebih dini, maka kanker ini dapat diobati tanpa mempengaruhi kesuburan
(Anonim, 2007a).
Kanker leher rahim atau karsinoma servik uteri paling sering ditemukan di
antara tumor ganas ginekologik, dan umumnya paling banyak ditemukan pada
wanita berusia 31-60 tahun (Fenty, 2000). Lebih dari 90% kasus kanker leher
rahim disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) terutama tipe 16 dan 18.
Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18 mengandung dua macam gen yaitu
E6 dan E7 yang menghambat p53 dan Rb. Gen p53 dan Rb merupakan gen
penekan tumor yang ada di dalam tubuh manusia. Gen p53 terlibat dalam regulasi
apoptosis (bunuh diri sel) dan Rb bertanggung jawab untuk menghentikan siklus
sel pada fase G1. Pada saat fungsi Rb melemah, sel melanjutkan siklus ke fase S
dan mengalami mitosis sempurna, kemudian menghasilkan proliferasi sel dan dari
hal ini menyebabkan adanya pembentukan neoplastik (Anonim, 2007a).
D. Kultur Sel
Kultur sel yang baru diisolasi dari suatu jaringan dan kemudian
ditumbuhkan secara in vitro dikenal sebagai kultur sel primer. Subkultur adalah
pemindahan sel ke flask baru dengan medium yang baru. Subkultur
memungkinkan terjadinya perluasan kultur yang sekarang dikenal sebagai cell
line. Setelah mengalami beberapa kali subkultur, cell line akan mati (disebut finite
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
cell line) atau berubah menjadi continuous cell line. Sel normal dapat mengalami
perubahan menjadi continuous cell line tanpa menjadi malignan, sedangkan tumor
malignan dapat tumbuh pada media kemudian mengalami perubahan dan menjadi
lebih atau kurang tumorigenik. Keuntungan penggunaan continuous cell line
adalah lebih cepat tumbuh sehingga kepadatan populasi sel lebih tinggi,
membutuhkan serum yang lebih rendah dan cukup mudah perawatannya pada
media sederhana, serta memiliki kemampuan untuk tumbuh dalam suspensi.
Kerugiannya meliputi ketidakstabilan kromosomal yang lebih besar, adanya
penyimpangan dari fenotip donor, dan terjadi kehilangan penanda khusus jaringan
(Freshney, 1986).
1. Sel HeLa
HeLa cell line merupakan continouous cell line yang tumbuh sebagai sel
yang semi melekat. HeLa cell line diturunkan dari sel epitel kanker leher rahim
(cervix) manusia. Sel ini diisolasi dari seorang wanita penderita kanker leher
rahim bernama Henrietta Lacks berusia 31 tahun, yang meninggal pada tahun
1951 akibat kanker yang dideritanya. HeLa cell line ini cukup aman dan umum
digunakan untuk kepentingan kultur sel. Sel HeLa merupakan cell line cervix
intraepitel (Cervical Intraepithelial Carcinoma) akibat infeksi HPV 18 (Widiyani,
2005).
Sel HeLa diketahui dapat hidup dan berkembang dengan sangat baik
dalam kultur buatan di laboratorium. Kultur sel HeLa mengalami proliferasi yang
sangat cepat, bahkan jika dibandingkan dengan jenis sel kanker yang lain. Sel-sel
tersebut memiliki telomerase aktif selama pembelahan sel, yang dapat mencegah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
bertambah pendeknya telomer-telomer yang mengakibatkan penuaan dan bahkan
kematian sel. Sel HeLa mudah menginvasi atau mengkontaminasi kultur sel lain
dalam satu laboratorium yang sama (Anonim, 2007b).
HeLa cell line merupakan immortal cell line yang digunakan dalam
penelitian dibidang kesehatan seperti uji antitumor, uji sitotoksisitas, biologi sel,
dan kemampuan invasi bakteri. Sel ini dapat dikultur menggunakan media RPMI
1640. Media RPMI 1640 mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh sel seperti
asam amino, vitamin, garam-garam anorganik dan glukosa (Freshney, 1986).
2. Sel Vero
Vero epithelial cell line ditemukan pertama pada tahun 1962 oleh Y.
Yasumura dan Y. Kawakita di Universitas Chiba di Chiba, Jepang. Sel Vero
diambil dari ginjal kera dewasa (jenis African Green Monkey) yang sehat.
Walaupun sering digunakan dalam tranfections dan produksi vaksin, sel Vero
juga sering digunakan untuk mendeteksi verotoksin (sekelompok toksin yang
berhubungan yang dihasilkan oleh beberapa strain Escherichia coli yang
merupakan penyebab utama hemorrhagic colitic dan sindrom hemolytic uremic
pada manusia) (Anonim, 2006b).
E. Uji Sitotoksisitas In Vitro
Uji untuk identifikasi agen kemoterapetik kanker yang baru biasanya
dilakukan pada hewan percobaan yang mempunyai kesamaan sifat dengan
manusia. Namun, ada beberapa pertimbangan yang menyebabkan kecenderungan
untuk menggunakan kultur sel dibanding hewan uji. Pertimbangan tersebut antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
lain, tes in vitro lebih murah dibanding in vivo, ada perbedaan proses fisiologis
antara hewan percobaan dan manusia, dan adanya pertimbangan moral di dalam
penggunaan hewan sebagai objek penelitian (Freshney, 1986).
Uji MTT (3-(4,5-dimetil-tiazol-2-il)-2,5-dipheniltetrazolium bromide)
didasarkan pada aktivitas mitokondria, yang diinterpretasikan sebagai tolok ukur
kelangsungan hidup sel. Pada uji MTT, garam tetrazolium, 3-(4,5-dimetil-tiazol-
2-il)-2,5-dipheniltetrazolium bromide secara aktif akan diabsorpsi ke dalam sel
hidup dan direduksi dalam mitokondria sel membentuk suatu produk formazan
berwarna ungu. Produk tersebut terakumulasi di dalam sel karena tidak bisa keluar
menembus membran sel. Dengan penambahan DMSO, isopropanil, atau solven
lain yang cocok, produk formazan ungu yang terbentuk tadi baru dapat larut atau
dibebaskan dan siap diukur dengan metode kolorimetri (Barile, 1997).
N
N+N
N
SNBr-
MTT (3-(4,5-dimethyl-thiazol-2-yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide)
HN
N
N N
S
N
Formazan ((2E,4Z)-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-3,5-diphenylformazan)
NADH
NAD
Gambar 1. Reaksi reduksi MTT menjadi formazan
Kematian sel merupakan respon uji sitotoksisitas maka konsentrasi yang
menimbulkan kematian pada 50% populasi pada sel dalam waktu yang spesifik
dan kondisi percobaan yang sesuai diistilahkan dengan median lethal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
concentration atau LC50 (Cassaret and Doull, 2001). Semakin kecil harga LC50
suatu senyawa berarti senyawa tersebut semakin besar sitotoksisitasnya.
F. Landasan Teori
Penyakit kanker merupakan penyakit yang telah menjadi ancaman di
seluruh dunia, sementara obat spesifik untuk menghentikan perkembangan sel
kanker belum juga ditemukan. Tetapi upaya pencegahan terus diusahakan dengan
terapi alternatif obat antikanker yang berasal dari tanaman.
Tanaman mimba merupakan salah satu tanaman yang diyakini mempunyai
khasiat untuk mengobati kanker. Fraksi protein daun mimba ternyata dapat
memberikan efek sitotoksik terhadap beberapa tipe sel kanker termasuk sel HeLa.
Sel HeLa dapat hidup dan berkembang sangat baik dalam kultur buatan di
laboratorium, diakui aman untuk digunakan dalam kultur sel, dan mampu
memberikan respon yang cukup baik terhadap aktivitas dari senyawa-senyawa
yang diujikan.
Beberapa penelitian tentang sitotoksisitas fraksi protein daun mimba
terhadap sel HeLa sebagai subyek uji telah banyak dilakukan. Dari penelitian
Suwanto (2006) diketahui bahwa fraksi protein hasil pengendapan amonium sulfat
30% dan 60% memiliki nilai LC50 yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
senyawa antikanker. Diduga bahwa protein yang berperan sebagai antikanker
berada terutama antara kedua fraksi protein tersebut sehingga dimungkinkan
untuk memfraksinasi protein kedalam konsentrasi yang lebih kecil lagi dengan
cara pengendapan menggunakan amonium sulfat dengan tingkat kejenuhan 10%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
(FP10), 20%(FP20), 30% (FP30) dan 40% (FP40). Dengan demikian, diharapkan
dapat diketahui pada fraksi mana protein yang memiliki potensi sebagai
antikanker tersebut paling banyak terendapkan dan kespesifikan protein yang
bersifat antikanker. Namun, fraksi protein daun mimba belum pernah dicobakan
pada sel normal (sel Vero). Jika ternyata tidak menimbulkan kerusakan pada sel
normal (sel Vero), fraksi protein daun mimba dapat diajukan sebagai alternatif
obat antikanker baru. Hal-hal tersebutlah yang mendasari dilakukan penelitian
fraksinasi protein daun mimba menjadi lebih kecil lagi untuk dilihat keberadaan
protein yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi senyawa antikanker.
G. Hipotesis
Fraksi protein daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) FP10, FP20, FP30
dan FP40 memiliki efek sitotoksik terhadap sel HeLa dan berpotensi untuk
dikembangkan sebagai antikanker.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian eksperimental murni sederhana tunggal dengan rancangan
penelitian acak lengkap pola searah.
B. Variabel-variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Konsentrasi fraksi protein daun Azadirachta indica A. Juss FP10, FP20, FP30
dan FP40.
2. Variabel tergantung
Prosentase kematian sel HeLa dan sel Vero pada masing-masing kultur sel.
3. Variabel pengacau terkendali
a. Medium tumbuh sel dikendalikan dengan menggunakan medium RPMI
1640 untuk sel HeLa dan medium M199 untuk sel Vero.
b. Tempat tumbuh dan waktu pemanenan daun mimba dikendalikan dengan
memanen daun pada tempat dan waktu yang sama.
c. pH dan suhu pembuatan fraksi protein, dikendalikan pada pH 7,2 dan suhu
4oC.
4. Variabel pengacau tak terkendali
Kematian sel HeLa dan sel Vero secara alami.
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
C. Definisi Operasional
1. Uji sitotoksisitas adalah uji toksisitas secara in vitro menggunakan kultur sel.
2. Fraksi protein adalah protein yang didapat dari ekstrak gubal daun mimba
dengan pengendapan menggunakan amonium sulfat.
3. Lethal Concentration (LC50) adalah konsentrasi fraksi protein daun mimba
yang dapat mengakibatkan kematian 50% populasi sel HeLa maupun sel Vero.
D. Bahan atau Materi Penelitian
1. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun segar tanaman
mimba (Azadirachta indica A. Juss). Daun mimba diambil dari tanaman
mimba (Azadirachta indica A. Juss) yang tumbuh di pekarangan
Laboratorium Hayati LPPT Unit III, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
pada bulan Juni 2006. Daun mimba diambil pada saat tanaman mimba belum
berbunga dan berbiji.
2. Kultur sel HeLa dari stok Laboratorium Ilmu Hayati Universitas Gadjah Mada
3. Kultur sel Vero dari stok Laboratorium Ilmu Hayati Universitas Gadjah Mada
4. Pereaksi untuk isolasi dan penetapan konsentrasi protein dari daun
Azadirachta indica A. Juss dengan bahan p.a (Merck):
a. larutan dapar natrium fosfat 5mM pH 7,2
b. larutan dapar natrium fosfat 5mM pH 7,2 yang mengandung 0,14 M NaCl
c. amonium sulfat
5. Pereaksi untuk uji sitotoksisitas pada sel HeLa dan sel Vero
a. Media pencuci : RPMI 1640 (Sigma), natrium bikarbonat, Hepes (Sigma)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
b. Media penumbuh sel HeLa : RPMI 1640 (Sigma), Foetal Bovine Serum
(FBS) 10% (Gibco), Penisilin-Streptomisin 2% (Gibco), dan Fungison
0,5% (Gibco)
c. Media penumbuh sel Vero : M199 (Sigma), Foetal Bovine Serum (FBS)
10% (Gibco), Penisilin-Streptomisin 2% (Gibco), dan Fungison 0,5%
(Gibco)
d. Reagen Stopper : natrium dodeksil sulfat 10% dalam HCl 0,01 N (Merck)
e. MTT (3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyl tetrazolium bromide)
5 mg/ml (Sigma)
f. Trypsin 0,25% (Sigma)
E. Alat-alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat-alat gelas
(Pyrex), mortir dan stamper, kain monel, sentrifuge (Sigma K PLC series),
spektrofotometer UV (CECIL Serie 2) dan kuvet 1 ml, mikroskop (Olympus
Model IMT-2), haemocytometer (Nebauer), laminar air flow (Nuraire Class II
type A/B3), inkubator 37ºC, aliran 5% CO2 (Nuraire IR Airflow), 96-well plate
(Nunc), ELISA Reader SLT 340ATC, tissue culture flask, pipet Pasteur, membran
/ tabung dialisis (Sigma), tangki nitrogen cair, penangas air, almari es (National),
mikropipet, timbangan analitik (AND ER-400 H), alumunium foil, magnetic
stirrer, pH meter (TOA electronic HM-5S), mesin vortex (Thermolyne Maximi),
autoklaf, Hi-Mac Sentrifuge (HITACHI SCP85H), tissue, glove, dan masker.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
F. Tatacara Penelitian
1. Determinasi tanaman
Bahan utama yang akan digunakan dalam penelitian yaitu daun mimba,
telah dideterminasi terlebih dahulu di laboratorium Farmakognosi Fitokimia,
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan dipastikan juga
kebenarannya menggunakan acuan baku (Backer and Backuizen van den Brink,
1963; 1965).
2. Pengumpulan daun mimba
Daun mimba yang digunakan diambil dari pohon mimba yang tumbuh di
pekarangan Laboratorium Hayati, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada
bulan Juni 2006.
3. Sterilisasi alat dan bahan
Untuk mencegah terjadinya kontaminasi oleh organisme, maka alat-alat
yang digunakan dalam penelitian ini harus disterilkan terlebih dahulu. Alat-alat
tersebut dicuci dengan larutan sabun hingga bersih dan dikeringkan, setelah itu
dibungkus dengan alumunium foil dan disterilkan dalam autoklaf selama 20 menit
pada suhu 121oC (Gennaro, 2000).
4. Pembuatan fraksi protein dari daun mimba
Daun segar tanaman Azadirachta indica A. Juss dikumpulkan, diseleksi,
dan dicuci bersih dengan air mengalir. Daun dipotong kecil-kecil, tulang daun
dibuang dan ditimbang sebanyak 450 gram. Daun kemudian dibungkus dengan
kantong plastik bersih dan disimpan dalam freezer –20ºC selama semalam,
bersama dengan mortir, stamper, dan juga reagen-reagen yang akan digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
untuk proses selanjutnya dimana bahan-bahan tersebut sebelumnya telah
disterilkan.
Daun ditumbuk halus dengan penambahan sesedikit mungkin dapar
natrium fosfat 5mM pH 7,2 yang mengandung 0,14 M NaCl dalam mortir yang
ditempatkan dalam baskom berisi air es. Hasil tumbukan diperas dengan kain
monel, ditampung dalam tabung conical yang bersih dan steril. Cairan yang
diperoleh disentrifus pada 8000 rpm selama 30 menit. Supernatan dikumpulkan
dalam labu ukur 500 ml yang bersih dan steril.
Supernatan yang diperoleh kemudian diendapkan proteinnya dengan
menambahkan 27,45 gram amonium sulfat perlahan-lahan sambil terus diaduk
menggunakan magnetic stirrer dan dijaga suhunya, kemudian didiamkan selama
semalam di dalam lemari es sambil terus diaduk.
Supernatan kemudian disentrifus lagi pada 8000 rpm selama 25 menit.
Supernatan (1) ditampung dalam labu ukur 500 ml sedang pelet yang yang
diperoleh dilarutkan dengan larutan dapar natrium fosfat 5mM pH 7,2 hingga
volumenya mencapai 3 ml.
Supernatan (1) yang telah ditampung ditambahkan dengan 27,47 gram
amonium sulfat perlahan-lahan sambil terus diaduk menggunakan magnetic
stirrer selama semalam dan dijaga suhunya dalam lemari es. Selanjutnya
supernatan (1) disentrifus 8000 rpm selama 25 menit. Supernatan (2) ditampung
dalam labu ukur 500 ml sedang pelet yang diperoleh dilarutkan dengan larutan
dapar natrium fosfat 5mM pH 7,2 hingga volumenya mencapai 3 ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Supernatan (2) yang ditampung ditambah dengan 28,35 gram amonium
sulfat perlahan-lahan sambil terus diaduk menggunakan magnetic stirrer selama
semalam dan dijaga suhunya dalam lemari es. Selanjutnya supernatan (2)
disentrifus 8000 rpm selama 25 menit. Supernatan (3) ditampung dalam labu ukur
500 ml sedang pelet yang diperoleh dilarutkan dengan larutan dapar natrium
fosfat 5mM pH 7,2 hingga volumenya mencapai 3 ml.
Supernatan (3) ditambah dengan 29,28 gram amonium sulfat perlahan-
lahan sambil terus diaduk menggunakan magnetic stirrer selama semalam dan
dijaga suhunya dalam lemari es. Selanjutnya supernatan (3) disentrifus 8000 rpm
selama 25 menit. Supernatan (4) ditampung dalam labu ukur 500 ml sedang pelet
yang diperoleh dilarutkan dengan larutan dapar natrium fosfat 5mM pH 7,2
hingga volumenya mencapai 3 ml.
Langkah selanjutnya dilakukan dialisis dengan memasukkan keempat
sampel fraksi protein yang diperoleh tadi ke dalam tabung dialisis dan direndam
dalam larutan dapar natrium fosfat 5mM pH 7,2, diaduk menggunakan magnetic
stirrer selama semalam dalam lemari es. Hasil dialisis ditambahkan larutan dapar
natrium fosfat 5mM pH 7,2 yang mengandung 0,14 M NaCl hingga volumenya
mencapai 10 ml, sentrifus 8000 rpm selama 20 menit. Pelet dibuang sedang
supernatan diambil sebagai sampel fraksi protein dengan konsentrasi 10% jenuh,
sampel fraksi protein dengan konsentrasi 20% jenuh, sampel fraksi protein dengan
konsentrasi 30% jenuh dan sampel fraksi protein dengan konsentrasi 40% jenuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
5. Pengukuran konsentrasi protein total
Fraksi protein 10%, 20%, 30% dan 40% jenuh yang diperoleh, masing-
masing sebanyak 10 μl kemudian ditambah larutan dapar natrium fosfat 5mM
hingga volumenya mencapai 1 ml. Ambil dan masukkan ke dalam kuvet. Ukur
serapan dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 260 nm dan 280
nm dengan blanko larutan dapar natrium fosfat 5mM pH 7,2.
Concentration = [1.55E(280)] – [0.76E(260)] mg ml-1
(Layne cit., Richterich and Colombo, 1981)
6. Propagasi dan panen sel HeLa
a. Propagasi sel HeLa
Sel diambil dari tangki nitrogen cair, lalu dengan segera dicairkan diatas
penangas air 37ºC. Ampul disemprot dengan etanol 70% dan dibuka. Sel
kemudian dipindahkan ke dalam tabung conical steril yang berisi medium RPMI
1640. Suspensi sel disentrifus 8000 rpm selama 5 menit, supernatan yang didapat
dibuang, kemudian medium RPMI diganti dengan yang baru, disuspensikan
secara perlahan-lahan. Suspensi sel kemudian disentrifus lagi selama 5 menit.
Supernatan dibuang sedang pelet ditambah dengan 1 ml medium penumbuh yang
mengandung 20% FBS. Disuspensikan perlahan hingga homogen, kemudian sel
ditumbuhkan dalam 3-4 tissue culture flask kecil, diinkubasi dalam inkubator
pada suhu 37ºC dengan aliran 5% CO2. Setelah 24 jam, medium diganti dan sel
ditumbuhkan hingga konfluen dan jumlahnya cukup untuk penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
b. Panen sel HeLa
Setelah jumlah sel cukup, medium RPMI 1640 kemudian diganti dengan
medium RPMI 1640 yang baru sebanyak 5 ml. Sel dilepaskan dari dinding flask
dengan cara diresuspensikan menggunakan pipet Pasteur. Sel kemudian
dipindahkan ke dalam tabung conical steril, ditambah medium RPMI 1640 sampai
volume 10 ml dan kemudian disentrifus 8000 rpm selama 5 menit. Supernatan
yang didapat dibuang sedang pelet diresuspensi kembali secara perlahan dengan 1
ml media. Jumlah sel dihitung menggunakan haemocytometer. Suspensi sel
kemudian ditambahkan sejumlah medium sehingga diperoleh konsentrasi sel
sebesar 5 x 104 sel / 200 μl yang akan digunakan untuk penelitian.
7. Propagasi dan panen sel Vero
a. Propagasi sel Vero
Sel diambil dari tangki nitrogen cair, lalu dengan segera dicairkan diatas
penangas air 37ºC. Ampul disemprot dengan etanol 70% dan dibuka. Sel
kemudian dipindahkan ke dalam tabung conical steril yang berisi medium M199.
Suspensi sel disentrifus 8000 rpm selama 5 menit, supernatan yang didapat
dibuang, kemudian medium M199 diganti dengan yang baru, disuspensikan
secara perlahan-lahan. Suspensi sel kemudian disentrifus lagi selama 5 menit.
Supernatan dibuang sedang pelet ditambah dengan 1 ml medium penumbuh yang
mengandung 20% FBS. Disuspensikan perlahan hingga homogen, kemudian sel
ditumbuhkan dalam 3-4 tissue culture flask kecil, diinkubasi dalam inkubator
pada suhu 37ºC dengan aliran 5% CO2. Setelah 24 jam, medium diganti dan sel
ditumbuhkan hingga konfluen dan jumlahnya cukup untuk penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
b. Panen sel Vero
Setelah jumlah sel cukup (kurang lebih setelah berumur 7 hari), sel dicuci
dengan FBS 10% sebanyak 3 ml. Untuk melepaskan sel-sel dari dinding flask,
diberi trypsin 0,25% sebanyak 1 ml. Sel dipindahkan dalam tabung conical steril
yang sudah berisi M199 sebanyak 7 ml. Kemudian sel dibilas kembali dengan
FBS 10% sebanyak 3 ml. Hasil bilasan dituang ke dalam tabung conical yang
sama dan disentrifus selama 5 menit. Untuk menghilangkan sisa trypsin, sel dicuci
sekali lagi dengan menggunakan medium yang sama. Kemudian pelet ditambah
media kultur sebanyak 1 ml. Selanjutnya lakukan perhitungan jumlah sel dengan
menggunakan haemocytometer. Suspensi sel ditambah sejumlah medium sehingga
memperoleh konsentrasi sel sebesar 2,5x104/100 μl dan siap dipakai untuk
penelitian (Freshney, 1986; Jacoby and Pastan, 1979; Sambrook et al, 1989).
8. Uji sitotoksisitas terhadap sel HeLa dan sel Vero
a. Uji sitotoksisitas dengan metode MTT terhadap sel HeLa
Seratus μl suspensi sel HeLa dengan konsentrasi 5 x 104 sel / 200 μl
dimasukkan ke dalam sumuran-sumuran pada 96-well plate dan diinkubasi
bersama fraksi protein satu seri kadar selama 24 jam. Replikasi dilakukan
sebanyak 5 kali dengan memberikan perlakuan yang sama terhadap 11 baris
sumuran. Sebagai kontrol, 100 μl suspensi sel ditambahkan ke dalam sumuran
yang berisi medium RPMI 1640 dan dapar natrium fosfat 5mM pH 7,2 sedangkan
untuk faktor koreksi, 100 μl sampel ditambahkan ke dalam sumuran yang berisi
medium RPMI 1640 dan dapar natrium fosfat 5mM pH 7,2. Selanjutnya sel
diinkubasikan dalam inkubator dengan aliran 5% CO2 pada suhu 37ºC. Pada akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
inkubasi, pada masing-masing sumuran ditambahkan 10 μl MTT 5 mg/ml, dan
diinkubasi lagi semalam pada suhu 37ºC. Sel yang hidup akan bereaksi dengan
MTT membentuk kristal formazan berwarna ungu. Reaksi MTT dihentikan
dengan penambahan reagen stopper, diinkubasi lagi selama semalam pada suhu
kamar. Kemudian serapan dapat dibaca dengan ELISA Reader pada panjang
gelombang 550 nm.
b. Uji sitotoksisitas dengan metode MTT terhadap sel Vero
Seratus μl suspensi sel Vero dengan konsentrasi 5 x 104 sel / 200 μl
dimasukkan ke dalam sumuran-sumuran pada 96-well plate dan diinkubasi
bersama fraksi protein satu seri kadar selama 24 jam. Replikasi dilakukan
sebanyak 5 kali dengan memberikan perlakuan yang sama terhadap 11 baris
sumuran. Sebagai kontrol, 100 μl suspensi sel ditambahkan ke dalam sumuran
yang berisi medium M199 dan dapar natrium fosfat 5mM pH 7,2 sedangkan untuk
faktor koreksi, 100 μl sampel ditambahkan ke dalam sumuran yang berisi medium
M199 dan dapar natrium fosfat 5mM pH 7,2. Selanjutnya sel diinkubasikan dalam
inkubator dengan aliran 5% CO2 pada suhu 37ºC. Pada akhir inkubasi, pada
masing-masing sumuran ditambahkan 10 μl MTT 5 mg/ml, dan diinkubasi lagi
semalam pada suhu 37ºC. Sel yang hidup akan bereaksi dengan MTT membentuk
kristal formazan berwarna ungu. Reaksi MTT dihentikan dengan penambahan
reagen stopper, diinkubasi lagi selama semalam pada suhu kamar. Kemudian
serapan dapat dibaca dengan ELISA Reader pada panjang gelombang 550 nm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
G. Analisis Hasil
Prosentase kematian sel pada metode MTT adalah selisih absorbansi
kontrol dengan absorbansi perlakuan dibagi absorbansi kontrol dikalikan 100%
atau :
Persen kematian = kontrol
sel) tanpaperlakuan - (perlakuan - kontrol x 100%
(Meyer, Ferrigni, Putnam, Jacobsen, Nochols, Mc Laughlin, 1982)
Hasil uji berupa prosentase kematian sel tersebut kemudian dianalisis
secara statistik menggunakan analisis probit untuk mengetahui konsentrasi protein
yang dapat mengakibatkan kematian 50% populasi sel HeLa maupun sel Vero
(LC50). Analisis statistik menggunakan uji t-independent sample dilakukan untuk
membandingkan daya sitotoksisitas fraksi protein daun mimba terhadap sel HeLa
dengan sel Vero.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Preparasi Fraksi Protein Daun Mimba
Daun segar tanaman Azadirachta indica A. Juss yang telah dikumpulkan
dan diseleksi, dicuci bersih dengan air mengalir supaya pengotor-pengotor yang
menempel pada daun dapat dihilangkan. Daun dipotong dari tangkainya,
kemudian digerus dengan penambahan larutan dapar natrium fosfat 5mM pH 7,2
yang mengandung 0,14 M NaCl sedikit demi sedikit dalam mortir yang
ditempatkan dalam wadah berisi air es. Larutan dapar digunakan untuk menjaga
stabilitas, sedangkan kandungan NaCl di dalam larutan dapar tersebut berfungsi
untuk mempermudah kelarutan protein yang terkandung di dalam daun tanaman
mimba. Penggerusan daun dalam mortir yang ditempatkan dalam wadah berisi air
es dimaksudkan untuk menjaga temperatur percobaan supaya protein daun tetap
stabil dan tidak mengalami kerusakan. Ekstrak gubal yang diperoleh dari 450
gram daun mimba sebanyak 515 ml.
Pembuatan fraksi protein daun mimba (Azadirachta indica A. Juss)
dilakukan dengan cara pengendapan protein menggunakan amonium sulfat.
Mekanisme pengendapan protein dengan penambahan amonium sulfat ini disebut
salting out. Amonium sulfat memiliki ion anorganik yang berkompetisi dengan
molekul protein dalam mengikat air. Amonium sulfat dapat mengikat air lebih
banyak daripada protein karena sifat amonium sulfat lebih polar dibandingkan
protein sehingga kelarutan protein dalam air menurun dan dapat mengendap.
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Fraksi protein dibuat secara bertingkat dengan menambahkan amonium
sulfat dalam jumlah tertentu hingga mencapai kejenuhan 10%, 20%, 30%, dan
40%. Fraksi protein 10% jenuh (FP10) diperoleh dengan menambahkan amonium
sulfat sebanyak 27,45 gram ke dalam ekstrak gubal yang pertama kali diperoleh
yaitu 515 ml. Fraksi protein 20% jenuh (FP20) diperoleh dengan menambahkan
amonium sulfat sebanyak 27,47 gram ke dalam 500 ml ekstrak gubal dari
pembuatan fraksi protein 10%. Fraksi protein 30% jenuh (FP30) diperoleh dengan
menambahkan amonium sulfat sebanyak 28,35 gram ke dalam 500 ml ekstrak
gubal dari pembuatan fraksi protein 20%. Fraksi protein 40% jenuh (FP40)
diperoleh dengan menambahkan amonium sulfat sebanyak 29,28 gram ke dalam
500 ml ekstrak gubal dari pembuatan fraksi protein 30%.
Fraksi protein yang telah diperoleh kemudian dimurnikan dari amonium
sulfat yang ikut terendapkan bersama protein dengan cara dialisis. Tabung dialisis
dipanaskan dalam larutan EDTA-NaHCO3 untuk membersihkan tabung dialisis
tersebut dari bahan kimia yang tertinggal pada saat pembuatannya. Masing-
masing fraksi protein dimasukkan ke dalam tabung dialisis terpisah tetapi
direndam di dalam satu beaker glass yang berisi larutan dapar natrium fosfat
5mM pH 7,2 dengan pengadukan menggunakan magnetic stirrer selama semalam
dan dijaga suhunya. Hal ini dilakukan supaya kejenuhan tidak hanya terjadi di
sekitar tabung dialisis tetapi merata di seluruh isi beaker glass sehingga proses
dialisis ini dapat berlangsung sempurna. Proses dialisis terjadi dengan mekanisme
difusi pasif karena konsentrasi amonium sulfat di dalam tabung dialisis lebih
tinggi daripada di luar tabung dialisis sehingga amonium sulfat akan keluar dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
tabung dialisis ke dalam beaker glass yang berisi larutan dapar natrium fosfat
5mM pH 7,2. Tabung dialisis bersifat semipermeabel dan mempunyai pori yang
hanya mengeluarkan partikel-partikel kecil yang berukuran kurang dari 15.000-
20.000 Dalton, misalnya partikel amonium sulfat, sedangkan protein yang
merupakan makromolekul akan tersaring dan tetap tertinggal di dalam tabung
dialisis. Pada saat dialisis dilakukan penggantian larutan dapar guna menjaga
perbedaan konsentrasi amonium sulfat yang berada di dalam tabung dialisis dan
yang berada di luar tabung dialisis tetap besar sehingga konsentrasi amonium
sulfat di dalam larutan dapar tidak terlalu jenuh serta mekanisme difusi pasif tetap
terjadi. Proses dialisis dilakukan selama satu malam dan diharapkan amonium
sulfat dapat dikeluarkan semua dari sampel sehingga diperoleh fraksi protein
murni. Penggunaan larutan dapar berfungsi menjaga nilai pH. Nilai pH larutan
dapar dipengaruhi oleh perubahan temperatur. Oleh sebab itu, selama proses
dialisis temperatur tetap dijaga dengan melakukan dialisis di dalam lemari es.
B. Penetapan Konsentrasi Fraksi Protein
Fraksi protein yang telah diperoleh selanjutnya ditetapkan konsentrasinya
secara kolorimetri dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet pada
panjang gelombang 280 nm dan 260 nm. Metode ini digunakan karena protein di
dalam daun mimba mengandung residu asam amino tirosin, triptofan dan
fenilalanin yang strukturnya mempunyai kromofor dan auksokrom sehingga
mampu mengabsorpsi sinar secara maksimal pada panjang gelombang 280 nm.
Penetapan konsentrasi fraksi protein juga dilakukan pada panjang gelombang 260
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
nm sebagai faktor koreksi. Faktor koreksi ini diperlukan untuk mengoreksi adanya
senyawa-senyawa lain yang akan terabsorpsi secara maksimal pada panjang
gelombang 260 nm seperti asam nukleat beserta komponennya dan senyawa-
senyawa yang di dalam strukturnya memiliki cincin purin dan pirimidin.
Perhitungan konsentrasi protein dapat dilihat pada lampiran. Konsentrasi protein
yang diperoleh untuk FP10 adalah 16,40 mg/ml, FP20 adalah 16,15 mg/ml, FP30
adalah 15,94 mg/ml, dan FP40 adalah 9,25 mg/ml.
C. Uji Sitotoksisitas Fraksi Protein
Uji sitotoksisitas dilakukan terhadap kultur sel HeLa. Kultur sel HeLa
diperoleh dari stok kultur sel HeLa yang telah ditumbuhkan terlebih dahulu di
laboratorium hayati Universitas Gadjah Mada. Uji sitotoksisitas menggunakan
metode MTT dilakukan dengan cara menginkubasi kultur sel HeLa konsentrasi
5x104 sel/200 µl media dengan 11 seri konsentrasi untuk masing-masing fraksi
protein daun mimba selama 24 jam pada suhu 37°C. Selanjutnya MTT
ditambahkan ke dalam sumuran berisi sel HeLa dan fraksi protein tersebut,
kemudian diinkubasikan kembali selama 24 jam pada suhu 37°C supaya reaksi
antara sel HeLa dengan MTT dapat tejadi sempurna.
Uji sitotoksisitas dengan metode MTT ini berdasarkan prinsip pemecahan
garam tetrazolium MTT (3-(4,5-dimetil-tiazol-2-il)-2,5-dipheniltetrazolium
bromide) oleh sistem enzim reduktase suksinat tetrazolium yang terdapat di dalam
mitokondria sel membentuk kristal formazan berwarna ungu dan tidak larut. Sel
HeLa yang tetap hidup setelah perlakuan dengan senyawa uji dapat membentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
kristal formazan ungu karena aktivitas metabolisme berlangsung secara aktif
hanya pada sel hidup. Oleh karena itu, garam tetrazolium MTT yang ditambahkan
pada sel hidup akan segera bereaksi dengan cara dipecah oleh enzim reduktase
suksinat tetrazolium membentuk kristal formazan ungu di dalam mitokondria sel
hidup tersebut. Reaksi pembentukan kristal formazan ini dihentikan dengan
menambahkan reagen stopper dan diinkubasikan kembali selama 24 jam pada
suhu 37°C. Reagen stopper yang terdiri dari SDS 1% dalam HCl 0,01 N ini
berfungsi untuk melarutkan kristal formazan sehingga intensitas warna ungu yang
terbentuk dapat dibaca menggunakan ELISA Reader. Alat ELISA Reader ini
mampu mengukur intensitas senyawa pada multiwell.
Pemilihan metode MTT didasarkan pada keakuratan dan kecepatannya di
dalam mengukur absorbansi senyawa yang diukur. Hal ini dikarenakan absorbansi
yang terukur pada ELISA Reader berbanding lurus dengan jumlah sel yang masih
hidup. Penggunaan ELISA Reader ini membutuhkan waktu singkat, dapat
mengurangi subyektivitas peneliti dan mampu mengukur sampel dalam jumlah
banyak. Selain itu, metode MTT ini cukup aman dan sederhana karena tidak
digunakan bahan-bahan berbahaya serta preparasi dan perlakuan terhadap sampel
cukup mudah. Namun demikian, metode MTT ini tidak dapat digunakan untuk
sampel-sampel yang memiliki warna sebab akan mempengaruhi absorbansi yang
terukur pada ELISA Reader.
Senyawa uji yang diperoleh berwarna hijau kecokelatan mempengaruhi
pengukuran absorbansi pada ELISA Reader. Oleh karena itu, dilakukan juga
pengukuran absorbansi senyawa uji sebagai faktor koreksi untuk meminimalkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
gangguan dari warna sampel sehingga akan diperoleh absorbansi yang benar-
benar berasal dari warna sel hidup setelah perlakuan dengan senyawa uji. Selain
senyawa uji, digunakan juga kontrol negatif yang berisi sel, medium dan larutan
dapar natrium fosfat 5mM pH 7,2 supaya dapat diketahui bahwa perlakuan yang
diberikan benar-benar berefek terhadap sel HeLa maupun sel Vero.
ii i
ii
i (a) (b)
Gambar 2. (a) i. Sel HeLa hidup dan ii. Sel HeLa mati tanpa perlakuan. (b) i. Sel Vero hidup dan ii. Sel Vero mati tanpa perlakuan
Sebelum melakukan uji sitotoksisitas menggunakan metode MTT, terlebih
dahulu dilakukan pengamatan morfologi baik terhadap sel HeLa maupun sel
Vero. Sel HeLa hidup berbentuk seperti daun memanjang dan hidup melekat di
dasar flask, sedangkan sel HeLa yang mati berbentuk bulat tidak beraturan dan
mengapung di dalam media. Sel Vero hidup berbentuk lonjong dan hidup melekat
di dalam dasar flask, sedangkan sel Vero yang mati berbentuk bulat dan
mengapung pada media. Perbedaan ciri morfologi antara sel HeLa dengan sel
Vero tersebut tampak pada gambar 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
(a) (b) Gambar 3. (a) i. Sel HeLa hidup dan ii. Sel HeLa mati setelah perlakuan dengan fraksi protein daun mimba. (b) i. Sel Vero hidup dan ii. Sel Vero mati setelah perlakuan dengan fraksi protein daun mimba
Pada gambar 3 menunjukkan setelah perlakuan dengan fraksi protein daun
mimba, jumlah sel HeLa hidup maupun jumlah sel Vero hidup semakin
berkurang. Sebaliknya, jumlah sel HeLa mati maupun jumlah sel Vero yang mati
emakin bartambah banyak. s
(a) (b) Gambar 4. (a) i. Kristal formazan ungu dan ii. Sel HeLa mati setelah perlakuan dengan MTT. (b) i. Kristal formazan ungu dan ii. Sel Vero mati setelah perlakuan dengan MTT
iii
ii i
i
i
ii ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Kristal formazan berwarna ungu terbentuk setelah sel HeLa dan Sel Vero
di dalam media masing-m g diberikan perla uan dengan fraksi protein daun
mimba dan MTT. Pada gambar 4, tampak baik sel HeLa hidup m upun sel Vero
hidup membentuk kristal formazan berwarna ungu, sedangkan sel HeLa yang mati
maupun sel Vero yang mati tidak membentuk kristal formazan ungu. Sel Hela dan
sel Vero yang mati tetap dalam bentuknya semula seperti saat sebelum
itambahkan MTT yaitu bulat atau tidak beraturan dan berwarna kuning.
Sel HeLa dan sel Vero yang telah diberi perlakuan, kontrol dan senyawa
njukkan
bahwa
asin k
a
d
uji yang akan digunakan sebagai faktor koreksi diukur absorbansinya
menggunakan ELISA Reader pada panjang gelombang 550 nm. Absorbansi yang
diperoleh berbanding lurus dengan jumlah sel yang hidup setelah perlakuan. Hasil
percobaan menunjukkan sumuran sel yang diberi perlakuan memiliki intensitas
warna yang lebih rendah daripada sumuran sel kontrol. Hasil percobaan ini
sekaligus menunjukkan bahwa pada sumuran sel perlakuan terdapat lebih banyak
sel yang mati daripada sumuran kontrol. Data absorbansi juga menu
nilai absorbansi perlakuan semakin meningkat sesuai dengan semakin
kecilnya kadar protein yang diberikan. Hal-hal tersebut dapat membuktikan
bahwa fraksi protein daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) mampu
mengakibatkan kematian sel HeLa dan sel Vero.
Data yang diperoleh dari uji sitotoksisitas fraksi protein daun mimba
terhadap kultur sel HeLa dan sel Vero berupa respon kematian masing-masing sel
dalam bentuk prosentase kematian sel. Tabel I berikut menunjukkan prosentase
kematian sel HeLa seteleh diberi senyawa uji FP10, FP20, FP30 dan FP40 daun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
mimba dengan konsentrasi terkecil 0,20 µg/ml dan konsentrasi tertinggi 200
µg/ml pada masing-masing fraksi protein. Gambar 5 menunjukkan grafik antara
prosentase kematian sel HeLa dengan konsentrasi fraksi protein daun mimba.
Tabel I.
Prosentase kematian dari uji sitotoksisitas fraksi protein terhadap sel HeLa
Rata-rata Persen Kematian Sel HeLa ( % ) Konsentrasi fraksi protein daun
mimba (µg/ml) FP FP FP FP10 20 30 40
0,20 52,67 63,19 85,50 57,60 0,39 59,72 70,54 86,70 58,9 20,78 56,13 59,41 85,54 68,26 1,56 58,01 66,89 94,09 78,89 3,13 71,36 69,27 97,10 94,91 6,25 63,28 65,93 90,35 87,47
12,50 62,11 69,36 84,60 79,25 25,00 56,54 74,72 97,55 88,38 50,00 45,16 78,78 105,16 73,32
100,00 114,58 89,70 110,46 90,56 200,00 131,94 74,86 89,48 121,76
Grafik % Kematian Sel HeLa
0
20
40
60
80
100
120
140
0.2 0.39 0 3.13 6.2 25 50 00
Konsentrasi (μg/ml)
% K
emat
ian
.78 1.56 5 12.5 100 2
FP10FP20FP30FP40
Gambar 5. Grafik prosentase kematian sel HeLa vs konsentrasi fraksi protein daun mimba (µg/ml).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Berdasarkan tabel I dan gambar 5 grafik prosentase kematian sel HeLa
yang telah diberi perlakuan dengan masing-masing fraksi protein pada 11 seri
konsentrasi menunjukkan bahwa fraksi protein daun mimba memiliki
sitotoksisitas yang besar terhadap kultur sel HeLa. Pada perlakuan dengan FP10
dan FP40, grafik cenderung mengalami kenaikan, sedangkan perlakuan dengan
FP20 dan FP30, grafik cenderung menurun meskipun nilai prosentase kematian
fluktuatif yang berarti peningkatan konsentrasi fraksi protein tidak selalu diikuti
oleh peningkatan prosentase kematian sel HeLa. Nilai yang fluktuatif ini
nyebabkan tidak dapat ditarik suatu korelasi hubungan antara prosentase
sel HeLa dan konsentrasi fraksi protein. Hal ini terjadi karena kematian
alami sel HeLa sebagai subjek uji yang merupakan variabel pengacau tak
Pada penelitian yang dilakukan oleh Suwanto (2006) memberikan hasil
sebagai antikanker. Namun respon uji % kematian yang diperoleh juga fluktuatif
sehingga perlu dilakukan ekstrapolasi untuk mengetahui nilai LC .
membunuh 50% dari populasi sel. Analisis regresi probit dilakukan untuk
nilai LC FP sebesar 1,5.107 µg/ml yang menunjukkan bahwa FP daun mimba
tidak mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi senyawa antikanker sebab
l. Pada perlakuan terhadap sel
HeLa nilai LC50 untuk FP20 sebesar 6.10-3 µg/ml; FP30 sebesar 3,7.10-13 µg/ml dan
me
kematian
terkendali yang dapat mempengaruhi hasil uji.
bahwa fraksi protein daun mimba 30% dan 60% berpotensi untuk dikembangkan
50
Nilai LC50 merupakan konsentrasi fraksi protein daun mimba yang mampu
mengetahui nilai LC50 dari tiap fraksi protein. Pada perlakuan terhadap sel HeLa
50 10 10
nilai LC50 yang diperoleh lebih besar dari 20 µg/m
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
FP40 se
LC50 sebesar
1,0 µg/
sar 37,8%.
besar 1,8.10-2 µg/ml yang berarti lebih kecil dari 20 µg/ml. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa FP20, FP30 dan FP40 mempunyai potensi untuk
dikembangkan menjadi senyawa antikanker.
Penelitian sebelumnya (Suwanto, 2006) memperoleh nilai
ml untuk fraksi protein 30% dan 4,1 µg/ml untuk fraksi protein 60%. Hasil
tersebut berbeda dengan LC50 yang diperoleh pada penelitian ini terutama pada
fraksi protein 30% (FP30) yaitu 3,7.10-13 µg/ml. Hal ini diduga disebabkan
kandungan protein dalam FP30 pada penelitian ini berbeda dengan protein yang
ada di dalam fraksi protein 30% pada penelitian sebelumnya (Suwanto, 2006).
Berdasarkan nilai r square, maka dapat dinyatakan bahwa FP10 daun
mimba mempengaruhi respon kematian sel HeLa sebesar 1,8%, FP20 mimba
mempengaruhi respon kematian sel HeLa sebesar 53,1%, FP30 mimba
mempengaruhi respon kematian sel HeLa sebesar 9,2% dan FP40 mimba
mempengaruhi respon kematian sel HeLa sebe
Tabel II. Prosentase kematian dari uji sitotoksisitas fraksi protein terhadap sel Vero
Rata-rata Persen Kematian Sel Vero ( % ) Konsentrasi fraksi protein daun
mimba (µg/ml) FP FP FP FP10 20 30 40
0,20 66,88 93,45 63,66 82,75 0,39 64,9 85,33 68,93 79,64 60,78 56,89 77,10 67,71 85,06 1,56 71,44 79,35 69,34 75,84 3,13 63,82 80,01 76,81 77,03 6,25 66,04 73,63 82,06 70,0 7
12,50 75,06 69,91 78,38 66,81 25,00 60,73 67,59 85,49 79,22 50,00 73,62 65,56 90,60 85,14
100,00 70,65 70,43 79,88 73,39 200,00 84,79 75,13 89,50 74,41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Grafik % Kematian Sel Vero
0
20
40
% K
ema 60ia
n
80
100
0.2 0.39 0.7 3.13 6.25 5 50 0
sentrasi )
t
FP10FP20FP30FP40
8 1.56 12.5 2 100 20
Kon (μg/ml
Gambar 6 k prosentase an sel V onsentra protein imba (µg/ml).
Berdasarkan tabel II dan gambar 6 gr ik pros kematian
yang telah diberi perlakuan dengan masing-masing fraksi protein pada 11 seri
konsentrasi menunjukkan bahwa fraksi protein daun mimba memiliki
sitotoksisitas terhadap kultur sel Vero. Pada perlakuan dengan FP10 dan FP30,
grafik cenderung mengalami kenaikan, sedangkan perlakuan dengan FP20 dan
FP40, grafik cenderung menurun meskipun nilai prosentase kematian fluktuatif
yang berarti peningkatan konsentrasi fraksi protein tidak selalu diikuti oleh
peningkatan prosentase kematian sel Vero. Nilai yang fluktuatif ini menyebabkan
tidak dapat ditarik suatu korelasi hubungan antara prosentase kematian sel Vero
konsentrasi fraksi protein. Hal ini terjadi karena kematian alami sel Vero
mempengaruhi hasil uji.
. Grafi kemati ero vs k si fraksi daun m
af entase sel Vero
dan
sebagai subjek uji yang merupakan variabel pengacau tak terkendali yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Respon uji % kematian sel Vero yang diperoleh juga fluktuatif sehingga
perlu dilakukan ekstrapolasi untuk mengetahui nilai LC50. Analisis regresi probit
dilakukan untuk mengetahui nilai LC50 dari tiap fraksi protein. Pada perlakuan
terhadap sel Vero nilai LC50 FP20 sebesar 1,2.104 µg/ml dan FP40 sebesar 2,3.1011
µg/ml yang menunjukkan bahwa FP20 dan FP40 daun mimba mempunyai potensi
untuk dikembangkan menjadi senyawa antikanker sebab nilai LC50 yang diperoleh
> 20 µg/ml dan lebih besar dari nilai LC50 FP20 dan FP40 daun mimba terhadap sel
HeLa. Pada perlakuan terhadap sel Vero nilai LC50 untuk FP10 sebesar 1,2.10-3
µg/ml dan FP30 sebesar 1,2.10-2 µg/ml yang berarti < 20 µg/ml. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa FP10 dan FP30 tidak mempunyai potensi untuk
dikembangkan menjadi senyawa antikanker karena LC50 FP10 terhadap sel Vero <
20 µg/ml dan lebih kecil dari LC50 FP10 terhadap sel HeLa yang berarti FP10 daun
mimba lebih toksik terhadap sel Vero (sel normal) dibandingkan sel HeLa,
seddangkan LC50 FP30 terhadap sel Vero lebih besar dibandingkan sel HeLa tetapi
nilai LC50 FP30 pada sel Vero < 20 µg/ml.
Berdasarkan nilai r square, maka dapat dinyatakan bahwa FP10 daun
mimba mempengaruhi respon kematian sel Vero sebesar 37,3%, FP20 mimba
mempengaruhi respon kematian sel Vero sebesar 62%, FP30 mimba
mempengaruhi respon kematian sel Vero sebesar 79,6% dan FP40 mimba
mempengaruhi respon kematian sel Vero sebesar 12,5%.
Bila hasil prosentase kematian sel HeLa pada tabel I dibandingkan dengan
sel Vero pada tabel II maka prosentase kematian sel Vero setelah perlakuan
dengan fraksi protein daun mimba cenderung lebih besar daripada sel HeLa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
seperti pada FP10 dengan konsentrasi terkecil yaitu 0,2 μg/ml mampu membunuh
sel Vero 66,88%; sedangkan terhadap sel HeLa mampu membunuh sebanyak
52,67%. Selain itu, nilai LC50 yang telah diketahui melalui analisis probit
kemudian dihitung secara statistik untuk menentukan distribusi dari masing-
masing
njukkan bahwa p > 0,05
pada se
kelompok uji. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa setiap fraksi
memiliki distribusi normal dalam setiap perlakuan sebab nilai p > 0,05. Oleh
karena itu, dapat dilanjutkan analisis menggunakan uji t-independent sample
untuk membandingkan sitotoksisitas fraksi protein terhadap sel HeLa dengan sel
Vero secara statistik. Hasil uji t-independent sample menu
tiap fraksi. Hal ini berarti sitotoksisitas masing-masing fraksi protein daun
mimba terhadap sel HeLa berbeda tidak bermakna dengan sitotoksisitasnya
terhadap sel Vero.
Berdasarkan analisis hasil yang telah dilakukan maka fraksi protein daun
mimba FP10, FP20, FP30 dan FP40 mempunyai kemampuan yang sama dalam hal
menginduksi kematian sel kanker (sel HeLa) dan sel normal (sel Vero) sehingga
tidak memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai antikanker.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ternyata sama dengan penelitian
serupa yang juga telah dilakukan yaitu, penelitian sitotoksisitas fraksi protein
daun mimba FP10, FP20, FP30 dan FP40 terhadap sel myeloma (Purnamasari, 2007)
yang menyatakan bahwa FP10, FP20, FP30 dan FP40 daun mimba tidak berpotensi
untuk dikembangkan sebagai antikanker. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada
penelitian sitotoksisitas fraksi protein FP30, FP40, FP50 dan FP60 terhadap sel HeLa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
(Puspitaningrum, 2007), begitu pula hasil penelitian serupa terhadap sel myeloma
(Saptawati, 2007)
Namun hasil yang berbeda ditunjukkan pada penelitian sitotoksisitas fraksi
protein FP10, FP20, FP30 dan FP40 terhadap kultur sel Raji (Lahrita, 2006) yang
menyatakan bahwa FP20 daun mimba berpotensi untuk dikembangkan sebagai
antikanker dengan LC50 terhadap sel Raji 2,4.10-11 μg/ml dan LC50 terhadap sel
Vero 1
hadap sel Vero 4,85 x 10-2 μg/ml, begitu pula hasil penelitian
serupa
,1.104 μg/ml, juga pada penelitian serupa terhadap sel SiHa (Harsono,
2007) yang menyatakan bahwa FP20 daun mimba berpotensi untuk dikembangkan
sebagai antikanker dengan LC50 terhadap sel SiHa 0,48 μg/ml dan LC50 terhadap
sel Vero 11,4.103 μg/ml. Hasil berbeda juga ditunjukkan pada pada penelitian
sitotoksisitas fraksi protein FP30, FP40, FP50 dan FP60 terhadap kultur sel Raji
(Jenny, 2007) yang menyatakan bahwa FP60 daun mimba berpotensi untuk
dikembangkan sebagai antikanker dengan LC50 terhadap sel Raji 9,71 x 10-3
μg/ml dan LC50 ter
terhadap sel SiHa (Mellina, 2007) yang menyatakan bahwa FP40 daun
mimba berpotensi untuk dikembangkan sebagai antikanker dengan LC50 terhadap
sel SiHa 0,45 μg/ml dan LC50 terhadap sel Vero > 1 g/ml.
Apabila dibandingkan dengan penelitian Suwanto (2006) yang meneliti
mengenai fraksi protein daun mimba 30%, 60% dan 100% dengan kesimpulan
bahwa fraksi 30% dan 60% berpotensi untuk dikembangkan sebagai antikanker
maka pada penelitian kali ini diketahui bahwa FP10, FP20, FP30 dan FP40 daun
mimba terutama FP30 tidak berpotensi untuk dikembangkan sebagai antikanker.
Nilai LC50 dari FP30 pada sel HeLa < 20 µg/ml tetapi LC50 FP30 pada sel Vero
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
juga < 20 µg/ml sehingga FP30 memiliki kemampuan yang sama dalam
menginduksi kematian sel HeLa dan sel Vero. Suatu senyawa dapat digunakan
sebagai antikanker bila memiliki LC50 ≤ 20 µg/ml (Suffness and Pezzuto, 1991).
Selain itu, senyawa tersebut harus selektif yaitu mampu menekan atau membunuh
sel kanker tanpa merusak sel normal tubuh.
Suatu penelitian mengenai efek antihepatotoksik rebusan daun mimba
(Azadir
secara hati-hati pada pengobatan
kanker
achta indica A. Juss.) pada mencit jantan dengan metode pengukuran
waktu tidur heksobarbital (Murdiana, 2000) menyimpulkan bahwa rebusan daun
mimba pada kisaran dosis 18,2-72,8 mg/kg berat badan mempunyai efek
antihepatotoksik terhadap induksi karbon tetraklorida. Diduga rebusan daun
mimba mengandung asam amino penyusun protein, sedangkan protein adalah
bahan penyusun enzim sehingga rebusan daun mimba mampu menggantikan
enzim-enzim yang terlepas oleh induksi karbon tetraklorida dan asam amino yang
berasal dari rebusan daun mimba dapat memperbaiki fungsi hati terutama Multi
Function Oxidase (MFO) dan sitokrom P-450. Jika dibandingkan dengan
penelitian tersebut, maka fraksi protein daun mimba FP10, FP20, FP30 dan FP40
dalam penelitian ini sebaiknya digunakan
. Namun, bila digunakan untuk pengobatan yang lain seperti
hepatoprotektor berdasarkan beberapa penelitian salah satunya yang dilakukan
oleh Murdiana (2000) maka daun mimba dapat digunakan sebagai
hepatoprotektor.
Penelitian ini menggunakan waktu 24 jam untuk inkubasi sel HeLa
maupun sel Vero dengan fraksi protein dan MTT. Apabila enzim mitokondria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
masih berfungsi meskipun sel sudah mati maka MTT akan tetap tereduksi oleh
enzim tersebut membentuk kristal formazan ungu. Oleh sebab itu, terdapat dugaan
bahwa lama waktu inkubasi turut mempengaruhi hasil penelitian.
Jenis protein yang bersifat sitotoksik di dalam daun mimba ini maupun
mekanisme aktivitas sitotoksiknya terhadap sel HeLa dan sel Vero belum dapat
ditentukan secara pasti. Namun demikian, berdasarkan cara isolasi protein yang
dilarutkan ke dalam larutan dapar mengandung garam, maka diduga protein yang
memiliki aktivitas sitotoksik adalah protein yang dapat larut dalam pelarut
tersebut yaitu protein albumin, globulin, atau histon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
. Fraksi protein daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) FP10, FP20, FP30 dan
FP40 memiliki sitotoksisitas terhadap kultur sel HeLa dan sel Vero.
. Nilai LC50 fraksi protein daun mimba terhadap sel HeLa untuk FP10 sebesar
1,5.107 µg/ml; FP20 sebesar 6.10-3 µg/ml; FP30 sebesar 3,7.10-13 µg/ml dan
FP40 sebesar 1,8.10-2 µg/ml, sedangkan nilai LC50 fraksi protein daun mimba
terhadap sel Vero FP10 sebesar 1,2.10-3 µg/ml; FP20 sebesar 1,2.104 l;
FP30 sebesar 1,2.10-2 µg/ml dan FP40 sebesar 2,3.1011 µg/ml.
. Fraksi protein daun mimba FP10, FP20, FP30 dan FP40 tidak berpotensi untuk
dikembangkan sebagai antikanke
B.
1. Perlu dilakukan penelitian yan aktu inkubasi sel dan fraksi
2. ba yang
1
2
µg/m
3
r.
Saran
g sama dengan w
protein lebih dari 24 jam.
Perlu dilakukan penelitian mengenai jenis-jenis protein daun mim
memiliki mekanisme sitotoksisitas terhadap sel HeLa dan mekanisme
perlindungan terhadap sel normal.
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
DAFTAR PUSTAKA
onim, 2005a, Neem, An dia.thefreedictionary.com/Neemhttp://encyclope . Diakses
pada 27 Januari 2006
Anonim, 2005b, Cancer, http://encyclopedia.thefreedictionary.com/
Cancer. Diakses pada 27 Januari 2006
Concentration,http://sbio.uct.ac.za/Sbio/documentation/Protein%20Conce
Anonim, 2006a, Methods for Concentrating Protein Solutions, Protein
ntration.html. Diakses 9 Oktober 2006
line),http://www.olympusmicro.com/primer/techniques/fluorescence/gallerAnonim, 2006b, Normal African Green Monkey Kidney Epithelial Cells (Vero
y/cells/vero/verocells.html, Diakses pada 5 Febuari 2006
onim, 2007a, Cervical Cancer, An p://en.wikipedia.org/wiki/Cervical_cancerhtt ,
Diakses pada 6 Februari 2007 Anonim, 2007b, HeLa, http://en.wikipedia.org/wiki/HeLa, Diakses pada 6
Februari 2007 Ariyani, 2004, Sitotoksisitas Fraksi Protein Daun Mimba (Azadirachta indica A.
Juss.) Terhadap Kultur Sel Raji, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogy
,
andra ba (Azadirachta indica A.
u
akarta Backer, C.A. dan Bakhuizen Van Den Brink, R.C., 1963, Flora of Java, Vol I, 3-
12, N.V.P. Noordhoof, Gronin , The Netherlands gen Backer, C.A. dan Bakhuizen Van Den Brink, R.C., 1965, Flora of Java, Vol II,
116-117, 121, N.V.P. Noordhoof, Groningen, The Netherlands Barile, F.A., 1997, Invitro: Methods in Pharmaceutical Research, 2-3 34-43,
Academic Press, Valencia, Spanyol
, 2006, Sitotoksisitas Fraksi Protein Daun MimCJuss.) Hasil Pengendapan dengan Amonium Sulfat 30%, 60% dan 100% Jenuh Terhadap Kultur Sel SiHa, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Cassaret, J.M. and Doull, J., 2001, Toxicology, The Basic Science of Poison, 27,
MacMilan Publishing, Co.Inc., New York Dasgupta, A., 1992, Modern Immunology: Basic, Clinical, Laboratory, Jaypee
Brothers Medical P blisher Ltd., New Delhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Febriani, A.C., 2004, Sitotoksisitas Fraksi Protein Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss.) Terhadap Kultur Sel HeLa, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
K
Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta
Gennar
onium Sulfat 30%, 60% dan 100% Jenuh Terhadap Kultur Sel Myeloma, Skripsi, Fakultas Farmasi
arsono, V.K., 2007, Sitotoksisitas Fraksi Protein Daun Mimba (Azadirachta
artono, A., 1999, Terapi Nutrisi dan Herbal untuk Kanker,
Fenty, 2000, Kanker Leher Rahim, dalam Yuswanto, Ag. dan Sinaradi, F.,
anker, 1-13, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Freshney, R.I., 1986, Culture of Animal Cell: a Manual of Basic Technique,
second (2nd) Ed, 3-10, 183-197, Liss. Inc, New York Ganiswarna, S.G. dan Nafrialdi, 1995, Antikanker dan Imunosupresan, 686-701,
dalam Ganiswarna, S.G., (Ed),
o, A.R., 2000, Remington: The Science and Practice of Pharmacy, 20th edition, 757-762, Philadelphia College of Pharmacy and Science, Philadelphia
Hariadi A., 2006, Sitotoksisitas Fraksi Protein Daun Mimba (Azadirachta indica
A. Juss.) Hasil Pengendapan dengan Am
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Hindica A. Juss.) FP10, FP20, FP30 dan FP40 Terhadap Kultur Sel SiHa, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Hhttp://www.indomedia.com/intisari/1999/oktober/b1_terapi.htm. Diakses pada 27 Februari 2006
Hutapea, J., 1993, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, 67-68, Badan Litbang
Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
ational-
Ichim, C.V., 2005, Revisiting immunosurveillance and immunostimulation:
Implications For Cancer Immunotherapy, Volume 3, 1-14, Journal Of Translational Medicine, http://www.translmedicine.com/content/3/1/8, Diakses pada 27 Maret 2007
JacobyAcademia Press Inc, New York
, W.B. and Pastan, I.H., 1979, Methods in Enzymology Cell Culture, Volume VIII,
Jenny, 2007, Sitotoksisitas Fraksi Protein Daun Mimba (Azadirachta indica A.
Juss.) FP30, FP40, FP50 dan FP60 Terhadap Kultur Sel Raji, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Kardinan, A. dan Taryono, 2003, Tanaman Obat Penggempur Kanker, 22-29, PT
Kuswib adi, F.,
Kanker, 29-35, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
LahritaP30 dan FP40 Terhadap Kultur Sel Raji, Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Lusia, ba (Azadirachta indica A. Juss.) Terhadap Kultur Sel HeLa, Skripsi, Fakultas Farmasi
Mellina
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Meyer, .B., Nochols, D.E., and Mc Laughlin, J.L., 1982, Brine Shrimp: A Convenient General Bioassay for
Moran, . and Rawn, J.D., 1994,
Biochemistry, 2 ed, 4.18, 5.1-5.3, Neil Patterson Publisher/Prentice Hall
ulyadi, 1996, Kanker: Karsinogen, Karsinogenesis dan Antikanker, 93-98,
urdiana, H.E., 2000, Efek Antihepatotoksik Rebusan Daun Mimba (Azadirachta
urnamasari, A., 2007, Sitotoksisitas Fraksi Protein Daun Mimba (Azadirachta
uspitaningrum, L.E., 2007, Sitotoksisitas Fraksi Protein Daun Mimba
Agromedia Pustaka, Jakarta
awati, L., 2000, Apa itu Kanker?, dalam Yuswanto, Ag. dan Sinar
, L., 2007, Sitotoksisitas Fraksi Protein Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss.) FP10, FP20, F
S.W.K., 2004, Sitotoksisitas Fraksi Protein Daun Mim
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
, B., 2007, Sitotoksisitas Fraksi Protein Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss.) FP30, FP40, FP50 dan FP60 Terhadap Kultur Sel SiHa,
B.N., Ferrigni, N.R., Putnam, J.E., Jacobsen, L
Active Plant Concenient, Volume 45, 32-34, Planta Medica
L.A., Scrimgeur, K.G., Horton, H.R., Ochs, R.Snd
Inc., London
MTiara Wacana, Yogyakarta
Mindica A. Juss.) Pada Mencit Jantan dengan Metode Pengukuran Waktu Tidur Heksobarbital, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Murray, R.F., Granner, D.K., Mayes, P.A. and Rodwell, V.W., 1995, Biokimia
Harper, ed 22, 47, 52, 53, alih bahasa: Hartono, A., EGC, Jakarta
Pindica A. Juss.) FP10, FP20, FP30 dan FP40 Terhadap Kultur Sel Myeloma, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
P(Azadirachta indica A. Juss.) FP30, FP40, FP50 dan FP60 Terhadap Kultur Sel HeLa, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M. and Moore, P.K., 2003, Pharmacology, fifth (5th) Ed, 693-696, Elsevier Science, London, UK
ichterich, R. and Colombo, J.P., 1981, Clinical Chemistry: Theory, Practice,
obbyono, 2006, Sitotoksisitas Fraksi Protein Daun Mimba (Azadirachta indica
obinson, T., 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, 245-254, Penerbit
akidja, M.S., 1989, Kimia Pangan, 204, Departemen Pendidikan dan
Sambro ratory
Manual, 2 Edition, Coldspring Harbor Laboratory Press
Saptaw
ltas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
ademic Press, London
Sukras
uwanto, N.B., 2006, Sitotoksisitas Fraksi Protein Daun Mimba (Azadirachta
h Terhadap Kultur Sel HeLa, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Widiya ’-Hidroksi-3’-metoksifenil)-1-(4”-metoksifenil)prop-2-en-1-on dan Calkon Terhadap Sel
Rand Interpretation, 408, John Wiley & Sons, Ltd, New York, USA
RA. Juss.) Hasil Pengendapan dengan Amonium Sulfat 30%, 60% dan 100% Jenuh Terhadap Kultur Sel Raji, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
RITB, Bandung
SKebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta
ok, Fritsch, E.F. and Maniatis, T., 1989, Molecular Cloning: A Labond
ati, A.Y.E., 2007, Sitotoksisitas Fraksi Protein Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss.) FP30, FP40, FP50 dan FP60 Terhadap Kultur Sel Myeloma, Skripsi, Faku
Schwartz, B.D., 1991, Immunology, 218, The UpJohn Company, Kalamazoo,
Michigan Suffness, M. and Pezzuto, J.M., 1991, Assays Related to Cancer Drug Discovery,
Methods in Plant Biochemistry: Assay for Bioactivity, Vol. 6, Ac
no, 2003, Mimba: Tanaman Obat Multifungsi, 1-10, 20-30, PT Agromedia Pustaka, Jakarta
Sindica A. Juss.) Hasil Pengendapan dengan Amonium Sulfat 30%, 60% dan 100% Jenu
ni, L.R., 2005, Uji Sitotoksisitas Senyawa (2E)-3 (4
HeLa dan Sel Vero, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jumlah penambahan amonium sulfat pada derajat kejenuhan tertentu Tabel III. Volume larutan ekstrak gubal protein daun mimba
Fraksi Protein Volume Ekstrak (ml) FP10 515 FP20 500 FP30 500 FP40 500
Pada kondisi percobaan tertentu yaitu percobaan pada suhu 4°C maka jumlah amonium sulfat yang ditambahkan dihitung menggunakan rumus:
G = 0,3.S1)-(100
S1)-533(S2
G = Jumlah amonium sulfat yang ditambahkan per 1 liter larutan (g) S1 = derajat kejenuhan awal S2 = derajat kejenuhan akhir
(Anonim, 2006a) a. Jumlah amonium sulfat yang ditambahkan untuk mencapai derajat kejenuhan
10% dari kejenuhan total
G = 0,3.0)-(100
0)-533(10
= 53,30 g dalam 1 liter
G = ml 1000ml 515 x 53,30 g
= 27,45 g dalam 515 ml
Jumlah amonium sulfat yang ditambahkan untuk mencapai kejenuhan 10% (FP10) = 27,45 g b. Jumlah amonium sulfat yang ditambahkan untuk mencapai derajat kejenuhan
20% dari kejenuhan total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
G = 0,3.10)-(100
10)-533(20
= 54,95 g dalam 1 liter
G = ml 1000ml 500 x 54,95 g
= 27,47 g dalam 500 ml Jumlah amonium sulfat yang ditambahkan untuk mencapai kejenuhan 20% (FP20) = 27,47 g c. Jumlah amonium sulfat yang ditambahkan untuk mencapai derajat kejenuhan
30% dari kejenuhan total
G = 0,3.20)-(100
20)-533(30
= 56,70 g dalam 1 liter
G = ml 1000ml 500 x 56,70 g
= 28,35 g dalam 500 ml Jumlah ammonium sulfat yang ditambahkan untuk mencapai kejenuhan 30% (FP30) = 28,35 g d. Jumlah amonium sulfat yang ditambahkan untuk mencapai derajat kejenuhan
40% dari kejenuhan total
G = 0,3.30)-(100
30)-533(40
= 58,57 g dalam 1 liter
G = ml 1000ml 500 x 58,57 g
= 29,28 g dalam 500 ml Jumlah ammonium sulfat yang ditambahkan untuk mencapai kejenuhan 40% (FP40) = 29,28 g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 2. Perhitungan konsentrasi protein Perhitungan menurut Layne:
Concentration = [1.55E(280)] – [0.76E(260)] mg ml-1
(Layne cit., Richterich and Colombo, 1981)
Tabel IV. Absorbansi fraksi protein pada panjang gelombang 280 nm dan 260 nm Fraksi protein daun
mimba Absorbansi pada λ 280
nm Absorbansi pada λ 260
nm FP10 0,197 0,186 FP20 0,191 0,177 FP30 0,223 0,245 FP40 0,195 0,276
Faktor pengenceran = 100 kali
a. Konsentrasi FP10 = (1,55 x 0,197) - (0,76 x 0,186)
= 0,16399 mg/ml x 100
= 16,399 mg/ml
b.Konsentrasi FP20 = (1,55 x 0,191) - (0,76 x 0,177)
= 0,16153 mg/ml x 100
= 16,153 mg/ml
c. Konsentrasi FP30 = (1,55 x 0,223) - (0,76 x 0,245)
= 0,15945 mg/ml x 100
= 15,945 mg/ml
d. Konsentrasi FP40 = (1,55 x 0,195) - (0,76 x 0,276)
= 0,09249 mg/ml x 100
= 9,249 mg/ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lampiran 3. Absorbansi sel dengan metode MTT
A. Sitotoksisitas fraksi protein daun mimba terhadap sel HeLa
Tabel V. Hasil uji sitotoksik fraksi protein daun mimba FP10 terhadap kultur sel HeLa
Absorbansi
Konsentrasi fraksi protein
(µg/ml) 0.2 0.39 0.78 1.56 3.13 6.25 12.5 25 50 100 200 Kontrol
I 1.033 1.104 1.108 1.016 0.863 0.98 0.831 1.008 0.797 0.819 0.669 0.869
II 0.944 0.844 0.882 0.829 0.855 0.902 0.841 0.871 1.681 0.822 0.7 0.841
III 0.957 0.642 0.879 0.823 0.778 0.792 0.791 0.85 0.785 0.664 0.681 0.919
IV 1.095 1.08 1.042 1.013 0.843 0.865 0.9 0.821 0.817 0.806 0.675 0.939
Perlakuan
V 0.854 0.88 0.856 0.876 0.886 0.837 0.844 0.875 0.815 0.758 0.678 0.942
Rata-rata 0.977 0.91 0.953 0.911 0.845 0.875 0.841 0.885 0.979 0.774 0.681 0.902
I 0.521 0.521 0.53 0.504 0.513 0.497 0.451 0.477 0.45 0.442 0.525
II 0.541 0.526 0.545 0.539 0.548 0.542 0.486 0.471 0.468 0.467 0.503 Perlakuan tanpa sel
III 0.587 0.593 0.598 0.555 0.699 0.593 0.562 0.531 0.535 1.807 1.878
Rata-rata 0.550 0.547 0.558 0.533 0.587 0.544 0.500 0.493 0.484 0.905 0.969
Tabel VI. Hasil uji sitotoksik fraksi protein daun mimba FP20 terhadap kultur sel HeLa
Absorbansi
Konsentrasi fraksi protein
(µg/ml) 0.2 0.39 0.78 1.56 3.13 6.25 12.5 25 50 100 200 Kontrol
I 0.951 0.973 0.992 0.937 0.931 0.921 0.901 0.83 0.763 0.663 0.622 0.986
II 1.064 0.981 0.94 1.048 0.916 0.929 0.903 0.839 0.767 0.705 0.596 1.001
III 1.184 0.799 1.163 0.879 0.916 0.958 0.88 0.827 0.77 0.688 1.818 0.993
IV 0.969 0.947 0.939 0.909 0.896 0.871 0.861 0.817 0.705 0.584 0.529 0.998
Perlakuan
V 0.984 0.941 0.938 0.935 0.927 0.905 0.865 0.818 0.714 0.573 0.474 1.004
Rata-rata 1.030 0.928 0.994 0.942 0.917 0.917 0.882 0.826 0.744 0.643 0.808 0.996
I 0.605 0.61 0.577 0.611 0.578 0.557 0.542 0.506 0.501 0.528 0.549
II 0.725 0.638 0.524 0.562 0.599 0.531 0.572 0.644 0.542 0.533 0.57 Perlakuan tanpa sel
III 0.661 0.656 0.669 0.662 0.656 0.644 0.616 0.573 0.554 0.559 0.553
Rata-rata 0.664 0.635 0.59 0.612 0.611 0.577 0.577 0.574 0.532 0.54 0.557
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tabel VII. Hasil uji sitotoksik fraksi protein daun mimba FP30 terhadap kultur sel HeLa
Absorbansi
Konsentrasi fraksi protein
(µg/ml) 0.2 0.39 0.78 1.56 3.13 6.25 12.5 25 50 100 200 Kontrol
I 0.776 0.755 0.822 0.776 0.772 0.755 0.743 0.75 0.805 0.747 0.657 0.825
II 0.743 0.745 0.774 0.775 0.797 0.83 0.82 0.826 0.796 0.71 1.684 0.779
III 0.782 0.731 0.731 0.796 0.766 0.743 0.903 0.886 0.907 0.686 0.978 0.976
IV 0.773 0.728 0.711 0.746 0.764 0.76 0.731 0.723 0.702 0.733 1.813 0.953
Perlakuan
V 0.729 0.69 0.705 0.755 0.731 0.73 0.72 0.707 0.693 0.694 0.667 0.832
Rata-rata 0.761 0.73 0.749 0.77 0.766 0.764 0.783 0.778 0.781 0.714 1.16 0.873
I 0.558 0.568 0.552 0.512 0.637 0.569 0.639 0.952 1.146 1.183 0.957
II 0.603 0.598 0.616 0.645 0.67 0.697 0.538 0.594 0.711 0.647 1.689 Perlakuan tanpa sel
III 0.741 0.675 0.699 0.997 0.915 0.772 0.77 0.725 0.62 0.586 0.558
Rata-rata 0.634 0.614 0.622 0.718 0.741 0.679 0.649 0.757 0.826 0.805 1.068
Tabel VIII. Hasil uji sitotoksik fraksi protein daun mimba FP40 terhadap kultur sel HeLa
Absorbansi
Konsentrasi fraksi protein
(µg/ml) 0.2 0.39 0.78 1.56 3.13 6.25 12.5 25 50 100 200 Kontrol
I 1.116 0.988 1.073 1.021 0.824 0.827 0.792 0.813 0.733 0.662 0.529 0.878
II 0.855 0.873 0.832 0.848 0.817 0.821 0.794 0.797 0.691 0.596 0.392 0.878
III 0.882 0.804 0.831 0.767 0.905 0.774 1.003 0.921 0.751 0.592 0.352 0.914
IV 0.947 1.044 0.823 0.719 0.553 0.642 0.859 0.745 0.803 0.736 0.419 0.892
Perlakuan
V 1.029 1.075 0.761 0.782 0.834 0.921 0.845 0.787 0.707 0.639 0.352 0.854
Rata-rata 0.966 0.957 0.864 0.827 0.787 0.797 0.859 0.813 0.737 0.645 0.409 0.883
I 0.57 0.56 0.579 0.699 0.788 0.875 0.577 0.778 0.464 0.566 0.522
II 0.552 0.573 0.557 0.583 0.564 0.502 0.519 0.531 0.521 0.497 0.648 Perlakuan tanpa sel
III 0.652 0.649 0.615 0.641 0.873 0.682 0.93 0.821 0.519 0.622 0.633
Rata-rata 0.591 0.594 0.584 0.641 0.742 0.686 0.675 0.71 0.501 0.562 0.601
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
B. Sitotoksisitas fraksi protein daun mimba terhadap sel Vero Tabel IX. Hasil uji sitotoksik fraksi protein daun mimba FP10 terhadap kultur sel Vero
Absorbansi
Konsentrasi fraksi protein
(µg/ml) 0.2 0.39 0.78 1.56 3.13 6.25 12.5 25 50 100 200 Kontrol
I 0.893 0.842 1.14 1.149 1.175 0.869 0.905 0.895 0.873 0.79 0.699 0.872
II 0.867 0.858 0.857 0.88 0.889 0.883 0.898 0.849 0.869 0.853 0.659 0.918
III 0.879 0.861 0.781 0.849 0.884 0.803 0.88 0.869 0.844 0.806 0.738 0.853
IV 1.165 1.117 0.99 0.819 0.919 0.875 0.877 0.896 0.852 0.827 0.716 1.05
Perlakuan
V 0.873 0.871 0.782 0.852 0.906 0.874 0.879 0.871 0.844 0.846 0.768 0.908
Rata-rata 0.935 0.91 0.91 0.91 0.955 0.861 0.888 0.876 0.856 0.824 0.716 0.920
I 0.608 0.594 0.617 0.633 0.613 0.643 0.666 0.545 0.722 0.6 0.594
II 0.642 0.602 0.393 0.678 0.648 0.641 0.657 0.606 0.591 0.575 0.508 Perlakuan tanpa sel
III 0.642 0.566 0.53 0.63 0.604 0.361 0.652 0.393 0.528 0.488 0.626
Rata-rata 0.631 0.587 0.513 0.647 0.622 0.548 0.658 0.515 0.614 0.554 0.576
Tabel X. Hasil uji sitotoksik fraksi protein daun mimba FP20 terhadap kultur sel Vero
Absorbansi
Konsentrasi fraksi protein (µg/ml) 0.2 0.39 0.78 1.56 3.13 6.25 12.5 25 50 100 200 Kontrol
I 0.879 0.892 0.866 0.862 0.89 0.934 0.857 0.884 0.853 0.844 0.769 0.904
II 0.9 0.819 0.901 0.876 0.903 0.932 0.868 0.88 0.88 0.828 0.818 0.852
III 0.931 0.886 0.776 0.89 0.916 0.848 1.093 1.102 1.151 0.966 0.932 0.924
IV 0.889 0.88 0.851 0.845 0.855 0.91 0.841 1.012 0.829 0.854 0.818 1.122
Perlakuan
V 0.891 0.921 0.886 0.803 0.904 0.841 0.818 0.866 0.841 0.855 0.825 0.957
Rata-rata 0.898 0.88 0.856 0.855 0.894 0.893 0.895 0.949 0.911 0.869 0.832 0.952
I 0.844 0.87 0.615 0.633 0.737 0.639 0.598 0.666 0.556 0.555 0.586
II 0.939 0.685 0.619 0.621 0.676 0.593 0.601 0.631 0.61 0.564 0.59 Perlakuan tanpa sel
III 0.724 0.665 0.68 0.722 0.697 0.694 0.628 0.624 0.583 0.645 0.611
Rata-rata 0.836 0.74 0.638 0.659 0.703 0.642 0.609 0.640 0.583 0.588 0.596
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tabel XI. Hasil uji sitotoksik fraksi protein daun mimba FP30 terhadap kultur sel Vero
Absorbansi
Konsentrasi fraksi protein
(µg/ml) 0.2 0.39 0.78 1.56 3.13 6.25 12.5 25 50 100 200 Kontrol
I 0.868 0.886 1.097 1.153 1.034 0.824 0.776 0.749 0.753 0.783 0.847 1.02
II 0.85 0.796 0.957 0.821 0.798 0.814 0.83 0.739 0.785 0.708 0.751 0.88
III 0.84 0.857 0.838 0.851 0.818 0.807 0.784 0.802 0.837 0.835 0.72 0.811
IV 1.185 1.167 0.772 0.833 0.927 0.746 0.793 0.773 0.793 0.724 0.7 1.098
Perlakuan
V 0.854 0.798 0.794 0.766 0.796 0.782 0.812 0.766 0.779 0.752 0.707 0.732
Rata-rata 0.919 0.901 0.892 0.885 0.875 0.795 0.799 0.766 0.789 0.760 0.745 0.908
I 0.589 0.596 0.558 0.565 0.598 0.557 0.566 0.699 0.578 0.577 0.601
II 0.586 0.648 0.593 0.641 0.604 0.68 0.603 0.586 0.811 0.593 0.793 Perlakuan tanpa sel
III 0.593 0.612 0.644 0.613 0.79 0.658 0.639 0.617 0.723 0.563 0.555
Rata-rata 0.589 0.619 0.598 0.606 0.664 0.632 0.603 0.634 0.704 0.578 0.65
Tabel XII. Hasil uji sitotoksik fraksi protein daun mimba FP40 terhadap kultur sel Vero
Absorbansi
Konsentrasi fraksi protein
(µg/ml) 0.2 0.39 0.78 1.56 3.13 6.25 12.5 25 50 100 200 Kontrol
I 0.799 0.813 0.815 0.822 0.786 0.762 0.791 0.759 0.696 0.754 0.804 0.843
II 0.788 0.762 0.783 0.753 0.741 0.79 0.78 0.727 0.671 0.753 0.763 0.834
III 0.768 0.759 0.856 0.721 0.764 1.027 1.091 0.905 0.818 0.782 0.737 0.866
IV 0.776 0.815 0.753 0.757 0.755 0.764 0.768 0.599 0.691 0.746 0.758 0.833
Perlakuan
V 0.788 0.77 0.767 0.742 0.744 0.73 0.713 0.695 0.693 0.709 0.781 0.811
Rata-rata 0.784 0.784 0.795 0.759 0.758 0.815 0.829 0.737 0.714 0.749 0.769 0.837
I 0.489 0.552 0.679 0.524 0.548 0.541 0.522 0.552 0.64 0.515 0.562
II 0.831 0.56 0.561 0.568 0.582 0.554 0.549 0.562 0.549 0.553 0.55 Perlakuan tanpa sel
III 0.598 0.728 0.769 0.578 0.567 0.597 0.581 0.575 0.579 0.51 0.551
Rata-rata 0.639 0.613 0.67 0.557 0.566 0.564 0.551 0.563 0.589 0.526 0.554
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Persen kematian sel dihitung dengan rumus :
% Kematian = 100% x
AC)(BA −−
Keterangan :
A = Rata-rata absorbansi kontrol
B = Rata-rata absorbansi perlakuan
C = Rata-rata absorbansi perlakuan tanpa sel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 4. Hasil analisis probit nilai LC50 fraksi protein daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap kultur sel HeLa FP10 Probit * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * DATA Information 9 unweighted cases accepted. 0 cases rejected because of missing data. 0 cases are in the control group. 2 cases rejected because no. responses is greater than no. subjects. 0 cases rejected because LOG-transform can’t be done. MODEL Information ONLY Normal Sigmoid is requested.
� - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Parameter estimates converged after 5 iterations. Optimal solution found. Parameter Estimates (PROBIT model: (PROBIT(p)) = Intercept + BX): Regression Coeff. Standard Error Coeff./S.E. konsentr -.03146 .05401 -.58259 Intercept Standard Error Intercept/S.E. .22600 .04995 4.52458 Pearson Goodness-of-Fit Chi Square = 17.070 DF = 7 P = .017 Since Goodness-of-Fit Chi square is significant, a heterogeneity factor is used in the calculation of confidence limits.
� - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Observed and Expected Frequencies Number of Observed Expected konsentr Subjects Responses Responses Residual Prob -.71 100.0 52.7 59.806 -7.137 .59806 -.41 100.0 59.7 59.439 .280 .59439 -.11 100.0 56.1 59.071 -2.944 .59071 .19 100.0 58.0 58.703 -.691 .58703 .49 100.0 71.4 58.333 13.027 .58333 .80 100.0 63.3 57.963 5.318 .57963 1.10 100.0 62.1 57.593 4.521 .57593 1.40 100.0 56.5 57.221 -.680 .57221 1.70 100.0 45.2 56.849 -11.690 .56849 C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Confidence Limits for Effective konsentr 95% Confidence Limits Prob konsentr Lower Upper .01 1.31070E+081 . . .02 2.84373E+072 . . .03 9.05950E+066 . . .04 6.63876E+062 . . .05 2.87455E+059 . . .06 3.94174E+056 . . .07 1.21759E+054 . . .08 6.88538E+051 . . .09 6.22085E+049 . . .10 8.17095E+047 . . .15 1.32447E+040 . . .20 8.52338E+033 . . .25 4.15831E+028 . .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
.30 7.06075E+023 . . .35 2.68333E+019 . . .40 1.71537E+015 . . .45 150074968944 . . .50 15226422.4269 . . .55 1544.85416 . . .60 .13516 . . .65 .00001 . . .70 3.28356E-010 . . .75 5.57544E-015 . . .80 2.72009E-020 . . .85 1.75047E-026 . . .90 2.83742E-034 . . .91 3.72688E-036 . . .92 3.36719E-038 . . .93 1.90412E-040 . . .94 5.88177E-043 . . .95 8.06540E-046 . . .96 3.49228E-049 . . .97 2.55913E-053 . . .98 8.15280E-059 . . .99 1.76886E-067 . . Abbreviated Extended Name Name konsentr konsentrasi
2.01.51.00.50.0-0.5-1.0
Log of konsentrasi
0.6
0.4
0.2
0.0
-0.2
Prob
it
Probit Transformed Responses
R Sq Linear = 0.018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
FP20 Probit C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * DATA Information 11 unweighted cases accepted. 0 cases rejected because of missing data. 0 cases are in the control group. 0 cases rejected because LOG-transform can’t be done. MODEL Information ONLY Normal Sigmoid is requested.
� - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Parameter estimates converged after 8 iterations. Optimal solution found. Parameter Estimates (PROBIT model: (PROBIT(p)) = Intercept + BX): Regression Coeff. Standard Error Coeff./S.E. konsentr .18789 .04268 4.40196 Intercept Standard Error Intercept/S.E. .41734 .05074 8.22500 Pearson Goodness-of-Fit Chi Square = 15.677 DF = 9 P = .074 Since Goodness-of-Fit Chi square is NOT significant, no heterogeneity factor is used in the calculation of confidence limits.
� - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Observed and Expected Frequencies Number of Observed Expected konsentr Subjects Responses Responses Residual Prob -.71 100.0 63.2 61.183 2.012 .61183 -.41 100.0 70.5 63.331 7.209 .63331 -.11 100.0 59.4 65.439 -6.025 .65439 .19 100.0 66.9 67.500 -.612 .67500 .49 100.0 69.3 69.509 -.239 .69509 .80 100.0 65.9 71.460 -5.529 .71460 1.10 100.0 69.4 73.350 -3.994 .73350 1.40 100.0 74.7 75.175 -.452 .75175 1.70 100.0 78.8 76.930 1.847 .76930 2.00 100.0 89.7 78.614 11.088 .78614 2.30 100.0 74.9 80.225 -5.362 .80225 C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Confidence Limits for Effective konsentr 95% Confidence Limits Prob konsentr Lower Upper .01 2.49547E-015 1.21035E-027 1.35451E-010 .02 7.04721E-014 4.97667E-025 1.37091E-009 .03 5.86873E-013 2.26621E-023 5.95595E-009 .04 2.89082E-012 4.00610E-022 .00000 .05 1.05754E-011 4.14313E-021 .00000 .06 3.18958E-011 3.02591E-020 .00000 .07 8.39664E-011 1.72961E-019 .00000 .08 1.99755E-010 8.23738E-019 .00000 .09 4.39352E-010 3.40576E-018 .00000 .10 9.07640E-010 1.25775E-017 .00000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
.15 .00000 2.80678E-015 .00001 .20 .00000 2.06081E-013 .00004 .25 .00000 8.20246E-012 .00017 .30 .00001 2.23754E-010 .00062 .35 .00005 4.77654E-009 .00202 .40 .00027 .00000 .00629 .45 .00129 .00000 .01894 .50 .00601 .00002 .05648 .55 .02803 .00034 .17098 .60 .13402 .00536 .54375 .65 .67542 .08426 1.95675 .70 3.71367 1.13509 10.20112 .75 23.36843 8.66667 131.38301 .80 181.20077 46.21050 4079.73916 .85 1972.49752 267.70475 271775.75098 .90 39775.77079 2264.04632 57727295.3208 .91 82171.18658 3772.50660 211676513.510 .92 180731.53836 6560.77891 869498438.563 .93 429958.91565 12040.93936 4116198616.02 .94 1131876.35610 23694.21109 23396717131.8 .95 3413779.74903 51213.98955 169976372986 .96 12488540.6296 126503.08967 1749035370912 .97 61516011.2064 383927.90711 3.07659E+013 .98 512288959.937 1676414.02534 1.39393E+015 .99 14467024385.7 17062735.7222 5.69944E+017 Abbreviated Extended Name Name konsentr konsentrasi
210-1
Log of konsentrasi
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
Prob
it
Probit Transformed Responses
R Sq Linear = 0.531
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
FP30 Probit C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * DATA Information 9 unweighted cases accepted. 0 cases rejected because of missing data. 0 cases are in the control group. 2 cases rejected because no. responses is greater than no. subjects. 0 cases rejected because LOG-transform can’t be done. MODEL Information ONLY Normal Sigmoid is requested.
� - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Parameter estimates converged after 14 iterations. Optimal solution found. Parameter Estimates (PROBIT model: (PROBIT(p)) = Intercept + BX): Regression Coeff. Standard Error Coeff./S.E. konsentr .09948 .06437 1.54553 Intercept Standard Error Intercept/S.E. 1.23647 .06516 18.97602 Pearson Goodness-of-Fit Chi Square = 21.265 DF = 7 P = .003 Since Goodness-of-Fit Chi square is significant, a heterogeneity factor is used in the calculation of confidence limits.
� - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Observed and Expected Frequencies Number of Observed Expected konsentr Subjects Responses Responses Residual Prob -.71 100.0 85.5 87.817 -2.319 .87817 -.41 100.0 86.7 88.412 -1.715 .88412 -.11 100.0 85.5 88.986 -3.450 .88986 .19 100.0 94.1 89.540 4.550 .89540 .49 100.0 97.1 90.073 7.026 .90073 .80 100.0 90.3 90.585 -.238 .90585 1.10 100.0 84.6 91.078 -6.473 .91078 1.40 100.0 97.5 91.552 5.997 .91552 2.30 100.0 89.5 92.859 -3.375 .92859 C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Confidence Limits for Effective konsentr 95% Confidence Limits Prob konsentr Lower Upper .01 1.53360E-036 . . .02 8.43223E-034 . . .03 4.61882E-032 . . .04 9.38432E-031 . . .05 1.08707E-029 . . .06 8.74505E-029 . . .07 5.44144E-028 . . .08 2.79643E-027 . . .09 1.23916E-026 . . .10 4.87816E-026 . . .15 1.41985E-023 . . .20 1.28986E-021 . . .25 6.17430E-020 . .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
.30 1.99215E-018 . . .35 4.98181E-017 . . .40 1.05685E-015 . . .45 2.03022E-014 . . .50 3.72153E-013 . . .55 6.82181E-012 . . .60 1.31047E-010 . . .65 2.78007E-009 . . .70 .00000 . . .75 .00000 . . .80 .00011 . . .85 .00975 . . .90 2.83914 . . .91 11.17671 . . .92 49.52668 . . .93 254.52378 . . .94 1583.72643 . . .95 12740.49665 . . .96 147584.10760 . . .97 2998554.24722 . . .98 164248076.599 . . .99 90308944932.0 . . Abbreviated Extended Name Name konsentr konsentrasi
210-1
Log of konsentrasi
2.0
1.8
1.6
1.4
1.2
1.0
Prob
it
Probit Transformed Responses
R Sq Linear = 0.092
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
FP40 Probit
C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * DATA Information 10 unweighted cases accepted. 0 cases rejected because of missing data. 0 cases are in the control group. 1 cases rejected because no. responses is greater than no. subjects. 0 cases rejected because LOG-transform can’t be done. MODEL Information ONLY Normal Sigmoid is requested.
� - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Parameter estimates converged after 10 iterations. Optimal solution found. Parameter Estimates (PROBIT model: (PROBIT(p)) = Intercept + BX): Regression Coeff. Standard Error Coeff./S.E. konsentr .33439 .05236 6.38605 Intercept Standard Error Intercept/S.E. .57906 .05224 11.08494 Pearson Goodness-of-Fit Chi Square = 47.202 DF = 8 P = .000 Since Goodness-of-Fit Chi square is significant, a heterogeneity factor is used in the calculation of confidence limits.
� - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Observed and Expected Frequencies Number of Observed Expected konsentr Subjects Responses Responses Residual Prob -.71 100.0 57.6 63.378 -5.777 .63378 -.41 100.0 58.9 67.095 -8.173 .67095 -.11 100.0 68.3 70.651 -2.391 .70651 .19 100.0 78.9 74.017 4.878 .74017 .49 100.0 94.9 77.172 17.740 .77172 .80 100.0 87.5 80.100 7.370 .80100 1.10 100.0 79.2 82.789 -3.539 .82789 1.40 100.0 88.4 85.234 3.149 .85234 1.70 100.0 73.3 87.435 -14.118 .87435 2.00 100.0 90.6 89.396 1.169 .89396 C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Confidence Limits for Effective konsentr 95% Confidence Limits Prob konsentr Lower Upper .01 2.04853E-009 4.25516E-075 .00004 .02 .00000 1.81961E-068 .00012 .03 .00000 2.92961E-064 .00023 .04 .00000 4.27773E-061 .00037 .05 .00000 1.60340E-058 .00055 .06 .00000 2.48677E-056 .00077 .07 .00000 2.07129E-054 .00103 .08 .00000 1.08595E-052 .00134 .09 .00000 3.97737E-051 .00170 .10 .00000 1.09390E-049 .00212 .15 .00001 9.93913E-044 .00530
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
.20 .00006 5.38615E-039 .01101 .25 .00018 6.17972E-035 .02070 .30 .00050 2.72229E-031 .03664 .35 .00131 6.44961E-028 .06250 .40 .00324 1.02114E-024 .10436 .45 .00781 1.26235E-021 .17277 .50 .01855 1.37786E-018 .28706 .55 .04407 1.47667E-015 .48575 .60 .10616 1.71460E-012 .85615 .65 .26341 2.35942E-009 1.64477 .70 .68637 .00000 3.92201 .75 1.92928 .00578 21.15718 .80 6.09817 .66135 3988.48019 .85 23.32288 4.06749 73043884.1969 .90 126.12584 14.34524 4.70281E+013 .91 189.60554 18.64032 1.24113E+015 .92 295.24906 24.55781 4.38401E+016 .93 480.47844 32.99289 2.22570E+018 .94 827.69426 45.54924 1.80095E+020 .95 1539.05012 65.34581 2.72037E+022 .96 3189.64912 99.16792 9.94981E+024 .97 7813.17070 164.39945 1.41939E+028 .98 25706.75379 319.13864 2.23318E+032 .99 167977.01396 896.36092 9.31496E+038 Abbreviated Extended Name Name konsentr konsentrasi
2.01.51.00.50.0-0.5-1.0
Log of konsentrasi
1.5
1.0
0.5
0.0
Prob
it
Probit Transformed Responses
R Sq Linear = 0.378
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 5. Hasil analisis probit nilai LC50 fraksi protein daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap kultur sel Vero FP10 Probit * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * DATA Information 11 unweighted cases accepted. 0 cases rejected because of missing data. 0 cases are in the control group. 0 cases rejected because LOG-transform can't be done. MODEL Information ONLY Normal Sigmoid is requested. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Parameter estimates converged after 7 iterations. Optimal solution found. Parameter Estimates (PROBIT model: (PROBIT(p)) = Intercept + BX): Regression Coeff. Standard Error Coeff./S.E. konsentr .13161 .04190 3.14109 Intercept Standard Error Intercept/S.E. .38448 .05056 7.60404 Pearson Goodness-of-Fit Chi Square = 18.446 DF = 9 P = .030 Since Goodness-of-Fit Chi square is significant, a heterogeneity factor is used in the calculation of confidence limits. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Observed and Expected Frequencies Number of Observed Expected konsentr Subjects Responses Responses Residual Prob -.71 100.0 66.9 61.453 5.431 .61453 -.41 100.0 65.0 62.958 1.998 .62958 -.11 100.0 56.9 64.445 -7.551 .64445 .19 100.0 71.4 65.909 5.532 .65909 .49 100.0 63.8 67.350 -3.531 .67350 .80 100.0 66.0 68.766 -2.722 .68766 1.10 100.0 75.1 70.155 4.909 .70155 1.40 100.0 60.7 71.514 -10.781 .71514 1.70 100.0 73.6 72.844 .778 .72844 2.00 100.0 70.7 74.141 -3.490 .74141 2.30 100.0 84.8 75.406 9.380 .75406 C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Confidence Limits for Effective konsentr 95% Confidence Limits Prob konsentr Lower Upper .01 2.53016E-021 . . .02 2.98092E-019 . . .03 6.14416E-018 . . .04 5.98436E-017 . . .05 3.81181E-016 . . .06 1.84314E-015 . . .07 7.33950E-015 . . .08 2.52925E-014 . . .09 7.79235E-014 . . .10 2.19531E-013 . .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
.15 1.59919E-011 . . .20 4.83148E-010 . . .25 8.99379E-009 . . .30 .00000 . . .35 .00000 . . .40 .00001 . . .45 .00013 . . .50 .00120 . . .55 .01080 . . .60 .10084 . . .65 1.01477 . . .70 11.56365 . . .75 159.76106 . . .80 2973.95020 . . .85 89849.11856 . . .90 6545132.03372 . . .91 18439348.1089 . . .92 56809591.1626 . . .93 195770488.967 . . .94 779571042.006 . . .95 3769489757.60 . . .96 24010215055.4 . . .97 233857529836 . . .98 4820181708110 . . .99 5.67893E+014 . . Abbreviated Extended Name Name konsentr konsentrasi
210-1
Log of konsentrasi
1.50
1.25
1.00
0.75
0.50
0.25
0.00
Prob
it
Probit Transformed Responses
R Sq Linear = 0.373
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
FP20 Probit
C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * DATA Information 11 unweighted cases accepted. 0 cases rejected because of missing data. 0 cases are in the control group. 0 cases rejected because LOG-transform can't be done. MODEL Information ONLY Normal Sigmoid is requested. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Parameter estimates converged after 11 iterations. Optimal solution found. Parameter Estimates (PROBIT model: (PROBIT(p)) = Intercept + BX): Regression Coeff. Standard Error Coeff./S.E. konsentr -.22236 .04496 -4.94529 Intercept Standard Error Intercept/S.E. .90406 .05851 15.45084 Pearson Goodness-of-Fit Chi Square = 15.602 DF = 9 P = .076 Since Goodness-of-Fit Chi square is NOT significant, no heterogeneity factor is used in the calculation of confidence limits. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Observed and Expected Frequencies Number of Observed Expected konsentr Subjects Responses Responses Residual Prob -.71 100.0 93.5 85.583 7.868 .85583 -.41 100.0 85.3 84.009 1.324 .84009 -.11 100.0 77.1 82.327 -5.231 .82327 .19 100.0 79.4 80.537 -1.186 .80537 .49 100.0 80.0 78.641 1.369 .78641 .80 100.0 73.6 76.641 -3.012 .76641 1.10 100.0 69.9 74.542 -4.633 .74542 1.40 100.0 67.6 72.348 -4.757 .72348 1.70 100.0 65.6 70.065 -4.505 .70065 2.00 100.0 70.4 67.700 2.735 .67700 2.30 100.0 75.1 65.262 9.866 .65262 C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Confidence Limits for Effective konsentr 95% Confidence Limits Prob konsentr Lower Upper .01 3.37101E+014 44625101266.3 3.03288E+023 .02 2.00369E+013 5893512100.66 2.83323E+021 .03 3342092548080 1630839035.64 1.46123E+020 .04 868760839022 620285427.797 1.57116E+019 .05 290369962998 282512175.810 2.56145E+018 .06 114246978338 144633637.847 5.47080E+017 .07 50424913497.0 80404249.3021 1.41337E+017 .08 24244114168.3 47525529.6876 4.20718E+016 .09 12455544527.6 29458792.6954 1.39769E+016 .10 6747043484.27 18966333.1264 5.06886E+015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
.15 533053311.577 3060798.92809 7.61229E+013 .20 70902815.7960 717225.62765 2709839349368 .25 12561501.2869 206255.97216 155170683243 .30 2654983.45522 67246.45620 11912793826.8 .35 628915.80498 23758.94952 1106105695.97 .40 160355.29251 8831.78063 116238118.083 .45 42742.14059 3379.43128 13184913.4626 .50 11634.11604 1306.86059 1555310.99482 .55 3166.72619 501.63657 184834.44707 .60 844.07976 187.10284 21508.78054 .65 215.21586 65.65723 2394.34412 .70 50.98060 20.23691 254.83890 .75 10.77520 4.45919 28.94818 .80 1.90899 .46228 4.59820 .85 .25392 .02046 .86681 .90 .02006 .00034 .12778 .91 .01087 .00012 .08130 .92 .00558 .00004 .04986 .93 .00268 .00001 .02919 .94 .00118 .00000 .01609 .95 .00047 .00000 .00817 .96 .00016 .00000 .00369 .97 .00004 .00000 .00139 .98 .00001 6.45831E-010 .00038 .99 .00000 6.08117E-012 .00005 Abbreviated Extended Name Name konsentr konsentrasi
210-1
Log of konsentrasi
1.6
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
Prob
it
Probit Transformed Responses
R Sq Linear = 0.62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
FP30 Probit C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * DATA Information 11 unweighted cases accepted. 0 cases rejected because of missing data. 0 cases are in the control group. 0 cases rejected because LOG-transform can't be done. MODEL Information ONLY Normal Sigmoid is requested. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Parameter estimates converged after 9 iterations. Optimal solution found. Parameter Estimates (PROBIT model: (PROBIT(p)) = Intercept + BX): Regression Coeff. Standard Error Coeff./S.E. konsentr .28479 .04556 6.25033 Intercept Standard Error Intercept/S.E. .55599 .05190 10.71352 Pearson Goodness-of-Fit Chi Square = 9.698 DF = 9 P = .376 Since Goodness-of-Fit Chi square is NOT significant, no heterogeneity factor is used in the calculation of confidence limits. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Observed and Expected Frequencies Number of Observed Expected konsentr Subjects Responses Responses Residual Prob -.71 100.0 63.7 63.833 -.176 .63833 -.41 100.0 68.9 66.993 1.942 .66993 -.11 100.0 67.7 70.037 -2.328 .70037 .19 100.0 69.3 72.946 -3.608 .72946 .49 100.0 76.8 75.707 1.104 .75707 .80 100.0 82.1 78.308 3.751 .78308 1.10 100.0 78.4 80.741 -2.359 .80741 1.40 100.0 85.5 82.999 2.489 .82999 1.70 100.0 90.6 85.079 5.517 .85079 2.00 100.0 79.9 86.983 -7.103 .86983 2.30 100.0 89.5 88.711 .792 .88711 C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Confidence Limits for Effective konsentr 95% Confidence Limits Prob konsentr Lower Upper .01 7.57238E-011 8.84349E-016 .00000 .02 6.86137E-010 2.18697E-014 .00000 .03 2.77786E-009 1.67365E-013 .00000 .04 7.95348E-009 7.73471E-013 .00000 .05 .00000 2.68615E-012 .00000 .06 .00000 7.74976E-012 .00000 .07 .00000 1.96207E-011 .00001 .08 .00000 4.50711E-011 .00001 .09 .00000 9.60167E-011 .00001 .10 .00000 1.92598E-010 .00002
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
.15 .00000 3.43479E-009 .00008 .20 .00001 .00000 .00028 .25 .00005 .00000 .00078 .30 .00016 .00000 .00198 .35 .00050 .00001 .00471 .40 .00144 .00003 .01072 .45 .00404 .00015 .02382 .50 .01116 .00064 .05248 .55 .03083 .00276 .11633 .60 .08656 .01202 .26385 .65 .25161 .05393 .62733 .70 .77461 .25096 1.63271 .75 2.60671 1.17802 5.13253 .80 10.06797 5.11370 23.68381 .85 48.63928 21.12552 188.65653 .90 352.91663 106.05048 3048.36793 .91 569.57856 154.88046 6035.16471 .92 958.05107 233.10976 12707.32132 .93 1697.09584 364.55432 28883.52522 .94 3213.94433 599.33886 72426.09374 .95 6657.89486 1054.29149 207106.80517 .96 15665.60089 2042.53058 713282.55098 .97 44853.30691 4594.10765 3270170.90223 .98 181590.65951 13455.65179 24827202.5424 .99 1645401.75198 72876.95481 608663179.429 Abbreviated Extended Name Name konsentr konsentrasi
210-1
Log of konsentrasi
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
Prob
it
Probit Transformed Responses
R Sq Linear = 0.796
R Sq Linear = 0.796
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
FP40 Probit
C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * DATA Information 11 unweighted cases accepted. 0 cases rejected because of missing data. 0 cases are in the control group. 0 cases rejected because LOG-transform can't be done. MODEL Information ONLY Normal Sigmoid is requested. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Parameter estimates converged after 10 iterations. Optimal solution found. Parameter Estimates (PROBIT model: (PROBIT(p)) = Intercept + BX): Regression Coeff. Standard Error Coeff./S.E. konsentr -.07076 .04432 -1.59662 Intercept Standard Error Intercept/S.E. .80398 .05584 14.39921 Pearson Goodness-of-Fit Chi Square = 17.153 DF = 9 P = .046 Since Goodness-of-Fit Chi square is significant, a heterogeneity factor is used in the calculation of confidence limits. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Observed and Expected Frequencies Number of Observed Expected konsentr Subjects Responses Responses Residual Prob -.71 100.0 82.7 80.350 2.399 .80350 -.41 100.0 79.6 79.754 -.111 .79754 -.11 100.0 85.1 79.148 5.909 .79148 .19 100.0 75.8 78.531 -2.694 .78531 .49 100.0 77.0 77.904 -.872 .77904 .80 100.0 70.1 77.267 -7.193 .77267 1.10 100.0 66.8 76.619 -9.809 .76619 1.40 100.0 79.2 75.962 3.260 .75962 1.70 100.0 85.1 75.294 9.843 .75294 2.00 100.0 73.4 74.616 -1.222 .74616 2.30 100.0 74.4 73.929 .484 .73929 C * * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * Confidence Limits for Effective konsentr 95% Confidence Limits Prob konsentr Lower Upper .01 1.73343E+044 . . .02 2.43470E+040 . . .03 8.75354E+037 . . .04 1.26899E+036 . . .05 4.05322E+034 . . .06 2.16152E+033 . . .07 1.65406E+032 . . .08 1.65622E+031 . . .09 2.04257E+030 . . .10 2.97504E+029 . .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
.15 1.02188E+026 . . .20 1.80405E+023 . . .25 7.83953E+020 . . .30 5.93168E+018 . . .35 6.42173E+016 . . .40 8.76112E+014 . . .45 1.37424E+013 . . .50 230235727855 . . .55 3857306078.81 . . .60 60504245.1658 . . .65 825455.53089 . . .70 8936.50022 . . .75 67.61696 . . .80 .29383 . . .85 .00052 . . .90 .00000 . . .91 .00000 . . .92 3.20056E-009 . . .93 3.20476E-010 . . .94 2.45238E-011 . . .95 1.30781E-012 . . .96 4.17720E-014 . . .97 6.05567E-016 . . .98 2.17720E-018 . . .99 3.05801E-022 . . Abbreviated Extended Name Name konsentr konsentrasi
210-1
Log of konsentrasi
1.1
1.0
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
Prob
it
Probit Transformed Responses
R Sq Linear = 0.125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 6. Hasil analisis distribusi data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov A. FP10 daun mimba terhadap sel HeLa NPar Tests
Descriptive Statistics
5 9E+015 1.991E+016 1.17772 4E+016LC50N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
59E+015
*******.473.473
-.3271.057
.214
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
LC50
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
B. FP20 daun mimba terhadap sel HeLa NPar Tests
Descriptive Statistics
5 .0344780 .02738529 .01058 .07703LC50N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
5.0344780
.02738529.283.283
-.191.633.819
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
LC50
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
C. FP30 daun mimba terhadap sel HeLa NPar Tests
Warnings
The data for NPAR TESTS include oversize values. These values will be treated asmissing. 1 unusable values were encountered.
Descriptive Statistics
4 107.3571 162.36157888 .00000 343.13087LC50N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
4107.3571162.3616
.302
.302-.254.603.860
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
LC50
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
D. FP40 daun mimba terhadap sel HeLa NPar Tests
Descriptive Statistics
5 .0791380 .13657745 .00001 .31905LC50N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
5.0791380
.13657745.345.345
-.281.772.591
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
LC50
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
E. FP10 daun mimba terhadap sel Vero NPar Tests
Descriptive Statistics
5 .1020320 .14990898 .00000 .33193LC50N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
5.1020320
.14990898.352.352
-.248.787.565
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
LC50
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
F. FP20 daun mimba terhadap sel Vero NPar Tests
Descriptive Statistics
5 417771.3 524053.3728 136.15536 1143218LC50N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
5417771.3524053.4
.323
.323-.213.723.673
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
LC50
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
G. FP30 daun mimba terhadap sel Vero NPar Tests
Descriptive Statistics
5 .0692440 .11402530 .00002 .26334LC50N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
5.0692440
.11402530.324.324
-.272.725.670
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
LC50
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
H. FP40 daun mimba terhadap sel Vero NPar Tests
Warnings
The dat S include oversize values. These values will be treated asmissing. ere encountered.
a for NPAR TEST 1 unusable values w
Descriptive Statistics
4 5E+018 9.330E+018 7973.899 2E+019LC50N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
45E+018
*******.425.425
-.301.851.464
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
LC50
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 7. Hasil analisis Uji t-independent sample A. FP10 terhadap sel HeLa dan sel Vero T-Test
Group Statistics
5 .1020320 .14990898 .067041345 9E+015 1.991E+016 *******
selvero 10hela 10
LC50N Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean
Independent Samples Test
7.111 .029 -1.000 8 .347 8.90E+015 9E+015 -3E+016 *******
-1.000 4.000 .374 8.90E+015 9E+015 -3E+016 *******
Equal variancesassumedEqual variancesnot assumed
LC50F Sig.
Levene's Test forEquality of Variances
t df Sig. (2-tailed)Mean
DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
t-test for Equality of Means
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
B. FP20 terhadap sel HeLa dan sel Vero T-Test
Group Statistics
5 417771.3 524053.3728 234363.85 .0344780 .02738529 .01224707
selvero 20hela 20
LC50N Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean
Independent Samples Test
38.265 .000 1.783 8 .113 417771.31 234363.79 -122673 958215.2
1.783 4.000 .149 417771.31 234363.79 -232927 1068470
Equal variancesassumedEqual variancesnot assumed
LC50F Sig.
Levene's Test forEquality of Variances
t df Sig. (2-tailed)Mean
DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
t-test for Equality of Means
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
C. FP30 terhadap sel HeLa dan sel Vero T-Test
Group Statistics
5 .0692440 .11402530 .050993665 2E+085 3.8284E+085 2E+085
selvero 30hela 30
LC50N Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean
Independent Samples Test
7.111 .029 -1.000 8 .347 1.71E+085 1.71E+085 -6E+085 2E+085
-1.000 4.000 .374 1.71E+085 1.71E+085 -6E+085 3E+085
Equal variancesassumedEqual variancesnot assumed
LC50F Sig.
Levene's Test forEquality of Variances
t df Sig. (2-tailed)Mean
DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
t-test for Equality of Means
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
D. FP40 terhadap sel HeLa dan sel Vero T-Test
Group Statistics
5 5E+040 1.0144E+041 5E+0405 .0791380 .13657745 .06107929
selvero 40hela 40
LC50N Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean
Independent Samples Test
7.111 .029 1.000 8 .347 4.54E+040 4.54E+040 -6E+040 1E+041
1.000 4.000 .374 4.54E+040 4.54E+040 -8E+040 2E+041
Equal variancesassumedEqual variancesnot assumed
LC50F Sig.
Levene's Test forEquality of Variances
t df Sig. (2-tailed)Mean
DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
t-test for Equality of Means
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran 8. Foto tanaman dan daun mimba (Azadirachta indica A. Juss)
Gambar 7. Foto tanaman Azadirachta indica A. Juss
Gambar 8. Foto daun Azadirachta indica A. Juss
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 9. Foto Hi-Mac Sentrifuge HITACHI SCP85H, ELISA reader SLT
340ATC dan mikroskop (Olympus IMT-2)
Gambar 9. Foto Hi-Mac Sentrifuge Gambar 10. Foto ELISA reader SLT 340ATC HITACHI SCP85
Gambar 11. Foto Mikroskop (Olympus IMT-2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran 10. Foto hasil uji sitotoksik fraksi protein daun mimba FP40 terhadap
kultur sel HeLa dan sel Vero dalam 96 well plate
Gambar 12. Foto perlakuan dengan sel HeLa Gambar 13. Foto perlakuan dengan sel Vero dalam 96 well plate dalam 96 well plate
Keterangan:
A1 sampai E11: kelompok perlakuan sel (sel + media + fraksi protein) menggunakan
FP40 dengan konsentrasi sebagai berikut:
1 = 0,2 μg/ml
2 = 0,39 μg/ml
3 = 0,78 μg/ml
4 = 1,56 μg/ml
5 = 3,13 μg/ml
6 = 6,25 μg/ml
7 = 12,5 μg/ml
8 = 25 μg/ml
9 = 50 μg/ml
10 = 100 μg/ml
11=200μg/ml
F1 sampai H11: kelompok perlakuan tanpa sel (media + fraksi protein)
A12 sampai E12: kelompok kontrol (sel + media)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Lampiran 11. Surat determinasi tanaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Sitotoksisitas Fraksi
Protein Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) FP10,
FP20, FP30, dan FP40 terhadap Kultur Sel HeLa” memiliki
nama lengkap Lestarining Wahyu Ndadari. Penulis
dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 12 Desember
1985 dan merupakan putri tunggal dari pasangan Bapak
Wahjudi dan Ibu J. Endang Lestari. Penulis mengawali
pendidikan formalnya di Taman Kanak-Kanak
Indriyasana Yogyakarta pada tahun 1990-1991
kemudian melanjutkan ke SD N Maguwoharjo 2 pada tahun 1991-1997. Tahun
1997 hingga 2000 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP N 4 Depok
Yogyakarta. Setelah menyelesaikan pendidikan SLTP, tahun 2000 melanjutkan ke
SMU N 9 Yogyakarta dan lulus pada tahun 2003. Tahun 2003 hingga 2007
berkesempatan untuk menempuh pendidikan S1 di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah, penulis juga tergabung dalam sebuah
komunitas tari yang dikenal dengan nama Komunitas Tari Genta Rakyat dan
Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) Apostolos sejak tahun 2003 hingga
sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI