PKP_MAT

23
1 PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BILANGAN ROMAWI MENGGUNAKAN MEDIA KARBILNA PADA SISWA KELAS IV SDN BATOK 01 KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Mohamad Ridwan 1 Abstrak Pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun pada materi bilangan romawi selama ini masih berpusat pada guru., belum menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik maupun karakteristik mata pelajaran yang disampaikan. Selain itu, faktor dari kinerja guru yang belum maksimal dan kurangnya keterlibatan serta aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran mengakibatkan minat dan hasil belajar siswa yang belum sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa menggunakan media KARBILNA yaitu berupa Kartu Bilangan Warna pada materi bilangan romawi yang diajarkan di dalam kelas. Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran selama dua siklus dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi pada setiap siklusnya, minat dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I, minat belajar siswa sebesar 33% meningkat pada siklus II menjadi 42%. Tingkat keberhasilan belajar siswa dilihat dari nilai rata-rata kelas pada siklus I meningkat dari 61,82(62%) menjadi 67,64 (68%). Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat lagi menjadi 87,27 (87%). Dengan menggunakan media KARBILNA dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika materi bilangan rimawi pada siswa kelas IV SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014. Kata Kunci: Matematika, Minat dan Hasil Belajar Siswa, Media Belajar Karbilna PENDAHULUAN Kinerja guru dan aktifitas siswa dalam keterlibatnnya pada saat proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas, memiliki dampak pada minat dan hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kinerja guru dan aktifitas siswa serta minat belajar siswa yang tinggi akan mempunyai dampak pada ketuntasan hasil belajar siswa yang sesuai dengan KKM yang ditetapkan. Sebaliknya, jika kinerja guru dan aktifitas siswa serta minat siswa dalam proses pembelajaran kurang maka hasil belajar siswapun tidak optimal dan proses pembelajaran tidak tuntas. Keadaan nyata yang tejadi di lapangan membuktikan bahwa kinerja guru, aktifitas dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, serta minat yang kurang mengakibatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Batok 01 pada mata pelajaran matematika materi bilangan romawi tidak tuntas. Jika merujuk pada Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 20 bahwa pembelajaran 1 Mahasiswa Program S1 PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka, NIM 824363388, Email: [email protected]

description

PKP

Transcript of PKP_MAT

Page 1: PKP_MAT

1

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BILANGAN ROMAWI MENGGUNAKAN

MEDIA KARBILNA PADA SISWA KELAS IV SDN BATOK 01 KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Mohamad Ridwan1

Abstrak

Pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun pada materi bilangan romawi selama ini masih berpusat pada guru., belum menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik maupun karakteristik mata pelajaran yang disampaikan. Selain itu, faktor dari kinerja guru yang belum maksimal dan kurangnya keterlibatan serta aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran mengakibatkan minat dan hasil belajar siswa yang belum sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa menggunakan media KARBILNA yaitu berupa Kartu Bilangan Warna pada materi bilangan romawi yang diajarkan di dalam kelas. Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran selama dua siklus dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi pada setiap siklusnya, minat dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I, minat belajar siswa sebesar 33% meningkat pada siklus II menjadi 42%. Tingkat keberhasilan belajar siswa dilihat dari nilai rata-rata kelas pada siklus I meningkat dari 61,82(62%) menjadi 67,64 (68%). Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat lagi menjadi 87,27 (87%). Dengan menggunakan media KARBILNA dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika materi bilangan rimawi pada siswa kelas IV SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014.

Kata Kunci: Matematika, Minat dan Hasil Belajar Siswa, Media Belajar Karbilna

PENDAHULUAN

Kinerja guru dan aktifitas siswa dalam keterlibatnnya pada saat proses pembelajaran

berlangsung di dalam kelas, memiliki dampak pada minat dan hasil belajar siswa dalam

mengikuti pembelajaran. Kinerja guru dan aktifitas siswa serta minat belajar siswa yang

tinggi akan mempunyai dampak pada ketuntasan hasil belajar siswa yang sesuai dengan

KKM yang ditetapkan. Sebaliknya, jika kinerja guru dan aktifitas siswa serta minat siswa

dalam proses pembelajaran kurang maka hasil belajar siswapun tidak optimal dan proses

pembelajaran tidak tuntas. Keadaan nyata yang tejadi di lapangan membuktikan bahwa

kinerja guru, aktifitas dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, serta minat yang

kurang mengakibatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Batok 01 pada mata pelajaran

matematika materi bilangan romawi tidak tuntas. Jika merujuk pada Undang-undang nomor

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 20 bahwa pembelajaran

1 Mahasiswa Program S1 PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka, NIM 824363388, Email: [email protected]

Page 2: PKP_MAT

2

adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar, maka hal ini belum secara keseluruhan terwujud dalam kegiatan KBM

yang ada khususnya pada siswa kelas IV SDN Batok 01 pada mata pelajaran matematika

materi biolangan romawi.

Dari hasil tes individu pada saat ulangan harian materi bilangan romawi tersebut, nilai

rata-rata siswa masih dibawah KKM yang ditetapkan yaitu nilai 70 yaitu sebesar 61,82.

Dari 11 siswa yang ada pada kelas IV diketahui sebanyak 3 siswa (27%) tuntas dalam

pembelajaran, sebaliknya sebanyak 8 anak (73%0 tidak tuntas dan masih dibawah KKM

yang ditetapkan. Ketidaktuntasan hasil belajar tersebut setelah dilakukan refleksi,

diakibatkan karena minat belajar siswa rendah, tidak menggunakan media belajar, model

pembelajaran yang monoton dan bersifat konvensional dalam hal ini guru sebagai pusat

pembelajaran serta kinerja guru yang asal mengajar dan aktifitas siswa dalam

keterlibatannya pada proses pembelajaran masih kurang. Dengan kondisi demikian maka,

pada perbaikan pembelajatan yang dilakukan selama 2 siklus, pembelajaran matematika

pada materi bilangan romawi siswa kelas IV digunakan media KARBILNA untuk

meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Fokus penelitian pada minat dan hasil belajar

siswa serta meningktkan faktor pendukunya seperti kinerja guru dan aktifitas siswa.

Karbilna singkatan dari Kartu Bilangan Warna yaitu berupa potongan kartu berwarna

pasangan yang terdiri dari angka romawi dan angka asli. Dengan cara memasangkan sesuai

dengan warnanya dan penggunaannya dengan cara bermain maka diharapkan minat dan

hasil belajar siswa dapat meningkat.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah 1) Apakah dengan media KARBILNA dapat

meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SDN Batok 01 pada pelajaran matemetika

bilangan romawi?, 2) Apakah dengan media belajar KARBILNA dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas IV SDN Batok 01 pada pelajaran matemetika bilangan romawi? . Tujuan

dari penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran

didalam kelas, mendiskripsikan dan menganalisa minat dan hasil belajar siswa pada

pelajaran matemtika bilangan romawi, meningkatkan minat belajar serta hasil belajar siswa

kelas IV SDN Batok 01 pada mata pelajaran matematika materi bilangan romawi dari nilai

rata-rata kelas 61,82 menjadi nilai sesuai dengan KKM atau lebih besar dari KKM yang

ditentukan yaitu 70 dengan menggunakan media Karbilna. Adapun manfaat dari penelitian

ini bagi siswa untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran, minat belajar

siswa dan hasil belajar siswa. Bagi guru sebagai tolak ukur dalam peningkatan kinerjanya

Page 3: PKP_MAT

3

sebagai pendidik, meningkatkan profesionalitas, dan sebagai acuan dalam penelitian

selanjutnya. Bagi sekolah untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan yang ada, dan

sebagai referensi bagi guru lain dalam melaksanakan penelitian.

KAJIAN PUSTAKA

Minat Belajar

Adanya suatu kemauan atau minat pada diri seorang siswa, akan membantu

tercapainya sebuah tujuan yang diharapkan. Begitu juga dengan minat belajar yang ada

pada diri siswa atau peserta didik. Tanpa adanya minat, maka sebaliknya sesuatu yang

diharapkan itu tidak akan tercapai dengan hasil yang baik. Minat belajar siswa merupakan

faktor internal dari diri siswa sendiri. Karena dengan adanya minat, maka kemauan dan

keinginan untuk belajar pun ada. Sehingga dengan mengikuti suatu proses pembelajaran

yang diiringi dengan minat tinggi, maka hasil belajar juga akan mendapatkan hasil yang

optimal.

Seperti yang diungkapkan oleh Soediyanto, (dikuitp oleh Pramono Tukimin;

2001), menyebutkan bahwa minat adalah suatu keinginan atau keadaan dimana seseorang

menaruh perhatian pada seseuatu dan disertai hasrat untuk mengetahu, memperlajari dan

membuktikannya. Lebih lanjut Slameto dalam Anik Pujiati dan Nurhayati ( 2012),

menyatakan bahwa minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu

hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Dengan kata lain, minat merupakan suatu rasa

lebih senang dalam diri seseorang dalam memberikan perhatian yang lebih besar terhadap

objek tertentu. Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa minat

belajar adalah suatu keinginan atau kemauan seorang siswa untuk melakukan kegiatan

belajar. Jika siswa mempunyai minat belajar yang tinggi maka secara tidak langsung

membawa pengaruh pada nilai hasil belajar siswa.

Terkait dengan penelitian yang dilaksanakan selaam dua siklus pada proses

pembelajaran matematika materi bilangan romawi pada siswa kelas IV SDN Batok 01

Kecamatan Gemarang KabupatenMadiun Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014, maka

minat belajar siswa diteliti dan diamati berdasarkan hasil angket yang telah dibagikan

kepada siswa. Dengan berbagai pernyataan positif dan negatif, maka dapat diketahui sejauh

mana minat siswa tersebut dalam mengikuti proses pebelajaran matematika materi bilangan

romawi menggunakan media belajar berupa Karbilna dengan hasil skor yang diperoleh dari

pengisian angket tersebut.

Hasil Belajar

Page 4: PKP_MAT

4

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pada penelitian ini yang menjadi

fokus perbaikan adalah minat dan hasil belajar siswa. Adanya minat belajar siswa yang

tinggi maka hasil beajar siswapun juga akan meningkat. Hasil belajar diperoleh pada saat

siswa mengikuti proses pembelajaran atau telah menerima materi pelajaran kemudian

diadakan suatu tes atau evaluasi baik secara kelompok maupun invidu berupa tes tulis atau

tes non tulis. Tes tulis bisa diberikan berupa kumulan soal-soal yang terkait dengan materi

pelajaran, sedangkan tes non tulis dapat berupa pertanyaan lisan dari guru ataupun

pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar siswa

digunakan untuk mengukur kemampuan siswa tersebut dalam mengikuti atau menerima

materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru.

Hasil belajar berhubungan juga dengan penguasaan materi yang harus dimiliki

oleh siswa maupun guru sebagai seorang pengajar dan pelaku proses pembelajaran di dalam

kelas. Karena tanpa penguasaan materi yang baik, tentunya hasil belajar akan tidak

memuaskan. Menurut Dimyati dan Mudjiono ( 1999), hasil belajar merupakan hal yang

dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar

merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat

sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat

terselesikannya bahan pelajaran.

Oemar Hamalik dalam Isriyanto ( 2010 ), hasil belajar adalah bila seseorang telah

belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Belajar dan mengajar merupakan

konsep yang tidak bisa dipisahkan. Bellajar merujuk pada apa yang harus dilakukan

seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang

seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang

dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi

interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja

harus bisa mendapatkan hasil dan bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya

intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima

perlakukan dari pengajar (guru),

Dari uraian dan pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah hasil penilaian guru terhadap siswa setelah siswa menjalani berbagai uji

kompetensi terkait hasil pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru, sedangkan hasil

Page 5: PKP_MAT

5

belajar siswa bisa berupa instrumen tes tulis baik kelompok maupun individu, tes lisan,

observasi dan sebagainya. Dalam penelitian perbaikan pembelajatan ini, maka hasil belajar

siswa didasarkan pada perolehan penilaian atau skor akhir dari tes tertulis yang diberikan

oleh peneliti atau guru setelah menyampaikan materi pembelajaran matematika materi

bilangan romawi.

Karakteristik Matematika

Pelajaran matematika oleh sebagian siswa masih dianggap sebagai mata pelajaran

yang menyulitkan dan menakutkan. Banyak hasil belajar setelahnya mendapatkan hasil

yang belum memuaskan. Dari nilai evaluasi yang masih dibawah KKM, minat belajar yang

kurang, atau kurang pahamnya siswa terhadap materi yang disampaikan. Jika dilihat dari

sudut pandang mata pelajaran matemtika sendiri, maka mata pelajaran matematika

sebenarnya merupakan mata pelajaran yang dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari –

hari. Namun kenyataanya banyak orang yang tidak menyadari bahkan para peserta didik

seklipun. Siswa atau peserta didik terpaku pada rumus atau simbol – simbol yang bersifat

abstrak. Yang membutuhkan penjelasan dan contoh yang konkret sehingga mudah diterima

dan dipahami oleh siswa atau peserta didik. Oleh sebab itu maka mata pelajaran matemtika

mempunyai karakteritik atau ciri khusus yang membedakan antara mata pelajaran

matemtika dan mata pelajaran lainnya.

Musetyo (2013) menyatakan bahwa matematika mempunyai ciri – ciri yaitu a)

abstrak, b) dedukif, c) konsisten, d) hierarkis dan d) logis. Lebih jauh Sumardyono (2004)

menyebutkan bahwa matemtika mempunyai karakteristik sebagai a) memiliki kajian objek

yang abstrak, b) bertumpu pada kesepakatan, c) berpola pikir deduktif, d) konsisten dalam

sistemnya, e) memiliki simbol yang kosong dari arti, f) memperhatikan semesta

pembicaraan. Dengan demikian maka matematika dapat disimpulkan sebagai mata

pelajaran yang bersifat abstrak, konsisten, deduktif, konsiten dan memiliki simbol – sombol

dari arti. Sehingga pada pembelajaran matemtika khususnya di jenjang sekolah dasar

memerlukan sebuah strategi dan model pembelajaran yang mudah diserap dan dipahami

oleh peserta didik

Mengenal Bilangan Romawi

Bilangan romawi terdiri dari 7 angka dasar bilangan romawi yaitu terdiri dari huruf

alphabet I, V, X, L, C, D, dan M. Masing – masing simbol tersebut memiliki arti simbol

numerik yaitu 1, 5, 10, 50, 100, 500 dan 1.000. Bilangan romawi saat ini sering dipakai.

Misalnya pada tulisan Abad XXI artinya jika dibaca adalah abad ke 21. Banyak sekali

Page 6: PKP_MAT

6

angka – angka romawi, namun pada umumnya yang digunakan untuk pembelajaran di

sekolah dasar adalah 7 buah angka dasar romawi sperti yang diuraikan diatas. Seperti

peneliti kutip dari http://www.bimbingan.org/sejarah-tentang-angka-romawi.htm (diakses

pada tanggal 31 maret 2014) disebutkan bahwa sejarah tentang angka romawi tidak lepas

dari peradaban romawi itu sendiri. Awal penggunaan angka tersebut dari bangsa Etruscan.

Lebih lanjut, Sumardyono (2013) menyatakan bahwa sistem angka romawi tidak mengenal

angka nol dan tidak menggunakan nilai tempat. Oleh sebab itu maka, guru herus benar –

benar memanfaatkan media belajar alat peraga dengan baik dan sesuai dengan materi yang

disampaikan. Sehingga siswa dengan mudah untuk menerima penjelasan guru. Selain itu

guru juga harus bisa menguasai materi sebelum disampaikan kepada siswa.

Menyatakan Bilangan Cacah ke Bilangan Romawi atau Sebaliknya

Dalam pembelajaran angka romawi di kelas 4 sekolah dasar seperti yang sesuai

dengan standar kompetensi dan kompetsni dasar serta indikatornya maka bilangan romawi

disampaikan dengan menyatakan bilangan cacah ke bilangan romawi atau sebaliknya.

Selain itu siswa kelas IV SD diharapkan dapat mengapilkasikannya dalam kehidupan sehari

– hari. Aturan – aturan yang berlaku dalam menyatakan bilangan asli ke romawi dan

sebaliknya yaitu dengan tiga aturan yang berlaku, yaitu a) aturan penjumlahan, b) aturan

Pengurangan, dan c) aturan Gabungan.

Aturan penjumlahan, yaitu angka romawi tidak boleh berjajar maksimal 3 angka

yang sama. Contoh 30, maka bilangan asli tersebut dijabarkan dari bilangan dasar yaitu 10

+ 10 + 10 = X + X + X = XXX. Sebaliknya untuk aturan pengurangan pada bilangan

romawi berlaku , jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di kiri, maka

lambang-lambang Romawi tersebut dikurangkan. Pengurangan paling banyak satu angka.

Contoh : 69, maka angka tersebut dijabarkan terlebih dulu menjadi 50 + 10 + 9. 50 = L, 10

= X dan 9 berasal dari 10 – 1 = X – I. Maka di bilangan romawi menjadi LXIX. Kemudian

untuk aturan gabungan dalam bilangan romawi terdiri dari 2 aturan, yaitu penjumlahan dan

pengurangan. Didahuukan untuk bilangan romawi yang besar kemudian dijumlahkan

dengan gabungan bilangan pengurangan. Contoh :

MCMXCVII = M + ( M – C ) + ( C – X ) + V + I + I

= 1000 + ( 1000 – 100 ) + ( 100 – 10 ) + 5 + 1 + 1

= 1000 + 900 + 90 + 5 + 1 + 1

= 1997

Media Belajar / Media Pembelajaran

Page 7: PKP_MAT

7

Pengertian Media Belajar

Media belajar sangat diperlukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membantu

menyampaikan sebuah materi pelajaran. Oleh karena pemilihan media belajar yang sesuai

dengan materi belajar dan karakteritik peserta didik sangat diperhatikan. Sehingga tidak

terjadi kesalahan dan kesulitan dalam menggunakannya. Dalam penggunaan media belajar

dapat digunakan berbagai alat peraga sesuai dengan materi dan mata pelajaran yang ingin

disampaikan. Media belajar dapat berupa buku teks pelajaran, alat peraga, atau audio visual.

Tergantung bagaima guru memilih dan menerapkan media tersebut untuk pembelajaran di

dalam kelas. Alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran yang diartikan sebagai

semua benda (dapat berupa manusia, objek atau benda mati) sebagai perantara di mana

digunakan dalam proses pembelajaran (Sitanggang, 2013:4).

Lebih lanjut Sukayati dan Suhajana (2009) menyatakan bahwa media pembelajaran

diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran.

Berdasar fungsinya media dapat berbentuk alat peraga dan sarana. Dalam penyampaian

suatu mata pelajaran di kelas, masih banyak para yang tidak menggunakan alat perga

sebagai media pembelajaran. Masih banyak juga para guru yang menggunakan pengelolaan

kelas secara klasikal. Artinya, semua siswa diperlakukan sama untuk menerima materi

pembelajaran. Dari uraian dan pendapat beberapa ahli diatas, maka media pembelajaran

atau media belajar adalah suatu alat bantu yang digunakan untuk guru dalam

memyampaikan sebuah materi pelajaran agar siswa atau peserta didik mampu menerima

serta tercapai tujuan pembelajaran yang disampaikan.

Media Belajar Karbilna

Alat peraga ini merupakan salah satu alat peraga matematika yang dikembangkan

dari kartu bilangan. Penggunaan alat peraga kartu bilangan pada mata pelajaran matematika

sangat efektif. Karbilna ini mudah dibuat dan didesain sesuai dengan kebutuhan guru untuk

mengajar. Selain itu karbilna membantu mengingat dan menghafal bilangan romawi dengan

mudah dan dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Tidak memerlukan waktu

banyak dalam menyusunnya. Kartu Bilangan Warna atau peneliti menyebutnya dengan

Karbilna, merupakan sebuah alat peraga yang digunakan untuk menyampaikan materi

pokok bilangan romawi pada mata peajaran matemtika untuk siswa kelas IV SDN Batok 01

Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun semester II tahun pelajaran 2013/2014.

Untuk langkah – langkah membuat 1 set Karbilna adalah sebagai berikut:

1. Siapkan potongan kertas berwarna ukuran 8 x 5 cm. Setiap warna terdiri 8 potongan.

Page 8: PKP_MAT

8

2. Warna bisa disesuaikan dengan kebutuhan, misal merah, kuning, hijau, biru, abu – abu,

putih, orange.

3. Setiap warna mewakili bilangan dasar romawi dan bilangan aslinya.

4. Kemudian setiap warna dibagi menjadi 8 bagian, masing – masing 4 bagian untuk

bilangan aslinya dan 4 bagian untuk bilangan romawi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat jumlah kartu untuk setiap siswa pada tabel berikut :

Tabel 1. Jumlah Kartu Setiap Siswa

No WarnaBilangan Jumlah

kartuRomawi Asli

1 Coklat I 1 82 Abu-abu V 5 83 Violet/Ungu X 10 84 Kuning L 50 85 Merah C 100 86 Hijau D 500 87 Biru muda M 1000 8

JUMLAH KARTU 56

Gambar 1. Contoh Karbila

Adapun langkah-langlah dalam pelaksanaan proses pembelajaran matematika

dengan menggunakan media Karbilna ini adalah :

1. Membagi kelas dalam beberapa kelompok, 3 – 5 kelompok. Satu kelompok 4 – 5

siswa.

2. Guru menjelaskan terlebih dahulu konsep bilangan romawi dengan mengenalkan dasar

bilangan romawi serta aturan – aturan yang berlaku.

3. Guru membagikan Karbilna yang telah dipisahkan antara bilangan romawi dengan

bilangan aslinya.

4. Guru memberikan contoh bilangan romawi.

5. Guru meminta siswa untuk mengubah ke bilangan asli dari bilangan romawi tersebut.

Page 9: PKP_MAT

9

6. Dengan menggunakan Karbilna, guru melibatkan siswa untuk mencari bilangan

romawi dalam kartu.

7. Kemudian siswa diminta menyusun angka romawi yang sudah terdapat di Karbilna

seperti yang dituliskan oleh guru.

8. Siswa diminta untuk mencari kartu bilangan asli dengan memperhatikan warna yang

sama dengan kartu bilangan romawi.

9. Dari susunan kartu bilangan asli tersebut, guru meminta siswa untuk menjumlahkan

atau mengurangi sesuai dengan aturan penjumlahan, pengurangan dan gabungan.

10. Dari urutan tersebut guru menjelaskan kepada siswa untuk membaca bilangan asli atau

sebaliknya dengan benar.

Langkah – langkah pembelajaran diatas dapat disesuaikan menurut kondisi dan

situasi kelas yang ada. Kelebihan dari media Karbilna ini selain murah dan mudah, siswa

merasa senang dan gembira pada saat mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas. Selain

itu, media belajar ini dapat mengasah ketrampilan dan kreatfitas siswa dalam berpikir.

Sedangkan kelemahan dari media belajar Karbilna ini antara lain membutuhkan banyak

kertas warna, tidak dapat digunakan pada materi pelajaran lain, mudah rusak dan sobek dan

perlu penjelasan dengan benar dari guru sebelum digunakan.

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Penelitian perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media Karbilna ini

dilaksanakan dengan subyek penelitian sejumlah 11 siswa yang terdiri dari 5 siswa laki-laki

dan 6 siswa perempuan. Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan pada siswa

kelas IV SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun pada semester II tahun

pelajaran 2013/2014 selama 2 bulan dimulai pada bulan Maret – April 2014. Penelitian

terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2014 dan siklus II

dilaksanakan pada tanggal 03 April 2014. Pada penelitian ini guru berkolaborasi dengan

teman sejawat sebagai observator yang akan membantu mengamati, merefleksikan serta

menyimoulkan hasil penelilitian.

Prosedur penelitian mengacu pada penelitian tindakan kelas (PTK) dengan

menggunakan beberapa tahapan yaitu 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi dan 4)

refleksi. Pada tahap perencanaan, guru bersama dengan teman sejawat menetapkan topik

dan bahasan serta materi yang akan diajarkan. Dalam penelitian ini materi yang akan

disampaikan sesuai dengan pokok permasalahan yaitu pada materi biangan romawi.

Selanjutnya, guru bersama dengan teman sejawat menentukan model dan media

Page 10: PKP_MAT

10

pembelajaran, menentukan waktu pelaksanaan tindakan, menyusun materi ajar, menyusun

instrumen penilaian dan menetapkan kriteria keberhasilan atau ketuntasan, serta

penyusunan RPP untuk pedoman pelaksanaan pembelajaran. pada tahapan tindakan terdiri

dari kegiatan tatap muka, observasi dan evaluasi. Kemudian pada tahap observasi dilakukan

analisis data sesuai dengan instrumen yang telah disusun sebelumnya. Langkah terakhir

yaitu refleksi, melakukan kajian terkait semua kejadian-kejadian yang mengakibatkan

berhasil atau tidaknya perbaikan pembelajaran dan menyimpulkan hasil penelitian tersebut.

Data yang dikumpulkan menggunakan instrumen observasi yaitu untuk mengamati

kinerja guru dan aktifitas siswa dalam mengikuti proses pembelaharan di dalam kelas.

Kinerja guru diobservasi dan dicatat dengan menggunakan lembar pengamatan kinerja guru

yang terdiri dari 6 aspek mewakili 18 indikator yang ada. Kriteria guru didasarkan pada

prosentase kemunculan indikator dengan kriteria kurang, cukup, baik dan amat baik.

Indikator keberhasilan yang ingin dicapai yaitu kinerja guru baik atau amat baik. Kriteria

kinerja guru dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Prosentase Kriteria Kinerja Guru

Skala Prosentase Sebutan

< 61 % Kurang

61 % - 70 % Cukup

71 % - 80 % Baik

> 80 % Amat Baik

Aktifitas siswa dicatat pada lembar observasi aktifitas siswa dengan 10 indikator yang

ada. Kriteria keberhasilan yang digunakan adalah dengan menggunakan rata-rata skor hasil

pengamatan. Pengamatan aktifitas siswa dinilai pada berapa jumlah siswa yang melakukan

aktifitas setiap indikator yang ada. Indikator pengamatan yang dimaksud yaitu, 1) siswa

memperhatikan penjelasan guru, 2) siswa mengikuti perintah guru dengan baik, 3) siswa

aktif dalam diskusi kelompok, 4)siswa aktif dalam menjawab pertanyaan yang

disampaikan, 5) siswa aktif dalam bertanya kepadaguru, 6) kerjasama siswa dalam

kelompok, 7) siswa sunguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran dengan metode

yang digunakan oleh guru, 8)tanggung jawab, disiplin dan jujur dalam proses

pembelajaran, 9) siswa disiplin dalam kehadiran, ketepatan waktu dan pengerjaan tugas,

dan 10) menanggapi dan menguraikan pendapat atas hasil kerja teman kelompok. Kriteria

Page 11: PKP_MAT

11

penilian atau penskoran terhadap indikator adalah skor 1 jika siswa aktif berjumlah

kurang dari 5 anak, skor 2 jika siswa aktif berjumlah 6 – 7 anak, skor 3 jika siswa aktif

berjumlah 8 – 10 anak, dan skor 4 jika siswa aktif berjumlah > 10 anak. Sedangkan

kriteria yang digunakan untuk mengukur aktifitas siswa yaitu rendah, cukup, tinggi dan

sangat tinggi. Indikator keberhasilan yang ingin dicapai yaitu aktifitas siswa tinggi atau

sangat tinggi. Kriteria aktifitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Kriteria Aktifitas Siswa

No Rata – rata Keterangan keaktifan siswa1 1,00 – 1,99 Rendah2 2,00 – 2,99 Cukup3 3,00 – 3,99 Tinggi4 4,00 Sangat Tinggi

Instrumen penilaian minat siswa menggunakan lembar angket yang diberikan kepada

siswa setelah pembelajaran selesai. Penilaian angket didasarkan pada skor rata-rata hasil

perhitungan angket setiap siswa kemudian dimabil rata-rata kelas. Adapun kriteria yang

digunakan untuk mengukur minat siswa yaitu sangat rendah, rendah, cukup, tinggi dan

sangat tinggi. Kriteria minat siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Kriteria Minat Siswa

NoNilai

Rata – Rata% Keterangan

1 1.00 - 1.99. < 20% - 39% Sangat Rendah2 2.00 - 2.99 40% - 59% Rendah3 3.00 - 3.99 60% - 79% Cukup4 4.00 - 4.99 80% - 99 % Tinggi5 5.00 100% Sangat Tinggi

Sedangkan untuk mengukur ketuntasan belajar siswa digunakan lembar tes individu

sebanyak 10 soal. Dari hasil nilai setiap siswa kemudian dijumlahkan dan dimabil nilai rata-

rata kelas dengan kriteria jika nilai rata-rata kelas > (lebih besar atau sama dengan) KKM

yaitu 70, maka pembelajaran dinyatakan tuntas. Adapun kriteria penilaian untuk tes

individu seperti pada tabel berikut :

Tabel 5. Kriteria Penilaian Tes Individu

NO SOAL

PENILAIAN SKOR

A 1 – 5 Benar dan Lengkap 3

Page 12: PKP_MAT

12

Benar tidak lengkap 2 Salah 1 Tidak dijawab 0 SKOR MAKSIMAL A 15B

6 – 10 Benar 2 Salah 1 Tidak Dijawab 0 SKOR MAKSIMAL B 10

NILAI AKHIR ( A + B ) X 4 100

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Siklus I

Kinerja Guru

Pada perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I, hasil observasi yang

telah dicatat pada lembar pengamatan kinerja guru didapatkan hanya 8 indikator atau

sebesar 44% yang muncul, sedangkan 10 indikator atau sebesar 56% belum nampak. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini,

Tabel 6. Jumlah Kemunculan Indikator Kinerja Guru

Siklus I

No Aspek yang dinilaiJml Indikator

yg Muncul%

Jml IndikatorTidak Muncul

%

1 Penguasaan Materi 2 11% 1 6%2 Sistematika penyajian 2 11% 1 6%3 Penerapan Metode 1 6% 2 11%4 Penggunaan Media 1 6% 2 11%5 Performance 2 11% 1 6%6 Pemberian Motivasi 0 0% 3 17% Jumlah 8 44% 10 56%

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa penerapan metode, penggunaan media dan

pemberian motifasi perlu ditingkatkan. Begitu juga dengan penguasaan materi, sistematika

penyajian, serta performance guru juga lebih ditingkatkan. Dengan demikian maka hasil

kinerja guru pada siklus I kinerja guru masih kurang dan belum sesuai dengan kriteria yang

ditetapkan

Aktifitas Siswa

Page 13: PKP_MAT

13

Faktor pendukung lainnya dalam penelitian ini adalah aktifitas siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran di dalam kelas. Hasil rata-rata skor yang diperoleh berdasarkan lembar

pengamatan aktifitas siswa adalah sebesar 2,30. Skor rata-rata tersebut berada pada kriteria

cukup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat hasil skor setiap indikator pada tabel berikut :

Tabel 7. Jumlah Indikator sesuai Perolehan Skor

Siklus I

No Skor ∑ Indikator1 1 12 2 53 3 44 4 0

Jml 10

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa dari 10 indikator, yang mendapatkan skor 3 artinya

jumlah siswa yang melakukan aktifitas sesuai dengan indikator sebanyak 8 -10 siswa, hanya

4 indikator saja yaitu indikator 3, 8, 9 dan 10. Sedangkan 6 indikator lainnya perlu

ditingkatkan. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan yaitu aktifitas siswa tinggi atau sangat

tinggi, maka pada siklus I ini aktifitas siswa belum sesuai dengan kriteria dan perlu

peningkatan pada siklus selanjutnya.

Minat Belajar Siswa

Salah satu pokok permasalahn pada penelitian ini adalah pada minat belajar siswa.

Pada pembelajaran siklus I, minat siswa berdasarkan angket yang telah dibagikan dan

kemudian direkapitulasi dan diambil rata-rata secara klasikal mendapat skor rata-rata

sebesar 3,32 atau 33% dengan kriteria cukup. Dari skor rata-rata tersebut dapat dirinci

sebanyak 5 siswa ( 45 %) mendapatkan nilai rata-rata 2.00 – 2.99 dengan kriteria rendah, 4

siswa ( 36% ) mendapatkan nilai rata – rata 3,00 – 3.99 dengan kriteria cukup, sedangkan

yang mendapatkan nilai Tinggi dengan nilai 4.00 – 4.99 hanya 2 anak (18%). Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Jumlah Perolehan Rata – Rata Minat per Siswa

Siklus I

NoNilai

Rata – RataKeterangan Jml %

1 1.00 - 1.99. Sangat Rendah 0 0%2 2.00 - 2.99 Rendah 5 45%3 3.00 - 3.99 Cukup 4 36%

Page 14: PKP_MAT

14

4 4.00 - 4.99 Tinggi 2 18%5 5.00 Sangat Tinggi 0 0%

Berdasarkan tabel diatas maka minat siswa perlu ditingkatkan agar memenuhi kriteria tinggi

atau sangat tinggi dengan rentang skor rata-rata 4.00 – 5.00.

Hasil Belajar Siswa

Pokok permasalah kedua pada penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah terkait

dengan hasil belajar siswa. Dengan media Karbilna, maka pada pembelajaran siklus I ini

hasil belajar dari 11 siswa sebanyak 4 anak (36%) sudah sesuai dengan KKM yang

ditetapkan atau sudah tuntas. Sebaliknya sebanyak 7 anak (64%) masih di bawah KKM

yang ditetapkan atau tidak tuntas. Hasil yang dicapai tersebut kemudian direkapitulasi dan

diambil rata-rata seluruh kelas mendapatkan nilai sebesar 67,64 atau sebesar 68%,

meningkat sebanyak 5,82 atau sebesar 5,64% dari nilai pra siklus yaitu 61,82. Dari hasil

rata-rata kelas tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pada siklus I pembelajaran belum

tuntas dan perlu perbaikan pada siklus II. Hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 9. Jumlah Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Siklus I

No KetuntasanJml

Siswa%

1 Tuntas ( Nilai > 70 ) 4 siswa 36 %2 Tidak Tuntas ( nilai < 70 ) 7 siswa 64 %

Jumlah 11 Siswa 100 %

Berdasarkan refleksi yang telah dilakukan oleh guru dan teman sejawat, bahwa

ketidaktuntasan hasil belajar siswa serta minat siswa yang cukup hal ini dikarenakan kinerja

guru dalam proses mengajar belum maksimal. Guru masih menjadi pusat pembelajaran bagi

siswa dan hanya menggunakan media belajar tidak melibatkan siswa. Dari kinerja guru

tersebut aktifitas siswapun masih kurang. Walaupun siswa terlihat sungguh dalam

mengikuti pembelajaran tetapi masih banyak siswa yang belum memperhatikan penjelasan

guru dengan baik, masih banyak siswa yang bergurau dengan temannya, serta aktifitas

dalam kelompok juga masih kurang. Siswa belum sepenuhnya berinetraksi dengan guru

dalam hal menjawab pertanyaan ataupun mengajukan pertanyaan kepada guru. Begitu juga

dengan aktifitas siswa dalam menanggapi dan mengutarakan hasil pekerjaan, belum nampak

pada proses pembelajaran siklus I.

Page 15: PKP_MAT

15

Hasil Penelitian Siklus II

Kinerja Guru

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka diadakan perbaikan pembelajaran pada

siklus II. Dimulai dengan kinerja guru pada saat proses pembelajaran di dalam kelas, hasil

pengamatan atau observasi yang telah dilakukan dan dicatat dalam instrumen pengamatan

kinerja guru oleh teman sejawat menunjukan bahwa kinerja guru mengalami peningkatan

dibanding dengan proses pembelajaran pada siklus I. Dari 6 aspek yang mewakili 18

indikator penilaian kinerja guru, tercatat sebanyak 17 indikator (94%) sudah muncul atau

nampak pada kinerja guru. Sebaliknya hanya 1 indikator (6%) tidak nampak dan perlu

perbaikan untuk pembelajaran berikutnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 10. Jumlah Kemunculan Indikator Kinerja Guru

Siklus II

No Aspek yang dinilaiJml Indikator

Muncul%

Jml IndikatorTidak Muncul

%

1 Penguasaan Materi: 3 17% 0 0%2 Sistematika penyajian: 3 17% 0 0%3 Penerapan Metode: 3 17% 0 0%4 Penggunaan Media: 3 17% 0 0%5 Performance: 2 11% 1 6%6 Pemberian Motivasi: 3 17% 0 0% JUMLAH 17 94% 1 6%

Berdasarkan hasil seperti dalam tabel diatas, sudah nampak semua indikator muncul

pada perbaikan pembelajaran siklus II. Namun, hanya ada 1 indikator yang pada aspke

performance yang belum muncul dan perlu diperbaiki untuk proses pembelajaran

selanjutnya. Sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, maka kinerja guru pada siklus II

ini amat baik.

Aktifitas Siswa

Faktor pendukung berikutnya adalah aktifitas siswa. Pada proses pembelajaran siklus

II ini, aktifitas siswa setelah diamati atau dilakukan observasi serta dicatat dengan

menggunakan lembar pengamatan aktifitas siswa yang dilakukan oleh teman sejawat

mendapatkan skor rata-rata sebesar 3,30 dengan perincian seperti pada tabel berikut :

Tabel 11. Jumlah Indikator sesuai Perolehan Skor

Page 16: PKP_MAT

16

Siklus II

No Skor ∑ Indikator1 1 02 2 23 3 34 4 5

Jml 10

Dari hasil pada tabel diatas terlihat 3 indikator yang mendapatkan skor 3, artinya

jumlah siswa yang melakukan aktifitas sesuai dengan indikator sebanyak 8-10 siswa.

Sedangkan 5 indikator mendapatkan skor 4, artinya seluruh siswa melakukan aktfitas sesuai

dengan indikator tersebut, dan hanya dua indikator yang dilakukan oleh 6-7 siswa. Dengan

hasil skor rata-rata tersebut, maka sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, aktifitas

siswa tinggi dalam proses pembelajaran siklus II.

Minat Belajar Siswa

Mengacu pada siklus I, maka pokok permasalahan pada penelitian ini yang pertama

adalah minat siswa. Berdasarkan hasil angket yang telah dibagikan kepada siswa dan telah

direkapitulasi, maka minat siswa mendapatkan nilai rata-rata skor sebesar 4,17. Dari hasil

tersebut dapat dirinci bahwa 11 siswa yang ada sebanyak 0 siswa (0%) mempunyai minat

sangat rendah, sebanyak 1 siswa (9%) mempunyai minat rendah, sebanyak 2 anak (18%)

mempunyai cukup, 7 anak (64%) mempunyai minat tinggi dan 1 anak (9%) mempunyai

minat sangat tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 12. Jumlah Perolehan Rata – Rata Minat per Siswa

Siklus II

NoNilai

Rata rataKeterangan

Siklus II

Jml %1 1.00 - 1.99. Sangat Rendah 0 0%2 2.00 - 2.99 Rendah 1 9%3 3.00 - 3.99 Cukup 2 18%4 4.00 - 4.99 Tinggi 7 64%5 5.00 Sangat Tinggi 1 9%

JUMLAH 11 100%

Mengacu pada tabel diatas, maka minat siswa pada proses pembelajaran siklus II ini sudah

tinggi, sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Page 17: PKP_MAT

17

Hasil Belajar Siswa

Pokok permasalahan kedua yang diperbaiki pada siklus II ini adalah hasil belajar

siswa dalam proses pembelajaran matematika bilangan romawi dengan menggunakan media

Karbilna. Hasil yang diperoleh setalah dilakukan tes individu seperti halanya pada siklus I,

dari 11 siswa sebanyak 10 siswa (91%) mendapatkan nilai > KKM (70) atau tuntas.

Sebalinya sebanyak 1 siswa (9%) masih dibawah KKM tidak tuntas karena faktor lain dan

memang mempunyai prestasi belajar rendah serta perlu bimbingan khusus. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat jumlah ketuntasan belajar siswa pada tabel berikut :

Tabel 13. Jumlah Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Siklus II

No Uraian Jml %

1 Tuntas ( Nilai > 70 ) 10 Siswa 91%

2 Tidak Tuntas ( nilai < 70 ) 1 Siswa 9%

Jumlah 11 100 %Dengan melihat jumlah ketuntasan belajar siswa tersebut, dan nilai rata-rata kelas yang

telah sesuai dengan KKM yang ditentukan yaitu > 70, maka hasil belajar siswa pada siklus

II dinyatakan tuntas.

Dari hasil refleksi yang telah dilakukan oleh teman sejawat dan guru, keberhasilan

atau ketuntasan hasil belajar siswa serta minat belajar siswa yang tinggi disebabkan karena

adanya peningkatkan kinerja guru pada siklus II walaupun ada kinerja guru yaitu pada

performance yang harus lebih ditingkatkan dan diperbaiki untuk pembelajaran berikutnya.

Selain itu aktifitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sudah tinggi, dengan

banyaknya siswa yang melakukan aktifitas sesuai dengan indikator yang ada yaitu antara 7

hingga 11 anak sudah aktif. Sehingga kinerja guru yang baik dan aktifitas siswa yang tinggi

menghasilkan minat belajar siswa yang tinggi dan hasil belajar siswa yang tuntas.

Pembahasan

Proses perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I ini dengan

meggunakan media belajar kartu biilangan warna pada mata pelajaran matemtika materi

bilangan romawi, dinilai dari instrumen yang terdiri lembar pengamatan kinerja guru,

lembar pengamatan aktifitas siswa, lembar angket minat belajar siswa dan hasil belajar

siswa. Kinerja guru, yang diamati dan dipantau selama proses pembelajaran berlangsung

oleh observer menggunakan lembar pengamatan kinerja guru, jika dilihat dari hasil analisis

Page 18: PKP_MAT

18

menunjukkan bahwa kinerja guru belum begitu memuaskan. Catatan atau hasil pengamatan

menunjukkan bahwa dari 18 indikator yang mewakili 6 aspek belum sepenuhnya muncul

atau ada. Hal ini disebabkan dari kurangnya perencanaan dan kesiapan dari berbagai hal

pada guru sebelum mengajar. Terdapat 8 indikator saja, sebaliknya 10 indikator belum ada.

Namun setelah diadakan perbaikan pada siklus II dengan perencanaan yang baik,

penyusunan perangkat pembelajaran ( RPP, Materi, Media belajar), dan strategi mengajar,

maka dapat dilihat bahwa kinerja guru sudah mengalami peningkatan dan jauh lebih baik

dari siklus sebelumnya. Pada siklus II ini, berdasarkan 18 indikator yang menjadikan tolak

ukur dalam observasi menunjukkan bahwa semua indikator yang mewakili 6 aspek semua

telah muncul atau ada. Akan tetapi pada siklus II ini, masih ada beberapa hal yang perlu

diperbaiki lagi untuk pembelajaran selanjutnya. Salah satu contohnya adalah kesesuaian

waktu antara pembelajaran dan jadwal yang telah ada. Sehingga dengan waktu yang sesuai

dan cukup selain dapat mencapai tujuan yang diinginkan juga tidak akan mengurangi jam

pelajaran pada mata pelajaran lain. Dengan munculnya 18 indikator sesuai dengan lembar

pegamatan dan hasil observasi, maka pada siklus II ini kinerja guru tidak perlu diadakan

perbaikan, dan siklus II dinyatakan sebagai siklus pemantapan.

Tabel 14. Kemunculan Indikator Kinerja Guru per Siklus

No Indikator Siklus I Siklus II1 Ada 8 172 Tidak Ada 10 1

Aktifitas siswa pada pembelajaran sikkus I berdasarkan hasil lembar pengamatan

mendapatkan rata-rata skor sebesar 2,30 dengan kriteria cukup. Maka, berdasarkan kriteria

yang ditentukan aktifitas siswa belum maksimal dan perlu diperbaiki dan ditingkatkan pada

siklus II. Dengan menggunakan media belajar yang sama, dan kinerja guru yang lebih baik

ternyata pada siklus II akifitas siswa meningkat. Terlihat dari hasil observasi yang

dilakukan dengan memakai lembar pengamatan, mendapatkan skor rata-rata sebesar 3,30.

Dengan demikian pada siklus II aktifitas siswa meningkat sebesar 43,5 % dari siklus I.

Rata-rata tersebut jika dikonversikan dengan tabel kriteria, maka aktitifitas siswa pada

siklus II ini sudah tinggi.

Sesuai dengan target yang ingin dicapai peneliti untuk aktifitas siswa dalam proses

pembelajaran ini, maka pada siklus II ini aktifitas siswa sudah sesuai dengan harapan.

Dengan demikian siklus II untuk aktifitas siswa merupakan siklus pemantapan dan tidak

perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

Page 19: PKP_MAT

19

Tabel 15. Rata-rata Skor Aktifitas Siswa per Siklus

No Pembelajaran Rata -Rata Skor Keterangan

1 Siklus I 2,30 Cukup

2 Siklus II 3,30 Tiggi

Minat belajar siswa yang dapat dilihat dari hasil angket, pada siklus I setelah di

rekapitulasi mendapatkan skor rata-rata sebesar 3,32 dengan krieria rendah. Kemudian

setelah diadakan perbaikan pada siklus II dengan menggunakan media belajar berupa kartu

bilangan warna, minat siswa meningkat sebesar 26% dari siklus I menjadi 4,17 dengan

kriteria tinggi. Dapat dilihat bahwa minat siswa dengan menggunakan media kartu bilangan

warna pada pembelajaran matematika materi bilangan romawi menjadi lebih baik.

Peningkatan minat belajar siswa ini, tentunya akan membawa dampak atau pengaruh pada

hasil belajar siswa.

Tabel 16.Rata-rata Skor Minat Siswa per Siklus

Pembelajaran

Skor Rata Rata

Keterangan

Kenaikan

Siklus I 3,32 Cukup26%

Siklus II 4,17 Tinggi

Grafik 1. Rata-rata Skor Minat Siswa per Siklus

Hasil belajar siswa setelah siklus II juga mengalami kenaikan perolehan nilai tes

individu dibanding dengan pra siklus dan siklus I. Jika pada pra siklus nilai rata- rata kelas

hanya sebesar 61,82. Pada pra siklus atau kondisi awal ini proses pembelajaran masih

menggunakan model konvensional dan tanpamedia belajar apapun, kinerja guru juga masih

rendah, dan aktifitas siswa masih monoton. Dari hasil pra siklus I, kemudian diadakan

perbaikan pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, proses pembelajaran matematika

Page 20: PKP_MAT

20

menggunakan salah satu ciri dari model pemelajaran koperatif, yaitu dengan memanffatkan

kelompok dan penggunaan media belajar yang konkret. Selain itu aktifitas kinerja guru dan

siswa juga akan berpengaruh sehingga minat dan hasil belajar siswa diharapkan mengalami

peningkatan dibanding siklus sebelumnya (pra siklus).

Pada siklus I, setelah menggunakan media belajar berupa kartu bilangan warna

pada mata pelajaran matematika materi pokok bilangan romawi, rata-rata nilai belajar siswa

sebesar 67,64. Menunjukkan bahwa dengan menggunakan media belajar kartu bilangan

warna nilai belajar siswa meningkat. Namun, hasil tersebut belum sesuai dengan kriteria

ketuntasan minimal yang ditentukan. Dengan hasil pada siklus I yang belum maksimal

maka diadakan perbaikan kembali pada siklus II. Dengan perbaikan pembelajaran yang

lebih baik dan pemanfaatan media kartu bilangan yang maksimal, maka siklus II ini rata –

rata nilai belajar siswa meningkat menjadi 87,27. Sehingga dengan perolehan tersebut

kreteria ketuntasan belajar sudah terpenuhi. Dengan demikian maka siklus II ini sebagai

siklus pemantapan dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Tabel 17. Nilai Rata – rata Hasil Belajar Per Siklus

Pembelajaran Rata - Rata KeteranganPra siklus 61,82 Tidak TuntasSiklus I 67,64 Tidak TuntasSiklus II 87,27 Tuntas

Grafik 2. Nilai Rata – rata Hasil Belajar Per Siklus

Dari hasil instrumen penilaian yang digunakan selama perbaikan pembelajaran

yang dilaksanakan selama dua siklus, maka pembelajaran matematika dengan menggunakan

Page 21: PKP_MAT

21

media belajar kartu bilangan warna dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas

IV SDN Batok 1 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun materi bilangan romawi.

SIMPULAN DAN SARAN

Proses pembelajaran yang dilaksanakan sebelum perbaikan pembelaajran, yaitu

pada saat pra siklus, menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 61,82 dengan

perincian sebanyak 8 anak belum tuntas dan hanya 3 anak yang sudah tuntas. Melihat hasil

pada pra siklus maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan minat

dan hasil belajar siswa. Minat dan hasil belajar siswa secara tidak langsung dipengaruhi

oleh kinerja guru dalam proses pembelajaran, serta aktifitas siswa dalam megikuti proses

pembelajaran di dalam kelas. Selain itu model dan metode serta media belajar yang

digunakan belum maksimal. Dengan diadakan perbaikan selama 2 siklus, maka dapat

diambil beberapa simpulan, yaitu pada siklus I kinerja guru masih kurang, dari 18 indikator

hanya 8 indikator yang menjadi alat ukur nampak pada kinerja guru. Aktifitas siswa masih

tergolong cukup, artinya belum banyak siswa yang aktifitasnya sesuai dengan lembar

pengamatan sebagai instrumen penilaian sebesar 2,30

Minat belajar siswa sebagai pokok permasalahan dalam penelitian ini, pada siklus I

menggunakan media belajar berupa kartu bilangan warna, hanya mendapatkan rata-rata skor

sebesar 3,32 (cukup). Begitu juga dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat

dengan nilai 67,64 dengan perincian sebanyak 4 siswa tuntas dan 7 anak siswa belum

tuntas. Dengan hasil pada siklus I tersebut, maka perlu diadakan perbaikan lagi pada siklus

II. Maka, hasil dari siklus II ini dari aktifitas guru meningkat menjadi 17 indikator yang

sudah nampak, sedangkan 1 indikator perlu perbaikan. Aktifitas siswa juga meningkat

dengan perolehan rata-rata skor sebesar 3,30. Pada siklus II ini, penggunaan media kartu

bilangan warna juga masih diguakan sehingga ada peningkatan lagi pada minat belajar

siswa dengan rata-rata skor 4,17. Penigkatan juga terjadi pada hasil belajar siswa. Nilai rata-

rata hasil belajar siswa kelas IV dengan menggunakan kartu bilangan warna pada materi

pelajaran matematika bilangan romawi mendapatkan nilai 87,27.

Maka sesuai dengan target peneliti, bahwa minat belajar siswa dapat mencapai skor

3,00 – 5,00 dengan kriteria tinggi – sangat tinggi, pada siklus II ini minat belajar siswa telah

tercapai. Sedangkan untuk hasil belajar siswa, sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan

bahwa nilai belajar siswa lebih besar atau sama dengan KKM ( > 70), maka hasil belajar

siswa dinyatakan tuntas. Dengan demikian siklus II ini sebagai siklus pemantapan dan dapat

menjawab persoalan yang menjadi ruang lingkup penelitian. Oleh karena itu, dengan

Page 22: PKP_MAT

22

menggunakan media belajar berupa kartu bilangan warna (KARBILNA), dapat

meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang

Kabupaten Madiun pada mata pelajaran matematika materi bilangan romawi semester II

tahun pelajaran 2013/2014.

Untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas pada suatu mat

pelajaran, hendaknya guru harus dapat menggunakan model, metode dan media belajar

yang tepat sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Paradigma lama yang

menyatakan bahwa pembelajaran terpusat pada guru, harus dirubah menjadi pembelajaran

yang terpusat pada murid, dimana guru hanya berperan sebagai fasilitator saja. Dengan

adanya kinerja guru, aktifitas siswa dalam proses pembelajaran secara tidak langsung akan

berdampak pada minat dan hasil belajar siswa. Minat yang tinggi pada siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran, maka hasil belajarpun juga akan tercapai sesuai dengan

kriteria yang ditentukan.Untuk ketuntasan minat dan hasil belajar siswa, khusunya pada

mata pelajaran matematika materi bilangan romawi kelas IV, kartu bilangan warna ini dapat

dijadikan sebagai media atau alat peraga dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro.T.M.dkk. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Dirjendikdas.(2009).Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SD. Jakarta. Depdiknas.

Harijanto,M (2012). Konstruksi Tes Sebagai Alat Ukur Hasil Belajar Di Sekolah Dasar. ___________

Haryanto (2012). Klasifikasi Media Pembelajaran. Diakses tanggal 21 April 2014. http://belajarpsikologi.com/?s=Pengertian+MEdia+Pembelajaran&x=0&y=0.

Isriyanto. (2010). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Negeri 10 Muntok Mata Pelajaran Matematika Tentang Sudut Siku-Siku, Sudut Lancip,Dan Sudut Tumpul Dengan MenggunakanMedia Gambar. Pangkal Pinang. UPBJJ Univeristas Terbuka.

Tukimin. (2001). Konstribusi Kreatifitas terhadap Minat belajar matematika beprestasi tinggi siswa kelas 1 SMK YPKK 1 Sleman Yogyakarta, Yogyakarta. UBJJ UT.

Sitanggang, A. (2013). Alat Peraga Matematika Sederhana Untuk Sekolah Dasar. Sumatera Utara. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan.

Supinah, dkk (2009). Strategi Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Sleman. PPPPTK Matemtika.

Sutirman,M.Pd. (2013). Media dan Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta.Graha Ilmu.

Page 23: PKP_MAT

23

Taufik, Agus. (2012). Pendidikan Anak di SD. Jakarta. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wardhani.dkk (2011). Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.