PESAN-PESAN KEISLAMAN DALAM TRILOGI NOVEL NEGERI 5...
Transcript of PESAN-PESAN KEISLAMAN DALAM TRILOGI NOVEL NEGERI 5...
PESAN-PESAN KEISLAMAN DALAM TRILOGI NOVEL
NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI
(Kajian Semiotik dan Semantik)
Oleh
Drs. Bahroni, M.Pd.
NIP. 196408181994031004
PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIANMASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2014
1
PENELITIAN RUMPUN ILMU
TAHUN 2014
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Drs. Bahroni, M.Pd.
NIP : 196408181994031004
Pangkat/Golongan : Pembina (IVa) / Lektor Kepala
menyatakan bahwa naskah penelitian dengan judul PESAN-PESAN
KEISLAMAN DALAM TRILOGI NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD
FUADI (Kajian Semiotik dan Semantik), secara keseluruhan adalah hasil
penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian-bagian yang dirujuk
sumbernya dan telah saya susun sesuai dengan kaidah dan etika
penelitian.
Salatiga, 22 Desember
2014
Yang Menyatakan
Drs. Bahroni, M.Pd.
2
NIP.
196408181994031004
3
ABSTRAK
Bahroni. 2014. Pesan-pesan Keislaman dalam Trilogi Novel Negeri 5Menara Karya Ahmad Fuadi (Kajian Semiotik dan Semantik).Penelitian Rumpun Ilmu. Konsultan: Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag.
Kata kunci: keislaman, semiotik, semantik
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakahpesan tentang prinsip umum keislaman dalam trilogi novel Negeri 5Menara?; (2) bagaimanakah pesan tentang aqidah, ibadah, dan akhlakdalam trilogi novel Negeri 5 Menara?; dan (3) bagaimanakah pesantentang jihad dan dakwah dalam trilogi novel Negeri 5 Menara? Adapuntujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan danmenjelaskan pesan tentang prinsip umum keislaman dalam triloginovel Negeri 5 Menara?; (2) mendeskripsikan dan menjelaskan pesantentang aqidah, ibadah, dan akhlak dalam trilogi novel Negeri 5Menara?; dan (3) dan mendeskripsikan dan menjelaskan pesan tentangjihad dan dakwah dalam trilogi novel Negeri 5 Menara?
Sumber data dalam penelitian berupa dokumen yakni triloginovel N5M, R3W, dan R1M. Bentuk dan makna pesan-pesan keislamandideskripsikan dengan menelaah novel-novel tersebut dengan bantuanreferensi-referensi lain yang relevan dan opini publik yang berupatulisan-tulisan di media tentang tanggapan pembaca terhadap isitrilogi novel N5M. Teknik pengumpulan data dalam penelitian inimenggunakan teknik pustaka, yakni teknik pengambilan data dariberbagai sumber tertulis beserta konteks lingual yang mendukunganalisis data.
Pengolahan dan analisis data dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:(1) pengurutan data sesuai dengan masalah yang akan dijawab; (2) pembentukansatuan-satuan data dalam stiap urutannya sesuai dengan kemungkinan hubungancici kategorinya; (3) interpretasi nilai data sesuai dengan masalah yan akandijawab; (4) evaluasi tingkat kelayaan dan kelengkapan data dikaitkan denganrentang masalahnya. Evaluasi ini juga menyangkut penafsiran validitas data biladihubungkan dengan isi penjelasan yang diberikan. Berdasarkan hasil evaluasi inidapat ditentukan perlu tidaknya mencari data baru. Berdasarkan hasil analisis,selanjutnya dilakukan pendeskripsian, yakni penjelasan secara sistematis tentangfakta tertentu yang dihasilkan berdasarkan konsep dan cara kerja yang telahditetapkan.
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,pesan-pesan tentang prinsip umum keislaman dalam trilogi novelNegeri 5 Menara meliputi (1) prinsip Ketuhanan (Rabbaniyah),misalnya para ustadz di PM dalam mengajar hanya karena ibadah,karena melaksanakan perintah Allah; (2) prinsip kemanusiaan
4
(insaniyah) yang terdiri dari (a) ukhuwah (persaudaraan), misalnyaketika kawan-kawan Alif berkelahi, Amak memanfaatkan momentumitu untuk mendidik Alif tentang contoh-contoh perilaku yang termasukdalam nilai-nilai persaudaraan, misalnya mengucapkan salam danbersikap ramah terhadap sesama (tersenyum); (b) persamaan,misalnya ketika Alif kurang disiplin dalam mengikuti pelajaranKesenian, Amak memberi nilai tidak bagus, yakni nilai 5 meskipun Alifadalah anak kandungnya sendiri; (c) kebebasan, misalnya para santridi PM dibebaskan dalam mengikuti kegiatan pengembangan bakatmasing-masing santri. Demikian pula, para santri juga bebas membacabuku apa saja tetapi tentu dibatasi dengan aturan bahwa buku yangdibaca harus buku-buku yang bermanfaat; (3) prinsip universalitas(syumul), misalnya para mahasiswa ITB melengkapi ilmu tekniknyayang diperoleh melalui perkuliahan dengan ilmu keislaman dengancara mengadakan diskusi-diskusi di luar jam perkuliahan., (4) prinsipmoderat (al-wasthiyyah), misalnya ajaran keseimbangan antara ikhtiardan tawakal. Alif belajar secara sungguh-sungguh pada malam harimeskipun harus menahan rasa kantuknya. Sementara itu, Alif yangberdoa kepada Allah setelah belajar merupakan bentuk tawakal setelahberikhtiar secara maksimal; (5) prinsip kontekstual (Al-Waqi’iyyah):prinsip ajaran Islam yang bersifat kontekstual benar-benar ditemukandi PM yang direpresentasikan dengan sejumlah mata kegiatan yangdapat membekali para santri untuk menjalani kehidupan di tengah-tengah masyarakat baik sekarang maupun yang akan datang; (6)prinsip kejelasan (al-wudhuh): kejelasan dalam tujuan beragama yangutama, yakni hanya untuk beribadah dan mencari ridha Allah denganpenuh keikhlasan.
Kedua, pesan-pesan tentang aqidah, meliputi: beriman kepadaAllah SWT, beriman kepada Malaikat Allah, beriman kepada Kitab Allah,beriman kepada Rasul Allah, dan beriman kepada qodho dan qodarAllah. Pesan-pesan tentang ibadah mahdhoh meliputi: wudhu, adzan,shalat, membaca Alquran, dan puasa; ibadah ghoiru mahdhohmeliputi: berdoa, membaca/belajar, sedekah, beristighfar, danmengajar. Adapun pesan-pesan tentang akhlak meliputi: bersyukur,menjaga atau menundukkan pandangan, tawadhu’, berbakti kepadaorangtua (birrul walidain), meminta maaf dan memaafkan kesalahanorang lain, berprasangka baik (huznudzon), dan memuliakan tamu.
Ketiga, pesan-pesan tentang jihad adalah sebagai berikut: (1) jihad yangbermakna bersungguh-sungguh atau berjuang keras dalam menuntut ilmu. Dalamhal ini Alif ingin menjadi ulama yang intelek, maka ia bertekat meraihnya denganikhtiar maksimal yakni dengan belajar yang sunguh-sungguh dengan semboyanman jadda wajada; (2) jihad yang lebih ditekankan pada semangat berhijrah
5
dalam rangka meraih cita-cita. Amak sangat menginginkan anaknya (Alif)menjadi pendakwah dalam pengertian amar ma’ruf nahi munkar, yakni mengajakorang untuk senantiasa berbuat baik dan meninggalkan perilaku yang jahat.Adapun pesan-pesan tentang dakwah sebagai berikut: (1) dakwah bil-lisan: ketikaliburan para santri PM menjalankan amanah Kiai Rais dan melaksanakan ajaranNabi Muhammad, yakni mengamalkan sabda Nabi saw: Ballighu anni walauaayah, sampaikanlah sesuatu dariku, walau hanya sepotong ayat; (2) dakwah bil-hal, yakni dengan berkarya secara nyata atau melakukan suatu perbuatan atausikap tertentu dengan berpegang teguh pada prinsip dari agama yang diyakinikebenarannya meskipun berbeda dengan sikap atau pendapat orang yang berada dilingkungannya. Dalam hal ini, Amak menolak dan memprotes sikap sebagianbesar guru di tempat mengajarnya dimana para guru bersepakat untukmelonggarkan pengawasan ujian dan membantu siswa dalam mengerjakan soalujian Ebtanas.
6
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
Jl. Tentara Pelajar No.2 Telp. (0298) 323706, Fax 3233433
Salatiga 50721
http://www.stainsalatiga.ac.id e-mail:[email protected]
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : PESAN-PESAN KEISLAMAN DALAM TRILOGI NOVEL
NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI
(Kajian Semiotik dan Semantik)
Peneliti : Drs. Bahroni, M.Pd.
NIP : 196408181994031004
Jenis Penelitian : Penelitian Rumpun Ilmu
Tema : Keislaman dan Bahasa
Salatiga, 22 Desember
2014
Konsultan Kepala P3M
Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. Mufiq, S.Ag, M.Phil
NIP. 196806131994031004 NIP.
196906171996031004
7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT dan kontribusi dari
berbagai pihak, penyusunan laporan penelitian unggulan judul ”PESAN-
PESAN DALAM TRILOGI NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD
FUADI (Kajian Semiotik dan Semantik) ” dapat terselesaikan
dengan baik.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan
rujukan dalam upaya memperkaya khazanah ilmu pengetahuan,
terutama dalam bidang kajian sastra yang dikaitkan dengan pesan-
pesan keislaman.
Peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif
dari berbagai pihak terhadap kekurangan-kekurangan dalam penelitian
in untuk perbaikan karya-karya peneliti di masa-masa mendatang.
Akhirnya, semua kebenaran mutlak dan kesempurnaan hanyalah
milik Allah, segala kekurangan dan kesalahan tentu dari peneliti
sebagai manusia biasa. Mudah-mudahan karya yang jauh dari
kesempurnaan ini ada manfaatnya. Amin.
Salatiga, 22 Desember
2014
8
Peneliti
Drs. Bahroni, M.Pd.
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ___i
PERNYATAAN KEASLIAN ___ ii
ABSTRAK ___ iii
LEMBAR PENGESAHAN ___ v
KATA PENGANTAR ___ vi
DAFTAR ISI ___vii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ___1
B. Rumusan Masalah ___5
C. Tujuan Penelitian ___ 5
D. Manfaat Penelitian ___5
E. Metode Penelitian ___ 7
1. Pendekatan dan Strategi Penelitian ___ 7
2. Data dan Sumber Data Penelitian ___ 7
3. Teknik Pengumpulan Data ___8
4. Validitas Data ___ 8
5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ___8
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Ajaran Islam ___ 10
B. Semiotik ___ 14
C. Semantik ___ 26
10
D. Pesan Agama dalam Karya Sastra ___ 37
BAB III :BENTUK DAN MAKNA PESAN-PESAN TENTANG PRINSIP UMUM
KEISLAMAN
A. Prinsip Ketuhanan (Rabbaniyah) ___ 38B. Prinsip Kemanusian (Al-Insaniyah) ___ 39
C. Prinsip Universalitas (Syumul) ___ 45
D. Prinsip Moderat (Al-Wasthiyyah) ___ 46
E. Prinsip Kontekstual (Al-Waqi’iyyah) ___ 48
F. Prinsip Kejelasan (Al-Wudhuh) ___ 50
BAB IV : BENTUK DAN MAKNA PESAN-PESAN TENTANG AQIDAH
A. Beriman kepada Allah SWT. ___ 51B. Beriman kepada Malaikat Allah ___ 52C. Beriman kepada Kitab Allah ___ 53D. Beriman kepada Rasul Allah ___ 53E. Beriman kepada Qodho dan Qodar Allah ___ 54
BAB V : BENTUK DAN MAKNA PESAN-PESAN TENTANG IBADAH
A. Wudhu ___ 57B. Adzan ___ 57C. Shalat ___ 58D. Membaca Alquran ___ 59E. Berpuasa ___ 62F. Berdoa ___ 64G. Membaca/belajar ___ 66
H. Bersedekah ___ 68
I. Beristighfar ___ 70
J. Mengajar ___ 73
BAB VI : BENTUK DAN MAKNA PESAN-PESAN TENTANG AKHLAK
A. Bersyukur ___ 77B. Menjaga Pandangan ___ 80
11
C. Tawadhu’ ___ 82
D. Berbakti kepada Orangtua (Birrul Walidain) ___ 84
E. Meminta Maaf dan Memaafkan Kesalahan Orang Lain __87F. Berprasangka Baik (Huznudzon) ___ 89G. Memuliakan Tamu ___ 90
BAB VII : BENTUK DAN MAKNA PESAN-PESAN TENTANG JIHAD
DAN DAKWAH
A. Jihad ___ 93B. Dakwah ___ 97
BAB VIII : PENUTUP
A. Kesimpulan ___ 101
B. Saran ___ 103
DAFTAR PUSTAKA ___ 105
LAMPIRAN-LAMPIRAN ___108
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semua ummat Islam diwajibkan untuk menyampaikan
pesan-pesan keislaman (berdakwah), dimulai kepada diri
sendiri, keluarga, dan masyarakat luas. Penyampaian pesan-
12
pesan keislaman dapat dilakukan dengan berbagai strategi
sebagai berikut.
Pertama, dakwah fardiah, yakni strategi dakwah yang
dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau
kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan
terbatas. Biasanya dakwah fardiah terjadi tanpa persiapan
yang matang dan tersusun secara tertib. Termasuk kategori
dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran,
anjuran memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat
mengunjungi orang sakit, pada waktu ada acara tahniah
(ucapan selamat), dan pada waktu upacara kelahiran
(tasmiyah).
Kedua, dakwah ‘ammah, merupakan strategi dakwah
yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang
ditujukan kepada orang banyak dengan maksud
menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai
biasanya berbentuk khotbah (pidato). Dakwah ‘ammah ini
kalau ditinjau dari segi subjeknya, ada yang dilakukan oleh
perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu
yang berkecimpung dalam soal-soal dakwah.
Ketiga, dakwah bil-lisan yakni penyampaian informasi
atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi
langsung antara subjek dan objek dakwah). Strategi ini akan
13
efektif bila penyampaiannya bertepatan dengan hari ibadah
seperti khutbah Jumat atau khutbah hari raya, kajian yang
disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian
terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan
hadirin.
Keempat, dakwah bil-haal, yakni strategi dakwah yang
mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini dimaksudkan agar
si penerima dakwah mengikuti jejak dan hal ikhwal dari
pendakwah. Strtegi dakwah ini biasanya lebih efektif dan
mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima
dakwah. Pada saat pertama kali Rasulullah saw tiba di kota
Madinah, beliau mencontohkan dakwah bil-haal ini dengan
mendirikan Masjid Quba dan mempersatukan kaum Anshor
dan kaum Muhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.
Kelima, dakwah bit-tadwin, yakni strategi strategi
dakwah melalui tulisan, baik dengan menerbitkan kitab-kitab,
majalah, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan-
pesan keislaman, termasuk penulisan novel-novel islami.
Keuntungan dakwah dengan strategi ini materi dakwah tidak
menjadi musnah meskipun sang pendakwah atau penulisnya
sudah wafat. (http://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah, diakses
pada 21 Desember 2014). Menyangkut dakwah dengan
tulisan ini Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tinta para
14
ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada".
Tentunya, tinta para sastrawan yang menulis novel yang
mengandung pesan-pesan keislaman juga termasuk kedalam
makna sabda Rasulullah saw tersebut.
Oleh karena biasanya para pembeca novel itu atas
kemauan sendiri, maka pesan-pesan keislaman yang diserap
dari bacaan novel itu lebih menyentuh hatinya. Hal yang
demikian ini terjadi karena para pembaca novel tidak merasa
digurui oleh penyampai pesan keislaman (penulis). Agaknya
strategi dakwah ini dapat dikategorikan sebagai dakwah bil
hikmah yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif
bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa
sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan dakwah
atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan
maupun konflik. Dengan kata lain, penyampaian pesan-pesan
keislaman melalui novel merupakan suatu strategi
komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.
Sebagai salah satu jenis karya sastra, novel menarik
untuk dikaji. Kehadirannya dimaksudkan untuk
menyampaikan pesan-pesan kebaikan kepada masyarakat,
baik yang berhubungan dengan aspek politik, sosial, budaya,
pendidikan, kemanusiaan, maupun agama. Pengarang
mengkreasi novel sebagai salah satu solusi alternatif untuk
15
merespon permasalahan yang muncul mengingat novel erat
kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai
dengan pendapat Teeuw (1988:20) bahwa novel sebagai salah
satu jenis karya sastra diciptakan tidak dalam keadaan
kekosongan budaya.
Dewasa ini, kesadaran akan pentingnya penyebaran
pesan-pesan keislaman melalui penciptaan novel semakin
meningkat yang ditandai dengan terbitnya novel-novel
inspiratif karya penulis-penulis muda berbakat. Misalnya,
Trilogi novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi, 99 Cahaya
di Langit Eropa karya Hanum Salsabila Rais dan Rangga
Almahendra, Kemuning Senja di Beranda Mekah karya Abu
Umar Basyir, Dalam Mihrab Cinta karya Habirrahman El-
Shirazy, Di Jamuan Cinta-Mu di Arafah karya Ratna Januarita,
Jangan Biarkan Surau ini Roboh karya Taufiqurrahman Al-Azizy,
Kutemukan Engkau dalam Sujudku karya Rizma Nurani, dan
masih banyak lagi novel-novel sejenis.
Sebelum hadirnya novel-novel islami sebagaimana
tersebut di atas, masyarakat banyak disuguhi sajian jenis-
jenis novel yang kurang mendidik karena banyak yang
mengangkat tema konflik rumah tangga, perselingkuhan, dan
pergaulan bebas para remaja. Oleh sebab itu, hadirnya novel-
novel islami tersebut dinilai banyak memberikan pencerahan
16
bagi masyarakat. Dengan membaca novel-novel islami
tersebut, masyarakat banyak yang mengalami perubahan ke
arah kebaikan karena tersentuh pesan-pesan keislaman yang
ada di dalam novel-novel tersebut.
Trilogi novel Negeri 5 Menara yang terdiri dari (1) Negeri
5 Menara/N5M (2009), (2) Ranah 3 Warna/R3W (2011), dan (3)
Rantau 1 Muara/R1M (2013) karya Ahmad Fuadi dengan latar
cerita masyarakat Sumatera Barat yang terkenal religius-
tradisional dan Pondok Modern Gontor yang terkenal religius-
modern merupakan novel yang patut diapresiasi, dibaca, dan
diteliti agar pesan-pesan keislaman yang terkandung di
dalamnya lebih tersebar luas di masyarakat.
Untuk itulah, penelitian dengan judul Pesan-pesan
Keislaman dalam trilogi novel N5M karya Ahmad Fuadi (Kajian
Bentuk dan Makna) layak untuk dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pesan tentang prinsip umum keislaman
dalam trilogi novel Negeri 5 Menara?
2. Bagaimanakah pesan tentang aqidah, ibadah, dan akhlak
dalam trilogi novel Negeri 5 Menara?
17
3. Bagaimanakah pesan tentang jihad dan dakwah dalam
trilogi novel Negeri 5 Menara?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan dan menjelaskan pesan tentang prinsip
umum keislaman dalam trilogi novel Negeri 5 Menara?
2. Mendeskripsikan dan menjelaskan pesan tentang aqidah,
ibadah, dan akhlak dalam trilogi novel Negeri 5 Menara?
3. Mendeskripsikan dan menjelaskan pesan tentang jihad dan
dakwah dalam trilogi novel Negeri 5 Menara?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
khazanah ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang kajian
bentuk dan makna yang terkait dengan pesan-pesan
keislaman.
2. Manfaat Praktis.
a. Bagi Dunia Pendidikan
Makna pesan-pesan keislaman yang dideskripsikan dan
dijelaskan dalam penelitian ini diharapkan dapat:
1) Menjadi materi pengayaan bagi para guru agama
Islam dalam menyampaikan ajaran Islam kepada
peserta didiknya
18
2) Menjadi bahan pertimbangan bagi para guru Bahasa
dan Sastra Indonesia dalam memilih bahan bacaan
yang berupa novel, agar novel yang disarankan untuk
dibaca para peserta didik yang beragama Islam
(mayoritas) adalah novel-novel yang mengandung
pesan-pesan keislaman, mengingkat pentingnya
internalisasi nilai-nilai keislaman bagi pembetukan
generasi muslim-muslimah yang shalih-shalihah dan
unggul.
b. Bagi Masyarakat
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
apresiasi yang mendalam terhadap karya sastra
Indonesia kontemporer, khususnya trilogi novel
Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi yang
mengandung pesan-pesan keislaman.
2) Dengan mengetahui dan mengamalkan pesan-pesan
keislaman yang terdapat dalam trilogi novel Negeri 5
Menara diharapkan masyarakat dapat meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan
peduli pada sesamanya.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Strategi Penelitian
19
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-
deskriptif, yakni bertujuan untuk mengungkapkan berbagai
informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang teliti dan
penuh nuansa untuk menggambarkan secara cermat sifat-
sifat suatu hal, keadaan, fenomena, dan tidak terbatas
pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisis dan
interpretasi data tersebut (Sutopo, 2002:111). Penelitian ini
berusaha mendeskripsikan secara kualitatif bentuk dan
makna pesan-pesan keislaman dalam aspek aqidah,
ibadah, dan akhlak/muamalah.
2. Data dan Sumber Data Penelitian
a. Data Penelitian
Data penelitian kebahasaan adalah fenomena
lingual khusus yang berkaitan langsung dengan masalah
penelitian (Sudaryanto, 2002:5-6). Data penelitian ini
berupa data kebahasaan, yakni pemakaian bentuk-
bentuk kata, frasa, kalimat, paragraf, idiom, dan tanda-
tanda linguistik lain yang dapat dikamaknai secara
semantik maupun semiotik.
b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian berupa dokumen yakni
trilogi novel N5M, R3W, dan R1M. Bentuk dan makna
pesan-pesan keislaman dideskripsikan dengan menelaah
20
novel-novel tersebut dengan bantuan referensi-referensi
lain yang relevan dan opini publik yang berupa tulisan-
tulisan di media tentang tanggapan pembaca terhadap
isi trilogi novel N5M.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan teknik pustaka, yakni teknik pengambilan
data dari berbagai sumber tertulis beserta konteks
lingual yang mendukung analisis data. Berbagai tulisan
dipilih yang mencerminkan pemakaian potensi bahasa
yang khas (Subroto,1992:42).
4. Validitas Data
Agar data yang diperoleh dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah dan dapat menjadi landasan
dalam penarikan kesimpulan, maka sebelum informasi
dijadikan data penelitian perlu dicermati validitas dan
reliabiltasnya. Untuk menjamin keabsahan dan
kredibilitas data penelitian, digunakan tekni trianggulasi,
yang lazim dipakai dalam penelitian kualitatif.
5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) pengurutan data sesuai dengan masalah
yang akan dijawab; (2) pembentukan satuan-satuan data
21
dalam stiap urutannya sesuai dengan kemungkinan
hubungan cici kategorinya; (3) interpretasi nilai data
sesuai dengan masalah yan akan dijawab; (4) evaluasi
tingkat kelayaan dan kelengkapan data dikaitkan dengan
rentang masalahnya. Evaluasi ini juga menyangkut
penafsiran validitas data bila dihubungkan dengan isi
penjelasan yang diberikan. Berdasarkan hasil evaluasi ini
dapat ditentukan perlu tidaknya mencari data baru.
Berdasarkan hasil analisis, selanjutnya dilakukan
pendeskripsian, yakni penjelasan secara sistematis
tentang fakta tertentu yang dihasilkan berdasarkan
konsep dan cara kerja yang telah ditetapkan (Aminuddin,
1995:67).
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Ajaran Islam
Menurut Nurdin, dkk (1995) Islam berasal dari kata
aslama yuslimu yang berarti tunduk, menyerah, patuh, dan
damai. Secara etimologis, Islam adalah agama yang
diturunkan Allah kepada manusia yang ajaran-ajarannya
disampaikan lewat rasul-Nya (utusan-Nya). Jadi, Islam adalah
agama samawi yang diturunkan Allah kepada manusia dan
ajaran-ajarannya disampaikan oleh rasul yang berakhir dengan
Nabi Muhammad saw.
Senada dengan pendapat di atas, Suryana, dkk (1996)
menyatakan bahwa secara bahasa Islam berasal dari kata
aslama yang berarti tunduk, patuh, dan berserah diri. Secara
etimologis, Islam adalah nama agama wahyu yang diturunkan
Allah kepada rasul-rasul-Nya yang berisi aturan-aturan yang
mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan alam. Islam dalam
pengertian ini adalah amanat yang dibawa oleh rasul sejak
Nabi Adam as sampai dengan Nabi Muhammad saw.
Takariawan, dkk (2003: 79) menjelaskan tentang
pengertian Islam. Ditinjau dari asal katanya, istilah Islam
23
berasal dari bahasa Arab, yakni aslama-yuslimu yang artinya
menyerahkan. Kata tersebut bentukan dari salima, yang
berarti selamat. Dari kata itu pula lahir kata-kata baru seperti
istislam (menyerahkan diri), salaam (sejahtera), silm (damai),
dan sullam (tangga). Secara terminologis, Islam adalah
ketundukan kepada wahyu Allah yang diturunkan kepada para
nabi dan rasul, khususnya Nabi Muhammad SAW., sebagai
hukum atau aturan Allah yang membimbing manusia ke jalan
yang lurus menuju kebahagiaan dunia-akhirat.
Nama agama pada umumnya berasal atau bersandarkan
nama penyeru atau nama asal munculnya. Misalnya, Budha
diambil dari nama pencetusnya, yaitu Budha (Sidharta
Gautama), Kristen dari Kristus atau nama lainnya Nasrani
(karena Yesus lahir di daerah Nazaret). Adapun nama Islam
adalah pemberian langsung dari Allah, yakni dienul Islam
(Takariawan, dkk., 2003:79).
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapatlah
disimpulkan bahwa Islam adalah agama samawi yang
diturunkan Allah melalui rasul-Nya yang berisi ajaran-ajaran
mulia untuk disampaikan kepada manusia. Ajaran-ajaran
tersebut berisi aturan-aturan yang mengatur hubungan antara
manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia
dengan alam.
24
Takariawan, dkk., (2003:81) menjelaskan bahwa Islam
memiliki karakteristik, di antaranya:
1. Rabbaniyah (ketuhanan)
Rabbaniyah (ketuhanan) adalah berorientasi kepada
Allah dalam segala aspeknya. Orientasi tersebut meliputi:
(1) rabbaniyah ghayah wa mijhah (orientasi ketuhanan
dalam tujuan dan sudut pandang), yakni bahwa Islam
menjadikan tujuan akhir dan sasarannya jauh ke depan,
yaitu menjaga hubungan dengan Allah secara baik demi
mencapai ridha-Nya. (2) rabbaniyah masdar wa manhaj
(orientasi ketuhanan dalam sumber hukum dan sistem),
yakni bahwa sistem yang telah ditetapkan oleh Islam guna
mencapai sasaran dan tujuan itu adalah sistem rabbani
yang murni, yang berasal dari Allah.
2. Al-insaniyah (kemanusiaan)
Selain berorientasi ketuhanan, ternyata Islam adalah
ajaran yang sangat manusiawi. Islam itu istimewa dengan
kecenderungan kemanusiaannya yang jelas, tetap, dan asli
dalam akidah, syariat, dan akhlak. Buah dari insaniyah
dalam Islam adalah ukhuwah (persaudaraan), persamaan,
dan kebebasan. Prinsip persaudaraan dalam Islam adalah
karena berasal dari satu keturunan, yaitu Adam dan Hawa.
Di samping itu, dasar keimanan merupakan bagian dari
25
dasar persaudaraan yang mengikat kaum muslimin di
manapun berada.
3. Syumul (universal)
Risalah Islam adalah risalah yang panjang terbentang
sehingga meliputi semua abad sepanjang zaman,
terbentang luas sehingga meliputi semua cakrawala umat,
dan begitu mendalam sehingga memuat urusan-urusan
dunia-akhirat. Risalah Islam memuat risalah sampai akhir
zaman, risalah bagi alam semesta, dan risalah untuk segala
sektor kehidupan.
4. Al-Wasthiyyah (moderat)
Moderat atau tawazun (keseimbangan) meliputi
keseimbangan di antara dua jalan atau dua arah yang saling
berhadapan atau bertentangan yang salah satu dari dua
jalan tersebut tidak bisa berpengaruh dengan sendirinya
dan mengabaikan yang lain. Contohnya individu dengan
kolektif, kontekstual dengan idealisme, konsisten dengan
perubahan. Modert dalam Islam meliputi moderat dalam
ideologi, moderat di antara rasionalis dan naturalis, moderat
dalam memperlakukan nabi, moderat dalam meletakkan
akal dan wahyu/ilham, moderat dalam sisi ketuhanan dan
kemanusiaan beribadah, dan moderat di antara orientasi
dunia-akhirat.
26
5. Al-Waqi’iyyah (kontekstual)
Islam adalah serangkaian kalam Allah yang abadi
bagi manusia. Allah menjamin Islam sebagai ajaran yang
sesuai dengan kondisi manusia di mana saja, kapan saja,
dan bagi siapa saja. Kontekstual dalam Islam meliputi
kontekstual dalam akidah, kontekstual dalam ibadah,
kontekstual dalam akhlak, dan kontekstual dalam syariat.
6. Al-Wudhuh (jelas)
Islam adalah risalah yang jelas, baik berhubungan
dengan asas-asanya, sumber hukumnya, sasaran dan
tujuan, maupun kejelasan sistem dan jalan penyelesaiannya.
Kejelasan dalam Islam meliputi kejelasan dalam ibadah,
kejelasan dalam akhlak/ adab, kejelasan dalam hukum,
kejelasan dalam tujuan beragama, serta kejelasan sistem
dan jalan penyelesaian masalah.
Darajat, dkk (1984) menyatakan bahwa sumber ajaran
Islam berasal dari Alquran dan hadis, serta terdiri dari akidah
yang merupakan akar yang menunjang kokohnya batang di
atas permukaan bumi, syariat merupakan batang yang berdiri
kokoh di atas akar, dan akhlak yang merupakan buah dari akar
dan batang. Akidah berkaitan dengan kepercayaan dan
keimanan seseorang kepada Allah. Syariat berhubungan
dengan masalah hukum dan norma yang mengatur manusia
27
dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam. Syariat terdiri dari
ibadah dan muamalah. Sedangkan akhlak berkaitan dengan
perilaku manusia.
B. Semiotik
1. Pengertian Semiotik
Larsen (2009:1) menulis satu kalimat cukup panjang
yang penuh makna. Kalimat itu berbunyi, “Sebagai manusia,
kita bisa menentukan untuk tidak makan atau tidak minum,
tidak berkomunikasi, atau bahkan mungkin untuk tidak
hidup; tetapi, di sepanjang hidup kita, kita tidak dapat
memilih untuk tidak menyampaikan makna ke dunia
sekeliling kita.” Artinya, dalam menjalani kehidupan ini
sebenarnya kita diberi kebebasan oleh Allah untuk berbuat
apa pun.
Namun demikian, kita harus ingat bahwa kita tidak
dapat bebas atau melepaskan diri dari pemaknaan orang
lain terhadap apa yang telah kita perbuat. Dalam perspektif
Islam, semua perbuatan kita, baik atau buruk, tidak hanya
dimaknai oleh orang lain, tetapi juga senantiasa dicatat oleh
Malaikat Pencatat Amal dan sekecil apa pun perbuatan kita
itu, pasti berdampak pada yang berbuat, baik di dunia ini
maupun di akhirat kelak.
28
Menurut Larsen dalam Baryadi (2007:46), semiotik
berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti tanda.
Semiotik berarti ilmu yang mempelajari tentang tanda, baik
struktur maupun proses tanda. Istilah lain dari semiotik
adalah semiologi. Kedua istilah tersebut tidak mengandung
perbedaan konseptual. Perbedaannya terutama terletak
pada wilayah pemakaiannya, yaitu semiotik yang pada
mulanya digunakan oleh Charles Sanders Peirce lebih lazim
dipakai di dunia Anglo-Sakson, sedangkan semiologi yang
pada awalnya digunakan oleh Ferdinand de Saussure lebih
lazim di Eropa Koninental. Agaknya perbedaan penggunaan
dua istilah tersebut juga dipengaruhi oleh latar belakang
keilmuan dua tokoh tersebut. Peirce (1834 – 1914,
berkebangsaan Amerika Serikat, berbahasa Inggris) yang
lebih suka menggunakan istilah semitik merupakan seorang
ahli filsafat dan logika, sedangkan Saussure (1857 – 1913,
berkebangsaan Swiss, berbahasa Prancis) yang lebih suka
menggunakan istilah semiologi merupakan seorang
peneliti/ilmuwan bahasa (linguis), pelopor linguitik modern.
Dalam pengertian yang luas, semiotik adalah studi
kegiatan kegiatan manusia yang mendasar yaitu
menciptakan makna. Atau, studi tentang tetanda (tanda-
tanda) yang bermakna. Tetanda adalah segala corak atau
29
tipe unsur—verbal , nonverbal, natural, artifisial—yang
membawa makna. Dengan kata lain, semiotik adalah studi
tentang berbagai struktur tanda dan aneka proses tanda.
Ada dua jenis pendapat mengenai hakikat tanda. Pendapat
pertama dikenal sebagai pendapat formal. Pendapat ini
ditokohi oleh Saussure. Pengertian tanda bertitik tolak dari
pengertian tanda bahasa, kemudian hal itu diterapkan untuk
tanda yang lain. Pendapat ini, sesuai dengan namanya, lebih
mementingkan ciri-ciri formal tanda. Oleh karena itu,
pendapat ini disebut aliran strukturalisme. Pendapat kedua
berasal dari aliran pragmatis. Pelopor aliran ini adalah
Peirce, yang berpendapat bahwa hakikat tanda itu tidak
hanya terletak pada struktur internalnya, tetapi juga
penggunaannya (Larsen, 1994:3824).
Sebagai disiplin khusus, semiotik terus dikembangkan
sehingga menjadi studi tentang tetanda yang berfungsi di
dunia kegiatan manusia. Dalam hal ini, semiotik mengkaji
tiga masalah mendasar. Pertama, bagaimana dunia yang
mengelilingi kita itu disusun melalui tetanda sebagai
lingkungan yang manusiawi karena persepsi dan pengertian
kita terhadapnya itu. Kedua, bagaimana dunia ini di-kode-
kan atau di-sandi-kan dan di-dekode-kan atau di-sandi-kan
kembali. Dengan demikian, menjadi sebuah ”ranah kultural
30
khusus” yang terdiri atas jejaring tetanda. Ketiga,
bagaimana kita ”berkomunikasi” dan ”bertindak” melalui
tetanda agar ranah ini menjadi dunia kultural yang
diikutsertakan secara kolektif (Larsen, 2009:2).
2. Jenis-jenis Tanda
Dilihat dari sifat hubungannya, kadang tanda itu
mirip dengan yang ditandai, maka tanda yang semacam ini
disebut ikon (icon), hubungannya bersifat ikonik (iconic),
misalnya patung, foto, peta, denah, karikatur, dan
sebagainya. Jika antara tanda dengan yang ditandai ada
kedekatan eksistensi, maka tanda semacam ini disebut
indeks (index), hubungannya bersifat indeksikal (indexical),
misalnya asap sebagai tanda ada api; panah sebagai tanda
arah kiblat; mak tekluk sebagai tanda mengantuk, dan
sebagainya. Selanjutnya, jika antara tanda dengan yang
ditandai merupakan kesepakatan/konvensional maka
disebut simbol (symbol), hubungannya bersifat simbolik
(symbolic), misalnya jilbab sebagai tanda kemuslimahan
seseorang; blankon sebagai tanda orang Jawa; dan
sebagainya.
Dengan kata lain, konsep ikon memiliki pasangan
ganda, yaitu “indeks” dan “simbol”. Konsep yang triadik itu
dimunculkan oleh Pierce untuk mengidentifikasi sifat
31
dominan hubungan antara tanda dengan objek yang
ditandai atau teracunya. Hubungan antara tanda dan yang
ditandai dapat menampakkan kemiripan; artinya tanda mirip
dengan objek yang ditandai. Oleh karena itu, tanda yang
dimaksud “bertindak” mewakili dengan modus kemiripan
terhadap objek objek yang ditandai itu. Tanda yang
demikian itu disebut ikon dan tentu saja bersifat ikonik. Hubungan antara tanda dengan objek yang ditandai
atau teracunya dapat pula menampakkan diri “karena ada
kedekatan eksistensi”. Artinya, keberadaan tanda itu
“sinambung” dengan yang ditandai, meskipun menurut
kesadaran pemakainya keduanya berbeda. Oleh karena itu,
tanda yang dimaksud menjadi pengacu bagi si objek yang
ditandai. Tanda yang demikian itu disebut indeks dan tentu
saja bersifat indeksikal.Akhirnya, hubungan antara tanda dengan objek yang
ditandai atau teracunya dapat pula tidak mirip dan tidak
mengacu sebagaimana dimaksudkan pada tanda ikon dan
indeks. Tanda yang dimaksud berstatus tanda bagi objek
yang ditandai semata-mata karena pemakai sengaja men-
status-kan apa yang menjadi tanda itu sebagai tanda tanpa
memperhitungkan kadar kemiripannya atau tanpa
mempertimbangkan kadar kedekatan eksistensinya. Pada
dirinya, yang distatuskan sebagai tanda itu tidak memiliki
32
potensi mirip atau “sinambung” dengan objek teracunya.
Sesuatu itu berstatus sebagai tanda semata-mata karena
dikaidahkan atau ditentukan serta saling disetujui antar
pemakainya. Jadi, merupakan konvensi dan konsesus yang
status “ke-wakil-an” dan pengacunya diperoleh karena
ditentukan bersama secara arbitrer. Tanda yang demikian itu
disebut simbol dan tentu saja bersifat simbolik. Patut dicatat, meskipun tanda itu ada tiga macam,
akan tetapi terasumsikan tidak ada tanda yang sepenuhnya
bersifat ikonik, sepenuhnya bersifat indeksikal, sepenuhnya
bersifat simbolik. Di dalam satu sifat terkandung pula salah
satu atau kedua sifat yang lain.
Dari ketiga jenis tanda tersebut, ikon merupakan
tanda yang utama karena berkaitan dengan proses
mewujudkan fungsi tanda. Dengan ikon, fungsi tanda dapat
diwujudkan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu,
uraian tentang tanda semiotik berikut ini akan difokuskan
pada ikon.
Kata ikon berasal dari bahasa Latin, yaitu icon yang
berarti ’arca, patung, atau gambar’. Kata ikon selanjutnya
dipakai oleh Peirce sebagai istilah dalam semiotik, yaitu
untuk menyebut jenis tanda --sebagaimana telah disebut di
atas--yang penandanya memiliki hubungan kemiripan
33
dengan objek yang diacunya. Atau, tanda yang bentuk
fisiknya memilki kaitan erat dengan sifat khas dari apa yang
diacunya (Sudaryanto dalam Baryadi, 2007:1).
Frasa ”kaitan yang erat” dalam definisi di atas, berart
”mirip” atau ”mencerminkan”, dan frasa ”apa yang
diacunya” berarti realitas, isi tuturan, isi wacana, atau
situasi. Oleh karena itu, pengertian ikon dalam linguistik
dapat diformulasikan dengan lebih jelas, yaitu satuan
bahasa yang bentuknya mirip dengan realitas yang
diacunya atau satuan bahasa yang bentuknya
mencerminkan realitas yang diacunya.
Dalam dunia pendidikan terutama yang terkait dengan
ilmu bahasa, kajian yang terpenting mengenai ikon adalah
mengenai ikon verbal atau bahasa yang ikonik. Oleh karena
itu, bahasan berikut ini lebih ditujukan pada berbagai hal
yang terkait dengan ikon verbal tersebut.
3. Nilai-nilai dalam Ikon Verbal
Menurut Sudaryanto (2008:31), nilai adalah kekuatan,
setidak-tidaknya dalam perspektif kelestarian dan
pelestarian identitas. Sebagai kekuatan, nilai menghasilkan,
mengakibatkan, dan mendampakkan pula kekuatan.
Ungkapan-ungkapan “ada nilai x-nya”, “memiliki nilai plus”,
34
“mengembangkan nilai-nilai”, “mengorbankan nilai x”—nilai
apa pun—terkait dengan fakta nilai semacam itu. Apabila pokok bahasan yang dipaparkan adalah
mengenai nilai ikon, hal itu berarti bahwa yang dibicarakan
adalah kekuatan yang dimiliki oleh ikon. Dalam hal ini,
khususnya ikon verbal, ikon yang bersifat kebahasaan, yang
tidak lain juga bahasa itu sendiri. Adapun macam nilai yang
dimaksud meliputi antara lain nilai kebenaran, keindahan,
dan kebaikan.Ikon merupakan istilah dalam disiplin semiotik. Dalam
kajian semiotik, pemaparan tentang bahasa dan tanda
menjadi hal yang sangat penting. Hal ini dimaksudkan agar
posisi dan peran ikon tampak jelas.
Dalam wacana linguistik, bahasa merupakan sistem
simbol bunyi bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh
alat ucap), yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang
dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok
manusia untuk melahirkan pikiran dan perasaan (Wibowo,
2001:3).
Bahasa merupakan sesuatu yang maujud atau entitas
yang berwujud kata, frasa, kalimat, alinea, wacana, atau
satuan lingual lain yang lebih kecil, mula-mula ialah dengan
cara diucapkan. Dengan demikian, bahasa dikenal karena
terdengar(kan). Adapun fungsi, peran, tugas, atau
35
manfaatnya ialah untuk meng-anu-kan apa pun, segala hal,
yang memang dapat di-anu-kan. Meng-anu-kan yang
dimaksud adalah kinerja manusia pencipta, pemilik, dan
pemakai bahasa. Meng-anu-kan itu identitasnya bermacam-
macam. Secara acak, berikut merupakan sebagian kecil dari
kinerja meng-anu-kan yang dimaksud: mendakwahkan,
menyantuni, mendoakan, menamakan, menetapkan,
mengatakan, menyatakan, memerinci, mengulas,
merumuskan, menawar, menggertak, membantah,
menyepakati, mengakses, menjanjikan, menyarankan,
mengivestigasi, meminta, menceritakan, menjelaskan,
mempersoalkan; mengumpat, mengakui, membual; dan
masih banyak lagi lainnya (Sudaryanto , 2008). Sebagaimana bentuk kinerja, yang bila dicatat secara
saksama ada bermacam-macam itu, satu sama lain saling
menghubungkan secara spektral dan prismatik. Dikatakan
sebagai hubungan “spektral” jika yang melaksanakan kinerja
itu berbagai jenis satu lingual (linguistic unit), yang
rinciannya ialah (1) menyebut: dengan kata; (2) menentukan:
dengan frasa; (3) menguraikan: dengan kalimat; (4)
menerangkan atau menjelaskan: dengan alinea; dan (5)
menceritakan: dengan wacana. Dikatakan “prismatik”, jika
yang melaksanakan kinerja itu satu jenis satuan lingual yang
36
sama dengan wujud yang berbeda, misalnya: (1) mengajak,
membujuk, merayu; (2) memungkiri, mengingkari, berkelit;
(3) mengiyakan, menyetujui, menyepakati, menerima; (4)
menguraikan, mempaparkan, membeberkan. Kinerja yang
spektral dan prismatik yang bermacam-macam itu dapat
disebut “tindakan membahasakan” (Sudaryanto , 2008).Dengan demikian, secara singkat dapat dikatakan
bahwa bahasa itu berfungsi membahasakan apa pun yang
memang dapat dibahasakan. Dengan tujuan untuk:
mengomunikasikan apa pun yang yang memang dapat
dikomunikaskan; menarasikan apa pun yang memang dapat
dinarasikan; mendeskripsikan apa pun yang memang adapat
dideskripsikan; memaparkan apa pun yang memang dapat
dipaparkan; dan seterusnya.Dalam kaitannya dengan fungsi atau kegunaannya,
bahasa yang adanya dengan diucapkan itu, keadannya sama
dengan entitas lain, sama-sama memiliki kegunaannya
masing-masing. Entitas yang dimaksud antara lain lukisan,
patung, klakson, kentongan, bendera, bagian tubuh tertentu
yang digerakkan, pakaian, rambu-rambu, dan yang lain, yang
pada umumnya ditangkap oleh indera pendengar atau
penglihat.Lukisan yang adanya dengan kuas bercat yang
disapukan pada kanvas (dan sejenisnya), berguna untuk
37
melukiskan apa pun yang dapat dilukiskan.Patung yang
adanya dengan dipahat berguna untuk mematungkan apa
pun yang dapat dipatungkan (orang, binatang, benda-benda
tertentu lainnya). Klakson yang dibunyikan dengan dipencet
atau ditiup berguna untuk menyatakan dengan klakson apa-
apa yang dapat di-klakson-kan (dinyatakan dengan bunyi
klakson: peringatan, panggilan, dan sebagainya). Kentongan
yang dibunyikan dengan dipukul berguna untuk menyatakan
apa pun yang dapat dinyatakan dengan bunyi kentongan
(pencurian, kebakaran, undangan rapat, dan sebagainya).
Bendera yang adanya dengan dipasang di tempat tertentu
atau dikibarkan berguna untuk menyatakan dengan bendera
apa pun yang dapat di-bendera-kan (kematian, penyerahan
diri identitas kelompok yang sedang melakukan tindakan
yang penuh arti, dan sebagainya). Kepala yang dianggukkan
berguna untuk menyatakan apa pun yang dapat diwujudkan
dengan anggukan (persetujuan, kecocokan, dan sebagainya).
Tangan yang dapat digerakkan berguna untuk menyatakan
apa pun yang dapat diwujudkan dengan gerakan tangan
(selamat tinggal, selamat jalan, pujian, ejekan, ancaman, dan
sebagainya). Pakaian yang dikenakan di badan berguna untuk
menyatakan apa pun (wanita, mahasiswa, muslimah, dan
sebagainya) yang dapat dinyatakan dengan kain yang
38
dipakai. Rambu-rambu yang dipasang di pinggir jalan
berguna untuk menyatakan larangan atau anjuran yang layak
diperhatikan oleh pengguna jalan raya (Sudaryanto , 2008). Dengan pengamatam saksama akan berbagai gejala
yang ada, dapatlah dikatakan bahwa entitas yang memiliki
kegunaannya masing-masing yang khas itu sangat banyak
jumlahnya. “Apa pun” ternyata memiliki kegunaannya
masing-masing, apakah yang disebut “apa pun” itu sebagai
suatu keutuhan atau sebagai sesuatu yang yang terdiri atas
bagian-bagian; dan bagian-bagian itulah yang menampakkan
kegunaan khasnya. Dalam hal ini, kegunaan itu apa,
sesungguhnya manusialah yang menentukan melalui
penafsiran. Kumandang suara adzan ditentukan manusia
sebagai pertanda bahwa waktu salat tertentu telah tiba.
Lampu lalu lintas berwarna merah sebagai perintah bahwa
pengendara harus berhenti. Langit mendung sebagai
pemberitahuan akan turun hujan. Sungai yang biasanya
mengalir tenang dengan air jernih mendadak banjir dengan
air keruh, ditentukan oleh menusia sebagai petunjuk bahwa
di hulu telah terjadi hujan lebat. Kokok ayam di pagi buta
ditentukan oleh manusia sebagai isyarat bahwa fajar akan
segera menyingsing (Sudaryanto , 2008).Bahasa yang membahasakan apa pun yang memang
dapat dibahasakan, patung yang dapat mematungkan apa
39
pun yang memang dapat dipatungkan, bendera yang
membenderakan apa pun yang dapat dibenderakan, serta
maujud-maujud lain yang memang dapat mamaujudkan apa
pun yang dapat dimaujudkan tersetujui bersama untuk
disebut dengan satu istilah yang mempersatukan, yaitu
tanda. Dengan demikian, apa pun—objek apa saja—yang
dapat dihubungkan dengan tanda itu dapat disebut yang
ditandai, tertanda, atau tinanda. Memungut dari bahasa
Yunani, kata tanda disebut semeîonn (de Saussure dalam
Sudaryanto, 2008:33). Ada hal yang khas mengenai bahasa beserta ilmu
tentang bahasa. Jika dikaitkan dengan tanda-tanda yang lain,
bahasa mampu menggantikan fungsi setiap tanda yang
bukan bahasa. Artinya, apa yang dapat dikerjakan oleh tanda
yang lain dapat dikerjakan pula oleh bahasa, tetapi tidak
berlaku sebaliknya (van Zoest, 1992:2). Ada hal-hal yang
khas yang tidak mampu digantikan oleh tanda yang lain
kecuali oleh bahasa. Contohnya, “mengangguk” tanda setuju
dapat diganti dengan tanda bahasa, yaitu kata sepakat,
cocok, setuju, ya, okey. . Sebaliknya, “menggeleng” tanda
tidak setuju dapat diganti dengan tanda bahasa, yaitu kata
tidak setuju, tidak, jangan, dan sebagainya. Nyala lampu
merah tanda berhenti dapat diganti dengan tanda bahasa,
40
yaitu kata berhenti atau stop. Bendera terpancang di pinggir
pertigaan atau perempatan jalan tanda ada kematian atau
ada orang yang meninggal dunia. Dalam tradisi Jawa, jika ada
hiasan dari daun kelapa muda (janur mlengkung) yang juga
terpancang di pinggir pertigaan atau perempatan jalan
merupakan tanda penunjuk arah lokasi resepsi pernikahan
(Sudaryanto , 2008).Akan tetapi, tanda bahasa berupa kata yang antara
lain berfungsi menamakan, kalimat yang antara lain
berfungsi berjanji atau menyatakan, wacana yang antara lain
berfungsi untuk diskusi atau mendiskusikan, tidak dapat
diganti dengan tanda lain yang bukan berupa bahasa. Oleh
karena itu, bahasa sebagai tanda memiliki tempat yang khas
jika dibandingkan dengan tanda-tanda yang berwujud lain.
Dengan kata lain, bahasa merupakan tanda yang memiliki
fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena
memiliki kelebihan-kelebihan dibanding tanda-tanda yang
lain. Singkatnya, semua tanda dapat dibahasakan, sedangkan
semua bahasa belum tentu dapat diganti dengan tanda.Berdasarkan kekhasan bahasa dan ilmu bahasa
sebagaimana diuraikan di atas, menjadikan orang dapat
bertumpu pada keduanya ketika berbicara tentang tanda
dalam kerangka semiotik. Dalam semangat memberi
sumbangan inspiratif bagi pengkajian tanda dalam kerangka
41
semiotik itu pulalah uraian tentang nilai-nilai dalam ikon
verbal ini penting untuk disampaikan kepada para pemerhati
studi semiotik.Perlu disampaikan bahwa uraian-uraian berikut
bertumpu dan mengenai nilai yang khusus dimiliki bahasa.
Dalam hal ini, konsep nilai mengingatkan pada konsep
“valuer” atau “valensi” yang diperkenalkan oleh Saussure
dalam Kridalaksana (1988:17-21), “…sifat pertama valensi
atau nilai yaitu menyangkut substitusi atau penggantian
suatu benda untuk benda lain yang sifatnya berlainan, uang
adalah contoh yang jelas…”. “…valensi dapat ditukar dengan
segala sesuatu yang sifatnya berlainan yang dianggap
bernilai sama (misalnya, uang dengan roti) dan dapat dibatasi
melalui hal-hal yang serupa (misalnya, Dollar Amerika
dibandingkan dengan Poundsterling Inggris)”.
4. Ikon Verbal sebagai Tanda UtamaMengacu pada pendapat Pierce, (van Zoest,
1992:19) menyatakan bahwa tanda ikonlah yang paling
utama. Dalam hal ini, ia menjelaskan sebagai berikut. “…Rumah, peristiwa, struktur, gerakan
tangan, teriakan, kesepian, semuanya mungkinmerupakan tanda atau menjadi tanda, dengansyarat mengacu pada sesuatu yang lain. Namunhal itu hanya mungkin apabila sesuatu hubungandapat terjadi antara yang hadir (tanda) dan yangtak hadir (acuannya). Hubungan itu harusmerupakan hubungan kemiripan karena tanda danyang mungkin menjadi acuannya itu mempunyaisesuatu yang sama. Bila tanda dan acuannya tidak
42
ada kemiripan dalam bentuk apa pun, tak dapatterjadi hubungan yang representatif…..” (vanZoest, 1992:10)
Misalnya, jika pun kata kursi (bahasa Indonesia)
yang sama dengan chair (bahasa Inggris), nampak tidak
ada kemiripan dengan objek teracunya, sebenarnya tetap
ada kemiripan, yaitu sama-sama sebagai satu keutuhan.
Penegasan ini mengimplikasikan tanda yang berstatus
simbol, tidak sepenuhnya arbitrer dan konvensional.
Lebih-lebih kalau kesempatan melacak asal keberadaanya
serta penjelasan tentang pemakaian metaforisnya dapat
dilakukan. Contohnya, kata memetik dan mencakup
masing-masing dalam ungkapan memetik hasil dan
mencakup beberapa hal, yang nampak tidak ikonik, jika
ditelusuri sebenarnya memiliki identitas ikon.
C. Semantik
1. Pengertian Semantik
Semantik di dalam bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Inggris semantics, dari bahasa Yunani sema (kata
benda, nomina) yang berarti “tanda”. Atau, dari kata
kerja/verba semaino = “menandai”. Istilah tersebut digunakan
para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang
mempelajari makna (Djajasudarma, 1993:1).
43
Hal yang sama dikemukakan oleh Chaer (1990:2),
bahwa kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris:
semantics) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda)
yang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah
semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”.
Yang dimaksud tanda atau lambang di sini adalah tanda
linguistik yang dalam bahasa Prancis disebut signe
linguistique, seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de
Saussure (1998), yaitu terdiri dari (1) komponen yang
mengartikan yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa, dan
(2) komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang
pertama itu.
Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah
yang digunakan dalam bidang linguistik yang membahas
hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang
ditandainya. Dengan kata lain, semantik adalah bidang kajian
dalam linguistik yang membahas makna atau arti dalam
bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan
sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah
satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan
semantik.
Senada dengan Chaer, Palmer dalam Aminuddin
(2001:15) mengemukakan bahwa semantik semula berasal
44
dari bahasa Yunani itu, mengandung makna to signify atau
memaknai. Sebagai istilah teknis, semantik mengandung
pengertian “studi tentang makna”. Dengan anggapan bahwa
makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik
merupakan dari linguistik. Seperti halnya bunyi dan tata
bahasa, komponen makna dalam hal ini juga menduduki
tingkatan tertentu. Apabila komponen bunyi umumnya
menduduki tingkat pertama, tata bahasa pada tingkat kedua,
maka komponen makna menduduki tingkat paling akhir.
Hubungan ketiga komponen itu sesuai dengan kenyataan
bahwa (1) bahasa pada awalnya merupakan bunyi-bunyi
abstrak yang mengacu pada adanya lambang-lambang
tertentu, (2) lambang-lambang merupakan seperangkat
sistem yang memiliki tatanan dan hunbungan tertentu, dan
(3) seperangkat lambang yang memiliki bentuk dan hubungan
itu mengasosiasikan adanya makana tertentu.
Mempertegas pendapat di atas, Verhaar (1985:124)
menyatakan bahwa semantik (semantics) adalah “teori
makna” atau “teori arti”, kata sifatnya ialah semantis
(semantic).
Untuk lebih mudah memahami pengertian semantik,
berikut ini dipaparkan beberapa kaidah umum semantik
menurut Verhaar dalam Chaer (1990:36), yakni: (1) hubungan
45
antara kata / leksem dengan rujukan / acuannya bersifat
arbitrer; (2) secara sinkronik makna sebuah kata tidak
berubah, secara diakronik ada kemungkinan berubah; (3)
bentuk-bentuk yang berbeda, berbeda pula maknanya; (4)
setiap bahasa memiliki sistem semantik sendiri yang berbeda
dengan sistem semantik bahasa lain karena sistem semantik
itu berkaitan erat dengan sistem budaya masyarakat pemakai
bahasa itu, sedangkan sistem budaya yang melatarbelakangi
setiap bahasa itu tidak sama; (5) makna setiap kata dalam
suatu bahasa sangat dipengaruhi oleh pandangan hidup dan
sikap masyarakat yang bersangkutan; dan (6) luasnya makna
yang dikandung sebuah bentuk gramatikal berbanding
terbalik dengan luasnya bentuk tersebut
2. Makna, Informasi, dan Maksud
Sesungguhnya persoalan makna memang sangat
kompleks. Walaupun mkana merupakan persoalan bahasa,
namun keterkaitan dan keterikatannya dengan segala aspek
kehidupan manusia sangat erat. Padaha aspek-aspek
kehidupan manusia itu sendiri sangat luas dan kompleks yang
hingga saat ini belum ada manusia yang mampu
mendeskripsikannya secara tuntas.
Sebagai media komunikasi dan alat interaksi sosial,
peranan bahasa sangat besar. Hampir tidak ada kegiatan
46
manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa
muncul dan diperlukan dalam segala kegiatan seperti
pendidikan, perdagangan, keagamaan, politik, dan
sebagainya. Bahasa telah memudahkan dan memperlancar
semua kegiatan manusia. Kita tidak dapt membayangkan
bagaimana keadaan masyarakat manusia ini jika tidak ada
bahasa. Di samping sunyi dan sepi, juga interaksi sosial akan
mengalami hambatan yang sangat serius.
Bahasa memang sangat besar peranannya dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Namun, dalam praktik
berbahasa kita juga sering mendengar orang mengatakan,
“Apa arti kalimat ini?” Atau, “Apa maksud pertanyaan itu?”
Atau juga keluhan orang banyak yang menyatakan, “Katakan
saja itu uang hutang dari luar negeri! Tidak usah ditutup-
tutupi dan dikatakan sebagai bantuan dari luar negeri!”
Perkataan atau keluhan seperti itu menunjukkan bahwa
sebagai alat komunikasi, penyamapai ide, gagasan, konsep,
dan sebagainya, bahasa masih mempunyai persoalan dan
hambatan. Persoalan dan hambatan kebahasaan ini memang
ada kemungkinan bersumber dari bahasa itu sendiri, seperti
adanya lambang-lambang yang dapat melambangkan dua
konsep atau lebih. Atau sebaliknya, ada dua lambang atau
lebih yang melambangkan konsep-konsep yang samar-samar
47
dan abstrak. Akan tetapi, agaknya persoalan dan hambatan
tersebut lebih banyak terjadi sebagai akibat dari kemampuan
berbahasa dan bernalar para penuturnya yang relatif kurang,
sehingga seringkali mereka tidak bisa membedakan apa yang
disebut makna, irformasi, dan maksud.
Masih cukup banyak orang yang mencampuradukkan
konsep tentang makna, informasi, dan maksud. Ketiganya
dianggap asama saja sebagai makna, sehingga kalimat
seperti Salma membaca Al-Quran dikatakan sama maknanya
dengan kalimat Al-Quran dibaca Salma. Begitu pula dianggap
sama maksudnya dengan Al-Quran dibaca oleh Salma.
Anggapan tersebut tentunya kurang tepat sebab kalimat
Salma membaca Al-Quran mengandung makna aktif,
sedangkan kalimat Al-Quran dibaca Salma mengandung
makna pasif. Begitu pula kalimat Al-Quran dibaca Salma tidak
sama maknanya dengan kalimat Al-Quran dibaca oleh Salma
sebab makna kalimat pertama tidak mengandung penonjolan
pelaku, sedangkan kalimat kedua mengandung penonjolan
pelaku, yang ditandai dengan penggunnaan preposisi oleh.
a. Pengertian Makna
Ferdinand de Saussure mengemukakan bahwa setiap
tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu (1) yang diartikan
48
(signified) dan (2) yang mengartikan (signifier). Yang diartikan
sebenarnya adalah konsep atau makna dari sesuatu tanda
bunyi, sedangkan yang mengartikan adalah bunyi-bunyi itu
yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan.
Dengan kata lain, setiap tanda-linguistik terdiri dari unsur
bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah unsur dalam-
bahasa (intralingual) yang biasanya merujuk/mengacu kepada
sesuatu referen yang merupakan unsur luar-bahasa
(ekstralingual).
Misalnya tanda linguistik yang dieja <meja>. Tanda ini
terdiri dari unsur makna atau yang diartikan ‘meja’ (table,
maktab) dan unsur bunyi atau yang mengartikan dalam wujud
runtutan fonem [m, e, j, a]. Lalu tanda <meja> ini, yang
dalam hal ini terdiri dari unsur makna dan unsur bunyinya
mengacu kepada suatu referen yang berada di luar bahasa,
yaitu meja (benda/barang yang merupakan salah satu perabot
rumah tangga). Kalau kata <meja> adalah sebagai hal yang
menandai (tanda-linguistik), maka sebuah <meja> sebagai
perabot ini adalah hal yang ditandai.
b. Pengertian Informasi
Pada uraian di atas telah dikemukakan bahwa makna
adalah unsur dari sebuah kata atau lebih tepatnya sebagai
gejala-dalam-ujaran. Oleh karena itu, ada prinsip umum dalam
49
semantik yang menyatakan bahwa jika bentuk kata berbeda,
maka maknanya pun berbeda, meskipun perbedaannya itu
hanya sedikit. Jadi, kata ayah dan bapak karena bentuknya
berbeda maka berbeda pula maknanya. Begitu pula kalimat
Salma membaca Al-Quran dan kalimat Al-Quran dibaca Salma,
maknanya juga berbeda.
Namun, masih banyak juga orang yang menganggap
bahwa kata ayah dan bapak maknanya sama saja. Hal ini
terjadi karena orang-orang tersebut mengacaukan pengertian
tentang makna dengan pengertian tentang informasi. Makna,
sebagaimana telah disinggung di atas, adalah gejala-dalam-
ujaran, sedangkan informasi adalah gejala-luar-ujaran. Kata
ayah dan bapak memang memberi informasi yang sama,
yaitu ‘orang tua laki-laki’, tetapi maknanya tetap tidak persis
sama karena bentuknya berbeda. Dalam kalimat Ayah saya
dermawan, kata ayah dapat diganti dengan kata bapak
sehingga menjadi Bapak saya dermawan. Akan tetapi dalam
frasa Bapak Rektor yang terhormat, tidak dapat diganti
menjadi Ayah Rektor yang terhormat.
c. Pengertian Maksud
Di atas telah dibicarakan perbedaan antara makna
dengan informasi. Makna adalah gejala-dalam-ujaran,
sedangkan informasi adalah gejala-luar-ujaran. Selain
50
informasi, masih ada lagi gejala-luar-ujaran yang lain, yaitu
maksud. Informasi dan maksud sama-sama merupakan
gejala-luar-ujaran. Bedanya, kalau informasi itu merupakan
gejala-luar-ujaran dilihat dari objeknya atau yang dibicarakan,
sedangkan maksud dilihat dari si pengujar/orang yang
berbicara/subjeknya. Dalam hal ini, orang yang berbicara itu
mengujarkan suatu ujaran entah berupa kata, frasa, atau
kalimat, tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan
makna lahiriah ujaran itu. Misalnya, seorang guru di depan
murid-muridnya berkata, “Anak-anak, papan tulisnya kotor
sekali ya?” Meskipun guru tersebut bertanya, tetapi yang
dimaksudkannya tentu saja menyuruh agar muridnya
membersihkan papan tulis.
3. Aspek Makna
Aspek makna menurut Palmer dalam Djajasudarma
(1993:2) dapat dipertimbangkan dari fungsi dan dibedakan
atas (1) pengertian (sense), (2) perasaan (feeling), (3) nada
(tone), dan (4) tujuan (intension). Keempat aspek makna
tersebut dapat dipertimbangkan melalui kata bahasa
Indonesia sebagai contoh pemahaman makna tersebut.
Makna pengertian dapat kita terapkan di dalam komunikasi
sehari-hari yang melibatkan apa yang disebut tema. Makna
51
perasaan, nada, dan tujuan dapat pula kita pertimbangkan
melalui data bahasa Indonesia maupun daerah.
a. Pengertian (Sense)
Aspek makna pengertian ini dapat dicapai apabila antara
pembicara/penulis dan kawan bicara berbahasa sama. Makna
pengertian disebut juga tema, yang melibatkan ide atau
pesan yang dimaksud. Di dalam pembicaraan dalam
kehidupan sehari-hari kita mendengar kawan bicara
menggunakan kata-kata yang mengandung ide atau pesan
yang dimaksud. Dalam hal ini menyangkut tema pembicaraan
sehari-hari, misalnya tentang ibadah haji:
(1)Mereka sedang thawaf
(2)Mereka sedang sa’i
(3)Mereka sedang wukuf
Dalam komunikasi tersebut tentu ada unsur pendengar
(ragam lisan) dan pembaca (ragam tulis), yang mempunyai
pengertian yang sama terhadap satuan-satuan mereka,
sedang, thawaf, sa’i, dan wukuf. Informasi atau apa yang kita
ceritakan tersebut memiliki persoalan inti yang biasa disebut
tema. Coba pikirkan informasi berikut memiliki tema apa?
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
52
keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh- musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah
orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di
tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk."
(Q.S. Ali Imran: 102-103).
Kita memahami tema dalam informasi karena apa yang
kita katakan atau apa yang kita dengar memiliki pengertian
dan tema. Kita mengerti tema karena kita paham akan kata-
kata yang melambangkan tema tersebut.
b. Perasaan (Feeling)
Aspek makna perasaan berhubungan dengan sikap
pembicara dengan situasi pembicaraan. Dalam kehidupan
sehari-hari kita selalu berhubungan dengan perasaan,
misalnya gembira, bangga, bahagia, kagum, sedih, cemas,
risau, galau, resah, gelisah, dan sebagainya. Pernyataan
situasi yang berhubungan dengan aspek makna perasaan
tersebut menggunakan kata-kata yang sesuai situasinya.
53
Misalnya, tidak akan muncul ekspresi (1) turut berbahagia, (2)
ikut bergembira, (3) nderek bingah pada situasi berduka,
sebab ekspresi tersebut selalu muncul pada situasi
kesuksesan dan kesenangan, contohnya bila ada yang
menikah, diwisuda, naik pangkat dan sebagainya. Kata-kata
tersebut memiliki makna yang sesuai dengan perasaan. Kata-
kata yang sesuai dengan makna perasaan ini muncul dari
pengalaman.
c. Nada (Tone)
Aspek makna nada adalah ”an attitude to his listener”
(sikap pembicara terhadap kawan bicara”) atau sikap penyair
atau penulis terhadap pembaca. Aspek makna nada ini
melibatkan pembicara untuk memilih kata-kata yang sesuai
dengan keadaan kawan bicara dan pembicara sendiri. Apakah
pembicara telah mengenal pendengar, apakah pembicara
berjenis kelamin sama dengan pendengar. Atau, apakah latar
belakang sosial-ekonomi pembicara sama dengan pendengar,
apakah pembicara berasal dari daerah yang sama dengan
pendengar. Hubungan pembicara-pendengar (kawan bicara)
akan menentukan sikap yang akan tercermin dalam kata-kata
yang akan digunakan.
Aspek makna nada ini berhubungan pula dengan
dengan aspek makna perasaan. Bila kita jengkel maka sikap
54
kita akan berlainan perasaan bergembira terhadap awan
bicara. Bila kita jengkel akan memilih aspek makna nada
dengan meninggi. Lain halnya dengan aspek makna yang
digunakan bila kita memerlukan sesuatu, maka akan
mengiba-iba dengan nada merata atau merendah.
Bandingkanlah aspek makna nada berikut.
(1)Manusia itu tidak akan ketinggalan zaman, tetapi
meninggalkan zaman.
(2)Adakah temanmu yang telah meninggalkan zaman?
(3)Detik-detik itu pasti datang, bersiaplah!
(4)Pasti!
d. Tujuan (Intension)
Aspek makna tujuan ini adalah ”his aim, concious or
unconcious, the effect he is endeavouring to promote” (tujuan
atau maksud, baik disadari maupun tidak, akibat usaha dari
peningkatan). Apa yang diungkapkan dalam aspek makna
tujuan memiliki tujuan tertentu, misalnya dengan
mengatakan, ”Pengkhianat kau!” tujuannya agar kawan
bicara mengubah kelakuan (tindakan) yang tidak diinginkan
tersebut.
Aspek makna tujuan ini melibatkan pernyataan yang
bersifat (1) deklaratif, (2) persuasif, (3) imperatif, (4) naratif,
(5) politis, dan (6) pedagogis. Contoh dari keenam aspek
55
makna tujuan tersebut dapat ditemukan dalam penyuluhan
pemerintah dalam bidang kesehatan sebagai berikut.
”Pemeliharaan kesehatan dapat menunjang program
pemerintah dalam meningkatkan taraf hidup bangsa
(deklaratif). Dengan pola makan empat sehat lima sempurna
di setiap kampung akan menjamin kesehatan masyarakat
(persuasif). Halaman-halaman rumah di tiap-tiap tempat
harap ditanami dengan apotek hidup (imperatif). Manusia
insya Allah bisa hidup lebih lama dengan memelihara
kesehatan dengan memperhatikan anjuran pemerintah dalam
meningkatkan taraf hidup sehat (naratif). Rakyat sehat negara
kuat (politis), mendidik hidup sehat supaya negara kuat
(pedagogis)”.
D. Pesan Agama dalam Karya Sastra
Pesan keagagmaan atau religiustas dalam karya sastra,
menurut Mangunwijaya (1982:11) adalah setua keberadaan
sastra itu sendiri, dan bahkan sastra tumbuh dari sesuatu yang
bersifat religius.
Adapun bentuk penyampaian pesan-pesan keagamaan
oleh pengarang kepada pembaca, menurut Nurgiyantoro
(1998:335-339), secara garis besar dapat dibagi menjadi dua,
yaitu bentuk penyampaian langsung dan tidak lansung. Bentuk
penyampaian yang bersifat langsung adalah berupa uraian
56
atau penjelasan. Adapun penyampaian yang bersifat tidak
langsung adalah melalui cerita yang pesannya tersirat
(implisit) di dalamnya. Dalam konteks ini, penyampain pesan
keagamaan dalam novel lebih bersifat tidak langsung, tidak
terasa menggurui sehingga kadang dapat lebih menyentuh
hati penerima pesan (pembaca/pendengar).
57
BAB III
BENTUK DAN MAKNA PESAN-PESAN
TENTANG PRINSIP UMUM KEISLAMAN
A. Prinsip Ketuhanan (Rabbaniyah)Prinsip Ketuhanan (Rabbaniyah) adalah sebuah prinsip
hidup yang berorientasi kepada Allah dalam segala aspeknya,
termasuk di dalamnya Rabbaniyah ghayah wa mijhah
(orientasi ketuhanan dalam tujuan dan sudut pandang), yakni
bahwa Islam menjadikan tujuan akhir dan sasarannya jauh ke
depan, yaitu menjaga hubungan dengan Allah secara baik
demi mencapai ridha-Nya. Ustadz-ustadz di PM dalam mengajar dengan niat untuk
menjadi khalis yakni ikhlas untuk melaksanakan perintah Allah
dan beribadah kepada-Nya. Mereka sama sekali tidak
menerima gaji dari aktivitas mengajarnya, sebagaimana
tampak pada kutipan berikut.
Jiwa keikhlasan dipertontonkan setiap hati di PM.Guru-guru kami yang tercinta dan terhebat-hebat samasekali tidak menerima gaji untuk mengajar. Merekasemua tinggal di dalam PM dan diberi fasilitas hidupyang cukup, tapi tidak ada gaji. Dengan tidak adanyaekspektasi gaji semenjak awal, niat mereka menjadikhalis. Mengajar hanya karena ibadah, karena perintahTuhan. Titik (N5M:296-297).
Begitu niat ikhlas terganggu, seorang gurubiasanya merasakannya dan langsung mengundurkandiri. Akibat seleksi ikhlas ini, semua guru dan kiai punpunya tingkat keikhlasan yang terjaga tinggi yang
58
artinya juga energi tertinggi. Dalam ikhlas, sama sekalitidak ada transaksi yang merugi. Nothing to lose.Semuanya dikerjakan all-out dengan mutu terbaik.Karena mereka tahu, cukuplah Tuhan sendiri yangmembalas semuanya. Tidak ada transfer duit danmateri di PM. Hanya transfer amal, doa, dan pahala.Indah sekali. Sosok Ustadz Khalid kembali muncul dipelupuk mataku (N5M:297).
B. Prinsip Kemanusian (Al-Insaniyah)
Selain berorientasi ketuhanan, ternyata Islam adalah
ajaran yang sangat manusiawi. Islam itu istimewa dengan
kecenderungan kemanusiaannya yang jelas, tetap, dan asli
dalam akidah, syariat, dan akhlak. Buah dari al-insaniyah
dalam Islam adalah prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Ukhuwah (persaudaraan)
Ukhuwah adalah ikatan jiwa yang melahirkan
perasaan kasih sayang, cinta, dan penghormatan yang
mendalam terhadap setiap orang, di mana keterpautan jiwa
itu ditautkan oleh ikatan akidah Islam, iman dan takwa.
Persaudaraan yang tulus ini akan melahirkan rasa kasih
sayang yang mendalam pada jiwa setiap muslim dan
mendatangkan dampak positif, seperti saling menolong,
mengutamakan orang lain, ramah, dan mudah untuk saling
memaafkan. Dan sebaliknya dengan ukhuwah juga akan
terhindarkan dari hal-hal yang merugikan dengan menjauhi
setiap hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi orang
59
lain, baik yang berkaitan dengan jiwa, harta, kehormatan,
atau hal-hal yang merusak harkat dan martabat mereka
(http://tabayyun.wordpress.com/makna-ukhuwah/, diakses
pada 7 Desember 2014).
Prinsip persaudaraan dalam Islam adalah karena
berasal dari satu keturunan, yaitu Adam dan Hawa. Di
samping itu, dasar keimanan merupakan bagian dari dasar
persaudaraan yang mengikat kaum muslimin di manapun
berada.
Amak menanamkan niali-nilai persaudaraan ke dalam
diri Alif. Nilai-nilai persaudaraan merupakan bagian dari
ajaran Rasulullah saw. Ketika kawan-kawan Alif berkelahi,
Amak memanfaatkan momentum itu untuk mendidik Alif
tentang contoh-contoh perilaku yang termasuk dalam nilai-
nilai persaudaraan, misalnya mengucapkan salam dan
bersikap ramah terhadap sesama (tersenyum),
sebagaimana tampak dalam kutipan berikut.
‘‘Apakah kawan-kawan yang main danberkelahi tadi orang Islam? tanya Amak lembut.
Aku mengangguk sambil memajukan bibirku,merengut.
‘‘Apa perintah Nabi kita kepada sesamamuslim?’’
“Memberi salam.’’“Yang lain?’’“Tersenyum.’’“Yang lain?’’ “Bersaudara”
60
“Nah, bersaudara itu berteman, tidakberkelahi, saling menyayangi. Itu Nabi kita. Mauikut Nabi?’’
“Mau.’’“Jadi harus bagaimana ke kawan-kawan? “Kali
ini Amak bertanya sambil tersenyum damai. “Bersaudara dan tidak berkelahi,” kataku“Itu baru anak Amak dan umat Nabi
Muhammad,” katanya sambil merengkuh kepalakudan menyuruh mandi.
Begitulah Amak. Di saat hatiku rusuh dannyeri, dia selalu datang dengan sepotong senyumyang sangup merawat hatiku yang guncah.Senyumnya adalah obat yang sejuk (N5M : 137-138).
Dalam proses pembelajaran di PM juga sangat
memperhatikan penanaman nilai-nilai persaudaraan ke
dalam pribadi para santri. Penanaman nilai-nilai
persaudaraan di PM tidak hanya melalui ceramah di kelas,
tetapi melalui praktik langsung dalam kehidupan sehari-hari
para santri. Misalnya dengan cara mengatur penghuni
kamar, yakni setiap kamar berisi santri dari berbagai
daerah. Begitu pula, setiap enam bulan sekali penghuni
kamar diacak lagi sehingga setiap santri semakin kenal
dengan banyak santri yang lain.
Kawan-kawan di kelas dan di kamar datangdari berbagai daerah di Indonesia. Sudah diatursupaya tidak ada orang satu daerah tinggal di satukamar. Juga anggota kamar akan diacak setiap 6bulan sehingga kami makin banyak teman(N5M:145).
61
Demikian pula, ketika para santri mendapatkan
kiriman sesuatu dari orangtua/walinya, barang-barang
kiriman itu sebagian akan dibagikan ke para penghuni
kamar. Sebuah pembiasaan hidup penuh kebersamaan yang
sangat baik untuk membentuk kepribadian yang tidak egois,
tetapi memiliki kepekaan sosial terhadap sesama.
Seperti memenangkan piala dunia, masing-masing kardus kami arak ke kamar. Di bawah kerubutankawan-kawan, aku meletakkan paket di tengah kamar.Semua penasaran dan menahan napas. Siapa punpenerima paket di kamar ini, berarti membawakebahagiaan buat semua (N5M:270).
2. Persamaan
Persamaan merupakan perwujudan kehidupan di
dalam masyarakat yang saling menghormati dan
menghargai orang lain dengan tanpa membeda-bedakan
latar belakang sosialnya. Prinsip persamaan pada
hakikatnya merupakan manifestasi dari wujud kehormatan
manusia. Kehormatan ini terletak pada keunggulan
kemanusiaan, bukan pada superioritas individual.
Kehormatan diterapkan secara global melalui solidaritas
persamaan secara mutlak. Semua adalah keturunan Adam,
jika Adam tercipta dari tanah dan mendapat kehormatan di
sisi Allah, maka seluruh anak cucunya pun mendapat
kehormatan yang sama.
62
Amak menanamkan nilai-nilai persamaan ke dalam diri
Alif tidak hanya melalui kata-kata, tetapi melalui praktik
langsung dalam memperlakukan anak kandungnya (Alif) di
tengah-tengah muridnya yang lain. Ketika Alif kurang
disiplin dalam mengikuti pelajaran Kesenian, Amak memberi
nilai tidak bagus, yakni 5 meskipun Alif adalah anak
kandungnya sendiri. Demikian konkret dan merasuk cara
Amak menanamkan nilai-nilai persamaan kepada murid-
muridnya, sebagaimana tampak pada kutipan berikut.
Ketika aku duduk di kelas satu SD, kebetulan walikelasku Amak sendiri. Ujian catur wulan pertama tibadan Amak mengadakan ujian kesenian. Seperti temansekelas lainnya aku harus maju ke depan untukmenyanyikan sebuah lagu sebagai persyaratanmendapatkan nilai. Sayang sekali aku tidak hapal satulagu pun karena tidak pernah masuk TK. Selain itu akumemang pemalu dan meresa suaraku sumbang. Jadiaku menolak maju ke depan kelas. (N5M :138).
Tiga kali Amak memanggilku dari mejaguru. “Berikutnya Alif Fikri untuk maju ke depan”. Tigakali pula aku menggeleng dan tidak beringsut. Amakakhirnya menyerah dengan muka kecewa. Dua mingukemudian, dari penerimaan rapor, aku baru tahuefeknya. Ayah yang datang untuk mengambil raporsampai terbelalak. Sebuah angka merah bertengger diraporku, pelajaran kesenianku dapat angka 5. Dan nilaiitu dari Amak sendiri! (N5M : 138).
“Bang, ambo ingin berlaku adil, dan keadilanharus dimulai dari diri sendiri, bahkan dari anaksendiri. Aturannya adalah siapa yang tidak maupraktek menyanyi dapat angka merah,” kata Amakketika Ayah bertanya, kok tega memberi angka burukbuat anak sendiri. (N5M :139).
“Tapi ini kan hanya masalah kecil, cuma pelajarankesenian,” bela Ayah.
63
“Justru karena ini hal kecil. Jangan sampai diameremehkan suatu hal, sekecil apa pun. Semuapilihan hidupnya ada konsekuensi, walau hanyasekadar pelajaran kesenian. Itu juga supaya dia belajarbahwa tidak ada yang diistimewakan. Semuanya harusberdasarkan usaha sendiri,” timpal Amak. (N5M : 139).
“Tapi kan dia baru 6 tahun.”“Justru malah dari usia ini kita didik dia.”Ayah diam saja. Dia cukup mafhum cara berpikir
Amak yang keras hati. Aku meguping pembicaraanmereka dari balik pintu. Amak tidak memandang bulu(N5M : 139).
3. Kebebasan.
Manusia adalah makhluk bebas yang mempunyai
tugas dan tanggung jawab, dan karenanya ia juga
mempunyai hak dan kebebasan. Tugas yang diemban
manusia tidak akan terwujud tanpa adanya kebebasan,
sementara kebebasan secara eksistensial tidak terwujud
tanpa adanya tanggung jawab itu sendiri. Dengan kata lain,
manusia itu diberi kebebasan oleh Allah untuk berbuat
apapun dengan penuh tanggung jawab, karena semua
perbuatannya itu kelak akan dimintai
pertanggungjawabannya di akhirat.
Kebebasan merupakan elemen penting dalam ajaran
Islam. Kehadiran Islam memberikan jaminan pada
kebebasan manusia agar terhindar dari kesia-siaan dan
tekanan, baik yang berkaitan dengan masalah agama,
politik maupun ideologi. Namun demikian, pemberian
64
kebebasan terhadap mansia bukan berarti mereka dapat
menggunakan kebebasan tersebut mutlak, tetapi dalam
kebebasan tersebut terkandung hak dan kepentingan orang
lain yang harus dihormati juga. Dengan kata lain, kebebasan
manusia itu tidak tak terbatas alias dibatasi oleh aturan dari
Allah yang pada hakikatnya untuk menyelamatkan manusia.
Ibarat jalan raya, semua pengguna jalan bebas melalui jalan
itu menuju masing-masing tempat yang dituju. Akan tetapi,
semua pengguna jalan dibatasi kebebasannya dengan
rambu-rambu di jalan yang harus ditaati agar selamat
sampai di tujuan.
Para santri di PM dibebaskan dalam mengikuti
kegiatan pengembangan bakat masing-masing santri.
Demikian pula, para santri juga bebas membaca buku apa
saja tetapi tentu dibatasi dengan aturan bahwa buku yang
dibaca harus buku-buku yang bermanfaat, tidak sembarang
buku bacaan karena faktanya yang beredar di masyarakat
tidak sedikit buku-buku bacaan yang tidak mendidik atau
merusak moral generasi muda.
05.30-07.00Aktifitas bebas. Digunakan untuk pengembanganminat dan bakat baik di bidang olahraga, kesenian,bahasa, dll. Selain itu, ini juga waktu kami untukmandi, cuci dan makan pagi. Kalau sudah mencucibaju, biasanya tidak sempat sarapan. 07.00-12.30
65
Masuk kelas pagi. Tidak bisa terlambat sedikit pun.Ada jadwal istirahat setengah jam yang bisa dipakaikalau belum sempat makan pagi. 12.30-14.00Shalat Zuhur berjamaah di kamar masing-masing danmakan siang di dapur umum. Oya, untuk makan kamibawa piring dan gelas sendiri dan sebuah kuponmakan untuk mendapatkan sepotong lauk. Lauknyasering sepotong tempe atau tahu. 14.00-14.45Masuk kelas sore untuk pelajaran tambahan pagihari. 14.45-15.30Shalat Ashar berjamaah dan membaca Al-Qur’an dikamar. 15.30-17.15Waktu bebas. Biasanya dipakai untuk olahraga,mandi, cuci, dan kegiatan lainnya. Yang paling enakadalah bersantai sejenak di bawah menara di dekatmasjid bersama beberapa teman dekat. 17.15-18.30Kami sebanyak 3000 orang murid sudah harusberkumpul di masjid Jami untuk membaca Qur’an,shalat berjamaah dan kemudian dilanjutkanmembaca Qur’an di kamar. 18.30-19.30Makan malam. Antrian makan biasanya agakpanjang. 19.30-20.00Shalat berjamaah Isya di kamar lagi. 20.00-22.00Belajar malam dibimbing wali kelas di kelas. Kamibebas membaca buku pelajaran apa saja (N5M:146-147).
C. Prinsip Universalitas (Syumul)
Risalah Islam adalah risalah yang panjang terbentang
sehingga meliputi semua abad sepanjang zaman,
terbentang luas sehingga meliputi semua cakrawala umat,
dan begitu mendalam sehingga memuat urusan-urusan
66
dunia-akhirat. Risalah Islam memuat risalah sampai akhir
zaman, risalah bagi alam semesta, dan risalah untuk segala
sektor kehidupan.
Sebagian mahasiswa ITB Jurusan Teknik sangat
bersemangat mengadakan diskusi tentang keislaman di
masjid kampus. Mereka melengkapi ilmu tekniknya yang
diperoleh melalui perkuliahan dengan ilmu keislaman
dengan cara mengadakan diskusi-diskusi di luar jam
perkuliahan. Hal semacam ini merupakan representasi
pengamalan ajaran Islam yang bersifat universal yang
memuat tuntunan-tuntunan mengenai urusan-urusan dunia-
akhirat. Kutipan berikut ini mengandung pesan-pesan
tersebut.
Di hari berikutnya kami berjalan sampai ke luarkota: Lembang dan Tangkuban Perahu. Ataspermintaanku, Atang juga mengajak kami masuk kedalam kampus ITB di jalan Ganesha dan Masjid Salmayang terkenal itu. Sebuah sekolah yang sangatmengesankan dengan bangunan unik, pohon-pohonrindang dan mahasiswa yang terlihat sibuk dan pakaijaket warna-warni
Sedangkan di Masjid Salma, anak-anak mudadengan jaket lusuh bertulisankan nama jurusankuliah berkumpul di dalam masjid dan pelatarannya.Membentuk kelompok-kelompok yang sibukberdiskusi. Mereka memegang buku, Al-Quran, dancatatan. Diskusinya semangat sekali. Pemimpindiskusinya juga anak muda yang tampak lebih senior.Dia menuliskan potong-potong ayat dan istilah-istilahmodern di papan tulis kecil. Aku mencuri dengar,bacaan Arabnya tidak fasih, tulisan Arabnya apalagi,tapi semangatnya menerangkan luar biasa. Lengkap
67
dengan istilah-istilah modern yang tidak sepenuhnyaaku pahami.
Ada kecemburuan di hatiku. Atau merasatersindir? Dengan keterbatasan ilmu agama mereka,kenapa mereka begitu bersemangat berdiskusitentang Islam? Padahal mereka punya jadwal kuliahteknik yang konon berat. Sebaliknya aku malah inginbelajar ilmu teknik-teknik mereka. Apakah seperti inimanusia, yang tidak pernah puas dengan apa yangdipunyai dan selalu melihat kepunyaan orang lain?(N5M:221-222).
Ajaran Islam yang bersifat universal juga tampak pada
kutipan berikut ini.
“Pondok Madani memiliki pendidikan 24 jam.Tujuan pendidikannya untuk menghasilkan manusimandiri yang tangguh. Kiai kami bilang, agar menjadirahmat bagi dunia dengan bekal ilmu umum dan ilmuagama. Saat ini ada tiga ribu murid yang tinggal didelapan asrama,” Burhan membuka tour pagi itudengan fasih (N5M :31).
Frasa “agar menjadi rahmat bagi dunia dengan bekal
ilmu umum dan ilmu agama” dari kutipan tersebut,
menunjukkan bahwa para ustadz di PM juga mengajarkan
prinsip ajaran Islam yang bersifat universal kepada para
santrinya agar kelak ketika sudah lulus mereka dapat
mengabdikan diri di masyarakat luas, baik dalam maupun
luar negeri.
D. Prinsip Moderat (Al-Wasthiyyah)
Moderat atau tawazun (keseimbangan) meliputi
keseimbangan di antara dua jalan atau dua arah yang saling
berhadapan atau bertentangan yang salah satu dari dua
68
jalan tersebut tidak bisa berpengaruh dengan sendirinya
dan mengabaikan yang lain. Contohnya, moderat dalam
meletakkan akal dan wahyu/ilham atau ikhtiar dan tawakal
sebagaimana tampak pada kutipan berikut ini.
Aku sambil mengulet untuk mengusir kantuk.Setelah membasahi muka dan mengambil wudhu,kantukku lumayan reda. Setiap aku merasa harusmenyerah dan tidur, aku melecut diriku, “ayo satuhalaman lagi, satu baris lagi, satu kata lagi…”Akhirnya dengan perjuangan, aku bisa menamatkanbacaanku. Denagn lega aku aku angkat buku itu danbenamkan di wajahku sambil berdoa, “Ya Allah telahaku sempurnakan semua usahaku dan doa kepada-Mu.Sekarang semuanya aku serahkan kepada-Mu. Akutawakal dan ikhlas. Mudahkanlah ujianku besuk. Amin”(N5M : 199-200).
Pada kutipan tersebut memuat ajaran keseimbangan
antara ikhtiar dan tawakal. Ajaran ikhtiar direpresentasikan
dengan belajar Alif secara sungguh-sungguh pada malam
hari meskipun harus menahan rasa kantuknya. Sementara
itu, berdoanya Alif kepada Allah setelah belajar merupakan
bentuk tawakal setelah berikhtiar secara maksimal. Dengan
demikian, kutipan tersebut mengandung pesan yang sangat
penting bahwa tugas seseorang dalam meraih kesuksesan
hidup adalah dengan berikhtiar secara maksimal dan
akhirnya juga harus bertawakal secara maksimal pula.
Selanjutnya prinsip moderat antara orientasi dunia-
akhirat tampak pada kutipan berikut ini.
69
Menurut kiai kami pendidikan PM tidakmembedakan agama dan non agama. Semunya satudan semuanya berhubungan. Agama langsungdipraktekkan dikehidupan sehari-hari. Di Madaniagama adalah oksigen, dia ada di mana-mana.” JelasBurhan (N5M : 35).
Inilah momen yang menyenangkan dalampengalaman bulis. Bisa bicara ngalor ngidul, semalamsuntuk, tidak ada jadwal lonceng yang mengganggu,dan satu lagi, tidak perlu takut dicatat jasus kalaumemakai bahasa Indonesia. Besoknya bisa pula tidursampai siang. Dulmajid yang 3 tahun lebih tua darikuberkisah tentang kenangannya di SMA yangmenyenangkan. Tapi dia selalu merasa beruntung bisamasuk PM karena merasa banyak belajar ilmu duniadan akhirat ( N5M: 242 ).
Frasa “tidak membedakan agama dan nonagama” dan frasa
“banyak belajar ilmu dunia dan akhirat” menunjukkan
bahwa pembelajaran di PM berorientasi kesuksesan hidup di
dunia dan akhirat atau menganut prinsip moderat antara
orientasi dunia-akhirat. Oleh karena kepada para santri di
PM senatiasa dipahamkan bahwa semua aktivitas kehidupan
di dunia ini tidak boleh terlepas dengan kehidupan akhirat,
maka konsep ajaran Islam yang utuh dan terpadu itu benar-
benar tertanam dalam sanubari para santri, sehingga tidak
aneh jika di sepanjang jalan pulang ke rumah Said, Alif dan
teman-temannya bertengkar tentang apakah robot yang
sudah seperti manusia itu bisa masuk surga atau masuk
neraka, sebagaimana kutipan berikut.
Bioskop di Surabaya ternyata jauh lebih bagusdaripada di kampungku. Udaranya dingin dan kursinya
70
empuk. Suara dan gambarnya juga terasa lebih tajamdan jernih. Film ini dibuka dengan sebuah kilatancahaya dari langit yang kemudian menjelma menjadiaktor idola Said, Arnold Schwarzenegger. Aku tidakterlalu paham cerita detailnya, tapi yang jelas Arnoldadalaha robot canggih utusan dari masa depan untukmenyelamatkan umat manusia. Sepanjang jalanpulang ke rumah Said, kami bertengkar tentangapakah robot yang sudah seperti manusia itu bisamasuk surga atau masuk neraka (N5M:227).
E. Prinsip Kontekstual (Al-Waqi’iyyah)
Islam adalah serangkaian kalam Allah yang abadi bagi
manusia. Allah menjamin Islam sebagai ajaran yang sesuai
dengan kondisi manusia di mana saja, kapan saja, dan bagi
siapa saja. Kontekstual dalam Islam meliputi kontekstual
dalam akidah, kontekstual dalam ibadah, kontekstual dalam
akhlak, dan kontekstual dalam syariat.
Prinsip ajaran Islam yang bersifat kontekstual tersebut
bisa ditemukan dalam kutipan berikut ini.
Supaya Amak tidak penasaran, ini adalah jadwal harian kami:04.00-05.30Kegiatan kami setiap hari dimulai jam 4. Agak susahbangun sepagi ini. Waktu ini diisi untuk shalat Subuhberjamaah di dalam kamar masing-masing. Kamibergantian menjadi imam untuk teman-temansekamar. Setelah itu ada praktek bahasa danpenambahan kosa kata (Arab dan Inggris), sertamembaca Qur’an. (N5M:145).05.30-07.00Aktifitas bebas. Digunakan untuk pengembanganminat dan bakat baik di bidang olahraga, kesenian,bahasa, dll. Selain itu, ini juga waktu kami untukmandi, cuci dan makan pagi. Kalau sudah mencucibaju, biasanya tidak sempat sarapan. (N5M:146).
71
07.00-12.30Masuk kelas pagi. Tidak bisa terlambat sedikit pun.Ada jadwal istirahat setengah jam yang bisa dipakaikalau belum sempat makan pagi (N5M:146).12.30-14.00Shalat Zuhur berjamaah di kamar masing-masing danmakan siang di dapur umum. Oya, untuk makan kamibawa piring dan gelas sendiri dan sebuah kuponmakan untuk mendapatkan sepotong lauk. Lauknyasering sepotong tempe atau tahu. (N5M:146).14.00-14.45Masuk kelas sore untuk pelajaran tambahan pagi hari.(N5M:146).14.45-15.30Shalat Ashar berjamaah dan membaca Al-Qur’an dikamar. (N5M:146).15.30-17.15Waktu bebas. Biasanya dipakai untuk olahraga, mandi,cuci, dan kegiatan lainnya. Yang paling enak adalahbersantai sejenak di bawah menara di dekat masjidbersama beberapa teman dekat. (N5M:146).17.15-18.30Kami sebanyak 3000 orang murid sudah harusberkumpul di masjid Jami untuk membaca Qur’an,shalat berjamaah dan kemudian dilanjutkan membacaQur’an di kamar. (N5M:147).18.30-19.30Makan malam. Antrian makan biasanya agak panjang.(N5M:147).19.30-20.00Shalat berjamaah Isya di kamar lagi. (N5M:147).20.00-22.00Belajar malam dibimbing wali kelas di kelas. Kamibebas membaca buku pelajaran apa saja. (N5M:147).22.00-04.00Istirahat dan tidurSelain jadwal harian, ada juga jadwal mingguan.Misalnya setiap hari Minggu dan Kamis adalah waktukhusus latihan pidato. Selasa dan Jum’at ada latihanpercakapan bahasa asing dan lari pagi. SementaraKamis sore latihan pramuka. (N5M:147).Begitulah Amak, kehidupan ambo dan kawan-kawan disini. Padat, penuh, capek, tapi banyak yang bisadipelajari (N5M:147).
72
Dari kutipan yang merupakan Jadwal Pembelajaran di PM
tersebut dapat ditemukan bahwa prinsip ajaran Islam yang
bersifat kontekstual benar-benar ditemukan di PM yang
direpresentasikan dengan sejumlah mata kegiatan yang dapat
membekali para santri untuk menjalani kehidupan di tengah-
tengah masyarakat baik sekarang maupun yang akan datang.
F. Prinsip Kejelasan (Al-Wudhuh)
Islam adalah risalah yang jelas, baik berhubungan
dengan asas-asanya, sumber hukumnya, sasaran dan
tujuan, maupun kejelasan sistem dan jalan penyelesaiannya.
Kejelasan dalam Islam meliputi kejelasan dalam ibadah,
kejelasan dalam akhlak/ adab, kejelasan dalam hukum, dan
kejelasan dalam tujuan beragama, serta kejelasan sistem
dan jalan penyelesaian masalah.
Kutipan berikut merupakan merepresentasikan
kejelasan dalam tujuan beragama yang utama, yakni hanya
untuk beribadah dan mencari ridha Allah dengan penuh
keikhlasan.
“Semuanya. Semua waktu, pikiran, dan tenagasaya, saya serahkan hanya untuk PM. Tidak adakepentingan pribadi, tidak ada harapan untuk dapatimbalam dunia, tidak gaji, tidak rumah, tidak segala-galanya. Semuanya ikhlas hanya ibadah danpengabdian pada Allah.... Bukankah di Al-Qur’andisebutkan bahwa manusia diciptakan untukmengabdi?” (N5M : 253).
73
74
BAB IV
BENTUK DAN MAKNA
PESAN-PESAN TENTANG AQIDAH
A. Beriman kepada Allah SWT.“Anak-anakku. Mulai hari ini bulatkanlah niat di hati
kalian. Niatkan menuntut ilmu hanya karena Allah. Lillahi
Ta’ala. Mau membulatkan niat kalian?” (N5M:50). Dalam
kutipan tersebut tidak hanya berisi ajaran tentang keyakinan
adanya Allah SWT, tetapi juga ajaran yang menekankan
bahwa semua aktivitas, termasuk mempelajari ilmu, harus
dengan niat (motivasi) utama yaitu hanya untuk meraih ridha
Allah SWT. Oleh karena niat utama mempelajari ilmu untuk
meraih ridha Allah SWT, maka dalam akvitas mempelajari
ilmu juga harus senantiasa dimulai dengan doa atau
permohonan kepada Allah SWT, sebagaimana tampak pada
kutipan ini. “Mauuu!” terdengar koor dari ribuan murid di
depan Kiai Rais. Lalu, sejenak ia memandu kamimenundukkan wajah dan memantapkan niat bersihuntuk menuntut ilmu. Allahumma Zidna Ilman WarZuqna Fahman... Tuhan tambahkan ilmu kepada kamidan anugerahkanlah pemahaman... (N5M : 50).
Orang yang beriman kepada Allah juga harus yakin
bahwa Allah adalah penolong utama dalam menjalani
kehidupan ini dengan segala persoalannya. Dampak positif
75
dari keyakinan bahwa Allah sebagai penolongnya adalah akan
menjadikan seseorang lebih percaya diri dan lebih mandiri
dalam menjalani kehidupannya. Ajaran yang demikian ini,
tampak pada kutipan berikut ini.
“Mandirilah maka kamu akan jadi orang merdekadan maju. I’timad ‘ala nafsi, bergantung pada dirisendiri jangan dengan orang lain. Cukuplah bantuanTuhan yang menjadi anutanmu.” Ya, aku tidak bolehtergantung kepada belas kasih orang lain. Aku menolakbantuan mereka dengan halus” (N5M: 81-82).
“Wahai anakku latihlah diri kalian untuk selalubertopang untuk diri kalian sendiri dan Allah, I’timad alanafsi”(R3W:101).
Selanjutnya, orang yang beriman kepada Allah juga
harus tunduk dan hanya takut kepadanya. Dampak
positifnya, orang tersebut dapat menjadi pemberani dalam
membela kebenaran, tentu kebenaran yang sesuai dengan
ajaran Allah. Hal yang demikian ini, tampak pada kutipan
berikut. “Jangan pernah takut dan tunduk pada siapa pun.
Takutlah hanya kepada Allah. Karena yang membatasi kita
atas dan bawah hanyalah tanah dan langit” (N5M:318).
B. Beriman kepada Malaikat Allah.Secara eksplisit keyakinan adanya malaikat Allah tampak
pada kutipan berikut ini. “Beruntunglah kalian sebagai penuntut ilmu karena
Tuhan memudahkan jalan kalian ke surga, malaikatmembentangkan sayap buat kalian, bahkan penghunilangit dan bumi sampai ikan paus di lautan memintakanampun bagi orang yang berilmu. Reguklah ilmu di sinidengan membuka pikiran, mata dan hati kalian” (N5M :50-51).
76
Dalam kutupan tersebut dipaparkan bahwa malaikat-
malaikat Allah akan membentangkan sayapnya (mendoakan,
menolong, memudahkan) bagi orang-orang yang mempelajari
ilmu.
C. Beriman kepada Kitab AllahAl-Quran sebagai kitab suci yang diwahyukan Allah swt
kepada Nabi Muhammad saw diyakini oleh Dulmajid dapat
untuk mengatasi berbagai persoalan kehidupan. Dengan
membaca ayat-ayat tertentu dalam Al-Quran, Dulmajid merasa
lebih memiliki kekuatan dan percaya diri untuk menghadapi
orang jahat.
Dulmajid, si anak Madura yang tidak pernahmemperlihatkan rasa takutnya, kali ini tampak serius.Matanya menatap Al-Quran kecilnya, dia mungkinmengadakan perlawanan atas ketakutan ini denganmembaca Ayat Kursi dan Surat Yasin dari kitab Qurankecilnya, lamat-lamat ( N5M: 241 ).
Barulah setelah menamatkan surat Yasin, mengecupQuran, dan meletakkan ke dadanya sebelum diletakkandengan takzim di meja, Dul mau aku ajak ngobrol ( N5M:242 ).
D. Beriman kepada Rasul AllahAmak (ibunya Alif) meyakini bahwa para rasul, termasuk
Nabi Muhammad saw diutus oleh Allah swt untuk
memperbaiki kehidupan manusia dengan membawa sejumlah
ajararan kebaikan, misalnya menebarkan kedamaian
(memberi salam), keramahan (tersenyum), persaudaraan
77
(ukhuwah), kasih sayang, dan sebagainya. Nilai-nilai kebaikan
yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad swa itulah yang ingin
ditanamkan dalam diri Alif.
‘‘Apakah kawan-kawan yang main dan berkelahitadi orang Islam? tanya Amak lembut.
Aku mengangguk sambil memajukan bibirku,merengut,
‘‘Apa perintah Nabi kita kepada sesama muslim?’’“Memberi salam.’’“Yang lain?’’“Tersenyum.’’“Yang lain?’’ “Bersaudara”“Nah, bersaudara itu berteman, tidak berkelahi,
saling menyayangi. Itu Nabi kita. Mau ikut Nabi?’’“Mau.’’“Jadi harus bagaimana ke kawan-kawan ? “Kali ini
Amak bertanya sambil tersenyum damai. “Bersaudara dan tidak berkelahi,” kataku“Itu baru anak Amak dan umat Nabi Muhammad,”
katanya sambil merengkuh kepalaku dan menyuruhmandi.
Begitulah Amak. Di saat hatiku rusuhdan nyeri, dia selalu datang dengan sepotong senyumyang sangup merawat hatiku yang guncah. Senyumnyaadalah obat yang sejuk (N5M : 137-138).
E. Beriman kepada Qodho dan Qodar AllahQodho berarti ketetapan Allah. Qodar atau taqdir berarti
ukuran atau kekuasaan Allah. Qodho Allah telah berlaku sejak
manusia lahir. Dia lahir di dunia ini dengan tidak diberi hak
untuk memilih siapa ayah dan ibunya, apa rasnya, warna
kulitnya, jenis kelaminnya, dan sebagainya. Dalam
pengembangan dirinya, manusia diikat oleh ketentuan-
ketentuan yang diciptakan Allah (sunnatullah dan
78
syari’atullah). Apa yang terjadi pada diri setiap manusia tidak
terlepas dari ikhtiarnya sekaligus merupakan keputusan Allah.
Ajaran demikian ini terpapar pada kutipan berikut.Ustadz Fariz ternyata belum selesai. Bagai sedang
berceramah di podium, dia mengangkat tangannyamenarik perhatian kami. “Ini tidak kalah penting, Lif.Dalam hidup itu ada tiga manusia terdekat. Orangtua,pasangan, dan anak. Semuanya diberikan sebagai takdir.Kita tidak bisa memilih untuk dilahirkan oleh ibu yangmana. Kita juga tidak akan pernah bisa memilihmendapatkan anak yang seperti apa. Tapi, kita masihmungkin memilih pasangan kita. Walau jodoh di tanganTuhan, tapi kita diberi kesemempatan untuk berupayakeras mendapat pasangan yang terbaik” (RIM : 267).Dengan demikian, setiap manusia dalam menjalani
kehidupan ini harus berikhtiar secara maksimal dan juga
tawakal atas keputusan Allah dengan penuh keikhlasan,
sebagaimana tampak pada kutipan ini. “Bismillah, ya Tuhan, sudah aku kerahkan segala
usaha, sekarang aku serahkan penampilanku kepadaMudengan segala ikhlas,” gumamku (N5M:318 ).
Awalnya hatiku sudah ikhlas dan tenang, tapisemakin lama semakin gelisah. Mungkin aku belumbenar-benar tawakal (R3W : 209).
Di akhir suratnya, Baso menulis sebuah pesanatau mungkin sebuah semangat buat dirinya sendiri,”Aku akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa hidup itumasalah penyerahan diri. Kalau aku sudah mulaibingung dan capek menghadapi segala tekanan hidup,aku praktikkan nasihat Kiai Rais, yaitu siapa saja yangmewakilkan urusannya kepada Tuhan, maka Dia akan‘mencukupkan’ semua kebutuhan kita. ‘Cukup’kawanku. Itu yang seharusnya kita cari. Apa artinyabanyak harta tapi tidak pernah merasa cukup? Itulahjanji Tuhan buat orang yang tawakal. Aku ingin tawakalsempurna. Aku ingin dicukupkanNya segalakebutuhan”(R3W :35).
79
Di antara dampak positif dari beriman kepada qodho
dan qodar Allah dimana manusia harus senantiasa ikhtiar
dan tawakal adalah selain seseorang akan lebih optimis dan
disiplin memanfaatkan waktu, juga akan terhindar dari
kesusahan dan kesenangan yang berlebihan sehingga
hidupnya lebih stabil dan nyaman, sebagaimana tampak
pada kutipan berikut.Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi
apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar (N5M:405). “Sejak saya berfikir ulang tentang tujuan hidup
saya. Betapa pendeknya umur kita. Jangan menunda-nunda sesuatu yang penting, karna kalau hilang, bisahilang selamanya. Yang ada hanya penyesalan yangakan hadir selamanya” ( RIM : 223 )
80
BAB V
BENTUK DAN MAKNA
PESAN-PESAN TENTANG IBADAH
Aspek ibadah dalam tulisan ini berkaitan dengan ibadah
khusus (mahdhoh) dan ibadah umum (ghoiru mahdhoh). Ibadah
mahdhoh ialah ibadah yang ketentuannya sudah diatur dalam
Al-Quran dan Hadits Nabi, seperti syahadat, shalat, puasa,
zakat, haji, wudhu, nikah, adzan, membaca Al-Quran, dan
sebagainya, sedangkan ibadah ghoiru mahdhoh ialah semua
perbuatan baik yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam
dan diniati ibadah, yakni untuk meraih ridho Allah. Kutipan
berikut merepresentasikan motivasi ibadah dalam setiap
aktivitas kehidupan.“Semuanya. Semua waktu, pikiran, dan tenaga
saya, saya serahkan hanya untuk PM. Tidak adakepentingan pribadi, tidak ada harapan untuk dapatimbalam dunia, tidak gaji, tidak rumah, tidak segala-galanya. Semuanya ikhlas hanya ibadah danpengabdian pada Allah.... Bukankah di Al-Qur’andisebutkan bahwa manusia diciptakan untukmengabdi?” (N5M : 253).
“Nak, sudah wa’ang perintah Amak untuksekolah agama, kini pergilah menuntut ilmu sesuaikeinginanmu. Niatkanlah untuk ibadah, insya Allahselalu dimudahkan-Nya. Setiap bersimpuh setelah salat,Amak selalu berdoa untuk wa’ang,” kata Amak (R3W :41).
Kata ibadah pada kutipan tersebut bukan bermakna
ritual keagamaan, melainkan lebih bermakna pengabdian atau
81
penghambaan makhluq kepada Kholiqnya. Dengan kata lain,
ibadah dalam arti umum sebagaimana disebutkan dalam Al-
Quran bahwa Allah swt menciptakan jin dan manusia adalah
untuk mengabdi kepada-Nya. Representasi jenis-jenis ibadah mahdhoh dalam
trilogi novel N5M dapat dipaparkan sebagai berikut.A. Wudhu
Wudhu merupakan jenis ibadah sangat penting dalam
Islam. Ibadah ini merupakan salah satu syarat yang harus
dikerjakan manakala seseorang hendak melaksanakan ibadah
shalat. Sebagai suatu ibadah yang sangat penting, maka para
santri atau peserta didik perlu dibiasakan untuk
melaksanakannya. Alif dan para santri di Pondok Madani (PM)
sudah sangat terbiasa berwudhu ketika hendak shalat,
sebagaimana tersirat pada kutipan berikut.“Qum ya akhi, Tahajjud,” bisik Kak Is,
membangunkan aku malam buta, seperti permintaanku.Teng… teng… lonceng kecil berdentang dua kali didepan aula. Jam 2 dini hari. Aku menyeret badan untukbisa duduk sambil mencari-cari kacamata di sebelahkasur. Dengan tersaruk-saruk aku keluar kamar yangtemaram dan mengambil wuduk (N5M : 197).
Representasi ibadah wudhu terdapat pada kutipanberikut.
“Tiba-tiba, laptop kepunyaan Rajamengumandangkan adzan Subuh. Kami bertiga segeramengambil wudhu. Aku ragu-ragu, tapi Atang telahmemulai apa yang juga aku pikirkan” (N5M:404). Airwudhu masih rintik-rintik dari wajahnya ketika akuterlonjak, campuran antara senang dan kaget (RIM148).
82
B. AdzanAsal makna adzan ialah “memberitahukan”, yakni
memberitahukan bahwa waktu shalat telah tiba dengan lafadz
yang ditentukan oleh syara’. Adzan selain dimaksudkan untuk
memberitahukan bahwa waktu shalat telah tiba, juga
mengajak ummat Islam untuk shalat berjamaah serta
menammpakkan syiar Islam di tengah-tengah masyarakat.
Dalam lafadz adzan itu terdapat pengertian yang mengandung
maksud penting, yakni keyakinan tentang adanya Allah yang
Mahabesar, tidak ada sekutu baginya, serta keyakinan bahwa
Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah yang menerima
wahyu dari-Nya. Selanjutnya di dalam lafadz adzan juga
mengandung ajakan menaati perintah-Nya, yakni menunaikan
shalat akan dapat meraih kememengan atau keberuntungan
hidup di dunia dan akhirat.Mengingat fungsi ibadah adzan yang sangat penting
itu, maka di PM di mana Alif dan para santri yang lainmenimba ilmu, senantiasa dikumandangkan adzan padasetiap masuk waktu shalat wajib, sebagaimanadirepresenatsikan pada kutipan berikut. “Di masjid kamiyang gagah ini setiap sore berhimpun 3 ribu pelajar untukmenyambut datangnya adzan Magrib” (N5M:69).
Representasi ibadah adzan terdapat pada kutipan berikut.
“Begitu azan Subuh berkumandang dari masjid yang berdiri
pas di belakang kantor, beberapa orang terlonjak bangun”
(R1M:75). “Azan dari masjid di belakang kantor lamat-lamat
mengaliri udara senja”( RIM 147).
83
C. Shalat
Secara etimologi, asal makna shalat menurut bahasa
Arab ialah “doa”. Secara terminologi (istilah), shalat berarti
ibadah yang tersusun dari sejumlah perkataan dan perbuatan
yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dan
memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Shalat
merupakan jenis ibadah yang sangat penting dalam ajaran
Islam karena tegakkannya Islam sangat dipengaruhi oleh
pelaksanaan ibadah ini. Di atara fungsi shalat yang utama
adalah mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Oleh
karena pentingnya fungsi shalat ini, maka pembiasaan
menunaikan ibadah shalat berjamaah sangat diperhatikan di
PM sebagaimana tampak dalam kutipan berikut.
“Gedung utama di pondok ini dua. Pertama adalahMasjid Jami’ dua tingkat berkapasitas empat ribu orang.Di sini semua murid sholat berjamaah dan mendalami Al-Qur’an (N5M : 31). ... “Dengan kuping masih terasakempas-kempis, kami terbirit-birit berganti pakaianshalat dan berlari ke masjid jami” (N5M:69).
Pesan tentang ibadah membaca Al-Quran juga tertuang
pada kutipan berikut.Setelah shalat Subuh, aku menenteng majalahini
menuju rumah Ustad Khalid. Dari kejauhan aku sudahbisa melihat beliau sedang membaca Al-Qur’an diberanda rumahnya (N5M :254-255).
“Kita berjamaah salat magribnya ya.” (RIM:148). ...Aku selalu bermimpi punya orang yang bisa jadi imamsalat dengan bacaan yang enak (RIM : 198).
84
Pembiasaan ibadah shalat di PM tidak hanya pada
shalat wajib tetapi juga shalat-shalat sunnah, misalnya shalat
Tahajjud, sebagaimana tampak pada kutipan berikut.
Aku membentang sajadah dan melakukan shalatTahajjud. Di akhir rakaat, aku benamkan ke sajadahsebuah sujud yang panjang dan dalam. Aku cobamemusatkan perhatian kepadaNya dan menghilangselain-Nya. Pelan-pelan aku merasa badanku semakinmengecil dan mengecil dan mengkerut hanya menjadisetitik debu yang melayang-layang di semesta luasyang diciptakan-Nya. Betapa kecil dan tidak berartinyadiriku, dan betapa luas kekuasaanNya. Dengan segalakerendahan hati, aku bisikkan doaku (N5M : 197).
D. Membaca Alquran
Alquran sebagai wahyu dari Allah SWT yang diturunkan
kepada Rasulullah saw yang menjadi pedoman bagi setiap
umat manusia sebagai pedoman hidup yang menunjukkan
kepada jalan kebaikan dan kebenaran, mengingatkan
manusia agar berpegang teguh pada Alquran agar selamat di
dunia dan akhirat. Jika suatu buku memiliki suatu nilai
manfaat dari setiap isinya, maka Alquran banyak memiliki
manfaat dan menjadi tuntunan hidup atau pegangan manusia
dalam hidup di dunia.
Tidak ada bacaan yang lebih hebat di sisi Allah,
malaikat, dan Rasul-Nya selain Alquran. Oleh karena itu,
ummat Islam semestinya memperbanyak membaca Alquran,
85
meresapi setiap maknanya, kemudian dihafalkan dan
selanjutnya diamalkan. Dengan begitu, setiap ummat Islam
akan menjadi manusia yang paling beruntung.
Rasulullah SAW menganggap Alquran itu sebagai al-
Muta'abbadu bi tilawatihi (hal yang dianggap beribadah bila
membacanya). Oleh karena itu, seharusnya ummat Islam
lebih memprioritaskan membaca, menghafalkan, memahami,
dan mengamalkan Alquran dibandingkan membaca referensi
yang lain (http://7topranking.blogspot.com/2013/06/7-
hikmah-membaca-al-quran.html, diakses pada 21 Desember
2014).
Oleh karena begitu pentingnya mempelajari Alquran,
maka pembiasaan mempelajari Alquran sangat diperhatikan
di PM, sebagaimana tampak pada kutipan berikut.
Setelah lelah beraktifitas sejak jam 4.30 subuh,mempertahankan kepala tetap tegak dan mata tetapterbuka sungguh perjuangan maha berat. Apalagi,masjid kami punya langit-langit tinggi sehingga sirkulasiudaranya sangat baik dan senantiasa berhawa sejuk.Dengungan suara ribuan orang mendaras Al-Qur’anmalah menjadi seperti dendang pengantar tidur yangmujarab (N5M: 69). ... Tidak ketinggalan, ini tempatyang pas mendengarkan kalam Ilahi yang dibacasangat indah oleh para qari, pembaca Al-Quran, pilihanPM (N5M:94).
86
Baso berkeinginan untuk menghafalkan Alquran, salah
satu motivasinya adalah agar dia dapat membalas jasa
orangtuanya, yakni agar orantuanya dapat hidup selamat dan
berbahagia di akhirat, sebuah motivasi yang sangat terpuji di
saat ia sendiri sangat kekurangan biaya untuk terus menimba
ilmu di PM. Hal ini tampak pada kutipan berikut.“Tahukah kalian, ada sebuah hadits yang
mengajarkan bahwa kalau seorang anak menghapal Al-Quran, maka kedua orangtuanya akan mendapat jubahkemuliaan di akhirat nanti. Keselamatan akhirat buatkedua orangtuaku…”
“Hanya hapalan… hanya hapalan Quran inilahyang bisa aku berikan untuk membalas kebaikanmereka kepadaku. Aku ingin mereka punya jubahkemuliaan di depan Allah nanti,” katanya sambilmematut-matut foto itu, seakan baru pertama kalimelihatnya” (N5M : 362).
Perasaanku tergetar. Untuk pertama kalinya akusadari bahwa motivasi besar Baso menghapal Al-Quranadalah pengabdian kepada orangtua. Aku yakin teman-temanku yang lain juga baru tahu (N5M : 363).
Selain motivasi kebahagiaan di akhirat, mempelajari
dan menghafalkan Alquran juga boleh untuk sarana meraih
kemuliaan di dunia, karena Alquran sendiri menganjurkan
agar ummat Islam berusaha menggapai kebahagiaan di
akhirat namun tidak melupakan kesuksesan hidup di dunia.
Kutpan berikut ini menceritakan keinginan Baso agar dapat
diterima kuliah di Timur Tengah dengan modal hafalan
Alquran.
“Selain itu, aku mendengar, orang yang hapal Al-Quran bisa mendapatkan beasiswa penuh untuk kuliah
87
di Madinah dan Mekkah, tempat yang aku impikanuntuk belajar nanti. Siapa tahu memang ada jalan…,”katanya sekali lagi menerawang. Baso terus memegangteguh niatnya untuk sekolah ke Arab, seperti yang kamiimpikan di bawah menara menjelang Maghrib (N5M :363).
E. Berpuasa
Puasa atau shaum dalam bahasa Arab adalah menahan
diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa
membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam
matahari, dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan
ketakwaan seorang muslim. Berpuasa merupakan salah satu
dari lima Rukun Islam. Saum secara bahasa artinya menahan
atau mencegah.
Ibadah puasa Ramadhan yang diwajibkan Allah kepada
setiap mukmin adalah ibadah yang ditujukan untuk bertaqwa
kepada Allah (seperti yang tertera dalam sebuah surah dalam
al-Qur'an (Al-Baqarah 2:183).
Keutamaan puasa menurut syariat Islam adalah agar
orang-orang yang berpuasa dapat melewati sebuah pintu
surga yang bernama Rayyan, dan keutamaan lainnya adalah
Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka, sejauh 70
tahun perjalanan (http://almanhaj.or.id/content/keutamaan-
keutamaan-puasa, diakses pada 21 Desember 2014).
88
Hadis riwayat Sahal bin Saad, ia berkata: Rasulullahsaw bersabda: Sesungguhnya di dalam surga ituterdapat pintu yang bernama Rayyan. Orang-orang yangberpuasa akan masuk lewat pintu itu pada hari kiamat.Tidak ada orang selain mereka yang masuk bersamamereka. Ditanyakan: Di mana orang-orang yang puasa?Kemudian mereka masuk lewat pintu tersebut dan ketikaorang yang terakhir dari mereka sudah masuk, makapintu itu ditutup kembali dan tidak ada orang yang akanmasuk lewat pintu itu (Shahih Muslim No.1947).
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri, ia berkata:Rasulullah saw bersabda: Tidaklah seorang hamba yangberpuasa satu hari di jalan Allah, kecuali Allah akanmenjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh jarakperjalanan 70 tahun (Shahih Muslim No.1948).
Adapun hikmah dari ibadah shaum adalah melatih
manusia untuk sabar dalam menjalani hidup. Maksud dari
sabar yang tertera dalam al-Quran adalah gigih dan ulet
seperti yang dimaksud dalam Ali ‘Imran, 3:146. Di antara
hikmah dan faedah puasa selain untuk menjadi orang yang
bertakwa adalah (1) mendidik jiwa agar dapat menguasai diri,
(2) mendidik nafsu agar tidak senantiasa dimanjakan dan
dituruti, (3) mendidik jiwa untuk dapat memegang amanat
dengan sebaik-baiknya, dan (4) mendidik kesabaran dan
ketabahan.
Selain untuk tujuan ibadah kepada Allah, ibadah puasa
sunnah juga boleh diniatkan untuk meraih tujuan baik yang
89
bersifat duniawi, misalnya agar lulus dalam ujian sekolah,
seleksi untuk memperoleh pekerjaan, dan sebagainya.
Agar lulus seleksi dalam pemilihan sebagai duta
bangsa, Alif melaksanakan puasa sunnah Senin-Kamis,
sebagaimana tampak pada kutipan berikut.
Seminggu berlalu. Awalnya hatiku sudah ikhlas dantenang, tapi semakin lama semakin gelisah. Mungkinaku belum benar-benar tawakal. Aku ternyata sangatberharap terpilih menjadi duta muda bangsa, entah ituke Australia, Jepang, negara ASEAN, atau Kanada.
Dan hari Kamis itu, ketika sedang berbuka puasasunah di kamar kos dengan pecel lele Supratman, BiImah berteriak dari ruang tengah, “Den Alif, adatelepon dari ibunya....” (R3W : 209).
Selanjutnya, representasi ibadah ghoiru mahdhoh
dapat dipaparkan sebagai berikut.
F. Berdoa
Doa ialah permohonan seseorang hamba terhadap Allah
untuk meyelesaikan segala masalah rohani dan jasmani, dunia
dan akhirat baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang
lain. Allah berfirman: “Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku
perkenankan doa permohonan kamu. Sesungguhnya orang-
orang yang sombong dari beribadat dan berdoa kepada-Ku,
akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina” (Q.S. Al-
Mu’min:60).
90
Doa merupakan ungkapan permohonan atau permintaan
yang ditujukan kepada Allah semata-mata, dalam usaha untuk
memenuhi hajat atau keperluan tertentu. Restu dan ridha Allah
sentiasa diharapkan untuk menghidupkan semangat atau
harapan guna memperoleh kekuatan rohani dan jasmani.
Sebuah hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh
Anas bin Malik ra menjelaskan bahawa doa adalah inti atau
otak ibadah. Ini membuktikan bahwa doa adalah sebahagian
dari ibadah yang perlu kita amalkan dalam kehidupan sehari-
hari.
Doa merupakan satu mekanisme yang diberikan Allah
kepada hamba-Nya yang lemah dan tidak berdaya, karena
manusia yang beriman dan memahami hakikat kehidupannya
akan memerlukan pertolongan Allah Yang Maha Agung dan
Maha Pemberi yang menyediakan segala macam rahmat dan
nikmat.
Doa orang beriman pasti dikabulkan oleh Allah, yakni
dalam tiga cara, yaitu (1) dikabulkan secara langsung apa
yang kita minta, (2) dihindarkan kita dari sesuatu musibah
atau bencana, dan (3) ditangguhkan ke satu masa lain,
misalnya di akhirat yaitu akan diberi pahala sesuai dengan
permintaan itu.
91
Doa merupakan jalan yang harus dilalui dalam mencapai
sesuatu yang diharapkan. Berpegang pada ketentuan yang
betul, insya Allah segala yang kita harapkan akan dikabulkan.
Dengan berdoa, kita akan merasakan kehebatan dan
keagungan Allah dan betapa lemahnya kita sebagai hamba-
Nya.
Doa adalah sebagai pelindung dan senjata kepada setiap
orang mukmin dari godaan dan hasutan setan serta dari
kejahatan manusia. Dengan berdoa akan meningkatkan
ketaqwaan dan kekuatan iman seorang mukmin. Allah sangat
mengasihi dan menyukai hamba-hamba-Nya yang selalu
berdoa dan meminta kepada-Nya. Dengan berdoa akan
mententeramkan jiwa kita, menjadi penawar dan penenang
hati yang bersedih. “Ketahuilah, dengan mengingati Allah hati
akan menjadi tenang'. (Q.S. Ar-Ra'du ayat 28). Doa adalah
obat penyembuh bagi segala jenis penyakit yang ada pada diri
manusia baik penyakit lahiriah maupun penyakit batiniah.
Doa juga merupakan tali penghubung di antara anak
dengan kedua orangtua yang telah meninggal dunia, anak-
anaknya yang shalih sangat dinantikan untuk mendoakan
kesejahteraan mereka di alam kubur. Rasulullah saw bersabda,
“Apabila anak Adam meninggal dunia, maka putuslah semua
amalannya kecuali tiga perkara yaitu, sedekah jariyah, ilmu
92
yang bermanfaat, dan anak yang shalih yang mendoakannya'.
(H.R.Bukhari dan Muslim). Dengan berdoa Allah akan
membukakan pintu rahmat-Nya kepada manusia. “Doa itu
adalah anak kunci kepada pintu rahmat” (H.R.Ad-Dailami). Doa
adalah penghubung dan pengikat tali persaudaraan dan kasih
sayang di antara sesama mukmin. “Doa seorang mukmin
terhadap saudaranya (mukmin) secara diam-diam, pasti
diperkenankan oleh Allah” (H.R.Muslim) (http://aura-
hikmah.blogspot.com//pengertian-doa-keutamaannya, diakses
pada 21 Desember 2014).
Menyadari betapa pentingnya aktivitas berdoa dalam
kehidupan manusia di dunia ini, Alif dan para santri PM juga
rajin berdoa, misalnya doa Alif agar diberi kelancara dalam
setiap urusannya, lebih-lebih ketika akan menempuh ujian
sebagaimana tampak pada kutipan berikut.
“Ya Allah, hamba datang mengadu kepadaMu denganhati rusuh dan berharap. Ujian pelajaran Muthala’ahtinggal besuk, tapi aku belum siap dan belum hapalpelajaran. HambaMu ini datang meminta kelapanganpikiran dan kemudahan untuk mendapat ilmu dan bisamenghapal dan lulus ujian dengan baik. SesungguhnyaEngkau Maha Pendengar terhadap doa hamba yangkesulitan. Amiiinnn.” (N5M : 197).
Dengan menghirup kopi panas di tengah dini hari,aku siap berjuang. Sebuah doa aku kumandangkan lamat-lamat sebelum membuka buku pelajaranmuthalaah.“Allahummaiftah Alaina hikmatana.” Tuhan,mohon bukakanlah pintu hikmah dan ilmuMu buatku.Rabbi zidni ilman warzuqni fahman. Tuhankutambahkanlah ilmuku dan berkahilah aku denganpemahaman (N5M : 198).
93
Aku pimpin doa setelah solat dan diamini olehsuaranya di belakangku. ( RIM 149). Mohon doa Amakagar ananda dimudahkan selalu untuk hidup di rantau,menuntut ilmu dan mencari rezeki. Sembah sujud ananda.Alif (R3W:174).
G. Membaca/belajar
Membaca/belajar adalah kegiatan meresepsi,
menganalisis, dan mengintepretasi yang dilakukan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan
oleh penulis dalam media tulisan. Pada dasarnya belajar
adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mencari informasi
tentang sesuatu yang bersifat baru. Belajar adalah suatu
kegiatan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Itu sebabnya
belajar itu sangat penting bagi seluruh manusia. Oleh karena
tanpa belajar manusia tidak akan mengetahui apa yang
seharusnya diketahui.
Belajar itu merupakan suatu kebutuhan yang benar-
benar harus dipenuhi. Belajar dapat diibaratkan seperti makan
apabila kita tidak makan maka kita akan lapar. Begitu juga
dengan belajar, apabila kita tidak belajar maka kita juga akan
lapar akan ilmu-ilmu yang ingin kita ketahui.
Di dalam al-Quran juga dituliskan bahwa setap manusia
dianjurkan untuk belajar seperti yang terdapat di dalam surat
al-‘Alaq yang artinya “bacalah”. Oleh karena itu, setiap
manusia seharusnya meluangkan waktu untuk belajar agar
94
menjadi bekal dalam mengatasi segala permasalahan-
permasalahan kehidupan ini. Belajar sangat penting bagi
kehidupan sehari-hari yang bertujuan untuk mendapatkan
pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap
mental/nilai-nilai.
Belajar juga memainkan peran penting dalam
mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia
(bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di
antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju karena
belajar. Oleh karenanya belajar sangat penting bagi kehidupan,
maka bagi Alif belajar adalah menjadi prioritas utama dalam
aktivitas sehari-harinya, sebagaimana tampak pada kutipan
berikut ini.
“Alif, bagiku belajar adalah segalanya. Ini perintahTuhan, perintah Rasul, perintah kemanusiaan.Bayangkan, kata-kata pertama wahyu yang diterimaRasulullah itu adalah iqra. Bacalah. Itu artinya jugabelajar. Makanya, aku akan terus mempraktikkan ajaranRasul itu, bahwa kita perlu belajar dari buaian sampailiang lahat. Aku tidak akan berhenti belajar walau nantisudah dapat gelar atau lulus sekolah. Mungkin kamubingung dengan kegilaanku belajar. Percayalah, tidakhanya aku yang gila. Ribuan tahun yang lalu, sekarang,dan di masa depan akan terus ada orang yang gila ilmu(R3W :34).
95
H. Bersedekah
Sedekah merupakan amalan yang mulia. Sedekah
dengan ikhlas akan menjanjikan pahala buat pelakunya,
karena setiap perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan
baik juga. Adapun manfaat sedekah antara lain adalah
sebagai berikut (http://indahnyasedekahanda.wordpress.com,
diakses pada 21 Desember 2014).
Pertama, sedekah dapat menghapuskan kesalahan dan
meredakan murka Allah. Rasulullah Saw bersabda: “Sedekah
meredakan kemarahan Allah dan menangkal (mengurangi)
kepedihan sakaratul maut” (Sayyid Sabiq).
Kedua, sedekah membuka pintu rezeki. Rasulullah Saw
bersabda, ” Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah)
dengan mengeluarkan sedekah.” (HR Al-Baihaqi). Dalam
salah satu hadits Qudsi, Allah berfirman: ” Hai anak Adam,
infaqlah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan
nafkah kepadamu“(HR Muslim).
Ketiga, sedekah melipatgandakan rezeki. Sedekah tidak
saja membuka pintu rezeki, tetapi juga melipatgandakan
rezeki yang ada pada kita. “Perumpamaan nafkah yang
96
dikeluarkan oleh orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir, seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (QS Al-Baqarah 2:261).
Keempat, sedekah menjauhkan diri dari api neraka.
Rasulullah Saw bersabda: “Jauhkan dirimu dari api neraka
walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir kurma”
( Mutafaq’alaih).
Kelima, pelaku sedekah berada dalam naungan
sedekahnya pada hari kiamat. Rasulullah bersabda:
“Naungan bagi seorang mukmin pada hari kiamat adalah
sedekahnya” (HR Ahmad).
Mengingat sedemikian pentingnya hikmah sedekah
sebagaimana dipaparkan di atas, maka pembelajaran
bersedekah juga sangat diperhatikan di PM dengan harapan
para peserta didiknya memiliki kepedulian sosial dan empati
pada sesama. Kutipan berikut ini menggambarkan para santri
di PM sudah terbiasa bersedekah kepada teman-temannya.
97
“Ayolah kawan-kawan. Kapan lagi kita bersepedabersama ke kota. Aku akan traktir kalian semua diwarung sate paling enak di sana,” bujuk said (N5M:122-125).
Said menyorongkan gelas besar dan semangkukmakrunah, “Ya akhi, ngopi dulu supaya tidak ngantuk.”Itulah enaknya punya temen seperti Said yang seringdapat wesel. Konsumsi ditanggung banyak (N5M : 198).
’’Ayo....ayo.... aku traktir. Semua yang aku pesanadalah menu andalan mereka. Coba ini, saya jaminkalian tidak akan ketemu di tempat lain. Ini namanyagulai kacang hijau,’’ pamer Said(N5M:225-226).
Seperti memenangkan piala dunia, masing-masingkardus kami arak ke kamar. Di bawah kerubutan kawan-kawan, aku meletakkan paket di tengah kamar. Semuapenasaran dan menahan napas. Siapa pun penerimapaket di kamar ini, berarti membawa kebahagiaan buatsemua (N5M:270).
I. Beristighfar
Beristighfar adalah mengucapkan kalimat astaghfirullah
dengan niat memohon ampun kepada Allah atas segala
kesalahan yang telah dilakukan dengan harapan agar dosa
akibat kesalahannya itu dihapuskan oleh Allah. Istighfar
merupakan salah satu jalan untuk memohon ampunan-Nya.
Manfaat istighfar bagi umat Islam sangat banyak. Setiap
manusia tentu tidak terlepas dari berbuat salah dan khilaf
dalam kehidupannya sehari-hari. Ketika manusia berbuat salah
maka sebaiknya segera memohon ampun kepada Allah agar
dosanya diampuninya
98
Di antara banyak dzikir yang diamalkan ummat Islam
sebagai hamba Allah, salah satunya adalah dengan
beristighfar. Untuk itulah maka beristighfar dianjurkan untuk
diperbanyak dan dikerjakan secara rutin. Istghfar jika dibaca
secara rutin dalam setiap waktu dan kesempatan, terlebih
setelah melaksanakan shalat akan memberikan dampak yang
positif dan manfaat yang besar bagi si pelakunya.Adapun di antara manfaat beristighfar adalah sebagai
berikut. Pertama, untuk menggembirakan Allah. Rasulullah
bersabda, “Sungguh, Allah lebih gembira dengan taubat
hamba-Nya daripada kegembiraan salah seorang dari kalian
yang menemukan ontanya yang hilang di padang pasir”
(HR.Bukhari dan Muslim).Kedua, agar dosa-dosanya diampuni. Rasulullah
bersabda, “Allah telah berkata,’Wahai hamba-hamba-Ku, setiap
kalian pasti berdosa kecuali yang Aku jaga. Maka
beristighfarlah kalian kepada-Ku, niscaya kalian Aku ampuni.
Dan barangsiapa yang meyakini bahwa Aku punya
kemampuan untuk mengamouni dosa-dosanya, maka Aku
akan mengampuninya dan Aku tidak peduli (beberapa banyak
dosanya)” (HR.Ibnu Majah, Tirmidzi). Ketiga, agar selamat dari api neraka. Hudzaifah pernah
berkata, “Saya adalah orang yang tajam lidah terhadap
keluargaku, wahai Rasulullah, aku takut kalau lidahku itu
99
menyebabkan ku masuk neraka’. Rasulullah bersabda,’Dimana
posisimu terhadap istighfar? Sesungguhnya, aku senantiasa
beristighfar kepada Allah sebanyak seratus kali dalam sehari
semalam’.” (HR.Nasa’i, Ibnu Majah, al-Hakim dan
dishahihkannya). Keempat, mendapat balasan surga. “Dan (juga) orang-
orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi
yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan
mereka dan surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai,
sedang mereka kekal didalamnya; dan itulah sebaik-baik
pahala orang-orang yang beramal”(QS.Ali’Imran: 135-136).Kelima, untuk melapangkan kesempitan. Rasulullah
bersabda,”Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka
Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap
kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan
memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-
sangka,”(HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad)
(http://kuliahnyata. blogspot.com /keistimewaan-istighfar,
diakses pada 21 Desember 2014).
100
Pesan tentang betapa pentingnya bacaan istighfar dalam
trilogi novel N5M adalah dibacanya salah satu syair Abu Nawas
di PM. Syair yang berisi istighfar ini biasanya dibaca bersama
dengan dilagukan, sebagaimana tampak pada kutipan berikut.Untuk pertama kalinya aku hanyut ketika
melagukan syair nakal Abu Nawas bersama sebelumshalat Maghrib. Syair ini kami lantunkan dengan syahdu,meminta segala ampunan terhadap segala dosa kamiyang bertabur seperti butir pasir. Suara ribuan orangbersipongang bagai guruh ke segala arah. Turut naikdengan nada meratap. Efeknya menjalar dalam ke urathatiku. Aku jiwai dengan sepenuh hati setiap bait-baitnya…(N5M:142-143).
Ilahi lastu lilfirdausiahla,Walaa aqwa ‘ala naaril jahiimiFahabli taubatan waghfir dzunubi,Fainaka ghafirudz-dzanbil azhimi….
Dzunubi mitslu a’adaadin rimali,Fahabli taubatan ya Dzul Jalaali,Wa ‘umri naqishu fi kulli yaumi,Wa `azanbi zaaidun kaifahtimali
Ilhi ‘abdukal ‘aashi ataak,Muqirran bi dzunubi wa qad da’aakaFain taghfir fa anta lidzaka ahlun,Wain tadrud faman narju siswaaka
Wahai Tuhanku… aku sebetunya tak layak masuksurgaMu,
Tapi… aku juga tak sanggup menahan amuknerakaMu,
Karena itu mohon terima taubatku ampunkandosaku,
Sesungguhnya Engkaulah maha pengampun dosa-dosa besar
Dosa-dosaku bagaikan bilangan butir pasirMaka berilah ampunkan oh Tuhanku yang Maha
Agung
Setiap hari umurku terus berkurangSedangkan dosaku terus menggunung,
101
Bagaimana aku menanggungkannya
Wahai Tuhan, hamba-Mu yang berdosa iniDating bersimpuh ke hidupan-MuMengakui segala dosakuMengadu dan memohon kepada-Mu
Kalau Engkau ampuni itu karenaEngkau sajalah yang bisa mengampuniTapi kalau Engkau tolak, kepada siapa lagi kami
mohonAmpun selain kepada-Mu? (N5M:143-144).
Setiap bait aku lantunkan dengan sepnuh hati,mohon ampun kepada Tuhan dan mohon ampun kepadaAmak. Dadaku terasa luruh dan plong. Rasanyapengaduanku didengar oleh-Nya. Pengaduan pendosayang tidak ada tempat lain untuk mengadu selain-Nya(N5M:144).
J. Mengajar
Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing peserta
didik dalam kegiatan belajar yang mengandung pengertian
bahwa mengajar merupakan usaha mengorganisasikan
lingkungan dalam hubungannya dengan peserta didik dan
bahan pengajaran, sehingga terjadi proses belajar mengajar.
Mengajar dapat diartikan sebagai suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.
Atau, mengajar merupakan upaya menciptakan kondisi yang
kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para
siswa.
102
Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam
rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya
proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Oleh karenanya mengajar merupakan suatu proses yang
kompleks, tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari
guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan yang
harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih
baik pada seluruh peserta didiknya.
Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang
disampaikan itu dapat dipahami peserta didik. Guru yang
berhasil mengajar di suatu sekolah belum tentu berhasil di
sekolah lain. Itulah sebabnya ada pendapat bahwa mengajar
itu adalah suatu “seni” tersendiri.
Hal terpenting terkait dengan aktivitas mengajar adalah
adanya jiwa keikhlasan dari para pendidik untuk
mengembangkan peserta didik agar menjadi generasi penerus
yang shalih dan unggul. Jiwa keikhlasan – yang oleh ustadz-
ustadz di PM diyakini sebagai “energi tertinggi”ini – telah
dicontohkan oleh para ustadz di PM dimana mereka tidak digaji
dan mengajar hanya dengat niat beribadah kepada Allah,
tampak pada kutipan berikut ini.
Jiwa keikhlasan dipertontonkan setiap hati di PM.Guru-guru kami yang tercinta dan terhebat-hebat samasekali tidak menerima gaji untuk mengajar. Mereka
103
semua tinggal di dalam PM dan diberi fasilitas hidupyang cukup, tapi tidak ada gaji. Dengan tidak adanyaekspektasi gaji semenjak awal, niat mereka menjadikhalis. Mengajar hanya karena ibadah, karena perintahTuhan. Titik (N5M:296-297).
Begitu niat ikhlas terganggu, seorang gurubiasanya merasakannya dan langsung mengundurkandiri. Akibat seleksi ikhlas ini, semua guru dan kiai punpunya tingkat keikhlasan yang terjaga tinggi yangartinya juga energi tertinggi. Dalam ikhlas, sama sekalitidak ada transaksi yang merugi. Nothing to lose.Semuanya dikerjakan all-out dengan mutu terbaik.Karena mereka tahu, cukuplah Tuhan sendiri yangmembalas semuanya. Tidak ada transfer duit danmateri di PM. Hanya transfer amal, doa, dan pahala.Indah sekali. Sosok Ustadz Khalid kembali muncul dipelupuk mataku (N5M:297).
Inilah yang aku pelajari dan pahami tentangkeikhlasan. Dan aku tahu, hampir semua kami di kelasenam meresapi pemahaman ini (N5M:297).
Bahkan keikhlasan para ustadz di PM karena sudah
mencapai level tinggi dinyatakan dengan istilah “mewakafkan
diri”, sebuah istilah yang bermakna totalitas dalam
perjuangan dan pengabdian. Kutipan berikut
menginformasikan hal itu.
“Pertanyaan bagus akhi. Jadi begini. Saya pribaditelah memutuskan untuk berwakaf kepada PM. Danbarang yang saya wakafkan adalah diri saya sendiri”.
Aku kurang mengerti dengan jawabannya.“Maaf Tad, boleh diperjelas lagi, mewakafkan diri?” “ Iya, sederhananya, kalau kita mewakafkan tanah
ke sekolah, maka tanah itu berpindah ke tangansekolah itu selamanya, untuk kepentingan sekolah danumat. Dan saya, karena tidak punya tanah, yang sayawakafkan adalah diri saya sendiri saja” (N5M : 253).
104
BAB VI
BENTUK DAN MAKNA
PESAN-PESAN TENTANG AKHLAK
Menurut bahasa, kata akhlak berasal dari bahasa Arab,
al-khulq, yang berarrti tabiat, kelakuan, perangai, tingkah laku,
adat kebiasaan, bahkan ia juga berarti agama itu sendiri.
Menurut istilah, akhlak berarti sifat yang tertanam di dalam
diri yang dapat mengeluarkan sesuatu perbuatan dengan
senang dan mudah tanpa pemikiran, penelitian dan paksaan.
Ibn Miskawaih, ahli falsafah Islam yang terkenal,
mendefinisikan akhlak sebagai keadaan jiwa yang mendorong
ke arah melahirkan perbuatan tanpa pemikiran dan penelitian.
Imam Ghazali mengatakan bahwa akhlak ialah suatu keadaan
yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan perbuatan-
perbuatan dengan senang tanpa memerlukan pemikiran dan
penelitian. Apabila perbuatan yang dikeluarkan itu baik dan
terpuji menurut syara dan aqal, perbuatan itu dinamakan
akhlak yang mulia. Sebaliknya apabila yang dikeluarkan itu
perbuatan yang buruk, ia dinamakan akhlak yang buruk.Islam mempunyai dua sumber yaitu Al-Quran dan As-
Sunnah yang menjadi pegangan dalam menentukan segala
urusan dunia dan akhirat. Kedua sumber itulah juga yang
menjadi sumber akhlak islamiyah. Prinsip-prinsip dan kaedah
105
ilmu akhlak Islam semuanya didasarkan kepada wahyu yang
memiliki kebenaran yang bersifat mutlak. Apabila melihat
batasan akhlak islamiyyah sebagai satu ilmu berdasarkan
kepada dua sumber yang mutlak ini, akhlak dapat definisikan
sebagai satu ilmu yang membahas tatanilai, hukum-hukum,
dan prinsip-prinsip tertentu untuk mengenal sifat-sifat
keutamaan untuk dihayati dan diamalkan dan mengenal sifat-
sifat tercela untuk dijauhi guna mencapai keridhaan Allah.
Apabila akhlak dapat dirumuskan sebagai satu sifat atau sikap
keperibadian yang melahirkan tingkah laku perbuatan manusia
dalam usaha membentuk kehidupan yang sempurna
berdasarkan kepada prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh
Allah.Pesan-pesan keislaman yang terkait dengan aspek
akhlak dalam trilogi novel N5M dapat dipaparkan sebagai
berikut. A. Bersyukur
Kekurangan adalah sifat manusia yang sangat
mendasar, tidak sedikit ditemukan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Di antara cara yang sangat perlu
dilakukan adalah dengan senantiasa bersyukur atas segala
nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada kita. Syukur
adalah terlihatnya tanda-tanda nikmat Allah pada lidah
hamba-Nya dalam bentuk pujian, dalam hatinya dalam
106
bentuk cinta kepada-Nya, dan pada organ tubuh dalam
bentuk taat dan tunduk kepada-Nya. Dalam definisi syukur
ini terkandung tiga unsur, yaitu: pujian lisan, cinta dalam
hati dan ketaatan dalam perbuatan. Syukur sejatinya tidak
menambah apapun kepada pelakunya melainkan
kenikmatan dan kebahagiaan. Dengan bersyukur, manusia
menjadi lebih berbahagia dan menjadi lebih bertambah
nikmatnya. Syukur dengan demikian, memiliki korelasi
positif dengan kesuksesan.Alquran secara tegas menyatakan bahwa manfaat
bersyukur adalah untuk manusia itu sendiri. “Dan sesungguhnya telah Kami berikan
hikmah kepada Luqman, yaitu: Bersyukurlah kepadaAllah. Dan barangsiapa yang bersyukur, makasesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, danbarangsiapa yang tidak bersyukur, makasesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”(Q.S. Luqma :31).
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmumemaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur,pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, danjika kamu mengingkari (nikmat-Ku), makasesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim:7).
Secara etimologi, syukur berarti mengenal atau
mengakui kebaikan. Syukur dapat pula berarti bertambah
dan berkembang. Adapun secara syari’at, syukur adalah
memperlihatkan tanda-tanda kenikmatan dari Allah atas
107
hamba-Nya dengan mengimani Allah dalam hati, memuji-
Nya dengan lisan dan membuktikannya dengan ibadah.
Syukur pada hakikatnya merupakan ungkapan terima kasih
atas nikmat yang telah diberikan Allah Swt lalu
menggunakannya pada jalan yang diridhoi-Nya.
Syukur sangat erat kaitannya dengan hati, lisan, dan
anggota tubuh. Pertama, bersyukur dengan hati. Bersyukur
dengan hati berarti mengenal nikmat, menghadirkannya
dalam hati membedakan dan meyakininya. Menghitung
nikmat dan mengenalkannya adalah tahap awal untuk
bersyukur, lalu menyadari betapa banyak nikmat yang Allah
telah berikan dan ketidakmampuan kita untuk
menghitungnya. Lalu ketika nikmat telah dikenal, maka kita
akan sampai pada tingkat mengenal Zat pemberi nikmat
secara mendalam.
Kutipan berikut ini merupakan representasi syukurdengan hati yang sudah menjadi kebiasaan Alif danpara sahabatnya. “Aku bersyukur untuk diriku sendiridan berdoa untuk Baso (N5M : 361). “... Sementara,Said, dengan segala kesibukan olahraga, sangatbersyukur masih bisa mendapatkan nilai yangmemungkinkan dia naik kelas (N5M 284).”
Dengan wajah meringis, aku balik juga mapkarton manila kuning itu. Aku sungguh takut melihatkalau ada tinta merah di dalamnya. Alhamdulillah, tidak
108
ada merah, semuanya biru. Tapi bukan biru perkasa,nilaiku cuma rata-rata 6,5 (R3W: 13).
Kedua, bersyukur dengan lisan. Bersyukur dengan
lisan adalah senantiasa memuji dan menyanjung Allah swt.
Lisan merupakan media yang digunakan untuk
mengungkapkan isi hati yang penuh dengan rasa syukur
kepada Allah. Syukur dengan lisan adalah pengakuan atas
anugerah dalam derajat kepasrahan.
Kutipan berikut ini merupakan representasi syukur
dengan lisan yang sudah menjadi kebiasaan Alif dan para
sahabatnya.
“Bagi kami kemuliaan hari jumat lebih darifavorit nabi Muhammad. Bagi kami, kalimat thanksGod it,s Friday bukan basa-basi” (N5M:120). ... Yangjelas dia memaafkan keterlambatan kami kali ini.Alhamdulillah” (N5M:131). “Alhamdulillah, aku masihpunya seorang nenek yang menampungku” (N5M :361).
“Syukron ya akhi,gitu dong sering-sering kitadikasih bonus, sahutku senang hati.Hanya pada harispesial saja kami dapat jatah makan mewah dengandaging, susu dan kurma.Misalnya menjelangujian,hari raya, atau hari kami naik kelas enam”(N5M:290).
“Alhamdulillah... alhamdulillah, akhirnya sayalulus. Terima kasih banyak ya, Bu. Ibu telah membukajalan buat saya ke luar negeri...” (R3W : 210). ... Yes,Amerika! Alhamdulillah, bisikku. Senyumku merekahlebar sekali (R3W : 214).
109
Orang yang bersyukur adalah orang yang lisannya
selalu mengucapkan “alhamdulillah” atau “syukron” atau
“terima kasih” dalam situasi bagaimanapun. Sebagaimana
Nabi saw memuji Allah dalam mengawali doa, selesai
mengerjakan sesuatu, bangun dari tidur, dalam setiap
khutbah, pernikahan, suatu urusan, selesai makan dan
minum, saat bersin, dan sebagainya.
Ketiga, bersyukur dengan anggota badan. Syukurnya
tubuh dan anggota-anggota badan dilakukan dengan
bersikap setia dan mengabdi kepada-Nya. Inti dari syukur
dengan anggota badan adalah amal shalih. Selain
senantiasa beribadah dan beramal sholih, contoh konkret
dari syukur dengan anggota badan adalah melaksanakan
sujud syukur. Alif sudah terbiasa melakukan sujud syukur
manakala mendapatkan karunia dari Allah, sebagaimana
tampak pada kutipan berikut ini.
“Aku melakukan sujud syukur setelah menerimahadiah tidak terduga ini. Ini mungkin yang dimaksudUstad Faris,”Tuhan itu bisa mendatangkan rezekikepada manusia dari jalan yang tidak pernah kitasangka-sangka” (N5M: 205).
B. Menjaga Pandangan
110
Menjaga atau menundukkan pandangan adalah
perkara utama dan kunci dari keselamatan seorang muslim
dalam memelihara jiwa dan akalnya dari tipu daya hawa
nafsu. Oleh karena pentingnya menjaga pandangan ini,
maka Allah Swt mewahyukan ayat khusus yang terkait
dengan hal ini.
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:“Hendaklah mereka menahan pandanganya, danmemelihara kemaluannya; yang demikian itu adalahlebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah MahaMengetahui apa yang mereka perbuat” (Q.S. An Nuur,24: 30).
Rasulullah saw juga memperingatkan umatnya tentang
pentingnya menjaga pandangan dan sekaligus bahaya bagi
orang-orang yang tidak bisa menjaga pandangannya. Dalam
hal ini beliau bersabda:
“Wahai Ali, jangan kamu ikuti pandanganpertama dengan pandangan berikutnya, karena yangpertama itu boleh (dimaafkan sedangkan yangberikutnya tidak.” (HR. Tirmidzi).
“Pandangan mata adalah panah beracun diantara panah-panah iblis. Barangsiapameninggalkannya karena takut kepada-Ku maka Akuganti dengan keimanan yang dirasakan manis dalamhatinya.” (HR. Hakim).
111
Dua hadits tersebut telah memberikan penjelasan
bahwa pandangan mata itu sangat berbahaya. Dari
beberapa kasus pemerkosaan yang terjadi, sebagian besar
berawal dari pandangan mata yang dilampiaskan. Oleh
karena itu, menjaga mata atau menundukkan pandangan
sungguh sangat penting untuk diamalkan
(http://matasalman.com/kemuliaan-menjaga-pandangan,
diakses pada 21 Desember 2014).
.Menjaga pandangan di zaman sekarang ini merupakan
suatu hal yang tidak mudah dan tidak ringan. Dalam sehari
semalam, utamanya bagi oarng-orang yang aktivitasnya di
luar rumah, maka mata dalam situasi tertentu, mau tidak
mau harus melihat hal-hal yang dilarang agama, seperti
melihat aurat lawan jenis dan lain sebagainya. Di dalam
rumah pun, mata kita tidak jarang melihat hal yang dilarang.
Ketika kita menonton televisi atau membuka situs berita di
dalamnya kadang berisi iklan yang diperankan perempuan
yang menampakkan auratnya.
Oleh karena itulah, pembiasaan menjaga pandangan
mata harus dibiasakan pada peserta didik dengan cara
menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif sehingga
peserta didik merasa berdosa, malu, tidak nyaman jika
112
melihat aurat orang yang bukan mahramnya. Akhlaq yang
baik ini telah tertanam dalam diri Baso sebagaimana tampak
pada kutipan berikut. “Melihat yang bukan muhrim bisa
menghilangkan hapalan Al-Quranku, kata Baso dengan
suara rendah. Mukanya ditundukkan ke stang sepeda”
(N5M:128).
C. Tawadhu’
Sikap tawadhu’ (merendah tanpa menghinakan diri)
merupakan sifat yang sangat terpuji di hadapan Allah dan
seluruh makhluk-Nya. Tawadhu’ adalah sifat yang sangat
terpuji di hadapan Allah dan seluruh makhluk-Nya. Setiap
orang mencintai sifat ini sebagaimana Allah dan Rasul-Nya
mencintainya. Sifat terpuji ini mencakup dan mengandung
banyak sifat terpuji lainnya. Tawadhu’ adalah ketundukan
kepada kebenaran dan menerimanya dari siapa pun
datangnya baik ketika suka atau dalam keadaan marah.
Artinya, janganlah kamu memandang dirimu berada di atas
semua orang. Atau engkau menganggap semua orang
membutuhkan dirimu.
Lawan dari sifat tawadhu’ adalah takabbur (sombong),
sifat yang sangat dibenci Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah
113
mendefinisikan sombong dengan sabdanya: “Kesombongan
adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh orang
lain.” (HR. Muslim). Menerima dan tunduk di hadapan
kebenaran sebagai perwujudan tawadhu’ adalah sifat terpuji
yang akan mengangkat derajat seseorang bahkan
mengangkat derajat suatu kaum dan akan menyelamatkan
mereka di dunia dan akhirat. “Negeri akhirat itu Kami
jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri
dan berbuat kerusakan di muka bumi dan kesudahan yang
baik bagi orang-orang yang bertakwa” (Q.S. Al-Qashash:
83).
Tawadhu’ ada yang terpuji dan ada yang tercela.
Tawadhu’ yang terpuji yaitu ke-tawadhu’-an seseorang
kepada Allah dan tidak mengangkat diri di hadapan hamba-
hamba Allah. Tawadhu’ yang dibenci yaitu tawadhu’-nya
seseorang kepada pemilik dunia karena menginginkan dunia
yang ada di sisinya. Jika ada orang yang memilki sifat
tawadhu’ jenis yang kedua ini sebenarnya dia bukan orang
yang tawadhu’, melainkan hanya pura-pura tawadhu’
(http://www.gontor.ac.id/catatan/keutamaan-sifat-tawadhu,
diakses pada 21 Desember 2014).
114
Betapa pentingnya sikap tawadhu’ ini bagi kebaikan
kehidupan manusia, maka harus diinternalisasikan ke dalam
diri peserta dididk melalui proses pendidikan. Di PM
penanaman sikap tawadhu’ ini juga sangat diperhatikan. Hal
ini tampak digunakannya kata tawadhu’ ini dalam pesan-
pesan terakhir para ustadz kepada para santrinya,
sebagaimana terungkap pada kutipan berikut ini.
“Anak-anakku, pada hari ini kami sempurnakanpemberian ilmu kepada kalian semua. Pergunakanlahdengan baik dan tawadhu’. Kami bangga kepadakalian dan bahagia telah menjadi guru-guru kalian.Ingat selalu, selama kalian ikhlas, maka selamanyaAllah akan menjadi penolong kita. Innallah Ma’ana.Tuhan bersama kita. Selamat jalan anak-anak,selamat berjuang”(N5M:397).
Pada kutipan tersebut salah seorang wakil dari para
ustadz me-wanti-wanti (menasihati) kepada para santri agar
mengamalkan ilmunya secara baik dan tawadhu’. Artinya,
para santri diharpakan menjadi orang yang terbuka dan
ikhlas menerima kebenaran ilmu yang datang dari siapa
pun, suatu sikap penting bagi siapa pun yang ingin mencari
kebenaran dan mengembangkan ilmu yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan.
D. Berbakti kepada Orangtua (Birrul Walidain)
115
Birrul walidain adalah bagian dari aspek akhlaq yang
menunjukan kepada tindakan berbakti (berbuat baik)
kepada kedua orang tua. Berbakti kepada orang tua ini
hukumnya fardhu ain (wajib bagi setiap muslim), meskipun
seandainya kedua orang tuanya adalah nonmuslim. Setiap
muslim wajib mentaati setiap perintah dari keduanya
selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan
perintah Allah. Birrul walidain merupakan bentuk silaturahim
yang paling utama.
Syari’at Islam meletakkan kewajiban birrul walidain
menempati ranking ke-dua setelah beribadah kepada Allah
SWT dengan mengesakan-Nya. Dalil-dalil shahih dan sharih
(jelas) banyak sekali, di antaranya, “Dan hendaklah kamu
beribadat kepada Allah dan janganlah kamu sekutukan Dia
dengan sesuatu apa jua dan hendaklah kamu berbuat baik
kepada kedua ibu bapa“ (QS. An Nisa’ : 36).
Dalam Islam tidak saja ditekankan harus
menghormati kedua orang tua saja, akan tetapi ada akhlak
yang mengharuskan orang yang lebih muda untuk
menghargai orang yang lebih tua usianya dan yang tua
harus menyayangi yang muda. Dalam segala kegiatan umat
Islam diharuskan untuk mendahulukan orang-orang yang
116
lebih tua usianya, karena menghormati orang yang lebih tua
termasuk salah satu mengagungkan Allah. Akhlak ini telah
dilakukan oleh para sahabat, mereka begitu menghormati
terhadap yang orang yang lebih tua meskipun umurnya
hanya selisih satu hari atau satu malam, atau bahkan lahir
selisih beberapa menit saja
(http://berbaktikepadaorangtua.com/keutamaan-birul-
walidain, diakses pada 21 Desember 2014).
Pesan keislaman tentang birrul walidain tampak pada
kutipan berikut ini.
Seperti layaknya anak SD di kampung dulu,sepulang sekolah pagi, sorenya aku masukmadrasah. Guru madrasah ku, Angku Datuak RajoBasa, punya sebuah hadits favorit yang selaludiulang-ulangnya, seminggu tiga kali kepada kamianak-anak kampung: “Surga itu ada di telapak kakiibu”(N5M :140).
“Janganlah Ananda lihat di bawah selop ibukalian ada surga, yang ada hanya tanah. Yang haruskalian cari adalah ridho ibu, karena denganridhonyalah pintu-pintu surga terbuka buat kalian(N5M :140).
Pada kutipan tersebut, sangat ditekankan betapa
pentingnya berbakti kepada orangtua, lebih-lebih ibu yang
secara konotatif digambarkan bahwa surga (kemuliaan
tertinggi) yang menjadi tujuan setiap orang pun berada di
telapak kakinya. Pernyataan “surga berada di telapak kaki
117
ibu” setidaknya mengandung dua pengertian. Pertama,
seorang anak yang ingin meraih kemuliaan hidup di dunia
dan akhirat harus berbakti kepada orangtuanya. Kedua,
orangtua yang menginginkan anak-anaknya hidup
berbahagia di dunia dan akhirat harus mendidik mereka
dengan sebaik-baiknya, karena tanpa pendidikan yang
memadai, lebih-lebih pendidikan agama, mereka tidak akan
dapat memahami jalan hidup yang dapat mengantarkan
mereka kepada kemuliaan dan kebahagiaan (surga). Dengan
demikian, baik anak maupun orangtua sama-sama memiliki
hak dan kewajiban masing-masing. Anak-anak berhak
mendapatkan pendidikan yang baik dari orangtuanya dan
mereka berkewajiban berbakti kepada orangtuanya.
Sebaliknya, para orangtua berhak dihormati anak-anaknya
dan mereka berkewajiban mendidik anak-anaknya dengan
sebaik-baiknya. Jadi, tidaklah dapat dibenarkan jika ada
seorang ibu yang merasa memiliki “surga di telapak
kakinya” lantas merasa paling benar sendiri sehingga anak-
anaknya selalu disalahkan.
Begitulah orangtua Alif dan para ustadz di PM selalu
menasihati kepada anak dan santri-santrinya agar
senantiasa berbakti kepada orangtua, sebagaimana juga
tampak pada kutipan berikut.
118
“Apa yang d ibawah telapak kaki ayah, Angku?”tanyaku polos.
Dia terdiam sejenak. Mungkin agak kagetdengan pertanyaan asal-asalanku.”Kita disuruhberbakti kepada kedua orangtua, tapi surga memanghanya dekat dengan kaum ibu”. Perihal apa yang adadi bawah telapak kaki ayah tidak dijawab (N5M:140-141).
Begitulah, aku diajarkan untuk selalu berbaktikepada kedua orang tua, dan yang lebih utamaadalah ibu. Amak bagiku adalah junjungan dan BosBesar. Beliau juga penguasa pintu masuk surgabagiku (N5M:142).
“Tahukah kalian birrul walidain? Artinya berbaktikepada orang tua. Mereka berdua adalah tempatpengabdian penting kalian di dunia. Jangan pernahmenyebutkan kata kasar dan menyebabkan merekaberduka. Selama mereka tidak membawa kepadakekafiran, wajib bagi kalian untuk patuh.”(N5M:141).
“Seorang pernah bertanya urutan orang yangharus dihormati dan dihargai. Rasulullah menjawab,“ibumu”. Dia bertanya lagi, “kemudian siapa?”.Beliau menjawab, “ibumu”. Dia bertanya lagi,“kemudian siapa?”. Beliau menjawab,“ayahmu”(N5M:141).
“Jadi, ibu punya posisi lebih tinggi lagi daripada ayah. Karena itu, beruntunglah kalian yangmasih punya orangtua, karena pintu pengabdian ituterbuka lebar. Bayangkan bagaimana susahnya dulukalian dikandung dan dibesarkan sampai sepertisekarang. Bagi yang punya orangtua, pergunakankesempatan sekarang ini untuk membalas budi,gembirakan mereka, beri kabar mereka, suratimereka,”anjur Kiai Rais kepada kami (N5M:142).
E. Meminta Maaf dan Memaafkan Kesalahan Orang
Lain
119
Setiap manusia pernah melakukan kesalahan.
Kesalahan dan kekhilafan adalah hal yang manusiawi atau
fitrah yang melekat pada diri manusia. Rasulullah saw
bersabda: "Setiap manusia pernah melakukan kesalahan,
dan sebaik-baik pelaku kesalahan itu adalah orang yang
segera bertaubat kepada Allah SWT". Ini berarti bahwa
manusia yang baik bukan orang yang tidak pernah
berbuat salah, sebab itu mustahil kecuali Rasulullah SAW
yang ma’shum (sentiasa dalam bimbingan Allah SWT).
Akan tetapi, manusia yang baik adalah manusia yang
menyadari kesalahannya dan segera bertaubat kepada-
Nya. Dalam Islam, mampu memaafkan kesalahan orang
lain merupakan salah satu ciri orang yang bertaqwa
(muttaqin). Terkait hal ini, Allah SWT berfirman:
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunandari Tuhanmu, Allah menyediakan surga yangluasnya seluas langit dan bumi yang disediakanuntuk orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktulapang atau sempit dan orang-orang yangmenahan amarahnya dan memaafkan kesalahanorang lain, Allah menyukai orang-orang yangberbuat kebajikan" (Q.S. Al-Imran: 133-134).
Rasulullah SAW bersabda:
"Wahai Uqbah, bagaimana jikakuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghunidunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklahengkau menyambung hubungan persaudaraan
120
dengan orang yang memutuskan hubungandenganmu, hendaklah engkau memberi orangyang tidak mau memberimu dan maafkanlahorang yang telah menzalimimu" (H.R.Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baghawy)(http://mahluktermulia.wordpress.com/2013/09/20/meminta-dan-memberi-maaf/, diakses pada 21Desember 2014).
Tuntunan Allah dan Rasul-Nya yang berkaitan
dengan salah satu jenis akhlaq terpuji yaitu meminta
maaf dan memaafkan kesalahan orang lain sangat
dinanamkan oleh ustadz-ustadz di PM kepada para
santrinya, sehingga jika ada yang bersalah meskipun yang
bersalah itu adalah seorang ustadz, maka dengan tanpa
malu-malu dia akan meminta maaf kepada santrinya.
Gambaran demikian ini tampak pada kutipan berikut, di
mana Tyson yang terkenal sangat ditakuti oleh para santri
justru yang meminta maaf kepada Alif.
Hari kedua, Tyson tiba-tiba masuk kekamarku.Aku terlonjak kaget di atas dipan. Otakkulangsung berputar mencari-cari apa kesalahanyang telah aku lakukan.
“Laa takhaf ya akhi. Jangan takut. Sayadatang bukan karena pelanggaran.Hanya untukmeminta maaf atas tackling kemarin,” katanyamenyodorkan telapak tangan.
Ragu-ragu aku sambut uluran tangannya. Diamengayun genggamannya dua kali sambiltersenyum tipis.Sebelum aku berkomentar, diatelah menghilang di balik pintu.Walau sangar, diaternyata sportif.
121
Kemenangan ini benar-benar mengangkatmoral kami para anak baru.Kami belajar bahwadalam kompetisi yang fair, siapa saja bisa menang,asal mau bertarung habis-habisan. Selama empathari terakhir sebelum tidur, pembicaraan di asramatidak lepas dari perjuangan heroik kami.Aku bukansampai lupa kekhawatiranku tentang nialai yangkeluar hari ini (N5M 284).
Pada kutipan tersebut, Tyson menyodorkan
tangannya untuk meminta maaf kepada Alif. Dengan kata
lain, dia mengajak berjabat tangan dengan Alif untuk
meminta maaf atas kesalahan yang telah dilakukannya.
Pentingnya berjabat tangan untuk saling memaafkan ini
disebut dengan mushafahat. Seorang yang melakukan
jabat tangan dituntut untuk melapangkan dadanya
sehingga mampu menampung segala ketersinggungan
serta dapat pula menutup lembaran lama dan membuka
lembaran baru.
F. Berprasangka Baik (Huznudzon)
Husnudzon adalah “sikap atau keadaan jiwa yang
berprasangka baik”. Rasulullah saw menekankan agar kita
umatnya selalu berprasangka baik pada siapapun,
sebagaimana sabda Rasulullah saw:
Dari Abu Hurairah RA, ia katakan RasulullahSAW bersabda, “Jauhilah kalian dari buruk sangka,karena buruk sangka itu sedusta-dusta perkataan
122
(hati). Janganlah kalian mencari-cari beritakeburukan orang lain, janganlah kalian mencari-carikesalahan orang lain, janganlah kalian bersaingyang tidak sehat, janganlah kalian salingmendengki, janganlah kalian saling membenci,janganlah kalian saling membelakangi. Dan jadilahkalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”(H.R.Muslim).
Paling tidak ada empat alasan terkait dengan
pentingnya setiap orang harus senantiasa berprasanka
baik kepada Allah dan sesama manusia, yaitu (1)
seseorang harus khusnudzdzan dan berpikir positif karena
ternyata orang lain seringkali tidak seburuk yang kita kira,
(2) berbaik sangka dan berpikir positif dapat mengubah
suatu keburukan menjadi kebaikan, (3) berbaik sangka
dan berpikir positif dapat menyelamatkan hati dan hidup
kita. Sebab, hati yang bersih adalah hati yang tidak
menyimpan kebencian. Hati yang tenteram adalah hati
yang tidak memendam syakwasangka dan apriori
terhadap orang lain. Dan hati yang berseri-seri hanyalah
hati yang selalu berpikir positif bagi dirinya maupun orang
lain; dan (4) berpikir positif bisa membuat hidup kita lebih
ikhlas, karena Allah seringkali menyiapkan rencana-
rencana yang mengejutkan bagi hamba-Nya
(http://queenmujahidah.blogspot.com /indahnya-hidup-
123
dengan-husnudzon.html, diakses pada 21 Desember
2014).
Kutipan berikut ini memberi pelajaran kepada
pembaca akan pentingnya berprasangka baik kepada
Allah, karena Allah itu mengikuti prasangka hamba-Nya.
Jika seorang hamba berprasangka baik kepada Allah
maka kebaikannya itu akan diperoleh hamba-Nya, dan
sebaliknya. Oleh karena itu, semestinya setiap orang
berprasangka baik kepada Allah agar cita-cita dan
keinginannya dikabulkan-Nya.Ustad Faris dalam kelas Al-Quran selalu
mengingatkan bahwa Allah itu dekat dan MahaMendengar. Dia bahkan lebih dekat dari urat leherkami. Dia pasti tahu apa yang kami pikirkan danmimpikan. Semoga Tuhan berkenan mengabulkanmimpi-mimpi kami. Siapa tahu senda gurau kami dibawah menara, mencoba melukis langit denganimajinasi kami untuk menjelajah dunia dan mencicipikhazanah ilmu, akan didengar dan dengan ajaibdiperlakukan Allah kelak (NSM: 211)
G. Memuliakan Tamu
Memuliakan tamu adalah kewajiban semua muslim
dan bertamu itu merupakan ajaran Islam, kebiasaan para
nabi dan orang-orang shalih. Tamu memiliki hak yang
tinggi dalam syari’at agama Islam. Menyambut,
memuliakan dan menjamunya merupakan syiar Islam
yang harus dijaga. Adapun hikmah dan tujuan menerima
124
tamu yaitu mempererat tali silaturrahim dan semangat
kebersamaaan antar sesama manusia.
Terkait dengan pentingnya memuliakan tamu,
Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allahdan Hari Akhir, hendaknya memuliakantetangganya, dan barangsiapa yang berimankepada Allah dan Hari Akhir, hendaknyamemuliakan tamunya” (Muttafaqun ‘Alaihi).
Adapun cara memuliakan atau menghormati tamu
dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut. Pertama, berpakaian yang pantas. Sebagaimana
orang yang bertamu, tuan rumah hendaknya mengenakan
pakaian yang pantas pula dalam menerima kedatangan
tamunya. Kedua, menerima tamu dengan sikap yang baik.
Tuan rumah hendaknya menerima kedatangan tamu
dengan sikap yang baik, misalnya dengann wajah yang
cerah, muka senyum dan sebagainya. Ketiga, menjamu
tamu sesuai kemampuan. Termasuk salah satu cara
menghormati tamu ialah memberi jamuan kepadanya.
Keempat, tidak perlu mengada-adakan. Kewajiban
menjamu tamu yang ditentukan oleh Islam hanyalah
sebatas kemampuan tuan rumah. Oleh sebab itu, tuan
125
rumah tidak perlu terlalu repot dalam menjamu tamunya.
Kelima, lama waktu. Sesuai dengan hak tamu, kewajiban
memuliakan tamu adalah tiga hari, termasuk hari
istimewanya. Selebihnya dari waktu itu adalah sedekah
baginya. Keenam, antarkan sampai ke pintu halaman jika
tamu pulang. Salah satu cara terpuji yang dapat
menyenangkan tamu adalah apabila tuan rumah
mengantarkan tamunya sampai ke pintu halaman
(http://www.darussalaf.or.id/fiqih/memuliakan-tamu-dan-
adab-adab-dalam-bertamu, diakses pada 21 Desember
2014).
Tuntunan tatacara memulikan tamu juga diajarkan
dan dibiasakan di PM agar para santrinya meneladani
sunnah nabinya, yakni memiliki akhlaq yang terpuji dalam
memperlakukan tamunya. Said, sebagai salah satu santri
di PM telah terbiasa menerima tamu dengan baik, begitu
pula keluarganya, sebagaimana tampak pada kutipan
berikut ini.
Said dengan senyum lebar khasnyamenyambut kami dengan lengan terbuka lebar.Tangan tiang betonnya memeluk kami. Kawankuyang satu ini memang selalu bisa menunjukanekspresi persahabatan yang kental.
’’Syukran ya ikhwani lihuudhurikum(terimakasih untuk kedatangan kalian)....Pokoknya
126
kalian tidak akan rugi main ke sini dulu, ‘’katanyamembantu mengangkat koperku. Dia memasukankoper-koper kami ke Suzuki Hijet biru dan menyetirsendiri ke rumahnya, di daerah Ampel.
Keluarga besar Said menyambut kami dengantidak kalah meriah. Bapaknya, kami panggil Abi.Seorang laki-laki paruh baya yang tegap danberambut putih. Dia memakai baju putih terusanseperti piyama dan jari tangannya terus memetiktasbih yang dibawa ke maana-mana. Abi menepuk-nepuk bahu kami, seakan-akan bertemu kawanlama. ’’Tafadhal. Silakan. Anggap rumah sendiri ya,‘’katanya dengan logat jawatimuran yang kental(N5M:223).
127
BAB VIII
BENTUK DAN MAKNA
PESAN-PESAN TENTANG JIHAD DAN DAKWAH
A. Jihad
Jihad adalah berjuang dengan sungguh-sungguh
menurut syariat Islam. Jihad dilaksanakan untuk menjalankan
misi utama manusia yaitu menegakkan agama Allah atau
menjaga agama tetap tegak, dengan cara-cara sesuai dengan
garis perjuangan para Rasul dan Al-Quran. Jihad yang
dilaksanakan Rasul adalah berdakwah agar manusia
meninggalkan kemusyrikan dan kembali kepada aturan Allah,
menyucikan qalbu, memberikan pengajaran kepada ummat
dan mendidik manusia agar sesuai dengan tujuan penciptaan
mereka yaitu menjadi khalifah Allah di bumi
(http://id.wikipedia.org/wiki/Jihad, diakses pada 4 Desember
2014).
Jihad yang berasal dari kata Arab “jahada” atau
”jahdun” yang berarti “usaha” atau “juhdun” yang berarti
kekuatan. Secara bahasa, asal makna jihad adalah
mengeluarkan segala kesungguhan, kekuatan, dan
128
kesanggupan pada jalan yang diyakini bahwa jalan itulah
yang benar. Menurut Ibnu Abbas, salah seorang sahabat Nabi
Saw, secara bahasa jihad berarti “mencurahkan segenap
kekuatan dengan tanpa rasa takut untuk membela Allah
terhadap cercaan orang yang mencerca dan permusuhan
orang yang memusuhi”.
Pengertian jihad secara istilah sangat luas, mulai dari
mencari nafkah hingga berperang melawan kaum kuffar yang
memerangi Islam dan kaum Muslim. Dalam istilah syariat,
jihad berarti mengerahkan seluruh daya kekuatan memerangi
orang kafir dan para pemberontak. Menurut Ibnu Taimiyah,
jihad itu hakikatnya berusaha dengan sungguh-sungguh
untuk menghasilkan sesuatu yang diridhoi Allah berupa amal
shalih, keimanan dan menolak sesuatu yang dimurkai Allah
berupa kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.
Makna jihad lebih luas cakupannya daripada aktivitas
perang. Jihad meliputi pengertian perang, membelanjakan
harta, segala upaya dalam rangka mendukung agama Allah,
berjuang melawan hawa nafsu, dan menghadapi setan.
Secara umum, sebagian ulama mendefinisikan jihad
sebagai “segala bentuk usaha maksimal untuk penerapan
agama Islam dan pemberantasan kedzaliman serta
kejahatan, baik terhadap diri sendiri maupun dalam
129
masyarakat.” Ada juga yang mengartikan jihad sebagai
“berjuang dengan segala pengorbanan harta dan jiwa demi
menegakkan kalimat Allah (Islam) atau membela kepentingan
agama dan umat Islam.”
Kata-kata jihad dalam al-Quran kebanyakan
mengandung pengertian umum. Artinya, pengertiannya tidak
hanya terbatas pada peperangan, pertempuran, dan
ekspedisi militer, tetapi mencakup segala bentuk kegiatan
dan usaha yang maksimal dalam rangka dakwah Islam, amar
makruf nahyi munkar (memerintah kebajikan dan mencegah
kemunkaran). Dalam pengertian umum ini, berjihad harus
terus berlangsung baik dalam keadaan perang maupun
damai, karena tegaknya Islam bergantung pada jihad (
http://www.risalahislam.com/pengertian-jihad, diakses pada 4
desember 2014).
Pelaksanaan jihad dapat dirumuskan sebagai berikut.
Pertama, pada konteks diri pribadi, jihad berusaha
membersihkan pikiran dari pengaruh-pengaruh ajaran selain
Allah dengan perjuangan spiritual di dalam diri,
mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Kedua, komunitas jihad berusaha agar Islam pada
masyarakat sekitar maupun keluarga tetap tegak dengan
130
dakwah dan membersihkan mereka dari kemusyrikan.
Ketiga, kedaulatan jihad berusaha menjaga eksistensi
kedaulatan dari serangan luar, maupun pengkhianatan dari
dalam agar ketertiban dan ketenangan beribadah pada
rakyat di daulah tersebut tetap terjaga termasuk di
dalamnya pelaksanaan amar ma'ruf nahi munkar. Jihad ini
hanya berlaku pada daulah yang menggunakan Islam secara
menyeluruh (kaffah).
Pada dasar kata arti jihad adalah "berjuang" atau
"berusaha dengan keras", namun bukan harus berarti
"perang dalam makna fisik". Jika sekarang jihad lebih sering
diartikan sebagai "perjuangan untuk agama", itu tidak harus
berarti perjuangan fisik.
Makna jihad pada kutipan berikut ini lebih mengarah
pada “bersungguh-sungguh” dalam melaksanakan sesuatu,
misalnya bersungguh-sungguh dalam belajar dan bekerja.
Dalam pandangan Amak, mempelajari ilmu agama dengan
sungguh-sungguh itu sama dengan berjihad di jalan Allah.
Amak ingin menanamkan konsep jihad yang semacam ini
kepada Alif agar ia dapat memahami pengertian jihad secara
lebih luas.
131
“Baik-baik d irantau urang, Nak. Amak percaya iniperjalanan untuk membela agama. Belajar ilmu agamasama dengan berjihad di jalan Allah,” kata beliau.Wajahnya tampak ditegar-tegarkan. Katanya, cinta ibusepanjang hayat dan mungkin berpisah dengan anakbujangnya untuk bertahun-tahun bukan perkaragampang. Sementara bagi aku sendiri, bukanperpisahan yang aku risaukan. Aku gelisah sendiridengan keputusanku merantau muda ke Jawa (N5M:14).
Jihad yang bermakna bersungguh-sungguh atau
berjuang keras dalam menuntut ilmu juga tampak pada
kutipan berikut. Dalam hal ini Alif ingin menjadi ulama yang
intelek, maka ia bertekat meraihnya dengan ikhtiar maksimal
yakni dengan belajar yang sunguh-sungguh dengan semboyan
man jadda wajada.“Kenapa sampai mau dua kali mencoba ikut tes
masuk PM?” tanya Ustad Salman. Dengan gagah diaberkata, “Aku ingin menjadi ulama yang intelek, Ustad.Dari sepuluh orang bersaudara, aku sendirilah yangdiberi amanat Ibu dan Bapak untuk belajar agama.”
“Mari kita dekap penderitaan dan berjuang kerasmenuntut ilmu, supaya kita semakin kuat lahir danbatin,” katanya memberi motivasi di depan kelas tanpaada yang meminta. Antara mengerti dan tidak, kamimengangguk-angguk takzim. “
Sambil mengerlingkan matanya ke kiri atas, diabicara di depan kelas. “Alasan saya… alasan saya kesini apa ya? O iya, saya ingin mendalami agama Islamdan menjadi hafiz –penghapal Al-Quran” (N5M:44-46).
“Man jadda wajada,” teriakku pada diri sendiri.Sepotong syair Arab yang diajarkan di hari pertamamasuk kelas membakar tekadku. Siapa yangbersungguh-sungguh akan sukses. Dan sore ini, dalam3 jam ini, aku bertekad dan bersungguh-sungguh akanmenjadi jaksus. Aku percaya Tuhan dan alam-Nya akanmembantuku. Karena imbalan kesungguhan hanyalahkesuksesan. Bismillah (N5M: 82).
132
Selanjutnya, kutipan-kutipan berikut ini juga terkait
dengan makna jihad yang lebih ditekankan pada semangat
berhijrah dalam rangka meraih cita-cita. Banyak orang
mengalami kesulitan dan kesempitan hidup ketika masih
berada di kampung halamannya, namun dapat meraih
kesuksesan setelah merantau (berhijrah). Dengan berhijrah
dan hidup di lingkungan baru, biasanya orang lebih semangat
untuk mengatasi berbagai tantangan. Oleh karena jauh dari
keluarga, jika seseorang tidak berhasil mengatasi hambatan
dan tantangan yang dihadapinya, keberlangsungan hidupnya
akan terancam. Kondisi yang sangat “mengancam” inilah
yang dapat membakar semangat seseorang sehingga menjadi
orang sukses di perantauan.
Hal yang demikian inilah yang dipesankan oleh
orangtua dan ustadz-ustadz Alif sehingga ia sangat
bersemangat untuk meraih sukses hidup dengan cara
merantau.
’’Jangan puas jadi pegawai, tapi jadilah orangyang punya pegawai. Tingalkan negerimu danmerantaulah ke negeri orang. Selamat jalan anak-anakku (N5M:396).
Di kepalaku berkecamuk badai mimpi. Tekadsudah aku bulatkan: kelak aku akan menuntut ilmukeluar negeri, kalau perlu sampai ke Amerika. Dengansepenuh hati, aku torehkan tekad ini dengan hurufbesar-besar. Ujung penaku sampai tembus ke halamansebelahnya. Meninggalkan jejak yang dalam. “Man
133
jadda wajadda. Bismillah”. Aku yakin Tuhan MahaMendengar (N5M: 212).
Mungkin inilah yang dimaksud oleh syair ImamSyafi’i “...Merantaulah, kau akan dapat pengganti dankawan.” Imam Syafi’i bahkan menyuruh kitameninggalkan tempat lama, tempat kita nyaman hidupmenuju sebuah tempat yang penuh tanda tanya: tanahperantauan. Jika merantau, kita akan mendapatkanpengganti yang kita tinggalkan, yaitu kawan dankerabat yang baru, tentu tanpa melupakan kawan dankerabat lama (R3W :37)
B. Dakwah
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru,
mengajak, dan memanggil orang untuk beriman dan taat
kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari'at, dan akhlak
Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata
kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan, atau ajakan.
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridha oleh
Allah. Nabi Muhammad saw mencontohkan dakwah kepada
umatnya dengan berbagai cara yakni melalui lisan, tulisan,
dan perbuatan. Dimulai dari istrinya, keluarganya, dan teman-
teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu
(http://id.wikipedia.org/wiki/dakwah, diakses pada 4 Desember
2014).
Senada dengan paparan di atas, Faridl (1982:134)
menjelaskan bahwa dakwah berarti seruan, yaitu seruan
134
kepada manusia untuk melaksanakan segala perintah Allah
dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Dakwah dalam
pengertian tersebut, adalah searti atau berdekatan arti atau
mencakup pengertian kata-kata: (1) tabligh (menyampaikan
ajaran Allah), (2) jihad (berjuang menegakkan agama Allah),
(3) ishlah (menyelesaikan persoalan sesuai dengan ajaran
Allah), (4) khutbah (berpidato tentang ajaran Allah), (5)
taushiyyah (berwasiat, memberi nasihat), dan (6) amarma’ruf
nahi munkar (memerintahkan kepada kebaikan dan melarang
dari keburukan).
Kedudukan hukum dakwah adalah fardhu ‘ain, yaitu
kewajiban setiap individu muslim. Allah memerintahkan agar
setiap muslim berusaha mengubah kemungkaran yang
diketahuinya. Oleh karena itu, kepada kaum muslim
diperintahkan agar ada sekelompok muslim yang menekuni
ajaran Islam secara khusus untuk disampaikan dan diajarkan
kepada orang lain.
Amak sangat menginginkan anaknya (Alif) menjadi
pendakwah dalam pengertian amar ma’ruf nahi munkar, yakni
mengajak orang untuk senantiasa berbuat baik dan
meninggalkan perilaku yang jahat. Kutipan berikut ini
merepresentasikan hal tersebut.
135
’’Silahkan gunakan liburan untuk berjalan, melihatalam dan masyarakat di sekitar kalian. Di mana pun dankapan pun, kalian adalah murid PM. Sampaikanlahkebaikan dan nasehat walau satu ayat,’’ begitu pesanKiai Rais di acara melepas libur minggu lalu. Kesempatanseperti yang disampaikan Atang adalah kesempatankami untuk mempraktikan apa yang telah kami pelajaridi luar PM. Menjalankan amanah Kiai Rais danmelaksanakan ajaran Nabi Muhammad, Ballighu anniwalau aayah. Sampaikanlah sesuatu dariku, walau hanyasepotong ayat” (N5M:219).
“Waktu itu Amak berniat, kalau Amak diberi anaklaki-laki, Amak akan mendidiknya menjadi seorangpemimpin agama. Melakukan amar ma’ruf nahi mungkar,mengajak orang kepada kebaikan dan meninggalkankemungkaran.”
“Amak bermimpi Ananda nanti akan bisa menerangijalan umat Islam, seperti yang dilakukan Buya Hamka.Amak sedih melihat kualitas pemimpin agama kitamenurun. Amak ingin memberikan anak yang terbaikuntuk kepentingan agama. Ini tugas mulia untuk akhirat”(N5M : 371).
Pada kutipan tersebut lebih merepresentasikan dakwah
bil-lisan, sedangkan kutipan berikut ini merupakan jenis
dakwah bil-hal, yakni dengan berkarya secara nyata atau
melakukan suatu perbuatan atau sikap tertentu dengan
berpegang teguh pada prinsip dari agama yang diyakini
kebenarannya meskipun berbeda dengan sikap atau pendapat
orang yang berada di lingkungannya. Dalam hal ini, Amak
menolak dan memprotes sikap sebagian besar guru di tempat
mengajarnya dimana para guru bersepakat untuk
melonggarkan pengawasan ujian dan membantu siswa dalam
mengerjakan soal ujian Ebtanas. Sikap dan perbuatan para
136
guru yang tidak terpuji dan menyimpang dari nilai-nilai edukasi
ini ditentang oleh Amak secara tegas, meskipun berisiko para
guru dapat mengucilkannya.
Di lain kesempatan, aku dengar Amak berceritakepada Ayah tentang rapat majelis guru menyambutEbtanas. Beberapa guru sepakat untuk melonggarkanpengawasan ujian dan bahkan memberikan bantuanjawaban buat pertanyaan sulit, supaya rangkingsekolah kami naik ditingkat kacamatan. Semua yanghadir setuju, atau terpaksa setuju karena takut kepadakepala sekolah.
Hanya Amak sendiri yang berani angkat tangandan berkata, “kita di sini adalah pendidik dan ini tidakmendidik. Ke mana muka kita disembunyikan dari Allahyang Maha Melihat. Ambo tidak mau ikut bersekongkoldalam ketidakjujuran ini”. Frontal dan pas di ulu hati.Sejenak rapat hening. Sebelum kepala sekolah bisamengatupkan mulutnya yang ternganga, Amak keluarruang rapat.
Walau resah harus berbeda dengan kawan-kawannya, dia puas karena berhasil menegakkankebenaran. Amak pun mengulang sebuah hadits yangcukup masyhur,”Bila kamu melihat kemungkaran ,ubahlah dengan tangan mu, kalau tidak mampu,ubahlah dengan kata-kata, kalau tidak mampu juga,dengan hatimu”. Walhasil, berbulan-bulan Amak tidakdisapa, dilihat dengan sudut mata, dan dibicarakan dibelakang punggung (N5M:139-140).
137
BAB VIII
PENUTUP
C. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu,
kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pesan-pesan tentang prinsip umum keislaman dalam trilogi
novel Negeri 5 Menara meliputi (1) prinsip Ketuhanan
(Rabbaniyah), misalnya para ustadz di PM dalam mengajar
hanya karena ibadah, karena melaksanakan perintah Allah;
(2) prinsip kemanusiaan (insaniyah) yang terdiri dari (a)
ukhuwah (persaudaraan), misalnya ketika kawan-kawan Alif
berkelahi, Amak memanfaatkan momentum itu untuk
mendidik Alif tentang contoh-contoh perilaku yang termasuk
dalam nilai-nilai persaudaraan, misalnya mengucapkan
salam dan bersikap ramah terhadap sesama (tersenyum);
(b) persamaan, misalnya ketika Alif kurang disiplin dalam
mengikuti pelajaran Kesenian, Amak memberi nilai tidak
bagus, yakni nilai 5 meskipun Alif adalah anak kandungnya
sendiri; (c) kebebasan, misalnya para santri di PM
dibebaskan dalam mengikuti kegiatan pengembangan bakat
masing-masing santri. Demikian pula, para santri juga bebas
membaca buku apa saja tetapi tentu dibatasi dengan aturan
138
bahwa buku yang dibaca harus buku-buku yang bermanfaat;
(3) prinsip universalitas (syumul), misalnya para mahasiswa
ITB melengkapi ilmu tekniknya yang diperoleh melalui
perkuliahan dengan ilmu keislaman dengan cara
mengadakan diskusi-diskusi di luar jam perkuliahan., (4)
prinsip moderat (al-wasthiyyah), misalnya ajaran
keseimbangan antara ikhtiar dan tawakal. Alif belajar secara
sungguh-sungguh pada malam hari meskipun harus
menahan rasa kantuknya. Sementara itu, Alif yang berdoa
kepada Allah setelah belajar merupakan bentuk tawakal
setelah berikhtiar secara maksimal; (5) prinsip kontekstual
(Al-Waqi’iyyah): prinsip ajaran Islam yang bersifat
kontekstual benar-benar ditemukan di PM yang
direpresentasikan dengan sejumlah mata kegiatan yang
dapat membekali para santri untuk menjalani kehidupan di
tengah-tengah masyarakat baik sekarang maupun yang
akan datang; (6) prinsip kejelasan (al-wudhuh): kejelasan
dalam tujuan beragama yang utama, yakni hanya untuk
beribadah dan mencari ridha Allah dengan penuh
keikhlasan.
2. Pesan-pesan tentang aqidah, meliputi: beriman kepada Allah
SWT, beriman kepada Malaikat Allah, beriman kepada Kitab
Allah, beriman kepada Rasul Allah, dan beriman kepada
139
qodho dan qodar Allah. Pesan-pesan tentang ibadah
mahdhoh meliputi: wudhu, adzan, shalat, membaca Alquran,
dan puasa; ibadah ghoiru mahdhoh meliputi: berdoa,
membaca/belajar, sedekah, beristighfar, dan mengajar.
Adapun pesan-pesan tentang akhlak meliputi: bersyukur,
menjaga atau menundukkan pandangan, tawadhu’, berbakti
kepada orangtua (birrul walidain), meminta maaf dan memaafkan
kesalahan orang lain, berprasangka baik (huznudzon), dan
memuliakan tamu.
4. Pesan-pesan tentang jihad adalah sebagai berikut. Pertama,
jihad yang bermakna bersungguh-sungguh atau berjuang
keras dalam menuntut ilmu. Dalam hal ini Alif ingin menjadi
ulama yang intelek, maka ia bertekat meraihnya dengan
ikhtiar maksimal yakni dengan belajar yang sunguh-sungguh
dengan semboyan man jadda wajada. Kedua, jihad yang
lebih ditekankan pada semangat berhijrah dalam rangka
meraih cita-cita. Amak sangat menginginkan anaknya (Alif)
menjadi pendakwah dalam pengertian amar ma’ruf nahi
munkar, yakni mengajak orang untuk senantiasa berbuat
baik dan meninggalkan perilaku yang jahat. Adapun pesan-
pesan tentang dakwah sebagai berikut. Pertama, dakwah
bil-lisan: ketika liburan para santri PM menjalankan amanah
Kiai Rais dan melaksanakan ajaran Nabi Muhammad, yakni
140
mengamalkan sabda Nabi saw: Ballighu anni walau aayah,
sampaikanlah sesuatu dariku, walau hanya sepotong ayat.
Kedua, dakwah bil-hal, yakni dengan berkarya secara nyata
atau melakukan suatu perbuatan atau sikap tertentu
dengan berpegang teguh pada prinsip dari agama yang
diyakini kebenarannya meskipun berbeda dengan sikap atau
pendapat orang yang berada di lingkungannya. Dalam hal
ini, Amak menolak dan memprotes sikap sebagian besar
guru di tempat mengajarnya dimana para guru bersepakat
untuk melonggarkan pengawasan ujian dan membantu
siswa dalam mengerjakan soal ujian Ebtanas. Sikap dan
perbuatan para guru yang tidak terpuji dan menyimpang
dari nilai-nilai edukasi ini ditentang oleh Amak secara tegas,
meskipun berisiko para guru dapat mengucilkannya.
B. Saran
Kepada para pelajar, mahasiswa, pendidik, dan orang tua
hendaknya banyak membaca novel-novel yang mengandung
pesan-pesan keislaman karena sangat penting untuk
memperkaya wawasan keislaman yang lebih menitikberatkan
pada aspek kecerdasan emosional dan spiritual.Kepada para peneliti hendaknya tidak
mengenyampingkan penelitian karya sastra, terutama karya
sastra inspiratif yang berisi pesan-pesan keislaman. Oleh
141
karena dengan meneliti karya sastra inspiratif yang sarat
dengan pesan-pesan keislaman tersebut, berarti peneliti telah
berperan secara aktif dalam menyebarluaskan ajaran Islam
kepada masyarakat luas.
142
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya
Sastra.Semarang: IKIP Press.
Aminuddin. 2001. Semantik (Pengantar Studi Tentang Makna). Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Baryadi, I. Praptomo. 2007. Teori Ikon Bahasa: Salah Satu Pintu Masuk ke Dunia
Semiotika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Chaer, Abdul. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Darajat, Zakiah dkk. 1984. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta: CV
Kuning Mas.
De Saussure, Ferdinand. 1998. Pengantar Linguistik Umum (terjemahan: Rahayu
S. Hidayat). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 1 Pengantar ke Arah Ilmu Makna.
Bandung: Eresco.
Faridi, Miftah.1982. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung:Pustaka
Salman ITB.
Kridalaksana, Harimurti. 1988. “Mongin-Ferdinand de Saussure (1857-1913)
Bapak Linguistik Modern dan Pelopor Strukturalisme”, dalam de
Saussure, Pengantar Linguistik Umum (terjemahan: Rahayu S.
Hidayat). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Larsen, S.E. 1994. “Semiotics” dalam R.E.Asher dan I.M.Y. Simpson (eds.). The
Encyclopedia of Language and Linguistics. Oxford: Pergamon Press.
Larsen, S.E. 2009. Semiotics (Terj. Sudaryanto). Klaten: Program Pascasarjana
Universitas Widya Dharma.
Mangunwijaya. Y.B. 1982. Sastra dan Religiusitas. Jakarta: Sinar
Harapan.
Nurdin, Muslim dkk. 1995. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV
Alfabeta.
143
Nurgiyantoro .1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Subroto, D. Edi. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik
Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Sudaryanto. 2002. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa.
Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sudaryanto. 2008. “Serba Nilai Aneka Ikon Verbal dalam Bahasa Indonesia
dan Jawa” dalam Widyaparwa Vol. 36, No. 2.
Suryana, Toto dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam untuk
Perguruan Tinggi. Bandung: Tiga Mutiara.
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori
dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
Takariawan, Cahyadi dkk. 2003. Di Bawah Naungan Cahaya Ilahi.
Surakarta: Nurulhuda Press.
Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra.
Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
Van Zoest, Aart. 1991. “Interpretasi dan Semiotik”, dalam Serba-Serbi Semiotik,
penyunting Panuti Sudjiman dan Aart van Zoest (ed). Hlm. 1-5.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Verhaar, J.M.W. 1985. Pengantar Linguistik Jilid I. Yogyakarta: Gadjahmada
University Press.
Verhaar, J.M.W. 1985. Pengantar Linguistik Jilid I. Yogyakarta: Gadjahmada
University Press.
Wibowo, Wahyu. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
(http://7topranking.blogspot.com-membaca-al-quran, diakses
pada 21 Desember 2014).
( http://almanhaj.or.id/content/keutamaan-keutamaan-puasa , diakses
pada 21 Desember 2014).
144
( http://berbaktikepadaorangtua.com/-birul-walidain , diakses pada
21 Desember 2014) .
( http://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah , diakses pada 21 Desember
2014).
( http://id.wikipedia.org/wiki/dakwah , diakses pada 4 Desember
2014).
( http://id.wikipedia.org/wiki/Jihad , diakses pada 4 Desember
2014).
( http://indahnyasedekahanda.wordpress.com , diakses pada 21
Desember 2014).
( http://kuliahnyata . blogspot.com /-istighfar, diakses pada 21
Desember 2014).
( http://mahluktermulia.wordpress.commemberi-maaf/ , diakses
pada 21 Desember 2014).
( http://matasalman.com/kemuliaan-menjaga-pandangan , diakses pada
21 Desember 2014).
( http://queenmujahidah.blogspot.com /husnudzon.html, diakses
pada 21 Desember 2014).
( http://tabayyun.wordpress.com/makna-ukhuwah/ , diakses pada
7 Desember 2014).
(http://www.darussalaf.or.id/fiqih/memuliakan-tamu, diakses pada
21 Desember 2014).
( http://www.gontor.ac.id/keutamaan-sifat-tawadhu , diakses pada
21 Desember 2014).
145
146
LAMPIRAN
DATA OBJEKTIF TEKS
1. Jiwa keikhlasan dipertontonkan setiap hati di PM. Guru-gurukami yang tercinta dan terhebat-hebat sama sekali tidakmenerima gaji untuk mengajar. Mereka semua tinggal didalam PM dan diberi fasilitas hidup yang cukup, tapi tidak adagaji. Dengan tidak adanya ekspektasi gaji semenjak awal, niatmereka menjadi khalis. Mengajar hanya karena ibadah,karena perintah Tuhan. Titik (N5M:296-297).
2. Begitu niat ikhlas terganggu, seorang guru biasanyamerasakannya dan langsung mengundurkan diri. Akibatseleksi ikhlas ini, semua guru dan kiai pun punya tingkatkeikhlasan yang terjaga tinggi yang artinya juga energitertinggi. Dalam ikhlas, sama sekali tidak ada transaksi yangmerugi. Nothing to lose. Semuanya dikerjakan all-out denganmutu terbaik. Karena mereka tahu, cukuplah Tuhan sendiriyang membalas semuanya. Tidak ada transfer duit danmateri di PM. Hanya transfer amal, doa, dan pahala. Indahsekali. Sosok Ustadz Khalid kembali muncul di pelupukmataku (N5M:297).
3. ‘‘Apakah kawan-kawan yang main dan berkelahi tadi orangIslam? tanya Amak lembut.Aku mengangguk sambil memajukan bibirku, merengut.‘‘Apa perintah Nabi kita kepada sesama muslim?’’“Memberi salam.’’“Yang lain?’’“Tersenyum.’’“Yang lain?’’ “Bersaudara”“Nah, bersaudara itu berteman, tidak berkelahi, salingmenyayangi. Itu Nabi kita. Mau ikut Nabi?’’“Mau.’’“Jadi harus bagaimana ke kawan-kawan? “Kali ini Amakbertanya sambil tersenyum damai. “Bersaudara dan tidak berkelahi,” kataku“Itu baru anak Amak dan umat Nabi Muhammad,” katanyasambil merengkuh kepalaku dan menyuruh mandi.Begitulah Amak. Di saat hatiku rusuh dan nyeri, dia selaludatang dengan sepotong senyum yang sangup merawat
147
hatiku yang guncah. Senyumnya adalah obat yang sejuk(N5M : 137-138).
4. Kawan-kawan di kelas dan di kamar datang dari berbagaidaerah di Indonesia. Sudah diatur supaya tidak ada orangsatu daerah tinggal di satu kamar. Juga anggota kamar akandiacak setiap 6 bulan sehingga kami makin banyak teman(N5M:145).
5. Seperti memenangkan piala dunia, masing-masing karduskami arak ke kamar. Di bawah kerubutan kawan-kawan, akumeletakkan paket di tengah kamar. Semua penasaran danmenahan napas. Siapa pun penerima paket di kamar ini,berarti membawa kebahagiaan buat semua (N5M:270).
6. Ketika aku duduk di kelas satu SD, kebetulan wali kelaskuAmak sendiri. Ujian catur wulan pertama tiba dan Amakmengadakan ujian kesenian. Seperti teman sekelas lainnyaaku harus maju ke depan untuk menyanyikan sebuah lagusebagai persyaratan mendapatkan nilai. Sayang sekali akutidak hapal satu lagu pun karena tidak pernah masuk TK.Selain itu aku memang pemalu dan meresa suarakusumbang. Jadi aku menolak maju ke depan kelas.(N5M :138).
7. Tiga kali Amak memanggilku dari meja guru. “Berikutnya AlifFikri untuk maju ke depan”. Tiga kali pula aku menggelengdan tidak beringsut. Amak akhirnya menyerah dengan mukakecewa. Dua mingu kemudian, dari penerimaan rapor, akubaru tahu efeknya. Ayah yang datang untuk mengambil raporsampai terbelalak. Sebuah angka merah bertengger diraporku, pelajaran kesenianku dapat angka 5. Dan nilai itudari Amak sendiri! (N5M : 138).
8. “Bang, ambo ingin berlaku adil, dan keadilan harus dimulaidari diri sendiri, bahkan dari anak sendiri. Aturannya adalahsiapa yang tidak mau praktek menyanyi dapat angka merah,”kata Amak ketika Ayah bertanya, kok tega memberi angkaburuk buat anak sendiri. (N5M :139).
9. “Tapi ini kan hanya masalah kecil, cuma pelajaran kesenian,”bela Ayah.
“Justru karena ini hal kecil. Jangan sampai dia meremehkansuatu hal, sekecil apa pun. Semua pilihan hidupnya adakonsekuensi, walau hanya sekadar pelajaran kesenian. Itu
148
juga supaya dia belajar bahwa tidak ada yang diistimewakan.Semuanya harus berdasarkan usaha sendiri,” timpal Amak.(N5M : 139).
10. “Tapi kan dia baru 6 tahun.”“Justru malah dari usia ini kita didik dia.”Ayah diam saja. Dia cukup mafhum cara berpikir Amak yangkeras hati. Aku meguping pembicaraan mereka dari balikpintu. Amak tidak memandang bulu (N5M : 139).
11. 05.30-07.00Aktifitas bebas. Digunakan untuk pengembangan minat danbakat baik di bidang olahraga, kesenian, bahasa, dll. Selainitu, ini juga waktu kami untuk mandi, cuci dan makan pagi.Kalau sudah mencuci baju, biasanya tidak sempat sarapan. ?(N5M:146).
12. Di hari berikutnya kami berjalan sampai ke luar kota:Lembang dan Tangkuban Perahu. Atas permintaanku, Atangjuga mengajak kami masuk ke dalam kampus ITB di jalanGanesha dan Masjid Salma yang terkenal itu. Sebuah sekolahyang sangat mengesankan dengan bangunan unik, pohon-pohon rindang dan mahasiswa yang terlihat sibuk dan pakaijaket warna-warni ? (N5M:221).
13. Sedangkan di Masjid Salma, anak-anak muda dengan jaketlusuh bertulisankan nama jurusan kuliah berkumpul di dalammasjid dan pelatarannya. Membentuk kelompok-kelompokyang sibuk berdiskusi. Mereka memegang buku, Al-Quran,dan catatan. Diskusinya semangat sekali. Pemimpindiskusinya juga anak muda yang tampak lebih senior. Diamenuliskan potong-potong ayat dan istilah-istilah modern dipapan tulis kecil. Aku mencuri dengar, bacaan Arabnya tidakfasih, tulisan Arabnya apalagi, tapi semangatnyamenerangkan luar biasa. Lengkap dengan istilah-istilahmodern yang tidak sepenuhnya aku pahami. ? (N5M:221).
14. Ada kecemburuan di hatiku. Atau merasa tersindir?
Dengan keterbatasan ilmu agama mereka, kenapa merekabegitu bersemangat berdiskusi tentang Islam? Padahalmereka punya jadwal kuliah teknik yang konon berat.Sebaliknya aku malah ingin belajar ilmu teknik-teknik mereka.Apakah seperti ini manusia, yang tidak pernah puas denganapa yang dipunyai dan selalu melihat kepunyaan orang lain?(N5M:221-222).
149
15. “Pondok Madani memiliki pendidikan 24 jam. Tujuanpendidikannya untuk menghasilkan manusi mandiri yangtangguh. Kiai kami bilang, agar menjadi rahmat bagi duniadengan bekal ilmu umum dan ilmu agama. Saat ini ada tigaribu murid yang tinggal di delapan asrama,” Burhanmembuka tour pagi itu dengan fasih (N5M :31).
16. Aku sambil mengulet untuk mengusir kantuk. Setelahmembasahi muka dan mengambil wudhu, kantukku lumayanreda. Setiap aku merasa harus menyerah dan tidur, akumelecut diriku, “ayo satu halaman lagi, satu baris lagi, satukata lagi…” Akhirnya dengan perjuangan, aku bisamenamatkan bacaanku. Denagn lega aku aku angkat buku itudan benamkan di wajahku sambil berdoa, “Ya Allah telah akusempurnakan semua usahaku dan doa kepada-Mu. Sekarangsemuanya aku serahkan kepada-Mu. Aku tawakal dan ikhlas.Mudahkanlah ujianku besuk. Amin” (N5M : 199-200).
17. Menurut kiai kami pendidikan PM tidak membedakanagama dan non agama. Semunya satu dan semuanyaberhubungan. Agama langsung dipraktekkan dikehidupansehari-hari. Di Madani agama adalah oksigen, dia ada dimana-mana.” Jelas Burhan (N5M : 35).
18. Inilah momen yang menyenangkan dalam pengalamanbulis. Bisa bicara ngalor ngidul, semalam suntuk, tidak adajadwal lonceng yang mengganggu, dan satu lagi, tidak perlutakut dicatat jasus kalau memakai bahasa Indonesia.Besoknya bisa pula tidur sampai siang. Dulmajid yang 3tahun lebih tua dariku berkisah tentang kenangannya di SMAyang menyenangkan. Tapi dia selalu merasa beruntung bisamasuk PM karena merasa banyak belajar ilmu dunia danakhirat ( N5M: 242 ).
19. Bioskop di Surabaya ternyata jauh lebih bagus daripada dikampungku. Udaranya dingin dan kursinya empuk. Suara dangambarnya juga terasa lebih tajam dan jernih. Film ini dibukadengan sebuah kilatan cahaya dari langit yang kemudianmenjelma menjadi aktor idola Said, Arnold Schwarzenegger.Aku tidak terlalu paham cerita detailnya, tapi yang jelasArnold adalaha robot canggih utusan dari masa depan untukmenyelamatkan umat manusia. Sepanjang jalan pulang kerumah Said, kami bertengkar tentang apakah robot yangsudah seperti manusia itu bisa masuk surga atau masukneraka (N5M:227).
150
20. Supaya Amak tidak penasaran, ini adalah jadwal harian kami:04.00-05.30Kegiatan kami setiap hari dimulai jam 4. Agak susah bangunsepagi ini. Waktu ini diisi untuk shalat Subuh berjamaah didalam kamar masing-masing. Kami bergantian menjadi imamuntuk teman-teman sekamar. Setelah itu ada praktek bahasadan penambahan kosa kata (Arab dan Inggris), sertamembaca Qur’an (N5M:145).
21. “Semuanya. Semua waktu, pikiran, dan tenaga saya, sayaserahkan hanya untuk PM. Tidak ada kepentingan pribadi,tidak ada harapan untuk dapat imbalam dunia, tidak gaji,tidak rumah, tidak segala-galanya. Semuanya ikhlas hanyaibadah dan pengabdian pada Allah.... Bukankah di Al-Qur’andisebutkan bahwa manusia diciptakan untuk mengabdi?”(N5M : 253).
22. “Mauuu!” terdengar koor dari ribuan murid di depan KiaiRais. Lalu, sejenak ia memandu kami menundukkan wajahdan memantapkan niat bersih untuk menuntut ilmu.Allahumma Zidna Ilman War Zuqna Fahman... Tuhantambahkan ilmu kepada kami dan anugerahkanlahpemahaman... (N5M : 50).
23. “Mandirilah maka kamu akan jadi orang merdeka dan maju.I’timad ‘ala nafsi, bergantung pada diri sendiri jangan denganorang lain. Cukuplah bantuan Tuhan yang menjadianutanmu.” Ya, aku tidak boleh tergantung kepada belaskasih orang lain. Aku menolak bantuan mereka dengan halus”(N5M: 81-82).“Wahai anakku latihlah diri kalian untuk selalu bertopanguntuk diri kalian sendiri dan Allah, I’timad alanafsi”(R3W:101).
24. “Beruntunglah kalian sebagai penuntut ilmu karena Tuhanmemudahkan jalan kalian ke surga, malaikatmembentangkan sayap buat kalian, bahkan penghuni langitdan bumi sampai ikan paus di lautan memintakan ampunbagi orang yang berilmu. Reguklah ilmu di sini denganmembuka pikiran, mata dan hati kalian” (N5M : 50-51).
25. Dulmajid, si anak Madura yang tidak pernahmemperlihatkan rasa takutnya, kali ini tampak serius.
151
Matanya menatap Al-Quran kecilnya, dia mungkinmengadakan perlawanan atas ketakutan ini denganmembaca Ayat Kursi dan Surat Yasin dari kitab Qurankecilnya, lamat-lamat ( N5M: 241 ).
26. Barulah setelah menamatkan surat Yasin, mengecupQuran, dan meletakkan ke dadanya sebelum diletakkandengan takzim di meja, Dul mau aku ajak ngobrol ( N5M:242 ).
27. ‘‘Apakah kawan-kawan yang main dan berkelahi tadi orangIslam? tanya Amak lembut.Aku mengangguk sambil memajukan bibirku, merengut,‘‘Apa perintah Nabi kita kepada sesama muslim?’’“Memberi salam.’’“Yang lain?’’“Tersenyum.’’“Yang lain?’’ “Bersaudara”“Nah, bersaudara itu berteman, tidak berkelahi, salingmenyayangi. Itu Nabi kita. Mau ikut Nabi?’’“Mau.’’“Jadi harus bagaimana ke kawan-kawan ? “Kali ini Amakbertanya sambil tersenyum damai. “Bersaudara dan tidak berkelahi,” kataku“Itu baru anak Amak dan umat Nabi Muhammad,” katanyasambil merengkuh kepalaku dan menyuruh mandi. Begitulah Amak. Di saat hatiku rusuh dan nyeri, diaselalu datang dengan sepotong senyum yang sangupmerawat hatiku yang guncah. Senyumnya adalah obat yangsejuk (N5M : 137-138).
28. Ustadz Fariz ternyata belum selesai. Bagai sedangberceramah di podium, dia mengangkat tangannya menarikperhatian kami. “Ini tidak kalah penting, Lif. Dalam hidup ituada tiga manusia terdekat. Orangtua, pasangan, dan anak.Semuanya diberikan sebagai takdir. Kita tidak bisa memilihuntuk dilahirkan oleh ibu yang mana. Kita juga tidak akanpernah bisa memilih mendapatkan anak yang seperti apa.Tapi, kita masih mungkin memilih pasangan kita. Walau jodohdi tangan Tuhan, tapi kita diberi kesemempatan untukberupaya keras mendapat pasangan yang terbaik” (RIM :267).
152
153