PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN...

88
PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN GRAND ETHIOPIAN RENAISSANCE DAM DI SUNGAI NIL BIRU TAHUN 2011-2015 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun Oleh: Muhammad Faruki 109083100015 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Transcript of PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN...

Page 1: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP

PEMBANGUNAN GRAND ETHIOPIAN

RENAISSANCE DAM DI SUNGAI NIL BIRU TAHUN

2011-2015

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh:

Muhammad Faruki

109083100015

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

Page 2: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

i

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang Berjudul :

“PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN GRAND

ETHIOPIAN RENAISSANCE DAM DI SUNGAI NIL BIRU TAHUN 2011-

2015”

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juni 2016

Muhammad Faruki

Page 3: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi Menyatakan bahwa mahasiswa

Nama : Muhammad Faruki

NIM : 109083100015

Program Studi : Hubungan Internasional Kelas Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

“Perubahan Respon Mesir terhadap Pembangunan Grand Ethiopian

Renaissance DAM di Sungai Nil Biru Tahun 2011-2015.”

Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 15 Juni 2016

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi, Dosen Pembimbing,

Dr. Badrus Sholeh, M.A Dr. Badrus Sholeh, M.A

NIP. 197102111999021002 NIP.197102111999021002

Page 4: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

Perubahan Respon Mesir terhadap Pembangunan Grand Ethiopian Renaissance

Dam di Sungai Nil Biru tahun 2011-2015

Oleh

Muhammad Faruki

109083100015

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 Juni

2016 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Dr.Badrus Sholeh, MA. Eva Mushoffa, M.HSPS.

NIP. 197102111999021002 NIP.

Penguji I, Penguji II,

M.Adian Firnas, M.Si Robi Sugara,M.Sc

NIP. NIP.

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 24 Juni 2016

Ketua Program Studi,

Dr. Badrus Sholeh, MA

NIP. 197102111999021002

Page 5: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

iv

ABSTRAK

Skripsi ini akan membahas mengenai Perubahan Respon Mesir terhadap

Pembangunan Grand Ethiopian Renaissance Dam di Sungai Nil Biru tahun 2011-

2015. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan pemerintah Mesir

dalam merubah kebijakan luar negerinya menerima Grand Ethiopian

Renaissance Dam. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini melalui studi

pustaka.

Pembahasan dalam penelitian ini menitikberatkan pada perubahan kebijakan luar

negeri Mesir terhadap pembangunan bendungan oleh Ethiopia di Sungai Nil Biru.

Mengingat kebutuhan air sangat penting untuk kebutuhan pertanian dan

perkebunan bagi Mesir. Proses perubahan kebijakan tersebut dipengaruhi oleh

faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan bahwa seiring

adanya pergantian Presiden Mesir dari Muhammad Mursi hingga ke Abdul Fatah

Al-Sisi, tentunya kebijakan antara dua presiden tersebut berbeda. Mursi yang

terbilang cukup singkat memimpin Mesir menolak pembangunan bendungan

tersebut. Namun, berbeda dengan Abdul Fatah Al-Sisi yang menerima

pembangunan bendungan karena bagi Al-Sisi ada keuntungan jika bekerjasama

untuk mengelola bendungan. Kemudian penelitian ini akan diakhiri dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negeri Mesir terhadap

pembangunan GERD di sungai Nil Biru.

Kerangka teori dalam skripsi ini menggunakan konsep kepentingan nasional,

kebijakan luar negeri, dan kerjasama yang dianalisis dengan pendekatan faktor

internal (idiosyncretic) dan faktor eksternal (ancaman keamanan). Berdasarkan

hasil penelitian skripsi ini bahwa perubahan kebijakan luar negeri Mesir

dipengaruhi idiosyncretic dan ancaman keamanan disamping kepentingan

nasionalnya terhadap Ethiopia.

Kata Kunci: Mesir, Ethiopia, GERD, Kebijakan Luar Negeri, Kepentingan

Nasional, Idiosyncretic, Ancaman Keamanan.

Page 6: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr,Wb

Bismillahirrahmanirrahim, segala puji bagi Allah SWT berkat segala

rahmat dan kehendak-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan

berjudul: “Perubahan Respon Mesir terhadap Pembangunan Grand

Ethiopian Renaissance Dam di Sungai Nil Biru tahun 2011-2015”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan program S1 pada Program Studi Hubungan Internasional di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari

bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan juga atas bimbingan, saran, dan motivasi

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta kesehatan sehingga

saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

2. Keluarga penulis, H.Nano Sukatno selaku Ayahanda dan Hj.Een

Suherna selaku Ibunda yang selalu memanjatkan doanya, memberikan

semangat, serta berbagai masukan positif dalam proses penyelesaian

skripsi ini. Tidak lupa juga dengan kakak beserta adik penulis, yakni

Farhan Muhammad, Lc (kakak pertama), Auliya Urahman, A.Md

(kakak kedua), Faris Kifahi, S.H (kakak ketiga), dan Nurul Afifah

(adik) yang selalu mengingatkan serta motivasi untuk menyelesaikan

skripsi.

3. Lisa Septiani Martin, sebagai pasangan penulis (the one and only),

yang tidak pernah lelah memberikan dorongan semangat serta doa

kepada penulis untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibunda Dr. Fadillah Suralaga, M.Si selaku Wakil Rektor 1 bidang

akademik yang memberikan dukungan moril maupun materil kepada

penulis.

5. Bapak Dr. Badrus Sholeh, MA selaku Ketua Program Studi Hubungan

Internasional FISIP UIN Jakarta yang juga sebagai dosen Pembimbing

Page 7: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

vi

Penulis yang telah banyak memberikan motivasi, arahan, saran dan

ilmunya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Sahabat/sahabati IKA PMII UIN, PB. PMII, PC. PMII Ciputat, PK.

PMII Komfisip, Dema UIN Jakarta, Sema UIN Jakarta, Dema Fisip

UIN Jakarta, Sema Fisip UIN Jakarta, HIMAHI, HMJ Sosiologi, HMJ

Politik, dan Bengkel Abstrak.

7. Teman-teman HI kelas Internasional angkatan 2009, Ala, Ani, Ami,

Dinda, Fargas, Nargis, Sabran, Syifa, Putri, Mike, Riana, Eris, Edi,

Eki, Fahmi, Fayadh, Alul, Rifki, Ismet, Tera, Pai, Manshur, Jamal, Mas

Al dan Shobah.

8. Sahabat/sahabati Gangstaa Kepomsky, Nyimas, Odhon, Ardhy, Dimas,

Andi, Risky, Eka, Miftah, Ayu, Borlay, Ojal, Ditha, Imam dan Abe.

9. Sahabat/i Israel Institut, Rikal, Abun, Kentung, Nje, Masayu, Buton,

Adi Budiman, Bang Carman, Bang Iqbal, Bang Hanz, Mas Dino, Bang

Matin, Bang Iqbal Fikry, Bang Ebbes, Mas Zayin, Rafsan, Hakim,

Adam, Khalid, Iceng, Faisal, Khairi, Fikry, Hilman, Adit dan juga

Kohat

10. Temen sekosan (Ubud Village) sahabat Cena penulis buku, diplomat

muda berbakat, pemuda terbaik se-ASEAN, sekaligus editor skripsi

dan juga sahabat Entis (larva) tim antar jemput.

Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapatnya kekurangan dalam

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat positif

dan membangun sebagai bentuk perbaikan di masa mendatang. Skripsi ini

diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah khazanah ilmu

pengetahuan bagi setiap pembacanya serta secara khusus berkontribusi dalam

perkembangan studi Hubungan Internasional

Jakarta, 21 Juni 2016

Muhammad Faruki

Page 8: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

I.A Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

I.B Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 7

I.C Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 7

I.D Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 8

I.E Kerangka Teori ........................................................................................ 10

I.E.1 Kepentingan Nasional ............................................................. 11

I.E.2 Kebijakan Luar Negeri ............................................................. 12

I.E.2.1 Faktor Internal(Idiosyncratic)…………………………15

I.E.2.2 Faktor Eksternal (Ancaman Keamanan)……………....17

I.E.3 Konsep Kerjasama .................................................................... 19

I.F Metode Penelitian .................................................................................... 21

I.G Sistematika Penulisan ............................................................................. 22

BAB II LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN GERD

II.A Kerangka Kerjasama Pengelolaan Sungai Nil ....................................... 23

II.B Motif Pembangunan Grand Ethiopian Renaissance Dam...................... 34

II.C Dampak Pembangunan GERD terhadap Mesir ..................................... 38

BAB III RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN GERD DI

SUNGAI NIL BIRU

III. A Respon Mesir terhadap GERD Pada Masa Pemerintahan Mursi ........ 42

III. B Respon Mesir terhadap GERD Pada Masa Pemerintahan Al-Sisi ...... 47

BAB IV PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI MESIR DALAM

MENERIMA PEMBANGUNAN GERD DI SUNGAI NIL BIRU

IV.A Kepentingan Nasional Mesir terhadap Ethiopia .................................. 50

IV.B Perubahan Kebijakan Luar Negeri Mesir terhadap GERD .................. 56

IV.C Faktor Internal (Idiosyncratic)………………………………………...60

IV.D Faktor Eksternal (Ancaman Keamanan)……………………………....63

BAB V PENUTUP

V.A Kesimpulan ............................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xi

Lampiran

Page 9: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

viii

DAFTAR TABEL

TABEL II.A.1 .................................................................................................... 26

TABEL II.A.2…………………………………………………………………..30

TABEL II.B.1…………………...……………………………………………...36

Page 10: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.A.1 Peta Sungai Nil ........................................................................... 25

Gambar IV.A.1 Peta Terusan Suez, Laut Merah dan Bab Al-Mandab………....55

Page 11: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

x

DAFTAR SINGKATAN

CFA Cooperative Framework Agreement

EGP Egyptian Pound

GDP Growth Domestic Product

GERD Grand Ethiopian Renaissance Dam

GMCR Graph Model for Conflict Resolution Decision Support System

HAM Hak Asasi Manusia

KLN Kebijakan Luar Negeri

NBI Nile Basin Initiative

UA Uni Afrika

Page 12: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.A Pernyataan Masalah

Kebutuhan akan air Timur Tengah semakin lama semakin meningkat

akibat meningkatnya jumlah penduduk dan semakin meningkatnya produksi

pertanian. Secara geografis kawasan Timur Tengah sebagian besar dikelilingi oleh

gurun. Sehingga berdampak pada sedikitnya sumber air, khususnya air bersih

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari negara-negara di kawasan tersebut.

Kelangkaan air bersih inilah yang kerapkali menjadi salah satu sumber masalah di

Timur Tengah. Ketidakadilan dalam pendistribusian air khususnya sungai,

seringkali tidak bisa dimanfaatkan secara adil oleh setiap negara-negara.

Hal ini terlihat dari konflik yang terjadi antara Mesir dan Ethiopia di

Sungai Nil Biru. Konflik ini mulai memanas ketika pada tahun 2011 Ethiopia

membangun bendungan raksasa di wilayah Sungai Nil tersebut. Dimana dari

pembangunan bendungan tersebut memunculkan respon dari negara tetangga

yaitu Mesir.

Sungai Nil yang menjadi kebanggaan warga Mesir yang alirannya

mengalir ke Sudan, Uganda, Ethiopia dan beberapa daerah lainnya di Afrika

memang tidak dirasakan keuntungannya oleh negara-negara sekitaran Sungai Nil

selain Mesir. Karena, sejak dari tahun 1929 hingga sekarang hanya Mesir saja

yang berhak menggunakan air Sungai Nil sehubungan dengan adanya perjanjian

Page 13: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

2

pada 1929 dan 1959, terlebih pada 1960 Mesir membangun bendungan Aswan

sehingga debit air ke negara-negara lain sangat minim.1

Ketidakadilan akan pembagian inilah yang akhirnya menginisiasi negara-

negara seperti Uganda, Kenya, Rwanda, Tanzania, Burundi dan Ethiopia untuk

meratifikasi Nile Basin Cooperative Framework Agreement pada tanggal 13 Juni

2013. Nile Basin Cooperative Framework Agreement adalah hasil negosiasi

multilateral pertama yang melibatkan negara hulu dan hilir yang teraliri oleh

sungai Nil. Adanya perjanjian ini diharapkan adanya distribusi yang adil terhadap

pemanfaatan Sungai Nil.2

Adanya ratifikasi Nile Basin Cooperative Framework Agreement,

diharapkan negara-negara yang menandatangani perjanjian ini dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ethiopia sendiri sebagai negara pertama

yang menginisiasi perjanjian ini akan mendapatkan dua keuntungan, Benefits from

River dan juga Benefit Beyond the River.3

Melalui Benefits from River, Ethiopia mendapatkan keuntungan ekonomi,

sedangkan dari Benefit Beyond the River Ethiopia akan berintegrasi dengan

negara-negara yang mempengaruhi sungai Nil tanpa mengurangi biaya untuk

mendukung pemanfaatan sungai, dan yang lebih besar lagi yakni keuntungan dari

1 Hamilton, “Former National Leaders: Water a Global Security Issue”, diakses pada 2

Januari 2015 melalui http://unu.edu/media-relations/releases/water-called-a-global-security-

issue.html. 2 Sartika Tandirerung, “Faktor Domestik Ethiopia Meratifikasi Nile Basin Cooperative

Framework Agreement Tentang Manajemen Redistribusi Aliran Sungai Nil Tahun 2013,” Jurnal

analisis hubungan internasional, Vol.3. no.1, (Maret 2014): hal.640, diakses pada Januari 2015

melalui http://journal.unair.ac.id/faktor-domestik-ethiopia-meratifikasi-nile-basin-cooperative-

framework-agreement-(cfa)-tentang-manajemen-redistribusi-aliran-sungai-nil-tahun-2013-article-

7218-media-131-category-8.html. 3 Ibid., hal. 648.

Page 14: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

3

proyek bendungan Grand Ethiopian Renaissance Dam yang berkontribusi

terhadap pertumbuhan ekonomi Ethiopia. 4

Sebagaimana kita ketahui bahwa Ethiopia merupakan salah satu negara

termiskin di dunia dengan GDP (Growth Domestic Product) per kapita hanya

sebesar 471 dollar Amerika.5 Sekitar 38 persen dari 80 juta penduduk Ethiopia

masih hidup dalam kemiskinan dengan hanya mendapatkan pendapatan di bawah

1,25 dollar Amerika perhari.6 Melihat dari data di atas, kemiskinan yang bertahun-

tahun menyelimuti Ethiopia mesti dientaskan, salah satunya dengan mengeluarkan

kebijakan pengembangan sumber daya air.

Pemerintahan Ethiopia yang menekankan pada peningkatan

pengembangan kebijakan sumber daya air mendapatkan respon yang kurang baik

dari negara hilir seperti Mesir. Pada 11 April 2011 Ethiopia membangun Grand

Ethiopian Renaissance Dam suatu proyek besar bendungan terbesar di Afrika

dengan kapasitas 6000 Megawatt dengan reservoir sebesar 63 milyar per kubik

yang diperkirakan selesai pada tahun 2017. Mesir, sebagai negara yang sangat

4 Sartika Tandirerung, “Faktor Domestik Ethiopia Meratifikasi Nile Basin Cooperative

Framework Agreement Tentang Manajemen Redistribusi Aliran Sungai Nil Tahun 2013,” Jurnal

analisis hubungan internasional, Vol.3. no.1, (Maret 2014): hal.648, diakses pada Januari 2015

melalui http://journal.unair.ac.id/faktor-domestik-ethiopia-meratifikasi-nile-basin-cooperative-

framework-agreement-(cfa)-tentang-manajemen-redistribusi-aliran-sungai-nil-tahun-2013-article-

7218-media-131-category-8.html 5 Feed for future, “Feed the Future Country Fact Sheet 2014, Ethiopia,” diakses pada 4

January 2015 melalui https://www.feedthefuture.gov/country/ethiopia. 6 Ibid.,

Page 15: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

4

bergantung pada sungai Nil, menuntut bahwa dengan adanya proyek bendungan

ini maka kapasitas volume air terhadap Mesir akan berkurang. 7

Sungai Nil memiliki potensi yang besar bagi perekonomian Mesir.

Sekitar 94 persen kebutuhan air Mesir bersumber dari sungai Nil, sebab negara ini

tidak memiliki alternatif lain dalam penyedian sumber air baik dari hujan maupun

sumber perairan lain untuk dijadikan irigasi bagi masyarakatnya melakukan

pertanian. Diperkirakan kebutuhan ini akan meningkat 20 persen pada 2015.

Selain itu, lumpur yang dibawa oleh sungai Nil pada masa kuno membuat

tanah yang terkena banjir menjadi subur. Kesuburan lahan-lahan sepanjang sungai

memiliki peranan penting bagi pertumbuhan pertanian. Masyarakat mulai

melakukan pertanian seperti menanam gandum, jelai dan kurma yang hingga saat

ini terus berlangsung dan berkembang. Potensi sungai Nil ditambah juga dengan

banyaknya kapal-kapal kecil yang melaluinya dalam melakukan aktivitas

perdagangan antar negara.8

Melihat potensi ini, maka Mesir khawatir terjadi pengurangan sementara

ketersediaan air karena pengisian bendungan dan penurunan permanen karena

penguapan dari reservoir. Kerugian ini akan berdampak ke negara hilir dalam

beberapa tahun. Kabarnya selama pengisian reservoir 11 sampai 19 milyar meter

7 Mohamed Abd El-Ghany, “ Ethiopia studies on Nile dam fall short, Egypt says,”

diakses pada 4 Januari 2015 melalui http://www.reuters.com/article/us-egypt-ethiopia-Nile-

idUSBRE9510C720130602. 8 Lauren Power, “Death On the Nile: Egypt‟s Burgeoning Food and Water Security

Crisis”, diakses pada 3 Januari 2015 melalui http://www.futuredirections.org.au/publication/death-

on-the-Nile-egypt-s-burgeoning-food-and-water-security-crisis-2/.

Page 16: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

5

kubik air per tahun bisa hilang, yang akan menyebabkan dua juta petani

kehilangan pendapatan mereka selama periode pengisian reservoir.9

Meskipun perseteruan pembangunan Grand Ethiophian Renaissannce

Dam terus berlangsung, namun dari sisi hubungan bilateral di kawasan Mesir

merupakan salah satu negara panutan dalam Uni Afrika (AU). Kebijakan Mesir

untuk merespon pembangunan Grand Ethiophian Renaissance Dam harus

mempertimbangkan stabilitas politik dan ekonomi di kawasan tersebut. Selain itu,

respon yang dilakukan Mesir harus mempertimbangkan hubungan multilateral

dengan negara-negara lainnya yang tergabung dalam Nile Basin Cooperative

Framework Agreement.

Adanya berbagai dampak positif dan negatif dalam pembangunan

bendungan tersebut membuat pemerintahan Mesir mengambil sikap terhadap

permasalahan itu. Pada masa pemerintahan Mursi kebijakan luar negeri Mesir

lebih melakukan penolakan terhadap bendungan tersebut. Terbukti dengan

ancaman pengerahan kekuatan militer serta pengusiran suku Oromo (Ethiopia) di

Mesir.

Ketika terjadinya pergantian pemimpin di Mesir yakni Mursi digantikan

dengan Abdul Fatah Al-Sisi. Perubahan pemimpin tersebut berbanding lurus

dengan pergeseran kebijakan luar negeri Mesir. Presiden Al-Sisi melihat

9 Jeremy Josephs, “ Grand Designs North Africa: Impact of Ethiopia‟s Renaissance

Dam.” diakses pada 3 Januari 2015 melalui

http://www.waterworld.com/articles/wwi/print/volume-29/issue-1/regional-spotlight/ethiopia-

impact-of-renaissance-dam/grand-designs-north-africa-impact-of-ethiopia-s-renaissance-dam.html.

Page 17: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

6

penggunaan kerjasama sangat menguntungkan dalam merespon pembangunan

bendungan raksasa tersebut.

Pertimbangan kebutuhan air untuk kebutuhan pertanian serta adanya

ancaman dari pasukan teroris dari Somalia yakni Al-Shahaab membuat Al-Sisi

cenderung melunak. Jika melihat ancaman militer yang pernah dilakukan oleh

Muhammad Mursi terhadap Ethiopia justru tidak mampu menghentikan

pembangunan tersebut. Bahkan Ethiopia tetap melanjutkan pembangunan

bendungan di negaranya.

Berbeda dengan Al-Sisi dengan pendekatan kerjasama dalam

permasalahan bendungan membuat tercapainya suatu perjanjian yang ditanda

tangani oleh Mesir, Ethiopia, dan Sudan. Perjanjian itu dikenal dengan

Declaration of Principles yang terdiri dari 10 prinsip mengenai teknis serta

peraturan dalam pembangunan bendungan di Ethiopia.

Sebelumnya pernah ada suatu perjanjian mengenai bendungan raksasai ini

dikenal dengan Cooperative Framework Agreement. Namun perjanjian itu tidak

ditandatangani oleh Mesir dan Sudan karena ada beberapa peraturan yang

merugikan Mesir serta tidak membahas secara lengkap mengenai teknis dan

peraturan dalam pembangunan tersebut.

Posisi dilematis Mesir sebagai salah satu pemimpin di Uni Afrika dan

kebutuhan akan Sungai Nil sangat mempengaruhi keputusan Mesir dalam

menentukan respon yang tepat. Untuk itu, pada tahun 2015 respon mesir terhadap

pembangunan bendungan yang dilakukan oleh Ethiopia berubah. Mesir menerima

Page 18: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

7

pembangunan tersebut padahal ditahun-tahun sebelumnya kebijakan Mesir adalah

menolak pembangunan bendungan tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian ini akan memfokuskan

pada mengapa Mesir merubah kebijakan luar negerinya dalam merespon

pembangunan Grand Ethiopian Renaissance Dam di sungai Nil Biru pada tahun

2011-2015?

I.B Pertanyaan Penelitian

Mengapa Mesir merubah kebijakan luar negerinya dalam merespon

pembangunan Grand Ethiopian Renaissance Dam di sungai Nil Biru pada tahun

2011-2015?

I.C Tujuan dan Manfaat Penelitian

Terdapat beberapa tujuan dalam penulisan penelitian ini. Adapun tujuan dari

penelitian ini adalah:

- Untuk menganalisa apa perubahan respon Mesir terhadap

pembangunan bendungan Renaissance Ethiopia di Sungai Nil Biru

tahun 2011-2015.

- Untuk menjelaskan kondisi sosial masyarakat Mesir dalam proses

pembangunan bendungan Renaissance Ethiopia di Sungai Nil Biru.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa manfaat. Manfaat dalam penelitian ini pun

dibagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

Page 19: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

8

- Manfaat teoritis adalah penelitian ini menjadi bahan bacaan dalam

menganalisa bagaimana perubahan respon Mesir terhadap

pembangunan bendungan Renaissance Ethiopia di sungai Nil biru

tahun 2011-2015.

- Manfaat praktis adalah penelitian dapat berkontribusi sebagai bahan

bacaan untuk menambah wawasan.

I.D Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini akan memaparkan berbagai penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya untuk memberikan deskripsi tentang signifikansi topik

penelitian yang akan diambil. Salah satu karya ilmiah yang membahas tentang

pembangunan regional dan kaitannya dengan sungai Nil adalah kepentingan Mesir

menolak meratifikasi kesepakatan Cooperative Framework Agreement mengenai

aturan pengelolaan sungai Nil yang ditulis oleh Ariski Aznor.10

Pada penelitian ini penulis menggunakan teori realisme, dimana dalam

perspektif ini aktor utamanya adalah negara karena sistem internasional yang

bersifat anarkis dimana tidak ada otoritas tertinggi selain negara, maka tiap-tiap

negara berlomba-lomba dan berkompetisi untuk mempertahankan kepentingan

nasionalnya. Dalam jurnal ini penulis menjelaskan setidaknya ada 4 kepentingan

Mesir menolak untuk meratifikasi Cooperative Framework Agreement yakni

10

Arisky Aznor, “Kepentingan Mesir Menolak Meratifikasi Kesepakatan Cooperation

Framework Agreement Mengenai Aturan Pengelolaan Sungai Nil”, JOM FISIP, Universitas Riau,

Vol 2 No 2 (Oktober 2015): hal.4, diakses pada 2 Desember 2015 melalui

http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/7071/6756.

Page 20: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

9

kepentingan geografis, kepentingan politik, kepentingan ekonomi dan juga

kepentingan keamanan.

Yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Yaekob Mekuria

Abawari pada tahun 2011 dalam sebuah tesis yang berjudul “Conflict and

Cooperation among the Nile Basin Countries with Special Emphasis on the Nile

Basin Initiative.”11

Penelitian ini menggunakan kerangka teori Realist dan juga

Liberalist sebagai alat analisis. Penelitian ini menemukan bahwa selama beberapa

abad Sungai Nil lebih didominasi oleh konflik daripada kerjasama oleh karena itu

dengan terbentuknya Nile Basin Initiative (NBI) maka konflik diantara negara-

negara yang dialiri Sungai Nil akan dapat netralisir dan akan tercipta kerjasama

yang saling menguntungkan.

Penelitian selanjutnya adalah jurnal ilmiah yang ditulis oleh Kaveh

Madani dkk dengan judul “A game theory approach on understanding the Nile

basin conflict.”12

Penelitian ini menggunakan game teori untuk melakukan

analisis dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para pemimpin negara

(decision maker/player). Penelitian ini menemukan bahwa The Graph Model for

Conflict Resolution Decision Support System (GMCR) sesuai untuk digunakan

sebagai metode penyelesaian konflik yang terjadi di sepanjang sungai Nil dengan

melibatkan sejumlah negara seperti Mesir, Ethiopia dan Sudan.

11

Yaekob Mekuria Abawari, “Conflict and Cooperation among the Nile Basin Countries

with Special Emphasis on the Nile Basin Initiative”, International Institute of Social Studies

(Desember 2011): hal.201, diakses pada 8 Juni 2015 melalui https://thesis.eur.nl/pub/10809/. 12

Kaveh Madani, “A Game Theory approach on understanding the Nile basin conflict,”

Department of Civil, Environmental and Construction Engineering (2011): hal.98, diakses pada 3

Juni 2015 melalui http://www.academia.edu/5502832/Game_theory_and_water_resources.

Page 21: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

10

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka dapat disimpulkan bahwa topik

mengenai “Perubahan Respon Mesir terhadap pembangunan Bendungan

Renaissance Ethiopia di Sungai Nil Biru” Cukup signifikan untuk diangkat

menjadi skripsi karena penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-

penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan pendektan yang berbeda.

Perbedaannya, skripsi ini memfokuskan pada perubahan kebijakan luar negeri

Mesir dalam merespon pembangunan bendungan pada era kepemimpinan

presiden Mursi hingga pemerintahan Al-Sisi (2011-2015) dengan menggunakan

konsep kebijakan luar negeri, kepentingan nasional, kerjasama, faktor internal,

dan eksternal.

I. E Kerangka Teori

Analisis terhadap suatu masalah tentang perubahan respon Mesir terhadap

pembangunan Grand Ethiopian Rennaisance Dam di Sungai Nil, peneliti

menggunakan teori dan konsep. Teori yang digunakan adalah teori liberalisme

dengan konsep turunannya yaitu kerjasama. Selain itu peneliti menggunakan

konsep national interest serta kebijakan luar negeri yang terbagi dalam faktor

internal (idiosyncretic) dan eksternal (ancaman keamanan).

Konsep dan teori digunakan untuk memberikan penjelasan, analisis, serta

gambaran terhadap masalah yang sedang diteliti. Nantinya akan mengetahui

mengapa terjadi perubahan kebijakan pemerintah Mesir terhadap bendungan

raksasa di Ethiopia.

Page 22: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

11

I.E.1 Kepentingan Nasional

Kepentingan Nasional (National Interest) merupakan sebuah konsep yang

penting dalam penelitian ini dikarenakan kepentingan nasional dijadikan dasar

bagi pemerintahan Mesir dalam menganalisis perubahan kebijakan luar negeri

Mesir dalam merespon Pembangunan Grand Ethiopian Renaissance DAM di

Sungai Nil Biru pada tahun 2011-2015. National Interest sangat sulit untuk

digeneralisasi karena adanya perbedaan kepentingan nasional tiap-tiap negara.

Kepentingan nasional dapat kita pakai untuk menganalisis tujuan suatu bangsa.

Kepentingan Nasional juga merupakan pondasi utama dalam membentuk

kebijakan luar negeri. John Baylis menjelaskan bahwa, “Segala sesuatu yang

dibutuhkan negara terangkum dalam sebuah kebijakan yang didalamnya terdapat

kepentingan nasional.”13

Martinus Siswanto Prajogo mengutip kepada W. Kegley dan Eugene R.

Wittkopf menjelaskan bahwa:

“Tujuan suatu negara untuk mencapai kepentingan nasional-nya adalah negara

harus bisa mempromosikan kesejahteraan untuk kewarganegaranya, menyediakan

sistem pertahanan untuk menghadapi agresi eksternal, melestarikan nilai-nilai

kenegaraan dan cara pandang hidup...tidak ada satu pun negara yang mampu

mencapai kesejahteraannya dengan mengurangi keamanan dan kesejahteraan

pesaingnya.” 14

Oleh karena itu, pencapaian kepentingan nasional suatu negara dapat

dilakukan melalui serangkaian kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri ini

13

John Baylis.dkk, The Globalization of World Politics : An Introduction of International

Relation 5th

Edition, (New York: Oxford University Press, 2008), hal.210. 14

Martinus Siswanto Prajogo, “Kepentingan Nasional: Sebuah Teori Universal dan

Penerapannya Oleh Amerika Serikat di Indonesia,” artikel ini diakses pada 4 Januari 2015 dari

http://strahan.kemhan.go.id/media/files/kepentingan-nasional.pdf.

Page 23: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

12

termanifestasikan melalui kerjasama bilateral, maupun multilateral dalam rangka

pemenuhan kebutuhan nasional dan pencapaian kesejahteraan secara global.

Konsep kepentingan nasional yang merupakan dasar dari terbentuknya

kebijakan luar negeri dalam masalah ini digunakan untuk menjelaskan tujuan dari

tindakan Mesir terhadap pembangunan bendungan tersebut. Selain itu melalui

konsep ini membantu untuk menganalisis kebutuhan prioritas dalam bendungan

raksasa yang dibangun oleh Ethiopia, apakah kebutuhan ekonomi, sosial, atau

politik.

I.E.2 Kebijakan Luar Negeri

Definisi mengenai kebijakan luar negeri mengacu kepada apa yang

dijelaskan oleh Holsti dan Marijke Breuning. K.J Holsti pada tahun 1992 dalam

International Politics: A Framework for Analysis menjelaskan bahwa kebijakan

luar negeri adalah kata lain dari aksi atau tindakan suatu negara dalam reaksinya

dengan negara lain atau lingkungannya dalam sistem internasional. Segala aspek

dalam kebijakan luar negeri secara komprehensif diterangkan Holsti bahwa

kebijakan luar negeri merupakan:

“Ideas or action designed by policy makers to solve a problem or promote some

changes in the policies, attitudes, or actions of another state or states, in nonstate

actors, in the international economy, or in the physical environtment of the

world.”15

“Segala ide atau tindakan yang dibuat oleh pengambil keputusan untuk

menyelesaikan sebuah masalah atau mempromosikan perubahan dalam

kebijakan, sikap, atau tindakan negara-negara, dalam aktor non-negara, dalam

perekonomian internasional, atau dalam lingkungan fisik dunia.”

15

K.J Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, (Bandung: Bina Cipta,

1992), hal.82.

Page 24: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

13

Dengan kata lain, kebijakan luar negeri adalah suatu usaha negara untuk

mempengaruhi aktor internasional lain agar melakukan kebijakan atau tindakan

spesifik yang diinginkan. Dikarenakan ketidakmampuannya untuk mengatur

negara-negara secara hukum dalam sistem internasional, suatu negara dengan

hati-hati mengidentifikasi tujuan-tujuan mereka dan kemudian mencari cara untuk

mendapatkannya melalui kebijakan luar negeri.16

Marijke Breuning juga menjelaskan maksud yang sama terhadap definisi

kebijakan luar negeri. Menurutnya kebijakan luar negeri adalah “Seluruh

kebijakan suatu negara terhadap interaksinya dengan lingkungan melampaui

lingkup atau batas wilayahnya.”17

Breuning kemudian menjelaskan bahwa definisi ini mencakup “wilayah

isu yang luas.”18

Pasca perang dingin, negara-negara tidak bisa hanya

memperhatikan isu tradisional seperti power dan keamanan, tapi juga isu

kontemporer seperti ekonomi, lingkungan, HAM, keamanan makanan, migrasi

dan sebagainya. Singkatnya, perhatian negara terhadap isu yang baru juga

mengubah tujuannya.

Kebijakan luar negeri juga merupakan cara politik untuk mencapai tujuan

nasional suatu negara/bangsa dengan menggunakan segala kekuasaaan yang

dimiliki oleh suatu negara tersebut.

16

K.J Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, (Bandung: Bina Cipta,

1992), hal.83. 17

Marijke Breuning, Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction, (New York:

Palgrave Macmilan, 2007), hal.5. 18

Ibid., hal.5.

Page 25: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

14

Ada dua komponen utama kebijakan luar negeri, pertama faktor

domestik/internal dan faktor internasional/eksternal. Faktor domestik terdiri dari

taktik pengalihan, kepentingan ekonomi dan keputusan kebijakan luar negeri,

peran opini publik dan siklus pemilu. Sementara faktor internasional terdiri dari

deterence dan arm race, strategic surprise, alliances dan juga rezim. Dan

kemudian ada beberapa faktor lagi yang mempengaruhi kebijakan luar negeri

seperti aspek psikologis pembuat kebijakan, Gender dan budaya. Oleh karena itu,

kebijakan luar negeri dilembagakan oleh satu atau lebih faktor.19

Studi tentang analisis kebijakan luar negeri mencakup tiga level analisis.

Yang pertama the lowest level or the smallest unit adalah individu, yaitu orang

yang membuat kebijakan luar negeri contohnya presiden. Kemudian, state level

yang meneliti bagaimana struktur politik negara, aktor pembuatan kebijakan dan

interaksi antar aktor kebijakan mempengaruhi kebijakan luar negeri, dan

pembatasan domestik mempengaruhi negara dan tindakan internasional. Dan yang

terakhir international level berasumsi bahwa kebijakan luar negeri suatu negara

sangat dipengaruhi oleh sistem internasional.20

Konsep kebijakan luar negeri yang merupakan penerapan kepentingan

nasional dari suatu negara berguna untuk menjelaskan tindakan apa yang akan

diambil terhadap pembangunan bendungan raksasa di Ethiopia. Jadi, konsep ini

secara langsung akan memberikan sikap atau respon pemerintah Mesir terhadap

19

Alex Mintz and Karl DeRouen Jr, Understanding Foreign Policy Decision Making,

(New York: Cambridge University Press ,2010), hal.97-145. 20

John T. Rourke, International Politics on the World Stage, (New York: McGraw-Hill

Companies, 2008), hal.64-99.

Page 26: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

15

pembangunan bendungan yang dibangun oleh Ethiopia mungkin dengan

pengerahan angkatan militer atau sebaliknya yakni kerjasama.

I.E.2.1 Faktor Internal (Idiosyncratic)

Dalam pendekatan tingkatan analisis dikenal dengan

indvidual-level analysis dipengaruhi kuat oleh Idoisyncratic.

Konsep ini berfokus pada karakteristik pribadi dan sifat masing-

masing pemimpin yang berpengaruh terhadap proses pengambilan

kebijakan luar negeri.21

Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam konsep

ini, seperti:

1. Personality, pada faktor ini berorientasi pada diri sendiri serta

orang lain berupa perilaku dan sikap. Unsur terpenting dalam

personality adalah menempatkan pribadi politik dalam skala

aktif-pasif atau positif-negatif. Pemimpin yang aktif adalah

inovator, sementara para pemimpin pasif bersifat reaktor.

Kepribadian positif menikmati lingkungan politik kontroversial

sementara kepribadian negatif cenderung merasa terbebani,

bahkan disalahgunakan oleh politik kritik. Kombinasi terburuk

dikatakan kombinasi aktif-negatif (pemimpin aktif menerima

lebih banyak kritik, namun kepribadian negatif rentan untuk

menganggap bahwa lawan adalah musuh).

21

Matthew Hanzel, “Summary and Commentaries on Levels of Analysis and Foreign

Policy,”Departemen of International Relations (2009): hal. 8-9 diakses pada 26 Juni 2016 melalui

https://www.scribd.com/doc/123712904/The-Three-Levels-of-Analysis-in-International-Relations.

Page 27: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

16

2. Physical and mental health, kesehatan fisik dan mental

merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan.

3. Ego and Ambition, ego dan pribadi ambisi seorang pemimpin

juga dapat mempengaruhi kebijakan.

4. Political history and personal experiences. pembuat keputusan

juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi mereka.

5. Perceptions and operational reality, realitas merupakan unsur

yang mempengaruhi kebijakan luar negeri. Persepsi

membentuk realitas operasional, yaitu, pembuat kebijakan

cenderung bertindak berdasarkan persepsi, apakah mereka

akurat atau tidak. Keputusan manusia adalah campuran dari

masukan yang rasional dan irasional. ini menggarisbawahi

bagaimana kebijakan sebenarnya campuran dari faktor rasional

dan irasional.22

Secara definisi Idiosyncratice merupakan suatu

pengaruh individu terhadap proses pengambilan kebijakan luar

negeri. Idiosyncratic mempelajari hal-hal yang mempengaruhi

seorang individu dalam pembuatan kebijakan yang

berpengaruh pada hubungan luar negeri.23

Beberapa faktor

yang berkaitan konsep ini seperti yang disebutkan oleh

Margaret G. Hermann mengenai kepribadian politik, seperti:

22

Matthew Hanzel, “Summary and Commentaries on Levels of Analysis and Foreign

Policy,”Departemen of International Relations (2009): hal. 8-9 diakses pada 26 Juni 2016 melalui

https://www.scribd.com/doc/123712904/The-Three-Levels-of-Analysis-in-International-Relations. 23

James. N. Rosenau, The Scientific Study of Foreign Policy, (London: Francis Printer

,1980), Hal. 50.

Page 28: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

17

1. Expansionist, individu ingin memiliki kontrol besar, memiliki

tingkat kesadaran rendah dalam memilih alternatif, serta tidak

percaya kepada pihak lain. Pada jenis ini mengedepankan

agresifitas dalam mencapai tujuannya.

2. Active independent, individu yang ingin berpartisipasi langsung

dengan komunitas internasional dengan tetap mempertahankan

hubungannya dengan negara-negara lain.

3. Influental, individu yang berkeinginan menjadi pusat interaksi

serta ada hasrat untuk mempengaruhi kebijakan dari negara lain.

Selain itu pemimpin dengan karakter ini menganggap tujuannya

lebih penting dari negara lain.

4. Mediator, individu yang ingin mengintegrasikan perbedaan di

antara negara serta adanya keinginan untuk menciptakan

perdamaian dunia diantara negara-negara.

5. Opputunist, pemimpin yang selalu tampil bijaksana bertujuan

untuk mendapatkan keuntungan dari apa yang sedang dihadapi.

6. Participative, pemimpin yang selalu melibatkan diri atau sebagai

fasilitator dalam sistem internasional. Tujuannya adalah untuk

mencari solusi dari suatu masalah.24

I.E.2.2 Faktor Eksternal (Ancaman Keamanan)

Dalam konteks keamanan internasional berdasarkan

pernyataan Victor D. Cha bahwa:

24

James. N. Rosenau, The Scientific Study of Foreign Policy, (London: Francis Printer

,1980), hal. 50.

Page 29: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

18

“The new security environment in the 21st century will operate

increasingly in the space defined by the interpenetration between

two spheres: globalization and national identity”.25

Esensi dari definisi tersebut menegaskan kata “globalisasi”

menjadi indikator yang menunjukkan berbagai kemungkinan dalam

hubungan internasional. Peningkatan interaksi sebagai bentuk

derasnya arus globalisasi menyebabkan terjadinya timpang tindih

dan saling berhubungan diantara bidang kehidupan.26

Salah satu contoh ancaman keamanan di masa sekarang

serta berkaitan dengan derasnya globalisasi yaitu terorisme.

Sebelum Perang Dingin ancaman keamanan bersifat high politics

yang mulai menjalar ke low politics, seperti penyakit, perdagangan

manusia, terorisme, dan kejahatan lainnya.27

Seperti dalam kajian terorisme, Alex Schmid dan Jongmann

mengatakan bahwa:

“Terrorism is an anxiety-inspiring method of repeated violent

action, employed by (semi-) clandestine individual, groups or

state actors, for idiosyncratic, criminal or political reasons…”.28

25

Victor David Cha, “Globalization and the Study of International Security”, Journal of

Peace Research, vol. 32, no. 3 (Mei, 2000): Hal. 33. 26

Moisés Naim, “Think Again: Globalization,” diakses pada 26 Juni 2016 melalui

http://foreignpolicy.com/2009/09/30/think-again-globalization/. 27

Ibid., James N. Rosenau . Hal. 50. 28

Alex Schmidt dan Jongman, Political Terrorism: A new guide to actors, authors,

concepts, data bases, theories, and literature, (Amsterdam: North-Holland Publishing

Company,1988), hal.3.

Page 30: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

19

Perbedaan lainnya antara ancaman sebelum atau sesudah

Perang Dingin nampak pada intensitasnya. Ancaman sebelum

Perang Dingin merupakan ancaman bersifat langsung sedangkan

sesudah Perang Dingin berbentuk tidak langsung. Dapat dikatakan

terdapat perluasan baik secara definisi maupun realitas mengenai

keamanan internasional.

Secara definisi keamanan mengalami pergeseran dari

keamanan tradisional menuju keamanan kontemporer atau disebut

sebagai keamanan manusia. Ruang lingkup keamanan manusia

meliputi 7 unsur penting, meliputi economic security, health

security, food security, environmental security, personal security,

community security, and political security. Beberapa unsur ini

menunjukkan bahwa dengan mengamankan individu, maka negara

akan aman dalam jangka panjang.29

I.E.3 Konsep Kerjasama

Konsep cooperation atau kerjasama merupakan konsep turunan dari teori

liberalisme dalam memahami fenomena hubungan internasional. Menurut

Hoffman bahwa kerjasama antar aktor internasional adalah salah satu esensi dari

liberalisme selain moderasi, pengendalian diri, dan perdamaian. Konsep

kerjasama dalam hubungan internasional merupakan cara lain yang bisa

29

UN, “UN Human Development Report 1994: New Dimensions of Human Security,”

diakses pada 26 Juni 2016 melalui http://hdr.undp.org/en/media/hdr_1994_en_chap2.pdf.

Page 31: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

20

digunakan untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas internasional atau

nasional selain dengan peperangan.30

Teori liberalisme berfokus pada permasalahan perdamaian internasional

dan HAM. Sedangkan konsep turunan liberalisme, yakni konsep cooperation atau

kerjasama merupakan suatu cara untuk menciptakan perdamaian internasional dan

penegakan HAM. Sehingga kerjasama baik antara aktor negara maupun aktor

non-negara biasa digunakan untuk menyelesaikan masalah penegakan HAM di

suatu negara.

Dalam pandangan Neoliberal Institusionalis negara bertindak untuk

kepentingan nasional sendiri, namun juga negara memandang bahwa Kepentingan

nasional hanya dapat tercapai jika dilakukan kerjasama.

Keohane mengakui bahwa kerjasama bukan tindakan yang mudah dicapai

dan berpotensi menyebabkan ketegangan, namun melalui kerjasama, absolute

gain dapat tercapai.31

Melalui konsep kerjasama dalam perubahan respon Mesir terhadap

pembangunan bendungan raksasa di Ethiopia akan membantu memberikan

penjelasan serta analisis dalam pengambilan salah satu keputusannya, yakni

kerjasama. Dimana konsep ini akan memberikan penjelasan bagaimana proses

pencapaian kepentingan nasional melalui kerjasama.

30 R. Jakcson dan G. Sorensen, Introduction to International Relations, (Oxford

University Press, 1999), hal. 72. 31

Robert Keohane, After Hagemony: Cooperation and Discord in the World Political

Economy, (New Jersey: Princeton University Press ,1984), hal.7.

Page 32: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

21

I. F Metode Penelitian

Dalam penulisan ini metode penelitian yang digunakan adalah metode

kualitatif. Menurut Taylor dan Bogdan “Penelitian kualitatif dapat didefinisikan

sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan

maupun tulisan dan juga tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang

diteliti.”32

Dari hasil penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa metode ini adalah

sebuah cara yang digunakan untuk mengkaji sebuah fenomena dengan melalui

tulisan atau pendapat yang dikemukakan orang.

Dalam metode kualitatif pengumpulan data dapat dibagi menjadi dua

macam yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang

diperoleh langsung dari objek yang diteliti atau objek yang menyaksikan dan

mengamati secara langsung fenomena yang sedang akan dikaji seperti pembagian

kuisioner dan wawancara. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui

studi pustaka dengan mencari data dalam buku, jurnal atau berita dari internet.

Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder dengan mencari data

yang menjelaskan tentang perubahan respon Mesir terhadap pembangunan

bendungan Ethiopia di Sungai Nil Biru pada tahun 2011-2015 .

Teknik analisa data dalam metode penelitian kualitatif adalah dengan

membaca data-data yang dikumpulkan lalu mengklarifikasikan apakah di data

tersebut terdapat kepentingan suatu pihak lalu setelah itu kita analisa bahwa data-

32

Steven J. Taylor.dkk, Introduction to Qualitative Research Methods, 3rd

Edition, (New

York: John Willey and Son ,1998), hal.5.

Page 33: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

22

data yang ada apakah banyak dipengaruhi kepentingan suatu pihak atau bersifat

objektif.

I.G Sistematika Penelitian

Bab I merupakan bab pendahuluan meliputi pernyataan masalah, pertanyaan

penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II membahas tentang latar belakang Grand Ethiopian Rennaisance DAM

yang meliputi kerangka kerjasama pengelolaan sungai Nil, Motif Pembangunan

Grand Ethiopian Renaissance DAM, dan dampak pembangunan Grand Ethiopian

Renaissance DAM terhadap Mesir

Bab III membahas respon Mesir terhadap pembangunan Grand Ethiopian

Renaissance Dam di sungai Nil Biru yang terdiri dari respon Mesir terhadap

Pembangunan Grand Ethiopian Renaissance Dam pada masa pemerintahan

Muhammad Mursi, dan pemerintahan Abdul Fatah Al-Sisi.

Bab IV membahas perubahan kebijakan luar negeri Mesir dalam menerima

pembangunan Grand Ethiopian Renaissance DAM di sungai Nil Biru meliputi,

National Interest Mesir terhadap pembangunan GERD di Ethiopia, kebijakan luar

negeri dan kerjasama. Kemudian pada bagian ini juga akan dikaitkan antara faktor

internal dan eksternal terhadap pergeseran kebijakan luar negeri Mesir.

Bab V membahas penutupan dari bab ini berupa kesimpulan.

Page 34: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

23

BAB II

LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN GRAND ETHIOPIAN

RENAISSANCE DAM

Pada bab ini penulis akan mencoba untuk menjelaskan tentang kerangka

kerjasama yang dilakukan oleh negara-negara yang berada pada sekitaran Sungai

Nil terhadap pengelolaan sungai. Dimana dari kerangka tersebut akan dijelaskan

tentang sejarah dan perjanjian-perjanjian apa saja yang telah disepakati oleh

negara-negara yang dialiri sungai Nil.

Kemudian pada bab ini pula penulis menjelaskan tentang motif dibalik

pembangunan bendungan raksasa oleh pemerintah Ethiopia. Proyek ini

merupakan proyek bendungan terbesar sepanjang sejarah Benua Afrika. Pada

bagian selanjutnya penulis menjelaskan apa dampak dari pembangunan

bendungan tersebut terhadap negara Mesir. Dimana dari pembangunan tersebut

banyak kerugian yang didapat oleh Mesir yang kemudian oleh karena

pembangunan tersebut tensi antara kedua negara menjadi tinggi.

II.A Kerangka Kerjasama Pengelolaan Sungai Nil

Sungai Nil merupakan sungai terpanjang di dunia, dimana panjangnya

mencapai 6.695 kilometer.33

Sungai yang berasal dari mata air di dataran tinggi

33

Unesco, “The Nile River Basin,” diakses pada 27 Juli 2015 melalui

http://www.unesco.org/water/news/newsletter/160.shtml.

Page 35: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

24

Kilimanjaro di Afrika Timur ini mengalir dari arah selatan ke utara dan bermuara

di Laut Tengah. Sungai ini melintasi sembilan negara di Afrika yaitu Uganda,

Ethiopia, Rwanda, Burundi, Tanzania, Kenya, Kongo, Sudan dan Mesir. Uganda

dan Ethiopia merupakan negara yang terletak di hulu sungai Nil. Sedangkan Mesir

secara geografis terletak di bagian hilir Sungai Nil.34

Sungai Nil mempunyai peran penting bagi keberlangsungan hidup negara-

negara yang dilewatinya karena tentunya digunakan untuk sumber air bersih.

Kurang lebih 160 juta penduduk tinggal disekitaran sungai Nil dan 300 juta

penduduk negara-negara yang dialiri menggantungkan hidupnya dari Sungai Nil.35

Di setiap tahunnya sungai Nil selalu mengalami banjir. Dari hasil banjir tersebut

banyak manfaat yang bisa diambil oleh negara-negara yang dialiri Sungai Nil

tersebut yakni menjadi sangat subur.

Bagi Mesir sendiri Sungai Nil merupakan sumber peradaban kehidupan

sejarah bangsanya sejak ribuan tahun yang lalu, bisa dilihat dari banyaknya

penduduk yang tinggal disekitar Nil yaitu 95% dari penduduk Mesir. Total dari

wilayah yang ada di sekitar sungai Nil mencapai 3.346.000 km.36

34

Unesco, “The Nile River Basin,” diakses pada 27 Juli 2015 melalui

http://www.unesco.org/water/news/newsletter/160.shtml 35

Ashok Swain, “Mission Not Yet Accomplished: Managing Water Resources In The

Nile Basin”, Journal of International Affairs, vol 62 no 1 (Fall/Winter 2008): hal.2, diakses pada 8

Juni 2015 melalui https://www.ciaonet.org/catalog/16207. 36

Wondwosen Teshome B, “Transboundary Water Cooperation in Africa,” Tourkish

Journal of International Relation, vol 7 no. 4, (Winter 2008): hal.34, diakses pada 8 Juni 2015

melalui http://alternativesjournal.net/article/view/5000159640.

Page 36: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

25

Gambar II.A.1. Peta Sungai Nil37

Wilayah Timur Tengah dan Afrika yang hampir seluruh wilayahnya

merupakan padang pasir dan gurun sangat bergantung terhadap pengelolaan

sungai. Apalagi sungai di kawasan Timur Tengah hanya ada dua yakni Sungai

Eufrat dan Sungai Nil namun Sungai Nil merupakan sungai terpanjang. Minimnya

sungai yang berada di kawasan Timur Tengah kerap kali pemanfaatan

pengelolaan sungai sering memicu konflik karena ketidakadilan dalam

pembagiannya.38

37

World Bank, “Nile River Basin Map,” diakses pada 27 Juli 2015 melalui

http://siteresources.worldbank.org/INTAFRNILEBASINI/About%20Us/21082459/Nile_River_Ba

sin.htm. 38

Mohamed Nasr Allam and Gamal Ibrahim Allam, “Water Resources in Egypt: Future

Challenges and Opportunities,” Water International, vol 32 no 2 (Juni 2007): hal.206, diakses

Page 37: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

26

Bagi Mesir, sungai Nil merupakan jantung dari sumber pendapatan Mesir

karena banyak manfaat yang didapat atas pengelolaan sungai selain untuk irigasi

dan pertanian, Sungai Nil dimanfaatkan untuk jalur kapal perdagangan

antarnegara. Sungai Nil merupakan rute jalur transportasi air yang menghubungi

antara Laut Mediterania dan Laut Merah ini merupakan perpanjangan Samudera

Hindia. Terletak diantara Arab dan Afrika yang menghubungkan ke Mediterania

melalui terusan Suez yang dibuat abad ke-5 SM, ini memberikan kemudahan

untuk jalur transportasi.39

Begitu pentingnya peran Sungai Nil, perjanjian mengenai pengelolaan

sungai Nil harus dilakukan beberapa kali seperti tabel dibawah ini.

Tabel II.A.1 Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Sungai Nil40

No Tahun Perjanjian

1 7 Mei 1929 Perjanjian Mesir-Sudan

2 1959 Perjanjian Mesir-Sudan

3 Februari 1999 Terbentuk NBI (diikuti oleh sembilan

negara Nile Basin)

4 1999-2007 Comprehensive Framework Agreement

5 26 Desember 2012 Grant Agreement NBI-World Bank

pada 9 Juni 2015 melalui

https://www.researchgate.net/publication/233101072_Water_Resources_In_Egypt_Future_Challe

ges_and_Opportunities. 39

Terje Tvedt, The River Nile in the Post Colonial Era, (London: LB Tauris, 2010),

hal.217. 40

Ibid, hal. 217.

Page 38: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

27

Untuk pemanfaatan Sungai Nil itu sendiri memang Mesir mempunyai hak

veto yang bermula dari perjanjian pada tahun 1929 dan 1959 dimana Mesir

mempunyai hak untuk mengolah sungai sebesar 87 persen. Padahal secara

geografis Mesir hanya dilalui sungai Nil sebesar 22 persen.41

Adapun isi perjanjian pada tahun 1929 antara pemerintah Mesir, Sudan

dan Inggris berisi tentang:

1. Aliran air selama tanggal 20 Januari-5 Juli (musim kemarau)

disediakan untuk Mesir.

2. Mesir juga berhak untuk memantau aliran sungai Nil di negara-negara

hulu.

3. Mesir dapat melakukan proyek tanpa ada persetujuan negara-negara

Nile Basins.

4. Mesir diberikan hak untuk menindak setiap proyek yang

kepentingannya akan berdampak negatif bagi Sungai Nil.42

Kemudian pada tahun 1959 merupakan perjanjian paling penting tentang

sejarah pembagian air dan pemanfaatan sungai Nil antara Mesir dan Sudan. Isi

perjanjian tersebut adalah:

1. Mesir berhak atas 55,5 m3

dan Sudan 18,5 m3

atas air sungai Nil.

41

Wondwosen Teshome B, “Transboundary Water Cooperation in Africa,” Tourkish

Journal of International Relation, vol 7 no. 4, (Winter 2008): hal.34, diakses pada 8 Juni 2015

melalui http://alternativesjournal.net/article/view/5000159640. 42

Kefyalew Mekonnen, “The Defects and Effects of Past Treaties and Agreements on the

Nile River Waters: Whose faults were day,” diakses pada 28 Juli 2015 melalui

http://www.ethiopians.com/abay/engin.html.

Page 39: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

28

2. Sudan akan mengkontruksi program yang akan meningkatan

pencegahan evaporasi di rawa Sudan yang bertempatan di Sudan

Selatan.

3. Kesepakatan ini memberikan Mesir hak untuk merekonstruksi proyek

pembangunan.43

Melihat hasil dari 2 perjanjian di atas ini semakin menguatkan Mesir

dalam mendominasi pengelolaan Sungai Nil. Terlihat pada tahun 1954 Mesir

berencana untuk membuat bendungan tinggi aswan untuk menambah simpanan

air. Dan pembangunan tersebut akhirnya terlaksana pada tahun 1960, proyek itu

dilakukan tanpa persetujuan dari negara-negara Nile Basins.44

Besarnya dominasi Mesir terhadap pengelolaan Sungai Nil membuat

negara-negara yang berada di hulu Sungai Nil merasa adanya ketidakadilan dalam

hal pengelolaan Sungai Nil. Oleh sebab itu, perlu adanya perjanjian antara negara-

negara yang berada di hulu sungai dan hilir sungai sehingga pengelolaan Sungai

Nil dapat dirasakan pula manfaatnya oleh negara-negara Nile Basin.

Pada tahun 1999 sebenarnya lahir sebuah perjanjian yaitu Nile Basin

Initiative yang ditandatangani oleh 9 negara yaitu Mesir, Sudan, Ethiopia,

43

Kefyalew Mekonnen, “The Defects and Effects of Past Treaties and Agreements on the

Nile River Waters: Whose faults were day,” diakses pada 28 Juli 2015 melalui

http://www.ethiopians.com/abay/engin.html. 44

Ashok Swain, “Mission Not Yet Accomplished: Managing Water Resources In The

Nile Basin”, Journal of International Affairs, vol 62 no 1 (Fall/Winter 2008): hal.2, diakses pada 8

Juni 2015 melalui https://www.ciaonet.org/catalog/16207.

Page 40: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

29

Tanzania, Urganda, Rwanda, Burundi, Kongo dan Eritrea pada 2 Februari di kota

Dar es Salam, Tanzania.45

Perjanjian ini adalah sebuah perjanjian yang berisikan tentang pengkajian

ulang pengelolaan air Sungai Nil diharapkan dengan adanya perjanjian ini negara-

negara yang dilewati Sungai Nil dapat mendapat jatah berlebih terhadap Sungai

Nil.46

Nile Basin Initiative ini memiliki tujuan utama untuk jangka panjang

dalam pelaksanannya yaitu “To achieve sustainable socio-economic development

through equitable utilization of, and benefit from, the common Nile Basin Water

resources. 47

Tujuan dari dibuatnya Nile Basin Initiative adalah :

1. Untuk mengembangkan sumber daya Nil secara berkelanjutan dan adil.

2. Untuk menciptakan kemakmuran, keamanan dan kedamaian bagi

semua rakyatnya.

3. Untuk memastikan pengelolaan air yang efisien dan penggunaan

optimal dari Sungai Nil.

4. Untuk menjalankan kerjasama dan tindakan secara bersama sama

antara negara-negara Nile Basin dan mencari win-win solution.

5. Untuk menargetkan pengentasan kemiskinan mempromosikan

integrasi ekonomi.

45

Nile Information System, “Background,” diakses pada 2 Agustus 2015 melalui

http://Nileis.Nilebasin.org/content/background. 46

Ibid., 47

Ibid.,

Page 41: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

30

6. Untuk memastikan hasil dari program-program yang sudah

direncanakan.48

Agar pelaksanannya menjadi lebih efektif NBI ini dibagi menjadi beberapa

bagian berdasarkan tugasnya masing-masing yaitu Nile-COM (The Nile Council

of Minister) yang merupakan badan dan kebijakan tertinggi dalam pengambilan

keputusan di NBI, kemudian Nile-SEC (Secretariat) dan Nile-TAC (Technical

Advisory Committee). Mereka juga sepakat untuk membuat program yaitu

Strategic Action Program yang terdiri dari dua program yaitu Subsidiary Action

Program dan Shared Vision Program. 49

Tabel II.A.2 Nile Basin Initiative: Program Visi Bersama50

No Proyek Tujuan

1 Tindakan pelestarian

lingkungan di Nile Basin

Untuk mempromosikan kerjasama dalam

menjaga dan mengatur ekosistem Sungai Nil.

2 Kekuatan perdagangan di

kawasan Nile Basin

Untuk mengadakan kekuatan pasar regional

diantara negara Nile Basin.

3 Produksi air untuk

pertanian

Untuk mengembangkan efisiensi kegunaan

air untuk pertanian

4 Sumber daya air dan

perencanaan pengelolaan

Untuk membangun keahlian tiap negara

untuk menganalisa hidrologi dan keadaan

alam Sungai Nil.

48

Nile Information System, “Background,” diakses pada 2 Agustus 2015 melalui

http://Nileis.Nilebasin.org/content/background. 49

Ibid., 50

Ibid.,

Page 42: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

31

5 Pembangunan sosial-

ekonomi dan proyek bagi

hasil

Untuk membangun jaringan ahli dari

perencanaan ekonomi dan lembaga penelitian

untuk mengeksplor alternatif pengembangan

Sungai Nil.

6 Proyek membangun dan

meyakinkan pemegang

saham

-

7 Proyek penerapan pelatihan Untuk mengembangkan perencanaan dan

pengelolaan Sungai Nil dengan membantu

mengembangkan sumber daya manusia dan

sumber daya alamnya.

8 Proyek eksekusi dan

koordinasi SVP

Untuk menguatkan kapasitas NBI dalam

melaksankan program NBI yang lebih luas

dan efektif.

Dari hasil tabel di atas bisa kita simpulkan bahwa hasil dari pertemuan ini

tujuan utamanya adalah membangun kepercayaan, keyakinan dan kapasitas antar

negara-negara Nile Basin serta menciptakan lingkungan yang kondusif bagi

investasi antar negara.

Kemudian setelah Nile Basin Initiative berlangsung dibuatlah Cooperative

Framework Agreement dibentuknya kerjasama ini bertujuan untuk menyediakan

kerangka kerja yang permanen dan legal bagi negara-negara Nile Basin.

Page 43: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

32

Nile Basin Cooperative Framework adalah hasil kerjasama multilateral

pertama yang melibatkan negara hulu dan hilir lembah Sungai Nil. Kerjasama ini

sebenarnya merupakan perwujudan dari Shared Vision Program yang ada dalam

perjanjian Nile Basin Initiative yang diadakan pada tahun 1999. Terbentuknya

kerjasama ini bertujuan untuk menyediakan kerangka kerja dan legal bagi negara-

negara Nile Basin. Perjanjian ini dibuat sejak 2007 akan tetapi pelaksanaanya

ditunda atas permintaan pemerintah Mesir.51

Pada tanggal 14 Mei 2010, Ethiopia dengan empat negara hulu sungai Nil

yakni Uganda, Kenya, Rwanda dan Tanzania menandatangani Cooperative

Framework Agreement untuk mendapatkan jatah air lebih dari Sungai Nil. Namun

setelah tiga tahun proses ratifikasi dibuka tidak ada wacana untuk ratifikasi

pengelolaan sungai, barulah pada tanggal 13 Juni 2013 Ethiopia menjadi negara

pertama yang meratifikasi pengelolaan Sungai Nil.

Hal ini dinyatakan pemerintah Ethiopia kepada Media Agence France

Presse, “The Cooperative Framework Agreement is a response to the unjust colonial

imposition on the part of the riparian states, preventing them from exploiting equitably

the Nile resources.” 52

Ethiopia merupakan negara hulu yang merupakan penyumbang terbanyak

dari aliran Sungai Nil, sekitar 85 persen sumbernya berasal dari Ethiopia. Sangat

wajar bagi Ethiopia untuk menekan negara-negara hilir untuk melakukan

perjanjian ulang dalam pengelolaan dan pembagian jatah air Sungai Nil. Sebagai

51

Edwin Musoni, “Africa: Rift Widens as Egypt, Sudan Delay Signing Nile Basin Pact,”

diakses pada 2 Agustus 2015 melalui http://allafrica.com/stories/200902230029.html. 52

Naharnet,”Ethiopia Ratifies Nile Share Deal amid Row with Egypt,” diakses pada 2

agustus 2015 melalui http://www.naharnet.com/stories/en/86799.

Page 44: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

33

negara hulu seharusnya Ethiopia memiliki banyak keuntungan dari situ, akan

tetapi keadaan ekonomi dan kekuatan politiknya lemah dibandingkan dengan

Mesir dan Sudan, sehingga penekanan yang dilakukan Ethiopia seringkali tidak

berhasil. Namun akhirnya tekanan yang dilakukan Ethiopia selama bertahun-tahun

dapat terealisasi dengan adanya perjanjian kerangka kerjasama negara-negara Nile

basin.

Nile Basin Cooperative Framework Agreement menjelaskan tentang

prinsip, hak, dan kewajiban untuk mengatur pengembangan sumber daya air.

Perjanjian tersebut membangun kerangka kerja untuk mempromosikan

manajemen terpadu, pembangunan berkelanjutan, dan pemanfaatan sumber daya

air, serta konservasi dan pelestarian yang digunakan untuk generasi sekarang dan

yang akan datang. Dalam mencapai tujuan itu, perjanjian tersebut membangun

suatu mekanisme kelembagaan yang permanen yaitu Komisi Lembah Sungai

Nil.53

Diratifikasinya Cooperative Framework Agreement merupakan tahapan

penting menuju realisasi distribusi yang berkeadilan terhadap pemanfaatan aliran

Sungai Nil. Sebenarnya penyusunan kerangka Cooperative Framework

Agreement sudah dimulai sejak tahun 1997 melalui Cooperative Framework

Project. Namun selama hampir seabad proses penyusuan kerangka tersebut hanya

sekedar wacana belaka barulah konsep Cooperative Framework Agreement

pertama kali diperkenalkan pada pertemuan Nile-COM di Entebbe, Uganda pada

bulan Juni 2007.

53

Nile Information System, “Background”, diakses pada 2 Agustus 2015 melalui

http://Nileis.Nilebasin.org/content/background.

Page 45: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

34

Akan tetapi berbeda dengan Mesir sebagai negara yang terletak di hilir

sungai Nil justru melakukan penolakan terhadap ratifikasi perjanjian Nile Basin

dengan beberapa faktor. Yang kemudian dalam bentuk protesnya Mesir

membekukan semua kegiatannya dalam Nile Basin Initiative.54

Juru bicara Menteri Mesir, Houssam Zaki mengatakan bahwa, “Mesir

tidak akan bergabung atau menandatangani perjanjian apapun yang akan

mempengaruhi jatah airnya.”55

Hasil pertemuan atas ratifikasi Nile Basin Cooperative Framework

Agreement membuat negara-negara kecil nile basin mulai untuk membangun

proyek-proyek bendungan dan lain-lain. Termasuk negara Ethiopia yang akhirnya

memperkuat posisinya dalam membangun sebuah bendungan hydroelectric

terbesar di Afrika yang nantinya akan mereka gunakan untuk sumber listrik

negara Ethiopia.

II.B Motif Pembangunan Grand Ethiopian Renaissance Dam

Sungai Nil memainkan peran yang sangat penting dalam permasalahan air

yang terjadi antara negara-negara yang tergabung dalam Uni-Afrika. Mesir dan

Sudan menjadi dua negara yang memanfaatkan penuh atas sungai Nil. Melihat

dari besarnya pengaruh kedua negara tersebut negara-negara Nile basin lainnya

membuat sebuah pengkajian ulang atas hak-hak pemanfaatan sungai Nil.

54

BBC News, “East Africa seeks more Nile water from Egypt,” diakses pada 4 Agustus

2015 melalui http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/8682387.stm. 55

Ibid.,

Page 46: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

35

Ratifikasi perjanjian Nile Basin Cooperative Framework Agreement pada

tahun 2013 memberikan pencerahan bagi negara-negara Nile basin lainnya untuk

turut membangun sarana dan prasarana serta pembangunan bendungan-bendungan

yang dapat kemudian bisa dimanfaatkan bagi negara-negara tersebut untuk

meningkatkan perekonomian negaranya masing-masing.

Bagi Ethiopia, ratifikasi dalam Nile Basin Cooperative Framework

Agreement memuluskan langkahnya dalam memperkuat posisinya membangun

sebuah bendungan besar yang dinamai Grand Ethiopian Renaissance Dam.

Proyek ini digunakan sebagai alat pembangkit tenaga listrik yang alirannya akan

dibagikan ke beberapa daerah-daerah di Ethiopia, selain itu bendungan ini juga

sebagai salah satu sumber pemasukan negara untuk Ethiopia.

Sebenarnya pada tanggal 2 April 2011 di Guba, Beneshangul Gumuz,

Ethiopia, Perdana Mentri Meles Zenawi secara resmi mengadakan proyek besar di

negaranya yang disebut sebagai Grand Ethiopian Renaissance Dam.56

Proyek

tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk Ethiopia dan merupakan suatu seni

populer dari mitos berabad-abad. Namun proyek tersebut mendapat kecaman dari

negara-negara yang berada pada hilir sungai khususnya Mesir. Dengan adanya

ratifikasi Nile Basin Cooperative Framework Agreement, Ethiopia mendapat

dukungan dari negara-negara sekitar untuk tetap melanjutkan proyek bendungan

tersebut.

56

Daniel Berhane, “Grand Ethiopian Renaissance DAM,” diakses pada 10 February

2016 melalui http://hornaffairs.com/en/2011/09/20/facts-grand-ethiopian-renaissance-dam/.

Page 47: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

36

II.B.1 Kondisi Ekonomi Negara-Negara Nile Basin57

Negara Pendapatan Nasional

Bruto (PNB)

Penduduk hidup dalam

kemiskinan

Angka

pertumbuhan

Manusia

Perkapita ($)2011 pendapatan kurang dari

1,25$ perhari (%)200-2009

2011

Burundi 368 81,3% 0,316

Kongo 280 52,2% 0,286

Mesir 5269 <2,0 0,644

Ethiopia 971 39,0% 0,363

Kenya 1492 19,7% 0,509

Rwanda 1369 76,8% 0,429

Sudan 1894 - 0,408

Tanzania 328 67,9% 0,466

Uganda 1124 28,7% 0,446

Cukup tingginya tingkat kemiskinan Ethiopia diatas, membuat pemerintah

Ethiopia menjadikan pembangunan bendungan ini sebagai kebanggaan

masyarakat Ethiopia dan menjadi simbol nasional Ehiopia.58

Menurut Central

Intelligence Agency’s world fact book populasi Ethiopia sekitar 97 juta jiwa,

peringkat 14 negara populasi tertinggi di dunia. Pada tahun 2025, populasi

57

Human Development Report,” Human Development Index and its Component,”

diakses pada 8 Agustus 2015 melalui http://hdr.undp.org/en/composite/HDI. 58

Jacey Fortin, “Dam Rising in Ethiopia Stirs Hope and Tension,” diakses pada 8

Agustus 2015 melalui http://www.nytimes.com/2014/10/12/world/dam-rising-in-ethiopia-stirs-

hope-and-tension.html?_r=0.

Page 48: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

37

penduduk Ethiopia diperkirakan mencapai 127 juta jiwa dengan kelangkaan air

sebesar 840m3 per tahun dan kapita.59

The Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) atau Bendungan Besar

Renaissance Etiopia adalah bendungan terbesar di kawasan Afrika. Selain itu,

proyek ini juga merupakan pembangkit listrik tenaga air ke-10 yang terbesar di

dunia dengan luas 1.780 meter dan tinggi 145 meter. Pembangunan bendungan ini

dilansir akan merubah wajah Afrika Timur. Sebab, kemampuan bendungan ini

yang dapat menghasilkan 6.000 MW artinya, itu sama dengan kekuatan 4 reaktor

nuklir. Pada tahun 2016, dua turbin dari bendungan tersebut akan mulai untuk

membendung 750 MW listrik. Pembangunan bendungan ini juga bertujuan untuk

meminimalisir budaya untuk permintaan listrik Ethiopia yang meningkat 20

persen pertahun.60

Proyek ini merupakan sebuah strategi politik dari pemerintah Etiopia,

karena pembangunan bendungan ini dapat dikatakan sebagai proyek infrastruktur

terbesar yang dapat menjadi daya tarik untuk negara-negara tetangga agar bisa

bekerja sama dalam hal energy dengan Ethiopia. Lokasi bendungan yang strategis

pintu gerbang ke Afrika. Selanjutnya, proyek bendungan ini juga dapat menjadi

cikal bakal ekspor energi Ethiopia ke negara-negara sekitarnya dengan harga

59

Dalia Abdelhady. dkk, “The Nile and the Grand Ethiopian Renaissance Dam: Is There

a Meeting Point Between Nationalism and Hydrosolidarity”, Journal of Contemporary Water

Research and Education (Juli 2015):73, diakses pada 10 February 2016 melalui

https://www.researchgate.net/publication/281489479_The_Nile_and_the_Grand_Ethiopian_Renai

ssance_Dam_Is_There_a_Meeting_Point_between_Nationalism_and_Hydrosolidarity. 60

The Brussels Time, “The Grand Ethiopian Renaissance DAM: A New Chapter in

Ethiopia‟s History”, diakses pada 10 February 2016 melalui

http://www.brusselstimes.com/news/eu-africa-affairs/4394/the-grand-ethiopian-renaissance-dam-

a-new-chapter-in-ethiopias-history.

Page 49: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

38

murah. Artinya, proyek ini akan memberikan dampak yang positif untuk negara-

negara di kawasan tersebut.61

Selain kemampuannya dalam menghasikan aliran listrik yang besar,

keuntungan lain dari dibangunnya bendungan ini adalah dapat mencegah

terjadinya banjir besar-besaran yang dapat melanda negara-negara tepi pantai

yang rendah. Bendungan ini juga sangat mampu untuk mengatasi aliran air

sebesar 19.370 meter kubik per detik. Artinya, proyek ini juga dapat membantu

meningkatkan sektor perikanan dan pariwisata negara-negara kawasan.62

Dengan demikian, pemerintah Ethiopia menjadikan proyek ini sebagai

sebuah langkah besar untuk kemajuan Ethiopia, terutama dalam bidang ekonomi.

II.C Dampak Pembangunan Grand Ethiopian Renaissance Dam terhadap

Mesir

Bagi Mesir apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Ethiopia terkait

pembangunan Grand Renaissance DAM di Sungai Nil telah memberikan kerugian

dalam proses pengisian bendungan. Aliran sungai Nil Biru yang dialirkan semua

ke bendungan membuat Mesir akan mengalami kekeringan. Sebagaimana yang

kita ketahui bahwa Mesir sangat bergantung pada Sungai Nil sekitar 94 persen

persedian air di Mesir berasal dari aliran Sungai Nil.63

61

The Brussels Time, “The Grand Ethiopian Renaissance DAM: A New Chapter in

Ethiopia‟s History”, diakses pada 10 February 2016 melalui

http://www.brusselstimes.com/news/eu-africa-affairs/4394/the-grand-ethiopian-renaissance-dam-

a-new-chapter-in-ethiopias-history. 62

Ibid., 63

Hamdy A. Hassan dan Ahmad Al-Rasshedy “The Nile River and Egyptian Foreign

Policy Interest,” African Sociological Review, Volume 11 no 1 (2007): hal.26.

Page 50: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

39

Apalagi melihat dari kondisi geografis Mesir yang sebagian besar

wilayahnya merupakan gurun yang tandus dan wilayah yang memiliki curah hujan

yang sangat paling sedikit dibanding negara yang berada di daerah aliran Sungai

Nil lainnnya sangat wajar bagi Mesir untuk menjadikan Sungai Nil sebagai

prioritas kebijakan luar negerinya untuk bisa menjamin agar Sungai Nil tetap

mengalir hingga Mesir.

Sebagaimana dikatakan oleh duta besar Mesir untuk Ethiopia, Mohammed

Idriss, “Sungai Nil bagi Mesir bukan hanya sebuah sungai, tetapi merupakan salah

satunya sumber kehidupan Mesir, jadi dampak apapun pada air yang berada di Nil akan

mempengaruhi keamanan air Mesir dan tentunya ini merupakan perhatian besar.”64

Kekeringan pada Sungai Nil bukan hanya berdampak pada hilangnya

persediaan air untuk Mesir tetapi berdampak pula pada penurunan kekuatan

bendungan Aswan dalam memenuhi kebutuhan Mesir. Penurunan kekuatan

tersebut jelas dipengaruhi kuat dengan adanya pembangunan Grand Ethiopia

Remaissance. Beberapa analis mengklaim bahwa akan terjadi pengurangan aliran

Sungai Nil ke Mesir sekitar 12 sampai 25 persen.65

Pengurangan tersebut secara berkelanjutan akan menciptakan krisis listrik,

penurunan produksi domestik, kerugian dalam pemasokan pertanian yang dapat

mengurangi pasokan gandum ke Mesir. Padahal dulunya Mesir adalah negara

64

Emnet Assefa, “Ethiopia Diverts The Nile River for Controversial Dam Construction,”

diakses pada 2 Maret 2016 melalui http://addisstandard.com/ethiopia-diverts-the-Nile-river-for-

controversial-dam-construction/. 65

Brooke Kantor, “Dam-ed if you don‟t: Egypt and The Grand Ethiopian Renaissance

Dam,” diakses pada 2 Maret 2016 melalui http://harvardpolitics.com/hprgument-posts/dam-ed-

dont-egypt-grand-ethiopian-renaissance-dam-project/.

Page 51: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

40

pengekspor gandum tapi sekarang menjadi negara pengimport gandum untuk

memenuhi kebutuhan dalam negerinya.66

Sungai Nil merupakan jantung perekonomian bagi Mesir karena sebagian

besar penghasilan penduduk Mesir berasal dari sektor pertanian. Terlihat 17

persen dari total GDP Mesir berasal dari komoditas ekspor dari sektor pertanian.67

Mesir yang memiliki daerah curah hujan sedikit memaksa penduduk Mesir

harus mengairi lahan pertanian menggunakan air yang berasal dari Sungai Nil.

Karena diantara negara tepian sekitar Sungai Nil, Mesir merupakan wilayah yang

paling luas lahan pertaniannya dibandingkan negara lainnya.68

Bukan hanya untuk irigasi, Sungai Nil dimanfaatkan oleh pemerintah

Mesir untuk menjadikan sumber energi pembangkit listrik tenaga air. Sumber

energi tersebut berasal dari bendungan Aswan yang menghasilkan 2845 Megawatt

yang bisa menghasilkan total 11 persen dari total energi listrik Negara Mesir.69

Air juga dibutuhkan Mesir dalam sektor industri menurut data kementrian

Air dan Irigasi Mesir kebutuhan air untuk sektor industri mencapai 2,50

BCM/tahun dan 0,7 diantaranya air tersebut digunakan melalui penguapan dalam

proses industri. Dari sektor industri tersebut menyumbang sekitar 37,4 persen dari

66

Brooke Kantor, “Dam-ed if you don‟t: Egypt and The Grand Ethiopian Renaissance

Dam,” diakses pada 2 Maret 2016 melalui http://harvardpolitics.com/hprgument-posts/dam-ed-

dont-egypt-grand-ethiopian-renaissance-dam-project/. 67

Lowell N.Lewis, “The Role of Agriculture in the Economy of Egpyt,” diakses pada 2

Maret 2016 melalui http://www.egyptianagriculture.com/role_economics.html. 68

Simon A.Mason, “From Conflict to Cooperation in the Nile Basin,”Zurich: Swiss

Federal Institut of Technology (2004): hal.106. 69

Laura Parkes, “The Politics of Water Scarcity in the Nile Basin: the Case of Egypt,”

Journal of Politics & International Studies, Vol 9 no 1 (Summer 2013): hal.456.

Page 52: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

41

total GDP Mesir namun besarnya sumbangan dari industri berdampak buruk pada

tercemarnya air sungai Nil yang disebabkan oleh limbah industri.70

Selain untuk irigasi pertanian, pembangkit listrik, dan industri keindahan

Sungai Nil menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke Mesir tak heran jika

pemerintah Mesir menyediakan ribuan kapal yang menyediakan fasilitas seperti

restoran dan hotel guna untuk memfasilitasi wisatawan. Kapal-kapal tersebut

berlayar dari bendungan Aswan hingga ke kota Kairo. Tak kurang kapal tersebut

melayani 40 ribu wisatawan perminggu.71

Pembahasan mengenai kerangka kerjasama pengelolaan Sungai Nil, motif

dari pembangunan bendungan raksasa tersebut, serta dampak yang

ditimbulkannya akan mempengaruhi tindakan atau respon Mesir terhadap

Ethiopia. Nantinya berpengaruh juga terhadap perubahan kebijakan dalam

pemerintah Mesir, yakni Muhammad Mursi dan Al-Sisi. Dimana pembangunan

tersebut pastinya memiliki dampak positif dan negatif bagi pemerintahan.

70

Ministry of Water Resourches and Irrigation,” Water Scarcity”, diakses pada 2 Januari

2016 melalui

www.mfa.gov.eg/sitecollectiondocument/egypt%20water%20resourches%20paper_2014.pdf. 71

Yasser Raslan.,dkk, “Economic and Development Aspects of Navigation Development

in the Nile,” Research Gate (2011): hal.320.

Page 53: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

42

BAB III

RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN GRAND

ETHIOPIAN RENNAISANCE DAM DI SUNGAI NIL BIRU

Pada bab ini penulis akan mencoba untuk menjelaskan tentang respon

Mesir terhadap pembangunan bendungan raksasa yang dilakukan oleh Ethiopia.

Respon yang dilakukan Mesir penulis membaginya menjadi dua respon yakni

respon Mesir ketika pemerintahan presiden Muhammad Mursi kemudian pada

pemerintahan Presiden Abdul Fatah Al-Sisi. Tentunya dalam kedua masa

pemerintahan tersebut ada perbedaan dalam merespon bendungan tersebut.

Dalam pemerintahan Mursi, Mesir menolak bendungan tersebut

dikarenakan beberapa faktor diantaranya yaitu dikarenakan efek dari bendungan

tersebut adanya pengurangan volume air yang mengalir ke Mesir. Kemudian pada

masa pemerintahan presiden Al-Sissy, Mesir akhirnya menerima proyek

pembangunan bendungan tersebut dikarenakan adanya suatu perjanjian dan visi

bersama dalam mengelola bendungan ketika nanti bendungan tersebut rampung.

III.A Respon Mesir terhadap Pembangunan Grand Ethiopian Renaissance

Dam Pada Masa Pemerintahan Muhammad Mursi

Melihat dari ketergantungan Mesir terhadap Sungai Nil yang begitu besar

menyebabkan Mesir sangat keras dalam memproteksi keamanan airnya termasuk

sikap mesir yang melakukan penolakan terhadap Cooperative Framework

Page 54: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

43

Agreement yang dilakukan oleh negara-negara Nile basin. Menurut Mesir

kesepakatan pada Cooperative Framework Agreement akan merugikan posisi

negara-negara yang berada pada hilir Sungai Nil yakni Mesir.

Itu tertuang dalam pasal 14b dalam Cooperative Framework Agreement

yaitu setiap pemanfaatan sungai Nil tidak boleh berdampak signifikan terhadap

negara lain. Mesir mengkhawatirkan adanya kesepakatan ini menjadikan

legitimasi negara-negara lembah Sungai Nil untuk membangun proyek-proyek

Sungai Nil seperti bendungan dan lain-lain yang tentunya nanti akan berdampak

pada aliran ke hilir Sungai Nil.

Respon Mesir bukan hanya pada penolakan terhadap Cooperative

Framework Agreement yang akhirnya membekukan kegiatannya dalam Nile Basin

Initiative. Pada masa pemerintahan presiden Mohamed Mursi, beliau menyatakan

dengan tegas dalam pidato di sebuah konferensi Popular Conference on Egypt’s

Right to Nile Water bahwa, “If our share of Nile water decreases, our blood will

be the alternative.“72

Dengan kata lain Mesir tidak akan membiarkan air sungai

Nil sedikitpun diambil oleh negara-negara lain walaupun hanya setetes.

Mursi masih lebih lunak dibandingkan para pendahulunya. Sebelumnya, di

bawah kepemimpinan Hosni Mubarak, Mesir mengancam perang jika Ethiopia

mengalihkan aliran sungai Nil ke wilayah mereka.73

72

Nouran El-Behairy,” Morsi: If our share oh Nile water decreases, our blodd will be the

alternative diakses pada 4 Agustus 2015 melalui

http://www.dailynewsegypt.com/2013/06/11/morsi-if-our-share-of-nile-water-decreases-our-

blood-will-be-the-alternative/. 73

Denny Armandhanu, “Mesir dan Ethiopia Berebut Sungai Nil”, diakses pada 4 Agustus

2015 melalui http://m.news.viva.co.id/news/read/418167-mesir-dan-ethiopia-berebut-air-sungai-

Nil.

Page 55: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

44

Ketidaksetujuan Mesir terhadap terhadap pembangunan tersebut

berdampak pada hubungan Mesir dengan negara-negara Afrika lainnya,

khususnya Ethiopia. Mengingat bendungan raksasa tersebut merupakan sumber

kehidupan bagi masyarakat Mesir pada saat itu. Presiden Mesir, Muhammad

Mursi menganggap bendungan tersebut akan mengurangi jumlah air yang ada di

Mesir.

Tindak langsung yang dilakukan oleh Mursi sebagai bentuk penolakannya

dilakukan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal Kairo telah

memulai kampanye diplomatiknya melalui dua cara baik secara langsung maupun

tidak langsung dengan negara-negara Eropa dan pihak donor. Hal ini terjadi

setelah pemerintah Mesir melakukan tingkat kampanye perlawanannya terhadap

Ethiopia Renaissance Dam yang secara khusus bertujuan untuk melindungi

kepentingan bersejarah Mesir dalam pengelolaan Sungai Nil.74

Kampanye yang diprakarsai oleh Mesir tersebut dilakukan melalui dua

cara yang pertama secara langsung dengan mengadakan pertemuan yang

melibatkan salah satu menteri Mesir dan hubungan luar negeri dengan beberapa

menteri lainnya di negara-negara yang berpengaruh di Lembah Sungai Nil. Cara

yang kedua bertujuan untuk mengajak komunitas internasional untuk menolak

pembangunan GERD karena berpotensi menimbulkan konflik dan ketidakstabilan

74

Ayah Aman, “Egypt seeks to halt Ethiopian DAM”, diakses pada 2 Maret 2016 melalui

http://www.al-monitor.com/pulse/ru/contents/articles/originals/2014/02/egypt-lobby-renaissance-

dam-ethiopia.html.

Page 56: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

45

dalam regional Nile Basin, sumber ini berasal dari pemerintah Mesir kepada

media Al-Monitor. 75

Dalam media yang sama pemerintah Mesir mengatakan bahwa,

“melakukan negosisasi dengan Ethiopia hanya buang-buang waktu dan hanya

menghambat keamanan air Mesir”. Tercatat pada masa pemerintah Mursi antara

Mesir dengan Ethiopia sama sekali tidak menemukan solusi dalam permasalahan

tersebut. Berbeda nanti dengan masa Al-Sisi yang menemukan solusi dalam

masalah tersebut.76

Bukan hanya itu, pada 6 Februari 2014 Menteri Perairan dan Irigasi Mesir

mengunjungi Italia untuk bertemu dengan salah satu perusahaan kontruksi asal

Italia yang menandatangi kontrak dengan Ethiopia yang membantu dalam

pembangunan bendungan. Pemerintah Mesir menjelaskan tentang situasi air Mesir

yang kritis yang menjadi masalah selama hampir setiap tahun dan juga Mesir

takut pembangunan dam akan berpengaruh pada kemanan air Mesir. Kemudian

dari hasil pertemuan tersebut Menteri perairan Mesir menyatakan,” Kunjungan

telah mencapai tujuan dan Italia mengerti akan kekahawatiran Mesir.77

Kunjungan bukan hanya selesai di Italia, Mesir terus melakukan

kunjungan internasional untuk mencari dukungan untuk memproteksi keamanan

air Mesir. Kunjungan selanjutnya direncanakan ke Norwegia, Swedia, Belanda,

dan Perancis dan juga Mesir telah menghubungi semua donor International seperti

75

Ayah Aman, “Egypt seeks to halt Ethiopian DAM”, diakses pada 2 Maret 2016 melalui

http://www.al-monitor.com/pulse/ru/contents/articles/originals/2014/02/egypt-lobby-renaissance-

dam-ethiopia.html. 76

Ibid.

77

Ibid.

Page 57: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

46

World Bank dan African Development Bank untuk tidak memberikan dana dan

dukungan teknis dalam konstruksi bendungan.78

Mesir telah mengambil sikap untuk mengancam Ethiopia dengan kekuatan

militernya. Dalam tingkatan pemerintah Mesir dan media swasta mampu

membangun sentimen anti-Ethiopia. Hal tersebut berdampak pada masyarakat

Oromo (Ethiopia) di Mesir yang menanggung beban serta kecurigaan dari

penduduk mesir. Banyak pengungsi Oromo (Ethiopia) telah menjadi korban dari

serangan fisik, begitu penjelasan dari PBB. Sementara itu sejumlah orang Ethiopia

di Mesir diusir, tidak mendapatkan kesehatan, serta diskriminasi lainnya dari

penduduk Mesir. Tindakan pengusiran yang dilakukan oleh pemerintahan Mesir

merupakan bentuk langsung penolakannya terhadap pembangunan tersebut.79

Bukan hanya itu saja bahkan seorang pejabat senior dari Partai Nour Mesir

mengatakan bahwa “Membangun bendungan adalah sama saja dengan deklarasi

perang.” Oleh karena itu, ia mengusulkan agar Mesir mendukung berbagai

gerakan separatis di Ethiopia jika pembangunan bendungan dilanjutkan.80

78 Ayah Aman, “Egypt seeks to halt Ethiopian DAM”, diakses pada 2 Maret 2016 melalui

http://www.al-monitor.com/pulse/ru/contents/articles/originals/2014/02/egypt-lobby-renaissance-

dam-ethiopia.html. 79

Peter Schwartzstein, “Egyptian Condemn Ethiopia‟s Nile Dam Project.”, diakses pada

2 Maret 2016 melalui http://hornaffairs.com/en/2013/09/30/water-wars-egypt-condemn-ethiopia-

Nile-dam/. 80

Peter Schwartzstein, “Egyptian Condemn Ethiopia‟s Nile Dam Project.”, diakses pada

2 Maret 2016 melalui http://hornaffairs.com/en/2013/09/30/water-wars-egypt-condemn-ethiopia-

Nile-dam/.

Page 58: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

47

III.B Respon Mesir terhadap Pembangunan Grand Ethiopian Renaissance

Dam Pada Masa Pemerintahan Abdul Fatah Al-Sisi.

Respon Mesir pada masa pemerintahan sebelumnya yakni Muhammad

Mursi lebih cenderung kepada penolakan yang disertai dengan aksi militer.

Berbeda dengan Presiden Al-sisi yang memilih cara lunak dalam merespon

pembangunan Grand Ethiopia Renaissance Dam (GERD). Hal tersebut terbukti

pada 27 Maret 2015 untuk pertama kalinya selama tiga dekade Presiden Al-Sisi

bertemu Presiden Ethiopia, Mulatu Teshome yang didampingi oleh Perdana

Menterinya, yakni Hailemariam Desalegn.

Presiden Dr Mulatu Teshome secara langsung menyambut Presiden Abdel

Fattah Al-Sisi di Istana Nasional Ethiopia. Dalam perbincangan tersebut Presiden

Dr. Mulatu menyatakan:

“His appreciation of the effort Egypt is making to deepen desire to transform

relations into a state of trust and confidence. President Dr. Mulatu stressed that

Ethiopia was constructing the GERD purely for power generation, that the

country was committed to a green development which would be beneficial the

relationship between the two sisterly countries of Ethiopia and Egypt, both in

general and over the issue of ensuring equitable water utilization.”81

Terbukanya hubungan kembali antara Mesir dan Ethiopia bukan hanya

karena adanya ikatan bersejarah atau hubungan budaya yang erat dengan orang-

orang Ethiopia melainkan adanya keinginan untuk mengubah hubungan yang

saling percaya. Presiden Dr. Mulatu menegaskan bahwa, “Pembangunan GERD

81

NN, “Newsletter Ethiopia Embassy in Brussels,” Weekly Issue, no. 29,(2015): hal. 5-6.

Page 59: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

48

bertujuan untuk pembangkit listrik yang nantinya akan membuat pembangunan

hijau di Ethiopia.”82

Sebelum kedatangan Presiden Al-Sisi di Ethiopia, pada 23 Maret 2015

berhasil disepakati suatu deklarasi, yakni dikenal dengan Declaration of Principle

dengan 10 prinsip yang ditandatangani oleh Mesir, Ethiopia, dan Sudan. Dimana

deklarasi yang disertai penandatanganan prinsip tersebut mengenai pengaturan

pembangunan negara-negara Nil Basin.83

Sepuluh prinsip tersebut yang tertuang dalam Declaration of Principle

meliputi Principles of Cooperation, yang menghasilkan keuntungan bersama atau

win-win solution. Principle of Development, Regional Integration, and

Sustainabilty maksudnya meningkatkan pembangunan ekonomi serta promosi

kerjasama lintas negara.84

Beberapa prinsip lainnya seperti Principle Equitable and Reasonable

Utilization, Principle to cooperate on the First Filling and Operation of the Dam.

Principle of Confidence Building, Principle of Exchange of Information and Data,

Principle of Dam Safety, Principle of Sovereignty and Territorial Integrity,

Principle of Peaceful Settlement of Disputes.85

Kita bisa lihat mengenai sepuluh prinsip tersebut sebagian besar

membahas tentang kerjasama ekonomi dalam pembangunan bendungan raksasa

oleh Ethiopia. Kemudian prinsip lainnya menjelaskan pentingnya mengantisipasi

82 NN, “Newsletter Ethiopia Embassy in Brussels,” Weekly Issue, no. 29,(2015): hal.2.

83

Ibid., hal.5-6.

84

Ibid., hal.5-6.

85

Ibid., hal.5-6.

Page 60: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

49

dampak lingkungan yang terjadi, kedaulatan, penyelesaian konflik, teknis

pengaturan bendungan, dan yang tepenting pembangunan kepercayaan diantara

negara-negara yang terlibat.

Dalam pernyataan Al-Sisi pada saat menandatangani Declaration of

Principles bahwa:

“Meskipun faktanya pembangunan tersebut merupakan representasi dari

usaha Ethiopia untuk membangun energi yang bersih serta pembangunan.

Namun sebenarnya pembangunan tersebut secara tidak langsung

memperihatikan masyarakat Mesir secara khusus karena sungai Nil adalah

sumber kehidupan bersama.”86

Dalam proses pencapaian deklarasi bisa dikatakan Presiden Al-Sisi yang

menginginkan membuka hubungan baik kembali terhadap Ethiopia. Selain itu

Presiden Mesir tersebut ingin memperkuat hubungan yang bersifat menampung

aspirasi diantara dua negara tersebut. Pemerintah Mesir tidak memungkiri bahwa

proyek tersebut akan berdampak pada pengurangan debit air sungai Nil tetapi

tidak akan mengancam keamanan air di Mesir.87

86 Mada Masr, “Egypt, Sudan and Ethiopia sign „declaration of principles‟ on

Renaissance Dam”, diakses pada 20 April 2016 melalui http://www.madamasr.com/news/egypt-

sudan-and-ethiopia-sign-%E2%80%98declaration-principles%E2%80%99-renaissance-dam.

87

Federico Manfredi, “Shoukry in Addis Ababa for talks over Grand Ethiopian

Renaissance Dam”, diakses pada 20 April 2016 melalui

http://www.dailynewsegypt.com/2014/11/02/shoukry-addis-ababa-talks-grand-ethiopian-

renaissance-dam/

Page 61: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

50

BAB IV

PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI MESIR DALAM

MENERIMA PEMBANGUNAN GRAND ETHIOPIAN

RENAISSANCE DAM DI SUNGAI NIL BIRU

Pada bab ini penulis mencoba untuk menjelaskan respon apa saja yang

dilakukan oleh Pemerintah Mesir terhadap pembangunan bendungan yang

dilakukan oleh Pemerintah Ethiopia serta analisis mengenai kebijakan luar negeri

apa yang akan muncul dari pemerintahan Mesir terhadap pembangunan teresebut.

Ditambah adanya pergeseran kepemimpinan di pemerintahan Mesir itu sendiri

cukup memberikan pengaruh mengenai perubahan arah kebijakan luar negeri

Mesir terhadap pembangunan GERD.

IV.A Kepentingan Nasional Mesir terhadap Ethiopia

Pada 2011 Ethiopia mulai membangun GERD di Sungai Nil yang terdapat

suatu tempat dikatakan dengan Guba. Permasalahan bendungan tersebut telah

menjadi isu menarik di kawasan Afrika yang tentunya berdampak baik secara

regional maupun internasional. Pembangunan tersebut melibatkan Mesir dan

Sudan juga sehingga membuat masalah ini semakin kompleks.88

88 Belachew Tesfa, “Benefit of Grand Ethiopian Rennaissance DAM Project for Sudan

and Egypt”, EIPSA Communicating Article, Vol 1 no 1, University of Huddersfield (Desember

2013): hal.2.

Page 62: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

51

Pembangunan bendungan raksasa, Grand Ethiopia Renaissance oleh

Ethiopia di Sungai Nil secara langsung akan mempengaruhi Mesir sebagai negara

yang memiliki kekuasaan penuh terhadap Sungai tersebut. Sejak 2011-2014 Mesir

sedang mengalami musim kekeringan yang berdampak pada penurunan kekuatan

bendungan Aswan dalam memenuhi kebutuhan Mesir.

Penurunan kekuatan bendungan Aswan dipengaruhi kuat dengan adanya

pembangunan Grand Ethiopia Remaissance. Beberapa analis mengklaim bahwa

akan terjadi pengurangan aliran Sungai Nil ke Mesir sekitar 12 sampai 25

persen.89

Pengurangan tersebut secara berkelanjutan akan menciptakan krisis

listrik, penurunan produksi domestik, kerugian dalam pemasokan pertanian yang

dapat mengurangi pasokan gandum ke Mesir. Padahal dulunya Mesir adalah

negara pengekspor gandum tapi sekarang menjadi negara pengimport gandum

untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya.90

Sungai Nil juga merupakan jantung perekonomian bagi mesir karena

sebagian besar penghasilan penduduk Mesir berasal dari sektor pertanian. Terlihat

17 persen dari total GDP Mesir berasal dari komoditas ekspor dari sektor

pertanian.91

Disamping itu pembangunan GERD memiliki dampak positif. Hal tersebut

nampak pada tujuan pembangunan bendungan tersebut yakni menghasilkan

tenaga listrik sebesar 6000 megawatt dengan produksi pertahunnya adalah 15.130

89

Brooke Kantor, “Dam-ed if you don‟t: Egypt and The Grand Ethiopian Renaissance

Dam,” diakses pada 2 Maret 2016 melalui http://harvardpolitics.com/hprgument-posts/dam-ed-

dont-egypt-grand-ethiopian-renaissance-dam-project/ 90

Ibid., 91

Lowell N.Lewis, “The Role of Agriculture in the Economy of Egpyt” diakses pada 2

Maret 2016 melalui http://www.egyptianagriculture.com/role_economics.html.

Page 63: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

52

megawatt. Manfaat lainnya dalam pembangunan bendungan tersebut terhadap

negara-negara hilir yakni dapat mengurangi lumpur dan sedimentasi, seperti

Sudan dan Mesir dengan pengaturan air melalui konservasi di daratan Ethiopia.92

Kemudian bendungan raksasa tersebut sebagai bentuk pencegahan

terhadap banjir serta mitigasi kekeringan. Hitungan teknis rencana pembangunan

bendungan tersebut GERD dengan asumsi Ethiopia menggunakannya untuk

kebutuhan listrik berdampak pada aliran air di negara-negara hilir. Pengaturan

aliran di bagian hilir akan berdampak pada peningkatan produksi pertanian di

kawasan hilir, yakni salah satunya Mesir.

Pengaturan aliran air itu digunakan untuk mengurangi kerugian panen

yang disebabkan kekurangan air saat periode musim kemarau. Dapat dikatakan

juga bendungan GERD memberi keuntungan untuk Mesir dan Sudan melalui

pemberian aliran air secara stabil.93

Dampak negatif dari pembangunan bendungan raksasa yang dilihat Mursi

pada masa jabatannya justru terlihat menguntungkan atau memiliki sisi positif

oleh Al-Sisi. Perubahan pandangan tersebut dari dampak negatif ke positif

dijadikan sebagai dasar kepentingan nasional oleh Presiden Al-Sisi.

Kepentingan nasional merupakan pondasi utama dalam membentuk

kebijakan luar negeri. John Baylis menjelaskan bahwa, “segala sesuatu yang

92 Belachew Tesfa, “Benefit of Grand Ethiopian Rennaissance DAM Project for Sudan

and Egypt”, EIPSA Communicating Article, Vol 1 no 1, University of Huddersfield (Desember

2013): hal.2.

93

Lowell N.Lewis, “The Role of Agriculture in the Economy of Egpyt” diakses pada 2

Maret 2016 melalui http://www.egyptianagriculture.com/role_economics.html.

Page 64: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

53

dibutuhkan negara terangkum dalam sebuah kebijakan yang didalamnya terdapat

kepentingan nasional.”94

Dalam pandangan Neoliberal Institusionalis negara bertindak untuk

kepentingan nasional sendiri, namun juga negara memandang bahwa kepentingan

nasional hanya dapat tercapai jika dilakukan kerjasama.

Keohane mengakui bahwa kerjasama bukan tindakan yang mudah dicapai

dan berpotensi menyebabkan ketegangan, namun melalui kerjasama, absolute

gain dapat tercapai. 95

Oleh karena itu, pencapaian kepentingan nasional suatu negara dapat

dilakukan melalui serangkaian kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri ini

termanifestasikan melalui kerjasama bilateral, maupun multilateral dalam rangka

pemenuhan kebutuhan nasional dan pencapaian kesejahteraan secara global.

Mesir dengan Ethiopia telah membahas hubungan perdagangan antara

kedua negara serta hambatan yang mungkin muncul. Hubungan tersebut mengenai

zona industri Mesir-Ethiopia di atas lahan seluas 2 juta meter dengan biaya 150

juta dollar dikelola oleh pengusaha Ahmed El-Sewedy. Selain itu Ethiopia juga

menjanjikan komisi yang besar kepada Mesir dalam hubungan perdagangan itu.96

Kemudian selama 2015 ekspor Mesir ke Ethiopia mencapai 85 milyar

dollar dengan peningkatan 33 persen dibandingkan dengan tahun sebelum-

94

John Baylis.dkk, The Globalization of World Politics : An Introduction of International

Relation 5th

Edition, (New York: Oxford University Press, 2008), hal.210.

95

Robert Keohane, After Hagemony: Cooperation and Discord in the World Political

Economy, (New Jersey: Princeton University Press ,1984), hal.7.

96

Omar Halawa, “Ethiopia Renaissance Dam: What options are left for egypt”, diakses

pada 18 Mei 2016 melalui

http://english.ahram.org.eg/NewsContent/1/151/189974/Egypt/Features/Ethiopias-Renaissance-

Dam-What-options-are-left-fo.aspx.

Page 65: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

54

sebelumnya. Produk yang diekspor Mesir ke Ethiopia berupa bahan bangunan,

meliputi bahan keramik serta bahan makanan, seperti jus dan buah. Begitupun

sebaliknya ekspor Ethiopia terhadap Mesir memperoleh surplus mencapai EGP 25

milyar selama akhir 2015 dengan presentasi peningkatan 11 persen dibandingkan

tahun sebelumnya.97

Dalam jangka panjangnya secara ekonomi pembangunan bendungan

tersebut akan membuka kerjasama antara Mesir itu sendiri terhadap bukan hanya

dengan Ethiopia melainkan negara lainnya di benua Afrika. Melalui itu Mesir bisa

melakukan pertukaran ekonomi yang bisa dimulai dengan Ethiopia yang nantinya

menyambung ke negara Afrika lainnya. Potensi yang menarik dalam kerjasama

tersebut berfokus pada pertumbuhan ekonomi dan investasi.98

Bukan hanya kepentingan ekonomi saja, Kepentingan Mesir dengan

Ethiopia terletak kepada kepentingan politiknya juga. Ini berkaitan dengan potensi

ancaman pasukan pemberontak, seperti pasukan Islamis AL-Shaabab yang ada di

Somalia. Dimana Ethiopia dengan keras berkampanye melawan pasukan tersebut

sehingga Al-Sisi ikut mendukung kampanye tersebut. Presiden Mesir, Al-Sisi

melihat Ethiopia memiliki komitmen kuat dalam pemberantasan pasukan

pemberontak Islam tersebut.99

97 Nehal Mounir, “Now is right time for Egyptian companies to invest in Ethiopian

market while it is still blossoming: Al-Zumar,” diakses pada 18 Mei 2016 melalui

http://www.dailynewsegypt.com/2015/11/01/now-is-right-time-for-egyptian-companies-to-invest-

in-ethiopian-market-while-it-is-still-blossoming-al-zumar/.

98

NN, “Egypt and the Ethiopian Renaissance Dam,” diakses pada 18 Mei 2016 melalui

www.aucegypt.edu/news/stories/egypt-and-ethiopian-renaissance-dam. 99

Tobias Von Lossow dan Stephan Roll, “Egypt Nile Water Policy Under Al-Sisi.”

German Institute for International and Security Water, (Februari 2015): hal.3.

Page 66: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

55

Page 67: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

56

Jika kita kaitkan dengan kenyataan yang ada dengan konsep national

interest bahwa Mesir sangat membutuhan Ethiopia dalam bidang ekonomi dan

juga politik. Keuntungan dari kegiatan perdagangan internasional merupakan

national interest dari Mesir sehingga harus melakukan berbagai upaya untuk

mencapai tersebut. Upaya tersebut bisa dengan kekuatan militer atau non-militer.

Dalam konteks politik yakni Mesir secara tidak langsung mendukung

Ethiopia untuk memberantas pasukan Al-Shaabab sebagai bentuk kepentingannya.

Dukungan Mesir terhadap Ethiopia bertujuan untuk menciptakan keamanan di

kawasan air, seperti Laut Merah dan Terusan Suez. Dimana kawasan air tersebut

berbanding lurus dengan pendapatan Mesir.

IV.B Perubahan Kebijakan Luar Negeri Mesir terhadap GERD

Permasalahan pembangunan Grand Ethiopian Renaissance DAM di

sungai Nil dari pemerintahan Mesir mengalami perbedaan kebijakan luar

negerinya terhadap masalah itu. Pemerintahan pada masa lalu yakni Muhammad

Mursi yang kemudian digantikan oleh Al-Sisi. Sungai Nil sangat penting untuk

menjamin berlangsungnya hidup masyarakat di sekitar kawasan tersebut,

khususnya Mesir. Selain itu tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar

masyarakat Mesir menggantungkan hidupnya terhadap air tersebut.103

103

Ashok Swain, “Mission Not Yet Accomplished: Managing Water Resources In The

Nile Basin”, Journal of International Affairs, vol 62 no 1 (Fall/Winter 2008): hal.2, diakses pada 8

Juni 2015 melalui https://www.ciaonet.org/catalog/16207.

Page 68: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

57

Adanya permasalahan sungai tersebut secara langsung mengharuskan

Mesir mengambil suatu sikap untuk meresponnya. Sikap Mesir terhadap

permasalahan tersebut diimplementasikan dalam bentuk kebijakan luar negeri.

Kemudian adanya masa jabatan Presiden Mesir, Muhammad Mursi yang terbilang

tidak cukup lama. Dimana pasca Presiden Mursi turun digantikan oleh Al-Sisi

sebagai pemimpin Mesir hingga saat ini.

Tentunya dalam kebijakan luar negeri Mesir sebagai bentuk respon

terhadap permasalahan pembangunan tersebut mengalami perubahan dari

Muhammad Mursi ke Al-Sisi. Kebijakan luar negeri yang akan diambil oleh

kedua pemimpin tersebut, yakni Muhammad Mursi pada 2013 serta Al-Sisi yang

memimpin Mesir sampai sekarang sebagai bentuk untuk mencapai kepentingan

nasional negara tersebut.

Berdasarkan definisi yang diberikan oleh K.J Holsti bahwa, ” kebijakan

luar negeri merupakan segala aktifitas negara terhadap lingkungan eksternalnya

sebagai bentuk untuk mencapai keuntungan dari lingkungan tersebut.”104

Dapat

dikatakan juga bahwa kebijakan luar negeri sebagai cara politik untuk mencapai

kepentingan nasional dari suatu negara melalui kekuasaanya.

Holsti juga menjelaskan bahwa:

“Lingkungan eksternal dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri,

seperti struktur sistem internasional, karakter/struktur ekonomi dunia, masalah-

masalah global yang ditimbulkan oleh aktifitas perorangan atau kelompok,

berbagai kebijakan dan tindakan negara-negara lain, hukum internasional dan

opini dunia.”105

104

K.J Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, (Bandung: Bina Cipta,

1992), hal.82. 105

Ibid, hal.82.

Page 69: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

58

Ada dua komponen utama kebijakan luar negeri, pertama faktor

domestik/internal dan faktor internasional/eksternal. Faktor domestik terdiri dari

taktik pengalihan, kepentingan ekonomi dan keputusan kebijakan luar negeri,

peran opini publik dan siklus pemilu.

Berdasarkan pengertian dan unsur-unsur yang mempengaruhi kebijakan

luar negeri di atas dapat ditarik beberapa pernyataan. Pada 2013 Mesir yang

dipimpin oleh Muhammad Mursi mengambil kebijakan luar negeri yang

cenderung hard power, yakni ancaman pengerahan pasukan militer terhadap

Ethiopia jika bendungan raksasa itu dibangun.

Berbeda dengan masa pemerintahan Al-Sisi pada 2014 sampai sekarang

yang mengedepankan soft power dalam menerapkan kebijakan luar negerinya

terhadap Ethiopia mengenai pembangunan bendungan tersebut. Perubahan

kebijakan luar negeri pada masa Al-sisi yang lebih melunak berkaitan dengan

kepentingan ekonomi Mesir itu sendiri di Ethiopia.

Jadi salah satu faktor penyebab perubahan kebijakan luar negeri Mesir

pada masa Al-Sisi karena adanya saling ketergantungan diantara dua negara

tersebut. Dimana saling ketergantungan tersebut membuat Mesir dan Ethiopia

saling bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam negerinya ditambah

adanya saling menguntungkan dalam kerjasama tersebut.

Ketergantungan itu nampak pada kelebihan Mesir dalam sektor pertanian

yang kuat. Potensi tersebut bisa ditawarkan kepada Ethiopia mengenai investasi

pertanian dengan catatan Mesir mendapatkan bagian yang besar dalam bendungan

Page 70: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

59

tersebut. Disamping itu Ethiopia juga harus memenuhi kebutuhan dasar

masyarakatnya melalui pertanian Mesir tersebut.106

Kepentingan ekonomi Mesir semakin menguat terhadap Ethiopia

dilakukan dalam bidang politiknya. Masa pemerintahan Al-Sisi melakukan

serangkaian aksi dalam pembebeasan beberapa penduduk Ethiopia di Libya.

Apresiasi pun datang dari Ethiopia mengenai tindakan baik dari Mesir. Bahkan

Ethiopia menganggap Mesir sebagai “saudara” di Benua Afrika.

Berbalik dengan Presiden Mursi yang mengusir masyarakat Ethiopia di

negara Mesir yang disebut dengan bangsa Oromo. Terkadang juga terdapat korban

dari serangan fisik, begitu penjelasan dari PBB. Sementara itu sejumlah orang

Ethiopia di Mesir diusir, tidak mendapatkan kesehatan, serta diskriminasi lainnya

dari penduduk Mesir.107

Berkaitan dengan analisis kebijakan luar negeri meliputi tiga level analisis.

Pertama adalah tingkatan individu, yaitu pengambilan pada seorang pemimpin

dari suatu negara contohnya Presiden. Kemudian, state level dimana struktur

politik negara, aktor pembuatan kebijakan dipengaruhi dengan interaksi antar

aktor negara. Terakhir international level berasumsi bahwa kebijakan luar negeri

suatu negara sangat dipengaruhi oleh sistem internasional.108

106 NN, “Egypt and the Ethiopian Renaissance Dam,” diakses pada 18 Mei 2016 melalui

www.aucegypt.edu/news/stories/egypt-and-ethiopian-renaissance-dam 107

Peter Schwartzstein, “Egyptian Condemn Ethiopia‟s Nile Dam Project”, diakses pada

2 Maret 2016 melalui http://hornaffairs.com/en/2013/09/30/water-wars-egypt-condemn-ethiopia-

Nile-dam/. 108

John T. Rourke, International Politics on the World Stage, (New York: McGraw-Hill

Companies, 2008), hal.64-99.

Page 71: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

60

Jika kita lihat dalam tingkat analisis bahwa kebijakan luar negeri yang

diambil oleh pemerintah Mesir merupakan representasi individu. Maksudnya

kebijakan Mesir diambil dari seorang pemimpin, yakni Muhammad Mursi pada

masanya dan Al-Sisi pada masanya juga. Perbedaanya pada masa Muhammad

Mursi lebih cenderung hard power sedangkan Al-Sisi mengedepankan soft power.

IV.C Faktor Internal (Idiosyncratic)

Pemerintahan Mesir dalam 5 tahun terakhir pasca turunya Hosni Mubarak

digantikan oleh Muhammad Mursi dengan waktu singkat diturunkan oleh Al Sisi

hingga sekarang. Dalam pembahasan ini berfokus pada kebijakan yang sudah

dilakukan oleh Muhammad Mursi hingga presiden sekarang, yakni Al Sisi. Sesuai

dengan penjelasan sebelumnya bahwa Mursi cenderung agresif, tidak kompromi,

dan menggunakan hard power.

Pasca turunnya Muhammad Mursi yang kemudian digantikan oleh Al Sisi

lebih bersifat soft power dan mengedepankan kerjasama. Pastinya berbagai

pertimbangan atau faktor dapat mempengaruhi perbedaan kebijakan diantara

Mursi dan Al Sisi. Dalam proses pengambilan kebijakan luar negeri salah satunya

terdapat faktor internal yang terdiri dari beberapa unsur, khususnya faktor

idiosyncratic.

Definisi idiosyncratice bahwa seorang individu mempunyai peranan dalam

proses pengambilan kebijakan luar negeri. Dimana individu tersebut dipengaruhi

oleh beberapa faktor, misalnya personality, ego and ambitions, political history

Page 72: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

61

and personal experience, atau physical and mental health.109

Beberapa faktor

yang berpengaruh terhadap indvidu bisa membuat kebijakan yang diambil

merupakan representasi dari pemimpin suatu negara.

Pertama, pergeseran kebijakan luar negeri antara Mursi dengan Al Sisi

disebabkan adanya perubahan pemimpin. Fokus dalam konsep idiosyncratice

bukan hanya pada pergantian pemimpin tetapi terletak pada personality,

perceptions, atau faktor lainnya yang melekat pada mereka. Personality

menjelaskan adanya hubungan aktif-pasif dan positif-negatif dalam kepribadian

politik.110

Kemudian pemimpin yang aktif adalah inovator, sementara para pemimpin

pasif bersifat reaktor. Kombinasi terburuk dikatakan kombinasi aktif-negatif

(pemimpin aktif menerima lebih banyak kritik, namun kepribadian negatif rentan

untuk menganggap bahwa lawan adalah musuh). Penjelasan mengenai personality

terhadap terjadinya pergeseran kebijakan bahwa kebijakan ancaman militer dan

pengusiran oleh Mursi tergolong dalam pemimpin pasif.

Pemimpin pasif bersifat reaktor maksudnya sebagai indvidu yang

memunculkan reaksi dari negara lain. Sedangkan Al Sisi termasuk pemimpin aktif

bersifat inovator yang cenderung menggunakan strategi baru dalam merespon

masalah bendungan raksasa, yakni mengadakan kerjasama atau disebut

Declaration of Principles.

109

Matthew Hanzel, “Summary and Commentaries on Levels of Analysis and Foreign

Policy,”Departemen of International Relations (2009): Hal. 8-9 diakses pada 26 Juni 2016 melalui

https://www.scribd.com/doc/123712904/The-Three-Levels-of-Analysis-in-International-Relations. 110

Ibid.,

Page 73: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

62

Kombinasi aktif-negatif dalam personality bisa digunakan juga untuk

menjelaskan terjadinya pergeseran kebijakan di Mesir. Keputusan Al Sisi melalui

kebijakan luar negerinya untuk berkerja sama dengan Ethiopia secara langsung

merupakan asumsinya mengenai kegagalan yang dilakukan oleh Mursi.

Kerjasama yang dilakukan Al Sisi merupakan hasil dari kritikan terhadap Mursi.

Pada waktu Mesir dipimpin oleh Mursi berdasarkan kepribadian negatif bahwa

Mursi menganggap Ethiopia sebagai musuh yang harus dimusnahkan.

Menurut Margaret G. Hermann bahwa berkaitan dengan proses kebijakan

luar negeri terdapat beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi kepribadian

politik, diantaranya yaitu expansionist dan active independent. Kepribadian

pemimmpin bersifat expansionist memiliki kontrol besar, tidak percaya kepada

negara lain, serta tidak melihat beberapa alternatif dalam menyelesaikan

masalah.111

Berbanding terbalik dengan kepribadian active independent bahwa

pemimpin ingin berpartisipasi dengan komunitas internasional serta tetap

mempertahankan hubungan dengan negara-negara dunia.112

Melalui Margaret G.

Hermann memberikan penjelasan secara langsung Presiden Mursi merupakan

kepribadian politik bersifat expansionist. Presiden Al Sisi termasuk kepribadian

politik yang bersifat active independent.

111

James. N. Rosenau, The Scientific Study of Foreign Policy, (London: Francis Printer

,1980), hal. 50. 112

Ibid., hal. 50.

Page 74: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

63

Berdasarkan penjelasan di atas bisa diambil suatu pernyataan mengenai

penyebab pergeseran kebijakan luar negeri dalam konteks idiosyncretic terjadi

adanya kepribadian yang dimiliki kedua pemimpin tersebut. Presiden Mursi lebih

bersifat expansionist serta personality yang bersifat aktif-negatif. Di sisi lain Al

Sisi memiliki kepribadian politik active independent serta bersifat pasif-positif

secara personality.

IV.D Faktor Eksternal (Ancaman Keamanan)

Kepentingan politik masa pemerintahan Al Sisi kaitannya dengan

Declaration of Principles bahwa kerjasama yang dibangun oleh Mesir dengan

Ethiopia ada kaitannya dengan kemungkinan ancaman yang berasal dari Somalia.

Ethiopia sangat gencar dalam memberantas kelompok terorisme yang dikenal

dengan Al-Shaabab.

Bagi Mesir kelompok teroris Al-Shaabab yang sudah menyerang Yaman

berpotensi akan menguasai beberapa wilayah strategis dikawasan Afrika.

Kawasan strategis menurut Mesir yaitu Terusan Suez dan Laut Merah. Kedua laut

itu merupakan salah satu sumber kehidupan Mesir. Sehingga Mesir harus

mempertahankan wilayah strategis tersebut dari kelompok teroris Al-Shaabab.

Kelanjutan dari proses kebijakan luar negeri dimana faktor eksternal

memiliki peranan cukup besar disamping faktor internal dalam suatu kebijakan

yang akan diambil. Berbagai masalah, ancaman, atau tantangan yang terjadi di

luar negara tidak dapat dipungkiri dapat mempengaruhi kebijakan dari suatu

Page 75: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

64

negara. Dalam konteks Mesir ancaman tersebut adalah pasukan teroris Al-

Shaabab.

Dalam konteks keamanan internasional berdasarkan pernyataan Victor D.

Cha bahwa: “The new security environment in the 21st century will operate

increasingly in the space defined by the interpenetration between two spheres:

globalization and national identity”.113

Salah satu contoh ancaman keamanan di

masa sekarang serta berkaitan dengan derasnya globalisasi yaitu terorisme.

Dalam kajian terorisme, Alex Schmid mengatakan bahwa:

“Terrorism is an anxiety-inspiring method of repeated violent action,

employed by (semi-) clandestine individual, groups or state actors, for

idiosyncratic, criminal or political reasons…”.114

Jadi, pergeseran kebijakan luar negeri yang dipengaruhi oleh faktor

eksternal terletak pada ancaman yang muncul pada saat Presiden Al Sisi. Pada

masa pemerintahan Mursi tidak melihat adanya ancaman kelompok teroris dari

Somalia. Sedangkan Presiden Al Sisi melihat adanya potensi ancaman keamanan

dari Al-Shaabab yang akan menguasai wilayah strategis kelautan Mesir.

113

Victor David Cha, “Globalization and the Study of International Security”, Journal of

Peace Research, vol. 32, no. 3 (Mei, 2000): hal. 33. 114

Alex Schmidt dan Jongman, Political Terrorism: A new guide to actors, authors,

concepts, data bases, theories, and literature, (Amsterdam: North-Holland Publishing

Company,1988), hal.3.

Page 76: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

65

BAB V

PENUTUP

Bagian ini merupakan bab terakhir sebagai penutup dari beberapa bab

sebelumnya. Selain itu bagian ini berisikan kesimpulan yang terdiri dari beberapa

bab. Pada bagian terakhir ini membantu memberikan ringkasan singkat dari inti

permasalahan yang dibahas dimulai dari kerangka kerjasama, motif pembangunan

bendungan, dampak pembangunan bagi Mesir, dan respon Mesir terhadap

pembangunan bendungan.

V.A Kesimpulan

Kebutuhan akan air Timur Tengah semakin lama semakin meningkat

akibat meningkatnya jumlah penduduk dan semakin meningkatnya produksi

pertanian. Secara geografis kawasan Timur Tengah sebagian besar dikellilingi

oleh gurun. Sehingga berdampak pada sedikitnya sumber air, khususnya air bersih

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari negara-negara di kawasan tersebut.

Kelangkaan air bersih inilah yang kerapkali menjadi salah satu sumber masalah di

Timur Tengah. Ketidakadilan dalam pendistribusian air khususnya sungai,

seringkali tidak bisa dimanfaatkan secara adil oleh setiap negara-negara.

Hal ini terlihat dari konflik yang terjadi antara Mesir dan Ethiopia di

Sungai Nil Biru. Konflik ini mulai memanas ketika pada tahun 2011 Ethiopia

membangun bendungan raksasa di wilayah Sungai Nil tersebut. Perselisihan

antara Mesir dengan Ethiopia terkait dengan pembangunan Grand Ethiopian

Renaissance Dam merupakan salah satu representasi fenomena perebutan air di

Page 77: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

66

kawasan Afrika. Mulai dari penggunaan hard power oleh Mesir pada masa

Presiden Muhammad Mursi yang dibuktikan dengan ancaman aksi militer.

Kemudian Presiden Al-Sisi sebagai pengganti dari presiden sebelumnya

cenderung menggunakan soft power dalam menanggapai permasalahan sumber air

tersebut.

Tentunya setiap presiden Mesir yang sedang menjabat pada saat itu yakni

Muhammad Mursi kemudian digantikan oleh Al-Sisi memiliki alasan tersendiri

mengenai perbedaan sikap dalam masalah bendungan tersebut. Dampak positif

dan negatif dari bendungan tersebut berperan cukup besar dalam mempengaruhi

pergeseran kebijakan luar negeri Mesir.

Kebijakan luar negeri Mesir masa Al-Sisi yang merupakan penerapan

kepentingan nasional negara tersebut dibuktikan dengan adanya kerjasama.

Presiden Mesir, Al-Sisi melihat adanya ketergantungan Mesir terhadap Ethiopia

terkait pembangunan bendungan tersebut. Dengan kata lain Mesir dan Ethiopia

saling membutuhkan bendungan raksasa itu untuk memenuhi kebutuhan dalam

negerinya.

Kemudian Mesir juga memiliki kepentingan politik terhadap kerjasamanya

dengan Ethiopia terkait penciptaan keamanan di kawasan air Mesir. Laut Merah

dan Terusan Suez memiliki potensi ketidakstabilan yang disebabkan pasukan

ekstrimis dari Somalia. Mesir membutuhkan Ethiopia untuk memberantas

pasukan ekstrimis dari Somalia tersebut.

Pada masa pemerintah Mursi yang menjabat dengan waktu singkat serta

cenderung mengancam Ethiopia terkait pembangunan bendungan raksasa. Secara

Page 78: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

67

langsung Mursi melakukan pengusiran suku Oromo keturunan Ethiopia di Mesir.

Berbanding terbalik dengan pemerintahan Al-Sisi yang lebih melindungi orang

Ethiopia di Libya dari pemberontak. Tindakan diantara dua presiden tersebut

merupakan bentuk kebijakan yang diambil dengan penerapan dan kepentingan

nasional yang berbeda.

Proses kebijakan luar negeri Mesir terhadap Ethiopia dipengaruhi juga

faktor internal dan eksternal yang memiliki pengaruh besar. Salah satu faktor

internal yakni idiosyncretic atau kepribadian politik dari Mursi dan Al Sisi yang

menyebabkan terjadinya pergeseran kebijakan luar negeri. Kemudian faktor

eksternal yakni ancaman keamanan memiliki peranan dalam terjadinya pergeseran

kebijakan luar negeri dair Mursi ke Al Sisi.

Oleh karena itu pergeseran kebijakan luar negeri dari Mursi kepada Al-Sisi

cenderung kontrakdiktif disebabkan adanya perbedaan kepentingan nasional

dalam melihat pembangunan Grand Ethiopian Rennaisance DAM. Dimana

perbedaan itu akan berdampak pada pergesaran kebijakan luar negeri yang mereka

ambil dari yang awalnya menggunakan aksi militer menjadi sebuah kerjasama

yang dipandang saling menguntungkan.

Page 79: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

xi

Daftar Pustaka

Buku:

Baylis, John. The Globalization of World Politics: An Introduction of

International Relation 5th

Edition. New York: Oxford University Press,

2008.

Breuning, Marijke. Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction. New

York: Palgrave Macmilan, 2007

Holsti, K.J. Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis. Bandung: Bina Cipta,

1992.

Jackson, R dan G. Sorensen. Introduction to International Relations. London:

Oxford Universrity Press, 1999.

Keohane, Robert. After Hagemony: Cooperation and Discord in the World

Political Economy. New Jersey: Princeton University Press,1984.

Mintz, Alex. Understanding Foreign Policy Decision Making. New York:

Cambridge University Press, 2010.

Rourke, J.T. International Politics on the World Stage. New York: McGraw-Hill

Companies, 2008.

Rosenau, James. N. The Scientific Study of Foreign Policy. London: Francis

Printer, 1980.

Schmidt, Alex dan Jongman, Political Terrorism: A new guide to actors, authors,

concepts, data bases, theories, and literature. Amsterdam: North-Holland

Publishing Company,1988.

Taylor, S.J. Introduction to Qualitative Research Methods 3rd

Edition. New York:

John Willey and Son, 1998.

Tvedt, Terje. The River Nile in the Post Colonial Era. London: LB Tauris, 2010.

Wendt, Alexander. Social Theory of International Politics. Cambridge:

Cambridge University Press, 1998.

Zulkarnaen. Analisis Kebijakan Luar Negeri. Jakarta:UNAS, 2001.

Jurnal:

Abawari, Y. M. “Conflict and Cooperation among the Nile Basin Countries with

Special Emphasis on the Nile Basin Initiative.” International Institute of

Page 80: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

xii

Social Studies (Desember 2011): hal.201, diakses pada 8 Juni 2015

melalui https://thesis.eur.nl/pub/10809/.

Abdelhady, D, dkk “The Nile and the Grand Ethiopian Renaissance Dam: Is

There a Meeting Point Between Nationalism and Hydrosolidarity.”

Journal of Contemporary Water Research and Education (Juli 2015):

hal.73, diakses pada 10 February 2016 melalui

https://www.researchgate.net/publication/281489479_The_Nile_and_the_

Grand_Ethiopian_Renaissance_Dam_Is_There_a_Meeting_Point_between

_Nationalism_and_Hydrosolidarity.

Allam, M.N dan Gamal Ibrahim Allam “Water Resources in Egypt: Future

Challenges and Opportunities.” Water International, vol 32 no 2 (Juni

2007): hal.206, diakses pada 9 Juni

2015melaluihttps://www.researchgate.net/publication/233101072_Water_R

esources_In_Egypt_Future_Challeges_and_Opportunities.

Aznor, A. “Kepentingan Mesir Menolak Meratifikasi Kesepakatan Cooperation

Framework Agreement Mengenai Aturan Pengelolaan Sungai Nil.” JOM

FISIP Vol 2 no 2, Universitas Riau (Oktober 2015): hal.4, diakses pada 2

Desember 2015 melalui

http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/7071/6756.

Cha, Victor David “Globalization and the Study of International Security”,

Journal of Peace Research, vol. 32, no. 3 (Mei, 2000): hal. 33.

Hanzel, Matthew. “Summary and Commentaries on Levels of Analysis and

Foreign Policy,” Departemen of International Relations, (2009): hal. 8-9

diakses pada 26 Juni 2016 melalui

https://www.scribd.com/doc/123712904/The-Three-Levels-of-Analysis-in-

International-Relations.

Hassan. A.H dan Ahmad Al-Rasshedy “The Nile River and Egyptian Foreign

Policy Interest. African Sociological Review, Vol 11 no 1 (2007): hal.26.

Lossow. T.V dan Stephan Roll, “Egypt Nile Water Policy Under Al-Sisi.”

German Institute for International and Security Water (Februari 2015):

hal.3.

Madani, K. A. “Game Theory approach on understanding the nile basin conflict.”

Department of Civil, Environmental and Construction Engineering (2011):

hal.98, diakses pada 3 Juni 2015 melalui

http://www.academia.edu/5502832/Game_theory_and_water_resources.

Mason, S. “From Conflict to Cooperation in the Nile Basin.” Zurich: Swiss

Federal Institut of Technology (2004): hal.106.

NN. “Newsletter Ethiopia Embassy in Brussels.” Weekly Issues No.29 (Maret

2015): hal.5-6.

Page 81: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

xiii

Parkes, L. “The Politics of Water Scarcity in the Nile Basin: the Case of Egypt.”

Journal of Politics & International Studies, Vol 9 no 1 (Summer 2013):

hal.456.

Swain, A. “Mission Not Yet Accomplished: Managing Water Resources In The

Nile Basin.” Journal of International Affairs, vol 62 no 1 (Fall/Winter

2008): hal.2, diakses pada 8 Juni 2015 melalui

https://www.ciaonet.org/catalog/16207.

Tandirerung, S. “Faktor Domestik Ethiopia Meratifikasi Nile Basin Cooperative

Framework Agreement Tentang Manajemen Redistribusi Aliran Sungai

Nil.” Jurnal analisis hubungan internasional, Vol.3. no.1 (Maret 2014):

hal,640, diakses pada Januari 2015 melalui

http://journal.unair.ac.id/faktor-domestik-ethiopia-meratifikasi-nile-basin-

cooperative-framework-agreement-(cfa)-tentang-manajemen-redistribusi-

aliran-sungai-nil-tahun-2013-article-7218-media-131-category-8.html.

Tandirerung, S. “Faktor Domestik Ethiopia Meratifikasi Nile Basin Cooperative

Framework Agreement Tentang Manajemen Redistribusi Aliran Sungai

Nil.” Jurnal analisis hubungan internasional, Vol.3. no.1 (Maret 2014):

hal.648, diakses pada Januari 2015 melalui

http://journal.unair.ac.id/faktor-domestik-ethiopia-meratifikasi-nile-basin-

cooperative-framework-agreement-(cfa)-tentang-manajemen-redistribusi-

aliran-sungai-nil-tahun-2013-article-7218-media-131-category-8.html.

Tesfa, Belachew. “Benefit of Grand Ethiopian Rennaissance DAM Project for

Sudan and Egypt”, EIPSA Communicating Article, Vol 1 no 1, University

of Huddersfield (Desember 2013): hal.2.

Teshome, W.B. “Transboundary Water Cooperation in Africa.” Tourkish Journal

of International Relation, vol 7 no. 4 (Winter 2008): hal.34, diakses pada 8

Juni 2015 melalui http://alternativesjournal.net/article/view/5000159640.

Yasser Raslan, R. A. “Economic and Development Aspects of Navigation

Development in the Nile.” Research Gate (2011): hal.320.

Website:

Armandhanu, D. “Mesir dan Ethiopia Berebut Sungai Nil” diakses pada 4

Agustus 2015 melalui http://m.news.viva.co.id/news/read/418167-mesir-

dan-ethiopia-berebut-air-sungai-nil.

Aman, A. “Egypt Seeks to Halt Ethiopian DAM” diakses pada 2 Maret 2016

melalui http://www.al-

monitor.com/pulse/ru/contents/articles/originals/2014/02/egypt-lobby-

renaissance-dam-ethiopia.html.

Page 82: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

xiv

Assefa, Emnet. “Ethiopia Diverts The Nile River for Controversial Dam

Construction” diakses pada 2 Maret 2016 melalui

http://addisstandard.com/ethiopia-diverts-the-nile-river-for-controversial-

dam-construction/

BBC Indonesia.“Mesir peringatkan Ethiopia soal waduk Nil” diakses pada 23

Desember 2014 melalui

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/06/130611_mesir_ethiopia_be

ndungan.html

BBC News. “East Africa seeks more Nile water from Egypt” diakses pada 4

Agustus 2015 melalui http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/8682387.stm

Berhane, Daniel. “Grand Ethiopian Renaissance DAM” diakses pada tanggal 10

February 2016 melalui http://hornaffairs.com/en/2011/09/20/facts-grand-

ethiopian-renaissance-dam/.

El-Behairy, Nouran ” Morsi: If our share oh Nile water decreases, our blood will

be the alternative.” diakses pada 4 Agustus 2015 melalui

http://www.dailynewsegypt.com/2013/06/11/morsi-if-our-share-of-nile-

water-decreases-our-blood-will-be-the-alternative/.

Feed for future, “Feed the Future Country Fact Sheet 2014, Ethiopia,” diakses

pada 4 January 2015 melalui

https://www.feedthefuture.gov/country/ethiopia.

Fortin, Jacey. “Dam Rising in Ethiopia Stirs Hope and Tension” diakses pada 8

Agustus 2015 melalui http://www.nytimes.com/2014/10/12/world/dam-

rising-in-ethiopia-stirs-hope-and-tension.html?_r=0

Ghany, M. A. “Ethiophian Studies on Nile Dam fall Short, Egypt Says” diakses

pada 3 Januari 2015 melalui

http://www.reuters.com/article/2013/06/02/us-egypt-ethiopia-nile-

idUSBRE9510C720130602.

Hamilton. “Former National Leaders: Water a Global Security Issue” diakses pada

2 Januari 2015 melalui http://unu.edu/media-relations/releases/water-

called-a-global-security-issue.html.

Halawa, Omar. “Ethiopia Renaissance Dam: What options are left for egypt”

diakses pada 18 Mei 2016 melalui

http://english.ahram.org.eg/NewsContent/1/151/189974/Egypt/Features/Et

hiopias-Renaissance-Dam-What-options-are-left-fo.aspx.

Josephs, Jeremy. “Grand Designs North Africa: Impact of Ethiopia‟s Renaissance

Dam” diakses melalui 3 Januari 2015 dari

http://www.waterworld.com/articles/wwi/print/volume-29/issue-

1/regional-spotlight/ethiopia-impact-of-renaissance-dam/grand-designs-

north-africa-impact-of-ethiopia-s-renaissance-dam.html

Page 83: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

xv

Kantor, Brooke “ Dam-ed If You Don‟t: Egypt and The Grand Ethiopian

Renaissance Dam.” Diakses pada 2 Maret 2016 melalui

http://harvardpolitics.com/hprgument-posts/dam-ed-dont-egypt-grand-

ethiopian-renaissance-dam-project/.

Lewis, L. N “The Role of Agriculture in the Economy of Egpyt” diakses pada 28

Januari 2016 melalui

http://www.egyptianagriculture.com/role_economics.html.

Manfredi, Federico. “Shoukry in Addis Ababa for talks over Grand Ethiopian

Renaissance DAM” diakses pada 20 April 2016 melalui

http://www.dailynewsegypt.com/2014/11/02/shoukry-addis-ababa-talks-

grand-ethiopian-renaissance-dam/

Masr, Mada. “Egypt, Sudan and Ethiopia sign „Declaration of Principles‟ on

Renaissance DAM” diakses pada 20 April 2016 melalui

http://www.madamasr.com/news/egypt-sudan-and-ethiopia-sign-

%E2%80%98declaration-principles%E2%80%99-renaissance-dam.

Mekonnen, K. “The Defects and Effects of Past Treaties and Agreements on the

Nile River Waters: Whose faults were day” diakses pada 28 Juli 2015

melalui http://www.ethiopians.com/abay/engin.html.

Ministry of Water Resourches and Irrigation. “Water Scarcity” diakses pada 29

Januari 2016 melalui

www.mfa.gov.eg/sitecollectiondocument/egypt%20water%20resourches%

20paper_2014.pdf.

Mounir, Nehal. “Now is right time for Egyptian companies to invest in Ethiopian

market while it is still blossoming: Al-Zumar” diakses pada 18 Mei 2016

melalui http://www.dailynewsegypt.com/2015/11/01/now-is-right-time-

for-egyptian-companies-to-invest-in-ethiopian-market-while-it-is-still-

blossoming-al-zumar/.

Musoni, Edwin. “Africa: Rift Widens as Egypt, Sudan Delay Signing Nile Basin

Pact” diakses pada 2 Agustus 2015 melalui

http://allafrica.com/stories/200902230029.html.

Naharnet. “Ethiopia Ratifies Nile Share Deal amid Row with Egypt” diakses pada

2 agustus 2015 melalui http://www.naharnet.com/stories/en/86799.

Naim, Moises. “Think Again: Globalization,” diakses pada 26 Juni 2016 melalui

http://foreignpolicy.com/2009/09/30/think-again-globalization/.

Nile Information System. “Background” diakses pada 2 Agustus 2015 melalui

http://nileis.nilebasin.org/content/background.

Page 84: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

xvi

NN. “Egypt and the Ethiopian Renaissance Dam” diakses pada 18 Mei 2016

melalui www.aucegypt.edu/news/stories/egypt-and-ethiopian-renaissance-

dam

Power, L. “Death on the nile: Egypt Burgoening on food and Water security

crisis” diakses pada 3 Januari 2015 melalui

http://www.futuredirections.org.au/publications/food-and-water-

crises/1826-death-on-the-nile-egypt-s-burgeoning-food-and-water-

security-crisis.html.

Prajogo, M. S. “Kepentingan Nasional: Sebuah Teori Universal dan

Penerapannya Oleh Amerika Serikat di Indonesia” diakses pada 4 Januari

2015 melalui http://strahan.kemhan.go.id/media/files/kepentingan-

nasional.pdf.

Schwartzstein, Peter. “Egyptian Condemn Ethiopia‟s Nile Dam Project” diakses

pada 2 Maret 2016 melalui http://hornaffairs.com/en/2013/09/30/water-

wars-egypt-condemn-ethiopia-nile-dam/.

The Brussels Time. “The grand Ethiopian Renaissance Dam: A New Chapter in

Ethiopia‟s History” diakses pada 10 February 2016 melalui

http://www.brusselstimes.com/news/eu-africa-affairs/4394/the-grand-

ethiopian-renaissance-dam-a-new-chapter-in-ethiopias-history

UN. “UN Human Development Report 1994: New Dimensions of Human

Security,” diakses pada 26 Juni 2016 melalui

http://hdr.undp.org/en/media/hdr_1994_en_chap2.pdf.

Unesco. “The Nile River Basin” diakses pada 27 Juli 2015 melalui

http://www.unesco.org/water/news/newsletter/160.shtml

World Bank, “Nile River Basin Map,” diakses pada 27 Juli 2015 melalui

http://siteresources.worldbank.org/INTAFRNILEBASINI/About%20Us/2

1082459/Nile_River_Basin.htm.

Page 85: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

xvii

LAMPIRAN I: Agreement on The Nile River Basin Cooperative Framework

(Article 14b)

Article 14

Water Security

Having due regard to the provisions of Articles 4 and 5, Nile Basin States

recognize

the vital importance of water security to each of them. The States also recognize

that the cooperation management and development of waters of the Nile River

System will facilitate achievement of water security and other benefi ts. Nile

Basin

States therefore agree, in a spirit of cooperation:

(a) to work together to ensure that all states achieve and sustain water security;

(b)* ...

[Article 14b]:

Attachment

At the end of the negotiations, no consensus was reached on Article 14(b)

which reads as follows: “not to signifi cantly affect the water security of any

other Nile Basin States”.

All countries [Burundi, DR Congo, Ethiopia, Kenya, Rwanda, Tanzania and

Uganda] agreed to this proposal except Egypt and Sudan. To this effect, Egypt

proposed that Article 14(b) should be replaced by the following wording:

“not to adversely affect the water security and current uses and rights of any

other Nile Basin State”.

The Extraordinary Meeting of the Nile Council of Ministers held in Kinshasa,

the Democratic Republic of Congo, on 22 May 2009 resolved that the

issue on the Article 14(b) be annexed and resolved by the Nile River Basin

Commission within six months of its establishment.

Page 86: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

xviii

LAMPIRAN 2: Agreement on Declaration of Principles between Egypt,

Ethiopia and Sudan on The Grand Ethiopian Renaissance

Dam Project

FULL TEXT OF THE DECLARATION

Agreement on Declaration of Principles between

The Arab Republic of Egypt,

The Federal Democratic Republic of Ethiopia

And

The Republic of the Sudan on the Grand Ethiopian Renaissance Dam Project

(GERDP)

Preamble

Mindful of the rising demand of the Arab Republic of Egypt, the Federal

Democratic Republic of Ethiopia and the Republic of Sudan on their

transboundary water resource, and cognizant of the significance of the River Nile

as the source of livelihood and the significant resource to the development of the

people of Egypt, Ethiopia and Sudan, the three countries have committed to the

following principles on the GERD:

I - Principles of Cooperation

To cooperate based on common understanding, mutual benefit, good faith, win-

win and principles of international law.

To cooperate in understanding upstream and downstream water needs in its

various aspects.

II - Principle of Development, Regional Integration and Sustainability

The Purpose of GERD is for power generation, to contribute to economic

development, promotion of transboundary cooperation and regional integration

through generation of sustainable and reliable clean energy supply.

III - Principle Not to Cause Significant Harm

The Three Countries shall take all appropriate measures to prevent the causing of

significant harm in utilizing the Blue/Main Nile.

Where significant harm nevertheless is caused to one of the countries, the state

whose use causes such harm shall, in the absence of agreement to such use, take

all appropriate measures in consultations with the affected state to eliminate or

mitigate such harm and, where appropriate, to discuss the question of

compensation.

Page 87: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

xix

IV - Principle of Equitable and Reasonable Utilization

The Tree Countries shall utilize their shared water resources in their respective

territories in an equitable and reasonable manner.

In ensuring their equitable and reasonable utilization, the Three Countries will

take into account all the relevant guiding factors listed below, but not limited to

the following outlined:

a. Geographic, hydrograpic, hydrological, climatic, ecological and other factors of

a natural character;

b. The social and economic needs of the Basin States concerned;

c. The population dependent on the water resources in each Basin State;

d. The effects of the use or uses of the water resources in one Basin State on other

Basin States;

e. Existing and potential uses of the water resources;

f. Conservation, protection, development and economy of use of the water

resources and the costs of measures taken to that effect;

g. The availability of alternatives, of comparable value, to a particular planned or

existing use;

h. The contribution of each Basin State to the waters of the Nile River system;

i. The extent and proportion of the drainage area in the territory of each Basin

State.

V - Principle to cooperate on the First Filling and Operation of the Dam

To implement the recommendations of the International Panel of Experts (IPOE),

respect the final outcomes of the Technical National Committee (TNC) Final

Report on the joint studies recommended in the IPOE Final Report throughout the

different phases of the project.

The Three Countries, in the spirit of cooperation, will utilize the final outcomes of

the joint studies, to be conducted as per the recommendations of the IPoE Report

and agreed upon by the TNC, to:

a. Agree on guidelines and rules on the first filling of GERD which shall cover all

different scenarios, in parallel with the construction of GERD.

b. Agree on guidelines and rules for the annual operation of GERD, which the

owner of the dam may adjust from time to time.

c. Inform the downstream countries of any unforeseen or urgent circumstances

requiring adjustments in the operation of GERD.

To sustain cooperation and coordination on the annual operation of GERD with

downstream reservoirs, the three countries, through the line ministries responsible

for water, shall set up an appropriate coordination mechanism among them.

The time line for conducting the above mentioned process shall be 15 months

from the inception of the two studies recommended by the IPoE.

VI - Principle of Confidence Building

Priority will be given to downstream countries to purchase power generated from

GERD.

Page 88: PERUBAHAN RESPON MESIR TERHADAP PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40587/2/MUHAMMAD... · faktor internal dan eksternal. Selain itu memberikan penegasan

xx

VII - Principle of Exchange of Information and Data

Egypt, Ethiopia, and Sudan shall provide data and information needed for the

conduct of the TNC joint studies in good faith and in a timely manner.

VIII - Principle of Dam Safety

The Three Countries appreciate the efforts undertaken thus far by Ethiopia in

implementing the IPoE recommendations pertinent to the GERD safety.

Ethiopia shall in good faith continue the full implementation of the Dam safety

recommendations as per the IPoE report.

IX - Principle of Sovereignty and Territorial Integrity

The Three Countries shall cooperate on the basis of sovereign equality, territorial

integrity, mutual benefit and good faith in order to attain optimal utilization and

adequate protection of the River.

X - Principle of Peaceful Settlement of Disputes

The Three Countries will settle disputes, arising out of the interpretation or

implementation of this agreement, amicably through consultation or negotiation in

accordance with the principle of good faith. If the Parties are unable to resolve the

dispute thorough consultation or negotiation, they may jointly request for

conciliation, mediation or refer the matter for the consideration of the Heads of

State/Heads of Government.