PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH....

188
ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun oleh: Febrilia Kustiansari 061224011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH....

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

ANALISIS STRUKTURAL

NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI

DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh: Febrilia Kustiansari 061224011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

iv

Moto

Tak ada manusia Yang terlahir sempurna

Jangan kau sesali Segala yang telah terjadi

Kita pasti pernah

Dapatkan cobaan yang berat Seakan hidup ini

Tak ada artinya lagi

Syukuri apa yang ada Hidup adalah anugerah Tetap jalani hidup ini

Melakukan yang terbaik

Tuhan pasti kan menunjukkan Kebesaran dan kuasanya

Bagi hambanya yang sabar Dan tak kenal putus asa

(Lirik lagu D Masiv, Jangan Menyerah)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

v

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan kepada:

Allah SWT, karena Dia-lah petunjuk jalan hidupku.

Kedua orang tuaku yang penuh cinta,

Bapak Slamet Kus Widodo dan Ibu Siti Wuryaningsih

yang senantiasa memberikan kasih sayang dan doa yang tak putus-putus,

yang tidak pernah habis memberikan semangat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

vii

ABSTRAK Kustiansari, Febrilia. 2011. Analisis Struktural Novel Jalan Bandungan Karya

Nh. Dini. Skripsi S1. Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji sktuktur novel Jalan Bandungan karya Nh. Dini. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan unsur instrinsik dalam novel Jalan Bandungan dan implementasinya sebagai bahan pembelajaran. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif yang menitikberatkan pada unsur instrinsik karya sastra yang terdiri dari tokoh, alur, latar, dan tema. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif. Dengan metode tersebut peneliti membagi dua bagian. Pertama, menganalisis novel Jalan Bandungan secara struktural yang terdiri dari tokoh, alur, latar dan tema. Kedua, implementasi hasil analisis novel Jalan Bandungan secara struktural sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA. Berdasarkan analisis intrinsik dapat disimpulkan bahwa tokoh sentral dalam novel Jalan Bandungan adalah Muryati dan Widodo. Untuk tokoh Muryati berperan sebagai protagonist atau tokoh utama. Widodo berperan sebagai tokoh antagonis. Sedangkan Handoko, Sri, Sisiwi, Ganik dan Murniyah berperan sebagai tokoh tambahan. Alur dalam cerita ini adalah alur campuran karena dalam pengaluran cerita, peristiwa-peristiwa yang terjadi di beberapa bagian terdapat sorot balik. Cerita diawali dengan paparan, rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan, klimaks, leraian, dan berakhir dengan selesaian. Latar peristiwa dalam novel Jalan Bandungan ini meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat secara umum terdapat di Jawa Tengah, Semarang. Latar waktunya terjadi ketika zaman perang revolusi terhadap Belanda. Latar sosial yang digunakan pengarang adalah masyarakat yang masih masih kolot dan berusaha bangkit pasca perang ditambah belum terorganisirnya Negara pasca perang revolusi dengan Belanda tapi tidak lepas dari adat dan kebudayaannya. Dalam novel Jalan Bandungan, ditemukan adanya tema pokok dan tema tambahan. Tema pokok (tema mayor) yang terkandung yaitu menggambarkan perjuangan seorang wanita bernama Muryati sebagai tokoh utama yang menyimbulkan kekuatan seorang yang tidak mudah menyerah terhadap lika-liku hidup yang dihadapinya.Tema tambahan (tema minor) dalam novel ini adalah secara umum bertemakan kemanusian. Novel ini bertema kemanusiaan karena mengungkapkan berbagai persoalan kemanusiaan, seperti keikhlasan, cinta kasih, kejujuran, persahabatan, kemunafikan, kesewenang-wenangan dan keterpaksaan. Berdasarkan analisis unsur-unsur instrinsik dapat disimpulkan adanya hubungan anatarunsur intrinsik di dalam novel Jalan Bandungan. Kisah novel Jalan Bandungan dan struktur penceritaan timbul karena masalah dan karakter tokohnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

viii

Novel Jalan Bandungan ini menggunakan bahasa sederhana dengan ragam bahasa sehari-hari yang mudah dipahami birapun ada beberapa menggunakan istilah bahasa Jawa dan bahasa figuratif digunakan dalam cerita tersebut. Jika dikaitkan dengan pembelajaran sastra di SMA, skripsi ini menunjukkan bahwa novel Jalan Bandungan dapat diimplementasikan sebagai bahan pembelajaran kelas XI semester I. Hal ini dibuktikan dengan kesesuaian analisis unsur intrinsik novel Jalan Bandungan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Standar kompetensinya adalah siswa mampu memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. Kompetensi dasarnya yaitu siswa mampu menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

ix

ABSTRACT Kustiansari, Febrilla. 2011. Structural Analysis of Nh. Dini’s Novel Jalan Bandungan. Minithesis of Graduate School. Yogyakarta: Education of Indonesian and Regional Language and Letter, Sanata Dharma University. This research studied on the structure of Nh. Dini’s novel Jalan Bandungan. The purpose of this research was to describe intrinsic element in novel Jalan Bandungan and its implementation as learning material. The approach used in this research was objective approach of which emphasize on the intrinsic element of letter work comprised of character, plot, setting, and theme. Meanwhile the method used in this research was descriptive method. By this method the author divided it into two parts. First, structurally analyze the novel Jalan Bandungan comprising of the character, plot, setting, and theme. Second, structurally implement of the result of analysis of novel Jalan Bandungan as learning material of letter in Senior High School. Based on the intrinsic analysis it can be concluded that the central characters in novel Jalan Bandungan are Muryati and Widodo. The character Muryati takes the role as protagonist or main character. Widodo takes the role as antagonist character. Meanwhile Handoko, Sri, Sisiwi, Ganik and Murniyah take the role as figurant. The plot in this story is fused plot by reason in plotting the story; the incidents happened in various parts, there are ordinary plot and flashback plot. The story begins by the description, stimulation, conflict, clash, complexity, resolvability, and ends with the conclusion. The incident setting in novel Jalan Bandungan included the place, time, and social setting. The place setting was generally in Central Java, Semarang and Nederland. The time setting happened during the revolution war period to against the Nederland and post-war governmental period. The social setting used by the author was the society which still conservative and strived to stand up in the post-war period added by the unorganized condition of the state in post revolution war period with the Nederland related to its custom and culture. In novel Jalan Bandungan, it found the primary theme and additional theme. The primary theme (major theme) contains is describing the struggle of a woman named Muryati as main character who concludes an individual power of which is not easily to surrender towards the complicatedness of life she faces. The additional themes (minor theme/partial theme) in this novel are humanism, social, and politic. It is called as humanism by reason this express various humanism problem, such as the sincerity, affection, honesty, friendship, hypocrisy, despotism, and forcedness. The novel Jalan Bandungan uses simple language by daily language style of which is easily comprehended although it used many language style of Javanese and figurative language used in this story. If it is related to the letter learning in Senior High School, this minithesis shows that novel Jalan Bandungan can be implemented as learning material in XI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

x

grade of Semester I. It is proven by the appropriateness of analysis of intrinsic element of novel Jalan Bandungan by Curriculum of Educative Unit Level. The standard of competence is the student able to comprehend various tale, Indonesian/ translation novel. Its basic competence is the student able to analyze the intrinsic and extrinsic element of Indonesian/translation novel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

yang berjudul Analisis Struktural Novel Jalan Bandungan Karya Nh. Dini.

Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai

gelar sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. Skripsi ini dapat

terwujud berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, karena Dia-lah penuntun hidupku.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Kaprodi PBSID Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

3. Setya Tri Nugraha S.Pd. M. Pd., selaku dosen pembimbing I yang

dengan sabar selalu membimbing dan memberikan masukan kepada

penulis dalam menyusun skripsi.

4. Drs. G. Sukadi, selaku dosen II yang dengan sabar selalu membimbing

dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyusun skripsi.

5. Para dosen PBSID yang telah mendidik dan bersedia membagikan

ilmunya kepada penulis.

6. Para karyawan dan karyawati sekertariat FKIP, PBSID, MKDK, dan

BAAK yang telah melayani segala urusan administrasi sehingga dapat

membantu lancarnya tugas penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………..ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………iii

MOTO…………………………………………………………………………….iv

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………..v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………….vi

ABSTRAK…………………………………………………………………….…vii

ABSTRAK…………………………………………………………………………ix

KATA PENGANTAR……………………………………………………………xi

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………...1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………4

1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………….4

1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………...4

1.5 Batasan Istilah……………………………………………………..5

1.6 Sistematika Penyajian……………………………………………..6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian yang Relevan…………………………………………...7

2.2 Landasan Teori…………………………………………………...12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

xiv

2.2.1 Struktur Sastra……………………………………………12

2.2.2 Hakikat Novel……………………………………………14

2.2.3 Unsur Intrinsik Novel……………………………………15

A. Tokoh dan Penokohan……………………………16

B. Alur………………………………………………18

C. Latar……………………………………………...21

D. Tema……………………………………………...23

E. Amanat …………………………………………..26

F. Bahasa…………………………………………....27

2.2.4 Keterkaitan Antarunsur Pembentuk Novel………………28

2.2.5 Implementasi Pembelajaran Novel di SMA……………..29

A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan…………...29

B. Silabus……………………………………………34.

C. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………………39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian…………………………………………………..41

3.2 Subjek Penelitian…………………………………………………41

3.3 Metode Penelitian………………………………………………...42

3.4 Pendekatan……………………………………………………….42

3.5 Sumber Data Penelitian…………………………………………..43

3.6 Teknik Pengumpulan Data……………………………………….43

3.7 Instrumen Penelitian……………………………………………...43

3.8 Teknik Analisis Data……………………………………………..43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

xv

BAB IV STRUKTUR NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI

4.1 Unsur Instrinsik…………………………………………………..45

4.1.1 Tokoh dan Penokohan……………………………………45

a. Tokoh Sentral dan Penokohan……………………46

1. Tokoh Protagonis dan Penokohan ……….46

2. Tokoh Antagonis dan Penokohan ……….49

b. Tokoh Tambahan dan Penokohan………………...51

4.1.2 Alur………………………………………………………59

a. Paparan……………………………………………59

b. Rangsangan ………………………………………61

c. Gawatan………………………………………..….62

d. Tikaian…………………………………………….63

e. Rumitan…………………………………………...65

f. Klimaks…………………………………………..66

4.1.3 Latar……………………………………………………...69

4.1.4 Tema……………………………………………………..86

4.1.5 Amanat …………………………………………………..95

4.2 Keterkaitan Antar Unsur…………………………………………97

4.2.3 Tokoh dan Alur………………………………….97

4.2.4 Tokoh dan Latar………………………………...101

4.2.5 Tokoh dan Tema………………………………..103

4.2.6 Latar dan Tema…………………………………104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

xvi

4.2.7 Alur dan Tema…………………………………105

4.2.8 Tokoh, Alur, Latar, dan Tema…………………109

BAB V IMPLEMENTASI HASIL ANALISIS STRUKTURAL NOVEL

JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DALAM

PEMBELAJARAN DI SMA

5.1 Novel Jalan Bandungan Ditinjau dari Aspek Bahasa…………..111

5.2 Novel Jalan Bandungan Ditinjau dari Aspek Psikologi………..113

5.3 Novel Jalan Bandungan Ditinjau dari Aspek Latar Belakang

Budaya………………………………………………………….114

5.4 Novel Jalan Bandungan Ditinjau sebagai Bahan Pembelajaran

Sastra di SMA ………………………………………………….115

5.5 Silabus…………………………………………………………..117

5.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……………………121

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan………………………………………………….….147

6.2 Implikasi………………………………………………….……..150

6.3 Saran…………………………………………………………….150

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………152

LAMPIRAN……………………………………………………………………154

BIODATA……………………………………………………………………...166

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan produk dari masyarakat. Sastra berada di tengah

masyarakat berdasarkan pada desakan-desakan emosional dan rasional dari

masyarakat. Sastra berupa ungkapan pengalaman manusia yang diolah dalam bentuk

bahasa yang ekspresif dan mengesankan (Sumardjo, 1984:25). Bila seseorang

membaca karya sastra, baik cerpen, novel, maupun roman, si pembaca akan terbawa

oleh jalan cerita.

Karya sastra ada kalanya menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan hal

kemanusiaan. Sifat-sifat luhur kemanusiaan itu pada hakikatnya bersifat universal,

artinya sifat-sifat itu dimiliki dan dijalani oleh manusia di seluruh dunia

(Nurgiantoro,1995: 32).

Salah satu hasil karya sastra adalah novel. Novel merupakan hasil pengamatan

sastrawan terhadap kehidupan sekitarnya (Sumardjo, 1984:64). Nh. Dini sebagai

pengarang berupaya melukiskan ketidak-adilan yang dialami wanita, sedangkan

tokoh-tokoh dalam karya sastra digunakan sebagai corong ide untuk menyuarakan

hati nurani wanita. Dengan kata lain untuk menguatkan ketimpangan bidang sosial,

cinta, rumah tangga, budaya bahkan juga pendidikan. Fenomena tersebut oleh Nh.

Dini diungkapkan dalam sebuah karyanya yang berjudul Jalan Bandungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

2

Muryati, tokoh utama dalam buku ini melambangkan kekuatan seorang

perempuan yang tidak mudah menyerah terhadap lika-liku hidup yang dihadapainya.

Kondisi keluarga yang harmonis, orang tua yang penuh perhatian, cara didik orang

tua yang terbuka dan demokratis, ternyata tidak menjamin kehidupan masa depan

Mur menjadi lebih baik. Suami pilihan orang tuanya yang kemudian diterimanya

dengan sepenuh hati tanpa paksaan ternyata bukanlah seorang suami yang baik bagi

Mur dan ketiga anaknya. Widodo ternyata terjerat oleh idealisme sayap kiri yang

membawanya ke penjara selama 14 tahun.

Inilah saat Mur untuk kembali menata kehidupannya. Ia mulai kembali bekerja

sebagai guru bahkan menerima tawaran untuk sekolah lagi di Belanda. NH Dini

mengungkapkan betapa persahabatan yang kuat, pertalian kekeluargaan yang erat,

kepedulian dan perhatian yang kental merupakan topangan utama bagi Mur dalam

mengahdapi permasalahan kehidupannya. Ia menjadi semakin kuat karena dukungan

yang diperoleh dari orang-orang yang setia memperhatikannya dengan tulus dan

sungguh-sungguh.

Melalui Muryati, nampaknya NH Dini ingin mengungkap betapa kayanya

kehidupan perempuan melalui badai kehidupan yang dihadapinya. Mulai dari tokoh

Ibu Mur, wanita yang penuh perhatian dan cinta terhadap suami dan anak-anaknya,

yang tetap kuat dan bertahan saat suaminya meninggal dengan tiba-tiba. Kemudian

sahabat Mur, Garnis yang akhirnya harus menyerah kalah terhadap penyakit kanker

yang dideritanya. Sri, yang merasakan kepahitan saat suaminya mempunya seorang

wanita simpanan, bahkan belakangan dinikahi dan diberikan sebuah rumah. Kisah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

3

cinta Mur juga tidak kalah menarik, saat kemudian ia memutuskan untuk menikahi

adik Widodo, Handoko.

Ada beberapa alasan peneliti menganalisis novel karya Nh. Dini. Alasan pertama,

Novel Jalan Bandungan karya Nh. Dini merupakan novel yang menarik. Novel ini

berlatar belakang sosial dan kemanusiaan karena menampilkan permasalahan sosial

yang sampai sekarang masih menjadi permasalahan dan sering terjadi pada

masyarakat. Alasan yang kedua, novel ini mengandung amanat yang mendalam bagi

pembaca. Amanat yang mendalam bagi pembaca yaitu dalam kehidupan kita tidak

menyerah dengan keadaan, harus kuat berjalan dan menapaki liku kehidupan, boleh

memutuskan sesuatu secara gegabah, harus berpikir apakah akibat dibalik itu semua.

Kekerasan bukanlah suatu jalan keluar yang jitu dan hendaklah menjadi manusia

yang bertanggung jawab, tegas dan berjiwa besar.

Alasan yang ketiga, dalam novel Jalan Bandungan karya Nh. Dini terdapat

hubungan yang kuat anatar norma-norma budaya yang tersirat di dalamnya dengan

proses globalisasi. Salah satu norma budaya yang sangat kentara adalah norma

budaya Jawa, yaitu prinsip Toto Urip, Toto Kromo dan Toto Urip.

Alasan yang keempat, unsur-unsur instrinsik terdapat dalam novel diacu pada

kurikulum (KTSP). Di dalam kurikulum khususnya pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia, terdapat butir yang lebih menekankan bahwa siswa mampu menjelaskan

unsur-unsur instrinsik dari pembacaan penggalan novel yang terdapat pada

kompetensi dasar 7.2 yaitu menganalisis unsur-unsur instrinsik novel Indonesia

maupun terjemahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

4

Penulis memilih analisis struktural untuk menganalisis novel yang berjudul Jalan

Bandungan karya Nh. Dini Analisis struktural adalah analisis yang melihat unsur-

unsur struktur karya sastra saling berhubungan erat, saling menentukan artinya.

(Pradopo. 1978:118). Teori dan metode struktural ini diharapkan dapat digunakan

untuk mengkaji novel secara mendalam dan mengungkapkan makna novel secara

keseluruhan melalui tokoh, alur, latar, dan tema.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya sebagai

berikut:

1.2.1 Bagaimana unsur intrinsik novel Jalan Bandungan karya Nh. Dini yang

terdiri dari alur, tokoh, tema, latar dan amanat?

1.2.2 Bagaimana implementasi unsur instrinsik novel dalam novel Jalan

Bandungan karya Nh. Dini dalam pembelajaran sastra di SMA?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mendeskripsikan unsur intrinsik Jalan Bandungan karya Nh. Dini yang

terdiri dari alur, tokoh, tema, latar dan amanat.

1.3.2 Mendeskripsikan implementasi unsur instrinsik novel dalam novel Jalan

Bandungan karya Nh. Dini dalam pembelajaran sastra di SMA

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian terhadap permasalahan di atas diharapkan dapat bermanfaat:

1.4.1 Bagi pemahaman teori struktural sastra, sehingga dapat memperluas

pengetahuan kita dalam proses pemahaman karya sastra.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

5

1.4.2 Bagi pengembangan studi structural sastra, terutama dalam menerapkan

pendekatan struktural.

1.4.3 Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan acuan

bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang masih memiliki kaitan dengan

metode maupun objeknya, serta bermanfaat bagi pengajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia.

1.5 Batasan Istilah

Untuk menghindari salah tafsir dan salah pengertian, maka di bawah ini akan

dijelaskan beberapa pengertian sebagai berikut.

1.5.1 Struktur

Struktur disini dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan suatu susunan

unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan

yang timbal balik, saling menentukan (Pradopo, 2005:118). Jadi kesatuan

unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-

hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan hal-hal itu saling

terkait. Saling berkaitan dan bergantung.

1.5.2 Unsur Instrinsik

Unsur Intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.

Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut

serta membangun cerita. (Nurgiyantoro, 2007: 23).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

6

1.5.3 Novel

Salah satu hasil karya sastra yang merupakan bangunan yang berstruktur.

Novel merupakan hasil pengamatan sastrawan terhadap kehidupan sekitarnya

(Sumardjo, 1984:64)

1.5.4 Pembelajaran

Proses menerima suatu bahan atau materi oleh siswa dalam proses belajar

mengajar.

1.5.5 Implementasi

Pelaksanaan atau penerapan (Depdiknas, 2005:427)

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penelitian ini sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian.

BAB II Landasan Teori

BAB III Metodologi Penelitian

BAB IV Diskripsi struktur novel ”Jalan Bandungan” karya Nh. Dini yang

meliputi tokoh, alur, latar dan tema.

BAB V Diskripsi implementasi hasil analisis struktural novel ”Jalan

Bandungan” karya Nh. Dini dalam pembelajaran sastra di SMA

BAB VI Penutup yang meliputi kesimpulan, implikasi, dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas landasan teori yang akan digunakan untuk memecahkan

masalah dalam penelitian. Landasan teori ini terdiri dari A) Penelitian terdahulu; B)

Kerangka teori meliputi: (1), Pendekatan struktural (2), Hakikat novel, (3) Unsur

pembentuk novel; C) Pembelajaran sastra Di SMA meliputi (1) Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP), (2) Silabus, dan (3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

2.1 Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian serupa yang dilakukan banyak peneliti. Berikut

dipaparkan empat penelitian terdahulu. Pertama, penelitian dilakukan oleh Wiwin

Tumariyana (2003). Penelitian ini berjudul Analisis Struktural Novel Perawan Karya

Korrie Layun Rampan dan Implementasi Aspek Tokoh dan Penokohannya sebagai

Bahan Pembelajaran Sastra di SMU.

Penelitian ini menganalisis struktur novel Perawan karya Korrie Layun

Rampan. Pendekatan yang dipergunakan dalam novel ini adalah pendekatan

struktural yang menitikberatkan pada unsur instrinsik karya sastra yang terdiri dari

tokoh dan penokohan, alur, latar dan tema.

Berdasarkan hasil analisis struktur maka dapat diketahui bahwa tokoh

sentral dalam novel ini adalah Dengkeh Bawe. Analisis penokohannya dilukiskan

pengarang menggunakan metode analitik dan dramatik. Tokoh Dengkeh Baweh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

8

dilukiskan oleh pengarang sebagai gadis yang cantik, cerdas, memiliki semangat

belajar yang tinggi, taat pada tradisi, dan berwawasan luas. Tokoh tambahannya

adalah Beliur Nempur, Belikar Tana, Datu Jomu, Tiong Goma, Belian, Kakek

Kerewaw, dan Dokter. Beliur Nempur dilukiskan dilukiskan sebagai seorang pria

yang tampan, cerdas, dan berpendidikan tinggi. Belikar Tana dilukiskan sebagai

seorang ayah yang sangat sabar, penyayang, dan selalu menghormati upacara adat.

Datu Jomu dilukiskan sebagai seorang ibu yang sabar, selalu melindungi anaknya,

penyayang dan senantiasa selalu mendukung suaminya. Tiong Goma dilukiskan

sebagai seorang ayah yang berwatak keras, penyayang dan sabar. Belian dilukiskan

sebagai seorang yang tampan, masih muda, memiliki kekuatan magis dan mampu

mengusir roh-roh jahat. Kakek Kerewaw dilukiskan sebagai seorang yang dituakan di

Lou, paling senior, arief, bijaksana, dihormati, disegani, dan ditakuti oleh warganya.

Dokter dilukiskan sebagai seorang wanita muda, cantik, menawan, dan sabar.

Latar dalam novel Perawan ada tiga macam yaitu latar tempat, waktu, dan

sosial. Latar tempat yaitu Desa Mut, Barong Tongkok dan tering di Kalimantan

Timur. Latar waktu tahun 1988 meliputi pagi, siang, sore dan malam. Adapun latar

sosialnya yaitu keadaan masyarakat, sikap masyarakat, tradisi, budaya Dayak, dan

bahasa para tokohnya.

Alur yang terdapat dalam novel Perawan adalah alur sorot balik. Alur ini

menggambarkan ingatan dan kenangan masa lampau Beliur Nempur, Dengkeh Bawe

dan tokoh-tokoh lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

9

Tema yang terkandung dalam novel Perawan adalah kekuatan batin

seorang istri dalam mempertahankan kesucian, harga diri, dan keutuhan perkawinan.

Dalam novel ini Dengkeh Bawe sebagai seoarang keturunan kaum dayak yang tinggal

di pedalaman daerah Kalimantan berusaha untuk tetap mempertahankan kesucianya,

melaksanakan upacara adat yaitu berupa nyenteau dan tutukng sarap demi mencari

sebuah kebenaran dan harga diri yang tercampakan ketika bahtera rumah tangganya

hampir saja hancur.

Kedua, penelitian dilakukan oleh Indah Mulasari (2009). Penelitian ini

berjudul Analisis Struktural Novel Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy

dan Implementasinya sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA.

Penelitian ini mengkaji struktur novel Ayat Ayat Cinta Karya

Habiburrahman El Shirazy. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan unsur

instrinsik dalam novel Ayat Ayat Cinta dan implementasinya sebagai bahan

pembelajaran sastra di SMA.

Berdasarkan analisis instrinsik dapat disimpulkan bahwa tokoh sentral

dalam novel Ayat-ayat Cinta adalah Fahri, Aisha, Maria, Nurul, Noura, dan Bahadur.

Untuk tokoh Fahri yang lebih cocok berperan sebagai tokoh utama atau protagonis.

Tokoh Aisha, Maria, Nurul berperan sebagai tokoh wirawati. Sedangkan tokoh

Bahadur dan noura yang berperan sebagai tokoh antagonis. Di samping tokoh sentral

di dalam novel Ayat-ayat Cinta terdapat pula beberapa tokoh tambahan.

Alur dalam cerita ini adalah alur campuran karena dalam pengaluran cerita,

peristiwa-peristiwa yang terjadi di beberapa bagian terdapat sorot balik. Cerita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

10

diawali dengan paparan, rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan, klimaks, leraian, dan

berakhir dengan selesaian.

Latar peristiwa dalam novel Ayat-ayat Cinta ini meliputi latar tempat, latar

waktu, dan latar sosial. Latar tempat terdapat di negara Mesir, tepatnya di kota Cairo.

Latar waktu terjadi sekitar tahun 2001-2003. Latar sosial yang digunakan pengarang

adalah masyarakat modern di negara Mesir terutama di kota Cairo yaitu cara

kehidupan masyarakat Mesir yang selalu mengikuti perkembangan zaman tapi tidak

terlepas dari adat dan kebudayaannya.

Dalam novel Ayat-ayat Cinta ditemukan adanya tema yaitu tentang

kesetiaan cinta suami istri. Hal ini dapat dilihat dalam sosok Fahri dan Aisah yang

memelihara cinta disertai kesabaran, usaha keras dan kekuatan doa yang akan

mengantarkan pada kebahagiaan abadi.

Novel Ayat-ayat Cinta ini menggunakan bahasa sederhana dengan ragam

bahasa sehari-hari yang mudah dipahami biarpun ada beberapa menggunakan istilah

bahasa asing seperti Arab, Inggris, Jerman, dan Jawa. Pilihan kata, kalimat, maupun

bahasa figuratif digunakan dalam cerita tersebut.

Ketiga, penelitian dilakukan oleh Dwi Prihantoro (2008). Penelitian ini

berjudul Analisis Struktural Novel Towards Zero karya Agatha Christie dan

Implementasinya sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMK

Penelitian ini bertujuan menganalisis secara struktural novel Towards Zero

karya Agatha Christie yang terdiri dari penokohan, alur, latar, tema, bahasa dan

amanat. Penulis menyimpulkna bahwa hasil analisis secara struktural unsur instrinsik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

11

dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam novel Toward Zero dapat

digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMK terutama untuk kelas XII

semster II. Hal ini dapat dibuktikan adanya hubungan antara unsur instrinsik novel

Toward Zero dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), untuk siswa

kelas XII semster II, standar kompetensi mampu menyimak untuk memahamisecara

kreatif suatu karya sastra antara lain cerpen, novel atau puisi.

Keempat, penelitian dilakukan oleh Mei Nurrita Sari (2009). Penelitian ini

berjudul Analisis Struktural Novel Catatan Buat Emak karya Ahmat Tohari serta

Implementasinya Aspek Tokoh dan Aspek Tema sebagai Bahan Pembelajaran Sastra

di SMA.

Penelitian ini mengkaji struktur novel Catatan Buat Emak karya Ahmad

Tohari. Berdasarkan hasil analisis struktur maka dapat diketahui bahwa tokoh sentral

dalam novel Catatan Buat Emak adalah Rasus, Srintil, dan semua warga Dukuh

Paruk yang bertentangan dengan tokoh utama sedangakan tokoh Srintil berperan

sebagai tokoh wirawati. Tokoh antagonisnya adalah warga Dukuh Paruk atau siapa

saja yang menganggap Srintil adalah wewenangnya. Tokoh tambahan dalam novel ini

adalah Warta, Darsun, Ki Secamenggala, Sakarya, Nyai Sakarya, Kartareja, Nyai

Kartareja, Sakum, Santayib, istri Santayib, Nenek Rasus, Sulam, dan Dower.

Latar peristiwa dalam novel Catatan Buat Emak ini meliputi latar tempat,

latar waktu, dan latar sosial. Latar tempatnya di sebuah desa terpencil bernama

Dukuh Paruk. Latar waktu terjadi sekitar tahun 1960-an. Latar sosialnya, ketika itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

12

masyarakatnya miskin, terbelakang, tidak berpendidikan, dan masih memegang teguh

adat istiadat yang sudah turun menurun.

Alur novel ini melalui delapan tahapan. Diawali dengan paparan,

rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan, klimaks, leraian, dan berakhir dengan

selesaian. Novel ini beralur sorot balik. Dapat diketahui bahwa peristiwa-peristiwa

dalam novel Catatan Buat Emak menunjukkan adanya gejala sebab akibat, artinya

peistiwa-peristiwa yang terjadi merupakan akibat dari adanya peristiwa sebelumnya.

Hal ini menunjukkan bahwa cerita dalam novel Catatan Buat Emak beralur sorot

balik karena dalam pengaluran tersebut, peristiwa-peristiwa yang terjadi tidak begitu

saja tersusun secara linear sederhana, tetapi di beberapa bagian terdapat sorot balik.

Sampai saat ini penelitian tentang novel Jalan Bandungan karya Nh. Dini

dengan pendekatan Objektif belum ditemukan oleh peneliti. Oleh karena itu penulis

meneliti novel Jalan Bandungan karya Nh. Dini ini dengan pendekatan objektif.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Struktural Sastra

Struktur dalam pembahasan ini berarti bahwa karya sastra itu merupakan

suatu susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi

hubungan yang timbal balik, saling menentukan (Pradopo, 2005: 118).

Bicara tentang struktur karya sastra bila dikaitkan dengan novel, Pradopo

mengatakan bahwa, novel merupakan sebuah struktur. Struktur disini dalam arti

bahwa novel itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang anatara

unsurnya terjadi hubungan timbal-balik, saling menentukan, oleh karena itu unsur-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

13

unsur dalam novel bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-

benda yang berdiri sendiri, melainkan hal-hal itu saling terkait. Saling terkait dan

bergantung (Pradopo, 1990: 118).

Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan dan

gambaran semua bahan dan bagian komponennya yang secara bersama membentuk

kebulatan yang indah (Abrams via Nurgiyantoro, 2007: 36)

Dengan pengertian seperti ini, maka analisis struktural novel adalah analisis

novel ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya dalam novel dan penguraian bahwa

tiap unsur mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainya,

bukan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur. Penerapan tinjauan struktural ini

difokuskan untuk menganalisis Novel Jalan Bandungan karya Nh. Dini. Unsur-unsur

instrinsik seperti tokoh, alur, latar dan tema yang ada dalam novel ini akan diulas

secara mendalam dengan dianalisis secara struktural.

Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur

tertentu sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot, tokoh, latar atau yang lain.

Namun yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur itu

(Nurgiyantoro, 2007: 37).

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa unsur-unsur instrinsik karya

sastra itu terjalin antara satu dengan yang lain. Keterjalinan itu saling kait mengait.

Pendapat itu telah diperkuat oleh pendapat dari Sudjiman yang mengatakan bahwa

antara tokoh, alur, latar, dan tema itu saling kait mengait. Unsur-unsur itu tidak bisa

berdiri sendiri. Ada interaksi antara unsur-unsur itu. Dalam hal ini misalnya sulitlah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

14

mengatakan dengan pasti yang mana yang dulu ada: tokoh atau alur (Sudjiman, 1988:

40).

Teeuw (via Zaidan, 2002: 22) menyatakan bahwa analisis struktural

bertujuan membongkar dan memaparkan secermat dan semendalam mungkin

keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek suatu karya sastra yang secara

bersama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh. Dalam penelitian analisis

struktural tiap unsur karya sastra diletakkan dan diposisikan dalam keterkaitannya

dan keterjalinannya dengan unsur yang lain.

Dengan demikian dibawah ini akan diuraikan mengenai unsur-unsur

instrinsik dari karya sastra dalam hal ini berupa novel. Unsur-unsur itu adalah tokoh,

alur, latar, dan tema. Penulis sengaja membatasi keempat unsur instrinsik itu karena

dalam penelitian ini hanya keempat itu menjadi kajian penulis.

2.2.2 Hakikat Novel

Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita

kehidupan seseorang dengan orang sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan

sifat setiap pelakunya (Depdiknas, 1990: 618). Sedangkan Hendy (1988: 57)

mengatakan bahwa novel ialah cerita yang panjang yang isinya menceritakan tokoh-

tokoh dalam rangkaian peristiwa dengan latar yang tersusun dan teratur.

Dalam arti luas novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas.

Ukuran yang luas di sini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks,

karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam pula, dan

setting cerita yang beragam pula. Namun, ukuran ’luas’ di sini juga tidak mutlak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

15

demikian, mungkin yang luas hanya salah satu unsur fisiknya saja, misalnya temanya,

sedangkan karakter, setting dan lain-lainnya hanya satu saja (Sumardjo, 1986: 29)

2.2.3 Unsur Intrinsik Novel

Nurgiyantoro (2007: 23) mengemukakan bahwa unsur-unsur pembangun

sebuah novel secara garis besar berbagai macam unsur tersebut secara tradisional

dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, walau pembagian ini tidak benar-benar

pilah. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Intrinsik berarti hakiki, benar, yang benar atau yang sesungguhnya.

Ekstrinsik ialah sisi luar yang tidak merupakan sifat atau bagian dasar (Hendy, 1988:

212). Intrinsik adalah sesuatu yang terkandung di dalamnya (Depdiknas, 1990: 337).

Dalam Nurgiyantoro (2007: 23) dikemukakan bahwa unsur intrinsik adalah

unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang

menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual

akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah

unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun serita. Unsur-unsur yang

dimaksud misalnya peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang

pencerita, bahasa atau gaya bahasa dan lain.

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu,

tetapi tidak secara langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya

sastra. Unsur-usnur yang dimaksud antara lain biografi pengarang, psikologi

pembaca, keadaan lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial,

pandangan hidup suatu bangsa juga berpengaruh terhadap karya sastra.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

16

Sumardjo (1984: 54) mengemukakan bahwa unsur-unsur pembentuk novel

adalah (1) Plot (alur cerita), (2) karakter (perwatakan), (3) tema (pokok pembicaraan),

(4) setting (tempat terjadinya cerita), (5) suasana cerita, (6) gaya cerita, (7) sudut

pandang pencerita.

Dalam penelitian ini lebih fokus menganalisis secara struktural unsur

intrinsik berdasarkan teori Sumardjo yaitu alur, tokoh dan penokohan, tema dan latar.

Zaidan (2002: 19) Penelitian aspek intrinsik sastra menempatkan kayra sastra sebagai

objek langsung tanpa mengkaitkannya dengan hal-hal diluarnya. Penelitian aspek

intrinsik terkait dengan unsur-unsur internal sastra. Unsur internal ini biasanya juga

disebut unsur formal sastra sebagai wujud sistem formal sastra itu. Penelitian dengan

objek unsur internal atau unsur formal sering juga disebut penelitian struktur,

penelitian yang memumpunkan perhatian pada struktur dalam karya sastra.

A. Tokoh dan Penokohan

Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif

yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu

seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan

(Abrams via Nurgiantoro, 2007: 165). Tokoh cerita menempati posisi strategis

sebagai pembawa dan penyampaian pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja

ingin disampaikan kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2007: 167).

Sumardjo (1984: 56) mengemukakan bahwa seluruh pengalaman yang

dituturkan dalam cerita kita ikuti berdasarkan tingkahlaku dan pengalaman yang

dijalani pelakunya. Melalui pelaku inilah pembaca mengikuti jalanya seluruh cerita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

17

Pembaca ikut mengalami apa yang dialami oleh pelakunya. Pelaku cerita inilah

merupakan unsur karakter. Mengenal watak pelaku cerita lebih memperjelas kita

mengenal maksud cerita.

Menurut Sudjiman (1988: 16), tokoh adalah individu rekaan yang mengalami

peristiwa dalam cerita. Individu rekaan itu dapat berupa manusia atau binatang

diinsankan. Berdasarkan fungsinya didalam cerita, tokoh dapat digolongkan menjadi

tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang paling sering muncul, yang menjadi

pusat perhatian pembaca, yang menjadi peran dalam cerita disebut tokoh utama.

Protagonis selalu menjadi tokoh yang sentral dalam cerita. Kriterium yang

digunakan untuk menentukan tokoh utama bukan frekuensi kemunculan tokoh itu di

dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang

membangun cerita (Sudjiman, 1988: 17). Disamping tokoh protagonis atau tokoh

utama ada juga yang merupakan penantang utama dari protagonis. Tokoh itu disebut

tokoh antagonis atau tokoh lawan. Tokoh antagonis dan tokoh wirawan/wirawati juga

termasuk tokoh sentral karena juga menjadi pusat perhatian bagi pembaca. Tokoh

wirawan/wirawati pada umumnya punya keagungan pikiran dan keluhuran budi yang

tercermin di dalam maksud dan tindakan mulia. Sebaliknya, antiwirawan adalah

tokoh yang tidak memiliki nilai-nilai tokoh wirawan dan berlaku sebagai tokoh

kegagalan (Sudjiman, 18-19).

Adapun yang dimaksud tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral

kedudukannya di dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk

menunjang atau mendukung tokoh utama (Grimes via Sudjiman, 1988: 19)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

18

Penyajian watak tokoh dari pencipta cerita tokoh disebut penokohan

(Sudjiman, 1988: 23). Ada beberapa metode penokohan yaitu metode diskursif dan

metode dramatik. Metode diskursif adalah metode yang penceritaan menyebut secara

langsung masing-masing kualitas tokoh-tokohnya. Metode dramatik adalah metode

yang penceritaan membiarkan tokoh-tokoh untuk menyatakan diri mereka sendiri

melalui kata-kata, tindakan-tindakan atau perbuatan mereka sendiri (Sayuti, 2000: 90-

91).

B. Alur

Menurut Nurgiyantoro (2007: 112-113), alur atau plot merupakan unsur fiksi

yang penting di dalam sebuah cerita rekaan berbagai peristiwa yang disajikan dengan

urutan tertentu. Staton (1965) mengelompokkan latar, bersa,a dengan tokoh, plot, ke

dalam fakta (cerita) sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi, dan dapat diimajinasi

oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi. Atau ketiga hal inilah yang

secara konkret dan langsung membentuk cerita: tokoh cerita adalah pelaku dan

penderita kejadian-kejadian yang bersebab akibat, dan itu perlu pijakan, dimanadan

kapan (Nurgiyantoro, 2007: 216).

Sudjiman (1988:29) mengemukakan bahwa alur ialah peristiwa-peristiwa

yang diurutkan yang membangun tulang punggung cerita. Peristiwa-peristiwa tidak

hanya meliputi yang bersifat fisik seperti cakapan atau lakuan, tetapi juga termasuk

sikap tokoh yang merubah jalan nasib. Suatu cerita yang mengandung urutan

kronologis peristiwa-peristiwa yang disajikan dalam karya sastra yang disela dengan

peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya, maka terjadilah apa yang disebut sorot

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

19

balik. Sorot balik ditampilkan dalam dialog, dalam bentuk mimpi, atau sebagai

lamunan tokoh yang menelusuri kembali jalan hidupnya, atau yang teringat kembali

kepada sesuatu peristiwa di masa lalu.

Sudjiman (1998: 30) menyebutkan bahwa struktur alur biasanya meliputi

awal, yang terdiri dari paparan (exposition), rangsangan (inciting moment), dan

gawatan (rising action). Struktur alur tengah meliputi tikaian (conflict), rumitan

(comlication), dan klimaks. Sedangkan struktur alur bagian akhir meliputi leraian

(falling action) dan selesaian (denovement). Paparan adalah penyampaian informasi

awal kepada pembaca. Paparan disebut juga eksposisi, merupakan fungsi utama awal

suatu cerita. Disini pengarang memberikan keterangan sekedarnya untuk

memudahkan pembaca mengikuti cerita selanjutnya. Situasi yang digambarkan pada

awal cerita harus membuka kemungkinan cerita untuk berkembang (Sudjiman, 1988:

32). Rangsangan merupakan peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan.

Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru yang berlaku

sebagai katalisator (Sudjiman, 1988: 35). Gawatan adalah ketidakpastian yang

berkepanjangan dan semakin menjadi-jadi. Adanya gawatan menyebabkan pembaca

terpancing keingintahuan akan kelanjutan cerita serta akan penyelesaian masalah

yang dihadapi.

Tikaian adalah perselisihan yang timbul karena adanya dua kekuatan yang

bertegangan. Satu diantaranya diawali oleh manusia sebagai pribadi yang biasanya

menjadi tokoh protagonis dalam cerita, tikaian ini dapat merupakan pertentangan

antara dirinya dengan kekuatan alam, dengan masyarakat, orang atau tokoh lain,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

20

ataupun pertentangan antar dua usnur dalam diri satu tokoh itu (Sudjiman, 1988: 35).

Perkembangan dari gejala mulai tikaian menuju klimaks cerita disebut rumitan.

Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya. Rumitan ini

mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari klimaks (Sudjiman,

1988: 35).

Bagian struktur alur setelah klimaks meliputi leraian yang menunjukkan

perkembangan peristiwa ke arah selesaian. Selesaian yang dimaksud disini bukanlah

penyelesaian masalah yang dihadapi tokoh cerita, tetapi bagian akhir atau penutup

cerita (Sudjiman, 1988: 36).

Nurgiyantoro (2007: 157) pembedaan alur berdasarkan kriteria jumlah, terdiri

atas alur tunggal dan alur sub-sub alur atau plot tunggal dan plot sub-sub plot. Alur

tunggal biasanya hanya mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan seorang

tokoh utama protagonis yang sebagai hero. Cerita pada umumnya hanya mengikuti

perjalanan hidup tokoh tersebut, lengkap dengan permasalahan-permasalahan dan

konflik yang dialaminya. Cerita demikian mirip dengan biografi seseorang atau

bahkan memang berupa novel biografi. Tentu saja dalam novel ini pun ditampilkan

berbagai tokoh lain yang juga memiliki dan dapat membuat konflik. Namun,

permasalahan dan konflik mereka dimasukkan ke dalam bagian alur cerita sepanjang

ada kaitannya dengan tokoh utma. Alur cerita tunggal sering dipergunakan jika

pengarang ingin memfokuskan ”dominasi” seorang tokoh tertentu sebagai hero atau

permasalahan tertentu yang ditokoh utamai seorang yang tertentu pula.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

21

Plot sub-subplot atau alur sub-sub alur merupakan sebuah karya fiksi dapat

saja memiliki lebih dari satu alur cerita yang dikisahkan, atau terdapat lebih dari

seorang tokoh yang dikisahkan perjalanan hidup, permasalahan, dan konflik yang

dihadapinya. Struktur alur yang demikian dalam sebuah karya barangkali berupa

adanya sebuah alur utama (Main plot) dan alur tambahan (sub-plot). Dilihat dari segi

keutamaan atau perannya dalam cerita secara keseluruhan alur utama lebih berperan

dan penting daripada sub-subplot itu.

C. Latar

Sumardjo (1984: 59) setting dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai

latar. Yang dimaksud setting atau latar adalah tempat dan masa terjadinya peristiwa

cerita. Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyarankan pada

pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams via Nurgiyantoro, 2007: 216). Latar

memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk

memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang

seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 2007: 217).

Elemen fiksi yang menunjukkan kepada kita di mana dan kapan kejadian-

kejadian dalam cerita berlangsung disebut setting atau latar. Ada pula yang

menyebutnya Landas tumpu, yakni lingkungan tempat peristiwa terjadi. Dengan

demikian, yang termasuk di dalam latar ini ialah tempat dan ruang yang dapat

diamati, seperti di sebuah desa, di kampus, di dalam penjara, dan seterusnya; waktu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

22

hari, tahun, musim atau periode sejarah, seperti di zaman revolusi fisik, di saat upaca

sekaten dan sebagainya (Sayuti, 2000: 126).

Sudjiman (1988: 46), latar secara sederhana adalah segala keterangan,

petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana terjadinya

peristiwa dalam suatu karya sastra membangun latar cerita. Latar yang membangun

suatu cerita dapat dibedakan menjadi latar sosial dan latar fisik atau material (Hudson

via Sudjiman, 1988:44). Latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat,

kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa yang

melatari peristiwa. Sedangkan yang dimaksud dengan latar fisik adalah tempat dalam

wujud fisiknya, yaitu bangunan, daerah dan sebagainya. Latar berfungsi

menghidupkan cerita. Dengan adanya latar, segala peristiwa, keadaan dan suasana

yang dialami oleh pelaku dapat dirasakan oleh pembaca. Sudjiman (1988: 44)

menambahkan bahwa latar dibedakan menjadi latar fisik, latar waktu, dan latar sosial.

Latar fisik meliputi penggambaran lokasi geografis, termasuk topografi,

pemandangan, sampai kepada perlengkapan sebuah ruang. Latar waktu meliputi

gambaran waktu, masa terjadinya suatu peristiwa cerita. Sedangkan latar sosial

meliputi pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh, lingkungan agama, moral,

intelektual sosial, dan emosional para tokoh.

Latar yang demikian memberikan informasi situasi (ruang dan tempat)

sebagaimana adanya. Ada juga latar yang berfungsi sebagai tokoh dan spiritual.

Selain itu latar tempat merupakan faktor yang paling penting. Di dalam cerita itu

dijajagi pengaruh suatu latar geografis dalam arti fisik maupun spiritual tokoh;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

23

misalnya pengaruh daerah kelahiran atau tempat seseorang dibesarkan. Meskipun

dalam suatu cerita rekaan boleh jadi latar merupakan unsur yang dominan,

sebenarnya latar pernah berdiri sendiri. Latar merupakan unsur, bagian dari suatu

keutuhan artistik yang harus dipahami dalam hubunganya dengan unsur-unsur lain

dalam cerita. Latar mendukung penokohan, latar dapat menentukan tipe tokoh cerita;

sebaliknya juga tipe tokoh tertentu menghendaki latar yang tertentu pula. Latar dapat

juga menentukan watak tokoh. Penggambaran keadaan kamar tokoh yang selalu acak-

acakan misalnya, mengesankan bahwa penghuninya bukan pecinta kerapian

(Sudjiman, 1988: 47-48).

D. Tema

Tema adalah pokok pembicaraan dalam sebuah cerita. Tema dalam karya

sastra letaknya tersembunyi dan harus dicari sendiri oleh pembacanya (Sumardjo,

1986: 57). Tema (theme) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita (Saton dan

Kenny via Nurgiyantoro, 2007: 67). Tema merupakan gagasan dasar umum yang

menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur

semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan

(Hartoko&Rahmanto via Nurgiyantoro, 2007: 68). Tema menjadi dasar

pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu

(Nurgiyantoro, 2007: 68).

Sayuti(2000: 191) mengatakan bahwa tema adalah makna yang dilepaskan

oleh suatu cerita atau makna yang ditemukan oleh dan dalam suatu cerita. Ia

merpakan implikasi yang penting bagi suatu cerita secara keseluruhan, bukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

24

sebagian dari suatu cerita yang dapat dipisahkan. Dalam kaitanya dengan pengalaman

pengarang, tema adalah sesuatu yang diciptakan oleh pengarang sehubungan dengan

pengalaman total yang dinyatakan.

Tema adalah pokok pengisahan dalam sebuah cerita. Cerita atau karya sastra

yang baik, yaitu dapat mengubah pandangan dan pelaku yang negatif menjadi positif

(Hendy, 1988: 31).

Tema adalah gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasari dalam suatu

karya sastra. Tema kadang-kadang didukung oleh pelukisan latar, dalam karya sastra

yang lain tersirat dalam lakuan tokoh, atau dalam penokohan. Tema bahkan dapat

menjadi faktor yang menikat peristiwa-peristiwa dalam suatu alur. Ada kalanya

gagasan itu begitu dominan sehingga menjadi kekuatan yang mempersatukan

pelbagai unsur yang bersama-sama membangun karya sastra, dan motif tindakan

tokoh. Tema sebuah cerita adakalanya dinyatakan secara jelas, artinya dinyatakan

secara eksplisit. Adapula tema yang dinyatakan secara implisit atau tersirat

(Sudjiman, 1988: 50-51).

Dalam karya sastra besar, sering ditemukan adanya tema pokok dan tema

tambahan. Tema pokok (tema mayor) yaitu makna pokok cerita yang menjadi dasar

atau gagasan umum karya sastra tersebut bukan hanya terdapat pada bagian tertentu

saja. Tema tambahan (tema minor/ tema bagian) yaitu maknanya hanya terdapat pada

bagian-bagian tertentu saja dalam sebuah cerita.

Menurut Nurgiyantoro (2007: 80-82), ditemukan adanya lima tingkatan tema

berdasarkan tingkatan-tingkatan pengalaman jiwa manusia yaitu tingkat fisik, tingkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

25

organik, tingkat sosial, tingkat individu, tingkat divine. Pertama, Tema tingkat fisik,

manusia sebagai (atau: dalam tingkat kejiwaan). Tema karya sastra pada tingkat ini

lebih banyak menyaran atau ditunjukkan oleh banyaknya aktivitas fisik daripada

kejiwaan. Ia lebih menekankan mobilitas fisik daripada konflik kejiwaan tokoh cerita

yang bersangkutan. Kedua, tema tingkat organik (atau dalam tingkat kejiwaan). Tema

ini lebih banyak menyangkut dan atau mempersoalkan masalah seksualitas-suatu

aktivitas yang hanya dapat dilakukan oleh makhluk hidup. Berbagai persoalan

kehidupan seksual manusia mendapat penekanan dalam novel dengan tema tingkat

ini, khususnya kehidupan seksual yang bersifat menyimpang, misalnya berupa

penyelewengan dan penghianatan suami-istri, atau skandal-skandal seksual yang lain.

Ketiga, tema tingkat sosial, manusia sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat

yang merupakan tempat aksi-interaksinya manusia dengan sesama dan dengan

lingkungan alam, mengandung banyak permasalahan, konflik, dan lain-lain yang

menjadi objek pencarian tema. Masalah-masalah sosial itu antara lain berupa masalah

ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih, propaganda,

hubungan atasan-bawahan, dan berbagai masalah dan hubungan sosial lainnya yang

biasa muncul dalam karya yang berisi kritik sosial. Keempat, tema tingkatan egoik,

manusia sebagai individu. Dalam kedudukannya sebagai makhluk individu, manusia

pun mempunyai banyak permasalahandan konflik, misalnya yang berwujud rekasi

manusia terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Masalah individualitas

itu antara lain berupa masalah egoisitas, martabat, harga diri, atau sifat dan sikap

tertentu manusia lainnya, yang pada umumnya lebih bersifat batin dan dirasakan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

26

yang bersangkutan. Dan yang terakhir, yang kelima yaitu tingkat divine, manusia

sebagai makhluk tingkat tinggi, yang belum tentu setiap manusia mengalami dan atau

mencapainya. Masalah yang menonjol dalam tema tingkat ini adalah masalah

hubungan manusia dengan Sang Pencipta, masalah religiusitas, atau berbagai masalah

yang bersifat filosofis lainnya seperti pandangan hidup, visi dan keyakinan.

E. Amanat

Menurut Sudjiman (1988: 57), amanat merupakan ajaran moral atau pesan

yang ingin disampaikan oleh pengarang. Amanat terdapat di dalam karya sastra

secara implisit maupun eksplisit. Amanat bersifat implisit jika jalan kluar atau ajaran

moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang akhir cerita. Sedangkan

bersifat eksplisit jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan,

saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan dan sebagainya yang berkaitan dengan

gagasan yang mendasari cerita. KBBI (via Nurgiyantoro, 2007: 320), secara umum

moral menyaran pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum

mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebaginya: akhlak, budi, pekerti, susila.

Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup

pengarang yang bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah

yang ingin disampaikan kepada pembaca. Moral dalam cerita menurut Kenny (via

Nurgiyantoro, 2007: 321), biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang

berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil

(ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Ia merupakan ”petunjuk”

yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

27

dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan.

Ia bersifat praktis sebab ”petunjuk” itu dapat ditampilkan, atau ditemukan modelnya,

dalam kehidupan nyata, sebagaimana model yang ditampilkan dalam cerita itu lewat

sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa

amanat adalah pesan yang terkandung di dalam karya sastra yang ingin disampaikan

penulis kepada pembaca.

F. Bahasa

Menurut Nurgiyantoro (2007: 272), bahasa merupakan sarana pengungkapan

sastra. Sastra lebih dari sekedar bahasa, deretan kata, namun unsur kelebihannya

hanya dapat diungkapkan dan ditafsirkan melalui bahasa. Bahasa dalam sastra pun

mengemban fungsi utama sebagai alat komunikasi.

Jika berbicara mengenai bahasa, terutama dalam karya sastra tentu kita tidak

akan lepas dari gaya bahasa. Setiap karya sastra selalu mempunyai gaya bahasanya

sendiri dengan bertujuan mendapatkan suatu efek keindahan.

Abrams (via Nurgiyantoro, 2007: 276) mengungkapkan gaya bahasa adalah

cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang pengarang

mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan.

Penggunaan bahasa dengan sendirinya ditentukan oleh pengarangnya. Gaya

bahasa ditandai oleh ciri-ciri formal kebahasaan seperti:

1. pilihan kata

2. Struktur kalimat

3. Bentuk-bentuk bahasa figuratif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

28

Ketiga unsur inilah yang akan dibahas dalam penelitian ini untuk memahami

aspek bahasa yang terdapat dalam novel Jalan Bandungan.

2.2.4 Keterkaitan Antarunsur Pembentuk Novel

Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, sesuatu kemenyeluruhan yang

bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-

unsur, yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling

menggantungkan. Jika novel dikatakan sebagai sebuah totalitas, unsur kata, bahasa,

misalnya, merupakan salah satu bagian dari totalitas itu, salah satu unsur pembangun

cerita itu, salah satu subsistem organisme itu. Kata inilah yang menyebabkan novel,

juga sastra pada umumnya, menjadi berwujud (Nurgiyantoro, 2007: 22-23).

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.

Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-

unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur

intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta

membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat

sebuah novel berwujud. Atau, sebaliknya jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-

unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang

dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita, plot,

penokohan, tema, alur, latar, sudut pandang, penceritaan, bahasa atau gaya bahasa

dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2007: 23).

Sebuah cerita secara keseluruhan harus mempunyai semua unsur fiksi tadi.

Sebuah cerita harus ada pelakunya, ada kejadian di dalamnya, tempat terjadinya, apa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

29

yang hendak dipermasalahkan pengarangnya. Semua itu tidak akan terasa perincianya

oleh pembaca waktu ia membaca cerita. Semua unsur tadi menyatu padu dalam

beberan pengalaman yang dikisahkan secara mengasyikkan oleh pengarang. Semua

unsur fiksi tadi berjalan begitu saja dengan mulusnya (Sumardjo, 1984: 54). Unsur-

unsur dalam sebuah cerita tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Tetapi untuk

memahami nilai cerita itu lebih dalam, perlu diadakan pembedaan unsur-unsurnya.

Jadi, unsur-unsur dalam cerita tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi dapat dibeda-

bedakan (Sumardjo, 1984: 81).

2.2.5 Tahap Pembelajaran Sastra di SMA

A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Pengajaran sastra termasuk ke dalam pengajaran yang sudah tua umurnya,

dan hingga sekarang tetap bertahan dalam kurikulum pengajaran disekolah.

Bertahanya pengajaran sastra dalam kurikulum sekolah, tentulah disebabkan oleh

nilai pengajaran sastra untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengajaran sastra

mempunyai peranan dalam mencapai berbagai aspek dari tujuan pendidikan dan

pengajaran, seperti aspek pendidikan susila, sosial, perasaan, sikap penilaian, dan

keagamaan (Rusyana, 1982: 6).

Pengajaran sastra memiliki manfaat untuk membantu ketrampilan

berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan

menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).

Rahmanto (1988: 26) berpendapat bahwa pemilihan bahan pengajaran harus

sesuai dengan kemampuan siswa pada tahapan pengajaran tertentu. Karya sastra yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

30

dipilih sebagai materi harus diklasifikasi tingkat kesukaranya dengan kriteria tertentu.

Dalam memilih materi pengajaran ada beberpa hal penting yang harus

dipertimbangkan yaitu tersedianya buku-buku diperpustakaan, kurikulum, kesesuaian

dengan tes akhir, dan lingkungan siswa.

Tujuan pengajaran sastra ditegaskan Rosenblatt (via Gani, 1988: 1) bahwa

pengajaran sastra itu melibatkan peneguhan kesadaran tentang sikap etik. Hampir

mustahil membicarakan cipta sastra seperti novel, puisi, atau drama tanpa

menghadapi masalah etik tanpa menyentuh dalam konteks filosofi sosial, tanpa

menghadapkan siswa pada masalah kehidupan sosial yang digelutinya sepanjang hari

di tengah-tengah masyarakat yang dihidupi dan menghidupinya. Oleh karena itu

pengajaran sastra di sekolah khususnya SMA perlu dilakukan untuk membimbing

siswa agar semakin trampil berbahasa, mengetahui kebudayaan bangsanya dan

mampu mengekspresikan diri melalui karya sastra di tengah-tengah kehidupan

masyarakat.

Rusyana (1982: 6) mengemukakan bahwa tujuan pengajaran sastra adalah

untuk beroleh pengalaman dan pengetahuan tentang sastra. Pengetahuan dapat

diajarkan oleh seseorang kepada yang lain. Beroleh pengalaman tentang sastra, tidak

boleh tidak murid harus langsung mengalaminya sendiri. Oleh karena itu, dalam

pengajaran sastra, kita harus menyediakan kesempatan agar murid mengalami

kegiatan membaca atau mendengarkan hasil sastra, dan mengalami kegiatan menulis

karangan. Dengan itu, kita mendorong murid untuk berbuat kreatif, dan mendorong

agar mereka mampu menikmati indahnya dalam kehidupannya. Kemudian untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

31

mengembangkan pengalaman yang telah diperoleh murid itu, kita dapat memberikan

pengetahuan tentang sastra, seperti menerangkan istilah, bentuk dan sejarah sastra.

Menurut Jabrohim (1994: 144) tujuan pokok pengajaran sastra ialah

membina apresiasi sastra anak didik, yaitu membina agar anak memiliki kesanggupan

untuk memahami, menikmati, dan menghargai suatu sipta sastra. Sedangkan, tujuan

pendidikan nasional memberi corak tujuan umum yang hendak kita capai seseuai

dengan dasarpandangan hidup bangsa kita (Jabrohim, 1994: 145).

Selanjutnya diuraikan 3 aspek yang penting dalam pemilihan bahan

pengajaran sastra (Rahmanto, 1988: 27-33). Aspek-aspek itu adalah pertama dari segi

bahasa, dari segi bahasa pemilihan bahan berdasarkan wawasan ilmiah yaitu kosa

kata yang baru, ketatabahasaan, situasi dan keseluruhan pengertian isi wacana. Selain

itu, penguasaan bahasa siswa juga perlu diperhatikan karena hal itu sangat

berpengaruh pada siswa. Siswa akan merasa kesulitan jika diberikan bahan yang

menggunakan bahasa yang berada di luar jangkauan pengetahuannya.

Kedua, dari segi psikologi. Hal ini berpengaruh terhadap minat para siswa,

daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan pemecahan

problem yang mungkin. Untuk itu guru harus memahami tingkatan psikologi

siswanya. Terdapat empat tingkatan psikologi. Anak SD dan menengah yaitu tahap

pengkhayal, romatik, realistik, dan generalisasi. Tahap pengkhayal dialami oleh anak

umur 8-9 tahun dengan ciri-ciri imajinasi anak dipenuhi dengan fantasi kekanakan.

Pada tahap romantik, (10-12 tahun) anak mulai meninggalkan fantasi dan mengarah

ke realitas. Pada tahap realistis (13-16) maka berusaha mengetahui dan mengikuti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

32

fakta-fakta untuk memahami masalah dan kehidupan nyata, pada tahap generalisasi

(16 tahun ke atas) anak berminat untuk menemukan konsep abstrak dengan

menganalisis suatu fenomena.

Aspek pemilihan bahan perlu diperhatikan yang ketiga adalah latar

belakang budaya. Pemilihan bahan pengajaran hendaknya disesuaikan dengan karya

sastra dan latar belakang budaya sendiri yang dikenal siswa. Selain itu keluasan

wawasan guru dapat mempengaruhi penambahan pengetahuan siswa misalnya

tentang budaya daerah lain. Dalam novel Jalan Bandungan berlatar belakang budaya

Jawa yang menceritakan kehidupan seorang perempuan di kota Semarang.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Rosenblatt (via Gani, 1988: 1-2) juga

menganjurkan beberapa prinsip yang memungkinkan pengajaran sastra mengemban

fungsinya dengan baik, antara lain: (1) siswa harus diberi kebebasan untuk

menampilkan respons dan reaksinya, (2) siswa harus diberi kesempatan untuk

mempribadikan dan mengkristalisasikan rasa pribadinya terhadap citra sastra yang

dibaca dan dipelajarinya, (3) guru harus berusaha untuk menentukan butir-butir

kontak diantaranya pendapat para siswa, (4) peranan dan pengaruh guru harus

merupakan daya dorong terhadap penjelajahan pengaruh vital yang inheren di dalam

sastra sendiri.

Berkaitan dengan usaha untuk mencapai pengajaran sastra, maka hasil

analisis struktur novel Jalan Bandungan harus dapat diimplementasikan dalam proses

pengajaran sastra di SMA. Untuk mengimplementasikan hasil analisis yang berupa

tokoh, alur, latar dan tema dalam novel ini. Maka perlu dikaitkan dengan sistem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

33

pengajaran bahasa dan satra Indonesia di SMA sesuai dengan kurikulum yang

berlaku. Dalam penelitian ini menggunakan kurikulum KTSP.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BSNP, 2006: 11).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum oprasional

yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan, dimana

(KTSP) terdiri dari tujuan pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan, kalender

pendidikan dan silabus (Muslikh, 2008: 1). Landasan hukum kurikulum ini yaitu

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tenteng Sistem Pendidikan Nasional dan

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tenteng perlunya disusun dan

dilaksanakan delapan Standar Nasional Pendidikan, yaitu standar isi, standar proses,

standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana

dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiyayaan, dan standar penilaian

pendidikan.

KTSP untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, dikembangkan oleh

sekolah bersama komite sekolah dengan berpedoman pada standar isi dan standar

kompetensi lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang diterbitkan oleh

Badan Standar Nasiona Pendidikan (BSNP) bertujuan agar kurikulum tersebut dapat

disesuaikan dengan karakter dan tingkat kemampuan sekolah masing-masing.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

34

B. Silabus

Salim (via Muslich 2007: 23) mengemukakan bahwa silabus dapat

didefinisikan sebagai ”garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau

mareti pelajaran”. Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk

pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu

dipelajari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Silabus adalah seperangkat rencana dan pelaksanaan pembelajaran, beserta

penilaianya, yang disusun secara sistematis dan berisikan komponen-komponen yang

saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian Kompetensi Dasar (BSNP, 2007:

440).

Muslich (2007: 24) mengemukakan bahwa silabus bermanfaat sebagai

pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana

pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian. Penyusunan silabus dilaksanakan

bersama-sama oleh guru kelas/mata pelajaran, kelompok guru kelas/mata pelajaran,

atau kelompok kerja guru (PKG/MGMP) pada tingkat satuan pendidikan untuk satu

sekolah atau kelompok sekolah dengan tetap memperhatikan karakteristik masing-

masing sekolah (Muslich 2007: 25).

Komponen silabus terdiri dari Standar Kompetensi, Kemampuan Dasar,

Indikator, Materi Pelajaran, Pengalaman Belajar (langkah pembelajaran), Alokasi

Waktu, Sarana dan Sumber Belajar dan Penilai (BSNP, 2007: 440).

1. Standar Kompetensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

35

Penetapan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam silabus

sangat disarankan, hal ini berguna untuk mengingatkan para guru seberapa

jauh tuntutan target Kompetensi yang harus dicapai.

2. Indikator

Indikator yang ada sebagai hasil pengembangan dari Kompetensi Dasar,

merupakan ukuran karakteristik, ciri-ciri, perbuatan atau proses yang

berkontribusi atau menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar.

3. Materi Pokok

Agar penjabaran dan penyesuaian kompetensi dasar tidak meluas dan

melebar maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Sahid (Valid)

Materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah

teruji kebenaran dan kesahihannya. Pengertian ini juga berkaitan

keaktualan.

b. Tingkat Kepentingan

Dalam memilih materi perlu dipertimbangkan pertanyaan berikut;

sejauh mana materi tersebut penting dipelajari? Penting untuk siapa di

mana dan mengapa penting? Dengan demikian materi-materi yang

dipilih untuk diajarkan benar-benar diperlukan oleh siswa.

c. Kebermanfaatan

Manfaat harus dilihat dari semua sisi baik secara akademis maupun

non akademis. Bermanfaat secara akademis artinya guru harus yakin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

36

bahwa materi yang diajarkan dapat memberikan dasar-dasar

pengetahuan dan ketrampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut

pada jenjang pendidikan lebih lanjut. Bermanfaat secara non akademis

maksudnya adalah bahwa materi yang diajarkan dapat

mengembangkan kecakapan hidup (lifeskills) dan sikap yang

dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Layak Dipelajari

Materi yang memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat

kesulitan (tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit) maupun aspek

kelayakan terhadap pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat.

e. Menarik Minat

Materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan memotifasi siswa

untuk mempelajarinya lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan

kepada siswa harus mampu menumbuhkembangkan rasa ingin tahu,

sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri

kemampuan mereka.

4. Pengalaman Belajar

Pengalaman belajar merupakan kegiatan mental dan fisik yang

dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar

melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan

peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

37

dikuasai peserta didik. Rumusan pengalaman belajar juga mencerminkan

pengelolaan pengalaman belajar peserta didik.

5. Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan

berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan

non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap,

penilaian hasil karya berupa proyek atau produk penggunaan portopolio

dan penilaian diri.

6. Alokasi Waktu

Menentukan alokasi waktu sesuai dengan kompetensi dasar didasarkan

pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran

perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar,

keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan dan tingkat kepentingan

kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus

merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk

menguasai kompetensi dasar,

7. Alat dan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan dan/atau bahan yang digunakan untuk

kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak,

elektronik, narasumber serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

Muslich (2007: 25). Mengungkapkan bahwa beberapa prinsip yang

mendasari pengembangan silabus antara lain:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

38

a. Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan. Untuk

mencapai kebenaran ilmiah tersebut, dalam penyusunan silabus selayaknya

dilibatkan para pakar di bidang keilmuan masing-masing mata pelajaran. Hal

ini dimaksudkan agar materi pelajaran yang disajikan dalam silabus sahih

(valid).

b. Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi

dalam silabus sesuai atau ada keterkaitan dengan tingkat perkembangan fisik,

intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.

c. Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional

dalam mencapai kompetensi.

d. Konsisten

Adanya hubungan yang konsisten (ajek, atas asas) antara kompetensi

dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan

sistem penilaian.

e. Memadahi

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar

dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

39

f. Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar

dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni

mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

g. Fleksibel

Keseluruhan komponensilabus dapat mengakomodasi keragaman

peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan

tuntutan masyarakat.

h. Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,

afektif, psikomotor).

C. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Muslich (2007: 45) mengemukakan bahwa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang

akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang

guru diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Oleh karena itu,

RPP harus mempunyai daya terap yang tinggi. Melalui RPP pun dapat diketahui

kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya.

Mulyasa (2008:153) mengemukakan bahwa rencana pembelajaran

merupakan pedoman pelaksanaan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta

didik. RPP menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan dan menentukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

40

kualitas pendidikan serta kualitas sumber daya manusia (SDM), baik di masa

sekarang maupun di masa depan.

RPP yang baik adalah yang dapat dilaksanakan secara optimal dalam kegiatan

pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. RPP yang baik

memberikan petunjuk yang oprasional tenteng apa-apa yang harus dilakukan guru

dalam pembelajaran, dari awal guru masuk kelas sampai akhir pembelajaran. RPP

merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan dan memproyeksikan

tentang apa yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran dan pembentukan

kompetensi peserta didik. RPP merupakan upaya tindakan yang akan dilakukan

dalam kegiatan pembelajaran. Upaya tersebut perlu dilakukan untuk

mengoordinasikan komponen-komponen pembelajaran, yaitu kompetensi dasar,

materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian berbasis kelas (PBK).

Kompetensi dasar berfungsi mengembangkan potensi peserta didik; materi standar

berfungsi memberi makna terhadap kompetensi dasar; indikator hasil belajar

berfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukan kompetensi. Sedangkan PBK

berfungsi mengukur pembentukan kompetensi dan menentukan tindakan yang harus

dilakukan apabila kompetensi dasar belum terbentuk atau belum tercapai Mulyasa

(2008:154-155).

Mulyasa (2008:155) juga dijelaskan bahwa dalam RPP harus jelas kompetensi

dasar yang dimiliki oleh peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus

dipelajari, bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa

peserta didik telah menguasai kompetensi tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan sumber bahan yang digunakan, jenis penelitian ini adalah

penelitian kepustakaan atau kajian pustaka. Penelitian kepustakaan artinya

mendalami, mencermati, menelaah, dan mengidentifikasi pengetahuan yang ada

dalam kepustakaan (sumber bacaan, buku-buku referensi atau hasil penelitian lain)

untuk menunjang penelitian (Hasan, 2002: 45). Penelitian studi pustaka adalah

penelitian yang mengkaji objek kajian berupa bahan-bahan tertulis (Koenjaraningrat,

1990: 44). Sumber bahan tertulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel

Jalan Bandungan karya Nh. Dini.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah novel Jalan Bandungan karya Nh. Dini.

Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural. Teori dan metodenya diharapkan

dapat digunakan untuk mengkaji novel secara maksimal sehingga dapat mengungkap

unsur-unsur instrinsik novel Jalan Bandungan karya Nh. Dini yang memfokuskan

perhatian pada tokoh, alur, latar dan tema. Penelitian ini hanya sampai pada tahap

pembuatan silabus dan RPP, tidak meneliti pengajaran di kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

42

3.3 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, untuk menjawab masalah pertama, yaitu bagaimana

unsur instrinsik novel Jalan Bandungan maka digunakan metode penelitian kualitatif.

Metode penelitian kualitatif adalah metode yang memiliki tujuan untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan diskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa (Moleong, 2006:6).

Selanjutnya untuk menjawab masalah yang kedua, yaitu implementasi

pengajaran unsur instrinsik dalam silabus dan RPP digunakan metode penelitian

Reaseach and Developing atau penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan

adalah penelitian yang didalamnya dilakukan telaah terkendali dalam arti bahwa

logika proses berpikir dinyatakan secara eksplisit, kemudian informasi yang diperoleh

dikumpulkan secara sistematisdan objektif untuk dijadikan pertimbangan dalam

pengembangan materi, media, dan sebagainya dalam pendidikan (Joni, 1984: 1-2)

3.4 Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif.

Pendekatan objektif memusatkan perhatian pada unsur-unsurnya.Pemahaman

dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur dalam dengan mempertimbangkan

keterjalinan antarunsur di satu pihak, dan unsur-unsur dengan totalitas di pihak yang

lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

43

3.5 Sumber Data Penelitian

Subjek penelitian ini adalah novel Jalan Bandungan karya Nh. Dini. Novel ini

diterbitkan kali pertama pada tahun 1989 melalui penerbit Djambatan. Novel ini

berisikan 437 halaman dan berukur 21 x 14 cm. Novel Jalan Bandungan karya Nh.

Dini dibagi menjadi 4 bagian, yaitu bagian pertama, kedua, ketiga, dan keempat.

Dalam empat bagian tersebut hanya bagian dua dan tiga yang memiliki lebih dari satu

bab, bagian dua terdapat lima bab dan bagian tiga terdapat dua bab. Novel ini

merupakan novel dari sekian yang di tulis oleh salah satu pengarang wanita yang

produktif, dengan berbagai segudang prestasi dan lebih dari 20 judul novel yang ia

tulis dan telah diterbitkan.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah taknik baca dan teknik

catat, teknik baca dipergunakan untuk memperoleh data-data yang terdapat dalam

teks novel. Data-data yang diperoleh selanjutnya dicatat pada kartu data dan

klasifikasi. Kegiatan pencatatan data ini disebut teknik catat (Sudaryanto, 1993: 135).

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti itu sendiri.

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan oleh penulis adalah analisis kualitatif. Hasil

penelitian berupa deskripsi mengenai unsur-unsur instrinsik (tokoh, alur, latar, dan

tema) novel Jalan Bandungan karya Nh. Dini serta implementasinya sebagai bahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

44

pembelajaran sastra di SMA. Dengan tahap-tahap menganalisis tiap-tiap unsurnya

instrinsik (tokoh, alur, latar, dan tema) adalah sebagi berikut.

1. Analisis dimulai dengan mendefinisikan masing-masing unsur instrinsik

(tokoh, alur, latar, dan tema) dalam novel Jalan Bandungan.

2. Analisis kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi masing-masing unsur

instrinsik di dalam novel Jalan Bandungan yang ditemukan.

3. Mengklasifikasi masing-masing unsur instrinsik dalam novel Jalan

Bandungan

4. Analisis kemudian dilanjutkan dengan mendeskripsikan unsur-unsur instrinsik

agar kebulatan makna novel Jalan Bandungan ditemukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

45

BAB IV

ANALISIS STRUKTUR NOVEL JALAN BANDUNGAN

KARYA NH. DINI

Dalam bab ini, penulis akan memaparkan analisis unsur-unsur intrinsik yang

bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai isi novel Jalan Bandungan secara

menyeluruh. Analaisis ini dilakukan dengan mengidentifikasi dan mendeskripsikan

unsur-unsur intrinsik agar kebulatan makna novel Jalan Bandungan dapat

ditemukan. Unsur-unsur intrinsik yang dianalisis dalam penelitian ini adalah tokoh,

alur, latar, dan tema. Dalam analisis unsur instrinsik peneliti memberikan masing-

masing dua kutipan sebagai bukti analisis. Apabila dalam novel hanya terdapat satu

kutipan, analisis disesuaikan dengan isi novel.

4.1 Unsur Intrinsik

4.1.1 Tokoh dan Penokohan

Di bawah ini akan dibahas tokoh-tokoh yang ada dalam novel Jalan

Bandungan. Adapun tokoh-tokoh itu adalah: Muryati, Widodo, Bapak Muryati, Ibu

Muryati, Yu Dinem, Mas Sardi, Mas Yoga, Kakek, Bude, Pakde, Gunardi (Mas

Gun), Murgiyani (Ganik), Murniyah, Sriyati (Sri) , Siswiah (Siswi), Dokter Liantoro,

istri Dokter Liantoro, Ibunya Siswi, Eko, Simbok, Widowati, Winarno (Winar),

Wijanarko, Wibisono, Supir Dokter Liantoro, Irawan, Ibu mertua Klaten, Bapak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

46

mertua Klaten, Adik pertama, Adik kedua, Ali Sadikin, Guru, Mas Tom, Profesor, Yu

Kartini, Anneke, Notaris.

a. Tokoh Sentral dan Penokohan

1. Tokoh Protagonis dan Penokohan

Tokoh Muryati atau Mur menjadi fokus cerita, menjadi sentral pengisahan,

menjadi sorotan pembaca dalam keseluruhan isi novel ini. Hal itu bisa dilihat

keterlibatan Mur dalam setiap tindakannya dengan tokoh-tokoh lain. Hal ini terdapat

dalam kutipan berikut:

(1) “Jaga adikmu baik-baik. Aku akan membantu di gubuk palang merah,” katanya. Dan kepada adikku yang besar Ibu berpesan, “Tidak boleh bermain-main terlalu jauh dari gudang!” (hlm. 27).

(2) Bapak menahanku, “Duduk sebentar menemui mas-mas ini.” “Aku bikinkan teh dulu,” sahutku dan langsung pergi. (hm. 45). “Tadi Bapak mengatakan bahwa Dik Mur di SPG. Ya, Dik?” kata Mas Wid. “Ya, kelas dua,” sahutku.” (hlm. 46).

(3) “Mbak Mur memang hebat,” Handoko menyambung. “Anda berbiacara lancar dan tidak menjemukan.” (hlm. 219).

Dari kutipan di atas tokoh Aku merupakan tokoh Muryati yang setiap

tindakannya dengan tokoh-tokoh lain. Lika-liku kehidupannya dijelaskan secara

runtut. Novel Jalan Bandungan digambarkan sebagi anak tertua. Hal ini dapat dilihat

dalam kutipan sebagai berikut:

(4) “Aku sebagi anak tertua tidak pernah mempunyai waktu senggang. Sebegitu menyelesaikan tugas yang diberikan ibuku, ayahku memanggil untuk mengerjakan sesuatu yang lain.” (hlm. 21)

(5) “....Aku semakin dijadikan teladan. Kasihan adik-adikku. Mereka harus mengikutiku. Sekurang-kurangnya adikku yang besar. Sulung dan satu-satunya anak perempuan, aku merasa mempunyai tugas cukup berat karena harus merintis semua yang serba paling baik bagi adik-adikku.” (hlm. 43).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

47

Selain itu juga digambarkan bahwa Muryati bercita-cita ingin menjadi guru.

Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(6) “Sejak kecil, orang tuaku sudah mengetahui bahwa menjadi guru adalah cita-citaku.....” (hlm. 43).

(7) “Tadi Bapak mengatakan bahwa Dik Mur di SPG. Ya, Dik?” kata Mas Wid. “Ya, kelas dua,” sahutku.

“Calon guru,” sambung temannya entah siapa namanya. “Itu kemauannya sejak dulu masih kecil sekali,” Ibu memberi penjelasan.....”Barangkali Dik Mur suka kepada anak-anak, karena itu ingin menjadi guru,”Mas Wid berkata lagi. “Saya ingin menjadi guru karena saya senang mengajar. Saya suka sekali memberitahukan apa yang saya ketahui kepada orang lain.” (hlm. 46). Dalam novel Jalan Bandungan juga digambarkan bahwa Muryati adalah anak

yang penurut dan patuh pada orang tua. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai

berikut:

(8) “Tanpa ragu-ragu, aku berkata, “Baiklah Aku serahkan keputusan menerima atau tidak lamaran ini kepada Bapak dan Ibu. Kalau menurut Bapak dan Ibu, Mas Wid cocok menjadi suamiku, aku patuh....” (hlm.52).

(9) “Apakah selama ini Bapak dan Ibu mendidikmu demikian? Membuntuti orang lain tanpa mempunyai pendapatmu sendiri?” ayahku ganti bertanya. “Tidak,” sahutku. Dan memang orangtua kami mendidik aku dan adik-adikku agar mandiri,mampu mempertahankan pendapat masing-masing meskipun menerima pikiran dan gagasan orang lain. Namun selama ini kami masih muda dan hidup di bawah naungan orangtua, kami harus taat dan patuh pada peraturan orang tua.” (hlm. 65).

Dijelaskan juga bahwa Mur adalah anak yang cerdas dan berprestasi. Hal ini

dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(10) “....Kamu anak cerdas. Boleh dikatakan ijazah sudah di depanmu. Kamu tinggal mengulurkan tangan dan melangkah setapak. Ibu harus menjaga supaya kamu tidak menyalahkan dirimu maupun Ibu kelak.” (hlm. 90).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

48

(11) “....Hari itu aku juga mendapatkan kepuasan: seorang dari profesorku mengatakan bahwa kertasku excellent.... Masa belajarku di negeri itu telah usai. Aku akan membawa kertas buktinya yang bercatatan bagus sekali untuk institut almamaterku....” (hlm. 286).

Muryati juga digambarkan sebagai seorang wanita yang kuat, tegar dan

tangguh dalam menghadapi lika-liku kehidupan ketika Widodo difonis dipenjara

karena bersekutu dengan komunis. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai

berikut:

(12) “... Sekarang yang hendak kutanyakan ialah menurut Mas Wid, bagaimana aku harus menghidupi anak-anak dan diriku. Apakah mas Wid Masih melarang aku kembali mengajar? Seandainya Mas Wid melarang pun, aku tetap harus berbuat sesuatu supaya kami tetap hidup. Sedangkan pekerjaanku adalah guru. Aku akan mencari sekolah yang mau menerimaku. Tentu tidak akan mudah, karena sekarang orang tahu bahwa aku istri laki-laki yang terlibat dalam kericuhan politik”. (hlm. 121).

(13) “Ku tambahkan dengan suara lebih tenang, “Anda tidak bisa membayangkan bahwa yang sesungguhnya bukanlah hanya makanan yang menjadi satu-satunya masalah bagi saya, bagi istri-istri seperti saya. Siksaan berat kami juga berupa tekanan batin yang sangat menyakitkan. Anak-anak dan saudara-saudara saya, bahkan Ibu pun terlibat pula. Menjadi lingkungan terdekat tahanan Pulau Buru selalu dijauhi orang. Seolah-olah kami mengidap penyakit menular. Harus dihindari. Kalau tidak karena pertolongan orang-orang tertentu, mana mungkin saya berhasil mendapatkan kesempatan seperti yang saya punya sekarang!....” (hlm.267).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh laki-laki, Widodo suami

pertama Muryati tidak bertanggung jawab. Hal itu membuat Muryati lebih kuat

menjalani hidup. Semenjak Widodo masuk penjara, Muryati mampu bertahan hidup

sebagai satu keluarga yang berdiri sendiri. Jadi dalam novel Jalan Bandungan yang

menjadi tokoh utama atau protagonis adalah Muryati.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

49

Metode penokohan atau pelukisan Muryati yang digunakan pengarang dalam

novel Jalan Bandungan sebagian besar menggunakan metode diskursif. Hal tersebut

dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(14) “....Kulitku menjadi semakin kering. Dengan warna coklat yang kumiliki, bagian kaki serta tangan selalu tampak bergurat putih-putih dan berkeriput.Itu mengesankan ketuaan dan kotor....” (hlm.236)

(15) “....Kamu anak cerdas. Boleh dikatakan ijazah sudah di depanmu. Kamu tinggal mengulurkan tangan dan melangkah setapak....” (hlm. 90)

2. Tokoh Antagonis dan Penokohan

Tokoh Widodo merupakan tokoh antagonis (lawan) dari tokoh protagonis.

Tokoh Widodo berperan sebagai penyebab awal permasalahan. Widodo digambarkan

sebagai anak sulung dari empat berasudara. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan

sebagai berikut:

(16) “Oh, iya? Di Klaten? Apakah bisa mendapat kabar dari sana? Sejak kapan Nak Wid meninggalkan rumah?” Ibu masih bertanya.

“Adiknya berapa? “ Bapak turut menyambung. “Empat, Pak. Saya sudah lama pergi dari rumah. Beritanya, hidup di pedalaman lebih baik. Apalagi orang tua saya petani.” “Nak Wid anak yang sulung?” “Ya, Bu. Kami lima laki-laki semua....” (hlm. 39) Widodo juga digambarkan berumur dua puluh liam tahun. Hal ini dapat

dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(17) “....Setelah lamaran itu datang, kami baru mengetahui bahwa umur Mas Wid dua puluh lima tahun....” (hlm. 53).

Digambarkan dalam cerita tokoh Widodo memiliki sifat keras kepala dan

suka memaksakan kehendak. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

50

(18) “.... Kalau dia sudah mengira bahwa sesuatu itu betul, dia akan berkeras kepala meneguhinya....” (hlm.74)

(19) “Belum menjadi istrinya saja dia sudah mau mendiktekan keinginannya. Nanti bagaimana nasibku kalau sudah kawin?!” (hlm. 69).

Selain itu, tokoh Widodo juga mempunyai sifat yang tidak bertanggung

jawab, Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(20) “....Kita kawin hampir lima tahun, Mas Wid. Kok selama ini amplop yang diberikan kepadaku tidak juga ada tambahannya....Mas Wid sendiri tidak mau menolong seperti tetangga-tetangga lelaki lainya itu. Mereka sore hari mau mengangkuti air untuk rumah mereka masing- masing....” (hlm.102-103).

(21) “Jadi Mas Wid tidak malu ibuku selalu memberi bermacam-macam bahan makanan, dan sekarang gaji tukang cuci? Mas Wid betul-betul mau menerima lagi pemberian mertua, janda yang dulu hampir Mas Wid suruh berhenti sebagai pedagang kecil?” (hlm. 105).

Adapun akibat yang ditimbulkan akibat sifat kesewenang-wenangannya. Hal

ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(22) Maka dengan kebiasaan baru yang berupa kedatangan Widodo pagi, siang, dan petang tanpa mengikuti tatacara bertamu yang sopan, pembantu- pembantu kami bertambah pekerjaan.” (hlm. 371).

(23) “Seperti yang telah kukatirkan, lima bulan setelah kedatangan Widodo, anakku tidak naik kelas. Kalau ini dianggap sebagai akibat, ya itulah akibat yang ditanggung Seto....” (hlm. 372).

Metode penokohan atau pelukisan Widodo yang digunakan pengarang dalam

novel Jalan Bandungan sebagian besar menggunakan metode diskursif. Hal tersebut

dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(24) “....Setelah lamaran itu datang, kami baru mengetahui bahwa umur Mas Wid dua puluh lima tahun...” (hlm.53)

(25) “....Aku lega sekali mendengar kata-kata ibuku. Tetapi disamping itu, aku seperti mendapat firasat bahwa Mas Wid mempunyai pikiran sempit. Dia tidak akan memiliki wawasan luas. Kalau dia sudah mengira bahwa sesuatu itu betul, dia akan berkeras kepala meneguhinya....” (hlm. 74)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

51

(26) “....Adik-adikku termasuk sering datang menengokku. Kata-kata ini benarlah demikian, karena mereka hanya nyaman berbicara dengan aku, bahkan dengan Simbok. Mas Wid bersikap menyendiri. Gurau dan kelakar yang dulu terdengar di saat-saat mereka bersama, tidak terjadi lagi sejak aku kawin....” (hlm. 109).

b. Tokoh Tambahan dan Penokohan

Dalam novel Jalan Bandungan selain terdapat tokoh antagonis dan tokoh

protagonis juga terdapat tokoh bawahan, tokoh bawahan ini kemunculannya

cenderung hanya sebagai penguat cerita.

1. Ibu Muryati

Ibu Muryati adalah tokoh bawahan yang digambarkan memiliki sifat berani

dan gigih. Dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(27) “....Ibu tidak begitu. Apapun yang terjadi, rumahnya yang terjadi, rumahnya selalu terbuka untuk menjadi pelindung anaknya. Walaupun tampaknya dia bukan pendidik yang berdisiplin, ibuku mempunyai kekuatan sifat lain. Dia berani dan gigih....” (hlm. 9).

Selain itu ibu Muryati juga memiliki pekerja keras. Hal ini dapat dilihat dalam

kutipan sebagai berikut:

(28) “....Sambil mengawasi rumah tangganya, dia ingin mengerjakan sesuatu yang bisa menambah penghasilan. Maka jadilah warung itu. Dan ibu bekerja keras....” (hlm.10).

2. Bapak Muryati

Bapak Muryati digambarkan sebagai kepala polisi pada jaman peperangan.

Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(29) “Pekerjaan ayahku ialah polisi di salah satu seksi kota Semarang ketika perang meletus....” (hlm. 17).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

52

(30) “.... Ayahnya dokter terpandang di kota kami. Ayahku termasuk pejabat, kepala polisi berpengalaman yang sangat dekat dengan Walikota....” (hlm. 62).

3. Yu Dinem

Yu Dinem digambarkan sebagai pamong keluarga Muryati. Hal ini dapat

dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(31) “....Adikku yang paling kecil sudah tertidur di gerobak, dipangku Yu Dinem, pamongnya....” (hlm. 23)

(32) “Sejak kami pulang dari pengungsian, pembantu kami yang lama datang nemenui kami. Ibu langsung menerimanya. Pengasuh adikku, Yu Dinem, juga ikut ke kota kami....” (hlm. 44).

4. Mas Sardi

Mas Sardi digambarkan sebagai pengawal keluarga Muryati di waktu zaman

perang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(33) “Lha ini Muryati! Sini menyalami tamu-tamu kita, “Bapak gembira melihat aku aku datang mendekat.” Ingat kamu siapa mereka? Ini Mas-Mas yang mengawal kalian dulu di Gunung Slamet.”

5. Mas Yoga

Mas Yoga digambarkan sebagai pengawal keluarga Muryati di waktu zaman

perang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(34) “Lha ini Muryati! Sini menyalami tamu-tamu kita, “Bapak gembira melihat aku aku datang mendekat.” Ingat kamu siapa mereka? Ini Mas-Mas yang mengawal kalian dulu di Gunung Slamet.” (hlm. 45).

6. Gunardi (Mas Gun)

Gunardi (Mas Gun) digambarkan sebagai anak buah terdekat ayah Muryati.

Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

53

(35) “Bapak selalu berusaha agar keluarganya benar-benar santai. Dia meminjam kendaraan tambahan dari kantornya yang dikendarai oleh anak buahnya terdekat, namanya Gunardi....” (hlm. 59).

7. Murgiyani (Ganik)

Murgiyani (Ganik) digambarkan sebagai teman sekelas Muryati di Sekolah

Rakyat. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(36) “....Sejak pulang dari mengungsi, aku mempunyai dua teman dekat: Murgiyani dan Murniyah. Mereka teman sekolahku di Sekolah Rakyat...” (hlm. 60).

Ganik digambarkan sebagai anak tunggal, yang berbakat di bidang bahasa dan

anak seoarng dokter terpandang yaitu Dokter Liantoro. Hal ini dapat dilihat dalam

kutipan sebagai berikut:

(37) “....Ganik lain. Dia juga anak tunggal, bapaknya dokter. Dia lebih berbakat di bidang bahasa.... Sedari permulaan persahabatnku dengan dia, orangtua kami sudah saling berkenalan. Dokter Liantoro dan Istrinya adalah keluarga terpandang di kota kami....” (hlm. 61).

8. Murniyah

Murniyah digambarkan sebagai teman sekelas Muryati di Sekolah Rakyat.

Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(38) “....Sejak pulang dari mengungsi, aku mempunyai dua teman dekat: Murgiyani dan Murniyah. Mereka teman sekolahku di Sekolah Rakyat...” (hlm. 60).

9. Sriati (Sri)

Sriati (Sri) digambarkan sebagai murid Sekolah Kepandaian Putri atau SKP,

teman dalam kegiatan berpadu . Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(39) “.... Dalam kegiatan berpadu, kami mendapat tambahan teman Sriati, murid Sekolah Kepandaian Putri atau SKP....” (hlm. 60).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

54

Digambarkan pula bahwa Sriati adalah anak dari keluarga pedagang. Hal ini

dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(40) “Sriati berasal dari keluarga pedagang, juragan....” (hlm. 62).

10. Siswiah (Siswi)

Siswiah (Siswi) digambarkan sebagai teman paling akrab di SPG. Hal ini

dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(41) “....Di SPG aku bertambah teman, namun aku merasa paling akrab dengan Siswiah....” (hlm. 60).

11. Dokter Liantoro

Dokter Liantoro digambarkan sebagai ayah Ganik dan Dokter Liantoro adalah

dokter terpandang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(42) “Ganik lain. Dia juga ank tunggal, bapaknya dokter.... Dokter Liantoro dan istrinya adalah keluarga terpandang di kota kami” (hlm. 61).

(43) “.... Dalam kedudukan, kami hampir seimbang. Ayahnya adalah dokter terpandang di kota kami. Ayahku termasuk pejabat, kepala polisi berpengalaman yang sangat dekat dengan Walikota....” (hlm. 62).

12. Istri Dokter Liantoro

Istri Dokter Liantoro digambarkan sebagai istri yang penuh pengertian . Hal

ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(44) “.... Sebagai orang dewasa mereka hidup saling mengisi. Dokter Liantorobiasa sibuk dirumah, menyiram kebun sendiri atau memperbaiki bagian rumah yang rusak. Istrinya mendukung keberhasilan suaminya. Dia mengetik dan merapikan kertas dan catatan suaminy, karena mengerti dan menyelami bidang suaminya berkat bacaan dan pergaulan dengan para ahli....” (hlm. 100).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

55

13. Ibunya Siswi

Ibunya Siswi digambarkan sebagai janda yang dengan giat masih bekerja

sebagai guru lulusan zaman dahulu . Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai

berikut:

(45) “.... Temanku Siswi sama dengan Mur. Mereka berdua anak janda yang dengan giat masih bekerja. Ibunya Mur menjadi bidan. Ibunya Siswi adalah guru zaman dahulu....” (hlm. 62).

14. Ibunya Mur

Ibunya Mur digambarkan sebagai sebagai janda yang dengan giat masih

bekerja sebagai bidan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(46) “.... Temanku Siswi sama dengan Mur. Mereka berdua anak janda yang dengan giat masih bekerja. Ibunya Mur menjadi bidan. Ibunya Siswi adalah guru zaman dahulu....” (hlm. 62).

15. Eko

Eko digambarkan sebagai sebagai anak pertama Muryati. Hal ini dapat dilihat

dalam kutipan sebagai berikut:

(47) “Hampir setahun kawin, bayiku yang pertama lahir. Laki-laki. Kami memanggilnya Eko....” (hlm. 98).

16. Simbok

Simbok digambarkan sebagai pembantu dalam rumah tangga Muryati dan

Widodo. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(48) “Dalam hal ini aku mengagumi kemampuan Simbok. Dia selalu mengambil alih tugas memberikan makan. Sebagai gantinya, aku mengalah mengerjakan cucian, memasak, atau bahkan mengepel lantai....” (hlm. 99).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

56

17. Widowati

Widowati digambarkan sebagai sebagai anak kedua dari penikahan Muryati

dan Widodo. Widowati adalah adik perempuan Eko berantara dua tahun. Hal ini

dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(49) “Kelahiran Eko dan Widowati berantara dua tahun....” (hlm. 100).

18. Seto

Seto digambarkan sebagai sebagai anak ketiga dari penikahan Muryati dan

Widodo. Jarak antara dia dan kakaknya ada empat tahun.. Hal ini dapat dilihat dalam

kutipan sebagai berikut:

(50) “....Ketika Seto lahir, jarak yang terentang antara dia dan kakaknya ada empat tahun. Perkawinan tujuh tahun telah memberiku tiga anak....”(hlm. 113).

19. Handoko

Handoko digambarkan sebagai adik Widodo yang merupakan suami kedua

Muryati. Handoko memiliki sifat yang mudah dipengaruhi dan tidak punya pendirian.

Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(51) “.... Kepedihan hati telah kutanggung sendirian karena memikirkan perubahan-perubahan Handoko yang ternyata merupakan akibat hasutan kakaknya....”(hlm. 428).

(52) “....Sedangkan sikap handoko yang meremehkan aku ketika dia dengan mudah melahap aduan kakaknya mengenai aku berpacaran dengan beberapa laki-laki lain, yang kupandang sebagai tusukan berbisa terhadap harga diriku, dia anggap sebagai hal yang lumrah....” (433)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

57

Selain itu Handoko juga memiliki sifat pencemburu. Hal ini dapat dilihat

dalam kutipan sebagai berikut:

(53) “....Tadi Siswi berpesan supaya aku mengingatkanmu. Handoko selalu cemburu ....” (hlm. 11)

(54) “....Sekarang dia sedang berhasil mengacau kerukunan kita berdua. Sifat cemburuanmu dijadikan alat....” (hlm. 417).

20. Winarno (Winar)

Winarno (Winar) digambarkan sebagai suami Siswi. Hal ini dapat dilihat

dalam kutipan sebagai berikut:

(55) “....Diantara sahabat-sahabatku, hanya Siswi yang tinggal sekota setelah pindah dari Pekalongan. Winarno, suaminya, banyak membantuku di berbagai bidang....” (hlm. 137).

21. Irawan

Irawan digambarkan sebagai adek ipar Muryati. Ia adalah dokter yang disukai,

guru yang berhasil, dan ilmuan yang maju.. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan

sebagai berikut:

(56) “....Sikap dan kata-katanya memikat membikin orang semakin ingin mendengarkan pembicaraannya. Tidak mengherankan jika Irawan adalah dokter yang disukai, guru yang berhasil , dan ilmuan yang maju....” (hlm. 133)

(57) “Kata ayah Ganik kepada ibuku ketika kami makan bersama di Restoran Oen, konon adik suamiku itu akan segera dipercaya memegang pimpinan rumah sakit di Makasar....” (hlm. 133)

22. Adik pertama

Adik pertama digambarkan sebagai adik pertama Muryati. Adik pertama juga

digambarkan sebagai seseorang yang pintar. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan

sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

58

(58) “....Adikku pertama hanya dua tahun duduk di SMA. Karena kemampuannya yang luar biasa di bidang ilmu pasti dan alam, ia diizinkan mengikuti ujian akhir bersama kelas tertinggi. Dia lulus gemilang, berhasil masuk ke Universitas Gadjah mada dengan beasiswa....” (hlm. 109).

23. Adik kedua

Adik kedua Muryati digambarkan sebagai seorang yang bersekolah di STM

yang mengambil jurusan listrik. Tapi kegemaranya adalah pertukangan kayu.. Hal ini

dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(59) “....Adikku yang kedua di STM, mengambil jurusan listrik. Tapi kegemaranya ialah pertukangan kayu....” (hlm. 109).

24. Bungsu

Adik Bungsu Muryati digambarkan sebagai seorang yang berkeiinginan

masuk SPG seperti Muryati tapi Ibu Muryati mengarahkan ke SMP. Hal ini dapat

dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(60) “....Yang bungsu sebenarnya ingin masuk SPG seperti aku dulu. Tetapi ibu kami mengarahkan ke SMP. Katanya, kelak jika masih berminat, bisa meneruskan ke SGA....” (hlm. 109).

25. Yu Kartini

Yu Kartini digambarkan sebagai seorang kenalan baik Ganik. Hal ini dapat

dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(61) “....Aku yakin, selama sepuluh hari berada di Paris tidak akan pergi jauh jika tidak ditemani Yu Kartini, kenalan baik Ganik....” (hlm. 252).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

59

26. Anneke

Anneke digambarkan sebagai seorang sahabat Muryati dari Belanda.Ia

sebagai pekerja sosial di sebuah yayasan untuk anak-anak bisu dan tuli. Hal ini

dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(62) “....Dua hari sebelum tanggal yang ditentukan, aku berangkat ke Arnhem untuk tinggal bersama kenalan baikku sejak aku datang di negeri ini. Dia wanita Belanda yang tidak kawin, pekerja sosial disebuah yayasan buat anak-anak bisu dan tuli. Anneke, teman baruku itu lahir di kota Jawa Timur tersebut....” (hlm. 253).

Dalam tokoh tambahan, tokoh yang paling sering banyak muncul adalah

Handoko, Mas Gun, Ganik, Sri, Murniyah dan Siswi.

4.1.2 Alur

Menurut Nurgiyantoro (2007: 112-113), alur atau plot merupakan unsur fiksi

yang penting di dalam sebuah cerita rekaan berbagai peristiwa yang disajikan dengan

urutan tertentu.

Sudjiman (1991: 30) menyebutkan bahwa struktur umum alur meliputi awal, yang

terdiri dari paparan (exposition), rangsangan (inciting moment), dan gawatan (rising

action). Tengah meliputi tikaian (conflict), rumitan (comlication), dan klimaks.

Sedang bagian akhir meliputi leraian (falling action) dan selesaian (denouement).

a. Paparan

Paparan biasanya merupakan fungsi utama awal cerita yang memberikan

keterangan sekedarnya untuk memudahkan pembaca mengikuti kisahan selanjutnya.

Situasi yang digambarkan pada awal cerita harus membuka kemungkinan cerita untuk

berkembang. Cerita diawali dengan pemaparan berupa gambaran perkenalan tempat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

60

atau lokasi cerita. Dalam novel ini digambarkan pada masa revolusi perang. Hal ini

ditunjukkan pengarang dalam kutipan sebagai berikut:

(63) “....Pertemuanku dengan lelaki yang kemudian menjadi bapak anak-anakku penuh gelora api. Dua pengertiannya. Api revolusi dan api dalam arti kata yang sesungguhnya....” (hlm. 17).

(64) “....Setiap kali kulihat ayah kami tergopoh-gopoh mendekati tempat bermalam kami atau perhentian sementara, itu tandanya bahwa kami harus siap untuk berangkat. Bulan berganti bulan, kami anak-anak tidak begitu sadar bahwa waktu itu negara dalam keadaan perang...Rombongan kami juga dikawal oleh beberapa orang Tentara Rakyat atau pejuang. Dari satu tempat ke tempat lain, pengawal ini diganti. Pakaian mereka tidak selalu seragam. Paling sering pada pemuda dan lelaki dewasa itu mengenakan celana dan baju warna hitam. Kata ibuku, itu warna yang paling bagus untuk menyatu atau menghilang dalam hutan. Juga karena tidak perlu terlalu sering dicuci.” (hlm. 18-19).

Paparan dilanjutkan dengan pengenalan tokohnya. Tokoh bapak Mur. Seperti

pada kutipan sebagai berikut:

(65) “Pekerjaan ayahku adalah polisi disalah satu seksi di kota Semarang ketika perang meletus....” (hlm. 17).

(66) “....Menurut keterangan singkat yang kudapat dari Ibu, Bapak sedang mengawal pejabat kotapraja tingkat provinsi. Dia bersama keluarganya harus selamat sampai di ibu kota RI.” (hlm. 18).

Selain itu dipaparan juga memaparkan tokoh Widodo. Seperti pada kutipan sebagai berikut:

(67) “Dik Mur tentu pantas pakai yang biru itu, Bu” seseorang menyambung. Aku menoleh kearahnya. Seorang pemuda tersenyum kepadaku. Dia berada di dekat ayahku. Aku belum pernah melihat di antara mereka yang bergilir berpatroli ataupun berjaga di desa...Widodo, itulah namanya... Aku menoleh sebentar ke arahnya. Ah, jadi inilah si pemuda itu. Biasa saja dia. Seumpama bertemu di suatu tempat, sendirian atau bergerombol dengan pejuang lain, tidak akan aku bisa mengenalinya....” (hlm. 37).

(68) “Oh, iya? Di Klaten? Apakah bisa mendapat kabar dari sana? Sejak kapan Nak Wid meninggalkan rumah?” Ibu masih bertanya.

“Adiknya berapa? “ Bapak turut menyambung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

61

“Empat, Pak. Saya sudah lama pergi dari rumah. Beritanya, hidup di pedalaman lebih baik. Apalagi orang tua saya petani.” “Nak Wid anak yang sulung?” “Ya, Bu. Kami lima laki-laki semua....” (hlm. 39)

b. Rangsangan

Kemudian cerita dilanjutkan dengan tahap rangsangan. Rangsangan, yaitu

peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan. Hal ini ditandai dengan munculnya

tokoh baru atau dapat juga ditandai dengan munculnya suatu peristiwa yang merusak

keadaan. Tahap rangsangan dalam novel ini terjadi ketika Widodo mulai sering

menginap di rumah Muryati walaupun tanpa kehadirang Bapak dan Ibu Muryati. Hal

ini ditunjukkan pengarang dalam kutipan sebagai berikut:

(69) “Mulai dari waktu itulah Mas Wid sering datang. Dia dianggap bukan orang lain, bisa kluar masuk di rumah kami tanpa kehadiran orangtua kami. Kalau dia tiba sedangkan di rumah hanya ada pembantu, dia berhak langsung menempatkan barang-barangnya di kamar adikku....Mas Wid benar-benar menjadi anggota keluarga kami” (hlm. 47).

Rangsangan dilanjutkan ketika Widodo melamar Muryati, Ibu dan bapak Mur pun

mendukung lamaran tersebut. Hal ini ditunjukkan pengarang dalam kutipan sebagai

berikut:

(70) “Ini tadi Mas Wid melamarmu,” begitulah Bapak memulai. Lalu meneruskan, “Bagaimana kamu?” Aku tercengang-cengang, tidak menjawab. Ibu menambahkan, “Buat melestarikan hubungan kita kan baik,” nada suaranya menginginkan persetujuan dari pihakku....” (hlm. 48).

Rangsangan dilanjutkan ketika Mur yang merasa didekte, dan tidak sepaham

dengan Widodo. Hal ini ditunjukkan pengarang dalam kutipan sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

62

(71) “ Belum menjadi istrinya saja dia sudah mau mediktekan keinginannya. Nanti bagaimana nasibku kalau sudah kawin?” (hlm. 69).

(72) “Kalau untuk hiburan, untuk makan, diteruskan untuk idealisme, kan berbahaya bagiku, Pak. Tidak. Aku tidak bisa hidup begitu. Bapak sendiri mengatakan bahwa kami tidak didik untuk membuntuti orang lain. Kecuali jika memang kami menyetujui dia.”(hlm. 70).

c. Gawatan

Gawatan adalah ketidakpastian yang berkepanjangan dan semakin menjadi-jadi.

Adanya gawatan menyebabkan pembaca terpancing keingintahuannya akan

kelanjutan cerita serta akan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Gawatan novel ini

diawali dengan keributan antara Mur dengan Widodo setelah menikah karena Mur

dianggap tidak patuh pada suami. Hal ini ditunjukkan pengarang dalam kutipan

sebagai berikut:

(73) “....Sebegitu satu tahun pengalaman mengajar dilunasi, Mas Wid tidak tawar-menawar lagi. Pernikahan dilangsungkan. Aku mengenang malam pertama yang memedihkan, yang disusul oleh malam-malam lain yang menyebabkan aku tidak haid sebegitu menikah.... Dengan alasan menunggu surat pemberhentian yang resmi, aku masih mengajar....Perdebatan dengan Mas Wid mengenai hal ini terjadi hampir setiap hari. Dia tidak senang mempunyai istri yang tidak pernah ada di rumah, katanya ....” (hlm. 96).

(74) “Kalau ada kekurangan atau kejadian di rumah sewaktu aku berada di tempat kerjaku, Mas Wid menyambar kesempatan itu untuk menonjolkannya sebagai akibat buruk yang disebabkan oleh ketidak hadiranku....” (hlm. 97).

Gawatan berikutnya ketika keributan antara Mur dengan Widodo setelah menikah

karena Widodo tidak bertanggung jawab. Hal ini ditunjukkan pengarang dalam

kutipan sebagai berikut:

(75) “....Kita kawin hampir lima tahun, Mas Wid. Kok selama ini amplop yang diberikan kepadaku tidak juga ada tambahannya....Mas Wid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

63

sendiri tidak mau menolong seperti tetangga-tetangga lelaki lainya itu. Mereka sore hari mau mengangkuti air untuk rumah mereka masing-masing....” (hlm.102-103).

(76) “Kalau Mas Wid tidak mau membayari upah tukang cuci itu, Ibu yang akan memberikan uang kepadaku. Dia tidak rela melihat aku atau Simbok yang tua mengusir air....” (hlm. 104).

Gawatan berlanjut ketika keributan antara Mur dengan Widodo setelah menikah

karena keangkuhan, sikap tertutup dan menyendiri Widodo yang ternyata

menghantarkan dirinya terlibat partai komunis dan akhirnya Widodo dipenjara. Hal

ini ditunjukkan pengarang dalam kutipan sebagai berikut:

(77) “Sejak pernikahan kami, konon Mas Wid pindah bagian di kantornya. Pada suatu pagi, aku memperhatikan bahwa dia tidak menggunakan seragam lagi. Ketika kutanya, barulah dia memberitahu tentang kepindahanya. Pertanyaan mengapa diriku tidak menyenangkan hatinya; katanya semua tugasnya di kantor adalah urusanya. Istri tidak perlu tau....” (hlm. 98).

(78) “Adik-adikku termasuk sering datang menengokku. Kata-kata ini benarlah demikian, karena mereka hanya nyaman berbicara dengan aku, bahkan dengan Simbok. Mas Wid bersikap menyendiri...” (hlm. 109).

d. Tikaian

Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang

bertentangan, satu di antaranya diwakili oleh manusia atau pribadi yang biasanya

menjadi protagonis di dalam cerita. Tikaian merupakan pertentangan antara dirinya

dengan kekuatan alam, dengan masyarakat, orang atau tokoh lain, atau pun

pertentangan antara dua unsur di dalam diri satu tokoh itu. Tikaian dalam novel ini

berawal ketika Widodo ditahan karena terbukti anggota Partai Komunis. Hal ini

ditunjukkan pengarang dalam kutipan sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

64

(79) “Suatu sore, Ibu diantar Mas Gun untuk mengatakan bahwa Mas Wid di tahan di sebuah tempat. Ada bukti-bukti suamiku anggota Partai Komunis....” (hlm. 119).

Tikaian berlanjut dengan penderitaan Muryati sebagai akibat Widodo terbukti

sebagai anggota Partai Komunis. Hal ini ditunjukkan pengarang dalam kutipan

sebagai berikut:

(80) “....Pada akhir tahun. Dia dipindahkan ke Nusakambangan. Hingga di masa itulah aku mampu bertahan hidup sebagai satu keluarga yang berdiri sendiri. Keuanganku tandas. Lamaran untuk mengajar lagi tidak ada kabar beritanya. Untuk makan serta keperluan sehari-hari, aku sudah mengorbankan perhiasan yang dulu kukumpulkan dengan gajiku sendiri. Tunggakan sewa rumah belum ku lunasi seluruhnya....” (hlm. 123).

(81) “....Kebanyakan kerabat, saudara serta kenalan berpaling muka karena mereka takutdicurigai terlibat. Suara-suara seperti: “Dia istrinya; mustahil tidak tahu apa-apa!” Atau: “Siapa tahu, dia juga anggota Gerwani!....” (hlm. 124).

Tikaian dilanjutkan dengan terpilihnya Mur sebagai penerima beasiswa

melanjutkan kuliah di negeri Belanda. Hal ini ditunjukkan pengarang dalam kutipan

sebagai berikut:

(82) “....Kata Dokter Liantoro, institut tempatku dulu kuliah dikirimi surat pemberitahuan yang juga berupa undangan. Kedutaan Belanda memberi jatah tiga beasiswa kepada guru-guru sekolah percobaan untuk melanjutkan kuliah beberapa tempat di negara itu. Satu nama sudah ditunjuk, ialah aku....” (hlm. 141).

Kepergian Muryati ke Belanda memeprtemukannya dengan Handoko adik

iparnya yang merupakan awal hidup baru Muryati. Kemudian akhirnya mereka

menikah. Hal ini ditunjukkan pengarang dalam kutipan sebagai berikut:

(83) “....Yang paling depan langsung mengulurkan tangan memanggil namaku. “Mbak Mur, saya Handoko.” Dan dia langsung memperkenalkan teman-temanya kepadaku....Entah mengapa, aku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

65

tidak merasa heran maupun kaget melihat adik iparku berada di hadapanku. Sikapnya yang biasa dan sederhana membikinku seolah-olah telah lama mengenalnya....” (hlm. 218).

(84) “Dan Handoko memang telah berhasil menyihirku. Sejak malam kami berjalan bersama di dunia cinta itu, tak akan aku bisa melewati hari-hariku selanjutnya tanpa memikirkan dia....” (hlm. 324).

(85) “....Sekarang aku kawin lagi, dan dengan Handoko, karena aku menganggap meneruskan tindakan yang ditunjukkan Tuhan kepadaku.” (hlm. 347) e. Rumitan

Perkembangan dari gejala tikaian menuju ke klimaks cerita disebut rumitan.

Dalam cerita rekaan rumitan sangat penting. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk

menerima seluruh dampak dari klimaks. Dalam novel ini rumitan diawali ketika

Widodo keluar dari penjara. Hal ini ditunjukkan pengarang dalam kutipan sebagai

berikut:

(86) “Winar mendapat kabar bahwa tahanan Pulau Buru akan dikeluarkan semua. Widowati tentu akan menelepon jika dia menerima surat dari bapaknya.” (hlm. 362)

(87) “Kata Winar, dalam waktu sebulan, mungkin semua sudah keluar. Kecuali mereka sukarela memilih tinggal di sana...Tentu Widodo akan kemari buat menengok Seto. Kita harus siap. Cepat atau lambat, dia pasti muncul.” (hlm. 362-363)

Rumitan dilanjutkan ketika Handoko diasut oleh kakaknya, Widodo suami

pertama Muryati. Hal ini ditunjukkan pengarang dalam kutipan sebagai berikut:

(88) “....Handoko telah mendapat pengaruh dari kakak yang dulu dia benci....” (hlm. 411)

(89) “Kau berubah karena aku yakin bahwa kau bergaul dengan Widodo,” akulah kini yang menuduhnya. Keras dan pasti, segera kulanjutnya, “Ya, aku tahu dia telah mengunjungimu beberapa kali.” (hlm. 412).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

66

f. Klimaks

Klimaks adalah titik puncak cerita. Bagian ini tahapan ketika pertentangan yang

terjadi mencapai titik puncaknya. Klimaks dalam novel Jalan Bandungan berawal

hasutan Widodo memberikan ujung akhir dari kisah hidup Mur yang kedua bersama

adiknya yaitu Handoko. Mur dan Handoko akhirnya berpisah namun mereka tidak

bercerai. Bagi mereka terlalu banyak pengalaman dan masa kebersamaan tidak akan

mudah menguap begitu saja dari kenangan. Hal ini ditunjukkan pengarang dalam

kutipan sebagai berikut:

(90) “....Berkali-kali dia menelpon dan ditelpon. Hingga pada suatu hari dia berkata bahwa bulan berikutnya dia akan mulai bekerja di Eropa Utara. Aku menerima berita dengan perasaan yang tenang sekali. Seolah-olah telah lama aku mengetahui bahwa dia akan segera pergi jauh. Bahwa kami memang akan berpisah...” (hlm. 431).

(91) “Kami berpisah sebagai dua orang sahabat. Hubungan kami sudah sampai taraf yang berbeda. Aku tidak tahu apakah aku akan menyusulnya ketempat kerja. Perpisahan ini pastilah ada baiknya bagi kami berdua....” (hlm. 433).

(92) “Kali ini suamiku tidak menghilang, melainkan kuketahui dengan jelas pergi ke mana dan untuk keperluan apa. Aku melepasnya tidak dengan kesedihan, tetapi juga tidak dengan kelegaan. Setelah berbulan-bulan kami tidak pernah menyepakati sesuatu pun secara bersama, pada saat keberangkatan itu kami saling setuju, bahwa kami akan membiarkan waktu mengalir menuruti alurnya. Kami berpisah, namun kami tidak bercerai....” (hlm. 433).

Secara keseluruhan dalam pemaparan alur, pada novel Jalan Bandungan hanya

sampai klimaks sedangkan leraian dan selesaian tidak ada karena akhir cerita tidak

jelas.

Alur dalam novel Jalan Bandungan menggunakan alur campuran karena dalam

pengaluran cerita, peristiwa-peristiwa yang terjadi di beberapa bagian terdapat alur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

67

biasa dan alur sorot balik. Alur sorot balik karena urutan kronologis peristiwa-

peristiwa yang disajikan dalam karya sastra disela dengan peristiwa yang terjadi

sebelumnya. Sorot balik dalam novel Jalan Bandungan ditampilkan dalam bentuk

lamunan tokoh yang menyelusuri kembali jalan hidupnya dan teringat kembali

kepada suatu peristiwa masa yang lalu yaitu pada masa perang revolusi. Alu sorot

balik dalam novel Jalan Bandungan terletak pada bagian ke dua tahap alur paparan.

Nurgiyantoro (2007: 157) pembedaan alur berdasarkan kriteria jumlah yaitu

alur tunggal dan alur sub-subalur. Dalam novel Jalan Bandungan, alur yang

digunakan adalah alur sub-sub alur. Novel Jalan Bandungan memiliki lebih dari satu

tokoh yang dikisahkan perjalanan hidup, permasalahannya, dan konflik yang

dihadapinya. Plot sub-subplot atau alur sub-sub alur merupakan sebuah karya fiksi

dapat saja memiliki lebih dari satu alur cerita yang dikisahkan, atau terdapat lebih

dari seorang tokoh yang dikisahkan perjalanan hidup, permasalahan, dan konflik yang

dihadapinya. Struktur alur yang demikian dalam sebuah karya barangkali berupa

adanya sebuah alur utama (Main plot) dan alur tambahan (sub-plot). Dilihat dari segi

keutamaan atau perannya dalam cerita secara keseluruhan alur utama lebih berperan

dan penting daripada sub-subplot itu.

Alur utama (Main plot) novel Jalan Bandungan yaitu perjuangan Muryati

dalam menjalani pergolakan hidup, baik dari masa kecil hingga akhirnya Muryati

menikah lagi dengan adik iparnya. Perjuangan Muryati terdapat pada seluruh bagian

novel Jalan Bandungan yaitu bagian I, bagian II, bagian III, bagian IV.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

68

Alur tambahan (sub-plot) novel Jalan Bandungan yaitu alur cerita Widodo, alur

cerita Ganik dan alur cerita Handoko. Alur tambahan yang pertama adalah alur cerita

Widodo, dari awal masa muda pada zaman perang kemudian berpacaran dengan

Muryati, akhirnya menikah dan masuk penjara karena berkomplot dengan aliran

komunis terdapat pada bagian II. Bagian I, menceritakan akan dibebaskannya

Widodo dari penjara pada gelombang pertama sampai di Jakarta pada pertengahan

bulan. Bagian IV, menceritakan tentang kembalinya Widodo yang mengusik

kehidupan Muryati yang menyebabkan perpisahan Muryati dengan Handoko, adik

kandungnya.

Alur yang kedua adalah alur cerita Ganik. Dari awal pertemanan dengan

Muryati pada bagian II. Bagian III Ganik bertemu dengan Muryati di negeri Belanda,

menceritakan tentang hubungan nya dengan laki-laki, dia menderita kanker rahim,

Ganik menjalani program anti kanker, Ganik terkena musibah yaitu kehilangan kedua

orang tuanya karena kecelakaan pesawat, Ganik masuk rumah sakit di Amsterdam,

Ganik dibawa pulang ke Semarang, pulang ke Jalan Bandungan, Ganik masuk rumah

sakit, Ganik membagikan hartanya kepada sahabat-sahabatnya dan akhirnya

meninggal dunia.

Alur yang ketiga adalah alur cerita Handoko. Bagian II menceritakan tentang

pemaparan sosok seorang Handoko yang merupakan adik iparnya. Bagian III

menceritakan awal pertemuan Muryati dengan Handoko, Handoko menemani

Muryati berlibur ke Paris, Handoko kembali ke Indonesia untuk menikahi Muryati.

Bagian IV mencritakan rumah tangga Handoko dengan Muryati, Handoko dihasut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

69

oleh Widodo, Handoko berubah karena kecemburuannya yang berlebihan, Handoko

memutuskan untun berpisah dengan Muryati tanpa bercerai dan mentap di Venezuela

menerima tawaran kerja dari temannya.

4.1.3 Latar

Sumardjo (1984: 59) setting dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan

sebagai latar. Yang dimaksud setting atau latar adalah tempat dan masa terjadinya

peristiwa cerita.

Latar yang membangun suatu cerita dapat dibedakan menjadi latar sosial dan latar

fisik atau material (Hudson via Sudjiman, 1991: 44). Latar dibedakan menjadi latar

fisik, latar waktu, dan latar sosial. Latar fisik/tempat meliputi penggambaran, lokasi

geografis, termasuk topografi, pemandangan, sampai kepada perlengkapan sebuah

ruang. Latar waktu meliputi gambaran waktu, masa terjadinya suatu peristiwa cerita.

Sedangkan latar sosial meliputi pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh,

lingkungan agama, moral, intelektual sosial, dan emosional para tokoh.

Latar peristiwa dalam novel Jalan Bandungan ini meliputi latar tempat, latar

waktu dan latar sosial. Pelukisan latar ini membuat cerita yang terdapat di dalam

karya sastra ini mejadi hidup. Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Novel Jalan Bandungan karya

Nh. Dini dibagi menjadi 4 bagian, yaitu bagian pertama, kedua, ketiga dan keempat.

Dalam empat bagian tersebut hanya bagian dua dan tiga yang memiliki lebih dari satu

bab. Setiap bagian maupun setiap bab yang terdapat dalam novel memiliki latar

berbeda-beda, diantaranya :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

70

Bagian pertama

Pada bagian pertama secara umum berlatar di Indonesia yang diungkapkan

pengarang secara implisit dan secara khusus berlatar di kantor, di pinggiran yang

beratap di samping bangsal pertemuan-pertemuan besar dan di kantin. Hal itu

ditunjukkan pengarang dalam kutipan berikut ini:

a. Latar Tempat

1. Secara Umum Latar tempat pada bagian pertama secara umum berlatar di Indonesia tetapi

tidak dijelaskan latar secara eksplist.

2. Secara Khusus Di Kantor

(93) “....Di dalam kantor aku meneruskan percakapan dengan dosen-dosen

lain mengenai sesuatu hal yang sebenarnya tidak penting…” (hal 3). (94) “Winar berjalan menjauhi kantor dan aku terpaksa mengikutinya….”

(hlm. 3).

Di pinggiran yang beratap di samping bangsal pertemuan- pertemuan besar

(95) “….Kukira dia akan menunjukkan sesuatu kepadaku. Tetapi dia berhenti setelah berada beberapa jauh dari kantor, pinggiran yang beratap di samping bangsal tempat pertemuan-pertemuan besar….” (hlm.3 ).

Di Kantin

(96) “….Aku merasa sesak, sukar bernafas. Berlawanan dengan rasa

kebakaran dalam diriku, peluh yang menggerayangi kulit di bawah blusku meninggalkan kebekuan tajam. Aku meminggir dan bersandar pada dinding.” (hlm.7).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

71

(97) “Tiba-tiba kurasakan sentuhan di lenganku. Winar menarikku. “Kita ke kantin saja,” katanya. Aku menurut, kami berjalan bedampingan menuju kantin …..” (hlm.11).

Latar di kantor, di pinggiran yang beratap di samping bangsal pertemuan-

pertemuan besar, dan dikantin digambarkan pada sebuah Universitas. Hal itu

ditunjukkan pengarang dalam kutipan berikut ini:

(98) “Dari ruang terdekat, siswa-siswa mulai keluar. Kuliah yang diberikan pada jam paling pagi telah selesai. Berombongan mereka berjalan menjauh. Dua atau tiga orang mengelompok, berdiri disamping….” (hlm. 5).

b. Latar Waktu

(99) “....Matahari jam sepuluh pagi sudah membikin halaman sekolah silau

menguning....” (hlm. 4). (100) “Di kantin siang itu aku memanfaatkan waktu guna menarik sebanyak

mungkin pendapat Winar sebagai laki-laki, sebagai suami….” (hlm. 14).

c. Latar Sosial

Adat dan Budaya

(101) “....Tanpa menunggu selamatan seratus hari meninggalnya Bapak, Ibu sudah mendatangkan tukang. Dia menyuruh orang membikin warung di samping rumah. Sampai sekarang aku ingat betapa itu merupakan peristiwa besardi jalan tempat kami tinggal. Daerah itu tergolong pemukiman para priyayi yang disebut orang-orang terpandang.” (hlm. 9).

Bagian kedua

Pada bagian kedua terdiri dari empat bab. Bagian kedua berisi penggambaran

cerita flash back dari tokoh Mur. Tidak digambarkan secara jelas dimana latar si

pencerita, namun di bagian ini terdapat beberapa latar yang diceritakan oleh tokoh

Mur. latar itu adalah, bagian pertama: di Pekalongan, di Desa Guci, di sekolah, di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

72

Semarang, di rumah, di SPG (Sekolah Pendidikan Guru), dan di asrama; pada bab

kedua: di asrama dan di rumah sakit Elisabeth; pada bab ketiga: di rumah Mur dan

Widodo; bab keempat: di kantor, di tahanan, di Klaten, dan di kantor polisi,

kemudian pada bagian kelima: di sekolah, di Borobudur, di bagian administrasi, di

kantor polisi, dan di Klaten. Hal itu ditunjukkan pengarang dalam kutipan sebagai

berikut:

Bab pertama.

a. Latar Tempat

Bab pertama berisi penceritaan Mur berlatar zaman perang Indonesia

di jajah Belanda yaitu antara tahun 1942 yang dikemukakan secara implisit

oleh pengarang. Selain itu juga digambarkan beberapa latar lain dalam

penceritaan Mur. Hal itu ditunjukkan pengarang dalam kutipan berikut ini:

Pekalongan

(102) “Aku bahkan mengetahui bahwa kami melewati Pekalongan” (hlm. 17).

Gunung Slamet

(103) “....Kami tidak pernah sampai di sana. Selama tiga tahun lebih mengembara. Kaki, lereng, dan punggung Gunung Slamet kami jajah konon untuk mencari terobosan yang aman ke arah selatan....” (hlm.18).

Desa Guci

(104) “.... Untunglah kami menetap di desa Guci. Tiga kali kami pergi dan kembali lagi ke desa itu....” (hlm. 19).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

73

Di Sekolah

(105) “Pagi itu kami sedang berada di sekolah....” (hlm. 35).

Semarang

(106) “Keesokannya kami berangkat ke kota Semarang....” (hlm. 42) Rumah (107) “Petang kami sudah sampai, pulang ke rumah sendiri....” (hlm. 42).

SPG (Sekolah Pendidikan Guru)

(108) “Satu tahun di SPG aku puas....” (hlm. 43). Di Asrama

(109) “Aku tinggal di asrama mulai besok siang....” (hlm. 51).

Selain itu juga berlatar tahun 1942 yang digambarkan secara implisit.

Hal itu ditunjukkan pengarang sebagai berikut:

(110) “Berita lain yang kemudian lebih mengambil tempat ialah mengatakan, bahwa Belanda telah mengundurkan diri ke utara…” (hal 34).

b. Latar Waktu

(111) “....Pada waktu itu pula, karena lebih dari tiga bulan kami tidak berpindah tempat, ayah kami mengumpulkan anak-anak desa dan anggota rombongan.” (hlm. 21).

(112) “.... Tiba-tiba disuatu pagi kami diberitahu bahwa pelajaran dihentikan dan kami harus pulang mengemasi baju untuk dibawa pergi....” (hlm. 22).

c. Latar Sosial

Pada bagian kedua bab kedua, berlatar sosialkan masa perang revolusi. Hal itu

ditunjukkan pengarang pada kutipan berikut ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

74

(113) “Pada waktu terakhir kalinya kami menetap di desa itu, barulah paceklik terasa mengancam. Jatah nasi hanya diberikan satu kali sehari....” (hlm. 20).

(114) “....Makan seadanya dan bertahan jangan terlalu mengeluh supaya orang-orang dewasa bisa meneruskan pengawalan dan perjuangan dengan hati yang kuat. Dengan menerima keadaan yang sederhana, kami diberitahu bahwa itu juga sudah berarti turut berjuang. Nasi tidak akan selalu ada menurut kata orang-orang dewasa menunggui kami. Tetapi makanan lain seperti kacang hijau, kedelai, kentang, singkong dan ubi jalar masih tersimpan berkarung-karung. Itu cukup buat makan selama bertahan di tengah-tengah hutan.” (hlm. 28).

Karena perang latar pendidikan tidak jelas.

(115) “....Waktu itu tidak ada peraturan ketat mengenai batasan umur. Kalau anak sudah bisa membaca dan menulis, pasti diterima di kelas yang pantas. Umur dan tinggi anak tidak dipersoalkan. Kekacauan perang menjungkirbalikkan runtutan pendidikan formal di sebagian besar kotadi Tanah Air....” (hlm. 43).

(116) “....Sementara menunggu sistem pendidikan RI yang lebih sempurna, aku akan dapat mencari mencari pengalaman dulu selama mengajar....” (hlm. 43).

Sifat masyarakat yang kolot

(117) “....Seandainya waktu itu aku menolak, dan di kemudian hari aku lama sekali tidak menemukan laki-laki yang cocok hingga umurku semakin bertambah, pastilah nasibku akan dihubung-hubungkan dengan kejadian sebelumnya. Wanita selalu dijadikan pusat perhatian. Demikian dalam keluarga. Aku anak sulung dan satu-satunya perempuan dari empat bersaudara. Dalam hidup berkarier, perempuan tetap diteropong....” (hlm. 54).

Gaya hidup mewah

(118) “ ....Sedari kecil sering bepergian ke luar negeri. Zaman Revolusi tidak dia kenal, karena dia berada di Amerika....” (hlm. 61).

(119) “....Seringkali mereka dijemput atau diantar naik mobil. Barang-barang dan pakaian kelihatan mahal....” (hlm. 62).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

75

Bab kedua

a. Latar Tempat

Bab kedua berisi penceritaan Mur ketika di asrama menyiapkan ulangan akhir

tahun ajaran. Hal itu ditunjukkan pengarang dalam kutipan berikut ini:

(120) “Waktu itu aku sedang tinggal di asrama untuk menyiapkan ulangan akhir tahun ajaran….” (hlm. 78).

(121) “Pada hari ketiga ulangan, siang sesudah makan, ibu asrama masuk ke kamarku dan menyuruhku segera pulang....” (hlm. 79).

Juga menceritakan tentang pesakitan bapaknya di Rumah Sakit

Elisabeth yang akhirnya meninggal dunia. Hal itu ditunjukkan pengarang

dalam kutipan berikut ini:

(122) “….Secara singkat dia mengatakan bahwa ayahku akan dioperasi. Sekarang mondok di rumah sakit....” (hlm. 79).

(123) “....Mobil tidak membawaku pulang, melainkan langsung ke Rumah Sakit Elisabeth.” (hlm. 79).

b. Latar Waktu

(124) “Pada hari ketiga ulangan, siang sesudah makan, ibu asrama masuk ke kamarku dan menyuruhku segera pulang....” (hlm. 79).

(125) “Siang itu kebetulan ibuku baru pulang mengganti bekal pakaian. Aku tinggal di kamar ayahku sampai sore....” (hlm. 80).

c. Latar Sosial

Adat Istiadat yang masih kental

(126) “....Selama pasrah itu orang Jawa memperkaya batin dengan laku dan doa, menghubungkan diri dengan Yang Maha Kuasa....” (hlm. 78-79).

(127) “....Orangtuaku tidak bersembahyang secara agama Islam. Tetapi keduanya menjalankan “laku” seperti kebanyakan orang jawa. Puasa dan tirakatnya tidak pernah terputus sejak masa pengungsian hingga waktu itu. Mengurangi tidur dan mengurangi makan sudah merupakan kebiasaan rutin yang biasa kami lihat dan kami tiru.” (hlm. 80-81).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

76

Sifat masyarakat yang masih kolot

(128) “Daerah tempat kami tinggal adalah pemukiman campuran dari berbagai golongan memengah. Jalan kami sendiri hanya dihuni orang-orang yang disebut priyayi. Hampir semua kepala keluarga berkedudukan yang disegani. Guru, kepala kantor listrik, kepala kantor telepon, bahkan di ujung jalan ada seorang notaris dan panitera pengadilan negeri. Warung ibuku yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah pulau kepriyayian itu tentulah dianggap sebagai pencemaran.” (hlm. 84)

Bab ketiga

a. Latar Tempat Bab ketiga berisi penceritaan Mur ketika di rumah setelah menikah dengan

Widodo. Latar di rumah yang dimaksud adalah rumah dimana tempat Widodo

dan Muryati tinggal. Rumah itu terletak di sebelah barat kota. Hal itu

ditunjukkan pengarang dalam kutipan berikut ini:

(129) “Perdebatan dengan Mas Wid mengenai hal ini terjadi hampir setiap hari. Dia tidak senang mempunyai istri yang tidak pernah ada di rumah katanya ....” (hlm. 96).

(130) “....Sering kali permintaan makanan dari luar harus kumasak ketika suamiku ada di rumah. Mau tidak mau seluruh rumah menjadi bau....” (hlm. 113).

b. Latar Waktu

(131) “....Pada suatu pagi, aku memperhatikan bahwa dia tidak mengenakan seragam lagi....” (hlm. 98).

(132) “....Ketika pulang dari rumah sakit karena melahirkan. Ibuku datang menolong tiap hari....” (hlm. 108).

c. Latar Sosial

(133) “....Pada zaman itu pemerintahan belum mencantumkan program keluarga berencana....” (hlm. 113).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

77

Bab keempat

a. Latar Tempat

Bab keempat berisi penceritaan Mur ketika Widodo mulai

menghilang. Berlatar dari kantor Widodo, di tahanan kemudian di Klaten. Hal

itu ditunjukkan pengarang dalam kutipan berikut ini:

Di Kantor (134) “Hari ketiga suamiku tidak pulang, pagi-pagi aku pergi ke kantor. Di

sana aku mendapat keterangan bahwa Mas Wid sudah lama tidak bekerja. Kata mereka, akhir bulan Agustus dia mengambil cuti tahunan….” (hlm. 116-117).

(135) “....Aku tidak kuasa menahan kegugupanku, menangis penuh kecemasan, di depan pegawai-pegawai kantor suamiku....” (hlm. 117).

Di Tahanan (136) “Mas Gun menambahkan, bahwa selagi suamiku berada dalam

tahanan sementara itu, meskipun kasusnya sudah masuk ke tangan yang lebih berwenang, dia masih bisa menolongku..... Surat izin menengok kuterima keesokan harinya. Dan hari berikutnya aku bertemu dengan Mas Wid setelah antre bersama pengunjung lainya ....” (hlm. 120).

(137) “Ruangan setengah terbuka yang sempit tempat kami bertemu penuh sesak. Suara percakapan dan tangis sangat gaduh, membikinku semakin tidak betah....” (hlm. 120).

Di Klaten (138) “Setelah aku mapan bekerja tiga bulan, ibuku memberi gagasan yang

kuanggap luar biasa. Pada suatu hari minggu, dia membekaliku dengan uang bis dan menyuruhku pergi ke klaten dengan membawa eko….” (125).

(139) “....Selama kunjungan dua jam itu aku mengetahui banyak hal....” (hlm. 126).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

78

Di Kantor Polisi

(140) “….Setiap bulan aku harus lapor, seolah-olah aku ini seorang kriminal….” (hlm. 122).

Selain itu juga berlatar diatas tahun 1942-1945 yang digambarkan

secara implisit, terlihat pada kutipan zaman pendudukan Jepang. Hal itu

ditunjukkan pengarang sebagai berikut:

(141) “Cara hidup yang kotor, pakaian compang-camping serta lusuh yang tampak di zaman pendudukan Jepang, kembali tersuguh dalam kehidupan yang dikatakan modern dan merdeka…” (hal 115).

b. Latar Waktu

(142) “....Pagi, dia seperti biasa berangkat ke kantor. Sampai saat aku akan menutup pintu halaman jam sepuluh malam, dia belum pulang. Demikianlah dua hari tidak ada berita....Kutunggu sehari lagi untuk mencari kabar ke kantornya.” (hlm. 116)

(143) “....Terakhir kali aku ke pasar ialah lima hari sebelum tanggal yang disebutkan tetanggaku....” (hlm. 116).

c. Latar Sosial

Kehidupan zaman modern

(144) “ Tahun itu kehidupan bagi rakyat bertambah keras. Harga bahan pokok serta terus meningkat. Meskipun pemerintah menganut kebijaksanaan membatasi pemasukan barang mewah dari luar negeri, hasil dalam negeri juga tetap mahal harganya. Kemiskinan yang mencolok kelihatan di mana-mana. Yang menonjol ialah di pedesaan dan di kampung-kampung,” (hlm. 115).

(145) “ Cara hidup yang kotor, pakaian compang-camping serta lusuh yang tampak di zaman pendudukan Jepang, kembali tersuguh dalam kehidupan yang dikatakan modern dan merdeka....” (hlm. 115).

Adat Istiadat.

(146) “Hari itu aku bahkan mengatakan pula bahwa tiga bulan adalah batasnya. Kalau istri tidak lagi menerima nafkah lahir dan batin selama itu, proses perceraian sudah bisa dimulai...” (hlm. 130).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

79

Bab kelima

a. Latar Tempat Sekolah (147) “Kembali ke sekolah membikinku tampak lebih muda....” (hlm. 137).

Borobudur

(148) “Kami berangkat pagi-pagi sekali supaya dapat sampai di Borobudur untuk berpiknik sarapan....” (hlm. 140).

(149) “....Lebih dari satu setengah jam kami santai semaunya, berjalan-jalan atau mengelilingi candi yang megah itu....” (hlm. 140).

Bagian Administrasi

(150) “....Beberapa hari sekali, aku menyempatkan singgah ke Bagian Administrasi dan coba-coba bertanya kalau ada berita baru....” (hlm. 142).

Kantor Polisi

(151) “...Untuk mengurus paspor, diperlukan antara lain surat berkelakuan baik. Aku ke kantor polisi....” (hlm. 155).

Klaten

(152) “....Kami tidak pulang ke Semarang, melainkan ke Klaten....” (hlm. 160).

b. Latar Waktu

(153) “...Maka pada hari-hari tertentu aku bekerja di sekolah laboratorium

dan mengajarkan bahasa Inggris kepada anak-anak pra-remaja....” (hlm. 138)

(154) “Kami berangkat pagi-pagi sekali supaya dapat sampai di Borobudur untuk berpiknik sarapan....” (hlm. 140).

c. Latar Sosial Adat dan Budaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

80

(155) “....Memang itu tergolong pemukiman priyayi. Meskipun yang

sesungguhnya zaman telah berubah, dan penghuni di sana tidak lagi merupakan kekuatan feodal yang bisa meruntuhkan sesuatu sistem pemerintahan. Penduduknya sudah tua, kebanyakan janda. Anak-anak mereka tersebar bekerja atau bersekolah di kota-kota lain....” (hlm. 145).

Bagian ketiga

Bab pertama.

Pada bagian ketiga diungkapkan secara umum pada bab pertama digambarkan

Mur berlatar di Belanda dan pada bab kedua digambarkan Mur berlatar di Indonesia.

Secara umum pada bab pertama Mur digambarkan berlatar di Universitas, di pasar, di

perpustakaan, di toko, di dapur, di apartemen, di kamar, di Denhaag, di telepon pojok

jalan, di kamar mandi, di Arnhem, di Paris, dan di Amersfoort dan pada bab kedua

digambarkan berlatar di sekolah pagi, di sekolah laboratorium, di rumah Ganik, di

rumah Jalan Bandungan, di rumah sakit, di meja makan, di rumah Sri di Jatiwaringin,

dan di Jawa Tengah. Hal itu ditunjukkan pengarang dalam kutipan berikut ini:

a. Latar Tempat

1. Secara Umum

Bab pertama secara umum pada bab pertama digambarkan Mur

berlatar di Belanda. Hal itu ditunjukkan pengarang dalam kutipan berikut ini:

Negara Belanda

(156) “Kesan pertama yang kutemukan ketika sampai di negeri Belanda ialah kebersihan ....“(hlm. 197).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

81

2. Secara Khusus

Universitas (157) “....Kuliah hanya kuikuti empat kali sepekan; ada dua yang diberikan

satu hari, pagi dan sore....” (hlm. 200).

Di Pasar

(158) “....Sejak kunjunganku pertama kalinya ke pasar, aku sudah dibentak oleh seorang penjual buah dan sayuran....” (hlm. 202).

Di Perpustakaan (159) “….Tidak selalu dua hari berturut-turut, sehingga aku tetap memiliki

kesantain meneruskan riset di perpustakaan….” (217). Di Toko (160) “….Di took aku membeli tahu dan kecambah sebagai tambahan laik

untuk makan petang itu….” (217). Di Dapur (161) “Sore itu kami sibuk di dapur….” (hlm. 219). Di Apartemen (162) “Tiba kembali di pondokanku, kami masih sempat membenahi

apartemen yang telah kutinggali selama tiga hari….” (hlm. 235). Di Kamar

(163) “….Dan siang itu ketika aku bersendirian di dalam kamar untuk beristirahat, aku pun mengucap syukur pula karena turut merasakan kenyamanan tiduran di atas kasur berbau wangi, di kamar yang disejuki alat pendingin….” (hlm. 245)

Di Denhaag (164) “Hari itu aku mengurus bermacam-macam surat penting di

Denhaag.….” (hlm. 246).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

82

Telepon umum di pojok jalan (165) “….Karena pada waktu aku memerlukan menelpon, aku pergi ke

telepon umum di pojok jalan.….” (hlm. 248). Kamar mandi (166) “….Kira-kira setengah enam, ketika aku baru keluar dari kamar mandi,

kudengar bel pintu berbunyi….” (hlm. 249). Arnhem

(167) “Dua hari sebelum tanggal yang ditentukan, aku berangkat ke Arnhem

untuk tinggal bersama kenalan baikku sejak aku datang di negeri ini….” (hlm. 253).

Paris (168) “Ya, aku sedang dalam perjalanan ke paris, kota keindahan, kota yang

sejak masa mudaku disebut sebagai pusat mode dan kebudayaan oleh ayah-ibu kami….” (hlm. 254).

Amersfoort (169) “Dan ternyata memang aku merasa lebih tenang bepergian sendirian

menuju pondokanku di Amersfoort….” (hlm. 280). (170) “Ketenangan hatiku hampir rontok lagi ketika dua malam setibaku

kembali di Amersfoort….” (hlm. 280). b. Latar Waktu

(171) “....Kuliah hanya kuikuti empat kali sepekan; ada dua yang diberikan satu hari, pagi dan sore....” (hlm. 200).

(172) “....Sejak kunjunganku pertama kalinya ke pasar, aku sudah dibentak oleh seorang penjual buah dan sayuran....” (hlm. 202).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

83

Bab kedua.

b. Latar Tempat

1. Secara Umum Bab kedua secara umum pada bab pertama digambarkan Mur berlatar di

Indonesia. Hal itu ditunjukkan pengarang dalam kutipan berikut ini:

Tanah Air

(173) “Kembali ke Tanah Air, aku memerlukan waktu untuk beradaptasi lagi....” (hlm. 295).

2. Secara Khusus

Di Sekolah Pagi

(174) “....Disekolah pagi aku tetap memegang kelas lima....” (hlm. 296). (175) “Handoko tiba, aku sudah berangkat ke sekolah pagi....” (hlm. 322).

Di Sekolah Laboratorium

(176) “....Disekolah laboratorium di mana aku mengajar bahasa Inggris, aku

memegang kelas lima dan enam....” (hlm. 296).

Di Rumah Ganik

(177) “Dua bulan berada di rumah Ganik, aku sudah menerima telepon tiga kali dari Handoko....” (hlm. 309).

Di Rumah Jalan Bandungan (178) “Di rumah Jalan Bandungan aku sudah mapan benar....” (hlm. 313). (179) “….Setelah berkangenan selama beberapa hari di rumah Sri di

Jatiwaringin, kami pulang ke Jawa Tengah untuk memulai hidup sebagai suami-istri di Jalan Bandungan.” (hlm. 354).

Di Rumah Sakit

(180) “Ketika Handoko menelepon, aku sedang mendapat giliran tidur di rumah sakit....” (hlm. 321).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

84

(181) “….Siangnya, kukatakan kepada Handoko bahwa aku akan ke rumah sakit lagi…” (hlm. 339).

Di Meja Makan

(182) “Selama berada di meja makan, aku kewalahan menghindari pandangan Handoko....” (hlm. 322).

Di Rumah Sri di Jatiwaringin

(183) “….Setelah berkangenan selama beberapa hari di rumah Sri di Jatiwaringin, kami pulang ke Jawa Tengah untuk memulai hidup sebagai suami-istri di Jalan Bandungan.” (hlm. 354).

Jawa Tengah

(184) “….Setelah berkangenan selama beberapa hari di rumah Sri di Jatiwaringin, kami pulang ke Jawa Tengah untuk memulai hidup sebagai suami-istri di Jalan Bandungan.” (hlm. 354).

b. Latar Waktu

(185) “....Untunglah hari-hari pertama, seperti yang kurenacanakan, aku

hanya lapor ke tempatku mengajar serta almamater yang merupakan lembaga hubungan dengan Kedutaan Belanda....” (hlm. 295).

(186) “Aku meneruskan mengajar pagi dan sore....” (hlm. 347) c. Latar Sosial

Adat dan Budaya

(187) “….Kedudukan janda dalam masyarakat hampir sama rapuhnya

dengan kedudukan sebagai istri tahanan Pulau Buru….” (hlm. 346). (188) “….Aku tidak kuat menghadapi pandangan umum yang biasanya

gegabah, menganggap semua janda adalah obyek pergunjingan. Kalau orang membicarakan janda, langsung saja si pembicara sampai pada soal biologis, masalah penyampaian nafsu atau pelampiasan kepuasan semetara. Kalau laki-laki tergoda, yang disalahkan kebanyakan kali pihak wanita….” (hlm. 346).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

85

Bagian keempat

Pada bagian keempat diungkapkan secara umum Mur berlatar di Indonesia,

Semarang, Jalan Bandungan. Secara khusus digambarkan di sekolah lanjutan atas

swasta, di halaman depan rumah, dan di meja makan. Hal itu ditunjukkan pengarang

dalam kutipan berikut ini:

c. Latar Tempat

1. Secara umum

(189) “Ternyata aku terpaksa menjelaskan lebih dari satu kali bagaimana pendirianku, karena anakku perempuan yang kukira mengertiku selama ini, tidak bisa menerima mengapa aku menolak dia mengajak ayahnya ke rumahku. Ketika aku bertanya di mana bapaknya akan menginap selama tinggal di Semarang, dengan suara pasti dia menjawab: di rumah kita. Seolah-oleh sudah sepatutnya Widodo bermalam di Jalan Bandungan....” (hlm. 364)

2. Secara khusus Sekolah Lanjutan Atas Swasta

(190) “….Setelah melengkapi gelarku, aku menambah pengalaman mengajar di Sekolah Lanjutan Atas swasta….” (hlm. 361).

Di Halaman depan rumah

(191) “....Setelah makan, seperti biasa kami berdua berjalan-jalan di halaman depan rumah selama sepuluh atau lima belas menit...” (hlm. 362)

(192) “….Di siang hari, ketika aku memasuki halaman depan, sambil membawa kendaraan ke samping rumah, aku selintas melihat suamiku telah duduk santai di serambi….” (hlm. 400).

Di Meja Makan

(193) “....Seandainya meleset hari ini, keesokannya harus diusahakan agar kami bertemu selama paling sedikit lima belas menit di meja makan....” (hlm. 368)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

86

b. Latar Waktu (194) “....Dua tahun terakhir itu aku sibuk memajukan tesis, lalu ujian

akhir....” (hlm. 361). (195) “Kuatur sedemikian rupa sehingga sejak sore aku sudah berada di

rumah supaya dapat menyambut Handoko ketika pulang….” (hlm. 361).

c. Latar Sosial

Dalam bagian keempat tidak ditemukan latar sosial.

Latar peristiwa novel Jalan Bandungan sebagian besar latar terjadi di

Semarang dan di Belanda.

4.1.4 Tema

Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya

sastra (Sudjiman, 1991: 50). Di lain pihak, Hartoko dan Rahmanto dalam Nurgiyanto

(2007: 68) menyatakan bahwa tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang

sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan

yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.

Dalam novel Jalan Bandungan ditemukan adanya tema pokok dan tema

tambahan. Tema pokok (tema mayor) menggambarkan perjuangan seorang wanita

bernama Muryati sebagai tokoh utama dalam novel Jalan Bandungan. Tokoh Mur

menyimbulkan kekuatan seorang perempuan yang tidak mudah menyerah terhadap

lika-liku hidup yang dihadapainya. Kondisi keluarga yang harmonis, orang tua yang

penuh perhatian, cara didik orang tua yang terbuka serta demokratis ternyata tidak

menjamin kehidupan masa depan Mur menjadi lebih baik. Suami pilihan orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

87

tuanya diterimanya dengan sepenuh hati tanpa paksaan, ternyata bukanlah seorang

suami yang baik bagi Mur dan ketiga anaknya. Widodo, suami Mur ternyata terjerat

oleh idealisme sayap kiri yang membawanya ke penjara selama 14 tahun. Inilah saat

Mur untuk kembali menata kehidupannya. Ia mulai bekerja sebagai guru bahkan

menerima tawaran untuk sekolah lagi di Belanda. Perjuangan Mur ketika Widodo

masuk penjara ditunjukkan pengarang dalam kutipan:

(196) “... Sekarang yang hendak kutanyakan ialah menurut Mas Wid, bagaimana aku harus menghidupi anak-anak dan diriku. Apakah mas Wid Masih melarang aku kembali mengajar? Seandainya Mas Wid melarang pun, aku tetap harus berbuat sesuatu supaya kami tetap hidup. Sedangkan pekerjaanku adalah guru. Aku akan mencari sekolah yang mau menerimaku. Tentu tidak akan mudah, karena sekarang orang tahu bahwa aku istri laki-laki yang terlibat dalam kericuhan politik”. (hlm. 121).

(197) “....Hingga di masa itulah aku mampu bertahan hidup sebagai satu keluarga yang berdiri sendiri. Keuanganku tandas. Lamaran untuk mengajar lagi tidak ada kabar beritanya. Untuk makan serta keperluan sehari-hari, aku sudah mengorbankan perhiasan yang dulu kukumpulkan dengan gajiku sendiri. Tunggakan sewa belum kulunasi seluruhnya....” (hlm. 123).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh laki-laki, Widodo suami

pertama Muryati tidak bertanggung jawab. Hal itu membuat Muryati lebih kuat

menjalani hidup. Semenjak Widodo masuk penjara, Muryati mampu bertahan hidup

sebagai satu keluarga yang berdiri sendiri.

Perjuangan Mur ketika akan berangkat ke belanda ditunjukkan pengarang

dalam kutipan:

(198) “....Gajiku yang sedikit aku harus hemat sebagai tabunganku keluar negeri....” (hlm. 150).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

88

(199) “....Hampir semua saudara tahu waktu itu bahwa aku harus negbut belajar bahasa Belanda guna kuliah tambahan di negeri itu....(hlm. 160).

Perjuangan Mur ketika di Belanda ditunjukkan pengarang dalam kutipan:

(200) “....Dalam kelompok mahasiswa, perpustakaan, yayasan dan sekolah-sekolah praktek kubicarakan pengalaman beserta kesimpulanku yang berupa patokan atau pegangan yang mungkin bisa dipergunakan pendidik lain. Kesemuanya itu aku bagi dalam dua pekan....dalam dua pekan itu aku berpindah-pindah tempat, menghadapi hadirin yang berbeda-beda, menututi giliran kelompok. Pemaparan kertas dan wawancara memakan waktu dua setengah jam, kadangkala sampai tiga jam. Setiap hari aku berjalan ke stasiun atau ke pemberhentian bis, ganti kereta satu atau dua kali, kemudian naik bis lagi, dan setelah turun berjalan lagi. Ulang-alik demikian, tiba di rumah di waktu sore, badan serta pikiranku sudah capek....” (hlm. 217).

(201) “Hujan semakin sering datang. Suhu udara selalu di bawah angka lima derajat Celcius. Kulitku semakin kering. Dengan warna coklat yang kumiliki, bagian kaki serta tangan selalu tampak bergurat putih-putih dan berkeriput....” (hlm. 236).

Perjuangan Mur dalam mendidik dan menjaga anak-anaknya ditunjukkan

pengarang dalam kutipan:

(202) “....Aku hanya meminta pengertiannya bahwa aku ingin bersama anak-anak kulengkap selama setengah jam dalam sehari. Kalau Eko bisa menuruti keinginanku tiga kali seminggu saja, aku tidak akan merasa diremehkan, karena selama bersama setengah jam sehari itu aku dapat mendengarkan apa pikiran mereka, bagaimana keadaan sekolah mereka....” (hlm. 159).

(203) “....Tetapi aku tidak ingin anak bungsuku yang belum cukup berpendidikan ataupun jiwanya masih mencari keteguhan, terpengaruh oleh jalan pikiran bekas suami dan bekas musuh pemerintah itu. (hlm. 377)

Perjuangan Mur dalam meningkatkan ilmu ditunjukkan pengarang dalam

kutipan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

89

(204) “....Dua tahun terakhir itu aku sibuk memajukan tesis, lalu ujian akhir...Setelah melengkapi gelarku, aku menambah pengalaman mengajar di Sekolah Lanjutan Atas Swasta.... (hlm. 361)

Tema tambahan (tema minor/ tema bagian) dalam novel ini adalah

kemanusiaan, sosial, dan politik. Dikatakan bertema kemanusiaan, seperti keikhlasan,

cinta kasih, kejujuran, kemunafikan, kesewenang-wenangan, persahabatan dan

keterpaksaan. Hal keikhlasan terlihat ketika Mur ikhlas berusaha menjadi istri yang

baik. Hal tersebut ditunjukkan pengarang dalam kutipan:

(205) “….Mengapa Mas Wid mencari-cari kesalahan atau kekuranganku. Mengapa Mas Wid menjadi begini? Tapi kalau memang membutuhkan jawaban, kalau dicari-cari mengapa aku lebih suka mendidik anak orang lain, sebabnya ialah karena aku dibayar! Sedangkan kalau tinggal di rumah, aku tidak mendapat gaji, malahan disesali terus. Padahal, tinggal dirumah pun, aku tidak pernah berhenti bekerja!”, “Itu kewajiban seorang istri.” (hlm. 106).

(206) “ …Kadang-kadang aku mulai meragukan apakah aku masih memiliki kepribadian. Buktinya, sering aku mendengarkan suamiku mengatakan sesuatu gagasan yang tidak sepenuhnya aku setujui, namun aku tidak menyanggahnya….” (hlm. 106).

Selain itu keikhlasan juga digambarkan ketika Mur melepas Handoko ke

Venezuela karena hasutan kakaknya, yaitu Widodo. Hal tersebut ditunjukkan

pengarang dalam kutipan:

(207) “….Kuarasakan ada kekerasan dan kepahitan dalam hatiku. Meskipun demikian, aku tidak merasa sedih. Kuterima kejadian dan perubahan yang ku alami sebagaimana adanya. Aku bahkan tidak lagi mengaitkan semua ini sebagai cobaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dengan sadar aku mengikuti aliran kehidupan. Aku sudah membuat pilihan. Kalau Tuhan menyodorkan lagi jenis kehidupan yang lain, mengapa tidak meraihnya dengan kepastian serta keyakinan bahwa itulah yang paling tepat untukku.” (hlm. 432).

(208) “Kali ini suamiku tidak menghilang, melainkan kuketahui dengan jelas pergi ke mana dan untuk keperluan apa. Aku melepasnya tidak dengan kesedihan, tetapi juga tidak dengan kelegaan. Setelah berbulan-bulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

90

kami tidak pernah menyepakati sesuatu pun secara bersama, pada saat keberangkatan itu kami saling setuju, bahwa kami akan membiarkan waktu mengalir menuruti alurnya….” (hlm. 433).

Hal tentang cinta kasih terlihat ketika Mur dan Handoko saling mencintai.

Mur jatuh cinta dengan Handoko sebagai adik iparnya dan sebaliknya. Hal tersebut

ditunjukkan pengarang dalam kutipan:

(209) “….Sejak mengetahui bahwa dia ada di Negeri Belanda, sejak kemarin malam menunggu teleponnya, sejak melihat dia berdiri di depan pintu; bahkan kini melihatnya setengah bersandar di tempat cucian piring pun aku kebingungan karena detak jantungku yang terlalu cepat” (hlm. 250).

(210) “Selama berada di meja makan, aku kewalahan menghindari pandangan Handoko. Rasa-rasa debaran jantungku sedemikian keras sehingga setiap kali baju diarah dadaku turut bergetar….” (hlm. 322-323).

Hal tentang kemunafikan terlihat dari kenyataan sikap Widodo yang tidak seperti

pejuang terbaik ketika zaman perang dengan ayah Mur. Hal tersebut ditunjukkan

pengarang dalam kutipan:

(211) “….Jangan anda kira lagi bahwa kami memaksa kehendak kami, keluarganya Mur, pada anda. Anda seharusnya memperkenalkan calon istri anda kepada orangtua yang bersangkutan. Ini contoh kelembekan anda yang tidak saya mengerti. Dulu ketika kita berjuang bersama-sama, kok anda lebih giat, lebih aktif?” ….” (hlm.76).

(212) “….Dalam pembicaraan yang serba kaku dan tegang itu dia mengatakan telah memberitahu orangtuanya mengenai nasibnya. Dia menganjurkan, kalau aku tidak bisa mendapatkan pekerjaan, lebih baik ke Klaten. Turut hidup bersama mertuaku. Untuk kesekian kalinya aku tidak tahan mengekang ketajaman mulutku. “Apa Mas Wid kira aku punya muka untuk berbuat semacam itu? Sejak kita kawin, tidak satu kali pun kita mengunjungi mereka. Kalau aku mengusulkan, Mas Wid selalu bilang ‘nanti saja, nanti saja’ sampai anak kita tiga! Sekarang, kita dalam kesusahan, tiba-tiba Mas Wid ingat kepada mereka! Alangkah nistanya!....” (hlm.122)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

91

Hal tentang kemunafikan terlihat pula pada tokoh Handoko. Hal tersebut

ditunjukkan pengarang dalam kutipan:

(213) “…Tawaran pekerjaan kepada Hndoko di luar negeri bertambah lagi. Bekas rekannya di Finlandia dua kali menelpon. Kemudian suratnya datang, berisi keterangan yang lebih lengkap. Meskipun suamiku tampak tidak bersemangat, tetapi aku tahu bahwa dia membaca informasi teman tersebut berkali-kali….” (hlm. 395).

Hal tentang kesewenang-wenangan juga terlihat pada sifat kesewenang-

wenangan Widodo. Hal tersebut ditunjukkan pengarang dalam kutipan:

(214) “....Maka dengan kebiasaan baru yang berupa kedatangan Widodo pagi, siang, dan petang tanpa mengikuti tatacara bertamu yang sopan, pembantu-pembantu kami bertambah pekerjaan.” (hlm. 371).

(215) “Seperti yang telah kukatirkan, lima bulan setelah kedatangan Widodo, anakku tidak naik kelas. Kalau ini dianggap sebagai akibat, ya itulah akibat yang ditanggung Seto....” (hlm. 372).

Hal tentang persahabatan terlihat dalam hubungan antara Mur dengan sahabat-

sahabatnya yaitu Siswi, Ganik, Murniyah dan Sri. Hal tersebut ditunjukkan

pengarang dalam kutipan:

(216) “Aku mendengarkan temanku dengan penuh keharuan. Kami menangis bersama-sama. Kalau anak seperti Mur, yang tidak pernah berkesempatan mengenal bapaknya kini tumbuh memiliki tekad sekuat baja untuk merenggut cita-citanya, apakah aku yang selama hampir tujuh belas tahun dicinta, bahkan dimanja ayahnya berhak menjadi orang tanpa kegigihan karena tiba-tiba menjadi anak yatim? Akhirnya, didukung oleh persahabatku dengan Murniyah, semangatnya adalah semangatku....” (hlm. 94)

(217) “Meskipun dengan susah payah, berangsur-angsur kesedihan dapat kuatasi. Selama berbulan-bulan teman-teman merengkuhku. Aku diundang tidur di rumah mereka, atau mereka datang bermakam di rumah kami....” (hlm. 95).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

92

Tema sosial terlihat pada penceritaan betapa besar perhatian di negeri Belanda

terhadap warganya yang cacat sejak lahir dan yang cacat karena kecelakaan atau

kelanjutan dari penyakit. Hal tersebut ditunjukkan pengarang dalam kutipan:

(218) “....Pemerintah Belanda terkenal berperhatian besar terhadap warganya yang cacat sejak lahir maupun yang cacat karena kecelakaan atau kelanjutan dari penyakit. Anak-anak yang ketahuan mempunyai kelainan segera mendapat penanganan semestinya. Di jalan dan tempat-tempat umum kelihatan nyata, bahwa orang cacat mempunyai hak sebagaimana warga negara lain yang tumbuh dengan kelengkapan anggota badan mereka....” (hlm. 200-201).

Tema politik karena di dalam novel menceritakan keadaan perekonomian,

pendidikan, dan masyarakatnya pascaperang. Hal tersebut ditunjukkan pengarang

dalam kutipan:

(219) “....Waktu itu tidak ada peraturan ketat mengenai batasan umur. Kalau anak sudah bisa membacadan menulis, pasti diterima di kelas yang pantas. Umur dan tinggi anak tidak dipersoalkan. Kekacauan perang menjungkir balikkan runtutan pendidikan formal di sebagian besar kota di Tanah Air....” (hlm. 43).

(220) “Tahun itu kehidupan bagi rakyat bertambah keras. Harga bahan pokok terus meningkat. Meskipun pemerintahan mangenaut kebijaksanaan membatasi pemasukan barang mewah dari luar negeri, hasil dalam negeri juga tetap mahal harganya. Kemiskinan yang mencolok kelihatan di mana-mana. Yang menonjol ialah di pedesaan dan di kampung-kampung” (hlm. 115).

Selain itu, dalam novel diceritakan politik di negeri Belanda. Hal tersebut

ditunjukkan pengarang dalam kutipan:

(221) “....Lepasnya dari politik yang dulu sangat menindas dan membodohkan rakyat Indonesia, orang Belanda adalah bangsa yang gigih dan pekerja keras” (hlm. 198).

(222) “....Negeri Belanda menganut politik tangan terbuka. Selalu siap menampung penduduk bekas-bekas jajahannya....” (hlm. 203).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

93

Berdasarkan tingkatan-tingkatan pengalaman jiwa manusia, tema novel ini

termasuk dalam tema tingkat sosial dan tema tingkat egoik. Novel Jalan Bandungan

termasuk dalam tema tingkat sosial karena mengandung banyak permasalahan,

konflik, dan masalah-masalah sosial, antara lain masalah ekonomi, politik,

pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih, propaganda, persahabatan,

hubungan atasan-bawahan. Novel itu juga termasuk dalam tema tingkat egoik karena

mengandung masalah individualitas antara lain sifat kecemburuan, sifat kesewenang-

wenangan, keegoisan, kemunafikan dan keikhlasan.

Hal tentang hubungan atasan-bawahan terlihat dalam hubungan antara ayah

Mur dan pengawalnya serta anak buahnya, dan Mur, dan pembantunya. Hal tersebut

ditunjukkan pengarang dalam kutipan:

(223) “ Lha ini Muryati! Sini menyalami tamu-tamu kita, “ Bapak gembira melihat aku datang mendekat. “ Iangat kamu siapa mereka? Ini Mas-mas yang mengawal kalian dulu di Gunung Selamet.” (hlm. 45).

(224) “....Bapak selalu berusaha agar keluarganya benar-benar santai. Dia meminjam kendaraan tambahan dari kantornya yang dikendarai oleh seseorang anak buahnya terdekat, namanya Gunardi....´(hlm. 59).

Hal tentang propaganda terlihat dalam keterlibatan Widodo dengan partai

Komunis. Hal tersebut ditunjukkan pengarang dalam kutipan:

(225) “....Suatu sore, Ibu datang diantar Mas Gun untuk mengatakan bahwa Mas Wid di tahan di sebuah tempat. Ada bukti-bukti bahwa suamiku anggota Partai Komunis.... Terlibat dalam sebuah intrik politik, apalagi dia komunis! ” (hlm. 119).

Hal tentang perjuangan terlihat dalam Komunis. Hal itu ditunjukkan

pengarang dalam kutipan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

94

(226) “....Anak-anak diberitahu bahwa selama beberapa hari kami harus lebih prihatin.” (hlm. 27).

(227) “....Makan seadanya dan bertahan jangan terlalu mengeluh supaya orang-orang dewasa bisa meneruskan pengawalan dan perjuangan dengan hati yang kuat. Dengan menerima keadaan yang sederhana, kami diberitahu bahwa itu juga sudah berarti turut berjuang. Nasi tidak akan selalu ada menurut kata orang-orang dewasa menunggui kami. Tetapi makanan lain seperti kacang hijau, kedelai, kentang, singkong dan ubi jalar masih tersimpan berkarung-karung. Itu cukup buat makan selama bertahan di tengah-tengah hutan.” (hlm. 28).

(228) “Saya tahu di Guci banyak anak lelaki. Kain-kain jendela dan pintu di rumah-rumah itu masih bagus. Saya suruh kawan-kawan menurunkannya. Itu baik untuk dibikin celana. Kasihan anak-anak lelaki kalau iri, karena yang kami temukan di gudang hanya sisa pembagian kain-kain berkembang buat wanita. Itu tentu simpanan sejak zaman pendudukan Jepang, Bu....” (hlm. 38).

Hal tentang keegoisan terlihat dalam sifat Widodo yang melakukan segalan

cara demi tercapai tujuannya. Hal tersebut ditunjukkan pengarang dalam kutipan:

(229) “.... Orang seperti Widodo tidak mungkin berbuat sesuatu tanpa mempunyai rencana tertentu. Ya mengacau itu maunya! Seto tidak naik kelas! Itulah hasilnya. Karena dengan kenyataan ini, Dik Mur menjadi gelisah. Ini suatu bentuk peneroran.” (hlm. 382).

(230) “Kuperhatikan wajah Widodo setengah menunduk melihat ke arah makanan di piringnya. Aku tidak melihat bayangan rasa terkejut. Kuteruskan, “Sudah saatnya aku beritahukan bahwa kedatangan anda yang tidak mengenal waktu, pagi-siang-sore-petang ini mengganggu Handoko dan aku. Anda juga merebut waktu Seto, mondar-mandir ke tempat anda sehingga pelajarannya terganggu. Buktinya dia tidak naik kelas tahun ini!.” (hlm. 386).

Hal tentang kecemburuan terlihat dalam sifat Handoko yang dijadikan alat

untuk menghancurkan rumah tangganya dengan Mur. Hal tersebut ditunjukkan

pengarang dalam kutipan:

(231) “....Tadi Siswi berpesan supaya aku mengingatkanmu. Handoko selalu cemburu ....” (hlm. 11)

(232) “....Sekarang dia sedang berhasil mengacau kerukunan kita berdua. Sifat cemburuanmu dijadikan alat....” (hlm. 417).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

95

Dari analisis tema di atas, dapat disimpulkan bahwa melalui tema ini siswa

dapat mengambil hikmah dari berbagai peristiwa yang ada dalam novel ini dan dapat

dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Materi ini cocok untuk

pembelajaran SMA. Agar lebih mudah mempelajari materi ini, antisipasinya siswa

diperkenalkan lebih dahulu dengan hal-hal yang berhubungan dengan tema, serta

memberi contoh dari karya sastra yang lain.

4.1.5 Amanat

Menurut Sudjiman (1991: 57), dari sebuah karya sastra ada kalanya dapat

diangkat suatu ajaran moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang;

itulah yang disebut amanat. Dalam novel Jalan Bandungan amanat yang dapat

dipetik yaitu sebagai seseorang (dalam novel adalah wanita/ Muryati) harus kuat,

tegar dan tangguh dalam menghadapi lika-liku kehidupan. Hal tersebut terlihat

dalam kutipan sebagai berikut:

(233) “... Sekarang yang hendak kutanyakan ialah menurut Mas Wid, bagaimana aku harus menghidupi anak-anak dan diriku. Apakah mas Wid Masih melarang aku kembali mengajar? Seandainya Mas Wid melarang pun, aku tetap harus berbuat sesuatu supaya kami tetap hidup. Sedangkan pekerjaanku adalah guru. Aku akan mencari sekolah yang mau menerimaku. Tentu tidak akan mudah, karena sekarang orang tahu bahwa aku istri laki-laki yang terlibat dalam kericuhan politik”. (hlm. 121).

(234) “Ku tambahkan dengan suara lebih tenang, “Anda tidak bisa membayangkan bahwa yang sesungguhnya bukanlah hanya makanan yang menjadi satu-satunya masalah bagi saya, bagi istri-istri seperti saya. Siksaan berat kami juga berupa tekanan batin yang sangat menyakitkan. Anak-anak dan saudara-saudara saya, bahkan Ibu pun terlibat pula. Menjadi lingkungan terdekat tahanan Pulau Buru selalu dijauhi orang. Seolah-olah kami mengidap penyakit menular. Harus dihindari. Kalau tidak karena pertolongan orang-orang tertentu, mana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

96

mungkin saya berhasil mendapatkan kesempatan seperti yang saya punya sekarang!....” (hlm.267).

Amanat yang bisa dipetik lainya adalah sifat pantang menyerah dan

tidak gegabah (penuh pertimbangan dalam memutuskan sesuatu hal) yang

tecermin dalam usahanya untuk memperoleh beasiswa untuk melanjutkan studi

ke Belanda. Hal tersebut terlihat dalam kutipan:

(235) “Lama aku menunggu panggilan atau pemberitahuan dari Institut mengenai undangan itu. Tak satu surat pun kuterima. Dan tak seorang pun membicarakannya. Beberapa hari sekali, aku menyempatkan singgah ke Bagian Administrasi dan coba-coba bertanya kalau-kalau ada berita baru. Mereka hanya bilang “biasa-biasa saja”. Bahkan dua kali aku bertemu sendiri dengan dekanku dulu, tapi dia hanya berkabar berbasa-basi...Ada dua jalan yang bisa kutempuh kata ayah Ganik. Aku nekat, berangkat mengikuti tes. Kalau lulus, dapat keluar negeri atas dasar undangan secara perorangan. Jalan satunya ialah terang-terangan aku bertanya kepada Rektor atau kepala bagianku dulu. Baik yang pertama maupun yang kedua tidak kusukai. Kalau nekat jalan sendiri, kelak jika pulang lagi, aku tidak yakin akan masih diterima bekerja di sekolah percobaan itu. Resikonya besar, karena aku akan kehilangan pekerjaan. Padahal pada waktu ini kedudukanku masih sangat rapuh.” (hlm. 142-143).

(236) “....Aku tidak merasa bersalah, jadi tidak perlu memperdulikan mereka yang iri hati ataupun tidak tahu-menahu duduk perkaranya. Tapi jika rasa ini atau tidak tahu-menahu duduk perkaranya itu menyebabkan aku kehilangan kesempatan ke luar negeri kali itu, alangkah rugiku... Kusampaikan praduga dan kecemasanku kepada ayahnya Ganik dan kepada Winar. Dokter Liantoro memutuskan akan menemui Rektor sendiri...Entah apa yang Dia katakan kepada pimpinan Institut, aku segera menerima panggilan....” (hlm. 149)

Sifat gigih dan pekerja keras tercermin dalam usahanya untuk

memperoleh beasiswa untuk melanjutkan studi ke Belanda. Hal tersebut terlihat

dalam kutipan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

97

(237) “....Kesemuanya itu aku bagi dalam jangka waktu dua pekan. Tidak selalu dua hari berturut-turut sehingga aku tetap memiliki kesantaian meneruskan riset di perpustakaan. Dalam dua pekan itu aku berpindah-pindah tempat, menghadapi hadirin yang berbeda-beda, menuruti giliran kelompok. Pemaparan kertas dan wawancara memakan waktu dua setengah jam, kadangkala sampai tiga jam. Setiap hari aku berjalan ke stasiun atau perhentian bis, ganti kereta satu atau dua kali. Kemudian naik bis lagi, dan setelah turun berjalan lagi. Ulang-alik demikian, tida di rumah di waktu sore, badan serta pikiranku sudah capek. Malamnya aku lebih mudah tertidur.....” (hlm. 217)

4.2 Keterkaitan Antarunsur Instrinsik Pembentuk Novel Jalan Bandungan

Karya Nh. Dini

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.

Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra,

unsure-unsur yang secara factual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.

Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta

membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat

sebuah novel berwujud atau sebaliknya jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-

unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang

dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita, plot,

penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa, atau gaya bahasa

(Nurgiyantoro, 2007: 23).

4.2.1 Tokoh dan Alur

Tokoh dan alur merupakan dua fakta yang saling mempengaruhi dan

menguntungkan satu dengan yang lain. Tokoh merupakan pelaku kejadian yang ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

98

dalam cerita. Kejadian demi kejadian berkembang seiring dengan perjalanan

kehidupan tokoh baik dalam cara berpikir, maupun bertindak.

Tokoh sentral dalam novel Jalan Bandungan adalah Muryati dan Widodo.

Tokoh tamhannya adalah Handoko, Mas Gun, Siswi, Murniyah, Sri dan Ganik. Hal

ini terlihat dari kemunculannya yang dominan. Sifat Mur yang penurut, patuh pada

orang tua, cerdas, berprestasi, kuat, tegar dan tangguh dalam menghadapi lika-liku

kehidupan dan intensitas kemunculan Mur juga menjadikannya sebagai tokoh

protagonis. Sifat yang ia miliki sangat berguna dalam menjalani kehidupannya

dengan Widodo dan Handoko. Tokoh antagonisnya adalah Widodo. Dari awal

berpacaran, menikah, sampai terpenjara karena tertangkap bersekongkol dengan

komunis dan akhirnya bercerai dan ketika Mur menikah lagi dengan adik iparnya

yaitu Handoko, bayang-bayang Widodo tetap melekat. Bahkan penyebab utama

perpisahan Handoko dengan Mur dikarenakan oleh hasutan Widodo

Lakuan para tokoh dalam novel Jalan Bandungan sangat berperan

penting dalam menentukan alur cerita. Seperti pada kutipan:

(238) “....Tidak terpikir sama sekali aku akan berpacaran dengan Mas Wid. Meskipun sudah berbulan-bulan dia sering bermalam di rumah kami, tetapi aku tidak mempunyai rasa tertarik yang lain, yang menggetarkan, seperti yang sering kami bicarakan secara intim di antara kawan sekolahku.

“Kita sudah lama kenal dia,” sekali lagi bapak berkata. Lalu meneruskan,” Berkali-kali dia mengawal rongmongan kita”

Aku hanya teringat peristiwa pengungsian di dalam hanggar di malam kebakaran gudang mesiu Kaligua....” (hlm. 49-50)

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa ada keterkaitan antara tokoh dan

alur. Perkembangan alur ditentukan oleh konflik yang terus berkembang melibatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

99

tokoh. Tokoh sebagai pelaku sekaligus penderita. Pertemuan dan kedekatan Mur

kembali dengan Widodo meruapakan awal berlanjutnya hubungan mereka yang

nantinya berujung pada pernikahan, konflik ini yang mempengaruhi perkembangan

alur.

Dalam pengaluran novel Jalan Bandungan terdapat alur sorot balik. Alur

sorot balik sangat membantu pengungkapan tokoh Mur sebagai tokoh protagonist

yaitu dalam keterlibatan Mur dalam setiap tindakannya dengan tokoh-tokoh lain. Hal

ini terdapat dalam kutipan berikut:

(239) “Jaga adikmu baik-baik. Aku akan membantu di gubuk palang merah,” katanya. Dan kepada adikku yang besar Ibu berpesan, “Tidak boleh bermain-main terlalu jauh dari gudang!” (hlm. 27).

(240) “Bapak menahanku, “Duduk sebentar menemui mas-mas ini.” “Aku bikinkan teh dulu,” sahutku dan langsung pergi. (hm. 45). “Tadi Bapak mengatakan bahwa Dik Mur di SPG. Ya, Dik?” kata Mas Wid. “Ya, kelas dua,” sahutku.” (hlm. 46).

Dari kutipan di atas tokoh Aku merupakan tokoh Muryati yang setiap

tindakannya dengan tokoh-tokoh lain. Lika-liku kehidupannya dijelaskan secara

runtut. Novel Jalan Bandungan digambarkan sebagi anak tertua. Hal ini dapat dilihat

dalam kutipan sebagai berikut:

(241) “Aku sebagi anak tertua tidak pernah mempunyai waktu senggang. Sebegitu menyelesaikan tugas yang diberikan ibuku, ayahku memanggil untuk mengerjakan sesuatu yang lain.” (hlm. 21)

(242) “....Aku semakin dijadikan teladan. Kasihan adik-adikku. Mereka harus mengikutiku. Sekurang-kurangnya adikku yang besar. Sulung dan satu-satunya anak perempuan, aku merasa mempunyai tugas cukup berat karena harus merintis semua yang serba paling baik bagi adik-adikku.” (hlm. 43).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

100

Selain itu juga digambarkan bahwa Muryati bercita-cita ingin menjadi guru.

Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(243) “Sejak kecil, orang tuaku sudah mengetahui bahwa menjadi guru adalah cita-citaku.....” (hlm. 43).

(244) “Tadi Bapak mengatakan bahwa Dik Mur di SPG. Ya, Dik?” kata Mas Wid. “Ya, kelas dua,” sahutku.

“Calon guru,” sambung temannya entah siapa namanya. “Itu kemauannya sejak dulu masih kecil sekali,” Ibu memberi penjelasan.....”Barangkali Dik Mur suka kepada anak-anak, karena itu ingin menjadi guru,”Mas Wid berkata lagi. “Saya ingin menjadi guru karena saya senang mengajar. Saya suka sekali memberitahukan apa yang saya ketahui kepada orang lain.” (hlm. 46). Dalam novel Jalan Bandungan juga digambarkan bahwa Muryati adalah anak

yang penurut dan patuh pada orang tua. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai

berikut:

(245) “Tanpa ragu-ragu, aku berkata, “Baiklah Aku serahkan keputusan menerima atau tidak lamaran ini kepada Bapak dan Ibu. Kalau menurut Bapak dan Ibu, Mas Wid cocok menjadi suamiku, aku patuh....” (hlm.52).

(246) “Apakah selama ini Bapak dan Ibu mendidikmu demikian? Membuntuti orang lain tanpa mempunyai pendapatmu sendiri?” ayahku ganti bertanya. “Tidak,” sahutku. Dan memang orangtua kami mendidik aku dan adik-adikku agar mandiri,mampu mempertahankan pendapat masing-masing meskipun menerima pikiran dan gagasan orang lain. Namun selama ini kami masih muda dan hidup di bawah naungan orangtua, kami harus taat dan patuh pada peraturan orang tua.” (hlm. 65).

Dijelaskan juga bahwa Mur adalah anak yang cerdas dan berprestasi. Hal ini

dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(247) “....Kamu anak cerdas. Boleh dikatakan ijazah sudah di depanmu. Kamu tinggal mengulurkan tangan dan melangkah setapak. Ibu harus menjaga supaya kamu tidak menyalahkan dirimu maupun Ibu kelak.” (hlm. 90).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

101

(248) “....Hari itu aku juga mendapatkan kepuasan: seorang dari profesorku mengatakan bahwa kertasku excellent.... Masa belajarku di negeri itu telah usai. Aku akan membawa kertas buktinya yang bercatatan bagus sekali untuk institut almamaterku....” (hlm. 286).

4.2.2 Tokoh dan Latar

Tokoh dan latar mempunyai hubungan erat dan bersifat timbal balik. Sifat-

sifat latar dalam banyak hal akan mempengaruhi sifat-sifat tokoh (Nurgiyantoro,

2007: 225).

Pelukisan latar tempat, latar waktu, dan latar sosial ternyata dapat mendukung

pelukisan sifat tokoh protagonis antara lain Muryati. Pengarang melukiskan latar

tempat di kota Semarang. Setlah perang usai dan kondisi mulai membaik Mur dan

keluarganya memutuskan kembali ke rumahnya di kota Semarang. Hal itu terlihat

dalam kutipan sebagai berikut:

(249) “Keesokannya kami berangkat ke kota Semarang. Petang kami sudah sampai, pulang ke rumah sendiri....” (hlm. 42).

Latar waktu digunakan pengarang untuk menunjukkan kehidupan manusia

yang nyata. Mereka menjalankan aktivitas kehidupan mereka dalam layaknya

kehidupan nyata, seperti dalam kutipan sebagai berikut:

(250) “....Matahari jam sepuluh pagi sudah membikin halaman sekolah silau menguning....” (hlm. 4).

(251) “Keesokannya kami berangkat ke kota Semarang. Petang kami sudah sampai, pulang ke rumah sendiri....” (hlm. 42).

Latar sosial yang digambarkan pengarang menggunakan masyarakat paska

perang revolusi dengan keadaan pendidikan yang belum kondusif, di kota Semarang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

102

tempat Muryati tinggal juga merupakan daerah pemukiman priyayi yang disebut

orang-orang terpandang. Seperti dalam kutipan sebagai berikut:

(252) “....Tanpa menunggu selamatan seratus hari meninggalnya Bapak, Ibu sudah mendatangkan tukang. Dia menyuruh orang membikin warung di samping rumah. Sampai sekarang aku ingat betapa itu merupakan peristiwa besardi jalan tempat kami tinggal. Daerah itu tergolong pemukiman para priyayi yang disebut orang-orang terpandang.” (hlm. 9).

Latar sosial digunakan pengarang untuk menunjukkan keterangan dan adat

budaya di kota Semarang yang mempengaruhi tokoh. Seperti dalam kutipan sebagai

berikut:

(253) “....Tanpa menunggu selamatan seratus hari meninggalnya Bapak, Ibu sudah mendatangkan tukang. Dia menyuruh orang membikin warung di samping rumah. Sampai sekarang aku ingat betapa itu merupakan peristiwa besar di jalan tempat kami tinggal. Daerah itu tergolong pemukiman para priyayi yang disebut orang-orang terpandang.” (hlm. 9).

(254) “Tidak baik dilihat tetangga, Mur. Serambi kita terbuka. Apa yang terjadi di situ jelas terlihat dari jalan. Anak muda duduk berdampingan di tempat yang gelap hingga larut malam akan mengundang omongan usil!” (hlm. 91).

Dari penjelasan hubungan antarunsur tokoh dan latar di atas dapat

disimpulkan bahwa beberapa sifat yang dimiliki Muryati menjadi jelas.

Penggambaran latar dapat membantu memperjelas sifat tokoh utama atau protagonis

yaitu Muryati. Latar akan mempengaruhi sikap tokoh. Kebudayaan akan terlibat di

dalam cerita satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

103

4.2.3 Tokoh dan Tema

Tema merupakan dasar cerita, gagasan sentral, atau makna cerita. Dengan

demikian, dalam sebuah fiksi, tema bersifat mengikat dan menyatukan keseluruhan

unsure fiksi tersebut. Sebagai unsure utama fiksi, penokohan erat hubungannya

dengan tema. Tokoh-tokoh cerita itulah, terutama, yang sebagai pelaku-penyampai

tema. Secara terselubung ataupun terang-terangan. Adanya perbedaan tema akan

menyebabkan perbedaan pemerlakuan tokoh cerita yang “ditugasi”

menyampaikannya (Nurgiyantoro, 2007: 173) Hal tersebut ditunjukkan pengarang

dalam kutipan:

Perjuangan Mur ketika Widodo masuk penjara ditunjukkan pengarang dalam

kutipan:

(255) “....Hingga di masa itulah aku mampu bertahan hidup sebagai satu keluarga yang berdiri sendiri. Keuanganku tandas. Lamaran untuk mengajar lagi tidak ada kabar beritanya. Untuk makan serta keperluan sehari-hari, aku sudah mengorbankan perhiasan yang dulu kukumpulkan dengan gajiku sendiri. Tunggakan sewa belum kulunasi seluruhnya....” (hlm. 123).

(256) “....Setelah keluarga Mas Wid memperhatikan kami, keyakinan terhadap diriku sendiri menambah kekebalanku untuk menanggulangi sindiran, cemooh, hinaan. Baik yang diucapkan secara terang-terangan di depan ku maupun yang kudengar diucapkan terang-terangan di balik punggungku. Keyakinan itu mengantarkan aku untuk mendaftarkan diri kembali belajar sambil meneruskan bekerja. Institut Pendidikan di kota kami menawarkan kesempatan bagi guru-guru Sekolah Dasar yang ingin menambah pengetahuan. Aku masuk untuk belajar bahasa Inggris. Konon jika rencana berjalan lancar, akan dibuka kelas-kelas percobaan di Sekolah Dasar yang ditunjuk sebagai laboratorium. Murid-murid disitu akan diajar bahasa Inggris. Aku mendaftarkan nama sebagai calon guru pengajar bahasa asing itu.” (hlm. 134).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

104

Kutipan di atas merupakan keterkaitan tokoh dengan alur yang merupakan

tema utama dalam analisis novel Jalan Bandungan yaitu bertemakan perjuangan

seorang wanita. Dapat dilihat juga bahwa tokoh laki-laki, Widodo suami pertama

Muryati tidak bertanggung jawab. Hal itu membuat Muryati lebih kuat menjalani

hidup. Semenjak Widodo masuk penjara, Muryati mampu bertahan hidup sebagai

satu keluarga yang berdiri sendiri.

4.2.4 Latar dan Tema

Latar merupakan tempat, waktu dan keadaan sosial yang menjadi wadah

tempat tokoh melakukan dan dikenai kejadian. Latar yang mempengaruhi sikap tokoh

akan mempengaruhi juga dalam pemilihan tema. Latar tempat yang berada di kota

Semarang dan latar sosial masyarakatnya yang masih belum kondusif paska perang

revolusi dan kental akan adat budaya Jawa. Latar itu memberikan gambaran

perwatakannya dan adat budayanya mendukung penyampaian tema seperti yang

dimaksud pengarang.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa latar tempat dan latar sosial

dapat mendukung tema yang dimaksudkan yaitu tema politik karena di dalam novel

menceritakan keadaan perekonomian, pendidikan dan masyarakatnya pascaperang.

Hal tersebut ditunjukkan pengarang dalam kutipan:

(257) “....Waktu itu tidak ada peraturan ketat mengenai batasan umur. Kalau anak sudah bisa membacadan menulis, pasti diterima di kelas yang pantas. Umur dan tinggi anak tidak dipersoalkan. Kekacauan perang menjungkir balikkan runtutan pendidikan formal di sebagian besar kota di Tanah Air....” (hlm. 43).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

105

(258) “ ....Sementara menunggu sistem pendidikan RI yang lebih sempurna, aku akan dapat mencari pengalaman dulu selama mengajar....” (hlm. 43).

4.2.5 Alur dan Tema

Alur merupakan penyajian secara linear tentang berbagai hal yang

berhubungan dengan tokoh, maka pemahaman kita terhadap cerita amat ditentukan

oleh alur. Oleh karena itu, penafsiran terhadap tema pun akan banyak memerlukan

informasi dari alur.

Dalam novel Jalan Bandungan alur cerita diawali dengan pemaparan berupa

gambaran perkenalan tempat atau lokasi cerita. Dalam novel ini digambarkan pada

masa revolusi perang. Dilanjutkan dengan pengenalan tokohnya yaitu Mur. Tahap

alur yang kedua yaitu rangsangan. Tahap rangsangan dalam novel ini terjadi ketika

Widodo bertamu bersama Mas Sardi dan Mas Yoga. Rangsangan dilanjutkan ketika

Widodo mulai sering menginap di rumah Muryati walaupun tanpa kehadirang Bapak

dan Ibu Muryati dan dilanjutkan ketika Widodo melamar Muryati, Ibu dan bapak

Mur pun mendukung lamaran tersebut. Kemudian yang tahapan alur ketiga

dilanjutkan dengan gawatan. Gawatan novel ini diawali dengan keributan yang terjadi

Widodo dipaksa menonton film padahal dia tidak menyukai menonton film. Tahapan

alur keempat adalah tikaian. Tikaian dalam novel ini berawal ketika Widodo yang

mengirim surat sebagai imbas merasa dipaksa menonton film. Widodo menekankan

siapa yang berkuasa dalam sebuah rumah tangga. Suami atau istri ? dilanjutkan ketika

Mur yang merasa didekte, dan tidak sepaham dengan Widodo.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

106

Tahapan alur kelima adalah rumitan. Dalam novel ini rumitan diawali dengan

keributan antara Mur dengan Widodo setelah menikah karena Mur dianggap tidak

patuh pada suami dan rumitan berikutnya ketika keributan antara Mur dengan

Widodo setelah menikah karena Widodo tidak bertanggung jawab. Selanjutnya,

rumitan dalam novel Jalan Bandungan ketika keributan antara Mur dengan Widodo

setelah menikah karena keangkuhan, sikap tertutup dan menyendiri Widodo yang

ternyata menghantarkan dirinya terlibat partai komunis.

Tahapan alur yang keenam adalah klimaks. Klimaks dalam novel Jalan

Bandungan berawal ketika Widodo ditahan karena terbukti anggota Partai Komunis

dan berlanjut dengan penderitaan Muryati sebagai akibat Widodo terbukti sebagai

anggota Partai Komunis. Kemudian dilanjutkan dengan tahap leraian. Leraian dalam

novel ini ditandai dengan terpilihnya Mur sebagai penerima beasiswa melanjutkan

kuliah di negeri Belanda. Kepergian Muryati ke Belanda memeprtemukannya dengan

Handoko adik iparnya yang merupakan awal hidup baru Muryati. Kemudian akhirnya

mereka menikah.

Selesaian novel Jalan Bandungan ini ditandai ketika Handoko dihasut oleh

kakaknya, Widodo suami pertama Muryati. Hasutan Widodo memberikan ujung

akhir dari kisah hidup Mur yang kedua bersama adiknya yaitu Handoko. Mur dan

Handoko akhirnya berpisah namun mereka tidak bercerai.

Dari pemaparan alur pada bahasan sebelumnya dapat diketahui bahwa tema juga

berperan penting dalam menentukan jalan cerita. Novel Jalan Bandungan memiliki

tema utama tentang penggambaran perjuangan seorang wanita dan beberapa tema

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

107

tambahan, yaitu kemanusiaan, sosial, politik, kemanusiaan, keikhlasan, cinta kasih,

kejujran, kemunafikan, kesewenang-wenangan, keterpaksaan, propaganda, hubungan

atasan-bawahan, perjuangan, keegoisan dan kecemburuan.

Alur sangat berkaitan dengan tema, karena melalui pemaparan alur dari

paparan hingga selesaian dapat diketahui tema novel tersebut. Ditampilkan secara

runtut dari kejadian paparan hingga selesaian. Hal itu terlihat pada kutipan:

(259) “….Kuarasakan ada kekerasan dan kepahitan dalam hatiku. Meskipun demikian, aku tidak merasa sedih. Kuterima kejadian dan perubahan yang ku alami sebagaimana adanya. Aku bahkan tidak lagi mengaitkan semua ini sebagai cobaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dengan sadar aku mengikuti aliran kehidupan. Aku sudah membuat pilihan. Kalau Tuhan menyodorkan lagi jenis kehidupan yang lain, mengapa tidak meraihnya dengan kepastian serta keyakinan bahwa itulah yang paling tepat untukku.” (hlm. 432).

Kutipan di atas merupakan tema keikhlasan dan juga merupakan seleseaian alur

cerita novel Jalan Bandungan. Digambarkan ketika Mur melepas Handoko ke

Venezuela karena hasutan kakaknya, yaitu Widodo.

Selain itu tahapan alur dalam sorot balik memiliki keterkaitan dengan tema.

Karena dalam alur sorot balik diungkapkan kejadia masa lalu melalui lamunan

Muryati yang menyelusuri kembali jalan hidupnya sewaktu masa kecil atau masa

perang revolusi. Dalam aluran sorot balik yang berupa lamunan merupakan

pengungkapan nilai-nilai luhur yang terkain dengan tema utama novel Jalan

Bandungan yaitu menggambarkan perjuangan seorang wanita bernama Muryati

sebagai tokoh utama dalam novel Jalan Bandungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

108

Tokoh Mur menyimbulkan kekuatan seorang perempuan yang tidak mudah

menyerah terhadap lika-liku hidup yang dihadapainya. Kondisi keluarga yang

harmonis, orang tua yang penuh perhatian, cara didik orang tua yang terbuka serta

demokratis ternyata tidak menjamin kehidupan masa depan Mur menjadi lebih baik.

Suami pilihan orang tuanya diterimanya dengan sepenuh hati tanpa paksaan, ternyata

bukanlah seorang suami yang baik bagi Mur dan ketiga anaknya. Widodo, suami

Mur ternyata terjerat oleh idealisme sayap kiri yang membawanya ke penjara selama

14 tahun. Inilah saat Mur untuk kembali menata kehidupannya. Ia mulai bekerja

sebagai guru bahkan menerima tawaran untuk sekolah lagi di Belanda. Perjuangan

Mur ketika Widodo masuk penjara ditunjukkan pengarang dalam kutipan:

(260) “... Sekarang yang hendak kutanyakan ialah menurut Mas Wid, bagaimana aku harus menghidupi anak-anak dan diriku. Apakah mas Wid Masih melarang aku kembali mengajar? Seandainya Mas Wid melarang pun, aku tetap harus berbuat sesuatu supaya kami tetap hidup. Sedangkan pekerjaanku adalah guru. Aku akan mencari sekolah yang mau menerimaku. Tentu tidak akan mudah, karena sekarang orang tahu bahwa aku istri laki-laki yang terlibat dalam kericuhan politik”. (hlm. 121).

(261) “....Hingga di masa itulah aku mampu bertahan hidup sebagai satu keluarga yang berdiri sendiri. Keuanganku tandas. Lamaran untuk mengajar lagi tidak ada kabar beritanya. Untuk makan serta keperluan sehari-hari, aku sudah mengorbankan perhiasan yang dulu kukumpulkan dengan gajiku sendiri. Tunggakan sewa belum kulunasi seluruhnya....” (hlm. 123).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh laki-laki, Widodo suami

pertama Muryati tidak bertanggung jawab. Hal itu membuat Muryati lebih kuat

menjalani hidup. Semenjak Widodo masuk penjara, Muryati mampu bertahan hidup

sebagai satu keluarga yang berdiri sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

109

4.2.6 Tokoh, Alur, Latar, dan Tema

Tema bergantung pada berbagai unsur lain, yaitu tokoh, alur, latar, dan tema.

Tokoh, alur, dan latar. Tokoh, alur, dan latar merupakan sarana untuk menyampaikan

tema. Keseluruhan cerita dalam novel Jalan Bandungan merupakan sarana

penyampaian tema yang dilakukan pengarang kepada pembacanya.

Dalam novel Jalan Bandungan, melalui Tokoh Mur menyimbulkan kekuatan

seorang perempuan yang tidak mudah menyerah terhadap lika-liku hidup yang

dihadapainya. Kondisi keluarga yang harmonis, orang tua yang penuh perhatian, cara

didik orang tua yang terbuka serta demokratis ternyata tidak menjamin kehidupan

masa depan Mur menjadi lebih baik. Suami pilihan orang tuanya diterimanya dengan

sepenuh hati tanpa paksaan, ternyata bukanlah seorang suami yang baik bagi Mur

dan ketiga anaknya. Widodo, suami Mur ternyata terjerat oleh idealisme sayap kiri

yang membawanya ke penjara selama 14 tahun. Inilah saat Mur untuk kembali

menata kehidupannya. Ia mulai bekerja sebagai guru bahkan menerima tawaran untuk

sekolah lagi di Belanda. Ketika bersekolah di Belanda ia bertemu dengan adik

iparnya yang jauh dari sifat kakaknya. Mereka kemudian menikah. Namun akhirnya

mereka berpisah tanpa perceraian karena hasutan Widodo, kakanya sendiri.

Berdasarkan analisis unsur-unsur instrinsik dapat disimpulkan adanya

hubungan antarunsur instrinsik seperti unsur tokoh, alur, latar, dan tema dalam novel

Jalan Bandungan. Kisah Jalan Bandungan dan struktur penceritaan timbul karena

masalah dan karakter tokohnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

110

BAB V

IMPLEMENTASI HASIL ANALISIS STRUKTURAL

NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI

DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional

yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan

memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan

Standar Nasional Pendidikan (BSNP). KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat

satuan pendidikan, struktur, dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,

kalender pendidikan dan silabus.

Dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), guru dapat

memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi kesastraan peserta didik

dengan menyediakan berbagai kegiatan apresiasi sastra dan sumber belajar. Guru juga

lebih mandiri dan diberikan kebebasan untuk menentukan bahan dan metode

pengajaran sastra tetapi tetap mengacu pada kurikulum dan tentu saja sesuai dengan

lingkungan sekolah dan pada tingkat kemampuan siswa. Guru dapat memilih novel

dapat memilih novel atau cerpen atau bentuk karya sastra yang lain sebagai

alternative bahan pembelajaran.

Dalam konteks pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, pengajaran

dikembalikan pada kedudukan yang sebenarnya yaitu melatih siswa membaca,

menulis, berbicara, mendengar, dan mengapresiasi sastra. Tujuan pengajaran sastra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

111

pada intinya meliputi tujuan untuk memperoleh pengalaman apresiasi dan ekspresi

sastra, untuk memperoleh pengetahuan tentang sastra, dan untuk memperoleh sikap

yang menghargai nilai-nilai yang baik. Untuk memperoleh pengalaman apresiasi,

ditempuh kegiatan mendengarkan dan membaca hasil sastra, dan uraian yang sifatnya

apresiasi. Untuk memperoleh pengalaman ekspresi, ditempuh kegiatan

mengungkapkan pengalaman secara lisan, tulisan, dan peragaan. Pengalaman yang

diungkapkan itu ada yang berasal dari pengalaman sendiri, ada pula yang berasal dari

hasil sastra yang dibaca atau didengar. Untuk memperoleh sikap, berdasarkan

apresiasi dan pengetahuan yang dimiliki itu, siswa dilatih untuk bisa menimbang

mana karya yang bermutu dan mana yang tidak, dan berdasarkan pertimbangan itu

diharapkan ia mampu menghargai karya yang bernilai. Diharapkan pula ia akan

mampu menggali hal yang bermanfaat dari karya sastra, dan menjadikan sastra

sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari (Rusyana, 1982: 16-17).

Novel Jalan Bandungan karya Nh. Dini yang dianalisis dengan pendekatan

struktural ini diharapkan dapat diimplementasikan bahan pembelajaran sastra di

SMA. Moody (dalam Rahmanto, 1988: 27) mengatakan bahwa untuk mengetahui

novel ini cocol sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA, digunakan tiga kriteria

pemilihan bahan pembelajaran sastra yaitu aspek bahasa, aspek psikologi, dan aspek

latar belakang budaya siswa.

5.1 Novel Jalan Bandungan Ditinjau dari Aspek Bahasa

Ditinjau dari segi bahasa, novel Jalan Bandungan menggunakan bahasa yang

mudah dipahami oleh siswa karena menggunakan ragam bahasa sehari-hari. Ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

112

beberapa kosakata yang menggunakan bahasa Jawa, tetapi kosakata yang digunakan

sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Hal ini dapat dilihat pada kutipan sebagai

berikut:

(262) “Itulah sebabnya ibuku mengambil keputusan yang berani untuk menjadi bakul, pedagang kecil bumbu-bumbu....” (hlm. 10).

(263) “Nak Wid anak sulung?” “Ya, Bu. Kami berlima laki-laki semua.” “Wah, Pandawa Lima kalau begitu.” (hlm. 39)

(264) “Daerah tempat kami tinggal adalah pemukiman campuran dari berbagai golongan menengah. Jalan kami sendiri hanya dihuni orang-orang yang disebut Priyayi....” (hlm. 84).

Novel Jalan Bandungan menggunakan bahasa komunikasi sehari-hari yang

didasarkan pada penggunaan bahasa lisan sehingga menghasilkan bentuk kalimat

yang sederhana dan mudah dipahami. Hal ini menunjukkan bahwa kalimat-kalimat

yang digunakan sudah sesuai menurut kaidah-kaidah tata bahasa Indonesia. Hal ini

ditunjukkan pengarang dalam kutipan sebagai berikut:

(265) “....Di dalam ruang kantor aku meneruskan percakapan dengan dosen-dosen lain mengenai sesuatu hal yang sebenarnya tidak penting....” (hlm. 3).

(266) “....Sekali-sekali kulihat Winar melongok ke arah kami....” (hlm. 3). (267) ”Mestinya Jumat sore atau petang,” kemudian diam lagi. Sambil

mengeluh dia menambahkan, “Masih tiga hari penuh....”(hlm. 4). Bahasa figuratif yang berupa kiasan juga digunakan pengarang untuk

menuangkan idenya kepada pembaca sehingga membuat novel Jalan Bandungan

karya Nh. Dini ini terlihat unik. Hal ini dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:

(268) “....Matahari jam sepuluh pagi sudah membikin halaman sekolah silau menguning. Dahan-dahan angsana yang ditaman sebagai ganti akasia tahun lalu bersusah payah menjulur dan merentang guna memberikan lindungannya disana-sini. Tak sesilir angin pun mengirim kesejukan. Mataku kutambatkan pada salah satu cabang pohon itu sambil hatiku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

113

lembut membisikkan nama Handoko. Dan sekilas ada perasaan yang menusuk, seolah-olah memperingatkan aku agar waspada akan datangnya sesuatu bahaya ....” (hlm. 4).

(269) “....Pikiranku terakhir ini mendadak membikin keringat dingin mengalir deras di punggung dan pelipisku. Aku merasa sesak, sukar bernafas. Berlawanan dengan rasa kebakaran dalam diriku, peluh yang menggerayangi kulit fi bawah blusku meninggalkan kebekuan tajam....” (hlm. 7).

(270) “....Suamiku kelihatan seperti hewan yang terluka. Tampaknya diam, namun mengandung reaksi yang meragukan....” (hlm. 413).

Dari analisis di atas, novel Jalan Bandungan dapat digunakan sebagai bahan

pembelajaran sastra di SMA. Hal ini berdasarkan pada penggunaan bahasa yang

lugas, sederhana, serta mudah dipahami siswa baik pilihan kata, kalimat, dan bentuk

bahasa figuratif yang digunakan.

5.2 Novel Jalan Bandungan Ditinjau dari Aspek Psikologi

Tahap perkembangan psikologi juga berpengaruh pada daya ingat, kemauan

untuk mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama dan kemungkinan pemahaman

situasi atau pemecahan masalah yang dihadapi. Pada tahap ini anak sudah berminat

menemukan konsep-konsep dengan menganalisis suatu fenomena.

Novel Jalan Bandungan sesuai dengan tahap perkembangan psikologi siswa

SMA karena pada usia rata-rata siswa SMA berusia 15-18 tahun mulai tertarik

dengan karya sastra, khususnya novel. Mereka juga mulai mencari jati dirinya dengan

mencari tokoh-tokoh yang dapat diteladani. Dalam novel Jalan Bandungan terdapat

nilai-nilai moral yang tercermin melalui watak dari para tokohnya, anatara lain:

sederhana, pintar, bijak, disiplin, setia, romantis, bertanggung jawab, jujur, sopan,

percaya diri, rendah hati, tegar, perhatian, dan sabar. Sehingga diharapkan setelah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

114

membaca novel Jalan Bandungan, siswa dapat meneladani tokoh-tokohnya dan dapat

mengambil hikmah dari nilai-nilai moral tersebut yang berguna bagi kehidupan

siswa.

Berdasarkan uraian di atas, novel Jalan Bandungan dapat digunakan sebagai

bahan pembelajaran sastra di SMA karena banyak nilai-nilai moral yang sejalan

dengan tahap perkembangan psikologi siswa.

5.3 Novel Jalan Bandungan Ditinjau dari Aspek Latar Belakang Budaya

Dari sudut latar belakang budaya siswa, novel Jalan Bandungan sebagian

besar menggunakan latar belakang budaya Jawa. Hal ini terlihat dari adanya budaya

tradisi, hokum dan adapt Jawa. Dalam kebudayaan Jawa, khususnya kosakata bahasa

Jawa juga terdapat dalam novel Jalan Bandungan. Dengan demikian novel Jalan

Bandungan dapat dipergunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA yang

berlatar belakang budaya Jawa maupun untuk siswa yang tidak berlatar belakang

budaya Jawa. Bagi siswa yang berlatar belakang budaya Jawa dapat mengambil nilai

yang baik dan berguna bagi hidupnya, sedangkan bagi siswa yang bukan berlatar

belakang budaya Jawa dapat semakin memperluas wawasan tentang budaya Jawa

terutama dari segi latar sosialnya yaitu tentang sikap dan filososfi hidup masayarakat

Jawa yang sangat menghargai budaya mereka.

Siswa lebih mudah tertarik terhadap karya sastra yang mempunyai hubungan

erat dengan latar belakang hidupnya, terutama bila menghadirkan tokoh-tokoh yang

berasal dari lingkungannya dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau orang-

orang disekitar mereka. Oleh karena itu, dalam hal ini guru sangat diharapkan dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

115

memilih pengajaran dan pembelajaran sastra sesuai dengan latar belakang budaya

siswa atau kondisi yang relevan dengan yang dialami siswa. Guru sebaiknya

memahami apa yang diminati siswa. Guru diharapkan tidak menyuguhkan materi

diluar jangkauan kemampuan bayangan siswa sehingga siswa mampu menangkap dan

membayangkan karya sastra tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka novel Jalan Bandungan akan menarik bagi

siswa kelas XI semester I, karena cerita yang ada dalam novel ini sangat sederhana

dan mudah dipahami. Bahasa yang digunakan pun tidak terlalu sulit. Bahasa yang

digunakan ragam bahasa sehari-hari dan bahasa baku.

5.4 Novel Jalan Bandungan Ditinjau dari Bahan Pembelajaran Sastra di

SMA

Ditunjau dari segi bahasa dan psikologi siswa novel Jalan Bandungan hanya

memenuhi kriteria untuk diterapkan pada siswa SMA. Hal ini tampak dari cakupan

ketiga kriteria tersebut. Dari segi bahasa, sesuai dengan tingkat kebahasaan yang

dikuasai siswa. Dari segi psikologi sangat sesuai diterapkan karena mampu

menggugah rasa kepekaan siswa terhadap sesama. Dari segi latar belakang budaya

siswa dapat lebih jauh mendalami budaya masyarakat Jawa.

Dari kesimpulan di atas, dapat dikatakan bahwa novel Jalan Bandungan karya

Nh. Dini ini sesuai diterapkan di SMA. Novel Jalan Bandungan mengandung nilai-

nilai pendidikan khususnya nilai suatu tradisi dan adat istiadat Jawa. Oleh karena itu,

novel Jalan Bandungan dapat dijadikan bahan pembelajaran siswa untuk siswa kelas

XI semester I. Tujuan pembelajarannya adalah siswa mampu memahami berbagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

116

hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan. Butir pembelajarannya adalah mampu

menganalisis unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan. Dari

tujuan dan butir pembelajaran tersebut disusun tujuan pembelajarn khusus yaitu (1)

Siswa dapat menjelaskan pengertian novel, (2) Siswa dapat menjelaskan unsur-unsur

instrinsik (tokoh, alur, latar, dan tema (3) Siswa dapat memberikan beberapa contoh

kutipan berkaitan dengan unusur-unsur instrinsik (4) Siswa dapat menceritakan

kembali isi novel Jalan Bandungan yang dibaca dalam bentuk synopsis dengan

bahasa sendiri ke dalam beberapa paragraf (5) Siswa dapat menemukan nilai-nilai

moral dalam novel yang dapat diteladani.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

117

Silabus Sekolah Menengah Atas

Novel Jalan Bandungan Karya Nh. Dini

Sesuai KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Nama Sekolah : SMA/MA…

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas/Semester : XI/I

Tahun Pelajaran : 2009/2010

Standar Kompetensi : Membaca

7. Siswa mampu memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan.

Kompetensi

Dasar

Materi

pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber/Bahan

7.2. Siswa mampu

menganalisis

unsur-unsur

instrinsik dan

ekstrinsik novel

Indonesia/

terjemahan.

1. Definisi

novel

2. Definisi

unsur

instrinsik

dan

ekstrinsik

A. Pertemuan Pertama

Kegiatan Awal:

1. Guru memberikan salam dan

mengabsen siswa/ kehadiran

siswa.

2. Guru memberitahukan tujuan

pembelajaran (KD) yang akan

dicapai.

7.2. 1 Siswa mampu

menjelaskan

pengertian novel.

7.2.2 Siswa mampu

menjelaskan

Tugas

kelompok

dan tugas

individu.

2 x 45

menit

(2 JP)

• Dini, N. H.

1961. Jalan

Bandungan.

Jakarta:

Pustaka Jaya.

• Hendy,

Zaidan. 1988.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

118

novel.

3. Macam-

macam

unsur

instrinsik

dan

ekstrinsik

novel.

Kegiatan Inti:

1. Guru menjelaskan unsur

instrinsik dan ekstrinsik novel

dan macam-macamnya.

2. Siswa dibagi menjadi empat

kelompok secara acak. 2

kelompok untuk menganalisis

unsur instrinsik dan 2 kelompok

untuk menganalisis unsur

ekstrinsik.

3. Guru membagikan empat contoh

cerita singkat untuk dianalisis

masing-masing kelompok.

4. Masing-masing kelompok

menganalisis unsur-unsur

ekstrinsik dan instrinsik dalam

cerita yang telah dibagikan.

5. Masing-masing kelompok

menunjuk wakilnya untuk

membacakan hasil analisisnya.

6. Kelompok lain diminta

unsur-unsur

instrinsik (tokoh,

alur, latar, dan

tema).

7.2.3 Siswa mampu

menganalisis

unsur-unsur

instrinsik (tokoh,

alur, latar, dan

tema).

7.2. 4 Siswa mampu

menceritakan

kembali isi novel

Jalan

Bandungan yang

dibaca dalam

Pelajaran

Sastra I.

Jakarta:

Gramedia

• Nurgiyantoro,

Burhan. 2007.

Teori

Pengkajian

Fiksi.

Yogyakarta:

Universitas

Gajah Mada.

• Sudjiman,

Patuti. 1991.

Memahami

Cerita

Rekaan.

Jakarta:

Pustaka Jaya.

• Sumardjo,

Jacob. 1984.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

119

menanggapi hasil analisis yang

telah dibacakan.

Kegiatan Akhir:

1. Guru menyimpulkan hasil

diskusi.

B. Pertemuan Kedua

Kegiatan Awal:

1. Guru memberikan salam dan

mengabsen siswa/ kehadiran

siswa.

2. Guru mengulang kembali

penjelasan pada pertemuan

sebelumnya.

Kegiatan Inti:

3. Guru membagikan lembar kerja

kepada siswa di dalam kelas

untuk dianalisis di dalam

kelompok.

4. Siswa mulai membaca dan

mendiskusikan bersama teman

dalam kelompok untuk

bentuk synopsis

dengan bahasa

sendiri ke dalam

beberapa

paragraf.

7.2. 5 Siswa mampu

menemukan

nilai-nilai moral

dalam novel

yang dapat

diteladani.

2 x 45

menit

(2 JP)

Memahami

Kesusastraan.

Bandung:

Alumni.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

120

menganalisis macam-macam

unsur instrinsik dan ekstrinsik

novel.

5. Siswa diminta menceritakan

kembali isi ringkasan cerita

novel Jalan Bandungan yang

dibaca dalam bentuk synopsis

dan menemukan nilai-nilai

moral yang bisa diteladani.

6. Siswa diminta menyampaikan

hasil analisisnya di depan kelas.

7. Kelompok lain diminta

menanggapi hasil analisis yang

telah dibacakan.

8. Siswa diminta mengumpulkan

lembar kerja.

Kegiatan Akhir:

1. Guru menyimpulkan hasil

pembelajaran dari pertemuan

pertama hingga pertemuan

kedua.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

121

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas/Semester : XI/I

Tahun Pelajaran : 2010/2011

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (2 JP)

I. Standar Kompetensi

Membaca

7. Siswa mampu memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel

terjemahan.

II. Kompetensi Dasar

7.2. Siswa mampu menganalisis unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik novel

Indonesia/ terjemahan.

III. Tujuan

7.2. 1 Siswa dapat menjelaskan pengertian novel.

7.2.2 Siswa dapat menjelaskan unsur-unsur instrinsik (tokoh, alur, latar, dan

tema).

7.2.3 Siswa dapat memberikan beberapa contoh kutipan berkaitan dengan

unusur-unsur instrinsik.

7.2. 4 Siswa dapat menceritakan kembali isi novel Jalan Bandungan yang

dibaca dalam bentuk synopsis dengan bahasa sendiri ke dalam beberapa

paragraf.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

122

7.2. 5 Siswa dapat menemukan nilai-nilai moral dalam novel yang dapat

diteladani.

IV. Indikator

7.2. 1 Siswa mampu menjelaskan pengertian novel.

7.2.2 Siswa mampu menjelaskan unsur-unsur instrinsik (tokoh, alur, latar, dan

tema).

7.2.3 Siswa mampu memberikan beberapa contoh kutipan berkaitan dengan

unusur-unsur instrinsik.

7.2. 4 Siswa mampu menceritakan kembali isi novel Jalan Bandungan yang

dibaca dalam bentuk synopsis dengan bahasa sendiri ke dalam beberapa

paragraf.

7.2. 5 Siswa mampu menemukan nilai-nilai moral dalam novel yang dapat

diteladani.

V. Materi Pokok

1. Naskah Novel Jalan Bandungan dan

2. Pengertian Novel

Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita

kehidupan seseorang dengan orang sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan

sifat setiap pelakunya (Depdiknas, 1990: 618).

3. Pengertian unsur instrinsik dan ekstrinsik

Dalam Nurgiyantoro (2007: 23) dikemukakan bahwa unsur intrinsik adalah

unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

123

adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun serita. Unsur-unsur

yang dimaksud misalnya peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut

pandang pencerita, bahasa atau gaya bahasa dan lain.

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu,

tetapi tidak secara langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya

sastra. Unsur-usnur yang dimaksud antara lain biografi pengarang, psikologi

pembaca, keadaan lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial,

pandangan hidup suatu bangsa juga berpengaruh terhadap karya sastra.

4. Unsur intrinsik

a. Alur

Menurut Nurgiyantoro (2007: 112-113), alur atau plot merupakan unsur fiksi

yang penting di dalam sebuah cerita rekaan berbagai peristiwa yang disajikan dengan

urutan tertentu.

Struktur umum alur meliputi:

1. Bagian awal

• Paparan (exposition) paparan adalah penyampaian informasi awal

kepada pembaca. Disini pengarang memberikan keterangan

sekedarnya untuk memudahkan pembaca mengikuti cerita selanjutnya.

Situasi yang digambarkan pada awal cerita harus membuka

kemungkinan cerita untuk berkembang (Sudjiman, 1988: 32).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

124

• Rangsangan (inciting moment) rangsangan merupakan peristiwa yang

mengawali timbulnya gawatan. Rangsangan sering ditimbulkan oleh

masuknya seorang tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator

(Sudjiman, 1988: 35).

• Gawatan (rising action) adalah ketidakpastian yang berkepanjangan

dan semakin menjadi-jadi. Adanya gawatan menyebabkan pembaca

terpancing keingintahuan akan kelanjutan cerita serta akan

penyelesaian masalah yang dihadapi.

2. Bagian tengah

• Tikaian (conflict) adalah perselisihan yang timbul karena adanya dua

kekuatan yang bertegangan. Satu diantaranya diawali oleh manusia

sebagai pribadi yang biasanya menjadi tokoh protagonis dalam cerita,

tikaian ini dapat merupakan pertentangan antara dirinya dengan

kekuatan alam, dengan masyarakat, orang atau tokoh lain, ataupun

pertentangan antar dua usnur dalam diri satu tokoh itu (Sudjiman,

1988: 35).

• Rumitan (comlication) merupakan perkembangan dari gejala mulai

tikaian menuju klimaks cerita disebut rumitan.

• Klimaks, klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak

kehebatannya. Rumitan ini mempersiapkan pembaca untuk menerima

seluruh dampak dari klimaks (Sudjiman, 1988: 35).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

125

3. Bagian akhir

• Leraian, yang menunjukkan perkembangan peristiwa ke arah

selesaian.

• Selesaian, yang dimaksud disini bukanlah penyelesaian masalah yang

dihadapi tokoh cerita, tetapi bagian akhir atau penutup cerita

(Sudjiman, 1988: 36).

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif

yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu

seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan

(Abrams via Nurgiantoro, 2007: 165).

Berdasarkan fungsi tokoh di dalam cerita:

1. Tokoh Sentral

• Tokoh Protagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang paling sering muncul, yang menjadi

pusat perhatian pembaca, yang menjadi peran dalam cerita. (Sudjiman,

1988: 17).

• Tokoh Antagonis

Disamping tokoh protagonis atau tokoh utama ada juga yang merupakan

penantang utama dari protagonis. Tokoh itu disebut tokoh antagonis atau

tokoh lawan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

126

• Tokoh wirawan/wirawati

Tokoh wirawan/wirawati pada umumnya punya keagungan pikiran dan

keluhuran budi yang tercermin di dalam maksud dan tindakan mulia.

2. Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam

cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung kedudukan

tokoh utama (Sudjiman, 1991: 19).

c. Tema

Menurut Tema adalah gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasari dalam

suatu karya sastra. Tema sebuah cerita adakalanya dinyatakan secara jelas, artinya

dinyatakan secara eksplisit. Adapula tema yang dinyatakan secara implisit atau

tersirat (Sudjiman, 1988: 50-51).

d. Latar

Yang dimaksud setting atau latar adalah tempat dan masa terjadinya peristiwa

cerita. Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyarankan pada

pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams via Nurgiyantoro, 2007: 216).

Macam-macam latar meliputi: latar fisik/tempat meliputi penggambaran

lokasi geografis, termasuk topografi, pemandangan, sampai kepada perlengkapan

sebuah ruang. Latar waktu meliputi gambaran waktu, masa terjadinya suatu peristiwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

127

cerita. Latar sosial meliputi pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh,

lingkungan agama, moral, intelektual sosial, dan emosional para tokoh.

VI. Metode Pembelajaran

Jigsaw (diskusi dan presentasi)

VII. Langkah-langkah Pembelajaran

No Kegiatan

Alokasi

waktu

Media

Keterangan

A. Pertemuan Pertama

Kegiatan Awal:

1. Guru memberikan salam dan

mengabsen siswa/ kehadiran

siswa.

2. Guru memberitahukan tujuan

pembelajaran (KD) yang akan

dicapai.

Kegiatan Inti:

1. Guru menjelaskan unsur

instrinsik dan ekstrinsik novel

dan macam-macamnya.

2. Siswa dibagi menjadi empat

kelompok secara acak. 2

3’

2’

25’

5’

Penggalan

novel Hati

yang

Damai

Kegiatan

pembelajaran

dilakukan di

dalam kelas

dan dirumah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

128

kelompok untuk menganalisis

unsur instrinsik dan 2 kelompok

untuk menganalisis unsur

ekstrinsik.

3. Guru membagikan empat contoh

cerita singkat untuk dianalisis

masing-masing kelompok.

4. Masing-masing kelompok

menganalisis unsur-unsur

ekstrinsik dan instrinsik dalam

cerita yang telah dibagikan.

5. Masing-masing kelompok

menunjuk wakilnya untuk

membacakan hasil analisisnya.

6. Kelompok lain diminta

menanggapi hasil analisis yang

telah dibacakan.

Kegiatan Akhir:

1. Guru menyimpulkan hasil

diskusi.

B. Pertemuan Kedua

5’

20’

10’

10’

10’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

129

Kegiatan Awal:

1. Guru memberikan salam dan

mengabsen siswa/ kehadiran

siswa.

2. Guru mengulang kembali

penjelasan pada pertemuan

sebelumnya.

Kegiatan Inti:

3. Guru membagikan lembar kerja

kepada siswa di dalam kelas

untuk dianalisis di dalam

kelompok.

4. Siswa mulai membaca dan

mendiskusikan bersama teman

dalam kelompok untuk

menganalisis macam-macam

unsur instrinsik dan ekstrinsik

novel.

5. Siswa diminta menceritakan

kembali isi ringkasan cerita

novel Jalan Bandungan yang

3’

7’

3’

25’

20’

Naskah

novel

Jalan

Bandungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

130

dibaca dalam bentuk synopsis

dan menemukan nilai-nilai

moral yang bisa diteladani.

6. Siswa diminta menyampaikan

hasil analisisnya di depan kelas.

7. Kelompok lain diminta

menanggapi hasil analisis yang

telah dibacakan.

8. Siswa diminta mengumpulkan

lembar kerja.

Kegiatan Akhir:

Guru menyimpulkan hasil

pembelajaran dari pertemuan

pertama hingga pertemuan

kedua.

10’

7’

5’

10’

VIII. Alat/Bahan/Sumber Belajar

Dini, N. H. 1961. Jalan Bandungan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Hendy, Zaidan. 1988. Pelajaran Sastra I. Jakarta: Gramedia

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Sudjiman, Patuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

131

Sumardjo, Jacob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni.

IX. Penilaian

Jenis tagihan : Tugas kelompok dan tugas individu

Bentuk : Unjuk kerja dan uraian singkat

Instrumen :

A. Tugas kelompok pertemuan pertama (Skor maksimal: 40 )

Setelah membaca novel Jalan Bandungan, kemudian jawablah pertanyaan di

bawah ini dengan tepat!

1. Jelaskan pengertian novel!

2. Jelaskan pengertian unsur intrinsik!

3. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur intrinsik suatu karya sastra!

4. Tentukan tokoh sentral (protagonis, antagonis) dan tokoh tambahan

dalam novel Jalan Bandungan?

5. Bagaimana penokohan dari tokoh sentral (protagonist, antagonis)

dalam novel Jalan Bandungan dengan menunjukkan kutipan yang

mendukung?

6. Bagaimana latar dalam novel Jalan Bandungan dengan menunjukkan

kutipan yang mendukung?

7. Apa tema dalam novel Jalan Bandungan dengan menunjukkan kutipan

yang mendukung?

8. Bagaimana alur dalam novel Jalan Bandungan dengan menunjukkan

kutipan yang mendukung?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

132

Kunci Jawaban

1. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita

kehidupan seseorang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat

setiap pelakunya (Depdiknas, 1990: 618).

2. Dalam Nurgiyantoro (2007: 23) dikemukakan bahwa unsur intrinsik adalah

unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.

3. Unsur intrinsik

a. Alur

Menurut Nurgiyantoro (2007: 112-113), alur atau plot merupakan unsur fiksi

yang penting di dalam sebuah cerita rekaan berbagai peristiwa yang disajikan dengan

urutan tertentu. Struktur umum alur meliputi: bagian awal yaitu paparan (exposition),

rangsangan (inciting moment), gawatan (rising action); bagian tengah yaitu tikaian

(conflict), rumitan (comlication), klimaks, dan bagian akhir yaitu leraian, selesaian.

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif

yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu

seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan

(Abrams via Nurgiantoro, 2007: 165).

Berdasarkan fungsi tokoh di dalam cerita:

1 Tokoh Sentral

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

133

• Tokoh Protagonis, antagonis dan Tokoh wirawan/wirawati adalah

tokoh yang paling sering muncul, yang menjadi pusat perhatian pembaca,

yang menjadi peran dalam cerita. (Sudjiman, 1988: 17).

• Tokoh Tambahan Adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya

dalam cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung

kedudukan tokoh utama (Sudjiman, 1991: 19).

a. Tema

Menurut Tema adalah gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasari dalam

suatu karya sastra. Tema sebuah cerita adakalanya dinyatakan secara jelas, artinya

dinyatakan secara eksplisit. Adapula tema yang dinyatakan secara implisit atau

tersirat (Sudjiman, 1988: 50-51).

b. Latar

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyarankan pada

pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams via Nurgiyantoro, 2007: 216). Macam-

macam latar meliputi: latar fisik/tempat meliputi penggambaran lokasi geografis,

termasuk topografi, pemandangan, sampai kepada perlengkapan sebuah ruang. Latar

waktu meliputi gambaran waktu, masa terjadinya suatu peristiwa cerita. Latar sosial

meliputi pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh, lingkungan agama, moral,

intelektual sosial, dan emosional para tokoh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

134

4. Tokoh sentral (protagonis, antagonis) dan tokoh tambahan dalam novel

Jalan Bandungan yaitu tokoh protagonis adalah Muryati, dan tokoh antagonis adalam

Widodo. Contoh kutipan tokoh protagonist (Muryati). Tokoh Muryati atau Mur

menjadi fokus cerita, menjadi sentral pengisahan, menjadi sorotan pembaca dalam

keseluruhan isi novel ini. Hal itu bisa dilihat keterlibatan Mur dalam setiap

tindakannya dengan tokoh-tokoh lain. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut:

(1) “Kapan dia pulang? Tanya Winar sambil tetap memandangiku.” (hlm. 4) (2) “Jaga adikmu baik-baik. Aku akan membantu di gubuk palang

merah,” katanya. Dan kepada adikku yang besar Ibu berpesan, “Tidak boleh bermain-main terlalu jauh dari gudang!” (hlm. 27).

Tokoh Widodo merupakan tokoh antagonis (lawan) dari tokoh protagonis.

Tokoh Widodo berperan sebagai penyebab awal permasalahan. Widodo digambarkan

sebagai anak sulung dari empat berasudara. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan

sebagai berikut:

(3) “Oh, iya? Di Klaten? Apakah bisa mendapat kabar dari sana? Sejak kapan Nak Wid meninggalkan rumah?” Ibu masih bertanya.

“Adiknya berapa? “ Bapak turut menyambung. “Empat, Pak. Saya sudah lama pergi dari rumah. Beritanya, hidup di pedalaman lebih baik. Apalagi orang tua saya petani.” “Nak Wid anak yang sulung?” “Ya, Bu. Kami lima laki-laki semua....” (hlm. 39) Tokoh bawahan dalam novel Jalan Bandungan yaitu: Gunardi (Mas Gun),

Murgiyani (Ganik), Murniyah, Sriati (Sri), Siswiah (Siswi), dan Handoko. Contoh

kutipan tokoh bawahan Handoko yaitu: Handoko memiliki sifat yang mudah

dipengaruhi dan tidak punya pendirian. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai

berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

135

(4) “.... Kepedihan hati telah kutanggung sendirian karena memikirkan perubahan-perubahan Handoko yang ternyata merupakan akibat hasutan kakaknya....”(hlm. 428).

5. Penokohan dari tokoh sentral (protagonist, antagonis) dalam novel Jalan

Bandungan yaitu:

• Penokohan Tokoh Protagonis

Metode penokohan atau pelukisan Muryati yang digunakan pengarang dalam

novel Jalan Bandungan sebagian besar menggunakan metode diskursif. Hal

tersebut dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(5) “....Kulitku menjadi semakin kering. Dengan warna coklat yang kumiliki, bagian kaki serta tangan selalu tampak bergurat putih-putih dan berkeriput.Itu mengesankan ketuaan dan kotor....” (hlm.236)

(6) “....Kamu anak cerdas. Boleh dikatakan ijazah sudah di depanmu. Kamu tinggal mengulurkan tangan dan melangkah setapak....” (hlm. 90)

• Penokohan Tokoh Antagonis

Metode penokohan atau pelukisan Widodo yang digunakan pengarang

dalam novel Jalan Bandungan sebagian besar menggunakan metode diskursif.

Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:

(7) “....Setelah lamaran itu datang, kami baru mengetahui bahwa umur Mas Wid dua puluh lima tahun...” (hlm.53)

(8) “....Aku lega sekali mendengar kata-kata ibuku. Tetapi disamping itu, aku seperti mendapat firasat bahwa Mas Wid mempunyai pikiran sempit. Dia tidak akan memiliki wawasan luas. Kalau dia sudah mengira bahwa sesuatu itu betul, dia akan berkeras kepala meneguhinya....” (hlm. 74)

6. Novel Jalan Bandungan karya Nh. Dini dibagi menjadi 4 bagian, yaitu

bagian pertama, kedua, ketiga dan keempat. Dalam empat bagian tersebut hanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

136

bagian dua dan tiga yang memiliki lebih dari satu bab. Setiap bagian maupun setiap

bab yang terdapat dalam novel memiliki latar berbeda-beda, diantaranya berlatar : di

Pekalongan, di Desa Guci, di sekolah, di Semarang, di rumah, di SPG (Sekolah

Pendidikan Guru), di sekolah, di Borobudur, di bagian administrasi, di kantor polisi,

dan di Klaten, dan sebagainya. Contoh kutipan adalah sebagai berikut:

Pekalongan (9) “Aku bahkan mengetahui bahwa kami melewati Pekalongan” (hlm. 17). Desa Guci (10) “.... Untunglah kami menetap di desa Guci. Tiga kali kami pergi dan kembali lagi ke desa itu....” (hlm. 19).

7. Dalam novel Jalan Bandungan ditemukan adanya tema pokok dan tema

tambahan. Tema pokok (tema mayor) menggambarkan perjuangan seorang wanita

bernama Muryati. Tokoh Mur menyimbulkan kekuatan seorang perempuan yang

tidak mudah menyerah terhadap lika-liku hidup yang dihadapainya.

Perjuangan Mur ketika Widodo masuk penjara ditunjukkan pengarang

dalam kutipan:

(11) “... Sekarang yang hendak kutanyakan ialah menurut Mas Wid, bagaimana aku harus menghidupi anak-anak dan diriku. Apakah mas Wid Masih melarang aku kembali mengajar? Seandainya Mas Wid melarang pun, aku tetap harus berbuat sesuatu supaya kami tetap hidup. Sedangkan pekerjaanku adalah guru. Aku akan mencari sekolah yang mau menerimaku. Tentu tidak akan mudah, karena sekarang orang tahu bahwa aku istri laki-laki yang terlibat dalam kericuhan politik”. (hlm. 121).

(12) “....Hingga di masa itulah aku mampu bertahan hidup sebagai satu keluarga yang berdiri sendiri. Keuanganku tandas. Lamaran untuk mengajar lagi tidak ada kabar beritanya. Untuk makan serta keperluan sehari-hari, aku sudah mengorbankan perhiasan yang dulu kukumpulkan dengan gajiku sendiri. Tunggakan sewa belum kulunasi seluruhnya....” (hlm. 123).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

137

Tema tambahan (tema minor/ tema bagian) dalam novel ini adalah

kemanusiaan, sosial, dan politik. Dikatakan bertema kemanusiaan, seperti keikhlasan,

cinta kasih, kejujuran, kemunafikan, kesewenang-wenangan, persahabatan dan

keterpaksaan. Hal keikhlasan terlihat ketika Mur ikhlas berusaha menjadi istri yang

baik. Hal tersebut ditunjukkan pengarang dalam kutipan:

(13) “ …Kadang-kadang aku mulai meragukan apakah aku masih memiliki kepribadian. Buktinya, sering aku mendengarkan suamiku mengatakan sesuatu gagasan yang tidak sepenuhnya aku setujui, namun aku tidak menyanggahnya….” (hlm. 106).

(14) “….Karena selama ini aku hanya memasak apa yang disukai suamiku…. Citarasa suamiku menjadi citarasaku meskipun tanpa kehendakku….” (hlm. 107).

Tema sosial terlihat pada penceritaan betapa besar perhatian di negeri Belanda

terhadap warganya yang cacat sejak lahir dan yang cacat karena kecelakaan atau

kelanjutan dari penyakit. Hal tersebut ditunjukkan pengarang dalam kutipan:

(15) “....Pemerintah Belanda terkenal berperhatian besar terhadap warganya yang cacat sejak lahir maupun yang cacat karena kecelakaan atau kelanjutan dari penyakit. Anak-anak yang ketahuan mempunyai kelainan segera mendapat penanganan semestinya. Di jalan dan tempat-tempat umum kelihatan nyata, bahwa orang cacat mempunyai hak sebagaimana warga negara lain yang tumbuh dengan kelengkapan anggota badan mereka....” (hlm. 200-201).

Tema politik karena di dalam novel menceritakan keadaan perekonomian,

pendidikan dan masyarakatnya pasca perang. Hal tersebut ditunjukkan pengarang

dalam kutipan:

(16) “....Waktu itu tidak ada peraturan ketat mengenai batasan umur. Kalau anak sudah bisa membacadan menulis, pasti diterima di kelas yang pantas. Umur dan tinggi anak tidak dipersoalkan. Kekacauan perang menjungkir balikkan runtutan pendidikan formal di sebagian besar kota di Tanah Air....” (hlm. 43).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

138

(17) “ ....Sementara menunggu sistem pendidikan RI yang lebih sempurna, aku akan dapat mencari pengalaman dulu selama mengajar....” (hlm. 43).

8. Sudjiman (1991: 30) menyebutkan bahwa struktur umum alur meliputi

awal, yang terdiri dari paparan (exposition), rangsangan (inciting moment), dan

gawatan (rising action). Tengah meliputi tikaian (conflict), rumitan (comlication),

dan klimaks. Sedang bagian akhir meliputi leraian (falling action) dan selesaian

(denouement).

a. Paparan

Cerita diawali dengan pemaparan berupa gambaran perkenalan tempat atau lokasi

cerita. Dalam novel ini digambarkan pada masa revolusi perang. Hal ini ditunjukkan

pengarang dalam kutipan sebagai berikut:

(18) “....Pertemuanku dengan lelaki yang kemudian menjadi bapak anak-anakku penuh gelora api. Dua pengertiannya. Api revolusi dan api dalam arti kata yang sesungguhnya....” (hlm. 17).

(19) “....Setiap kali kulihat ayah kami tergopoh-gopoh mendekati tempat bermalam kami atau perhentian sementara, itu tandanya bahwa kami harus siap untuk berangkat. Bulan berganti bulan, kami anak-anak tidak begitu sadar bahwa waktu itu negara dalam keadaan perang...Rombongan kami juga dikawal oleh beberapa orang Tentara Rakyat atau pejuang. Dari satu tempat ke tempat lain, pengawal ini diganti. Pakaian mereka tidak selalu seragam. Paling sering pada pemuda dan lelaki dewasa itu mengenakan celana dan baju warna hitam. Kata ibuku, itu warna yang paling bagus untuk menyatu atau menghilang dalam hutan. Juga karena tidak perlu terlalu sering dicuci.” (hlm. 18-19).

Selain itu dipaparan juga memaparkan tokoh Widodo. Seperti pada kutipan sebagai berikut:

(20) “Dik Mur tentu pantas pakai yang biru itu, Bu” seseorang menyambung. Aku menoleh kearahnya. Seorang pemuda tersenyum kepadaku. Dia berada di dekat ayahku. Aku belum pernah melihat di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

139

antara mereka yang bergilir berpatroli ataupun berjaga di desa...Widodo, itulah namanya... Aku menoleh sebentar ke arahnya. Ah, jadi inilah si pemuda itu. Biasa saja dia. Seumpama bertemu di suatu tempat, sendirian atau bergerombol dengan pejuang lain, tidak akan aku bisa mengenalinya....” (hlm. 37).

(21) “Oh, iya? Di Klaten? Apakah bisa mendapat kabar dari sana? Sejak kapan Nak Wid meninggalkan rumah?” Ibu masih bertanya.

“Adiknya berapa? “ Bapak turut menyambung. “Empat, Pak. Saya sudah lama pergi dari rumah. Beritanya, hidup di pedalaman lebih baik. Apalagi orang tua saya petani.” “Nak Wid anak yang sulung?” “Ya, Bu. Kami lima laki-laki semua....” (hlm. 39)

b. Rangsangan

Tahap rangsangan dalam novel ini terjadi ketika Widodo mulai sering menginap

di rumah Muryati walaupun tanpa kehadirang Bapak dan Ibu Muryati. Hal ini

ditunjukkan pengarang dalam kutipan sebagai berikut:

(22) “Mulai dari waktu itulah Mas Wid sering datang. Dia dianggap bukan orang lain, bisa kluar masuk di rumah kami tanpa kehadiran orangtua kami. Kalau dia tiba sedangkan di rumah hanya ada pembantu, dia berhak langsung menempatkan barang-barangnya di kamar adikku....Mas Wid benar-benar menjadi anggota keluarga kami” (hlm. 47).

Rangsangan dilanjutkan ketika Mur yang merasa didekte, dan tidak sepaham

dengan Widodo. Hal ini ditunjukkan pengarang dalam kutipan sebagai berikut:

(23) “ Belum menjadi istrinya saja dia sudah mau mediktekan keinginannya. Nanti bagaimana nasibku kalau sudah kawin?” (hlm. 69).

(24) “Kalau untuk hiburan, untuk makan, diteruskan untuk idealisme, kan berbahaya bagiku, Pak. Tidak. Aku tidak bisa hidup begitu. Bapak sendiri mengatakan bahwa kami tidak didik untuk membuntuti orang lain. Kecuali jika memang kami menyetujui dia.”(hlm. 70).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

140

c. Gawatan

Gawatan novel ini diawali dengan keributan antara Mur dengan Widodo setelah

menikah karena Mur dianggap tidak patuh pada suami. Hal ini ditunjukkan pengarang

dalam kutipan sebagai berikut:

(25) “....Sebegitu satu tahun pengalaman mengajar dilunasi, Mas Wid tidak tawar-menawar lagi. Pernikahan dilangsungkan. Aku mengenang malam pertama yang memedihkan, yang disusul oleh malam-malam lain yang menyebabkan aku tidak haid sebegitu menikah.... Dengan alasan menunggu surat pemberhentian yang resmi, aku masih mengajar....Perdebatan dengan Mas Wid mengenai hal ini terjadi hampir setiap hari. Dia tidak senang mempunyai istri yang tidak pernah ada di rumah, katanya ....” (hlm. 96).

(26) “Kalau ada kekurangan atau kejadian di rumah sewaktu aku berada di tempat kerjaku, Mas Wid menyambar kesempatan itu untuk menonjolkannya sebagai akibat buruk yang disebabkan oleh ketidak hadiranku....” (hlm. 97).

Gawatan berlanjut ketika keributan antara Mur dengan Widodo setelah menikah

karena keangkuhan, sikap tertutup dan menyendiri Widodo yang ternyata

menghantarkan dirinya terlibat partai komunis dan akhirnya Widodo dipenjara. Hal

ini ditunjukkan pengarang dalam kutipan sebagai berikut:

(27) “Sejak pernikahan kami, konon Mas Wid pindah bagian di kantornya. Pada suatu pagi, aku memperhatikan bahwa dia tidak menggunakan seragam lagi. Ketika kutanya, barulah dia memberitahu tentang kepindahanya. Pertanyaan mengapa diriku tidak menyenangkan hatinya; katanya semua tugasnya di kantor adalah urusanya. Istri tidak perlu tau....” (hlm. 98).

(28) “Adik-adikku termasuk sering datang menengokku. Kata-kata ini benarlah demikian, karena mereka hanya nyaman berbicara dengan aku, bahkan dengan Simbok. Mas Wid bersikap menyendiri...” (hlm. 109).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

141

d. Tikaian

Tikaian berlanjut dengan penderitaan Muryati sebagai akibat Widodo terbukti

sebagai anggota Partai Komunis. Hal ini ditunjukkan pengarang dalam kutipan

sebagai berikut:

(29) “....Pada akhir tahun. Dia dipindahkan ke Nusakambangan. Hingga di masa itulah aku mampu bertahan hidup sebagai satu keluarga yang berdiri sendiri. Keuanganku tandas. Lamaran untuk mengajar lagi tidak ada kabar beritanya. Untuk makan serta keperluan sehari-hari, aku sudah mengorbankan perhiasan yang dulu kukumpulkan dengan gajiku sendiri. Tunggakan sewa rumah belum ku lunasi seluruhnya....” (hlm. 123).

(30) “....Kebanyakan kerabat, saudara serta kenalan berpaling muka karena mereka takutdicurigai terlibat. Suara-suara seperti: “Dia istrinya; mustahil tidak tahu apa-apa!” Atau: “Siapa tahu, dia juga anggota Gerwani!....” (hlm. 124).

Kepergian Muryati ke Belanda memeprtemukannya dengan Handoko adik

iparnya yang merupakan awal hidup baru Muryati. Kemudian akhirnya mereka

menikah. Hal ini ditunjukkan pengarang dalam kutipan sebagai berikut:

(31) “....Yang paling depan langsung mengulurkan tangan memanggil namaku. “Mbak Mur, saya Handoko.” Dan dia langsung memperkenalkan teman-temanya kepadaku....Entah mengapa, aku tidak merasa heran maupun kaget melihat adik iparku berada di hadapanku. Sikapnya yang biasa dan sederhana membikinku seolah-olah telah lama mengenalnya....” (hlm. 218).

(32) “Dan Handoko memang telah berhasil menyihirku. Sejak malam kami berjalan bersama di dunia cinta itu, tak akan aku bisa melewati hari-hariku selanjutnya tanpa memikirkan dia....” (hlm. 324).

(33) “....Sekarang aku kawin lagi, dan dengan Handoko, karena aku menganggap meneruskan tindakan yang ditunjukkan Tuhan kepadaku.” (hlm. 347)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

142

e. Rumitan

Perkembangan dari gejala tikaian menuju ke klimaks cerita disebut rumitan.

Dalam cerita rekaan rumitan sangat penting. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk

menerima seluruh dampak dari klimaks. Dalam novel ini rumitan diawali ketika

Widodo keluar dari penjara. Hal ini ditunjukkan pengarang dalam kutipan sebagai

berikut:

(34) “Winar mendapat kabar bahwa tahanan Pulau Buru akan dikeluarkan semua. Widowati tentu akan menelepon jika dia menerima surat dari bapaknya.” (hlm. 362)

(35) “Kata Winar, dalam waktu sebulan, mungkin semua sudah keluar. Kecuali mereka sukarela memilih tinggal di sana...Tentu Widodo akan kemari buat menengok Seto. Kita harus siap. Cepat atau lambat, dia pasti muncul.” (hlm. 362-363)

Rumitan dilanjutkan ketika Handoko diasut oleh kakaknya, Widodo suami

pertama Muryati. Hal ini ditunjukkan pengarang dalam kutipan sebagai berikut:

(36) “....Handoko telah mendapat pengaruh dari kakak yang dulu dia benci....” (hlm. 411)

(37) “Kau berubah karena aku yakin bahwa kau bergaul dengan Widodo,” akulah kini yang menuduhnya. Keras dan pasti, segera kulanjutnya, “Ya, aku tahu dia telah mengunjungimu beberapa kali.” (hlm. 412).

f. Klimaks

Klimaks dalam novel Jalan Bandungan berawal hasutan Widodo memberikan

ujung akhir dari kisah hidup Mur yang kedua bersama adiknya yaitu Handoko. Mur

dan Handoko akhirnya berpisah namun mereka tidak bercerai. Bagi mereka terlalu

banyak pengalaman dan masa kebersamaan tidak akan mudah menguap begitu saja

dari kenangan. Hal ini ditunjukkan pengarang dalam kutipan sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

143

(38) “....Berkali-kali dia menelpon dan ditelpon. Hingga pada suatu hari dia berkata bahwa bulan berikutnya dia akan mulai bekerja di Eropa Utara. Aku menerima berita dengan perasaan yang tenang sekali. Seolah-olah telah lama aku mengetahui bahwa dia akan segera pergi jauh. Bahwa kami memang akan berpisah...” (hlm. 431).

(39) “Kami berpisah sebagai dua orang sahabat. Hubungan kami sudah sampai taraf yang berbeda. Aku tidak tahu apakah aku akan menyusulnya ketempat kerja. Perpisahan ini pastilah ada baiknya bagi kami berdua....” (hlm. 433).

(40) “Kali ini suamiku tidak menghilang, melainkan kuketahui dengan jelas pergi ke mana dan untuk keperluan apa. Aku melepasnya tidak dengan kesedihan, tetapi juga tidak dengan kelegaan. Setelah berbulan-bulan kami tidak pernah menyepakati sesuatu pun secara bersama, pada saat keberangkatan itu kami saling setuju, bahwa kami akan membiarkan waktu mengalir menuruti alurnya. Kami berpisah, namun kami tidak bercerai....” (hlm. 433).

Secara keseluruhan dalam pemaparan alur, pada novel Jalan Bandungan hanya

sampai klimaks sedangkan leraian dan selesaian tidak ada karena akhir cerita tidak

jelas.

Pedoman Penilaian untuk Soal No. 1 dan 2

Soal No. Kriteria Skor

1

a. Siswa mamapu menjelaskan definisi novel dengan

lengkap dan benar. 3

2 a. Siswa mampu menjelaskan definisi unsur instrinsik

dengan lengkap.

3

Pedoman penilaian untuk Soal No. 3

Soal No. Kriteria Skor

3

a. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan unsur-

unsur intrinsik dengan lengkap dan benar (Alur, tokoh,

tema dan latar)

4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

144

b. Siswa mampu menyebutkan atau menjelaskan unsur-

unsur intrinsik dengan benar, tetapi tidak lengkap.

2

Pedoman penilaian untuk Soal No. 4

Soal No. Kriteria Skor

4

a. Siswa mampu menyebutkan tokoh sentral dan tokoh

tambahan ( minimal 2 tokoh) dengan benar dan lengkap.

b. Siswa mampu menyebutkan tokoh sentral (tokoh

antagonis dan protagonis)

c. Siswa mampu menyebutkan tokoh tambahan (minimal 2

tokoh)

4

2

2

Pedoman penilaian untuk Soal No. 5

Soal No. Kriteria Skor

5

a. Siswa mampu menjelaskan penokohan dari tokoh

sentral dengan menunjukkan kutipan yang mendukung

dengan lenkap.

b. Siswa mampu menjelaskan penokohan dari tokoh

sentral tanpa menunjukkan kutipan yang mendukung.

c. Siswa mampu menjelaskan penokohan dari tokoh

sentral tidak lengkap dan tidak disertai kutipan yang

mendukung

6

4

2

Pedoman penilaian untuk Soal No. 6, 7, 8

Soal No. Kriteria Skor

6 a. Siswa mampu menemukan latar dan menunjukkan

kutipan yang mendukung dengan lengkap. 8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

145

b. Siswa mampu menemukan latar tanpa menunjukkan

kutipan.

c. Siswa mampu menemukan latar tidak lengkap dan tidak

disertai kutipan yang mendukung.

4

2

7

a. Siswa mampu menemukan tema dan menunjukkan

kutipan yang mendukung dengan lengkap.

b. Siswa mampu menemukan tema tanpa menunjukkan

kutipan yang mendukung.

c. Siswa tidak mampu menemukan tema dan tidak

menunjukkan kutipan yang mendukung.

4

2

1

8

a. Siswa mampu menemukan alur dan menunjukkan

kutipan yang mendukung dengan lengkap (paparan,

rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan, klimaks, leraian,

selesaian).

b. Siswa mampu menemukan alur tidak lengkap dan

menunjukkan kutipan yang mendukung.

c. Siswa mampu menemukan alur tidak lengkap dan tidak

menunjukkan kutipan yang mendukung .

8

4

2

B. Tugas individu (Skor maksimal: 10 )

Buatlah sinopsis novel Jalan Bandungan dengan bahasa Anda sendiri

kedalam beberapa paragraph dan temukan nilai-nilai yang dapat diteladani oleh Anda

beserta alasannya!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

146

Pedoman Penilaian untuk Tugas Individu

Kriteria Skor

a. Siswa mampu membuat sinopsis novel dengan bahasa sendiri ke

dalam beberapa paragraf minimal 3 paragraf.

b. Siswa mampu membuat sinopsis novel dengan bahasa sendiri ke

dalam 2 paragraf.

c. Siswa mampu membuat sinopsis novel dengan bahasa sendiri ke

dalam 1 paragraf .

10

7

5

Perhitungan nilai akhir dalam sekala 0-100 adalah sebagai berikut:

Nilai akhir = Skor Pemerolehan x 100 Skor Maksimal

Yogyakarta, 2011

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Nama Nama

(NIP: ) (NIP: )

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

147

BAB VI

PENUTUP

Bab VI membahas tentang tiga hal, yaitu (1) kesimpulan hasil analisis, (2)

implikasi, dan (3) saran untuk mengadakan penelitian terhadap novel Jalan

Bandungan.

6.1 Kesimpulan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Dasar analisis penulis

dalam penelitian ini menggunakan pendekatan objektif. Subjek penelitian ini adalah

novel Jalan Bandungan karya Nh. Dini. Dalam pendekatan struktural, unsur intrinsik

sangat diperhatikan sebagai upaya membangun sebuah karya sastra. Pendekatan

objektif dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis tema, alur, latar, dan

tokoh novel Jalan Bandungan karya Nh. Dini. Hasil analisis ini dapat disimpulkan

sebagai berikut.

Alur dalam novel ini ada delapan tahapan. Diawali dengan pemaparan

(exposition), rangsangan (inciting moment), dan gawatan (rising action). Struktur alur

tengah meliputi tikaian (conflict), rumitan (comlication), dan klimaks. Sedangkan

struktur alur bagian akhir meliputi leraian (falling action) dan selesaian (denovement).

Pembedaan alur berdasarkan kriteria jumlah novel Jalan Bandungan termasuk beralur

sub-sub alur.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa alur yang digunakan novel Jalan

Bandungan karya Nh. Dini alur sorot balik. Peristiwa-peristiwa dalam novel Jalan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

148

Bandungan menunjukkan adanya gejalan sebab-akibat. Artinya peristiwa-peristiwa

yang terjadi merupakan akibat dari adanya peristiwa sebelumnya. Hal ini

menunjukkan bahwa cerita dalam novel Jalan Bandungan beralur sorot balik karena

dalam pengaluran tersebut, peristiwa-peristiwa yang terjadi tidak begitu saja tersusun

secara linear sederhana, tetapi dibeberapa bagian terdapat sorot balik.

Tokoh sentral dalam novel Jalan Bandungan adalah Widodo, Muryati. Tokoh

Muryati berperan sebagai tokoh utama. Tokoh antagonisnya adalah Widodo. Dan

tokoh tambahannya adalah Handoko, Ganik, Sri, Murniyah, dan Siswi. Tokoh

Muryati menjadi fokus cerita, menjadi sentral pengisahan, menjadi sorotan pembaca

dalam keseluruhan novel Jalan Bandungan. Pertemuan yang berawal pada masa

perang revolusi dengan latar belakang ayah Muryati sebagai pejabat di kepolisian

kemudian berlanjut kepertunangan dan berujung pada pernikahan. Setelah menikah

tiba-tiba diketahui bagaimana sifat asli Widodo yang ternyata mengikuti aliran sayap

kiri atau komunis. Dengan tegar dan pantang menyerah Muryati dapat melewati

segala rintangan yang menimpanya pasca suaminya yang berakhir di jeruji penjara

berkat bantuan para sahabatnya yaitu Ganik, Sri, Murniyah dan Siswi. Dalam

keberhasilan Mur, ia bertemu dengan Handoko yang merupakan adip iparnya.

Mereka berakhir di pelaminan namun imbas dibebaskannya Widodo mereka berpisah

tanpa perceraian.

Dalam novel Jalan Bandungan ditemukan adanya tema pokok dan tema

tambahan. Tema pokok (tema mayor) yang terkandung yaitu menggambarkan

perjuangan seorang wanita bernama Muryati sebagai tokoh utama yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

149

menyimbulkan kekuatan seorang yang tidak mudah menyerah terhadap lika-liku

hidup yang dihadapinya. Tema tambahan (tema minor/ tema bagian) dalam novel ini

adalah kemanusian, social, politik. Dikatakan bertemakan kemanusiaan karena novel

ini mengungkapkan berbagai persoalan kemanusiaan, seperti keikhlasan, cinta kasih,

kejujuran, persahabatan, kemunavikan, kesewenang-wenangan dan keterpaksaan.

Latar peristiwa novel Jalan Bandungan ini meliputi latar tempat, latar waktu,

dan latar sosial. Latar tempatnya secara umum berada di Jawa tengah. Latar waktunya

terjadi ketika revolusi perang. Latar sosialnya ketika masyarakat masih tertinggal

pascaperang Negara belum terorganisir dengan baik, terbelakang, dan masih

memegang teguh adat istiadat yang turun-tenurun.

Berdasarkan kesimpulan di atas dilihat dari segi struktural sastra, segi bahasa,

segi psikologi, maupun dari segi latar belakang budaya siswa, novel ini merupakan

materi yang dapat digemari untuk dipelajari siswa. Novel Jalan Bandungan

khususnya tokoh dan tema dapat diterapkan sebagai bahan pembelajaran sasatra di

SMA khususnya kelas XI semester I. Tujuan pembelajarannya adalah siswa mampu

memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan. Butir

pembelajarannya adalah mampu menganalisis unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik

novel Indonesia/ terjemahan. Dari tujuan dan butir pembelajaran itu disusun tujuan

pembelajarn khusus yaitu (1) Siswa dapat menjelaskan pengertian novel, (2) Siswa

dapat menjelaskan unsur-unsur instrinsik (tokoh, alur, latar, dan tema (3) Siswa dapat

memberikan beberapa contoh kutipan berkaitan dengan unusur-unsur instrinsik (4)

Siswa dapat menceritakan kembali isi novel Jalan Bandungan yang dibaca dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

150

bentuk synopsis dengan bahasa sendiri ke dalam beberapa paragraf (5) Siswa dapat

menemukan nilai-nilai moral dalam novel yang dapat diteladani.

6.2 Implikasi

Penelitian terhadap novel Jalan Bandungan karya Nh. Dini ini membuktikan

bahwa dalam novel ini terdapat nilai-nilai pendidikan yang dapat dijadikan pedoman

hidup. Nilai pendidikan tersebut tercermin dalam pesan moral yang disampaikan

melalui amanat yang tersirat dalam novel tersebut.

Hasil penelitian ini dapat diterapkan dalam bidang sastra dan pendidikan.

Dalam bidang sastra, hasil penelitian ini menambah khasanah kajian sastra tentang

analisis struktural dalam karya sastra. Dalam bidang pendidikan, hasil penelitian ini

dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA khususnya kelas XI

semester I.

6.3 Saran

Saran ini terutama untuk para guru pengajar bahasa dan sastra Indonesia di

sekolah-sekolah dan mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan

Daerah. Guru dan mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa-

siswinya dalam menganalisis karya sastra terutama menganalisis unsur instrinsik

karya sastra dengan menggunakan novel Jalan Bandungan karya Nh. Dini sebagai

alternative bahan pembelajaran sastra di sekolah. Selain itu, guru dan mahasiswa juga

dapat memperkenalkan kepada siswa hasil karya baru para sastawan di bidang sastra.

Silabus yang dihasilkan dari peneliti ini hanya satu silabus. Silabus dalam

penelitian ini hendaklah dapat menjadi sumber kreativitas guru untuk menyususn

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

151

RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran) lebih baik lagi. RPP dalam penelitian

ini belom diuji coba pada siswa, maka peneliti lain yang sejenis diharapkan dapat

melakukan uji coba RPP yang dibuat dengan menyesuaikan kurikulum yang dipakai.

Masih ada kemungkinan untuk mengkaji novel ini dengan pendekatan

sosiologi. Pendekatan yang berkaitan dengan interaksi tokoh dengan lingkungannya.

Oleh karena itu peneliti lain disarankan untuk meneliti novel ini dengan

menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

152

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Dini, N. H. 1961. Jalan Bandungan. Jakarta: Pustaka Jaya. Dwi Prihantoro, AG. 2008. “Analisis Struktural Novel Towards Zero karya Agatha

Christie serta Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMKI”. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Sastra Indonesia Respons dan Analisis. Jakarta:

Depdiknas. Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.

Jakarta:Ghalia Indonesia Hendy, Zaidan. 1988. Pelajaran Sastra I. Jakarta: Gramedia Jabrohim.1994. Pengajaran Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Joni Raka T. 1984. Penelitian Pengembangan dalam Pembaharuan Pendidikan.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kutha Ratna, Nyoman. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. Mulasari, Indah. 2009. “Analisis Struktural Novel Ayat Ayat Cinta karya

Habiburrahman El Shirazy dan Implementasinya sebagai Bahan Pembelajaran di SMAI”. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Muslikh. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta: 2008. Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Universitas

Gajah Mada. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

153

Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang. Sari, Mei Nurita. 2009. “Analisis Struktural Novel Catatan Buat Emak Karya Ahmad

Tohari serta Implementasi Aspek Tokoh dan Aspek Tema sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA”. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP,Universitas Sanata Dharma.

Sayuti, Sumitro A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media Sudjiman, Patuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sumardjo, Jacob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni. Tumariyana, Wiwin. 2003. “Analisis Struktural Novel Perawan Karya Korrie Layun

Rampan dan Implementasi Aspek Tokoh dan Penokohannya sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMUI”. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Zaidan, Abdul Razak. 2002. Pedoman Peneliti Sastra Daerah. Jakarta: Pusat Bahasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

SINOPSIS NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI

Sinopsis novel Jalan Bandungan karya Nh. Dini yaitu, Jalan Bandungan adalah sebuah

jalan di kota Semarang di mana terletak sebuah rumah yang menjadi saksi bisu cinta kasih

yang murni seorang sahabat, cinta kasih dan keraguan suami, serta kebusukan hati mantan

suami. Di dalam rumah di jalan Bandungan ini hidup tokoh utama wanita, Muryati,

diperkaya dan dimatangkan. Membaca novel ini, pembaca akan merasakan kemarahan Nh.

Dini, sang penulis, yang ditampilkan melalui tokoh-tokoh wanitanya terhadap laki-laki, baik

individu maupun tradisi yang berorientasi pada kepentingan laki-laki. Kemarahan terhadap

individu ditampilkan lewat tokoh utama wanita, yaitu: Muryati dan ditujukan kepada

Widodo, tokoh utama laki-laki, yang selalu merendahkan dan menindas dirinya. Lewat tokoh

utama wanita dan tokoh-tokoh wanita lainnya, Nh. Dini menunjukkan kemarahannya

terhadap tradisi yang merugikan kaum wanita dimana wanita diposisikan sebagai objek.

Kemarahan Muryati muncul karena sebagai istri, dia diperlakukan Widodo dengan

semena-mena. Pernikahan yang seharusnya menjadi tempat suami istri mencurahkan dan

menikmati cinta, dalam novel ini justru menjadi sumber penderitaan bagi sang istri. Sebagai

suami, Widodo, memperlakukan Muryati hanya sebagai objek. Akibatnya, Muryati

kehilangan kepribadiannya sendiri. Keinginan suaminya menjadi keinginannya. Hal itu

terjadi karena Muryati tidak leluasa mengatur hidupnya sendiri. Widodo selalu mengatur dan

memaksakan kehendaknya. Sebagai suami, Widodo selalu ingin dilayani dan dituruti semua

kehendaknya termasuk di dalam berhubungan intim.

Dalam hal keuangan Widodo begitu pelit sehingga Muryati harus membanting tulang dan

menerima bantuan dari ibunya yang sudah menjanda untuk memenuhi kebutuhan rumah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

tangganya. Usaha Muryati untuk mengkomunikasikan kebutuhan rumah tangganya tersebut

selalu kandas karena Widodo tidak pernah meresponsnya. Komunikasi yang coba dibangun

Muryati selalu dirobohkan dengan palu emosi. Kebutuhan mendesak yang ada di depan mata

tidak membuat nalar Widodo bekerja. Sebagai contoh, dalam keadaan hamil tua, Mutyati

harus mengangkat ember air. Widodo tidak berusaha untuk membantu ataupun mencari

pembantu yang dapat melakukan pekerjaan tersebut. Contoh yang lain, uang gaji Widodo

yang diberikan kepada Muryati guna memenuhi kebutuhan rumah tangga tidak bertambah

jumlahnya selama lima tahun meskipun kebutuhan semakin bertambah dan harga-harga

semakin naik. Widodo tidak berusaha untuk mencari tambahan penghasilan. Dapat

dikatakan, tidak ada komunikasi yang baik diantara mereka berdua. Setiap kali masalah

keuangan datang, Muryati harus menghadapinya sendiri dan mencari solusi untuk dapat

menyelesaikannya. Dia harus membanting tulang untuk mencari tambahan uang guna

memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

Kemesraan, perlindungan, pengertian dan perhatian seakan haram diberikan

Widodo kepada Muryati. Perlakuan tersebut tentu saja menibulkan kemarahan pada diri

Muryati dan akhirnya kemarahan tersebut menjelma menjadi dendam; dendam yang

bercampur dengan keputusasaan karena dia tidak mampu mengubah keadaan. Apa yang

dilakukannya hanyalah memenuhi kewajibannya sebagai istri, tidak lebih dari itu. Karena

Muryati tidak mempunyai keberanian untuk menentang, maka dendam tersebut hanya dapat

disimpan di hati saja. Bukit dendam terus meninggi ketika rahasia keterlibatan Widodo

dengan PKI terbongkar karena di mata Muryati, Widodo telah berkhianat terhadap keluarga

karena telah mempunyai kegiatan yang disembunyikan, yang merampasnya dari istri dan

anak-anakknya. Widodo telah mengorbankan keluarga demi kepentingan partainya. Widodo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

telah mengabaikan kesejahteraan dan keselamatan istri serta anak-anaknya demi kepentingan

partainya. Muryati menganggap bahwa pengabdiannya selama ini ternyata sia-sia belaka.

Karena kekecewaan yang begitu dalam dan dendam yang tidak dapat dihapuskan, Muryati

akhirnya memutuskan untuk mengambil sikap menentang Widodo.

Sementara itu, penahanan dan pembuangan Widodo ke pulau Buru semakin

melengkapi penderitaan Muryati dan anak-anaknya. Uang dari Widodo untuk keperluan

sehari-hari, meskipun tidak mencukupi, berhenti datang. Sementara itu, cemooh dari berbagai

pelosok datang bertubi-tubi. Meskipun dalam kondisi seperti itu, Muryati tidak berniat

mengajukan perceraian, seperti yang dilakukan istri-istri tahanan yang lainnya karena dia

yakin bahwa perceraian tidak akan membuat keadaan menjadi lebih baik. Perceraian dapat

menggoncangkan jiwa anak-anaknya. Prinsipnya, cukup dia saja yang menderita.

Dalam novel ini digambarkan bahwa segala cobaan dan kesulitan hidup dapat

Muryati lalui dengan baik karena kedekatannya dengan Tuhan, Dia percaya bahwa Tuhan

menyuruh manusia memilih, kemudian mengolah nasibnya sendiri. Jika dia sekarang

menderita itu disebabkan kesalahannya dalam menentukan pilihan, bukan kesalahan Tuhan.

Dia yakin bahwa meskipun dia telah melakukan kesalahan dalam memilih, Tuhan tidak akan

meninggalkannya sendirian menanggung penderitaan, Dia akan memberi penghiburan dalam

kesusahan.

Sebagai buktinya, dalam kesendiriannya tanpa suami ternyata Muryati tidak

kesepian. Orang tua, saudara dan sahabat-sahabatnya baik laki-laki maupun wanita tidak

pernah meninggalkannya. Mereka bahu-membahu menolongnya setiap kali dia

membutuhkan bantuan. Dukungan yang tanpa pamrih tersebut membuat kepercayaan diri

Muryati tumbuh semakin kuat sehingga dia semakin cepat dapat bangkit dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

keterpurukannya untuk memulai hidup yang baru. Hidup mandiri untuk menciptakan

kebahagiaan buat anak-anak dan dirinya sendiri. Dia selalu berjuang untuk meningkatkan

potensi dirinya. Salah satu bukti kerja kerasnya adalah diterimanya bea siswa untuk

menempuh pendidikan di negara Belanda. Usaha Muryati untuk meningkatkan kemampuan

dirinya tidak berhenti sampai di situ. Dia pun meneruskan pendidikannya di Perguruan

Tinggi.

Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, Muryati memutuskan untuk mengajukan

perceraian. Dia sadar bahwa perceraian merupakan jalan terbaik untuk benar-benar lepas dari

bayang-bayang Widodo. Tekadnya untuk menguasai dan mengatur sepenuhnya

kehidupannya sendiri tak terbendungkan lagi. Pertimbangan lainnya adalah status sebagai

istri tahanan pulau Buru menghalangi langkahnya untuk maju.

Seiring dengan berjalannya waktu, Muryati dapat membuka hatinya kembali untuk

seorang pria, Handoko, yang tak lain dan tak bukan adalah adik kandung Widodo sendiri.

Meskipun mereka bersaudara, kepribadian mereka sangat berbeda. Handoko yang berusia

jauh lebih muda, tahu betul bagaimana membuat Muryati bahagia. Komunikasi di antara

mereka berdua terjalin dengan sangat baik. Apa yang tidak diperoleh Muryati dari Widodo,

seperti kemesraan, perlindungan, pengertian, perhatian, dan kepuasan seks, dapat

diperolehnya dari Handoko. Mereka hidup berbahagia sebagai suami istri selama lebih

kurang lima tahun.

Perkawinan tersebut akhirnya mendapat ujian. Widodo yang kembali ingin

memanfaatkan Muryati berusaha mengintimidasi Handoko dan, seperti masa muda dahulu,

dia berhasil. Handoko meragukan kesetiaan Muryati. Perkawinan mereka pun berada di

ujung tanduk. Mereka sepakat berpisah namun tidak bercerai. Kembali Muryati harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

menyiapkan mentalnya untuk menghadapi tantangan dalam hidupnya sendiri dan sendiri lagi.

Tantangan hidup Muryati memang semakin bertambah tetapi, tidak diragukan lagi, kekuatan

pun semakin meningkat. Selain kedekatannya dengan Tuhan, kekuatannya pun meningkat

akibat pemahamannya yang semakin dalam akan Toto Urip, Toto Kromo and Toto Laku,

nilai-nilai hidup yang selalu menjiwai tindakannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

154

SINOPSIS NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI

Sinopsis novel Jalan Bandungan karya Nh. Dini yaitu, Jalan Bandungan

adalah sebuah jalan di kota Semarang di mana terletak sebuah rumah yang

menjadi saksi bisu cinta kasih yang murni seorang sahabat, cinta kasih dan

keraguan suami, serta kebusukan hati mantan suami. Di dalam rumah di jalan

Bandungan ini hidup tokoh utama wanita, Muryati, diperkaya dan dimatangkan.

Membaca novel ini, pembaca akan merasakan kemarahan Nh. Dini, sang penulis,

yang ditampilkan melalui tokoh-tokoh wanitanya terhadap laki-laki, baik individu

maupun tradisi yang berorientasi pada kepentingan laki-laki. Kemarahan terhadap

individu ditampilkan lewat tokoh utama wanita, yaitu: Muryati dan ditujukan

kepada Widodo, tokoh utama laki-laki, yang selalu merendahkan dan menindas

dirinya. Lewat tokoh utama wanita dan tokoh-tokoh wanita lainnya, Nh. Dini

menunjukkan kemarahannya terhadap tradisi yang merugikan kaum wanita

dimana wanita diposisikan sebagai objek.

Kemarahan Muryati muncul karena sebagai istri, dia diperlakukan Widodo

dengan semena-mena. Pernikahan yang seharusnya menjadi tempat suami istri

mencurahkan dan menikmati cinta, dalam novel ini justru menjadi sumber

penderitaan bagi sang istri. Sebagai suami, Widodo, memperlakukan Muryati

hanya sebagai objek. Akibatnya, Muryati kehilangan kepribadiannya sendiri.

Keinginan suaminya menjadi keinginannya. Hal itu terjadi karena Muryati tidak

leluasa mengatur hidupnya sendiri. Widodo selalu mengatur dan memaksakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

155

kehendaknya. Sebagai suami, Widodo selalu ingin dilayani dan dituruti semua

kehendaknya termasuk di dalam berhubungan intim.

Dalam hal keuangan Widodo begitu pelit sehingga Muryati harus membanting

tulang dan menerima bantuan dari ibunya yang sudah menjanda untuk memenuhi

kebutuhan rumah tangganya. Usaha Muryati untuk mengkomunikasikan

kebutuhan rumah tangganya tersebut selalu kandas karena Widodo tidak pernah

meresponsnya. Komunikasi yang coba dibangun Muryati selalu dirobohkan

dengan palu emosi. Kebutuhan mendesak yang ada di depan mata tidak membuat

nalar Widodo bekerja. Sebagai contoh, dalam keadaan hamil tua, Mutyati harus

mengangkat ember air. Widodo tidak berusaha untuk membantu ataupun mencari

pembantu yang dapat melakukan pekerjaan tersebut. Contoh yang lain, uang gaji

Widodo yang diberikan kepada Muryati guna memenuhi kebutuhan rumah tangga

tidak bertambah jumlahnya selama lima tahun meskipun kebutuhan semakin

bertambah dan harga-harga semakin naik. Widodo tidak berusaha untuk mencari

tambahan penghasilan. Dapat dikatakan, tidak ada komunikasi yang baik diantara

mereka berdua. Setiap kali masalah keuangan datang, Muryati harus

menghadapinya sendiri dan mencari solusi untuk dapat menyelesaikannya. Dia

harus membanting tulang untuk mencari tambahan uang guna memenuhi

kebutuhan rumah tangganya.

Kemesraan, perlindungan, pengertian dan perhatian seakan haram

diberikan Widodo kepada Muryati. Perlakuan tersebut tentu saja menibulkan

kemarahan pada diri Muryati dan akhirnya kemarahan tersebut menjelma menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

156

dendam; dendam yang bercampur dengan keputusasaan karena dia tidak mampu

mengubah keadaan. Apa yang dilakukannya hanyalah memenuhi kewajibannya

sebagai istri, tidak lebih dari itu. Karena Muryati tidak mempunyai keberanian

untuk menentang, maka dendam tersebut hanya dapat disimpan di hati saja. Bukit

dendam terus meninggi ketika rahasia keterlibatan Widodo dengan PKI

terbongkar karena di mata Muryati, Widodo telah berkhianat terhadap keluarga

karena telah mempunyai kegiatan yang disembunyikan, yang merampasnya dari

istri dan anak-anakknya. Widodo telah mengorbankan keluarga demi kepentingan

partainya. Widodo telah mengabaikan kesejahteraan dan keselamatan istri serta

anak-anaknya demi kepentingan partainya. Muryati menganggap bahwa

pengabdiannya selama ini ternyata sia-sia belaka. Karena kekecewaan yang

begitu dalam dan dendam yang tidak dapat dihapuskan, Muryati akhirnya

memutuskan untuk mengambil sikap menentang Widodo.

Sementara itu, penahanan dan pembuangan Widodo ke pulau Buru

semakin melengkapi penderitaan Muryati dan anak-anaknya. Uang dari Widodo

untuk keperluan sehari-hari, meskipun tidak mencukupi, berhenti datang.

Sementara itu, cemooh dari berbagai pelosok datang bertubi-tubi. Meskipun

dalam kondisi seperti itu, Muryati tidak berniat mengajukan perceraian, seperti

yang dilakukan istri-istri tahanan yang lainnya karena dia yakin bahwa perceraian

tidak akan membuat keadaan menjadi lebih baik. Perceraian dapat

menggoncangkan jiwa anak-anaknya. Prinsipnya, cukup dia saja yang menderita.

Dalam novel ini digambarkan bahwa segala cobaan dan kesulitan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

157

hidup dapat Muryati lalui dengan baik karena kedekatannya dengan Tuhan, Dia

percaya bahwa Tuhan menyuruh manusia memilih, kemudian mengolah nasibnya

sendiri. Jika dia sekarang menderita itu disebabkan kesalahannya dalam

menentukan pilihan, bukan kesalahan Tuhan. Dia yakin bahwa meskipun dia telah

melakukan kesalahan dalam memilih, Tuhan tidak akan meninggalkannya

sendirian menanggung penderitaan, Dia akan memberi penghiburan dalam

kesusahan.

Sebagai buktinya, dalam kesendiriannya tanpa suami ternyata Muryati

tidak kesepian. Orang tua, saudara dan sahabat-sahabatnya baik laki-laki maupun

wanita tidak pernah meninggalkannya. Mereka bahu-membahu menolongnya

setiap kali dia membutuhkan bantuan. Dukungan yang tanpa pamrih tersebut

membuat kepercayaan diri Muryati tumbuh semakin kuat sehingga dia semakin

cepat dapat bangkit dari keterpurukannya untuk memulai hidup yang baru. Hidup

mandiri untuk menciptakan kebahagiaan buat anak-anak dan dirinya sendiri. Dia

selalu berjuang untuk meningkatkan potensi dirinya. Salah satu bukti kerja

kerasnya adalah diterimanya bea siswa untuk menempuh pendidikan di negara

Belanda. Usaha Muryati untuk meningkatkan kemampuan dirinya tidak berhenti

sampai di situ. Dia pun meneruskan pendidikannya di Perguruan Tinggi.

Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, Muryati memutuskan untuk

mengajukan perceraian. Dia sadar bahwa perceraian merupakan jalan terbaik

untuk benar-benar lepas dari bayang-bayang Widodo. Tekadnya untuk menguasai

dan mengatur sepenuhnya kehidupannya sendiri tak terbendungkan lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

158

Pertimbangan lainnya adalah status sebagai istri tahanan pulau Buru menghalangi

langkahnya untuk maju.

Seiring dengan berjalannya waktu, Muryati dapat membuka hatinya kembali

untuk seorang pria, Handoko, yang tak lain dan tak bukan adalah adik kandung

Widodo sendiri. Meskipun mereka bersaudara, kepribadian mereka sangat

berbeda. Handoko yang berusia jauh lebih muda, tahu betul bagaimana membuat

Muryati bahagia. Komunikasi di antara mereka berdua terjalin dengan sangat

baik. Apa yang tidak diperoleh Muryati dari Widodo, seperti kemesraan,

perlindungan, pengertian, perhatian, dan kepuasan seks, dapat diperolehnya dari

Handoko. Mereka hidup berbahagia sebagai suami istri selama lebih kurang lima

tahun.

Perkawinan tersebut akhirnya mendapat ujian. Widodo yang kembali ingin

memanfaatkan Muryati berusaha mengintimidasi Handoko dan, seperti masa

muda dahulu, dia berhasil. Handoko meragukan kesetiaan Muryati. Perkawinan

mereka pun berada di ujung tanduk. Mereka sepakat berpisah namun tidak

bercerai. Kembali Muryati harus menyiapkan mentalnya untuk menghadapi

tantangan dalam hidupnya sendiri dan sendiri lagi. Tantangan hidup Muryati

memang semakin bertambah tetapi, tidak diragukan lagi, kekuatan pun semakin

meningkat. Selain kedekatannya dengan Tuhan, kekuatannya pun meningkat

akibat pemahamannya yang semakin dalam akan Toto Urip, Toto Kromo and

Toto Laku, nilai-nilai hidup yang selalu menjiwai tindakannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

159

Hati yang Damai

Novel Nh. Dini

Suamiku berangkat. Keadaan yang sebenarnya di sana aku tidak pernah tau.

Aku hanya membaca berita yang juga dibaca orang-orang lain di surat kabar. Aku

hanya bisa membayangkan betapa keadaan yang kulihat sendiri zaman revolusi, di

tengah api mesiu dan hutan belukar yang lembab, panas atau pegunungan yang

membekukan, sedangkan yang bercampuh dan berperang sekarang tidak akan bisa

memilih musuh.

Aku tidak bisa mengerti. Aku hanya bisa mengerti pikiran orang yang

menghendaki ketenangan, pikiran pihak yang mengerti bahwa kedamaian adalah

bekal dari kehidupan yang menyenangkan. Pemberontakan di Sumatra terhadap

pemerintah pusat menghendaki pemisahan tanpa memikirkan korban. Apakah yang

tenang bagiku sekarang? Pagi, siang, dan sore aku disibuki jahitan dan kenakalan

anak-anakku. Suamiku tentara. Aku tahu. Dia disiplin dan menutur perintah. Tetapi

aku tahu juga dia manusia berhari lembut. Aku tidak peduli lagi hal lainnya. Aku

ingin dia kembali kepadaku dengan keadaan yang sebenarnya: utuh dan hidup.

“Kau mengerti menjadi sitri tentara, bukan?” aku ingat dia mengatakan ini

pada malam pertama dia dating kepadaku. Dia baru pulang dari Bali. Tangannya yang

berat memegang mukaku. “Aku tidak hendak menyembunyikan kesialan-kesialan

orang menjadi tentara. Lebih-lebih seperti aku. Pesawat terbang yang ada dalam

reguku semua tua-tua. Tetapi kami harus menggunakannya. Aku bisa mati sewaktu-

waktu. Aku tahu itu. Dan aku harap kau juga tahu hal ini. Sebab itu aku mau

memiliki kau sepenuhnya dank au memiliki aku sepenuhnya. Kau satu-satunya

milikku. Aku tidak mempunyai kekayaan lain.”

Waktu itu aku senang pada kejujurannya. Aku mengerti maksudnya. Tetapi

kini setelah dia pergi, aku tinggal dengan segala ketakutanku. Kun hilang. Dia tidak

memakai pesawat tua. Dia mengemudikan pesawat baru: salah satu yang baru dating

dari pabrik luar negeri. Tapi dia hilang. Reruntuhan pesawatnya ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

160

mengambang di lautan lepas pantai arah Sumatra Barat. Kun tidak ada. Kematian

yang selama ini ditertawakannya telah dating kepadanya.

“Aku tidak punya gadis, Dati, aku lebih suka tidak punya gadis sebagai

kekasih. Kekasih yang sebenarnya adalah pesawatku.”

Dia biasa mengatakan itu kepadaku dengan gerak tangannya yang khusus.

Aku mengerti apa sebenernya yang ada di dalam hatinya. Dia selalu gagal mendekati

gadis yang dicintainya. Lalu dia menjadi penyindir terhadap hidup dan cinta. Tetapi

dia mencintai anak-anakku. Dan aku merasakan sayangnyapula kepadaku.”Aku laki-

laki,” katanya. “Aku juga ingin mempunyai rumah yang tenang, istri yang mengerti

dan anak-anak yang sehat. Tetapi, aku tidak pernah mendapat kesempatan untuk

mencinta. Gadis-gadis hanya menyanjungku jika aku ada di dalam pesawatku.

Mukaku tebal, badanku terlalu gemuk. Aku bukan potongan orang yang bisa

dicintai.”

“Tetapi kau memberikan cinta kepada anak-anakku.”

“Memang!” jawabnya. “Mereka itu sahabat-sahabat yang baik. Mereka

memberiku perasaan yang tidak pernah aku terima dari orang lain. Mereka pantas

menjadi anak-anakmu.”

Aku tersenyum sedih mengingat semuanya itu.

***

Aku sedang memandikan Anto ketika penjaga telepon memanggilku. Ada

interlokal. Aku tergesa keluar. Dengan gugup aku memegang pesawat telepon.

“Dati?”

“Ya.”

Bukan suara Wija!Hatiku semakin bergetar kecemasan.

“Siapa di situ?”

“Mas Jat?.”

Ah, aku menarik nafas.

“Ada apa Mas Jat?”

“Asti ada?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

161

“Tidak ada”.

“Dia tidur di tempatmu, bukan?

“Ya.” Sebentar aku tertegun. Lalu kuteruskan, “Dua hari yang lalu dia tidur

disini. Kemudian, kawannya mengundangnya. Jadi, dia dirumah temannya sekarang.

Dia akan kembali sebab kulihat barang-barangnya masih di sini”.

Aku dengar Mas Jat mengeluh perlahan.

“ Ada perlu Mas Jat?”

“ Tidak. Aku hanya ingin berbicara.”

“ Rindu?”

Aku dengar dia mengeluh lagi.

“ Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan dia.”

“ Kau mau supaya dia menelponmu? Kau di mana?”

“ Aku di Yogya.”

Dia diam.

“ Nomor berapa?”

“Ah, tidak usah saja.”

Dia diam saja kemudian bertanya tentang, aku.

“ Bagaimana kau? Anak-anak? Wija baik-baik?”

“ Baik semua. Wija tugas.

“ Ke mana?”

“ Ke Barat.”

“ Ke Barat? Ke Tanjungpinang?”

“ Tidak. Keliling katanya,” aku tiba-tiba takut menyebutkan Sumatra, tempat

sebenarnya suamiku bertugas. Aku seperti dikekang oleh kekuasaan aneh.

“ Sudah lama?”

“ Sudah kira-kira delapan hari, mungkin lama lagi.”

Kami diam. Aku menunggu suaranya. Tapi, dia tidak berkata apa-apa.

“ Kau kapan kemari?” tanyaku akhirnya.

“ Belum tahu.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

162

“ Kalau kemari tidur di sini aja. Aku sendirian.”

“ Kau kesepian?”

Aku tidak menjawab. Aku tidak kesepian karena aku mempunyai Atni dan

Anto. Tetapi, berbagai ragam rasa takut dan cemas sering membangunkan aku di

malam senyap. Lalu aku berbaring menentang lagit-langit rumah dengan pikiran

kosong. Aku kembali ke serambi. Kudapati Wardi, kawan suamiku, sudah ada di sana

ditemani Atni.

“Ada apa Dati? Penting?”

“Tidak. Kakakku mencari istrinya.” Lalu aku berpaling kepada anakku.

“Atni belum mandi?”

“Mandi dulu, “ kataku kemudian.

“Aku mau sama-sama Paman,” katanya sambil memegangi lengan Wardi.

Aku diam. Kulihat anakku amat rindu padanya. Wardi memang sudah lama

tidak muncul ke rumah kami.

“Kau dari sana?”

“Aku seminggu di sana. Sebentar mampir akan terus ke Malang.”

Dia memberikan surat kepadaku.

“Wija?”

“Baik-baik. Baca saja suratnya. Dia crash, tetapi tidak apa-apa.”

Aku menatapnya dengan curiga. Tapi dia sudah kembali asyik berbicara

dengan anakku. Ketika aku mengantarnya sampai pagar aku bertanya lagi.

“Kau yakin Wija tidak apa-apa?”

Dia merangkulku. Tubuhnya tinggi dan kuat.

“Kau lihat aku? Aku tidak apa-apa bukan? Aku crash bersama dia. Roda-roda

kami tidak mau keluar. Kami mendarat darurat. Kami selamat. Ia terkulai

memandangi langit seperti orang keheranan. Dia tidak mau cepat-cepat keluar dari

pesawat. Aku terpaksa menariknya, karena takut pesawat akan meledak.

Dia memandangiku, kepalanya terpaksa ditundukkan sedikit karena

ketinggian badannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

163

“Sebentar lagi dia pulang.” Bujuknya.

Aku tersenyum dengan terima kasih.

Sekali lagi aku merasa tersendiri setelah kesepian yang takam melingkupi

daerah asrama kami di lapangan udara itu. Surat suamiku kubaca berulang-ulang.

“Aku crash-landing hari ini.” Surat Wija yang pertama menceritakan

keonaran perang yang membungai tanah air. Suratnya penuh kerinduan akan damai ,

yang menjadi kecintaan setiap ibu, istri, dan kekasih. “Aku terbang bersama Wardi.

Empat jam lamanya kami berpisah dari kawan-kawan. Perintah untuk kembali ke

pangkalan mengawang di alat penerima dengan terputus-putus tidak jelas. Kilatan

putih-putih dari bawah menyibukkan kami dengan tangkisan-tangkisan kesigapan

orang muda yang berbekalkan keberanian. Dan akhirnya kami sadar bahwa dari

bawah semuanya Cuma tertuju kami. Secepatnya kami membuat dive dan tanganku

meraba sebuah kenop.

Singkarak manis dan bening mengacai dengung pesawat. Amat sejuh dan

hijau. Kau pasti juga menyukai kalau melihatnya. Aku tertegun. Hatiku terpukul oleh

suatu perasaan yang tidak kuketahui dari mana datangnya: ini tanahku juga, tanah

ibuku. Dengan memejamkan mata kualihkan arah pesawat. Terus naik dan lepas

dengan kecepatan maksimal kea rah utara menuju pangkalan kami. Di bawah kami

meninggalkan gundukan asap memerahdi sela-sela kehijauan.aku menoleh ke plosok

langit yang luas. Tak ada kawan-kawan yang lainnya. Wardi mencoba radio. Rupanya

radio kami rusak. Dalam deru mesin dan timpahan angina yang keras, kami sia-sia

menangkap kode-kode yang sampai pada alat radio yang macet itu. Aku menengok ke

bumi yang menyanyup di bawah. Semuanya diam. Semuanya seperti tak ada yang

memedulikan kami, aku dan Wardi. Awan-awan yang menghalang bergantungan

seperti menetap pada suatu tempat. Wardi terus mencoba radionya. Tak ada yang

menyahut. Sebentar-sebentar kami berpandangan. Apa yang telah kuperbuat? Hatiku

berbisik menggangguku. Berapa yang mati dan berapa yang menangis karena

perbuatanku?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

164

Aku mulai tidak bisa mengendalikan ketenanganku. Tanganku erat memagang

kemudi. Resah dan perasaan-perasaan yang aneh mencengkamku. Beginilah perasaan

orang yang akan mati? Apakah ibuku juga telah aku bunuh? Apakah perempuan

yang mengandung dan telah membawaku ke dunia itu ada di dalam gumpalan asap

yang kami tinggalkan? Dati, maafkan aku telah menjadi pembunuh dan perusak

tanahku sendiri tanpa kuhendaki.

Mataku menengadah menatap langit-langit rumah. Hatiku bergetar merasakan

satu kesakitan yang dalam. Aku tahu suamiku. Aku mengerti hati laki-laki yang

selama lima tahun ini merebut perhatian dan setiaku. Ia terkulai memandangi langit

seperti orang yang keheranan, aku mengulang cerita Wardi. Tidak. Suamiku tidak

terkulai memandangi langit, aku pasti benar akan hal ini. Ia masih membawa

kesedihan tersendiri yang ia sendiri tidak menyadarinya. Dia tidak mencintai ibunya

karena ia tidak mengenalnya, katanya. Tetapi hati manusianya yang lembut

memberinya perasaan berdosa yang tajam.

Ia ditumbuhkan dengan cinta dan semangat laki-laki dari bapaknya. Sampai

ke masa dewasanya tak pernah ia bisa melepaskan diri dari suatu gambaran

kemesraan yang diberikan ibu kepada anaknya. Empat bulan setelah kami nikah,

bapaknya meninggal. Pada penguburan itulah seorang perempuan manis tiba-tiba

muncul mendekati suamiku dan tersenyum. Tersenyum pada hari yang duka pada

suamiku.

“Kau tidak diberi tahu tentang aku, bukan?”

Wija memandangnya dengan heran. Dan aku juga terdiam keheranan.

“Kau hanya diberi tahu bahwa aku sudah mati. Tapi, ah, kau sudah besar

sekarang, lebih tinggi dari ayahmu.”

Aku memandang perempuan itu tanpa berkejab. Aku tiba-tiba mendapati

sesuatu yang sama dengan suamiku. Garis bibirnya adalah garis bibir suamiku.

Perempuan itu masih tersenyum. Wija memandangnya dengan pandangan

asing.

“Kau tidak seharusnya mendiamkan aku begini.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

165

Tapi Wija tetap diam. Dia tidak berakata apa-apa berjalan menuruti bukit

tanah penguburan. Tanganku dipegangnya erat. Kelompok-kelompok orang yang

mengantar sudah terpisah berbondongan, dan rumput-rumput kuburan yang tinggi

terayun bergerisik oleh angina yang turun dari gunung di sebalh selatan.

“Aku, yang terakhir melihatmu adalah sewaktu kau sakit keras kira-kira

sembilan belas tahun yang lalu. Aku ingat, kau waktu itu juga diam saja

memandangku. Kau sakit, kelihatan lemas dan kurus. Tapi sekarang kau sehat. Kau

bisa berkata sesuatu kepadaku.”

Aaku menoleh pada suamiku. Dia sehat? Benarkan ia tidak sakit waktu itu?

Aku melihat mukanya kaku. Di sana aku menemukan pengucapak kesakitan yang

tidak terperikan. Ada sesuatu yang hancur dalam dirinya. Dia pasrah. Dia pasrah. Dia

berjalan dengan langkahnya yang berat untuk pulang kembali ke rumah tua di ujung

jalan kampungnya. Di sana ia tidak lagi akan menjumpai laki-laki berambut putih

yang biasa duduk di teras. Ia tidak akan lagi mendengar ketawa parau yang ria dari

bapaknya yang selama ini menyambut kedatangannya kalau berlibur. Ia hanya akan

menjumpai bayangan daun dan pucuk kelapa yang jatuh tepat di kaki kursi yang

terletak di pojok serambi. Dan ini sudah cukup baginya untuk mengerti, bahwa laki-

laki itu tidak akan duduk lagi di sana.

Aku melihat Wija menengadah mukanya. Matanya kabur oleh air mata yang

mengambang. Itu semua telah berlalu. Dan itu semua telah mengisi seluruh waktu

hidupnya. Ia perlahan menarik napasnya panjang-panjang. Aku pun tahu, dia diam-

diam menahan tangisnya.

“Aku kebetulan ada urusan di sini beberapa hari. Dan aku mendengar tentang

meninggalnya. Kupikir, lebih baik menemuimu. Mungkin ada sesuatu yang bisa

kukerjakan untukmu.”

“Kau tidak perlu berbuat apa-apa untukku,” suara Wija kaku.

Aku terkejut. Begitu pula kulihat perempuan itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · ANALISIS STRUKTURAL NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KELAS XI SKRIPSI

166

Febrilia Kustiansari lahir di Yogyakarta, 12 Juli 1988. Saat

ini tinggal di Desa Janten DK VIII Ngestiharjo Kasihan

Bantul. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara

dari pasangan Bapak Slamet Kus Widodo dan Siti

Wuryaningsih. Tahun 2006 diawali dengan menempuh

pendidikan Taman Kana-kanak nol kecil di TK Aba Pandeyan Umbulharjo,

berakhir tahun 1998. Tahun 1998-2000 melanjutkan sekolah di SD Keputran XII,

Jalan Patehan Tengah no: 9. Kemudian melanjutkan sekolah di SMP Negeri

7Yogyakarta tahun 2000- 2003. Melanjutkan SMA Katolik Sang Timur

Yogyakarta, jalan Batikan no: 7 Kalimambu Umbulharjo Yogyakarta pada tahun

2003-2006. Kemudian tahun 2006memulai pendidikan di Universitas Sanata

Dharma dan mengambil program studi PBSID (Pendidikan Bahasa, Sastra

Indonesia, dan Daerah). Untuk menempuh gelar sarjana. Ia menempuh jalur

skripsi yang berjudul Analisis Struktural Novel Jalan Bandungan Karya Nh. Dini

dan Implementasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA kelas XI dan

berakhir pada tahun 2011.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI