PKN Kelompok 6-1

download PKN Kelompok 6-1

of 16

description

hallo teman teman, semoga berguna ya :)

Transcript of PKN Kelompok 6-1

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara hukum . Bukan negara kekuasaan. Otoritas bukanlah identitas Negara Indonesia . Negara hukum dan Rule of law pada hakikatnya sulit dipisahkan, bahkan hampir dapat dikatakan sama .Sementara itu Rule of Law sendiri mengandung makna hukum sebagai aturan atau acuan. Keterkaitan antara negara hukum dan Rule of Law itu sendiri adalah persamaan yang terlihat dari maknanya,yaitu aturan . Aturan yang dibuat oleh suatu Negara merupakan upaya untuk memberikan pelayan bagi seluruh komponen uang ada agar tidak tercerai-berai atau memberikan batasan bagi setiap komponen tersebut untuk tidak menyalahi aturan yang telah dibuat agar terciptanya keseimbangan antar komponen itu sendiri .Selain aturan-aturan tersebut setiap warga Negara memiliki hak yang dimiliki oleh seluruh warga dunia, Hak Asasi Manusia . HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.1.2. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Rule of Law dan Negara Hukum ? 2. Apa prinsip dasar Rule of Law ?3. Bagaimana pengakuan Hak Asasi Manusia ? 4. Bagaimana Penjabaran HAM dalam UUD 1945 ? 5. Bagaimana hubungan HAM dengan Demokrasi ? 1.3. Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari Rule of Law dan Negara Hukum. 2. Mengetahui prinsip dasar Rule of Law. 3. Mengetahui pengakuan Hak Asasi Manusia. 4. Mengetahui Penjabaran HAM dalam UUD 1945. 5. Mengetahui hubungan HAM dengan Demokrasi. BAB IIPEMBAHASAN2.1. Pengertian Rule Of Law dan Negara HukumPengertianRule of Lawdan negara hukum pada hakikatnya sulit dipisahkan. Ada pakar mendeskripsikan bahwa pengertian negara hukum danRule ofLaw itu hampir dapat dikatakan sama, namun terdapat pula ada yang menjelaskan bahwa memiliki penekanan masing-masing. Menurut Philipus M. Hadjon misalnya bahwa negara hukum yang menurut istilah bahasa Belandarechtsstaatlahir dari suatu perjuangan menentangabsolutisme, yaitu dari kekuasaan raja yang sewenang-wenang untuk mewujudkan negara yang didasarkan pada suatu peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu dalam proses perkembangannyarechtsstaatitu lebih memiliki ciri yangrevolusioner. Gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan raja maupun penyelenggara negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan perundang-undangan dan pelaksanaan dalam hubungannya dengan segala peraturan perundang-undangan itulah yang sering diistilahkan denganRule of Law. Misalnya gerakan revolusi Perancis serta gerakan melawan absolutisme di Eropa lainnya, baik dalam melawan kekuasaan raja, bangsawan maupun golongan teologis.Oleh karena itu menurut Friedman, antara pengertian negara hukum atau rechtsstaatdanRule of Lawsebenarnya saling mengisi (Friedman, 1960). Berdasarkan bentuknya sebenarnyaRule of Lawadalah kekuasaan publik yang diatur secara legal. Setiap organisasi atau persekutuan hidup dalam masyarakat termasuk negara mendasarkan padaRule of Law.Dalam hubungan ini PengertianRule of Lawberdasarkan substansi atau isinya sangat berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu negara. Konsekuensinya setiap negara akan mengatakan mendasarkan padaRule of Lawdalam kehidupan kenegaraannya, meskipun negara tersebut adalah negara otoriter. Atas dasar alasan ini maka diakui bahwa sulit menentukan pengertianRule of Lawsecara universal, karena setiap masyarakat melahirkan pengertian itupun secara berbeda pula (lihat Soegito, 2006), dalam hubungan inilah makaRule of Lawdalam hal munculnya bersifat endogen, artinya muncul dan berkembang dan suatu masyarakat tertentu.Rule of Law adalah suatu doktrin yang mulai muncul pada abad ke 19, bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Rule of Law merupakan konsep tentang common law dimana segenap lapisan masyarakat dan negara beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan egalitarian. Ada tidaknya Rule of Law dalam suatu negara ditentukan oleh kenyataan apakah rakyatnya benar-benar menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil baik sesama warga Negara maupun pemerintah. Menurut Mustafa Kamal Pasha (2003) Negara Hukum atau Rechtstaat adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam Negara Hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan atas kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum. Munculnya keinginan untuk melakukan pembatasan yuridis terhadap kekuasaan, pada dasarnya disebabkan potitik kekuasaan cenderung korup. Hal ini dikhawatirkan akan menjauhkan fungsi dan peran negara bagi kehidupan individu dan masyarakat. Atas dasar pengertian tersebut maka terdapat keinginan yang sangat besar untuk melakukan pembatasan terhadap kekuasaan secara normatif yuridis untuk menghindari kekuasaan yang dispotik (Hitchner, 1981). Dalam hubungan inilah maka kedudukan konstitusi menjadi sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Konstitusi dalam hubungan ini dijadikan sebagai perwujudan hukum tertinggi yang harus dipatuhi oleh negara dan pejabat-pejabat pemerintah sekalipun sesuai dengan prinsipgovernment by law, not by man(pemerintahan berdasarkan hukum, bukan berdasarkan manusia atau penguasa).Carl J. Friedrich dalam bukunyaConstitutional Government and Democracy:Theory and Practice in Europe and America, memperkenalkan istilah negara hukum dengan istilahrechtstaatatauconstitutional state. Demikian juga tokoh lain yang membahasrechtsstaatadalah Friederich J. Stahl, yang menurutnya terdapat empat unsur pokok untuk berdirinya saturechsstaat, yaitu: (1) hak-hak manusia; (2) pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu; (3) pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan; dan (4) peradilan administrasi datam perselisihan (Muhtaj, 2005).Bagi negara Indonesia ditentukan secara yuridis formal bahwa negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. Hal itu tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, yang secara eksplisit dijelaskan bahwa ....maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia..... Hal ini mengandung arti bahwa suatu keharusan Negara Indonesia yang didirikan itu berdasarkan atas Undang-Undang Dasar Negara.Dengan pengertian lain dalam Undang-Undang Dasar Negara Indonesia bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum ataurechtstaatdan bukan negara kekuasaan ataumachtsstaat. Di dalamnya terkandung pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi hukum dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem konstitusional yang diatur dalam Undang-Undang Dasar, adanya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak, yang menjamin persamaan setiap warga negara dalam hukum. serta menjamin keadilan bagi setiap orang termasuk terhadap penyalahgunaan wewenang oleh pihak penguasa. Dalam paham negara hukum itu, hukumlah yang menjadi komando tertingi dalam penyelenggaraan negara. Dalam penyelenggaraan negara yang sesungguhnya memimpin adalah hukum itu sendiri. Oleh karena itu berdasarkan pengertian ini Negara Indonesia pada hakikatnya menganut prinsip Rule of Law, and not of Man, yang sejalan dengan pengertiannomocratie, yaitu kekuasaan yang dijalankan oleh hukum ataunomos.Dalam negara hukum yang demikian ini, harus diadakan jaminan bahwa hukum itu sendiri dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip demokrasi. Karena prinsip supremasi hukum dan kedaulatan hukum itu sendiri pada hakikatnya berasal dari kedaulatan rakyat. Oleh karena itu prinsip negara hukum hendaklah dibangun dan dikembangkan menurut prinsip-prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat atau democratischerechstssaat. Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan ditafsirkan dan ditegakkan dengan tangan besi berdasarkan kekuasaan belaka ataumachtsstaat. Karena itu perlu ditegaskan pula bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat yang dilakukan menurut Undang-Undang Dasar atauconstitutional democracyyang diimbangi dengan penegasan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yang berkedaulatan rakyat atau demokratis (democratische rechtsstaat) Asshid diqie, 2005). 2.2. Prinsip dasar Rule of Law Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa pengertianRule of Lawtidak dapat dipisahkan dengan pengertian negara hukum ataurechtsstaat. Meskipun demikian dalam negara yang menganut sistemRule of Lawharus memiliki prinip-prinsip yang jelas, terutama dalam hubungannya dengan realisasiRule of Lawitu sendiri. Menurut Albert Venn Dicey dalam Introduction to the Law of The Constitution, memperkenalkan istilahthe rule of lawyang secara sederhana diartikan sebagai suatu keteraturan hukum. Menurut Dicey terdapat tiga unsur yang fundamental dalamRule of Law, yaitu: (1) supremasi aturan-aturan hukum. tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang, dalam arti seseorang hanya boleh dihukum, jikalau memang melanggar hukum; (2) kedudukan yang sama di muka hukum. Hal ini berlaku baik bagi masyarakat biasa maupun pejabat negara; dan (3) terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh Undang-Undang serta keputusan-keputusan pengadilan.Suatu hal yang harus diperhatikan bahwa jikalau dalam hubungan dengan negara hanya berdasarkan prinsip tersebut, maka negara terbatas dalam pengertian negara hukum formal, yaitu negara tidak bersifat proaktif melainkan pasif. Sikap negara yang demikian ini dikarenakan negara hanya menjalankan dan taat pada apa yang termasuk dalam konstitusi semata. Dengan perkataan lain negara tidak hanya sebagai penjaga malam (nachtwachterstaat), Dalam pengertian seperti ini seakan-akan negara tidak berurusan dengan kesejahteraan rakyat. Setelah pertengahan abad ke-20 mulai bergeser, bahwa negara harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya. Untuk itu negara tidak hanya sebagai penjaga malam saja, melainkan harus aktif melaksanakan upaya-upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan cara mengatur kehidupan sosial-ekonomi.Gagasan baru inilah yang kemudian dikenal denganwelvaartstaat, verzorgingss:aat, welfare state, social service state,atau negara hukum materal. Perkembangan baru inilah yang kemudian menjadi raison detre untuk melakukan revisi atau bahkan melengkapi pemikiran Dicey tentang negara hukum formal.Dalam hubungan negara hukum ini organisasi pakar hukum intenasional, International,Comission of Jurists(ICJ), secara internasional melakukan kajian terhadap konsep negara hukum dan unsur-unsur esensial yang terkandung di dalamnya. Dalam beberapa kali pertemuan ICJ di berbagai Negara seperti di Athena (1955), di New Delhi (1956), di Amerika S (1957), di Rio de Janeiro (1962), dan Bangkok (1965), dihasilkan paradigma baru tentang negara hukum. Dalam hubungan ini kelihatan ada semangat bersama bahwa konsep negara hukum adalah sangat penting, yang menurut Wade disebut sebagai therule of law is a phenomenon of a free society and the mark ofit. ICJ dalam kapasitasnya sebagai forum intelektual, juga menyadari bahwa yang terlebih penting lagi adalah bagaimana konsepride of law dapat diimplementasikan sesuai dengan perkembangan kehidupan dalam masyarakat.Secara praktis, pertemuan JCJ di Bangkok tahun 1965 semakin menguatkan posisirule of lawdalam kehidupan bernegara. Selain itu, melalui pertemuan tersebut telah digariskan bahwa di samping hak-hak politik bagi rakyat harus diakui pula adanya hak-hak sosial dan ekonomi, sehingga perlu dibentuk standar-standar sosial-ekonomi. Komisi ini merumuskan syarat-syarat pemerintahan yang demokratis di bawah rule of law yang dinamis, yaitu: (1) perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individual, konstitusi harus pula menentukan teknis-prosedural untuk meperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin; (2) lembaga kehakiman yang bebas dan tidak memihak; (3) pemilihan umurn yang bebas; (4) kebebasan menyatakan pendapat; ( kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi; dan (6) pedidikan kewarganegaraan (Azhary, 1995).Gambaran ini mengukuhkan negara hukum sebagaiwelfare state, karena sebenarnya mustahil mewujudkan cita-citarule of lawsementara posisi dan peran negara sangat minimal dan lemah. Atas dasar inilah kemudian negara diberikan keluasan dan kemerdekaan bertindak atas dasar inisyatif parlernen. Negara dalam hal ini pemerintah memilikifreiesermessenataupouvoir discretionnare, yaitu kemerdekaan yang dimiliki pemerintah untuk turut serta dalam kehidupan sosial-ekonomi dan keleluasaan untuk tidak terlalu terikat pada produk legislasi parlemen. Dalam gagasanwelfare stateternyata negara memiliki kewenangan yang relatif lebih besar, ketimbang format negara yang hanya bersifat negara hukum formal saja. Selain itu dalamwelfare stateyang terpenting adalah negara semakin otonom untuk mengatur dan mengarahkan fungsi dan peran negara bagi kesejahteraan hidup masyarakat. Sejalan dengan kemunculan ide demokrasi konstitusional yang tak terpisahkan dengan konsep negara hukum, baikrechtsstaatmaupunrule of law, pada prinsipnya memiliki kesamaan yang fundamental serta saling mengisi. Dalam prinsip negara ini unsur penting pengakuan adanya pembatasan kekuasaan yang dilakukan secara konstitusional. Oleh karena itu, terlepas dari adanya pemikiran dan praktek konsep negara hukum yang berbeda., konsep negara hukum danrule of lawadalah suatu relitas dan cita-cita sebuah negara bangsa, termasuk negara Indonesia.Prinsip-prinsip secara formal (in the formal sense) Rule Of Law tertera dalam UUD 1945 dan pasal-pasal UUD negara RI tahun 1945. Inti dari Rule Of Law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakatnya, khususnya keadilan sosial. Penjabaran Prinsip- prinsip Rule of Law secara formal di Indonesia termuat dalam pasal-pasal UUD 1945 yaitu sebagai berikut : a) Negara Indonesia adala negara Hukum(pasal 1 ayat 3)b) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan peradilan(pasal 24 ayat 1). c) Segala warga negara bersamaan kedudukkannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat 1).d) Bab X A tentang HAM, memuat sepuluh pasal antara lain bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum ( pasal 28 D ayat 1). e) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja ( pasal 28 D ayat 2). Prinsip-prinsip Rule of Law secara Materiil/ Hakiki :a. Berkaitan erat dengan the enforcement of the Rule of Lawb. Keberhasilan the enforcement of the rule of law tergantung pada kepribadian nasional masing-masing bangsa (Sunarjati Hartono, 1982)c. Rule of law mempunyai akar sosial dan akar budaya Eropa (Satdjipto Rahardjo, 2003)d. Rule of law juga merupakan suatu legalisme, aliran pemikiran hukum, mengandung wawasan sosial, gagasan tentang hubungan antarmanusia, masyarakat dan negara.e. Rule of law merupakan suatu legalisme liberal (Satdjipto Rahardjo, 2003).Beberapa kasus dan penegakkan Rule of Law antara lain : a) Kasus korupsi KPU dan KPUDb) Kasus illegal loggingc) Kasus dan reboisasi hutan yang melibatkan pejabat Mahkamah Agung (MA). d) Kasus-kasus perdagangan narkoba dan psikotropika. e) Kasus perdagangan wanita dan perdagangan anak. 2.3. Pengakuan Hak Asasi ManusiaHak asasi manusia bersifat universal, yang artinya berlaku dimana saja, untuk siapa saja, dan tidak dapat diambil siapapun. Hak-hak tersebut dibutuhkan individu melindungi diri dam martabat kemanusiaan, juga sebagai landasan moral dalam bergaul dengan sesama manusia. Meskipun demikian bukan berarti manusia dengan hak-haknya dapat berbuat sesuka hatinya maupun seenak-enaknya. Hak asasi manusia sebagai gagasan, paradigma serta kerangka konseptual tidak lahir secara tiba-tiba sebagaimana kita lihat dalam Universal Declaration of Human Right 10 Desember 1948, namun melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarah peradaban manusia. Dan perspektif sejarah dekiarasi yang ditandatangani oleh Majelis Umum PBB dihayati sebagai suatu pengakuan yuridis formal dan merupakan titik kulminasi perjuangan sebagian besar umat manusia di belahan dunia khususnya yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Upaya konseptualisasi hak-hak asasi manusia, baik di Barat maupun di Timur meskipun upaya tersebut masih bersifat lokal, parsial dan sporadikal.Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap pribadi manusia secara kodrati sebagai anugerah dari Tuhan, mencangkup hak hidup,hak kemerdekaan/kebebasan dan hak memiliki sesuatu. Ruang lingkup HAM yang merupakan dasar dari manusia yang senantiasa berubah menurut ukuran zaman dan perumusannya, sebagai berikut :a. HAM menurut Piagam PBB tentang Deklarasi Universal of Human Rights 1948 meliputi: Hak berpikir dan mengeluarkan pendapat. Hak memiliki sesuatu. Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Hak menganut aliran kepercayaan atau agama. Hak untuk hidup. Hak untuk kemerdekaan hidup. Hak untuk memperoleh nama baik. Hak untuk memperoleh pekerjaan. Hak untuk mendapat perlindungan hukum. b. HAM menurut undang-undang No.39 tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia, meliputi : Hak untuk hidup. Hak berkeluarga. Hak mengembangkan diri. Hak keadilan. Hak kemerdekaan. Hak berkomunikasi. Hak keamanan. Hak kesejahteraan. Hak perlindungan. Ditinjau dari berbagai bidang HAM, meliputi :a) Hak asasi pribadi (Personal Rights),Contoh : hak kemerdekaan, hak menyatakan pendapat, hak memeluk agama.b) Hak asasi politik (Political Rights) yaitu hak untuk diakui sebagai warga negara. Contoh : memilih dan dipilih, hak berserikat dan hak berkumpulc) Hak asasi ekonomi (Property Rights)Contoh : hak memiliki sesuatu, hak mengarahkan perjanjian, hak bekerja dan hak mendapat hidup layak. d) Hak asasi sosial dan kebuadayaan (Sosial & Cultural Rights).Contoh : Misalnya : mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan santunan, hak pensiun, hak mengembangkan kebudayaan dan hak berkspresi. e) Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan Pemerintah (Rights of Legal Equality). f) Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum. Pada zaman Yunani Kuno Plato telah memaklumkan kepada warga polisnya, bahwa kesejahteraan bersama akan tercapai manakala setiap warganya melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing. Dalam akar kebudayaan Indonesiapun pengakuan serta penghormatan tentang hak asasi manusia telah mulai berkembang, misalnya dalam masyarakat Jawa telah dikenal tradisi Hak Pepe, yaitu hak warga desa yang diakui dan dihormati oleh penguasa, seperti mengemukakan pendapat, walaupun hak tersebut bertentangan dengan kemauan penguasa (Baut & Beny, 1988). Awal perkembangan hak asasi manusia dimulai tatkala ditanda tangani Magna Charta (1215), oleh Raja John Lackland. Kemudian juga penandatangananPetition of Rightpada tahun 1628 oleh Raja Charles I. Dalam hubungan ini Raja berhadapan dengan Utusan rakyat (House of Commons). Dalam hubungan inilah maka perkembangan hak asasi manusia itu sangat erat hubungannya dengan perkembangan demokrasi. Setelah itu perjuangan yang Iebih nyata pada penandatangananBill of Right, oeh Raja Willem 111 pada tahun 1689, sebagai hasil dan pergolakan politik yang dahsyat yang disebut sebagaithe Glorious Revolution. Peristiwa ini tidak saja sebagai suatu kemenangan parlemen atas raja, melainkan juga merupakan kemenangan rakyat dalam pergolakan yang menyertai pergolakanBill of Rightsyang berlangsung selama 60 tahun (Asshiddiqie, 2006). Perkembangan selanjutnya perjuangan hak asasi manusia dipengaruhi oleh pemikiran filsuf Inggris John Locke yang berpendapat bahwa manusia tidaklah secara absolut menyerahkan hak-hak individunya kepada penguasa. Hak-hak yang di serahkan kepada penguasa adalah hak yang berkaitan dengan perjanjian tentang negara, adapun hak-hak lainnya tetap berada pada masing individu.Puncak perkembangan perjuangan hak-hak asasi manusia tersebut yaitu ketika Human Rightitu untuk pertama kalinya dirumuskan secara resmi dalamDeclaration of IndependenceAmerika Serikat pada tahun 1776. Dalam dek1arasi Amerika Serikat tanggal 4 Juli 1776 tersebut dinyatakan bahwa seluruh umat manusia dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa beberapa hak yang tetap dan melekat padanya. Perumusan hak-hak asasi manusia secara resmi kemudian menjadi dasar pokok konstitusi Negara Amerika Serikat tahun 1787, yang mulai berlaku 4 Maret I789.(Hardjowirogo, 1977). Perjuangan hak asasi manusia tersebut sebenarnya telah diawali di Perancis sejak Rousseau, dan perjuangan itu memuncak dalam revolusi Perancis, yang berhasil menetapkan hak-hak asasi manusia dalam Declaration des Droizs L Homme et du Citoyen yang ditetap kan olehAssemblee Nationalepada 26 Agustus 1789 (Asshiddiqie 2006) . Semboyan revolusi Perancis yang terkenal yaitu (1) Liberte (kemerdekaan), (2) egalite (Kesamarataan) (3) fraternite (kerukunan atau persaudaraan). Maka rnenurut konstitusi Perancis yang di maksud dengan hak-hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat di pisahkan dengan hakikatnya.Dalam rangka konseptualisasi dan reinterpretasi terhadap hak-hak asasi yang mencakup bidang-bidang yang lebih luas itu, Franklin D. Rooseveft, Presiden Amerika pada permulaan abad ke-20 memformulasikan empat macam hak-hak asasi yang kemudian dikenal dengan The Four Freedom itu adalah: (1)Freedom of speech, yaitu kebebasan untuk berbicara dan mengemukakan pendapat. (2)Freedom of Religion, yaitu kebebasan beragama. (3)Freedom from Fear, yaitu kebebasan dan rasa ketakutan. dan (4)Freedom from Want, yaitu ke bebasan dan kemelaratan (Budiardjo. 1981). Hal inilah yang kemudian menjadi inspirasi danDeclaration of Human Right1948 Perserikatan Bangsa-bangsa.Doktrin tentang hak-hak asasi manusia sekarang ini sudah diterima secara universal sebagaimoral, political, legal framework and as a guideline dalam membangun dunia yang lebih damai dan bebas dari ketakutan dan penindasan senta perlakukan yang tidak adil. Terhadap deklarasi sedunia tentang hak-hak asasi manusia PBB tersebut. bangsa-bangsa sedunia melalui wakil-wakilnya memberikan pengakuan dan perlindungan secara yuridis formal walaupun realisasinya juga disesuaikan dengan kondisi serta peraturan perundangan yang berlaku dalam setiap negara di dunia ini.Namun demikian dikukuhkannya naskahUniversal Declaration of Human Rightsini. ternyata tidak cukup mampu untuk mecabut akar-akar penindasan di berbagai negara. Oleh karena itu PBB secara terus-menerus berupaya untuk memperj uangkannya. Akhirnya setelah kurang lebih 18 tahun kemudian, PBB berhasil juga melahiranConvenantion Economic, Social and Cultral(Perjanjian tentang ekonomi, sosia dan budaya) danConvenantion Civil and Political Rights(Perjanjian tentang hak-hak sipil dan politik) (Asshiddiqie, 2006). 2.4. Penjabaran Hak-Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945Hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan pandangan filosofis tentang hakikat manusia yang melatarbelakangi. Menurut pandangan filsafat bangsa Indonesia yang terkandung dalam Pancasila hakikat adalah monopluralissusunan kodrat manusia adalah jasmani rohani,atau raga dan jiwa,sifat kodrat manusia adalah makhluk individu dan makhluk social,serta kedudukan kodrat manusia adalah sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makluk tuhan Yang Maha Esa.Hal ini juga telah ditekankan oleh The Founding Father bangsa Indonesia,misalnya pernyataan Moh.Hatta dalam siding BPUPKI sebagai berikut: walaupun yang dibentuk itu Negara kekeluargaan,tetapi masih perlu ditetapkan beberapa hak dari warga Negara,agar jangan sampai timbul Negara kekuasaan atau Machtstaat Negara penindas.Deklarasi bangsa Indonesia pada prinsipnya terkandung dalam pembukaan UUD 1945,dan pembukaan inilah yang merupakan sumber normative bagi hukum positif Indonesia terutama penjabarannya dalam pasal-pasal UUD 1945.Pernyataan tentang Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa mengandung arti bahwa dalam deklarasi bangsa Indonesia terkandung pengakuan bahwa manusia adalah sebagai makhlik tuhan Yang Maha Esa.Dan diteruskan dengan kata-kata..supaya berkehidupan Kebangsaan yang bebas...berdasarkan pengertian ini maka bangsa Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia untuk memeluk agama sesuai dengan deklarasi hak-hak asasi manusia PBB pasal 18,adanya dalam pasal UUD 1945 tercantum dalam 29 terutama ayat (2) UUD 1945.Tujuan Negara Indonesia sebagai Negara hukum yang bersifat formal tersebut mgandung konsekuensi bahwa Negara berkewajiban untuk melindungi seluruh warganya dengan suatu Undang-undang terutama melindungi hak-hak asasinya Indonesia memiliki cirri tujuan Negara hukum material,dalam rumusan tujuan Negaramemajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsaBerdasarkan pada tujuan Negara sebagaimana terkandung dalam pembukaan UUD 1945 tersebut,maka Negara Indonesia menjamin dan melindungi hak-hak asasi manusia para warganya,terutama dalam dan melindungi hak-hak manusia para warganya,terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah,antara lain berkaitan dengan hak- hak asasi bidang social,politik, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, dan agama.Adapun rincian hak- hak asasi manusia dalam pasal pasal UUD 1945 adalah sebagai berikut. Tercantum dalam BAB X A ( HAK ASASI MANUSIA) yang termuat beberapa pasal antara lain: Pasal 28 A, Pasal 28 B, Pasal 28 C, Pasal 28 D, Pasal 28 E, Pasal 28 F, Pasal 28 G, Pasal 28 H, Pasal 28 I, Pasal 28 J.Dalam perjalanan sejarah kenegaraan Indonesia pelaksanaan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia di Indonesia mengalami kemajuan. Antara lain sejak kekuasaan Rezim Soeharto telah dibentuk KOMNAS HAM, walaupun pelaksanaannya belum optimal.Dalam proses reformasi dewasa ini terutama akan perlindungan hak-hak asasi manusia semakin kuat bahkan merupakan tema sentral. Oleh karena itu jaminan hak-hak asasi manusia sebagaimana terkandung dalam UUD 1945, mejadi semakin efektif terutama dengan diwujudkannya Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 tahun 1999, tentang Hak Asasi Manusia dalam konsiderans dan ketentuan Umum pasal I dijelaskan bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan miausia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, dan merupakan anugrahNya yang wajib di hormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan. Serta perlindungan harkat dan martabat manusisa. Selain hak asasi juga dalam UU No.39 tahun 1999, terkandung kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak mungkin terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia.UU No.39 tahun 1999 tersebut terdiri atas 105 pasal yang meliputi berbagai macam hukum tentang hak asasi, perlindungan hak asasi, pembatasan terhadap kewenangan penerintah serta KOMNAS HAM yang merupakan lembaga pelaksanaan atas perlindungan hak-hak asasi manusia. Hak-hak asasi tersebut meliputi, hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita, dan hak anak. Demi tegaknya hak asasi setiap orang maka diatur pula kewajiban dasar manusia, antara lain kewajiban untuk menghormati hak asasi orang lain, dan konsekuensinya setiap orang harus tunduk kepada peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Selain itu juga diatur kewajiban dan tanggung jawab pemerintah untuk menghormati, melindungi, menegakkan serta memajukan hak-hak asasi manusia tersebut yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dan hukum internasional yang diterima oleh negara Republik Indonesia.Dengan diundangkannya UU.No.39 tahun 1999 tentang hak-hak asasi manusia tersebut bangsa Indonesia telah masuk pada era baru terutama dalam menegakkan masyarakat yang demokratis yang melindungi hak-hak asasi manusia.Namun demikian sering dalam pelaksanaannya mengalami kendala yaitu dilema antara menegakkan hukum dengan. kebebasan sehingga kalau tidak konsisten maka akan merugikan bangsa Indonesia sendiri.Dalam Undang-Undang dasar 1945 hasil amandemen 2002, telah memberikan jaminan secara eksplisit tentang hak-hak asasi manusia, pasal 28A sampai dengan pasal 2 Jikalau dibandingkan dengan Undang-Undang Dasar 1945 sebelurn dilakukan. amandemen, ketentuan yang menggatur tentang jaminan hak-hak asasi manusia dalarn Undang-Undang Dasar 1945 hasil aman demen 2002 dikembangkan menjadi tambah pasalnya dan lebih rinci. Rincian tersebut antara lain misalnya tentang hak-hak sosial dijamin dalam pasal 28B ayat (1), (2), pasal 28C ayat (2),pasal 28H ayat (30), hak ekonomi diatur dalam pasal 28D, ayat (2), hak politik diatur dalam pasal 28D ayat (3), pasal 28E ayat (3), hak budaya pada pasal 28I ayat (3), hak perlindungan hukum yang sama pada pasal 28G ayat (1), hak memeluk, memiliki, menyimpan, mengolah, menyampaikan in formasi dan komunikasi melalui berbagai saluran yang ada.Konsekuensinya pengaturan atas jaminan hak-hak asasi manusia tersebut harus diikuti dengan pelaksanaan, serta jaminan hukum yang memadai. Untuk ketentuan yang lebih rinci atas pelaksanaan dan penegakan hak-hak asasi tersebut, diatur dalam Undang-Undarig No.9 tahun 1999. satu kasus yang cukup penting bagi Bangsa Indonesia dalam menegakkan hak-hak asasi, adalah dengan dilaksanakannya Pengadilan Ad Hoc, atas pelanggar hak-hak asasi manusia di Jakarta, atas pelanggaran di Timur-timur. Hal ini menunjukkan kepada masyarakat internasional, bahwa bangsa Indonesia memiliki komitmen atas penegakan hak-hak asasi manusia. Memang pelaksanaan pengadilan Ad Hoc atas pelanggaran hak-hak asasi manusia di Timur-Timur tersebut penuh dengan kepentingan-kepentingan politik. Diatur pihak pelaksana pengadilan Ad Hoc tersebut atas desakan PBB, yang taruhannya adalah nasib dan kredibilitas bangsa Indonesia di mata Internasional, dipihak lain perbenturan kepentingan antara penegakan hak-hak asasi dengan kepentingan nasional serta rasa nasionalisme sebagai bangsa Indonesia. Dalam kenyataannya mereka-mereka yang dituduh melanggar HAM berat di Timur-Timur pada hakikatnya bejuang demi kepentingan bangsa dan negara.Terlepas dari berbagai macam kelebihan dan kekurangannya, bagi kita merupakan suatu kemajuan yang sangat berarti, karena bangsa Indonesia memiliki komitmen yang tiaggi atas jaminan serta penegakan hak-hak asasi manusia, dalam kebidupan kenegaraan.Ketentuan pasal- pasal tentang Hak Asasi Manusia dalam Deklarasi Universal tentang Hak-hak asasi manusia PBB adalah sebagai berikut: Pasal 1, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9 Pasal 10, dan Pasal 11 (1) (2), Pasal 12, Pasal 13(1-2), Pasal 14 (1-2), Pasal 15(1-2), sampai dengan 30.2.5. Hubungan Hak Azasi Manusia dengan Demokrasi Perkembangan hak Azasi Manusia sangat erat hubungannya dengan perkembangan demokrasi. Perjuangan mewujudkan demokrasi dalam pemerintahan negara juga merupakan perjuangan dalam menegakkan Hak Azasi Manusia. Apalagi dalam era globalisasi dewasa ini masalah demokrasi selalu dikaitkan dengan persoalan penegakkan hak Azasi manusia. Demokrasi adaalah satu-satunya sistem pemerintahan yang dapat menjamin perlindungan dan penegakan hak Azasi manusia. Pada dasarnya unsur utama dalam demokrasi adalah perjuangan untuk mewujudkan pengakuan hak-hak dasar manusia itu sendiri. Jantungnya demokrasi adalah prinsip kedaulatan rakyat, yang memandang bahwa pemerintahan hanya dapat disahkan oleh kehendak pihak yang diperintah ( Diamond & Plattner,1998). Menurut beetharn & Boyke(2000), demokrasi memiliki dua unsur utama yaitu kontrol rakyat atas proses pembuatan keputusan politis dan kesamaan hak-hak/kesetaraan politis dalam menjalankan kendali. Dalam demokrasi persamaan kesempatan bagi setiap individu dijamin dengan hukum. Selain itu demokrasi juga memberi kebebasan bagi individu untuk mengejar tujuan hidupnya, tanpa adanya pembatasan dari penguasa. Demokrasi adalah sistem politik yang melahirkan kebijakkan membatasi kekuasaan-kekuasaan penguasa, sekaligus untuk menjamin kebebasan warganya. Pada prinsipnya demokrasi menekankan persamaan bagi setiap warga untuk menggunakan kesempatan dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensinya. Kebebasan dan persamaan yang terkandung dalam Azas Demokrasi adalah wujud pengakuan atas hak azasi manusia. Dapat dikatakan bahwa perkembangan demokrasi tidaklah terlepas dari perjuangan pengakuan tentang hak azasi manusia. Bahkan saat ini pengakuan dan perlindungan hak azasi manusia sudah menjadi salah satu indikator utama demokrasi. Dalam perkembangan gerakkan global saat ini, perlindungan hak azasi manusia menjadi sesuatu yang dipandang urgen dalam demokrasi.

BAB IIIPENUTUP3.1. Kesimpulan Rule of Law sangat diperlukan untuk negara seperti Indonesia karena akan mewujudkan keadilan. Tetapi harus mengacu pada orang yang ada di dalamnya yaitu orang-orang yang jujur tidak memihak dan hanya memikirkan keadilan tidak terkotori hal yang buruk. Ada tidaknya Rule of Law pada suatu negara ditentukan oleh kenyataan, apakah rakyat menikmati keadilan, dalam arti perlakuan adil, baik sesama warga Negara maupun pemerintah. Prinsip-prinsip Rule of Law secara formal tertera dalam pembukaan UUD 1945. Penjabaran prinsip-prinsip Rule of Law secara formal termuat didalam pasal-pasal UUD 1945. Agar kita dapat menikmati keadilan maka seluruh aspek Negara harus bersih, jujur, mentaati undang-undang, juga bertanggung jawab, dan menjalankan UU 1945 dengan baik. Negara hukum adalah suatu doktrin dalam ilmu hukum yang telah muncul sejak abad 19 di Eropa, negara hukum terjemahan dari Rule of Law. Perkembangan Demokrasi tidak terlepas dari perjuangan pengakuan tentang Hak Azasi Manusia. 3.2. SaranSebagai warga negara kita haruslah menjunjung tinggi hukum dan kaidah-kaidahnya agar terciptanya keamanan, ketentraman, dan kenyamanan. Mempelajari Undang-Undang 1945 beserta nilai-nilainya dan menjalankan apa yang jadi tuntutanya agar tercipta kehidupan yang stabil. Dalam suatu penegakan hukum disuatu Negara maka seluruh aspek kehidupan harus dapat merasakannya dan diharapkan semua aspek tersebut mentaati hukum, maka akan terjadilah pemerintahan dan kehidupan Negara yang harmonis, selaras dengan keadaan dan sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu kemakmuran Bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan & Achmad Zubaidi, (2010), Pendidikan Kewarganegaraan,Paradigma., Yogyakarta. Pasaribu, Payerli, (2015), Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Medan, Medan. http://ikanuriyanti.blogspot.co.id/2014/01/ham-dan-rule-of-law-di-indonesia.htmlhttp://oktanovia-berwandi.blogspot.co.id/2013/10/rule-of-law-dan-hak-asasi-manusia.htmlhttp://makalahhamdanruleoflaw.blogspot.co.id/

7