PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/21411/2/081324046_full.pdf · 2018. 3....
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/21411/2/081324046_full.pdf · 2018. 3....
i
ANALISIS KINERJA DINAS PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN
PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR
DI DAERAH PEDALAMAN KABUPATEN MIMIKA
PROVINSI PAPUA TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh:
Aminus Dolame
Nim : 081324046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Bersikanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan
bersih. (Matius 23:26)
Pengakuan dosa itu kuat, tapi ia juga dipadamkan oleh sedikit air mata, karena air
mata memadamkan tungku api kesalahan-kesalahan, dan membersihkan luka-luka
dosa kita. (John Chrisostom)
Pengakuan akan pekerjaan-pekerjaan jahat adalah awal permulaan pekerjaan-
pekerjaan baik. (Agustine)
Kemampuan untuk bangkit dan pulih dari kegagalan sebuah tim untuk mendidik
adalah salah satu langkah yang sangat penting untuk menyelamatkan suatu
generasi dari latar belakang yang tertinggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tulisan ini kupersembahkan untuk sahabat sejatiku Sang Tuhan dan
Juruslematku Yesus Kristus. Karena setiap detik Ia selalu ada bagiku,
dan dalam hal inilah aku membanggakan Dia, yaitu ketika aku lemah,
ketika aku sakit, ketika aku mengadapi suatu tantangan yang paling berat,
tetapi Ia selalu ada di sampingku dan Ia memberikan bisikan kepadaku
bahwa hai... sahabat-Ku, ingat Aku bersamamu dan Kita sedang
melawati padang gurun itu, maka tersenyiumlah dan arahkan
pandanganmu ke depan.
Kepada saudara-saudari seimanku dalam Tuhan, sebagimana aku
bersama kalian hidupku selalu diperlengkapi dengan sesuatu yang aku
tidak pernah sadari, dan aku memiliki kehidupan yang berbeda dari
teman-temanku yang lain. Maka, inilah persembahanku untuk kalian, (my
brothers and my sisters. in one faith, one loves, one hope vission from
God).
Kupersembahkan tulisan ini untuk seluruh masyarakat pedalaman Timika
yang sedang mengalalami situasi yang paling sulit, namun suatu saat ada
cahaya terang yang akan menerangimu, dan nantikanlah cahaya itu setiap
saat, dan dalam situasi itu membuatku terinpirasi untuk menulis sebuah
tulisan ini.
Kupersembahkan untuk kau sahabat-sahabat seperjuangan asal Papua
yang di prodi Pendidikan Ekonomi, yaitu: Arry Alpred Yupin, Isep
Gwijangge, Yoseph Werke, dan Obeth Lepitalen, yang mana pemberian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
semgangat dalam penulisan skripsi dan membuatku teringat akan kalian
semua.
Rekan-rekan seperjuanganku prodi pendidikan Ekonomi Angkatan 2008,
karena aku belajar dari semangat kalian menginspirasiku untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Kupersembahkan untuk Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme
dan Kamoro (LPMAK), yang mana membiayai aku dari Tingkat Sekolah
Dasar (SD) sampai dengan Tingkat Perguruan Tinggi ini. Penulis
mengakui bahwa LPMAK adalah bagian dari Orangtuaku yang
memperhatikan selama menunjang pendidikan, dan penulis berharap
Lembaga membantu penulis untuk melanjutkan Pendidikan yang lebih
Tinggi lagi.
Kupersembahkan tulisan ini, untuk ayahku tercinta, dan ibuku yang
meskipun kau sudah tiada di dunia ini, dan aku tidak bisa
membahagiakanmu, tapi satu hal yang membuatku bangga karena engkau
melahirkanku untuk membahagiakan mereka yang membutuhkan
pertolongan dariku, dan aku berjanji bahwa akan memperjuangkan nasib
penderitaan mereka. Untuk itulah aku ada dunia pendidikan, syalom
mamaku tercinta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
ANALISIS KINERJA DINAS PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN
PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR
DI DAERAH PEDALAMAN KABUPATEN MIMIKA
PROVINSI PAPUA TAHUN 2012
AMINUS DOLAME
081324046
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2014
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja kebijakan dinas
pendidikan dalam meningkatkan profesionalisme guru sekolah dasar di daerah
pedalaman kabupaten Mimika Provinsi Papua tahun 2012.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif eksploratif. Pengambilan sampel dengan teknik purposive dan snowball.
Dalam pengambilan data penulis menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Analisis data dengan menggunakan model Miles dan Huberman
yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Temuan masalah terkait kebijakan dinas pendidikan dalam meningkatkan
profesionalisme guru sekolah dasar di daerah pedalaman menunjukkan bahwa
terjadi kemunduran diantaranya: kualitas mengajar guru menurun, hati untuk
mengabdi tidak terdapat pada diri guru, landasan kependidikan guru terbatas, dan
tanggungjawab guru tidak terpenuhi. Masalah tersebut di atas disebabkan oleh
beberapa hal diantaranya: (1) pemerintah daerah (P & K) kabupaten Mimika tidak
efektif memberdayakan guru; (2) pemerintah daerah (P & K ) tidak pernah
melakukan evaluasi terkait hasil pencapaian guru di daerah pedalaman; (3)
pemerintah daerah (P & K) tidak pernah mengunjungi sekolah-sekolah di daerah
pedalaman secara teratur; (4) pemerintah daerah (P & K) tidak menetapkan tujuan
dan strategi yang efektif untuk pendidikan sekolah dasar di daerah pedalaman; (5)
pemerintah daerah ( P & K) tidak memberikan pengawasan kepada guru-guru
yang ditugaskan di daerah pedalaman sehingga guru bertindak semaunya saja
dengan mengajar atau tidak mengajar menjadi hak atau keputusan di tangan guru;
(6) lemahnya kerjasama antar Dinas Pendidikan (P & K) dan Lembaga
Pengembangan Masayarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) sebagai
pengendali mutu pendidikan dan pusat pembangunan sumberdaya manusia tujuh
suku asal kabupaten Mimika, (7) Dinas Pendidikan (P & K) tidak bersinergi
dengan Lembaga, Donatur, dan Relawan yang peduli akan pembangunan
pendidikan daerah pedalaman kabupaten Mimika sehingga terjadi penghambatan
proses pendidikan daerah pedalaman tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
AN ANALYSIS OF THE EDUCATION BOARD’S PERFORMANCE IN
ENHANCING THE ELEMENTARY SCHOOL TEACHERS’
PROFFESIONALISM IN THE HINTERLAND OF MIMIKA REGENCY –
PAPUAN PROVINCE IN 2012
Aminus Dolame
081324046
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2014
The study is intended to analyze the policy performance of the education
board in enhancing the elementary school teachers’ professionalism of in Mimika
regency, Papua province in 2012.
The study is a qualitative research using descriptive-explorative approach.
The sampling was done by the purposive and the snowball technique. In
collecting the data, the researcher used observation, interview and documentation
as the techniques. The data analysis was done by using Miles and Huberman
model, which was data collection, data reduction, data presentation, and
conclusion drawing.
In finding the problems related to the education board’s policy in
enhancing the elementary school teachers’ professionalism in the hinterland
showed that there were some regressions, such as: the degradation of teachers’
teaching quality, the absence of teachers’ dedication, the limitation of teachers’
educational foundation, and the insatiable of teachers’ responsibility. The
aforementioned problems were caused by some reasons, such as: (1) the local
government (Education and Culture Board) of Mimika was not effective in
empowering the teachers; (2) the local government (Education and Culture Board)
never did evaluations about teachers’ achievement in the hinterlands; (3) the local
government (Education and Culture Board) never visited regularly the schools in
the hinterlands; (5) the local government (Education and Culture Board) did not
do supervision to the teachers assigned in the hinterlands so that teachers did
things as they wanted; to teach or not to teach depended on the teachers; (6) the
lack of cooperation between the education authority (Education and Culture
Board) and the community development agency of Amungme and Kamoro that
controlled the education quality and the of human resource development of the
seven in Mimika; and (7) the education authority did not synergized with the
department, benefactor, and volunteers that cared about the educationial
development of the hinterland, and this hampered the educational process in
Mimika hinterland.
Keywords: enhancement, teachers’ professionalism
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Dinas Pendidikan Dalam
Meningkatkan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Di Daerah Pedalaman Kabupaten
Mimika Provinsi Papua Tahun 2012.”
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana pendidikan pada fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, program
studi pendidikan ekonomi, Universitas Sanata Dharma.
Banyak pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, perhatian dan kasih
sayang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa ucapan terima kasih dan
penghormatan dari hati penulis kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku ketua jurusan pendidikan ilmu
sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Kaprodi pendidikan ekonomi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S., selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan kritik dan saran yang
membangun mulai dari perencanaan sampai skripsi selesai. Penulis, juga
ucapan terima kasih sebesarnya kepada beliau dalam didikan, dan ilmunya
selama permulaan kuliah sampai terakhir penulisan skripsi ini beliau selalu
ada untuk memberikan ilmunya kepada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
5. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang
telah membimbing dalam penulisan skripsi ini sampai selesai. Penulis juga
berterima kasih karena ilmu-ilmunya yang membuat penulis sangar berguna
bagi daerah dan masyarakat Papua pada umumnya dan lebih khususnya
masyarakat kabupaten Mimika.
6. Ibu Titin seleku pengelola administrasi prodi pendidikan Ekonomi
ketabahannya dalam membantu penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan cepat .
7. Seluruh dosen yang telah membantu penulis selama kuliah maupun dalam
mengerjakan skripsi.
8. Sahabat Penulis Penegi Dolame, SE, yang telah membantu dan mendukung
penulis mengirim informasi lewat telpon dari Papua terkait informasi terbaru
yang sedang terjadi dan sangat membantu penulis selama penulisan skripsi
9. Kakak Yopie Pelamonia dan Kakak Helen, selaku pemimpin jemaat Tuhan
dan kepemimpinannya dapat mempengaruhi kehidupan penulis.
10. Suadara-saudariku Chosen Generation ( Nugroho, Hans, Dewi, Debby, Yana,
Yandi, Mauri, dan Yessy), kebersamaanya dapat mempengaruhi kehidupan
Penulis salah satunya dalam penulisan skripsi ini.
11. Saudara-saudaraku seiman satu kontrakan ( Obeth, Yandi, Ardian, Isto,
Dhyon, Philips, dan Otin) dukunganya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
12. Teman-teman PE 2008 semuanya tetap semangat menatap masa depan yang
cerah dimana pun kalian berada dan menjadi yang terbaik dan lakukan yang
terbaik.
Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga kasih, damai sejahtera
Tuhanku Yesus Kristus selalu menyertai setiap saat dan setiap kalian.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan
sehingga perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan adanya kritik serta saran yang membangun sehingga
nantinya penulis dapat memperbaikinya.
Akhir kata, penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca ataupun pihak-pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 28 Februari 2014
Aminus Dolame
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ........................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................. ix
ABSTRACT ........................................................................................... x
KATA PENGANTAR ........................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................. …… xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Batasan Masalah ............................................................... 5
C. Rumusan Masalah ............................................................ 6
D. Tujuan Penelitian ............................................................. 6
E. Pengertian Variabel dan Definisi Operasional .................. 6
F. Pentingnya Penelitian ........................................................ 7
G. Manfaat Penelitian ............................................................ 7
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................... 10
A. Tinjauan Tentang Pemberdayaan Guru Sekolah Dasar .... 10
B. Pemberdayaan Guru .......................................................... 10
C. Penilaian Kinerja Guru ..................................................... 12
D. Guru Sebagai Paripurna…… ............................................ 14
E. Peningkatan Kemampuan Profesional Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Sekolah Dasar ................................................................... 15
F. Pembinaan Moral Kerja Guru Sekolah ............................ 16
G. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah .................. 16
H. Sarana untuk Menetapkan Guru ....................................... 17
I. Alat Seleksi Penerima Guru ............................................... 18
J. Sarana untuk Pembinaan Guru .......................................... 18
K. Sarana untuk Pemberdayaan Guru ................................... 19
L. Meningkatkan Kompetensi Guru ..................................... 20
1. Kompetensi Pedagogik Guru ........................................ 20
2. Kompetensi Profesional Guru ....................................... 23
3. Pengertian Kompetensi Kepribadian ........................... 35
4. Kompetensi Sosial Guru ............................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... 45
A. Jenis Penelitian ................................................................. 45
B. Lokasi Penelitian .............................................................. 46
C. Subjek dan Objek Penelitian ............................................ 49
D. Variabel Penelitian ........................................................... 51
E. Sumber Data ...................................................................... 52
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 56
1. Observasi ...................................................................... 56
2. Wawancara .................................................................... 57
3. Dokumentasi ................................................................. 59
G. Teknik Analisis Data ........................................................ 60
1. Pengumpulan Data ....................................................... 61
2. Reduksi Data ................................................................. 62
3. Penyajian Data .............................................................. 62
4. Penarikan Kesimpulan .................................................. 63
H. Keabsahan Data ............................................................... 64
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN .................. 67
A. Latar Belakang Sejarah Sekolah Dasar di Daerah
Pedalaman ......................................................................... 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
1. Sejarah Sekolah Dasar di SD Inpres Jila ..................... 67
2. Pada Tahun 1980 Pemerintah Masuk ke Daerah Jila ... 68
3. Pada Tahun 1984 – 1985 Bangun Gedung
Sekolah Dasar ............................................................... 68
4. Latar Belakang Perjalanan Pendidikan
Suku Amungme…………… ........................................ 70
5. Pendidikan untuk Suku Amungme di Daerah
Pedalaman Timika…... ................................................. 72
6. Pendidikan untuk Anak Muda Amungme
di daerah Pedalaman Timika ........................................ 72
7. Profil Guru di Daerah Pedalaman Timika .................... 73
8. Letak Geografis ............................................................. 75
9. Tempat Penelitian ......................................................... 76
10. Keadaan Murid Sekolah Dasar SD Inpres Jila ............. 77
11. Keadaan Guru SD Inpres Jila ....................................... 79
12. Keadaan Fasilitas SD Inpres Jila ................................. 80
13. Gedung Sekolah Dasar Inpres Jila .............................. 81
14. Perabot Sekolah Dasar Inpres Jila ............................... 81
15. Rumah Guru ................................................................. 82
16. SD Inpres di Distrik Hoeya .......................................... 84
17. SD di Daerah Pedalaman Timika ................................. 86
B. Daftar Sekolah Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin ..... 88
C. Guru Mata Pelajaran ......................................................... 95
D. Rencana Program dan Renstra Dinas Pendidikan
Kabupaten Mimika ........................................................... 102
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................. 108
A. Hasil Penelitian ................................................................ 108
1. Profil Guru Sekolah Dasar ............................................ 113
a. Kompetensi Pedagogik Guru ................................... 117
b. Kompetensi Profesional Guru .................................. 118
c. Kompetensi Sosial Guru ........................................... 121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
d. Kompetensi Kepribadian Guru ................................ 125
2. Tingkat Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Daerah
Pedalaman Timika Papua .............................................. 126
3. Sekolah Dasar Inpres Jila .............................................. 128
4. Siswa Sekolah Dasar di Distrik Jila .............................. 128
5. Keadaan Siswa SD Inpres Jila ...................................... 129
6. Guru Sekolah Dasar Inpres Jila .................................... 130
7. Pemberdayaan Guru Sekolah Dasar Inpres Jila ............ 135
8. Sekolah Dasar Inpres Hoeya ......................................... 136
9. Semuanya Berbohong ................................................... 138
10. Kendala Transportasi ................................................... 138
11. Tuntutan Masyarakat Hoeya ........................................ 140
12. SD Inpres Bela Alama ................................................. 141
13. Sekolah Dasar di Tembagupura ................................... 142
14. SD Inpres Banti Distrik Tembagapura ......................... 142
15. Pengaruh Lingkungan Sekolah .................................... 143
16. Budaya Mendulang Emas ............................................ 143
17. Kehidupan Masyarakat Kampung Banti ..................... 144
18. SD Inpres Tsinga dan SD Inpres Aroanop ................... 146
19. Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan
Kamoro ........................................................................ 148
20. Dana APBD untuk Sekolah Dasar ............................... 150
B. Pembahasan ...................................................................... 152
BAB VI PENUTUP ............................................................................... 168
A. Kesimpulan ....................................................................... 168
B. Saran ................................................................................. 174
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1.1 Nama dan Alamat Sekolah di Distrik Jila
Tabel IV.1.2 Data Murid SD Inpres Jila Menurut Kelas dan Jenis Kelamin
Tabel IV.1.3 Data Murid SD Inpres Jila Menurut Agama
Tabel IV.1.4 Daftar Normatif Guru-Guru SD Inpres Jila Tahun 2012/2013
Tabel IV.1.5 Perabot Sekolah di SD Inpres Jila
Tabel IV.1.6 Daftar Sekolah Dasar di Distrik Jila
Tabel IV.1.7 Daftar Sekolah Dasar di Distrik Tembagapura
Tabel IV.2.1 Alamat Sekolah di Distrik Jila
Tabel IV.2.2 Kelas Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel IV.2.3 Alamat Sekolah di Distrik Tembagapura
Tabel IV.2.4 Kelas Berdasarkan Jenis Kelamin Distrik Tembagura
Tabel IV.3.1 Tingka Pendidikan dan Masa Kerja SD Jagamin
Tabel IV.3.2 Masa Kerja Guru di Sekolah Dasar Jagamin
Tabel IV.3.3 Guru Mata Pelajaran di SD Jagamin
Tabel IV.3.4 Masa Kerja Guru Sekolah Dasar Inpres Aroanop
Tabel IV.3.5 Guru Mata Pelajaran SD Inpres Aroanop
Tabel IV.3.6 Guru Mata Pelajaran SD Inpres Banti
Tabel IV.3.7 Data Guru SD Inpres Jila
Tabel IV.3.8 Data Guru Mata Pelajaran SD Inpres Jila
Tabel IV.3.9 Nama Guru Kelas SD Inpres Alama
Tabel IV.3.10 Daftar Guru Mata Pelajaran
Tabel IV.4.1 Pendidikan Anak Usia Dini
Tabel IV.4.2 Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
Tabel IV.4.3 Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru adalah seseorang figur yang mulia dan dimuliakan banyak orang.
Kehadiran guru di tengah-tengah kehidupan manusia sangat penting, tanpa ada
guru atau seseorang yang dapat ditiru, diteladani oleh manusia untuk belajar
dan berkembang, manusia tidak akan memiliki budaya, norma, agama. Sulit
dibayangkan jika di tengah kehidupan manusia tidak ada seseorang guru,
bekal tidak ada peradaban yang dapat dicatat.
Guru merupakan orang pertama yang mencerdaskan manusia, orang
yang memberi bekal pengetahuan, pengalaman, dan menanamkan nilai-nilai,
budaya, dan agama terhadap anak didik. Dalam proses pendidikan guru
memegang peran penting setelah orang tua dan keluarga di rumah. Di
lemabaga pendidikan guru menjadi orang pertama yang bertugas
membimbing, mengajar, dan melatih anak didik mencapai kedewasaan. Untuk
memenuhi perkembangan tersebut membutuhkan profesionalitas guru dalam
menjalankan tugas sebagai guru pengajar dan guru pendidik.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen Pasal 1: “Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
melalui jalur pendidikan formal, dasar dan menengah. Tentang kedudukan
guru dan dosen pasal 2 ayat (1): “Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai
dengan peraturan. perundang-undangan, di ayat (2) mengatakan bahwa
pengakuan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik.
Prinsip profesionalitas Pasal 7 ayat (1), profesi guru dan profesi dosen
merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip
sebagai berikut: memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia; memiliki kualifikasi akademik dan latar
belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; memiliki kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas; memiliki tanggung jawab atas
pelaksanaan tugas keprofesionalan; memperoleh penghasilan yang ditentukan
sesuai dengan prestasi kerja; memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara keberlanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun
2007 tentang Standar Kompetensi Akademik guru dan Kompetensi Guru
dijelaskan bahwa: "Kualifikasi akademik guru SD/MI,SMP/MTs, dan
SMA/MA minimum diploma empat (D - 4) atau sarjana ( S - 1 )". (BSNP,
2007c: 6). Dalam PMPN ini juga disebutkan "Guru harus menguasai empat
kompetensi utama, yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Keempat kompentensi ini terintegrasi dalam kinerja guru".(BSNP, 2007c. 8).
Dari hasil sosialisasi pendidikan di daerah pedalaman kabupaten Mimika
Papua tentang profesionalitas guru terdapat beberapa kesenjangan yang sangat
memprihatinkan, diantaranya adalah kurangnya menguasai landasan
kependidikan, kurangnya kepekaan terhadap ilmu yang diajarkan, kurangnya
mengenal dan menjiwai siswa, kurangnya teori motivasi belajar siswa, dan
kurangnya pendekatan melalui kultural, tidak melaksanakan tugasnya di
tempat tugas dan banyak hal lagi yang tidak disebutkan di sini yang dilakukan
oleh guru-guru di daerah pedalaman.
Unruk melihat lebih jelas tentang landasan kependidikan dan
keprofesionalan guru, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada
pasal 28, ayat (3) yang dimaksud dengan kompetensi profesional ialah
"kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam Standar Nasional pendidikan" pendidikan di pedalaman
Papua, kualitas pendidikan dari tingkat dasar dan pendidikan tingkat
menengah pertama masih harus dibenahi karena sesuai dengan undang-undang
yang dituntut penerapanya tidak sesuai. Faktor yang mempengaruhi terhadap
peningkatan kualitas pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah
pertama (SMP), keduanya ternyata kurangnya profesionalisme guru.
Kualitas pendidikan belum seperti yang diharapkan. Menurut
Sukmadinata (2006:203), "Selain masih kurangnya sarana dan fasilitas belajar
adalah faktor guru. Pertama, guru belum bekerja dengan sungguh-sungguh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Kedua, kemampuan profesional guru masih kurang". Menurut Sanusi
(2007:17), "Guru belum dapat diandalkan dalam berbagai aspek kinerjanya
yang standar, karena ia belum memiliki keahlian dalam isi dari bidang studi,
pedagogik, didaktik, dan metodik, keahlian pribadi dan sosial, khususnya
berdisiplin dan bermotivasi, kerja tim antara sesama guru, dan tenaga
kependidikan lain".
Berdasarkan data Dirjen PMPTK bahwa, "hingga 2007 tercatat baru
16,57 persen guru SD berkualifikasi S - 1 dan guru SMP sebanyak 61,31
persen. Di jenjang pendidikan menengah, guru SMA yang berkualifikasi
akademik S - 1) sebanyak 83,34 persen dan SMK sebesar 77, 53 persen".
(Kompas, 11 April 2009). Sesuai data dari Sekretaris BNSP, secara rasional
jumlah guru SD tidak layak mengajar mencapai 609.217 orang atau sekitar
49,9 persen dari seluruh tenaga pendidik di Indonesia". (KOMPAS, 1 April
2009). Sehingga peran seorang guru profesional itu mengenalkan siswa
tentang pintu dunia menuju keberhasilan serta menjawab persoalan yang ada
di dunia pendidikan dan profesionalistas guru akan menciptakan kualitas
peserta didik yang berkualitas dan siap dipakai dalam dunia pendidikan
maupun di dunia bisnis. Dalam hal ini penelitiakan berfokus pada masalah-
masalah yang dihadapi oleh masyarakat pedalaman kabupaten Mimika dengan
berdasarkan hasil sosialisasi pendidikan oleh penulis pada tanggal 14 Juli
2011- 3 Agustus 2011. Berdasarkan penjelasan di atas peneliti akan meneliti
dengan judul penelitian " Analisis Kinerja Dinas Pendidikan Dalam Meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Profesionalisme Guru Sekolah Dasar di Daerah Pedalaman Kabupaten Mimika
Provinsi Papua Tahun 2012.”
B. Batasan Masalah
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru di pedalaman
kabupaten Mimika. Faktor-faktor tersebut adalah kebijakan dinas pendidikan,
terkait peningkatan pemberdayaan guru dalam peningkatan kompetensi guru
diantaranya adalah kompetensi pedagogik guru, kompetensi professional guru,
kompetensi sosial guru, dan kompetensi kepribadian guru, serta fasilitas
sekolah, dukungan masyarakat, dukungan pemerintah, pengaruh geografis,
pengaruh lingkungan dan pengaruh transportasi. Tetapi peneliti hanya
menganalisis bagimana pemerintah memperdayakan guru sekolah dasar di
daerah pedalaman dalam tingkat kompetensi untuk menerangi kabutnya
penerapan pendidikan. Peneliti akan meneliti satu variabel saja yaitu tentang
kebijakan dinas terhadap pemberdayaan guru di daerah pedalaman Timika,
dan peneliti akan menyinggung beberapa kompetensi yang harus dimiliki
guru. Tidak ada pembatasan masalah tentang pembentukan profesionalisme
guru sekolah dasar di daerah pedalaman kabupaten Mimika, dan peneliti akan
meneliti dengan pendekatan kultural apabila perlu dilakukan dan
mengeksplorasi hasil-hasil temuanya dengan pendekatan deskriptif kualitatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengambil
rumusan masalah sebagai berikut. Bagimana Pemberdayaan Guru Sekolah
Dasar di Daerah Pedalaman Kabupaten Mimika Papua?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian merupakan hal pokok yang harus ada dan harus
ditetapkan terlebih dahulu, sebelum peneliti melakukan kegiatan penelitian.
Penelitian adalah suatu kegiatan tertentu yang terdiri dari beberapa tahap yang
saling berhubungan satu sama lainnya, dalam memecahkan masalah yang
sedang diteliti. Dalam penelitian yang peneliti lakukan dapat menjelaskan
masalah-masalah yang terjadi di Daerah Pedalaman Kabupaten Mimikia
terkait pemberdayaan guru. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut: Untuk menjelaskan bagimana Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan memperdayaakan guru sekolah dasar di daerah pedalaman
Kabupaten Mimika Provinsi Papua.
E. Pengertian Variabel dan Definisi Operasional
Pengertian pemberdayaan guru adalah upaya yang dilakukan oleh
pemerintah daerah dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Mimika
untuk meningkatkan kualitas guru sekolah dasar di daerah pedalaman Timika.
Indikatornya adalah frekuensi pelatihan, penataran, bimbingan teknis, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
penyuluan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan pakar pendidikan
kepada para guru.
F. Pentingnya Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk
meningkatkan semangat baru untuk Dinas Pendididikan dan Kebudayaan
Timika dalam memperdayakan guru-guru sekolah dasar di daerah pedalaman
Timika Papua dengan semaksimal mungkin. Untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di daerah pedalaman Timika secara khususnya, sedangkan pada
umumnya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru-guru sekolah
dasar di daerah pedalaman Timika untuk meningkatkan profesionalismenya
dalam mendidik, membimbing dan mengajar sehingga wajah pendidikan di
daerah pedalaman Papua terlihat jelas.
G. Manfaat Penelitian
Dalam kegiatan apapun yang dilakukan oleh seseorang selalu ada
manfaatnya, sama pula dengan peneliti akan melakukan penelitian ini terkait
kebijakan Dinas mempemberdayakan guru sekolah dasar di daerah pedalaman
Timika. Hasil temuanya dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak
yang membutuhkan yaitu diantaranya:
1. Bagi Penulis
Dalam kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan peneliti dibidang penelitian. Dan mampu memecahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
masalah-masalah yang sedang diselidiki objek penelitian yaitu analisis
guru sekolah dasar di daerah pedalaman Timika dan hasil temuanya dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak yang peduli akan pendidikan
dalam hal ini tentang kondisi pendidikan di seluruh pedalaman provinsi
Papua. Dengan latar belakang ini peneliti memohon agar dapat membantu
dalam hal kegiatan penelitian sehingga dapat memberi informasi kepada
anda yang membutuhkanya.
2. Bagi Fakultas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan dan
perbandingan bagi mereka yang nantinya melaksanakan penelitian di
Papua dan semoga hasil penelitian ini bisa membantu mereka dalam
penelitian selanjutnya.
3. Bagi Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika
Papua
Sebagai bahan masukan dalam membuat keputusan-keputusan
tentang penempatan guru, pemberdayaan guru, pengawasan guru, dan
pengontrolan dalam hal profesionalismenya. Karena pemerintah daerah
fakum maka proses pendidikan tidak berjalan baik, sehingga kualitas
pendidikan tidak seimbang antara sekolah-sekolah di kota dan sekolah-
sekolah di daerah pedalaman Timika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
4. Bagi Mahasiswa
Penelitian merupakan kegiatan usaha yang menyenangkan dan
membutuhkan waktu yang lama. Penelitian ini sangat bermanfaat bagi
mahasiswa yang semangat dalam rangka meraih cita-citanya. Maka,
peneliti yang berkompeten dalam bidang penelitianya pasti memberikan
informasi dan data yang valid. Maka jadilah, peneliti yang professional
serta jadilah peneliti yang memecahkan masalah secara professional pula.
5. Bagi Donatur
Dapat mendorong untuk terus memberikan sumbangan bagi
mahasiswa yang membutuhkan bantuan dan uluran tangan, melalui kerja
sama pemerintah daerah maupun Lembaga Pengembangan Masyarakat
Amungme dan Kamoro (LPMAK), kabupaten Mimika untuk dapat
memberi sumbangan dalam hal pembiayaan. Karena adanya bantuan
Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK),
anak-anak muda asal kabupaten Mimika bisa sampai pada tingkat
pendidikan yang lebih tinggi dan salah satunya adalah peneliti, maka yang
perlu perhatikan oleh Lembaga adalah tingkat kompetensi yang dimiliki
oleh mereka. Dalam hal ini lebih khususnya peneliti sendiri karena
penelitian yang peneliti lakukan adalah bagian dari suatu tindakan yang
nyata dan sifatnya membantu, karena peneliti mengangkat tentang
kebijakan Dinas Pendidikan dalam memperdayakan guru sekolah dasar di
daerah pedalaman Timika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Pemberdayaan Guru Sekolah Dasar
Sepanjang sejarah perkembangannya, rumusan pembedayaan tenaga
pengajar (guru) ternyata variasi, tergantung pada cara mempersepsikan dan
memandang apa yang menjadi peran dan tugas pokoknya. Dalam penelitian ini
tugas pokok utama yang dibahas adalah tentang tindakan guru, prilaku guru,
dan bagimana syarat menjadi guru pengajar yang professional atau menjadi
guru pendidik yang professional serta bagimana syarat memperdayakan guru.
Untuk menjadi guru yang professional atau ahli dalam bidang pendidik dan
pengajar perlu dipahami secara seksama bahwa perlu adanya memperdayakan
guru secara kontinyu oleh pemerintah daerah dan orang akhli yang sudah ahli
di bidang pendidikan.
B. Pemberdayaan Guru
Bila peneliti ingin mengangkat masalah pemberdayaan guru pada
dasarnya peneliti ingin mengajukan potret guru. Potret guru ini tentunya tidak
akan tampak baik apabila peneliti gunakan objek guru masa kini dan masa
lampau di daerah pedalaman kabupaten Mimika Papua. Oleh karena itu untuk
menyajikan pemberdayaan guru ini peneliti mencoba bagimana kebijakan
Dinas dalam memperdayakan guru dengan sebenarnya, dan untuk itu
diperlukan pengamatan dan kreaktivitas peneliti untuk mewujudkan gambaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
itu. Keutuhan gambaran guru dapat dikonstruksi dari ciri dasarnya. Minimal
pemberdayaan guru memuat tiga komponen dasar, yakni (1) memperdayakan
guru dalam tingkat kompotensi (2) memperdayakan guru dalam segala aspek
kebutuhan sehari-hari.
Guru sekolah dasar di daerah pedalaman kabupaten Mimika, terlihat
kurang efektif dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru pengajar.
Kadang muncul pertanyaan oleh orang tua siswa tentang keberadaan guru yang
statusnya kurang jelas, karena guru-guru yang ditugaskan di daerah pedalaman
tidak melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati. Guru yang ditugaskan di
daerah pedalaman sebagian besar adalah mereka yang sudah berkeluarga tetapi
menjadi masalah dan pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap guru yang
bertugas di daerah-daerah pedalaan adalah bagimana meninggalkan
keluarganya di tempat lain dan hanya seorang diri di tempat tugas, apakah
masalah itu tidak mengganggu konsentrasi mengajar guru. Menjadi seorang
guru bukan lagi suatu tugas yang dibebankan kepadanya tetapi suatu pilihan
yang harus dipilih oleh setiap guru. Guru-guru yang sudah dimiliki oleh setiap
sekolah berdasarkan pilihan, maka guru-guru tersebut pasti memiliki hati yang
mengajar, hati yang mendidik, hati yang memotivasi, dan hati yang
mengarahkan, dan sebaliknya bukan guru-guru pilihan dan hanya berdasarkan
kebutuhan yang mendesak, maka menjadi masalah karena guru tidak
menjalankan tugas dengan dorangan hati dan tugas ini sebagai suatu beban.
Sebagai suatu tugas maka tidak ada belas kasih untuk mengajar,
mendidik, memotivasi, akhirnya tidak memanusiakan manusia dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
keterbelakangan dan ketidaktahuanya tersebut. Maka seorang guru mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mampu mempelajari karakter dan
sifat-sifat orang-orang yang ada di sekitarnnya dengan adanya pendekatan
antoropologis atau pendekatan kultural dengan demikian akan menjawab
pendidikan di daerah-daerah pedalaman ini.
C. Penilaian Kinerja Guru
Untuk melakukan penilaian guru adalah Dinas Pendidikan dan
kebudayaan terkait, tujuan penilaian adalah untuk mewujudkan guru yang
professional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas
layanan yang diberikan oleh para anggotanya. Dalam Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16
Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya
dikemukakan bahwa “ penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru
dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya”. Dalam hal ini,
penilaian kinerja guru bertujuan untuk menemukan secara tepat tentang
kegiatan guru dalam kelas, dan membantu mereka untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya yang akan memberikan kontribusi secara
langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan, sekaligus
membantu pengembangan karier guru sebagai tenaga professional.
Dalam bukanya Isoni (2008: 21-23) menjelaskan profil guru yang ideal
adalah sosok yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan jiwa, panggilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
hati nurani, bukan karena tuntutan uang belaka, yang membatasi tugas dan
tanggung jawabnya sebatas dinding sekolah. Tapi, jangan hanya menuntut
pengabdian guru, kesejahteraannya juga patut ditingkatkan. Guru yang ideal
selalu ingin bersama anak-anak didik di dalam maupun di luar sekolah. Bila
melihat anak didiknya menunjukkan sikap seperti sedih, murung, suka
berkelahi, malas belajar, jarang turan ke sekolah, sakit, dan sebagainya, guru
merasa prihatin dan tidak jarang pada waktu tertentu guru harus menghabiskan
waktunya untuk memikirkan bagimana perkembangan pribadi anak didiknya.
Kemuliaan hati seorang guru tercermin dalam kehidupan sehari-hari,
bukan hanya sekedar simbol atau semboyan yang terpampang di kantor dewan
guru. Iri hati, koruptor, munafik, suka menggunjing, suap menyuap, malas dan
sebagainya, bukanlah cermin kemuliaan hati seorang guru. Semua itu adalah
perbuatan tercela yang harus disingkirkan dari jiwa guru professional. Dengan
kemuliaannya, guru rela mengabdikan diri di desa terpencil sekalipun.
Dengan segala kekurangan ada guru berusaha membimbing dan
membina anak didik agar menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan
bangsanya di kemudian hari. Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh,
panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh
karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang
mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui, serta
memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan
berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru harus bertanggung jawab
terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam
kehidupan bermasyarakat.
D. Guru Sebagai Paripurna
Guru sebagai teladan, harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan
profil idola. Seluruh kehidupannya adalah figure yang paripurna. Itulah kesan
terhadap guru sebagai sosok yang ideal. Sedikit saja guru berbuat tidak atau
kurang baik, akan mengurangi kewibawaannya dan kharisma pun secara
berlahan lebur dari jati diri. Karena itu, kepribadian adalah masalah yang
sangat sensitive sekali. Penyatuan kata dan perbuatan dituntut dari guru, bukan
lain perkataan dengan perbuatan, ibarat kata pepatah, "pepat di luar ranting di
dalam". Sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru perlu
juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat, melalui
kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan, dan
kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulanya
akan menjadi baku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
E. Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar
Dalam bukunya Ibrahim Bafadal (2009, 42-43) menjelaskan bagimana
pentingnya peningkatan kemampuan professional guru sekolah dasar dapat
ditinjau dari beberapa sudut pandang. Pertama, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pendidikan. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, berbagai metode dan media baru
dalam pembelajaran telah berhasil dikembangkan. Maka, sangat penting kalau
setiap guru harus menguasai target yang akan dicapai dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu mengembangkan
pembelajaran yang dapat membawa anak didik menjadi lulusan yang
berkualitas tinggi. Kedua, kepuasaan dan moral kerja.
Peningkatan kemampuan professional guru merupakan hak setiap guru.
Artinya, setiap guru pegawai berhak mendapat pembinaan secara kontinu,
apakah dalam bentuk supervisi, studi banding, tugas belajar, maupun dalam
bentuk lainnya. Demikian pula, guru sekolah dasar berhak mendapatkan
pembinaan. Guru sekolah dasar dari swasta berhak mendapatkan pembinaan
professional dari yayasan, sedangkan guru sekolah dasar negeri berhak
mendapatkan pembinaan professional dari departemen atau dinas yang
berwenang. Oleh karena itu, bilamana pembinaan professional dirancang dan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, guru sekolah tidak hanya semakin
mampu dan trampil dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya,
melainkan juga semakin puas, memiliki moral atau semangat kerja yang tinggi,
dan berisiplin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
F. Pembinaan Moral Kerja Guru Sekolah
Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah dapat dilaksanakan
dengan baik di sekolah dasar bila mana didukung oleh keberadaan guru yang
produktif dengan melakukan berbagai pengembangan sesuai dengan kebutuhan
sekolahnya masing-masing. Moral kerja yang tinggi akan mempertinggi
produktivitas kerja. Ini berarti bahwa seorang guru yang memiliki moral kerja
yang tinggi akan produktif, yaitu menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari
hasil kerjanya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
G. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas individu atau
kelompok dalam usaha menuju pencapaian tujuan. Kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan pada setiap harinya memiliki tugas pokok
mempengaruhi, mendorong, mengajak guru-guru dan staf lainnya agar mereka
bersedia berbuat sesuatu yang dapat menyokong pencapaian tujuan sekolah
sebagai suatu institusi. Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah selaku
pemimpin pendidikan ada yang berkenan dengan tujuan sekolah yang hendak
dicapai. Misalnya, mendeskripsikan tujuan institusional sekolah sehingga
mudah dipahami oleh guru maupun staf lainnya dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang telah direncanakan, mendorong dan mengawasi pelaksanaan
tugas-tugas yang telah didelegasikannya.
Di samping itu, ada pula tugas dan tanggung jawab kepala sekolah yang
menumbuhkan moral kerja guru-guru maupun staf lainnya. Bentuk operasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dari pelaksanaan tugas dan tanggung jawab berakhir ini, misalnya;
a. berusaha memahami karakteristik setiap guru dan staf lainnya berupa
perasaannya, keinginan, pola beipikir, sikap;
b. menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan, baik kondisi fisik maupun
sosialnya sehingga mereka betah di sekolah;
c. memupuk rasa kerja sama yang baik antara kepala sekolah dengan guru,
guru dengan guru, maupun dengan staf lainnya, sehingga tercipta suatu
kelompok kerja yang produktif dan kohesif;
d. memupuk rasa ikut memiliki (sense of belonging), rasa adanya peranan
yang cukup penting (sense ofimportence), dan rasa sebagai orang yang
berhasil (sense of achievement), pada setiap diri guru maupun staf lainnya.
H. Sarana Untuk Menetapkan Guru
Mulyasa (2013: 57) Menjelaskan bahwa Uji kompetensi guru yang
dilakukan secara professional dan berkeseinambungan akan menghasilkan
gambaran tentang kondisi guru, terutama berkaitan dengan kompetensi dan
kinerjanya. Hasil uji kompetensi dapat digunakan sebagai sarana untuk
memetahkan kondisi guru yang berada di seluruh wilayah Negara kesatuan
republik Indonesia yang terbesar di berbagai pulau dari Sambaing sampai
Merauke. Adanya standar kompetensi yang jelas dapat mendorong para guru
untuk meningkatkan kinerjanya sesuai dengan tuntutan masyarakat serta
perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
I. Alat Seleksi Penerimaan Guru
Pada saat ini telah banyak calon guru lulusan dari lembaga pendidikan,
baik negeri maupun swasta yang antre menunggu pengangkatan. Banyaknya
lulusan calon guru mengakibatkan perlunya seleksi untuk memilih guru sesuai
dengan kebutuhan. Untuk kepentingan tersebut, perlu ditetapkan criteria secara
umum berkaitan dengan kompetensi-kompetensi dasar yang perlu dipenuhi
sebagai syarat menjadi guru. Kriteria calon guru mupakan pedoman penting
bagi para administrator; dan pemerintah dalam memilih dan menentukan mana
guru yang diperlukan untuk sekolah tertentu. Kriteria ini akan mendorong para
calon guru untuk meningkatkan kualitas dan kompetensinya dengan hasil di
atas standar. Jika, uji kompetensi ini digunakan secara professional dalam
penerimaan guru baru, akan sangat membantu peningkatan kualitas pendidikan
akan terjaring guru-guru yang kompeten dan siap melaksanakan tugasnya
secara kreaktif, professional, dan menyenangkan.
J. Sarana untuk Pembinaan Guru
Untuk memperoleh guru yang baik dan ideal seperti yang diharapkan
para peserta didik, perlu ditetapkan jenis kompetensi yang perlu dipenuhi
sebagai syarat agar seseorang dapat diterima menjadi guru. Dengan adanya
syarat yang menjadi kriteria calon guru, maka akan terdapat pedoman bagi para
guru administrator dalam memilih, menyeleksi, dan menempatkan guru sesuai
dengan karakteristik dan kondisi, serta jenjang sekolah. Asumsi yang
mendasari kriteria ini adalah bahwa setiap calon guru yang memenuhi syarat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
diharapkan berhasil dalam mengemban tugas dan fungsinya, serta mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan demikian, pemilihan atau seleksi
guru tidak dilakukan berdasarkan atas suka atau tidak suka, atau karena alas an
yang bersifat subjektif, melainkan dilakukan secara objektif, dan berlaku secara
umum untuk semua calon guru.
K. Sarana Pemberdayaan Guru
Mulyasa (2013:61-62) Menjelaskan bahwa dalam uji kompetensi guru,
pemberdayaan dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat guru
dalam kesejahteraan, hak-haknya, dan memiliki posisi yang seimbang dengan
profesi lain yang lebih mapan kehidupannya. Melalui uji kompetensi dan
sertifikasi guru sebagai proses pemberdayaan, diharapkan adanya perbaikan
tata kehidupan yang lebih adil, demokratis, serta tegaknya kebenaran dan
keadilan di kalangan guru dan tenaga kependidikan. Dalam itu, diharapkan
guru dapat melaksanakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan, perkembangan
zaman, karakteristik lingkungan, dan tuntutan global.
Dalam dunia pendidikan, pemberdayaan merupakan cara yang sangat
praktis dan produktif untuk menapatkan hasil yang terbaik dari kepala sekolah
(manajer), para guru, dan pegawai. Proses yang ditempuh untuk mendapatkan
hasil terbaik dan produktif tersebut adalah dengan membagi tanggung jawab
secara proposional kepada para guru. Pada dasarnya pemberdayaan guru
melalui uji kompetensi dan sertifikasi guru terjadi melalui beberapa tahapan.;
pertama, guru mengembangkan sebuah kesadaran awal bahwa mereka dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
melakukan tindakan untuk meningkatkan kehidupannya dan memperoleh
seperangkat keterampilan agar mampu bekerja lebih baik. Melalui upaya
tersebut, pada tahap kedua, mereka akan mengalami pengurangan perasaan
ketidakmampuan dan mengalami peningkatan kepercayaan diri. Akhirnya,
seiring dengan tumbuhnya keterampilan dan kepercayaan diri, para guru
bekerja sama untuk berlatih lebih banyak mengambil keputusan dan memilih
sumber-sumber daya yang akan berdampak pada kesejahteraan.
L. Meningkatkan Kompetensi Guru
Setiap guru memiliki kompetensi sebagai dasar untuk mengembangkan
kemampuannya dalam mengajar atau mendidik pada peserta didik. Guru harus
memiliki kompetensi sebagai dasar yaitu kompetensi pedogogik guru,
kompetensi professional guru, kompetensi sosial guru, dan kompetensi
kepribadian guru. Maka, perlu dapat dijelaskan lagi tentang keempat
kompetensi tersebut.
1. Kompetensi Pedagogik Guru
Kompetensi pedagogik berasal dari bahasa Yunani yakni paedos
yang artinya anak laki-laki, dan agogos yang artinya mengantar,
membimbing. Jadi pedagogik secara harafiah membantu anak laki-laki
zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya
pergi ke sekolah (Uyoh Sadullah;www.Rezaervani.com.
http://groups.Yahoo.com/group/rezaervani) dalam bukunya Fachruddin
Saudagar, Ali Idrus (2011:32).Menurut Hoogeveld (Belanda), dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
bukunya Fachruddin Saudagar, Ali Idrus (2011: 31-32) adalah ilmu yang
mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu
supaya kelak ia mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya.
Langeveld (1980) membedakan istilah pedagogik dengan istilah pedagogi.
Pedagogik diartikannya sebagai ilmu pendidikan yang lebih menekankan
pada pemikiran dan perenungan tentang pendidikan. Sedangkan istilah
pedagogi artinya pendidikan yang lebih menekankan kepada praktek, yang
menyangkut kegiatan mendidik, membimbing anak. Pedagogik merupakan
suatu teori yang secara teliti, kritis dan objektif mengembangkan konsep-
konsepnya mengenai hakikat manusia, hakikat anak, hakikat tujuan
pendidikan serta hakikat proses pendidikan.
Secara umum istilah pedagogik (pedagogi) dapat beri makna
sebagai ilmu dan seni mengajar anak-anak. Sedangkan ilmu mengajar
untuk orang dewasa ialah andragogi. Dengan pengertian itu maka
pedagogik adalah sebuah pendekatan pendidikan berdasarkan tinjauan
psikologis anak. Pendekatan pedagogik muaranya adalah membantu siswa
melakukan kegiatan belajar. Dalam perkembangannya, pelaksanaan
pembelajaran itu dapat menggunakan pendekatan kontinum, yaitu dimulai
dari pendekatan pedagogi yang diikuti oleh pendekatan andragogi, atau
sebaliknya yaitu dimulai dari andragogi yang diikuti pedagogi, demikian
pula daur selanjutnya; andragogi-pedagogi-andragogi, dan seterusnya.
Berdasarkan pengertian seperti tersebut di atas maka yang dimaksud
dengan pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
lingkupnya terbatas pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa.
Sedangkan kompetensi pedagogik adalah sejumlah kemampuan guru yang
berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar siswa.
Rumusan kompetensi pedagogik di dalam Penjelasan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,
pasal 28, ayat 3 (Tim Redaksi Fokusmedia, 2005;77) dikutip oleh
Fachruddin Saudagar, Ali Idrus (2011:33-35) menyebutkan bahwa
kompetensi ialah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang
meliputi; (a) pemahaman terhadap peserta didik; (b) perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran; (c) evaluasi hasil belajar; dan (d)
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya. Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik Samani,
Mukhlas, 2008: 9) ialah kamampuan dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik yang meliput: (a) pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan; (b) pemahaman terhadap peserta didik; (c) pengembangan
kurikulum/ silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pemanfaatan
teknologi pembelajaran; (f) evaluasi proses dan hasil belajar; dan (g)
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:88) dalam
bukunya Jejen Musfa (2011:30-31) adalah kemampuan dalam pengelolaan
peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan; (b) pemahaman tentang peserta didik; (c) pengembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
kurikulum/ silabus; (d) perencanaan pembelajaran; (e) pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan
(g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
2. Kompetesnsi Profesional Guru
Menurut Martinis Yamin, Maisah (2010:11) kompetensi profesional
merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam,
yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah
dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan
terhadap struktur dan methodology keilmuan. Menurut Fachruddin
Saudagar, Ali Idrus (2011: 48) kompetensi profesional adalah guru yang
memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas
pendidikan dan pengajaran. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005, pada pasal 28 ayat 3 yang dimaksud dengan kompetensi profesional
ialah “kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi
Standar Nasional Pendidikan.” Sedangkan menurut Mukhlas Samani
(2008:6) yang dimaksud dengan kompetensi profesional ialah kemampuan
menguasai pengetahuan bidang ilmu, teknologi dan atau seni yang
diampunya.
Menurut Surya (2005) dalam Kumandar (2007;47) dan dikutip lagi
oleh Fachruddin Saudagar, Ali Idrus (2011:50) guru yang profesional akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
mencermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai
dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu, juga
ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh
pengabdiannya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi,
sosial, intelektual, moral, dan spritual. Dengan kata lain pengertian guru
profesional adalah orang yang punya kemampuan dan keahlian khusus
dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik
dan terlatih serta punya pengalaman di bidang keguruan. Seorang guru
profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal antara lain:
memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki
kompetensi keilmuan sesuai dengan bidangnya, memiliki kemampuan
berkomunikasi dengan siswanya, mempunyai jiwa kreaktif dan produktif,
mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya dan lalu
melakukan pengembangan diri secara terus menerus (continuous
improvement) melalui organisasi profesi, buku, seminar dan semacamnya.
Guru profesional yang dijelaskan oleh Ngalim Purwanto (2002) dan
dikutip lagi oleh Fachruddin Saudagar, Ali Idrus (2011:51), bahwa guru
profesional mempunyai sikap dan sifat terpuji diantaranya; (1) bersikap
adil; (2) percaya dan suka kepada siswanya; (3) sabar dan rela berkorban;
(4) memiliki wibawa di hadapan peserta didik; (5) penggembira; (6)
bersikap baik terhadap guru-guru lainnya; (7) bersikap baik terhadap
masyarakat; (8) benar-benar menguasai mata pelajarannya; (9) suka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dengan mata pelajaran yang diberikannya; dan (10) berpengetahuan luas.
Telah atas eksistensi guru/ keguruan dalam literatur kependidikan
menyatakan bahwa guru harus memiliki karakteristik profesional. Pertama,
komitmen terhadap profesionalitas, yang melekat pada dirinya sikap
dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja (produk), dan
sikap continous improvement (improvisasi berkelanjutan). Kedua,
menguasai dan mampu mengembangkan serta menjelaskan fungsi ilmu
dalam kehidupan, mampu menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya.
Atau dengan kata lain, mampu melakukan transformasi implementasi ilmu
kepada siswa. Ketiga, medidik dan menyiapkan siswa yang memiliki
kemampuan berkreasi, mengatur dan memiliharan hasil kreasinya supaya
tidak menimbulkan malapetaka bagi diri, masyarakat, dan lingkungannya.
Keempat, mampu menjadikan dirinya sebagai model dan pusat anutan
(entre of self identification), teladan, dan konsultan bagi siswanya. Kelima,
mampu bertanggung jawab dalam membangun peradaban di masa depan
(civilization of the future) (Muhaimin 2002: 14-15). Sifat dan ciri guru
yang profesional.
Menurut Robert W Richey (1974), mengemukakan delapan ciri guru
yang profesional. Pertama, lebih mementingkan pelayanan yang ideal
dibandingkan dengan kepentingan pribadi. Kedua, sebagai seorang pekerja
profesional, secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk
mempelajari konsep-konsep seperti prinsip-prinsip pengetahuan, khusus
yang mendukung keahliannya. Ketiga, memiliki kualifikasi tertentu untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam
pertumbuhan jabatan. Keempat, memiliki kode etik yang mengatur
keanggotaan, tingkah laku, sikap, dan cara kerja. Kelima, membutuhkan
kegiatan intelektual yang tinggi. Keenam, adanya organisasi yang dapat
meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam profesi, dan
kesejahteraan anggotanya. Ketujuh, memberikan kesempatan untuk
kemajuan, spesialisasi, dan kemandirian. Kedelapan, memandang profesi
sebagai suatu karier hidup dan menjadikan diri sebagai profesional yang
permanen (Suharsimi Arikunto, 1990:235-236).
Arifin (1991: 106) dalam bukunya Fachruddin Saudagar, Ali Idrus
(2011:53) menegaskan bahwa guru profesional adalah guru yang mampu
mengejawantahkan seperangkat fungsi dan tugas keguruan dalam lapangan
pendidikan dan latihan khusus di bidang pekerjaan yang mampu
mengembangkan kekayaannya secara ilmiah di samping itu mampu
menekuni profesinya selama hidupnya. Yaitu, guru yang memiliki
kompetensi keguruan berkat pendidikan dan latihan di lembaga pendidikan
guru dalam jangka waktu tertentu. Tidak hanya itu, guru yang profesional
adalah guru yang memiliki kecakapan dalam manajemen kelas dalam
rangka proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Kompetensi profesional yang dijelaskan oleh Suyatno (2008: 17)
seorang guru harus menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan
bidang studi, memiliki indikator esensial; (a) memahami materi ajar yang
ada dalam kurikulum sekolah; (b) memahami struktur atau kohoren
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dengan materi ajar; (c) memahami hubungan konsep antar mata pelajaran
terkait; dan (d) menerapkan konsep-konsep keilmuan ke dalam kehidupan
sehari-hari. Seorang guru harus menguasai struktur dan metode keilmuan,
memiliki indikator esensial: (a) menguasai langkah-langkah penelitian, dan
(b) menguasai kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/ materi
bidang studi.
a. Ruang lingkup kompetensi professional
Menurut Cooper ada empat komponen kompetensi profesional,
yaitu (a) mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku
manusia, (b) mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi
yang dibinanya; (c) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri,
sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya; dan (d)
mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar. Menurut (Jhonson,
1980) dalam bukunya Fachruddin Saudagar, Ali Idrus (2011:55)
kompetensi profesional mencakup: (a) penguasaan materi yang terdiri
atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep dasar
keilmuan yang diajarkan dari bahan yang diajarkannya itu; (b)
penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan
kependidikan dan keguruan; dan (c) penguasaan proses-proses
kependidikan, keguruan pembelajaran siswa. Menurut Depdikbud,
(1980) ada 10 kemampuan dasar guru, yaitu: (a) penguasaan bahan
pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya, (b) pengelolaan
program belajar mengajar, (c) pengelolaan kelas, (d) penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
media dan sumber pembelajaran, (e) penguasaan landasan-landasan
kependidikan, (f) pengelolaan interaksi belajar mengajar, (g) penilaian
prestasi siswa, (h) pengenalan fungsi dan program bimbingan dan
penyuluhan, (i) pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah,
serta (j) pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian
pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran.
Jejen Musfah (2011: 54) menjelaskan tugas guru ialah
mengajarkan pengetaguan kepada murid. Guru tidak sekedar
mengetahui materi yang akan diajarkannya, tetapi memahaminya
secara luas dan mendalam. Oleh karena itu, murid harus selalu belajar
untuk memperdalam pengetahuannya terkait mata pelajaran yang
diampunya. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:88)
kopetensi profesional adalah: Kemampuan penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep,
struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/ koheren
dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
(c) hubungan konsep antarmata pelajaran terkait; (d) penerapan
konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi
secara profesional dalam konteks global dengan tetap melastarikan
nilai dan budaya nasional.
Seorang guru harus menjadi orang yang spesial, namun lebih
baik lagi jika ia menjadi spesial bagi semua siswanya. Guru harus
merupakan kumpulan orang-orang pintar di bidangnya masing-masing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dan juga dewasa dalam bersikap. Namun lebih penting lagi adalah
bagimana caranya guru tersebut dapat menularkan kepintaran dan
kedewasaannya tersebut pada para siswanya di kelas. Sebab guru
adalah jembatan bagi lahirnya anak-anak cerdas dan dewasa di masa
mendatang.
Dalam proses penyelenggaraan pendidikan, gedung sekolah,
dana, program, dan kepemimpinan adalah vital. Demikian juga
sumber daya manusia, dari kepala sekolah, guru , dan staf memegang
peranan yang sangat penting. Sumidjo (2001:272) menyatakan,
“Faktor yang paling esensial dalam proses pendidikan adalah yang
ditugasi dengan pekerjaan untuk menghasilkan perubahan yang telah
direncanakan pada anak didik. Hal ini merupakan esensi dan hanya
dapat dilakukan sekelompok manusia profesional, yaitu manusia yang
memiliki kompetensi mengajar. ”Oleh karena itu, guru harus selalu
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, karena ilmu
pengetahuan dan keterampilan itu berkembang seiring perjalanan
waktu.
Menurut Sukmadinata (2006:207) “Pengembangan
keterampilan dan karakter guru profesional bukan hanya tahu banyak,
tetapi juga bisa banyak.” menjadi guru profesional bukan hal mudah.
Sebelum mencapai tingkat expert (ahli), guru harus melalui beberapa
tahap seperti dijelaskan Berliner, “Guru berkembang menjadi ahli
melalui beberapa tingkatan – dari pendatang baru (novice) ke pemula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
lanjut, kompeten pandai (proficient), dan pada akhirnya ahli (expert).”
Darling – Hammond dan Bransford, 2005: 380). Menurut Ary
Gunawan (1989) guru diharapkan; (1) mengenal secara baik
pengadministrasian kegiatan sekolah, (2) membantu dalam
melaksanakan kegiatan administrasi sekolah, (3) mengatasi
kelangkaan sumber belajar bagi dirinya dan bagi sekolah, (4)
membimbing peserta didik merawat alat-alat pelajaran dan sumber
belajar secara tepat.
Berdasarkan pada uraian di atas maka banyak kemampuan
profesional yang harus dimiliki seorang guru antara lain adalah
sebagai berikut.
1) Kemampuan penguasaan materi/bahan bidang studi. Penguasaan
ini menjadi landasan pokok untuk keterampilan mengajar...
2) Kemampuan mengelola program pengajaran yang mencakup
kemampuan merumuskan Standar Kompetensi dan kompetensi
dasar, merumuskan silabus, tujuan pembelajaran, kemampuan
menggunakan metode/ model mengajar, kemampuan menyusun
langkah-langkah kegiatan pembelajaran, kemampuan melakukan
evaluasi, kemampuan mengenal potensi (entry behavior) peserta
didik, serta kemampuan merencanakan dan melaksanakan
pengajaran remedial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
3) Kemampuan mengelola kelas. Kemampuan ini antara lain adalah;
(a) mengatur tata ruang kelas; (b) menciptakan iklim belajar
mengajar yang kondusif.
4) Kemampuan mengelola dan penggunaan media serta sumber
belajar. Kemampuan ini pada dasarnya merupakan kemampuan
menciptakan kondisi belajar yang merangsang agar proses belajar
mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efesien. Termasuk
dalam kemampuan ini adalah mampu membuat alat bantu
pembelajaran, menggunakan perpustakaan,
5) Kemampuan penguasaan pengetahuan tentang landasan
kependidikan. Kemampuan menguasai landasan-landasan
kependidikan.
6) Kemampuan menilai prestasi belajar peserta didik. Yang dimaksud
dengan kemampuan ini menilai prestasi belajar peserta didik atau
siswa adalah kemampuan mengukur perubahan tingkah laku siswa
dan kemampuan mengukur kemahiran dirinya dalam mengajar dan
dalam membuat program. Dalam setiap pekerjaan evaluasi ada tiga
sasaran yang hendak dicapai, yaitu: (1) Prestasi belajar berupa
pertanyaan dalam bentuk angka dan nilai tingka laku, (2) Prestasi
belajar berupa pertanyaan lingkungan yang mengamatinya melalui
penghargaan atas prestasi yang dicapainya, serta (3) Keunggulan
program yang dibuat guru, karena relevan didik dan
lingkungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
7) Kemampuan memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan
program pendidikan di sekolah.
8) Kemampuan menguasai metode berpikir. Metode dan pendekatan
setiap bidang studi berbeda-beda.
9) Kemampuan meningkatkan dan menjalankan misi profesional.
Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Guru harus terus-menerus mengembangkan dirinya agar
wawasannya menjadi luas sehingga dapat mengikuti perubahan dan
perkembangan profesinya yang didasari oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut.
10) Kemampuan/terampil memberikan bantuan dan bimbingan kepada
peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya melalui
proses belajar mengajar di kelas.
11) Kemampuan memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan.
Setiap guru perlu memiliki kemampuan untuk memahami/
melakukan penelitian sehingga mereka perlu memiliki wawasan
yang memadai tentang prinsip-prinsip dasar dan cara-cara
melaksanakan penelitian pendidikan.
12) Kemampuan memahami karekteristik peserta didik. guru dituntut
memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang ciri-ciri dan
perkembangan peserta didik, lalu menyesuaikan bahan yang akan
diajarkan sesuai dengan karakteristik peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
13) Kemampuan menyelanggarakan administrasi sekolah. Di samping
itu kegiatan akademis, guru harus mampu menyelenggarakan
administrasi sekolah.
14) Kemampuan memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan.
Seorang guru diharapkan berperan sebagai inovator atau agen
perubahan maka guru perlu memiliki wawasan yang memadai
mengenai berbagai inovasi dan teknologi pendidikan yang pernah
dan mungkin dikembangkan pada jenjang pendidikan.
15) Kemampuan/berani mengambil keputusan. Guru harus memiliki
kemampuan mengambil keputusan pendidikan agar ia tidak
terombang-ambingkan dalam ketidakpastian.
16) Kemampuan memahami kurikulum dan perkembangannya. Salah
satu tugas guru adalah melaksanakan kurikulum dengan sebaik-
sebaiknya. Oleh karena itu, guru perlu memahami konsep-konsep
dasar dan langkah-langkah pokok dalam pengembangan kurikulum.
17) Kemampuan bekerja berencana dan terprogram. Guru dituntut
untuk dapat bekerja teratur, tahap demi tahap, tanpa menghilangkan
kreativitasnya.
18) Kemampuan menggunakan waktu secara tepat. Makna tepat waktu
di sini bukan sekedar masuk dan keluar kelas tepat pada waktunya,
melainkan juga guru harus pandai membuat program kegiatan
dengan durasi dan frekuensi yang tepat sehingga tidak
membosankan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
b. Keterampilan Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Udin Syaefudin Saud (2011:55) menjelaskan bahwa guru
profesional adalah guru yang dapat melakukan tugas mengajarnya
dengan baik. Dalam mengajar diperlukan keterampilan-keterampilan
yang dibutuhkan untuk kelancaran proses belajar mengajar secara
efektif dan efisien. Keterampilan guru dalam proses belajar mengajar
antara lain: (1) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (2)
keterampilan menjelaskan, (3) keterampilan bertanya, (4) terampilan
memberi penguatan, (5) keterampilan menggunakan media
pembelajaran, (6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,
(7) keterampilan mengelola kelas, (8) keterampilan mengadakan
variasi, dan (9) keterampilan mengajar perorangan dan kelompok
kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
3. Pengertian Kompetensi Kepribadian
Menurut Fachruddin Sudagar, Ali Idrus ( 2011:39) kompetensi
kepribadian adalah setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai
ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan
seorang guru dengan yang lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah satu
masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan,
ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan.
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari
unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan
perbuatan seseorang merupakan satu gambaran dari kepribadian orang itu,
asal dilakukan secara sadar. Menurut Suyatno (2008: 17-18) kompetensi
kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian
yang mantap, stabil, dewasa, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia. Kepribadian yang mantap dan stabil, memiliki
indikator esensial: (1) bertindak sesuai dengan norma hukum; (2)
bertindak sesuai dengan norma sosial; (3) bangga sebagai guru; dan
memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. Kepribadian
yang dewasa, memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian
dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
Kepribadian yang arif, memiliki indikator esensial: (1), menampilkan
tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan
masyarakat, serta (2) menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan
bertindak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Kepribadian yang berwibawa, memiliki indikator esensial: (1)
memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik , dan (2)
memiliki perilaku yang disegani. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan,
memiliki indikator esensial: (1) bertindak sesuai dengan norma religius
(iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku
yang diteladani peserta didik. Menurut Martinis Yamin, Maisah (2010:9)
kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewas, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
1. Peran Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian berperan menjadikan guru sebagai
pembimbing, panutan, contoh, teladan bagi siswa. Dengan kompetensi
kepribadian yang dimikinya maka guru bukan saja sebagai pendidik
dan pengajar tapi juga sebagai tempat siswa dan masyarakat bercermin.
Hal ini sejalan dengan yang di kemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro
dalam sistem Amongnya yaitu guru harus Ing ngarso sungtulodo, Ing
madyo mangun karso, Tut wuri handayani”. Dengan kompetensi
kepribadian maka guru akan menjadi contoh dan teladan,
membangkitkan motivasi belajar siswa serta mendorong/memberikan
motivasi dari belakang. Oleh karena itu seorang guru dituntut melalui
sikap dan perbuatan menjadikan dirinya sebagai panutan dan ikutan
orang-orang yang dipimpinnya. Guru bukan hanya pengajar, pelatih
dan pembimbing, tetapi juga sebagai cermin tempat subjek didik dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
berkaca. Dalam relasi interpersonal antar guru dan siswa tercipta
situasi pendidikan yang memungkinkan subjek didik dapat belajar
menerapkan nilai-nilai yang menjadi contoh dan memberi contoh.
Guru mampu menjadi orang yang mengerti diri siswa dengan segala
problematiknya, guru juga harus mempunyai wibawa yang sehingga
siswa segan terhadapnya. Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi
kompetensi kepribadian guru adalah memberikan teladan dan contoh
dalam membimbing, mengembangkan kreaktivitas dan
membangkitkan motivasi belajar.
2. Ruang Lingkup Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian itu adalah hal yang bersifat universal,
yang artinya harus dimiki guru dalam menjalankan fungsinya sebagai
makhluk individu (pribadi) yang menunjang terhadap keberhasilan
tugas guru yang diembannya. Kompetensi kepribadian guru Menurut
Sanusi (1991), dikutip lagi oleh Fachruddin Saudagar, Ali Idrus
(2011:45) mencakup hal-hal sebagai berikut.
a. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya
sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta
unsur-unsurnya. Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-
nilai yang seyogianya dianut oleh seoran guru.
b. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan
teladan bagi para siswanya.Menurut Djama’an, Satori, ddk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
(2007:2,6-2.10) kompetensi kepribadian yang perlu dimiliki guru
antara lain sebagai berikut.
1) Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
berkewajiban untuk meningkatkan iman dan ketakwaannya
kepada Tuhan, sejalan dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya.
2) Guru memiliki kelebihan dibandingkan yang lain. Oleh karena
itu perlu dikembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan
tanggung jawab bahwa ia memiliki potensi yang besar dalam
bidang keguruan dan mampu untuk menyelesaikan berbagai
persoalan yang dihadapinya.
3) Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang
berbeda`da beragam keunikan dari peserta didik dan
masyarakatnya maka guru perlu untuk mengembangkan sikap
tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi perbedaan yang
ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun
masyarakat.
4) Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam menumbuh
kembangkan budaya berpikir kritis dalam masyarakat, saling
menerima dalam perbedaan pendapat dan menyepakatinya
untuk mencapai tujuan bersama maka guru dituntut seorang
guru untuk bersikap demokratis dalam menyampaikan dan
menerima gagasan-gagasan mengenai permasalahan yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
di sekitarnya sehingga guru menjadi terbuka dan tidak menutup
firi dari hal-hal yang berbeda di luar dirinya.
5) Menjadi guru yang baik tidak semudah membalikan telapak
tangan, hal ini menuntut kesabaran dalam mencapainya. Guru
diharapkan dapat sabar dalam arti tekun dan ulet melaksanakan
proses pendidikan karena hasil pendidikan tidak langsung dapat
dirasakan saat itu tetapi membutuhkan proses yang panjang.
6) Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan
pembaharuan, baik dalam bidang profesinya maupun dalam
spesialisasinya.
7) Guru mampu menghayati tujuan-tujuan pendidikan baik secara
nasional, kelembangaan, kurikuler sampai tujuan mata
pelajaran yang diberikannya.
8) Hubungan manusiawi yaitu kemampuan guru untuk dapat
berhubungan dengan orang lain atas dasar saling menghormati
antara satu dengan yang lainnya.
9) Pemahaman diri, yaitu kemampuan untuk memahami berbagai
aspek dirinya baik yang positif maupun yang negetif.
10) Guru mampu melakukan perubahan-perubahan dalam
mengembangkan profesinya sebagai inovator dan kreator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
4. Kompetensi Sosial Guru
Seorang guru sama seperti manusia lainnya adalah makhluk sosial,
yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya. Guru
diharapkan memberikan contoh baik terhadap lingkungannya, dengan
menjalankan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat
sekitarnya. Guru harus berjiwa sosial tinggi, mudah bergaul, dan suka
menolong, bukan sebaliknya, yaitu individu yang menutup dan tidak
memedulikan orang-orang di sekitarnya.
Maka, Pengertian Kompetensi Sosial menurut Jejen Musfah
(2011:52-53) menjelaskan kompetensi sosial merupakan kemampuan
pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk: (a) berkomunikasi lisan
dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenga kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan (d) bergaul
secara santun dengan masyarakat sekitar. (BSNP, 2006:88) Menurut
Sukmadinata (2006: 193), “Di antara kemampuan sosial dan personal yang
paling mendasar yang harus dikuasai guru adalah idealisme, yaitu cita-cita
luhur yang ingin dicapai dengan pendidikan.” Cita-cita ini dapat
diwujudkan guru melalui: pertama, kesungguhannya mengajar dan
mendidik para murid. Kedua, pembelajaran masyarakat melalui interaksi
langsung dengan mereka di beberapa tempat seperti ibadah-ibadah
keagamaan, kumpulan-kumpulan pemuda-pemudi, pesta adat setempat dan
lain-lain. Ketiga, guru menuangkan dan mengekspresikan pemikiran dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
idenya melalui tulisan, baik dalam bentuk artikel, cerpen, novel, sajak,
maupun artikel ilmiah.
Fachruddin Saudagar, Ali Idrus (2011:63) yang dimaksud dengan
kompetensi sosial di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005,
pada pasal 28, ayat 3, ialah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif denga peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik
dan masyarakat sekitar. Menurut Acmad Sanusi (1991) mengungkapkan
kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada
tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya
sebagai guru.
Menurut Suyatno (2008: 16) kompetensi sosial adalah kemampuan
guru untuk berkumunikasi dan bergaul secara efektif dengan: (1) peserta
didik, (2) sesama pendidik dan tenaga kependidikan, (3) orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar.
a. Mampu berkomunikas dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan
peserta didik.
b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga kependidikan.
c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang
tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
1) Ruang Lingkup Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan dengan
kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar
sekolah dan masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan
cara guru berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki
karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain
yang bukan guru. Misi yang diemban guru adalah misi tugas
memanusiakan manusia. Guru harus mempunyai kompetensi sosial
karena guru adalah penceramah jaman, (Langeveld, 1955). Menurut
Cece Wijaya (1994), Djama’an Satori (2007) dalam Fachruddin, Ali
Idrus (2011:64) kompetensi sosial adalah sebagai berikut:
a) Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua
peserta didik.
b) Bersikap simpatik
c) Dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah
d) Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan
e) Memahami dunia sekitarnya (lingkungan).
Sendangkan menurut Mukhlas Samani (2008:6) yang dimaksud
dengan kompetensi sosial ialah kemampuan individu sebagai bagian
dari masyarakat yang mencakup kemampuan untuk;
a) Berkomuniksi lisan, tulisan, dan/isyarat
b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
c) Bergaul secara santun efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan,
orang tua/wali peserta didik.
d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindakan norma serta sistem nilai yang berlaku.
e) Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat
kebersamaan.
2) Kerangka Berpikir Kompetensi sosial
Berdasarkan pengertian dan ruang lingkup kompetensi sosial
seperti tersebut di atas maka inti dari pada kompetensi sosial itu
adalah kemampuan guru melakukan interaksi sosial melalui
komunikasi. Guru dituntut berkomunikasi dengan sesama guru, siswa,
orang tua siswa, dan masyarakat sekitar. Jadi, guru dituntut mengenal
banyak kelompok sosial seperti kelompok bermain, kelompok kerja
sama, pendeta, kepala suku, tokoh-tokoh masyarakat, kelompok
muda-mudi, dan lain-lain.
Pengertian interaksi sosial ini amat berguna dalam
memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masayarakat,
termasuk masalah pembelajaran. Tanpa interaksi sosial tidak mungkin
terjadi kehidupan bersama yang terwujud dalam pergaulan. Pergaulan
hidup memang terjadi apabila para anggota masyarakat saling
berbicara, saling berbagi pengalaman, bahkan juga saling bersaing dan
berselisih. Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial sebagai satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
pengertian yang mengacu kepada hubungan-hubungan sosial yang
dinamis. Secara umum dapat dikatakan, bahwa bentuk umum proses
sosial adalah interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan syarat utama
terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.
3) Fungsi Kompetensi Sosial
Masyarakat dalam proses pembangunan sekarang ini
menganggap guru sebagai anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan, keterampilan yang cukup luas, yang mau ikut serta
dalam secara aktif dalam proses pembangunan. Guru diharapkan
menjadi pelopor di dalam pelaksanaan pembangunaan. Guru perlu
menyadari posisinya di tengah-tengah masyarakat berperan sangat
penting, yakni sebagai; (1) motivator dan inovator dalam
Pembangunan Pendidikan, (2) perintis dan pelopor pendidikan, (3)
penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, (4) pengabdian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif eksploratif, karena permasalahan belum jelas, holistik,
dinamis dan penuh makna sehingga peneliti tidak menentukan suatu metode
yang sesuai dengan masalah yang peneliti lakukan. Dengan demikian peneliti
sebagai pengamat penuh dalam penelitian ini untuk menganalisis, mengamati,
serta mendapatkan informasi dan data yang akurat, maka memanfaatkan
peneliti sebagai instrumen utama sekaligus pengumpul data dalam penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti kinerja dinas dan
pembentukan profesionalisme guru dengan cara memperdayakan guru sekolah
Dasar di Daerah Pedalaman kabupaten Mimika. Karena profil pendidikan di
Daerah Pedalaman Timika lebih khususnya dan pada umumnya Pedalaman
Papua, permasalahanya sangat kompleks, apakah persoalan itu disebabkan
oleh karena kurangnya perhatihan pemerintah daerah, kurangnya dukungan
masyarakat sekitar, kurangnya semangat belajar siswa, kurangnya memotivasi
belajar siswa, dan atau persoalan guru?, ini sangat memprihatinkan dan
peneliti berkomitmen untuk melangkah dan menciptakan suatu trobosan dalam
hal ini yaitu melalui penelitian inilah baru akan menemukan titik akar
permasalahannya.
Maka, yang pertama peneliti memulai dari arena guru setelah itu belum
menemukan juga titik masalahnya maka peneliti juga meneliti di arena lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
setelah penelitian ini selesai, karena fokus peneliti hanya pada profesionalitas
guru sekolah Dasar di Daerah Pedalaman Timika Papua. Berkaitan dengan
masalah yang diangkat oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu "Bagimana
Pemberdayaan Guru Sekolah Dasar di Daerah Pedalaman Kabupaten Mimika
Provinsi Papua."Oleh karena itu peneliti menggunakan jenis penelitian
kualitatif dengan deskriptif eksploratif, dengan penelitian ini hanya terbatas
pada usaha mengungkapkan suatu pristiwa, masalah, keadaan dan
sebagaimana adanya sehingga bersifat hanya sekedar mengungkapkan fakta.
Hasil dari penelitian ini ditekankan pada pemberian gambaran secara objektif
tentang masalah yang sebenarnya dari objek yang peneliti akan diselidiki.
Dalam penelitian ini sangat menarik karena disusun dalam bentuk
narasi yang bersifat kreaktif dan mendalam, serta menunjukkan ciri-ciri
alamiah yang penuh ke-otentik, dengan mengungkapkan gejala secara
menyeluruh. Penelitian ini bersifat deskriptif dan mengeskplorasi serta
cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif dan perspektif
subyek.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang peneliti melakukan penelitian adalah kabupaten
Mimika di daerah pedalaman kota Timika, karakteristik lokasinya adalah jauh
dari pusat pemerintahan kabupaten Mimika dan penelitian yang peneliti
fokuskan adalah wilayah daratan tinggi dari kota Timika yaitu Distrik Jila dan
Distrik Tembagapura. Dan ada beberapa kampung di antaranya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
kampung Bela, kampung Jila, kampung Hoeya, kampung Tsinga, kampung
Tembagapura, dan kampung Aroanop. Karena tempat-tempat ini terdapat
beberapa persoalan yang sangat kompleks dan harus diatasi oleh berbagai
pihak dan salah satunya adalah masalah yang diangkat oleh peneliti yaitu
tentang profesionalisme guru sekolah dasar di daerah pedalaman ini. Lebih
jelasnya dapat dijelaskannya sebagai berikut.
Kabupaten Mimika yang beribukota di Timika, secara Geografis
terletak antara 134°31' - 138°31' Bujur Timur dan 4°60' -5° 18' Lintang
Selatan. Pada bagian Utara terdapat Pegunungan Jayawijaya, dengan puncak
tertinggi adalah Gunung Indburg (4860 m) dari permukaan laut, yang terletak
di sebelah Utara kota Tembagapura. Batas Wilayah Kabupaten Mimika
adalah: Sebelah Utara: Kabupaten Paniai, Kabupaten Nabire, Kabupaten
Tolikara, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Puncak, Kabupaten Puncak Jaya,
Kabupaten Deyai Sebelah BaratKabupaten Kaimana Sebelah Selatan: Laut
Arafuru Sebelah Timur: Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Yakuhimo.
Kabupten Mimika mencakup wilayah seluas 19.592 km2 atau 4,75 % dari luas
wilayah Provinsi Papua.
Wilayah Kabupaten Mimika memiliki topografi dataran tinggi dan
dataran rendah. Keadaan topografi Kabupaten Mimika ditandai dengan 5
(lima) kelas kemiringan lereng, yaitu : 0-3%, 3-8%, 8-15%, 15-25%, dan
>40%. Lereng dengan kemiringan >40% menyebar memanjang di sebelah
Utara Kabupaten Mimika. Distrik yang berada di dataran tinggi adalah
Tembagapura, Jila, dan Agimuga, sedangkan kelas kemiringan 3-8%, 8-15%,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
15-25% menyebar di wilayah bagian tengah, dan 3-8% menyebar di bagian
selatan sampai ke wilayah bagian tengah Kabupaten Mimika.
Distrik yang bertopografi dataran rendah adalah Distrik Mimika Barat
Jauh, Mimika Barat Tengah, Mimika Barat, Mimika Tengah, Mimika Timur,
Mimika Timur Jauh, Jila, Kuala Kencana, dan Mimika Baru. Distrik Mimika
Baru, Kuala Kencana, Tembagapura dan Jila adalah Distrik yang tidak
memliki pantai. Sedangkan Distrik Mimika Barat Jauh, Mimika Barat Tengah,
Mimika Barat, Mimika Tengah, Mimika Timur, Mimika Timur Jauh, Jita,
Agimuga sebagian wilayahnya berbatasan dengan Laut Arafura, sehingga
distrik tersebut memiliki pesisir pantai.
Peneliti memilih Daerah Pedalaman kota Timika sebagai tempat
penelitian karena mempertimbangkan letak geografisnya jauh dari pusat
pemerintahan kabupaten Mimika dan sangat menantang dan sangat sulit
peneliti melakukan penelitian di tempat-tempat seperti ini dan mengingat juga
tempat penelitian jauh dan tidak ada bayangan sama sekali. Tetapi peneliti
tidak menganggap sebagai suatu persoalan tapi peneliti menganggap ini
sebagai suatu tantangan yang sangat menarik unruk mencobanya.
Peneliti langsung terjun ke lapangan penelitian dan paling penting bagi
peneliti adalah bagimana meraba langsung persoalan yang dialami masyarakat
dalam arti guru sekolah dasar dan para muridnya yang bertugas di daerah-
daerah pedalaman ini atau mendapatkan informasi dan data yang paling
konkrit sesuai dengan kehidupan mereka. Sehingga permasalahan yang terjadi
di tempat-tempat seperti ini bisa diketahui di kalangan masyarakat umum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju unruk diteliti oleh peneliti.
Subjek penelitian merupakan suatu unit analisis yairu subjek yang menjadi
pusat perhatian atau sasaran peneliti. Subjek penelitian utama dalam penelitian
ini adalah Kepala Dinas Kependidikan dan Kebudayaan Sekolah Dasar di
Kabupaten Mimika, setiap Kepala Sekolah yang ada di Daerah Pedalaman
Timika Papua.
Subjek penelitian pelengkap dalam penelitian ini adalah individu-
individu tertentu yang diwawancarai untuk keperluan informasi yaitu orang-
orang yang dapat memberikan informasi atau keterangan atau data yang
diperlukan oleh peneliti. Informan yang diambil diharapkan dapat
memberikan informasi yang sebanyak mungkin, sehingga data yang diambil
benar-benar dapat mewakili terhadap penelitian. Terkait dengan pemilihan
informan, Spradlay dalam Bungin (2003: 54) mengemukakan kriteria untuk
menentukan informan, sebagai berikut:
1. Subjek yang cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau
medan aktivitas yang menjadi informasi.
2. Subjek yang masih terlibat secara penuh/aktif pada kegiatan yang menjadi
perhatian peneliti.
3. Subjek yang mempunyai cukup banyak waktu atau kesempatan untuk
diwawancarai.
4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderang diolah atau
dipersiapkan terlebih dahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
5. Teknik pengambilan informan adalah purposive sampling yaitu teknik
pengambilan informan sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini adalah orang yang dianggap tahu tentang apa
yang peneliti harapkan, atau orang yang dapat dipercaya sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi yang sedang diselidiki
oleh peneliti.
Maka, dalam penelitian ini melibatkan Kepala Dinas Kependidikan dan
Kebudyaan Sekolah Dasar Kabupaten Mimika Papua dan setiap kepala
sekolah yang bertugas di Daerah Pedalaman Timika sebagai informan kunci.
Hal ini didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan kelayakan untuk
memenuhi persyaratan sebagai informan awal. Kedua tokoh tersebut adalah
orang yang mengetahui betul kondisi guru sekolah dasar di daerah pedalaman
dan sudah mengenal betul tentang profesionalitas guru-guru tersebut.
Sehingga dalam penelitian inidaftar informan sementara belum bisa
dirumuskan secara per individu, tetapi peneliti merumuskan secara
menyeluruh bahwa informan dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas
Kependidikan dan Kebudayaan Sekolah Dasar Kabupaten Mimika, setiap
Kepala Sekolah yang ada di Daerah Pedalaman Timika, setiap guru yang
bertugas di Daerah Pedalaman Timika Papua, tokoh-tokoh masyarakat yang
ada di Pedalaman Timika serta orang-orang yang terpercaya yang bisa
memberikan informasi yang akurat dan lengkap tentang masalah yang
diselidiki oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Pandangan peneliti tentang masalah yang sedang diselidiki itu bersifat
holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti tidak
akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan veriabel penelitian, tetapi
keseluruhan situasi sosial yang diselidiki akan dijadikan sebagai objek
penelitian.
Objek penelitian menurut Sugiyono adalah "Suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya" (Sugiyono, 2011: 38). Berdasarkan pengertian tersebut, maka
yang menjadi objek pada penelitian ini adalah profesionalitas guru sekolah di
Daerah Pedalaman Kabupaten Mimika, maka peneliti meneliti semua aspek
kehidupan guru-guru Sekolah Dasar di Daerah Pedalaman Timika Papua.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen utama. Jumlah instrumen
penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitan yang telah ditetapkan untuk
diteliti. Maka dari penelitian ini peneliti akan meneliti dengan variabel " Analisis
Kinerja Dinas Pendidikan Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru Sekolah
Dasar Di Daerah Pedalaman Kabupaten Mimika Provinsi Papua Tahun 2012 ."
Dalam penelitian ini ada satu variabel yang perlu dibuat adalah "Pemberdayaan
Guru Sekolah Dasar." Dari variabel ini akan ditentukan indikator yang akan
diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan
atau pernyataan, variabel penelitian dari penelitian ini adalah kebijakan dinas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
pembentukan profesionalisme guru sekolah dasar. Maka indikatornya adalah
pemberdayaan guru sekolah dasar.
E. Sumber Data
Sumber data atau informan dalam penelitian ini adalah subjek darimana
data diperoleh. Subjek penelitian data dalam penelitian ini, yaitu subjek
penelitian utama dan subjek penelitian pelengkap. Penelitian pelengkap adalah
subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Subjek penelitian merupakan
suatu unit analisis yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran
peneliti. Subjek penelitian utama dalam penelitian ini adalah Dinas
Kependidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika, yang menangani di
bagian Sekolah Dasar, dan setiap kepala sekolah yang bertugas di Sekolah
Dasar Daerah Pedalaman Kabupaten Mimika Papua.
Subjek penelitian pelengkap adalah individu-individu tertentu yang
diwawancarai oleh peneliti untuk keperluan informasi yaitu orang-orang yang
dapat memberikan informasi atau keterangan atau data yang diperlukan oleh
peneliti. Informan yang diambil diharapkan dapat memberikan informasi yang
sebanyak mungkin, sehingga data yang diambil benar-benar dapat mewakili
terhadap masalah yang sedan diselidiki. Dalam penelitian ini, peneliti tidak
membatasi informan atau pemberi data tentang subjek yang peneliti selidiki.
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah porposive dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Snowball., itu dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar-1: Proses pengambilan sampel sumber data dalam penelitian
kualitatif, porposive dan snowball. Dalam bukunya Sugiyono (2011:220).
Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam
penelitian ini peneliti telah merencanakan A, sebagai infrorman pertama yang
memiliki informasi dan data yang akurat yaitu Kepala Dinas Kependidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Mimika Papua dibidang sekolah dasar kepala
bidang sekolah dasar, bapak. Yonas lewerissa; A.ma,pd, sebagai penata
tingkat I merupakan sumber infomiasi tentang objek penelitian. Peneliti
menetapkan kepala bidang sebagai perancang program dan penentu serta
pembagian atau penempatan guru-guru di Daerah-Daerah Pedalaman Timika
Papua, peneliti memilih informan ini yang bisa "membukakan pintu" untuk
mengenali keseluruhan objek penelitian secara luas.
Selanjutnya, peneliti merencanakan B, informan kedua yang memiliki
informasi dan data yang akurat di lapangan yaitu, Kepala Sekolah di SD
Inpres Keselema Pak Guru Yoni Piligame, Kepala Sekolah di SD Inpres
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Noemun Jila, Pak Guru Yulius Piligama, Kepala Sekolah di SD Inpres Hoya
Pak Guru Leppang, Kepala Sekolah di SD Inpres TSinga Pak Kotouki ,
Kepala Sekolah di SD Inpres Tembagapura, dan Kepala Sekolah di SD Inpres
Aroanop sebagai orang kedua. Dan peneliti menetapkan informan C sebagai
orang ketiga yang terpercaya yaitu, Lembaga Pengembangan Masyarakat
Amungme dan Kamoro (LPMAK). Di Biro Pendidikan (LPMAK) di
Kabupaten Mimika Papua. Karena Lembaga ini merupakan lembaga yang
memiliki hubungan kerja sama dengan pemerintah Daerah untuk memajukan
sumber daya manusia di kabupaten Mimika dan salah satunya adalah
menangani persoalan pendidikan di Daerah-Daerah pedalaman Kabupaten
Mimika Papua. Selanjutnya, peneliti belum juga memperoleh data yang
lengkap dan akurat maka peneliti menetapkan informan D sebagai orang ke
empat yang bisa melengkapi informasi atau data yang sudah terkumpul
sebelumnya yaitu tata usaha (TU) atau penjaga sekolah seperti SD Inpres Jila
Yulianus Ogalmagai dan begitu pula pada setiap sekolah dimana peneliti
mendapatkan informasi dan data sebelumnya. Selanjutnya, peneliti
menetapkan informan E, sebagai pelengkap yaitu tokoh-tokoh masyarakat
seperti Otto Uamang yang sebagai masyarakat Kampung Hoeya, dan di
Kampung Jila Bapak Petrus Ogalmagai, dan Bapak Ayub Dolame, dan begitu
pula dengan sekolah lain yang terdapat daerah objek penelitian dan infrorman
F sebagai orang terdekat peneliti yang bisa memberikan informasi dan data
tentang objek penelitian dan informan yaitu saudara Penegi Dolame, dan
Ruben Dolame, karena mereka mempunyai beberapa informasi terkait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
keberadaan guru dan kebijakan dinas menangani pendidikan di daerah
pedalaman, G juga sebagai pelengkap informasi yaitu masyarakat yang ada di
daerah objek penelitian yang bisa memberikan informasi yang mereka alami
tentang pendidikan dan apa yang mereka inginkan dari pendidikan itu sendiri
serta pemahaman mereka tentang guru dan lain sebagainya.
Selanjutnya, peneliti memilih beberapa siswa yang dapat dipercaya oleh
peneliti yaitu Yatianus Dolame, Nopinus Uamang beserta teman-teman
lainnya dan bisa memberikan informasi tentang objek penelitian. Peneliti
memilih mereka ini karena segala sesuatu yang terjadi di sekolah mereka dan
semua persoalan terkait kebijakan guru-gurunya berdampak pada kehidupan
mereka sehingga peneliti tidak membutuhkan informasi dan data yang akurat
melainkan peneliti burusaha mendalami pengalaman- pengalaman yang
mereka alami di sekolah.
Informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dari orang-orang yang sudah
ditentukan disini adalah bagimana terbentuknya sejarah sekolah, latar
belakang perjalanan pendidikan dalam kelompoknya, pemberdayaan guru
seperti apa dari Dinas Pendidikan, keberadaan sekolah dasar di daerah
pedalaman, dan tingkat pendidikan guru sekolah dasar di daerah pedalaman,
bagimana pengabdian guru-guru yang ditugaskan di sekolah-sekolah tersebut
menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak? Serta apa peran Dinas
pendidikan dalam penganan guru-guru di daerah pedalaman, dan juga, seperti
apa pelaksanaan program kerja untuk sekolah-sekolah di daerah pedalaman
Timika Papua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Sumber data atau infoman dalam penelitian ini adalah subjek darimana
peneliti memperoleh data dari orang pertama A sebagai informan awal sampai
orang terakhir sebagai pelengkap yang membukakan pintu ke lapangan
penelitian sampai dengan menutup pintu keluar penelitian dalam arti bahwa
peneliti menetapkan informan pertama yaitu kepala Dinas Kependidikan dan
kebudayaan Kabupaten Mimika, sebagai pintu masuk pada keseluruhan objek
penelitian dan informan terakhir adalah setiap siswa sekolah dasar di setiap
Daerah pedalaman Timika yang di mana daerah objek penelitian sebagai
penetup pintu penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memadai standar data yang ditetapkan. Dalam
penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah obsevasi
participan, wawancara, mendalam studi dokumentasi, dan gabungan ketiganya
atau triangulasi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan
menggunakan beberapa metode, yaitu:
1. Observasi
Sebelum melakukan wawancara dan penggalian data lebih lanjut.
Peneliti melakukan observasi terhadap objek kajian terlebih dahulu. Ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
memudahkan peneliti untukmengidentifikasi karekter guru- guru sekolah
dasar di daerah pedalaman Timika dan memahami karaktristik masyarakat
di mana daerah penelitian. Dari sinilah data observasi ini akan bisa
menjadi data awal di samping itu metode wawancara, dan metode
dokumentasi yang akan peneliti lakukan. Dalam metode observai ini
peneliti sebagai pengamat penuh dan mengamati dan mencatat dengan
sistematik tentang objek yang sedang diselidiki oleh peneliti. Observasi
yang dilakukan peneliti dengan cara pengamatan secara langsung dan
mendalam terhadap objek yang akan diteliti.
Penelitian ini dilakukan dengan turun langsung ke lapangan dan
mengamati secara langsung terhadap objek yang akan diteliti dan mencatat
hal-hal yang paling penting bagi peneliti untuk dianalisis dan
dikembangkan. Dan lebih penting bagi peneliti dalam obsevasi ini adalah
mengamati, menganalisis dan mencatat hal-hal pokok tentang kerja
Kepala Dinas Kependidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika, serta
guru sekolah dasar yang bertugas di Daerah-Daerah Pedalaman kota
Timika Papua dan mencatat kegiatan apa saja yang mereka lakukan.
2. Wawancara
Metode wawancara merupakan salah satu cara mendapatkan
informasi-informasi yang penting yang layak diangkat sebagai data
penelitian lapangan selama penelitian. Adapun wawancara yang dilakukan
nanti juga bersifat cross chek antara Kepala Dinas Kependidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Mimika, guru-guru yang bertugas di daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
pedalaman Timika Papua, serta masyarakat setempat yang peneliti temui
untuk diwawancarai.
Dalam penelitian ini peneliti sebagai pewawancara dan
mewawancari beberapa orang dengan tujuan bertukar informasi ide
melalui tanya jawab. Peneliti memwawancarai beberapa orang dengan
berapa pertanyaan yang mendasar tujuannya untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan oleh peneliti.
Teknik wawancara yang peneliti lakukan adalah dengan pendekatan
wawancara semiterstruktur, dalam wawancara ini pelaksanaannya lebih
bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan daripada
wawancara ini untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di
mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.
Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti
dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
Wawancara tak struktur ini adalah wawancara yang bebas di mana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan. Teknik wawancara ini dilakukan secara akrab
dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka. Kelonggaran seperti ini
diharapkan mampu menggali dan mengungkap kejujuran informan dalam
memberikan infonnasi yang dengan kenyataan yang ada. Dan mengapa
peneliti lebih memilih metode wawancara ini, karena peneliti mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
mendapatkan informasi yang pasti dari infoman, dengan melihat geografis
serta melihat secara umum profil pendidikan di daerah pedalaman ini
masih terisolir untuk itu peneliti juga tidak sewenang-wenang untuk
menyanyakan dengan pertanyaan yang tersusun secara sistematis. Karena
dengan pertanyaan-pertanyaan yang seperti itu kemungkinan tidak
menemukan akar persoalan yang terjadi di kelompok masyarakat pada
umumnya.
Kebijakan Dinas di daerah pedalam dalam pembedayaan guru di
daerah pedalaman kabupaten Mimika Papua secara umum masih terisolir
atau sangat kompleks dan masih terbelakang, dengan itu salah satu
pendekatan untuk membukakan persoalan itu harus melalui pendekatan
penelitian dengan menggunakan berbagai cara agar membukakan pintu
atau menerangi gegalapan yang menyelemuti pendidikan di daerah
pedalaman ini. Jadi salah satu masalah yang diangkat adalah tentang
mempersiapkan guru-guru sekolah dasar di Daerah Pedalaman yang
professional dan dalam hal ini peneliti tidak mencari sesuatu yang keenak-
enakan saja dengan pertanyaan-pertanyaan sistematis dengan jawaban
yang tidak sesuai fakta atau kenyataan yang ada di masyarakat.
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2011:240) dokumen merupakan catatan
pristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan. Metode
dokumentasi dapat diartikan sebagai cara pengumpulan data yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen yaitu setiap bahan
tertulis baik bersifat internal maupun eksternal.
Metode ini digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data yang
bersifat dokumenter. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Dokumentasi adalah teknik untuk mencari data dengan cara mencatat data
yang berfungsi sebagai data pendukung, seperti:
a. Data monografi kabupaten Mimika, Distrik Jila, dan Distrik
Tembagapura.
b. Data mengenai profil guru-guru sekolah dasar di Daerah Pedalaman
Kabupaten Mimika Papua.
c. Dokumentasi berupa foto-foto sekolah, siswa, dan para guru di Daerah
Pedalaman Timika.
d. Dokumentasi berupa foto-foto selama peneliti mengadakan
pengumpulan data di pusat kota maupun letak sekolah-sekolah di
Daerah Pedalaman Kabupaten Mimika.
G. Teknik Analisis Data
Melakukan analisis data adalah pekerjaan yang paling sulit namun bagi
peneliti ini bukanlah suatu masalah tapi ini adalah satu bagian yang harus
peneliti lewati sehingga peneliti memerlukan kerja keras untuk menentukan
teknik analisis data yang tepat. Analisis di lakukan agar data-data yang sudah
terkumpul di lapangan dapat diorganisissi sehingga dapat menghasilkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
sesuatu yang bermakna. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
teknik analisis kualitatif, dimana data dianalisis dengan cara diinterprestasikan
sesuai tujuan penelitian yang sudah ditentukan, dalam hal ini data tidak
dianalisis dengan angka-angka. Proses yang dilakukan peneliti adalah dalam
menemukan jawaban penelitian dengan cara peneliti memulai melakukan
pengumpulan data lewat observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap
masalah yang diselidiki serta ingin diketahui, kemudian dikumpulkan
memerlukan daya kereaktif serta kemampuan intelektual yang tinggi.
Analisis data adalah bagian dari proses penyederhanaan kedalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diimplementasikan. Sesuai dengan tujuan
penelitian ini maka teknik analisis data yang dipakai untuk menganalisis data
dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif model interaktif sebagaimana
diajukan oleh Miles dan Huberman yaitu: pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Model Miles dan
Huberman dalam bukunya Sugiyono (2011:246).
1. Pengumpulan data
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua aspek
yaitu deskripsi dan refleksi. Catatan deskripsi merupakan data alami yang
berisi tentang apa yang dilihat, didengar, dirasakan, disaksikan, dan
dialami sendiri oleh peneliti tanpa adanya pendapat dan penafsiran dari
peneliti tentang fenomena yang dijumpai. Catatan refleksi yaitu catatan
yang memuat kesan, komentar, dan tafsiran peneliti tentang temuan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
dijumpai dan merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap
berikutnya. Guna mendapatkan catatan ini maka peneliti melakukan
wawancara beberapa informan.
2. Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan,
semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin
banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis
data melalui reduksi data. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya.
Cara mereduksi data adalah dengan melakukan seleksi, membuat
ringkasan atau uraian singkat dan menggolongkan data kedalam pola-pola
dengan membuat transkip penelitian untuk mempertegas, memperpendek,
membuat fokus, membuang bagian yang tidak penting dan mengatur agar
dapat menarik kesimpulan.
3. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat. Penyajian data adalah sekumpulan
informasi tersusun sehingga memberikan kemungkinan penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Agar sajian data tidak
menyimpang dari pokok permasalahan maka sajian data dapat diwujudkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
dalam bentuk bagan dan tabel sebagai wadah panduan informasi tentang
apa yang terjadi. Data disajikan sesuai dengan apa yang diteliti.
4. Penarikan kesimpulan
Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam bukunya Sugiyono
(2011:252) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
adalah merapakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti
menjadi jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Reduksi data dapat dibantu dengan analisis data dari model Miles
dan Huberman dalam bukunya Sugiyono (2011:247)
Gambar 2: Komponen dalam analisis data interaktif model.
H. Keabsahan Data
Uji keabsahan data ini diperlukan untuk menentukan valid atau
tidaknya suatu temuan, atau data yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
terjadi sesungguhnya di lapangan. Suatu temuan dalam penelitian ini pada
objek adalah pastinya berbeda karena untuk mendapatkan data-data dan
informasi peneliti menetapkan banyak informan dan berbagai sumber data
diantaranya adalah Kepala Dinas Kependidikan dan Kebudayaan kabupaten
Mimika, para guru yang bertugas di Daerah Pedalaman Kabupaten Mimika
Papua, tokoh-tokoh masyarakat di tempat penelitian, dan sesuai kondisi
sekolah di daerah-daerah pedalaman tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Proses yang dilakukan peneliti adalah dalam menemukan jawaban
penelitian dengan cara peneliti memulai melakukan pengumpulan data lewat
wawancara, observasi, dan dokumentasi terhadap objek penelitian yang ingin
diketahui oleh peneliti. Data yang telah terkumpul diklasiflkasikan berdasar
kategori yang ditentukan. Setelah diklasiflkasikan masing-masing data yang
terkumpul dalam satu kategori, selanjutnya peneliti melakukan interprestasi.
Di saat ada data yang lain atau informasi yang berbeda didapatkan dari
berbagai informan, tentunya proses triangulasi data akan dilakukan untuk
mempermudah interprestasi. Selain itu, hal ini dimaksudkan agar peneliti
dipermudah dalam mencari kesimpulan. Sehingga kesimpulan yang ditarik
dalam hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.
Dengan demikian peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk
memberi informasi atau memberi pertangunggjawaban pada hasil penelitian
atau penemuan ini kepada semua pihak yang berkepeningan lebih khususnya
pemerintah Daerah Kabupaten Mimika Papua, serta semua masyarakat yang
berada di Daerah-Daerah Pedalaman Kabupaten Mimika Papua. Karena
sebagian informasi dan data yang akan terkumpul adalah berdasarkan fakta di
lapangan. Dan dari berbagai data dan informasi yang diperoleh dari
informan dalam penelitian ini pun bisa saja tidak sesuai fakta di lapangan.
Maka, peneliti harus lebih jelih memahami dan mengambil
kesimpulannya secara objektif, sehingga kesimpulan akhir daripada hasil
penelitian ini bisa memberikan masukan kepada pemerintah daerah kabupaten
Mimika, dan masyakarakat pedalaman Timika, serta lembaga-lembaga yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
sedang menangani masalah pendidikan di pedalaman Timika, di antaranya
adalah Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro
(LPMAK), dan lain-lain. Dengan demikinan pihak-pihak ini bersama-sama
dapat memperhatikan wajah pendidikan di daerah pedalaman Timika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Latar Belakang Sejarah Sekolah Dasar di Daerah Pedalaman
1. Sejarah Sekolah Dasar di SD Inpres Jila
Setiap organisasi mempunyai suatu kisah untuk menceritakan
tentang bagaimana proses menciptakan sejarah kehidupanya dari awal
sampai akhir. Untuk itu penulis menceritakan secara garis besar tentang
profil pendidikan di daerah pedalaman Timika, maka proses pendidikan
merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan bermasyarakat.
Sehingga pentingnya pendidikan bagi suku Amungme lebih khususnya
masyarakat Aroanop sampai Jigimugi, dunia modern sekarang adalah
adanya proses belajar mengajar supaya menjadi pintar dan dihubungkan
dengan perjalanan kehidupan masyarakat pedalaman dalam arti proses
pembelajaran sudah dibentuk dari sebelumnya, tetapi lingkupnya masih
sempit.
Dalam kehidupan seperti ini ada suatu pergerakan yang mulai
masuk ke daerah pedalam Jila yaitu tim misionaris membawa kabar Injil.
Dan di daerah Jila terdapat satu Suku yaitu suku Amungme, pada tahun
1963 mulai ada pengajaran dari tim misionaris, mereka hanya belajar
buta huruf dalam bahasa Amungme. Pada tahun 1964 - 1965, mereka
yang bisa dapat membaca dan menulis melanjutkan Sekolah Alkitab
dalam bahasa Amungme di daerah Beoga. Pada tahun-tahun itu banyak
suku Amungme mulai mengenal membaca, menulis, dan menghitung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
dengan menggunakan bahasa lokal yaitu bahasa Amungkal. Dari tahun
1965 sampai dengan tahun 1979 pedalaman Papua masih menggunakan
bahasa daerah.
2. Pada Tahun 1980 Pemerintah Masuk ke Daerah Jila
Pada awalnya pemerintah kabupaten Paniai (Nabire sekarang)
melalui kecamatan Ilaga mulai masuk di daerah Jila dan buka balai
kampung sekaligus lantik bapak Darius Dolame sebagai kepala Desa
pertama di Jila. Dan di bawah kepemimpinan bapak Darius Dolame
merencanakan untuk membangun sekolah Dasar (SD) negeri yang di
sebut Instruksi Presiden (Inpres). Pada tahun 1983 anggota Tentara
Nasional Indonesia (TNI) yang bertugas di Jila, bersedia untuk
memberikan ilmunya kepada anak-anak Jila, tapi pada waktu itu tidak
ada gedung yang mereka pakai akhirnya gedung gereja Bahtera Bamogin
dijadikan sebagai tempat belajar dengan sistem pengenalan abjad dan
tidak diatur perkelas karena tenaga guru terbatas dan guru yang ada pun
adalah hanya dua orang guru yaitu guru tentara.
3. Pada tahun 1984 - 1985 Bangun Gedung Sekolah Dasar
Pada tahun 1984-1985, pemerintah kabupaten Paniai (Nabire)
melalui Kecamatan Ilaga mulai membangun gedung Sekolah Dasar SD
Inpres Jila dengan empat ruang kelas ditambah satu ruang kantor dan
membangun perumahan guru. Kemudian guru-guru yang ditugaskan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Jila tidak menjalankan tugasnya, maka seluruh fasilitas sekolah di
gunakan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk mengajar anak-
anak dengan keadaan apa adanya, dan tujuan guru tentara adalah hanya
bersifat membantu dan tidak ada imbalan dibalik pengorbanannya.
Karena keprihatinan guru tentara melihat anak-anak muda setempat yang
masih buta huruf, sehingga kebijakan yang diambil oleh Guru Tentara
adalah memperkenalkan huruf abjad.
Pada tahun 1985-1986, ada seorang guru datang untuk mengajar
anak-anak dengan jumlah yang sangat besar sekitar 100 lebih siswa, dan
dibantu oleh Guru Tentara, sehingga dalam tahun itu anak-anak semakin
mengenal cara menulis, membaca, dan menghitung.
Pada tahun 1987-1988, Pemerintah kabupaten Paniai (Nabire)
melalui Kecamatan Ilaga Desa Jila, menambah satu gedung sekolah
dengan tiga ruang kelas ditambah dengan satu ruang perpustakaan.
Sehingga dalam tahun itu bertambah tenaga guru dari Kecamatan Ilaga
tiga orang pengajar, sehingga jumlah tenaga pengajar sebanyak empat
orang. Dan mereka mengabdi selama enam tahun, maka dalam tahun itu
angkatan pertama yang tamat adalah sebanyak 13 anak, untuk lebih
jelasnya dilihat dilampiran: Dan anak-anak yang sudah tamat ini mereka
melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di ibu kota Kecamatan
Ilaga. Peralihan Pemerintahan dari Kabupaten Paniai ke Kabupaten
Mimika. Pada tahun 1998, Desa Jila Kecamatan Ilaga mengalami
perubahan status pemerintahan secara resmi dan wilayah ini diambil alih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
oleh Pemerintahan Mimika, maka menjadi Kabupaten Mimika,
Kecamatan Agimuga Desa Jila. Dua tahun kemudian status Desa Jila
berubah menjadi Distrik Administratif, dan satu tahun kemudian menjadi
distrik definitif.
4. Latar Belakang Perjalanan Pendidikan Suku Amungme
Sejarah perjalanan suku Amungme di daerah pegunungan
kabupaten Mimika, yang mana selalu memperioritaskan pendidikan
sebagai suatu wahana yang mengubah kehidupan mereka yang lebih baik
dari sebelumnya, dan sebelum mengenal pendidikan suku Amungme
sudah lama mengenal dengan suatu kalimat yang disebut "uruki" atau "me
kal tagame", artinya "Sang guru" atau Sang pendidik". Dari suku
Amungme memiliki dua pandangan yang hampir sama tetapi makna
sebenarnya adalah berbeda tentang “uruk”, dan “me kal tagame”, uruki
artinya seseorang yang mempunyai kelebihan tentang mendidik anak-anak
muda untuk tidak melanggar norma-norma yang berlaku di suku tersebut.
Cara mendidik adalah dengan pendekatan antropologis yang
diajarkan adalah cara membangun rumah adat setempat yang disebut
“Honai”, dan cara berkebun, cara berburu, memahat anak panah dan busur,
dan mengajarkan tentang sejarah turun temurun, dari kehidupan nenek
moyang sampai pada kehidupan generasi berikutnya. Mereka yang
memiliki kelebihan untuk mendidik adalah mereka yang sudah dilatih dan
sudah dibentuk dari generasi terdahulu, sehingga cara mendidik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
dimiliki oleh suku Amungme itu selalu memberi suatu makna yang
berbeda dari suku-suku lain yang ada di Papua.
Pengertian dari pada me kal tagame adalah orang-orang terpercaya
dari kelompok masyarakat dan memiliki kemampuan untuk memimpin
kelompok masyarakat, serta waktu tertentu yaitu seperti pesta Adat, dan
sebagainya dapat ditangani dengan baik, dan mereka memiliki pemikiran
yang baik. Dan cara yang mereka pakai adalah memotivasi, memberi
semangat kepada seluruh masyarakat yang ada di setempat sehingga
hubungan kekerabatan mereka tetap terikat. Mereka yang memiliki
pemikiran seperti ini dari setiap suku maupun daerah tertentu hanya
terdapat satu atau dua orang, untuk itu seluruh masyarakat Amungme
selalu taat pada nasehat dari pada “me kal tagame” atau dengan kata lain
“kal weak am me”, artinya orang yang memiliki pemikiran yang positif
dan berbahasa yang benar tentang cara hidup dalam bermasyarakat yang
baik atau benar dari kelompok suku Amungme.
Keberadaan suku Amungme adalah dari sigimugi sampai dengan
Delama Tagal, dan sekarang disebut kabupaten Mimika adalah hak ulayat
suku Amungme yang berdomisli di daratan rendah sampai dengan lereng
pegunungan Timika, dan suku Kamoro adalah suku yang hak ulayatnya di
bagian pesisir pantai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
5. Pendidikan untuk Suku Amungme di Daerah Pedalaman Timika
Profil pendidikan dari Kampung Aroanop Distrik Tembagapura
sampai dengan Kampung Alama Distrik Jila, yang masih bumerang. Apa
arti pendidikan bagi suku Amungme? Bagi suku Amungme yang hidup di
daerah pedalaman ini sampai sekarang belum mengenal huruf abjad atau
masih buta huruf. Jadi bertolak dari kondisi seperti itu bagi mereka
pendidikan itu sangat penting untuk mengubah keadaan yang mereka
alami, sehingga mereka membutuhkan adalah seorang pendidik
profesional yang mampu membawa mereka keluar dari keterpurukan itu.
Suku pedalaman (Amungme) masih membutuhkan pelayanan
pendidikan yang baik, masih mengharapkan seorang penolong bagi
mereka dan masih mengharapkan keadilan, karena selama ini tidak
keadilan satu pun. Yang mereka alami adalah ketidakadilan tentang
penerapan pendidikan di daerah pedalaman dan pemerintah daerah hanya
memfokuskan ke daerah perkotaan, sehingga pendidikan tidak sampai ke
daerah pedalaman Timika.
6. Pendidikan untuk Anak Muda Amungme di Daerah Pedalaman
Timika
Anak muda Amungme di Daerah pedalaman Timika memiliki
semangat yang luar biasa untuk mencoba melangka meskipun tidak ada
harapan untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi mereka. Dan
semangat untuk sekolah sudah dibentuk di lubuk hati mereka, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
tanpa didorong oleh guru maupun orang tua, anak – anak muda ini berani
melangka untuk menentukan nasib masa depan mereka meskipun masa
depan itu masih bayang-bayang atau masih kabut.
Pendidikan sekarang tidak memihak atau tidak memanusiakan anak
muda (Amungme) di daerah pedalaman Timika, pendidikan sekarang
membunuh karakter dan semangat anak muda (Amungme) di daerah
pedalaman, pendidikan sekarang membatasi atau mengagalkan masa
depan anak muda (Amungme) di daerah pedalaman. Apa masalahnya
sehingga mereka mengalami persoalan ini? Tidak lain adalah karena
gagalnya seorang pendidik yang mendidik anak - anak muda pedalaman
ini. Anak muda Amungme menantikan seorang pendidik dan pengajar
yang mampu mengembalikan hilangnya daya semangat belajar dari anak -
anak muda Amungme di daerah pedalaman ini.
7. Profil Guru di Daerah Pedalaman Timika
Dari perjalanan guru-guru di daerah pedalaman Timika kurang aktif
untuk berbakti pada fungsi dan tanggung jawabnya, dan mereka lebih
memilih ke kota dari pada menjalankan tugas di tempat tugasnya. Guru
bertugas ketika ada kegiatakan ulangan semester, atau ulangan kenaikan
kelas dan pada saat semester kelulusan Ujian Nasional. Tetapi tidak ada
kegiatan proses belajar mengajar dari guru siswa, tidak ada pengajaran di
sekolah - sekolah dasar di daerah pedalaman Timika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tidak kekurangan guru sekolah dasar di kabupaten Mimika, tidak
kekuranngan guru di daerah-daerah pedalaman Timika, malah kelebihan
guru sekolah dasar di daerah pedalaman Timika, guru PN, guru CPNS,
dan guru kontrak yang ditugaskan di daerah - daerah pedalaman, tetapi
mereka tidak menjalankan tugasnya, karena tidak ada pengawasan yang
ketat dari pihak pemerintah maupun lembaga-lembaga yang menangani
atau memajukkan sumber daya manusia di kabupaten Mimika. Masalah
kinerja guru sekolah dasar yang kurang efektif membuat murid di daerah
pedalaman tidak bisa melanjukan Sekolah Menengah Pertama (SMP),
maka banyak anak yang putus semangat untuk melanjutkan sekolah dan
akibat dari itu sebagian besar dari mereka menikah pada umur-umur
sekolah. Persoalan yang dialami anak-anak ini peneliti pernah membahas
bersama anak-anak tersebut, dan peneliti membuat suatu pertanyaan yang
mengarahkan pada kepersoalan itu. Atas pertanyaan tersebut mereka
menjawab bahwa karena pengaruh guru keadaan kami seperti ini,
sebenarnya kami mau sekolah tetapi kadang guru tidak datang mengajar
sampai lima sampai enam bulan, dan kalau guru-guru datang ketempat
tugas ketika ada ulangan semester kenaikan kelas dan ujian Nasional
(UN).
Secara umum profil guru di daerah pedalaman sangat buruk, guru-
guru di daerah pedalaman menunjukkan bahwa ketidakseriusan mengabdi
adalah salah satu kenyataan yang ada di lapangan. Tidak ada guru yang
tampil di daerah pedalaman, dan tidak memberi pandangan yang positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
bagi masyarakat sekitarnya, dan guru lebih mementingkan diri sendiri dan
tidak memperhatikan kebutuhan siswa di daerah pedalaman. Guru-guru di
daerah pedalaman Timika tidak hanya orang asli Papua tetapi guru-guru
yang ditugaskan di daerah pedalaman ada juga yang guru-guru dari bukan
orang asli Papua. Dan mengabdi dengan setulus hati di daerah pedalaman
malah guru-guru yang bukan orang asli Papua. Tetapi guru-guru yang
ditugaskan di daerah pedalaman tidak tergorganisir dengan baik, sehingga
di antara mereka tidak ada kerjasama yang baik, dan mengurus
kepentinganya sendiri-sendiri.
8. Letak Geografis
Secara administratif batas-batas distrik meliputi:
Di bagian Utara : Kabupaten Puncak Papua (Ilaga)
Di bagian Selatan : Distrik Agimuga, Distrik Jita, Distrik Jila
Di bagian Barat : Distrik Tembagapura
Di bagian Timur : Kabupaten Ndugama (kenyam)
Luas wilayah Kabupaten Mimika 20.039 km2 atau 4,75% dari
wilayah provinsi Papua, yang terdiri dari 13 Distrik, 6 kelurahan dan 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
kampung atau Desa dengan penduduk Kabupaten Mimika berdasarkan
registrasi tahun 2008 - 2009 (hasil proyeksi) adalah 171.230 jiwa berarti
jumlah jiwa Distrik Jila merupakan sebanyak 3.877jiwa. Kabupaten
Mimika memiliki topografi dataran tinggi, dataran rendah, dan daerah
pantai. Dan daerah/Distrik yang bertopografi dataran tinggi adalah
Tembagapura dan Jila, selain kedua distrik tersebut merupakan distrik
yang memiliki dataran rendah dan daerah pantai.
9. Tempat Penelitian
Tempat penelitian bertempat di Distrik Jila, Distrik Tembagapura,
dan ibu Kota Timika, dan ibu kota Timika ada dua tempat penelitian yaitu
di kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P & K ), dan Biro
pendidikan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro
(LPMAK) kabupaten Mimika. Biro pendidikan LPMAK adalah lembaga
yang memfasilitasi kebutuhan pendidikan di daerah pedalaman seperti
mengontrak guru-guru, menyediakan pelayanan transport (udara), dan
membantu buku - buku dan lain sebagainya.
Distrik Tembagapura dan Distrik Jila adalah tempat obyek
penelitian, dan di Distrik Tembagapura terdapat enam sekolah Dasar dan
di Distrik Jila terdapat lima Sekolah dan sekolah dasar yang ada di daerah
pedalaman kabupaten Mimika berjumlah sebelas sekolah dasar. Sekolah
dasar di daerah pedalaman kabupaten Mimika 95 persen sekolah negeri
(SD Inpres) dan 5 persen sekolah swasta. Jadi peneliti lebih berfokus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
daerah pegunungan kabupaten Mimika yaitu di Distrik Tembagapura dan
Distrik Jila, kedua Distrik ini sangat jauh dari ibu kota Timika, dan
pelayanan pendidikan masih sangat minim, sehingga bagimana cara untuk
menemukan dimana akar masalahnya, maka melalui penelitian ini akan
memberi jawaban sesuai fakta di lapangan.
Tabel IV.1.1
Nama dan Alamat Sekolah di Distrik Jila
No
n
Nama Sekolah
Alama
t
Rombel
Sisw
a
TP
K
1
SD Inpres Jila
Jila
6
545
16
2
SD Inpres Hoeya
Hoeya
5
271
9
3
SD Inpres Bela
Alama
Alama
3
96
5
4
SD Inpres
Geselema
Gesele
ma
6
340
3
Keterangan : Distrik Jila terdapat Empat sekolah Dasar dan Jumlah
keseluruhan siswa terdapat seribu dua ratus lima puluh dua siswa. Secara
umum jumlah siswa yang sangat besar dan jumlah siswa ini dari kelas satu
sampai dengan kelas enam. Jumlah siswa ini belum disempurnakan karena
siswa yang aktif di sekolah bias saja lebih dari jumlah yang ada, dan bias
juga kurang dari jumlah yang sudah ada sebelumnya.
10. Keadaan Murid Sekolah Dasar SD Inpres Jila
Keberadaan status murid berdasarkan tingkatan atau kelas yang
mereka belajar dan jenis kelamin, maka lebih jelasnya dapat dilihat dalam
table 1.3, di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Tabel IV. 1.2
Data Murid SD Inpres Jila Menurut kelas dan Jenis Kelamin
N
o
Kela
s
Laki-
laki
Perempua
n
Jumla
h
Keterangan
1.
I
37
16
53
Semua Aktif
2.
II
41
15
56
Semua Aktif
3.
HI
39
18
57
Semua Aktif
4.
IV
30
22
52
Semua Aktif
5.
V
24
13
37
Semua Aktif
6.
VI
16
11
27
Semua Aktif
Jumlah
187
95
L + P
= 282
Sumber : Dalam buku agenda umum SD Inpres Jila
Tahun 2012
Keterangan : Jumlah siswa per kelas dan sesuai jenis kelamin dan jumlah
kelas satu terdapat tiga puluh tujuh siswa laki-laki, dan enam belas siswa
perempuan semuanya aktif, dari kelas dua terdapat empat puluh satu laki-
laki, dan lima belas peremuan semuanya masih aktif, dari kelas tiga
terdapat tiga puluh Sembilan siswa laki-laki, dan dua puluh dua siswa
perempuan semuanya masih aktif. Jumlah laki-laki dari kelas satu sampai
kelas enam terdapat seratus delapan puluh tujuh siswa dan dinyatakan
masih aktif sekolah, jumlah siswa perempuan dari kelas satu sampai kelas
enam terdapat Sembilan puluh lima siswa dan semuanya aktif. Dengan
demikian data murid SD Inpres Jila menurut kelas dan jenis kelamin di
atas dapat di olah lagi menjadi tabel data murid SD Inpres Jila menurut
agama yang diyakini oleh siswa. Untuk itu lebih rinci dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tabel IV.l. 3
Data Murid SD Inpres Jila Menurut Agama
No
Agama
Laki-laki
Perempuam
Jumlah
Ket
1.
Islam
-
-
-
2.
Kristen
Protest
an
120
79
199
3.
Kristen
Katoli
k
39
44
83
4
Hindu
-
-
-
5
Budha
-
-
-
Jumlah
159
123
282
Sumber : Dalam Buku Agenda Umum SD Inpres Jila
Tahun 2012
Tabel 4.3 berdasarkan keberadaan siswa-siswi SD Inpres Jila menurut
agama yang mereka yakini dan menurut hasil penelitian membuktikan
bahwa di SD Inpres Jila merupakan mayoritas beragama Kristen Protestan
dan Kristen Katolik.
11. Keadaan Guru SD Inpres Jila
Tenaga pendidik atau guru yang bertugas di SD Inpres Jila, dari
tahun 1997 sampai dengan tahun 2013 merupakan sebanyak 11 orang.
Berjumlah 11 orang guru dikelompokan lagi menurut status yaitu lima (5)
orang merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Lima orang lagi
merupakan tenaga kontrak dari Pemerintah Provinsi Papua dan satu orang
merupakan tenaga Honorer. Dan untuk lebih jelasnya dapat di lihat dalam
tabel di bawah ini yaitu sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Tabel IV.1.4
Daftar Nominatif Guru-Guru SD Inpres Jila Tahun 2012-2013
No
Nama
L/P
Gol/Ruang
Jabatan
Status
Ket
1 Yulius Piligame, S.Pd L Penata Tk.III/D Kepala Sekolah Kawin PNS
2 Rubeni Kadepa L Penata Muda Ill/a Wakil Kepsek Kawin PNS
3
Siprianus Kegiye, Amd
L
Pengatur Muda Tk.I,
Il/b
Guru Kelas
Kawin
PNS
4
Apolonaris Tiriwa, Amd
L
Pengatur Muda Tk.I,
Il/b
Guru Kelas
Kawin
CPNS
5
Magdelena Kamaroko ,Amd
P
Pengatur Muda Tk.I,
Il/b
Guru Kelas
Kawin
CPNS
6
Sanjaya Silaban,S.Th
L
-
Guru Kelas
B. Kawin
Kontrak
7
Claudius Lisias L.G,S.Th
L
-
Guru Kelas
Kawin
Kontrak
8
Friska Limentiani Taileleu
P
-
Guru Kelas
Kawin
Kontrak
9
Noh Faot, S.Th
L
-
Guru Kelas
Kawin
Kontrak
10
Srianita ,S.Th
P
-
Guru Kelas
Kawin
Kontrak
11
Josea Piligame
L
-
Guru Kelas
Kawin
Kontrak
Sumber : Dalam Buku Agenda SD Inpres Jila Tahun 2012
Dalam tabel iv.1.4, ini jelas bahwa tenaga mengajar yang di tempatkan oleh
pemerintah daerah dalam hal ini kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
(P & K) kabupaten Mimika itu sangat banyak jumlahnya, namun untuk
memenuhi panggilannya sebagai seorang guru sangatlah susah, disebabkan
oleh letak geografis daerah Jila yang terisolir dan susah di jangkau oleh
pemerintah dan daerahnya terpencil,sehingga guru-guru yang di tempatkan
tidak mau ke tempat tugas dan hanya satu sampai dua orang saj a yang biasa
bergantian mengajar.
12. Keadaan Fasilitas SD Inpres Jila
Fasilitas sekolah Dasar di SD Inpres Jila sudah lengkap dan masih
bagus seperti alaman bermain, lapangan voli, lapangan bola kaki,
perpustakaan, buku-buku panduan, gedung sekolah perumahan guru, dan
alat-alat penunjang belajar lainnya. Tetapi proses belajar mengajar sangat
kurang efektif, dan dilihat dari persepsi masyarakat pedalaman bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
fasilitas yang mereka miliki di daerahnya seperti gedung sekolah,
perpustakaan perumahan guru yang sangat bagus-bagus, dan lain-lain
adalah suatu kebangahan tersendiri.
13. Gedung Sekolah Dasar SD Inpres Jila
SD Inpres Jila memiliki dua gedung masing-masing tiga ruang kelas
dengan ukuran yang sama yaitu: panjang :7 meter, lebar 24 meter, enam
ruangan dengan keadaan gedung masih baik. Umur gedung sekolah dasar
di SD Inpres Jila kurang lebih Delapan Belas Tahun, dan semua fasilitas
masih baik.
14. Perabot Sekolah Dasar SD Inpres Jila
SD Inpres Jila sampai dengan sekarang perabot yang masih dalam
keadaan baik, penulis telah melakukan pendataan dan hasilnya di muat
secara terperinci dalam tabel di bawah ini:
Tabel IV. 1.5
Perabot Sekolah di SD Inpres Jila
NO.
Nama Barang
Jumlah
Keterangan
1
Meja murid
169 Buah
Semua Baik
2
Kursi Murid
169Buah
Semua Baik
3
Meja Guru
6 Buah
Semua Baik
4
Kursi Guru
6 Buah
Semua Baik
5
Papan Tulis
6 Buah
Semua Baik
6
Penghapus Tulis
6 Buah
Semua Baik
7
Lemari Sekolah
3 Buah
Semua Baik
8
Rak Buku
3 Buah
Semua Baik
9
SSB Sekolah
1 Buah
Masih Baik
10
Jam Binding Sekolah
1 Buah
Masih Baik
11
Tiang Bendera
1 Buah
Masih Baik
12
Bendera Sekolah
2 Buah
Masih Baik
13
Bola Volly Sekolah
2 Buah
Masih Baik
14
Bola Kaki Sekolah
2 Buah
Masih Baik
15
Parang/Sabit Sekolah
5 Buah
Semua Baik
Jumlah
385 Buah
Sumber : Dalam Buku Agenda SD Inpres Jila Tahun 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Di dalam table iv.1.5 menjelaskan bahwa seluruh perabot Sekolah
Dasar SD Inpres Jila merupakan sebanyak 385 Buah, jumlah ini tidak
termasuk barang yang sudah rusak dan milik guru-guru. Perabot sekolah
secara umum masih layak pakai seperti meja, kursi, papan tulis,
penghapus, kapur tulis, meja dan kursi untuk guru, dan lemari buku
semuanya masih baik. Setiap kelas memiliki tiga puluh buah kursi dan
meja, serta satu buah papan tulis per kelas. Jadi perabot sekolah dasar di
SD ini sangat mendukung dalam proses belajar mengajar. Fasilitas sekolah
Dasar (SD) maupun sekolah menengah pertam (SMP) di setiap daerah
pedalaman kabupaten Mimika lengkap, dan di daerah pedalaman Timika
tidak kekurangan gedung sekolah, fasilitas lainya tetapi yang menjadi
kendala di daerah pedalaman adalah guru-gurunya saja.
Fasilitas sekolah seperti perabot sekolah saja lengkap berarti
fasilitas lain juga pasti lengkap pada setiap sekolah seperti SD Inpers Jila,
dan sekolah dasar yang lain seperti SD Inpres Bela Alama, SD Inpres
Geselema, SD Inpres Hoeya, dan setiap sekolah mendapatkan fasilitas
yang sama sesuai keadaan sekolah yang ada.
15. Rumah Guru
Rumah merupakan salah satu fasilitas yang mendukung proses
belajar mengajar di sekolah, maka di SD Inpres Jila juga memiliki Empat
unit rumah tambah delapan kopel masing-masing berukuran enam meter,
lebar dua belas meter, dan jumlah kamar masing - masing terdapat empat
kamar dan semuanya baik. Keadaan rumah masih layak dihuni dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
dibangun pada tahun 2006, dan rumah dibangun dari kayu atau disebut
rumah papan. Setiap rumah dirawat dengan baik oleh siswa, masyarakat
setempat, dan guru-gurunya. Ketika guru-guru balik ke kota dan guru
biasanya mempercayakan orang-orang terpercaya yang ada di kampung
tersebut untuk merawat rumah tersebut, sehingga meskipun guru-guru
lama di kota tapi rumah dan seluruh fasilitas rumah serta fasilitas sekolah
terjaga baik oleh petugas maupun masyarakat setempat.
Letak rumah guru tidak jauh dari sekolah, persisnya di bekang
sekolah dan kaki sebelah di sekolah kaki sebela lagi di rumah. Maka, jarak
antara sekolah dan rumah guru sangatlah dekat. Dan, yang tinggal di
rumah guru adalah setiap guru yang ada tugas di sekolah tersebut, seperti,
pak guru Yulius Piligama dengan seisi keluarganya, dan sama pula dengan
rumah guru lainnya. peneliti melakukan penelitian peneliti tidak
menemukan satu hidung guru bertugas di daerah pedalaman yang sedang
menjalankan tugas mengajarnya, sehingga peneliti ambil data pun dari
dokumentasi umum yang sudah ada di sekolah tersebut dan disimpan oleh
bapak Penegi sebagai guru honorer selama dua tahun, beliau sudah
memiliki berbagai informasi dan waktu penelitian penulis menjadikan
beliau sebagai sumber informasi kunci di Daerah pedalaman Jila.
Perolehan data dan informasi terkait guru-guru di sekolah-sekolah dasar di
Distrik Jila sangat jelas bahwa sangat memprihatinkan keberadaan murid-
murid yang sangat berantakan, keberadaan guru-guru yang sangat tidak
terorganisir dengan baik , maka apapun pandangan masyarakat setempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
terkait masalah yang sedang diteliti oleh peneliti menganggap itu suatu
informasi yang benar karena informasi itu berdasarkan fakta yang sedang
dialami mereka. Peneliti menyanyakan keberadaan guru ia menjelaskan
bahwa rumah-rumah ini sudah ada pemiliknya tetapi tidak dihuni oleh
penghuni karena mereka semua pada di kota sampai sekarang guru-guru
belum pulang dan rumah-rumah ini kami yang rawat di luarnya saja. Apa
lagi pintu rumah pun sudah dikunci dan juga lihat saja pada setiap kelas
saja tidak ada proses belajar mengajar di kelas dan pintu kelas pun masih
disegel. Karena guru-guru masih di kota dan mengurusi kepentingannya
sendiri di kota artinya melupakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
guru pengajar di daerah pedalaman artinya bahwa guru-guru tidak
memperdulikan masa depan anak-anak muda di daerah pedalaman.
Peneliti paparkan dalam tulisan ini bahwa waktu`efektif mengajar
guru di sekolah dalam satu semester dari semester ganjil adalah dari bulan
April sampai dengan pertengahan awal bulan Juni pertahun. Dalam
semester genap guru mulai mengajar dari pertengahan September sampai
dengan pertengahan bulan Oktober pertahun, sehingga proses
pembelajaran tidak teroganisir dengan baik maka peneliti akan bahas lebih
jauh lagi di bab pembahasan.
16. Sekolah Dasar Intruksi Presiden di Distrik Hoeya
Fakta yang ada di sekolah dasar di Distrik Hoeya dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2013, guru - guru tidak pernah mengadakan kegiatan
proses belajar mengajar di sekolah ini. Sehingga tokoh Masyarakat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Kepala Suku, tokoh Agama, mahasiswa sebagai relawan, dan seluruh
masyarakat menyampaikan aspirasinya ke pemerintah daerah untuk
memperhatikan nasib masa depan anak-anak daerah pedalaman Distrik
Hoeya kabupaten Mimika. Karena tidak adanya keseriusan dari pemeintah
daerah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P & K), dan tidak ada pulah
keseriusan dari kepala sekolah dan guru - guru yang bertugas di SD Inpres
Hoeya.
Keadaan sekolah secara fisik terdapat satu buah gedung dan dibagi
menjadi enam ruang kelas dan satu buah ruang kantor, semuanya masih
baik dan gedung tidak pernah dipakai dengan baik sampai sekarang
artinya bahwa gedung sekolah tidak dioperasi dengan baik. Gedung berdiri
tanpa guru, tidak ada proses belajar mengajar di sekolah ini, sehingga
proses pembelajaran tidak berjalan selama delapan tahun. Dan gedung
tidak dirawat baik, maka tahun-tahun yang akan datang mudah rusak.
Guru-guru yang ditugaskan di sekolah SD Inpres Hoeya tidak pernah
datang mengajar di sekolah. Penulis memwawancarai Otto tokoh pemuda
yang peneliti temui di kota Timika kebetulan ia baru dua hari dari Hoeya
dan ia mengatakan kepada saya bahwa tidak usah mengadakan penelitian
di Hoeya, karena di sekolah tersebut tidak ada proses belajar mengajar di
sana dan tidak ada pula guru-guru yang pergi kesana untuk mengajar. Jadi,
untuk mau lebih tahu tentang guru-guru dan keadaan sekolah di Hoeya
silahkan saja ambil data dari kota Timika saja. Kalau peneliti mau terjun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
langsung ke kampung Hoeya silahkan saja tapi saya pesan bahwa itu
hanya buang waktu dan tenaga.
17. Sekolah Dasar di Daerah Pedalaman Timika
Sekolah dasar yang diteliti dari peneliti adalah sekolah dasar di
Distrik Jila dan Distrik Tembagapura, jadi keteranganya dapat dilihat tabel
di bawah ini.
Tabel IV.1.6
Daftar Sekolah Dasar di Distrik Jila
No
Nama Sekolah
Alamat
Rombel
Siswa
TPK
1
SD Inpres Jila
Jila
6
545
16
2
SD Inpres Hoeya
Hoeya
5
159
9
3
SD Inpres Bela
Alama
Alama
3
344
5
4
SD Inpres Geselema
Geselema
6
393
3
5
SD Inpres
Erelmakawi
Erelmaka
186
Jumlah Total 1.627 Siswa
Sumber : Agenda Umum Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika
Tahun 2012
Keterangan: Distrik Jila terdapat lima sekolah dasar dan jumlah siswa
secara keseluruhan adalah sebesar seribu enam ratus dua puluh tujuh
siswa, semuanya masih aktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Tabel IV.1.7
Daftar Sekolah Dasar di Distrik Tembagapura
No
Nama Sekolah
Alamat
Romb
el
Sisw
a
TP
K
1
SD Inpres Banti
Banti
8
549
8
2
SD Inpres Aroanop
Aroanop
6
165
5
3
SD Inpres Tsinga
Tsinga
6
348
7
4
SD Inpres Bilawak
Tembagapur
a
275
5
SD Inpres Jagamin
Tembagapur
a
112
6
SDYPJ
Tembagapur
Tembagapur
a
434
Jumlah Total
1.883
Siswa
Sumber : Agenda Umuni Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika
Tahun 2012
Keterangan : Distrik Tembagapura terdapat lima sekolah dasar dan
jumlah siswa secara keseluruhan adalah sebesar seribu delapan ratus
delapan puluh tiga siswa, semuanya masih aktif. Dari tabel di atas
terdapat lima sekolah dasar di Distrik Jila, dan enam Sekolah Dasar di
Distrik Tembagapura, jumlah keseluruhan adalah sebelas Sekolah Dasar
di Daerah Pedalaman Kabupaten Mimika. Dan sesuai tabel diatas
Jumlah siswa dari Distrik Jila terdapat Seribu Enam Ratus Dua Puluh
Tuju siswa, dan dari Distrik Tembagapura terdapat Seribu Delapan
Ratus Delapan Puluh Tiga Siswa. Jumlah keseluruhan siswa dari Distrik
Jila, dan Distrik Tembagapur Terdapat Tiga Ribu Lima Ratus Sepuluh
siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
B. Daftar Sekolah Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin
Tabel IV.2.1
Alamat Sekolah di Distrik Jila
No
Nama Sekolah
NPSN
Satu
an
Almt
Ke
c
Kab
Prov
1
SD Inpres Jila
60302831
1
Jila
Mimik
a
Papua
2
SD Inpres Hoeya
60302830
1
Jila
Mimik
a
Papua
3
SD Inpres Geselema
60302829
1
Jila
Mimik
a
Papua
4
SD Inpres Bela
Alama
60302827
1
Jila
Mimik
a
Papua
5
SD Inpres Eralma
60304556
1
Jila
Mimik
a
Papua
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika
Tahun 2012
Keterangan : Sekolah dasar di Distrik Jila terdapat lima sekolah dasar satu
diantaranya bertempat di pusat kecamatan yang disebut SD Inpres Jila. SD
Inpres Hoeya bertempat di kampung Hoeya jarak antara pusat kecamatan
kurang lebih 250 kilomter, SD Inpres Geselema kurang lebih 235 kilmoter
dari pusat kecamatan, dan SD Inpres Bela Alama, dan Eralma, jaraknya
kurang lebih 220 kilometer dari pusat kecamatan Jila. Kalau dilihat dari jarak
antara kecamatan Jila dengan pusat pemerintahan Kabupaten Mimika kurang
lebih 500 Kilometer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tabel IV.2.2
Kelas Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelas Laki-Laki
Nama Sekolah
LK1
1
LK2
2
LK
3
3
LK
4
4
LK
5
5
LK6
6
Jumlah
SD Inpres Jila
68
53
72
60
50
47
350
SD Inpres Hoeya
26
23
17
14
10
9
99
SD Inpres
Geselema
30
65
60
46
33
13
247
SD Inpres Bela
Alama
65
26
25
22
20
25
183
SD Inpres Eralma
28
26
18
15
15
12
114
Jumlah
217
193
192
157
128
106
993
Kelas Perempuan
Nama Sekolah
PR1
1
PR2
2
PR
3
3
PR
4
4
PR
5
5
PR6
6
Jumlah
SD Inpres Jila
28
22
30
48
42
25
195
SD Inpres Hoeya
19
14
11
7
6
3
60
SD Inpres
Geselema
20
30
30
31
27
8
146
SD Inpres Bela
Alama
35
35
25
20
25
21
161
SD Inpres Eralma
15
15
12
12
10
8
72
Jumlah
117
116
108
118
110
65
634
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Mimika Tahun 2012
Tabel IV.2.3
Alamat Sekolah di Distrik Tembagapura
No
Nama Sekolah
NPSN
Satuan
Almt
Kec
Kab
Prov
1
SD Inpres Banti
6030282
6
1
Tembagapur
a
Mimik
a
Papua
2
SD Inpres
Aroanop
6030282
5
1
Tembagapur
a
Mimik
a
Papua
3
SD Inpres Tsinga
6030283
6
1
Tembagapur
a
Mimik
a
Papua
4
SD Inpres
Bibilawk
6030455
4
1
Tembagapur
a
Mimik
a
Papua
5
SD Inpres
Jagamin
6030455
7
1
Tembagapur
a
Mimik
a
Papua
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika
Tahun 2012
Keterangan : SD Inpres Banti berada pada pusat kecamatan Distrik
Tembagapura, SD Inpres Aroanop bertempat di kampung Aroanop dan jarak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
antara pusat kecamatan kurang lebih 200 kilometer, SD Inpres Tsinga
bertempat di kampung Tsinga dan jarak dari pusat kecamatan kurang lebih
200 kilometer, SD Bililawak dan SD Jagamin hampir berdekatan dengan
kampung banti kurang lebih 190 kilometer dari pusat kecamatan
Tembagapura.
Tabel IV.2.4
Kelas Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelas Laki-Laki
Nama Sekolah
LK1
1
LK
2
2
LK3
3
LK4
4
LK
5
5
LK6
6
Juml
ah
SD Inpres Banti
75
60
37
30
47
40
289
SD Inpres
Aroanop
46
11
9
14
9
5
94
SD Inpres Tsinga
150
55
42
44
38
11
340
SD Inpres
Bibilawak
62
41
40
30
173
SD Inpres
Jagamin
17
17
12
6
3
55
Jumlah
350
184
120
118
94
56
951
Kelas Perempuam
Nama Sekolah
PR1
1
PR
2
2
PR3
3
PR4
4
PR
5
5
PR6
6
Juml
ah
SD Inpres Banti
57
45
40
44
29
45
260
SD Inpres
Aroanop
39
6
5
6
11
4
71
SD Inpres Tsinga
25
30
23
16
12
4
110
SD Inpres
Bibilawak
48
31
18
5
0
0
102
SD Inpres
Jagamin
20
16
20
6
0
0
57
Jumlah
189
128
200
77
52
53
600
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika
Tahun 2012
Keterangan: Tabel di atas menunjukkan bahwa sekolah dasar di Distrik Jila
terdapat lima sekolah dasar dan dibagi menjadi kelas per jenis kelamin, dari
Distrik Jila jumlah siswa laki-laki paling banyak dari pada jumlah perempuan.
Distrik Teinbagapura terdapat lima sekolah dasar dan jumlah siswa laki-laki
lebih banyak dari pada perempuan dan perolehan data ini tidak akurat karena
ada kelas yang siswanya tidak ada seperti SD Inpres Bililawak kelas lima dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
kelas enam siswa (laki-laki) tidak terdapat, dan kelas perempuan pada sekolah
yang sama dan kelas yang sama tidak terdapat pula. Maka, perolehan data ini
dari dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten Mimika perlu sosialisasi
dengan pihak sekolah untuk mengetahui keadaan siswa di sekolah-sekolah
tersebut.
Jumlah keseluruhan siswa SD Inpres Jila terdapat seribu enam ratus
dua puluh tujuh, dan jumlah siswa ini tidak jelas karena dilihat dari
kenyataan di lapangan bahwa hubungan kerja sama antara setiap sekolah
yang ada di daerah pedalaman dengan Dinas Pendidikan kabupaten Mimika
tidak terorganisir dengan baik, dan jumlah siswa tercantum dalam ini penulis
mengaris bawahi bahwa tidak valid, karena Jumlah siswa pada setiap sekolah
yang ada di Distrik Jila tidak yang berdasarkan data pada tabel di atas dan
dengan alasan bahwa siswa di daerah pedalaman tidak sebanyak itu. Kalau
semua anak muda yang ada di daerah pedalaman jumlah yang disebutkan di
atas penulis mengaris bawahi bahwa itu bisa benar dan tetapi bagi anak-anak
yang sekolah jumlahnya tidak sebanyak yang disebutkan dalam tabel
tersebut. Jadi, anak-anak ini pastinya aktif sekolah seandainya ada guru yang
aktif mengajar. Pengaruhnya, guru-gurunya yang tidak menatah dengan baik
atau tidak diorganisir siswa-siswa di pedalaman sehingga siswa-siswa yang
harusnya aktif rsekolah tapi faktanya bahwa aktif menantikan kedatangan
guru-guru dari kota. Hal, yang sama dialami juga anak-anak sekolah dasar di
Distrik Tembagapura dan penerapan satu konsep yang sama di daerah
pedalaman pegunungan kabupaten Mimika. Jadi, penulis menceritakan satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
persoalan yang dialami oleh satu sekolah berarti mewakili beberapa sekolah
yang ada di pedalaman kabupaten Mimika. Mengapa demikian? Karena
pengaruh kepemimpinan Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika dan setiap
kepala sekolah yang ditugaskan pada sekolah yang ada di daerah pedalaman
Timika yang tidak memprioritaskan kebutuhan siswa di daerah-daerah
pedalaman Kabupaten Mimika.
Perolehan data siswa dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
kabupaten Mimika, dengan identitas yang tidak jelas menangani pendidikan
di daerah pedalaman Timika. Karena pemerintah daerah tidak menunjukkan
data-data yang valid kepada peneliti waktu peneliti melakukan penelitian di
kabupaten Mimika terkait profil guru pedalaman di daerah pedalaman dan
tidak ada pula keterbukaan dari pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika.
Berarti bahwa Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika
menutupi kesalahanya atas kebijakan yang diambil. Sama pula dengan guru-
guru pedalaman yang statusnya tidak jelas, karena guru-guru yang ditugaskan
di peladalaman tidak mengajar di tempat tugas dan keluyuran di kota dan
statusnya di kota pun tidak jelas.
Tabel IV.2.5
Tingkat Pendidikan dan Masa Kerja SD Jagamin
No
Nama Guru
Pangkat
Gol
Pendidika
n
Akhir
Ket
1
Marius
Hesegem
III/D
SPG
PN
2
Marthen
Yamko
UFA
SPG
PN
3
Wellem Bagau
II/A
SMK
CPNS
4
Ayub Giayai
II/B
DII
CPNS
5
Joni
SI
Kontrak
6
Renia
SI
Honor
7
Amoldus
STP
Honor
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Mimika Tahun 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Keterangan : Berdasarkan tabel di atas terdapat dua guru sekolah pendidikan
guru, dan satu sekolah menengah kejuruan, dan dua diantaranya pendidikan
umum. Sekolah Pendidikan/Guru (SPG), sederajat dengan Sekolah Menengah
Keguruan/Kejuran. Dan, sesuai dengan tabel di atas menjelaskan bahwa
pendidikan akhir guru-guru di sekolah-sekolah di daerah pedalaman
menunjukkan bahwa tidak seimbang. Ada, guru yang akhir pendidikan hanya
dari pendidian tingkat menengah atas, dan ada guru yang tingkat
pendidikannya hanya D-1, D-2, Dan D-3, tapi ada guru yang tingkat
pendidikannya pada tingkat perguruan tinggi. Guru-guru yang tingkat
pendidikan perguruan tinggi dari kalangan pendidikan umum, dan
pengangkatan guru-guru di kabupaten Mimika berdasarkan kebutuhan yang
mendesak, sehingga guru-guru yang diangkat pun secara terpaksa atau
kebijakan pemerintah untuk mengisih kekosongan guru-guru di daerah
pedalaman dan tidak memandang latar belakang pendidikan dan juga tidak
melihat pada tingkat kemampuannya.
Pengangkatan guru yang tidak berdasarkan pada tingkat kemauan atau
ketersediaan dari guru-guru, sehingga mendapatkan ketidakseimbangan pada
tingkat keseriusan atau dan tingkat pendidikan yang tidak seimbang membuat
guru tidak nyaman antara sesama guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Tabel IV. 2.6
Masa Kerja Guru di sekolah Dasar SD Jagamin
No
Nama Guru
Masa krj
di sekolah
Masa krj
keseluruhan
Ket
1
Marius Hesegem
4thn
20 thn
PN
2
Marthen Yamko
1 thn
14 thn
PN
3
Wellem Bagau
3thn
3 thn
CPNS
4
Ayub Giayai
3 thn
3 thn
CPNS
5
Joni
4 thn
4 thn
Kontrak
6
Renia
1 thn
1 thn
Kontrak
7
Arnoldus
Honor
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika
Tahun 2012
Keterangan : Bapak guru Marius Hesegem, sebagai guru kelas masa kerja
aktif di sekolah ini adalah empat tahun, dan jumlah seluruhannya adalah dua
puluh tahun. Dalam dua puluh tahun statusnya aktif mengajar, jadi meskipun
guru-guru yang ditugaskan pada sekolah-sekolah tertentu khususnya di
daerah pedalaman tetapi tidak menjalankan tugas dalam beberapa tahun saja
maka tidak dipersoalkan oleh pihak yang berwenang seperti Dinas
Pendidikan. Jadi, semua guru yang ada di pembahasan pada tabel di atas
nasibnya sama yaitu lama kerja di sekolah tersebut dan masa kerja
keseluruhan yang ditetapkan dari Dinas Pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
C. Guru Mata Pelajaran
Tabel IV. 3.1
Guru Mata Pelajaran di SD Jagamin
No
Nama Guru
Pkn
Bhs
Ind
Bhs
Ing
Mat
IPA
IPS
Kes
sen
Pen
jas
Ti
k
Se
Bud
Mulo
k
1
Marius
Hesegem
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
2
Marthen Yamko
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
3
Wellem Bagau
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
4
Ayub Giayai )
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
5
Joni
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
6
Renia
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
7
Arnoldus
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika
Tahun 2012
Keterangan: Tabel di atas menjelaskan tentang tingkat pendidikan dan lama
kerja guru serta guru mata pelajaran. Maka, dipahami bahwa mata pelajaran
yang diwakan pada perkelas dan semua mata pelajaran ditangan oleh semua
guru yang ada. Contah, dapat dilihat di tabel bahwa bapak Marius mengajar
di kelas dengan mata pelajaran PKN dan guru yang sama mengajar pada mata
pelajaran bahwa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, Mulok, Penjaskes, dan
lain-lain. Jadi, setiap guru mempunyai jam mengajar dalam satu minggu
mengajar dengan mata pelajaran yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Tabel IV.3.2
Masa Kerja Guru Sekolah Dasar Inpres Aroanop
No
Nama Guru
Pangkat/gol
Pendidikan
Akhir
Masa Krj di
sekolah ini
Lama krj
Ket
1
Yoseph Tabuni A. ma. Pd
Pembina
IV/a
IPI
18thn3bln
24 thn 3bln
PN
2
Yosep Kaize, A.Ma.Pd
Pratama
Il/b
IPI
5 thn 2 bin
6 thn 2 bin
PN
3
Hidayat, A.Ma
Pratama
Il/b
IPI
5 thn 2 bin
6 thn 2 bin
CPNS
4
Niko Bunai, A.Ma.Pd
Pratama
Il/b
IPI
4 thn 2 bin
5 thn 2 bin
CPNS
5
Yulius Wetipo
6 thn 2 bin
7 thn 2 bin
CPNS
6
Herson Balu
4 thn 2 bin
5 thn 2 bin
Guru kontrak
7
Simson
4 thn 2 bin
5 thn 2 bin
Guru kontrak
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Mimika Tahun 2012
Keterangan : Masa kerja guru sekolah dasar pada sekolah dasar di SD
Aroanop bahwa sama dengan penjelasan pada tabel iv. 3.5, tapi di
sekolah ini setiap guru memiliki lama kerja yang tidak seimbang ada guru
yang mengajar delapan belas tahun tiga bulan, ada guru yang lima tahun
tiga bulan, dan dua tahun dua bulan dan seterusnya.
Tabel IV. 3.3
Guru Mata Pelajaran SD Inpres Aroanop
No
Nama Guru
Pkn
Bhs
Ind
Bhs
Ing
Mat
IPA
IPS
Kes
sen
Penjas
Tik
Se
Bud
Mulok
1
Yoseph Tabuni
V
V
V
V
V
V
V
2
Yosep Kaize
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
3
Hidayat
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
4
Niko Bunai
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
5
Yulius Wetipo
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
6
Herson Balu
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
7
Simson
Keterangan: Data dalam tabel di atas menjelaskan bahwa setiap guru
mengajar semua mata pelajaran pada per kelas, dan kecuali mata pelajaran
bahasa inggris yang tidak ada kelas, karena belum ada guru kelas bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
inggris. Dari keefektipan guru akan menentukan bahwa proses belajar
mengajar berjalan efektif atau tidak. Guru-guru yang sudah ada jadwal
mengajar di kelas kadang tidak pasti mengajar sehingga guru-guru yang
sudah hadir pada semester-semester tertentu mereka menghendel semua mata
pelajaran yang ada meskipun mata pelajaran tersebut bukan bidangnya.
Tabel IV. 3.4
Guru Mata Pelajaran SD Inpres Banti
No
Nama Guru
Pkn
Bh
s
Ind
Bh
s
Ing
M
at
IPA
IP
S
Kes
sen
Pe
nja
s
Tik
Se
Bud
Mulo
k
1 Absolom
Hesegem
V
V
V
V
V
V
V
2
Irene Ice Makai
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
3
Lamek Uamang
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
4
Nikera Anow
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
5
Petrus Yatipai
V
V
V
V
V
V
V
V
V
6
Priska Kuum
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika
Tahun 2012
Keterangan : Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa mata pelajaran yang
dibawakan oleh setiap guru mata pelajaran dan dari mata pelajaran PKN
sampai dengan mata pelajaran Mulok semua guru terlibat tetapi mata
pelajaran bahasa Inggris belum ada guru yang mengisih karena untuk
mendapatkan guru bahasa Inggris sangat sulit. Maka peran guru dalam
menjalankan tugas mengajar di sekolah tidak teroganisir dengan baik ini
masalah yang terdapat di daerah-daerah pedalaman Papua pada umumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Tabel IV.3.5
Data Guru SD Inpres Jila
No
Nama Guru
Pangkal
Pendidikan
Akhr
Masa Krj
di sklh ini
Masa kerja
keseluruhan
Ket
1
Yulius Piligame, S.Pd
Penata
Tk III/D
SI
PNS
2
Rubeni Kadepa, Amd
Pinata muda
Tk I/ Il/b
D3
PNS
3
Apolonaris Tiriwa, Amd
pengatur
muda
II/B
D3
PNS
4
Siprianus Kegiye, Arnd
Pratama II/b
D3
CPNS
5
Magdelena Kamaroko,
Amd
pengatur
muda
II/B
D3
CPNS
6
Sanjaya Silaban, S.Th
Guru kelas
SI
Guru kontrak
7
Klaudius Lisias L. G, S.Th
Guru kelas
SI
Guru kontrk
8
Friska L. Taleleu
Guru kelas
Guru kontrak
9
Noh Foat, S.Th
Guru kelas
SI
Guru kontrk
10
Srianita, S.Th
Guru kelas
SI
Guru kontrk
11
Josea Piligame
Guru kelas
Stak
Guru kontrk
Sumber : Buku Agenda Umum SD Inpres Jila
Tahun 2012
Keterangan : Satu Sekolah Dasar Memiliki sebelas Guru sekolah dasar.
Pengorganisasian penempatan guru tidak efektif karena dari sekolah-sekolah
lain ada kekurangan guru dan ada sekolah yang berkelebihan guru. Penjelasan
pada tabel di atas bahwa SD tidak teratur guru-gurunya satu sekolah terdapat
sebelas dan semuanya adalah guru kelas. Penulis menggaris bawahi bahwa ke
sebelas guru ini adalah tenaga pendidik dan tidak guru tenaga kependidikan,
dan terdapat ketidak beresan dari Dinas Pendidikan dan Sekolah tersebut
karena informasi yang diperoleh dari Dinas Beda dengan perolehan data atau
informasi dari lapangan, jadi ada apa dibalik ini semua? Jawabanya adalah
kebijakan Dinas sudah tidak tepat dalam penanganan pendidikan di daerah
pedalaman Timika pada umumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Tabel IV.3.6
Data Guru Mata Pelajaran SD Inpres Jila
No
Nama Guru
Agama
Pkn
Bhs
Ind
Bhs
Ing
Mat
IPA
IPS
Kese
n
Penj
Tik
Sebud
Mulok
1
Yulius Piligame
V
V
V
V
V
V
V
V
V
2
Rubeni Kadepa
V
V
V
V
V
V
V
3
j
Apolonaris Tiriwa
V
V
V
V
V
V
V
4
Siprianus Kegiye,
V
V
V
V
V
V
V
V
5
Magdelena K
V
V
V
V
V
V
V
6
Sanjaya Silaban
V
V
V
V
V
V
7
Klaudius Lisias L
V
V
V
V
V
V
8
Friska L. Taleleu
V
V
V
V
V
V
V
9
Noh Foat, S.Th
V
V
V
V
V
V
10
Srianita, S.Th
V
V
V
V
V
V
11
Josea Piligame
V
V
V
V
V
V
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika
Tahun 2012
Keterangan : sesuai data di atas dapat dipahami bahwa guru kelas atau guru
mata pelajaran pada sekolah dasar Inpres Jila terdapat sebelas dan semuanya
guru kelas dan membawa mata pelajaran berdasarkan pada jawab mengajar
dan bukan pada bidang yang sang guru tekuni. Jadi, kegiatan mengajar
berdasarkan pada kehadiran guru di sekolah, dari sebelas guru yang hadir di
sekolah kadang tiga atau empat guru dan guru-guru tersebut membawa semua
mata pelajaran selama kurang lebih dua sampai tiga minggu, sehingga
keefektifan mengajar guru tidak sampai pada standar waktu yang ditetepkan
oleh Dinas Pendidikan setempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Tabel IV.3.7
Nama Guru Kelas SD Inpres Alama
No
Nama Guru
Pangkat
Pendidi
k
Akhir
Masa Kerja
di sekolah ini
Masa krja
keseluruha
n
Ket
1
Yoni Piligame
II/D
SPGAK
3 thn 2 bulan
6 thn 3 bin
PNS
2
Novita Metias,
A. M.A
D2
3 thn 2 bulan
4 thn 2 bin
PNS
3
Wenselaus
Gobay
D2
3 thn 2 bulan
4 thn 3 bin
CPNS
4
Yongky
Otomusu
D3
3 thn 4 bulan
4 thn 2 bin
5
Pa. Kama
Yani
D3
4 thn 3 bulan
4 thn 2 bin
6
Yonius
Wantik
SMA
3 thn 2 bulan
4 thn 2 bin
Guru kelas
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika
Tahun 2012
Keterangan : Guru Sekolah Dasar Inpres Bela Alama dibuka pada tahun
2010. Dan guru-guru yang dimiliki dari sekolah ini hanya enam orang, bapak
Yoni Piligame adalah sebagai kepala sekolah dasar dan lama kerja di sekolah
ini hanya tiga tahun dua bulan status sebagai guru PNS. Guru, jadi
sebenarnya guru yang aktif menjalankan tugas mengajar tetapi menjadi
kendala adalah karena kurangnya pengawasan dari Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan kabupaten Mimika. Karena Dinas tidak memperhatikan nasib
guru pedalaman dan yang terjadi adalah pembiaran nasib guru-gurunya
berarti kesalahanya diciptakan oleh pihak Dinas Pendidikan yang tidak
memprioritaskan pendidikan di daerah pedalaman sebagai pembangunan
manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Tabel IV.3.8
Dafar Guru Mata Pelajaran
No
Nama Guru
Agam
a
Pkn
Bhs
Ind
Bhs
Ing
Mat
IPA
IPS
Kesen
Penjas
Tik
Sebud
Mulok
1
Yoni Piligame
V
V
2
Novita Metias
V
V
3
Wensilaus
Gobay
V
V
4
Yongky
Otomusu
V
5
Pa. Hana Yani
V
V
6
Yonius Wantik
V
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika
Tahun 2012
Keterangan : Penjelasan dari tabel di atas bahwa setiap guru mengajar
berdasarkan pada bidangnya masing-masing dan satu guru membawakan satu
mata pelajaran dan pengorganisasian terlihat jelas daripada sekolah-sekolah
lain yang ada di daerah pedalaman Timika. Karena dilihat dari manajeman
sekolah maupun hasil temuan menunjukkan bahwa SD Inpres Bela Alama
sudah berhasil dalam tiga Tahun belakangan dalam proses belajar mengajar
dengan efektif dan pemahaman masyarakat juga mendukung kinerja kepala
sekolah dan guru-guru lainnya. Namun semua lapisan masyarakat tidak
menerima kebijakan pemerintah daerah dalam arti Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Mimika yang tidak memprioritaskan nasib anak-anak
pedalaman Kabupaten Mimika Papua selama sepuluh tahun belakangan ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
D. Rencana Program dan Kegiatan Renstra Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Mimika
Tabel IV.4.1
Pendidikan Anak Usia Dini
No
Kegiatan
Vol
Satuan
1.
Pembangunan gedung sekolah di daerah pedalaman (TK)
9
Unit
2.
Pengadaan buku paket 6 TK Negeri
2
Paket
3.
Pengadaan alat praktek dan peraga siswa
9
Unit
4.
Pengadaan mebel air TK
9
Paket
5.
Pelatihan kompetensi tenaga pendidik TK
3
Paket
6.
Pengembangan pendidikan anak usia dini (KB)
10
Unit
7.
Pengembangan data dan informasi anak usia dini
2
Paket
8.
Pengembangan kurikulum, bahan ajar dan model pembelajaran
PAUD
2
Paket
9.
Penyelenggaraan koordinasi dan kerja sama pendidikan anak
usia dini
2
Paket
10.
Publikasi dan sosialisasi pendidikan anak usia dini
2
Paket
11.
Bantuan pembebasan SPP PAUD
1455
3
Siswa
12.
Pemberian makanan tambahan anak usia dini
3
Sumber: Renstra Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika
Tahun 2009-2013#3
Keterangan : Dilihat dari penjelasan dalam tabel di atas kegiatan-kegiatan ini
tidak memihak pada putra-putri tujuh suku asal kabupaten Mimika, dan ini
hanya suatu kegiatan yang menyeluruh pada setiap sekolah PAUD yang ada
di kabupaten Mimika. Dan penerapan juga tidak nyata di lapangan, jadi
program kerja yang mengada-adakan saja dengan pengeluaran dana yang
cukup besar. Anggaran dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten
Mimika meng-angarkan dana sebesar Rp 11,041590.000, untuk pendidikan
anak usia dini se- kebupaten Mimika dengan beberapa kegiatan tersebut
diatas. Dan tahun anggaran dari tahun 2012 - 2014, maka dana yang
dianggarkan untuk tahun 2012, sebesar Rp 2,230.530.000, tahun 2012,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
sebesar Rp 4,355,530.000, dan tahun 2014, sebesar Rp 4,455,530,000.
Anggaran untuk dua belas kegiatan yang diagendakan selama tiga periode
dengan kegiatan yang sama. Jadi Pendidikan Anak Usia Dini akan dibahas
dibab pembahasan yang akan memberi penegasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Tabel IV.4.2
Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
No
Kegiatan-Kegiatan
Vol
Satuan
1
Pembangunan rumah Dinas guru di daerah
pedalaman (SD-SMP).
23
Unit
2
Pembangunan perpustakaan sekolah (45 sudut baca
SD).
45
Unit
3
Pembangunan perpustakaan sekolah (2 SMP)
2
Unit
4
Pembangunan labolatorium IPA SMP
4
Unit
5
Pembangunan laboratorium bahasa SMP
2
Unit
6
Pembangunan pagar sekolah (SD/SMP)
10
Paket
7
Pengadaan pakaian seragam anak sekolah
9564
Paket
8
Pengadaan alat praktik dan peraga IPA dan IPS siswa
SD.
50
Paket
9
Pengadaan alat praktik dan peraga IPA SMP
1
Paket
10
Pengadaan alat praktik dan peraga bahasa SMP
1
Paket
11
Rehabilitasi berat ruang kelas sekolah
27
Ruang
12
Reahabilitasi sedang/berat rumah dinas guru
11
Unit
13
Pelatihan kompetensi tenaga pendidik SD
3
j
Paket
14
Pelatihan kompetensi tenaga pendidik SMP
3
3
Paket
15
Pelatihan kompetensi pendidik bagi pendidikan
kecakapan hidup
dan HIV,AIDS (151 guru)
2
Paket
16
Pelatihan kompetensi siswa berpretasi
(OSN/LP/Personi).
9
Paket
17
Pelatihan penyusunan KTSP SD
2
Paket
18
Pelatihan penyusunan KTSP SMP
2
Paket
19
Pelatihan penyusunan kurikulum pendidikan
kecakapan hidup dan HIV, AIDS
2
Paket
20
Penyediaan buku pelajaran untuk SD
519
78
Buku
21
Penyediaan buku referensi dan pengayaan SD
45
Paket
22
Penyediaan buku referensi dan pengayaan SMP
2
Unit
23
Penyediaan buku pelajaran materi kecapakan hidup
dan HI, AIDS.
151
Paket
24
Penyelenggaraan paket A Setara SD
6
Paket
25
Penyelenggaraan paket B setara SMP
6
Paket
26
Pembinaan kelembagaan dan manajemen sekolah
dengan
penerapan MBS di satuan pendidikan dasar.
3
Paket
27
Pengembangan comprehensip teaching and learning
(CTL)/Pakem
5
Paket
28
Penyelenggaraan multi grade teaching di daerah
terpencil.
24
Sekola
h
29
Bantuan pembebasan Biaya Pendidikan SD
895
59
Siswa
30
Bantuan pembebasan Biaya Pendidikan SMP
200
52
Siswa
31
Bantuan penyelenggaraan Ujian SMA 66 4
Siswa
32
Bantuan Biaya Hidup Asrama
3
Paket
Sumber : Renstra Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Keterangan :
Dari kegiatan untuk wajib belajar Sembilan bulan tidak terlihat jelas untuk
pendidikan sekolah dasar di daerah-daerah pedalaman dan pesisir pantai
kabupaten Mimika. Kegiatan-kegiatan ini hanya berfokus pada kota Timika
dan kenyataan di kota pun tidak berjalan efektif , jadi ada apa dibalik Dinas
Pendidikan ini. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Mimika meng-
angarkan dana sebesar Rp 63,125,933,000, untuk pendidikan wajib belajar
sembilan tahun se- kebupaten Mimika dengan 33 kegiatan tersebut diatas. Dan
tahun anggaran dari tahun 2012 - 2014, maka dana yang dianggarkan untuk
tahun 2012, sebesar Rp 22,403,711,000, tahun 2013, sebesar Rp
20,181,111.000, dan tahun 2014, sebesar Rp 20,541,111,000. Tidak termasuk
dengan anggaran untuk pendidikan menngah dalam tahun anggaran tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Tabel IV.4.3
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
No
Kegiatan
Vol
Satuan
1
Pelaksanaan Sertifikasi pendidik
3
Paket
2
Pelatihan bagi prndidik untuk menenuhi standar
kompetensi dan pengawas
2
Paket
3
Pelatihan bagi pendidik untuk memenuhi standar
kompetensi kepala sekolah
2
Paket
4
Pembinaan kelompok kerja guru (KKG-TK)
3
Paket
5
Pembinaan kelompok kerja guru (KKG-SD 30
kelompok)
3
Paket
6
Pendidikan lanjutan bagi pendidik untuk memenuhi
standart kualifikasi
30
Guru
7
Pengembangan sistem pendataan dan pemetaan
pendidik dan tenaga pendidik
-i j
Paket
8
Pengembangan sistem penghargaan dan perlindungan
profesi pendidik (sidang angka kredit guru)
6
Paket
Sumber : Renstra Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika
tahun 2009-2013 #3
Keterangan: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Mimika meng-
angarkan dana sebesar Rp33,691,733,266, untuk peningkatan mutu pendidik
dan tenaga kependidikan se- kebupaten Mimika dengan 8 kegiatan tersebut
diatas. Dan tahun anggaran dari tahun 2012 - 2014, maka dana yang
dianggarkan untuk tahun 2012, sebesar Rpl2.080,577,755, tahun 2013, sebesar
Rpl 1,055,577,755, dan tahun 2014, sebesar Rpl0,555,577,755. Dana yang
dianggarkan untuk peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan untuk
se- kabupaten Mimika dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai dengan
Sekolah Menengah Atas (SMA).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Tabel IV. 4.4
Manajemen Pelayanan Pendidikan
No
Kegiatan
Vol
Satuan
1
Pelaksanaan evaluasi hasil kinerja bidang pendidikan
2
Paket
2
Pelaksanaan kerja sama secara kelembangan di bidang
pendidikan
2
Paket
3
Penerapan sistem dan informasi manajemen pendidikan
2
Paket
4
Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pendidikan
3
Paket
5
Bantuan operasional Sentra Pendidikan
3
Paket
6
Rakomis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
5
Paket
7
Pembangunan rumah pintar
5
Unit
Sumber : Renstra Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika
Tahun 2009-2013 #3.
Keterangan: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan merilis manajemen layanan
pendidikan dari pendidikan PAUD, sampai dengan Sekolah Menengah Atas
(SMA), se-kabupaten Mimika. Dan dana yang dianggarkan selama tiga
periode, dari tahun 2012 - 2014, dengan volume dana sebesar Rp
50.900.000.000; dan tahun anggaran 2012 sebesar Rpl7,500.000,000; tahun
anggaran 2013 sebesar Rpl6,700.000,000; dan tahun anggaran 2014 sebesar
Rpl6,700,000,000. Manajemen layanan pendidikan se- kabupaten Mimika,
dan di bab berikutnya akan membahas lebih khusus pada layanan pendidikan
di se-pedalaman kabupaten Mimika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Membahas hasil temuan masalah pada sekolah dasar di Distrik
Tembagapura dan Distrik Jila. Dari Distrik Tembagapura terdapat enam
sekolah dasar dan dua puluh lima guru sekolah dasar. Dari SD Inpres Jagamin
terdapat tujuh guru sekolah dasar, SD Aroanop terdapat tujuh guru sekolah
dasar, SD Banti terdapat delapan guru sekolah dasar, dan SD Tsinga lima
guru sekolah dasar.
Distrik Jila terdapat lima sekolah dasar, dan memiliki dua puluh guru
sekolah dasar. SD Inpres Jila terdapat sepuluh guru sekolah dasar, SD Inpres
Hoeya terdapat empat guru sekolah dasar, SD Inpres Alama terdapat tiga guru
sekolah dasar, SD Inpres Eralmakawia ada Gedung sekolah tetapi tidak
menempatkan guru karena status sekolahnya tidak jelas, dan SD Inpres Bela
tidak ada guru yang ditempatkan pada sekolah ini, karena kesalahan teknis
dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika.
Menjadi fokus peneliti disini adalah tentang gambaran umum keadaan
guru-guru pada setiap sekolah di daerah pedalaman Timika, yaitu Distrik Jila
dan Distrik Tembagapura dan kedua Distrik ini adalah daerah objek
penelitian yang berada di pedalaman pegunungan kabupaten Mimika yang
jaraknya kurang lebih 665 kilo meter dari pusat pemerintahan kabupaten
Mimika. Penjelasan ini sesuai dengan hasil temuan di lapangan dimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
peneliti melakukan penelitian, maka yang dibahas disini adalah sesuai temuan
atau fakta di lapangan. Peneliti melakukan penelitian selama tiga bulan yaitu
dari bulan Desember 2012 - Februari 2013. Tentang keberadaan guru-guru
sekolah dasar di daerah pedalaman tersebut.
Pengabdian guru-guru di daerah pedalaman tidak serius menjalankan
tugas dan tanggung jawab sebagai pengendali mutu pendidikan di daerah
pedalaman, dan peneliti tidak menemukan satu guru pun di setiap sekolah di
daerah pedalaman yang peneliti temui adalah hanya gedung sekolah, siswa,
dan masyarakat setempat. Sehingga peneliti tidak mendapatkan data, atau
informasi langsung dari guru-guru tetapi peneliti memperoleh data atau
informasi dari masyarakat melalui wawancara terkait keberadaan guru-guru
tersebut.
Peneliti memwawancarai langsung dengan empat belas orang tentang
guru-guru di daerah pedalaman, dan pertama kali peneliti memwawancarai
dengan siswa sekolah dasar (SD) Inpres Jila bernama Jatianus Dolame dan
dalam wawancara itu ia menjelaskan bahwa guru-guru tidak pernah mengajar
secara aktif di sekolah Inpres Jila, dan ia juga sudah mengenal keadaan
sekolah di beberapa sekolah seperti SD Inpres Bela Alama, dan SD Inpres
Hoeya, nasibnya sama yaitu tentang guru yang membuat sekolah di daerah
mereka tidak membawa perubahan. Dalam, wawancara ini ia menjelaskan
banyak hal tentang perlakuan guru-guru yang mengagalkan masa depan ia
dan teman-teman lainnya, dan proses wawancara bisa dilihat di lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Peneliti membawancarai dengan bapak Octo terkait keberadaan guru
di SD Inpres Hoeya dan ia mengatakan kurang lebih lima tahun ini guru-guru
jarang mengajar. Dan, pemerintah daerah juga tidak pernah melihat keadaan
sekolah dan siswa di daerah ini, gedung berdiri tanpa guru, siswa banyak
tanpa guru pula. Jadi, proses wawancara bisa dilihat di lampiran.
Peneliti mewawancarai dua belas orang dan informasi yang diberikan
adalah sama yaitu “guru jarang ada di tempat tugas” dan peneliti menetapkan
dua pokok sumber masalah yaitu pertama, pihak guru dan kedua, pihak
Dinas pendidikan. Pertama, ketidakseriusan mengajar guru, kemalasan guru
dalam pengabdiannya, manajemen sekolah yang kurang stabil, kurangnya
perserikatan guru-guru daerah pedalaman, kurangnya hasrat mengajar guru,
sifat guru yang kurang mantap, hubungan guru dan sosial masyarakat yang
kurang, dan tidak adanya keseriusan dari kepala-kepala sekolah SD di daerah
pedalaman. Kedua, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Mimika
yang membuat pendidikan di daerah pedalaman kemunduran, faktor utama
membuat guru-guru tidak aktif mengajar di daerah pedalaman disebabkan
oleh kurangnya pengawasan dari Dinas Pendidikan, kurangnya pemberdayaan
guru secara efektif, tidak memprioritaskan sekolah-sekolah di daerah
pedalaman sebagai pusat pembelajaran suku asli setempat, pembentukan
profesionalisme guru daerah pedalaman yang kurang, dan kerja sama antara
sesama guru di daerah pedalaman tidak tergorganisir dengan baik serta kerja
sama antara Dinas Pendidikan dan kepala sekolah di setiap daerah pedalaman
yang kurang efektif sehingga sumber masalah terkait tidak efektifnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
mengajar guru di daerah pedalaman terdapat di Instansi Dinas Pendidikan dan
Kepala sekolah daerah pedalamanTimika.
Masalah-masalah yang paling menonjol pada sekolah-sekolah di
daerah pedalaman terkait keberadaan guru, peneliti menjelaskan secara
menyeluruh dan memberikan pandangan secara kontinyu atau secara akurat
berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti. Hasil temuan masalah
dapat dijelaskan lagi di bawah ini dengan pandangan yang mengarah pada
satu instansi yaitu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika
sebagaimana pengendali mutu pendidikan di kabupaten Mimika.
Profesionalitas guru sekolah dasar di daerah pedalaman Timika
menunujukkan bahwa tidak kelihatan, ada masalah apa di balik itu. Sehingga
bukti profesionalisme gurunya tidak nampak. Pengaruh profesionalisme guru
yang akan menentukan profesionalitasnya di lapangan. Untuk sampai ke
profesionalisme guru harus melalui tingkat pendidikan yang memadai,
pelatihan-pelatihan secara rutin kepada setiap guru yang mengabdi dimana
pun. Maka, jelas bahwa guru-guru di daerah pedalaman tidak memberikan
profesionalitasnya, dikarenakan tidak adanya tingkat pendidikan yang sesuai
pada bidang kependidikan, tidak adanya pelatihan-pelatihan, dan tidak ada
pula pengawasan atau pengarahan dari pemerintah daerah.
Pembahasan ini lebih pada profesionalitas guru sekolah dasar di
daerah pedalaman, karena mundurnya pendidikan selama beberapa tahun
belakangan ini. Bahkan mutu pendidikan sekarang ini lebih buruk dari pada
beberapa tahun yang lalu. Kualitas guru menjadi persoalan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
pengembangan pendidikan di pedalaman Timika. Kualitas lulusan SD
menjadi persoalan yang serius. Penulis tidak ragu mengunggkapkan masalah
yang penulis temukan di lapangan karena ini sesuai fakta. Penulis
bertanggung jawab atas apa yang penulis maksudkan ketika ada pihak lain
yang memberatkan isi pesan dari tulisan ini. Ketika penulis melakukan
penelitian di beberapa sekolah dasar yaitu SD Inpres Jila tidak mendapatkan
guru-guru di SD ini, dan penulis temukan di sekolah ini adalah hanya siswa
dan masyarakat setempat.
Pada pertengahan tahun 2011, penulis pernah melakukan observasi
pendidikan di daerah pedalaman Timika, dan penulis temukan masalah yang
sangat kompleks terkait guru-guru yang tidak menjalankan tugas di lapangan,
dan pada tahun 2011 penulis memwawancarai beberapa masyarakat dan
siswa, ketika diwawancarai mereka menjelaskan apa yang dialami mereka. Ini
sesuai fakta bahwa titik masalah adalah guru, guru,dan guru. Jadi, penulis
membandingkan dengan keadaan sekolah pada tahun 2011 dan tahun
2012/2013 ini tidak ada perubahan atau tidak ada pembenahan malah yang
terjadi adalah kemunduran pendidikan. Jadi tujuan pendidikan adalah
memajukan sumberdaya manusia, meningkatkan kualitas, dan
mengedepankan tujuan dan target pendidikan masa depan yang lebih baik,
tetapi pendidikan di daerah pedalaman masih jalan di tempat dan kalau hanya
stagnan saja masih mending tapi kemunduran pendidikan ini sangat tidak
masuk akal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Peneliti melakukan penelitan dari tanggal 10 Desember 2012 sampai
dengan tanggal 22 Februari 2013, target penelitian adalah di sekolah dasar di
Distrik Tembagapura, yaitu di kampung Banti, kampung Aroanop, dan
kampung Tsingga di sana ada lima sekolah dasar. Di Distrik Jila ada
beberapa kampung yaitu kampung Jila, kampung Bela Alama, dan Kampung
Hoeya, dan di sana ada lima sekolah dasar. Dan kedua Distrik ini ada 10
sekolah dasar negeri, masalah yang dialami sekolah-sekolah ini adalah sama
yaitu masalah guru.
l. Profil Guru Sekolah Dasar
Sesuai dengan pengertian profil guru pada bab sebelumnya adalah
Kebijakan Dinas terhadap pemberdayaan guru di daerah pedalaman
supaya guru secara aktif menjalankan tugas dengan baik. Dan pengertian
ini dikaitkan dengan konteks guru sekolah dasar di daerah pedalaman
kabupaten Mimika menunjukkan bahwa kebijakan Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan kabupaten Mimika dalam menangani persoalan guru
di daerah pedalaman sangat kurang, sehingga tidak meningkatkan
kualitas pendidikan di daerah pedalaman Timika.
Latar belakang pendidikan guru di daerah pedalaman Timika
menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka bukan backraunya dari
pendidikan guru. Dari Distrik ada lima sekolah dasar yaitu SD Inperes Jila,
SD Inpres Bela Alama, SD Inpres Hoeya, dan SD Inpres Geselema, dan
jumlah guru yang dari lima sekolah dasar ini adalah terdapat dua puluh
guru sekolah dasar. Sebelas tenaga pengajar dari SD Inpres Jila dan satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
orang guru berlatar belakang dari pendidikan dan sepuluh guru lainnya
bukan berlatar belakang pendidikan guru. SD Inperes Bela Alama terdapat
enam tenaga pengajar dan semuanya bukan berlatar belakang pendidikan.
SD Inpres Hoeya terdapat empat tenaga pengajar dan semuanya bukan
berlatar belakang pendidikan guru.
Latar belakang pendidikan dan disesuaikan dengan pengabdian di
lapangan menyibulkan suatu masalah tersendiri karena fungsi seorang
guru bukan saja mengajar tanpa perencanaan atau tanpa program kerja
yang ditentukan dari sebelumnya seperti mengelola kelas pembuatan
silabus perencaan kegiatan pembelajaran dan lain-lain. Maka, peneliti
menyampaikan pesan lewat tulisan ini bahwa memperbaiki kinetja guru
dengan melalui pendekatan pelatihan-pelatihan, agar guru-guru di daerah
pedalaman Timika mudah menjalankan tugas dengan baik.
Peneliti tidak-yakin ketika melakukan wawancara dan orang-orang
yang diwawancarai dan hasil temuanya bahwa sekolah-sekolah di daerah
pedalaman kemunduran karena masalah guru, dan guru yang ditugaskan di
sekolah-sekolah tersebut tidak menjalankan tugas dengan baik dan
mangkir dari tempat tugas selama berbulan-bulan. Jadi, penulis tidak
mudah percaya dengan pendapat tersebut, dan peneliti mau cari tahu lebih
jauh lagi terkait "persoalan guru", dan menulis memwawancarai orang-
orang yang terpercaya yang bisa memberikan informasi secara akurat.
Infonnasi yang didapatkan penulis tentang guru-guru di daerah pedalaman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
masalah terbesar ada di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Mimika.
Perilaku guru di pedalaman kabupaten Mimika sangat buruk, tidak
punya perasaan bersalah dan tindakan guru-guru kurang tepat. Banyak
sekolah dasar di daerah pedalaman Timika yang tidak beroperasi secara
baik, gedung berdiri tanpa guru, siswa banyak tanpa guru, guru lebih suka
mangkir dan keluyuran di kota sambil menunggu gaji buta, tapi anehnya
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan masih mau juga membayar gaji
padahal guru-guru ini tidak menjalankan tugas. Ada masalah di Dinas
Pendidikan, karena mudah sekali membayar gaji guru, tanpa teguran dan
atau tidak ada kebijakan apa pun. Padahal, pendidikanlah harapan terbesar
anak-anak pedalaman Timika untuk bisa beradapan dengan dunia luar.
Sekarang masa depan anak-anak pedalaman Timika sangat masih
gelap, dan nantinya akan seperti apa? Karena kinerja Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan (P & K) kabupaten Mimika, dalam penanganan
peningkatan mutu pendidikan di daerah pedalaman, dan kinerja Lembaga
Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), kabupaten
Mimika, untuk membantu pemerintah Daerah dalam meningkatkan
kualitas pendidikan di daerah pedalaman Kabupaten Mimika tidak
berjalan sejajar dan tidak ada keseriusan dan masih berjalan di tempat.
Proses pembelajaran di daerah pedalaman tidak efektif dan tidak
sesuai keinginan masyarakat dan ketidakseriusan dari pihak yang
berwenang yaitu guru-guru yang bertugas di Daerah pedalaman dan lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
jelasnya penulis akan menjelaskan masalah yang dialami oleh setiap
sekolah yang ada di pedalaman kabupaten Mimika. Keadaan guru di
daerah pedalaman Papua perlu diperhatikan secara khusus, karena ada
banyak masalah terdapat disana, seperti hubungan antara guru siswa,
hubungan guru dan masyarakat, serta hubungan guru dan guru tidak
nampak disana. Maka, penulis menggambarkan secara umum bahwa
setiap guru yang belum memahami tentang dasar kompetensi guru yaitu
ada empat kompetensi diantaranya adalah kompetensi pedagogik guru,
kompetensi profesional guru, kompetensi sosial guru, dan kompetensi
kepribadian guru.
Pentingnya, komptensi guru yang sudah dijelaskan di atas bahwa
kemampuan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah akan
mempengaruhi tingkat kemampuan pada siswa-siswanya, dan dapat pula
mempengaruhi kepribadiannya, mempengaruhi hubungan sosialnya, dan
akan mempengaruhi tingkat kemampuan dalam mengelola mata pelajaran
yang diajarkannya. Untuk itu perlu memahami penjelasan di bawah ini
berdasarkan hasil pemahaman penulis tentang kondisi guru-guru di daerah
pedalaman dalam tingkat kemampuan mengajar guruguru di daerah
pedalaman Papua.
Guru-guru yang bertugas di daerah pedalaman perlu untuk
memahami tingkat kompetensi dasar. Kompetensi-kompetensi dasar yang
harus dimiliki adalah kompetensi pedagogik guru, kompetensi sosial guru,
kompetensi sosial guru, dan kompetensi kepribadian guru. Tanpa memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
kompetensi-kompetensi ini, maka guru-guru belum bisa mengelola
pembelajaran dengan efektif sehingga penulis menjelaskan berdasarkan
pengamatan penulis terkait kompetensi-kompetensi bahwa setiap guru
yang bertugas di daerah pedalaman Papua tidak memahami dengan istilah
kompetensi ini dan jarang menerapkannya.
a. Kompetensi Pedagogik Guru
Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa tidak nampak
kompetensi pedagogi guru yang interaktif edukatif secara aktif antara
siswa dan guru. Jadi, kemampuan guru untuk mendidik anak-anak
murid pada tingkat pemahaman yang lebih tinggi masih di bawah
standar. Kemampuan guru untuk menyiapkan perangkat pembelajaran
masih sangat jauh seperti program kerja tahunan atau program kerja
bulanan, dan program semester, pembuatan silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran dan semuanya ini tidak nampak, sehingga
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pun tidak tercapai.
Guru-guru yang bertugas di daerah pedalaman Papua harus
memiliki kasih sayang terhadap muridnya, kasih sayang terhadap
masyarakatnya, kasih sayang terhadap sesama gurunya, dan lebih
utama dari semuanya itu adalah takut akan Tuhan, sehingga guru yang
memiliki sifat demikian akan memiliki kemampuan untuk menciptakan
hal-hal baru dalam lingkungan kelompok masyarakat. Tugas guru
adalah berusaha menciptakan proses pengajaran yang memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
harapan bagi muridnya, dan mengarahkan untuk fokus pada proses
pembelajaran yang sedang berlangsung.
Proses pendidikan sangat tergantung pada guru dan bagimana
mereka menggunakan metode yang tepat dan baik. Penggunaan metode
berdasarkan konteks alamiah atau berdasarkan pada kultural, dari
masalah yang diangkat penulis dengan kompetensi guru sangat
kontradiktif atau sangat bertolak belakang karena semua guru yang
bertugas di daerah pedalaman belum mengerti akan pengertian tentang
kompetensi pedagogik guru itu sendiri.
Peneliti mengaris bawahi bahwa guru-guru yang latar
belakangnya bukan dari pendidikan guru,-maka wajarlah belum
memiliki kompetensi pedagogik guru ini. Tanpa belajar seseorang tidak
bisa mengerti akan suatu hal sama pula dengan persoalan ini.
b. Kompetensi Profesional Guru
Kompetensi profesional guru sesuai pengertian dibab
sebelumnya adalah kempuan yang dimiliki guru untuk melakukan tugas
pendidikan dan pengajaran, dan profesioanal adalah guru yang
mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan
spritual. Maka, guru perlu memiliki visi yang tepat, visi artinya
pandangan yang tepat tentang pembelajaran, karena pembelajaran
artinya jantung dalam proses pendidikan sehingga kualitas pendidikan
terletak pada kualitas pembelajaran. Pengertian kompetensi adalah
bagimana kemampuan guru dalam mendidik siswa dengan berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
metode yang dimilikinya. Tugas guru adalah melakukan tugas
pendidikan dan pengajaran di sekolah. Tugas guru daerah pedalaman
adalah mengajar dan mendidik pada peserta didik yang ada di daerah
pedalaman kabupaten Mimika. Melakukan pendidikan dan pengajaran
yang muaranya pada memanusiakan manusia melalui pendidikan dan
pengajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa, melakukan pendidikan
itu berpusat pada pengelolaan dalam mempersiapkan materi,
penguasaan materi dan memiliki pemahaman yang lebih luas terkait
bidang keilmuan yang ditekuni.
Pengajaran berpusat pada sejauh mana guru melakukan
pengajaran yang lebih kepada memenuhi kebutuhan siswa. Pengajaran
yang dilakukan guru sesuai bidang yang tekuni dan ketika melakukan
pengajaran di kelas guru tersebut benar-benar menguasi materi yang
diajarkan dan dalam penyampaian materi harus sampai memenuhi
kebutuhan siswa. Kemampuan seorang guru bukan sekedar pada
penyampaian materi di depan kelas, tetapi kemampuan guru mencakup
banyak hal terkait tingkat kemampuan berpendidikan dan pengajaran,
dan memenuhi tanggung jawab yang penuh atas kepribadianya,
sosialnya, intelektualnya, moral, dan spritualnya.
Temuan masalah terkait kompetensi profesional guru sekolah
dasar di daerah pedalaman Timika Papua tidak nampak. Guru tidak
menunjukkan kompetensi profesionalnya di lapangan, guru jarang
melakukan pengajaran secara serius. Jadi, sekolah-sekolah dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
maupun sekolah-sekolah menengah pertama yang ada di setiap daerah
pedalaman Papua perlu dipertanyakan, karena kompetensi yang harus
dikuasai guru-guru tidak mencapai dan guru-guru daerah pedalaman
Papua perlu belajar lagi artinya perlu adanya pelatihan selama tiga
sampai empat tahun 'untuk menguasai ilmu pendidikan dan ilmu
pengajaran. Kendala yang dialami guru-guru di daerah pedalaman
adalah kedudukan dan peranan yang kurang maksimal, sehingga
pelayanan pendidikan di daerah pedalaman tidak begitu jelas.
Dalam ilmu sosiologi peneliti menemukan dua istilah berkaitan
peran sosial (seorang guru) dan status (kedudukan) peneliti
menjelaskan berdasarkan pada konteks masalah yang diselidiki, yakni
status dan peran sosial di dalam masyarakat. Status diartikan sebagai
suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok atau posisi
suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Sedangkan
peran merupakan sebuah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang
memiliki suatu status tertentu.
Status sebagai guru dapat dipandang sebagai yang tinggi atau
rendah, tergantung di mana guru tersebut berada. Sedangkan perannya
yang berkedudukan sebagai pendidik seharusnya menunjukkan
kelakuan yang layak sesuai harapan masyarakat, dan guru diharapkan
berperan sebagai teladan yang baik dalam kelompok masyarakat dan
khususnya pada anak didiknya. Guru tidak hanya memiliki satu peran,
ia bisa berperan sebagai orang yang dewasa, sebagai seorang pengajar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
sebagai seorang pendidik, sebagai pemberi contoh, dan sebagainya.
Peneliti cermati, sebenarnya status dan peran guru tidaklah selalu
seragam dan bersifat konsisten sebagaimana tersirat di atas. Ini sesuai
dengan standar apa dan mana yang dipakai dalam menentukan
keduanya. Penilaian status dan peran pada seorang guru di daerah
pedalaman tidaklah sama dengan penilaian status dan peran terhadap
seorang guru di perkotaan.
Guru sebagai professional, jabatan guru sebagai professional,
maka dituntut untuk meningkatkan kecakapan dan mutu
kompetensinya secara berkesinambungan. Guru yang berkualifikasi
profesional, yaitu guru yang tahu secara mendalam tentang apa yang
diajarkannya, cakap dalam cara mengajarkannya secara efektif serta
efisien, dan guru tersebut punya kepribadian yang mantap. Selain itu
integritas diri serta kecakapan keguruannya juga perlu ditumbuhkan
serta dikembangkan.
c. Kompetensi Sosial Guru
Kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru untuk
berinteraksi aktif dengan murid, sesama guru, dan masyarakat
sekitarnya. Guru adalah bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi
secara efektif, dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya, serta mampu mengubah suatu tradisi atau keadaan yang
melingkupi dalam kelompok tertentu. Maka, guru adalah bagian dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
penyelesai masalah dan penuntun anak didik dan masyarakat sekitarnya
ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.
Kompetensi ini jarang ditemukan di daerah-daerah pedalaman
Papua, berinteraksi aktif dengan murid jarang ditemukan di tempat
tugas, sekarang guru bukan lagi bagian dari masyarakat, dan bukan lagi
penuntun bagi muridnya. Jadi, menjadi masalah guru pedalaman adalah
kurangnya interaksi sosial yang efektif atau aktif, karena interaksi yang
aktif sangat amat berguna dalam memperhatikan dan mempelajari
berbagai masalah yang ada di kelompok masayarakat, termasuk
masalah pembelajaran. Tanpa interaksi sosial tidak mungkin terjadi
kehidupan bersama yang terwujud dalam pergaulan. Pergaulan hidup
memang terjadi apabila para anggota masyarakat saling berbicara,
saling berbagi pengalaman, bahkan juga saling bersaing dan berselisih.
Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial sebagai satu pengertian
yang mengacu kepada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Secara
umum dapat dikatakan, bahwa bentuk umum proses sosial adalah
interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya
aktivitas-aktivitas sosial.
Hasil temuan masalah di lapangan menunjukkan bahwa
interaksi social secara aktif antara murid dan guru, guru dan orang tua
murid, dan guru dan masyarakat sekitar sangat kurang. Mengapa terjadi
demikian karena guru-guru di daerah pedalaman belum mengenal
kemampuan beradaptasi dengan masyarakat sekitar dan penyebab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
utamanya adalah tindakan guru yang tidak professional, sehingga
mengakibatkan hubungan sosialnya sangat kacau antara siswa dan guru,
masyarakat dan guru.
Sumber masalah adalah pribadi guru. Tindakan guru
dipandangan masyarakat pedalaman sangat negetif, guru tidak
mengajar selama tiga sampai lima bulan itu menyimbulkan pertanyaan
bagi masyarakat bahwa kenapa guru tidak mengajar selama berbulan-
bulan, guru yang ditugaskan di sekolah ini kok tidak mengajar selama
berbulan-bulan dan guru-guru ini ada kerja apa saja di kota. Maka,
pertanyaan-pertanyaan yang ada di kelompok masyarakat adalah
pertanyaan yang timbul akibat kekecewaan atas ketidakhadiran guru.
Maka, hubungan antara guru dan kelompak masyarakat selalu saja
bermasalah, apa lagi hubungan antara siswa dan guru, dan diakibatkan
karena interaksi social yang kurang efektif dan peranan guru yang tidak
berpihak ke masyarakat.
Peranan guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital
dari sekian banyak peran yang harus ia jalani. Hal ini dikarenakan
komunitas utama yang menjadi wilayah tugas guru adalah di dalam
kelas untuk memberikan keteladanan, pengalaman serta ilmu
pengetahuan kepada mereka. Begitupun peranan guru atas murid-
muridnya tadi bisa dibagi menjadi dua jenis menurut situasi interaksi
sosial yang mereka hadapi, yakni situasi formal dalam proses belajar
mengajar di kelas dan dalam situasi informal di luar kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Dalam situasi formal, seorang guru harus bisa menempatkan
dirinya sebagai seorang yang mempunyai kewibawaan dan otoritas
tinggi, guru harus bisa menguasai kelas dan bisa mengontrol anak
didiknya. Hal ini sangat perlu guna menunjang keberhasilan dari tugas-
tugas guru yang bersangkutan yakni mengaj ar dan mendidik murid-
muridnya. Hal-hal yang bersifat pemaksaan pun kadang perlu
digunakan demi tujuan di atas. Misalkan pada saat guru menyampaikan
materi belajar padahal waktu ujian sangat mendesak, pada saat
bersamaan ada seorang murid ramai sendiri sehingga menganggu
suasana belajar mengajar di kelas, maka guru yang bersangkutan
memaksa anak tadi untuk diam sejenak sampai pelajaran selesai dengan
cara-cara tertentu.
Peranan guru dalam masyarakat tergantung pada gambaran
masyarakat tentang kedudukan guru dan ststus sosialnya di masyarakat.
Kedudukan sosial guru berbeda di negara satu dengan negara lain dan
dari satu zaman ke zaman lain pula. Sebenarnya peranan juga tidak
terlepas dari kualitas pribadi guru yang bersangkutan serrta kompetensi
mereka dalam bekerja. Pada masyarakat yang paling menghargai guru
pun akan sangat sulit untuk berperan banyak dan mendapatkan
kedudukan sosial yang tinggi jika seorang guru tidak memiliki
kecakapan dan kompetensi di bidangnya. Ia akan tersisih dari
persaingan dengan guru-guru lainnya. Apalagi guru-guru yang tidak
bisa memberikan keteladanan bagi para muridnya, sudah barang tentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
la justru menjadi bahan pembicaraan orang banyak. Jika dihadapan para
muridnya seorang guru harus bisa menjadi teladan, ia pun dituntut hal
yang sama di dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
Penghargaan atas peranan guru di negara kita bisa dibedakan menjadi
dua macam. Pertama, penghargaan sosial, yakni penghargaan atas jasa
guru dalam masyarakat.
Sikap guru terhadap anggota masyarakat serta penempatan
posisi guru dalam stratifikasi sosial masyarakat sangat minim. Hal
semacam ini akan tampak jelas bahwa pada mayarakat
pedesaan/masyarakat pedalaman yang mana mereka selalu
menunjukkan rasa hormat dan santun terhadap para guru yang menjadi
pengajar bagi anak-anak mereka. Mereka (masyarakat) lebih biasa
memberi kata-kata sapaan santun terhadap guru seperti pak guru, mas
guru dan sebagainya daripada profesi-profesi yang lain.
d. Kompetensi Kepribadian Guru
Kompetensi guru adalah kepribadian yang menjadikan dirinnya
sebagai pengajar, pembimbing, panutan, pemberi contoh yang baik, dan
pemberi teladan yang baik bagi siswa. Pribadi guru yang berkompeten
adalah guru yang menempatkan dirinnya sebagai pusat cermin bagi
siswa untuk mengaca dirinya. Jadi, apakah guru pedalaman Papua
menjadikan dirinya sebagai pusat cermin untuk peserta didiknya
mengaca. Jawabanya, tidak! Guru tidak lagi sebagai pusat cermin untuk
siswa mengaca dirinya, guru yang baik adalah pemberi contoh yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
baik. Guru daerah pedalaman Papua sebagai guru-guru musiman
kadang timbul tenggelam, dan pembentukkan kepribadianya belum
maksimal, maka perlu dilatih lagi, agar kemampuan kepribadian itu
matang dan menjadi pribadi yang berkompeten.
Guru-guru di daerah pedalaman secara umumnya memberikan
contoh yang kurang baik, dan tidak menjadikan dirinya sebagai
pengajar, pengabdi, dan pemberi contoh yang baik, namum kenyataan
di lapangan dapat memberikan pandangan yang negetif tentang
kompetensi kepribadian gurunya. Penulis dapat memahami bahwa
kompetensi kepribadian guru tidak mudah didapatkan begitu saja tanpa
belajar. Mendapatkan kompetensi guru itu harus melalui proses belajar
dengan jangka waktu yang panjang.
2. Tingkat Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Daerah Pedalaman Timika
Papua
Menurunya kualitas lulusan sekolah dasar di daerah pedalaman
diakibatkan karena tingkat pengabdian yang kurang efektif dan tingkat
pengajarannya sangat kurang sehingga perlu dipertanyakan pada status
guru atau perlu dipertanyakan latar pendidikan gurunya. Penulis
menemukan bahwa tingkat pendidikan guru sekolah dasar di daerah
pedalaman Papua masih harus diperhatikan atau perlu adanya evaluasi
secara menyeluruh. Seperti, guru sekolah dasar di SD Inpres Jila terdapat
sebelas Guru sekolah dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
SD Inpres Jila terdapat satu guru latar belakang pendidikan, dan
guru yang lain berlatar belakang bukan pendidikan, sehingga perlu
diperhatikan oleh pihak yang berwewenang untuk pementukan
kemampuan mengajar guru-guru di daerah pedalaman. Menentukan
profesi guru tanpa mengetahui kemampuan guru dalam pengelolaan materi
pembelajaran, pengolaan kelas, dan setiap guru bisa membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Silabus, dan membuat program semester
bulanan, dan membuat program tahunan. Apabila guru-guru sudah sampai
pada tingkat itu, maka sangat penting untuk setiap guru wajib memperoleh
sertifikasi guru. Tanpa, yang dijelaskan diatas maka guru tidak wajar untuk
memperoleh sertifikasi guru. Karena, hasil temuan penulis di lapangan
terkait kompetensi guru di daerah pedalaman perlu dipertanyakan. Guru-
guru di daerah pedalaman Papua perlu adanya melanjutkan tingkat
pendidikan yang lebih lanjut, karena hanya pada tingkat pendidikan yang
sekarang dimiliki oleh setiap guru sangat tidak mendukung untuk
mengabdi di sekolah.
Guru-guru di Distrik Jila dan Distrik Tembagapura nasibnya sama
terkait peranan guru yang tidak efektif menjalankan tugas dengan baik.
Dilihat dari tahun efektif mengajar guru pada setiap sekolah terdapat
empat setengah tahun dan lama mengajar pada setiap guru rata-rata enam
sampai dengan tujuh tahun. Tetapi, guru-guru di daerah pedalaman tidak
menjalankan tugas berdasarkan pada tahun efektif mengajar di sekolah.
Dan penulis menemukan masalah yang sangat serius terkait tahun efektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
mengajar guru bahwa terjadi kesenjangan di setiap sekolah artinya bahwa
setiap guru tidak mengajar di sekolah pada tahun yang sudah ditetapkan
dari Dinas setempat.
3. Sekolah Dasar Negeri Jila
Secara umum Distrik Jila terdapat beberapa Sekolah diantaranya
adalah SD Inpres Jila, SD Inpres Hoeya, SD Inpres Bela Alama, dan SD
Inpres Geselema. Sesuai hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa
sekolah-sekolah tersebut sangat memprihatinkan. Maka penulis dapat
menjelaskanya secara profesional sesuai fakta di sekolah-sekolah tersebut.
Keadaan sekolah-sekolah di Distrik Jila masih berdiri kokoh, tetapi selalu
saja guru-gurunya mangkir dari sekolah.
Semua fasilitas sekolah masih utuh, dan siap dipakai tetapi kadang
guru-gurunya tidak manfaatkannya dengan baik. Lebih baik sekolah-
sekolah negeri di pedalaman tidak dioperasi atau ditutup saja karena
kualitas-kualitas lulusan sekarang masih dibawah standar. SD Inpres Jila
dari tahun-tahun sebelumnya dalam pengaturan sistemnya sangat
sistematis dan sangat terorganisir dengan baik, sehingga guru-guru pada
zaman-zaman itu aktif menjalankan tugas dengan baik. Namun,
belakangan ini wajah pendidikan di tempat ini sangat muram dan tidak
dapat merubah dengan secepat itu, karena hilangnya semangat belajar
siswa atau motivasi belajar siswa.
4. Siswa Sekolah Dasar di Distrik Jila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Sesuai hasil temuan di lapangan jumlah siswa terdapat 545 siswa.
Jumlah kelas satu, sembilan puluh enam siwa, jumlah siswa kelas dua,
tujuh puluh lima siswa, jumlah siswa kelas tiga, seratus dua siswa, jumlah
siswa kelas empat, seratus delapan siswa, jumlah siswa kelas lima,
sembilan puluh dua siswa, dan jumlah siswa kelas enam, tujuh puluh dua
siswa. Data ini tidak valid karena jumlah siswa di sekolah dasar inpres Jila
dari kelas satu sampai kelas enam tidak sesuai dengan data yang ada.
Pemeintah daerah kabupaten Mimika buka mata dan melihat
keadaan siswa di daerah pedalaman kabupaten Mimika, jangan berdiam
diri atau jangan merasa nyaman dengan apa yang ada. Tetapi perhatikan
keadaan orang lain, bantulah mereka yang berteriak meminta bantuan, dan
selamatkan anak-anak muda pedalaman yang masa depannya sangat
panjang. Guru-guru bertindak dengan jiwa membangun, maka guru-guru
menyelamatkan masa depan anak-anak pedalaman.
Dinas pendidikan dan kebudayaan (P & K) kabupaten Mimika
harus serius menangani problema pendidikan di daerah pedalaman Timika.
Siswa umur sekolah di distirik Jila lebih banyak daripada data yang ada di
Dinas Pendidikan dan siswa aktif sekolah di daerah pedalaman bisa lebih
sedikit dari pada data yang sudah ada di Dinas Pendidikan kabupaten
Mimika khususnya data siswa sekolah dasar di Distrik Jila.
5. Keadaan siswa SD Inpres Jila
Data siswa di SD Inpres Jila kurang lebih 120 siswa, dan semuanya
masih aktif. Tetapi kondisi siswa sangat memprihatinkan karena para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
siswa tidak ada kesempatan untuk memperoleh pendidikan seperti teman-
teman lain di kabupaten Mimika. Kondisi seperti itu siswa merasa frustasi
dengan kebijakan pemerintah daerah kabupaten Mimika yang tidak
profesional. Paling disayangkan adalah siswa kelas enam belum bisa
membaca, menulis, dan menghitung dengan sempurna. Apalagi dalam
kelas guru mengditek di depan kelas dan siswa menulis pun belum bisa.
Penulis tidak membicarakan pada kelas 1 sampai kelas 5. Bukan,
berarti mereka bodoh, dan bukan berarti mereka tidak mampu tetapi
mereka tidak mendapat pengajaran dan untuk sampai pada tingkat
pemahaman perlu adanya proses belajar mengajar di kelas, sangat
disayangkan siswa SD Inpres Jila. Menjadikan siswa pintar akan
ditentukan ketika guru bertindak secara profesional, dan berjiwa
membantu atau berjiwa mendidik kepada siswa, untuk mencapai tingkat
ini guru harus miliki belas kasih tanpa belas kasih guru tidak akan pernah
menjawab persoalan pendidikan di Daerah pedalaman Timika.
6. Guru Sekolah Dasar Negeri Jila
Jumlah guru sekolah dasar negeri Jila terdapat sebelas guru, dua
diantaranya kepala sekolah dan wakil kepala sekolah dan yang lain guru
kelas. Lima guru sekolah dasar guru pegawai negeri, dan enam guru
sekolah dasar guru kontrak. Yang sering aktif mengajar di sekolah adalah
guru-guru kontrak, dan adanya guru-guru kontrak waj ah pendidikan
sekolah dasar di Distrik Jila masih ada. Seandainya tidak ada guru kontrak
tidak adalah proses belajar mengajar di kelas. Kendala yang dialami dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
guru-guru kontrak adalah tidak adanya pengawasan dari kepala sekolah,
dan intansi terkait yaitu Dinas Pendidikan dan Kabudayaan (P &K)
kabupaten Mimika, setelah ditugaskan di daerah-daerah pedalaman tidak
ada yang mengontral, tidak ada pengawasan, dan yang ada adalah
pembiaran. Guru kontrak di daerah-daerah pedalaman kadang keabisan
makanan dan lain-lain. Kondisi seperti ini mereka masih mau mengabdi,
tetapi pemberintah daerah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten
Mimika tidak menganggap itu tanggung jawab Dinas dan persoalan itu
dilemparkan ke guru-guru kontrak tersebut. Dan, yang terjadi pada guru
kontrak dipengaruhi dengan kebiasaan-kebiasaan guru-guru negeri yang
tidak efektif mengajar, guru negeri hanya sebagai formalitas saja tidak
mengajar pun gaji tetap jalan guru-guru kontrak juga kadang tidak aktif
mengajar karena dipengaruhi dengan keadaan yang ada.
Guru-guru tak lagi punya jiwa pengabdi untuk membuat anak-anak
menjadi pintar. Pada tahun 1985- 2006, wajah pendidikan di pedalaman
masih baik dan pengabdian guru di pada tahun-tahun itu sangat teroganisir,
guru yang tidak mengajar atau tidak menjalankan tugas ada teguran dari
dinas atau kasih peringatan dari dinas. Tetapi dari tahun 2007 sampai
sekarang wajah pendidikan di daerah pedalaman ini semakin memburuk.
Guru-guru tidak menjalankan tugas selama beberapa tahun tetapi dinas
pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Mimika tidak ada pengawasan,
tidak ada teguruan atau peringatan, yang terjadi adalah pembiaran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
sehingga guru bertindak se-endaknya saja. Mau mengajar atau tidak
urusanku, siapa yang mau bilang apa jadi.
Keadaan Kepala sekolah dan guru-guru kelas di SD Inpres Jila.
Tidak ada hubungan kerja sama, kepala sekolah jalan sendiri guru-guru
yang lain jalan sendiri, tidak ada titik temu diantara mereka dan tidak ada
evaluasi kerja dan tidak ada pula perencana-perencana kerja yang dari
sekolah tersebut untuk membawa pendidikan Jila ke arah depan yang lebih
baik. Sekolah yang tidak teroganisir, guru-guru yang tidak teroganisir dan
guru-guru yang tidak terharakan.
Contoh kasus 1: masalah biaya sekolah, uang SPP sampai dengan
uang ujian ditanggung dari dana BOS, dan tidak ada beban biaya ke siswa.
Tetapi kebijakan kepala sekolah SD Inpres Jila masih memunggut biaya
uang ujian "wajib bayar per siswa Rp 500.000", setelah mendengar
kelulusan siswa diwajibkan untuk membawa babi per siswa seekor babi
atau suruh bawa dua atau tiga ekor ayam. Padahal, dilihat dari pengabdian
guru-guru ini tidak jelas.
Contoh kasus 2: SD Inpres Jila guru-guru tidak mengajar dalam
satu tahun, mengajar hanya dua atau tiga bulan, sisanya masih
mengganggur di kota. Ah, pada saat Ujian akhir burulah guru-guru rame-
rame naik ke Jila, bawa soal ujian. Dan siswa kebingungan mau jawab
apa? Dan lebih baik guru-gurunya saja jawab soal-soal ujian, dan nilai-
nilai nem yang mereka peroleh diatas rata-rata, tetapi kualitas lulusannya
masih di bawah standar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Contoh kasus 3: di SD Inpres Jila, dan SMPN7, kualitas kelulusan
dari tahun 2008-2012, masih di bawah standar, karena tidak ada proses
belajar mengajar di SD/SMP. Dalam ijazah nilai nem tidak terjantum, atau
ada siswa mau lanjut sekolah menengah pertama tidak bisa karena di
ijazah SD tidak ada nilai nem dan siswa-siswa ini masih menunggu tahun
berikutnya, berarti siswa-siswa SD ini ikut ujian nasional dua kali. Karena
ijazah pertama keluar salah, ikut yang kedua kali berarti anak-anak ini
sudah sampai ke sekolah tingkat menengah tetapi dengan kesalahan yang
fatal seperti ini mereka masih di tingkat sekolah dasar.
Kasus ini sangat berat, karena maslah baru yang terjadi di daerah
pedalaman Timika, dari sebelumnya tidak pernah terjadi seperti yang
sekarang. Di mana titik kesalahanya sesuai hasil temuan penulis adalah
kesalahan ini bukan ada pada sekolah, bukan pulah ada pada guru-guru,
bukan pulah ada pada siswa-siswa, bukan pulah ada pada masyarakat,
tetapi kesalahan fatal seperti ini ada pada Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Mimika yang membidangi Sekolah Dasar. Tahun-
tahun sebelumnya ijazah dan nilai nemnya belum diisi dan diserahkan
pada setiap sekolah, tetapi dalam tahun belakangan ini diambil ahli oleh
Dinas di bidang sekolah Dasar, akibatnya dalam pengisian ijazah dan nilai
nem salah, ada siswa yang ijazahnya ada nilai nem kosong tidak ada nilai.
Inilah kebijakan Dinas Pendidikan dan kebudyaan Kabupaten Mimika,
yang mengagalkan masa depan anak-anak Pedalaman Timika dengan cara-
cara seperti ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Kasus 4, pada bulan Maret 2013, kunjungan kerja dari Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten; dan Lembaga Pengembangan
Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), kunjungan kerja ke SD
Inpres Jila, dan SMPN7 di Distrik Jila. Keanehan terjadi di sekolahsekolah
ini, malah guru-gurunya tidak ada dan tidak ada proses belajar mengajar di
sekolah-sekolah tersebut. Aspirasi dari tokoh masyarkat; kepala suku, dan
seluruh masyarakat Jila sepakat bahwa; (1) Ujian Akhir dalam tahun
2013/2014 ini kami menolak . Dinas Pendidikan boleh bawa soal ujianya
tapi kami masyarakat akan mengembalikan ke Dinas Pendidikan
Kabupaten Mimika, soal ujian SD dan soal ujian SMP di Distrik Jila; (2)
masyarakat Meminta kepada pemerintah daerah bahwa kembalikan Kepala
sekolah SD Inpres Bela Alama pak guru Yoni Piligame ke SD Inpres Jila,
karena kepala sekolah yang sementara tidak ada perubahan sekali; (3),
Masyarakat meminta agar segera ganti kepala sekolah SMPN6, Jila karena
kinerjanya menurun dan masyarakat sangat frustasi melihat tindakan dan
kelakuan kepala sekolah SD, dan Kepala Sekolah SMPN6 Jila. Inti
masalah adalah bukan ada pada kepala sekolah dan guru-guru yang
bertugas di sekolah-sekolah, tetapi masalahnya ada pada Dinas Pendidikan
dan kebudayaan Kabupaten Mimika. Dinas sudah mengetahui akar
masalahnya dan Dinas pura-pura tidak tahu, dan selalu menyalahkan guru-
guru yang dittugaskan di sana, dan sebaliknya guru-guru menyalakan
Dinas, sehingga untuk memecahkan masalah antara kedua belah pihak
tidak kunjung temu titik masalahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
7. Pemberdayaan Guru SD Inpres Jila
Pemberdayaan guru di daerah pedalaman kurang maksimal. Guru-
guru yang ditugaskan di daerah pedalaman kabupaten Mimika sebagian
besar sudah menikah dan ketika ditugaskan di daerah pedalaman tidak lagi
fokus mengajar. Karena keluarganya ditinggalkan di ibu kota kabupaten
dan guru-guru tersebut mengabdi di pedalaman tanpa keluarga, sehingga
dalam satu bulan saja mereka ingat akan keluar dan kembali ke kota
tinggalkan tugasnya. Guru-guru tidak mengabdi dengan totalitas berarti
kalau bisa guru-guru yang ditugaskan di daerah pedalaman sekaligus
dengan keluarga, agar tidak membagai pikiran.
Pembagian guru-guru di daerah pedalaman sudah teratur dengan
baik. Guru-guru yang ditugaskan di daerah pedalaman selangseling yaitu
guru orang asli Papua dan guru non Papua, tetapi masalahnya adalah tidak
terorganisir dengan baik. Mengapa guru-guru di daerah tidak terorganisir
dengan baik karena belum ada persatuan guru daerah pedalaman dan SD
Inpres Jila tidak terlihat bahwa hubungan antara sesama guru, sehingga
guru-guru terpancar dan setiap guru bertindak semaunya saja. Kepala
sekolah tidak dapat mengorganisir guru-guru dan yang terjadi adalah
malah bermusuhan diantara mereka diakibatkan oleh karena penggunaan
Dana BOS dari sekolah tersebut tidak secara efektif. Pemisah antara
sesama guru di daerah pedalaman adalah tidak jujurnya pembagian atau
penggunaan Dana BOS dari kepala sekolah yang berkaitan.
8. Sekolah Dasar Inpres Hoeya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Semanjak tahun 2005 sampai tahun 2013, gedung sekolah tidak
dioperasi dengan baik, gedung sekolah berdiri tanpa guru, dan gedung
sekolah bukan lagi tempat proses belajar mengajar guru dan siswa tetapi
tempat famali guru-guru. Ada masalah yang luar biasa di kampung Hoeya
ini; apakah karena pengaruh karakteristik masyarakat? Apakah ada
pengaruh budaya kemalasan siswa? Apakah karena hubungan transportasi?
Atau ada masalah apa dibalik itu? Kalau salah satu sekolah tidak
beroperasi dengan baik, maka pasti ada pertanyaanpertanyaan yang
bunyinya" mengapa begitu dan mengapa begini" jadi, wajarlah kalau
penulis menjelaskan sesuai dengan masalah yang ada di lapangan. Penulis
tidak berbohong, penulis mau menyampaikan bahwa SD Inpres Hoeya ada
masalah sangat yang serius!
Sangatlah disayangkan SD Inpres Hoeya ini tidak pernah dioperasi
secara baik. Anak-anak muda di Kampung Hoeya tidak ada berpikiran
untuk sekolah, kalimat "sekolah" tidak ada lagi di mulut hat mereka atau
tidak ada lagi kedengaran di telinga anak-anak Hoeya dengan kalimat "ayo
sekolah". Tetapi dalam lubuk hati mereka ada semangat untuk sekolah, ada
harapan untuk mengubah kehidupan mereka yang lebih baik, dan ada masa
depan yang lagi menunggu mereka. Untuk mau mencapai ke arah itu, ada
orang yang mampu mengantarkan mereka atau ada pemandu jalan,
pemandu jalan adalah mereka yang sudah mengenal, mereka yang sudah
menghafal, mereka yang mampu mengantarkan pengunjung yang mau
menikmati kehindaan suatu tempat atau suatu daerah, sama pula dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
anak-anak pedalaman Hoeya ini. Anak-anak Hoeya, belum ada pemandu
jalan yang profesional. Berarti belum ada guru yang profesional, guru yang
berjiwa pengabdi, guru yang ingin mengedepankan profesionalitasnya.
Anak-anak Hoeya yang lagi sekolah di tingkat SD, SMP SMA, dan tingkat
perguruan Tinggi tidak sampai jumlah besar, bisa dihitung yaitu kira-kira
lima belasan dari tingkat SD sampai dengan perguruan Tinggi. Mereka
yang bersekolah adalah mereka yang merantau keluar dari kampung
Hoeya, dan sekolah di ibu kota Timika, sehingga sebagian dari anak-anak
ini bisa bersekolah dan ada anak-anak Hoeya bisa juga berhasil sampai ke
tingkat perguruan tinggi. Berarti anak-anak yang berhasil ke tingkat
perguruan tinggi bukan produk dari SD Inpres Hoeya, tetapi mereka yang
merantau keluar dari Kampung Hoeya.
Pendidikan untuk anak-anak Hoeya sudah ditiadakan oleh Guru-
guru dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika. Guru-
guru, dan Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika sudah mengagalkan masa
depan anak-anak muda pedalaman Hoeya. Tidak ada perhatihan khusus
dari pemerintah daerah dan tidak ada keseriusan dari guru-guru yang
ditugaskan di SD Inpres Hoeya, tidak ada pembinaan, tidak ada evaluasi
kerja guru-guru. Dan beberapa tahun tidak melaporkan laporan bulanan
atau laporan tahunan masuk ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Mimika, tentang pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar.
Salah satu persoalan yang dialami dari Sekolah Dasar Hoeya
adalah tidak adanya guru-guru asli orang sendiri yaitu orang asli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Amungme yang berasal dari kampung Hoeya sendiri. Guru orang asli
daerah adalah kunci maju atau tidaknya pendidikan di pedalaman-
pedalaman Papua, maka wajarlah pendidikan Hoeya jalan di tempat karena
belum ada orang Asli Amungme.
9. Semuanya Berbohong
Guru-guru berbohong dan Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika
berbohong, berarti sama-sama berbohong, dan artinya berbohong kepada
masyarakat. Semua Data terkait SD Inpres Hoeya berbohong, sekolah di
SD Inperes Hoeya tidak beroperasi baik dari tahun 2005 sampai tahun
2013. Data guru dan jumlah guru yang ditugaskan di Hoeya adalah lima
guru sekolah Dasar dan jumlah siswa SD Inpres Hoeya berjumlah 159
semuanya masih aktif sesuai data. Tetapi fakta di lapangan tidak sesuai,
maka semua data terkait SD Inpres Hoeya yang ada di Dinas Pendidikan
tidak sesuai.
10. Kendala Transportasi
Temuan peneliti terkait gagalnya pendidikan di Kampung Hoeya
adalah masalah Transportasi. Masalah yang dihadapi guru-guru yang
ditugaskan di SD Inpres Hoeya adalah tidak adanya ketersediaan
transportasi udara. Jarak dari ibu kota Timika ke Pedalaman Hoeya
adalah kira-kira ratusan kilo meter, jadi untuk sampai ke sana tidak bisa
dengan transportasi darat tetapi harus melalui transportasi udara dan
transportasi pun harus dengan helikopter milik TNI, dan Air Fast milik
TPFI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Masalah transportasi yang menjadi krusial di daerah pedalaman
kabupaten Mimika. Penyediaan transportasi untuk pelayanan pendidikan
di daerah pedalaman Timika adalah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Mimika, dan Lembaga Pengembangan Masyarakat
Amungme dan Kamoro (LPMAK), di kabupaten Mimika. Tetapi
penyediaan transportasi udara untuk guru-guru yang bertugas di Hoeya
jarang didapatkan, dan penyediaan transportasi untuk guru-guru SD
Inpres Hoeya bukanlah prioritas utama untuk Dinas Pendidikan dan
LPMAK. Dan, tidak ada kerja sama yang baik di antara Dinas
Pendidikan, Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan
Kamoro (LPMAK), dan guru-guru yang bertugas di daerah pedalaman.
Masalah transportasi tidak terorganisir dengan baik untuk guru-guru
yang bertugas di daerah pedalaman Timika. Kalau kasih pertanyaan ke
Dinas Pendidikan terkait profil guru-guru di daerah pedalaman Hoeya
yang kurang baik. Mereka jawab adalah pasti transpotasi, kendala utama
untuk SD Inpres Hoeya adalah masalah transportasi. Dan penulis
menjelaskan bahwa menajemen pengelolaan dalam hal transportasi
untuk daerah pedalaman kurang efektif, karena kedua belah pihak ini
tidak bekerja sama yang baik dan saling mengharapkan. Maka,
pelayanan pendidikan di daerah-daerah pedalaman ini tidak berjalan
secara efektif.
11. Tuntutan Masyarakat Hoeya Terkait Pergantian Kepala Sekolah SD
Inpres Hoeya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Timika, 10 Januari 2013; Kepada Bapak Bupati Klemen Tinal,
SE.MM. Suara tokoh Masyarakat, tokoh Agama, Kepala Desa, Kepala
Suku, serta Mahasiswa, bersepakat bahwa meminta kepada pemerintah
daerah agar segera mengganti kepala sekolah SD Inpres Hoeya dengan
berindentitas Bapak Markus Leppang, S.Pd, jabatan Kepala Sekolah.
Karena kinerjanya kurang mengabdi, masyarakat menyampaikan
asprinya dengan alasan bahwa selama tahun 2009 - tahun 2013, tidak
ada proses belajar mengajar satu pun.
Masyarakat meminta agar segera ganti kepala sekolah yang
bernama Bapak Patris Bame, jabatan Guru Kelas yang pertama kali
membuka SD Inpres Hoeya. Bapak Bame adalah guru pertama yang
mengabdi di Hoeya kurang lebih delapan tahun. Masyarakat menilai
guru tersebutlah cocok menjadi kepala sekolah, karena Beliau sudah
berhasil. Alasannya Apa Sehingga Masyarakat bertindak seperti yang
dijelaskan di atas, karena alasannya adalah sebagai berikut:
1) Di bawah pimpinan kepala sekolah Bapak Markus Leppang. Tidak
menjalankan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh Dinas P
& K.
2) Menerima gaji dengan Cuma-Cuma selama bertahun-tahun
3) SD Inperes Hoeya menjadi lahan bisnis untuk guru-guru
4) Hanya tinggal saja di kota Timika dan membuat laporan yang tidak
berdasarkan hasil kerja di sekolah.
5) Tidak ada proses belajar mengajar di SD Inpres Hoeya. Tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
mendekati Ujian Nasional (UN) guru-guru pura-pura naik ke
pedalaman Hoeya bawa soal Ujian Nasional.
12. SD Inpres Bela Alama
Secara umum Pendidikan Dasar di kampung Bela Alama sama
halnya dengan SD Inpres Jila, dan SD Inpres Hoeya. Tetapi SD Inpres
Bela Alama masih terlihat aktif dari sistem proses belajar mengajar,
kepala sekolahnya dipimpin oleh Bapak Yoni Piligame guru Putra
Amungme yang punya hati Mengabdi. Masyarakat Bela Alama sangat
saltit atas kedatang Beliau di tengah-tengah mereka, dan memberi warna
yang berbeda dari guru-guru sebelumnya.
Guru-guru di Bela Alama terorganisir dengan baik, terarah dan
semua punya tanggungjawab yang sama dan kepala sekolah memberi
tanggunggjawab penuh kepada sesama guru untuk bersamasama
melangka dalam memberantas kabut tebalnya pendidikan pedalaman di
kampung Bela Alama. Kisah seorang Kepala Sekolah SD Inpres Bela
Alama Bapak Yoni Piligame, hanya demi mengabdi, hanya demi masa
depan anak muridnya Beliau berjalan kaki 200 kilo meter dari pusat
kecamatan Jila, Beliau tidak mengharapkan transportasi udara tetapi
Beliau jalan Kaki hanya seorang diri. Beliau menghabiskan waktunya di
tempat tugas selama lima sampai enam bulan.
Masyarakat Bela Alama masih mempertahankan Beliau sebagai
kepala sekolah yang mampu membawa perubahan yang sangat
signifikan. Tetapi selalu saja ada masalah, karena tidak adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
pengawasan atau tidak ada kontrol dari Dinas Pendidikan P & K,
sehingga menghalangi guru-guru yang mau bertugas. Masalah
Penyediaan transportasi, penyediaan makanan (beras), dan fasilitas
kesehatan yang kurang mendudukung.
13. Sekolah Dasar di Distrik Tembagapura
Sekolah Dasar di Tembagapua terdapat beberapa Sekolah yaitu
SD Inpres Banti, SD Inpres Aroanop, SD Inpres Jagamin, dan SD Inpres
Bililawak. Nasib sekolah-sekolah ini sama yaitu pengaruh lingkungan
sekolah yang kurang mendukung karena lingkungannya yang kurang
strategis seperti SD Inpres Banti. Jadi sekolah-sekolah dasar ini memiliki
nasib yang sama dan yaitu kendalanya pada guru dan pengaruh
lingkungan sekolah yang tidak efektif mengajar.
14. SD Inpres Banti Distrik Tembagapura
Jumlah siswa di SD Inpres Banti sangat banyak. Guru-guru pun
masih aktif mengajar tetapi sama nasibnya dengan SD lain di daerah-
daerah pedalaman lainnya seperti gedung berdiri tanpa guru, siswa
banyak tanpa guru, sehingga sekolah tidak dioperasi secara baik. Guru-
guru tidak teroganisir dengan baik, dan proses belajar mengajarnya tidak
efektif. SD Inpres Banti sudah lama berdiri dan sudah lama diopersi dari
beberapa tahun yang lalu yaitu tahun 1995 sampai dengan tahun 2007.
Proses pembelajaran di SD Inpres Banti berjalan efektif, kegiatan belajar
mengajar teroganisir secara baik. Tetapi hasil temuan di lapangan
masyarkat mengatakan bahwa "guru-guru sekarang ini tidak sama lagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
dengan guru-guru yang kemarin-kemarin" karena banyak guru yang
mangkir tidak menjalankan tugas dengan baik.
15. Pengaruh Lingkungan Sekolah
SD Inpres Banti tidak aman karena jarak antara gedung sekolah
dengan tempat pembuangan limbah PT Freeport Indonesia kurang lebih
40 meter. Kadang siswa-siswa tidak belajar secara baik. Pembuangan air
limbah yang membuat masyarakat banti kadang hidup dalam
ketidaktenangan, karena semua masyarakat bermain air limbah dan pasir
setiap hari "mendulang emas". Siswa-siswa ikut terpengaruh juga
dengan kedaan tersebut, sehingga sekolah bukanlah tujuan utama bagi
anak-anak banti untuk mengenyam pendidikan.
16. Budaya Mendulang Emas
Anak-anak banti tidak belajar tenang karena pengaruh
lingkungan yaitu budaya mendulang emas. Karakteristik mereka sudah
dibentuk disana anak-anak usia sekolah tidak fokus lagi belajar dan
mereka mencari ampas emas dari pembuangan limbah PT Freeport
Indonesia. Ketika, ada proses belajar mengajar di sekolah, kadang siswa
tidak fokus pada proses pembelajaran di kelas tetapi perhatian atau fokus
anak-anak hanya pada pekerjaan mereka yaitu mencari ampas emas.
Pengaruh keluarga terlihat kurang tetapi pengaruh budaya mencari
ampas emas menjadi pandangan yang negetif dan persoalan tersendiri
yang serius, maka pemerintah daerah dan guru-guru perlu
memperhatikan keadaan siswa di SD Inpres Banti Distrik Tembagapura.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
17. Kehidupan Masyarakat Kampung Banti Distrik Tembagapura
Kehidupan Masyarakat Kampung Banti adalah masyarakat
pinggiran suku Amungme yang disingkirkan sejak beroperasinya PT
Freeport MC Moran dari tahun 1967 sampai dengan Tahun 2013 ini.
Suku Amungme yang mendiami di kampung Banti adalah masyarakat
asli Tembagura. Tempat tinggalnya tidak jauh dari areal PT Freeport
kurang lebih 30 kilo meter. Tetapi masyarakat kampung Banti tidak
mendapatkan Pendidikan yang baik, kesehatan yang layak, kesejahteraan
yang layak, dan rumah yang pantas bagi orang asli Amungme.
PT Freeport tidak memperhatikan kehidupan masyarakat sekitar
areal PT Freeport. Ada banyak masalah didapatkan di arael
penambangan ini. Pihak PT Freeport tidak menganggap masyarakat
yang ada di sekitar areal PT Freeport bukan lagi manusia, pihak PT
Freeport tidak pernah menghargai sebagai hak ulayat dan makhluk
Ciptaan Tuhan yang Mulia di sekitar Areal PT Freeport. Mereka
menyebut masyarakat setempat sebagai "perusak fasilitas PT Freeport
dan Anjing-anjing hutan, nyamuk hutan" itulah sapaan pihak Freeport
terhadap masyarakat Kampung Banti. Sangatlah sayang masyarakat ini
tidak menyadari kalau ada yang menbodohi, ada yang memanfaatkan
masyarakat setempat ini.
Masyarakat Amungme yang mendiami di Kampung Banti sangat
menderita dengan lingkungan yang tidak bebas. Masyarakat tidak sadar
kalau mereka diperbudak, atau diperalat oleh mereka yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
berkepentingan. Ada apa dibalik semua ini, rumah yang tidak layak, air
yang tidak bersih, makanan yang tidak sehat, dan masyarakat Banti juga
masih tinggal dalam rumah-rumah tradisional. Sebenarnya, kota
Tembagaura adalah tempat tinggal masyarakat Asli Amungme yang
tinggal di tembagapura. Rumah-rumah tingkat yang ada di kota
Tembagapura adalah milik suku Amungme yang ada di Tembagapura.
Semua fasilitas yang disediakan PT Freeport adalah sebenarnya adalah
milik suku Amungme yang mendiami di Tembagapura. Pendidikan
Dasar dan Menengah Pertama Yayasan Pendididkan Jayawijaya (YPJ)
adalah milik suku Amungme yang mendiami Tembagapura. Tetapi,
semuanya tidak berpihak ke Masyarakat Amumne Asli Tembagaura, dan
masyarakat setempat diusir jauh-jauh. Menempatkan masyarakat Asli di
tempat pembuangan sampah manusia-manusia kota, dan tempat
pembuangan air limbah. Kebijakan ini adalah pelanggaran Hak Asasi
Manusia (HAM), dan pelanggaran besar dalam ETIKA perusahaan.
Masyarakat hidup terlantar karena pengaruh limbah masyarakat mati
dimana-mana. Adakah kehidupan yang lebih layak bagi masyarakat
Banti, apakah ada kesempatan lagi mengubah nasib masyarakat Banti
lebih baik dari sekarang? Masyarakat Banti ini mau dibawa kemana
kalau begini terus kehidupannya.
Pendidikan tidak memihak kepada mereka, kebijakan pemerintah
dan PT Freeport tidak pernah memihak ke hak-hak Banti, pendidikan
membunuh karakter dan semangat belajar anak-anak Banti, kebijakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
perusahaan tidak memihak ke anak-anak muda Banti ke arah yang lebih
baik. SD Inpres Banti bukan tempatnya belajar anak-anak Banti
Tembagapura, SD Inpres Banti Tidak Pantas untuk anak-anak Banti,
anak-anak banti harusnya sekolah di sekolah-sekolah berskala
Internasional, dan sekolah-sekolah yang bermutu di Indonesia.
18. SD Inpres Tsingga dan SD Inpres Aroanop Distrik Tembagapura
Gambaran umum SD Inpres Tsingga dan SD Inpres Aroanop
adalah secara umum sama halnya dengan Sekolah-sekolah dasar lain di
Distrik Jila yaitu masalah kurangnya keefektifan guru. Malasalah guru
pedalaman adalah masalah yang sangat serius, masalah yang dialami
dari sekolah dasar di Tsingga dan Sekolah dasar Aroanop yaitu tidak ada
pengabdian guru dan guru-guru di sekolah-sekolah tidak menjalankan
tugas dengan profesional, sehingga banyak siswa terlantar. Tidak ada
kerja sama yang baik di antara pihak sekolah, pihak Dinas Pendidik dan
kebudayaan Timika, dan pihak Freeport, karena pihak Freeport harus
bertanggungg jawab pada beberapa sekolah di Distrik Tembagapura
yaitu SD Inpres Banti, SD Inpres Aroanop, SD Inpres Jagamin, SD
Inpres Tsingga, dan SD Inpres Bililawak, dan keberadaan Sekolah-
sekolah ini tidak jauh dari Areal penambangan PT Freeport
Tembagapura kurang lebih 50 kilo meter. Kenapa pendidikan dasar di
daerah-daerah pedalaman tidak dikendalikan dengan baik, tidak ada
seorang pun yang memperhatikan persoalan pendidikan di daerah
pedalaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Dimana kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten
Mimika, dan dimana pihak Freeport. Tidak ada kerja sama yang baik,
sehingga anak-anak pedalaman menjadi korban. Pendidikan dasar di
daerah pedalaman tidak memihak pada anak-anak, tidak ada program
kerja dari Dinas P & K yang lebih fokus ke sekolah-sekolah pedalaman
sehingga menjadi korban adalah guru-guru yang ditugaskan di daerah
pedalaman dan peserta didiknya. Karena tidak ada peraturan apa pun
untuk guru-guru di daerah pedalaman dan mereka diberi kebebasan
untuk memilih sesuai kehendak bebas apakah saya harus betah mengajar
di tempat tugas atau saya harus tinggal saja di kota.
Sekolah Dasar di SD Inpres Tsingga, Sekolah•Dasar di SD Inpres
Banti, Sekolah Dasar di SD Inpres Aroanop, Sekolah Dasar di SD Inpres
Bililawak, dan Sekolah Dasar di SD Inpres Jagamin, sama nasibnya
dengan Sekolah Dasar di SD Inpres Jila, sama nasibnya dengan Sekolah
Dasar di SD Inpres Hoeya, sama nasibnya dengan SD Inpres Bela
Alama, dan sama nasibnya dengan SD Inpres Eralmakawia, yaitu tidak
ada keseriusan dari Kepala Sekolah, tidak ada keseriusan dari guru-guru
yang ditugaskan di daerah-daerah pedaalaman, tidak adanya keseriusan
dari Pemerintah Daerah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Mimika.
Tidak ada, program kerja yang khusus untuk pendidikan di
daerah pedalaman dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Mimika. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
serius menangani masalah guru-guru di daerah pedalaman tidak menata
secara baik.
19. Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK)
Kabupaten Mimika Papua
Ada harapan bagi suku Amungme dan Kamoro sebagai pribumi
Timika, ketika adanya Lembaga Pengembagan Masyarakat Amungme
dan Kamoro. Dari lembaga ini ada empat biro yang menjawab
kebutuhan masyarakat tujuh suku yang ada di kabupaten Mimika
diantaranya yaitu Biro Ekonomi, Biro Kesehatan, Biro Pendidikan, dan
Biro Agama. Hadirnya Biro Pendidikan anak-anak putra-putri Amungme
dan Kamoro bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Lembaga
pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK)
menjawab segala kebutuhan masyarakat asli Timika, peran pemerintah
kabupaten Mimika tidak nampak sehingga peran aktif dan menjawab
segala kebutuhan masyarakat Timika adalah LPMAK sehingga semua
kegiatan terkait menjawab persoalan masyarakat bukan pemerintah
tetapi semuanya dikendalikan oleh LPMAK.
Biaya pendidikan dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan
tinggi asal kabupaten Mimika dibiayai oleh LPMAK, dan pemerintah
daerah tidak melakukan apa yang menjadi perioritasnya sebagai
pengendali mutu pendidikan di kabupaten Mimika. Berdirinya lembaga
ini dapat membantu anak-anak muda di daerah pedalaman maupun anak
muda yang ada di kota serta kebijakan yang diambil adalah lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
memihak pada kebutuhan masyarakat setempat artinya mengedepan
masa depan anak-anak tujuh suku yang ada di kabupaten Mimika. Dinas
Pendidikan kabupaten Mimika bukan prioritas utamanya membangun
sumber daya manusia putra-putri suku setempat, karena suku-suku asli
setempat kediamanya adalah daerah-daerah pedalaman itu di pesisir
pantai maupun di pedalaman pegunungan Timika.
Persoalannya adalah mengapa pemerintah daerah gagal
membangun sumber daya manusia di daerah pedalaman berarti
pemerintah daerah gagal pula membangun sumber daya manusia suku
setempat. Dan lembaga punya peran yang aktif, karena lembaga
membawa perubahan artinya bahwa memanusiakan manusia suku
setempat dalam arti lembaga sudah membawa perubahan yang sangat
signifikan untuk tujuh suku yang ada di kabupaten Mimika lebih
khususnya suku Amungme dan Kamoro yang berdomisli di kabupaten
Mimika.
Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro
(LPMAK) kabupaten Mimika tidak setuju dengan kebijakan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika yang gagal membangun
sumber daya manusia suku asli setempat.
20. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk Sekolah Dasar,
dan Program Kerja Dinas Pendididkan dan Kebudayaan Timika
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Mimika
menganggarkan dana sebesar Rp 63,125,933,000, untuk pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
wajib belajar sembilan tahun se- kebupaten Mimika dengan 33 kegiatan.
Dan tahun anggaran dari tahun 2012 - 2014, maka dana yang
dianggarkan untuk tahun 2012, sebesar Rp 22,403,711,000, tahun 2013,
sebesar Rp 20,181,111.000, dan tahun 2014, sebesar Rp 20,541,111,000.
Tidak termasuk dengan anggaran untuk pendidikan menengah dalam
tahun anggaran.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabudayaan Kabupaten
Mimika mengganggarkan dana untuk tahun 2013 sebesar
20,181,111.000. Anggaran yang dianggarkan ini untuk semua sekolah
dasar di se-kabupaten Mimika, berdasarkan dengan program kerja yang
ada. Jadi program kerja yang diprogramkan oleh Dinas Pendididikan dan
Kebudayaan Kabupaten Mimika dari Tahun 2012 sampai dengan Tahun
2014 sama.
Program kerja dibuat untuk tahun anggaran 2012, dan untuk
program kerja untuk tahun anggaran 2013, dan tahun Anggaran 2014,
masih sama dengan program kerja dari tahun 2012, dan dimana program
kerja untuk tahun Anggaran 2013 dengan nominal Rp 20,181,111.000,
dan tahun Anggaran 2014 dengan nominal Rp 20,541,111,000. Berarti
Anggaran APBD tahun 2013 untuk sekolah dasar, dan Anggaran APBD
tahun 2014 dengan nominal Rp 20,541,111,000, untuk sekolah Dasar,
dan keseluruhan dana yang dianggarkan APBD, untuk sekolah dasar dari
tahun 2012 sampai dengan tahun 2014, sebesar Rp 63,125,933,000.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Program kerja dari Dinas Pendidikan dan Kebudadayaan seperti
dijelaskan di atas dengan tahun anggaran dan kekuatan anggaran yang
sudah dijelaskan di atas dapat dipahami bahwa ada kekancaran di dinas
pendidikan dan kebudayaan kabupaten Mimika. Jadi peneliti menilai
bahwa wajarlah kalau pendidikan dasar di pedalaman kabupaten Mimika
terjadi kemunduran, program kerja yang tidak terarah, program kerja
yang tidak jelas dengan anggaran yang begitu besar dari tahun ke tahun.
Dinas Pendidikan kabupaten Mimika ada masalah yang sangat
besar kalau dilihat dari program kerja yang begitu-begitu saja, dan
Anggaran yang sangat cukup besar tetapi realitanya sangat mengerikan
dan membuat kami kecewa atas kinerja dari Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Mimika. Dinas Pendidikan segera perbaiki imek
yang sangat negatif atas kesalahan-kesalahan yang dibuat selama
beberapa tahun belakangan ini, dan paling penting yang harus
diperhatikan bersama adalah kemanakan saja dana-dana yang jumlahnya
sangat besar itu? Dan penulis tidak berdiam diri tapi penulis akan
mempelajari lebih jauh lagi terkait persoalan ini, dan penulis sudah
menemukan suatu masalah yang sangat serius yaitu tentang Dana APBD
dari tahun 2012 sampai tahun 2014, dengan nominal sebesar Rp Rp
63,125,933,000, dana ini tidak jelas dan dikemanakan saja karena bukti
di lapangan tidak nyata. Dan dana ini hanya untuk sekolah dasar saja
tetapi untuk termasuk dengan sekolah menengah pertama (SMP) dan
sekolah menengah atas (SMA).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
B. Pembahasan
Berdasarkan pada gambaran umum penelitian dan hasil temuan
masalah di lapangan terkait pemberdayaan guru sekolah dasar yang
muarahnya pada pembentukan profesionalisme guru daerah pedalaman
menunjukan bahwa terjadi kemunduran. Profil guru dalam arti
ketidakseriusan atau kemalasan guru membuat pendidikan di daerah
pedalaman kemunduran, dan kebijakan Dinas Pendidilan yang membuat
guru-guru di daerah pedalaman bertindak sehendaknya serta belum ada
pengorganisasian guru-guru daerah pedalaman sehingga tidak terdapat
kesatuan atau persatuan guru-guru di daerah pedalaman Timika. Untuk
mengatur semua ini adalah tergantung pada Dinas Pendidikan bekerja sama
dengan setiap kepala sekolah di daerah pedalaman, namun sesuai temuan
masalah bahwa terdapat perbedaan pendapat atau pandangan dari pihak
Dinas Pendidikan dan setiap kepala sekolah di derah pedalaman. Tidak ada
kerja sama yang baik dari Dinas Pendidikan dan Kepala sekolah dan setiap
guru di daerah pedalaman juga tidak terdapat kesatuan persatuan untuk
membangun sumberdaya manusia kabupaten Mimika yang berasal dari
pedalaman Timika.
1. Dinas Pendidikan (P & K) dan Guru Sekolah Dasar di Daerah Pedalaman
Timika Papua
Tidak ada kerja sama yang baik dari Dinas Pendidikan dan kepala
sekolah beserta seluruh segenap guru daerah pedalaman membuat
pendidikan di daerah pedalaman Timika terjadi kemunduran. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
temuan menunjukkan bahwa tingkat kemasalan guru sangat menonjol
dengan melihat kebijakan guru-guru yang membuat anak-anak pedalaman
tidak mendapat pendidikan yang lebih layak bagi mereka. Guru-guru di
daerah pedalaman tidak menjawab persoalan pendidikan di daerah
pedalaman, guru-guru membuat masalah tersendiri di daerah pedalaman.
Dinas Pendidikan dan guru-guru mengagalkan masa depan anak-anak
muda di daerah pedalaman Timika, kebijakan Dinas pendidikan tidak
tepat sasaran untuk membangun sumberdaya manusia anak putra daerah
suku Amungme yang berada di daerah pedalaman kabupaten Mimika.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Mimika tidak
memperhatikan nasib anak-anak sekolah dasar di daerah pedalaman
kabupaten Mimika, tidak ada peringatan satu pun untuk guru-guru yang
tidak menjalankan tugas dan yang terjadi adalah pembiaran yang
sepertinya disengajakan oleh Dinas Pendidikan kabupaten Mimika
dengan alasan bahwa guru-guru yang ditugaskan di daerah pedalaman
tidak melanjalankan tugas tetapi hanya keluyuran di kota serta waktunya
untuk ambil gaji setiap guru berbondong-bondong datang ambil uang
dengan laporan-laporan yang tidak berdasarkan kenyataan di lapangan
dan paling anehnya adalah Dinas pendidikan mendengarkan atau
menerima begitu saja tanpa mempertanyakan tentang apa yang
bersangkutan lakukan tetapi Dinas siap membayar gaji guru tanpa
mempertanyakan apakah guru-guru ini menjalankan tugas di lapangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
atau tidak. Kenyataan di lapangan guru tidak mengajar secara efektif
berdasarkan pada bulan efektif mengajar guru di sekolah.
Dari temuan penelitian bahwa profil guru menjadi kendala, profil
guru ini peneliti mengartikan sebagai sifat kepribadian guru serta
kompetensi yang dimiliki setiap guru. Sifat kepribadian guru di daerah
pedalaman menunjukan bahwa sangat negetif dilihat dari kinerjanya yang
tidak serius dalam menjalankan tugasnya dan tidak membawa perubahan
dalam meningkatkan kemampuan siswa di daerah pedalaman. Dalam sifat
guru ini lebih pada kemasalan atau ketidakseriusan mengajar, karena
dilihat dari bulan efektif mengajar guru dalam semester ganjil adalah
maksimal lima bulan tetapi hasil temuan menunjukkan bahwa semester
ganjil guru mengajar hanya satu setengah bulan, dan untuk semester
genap guru mengajar hanya pada akhir semester yaitu dari awal bulan
oktober sampai dengan awal november pertahunya, guru mengagalkan
masa depan siswa di daerah pedalaman kabupaten Mimika, sifat
kemalasan guru yang membuat siswa kehilangan masa depan yang begitu
indah, sifat kemasalan guru yang anak muda di daerah pedalaman tidak
melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah menengah pertama. Guru
membuat siswa tidak melanjutkan pendidikan diakibatkan oleh faktor
umur siswa, karena dalam penulisan ijazah SD menjantumkan umur
siswa di atas dua puluhan sehingga mau lanjut ke SMP di daerah kota
ditolak karena faktor umur. Adapula yang penulisan nilai nemnya kosong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
dan penulisan ijaza pun salah sehingga anak-anak mau lanjut sekolah
tapi dengan kedaan seperti itu anak-anak tidak dapat melanjutkan sekolah.
Kendala yang menghambat proses pendidikan di daerah
pedalaman adalah terkait kompetensi guru. Kompetensi guru yang
dimaksud adalah kompetensi pedogogik guru, kompetensi sosial guru,
kompetensi propesional guru, dan kompetensi kepribadian guru. keempat,
kompetensi ini sangat membantu untuk membangun kepercayaan diri
guru serta mampu mengenalikan mutu pendidikan di suatu lembaga
pendidikan atau dalam suatu sekolah bisa saja terjadi perubahan yang
sangat mengembirakan, karena semua guru sudah menguasai kompetensi
tersebut dan sudah menguasai pula cara penerapannya dan pembahasan
selanjutnya peneliti akan membahas secara lengkap terkait keempat
kompetensi tersebut.
Profil guru di daerah pedalaman kemunduran, artinya: profil guru
di daerah pedalaman semakin memburuk. Karena pengabdian guru-guru
di sekolah-sekolah di daerah pedalaman tidak terorganisir dengan baik.
Guru-guru jarang menjalankan tugasnya sebagai pengajar, dan dilihat dari
masa tugas di sekolah totolnya dari lima belas sampai dua puluhan tahun
tetapi guru-guru tidak memanfaatkan masa tugasnnya secara efektif.
Dalam satu semester guru-guru mengajar hanya satu sampai dua
bulan, setelah itu guru-guru meninggalkan tugasnya dan kembali ke kota,
setelah itu sampai pada ulangan semester pun kadang tidak terlaksana
dengan baik. Sampai pada ujian akhir nasional baru guru-guru ramai-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
ramai membawa soal ujian ke masing-masing sekolah di daerah
pedalaman Timika. Lima bulan semester ganjil dan lima bulan lagi
semester genap, dari lima bulan semester ganjil hanya guru-guru
mengajar dari setiap pertengahan bulan yaitu dari bulan Mei sampai
dengan pertengahan bulan Juni per tahunya. Dalam semester genap guru-
guru di pedalaman mulai mengajar dari akhir bulan september sampai
dengan awal bulan Oktober, setiap tahunya dan hasil temuan penulis
menunjukkan bahwa dari semester ganjil bulan Januari sampai Bulan
April guru-guru masih saja keluyuran di kota, dan untuk semester genap
dari bulan Juli sampai dengan awal akhir bulan september guru-guru pada
ganggur di kota.
Guru-guru di pedalaman bulan efektif mengajar dalam satu tahun
hanya terdapat dua setengah bulan yaitu dari bulan Mei sampai dengan
per tengahan bulan Juni, dalam semester ganjil, dan dalam semester genap
guru-guru mengajar mulai dari bulan September sampai dengan awal
bulan November, per tahunya. Dan, lebih jelas penulis menjelaskan secara
terbuka dan apa adanya terkait kinerja guru bedasarkan fakta di lapangan
dan bagimana profil pendidikan di daerah pedalaman bisa terjadi seperti
ini dan dimana titik masalahnya serta apa yang penyebabnya sehingga
guru-guru di daerah pedalaman tidak betah mengajar di tempat tugasnya.
Maka, masalah yang ditemukan oleh penulis ketika melakukan penelitian
dan penulis membahas berdasarkan konteks yang sudah ditentukan
sebelumnya dan pembahasanya sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
2. Tingkat Pendidikan Guru
Hasil temuan penulis terkait tingkat pendidikan guru sekolah dasar
di pedalaman kabupaten Mimika, menunjukkan bahwa dibawah rata-rata,
artinya: tingkat motivasi mengajar guru masih dibawah rata-rata dapat
dibuktikan dari hasrat guru atau pemanfaatan waktu efektif mengajar guru
tidak terdapat di sana dikarenakan oleh tingkat pendidikan yang kurang
mendukung, artinya: belum ada pengelolaan manajemen kelas yang
efektif, tidak terdapat mengesplorasi mata pelajaran secara efektif, dan
belum ada motivasi mengajar guru yang pasti. Mengapa terjadi demikian
karena tidak ada program kerja yang bisa melatih aaau mengubah situasi
yang sedang dialami seperti program pelatihan untuk guru-guru yang
bertugas di daerh-daerah pedalaman, kurangnya mengikuti seminar-
seminar, dan tidak adanya studi banding antara sekolah-sekolah
pedalaman dan sekolah-sekolah di perkotaan.
Kebutuhan guru yang mendesak untuk mengisih kekosongan di
sekolah-sekolah di daerah pedalaman kabupaten Mimika, maka
pemerintah daerah salah melangkah dalam pengangkatan guru sekolah di
kabupaten Mimika. Dan, berdasarkan penjelasan sebelumnya bahwa
keberadaan guru-guru di daerah pedalaman tidak terorganisir dengan baik
maka unuk mengetahui tingkat kemampuan guru dalam mengajar tidak
dapat diukur tetapi sesuai informasi sudah diperoleh oleh penulis
menunjukkan adanya kesenjangan antara tingkat pendidikan yang kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
mendukung, dan perhatihan pemerintah daerah yang kurang efektif
tentang guru-guru di daerah pedalaman Timika.
Profil pendidikan sekolah dasar di daerah-daerah pedalaman
kabupaten Mimika terjadi kemunduran disebabkan oleh kurangnya
perhatihan dari pemerintah daerah kabupaten Mimika, dan kurangnya
hasrat dari guru-guru yang ditugaskan di daerah-daerah pedalaman
kabupaten Mimika. Mengapa guru-guru yang ditugaskan di daerah-daerah
pedalaman Timika tidak menjalankan tugas dengan baik, penulis
menemukan titik masalahnya adalah karena kebijakan Dinas Pendidikan
Kabupaten Mimika yang kurang tepat dalam pemgorganisasian guru-guru
di daerah pedalaman untuk menerangi tebal kabutnya pendidikan di
daerah-daerah pedalaman Kabupaten Mimika Papua. Dinas tidak
melakukan apa-apa hanya diberi tugas tetapi tidak ada pengawasan, yang
terjadi adalah pembiaran dan guru-guru yang ditugaskan di daerah-daerah
pedalaman bertindak semaunya saja.
Profil tenaga guru berdasarkan tingkat pendidikan yaitu tenaga
guru sekolah dasar di daerah pedalaman Timika perlu mendapatkan
perhatihan khusus dari daerah pemerintah daerah kabupaten Mimika.
Sesuai hasil temuan penulis terkait tingkat pendidikan guru sekolah dasar
di daerah pedalaman rata-rata tamatan Sekolah Menengah Atas/Sekolah
Menengah Kejuruan (SMA/SMK), atau tamatan D3 ataupun tamatan
Sarjana pun bukan beckraunya pendidikan Guru. Maka, yang mengajar di
setiap sekolah. Untuk menjadi seorang ahli kependidikan atau menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
seorang pendidik yang professional semuanya berangkat dari kemauan
dan tidak dipaksakan oleh pihak mana pun tapi mengikuti kata hati atau
terdorong karena belas kasih.
Untuk mengajar sekolah dasar tidak harus didasarkan pada tingkat
pendidikan tetapi didasarkan pada tingkat kemampuan atau tingkat
kesiapan guru, Karena, menjadi seorang guru adalah tugas yang sangat
berat dan tugas ini adalah bagian dari menentukan langkah pertama dalam
kehidupan seseorang untuk mencapai kehidupan yang lebih layak untuk
masa yang akan datang yaitu malalui pendidikan sekolah dasar dan guru
yang siap pastinya mampu membawa murid-muridnya pada prestasi-
prestasi yang membanggahkan. Peneliti menggaris bawahi bahwa
gagalnya pendidikan di daerah pedalaman bukan pada tingkat pendidikan
yang dimiliki oleh guru-guru atau tingkat kompetensi yang dimiliki guru-
guru yang ada di daerah-daerah pedalaman Timika melainkan kurangnya
dukungan dari pemerintah daerah dalam memfasilitasi gur-uguru yang
ditugaskan di daerah-daerah pedalaman Timika seperti penyediaan
transportasi, penyediaan Bama atau makanan. Penyediaan transportasi dan
penyediaan bama untuk guru-guru di daerah pedalaman tidak terlaksana
dengan baik sehingga guru-guru di daerah pedalaman Timika tidak betah
di tempat tugas.
Pendidikan guru sangat penting, setiap guru sudah menguasai
dasar-dasar mengelajar seperti pengelolaan kelas atau manajemen kelas.
Lebih penting dari ini adalah motivasi mengajar guru, karena penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
menemukan motivasi mengajar guru tidak terdapat di sana sehingga
dalam satu tahun guruguru di daerah pedalaman mengajar hanya dua
sampai tiga bulan per tahun, karena tidak ada motivasi atau tidak ada
kesungguhan mengajar guru. Untuk membentuk karakter guru dalam hal
ini perlu adanya evaluasi, atau seminar-seminar, dan pembimbingan
khusus dari orang yang sudah ahli di bidang pendidikan. Tetapi, dalam hal
ini tidak terdapat pada setiap sekolah di daerah pedalaman Timika.
3. Kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika Papua
Dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2006 pendidikan sekolah
dasar di daerah pedalaman ada titik kemajuan, buktinya bahwa siswa yang
tamat sekolah pada tahun-tahun itu banyak yang sudah berhasil dan yang
lain masih dalam bangku pendidikan. Tetapi, dari tahun 2007 sampai
tahun 2013 ini wajah pendidikan di daerah pedalaman terjadi kemunduran
dan banyak siswa yang gagal pada umur-umur sekolah dikarenakan oleh
kebijakan Dinas pendidikan dan guruguru yang ditugaskan di daerah
pedalaman yang kurang tepat pada sasaran.
Dinas Pendidikan setempat adalah sumber pembuat masalah
terkait pendidikan di daerah pedalaman Timika. Kurang perhatian dari
Dinas pendidikan membuat guru-guru di daerah pedalaman tidak aktif
menjalankan tugas, membangunan sumberdaya manusia suku Amungme
dan Suku Kamoro sebagai suku asli setempat tergantung pada peran
pemerintah daerahUntuk membangun sumberdaya manusia Amungme
dan Kamoro harus dimulai dari daerah pedalaman pegunungan Timika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
dan daerah pesisir pantai Timika yang mana pusat-pusat keberadaan suku
asli setempat.
Dinas pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika tidak
memperhatikan dari aspek tenaga guru. Guru-guru yang bertugas di
daerah-daerah pedalaman tidak mendapatkan perhatihan dari Dinas
Pendidikan dan ada guru yang ambil kebijakan sendiri bahwa mengajar
atau tidaknya gaji tetap jalan artinya guru-guru tidak menjalankan tugas
dengan serius. Guru-guru sudah sampai di tempat tugas namun tetap saja
dalam proses belajar mengajar guru-guru tidak menunjukkan keseriusan
mengajar di kelas. penulis menemukan titik masalahnya bahwa kurangnya
disiplin dalam arti: kurang kerja sama yang baik dari kepala sekolah
bersama dengan Dinas Pendidikan dan tidak pernah ada evaluasi kinerja
guru-guru di setiap guru-guru di daerah pedalaman kabupaten Mimika.
Evaluasi kinerja guru sangat penting untuk mengetahui sampai sejauh
mana pencapaian hasil kerja guru di daerah pedalaman apakah
menunjukkan bahwa ada peningkatan atau malah terjadi kemunduran,
sehingga penulis menemukan bahwa Dinas tidak pernah mengadakan
evaluasi kinerja guru daerah pedalaman kabupaten Mimika. Dan ini
adalah salah satu kelemahan Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika,
karena melihat dari persoalan yang dialami oleh guru-guru yang
ditugaskan di daerah pedalaman sangat komplek.
Masalah yang dialami guru-guru di daerah pedalaman adalah
karena kurang tersedianya, makanan/BAMA, transportasi udara, jaminan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
kesehatan, dan untuk memwujudkan ini perlu adanya evaluasi dari Dinas
Pendidikan dan kepala sekolah dari setiap sekolah yang ada di daerah-
daerah pedalaman kabupaten Mimika tetapi tidak pernah terlaksana
dengan baik sehingga wajarlah kalau masalah pendidikan di daerah
pedalaman masih terisolir atau tidak bisa terjangkau dan tidak bisa
melangkah pada titik yang baik dari sebelumnya.
Pada tanggal 30 Mei 2013 ini guru-guru yang ditugaskan di
daaerah pedalaman tidak menjalankan tugas di lapangan. Guru-guru tidak
betah menjalankan tugas di lapangan disebabkan oleh sistem atau
manajemen Dinas Pendidikan yang tidak jelas. karena sampai sekarang
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika tidak
menyelesaikan persoalan guru di daerah pedalaman dan Dinas Pendidikan
tidak memfokuskan sumber daya manusia orang asli suku Amungme dan
suku Kamoro melalui guru-guru yang professional dalam mendidik anak-
anak muda di setiap daerah pedalaman yang mana keberadaan suku asli
setempat, sehingga guru-guru yang ditugaskan di daerah pedalaman selalu
saja bergantung penuh sama Dinas Pendidikan dan tidak menjalankan
tugaskan berdasarkan pada inisiatif dari kepala sekolah dan guru-guru
kelas lainnya.
Pendidikan di daerah pedalaman Kabupaten Mimika tidak lagi
perioritas utama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika.
Guru-guru di daerah pedalaman tidak diperhatikan secara khusus dari
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika dan sama halnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika gagal
membangun sumber daya Manusia Amungme dan Kamoro yang berada
di daerah pesisir dan lereng pegunungan kabupaten Mimika.
4. Kompetensi Guru di Daerah Pedalaman
Peningkatan kompetensi guru di daerah pedalaman sangat penting
karena selama penulis melakukan penelitian tidak nampak kompetensi
guru itu sendiri. Dan berangkat dari latar belakang guru di daerah
pedalaman beragam artinya, ada sebagian guru belum memiliki
kompetensi guru atau belum sampai kesana dalam arti guru belum
mempunyai kompetensi proses pembelajaran itu sendiri dan dalam proses
mengajar guru tidak efektif. Maka, tugas utama pemerintah daerah adalah
mempersiapkan guru-guru yang benar-benar berkompeten dalam bidang
yang diajarkan. Guru yang bekompeten dalam bidangnya pastinya
mengabdi dengan seluruh kehidupanya, karena mengingat betapa
berharganya masa depan anak-anak muridnya.
Profil pendidikan di daerah pedalaman terjadi kemunduran karena
pengaruh kompetensi guru. Guru yang professional mampu membawa
sekolah atau masyarakat sekitarnya pada tingkat yang lebih baik dari
sebelumnya, dan profil guru di daerah pedalaman kemunduran karena
fokus guru bukan pada peningkatan kompetensinya tetapi melakukan
karena tugas sehingga pelaksanaan tugas dengan setengah hati maka
terjadi keburukan pendidikan dan nama baik guru di daerah pedalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
menunjukkan bahwa tidak bertanggung jawab atas tugas yang dibebankan
dari atasanya.
Membahas tentang kompetensi guru daerah pedalaman Papua
lebih fokusnya pada kompetensi sosial guru dan kompetensi kepribadian
guru. Karena penulis menemukan masalahnya sangat besar ketika
melakukan penelitian di daerah pedalaman Timika Papua bahwa
kompetensi sosial guru yang berinteraksi aktif dengan murid, sesama
guru, dan masyarakat sekitarnya sangat kurang. Guru adalah bagian dari
murid, guru adalah bagian dari masyarakat, satu pribadi guru adalah
bagian dari guru yang lainnya sehingga perlu adanya perpaduhan antara
sesamanya. Dan, penulis menemukan guru-guru di daerah pedalaman
tidak terdapat hubungan kerja sama scara efektif, dan tidak terdapat juga
penyesuaian guru dengan sosial masyarakat setempat.
Interaksi sosial guru jarang terlihat di daerah-daerah pedalaman
Papua. Dan ada pertanyaan yang sering muncul di kelompok masyarakat
bahwa tanggung jawab guru itu seperti apa ? Karena, masyarakat tidak
melihat peran guru di lingkungan masyarakat sekitarnya sehingga
masyarkat beranggapan bahwa guru bukan penyelesai masalah tetapi guru
adalah pembuat masalah di kelompok masyarakatnya. Persepsi
masyarakat terhadap guru-guru di daerah pedalaman sangat negetif
artinya, kehadiran guru-guru tidak membawa perubahan. Karena, guru-
guru yang ditugaskan di daerah pedalaman jarang menjalankan tugasnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
sehingga tanpa sengaja guru mengagalkan masa depan anak-anak muda
di daerah pedalaman.
Kompetensi guru yang tidak mendudukung, membuat guru-guru
tidak betah mengajar maka otomatis mengagalkan masa depan anak-anak
sekolah di daerah pedalaman. Kompetensi guru yang akan menciptakan
perubahan. Kemampuan mengajar gurulah menciptakan suatu perubahan.
Guru-guru di daerah pedalaman belum memiliki kompetensi mengajar.
Kemampuan mengajar guru masih lemah, dan guru-guru melakukan
tugasnya pun dengan setengah hati. Dalam hal ini penulis menemukan
solusinya bahwa ketika mengubah semua sistem yang ada di Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika, maka otomatis
perubahan itu akan tercipta. Masalah yang sangat serius di Kantor Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika yang membidangi
sekolah dasar se-Kabupaten Mimika dan akibatnya semua guru sekolah
dasar di pedalaman Timika tidak diperhatikan sehingga guru-guru
bertindak semaunya.
Kompetensi kepribadian guru adalah sebagai guru pengajar, guru
pembimbing, panutan, guru pemberi contoh yang baik, dan pemberi
teladan yang baik bagi siswa. Untuk mendapatkan ini dari anak-anak
muda atau masyarakat pedalaman merupakan sesuatu yang sangat mahal.
Dengan cara apa anak-anak muda di pedalaman mendapatkan orang-
orang yang profesioanl atau kepribadian yang professional. Karena,
mereka yang bertugas di setiap daerah pedalaman tidak terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
kompetensi yang lebihnya pada kpribadian yang matang atau sebagai
pemberi contoh yang baik dan menjadi persoalan yang sangat serius
sehingga ke depanya lebih baik dari sekarang dalam hal kompetensi guru
tersebut.
Untuk menghadirkan orang-orang yang berkompeten tidak mudah
dan membutuhkan waktu yang lama atau membutuhkan pengorbanan
dalam financial maupun dalam tenaga dan usaha yang dilakukan oleh
semua masyarakat atau pemerintah daerah setempat . Untuk menyediakan
orang-orang yang berkompetensi tergantung pada Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan setempat dalam arti pemerintah daerah setempat. Karena
selama penulis melakukan penelitian di daerah pedalaman Timika tidak
menemukan peran pemerintah daerah memberantas kabut tebalnya
pendidikan di daerah pedalaman, tetapi yang terjadi adalah pembiaran dan
guru tertindak tanpa arahan dari atasan serta tidak ada pengoganisasian
yang mengaju pada pemanusiaan manusia muda pedalaman. Manusia
pendidikan adalah mereka yang lahir dalam dunia pendidikan dan itu
mudah dipengaruhi oleh guru-guru yang berkompeten maupun guru-guru
yang tidak berkompeten, tetapi manusia pedalaman atau manusia
pinggiran adalah manusia yang perlu diperhatikan terus-menerus dan
mengajar terus-menerus sampai benar-benar menjadi manusia
berpendidikan yang matang serta manusia pedalaman atau manusia
pinggiran yang mampu menyesuaikan diri dengan dunia pendidikan
modern.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
Temuan masalah menjelaskan bahwa peran pemerintah daerah
yang tidak berperan aktif dalam menjalankan tugas sebagai pengendali
mutu pendidikan di kabupaten Mimika, dan tidak mengedepankan sumber
daya manusia suku asli setempat yang mendiami pesisir pantai maupun
lereng pegunungan kabupaten Mimika. Pemerintah daerah gagal
membangun komunikasi yang efektif antara guru-guru di daerah
pedalaman dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika yang mana
mengatur proses jalanya program kerja Dinas Pendidikan untuk
pendidikan sekolah dasar di daerah pedalaman dan pesisir pantai
kabupaten Mimika Papua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peneliti mengambil kesimpulan dari objek penelitian terkait masalah
pemberdayaan guru pada sekolah dasar di daerah pedalaman kabupaten
Mimika, dan peneliti menemukan masalah yang sangat serius bahwa tingkat
kemalasan guru dalam pengabdianya sangat menonjol di daerah pedalaman
sehingga wajah pendidikan di daerah pedalaman Timika terjadi kemunduran.
Potret guru ini tentunya tidak tampak baik apabila peneliti gunakan objek guru
masa kini dan masa lampau di daerah pedalaman kabupaten Mimika Papua.
Oleh karena itu untuk menyajikan pemberdayaan guru ini peneliti sudah
mencoba menggambarkan bagimana pemberdayaan guru yang sebenarnya,
melalui pengamatan dan kreaktivitas peneliti sudah mewujudkan gambaran itu
bahwa ternyata pemberdayaan guru sangat kompleks dan perlu pengamatan
penuh serta mau diarahkan ke konteks apa dan dimana masalah itu ada.
Temuan masalah di lapangan bahwa pemberdayaan guru tidak secara
efektif dalam mempersiapkan profesionalisme gurunya untuk menciptakan
profesionalitanya, dan pemberdayaan guru muarahnya pada pemberian
dukungan penuh dalam mempersiapkan kompetensi yang harus dikuasai oleh
guru-guru, maka secara otomatis akan mempengaruhi semangat mengajar guru
di daerah pedalaman. Pengaruh dari dukungan atas pengabdian guru otomastis
mencipatakan suatu perubahan dalam diri guru dan lingkungannya. Sehingga
keutuhan gambaran guru dapat dikonstruksi dari ciri dasarnya dan mengarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
pada kompetensi guru yang memuat tiga komponen dasar, yakni (1) guru yang
kompoten mengajar bidang studi yang diajarkan, (2) guru yang profesional
dalam melaksanakan tugasnya, dan (3) guru yang trampil dalam melakukan
tugas kesehariannya dan kurangnya frekuensi pelatihan pelatihan dari dinas
pendidikan dan kebudayaan kabupaten Mimika, tidak adanya penataran, tidak
adanya bimbingan teknis, dan penyuluan yang dilakukan oleh Dinas
Pendidikan dan pakar pendidikan kepada para guru.
Guru sekolah dasar di daerah pedalaman kabupaten Mimika, terlihat
kurang aktif dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru pengajar.
Kadang muncul pertanyaan oleh orang tua siswa tentang keberadaan guru
yang statusnya kurang jelas, karena guru yang ditugaskan di daerah pedalaman
tidak melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati. Guru yang ditugaskan
tidak serius menjalankan tugas dan sifat kemasalan itu sudah melekat pada diri
guru di daerah pedalaman sehingga tidak melakukan tanggungjawabnya
sebagai guru pengajar. Tugas guru adalah berusaha menciptakan proses
pengajaran yang memberikan harapan, bukan yang menakutkan. Dalam proses
mengajar dan mendidik setiap guru perlu memiliki kesabaran dan kasih
sayang terhadap siswanya, hingga mereka benar-benar telah menjadi pribadi
dewasa.
Guru memiliki hati yang mengajar, hati yang mendidik, hati yang
memotivasi, dan hati yang mengharakan. Tugas guru adalah mengajar dan
mendidik tetapi yang terjadi adalah membunuh karakter atau semangat belajar
siswa dan hal itulah yang sedang terjadi pada sekolah-sekolah di daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
pedalaman Papua pada umumnya dan pada khususnya pedalaman kabupaten
Mimika. Karena profil pendidikan di daerah pedalaman Papua sangat
kompleks, dilihat dari geografis, budaya, karakter/sifat orang-orangnya. Maka
seorang guru mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mampu
mempelajari karakter dan sifat-sifat orang-orang yang ada di sekitarnnya.
Sumber masalah terkait profil guru dan kompetensi guru sekolah dasar
di daerah pedalaman adalah ada pada Dinas Pendidikan dan Keudayaan
Kabupaten Mimika Papua serta sifat guru yang membuat kemunduran
pendidikan di daerah pedalaman. Dan akibat daripada kurang efektifnya
penanganan pemerintah kabupaten Mimika yaitu Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Mimika. Penulis menilai Dinas Pendidikan belum
sempurna dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai pengendali
mutu pendidikan di kabupaten Mimika pada Umumnya dan lebih khususnya
pendidikan di Daerah Pedalaman Timika. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Mimika gagal total membangun sumberdaya manusia suku
Amungme dan Suku Kamoro kabupaten Mimika yang berada di pesisir pantai
dan lereng-lereng pegunungan Timika.
Tidak ada keseriusan dari Dinas Pendidikan dan kebudayaan kabupaten
Mimika, terkait pemberdayaan guru-guru sekolah dasar di daerah pedalaman,
tidak adanya pengawasan secara tetat terhadap guru-guru di daerah pedalaman
Timika. Tidak ada kerja sama yang baik antara Dinas P & K, dan Kepala
Sekolah sebagai penanggung jawab di lapangan. Profil guru sekolah dasar di
Distrik Tembagapura dan Distrik Jila terjadi kemunduran dalam arti prilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
dan tindakan guru di lapangan. Karena dampak dari pada prilaku dan tindakan
guru yang tidak profesional mengakibatkan kemunduran pendidikan di daerah
pedalaman, karena pemerintah daerah tidak adanya program khusus bagi
guru-guru pedalaman kabupaten Mimika untuk pelatihan-pelatihan, seminar,
dan belajar berkelanjutan, agar pembentukan profesionalisme guru-guru di
pedalaman lebih matang, supaya guru-guru di pedalaman mengalami proses
perubahan dari segi kompetensi, perilaku,sikap, dan tingkat pengetahuan yang
lebih baik.
Kompetensi guru yang rendah sering menjadi kendala bagi guru
pedalaman kabupaten Mimika, untuk meningkatkan kinerjanya ke arah yang
lebih baik perlu adanya dukungan dari pihak yang berwewenang. Untuk
mencapai kompetensi guru perlu adanya pendidikan yang memadai, pelatihan,
kursus, seminar, dan perlu adanya studi banding antara sekolah-sekolah di
daerah-daerah pedalaman dan sekolah-sekolah di perkotaan. Tetapi selama
peneliti melakukan penelitian dan memwawancarai beberapa guru, dan
mereka mengatakan bahwa tidak ada program satu pun dari sekolah-sekolah
maupun Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika, jadi wajar
ajalah profil guru-guru dan profil pendidikan di pedalaman seperti tidak
nampak.
Hasil temuan penulis terkait kompetensi guru sekolah dasar di daerah
pedalaman Papua seperti kompetensi pedagogik guru, kompetesnsi
professional guru, kompeten sisosial guru, dan kompetensi kepribadian guru
menunjukkan bahwa tidak nampak. Penguasaan ke-empat kompetensi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
sangat penting bagi seorang guru, kalau guru yang tidak menguasai
kompetensi-kompetensi ini, maka akan menciptakan masalah yang sangat
serius di sekolah-sekolah tersebut. Dan buktinya bahwa sekolah-sekolah dasar
di daerah pedalaman menurun, karena peningkatan kualitas mengajar guru
rendah, maka kualitas lulusan juga sangat rendah.
Penguasaan kompetensi guru menjadi kendala untuk membangun
pendidikan di daerah pedalaman Papua. Guru yang berkompeten di bidangnya
akan mudah mempengaruhi lingkunganya dengan positif, guru yang tidak
berkompeten di bidangnya sebagai seorang pengajara atau pendidik mudah
sekali merusak lingkungan sekitarnya dan dampak dari kurang penguasaan
kompetensi, yang menjadi sasaran korban adalah siswa dan masyarakat
sekitarnya. Persoalan inilah yang dialami siswa dan masyarakat pedalaman
kabupaten Mimika. Seorang guru harus menjadi orang yang spesial, namun
lebih baik lagi jika ia menjadi spesial bagi semua orang dalam arti siswanya.
Guru harus merupakan kumpulan orang-orang pintar di bidangnya masing-
masing dan juga dewasa dalam bersikap. Namun lebih penting lagi adalah
bagimana caranya guru tersebut dapat menularkan kepintaran dan
kedewasaannya tersebut pada para siswanya di kelas. Sebab guru adalah
jembatan bagi lahirnya anak-anak cerdas dan dewasa di masa mendatang.
Dalam proses penyelenggaraan pendidikan, gedung sekolah, dana, program,
dan kepemimpinan adalah vital.
Demikian juga sumber daya manusia, dari kepala sekolah, guru , dan
staf memegang peranan yang sangat penting. Sumidjo (2001:272)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
menyatakan, “Faktor yang paling esensial dalam proses pendidikan adalah
yang ditugasi dengan pekerjaan untuk menghasilkan perubahan yang telah
direncanakan pada anak didik. Hal ini merupakan esensi dan hanya dapat
dilakukan sekelompok manusia profesional, yaitu manusia yang memiliki
kompetensi mengajar. ”Oleh karena itu, guru harus selalu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya, karena ilmu pengetahuan dan keterampilan
itu berkembang seiring perjalanan waktu. Jadi, peran Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan serta Kepala Sekolah, dan guru-guru yang akan menentukan
maju atau tidaknya pendidikan di daerah pedalaman. Dan, suatu bangsa maju
ketika memiliki sumber daya manusia yang berkompeten atau memiliki
sumber daya manusia yang berkualitas, maka mulai dari sekerang ciptakan
sumber daya manusia yang berkompeten atau sumber daya manusia yang
berkualitas dari suku Amungme dan Suku Kamoro yang berasal dari daerah
pedalaman untuk membangun daerahnya, membangun masyarakatnya,
membangun kabupatenya, membangun provinsinya, dan untuk membangun
bangsanya serta membuka masa depan kehidupan keluarganya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
B. Saran
Maju atau tidaknya sumber daya manusia di suatu daerah atau suatu
negara tergantung pada pemimpinnya. Pemimpin yang memimpin dengan hati
akan menyelamatkan daerah dan rakyatnya sendiri, pemimpin hadir untuk
melayani bukan dilayani. Pemimpin gagal memimpin suatu generasi maka
dampak dari pada kegagalan itu akan terjadi kemunduran suatu generasi.
Pemimpin adalah tolak ukur pembangunan suatu daerah, pemimpin adalah
pengambil keputusan, dan daya pikir pemimpin adalah cerdas serta universal.
Berdasarkan temuan masalah bahwa gagalnya kepemimpinan Dinas
Pendidikan terkait dan gagalnya kempemimpinan Kepala Sekolah dalam
meningkatkan profesionalisme guru sekolah dasar di daerah pedalaman
dengan tidak sempurna sehingga mengagalkan masa depan anak-anak muda
dan kualitas pendidikan daerah pedalaman terjadi kemunduran. Guru adalah
figur penentu masa depan siswa, maka seorang guru yang memimpin, seorang
guru yang teladan, seorang guru pemberi contoh yang baik, seorang guru yang
berjiwa pendidik, dan seorang guru yang sumber motivator.
Profil profesionalitas guru di daerah pedalaman menunjukkan menurun,
disebabkan oleh kurangnya pembentukan profesionalisme guru dengan
pendekatan memperdayakan guru sehingga untuk meningkatkan
profesionalisme guru tidak nampak, Pendidikan sekolah dasar di kabupaten
Mimika secara umumnya dan secara khususnya pendidikan sekolah dasar di
daerah pedalaman terajadi kemunduran yang sangat luar biasa. Di bawah
kepemimpinan kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Mimika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
gagal membangun sumber daya putra-putri asli Amungme dan Kamoro. Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Mimika, tidak memperhatikan
sekolah-sekolah di daerah pedalaman dan tidak membangun profesionalisme
guru di daerah pedalaman, sehingga tidak ada guru yang trampil di daerah
pedalaman.
Maka, segera memperbaiki kinerja Dinas Pendidikan dan kebudayaan
kabupaten Mimika. Tingkatkan kualitas kepemimpin Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan kabupaten Mimika, tingkatkan profesionalitas guru-guru di
daerah pedalaman, juga efektikan kualitas kepemimpinan kepala sekolah.
Dengan demikian perlu adanya perbaikan-perbaikan yang menyeluruh di
Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Masalah kemundurun kualitas pendidikan di daerah pedalaman adalah ada
pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika, maka perlu
adanya perubahan sistem manajemen kepemimpinan secara menyeluruh.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pelayaman yang secara
menyeluruh dan efektif untuk daerah pedalaman Kabupaten Mimika.
2. Dinas Pendidikan segera membuat Serikat Guru Daerah Pedalaman
(SGDP), atau Persatuan Guru Daerah Pedalaman (PGDP), karena Dinas
pendidikan belum membuat program SGDP dan PGDP, tujuannya adalah
mudah terorganisir dan melalui persatuan guru daerah pedalaman pastinya
ada pengawasan khusus sehingga tidak terjadi lagi persoalan seperti
sekarang ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
3. Guru-guru tidak menjalankan tugas di daerah-daerah pedalaman dengan
baik, berarti penulis tidak mempersalahkan guru-guru yang bertugas di
daerah pedalaman. Tetapi kesalahan terbesar adalah sistem yang
diterapkan Dinas pendidikan sudah tidak benar sehingga penulis sarankan
bahwa segera perbaiki sistem manajemen di bidang sekolah dasar lebih
khususnya di bagian praktisi di lapangan.
4. Sekolah-sekolah di Daerah pedalaman tidak dioperasi secara baik, maka
penulis sarankan kepada pemerintah Daerah kabupaten Mimika bahwa
segera ditutup atau sementara jangan dioperasi lagi. Karana hasil temuan
di lapangan menunjukkan bahwa gedung berdiri tanpa guru, siswa banyak
tanpa guru.
5. Tingkatkan pelatihan, kursus, seminar studi banding antar sekolah dasar di
daerah pedalaman dan sekolah di perkotaan. Kegitatan ini lebih khusus
untuk guru-guru di daerah pedalaman Kabupaten Mimika.
6. Dinas Pendidikan Timika buatlah suatu program kerja yang memfokuskan
untuk pendidikan daerah pedalaman Timika. Karena peneliti melihat tidak
ada program kerja satu pun untuk pendidikan daerah pedalalaman.
Program kerja Dinas Pendidikan sekarang adalah hanya secara
menyeluruh yaitu satu program kerja untuk se-kabupaten Mimika.
7. Tidak adanya hubungan kerja sama yang baik antara Dinas Pendidikan dan
Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK),
kabupaten Mimika. Maka tingkatkanlah hubungan kerja sama yang baik
dan buat MoU yang jelas agar memiliki tangunggjawab yang sama dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
memberantas kabut tebalnya pendidikan di daerah pedalalaman kabupaten
Mimika.
8. Penguasaan kompetensi guru masih dibawah standar, maka perlu adanya
pelatihan selama satu tahun, pelatihan kompeten sangat penting karena
tujuannya adalah membangun kemampuan profesionalisme gurunnya.
9. Untuk membangun sumber daya manusia asal daerah pedalaman
berginerjilah antara Dinas Pendidikan, Lembaga Pengembangan
Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), LSM, Donatur, Yayasan,
Intelektual, tokoh Agama, tokoh Adat, dan Para Relawan yang peduli akan
pendidikan daerah tertinggal ini.
10. Dinas Pendidikan dan kebudayaan (P & K) kabupaten Mimika segera
membuka ruang diskusi antar intelektual, LPMAK, dan para ahli di bidang
pendidikan, terkait mundurnya kualifas mengajar guru di daerah
pedalaman kabupaten Mimika. Tujuannya adalah memperbaiki kualitas
mengajar guru, dan penjaminan mutu pendidikan di daerah pedalaman
kabupaten Mimika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rizali, Satria Dharma, dkk. (2009). Dari Guru Konvensional Menuju
Guru Profesional, Jakarta: Gramedia.
E. Mulyasa. (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Fachruddin Saudagar, Ali Idrus. (2011). Pengembangan Profesionalistas Guru,
Jakarta: GP Press.
H. Djohar, MS. (2006). Guru, Pendidikan Pembinaannya, Yogyakarta: Grafika
Indah.
H. Suyatno. (2008). Panduan sertifikasi guru, Jakarta: Indeks.
H. Mohamad Surya, Abdul Hasim, ddk. (2008). Landasan Pendidikan: Menjadi
Guru Yang Baik, Bandung: Ghalia Indonesia.
Haji. Sri Banun Muslim. (2010). Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas
Profesionalisme Guru, Ikapi : Alfabeta.
H. Martinis Yamin. Maisah. (2010). Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta: GP
Press.
------ .(2011). Profesionalisasi Guru @ Implementasi KTSP, Jakarta: GP
Press.
H. Ibrahim Bafadal. (2009). Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah
Dasar, Jakarta: Bumi Aksara.
Jejen Musfah. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan
Sumber Belajar Teori dan Praktik, Jakarta: Prenada Media Group.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Moh Uzer Usman. (2006). Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Masnur Muslich. (2007). Sertivikasi Guru menuju Profesionalisme Pendidik,
Jakarta: Bumi Aksara.
Muhanad Nurdin. (2010). Kiat Menjadi Guru Profesional, Yogyakarta: AR-
RUZZ MEDIA.
Majid Abdul. (2008). Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru, Bandung Remaja Rosdakarya.
Marno. (2003). Strategi dan Metode Pengajaran, Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Tilaar, H.A.R. (2008). Kebijakan Pendidikan , Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Udin Syaefudin Saud. (2011). Pengembangan Profesi Guru, Bandung:
Alfabeta.
Wikipedia. (2006). The Free Encyclopedia, Competence Human Resources.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Catatan Proses Penelitian
Hasil pembahasan di bab sebelumnya peneliti membahas
berdasarkan hasil wawancara, pengamatan dan observasi, dan dokumentasi
tetapi peneliti lebih pada hasil wawancara dan pengamatan serta dokumentasi.
Dalam wawancara peneliti memperoleh banyak informasi terkait kebijakan
Dinas Pendidikan dan kepala sekolah di setiap sekolah di daerah pedalaman.
Rumusan masalah ini berfungsi sebagai dasar dalam melakukan
penelitian, karena inti yang dicari dalam pencarian data atau informasi adalah
yang menjadi dasar atas sesuatu. Selanjutnya pencarian data atau infomasi
peneliti menerjun langsung ke lapangan untuk mengetahui indiktor-indikator
yang menjadi tolak ukur. Langkah kedua, yang peneliti lakukan adalah
mencari data atau informasi langsung di lapangan, dengan melalui
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Wawancara pertama yang peneliti lakukan adalah langsung
memenuhi kepala bidang sekolah dasar kabupaten Mimika, pada tanggal, 9
Desember 2012. Wawancara dengan bapak kepala bidang sekolah dasar,
bapak. Yonas Lewerissa; A.Ma,Pd, sebagai penata tingkat I. Peneliti
menjelaskan tujuan kedatangan peneliti di Dinas Pendidikan (P & K) untuk
meminta izin penelitian dan Beliau mengizinkan peneliti untuk melakukan
penelitian di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika di
bidang sekolah Dasar. Pada tanggal 8 Desember 2012 adalah hari pertama
peneliti wawancarai Bapak Onesimus Komo, S.Pd. Sebagai praktisi lapangan
di bidang sekolah dasar se-kabupaten Mimika. Tujuan kehadiran peneliti di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Dinas Pendidikan di antaranya menjelaskan tentang tujuan penelitian,
tentang judul penelitian, indikator-indikator yang mau diteliti, dan tempat
penelitian. Peneliti menjelaskan tentang tempat penelitian yang peneliti terjun
langsung ke lapangan penlitian yaitu di daerah pedalaman Timika yang mana
terdapat sekolah-sekolah dasar.
Kehadiran peneliti di kantor dinas kependidikan dan kebudyaan
kabupaten Mimika ini adalah untuk mencari informasi dan data-data yang
diperlukan oleh peneliti, karena kantor dinas kependidikan dan kebudyaan di
bidang sekolah dasar adalah pengendali mutu pendidikan sekolah dasar di se-
kota Timika dan mereka sudah memiliki semua informasi dan data-data
tersebut.
Tanggapan terhadap penjelasan tersebut di atas bahwa Bapak
Kepala Bidang, senang akan kehadiran peneliti dan peneliti sangat senang
bisa bertatap muka langsung dengan bapak di kontornnya sendiri. Dan beliau
mengatakan bahwa apa yang dibutuhkan oleh peneliti akan dipersiapkan oleh
kepala bidang sendiri.
Pada tanggal, 9 Desember 2012. Kepala bidang sekolah dasar
menerima peneliti, dan beliau bersedia membantu peneliti, apa yang
dibutuhkan oleh peneliti. Bapak kepala bidang mengarahkan peneliti ke
kepala bagian teknisi lapangan sekolah dasar di kabupaten Mimika, yaitu
bapak Onesimus Kambo , S.Pd. Karena dibidang teknisi lapangan yang lebih
memahami tentang kinerja guru-guru sekolah dasar di daerah pedalaman
Timika Papua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
Peneliti menyanyakan tentang profil guru-guru di pedalaman,
pemberdayaan guru-guru di pedalaman dan profesionalitas guru-guru di
pedalaman Timika, sejarah berdirinya sekolah dasar di daerah-daerah
pedalaman Timika, dan laporan-laporan bulanan atau tahunan dari
setiap kepala sekolah yang ada di daerah pedalaman, dan beliau mau
mempersiapkan semua data yang peneliti butuhkan.
Pada tanggal, 10 Januari 2013, adalah pertemuan yang
berlangsung sebenatar saja, dan dari pertemuan itu hanya memindai
data-data dari laptopnya asisten kepala bidang Sekolah dasar ke laptop
peneliti.
Pengambilan data-data tersebut data-datanya kurang lengkap
atau masih ada sekolah yang belum terkumpul. Data-data yang belum
terkumpul dari beberapa sekolah karena dengan beberapa alasan yaitu,
(a) karena jarak antara kota dan kampung sangat jauh dengan demikian
membutuhkan waktu lama untuk mengumpulkan data bulanan dari
sekolah-sekolah tersebut, (b) meskipun sudah menjalankan tugas di
masing-masing sekolah khususnya di daerah-daerah pedalaman, tetapi
dari sekolah-sekolah masih ada yang belum membuat laporan bulanan
sehingga kadang tidak mengumpulkan atau melaporkan laporan
bulanan, (c) dan ada sekolah tertentu yang tidak menjalankan tugas di
daerah pedalaman dan tidak ada laporan satu pun yang masuk di kantor
dinas pendidikan dan kebudayaan di bidang sekolah dasar, (d) dan ada
laporan yang masuk ke dinas tetapi laporan-laporan tersebut tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
sesuai dengan kenyataan di lapangan, karena laporan-laporan tersebut
adalah laporan rekayasa dan laporan yang tidak dipertanggung
jawabkan oleh guru-guru yang bersangkutan.
Tanggal, 11 Januari 2013. Bertemu sekilas: dari pertemuan
sekilas itu peneliti mengajukkan beberapa pertanyaan diantarannya
adalah sebagai berikut: (1) saya ada mendengar kabar bahwa guru-
guru yang bertugas di daerah-daerah pedalaman itu kadang tidak
menjalankan tugas di tempat tugasnya tetapi mereka menghabiskan
waktunya di kota saja, jadi apa benar informasi dari masyarakat
tersebut?, bagimana dengan pandangan bapak terhadap pandangan
masyarakat tersebut? Respon dari bapak Ones, adalah sebagai
berikut “dapat dipahami bahwa daerah-daerah pedalaman ini ada
begitu banyak kendala yang membuat guru-guru ini tidak aktif di
tempat tugasnya di antaranya adalah masalah transportasi, masalah
geografis, masalah iklim, masalah penyesuaian, dan tidak cocok untuk
betah di daerah pedalaman. Dan, ia menjelaskan lagi bahwa guru-guru
yang bertugas di daerah-daerah pedalaman sudah mengatur jadwal
mengajar, jadi dalam tiga bulan dibuat jadwal untuk empat orang guru
dan setelah tiga bulan selesai diganti lagi dengan tiga orang guru yang
lain untuk mengajar selama tiga bulan berikutnya.” Peneliti:
bagimana ketika peneliti sampai ke lapangan penelitian dan tidak
mendapatkan guru-guru di sekolah-sekolah tersebut? Dan bagimana
respon terhadap hal tersebut? Padangan dari bapak Ones adalah “ itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
adalah hasil temuan dan temuannya itu adalah sesuai kenyataan yang
sedang terjadi di lapangan, jadi adik silahkan menyimpulkannya
sesuai fakta yang ada di lapangan. Beliau mengatakan bahwa banyak
masalah ada pada sekolah-sekolah dasar di daerah pedalaman itu jelas
dan peneliti akan menemukan masalah-masalah tersebut.
Pada tanggal, 14 Desember 2012. Bertemu dengan Bapak Hendra sebagai
pengelola kurikulum pendidikan sekolah dasar kabupaten Mimika. Karena beliau
juga sebagai perancang program untuk sekolah dasar se-kabupaten Mimika,
maka peneliti lebih terbuka agar semua data yang peneliti butuhkan akan dapat
secara lengkap. Dalam pertemuan itu kurang lebih satu jam dan peneliti
menjelaskan tujuan dari pada pertemuan tersebut. Tujuan pertemuan adalah
peneliti lebih mengenal seperti apa profil pendidikan kabupaten Mimika dan
seperti apa juga profil pendidikan di daerah pedalaman Timika, sebagai berikut
pertanyaan-pertanyaannya. Peneliti, bagimana perancang program kerja dan
penerapan kurikulum di sekolah-sekolah di kabupaten Mimika lebih ke
pendidikan sekolah dasar? Pak Hendara: Kami di dinas sudah buat program
kerja dengan baik dan sekarang ada kemajuan sedikit, dan penerapan kurikulum
sesuai dengan porsinya masing-masing.
(Peneliti) kalau dilihat dari profil pendidikan di kabupaten Mimika katanya
semakin baik tapi sekarang saya mau Tanya bahwa bagimana dengan profil
pendidikan di daerah pedalaman kabupaten Mimika? (Hendra), pendidikan di
daerah pedalaman Timika secara umum tidak teroganisir dengan baik, ya, itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
saya mengakuainnya, dan itu suatu masalah dan tantangan buat kami Dinas.
Peneliti: Bagimana pemahaman Bapak tentang profil guru di daerah pedalaman
Timika? (Hendra), secara umum profil guru di daerah pedalaman kurang
memuaskan, kinerja guru-guru di daerah pedalaman menurun. Peneliti:
Kendalanya apa sehingga tidak memberi kepuasan dan kinerja guru menurun di
pedalaman Timika? (pak Hendra) dan kendala yang sering dialami guru-guru di
daerah pedalaman adalah masalah transportasi dan hal itu tidak bisa dipungkiri
lagi karena itulah alasan kami mundurnya pendidikan di daerah pedalaman
kabupaten Mimika.
Tanggal, 25 Januari 2013. Wawancara dengan Murid sekolah Dasar di Distrik
Jila. Peneliti : sudah berapa bulan anda belajar di dan berapa sering guru masuk
kelas? Siswa Bernama Jatianus : Siswa ini menjawab dengan polosnya bahwa ah,
saya tidak pernah belajar saya sudah meliburkan dari empat bulan yang lalu, dan
guru masuk kelas bagimana tidak pernah ada di tempat tugas aja kok.
Peneliti: mengapa terjadi seperti itu sebenarnya bulan efektif belajar dalam
satu semester ada enam bulan tapi meliburkan diri selama empat bulan, terus
ada masalah apa? (Siswa) pokoknya guru tidak pernah datang ke sekolah,
dan guru-guru masih di kota. Jadi, lebih baik kami berkebun, berburuh di
hutan, dan bersenang-senang sajalah. (Peneliti) sebenarnya kalian ada
masalah apa sih, sehingga guru-guru ini memperlakukan kalian seperti ini?
(siswa), sebenarnya, saya sendiri sudah di SMP, tetapi Ijazah SD saya
belum di tangan. Saya sudah minta ke kepala sekolah tetapi kata kepala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
sekolah “ada salah penulisan dalam ijazah dan saya tidak bisa kasih dan
kamu ikut ujian tahun berikutnya saja”, ah, berarti saya ikut ujian Nasional
dua kali, pada tahun 2011, dan saya pernah ikut ujian, dan diminta saya
untuk ikut ujian tahun berikutnya berarti saya ikut ujian dua kali. Berarti,
bukan tidak lulus ujian, tapi sautu kesalahan sehingga iktu ujian nasional
lagi. Kesalahan yang sangat FATAL yaitu ijazah sudah ada tapi nilai nem
saya tidak ada , satu pun tidak diisi sarankan untuk ikut ujian tahun
berikutnya ini menghambat saya untuk sekolah. Sekarang saya tunggu tahun
depan berarti saya ikut ujian nasional SD dua kali deh...., dan ini aturan baru
yang kami alami (peneliti), berarti kamu tahu tidak kalau ini kesalahan fatal
yang dilakukan guru-gurumu, (siswa), saya tidak mengerti apa yang mereka
lakukan, tetapi satu hal “meskipun guru-guru memperlakukan kami seperti
ini, kami anak-anak Jila tidak mau menyerah dengan keadaan ini tetapi saya
dengan teman-teman mau sekolah, pokoknya sekolah”.
Tanggal, 26 Januari 2013. Wawancara pemuda asli Hoeya, Oto Uamang.
Peneliti : Bagimana Keadaan guru-guru di daerah Hoeya? (Oto Uamang) oh,
untuk menjawab pertanyaan itu sangat mudah, gedung sekolah ada perumahan
ada, dan siswa-siswa ada, tetapi saya tidak melihat hidung-hidung guru di
Hoeya. Di Hoeya tidak ada guru, pemerintah daerah tidak pernah kasih guru
sama kita. (Peneliti), sebenarnya guru sudah ada untuk SD Inpres Hoeya (Oto
Uamang), oh, saya tidak tahu. Kalau guru ada pastinya bisa datang mengajar tapi
begitu ya? (peneliti) bagimana harapan kamu untuk sekolah ini dan bagimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
pesan kamu untuk guru-guru yang tidak menjalankan tugas? (Oto U), saya
berharap sekolah ini kembali ke beberapa tahun lalu karena tahun-tahun yang
lalu sekolah ini sudah maju ke tingkat yang maksimal. Tetapi lima tahun
belakangan ini malah kemundurun. Oto menambahkan lagi bahwa guru-guru
yang sudah menerima mandat untuk mengajar pergi dan mengajarlah di sana,
jangan menjadi guru yang tidak bertanggungg jawab, tetapi jadilah guru yang
bertanggungg jawab atas mandat yang sudah dipercayakan kepada kamu semua.
Tanggal 15 Maret 2013. Peneliti wawancara dengan Pihak Lembaga
Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK)
Pewawancara: Aminus Dolame; dan diwawancarai kepada bapak Lody Saklil
di “Biro pendidikan LPMAK”, yang menangani di bidang pendidik dan
kependidikan.
Profil pendidikan di daerah pedalaman kabupaten Mimika, sepertinya
tidak memberikan perubahan kepada berbagai pihak seperti masyarakat,
pemberintah daerah, dan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan
Kamoro (LPMAK). Lembaga ini mempunyai peranan yang sangat besar untuk
memajukan sumberdaya manusia Timika, dilihat dari latar belakang Lembaga ini
dari AMOR, LPMI, sampai dengan LPMAK adalah perjalanan yang sangat
panjang. Maka, peneliti percaya bahwa LPMAK adalah lembaga yang
mempersiapkan sumberdaya manusia Amungme dan Kamoro serta kerabat Lima
suku lainnya di kabupaten Mimika. Untuk lebih jauh mengenal profil pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
di daerah pedalaman peneliti mewawancarai langsung kepada lembaga terkait.
Untuk memdapatkan data atau informasi tentang profesionalitas guru sekolah
dasar di daerah pedalaman Timika, peneliti memwawancarai lembaga terkait
tentang pendidikan di daerah pedalaman Timika. Dengan adanya masalah-
masalah seperti ini peneliti membuat suatu ringkasan pertanyaan dan
pertanyaannya sebagai berikut:
Peneliti: Bagimana tantangan terbesar untuk meningkatkan kualias
pendidikan di daerah pedalaman Timika? LPMAK: Tidak ada tantangan
sebenarnya, tetapi lebih jelasnya adalah kurang pengawasan dari Dinas
pendidikan ke sekolah-sekolah di pedalaman dan merobah mental guru-guru
yang banyak tinggal saja di kota dan tidak mau menjalankan tugas?
Peneliti : Apa pemahaman daripada Lembaga terkait, tentang profil
pendidikan di daerah pendalaman dan bagimana respon terhadap kinerja
guru-guru di pedalaman tersebut?
LPMAK: Kalau semua guru yang ditugaskan di daerah pedalaman
menjalankan tugas dengan baik dan berada di daerah atau sekolah di
pedalaman pastinya kami senang. Tetapi banyak guru yang tidak
menjalankan tugasnya dengan baik sehingga menjadi korbanya adalah anak
didiknya sendiri? Peneliti : Sejauh mana peran Lembaga untuk membantu
pemerintah daerah (Dinas Pendidikan P & K ), di kabupaten kota,
pedalaman, dan pesisir pantai, dalam hal membantu sekolah-sekolah yang
mengalami kesulitan? Minta penjelasan. LPMAK : Peran lembaga sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
membantu guru-guru di daerah-daerah pedalaman seperti penyediaan
transportasi udara coper untuk daerah pegunungan, dan Bahan Bakar
Minyak (BBM), untuk daerah pesisir pantai. Usaha kami lembaga juga yaitu
membangun sekolah dasar di Distrik Agimuga, Aroanop, dan PPSA di
Tsingga, PAUD di Agimuga dan PPSA, kami Lembaga kontrak 50 guru
untuk wilayah Kota Timika, Agimuga, dan Jita.
Peneliti : Dengan melihat kinerja guru di daerah-daerah pedalaman yang tidak
memberikan harapan. Apa peran lembaga terhadap persoalan tersebut?
LPMAK : Usaha kami adalah sudah membantu transportasi udara berupa cooper
dan BBM untuk guru yang tinggal di kota, agar kembali ke tempat tugas, dan
bantuan cooper ini adalah untuk memudahkan kesulitan dalam transportasi.
Peneliti : Dinas Pendidikan dangan Lembaga Mitra. Apakah ada persamaan
program kerja? Bagimana program kerja untuk satu priode dari Dinas P & K dan
Lembaga Mitra kabupaten Mimika ini, adakah salah satu program kerja yang
special atau khusus untuk daerah-daerah pedalaman Timika?
LPMAK : Tidak ada MOU, yang jelas antara P & K dan Lembaga Mitra, dan
PKS sudah tanda tangan Dinas tetapi realisasinya tidak ada. Dan program khusus
untuk daerah-daerah pedalaman tidak ada semua program disamakan antara
pendidikan di kota dan pendidikan di pedalaman.
Peneliti : Apa masalahnya guru-guru yang ditugaskan di daerah-daerah
pedalaman tidak menjalankan tugasnya? Dan, apa guru-guru ini ada pekerjaan
lain di kota? Atau ada pelatihan-pelatihan sehingga tidak menjalankan tugas?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
LPMAK : sebenarnya tidak ada pelatihan-pelatihan, dan tidak ada kegiatan apa-
apa di Dinas dan tetapi guru malas ke tempat tugas dan anehnya adalah Dinas
tidak pernah ada teguran, peringatan tegas, serta menahan gaji guru yang tidak
menjalankan tugas di tempat tugas, itu sebagai tanda terobosan Dinas menguji dan
merobah mental guru-guru.
Peneliti : Bagimana pemahaman Lembaga Mitra, terhadap kinerja Dinas
pendidikan kabupaten Mimika, terkait profesionalitas guru-guru sekolah dasar di
daerah pedalaman Timika?
LPMAK : Dinas seharusnya meningkatkan kegiatan pelatihan, magang, dan
seminar-seminar, dan studi banding untuk guru-guru pedalaman, sehingga menuju
profesionalisme guru yang matang, bukan hanya pada pembangunan secara fisik
saja.
Peneliti : Bagimana pemahaman Lembaga Mitra, terkait kinerja guru di daerah-
daerah pedalaman Timika?
LPMAK : Ya, pastinya buruk dan sangat tertinggal jauh.
Peneliti : Apakah ada pelatihan, kursus, atau seminar-seminar untuk guru-guru di
daerah pedalaman Timika? Dengan melalui ketiga hal ini untuk membentuk
profesionalisme guru sekolah di daerah pedalaman ini dan akan terlihat jelas
profesionalitas gurunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
LPMAK : Ada pelatihan, kursus, dan seminar-seminar, namun waktunya terbatas/
singkat (1-2) hari sehingga peresapan ilmu selalu tidak jalan oleh guru
(memahami) khususnya implementasi di sekolah-sekolah.
Peneliti : Dengan melihat kinerja guru di daerah pedalaman yang tidak
profesional. Apakah dari lembaga Mitra tidak merasa kecewa? Dan sepertinya,
anak- anak yang harusnya melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi.
Tetapi dengan adanya kinerja ini, merugikan masa depan anak-anak. Bagimana
pandangan Lembaga Mitra terhadap permasalahan ini?
LPMAK : Melihat keprihatinan itu, maka Lembaga membuat terobosan dengan
mengadakan pelatihan, worshop, magang untuk guru-guru matematika (guru-guru
SD) ke Surya Institute, guru bahasa Inggris SMP, SMA ke Bali dan Implementasi
matematika kepada guru-guru lain.
Tanggal, 15 Februari 2013. Wawancara dengan Mantan Guru Sekolah Dasar di
SD Inperes Jila, dan sekarang guru SMPN7 di Distrik Jila.
Peneliti memwawancarai Bapak Ruben Dolame, SH guru SMPN7 di Distrik Jila.
Peneliti tidak belit bahasa dan peneliti wawancarai dengan beberapa pertanyaan
dan di bawah ini hasil wawancaranya:
Peneliti, Masalah apa yang dialami guru-guru di daerah pedalaman, (Ruben)
masalah sangat banyak tetapi masalah-masalah itu bukan ada di siapa-siapa tapi
masalah ada di guru-guru dan Dinas Pendidikan, (peneliti), mengapa di Dinas
Pendidikan bermasalah? (Ruben), ya, kita lihat sendiri guru-guru yang ditugaskan
di daerah-daerah pedalaman tidak pada mengajar semua, tapi kebijakan dari Dinas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
tidak ada, dan tidak ada kebijakan apa pun untuk guru-guru tersebut. Beliau
mengatakan bahwa saya sudah meliburkan diri tiga bulan yang lalu, karena saya
sudah capek mengajar di daerah pedalaman dari tahun 1999 sampai tahun 2004
saya mengajar SD dan tahun 2005 sampai tahun 2010, dari tahun 2010 saya lanjut
kuliah. Sebelum saya melanjutkan kuliah wajah pendidikan Sekolah Dasar di Jila
masih baik, tetapi saya dan beberapa teman melanjutkan kuliah kualitas
pendidikan di daerah pedalaman menurun, sampai sekarang SD dan SMP di Jila
masih bermasalah.
Peneliti, minta menjelaskan lebih lagi. Maka, pak Guru Ruben mengatakan bahwa
kepemimpinan sekarang semua bermasalah dari kepala sekolah, guru-guru,
Kepala bidang sekolah dasar dan Kepala Dinas kabupaten Mimika. Beliau
mengatakan dengan tegas bahwa karena kepemimpinan yang salah maka kita
guru-guru mengagalkan masa depan anak-anak di pedalaman. Kami tidak
mengajar selama beberapa bulan dan waktu ujian nasional kami bersama pihak
Dinas bawa soal ujian nasional untuk mau kasih ujian dan kalau dilihat, kami
tidak pernah mengajar, keadaan seperti begitu kami masih tetap saja punggut uang
ujian per siswa 500.000. padahal semua biaya sekolah di daerah pedalaman tidak
ada punggut biaya apa pun, karena dana BOS dari pemerintah yang bayar. Tetapi
karena kebijakan dari kepala sekolah yang kurang professional.
Beliau, mengatakan kepada peneliti bahwa “jangan heran kalau guru-guru tidak
pernah mengabdi di tempat tugas, karena satu hal yaitu karena kurangnya
keseriusan dari kepala sekolah dan tidak adanya pengawasan yang ketat dari
Dinas Pendidikan, serta tidak ada kerja sama yang baik dari kepala sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
dengan guru-guru, kepala sekolah dengan Dinas Pendidikan dan semuanya jalan
masing-masing. Tidak ada yang mengarahkan guru, atau tidak terorganisir dengan
baik, sehingga semua aktivitas proses belajar dan lain-lain tidak berjalan lancar”.
Tanggal, 21 Januri 2013. Wawancara langsung dengan Bapak Hendra sebagai
perancang program dan Pengatur Kurikulum untuk sekolah dasar se-kabupaten
Mimika.
Peneliti : meminta untuk menjelaskan profil pendidikan sekolah dasar di
kabupaten Mimika, dan pak Hendra menjelakan bahwa secara umum pendidikan
dasar di Timika baik-baik saja tetapi pelaksanaan di lapangan kurang maksimal
Tanggal 22 Februari 2013. Peneliti memwawancarai Ibu Fitri, mantan pelaksana
kegiatan dari lembaga Junisep. Peneliti mempertanyatakan tujuan dari Junisep
untuk bersedia membantu sekolah-sekolah di kabupaten Mimika, (ibu Fitri),
Donatur dari Junisep sangat membantu kami dalam pengembangan pendidikan di
kabupaten Mimika. Karena Donatur Junsep punya dana dan P & K punya program
kerja, bantuan dana dari Donatur itu sangat besar.
Baset dari pemerintah tidak cukup untuk pendidikan sekolah dasar di kabupaten
Mimika. Fitri menjelaskan lagi bahwa masalah terbesar untuk sekolah dasar
adalah baset, dan baset dari pemerintah sedikit. (peneliti), adanya bantuan dari
Donatur apakah tim pelaksana di lapangan dan sampai sejauh mana
keberhasilannya; (ibu Fitri), sebelumnya belum sekolah dasar di se-kabupaten
Mimika menggunakan pendekatan MBS, tetapi tim kerja memasukkan satu
program kerja yaitu Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), dan ada beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
sekolah dasar di kota Timika yang berhasil. Dan ada beberapa sekolah yang tidak
berhasil, karena guru-guru tidak mau dengan sistim MBS.
Pada tanggal 22 Februari 2013. Peneliti mengadakan diskusi dengan beberapa
kelompok masyarakat dari Tembagapura dan Tsingga. Terkait pendidikan sekolah
dasar di Distrik Tembagapura, dan mereka mengatakan bahwa proses belajar
mengajar tidak berjalan lancar karena guru-guru jarang datang mengajar.
(Vebbian Magal), sebagai intelektual, menambahkan bahwa temuan masalah di
satu sekolah di daerah pedalaman Timika ini nasibnya sama. Jadi, kalau temuan
masalah di Distrik Jila kadang guru tidak aktif menjalankan tugas berarti di
sekolah lain di pedalaman juga sama seperti yang dialami sekolah tersebut. Beliau
menambahkan lagi bahwa wajah pendidikan di daerah pedalaman semakin pudar,
akibat dari pada profil kebijakan guru, dan kebijakan Dinas yang tidak tepat
menjalankan tugas ini dengan baik.
Catatan Peneliti, dan Catatan Sahabat Peneliti
Catatan Penting Peneliti
Selama peneliti melakukan penelitian di lapangan peneliti tidak
pernah menemukan guru-guru di sekolah-sekolah yang mana sasaran peneliti
yaitu di Distrik Jila dan Distrik Tembagapura, kedua Distrik ini terdapat sebelas
sekolah dasar dengan daerah yang berbeda. Guru-guru semua pada di kota dan
peneliti sangat kecewa pada waktu itu karena peneliti berusaha keras untuk
memperoleh data yang akurat, dan untuk dapatkan informasi yang lengkap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
peneliti harus memwawancarai dengan guru-guru yang bertugas di daerah
pedalaman. Tetapi apa yang terjadi kekecewaan yang mengikari peneliti karena
peneliti mengingat perjalanan yang sangat jauh yaitu dari pula jawa sampai
dengan pedalaman Papua dengan tujuan bagimana cara mendapatkan data tentang
pendidikan di daerah pedalaman Papua, namun kenyataannya di luar dugaan
peneliti. Peneliti sampai ke daerah pedalaman guru-guru tidak ada dan yang ada
disana adalah gedung sekolah, siswa, dan masyarakat setempat.
Peneliti sadar bahwa tujuan peneliti harus professional tidak mencari
guru lagi, kalau guru tidak ada di tempat tugas berarti itulah temuan masalah
peneliti. Tidak mewawancarai satu guru pun tidak masalah buat peneliti, karena
tujuan peneliti adalah menemukan masalah dan memecahkan masalah. Peneliti
pernah mendengar kabar bahwa guru-guru pada di kota, dan ketika peneliti
sampai di kota peneliti tidak bersedia mewawancarai, meminta data, dan
observasi, dan Peneliti tidak bersedia menemui guru-guru di kota, dan peneliti
hanya mengelola data apa adanya sesuai fakta di lapangan. Guru-guru hanya
tinggal saja di kota serta peneliti minta data dan infomasi dari guru-guru seperti
itu? Tidak mungkin!. Peneliti harus tegas dan tetap professional dan kalau ada
pihak yang salah tetap disalahkan, dan ada pihak yang benar ya, tetap juga
dibenarkan untuk itu peneliti tidak pernah mewawancarai guru satu pun dari
mereka, karena peneliti mengingat informasi yang diperoleh dari mereka pasti
tidak sesuai dengan fakta di lapangan dan peneliti jadi gampangan dalam
mendapat data, serta bisa saja membohongi diri peneliti, adik-adik dan masyarakat
pedalaman Timika. Sehingga informasi, dan data yang peneliti peroleh adalah dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
masyarakat setempat, siswa, dan sahabat-sahabat dekat, keluarga dekat yang ada
di daerah pedalaman, dan Dinas pendidikan, dan Lembaga Pengembangan
Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), kabupaten Mimika.
Peneliti merasa sedih ketika melihat kondisi anak-anak pedalaman
yang seperti anak burung yang tinggal di sarangnya dan sedang menanti makanan
dari ibunya. Tetapi, anak burung itu menanti sampai mati dalam sarangnya karena
ibunya lupa balik ke sarang dimana ada anaknya. Dan seperti itulah guru-guru
melupakan tempat tugasnya, melupakan murid-muridnya, sehingga anak-anak
pedalaman ini kehilangan masa depannya.
Catatan Seorang Sahabat
Sabahat dekat bernama Penegi Dolame, SE. Sahabat dekat masa
kecil dan ia selesai SD di Inpres Jila, dan lanjut Sekolah Menengah Pertama
YPPGI di Timika, dan lanjut SMA di Jayapura, serta kuliah di Universitas
Cenderawasih Jayapura Papua, dan mendapatkan gelar sarjana Ekonomi
Pembangunan. Selama dua tahun ia mengajar di SD Inpres Jila sebagai guru
honorer dari tahun 2011-2012, dan ia mempunyai beberapa informasi dan data
terkait guru-guru di daerah pedalaman Timika. Selama ia mengajar dari
pemerintah daerah maupun kepala sekolah tidak diperhatikan sehingga ia
mengundurkan diri dari pengabdian tersebut.
Cerita singkat dari catatanya adalah ia merasa kecewa dengan guru-
guru negeri yang ditugaskan di SD Inpres Jila, SD Inpres Bela Alama, dan SD
Inpres Hoeya yang tidak menjalankan tugas dengan baik dan ia menjelaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
bahwa semanjak ia ada di kampung ini selama tiga tahun guru-gutu tidak
mengajar secara efektif, dan ia mengatakan bahwa saya seorang sarjana ekonomi
dan masalah mencari pekerjaan di kota sangat gampang bagi saya, tetapi karena
saya sangat mengasihi anak-anak pedalaman ini, maka saya masih bertahan di
daerah ini meskipun pemerintah dan guru-guru yang lama tidak memberikan izin
untuk saya mengajar di sekolah-sekolah di daerah pedalaman ini.
Perjalananya ia mendapatkan banyak pelajaran yang sangat luar
biasa, dari kebijakan guru-guru, yang tidak mementingkan kebutuhan siswa, dan
pelayanan yang setengah hati dari guru-guru yang ditugaskan daerah pedalaman.
Ia mengatakan bahwa persoalan terkait kurang efektifnya guru di daerah
pedalaman dan tidak teroganisir adalah karena kurang keseriusan dari pemerintah
daerah yaitu Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Mimika, dan setiap
kepala sekolah yang ditugaskan di daerah pedalaman. Selama empat tahun di
daerah pedalaman ini saya belum pernah melihat guru mengajar selama satu bulan
penuh, kadang mengajar dua minggu saja dan pura-pura sakit serta katanya mau
berobat di kota dan sembuh baru akan kembali mengajar lagi sampai siswa-siswa
menunggu berbulan-bulan.
Tentang kompetensi guru dalam catatanya adalah bahwa sangat
kurang dari setiap guru yang bertugas di daerah pedalaman maupun yang bertugas
di perkotaan, terkait kompetensi nasibnya sama, tidak berbelit-belit lagi dalam hal
itu dan kami harus mengakui itu. Saya berpesan bahwa tidak observasi kelas pun
peneliti sendiri sudah memahaminya, dan saya minta peneliti menjelaskan sendiri
sesuai pemahaman peneliti tentang keberadaan guru dengan kondisi siswa. Dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
catatan untuk peneliti adalah tetap konsisten dalam mengerjakan tugas, tetap
berfokus pada masalah yang sedang diteliti dan sampaikan hasil temuanya kepada
pihak-pihak yang membutuhkan terutama pemerintah daerah kabupaten Mimika,
dan guru-guru yang bertugas di daerah pedalaman Timika, serta jangan pernah
takut kepada siapa pun mereka, karena anda adalah stafet masa depan Papua yang
sedang berjuang dan lagi memperjuangkan masa depan adik-adik yang ada di
daerah pedalaman Timika Papua. Inilah pesan dan tulisan singkat dari sahabat
peneliti (Penegi Dolame, SE), pada tanggal, 10 Januari 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
Daftar Nama Guru sekolah Dasar di Distrik Jila
Sumber : Buku Agenda Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Mimika Tahun 2012/2013
No Nama Guru Asal Sekolah Distrik Keterangan
1 Yoni Piligama SD Inpres Alama Jila Aktif
2 Novita Matias, A.M.A SD Inpres Alama Jila Aktif
3 Wenselaus Gobay SD Inpres Alama Jila Aktif
4 Yongki Otomosu SD Inpres Alama Jila Aktif
5 Pa.Hama Yani SD Inpres Alama Jila Aktif
6 Yonius Wantik SD Inpres Alama Jila Aktif
7 Bambang Sutomo SD Inpres Hoeya Jila Aktif
8 Lemen Gobay SD Inpres Hoeya Jila Aktif
9 Yulius Nawipa SD Inpres Hoeya Jila Aktif
10 Markus Leppang SD Inpres Hoeya Jila Aktif
11 Yulius Piligamae, S.Pd SD Inpres Jila Jila Aktif
12 Rubeni Kadepa SD Inpres Jila Jila Aktif
13 Siprianus Kegiye, Amd SD Inpres Jila Jila Aktif
14 Apolonaris Tiriwa SD Inpres Jila Jila Aktif
15 Magdelena Kamaroko SD Inpres Jila Jila Aktif
16 Sanjaya Silaban SD Inpres Jila Jila Aktif
17 Klaudius Lisias L.G SD Inpres Jila Jila Aktif
18 Friska .L.Taileleu SD Inpres Jila Jila Aktif
19 Srianita SD Inpres Jila Jila Aktif
20 Josea Piligame SD Inpres Jila Jila Aktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
Daftar Nama Guru Sekolah Dasar di Distrik Tembagapura
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika
Tahun 2012/2013
No Nama Guru Alamat
Sekolah
Distrik Ket
1 Marius Hesegem SD Inpres Jagamin Tembagapurua Aktif
2 Marthen Yamko SD Inpres Jagamin Tembagapura Aktif
3 Arnoldus SD Inpres Jagamin Tembagapura Aktif
4 Renia SD Inpres Jagamin Tembagapura Aktif
5 Ayub Giayai SD Inpres Jagamin Tembagapura Aktif
6 Wellem Bagau SD Inpres Jagamin Tembagapura Aktif
7 Joni SD Inpres Jagamin Tembagapura Aktif
8 Yoseph Tabuni SD Inpres Aroanop Tembagapura Aktif
9 Yosep Kaize SD Inpres Aroanop Tembagapura Aktif
10 Hidayat SD Inpres Aroanop Tembagapura Aktif
11 Niko Bunai SD Inpres Aroanop Tembagapura Aktif
12 Yulius wetipo SD Inpres Aroanop Tembagapura Aktif
13 Herson Balu SD Inpres Aroanop Tembagapura Aktif
14 Simson SD Inpres Aroanop Tembagapura Aktif
15 Absolom Hesegem SD Inpres Banti Tembagapura Aktif
16 Irene Ice Makai SD Inpres Banti Tembagapura Aktif
17 Lamek Uamang SD Inpres Banti Tembagapura Aktif
18 Margaretha Magal SD Inpres Banti Tembagapura Aktif
19 Nikera Anouw SD Inpres Banti Tembagapura Aktif
20 Petrus Yatipai SD Inpres Banti Tembagapura Aktif
21 Priska Kuum SD Inpres Banti Tembagapura Aktif
22 Joni Ketesan SD Inpres Tsinga Tembagapura Aktif
23 Petrus Migau SD Inpres Tsingga Tembagapura Aktif
24 Sudarmono SD Inpres Tsinga Tembagapura Aktif
25 Yohanes Kotouki SD Inpres Tsinga Tembagapura Aktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
LAMPIRAN GAMBAR
PENDIDIKAN YANG MEMANUSIAKAN MANUSIA PEDALAMAN PAPUA
Gedung Sekolah Dasar
Keterangan:
Gedung sekolah dasar di daerah pedalaman Timika Papua. Gedung sekolah `dasar
dan sekolah menengah pertama di daerah-daerah pedalaman sangat bagus dan
semua fasilitas sekolah lengkap dan setiap kelas bersih dan perlengkap fasilitas
seperti perpustakaan, kursi, meja, papan tulis, penghapus, kapur, dan fasilitas
lainnya. Tetapi menjadi masalah di sekolah-sekolah ini adalah tidakhadirnya guru-
guru yang ditugaskan di sekolah-sekolah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
LAMPIRAN GAMBAR
PENDIDIKAN YANG MEMANUSIAKAN MANUSIA PEDALAMAN PAPUA
Kegiatan Siswa
Keterangan :
Kegiatan siswa pada jam-jam proses belajar mengajar. Kegiatan bermain bola
voly setiap pagi hari pada jam-jam belajar, karena tidak ada kegiatan proses
belajar-mengajar. Ccara ini adalah dampak dari pada ketidakhadiran guru-guru di
sekolah. Kegiatan bermain ini dilakukan setiap waktu oleh setiap siswa yang ada
di setiap sekolah di daerah pedalaman Papua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
LAMPIRAN GAMBAR
PENDIDIKAN YANG MEMANUSIAKAN MANUSIA PEDALAMAN PAPUA
Perumahan Guru
Keterangan :
Perumahan guru di daerah-daerah pedalaman cukup bagus, dan sudah ditepati
oleh guru-guru yang sudah ditugaskan di sekolah-sekolah tersebut. Tetapi menjadi
masalah pada rumah-rumah guru adalah hanya ditepati pada hari/minggu tertentu
di mana guru datang dari kota dan tempatnya ini menjadi peristirahatan guru-guru
tersebut dengan datang sebentar pulang semalanya. Akhirnya siswa menyebutkan
rumah guru di daerah pedalaman adalah tempat peristirahatan guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
LAMPIRAN GAMBAR
PENDIDIKAN YANG MEMANUSIAKAN MANUSIA PEDALAMAN PAPUA
Siswa selalu ada di sekolah
Keterangan :
Kebiasaan siswa: meskipun tidak ada guru atau tidak ada proses belajar mengajar
siswa selalu ada di sekolah dan hanya mondar-mandir di depan kelas. Contoh,
pada gambar 1, adalah kertas pengumuman dari kepala sekolah tentang infomasi
libur sekalian daftar nama-nama yang akan ikut ujian nasional. Pengumuman libur
hanya 1 bulan tetapi guru-guru sendiri menambah libur sendiri sampai 3- 4 bulan
atau pun dalam satu semester tidak pernah ada proses belajar-mengajar di sekolah.
Pada gambar 2 adalah siswa bermain kesana-kemari tanpa mikirkan apa yang
sedang mereka lakukan. Pada gambar 3 adalah siswa sedang membaca informasi
dengan tulisan “ libur”sampai kapan liburnya jadinya, siswa melakukan apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
LAMPIRAN GAMBAR
PENDIDIKAN YANG MEMANUSIAKAN MANUSIA PEDALAMAN PAPUA
adanya mereka dengan keadaan yang ada. Pada gambar 4 adalah pintu kelas selalu
terkunci selamanya artinya pintu kelas terkunci selama 1 semester berarti tidak
ada proses belajar mengajar. Pada gambar 5 adalah eksisnya siswa dengan
keadaan mereka apa adanya. Dan meskipun tidak ada guru semangat para siswa
untuk belajar sudah melekat dalam hatinya.
Eksisnya anak-anak pedalaman dengan seragam sekolah
Seragam sekolah selalu melekat. Siswa pedalaman memakai seragam sekolah
pada setiap waktu itu entah siang, malam, dan bekerja pun masih tetap memakai
seragam sekolah. Contoh pada gambar 1,2, dan 3 adalah fakta yang sering
dilakukan oleh setiap siswa di daerah pedalaman. terjadi sedemikian, dampak
daripada kurangnya pengawasan, kontrol, dan atau nasehat seorang pendidik atau
pengajar yaitu sang guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
LAMPIRAN GAMBAR
PENDIDIKAN YANG MEMANUSIAKAN MANUSIA PEDALAMAN PAPUA
Kebiasaan yang dilakukan siswa
Keterangan :
Pada gambar 1 adalah tempat keberadaan siswa, dan gambar 2 adalah siswa dalam
perjalanan menuju kebun pada siang hari, kalau pagi hari mereka di sekolah, di
sekolah mereka hanya sampai menjelang siang dan jam 12-san mereka mulai
mencari nafkah artinya ke kebun. Dan, pada gambar 3 adalah mereka umur
sekolah tetapi mereka sudah putus sekolah karena tidak efektifnya mengajar guru,
dan kebiasaan mereka hanya bekerja keras membantu orang-orang tua mereka,
sehingga mereka harusnya sekolah tidak sekolah dan menjadi korban atas
ketidakseriusan daripada guru-guru yang ditugaskan di daerah-daerah pedalaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
LAMPIRAN GAMBAR
PENDIDIKAN YANG MEMANUSIAKAN MANUSIA PEDALAMAN PAPUA
Kondisi Siswa di daerah pedalaman Papua
Keterangan :
Beginilah cara kebiasaan anak-anak pedalaman selalu berjalan dalam
berkelompok dan mereka memiliki komunitas sendiri berdasarkan pada desanya
masing-masing. Para siswa nginap di rumah adat yang disebut “Honai”, rumah
honai adalah rumah tradisional yang terdapat di daerah-daerah pedalaman dan
siswa-siswa ini tidur-bagunnya di situ dan mereka tidak pernah belajar di rumah
Honai karena tidak nyaman serta pada malam hari siswa tidak pernah belajar
karena tidak ada penerangan “ lampu”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI