Petunjuk Teknis TEKNOLOGI PEMANFAATAN …sidolitkaji.litbang.pertanian.go.id/i/files/...ditentukan...
-
Upload
nguyenduong -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of Petunjuk Teknis TEKNOLOGI PEMANFAATAN …sidolitkaji.litbang.pertanian.go.id/i/files/...ditentukan...
Petunjuk TeknisTEKNOLOGIPEMANFAATAN PAKANBERBAHAN LIMBAH HORTIKULTURAUNTUK TERNAK KAMBING
ISBN 978-602-8475-01-3
P ,*d 7eTEKNOLOGI
PEMANFAATAN PAKANBERBAHAN LIMBAH HORTIKULTURA
UNTUK TERNAK KAMBING
Duisusun oleh
Simon P GintingRantan Krisnan
Pusat Penelitian dan Pengembangan PeternakanBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian2009
Petunjuk TeknisTEKNOLOGI PEMANFAATAN PAKANBERBAHAN LIMBAH HORTIKULTURA
UNTUK TERNAK KAMBING
Diterbitkan : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Hak Cipta @ 2009 . Loka Penelitian Kambing PotongSei Putih Po . Box I Galang Deli Serdang
Sumatera Utara 20585
Penanggung Jawab : Kepala Loka Penelitian Kambing Potong
Penyunting Pelaksana :Rantan KrisnanSimon Ginting
Tata Letak dan Rancangan Sampul : Rantan Krisnan
Isi buku dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya
Petunjuk Teknis Teknologi Pemanfaatan Pakan Berbahan LimbahHortikultura Untuk Ternak Kambing .Penulis : Simon P. Ginting dan Rantan KrisnanLoka Penelitian Kambing Potong Sei Putih : vi + 38 halaman
ISBN : 978-602-8475-01-3
U
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala Hidayahdan InayahNya, dengan diselesaikannya buku "Teknologi Pemanfaatan PakanBerbahan Limbah Hortikultura Untuk Ternak Kambing" .
Buku ini disusun untuk memberikan informasi kepada para pelakuusaha dan pemerhati peternakan khususnya ternak kambing tentang potensilimbah tanaman hortikultura sebagai sumber pakan dan dalam rangkaswasembada daging tahun 2010 .
Potensi limbah tanaman hortikultura sebagai sumber pakan, sampaisaat ini berlimpah dan masih belum dimanfaatkan secara optimal . Limbahbuah hortikultura antara lain limbah buah markisa, Iimbah buah nenas, danlimbah sayuran lobak, dll . ternyata mempunyai potensi yang sangat baik, baikdari kuantitas, maupun kandungan proten sebagai pakan ternak kambing .
Mudah-mudah buku yang sederhana ini bermanfaat bagi peternakkhususnya dan petugas lapangan pada umumnya .
Bogor, April 2009
Kepala Pusat
Dr. Abdullah Bamualim
iii
DAFTAR ISI
Ha!8nnon
KAJAPENCSANTAJR iii
DAJFTAJR!M -
iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BA~B LPENDAJfLILUAN 1
NOW TamannonHurbkuKunanebaoaiSunnberPakan3
BAB D.L]K8BAH MARKISA OPotensi PemonfaatanUmbahMarkisa sebagaiSumberPakan .
6
iPannanfoatanUnnbahK4adkisasebaoaiPakon9
UnnbahK83ddmas8bao8iP8kanKarnbing13BAB HL L!N1BAH MEyJAW ,16
Potenai Parnanfaaton Limbah Nenoauebagai8unnhorPaken . . .
16
Teknologi PenmanhaatonLinnbohNenassebaQaiPakan18
LinnbahNenaaaeboQoi Pokan Kannbing 22
BAB IV. LIMBAH SAYUR LOBAK
24Potenai PennanPemanfaatan Limbah Sayur Lobak sebagai SumberPakan --*
24
TeknoboiPenlanhoWnUnmbahLobaksobagaiPakan27
UmnbohLobaksebaoaiPakanMannbing 30
BAB V. ALTERNATIF POLA PENGEMBANGAN PAKANBERBASIS LIMBAH HORTIKULTURA33
P8bhkPak8D 33
POt8DS Oonnp8h 34
BAB V. DAFTAR F»LYSTAKA 37
iv
DAFTAR TABEL
v
No . Judul Tabel Halaman
1 Luas lahan, produksi
dan wilayah pengembangantanaman markisa 6
2 Potensi
nasional biomasa limbah pengolahan buahmarkisa (ton/tahun) 8
3 Respon kambing terhadap penggunaan kulit buah markisa(KBM), kulit buah markisa fermentasi (KBM-F) dan bijimarkisa pada berbagai cara penggunaan 14
4 Wilayah pengembangan, luas lahan dan produksitanaman nenas 16
5 Komposisi kimiawi limbah sayur lobak 26
6 Konsumsi bahan kering pakan basal (dasar) dankonsentrat menggunakan
limbah sayur lobak pada30beberapa taraf berbeda
7 Pertambahan bobot badan harian (PPBH) dan efisiensipenggunaan ransum (EPR) pads kambing yang diberi
32konsentrat dengan kandungan tepung limbah sayuryang berbeda
DAFTAR GAM BAR
No.
Judul Tabel
Halaman
1
Kulit buah markisa sebagai limbah pengolahan buahmarkisa menjadi jus markisa 7
2
Proses pengolahan limbah buah markisa103
Alur dan proses pengolahan kulit buah markisa (KBM) danbiji markisa sebagai bahan pakan 12
4
Tepung kulit buah markisa hasil pengeringan danpengilingan sebagai komponen pakan komplit15
5
Limbah nenas sebagai produk sisa pengolahan buah segar
176
Alur dan proses pengolahan limbah Nenas207
Silase limbah industri pengolahan buah nenas menjadipakan ternak ruminansia 21
8
Kulit buah nenas sebagai komponen pakan sumber seratdalam pakan komplit untuk ternak kambing23
9
Lobak afkir dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternakkambing untuk memenuhi kebutuhan energi25
10 Hasil sisa pengolahan lobak afkir memiliki kandungan airyang tinggi 28
11
Alur proses pengolahan limbah lobak yang terdiri daricampuran kulit dan buah afkir sebagai bahan pakan ternak
29
vi
BAB I .PENDAHULUAN
Usaha produksi tanaman hortikultura umumnya merupakan usaha tani
yang diselenggarakan secara intensif, ditandai dengan tingginya tingkat
penggunaan pupuk kimia dan pestisida serta intensitas penggunaan lahan .
Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan penggunaan lahan secara
terus menerus dapat mengganggu keseimbangan unsur hara di dalam tanah,
sehingga diperlukan aplikasi pupuk organik, seperti kotoran ternak secara
teratur untuk memperbaiki struktur tanah . Oleh karenanya, pupuk kandangmemiliki fungsi yang esensial dalam mempertahankan kesuburan lahan agar
mampu mendukung produksi tanaman secara maksimal serta berkelanjutan .
Dengan demikian, ternak ruminansia khususnya pada dasarnya dapat menjadi
komponen yang penting dalam sistem produksi tanaman hortikultura . Selainsebagai sumber pupuk organik yang potensial, ternak ruminansia dapat pula
berfungsi sebagai komoditas penyangga, terutama apabila produksi tanaman
hortikultura tidak memberikan jaminan keuntungan akibat fluktuasi harga yang
sering terjadi. Oleh karena itu, idealnya adalah suatu sistem produksi yang
terintegrasi antara ternak dengan tanaman hortikultura yang pada satu sisi
7ekjwlogi Limbah 5fortikultur
Lofikambing--Sei Putih Medan
1
Tekno(ogi Limbah 9fortikuftura
dapat menjamin ketersediaan pupuk organik dengan biaya yang kompetitifdan pada saat yang sama mendukung berkembangnya usaha produksiternak .
Salah satu kendala dalam mengembangkan ternak ruminansia padasistem usaha tanaman hortikultura adalah terbatasnya lahan tersedia bagiproduksi hijuan pakan ternak, akibat penggunaan lahan yang intensif. Hijauanpakan ternak merupakan pakan dasar dan menjadi salah satu faktor produksiyang sangat menentukan dalam usaha ternak ruminansia . Dengan demikian,kelangsungan dan berkembangnya sistem produksi ternak-tanamanhortikultura akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan sistem dalammenyediakan pakan bagi kebutuhan ternak . Dalam kondisi yang kontradiktif iniakan sulit diharapkan muncul dan berkembangnya sistem usaha integrasi,apabila tidak terdapat pilihan sistem produksi lain yang dapat mengurangiketergantungan ternak akan hijauan pakan .
Menjadi jelas bahwa tantangan utama terletak pada bagaimanapotensi sumber pakan yang ada pada sistem dapat dimanfaatkan secaramaksimal, sehingga muncul hubungan komplementer yang kuat antaratanaman dengan ternak. Idealnya, hubungan komplementer ini akanmeningkatkan atau paling tidak mempertahankan produktivitas tanaman,mempertahankan kesuburan tanah dan menyediakan pakan bagi produksiternak .
Hubungan komplementer antar dua komoditas yang dikelola dalamsatu sistim produksi secara integratif merupakan prinsip dasar sistim produksi
Lout kambing - Sei Putih Medan
2
tanaman-ternak . Sistim ini pada dasarnya telah banyak diimplementasikan
oleh petani dengan intensitas keterpaduan yang beragam . Walaupun dalam
konteks integrasi ternak-tanaman terbuka peluang untuk semua jenis komoditi
ternak, namun potensi terbesar adalah integrasi ruminansia-tanaman,
khususnya sapi, kambing dan domba .
Pemilihan jenis ternak yang akan dikembangkan juga memiliki arti
penting karena harus disesuaikan dengan kondisi agroklimat serta
ketersediaan faktor produksi lain, seperti lahan . Dalam konteks ini, ternak
kambing dapat menjadi salah satu pilihan utama, karena selain memiliki
kemampuan adaptasi yang tinggi pada berbagai tipologi klimat, juga memiliki
ukuran tubuh yang relatif kecil, sehingga lebih sesuai untuk usaha produksi
dengan lahan terbatas. Selain itu, dari pola makannya, ternak kambing
termasuk kelompok intermediate yaitu antara kelompok pemakan rumput(grass eater) seperti domba dan sapi, dengan kelompok pemakan konsentrat
(concentrate selector), sehingga memiliki potensi keuntungan komparatif
dibandingkan dengan jenis ternak ruminansia lainnya .
Potensi Tanaman Hortikultura sebagai Sumber Pakan
Bentuk hubungan komplementer antara tanaman dan ternak
merupakan peranan penting tanaman dalam menghasilkan berbagai limbah
yang dapat digunakan sebagai bahan baku pakan yang kompetitif bagi
kelangsungan produksi ternak . Dalam hal ini, limbah mencakup pada segala
produk yang merupakan tujuan utama produksi (Djajanegara dan sitorus,
1983) . Komponen tanaman yang merupakan limbah terdiri dari batang, daun,
Teknologi Lim&ah 5lortikaltura
Lout kambing - SeiPutih M edan
3
?ekno(ogi Limtah 5(vrtikultura
biji, Wit buah/biji. Disamping itu, terdapat potensi yang besar pada sektor
industri agro dalam menghasilkan berbagai jenis produk ikutan atau limbah
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan .
Usaha produksi tanaman hortikultura memiliki potensi beragam dalam
hal menghasilkan bahan baku pakan bagi ternak ruminansia. Potensi ini
ditentukan oleh dua hal yaitu 1) tersedia tidaknya produk sampingan, limbah
atau hasil sisa baik yang berasal dari tanaman itu sendiri, maupun dari proses
pengolahan hasil utamanya, dan 2) tersedia tidaknya lahan bagi
pengembangan hijauan pakan tanpa mengorbankan produksi tanaman
hortikultura (hijauan pakan sebagai tanaman sela) . Oleh karena itu, dalam
merencanakan pengembangan sistem integrasi ini perlu diidentifikasi jenistanaman hortikultura berdasarkan kriteria tersebut diatas . Tanaman
hortikutura yang penting sebagai sumber pakan kambing adalah tanamansayuran dan buah .
Tanaman sayuran atau industri pengolahan umumnya menghasilkan
produk berupa hasil samping/ikutan/limbah . Produk limbah berupa sayur lobak
(Raphanus sativa) afkir segar yang tidak memenuhi persyaratan pasar atau
untuk proses pengolahan merupakan bahan pakan potensial sebagai sumber
energi (Ginting et al ., 2004b). Dari proses pengolahan sayur ini, diperoleh 10
limbah sayur (afkir) yang berpotensi dan telah dicoba sebagai pakan
kambing .
Ampas nenas (Annanas communis L) berupa Wit dan sisa perasan
daging merupakan limbah pengolahan buah nenas menjadi jus nenas(konsentrat). Sebuah pabrik dengan kapasitas mesin 240/ton hari, mampu
Lout kambing - Sd Putih Medan
4
Teknofogi Limbah 9fortikultura
menghasilkan limbah dengan rasio yang tinggi terhadap produk utama yaitumencapai 6,5. Sedangkan rasio limbah terhadap buah itu sendiri sebesar 78% . Hal ini tentunya akan menawarkan potensi sumber pakan dari limbahnenas yang cukup tinggi . Limbah tersebut termasuk ke dalam kategori limbahbasah (wet by-products) dengan kadar air sekitar 70%, sehingga dapat rusakdengan cepat apabila tidak segera diproses .
Dari industri pengolahan buah markisa (Paciflora edulis) menjadi sarimarkisa, diperoleh limbah padat berupa kulit buah dan biji yang proporsinyacukup besar. Rasio limbah kulit/buah adalah 54 %, sedangkan rasio biji/buahadalah 11 % . Berbeda dengan rasio limbah terhadap produk utamanya berupajus/sari markisa, ternyata bisa mencapai 1,5 untuk kulit buah dan 0,3 untukbijinya. Berdasarkan rasio tersebut, maka sumbangan sumber pakan darilimbah buah markisa bisa mencapai 6 .133 ton (9,22 ton BK/ha) untuk kulitdan 1 .398 ton (2,10 ton BK/ha) biji .
Secara kuantitatif biomasa limbah hortikultura dan industripengolahannya sangat menjanjikan, walaupun pola ketersediaannyabervariasi antar jenis limbah dan yang tersedia sepanjang tahun sampai yangtersedia secara musiman .
Lofit kambing - Sei Putifi Medan
5
BAB II.LIMBAH MARKISA
Potensi Pemanfaatan Limbah Markisa sebagai Sumber Pakan
Sebagai sumber bahan baku pakan potensi tanaman markisa terdapatpada produk limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan buah markisauntuk menghasilkan sari markisa . Secara nasional terdapat potensi produksibuah segar sebesar 99 .000 ton/tahun, dan sebagian terbesar (99%) dihasilkanoleh tiga wilayah penghasil utama (Tabel 1) . Kontribusi terbesar disumbangoleh Provinsi Sumatera Barat (53%) diikuti oleh Provinsi Sulawesi Selatan(24%) dan Provinsi Sumatera Utara (23%) . Usaha produksi markisadiperkirakan masih akan meningkat pada tahun mendatang dan diprediksiakan mencapai 112 .000 ton pada tahun 2009 .
Tabel 1 . Luas lahan, produksi dan wilayah pengembangan tanaman markisa
Sumber: Poerwanto (2005)
Lout lambing - Sei PunkMedan 6
Wilayah Pengembangan Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)Sumatera Utara 931 22.035Sumatera Barat 2.117 52 .797Sulawesi Selatan 1 .154 23.488
Lout kgm6ing -Sei'Putih JKeian
Teljsofogi Lim6ah Mort4ftura
Gambar 1 . Kulit buah markisa sebagai Iimbah pengolahan buahmarkisa menjadi jus markisa
7
Untuk menghasilkan bahan baku pakan dari buah markisa diperlukan
adanya industri yang mengolah buah markisa untuk menghasilkan produk
utama berupa sari markisa . Produk Iimbah hasil pengolahan buah markisa
relatif tinggi yaitu mencapai 60% dari berat buah dengan komposisi sekitar
45% merupakan kulit buah dan 15% adalah biji . Berdasarkan komposisi
produk tersebut dapat diprediksi potensi Iimbah yang dapat dihasilkan dari
proses pengolahannya (Tabel 2) . Potensi produksi ini selanjutnya dapat
dikonversikan ke dalam bahan kering dengan menggunakan tingkat
kandungan air sebesar berturut-turut 33% dan - 25% pada kulit buah markisa
dan biji markisa .
Tabel 2 . Potensi nasional biomasa Iimbah pengolahan buah markisa(ton/tahun)
Dari aspek nutrisi, kulit buah markisa mengandung bahan organik,
energi tercerna, dan protein kasar sebesar berturut-turut 76%, 2809 Kkal/kg
dan 18,1%, sedangkan biji markisa mengandung 84% bahan organik, 3026
Kkal/kg energi tercerna dan 20,1% protein kasar . Hal ini secara jelas
mengindikasikan potensi sebagai sumber energi dan protein bagi ternak
ruminansia .
Lout I .ambing -,5d Putiha&4n
Tek wlogi Limtah 7[ortikultura
8
Jenis LimbahRasio
Iimbah/buah( bahan segar)
Produk Iimbah(bahan segar)
Produk Iimbah,(bahan keying)
Kulit Buah Markisa 0,45 44.550 29.849Biji Markisa 0,15 14.850 11 .138
Teknologi Pemanfaatan Limbah Markisa sebagai Pakan
Proses pengolahan buah markisa untuk menghasilkan pakan ternak
pada dasarnya hanya membutuhkan prosedur dan teknologi yang relatif
sederhana. Ada tiga prosedur yang telah diterapkan yaitu proses pengeringan,
penggilingan dan pencampuran (blending) (Gambar 2). Selain itu, untuk
meningkatkan mutu nutrisi, terutama kulit buah markisa dapat pula
dikombinasikan dengan proses fermentasi sebelum di blending .Proses pengeringan merupakan faktor kritis untuk kulit buah dan biji
markisa, karena kandungan air yang relatif tinggi saat dihasilkan dari pabrik
yaitu berkisar antara 25-33% . Pengeringan harus segera dilakukan untuk
menghindari kerusakan bahan (pelapukan) yang akan mengakibatkan
rendahnya palatabilitas bahan bila diberikan kepada ternak . Pengalaman
empiris menunjukkan bahwa pengeringan menggunakan energi matahari
membutuhkan waktu sekitar 2-4 hari untuk mendapatkan bahan dengan kadar
air sekitar 10-12% dengan biaya (tenaga kerja) antara Rp 10,0-Rp .15,0 per
kg bahan kering . Namun, cara ini memiliki kelemahan yaitu ketergantungan
kepada cuaca yang sering sulit diprediksi . Cuaca yang tidak kondusif akan
membutuhkan waktu pengeringan lebih lama dengan konsekuensi
meningkatnya jumlah kerusakan bahan serta biaya tenaga kerja . Oleh karena
itu, untuk pengolahan dalam skala industri penggunaan alat pengering yang
menggunakan bahan bakar lain (solar, listrik) menjadi alternatif .
Teknofogi Limtah 9fortikuftura
Lout kambing - Sei Putih Medan
9
Proses penggilingan membutuhkan mesin penggiling agar efisien .
Ukuran partikel hasil penggilingan dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuan .
Untuk bahan kulit buah markisa ukuran partikel hasil gilingan dapat bervariasi
dari bentuk tepung (diameter saringan 1 - 1,5 mm atau bentuk remahan
(diameter saringan sekitar 5 mm) . Apabila penggunaan kulit buah markisa
diperuntukan bagi pembuatan konsentrat atau pakan komplit dalam bentuk
pelet sebaiknya proses penggilingan diarahkan untuk menghasilkan bentuk
tepung agar mendapatkan kondisi pelet yang balk . Namun, apabila
penggunaannya untuk pakan komplit dalam bentuk mesh, maka disarankan
dalam bentuk remahan, karena proses ini relatif lebih murah . Proses
penggilingan biji markisa membutuhkan bahan lain sebagai bahan pengisi
(filler) yang tujuannya adalah untuk menyerap minyak (lemak) yang keluar dari
endosperm biji saat digiling, sehingga alat penggiling dapat berfungsi secara
normal . Dari pengalaman diperoleh rasio biji/filler yang optimal berkisar antara
1 /5-7 .
Proses fermentasi menggunakan Aspergillus
Lout kambing - Sei Putih Medan
7e. rwlogi Limfah 9fortikuftura
niger setelah
penggilingan telah dicoba dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kulit buah
markisa . Akan tetapi, walaupun proses ini mampu meningkatkan kandungan
protein kasar, namun tidak menghasilkan respon yang lebih baik pada
kambing dibandingkan dengan tanpa fermentasi .
11
Buah markisa(1000 kg)
1Sari Buah(407 kg)
Blending i
Lo1it kamting - Sei Putih Medan
1KBM
(445 kg)
1'
KBM-kering(298 kg)
Pengganti Rumput :(pakan komplit)
Tepung KBM
Pengeringan
Penggilingan
Tekrwlogi Limbah Hortikultura
Biji(148 kg)
ZZ
1
V
Biji(111 kg)
V
Tepung Biji
Komponen Konsentrat
Gambar 3. Alur dan proses pengolahan Wit buah markisa (KBM) danbiji markisa sebagai bahan pakan
12
Limbah Markisa sebagai Pakan Kambing
Pemanfaatan limbah pengolahan buah markisa sebagai bahan pakan
kambing dapat dilakukan dalam berbagai cara yaitu sebagai komponen dalam
pakan konsentrat, sebagai komponen dalam pakan komplit, atau sebagai
bahan bahan pakan dasar (pengganti rumput) dalam pakan komplit .
Hasil penelitian seperti ditampilkan pada Tabel 3 menunjukan bahwa
penggunaan sebagai komponen konsentrat dapat menghasilkan respon yang
balk pada kambing yang sedang tumbuh . Hal ini terlihat dari capaian bobot
badan yang termasuk kategori sedang/tinggi, tergantung taraf penggunaannya
dalam konsentrat. Hasil yang serupa terlihat bila pemanfaatannya dilakukan
baik sebagai komponen dalam pakan komplit ataupun sebagai pengganti
bahan rumput dalam pakan komplit .
Salah satu hasil yang menjanjikan dari rangkaian penelitian ini adalah
potensi kulit buah markisa sebagai pengganti rumput . Terlihat bahwa efisiensi
penggunaan pakan menggunakan kulit buah markisa sebagai pengganti
rumput termasuk paling tinggi dibandingkan dengan dua cara pemanfaatanlainnya . Potensi mensubstitusi sebagian atau seluruh hijauan dalam pakan
merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan sistem produksi ternakdengan markisa .
Loft kambing - Sei Putih Medan
7ehrw(ogi Limtah Sortikultura
13
Tabel 3. Respon kambing terhadap penggunaan kulit buah markisa (KBM),kulit buah markisa fermentasi (KBM-F) clan biji markisa padaberbagai cara penggunaan
Salah satu hasil yang menjanjikan dari rangkaian penelitian ini adalah
potensi kulit buah markisa sebagai pengganti rumput . Terlihat bahwa efisiensi
penggunaan pakan menggunakan kulit buah markisa sebagai pengganti
rumput termasuk paling tinggi dibandingkan dengan dua cara pemanfaatan
lainnya. Potensi mensubstitusi sebagian atau seluruh hijauan dalam pakan
merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan sistem produksi ternak
dengan markisa .
Lotit kambing - Sei Punk Melon
Teknologi Limbak 5fvrtikultura
1 4
Taraf Konsumsi KonversiBahan Penggunaan Suplemen Pakan PBBH Pakan
Sebagai Komponen dalam konsentratKBM 15-45 292-330 779-809 54-76 10,6-14,7Biji markisa 15-45 308-324 744-803 67-81 9,8-11 .8
Sebagai Komponen dalam Pakan KomplitKBM 15-45 - 702-769 81-105 7,1-8,3KBM-Fermentasi 20-60 - 669-773 63-93
8,3-10,5
Sebagai Substitusi Rum putKBM 50-100 - 752-760 86-98 7,76-8,77
Gambar 4. Tepung kulit buah markisa hasil pengeringan danpengilingan sebagai komponen pakan komplit
Lout (¢m6ing -Sei fttifi Mean
Tekpofogi Limbah Monififtura
1 5
BAB III .LIMBAH NENAS
Potensi Pemanfaatan Limbah Nenas sebagai Sumber Pakan
Industri pengolahan buah nenas (Annanas communus L .) menjadi sari
minuman nenas (konsentrat) menghasilkan limbah berupa campuran kulit dan
serat perasan daging buah . Produksi buah nenas secara nasional mencapai
sekitar 702 ribu ton per tahun dan sebagian besar disumbang oleh lima
wilayah utama penghasil nenas (Tabel 4) .
Tabel 4. Wilayah pengembangan, luas lahan, produksi dan tanaman nenas
7ekrwlogi Limbak 5fartikultura
Sumber: Poerwanto (2005)
Lout kambing - Sei Putik Medan 16
Wilayah Pengembangan Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)Sumatera Utara 340 32 .175Sumatera Selatan 763 72.265Lampung 484 45.896Jawa Barat 1 .767 167.439Jawa Timur 3.013 285.504
Gambar 5 . Limbah nenas sebagai produk sisa pengolahanbuah segar
Gout kgm6ing -Sei fttii rKeian
rIe6ofogi Grm6ah M~tura
1 7
Potensi tanaman nenas sebagai sumber pakan ternak dimungkinkan,
apabila terdapat industri yang akan mengolah buah nenas menjadi produk
hasil olahan seperti sari nenas . Tingkat rendemen sekitar 15%, atau
dihasilkan produk limbah berupa campuran kulit dan serat perasan daging
buah (SPDB) sebesar 85%. Walaupun tidak seluruh produksi tanaman nenas
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pabrik pengolah yang ada, secara
potensi terdapat sekitar 596 ribu ton per tahun limbah segar nenas yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ternak . Bila dikonversikan
kedalam bahan kering dengan kadar air 24%, maka terdapat potensi sebesar
143 ribu ton per tahun limbah nenas kering .
Teknologi Pemanfaatan Limbah Nenas sebagai Pakan
Teknologi pengolahan limbah nenas untuk menghasilkan bahan pakan
ternak (Gambar 6) pada dasarnya serupa dengan pengolahan markisa seperti
sebelumnya dipaparkan Limbah nenas mengandung air dalam jumlah besar,
sehingga membutuhkan pengeringan secara intensif dan cepat untuk
menghindari kerusakan bahan . Namun, limbah nenas dapat pula diproses
menggunakan teknologi fermentasi untuk menghasilkan produk silase limbah
nenas . Hal ini dimungkinkan karena kandungan air sebesar 75% sesuai bagi
proses pembuatan silase (McDONALD, 1981) . Teknologi ini dapat mengatasi
masalah cepatnya limbah mengalami kerusakan apabila tidak segera
dikeringkan . Dengan demikian pengolahan limbah menjadi silase dapat juga
Lout kambing - Sei Putih M edfan
Tekno(ogi Limbah 5fortikultura
18
Tekiw1 gi Limbak 5fnrtikultura
menghindari proses penggilingan maupun pengeringan, karena silase limbah
dapat langsung digunakan sebagai pakan dasar . Hal ini dengan sendirinya
berpotensi untuk mengurangi biaya pengolahan secara signifikan, walaupun
untuk mengolah limbah kedalam bentuk silase juga membutuhkan biaya,
antara lain untuk pembuatan silo clan bahan aditif . Diperlukan analisis
efisiensi ekonomis untuk mengetahui proses pengolahan yang paling optimal
dalam memanfaatkan limbah nenas tersebut yang hasilnya akan ditentukan
oleh skala produksi .
Limbah nenas mengandung serat (NDF) yang relatif tinggi (57,3%),
sedangkan protein kasar termasuk rendah yaitu hanya 3,5% . Oleh karena itu,
potensi penggunaannya bukan sebagai komponen penyusun konsentrat,
namun lebih sebagai pakan dasar penyusun ransum . Limbah nenas yang
telah dikeringkan dapat digunakan Iangsung sebagai pakan dasar, sedangkan
bila digunakan sebagai pakan dasar dalam pakan komplit limbah harus
digiling terlebih dahulu . Sebagai pakan dasar, limbah nenas diharapkan dapat
meminimalisir ketergantungan akan pengodaan hijauan pakan bagi kebutuhan
ternak .
Lout kamfing - Sei Punk Medan 19
Pengeringan
LoUt kambing - SeiPunk Medan
Buah nenas(1000 kg)
Kulit-SPDB(850 kg)
Kulit-SPDB(204kg)
Ku lit-SPDB
1Pengganti Rumput(Pakan Komplit)
Gambar 6. Alur dan proses pengolahan limbah nenas
Tekno(ogi Limbalc 5lnrtikultura
Sari Nenas(150 kg)
Fermentasi
SilaseKulit-SPDB(850 kg)
Pakan dasar(Pengganti Rumput)
20
Gambar 7 . Silase Iimbah industri pengolahan buah nenasmenjadi pakan ternak ruminansia
Loat ktm6ing - Sei fttifi £Melon
7efjiofogi Lim6ah Jfortifui(tura
2 1
Limbah Nenas sebagai Pakan Kambing
Pemanfaatan ampas nenas yang dikeringkan sebagai pakan dasarakan dibatasi oleh konsumsi yang rendah jika pemberiannya dilakukan secaratunggal yaitu mencapai 332 g/h pada kambing fase tumbuh atau setaradengan 2,5% bobot badan . Angka ini relatif Iebih rendah dari tingkat konsumsiyang direkomendasikan untuk kambing sekitar 2,8-3,2% bobot badan .Rendahnya tingkat konsumsi ini diduga disebabkan oleh kandungan N yangrendah, kandungan NDF atau kadar air bahan yang terlalu rendah ataukombinasi ketiganya . Penggunaan Iimbah nenas sebagai pengganti rumputdalam pakan komplit dengan taraf substitusi berkisar antara 25-100%menghasilkan respon yang balk pada kambing . Konsumsi pakan berkisarantara 564-584 g/h setara dengan 3,4% bobot badan .
Pertambahan bobot badan termasuk sedang yaitu berkisar antara 62-66 g dengan konversi pakan berkisar antara 8,6-12,2 . Pertambahan bobotbadan cenderung menurun dan konversi pakan cenderung semakin tinggidengan meningkatnya taraf substitusi hijauan dengan Iimbah nenas . Olehkarena itu, taraf penggunaan Iimbah nenas untuk mensubstitusi hijauan perluditentukan berdasarkan pertimbangan optima biologis maupun optimaekonomisnya. Adanya potensi Iimbah nenas dalam mensubstitusi sebagianatau seluruh komponen hijauan dalam pakan merupakan "nilai nutrisi" yangdibutuhkan dalam mengembangkan sistem integrasi produksi ternak dengantanaman nenas .
7ek7wfogi Limtah Hortikultura
Lout lambing - Sei Putih Medan 22
7efleofogi Lim6afi Jfortifpftura
Gambar 8. Kulit buah nenas sebagai komponen pakan sumberserat dalam pakan komplit untuk ternak kambing
Lofit (zm6ing - Sei cPutif Medan 23
Lolit kambing - Sei Putih Medan
BAB IV.LIMBAH SAYUR LOBAK
Potensi Pemanfaatan Limbah Sayur Lobak sebagai Sumber Pakan
Ketersediaan pakan alternatif sangat penting dalam meningkatkan
efisiensi produksi kambing . Sumber potensial pakan alternatif bagi kambing
adalah hasil ikutan atau limbah industri pengolahan produk pertanian menjadi
produk olahan . Industri seperti ini umumnya menghasilkan material dalam
volume besar, terkonsentrasi dan tersedia sepanjang waktu, sehingga secara
kuantitatif ideal bagi pemenuhan kebutuham produksi ternak . Namun, secara
kualitatif potensi produk limbah atau hasil samping industri pengolahan produk
pertanian sangat beragam, tergantung kepada jenis produk dan proses
pengolahannya .
Salah satu produk limbah yang potensi nutrisinya belum dieksplorasi
sebagai pakan ternak adalah limbah industri pengolahan sayur lobak
(Raphanus sativus) berupa umbi yang tidak memenuhi persyaratan (afkir)
untuk diolah menjadi produk pangan . Limbah tersebut belum dimanfaatkan,
dan justru akan membutuhkan biaya untuk penanganannya . Apabila produk
Teknologi Limbah 5lortikultura
24
7e(pofogi Lsm6ah3foitikyftura
Gambar 9 . Lobak afkir dapat dimanfaatkan sebagai pakan kambinguntuk memenuhi kebutuhan energi
Lout l gm6ing - Sei PPutih Mefan 25
tersebut dapat dijadikan sebagai bahan baku pakan ternak, maka akan dapatmemberikan nilai tambah bagi produsen, selain dapat mengurangi masalahpencemaran Iingkungan . Disamping itu, diharapkan pula dapat mendorongberkembangnya produksi ternak, termasuk kambing baik di daerah sekitarindustri maupun daerah potensial Iainnya .
Analisis kandungan kimawi limbah/afkir sayur lobak menunjukanpotensi sebagai sumber energi seperti yang tersaji pada Tabel 5 . Bahankering relatif tinggi, kemungkinan disebabkan karena bahan merupakancampuran umbi dengan kulit umbi . Bahan kering umbi lobak dilaporkanmencapai 65,13% .
Tabel 5 . Komposisi kimiawi sayur lobak afkir
Tekno(ogi Limbak 5fortikultura
Kandungan protein kasar relatif rendah yaitu 7,81%, sebandingdengan kandungan protein hijauan (rumput) berkualitas rendah . Sepertididuga, kandungan serat kasar dan ADF relatif rendah . Kandungan serat
Lo11t kambing - Sei Punk Median 26
Nutrien KonsentrasiBahan Kering, (%) 65,13N, (%) 1,3BETN, (%) 37,2Lemak Kasar, (%) 8,5Serat Kasar, (%) 10,7NDF, (%) 10,6ADF, (%) 8,3Abu, (%) 9,9Energi Kasar,Mkal/kg 3949
7ekrwlogi Limbafi Hortikultura
deterjen netral (NDF) tidak terdeteksi . Kandungan energi kasar cukup tinggi,
dan rendahnya serat kasar memberikan indikasi bahwa energi tersedia juga
relatif tinggi . Hal ini didukung oleh relatif tingginya kadar BETN merupakan
sumber energi yang mudah larut dalam rumen . Energi mudah larut dalam
rumen penting bagi perkembangan mikrobia didalam rumen, apabila tersedia
N dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mikrobia (Sievert and
Shavier, 1993 ; Huber and Herrera-Saldana, 1994) .
Teknologi Pemanfaatan Iimbah Lobak sebagai Pakan
Proses pengeringan merupakan fase paling penting dalam seluruh
proses pengolahan limbah untuk mencegah kerusakan bahan, mengingat
limbah sayuran mengandung kadar air yang tinggi (Gambar 10) .
Proses pengolahan limbah sayur dengan prosedur kering matahari lalu
digiling ternyata menyulitkan proses penggilingan karena terbentuknya limbah
sayur kering dengan sifat fisik yang kenyal . Untuk menghindari ini maka
dilakukan proses penggilingan terlebih dahulu untuk menghasiikan bubur
lobak yang selanjutnya diikuti dengan pengeringan dan blending (Gambar 11) .
Proses ini juga dapat mempercepat waktu kering bahan .
Lout kambing - Sei Putih Medan 27
Lout l gm6ing - Sei cPutih Melon
7ebo4i L*nJah?fTipdtura
Gambar 10 Hasil sisa pengolahan lobak afkir memiliki kandunganair yang tinggi
28
Lobakterseleksi
Pengeringan
Lout kambing - Sei Putih Medan
TLobakafkir
Lobak
I
Limbah Lobak
BuburLobak
Tepung Lobak
TKomponenkonsentrat
Gambar 11 . Alur proses pengolahan lmbah lobak yang terdiri daricampuran Wit dan bush afkir sebagai bahan pakanternak
Sisa PengolahanLobak
7eknologi Limbah 5& rtikultura
Penggilingan
Blending
29
Limbah Lobak sebagai Pakan Kambing
Tingkat konsumsi pakan basal (Tabel 6) tidak berbeda antara
perlakuan kontrol dengan penggunaan limbah sayur lobak pada tingkat 10%,
20% dan 30%, namun lebih rendah pada kelompok yang diberi konsentrat
dengan 40% limbah lobak. Konsumsi konsentrat tidak berbeda antar
perlakuan, walaupun ada kecenderungan penurunan konsumsi pada
kelompok 40% limbah sayur lobak dalam kosentrat . Total konsumsi pakan
lebih rendah pada kelompok yang diberi konsentrat dengan 40% limbah lobak .
Lobak mengandung senyawa goitrogenik yang cukup tinggi yang
menimbulakan rasa getir . Hal ini kemungkian memberi pengaruh terhadap
konsumsi pakan dengan kandungan limbah lobak yang tinggi, walaupun
secara kuantitatif tingkat konsumsi konsentrat dengan 40% limbah sayur lobak
setara dengan 1,4% bobot badan, dan berada pada kisaran tingkat konsumsi
konsentrat dengan bahan konvensional antara 1,0 - 2,0% bobot badan .
Tabel 6. Konsumsi bahan kering pakan basal (dasar) dan konsentratmenggunakan limbah sayur lobak dalam beberapa taraf berbeda
?ekno(ogi Limbah 9fortikuftura
Lout kambing - Sei Putih Medan 30
Konsumsi
pakan
Tingkat penggunaan tepung sayur lobak dalamkonsentrat (%)
0 10 20 30 40
Pakan dasar(hijauan), g/h
508 502 509 533 485
Konsentrat, g/h 226 223 221 230 219
Total konsumsipakan, g/h
734 725 731 763 705
Total konsumsi pakan (bahan kering) terhadap rata-rata bobot badanantar kelompok perlakuan berada pada kisaran yang sempit yaitu 4,7-4,8% .Dari total konsumsi, maka pakan basal meyumbang 3,2-3,4% bobot badandan konsentrat suplemen menyumbang rata-rata 1,5% bobot badan atausetara dengan 44 - 47 % dari total konsumsi pakan . Perlakuan pakanmenghasilkan tingkat konsumsi pakan yang baik, dan lebih tinggidibandingkan angka standar umum yang berkisar antara 3-4% bobot badan .Konsumsi konsentrat pada setiap perlakuan juga menunjukkan angka yangtinggi. Tidak adanya pengaruh substitutif terhadap pakan basal menunjukanbahwa suplemen yang digunakan memberi hasil yang balk, walaupun jugatidak menghasilkan pengaruh aditif terhadap konsumsi pakan basal,sebagaimana diharapkan terjadi pada penggunaan suplemen yang ideal .Dalam formula konsentrat bungkil kelapa yang memiliki palatabilitas tinggidisubstitusi oleh limbah sayur lobak . Tingkat konsumsi pada konsentratdengan kandungan limbah sayur lobak yang tinggi mengindikasikan bahwapenggunaan tepung limbah sayur tetap dapat mempertahankan palatabilitaskonsentrat .
Pertambahan bobot badan harian ternak percobaan tidak berbedaantar perlakuan pakan, dan secara kuantitatif tidak menunjukan pola yangjelas (label 7) . Pada kelompok ternak kontrol (tanpa penggunaan limbahsayur) dan pada kelompok yang mendapat konsentrat dengan kandunganlimbah sayur 30% terdapat standar deviasi PBBH yang relatif tinggi . Olehkarena semua ternak percobaan mengalami PBBH yang positif, maka hal ini
Lout kambing - Sei Putih Medan
?eknologi Limtah Sortikultura
31
mengindikasikan adanya perbedaan potensi tumbuh ternak yang digunakan
yang tidak dapat di kelompokan hanya berdasarkan bobot tubuh .
Tabel 7. Pertambahan bobot badan harian (PPBH) dan efisiensi penggunaanransum (EPR) pada kambing yang diberi konsentrat dengankandungan tepung limbah sayur yang berbeda
Adanya perbedaan umur yang sulit diukur kemungkinan sebagai faktor
penyebab. Efisiensi penggunaan ransum tidak berbeda antar perlakuan
pakan. Secara kuantitatif juga tidak terdapat kecenderungan yang jelas akibat
pengaruh perlakuan pakan . Angka simpangan baku yang relatif tinggi juga
terdeteksi pada kelompok kontrol dan kelompok 30% limbah sayur dalam
konsentrat . Tingkat PBBH pada kambing yang dicapai dalam penelitian ini
termasuk tinggi untuk kambing Kacang betina . Ketersediaan energi mudah
larut yang diekspresikan oleh tingginya BETN pada limbah sayur, dan
kecukupan protein yang disumbang konsentrat kemungkinan mendukung
PBBH yang tinggi .
Lout kambing - Sei Putift Medan
Teknologi LwdahSortiJultura
32
ParameterTaraf penggunaan tepung sayur dalam konsentrat (%)
0 10 20 30 40
PBBH,g 54 ± 22,6 53 ± 5,9 55 ± 6,2 64 ± 19,9 54 ± 5,2
EPR 14,4 14,0 13,5 14,0 13,3
BAB V.ALTERNATIF POLA PENGEMBANGAN PAKAN
BERBASIS LIMBAH HORTIKULTURA
Pabrik Pakan
Kebutuhan buah markisa atau nenas bagi industri pengolahannya
dapat dipenuhi baik dari petani atau dari produksi sendiri atau dari kedua-
duanya . Oleh karena itu, Iimbah ini pada dasarnya merupakan aset dari
industri pengolahan markisa atau nenas . Walaupun petani mungkin dapat
memperoleh akses untuk memanfaatkannya, namun proses pengolahan ini
sulit diharapkan dilakukan oleh petani dalam skala kecil sesuai dengan
kebutuhan ternak yang dimiliki . Pengolahan pada skala kecil dapat membuat
pakan menjadi tidak efisien . Disamping itu, untuk limbah markisa dan nenas,
hasil penelitian menunjukkan bahwa respon kambing paling baik adalah jika
penggunaannya sebagai pakan dasar untuk penyusunan pakan komplit dalam
bentuk pelet. Proses pembuatan pelet membutuhkan peralatan khusus dan
investasi modal, sehingga akan semakin sulit untuk dikembangkan ditingkat
petani .
Lout kamting- Sei Putih Medan
7eknologi Limbafi Hnrtikultura
33
Usaha pengolahan limbah menjadi pakan ternak sebenarnya dapat
dilakukan oleh pabrik pengolah buah markisa atau nenas untuk
mengembangkan diversifikasi usaha . Hal ini dimungkinkan dengan asumsi
bahwa industri pengolahan buah markisa atau nenas telah memiliki modal
yang cukup dan memiliki jangkauan potensi pasar yang lebih luas, sehingga
pengolahan pakan dapat dilakukan dalam skala industri . Namun,
pengembangan usaha melalui diversifikasi seperti ini membutuhkan
pertimbangan yang komprehensif, antara lain yang penting adalah tentang
penguasaan aspek teknis pengolahan bahan baku dan formulasi pakan . Oleh
karena merupakan unit usaha baru, maka besar kemungkinan aspek tersebut
belum dikuasai secara utuh . Alternatif lain adalah munculnya usaha yang
secara khusus memproduksi pakan ternak dengan sasaran utama adalah
petani-ternak dikawasan tanaman hortikultura .
Potensi Dampak
Salah satu potensi dampak pemanfaatan limbah industri pengolahan
markisa dan nenas sebagai bahan pakan ternak adalah berkembangnya
industri pabrik pakan disentra hortikultura . Pola pengembangan industri pakan
tersebut akan dipengaruhi oleh kondisi aktual industri penghasil bahan baku
yang dalam hal ini industri pengolah markisa dan nenas. Kebutuhan buah
markisa atau nenas bagi industri pengolahannya dapat dipenuhi baik dari
petani (kasus industri pengolahan markisa) atau dari produksi sendiri maupun
dari kedua-duanya (kasus industri pengolahan nenas) . Oleh karena itu, limbah
Lo(it kamting - Sei Putih M&fan
Teknologi Limtah Sfortikultura
34
ini pada dasarnya merupakan aset dari industri pengolahan markisa atau
nenas . Walaupun petani mungkin dapat memperoleh akses untuk
memanfaatkannya, namun proses pengolahan ini sulit diharapkan dilakukan
oleh petani dalam skala kecil sesuai dengan kebutuhan ternak yang dimiliki .
Disamping itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa respon kambing
paling baik adalah jika penggunaannya sebagai pakan dasar untuk
penyusunan pakan komplit dalam bentuk pelet. Proses pembuatan pelet
membutuhkan peralatan khusus dan investasi modal, sehingga akan semakin
sulit untuk dikembangkan ditingkat petani . Oleh karena itu, usaha pengolahan
limbah menjadi pakan ternak sebenarnya dapat dilakukan oleh pabrik
pengolah buah markisa atau nenas dalam rangka diversifikasi usaha . Hal ini
dimungkinkan mengingat industri pengolahan buah markisa atau nenas telah
memiliki modal yang cukup dan memiliki jangkauan potensi pasar yang lebih
luas, sehingga pengolahan pakan dapat dilakukan dalam skala industri .
Alternatif lain adalah muncuinya usaha yang secara khusus memproduksi
pakan ternak berbasis limbah yang disuplai oleh industri pengolah markisa
atau nenas .
Hal serupa juga dengan limbah sayur, ketersediaannya menjadi bahan
pakan ternak akan mengikuti pola produksi industri bersangkutan . Kondisi ini
tentunya akan berdampak pada perlunya suatu teknologi dalam upaya
pengolahan dan preservasi limbah sayur agar dapat disimpan lebih lama
sehingga ketersediaan sebagai pakan lebih terjamin . Disamping itu, evaluasi
lebih lanjut terhadap potensi ekonomis limbah sayur sebagai bahan baku
Lofit kamfing - Sei Putih M edan
Teknologi Limtafi Hortikuftura
35
pakan konsentrat perlu dilakukan yaitu analisis menyangkut biaya
pengolahan, terutama pengeringan dan penggilingan . Dengan diketahuinya
efisiensi ekonomis penggunaan tepung limbah sayur, maka program
pengembangan produk tersebut secara komersial dan skala ekonomis dapat
dilakukan .
Potensi penggunaan limbah industri hortikultura berupa limbah nenas,
markisa dan sayur sebagai komponen konsentrat bagi ternak kambing
khususnya dan ruminansia umumnya menunjukkan adanya hubungan
komplementer antara tanaman hortikultura dengan ternak kambing . Tanaman
hortikultura dapat menghasilkan biomassa sebagai pakan bagi ternak
kambing, sementara pupuk kandang yang sangat dibutuhkan bagi produksi
hortikultura dapat dihasilkan dari produksi kambing . Hubungan komplementer
ini diharapkan dapat mendorong berkembangnya ternak kambing di sentra
produksi hortikultura dalam hubungan yang sating menguntungkan .
Loiit kambing - Sei Putih Meda.n
Tekwfogi Limtah 7fortikultura
36
Lout kambing - Sei Putih Medan
BAB VII .DAFTAR PUSTAKA
DEVENDRA, C., C . SEVILLA and D . PEZO . 2001 . Food-Fedd System -Review- Asian-Aust . J. Anim . Sci . 5 :733-745
DJAJANEGARA, A, dan P . SITORUS. 1983 . Problematik pemanfaatan limbahpertanian untuk makanan ternak . J. Penelelitian & PengembanganPertanian 2:68-74 .
GINTING, S . .P ., L . P . BATUBARA, A. TARIGAN, R . KRISNAN DANJUNUNGAN. 2004a. Komposisi kimiawi, konsumsi dan kecernaankulit buah dan biji markisa (Paciflora edulis) yang diberikan kepadakambing . Dalam ; Iptek sebagai Motor Penggerak PembangunanSistem dan Usaha Agribisnis Peternakan . Prosiding seminarnasional. Pusat penelitian dan Pengembangan Peternakan . Hal. 396-401 .
GINTING, S . .P ., L. P. BATUBARA, A . TARIGAN, R. KRISNAN danJUNUNGAN . 2004b. Pemanfaatan limbah industri pengolahan sayurlobak (Raphanus sativa) sebagai pakan kambing. Dalam ; Ipteksebagai Motor Penggerak Pembangunan Sistem dan UsahaAgribisnis Peternakan . Prosiding seminar nasional. Pusat penelitiandan Pengembangan Peternakan . Hal. 403-406 .
Teknologi Limbah Mortikultura
37
Tekno(ogi Limtafi 9lortiku[tura
GINTING, S .P ., R. KRISNAN dan A. TARIGAN . 2005. Substitusi hijauandengan limbah nenas dalam pakan komplit untuk kambing . Makalahdisampaikan dalam Seminar Nasional Teknologi Peternakan danVeteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan . Bogor,12-13 September 2005 .
HOFMANN, R.R. 1988. Morphophysiological Evolutionary Adaptation ofRuminant Digestive System . In:A. Dobson and M .J . Dobson (Eds .)Aspects of Digestive Physiology in Ruminants . Proc. SatelliteSymposium Of 30 th International Congress of the International Unionof Physiological Sciences . Comstock Publishing Associates . 1-20
POERWANTO, R . 2005. Pembangunan Kawasan Sentra Produksi BuahBerbasis Mutu . Makalah disampaikan pada Pertemuan KoordinasiPengembangan Sentra Produksi Buah-buahan, Cisarua, Bogor .Direktorat Tanaman Buah . Direktorat Jenderal Hortikultura .
SIMANIHURUK, K. 2005 . Pemanfaatan Kulit Buah Markisa (Passiflora edulisSims . edulis Deg) sebagai Campuran pakan Pelet Komplit UntukKambing Kacang . Tesis. Insitute Pertanian Bogor .
VAN SOEST, P .J . 1988. a Comparison of Grazing and Browsing Ruminants inthe Use of Feed Resources . In: E.F. THOMSON & F.S. THOMSON(Eds .) Increasing Small Ruminant Productivity in Semi-arid Areas .Kluwer Academic Publishers . Hal . 67-81 .
La lit f<.ambing - Sei Putih Medan 38