PKM_P

20

Click here to load reader

description

PKM P

Transcript of PKM_P

  • 1

    A. JUDUL PROGRAM

    Aplikasi Pewarna Bubuk Merah Alami Berantioksidan Dari Ekstrak Biji Buah

    Pinang (Areca catechu) sebagai bahan penganti pewarna sintetik pada produk

    pangan

    B. LATAR BELAKANG MASALAH

    Masalah utama kualitas pangan selain ditentukan oleh kecukupan gizinya,

    perlu diperhatikan faktor keamananya. Faktor keamanan makanan antara lain

    tergantung pada bahan tambahan makanan yang digunakan,misalnya pewarna.

    Penambahan pewarna ke dalam makanan kini mejadi tren dan kebiasaan yang

    sulit untuk dihilangkan. Tuntutan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan

    dengan kenampakan yang menarik dari segi warna menjadikan gencarnya

    penambahan pewarna. Berkembangnya industri pengolahan pangan

    menyebabkan pemakaian pewarna juga makin meningkat, terutama jenis pewarna

    sintetis. Pewarna sintetis lebih banyak digunakan karena penggunaanya yang

    relatif mudah dan murah. Akhir-akhir ini penggunaan pewarna sintetis disinyalir

    dapat dapat bersifat karsigonik dan toksik karena adanya kandungan logam berat

    yang berbahaya bagi kesehatan.

    Antioksidan juga merupakan salah satu zat addiktif yang sering

    ditambahkan pada produk pangan. Antioksidan yang sering digunakan umumnya

    berasal dari bahan sintetik. Dijelaskan oleh Ammorowwicz et al (2000)

    menjelaskan bahwa penggunaan antioksidan sintetik seperti BHA, BHT, serta

    TBHQ dapat meningkatkan terjadinya karsinogenik sehingga penggunaan

    antioksidan alami mengalami peningkatan.

    Oleh karena itu, perlu dicari sumber-sumber pewarna alami berantioksidan

    yang dapat digunakan dalam pengolahan pangan sehingga dihasilkan pewarna

    yang aman dengan harga relatif murah. Salah satu sumber pewarna alami adalah

    pigmen antosianin yang dapat diekstrak dari bahan-bahan alami salah satunya

    adalah ekstraksi dari biji buah pinang. Antosianin ini berperan terhadap timbulnya

    warna merah hingga biru pada beberapa bunga, buah dan daun (Andersen dan

    Bernard,2001).

    Pinang selama ini dikenal masyarakat sebagai salah satu tanaman herbal

    tradisional. Pinang memiliki efek antioksidan, anti mutagenic, astringent, dan obat

  • 2

    cacing. Ekstrak etanolik biji buah pinang mengandung tannin terkondensasi dan

    terhidrolisis, senyawa fenolik, asam galat, serta garam (Wang and Lee,1996).

    Polifenol seperti flavonoid dan galat mampu menghambat reaksi antioksidan

    melalui mekanisme penangkapan radikal bebas (radical scavenging) dengan cara

    menyumbangkan elektron pada elektron yang tidak berpasangan dalam radikal

    bebas (Pokorni et al,2001). Hasil penelitian yang dilaporkan oleh Wetwitayaklung

    (2006) bahwa aktivitas antioksidan dari ekstrak metanolik pinang dengan IC50

    sebesar 10,515 g/ml. Untuk Mendapatkan senyawa antioksidan dalam biji

    pinang perlu dilakukan proses ekstraksi. Antosianin adalah pigmen yang sifatnya

    polar dan akan larut dengan baikdalam pelarut-pelarut polar (Hui,1992).

    Biasanya pewarna yang digunakan konsumen adalah pewarna bubuk

    karena mempunyai daya simpan yang lebih baik dan lebih praktis digunakan.

    .Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian pembuatan pewarna bubuk merah

    alami dari ekstrak biji buah pinang dengan jenis dan konsentrasi bahan pengisi

    yang berbeda. Keuntungan lain dari pewarna alami dari ekstrak biji buah pinang

    adalah adanya aktivitas antioksidan dan aman untuk dikonsumsi.

    Dalam pembuatan pewarna bubuk alami berantioksidan dari biji pinang

    dipilih dekstrin dan maltodekstrin sebagai bahan pengisi yang dapat meningkatkan

    berat produk, memudahkan kecerahan warna dalam air dan melindungi warna dari

    faktor fisik dan kimia. Gerlat (2000) menyatakan maltodekstrin memiliki daya

    larut yang tinggi,memiliki sifat higroskopik yang rendah,mampu menghambat

    kristalisasi dan memiliki daya ikat yang baik.

    Faktor penting lain yang mempengaruhi proses preparasi pewarna bubuk

    merah alami adalah konsentrasi bahan pengisi yang digunakan. Semakin banyak

    bahan pengisi yang ditambahkan akan menigkatkan total padatan bubuk sehingga

    mengurangi waktu pengeringan. Hasil penelitian Mira (2007), memunjukkan

    perlakuan terbaik pada pembuatan pewarna bubuk alami dari angkak adalah

    menggunakan dekstrin pada konbsentrasi sebesar 5 %. Untuk mendapatkan

    pewarna bubuk alami yang aman, pelarut yang digunakan dalam mengekstrak

    adalah air (Koswara,1999).

    Ekstraksi Biji Buah Pinang sebagai pewana bubuk alami berantioksidan

    diharapkan dapat memberikan alternatif pewarna merah alami pada bahan pangan

  • 3

    sebagai pengganti pewarna sintetik yang aman untuk dikonsumsi serta dapat

    meningkatkan nilai tambah dari biji pinang (Areca catechu).

    C. PERUMUSAN MASALAH

    Dari uraian yang dipaparkan diatas maka dapat dirumuskan masalah yang

    diteliti yaitu :

    1. Formulasi proporsi antara konsentrasi dan jenis bahan pengisi untuk

    mendapatkan pewarna bubuk alami berantioksidan dari biji pinang dengan sifat

    fisik, kimia dan organoleptik yang terbaik.

    2. Apakah Penambahan pewarna bubuk merah alami dari ekstrak biji pinang

    dapat berpengaruh terhadap kualitas fisik,kimia dan organoleptik pada produk

    pangan ?

    D. TUJUAN PROGRAM

    1. Menetukan formulasi proporsi antara konsentrasi dan jenis bahan pengisi untuk

    mendapatkan pewarna bubuk alami berantioksidan dari biji pinang dengan sifat

    fisik, kimia dan organoleptik yang terbaik

    2. Mengetahui pengaruh penambahan pewarna bubuk merah alami dari ekstrak

    biji pinang dapat berpengaruh terhadap kualitas fisik,kimia dan organoleptik

    pada produk pangan

    E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

    Luaran yang diharapkan dari program ini adalah diperoleh adanya

    proporsi konsentrasi dan jenis bahan pengisi yang tepat pada pewarna bubuk

    merah alami berantioksidan dari biji buah pinang yang dapat mengantikan

    pewarna sintetik pada produk pangan.

    F. KEGUNAAN PROGRAM

    1. Mengangkat potensi biji pinang sebagai pewarna alami berantioksidan yang

    dapat diaplikasikan pada produk pangan penganti pewarna sintetis

    2. Dapat memberikan alternatif produk pewarna bubuk alami berantioksidan yang

    aman dan mampu berperan memperbaiki kualitas pewarna yang beredar

    dimasyarakat serta meningkatkan nilai guna dan potensi buah pinang (Areca

    catechu) sebagai bahan lokal.

  • 4

    G. TINJAUAN PUSTAKA

    1. Biji Buah Pinang

    Pinang merupakan tanaman family Arecaceae yang tingginya dapat

    mencapai 15 20 m dengan batang tegak lurus bergaris tengah 15 cm. Biji buah

    pinang berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk

    dengan warna yang lebih muda. Pada bidang irisan biji tampak perisperm

    berwarna coklat tua dengan lipatan tidak beraturan menembus endosperm yang

    berwarna agak keputihan (Staples and Bevacqua, 2006).

    Gambar 1. Buah Pinang dan Biji pinang (Anonymous,2007)

    Nonaka (1989) menyebutkan bahwa biji buah pinang mengandung

    proantosianidin, yaitu suatu tannin terkondensasi yang termasuk dalam golongan

    flavonoid. Proantosianidin mempunyai efek antibakteri, antivirus, anti-inflamsi,

    anti-alergi, dan vasodilatasi ( Fine, 2000 ). Komposisi kimia dari biji pinang dapat

    dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Komposisi kimia biji pinang

    Komposisi Jumlah (%)

    1. Kadar air 2. Total polisakarida 3. Protein kasar 4. Lemak 5. Serat kasar 6. Polifenol 7. Tannin merah 8. Arecolin 9. Abu

    38,9 56,7 17,8 25,7 6,2 7,5 9,5 15,1 11,4 15,4 11,1 17,8

    15*

    0,12 0,24 1,1 1,5

    Sumber: - Jayalaksmi and Mathew (1982)

    - * (Wang and Lee, 1996)

    % berdasarkan berat kering (kecuali kadar air)

    Senyawa lain dalam biji pinang adalah arecaidine, choline, guvacine,

    guvacoline, dan tannin dari kelompok ester glukosa mengandung gugus pirogalol.

  • 5

    Sifat sepat dan hemostik tannin ini yang berkhasiat untuk menguatkan gusi dan

    menghentikan perdarahan (Haerudin, 2003).

    2. Antioksidan

    Antioksidan bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting untuk

    mempertahankan mutu produk pangan. Berbagai kerusakan seperti ketengikan,

    perubahan nilai gizi, perubahan warna dan aroma, serta kerusakan fisik lain

    karena oksidasi dapat dihambat oleh antioksidan (Trilaksani, 2003). Antioksidan

    harus ditambahkan sedini mungkin pada produk segar karena tidak dapat

    membalikkan reaksi oksidasi yang telah terjadi. Tidak ada antioksidan tunggal

    yang dapat bekerja untuk mencegah kerusakan oksidatif bagi semua produk

    makanan.

    Berdasarkan sumbernya, antioksidan dibagi dalam dua kelompok, yaitu

    antioksidan sintetik (diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia) dan antioksidan

    alami (hasil ekstraksi bahan alami). Antioksidan alami secara toksilogi lebih aman

    dikonsumsi dan lebih mudah diserap oleh tubuh daripada antioksidan sintesis

    (Madhavi et al., 1996). Penelitian menunjukkan bahwa antioksidan alami

    memiliki aktivitas antioksidatif lebih tinggi daripada antioksidan sintesis,

    sehingga penggunaan antioksidan alami mulai meningkat dan menggantikan

    antioksidan sintesis (Paiva and Robert, 1999).

    3.Aktivitas Antioksidan Biji Pinang

    Rendemen yang dihasilkan dari proses ekstraksi menggunakan pelarut

    jenis methanol pada biji pinang (variasi umur biji) dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Rendemen ekstrak biji pinang (variasi umur biji)

    Variasi umur biji pinang Rendemen (%)

    1 bulan

    2 bulan

    3 bulan

    4 bulan

    6 bulan

    8 bulan

    21,85

    20,59

    16,10

    23,41

    18,88

    13,77

    Sumber: Wetwitayaklung (2006)

    Tanaman pinang berpotensi antikanker karena memiliki efek antioksidan,

    dan antimutagenik (Wang et al., 1996, Lee and Choi, 1999). Nilai aktivitas

    antioksidan dari ekstrak biji pinang pada tingkatan umur biji yang berbeda

    menunjukkan aktivitas antioksidan yang berbeda pada Tabel 3.

  • 6

    Tabel 3. Nilai IC50 () dan aktivitas antioksidan ekstrak biji pinang

    Variasi umur biji

    pinang IC50 (g/ml)

    Aktivitas antioksidan (equivalent

    to trolox) TEAC

    1 bulan

    2 bulan

    3 bulan

    4 bulan

    6 bulan

    8 bulan

    Arecoline HBr

    13,47598

    13,21283

    12,10392

    10,51488

    12,05928

    10,63328

    -78446,7

    0,7583

    0,7753

    0,8466

    0,9718

    0,8879

    0,9616

    - *Ekstrak pinang 4,5 -

    *BHT 13,0 -

    *L-asam askorbat 7,5 -

    Sumber: - Wetwitayaklung (2006)

    - * Yong (2009)

    Ekstrak etanolik biji buah pinang mengandung tanin terkondensasi, tanin

    terhidrolisis, flavan, dan senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, serta garam

    (Wang and Lee, 1996).

    4. Pewarna Makanan

    Warna adalah persepsi yang dihasilkan dari deteksi cahaya setelah cahaya

    tersebut berinteraksi dengan objek (Lawless dan Heyman, 1998). Warna makanan

    sering menjadi indikator flavour dan rasa dari makanan tersebut (Downhan dan

    Collins, 2000).

    Sejak ditemukan pewarna sintetik, penggunaan pigmen semakin menurun

    meskipun tidak menghilang sama sekali. Beberapa dasawarsa terakhir ini timbul

    usaha-usaha untuk mendalami seluk beluk pigmen, khususnya untuk mengetahui

    perubahan-perubahan warna dari bahan makanan oleh pengaruh berbagai

    perlakuan pengolahan dan pemasakan (Winarno, 1995).

    Penggunaan pewarna alami lebih aman daripada pewarna sintetis dan

    digolongkan sebagai pewarna yang tidak perlu mendapat sertifikasi (Fardfiaz,

    dkk.,1987). Dalam memformulasikan pewarna untuk makanan olahan, pertama

    kali yang harus dicari adalah pewarna alami. Penggunaan pewarna sintetik selalu

    dalam kekhawatiran bahwa setiap saat bahan in bisa dinyatakan tidak layak untuk

    dipakai sebagai bahan pewarna makanan.

  • 7

    5. Bahan Pengisi

    Menurut Dewi (2000), bahan pengisi merupakan bahan yang

    ditambahkan pada proses pengolahan pangan untuk melapisi komponen-

    komponen flavor, meningkatkan jumlah total padatan, memperbesar volume,

    mempercepat proses pengeringan dan mencegah kerusakan bahan akibat panas.

    Bahan tersebut berupa padatan dengan berat molekul tinggi yang mudah

    terdispersi (Hartomo dan Widiatmoko, 1994).

    5.1 Maltodekstrin

    Maltodekstrin merupakan larutan yang terkonsentrasi dari sakarida yang

    diperoleh dari pati pati yang ada atau yang diperoleh dari hidrolisa pati dengan

    penambahan asam maupun enzim. Kebanyakan produk ini ada dalam bentuk

    kering dan hampir tak terasa (Blanchard and Katz, 1995). Maltodekstrin pada

    dasarnya merupakan senyawa hidrolisis pati yang tidak sempurna, terdiri dari

    campuran gula gula dalam bentuk sederhana (mono dan disakarida dalam

    jumlah kecil, oligosakarida dengan jumlah relatif tinggi serta sejumlah kecil

    oligosakarida berantai panjang (Anonymous, 2002). Nilai DE (Derajat pemecahan

    pati menjadi glukosa) maltodekstrin berkisar antara 3 20 (Hui, 1992).

    Maltodekstrin sangat baik digunakan sebagai bahan pengisi untuk

    meningkatkan volume dalam sistem pangan. Umumnya, maltodekstrin digunakan

    dalam campuran bubuk kering, makanan ringan, produk produk roti, permen,

    keju, pangan beku, dan saos karena kemudahannya membentuk dispersi kelarutan

    cepat, higroskopis rendah, meningkatkan volume dan sebagai pengikat.

    Maltodekstrin juga dapat digunakan dalam produk produk susu (Whistler and

    Miller, 1999).

    5.2 Dekstrin

    Dekstrin merupakan senyawa polisakaridayang sangat larut dalam air dan

    karena dapat mengikat zat-zat hidrofobikmaka digunakan sebagai bahan

    tambahan makananuntuk memperbaiki tekstur (Winarno,2002). Dekstrin

    adalah golongan karbohidrat dengan molekul tinggi yang dibuat dengan

    modifikasi pati dengan asam (Hui,1992). Menurut stepen (1995),pembuatan

    dekstrin dari pati melalui empat tahap perlakuan dengan asam, pengeringan,

    pemanasan dan pendinginan.

  • 8

    6. Ekstraksi

    6.1 Metode Ekstraksi

    Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik

    yang digunakan pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan

    dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan

    akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara

    di dalam dan diluar sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma

    akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena

    dapat diatur lama perendaman yang dilakuakn. Pemilihan pelarut untuk proses

    maserasi akan memberikan efektifitas yang tinggi dengan memperhatikan

    kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut tersebut. Secara umum pelarut

    metanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses isolasi

    senyawa organik bahan alam, karena dapat melarutkan seluruh golongan

    metabolit sekunder (Darwis, 2000).

    6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Ekstraksi

    Faktor-faktor yang menentukan hasil ekstraksi yaitu jangka waktu sampel

    kontak dengan cairan pengekstraksi (waktu ekstraksi), perbandingan antara

    sampel terhadap cairan pengekstraksi (jumlah bahan pengekstraksi), ukuran bahan

    dan suhu ekstraksi. Semakin lama waktu ekstraksi, kesempatan untuk bersentuhan

    makin besar sehingga hasilnya juga bertambah sampai titik jenuh larutan.

    Perbandingan pelarut dengan bahan berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi.

    Jumlah pelarut yang berlebihan tidak akan megekstrak lebih banyak, namun

    dalam jumlah tertentu pelarut dapat bekerja optimal (Susanto, 1999). Kehalusan

    bubuk yang sesuai akan menghasilkan ekstraksi yang sempurna dalam waktu yang

    singkat. sebaliknya bahan yang digiling terlalu halus dapat menyebabkan

    pemampatan (stagnasi). Ekstraksi lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi

    dapat mengakibatkan beberapa komponen rusak. Pada suhu 50 oC menghasilkan

    ekstrak yang optimum dibandingkan suhu 40 oC dan 60

    oC (Voight, 1996).

    Selain itu, konsentrasi pelarut juga akan mempengaruhi sifat-sifat ekstrak

    yang dihasilkan. Penggunaan pelarut alkohol dengan kadar di bawah 30% akan

    menyebabkan terekstraknya gum, sehingga akan mempersulit perkolasi dan

    penyaringan pada tahapan selanjutnya (Susanto, 1999).

  • 9

    H. METODE PELAKSANAAN PROGRAM

    Waktu dan Tempat Pelaksanaan

    Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Pangan,

    Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Hasil Pertanian. Penelitian akan dilaksanakan

    selama 4 bulan.

    Rancangan Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

    (RAL) yang tersusun atas 2 faktor yaitu jenis bahan pengisi dan konsentrasi bahan

    pengisi. Faktor I (jenis bahan pengisi) terdiri dari 2 level dan faktor II (konsentrasi

    bahan pengisi), dimana terdiri dari 3 level sehingga diperoleh 6 kombinasi

    perlakuan masing-masing diulang sebanyak 3 kali, faktor tersebut adalah

    Faktor I: jenis bahan pengisi (A)

    A1 : Maltodekstrin

    A2 : Dekstrin

    Faktor II : Konsentrasi bahan pengisi (maltodekstrin)

    B1 : 10 %

    B2 : 20 %

    B3 : 30%

    Dari kedua faktor tersebut diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut :

    A1B1 : Maltodekstrin dengan konsentrasi 10%(b/v filtrat)

    A1B2 : Maltodekstrin dengan konsentrasi 20%(b/v filtrat)

    A3B3 : Maltodekstrin dengan konsentrasi 20%(b/v filtrat)

    A2B1 : Dekstrin dengan konsentrasi 10%(b/v filtrat)

    A2B2 : Dekstrin dengan konsentrasi 20%(b/v filtrat)

    A2B3 : Dekstrin dengan konsentrasi 20%(b/v filtrat)

    Aplikasi pewarna bubuk antioksidan biji pinang ini dilakukan pada 2 jenis

    produk pangan di pasaran,antara lain : Saos dan Sirup

    Instrumen Penelitian

    1. Alat

    Alat-alat yang digunakan adalah timbangan digital, gelas ukur, pengaduk,

    beaker glass, corong gelas, erlenmeyer, pipet volume, blender Philips, kertas

  • 10

    saring whatman 42, penyaring vakum, centrifuge Hettich EBA 8, dan rotary

    vacum evaporator Buchi R 114, shaker waterbath.

    Alat yang digunakan untuk analisa adalah beaker glass, gelas ukur, pipet

    volume, timbangan analitis, pH meter Rex model pHs-3C, color reader

    Minolta CR-10, spektrofotometer UV-2100, kuvet, tabung reaksi, shaker.

    2. Bahan

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah pinang, aquades,

    DPPH, Folin-Ciocalteu, maltodekstrin.

    Bahan yang digunakan untuk analisa adalah larutan buffer pH 1; 4; 4,5;

    dan 7, KCl, Na asetat, dan HCl (pa), aquades.

    Bahan yang digunakan untuk analisa aplikasi pada produk pangan adalah

    ubi jalar, asam sitrat, natrium benzoat, gula, essence sirup, karagenan.

    Pelaksanaan Penelitian

    Tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

    1. Pengupasan buah pinang untuk memisahkan kulit sehingga diperoleh biji

    pinang dan dilakukan analisa awal.

    2. Pengecilan ukuran dengan blender ( 10 menit) dan timbang sebanyak 200 g.

    3. Proses ekstraksi dilakukan dengan bahan pengekstrak air dengan

    perbandingan bahan : air (1:4) yang diasamkan dengan asam sitrat sebanyak

    1% dari volume air untuk mengkondisikan pada pH pelarut asam, 3.

    Ekstraksi dengan metode maserasi selama suhu ruang selama 8 jam.

    4. Penyaringan vakum dengan kertas saring whatman 42.

    5. Pengasaman dengan menggunakan asam sitrat 50% sampai pH 3, untuk

    menjaga stabilitas filtrat antosianin yang diperoleh.

    6. Ekstrak disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 6500 rpm untuk

    mengendapkan kotoran dan partikel-partikel lain yang tidak diinginkan.

    7. Filtrat pigmen dipekatkan dengan rotary vacuum evaporator (suhu 35oC,

    tekanan 250 mbar selama 45 menit) untuk menguapkan air.

    8. Filtrat antosianin yang diperoleh dianalisa, kemudian ditambahkan

    (maltodekstrin atau dekstrin) sebagai bahan pengisi dengan konsentrasi 10%,

    20%, 30%.(b/v)

  • 11

    9. Pengeringan dengan pengering vakum 55 oC;selama 1 jam dan dilakukan

    analisa akhir pada bubuk pewarna yang diperoleh.

    Tahap pelaksanaan aplikasi adalah sebagai berikut :

    a. Pembuatan saus

    1. Pencucian dan pengupasan ubi, kemudian direndam.

    2. Penghancuran dengan blender hingga diperoleh bubur, kemudian dilakukan

    analisa awal.

    3. Bumbu-bumbu (bawang merah, bawang putih, merica, kayu manis, asam

    sitrat, asam benzoat, gula, garam) dimasukkan, kemudian dimasak hingga

    mendidih selama 10 menit.

    4. Pendiaman hingga hangat, kemudian masukkan pewarna alami hingga warna

    yang dikehendaki, aduk hingga rata.

    5. Perlakuan analisa akhir pada saus.

    b. Pembuatan sirup

    1. Air, gula, natrium benzoat, asam sitrat didihkan hingga agak pekat.

    2. Penambahan perasa sirup kemudian di diamkan hingga hangat.

    3. Penambahan pewarna alami hingga warna yang dikehendaki, aduk rata.

    4. Perlakuan analisa pada saus.

    Pengamatan Penelitian

    Pengamatan dilakukan terhadap ekstrak pewarna dari biji pinang dan

    senyawa fenol (total fenol). Analisa terhadap biji pinang meliputi pH

    (Apriyantono, 1989), warna (Yuwono dan Susanto, 1998), antosianin (Giusti and

    Wrolstad, 2001), tanin dan total fenol (Huang dan Yen, 2002). Analisa terhadap

    ekstraksi pewarna meliputi analisa warna (Yuwono dan Susanto, 1998), total

    antosianin (Giusti and Wrolstad, 2001), pH (Apriyantono, 1989), % antosianin

    terekstrak, total fenol (Huang dan Yen, 2002), kadar tanin, dan aktivitas

    antioksidan dengan metode DPPH (Hatano et al., 1998).

    Analisa Data

    Data yang diperoleh dianalisa dengan Analisis Varian (ANOVA)

    dilanjutkan dengan uji beda nyata yaitu BNT (Beda Nyata Trerkecil)

    menggunakan selang kepercayaan 1% dan 5% serta DMRT (Duncan Multiple

  • 12

    Range Test) dengan selang kepercayaan 1% dan 5%. Sedangkan hasil non

    parametrik diuji dengan uji Friedman

    Gambar 2. Diagram Alir Ekstraksi Antosianin dari Buah pinang.

    Filtrat Pigmen

    Filtrat Antosianin

    Air : Bahan

    (1:4) dengan 1% asam

    sitrat (pH 3)

    Analisa:

    1. Warna 2. Antosianin 3. pH 4. Efisiensi Ekstraksi 5. Kadar Fenol 6. Kadar Tanin 7. Aktivitas Antioksidan

    Metode DPPH

    Asam Sitrat 50%

    (sampai pH 3)

    Ampas

    Kulit

    Biji Pinang

    Air

    Endapan

    Analisa:

    1. pH 2. Warna 3. Antosianin 4. Tanin 5. Total Fenol

    Buah Pinang

    Pengupasan

    Pengecilan ukuran dengan blender kering, blender speed 3 10 menit

    Penimbangan (200g)

    Ekstraksi maserasi suhu ruang

    selama 8 jam

    Penyaringan vakum dengan Whatman 42

    Sentrifugasi (6500 rpm;15 menit)

    Pemekatan (Rotary Vacuum Evaporator,

    250mbar; 35oC;45 menit)

    Pengeringan Vacuum

    (55 oC;1 jam)

    Bubuk Pewarna Analisa: 1. Warna 2. Rendemen 3. Organoleptik rasa sepat

    dan asam

    4. Aktivitas Antioksidan Metode DPPH

    5.

    (Maltodekstrin atau Dekstrin)

    10%, 20%, 30%

  • 13

    Gambar 3. Diagram Alir Aplikasi Pewarna Bubuk Pada Saos

    Gambar 4. Diagram Alir Aplikasi Pewarna Bubuk Pada Sirup

    Bubur

    Analisa:

    1. Warna 2. Antosianin 3. pH 4. Organoleptik

    Bumbu-bumbu

    (bawang merah, bawang

    putih, merica, kayu manis,

    asam sitrat dan natrium

    benzoate, garam, gula)

    Kulit

    Pewarna Alami

    Pencucian

    Perendaman

    Penghancuran dengan blender

    Pemasakan sampai mendidih

    selama 10 menit

    Didiamkan hingga hangat

    Diaduk hingga rata

    Saos

    Pengupasan

    Analisa:

    1. Warna

    2. pH

    Sirup

    Essence (perasa)

    Pewarna Alami

    Didihkan hingga

    agak pekat

    Didiamkan hingga

    hangat

    Diaduk hingga rata

    Air, gula, natrium

    benzoat, asam sitrat

    Ubi Jalar

    Analisa:

    1. Warna 2. Antosianin 3. pH

    4. Organoleptik

  • 14

    I. Jadwal Kegiatan

    Kegiatan 1 2 3 4

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    Persiapan

    Penelitian Laboratorium

    Uji Produk

    Analisa Data dan Hasil Uji

    Penulisan Laporan

    J. BIAYA

    1. Bahan Habis Pakai

    Jenis Bahan Biaya Satuan Kebutuhan Jumlah

    1. Bahan baku penelitian:

    Biji Pinang Ubi jalar

    Rp 6.000/kg

    Rp 2.000/kg

    50 kg

    10 kg

    Rp 300.000,00

    Rp 20.000,00

    2. Bahan tambahan:

    Karagenan Gula Maltodekstrin Dekstrin Asam sitrat Benzoat Essence Bumbu-bumbu (saos tomat)

    Rp 100.000/kg

    Rp 8.000/kg

    Rp 100.000/kg

    Rp 100.000/kg

    Rp 850.000/kg

    Rp 45.000/kg

    Rp 7.000/botol

    -

    0,5 kg

    15 kg

    5 kg

    5 kg

    0,1 kg

    0,1 kg

    1 botol

    -

    Rp 50.000 ,00

    Rp 120.000,00

    Rp 500.000,00

    Rp 500.000,00

    Rp 85.000,00

    Rp 4.500,00

    Rp 7.000,00

    Rp 50.000,00

    3. Bahan Analisis Kimia:

    Analisa pH Analisa warna L*a*b* Twinter Antosianin Tanin Total Fenol Aktivitas Antioksidan

    (DPPH)

    Rendemen Organoleptik

    Rp 6.000/sampel

    Rp 8.000/sampel

    Rp 47.500/sampel

    Rp 17.500/sampel

    Rp 17.500/sampel

    Rp 25.000/sampel

    Rp 6.000/sampel

    Rp 10.000/sampel

    42 sampel

    42 sampel

    23 sampel

    20sampel

    20 sampel

    36 sampel

    18 sampel

    20 sampel

    Rp 252.000,00

    Rp 336.000,00

    Rp 1.092.500,00

    Rp 350.000,00

    Rp 350.000,00

    Rp 900.000,00

    Rp 108.000,00

    Rp 200.000,00

    Total Rp 5.225.000,00

    2. Sarana dan Prasarana Penelitian

    Jenis Biaya Satuan Kebutuhan Jumlah

    1. Sewa laboratorium Rp 50.000/bulan 4 bulan Rp 200.000,00

    2. Sewa peralatan laboratorium

    - - Rp 600.000,00

    Total Rp 800.000,00

  • 15

    3. Perjalanan

    Jenis Biaya

    satuan

    Kebutuhan Jumlah

    1. Transportasi pembelian

    kebutuhan bahan dan komunikasi

    - - Rp 500.000,00

    4. Lain-lain

    Rekapitulasi Biaya

    Jenis Jumlah

    1. Bahan habis pakai Rp 5.225.000,00

    2. Sarana dan prasarana Rp 800.000,00

    3. Perjalanan Rp 500.000,00

    4. Lain-lain Rp 464.000,00

    Total Rp 6.989.000,00

    Jenis

    Biaya satuan Kebutuhan Jumlah

    1. Biaya pengetikan Rp. 1000/jam 100 jam Rp. 100.000

    2. Kertas A4 80 gram Rp 32.000/rim 2 rim Rp 64.000

    3. Tinta Rp. 25.000/kotak 1 kotak Rp. 25.000

    3. Fotocopy + penjilidan

    laporan

    Rp. 7.500/jilid 10 jilid Rp. 75.000

    4. Dokumentasi kegiatan Rp. 10.000/cetak 10 cetak Rp. 100.000

    5. Konsumsi Rp. 100.000

    Total Rp. 464.000

  • 16

    K. DAFTAR PUSTAKA

    Anonymous. 2002. Maltodekstrin. http://www.encyclopedia.com. Diakses tanggal

    14 Oktober 2010

    Anonymaous.2007.Pinang. Http ://id.wikipedia.org wiki/pinang diakses tanggal

    15 Oktober 2010

    Amarowiez,R.,Naczk,M.,and shahidi,F.2000.Antioxidant Activity of Crude tannin

    Of Canola and RapeseednHulls.JAOCS,77,957-961

    Awika, J.M., Rooney, L.W and Wu, X. 2003. Screening methods To Measure

    Antioxidant Activity of Sorghum (Sorghum bicolor) and Sorghum

    Products. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 2003. 51, 6657-

    6662

    Darwis, D. 2000. Teknik Dasar Laboratorium dalam Penelitian Senyawa

    Bahan Alam Hayati, Workshop Pengembangan Sumber Daya

    Manusia dalam Bidang Kimia Organik Bahan Alam Hayati. FMIPA

    Universitas Andalas Padang.

    Dewi, A.K. 2000. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi Terhadap Sifat

    Fisik, Kimia dan Organoleptik Serbuk Effervescent Temulawak (Curcuma

    Xanthoririza Roxb.). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas

    Brawijaya. Malang

    Hui, Y. H. 1992. Encyclopedia of Food Science and Technology. Volume 2.

    John Wiley and Sons Inc. New York.

    Pokorni, J., Yamshlieva, N., and Gordon,M.,2001. Antioxidant in Food Practical

    Applications. CRC Press.New York

    Rayner, P. 1993. Colors. Dalam Mempelajari Ekstraksi Antosianin dari Kulit

    Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Menggunakan Pelarut Metanol

    Yang Diasamkan. (Skripsi). Metriva, M. 1995. Jurusan THP Fakultas TP

    Unibraw. Malang.

    Stepen,A.m.1995.Food Polysaccarides and Their Application. Marcel Dekker

    Inc. New York,Basel. Hongkong

    Susanto, T. 1999. Pengantar Pengolahan Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian.

    Universitas Brawijaya. Malang

    Winarno, F. G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.

    Jakarta.

    Wang,C.K., and Lee,W.H.,1996. Separation, Characteristics and Biological

    Activities of phenolic in area fruit.J. agric. Food Chem.,44,2014-2019

    Wetwiyaklung,P,Phaechamud,T.,Limmanvapirat,C.,Keokitichai,S.2006.The study

    of antioksidan Capacity in Various part of Arechea catecu L.Nareseun

    University Journal 1-14

    Yong,B.2009. Free radical Scavenging effect of Ethanol Extract from Areca

    Catecu. J Korea Soc.Appl.Biol.Chem.52(1),92-95(2009)

  • 17

    L. LAMPIRAN

    L.1 Lampiran 1 Ketua dan Anggota Kelompok

    1. Ketua pelaksana

    1. Nama : Dedy Bagus Prasetyo

    2. NIM : 0811030019

    3. TTL : Bojonegoro,13 Agustus 1990

    4. Jur/Fak : Teknologi Industri Pertanian / Teknologi Pertanian

    5. No. Hp : 085755662555

    6. Alamat asal : Pacul Permai Blok K 10 Bojonegoro

    7. Alamat Malang : Jl. Kertorahayu Dalam 50B Malang

    8. Email : [email protected]

    Waktu untuk Kegiatan PKM: 10 jam / minggu

    Anggota pelaksana 1

    1. Nama : Iyuki Harnowo

    2. NIM : 0711010067

    3. TTL : Tulungagung, 15 Mei 1989

    4. Jur/Fak : Teknologi Hasil Pertanian / Teknologi Pertanian

    5. No. Hp : 085755589714

    6. Alamat asal : Jl. Wilis III/16 Kalangbret Kauman Tulungagung

    7. Alamat Malang : Jl. Cikampek No. 7 Malang

    8. Email : [email protected]

    Waktu untuk kegiatan PKM : 10 jam/ minggu

    Anggota pelaksana 2

    1. Nama : Manggih Lejaringtyas

    2. NIM : 0811030120

    3. TTL : Trenggalek,12 juni 1990

    4. Jur/Fak : Teknologi Industri Pertanian / Teknologi Pertanian

    5. No. Hp : 085646776314

    6. Alamat asal : Desa Bendorejo RT 11 RW 07 kec.Pogalan Trenggalek

    7. Alamat Malang : Jalan Aries Munandar gang 5 No.318 malang

    8. Email : [email protected]

    Waktu untuk kegiatan PKM : 10 jam/ minggu

    Malang. 18 Oktober 2010

    Dedy Bagus Prasetyo

    NIM. 0811030019

    Dedy Bagus

    Praseyo

    NIM. 0811030019

    Malang. 18 Oktober 2010

    Iyuki Harnowo

    NIM. 0711010067

    Dedy Bagus

    Praseyo

    NIM. 0811030019

    Malang. 18 Oktober 2010

    Manggih Lejangringtyas

    NIM. 0811030120

  • 18

    Anggota Pelaksana 3

    1. Nama : M.Rizaf Oelil Albab

    2. NIM :0911010046

    3. TTL : Sidoarjo,19 Agustus 1991

    4. Jur/Fak : Teknologi Hasil Pertanian / Teknologi Pertanian

    5. No. Hp : 085857530551

    6. Alamat asal : Perum Unimas Garden Blok e-11 Waru Sidoarjo

    7. Alamat Malang : Jl Mertojoyo Blok S-2 Malang

    8. Email : [email protected]

    Waktu untuk kegiatan PKM : 10 jam/ minggu

    Anggota Pelaksana 4

    1. Nama : Agni Wulansari

    2. NIM : 0811030004

    3. TTL : Nganjuk, 22 Januari 1990

    4. Jur/Fak : Teknologi Industri Pertanian / Teknologi Pertanian

    5. No. Hp : 085648870717

    6. Alamat asal : griya permata ijen C4-16 Mojokerto

    7. Alamat Malang : Jalan Sumbersari gang 3 no. 191

    8. Email : [email protected]

    Waktu untuk kegiatan PKM : 10 jam/ minggu

    K.2 LAMPIRAN 2

    NAMA DAN BIODATA DOSEN PENDAMPING

    Daftar Riwayat Hidup Dosen Pembimbing

    Nama Lengkap : Arif Hidayat, STP, M.AIT

    NIP : 19810423 200501 1 008

    Alamat : Sitirejo Rt 08/I, Wagir, Malang

    Telp : (0341)463274

    Tertanda

    Arif Hidayat, STP, M.AIT

    19810423 200501 1 008

    Dr. Ir. Hj. Elok Zubaidah, MP

    NIP. 19590821 199303 2 001

    Malang. 18 Oktober 2010

    Agni Wulansari

    NIM. 0811030004

    Dedy Bagus

    Praseyo

    NIM. 0811030019

    Malang. 18 Oktober 2010

    M.Rizaf Oelil Albab

    NIM. 0911010046

    Dedy Bagus

    Praseyo

    NIM. 0811030019

  • 19

    L.2 Lampiran 2

    1. Analisa Total Fenol (Huang dan Yen, 2002)

    Sebanyak 0,5 ml larutan ditambah 0,1 ml aquades dan 50% reagen Folin

    Ciocalteu (0,1 ml)

    Campuran divorteks selama 3 menit

    Larutan ditambahkan dengan Na2CO3 2% sebanyak 2 ml

    Disimpan dalam ruang gelap selama 30 menit

    Absorbansi diukur pada = 750 nm

    2. Prosedur Analisa Warna Metode L*, a*, b* (Yuwono dan Susanto, 1998)

    Siapkan sampel cair dalam gelas

    Hidupkan color reader

    Tentukan target pembacaan L, a, b color space atau L, c, h

    Ukur warnanya

    Keterangan: L untuk parameter kecerahan (lightness), a dan b koordinator

    kromatisitas, c: kroma, h: sudut hue (warna)

    3. Analisa Aktivitas Antioksidan Metode DPPH (Hatano et al., 1998)

    Ekstrak sebanyak 4 ml

    Tambahkan larutan DPPH sebanyak 1 ml dengan konsentrasi 0,2 mM

    Diamkan selama 30 menit sebelum dilakukan analisa

    Ambil larutan sebanyak 1 ml dan ukur absorbansinya pada = 517 nm

    Efek penangkapan DPPH (%) = [(A0 A1) / A0] x 100%

    A0 = Absorbansi kontrol A1 = Absorbansi sampel

    4. Analisa Antosianin Metode Spektrofotometer (Giusti and Wrolstad, 2001)

    Membuat larutan buffer KCl 0,025 M, pH 1,0 dengan cara mencampurkan

    1,86 g KCl dengan 980 ml aquades dalam beaker. Mengukur pH dan

    mengaturnya sampai 1,0 dengan konsentrasi HCl yang sesuai.

    Dipindahkan dalam wadah 1 L dan ditambahkan aquades sampai 1 L.

    Membuat larutan buffer Na asetat 0,4 M, pH 4,5 dengan mencampurkan

    54,43 g CH3COONa . 3H2O dengan 960 ml aquades dalam beaker.

    Mengukur pH dan mengatur sampai 4,5 dengan konsentrasi HCl yang

    sesuai. Dipindahkan ke wadah 1 L dan ditambahkan aquades sampai 1 L.

    Menentukan faktor pengenceran yang tepat untuk sampel dengan

    pengenceran menggunakan buffer KCl pH 1,0 sampai absorbansi sampel

    pada max masuk dalam kisaran linier dari spektrofotometer (absorbansi

    kurang dari 1,2).

    Menyiapkan 2 sampel larutan, satu dengan buffer KCl pH 1,0 dan yang

    lain dengan buffer Na asetat pH 4,5. diencerkan tiap-tiap sampel untuk

    menentukan faktor pengenceran. Biarkan 15 menit agar tercampur merata.

    Mengukur absorbansi sampel pada max dan 700 nm.

    Menghitung absorbansi sampel dengan rumus :

    A = (Amax A700)pH 1,0 (Amax A700)pH 14,5

  • 20

    Kadar Total Antosianin dilakukan dengan : AxMWxDFx1000

    x 1

    Dimana : Kadar Antosianin (mg/1000ml)

    = koefisien absorbsivitas = 31700 L/mol dinyatakan sebagai Luteolidin-3-

    glucoside (MW = 433,2)

    DF = Faktor Pengencer

    5. Prosedur Analisa pH (Apriyantono, 1989)

    pH meter dikalibrasi dengan larutan buffer pH 4 dan 7, kemudian

    elektroda dibersihkan dengan aquades dan dikeringkan dengan tissue.

    Dilakukan pengukuran pH sampel. Setiap akan mengukur pH sampel,

    elektroda dibersihkan dengan aquades dan dikeringkan dengan tissue.

    6. Analisa Organoleptik (Sukarto,1995):

    Uji organoleptik dilakukan terhadap sampel berdasarkan metode hedonik

    yaitu membandingkan tingkat kesukaan panelis terhadap setiap perlakuan.

    Uji organoleptik dilakukan terhadap aroma dan rasa.

    Penilaian uji organoleptik dinyatakan dengan angka , mulai dari angka 7

    (sangat menyukai), 6 (menyukai), 5 (agak menyukai), 4 (netral), 3 (agak

    tidak menyu-kai), 2 (tidak menyukai ), 1 (sangat tidak menyukai).

    7. Analisa Rendemen (Yuwono dan Susanto, 1998)

    Bahan baku ditimbang sebelum dilakukan pengolahan

    Kemudian dibandingkan dengan produk selai yang dihasilkan

    Berat produk jadi

    Rendemen = ----------------------------- x 100 %

    Berat bahan baku

    8. Analisa Kadar Tanin Metode Lowenthal-Procter (Sudarmadji dkk, 1987)

    Sebanyak 5 g bahan yang telah ditumbuk halus ditambah 400 ml aquades

    kemudian dididihkan selama 15 menit.

    Setelah didinginkan dimasukkan ke dalam labu takar 500 ml dan ditambah

    aquades sampai tanda tera, lalu disaring (filtrat 1)

    Diambil 10 ml filtrat 1 ditambah 25 ml larutan indigokarmin dan 750 ml

    aquades. Selanjutnya dititrasi dengan larutan KNnO4 0,1 N sampai warna

    kuning emas, misal dibutuhkan A ml.

    Diambil 100 ml filtrat 1 ditambah berturut 50 ml larutan gelatin, 100 ml

    larutan garam asam, 10 g kaolin powder. Selanjutnya digojog kuat-kuat

    beberapa menit dan disaring (filtrat II).

    Diambil 25 ml filtrat II, dicampur dengan larutan indigokarmin sebanyak

    25 ml dan aquades 750 ml. Kemudian dititrasi dengan larutan KNnO4 0,1

    N, misal dibutuhkan B ml.

    Standarisasi larutan KNnO4 0,1 N dengan Na-Oksalat

    Perhitungan : 1 ml larutan KNnO4 0,1 N = 0,00416 g Tanin

    Kadar Tanin = (50A-50B) x N/0,1 x 0,00416 X 100%

    5