PETUNJUK PRAKTIS PENERAPAN P3Bblog.ub.ac.id/tioandiko/files/2014/01/40-Issues-Final-10.doc · Web...

25
BAB IV HARMFUL TAX PRACTICES Era globalisasi telah secara positif mempengaruhi negara- negara untuk mereformasi sistem perpajakannya agar dapat mengakomodasi perkembangan usaha dunia internasional. Namun, sebagai efek negatif, era globalisasi juga memberi peluang bagi negara-negara tertentu untuk menjadi tax haven country atau negara-negara yang menjanjikan keistimewaan-keistimewaan dalam bidang perpajakan (preferential tax regime) dalam rangka menarik arus investasi dari negara lain. Lahirnya tax haven country dan preferential tax regime country ini kemudian memicu munculnya praktik-praktik tidak sehat dalam lingkup perpajakan internasional. Penggunaan controlled foreign corporation serta praktik transfer pricing, thin capitalization, dan treaty shopping merupakan praktik yang populer dalam rangka penghematan pajak yang melibatkan transaksi multinasional. Lahirnya tax haven country dan preferential tax regime country ini kemudian memicu munculnya praktik-praktik tidak sehat dalam lingkup perpajakan internasional. Penggunaan controlled foreign corporation serta praktik transfer pricing, thin capitalization, dan treaty shopping merupakan praktik yang populer untuk penghematan pajak yang melibatkan transaksi multinasional. Bab ini akan mencoba mengulas beberapa praktik tidak sehat tersebut. Ulasan dimulai dengan pembahasan tentang 50

Transcript of PETUNJUK PRAKTIS PENERAPAN P3Bblog.ub.ac.id/tioandiko/files/2014/01/40-Issues-Final-10.doc · Web...

Page 1: PETUNJUK PRAKTIS PENERAPAN P3Bblog.ub.ac.id/tioandiko/files/2014/01/40-Issues-Final-10.doc · Web viewPersetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty adalah suatu kesepakatan

BAB IV

HARMFUL TAX PRACTICES

Era globalisasi telah secara positif mempengaruhi negara-negara untuk mereformasi sistem

perpajakannya agar dapat mengakomodasi perkembangan usaha dunia internasional.

Namun, sebagai efek negatif, era globalisasi juga memberi peluang bagi negara-negara

tertentu untuk menjadi tax haven country atau negara-negara yang menjanjikan

keistimewaan-keistimewaan dalam bidang perpajakan (preferential tax regime) dalam

rangka menarik arus investasi dari negara lain.

Lahirnya tax haven country dan preferential tax regime country ini kemudian memicu

munculnya praktik-praktik tidak sehat dalam lingkup perpajakan internasional.

Penggunaan controlled foreign corporation serta praktik transfer pricing, thin

capitalization, dan treaty shopping merupakan praktik yang populer dalam rangka

penghematan pajak yang melibatkan transaksi multinasional.

Lahirnya tax haven country dan preferential tax regime country ini kemudian memicu

munculnya praktik-praktik tidak sehat dalam lingkup perpajakan internasional.

Penggunaan controlled foreign corporation serta praktik transfer pricing, thin

capitalization, dan treaty shopping merupakan praktik yang populer untuk penghematan

pajak yang melibatkan transaksi multinasional.

Bab ini akan mencoba mengulas beberapa praktik tidak sehat tersebut. Ulasan dimulai

dengan pembahasan tentang pengertian dari praktik-praktik tersebut, kemudian dilanjutkan

dengan potensi permasalahan yang ditimbulkan oleh praktik-praktik tersebut, dan terakhir

kajian tentang solusi yang tersedia di Indonesia.

Sebagai pendahuluan, perlu diketahui bahwa dalam transaksi multinasional yang biasanya

terkait dengan keputusan penduduk suatu negara (misalnya Negara D) untuk menempatkan

holding company pada suatu negara (misalnya Negara X) yang mengoperasikan

perusahaan (subsidiary) di negara lainnya lagi (misalnya Negara Y), ada tiga level pajak

yang ditanggung, yaitu:

Pertama, pajak di negara tempat subsidiary dioperasikan (Negara Y), yaitu withholding

tax atas dividen yang dibayar oleh subsidiary kepada holding company-nya.

50

Page 2: PETUNJUK PRAKTIS PENERAPAN P3Bblog.ub.ac.id/tioandiko/files/2014/01/40-Issues-Final-10.doc · Web viewPersetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty adalah suatu kesepakatan

Kedua, pajak di negara tempat holding company berkedudukan (Negara X), yaitu PPh

atas penghasilan holding company serta withholding tax atas dividen yang dibayar oleh

holding company kepada pemegang sahamnya.

Ketiga, pajak di negara tempat pemegang saham berkedudukan (Negara D), yaitu PPh

atas penghasilan dividen yang diterima oleh pemegang saham dari holding company.

A. Tax Haven Country dan Preferential Tax Regime Country

1. Pengertian

Sebetulnya Organization for Economic Cooperation and Development (OECD),

dalam laporannya tentang Harmful Tax Competition, memberikan pengertian

terpisah antara Tax Haven Country dan Preferential Tax Regime Country. Namun,

karena tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara keduanya, untuk

ringkasnya, Tax Haven Country dan Preferential Tax Regime Country akan

dianggap sebagai satu hal yang identik.

Dalam pengertian klasik, sebuah negara dapat dikategorikan sebagai tax haven atau

preferential tax regime apabila negara tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

Menerapkan tarif pajak yang rendah atau bahkan tidak mengenakan pajak sama

sekali;

Menerapkan aturan tentang kerahasiaan (misalnya rahasia bank atau rahasia

dagang) secara ketat sehingga mempersulit arus pertukaran informasi

antarnegara; bahkan menolak bekerja sama dengan tax authority negara lain

dan tidak mempunyai tax treaty (atau sangat terbatas jumlahnya);

Kurang transparan dalam penerapan peraturan perundang-undangannya;

Menawarkan fasilitas-fasilitas tertentu, seperti tidak mewajibkan perusahaan

yang didirikan di sana untuk melakukan aktivitas yang berarti (paper

company).

Sebagai ganti dari penerimaan negara berupa pajak, yang menjadi sumber

penghasilan utama bagi tax haven country adalah:

Biaya pendirian perusahaan

Iuran tahunan

Biaya untuk jasa-jasa tambahan lainnya

51

Page 3: PETUNJUK PRAKTIS PENERAPAN P3Bblog.ub.ac.id/tioandiko/files/2014/01/40-Issues-Final-10.doc · Web viewPersetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty adalah suatu kesepakatan

Contoh: Bahama menawarkan biaya-biaya sehubungan dengan pendirian

perusahaan di sana sebagai berikut:

Jenis Biaya US$

Cost of Incorporation (Includes all first year fees for Registered Agent/Registered Office and Government fees):

888,88

Annual Registered Agent/Office/Government Fees: 500,00Nominee Directors/Officer/Shareholders (If required): 500,00Additional Services: Company Name Searches Free Service Provided Bank Account Openings US$200 Set-up Fee (Minimum Deposit Required) Offshore Credit Cards US$200 Set-up Fee (Excl. Credit Card Annual Fees) Offshore Trusts US$888,88 Set-up Fee (Excl. Annual Trustee Fees) Annual Trustee Fee US$500 Annual Trustee Fee to maintain "Trust" Offshore Mutual Funds US$100 Set-up Fee Plus 5.25% Commission-Front Load

(Standard Rate for Offshore Funds - Non-Negotiable) Brokerage Accounts US$300 Set-up Fee (Minimum Deposit Required) "OS" Mail Forwarding US$500 Annual Maintenance Service Fee "OS" Phone/Fax Service US$500 Annual Maintenance Service Fee

2. Potensi Permasalahan

Dengan penempatan holding company pada tax haven country atau preferential tax

regime country, suatu grup dapat melakukan beberapa penghematan pajak karena:

Pada level pengenaan pajak di negara tempat holding company berkedudukan

(level kedua), tax haven country memberikan pembebasan pajak atau

pengenaan pajak yang sangat kecil.

Pada level pengenaan pajak di negara tempat pemegang saham berkedudukan

(level ketiga), grup dapat menunda pengenaan pajak dengan cara menunda

pendistribusian keuntungan holding company kepada pemegang sahamnya.

Kompetisi antar negara dalam bidang perpajakan dengan cara menjadi tax haven

country atau preferential tax regime country tidak dapat dibenarkan karena praktik

ini dapat menciptakan distorsi pada pola perdagangan dan investasi serta

mengurangi kesejahteraan manusia secara global.

Praktik ini juga dapat mengikis penerimaan pajak negara lain sehingga ada

kepincangan dalam pelayanan publik. Investor pada tax haven country akan

menjadi free rider di negaranya sendiri karena dia tidak membayar pajak di

negaranya tetapi di tax haven country. Pemerintah dan penduduk tax haven country

juga menjadi free rider atas produk-produk publik yang disediakan oleh negara-

negara non tax haven.

52

Page 4: PETUNJUK PRAKTIS PENERAPAN P3Bblog.ub.ac.id/tioandiko/files/2014/01/40-Issues-Final-10.doc · Web viewPersetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty adalah suatu kesepakatan

3. Alternatif Pemecahan Masalah

Masih dari laporan OECD tentang Harmful Tax Competition, ada beberapa

rekomendasi yang ditawarkan OECD dalam rangka me-minimize potensi negatif

yang mungkin ditimbulkan dengan adanya tax haven country atau preferential tax

regime country, yaitu antara lain:

a. Rekomendasi yang terkait dengan aturan domestik suatu negara

Kepada negara-negara anggota OECD dan negara-negara yang mau

bekerjasama dengan OECD, disarankan agar melengkapi aturan domestiknya

dengan:

Controlled Foreign Corporations (CFC) rule

Thin capitalization rule

Transfer pricing rule

Pembatasan penggunaan exemption method dalam metode penghindaran

pajak berganda

Keharusan bagi penduduknya untuk melaporkan transaksi internasional dan

kegiatan usaha di luar negeri

b. Rekomendasi yang terkait dengan tax treaty

Tax treaty yang dibuat hendaknya memuat:

Perjanjian tentang pertukaran informasi

Pengaturan pihak-pihak yang berhak untuk menikmati manfaat tax treaty

Apabila suatu negara telah menjalin tax treaty dengan tax haven country, maka

OECD menyarankan untuk membatalkannya.

c. Rekomendasi untuk kerjasama

OECD juga merekomendasikan untuk lebih mengintensifkan kerjasama

internasional sebagai respon terhadap harmful tax competition.

B. Controlled Foreign Corporations (CFC)

1. Pengertian CFC

CFC merupakan suatu terminologi yang digunakan untuk menentukan derajat

penguasaan atas suatu offshore company. Secara umum, perusahaan yang

berkedudukan di luar negeri (offshore company) akan dianggap sebagai CFC oleh

53

Page 5: PETUNJUK PRAKTIS PENERAPAN P3Bblog.ub.ac.id/tioandiko/files/2014/01/40-Issues-Final-10.doc · Web viewPersetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty adalah suatu kesepakatan

suatu negara apabila perusahaan luar negeri tersebut dikuasai oleh penduduk

negara tersebut.

Pemerintah Amerika Serikat menganggap suatu perusahaan luar negeri sebagai

CFC apabila lebih dari 50% saham perusahaan tersebut dimiliki oleh penduduk

Amerika Serikat.

2. Potensi Permasalahan

Dengan menempatkan perusahaan di negara lain (CFC), investor dapat menunda

pemajakan penghasilan yang berasal dari pengoperasian perusahaan di luar negeri

dengan cara menunda pendistribusian laba (dividen) kepadanya.

3. CFC Rules

Apabila suatu perusahaan yang berkedudukan di luar negeri (offshore company)

telah dianggap sebagai CFC oleh suatu negara, maka negara tersebut berwenang

menentukan saat perolehan penghasilan yang berasal dari CFC tersebut.

Pemerintah Amerika Serikat mewajibkan penduduknya yang merupakan pemegang

saham CFC untuk memasukkan penghasilan bruto CFC (sesuai dengan porsi

kepemilikannya) dalam penghitungan Penghasilan Kena Pajaknya meskipun bagian

penghasilan CFC tersebut belum didistribusikan kepadanya dalam bentuk dividen.

4. CFC Rules di Indonesia

Pemerintah Indonesia tidak secara eksplisit mengadopsi CFC Rules, namun

Pemerintah Indonesia mempunyai aturan yang identik dengan CFC Rules, yaitu:

a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 164/KMK.03/2002 menetapkan aturan

penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri sebagai berikut:

Wajib Pajak dalam negeri terutang pajak atas Penghasilan Kena Pajak yang

berasal dari seluruh penghasilan termasuk penghasilan yang diterima atau

diperoleh dari luar negeri. Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar

negeri dilakukan sebagai berikut:

untuk penghasilan dari usaha: dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya

penghasilan tersebut;

untuk penghasilan lainnya: dilakukan dalam tahun pajak diterimanya

penghasilan tersebut.

54

Page 6: PETUNJUK PRAKTIS PENERAPAN P3Bblog.ub.ac.id/tioandiko/files/2014/01/40-Issues-Final-10.doc · Web viewPersetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty adalah suatu kesepakatan

Pengecualian:

Untuk penghasilan berupa dividen yang diperoleh Wajib Pajak dalam negeri

atas penyertaan modal pada badan usaha di luar negeri yang sahamnya tidak

diperdagangkan di bursa efek, dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya

dividen tersebut.

Saat perolehan dividen tersebut ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 650/KMK.04/1994.

b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 650/KMK.04/1994 berlaku apabila:

1) Wajib Pajak dalam negeri:

memiliki sekurang-kurangnya 50% (lima puluh persen) dari jumlah

saham yang disetor pada badan usaha di luar negeri; atau

secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya

memiliki sekurang-kurangnya 50% (lima puluh persen) dari jumlah

saham yang disetor pada badan usaha di luar negeri.

2) Saham badan usaha di luar negeri tidak diperdagangkan di bursa efek

3) Badan usaha dimaksud bertempat kedudukan di negara atau tempat berikut

ini:

1. Argentina 17. Macau2. Bahama 18. Mauritius3. Bahrain 19. Mexico4. Balize 20. Nederland Antiles5. Bermuda 21. Nikaragua6. British Isle 22. Panama7. British Virgin Island 23. Paraguay8. Cayman Island 24. Peru9. Channel Island Greensey 25. Qatar10. Channel Island Jersey 26. St.Lucia11. Cook Island 27. Saudi Arabia12. El Salvador 28. Uruguay13. Estonia 29. Venezuela14. Hongkong 30. Vanuatu15. Liechtenstein 31. Yunani16. Lithuania 32. Zambia

Penetapan saat diperolehnya dividen tersebut:

55

Page 7: PETUNJUK PRAKTIS PENERAPAN P3Bblog.ub.ac.id/tioandiko/files/2014/01/40-Issues-Final-10.doc · Web viewPersetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty adalah suatu kesepakatan

pada bulan ke empat setelah berakhirnya batas waktu kewajiban

penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan badan usaha

di luar negeri tersebut untuk tahun pajak yang bersangkutan.

Apabila tidak ada ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan

Tahunan Pajak Penghasilan atau tidak ada kewajiban penyampaian Surat

Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, saat diperolehnya dividen

ditetapkan pada bulan ke tujuh setelah tahun pajak berakhir.

c. Contoh:

PT A di Jakarta dalam tahun pajak 1995 menerima dan memperoleh

penghasilan neto dari sumber luar negeri sebagai berikut:

1) Hasil usaha di Singapura dalam tahun pajak 1995 sebesar Rp

800.000.000,00;

2) Dividen atas pemilikan saham pada ''X Ltd.'' di Australia sebesar Rp

200.000.000,00 yaitu berasal dari keuntungan Tahun 1992 yang ditetapkan

dalam rapat pemegang saham Tahun 1994 dan baru dibayar dalam Tahun

1995;

3) Dividen atas penyertaan saham sebanyak 70% pada ''Y Corporation'' di

Hongkong yang sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek sebesar Rp

75.000.000,00 yaitu berasal dari keuntungan saham 1994 yang berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan ditetapkan diperoleh Tahun 1995;

4) Bunga kwartal IV Tahun 1995 sebesar Rp 100.000.000,00 dari ''Z Sdn Bhd''

di Kuala Lumpur yang baru akan diterima bulan Mei 1996.

Penghasilan dari sumber luar negeri yang digabungkan dengan penghasilan

dalam negeri dalam tahun pajak 1995 adalah penghasilan pada butir 1), 2), dan

3), sedangkan penghasilan pada butir 4) digabungkan dengan penghasilan

dalam negeri dalam tahun pajak 1996.

C. Transfer Pricing

1. Pengertian Transfer Pricing

Transfer pricing adalah kebijakan suatu perusahaan dalam menentukan harga

transfer suatu transaksi. Transfer pricing dapat dibedakan menjadi dua kelompok,

56

Page 8: PETUNJUK PRAKTIS PENERAPAN P3Bblog.ub.ac.id/tioandiko/files/2014/01/40-Issues-Final-10.doc · Web viewPersetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty adalah suatu kesepakatan

yaitu intra-company dan inter-company transfer pricing. Intra-company transfer

pricing merupakan transfer pricing antar divisi dalam satu perusahaan. Sedangkan

inter-company transfer pricing merupakan transfer pricing antara dua perusahaan

yang mempunyai hubungan istimewa. Kedua perusahaan tersebut bisa berada

dalam satu negara (domestic transfer pricing), bisa juga berada di negara yang

berbeda (international transfer pricing).

Transfer pricing, terutama international transfer pricing, dapat menimbulkan

permasalahan apabila digunakan untuk kepentingan penghindaran pajak. Dengan

international transfer pricing, perusahaan-perusahaan yang berada pada negara

yang berbeda dapat mengatur harga transfer sedemikian rupa sehingga perusahaan

di negara yang tarif pajaknya rendah mendapatkan keuntungan yang setinggi-

tingginya, sedangkan perusahaan di negara yang tarif pajaknya lebih tinggi

mendapatkan keuntungan yang serendah-rendahnya.

Domestic transfer pricing bisa juga digunakan untuk menghindari pajak, meskipun

dalam jumlah yang tidak signifikan, dengan cara menetapkan harga transfer

sedemikian rupa sehingga:

Penghasilan Kena Pajak tersebar merata pada perusahaan-perusahaan terkait

untuk mengurangi kemungkinan terkena tarif pajak progresif tertinggi.

Laba dapat dialihkan kepada perusahaan yang masih berhak menikmati

kompensasi kerugian.

2. Transfer Pricing Rules

Untuk mencegah penghindaran pajak melalui transfer pricing ini, OECD

merekomendasikan agar negara-negara mengadopsi transfer pricing rules, yaitu

memberikan kewenangan kepada negara untuk mendistribusikan, membagikan,

atau mengalokasikan gross income, pengurang penghasilan, credits atau

allowances, atau item lain yang mempengaruhi Penghasilan Kena Pajak di antara

Wajib Pajak-Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa untuk menentukan

Penghasilan Kena Pajak yang sebenarnya dari tiap Wajib Pajak tersebut.

Tujuan dari transfer pricing rules ini adalah untuk menempatkan Wajib Pajak-

Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa menjadi Wajib Pajak yang

independen sehingga harga-harga yang digunakan di antara Wajib Pajak-Wajib

Pajak tersebut dapat dipastikan kewajarannya (arm’s length).

57

Page 9: PETUNJUK PRAKTIS PENERAPAN P3Bblog.ub.ac.id/tioandiko/files/2014/01/40-Issues-Final-10.doc · Web viewPersetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty adalah suatu kesepakatan

3. Transfer Pricing Rules di Indonesia

Melalui UU PPh, Indonesia telah mengadopsi transfer pricing rules. Dalam Pasal

18 (3) UU PPh diatur bahwa Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan

kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai

modal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang

mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan

kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa.

Sebagai aturan pelaksanaannya, ada Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor

SE-04/PJ.7/1993 tentang Petunjuk Penanganan Kasus-kasus Transfer Pricing.

Dalam Surat Edaran ini diatur antara lain:

a. Konsep Hubungan Istimewa

Sesuai dengan Pasal 18 (4) UU PPh, hubungan istimewa dianggap ada apabila:

1) Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung

paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain, atau

hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua

puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih, demikian pula

hubungan antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir;

2) Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib

Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak

langsung;

3) terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis

keturunan lurus dan atau ke samping satu derajat.

b. Konsep Transfer Pricing

Secara universal transaksi antar Wajib Pajak yang mempunyai hubungan

istimewa dikenal dengan istilah transfer pricing. Hubungan istimewa dimaksud

dapat mengakibatkan kekurangwajaran harga, biaya atau imbalan lain yang

direalisasikan dalam suatu transaksi usaha.

Transfer pricing dapat mengakibatkan terjadinya pengalihan penghasilan atau

dasar pengenaan pajak dan/atau biaya dari satu Wajib Pajak ke Wajib Pajak

lainnya, yang dapat direkayasa untuk menekan keseluruhan jumlah pajak

58

Page 10: PETUNJUK PRAKTIS PENERAPAN P3Bblog.ub.ac.id/tioandiko/files/2014/01/40-Issues-Final-10.doc · Web viewPersetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty adalah suatu kesepakatan

terhutang atas Wajib Pajak-Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa

tersebut.

Kekurangwajaran sebagaimana tersebut di atas dapat terjadi pada:

1) Harga penjualan;

2) Harga pembelian;

3) Alokasi biaya administrasi dan umum (overhead cost);

4) Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham

(shareholder loan)

5) Pembayaran komisi, lisensi, franchise, sewa, royalti, imbalan atas jasa

manajemen, imbalan atas jasa teknik dan imbalan atas jasa lainnya;

6) Pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham (pemilik) atau pihak

yang mempunyai hubungan istimewa yang lebih rendah dari harga pasar;

7) Penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang kurang/tidak

mempunyai substansi usaha (misalnya dummy company, letter box company

atau reinvoicing center).

c. Metode dan Teknis Penghitungan Harga Wajar

1) Comparable Uncontrolled Price (Harga Pasar Sebanding)

Membandingkan harga yang terjadi pada transaksi antara pihak-pihak yang

mempunyai hubungan istimewa dan transaksi yang dilakukan oleh pihak-

pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa dalam lingkungan atau

situasi yang setara

Contoh:

PT A memiliki 25% saham PT B. Atas penyerahan barang PT A ke PT B,

PT A membebankan harga jual Rp160 per unit, berbeda dengan harga yang

diperhitungkan atas penyerahan barang yang sama kepada PT X (tidak ada

hubungan istimewa) yaitu Rp200 per unit.

Perlakuan Perpajakan:

Dalam contoh tersebut, harga pasar sebanding (comparable uncontrolled

price) atas barang yang sama adalah yang dijual kepada PT X yang tidak

59

Page 11: PETUNJUK PRAKTIS PENERAPAN P3Bblog.ub.ac.id/tioandiko/files/2014/01/40-Issues-Final-10.doc · Web viewPersetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty adalah suatu kesepakatan

ada hubungan istimewa. Dengan demikian harga yang wajar adalah Rp200

per unit. Harga ini dipakai sebagai dasar perhitungan penghasilan atau

pengenaan pajak.

2) Resale price

Mengurangkan suatu markup wajar dari harga jual barang yang sama pada

mata rantai berikutnya. Mark-up wajar diperoleh dengan

membandingkannya dengan transaksi yang tidak ada hubungan istimewa

3) Cost Plus

Menambahkan tingkat laba kotor wajar (yang diperoleh dari perusahaan

yang sejenis yang tidak mempunyai hubungan istimewa) pada harga pokok

4) Profit Split

Menentukan laba yang akan dibagi antara anggota grup dari transaksi yang

dipengaruhi hubungan istimewa, selanjutnya laba tersebut dibagi antara

perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dengan dasar

pertimbangan ekonomis sehingga pembagian itu mencerminkan laba

seandainya transaksi itu tidak dipengaruhi hubungan istimewa

5) Transactional Net Margin

Menetapkan persentase laba bersih yang didasarkan atas perbandingan laba

bersih terhadap biaya-biaya, laba bersih penjualan atau laba bersih terhadap

aktiva yang diperoleh dari transaksi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang

mempunyai hubungan istimewa

D. Thin Capitalization

1. Pengertian Thin Capitalization

Thin capitalization adalah pembentukan struktur permodalan suatu perusahaan

dengan kontribusi hutang sebanyak mungkin dan modal sesedikit mungkin.

Praktik thin capitalization didasarkan pada adanya perbedaan perlakuan perpajakan

atas bunga (sebagai imbalan atas hutang) dan dividen (sebagai imbalan atas modal).

Biaya bunga merupakan unsur pengurang dalam penghitungan Penghasilan Kena

Pajak. Sedangkan dividen bukan merupakan unsur pengurang dalam penghitungan

Penghasilan Kena Pajak.

60

Page 12: PETUNJUK PRAKTIS PENERAPAN P3Bblog.ub.ac.id/tioandiko/files/2014/01/40-Issues-Final-10.doc · Web viewPersetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty adalah suatu kesepakatan

Dengan praktik thin capitalization ini, yang biasanya melibatkan holding company

di negara dengan tarif pajak rendah, pajak yang seharusnya menjadi hak suatu

negara dapat dialihkan ke negara lain. Modusnya adalah bahwa dalam membiayai

subsidiary-nya, suatu holding company akan memberikan kontribusi berupa hutang

(bukan modal). Dengan demikian subsidiary akan terbebani biaya bunga yang

merupakan unsur pengurang dalam penghitungan Penghasilan Kena Pajak,

sehingga pajak yang ditanggung oleh subsidiary tersebut dapat ikut mengecil.

2. Thin Capitalization Rules

Dalam laporannya per tahun 1979, OECD menyoroti perbedaan pengaruh antara

kontribusi hutang dan modal tersebut. Waktu itu OECD melihat bahwa penyertaan

modal oleh induk perusahaan di suatu negara sering disamarkan sebagai hutang

dalam rangka menghemat pajak di negara tempat subsidiary berkedudukan.

Untuk mencegah terjadinya pengalihan penghasilan dari suatu negara ke negara

lain melalui praktik thin capitalization ini, OECD merekomendasikan agar negara-

negara melengkapi peraturan perundang-undangannya dengan kewenangan untuk

menentukan tingkat kewajaran perbandingan hutang dan modal dalam struktur

permodalan, serta sekaligus membatasi jumlah biaya bunga yang dapat dijadikan

unsur pengurang penghasilan.

3. Thin Capitalization Rules di Indonesia

Indonesia mengadopsi prinsip Thin Capitalization Rules ini melalui UU PPh-nya.

Dalam Pasal 18 (1) UU PPh diatur bahwa Menteri Keuangan berwenang

mengeluarkan keputusan mengenai besarnya perbandingan antara utang dan modal

perusahaan untuk keperluan penghitungan pajak berdasarkan Undang-undang ini.

Peraturan yang kemudian dikeluarkan oleh Menteri Keuangan tersebut adalah

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1002/KMK.04/1984. Dalam keputusan ini

diatur bahwa:

Perbandingan antara hutang dan modal tidak boleh melebihi 3:1. Tiga untuk

hutang, dan satu untuk modal.

Untuk menghitung perbandingan tersebut, jumlah hutang dimaksud adalah

jumlah rata-rata hutang pada tiap akhir bulan (yang meliputi hutang jangka

pendek dan hutang jangka panjang). Sedangkan jumlah modal adalah sebesar

61

Page 13: PETUNJUK PRAKTIS PENERAPAN P3Bblog.ub.ac.id/tioandiko/files/2014/01/40-Issues-Final-10.doc · Web viewPersetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty adalah suatu kesepakatan

penyertaan modal oleh pemegang saham pada akhir tahun (termasuk Laba

Ditahan).

Apabila perbandingan antara hutang dan modal tersebut melebihi 3:1, maka

biaya bunga yang dapat menjadi unsur pengurang harus dihitung kembali

dengan mengoreksi terlebih dahulu jumlah hutang yang diizinkan sebesar 3 x

jumlah modal.

Contoh:

Biaya bunga: Rp 1.000.000.000

Rata-rata jumlah hutang: Rp 5.000.000.000

Jumlah modal pada akhir tahun: Rp 1.000.000.000

Biaya bunga yang dapat menjadi unsur pengurang dihitung kembali sebagai

berikut:

Jumlah hutang yang diizinkan = 3 x jumlah modal

= 3 x Rp1.000.000.000

= Rp3.000.000.000

Biaya bunga yang diizinkan

= Rp1.000.000.000 x (Rp3.000.000.000/Rp5.000.000.000) = Rp600.000.000

Hanya saja, dengan diberlakukannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor

254/KMK.01/1985, dengan alasan bahwa penentuan besarnya perbandingan antara

hutang dan modal sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan

Nomor 1002/KMK.04/1984 dikuatirkan dapat menghambat perkembangan dunia

usaha, maka pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

1002/KMK.04/1984 ditangguhkan sampai saat yang ditentukan kemudian oleh

Menteri Keuangan.

E. Treaty Shopping

Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty adalah suatu

kesepakatan antara dua negara untuk memodifikasi peraturan perundang-undangan

perpajakannya masing-masing. Salah satu tujuan utama yang ingin diraih oleh kedua

Contracting States melalui P3B adalah untuk memfasilitasi perdagangan internasional

dan arus investasi antarnegara dengan cara memberikan pengurangan tarif pajak di

negara sumber atas beberapa bentuk penghasilan tertentu (biasanya passive income).

62

Page 14: PETUNJUK PRAKTIS PENERAPAN P3Bblog.ub.ac.id/tioandiko/files/2014/01/40-Issues-Final-10.doc · Web viewPersetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty adalah suatu kesepakatan

Benefit berupa pengurangan tarif pajak ini mungkin dapat dimanfaatkan oleh pihak

yang tidak berhak melalui praktik treaty shopping.

1. Pengertian Treaty Shopping

Treaty shopping merupakan suatu cara untuk mendapatkan manfaat suatu tax treaty

oleh pihak yang tidak berhak atas manfaat tax treaty tersebut. Treaty shopping

melibatkan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang berkedudukan

di beberapa negara. Treaty shopping dilakukan oleh pihak yang merupakan

penduduk suatu negara (misalnya Negara A) yang tidak mempunyai tax treaty

dengan suatu negara lain (misalnya Negara C) dengan cara membuat suatu entitas

pada negara (misalnya Negara B) yang mempunyai tax treaty dengan Negara C.

Contoh: Kasus Aiken Industries, Inc. v. Comr.

Kasus Aiken Industries melibatkan suatu perusahaan di Bahama ("B") yang

menguasai seluruh saham suatu perusahaan di Amerika Serikat ("U") dan suatu

perusahaan di Ecuador ("E").

Semula B meminjamkan uang kepada U. Atas pembayaran bunga dari U kepada B

terutang 30% withholding tax berdasarkan ketentuan yang berlaku di Amerika

Serikat Kemudian, E mendirikan anak perusahaan di Honduras ("H"). Setelah itu, B

mengalihkan utang U kepada H dan H menjadi berhutang kepada B. Kalau

sebelumnya U langsung berhutang kepada B, maka sekarang U menjadi berhutang

kepada H, dan H berhutang kepada B dengan jumlah pinjaman dan tingkat bunga

yang sama.

H akan meng-offset pendapatan bunga dari U dengan biaya bunga yang dibayarkan

kepada B. Dan berdasarkan ketentuan yang berlaku di Honduras, bunga yang

dibayarkan kepada B tidak terutang pajak. Pada saat itu pula, tax treaty antara

Amerika Serikat dan Honduras mengatakan bahwa “pendapatan bunga yang

diterima oleh satu Contracting State yang bersumber pada Contracting State

lainnya, dibebaskan dari pengenaan pajak.

Jadi dengan praktik treaty shopping seperti di atas, B mengklaim dapat

menghindari pajak yang sebelumnya dibebankan kepadanya sebesar 30% U.S.

withholding tax.

2. Penanggulangan Masalah Treaty Shopping

63

Page 15: PETUNJUK PRAKTIS PENERAPAN P3Bblog.ub.ac.id/tioandiko/files/2014/01/40-Issues-Final-10.doc · Web viewPersetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty adalah suatu kesepakatan

Untuk menghadapi praktik treaty shopping, mulai tahun 1977, OECD menerbitkan

OECD Model Treaty dan memperkenalkan terminologi “beneficial owner of

income” sebagai pengganti “recipient of income.”

Sesuai dengan OECD Commentary, maksud dari perubahan terminologi tersebut

adalah untuk menangkal praktik treaty shopping dengan cara menghalangi

penduduk yang tidak mempunyai treaty menikmati manfaat suatu treaty. Dengan

OECD Model Treaty ini, pada pasal yang mengatur pengurangan tarif pajak oleh

negara sumber atas passive income (dividen, bunga, dan royalti) disebutkan bahwa

pengurangan tarif pajak akan diberikan apabila beneficial owner dari dividen,

bunga, atau royalti adalah penduduk dari negara treaty partner.

Seandainya dividen, bunga, atau royalti tersebut diterima oleh penduduk negara

treaty partner tetapi beneficial owner dari penghasilan bukan penduduk negara

treaty partner, maka penerima penghasilan tersebut tidak berhak mendapatkan

pengurangan tarif pajak.

Di Amerika Serikat, pihak yang akan mengklaim pengurangan tarif pajak

berdasarkan tax treaty diwajibkan untuk menyampaikan Form W-8BEN

(Certificate of Foreign Status of Beneficial Owner for United States Tax

Withholding) sebagai alat pembuktian bahwa pihak tersebut benar-benar beneficial

owner dari penghasilan dimaksud.

3. Treaty Shopping di Indonesia

Dalam Indonesia Model Treaty, yaitu konsep P3B yang ditawarkan Indonesia

dalam setiap negosiasi penyusunan tax treaty dengan negara lain, juga sudah

digunakan terminologi “beneficial owner” seperti yang ada pada OECD Model

Treaty.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah penggunaan terminologi tersebut

efektif dalam mencegah praktik treaty shopping. Pertanyaan ini terkait dengan

mekanisme pengenaan tarif withholding tax berdasarkan tax treaty di Indonesia

berlangsung dengan sangat sederhana.

Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-03/PJ.101/1996

tentang Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, untuk dapat

menerapkan tarif pemotongan pajak sesuai dengan tax treaty, Wajib Pajak luar

negeri wajib menyerahkan asli Surat Keterangan Domisili kepada pihak yang

64

Page 16: PETUNJUK PRAKTIS PENERAPAN P3Bblog.ub.ac.id/tioandiko/files/2014/01/40-Issues-Final-10.doc · Web viewPersetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty adalah suatu kesepakatan

berkedudukan di Indonesia yang membayar penghasilan dan menyampaikan

fotokopi Surat Keterangan Domisili tersebut kepada Kepala Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) tempat pihak yang membayar penghasilan terdaftar.

F. Daftar Pustaka

1. Gunadi, Pajak Internasional, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1997

2. Michael L. Moore, C.P.A., Ph.D. dan Edmund Outslay, C.P.A., Ph.D., U.S. Tax Aspect of Doing Business Abroad, AICPA, 2000.

3. OECD Report, Harmful Tax Competition: An Emerging Global Issue, OECD, 1999

4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 164/KMK.03/2002 tentang Kredit Pajak Luar Negeri.

5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1002/KMK.04/1984 tentang Penentuan Perbandingan Antara Hutang Dan Modal Sendiri Untuk Keperluan Pengenaan Pajak Penghasilan.

6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.01/1985 tentang Penundaan Pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1002/KMK.04/1984 Tanggal 8 Oktober 1984 Tentang Penentuan Perbandingan Antara Hutang Dan Modal Sendiri Untuk Keperluan Pengenaan Pajak Penghasilan.

7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 650/KMK.04/1994 tentang Penetapan Saat Diperolehnya Dividen Atas Penyertaan Modal Pada Badan Usaha Di Luar Negeri Yang Sahamnya Tidak Diperdagangkan Di Bursa Efek.

8. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-04/PJ.7/1993 tentang Petunjuk Penanganan Kasus-kasus Transfer Pricing.

65