PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN...

21

Transcript of PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN...

Page 1: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan
Page 2: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

PROSIDING

NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN PERIODONTICS 4

Page 3: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Pasal

2 Ayat (1)

Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya

atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut pera- turan perundang-

undangan yang berlaku.

Pasal 72 Ayat (1)

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

(1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau d

enda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/ atau denda

paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 72 Ayat (2)

Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau

barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 4: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

PROSIDING

NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN PERIODONTICS 4

Prajna Metta Yanti Rusyanti

Amaliya Nunung Rusminah

Page 5: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

PROSIDING

NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN PERIODONTICS 4

Diterbitkan oleh Lembaga Studi Kesehatan Indonesia (LSKI) Untuk Panitia NAS- SIP 4

Bandung, Juni 2017

Penyunting

Korektor

Setting

Production

Printed

Copyrigt

Prajna Metta Yanti

Rusyanti Amaliya

Nunung Rusminah

Anindya Putri

Trima Yusi

Siti Mariam Agus

Sono Sono

Offset

@ 2017 NASSIP 4

ISBN 978-602-60959-2-3

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Prosiding /Editor : Prajna Metta, dkk

-- Bandung : LSKI (Lembaga Studi Kesehatan Indonesia), 2017. x + 348 hlm; 25 cm

ISBN 978-602-60959-2-3

Page 6: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

PRAKATA

National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan di Bandung,

Indonesia, pada tanggal 28-29 Oktober 2016 dengan tema “An Integrated Approach in Tissue Engineering

on Periodontal Treatment”. Acara dimulai dengan sambutan dari Ketua IPERI Pusat, Dr. Yuniarti Soeroso,

drg.,Sp. Perio (K) dan Ketua Panitia NASSIP 4, Aldilla Miranda, drg., Sp. Perio. Acara berlangsung selama 2

hari yang dihadiri oleh pembicara dari berbagai negara yaitu: Inggris, Belanda, Filipina, Singapura, dan

Amerika Serikat. Pembicara dalam negeri dari berbagai universitas juga turut berpartisipasi, antara lain dari

Universitas Padjadjaran, Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Sumatera Utara, Universitas

Hasanuddin, dan Universitas Gadjah Mada. Sebanyak lebih dari 300 peserta seminar dan 100 peserta

workshop berpartisipasi dalam acara ini. Empat puluh sembilan peserta poster telah mempresentasikan

karyanya dan 31 peserta sponsor turut bekerja sama dalam mensukseskan acara ini. Terimakasih kepadareviewer

dan co-editor atas bantuannya dalam menyusun buku ini, serta kepada tim Dentamedia sebagai editor produksi.

Juni 2017

Prajna Metta

Page 7: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

PRAKATA

DAFTAR ISI

KEGAGALAN PERAWATAN PERIODONTAL Gusriani

TATA LAKSANA JARINGAN PERIODONSIUM PADA PENDERITA PENYAKIT KARDIOVASKULAR Sri Oktawati

LIP REPOSITIONING: ALTERNATIF PERAWATAN PADA KASUS GUMMY SMILE

Saidina Hamzah Daliemunthe

BAHAN DESENSITASI SEBAGAI SALAH SATU PERAWATAN GIGI SENSITIF Nunung Rusminah

APLIKASI MEMBRAN PRF PADA PERAWATAN AUGMENTASI TULANG Ira Komara

GINGIVECTOMY : AN ESTHETIC APPROACH TO TREAT GINGIVAL ENLARGEMENT Ina Hendiani

PERAN PLATELET RICH FIBRIN DALAM REGENERASI JARINGAN PERIODONTAL

(ROLE OF PLATELET RICH FIBRIN IN PERIODONTAL REGENERATION) Agus Susanto, Dyah Nindita Carolina

PERAWATAN MOBILITAS GIGI PADA KASUS PERIODONTITIS

(TREATMENT OF TEETH MOBILITY IN PERIODONTITIS) Ira Komara

DASAR IMPLANTOLOGI KLINIK UNTUK DOKTER GIGI Yanti Rusyanti, Mirza Aquaries

PERSIAPAN DAERAH INSERSI IMPLAN MENGGUNAKAN TEKNIK FLAPLESS DENGAN

ROTARY TISSUE PUNCH PADA PERAWATAN IMPLAN DENTAL ENDOSEUS Herrina Firmantini

PEMILIHAN IMPLANT GIGI UNTUK RUANG YANG SEMPIT

Desy Fidyawati

PENATALAKSANAAN PEMBESARAN GINGIVA INFLAMATORIK DENGAN TERAPI INISIAL

DAN GINGIVOPLASTI Shula Zuleika Sumana, Robert Lessang, Antonius Irwan

TERAPI REGENERATIF PERIODONTAL PADA DEFEK TULANG TERKAIT PALATORADICULAR

GROOVE (PRG) GIGI INSISIF LATERAL Rachel Yuanithea, Yuniarti Soeroso, Felix Hartono

I

II

1-4

5-19

20-30

31-33

34-38

39-47

48-53

54-60

61-64

65-70

71-74

75-81

82-88

Page 8: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

PERAWATAN MULTIDISIPLIN UNTUK MENDAPATKAN REGENERASI OPTIMAL PADA GIGI

HOPELESS DENGAN KELAINAN PERIODONTAL Nadhia Anindhita Harsas, Yuniarti Soeroso

PENANGANAN RESESI GINGIVA DENGAN CANGKOK JARINGAN IKAT PALATAL : TEKNIK

POUCH DAN TUNNEL Rini Oktavia Nasution, Chandra Susanto

PERAWATAN FASE PRE ORTODONTI PADA GIGI EKTOPIK INSISIF SATU KANAN ATAS

DENGAN LASER Nd-YAG Media Sukmalia Adibah, Hari Sunarto, Benso Sulijaya

GINGIVECTOMY POST FIXED ORTHODONTIC COMBINED WITH VENEER ON 11 AND 21 Sri Maryuni Adnyasari Ni Luh Putu

PAPILLA PRESERVATION FLAP DENGAN PLATELET-RICH FIBRIN PADA DEFEK PERIODONTAL

RAHANG ATAS ANTERIOR Adam M, Kadir F, Misnova

PERBAIKAN KONDISI CACAT TULANG INFRABONI DENGAN PERAWATAN INISIAL Nurul Adha Marzuki , Krisnamurthy P

TERAPI REGENERATIF OPEN FLAP DEBRIDEMENT DENGAN KOMBINASI BONE GRAFT

UNTUK MENGATASI DEFEK TULANG PASKA PEMASANGAN CROWN Faradina Putriyanti, Yuniarti Soeroso

PENATALAKSANAAN EPULIS FIBROMATOSA DENGAN CONNECTIVE TISSUE GRAFT (CTG)

(LAPORAN KASUS) Syanti W.Astuty, Hari Sunarto, Felix Hartono K

OBESITAS DAN PENYAKIT PERIODONTAL Martina Amalia

PERAWATAN PEMBESARAN GINGIVA YANG DIINDUKSI OLEH PLAK PADA WANITA BERUSIA

21 TAHUN

(MANAGEMENT OF 21 YEARS OLD FEMALE WITH PLAQUE INDUCED GINGIVAL

OVERGROWTH)

Jevin F, Tandian, Andrew, Pitu Wulandari, Aini Hariyani Nasution

TEKNIK “SANDWICH BONE AUGMENTATION” UNTUK MENAMBAH KETEBALAN TULANG

BUKAL SEBELUM PEMASANGAN IMPLAN Putri Lenggogeny, Nadhia A Harsas, Antonius Irwan, Yuniarti Soeroso

PROSEDUR CROWN LENGTHENING

Indah Kusuma Pertiwi

PENATALAKSANAAN HIPERPIGMENTASI GINGIVA Nur Rahmah H, Arni Irawaty Djais, Hasanuddin Tahir

89-99

100-107

108-113

114-120

121-129

130-135

136-141

142-150

151-161

162-167

168-178

179-183

184-188

Page 9: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

EPULIS GRAVIDARUM DAN PENATALAKSANAANNYA Suwandi Trijani

PENGURANGAN KETEGANGAN JARINGAN PASKA FRENEKTOMI DAN FIBROTOMI DENGAN

TEHNIK Z - PLASTY Nuryanni Dihin Utami, Ira Komara

SPLINTING KAWAT DENGAN GIGI ARTIFISIAL

Siti Sopiatin, Ira Komara

PENATALAKSANAAN PERIO-ESTETIK FRENULUM LABIALIS MAKSILARIS DENGAN

PERBANDINGAN TEKNIK KONVENSIONAL DAN INCISION BELOW THE CLAMP Shek Wendy, Hasanuddin Thahir, Arni Irawaty Djais

OPERASI REKONSTRUKSI PREPROSTETIK PADA KASUS KEHILANGAN TULANG PARAH

REGIO MANDIBULA AKIBAT TRAUMA KECELAKAAN LALU LINTAS: LAPORAN KASUS Britaria Theressy, Agung Krismariono

PERAWATAN RESESI GINGIVA KLAS I MILLER PADA ANTERIOR RAHANG BAWAH DENGAN

FLEP POSISI KORONAL DAN PRF Caecilia S.W.N, Ina Hendiani

REKONSTRUKSI VESTIBULUM: PERAWATAN ALTERNATIF GUMMY SMILE Tjokrodiardjo E, Subrata LH, Krismariono A

PERAWATAN GUMMY SMILE DENGAN VESTIBULOPLASTY

Adi PK, Krismariono A

HEREDITARY GINGIVAL FIBROMATOSIS: A RARE CASE REPORT Djohan FFS, Metta P, Komara I

METODE BEDAH FLAP SEBAGAI ALTERNATIF PERAWATAN CROWN LENGTHENING Anitasari Winidiastuti, Wibisono PA

CROWN LENGTHENING, SUATU PERAWATAN PERIODONTAL ESTETIK UNTUK

MENINGKATKAN NILAI ESTETIKA PADA DELAYED PASSIVE ERUPTION Davita Dona Saranga, Sri Oktawati

PERAWATAN DIASTEMA SENTRAL RAHANG ATAS: PENDEKATAN INTERDISIPLINER

PERIODONTI-ORTODONTI Mutia Rochmawati, Indra Mustika

PERAWATAN DENTAL IMPLANT PADA PASIEN DENGAN SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS

Asti Rosmala Dewi, Mellani Cindera Negara

PERAWATAN BEDAH FLEP DIKOMBINASIKAN DENGAN PLATELET RICH FIBRIN (PRF) PADA

PERIODONTITIS KRONIS Lilies Anggarwati Astuti

189-194

195-200

201-206

207-117

218-226

227-233

234-238

239-243

244-251

252-258

259-266

267-274

275-278

279-287

Page 10: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

PERAWATAN BEDAH PERIODONTAL REGENERATIF PADA KETERLIBATAN FURKASI LESI

ENDODONTIK-PERIODONTIK Budhi Cahya Prasetyo, Indra Mustika

DAYA HAMBAT MINIMAL EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera Cordifolia) TERHADAP

PEMBENTUKAN BIOFILM PLAK Yulia Rachma, Yufita Chatim, Utari Eka Widayanti

HUBUNGAN ANTARA PERIODONTITIS DAN FAKTOR-FAKTOR PSIKOSOSIAL PADA ORANG

DEWASA YANG DATANG KE RUMAH SAKIT USM

Shirley Lee Sze Yee, Umi Najwa Basli, Erry Mochamad Arief, Basaruddin Ahmad, Fauziah

Asmail@Ismail

AKTIVITAS FAGOSITOSIS NETROFIL YANG DIPAPAR EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera

cordifolia (Ten.) Stennis) Wahyukundari MA, Praharani D

OZONATED OLIVE OIL SETELAH SCALING ROOT PLANING TERHADAP ALKALINE

PHOSPHATASE PADA PERAWATAN INISIAL POKET INFRABONI Erwin Wijaya, Dahlia Herawati, Ahmad Syaify

APLIKASI GEL COENZYM Q10 SETELAH KURETASE DAPAT MENURUNKAN KADAR PROTEIN

CARBONYL PADA POKET PERIODONTAL Aini Moeljono, Dahlia Herawati, Al Sri Koes Soesilowati

EFEKTIFITAS GEL EKSTRAK KULIT MANGGIS 20%, 40% DAN 60% TERHADAP JUMLAH SEL

MAKROFAG PADA LUKA INSISI MENCIT Putu Sulistiawati Dewi

TERAPI BEDAH PERIODONTAL REGENERATIF DENGAN BONE GRAFT DAN PRF Ida Bagus Nyoman Dhedy Widyabawa, Nunung Rusminah

288-296

297-303

304-311

312-318

319-326

327-334

335-340

341-348

Page 11: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

168 NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN PERIODONTICS

TEKNIK “SANDWICH BONE AUGMENTATION” UNTUK MENAMBAH KETEBALAN TULANG BUKAL

SEBELUM PEMASANGAN IMPLAN (LAPORAN KASUS)

Putri Lenggogeny1; Nadhia A Harsas2; Antonius Irwan3; Yuniarti Soeroso4

1PPDGS, Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia 2,3,4 Staf Departemen Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia *E-mail Koresponden: [email protected]

ABSTRAK

Latar Belakang: Augmentasi tulang dengan teknik “sandwich” (Sandwich bone Augmentation) sering

dilakukan untuk menambah ketebalan ridge edentulous sebelum pemasangan implan maupun saat

pemasangan implan. Teknik ini lebih mudah diprediksi dan relatif tidak invasif jika dibandingkan dengan teknik augmentasi tulang lainnya. Tujuan: Mengevaluasi teknik sandwich bone augmentation dalam

menambah ketebalan tulang bukal sebelum pemasangan implan, serta mengevaluasi penggunaan 2

(dua) jenis bone graft (Allograft dan Xenograft). Kasus dan Penatalaksanaannya: Pasien wanita 24

tahun dirujuk dari bagian ortodonsia karena agenesi gigi 12. Os telah selesai dirawat ortho sejak ± 1 tahun yang

lalu, dan ingin dipasang implan pada daerah tersebut. Keadaan umum pasien baik, tidak memiliki riwayat

penyakit sistemik. Pasien memiliki biotipe gingiva yang tipis, dan ketebalan tulang bukal-lingual terlihat tidak

cukup adekuat untuk pemasangan implan. Penanganan kasus: Pada augmentasi pertama digunakan

allograft-FDBA sebagai lapisan pertama di atas tulang dan xenograft sebagai lapisan kedua. Augmentasi

tulang yang pertama ini kurang memberikan hasil yang maksimal, ketersediaan tulang bukal-lingual masih

kurang adekuat untuk pemasangan implan, sehingga perlu dilakukan augmentasi kedua dengan susunan

lapisan bone graft yang berbeda. Pada augmentasi kedua digunakan bahan xenograft sebagai lapisan

pertama di atas tulang dan allograft-DFDBA sebagai lapisan kedua. Setelah augmentasi kedua terlihat

tulang cukup adekuat untuk dilakukan pemasangan implan. Diskusi: Keberhasilan pemasangan implan

anterior Rahang Atas memerlukan pengetahuan berbagai konsep dan teknik. Perencanaan perawatan sebelum

pemasangan implan, augmentasi jaringan keras dan jaringan lunak, teknik bedah dan prostetik implan harus

sangat diperhatikan dalam pemasangan implan pada anterior rahang atas. Kesimpulan: Sandwich bone

augmentation merupakan salah satu teknik regenerasi bedah periodontal yang menunjukkan hasil yang

memuaskan untuk menambah ketebalan tulang bukal.

Kata kunci : sandwich bone augmentation, bone graft, implan

Page 12: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

PROSIDING NASSIP 4 169

SANDWICH BONE AUGMENTATION TECHNIQUE TO INCREASE THE THICKNESS OF BUCCAL BONE

PRIOR TO IMPLANT PLACEMENT (CASE REPORT)

ABSTRACT

Background: Bone augmentation with sandwich technique (Sandwich Bone Augmentation) is often

done to augment the width of the edentulous ridges before and during implant placement. This technique is

more predictable and relatively non-invasive compared to other techniques of bone grafting. Objective: To

evaluate sandwich bone augmentation technique in increasing buccal bone thickness prior to implant

placement and also to evaluate two types of bone graft (allograft and xenograft) that can be used for bone

augmentation. Case and management: 24 years old female patient was referred from Orthodontia clinic

because of agenesis second insisif of maxillary. The patient has been completed the orthodonti treatment since

± 1 years ago, and want to get implant in that area. The general condition of the patient is good, no systemically

abnormalities. She has thin gingival biotype and showed in-adequate bone thickness (buccal-lingual) for

implant placement. Case management: The first bone augmentation used allograft-FDBA as the first layer

above the bone and xenograft as the second layer. This first augmentation do not give the maximum result,

where the bone are still in-adequate for implant placement, so we need the second augmentation with different

layer of the bone graft. The second augmentation used xenograft as the first layer contact to the bone and

allograft-DFDBA as the second layer. After the second augmentation the result showed the bone was adequate enough for implant placement. Discussion: Successful results of implant placement for

maxillary anterior requires knowledge of a various concepts and techniques. Careful preoperative treatment

planning, augmentation of hard and soft tissues, and attention to the details of implant surgical and prosthetic techniques are areas that must be addressed when treating the anterior maxilla. Conclusion: Sandwich bone

augmentation is one of a regeneration technique of periodontal surgery which showed satisfactory results to

increase the buccal bone thickness.

Keywords: sandwich bone augmentation, bone graft, implant

PENDAHULUAN

Implan gigi dapat berfungsi mastikasi dan memiliki estetika yang optimal jika penempatannya dapat diterima

secara biologis dan memenuhi persyaratan restoratif yang baik. Posisi 3 (tiga) dimensi dari implan (fasio-lingual;

mesio-distal; apiko-koronal) merupakan hal yang penting untuk kesuksesan perawatan.1,2 Penelitian Hsu, dkk

menunjukkan bahwa implan gigi yang ditempatkan pada posisi tiga dimensi yang tidak ideal dapat

menyebabkan peri-implantitis, kegagalan fungsi dan estetika bahkan lepasnya implan. 3 Salah satu faktor kunci

pemasangan implan adalah ketersediaan tulang alveolar pada daerah tersebut. Tinggi, lebar dan kualitas tulang

alveolar yang tidak memadai akan menentukan hasil akhir yang diperoleh. Selain itu, profil jaringan lunak juga

sangat dipengaruhi oleh tinggi dan lebar tulang. Koreksi kekurangan tulang tidak hanya akan memungkinkan

penempatan implan yang ideal dalam hal angulasi dan ukuran, tetapi juga memungkinkan koreksi kekurangan

jaringan lunak untuk meningkatkan estetika secara keseluruhan.4,5 Tal, dkk mengatakan bahwa implan

endosseous harus benar-benar tertanam dalam tulang dan dikelilingi oleh tidak kurang dari 2 mm tulang

dalam semua aspek.6

Teknik augmentasi tulang dengan menggunakan guided bone regeneration (GBR) telah banyak

digunakan untuk perawatan implan dan menunjukkan tingkat keberhasilan yang sangat baik dan efektif

untuk regenerasi tulang.4,7 Teknik GBR ini telah diterima dengan baik karena

Page 13: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

170 NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN PERIODONTICS

menunjukkan hasil yang dapat diprediksi dan relatif tidak invasif jika dibandingkan dengan teknik augmentasi tulang lainnya.8 Wang, dkk mengemukakan bahwa Nyman, dkk melaporkan kasus klinis pertama GBR pada

implan gigi, dan sejak saat itu GBR menjadi bagian dari perawatan implan.1 Guided bone regeneration (GBR)

dapat dilakukan sebelum maupun bersamaan dengan pemasangan implan, dengan menggunakan bahan cangkok tulang seperti autograft, allograft xenograft atau alloplasts dan non-resorbable maupun absorbable membran.1,9 Bahan cangkok tulang memiliki sifat osteogenesis, osteoinduksi dan osteokonduksi.

Osteogenesis adalah pembentukan tulang baru oleh material yang terkandung di dalam graft. Osteoinduksi merupakan sifat material graft yang dapat menginduksi sel didekatnya menjadi osteoblas yang membentuk tulang baru. Sifat osteokonduksi adalah sifat material graft yang membentuk scaffold antara tulang yang

sudah ada, sehingga sel yang jauh dari bahan graft dapat masuk dan membentuk tulang baru.6,9

Beberapa tahun terakhir dikembangkan teknik sandwich bone augmentation (SBA). Tehnik ini di-

indikasikan untuk defek horizontal alveolar ridge, dehiscence / fenestration alveolar ridge dan untuk augmentasi/preservation serta pemasangan immediate implant.10 Sandwich bone augmentation

dikembangkan dengan menggunakan sifat–sifat positif dari setiap material graft dan fungsi barrier dari

membran. Membran berfungsi untuk menghalangi migrasi sel–sel jaringan lunak yang tidak diinginkan, mencegah eksfoliasi graft serta meningkatkan stabilitas luka agar penyembuhan berjalan lancar. Teknik

sandwich bone augmentation mengkombinasikan beberapa kelebihan–kelebihan material graft tersebut untuk

mendapatkan regenerasi tulang yang optimal.4,11 Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengevaluasi teknik sandwich bone augmentation dalam menambah ketebalan tulang bukal sebelum

pemasangan implan, serta mengevaluasi dua jenis bone graft (allograft dan xenograft) yang dapat

digunakan sebagai bahan

augmentasi tulang.

KASUS

Pasien wanita 24 tahun dirujuk dari bagian ortodonsia karena agenesi gigi 12 dan 22. Os telah

selesai dirawat ortho sejak ± 1 tahun yang lalu, sudah menggunakan implan di gigi 22 dan sekarang ingin

dipasang implan pada daerah 12. OS menyikat gigi 2 (dua) kali sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum

tidur serta menggunakan sikat gigi interdental. Keadaan umum pasien baik, tidak memiliki riwayat penyakit

sistemik.

Secara kinis kebersihan mulut pasien baik, OHIS = 0,41. OS memiliki biotipe gingiva tipis, dan ketebalan

tulang bukal-lingual terlihat tidak cukup adekuat untuk pemasangan implan. Gambaran radiografis

menunjukkan ketinggian tulang alveolar gigi 12 mencapai 1/3 servikal.

Gambar 1. Gambaran klinis awal: a : Tampak bukal; b: Tampak oklusal

Page 14: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

PROSIDING NASSIP 4 171

Gambar 2. Gambaran radiologis awal awal

PENATALAKSANAAN

Pada kunjungan awal dilakukan pemeriksaan lengkap pasien, skeling dan bone mapping. Hasil

analisis model menunjukkan bahwa jarak interoklusal sebesar 7 mm dan jarak dari mesial 13 ke distal 11 juga 7

mm. Oleh sebab itu pada pasien direncanakan untuk pemasangan implan bone level Straumann standard

implant, ber-diameter 3,3 mm dan panjang 8 mm, dengan alasan tulang alveolar tipis, biotipe gingiva tipis dan

menggantikan gigi anterior yang memerlukan faktor estetika. Pada daerah 12 direncanakan untuk

pemasangan implan disertai sandwich bone augmentation apabila tulang alveolar cukup adekuat, tetapi

apabila tulang alveolar tidak cukup adekuat maka hanya dilakukan augmentasi tulang dengan bone graft dan

membran, kemudian ditunggu minimal 6 (enam) bulan untuk melihat pertumbuhan tulang di daerah tersebut yang

selanjutnya direncanakan untuk pemasangan implan.

Gambar 3. Sandwich Bone Augmentation pertama: a: pembukaan flep, b: dekortilasi, c: allograft-FDBA diletakan pada

lapisan pertama berkontak dengan tulang, d: xenograft sebagai lapisan kedua, e: membrane absorbable, f: penjahitan

Page 15: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

172 NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN PERIODONTICS

Pada Augmentasi pertama, setelah dibuka flep tampak defek tulang yang cukup besar dengan kehilangan tulang daerah labial mencapai palatal di daerah edentulous 12. Jaringan granulasi di

bersihkan, kemudian di-irigasi dengan NaCL dan terlihat tulang tidak cukup adekuat untuk pemasangan implan sehingga diputuskan untuk melakukan augmentasi tulang dengan teknik sandwich sebagai persiapan

pemasangan implan. Setelah dilakukan dekortikasi pada tulang yang akan di-augmentasi, digunakan bone graft-allograft (FDBA) sebagai lapisan pertama di atas tulang (kontak dengan tulang). Jenis bone graft-

xenograft digunakan sebagai lapisan kedua dan di atasnya digunakan absorbable membrane yang mengandung kolagen, kemudian dilakukan penjahitan dengan benang non-absorbable blue nylon 5-0,

needle 3/8 (gambar 3).

Enam bulan setelah augmentasi pertama direncanakan kembali untuk pemasangan implan dengan

augmentasi atau augmentasi tulang saja tanpa pemasangan implan (augmentasi kedua). Setelah dilakukan

pembukaan flep terlihat bahwa augmentasi tulang pertama yang dilakukan kurang memberikan hasil yang maksimal, tulang bukal-lingual di bagian koronal daerah edentulous 12 masih kurang adekuat untuk dilakukan

pemasangan implan, sehingga perlu dilakukan augmentasi kedua. Pada augmentasi kedua digunakan susunan lapisan bone graft yang berbeda dengan augmentasi pertama. Bahan bone graft-xenograft digunakan

sebagai lapisan pertama yang berkontak dengan tulang, sedangkan bone graft-allograft (DFDBA)

digunakan sebagai lapisan kedua. Membran dan benang yang digunakan sama dengan augmentasi pertama yaitu absorbable membrane yang mengandung kolagen dan penjahitan dengan benang non-

absorbable blue nylon 5-0, needle 3/8 (gambar 4).

Gambar 4. Sandwich Bone Augmentation Kedua: a: Setelah pembukaan flep terlihat tulang bukal masih tidak cukup

adekuat untuk pemasangan implan terutama dibagian koronal, b: Tampak dari oklusal tulang bukal-lingual masih

kurang adekuat, c: xenograft digunakan sebagai lapisan pertama berkontak dengan tulang, d: allograft-DFDBA sebagai

lapisan kedua, e: membran absorbable, f: penjahitan

Hasil dari dua kali augmentasi tulang, terlihat bahwa ketersediaan tulang bukal-lingual di daerah edentulous 12 menjadi lebih lebar apabila dibandingkan dengan keadaan tulang bukal- lingual sebelum

dilakukan augmentasi, seperti terlihat pada gambar 5 (lima) dan 6 (enam).

Page 16: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

PROSIDING NASSIP 4 173

Gambar 5. Perbandingan Tulang bukal-Lingual Sebelum dan Sesudah Augmentasi : a: sebelum augmentasi, b: setelah

augmentasi pertama, c: setelah augmentasi kedua

Gambar 6. Perbandingan Tulang bukal- Lingual Sebelum dan sesudah Augmentasi (Setelah Pembukaan Flep)

a: Sebelum augmentasi, b: Setelah augmentasi pertama

Enam bulan setelah augmentasi kedua, terlihat ketersediaan tulang bukal-lingual pada daerah edentulous cukup adekuat untuk pemasangan implan. Implan yang digunakan adalah Straumann bone level tapered (BLT) dengan diameter 3,3 mm dan panjang 8 mm. Preparasi implan dimulai dengan

bur bundar berdiameter 1,4 mm, kemudian dengan diameter 2,3 mm. Selanjutnya digunakan pilot drill

berdiameter 2,2 mm kemudian 2,8 mm dan panjang 10 mm. Tulang yang menempel pada alat dikumpulkan dan digunakan sebagai autograft. Preparasi bed implant dilanjutkan dengan penggunaan profile drill berdiameter 3,3 mm dan implan dimasukkan hingga 3 mm dibawah CEJ gigi–gigi sebelahnya. Autograft yang

diperoleh selama preparasi implan dicampur dengan Allograft-DFDBA dan NaCl kemudian diletakkan di permukaan bukal implan 12. Selanjutnya digunakan membran acellular dermal matrix (ADM) dan dilakukan penjahitan dengan benang non- absorbable blue nylon 5-0 dengan needle 3/8 (gambar 7).

Pada Kontrol 1 minggu dan 2 minggu setelah pemasangan implan, tidak terdapat keluhan subjektif

dan gingiva terlihat normal (tidak terdapat kelainan). Empat bulan setelah pemasangan implan pasien di-recall

untuk pemasangan healing abutment. Pertama digunakan healing abutment dengan diameter 3,6 mm dan

tinggi 3,5 mm akan tetapi setelah kontrol 2 minggu terlihat healing masih terkubur di dalam gingiva sehingga

diputuskan untuk mengganti healing abutment dengan tinggi 5 mm (gambar 8).

Page 17: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

174 NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN PERIODONTICS

Gambar 7. Pemasangan Implan 12:a & b: Hasil dua kali augmentasi terlihat tulang cukup adekuat untuk pemasangan

implan, c & d: Penggunaan alignment pin untuk memeriksa implant axis, e: Penempatan implan BLT berdiameter 3,3 mm

dan panjang 8 mm 3 mm dibawah CEJ gigi-gigi sebelahnya, f: Penggunaan autograft dan allograft-DFDBA di bagian bukal,

g : Penggunaan membran ADM, h : Penjahitan, I : Gambaran radiografis setelah pemasangan implan

Dua minggu setelah pemasangan healing abutment dengan tinggi 5 mm, pasien di-recall dan dilakukan pencetakan secara closed tray untuk pembuatan temporary abutment, dengan crown komposit

(gambar 9). Pembuatan tempoary abutment dimaksudkan untuk mendapatkan emer- gence profile yang

baik, hal ini disebabkan karena implan berada pada daerah anterior yang sangat memerlukan estetika. Pada kontol 1 minggu setelah pemasangan temporary abutment gingiva ter- lihat normal, tetapi masih terlihat

adanya black triangle di mesial implan 12, karena itu dilakukan penambahan komposit di servikal crown

12.

Gambar 8. Pemasangan Healing Abutment: a: Tulang bukal terlihat cukup adekuat, b : Implan terlihat 3 mm dibawah

CEJ, c : Pemasangan healing abutment,

Page 18: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

PROSIDING NASSIP 4 175

Gambar 9. Pemasangan Temporary Abutment dan Crown komposit : a: Temporary abutment + Crown Komposit , b:

Pemasangan temporary abutment+crown pada pasien (tampak Samping), c: Tampak Depan , d: Tampak palatal, e:

Kontrol 1 Minggu. f: Kontrol 2 Minggu

Gambar 10. Pencetakkan, Pemasangan Screw Retained Abutment dan Crown PFM: a: Pencetakan, b: Implan pada

model, c : crown pfm dengan screw retained abutment, d : Pemasangan crown PFM pada pasien, e: Tampak labial, f :

Permukaan palatal, g: Tampak lateral, h : Tampak Saat oklusi, i : Gambaran radiologis 2 minggu setelah pemasangan crown

Page 19: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

176 NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN PERIODONTICS

Lima minggu setelah pemasangan temporary abutment dilakukan pencetakan untuk

pembuatan cementable abutment dan crown permanen (gambar 10). Abutment yang digunakan pada kasus ini adalah jenis screw retained dan crown yang digunakan adalah PFM (porcelain fused to metal).

Gambar 11. Gambaran Klins Sebelum Augmentasi, Setelah augmentasi dan Setelah Pemasangan Implan

a: Sebelum Augmentasi, b : Setelah Augmentasi, c : Setelah pemasangan implan

PEMBAHASAN

Keberhasilan pemasangan implan anterior rahang atas memerlukan pengetahuan berbagai konsep dan

teknik. Perencanaan perawatan sebelum pemasangan implan, augmentasi jaringan keras dan jaringan

lunak, teknik bedah dan prostetik implan harus sangat diperhatikan dalam pemasangan implan pada

anterior rahang atas.5 Pada kasus ini dilakukan 2 (dua) kali augmentasi tulang disebabkan karena defek yang

cukup besar pada bagian bukal gigi 12, sehingga ketebalan tulang ideal yang dibutuhkan untuk pemasangan

implan baru dapat diperoleh setelah dua kali augmentasi.

Regenerasi tulang merupakan proses yang rumit, terdapat tiga hal penting yang diperlukan pada proses

regenerasi : adanya bekuan darah (vaskularisasi), adanya osteoblast dan kontak dengan jaringan sehat.

Faktor yang membatasi regenerasi dari suatu cacat atau defek tulang adalah adanya migrasi dan proliferasi dari

sel – sel jaringan lunak, yang terjadi lebih cepat daripada sel–sel pembentuk tulang, sehingga pertumbuhan

jaringan lunak tersebut menganggu ataupun mencegah proses osteogenesis pada tulang.4

Sandwich bone augmentation dapat dilakukan sebelum pemasangan implan maupun

bersamaan dengan pemasangan implan, dengan lebar ridge 3,5 mm – 4 mm.11 Teknik sandwich bone augmentation dikembangkan dengan mengikuti empat prinsip dasar “PASS”, yang terdiri dari Primary wound

closure, promoting Angiogenesis, mempertahankan Space untuk regenerasi dan mendapatkan primary implant serta untuk stabilitas bekuan darah. Keempat prinsip dasar tersebut sangat penting untuk

mendapatkan regenerasi tulang yang optimal.2,11

Autogenous graft (autograft) merupakan material bone graft gold standart untuk GBR karena

memiliki sifat osteogenik, osteoinduktif dan osteokonduktif. Kekurangan dari bahan ini adalah sumbernya yang terbatas, memerlukan tambahan intervensi bedah kedua untuk daerah donor dan memiliki resiko kematian jaringan pada daerah donor. Komponen utama dari teknik sandwich bone augmentation adalah autograft,

yang digunakan sebagai lapisan pertama yang berkontak dengan tulang. Apabila autograft tidak cukup untuk menutupi defek yang berdekatan dengan tulang, maka bahan bone graft allograft-DFDBA merupakan pilihan

utama. Selain memiliki sifat osteokonduksi DFDBA juga bersifat osteoinduksi karena dapat melepaskan bone morphogenic protein (BMP) yang

Page 20: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

PROSIDING NASSIP 4 177

dapat menginduksi pembentukan tulang.9,12 Bahan allograft lainnya adalah FDBA (freeze-dried bone allograft).

Perbedaan antara DFDBA dan FDBA adalah, FDBA lebih lama teresorbsi dibandingkan dengan DFDBA,

lebih radioopak, dan hanya memiliki sifat osteokonduksi.12

Xenograft adalah tulang konselus yang berasal dari spesies lain seperti sapi (bovine) atau babi (porcine).

Tulang sapi anorganik tidak memiliki sifat osteoinduktif tetapi memiliki sifat osteokonduksi. Penggunaan membran

juga sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh pada pada GBR. Wang, dkk mengemukakan bahwa Lang,

dkk mengukur jumlah tulang alveolar yang dapat diregenerasi dengan membran non-absorbable, dimana ia

menemukan bahwa membran yang dilepas antara 3 dan 5 bulan menghasilkan regenerasi 0% dan 60%, sedangkan membran absorbable yang telah digunakan selama 6 hingga 8 bulan menghasilkan regenerasi

antara 90% - 100% dari volume tulang yang mungkin dihasilkan dari proses regenerasi. Oleh sebab itu membran

absorbable lebih disukai, karena tidak memerlukan intervensi pembedahan tambahan, membantu dan

mempertahankan penyembuhan luka hingga pematangan tulang selesai. Membran yang mengandung kolagen

juga lebih disukai karena biokompatibilitasnya terhadap jaringan mulut tinggi, memiliki sifat hemostatik, dan efek

kemotaktik pada fibroblast sehingga mempercepat penutupan luka.4

Pada kedua kasus augmentasi digunakan bone graft allograft dan xenograft serta membran

absorbable yang mengandung kolagen. Perbedaan antara kedua augmentasi adalah bone graft allograft yang digunakan pada augmentasi pertama adalah FDBA, sedangkan pada augmentasi kedua digunakan DFDBA. Selain itu lapisan bone graft pada kedua augmentasi juga berbeda, pada augmentasi pertama FDBA

digunakan sebagai lapisan pertama yang berkontak dengan tulang dan xenograft sebagai lapisan kedua. Pada augmentasi yang kedua lapisan pertama yang berkontak dengan tulang digunakan xenograft dan diatasnya

digunakan DFDBA. Membran absorbable yang mengandung kolagen digunakan sebagai lapisan terakhir. Urban, dkk melaporkan bahwa membran absorbable memiliki bentuk yang kurang stabil, sehingga dapat mengakibatkan migrasi dari graft, kolapsnya membran dan pembentukan tulang yang kurang adekuat.7

Saad, dkk mengemukakan bahwa keberhasilan GBR ditentukan oleh disain flap yang digunakan,

stabilisasi membran dan teknik penutupan flap.10 Penelitian Wang, dkk menunjukkan bahwa penggunaan bone graft bersamaan dengan membran memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan bone graft saja, akan tetapi hasil yang diperoleh bervariasi, disebabkan karena perbedaan

bahan material graft dan dari tehnik yang digunakan.1

KESIMPULAN

Teknik augmentasi tulang yang tepat menghasilkan ketersediaan tulang alveolar yang

memadai untuk pemasangan implan yang dapat diterima secara biologis dan memenuhi estetika.

DAFTAR PUSTAKA

1. Benavides E, Wang H. A randomized clinical trial evaluating the efficacy of the sandwich bone

augmentation technique in increasing buccal bone thickness during implant placement surgery I . Clinical

and radiographic parameters. 2013:458-467.

2. Fu J, Wang H. The Sandwich Bone Augmentation Technique. Clin Adv Periodontics. 2012;2(3):172-

77. 3. Hsu DY, Wang H. Management of biological and biomechanical implant complications. Int J Oral

Maxillofac Implant. 2012;27(4):894-904.

4. Wang H, Misch C, Neiva RF. “ Sandwich ” Bone Augmentation Technique : Rationale and Report of Pilot Cases. Int J Periodontics Restor Dent. 2004;24(3):233-40.

5. Jivraj S, Chee W. Treatment planning of implants in the aesthetic zone. Br Dent J. 2006;201(2):77-

Page 21: PROSIDING NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN ...staff.ui.ac.id/.../1.23_teknik_a_sandwich_nassip_4.pdfPRAKATA National Scientific Seminar in Periodontics ke-4 (NASSIP 4) telah sukses dilaksanakan

178 NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN PERIODONTICS

89.

6. Tal H, Artzi Z, Kolerman R. Augmentation and Preservation of the Alveolar Process and Alveolar

Ridge of Bone. Clin Oral Implants Res. 2003;(1967):132-175.

7. Urban IA, Lozada JL, Wessing B, S LF. Vertical Bone Grafting and Periosteal Vertical Mattress Suture

for the Fixation of Resorbable Membranes and Stabilization of Particulate Grafts in Horizontal Guided

Bone Regeneration to Achieve More Predictable Results : A Technical Report. Int J Periodontics Restor

Dent. 2016;36(2):153-59.

8. Lee A, Brown D, CWang H. Sandwich bone Augmentation for predictable horizontal bone augmentation. Implant Dent. 2009;18(4):282-90.

9. Sheikh Z, Sima C, Glogauer M. Bone Replacement Materials and Techniques Used for Achieving Vertical Alveolar Bone Augmentation. Materials (Basel). 2015;8:2953-93.

10. Saad M, Assaf A, Maghaireh H. Guided Bone Regeneration : Smile Dent J. 2012;7(1):8-16. 11. George N, Seema G, Aswathy S. Horizontal ridge augmentation–an Overview. Ann Dent Spec.

2016;4(2):29-32.

12. Hung NN, Noi H. Basic Knowledge of Bone Grafting in www.intechopen.com.