pidana-syafruddin3
-
Upload
azizah-aj-amalia -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of pidana-syafruddin3
8/8/2019 pidana-syafruddin3
http://slidepdf.com/reader/full/pidana-syafruddin3 1/12
SIGNIFIKANSI PERBANDINGAN HUKUM PIDANA DALAM PROSESPEMBAHARUAN HUKUM PIDANA
SYAFRUDDIN, SH, MHFakultas Hukum
Jurusan Hukum Pidana
Universitas Sumatera UtaraMedan
PENDAHULUAN
A. Masyarakat dan Perkembangan Hukum
Paton mengatakan bahwa semua masyarakat yang telah mencapaitingkat perkembangan tertentu harus menciptakan suatu sistem hukumuntuk melindungi kepentingan-kepentingan tertentu. Jika masyarakatberkembang, maka konsepsi-konsepsi hukum akan menjadi lebih sempurna
dan kepentingan yang dilindungi akan berubah. Menurut Paton selanjutnya,tidak ada alasan bagi kita untuk berusaha tidak menjawab berbagaipermasalahan tersebut.1
Statement yang dikemukakan G.W. Paton tersebut adalah suatuhal yang tidak dapat dipungkiri lagi. Kemajuan-kemajuan dalam bidangsosial, budaya, dan teknologi bergerak begitu cepat. Akibatnya, berbagaisarana dan pranata-pranata yang telah ada seperti peraturan perundang-undangan menjadi ketinggalan dan tidak sesuai lagi dengan dinamikamasyarakat dan pembangunan zaman.
Di Indonesia dalam era pembangunan Pelita V yang sebentar lagi
akan memasuki tahap tinggal landas (take off) untuk menuju masyarakatadil, makmur, aman, dan sejahtera, telah melaksanakan pembangunan di
segala bidang kehidupan termasuk dalam bidang hukum. Pembangunandalam bidang hukum ini perlu untuk mengimbangi pesatnya pembangunan dibidang-bidang lain.
Dalam rangka pembangunan di bidang hukum ini, GBHNmengamanatkan, antara lain:a. Pembangunan hukum sebagai upaya untuk menegakkan keadilan,
kebenaran, dan ketertiban dalam negara hukum Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, diarahkan untuk meningkatkankesadaran hukum, menjamin penegakan, pelayanan, dan kepastianhukum, serta mewujudkan tata hukum nasional yang mengabdi padakepentingan nasional.
b. Dalam rangka pembangunan hukum perlu lebih ditingkatkan upaya
pembaharuan hukum secara terarah dan terpadu, antara lain melaluikodifikasi dan unifikasi bidang-bidang hukum tertentu, serta penyusunanperundang-undangan baru yang sangat dibutuhkan untuk mendukung
pembangunan dalam berbagai bidang sesuai dengan tuntutanpembangunan, serta tingkat kesadaran hukum dan dinamika yangberkembang dalam masyarakat.
Dalam rangka pembangunan hukum itu, diperlukan terlebih dahuluadanya perencanaan hukum (legal planning) yang dapat menampung segalakebutuhan dalam suasana perubahan-perubahan sosial atau dinamikamasyarakat. Namun sebagaimana dikatakan Sunaryati Hartono., “Legal
1 Whitecross, Paton George, 1985. A Teks Book of Jurisprudentie, terjemahan G. Soedarsono, BA,dkk., Penerbit : Yayasan GP Gadjah Mada, Jogyakarta, gal. 54
2002 designed by USU digital library 1
8/8/2019 pidana-syafruddin3
http://slidepdf.com/reader/full/pidana-syafruddin3 2/12
Planning” itu bukan pekerjaan yang mudah. Harus terlebih dahulu kitamempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam tentang sistem hukumasing.2 Di sinilah letak perlunya Perbandingan Hukum (Comparative Law).
Dengan perbandingan hukum akan memperluas cakrawala berpikirserta memberi kesadaran kepada perencana/pelaksana pembangunan hukumitu bahwa bagi setiap masalah hukum terbuka lebih dari hanya satu cara
untuk mengatasinya.Apalagi dalam perkembangan kehidupan masyarakat modern
sekarang ini. Akibat kemajuan teknologi, jarak-jarak antar negara semakinrapat, hubungan komunikasi semakin cepat, maka setiap negara akan
cenderung memperbandingkan dirinya dengan negara lain, dengan maksuduntuk memelihara keseimbangan dan harmonisasi antar negara sehingga
tujuan nasional masing-masing dapat tercapai.
B. Similarities and Divergencies
Perbandingan hukum (Rechtsvergelijking) pada dasarnyamenunjukkan suatu rangkaian kegiatan membanding-bandingkan sistem
hukum yang satu dengan sistem hukum yang lain; dengan perkataan lainmembanding-bandingkan lembaga hukum (legal institution) dari suatu sistem(stelsel) hukum dengan lembaga hukum dari sistem hukum yang lain.
Dengan melakukan perbandingan itu, kita akan dapat menemukanunsur-unsur persamaan (similaritas) dan juga unsur-unsur yang berbeda(divergensi) dari kedua lembaga ataupun sistem hukum itu.
Memperbandingkan hukum dapat dilakukan dari berbagai sudutpeninjauan, seperti memperbandingkan:
- Hukum tertentu di masa lampau dengan hukum yang sama di masasekarang.
- Hukum yang sifatnya deskriptive dengan yang bersifat applied (praxis).- Hukum publik dengan hukum perdata.
- Hukum tertulis dengan hukum yang tidak tertulis (Hukum Adat), dan lainsebagainya.
Dalam perkembangannya dewasa ini, perbandingan hukum telahmendapat tempat penting baik dalam rangka edukasi hukum maupun dalammengembangkan atau membangun hukum tertentu dalam prakteknya.Namun apabila dipertanyakan apakah perbandingan hukum itu merupakan
suatu disiplin ilmu hukum yang telah berdiri sendiri (self standing) makadewasa ini pada umumnya terdapat dua faham:1. Faham yang mengatakan bahwa perbandingan hukum adalah suatu
cabang ilmu hukum yang terpisah atau berdiri sendiri sebagaimanacabang ilmu hukum lainnya. Menurut R. Sianturi, S.H., 3hal ini karenahukum perbandingan mengikuti metode dan asas-asas ilmu hukum pada
umumnya dan perbandingan hukum pada berbagai Fakultas Hukum telahdijadikan sebagai mata kuliah yang tersendiri.2. Namun kebanyakan sarjana berpendapat bahwa perbandingan hukum
bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, sebagaimana dikatakanoleh Prof. Gutteridge bahwa “The phrase Comparative Law Denates amethod of study and research and not a distinct branch of departement of the law.”
2Sumaryati Hartono, DR., S.H., 1992. Capita Selecta Perbandingan Hukum, Alumni, Bandung,hal. 3
3 Sianturi, R. 1983. Hukum Pidana Perbandingan, Penerbit Alumni AHM PT HM, Jakarta. Hal. 14
2002 designed by USU digital library 2
8/8/2019 pidana-syafruddin3
http://slidepdf.com/reader/full/pidana-syafruddin3 3/12
Menurut DR. Muladi, S.H., Comparative Law bukanlah “a body of rules andprinciples” melainkan “the technique of dealing with actual foreign lawelements of a legal problem”. Holland bahkan secara lebih sempit
menyatakan bahwa lingkungan Comparative Law, praktis dibatasi padapenyelidikan-penyelidikan deskriptive dan lebih menekankan pada analisa,sistematisasi, dan interpretasi.
Perbandingan hukum terlepas dari pendapat-pendapat di atasmempunyai banyak manfaat. Dari segi pendidikan hukum maka rechtsvergelijking akan sangat bermanfaat untuk membuka cakrawala berpikiryang lebih luas bagi para mahasiswa sehingga tidak menjadi picik dan
sempit. Dengan perbandingan hukum disadari bahwa ada cara-cara lain yangmungkin memecahkan persoalan yang dihadapi.
Dengan demikian, mahasiswa mengetahui sisi-sisi yang terang dan sisi-sisi yang gelap mengenai caranya sendiri memecahkan persoalan-persoalanhukum. Akhirnya, dengan mempelajari hukum asing itu ia mempunyaipandangan yang lebih tepat mengenai hukumnya sendiri dan mempunyaiargumentasi yang reasonable, bila ada pertanyaan kenapa demikian (olehProf. Dr. A. Zamal Abidin hal ini disebut dengan istilah Legal reasoning).
Di samping manfaat secara ilmiah di atas, perbandingan hukum jugabermanfaat secara praxis baik untuk jurisprudensi, legislasi, dan harmonisasihubungan internasional. Selanjutnya mengenai manfaat perbandingan hukumkhususnya hukum pidana penulis uraikan dalam bab tersendiri.
2002 designed by USU digital library 3
8/8/2019 pidana-syafruddin3
http://slidepdf.com/reader/full/pidana-syafruddin3 4/12
BAB II
LEGAL SYSTEM TERKEMUKA DI DUNIA DAN KARAKTERISTIKNYA
Di dunia sebenarnya terdapat berbagai sistem hukum dengankarakteristiknya maupun dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Dalam Ilmu Hukum Pidana dewasa ini lazim dikenal adanya 3 (tiga)sistem hukum pidana yang paling menonjol dan mengemuka yang masing-masing mempunyai ciri-ciri khas ataupun karakteristik sendiri pula. Walaupunpada akhirnya kita dapat melihat suatu kecenderungan (tendency) bahwa
ciri-ciri khas masing-masing sistem hukum pidana tersebut semakin tidaktegas lagi. Hal ini baik karena pertimbang-pertimbangan teknis maupun
karena adanya kebutuhan hukum yang semakin kompleks. Daam bab inipenulis mencoba megemukakan tentang ketiga sistem hukum pidanatersebut.
A. Sistem Hukum Pidana Eropa KontinentalSistem hukum pidana Eropa Kontinental adalah sistem hukum pidana
yang lazim dipergunakan di negara-negara Eropa daratan. Pada awalnyasistem hukum pidana Eropa Kontinental ini berasal dari hukum Romawi kunoyang selanjutnya diresepsi dalam kode Napoleon. Dari sinilah kemudianmenyebatr ke berbagai daratan Eropa seperti Jerman, Belanda, Spanyol, danlain sebagainya.
Ketika negara-negara Eropa Kontinental ini melakukan penjajahan keberbagai bagian bumi baik di Asia, Afrika, dan lain-lain, selama berpuluhtahun bahkan beratus tahun, maka mereka turut menerapkan sistem hukumpidana seperti yang dipakai di negara asal mereka di negara-negara yangmereka jajah, yang pada umumnya sistem hukum pidana tersebut berlanjut
sampai sekarang.Ada beberapa ciri khas ataupun karakteristik dari sistem hukum
pidana Eropa Kontinental ini, antara lain dalam hal:Pengkodifikasiannya
Kendatipun dalam perkembangannya sukar untuk menentukansistem hukum pidana mana yang lebih terkodifikasi, namun pada umumnyadapat dikatakan bahwa sistem hukum pidana Eropa Kontinental adalahterkodifikasi, karena diundangkan sekaligus dalam satu kitab.
Hal ini menunjukkan bahwa sumber hukum pidana yang utama
dalam negara-negara yang menganut sistem Eropa Kontinental adalah KitabUndang-Undang Hukum Pidananya.
Berbagai ketentuan hukum pidana dalam rangka kodifikasi inidimuat dan diatur dalam suatu Kitab Hukum Pidana yang dikenal denganistilah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Sebagai contoh dapat
disebutkan adalah Hukum Pidana Belanda (yang semula berasal dari CodePenal Perancis) terdapat dalam satu kitab yang terdiri dari tiga buku. Hal yangsama juga terdapat di Indonesia yang memang diresepsi dari hukum pidana
Belanda dahulu.Dalam perkembangannya sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya, ternyata perundang-undangan Hukum Pidana atau perundang-undangan yang di dalamnya terdapat materi hukum pidana, semakin lamasemakin banyak dan menumpuk juga. Di Indonesia misalnya dapat dikatakanbahwa materi hukum pidana di luar KUHP (hukum pidana khusus) justru lebihbanyak dan terus bertambah, seperti:
- Undang-undang No.3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi.
- Undang-Undang No.9 Tahun 1976 tentang Tindak Pidana PenyalahgunaanNarkotika.
- Undang-Undang No.7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian.
2002 designed by USU digital library 4
8/8/2019 pidana-syafruddin3
http://slidepdf.com/reader/full/pidana-syafruddin3 5/12
- UU No.8 Darurat 1955 tentang Tindak Pidana Imigrasi dan diubah menjadiUU No.1 Tahun 1961.
Dengan telah tertulisnya semua ketentuan tentang hukum pidana,dapat dikatakan bahwa dalam sistem Eropa Kontinental lebih terjaminadanya kepastian hukum. Walaupun kepastian hukum yang terkandung
dalam sistem ini adalah kepastian hukum yang bersifat formal yang dalamhal-hal tertentu selalu tertinggal oleh perkembangan peradaban dankesadaran hukum masyarakat. Karena itulah di negara-negara EropaKontinental sudah semakin berkembang kepastian hukum yang bersifat
materil.Selanjutnya sistem hukum pidana Eropa Kontinental mempergunakan
sistem peradilan yang berbeda dengan sistem Anglo Saxon. Di negara-negaraEropa Kontinental dianut sistem di mana Hakim atau Majelis Hakim yangmengadili perkara pidana; dengan kata lain hakim atau majelis hakimlahyang menentukan bersalah atau tidaknya seorang terdakwa dan sekaligusmenjatuhkan putusannya baik berupa pemidanaan ataupun pembebasan.
Indonesia sebagai negara bekas jajahan dari salah satu negara Eropa
Kontinental di mana Kitab Undang-Undang Hukum Pidananya sampai kinimasih merupakan warisan dari masa penjajahan tersebut sudah tentu dapatdigolongkan termasuk dalam sistem hukum pidana Eropa Kontinentaltersebut.
Namun sebagai suatu negara yang telah merdeka dan mempunyaifalsafah hidup sendiri tentulah harus terus berusaha menciptakan hukumpidana yang sesuai dengan kepribadian bangsa sendiri.
A. Sistem Hukum Pidana Anglo Saxon
Sistem hukum pidana Anglo Saxon adalah suatu sistem hukum pidanayang berasal dari negara-negara Anglo Saxon yaitu Amerika Serikat dan
Inggris. Temasuk ke dalam sistem ini adalah negara-negara lain baik itu diAsia, Australia, Afrika, dan Amerika yang dalam sejarahnya pernahmengalami penjajahan dari negara-negara Anglo Saxon tersebut yangsampai saat ini masih menganut dan menerapkan sistem hukum pidanaAnglo Saxon tersebut.
Sebagaimana sistem Eropa Kontinental maka sistem hukum pidana
Anglo Saxon mempunyai ciri-ciri yang khas pula.Di negara-negara Anglo Saxon seperti Amerika Serikat, Inggris,
dan negara-negara ex-dominionnya seperti Malaysia, Filipina, dan lain-lainsumber utama hukum pidananya bukan Kitab Undang-Undang HukumPidana yang telah terkodifikasi tetapi adalah hukum umum (Common Law)baik berupa undang-undang (Statue act), Yurisprudensi maupun
perundang-undangan lain (delegated Legislation).Sumber-sumber ini berkembang terus dan bertambah tahun demitahun, sehingga untuk memperlajarinya harus mengumpulkan terlebih
dahulu berbagai yurisprudensi dan perundang-uinmdangan yangbersangkutan. Usaha untuk mengkofikasikannya baru bagian demi bagianyang sudah tercapai, seperti:- Undang-undang tentang kejahatan terhadap orang (Offences against the
person act);
- Undang-Undang tentang Kejahatan Seksual (Sexual Act);
- Undang-Undang tentang Pencurian (Theft Act), dan lain-lain.
Namun usaha untuk mengkofikasikan keseluruhannya danmengunifikasikannya belum berhasil sepenuhnya.
Oleh karena sumber hukum pidana yang utama adalah CommonLaw, kepastian hukum yang bersifat material yang dalam prakteknyasenantiasa dapat mengikuti perkembangan kesadaran hukum dalam
2002 designed by USU digital library 5
8/8/2019 pidana-syafruddin3
http://slidepdf.com/reader/full/pidana-syafruddin3 6/12
masyarakat. Hal ini nampaknya sejalan dengan ajaran Paul Van Schaltententang “Het Open Sistem vanm Het Recht” yang pada dasarnya mengakuikesadaran hukum yang berkembang baik di kalangan penegak hukum dan
masyarakat.Kepastian hukum yang bersifat material ini lebih dihargai lagi bila
kita lihat dari sistem pelaksanaan peradilan di negara-negara Anglo Saxon
yaitu sistem Juri. Menurut sistem ini dalam suatu persidangan perkarapidana para Juri-lah yang menentukan apakah terdakwa atau tertuduh itubersalah (guilty) atau tidak bersalah (not guilty) setelah pemeriksaanselesai. Jika Juri menentukan bersalah barulah Hakim (biasanya tunggal)
berperan menentukan berat ringannya pidana atau jenis pidananya. BilaJuri menentukan tidak bersalah maka Hakim membebaskan terdakwa
(tertuduh).
B. Sistem Hukum Pidana Negara-Negara SosialisSistem ini pada umumnya dianut oleh negara-negara yang berideologi
komunis dengan berindukkan pada sistem Hukum Pidana di Sovyet Rusia danRRC walaupun perkembangan dunia akhir-akhir ini menunjukkan kehancuran
dan kegagalan ideologi dan sistem komunisme di negara induknya (Sovyet)yang diikuti oleh negara-negara komunis lainnya, namun itu berpengaruhbesar dalam sistem ekonomi dan politiknya. Walaupun dalam bidang hukumakan segera menunjukkan perubahan pula.
Pada dasarnya di negara sosialis seperti Sovyet dianut sistemkodifikasi. Namun bila dikaitkan dengan konsep kejahatan/tindak pidanayang masihberlku dan diatur dalam Pasal 7 dari Fundamental of CriminilLegislation for the USSR and the Union Republics yang mengatakan bahwa
“Kejahatan adalah tindakan atau kelalaian yang membahayakanmasyarakat”, maka dalam penerapannya akan berkembang berbagai
peraturan dan yurisprudensi tentang apa yang merupakan kejahatan. Hal initentu saja sekaligus menggoyahkan asas kepastian hukum.
Dalam hal sistem peradilan negara-negara sosial menggunakan sistemHakim atau Majelis Hakim untuk menentukan bersalah atau tidaknyaseseorang terdakwa sekaligus menjatuhkan vonisnya.
Perbandingan hukum sangat bermanfaat dalam usaha memperdalamdan memperluas pengetahuan kita dalam tiap bidang hukum yaitu FalsafahHukum, Sosilogi Hukum, dan Sejarah Hukum sekaligus.
2002 designed by USU digital library 6
8/8/2019 pidana-syafruddin3
http://slidepdf.com/reader/full/pidana-syafruddin3 7/12
BAB III
PERANAN DAN MANFAAT PERBANDINGAN HUKUM PIDANA
BAGI PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA NASIONAL
A. Manfaat Ilmiah dan Praktis
Apabila kita melakukan perbandingan hukum pidana maka hal ituadalah karena didorong adanya kebutuhan-kebutuhan akan manfaatnya bagikita, di mana manfaat-manfaat tersebut secara garis besarnya dapat
dibedakan dalam:1. Manfaat perbandingan hukum pidana secara ilmiah.
Dengan membanding-bandingkan berbagai sistem hukum pidanadari berbagai negara maka pengetahuan kita tentang hukum dan pranata-pranatanya akan semakin dalam dan luas. Hal ini karena kita dapat melihatbahwa terhadap suatu problem atau kebuthan yang sama dapat dicapaisuatupenyelesaian atau problem solving yang berbeda-beda.
Di samping itu dapat juga dilihat bahwa walaupun masyarakat dan
kebudayaannya berbeda-beda tetapi dapat menyelesaikan persoalan yangsama dengan cara yang sama pula, sedang suatu masyarakat yangmempunyai budaya yang sama mungkin dapat menyelesaikan suatupersoalan dengan cara yang berbeda. Hal ini tentulah akan memperluascakrawala ataupun wawasan berpikir kita sekaligus menghindarkan diridari kepicikan dan mempunyai anggapan yang baik berupa anggapanbahwa hukum kitalah yang terbaik (chauvinistis) dan menilai orang baiktidak baik atau menganggapbahwa sistem kita tidak baik dibandingkandengan sistem hukum negara lain (rasa rendah diri).
Selanjutnya dengan perbandingan hukum dapat ditingkatkan
kualitas pendidikan hukum. Para sarjana hukum akan mempunyai legalrreasoning tentang suatu lembaga hukum yang ada, di samping itu juga
degan perbandingan hukum ini akan menimbulkan banyak inspirasi atasberbagai hal yang sekaligus merupakan usaha dan sumbangan yangberharga bagi perkembangan ilmu hukum pidana yang nantinya dapatberguna dalam praktek.
a. Manfaat Perbandingan Hukum Pidana bagi Kegiatan Praktis
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa hukum asing banyak memberibantuan dalam memecahkan persoalan-persoalan ang akan digunakanuntuk pengembangan hukum sendiri. Oleh karena iutu, perbandinganhukum sangat berguna bagi Pembuat Undang-Undang (Legislator) dalambadan legislatif.Bagi para Hakim, studi Perbandingan Hukum akan banyak manfaatnya.
Oleh karena dengan membandingkan aturan [erundang-undangan sendiridegan aturan perundang-undangan asing mengenai hal yang sama, paraHakim bisa mendapat pandangan yang lebih baik mengnai arti ari aturan
itu sendiri. Perbandinganhukum dapat memberi pengetahuan yang lebihbaik untuk mentafsirkan suatu aturan perundang-undangan yangselanjutnya dapat melahirkan yurisprudensi-yuriusprudensi baru yangbermutu dan up to date.Dengan makin eratnya hubungan antara negara yang satu dengan negarayang lain (adanya interdependensi antar negara) maka akan timbulkebutuhan yang sangat akan adanya persesuaian (harmonisasi hukum
pidana yang satu dengan yang lain). Pada mulanya ini akan berpengaruhsekali dalam bidang perdagangan dan politik, tetapi terjadi suatu tindak
pidana yang menimbulkan adanya titik-taut dalam hukum pidana maaterasalah perlunya harmoniasi hukum pidana antar negara itu. Sebagai
2002 designed by USU digital library 7
8/8/2019 pidana-syafruddin3
http://slidepdf.com/reader/full/pidana-syafruddin3 8/12
contohnya dapat disebutkan adalah masalah-masalah kejahatan yangdapat diekstradisi.
B. Pembentukan Hukum Pidana Nasional yang Bermutu dan Up toDate
Indonesia sampai sekarang mewarisi KUHP yang berasal dari masapenjajahan Belanda, walaupun memang di sana-sini banyak yang sudahditambah, diubah, dan diganti. Namun bagaimanapun juga, KUHP tersebutdahulu disusun sesuai dengan ideologi penjajah dan sudah pasti sebagian
ketentuannya telah ketinggalan zaman (out to date). Oleh karena itulahkita sambut baik usaha pemerintah, dalam hal ini Kementerian
Kehakiman, yang sedang berusaha mempersiapkan Rancangan KUHPidana Nasional yang baru, yang lebih sesuai dengan kebutuhanmasyarakat Indonesia saat ini dan saat yang akan datang.
Dalam usaha untuk membentuk KUHP Nasional yang baru danbermutu itulah kita suka atau tidak suka membutuhkan pengetahuantentang berbagai sistem hukum pidana asing maupun juga dalam konteks
ini Hukum Pidana Adat. Hal ini dikarenakan kita dapat mengambil bahan-bahan yang berguna bagi kita di Indonesia. Apalagi hukum pidana suatunegara modern harus mencerminkan “several world view”. Termasuk juga,sebagaimana disebutkan di atas, mempelajari hukum pidana adatIndonesia oleh karena KUHP yang baru nanti sudah tentu harusmencerminkan keperibadian Indonesia.
Dengan demikian para perencana undang-undang dan pembuatundang-undang pidana baik DPR maupun pihak pemerintahan dapatmenarik manfaat dari studi perbandingan hukum pidana.
Ada beberapa ketentuan dalam KUHP Indonesia sekarang yang
harus didekriminalisasi dan ada pula hal-hal yang terjadi dalammasyarakat yang perlu didekriminalisasi dengan segera untuk
mengantisipasi perkembangan zaman. Masalah yang berhubungan denganKeluarga Berencana, penjualan alat-alat untuk menegah kehamilan yangdilarang dalam KUHP perlu ditinjau kembali. Selanjutnya hal-hal sepertikejahatan yang dilakukan oleh korporasio atau badan hukum, kejahgatandalam kegiatan bursa saham perlu mendapat perhatian pula untukdimasukkan ke dalam ketentuan undang-undang pidana.
KUHP Nasional yang baru harus mempunyai jangkauan puluhantahun ke depan agar tidak berubah-ubah tiap sebentar. Untuk itulahhukum pidana negara lain yang telah puluhan tahun lebih majukehidupannya perlu dipelajari.
Selanjutnya, studi perbandingan hukum pidana adalah untukmemenuhi perintah Pasal 32 UUD 1945 dan penjelasannya yang
berbunyi:Pasal 32 UUD 1945: Pemerintah memajukan kebudayaan nasionalIndonesia.
Penjelasan Pasal 32 UUD 1945:Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah
usaha budinya rakyat Indonesia. Kebudayaan di daerah-daerah di seluruhIndonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harusmenuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidakmenolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapatmemperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.Sebagai contoh oleh Prof. Oemar Seno Adji, S.H. dikemukakan
bahwa dalam rancangan KUHP yang baru di buku I dicantumkan adanyasuatu sanksi adat pidana sebagai memenuhi kewajiban adat danpembayaran ganti kerugian khususnya kepada korban pelanggaran. Dalam
2002 designed by USU digital library 8
8/8/2019 pidana-syafruddin3
http://slidepdf.com/reader/full/pidana-syafruddin3 9/12
peraturan-peraturan modern mengenai kompensasi ataupun restitusikepada “victim” tersebut ketentuan adat dapat berkembang ke dalamnya.
Dalam hal ganti rugi kepada victim ini kita dapat mengambil
pengalaman dari penerapan Bab V KUHP Philipina tentangPertanggungjawaban Perdata yang antara lain menyatakan:
“Bahwa setiap orang yang dipertanggungjawabkan pidana karena suatu
kejahatan juga dipertanggungjawabkan karena kejahatan tersebut.” Dengan demikian dapatlah kita melihat bahwa perbandingan
hukum pidana sangat perlu terutama dalam menyusun KUHP Nasionalyang baru, bermutu, dan up to date, serta dapat mengantisipasi
permasalahan-permasalahan hukum yang timbul di masa sekarang dan dimasa depan.
2002 designed by USU digital library 9
8/8/2019 pidana-syafruddin3
http://slidepdf.com/reader/full/pidana-syafruddin3 10/12
BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Setelah melalui pembahasan pada bab-bab terdahulu maka penulis
sampai kepada suatu kesimpulan yang pada pokoknya menyatakansebagai berikut:
1. Perbandingan hukum (rechtvergelijking) adalah suatu kegiatanmembanding-bandingkan sistem hukum yang satu dengan sistem
hukum yang lain ataupun membanding-bandingkan lembagahukum (legal institution) dari suatu sistem hukum dengan lembaga
hukum dari sistem hukum yang lain. Perbandingan hukum itudapat dilakukan antara:- hukum tertentu pada masa lampau dengan hukum yang sama
dengan hukum yang sedang berlaku pada masa sekarang;- hukum yang sifatnya deskriptive dengan yang bersifat applied
(praxis);
- hukum publik dengan hukum privat;- hukum tertulis dengan hukum yang tidak tertulis (hukum adat),
dan lain sebagainya.
2. Perbandingan hukum pidana (Comparative Criminal Law)mempunyai banyak manfaat baik secara ilmiah untukmeningkatkan kualitas pendidikan hukum dan pengembangan ilmuhukum pidana maupun secara praktis dalam bidang legislatif,
judikatif (untuk pengembangan yurisprudensi) serta untukmeningkatkan hubungan internasional dengan danya harmoninasi
hukum antar negara.3. Studi Perbandingan Hukum pada hakekatnya adalah merupakan
pelaksanaan dari Pasal 32 UUD 1945 beserta penjelasanya yaituuntuk memajukan kebudayaan nasional.
4. Perbandingan hukum pidana sangat dibutuhkan dalam rangkapenyusunan KUHP Nasional yang baru dan bermutu, yaitu denganmenggali puncak-punak kebudayaan daerah berupa hukum pidanaadat yang mempunyai nilai tinggi dan universal dan dengan
memilih dan mengambil unsur-unsur hukum pidana negara lainyang lebih maju dan berguna.
A. Saran-Saran
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas penulis mencoba
memberikan beberapa saran yang kiranya dapat berguna, sebagai berikut:1. Diharapkan agar kitanya lembaga-lembaga pendidikan khususnyafakultas-fakultas hukum menjadikan mata kuliah perbandingan
hukum pidana (Comparative Criminal Law) sebagai mata kuliahwajib dan termasuk dalam kurikulum minimal di Fakultas \fakultashukum tersebut.
2. Studi perbandingan hukum sebaiknya tidak hanya mempelahjarihukum pidana negara-negara lain tetapi juga mempelajari hukumpidana adat Indonesia yang cukup beraneka-ragam.
3. Pengambilan nilai-nilai budyaa asing dalam bidang hukum
hendaklah dilakukan secara selektif dan tidak mengorbankan nilai-nilai kepribadian bangsa.
4. Sebaiknya dapat dintensifkan kegiatan-kegiatan seperti up grading,lokakarya, dan lain-lain tentang perbandingan hukum (pidana) bagipihak-pihak yang berkepentingan seperti para hakim, jaksa,
2002 designed by USU digital library 10
8/8/2019 pidana-syafruddin3
http://slidepdf.com/reader/full/pidana-syafruddin3 11/12
anggota DPR maupun para Staf Pengajar di Perguruan-PerguruanTinggi khususnya di Jurusan Hukum Pidana Fakultas-FakultasHukum.
2002 designed by USU digital library 11
8/8/2019 pidana-syafruddin3
http://slidepdf.com/reader/full/pidana-syafruddin3 12/12
KEPUSTAKAAN
Hamzah, Andi. Dr., S.H. 1987. KUHP Republik Phlipina sebagai Perbandingan, Ghalia Indonesia, Jakarta
Hamzah, Andi. Dr. SH. 1987. KUHP Republik Korea Sebagai Perbandingan,
Galia Indonesia, Jakarta
Hartono, Sunaryati. DR., S.H., 1992. Capita Selecta Perbandingan Hukum,Alumni, Bandung
Sianturi, R. 1983. Hukum Pidana Perbandingan, Penerbit Alumni AHM PTHM, Jakarta.
Seno Adji, Oemar, Prof. SH, 1998. Komentar Atas Seri Terjemahan KUHP Negara-Negara Asing, Ghalia Indonesia
Whitecross, Paton George, 1985. A Teks Book of Jurisprudentie, terjemahanG. Soedarsono, BA, dkk., Penerbit : Yayasan GP Gadjah Mada,
Jogyakarta
2002 designed by USU digital library 12