Pitiriasis Alba

12
PITIRIASIS ALBA I. Pendahuluan Pitiriasis alba merupakan kelainan kulit yang sering terjadi pada anak yang bermanifestasi sebagai lesi hipopigmentasi.dengan skuama halus. (1) Bercak biasanya multiple 4-20 dengan diameter antara ½ - 2 cm. Pada anak-anak lokasi kelainan pada muka (50- 60%). Penyakit ini lebih sering terdeteksi pada individu dengan warna kulit gelap tetapi dapat terjadi pada semua jenis kulit. Atopi, xerosis, paparan sinar matahari, kelembapan kulit, kebersihan kulit, dan defisiensi mineral adalah faktor resiko yang potensial. (2) Penyakit ini 30-40% terjadi pada anak usia 3-16 tahun. (3) Pitiriasis alba pertama kali ditemukan oleh Gilbert tahun 1860 dan digolongkan sebagai penyakit bersisik pada saat ini pitiriasis alba digolongkan sebagai bentuk inflamasi dermatosis dan mempunyai beberapa nama yang berbeda dengan melihat aspek klinis pada lesi. Nama-nama yang sering digunakan adalah seperti pityriasis alba faciei danpityriasis alba simplex. (4) II. Epidemiologi Pitiriasis alba merupakan kelainan kulit yang cukup sering terjadi pada anak-anak dan remaja. (5) Pada sebuah penelitian pada 9.955 anak sekolah dengan usia 6-16 tahun yang tinggal di daerah tropis, didapatkan prevalensi pitiriasis alba adalah 9,9%. (6,7)

description

kulit

Transcript of Pitiriasis Alba

Page 1: Pitiriasis Alba

PITIRIASIS ALBA

I. Pendahuluan

Pitiriasis alba merupakan kelainan kulit yang sering terjadi pada anak yang

bermanifestasi sebagai lesi hipopigmentasi.dengan skuama halus.(1) Bercak biasanya

multiple 4-20 dengan diameter antara ½ - 2 cm. Pada anak-anak lokasi kelainan pada

muka (50-60%). Penyakit ini lebih sering terdeteksi pada individu dengan warna kulit

gelap tetapi dapat terjadi pada semua jenis kulit. Atopi, xerosis, paparan sinar matahari,

kelembapan kulit, kebersihan kulit, dan defisiensi mineral adalah faktor resiko yang

potensial.(2) Penyakit ini 30-40% terjadi pada anak usia 3-16 tahun.(3)

Pitiriasis alba pertama kali ditemukan oleh Gilbert tahun 1860 dan digolongkan

sebagai penyakit bersisik pada saat ini pitiriasis alba digolongkan sebagai bentuk

inflamasi dermatosis dan mempunyai beberapa nama yang berbeda dengan melihat

aspek klinis pada lesi. Nama-nama yang sering digunakan adalah seperti pityriasis alba

faciei danpityriasis alba simplex.(4)

II. Epidemiologi

Pitiriasis alba merupakan kelainan kulit yang cukup sering terjadi pada anak-

anak dan remaja.(5) Pada sebuah penelitian pada 9.955 anak sekolah dengan usia 6-16

tahun yang tinggal di daerah tropis, didapatkan prevalensi pitiriasis alba adalah 9,9%.(6,7)

Menurut sumber lain penyakit ini 30-40% terjadi pada anak usia 3-16 tahun. (3) Pitiriasis

alba merupakan penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya dan sering timbul

tanpa gejala. Penyakit ini dapat muncul pada semua ras, namun pada sebuah

penelitian didapatkan insidensi pitiriasis alba sedikit lebih tinggi pada orang berkulit

putih. Prevalensi wanita yang mengalami penyakit ini lebih tinggi dibanding dengan laki-

laki. Pitiriasis alba sering terjadi pada anak usia 3-16 tahun yang 90% terjadi pada anak

dibawah usia 12 tahun, namun terkadang dapat timbul pada orang dewasa.(5)

III. Etiologi

Page 2: Pitiriasis Alba

PITIRIASIS ALBA

Menurut pendapat beberapa ahli diduga adanya infeksi Streptococcus, tetapi

belum dapat dibuktikan. Atas dasar riwayat penyakit dan distribusi lesi diduga impetigo

dapat merupakan factor pencetus. Pitiriasis alba juga merupakan manifestasi dermatitis

non spesifik, yang belum diketahui penyebabnya.(3)

IV. Patogenesis

Pada sebuah penelitian yang terdiri dari 9 orang dengan pitiriasis alba

didapatkan densitas dari melanosit fungsional berkurang pada daerah yang terinfeksi

tanpa adanya perubahan aktivitas sitoplasmik. Melanosom terlihat lebih sedikit dan

lebih kecil, tetapi distribusi pada keratinosit normal. Penyaluran melanosom ke

keratinosit secara umum tidak terganggu. Hipopigmentasi terjadi terutama akibat jumlah

melanosit aktif yang berkurang dan penurunan jumlah dan ukuran melanosom pada

kulit yang terinfeksi. (1)

V. Gejala Klinis

Lesi berbentuk bulat, oval, atau plakat yang tidak teratur. Warna merah muda

atau sesuai warna kulit dengan skuama halus. Setelah eritema menghilang, lesi yang

dijumpai hanya depigmentasi dengan skuama halus. Bercak biasanya multiple 4-20

dengan diameter antara ½ - 2 cm. Pada anak-anak lokasi kelainan pada muka (50-

60%), paling sering di sekitar mulut, dagu, pipi, serta dahi. Lesi juga dapat dijumpai di

ekstremitas dan badan. Lesi umumnya menetap, terlihat sebagai leukoderma setelah

skuama menghilang.(3) Hipopigmentasi pada pitiriasis alba tidak komplit yang bertolak

belakang dengan hipopigmentasi pada vitiligo. (8)

Penyakit ini bermanifestasi sebagai plak multiple simetris 0,5 – 4 cm, biasanya di

muka, terutama di pipi. (8)

Page 3: Pitiriasis Alba

PITIRIASIS ALBA

Gambar V.I Tampak lesi hipopigmentasi multipel pada daerah wajah

Sumber: Busam KJ. Pityriasis Alba. Dermatopathology. 1st ed. USA: Elsevier; 2010

VI. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan adalah :

a. Pemeriksaan potassium hidroksida (KOH)

Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan pitiriasis versikolor, tinea fasialis atau tinea

korporis.(5)

b. Pemeriksaan histopatologi dari biopsi kulit

Pemeriksaan histopatologis dari biopsi kulit tidak banyak membantu karena tidak

patognomonik untuk menegakkan diagnosis, sebagian besar hasilnya adalah

dermatitis non-spesifik ringan kronik dengan penurunan produksi melanin.(1) Pada

pemeriksaan histopatologis didapatkan adanya:

- Ireguler atau penurunan pigmen melanin dari stratum basale secara signifikan.

- Tidak ada perbedaan jumlah melanosit yang berarti antara lesi dengan kulit

normal.

Page 4: Pitiriasis Alba

PITIRIASIS ALBA

- Penurunan jumlah melanosit aktif dan penurunan jumlah dan ukuran melanosom

pada kulit yang terinfeksi.(5)

VII.Diagnosis Banding

Pitiriasis alba merupakan penyakit kulit yang bisa didiagnosis dengan gambaran

klinis dan jarang memerlukan konfirmasi tes laboratorium. Gejala klinis utama dari

pitiriasis alba adalah hipopigmentasi. Walaupun demikian, pitiriasis alba dapat

didiagnosis banding dengan ptiriasis versicolor, vitiligo, dan psoriasis.

Gambar VII.I Penyebab Hipopigmentasi (8)

Sumber: Busam KJ. Pityriasis Alba. Dermatopathology. 1st ed. USA: Elsevier; 2010

1. Pitiriasis versicolor

Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial pada stratum korneum yang

disebabkan oleh jamur malassezia furfur yang pertama kali ditemukan pada tahun

1846.Penelitian terbaru menunjukan bahwa mayoritas pitiriasis versicolor disebabkan

oleh Malassezia globosa. (10)

Page 5: Pitiriasis Alba

PITIRIASIS ALBA

Gambar VII.II Tampak makula hipopigmentasi pada daerah thorax dan abdomen

Sumber: Paltiel M. Tinea Versicolor. Adult and Pediatric Dermatology. Available

from: http://www.adultandpediatricdermatology.com/tineaversicolor.php. Accessed at

June 17th 2013

Makula secara tipikal sering terjadi pada punggung bagian atas dan dada tetapi juga

dapat terjadi pada lengan atas, leher dan wajah. Pemeriksaan dengan lampu Wood

akan menunjukkan adanya fluoresensi berwarna kuning keemasan pada daerah yang

berskuama. Pemeriksaan KOH dari skuama penderita ini mengandung hifa dan bentuk

jamur.(10,11)

2. Vitiligo

Vitiligo adalah gangguan autoimun progresif dapatan dengan gambaran klinis

makula berwarna putih. Penyakit ini memiliki lokasi lesi pada tempat-tempat yang tidak

biasa pada pitiriasis alba.(5) Wajah adalah lokasi yang sangat umum untuk vitiligo tetapi

distribusinya biasanya paling sering di sekitar mata atau mulut.(3,8)

Page 6: Pitiriasis Alba

PITIRIASIS ALBA

Gambar VII.III Tampak makula hipopigmentasi berbatas tegas pada wajah

Sumber: Crowe MA. Pediatric Pityriasis Alba. Medscape. 2013. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/910770-overview#a0101. Accessed at

June 15th 2013

3. Psoriasis

Psoriasis ialah penyakit autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan

adanya bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama di atasnya disertai

fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner.(3)

Page 7: Pitiriasis Alba

PITIRIASIS ALBA

Tampak daerah macula berskuama dengan papul di daerah punggung.

Tabel Perbandingan Diagnosis Banding Pitiriasis Alba

Pitiriasis Alba Pitiriasis Versicolor Vitiligo Psoriasis

Usia 3-16 tahun Segala usia 10-30 tahun Diatas 10 tahun

PredileksiPipi (simetris) Punggung, dada

Sekitar mata dan

mulut

Badan,

ekstremitas

Faktor resiko Atopi, paparan sinar

matahari,

kelembapan kulit,

kebersihan

Atopi, paparan sinar

matahari,

kelembapan kulit,

kebersihan

Genetik, penyakit

autoimun

Genetik, infeksi

primer

Klinis Makula

hipopigmentasi

multiple,skuama

halus, simetris

Makula

hipopigmentasi

Makula

hipopigmentasi

berbatas tegas

Macula

berskuama,

dengan papul,

hyperkeratosis

Pemeriksaan

penunjang

KOH

Biopsi kulit

KOH

Biopsi kulit

Lampu Wood

Biopsi kulit

Auspitz sign

Biopsi kulit

VIII. Penatalaksanaan

Umumnya mengecewakan. Skuama dapat dikurangi dengan krim emolien. Dapat

dicoba dengan preparat ter, misalnya likuor karbones detergens 3-5% dalam krim atau

salap, setelah dioleskan harus banyak terkena matahari.(3)

Pengurangan segala bentuk factor resiko dengan edukasi pasien untuk

memperbaiki perawatan dan kebersihan kulit, penggunaan lubrikan dan emolien, terapi

kortikosteroid topical pada inflamasi, terapi baru dengan obat anti-inflamasi topical

Page 8: Pitiriasis Alba

PITIRIASIS ALBA

seperti inhibitor calcineurin memegang peranan penting dalam mendorong remisi

ataupun resolusi. (2)

Pitiriasis alba memiliki prognosis yang baik. Depigmentasi yang terjadi tidak

permanen dan biasanya sembuh spontan dalam beberapa bulan sampai beberapa

tahun. Durasi gejala berbeda pada setiap individu. Pengobatan dapat mempersingkat

durasi lesi sampai beberapa minggu.

IX. Daftar Pustaka

1. Zaynoun ST, Aftimos BG, Tenekjian KK, et al. Extensive pityriasis alba: a

histological histochemical and ultrastructural study. Br J Dermatol. Jan

1983;108(1):83-90.

2. Jadotte YT, Janniger CK. Pityriasis alba revisited: perspectives on an enigmatic

disorder of childhood. New Jersey Medical School. 2011 Feb. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21416771. Accessed at June 17th 2013

3. Soepardiman L. Pitiriasis Alba. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI; 2007. p. 333-334

4. Levine N, Levin CC. Dermatology Therapy A to Z Essential. New York: Springer;

2004. p. 462

5. Crowe MA. Pediatric Pityriasis Alba. Medscape. 2013. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/910770-overview#a0101. Accessed at

June 15th 2013

6. Bechelli LM, Haddad N, Pimenta WP, et al. Epidemiological survey of skin

diseases in schoolchildren living in the Purus Valley (Acre State, Amazonia,

Brazil). Dermatologica. 1981;163(1):78-93. Accessed at June 15th 2013

7. Sori T, Nath AK, Thappa DM, Jaisankar TJ. Hypopigmentary disorders in children

in South India. Indian J Dermatol. Sep-Oct 2011;56(5):546-9. Accessed at June

15th 2013

8. Busam KJ. Pityriasis Alba. Dermatopathology. 1st ed. USA: Elsevier; 2010.

Page 9: Pitiriasis Alba

PITIRIASIS ALBA

9. Rycroft RJG, Robertson SJ, Wakelin SH. A Colour Handbook of Dermatology. 2nd

ed. London: Manson Publishing; 2010. p. 114

10. Paltiel M. Tinea Versicolor. Adult and Pediatric Dermatology. Available from:

http://www.adultandpediatricdermatology.com/tineaversicolor.php. Accessed at

June 17th 2013

11. Burkhart CG. Tinea Vesicolor. Medscape. 2012. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/1091575-overview. Accessed at June 17th

2013