Petunjuk Praktikum Digestif 2013.doc

24
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM BIOKIMIA KEDOKTERAN BLOK DIGESTIVE Disusun oleh: Asscalbiass LABORATORIUM BIOKIMIA KEDOKTERAN 1

Transcript of Petunjuk Praktikum Digestif 2013.doc

Page 1: Petunjuk Praktikum Digestif 2013.doc

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

BIOKIMIA KEDOKTERAN

BLOK DIGESTIVE

Disusun oleh:

Asscalbiass

LABORATORIUM BIOKIMIA KEDOKTERANJURUSAN KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2013

1

Page 2: Petunjuk Praktikum Digestif 2013.doc

DAFTAR ISI

Halaman Judul..............................................................................................................1

Daftar isi.......................................................................................................................2

Petunjuk umum keselamatan kerja di laboratorium.....................................................3

Pertolongan pertama pada kecelakaan 4

Sampling darah vena 6

PRAKTIKUM BIOKIMIA

Penentuan aktivitas enzim amilase saliva ....................................................................8

Penentuan aktivitas enzim amilase darah ………………………………..................10

Pemeriksaan total protein 13

2

Page 3: Petunjuk Praktikum Digestif 2013.doc

PETUNJUK UMUM KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

1. Dilarang makan dan minum dalam ruang laboratorium, karena beberapa bahan

kimia/bahan biologis yang digunakan bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan.

2. Mahasiswa wajib menggunakan jas laboratorium dan alas kaki/sepatu yang tertutup.

3. Rambut harus ringkas dan tidak boleh tergerai.

4. Dilarang menghisap pipet dengan mulut untuk asam dan basa kuat (seperti HCl, H2SO4,

HNO3, Asam asetat glasial, NH4OH, NaOH). Gunakan buret ! Atau pipet dengan bola

penghisap ! Untuk memindahkan asam/basa kuat atau bahan-bahan beracun ke dalam

tabung yang anda gunakan dan lakukan di dalam lemari asam.

5. Bila terjadi kontak dengan bahan-bahan berbahaya, korosif atau beracun, segera bilas

dengan air sebanyak-banyaknya dan segera laporkan kepada instruktur.

6. Segera tutup kembali bahan kimia yang disediakan dalam botol tertutup, untuk mencegah

inhalasi bahan-bahan tersebut.

7. Jangan sampai menumpahkan bahan-bahan kimia di meja kerja atau pada lantai. Hal ini

terutama berlaku untuk asam dan basa pekat. Segera laporkan kepada instruktor.

8. Gunakanlah alat/instrumen yang disediakan sesuai dengan cara kerjanya. Bila saudara

tidak memahami cara kerjanya mintalah bantuan instruktor.

9. Berhati-hatilah bila bekerja dengan bahan uji yang berasal dari bahan-bahan biologis

seperti darah, saliva atau urin karena kemungkinan dapat terinfeksi kuman atau virus

berbahaya seperti HIV atau hepatitis.

a. Sebaiknya gunakan sarung tangan karet sekali pakai, terutama bila ada luka.

b. Hindari kemungkinan tertusuk jarum.

c. Cuci tangan atau anggota badan yang kontak atau terpercik darah. Cuci dengan

cermat menggunakan sabun.

d. Buang bahan yang mengandung darah dalam wadah plastik tertutup.

e. Cuci alat-alat laboratorium dengan sabun dan sterilisasi dengan merendamnya dalam

larutan natrium hipoklorit 0,5 % selama 30 menit.

f. Bersihkan meja laboratorium dengan air sabun dan dengan larutan natrium hipoklorit

0,5 %.

3

Page 4: Petunjuk Praktikum Digestif 2013.doc

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

1. KEBAKARAN

Jika terjadi kebakaran, yang harus dilakukan pertama kali adalah :

a. Semua kran pipa gas harus ditutup.

b. Padamkan api dengan bahan pemadam api yang tersedia.

c. Putuskan aliran listrik.

d. Jika ada yang terbakar, selimutilah dia dengan kain yang cukup basah. Pakaian yang

melekat dilepas dengan cara memotong-motong dengan gunting dan segeralah dibawa

ke rumah sakit.

2. TERKENA BAHAN KIMIA

Bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan luka atau kerusakan pada badan :

a. H2SO4, HNO3, HCl, HF, dan CH3COOH

b. KOH, NaOH dan NH4OH

c. Pengoksidasi H2O2 pekat, amonia cair, senyawa-senyawa klor, kromat, persulfat,

kaporit, asam oksalat dan ammonium sulfida.

Anggota badan yang terkena bahan kimia tersebut di atas harus :

a. Dicuci dengan air sebanyak-banyaknya.

b. Setelah itu jika terkena asam kuat cucilah dengan larutan natrium bikarbonat.

c. Jika yang mengenai anggota badan adalah basa kuat maka setelah dicuci dengan air

kemudian dicuci dengan air bor (H3BO3) atau asam asetat encer (0,24 N).

d. Jika terkena air Brom maka anggota badan yang terkena dicuci dengan air kemudian

dengan campuran amoniak, minyak terpentin, alkohol (1:1:10).

e. Jika terkena oksidator kuat maka setelah dicuci dengan air dicuci lagi dengan larutan

ammonium sulfat encer.

f. Jika bahan kimia tersedot ke mulut dan tenggorokan berkumurlah dengan air

sebanyak-banyaknya. Minumlah air bersih 1 atau 2 gelas dan segera pergi berobat ke

dokter.

4

Page 5: Petunjuk Praktikum Digestif 2013.doc

3. GAS-GAS BERACUN

Gas-gas beracun pada umumnya CO, H2S, Uap Hg, HCN, NO2, Cl2 dan Br2.

a. untuk mencegah terjadinya keracunan oleh gas-gas tersebut maka percobaan yang

menggunakan atau menimbulkan bahan-bahan beracun tadi harus dilakukan dalam

ruangan asam.

b. Jika mencium gas-gas tadi segeralah keluar dan bernafas dalam-dalam di udara

terbuka.

c. Jika keadaannya parah pergilah segera ke dokter.

5

Page 6: Petunjuk Praktikum Digestif 2013.doc

SAMPLING DARAH VENA

Sample darah yang dapat ditampung dengan atau tanpa antikoagulan. Dengan darah vena

dapat diperoleh bermacam-macam sample, yaitu :

a. Whole Blood/darah penuh

b. Plasma

c. Serum

d. Defibrinated Blood

e. Clot Blood

Cara pengambilan :

1. Bendung di sebelah proximal vena yang akan diambil agar tampak lebih jelas,

penderita diminta mengepal-ngepal tangannya.

2. Lakukan disinfeksi pada daerah tersebut dengan kapas alcohol 70%

3. Periksa spuit, adakah udara, jarum kencang, bias dihisap dengan mudah.

4. Setelah alkohol kering (tidak ditiup-tiup), kulit ditegangkan, tusuk dengan jarum

dengan sudut 45 derajat, arah jarum sejajar dengan arah vena, jarum menghadap keatas.

5. Setelah vena terasa tertusuk, jarum diputar menghadap ke bawah. Tusukan

dilanjutkan menghadap vena. Darah mengalir dengan sendirinya bila tusukan tepat.

Kepalan tangan dibuka, darah dihisap pelan-pelan. Ambil darah sesuai kebutuhan.

6. Lepaskan tourniquet, jarum ditarik, tekan dengan kapas alcohol. Penderita diminta

untuk tetap menekan dengan kapas alcohol.

7. Lepaskan jarum dari spuit, tuangkan darah kedalam botol penampung, dengan cara

mengalirkan darah lewat dinding botol penampung.

8. Jangan lupa memberi identitas penderita.

Catatan :

a. Daerah pengambilan mengalami kongesti akan menyebabkan hemokonsentrasi.

b. Khusus untuk pemeriksaan koagulasi penusukan harus satu kali/tidak diulang-ulang.

c. Alat penampung harus bersih dan kering.

d. Bila ada penundaan pemeriksaan harus diberi anti koagulan.

e. Pada saat menuang darah spuit kedalam botol, jarum harus dilepas, tidak boleh disemprot

(harus dialirkan lewat dinding tabung) dan tidak boleh dikocok terlalu keras.

6

Page 7: Petunjuk Praktikum Digestif 2013.doc

PRAKTIKUM BIOKIMIA

Asscalbiass©2013

7

Page 8: Petunjuk Praktikum Digestif 2013.doc

PENENTUAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE SALIVA

A. Tujuan Instruksional Khusus

1. Mahasiswa akan dapat melakukan pemeriksaan untuk mengetahui aktivitas enzim

amilase pada saliva.

2. Mahasiswa akan dapat mengetahui aktivitas enzim amilase saliva dengan bantuan

praktikum yang dilakukan.

B. Dasar Teori

α- Amylase adalah enzyme hidrolisis yang memecah amylum menjadi maltosa.

Pada tubuh manusia α- Amylase dihasilkan dari beberapa organ. Amylase pancreatic

dihasilkan oleh pancreas dan dilepaskan ke saluran pencernaan.

Amylase salivasa disintesis oleh glandula saliva dan disekresikan melalui saliva

yang terdapar amylase dalam darah dieliminasi melalui ginjal dan dieksresikan ke dalam

urin.Oleh karena itu, peningkatan aktifitas amylase serum menunjukan peningkatan

amylase urin.

Pengukuran α- Amylase pada serum dan urin, utamanya digunakan untuk diagnosis

kerusakan organ pancreas. Dan juga untuk mendeteksi perkemabangan komplikasi

penyakit pada pankreatitis akut. Aktivitas amylase darah meningkat dalam beberapa jam

setelah timbulnya nyeri abdominal. Puncaknya setelah 12 jam dan kembali normal

setelah 5 hari.

Spesifitas α-amylase pada kerusakan pancreas tidak setinggi pada kelainan

penyakit non-pancreatis, seperti parotitis dan gagal ginjal. Oleh karena itu, untuk

memastikan deiagnosis pankreatitis akut secara tepat ditambahkan dengan pengukuran

lipase.

C. Alat dan Bahan

Alat

1. Gelas kimia 50 ml 2 buah

2. Cawan petri

3. Pipet tetes

4. Penjepit tabung reaksi

5. Bunsen

6. Kertas saring

8

Page 9: Petunjuk Praktikum Digestif 2013.doc

Bahan

1. Saliva

2. Larutan NaCl 0,2 %

3. Larutan amilum 1 %

4. Larutan iod 0,01 N

D. Cara Kerja

1. Probandus kumur-kumur Nacl selama 2-3 menit

2. Sampel ditempatkan pada gelas kimia yang terdapat kertas saringnya

3. Sampel dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi, masing-masing sebanyak 2,5 cc.

4. Salah satu tabung kemudian dipanaskan, sedangkan tabung yang lain didiamkan.

5. Masing-masing cawan petri diteteskan 3 tetes iodium dan 3 tetes amylum

6. Sampel baik dari tabung yang telah dipanaskan maupun yang tidak, diteteskan pada

cawan petri.

7. Untuk cawan petri yang ditetesi sampel yang dipanaskan, diteteskan sampel kembali

setiap 5 menit, amati perubahan warna

9

Page 10: Petunjuk Praktikum Digestif 2013.doc

PENENTUAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE DARAH

A. Tujuan

1. Mengukur kadar enzim amilase dalam darah

2. Menjelaskan nilai normal enzim amilase dalam darah serta nilai patologis dari

hasil praktikum.

3. Melakukan diagnosa dini penyakit apa saja yang ditandai oleh hasil aktivitas

abnormal (patologis) melalui bantuan hasil praktikum yang dilakukan.

B. Dasar Teori

Enzim sebagai biokatalisator menyebabkan organisme hidup dapat memperoleh

dan menggunakan energi dengan cepat. Enzim mengubah kecepatan reaksi, tetapi tidak

mempengaruhi keseimbangan akhir. Enzim bekerja khusus pada reaksi-reaksi tertentu

dan hanya bekerja di bawah syarat-syarat tertentu, yaitu pH, suhu, kadar substrat,

kofaktor, kokenzim, dan lain-lain. pH optimum untuk enzim yang bekerja di lambung

adalah 1-2, di usus halus 7-8, di dalam sel 7,4. Untuk suhu optimum misalnya enzim-

enzim yang bekerja di dalam tubuh manusia 37 C dan untuk enzim pada tumbuh-

tumbuhan ada yang sampai 60 C. Enzim kadang sulit ditentukan karena kadarnya rendah,

sehingga dapat ditentukan dengan cara tidak langsung yaitu dengan mengikuti perubahan

koenzim dan dengan enzim tidak aktif. Sebagian enzim mudah dijadikan inaktif dengan

pemanasan 100 C selama kira-kira 5 menit.

Tubuh manusia menghasilkan berbagai macam enzim yang tersebar di berbagai

bagian dan memiliki fungsi tertentu. Salah satu enzim yang penting dalam sistem

pencernaan manusia adalah enzim amilase. Enzim ini terdapat dalam saliva atau air liur

manusia. Saliva yang disekresikan oleh kelenjar liur selain mengandung enzim amilase

juga mengandung 99,5% air, glikoprotein, dan musin yang bekerja sebagai pelumas pada

waktu mengunyah dan menelan makanan. Amilase yang terdapat dalam saliva adalah α-

amilase liur yang mampu membuat polisakarida (pati) dan glikogen dihidrolisis menjadi

maltosa dan oligosakarida lain dengan menyerang ikatan glikosidat. Amilase akan segera

terinaktivasi pada pH 4,0 atau kurang sehingga kerja pencernaan makanan dalam mulut

akan terhenti apabila lingkungan lambung yang asam menembus partikel makanan.

10

Page 11: Petunjuk Praktikum Digestif 2013.doc

Amilase menghidrolisis unit-unit D-glukosa yang terangkai dengan ikatan rantai

C-1,4. Hidrolisis berlangsung dengan cara acak dan menghasilkan disakarida maltosa

sebagai hasil akhirnya. Amilas bekerja pada bermacam-macam polisakarida dan

oligosakarida tetapi pengaruhnya paling mudah ditunjukkan dengan menggunakn amilum

sebagai substrat. Pada pH 6-7, dalam larutan yang mengandung ion klorida, amilase

mengkatalisis hidrolisis amilum menjadi maltosa dengan pembentukan hasil antara

bermacam-macam dekstrin. Amilum dan dekstrin yang molekulnya masih besar dengan

iodium memberi warna biru, dekstrin-dekstrin antaranya (eritrodekstrin) memberi warna

coklat kemerah-merahan. Dekstrin yang molekul-molekulnya sudah kecil lagi

(akhrodekstrin) dan maltosa tidak memberi reaksi dengan iodium. Jadi amilase

pengaruhnya dapat diikuti dengan mengamati waktu yang diperlukan untuk mencapai

titik saat campuran reaksi tidak memberikan warna lagi dengan larutan iodium. Titik ini

disebut titik akromik.

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Spuit 3 cc

b. Torniquet 1 buah

c. Eppendorf 1 buah

d. Rak tabung reaksi 1 buah

e. Mikropipet 10-100 l 1 buah

f. Mikropipet 100-1000 l 1 buah

g. Blue tip 1 buah

h. Yellow tip 1 buah

i. Kuvet 1 buah

j. Spektrofotometer

k. Sentrifugator

2. Bahan

a. Working reagen 1 cc

b. Serum darah 20 l

c. Alkohol 70%

D. Cara Kerja

1. Persiapan sampel:

a. Darah diambil menggunakan spuit kira-kira sebanyak 3 cc.

11

Page 12: Petunjuk Praktikum Digestif 2013.doc

b. Darah dimasukkan ke dalam tabung eppendorf dan disentrifuge dengan

kecepatan 4000 rpm selama 10 menit, kemudian diambil serumnya untuk

sampel.

2. 1 cc working reagen dimasukkan ke dalam kuvet.

3. Dimasukkan 20 µl serum ke dalam kuvet hingga tercampur.

4. Kadar enzim amylase dibaca dengan spektrofotometer.

E. Nilai Normal

Nilai normal amylase darah = <100 U/L untuk pria dan wanita

12

Page 13: Petunjuk Praktikum Digestif 2013.doc

PEMERIKSAAN TOTAL PROTEIN

Metode Biuret

A. Tujuan Instruksional Khusus

1. Mahasiswa akan dapat melakukan pemeriksaan total protein dalam darah dengan

metode biuret.

2. Mahasiswa akan dapat menyimpulkan hasil pemeriksaan total protein pada saat

praktikum setelah membandingkannya dengan nilai normal.

3. Mahasiswa akan dapat mengetahui kondisi/penyakit apa saja yang berkaitan dengan

kadar total protein abnormal dalam darah.

B. Dasar Teori

Protein total adalah kadar semua jenis protein yang terdapat dalam serum/plasma, terdiri

dari albumin, globulin dan fraksi protein lain yang kadaranya sangat rendah. Pemeriksaan

protein total berguna untuk memonitor perubahan kadar protein yang disebabkan oleh

berbagai macam penyakit. Biasanya diperiksa dengan pemeriksaan lain, misal kadar

albumin, faal hati atau pemeriksaan elektroforesis protein. Rasio albumin/globulin

diperoleh dengan perhitungan dan dapat memberikan keterangan tambahan. Kadar protein

Total meningkat pada keadaan dehidrasi, multiplle, myeloma dan penyakit hati menahun.

Kadarnya rendah pada penyakit ginjal dan stadium akhir gagal ginjal.

Protein tersusun dari asam amino yang berikatan satu sama lain dengan ikatan peptida.

R

Tiga perempat zat padat dari tubuh adalah protein dengan fungsi yang berbeda-

beda. Sebagian besar adalah protein jaringan/struktural, protein kontraktil dan

nukleoprotein. Protein yang diperiksa dalam laboratorium terdapat dalam darah, urin,

saliva, cairan pleural, peritoneal, dan feses. Pada praktikum ini yang dibahas terutama

protein plasma.

Protein plasma yang beredar terdiri atas:

1. Albumin

2. Globulin

13

C

NH2 O

OHIkatan peptida

-as.aminoC

Page 14: Petunjuk Praktikum Digestif 2013.doc

3. Fibrinogen

4. Terdapat sejumlah kecil dalam: enzim, protein struktural dan metabolik (hormon dan

protein transfer).

Fungsi Protein Plasma:

1. Keseimbangan osmotik

Hipoalbumin menyebabkan tekanan osmotik plasma menurun sehingga kapiler tidak

mampu melawan tekanan hidrostatik sehingga timbul oedem (cairan darah menuju ke

jaringan interstitial).

2. Pembentukan dan nutrisi jaringan

Enzim, hormon, pembekuan darah (fibrinogen, AT III) dan jaringan tubuh.

3. Transportasi

a. Umum yaitu albumin

b. Khusus :

Hormon Prealbumin

Vitamin Prealbumin

Lipid Lipoprotein

Co Ceruloplasmin

Hb Haptoglobin

Heme Hemopexin

Fe Transferin

4. Daya tahan tubuh

Antibodi dan komplemen.

Perubahan Protein Plasma:

a. Hiperalbumin : peningkatan kadar albumin.

Dijumpai pada dehidrasi terjadi hemokonsentrasi protein plasma.

b. Hipoalbumin

Dijumpai pada malnutrisi, malabsorbsi, hepatitis akut, penyakit hati menahun, dll.

Prinsip Pemeriksaan

Protein + Cu2+ kompleks warna

Protein dalam serum bereaksi dengan ion kupri (Cu2+) dalam suasana alkalisis dan

memberikan warna ungu. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan jumlah

protein dalam sampel.

14

Page 15: Petunjuk Praktikum Digestif 2013.doc

C. Metode Pemeriksaan

Metode biuret

D. Alat dan Bahan

Alat

1. Spuit 3 cc

2. Torniquet

3. Eppendorf

4. Sentrifugator

5. Tabung reaksi

6. Rak tabung reaksi

7. Mikropipet (10 μl-100 μl)

8. Mikropipet (100 μl-1000 μl)

9. Yellow tip

10. Blue tip

11. Spektrofotometer

12. Kuvet

Bahan

1. Serum

2. Reagen biuret

E. Cara Kerja

Panjang Gelombang : 540 (546) nm

Temperatur : 18 – 30 o C (suhu kamar)

Masukkan kedalam

tabung reaksi

Blanko Standar Test

Regensia 1,0 mL 1,0 mL 1,0 mL

Serum 20μl

Standar 20 μl

Lakukan homogen dan diamkan pada suhu kamar selama 5 menit. Baca absorbance test

(Abs.test) dan Absorbance standar (Abs.std) terhadap balnko regensia pada panjang

gelombang 540 (546) nm

1. Persiapan sampel

15

Page 16: Petunjuk Praktikum Digestif 2013.doc

a. Diambil darah probandus sebanyak 3 cc dengan menggunakan spuit.

b. Darah dimasukkan ke dalam tabung eppendorf dan disentrifugasi dengan

kecepatan 4000 rpm selama 10 menit kemudian diambil serumnya untuk sampel.

2. Sampel (serum) sebanyak 20 μl kemudian dicampur dengan reagen biuret sebanyak

1000 μl.

3. Campuran diinkubasi selama 10 menit dalam suhu ruangan, kemudian diukur dengan

spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm dan nilai faktor 19.0.

F. Nilai Normal

Bayi : 4,6-7,0 gr/dl

3 th s.d. dewasa : 6,2-8,5 gr/dl

16

Page 17: Petunjuk Praktikum Digestif 2013.doc

DAFTAR PUSTAKA

Adiwisastra, A. 1987. Keracunan : Sumber, Bahaya, serta Penanggulangannya. Bandung: Angkasa.

Bagian Biokimia FKUI. 2001. Biokimia : Eksperimen Laboratorium Cetakan I. Jakarta : Penerbit Widya Medika.

Colli, Diane. S. 1996. Ringkasan Biokimia Harper Cetakan V. Jakarta : EGC.

Lehninger. 1981. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Lehninger. 1981. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Lehninger. 1981. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 3. Jakarta : Erlangga.

Murray, Robert K, dkk. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta : EGC.

Sadikin, Muhammad. 2003. Biokimia Darah Cetakan I. Jakarta : Penerbit Widya Medika.

Widmann, Frances K. 1995. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : EGC.

17