PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

108
PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: SEBUAH KAJIAN TEMATIK Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Oleh Husnil Mardyah Nim: 11140340000050 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H./2018 M.

Transcript of PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

Page 1: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN

KAUMNYA: SEBUAH KAJIAN TEMATIK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh

Husnil Mardyah

Nim: 11140340000050

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H./2018 M.

Page 2: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …
Page 3: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …
Page 4: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …
Page 5: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

i

ABSTRAK

Husnil Mardyah

Pesan Moral Dalam Kisah Nabi Salih dan Kaumnya: Sebuah Kajian

Tematik

Banyak cerita yang mengisahkan nabi-nabi terdahulu, salah satunya kisah

Nabi Salih dan kaumnya. Di dalam kisah tersebut banyak terdapat pesan moral

yang dapat dijadikan pelajaran. Penelitian ini bermaksud mencari tahu apa saja

pesan moral dalam kisah Nabi Salih dan kaumnya ? Adapun tujuan kisah dalam

al-Qur’an yaitu memberikan peringatan kepada manusia untuk berakhlak mulia.

Berkaitan dengan kisah Nabi Salih dan Kaumnya merupakan kisah

pengingkaran terhadap Allah SWT. sehingga menurunkan azab yang sangat

pedih. Kisah ini berawal dari kaum nabi Salih mengajak kaumnya untuk

menyembah Allah SWT., namun kaum Tsamud melakukan penolakan terhadap

apa yang diserukan Nabi Salih. Teknik penggalian data pada penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik library research

(kepustakaan) yaitu mengumpulkan data-data melalui bacaan dan beberapa

literatur yang ada kaitannya dengan pembahasan. Adapun metode penulisan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis-deskriptif, yaitu sebuah metode

pembahasan untuk merapkan data-data yang telah tersusun dengan melakukan

kajian terhadap data-data tersebut. Sumber penafsiran dalam penulisan skripsi ini

adalah Tafsir Al-Tabarî, Tafsir Ibn Katsīr, dan Tafsir Al Qurṯubî.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tafsir

maudhu’i atau metode tafsir tematik, dengan menggunakan pendekatan sosio

historis yaitu menekankan pentingnya memahami kondisi aktual dan harfiyah, lalu

memproyeksikan kepada situasi masa kini kemudian membawa fenomena-

fenomena sosial ke dalam naungan tujuan-tujuan al-Qur’an. Temuan yang didapat

oleh penulis dalam kajian ini bahwa terdapat beberapa pesan moral yang tidak

untuk diikuti sebagai umatnya diantaranya tidak boleh sombong, ingkar, serakah,

dengki. Selain itu terdapat pesan yang baik dari kisah ini dimana terletak pada

kesabaran nabi yang begitu luar biasa.

Kata kunci: Pesan, Moral, Kisah, Nabi Salih dan Kaumnya

Page 6: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Allah Swt., Atas segala rahmat dan karunia-Nya yang tidak

mampu dihitung oleh hambaNya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan

kepada sosok Rahmatan li al-‘Ālamîn, cahaya di atas cahaya, manusia paling

sempurna, Nabi Muhammad saw. serta doa untuk keluarga, sahabat, dan para

pengikutnya hingga zaman menutup mata.

Alhamdulillah, berkat rahmat dan inayah Allah swt. Penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini melalui upaya dan usaha yang melelahkan. Meskipun

demikian semaksimal usaha manusia tentunya tidak akan lepas dari kekurangan

dan kelemahan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah swt.

Disamping itu penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberadaan skripsi

ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan kontribusi dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis ingin menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.Ag., selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku Ketua Jurusan Program Studi

Ilmu al-Qur’an & Tafsir dan kepada Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd.,

selaku Sekretaris Program Studi Ilmu al-Qur’an & Tafsir.

3. Bapak Moh. Anwar Syarifuddin, M.A., selaku pembimbing penulis yang

selalu bersabar memberikan ilmu dan bimbingannya selama penulis berada

di bawah bimbingannya.

4. Bapak Dr. Eva Nugraha, M.A., selaku penasihat akademik yang telah

membantu penulis. Serta Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah.

5. Kepala Perpustakaan Umum dan staff karyawan Perpustakaan Umum dan

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

iii

6. Kedua orang tua penulis H. Suardi Darun dan Hj. Weni Eva yang selalu

memberikan motivasi, bimbingan, pendidikan dan pengajaran serta

mendoakan penulis untuk mencapai kesuksesan di masa depan.

7. Teruntuk uni dan uda tersayang Gea Andini S.Kom., Anda Saputra Lc.

M.E.I., Liza Pratiwi S.E., orang-orang tempat berkeluh kesah penulis.

8. Keluarga besar Om Zulfikar Zainur serta Keluarga besar Om Eka Mulyadi

yang telah memberi kehangatan dan arti kekeluargaan selama penulis di

perantauan.

9. Sahabat-sahabat Nur Fikriyah, Siti Nur Azizah Wijayani, Muawwanah,

Laila Firdaus, Tria Meldiana, Imas Maulida, Sholihatina Sadita,

Himmaturif’ah, Mia Milatus Sa’adah, Filzah Syazwana dan Afrida

Purwanti yang telah menjadi penyemangat selama penyusunan skripsi.

10. Keluarga Tafsir Hadits 2014, Tafsir Hadits kelas B dan teman-teman KKN

UINESCO yang telah berjuang bersama penulis selama ini.

11. Teman-teman SEASON SMA N 1 Muaradua yang selalu memotivasi

penulis agar selesai dalam mengerjakan tugas akhir ini.

12. Terakhir untuk orang-orang yang sudah bertemu saya dan bertukar pikiran

dengan saya.

Semoga Allah membalas dengan sebaik-baik balasan. Harapan penulis,

mudah-mudahan karya ini bermanfaat dan mempunyai kontribusi yang signifikan

bagi penelitian selanjutnya.

Jakarta, 6 November 2018

Penulis

Husnil Mardyah

Page 8: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

iv

Daftar Isi

ABSTRAK ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 8

D. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 9

E. Metodologi Penelitian ...................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 14

BAB II TINJAUAN UMUM KISAH DALAM AL-QUR’AN

A. Pengertian Kisah .............................................................................. 16

B. Macam-Macam Kisah dalam Al-Qur’an .......................................... 22

C. Faedah-Faedah Kisah-Kisah Al-Qur’an ........................................... 25

D. Hikmah Pengulangan disebut Kisah dalam Al-Qur’an .................... 28

E. Pengaruh Kisah-kisah Al-Qur’an dalam Pendidikan ....................... 29

BAB III KISAH KAUM TSAMUD DALAM AL-QUR’AN

A. Sejarah Nabi Salih ............................................................................ 32

1. Siapa Nabi Salih ? ................................................................ 32

2. Silsilah Nabi Salih ................................................................ 33

B. Tsamud Kaum Salih ......................................................................... 35

C. Kisah Pembangkangan Kaum Tsamud yang Berujung Azab dalam

Literatur Tafsir ................................................................................. 43

1. QS. Al-A’raf (7): 73-79........................................................ 43

2. QS. Hūd (11): 61-68 ............................................................. 50

Page 9: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

v

3. QS. Al-Isra’ (17): 59 ............................................................ 55

4. QS. Al-Qamar (54): 23-32 ................................................... 57

BAB IV PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA

A. Manusia Tidak Boleh Sombong ....................................................... 61

B. Nafsu Menumpuk Harta Menimbulkan Sikap Serakah ................... 67

C. Rasa Dengki Mengeraskan Penolakan ............................................ 72

D. Menolak Dakwah Membawa Azab .................................................. 76

E. Kesabaran Rasul Selalu Diuji .......................................................... 84

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 89

B. Saran dan Kritik ............................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 91

Page 10: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

vi

Pedoman Transliterasi

Dalam skripsi, tesis, dan disertasi bidang keagamaan (baca: Islam), alih

aksara atau transliterasi, adalah keniscayaan. Oleh karena itu, untuk menjaga

konsistensi, aturan yang berkaitan dengan alih aksara ini penting diberikan.

Pengetahuan tentang ketentuan ini harus diketahui dan dipahami, tidak

saja oleh mahasiswa yang akan menulis tugas akhir, melainkan juga oleh dosen,

khususnya dosen pembimbing dan dosen penguji, agar terjadi saling kontrol

dalam penerapan dan konsistensinya.

Dalam dunia akademis, terdapat beberapa versi pedoman alih aksara,

antara lain versi Turabian, Library of Congress, Pedoman dari Kementrian

Agama dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta versi Paramadina.

Umumnya, kecuali versi Paramadina, pedoman alih aksara tersebut meniscayakan

digunakannya jenis huruf (font) tertentu, seperti font Transliterasi, Time New

Roman, atau Time New Arabic.

Untuk memudahkan penerapan alih aksara dalam penulisan tugas akhir,

pedoman alih aksara ini disusun dengan tidak mengikuti ketentuan salah satu versi

di atas, melainkan dengan menngkombinasikan dan memodifikasi beberapa ciri

hurufnya. Kendati demikian, alih aksara versi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini

disusun dengan logika yang sama.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara lain:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b Be ب

t Te ت

ts Te dan es ث

j Je ج

h H dengan garis bawah ح

kh Ka dan ha خ

Page 11: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

vii

d De د

dz de dan zet ذ

r Er ر

z Zet ز

s Es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis di bawah ص

ḏ de dengan garis di bawah ض

ṯ te dengan garis di bawah ط

ẕ zet dengan garis bawah ظ

Koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

gh ge dan ha غ

f Ef ؼ

q Ki ؽ

k Ka ؾ

l El ؿ

m Em ـ

n En ف

w We ك

h Ha ق

Apostrof , ء

y Ye ي

Page 12: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

viii

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau memotong dan vokal rangkap atau dipotong. Untuk vokal

tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

A Fathah

I Kasrah

U Ḏammah

Adapun vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i ي

و Au a dan u

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

 a dengan topi di atas ــا

Î i dengan topi di atas ــي

Û u dengan topi di atas ـــى

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyah

maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-

dîwân.

Page 13: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

ix

5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda ( (dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,

yaitu dengan menggunakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi,

hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak

setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata

.tidak ditulis ad-darûrah, demikian seterusnya ( الضرورة)

6. Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada

kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf

/h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika tamarbûtah

tersebut diikuti oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta

marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan

menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

Ṯarîqah طريقة 1

al-jâmî’ah al-islâmiyyah الجامعة الإسلامية 2

wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti

ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain

untuk menuliskan 35 permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama

bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang,

maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,

bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî

bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi. Beberapa ketentuan

lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini,

misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal

Page 14: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

x

(bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka

demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya. Berkaitan dengan

penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara

sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari

bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘abd al-Samad

al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf

(harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara

atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada

ketentuan-ketentuan di atas:

Kata Arab Alih Aksara

dzahaba al-ustâdzu ذهب الأستاذ

Tsabata al-ajru ثػبت الأجر

al-harakah al-‘asriyyah الحركة العصرية

هد الله ال اله ل أن أش Asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh

Maulânâ Malik al-Sâlih مولن ملك الصالح

Yu’ atstsirukum Allâh يػ ؤثر ك م الله

Al-maẕârhir al-‘aqliyyah المظاهر العقلية

Page 15: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terdapat banyak kisah di dalam al-Qur‟an yang menceritakan kejadian-

kejadian terdahulu. Al-Qur‟an meliputi keterangan-keterangan tentang peristiwa-

peristiwa1 yang telah terjadi, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri serta

menerangkan bekasan-bekasan dari kaum-kaum itu.2 Kisah dalam pandangan al-

Qur‟an, terlihat pula pada amat banyaknya jumlah ayat al-qasas, jika diperhatikan

dengan seksama, hampir semua surah dalam al-Qur‟an termasuk di dalamnya

surat-surat pendek memuat tentang kisah.

Kisah, merupakan isi kandungan lain dalam al-Qur‟an. Dalam al-Qur‟an

tersebut 26 kali kata qasas dan yang seakar dengannya, tersebar dalam 12 surat

dan 21 ayat. Lebih dari itu, dalam al-Qur‟an ada surah khusus yang dinamakan

surat Al-Qasas, yakni surat ke-28 yang terdiri atas 88 ayat, 1.441 kata, dan 5.800

huruf.3

Kisah yang ada pada al-Qur‟an, pastilah kisah benar dan baik yang

bermanfaat bagi umat manusia. Sebab, al-Qur‟an sendiri menjuluki dirinya

1 Biasanya suatu peristiwa yang dikaitkan dengan hukum kausalitas akan dapat menarik

perhatian para pendengar. Apalagi dalam peristiwa itu mengandung pesan-pesan dan pelajaran

mengenai berita-berita bangsa terdahulu yang telah musnah, maka rasa ingin tahu untuk

menyingkap pesan-pesan dan pristiwanya merupakan faktor paling kuat yang tertanam dalam hati.

Lihat, Mannā Khalīl al-Qattān, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Penerjemah Mudzakir AS (Jakarta: PT.

Pustaka Litera AntarNusa, 2010) h.386. 2 Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘Ulum al-Qur’an),

(Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2014) cet.3, h. 179. 3 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013)

h.108.

Page 16: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

2

dengan kisah-kisah terbaik (ahsan al-qasas). Adapun tujuan dari pengungkapan

kisah itu sendiri seperti ditegaskan al-Qur‟an antara lain ialah agar manusia

memetik peringatan dan pelajaran berharga (‘ibrah) dari padanya di samping

mendorong mereka supaya berpikir.4

نا إليك هذا القرآن وإن كنت من ق بله لمن نن ن قص عليك أحسن القصص با أوحي الغافلي

“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan

mewahyukan Al-Qur‟an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum

(Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum

mengetahui”. (QS. Yusuf: 3)

لو العزيز الكيم وإن الل إن هذا لو القصص الق وما من إله إل الل

رة لول اللباب ما كان حديثا ي فت رى ولكن تصديق الذي لقد كان ف قصصهم عب ب ي يديه وت فصيل كل شيء وهدى ورحة لقوم ي ؤمنون

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi

orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur‟an itu bukanlah cerita yang

dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan

menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum

yang beriman”. (QS. Yusuf: 111)5

Ketika mengamati kedua ayat itu maka kita menemukan sebuah hal yang

menarik. Ayat yang terdapat dalam permulaan kisah Yusuf a.s tersebut

menjelaskan kepada kita sumber kisah-kisah Al-Qur‟an, menyifatinya sebagai

kisah terbaik dan memperkenalkan kepada kita konsep Al-Qur‟an yang indah

dalam mengambil kisah ini, mencermati dan berinteraksi dengannya. Seperti pada

4 Sesungguhnya berpikir itu merupakan suatu kewajiban qur‟ani, keharusan dalam Islam,

dan keniscayaan hidup. Orang-orang yang tidak melaksanakan kewajiban ini dan

menelantarkannya, mereka itu membuang percuma kenikmatan Tuhan yang telah dianugerahkan

kepada mereka dan menyia-nyiakan potensi besar yang dikaruniakan Allah kepada mereka. 5 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013)

h.27. Lihat, Rusydie Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadits Teori dan Metodologi

(Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), h. 143, Lihat juga, Muhammad „Afifudin Dimyati, Maurad al-

Bayan fi Ulum Al-Qur’an ( Jawa Barat: Lisan Arabi, 2016) h.115.

Page 17: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

3

skripsi Munasabah Kisah Dalam Surat Al-Kahfi didalam surat tersebut terdapat

enam kisah yaitu: kisah ashab al-Kahfi, kisah Orang-orang Fakir di Kalangan

Sahabat Rasulullah saw, kisah dua orang pemilik kebun, kisah nabi Adam dan

Iblis, Kisah nabi Musa dan nabi Khidir, dan kisah Dzulqarnain, Ya‟juj dan Ma‟juj.

Di dalam skripsi tersebut penulis menyimpulkan hikmah adanya kisah di dalam

QS. Al-Kahfi adalah; sebagai i‟tibar/pelajaran, menjelaskan dasar-dasar dakwah

Allah dan menerangkan pokok-pokok syariat yang disampaikan para Nabi, dan

menanamkan pendidikan akhlakul karimah.6

Mengapa kisah Al-Qur‟an dijadikan sebagai suatu pelajaran („ibrah)?

‘Ibrah diambil dari akar kata ‘ubur’ „menyeberang‟. Ketika seseorang menjumpai

kisah orang-orang dahulu dalam Al-Qur‟an, seolah-olah ia menyeberang ke masa

orang-orang dahulu, seolah-olah ia terlepas dari ikatan masa dan tempat serta

terbebas dari belenggu realita, melampaui pandangan terbatas yang pendek,

meluncur kepada dunia yang luas dari sejarah orang-orang lama dan kisah orang-

orang dahulu, lalu ia hidup bersama mereka, memantau dan mengambil pelajaran

dari mereka.

Sesungguhnya kisah-kisah Al-Qur‟an merupakan sebuah khazanah yang

tidak akan habis dan sebuah mata air yang tidak akan kering, tentang pelajaran,

petunjuk, dan peringatannya, tentang keimanan dan akidah, tentang amal dan

6 Hanif Ahmad Ansharullah, Munasabah Kisah Dalam Surat Al-Kahfi: Kajian Tematik

(Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015) h. 78.

Page 18: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

4

dakwah, tentang jihad dan perlawanan, tentang logika dan retorika, tentang

kesabaran dan keteguhan, dan tentang parameter aksiomatika.7

Al-Qur‟an menginformasikan beberapa kisah nabi dan kaumnya, bahwa

suatu negeri dihancurkan Tuhan dengan gempa atau angin ribut karena

penduduknya durhaka terhadap nabi yang diutus Tuhan kepada masyarakatnya,

serta-merta kisah kehancuran tersebut mereka tolak, sambil menolak keberadaan

kota yang diceritakan oleh Al-Qur‟an. Salah satunya adalah kaum Tsamud

mendustakan dan meremehkan ancaman yang dikirimkan Tuhan kepada mereka.

Seperti kaum Ad, akhirnya pun mendapat tempat kembali yang sama. Pendustaan

kaum Tsamud terhadap rasul mereka merupakan kejadian yang diangkat Al-

Qur‟an agar setiap insan sepanjang masa bisa mengambil pelajaran.8

Allah SWT mengutus Nabi Salih a.s. kepada kaum Tsamud. Nabi Salih

sendiri merupakan salah satu warga kaum itu. Hanya saja kaumnya tidak

mengharapkan adanya agama yang benar datang dalam kehidupan mereka.

Maka dari itu mereka heran saat mendengar dakwah Nabi Salih. Sang

Nabi ini mengajak mereka untuk meninggalkan penyimpangan dan kesesatan

yang mereka lakukan. Hal pertama yang mereka lakukan dalam merespon ajakan

Nabi Salih adalah mereka akan mengusir dan mencaci maki Nabi.

Memang ada sebagian kecil kaum ini yang mau mendengar dakwah Nabi

Salih. Hanya saja mayoritas kaum ini tidak mau menerima dakwahnya. Yang

paling sengit perlawanannya terhadap dakwah Nabi Salih adalah para pemuka-

7 Shalah Al-Khalidy, Kisah-Kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang Dahulu,

penerj. Setiawan Budi Utomo (Jakarta: Gema Insani Press, 1999)h. 32-33. 8 Syahruddin El-Fikri, Situs-situs dalam Al-Qur’an Dari Banjir Nuh Hingga Bukit

Thursina (Jakarta: Penerbit Republika, 2010) h. 86.

Page 19: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

5

pemuka dan pemimpin kaum itu. Mereka marah pada Nabi Salih a.s. yang telah

mengajak untuk beribadah pada Allah. Mereka mendustakannya dan berusaha

untuk menghalangi orang-orang yang beriman kepada Nabi Salih a.s. mereka

bahkan tak segan untuk menghukum orang-orang yang beriman itu. Kaum

Tsamud bukanlah yang pertama melakukan itu semua. Mereka mengulangi

kesalahan yang dilakukan oleh kaum Nuh dan Kaum Ad yang hidup sebelumnya.9

Banyak uraian al-Qur‟an tentang kedua kaum ini, baik dari segi

kemampuan dan kekuatan mereka maupun kedurhakaan dan pembangkangan

mereka terhadap Tuhan dan utusan-Nya, maka dari itu kita sebagai umatnya harus

mengambil pelajaran dari kisah ini yaitu jangan mengikuti kesombongan dan

keingkaran yang telah mereka lakukan yang mengakibatkan mereka akhirnya

dihancurkan Allah dengan gempa dan angin ribut yang sangat dingin lagi

kencang. Hal ini dilukiskan oleh surat Al-Haqqah(69): 47 sebagai berikut:

بت ثود وعاد بلقارعة ) ( وأما عاد فأهلكوا بريح ٥( فأما ثود فأهلكوا بلطاغية )٤كذرها عليهم ٦صرصر عاتية ) م حسوما ف ت رى القوم فيها صرعى ( سخ سبع ليال وثانية أي

كأن هم أعجاز نل خاوية“Kaum Tsamud dan ‘Ad telah mendustakan Hari Kiamat. Adapun

Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa

(petir dan suaranya yang menghancurkan), sedangkan kaum ‘Ad telah

dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi kencang. Allah

menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan

hari secara terus-menerus, maka kamu lihat kaum ‘Ad ketika itu, mati

9 Hisham Thaibah, Ensiklopedia Mukjizat Al-Qur’an dan Hadis, penerj Syarif Hade

Masyah (Jakarta: PT Sapta Sentosa, 2008) h. 48. Lihat juga, Muhammad Ahmad Jâdul Mawlâ

dkk, Buku Induk Kisah-Kisah Al-Qur’an, penerj. Abdurahman Assegaf (Jakarta: Zaman, 2009)

h.56.

Page 20: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

6

bergelimpangan bagaikan tunggul-tunggul pohon kurma yang telah

kosong (lapuk)”.10

Untuk memahami makna ayat-ayat tersebut dibutuhkan interpretasi yang

sesuai atau yang mendekati pada apa yang dikehendaki Allah SWT. Kitab-kitab

tafsir dalam kepustakaan islam sudah banyak terkumpul. Kitab-kitab tersebut

ditulis pada masa dan tempat tertentu. Setelah menelusuri beberapa karya-karya

yang ada, baik tafsir maupun buku-buku tentang kisah kaum Tsamud dalam al-

Qur‟an, penulis mendapatkan kecendrungan para penulis dan ulama tafsir baik

yang klasik maupun kontemporer dalam penafsirannya lebih menonjolkan dari

sisi sejarah saja. Dari penjelasan tersebut, penulis merasa perlu untuk menjelaskan

dan menganalisis kembali kisah kaum Tsamud melalui penjelasan para mufassir,

sehingga pesan-pesan moral dalam kisah kaum Tsamud dapat terungkap lebih

jelas dan dapat dijadikan sebagai pelajaran serta memiliki relevansi tersendiri,

sesuai dengan tujuan al-Qur‟an sebagai petunjuk yang membimbing manusia

menuju arah yang lebih baik lagi.

Kisah-kisah itu menimbulkan banyak penafsiran dari semua kalangan

Mufassir klasik maupun kontemporer. Seperti tafsir karya Isma‟il bin „Amr al-

Qurasyi bin Kasir al-Basri al-Dimasyqi „Imāduddīn Abu al-Fidā al- Hāfiz al-

Muhaddis al-Syāi‟i penafsiran kitab tafsir Ibn Katsīr dapat dikatakan semi tematik

(maudhu‟i).11 Diantara keistimewaan kitab tafsir Ibn Katsir adalah penjelasan yang

cukup memadai berkenaan dengan shahih dan tidaknya suatu riwayat para

10

Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an Ditinjau Dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah,

Dan Pemberitaan Gaib (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013) cet. I, h. 201. 11

Maudhu‟i/ Tematik adalah suatu metode yang mengarahkan pandangan kepada satu

tema tertentu, lalu mencari pandangan al-Qur‟an tentang tema tersebut dengan jalan menghimpun

semua ayat yang membicarakannya, menganalisis, dan memahaminya ayat demi ayat. Lihat,

Quraish Shihab, Kaidah Tafsir (Tangerang: Lentera Hati, 2013), h. 385.

Page 21: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

7

pembaca akan mengetahui mana riwayat yang shahih dan yang da‟if. Beliau juga

memberi perhatian cukup serius berkaitan dengan kisah-kisah israiliyat. Dalam

hal ini, beliau memberikan penjelasan, baik secara singkat maupun panjang

lebar.12 Selain kitab tafsir Ibn Katsīr penulis juga mengambil rujukan dari tafsir-

tasir yang mendasarkan penafsirannya kepada bahasa dari berbagai seginya seperti

tafsir al-Tabarî yang menetapkan makna yang mana yang dipilih dilihat dari

keserasian ayat dengan ayat sebelumnya dan korelasi antara kandungan ayat satu

dengan yang lainnya.

Penulis mendapatkan suatu kesan bahwa Kisah Kaum Nabi Salih

(Tsamud) kaya akan ajaran-ajaran yang berkaitan dengan pesan moral. Lewat

penelitian ini, penulis akan menggunakan metode maudhu‟i (tematik) dalam

menjelaskan Pesan Moral Dalam Kisah Nabi Salih dan Kaumnya, yang lebih

banyak menggunakan mufassir klasik, karena hubungan antar kisah lebih banyak

dibandingkan dengan kajian kontemporer.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penulis melakukan pembatasan terhadap masalah yang akan dikaji dalam

penelitian ini agar lebih fokus dan tercapai tujuan dari penelitian ini. Terdapat

sembilan surah yang menceritakan Nabi Shalih dan kaumnya yaitu, QS. Al-A‟raf

(7): 73-79, QS. Hūd (11): 61-68, QS. Al-Hijr (15): 80-84, QS. Al-Isra‟(17): 59,

QS. Asy Syua‟ara (26): 141-159, QS. An-Naml (27): 45-53, QS. As-Sajdah (32):

17-18, QS. Al-Qamar (54): 23-32, dan QS. Asy-Syam (91): 11-15. Maka penulis

12

Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir (Kumpulan Kitab-Kitab Tafsir dari

Masa Klasik sampai Kotemporer) (Depok: Lingkar Studi al-Qur‟an (eLSiQ), 2013) h. 120.

Page 22: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

8

membatasi masalah ini hanya pada empat surah al-Qur‟an tentang kisah Nabi

Salih dan kaumnya karena dari empat surah tersebut sudah mewakili semua kisah

Nabi Salih dan kaumnya. Di antara surah itu ialah QS. Al-A‟raf (7): 73-79, QS.

Hūd (11): 61-68, Al- Isra‟ (17): 59 dan QS. Al-Qamar (54): 23-32. Dalam

pengungkapan pesan moral dalam kisah kaum Tsamud, penulis merujuk kepada

beberapa kitab Tafsir, diantarnya Tafsir Al-Tabarî, Al Qurṯubî, Tafsir Ibn Katsīr,

dan mufassir lainnya. Serta buku-buku yang berkaitan dengan aspek kebaikan

dalam kisah kaum Tsamud. Penulisan skripsi ini membahas “Apa saja pesan

moral yang bisa ditarik dari Kisah Nabi Salih dan Kaumnya dalam QS. Al-

A’raf (7): 73-79, QS. Hūd (11): 61-68, Al- Isra’ (17): 59 dan QS. Al-Qamar

(54): 23-32 ?” .

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat penelitian ini adalah:

1. Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan pesan-

pesan moral yang terkandung dalam kisah kaum Tsamud.

2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dalam kisah kaum

Tsamud pada studi tafsir.

3. Memperkaya khazanah keilmuan tentang aspek kebaikan dalam

kisah kaum Tsamud

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memperoleh pelajaran moral dalam kisah kaum Tsamud.

2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lainnya yang ingin mengkaji

kisah kaum Tsamud.

Page 23: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

9

D. Tinjauan Pustakan

M. Suyanto dengan bukunya yang berjudul Muhammad Business

Strategy & Ethics, diterbitkan C.V Andi Offset tahun 2008. Di dalam

bukunya memaparkan tentang sejarah awal mula kaum Tsamud, bisnis

kaum Tsamud dan ada beberapa ayat-ayat yang menjelaskan bahwa Allah

SWT mengutus Nabi Salih a.s untuk mengajak kaum Tsamud

meninggalkan kesesatan.

Skripsi Kisah Kaum Tsamud dalam al-Qur’an (Kajian Komparatif

Antara Tafsir Fi Dzilal al-Qur’an dan Tafsir al-Misbah) yang ditulis oleh

Roni Fakultas Ushuluddin UIN Sultan Syarif Kasim Riau 2015. Di dalam

skripsi ini berisi perbandingan, menjelaskan perbedaan dan persamaan dari

tafsir Fī Dzilāl al-Qur,an dan Tafsir al-Misbah, diantaranya Quraish

memasukkan cerita israiliyat ketika menafsirkan ayat tentang unta Allah

sedangkan Sayyid Qutb tidak. Sayyid Qutb lebih condong kepada

pengambilan hukum sejarah dan Quraish Shihab lebih condong kepada

pengambilan hikmah dari suatu kisah.

Skripsi Kisah Kaum-Kaum Yang Dihancurkan Dalam Al-Qur‟an

(Pendekatan Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun) yang ditulis oleh Zuraidha

Hanum Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014. Di

dalam skripsi ini berisi tentang kisah-kisah kaum yang dihancurkan

dengan pikiran pokok dari Ibnu Khaldun serta bentuk penafsirannya.

Pendekatan filsafat Ibnu Khaldun sangat cocok dijadikan pendekatan

Page 24: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

10

dalam menafsirkan ayat-ayat kisah dalam al-Qur‟an, diantaranya ada

beberapa filsafat sejarah Ibnu Khaldun mengenai hukum-hukum sejarah

yaitu: gerak perjalanan sejarah yang spiral-dialektis, faktor-faktor yang

mengendalikan dan mempengaruhi perjalanan sejarah terdapat 3 faktor

yaitu ‘Asabiyyah(solidaritas sosial), faktor ekonomi, faktor geografis, dan

faktor agama sebagai penentu kuatnya ‘asabiyah, karena ajaran-ajaran

agama meredam iri hati dan perpecahan.

Skripsi Pesan Moral Kisah Nabi Yunus Menurut Mufasir Modern

Indonesia yang ditulis oleh Nur Laeli Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2014. Di dalam skripsi ini berisi tentang gambaran

melalui kisah Nabi Yunus bahwa untuk dapat berhasil dalam berdakwah

diperlukan sikap sabar dan optimis terhadap pertolongan Allah. Sikap

tersebut bukan hanya harus dilakukan dalam menjalankan dakwah, tetapi

juga dalam hal lainnya. Seperti halnya ketika dalam proses menggapai

cita-cita atau sesuatu yang diinginkan. Sebagaiman firman Allah SWT QS.

Al-Qalam (68): 48 tentang kesabaran dan QS. As-Saffat (37) 143.

Skripsi Pesan-Pesan Akhlak Dalam Kisah Qābil dan Hābil (Studi

Tafsir Surah Al-Māidah ayat 23-31) yang ditulis oleh Serpin Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014. Di dalam skripsi ini

menjelaskan tentang terdapat akhlak al-madhmūmah dan al-mahmūdah.

Akhlak al-madhmūmah yang terkandung dalam kisah tersebut yaitu Iri

dengki, Pemarah, dan Sombong. Sedangkan akhlak al-mahmūdah yaitu

Ikhlas, Sabar, Tawādu‟ dan Istiqāmah.

Page 25: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

11

Skripsi Munasabah Kisah Dalam Surah Al-Kahfi: Kajian Tematik

yang ditulis oleh Hanif Ahmad Ansharullah Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta 2015. Skripsi ini menjelaskan didalam surat

tersebut terdapat enam kisah yaitu: kisah ashab al-Kahfi, kisah Orang-

orang Fakir di Kalangan Sahabat Rasulullah saw, kisah dua orang pemilik

kebun, kisah nabi Adam dan Iblis, Kisah nabi Musa dan nabi Khidir, dan

kisah Dzulqarnain, Ya‟juj dan Ma‟juj. Didalam skripsi tersebut penulis

menyimpulkan hikmah adanya kisah di dalam QS. Al-Kahfi adalah;

sebagai i’tibar/pelajaran, menjelaskan dasar-dasar dakwah Allah dan

menerangkan pokok-pokok syariat yang disampaikan para Nabi, dan

menanamkan pendidikan akhlakul karimah.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kepustakaan (Library Research) yaitu

dengan mengumpulkan data-data dan menelaah sejumlah refrensi yang

berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.13

2. Metode Sumber Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

kajian literatur yang jadi sumber primernya dalam penelitian ini adalah

literatur yang dianggap relevan, sedangkan sumber sekunder adalah

literatur yang mendukung. Adapun yang termasuk sumber primer

13

J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan Keunggulan (Jakarta:

Grasindo, 2010) h.60

Page 26: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

12

adalah kitab Tafsir klasik, seperti: Tafsir Ibn Katsīr dan Tafsir Al-

Tabarî. Sedangkan sumber sekunder adalah kitab tafsir yang

berorientasi dengan aspek kebaikan dalam kisah kaum Tsamud, serta

buku-buku yang membahas tentang kisah tersebut.

3. Teknik Analisis Data

Penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan metode

Maudhu‟i(tematik). Menurut al Farmawi bahwa dalam membahas

suatu tema, diharuskan untuk mengumpulkan seluruh ayat yang

menyangkut tema itu. Namun demikian, bila hal itu sulit dilakukan,

dipandang memadai dengan menyeleksi ayat-ayat yang mewakili

(representatif). Menurut al Farmawi ada delapan langkah dalam

sistematika Tafsir Maudhu‟i yaitu:

1) Menetapkan masalah yang akan dibahas

2) Menghimpun seluruh ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan

dengan masalah tersebut.

3) Menyusun urutan-urutan ayat yang terpilih sesuai dengan

perincian masalah atau masa turunnya, sehingga terpisah antara

ayat Makkiy dan Madaniy.

4) Mempelajari/memahami korelasi (memunasabah) masing-

masing ayat dengan surah-surah dimana ayat tersebut

tercantum (setiap ayat berkaitan dengan tema pada suatu

surah).

Page 27: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

13

5) Melengkapi bahan-bahan dengan hadis-hadis yang berkaitan

dengan masalah yang dibahas.

6) Menyusun outline pembahasan dalam kerangka yang sempurna

sesuai dengan hasil studi masa lalu, sehingga tidak dikaitkan

dengan hal-hal yang tidak berkaitan dengan pokok masalah.

7) Mempelajari semua ayat terpilih secara keseluruhan dan atau

mengkompromikan antara yang umum dengan khusus, yang

mutlak dan yang relatif, dan lain-lain sehingga kesemuanya

bertemu dalam muara tanpa perbedaan atau pemaksaan dalam

penafsiran.

8) Menyusun kesimpulan penelitian yang dianggap sebagai

jawaban al-Qur‟an terhadap masalah yang dibahas.14

Namun, langkah-langkah tersebut tidak penulis gunakan

semua, sebatas yang terkait dengan pembahasannya, yaitu penulis

hanya menggunakan langkah dari nomor satu sampai enam .

4. Teknik Penulisan

Penelitian skripsi ini, mempedomani Buku Pedoman Akademik

Program Strata-1 2014/2015, dan penerjemahan ayat-ayat al-Qur‟an

penulisan karya berpedoman kepada al-Qur‟an dan terjemahannya, dan

hanya ditulis satu spasi.

14

http://www.academia.edu/8402088/abd_Hayy_al-Farmawi

Page 28: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

14

F. Sistematika Penulisan

Untuk menghindari kerancuan dalam pembahasan dan alur penelitian,

penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab. Kelima bab tersebut sercara ringkas

dan sederhana akan penulis uraikan dibawah ini.

Pada Bab Pertama menguraikan latar belakang persoalan yang ingin

dikemukakan dalam tulisan ini, rumusan dan batasan masalah, tinjauan

kepustakaan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika

penulisan. Bab ini penting untuk mengurai secara umum keseluruhan isi tulisan.

Pembahasan umum diperlukan agar tercipta pengetahuan yang utuh mengenai

keterkaitan anatara satu bagian dengan bagian yang lain di dalam tulisan ini.

Bab Kedua, pada bab ini, penulis akan membahas gambaran kisah secara

umum, dari penjelasan tentang definisi, macam-macam kisah yang terdapat dalam

al-Qur‟an, kemudian tujuan dan faedah adanya kisah-kisah tersebut, serta unsur-

unsur yang terdapat dalam kisah. Keterkaitan bab pertama dengan bab kedua yaitu

bab kedua menguraikan teori-teori yang menunjang penulisan atau penelitian,

yang bisa diperkuat dengan menunjukkan hasil penelitian sebelumnya.

Bab ketiga ini akan dibahas mengenai Nabi Salih dalam sejarah dan tafsir.

Yang kemudian memulai dari pertama, sejarah Nabi Salih yaitu: siapa Nabi Salih

?, silsilah Nabi Salih. Kedua yaitu menjelaskan bahwa Tsamud Kaum Salih.

Ketiga, kisah pembangkangan kaum tsamud yang berujung adzab dalam literatur

tafsir melalui mufassir klasik. Diantara ayat-ayat yang akan dikaji adalah sebagai

berikut: QS. Al-A‟raf (7): 73-79, QS. Hūd (11): 61-68, Al- Isra‟ (17): 59 dan QS.

Page 29: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

15

Al-Qamar(54): 23-32. Keterkaitan bab kedua dan ketiga yaitu pada bab ini

menjelaskan cara pengambilan dan pengolahan data.

Bab keempat, analisis pesan moral pada kisah Nabi Salih dan kaumnya

menurut mufassir klasik. Yaitu meliputi manusia tidak boleh sombong, nafsu

menumpuk harta menimbulkan sikap serakah, rasa dengki mengeraskan

penolakan, menolak dakwah membawa azab dan kesabaran rasul selalu diuji.

Keterkaitan bab ketiga dan keempat yaitu pada bab keempat membahas tentang

keterkaitan antar faktor-faktor dari data yang diperoleh dari masalah yang

diajukan kemudian menyelesaikan masalah tersebut dengan metode yang diajukan

dan menganalisis proses dan hasil penyelesaian masalah.

Sedangkan Bab kelima, merupakan bab yang terakhir yang menjadi

penutup dari skripsi. Dan menjadi jawaban pada rumusan masalah skripsi ini.

Semua penelitian yang dilakukan dan saran yang diajukan pada penulis mengenai

hasil penelitian ini. Bab ini terbagi dalam kesimpulan dan saran.

Page 30: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

16

BAB II

Tinjauan Umum Kisah dalam al-Qur’an

A. Pengertian Kisah

Kisah1 berasal dari kata al-qassu yang berarti mencari atau mengikuti

jejak. Dikatakan: “ أث رىقصصت ” artinya, “saya mengikuti atau mencari jejaknya”.

Kata al- qasas adalah bentuk masdar. Firman Allah: قصص علئاثرها افارتدا (al-

Kahfi [18]: 64). Maksudnya, kedua orang itu kembali lagi untuk mengikuti jejak

dari mana keduanya itu datang. Dan firman-Nya melalui lisan ibu Musa: لأختو : Dan berkatalah ibu Musa kepada saudaranya yang perempuan) قصيهوقالت

Ikutilah dia) (al- qaṣaṣ [28]: 11). Maksudnya, ikutilah jejaknya sampai kamu

melihat siapa yang mengambilnya.

Qasas berarti berita yang berurutan. Firman Allah القصصالق لو ىذا إن(Sesungguhnya ini adalah berita yang benar) (Ali Imran [3]:62). Dari firman-Nya:

ف كان الألباب لقد لأول رة عب قصصهم (Sesungguhnya pada berita mereka itu

terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal) (Yusuf [12]: 111). Sedang al-

qissah berarti urusan, berita, perkara dan keadaan.

Al-Qur‟an selalu menggunakan terminologi qaṣaṣ untuk menunjukkan

bahwa kisah yang disampaikannya itu benar dan tidak mengandung kemingkinan

1 Dalam kamus Al- Munawwir, Qasas berarti tukang dongeng cerita. Suatu peristiwa

yang berhubungan dengan sebab dan akibat dapat menarik perhatian para pendengar. Apabila

dalam peristiwa itu terselip pesan-pesan dan pelajaran mengenai berita-berita bangsa terdahulu ,

rasa ingin tahu merupakan faktor paling kuat yang dapat menanamkan kesan peristiwa tersebut ke

dalam hati, lihat Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008) h. 703.

Page 31: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

17

salah atau dusta. Sementara cerita-cerita lain yang mengandung kemungkinan

salah dan benar biasanya bentuk jamaknya diungkapkan dengan istilah qishash.2

Qaṣaṣ al-Qur‟an adalah pemberitaan Qur‟an tentang hal ihwal umat yang

telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah

terjadi. Qur‟an banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu,

sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap

umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang menarik dan

mempesona.3

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kisah adalah cerita atau kejadian

(riwayat dsb) dalam kehidupan seseorang. ar-Raghib al-Isfani mengatakan dalam

kitab Mufradat-nya (al- Mufradat fi Gharib Al-Qur’an) tentang kata ini (qasas),

“Al-Qashshu berarti „mengikuti jejak‟. Dikatakan, „Qashashtu atsarahu „Saya

mengikuti jejaknya‟. Al-Qashash ialah berarti „jejak‟ (atsar). Allah Ta‟ala

berfirman,

...فارتداعلئاثرهاقصصا

„...Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula‟. (QS. al-Kahfi:

64)

يو وقالتلأختوقص

2 Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan (Jakarta: Rajawali

Pers, 2016) h. 123. Lihat Mannā Khalīl al-Qattān, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Penerj. Mudzakir AS

(Jakarta: PT. Pustaka Litera AntarNusa, 2010) h. 436 dan Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan

Ulumul Qur’an (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1998) h. 118. 3

Mannā Khalīl al-Qattān, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Penerj. Mudzakir AS (Jakarta: PT.

Pustaka Litera AntarNusa, 2010) h. 436.

Page 32: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

18

„Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan,

„Ikutilah dia‟...‟ (QS. Al-Qashash: 11)

Al-Qashash ialah cerita-cerita yang dituturkan (kisah), Allah Ta‟ala

berfirman,

لوالقصصالقإنىذا„Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar...‟(QS. Ali Imran: 62)4

عليوالقصصقاللتف... ...ف لماجاءهوقص„...Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu‟aib) dan menceritakan

kepadanya cerita (tentang dirinya), Syu‟aib berkata, „Janganlah kamu

takut...‟ (QS. Al-Qashash: 25)

عليكأحسنالقصص... ننن قص „Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik...(QS. Yusuf: 3)5

Menurut az-Zamakhsyari, kata dasar qa sha sha bisa dibaca sebagai

infinitive/mashdar (مصدر) yang artinya iqtishash (إقصاص). Artinya, susunan kisah

dengan gaya yang mengagumkan. Kata قصص bisa juga dibaca sebagai kata kerja

bentuk lampau/ fi’l madhi dengan arti yang dikisahkan (objek). Pengertian ini

sebagaimana kata na ba a (ن ب ا) dengan arti منبا/manba (yang diberitakan).6

4 Kisah Al-Qur‟an telah diberi karakter sebagai kisah yang benar (al-qashash al-haq).

Dalam surat Ali Imran, setelah disebutkan beberapa ayat yang membantah orang-orang Nasrani

tentang perihal kemanusiaan Isa bin Maryam a.s. dan menyanggah anggapan mereka seputar

penisbatannya kepada Allah SWT (sebagai anak-Nya), dan mengisahkan kepada mereka peristiwa

ibunda Maryam r.a. yang mengandung Isa, kemudian melahirkannya, kemudian disebutkan satu

ayat yang menyifati kisah ini sebagai kisah yang benar-benar, yang tidak ada padanya kesalahan,

kebohongan, maupun kebatilan. 5 Salah Al-Khalidy, Kisah-Kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-Orang Dahulu, penerj.

Setiawan Budi Utomo (Jakarta: Gema Insani Press, 2000) cet. 3, h. 22. Kisah Yusuf merupakan

kisah terbaik dan setiap kisah Al-Qur‟an adalah baik karena ia memberikan kabar gembira dan

optimisme (harapan) bagi orang-orang yang tertimpa bencana, musibah, dan ujian, serta bagi

orang-orang yang menderita kepedihan intimidasi dan cobaan, yaitu bahwa jalan keluar pasti akan

datang, harapan pasti akan tiba, dan ujian akan hilang. Yang penting, dia beriman dan bertawakal

kepada Allah dengan baik serta tetap teguh di jalan-Nya, sebagaimana yang dicapai oleh Yusuf a.s. 6 Syihabuddin Qalyubi, Stilistika Al-Qur’an Makna di Balik Kisah Ibrahim (Yogyakarta:

LkiS Yogyakarta, 2009) h. 158.

Page 33: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

19

Menurut As-Suyuthi, kisah dalam al-Qur‟an sama sekali tidak

dimaksudkan untuk mengingkari sejarah lantaran sejarah dianggap salah dan

membahayakan al-Qur‟an. Kisah-kisah dalam al-Qur‟an merupakan petikan-

petikan dari sejarah sebagai pelajaran kepada umat manusia dan bagaimana

mestinya mereka menarik manfaat dari peristiwa-peristiwa sejarah. Hal ini dapat

dilihat bagaimana al-Qur‟an secara eksplisit berbicara tentang pentingnya sejarah,

sebagaimana tertera dalam QS. Ali Imran (3): 140, “Dan masa kejayaan dan

kehancuran itu, Kami pergilirkan diantara manusia”.

Muhammad Iqbal menyatakan dalam bukunya “Pembangunan Kembali

Alam Pikiran Islam” bahwa, “Al-Qur‟an dalam memperbincangkan kisah ini

jarang bersifat historis hampir selamanya ia bertujuan hendak memberikan suatu

pengertian moral atau filosofis yang sifatnya universal.7

Menururut as-Siba‟i al Bajumi yang dimaksud dengan kisah dewasa ini

ialah setiap tulisan yang bersifat kesusastraan dan idah serta keluar dari seorang

penulis dengan maksud untuk menggambarkan suatu keadaan tertentu (mengenai

sejarah atau kesusastraan atau akhlak, atau susunan masyarakat dan sebagainya),

dengan suatu cara dimana penulis melepaskan diri dari perasaan pribadinya dan

fikiran yang timbul dari perasaan tersebut dan dari arah yang dituju oleh

pendapatnya itu yang sesuai dengan perasaan dan fikirannya, sehingga pribadinya

tercermin dalam penggambaran itu yang dapat mengadakannya dari orang lain

yang mempunyai tulisan yang sama.

7 Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta: PT Dana Bhakti

Prima Yasa, 1998) h. 118.

Page 34: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

20

Muhammad Khalafullah mengatakan, kisah ialah suatu karya kesusastraan

yang merupakan hasil karya pembuat kisah terhadap peristiwa-peristiwa yang

terjadi atas seorang pelaku yang sebenarnya tidak ada. Atau, dari seorang pelaku

yang benar-benar ada, tetapi peristiwa-peristiwa yang berkisar pada dirinya dalam

kisah itu tidak benar-benar terjadi. Ataupun, peristiwa-peristiwa itu terjadi atas

diri pelaku, tetapi dalam kisah tersebut disusun atas dasar seni yang indah, di

mana sebagian peristiwa didahulukan dan sebagian lagi dikemudiankan,

sebagiannya disebutkan dan sebagian lagi dibuang. Atau, terhadap peristiwa yang

benar-benar terjadi itu ditambahkan peristiwa baru yang tidak terjadi atau dilebih-

lebihkan penggambarannya, sehingga pelaku-pelaku sejarah keluar dari kebenaran

yang biasa dan sudah menjadi para pelaku khayal.8

Dari beberapa definisi di atas, terdapat definisi-definisi yang berbeda.

Hanya saja cerita-cerita yang termuat di dalam al-Qur‟an berbeda dengan cerita

sastra lainnya. Al-Qur‟an menceritakan suatu kisah dengan mengdepankan gaya

spiritual dengan menjaga validitas sejarahnya, menjaga nilai kebutuhan cerita dan

sastranya. Kisah-kisah dalam Al-Qur‟an memiliki beberapa karakteristik yang

membedakannya dengan literatur lainnya.

1. Ia adalah wahyu yang bersumber dari Allah yang steril dari imajinasi,

khayalan atau karangan seorang manusia.9

2. Al-Qur‟an menceritakan sebuah kisah yang benar-benar terjadi dan

mengikuti jejak umat-umat terdahulu dan secara fakta, peristiwa itu pernah

8 Ahmad Hanafi, Segi-segi Kesusastraan Pada Kisah-Kisah Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka

Alhusna, 1984) h. 14-15. 9 Lihat QS. Yusuf: 3.

Page 35: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

21

terjadi. Al-Qur‟an tidak pernah menyebutkan sama sekali tentang suatu

kaum dimana mereka tidak memiliki eksis sejarah.

3. Kisah al-Qur‟an bukanlah kisah sejarah semata, bukan pula kisah rohani.

Namun, ia merupakan gabungan antara rohani dan fakta sejarah, karena al-

Qur‟an bukanlah kitab sejarah, namun ia merupakan petunjuk dan arahan,

kitab yang menggugah jiwa dan ruh sekaligus.

4. Kisah al-Qur‟an sangat relevan dengan kehidupan, budaya, dan kondisi

manusia. Al-Qur‟an tidak datang untuk membebani akal atau

membelokkan hati, namun ia tidak ubahnya seperti jembatan yang

menghubungkan antara masa lalu dan masa kini.

5. Sedangkan dari sisi masa dan tempat, al-Qur‟an tidak menyebutkan sebuah

kisah pada zaman tertentu, seperti kisah Ashabul Kahfi.10

6. Sebuah cerita dalam al-Qur‟an kadang diulang-ulang dalam beberapa

surat. Ini menunjukkan bahwa al-Qur‟an benar-benar bersumber dari Allah

yang Maha Mengetahui.11

Karena itu, kisah-kisah dalam al-Qur‟an memiliki realitas yang diyakini

kebenarannya, termasuk peristiwa yang ada di dalamnya. Ia adalah bagian dari

10

Al-Qur‟an hanya menyebutkan bahwa mereka mendiami goa selama tiga ratus

sembilan tahun, namun tidak disebutkan nama zaman dimana mereka hidup. Demikian juga,

penetuan tempat tidak disebutkan, karena hal ini dianggap tidak terlalu penting. Yang penting

adalah memaparkan sebuah fakta yang pernah terjadi, pelajaran-pelajaran apa yang bisa diambil

darinya. Karena al-Qur‟an bukan kitab sejarah, ia merupakan kitab yang dijamin kebenarannya.

Namun, Al-Qur‟an seringkali menyebutkan tanda-tanda atau isyarat yang darinya bisa membantu

ditentukan kapan peristiwa itu terjadi dan dimana persis tempatnya. Al-Qur‟an juga tidak

menyalahi fakta dan runutan waktu, misalnya, kita tidak menemukan al-Qur‟an menyebutkan

bahwa nabi Isa terjadi sebelum nabi Musa. Lihat lebih lanjut Ahmad Rabi‟ Abdul Mun‟im, Pesona

Ratu Bilqis, penerj. Yasir Maqosid & Andi Muhammad Syahril (Jakarta: Pustaka AL-Kautsar,

2009) h.28. 11

Ahmad Rabi‟ Abdul Mun‟im, Pesona Ratu Bilqis, penerj. Yasir Maqosid & Andi

Muhammad Syahril (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009) h.27-28. Lihat Muhammad Chirzin, Al-

Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1998) h.122.

Page 36: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

22

ayat-ayat yang diturunkan dari sisi yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana. Maka

bagi manusia mukmin, tidak ada kata lain kecuali menerima dan mengambil

„ibrah (pelajaran) darinya.

B. Macam-Macam Kisah dalam al-Qur’an

Secara garis besar, ada tiga jenis kisah dalam al-Qur‟an, yakni sebagai

berikut:

1. Kisah yang menyangkut terjadinya berbagai peristiwa pada masa

Rasulullah Saw., seperti peristiwa Perang Badar, Perang Uhud,

perang Ahzab, dan sebagainya.

2. Kisah para nabi terdahulu berikut kaumnya. Kisah ini biasanya

mengandung banyak informasi tentang dakwah mereka, bagaimana

sambutan kaum mereka, mukjizat mereka, sikap orang-orang yang

memusuhi mereka, tahapan dakwah dan perkembangannya, serta

akibat-akibat yang diterima oleh umat yang menerima dakwah

mereka maupun yang menolaknya.

3. Kisah yang menyangkut pribadi-pribadi atau golongan-golongan

dengan segala kejadiannya yang diceeritakan oleh Allah Swt.

sebagai bahan pelajaran bagi umat sesudahnya. Contohnya, kisah

Maryam, Luqman, Qarun, Zulkarnain, Ashabul Kahfi, dan lain-

lain.12

12

Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an Media-media Pokok dalam Menafsirkan

Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang, ) h. 176. Lihat Rusydie Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an dan

Ulumul Hadits Teori dan Metodologi (Yogyakarta: IRCiSo, 2015) h. 148.

Page 37: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

23

Kisah menurut orang-orang dahulu dalam al-Qur‟an termasuk dalam

kategori “berita-berita gaib”. Ini karena hal gaib dalam Islam ada tiga macam,

yaitu sebagai berikut.

1. Gaib masa lampau, yaitu kisah orang-orang terdahulu13, seperti kisah

Adam a.s. dengan Iblis, memakan buah dari pohon (terlarang) terusirnya

ke bumi, dan seperti kisah Nuh, „Aad, Tsamud, dan Madyan, juga seperti

kisah orang-orang Bani Israel dengan para nabi mereka. Kisah-kisah itu

merupakan hal gaib masa lampau karena merupakan peristiwa-peristiwa di

masa lampau, telah usai atau lewat dan menjadi cerita-cerita klasik

(lampau). Kisah-kisah itu merupakan hal gaib bagi kita karena kita tidak

menyaksikan peristiwanya, tidak mendengarkan, dan mengalaminya

sendiri. Contohnya kisah kaum Tsamud sebagaimana firman Allah SWT

dalam QS. Al-Isra‟: 59:

من عنا مبصرةوما الناقة ثود نا وآت ي الأولون با كذب أن إل بليت ن رسل أن

تويفا فظلمواباومان رسلبليتإل

“Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi kami untuk mengirimkan

(kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan kami), melainkan karena tanda-

tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah kami

berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat

dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan kami tidak

memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti”.

13

Lihat QS. Hud: 49 “Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang gaib yang

kami wahyukan kepadamu (Muhammad) tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula)

kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah sesengguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-

orang yang bertakwa”. Al-Qur‟an mengomentari uraian rinci peristiwa-peristiwa itu sebagai berita

gaib yang Allah SWT wahyukan kepada Rasul-Nya saw.

Page 38: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

24

2. Gaib masa kini (sekarang), seperti “alam-alam gaib” yang ada sekarang

yang memiliki entitas, kehidupan, dan eksistensinya, tetapi kita tidak dapat

melihatnya dan tidak dapat mendengarnya atau kisah-kisah yang

menerangkan hal-hal ghaib pada masa sekarang (meski sudah sejak dulu

dan masih tetap ada sampai masa yang akan datang)14, seperti alam

malaikat serta alam jin dan setan. Bahkan, eksistensinya (wujud) Allah

SWT termasuk dalam hal gaib masa sekarang karena ia ada namun kita

tidak dapat melihat-Nya di dunia ini. Contohnya kisah tentang turunnya

malaikat-malaikat pada malam lailat al-Qadar15. Seperti dalam QS. Al-

Qadr[97]: 1-5:

القدر) لة لي ف أن زلنو ١إن لة لي ما ألف٢القدر)(ومآأدرك من ر خي لةالقدر (لي أمر)(٣شهر) كل من ربم بذن ها في مطلع٤ت ن زللملئكةوالر وح حت ىي (سلم

(٥الفجر)“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam

kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu. Malam

kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun

malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk

mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit

fajar. 3. Gaib masa depan, seperti ayat-ayat dan hadits-hadits sahih yang

berbicara tentang hal-hal dan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa

yang akan datang dari sejarah umat manusia, seperti tanda-tanda kiamat:

14

Hasani Ahmad Syamsuri, Studi Ulumul Qur’an (Jakarta: Zikra Press, 2009) h. 160. 15

Di dalam Tafsîr Fî Ẕilâl Al- Qur‟an dijelaskan bahwa malam ini sudah dikenal sebagai

salah satu di antara malam-malam bulan Ramadhan, yakni bulan yang di dalamnya di mulai

penurunan al-Qur‟an ke dalam hati Rasul SAW agar disampaikannya kepada manusia. Tentang

penentuan malam ini terdapat banyak riwayat. Sebagiannya menentukan malam ke-27 dari bulan

Ramadhan. Sebagian yang lain menentukan malam ke-21. Sebagian lagi menentukan salah satu

malam di antara sepuluh malam terakhir. Namanya adalah “Lailatul qadr”. Bisa jadi berarti taqdir

(penetuan) dan tadbir (pengaturan). Bisa jadi juga berarti kemuliaan dan kedudukan. Kedua makna

ini sejalan dengan peristiwa alam yang agung itu. Yakni peristiwa al-Qur‟an, wahyu dan risalah.

Malam tersebut lebih baik dari ribuan bulan dalam kehidupan manusia.

Page 39: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

25

turunnya Isa a.s. ke bumi, keluarnya Dajjal, Ya‟juj dan Ma‟juj. Semua itu

termasuk “gaib masa depan” dan “babak-babak peristiwa kiamat” yang

dimulai dari tiupan hari kebangkitan dan berakhir dengan memasukkan

orang-orang mukmin ke dalam surga dan orang-orang kafir ke dalam

neraka.16 Contohnya kisah tentang Abu Lahab kelak di akhirat. Seperti

firman Allah QS. Al Masad/al-Lahab[111]: 1-5:

( كسب)١ت بتيداأبلبوتب (سيصلىنراذات٢(ماأغنعنومالووما (٥حبلمنمسد)(فجيدىا٤(وامرأتوحالةالطب)٣لب)

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnyan dia akan binasa.

Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.

Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula)

istrinya, pembawa kayu bakar. Yang dilehernya ada tali dari sabut.

C. Faedah-Faedah Kisah-Kisah Al-Qur’an

Cerita dalam al-Qur‟an bukanlah suatu gubahan yang hanya bernilai

sastera saja, baik gaya bahasa maupun cara menggambarkan peristiwa-

peristiwanya. Memang biasanya demikianlah wujudnya, cerita yang merupakan

hasil kesusateraan murni. Bentuknya hanya semata-mata menggambarkan seni

bahasa saja. Tapi cerita al-Qur‟an merupakan salah satu media untuk mewujudkan

tujuannya yang asli. Bagaimana pun juga, Al-Qur‟an adalah kitab dakwah dan

kitab yang meyakinkan objeknya.17

Diantara Faedah-faedah kisah-kisah Al-Qur‟an ialah:

a. Menjelaskan dasar-dasar dakwah agama Allah dan menerangkan

pokok-pokok syariat yang disampaikan oleh para Nabi. Penjelasan

16

Salah Al-Khalidy, Kisah-Kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-Orang Dahulu,

penerj. Setiawan Budi Utomo, cet. 3, h.36. 17

Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, h. 120.

Page 40: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

26

pokok-pokok syariat yang diemban oleh setiap Nabi sebagaimana

yang ditegaskan Allah Swt.:

أنفاعبدون نوحيإليوأنولإلوإل وماأرسلنامنق بلكمنرسولإل“Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu

melainkan Kami wahyukan kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada

Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu

sekalian akan Aku. (QS. Al-Anbiya [21]: 25).

b. Mengokohkan hati Rasul dan hati umat Muhammad dalam

beragama dengan agama Allah dan menguatkan kepercayaan

orang-orang mukmin tentang datangnya pertolongan Allah dan

hancurnya kebatilan. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah

Swt.:

عليكمنأن باءالر سلمان ث بتب ن قص وف ؤادكوجاءكفىذهالق وكلا وموعظةوذكرىللمؤمنين

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu,

ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan

dalam surah ini telah datang kepadamu kebenaran serta

pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS.

Hud [11]: 120). 18

c. Mengabadikan usaha-usaha para Nabi-nabi dan pernyataan bahwa

nabi-nabi dahulu adalah benar.

d. Memperlihatkan kebenaran Nabi Muhammad saw. dalam

dakwahnya dengan dapat menerangkan keadaan-keadaan umat

yang telah lalu. Allah Ta‟ala berfirman kepada Nabi-Nya

Muhammad SAW dan umatnya terpanggil juga,

فبهداىماق تده أولئكالذينىدىالل

18

Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, h. 126 dan baca

juga Susilawati, “Nilai-nilai Pendidikan Melalui Kisah Dalam Al-Qur’an”, Volume 1, Nomor 1,

Juni 2016, h. 33

Page 41: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

27

“Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah,

maka ikutilah petunjuk mereka,” (QS. Al-An‟am: 91)19

e. Menyingkap kebohongan ahli kitab yang telah menyembunyikan

isi kitab mereka yang masih murni.

ماحرمإسرائيلعلىن فسومنق بل لبنإسرائيلإل كانحلا كل الطعامتمصادقينأن كن ت ن زلالت وراةقلفأتوابلت وراةفات لوىاإن

“Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan

makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’qub) untuk dirinya

sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: ‘(Jika kamu

mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun

Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu

orang-orang yang benar. (QS. Ali Imran[3]: 93). 20

f. Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik

perhatian para pendengar dan memantapkan pesan-pesan yang

terkandung di dalamnya ke dalam jiwa. 21

Menurut tinjauan kesusastraan, kisah mempunyai banyak faedah. Di

antaranya ialah, bahwa kisah bisa merangsang pembacanya untuk terus mengikuti

peristiwa dan pelakunya, apakah pembaca suka terhadap perbuatan-perbuatan

pelaku tersebut atau tidak. Pengaruh kisah bisa menembus orang-orang terpelajar

19

Abdul Karim Zaidan, Hikmah Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an (Jakarta: Darus Sunnah

Press, 2015) jilid. 2, cet.3, h. 6. Penulis tafsir Al- Manar, Syaikh Rasyid Ridha Rahimahullah

dalam menafsirkan ayat ini mengatakan, “ Kesamaan Rasul dengan utusan sebelumnya dalam

dasar-dasar agama dan beberapa cabangnya tidak dinamakan mencotoh atau mentauladani mereka,

yang dikatakan mencontoh mereka adalah menapaki jejak mereka ke dalam berdakwah kepada

agama dan dalam menegakknya. 20

Mannā Khalīl al-Qattān, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Penerj. Mudzakir AS, h.437.

Menyingkap kebohongan dalam ayat tersebut yaitu menjelaskan apa yang diharamkan menurut

ahli kitab tetapi sebenarnya itu halal. Dalam tafsir al-Misbah dijelaskan bahwa nabi Ya‟kub adalah

leluhur Bani Israil. Nabi agung ini taat kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya, sehingga

meninggalkan makanan yang beliau sukai demi karena Allah. Beliau mengharamkan dalam arti

berpantang untuk tidak makan makanan tertentu, walaupun makanan itu halal baginya. Ada juga

riwayat yang menyatakan bahwa konon beliau sakit dan bernazar tidak akan makan daging unta

dan tidak minum susunya bila Allah mengunegerahkan kesembuhan untuknya, padahal makanan

dan minuman itu sangat beliau sukai. Allah menerima nazar beliau, apalagi itu beliau lakukan

untuk mendekatkan diri kepada Allah sambil memberi kesempatan kepada orang lain untuk

memakannya. 21

Lihat QS. Yusuf [12]: 111.

Page 42: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

28

maupun orang-orang biasa. Bagi sastrawan, kisah merupakan alat yang baik

sekali, dan oleh karena itu mereka lebih banyak menyukainya daripada cabang-

cabang kesusatraan lainnya. Dan ini telah dieksploitasi dengan sebaik-baiknya.

Dalam dunia kesusastraan, kisah menempati tempat pertama. Nampaknya

kemajuan-kemajuan ilmu eksakta, ilmu-ilmu positif, filsafat dan ilmu-ilmu lain

yang didasarkan pada pengamatan dan fikiran murni, tidak akan menghambat

lajunya dunia kisah.22

D. Hikmah Pengulangan Kisah dalam Al-Qur’an

Al-Qur‟an mencakup banyak kisah yang diulang-ulang. Satu kisah banyak

disebut dalam al-Qur‟an dan dipaparkan dengan bentuk yang berbeda, ada yang

diungkapkan dengan bentuk taqdim ta‟khir, ijaz dan dalam al-Qur‟an adalah

sebagai berikut:

1. Menjelaskan segi ke-balaghah-an al-Qur‟an pada tingkat yang lebih

tinggi. Di antara karakteristik balaghah adalah menampakkan makna satu

dengan bentuk yang berbeda. Pengulangan cerita disajikan pada seluruh

tempat dengan gaya bahasa yang berbeda-beda, diukir pada cetakan yang

bukan cetakannya, bahkan makna yang ditangkap jiwa akan selalu baru,

tak seorang pun dapat meresapi keindahan dan kedalaman maknanya

selain dari cerita-cerita al-Qur‟an

2. Meneguhkan sisi kemukjizatan Al-Qur‟an. Ketika satu makna

diungkapkan dalam bentuk yang berbeda maka seorang akan semakin

22

Ahmad Hanafi, Segi-segi Kesusastraan Pada Kisah-Kisah Al-Qur’an, h. 21.

Page 43: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

29

terkesima dan takjub dengannya. Tidak heran bila orang Arab tidak

mampu untuk membuat hal yang sama seperti Al-Qur‟an.

3. Mengundang perhatian yang besar terhadap kisah tersebut agar pesan-

pesannya lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Hal ini karena

pengulangan merupakan salah satu cara pengukuhan dan tanda betapa

besarnya perhatian Al-Qur‟an terhadap masalah tersebut. Misalnya kisah

Nabi Musa dengan Fir‟aun. Kisah ini mengisahkan pergulatan sengit

antara kebenaran dan kebatilan.

4. Penyajian seperti itu menunjukkan perbedaan tujuan yang karenanya kisah

itu diungkapkan. Sebagian dari makna-maknanya diterangkan di suatu

tempat, karena hanya itulah yang diperlukan, sedangkan makna-makna

lainnya dikemukakan di tempat lain, sesuai dengan keadaan.23

E. Pengaruh Kisah-kisah Qur’an dalam Pendidikan dan Pengajaran

Sebuah kisah yang baik dan cermat akan digemari dan meresap ke dalam

jiwa manusia dengan mudah. Pelajaran yang disampaikan dengan metode talqÎn

dan ceramah akan menimbulkan kebosanan, bahkan tidak dapat diikuti

sepenuhnya oleh generasi muda kecuali dengan sulit dan berat serta memerlukan

waktu yang cukup lama pula. Oleh karena itu, uslub qasasi (narasi) sangat

bermanfaat dan mengandung banyak faedah. Pada umumnya, anak-anak suka

mendengarkan cerita-cerita, memperhatikan riwayat kisah, dan ingatannya segera

menampung apa yang diriwayatkan kepadanya, kemudian ia menirukan dan

mengisahkannya.

23

Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur‟an („Ulum al-Qur‟an)

(Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2014) cet. 7, h. 181.

Page 44: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

30

Fenomena fitrah kejiwaan ini sudah seharusnya dimanfaatkan oleh para

pendidik dalam lapangan pendidikan, khususnya pendidikan agama yang

merupakan ini pengajaran dan soko guru pendidikan.

Dalam kisah-kisah qur‟ani terdapat lahan subur yang dapat membantu

kesuksesan para pendidik dalam melaksanakan tugasnya dan membekali mereka

dengan bekal kependidikan berupa peri hidup para nabi, berita-berita tentang umat

dahulu, sunnatullah dalam kehidupan masyarakat dan hal ihwal bangsa-bangsa.

Dan semua itu dikatakan dengan benar dan jujur. Para pendidik hendaknya

mampu menyuguhkan kisah-kisah qur‟ani itu dengan uslub bahasa yang sesuai

dengan tingkat nalar pelajar dalam segala tingkatan. Sejumlah kisah keagamaan

yang disusun oleh Ustadz Sayid Qutub dan Ustaz as-Sahhar telah berhasil

memberikan bekal bermanfaat dan berguna bagi anak-anak kita, dengan

keberhasilan yang tiada bandingnya. Demikian pula al-Jarim telah menyajikan

kisah-kisah qur‟ani dengan gaya sastra yang indah dan tinggi, serta lebih banyak

analisis mendalam. Alangkah baiknya andaikata orang lain pun mengikuti dan

meneruskan metode pendidikn baik ini.24

Pelajaran yang diterima dan yang disampaikan di sekolah seringkali

berdampak pada kejenuhan. Para pelajar sering tidak dapat mengikuti dan

mendalaminya kecuali dengan penuh kesulitan dan rasa yang membosankan,

apalagi jika pelajaran itu disampaikan dalam waktu yang singkat dan terburu-

buru. Oleh karena itu, dalam konteks ini metode cerita sangat berguna dan

bermanfaat diterapkan.

24

Mannā Khalīl al-Qattān, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Penerj. Mudzakir AS, h.441.

Page 45: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

31

Pada masa kanak-kanak, seorang anak cenderung untuk mendengarkan

cerita dan cenderung untuk mengingat apa yang diceritakannya, lalu dia

ceritakannya lagi pada teman-temannya. Inilah fenomena alami yang ada pada

anak-anak. Oleh karena itu, bagi para guru/pendidik harus memanfaatkan metode

cerita itu sebagai media proses belajar mengajar, apalagi dalam pelajaran agama

yang sangat padat materinya, metode cerita ini memang sangat pas untuk

digunakan.25

25

Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, h. 130.

Page 46: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

32

BAB III

Kisah Kaum Tsamud dalam Al-Qur’an

Dalam memaparkan Kisah Nabi Salih dan Kaumnya dalam Al-

Qur‟an, penulis menjelaskan Nabi Salih terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan

kaumnya, dan setelah itu penulis akan memaparkan penafsiran kisah Nabi Salih

dan Kaumnya melaui literatur tafsir, yaitu Tafsir Al-Tabarî, Ibn Katsīr, dan Al

Qurṯubî.

A. Sejarah Nabi Salih

1. Siapa Nabi Salih ?

ره قد جاءتكم ب ينة من وإل ثود أخاىم صالا قال يق وم اعبدوا الله ما لكم من إلو غي وىا بسوء ف يأخذكم ربكم ىذه نقة الله لكم آية فذروىا تكل ف أرض الله ول تس

عذاب أليم “Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) Salih (Salih), sanak

saudara mereka ia berkata: “Hai kaumku! Beribadahlah kepada

Allah. Kenapa kamu menyembah tuhan lain selain Dia. Sekarang,

datang kepadamu sebuah penjelasan dari Tuhanmu. Ini seekor

unta betina dari Allah sebagai tanda untuk kamu. Biarkanlah ia

makan di bumi Allah, dan janganlah ia diganggu atau kamu akan

mendapat azab yang berat”. (QS. Al-A‟raf: 73)

Seperti pembicaraan tentang Hud, bila kita berbicara tentang Salih

tak ada sumber lain yang autentik selain Qur‟an. Beberapa tafsir Qur‟an ada

juga yang menyelipkan cerita-cerita yang biasa beredar dalam tradisi Arab

seperti tentang asal-usul kaum „Ad atau kaum Tsamud ada yang kemudian

menjadi eponim1 nama suku, kabilah atau tempat, atau nama orang yang

dilengkapi dengan nama-nama bapak, kakek dan seterusnya yang tidak

1 Eponim adalah nama orang (bisa nyata atau fiksi) yang dipakai untuk menamai suatu

tempat, penemuan atau benda tertentu dikarenakan kontribusi atau peranan tokoh yang

bersangkutan pada objek yang dinamai tersebut.

Page 47: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

33

disebutkan di dalam Qur‟an dalam batas-batas tertentu boleh-boleh saja dan

ini sudah umum dalam sejarah.

Dalam Qur‟an nama Salih disebutkan dalam empat surat dengan

sembilan ayat: 3 dalam Al-A‟raf, 4 ayat dalam Hud, 1 ayat dalam Syu‟ara‟

dan 1 ayat dalam Naml, dan dalam Qamar (54) : 23-32 tanpa menyebut nama

Salih. Yang lebih khusus tentang Salih terdapat dalam Sya‟ara‟(26): 141-159,

dan yang terakhir dalam Naml (27): 45-53.2

2. Silsilah Nabi Salih

Mengenai nasab dan tempat menurut Abdul Wahhab an-Najjar, di

antarnya ia mengutip Bagawi, bahwa Shalih bin „Obeid bin Asaf bin

Masyekh bin „Obeid bin Hazir bin Tsamud. Tsamud inilah yang menjadi

kabilah Salih, dan nama ini menjadi eponim dari kakeknya, Tsamud bin

„Amir bin Aram bin Sam ibnu Nuh yang diutus Allah kepada kabilah Arab

yang sekarang sudah tiada, yaitu kabilah Tsamud.3 Ada yang mengatakan

Tsamud bin „Ad bin „Aus bin Aram, yang dinukil dari Sa‟labi.

Dalam Tafsir Ibn Katsir, mengutip para ulama tafsir dan ulama

nasab (ahli genealogi), ada penjelasan tentang Tsamud, bahwa Tsamud bin

„Asir bin Iram bin Sam bin Nuh, kendati terdapat sedikit perbedaan nama

atau ejaannya. Bersama dengan Jadis dan Tasm termasuk suku-suku Arab

yang sudah punah (al-„Arab al-„aribah) sebelum Nabi Ibrahim. Tsamud yang

2 Salim Bin „Ied Al-Hilali, Kisah Shahih Para Nabi, Penerj. M. Abdul Ghoffar, editor.

Abu Ihsan al-Atsari (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2009) h. 201. 3 Muhammad Ali Ash Shabuniy, Kenabian dan Para Nabi (Surabaya: PT Bina Ilmu,

1993) h. 410.

Page 48: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

34

datang sesudah „Ad, daerah mereka cukup terkenal, terletak diantara Hijaz

dan Tabuk. Tempat itu pernah dilewati Rasulullah SAW ketika beliau

berangkat ke Tabuk bersama beberapa orang muslim yang menyertai beliau

ke sana.

Letak Hijr dalam tulisan itu antara Hijaz dengan Syam ke Wadi al-

Qura. Mada‟in Salih4 sampai sekarang masih ada jelas. Rumah tempat

kediaman raja berbatu-batu dengan sebuah ruangan besar berupa galian di

batu. Daerah permukiman mereka yang diperolehnya dari teman-temannya

yang mengunjungi situs disebut “Fajjun-Naqah”. Hijr Tsamud di tenggara

Madyan, berdekatan dengan Teluk „Aqabah. „Ad Iram setelah hancur oleh

mereka disebut Tsamud Iram.

Hampir sejalan dengan itu, Abdullah Yusuf Ali menulis dengan

uraian agak luas, bahwa kaum Tsamud masih saudara sepupu kaum „Ad,

yang nampaknya cabang yang lebih muda dari ras yang sama. Kisah mereka

juga bertalian erat dengan tradisi Arab, yang menurut tradisi itu eponim

leluhur mereka. Tsamud adalah anak „Abir (saudara Aram), bin Sam, bin

Nuh.

Tempat tinggal mereka di barat daya ujung semenanjung Arab

(Arabia Petraea), antara Medinah dengan Suria.5 Kawasan ini termasuk

4 Kota bekas peninggalan umat Nabi Salih as, yaitu kaum Tsamud di Al-Hijr (Madain

Salih) kini menjadi salah satu kota warisan dunia. Lihat lebih lanjut Syahruddin El-Fikri, Situs-

Situs dalam Al-Qur‟an Dari Banjir Nuh Hingga Bukit Thursina (Jakarta: Republika, 2010) h. 90. 5 Berdasarkan hasil studi arkeologi dan sejarah terkini mengenai kehidupan dan

peninggalan bangsa Tsamud ini, para peniliti arkeologi berhasil menemukan dan mengungkapkan

keberadaan kaum Tsamud. Brian Doe, seorang peneliti arkeologi tentang keberadaan kaum Nabi

Page 49: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

35

daerah batu (Hijr [15]: 80), dan lembah (Wadi) subur yang sangat luas serta

dataran Qura (Wadi al-Qura), yang dimulai tepat di sebelah utara kota

Medinah dan disekat oleh jalan kereta api Hijaz. Tatkala Rasulullah pada

tahun ke-9 Hijri memimpin ekspedisi ke Tabuk (sekitar 400 mil (643,6 km)

utara Medinah) melawan kekuatan Rumawi, karena adanya laporan pihak

Rumawi mengadakan serangan dari Suria, dia dan pasukannya berhasil

menyebrangi bekas-bekas ini di kota batu Petra, dekan Ma‟an, mungkin dapat

ditarik kembali ke zaman Tsamud, meskipun gaya bangunannya banyak

mencerminkan wajah Mesir dan Yunani-Rumawi, polesan kebudayaan oleh

penulis-penulis Eropa biasa disebut kebudayaan Nabatea6.

B. Tsamud Kaum Salih

Nabi Salih diutus kepada kaum Tsamud penyembah berhala.

Mereka penerus kebudayaan dan peradaban kaum „Ad. Mereka juga dikenal

sebagai ahli bangunan dan masyarakat yang hidup dalam budaya hedonisme,

pemuja kemewahan, terbawa oleh keadaan mereka yang makmur.7 Mereka

Hud as („Ad) dan kaum Tsamud di Arabia Selatan, menyatakan, kaum Tsamud ini dikenali melalui

tulisan dan pahatan-pahatan yang mereka buat pada dinding-dinding batu. Tulisan yang secara

grafis itu sangat mirip dengan huruf-huruf smaitic (yang disebut Thamudic) dan banyak ditemukan

di Arabia Selatan sampai ke Hijaz. Lihat lebih lanjut Syahruddin El-Fikri, Situs-Situs dalam Al-

Qur‟an Dari Banjir Nuh Hingga Bukit Thursina (Jakarta: Republika, 2010) h. 90. 6 Nabatea sebuah kabilah Arab purba yang telah memgang peranan penting dalam sejarah

setelah terlibat dalam suatu konflik dengan Antigonus I dalam tahun 312 PM. Ibu kotanya Petra,

tetapi mereka mengembangkan wilayah itu sampai ke sebelah kanan sungai Furat. Dalam tahun 85

PM mereka penguasa Damsyik di bawah raja mereka Harisa (Aretas dalam sejarah Rumawi).

Selama beberapa waktu mereka bersekutu dengan kerajaan Rumawi dan menguasai daerah pesisir

Laut Merah. Maharaja Trajan menaklukkan mereka dan dalam tahun 105 PM menggabungkannya

ke wilayah kekuasaan mereka. Dalam tradisi Arab, pihak Nabatea ini menggantikan Tsamud.

Nama Tsamud di sebutkan dalam prasasti Raja Asyur, Sargon, bertahun 715 PM sebagai orang

Arab Tengah dan Timur. Lihat lebih lanjut, Ali Audah, Nama dan Kata dalam Qur‟an:

pembahasan dan perbandingan (Jakarta: PT. Pustaka Litera AntarNusa, 2011) h. 63-64. 7 Fauzi Saleh, “Fikih Peradaban Dalam Kisah Al-Qur‟an”, Jurnal Ushuluddin, Volume 9,

Nomor 1, Januari 2012, h. 45.

Page 50: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

36

mendirikan istana-istana, “untuk tempat tinggal di musim panas dan memahat

gunung-gunung menjadi rumah tempat tinggal di musim dingin”. Mereka

masyarakat yang serakah, sering memeras kaum miskin dan bertindak kejam.8

Kaum „Ad dan kaum Tsamud sudah ada sejak sebelum Nabi

Ibrahim, sesudah masa kekuasaan Sargon, yang mungkin saja terjadi lebih

dari 2300 tahun pra Masehi, karena raja Sargon Akkadia di pandang peletak

dasar dinasti Semit pertama. Mesopotamia lama yang hidup pada masa itu,

penduduknya dikenal ahli bangunan raksasa; sumber lain menyebutkan pada

masa kekuasaan Sargon II raja Asyur (Assyira), yang berarti baru sekitar

tahun 700 PM, juga ahli bangunan raksasa. Begitu juga mengenai silsisilah

Hud dan Salih. Satu sumber mengatakan mereka keturunan yang keempat

dari Nuh, dengan menyebut nama nenek moyang satu persatu; sumber lain

berpendapat mereka keturunan kesepuluh atau lebih dari Nabi Nuh.9

Allah mengutus Nabi Salih kepada mereka, yang merupakan orang

paling mulia nasabnya, orang yang paling luas lemah lembutnya dan orang

yang paling murni akalnya. Salih mengajak mereka untuk menyembah

kepada Allah dan menganjurkan mereka untuk mentauhidkan-Nya.10 Allah-

lah yang menciptakan mereka dari tanah, memakmurkan bumi ini dengan

mereka, menjadikan mereka menjadi khalifah di dalamnya dan

menyempurnkan nikmat-Nya kepada mereka secara dhahir maupun batin,

8 Syamsul Rijal Hamid, Kisah Kesabaran Para Nabi & Rasul (Jakarta: Penebar Salam,

1999) h. 14. 9 Ali Audah, Nama dan Kata dalam Qur‟an: pembahasan dan perbandingan (Jakarta:

PT. Pustaka Litera AntarNusa, 2011) h. 64. 10

Dwi Ratnasari, “Sejarah Nabi-Nabi Dalam Al-Qur‟an”, Jurnal Dakwah dan

Komunikasi, Volume 5, Nomor 1, Januari Juni 2011, h. 97.

Page 51: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

37

kemudian Salih melarang mereka untuk menyembah berhala-berhala. Sebab,

berhala tidak dapat menimpakan bahaya dan tidak dapat mendatangkan

manfaat kepada mereka dan tidak dapat memberikan sesuatu yang mereka

butuhkan dari Allah.11

Nabi Salih mengingatkan mereka tentang ikatan kerabat yang

menghubungkannya dengan mereka serta hubungan nasab yang

menyambungkan dirinya dengan mereka. Mereka adalah kaumnya dan anak-

anak kabilahnya. Salih merasa senang (dapat memberikan) manfaat kepada

mereka, berusaha memberikan kebaikan kepada mereka dan tidak menyimpan

niat buruk sedikit pun bagi mereka. Dia tidak menginginkan kejelekan

menimpa mereka. Karena itu, dia memerintahkan mereka untuk meminta

ampunan kepada Allah, bertaubat kepadaNya atas berbagai dosa dan

kejahatan yang telah mereka lakukan. Karena Allah Mahadekat dari orang

yang menyerunya dengan doa, mengabulkan bagi orang yang meminta

kepadaNya dan Maha Mendengar orang yang kembali kepadaNya.

Namun, telinga mereka tuli, hati mereka tertutup dan mata mereka

buta. Mereka mengingkari kenabiannya dan mengolok-ngolok dakwahnya.

Mereka menganggap kalau dakwahnya itu keluar dari kebenaran dan

menjauhkan diri dari kejujuran, dan mereka mencelanya atas dakwahnya itu.

Mereka menyesalkan dakwah tersebut muncul berasal dari dirinya. Sebab,

Shalih adalah orang yang mempunyai akal yang unggul dan pendapat yang

benar. Mereka berkata, “Wahai Salih, kami mengetahui kalau engkau adalah

11

Ali Muhammad al-Bajawi, Untaian Kisah Dalam Al-Qur‟an, penerj. Abdul Hamid

(Jakarta: Darul Haq, 2007) h.36.

Page 52: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

38

orang yang mempunyai otak yang cerdas dan pendapat yang benar. Telah

terpancar dari dirimu tanda-tanda kebaikan dan kebenaran. Dan kami

menjelaskan kepadamu tentang musibah-musibah zaman, lalu kamu

menyinari kegelapannya (zaman) itu dengan cahaya akalmu dan memecahkan

berbagai masalah dengan pendapatmu yang benar.

Salih memperingatkan mereka untuk tidak menentangnya dan dia

mengumumkan risalahnya kepada mereka. Dia mengingatkan mereka tentang

nikmat Allah yang sempurna kepada mereka dan menakut-nakuti mereka

dengan bencana dan malapetaka yang dapat ditimpakan Allah kepada mereka.

Shalih menjelaskan kepada mereka kalau dia tidak bermaksud mengambil

manfaat dari dakwahnya itu, juga tidak berhasrat untuk memperoleh

rampasan atau naik ke tampuk kekuasaan. Dia tidak meminta upah kepada

mereka atas hidayah dan nasehat yang telah diberikannya. Karena pahalanya

itu berasal dari Allah, Tuhan semesta alam.12

Salih bersikukuh pada keyakinannya. Ia istiqomah menetapi

perintah Tuhannya. Ia terus berjuang menyeru kaumnya untuk beriman

kepada Allah dan menjauhi segala sesuatu selain Dia. Ia terus melarang

mereka menyembah tuhan-tuhan selain Allah. Para pemuka kaumnya merasa

khawatir melihat kegigihan dan semangat Salih menyeru kaumnya. Mereka

khawatir semakin lama semakin banyak orang yang mengikuti dan mematuhi

kata-katanya. Mereka khawatir kekuatan Salih dan para pengikutnya semakin

besar tak terbendung. Selama ini, setiap kali kesulitan dan bencana menimpa

12

Ali Muhammad al-Bajawi, Untaian Kisah Dalam Al-Qur‟an, penerj. Abdul Hamid, h.

37.

Page 53: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

39

kaum Tsamud, mereka berpaling dan memohon nasihat serta bantuannya.

Selama ini ia telah menjadi sandaran kaumnya.13 Karena itu, para pemuka

kaum khawatir jika semakin banyak orang yang berpaling mengikuti

jalannya. Mereka akan memohon pertolongan dan petunjuknya ketika

menghadapi masalah atau kesulitan. Mereka mengetuk pintu rumahnya saat

menghadapi persoalan yang sangat genting. Tak diragukan lagi, itulah yang

akan terjadi jika Salih dibiarkan terus menyeru dan mengajak kaumnya.

Pamor dan kekuasaan mereka akan semakin redup jika ia dibiarkan mengajak

mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mereka akan kehilangan

kekuasaan jika Salih menyeru kaumnya untuk berpaling dari keyakinan dan

tradisi leluhur. Karena itu, mereka ingin menunjukkan kelemahan Salih di

hadapan para pengikutnya. Mereka, yang terdiri atas para pembesar dan dan

pemimpin kaum, meminta Salih untuk mendatangkan bukti yang

membenarkan dakwahnya. Ia diminta mendatangkan mukjizat yang dapat

mendukung kebenaran risalahnya. Salih berkata, “Ini seekor unta betina, ia

punya hak untuk mendapatkan air dan kalian pun punya giliran untuk

mendapatkan air di hari tertentu. Maka, biarkanlah ia mencari makan di

bumi Allah”.

Kemunculan bukti-bukti kekuasaan Allah akan membungkam

keangkuhan mereka. Tanda-tanda kenabian akan memunculkan kemarahan

mereka yang sekian lama terpendam dan kedengkian yang tersembunyi dalam

hati. Karena itu, ia menakut-nakuti dan mengancam mereka agar tidak

13

Muhammad Ahmad Jâdul Mawlâ dkk, Buku Induk Kisah-Kisah Al-Qur‟an, penerj.

Abdurrahman Assegaf (Jakarta: Zaman, 2009) h. 60.

Page 54: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

40

berusaha menangkap dan membunuh unta itu. Ia berkata, “Dan janganlah

kalian mengganggunya dengan gangguan apa pun yang akan menyebabkan

kalian ditimpa azab yang dekat”. 14

Keberadaan unta itu membuat banyak orang di antara kaum Salih

condong kepadanya. Tanda-tanda kenabian dan kekuasaan Allah tampak jelas

bagi mereka. Unta itu mendukung kebenaran risalah yang disampaikan oleh

Salih. Semakin banyak orang yang mengikuti dan mematuhi setiap

ucapannya. Mereka mempercayai kedudukannya sebagai nabi Allah.

Perkembangan itu mengkhawatirkan para pemuka kaum Tsamud. Mereka

takut kekuasaan dan pamor sebagai pembesar akan lenyap karena pengaruh

Shalih yang semakin besar.15

Kemarahan dan kecendrungan pada kejahatan mendorong para

pemuka kaum Tsamud mengabaikan tanda-tanda dan bukti-bukti yang

disampaikan oleh Salih. Mereka berpaling dan menutup-nutupi argumen yang

sangat nyata. Akhirnya, mereka berpikir untuk menyembelih unta itu

meskipun Salih sudah mengancam dan memperingatkan mereka.

Hasrat yang besar itu tak kuasa mereka wujudkan. Tak seorang pun

yang berani mendekati apalagi membunuh unta itu. Akhinya mereka meminta

bantuan kepada kaum wanita yang rela mengorbankan segala sesuatu untuk

menggoda dan memperdaya kaum lelaki. Dzu Shaduq bint al-Muhayya,

seorang perempuan yang terhormat dan kaya raya, menawarkan dirinya

14

Muhammad Ahmad Jâdul Mawlâ dkk, Buku Induk Kisah-Kisah Al-Qur‟an, penerj.

Abdurrahman Assegaf, h. 61. 15

Muhammad Ahmad Jâdul Mawlâ dkk, Buku Induk Kisah-Kisah Al-Qur‟an, penerj.

Abdurrahman Assegaf, h. 62.

Page 55: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

41

kepada Masda ibn Mahraj dengan syarat ia mau menyembelih unta itu. Ada

pula seorang wanita tua, Unaizah. Si nenek kafir itu membujuk Qudar ibn

Salif untuk membunuh unta itu. Ia menawarkan salah seorang anak gadisnya

sebagai imbalan untuknya. Ia tak mengharapkan balasan apa pun sebagai

pengganti anak gadisnya. 16

Kedua laki-laki itu dibutakan keelokan paras wanita. Keduanya,

Masda ibn Mahraj dan Qudar ibn Salif, menjadi buta. Kemudian keduanya

berusaha membujuk beberapa orang lain untuk menjalankan rencana itu.

Upaya mereka berhasil. Mereka mendapatkan tujuh tenaga tambahan yang

siap membantu.

Ketika unta itu keluar dari sumber air, Masda melepas anak

panahnya yang diarahkan ke tulang betis unta itu. Ketika kaki unta itu

tertekuk, Qudar ibn Salif langsung loncat mengayunkan pedangnya

membabat otot tumit bagian belakang sehingga unta itu jatuh tersungkur di

atas tanah. Kemudian ia menusuk lehernya dan menyembelihnya. Teman-

teman mereka ikut membabat beberapa bagian tubuh unta itu dan

mencincangnya. Mereka gembira dan bersuka cita. Para pemuka kaum

bersuka cita dan menyambut mereka layaknya panglima perang yang pulang

membawa kemenangan. Mereka terus bersuka cita dan melupakan ancaman

yang disampaikan Salih. Mereka berlaku sombong dan menentang larangan

16

Muhammad Ahmad Jâdul Mawlâ dkk, Buku Induk Kisah-Kisah Al-Qur‟an, penerj.

Abdurrahman Assegaf, h. 63.

Page 56: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

42

Tuhan. Mereka berkata , “Hai Salih, datangkanlah apa yang kau ancam itu

kepada kami, jika memang kau termasuk orang yang diutus Allah”. 17

Salih berkata, “Aku telah memperingatkan kalian untuk tidak

mengusik apalagi menyakiti unta itu. Namun kalian mengabaikan

peringatanku dan melakukan dosa besar. Maka, bersenang-senanglah di

rumah kalian selama tiga hari. Setelah itu, azab yang kalian minta akan

datang menyambangi kalian.

Beberapa orang pemuka kaum itu berunding dan memutuskan

untuk melenyapkan Salih. Namun, Allah tidak membiarkan mereka

melakukan kejahatan itu. Allah membalikkan tipu muslihat mereka. Allah

menyelamatkan Salih dari rencana jahat itu. Dia juga menyelamatkan para

pengikut yang beriman. Setelah itu, dia menimpakan azab dan siksa kepada

orang kafir sebagi balasan atas segala kejahatan dan dosa yang mereka

lakukan. Allah berfirman, “maka mereka disambar petir karena

kezalimannya. Lalu mereka mati bergelimpangan di tempat tinggal mereka.

Isatana-istana mereka yang tinggi dan megah tidak dapat melindungi mereka.

Harta benda yang mereka kumpulkan, bahkan kebun-kebun dan ladang-

ladang yang sangat luas tempat mereka bercocok tanam musnah tak bersisa.

Allah membinasakan mereka beserta seluruh harta benda dan peradaban

mereka. 18

17

Muhammad Ahmad Jadul Mawla dkk, Buku Induk Kisah-Kisah Al-Qur‟an, penerj.

Abdurahman Assegaf, h. 67. 18

Salim Bin „Ied Al-Hilali, Kisah Shahih Para Nabi, penerj. M. Abdul Ghoffar, editor.

Abu Ihsan al-Atsari, jilid. 1, h. 225-226.

Page 57: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

43

C. Kisah Pembangkangan Kaum Tsamud yang Berujung Azab dalam

Literatur Tafsir

Dalam penafsiran Kisah Nabi Salih dan Kaumnya berdasarkan ayat

al-Qur‟an penulis merujuk pada penafsiran al-Tabarî 19, Ibn Katsīr20, dan al-

Qurṯubî21, karena penulis bertujuan untuk menganalisis pesan-pesan moral

yang terkandung dalam Kisah Kaum Nabi Salih (Tsamud) yang

membutuhkan penafsiran dari al-Qur‟an dan Hadits. Selain itu kisah yang

dibahas bisa menjadi sebuah pembelajaran supaya pesan moral yang

terkandung dapat diaplikasikan dalam konteks masa kini.

1) QS. Al-A‟raf (7): 73-79

ره قد جاءتكم ب ينة من وإل ثود أخاىم صالا قال يق وم اعبدوا الله ما لكم من إلو غي وىا بسوء ف يأخذكم ربكم ىذه نقة الله لكم آية فذروىا تكل ف أرض الله ول تس

أكم ف الرض ت تهخذون ٣٧م )عذاب ألي ( واذكروا إذ جعلكم خلفاء من ب عد عاد وب وهوا ف الرض مفسدين من سهولا قصورا وت نحتون البال ب يوت فاذكروا آلء الله ول ت عث

هم أت علمون ( قال المل اله ٣٧) ذين استكب روا من ق ومو للهذين استضعفوا لمن آمن من ( قال الهذين استكب روا إنه ٣٧أرسل بو مؤمنون ) أنه صالا مرسل من ربو قالوا إنه با

19

Nama lengkap beliau Abû Ja‟far Muhammad bin Jarîr bin Yazid bin Katsîr bin Gālib

al-Tabarî (224H/839M). Paham teologi beliau Ahl al-Sunnah wa al-Jama‟ah. Sedangkan mazhab

fikihnya adalah mazhab al-Jaririyyah. Abu Ja‟far al-Tabarî pada awalnya pengikut mazhab Syafi‟i,

kemudian beliau senantiasa berijtihad sendiri dalam masalah fikih hingga beliau mendirikan

mazhab yang dinamakan al-Jaririyyah. Metode yang digunakan adalah metode tahlili dan tidak

memiliki corak khusus dalam penafsiran, karena al-Ṭabari menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an

berdasarkan riwayat. 20

Nama lengkap beliau Isma‟il bin „Amr al-Qurasyi bin Kasir al-Basri al-Dimasyqi

„Imāduddīn Abu al-Fidā al- Hāfiz al-Muhaddis al-Syāi‟i (701). Ibn Katsīr menyebutkan , “Tentang

tafsir bi al-ra‟yi, kalangan salaf cenderung melarang mereka yang tidak memiliki basik

pengetahuan tentang tafsir untuk menafsirkan al-Qur‟an. 21

Nama lengkap beliau Abû „Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari al-Maliki al-

Qurṯubî (671 H/1273M). Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa al-Qurthubi adalah seorang

penganut sunni asya‟ari dan beliau membela dan mempertahankan ahlusunnah. Dalam persoalan

madzhab beliau adalah seorang Malikiah. Tafsir al-Qurthubi dapat diklasifikasikan dalam tafsir

yang menggunakan metode tahlili.

Page 58: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

44

تم بو كافرو بله ( ف عقروا النهاقة وعت وا عن أمر ربم وقالوا يصالح ائتنا با ٣٧ن )ذي آمن ( ٣٧حوا ف دارىم جاثين )( فأخذت هم الرهجفة فأصب ٣٣ن كنت من المرسلين )تعدن إ

هم وقال يق وم لق د أب لغتكم رسالة رب ونصحت لكم ولكن ل تبون ف ت وله عن (٣٧)النهاصحين

“Dan (kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara

mereka, Salih. Ia berkata, „ Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali

tidak ada tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti

yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda

bagimu, maka biarkanlah dia makan dia bumi Allah, dan janganlah kamu

mengganggunya dengan gangguan apapun, ( yang karenanya) kamu akan

ditimpa siksaan yang pedih. Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan

menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum Ad

dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di

tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk

dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu

merajalela di muka bumi membuat kerusakan. Pemuka-pemuka yang

menyombongkan diri diantara kaumnya berkata kepada orang-orang yang

dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka, „Tahukah kamu

bahwa Salih di utus (menjadi rasul) oleh Tuhannya? „mereka menjawab,

„Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Salih diutus untuk

menyampaikannya. Orang-orang yang menyombongkan diri berkata

„Susungghunya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang

kamu imani itu. Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka

berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata, „Hai

Shalih datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika

(betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah). Karena itu

mereka ditimpa gempa, maka jadikanlah mereka mayit-mayit yang

bergelimpangan di tempat tinggal mereka. Maka Salih meninggalkan

mereka seraya berkata, „Hai kaumku, sesungguhnya aku telah

menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi

nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang

memberi nasihat.

Tsamud adalah anak dari Ad bin Irm bin Sam bin Nuh, saudara dari

Judais, dan mereka adalah keluarga yang hidup berkecukupan, hingga

akhirnya mereka merasa sombong dan menentang perintah Allah SWT untuk

selalu menyembah-Nya. Kaum tsamud adalah kaum Arab terdahulu.

Page 59: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

45

Disamping mereka menyembah berhala-berhala, mereka juga membuat

kerusakan di muka bumi. Oleh karena itu, Allah SWT mengutus nabi Salih

untuk memperingatkan mereka. Salih adalah anak dari Ubaid bin Asif bin

Kasyi bin Ubaid bin Hadzir bin Tsamud. Nabi Salih juga berasal dari

keturunan yang paling baik dan paling tinggi.22

Nabi Salih tidak berhenti mengajak kaumnya untuk kembali ke

jalan yang benar, sampai rambutnya mulai memutih pun kaumnya tidak

bergeming dari kekafiran mereka, kecuali beberapa kaum miskin yang

jumlahnyasangat kecil.

Mereka itu adalah keturunan Sam bin Nuh. Alasan penamaan ثود itu karena mereka menempati daerah bebatuan yang jauh dari sumber air yang

terletak di wilayah Syam. Karena di daerah tersebut sangat sulit untuk

memperoleh air, maka dinamakanlah daerah itu dengan ثود, lantaran

persediaan air yang sedikit.

Dalam QS. Al-A‟raf ayat 74 terdapat tiga masalah :

Pertama: Firman Allah SWT, أكم ف الرض وب وه “Dan memberikan

tempat bagimu dibumi,” terdapat kata yang tidak disebutkan, prediksinya

adalah kata منازل (rumah-rumah). Maksudnya adalah menyediakan rumah-

rumah untukmu di muka bumi.

Firman Allah SWT, قصورات تهخذون من سهولا “Kamu dirikan istana-

istana di tanah-tanahnya yang datar,” maksudnya adalah kalian membangun

istana disetiap tempat.

22

Al Qurṯubî, Tafsir al-Qurṯubî, penerj. Akhmad Khatib (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009)

Jilid.7, h.566.

Page 60: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

46

Firman Allah SWT, وت نحتون البال ب يوت “Dan kamu pahat gunung-

gunungnya untuk dijadikan rumah,” maksudnya adalah kalian juga

mendirikan bangunan di atas gunung-gunung.

Kedua: Beberapa Ulama mengambil ayat ini sebagai dalil untuk

membolehkan seorang muslim untuk mempertinggi, memperbesar dan

mempermegah rumahnya, seprti istana atau semacamnya. Bahkan Allah SWT

berfirman QS. Al-A‟raf 32

قل من حرهم زينة الله الهت أخرج لعباده والطهيبات من الرزق قل ىي للهذين آمنوا ف ل اليت لقوم ي علمون ن يا خالصة ي وم القيامة كذلك ن فص 23الياة الد

Ketiga: وا ف الرض مفسدين فاذكروا آلء الله ول ت عث “Maka ingatlah

nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat

kerusakan”. Ayat ini merupakan dalil bahwa orang-orang kafir juga diberikan

nikmat oleh Allah SWT, sebagaimana telah kami jelaskan pada tafsir surat

Ali Imran.

Setelah kaum Tsamud memaksa Nabi Salih untuk membuktikan

kenabiannya, maka Allah SWT pun mengeluarkan unta betina dari dalam

bebatuan yang sangat keras. Karena air yang keluar dari sumur yang terdapat

pada negeri itu sedikit, maka mereka harus mengambil air itu secara

bergiliran. Unta mukjizat tersebut mendapat giliran satu hari penuh untuk

meminum dengan puas di sumur tersebut. Sebagai penggantinya, unta betina

itu dapat mengeluarkan susu yang sangat lezat dan sangat manis yang belum

pernah dirasakan sebelumnya. Susu yang keluar dari unta itu sangat

23

“Katakanlah,‟Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah

dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang

baik?‟ Katakanlah, „Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan

dunia, khusus (untuk mereka saja) di Hari Kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu

bagi orang-orang yang mengetahui”.

Page 61: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

47

berlimpah, hingga dapat memnuhi semua kebutuhan air minum penduduk di

negeri Tsamud.24

Ada seorang wanita kaum Tsamud yang bernama Unaizah binti

Ghanam bin Mijlaz bergelar Ummu Ghanam yang berasal dari bani Ubaid bin

Al Mahl, saudara Dumail bin Al Mahl , istri Dzu‟ab bin Amr, dan seorang

wanita yang telah lanjut usia, yang memiliki beberapa orang anak wanita

yang baik. Wanita lain bernama Shaduf binti Al Mahya bin Dahr bin Al

Mahya, pemimpin bani Ubaid dan pemilik berhala-berhala mereka pada masa

awal, sehingga lembah itu bernama lembah Al-Mahya, yaitu Al Mahya Al

Akbar, kakek Al Mahya Al Ashghar dan bapak Shaduf. Shaduf adalah orang

yang paling baik.25

Shaduf dan Unaizah lalu sepakat untuk menyembelih unta itu

disebabkan berbagai bencana yang telah menimpa. Shaduf memanggil

seorang laki-laki kaum Tsamud bernama Al Hubab untuk menyembelih unta

itu. Ia menawarkan dirinya kepada Al Hubab jika ia berhasil melakukan itu.

Akan tetapi Al-Hubab enggan menerimanya. Kemudian ia mengajak anak

pamannya yang bernama Mishda bin Mahraj bin Al Mahya, ia menawarkan

dirinya jika Mishda mau menyembelih unta itu. Ia adalah wanita Tsamud

yang paling cantik dan kaya.26

Qaddar bin Salif dan Mishda bin Mahraj lalu pergi mengajak

beberapa orang dari kaum Tsamud. Ada tujuh orang yang mengikuti mereka,

24

Al Qurṯubî, Tafsir al-Qurṯubî, penerj. Akhmad Khatib, jilid.7, h. 567. Selain itu Allah

SWT telah berfirman QS. Asy-Syu‟ara ayat 155 mengenai giliran untuk mendapatkan air, “Ini

seekor unta betina, ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air, dan kamu mempunyai giliran

pula untuk mendapatkan air dihari yang tertentu”. 25

Abû Ja‟far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsir al-Tabarî ; penerj. Fathurrozi, Anshari

Taslim (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009) jilid.11 , h. 270 26

Abû Ja‟far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsir al-Tabarî ; penerj. Fathurrozi, Anshari

Taslim, jilid.11 , h.271.

Page 62: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

48

sehingga jumlah mereka sembilan orang. Salah seorang yang mereka ajak

bernama Huwail bin Mailagh (Paman Qaddar bin Salif), saudara kandung

ibunya (Seorang pemuka penduduk Hijr), Du‟air bin Ghanam bin Da‟ir

(berasal dari bani Khalawah bin Al Mahl), dan Da‟ab bin Mahraj (Saudara

Mishda‟ bin Mahraj). Lima orang yang lain tidak kami ingat nama-namanya.

Mereka mengintai unta itu ketika akan mendekati tempat

persediaan air. Qaddar bersembunyi di balik batu di jalan yang dilewati unta

itu, sedangkan Mishda bersembunyi di balik batu yang lain. Ketika unta itu

lewat di depan Mishda, ia memanahnya tepat pada otot kakinya. Ummu

Ghanam Unaizah datang, lalu ia perintahkan putrinya yang beraras cantik

untuk mendekati Qaddar dan mendorongnya melakukan tugas itu. Qaddar

ingin menyembelih unta itu dengan pedang, lalu ia memotong kaki unta itu.

Unta itu meringkik satu kali memperingatkan anaknya. Kemudian Qaddar

menikam susunya dan menyembelihnya. Kemudian anak unta itu pergi

hingga sampai di bukit yang tinggi. Setelah itu ia datang ke batu besar yang

berada di puncak bukit karena ketakutan, ia berlindung di balik batu itu,

menurut mereka nama bukit itu adalah bukit Shanu.27

Orang-orang Tsamud lalu datang menghadap Nabi Salih. Ketika

Nabi Salih melihat unta itu telah disembelih, ia berkata, “Sungguh, kamu

telah melanggar hukum Allah, maka kamu akan di timpa azab dan murka

Allah”. Empat dari sembilan orang yang menyembelih unta itu mengikuti

anak unta tersebut, diantaranya Mishda bin Mahraj, ia memanahnya tepat di

27

Abû Ja‟far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsir al-Tabarî ; penerj. Fathurrozi,

Anshari Taslim, jilid.11 , h.272.

Page 63: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

49

jantungnya, kemudian menarik kakinya turun ke bawah. Mereka lalu

menggabungkan dagingnya dengan daging induknya.28

Mereka angkuh dan sombong untuk mengikuti Allah SWT. Janji

azab dan ancaman hukuman yang disampaikan oleh Nabi Salih kepada

kaumnya, ketika mereka menolak untuk taat. Namun bukannya merasa takut

dengan ancaman tersebut, mereka justru menantangnya. Nabi Salih as

mengatakan hal tersebut kepada mereka setelah kebinasaan mereka sebagai

celaan dan cercaan, dan mereka dapat mendengarkan celaan tersebut.29

Firman Allah SWT, هم وقال يق وم لقد أب لغتكم رسالة رب ف ت وله عن Maka Salih menunggalkan mereka seraya berkata, hai kaumku“ ونصحت لكم

sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku”, yakni

Nabi Salih meninggalkan kaumnya karena ia merasa pupus sudah

harapannya.30 Ada yang mengatakan bahwa Allah SWT tidak akan

membinasakan suatu umat selama nabinya berada ditengah-tengah umat itu.

Oleh sebab itu, Allah memberitahukan tentang perginya Nabi Salih dari

tengah-tengah kaumnya yang telah berbuat keangkuhan kepada Allah ketika

Allah ingin menimpakan azab kepada mereka. Allah berfirman, “Salih

meninggalkan mereka”. Nabi Salih berkata, “Aku telah menyampaikan

risalah tuhanku kepada kamu. Aku menunaikan sesuatu yang diperintahkan

kepadaku untuk ditunaikan, yaitu perintah dan larangan Tuhanku. Aku

memberikan nasihat dan peringatanku kepadamu dalam seruanku. Aku

28

Abû Ja‟far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsir al-Tabarî ; penerj. Fathurrozi,

Anshari Taslim, jilid.11 , h.273. 29

Syaikh Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, pener. Suharlan dan Suratman

(Jakarta: Darus Sunnah, 2014), jilid.3 , h.108. 30

Al Qurṯubî, Tafsir al-Qurṯubî, penerj. Akhmad Khatib, jilid.7, h. 579.

Page 64: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

50

memperingatkanmu akan azab Allah yang akan menimpamu jika kamu tetap

kafir dan menyembah berhala-berhala.

Tetapi kamu tidak menyukai orang-orang“ ولكن ل تبون النهاصحين

yang memberi nasihat”, maksudnya adalah, “Akan tetapi kamu tidak

menyukai orang-orang yang memberikan nasihat kepadamu dengan

melarangmu agar jangan mengikuti hawa nafsu dan menghalangimu agar

tidak menuruti nafsu syahwatmu”. 31

2) QS. Hūd (11): 61-68

ره ىو أنشأكم من وإل ثود أخاىم صالا قال يق وم اعبدوا الله ما لكم من إلو غي ( قالوا ١٦الرض واست عمركم فيها فاست غفروه ثه توبوا إليو إنه رب قريب ميب )

هان ا ق بل ىذا أت ن أن ن عبد ما ي عبد آبؤن وإن هنا لفي شك مها يصالح قد كنت فينا مرجو(قال يق وم أرأي تم إن كنت على ب ينة من رب وآتن منو رحة ١٦)تدعون إليو مريب

تو فما تزيدو ر تسير )فمن ي نصرن من الله إن عصي ( ويق وم ىذه نقة الله ١٦نن غي وىا بسوء ف يأخذكم عذاب قريب ) ( ١٦لكم آية فذروىا تكل ف أرض الله ول تس

م ذلك وعد عوا ف داركم ثلثة أيه ر مكذوب ) ف عقروىا ف قال تت ه ا جاء ١٦غي ( ف لمهنا صالا والهذين آمنوا معو برحة منها ومن خزي ي ومئذ إنه ربهك ىو القو ي أمرن نهي

( كأن ل ١٦ثين )( وأخذ الهذين ظلموا الصهيحة فأصبحوا ف ديرىم جا١١العزيز ) (١٦ي غن وا فيها أل إنه ثود كفروا رب ههم أل ب عدا لثمود )

“Dan kepada kaum tsamud (kami utus) saudara mereka, Salh.

Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu

selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan

menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampun kepada-Nya,

kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat

(rahmat-Nya) dan memperkenankan (do‟a hamba-Nya). Mereka (kaum

tsamud) berkata, “Wahai Salih! Sungguh engkau sebelum ini berada di

31

Abû Ja‟far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsir al-Tabarî ; penerj. Fathurrozi, Anshari

Taslim, Jilid.16 , h.294.

Page 65: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

51

tengah-tengah kami merupakan orang yang diharapkan, mengapa engkau

melarang kami menyembah apa yang disembah oleh nenek moyang kami?

Sungguh, kami benar-benar dalam keraguan dan kegelisahan terhadap

apa (agama) yang engkau serukan kepada kami”. Dia (Salih) berkata,

“Wahai kaumku! Terangkanlah kepadaku jika aku mempunyai bukti yang

nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-Nya,

maka siapa yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku

mendurhakai-Nya? Maka kamu hanya akan menambah kerugian padaku.

Dan wahai kaumku! Inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat

untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah

kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun yang akan menyebabkan

kamu segera ditimpa (azab). Maka mereka menyembelih unta itu,

kemudian dia (Salih) berkata, “Bersukarialah kamu semua di rumahmu

selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan. Maka

ketika keputusan kami datang, kami selamatkan Salih dan orang-orang

yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami dan (Kami selamatkan)

dari kehinaan pada hari itu. Sungguh, Tuhanmu, Dia Mahakuat,

Mahaperkasa. Kemudian suara yang mengguntur menimpa orang-orang

zalim itu, sehingga mereka mati bergelimpangan dirumahnya, seolah-olah

mereka pelum pernah tinggal di tempat itu. Ingatlah, kaum tsamud

mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, binasalah kaum tsamud.

Dalam QS. Hūd (11): 61-68, Nabi Salih adalah salah seorang yang

diutus Allah kepada kaum Tsamud, ia juga diharapkan oleh kaum tersebut,

suatu ketika Nabi Salih mengajak mereka untuk menyembah Allah dengan

tulus dan ikhlas, bukan menyembah sesembahan selain-Nya. Tidak ada tuhan

yang disembah kecuali diri-Nya. Selain itu Nabi Salih menyerukan kepada

mereka agar melakukan perbuatan yang menjadi sebab Allah menutupi dosa

mereka, kemudian bertobatlah kepada-Nya.32

Disebutkan dengan unta betina Allah karena unta tersebut

dikeluarkan untuk mereka dari bukit seperti permintaan mereka bahwa

mereka akan beriman. Selain itu, ada yang mengatakan, unta itu dikeluarkan

dari padang pasir Shamma‟ yang berada jauh dan terletak di sisi batu yang

disebut dengan Katsibah. Ketika unta betina itu dikeluarkan sesuai

32

Abû Ja‟far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsir al-Tabarî ; penerj. Fathurrozi,

Anshari Taslim, Jilid. 14, h.109.

Page 66: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

52

permintaan mereka Nabi Salih berkata kepada mereka, “Inilah unta betina

dari Allah, sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab

itu biarkanlah dia makan di bumi Allah”. Mereka juga dilarang untuk

mengganggu unta betina tersebut.

Tetapi apa yang terjadi mereka ternyata mengingkari apa yang

telah allah tetapkan mereka membunuh unta tersebut. Firman Allah SWT,

م عوا ف داركم ثلثة أيه Mereka membunuh unta itu, maka Shalih“ ف عقروىا ف قال تت ه

berkata, „Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari”.

Terdapat dua masalah yang dibahas dalam ayat ini yaitu:

Pertama, bahwa yang membunuhnya adalah sebagian dari mereka,

lalu hal itu merembet atau berimbas kepada yang lain, karena di lakukan

dengan persetujuan lainnya. Hal seperti ini telah dijelaskan di awal surah Al-

A‟raf. Diungkapkan dengan bersenang-senang (bersukaria) dengan

kehidupan, karena kematian itu tidak mengenakkan dan tidak bisa untuk

bersenang-senang, menyembelih pada hari rabu, dan menempati pada hari

kamis, jum‟at dan sabtu kemudian terkena azab pada hari ahad. Maksud

mereka menempati selama tiga hari, karena mereka melakukan hal yang sia-

sia selama tiga hari sebagaimana yang telah dijelaskan di awal surat Al-A‟raf,

mereka berubah warnanya menjadi kuning pada hari pertama, kemudian

berwarna merah pada hari kedua, dan berwarna hitam pada hari ketiga, lalu

mereka binasa pada hari keempat.

Kedua, para ulama menggunakan dalil meminta azab dari Allah

SWT atas kaum Nabi Salih selama tiga hari untuk digunakan dalam masalah

berpergian, bahwa apabila seorang musafir belum mendiami suatu tempat

Page 67: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

53

selama empat malam maka ia boleh men-qashar33 shalat, karena tiga hari

tersebut belum disamakan dengan menetap di suatu tempat, seperti yang telah

dijelaskan dalam surah An-Nisa ayat 101: وإذا ضرب تم ف الرض ف ليس عليكمفتنكم الهذين كفروا إنه الكافرين كانوا لكم جناح أن ت قصروا من الصهلة إن خفتم أن ي

Pendapat ulama tentang masalah ini juga telah dikemukakan.35 .34 عدوا مبينا

Kami selamatkan mereka (Salih dan orang-orang yang beriman)

dari kehinaan di hari itu, dari kebohongan dan kejelekan mereka. Pada hari

keempat dengan suara keras yang mengguntur yang membuat mereka semua

mati. Ada yang menyebutkan bahwa alasannya adalah karena الصهيحة dan

mempunyai arti yang sama. Ada yang mengatakan, maksudnya احي الصه

adalah teriakan jibril. Yang lain mengatakan, maksudnya adalah yang muncul

adalah suara keras dari langit yang di dalamnya terdapat suara petir, dan suara

segala sesuatu di bumi, hingga membuat hati mereka tercerai berai lalu

semuanya mati.

Mereka ketika yakin dengan azab tersebut, sehingga sebagian dari

mereka berkata pada yang lain, “Di manakah tempat tinggalmu jika azab itu

ditimpakan kepada kalian secara tiba-tiba?” Mereka menjawab, “Apakah

yang harus kita perbuat?” Lalu mereka mengambil senjata, panah serta

perlengkapan lainnya, dan ketika itu jumlah mereka sebanyak 12 ribu kabilah.

33

Qashar artinya memendekkan pelaksanaan shalat yang semestinya empat reka‟at

menjadi dua raka‟at. Dalam Qs. al-Nisa‟/4: 101 telah dijelaskan keringanan mengqashar shalat itu

dengan keadaan takut terhadap gangguan orang kafir. Akan tetapi, Rasul SAW menjelaskan bahwa

ketentuan itu berlaku secara umum walaupun tidak dalam keadaan takut. Baca lebih lanjut

Lahmuddin Nasution, Fiqh 1 (Jakarta: Logos, 1998) h. 122. 34

“Dan apabila kamu berpergian di Bumi maka tidaklah berdosa kamu mengqashar

sholat jika kamu takut diserang orang kafir. Sesungguhnya orang kafir itu adalah musuh yang

nyata bagimu. (QS. An-Nisa: 101). Menurut Imam Syafi‟i “Mengqashar disaat tidak dalam

keadaan takut adalah sunnah, adapun disaat takut dan dalam perjalanan maka hal itu juga sunnah

yang ada dalam penjelasan nya dalam al-Qur‟an dan Hadits, sehingga orang yang shalat empat

raka‟at itu, tidak berdosa dan aku tidak senang pada seseorang yang menyempurnakan sholatnya

disaat berpergian karena ia membenci As-Sunnah”. 35

Al Qurṯubî, Tafsir al-Qurṯubî, penerj. Akhmad Khatib, Jilid.9, h.141-142.

Page 68: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

54

Setiap kabilah terdapat 12 ribu petarung. Mereka kemudian berhenti di setiap

jalan dan jalur yang dilewati. Mereka lantas menduga bahwa mereka telah

menerima azab, lalu Allah SWT mewahyukan kepada para malaikat yang

menjaga matahari untuk menurunkan azab kepada mereka dalam bentuk suhu

panas.

Setelah itu malaikat mendekatkan matahari di atas kepala mereka

hingga tangan-tangan mereka terbakar, dan lidah-lidah mereka menjulurkan

hingga ke dada mereka sebagai bukti betapa hausnya mereka. Akhirnya,

binasalah semua yang ada pada mereka termasuk binatang ternak, dan air pun

bergejolak karena sangat mendidihnya sampai mencapai langit. Tak satu pun

yang jatuh kecuali binasa karena begitu panasnya. Kondisi mereka terus

seperti itu, hingga Allah SWT mewahyukan kepada para malaikat maut untuk

tidak mencabut ruh-ruh mereka sebagai azab sampai matahari terbenam.

Kemudian ketika terdengar jeritan suara, mereka pun binasa36

Para ulama tafsir berkata, “Tidak ada yang tersisa dari anak

keturunan Tsamud seorang pun kecuali Salih Alaihissalam dan orang-orang

yang mengikutinya, semoga Allah SWT meridhai mereka. Akan tetapi ada

seseorang yang bisa dipanggil dengan Abu Righal37. Ketika siksaan itu

menimpa kaumnya, dia ketika itu sedang bermukim di tanah haram sehingga

dia tidak terkena siksaan sedikit pun. Namun ketika dia keluar di beberapa

36

Al Qurṯubî, Tafsir al-Qurṯubî, penerj. Akhmad Khatib, jilid.9, h. 144. 37

Diriwayatkan dari Bujair bin Abu Bujair, dia berkata, “Aku telah mendengar Abdullah

bin Amr Radhiyallahu Anhhuma berkata “Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda ketika

kami keluar melakukan safar bersama beliau menuju Thaif. Lalu kami melewati sebuah kuburan

dan beliau pun bersabda, “Itu adalah kuburan Abu Righal. Dia adalah nenek moyang kaum Tsaqif,

dan dia dari anak keturunan Tsamud. Dahulu ketika dia berada di tanah haram ini, dia tercegah

dari siksaan. Namun ketika dia keluar (dari tanah haram), siksaan yang pernah menimpa

kaumnya pun menimpanya di tempat ini, lalu dia kuburkan disini. Tandanya adalah dia

dikuburkan bersama tangkai terbuat dari emas. Jika kalian membongkar kuburannya, niscaya

kalian akan mendapatkannya”. Maka para sahabat membongkarnya dan berhasil mengeluarkan

tangkai tersebut darinya”.

Page 69: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

55

hari berikutnya ke tanah halal, ada sebongkah batu datang dari langit dan

membinasakannya.38

3) QS. Al-Isra‟ (17): 59

نا ثود النهاقة ب با الوهلون وآت ي مبصرة فظلموا با وما من عنا أن ن رسل بليت إله أن كذه وما ن رسل بليت إله تويفا

“Dan tidak ada yang menghalangi kami untuk mengirimkan

(kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan kami), melainkan karena (tanda-tanda)

itu telah didustakan oleh orang terdahulu. Dan telah kami berikan kepada

kaum Tsamud unta betina (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi

mereka menganiaya (unta betina itu). Dan kami tidak mengirimkan tanda-

tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti”.

Kami mengirimkan tanda-tanda dan kami datangkan permintaan

kaummu, sesungguhnya itu mudah bagi kami. Kami tidak mengabulkannya;

karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh umat-umat terdahulu setelah

mereka memintanya. Menurut ketentuan kami terhadap mereka dan orang-

orang yang serupa dengan mereka, bahwa jika mereka mendustakan tanda-

tanda kekuasaan kami, setelah diturunkan, maka hukuman bagi mereka tidak

dapat ditangguhkan.

Telah dijelaskan di muka di dalam surah Al-An‟am dan lain-

lannya bahwa mereka meminta agar Allah mengubah Shafa menjadi emas

dan gunung-gunung jauh dari mereka. Maka turunlah jibril lalu berkata,

“Jika engkau mau maka dikabulkan apa-apa yang diminta oleh kaummu,

akan tetapi jika mereka tidak beriman maka mereka tidak akan ditunda

siksanya. Dan jika engkau mau maka tunggulah bersama mereka. Maka

rasulullah bersabda, “Tidak, akan tetapi aku akan menunggu bersama

mereka.39

38

Syaikh Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, penerj. Suharlan dan Suratman,

jilid.3 , h. 106. 39

Al Qurṯubî, Tafsir al-Qurṯubî, penerj. Akhmad Khatib, jilid.10, h. 697.

Page 70: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

56

Begitu juga dengan firman Allah SWT tentang kaum Tsamud

pada saat mereka meminta diperlihatkan tanda kekuasaan Allah berupa unta

betina yang keluar dari batu besar. Maka Nabi Salih berdo‟a kepada Allah.

Lalu Allah mengeluarkan unta betina dari batu besar tersebut seperti yang

mereka minta, “Tetapi mereka menganiaya”. Artinya mengingkari apa yang

telah diciptakan Allah, mendustakan Rasul-Nya, lalu mereka menyembelih

unta betina itu. Hal ini disebutkan dalam QS. Hud: 65.40

Lafazh الإبصار disifatkan kepada unta betina, sebagaimana

dikatakan ة ,yakni luka yang menampakkan tulangnya موضحة dengan الشجه

dan ini merupakan bukti yang nyata.

Lafazh بصرةم maksudnya adalah yang jelas dan yang nyata. Bagi

yang melihatnya, dia akan melihat secara nyata dan jelas bahwa itu

merupakan tanda dan bukti.41

Dalam hal ini terdapat lima pendapat:

1. Sejumlah ibrah dan mukjizat yang dijadikan oleh Allah di tangan para

rasul yang merupakan bukti adanya peringatan untuk menakut-nakuti

orang-orang yang mendustakan.

2. Bahwa semua itu adalah tanda-tanda dendam untuk menakut-nakuti

orang dari melakukan berbagai macam kemaksiatan.

3. Bahwa semua itu adalah pergantian keadaan dari masa kecil ke masa

remaja, kemudian ke masa dewasa, lalu ke masa tua. Dengan perubahan

keadaanmu agar engkau mengambil ibrah sehingga engkau merasa takut

akan akibat tindakanmu. Ini adalah pendapat Ahmad bin Hanbal Rai.

4. Al Qur‟an

40

Syaikh Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, penerj. Suharlan, jilid.4 , h.265. 41

Abû Ja‟far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsir al-Tabarî ; penerj. Fathurrozi, Anshari

Taslim, jilid.16 , h. 734.

Page 71: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

57

5. Kematian yang menyebar dengan sangat cepat. Demikian dikatakan oleh

Al Hasan.42

4) QS. Al-Qamar (54): 23-32

بت ثود بلنذر ) ( ٣٧( ف قالوا أبشرا منها واحدا ن تهبعو إنه إذا لفي ضلل وسعر )٣٧كذهاب أشر ) نا بل أألقي الذكر عليو من ب ين اب الشر ( سي علمون غدا م ٣٧ىو كذه ن الكذه

نة لم ٣٧) هم واصطب ) ( إنه مرسلو النهاقة فت ن ٣٣فارتقب هم أنه الماء قسمة ب ي هم ( ون بئ ونذر ( فكيف كان عذاب ٣٧ف ت عاطى ف عقر ) احب هم ( ف نادوا ص ٣٧كل شرب متضر )

رن القرآن ٧٦انوا كهشيم المحتظر )( إنه أرسلنا عليهم صيحة واحدة فك ٧٣) ( ولقد يسه (٧٣)للذكر ف هل من مدهكر

“Kaum Tsamud pun telah mendustakan peringatan itu. Maka

mereka berkata, “Bagaimana kita akan mengikuti seorang manusia (biasa)

di antara kita? Sungguh, kalau begitu kita benar-benar telah sesat dan gila.

Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita ? Pastilah dia

(Salih) seorang yang sangat pendusta (dan) sombong. Kelak mereka akan

mengetahui siapa yang sebenarnya sangat pendusta (dan) sombong itu.

Sesungguhnya kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi

mereka, maka tunggulah mereka dan bersabarlah (Salih). Dan

beritahukanlah kepada mereka bahwa air itu dibagi antara mereka (dengan

unta betina itu); setiap orang berhak mendapat giliran minum. Maka

mereka memanggil kawannya, lalu dia menangkap (unta itu) dan

memotongnya. Maka betapa dahsyatnya adzab-Ku dan peringatan-Ku. Kami

kirimkan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah

mereka seperti batang-batang kering yang lapuk. Dan sungguh, telah kami

mudahkan Al-Qur‟an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau

mengambil pelajaran ?.

Abu Ja‟far berkata: Kaum Tsamud tidak jauh berbeda dengn kaum

Nuh, mereka mendustakan ancaman dan peringatan dari sisi Tuhan yang

disampaikan oleh rasul utusan-Nya, Nabi Salih. Mereka berkata, “Bagaimana

mungkin kita yang berjumlah luar biasa banyaknya ini berpindah kepercayaan

hanya karena satu orang? Seandainya kita mau mengikuti ajakan Salih as,

maka itu artinya kita sudah tidak berpikir secara sehat lagi, karena sudah

42

Al Qurṯubî, Tafsir al-Qurṯubî, penerj. Akhmad Khatib, jilid.10, h.698.

Page 72: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

58

mengambil keputusan yang tidak benar”.43 Kaum Tsamud juga berkata,

“Tidak mungkin manusia seperi itu, tidak mungkin rasul diangkat dari salah

seorang manusia. Tidak mungkin wahyu Tuhan diturunkan kepada salah

seorang diantara kita. Tidak mungkin Salih akan mendapatkan keistimewaan

itu. Salih hanyalah orang yang angkuh dan pendusta.44

Banyak sekali hal yang diminta oleh kaum Tsamud untuk

membuktikan kenabian Salih as. Dengan mengeluarkan unta betina dari anak

bukit yang mereka pinta. Diriwayatkan bahwa Salih as shalat dua raka‟at dan

berdo‟a, maka terbelahlah batu yang mereka tunjuk, lalu keluarlah unta betina

yang sedang hamil sepuluh bulan dan sehat. Nabi Salih diperintahkan untuk

memberi tahu giliran untuk minum dengan waktu unta betina satu hari dan

mereka satu hari.45

Ibnu Abbas ra berkata, “Pada hari giliran mereka untuk

mendapatkan air, unta betina itu tidak mendapatkan sedikitpun air, namun

unta memberikan mereka susu. Mereka pun berada dalam kenikmatan.

Apabila tiga giliran unta betina untuk mendapatkan air, unta betina itu

menerima semua air tanpa tersisa sedikitpun.46 Mujahid berkata,

“Sesungguhnya Tsamud mengambil air pada hari bukan giliran unta betina,

lalu mereka minum dan mereka mengambil susu pada hari giliran unta betina.

Mereka memerah susu unta betina itu. Lalu mereka menyembelih unta betina

itu, maka terbunuhlah unta betina itu.

43

Abû Ja‟far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsir al-Tabarî ; penerj. Fathurrozi, Anshari

Taslim, jilid.24 , h.284. 44

Abû Ja‟far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsir al-Tabarî ; penerj. Fathurrozi, Anshari

Taslim, jilid.24 , h.286. 45

Al Qurṯubî, Tafsir al-Qurṯubî, penerj. Akhmad Khatib, jilid.17, h.487. 46

Al Qurṯubî, Tafsir al-Qurṯubî, penerj. Akhmad Khatib, jilid.17, h.488.

Page 73: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

59

Muhammad bin Ishak berkata, “Dia bersembunyi di balik sebuah

pohon di jalan yang biasa dilalui oleh unta betina itu, lalu dia akan

melemparnya dengan sebuah anak panah. Dia membidik otot kaki unta itu,

kemudian menusuknya dengan pedang dan memotong urat tumit bagian

belakangnya. Unta betina itupun terjatuh sambil mengeluarkan suara. Dia

langsung duduk diatas perut unta itu, kemudian menyembelihnya.47

Maka mereka hancur binasa seluruhnya, hingga tidak ada yang

tersisa dari mereka sedikitpun. Dan mereka mati, usang seperti usangnya

tumbuhan dan tanaman yang kering. Ini dikatakan oleh lebih dari ulama

tafsir. Sedangkan menurut As-Suddi adalah padang rumput yang ada di

padang pasir ketika dia kering dan terbakar, serta ditiup angin. Ibnu Zaid

berkata, “adalah bangsa arab menjadikan tabir pada unta dan bintang ternak

dari duri yang kering, maka inilah maksud dari firman-Nya, “Seperti batang-

batang kering yang lapuk”.48

47

Al Qurṯubî, Tafsir al-Qurṯubî, penerj. Akhmad Khatib, jilid.17, h.489. 48

Syaikh Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, penerj. Suharlan dan Suratman

jilid.6 , h.230.

Page 74: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

60

BAB IV

PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA

Dalam menggambarkan kisah kaum Nabi Salih (Tsamud) yang

dijelaskan melalui penafsiran para mufassir, penulis akan menggambarkan

terlebih dahulu secara singkat kandungan dari kisah tersebut. Agar tidak terasa

mengulang-ulang dengan jalan cerita yang panjang lebar, maka gambaran singkat

dari kisah akan dimuat dalam tabel-tabel, sehingga pembaca dapat dengan lebih

mudah dalam menganalisa pesan-pesan akhlak yang terkandung didalamnya.

Kisah yang terjadi pada umat terdahulu di masa lalu merupakan

pembelajaran bagi umat manusia yang hidup di masa sekarang dan akan datang.

Ketika ingin menjadikan kisah terdahulu menjadi pembelajaran, maka kandungan

kisah tersebut harus dapat dianalisis melalui istilah-istilah yang disebut dalam

ayat-ayat al-Qur‟an yang dijadikan pembahasan, maupun istilah-istilah yang

diberikan oleh para mufassir dalam penjelasan dan penafsiran terhadap ayat-ayat

tersebut. Hal itu dapat dilihat dalam beberapa tabel yang menyertai setiap pesan

moral yang diuraikan dan berhasil didapatkan dari ayat-ayat dan penafsiran ayat-

ayatnya.

Secara umum, kisah Nabi Salih dan Kaumnya adalah suatu kisah yang

mengisahkan segolongan kaum contoh kesombongan dan pengingkaran atas apa

yang telah Allah SWT utus yang berakhir dengan pembinasaan dengan

didatangkan sebuah bencana kepada kaum tersebut. Peristiwa ini adalah kali

kedua pengingkaran dari suatu kaum yang bisa mengingatkan kembali kepada

kehidupan manusia. Ada empat karakter yang menonjol dari kaum Tsamud:

Page 75: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

61

sombong, ingkar, iri dan serakah. Sementara Allah menguji Nabi Salih dengan

kesabaran. Pada peristiwa yang terjadi pada kisah kaum Nabi Salih (Tsamud)

mengandung pesan-pesan yang menekankan pada pendidikan akhlak dalam

kehidupan sehari-hari.

A. Manusia Tidak Boleh Sombong

QS. Al-A‟raf (7): 73-79

ن ره قد جاءتكم ب ي ة من وإل ثود أخاىم صالا قال ياق وم اعبدوا اللو ما لكم من إلو غي وىا بسوء ف يأخذكم عذاب ربكم ىذه ناقة اللو لكم آية فذروىا تأكل ف أرض اللو ول تس

( واذكروا إذ جعلكم خلفاء من ب عد عاد وب وأكم ف الرض ت تخذون من سهولا ٣٧أليم )( قال المل ٣٧فاذكروا آلء اللو ول ت عث وا ف الرض مفسدين ) قصورا وت نحتون البال ب يوتا

هم أت علمون أن صالا مرسل من استكب رواالذين من ق ومو للذين استضعفوا لمن آمن من إنا بالذي آمنتم بو كافرون استكب روا( قال الذين ٣٧بو مؤمنون ) ربو قالوا إنا با أرسل

م وقالوا ياصالح عت واو ( ف عقروا الناقة ٣٧) إن كنت من المرسلين ائتنا با تعدناعن أمر ربهم وقال ياق وم لقد ٣٧الرجفة فأصبحوا ف دارىم جاثين )( فأخذت هم ٣٣) ( ف ت ول عن

(٣٧)ل تبون الناصحي أب لغتكم رسالة رب ونصحت لكم ولكن Dapat dilihat dari surah al-A‟raf tersebut terdapat kata ب روااستك yang

berarti menyombongkan yang berasal dari kata 1.كبر Selain itu di dalam surat

ini juga terdapat kata عت واو yang mempunyai arti serupa dengan sombong yaitu

angkuh, melampaui batas menggambarkan keangkuhan yang sering kali menyertai

para pendurhaka karena itu mereka tidak diberi tangguh dan langsung menerima

sanksi kedurhakaan mereka.2 Dan pada akhir ayat ke 79 terdapat kalimat ل تبون

yang berarti “tidak menyukai orang yang memberi nasihat”, dalam الناصحي

1 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. (Surabaya: Pustaka

Progresif,1997) h.143. 2 Wisnawati Loeis, “Aspek Pendidikan dalam Al-Qur’an: Interpretasi terhadap Ayat-ayat

Pendidikan pada Al-Qur’an Surah Al-A’raf 73-79”, Jurnal Agama Islam, Volume 5, Nomor 1,

Juni 2009, h.30.

Page 76: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

62

hal ini menunjukkan bahwa kaum Tsamud tidak menyukai orang-orang yang

memberikan nasihat dan melarang agar jangan mengikuti hawa nafsu dan

menghalangi agar tidak menuruti nafsu syahwatmu.3 Selain itu kaum Tsamud

dikenal sebagai entrepreneur ulung di masanya. Karena keahlian dan

kepandaiannya itu, hasil ukiran yang mereka buat dijadikan sebagai barang

dagangan dengan komunitas lainnya. Sebagian lagi dibuat hiasan di rumah-

rumah mereka. Produk utama kaum Tsamud adalah barang pecah belah

(tembikar) yang unik, dan memiliki nilai seni yang berkualitas tinggi.

Sedangkan produk yang diperdagangkan adalah kemenyan dan rempah-

rempah.4 Dari hasil perdagangan tersebut memberikan kekayaaan dan

membuat kaum Tsamud merasa lebih kaya daripada yang lain sehingga

menimbulkan sikap sombong pada diri mereka. (Dari beberapa kata tersebut

secara keseluruhan bahwa pesan moral yang terkandung dalam kisah ini yaitu

sombong. Pesan moral agar tidak meniru kesombongan kaum Tsamud juga

dijelaskan dalam beberapa tafsir di bawah ini.

Al-Tabarî

Penafsiran QS.

Al-A‟raf (7):

73-79

Seruan Salih kepada kaumnya:

Nabi Salih mengajak kaumnya agar menyembah Allah

SWT dan percaya bahwa Nabi Salih adalah utusan Allah

SWT.

Nasihat Salih kepada kaum Tsamud:

Nabi Salih berkata ingatlah atas nikmat Allah SWT

bahwasanya mereka adalah pengganti kaum „Aad dibumi

setelah mereka binasa.

Kesombongan kaum Tsamud:

Mereka tidak mempercayai dan tidak meyakini bahwa

Nabi Salih adalah untusan Allah Swt. dengan

keangkuhannya mereka membunuh unta tersebut dan

meminta agar segera didatangkan adzab tersebut kepada

3 Abû Ja‟far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsir al-Tabarî ; penerj. Fathurrozi, Anshari

Taslim (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009) Jilid.11 , h.294. 4 Syahruddin El-Fikri, Situs-Situs dalam Al-Qur’an Dari Banjir Nuh Hingga Bukit

Thursina (Jakarta: Penerbit Republika, 2010) h.92

Page 77: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

63

mereka.

Adzab kepada kaum Tsamud:

Setelah mereka menyembelih unta tersebut, suara keras

mengguntur yang menggerakkan serta menggoncang

mereka sehingga mereka binasa.

Al Qurṯubî

Penafsiran QS.

Al-Qamar (54):

23-32

Kesombongan kaum Tsamud terhadap utusan Allah

SWT:

Kaum Tsamud menolak nabi Salih sebagai utusan Allah

SWT, mereka mengganggap mereka lebih banyak harta

dan lebih baik keadaannya dibanding nabi Salih as.

Unta betina sebagai tanda kebenaran:

Allah mengeluarkan unta betina dari anak bukit yang

mereka pinta setelah Nabi Salih as shalat dua raka‟at dan

berdo‟a, maka terbelahlah batu yang mereka tunjuk, lalu

keluarlah unta betina yang sedang hamil sepuluh bulan dan

sehat.

Kawan yang diminta kaum Tsamud untuk menyembelih

unta:

Terbunuhlah unta betina tersebut atas perintah kaum

Tsamud kepada kawannya. Setelah itu datang azab suara

yang keras (suara jibril) yang membuat mereka seperti

rumput-rumput kering dikandang.

Ibn Katsīr

Penafsiran QS.

Al-Qamar (54):

23-32

Tanggapan Kaum Tsamud kepada Nabi Salih:

Kaum Tsamud menganggap bahwa mereka tertipu dan

merugi jika mereka serahkan kepemimpinan hanya kepada

satu orang diantara mereka.

Ujian bagi Kaum Tsamud:

Allah mengeluarkan unta betina yang besar bagi mereka

dari batu besar, sebagai bencana besar yang merata atas

apa yang telah mereka minta.

Penangkapan unta betina:

Qudar bin Salif orang yang paling jahat dari kaumnya,

dialah yang memotong unta betina tersebut.

Allah menghukum Kaum Tsamud:

Mereka hancur binasa seluruhnya, hingga tidak ada yang

tersisa, dan mereka mati, usang seperti usangnya

tumbuhan dan tanaman yang kering.

Page 78: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

64

Dari uraian kisah pengingkaran kaum Nabi Salih (Tsamud) dalam

penolakan untuk mengakui bahwa Nabi Salih as adalah utusan Allah

SWT. Ini merupakan gambaran segolongan kaum yang telah

membangkang atas apa yang Allah SWT perintahkan. Mereka tidak

percaya kalau Nabi Salih adalah utusan Allah SWT, padahal dari segi

harta dan keadaan mereka lebih mencukupi daripada Nabi Salih as.

Sikap sombong diperlihatkan ketika Nabi Salih mengajak kaum

Tsamud agar kembali ke jalan Allah. Dengan tidak menyembah tuhan

selain Allah SWT. Kaum Tsamud berfikir jika mereka mengikuti Nabi

Salih maka mereka sudah kehilangan akal sehat mereka, hanya dengan

satu orang yang mengaku utusan Allah SWT.5

Sifat sombong (takabbur) adalah suatu perasaan yang terdapat di

dalam hati seseorang bahwa dirinya hebat, mempunyai kelebihan dari

orang lain misalnya merasa lebih dalam ilmu pengetahuan, kekayaan,

kecantikan atau lain sebagainya. Sifat sombong ini amatlah tercela, baik di

sisi Tuhan maupun di sisi manusia; dan ia akan membawa kerugian dan

bahaya yang amat besar bagi orang yang mempunyai sifat sombong itu.6

Yang pertama kali menampilkan sifat sombong di dunia ini adalah

Iblis, setan terkutuk, musuh Allah. Ia bersikap sombong terhadap Adam

5 Abû Ja‟far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsir al-Tabarî ; penerj. Fathurrozi, Anshari

Taslim, Jilid.14 , h.109. 6 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994) h.202.

Lihat juga M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: Amzah,

2007)h. 66 dan Rudhy Soharto, Renungan Jumat: Meraih Cinta Ilahi (Jakarta: Al-Huda, 2003)

h.134.

Page 79: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

65

dan tidak mau sujud kepadanya. Karena itu, setiap orang yang sombong

berarti ia mengikuti iblis dan sekolahnya setan terkutuk. Sombong dibawa

oleh manusia yang bodoh. Sebab, orang yang berilmu, berakal, dan

mengenal Allah di mana ia memiliki pengalaman dan pemahaman

terhadap hidup tidak akan sombong. Sebab, orang berakal dan berilmu

memikirkan aib dirinya. Ia sadar dirinya memiliki aib, dosa, kekurangan,

dan kesalahan yang diketahui oleh Allah SWT. 7 Adapun bahaya-

bahayanya, antara lain, adalah:

1. Orang yang sombong pasti tidak akan dapat memberikan

kebaikan orang lain, sebab ia tentu tidak memiliki sifat

tawadu‟ (rendah hati).8

2. Sifat sombong sangat tidak pantas untuk yang selain Allah

SWT. Manusia yang bersifat lemah tentulah tidak patut

meniru atau menyamai sifat Allah tersebut.

3. Orang yang bersifat sombong itu adalah seperti sikap kafir

dan orang munafik yang enggan menerima kebenaran dari

Allah SWT.9

7 Aidh Al-Qarni, Kembali ke Islam (Jakarta: Gema Insani, 2015) h. 361.

8 Sifat sombong juga tidak dapat meninggalkan sifat dengki dan ucapannya banyak

mengandung dusta. Begitu pula ia tentu tidak bisa menahan hawa nafsunya, juga tidak mungkin

dapat memberikan nasihat yang baik kepada orang lain. Kesukaannya hanyalah menghina dan

mencenmoohkan, ia suka mencari-cari dan membongkar kemaluan orang lain, lebih-lebih terhadap

orang yang dipandangnya sebagai saingannya. Baca lebih lanjut Asmaran As, Pengantar Studi

Akhlak (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994) h.203. 9 QS. Al- Baqarah: 206

ت ححببه هنن ولبس الهنا وإذا قيل له اتق الل أخذته العزة بل “ Dan apabila dikatakan kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah,” bangkitlah

kesombongannya untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka Jahanam, dan sungguh

(Jahanam itu) tempat tinggal yang terburuk”.

Page 80: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

66

ليدخل النة من كان ت ق لبه مث قا ل ذرة من كبر قال رهل إن يل عله حبنة قال إن الله ج الرهل يب أن يكون ث وبه حبنا ون

ر بطر الق وغهطالناس يب الهال الكب “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya

terdapat kesombongan sebesar biji sawi”. Ada seseorang

yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka

memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab

“Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan.

Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan

orang lain.” (HR. Muslim no.91)

4. Orang yang bersifat sombong itu akhirnya akan tersesat

jalan karena ia meniru sifat syetan.10

Islam sangat melarang manusia untuk bersifat sombong. Dan Allah

SWT tidak menyukai orang yang bersifat sombong (QS. 16:23). Allah

menegaskan bahwa nerakalah tempatnya bagi orang-orang yang sombong

sebagaimana firmannya:

أستجب لك إن الذين يبتكبرون عن عبا ت سيدخلون هنن وقال ربك ا عون اخرين

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan

Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang

menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka Jahanam

dalam keadaan hina dina”. (QS. Ghafir: 60)

10

Lihat QS. Al-A‟raf 11-13 yang menjelaskan syetan menolak memberikan

penghormatan kepada Adam as. Karena ia merasa lebih mulia, ia diciptakan dari api sedangkan

Adam diciptakan dari tanah.

Page 81: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

67

Rasulullah SAW juga pernah bersabda:

ليد خل النة من كان ت قلبه مث قال حبة من خر ل من كبر

“Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada sebesar biji

sawi dari kesombongan”.11

Sikap sombong itulah yang akhirnya membutakan dan menutup

telinga kaum Tsamud sehingga mereka tersesat ke jalan yang tidak benar

yang membuat mereka jauh terhadap Allah SWT. dan melupakan apa yang

telah terjadi terhadap kaum sebelum mereka.

B. Nafsu Menumpuk Harta Menimbulkan Sikap Serakah

QS. Hūd (11): 61-68

ره ىو أنشأكم من ا لرض وإل ثود أخاىم صالا قال ياق وم اعبدوا اللو ما لكم من إلو غي يب ) است عهرك حيناو ( قالوا ياصالح قد كنت ١٦فاست غفروه ث توبوا إليو إن رب قريب م

هانا أن ن عبد ما ي عبد آباؤنا وإن نا لفي شك ما تدعونا إل يو فينا مرجوا ق بل ىذا أت ن نة من رب وآتان منو رحة فمن ي نصرن من (قال ي ١٦مريب) اق وم أرأي تم إن كنت على ب ي

ر تسير ) ( وياق وم ىذه ناقة اللو لكم آية فذروىا تأكل ١٦اللو إن عصيتو فما تزيدونن غي وىا بسوء ف يأخذكم عذاب قريب )ف أرض تت عوا ت ( ف عقروىا ف قال ١٦اللو ول تس

ر مكذوب ) ارك نا صالا والذين آمنوا ١٦ثلثة أيام ذلك وعد غي ا جاء أمرنا ني ( ف لم( وأخذ الذين ظلموا الصيحة ١١نا ومن خزي ي ومئذ إن ربك ىو القوي العزيز )معو برحة م

أل إن ثود كفروا رب هم أل ب عدا لثمود ي غن وا حينال ( كأن ١٦فأصبحوا ف ديارىم جاثين )(١٦)

Dalam surat Hūd terdapat kata است عهرك حيناو yang berarti menjadikanmu

pemakmurnya, kata itu berasal dari kata عهر yang berarti mendiami atau

11

Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak , h.203.

Page 82: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

68

menghuni12 maksudnya ialah menjadikan kaum tsamud sebagai penakluk

dibumi. Jika kata itu dimaknai menempati, maka mereka dianggap sebagai

koloni (bangsa penakluk) yang menempati sebuah wilayah. Itulah yang menjadi

akar maknanya yang dikaitkan dengan sifat serakah seperti prilaku bangsa

penjajah terhadap bumi jajahannya. Sifat serakah yang ditunjukkan oleh status

kaum Tsamud sebagai penakluk bumi yang menumpuk harta telah membuat

mereka tertarik untuk bersenang-senang menikmati dunia. Selain itu dalam

surat ini juga terdapat kata ت تت عوا yang berarti “bersukarialah kamu semua

dirumahmu” bahwasanya ini menunjukkan bahwa mereka bersenang atas

kehidupan yang sangat berlebihan. Itulah yang diberikan Allah ketika mereka

menyembelih unta nabi Shalih, namun kesenangan mereka hanya berjangka

waktu tiga hari saja, kemudian dikenai adzab yang pedih. Selanjutnya terdapat

kalimat ل ي غن وا حينا “seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu”,

azab allah sangat singkat, hanya satu suara gemuruh yang mencabut semua

nyawa, sehingga nampak seolah-olah mereka tidak pernah menduduki wilayah

itu.

Alasan penamaan ثو itu karena mereka menempati daerah bebatuan

yang jauh dari sumber air yang terletak di wilayah Syam. Karena di daerah

tersebut sangat sulit untuk memperoleh air, maka dinamakanlah daerah itu

dengan ثو , lantaran persediaan air yang sedikit.13 Maka air sangatlah berharga

di kalangan kaum Tsamud. Seluruh masyarakat dapat mengambil dan

menikmati air itu dengan gratis, keserakahan terjadi pada kaum Tsamud yang

hendak menguasai air minum yang telah diatur dengan selang satu hari kepada

12

Abû Ja‟far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsir al-Tabarî ; penerj. Fathurrozi,

Anshari Taslim, Jilid. 14, h. 109. Dan lihat jugaAhmad Warson Munawwir, Al Munawwir: Kamus

Arab-Indonesia, h.970. 13

Al Qurṯubî, Tafsir al-Qurṯubî, penerj. Akhmad Khatib (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009),

jilid.7, h. 567.

Page 83: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

69

unta betina tersebut. Setelah unta itu meminum air tersebut ternyata susu unta

mencukupi semua masyarakat yang ingin menikmatinya. Susu unta tersebut

dapat mereka nikmati secara gratis bahkan ada yang menujual susu tersebut

dengan harga yang sangat tinggi. Maka dari itu kita sebagai umat-Nya jangan

sampai mengikuti sikap serakah yang telah dilakukan oleh kaum tsamud seperti

yang telah dijelaskan pada penafsiran berikut.

Ibn Katsīr

Penafsiran

QS. Hūd (11):

61-68

Pembicaraan nabi Salih dan kaum Tsamud serta

pembangkangan yang dilakukan kaum tsamud:

Kaum Tsamud mengharapkan nabi Salih lantaran akalnya

yang cemerlang akan tetapi nabi Salih menentang apa yang

telah diajarkan oleh para nenek moyang mereka.

Tanda kenabian kepada kaum Tsamud:

Kaum Tsamud meminta tanda kenabian kepada Nabi Salih,

maka keluarlah unta betina dari batu besar, unta betina

tersebut menetap dengan anaknya setelah unta itu

melahirkan.

Tekad kaum Tsamud membunuh unta:

Karena setelah adanya unta betina, kaum Tsamud harus

bergiliran untuk mendapatkan air karena itu mereka

bertekad untuk membunuh unta betina agar mereka

bisa mengambil air setiap hari.

Keingkaran yang dilakukan kaum Tsamud:

Setelah didatangkannya tanda kenabian mereka ingkar,

mereka menolak untuk menerima kebenaran dan berpaling

dari petunjuk kepada kesesatan. Kemudian Allah

binasakan kaum tersebut.

Al Qurṯubî

Penafsiran QS.

Hūd (11): 61-

68

Harapan Kaum Tsamud:

Kaum Tsamud mengharapkan bahwa diantara mereka ada

seorang tuan sebelum ini, yakni sebelum Nabi Salih

diangkat menjadi nabi. Salah seorang dari mereka berkata

suatu ketika Nabi Salih pernah mengejek tuhan-tuhan

mereka, sedangkan kaum Tsamud berharap agar Nabi Salih

kembali pada agama mereka.

Mukjizat unta betina:

Dikeluarkan untuk mereka unta betina dari bukit, bahwa

setelah mukjizat ini mereka akan beriman. Tetapi mereka

membunuh unta betina tersebut.

Page 84: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

70

Setelah unta betina terbunuh:

Dengan bersenang-senang (bersukaria) dengan

kehidupan, mereka melakukan hal yang sia-sia selama

tiga hari sebagaimana yang telah dijelaskan diawal surah

Al-A‟raf.

Mereka membunuh unta betina dengan berpikir jika unta itu

tidak ada maka mereka akan berhak sepenuhnya atas air minum itu.14

Serakah ialah suatu keadaan jiwa yang membuat manusia tidak puas

dengan apa yang dimilikinya dan berusaha ingin memiliki yang lebih

banyak lagi. Keserakahan ini terjadi tidak hanya pada pemilikan harta,

tetapi juga terhadap makanan, minuman, kegiatan seksual, dan

sebagainya. Ini termasuk penyakit hati yang tercela dan tidak sehat,

karena hati orang serakah tidak pernah tenang, puas, dan selalu merasa

kekurangan, dan karena itu bisa terdorong berbuat buruk, misalnya

menipu, mencuri, manipulasi, korupsi, dan sebagainya untuk memenuhi

nafsu serakahnya terhadap harta dan kedudukan.15

Itulah sebabnya Rasulullah mengingatkan bahwa sifat serakah:

“Barang siapa menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah akan

memberikan kecukupan dalam hatinya. Segala keperluannya akan Allah

kumpulkan dan keperluan dunia akan datang. Barang siapa menjadikan

(motivasi) dunia sebagai cita-citanya Allah akan menjadikan kefakiran

di hadapan matanya dan akan menjadikan kacau segala urusannya.

14

Al Qurṯubî, Tafsir al-Qurṯubî, penerj. Akhmad Khatib, jilid.7, h. 567. 15

Sudirman Tebba, Sehat Lahir Batin Handbook Bagi Pendamba Kesehatan Holistik

(Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2005) h.202.

Page 85: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

71

Sedangkan dunia (yang dicarinya sungguh-sungguh) tak ada yang

datang menghapirinya melainkan sesuai dengan apa yang ditakdirkan

oleh Allah atas dirinya, pada sore dan pagi harinya dia selalu dalam

kefakiran”. (H.R. Tirmizi).

Rasulullah juga mengingatkan:

1. “Setiap anak Adam akan mengalami masa tua, kecuali dua hal,

yaitu kerakusan terhadap harta benda dan panjangnya umur” (H.R.

Bukhari dan Muslim).

2. “Seandainya seorang anak Adam telah memiliki dua lembah, maka

dia akan mencari lembah yang ketiga, dan perutnya tidak akan

merasa puas sampai dimasukkan ke dalam tanah” (H.R. Bukhari

dan Muslim)

Sabda Rasulullah itu menjelaskan bahwa nafsu untuk

menumpuk harta dan mencapai kedudukan yang setinggi-tingginya

dalam kehidupan dunia itu sebenarnya manusiawi dan dapat menjadi

motivasi untuk meraih kemajuan dalam kehidupan dunia, seperti

kekayaan, kedudukan, dan ilmu pengeahuan, tetapi nafsu itu harus

dikontrol agar tidak menimbulkan ekses negatif, yaitu mencari

kekayaan dan kedudukan dengan cara yang tidak benar, seperti sogok-

menyogok dan sebagainya. Tetapi, kalau mencari harta dan kedudukan

yang setinggi-tingginya sekalipun dengan cara yang benar, tentu saja

boleh.

Page 86: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

72

Lawan dari serakah ialah merasa cukup (qanaah). Hal ini dapat

membuat orang mengendalikan keinginan-keinginan yang tidak baik

dan merasa cukup dengan mempunyai harta yang dimiliki. Orang yang

berbuat kebajikan itu selalu hidup terhormat, terpandang dan merdeka;

ia kebal terhadap penyakit yang ditimbulkan kelimpahan harta di dunia

serta hukuman di akhirat.

Penyakit serakah itu dapat disembuhkan dengan merenungkan

keburukan dan akibat-akibatnya yang merugikan dan menyadari bahwa

serakah merupakan perangai hewan yang tidak mengenal batas dan

kepuasan serta menggunakan segala cara, termasuk yang haram

sekalipun, dalam memenuhi tuntutan nafsu serakahnya.16

Apa yang telah dipikirkan kaum Tsamud untuk menguasai air

minum itu memunculkan sifat serakah yang membuat mereka

menghalalkan atau melancarkan semua jalan untuk apa yang telah

menjadi tujuan mereka, tanpa mereka memikirkan akibat apa yang akan

terjadi setelah rencana mereka berhasil.

C. Rasa Dengki Mengeraskan Penolakan

QS. Al-A‟raf (7): 73-79

ن ره قد جاءتكم ب ي ة من وإل ثود أخاىم صالا قال ياق وم اعبدوا اللو ما لكم من إلو غي وىا بسوء ف يأخذكم عذاب ربكم ىذه ناقة اللو لكم آية فذروىا تأكل ف أرض اللو ول تس

( واذكروا إذ جعلكم خلفاء من ب عد عاد وب وأكم ف الرض ت تخذون من سهولا ٣٧أليم )

16

Sudirman Tebba, Sehat Lahir Batin Handbook Bagi Pendamba Kesehatan Holistik, h.

203.

Page 87: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

73

( قال المل ٣٧ال ب يوتا فاذكروا آلء اللو ول ت عث وا ف الرض مفسدين )قصورا وت نحتون الب هم أت علمون أن صالا مرسل من ربو استكب رواالذين من ق ومو للذين استضعفوا لمن آمن من

( ٣٧) كاحرون ( قال الذين استكب روا إنا بالذي آمنتم بو ٣٧ا أرسل بو مؤمنون )قالوا إنا ب م وقالوا ياصالح ( ٣٣إن كنت من المرسلين )ائتنا با تعدن ف عقروا الناقة وعت وا عن أمر رب

هم وقال ياق وم لقد أب لغتكم ٣٧ذت هم الرجفة فأصبحوا ف دارىم جاثين )فأخ ( ف ت ول عن بون الناصحين) (٣٧رسالة رب ونصحت لكم ولكن ل ت

Seperti penafsiran QS. al-A‟raf bahwa kaum tsamud menolak dakwah

yang dibawakan oleh Nabi Salih, mereka kafir. Bahkan mereka menantang azab

yang dijanjikan akibat kekafiran.17 Qurtubi menjelaskan bahwa rasa iri hati kaum

tsamud lah yang mengeraskan penolakan mereka terhadap dakwah yang

dibawakan oleh Nabi Salih. Terdapat tiga alasan yang membuat kaum Tsamud

dengki kepada Nabi Salih yaitu alasan teologis yang selalu menjadi prinsip kaum

Tsamud bahwa keyakinan yang telah mereka anut adalah keyakinan yang dianut

para nenek moyang mereka, alasan sosiologis terdapat tokoh masyarakat itu

sendiri, dan yang terakhir alasan ekonomi alasan pemimpin agama yang

mempunyai pengikut masing-masing. Sudah terlihat bahwa Nabi Salih lebih

diikuti oleh masyarakat, dalam alasan tersebut timbul rasa dengki pada diri

mereka. Pernyataan ini sangat gamblang yang telah dinyatakan oleh Qurtubi

sebagaimana penafsiran berikut.

Ibn Katsīr

Penafsiran

QS. Al-A‟raf

(7): 73-79

Pembangkangan yang dilakukan kaum Salih

(Tsamud):

Mereka tidak percaya bahwa nabi Salih adalah utusan

Allah SWT.

Mukjizat Unta Betina:

17

Wisnawati Loeis, “Aspek Pendidikan dalam Al-Qur’an: Interpretasi terhadap Ayat-

ayat Pendidikan pada Al-Qur’an Surah Al-A’raf 73-79”, Jurnal Agama Islam, Volume 5, Nomor

1, Juni 2009, h. 31.

Page 88: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

74

Kaum Tsamud meminta tanda kenabian kepada Nabi Salih,

maka keluarlah unta betina dari batu besar, unta betina

tersebut menetap dengan anaknya setelah unta itu

melahirkan.

Terbunuhnya Unta Betina tersebut:

Unta betina pun terbunuh, kaum Tsamud berpikir jika

mereka bisa mengambil air setiap hari.

Kaum Tsamud ingkar/menolak kebenaran:

Setelah didatangkannya tanda kenabian mereka ingkar,

mereka menolak untuk menerima kebenaran dan berpaling

dari petunjuk kepada kesesatan. Kemudian Allah binasakan

kaum tersebut.

al-Ṭabari

Penafsiran

QS. Al-A‟raf

(7): 73-79

Seruan Nabi Salih kepada kaumnya:

Nabi salih mengajak kaumnya agar menyembah Allah

SWT dan percaya bahwa Nabi Salih adalah utusan Allah

SWT.

Nasihat kepada kaum Tsamud:

Nabi Salih berkata ingatlah atas nikmat Allah SWT

bahwasanya mereka adalah pengganti kaum „Aad dibumi

setelah mereka binasa.

Kesombongan kaum Tsamud:

Mereka tidak mempercai dan tidak meyakini bahwa nabi

Salih adalah untusan Alla Swt. dengan keangkuhannya

mereka membunuh unta tersebut dan meminta agar segera

didatangkan adzab tersebut kepada mereka.

Adzab kepada kaum Tsamud:

Setelah mereka menyembelih unta tersebut, suara keras

mengguntur yang menggerakkan serta menggoncang

mereka sehingga mereka binasa.

Al Qurṯubî

Penafsiran

QS. Al-A‟raf

(7): 73-79

Salih diutus kepada kaum Tsamud yang berbuat kerusakan:

Kaum Tsamud kaum terdahulu akan tetapi mereka

menyembah berhala dan kaum yang membuat kerusakan di

muka bumi, maka dari itu Allah SWT mengutus nabi Salih

untuk memperingati mereka dengan mengajak kembali ke

jalan yang benar.

Nikmat yang diberikan Allah kepada Kaum Tsamud:

Bahwasanya nikmat yang diberikan Allah berupa bangunan

istana-istana, pakaian-pakaian yang bagus itu akan

Page 89: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

75

bermanfaat bagi mereka, bukan membawa mereka

membuat kerusakan di muka bumi ini.

Rasa iri yang membuat kaum Tsamud membunuh unta

betina:

Salah seorang penguasa wanita yang iri kepada nabi Salih

karena ajaran nabi Salih yang mulai diterima. Terpikirlah ia

untuk membunuh unta betina sebagai mukjizat Nabi Salih.

Ancaman datangnya Azab akibat penolakan:

Ketika mereka sombong, menentang, dan tidak mau

patuh. Allah menurunkan suara petir yang sangat keras

hingga membuat jantung mereka berhenti berdetak, dengan

bahu dan wajah mereka melekat di lantai rumah.

Dengan diutusnya Nabi Salih kepada kaum Tsamud membuat

seluruh kaum Tsamud mempunyai rasa dengki kepada beliau. Dalam

penafsiran Al Qurṯubî dijelaskan bahwa ada seorang penguasa yang

mempunyai sifat dengki kepada nabi Salih, dengan alasan tersebut ia

membunuh unta betina itu.18

Dengki19 atau iri artinya berharap agar kesenangan orang lain

lenyap, meskipun kesenangan itu tidak harus berpindah kepada si

pendengki. Penyakit ini berasal dari rasa tidak suka dirinya terlihat

sama dengan yang lain; ia ingin tampak lebih tinggi dan lebih istimewa.

Ketika orang lain mendapat kesenangan yang membuatnya terlihat

istmewa, orang ini jadi sakit hati, sebab merasa ada yang menandingi

18

Al Qurṯubî, Tafsir al-Qurṯubî, penerj. Akhmad Khatib, Jilid.7, h.575. 19

Al- Ghazali membagi dengki pada empat tingkat. Pertama, menginginkan lenyapnya

kenikmatan dari orang lain, meskipun kenikmatan itu tidak berpindah kepada dirinya. Kedua,

menginginkan lenyapnya kenikmatamatan dari orang lain karena dia sendiri menginginkannya.

Ketiga, tidsak menginginkan kenikmatan itu sendiriri, tetapi menginginkan kenikmatan serupa.

Jika gagal memperolehnya, dia berusaha merusak kenikmatan orang lain. Keempat, menginginkan

kenikmatan serupa. Jika gagal memperolehnya, dia tidak menginginkan lenyapnya kenikmatan itu

dari orang lain. Sikap keempat diperbolehkan dalam urusan agama. Baca Rosihan Anwar, Akhlak

Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2010) h.133.

Page 90: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

76

atau melebihi dirinya. Dan, sakit hati ini tidak akan lenyap sebelum

kesenangan orang yang ia dengki itu lenyap.20

Kedengkian dapat menjadi pangkal kesengsaraan si pendengki

sendiri. Dan memang tidak ada orang dengki yang yang tidak

menanggung jenis kesengsaraan tertentu. Kedengkian itu lahir akibat

kufur kita akan karunia Tuhan, lalu kita melihat seolah-olah orang lain

selalu mendapatkan karunia lebih dari kita. Inilah pangkal kesengsaraan

orang yang mendengki sesuai dengan peringatan Tuhan dalam

firmannya:

وإذ تذن ربك لسن شكرت لزيدنك ولسن كفرت إن عذاب لشديد

“Dan ( ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan jika kamu bersyukur

pasti akan kuberi kamu (karunia) lebih banyak lagi. Tapi jika kamu

tiada bersyukur, sungguh, azab-Ku amatlah dahsyat”.21

Inilah yang terjadi pada sang pengusa wanita tersebut ia tidak

menyukai ada yang labih darinya bahwa hanya dirinyalah yang

mempunyai kekuasaan yang paling tinggi diantara yang lain.22

D. Menolak Dakwah Membawa Azab

QS. Al-Isra‟ (17): 59

نا ثود الناقة مبصرة فظلموا با أن كذب وما من عنا أن ن رسل باليات إل لون وآت ي وما با الو ن رسل بليت إل تويفا

20

Ibn Al-Jawzî, Terapi Spiritual Agar Hidup Lebih Baik dan Sembuh dari Segala

Penyakit Batin, penerj. A. Khosla Asy‟ari Khatib (Jakarta: Zaman, 2010) h. 48. 21

Sudirman Tebba, Sehat Lahir Batin Handbook Bagi Pendamba Kesehatan Holistik, h.

188. 22

Al Qurṯubî, Tafsir al-Qurṯubî, penerj. Akhmad Khatib, Jilid.7, h.575.

Page 91: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

77

QS. Al-A‟raf (7): 73-79

ن ره قد جاءتكم ب ي ة من وإل ثود أخاىم صالا قال ياق وم اعبدوا اللو ما لكم من إلو غي ول تبوها ببوء ح يأخذك ربكم ىذه ناقة اللو لكم آية فذروىا تأكل ف أرض اللو

( واذكروا إذ جعلكم خلفاء من ب عد عاد وب وأكم ف الرض ت تخذون من ٣٧) أليم عذاب ( ٣٧بال ب يوتا فاذكروا آلء اللو ول ت عث وا ف الرض مفسدين )سهولا قصورا وت نحتون ال

هم أت علمون أن صالا استكب رواقال المل الذين من ق ومو للذين استضعفوا لمن آمن من نتم بو إنا بالذي آم استكب روا ( قال الذين ٣٧مرسل من ربو قالوا إنا با أرسل بو مؤمنون )

م وقالوا ياصالح وعت وا ( ف عقروا الناقة ٣٧كافرون ) إن كنت من ائتنا با تعدن عن أمر ربهم و ٣٧فأصبحوا ف دارىم جاثين ) حأخذت ن الرهفة ( ٣٣المرسلين ) قال ياق وم ( ف ت ول عن

(٣٧)ل تبون الناصحي لقد أب لغتكم رسالة رب ونصحت لكم ولكن QS. Al-Qamar (54): 23-32

بت ثو ( أألقي ٣٧وسعر )( ف قالوا أبشرا منا واحدا ن تبعو إنا إذا لفي ضلل ٣٧بالنذر ) كذ( إنا ٣٧الشر ) الكذاب ( سي علمون غدا من ٣٧أشر ) كذاب الذكر عليو من ب يننا بل ىو

هم واصطب ) نة لم فارتقب هم أن الماء قسمة ٣٣مرسلو الناقة فت ن هم كل شرب متضر ( ون بئ ب ي ( إنا أرسلنا عليهم ٧٣) عذاب ونذر ( فكيف كان ٣٧( ف نادوا صاحب هم ف ت عاطى ف عقر )٣٧)

رنا القرآن ٧٦صيحة واحدة فكانوا كهشيم المحتظر ) (٧٣ف هل من مدكر) للذكر ( ولقد يس

Penolakan dakwah Nabi Salih kepada kaum tsamud tergambar pada

QS. al-Isra ayat 59, didalam ayat ini terdapat kata أن كذب telah didustakan

atau berarti juga ingkar atau menolak dakwah. Dengan diperjelas pada akhir

kalimat وما ن رسل بليت إل تويفا “dan kami mengirimkan tanda-tanda itu

melaikan untuk menakut-nakuti”. Yang dimaksud بليت yaitu tanda yang

berupa mukjizat berupa unta betina. Selain di dalam surat al-Isra terlihat pula

dalam surat al-A‟raf ayat 73 ول تبوها yang berasal dari م yang berarti

menyentuh, bahwasanya Allah berfirman janganlah disakiti, tetapi apa yang

Page 92: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

78

dilakukan kaum Tsamud, mereka justru membunuh tanda tersebut23, ببوء yang berarti “nanti akibatnya kamu akan mendapatkan ح يأخذك عذاب ألي

siksaan yang pedih” maksud dari ayat ini bahwa siapa yang telah menyakiti

tanda yang telah allah SWT turunkan maka allah akan menurunkan azab

yang pedih. Pada ayat 77 kaum Tsamud juga meminta buktikan yang telah

dijanjikan allah SWT ائتنا با تعدن, setelah nabi Salih mendengar pemintaan

mereka Nabi Salih meninggalkan kaumnya. Kemudian allah SWT

menurunkan azab kepada mereka yang telah menolak dakwah Nabi Salih.

Di dalam surat al-Qamar terdapat 3 kata yang menunjukkan bahwa

kaum tsamud ini melakukan penolakan dengan kata pertama كذبت yang

berarti dusta atau berbohong atau penolakan dakwah yaitu menolak

kebenaran risalah yang dibawa para rasul24, inilah yang kemudian dimaknai

sebagai penolakan terhadap dakwah yang mengakibatkan datangnya

peringatan نذر, yang kedua عذاب ونذر yang berarti azab dan peringatan yaitu

mengabaikan peringatan berati membiarkan tuhan menurunkan azab dan

siksaan kepada mereka. Itulah setelah kata azab dilanjutkan dengan

peringatan, dan yang ketiga للذكر yang berasal dari kata ذكر yang berati

menyebut, mengucapkan, mengingat, mengerti, memahami, atau

mengagungkan25, dan rasul Allah adalah pemberi peringatan مذكر atas

kelakuan melampaui batas yang dilakukan kaumnya akibat penolakan

dakwah yang diberikan. Dari ketiga kata tersebut bahwa kaum Tsamud

melakukan penolakan terhadap apa yang sudah Nabi Salih peringatkan

kepada mereka dan mereka melakukan pembangkangan sehingga Allah

23

Wisnawati Loeis, “Aspek Pendidikan dalam Al-Qur’an: Interpretasi terhadap Ayat-

ayat Pendidikan pada Al-Qur’an Surah Al-A’raf 73-79”, Jurnal Agama Islam, Volume 5, Nomor

1, Juni 2009, h.27. 24

Al Qurṯubî, Tafsir al-Qurṯubî, penerj. Akhmad Khatib, Jilid.10, h.482 25

Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, h.448.

Page 93: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

79

SWT menurunkan azabnya, sebagaimana penafsiran Ibn Katsīr dan al-

Tabarî.

Ibn Katsīr

Penafsiran QS.

Hūd (11): 61-

68

Pembicaraan Nabi Salih dan kaum Tsamud serta

pembangkangan yang dilakukan kaum Tsamud:

Kaum Tsamud mengharapkan Nabi Salih lantaran akalnya

yang cemerlang akan tetapi Nabi Salih menentang apa

yang telah diajarkan oleh para nenek moyang mereka.

Tanda bukti kenabian kepada kaum Tsamud:

Kaum Tsamud meminta tanda kenabian kepada Nabi Salih,

maka keluarlah unta betina dari batu besar, unta betina

tersebut menetap dengan anaknya setelah unta itu

melahirkan.

Tekad kaum Tsamud membunuh unta:

Karena setelah adanya unta betina, kaum Tsamud harus

bergiliran untuk mendapatkan air karena itu mereka

bertekad untuk membunuh unta betina agar mereka bisa

mengambil air setiap hari.

Keingkaran yang dilakukan kaum Tsamud:

Setelah didatangkannya tanda kenabian mereka ingkar,

mereka menolak untuk menerima kebenaran dan berpaling

dari petunjuk kepada kesesatan. Kemudian Allah

binasakan kaum tersebut.

Ibn Katsīr

Penafsiran QS.

Al-Isra‟ (17):

59

Diperlihatkan tanda kekuasaan:

Dengan mengabulkan apa yang mereka pinta yaitu

mengeluarkan unta betina dari batu yang besar.

Kebenaran yang diingkari kaum Tsamud:

Allah membinasakan dan mengadzab mereka karena

mereka telah mengingkari dan menyembelih unta betina

yang diberikan kepada mereka sebagai tanda kekuasaan.

Ibn Katsīr

Penafsiran QS.

Al-Qamar

(54): 23-32

Tanggapan Kaum Tsamud kepada Nabi Salih:

Kaum Tsamud menganggap bahwa mereka tertipu dan

merugi jika mereka serahkan kepemimpinan hanya kepada

satu orang diantara mereka.

Page 94: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

80

Ujian bagi Kaum Tsamud:

Allah mengeluarkan unta betina yang besar bagi mereka

dari batu besar, sebagai bencana besar yang merata atas

apa yang telah mereka minta.

Penangkapan unta betina:

Qudar bin Salif orang yang paling jahat dari kaumnya,

dialah yang memotong unta betina tersebut.

Allah menghukum Kaum Tsamud:

Mereka hancur binasa seluruhnya, hingga tidak ada yang

tersisa, dan mereka mati, usang seperti usangnya tumbuhan

dan tanaman yang kering.

Al-Tabarî

Penafsiran QS.

Al-Qamar

(54): 23-32

Penolakan terhadap pengutusan seorang rasul:

Kaum Tsamud menganggap bagaimana bisa mereka

mengikuti apa yang diajarkan oleh satu orang sedangkan

mereka berjumlah banyak.

Tanda kenabian agar kaum Tsamud beriman:

Banyak sekali hal yang diminta oleh kaum Tsamud sebagai

tanda kenabian, maka dari itu diturunkanlah unta betina

kepada mereka, serta sebagai ujian dan cobaan untuk

mereka, apakah setelah itu mereka akan beriman.

Kaum Tsamud memanggil seseorang yang biasa

menyembelih unta:

Qudar bin Salif adalah salah seorang yang melaksanakan

permitaan kaum Tsamud yaitu menyembelih unta betina.

Adzab petir yang menyambar:

Kebinasaan yang ditimpakan kepada mereka setelah

mereka merasakan kehidupan yang enak dan penuh

kenikmatan. Dibinasakan dan dihancurkan seperti sesuatu

yang dibakar oleh seseorang dalam sebuah kandang.

al Qurṯubî

Penafsiran QS.

Al-Qamar

(54): 23-32

Kesombongan kaum Tsamud terhadap utusan Allah SWT:

Kaum Tsamud menolak Nabi Salih sebagai utusan Allah

SWT, mereka mengganggap mereka lebih banyak harta

dan lebih baik keadaannya dibanding Nabi Salih as.

Unta betina sebagai tanda kebenaran:

Allah mengeluarkan unta betina dari anak bukit yang

Page 95: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

81

mereka pinta setelah Nabi Salih as shalat dua raka‟at dan

berdo‟a, maka terbelahlah batu yang mereka tunjuk, lalu

keluarlah unta betina yang sedang hamil sepuluh bulan dan

sehat.

Kawan yang diminta kaum Tsamud untuk

menyembelih unta:

Terbunuhlah unta betina tersebut atas perintah kaum

Tsamud kepada kawannya. Setelah itu datang adzab suara

yang keras (suara jibril) yang membuat mereka seperti

rumput-rumput kering dikandang.

Al-Tabarî

Penafsiran QS.

Hūd (11): 61-

68

Kaum Tsamud Buta terhadap Kebenaran:

Mereka tidak mengetahui kebenaran tentang apa yang

diserukan kepada mereka dari pengesaan Allah (tidak ada

tuhan yang patut disembah selain Allah.

Mukjizat sebagai Bukti Nabi Salih utusan Allah SWT:

Nabi Salih diberikan rahmat kenabian, hikmah, dan Islam

yang bersumber dari-Nya. Selain itu diturunkan mukjizat

unta betina yang menunjukkan bukti kebenaran seruan

Nabi Salih kepada kaumnya.

Kaum Tsamud ingkar dengan membunuh unta:

Setelah dikeluarkannya bukti yang zhahir, mereka

mendustakannya mereka membunuh unta betina tersebut.

Siksaan yang mereka dapatkan setelah terbunuhnya

unta betina:

Mereka memakaikan pengawet mayat pada tubuh mereka

dan membungkus tubuh mereka dengan kain kafan, tetapi

yang dimaksud kebinasaan di sini yaitu berubahnya warna

wajahmu menjadi kuning pada hari pertama, kemudian

berubah menjadi merah pada hari kedua, kemudian

berubah menjadi hitam pada hari ketiga.

Sikap penolakan kaum Tsamud terhadap Nabi Salih berupa

pengingkaran yang ditunjukkan kaum Tsamud yaitu ketika Nabi Salih

mengajak mereka ke jalan Allah SWT tetapi mereka melakukan penolakan

dengan meminta Nabi Salih agar menunjukkan tanda kenabian Nabi Salih

Page 96: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

82

bahwa benar kalau Nabi Salih adalah utusan Allah SWT, maka mereka

akan beriman.

Setelah Allah SWT menurunkan unta betina dari balik batu yang

sangat besar sebagai tanda bahwa nabi Shalih adalah utusan Allah SWT.

Nabi Salih mengatakan agar mereka harus memberi makan dan minum

kepada unta betina itu. Selain itu Nabi Salih mengatakan kepada kaum

Tsamud agar mereka tidak menyakiti unta betina tersebut. Namun apa

yang telah terjadi, kaum Tsamud ingkar dengan janjinya yang akan

beriman kepada Allah SWT dan tidak menyakiti unta betina itu. Mereka

tetap pada prilaku buruk mereka dan membunuh unta betina yang mereka

minta kepada Nabi Salih as.26

Di antara anggota lahir, lisan termasuk yang terbanyak membuat

maksiat.27 Dalam hal ini, tidak ada satu usahapun yang dapat

menyelamatkannya kecuali hanya dengan jalan membiasakan berkata-kata

yang baik dan bermanfaat. Meskipun perkataan dusta itu pada awalnya

dimaksudkan untuk memetik keuntungan diri sendiri, tetapi pada dasarnya

ia akan berakibat buruk kepada orang yang berdusta. Jika sifat dusta28 ini

26

Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, penerj. Suharlan dan Suratman

(Jakarta: Darus Sunnah, 2014), jilid.6 , h.230. 27

Tuhan menganugerahkan “Lidah” kepada manusia, sebagai alat pembantu untuk

menerjemah dan menyampaikan ilmu-ilmu itu. Keimanan dan kekufuran seseorang tiada terang

dan jelas, selain dengan kesaksian “lidah”. Lidah mempunyai ketaatan yang besar dan mempunyai

kedosaan yang besar. Anggota tubuh yang paling durhaka kepada manusia, ialah “lidah”. Sungguh

lidah itu merupakan alat perangkap setan yang paling jitu untuk menjerumuskan manusia. Baca

lebih lanjut Imam Al-Ghazali, Bahaya Lidah (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) h.1. 28

Pepatah Arab mengatakan, “Dusta adalah penyakit, kebenaran adalah kesehatan”.

Dalam setiap bahasa dan masyarakat, kebohongan dicela dan menimbulkan kemarahan. Seorang

pembohong disudutkan dan dimaki dan diberi julukan, “Si Muka Hitam”, dan sebagainya. Oleh

karena itulah Nabi SAW menganjurkan untuk berpikir secara mendalam, ringkas, dan bermakna,

Page 97: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

83

telah merajalela di masyarakat, maka tidak bisa diharapkan terwujud

keamanan dan kedamaian di dalam kehidupan bersama. Rasulullah SAW

dalam sebuah sabdanya mengatakan bahwa berdusta adalah salah satu

tanda orang munafik.

ثلث من كن حيه ح نو منا حق وان صام وصلى وزع أنه مبل اذاحدث كذب ذاائتهن خان واذاوعداخلف وا

“Ada tiga perkara, barangsiapa yang di dalam dirinya terdapat ketiga

perkara tersebut, maka ia adalah orang yang munafik, sekalipun ia

puasa dan shalat serta mengakui seorang muslim, yakni jika ia bicara

dusta, jika berjanji menyalahi dan jika dipercaya khianat”.

Memang ada dusta yang diperbolehkan29, tidak diharamkan,

artinya hukumnya halal dan bahkan kadang-kadang menjadi wajib,

yaitu apabila ia mengatakan apa yang sebenarnya, maka akan

membahayakan dirinya atau hartanya; ataupun akan terjadi

pertumpahan darah, bunuh membunuh. Atau ada seseorang yang

sedang dicari oleh orang zalim yang hendak menganiayanya; atau ingin

mendamaikan anatara dua orang atau dua golongan yang sedang

karena akan membedakan kebohongan dengan kebenaran. Seorang pendusta dengan orang yang

berkata benar berbeda kedudukannya. Baca lebih lanjut Anwarul Haq, Bimbingan Remaja

Berakhlak Mulia, Cara Praktis Hidup Sehari-hari (Bandung: Penerbit Marja‟, 2004) cet. I, h. 108. 29

Misal jika melihat orang yang tidak bersalah, terpaksa bersembunyi dari seorang zalim

yang akan membunuhnya, atau menganiayanya, maka disini berdusta itu wajib, untuk

menyelamatkan orang dari penganiayaan atau pembunuhan. Demikian pula jika seseorang dazalim

menanyakan titipan orang yang ada padamu, harus (wajib) engkau ingkar, bahkan bila disumpah,

boleh bersumpah dengan tauriyah (menggunakan kalimat yang dikira oleh pendengar benar-benar

bermaksud lain). Jika tidak sedemikian ia terkena kaffarah untuk sumpah itu. Tsauban berkata:

“Dusta itu semuanya berdosa, kecuali dusta yang dimaksudkan untuk memberikan kemanfaatan

kepada seorang muslim atau yang ditujukan untuk menolak suatu bahaya yang akan datang”.

Lihat, Imam Al-Ghazali, Bahaya Lidah (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) h.22.

Page 98: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

84

bermusuhan; atau di dalam peperangan supaya siasatnya tidak diketahui

oleh musuh dan lain sebagainya.30

Dari keingkaran apa yang kaum Tsamud perbuat akhirnya

mereka tertimpa adzab yang telah diturunkan Allah SWT. yang berupa

bencana alam yang menimpa mereka. Dari beberapa penafsiran

bencana yang menimpa mereka yaitu dengan petir yang menyambar

mereka sampai membuat mereka mati bergelimpangan, selain itu terjadi

perubahan pada warna wajah mereka menjadi kuning pada hari

pertama, kemudian berubah menjadi merah pada hari kedua, kemudian

berubah menjadi hitam pada hari ketiga.31

E. Kesabaran Rasul Selalu Diuji

QS. Al-Qamar (54) : 23-32

بت ثود بالنذر )ك ( أألقي ٣٧( ف قالوا أبشرا منا واحدا ن تبعو إنا إذا لفي ضلل وسعر )٣٧ذاب أشر ) اب الشر )٣٧الذكر عليو من ب يننا بل ىو كذ ( إنا ٣٧( سي علمون غدا من الكذ

نة هم مرسلو الناقة حت ن هم كل شرب ٣٣) واصطبر لم فارتقب هم أن الماء قسمة ب ي ( ون بئ لنا ( إنا أرس ٧٣( فكيف كان عذاب ونذر )٣٧( ف نادوا صاحب هم ف ت عاطى ف عقر )٣٧متضر )

رنا القرآن للذكر ف هل من ٧٦عليهم صيحة واحدة فكانوا كهشيم المحتظر ) ( ولقد يس (٧٣مدكر)

Pada surat al-Qamar menunjukkan bahwa sabarnya rasul ditunjukkan

dengan نة diturunkannya unta betina sebagai cobaan untuk kaum مرسلو الناقة حت

tsamud, dan pada surat ini telah jelas Allah SWT juga berfirman واصطبر yang

berarti bersabarlah, yang dimaksud disini adalah Nabi Salih.

30

Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, h.193. 31

Al Qurṯubî, Tafsir al-Qurṯubî, penerj. Akhmad Khatib, Jilid.11, h.265.

Page 99: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

85

Al Qurṯubî

Penafsiran QS.

Al-Qamar (54):

23-32

Kesombongan kaum Tsamud terhadap utusan Allah SWT:

Kaum Tsamud menolak Nabi Salih sebagai utusan Allah

SWT, mereka mengganggap mereka lebih banyak harta

dan lebih baik keadaannya dibanding Nabi Salih as.

Unta betina sebagai tanda kebenaran:

Allah mengeluarkan unta betina dari anak bukit yang

mereka pinta setelah Nabi Salih as shalat dua raka‟at dan

berdo‟a, maka terbelahlah batu yang mereka tunjuk, lalu

keluarlah unta betina yang sedang hamil sepuluh bulan dan

sehat.

Kawan yang diminta kaum Tsamud untuk menyembelih

unta:

Terbunuhlah unta betina tersebut atas perintah kaum

Tsamud kepada kawannya. Setelah itu datang azab suara

yang keras (suara jibril) yang membuat mereka seperti

rumput-rumput kering dikandang.

Al-Tabarî

Penafsiran QS.

Al-Isra‟ (17):

59

Kaum Tsamud meminta tanda-tanda kekuasaan:

Allah telah mengabulkan apa yang diminta kaum Tsamud,

Allah SWT berikan tanda kekuasaan berupa unta betina

yang dapat dilihat.

Kezhaliman kaum Tsamud:

Kaum Tsamud ingkar, mereka kafir kepada Allah SWT

dengan membunuhnya.

Ibn Katsīr

Penafsiran QS.

Al-Qamar (54):

23-32

Kaum Tsamud menganggap bahwa mereka tertipu dan

merugi jika mereka serahkan kepemimpinan hanya kepada

satu orang diantara mereka.

Ujian bagi Kaum Tsamud:

Allah mengeluarkan unta betina yang besar bagi mereka

dari batu besar, sebagai bencana besar yang merata atas

apa yang telah mereka minta.

Penangkapan unta betina:

Qudar bin Salif orang yang paling jahat dari kaumnya,

Page 100: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

86

dialah yang memotong unta betina tersebut.

Allah menghukum Kaum Tsamud:

Mereka hancur binasa seluruhnya, hingga tidak ada yang

tersisa, dan mereka mati, usang seperti usangnya

tumbuhan dan tanaman yang kering.

Al Qurṯubî

Penafsiran QS.

Al-Isra‟ (17):

59

Petunjuk yang diberikan Allah kepada kaum Tsamud:

Allah memberikan unta betina yang menunjukkan

kebenaran nabi Shalih dan menunjukkan kepada

kekuasaan Allah SWT. Tetapi mereka melakukan

pendustaan dan menganiaya hingga menyembelih unta

betina itu.

Dalam dakwahnya Nabi Salih selalu diuji, mulai dari caci maki

yang dilontarkan kaum Tsamud kepada Nabi Salih selaku utusan Allah

SWT, mukjizat berupa unta betina yang diturunkan Allah SWT yang

akhirnya dibunuh, hingga yang paling akhir rencana kaum Tsamud

untuk membunuh Nabi Salih. Akhirnya kesabaran Nabi Salih pun sudah

melampaui batas sehingga Nabi Salih meninggalkan kaum Tsamud.32

Secara etimologis, sabar33 berarti menahan dan mengekang.

Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang

tidak disukai karena mengharap ridha Allah. Yang tidak disukai itu

tidak selamanya terdiri dari hal-hal yang tidak disenangi seperti

musibah kematian, sakit, kelaparan dan sebagainya, tapi bisa juga

berupa hal-hal yang disenangi misalnya segala kenikmatan duniawi

32

Abû Ja‟far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsir al-Tabarî ; penerj. Fathurrozi,

Anshari Taslim, jilid.11 , h.275-276. 33

Menurut penuturan Abu Thalib Al-Maky (w. 386/996), sabar adalah menahan diri dari

dorongan hawa nafsu demi menggapai keridaan Tuhannya dan menggantinya dengan bersungguh-

sungguh menjalani cobaan-cobaan Allah SWT. terhadapnya. Sabar dapat didefinisikan pula

dengan tahan menderita dan menerima cobaan dengan hati rida serta menyerahkan diri kepada

Allah SWT. setelah berusaha. Baca lebih lanjut Rosihan Anwar, Akhlak Tasawuf (Bandung:

Pustaka Setia, 2010) h. 96.

Page 101: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

87

yang disukai oleh hawa nafsu. 34 Sabar dalam hal ini berarti menahan

dan mengekang diri dari memperturutkan hawa nafsu.35

Menurut Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Ash-Shabr fi Al-

Qur’an, sabar dapat dibagi kepada enam macam:

1) Sabar Menerima Cobaan Hidup, cobaan hidup, baik fisik

maupun nonfisik, akan menimpa semua orang, baik

berupa lapar, haus, sakit, rasa takut, kehilangan orang-

orang yang dicintai, kerugian harta benda dan lain

sebagainya.

2) Sabar dari keinginan hawa nafsu36

3) Sabar dalam Ta‟at kepada Allah SWT

4) Sabar dalam Berdakwah, jalan dakwah adalah jalan

panjang berliku-liku yang penuh dengan duri.

5) Sabar dalam Perang, dalam peperangan sangat

diperlukan kesabaran, apalagi menghadapi musuh yang

lebih banyak atau lebih kuat.

6) Sabar dalam Pergaulan.37

34

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam

(LLPI), 2001) h. 134. 35

Keutamaan manusia dibanding binatang adalah akalnya, yang dengan itu ia

mengendalikan hawa nafsu. Hawa nafsu seperti air mengalir deras yang membuat oleng “perahu”

watak kita, sedangkan akal mengerahkan tujuan dan menenangkan arus air yang membawa perahu

tersebut. Maka, setiap yang berakal mestinya menyadari bahwa tekad untuk melawan hawa nafsu

lebih ringan dibanding risiko menurutinya. Paling tidak, risiko itu akan menjerumuskan orang

yang menuruti hawa nafsu tersebut ke dalam situasi tidak nyaman dan tidak tenang. Baca lebih

lanjut Ibn Al-Jawzî, Terapi Spiritual Agar Hidup Lebih Baik dan Sembuh dari Segala Penyakit

Batin, penerj. A. Khosla Asy‟ari Khatib (Jakarta: Zaman, 2010) h 16. 36

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak , h.135.

Page 102: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

88

Jika melihat macam-macam sabar menurut Yusuf al-Qardhawi

maka kesabaran Nabi Salih tergolong dalam sabar dalam berdakwah

sebagaimana firman Allah SWT:

يب ن أق الصلة وأمر بلهعروف وانه عن الهنكر واصبر على ما أصابك إن ذلك من عزم المور

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan

yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan

bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang

demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS.

Luqmân 31: 17).

Kesabaran Nabi Salih menghadapi bermacam-macam perlakuan

dari kaum Tsamud sampai memutihnya rambut Nabi Salih untuk

membawa kaum Tsamud kembali ke jalan Allah SWT., namun dakwah

Nabi Salih hanya berakhir sia-sia kaum Tsamud tidak memperdulikan

dakwah Nabi Salih sehingga Allah SWT menurunkan Azab kepada

kaum Tsamud.38

37

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak , h.137. 38

Al Qurṯubî, Tafsir al-Qurṯubî, penerj. Akhmad Khatib (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009),

jilid.7, h. 579.

Page 103: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

89

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Melalui penggambaran kisah Nabi Salih dan Kaumnya yang terdapat

dalam QS. Al-A’raf (7): 73-79, QS. Hūd (11): 61-68, QS. Al-Isra’ (17): 59, dan

QS. Al-Qamar (54): 23-32, penulis berkesimpulan bahwa pesan-pesan yang

terdapat dalam kisah Nabi Salih dan Kaumnya yaitu anusia tidak boleh sombong,

yang diperlihatkan dengan mereka menolak bahwa Nabi Salih adalah utusan Allah

SWT., nafsu menumpuk harta menimbulkan sikap serakah, kaum tsamud ingin

menguasai air minum lalu mereka berencana untuk membunuh unta betina

tersebut, rasa dengki mengeraskan penolakan, yang ditunjukkan oleh seorang

penguasa yang menolak Nabi Salih, enolak dakwah membawa azab, kaum tsamud

yang ingkar terhadap Nabi Salih untuk kembali ke jalan Allah SWT, kesabaran

nabi Shalih menghadapi pembangkangan kaumnya sendiri, dengan berbagai

prilaku buruk yang diterima nabi dari kaumnya.

B. Saran

Kisah Nabi Salih dan Kaumnya merupakan gambaran pembakangan

manusia terhadap perintah Allah SWT. Oleh karena itu, kisah ini baik untuk

dijadikan pelajaran dikalangan umat Islam, terutama bagi generasi muda.

Penelitian ini hanya memfokuskan pada pesan-pesan moral yang

terkandung dalam kisah nabi Shalih dan Kaumnya. Dari beberapa pesan moral

Page 104: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

90

yang dibahas pada skripsi ini, penulis berasumsi bahwa dalam kisah tersebut

masih terdapat pesan-pesan, kandungan, serta tujuan yang belum terungkapkan

sehingga kisah ini masih dapat dijadikan sebagai objek penelitian selanjutnya.

Page 105: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

91

Daftar Pustaka

Abdullah, M. Yatimin. Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Amzah, 2007.

Ahmad Ansharullah, Hanif . Munasabah Kisah Dalam Surat Al-Kahfi: Kajian Tematik.

Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Amin Suma, Muhammad. Ulumul Qur’an. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.

Anshori. Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan. Jakarta: Rajawali Pers,

2016.

Anwar, Abu. Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar. Jakarta: Amzah, 2009.

Anwar, Rosihan. Ulum Al-Qur’an. Bandung: CV Pustaka Setia, 2017.

-------, Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2010.

Anwar, Rusydie. Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadits Teori dan Metodologi.

Yogyakarta: IRCiSoD, 2015

Ash-Shiddieqy, Hasbi. Ilmu-ilmu Al-Qur’an Media-media Pokok dalam Menafsirkan Al-

Qur’an. Jakarta: Bulan Bintang.

Ash Shabuniy, Muhammad Ali. Kenabian dan Para Nabi. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1993.

Asmaran As. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994.

Audah, Ali. Nama dan Kata dalam Qur’an: pembahasan dan perbandingan. Jakarta: PT.

Pustaka Litera AntarNusa, 2011.

Chaer, Abdul. Perkenalan Awal Dengan Al-Qur’an. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014.

Chirzin, Muhammad. Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an. Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima

Yasa, 1998.

Dimyati, Muhammad ‘Afifudin. Maurad al-Bayan fi Ulum Al-Qur’an. Jawa Barat: Lisan

Arabi, 2016.

El-Fikri, Syahruddin. Situs-situs dalam Al-Qur’an Dari Banjir Nuh Hingga Bukit Thursina.

Jakarta: Penerbit Republika, 2010.

al-Ghazali, Imam. Bahaya Lidah. Jakarta: Bumi Aksara, 1994.

Hadhiri, Choiruddin. Akhlak & Adab Islami. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2015.

Hakim, Husnul. Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir (Kumpulan Kitab-Kitab Tafsir dari Masa

Klasik sampai Kotemporer). Depok: Lingkar Studi al-Qur’an (eLSiQ), 2013

Page 106: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

92

Hamid, Syamsul Rijal. Kisah Kesabaran Para Nabi & Rasul. Jakarta: Penebar Salam, 1999.

Hanafi, Ahmad. Segi-segi Kesusastraan Pada Kisah-Kisah Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka

Alhusna, 1984.

Hanum, Zuraidha. Kisah Kaum-Kaum Yang Dihancurkan Dalam Al-Qur’an. Skripsi S1

Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.

Haq, Anwarul. Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia, Cara Praktis Hidup Sehari-hari.

Bandung: Penerbit Marja’, 2004.

al-Hilali, Salim Bin ‘Ied. Kisah Shahih Para Nabi, Penerj. M. Abdul Ghoffar, editor. Abu

Ihsan al-Atsari. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2009.

Ilyas, Yunahar Kuliah Akhlak. Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam (LLPI),

2001.

al-Jawzî, Ibn. Terapi Spiritual Agar Hidup Lebih Baik dan Sembuh dari Segala Penyakit

Batin, penerj. A. Khosla Asy’ari Khatib. Jakarta: Zaman, 2010.

al-Khalidy, Shalah. Kisah-Kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang Dahulu.

Penerjemah Setiawan Budi Utomo. Jakarta: Gema Insani Press, 1999.

Khalīl al-Qattān, Mannā. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Penerjemah Mudzakir AS. Jakarta: PT.

Pustaka Litera AntarNusa, 2010.

Loeis,Wisnawati. Aspek Pendidikan dalam Al-Qur’an: Interpretasi terhadap Ayat-ayat

Pendidikan pada Al-Qur’an Surah Al-A’raf 73-79, Jurnal Agama Islam, Vol. 5, No. 1,

Juni, (2009).

Mahmud, Mani’ Abd Halim. Metodologi Tafsir Kajian Komprehensif Metode Para Ahli

Tafsir. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006.

Mawlâ, Muhammad Ahmad Jâdul dkk. Buku Induk Kisah-Kisah Al-Qur’an. penerj.

Abdurahman Assegaf. Jakarta: Zaman, 2009.

Muhammad al-Bajawi, Ali. Untaian Kisah Dalam Al-Qur’an. Penerjemah Abdul Hamid.

Jakarta: Darul Haq, 2007.

Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy,Teungku. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘Ulum al-Qur’an).

Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2014.

Munawwir, Ahmad Warson. Al Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka

Progresif,1997.

Nasution,Lahmuddin. Fiqh 1. Jakarta: Logos, 1998.

Page 107: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

93

Qalyubi, Syihabuddin. Stilistika Al-Qur’an Makna di Balik Kisah Ibrahim. Yogyakarta: LkiS

Yogyakarta, 2009.

al-Qarni, Aidh. Kembali ke Islam. Jakarta: Gema Insani, 2015.

al Qurṯubî. Tafsir al-Qurṯubî. penerj. Akhmad Khatib. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Quṯb, Sayyid. Tafsîr Fî Ẕilâl Al- Qur’an: Dibawah Naungan Al-Qur’an. Diterjemahkan oleh

M. Misbah dan Aunur Rafiq Saleh. Jakarta: Rabbani Press, 2009.

Raco, J.R. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan Keunggulan . Jakarta:

Grasindo, 2010.

Ratnasari,Dwi. Sejarah Nabi-Nabi Dalam Al-Qur’an, Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol.

5, No. 1, Januari Juni, (2011).

Rabi’ Abdul Mun’im, Ahmad. Pesona Ratu Bilqis, penerj. Yasir Maqosid & Andi

Muhammad Syahril. Jakarta: Pustaka AL-Kautsar, 2009.

Roni. Kisah Kaum Tsamud Dalam Al-Qur’an. Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Sultan

SyarifKasim Riau, 2015.

Saleh, Fauzi. Fikih Peradaban Dalam Kisah Al-Qur’an, Jurnal Ushuluddin, Vol. 9, No. 1,

Januari , (2012)

Shihab, Quraish. Kaidah Tafsir. Tangerang: Lentera Hati, 2013

-------, Mukjizat Al-Qur’an Ditinjau Dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, Dan

Pemberitaan Gaib. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013.

Sudrajat, Suryana. Menimba Kearifan Risalah Tasawuf Kontemporer. Jakarta: Tryana

Sjam’un Corp, 2001.

Suharto, Rudhy. Renungan Jumat: Meraih Cinta Ilahi. Jakarta: Al-Huda, 2003.

Susilawati. Nilai-nilai Pendidikan Melalui Kisah Dalam Al-Qur’an, Vol. 1, No. 1, Juni,

(2016).

Syakir, Ahmad. Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, penerj. Suharlan dan Suratman. Jakarta: Darus

Sunnah, 2014.

Syamsuri, Hasani Ahmad. Studi Ulumul Qur’an. Jakarta: Zikra Press, 2009.

Tabarî, Abû Ja’far Muhammad. Tafsir al-Tabarî. Diterjemahkan oleh Fathurrozi, Anshari

Taslim. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Tebba, Sudirman. Sehat Lahir Batin Handbook Bagi Pendamba Kesehatan Holistik. Jakarta:

PT Serambi Ilmu Semesta, 2005.

Page 108: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI SALIH DAN KAUMNYA: …

94

-------, Bekerja dengan Hati: Bagaimana Membangun Etos Kerja dengan Spiritualitas

Religius. Jakarta: Pustaka Irvan, 2009.

Thaibah, Hisham. Ensiklopedia Mukjizat Al-Qur’an dan Hadis. Penerjemah Syarif Hade

Masyah. Jakarta: PT Sapta Sentosa, 2008.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Zaidan, Abdul Karim. Hikmah Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an. Jakarta: Darus Sunnah Press,

2015

http://www.academia.edu/8402088/abd_Hayy_al-Farmawi