Peta Konsep_Naufalia Zulfa A_FG 4
-
Upload
naufalia-zulfa-adhania -
Category
Documents
-
view
5 -
download
4
description
Transcript of Peta Konsep_Naufalia Zulfa A_FG 4
LTM Ilmu Dasar Keperawatan
INFARK
Oleh Naufalia Zulfa Ad’hania, 140654 4734, IDK Kelas A
Mahasiswa FIK-UI S1 Reguler 2014, email: [email protected]
Uraian Peta Konsep :
Infark adalah daerah yang mati atau jaringan nekrosis iskemi yang disebabkan karena kurangnya paskan darah. Daerah yang mengalami
nekrosis iskemik disebut infark. Infark disebabkan oleh beberapa hal yaitu trombosis (penyumbatan pembuluh darah oleh bekuan darah), emboli
(penyumbatan pembuluh darah oleh benda asing), edema (pengumpulan cairan berlebihan pada sela-sela jaringan tubuh, kompresi ekstrinsik
pembuluh darah oleh tumor, penjepitan kantong hernia, dan pemuntiran pembuluh darah seperti torsi testis atau volvulus usus.
Infark berdasarkan karakter patologi diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :
1. Infark anemik
Sering disebut infark putih atau pucat, yang terjadi pada jaringan padat yang kehilangan sirkulasi arterialnya seperti jantung, limpa dan
ginjal.
2. Infark hemoragik
Disebut juga infark merah karena adanya sumbatan vena atau jaringan kongesti yang mengalami bendungan atau tertahan. Infark
hemoragik bisa terjadi di oklusi vena (torsio ovarium) , jaringan longgar (paru-paru), jaringan dengan sirkulasi lengkap (paru-paru dan
usus halus), jaringan yang sebelumnya mengalami kongesti karena aliran keluar darah vena yang lamban, dan tempat oklusi dan nekrosis
sebelumnya.
3. Infark septik
Dikategorikan dalam infark septik apabila terdeteksi adanya infeksi bakteri di sekitarnya. Contohnya adalah gangren.
Proses terjadinya infark yaitu mula-mula jaringan akan tampak merah seperti hipermi, biasanya terjadi pada bagian perifer organ tubuh
dan distal vena atau arteri yang mengalami oklusi. Stagnasi yang timbul beberapa jam kemudian mengakibatkan edema adan perdarahan yang
memberi tanda pembengkakakan.vaskularisasi organ yang bersangkutan akan menentukan jumlah perdarahan. Setelah 24 jam sampai 48 jam,
pada organ tubuh yang terdiri dari jaringan padat seperti jantung dan ginjal akan terlihat pucat. Pada organ tubuh yang renggang seperti paru dan
limpa, bagian yang terkena hemoragik akan berwarna merah. Setelah beberapa hari kemudia infark picat akan berubah warna menjadi kuning
putih. Infark hemoragik tidak berubah. Pada dua jenis infark terjadi peradangan tepi yang menunjukkan adanya zona hipermi dan meinmbulkan
terbentuknya fibrin. Setelah berjalan beberapa minggu, timbul fibrosis dari tepi ke pusat nekrosis. Terkadang pusat nekrosis mengalami lisis
dalam jumlah besat yang akan menjadi rongga kista. Mekanisme utama yang dapat menghasilkan organ infark yaitu hypoxia dan ischemia.
Hipoksia adalah kekurangan oksigen dan iskemia adalah kurangnya aliran darah ke organ.
Dampak terjadinya infark bisa berupa nyeri akibat iritasi saraf atau akibat radang lapisan serosa organ tubuh yang terkena, namun bisa
juga berupa demam dan leukositosis. Secara spesifik paru-paru yang terdapat sumbatan pada cabang arteri akan menyebabkan nekrosis dan
hemoptisis. Pada ginjal dapat terjadi hematuria. Infark pada jantung dan otak bisa bisa menyebabkan letal, hilangnya kesadaran, afasia,
kelumpuhan dan kebutaan.
Pada penderita infark seharusnya dilakukan pemeriksaan laboratorium, contohnya pada infark miokardium yaitu terjadinya peningkatan
iso enzim CKMB karena kerusakan otot, maka enzin dikeluarkan ke dalam darah. Pemeriksaan lainnya yaitu ditemukan adanya peninggian
LED, leukositosis ringan dan hiperglikemia ringan. Pemeriksaan penderita infark bisa juga menggunakan kateterisasi dan radiologi.
Pengobatan yang harus dijalani bagi penderita infark antara lain penanganan nyeri, pembatasan aktivitas fisik dan pemberian oksigen.
Penanganan nyeri diatasi dengan cara pemberian terapi farmakologi berupa morphin sulfat, nitrat, penghambat beta (beta blockers). Pemberian
oksigen dilakukan saat terjadi nyeri sehingga saturasi oksigen segera meningkat setelah penderita menghirupnya. Khususnya bagi penderita
infark miokard akut diberikan terapi farmakologi berupa antikoagulan (mencegah pembekuan darah), trombolitik ( penghancur bekuan darah,
menyerang dan melarutkan), antilipemik (menurunkan konsentrasi lipid dalam darah), dan vasodilator perifer ( menigkatkan dilatasi pembuluh
darah yang menyempit karena vasospasme).
REFERENSI
Brown, G.T , Burns, K.D & Kemp, L.K . (2008). The Big Picture Pathology. USA : The McGraw-Hill Companies, Inc.
Bullock, B.A.(2000). Foucus on Pathophysiology. Philadelphia : JB.Lippincott.
Porth, C.M & Matfin G. (2009). Pathophysiology : Concepts of Altered Health States. 8th edition. China : Lippincot Williams &
Wilkins.
Pringgoutomo, Sudarto, dkk. (2002). Buku Ajar Patologi 1 Umum. Edisi 1. Jakarta : Sagung Seto.