PHBS-Rumah Tangga
-
Upload
rabiatull-adawiyah -
Category
Documents
-
view
154 -
download
9
Transcript of PHBS-Rumah Tangga
LAPORAN FIELDLAB
TOPIK PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
“PHBS DI PUSKESMAS TANGEN”
Desa Gupak Warak
Oleh:
1. Esty Jayanti (G0011086)
2. Hanni Wardhani (G0011104)
3. Rurin Ayurinika P (G0011186)
4. Muhammad Alip Wildan (G0011142)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bersamaan dengan masuknya millennium baru, Departemen Kesehatan telah
mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat.
Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang
bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat
lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan, dan perlindungan
kesehatan.
Berdasarkan paradigma sehat, ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010 dimana 3 pilar yang
perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, serta pelayanan
kesehatan yang bermutu, adil, dan merata.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2010
adalah dengan Program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). PHBS adalah upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan
melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan
pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat
(Empowerment). Sehingga keluarga dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Dengan demikian masyarakat
dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan
masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.
Rumah Tangga merupakan unit terkecil dalam lingkungan. Perilaku hidup yang bersih dan
sehat selayaknya harus diterapkan dan ditanamkan kepada seluruh anggota keluarga. Peranan
keluarga dalam sebuah rumah memegang kunci utama untuk meningkatkan kualitas kesehatan
sejak dini. Karena jika keluarga sehat, akan membentuk masyarakat yang sehat pula. Untuk itu,
Sehat harus diawali dari dalam rumah sendiri.
Dengan menerapkannya terlebih dahulu di lingkungan rumah tangga, maka otomatis akan
lebih mudah menerapkan ke lingkungan yang lebih luas lagi, yaitu masyarakat. Karena kondisi
1
sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, dan
menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga,
dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangakan oleh semua
pihak secara keseluruhan (totalitas)
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam tatanan rumah tangga?
C. Tujuan Khusus
Mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga.
D. Tujuan Umum
1. Mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga
2. Mengetahui sasaran perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga
3. Mengetahui indikator penilaian perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah
tangga
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan rumah tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Hal ini dilakukan
untuk mencapai kondisi Rumah Tangga Sehat, yaitu rumah tangga yang mampu menjaga,
meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman
penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat.
PHBS merupakan salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan
kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada keluarga, artinya harus ada
komunikasi antara kader dengan keluarga/masyarakat untuk memberikan informasi dan
melakukan pendidikan kesehatan.
Indikator diperlukan untuk menilai apakah aktifitas pokok yang dijalankan telah sesuai
dengan rencana dan menghasilkan dampak yang diharapkan. Ada beberapa indikator yang
dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di tatanan rumah tangga, yaitu:
KIA dan Gizi
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Rumah tangga yang memiliki ibu hamil mempunyai akses pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan professional (bidan atau dokter) dan dilakukan di sarana pelayanan
kesehatan.
2. Memeriksakan kehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilan
Pemeriksaan dilakukan oleh bidan atau dokter (umum/kandungan) dengan interval minimal:
trimester I (1 kali), trimester II (1 kali), dan trimester III (2 kali).
3. Memberikan ASI eksklusif.
Bayi hanya diberi ASI sejak usia 0 sampai 6 bulan tanpa makanan tambahan lain termasuk
susu formula.
4. Menimbang balita
Rumah tangga yang memiliki balita menimbangkan balitanya secara teratur sesuai jadwal
(dapat dilihat buku KIA/KMS). Penimbangan balita dilakukan satu bulan sekali/minimal 8
kali setahun di sarana pelayanan kesehatan 9PKD, Posyandu, Puskesmas dll).
3
5. Mengkonsumsu makanan dengan gizi seimbang
Anggota rumah tangga mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah cukup untuk
memenuhi kebutuhan akan zat gizi yang mencakup: sumber energy, protein, lemak, vitamin,
dan mineral.
Kesehatan Lingkungan
6. Menggunakan air bersih
Anggota rumah tangga menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Air bersih yang
digunakan untuk: minum (sudah dimasak sampai mendidih/air minum dalam kemasan),
memasak, mandi, dan mencuci.
7. Menggunakan jamban sehat
Jamban yang digunakan oleh anggota rumah tangga adalah jamban yang memenuhi syarat
kesehatan (leher angsa dengan septic tank/cemplung tertutup dan terjaga kebersihannya)
8. Membuang sampah pada tempatnya
Sampah ditampung dan dibuang setiap hari di tempat pembuangan yang memenuhi syarat,
dan dibuktikan dengan tidak terdapat sampah yang berserakan baik didalam maupun diluar
rumah.
9. Menggunakan lantai rumah kedap air
Seluruh ruangan rumah berlantai kedap air dan berada dalam keadaan bersih. Lantai kedap
air/bukan lantai tanah (tegel, plester, keramik, kayu) dan dijaga kebersihannya setiap hari.
Gaya Hidup
10. Melakukan aktifotas fisik/berolahraga
Anggota rumah tangga yang berumur 10 tahun keatas melakukan aktifitas fisik/berolahraga
secara terukur dan teratur. Aktifitas fisik/berolahraga teratur minimal 30 menit/hari, dan
dilakukan 3-5 seminggu. Yang termasuk aktifitas fisik adalah aktifitas fisik sedang sampai
berat seperti: berjalan kaki/bersepeda/mencangkul (minimal 30 menit).
11. Tidak merokok
Rumah tangga bebas dari rokok. Anggota rumah tangga tidak ada yang merokok baik
didalam maupun dilaur rumah
12. Cuci tangan pakai sabun
4
Anggota rumah tangga mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum makan dan
sesudah BAB yang dibuktikan dengan tersedianya sarana mencuci tangan yang memenuhi
syarat.
13. Menggosok gigi
Anggota rumah tangga menggosok gigi minimal 2 kali sehari sesudah makan dan sebelum
tidur. Menggosok gigi dengan menggunakan sikat gigi masing-masing serta menggunakan
pasta gigi.
14. Tidak menyalahgunakan Miras/Narkoba
tidak ada anggota rumah tangga yang membeli, menjual, dan menggunakan minuman
keras/Miras serta menyimpan secara tidak sah Narkoba
Upaya Kesehatan Masyarakat
15. Kepesertaan dalam JPK (Jaminan Pemeeliharaan Kesehatan)
Anggota rumah tangga menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK). Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (Promotif, Preventif, Kuratif, dan Rehabilitatif) misalnya: Dana
Sehat, Askes, Askes Maskin (Jamkesmas/Jamkesda), Jamsostek, Asabri, dll.
16. Melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
anggota rumah tangga melakukan PSN yaitu gerakan 3M (Menguras, Menutup, dan
Mengubur) tempat pembuangan air (bak mandi tempayan, drum, ban bekas, tempat minum
burung, vas bunga, kulas, dispenser, barang-barang bekas, dll) minimal seminggu sekali
5
BAB III
PEMBAHASAN
Kegiatan field lab topik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat kelompok B2 dilaksanakan di
Puskesmas Tangen. Pada pertemuan kedua, kelompok dibagi menjadi 3 kelompok untuk
melakukan survei PHBS di 3 tatanan yaitu tatanan tempat kerja (instansi), tatanan rumah tangga,
dan sekolah di wilayah kerja Puskesmas Tangen. Kegiatan Field lab topik PHBS di tatanan
rumah tangga dilakukan dengan mensurvei langsung beberapa rumah dengan sampel sejumlah 5
rumah. Indikator yang digunakan dalam survei di rumah tangga terdiri dari 16 indikator yang
meliputi 3 kelompok indikator yaitu kelompok KIA dan Gizi, Kelompok KesLing, dan
kelompok Gaya hidup. Indikator KIA dan Gizi meliputi: persalinan oleh tenaga kesehatan,
periksa kehamilan minimal 4 kali selama hamil, pemberian ASI eksklusif sejak 0-6 bulan,
menimbangkan balita secara teratur minimal 8 kali setahun dan pengkonsumsian makanan gizi
seimbang. Sedangkan untuk kriteria kelompok Kesehatan Lingkungan terdiri atas: pengguanaan
air bersih, jamban sehat, pembuangan sampah pada tempatnya, dan lantai yang kedap air.
Kelompok Gaya hidup meliputi: aktifitas fisik /olahraga, tidak merokok, mencuci tangan dengan
sabun, gosok gigi minimal 2 kali /hari, tidak minum miras dan penyalahgunaan narkoba,
memiliki katu jamkesmas, dan melakukan PSN minimal seminggu sekali.
Survei untuk tatanan rumah tangga dilaksansakan di RT 21 Desa Gupak Warak. Pertama-
tama yang kami lakukan adalah mencari data/informasi PHBS dengan melakukan wawancara
kepada kepala keluarga atau penghuni rumah lainnya kemudian dilanjutkan dengan melihat
keadaan rumah secara langsung mulai dari tempat penampungan air, jamban, halaman sekitar
rumah, lantai rumah dan lain sebagainya.
Hasil survei pada rumah pertama didapatkan rumah tergolong sehat utama dengan total
13 indikator. Adapun indikator yang belum tercapai adalah membuang sampah pada tempatnya,
belum semua lantai rumah terdiri dari lantai yang kedap air, dan tidak seluruh anggota keluarga
melakukan aktifitas fisik atau berolahraga. Dari hasil pengamatan, rumah pertama memiliki
sebagian lantai kedap air dan sebagian lantai belum kedap air dan keluarga memiliki
pembuangan sampah di depan rumah, namun di depan rumah masih banyak sampah berserakan.
Hasil survei rumah kedua digolongkan sebagai kriteria sehat madya dengan pemenuhan
kriteria sejumlah 10 kriteria. Adapun kriteria yang belum tercapai adalah penggunaan jamban
6
sehat, membuang sampah pada tempatnya, lantai rumah belum kedap air, cuci tangan sebelum
makan dengan menggunakan sabun, menggosok gigi minimal 2 kali sehari, dan PSN minimal
seminggu sekali. Dari pengamatan langsung, keluarga ini belum memiliki jamban sendiri, belum
terlihat adanya tempat pembuangan sampah, dan didapatkan hanya ada satu sikat gigi untuk 4
orang. Selain itu di tempat penampungan air tampak adanya jentik jentik nyamuk yang
menandakan minimnya PSN.
Pada rumah ketiga dimasukkan dalam kriteria sehat utama dengan pemenuhan indikator
sejumlah 12 indikator. Adapun indikator yang belum terpenuhi adalah pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama, membuang sampah pada tempatnya, tidak merokok, dan jaminan
pemeliharaan kesehatan. Pemberian asi eksklusif di keluarga ini dibarengi dengan pemberian
susu formula sebelum bayi berusia lebih dari 6 bulan. Tampak adanya tempat pembuangan
sampah namun masih banyak juga sampah yang berserakan. Selain itu 2 orang di keluarga ini
merokok.
Rumah keempat digolongkan dalam kriteria sehat utama dengan pemenuhan indikator
sejumlah 11 indikator. Adapun indikator yang belum terpenuhi adalah membuang sampah pada
tempatnya, melakukan aktifitas fisik/olahraga, tidak ada yang merokok, mencuci tangan dengan
sabun, dan menjadi peserta jaminan kesehatan. Dari pengamatan tidak tampak adanya tempat
pembuangan sampah, tidak semua anggota keluarga melakukan aktifitas fisik, kepala keluarga
masih merokok, karena makan dengan menggunakan sendok keluarga ini tidak terbiasa mencuci
tangan, dari pengamatan kamar mandi cukup bersih.
Rumah terakhir digolongkan dalam kriteria sehat utama dengan pemenuhan indikator
sejumlah 11 indikator. Adapun indikator yang belum terpenuhi adalah menggunakan air bersih,
berlantai kedap air, tidak merokok, menjadi peserta jaminan kesehatan, melakukan PSN minimal
seminggu sekali. Dari pengamatan pada rumah ini belum memiliki lantai yang kedap air di
seluruh ruangannya, masih ada anggota yang merokok dan masih ditemukannya jentik-jentik
nyamuk pada tempat penampungan air keluarga. Dua rumah terakhir yang kami survei ternyata
memiliki jamban yang digunakan bersamaan dengan 1 keluarga lainnya.
Permasalahan yang sering terjadi di RT 21 desa Gupak Warak ini adalah masih kurang
sadarnya masyarakat akan pentingnya pengeloaan sampah rumah tangga. Meskipun sebenarnya
warga sudah memahami sedikit pengelolaan sampah yaitu dengan mengumpulkan sampah pada
satu titik lalu dimusnahkan, namun faktanya masih banyak sampah yang berserakan baik dsi
7
halaman rumah. Dari pengamatan sekitra memang sepertinya belum ada penglolaan sampah dari
pihak pemerintah setempat. Dari hasil wawancara, didapatkan informasi bahwa warga
mengetahui akan pentingnya membuang sampah namun belum maksimal setelah dibuktikan dari
survei yang menunjukkan bahwa masih banyak sampah yang berceceran dihalaman belakang
ataupun depan rumah warga. Selain sampah yang menjadi problem PHBS kedua di wilayah ini
adalah penggunaan jamban yang digunakan untuk 2-3 keluarga sekaligus.
Permasalahan air bersih yang sering dialami warga dikarenakan tingginya kadar kapur
yang ada di dalam air sumur, namun warga sudah ada yang menggunakan air bersih dari pam
ataupun membeli langsung dari air tangki untuk kebutuhan memasak mereka.
Dalam kegiatan survei PHBS tatanan rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Tangen,
khususnya RT 21 Desa Gupak Warak, mahasiswa tidak mendapatkan kesulitan dan hambatan
yang berarti. Berkat kerjasama warga masyarakatnya sehingga hasil penilaian indikator PHBS
menjadi valid.
8
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil Field Lab PHBS di tatanan rumah tangga oleh kelompok 12 dengan sasaran 5
rumah yang tersebar di RT 21 Desa Gupak Warak, dapat disimpulkan bahwa:
1. Program PHBS di RT 21 Desa Gupak Warak sudah cukup baik. Dari hasil survey
didapatkan 4 rumah dengan strata sehat utama dan satu rumah dengan strata sehat madya.
2. Terdapat beberapa indicator PHBS yang belum bias dipenuhi oleh masyarakat seperti
mencuci tangan dengan air bersih dengan sabun, menggunakan jamban sehat, membuang
sampah pada tempatnya, menggunakan lantai rumah kedap air, menggosok gigi serta
masing-masing anggota keluarga menggunakan 1 sikat gigi serta Pemberantasan Sarang
Nyamuk.
B. Kendala
Dari KIE PHBS ini ditemukan beberapa kendala, antara lain:
1. Kesulitan komunikasi antar mahasiswa dengan warga
2. Warga sudah mengerti tentang hidup bersih sehat namun beberapa belum bias diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari
C. Saran
1. Melaksanakan KIE PHBS melalui penyuluhan, diskusi, serta kunjungan secara rutin agar
indikator-indikator PHBS dapat terpenuhi dan terpantau
2. Melakukan pembentukan kader-kader PUSKESMAS khusus PHBS untuk mempermudah
serta membentuk ikatan personal sehingga hasil pemantauan diharapkan lebih valid
3. Pendataan masalah indikator PHBS yang belum terpenuhi kemudian dicari
penyelesaiannya sesuai indikator terkait
4. Kader/mahasiswa yang melakukan survey PHBS hendaknya mampu berkomunikasi
secara efektif dengan warga, bersikap kritis, dan mampu menyiasati berbagai sikap warga
yang kurang kooperatif dalam menjawab pertanyaan sehingga bias didapatkan hasil
penilaian indikator PHBS yang valid
9