pkn

19
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandanagan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan /perintah dari kehidupan. Setiap orang harus dikenalkan serta diajarkan agama sejak kecil. Tidak terbatas oleh aspek apapun, agama dapat masuk dalam aspek tersebut, salah satunya adalah dalam dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan, anak selalu mendapatkan pelajaran agama baik sejak Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, bahkan hingga Perguruan Tinggi masih dan selalu diajarkan Pendidikan Agama. Beberapa alasan menyebutkan bahwa pelajaran agama digunakan untuk membentuk moral akhlak anak atau individu menjadi lebih baik, serta tidak menjadikan individu sekularisme. Di Indonesia sendiri, pendidikan agama merupakan pendidikan yang wajib diajarkan dalam pembelajaran, karena sebagai salah satu landasan kehidupan bernegara, konsep ketuhanan merupakan hal yang sangat penting dipahami oleh seluruh rakyat Indonesia. Untuk memahami nilai-nilai serta norma-norma dalam agamanya, manusi tidak bisa datang begitu saja secara instan, tapi harus melalui proses pembelajaran. Oleh karena itu,

description

hubungan agama dengan negara

Transcript of pkn

Page 1: pkn

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem

budaya, dan pandanagan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan

/perintah dari kehidupan. Setiap orang harus dikenalkan serta diajarkan agama

sejak kecil. Tidak terbatas oleh aspek apapun, agama dapat masuk dalam aspek

tersebut, salah satunya adalah dalam dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan,

anak selalu mendapatkan pelajaran agama baik sejak Sekolah Dasar hingga

Sekolah Menengah Atas, bahkan hingga Perguruan Tinggi masih dan selalu

diajarkan Pendidikan Agama. Beberapa alasan menyebutkan bahwa pelajaran

agama digunakan untuk membentuk moral akhlak anak atau individu menjadi

lebih baik, serta tidak menjadikan individu sekularisme.

Di Indonesia sendiri, pendidikan agama merupakan pendidikan yang wajib

diajarkan dalam pembelajaran, karena sebagai salah satu landasan kehidupan

bernegara, konsep ketuhanan merupakan hal yang sangat penting dipahami oleh

seluruh rakyat Indonesia. Untuk memahami nilai-nilai serta norma-norma dalam

agamanya, manusi tidak bisa datang begitu saja secara instan, tapi harus melalui

proses pembelajaran. Oleh karena itu, pendidikan agama diajarkan mulai dari SD

hingga jenjang universitas.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebgai berikut.

1) Apa yang dimaksud agama ?

2) Apa fungsi agama dalam masyarakat ?

3) Mengapa pendidikan agama diajarkan sejak kecil hingga dewasa?

4) Bagaimana hubungan agama dan negara ?

5) Apa pengaruh agama terhadap ketahanan negara?

Page 2: pkn

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Agama

Kata Agama berasal dari bahasa Sansekerta dari kata a berarti tidak dan

gama berarti kacau. Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu yang tidak

kacau. Dalam bahasa Arab agama berasal dari kata Ad-din, kata ini mengandung

arti menguasai, menundukkan, patuh, dan kebiasaan. Nasution (1986) menyatakan

bahwa agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia.

Ikatan yang dimaksud berasal dari salah satu kekuatan yang lebih tinggi daripada

manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera,

namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia

sehari-hari. Menurut Ishomuddin (2002:29), agama adalah suatu ciri kehidupan

sosial manusia yang universal dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai

cara-cara berfikir dan pola-pola perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut

“agama” (religious). Agama merupakan salah satu prinsip yang harus dimiliki

oleh setiap manusia untuk mempercayai Tuhan dalam kehidupan mereka. Tidak

hanya itu, secara individu agama bisa digunakan untuk menuntun kehidupan

manusia dalam mengarungi kehidupannya sehari-hari. Dalam Kamus Sosiologi,

pengertian agama ada 3 macam, yaitu: (1) kepercayaan pada hal-hal yang

spiritual; (2) perangkat kepercayaan dan praktik-praktik spiritual yang dianggap

sebagai tujuan tersendiri; dan (3) ideology mengenai hal-hal yang bersifat

supranatural.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa agama

merupakan satu prinsip yang dimiliki manusia yang berisi norma-norma, aturan,

dan petunjuk hidup serta berkaitan dengan hal-hal spiritual. Atau peraturan

tentang cara hidup baik lahir maupun batin dan sistem kepercayaan dan praktek

yang sesuai dengan kepercayaan tersebut.

2. Fungsi Agama dalam Masyarakat

Agama merupakan salah satu prinsip yang harus dimiliki oleh setiap

manusia untuk mempercayai Tuhan dalam kehidupan mereka. Tidak hanya itu,

2

Page 3: pkn

secara individu agama bisa digunakan untuk menuntun kehidupan manusia dalam

mengarungi kehidupannya sehari-hari.

Menurut Ishomuddin (2002:54), dalam praktiknya fungsi agama dalam

masyarakat antara lain sebagai berikut.

a) Fungsi Edukatif (Pendidikan). Ajaran agama secara yuridis (hukum)

berfungsi menyuruh/mengajak dan melarang yang harus dipatuhi agar

pribagi penganutnya menjadi baik dan benar, dan terbiasa dengan yang baik

dan yang benar menurut ajaran agama masing-masing.

b) Fungsi Penyelamat. Dimanapun manusia berada, dia selalu menginginkan

dirinya selamat. Keselamatan yang diberikan oleh agama meliputi

kehidupan dunia dan akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu agama

mengajarkan para penganutnya melalui: pengenalan kepada masalah sakral,

berupa keimanan kepada Tuhan.

c) Fungsi Perdamaian. Melalui tuntunan agama seorang/sekelompok orang

yang bersalah atau berdosa mencapai kedamaian batin dan perdamaian

dengan diri sendiri, sesama, semesta dan Tuhan. Tentu dia/mereka harus

bertaubat dan mengubah cara hidup.

d) Fungsi Kontrol Sosial. Para penganut agama sesuai dengan ajaran agama

yang dipeluknya terikat batin kepada tuntutan ajaran tersebut, baik secara

pribadi maupun secara kelompok. Ajaran agama oleh penganutnya dianggap

sebagai norma, sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai

pengawasan sosial secara individu maupun kelompok karena: pertama,

agama secara instansi menrupakan norma bagi pengikutnya, kedua, agama

secara dogmatis (ajaran) mempunyai fungsi kritis yang bersifat profetis

(wahyu, kenabian).

e) Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas. Bila fungsi ini dibangun secara serius dan

tulus, maka persaudaraan yang kokoh akan berdiri tegak menjadi pilar "Civil

Society" (kehidupan masyarakat) yang memukau.

f) Fungsi Transformatif. Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi

seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru. Dengan fungsi ini

seharusnya agama terus-menerus menjadi agen perubahan basis-basis nilai

dan moral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3

Page 4: pkn

g) Fungsi Kreatif. Fungsi ini menopang dan mendorong fungsi pembaharuan

untuk mengajak umat beragama bekerja produktif dan inovatif bukan hanya

bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.

h) Fungsi Sublimatif (bersifat perubahan emosi). Ajaran agama mensucikan

segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agamawi, melainkan juga

bersifat duniawi. Usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-

norma agama, bila dilakukan atas niat yang tulus, karena untuk Alloh, itu

adalah ibadah.

Secara lebih jauh bahwa fungsi agama di masyarakat dapat dilihat dari

fungsinya terutama sebagai suatu yang mempersatukan. Dalam pengertian

harfiyahnya agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik antara anggota

masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu

mempersatukan mereka. Agama juga cenderung melestarikan nilai-nilai sosial,

maka yang menunjukan bahwa nilai-nilai keagamaan tesebut tidak mudah diubah,

karena adanya perubahan dalam konsepsi-kosepsi kegunaan dan kesenangan

duniawi.

3. Pendidikan Agama sejak Sekolah Dasar hingga Lanjutan

Dalam suatu pendidikan jangan hanya dituangkan pengetahuan semata-

mata kepada anak didik, tetapi harus juga diperhiatikan pembinaan moral, sikap

dan tingkah laku. Oleh karena itu, dalam setiap pendidikan pengetahuan harus ada

pendidikan moral dan pembinaan kepribadian yang sehat. Dasar dan tujuan

pendidikan moral biasanya ditentukan oleh pandangan hidup dari lembaga

pendidikan itu sendiri, serta juga harus sesuai dengan dasar dan tujuan negara.

pendidikan agama, harus dilakukan oleh orang membiasakannya pada tingkah-

laku dan akhlak yang diajarkan oleh agama. Pada masa ini anak belum mengerti

tentang akhlak-akhlak yang baik, seperti kejujuran dan keadilan (terlalu abstrak),

Untuk merealisasikannya, orang yang relevan dengan hal tersebut, agar anak

dapat meniru dengan baik.

Pendidikan agama di sekolah bertujuan untuk membina dan

menyempumakan pertumbuhan dan kepribadian anak didik. Pendidikan agama di

sekolah meliputi dua aspek penting sebagai berikut.

4

Page 5: pkn

a) Aspek pembentukan kepribadian (yang ditujukan kepada jiwa). Tugas guru

dalam hal ini adalah:

Menyadarkan anak didik tentang adanya Tuhan dan membiasakan anak

didik untuk melakukan perintah-perintah Tuhan serta meninggalkan

larangan-larangannya.

Melatih anak didik untuk melakukan ibadah dengan praktek-praktek agama,

sehingga membawa dekatnya jiwa anak kepada Tuhan.

Membiasakan anak didik untuk mengatur sopan-santun dan tingkah-laku

yang sesuai dengan ajaran akhlak. Sifat ini harus ditanamkan melalui

praktek dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: kasih egara egara kawan,

tabah, benar, adil, dan lain-lain.

b) Pengajaran agama (ditujukan kepada pikiran). Isi dari ajaran agama harus

diketahui betul-betul, agar kepercayaan kepada Tuhan menjadi sempurna.

Maka tugas dari guru agama adalah menunjukkan apa yang disuruh, apa yang

dilarang, apa yang boleh, apa yang dianjurkan melakukan, dan apa yang

dianjurkan meninggalkan sesuai dengan ajaran agama.

Dasar hukum penyelenggaraan pendidikan agama di Indonesia dijelaskan

dalam buku Kapita Selecta Pendidikan oleh Arifin (1981:70), dibuat penetapan

bersama antara Menteri PPK dan Menteri Agama tanggal 2-12-1946 No. 1142/

Bha yang menetapkan tentang adanya pembelajaran agama di sekolah-sekolah

rendah negeri dan berlaku mulai tanggal 1 Januari 1947. Penetapan bersama itulah

yang menjadi landasan hukum pertama dalam penyelenggaraan pelajaran agama

pada sekolah-sekolah negeri. Peraturan perundangan yang turut menjadi landasan

ialah UU No. 12 th 54 jo. UU No. 4 th. 1950 ps 20 yang berbunyi:

1) Dalam sekolah-sekolah negeri diadakan pelajaran-pelajaran agama; orang

tua murid menetapkan apakah anaknya mengikuti pelajaran tersebut.

2) Cara menyelenggarakan pelajaran agama di sekolah-sekolah negeri diatur

dalam peraturan yang ditetapkan Menteri PPK bersama Menteri Agama.

Menurut Wahab (2003), Pendidikan agama perlu sekali ditegakkan melalui

RUUSPN pasal 13 ayat 1a, paling tidak ada beberapa alasan. Pertama, pendidikan

5

Page 6: pkn

agama secara konseptual merupakan konsekuensi logis dari filosofi pendidikan

yang dipilih dan wujud individu yang dicita-citakan. Dalam melakukan inovasi

pendidikan, Arthur K. Ellis dan Jeffrey T. Fouts (1993) menegaskan bahwa ketiga

riset (Riset #1, #2, dan #3) harus menunjukkan konsistensi. Yang dimaksud ketiga

riset tersebut, yaitu di antaranya: Riset #1 merupakan riset murni yang

diorientasikan untuk merumuskan individu yang dicita-citakan, Riset #2

merupakan riset terapan yang diorientasikan untuk menghasilkan sistem

pendidikan, dan Riset #3 menunjukkan.riset terapan yang diorientasikan untuk

menghasilkan operasional pendidikan. Kedua, pendidikan agama secara legal

formal, merupakan tuntutan dalam merealisasikan UUD 1945 pasal 31, ayat 3.

yang berbunyi bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta

akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa…”

Ketiga, pendidikan agama secara HAM, menekankan bahwa untuk setiap

anak didik dijamin keberlangsungan kehidupan agamanya oleh beberapa

Konvensi Internasional (lihat lampiran), sehingga tak ada alasan sedikitpun bagi

setiap anak didik untuk dibebaskan dari pendidikan agama. Keempat pendidikan

agama wajib diberikan oleh guru yang seagama, karena kehidupan beragama

tidaklah mungkin dapat dibentuk hanya melalui transfer pengetahuan agama saja,

melainkan sangat dibutuhkan transfer nilai dan transformasi perilaku beragama.

Kelima, pendidikan agama di sekolah memberikan jaminan terjadinya

transformasi nilai-nilai agama secara kontinyu dalam perjalanan kehidupan

beragama bagi setiap individu.

Menurut Adhi (2014), manfaat utama yang dirasakan dari adanya

pendidikan agama adalah terciptanya manusia yang memiliki landasan rohani

yang kuat sesuai dengan agama yang dianutnya. Dengan landasan ini manusia

akan senantiasa memiliki batasan dalam berbuat, bisa membedakan mana yang

baik dan mana yang buruk. Manfaat lain dari pendidikan agama adalah

terciptanya manusia-manusia-manusia yang baik, karena dalam agama senantiasa

diajarkan nilai-nilai kebaikan yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Manusia yang baik merupakan landasan yang sangat penting untuk teriptanya

suatu masyarakat serta negara yang adil dan makmur. Karena apabila manusia

6

Page 7: pkn

hanya memiliki kepintaran tanpa dibarengi dengan akhlak yang baik , maka dia

akan menghalalkan segala cara untuk mencapai yang dia inginkan.

4. Hubungan Agama dan Negara

Konsep hubungan negara dan agama sangat ditentukan oleh dasar

ontologis manusia masing masing keyakinan manusia sangat mempengaruhi

konsep hubungan agama dan negara dalam kehidupan manusia berikut di uraikan

beberapa perbedaan konsep hubungan agama dan negara menurut beberapa aliran

atau paham antara lain sebagai berikut.

a) Hubungan agama dan negara menurut paham teokrasi.

Dalam paham teokrasi hubungan agama dan negara digambarkan sebagai

dua hal yang tidak dapat dipisahkan, negara menyatu dengan agama karena

pemerintahan menurut paham ini dijalankan berdasarkan firman- firman Tuhan

segala tata kehidupan masyarakat bangasa dan negara dilakukan atas titah Tuhan

dengan demikian urusan kenegaraan atau politik dalam paham teokrasi  juga

diyakinkan sebagai manifestasi Tuhan.

b) Hubungan agama dan negara menurut paham sekuler

Paham sekuler memisahkan dan membedakan antara agama dan negara

dalam negara sekuler tidak ada hubungan antara sistem kenegaraan dengan

agama. Dalam paham ini agama adalah urusan hubungan manusia dengan

manusia lain atau urusan dunia, sedangkan urusan agama adalah hubungan

manusia dengan tuhan dua hal ini menurut paham sekuler tidak dapat dipersatukan

meskipun memisahkan antara agama dan negara. Menurut Azhary (2007:20),

negara sekuler adalah negara yang tidak memberikan peran pada agama dalam

kehidupan negara. Agama telah diasingkan dari kehidupan negara dan berbagai

sektornya. Ciri negara sekuler yang paling menonjol ialah hapusnya pendidikan

agama di sekolah-sekolah umum.

c) Hubungan agama dan negara menurut paham komunisme

7

Page 8: pkn

Paham komunisme ini memendang hakekat hubungan agama dan negara

berdasarkan filosofi dialektis dan materialisme histories paham ini menimbulkan

paham Atheis (tak bertuhan) yang dipelopori Karl marx menurutnya manusia

ditentukan oleh dirinya agama dalam hal ini dianggap suatu kesadaran diri bagi

manusia sebelum menemukan dirinya sendiri.

d) Hubungan agama dan negara menurut islam

Tentang hubungan agama dan negara dalam islam adalah agama yang

paripurna yang mencakup segalagalanya termasuk masalah negara oleh karena itu

agama tidak dapat dipisahkan dari negara dan urusan negara adalah urusan agama

serta sebaliknya aliran kedua mengatakan bahwa islam tidak ada hubungannya

dengan negara karena islam tidak mengatur kehidupan bernegara atau

pemerintahan menurut aliran ini Nabi Muhammad tidak mempunyai misi untuk

mendirikan negara.

e) Relasi Negara dan Agama Menurut Konstitusi Indonesia

 Persoalan relasi antara negara dan agama juga ada di dalam kehidupan

bernegara di Indonesia. Relasi negara dan agama di Indonesia selalu mengalami

pasang surut karena relasi antar keduanya tidak berdiri sendiri melainkan

dipengaruhi oleh persoalan-persoalan lain seperti politik, ekonomi, dan budaya.

Pembahasan mengenai relasi negara dan agama yang akan berlaku di Indonesia

sudah dimulai oleh para pendiri bangsa. Pendiri negara Indonesia menentukan

pilihan yang khas dan inovatif tentang bentuk negara dalam hubungannya dengan

agama. Pancasila sila pertama, ”Ketuhanan yang Maha Esa”, dinilai sebagai

paradigma relasi negara dan agama yang ada di Indonesia. Selain itu, melalui

pembahasan yang sangat serius disertai dengan komitmen moral yang sangat

tinggi sampailah pada suatu pilihan bahwa negara Indonesia adalah negara yang

berdasarkan atas ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.

Menurut Nurcholis dalam buku Azhary (2007:51), memang antara agama

dan negara tidak dapat dipisahkan, yaitu melalui indiidu warga negara terdapat

pertalian tak terpisahkan antara motivasi atau sikap batin bernegara dan kegiatan

8

Page 9: pkn

atau sikap setiap lahir bernegara. Namun, antara keduanya tetap harus dibedakan

dalam dimensi dan cara pendekatannya. Karena suatu negara tidak mungkin

menempuh dimensi spiritual guna mengurus dan mengawasi sikap batin warga

negara, maka tak mungkin pula memberikan predikat keagamaan dan negara

tersebut.

5. Pengaruh Agama dalam Ketahanan Negara

Dilihat dari fungsi agama dalam masyarakat yang telah dijelaskan pada

subbab sebelumnya, bahwa agama juga berfungsi sebagai alat pemersatu. Menurut

Ishomuddin (2002:85), agama dapat membantu menciptakan sistem-sistem nilai

sosial yang terpadu dan utuh. Di sisi lain, suatu agama dapat menajdi negatif

apabila interpretasi terhadapnya bersinggungan dengan doktrin ajaran agama

lainnya atau sistem nilai lainnya, terutama dalam masyarakat pluralistik.

Pengaruh agama yang dapat memecah ketahanan negara adalah apabila

adanya radikalisme agama tertentu. Secara arti kata radikal berarti ekstrim atau

fanatik. Sebagian kelompok gerakan radikal keagamaan hanya terbatas pada

pemikiran dan ideologi, karena itu pengertian gerakan radikalisme keagamaan

tidak selalu ditandai dengan anarkisme/terorisme. Keberadaan radikalisme

berkembang secara trans nasional dan trans religion di berbagai negara dan

dialami semua negara. Radikalisme ini dapat mengganti ideologi negara yang

mapan dengan ideologi kelompok tersebut, tanpa mempertimbangkan kepentingan

ideologi kelompok lain. Selain itu, dampak dari radikalisme ini dapat membawa

instabilitas/keresahan sosial. Hal-hal tersebut yang dapat membuat ketahanan

negara berkurang dan dapat memicu konflik (Abdurrahman, 2013).

9

Page 10: pkn

BAB III

KESIMPULAN

Agama merupakan satu prinsip yang dimiliki manusia yang berisi norma-

norma, aturan, dan petunjuk hidup serta berkaitan dengan hal-hal spiritual. Atau

peraturan tentang cara hidup baik lahir maupun batin dan sistem kepercayaan dan

praktek yang sesuai dengan kepercayaan tersebut. Dalam masyarakat, agama

memiliki fungsi edukatif, penyelamat, sebagai perdamaian, kontrol sosial,

pemupuk rasa solidaritas, transformmatif, kreatif, dan sublimatif. Agama juga

cenderung melestarikan nilai-nilai sosial, maka yang menunjukan bahwa nilai-

nilai keagamaan tesebut tidak mudah diubah.

Dalam suatu pendidikan jangan hanya dituangkan pengetahuan semata-

mata kepada anak didik, tetapi harus juga diperhiatikan pembinaan moral, sikap

dan tingkah laku. Pendidikan agama di sekolah bertujuan untuk membina dan

menyempumakan pertumbuhan dan kepribadian anak didik. Kemudian, ada relasi

antara agama dengan negara yang tergantung dari paradigma atau aliran yang

dipegang, tetapi memang antara agama dan negara tidak dapat dipisahkan, yaitu

melalui indiidu warga negara terdapat pertalian tak terpisahkan antara motivasi

atau sikap batin bernegara dan kegiatan atau sikap setiap lahir bernegara. Namun,

antara keduanya tetap harus dibedakan dalam dimensi dan cara pendekatannya.

Karena suatu negara tidak mungkin menempuh dimensi spiritual guna mengurus

dan mengawasi sikap batin warga negara, maka tak mungkin pula memberikan

predikat keagamaan dan negara tersebut.

Agama berpotensi untuk membentuk kesatuan dan rasa solidaritas yang

tinggi dalam bernegara, dalam agama juga mengajarkan bagaimana bertoleransi

ke sesama manusia tanpa membedakan suku, bangsa, ras, dan lain-lain. Akan

tetapi, agama yang diwarnai degan radikalisme dapat memicu permasalahan

dalam ketahanan negara, radikal ini berpotensi memicu konflik dan pertentangan

dalam negara.

10

Page 11: pkn

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 2013. Pengaruh Radikalisme Agama Terhadap Bangsa dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), (online)

(www.elhooda.net/2013/12/pengaruh-radikalisme-agama-terhadap-bangsa-

dan-negara-kesatuan-republik-indonesia-nkri) diakses tanggal 11 Maret

2015

Adhi. 2014. Pengertian dan Manfaat Pendidikan Agama, (online)

(dbagus.com/pengertian-dan-manfaat-pendidikan-agama) diakses tanggal

9 Maret 2015

Adiyati, Nurvika. 2011. Hubungan Agama dengan Negara, (online) (http://e-

miktaohben.blogspot.com/2011/03/hubungan-agama-dengan-negara.html)

diakses tanggal 26 Februari 2015

Arifin. 1981. Kapita Selecta Pendidikan (Umum dan Agama). Toha Putra:

Semarang

Azhary, Muhammad Tahir. 2007. Negara Hukum. Kencana: Jakarta

Ishomuddin. 2002. Pengantar Sosiologi Agama. Ghalia Indonesia: Jakarta

Putri, Nadilla Ika. 2013. Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional pada Kehidupan

Berbangsa dan Bernegara, (online)

(http://nadillaikaputri.wordpress.com/2013/04/28/pengaruh-aspek-

ketahanan-nasional-pada-kehidupan-berbangsa-dan-bernegara/) diakses

pada tanggal 10 Maret 2015

Wahab, Rochmad. 2003. Pendidikan Agama dalam RUU SISDIKNAS, (online),

(staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Rochmat%20Wahab

%20M.Pd.,MA.%Dr.%20,%20Prof.%20/POSISI%20PENDIDIKAN

%20AGAMA%20DALAM%20RUU%20SISDIKNAS-IAIN

%20SBY.pdf) diakses tanggal 28 Februari 2015

11