PKM-GT mas fikry (taman KB).doc
-
Upload
kemal-budi-m -
Category
Documents
-
view
293 -
download
11
Transcript of PKM-GT mas fikry (taman KB).doc
USULAN PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
STRATEGI RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA LIAR KE TAMAN
MENTERI SOEPENO DI KOTA SEMARANG
BIDANG KEGIATAN
PKM GT
Diusulkan oleh :
Fikry Shubhi Rasyidi D2A 008 025 (2008)
Frismai Anggit Purnaningsiwi
Wahyu Tunjung Sugandhiko 14020110130107 (2010)
Jurusan Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
1
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
1. Judul Kegiatan : 2. Bidang Kegiatan : ( ) PKMP ( ) PKMK
( ) PKMT ( ) PKMM3. Bidang Ilmu : Sosial Ekonomi4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Fikry Shubhi Rasyidib. NIM : D2A008025c. Jurusan : Adminisrasi Publikd. Universitas/Institut : Universitas Diponegoroe. Alamat Rumah dan Nomer HP : JL. Dewa Ujung no.57 RT 13/02 Ciracas, Jakarta Timurf. Alamat Email : [email protected]
5. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Retna, S.Sos Mapb. NIP : 19810721 200604 2 002c. Alamat rumah dan No. HP : 08179947839
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 3 Bulan8. Anggaran Biaya : 3 Juta (Tiga Juta Rupiah)
Semarang, 26 September 2011Menyetujui,
Ketua Jurusan Ketua Pelaksana Kegiatan
Drs. Aufarol
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Dosen Pembimbing
2
A. Judul
“STRATEGI RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA KE TAMAN
MENTERI SOEPENO DI KOTA SEMARANG”
B. Latar Belakang Masalah
Pedagang Kaki Lima atau disingkat PKL adalah istilah untuk menyebut
penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan
demikian karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah
dua kaki pedagang ditambah tiga "kaki" gerobak (yang sebenarnya adalah tiga
roda atau dua roda dan satu kaki). Saat ini istilah PKL juga digunakan untuk
pedagang di jalanan pada umumnya. (sumber : wikipedia)
Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan kolonial
Belanda. Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya
yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalanan kaki. Lebar ruas
untuk pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter.
Di mana ada pedagang kaki lima (PKL) di situ ada kesemrawutan dan
kemacetan. Stigma itu melekat erat pada PKL seantero negeri, hingga hari
ini. Tak cuma itu, PKL juga dianggap biang kotor dan sulit diatur. Pemberitaan
di media cetak, media elektronik, dan media online tentang bentrok antar-PKL
dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) senantiasa muncul setiap upaya
penertiban dilakukan. Ini kemudian menjadi berita biasa.
Kebanyakan PKL (terpaksa) berjualan di trotoar jalan protokol atau jalur
hijau yang dilarang untuk menjadi tempat berjualan karena mencari sesuap nasi
untuk mempertahankan hidupnya. Di sisi lain, pemerintah kabupaten/kota
berupaya mewujudkan daerahnya bersih, tertib, rapi, dan trotoar yang dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Ini menjadi pangkal musabab PKL dan
pemerintah kabupaten/kota selalu berhadap-hadapan yang berujung bentrok.
Sejatinya, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota
untuk menertibkan PKL mulai dari negosiasi, memberikan ganti rugi hingga
3
tindakan tegas. Namun seringkali tidak gayung bersambut, PKL tetap bergeming.
Dua kepentingan yang berbeda antara pemerintah daerah dengan PKL itu lah yang
kemudian harus disatukan menjadi hubungan simbiosis mutualisme tanpa harus
diwarnai bentrokan.
Upaya untuk melakukan relokasi sering mengalami banyak kendala
dikarenakan pertama Pedagang sudah sangat mapan ditempat yang lama, dimana
mereka merasa sudah “klop” dengan tempat mereka berjualan saat ini sehingga
ditimbang dari segi manapun memberatkan mereka untuk direlokasi. Kedua,
Takut kehilangan pelanggan, dengan berpindahnya lokasi tempat mereka
berdagang menimbulkan kekhawatiran mereka akan langganan mereka yang
selama ini berbelanja ke tempat tersebut enggan untuk ke tempat relokasi mereka,
dikarenakan akses yang kurang memadai. Alasan ketiga, yaitu mereka takut
apabila mereka pindah nanti ditempat baru takut dikenakan biaya relokasi yang
mencekik leher. Alasan keempat dimana pola pikir masih tradisional tidak
memikirkan jangka panjang untuk prospek yang lebih baik serta tidak peduli lagi
akan hak-hak orang lain/ kepentingan umum. Dan alasan yang paling mendasar
adalah mereka tidak mau repot untuk berpindah tempat, di tempat yang lama saja
mereka merasa sudah dapat untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari buat apa
bersusah-susah untuk berpindah tempat. Dengan berbagai alasan tersebut maka
sering terjadi konflik antara pihak pedagang dan pemerintah ketika akan
dilakukan proses relokasi.
Kota Semarang juga sudah melakukan penataan dan relokasi PKL tanpa
kekerasan. Pemerintah Kota Semarang menyediakan 45 lapak untuk para
pedagang kaki lima di Jalan Pahlawan dan Jalan Menteri Supeno (Taman
Keluarga Berencana) untuk relokasi pada 15 November 2010. Dari 45 lapak
tersebut, 30 di antaranya di Jalan Imam Bardjo untuk relokasi sementara PKL dari
Jalan Pahlawan dan 15 lapak lainnya di depan SMA Negeri 1 Semarang untuk
relokasi sementara PKL dari Jalan Menteri Supeno.
4
Melalui Regulasi Peraturan Daerah tentang Pengaturan dan pedagang kaki
lima Nomor 11 tahun 2000 dan pemakaian kekayaan Daerah nomor 6 tahun 2008.
Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima dan Asongan khususnya penataan PKL
kawasan Simpang lima dan Pahlawan sebesar RP. 370.483.000,00 yang telah di
relokasi ke kawasan Taman KB, Pemerintah Kota Semarang melakukan upaya
pembangunan lapak-lapak PKL di Taman Menteri Soepeno agar dapat menata
PKL-PKL liar yang berada di pinggiran jalan Kota Semarang.
Pemindahan 48 PKL oleh pemkot ini berjalan tertib dan tanpa penolakan
dari pedagang. Pemindahan PKL ke lokasi yang dikenal dengan sebutan Taman
KB ini juga menjadi catatan dalam kegiatan penataan PKL Kota Semarang. Untuk
pertama kalinya pemindahan PKL tidak diwarnai dengan ontran-ontran
penolakan.Sebagai bentuk apresiasi, Pemkot Semarang memfasilitasi pemindahan
itu dengan menggelar arak-arakan ala adat Jawa dan atraksi budaya lain. Para
pedagang menyatakan siap menjaga tempat kebersihan mereka dan keamanan
Taman KB.“Mewakili pedagang lain,kami sangat mengapresiasi Pemkot yang
telah menyediakan tempat jualan secara gratis.
Akan tetapi upaya relokasi yang dilakukan Pemerintah Kota Semarang
tidak sepenuhnya mulus karena muncul permasalahan bahwa regulasi yang ada
seperti , Peraturan Daerah tentang Pengaturan dan pedagang kaki lima Nomor 11
tahun 2000 dan pemakaian kekayaan Daerah nomor 6 tahun 2008 tidak mampu
menjadi pedoman Pemerintah untuk menciptakan Penataan yang harmonis antara
kawasan hijau,tempat publik dan PKL.
Jika ditinjau secara regulasinya maka relokasi PKL ke Taman KB BS di
cap Melanggar Hukum. Taman KB merupakan kawasan RTH ( Ruang terbuka
hijau ) dengan jenis taman kota sehingga tidak tepat jika RTH dialihfungsikan
menjadi kawasan komersial meskipun hanya untuk merelokasikan PKL. Di dalam
Permendagri No.1 Th. 2007 tentang Pemanfaatan RTHKP pasal 3 bahwa fungsi
RTH adalah pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan, pengendali
pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara; . tempat perlindungan plasma
5
nuftah dan keanekaragaman hayati; pengendali tata air; dan sarana estetika kota.
Sedangkan Manfaat RTH sendiri dalam pasal 4 adalah sarana untuk
mencerminkan identitas daerah; sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan;
sarana rekreasi aktif dan pasif serta interkasi sosial; meningkatkan nilai ekonomi
lahan perkotaan; menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah;
sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula; sarana ruang
evakuasi untuk keadaan darurat; memperbaiki iklim mikro; dan meningkatkan
cadangan oksigen di perkotaan. Sudah sangat jelas diterangkan dalam
permendagri tersebut , sehingga taman KB lebih diperioritaskan kepada fungsi
sebenarnya yaitu sebagai taman kota. Pernyataan tersebut dikuatkan dengan
permendagri No. 1 tahun 2007 pasal 12 poin 3 bahwa RTH publik tidak bisa
dialihfungsikan.
Belum lagi mengenai permasalahan jam berjualan Butuh waktu untuk
menyamakan beda pandangan yang sempat muncul. Dimana kebijakan bar
Pemkot Semarang tersebut adalah para PKL yang menempati Taman KB hanya
boleh berjualan pada malam hari. Soal jam berjualan hanya malam hari tidak ada
masalah bagi PKL Jalan Pahlawan karena dari dulu mereka selalu berjualan pada
malam hari. Akan tetapi tidak bagi PKL yang sebelumnya berjualan siang hari di
depan SMA 1 Semarang.
Melihat kondisi yang telah dijelaskan di atas mengenai permasalahan
reloksi PKL liar ke Taman KB atau Taman Menteri Soepeno di Kota Semarang
memancing semangat peneliti untuk melakukan penelitian dengan mengambil
judul “STRATEGI RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA KE TAMAN
MENTERI SOEPENO DI KOTA SEMARANG”, agar penelitian tersebut dapat
dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka penetapan strategi yang tepat di
dalam upaya reloksi PKL liar ke Taman KB di Kota Semarang, agar terciptanya
kesepakatan antara semua belah pihak yang terlibat.
6
C. Perumusan Masalah
Dari beberapa uraian yang telah disebutkan pada latar belakang maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa saja upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota Semarang dalam
upaya relokasi PKL dari Jalan Pahlawan ke Taman KB ?
2. Apakah program yang dilakukan Pemerintah Kota Semarang telah mampu
memberikan kemanfaatan kepada para pedagang tersebut ?
3. Bagaimana tindakan yang seharusnya dilakukan Pemerintah untuk
mendapatkan win-win solution di dalam upaya relokasi liar dari Jalan
Pahlawan ke Taman KB ?
D. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota
Semarang di dalam upaya relokasi PKL liar di Jalan Pahlawan ke Taman
Menteri Soepeno.
2. Untuk Mengetahui apakah upaya yang dilakukan Pemerintah Kota
Semarang di dalam upaya relokasi PKL liar di Jalan Pahlawan ke Taman
Menteri Soepeno telah memberikan manfaat yang baik bagi para pedagang
yang direlokasi tersebut atau belum.
3. Untuk mengetahui apa yang seharusnya dilakukan Pemerintah Kota
Semarang untuk menyukseskan relokasi PKL liar di Jalan Pahlawan ke
Taman Menteri Soepeno di Kota Semarang.
E. Luaran yang Diharapkan
Luaran yang kami harapkan dengan adanya ide gagasan ini adalah dapat
membantu pemerintah atau instansi terkait strategi peyuksesan relokasi PKL
dari Jalan Pahlawan ke Taman Menteri Soepeno. Di mana tidak terjadi
resistensi antara warga dengan pemerintah setempat. Sehingga diharapkan
dapat menemukan strategi yang pas (Win-Win Solution) untuk jangka pendek
maupun jangka panjang ke depannya.
7
Dengan strategi yang kami usulkan tersebut, sebagaimana mestinya sebuah
ide yang tertuang dalam gagasan ilmiah dapat dipergunakan ke dalam
program-program nyata pemerintah, sehingga tidak hanya terhenti dalam
aspek teoritis saja namun bekerja secara aplikatif dalam lingkungan
masyarakat. Juga masyarakat sebagai objek penelitian diharapkan mampu
membantu
F. Kegunaan
1. Bagi peneliti, sebagai bentuk penerapan/aplikasi dari ilmu pengetahuan
yang telah diperoleh di dalam bangku perkuliahan.
2. Bagi Pemerintah Kota Semarang, untuk membantu memberikan masukan
bagaimana upaya yang tepat untuk dilakukan dalam upaya relokasi PKL
liar di Jalan Pahlawan ke Taman Menteri Soepeno agar dapat tercipta win-
win solution,sehingga dapat menata Kota tanpa terjadi konflik dengan para
pedagang.
3. Bagi Pedagang, untuk membantu para Pedagang menyampaikan aspirasi
serta kebutuhan mereka terhadap upaya relokasi yang dilkakukan
Pemerintah Kota.
G. Tinjauan Pustaka
Best Practice
Pedagang kaki lima (PKL) di sejumlah daerah sering menjadi
permasalahan perkotaan yang tidak ada habisnya. Mereka sering kali dituding
mengganggu ketertiban lalu lintas dan menggunakan saluran air terdekat
untuk membuang sampah dan mencuci, sehingga keberadaannya memiliki
stigma negatif di kalangan masyarakat. Sehingga masalah penggusuran
hingga bentrok dengan Satpol PP kerap mewarnai hari-hari PKL. Tetapi tidak
seperti di kota Surakarta, yang mana Pemkot membuat kebijakan dalam
pembinaan dan penataan pedagang kaki lima yaitu berdasarkan Keputusan
Walikota Surakarta No. 644/140/1/2006 tentang Penetapan Lokasi
Pembangunan Pasar Klitikan di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar
8
Kliwon Kota Surakarta, yang didalamnya juga mengatur dalam hal relokasi
pedagang kaki lima.
Program kebijakan pemerintah berupa relokasi pedagang kaki lima
tersebut dilakukan Pemerintah Kota Surakarta dengan harapan terwujudnya
suatu lingkungan kota Surakarta yang rapi, tertib, aman, nyaman, serta indah.
Pelaksanaan program relokasi pedagang kaki lima di kota Surakarta juga
berorientasi ke arah peningkatan potensi sumber daya alam dan pengelolaan
lahan seoptimal mungkin untuk kepentingan semua pihak.
Sebenarnya PKL itu hanya berusaha untuk mencari makan tanpa
meminta-minta. Oleh karena itu Pemkot Surakarta berusaha mengatur PKL
dengan baik, sehingga PKL mampu memberikan sumbangan pendapatan bagi
daerah. Dari yang sebelumnya tidak ada, sekarang mereka dapat memberikan
kontribusi kepada pemerintah daerah, asalkan mereka diberi tempat
terhormat. Berikanlah mereka tempat layak usaha yang tentunya dapat
memberikan keuntungan bagi para PKL. Tentunya para PKL ini sendiri harus
dapat menerima peraturan yang diberikan oleh Pemkot. Jangan sampai
pedagang kaki lima mendatangkan kemacetan dan gangguan ketertiban. Dan
para PKL ini harus tetap membayar uang retribusi untuk daerah, sehingga
daerah juga mendapatkan keuntungan dari program relokasi PKL tersebut.
Total pendapatan sektor PKL setelah dilakukan relokasi meningkat
lebih dibandingkan pendapatan ketika PKL belum direlokasi. Dari hal ini
dapat kita simpulkan bahwa peraturan yang dibuat oleh pemerintah untuk
merelokasi PKL memberikan dampak positif yang berkelanjutan, PKL
menjadi lebih terlindungi dari penggusuran, mendapatkan tempat-tempat
usaha yang strategis, hingga berperan serta dalam perekonomian di daerahnya
yang akan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) mereka. Sehingga PKL
di Surakarta kini tidak lagi menjadi pengganggu kenyamanan dan keasrian
lingkungan, malah menjadi penyokong PAD Surakarta.
9
Teori Perencanaan
Telah umum diketahui bahwa seluruh usaha pencapaian tujuan
organisasi mutlak perlu didasarkan pada suatu kebijaksanaan dasar yang
dikenal pula dengan istilah strategi organisasi. Peranan yang dimainkan oleh
strategi tersebut yaitu sebagai penentu arah yang harus ditempuh oleh
organisasi bersangkutan. Akan tetapi, kebijaksanaan dasar haruslah
sedemikian rupa pendekatan dan sistematika sehingga tidak sukar untuk
dijabarkan lebih lanjut. Penjabaran yang dimaksud dilakukan dengan
perencanaan. Perencanaan merupakan usaha dasar dan pengambilan
keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal – hal yang
akan dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Definisi tersebut
mengandung empat pokok pikiran sebagai berikut :
Pertama, suatu rencana tidak akan timbul dengan sendirinya
melainkan lahir sebagai hasil pemikiran yang bersumber pada hasil penelitian
yang telah dilakukan. Artinya, kegiatan penelitian harus mendahului
perencanaan, atau paling sedikit sebagai bagian integral dari keseluruhan
kegiatan perencanaan.
Kedua, para manajer selaku perencana mutlak perlu memiliki
keberanian mengambil keputusan dengan segala resikonya. Dikatakan
demikian karena memang benar bahwa suatu rencana adalah keputusan yang
hendak dilaksanakan di masa yang akan datang dan salah satu ciri masa
depan ialah ketidakpastian.
Ketiga, orientasi suatu rencana ialah masa depan. Perlu ditekankan
bahwa perencanaan bukanlah usaha untuk meramalkan suatu masa depan
secara umum, melainkan menentukan bentuk dan sifat masa depan yang
diinginkan oleh organisasi. Akan tetapi, sesungguhnya perjalanan suatu
organisasi merupakan suatu kontinum.
10
Keempat, rencana harus mempunyai makna bahwa apabila rencana itu
dilaksanakan, ia akan mempermudah usaha yang akan dilakukan dalam
pencapaian tujuan organisasi yang bersangkutan.
Manajemen Strategi
Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani Strategos atau strategus
dengan kata jamak strategi. Hax dan Majluf (Salusu, 1996) mencoba
menawarkan rumusan yang komprehensif tentang strategi sebagai berikut :
1. Suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu dan integral
2. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam pengertian
sasaran jangka panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi
sumber daya
3. Menyeleksi bidang yang akan dilakukan atau akan dilaksanakan
organisasi
4. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan
memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari
lingkungan ekternal organisasi, dan kekuatan serta kelemahannya
5. Melibatkan semua tingkat organisasi dan hierarki
Proses manajemen strategi dipengaruhi pula oleh lingkungan.
Lingkungan eksternal dibagi dalam empat bagian, yaitu lingkungan umum,
lingkungan industri dan lingkungan internal (lingkungan khusus)
perusahaan serta lingkungan global. Lingkungan umum, lingkungan industri
dan lingkungan global meliputi faktor – faktor di luar perusahaan yang
dapat memberikan informasi tentang peluang atau ancaman bagi
perusahaan. Sedangkan lingkungan internal perusahaan meliputi faktor –
faktor di dalam perusahaan yang dapat memberikan informasi tentang
kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Setelah melakukan analisis lingkungan, langkah selanjutnya adalah
menentukan arah untuk masa depan atau menetukan cara untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan oleh para perencana. Kemudian, tahap terakhir
11
dari manajemen strategi adalah pengendalian strategi. Pengendalian
merupakan aktivitas untuk menemukan, mengoreksi adanya penyimpangan
dari hasil yang telah dicapai dibandingkan dengan rencana kerja dan ukuran
standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Salah satu model yang digunakan untuk menganalisis adalah strategi
portofolio. Strategi portofolio merupakan alat untuk menganalisis posisi
relatif perusahaan dalam industri, dan hubungan antara seluruh bisnis di
dalam perusahaan tersebut. Ada lima alat yang bisa digunakan dalam bagian
ini. Alat tersebut antara lain Matriks pertumbuhan pangsa pasar, matriks
daya tarik industri, Matriks daur kehidupan industri, matriks SWOT, dan
The Quantitative Strategic Planning Matrix.
Ada beberapa model yang digunakan di dalam manajemen strategi.
Salah satu model yang digunakan untuk menganalisis adalah strategi
portofolio. Strategi portofolio merupakan alat untuk menganalisis posisi
relatif perusahaan dalam industri, dan hubungan antara seluruh bisnis di
dalam perusahaan tersebut. Ada lima alat yang bisa digunakan dalam bagian
ini. Alat tersebut antara lain Matriks pertumbuhan pangsa pasar, matriks
daya tarik industri, Matriks daur kehidupan industri, matriks SWOT, dan
The Quantitative Strategic Planning Matrix.
Pada penelitian kali ini, alat yang digunakan adalah matriks SWOT.
Matriks SWOT (Strength-Weaknesses-Opportunities-Threats) merupakan
matching tool yang membantu para manajer mengembangkan empat tipe
strategi, yaitu :
1) Strategi SO (Strengths-Opportunities)
Strategi SO adalah strategi yang digunakan perusahaan dengan
memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki/
Strenghts (S) untuk memanfaatkan berbagai peluang/ Opportunities
(O).
12
2) Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)
Strategi WO adalah strategi yang digunakan perusahaan dengan
seoptimal mungkin meminimalisir kelemahan/ Weaknesses (W)
yang ada untuk memanfaatkan berbagai peluang/ Opportunities
(O).
3) Strategi ST (Strength-Threats)
Strategi ST adalah strategi yang digunakan perusahaan dengan
memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan /Strengths (S) untuk
mengurangi berbagai ancaman /Threats (T) yang mungkin
melikupi perusahaan.
4) Strategi WT (Weaknesses-Threats)
Strategi WT adalah strategi yang digunakan untuk mengurangi
kelemahan /Weaknesses (W) dalam rangka meminimalisir atau
menghindari ancaman /Threats (T).
H. Metode Pelaksanaan
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti menggunakan tipe
penelitian jenis deskriptif kualititatif. Penelitian deskriptif bertujuan
melakukan penafsiran terhadap fenomena sosial, menggambarkan suatu
gejala sosial tertentu.
Sehingga dalam penelitian deskriptif kualititatif ini, peneliti mencoba
menjelaskan bagaimana upaya relokasi Pedagang Kaki Lima dari Jalan
Pahlawan ke Taman Menteri Soepeno yang dilakukan Pemerintah Kota
Semarang , serta menjelaskan apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan,
faktor pendorong, dan faktor penghambat upaya tersebut. Kemudian strategi
apa yang tepat dilakukan dalam kondisi tersebut.
Penelitian ini mengambil lokus pada Pedagang Kaki Lima yang telah
di relokasi ke taman Menteri Soepeno. Penelitian ini berfokus pada
Reloaksi Pedakang Kaki Lima dari Jalan Pahlawan ke Taman Menteri
13
Soepeno atau Taman KB, dimana akan dianalisis faktor – faktor pendorong,
peluang, hambatan, dan ancaman yang terdapat di sana.
Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti
sendiri. Artinya, data sangat bergantung pada validitas peneliti dalam
melakukan pengamatan dan eksplorasi langsung ke lokasi penelitian.
Penelitian merupakan pusat dan kunci data yang paling menentukan dalam
penelitian kualitatif (Afifuddin, 2009 : 125). Dalam penelitian ini, peneliti
berkedudukan sebagai perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis,
penafsir data dan pada akhirnya peneliti menjadi pelapor hasil
penelitiannya. Pengertian instrument atau alat penelitian ini karena peneliti
menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian ini.
Adapun sumber data yang digunakan di dalam penelitian ini terdiri
dari :
1. Data primer dari penelitian ini bersumber dari para Pedagang Kaki
Lima yang telah direlokasi ke Taman Menteri Soepeno dan para
instansi yang terkait dalam penelitian ini.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka atau bahan
informasi lain yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti,
baik dari tinjauan pustaka maupun dokumen – dokumen
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain:
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumen
Pada analisis data kualitatif, kata – kata yang dibangun dari hasil
wawancara dan diskusi yang terfokus terhadap data yang dibutuhkan
untuk dideskripsikan dan dirangkum. Tahapan – tahapan penganalisisan
data adalah sebagai berikut :
14
1) Membiasakan diri dengan data melalui tinjauan pustaka
2) Membaca, mendengar, dan melihat
3) Membuat transkrip wawancara dari perekam
4) Mengatur dan mengindeks data yang telah diidentifikasi
5) Memberikan anonim dari data yang sensitif
6) Mengoding
7) Mengidentifikasikan tema
8) Mengoding ulang
9) Mengembangkan kategori
10) Mengeksplorasi hubungan antara kategori
11) Mengulangi tema dan kategori
12) Membanguan teori dan menggabungkan pengetahuan yang
sebelumnya, selain itu juga dapat dilakukan pengujian data denga teori
lainMenulis laporan
I. Jadwal Kegiatan
1. Bulan Pertama : -Pembuatan rencana pelaksanaan kegiatan
-Pemberangkatan tim ke lapangan
-Survey 1 menyeluruh ke Masyarakat
-penilitian ke dinas Pasar Kota Semarang
-penelitian ke instansi terkait lainnya
-Evaluasi hasil Survey lapangan
-Survey 2 ke seluruh Pedagang dan instansi yang
bersangkutan
2. Bulan Kedua : -Koordinasi dengan instansi terkait
-Pengolahan data hasil survey lapangan
-Pembentukkan gagasan atas ide hasil survey
-Survey mengenai gagasan atau ide yang tercipta
ke Instansi dan beberapa pedagang kaki lima di
Taman Meneteri Soepeno
-Pembuatan Laporan Penelitian
15
3. Bulan Ketiga : -Finishing Touch pembuatan laporan hasil penelitian
-Pengumpulan Laporan Penelitian
J. Rancangan Biaya
NO KETERANGAN VOLUME JUMLAH 1 Penyusunan Proposal dan laporan Pembelian HVS 5 Rim @ Rp.40.000,- Rp 200,000 Jilid 10 bendel @ Rp. 10.000,- Rp 100,000 Tinta Rp. 250.000,- Rp 250,000 2 Pra-Survey
Tape Recorder Rp 350,000Pembelian ATK Rp 250.000Foto copy Rp 100.000
3 Survey : Koordinasi 1 Rp 200,000 Koordinasi 2 Rp 200,000 4 Pelaksanaan : 1 Transportasi * Bensin 50 L @ Rp. 4.500,- Rp 225,000 * Servis Kendaraan Rp 500,000 2 Konsumsi Rp 500,000
Total Dana Rp 3.000,000
DAFTAR PUSTAKA
16
Afifuddin. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Pustaka Setia.
Amirullah. 2004. Pengantar Manajemen. Yogyakarta : Graha Ilmu.
PB, Triton. 2007. Manajemen Strategis. Yogyakarta : TUGU.
Siagian, Prof. Dr. Sondang, M.P.A. 2005. Fungsi – Fungsi Manajerial. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Usmara, A. 2003. Implementasi Manajemen Stratejik. Yogyakarta : AMARA BOOKS.
Lampiran 1
17
NAMA DAN BIODATA DOSEN PEMBIMBING
Nama : Retna, S.Sos Map
NIP/NIK : 19810721 200604 2 002
Tempat dan Tanggal Lahir : ,21 Juli 1981
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Golongan/Pangkat : III A
Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
Perguruan Tinggi : Universitas Diponegoro
Alamat Kantor : Jl. Prof. Sudharto, SH., No. 13 Semarang
Alamat Rumah : Jl.
Nomor Telepon : 08179947839
Email :
Lampiran 2
18
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Fikry Shubhi Rasyidi
2. NIM : D2A008025
3. Tempat/Tanggal Lahir : Samarinda, 30 Oktober 1990
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki
5. Alamat : Jl. Dewa Ujung no 57 RT 13/02 Ciracas Ciracas Jakarta Timur
6. E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal:
SDN 14 Cipinang Besar Selatan Jakarta Tiumr
SMPN 27 Jakarta
SMAN 12 Jakarta
FakultasIlmuSosialdanIlmuPolitik Universitas Diponegoro, 2008-sekarang
Pengalaman Akademik dan Organisasi selama menjadi mahasiswa
Institusi Jabatan Periode Kerja
OSIS Ketua II 2005-2006
HMJ Adm. Publik Sekretaris Bidang 1 2009
HMJ Adm. Publik Sekretaris Umum 2010
HMJ Adm. Publik Ketua Umum 2011
FKMM Fisip Ketua Dept. HRD 2010
PSC (Public Study Center) Anggota Bid. Kaderisasi 2010
Semarang, 27 September 2011
Yang menyatakan,
Fikry Shubhi Rasyidi
D2A008025
Lampiran 3
19
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Wahyu Tunjung Sugandhiko
2. NIM : 14020110130107
3. Tempat/Tanggal Lahir : Semarang, 01 Mei 1992
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki
5. Alamat : Bukit Manyaran Permai M.24
RT 02/RW 05, Kel.Sadeng, Kec.Gunung Pati
Semarang
6. E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal:
SD : SD Negeri Pendrikan Utara 03-04
SMP : SMP Kesatrian 2 Semarang
SMA : SMA Negeri 6 Semarang
FakultasIlmuSosialdanIlmuPolitik Universitas Diponegoro, 2010-sekarang
Pengalaman Akademik dan Organisasi selama menjadi mahasiswa
Institusi Jabatan Periode Kerja
FKMM Staff Biro Kewirausahaan 2010-2011
HMJ Anggota Bidang Kesma dan Pengabdian Masyarakat
2010-2011
Semarang, 28 September 2011
Yang menyatakan,
Wahyu Tunjung Sugandhiko
14020110130107
Lampiran 4
20
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Frismai Anggit Purnaningsiwi
NIM : 1402011012007
Tempat/Tanggal Lahir : Madiun, 27 Mei 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Cahyo Indah A/6 Perumahan Kartoharjo Indah, Madiun
E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal:
SDN Kelun
SMP Negeri 4 Madiun
SMA Negeri 2 Madiun
FakultasIlmuSosialdanIlmuPolitik Universitas Diponegoro, 2010-sekarang
Pengalaman Akademik dan Organisasi selama menjadi mahasiswa
Institusi Jabatan Periode Kerja
Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Adm. Publik
Staff PSDM (PengembanganSumberDayaMahasiswa)
2010-2011
Forum Silaturahmi Mahasiswa (FOSMA) JATENG
Sekretaris II 2010-2011
FKMM Rohis FISIP Undip Staff HRD 2010-2011
Semarang, 13 September 2011
Yang menyatakan,
Frismai Anggit Purnaningsiwi
14020110120075
21