Pkm difabel (revisi 251012) baru

15
1 A. JUDUL PROGRAM Partisispasi Kaum Difabel dalam Pembuatan Kebijakan Publik pada Fasilitas Umum di Kabupaten Bantul B. LATAR BELAKANG MASALAH Difabel merupakan bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki hak, kedudukan, dan peran yang sama, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat. Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari kaum difabel memiliki keterbatasan dalam mengakses pelayanan publik yang seharusnya masih menjadi hak mereka. Fasilitas-fasilitas di dalam ruang publik tidak aksesibel dan belum ramah bagi kaum difabel. Hal ini mengakibatkan difabel mengalami kesulitan dalam beraktivitas. Kondisi ini dikarenakan kurang sensitifnya dan belum terimplementasi kebijakan publik terhadap keberadaan difabel (Hesty, dkk, 2012) Menurut data di Dinas Sosial DIY pada 2006 tercatat ada sekitar 370 ribu difabel. Jumlah ini bertambah sebanyak 891 orang pasca gempa bumi 27 Mei 2006. Pada peringatan Hari Internasional Penyandang Cacat 2007 Sultan menyebutkan pada 2004 jumlah kaum difabel di DIY sebanyak 17.272 orang, dan setelah terjadi gempa pada tahun 2006 jumlahnya meningkat menjadi 24.225 orang jumlah ini tentunya semakin menambah kaum difabel. Menurut menteri kesehatan kaum difabel di Indonesia saat ini berjumlah sekitar 6, 7 juta jiwa dalam kehadiranya kita tidak dapat menutup mata karena mereka memiliki hak yang sama, tetapi sangat disayangkan pemerintah sendiri tidak mengimplementasi undang- undang seutuhnya denga atas nama masyarakat. Pertumbuhan jumlah difabel di Yogyakarta mengalami kenaikan yang signifikan, terutama setelah terjadi gempa bumi pada 27 Mei 2006 yang lalu. Di Sleman, misalnya sebelum gempa jumlah difabel tercatat sebanyak 4.136 jiwa, dan setelah gempa naik menjadi 6.370 jiwa. Demikian juga di Kota Yogyakarta, Bantul, Kulonprogo dan Gunung Kidul mengalami kenaikan. Jika dipersentasekan, maka kenaikan tertinggi jumlah difabel terjadi di Bantul yang mencapai 22.71%, disusul peringkat kedua di Sleman yang mengalami kenaikan mencapai 21.26%, dan berikutnya di Gunung Kidul yang mengalami kenaikan mencapai 20.18%. Sementara di Kulonprogo kenaikan jumlah difabel hanya mencapai kisaran 12.13%, dan yang kenaikannya paling sedikit adalah di Kota Yogyakarta yang hanya mencapai

description

 

Transcript of Pkm difabel (revisi 251012) baru

Page 1: Pkm  difabel (revisi 251012) baru

1

A. JUDUL PROGRAM

Partisispasi Kaum Difabel dalam Pembuatan Kebijakan Publik pada Fasilitas Umum di

Kabupaten Bantul

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Difabel merupakan bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki hak, kedudukan,

dan peran yang sama, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat. Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari

kaum difabel memiliki keterbatasan dalam mengakses pelayanan publik yang seharusnya

masih menjadi hak mereka. Fasilitas-fasilitas di dalam ruang publik tidak aksesibel dan

belum ramah bagi kaum difabel. Hal ini mengakibatkan difabel mengalami kesulitan dalam

beraktivitas. Kondisi ini dikarenakan kurang sensitifnya dan belum terimplementasi

kebijakan publik terhadap keberadaan difabel (Hesty, dkk, 2012)

Menurut data di Dinas Sosial DIY pada 2006 tercatat ada sekitar 370 ribu difabel.

Jumlah ini bertambah sebanyak 891 orang pasca gempa bumi 27 Mei 2006. Pada peringatan

Hari Internasional Penyandang Cacat 2007 Sultan menyebutkan pada 2004 jumlah kaum

difabel di DIY sebanyak 17.272 orang, dan setelah terjadi gempa pada tahun 2006

jumlahnya meningkat menjadi 24.225 orang jumlah ini tentunya semakin menambah kaum

difabel. Menurut menteri kesehatan kaum difabel di Indonesia saat ini berjumlah sekitar 6, 7

juta jiwa dalam kehadiranya kita tidak dapat menutup mata karena mereka memiliki hak

yang sama, tetapi sangat disayangkan pemerintah sendiri tidak mengimplementasi undang-

undang seutuhnya denga atas nama masyarakat.

Pertumbuhan jumlah difabel di Yogyakarta mengalami kenaikan yang signifikan,

terutama setelah terjadi gempa bumi pada 27 Mei 2006 yang lalu. Di Sleman, misalnya

sebelum gempa jumlah difabel tercatat sebanyak 4.136 jiwa, dan setelah gempa naik menjadi

6.370 jiwa. Demikian juga di Kota Yogyakarta, Bantul, Kulonprogo dan Gunung Kidul

mengalami kenaikan. Jika dipersentasekan, maka kenaikan tertinggi jumlah difabel terjadi di

Bantul yang mencapai 22.71%, disusul peringkat kedua di Sleman yang mengalami kenaikan

mencapai 21.26%, dan berikutnya di Gunung Kidul yang mengalami kenaikan mencapai

20.18%. Sementara di Kulonprogo kenaikan jumlah difabel hanya mencapai kisaran 12.13%,

dan yang kenaikannya paling sedikit adalah di Kota Yogyakarta yang hanya mencapai

Page 2: Pkm  difabel (revisi 251012) baru

2

4.04%. Dengan demikian, jumlah difabel pasca gempa mencapai 27.439 jiwa (Kompas,

10/12/2007).

Namun kekecewaan kebijakan publik pada tataran legislasi DPRD Kabupaten Bantul

masih dirasakan kurang optimal dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penyaluran aspirasi

pada kaum minoritas yang terpinggirkan tidak dapat tersalurkan dengan baik terkait dengan

pembuatan fasilitas umum bagi kaum difabel serta dana untuk mengimplementasikan aspirasi

kaum termarjinalkan tidak dapat teralisasi secara maksimal. Tugas dari DPRD Kabupaten

Bantul salah satunya adalah untuk mensejahterahkan masyarakatnya dengan pelayanan yang

optimal, tetapi hingga saat ini kaum yang sangat membutuhkan bantuan yang real harus

dilaksanakan pemerintah nyatanya tidak teralisasi dengan baik. (Awang, 2010)

Berangkat dari permasalahan diatas, maka isu difabel menjadi isu yang menarik untuk

dikaji dan diteliti terutama dalam hal partisipasi dalam kebijakan publik terkait dengan

fasilitas umum di Kabupaten Bantul.

C. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana partisipasi kaum difabel terhadap pembuatan kebijakan publik di daerah

Kabupaten Bantul?

D. TUJUAN PROGRAM

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini diantaranya adalah:

1. Tujuan umum

Mampu menjelaskan sejauhmana partisipasi kaum divabel terhadap pembuat

kebijakan publik dibantul

2. Tujuan khusus

Mengetahui bagaimana peran pemerintah terhadap keterlibatan kaum difabel

dalam pembuatan kebijakan publik di kabupaten bantul

Mengetahui bagaimana hasil kebijakan publik yang telah melibatkan kaum difabel

Page 3: Pkm  difabel (revisi 251012) baru

3

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran dari penelitian ini adalah artikel ilmiah yang akan diterbitkan dalam Jurnal

Studi Ilmi Pememrintahan Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

F. KEGUNAAN PROGRAM

Program penelitian ini memiliki beberapa kegunaan, antara lain:

1. Memberikan kesempatan bagi kaum difabel untuk mendapatkan haknya melalui

aspirasi (pendapat) terhadap kebijakan publik.

2. Memberikan fasilitas umum kepada kaum difabel sebagai masyarakat minoritas

3. Menjalankan kewajiban dan fungsi DPRD Kabupaten Bantul sebagai pengelola dan

pelaksana dalam kepemerintahan suatu Negara

4. Meningkatkan partisipasi kaum difabel dalam menuntut hak dan kewajibannya

sebagai warga Negara Indonesia

G. TINJAUAN PUSTAKA

1. Partisipasi publik

Partispasi publik merupakan kegiatan untuk mempengaruhi keputusan

pemerintah, tanpa melihat bentuk, sifat dan hasil dari partisipasi yang dilakukannya

(Saifudin, 2009: 18). Sedangkan menurut (Miriam budiardjo, 2009:367) partisipasi

kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secar aktif dalam kehidupan

politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan Negara dan, secara langsung atau

tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (publik policy).

Terdapat tiga golongan manfaat dari partisipasi, sebagaimana yang

dikemukakan oleh Brinkerkoff & Cresby (2002):

Manfaat yang diterima oleh kelompok yang baru berpartisipasi namun menunjang

keberhasilan implementasi atau keberlanjutan atas suatu kebijakan baru.

Manfaat yang terkait dengan upaya memperluas partisipasi namun sekaligus

meningkatkan keberhasilan suatu implementasi kebijakan atau membaiknya

pelayanan.

Page 4: Pkm  difabel (revisi 251012) baru

4

Manfaat terkait dengan upaya mencari tambahan dukungan, legitimasi,

transparansi, dan responsivitas atas suatu kebijakan baru

2. Kebijakan publik

Menurut Riant Nugroho (2003:50) kebijakan publik yang terbaik adalah

kebijak publik yang terbaik adalah kebijakan yang mendorong setiap warga Negara

masyarakat daya saingnya masing-masing, dan bukan semakin menjeruskan kedalam

pola ketergantungan.Kebijakan publik adalah sebagai manajemen pencapaian tujuan

nasional, yaitu:

Kebijakan publik mudah untuk dipahami, krena makna nya adalah “hal-hal yang

dikerjakan untuk mencapai tujuan nasional”

Kebijakan publik mudah diukur karena ukurannya jelas yakni sejauh mana

kemajuan pencapaian cita-cita sudah ditempuh.

Terdapat tiga kegiatan pokok yang berkenaan dengan kebijakan publik, yaitu :

Pertama, Perumusan kebijakan. Kedua, Implementasi kebijakan, dan yang ketiga

adalah Evaluasi kebijakan. Sehingga kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan

yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah.

Teori Kelompok (Group Theory): Kebijakan publik merupakan produk dari

perjuangan kelompok. Interaksi dan perjuangan antara kelompok-kelompok adalah

kenyataan sentral dari kehidupan politik. Kelompok adalah sekumpulan orang yang

mungkin, atas dasar sikap atau kepentingan yang sama, membuat klaim terhadap

kelompok lain dalam masyarakat. Kelompok menjadi kelompok kepentingan

manakala ia membuat klaim melalui atau terhadap setiap institusi pemerintah. Konsep

utama dalam teori kelompok adalah akses.

Teori Elit (Elite Theory): Kebijakan publik dipandang sebagai pencerminan

nilai dan preferensi elite yang berkuasa. Masyarakat terbagi atas sedikit orang yang

mempunyai power dan massa yang tidak mempunyai power. Elite berasal dari

lapisan masyarakat dengan tingkat sosial-ekonomi tinggi. Perpindahan non-elite ke

posisi elite harus lambat dan terus menerus untuk memelihara stabilitas dan

menghindari revolusi. Elite mempunyai konsensus terhadap nilai-nilai dasar dari

sistem sosial dan pelestarian sistem. Perubahan dalam kebijakan publik akan bersifat

Page 5: Pkm  difabel (revisi 251012) baru

5

inkremental. Elite mempengaruhi massa lebih banyak daripada massa mempengaruhi

elite.

Institutionalism: Kebijakan publik ditentukan secara otoritatif dan pada

awalnya dilaksanakan oleh institusi pemerintah. Terpusat pada pemaparan aspek-

aspek formal dan legal dari institusi pemerintah: organisasi formal, kekuasaan hukum,

aturan prosedural, dan fungsi atau aktivitas. Teori pilihan rasional: Kebijakan publik

sebagai keputusan dari aktor politik yang bertindak rasional untuk memaksimalkan

kepuasan mereka (rational utility maximizer).

3. Pelayanan publik

Dalam konteks keindonesiaan, penggunaan istilah pelayanan publik dianggap

memiliki kesamaan arti dengan istilah pelayanan umum atau pelayanan masyarakat.

Oleh karenanya ketiga istilah tersebut dipergunakan secara interchangeable, dan

dianggap tidak memiliki perbedaan mendasar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

dinyatakan pengertian pelayanan bahwa “pelayanan adalah suatu usaha untuk

membantu menyiapkan apa yang diperlukan orang lain. Sedangkan pengertian

service dalam Oxford (2000) didefinisikan sebagai “a system that provides something

that the publik needs, organized by the government or a private company”. Oleh

karenanya, pelayanan berfungsi sebagai sebuah sistem yang menyediakan apa yang

dibutuhkan oleh masyarakat.

Pengertian publik yang melekat pada pelayanan publik tidak sepenuhnya sama

dan sebangun dengan pengertian masyarakat. Nurcholis (2005) memberikan

pengertian publik sebagai sejumlah orang yang mempunyai kebersamaa berfikir,

perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai

norma yang mereka miliki.

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Meneg PAN)

Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, memberikan pengertian pelayanan publik yaitu

segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik

sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan

ketentuan peraturan perundang-undangan.Selanjutnya dalam Oxford (2000)

dijelaskan pengertian publik service sebagai “a service such as transport or health

Page 6: Pkm  difabel (revisi 251012) baru

6

care that a government or an official organization provides for people in general in a

particular society”.

Fungsi pelayanan publik adalah salah satu fungsi fundamental yang harus

diemban pemerintah baik di tingkat pusat maupun di daerah. Fungsi ini juga diemban

oleh BUMN/BUMD dalam memberikan dan menyediakan layanan jasa dan atau

barang publik Dalam konsep pelayanan, dikenal dua jenis pelaku pelayanan, yaitu

penyedia layanan dan penerima layanan.Penyedia layanan atau service provider

adalah pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu kepada konsumen, baik

berupa layanan dalam bentuk penyediaan da penyerahan barang (goods) atau jasa-

jasa (services). Penerima layanan atau service receiver adalah pelanggan (customer)

atau konsumen (consumer) yang menerima layanan dari para penyedia layanan

(Barata, 2003).

H. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan pemahaman

tentang pentingnya sinergisitas antara kaum difabel dan DPRD Kabupaten Bantul untuk

menciptakan kebijakan yang adil bagi semua masyarakat Bantul khususnya kaum difabel.

Beberapa langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini untuk mencapai pada tujuan

akhir terciptanya kebijakan yang adil bagi kaum difabel adalah: 1) Memetakan kebijakan

yang pernah dibuat oleh DPRD Bantul untuk kaum difabel yang dilanjutkan dengan

mengevaluasi kekurangan kebijakan, 2) Identifikasi kebutuhan-kebutuhan kaum marginal

( difabel ) di Bantul yang selama ini masih tidak diakomodasi, 3) Merancang sinergisitas

antara kaum difabel dan DPRD Bantul agar tercipta persamaan persepsi, 4) Merancang

solusi untuk menciptakan kebijakan pembangunan yang adil bagi difabel.

Setelah tahapan itu dilakukan, maka kebijakan yang adil bagi semua diharapkan agar

segera dibuat oleh DPRD dan diimplementasikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Bantul. Sinergisitas yang dibangun antara DPRD dan kaum difabel akan menciptakan

mekanisme kontrol yang baik, oleh karena itu kinerja DPRD diharapakan akan tetap

berjalan dengan baik.

Page 7: Pkm  difabel (revisi 251012) baru

7

2. Teknik pengumpulan data

Data penelitian didapat dari sumber utama yaitu kaum difabel di Bantul dan juga

anggota DPRD baru yang terpilih dalam pemilu 2009 melalui metode FGD, semi

structured group dan deep interview untuk memperoleh informasi kebutuhan kaum

difabel, kebijakan yang pernah dibuat oleh DPRD, sekaligus untuk merancang

sinergisitas dan merancang solusi bagi terciptanya kebijakan yang adil bagi kaum difabel.

Data hasil penelitian tersebut kemudian dikorelasikan dengan teori-teori tentang

kebijakan publik untuk merancang kebijakan bagi kaum difabel yang diperoleh dari buku,

narasumber, ataupun literatur lainnya. Data sekunder diperoleh dari kajian dokumentasi;

baik dari ekspos media massa yang terkait dengan kebijakan publik yang pernah

dilakukan oleh lembaga lainnya.

3. Teknis analisis data

Dalam penelitian kualitatif, obyektivikasi data akan didapatkan dengan memberikan

kesempatan yang luas kepada obyek untuk bertutur tentang sesuatu. Artinya peneliti tidak

memiliki otoritas untuk melakukan treatment, baik mengarahkan agar responden memilih

jawaban tertentu ataupun menginterpretasikan makna keluar dari obyek yang

diteliti.Pekerjaan analisis lebih pada upaya mengorganisasikan temuan, dan kemudian

mengkonstruksikan temuan tersebut dalam bingkai obyek yang diteliti. Dari analisis ini

kemudian akan diperoleh kesimpulan makna yang ramah dengan obyek penelitian, dan

bermanfaat bagi pembuatan rekomendasi penelitian yang bisa diterapkan di lapangan.

4. Populasi dan sampel

Populasi dari penelitian ini adalah kaum difabel dan anggota DPRD Kabupaten

diseluruh Indonesia yang diwakili oleh kaum difabel di Bantul dan anggota DPRD

Kabupaten Bantul.Penentuan sampel meggunakan metode purposive sampling untuk

mengetahui kebutuhan-kebutuhan kaum difabel, kebijakan anggota DPRD untuk difabel,

sekaligus sebagai bahan untuk merancang sinergisitas dan solusi menciptakan kebijakan

bagi kaum difabel. Data kaum difabel yang menjadi subyek penelitian diperoleh dari

dinas kependudukan dan LSM yang berkomitmen terhadap kaum difabel. Sedangkan

anggota DPRD yang dijadikan subyek penelitian adalah anggota DPRD Kabupaten

Bantul terutama dari komisi yang banyak terkait dengan kebijakan publik.

Page 8: Pkm  difabel (revisi 251012) baru

8

5. Lokasi penelitian

Dalam penelitian ini mengambil lokasi di kabupaten Bantul, panti asuhan BinaSiwi.

Selain itu penelitian ini juga difokuskan dibeberapa panti asuhan di Kabupaten Bantul yang

menangani kaum difabel, karena melihata partisipasi kaum difabel tidak dilibatkan oleh

pemerintah dalam pembuatan kebijakan. Tentunya hal ini dipandang perlu untuk bahan

evaluasi pemerintah dengan melibatkan kaum difabel.

6. Rancangan penelitian

Tahap penelitian mengikuti rancangan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kaum difabel di Bantul dan Anggota DPRD Kabupaten Bantul (a)

mengumpulkan bahan-bahan data sekunder (terutama dari media) yang terkait dengan

kebijakan untuk difabel dan peran anggota DPRD yang akan dianalisis (b)

mendokumentasikan untuk bahan penyusunan solusi pembuatan kebijakan untuk difabel

2. Mengidentifikasi subyek penelitian dan karakter kaum difabel di Bantul; (a)

mengidentifikasi subyek penelitian (b) memetakan karakter kaum difabel (c) menyusun

panduan dan pedoman wawancara dalam proses story telling (d) menyelenggarakan focus

group discussion dan (e) melakukan wawancara secara mendalam terhadap kaum difabel

dan anggota DPRD Kabupaten Bantul

3. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan kaum difabel (FGD dan Interview); (a)

mengklasifikasi kebutuhan dan ketersediaan kebijakan dari DPRD (b) mengkaji

kebijakan yang telah dibuat oleh DPRD (3) menganalisis kekurangan yang dihadapi oleh

kaum difabel

4. Merancang sinergisitas dan komunikasi intensif antara kaum difabel dan DPRD (FGD,

Interview) (a) Mempertemukan antara kaum difabel dan DPRD/brainstorming (b)

menyatukan persepsi antara kaum difabel dan DPRD (c) merancang kontinuitas

komunikasi antara kaum difabel dan DPRD

5. Menyusun solusi untuk penciptaan kebijakan yang adil bagi kaum difabel (a) penyiapan

materi (b) penyusunan draft solusi (c) mengkonsultasikan draft solusi kepada pakar

pembuatan kebijakan publik

6. Negosiasi dan Konsolidasi dengan DPRD untuk menyakinkan mereka memakai solusi

kebijakan yang adil untuk kaum difabel dari hasil penelitian

7. Sosialisasi hasil penelitian kepada warga (kaum difabel); (a) Warga masyarakat menjadi

Page 9: Pkm  difabel (revisi 251012) baru

9

peserta aktif (b) menentukan jadual pelaksanaan sosialisasi (c) menentukan narasumber

dalam pelaksanaan sosialisasi (d) pelaksanaan sosialisasi.

I. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Penelitian ini berlangsung selama 6 Bulan untuk semua tahapan penelitian. Tahapan

persiapan penelitian berlangsung selama sekitar 2 minggu.Tahapan pelaksanaan

penelitian berlangsung selama 5 bulan. Sedangkan tahapan yang terakhir, yakni proses

penyusunan laporan penelitian dan pelaksaan seminar berlangsung sekitar 2 minggu.

Secara rinci seluruh tahapan penelitian dapat dilihat dalam timeline berikut.

Tabel 1. Jadwal kegiatan Penelitian

No Kegiatan/ Rincian kegiatan Pelaksanaan bulan ke- Penanggung Jawab

1 2 3 4

1. Persiapan pelaksanaan Program Okta,Reni,

Zakyudin, Siti,

Andi

2. Pengumpulan data penelitian Okta,Reni,

Zakyudin, Siti,

Andi

3. Pengolahan atau menganalisi data

penelitian

Okta,Reni,

Zakyudin, Siti,

Andi

4. Pembuatana Laporan Okta,Reni,

Zakyudin, Siti,

Andi

Tabel 2. Rancangan Biaya Penelitian.

Page 10: Pkm  difabel (revisi 251012) baru

10

No

Kegiatan Jenis penelitian Satuan Pembiayaan(RP)

Volume Total

1. Bahan habis

pakai

Kertas 50.000 5 rim 250.000

Tinta print 200.000 1 unit 200.000

Tinta print warna 250.000 1 unit 250.000

Alat tulis 250.000

Flashdisk 180.000 2 buah 360.000

CD blank 5000 10 buah 50.000

Jilid proposal 20.000 6 buah 120.000

Jumlah 1.480.000

2. Peralatan

penunjang

PKM

Foto copy data

sekunder

200 400 lembar 80.000

Beli buku 80.000 5 buah 40.000

Sewa internet 30.000 10 kali 300.000

Mp4 350.000 2 buah 700.000

Jumlah 1.120.000

3. Perjalanan Perjalanan survey/

lapangan

100.000 10 kali 1.000.000

Perjalanan

mengurus surat ijin

50.000 5 orang 250.000

Perjalanan mencari

data sekunder

50.000 10 kali 500.000

Perjalanan

melakukan

wawancara

100.000 10 kali 1.000.000

Jumlah 2.750.000

Page 11: Pkm  difabel (revisi 251012) baru

11

4. Lain-lain Analisis data

penelitian

150.000 5 orang 750.000

Pengadaan laporan

penelitian

70.000 10 buah 700.000

Seminar laporan

penelitian

200.000 1 kali 200.000

Jumlah 3.450.000

Jumlah 1+2+3+4 8.800.000

J. LAMPIRAN

1. Nama dan Biodata Ketua serta Anggota Kelompok

1) Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Siti Chairiah

b. NIM : 20100520069

c. Fakultas/Program Studi : ISIPOL/Ilmu Pemerintahans

d. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

e. Waktu untuk kegiatan PKM :

Yogyakarta, 25 Oktober 2012

(Siti Chairiah)

2) Anggota Pelaksana

a. Nama Lengkap : Zakiyudin Fikri

b. NIM : 20110520093

c. Fakultas/Program Studi : ISIPOL/Ilmu Pemerintahan

Page 12: Pkm  difabel (revisi 251012) baru

12

d. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

e. Waktu untuk kegiatan PKM :

Yogyakarta, 25 Oktober 2012

(Zakiyudin Fikri)

3) Anggota Pelaksana

a. Nama Lengkap : Andi Nur Fiqhi Utami

b. NIM : 20110520105

c. Fakultas/Program Studi : ISIPOL/Ilmu Pemerintahan

d. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

e. Waktu untuk kegiatan PKM :

Yogyakarta, 25 Oktober 2012

(Andi Nur Fiqhi Utami)

4) Anggota Pelaksana

a. Nama Lengkap : Reni Oktarina

b. NIM : 20100520023

c. Fakultas/Program Studi : ISIPOL/Ilmu Pemerintahan

d. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

e. Waktu untuk kegiatan PKM :

Yogyakarta, 25 Oktober 2012

(Reni Oktarina)

5) Anggota Pelaksana

a. Nama Lengkap : Oktavia Saptarini Ekadewi

Page 13: Pkm  difabel (revisi 251012) baru

13

b. NIM : 20100520052

c. Fakultas/Program Studi : ISIPOL/Ilmu Pemerintahan

d. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

e. Waktu untuk kegiatan PKM :

Yogyakarta, 25 Oktober 2012

(Oktavia Saptarini Ekadewi)

2. Biodata Dosen Pendamping

1) Nama Lengkap dan Gelar : Awang Darumurt, SIP, M.Si

2) Golongan Pangkat dan NIK : 163084

3) Jabatan Fungsional : Dosen

4) Jabatan Struktural :

5) Fakultas/Program Studi : ISIPOL/Ilmu Pemerintahan

6) Perguruan Tinggi : Universitas Muhamadiyah Yogyakarta

8) Waktu untuk kegiatan PKM :

Yogyakarta, 25 Oktober 2012

(Awang Darumurt,SIP ,M.Si)

Page 14: Pkm  difabel (revisi 251012) baru

14

K. DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal

Budiardjo Miriam. 2009. , Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta, PT Gramedia

Barata, Atep Adya. 2003. Dasar-dasar Pelayanan Prima: Persiapan Membangun Budaya

Pelayanan Prima untuk Meningkatkan Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan. Jakarta. Elex Media

Komputindo.

Brinkerkorf, D.W. dan Cresby, B.L. 2002. Managing Policy Reform : Concept and Tools for

Decision Maker in Develoving and Transitioning Countries. Kumariu Press, Inc., Blomfield.

Darumurti, Awang. 2010. Penelitian : Membangun Sinegritas Antara DPRD dan Kaum Difabel

Untuk Menciptakan Kebijakan Pro Minoritas di Bantul.

Hanif, Nurcholis. 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta: PT.

Grasindo

Hersty Pangesti Aji dkk. 2012. Naskah Akademik Rancangan Peraturan Dareah Tentang

Penyandang Cacat di Kota Yoyakarta. Yogyakarta, Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik

UGM.

Imam Nawawi. 2009. “Peduli kaum difabel atau neokolonialisme?”. Kompas, sabtu 18 April

LGSP-USAID. 2008. Peran DPRD dalam meningkatkan otonomi daerah dan tata pemerintahan

yang baik, Jurnal edisi maret 2008.

Nugroho. D, Riant. 2003. “Kebijakan Publik Formulasi, Impelemntasi, dan Evaluasi. Elex

Media Komputindo

Page 15: Pkm  difabel (revisi 251012) baru

15

Saifudin, DR, SH., Mhum. 2009. Partisipasi Publik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-

Undangan.Yogyakarta. FH.UII Press.

Yogi S & M. Iksan. 2006. Standar pelayanan publik, Handbook Manajemen Pemerintahan

Daerah. Bandung. PKKOD-LAN.

Data Internet

http://ciils.wordpress.com/2008/05/05/integrasi-kebijakan-aksesibilitas-bagi-kaum-difabel/

(diakses tanggal 24-10-2012)

http://id.shvoong.com/society-and-news/opinion/2307050-hak-hak-yang-belum-

dipenuhi/#ixzz28xUfMHkP (diakses tanggal 10-10-2012)

http://id.shvoong.com/society-and-news/opinion/2307050-hak-hak-yang-belum-

dipenuhi/#ixzz28xUYZES8 (Diakses tanggal 10-10-2012)

http://www.gemari.or.id/artikel/4363.shtml (diakses tanggal 14-10-2012)