PITIRIASIS VERSICOLOR
-
Upload
irma-aurora -
Category
Documents
-
view
68 -
download
9
Transcript of PITIRIASIS VERSICOLOR
PITIRIASIS VERSICOLOR
Definisi
Pitiriasis versicolor yang disebabkan Malassezia furfur Robin (BAILLON
1889) adalah penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya tidak memberikan
keluhan subyektif, berupa bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai
coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang
ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka, dan kulit kepala yang
berambut.
Patogenesis
Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya
pitiriasis versicolor ialah Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau
Pityrosporum ovale yang berbentuk ovale. Keduanya merupakan organisme yang
sama, dapat berubah sesuai lingkungannya, misalnya suhu, kelembaban.
Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium. Faktor predisposisi
menjadi patogen atau eksogen. Endogen dapat disebabkan di antaranya oleh
defisiensi imun. Eksogen dapat karena faktor suhu, kelembaban udara, dan
keringat.
Gejala Klinis
1.Gatal bila berkeringat
2.Lokasi lesi pada umumnya terdapat pada badan ( dada, punggung), leher,
lengan atas, selangkang, bisa ditemukan pada daerah lain termasuk muka.
3.Terdapat tiga bentuk lesi :
a. Makular : soliter dan biasanya saling bertemu (koalesen) dan
tertutup skuama
b. Papuler : bulat kecil-kecil perifolikuler, sekitar folikel rambut dan
tertutup skuama
c. Campuran lesi makular dan papular
4.Warna lesi bervariasi : putih (lesi dini), kemerahan, dan coklat (lesi lama)
bentuk kronis akan didapatkan bermacam warna
5.Selesai terapi biasanya didapatkan depigmentasi residual tanpa skuama di
atasnya yang akan menetap dalam beberapa bulan sebelum kembali
normal.
Pemeriksaan Penunjang
1. Larutan KOH 20% atau campuran 9 bagian KOH 20% dengan 1
bagian tinta parker blueblack superchrome
Hasil positif : hifa pendek, lurus, bengkok (seperti huruf i, v, j ) dan
gerombolan spora budding yeast yang berbentuk bulat mirip
sphaghetty with meatballs.
Hasil negatif: bila tidak ada lagi hifa, maka berarti bukan pitiriasis
versicolor walaupun ada spora
2. Lampu Wood
Hasilnya positif apabila terlihat fluoresensi berwarna kuning emas
pada lesi tersebut.
Diagnosis
1. Gambaran klinis yang khas: gatal bila berkeringat, makula warna
putih, merah, coklat, konfluen (bertumpuk-tumpuk)
2. Pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit dengan KOH 20%
(gambaran sphaghetty and meatballs).
3. Pemeriksaan fluoresensi lesi kulit dengan lampu wood (berwarna
kuning belerang/emas).
Diagnosis Banding
1. Pitiriasis versicolor dengan lesi hiperpigmentasi yaitu : pitiriasis rosea,
Eritrasma, Dermatitis Seboroik, tinea korporis
2. Pitiriasis versicolor dengan lesi hipopigmentasi yaitu : Pitiriasis Alba,
Vitiligo, Morbus Hansen tipe Tuberkuloid, Hipopigmentasi pascainflamasi
(leukoderma)
Penatalaksanaan
A. Obat topikal (digunakan bila lesi tidak terlalu luas)
1. Krim mikonazol 2%, dioleskan 2 kali sehari selama 3-4 minggu
untuk lesi di muka dan badan yang tidak luas.
2. Solusio Natrium Tiosulfat 25%, dioleskan 2 kali sehari selama 2
minggu (kurang dianjurkan oleh karena bisa menyebabkan iritasi,
berbau tidak enak dan tidak boleh untuk daerah wajah dan leher)
3. Krim Tritenoin 0,05%-0,1% untuk lesi hiperpigmentasi dioleskan 2
kali sehari selama 2 minggu
4. Shampo Ketokonazol 1-2% dioleskan pada lesi selama 10-15 menit
sebelum mandi 2 kali seminggu selama 2-4 minggu
5. Larutan propilen glikol 50% dalam air dioleskan seluruh tubuh 2
kali sehari selama 2 minggu. Merupakan sediaan yang murah,
efektif, kosmetik bagus, memberikan hasil bagus dan sangat kecil
efek iritasi kulitnya.
B. Obat sistemik (digunakan bila lesi luas, resisten terhadap obat topikal,
sering kambuh )
1. Ketokonazol :
Dosis anak-anak 3,3-6,6 mg/kgBB/hari
Dosis dewasa 200mg/hari (1 tablet)
Diberikan sekali sehari sesudah makan pagi
Lama pemberian 10 hari
2. Itrakonazol
Dosis 200mg (2 kapsul)/hari selama 1 minggu
C. Mencegah kekambuhan
Ketokonazol 2 tablet sekali minum sebulan sekali selama 1 tahun
D. Terapi hipopigmentasi (leukoderma)
1. Liquor carbonas detergent 5%, salep pagi/malam
2. Krim kortikosteroid menengah pagi/malam
3. Jemur di panas matahari +/- 10 menit antara jam 10.00-15.00
Disamping pengobatan, penting juga memberikan edukasi atau nasehat
kepada penderita agar :
- memakai pakaian yang tipis
- memakai pakaian yang berbahan cotton
- tidak memakai pakaian yang terlalu ketat.
Prognosis
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan
konsisten. Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif
dengan pemeriksaan lampu Wood dan sediaan langsung negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, A., Hamzah M., Aisah S. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. V. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Murtiastutik, D., Ervianti, E., Agusni, I., Suyoso, S,. 2009. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. II. Surabaya: Airlangga University Press.
Wolff. K, Johnson. R.A, Suurmond. D . 2007. Fitzpatrick’s, The Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill Companies.
Baillon. 2007. www.doctorfungus.com. Tanggal akses 20 februari 2013
Nasution, M.A. 2005. Mikologi dan Mikologi kedokteran, Beberapa Pandangan Dermatologis, Pidato jabatan pengukuhan guru besar tetap USU. Medan.
itrie, A.A. 2004. Histologi dari Melanosit. Fakultas Kedokteran Bagian Histologi Universitas Sumatera Utara. Diambil dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1929/1/histologi-alya2.pdf. tanggal akses 20 februari 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALUOLEO
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNHALU RSUB Provinsi
TUGAS REFERAT BESAR
SINDROM STEVENS-JOHNSON
NAMA : IRMA FATIMAH
NIM : K1AI 09 0 31
PEMBIMBING : dr. Hj. Rohana Sari Suaib, Sp. KK