PIPE Special Edition bahasa · sejak awal pelaksanaan program PIPE pada Januari 2006 lalu. Beberapa...

12
Sebagai sebuah kawasan yang luas, Papua terdiri dari dua provinsi yaitu provinsi Papua dan Papua Barat. Papua yang mencakup sebagian besar pulau Nugini sebelah barat, luasnya mencakup 22% dari total luas Indonesia dan memiliki salah satu dari kekayaan terbesar dari segi keanekaragaman biologi dan lingkugan hidup. Dengan lebih dari 250 kelompok etnis, di mana masing-masing kelompok ini mempunyai bahasa dan gaya hidup mereka sendiri, Papua memiliki perbedaan karakter sosial dan budaya yang sangat unik. Masyarakat adat Papua diperkirakan berjumlah sekitar 66% (1,46 juta) dari total penduduk Papua yang berjumlah 2,3 juta. Sedangkan sisanya 34% adalah masyarakat non adat yang datang untuk menetap di kawasan ini atas keinginan sediri ataupun diundang masuk melalui program transmigrasi yang disponsori pemerintah dari Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Timur (BPS, 2003). Kekayaan alam Papua yang besar dalam hal kesuburan tanah, hutan, sumber daya mineral serta perikanan memang tidak dapat disangkal lagi. Dilaporkan bahwa pada tahun 2003, pendapatan pemerintah dari ekspor sumber daya alam Papua terutama mineral, minyak, hasil hutan dan perikanan mencapai angka USD 1.5 milyar, di mana sebagian dari pendapatan ini dikembalikan ke pemerintah daerah untuk mendukung berbagai program yang dilaksanakan di kawasan ini. Kendati Papua memiliki sumber daya alam yang kaya serta pendapatan pemerintah yang terbilang tinggi, masyarakat setempat masih menghadapi berbagai tantangan pembangunan. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Papua (2006-2011), kemiskinan diidentifikasi sebagai tantangan pembangunan yang utama. Januari 2009 Peluang dan Tantangan Dalam upaya Pemerintah Indonesia untuk mengatasi tantangan pembangunan di provinsi Papua dan Papua Barat, yang mayoritas penduduknya adalah masyarakat asli Papua, pemerintah telah memberlakukan UU No. 21/2001, yang menjamin Otonomi Khusus (Otsus) daerah dalam menjalankan pemerintahan serta proses pembangunannya. Otsus ini mengakui perlu dan pentingnya sebuah kerangka kerja pembangunan yang sesuai dengan budaya, karakteristik dan sumber daya masyarakat adat Papua serta Ada enam faktor utama yang membuat kemiskinan tersebar luas di kawasan ini, yaitu: 1) Isolasi dan jurang pemisah antardaerah; 2) Rendahnya mutu sumber daya manusia; 3) Rendahnya pendapatan akibat keterbatasan produksi; 4) Hambatan budaya; 5) Rendahnya komitmen politik terhadap pengembangan masyarakat secara berkelanjutan; dan, 6) Kebijakan dan program yang tidak terintegrasi. Respons Pemerintah BUDAYA DAN PEMBANGUNAN: Masyarakat adat Papua menyambut para pengunjung di komunitas mereka dengan tari-tarian adat. ©ILO/T. Muhamad Masyarakat Adat di PAPUA Mengungkap Potensi

Transcript of PIPE Special Edition bahasa · sejak awal pelaksanaan program PIPE pada Januari 2006 lalu. Beberapa...

Sebagai sebuah kawasanyang luas, Papua terdiri dari dua provinsiyaitu provinsi Papua dan Papua Barat.Papua yang mencakup sebagian besarpulau Nugini sebelah barat, luasnyamencakup 22% dari total luas Indonesiadan memiliki salah satu dari kekayaanterbesar dari segi keanekaragamanbiologi dan lingkugan hidup. Denganlebih dari 250 kelompok etnis, di manamasing-masing kelompok ini mempunyaibahasa dan gaya hidup mereka sendiri,Papua memiliki perbedaan karakter sosialdan budaya yang sangat unik.

Masyarakat adat Papua diperkirakanberjumlah sekitar 66% (1,46 juta) dari total pendudukPapua yang berjumlah 2,3 juta. Sedangkan sisanya 34%adalah masyarakat non adat yang datang untuk menetap dikawasan ini atas keinginan sediri ataupun diundang masukmelalui program transmigrasi yang disponsori pemerintahdari Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Timur (BPS, 2003).

Kekayaan alam Papua yang besar dalam hal kesuburantanah, hutan, sumber daya mineral serta perikanan memangtidak dapat disangkal lagi. Dilaporkan bahwa pada tahun2003, pendapatan pemerintah dari ekspor sumber dayaalam Papua terutama mineral, minyak, hasil hutan danperikanan mencapai angka USD 1.5 milyar, di manasebagian dari pendapatan ini dikembalikan ke pemerintahdaerah untuk mendukung berbagai program yangdilaksanakan di kawasan ini.

Kendati Papua memiliki sumber daya alam yang kayaserta pendapatan pemerintah yang terbilang tinggi,masyarakat setempat masih menghadapi berbagaitantangan pembangunan. Dalam Rencana PembangunanJangka Menengah Papua (2006-2011), kemiskinandiidentifikasi sebagai tantangan pembangunan yang utama.

Januari 2009

Peluang dan Tantangan

Dalam upaya Pemerintah Indonesia untuk mengatasitantangan pembangunan di provinsi Papua dan PapuaBarat, yang mayoritas penduduknya adalah masyarakat asliPapua, pemerintah telah memberlakukan UU No. 21/2001,yang menjamin Otonomi Khusus (Otsus) daerah dalammenjalankan pemerintahan serta proses pembangunannya.Otsus ini mengakui perlu dan pentingnya sebuah kerangkakerja pembangunan yang sesuai dengan budaya,karakteristik dan sumber daya masyarakat adat Papua serta

Ada enam faktor utama yang membuat kemiskinan tersebarluas di kawasan ini, yaitu: 1) Isolasi dan jurang pemisahantardaerah; 2) Rendahnya mutu sumber daya manusia; 3)Rendahnya pendapatan akibat keterbatasan produksi; 4)Hambatan budaya; 5) Rendahnya komitmen politik terhadappengembangan masyarakat secara berkelanjutan; dan, 6)Kebijakan dan program yang tidak terintegrasi.

Respons Pemerintah

BUDAYA DAN PEMBANGUNAN: Masyarakat adat Papua menyambutpara pengunjung di komunitas mereka dengan tari-tarian adat.

©ILO/T. MuhamadMasyarakat Adat di PAPUA

Mengungkap Potensi

Menciptakan Mata Pencaharian

Untuk membantu pembangunan provinsiPapua/Papua Barat, ILO telah memprakarsai ProgramPemberdayaan Masyarakat Adat Papua (PIPE) yangdimaksudkan untuk memperkuatkemandirian ekonomi masyarakat adatPapua serta mempromosikan hak-hakmereka. Program ini menyediakan layananbantuan yang bersifat fasilitatif melaluikegiatan pengembangan keterampilanyang dapat membantu masyarakat adatdalam memikul tanggung jawab dankepemimpinan yang lebih besar dalamproses pembangunan mereka sendiriserta dalam konteks dan kerangka Otsus.

Program PIPE ini mencerminkanprioritas pembangunan pemerintah pusat,yang menekankan pada penciptaanlapangan pekerjaan sebagai upayapenting dalam mengurangi kemiskinandan mendorong pembangunan lokal.Didanai pemerintah Jepang melalui UNTrust Fund for Human Security, proyek iniberupaya meningkatkan kapasitasmasyarakat adat Papua untuk mengurangikemiskinan di desa mereka sertamempromosikan kesetaraan jender danmemperkuat mekanisme pembangunandan perdamaian tradisional, bekerjasamadengan lembaga-lembaga pemerintahterkait serta penyedia layanan lainnya.

Memberdayakan Masyarakat Adat Papua

peka terhadap kebutuhan pengembangan sosio-ekonomi,budaya dan politik mereka.

Sebagai tindak lanjut atas UU Otsus ini, InstruksiPresiden (Inpres) No. 5/2007 baru-baru ini dikeluarkan untuk‘mempercepat proses pembangunan di provinsi Papua danPapua Barat’. Inpres ini menyediakan panduan khusus bagipembangunan Papua dan Papua Barat dalam satu“kebijakan tentang kesepakatan baru” yang mencakup limaprioritas strategis berikut ini:

1. Meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangikemiskinan;

2. Meningkatkan mutu pendidikan;3. Meningkatkan mutu layanan kesehatan;4. Mengembangkan prasarana dasar untuk meningkatkan

akses ke daerah-daerah terpencil dan daerah-daerah di

sepanjang garis perbatasan negara; dan5. Mengambil tindakan tepat yang dapat meningkatkan

mutu sumber daya masyarakat adat Papua.

Sebuah inisiatif besar untuk mengatasi akar masalahkemiskinan di Papua oleh Pemerintah Provinsi Papua adalahprogram pembangunan desa atau Rencana StrategisPembangunan Kampung (RESPEK) yang mencakup bidang-bidang dasar pembangunan seperti gizi, kesehatan,pendidikan, pemberdayaan perempuan dan prasarana.Program ini didukung oleh Program Nasional PemberdayaanMasyarakat (PNPM) Pemerintah pusat. Strategi inidimaksudkan untuk mendorong kegiatan pembangunan ditingkat desa dengan menyediakan bantuan langsungmelalui lembaga-lembaga adat berbasis desa, kelompokgereja serta badan pemerintah.

Lokasi percontohan PIPE dengan jumlah desa, pendudukdan organisasi masyarakat mitra

Kabupaten ManokwariManokwariManokwariManokwariManokwari, ProvinsiPapua Barat

1. Kabupaten Tanah RubuhJumlah desa: 24Penduduk: 3,552Organisasi Mitra: Win Hamo

2. Kabupaten KebarJumlah desa: 11Penduduk: 3,251Organisasi Mitra: Ventori

Kota/Kabupaten JayapuraJayapuraJayapuraJayapuraJayapura, ProvinsiPapua

1. Kabupaten Muara TamiJumlah desa: 7Penduduk: 10,548Organisasi Mitra: Reba A’ling

2. Kabupaten Kemtuk GresiJumlah desa:: 15Population: 5,427Organisasi Mitra:Dewan Konsultasi Dumtru

Dirancang untuk beroperasi selama tiga tahun (2006 –2008), proyek ini bekerjasama dengan masyarakat mitra diempat kabupaten yang dipilih pemerintah daerah sebagailokasi percontohan, yaitu:

Manokwari

Jayapura

EDISI KHUSUS

2

yang Berkelanjutan

Program PIPE

Keistimewaan Program PIPE ini adalah strategiutamanya dalam memperkuat kemandirian secara individumaupun kolektif di kalangan masyarakat adat Papua melaluiproses peningkatan kapasitas yang memanfaatkan prakarsa,pengetahuan tradisional, lembaga dan sumber daya merekasendiri (materi maupun tenaga) untuk mencapai tujuanproyek. Pengalaman demonstratif, praktik yang baik sertapelajaran yang diperoleh dalam pelaksanaan proyek inidijadikan contoh dan masukan dalam memperbaikikebijakan dan program terkait.

Strategi ini dilaksanakan melalui metodologipembangunan partipasi kemandirian masyarakat (P2KM) dimana masyarakat mitra secara sistematis diberikan saranadan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan mereka sertamemenuhi aspirasi pembangunan mereka sendiri.Terinspirasi oleh Agenda Pekerjaan yang Layak ILO danKonvensi (No. 169) tentang Masyarakat Hukum Adat,pendekatan P2KM menekankan pada pentingnya upayauntuk memperkuat kemandirian masyarakat adat baik secaraindividu maupun kolektif. Upaya ini mencakup semangatdan tujuan program PNPM dan RESPEK pemerintah.

Pada praktiknya, pendekatan P2KM mempromosikanpengembangan keterampilan terutama melalui kegiatanpelatihan secara langsung menggunakan pengetahuan,lembaga, mata pencaharian serta sumber daya lokal yangada sebagai daya tariknya. Tergantung seberapa besarminat masyarakat mitra untuk meningkatkan kapasitasmereka, penerapan pendekatan P2KM ini umumnya melalui

enam tahap pelaksanaan proyek, yaitu: a) Penyusunankerangka kerja lembaga; b) Survei dasar masyarakat secarapartisipatif; c) Identifikasi dan perencanaan kegiatan-kegiatan proyek masyarakat; d) Pelaksanaan kegiatan-kegiatan proyek masyarakat; e) Evaluasi diri dan evaluasieksternal masyarakat; dan, f) Mengaitkan pengalamanmasyarakat dengan penyusunan kebijakan dan program.

Hingga saat ini, sudah lebih dari 2.000 anggota danpemuka masyarakat yang mengikuti berbagai kegiatanpelatihan secara langsung, yang sebagian besar terkaitdengan upaya meningkatkan kelangsungan matapencaharian seperti pertanian, perikanan, hortikultura,pengelolaan koperasi dan kewirausahaan. Hasilnya adalahpeningkatan pendapatan para penerima manfaat langsungyang berkisar antara 30-35 persen serta peningkatankewirausahaan.

Yang lebih penting, masyarakat mitra telah mulaimemperkuat kemandirian mereka secara kolektif dalammengurangi kemiskinan melalui penyusunan mekanismebantuan mata pencaharian masyarakat, misalnya melaluipusat layanan masyarakat, fasilitas umum, pembibitan dansistem pemasaran. Mekanisme-mekanisme ini dikelola olehbeberapa lembaga adat dengan bantuan beberapafasilitator pembangunan masyarakat yang juga merupakananggota masyarakat mitra.

3

©ILO/T. Muhamad

MITRA-MITRA PEMBANGUNAN: AlanBoulton, Direktur ILO di Indonesia, bersamadengan perwakilan pemerintah setempat,menyerahkan fasilitas dan peralatan

penunjang mata pencaharian kepada para masyarakat mitra diwilayah-wilayah percontohan PIPE.

Pembangunan Partisipasi

P2KM adalah pendekatan terhadappembangunan masyarakat di mana aspek partisipasidalam proses pembangunan ini diprakarsai dandikelola oleh masyarakat setempat. Sementara

Metodologi P2KM terMetodologi P2KM terMetodologi P2KM terMetodologi P2KM terMetodologi P2KM terdiri dari tujuh (7) prinsip yangdiri dari tujuh (7) prinsip yangdiri dari tujuh (7) prinsip yangdiri dari tujuh (7) prinsip yangdiri dari tujuh (7) prinsip yangsaling terkait satu sama lain yaitu:saling terkait satu sama lain yaitu:saling terkait satu sama lain yaitu:saling terkait satu sama lain yaitu:saling terkait satu sama lain yaitu:

Memperkuat kapasitas anggota dan pemukamasyarakat dalam hal pengembangan diri.

Membantu para tokoh dan anggota masyarakatdalam melaksanakan proses perubahan.

Menyediakan bantuan langsung kepadamasyarakat melalui organisasi mereka sendiri.

Mengenali kapasitas dasar masyarakat di desadalam hal pengaturan diri dan tata kelolapemerintahan.

Membuat persyaratan yang lebih fleksibel dalammemberikan bantuan pembangunan untukmasyarakat.

Memperlakukan organisasi masyarakat adatsebagai mitra pembangunan desa yang utama.

Merasionalisasikan makna bantuan pembangunanuntuk memastikan kelangsungannya.

lembaga-lembaga pemerintah, organisasi non-pemerintahserta elemen-elemen sektor swasta lainnya hanya berfungsisebagai penyedia layanan. Dalam penerapannya, prosesdan hasil memiliki peran yang sama pentingnya.

Pendekatan ini berbeda dari pendekatan-pendekatanlain yang biasanya diterapkan di Papua, seperti metodologipartisipatif di mana aspek partisipasi dari prosespembangunan ini diprakarsai dan dikelola oleh lembaga-lembaga dari luar, bukan langsung dari masyarakat.Pendekatan ini pun berlawanan dengan pendekatan “dariatas ke bawah”, “bantuan” dan “satu pendekatan untuksemua” yang telah terbukti sangat tidak efektif dankontraproduktif, terutama dalam konteks Papua.

Pendekatan P2KM mengakui dan menerapkan “dua–tahap yang saling terkait”, di mana tahap pertama berupaproyek masyarakat untuk melaksanakan pembangunanmereka sendiri baik secara individu maupun kolektif,sedangkan tahap kedua berupa penyedia layanan untukmenyediakan layanan bantuan fasilitatif yang dibutuhkanmasyarakat. Tahap pertama merupakan upaya yangberkelanjutan, sedangkan tahap kedua umumnya berupakegiatan jangka pendek atau menengah.

Konsep dua tahapan ini mempromosikan kepemilikandan tanggung jawab masyarakat atas prosespembangunannya. Konsep ini dimaksudkan untukmenghapus praktik yang lazim dilakukan, yaitu programkegiatan yang diawali dan diakhiri di lokasi yang sama

4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

©ILO/T. Muhamad

PELATIHAN LANGSUNG: Para nelayan di Kabupaten Muara Tami, KotaJayapura, Papua, memperkuat keterampilan kerja mereka melaluipemanfaatan peralatan dan fasilitas penangkapan ikan.

EDISI KHUSUS

Kemandirian Masyarakat

dengan masyarakat yang sama – praktik ini telah terbuktimenjadi sebuah lingkaran setan dan kontraproduktif diberbagai tempat. Alhasil, pendekatan P2KM ini punmendapat sambutan baik dari berbagai pihak, termasukpemerintah daerah, kalangan akademisi, LSM setempat, danyang terpenting, dari masyarakat adat Papua.

perlu memperkuat kapasitas

Domingo Nayahangan, Kepala Penasihat Teknis Proyek PIPE

Mengapa pendekatan P2KM merupakanbagian strategi yang utama dalamProgram PIPE ILO?

Pendekatan P2KM sangat sesuai dengan kerangkapembangunan berorientasi budaya dari masyarakat adatdan karenanya pendekatan ini merupakan sarana yangefektif untuk mempromosikan pemberdayaan mereka.Salah satu alasan yang penting adalah pendekatan P2KMmemberi peluang yang besar bagi masyarakat adat untukmenentukan sendiri arah dan kecepatan prosespembangunan mereka dengan mempertimbangkan sistem,praktik dan pengetahuan tradisional mereka.

Apa peran Program PIPE ILO dalammempromosikan pendekatan P2KM?

Program PIPE ILO memprakarsai pengujian terhadappendekatan P2KM di Papua dan Papua Barat. Berdasarkaninisiatif ini, beberapa penyesuaian besar telah dilakukanuntuk meningkatkan efektivitas pendekatan ini dalamkonteks Papua dan Papua Barat. Untuk mereplikasi danmenerapkan pendekatan P2KM ini di Papua dan PapuaBarat, pengalaman, pelajaran yang diperoleh serta praktik-praktik terbaik yang dihasilkan di beberapa lokasipercontohan didokumentasikan dan diberikan kepada parapenyedia layanan multi-sektoral, terutama lembaga-lembaga pemerintah terkait, sebagai masukan dalammenyusun kebijakan dan program.

Menjelang berakhirnya proyek ini, semuapenyesuaian dalam proses P2KM yang dilakukan selamamasa pelaksanaan proyek akan segera dirangkum ke dalam“buku acuan” tentang penerapan pendekatan P2KM diTanah Papua.

Jenis penyesuaian apa yang dilakukandalam konteks Papua?

Penyesuaian terhadap pendekatan P2KM dalamkonteks Papua adalah proses berkelanjutan yang dimulaisejak awal pelaksanaan program PIPE pada Januari 2006

lalu. Beberapa penyesuaian pentingdilakukan sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi dan budayamasyarakat mitra di lokasi-lokasi percontohan.

Salah satu contohnya adalah penyesuaian yangdilakukan terhadap kecepatan pelaksanaan. Dalampendekatan P2KM, masyarakat mitra diharapkan mulaimelaksanakan kegiatan peningkatan mata pencaharian secarasubstantif sekitar satu bulan setelah dilakukan orientasiproyek dan perencanaan masyarakat. Namun, dalam konteksPapua, dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk kegiatanpersiapan.

Tujuan dari masa persiapan yang lebih lama ini untukmencapai tingkat penerimaan yang wajar dari para anggotamasyarakat dan pemuka adat tentang sifat, tujuan sertapemanfaatan bantuan pembangunan masyarakat. Hal inibertolak belakang dengan pemikiran yang ada sekarang dimana sebagian masyarakat biasanya menganggap bantuanpembangunan tidak lebih dari sekedar bantuan keuangansecara perorangan.

Apa tantangan utama dalam menerapkanpendekatan P2KM di Papua dan PapuaBarat?

Seperti halnya di berbagai kalangan masyarakat adatyang lain, tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimanakita dapat secara efektif membantu masyarakat adatmemperoleh kembali dan memperkuat kapasitas alamimereka untuk mencapai tingkat kemandirian secara individudan kolektif dalam konteks lingkungan mereka yangmengalami perubahan. Di samping itu, akibat wajar daritantangan ini adalah perlunya mengidentifikasi faktor-faktorpenting yang mengakibatkan dan akan terus mengakibatkanmelemahnya kapasitas alami masyarakat adat Papua sertamenentukan langkah-langkah perbaikan yang sesuai.

Kapasitas yang sama ini diperlihatkan melalui sejarahpanjang mereka dalam menjalani hidup secara kolektif disejumlah daerah serta mengelola lingkungan dan sumberdaya secara berkesinambungan selama berabad-abadlamanya.

Program PIPE

“”

Masyarakat adat Papua, seperti halnya masyarakat adat lain di dunia ini,memiliki kapasitas untuk memprakarsai dan memimpin proses pembangunanmereka sendiri sebagaimana yang diindikasikan, misalnya melalui mutu sistem

dan praktik pengetahuan adat mereka yang beraneka ragam

“”

©ILO/T. Muhamad

5

MASYARAKAT ADAT PAPUAguna memimpin proses pembangunan mereka sendiri

Aspirasi Papua: Manfaat

Jamak diketahui, mata pencaharian sebagianbesar masyarakat adat Papua tergantung pada tanah dansumber daya alam yang berlimpah-ruah. Mereka umumnyamasih terlibat dalam kegiatan-kegiatan mata pencahariantradisional, seperti pastoralisme,berburu serta bertani secarabersama dan berpindah. Demikianpula dengan Absallom Retto,seorang petani dari KabupatenMuara Tami, Papua, selama hampir25 tahun. Bagi dia, tanahnyaadalah hidupnya.

Setahun lalu, ia hanya mampumemanen kebun semangkanyaseluas 1,5 hektar empat atau limakali setahun. Setiap kali panen, iahanya memperoleh sebesar Rp 500ribu atau Rp. 2 – 2,5 juta per tahun.Namun, tahun ini keberuntunganRetto berubah dan pendapatannyamelonjak tajam. Hingga akhir bulanOktober, ia memperoleh hasil panenberlimpah mencapai Rp 31 juta.

Retto menjelaskan bahwapenghasilannya saat ini benar-benar jauh di luar dugaannya. “Kehidupan saya jauh berubahsejak dipilih para anggota dan tokoh di desa saya untukmenjadi salah satu fasilitator masyarakat dalam Program PIPEILO di Kabupaten Muara Tami. Saya beruntung diberikesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelatihanproduksi pertanian yang difasilitasi ILO ini,” kata dia.

Sebelumnya, ia menggarap tanahnya denganmenanam berbagai jenis komoditas pertanian secaratradisional. “Saya tidak pernah merawat kebun saya. Setelahmenanam benih, saya biarkan tanaman tersebut tumbuhsendiri selama dua bulan atau lebih. Saya hanya kembali saatpanen dan seperti yang bisa Anda bayangkan, hasilnya tidakmemuaskan,” imbuhnya.

Dari serangkaian kegiatan pelatihan ini, ia memperolehberbagai informasi dan pelajaran tentang teknik produksipertanian, pembasmian hama, pemakaian benihbersertifikasi, dan sebagainya. “Pelajaran terbaik yang sayapelajari adalah kita tidak dapat begitu saja menanamberbagai jenis tanaman di satu tempat dan kita harusmerawat kebun secara teratur. Seperti halnya profesi lainmanapun, kita harus bekerja setiap hari. Jika Anda seorang

petani, maka Anda perlu mengolah tanah setiap hari. Perubahanyang telah saya lakukan hanya sesederhana itu, tapi memberikanhasil yang luar biasa,” ujar dia.

Retto juga mengikuti pelatihankewirausahaan mikro ILO di mana iamemperoleh pengetahuan praktistentang cara menginvestasikantabungannya serta memperluaskebunnya. “Biasanya saya langsungmenghabiskan penghasilan saya dantidak punya tabungan. Tapi, sekarangsaya bukan lagi Retto yang dulu. Sayaselalu menabung sebagian penghasilansaya dan bahkan membuka rekeningtabungan untuk semua anak saya yangjumlahnya enam orang,” katanyabangga, dan menambahkan bahwasemua anaknya bersekolah dan bahkantiga anaknya yang tertua mampu masukke bangku kuliah.

Untuk mempersiapkan diri dalammenghadapi masa depan, ia telahmenginvestasikan penghasilannyadengan membeli sebuah motor dankebun baru seluas 1,5 hektar.“Memperoleh penghasilan yang lebih

besar adalah anugerah, tapi saya harus mempersiapkan diri dalammenghadapi masa depan,” katanya bijaksana. Motor tersebut,lanjut dia, tidak saja memberinya akses yang lebih baik ke kotadan pasar, tapi juga membantunya berhemat karena ongkostransportasi di Papua sangat tinggi.

Untuk memanfaatkan fasilitas masyarakat dan peralatanyang disediakan ILO sebaik mungkin, Retto telah memfasilitasipenyusunan satu sistem untuk memastikan fasilitas dan peralatanini dapat digunakan dengan baik oleh semua orang yang ada didaerah ini. “Kami telah mengembangkan sistem sewa, dansebagian biaya sewa ditabung untuk merawat dan memperbaikiperalatan tersebut,” jelas Retto, yang juga merupakan KetuaKelompok Tani di Kabupaten Muara Tami. Peralatan masyarakat initerdiri dari dua unit traktor tangan, satu unit pompa, gergaji mesinserta beberapa unit pemotong rumput dan sebagainya, yang kinitersimpan rapi di sebuah ruang penyimpanan, yang terletak persisdi samping pusat layanan masyarakat yang dibangun masyarakatsetempat dengan bantuan dari Proyek PIPE ILO.

Belajar dari keberhasilan ini, beberapa petani lain mengikutijejaknya. “Saya senang berbagi pengetahuan dan keberhasilansaya. Saya katakan kepada petani lainnya bahwa mereka perlu

Absallom Retto: IIIIInvestasi nvestasi nvestasi nvestasi nvestasi untuk Masa Depan

©ILO

/G. Ling

ga

EDISI KHUSUS

6

Absallom Retto dengan bangga memperlihatkan traktortangan yang dipergunakan tidak hanya untuk produksipertanian tapi juga pengelolaan barang secara kolektif.

Program PIPE

yang Diperoleh

Adat adalah pondasi kemandirian masyarakat adat secarakolektif. Masyarakat setempat mematuhi dan setia kepadalembaga adat. Itulah sebabnya mengapa pemberdayaananggota masyarakat lebih efektif bila dilakukan melaluilembaga adat,” kata Lensru.

DKD dibentuk dan dihidupkan kembali pada 2007dengan bantuan Program PIPE. Bekerjasama dengan parafasilitator masyarakat di bawah naungan program ini, DKDmengumpulkan informasi tentang aspirasi masyarakatsetempat, terutama mereka yang tinggal di daerah-daerahterpencil. Mereka juga mengunjungi desa-desa untukmengidentifikasi pembangunan yang dibutuhkan masyarakatsetempat. “Kita perlu mengidentifikasi kebutuhanpembangunan aktual dari masyarakat agar mereka sendiridapat menjalankansejumlah inisiatif untukpengembangan diri,”kata dia.

Di bawah koordinasiDKD sebagai mitrapembangunan desa yangutama, Lensru berkatabahwa masyarakat telahmemutuskan untukmeningkatkan produksicoklat karena coklatmerupakan matapencaharian utamamereka. Masyarakat jugatelah memutuskan secarabersama untukmenggunakan benih-benih coklat yang diproduksi secaralokal, dan bukan benih hibrida yang sebelumnya diharuskan.

“Ketika masyarakat diberi kesempatan untukmemimpin proses pembangunan, mereka sebenarnya sudahmengetahui hal terbaik apa yang perlu mereka lakukan untukmemperbaiki hidup mereka. Sebagai contoh, masyarakatmengambil keputusan yang tepat saat mereka memiliki benihcoklat lokal karena jenis benih ini terbukti memiliki kualitasyang lebih baik daripada benih hibrida. Ini menunjukkanpentingnya kita menghargai dan mengakui pengetahuan dankearifan lokal,” kata Lensru.

Untuk memastikan kelangsungan pendekatan P2KM, iamenjelaskan bahwa DKD terus memperkuat kapasitasnyasendiri serta menyosialisasikan secara aktif pendekatankepada pihak berwenang setempat.

John Lensru: Mempromosikan

Sebagai ketua Dewan Konsultasi Dumtru(DKD), John Lensru secara aktif terlibat dalam upayamempromosikan pendekatan P2KM bagi pembangunan desadi Kabupaten Kemtuk Gresi/Gresi Selatan, Papua. DKDadalah lembaga adat di daerah ini. Salah satu prinsippendekatan P2KM adalah memperkuat dan melibatkanlembaga-lembaga adat dalam proses pembangunan.

“Lembaga adat adalah lembaga yang memilikiwewenang besar dari sudut pandang masyarakat setempat.

©IL

O/G

. Lin

gg

a

John Lensru berdiri di depan kantor DKD dan Pusat Pelayanan yangbaru, sebuah mekanisme pemberdayaan bagi organisasi adat.

Pengetahuan dan Praktik Lokal

"Pemerintah daerahmenyambut baik penerapanpendekatan P2KM sertaperan yang lebih aktif dariorganisasi-organisasimasyarakat dalammenentukan danmengoordinir partisipasipenyedia layanan daripemerintah dan sektorswasta dalam prosespembangunan desa"

7

merawat kebun mereka dengan rajin. Sesibuk apapun kitadengan kegiatan gereja atau lainnya, kita perlu merawatkebun setiap hari. Kita harus bekerja keras untukmemperoleh penghasilan yang lebih besar,” kata Retto.

Retto tidak saja membantu para petani setempat, iapun meluangkan waktunya mengajar anak-anak di desa. Saatia menjumpai beberapa murid kelas tiga yang masih butahuruf, ia bertekad untuk tidak membiarkan hal ini terjadi.“Mereka adalah generasi mendatang. Kehidupan seperti apayang akan mereka miliki jika mereka buta huruf,” tegas dia.Setiap hari, setelah berkebun, ia menyisihkan waktunyabersama anak-anak tersebut dan menggunakan beberapamateri dasar yang disediakan Program PIPE, untuk mengajarimereka cara membaca. “Pengetahuan adalah kekuatan, dansaya adalah salah satu contoh hidupnya,” ia menambahkan.

Meningkatkan©

ILO/T. M

uhamad

MEMBERDAYAKAN KAUM PEREMPUAN: Kaum perempuan diKecamatan Tanah Rubuh, Kabupaten Manokwari, Papua Barat,menjalani pelatihan pengembangan keterampilan kecakapan hidupdengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

EDISI KHUSUS

Walaupun lingkungan sosio-budayanyasangat patrilineal, jumlah perempuan yang berpartisipasidalam proses pengembangan keterampilan di tingkat desasemakin meningkat, terutama dalam hal peningkatanpenghasilan dan penciptaan lapangan kerja. “Beberapaperempuan diberi kesempatan untuk bekerja sebagaifasilitator pengembangan masyarakat di kabupaten” kata

Program ILO-PIPEKegiatan

Prograp PIPE ILO terfokus pada upaya membantu anggota masyarakat untuk memperkuatkemampuan mereka baik secara perorangan maupun kolektif melalui proses pembangunan kapasitas, termasukpelatihan keterampilan kecakapan hidup untuk meningkatkan pendapatan dan kewirausahaan, memperkokohlembaga adat dan mempromosikan peran perempuan dalam kegiatan pembangunan setempat. Di bawah ini adalahfoto-foto sejumlah kegiatan program PIPE ILO:

dalam Gambar

8

©ILO/G. Lingga/T. Muhamad

Peran Perempuan

Program PIPE

...atas dorongan yang diberikan Program PIPE ILO,semua kelompok perempuan mulai melakukan

kegiatan-kegiatan ekonomi seperti usaha produksisayur, pengolahan buah-buahan serta wirausaha mikro

9

dalam Proses Pembangunan DesaYohana Yaru, salah seorang fasilitator perempuan dikabupaten Kemtuk Gresi/Gresi Selatan.

Di samping itu, atas dorongan yang diberikanProgram PIPE ILO, semua kelompok perempuan mulaimelakukan kegiatan-kegiatan ekonomi seperti usahaproduksi sayur, pengolahan buah-buahan serta wirausahamikro. Sebagai hasilnya, sekitar 273 perempuan telahterlibat secara aktif dalam upaya pengurangan kemiskinan diwilayah-wilayah sasaran proyek. Mereka berperan memimpinpromosi kewirausahaan melalui pelatihan Gender andEntrepreneuship Together (GET Ahead) bagi para pelatihdan calon pengusaha.

Salah satu dari kelompok perempuan ini adalah IkatanPerempuan Kemtuk Gresi (IPKG). Kelompok ini baru sajadidirikan di Kemtuk Gresi/Gresi setelah melalui serangkaianlangkah persiapan. Dengan jumlah anggota awal sebanyak25 orang, IPKG berupaya antara lain untuk meningkatkan

produksi para anggota serta keterampilan kewirausahaanmereka. “Kelompok ini mencakup semua perempuan yangmemiliki kepedulian terhadap Kemtuk Gresi, tidak hanyamasyarakat adat Papua tapi juga para pendatang. Tujuanutamanya adalah untuk lebih memberdayakan perempuanagar mereka dapat terlibat secara lebih aktif dalam kegiatanmasyarakat,” kata Yohana, salah seorang pendiri kelompokini.

Kelompok ini telah merencanakan untuk memprakarsaibeberapa kegiatan pengembangan sosio ekonomi, sepertimembuat kue, perkebunan coklat, pengelolaan kios (usahamikro yang bergerak dalam bidang jual beli) sertamengelola dana bergulir. “Kami masih dalam proses awal,tapi kami percaya bahwa kami mampu mewujudkannya.Kami punya impian besar bahwa setiap perempuan punyakesempatan untuk membantu memperbaiki kehidupankeluarga dan masyarakatnya,” imbuh Yohana.

14 PelajaEDISI KHUSUS

10

“Dulu, saya pemalu dan tertutup. Tapi sekarang sayasudah berubah. Setelah menjadi salah satu fasilitatorpengembangan masyarakat di bawah Program PIPE ILO, sayabelajar berbicara dan berkomunikasi dengan masyarakat dan secaraterbuka mempromosikan penerapan program pembangunanpartisipasi kemandirian masyarakat di kampung saya di KabupatenKebar, Papua Barat. Bersama para fasilitator lain, saya membawahitiga kelompok suku: Ireret, Mpur dan Miyah.

Selama bertahun-tahun, masyarakat setempat telah terbiasadengan sistem pendekatan pembangunan dari atas ke bawah.Namun pendekatan-pendekatan ini telah menciptakan budayaketergantungan. Masyarakat setempat, terutama lembaga-lembaga adat, tidak pernah diberi kesempatan untuk memainkanperan aktif dalam pembangunan desa mereka sendiri. Lembagaadat di daerah ini disebut Ventori.

Awalnya, memang tidak mudah bagi saya meyakinkanmasyarakat setempat tentang pendekatan ini. Mereka menolak sayadan fasilitator lain. Mereka enggan bertemu dan berbicara dengankami. Bahkan, sebagai satu-satunya fasilitator perempuan, sayamemiliki tugas yang lebih berat, yaitu melaksanakan kampanyeperubahan terhadap pandangan masyarakat tentang penerimaanbantuan tanpa tanggung jawab. Kami juga berusaha menghapushambatan patrilineal. Tapi, saya tidak mau menyerah walaupun sayamenghadapi banyak kendala karena saya tahu pendekatan ini tidaksaja memberikan manfaat kepada masyarakat tapi juga kepadakeluarga, saudara serta teman-teman saya.

Karenanya, secara teratur saya mengunjungi beberapa desa,serta membantu masyarakat setempat untuk memperkuat kapasitasmereka serta memprakarsai inisiatif-inisiatif pembangunan merekasendiri. Biasanya dibutuhkan waktu satu hari penuh untukmengunjungi satu desa, karena setiap desa terpisah oleh jarak yangsangat jauh. Karena minimnya transportasi, saya harus berjalanberkilo-kilometer melalui medan yang sulit untuk mengunjungi satudesa. Di desa-desa ini, saya berusaha mempromosikan pendekatanP2KM tidak saja dalam pertemuan-pertemuan, tapi juga saatmengunjungi rumah-rumah penduduk serta kebun-kebun mereka.Di sini, saya belajar lebih jauh tentang keluarga mereka, matapencaharian serta kebutuhan mereka. Ini semua memicu saya untukbekerja lebih keras agar dapat memberikan layanan fasilitasi yanglebih baik.

Kini, masyarakat setempat di Kebar telah merasakan manfaatdari pendekatan ini. Mereka lebih terlibat dalam berbagai kegiatanpembangunan, menjadi lebih mandiri, serta bekerjasama di bawahsatu wadah organisasi masyarakat adat. Organisasi ini telah menjadimitra pemerintah dan organisasi lain dalam proses pembangunan.Harapan saya di masa mendatang adalah bahwa masyarakatsetempat di Papua, terutama di Kebar/Senopi, dapat terus lebihproduktif serta memainkan peran yang lebih penting dalam segalaaspek pembangunan mereka sendiri.”

Hambatan

Paskalina Baru:

MendobrakSebagai proyek percontohan,Program PIPE telah melahirkanpengalaman, pelajaran serta praktik yangbaik, yang dapat memberikan acuantambahan bagi para praktisipembangunan, pembuat kebijakan danpemberi layanan dalam memfasilitasikompleksitas pembangunan masyarakatadat, khusus di tingkat pedesaan.

Sebagian dari pelajaran dan praktik yangbaik, yang dinilai sangat terkait denganpengembangan masyarakat secaraberkelanjutan, terutama dalam konteksPapua/Papua Barat, adalah sebagaiberikut:

11111

22222

PPPPPembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan PartisipasiartisipasiartisipasiartisipasiartisipasiKemandirian MasyarakatKemandirian MasyarakatKemandirian MasyarakatKemandirian MasyarakatKemandirian MasyarakatTantangan pembangunan di Papua/Papua Baratbukanlah diakibatkan kurangnya sumber daya, namunlebih diakibatkan bagaimana bantuan pembangunandilaksanakan. Program pembangunan, yang seringkalidiberikan dalam bentuk bantuan langsung dibandingkandengan memfasilitasi proses pembangunan ternyatatidak menghasilkan hasil yang berkelanjutan. Sebagaimekanisme pemberian bantuan, pendekatan P2KM,yang memberikan kesempatan bagi masyarakat mitrauntuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar danmemimpin proses pembangunan, telah menjadi sebuahpraktik yang dapat dicontoh. Pendekatan ini dapatmeningkatkan keefektivan inisiatif pembangunan ditingkat deesa, khususnya Program PNPM dan RESPEK.

Mengikutsertakan sukuMengikutsertakan sukuMengikutsertakan sukuMengikutsertakan sukuMengikutsertakan sukuDi desa-desa Papua/Papua Barat, suku adalah unitpembangunan dasar yang kuat. Dalam suku ini,kepemimpinannya jelas dan kepentingan umumnya jugakuat. Suku juga merupakan tempat bagi budaya adat.Wewenang dan peraturan adat yang berbasis sukumempunyai dampak yang besar terhadap kelangsunganprogram-program pembangunan di tingkat desa.

33333 66666aran Kunci

PIPE Programme

dan Praktik Baik yang Dihasilkan

33333

44444

55555

66666

77777

Program PIPE

Lembaga adat sebagai mitraLembaga adat sebagai mitraLembaga adat sebagai mitraLembaga adat sebagai mitraLembaga adat sebagai mitrapembangunanpembangunanpembangunanpembangunanpembangunanBagi masyarakat adat, lembaga adat merupakan bagianterpenting dalam kehidupan mereka. Lembaga ini punmerupakan bagian dari identitas mereka. Kendatimengalami sejumlah perubahan, lembaga ini padadasarnya masih memainkan peran yang sama – sebagaisistem pemerintahan masyarakat adat. Lembaga adat,seperti Dumtru, serta lembaga-lembaga adat lainnya,memiliki potensi yang besar untuk menjadi mitrapembangunan di tingkat desa. Dibandingkan denganlembaga masyarakat, lembaga adat lebih memilikipeluang yang besar dalam keberlanjutan program.

Mengantisipasi peluang danMengantisipasi peluang danMengantisipasi peluang danMengantisipasi peluang danMengantisipasi peluang danhambatan budayahambatan budayahambatan budayahambatan budayahambatan budayaMemfasilitasi pembangunan partisipasi kemandirianmasyarakat serta memahami implikasi budaya dari setiapjenis bantuan pembangunan yang dibutuhkanmasyarakat mitra selalu merupakan praktik yang baik.Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kejutan-kejutan yang dapat menimbulkan kerusakan dalamproses pelaksanaan proyek.

MenyeimbangkanMenyeimbangkanMenyeimbangkanMenyeimbangkanMenyeimbangkankepentingan perorangan dankepentingan perorangan dankepentingan perorangan dankepentingan perorangan dankepentingan perorangan danbersamabersamabersamabersamabersamaProgram pembangunan di Papua/Papua Barat perlumelihat baik kebutuhan pembangunan bersama maupunperorangan (keluarga, suku). Dalam konteks sistempemerintahan adat, kepentingan bersama samapentingnya dengan kepentingan keluarga dan suku.Program pembangunan dapat dirancang untuk secarasistematis memberikan kesempatan bagi lembaga adatuntuk mencapai tujuan pengembangan sosio-ekonomibersama, misalnya melalui fasilitas bersama sepertiperalatan produksi dan pemasaran, pusat layanankomunitas, pembibitan, dan sebagainya. Sementara bagikeluarga dan suku untuk menyadari potensi sosio-ekonomi mereka sendiri dan meningkatkan statusmereka melalui bantuan keuangan mikro berorientasikeluarga.

88888

Memberikan bantuan tanpaMemberikan bantuan tanpaMemberikan bantuan tanpaMemberikan bantuan tanpaMemberikan bantuan tanpatujuan membahayakantujuan membahayakantujuan membahayakantujuan membahayakantujuan membahayakanPembangunan nyata masyarakat tidak dapat dicapaimelalui pemberian bantuan langsung. Ketika bantuanpembangunan diberikan tanpa menuntut adanyakeberhasilan, seperti tanggung jawab dan akutanbilitasserta membayar kembali atau penggunaan yangberkelanjutan, bantuan akan menjadi kontraproduktif.Dalam jangka panjang, hal ini menghasilkan lebih banyakkeburukan ketimbang kebaikan bagi masyarakat, sepertiketergantungan ketimbang proaktif dan melakukannyasendiri. Jika kegiatan pembangunan masyarakatdilaksanakan secara serius, bantuan dalam bentukbantuan langsung harus dihentikan atau diubah.

Mempersiapkan masyarakatMempersiapkan masyarakatMempersiapkan masyarakatMempersiapkan masyarakatMempersiapkan masyarakatdalam menghadapidalam menghadapidalam menghadapidalam menghadapidalam menghadapiperubahan lingkunganperubahan lingkunganperubahan lingkunganperubahan lingkunganperubahan lingkunganSebagian besar masyarakat Papua tidak menganggapdiri miskin, mengingat luasnya tanah dan berlimpahnyasumber daya. Namun, migrasi yang terus berdatangandari sejumlah wilayah di negara ini dan pengerukansumber daya memberikan tekanan yang lebih besarkepada tanah dan sumber daya lainnya sertamemperbesar kebutuhan masyarakat Papua akanpendapatan yang mandiri. Dalam kondisi ini, bantuanlangsung yang diberikan kepada masyarakat adat untukmembantu mereka mengembangkan beragamkemampuan dapat membantu mereka menghadapikebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam lingkungansosio-ekonomi dan lingkungan yang terus berubah.

Kecepatan spesifik lokasiKecepatan spesifik lokasiKecepatan spesifik lokasiKecepatan spesifik lokasiKecepatan spesifik lokasiKecepatan pemberian layanan bantuan fasilitatif sesuaidengan kebutuhan masyarakat mitra di daerah-daerahtertentu merupakan hal yang sangat penting dalamupaya pembangunan desa. Hal ini membutuhkan sebuahperspektif perencanaan bergulir (roll-on planning) dimana satu kegiatan melahirkan satu kegiatan lain dalamaliran yang logis.

EDISI KHUSUS

Hubungi:Kantor ILO JakartaKantor ILO JakartaKantor ILO JakartaKantor ILO JakartaKantor ILO JakartaMenara Thamrin Lantai 22Menara Thamrin Lantai 22Menara Thamrin Lantai 22Menara Thamrin Lantai 22Menara Thamrin Lantai 22Jl. M.H. Thamrin KavJl. M.H. Thamrin KavJl. M.H. Thamrin KavJl. M.H. Thamrin KavJl. M.H. Thamrin Kav. 3 | Jakarta 10250. 3 | Jakarta 10250. 3 | Jakarta 10250. 3 | Jakarta 10250. 3 | Jakarta 10250TTTTTelp. 021 3913112 | Faks. 021 310 0766elp. 021 3913112 | Faks. 021 310 0766elp. 021 3913112 | Faks. 021 310 0766elp. 021 3913112 | Faks. 021 310 0766elp. 021 3913112 | Faks. 021 310 0766Email: [email protected]: [email protected]: [email protected]: [email protected]: [email protected] | Wg | Wg | Wg | Wg | Website: wwwebsite: wwwebsite: wwwebsite: wwwebsite: www.ilo.or.ilo.or.ilo.or.ilo.or.ilo.org/jakartag/jakartag/jakartag/jakartag/jakarta

99999

1010101010

1111111111

1212121212

1313131313

1414141414

Memanfaatkan inisiatifMemanfaatkan inisiatifMemanfaatkan inisiatifMemanfaatkan inisiatifMemanfaatkan inisiatifmasyarakat yang nyata untukmasyarakat yang nyata untukmasyarakat yang nyata untukmasyarakat yang nyata untukmasyarakat yang nyata untukaksi bersamaaksi bersamaaksi bersamaaksi bersamaaksi bersamaInisiatif-inisiatif masyarakat yang nyata terhadap upayapengurangan kemiskinan serta aspek-aspek lain daripembangunan desa adalah titik awal yang efektif untukmenjalin hubungan antara organisasi masyarakat denganlembaga-lembaga pemerintah terkait serta penyedialayanan yang lain. Inisiatif-inisiatif ini mencerminkanupaya masyarakat untuk meningkatkan kepercayaan diriserta pemberdayaan masyarakat yang dapat menarikperhatian dari lembaga-lembaga pemerintah terkaitserta penyedia layanan yang lain.

Memanfaatkan bakat yangMemanfaatkan bakat yangMemanfaatkan bakat yangMemanfaatkan bakat yangMemanfaatkan bakat yangada di desaada di desaada di desaada di desaada di desaPeran fasilitator pengembangan masyarakat, yang dipilihdari kalangan masyarakat mitra merupakan hal yangpenting dalam pelaksanaan pembangunan desa. Olehkarena itu, standar kualifikasi yang khusus, prosespemilihan, pelatihan dan uraian pekerjaan perluditentukan dan diawasi oleh para perwakilan masyarakatmitra serta penyedia layanan.

TTTTTidak ada pembangunanidak ada pembangunanidak ada pembangunanidak ada pembangunanidak ada pembangunantanpa komitmen yangtanpa komitmen yangtanpa komitmen yangtanpa komitmen yangtanpa komitmen yangmenghasilkan perubahanmenghasilkan perubahanmenghasilkan perubahanmenghasilkan perubahanmenghasilkan perubahanHanya dengan berbekal kemauan anggota dan pemukamasyarakat untuk melakukan perubahan, programpembangunan partisipasi kemandirian masyarakat dapatberjalan. Program pembangunan ini hanya efektif dalamsatu lingkungan di mana anggota masyarakat mitramemiliki sikap dan pandangan yang positif. Jika terjadihambatan-hambatan yang terkait dengan sikapmasyarakat, hambatan-hambatan tersebut harus terlebihdahulu diperbaiki sebelum mengatasi hambatan lain.Melakukan perubahan ini harus menjadi fokus utamadalam melaksanakan proses pembangunan.

Kesempatan dapatKesempatan dapatKesempatan dapatKesempatan dapatKesempatan dapatmeningkatkan kapasitasmeningkatkan kapasitasmeningkatkan kapasitasmeningkatkan kapasitasmeningkatkan kapasitasMemberi kesempatan kepada anggota masyarakat mitrauntuk memikul tanggung jawab dan kepercayaan secarakolektif atas pengelolaan dana pembangunan dalamjumlah tertentu adalah sarana yang kuat untukmemperoleh pelajaran dari pengalaman. Ini juga dapatmenjadi cara alternatif yang efektif untuk sistem danabantuan dan untuk mencegah terjadinya korupsi.

PPPPPerlunya melakukanerlunya melakukanerlunya melakukanerlunya melakukanerlunya melakukanintervensi berprosesintervensi berprosesintervensi berprosesintervensi berprosesintervensi berprosesPentingnya melakukan intervensi yang melaluitahapan proses dalam pembangunan desa merupakanhal yang tidak dapat ditawar lagi. Kegiatanpembangunan yang tersebar luas dan terpisah-pisah,tanpa memandang sebaik apa kegiatan tersebutdirencanakan dan dilaksanakan secara teknis, akantetap tidak efektif. Kegiatan-kegiatan ini hanyamelahirkan lingkaran “kegiatan pembangunan” yangtak berujung, serta tidak bermanfaat danberkelanjutan bagi masyarakat mitra.

Membangun peranMembangun peranMembangun peranMembangun peranMembangun perantradisional perempuantradisional perempuantradisional perempuantradisional perempuantradisional perempuanmasyarakat adatmasyarakat adatmasyarakat adatmasyarakat adatmasyarakat adatKendati berada di bawah sistem patriarkal yangkental, kaum perempuan tidak hanya sekadarmengabdikan diri untuk melakukan pekerjaan rumahtangga dan merawat anak, tapi juga melaksanakanberbagai peran penting dalam beragam kegiatanyang terkait dengan ekonomi dan budaya. Dalammengerjakan tugas mereka baik di rumah maupun dilapangan, kaum perempuan adat telah membuktikankemampuan dan tanggung jawabnya. Kegiatanekonomi yang mereka lakukan dapat menjadi langkahefektif untuk semakin memberdayakan mereka danmempromosikan mata pencaharian dankewirausahaan masyarakat yang berkelanjutan.

‘PIPE sangat terkait dengan kebutuhan danpeluang pembangunan di Papua pada saat ini.Respons yang diberikan para fasilitatorpengembangan masyarakat, organisasi-organisasi masyarakat adat serta anggotamasyarakat terhadap kegiatan-kegiatan yangnyata selama ini sangat positif; dalam banyakhal, ini merupakan bentuk bantuan ‘nyata’pertama yang pernah diterima masyarakatatau yang pernah mengikutsertakanmasyarakat.(Cukilan dari laporan evaluasi, Juli 2007)