Pesta demokrasi

4
Pesta demokrasi: TKI dan TKW juga punya hak pilih REP | 02 April 2014 | 10:32 Dibaca: 8 Komentar: 0 0 Tanggal 9 april tinggal hitungan hari pesta demokrasi di Indonesia akan berlangsung. Tak ketinggalan juga saya dan teman-teman TKI lainnya punya hak pilih yang sama. Hari ini ada juga beberapa asrama yang memiliki banyak pekerja Indonesia nya sudah memulai pemilihan. Tapi kalau saya perhatikan banyak kejanggalan-kejanggalan yang terjadi di pemilihan ini. Banyak asrama-asrama yang memiliki pekerja Indonesia dan pekerja di sektor rumah tangga tidak mendapat surat suara. Kemana surat suara itu? Pertanyaan itu yang menjadi tana tanya besar. Ada lagi kejanggalan yang terjadi seprti lokasi tempat pemilihan suara (TPS) sudah jelas terdaftar di lokasi misal Ipoh Perak Malaysia tetapi mendapat TPS di wilayah Kuala Lumpur. Dan jarak antara Ipoh- Kuala Lumpur kurang lebih 300km. Dan itu juga menjadi pertanyaan besar yang harus di pecahkan. Banyak para TKI yang ingin menggunakan hak pilihnya tetapi mereka bingung di mana surat suara mereka. Dan yang mendapat kertas suara tetapi mendapat lokasi TPS yang jauh bahkan mereka tidak tau di mana tempatnya. Seakan dalam hal ini PANWASLU dan PPLN tidak melakukan kerja dengan baik. Tidak melihat data-data yang ada sehingga menempatkan TPS yang tidak sesuai dengan pemilihnya. Hal yang seperti ini dapat mengakibatkan sabotase hak pilih para TKI/TKW. Sehingga akan menguntungkan partai-partai yang akan bermain curang untuk penggelembungan surat suara di partai mereka. Apalagi hak suara TKI/TKW yang banyak di incar adalah Malaysia. Hampir 2 juta penduduk Indonesia berada di Malaysia jadi bagi para caleg-caleg yang ingin bermain curang jumlah 2juta pemilih adalah lahan yang empuk. Jangan di zolomi hak suara kami!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Kehangatan Pesta Demokrasi

description

sejarah

Transcript of Pesta demokrasi

Page 1: Pesta demokrasi

Pesta demokrasi: TKI dan TKW juga punya hak pilih REP | 02 April 2014 | 10:32 Dibaca: 8 Komentar: 0 0 Tanggal 9 april tinggal hitungan hari pesta demokrasi di Indonesia akan berlangsung. Tak ketinggalan juga saya dan teman-teman TKI lainnya punya hak pilih yang sama. Hari ini ada juga beberapa asrama yang memiliki banyak pekerja Indonesia nya sudah memulai pemilihan. Tapi kalau saya perhatikan banyak kejanggalan-kejanggalan yang terjadi di pemilihan ini. Banyak asrama-asrama yang memiliki pekerja Indonesia dan pekerja di sektor rumah tangga tidak mendapat surat suara. Kemana surat suara itu? Pertanyaan itu yang menjadi tana tanya besar. Ada lagi kejanggalan yang terjadi seprti lokasi tempat pemilihan suara (TPS) sudah jelas terdaftar di lokasi misal Ipoh Perak Malaysia tetapi mendapat TPS di wilayah Kuala Lumpur. Dan jarak antara Ipoh-Kuala Lumpur kurang lebih 300km. Dan itu juga menjadi pertanyaan besar yang harus di pecahkan.Banyak para TKI yang ingin menggunakan hak pilihnya tetapi mereka bingung di mana surat suara mereka. Dan yang mendapat kertas suara tetapi mendapat lokasi TPS yang jauh bahkan mereka tidak tau di mana tempatnya. Seakan dalam hal ini PANWASLU dan PPLN tidak melakukan kerja dengan baik. Tidak melihat data-data yang ada sehingga menempatkan TPS yang tidak sesuai dengan pemilihnya. Hal yang seperti ini dapat mengakibatkan sabotase hak pilih para TKI/TKW. Sehingga akan menguntungkan partai-partai yang akan bermain curang untuk penggelembungan surat suara di partai mereka. Apalagi hak suara TKI/TKW yang banyak di incar adalah Malaysia. Hampir 2 juta penduduk Indonesia berada di Malaysia jadi bagi para caleg-caleg yang ingin bermain curang jumlah 2juta pemilih adalah lahan yang empuk.Jangan di zolomi hak suara kami!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Kehangatan Pesta Demokrasi

9 April 2014 telah ditetapkan sebagai "hari pencontrengan" untuk memilih para anggota DPR, DPRD dan DPD. Pada hari inilah segenap warga bangsa yang memiliki hak politik diharapkan akan berduyun-duyun datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) guna menghangatkan Pesta Demokrasi (baca ; Pemilu Legislatif) yang di gelar setiap 5 tahunan itu. Walau selama 3 kali Pemilihan Umum

Page 2: Pesta demokrasi

Anggota Legislatif mengalami penurunan partisipasi politik rakyat (,1999, 20004 dan 2009), kita berharap agar dalam Pemilu Legislatif 2014 nanti, jumlah partisipasi politik rakyat bakal semakin meningkat. Hal ini penting dihayati, karena apalah arti nya sebuah "pesta demokrasi", bila partisipasi politik rakyat dalam "hari pencontrengan" nya semakin menurun.

Fenomena melorot nya partisipasi politik rakyat terhadap pelaksanaan Pesta Demokrasi, sebetul nya dapat dicermati dari berbagai makna. Salah satu nya adalah ada nya "ketidak-percayaan" rakyat terhadap Pemerintah yang tengah manggung. Rakyat boleh jadi akan kecewa berat, manakala dalam Daftar Calon Tetap (DCT) para anggota DPR, DPRD dan DPD, tercatat nama-nama yang di benak rakyat, sangat tidak pantas untuk menyandang atribut Wakil Rakyat. Bukan saja, selama beberapa periode menjadi anggota legislatif, mereka terekam kurang mempertontonkan kinerja Wakil Rakyat yang diimpikan masyarakat, tapi dilihat dari sikap, tindakan dan wawasan politik nya pun, mereka seperti yang tidak pernah mau untuk membangun "suasana kebatinan" yang berkualitas dengan para konsituen nya. Mereka mau bertatap-muka dengan para pemilih jika ada kepentingan dan kebutuhan nya saja. Selebih nya, mereka asyik dengan dunia nya sendiri. Akibat nya wajar kalau hubungan antara rakyat dengan Wakil Rakyat nya itu, terlihat sebagai hubungan yang sifat nya transaksional. Suara Rakyat yang diberikan untuk para Wakil Rakyat, tak ubah nya seperti transaksi bisnis lima tahunan. Kesan "pembelian" suara pun mengemuka lewat acara silaturahmi yang ditempuh para Calon Legislatif dengan para konsituen nya. Ada yang ramai-ramai memberi kaos, kerudung, rompi dan alat kontak lain nya. Lebih seru nya lagi, ternyata tidak sedikit Wakil Rakyat yang terlihat membagi-bagian uang guna merebut simpati para pemilih nya.

Untuk merebut jabatan publik dalam sistem demokrasi yang kita anut sekarang ini, tampak nya butuh perjuangan yang cukup keras. Perjuangan bukan hanya yang sifat nya moral spiritual, namun yang nama nya fisik material pun betul-betul sangat diperlukan. Dalam bahasa lain nya : "tidak ada yang "gratis" bagi seseorang yang berhasrat menjadi "wakil rakyat", Bupati/Walikota, Gubernur bahkan Presiden". Tanpa punya modal keuangan yang kuat, jangan coba-coba bermimpi untuk jadi pejabat publik. Beberapa sahabat sempat berseloroh, guna menjadi anggota DPR RI di Daerah Pemilihan di Pulau Jawa misal nya, dibutuhkan dana diatas 1 milyar rupiah.

Itulah politik. Begitulah kekuasaan. Politik dan kekuasaan, sangat sukar dipisahkan. Ke dua nya saling mempengaruhi dan melengkapi.

Page 3: Pesta demokrasi

Tanpa politik tidak mungkin akan ada kekuasaan. Akibat nya, jika kita ingin berkuasa, maka salah satu cara untuk menggapai nya, haruslah melalui politik. Hal ini identik dengan seseorang yang berhasrat untuk menjadi Presiden. Di negeri ini, penentu utama jabatan Presiden adalah Partai Politik. Setelah "dipilih" oleh Partai Politik, baru diserahkan kepada rakyat untuk memilih nya. Presiden dipilih oleh rakyat setelah "dipilih" terlebih dahulu oleh "pemilik" Partai Politik. Dengan kata lain, dapat juga disebutkan, "pilihan rakyat adalah "sisa" pilihan pemilik Partai Politik.

Kehangatan suatu pesta demokrasi, tentu bukan hanya diramaikan oleh marak nya para Calon Wakil Rakyat yang masang baligo di berbagai tempat strategis, namun yang tak kalah penting nya juga adalah ada nya antusiasme masyarakat untuk menggunakan hak politik nya. Kehadiran mereka di TPS adalah bukti keberhasilan penyelenggaraaan "pesta demokrasi" yang kita rancang. Oleh karena nya, kalau pada 9 April 2014, ternyata partisipasi politik rakyat semakin menurun dibandingkan dengan pesta demokrasi 2009, maka tidak lah keliru andai pendidikan politik mengalami penurunan kualitas. Pertanyaan nya adalah siapa sebetul nya yang harus bertanggungjawab atas hal yang demikian ? Sangat tidak pas, bila kesalahan ini cuma ditimpakan kepada Komisi Pemilihan Umum