Pikiran Rakyatpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/04/pikiran... · 2011. 4. 7. ·...

1
Pikiran Rakyat o Senin o Selasa o Rabu Kamis o Jumat o Sabtu 0 Minggu 1 2 3 4 5 6 ~ 8 9 10 11 12 13 14 15 17 18 19 20 21 23 24 25 26 27 28 29 30 OJan OPeb o Mar .Apr OMei OJun OJul OAgs OSep o Old ONov S ILAKAN jalan-jalan dan berkeliling di area kampus. Lalu perhatikan aktivitas ma- hasiswanya. Mungkin, Anda akan men- dapatkan apa yang saya dapatkan juga. Di sana kita bisa jumpai ragam aktivitas mahasiswa, ada yang sedang ngobrol, bercanda, makan-rnakan sambil merokok, nyanyi-nyanyi, atau kegiatan yang berlabel fun lainnya. Jarang sekali (untuk tidak mengatakan "tidak ada") ditemukan sekumpulan mahasiswa yang duduk sambil membaca buku atau berdiskusi. Ini tentang budaya baca di kalangan mahasiswa Indonesia, yang menurut UNESCO, masih sangat minim. Per- masalahan budaya baca kita memang permasalahan klasik. Mari melongok sejarah, budaya baca memang seolah batu yang diloncati tanpa dijadikan tumpu. Bangsa kita memulai sejarahnya dari budaya bertutur. Budaya lisan ini terjadi bertahun-tahun lamanya. Sarn- pai sekarang, produk dari budaya bertu- tur bisa kita temui dari beragamnya anekadongeng yang sudah dibumbui di ana-sini. Kemajuan teknologi yang demikian cepat memang tidak bisa disalahkan se- bagai penyebab tidak berkembangnya budaya baca. Namun yang cukup di- sesalkan, tontonan yang tersaji sering kali menyudutkan aktivitas atau budaya baca. Lihat saja misalnya dalam sebuah tayangan, betapa seorang tokoh yang gila baca digambarkan sebagai :1ang tidak semestinya. 'Si kutu buku diiden- tikkan dengan seorang yang berkaca- mata tebal, gak gaul, suka menyendiri, gagap tren, atau yang paling menge- naskan digambarkan sebagai sosok yang "setengah idiot". Di tengah terjangan propaganda demikian, budaya pop terus meng- gerus. Tayangan-tayangan sinetron atau ITV remaja demikian total menampilkan aktivitas-aktivitas yang bernilai hedonistis. Bisa kita temui dengan mudah,· bagaimana sinetron atau ITV remaja yang berlatar kam- pus, selalu identik dengan kegiatan percintaan antara mahasiswa-rnaha- siswi, pelecehan kepada dosen yang digambarkan "idiot", atau si kuru buku yang nggak banget. [arang, bahkan hampir tidak ada, tayangan-tayangan televisi yang menggambarkan kegiatan-kegiatan akademik. Kalaupun ada, kemasannya sungguh tidak mengundang selera.N ilai-nilai yang ditayangkan televisi itu tertanarn di alam bawah sadar kita. Lalu, apakah minimnya minat baca di kalangan anak muda (baca: maha- siswa) salah satunya penyumbang karut-rnarutnya bangsa ini? Bisa jadi dernikian. Karena membaca adalah proses mengolah inforrnasi menjadi pengetahuan dan intelektual. Namun ternyata, kegiatan membaca tidak berhenti di sana. Proses membaca se- harusnya sampai pad a titik di mana wis- dom akan didapat. [ika sudah sampai pa- da tahap ini, mereka akan lebih bijak- sana dalam berbuat. la akan lebih mengedepankan otak dan nurani dari- pad a kekerasan dalam menghadapi per- masalahan hidup (Muhamad Tohir). [a- di, barangkali selama ini kita yang ter- lalu aktif menyalahkan wakil-wakil kita karena tidak kunjung maju bangsa ini, kali ini perlu kita pikir-ulang karena ki- ta pun menjadi penyumbang atas hal- hal yang tidak kita inginkan itu. Aktivitas membaca memang ak n melahirkan dampak lain. Salah sat nya adalah munculnya diskusi-diskusi kritis seputar ilmu pengetahuan. Hal ini e- mudian akan mendorong upaya peneli- tian, untuk membuktikan hasil bac aan. Kalau sudah demikian, mahasiwa sudah bisa kembali menemukan identitas se- jatinya. Meski di sisi yang lain, segala hal yang having fun tidak lantas me jadi haram. Akan tetapi, bertumbuhnya bud ya baca di kalangan mahasiswa, bukan lah sesuatu yang tidak mungkin untuk i- wujudkan. Dukungan pemerintah dan pihak kampus serta dorongan dari drri pribadi mahasiswa adalah pemungkm hal ini. Dl tataran intemasional, menu- rut UNESCO, Indonesia masih ter- bawah posisinya dalam hal minat baca, dibandingkan dengan Vietnam atau Malaysia di kawasan Asia Tenggara. Atau sebagai umat beragama (khusus- nya Islam), cukuplah ayat pertama y.mg turun kepada Nabi Muhammad (iqra') menjadi motivasi. Barangkali, membiasakan memb li satu buku dalam sebulan (di luar buku kuliah) atau membaca koran, atau kampanye-kampanye budaya baca yang masif merupakan sebuah jalan. Dengan begitu, di sudut-sudut kampus bisa kita temui diskusi-diskusi buku. Di angkut- an umum, di halte bus, di antrean ATM, banyak dijumpai mahasiswa yang membaca buku. Tentu saja akti i- tas positif ini tidak harus menjadika kita seorang yang asosial. Nah, jika di- cari siapa mahasiswa yang gila baca. Saya harap, Anda adalah orangnya! (Fatih Zam, mahasiswa Unpad) ***

Transcript of Pikiran Rakyatpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/04/pikiran... · 2011. 4. 7. ·...

Page 1: Pikiran Rakyatpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/04/pikiran... · 2011. 4. 7. · digambarkan "idiot", atau si kuru buku yang nggak banget. [arang, bahkan hampir tidak ada,

Pikiran Rakyato Senin o Selasa o Rabu • Kamis o Jumat o Sabtu 0 Minggu

1 2 3 4 5 6~

8 9 10 11 12 13 14 1517 18 19 20 21 23 24 25 26 27 28 29 30

OJan OPeb oMar .Apr OMei OJun OJul OAgs OSep o Old ONov

S ILAKAN jalan-jalan danberkeliling di area kampus.Lalu perhatikan aktivitas ma-

hasiswanya. Mungkin, Anda akan men-dapatkan apa yang saya dapatkan juga.Di sana kita bisa jumpai ragam aktivitasmahasiswa, ada yang sedang ngobrol,bercanda, makan-rnakan sambilmerokok, nyanyi-nyanyi, atau kegiatanyang berlabel fun lainnya. Jarang sekali(untuk tidak mengatakan "tidak ada")ditemukan sekumpulan mahasiswa yangduduk sambil membaca buku atauberdiskusi.

Ini tentang budaya baca di kalanganmahasiswa Indonesia, yang menurutUNESCO, masih sangat minim. Per-masalahan budaya baca kita memangpermasalahan klasik. Mari melongoksejarah, budaya baca memang seolahbatu yang diloncati tanpa dijadikantumpu. Bangsa kita memulai sejarahnyadari budaya bertutur. Budaya lisan initerjadi bertahun-tahun lamanya. Sarn-pai sekarang, produk dari budaya bertu-tur bisa kita temui dari beragamnyaanekadongeng yang sudah dibumbui diana-sini.

Kemajuan teknologi yang demikiancepat memang tidak bisa disalahkan se-bagai penyebab tidak berkembangnyabudaya baca. Namun yang cukup di-sesalkan, tontonan yang tersaji seringkali menyudutkan aktivitas atau budayabaca. Lihat saja misalnya dalam sebuahtayangan, betapa seorang tokoh yanggila baca digambarkan sebagai :1angtidak semestinya. 'Si kutu buku diiden-tikkan dengan seorang yang berkaca-mata tebal, gak gaul, suka menyendiri,gagap tren, atau yang paling menge-

naskan digambarkan sebagai sosok

yang "setengah idiot".Di tengah terjangan propaganda

demikian, budaya pop terus meng-gerus. Tayangan-tayangan sinetronatau ITV remaja demikian totalmenampilkan aktivitas-aktivitas yangbernilai hedonistis. Bisa kita temuidengan mudah,· bagaimana sinetronatau ITV remaja yang berlatar kam-pus, selalu identik dengan kegiatanpercintaan antara mahasiswa-rnaha-siswi, pelecehan kepada dosen yangdigambarkan "idiot", atau si kuru bukuyang nggak banget. [arang, bahkanhampir tidak ada, tayangan-tayangantelevisi yang menggambarkankegiatan-kegiatan akademik.Kalaupun ada, kemasannya sungguhtidak mengundang selera.N ilai-nilaiyang ditayangkan televisi itu tertanarndi alam bawah sadar kita.

Lalu, apakah minimnya minat bacadi kalangan anak muda (baca: maha-siswa) salah satunya penyumbangkarut-rnarutnya bangsa ini? Bisa jadidernikian. Karena membaca adalahproses mengolah inforrnasi menjadipengetahuan dan intelektual. Namunternyata, kegiatan membaca tidakberhenti di sana. Proses membaca se-harusnya sampai pad a titik di mana wis-dom akan didapat. [ika sudah sampai pa-da tahap ini, mereka akan lebih bijak-sana dalam berbuat. la akan lebihmengedepankan otak dan nurani dari-pad a kekerasan dalam menghadapi per-masalahan hidup (Muhamad Tohir). [a-di, barangkali selama ini kita yang ter-lalu aktif menyalahkan wakil-wakil kitakarena tidak kunjung maju bangsa ini,kali ini perlu kita pikir-ulang karena ki-ta pun menjadi penyumbang atas hal-

hal yang tidak kita inginkan itu.Aktivitas membaca memang ak n

melahirkan dampak lain. Salah sat nyaadalah munculnya diskusi-diskusi kritisseputar ilmu pengetahuan. Hal ini e-mudian akan mendorong upaya peneli-tian, untuk membuktikan hasil bac aan.Kalau sudah demikian, mahasiwa sudahbisa kembali menemukan identitas se-jatinya. Meski di sisi yang lain, segalahal yang having fun tidak lantas me jadiharam.

Akan tetapi, bertumbuhnya bud yabaca di kalangan mahasiswa, bukan lahsesuatu yang tidak mungkin untuk i-wujudkan. Dukungan pemerintah danpihak kampus serta dorongan dari drripribadi mahasiswa adalah pemungkmhal ini. Dl tataran intemasional, menu-rut UNESCO, Indonesia masih ter-bawah posisinya dalam hal minat baca,dibandingkan dengan Vietnam atauMalaysia di kawasan Asia Tenggara.Atau sebagai umat beragama (khusus-nya Islam), cukuplah ayat pertama y.mgturun kepada Nabi Muhammad (iqra')menjadi motivasi.

Barangkali, membiasakan memb lisatu buku dalam sebulan (di luar bukukuliah) atau membaca koran, ataukampanye-kampanye budaya baca yangmasif merupakan sebuah jalan. Denganbegitu, di sudut-sudut kampus bisa kitatemui diskusi-diskusi buku. Di angkut-an umum, di halte bus, di antreanATM, banyak dijumpai mahasiswayang membaca buku. Tentu saja akti i-tas positif ini tidak harus menjadikakita seorang yang asosial. Nah, jika di-cari siapa mahasiswa yang gila baca.Saya harap, Anda adalah orangnya!(Fatih Zam, mahasiswa Unpad) ***