Petunjuk ke Surga Menurut Al-Qur’anL. Nihwan Sumuranje

© 2017 L. Nihwan Sumuranje

Hak cipta dilindungi undang-undang

Diterbitkan pertama kali oleh

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Kompas - Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta 2017

717102121

ISBN: 978-602-04-5190-9

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta

Isi di luar tanggung jawab percetakan

Daftar Isi

Kata Pengantar xi

BAB I: SURGA DAN NABI ADAM 1Beberapa Pengertian Khalifah 2Ragam Pendapat Asal Muasal Diciptakannya Hawa 7Kisah Terusirnya Adam dan Hawa dari Surga 10Di Manakah Letak Surga? 15Surga dengan Makna Kebun atau Taman 17Bersiap Menuju Surga yang Abadi 18

BAB II: GAMBARAN KENIKMATAN SURGA YANG DIJANJIKAN ITU 21Golongan Terdahulu dan Golongan Kanan 21Surga yang Dijanjikan 24Memasuki Surga dengan Rombongan-Rombongan 36Berpesta Bersama Keluarga Besar 40Tempat Tinggal dan Tempat Istirahat Terbaik 51

vi

Petunjuk ke Surga Menurut Al-Qur’an

Sibuk Bersenang-senang Tiada Akhir 52

Dialog Golongan A’raf, Penghuni Neraka,

dan Penghuni Surga 56

Rasa Takut kepada Allah Menjadi Sebab Mendapat

Sebab Memperoleh Dua Surga 58

Dialog Penghuni Surga 63

Pakaian Sutra dan Kemewahan Lainnya 67

Berbagai Kenikmatan di Surga yang Tinggi 72

BAB III: SURGA DAN TAUHID 75Tauhid, Amal Saleh, Takut kepada Allah,

dan Surga Ma’wa 75

Tauhid, Istikamah, dan Surga sebagai Balasan Amal 76

Tauhid dan Ajakan ke Surga 78

Yahudi Pengubah Taurat dan Pengikutnya Tidak

Masuk Surga 80

Tidak Ada Surga Bagi Orang Kafir dan Musyrik 83

Surga Tidak untuk Orang Kafir 86

Orang Sombong dan Pendusta Ayat Allah Tidak

Mendapat Surga 88

Tinggalkan Surga Dunia untuk Surga Akhirat 90

BAB IV: DI ANTARA UJIAN SEBELUM KE SURGA 93Jihad dan Sabar Sebelum ke Surga 93

Malapetaka dan Guncangan Jiwa 101

vii

Daftar Isi

BAB V: MEMOHON SURGA 109Nabi Ibrahim pun Berdoa Memohon Surga 109

Istrinya Fir’aun Memohon Surga 112

Doa Malaikat untuk Orang-Orang Mukmin 114

BAB VI: SURGA, IMAN, DAN AMAL SALEH 119Ketika Surga Didekatkan 119

Tidak Menukar Surga dengan Dunia 123

Beramal Sampai Batas Maksimal Kemampuan 126

Antara yang Buta-Tuli dan Melihat-Mendengar 128

Sabar dan Tawakal Membawa ke Surga 130

Surga Firdaus, Surga Dambaan 133

Hadiah untuk Mantan Para Penyihir Fir’aun 135

Penduduk Surga ‘Adn 138

Di antara Sebab Mendapat Kenikmatan 140

Iman, Amal Saleh, dan Balasan Surga Ma’wa 142

Yang Memperoleh Kemenangan Besar 146

Kunci Merengkuh Surga Na’im 151

Pengadilan Allah Itu Bernama Surga dan Neraka 155

Penilaian Allah 157

Kabar Gembira Bagi yang Mengimani Al-Qur’an

dan Beramal Saleh 159

Pribadi Penghuni Surga 163

Sebab Dihapusnya Dosa 167

Kisah Lama untuk Kisah Masa Depan 170

viii

Petunjuk ke Surga Menurut Al-Qur’an

Balasan Atas Keimanan 173

Yang Diperkenankan Masuk Surga 176

Surga Haram Baginya 181

Setan Itu Lemah 186

Menyembah Allah dalam Segala Kondisi 189

Menolong Allah 191

Karunia Terbesar Bernama Surga 194

BAB VII: SURGA DAN TAKWA 199Mereka yang Beruntung 199

Surga yang Didekatkan 202

Ketakwaan Itu Menerima Semua, Bukan Sebagian 206

Ilmu untuk Diamalkan 212

Bekal Hadapi Kiamat 216

Takut Azab Allah, Berbuah Surga 219

Tidak Iri Memandang Dunia 221

Kebaikan Menurut Allah 222

BAB VIII: SURGA DAN KETAATAN 225Ketaatan dan Kekuatan 225

Ketaatan Bertauhid 233

Orang-Orang yang Dipanggil ke Surga 240

Gugur di Jalan Allah 247

Memberikan Pinjaman kepada Allah 252

Amalan Penghapus Dosa 256

ix

Daftar Isi

Ketaatan Mencintai Melebihi Segalanya 266

Perlombaan yang Mendatangkan Keuntungan 270

Jawaban Pendebat Kenabian dan Kerasulan

Muhammad saw. 276

Mengalahkan Keluh Kesah Kehidupan 287

Balasan Pengamal Hukum Waris 301

BAB IX: SURGA DAN KEBAIKAN 311Yang Membawa ke Surga 311

Orangtua Menjadi Sebab Memperoleh Surga 315

BAB X: SURGA DAN AMPUNAN 335Memohon Ampunan Memperoleh Surga 335

Berlomba-lomba Memohon Ampunan 350

Allah Mengampuni, Allah Memasukkan ke Surga 352

Bertobat Membawa ke Surga 355

Daftar Pustaka 361Tentang Penulis 365

BAB I

Surga dan Nabi Adam as.

Mahasuci Allah dengan segala kuasa dan kehendak-Nya. Adam as., adalah makhluk yang diciptakan setelah malaikat dan iblis. Malaikat diciptakan dari

cahaya, iblis diciptakan dari api, sedangkan Adam as., dicip-takan dari tanah. Adam as., adalah makhluk ciptaan Allah yang diberikan amanah mengemban tugas ke khalifahan di muka bumi.

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan mem-

2

Petunjuk ke Surga Menurut Al-Qur’an

buat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, pada-hal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30)

Beberapa Pengertian KhalifahAda sejumlah pendapat yang mengurai makna Adam seba-gai khalifah. Berikut beberapa pendapat mengenai khalifah. Pertama, khalifah sebagai pengganti Allah. Buya Hamka da-lam Tafsir Al-Azhar memberikan pengertian bahwa khalifah itu mengandung arti pengganti atau mandataris1 Allah Swt. Sebelum Adam as., diturunkan ke dunia, menurut Hamka di dunia sudah ada kehidupan. Ada makhluk-makhluk yang saling menumpahkan darah. Ada makhluk yang senang ber-tikai satu sama lain. Ada beragam jenis hewan. Ada beraneka tumbuhan, tanah, bebatuan, air, dan lain sebagainya.

Pengganti Allah yang dimaksud, bertugas untuk mem-berlakukan hukum-hukum Allah Swt., menerjemahkan perintah, dan larangan Allah dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku. Manusia mendapat tugas untuk mengkreasi, mengolah, dan mendayagunakan alam semesta. Hanya ma-nusia yang dibekali potensi mengatur dunia. Manusia adalah makhluk sebagaimana makhluk-makhluk lainnya.

Manusia itu sang kreator. Berbeda dengan hewan, pepo-honan, bebatuan, tanah yang keberadaannya sama dari masa

1 Orang yang menerima (diserahi, menjalankan) mandat. Sumber: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/mandataris.

3

BAB I: Surga dan Nabi Adam as.

ke masa. Manusia itu berbudaya. Bisa melahirkan karya-karya baru bila mengolah alam dari bahan-bahan yang su-dah disiapkan oleh Allah Swt.

Kita juga membaca sejumlah keterangan bahwa Abu Bakar adalah khalifahnya Rasulullah saw. Khalifah di sini mengandung pengertian, pengganti. Setelah Nabi Muham-mad saw., wafat, Abu Bakar tampil sebagai pimpinan atau khalifah umat muslim.

Kedua, pemimpin. Adam as., merupakan pemimpin untuk anak-anaknya. Adam membimbing anak-anaknya mengenai cara menjalani hidup. Nabi Muhammad saw., dan Abu Dzar pernah berdialog tentang makna khalifah adalah pemimpin. Abu Dzar bertanya pada Rasul, “Apakah Adam itu Nabi atau Rasul?” Rasulullah saw., menjawab, “Ya, Adam ada-lah Nabi dan Rasul.” Abu Dzar bertanya lagi, “Untuk siapa Adam diutus sebagai Nabi dan Rasul, sedangkan di dunia pada waktu itu belum ada satu orang pun?” Rasulullah saw., menjawab, “Dia menjadi Rasul untuk anak-anaknya.”

Ketiga, khalifah sebagai penguasa. Penjelasan ini Allah abadikan di dalam Al-Qur’an, “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah di muka bumi, maka beri-lah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang se-sat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS. Shaad: 26)

Daud as., adalah Nabi yang menjadi penguasa atau peme-rintah. Karier militernya dimulai dari peperangan melawan

4

Petunjuk ke Surga Menurut Al-Qur’an

Raja Jalut yang zalim. Raja Thalut sebagai pihak yang benar merasa bahwa Daud as., berhak menjadi panglima perang. Diangkatlah Daud as., sebagai panglima perang. Kemu-dian Daud as., menjadi khalifah atau penguasa, nama lain dari pemerintah. Kisah ini Allah abadikan di dalam QS. Al-Baqarah: 246–249.

Kekuasaan tidak luput dari aktivitas politik. Para Nabi sesungguhnya tidak meninggalkan medan dakwah, walau harus bersentuhan dengan dunia politik. Politik bukan un­tuk politik, tetapi politik untuk kebaikan. Nabi Ibrahim as., pernah bertindak sebagai penasihat politik di kerajaan Me-sir. Nabi Musa as., pernah bertindak sebagai oposisi dalam percaturan politik melawan Fir’aun. Nabi Daud as., Nabi Sulaiman as., dan Yusuf as., adalah pucuk pimpinan negara dan politisi ulung yang adil.

Dari tiga pengertian khalifah di atas bisa disimpulkan bahwa sejak awal, Adam as., (dan keturunannya) didesain untuk mengolah dan memakmurkan bumi. Tentu dengan perannya masing-masing.

Tentang malaikat yang bertanya, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, pa-dahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Ahmad Bahjat dalam Anbiya Allah mengutip beberapa pendapat ulama. Di antaranya pendapat Sayyid Quthb sebagaimana termuat dalam Tafsir Fi Dzila-lil Qur’an. Sayyid Quthb menjelaskan bahwa per tanyaan malaikat itu bukanlah sebentuk gugatan kepada Allah atas

5

BAB I: Surga dan Nabi Adam as.

pilihan-Nya menjadikan Adam sebagai khalifah, tetapi sebuah potret keterkejutan. Keterkejutan sesaat, bukan ben-tuk penolakan atau pengingkaran.

Ahmad Bahjat sendiri berani menyimpulkan bahwa ben-tuk dialog itu tidak lain adalah pemberitahuan Allah Swt., kepada para malaikat (dan iblis) bahwa Allah akan mencip-takan khalifah di muka bumi. Ahmad Bahjat menjelaskan, “Jiwa malaikat yang suci yang kerjaannya bertasbih memang sempat kaget. Namun kebingungan sesaat itu, kemudian ber-ganti dengan kemantapan setelah Allah befirman: “Sesung-guhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Amanah kekhalifahan memang tidak diberikan pada malaikat dan iblis, tetapi diberikan pada Adam. Karakter khalifah di muka bumi adalah para penggali ilmu pengeta­huan yang dekat dengan perbuatan salah. Kesalahan yang dilakukan manusia baik sengaja, maupun tidak sengaja. Pastilah ketika sedang mengerjakan sesuatu ada salahnya, walaupun tak bermaksud salah. Uji coba membuat ini dan itu selalu disertai salah. Namun selama niat saat beramal itu baik, biarlah Allah yang menuntun kita.

Nabi Adam as., dibekali potensi ilmu pengetahuan. Salah satunya ilmu pengetahuan dalam bentuk mengetahui nama-nama suatu benda. Nabi Adam as., berpeluang memahami sifat-sifat alam dan bagaimana cara penggunaannya. Ke-ilmuan yang dimiliki Nabi Adam as., diwariskan kepada anak cucunya. Manusia memang layak mengelola bumi. Allah Swt., mengabadikan ini di dalam Al-Qur’an,

6

Petunjuk ke Surga Menurut Al-Qur’an

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!’ Mereka menjawab: ‘Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Menge-tahui lagi Mahabijaksana.’ Allah berfirman: ‘Hai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.’ Maka se telah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: ‘Bukankah sudah Ku-katakan ke padamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?’” (QS. Al-Baqarah: 31–33)

Menyadari bahwa malaikat memang didesain Allah hanya untuk beribadah, malaikat pun langsung bersujud kepada

7

BAB I: Surga dan Nabi Adam as.

Adam. Sujud di sini artinya menaruh hormat, bukan sujud ibadah atau menyembah. Sedangkan iblis memilih menetang perintah Allah sehingga digolongkan ke dalam kelompok yang kafir.

Allah abadikan peristiwa ini di dalam A-Qur’an, “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari ta nah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Ku tiupkan kepada-nya roh (ciptaan)-Ku; maka hendaklah kamu tersungkur de-ngan bersujud kepadanya.’ Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya, kecuali iblis. Dia me nyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir.’” (QS. Sad: 71 –74)

Di surga, Adam as., lebih banyak berkomunikasi de ngan para malaikat dalam bentuk dialog-dialog. Sedangkan malai-kat lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berzikir dan bertasbih. Adam as., saat itu merasakan ada se suatu yang kurang. Entah apa itu namanya. Adam as., sendiri be-lum tahu sesuatu itu.

Ragam Pendapat Asal Muasal Diciptakannya HawaSelepas bangun tidur, Adam as., melihat sesosok makhluk yang serupa dengan manusia, namun berbeda jenis kelamin. Adam jatuh cinta padanya. Hawa pun memandangi Adam as., dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Keberadaan Hawa, membuat Adam as., tidak kesepian lagi.

Sebagian ulama berpendapat bahwa Hawa diciptakan dari (tulang rusuk) diri Adam as. Kabarnya, tatkala Adam sedang

8

Petunjuk ke Surga Menurut Al-Qur’an

tertidur, tulung rusuknya diambil dan diciptakanlah Hawa. Hawa diciptakan sebagai istrinya. Secara lafaz, Al-Qur’an hanya bertutur bahwa Hawa diciptakan dari Adam. Namun, ada hadis yang menyatakan penciptaan Hawa bermula dari tulang rusuk Adam.

Allah berfirman, “Hai sekalian manusia, bertakwalah ke-pada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan daripadanya Allah menciptakan istrinya (Hawa); dan daripada keduanya Allah memperkembangbi-akkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertak-walah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)

Dalam surah yang lain Allah menjelaskan,

“Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu.” (QS. Al-A’raf: 189)

“Dari Abu Hurairah, Nabi saw., ber sabda: Saling ber-wasiatlah kalian untuk berbuat baik kepada wanita. Pasal-nya, mereka tercipta dari tulang rusuk. Yang paling bengkok dari tulang rusuk itu adalah yang paling atas. Jika berusaha meluruskannya, engkau akan membuatnya patah. Dan jika dibiarkan, ia akan terus bengkok. Karena itu, saling ber-wasiatlah kalian untuk berbuat baik kepada wanita.” (HR. Bukhari-Muslim)

L. Nihwan Sumuranje kelahiran Serang, Banten 21 Maret 1974. Ia pernah menuntut ilmu di SDN II Sumuranja, Ibtidaiyah Al-Khairat, MTS Al-Khairat di Desa Sumuranja, dan MAN 1 di Serang. Pendidikan Pesantren Ath-Thahiri-yyah, Serang dan PM Baiturrahman-Bandung. Meski tidak sampai tamat, ia juga pernah belajar di FAI Unversitas Islam Nusantara dan Fakultas Adab IAIN Sunan Gunung Djati jurusan Bahasa dan Sastra Arab dan sempat belajar di Ma’had Imarat sampai mustawa rabi’ (tingkat empat), Bandung.

Ia sangat senang menulis. Beberapa tulisannya seperti, re-sensi, artikel, puisi, cerpen, saduran, pernah dimuat: Hikmah, Ban ten Pos, Galamedia, Media Pembinaan, Aksi, Pikiran Rakyat, Suaka IAIN SGD, Jendela Newsletter, Manajemen Qolbu, Sabili, Karima, Seni Budaya, Rakyat Merdeka, Tri-bun Jabar, Bandung Ekspres, Radar Bandung, Inilahkoran, Republika, Tabloid Muda Banten, Harian Semarang, Kabar Banten, Metropolitik, Kabar Madura, dan Koran Sindo.

Tentang Penulis

366

Petunjuk ke Surga Menurut Al-Qur’an

Karya Tulis Berupa Buku:Puisi termuat di Antologi Puisi Islami Bandung (YJSB,

2002).

Rahasia Sukses Penulis Sukses (Mujahid Press, 2005).

The Spirit of Success: Jalan Meraih Mimpi (Tinta Medina, Tiga Serangkai Grup, 2012).

Cinta Sejati Emha Buat Pak Harto (Kaukaba, 2013).

Kontributor dua judul buku Pendidikan Karakter (Ke-mendikbud, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Direktorat Pembinaan Masyarakat, 2014).

Tim Penulis Biografi Prof. K.H.M. Syadzeli Hasan (Baitur-rahman Publishing, 2014).

101+ Doa Mustajab dari Nabi Saw. (Tinta Medina, grup Tiga Serangkai, 2015).

Agar Hidup Lebih Baik dan Semakin Bahagia (Quanta, 2015).

Ya Allah Husnul Khatimahkan Hamba (Quanta, 2015).

Saya Menulis Maka Saya Ada: Buku Panduan (Calon) Penulis (Nuansa Aulia, 2016).

Buku ini diangkat dari naskah yang dinyatakan sebagai Pemenang Kedua lomba Sayembara Menulis Buku Na-sional kategori nonfiksi versi Nuansa Aulia tahun 2014 dengan judul asli Maka, Tulislah Buku-bukumu!

Laku Kehidupan (Tinta Medina, grup Tiga Serangkai, 2017).

367

Tentang Penulis

Kontributor untuk Para Penyala Indonesia (Gerakan Me-nulis Buku-Indonesia, 2017).

Siti Walidah: Ibu Bangsa Indonesia karyanya dinyatakan termasuk salah sebuah buku terpilih untuk bahan bacaan setingkat SMA versi Kemendikbud Gerakan Literasi Na-sional (GLN), 2017.

Perumpamaan-perumpamaan dari Nabi saw. (Tinta Me-dina, grup Tiga Serangkai, 2017).

Karya Editing:Hubungan antara Dakwah dan Politik karya Prof. Dr. M.

Amien Rais (Mujahid Press, 2004).

Sebelum Anda Mengambil Keputusan Besar Itu karya HM. Anis Matta (Syamil Cipta Media, 2003). Penulis me-nyunting naskah bersama Eka Wardana.

Mengusung Peradaban yang Berkeimanan karya HM. Anis Matta (Media Qalbu, 2006).

Kuwariskan Sejarahku Kepadamu Jadilah Orang yang Diperhitungkan Autobiografi 63 Tahun Sejarah, Pe-mikiran & Dakwah Buya KH. Salimuddin (Baiturrahman Publishing, 2013).

Antara Ustaz, Banten & Dakwah Islam (Baiturrahman Publishing, 2015) karya Drs. HR. Achmad Arslan S. Hasan Jayasentika, M.Si. Penulis membantu penyelerasan naskah buku.