PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah...

52
PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (The Change of Traditional Food Consumption Behavior and the Influenced Factors) Abstrak Perubahan perilaku dapat merupakan perbedaan yang terjadi pada masyarakat menyangkut pengetahuan, sikap dan praktik dalam sistem sosial yang sama diantaranya perubahan perilaku konsumsi makanan tradisional. Dalam mengantisipasinya, sejak tahun 2008 di Gorontalo telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan pengembangannya melalui mata pelajaran muatan lokal (mulok) ilmu gizi berbasis makanan tradisional Gorontalo (MTG). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perubahan perilaku konsumsi MTG pada tiga generasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Penelitian ini adalah deskriptif cross-sectional, metode survey dengan analisis t-tes dan Anova. Pelaksanaannya di Provinsi Gorontalo (1 kota dan 5 kabupaten) dengan contoh siswa ditentukan secara stratified random sampling. Ada 153 contoh siswa mulok, mempunyai ibu yang tinggal serumah dan mempunyai nenek, serta suku Gorontalo dan ada 152 contoh tidak mulok dengan kriteria yang sama, jadi totalnya ada 915 contoh. Telah terjadi perbedaan perilaku konsumsi MTG yang siknifikan (P<0,05) antara siswa mulok dan tidak mulok. Contoh siswa mulok mempunyai perilaku konsumsi MTG yang lebih tinggi dibandingkan dengan tidak mulok, artinya bahwa faktor sekolah yang membelajarkan mulok ini berpengaruh pada perilaku konsumsi MTG siswa. Selanjutnya telah terjadi perubahan perilaku konsumsi MTG pada tiga generasi dan ditemukan bahwa semakin muda usia semakin rendah perilaku konsumsi MTG. Kata kunci: makanan tradisional, perilaku, perubahan, tiga generasi Abstract Behavior change can be defined as the differences in society regarding knowledge, attitude, and social system practices such as the change of traditional food consumption. In order to anticipate this matter, since 2008 Gorontalo local government has implemented a policy to preserve and develop the traditional food through a local content subject (mulok) contained with nutrition science based on Gorontalo traditional food (GTF). The research objective was to determine the change in consumption behavior of GTF on three generations and the factors that influence those changes. This research was a descriptive cross-sectional, survey method using t-test analysis and Anova. The research took place in Gorontalo Province (1 city and 5 regencies) and the students as the samples were determined

Transcript of PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah...

Page 1: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

44

PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN

TRADISIONAL GORONTALO DAN FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI

(The Change of Traditional Food Consumption Behavior and the

Influenced Factors)

Abstrak

Perubahan perilaku dapat merupakan perbedaan yang terjadi pada

masyarakat menyangkut pengetahuan, sikap dan praktik dalam sistem sosial yang

sama diantaranya perubahan perilaku konsumsi makanan tradisional. Dalam

mengantisipasinya, sejak tahun 2008 di Gorontalo telah dilaksanakan kebijakan

pelestarian dan pengembangannya melalui mata pelajaran muatan lokal (mulok)

ilmu gizi berbasis makanan tradisional Gorontalo (MTG). Tujuan penelitian

adalah untuk mengetahui perubahan perilaku konsumsi MTG pada tiga generasi

dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Penelitian ini adalah

deskriptif cross-sectional, metode survey dengan analisis t-tes dan Anova.

Pelaksanaannya di Provinsi Gorontalo (1 kota dan 5 kabupaten) dengan contoh

siswa ditentukan secara stratified random sampling. Ada 153 contoh siswa mulok,

mempunyai ibu yang tinggal serumah dan mempunyai nenek, serta suku

Gorontalo dan ada 152 contoh tidak mulok dengan kriteria yang sama, jadi

totalnya ada 915 contoh. Telah terjadi perbedaan perilaku konsumsi MTG yang

siknifikan (P<0,05) antara siswa mulok dan tidak mulok. Contoh siswa mulok

mempunyai perilaku konsumsi MTG yang lebih tinggi dibandingkan dengan tidak

mulok, artinya bahwa faktor sekolah yang membelajarkan mulok ini berpengaruh

pada perilaku konsumsi MTG siswa. Selanjutnya telah terjadi perubahan perilaku

konsumsi MTG pada tiga generasi dan ditemukan bahwa semakin muda usia

semakin rendah perilaku konsumsi MTG.

Kata kunci: makanan tradisional, perilaku, perubahan, tiga generasi

Abstract

Behavior change can be defined as the differences in society regarding

knowledge, attitude, and social system practices such as the change of traditional

food consumption. In order to anticipate this matter, since 2008 Gorontalo local

government has implemented a policy to preserve and develop the traditional food

through a local content subject (mulok) contained with nutrition science based on

Gorontalo traditional food (GTF). The research objective was to determine the

change in consumption behavior of GTF on three generations and the factors that

influence those changes. This research was a descriptive cross-sectional, survey

method using t-test analysis and Anova. The research took place in Gorontalo

Province (1 city and 5 regencies) and the students as the samples were determined

Page 2: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

45

using stratified random sampling. There were 153 students studying local content

subject, with criteria such as Gorontalo descendant, has a mother who stayed at

home and has a grandmother and also 152 students not studying the subject with

the same criteria. Therefore, there were 915 total samples. The significant change

of consumption behavior has been occurred (P<0,05) between each group sample.

The students who took the subject have higher consumption behavior than those

who did not. It can be concluded that the school who teach the subject will give

the effect to the students on how they consume food. Furthermore, there has been

a change in consumption behavior on three generations and found that the

younger the age the lower they will be in consumption behavior of GTF.

Keywords: behavior, change, three generations, traditional food

Page 3: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

46

Pendahuluan

Sejak dulu, saat ini dan bahkan pada masa yang akan datang sumberdaya

manusia (SDM) menjadi masalah pokok bangsa Indonesia (Syarief 2008).

Selanjutnya, bahwa salah satu faktor yang mendasar dan menentukan kualitasnya

yaitu faktor gizi masyarakat sebagai cerminan dari keadaan gizi individu. Faktor

gizi ini antara lain berkaitan dengan budaya suatu daerah.

Menurut Koentjaraningrat (2007) bahwa budaya merupakan keseluruhan

sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan

masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Budaya ini telah

dilahirkan dari beragam suku (Heriawan 2010: bahwa hasil sensus BPS ada 1128

suku) dan agama yang ada di Indonesia serta menjadi potensi kekayaan yang

dimiliki bangsa. Potensi tersebut antara lain adalah keragaman makanan

tradisional.

Makanan tradisional merupakan makanan hasil ciptaan budaya masyarakat

dari daerah masing-masing (Sajogyo 1995). Selanjutnya menurut Guerrero et al.

(2010) bahwa makanan tradisional berhubungan erat dengan budaya dan identitas

penduduk di mana tempat memproduksinya serta membawa nilai-nilai simbolik

yang kuat. Sementara Jordana (2000) menyatakan bahwa agar produk makanan

dikatakan tradisional maka harus terkait dengan daerah, menjadi bagian dari

tradisi daerah tersebut serta telah dilakukan dalam waktu yang lama.

Menurut Sztompka (1993) bahwa perubahan adalah sesuatu yang terjadi

setelah jangka waktu tertentu; Lebih lanjut dikatakannya bahwa konsep-konsep

tentang perubahan mencakup tiga gagasan yaitu tentang perbedaan, pada waktu

yang berbeda, dan diantara keadaan sistem sosial yang sama. Perubahan ini

diantaranya adalah perubahan perilaku.

Menurut Thoha (1988) bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh

manusia, baik yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung ataupun

yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai hasil interaksi antara seseorang

atau individu dengan lingkungannya. Dari pengertian ini maka dapat dikatakan

bahwa perilaku merupakan hal yang sangat kompleks dan mempunyai wilayah

bentangan yang sangat luas. Menurut Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2010)

bahwa ada 3 tingkat ranah perilaku yang meliputi pengetahuan (knowledge), sikap

(attitude) dan praktik atau tindakan (practice).

Penjelasan sebelumnya tentang perubahan dan tentang perilaku dapat

disimpulkan bahwa perubahan perilaku merupakan perbedaan yang terjadi pada

masyarakat menyangkut pengetahuan, sikap dan praktik dalam sistem sosial yang

sama. Salah satu perubahan yang terjadi dalam sistem sosial yang sama adalah

perilaku konsumsi makanan tradisional.

Perubahan perilaku konsumsi makanan tradisional ini diduga karena adanya

globalisasi, (Mubah 2011: bahwa budaya lokal menghadapi ancaman serius di era

globalisasi). Oleh karena itu pentingnya memasyarakatkan makanan tradisional

yang ada, sehingga suku-suku bangsa lain di Indonesia dapat menyukainya dan

diversitas boga di negara kita dapat dimanfaatkan dengan cepat (Koentjaraningrat

1995). Hal penting lainnya adalah keberlanjutan ketersediaan pangan yang saat ini

sedang dihadapkan pada beberapa masalah dan tantangan diantaranya kapasitas

produksi pangan yang semakin terbatas akibat peningkatan jumlah penduduk dan

aktivitas ekonominya (Tanziha 2010).

Page 4: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

47

Beberapa studi yang ada menunjukkan bahwa perubahan perilaku konsumsi

makanan tradisional dapat ditandai dengan sudah mulai kurang dikenalnya

makanan tradisional dan bahkan ditinggalkan oleh generasi muda (Muhillal 1995;

Setyo et al. 2001; Eliawati et al. 2001) termasuk di Gorontalo (Survei penelitian

pendahuluan 2011). Hal ini jika tidak segera diatasi dikhawatirkan akan punah

dan tergantikan oleh makanan lainnya yang belum tentu lebih baik dari makanan

tradisional yang mempunyai nilai-nilai luhur budaya daerah tersebut.

Menurut Achir (1995) bahwa dalam jangka panjang pendidikan mengenai

makanan tradisional harus merupakan bagian dari pendidikan formal di sekolah.

Oleh karena itu dalam mengantisipasi kepunahan makanan tradisional, di

Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan

pengembangan makanan tradisional melalui mata pelajaran muatan lokal (mulok)

ilmu gizi berbasis MTG di pendidikan dasar (SD, SMP) dan pendidikan

menengah (SMA/SMK) (DinKes Provinsi Gorontalo 2008). Wilayah

pembelajarannya mencakup seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Gorontalo dan

merupakan jenis muatan lokal yang pertama di Indonesia. Ini seiring dengan apa

yang dikatakan oleh Glanz (2009) bahwa pentingnya langkah-langkah

pembangunan masa depan yang beradaptasi dengan pangan dan gizi dalam

konteks budaya/sejarah.

Berbagai faktor dapat berpengaruh pada perilaku konsumsi makanan.

Menurut Contento (2007) bahwa ada tiga hal yang mempengaruhinya yaitu

makanan (food), orang itu sendiri (person) dan lingkungan (enviroment).

Sebelumnya Krondl (1990) dalam Worobey (2006) mengatakan bahwa banyak

sekali faktor-faktor yang membuat seseorang itu memilih makanan hal ini

terangkum dalam tiga faktor yaitu faktor ”who” menggambarkan tentang

karakteristik mengenai individu; faktor ”where” dihubungkan dengan lingkungan

fisik dan sosial budaya yang berpengaruh saat membuat keputusan memilih

makanan; ketiga faktor ”why” yang mengacu pada persepsi individu terhadap

makanan seperti keyakinan dan sensori dasar dalam memilih makanan. Selain itu

Lewin (1943) dalam Suhardjo (1989) telah mempelajari apa yang dianggap

sebagai nilai dasar yang menentukan pilihan makanan meliputi rasa (taste), nilai

sosial, manfaat bagi kesehatan dan harga. Beberapa penjelasan ini dapat

dikelompokkan ke dalam 3 faktor yaitu: Individu meliputi keluarga, peer group;

faktor makanan meliputi: keragaan makanan dan citra makanan; dan faktor

lingkungan meliputi: sekolah, iklan dan pasar.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka apakah

terjadi perubahan perilaku konsumsi MTG pada masyarakat Gorontalo dan apa

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan perilaku tersebut? Tujuan

penelitian ini adalah mengetahui perubahan pengetahuan, sikap dan praktik

konsumsi MTG pada 3 generasi yaitu siswa SMP yang mendapat mulok dan

tidak mulok, ibu dari siswa dan nenek dari siswa serta menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi perubahan perilaku konsumsi MTG.

Page 5: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

48

Metode Penelitian

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional dengan

metode survei untuk memperoleh fakta-fakta perubahan perilaku konsumsi MTG,

menguji hipotesis, mendapatkan makna dan implikasi dari masalah yang ingin

dipecahkan dengan instrumen dalam bentuk kuesioner (Nasir 2009). Penelitian ini

sebagian didanai oleh Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Provinsi Gorontalo pada 1 kota dan 5 kabupaten

yang masing-masing bertempat di perwakilan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Sekolah tersebut adalah sekolah yang telah melaksanakan mata pelajaran Mulok

Ilmu Gizi Berbasis MTG dan tidak mulok yang ditentukan secara purposive.

Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan sejak bulan Oktober – Maret 2011.

Populasi dan Contoh Penelitian

Populasi penelitian adalah siswa SMP kelas IX yang sedang bersekolah di

Provinsi Gorontalo, mempunyai ibu dan nenek yang merupakan suku Gorontalo

serta serumah dengan ibunya. Contoh siswa SMP ini mempunyai contoh ibu yang

belum lanjut usia demikian juga neneknya yang belum uzur sehingga

memudahkan dalam berkomunikasi. Bukan siswa SMU, karena berdasarkan hasil

survei pendahuluan bahwa pengetahuan MTG siswa SMP dan SMU menunjukkan

angka persentase yang hampir sama. Juga bukan siswa SD, karena dianggap

belum dapat memberikan penjelasan yang lebih baik.

Ibu dan nenek yang diambil menjadi contoh, karena mereka inilah dalam

hidupnya paling banyak berkecimpung dengan proses persiapan, pemasakan dan

penghidangan makanan dalam keluarga. Kelas VII dan VIII tidak dijadikan

contoh karena belum selesai menerima mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis

MTG. Penentuan contoh penelitian pada masing-masing kabupaten/kota

dilakukan dengan cara stratified random sampling karena populasi terdiri dari

siswa yang mendapat mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak

mulok.

Secara purposive ditentukan contoh SMP yaitu 2 sekolah mulok dan 2 tidak

mulok dengan cara: pertama, informasi didapatkan dari Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan kabupaten/kota 2 sekolah mulok yang dijadikan contoh dengan

kriteria sekolah tersebut melaksanakan mulok ilmu gizi berbasis MTG pada kelas

VII dan VIII; kedua, setelah itu ditentukan pula 2 sekolah tidak mulok yang

mempunyai kesamaan dengan sekolah mulok tersebut meliputi letak geografi, dan

tingkat akreditasi. Dengan demikian contoh sekolah berjumlah 24 SMP yang

terdiri dari 12 sekolah mulok dan 12 tidak mulok. Contoh sekolah mulok dan

tidak mulok ini terdapat di 1 kota dan 5 kabupaten di Provinsi Gorontalo,

sehingga masing-masing kabupaten/kota terdapat 2 contoh sekolah mulok dan 2

contoh tidak mulok.

Populasi siswa mulok dianggap homogen dan populasi siswa tidak mulok

dianggap pula homogen karena mempunyai latar belakang budaya yang sama

ditandai oleh sebutan nama MTG yang sama, bahasa yang sama, dan adat isitiadat

yang sama.

Page 6: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

49

Diketahui bahwa siswa SMP di Provinsi Gorontalo berjumlah 51002 orang

pada 300 SMP (Dikpora Provinsi Gorontalo 2010). Ada 30 SMP yang telah

mendapat pelajaran mulok dan sisanya belum tersebar di 6 kabupaten/kota di

Provinsi Gorontalo (Dinkes Provinsi Gorontalo 2010). Untuk penentuan siswa

yang menjadi contoh dilakukan secara acak berlapis yaitu membagi elemen-

elemen populasi ke dalam kelompok-kelompok yang tidak tumpang tindih dan

kemudian memilih contoh secara acak sederhana dari tiap lapisan atau strata

(Scheaffer et al. 1990).

Dari rumus berikut ini diperoleh jumlah n adalah 277. Kemudian untuk

mengantisipasi terjadinya hal-hal tak terduga yang akan mempengaruhi jumlah

maka contoh ditambahkan 10% sehingga menjadi 277 + 27.7 = 304.7 atau

digenapkan menjadi 305. Secara purposive contoh ini dibagi dua (305:2 = 152.5

digenapkan 153) yang masing-masing untuk sekolah mulok dan tidak mulok

dengan maksud agar ada kesamaan jumlah contoh. Kemudian contoh tersebut

diambil secara acak. Adapun rumus yang digunakan:

n = 22

22

iNiDN

wiiNi

N: Populasi yang terdiri dari populasi mulok (N1) dan non mulok (N2)

n : contoh

δ : Ragam populasi

D= B2

4

B= Batas eror

Rincian jumlah siswa yang dijadikan contoh adalah sebagai berikut:

- SMP mulok: [153 siswa] dibagi [12 SMP mulok kabupaten/kota] menjadi

12,75 yang digenapkan menjadi 13 siswa.

- SMP yang tidak mulok: [153 siswa] dibagi [12 SMP kabupaten/kota] menjadi

12,75 digenapkan menjadi 13 siswa.

Rincian contoh menjadi [13 siswa x 12 SMP mulok kabupaten/kota = 156 siswa

mulok] + [13 siswa x 12 SMP tidak mulok kabupaten/kota = 156 siswa tidak

mulok]. Sehingga total contoh menjadi 312 siswa dari 12 SMP mulok dan 12

SMP tidak mukok kabupaten/kota Provinsi Gorontalo yang mempunyai ibu dan

tinggal serumah dengan contoh dan mempunyai nenek.

Berdasarkan penentuan contoh yang telah dijelaskan sebelumnya maka

contoh siswa dari 24 SMP kabupaten/kota terdiri dari 12 SMP yang melaksanakan

mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG dan 12 SMP tidak mulok. Sekolah

ini telah terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah tingkat

Provinsi Gorontalo tahun 2010 yaitu: ada 12 sekolah yang terakreditasi A, 10

sekolah terakreditasi B dan 2 sekolah terakreditasi C.

Page 7: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

50

Terdapat 973 siswa yang memenuhi kriteria menjadi contoh yang terdiri

dari 576 siswa SMP mulok dan 397 siswa tidak mulok. Dari populasi contoh ini

diambil sebanyak 312 contoh sehingga setiap sekolah secara acak sederhana

diwakili oleh 13 contoh. Ada 3 SMP yang contohnya kurang dari 13 siswa yaitu:

1 contoh SMP mulok hanya mempunyai 10 orang siswa yang memenuhi kriteria

dan ada 2 contoh SMP yang tidak mulok masing-masing terdiri dari 12 dan 10

contoh. Contoh siswa pada kedua sekolah tidak mulok ini sesungguhnya telah

ditetapkan 13 siswa. Pada saat pemeriksaan kesehatan, 4 orang contoh siswa dari

kedua sekolah ini tidak bersedia diperiksa, sehingga contoh tersebut tidak dapat

dilibatkan lagi sebagai subyek penelitian. Jadi total contoh yang diperoleh adalah

305 siswa yang terdiri dari 153 siswa dari contoh SMP mulok dan 152 siswa dari

contoh SMP tidak mulok. Lihat Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak mulok yang

memenuhi kriteria dan menjadi contoh

Siswa Mulok Tidak mulok Total

n % n % n %

Memenuhi kriteria

Laki-laki 216 37.50 165 41.56 381 39.16

Perempuan 360 62.50 232 58.44 592 60.84

Total 576 100.00 397 100.00 973 100.00

Menjadi contoh

Laki-laki 56 36.60 65 42.76 121 39.67

Perempuan 97 63.40 87 57.24 184 60.33

Total 153 100.00 152 100.00 305 100.00

Penentuan Enumerator

Pengumpulan data dilakukan oleh enumerator dan peneliti. Syarat

enumerator adalah sebagai ahli gizi (lulusan D3 Gizi), belum ada keterikatan

kerja dengan institusi manapun, mendapat izin dari orang tua atau keluarga dan

bersedia melaksanakan pengumpulan data dengan penuh rasa tanggung jawab.

Enumerator yang direkrut direkomendasi oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.

Gambar 3 Skema penentuan jumlah contoh.

Page 8: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

51

Mereka diberikan pelatihan selama 2 hari dengan narasumber yang terdiri dari

peneliti, 1 orang dari Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dan 1 orang

dosen dari Jurusan Gizi Poltekes Gorontalo. Materi yang diberikan meliputi teori

tentang survei termasuk tentang penentuan jumlah siswa yang akan dijadikan

contoh, simulasi survei berdasarkan kuesioner, praktik (wawancara pada siswa,

ibu siswa dan nenek) dan dilakukan evaluasi terhadap hasil uji coba kuesioner

tersebut sebelum diperbanyak. Lihat Lampiran 15.

Sebelum pengumpulan data dilaksanakan, enumerator mengumpulkan

contoh yang memenuhi kriteria dan telah ditetapkan secara acak, kemudian

memberikan penjelasan umum tentang pelaksanaan penelitian. Contoh

diwawancarai berdasarkan kuesioner lalu membuat janji untuk dapat

mewawancarai ibu dan nenek contoh tersebut.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data terdiri dari data primer berupa data yang diperoleh langsung dari

contoh dengan wawancara dan pengamatan langsung, sementara data sekunder

diperoleh dari dokumen yang ada pada institusi sekolah dan instansi yang terkait

dalam penelitian.

1. Perubahan Perilaku Konsumsi Makanan Tradisional Unit analisis perubahan perilaku konsumsi makanan tradisional adalah

siswa, ibu siswa dan nenek siswa. Jenis data yang dikumpulkan meliputi

karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan);

pengetahuan, sikap, praktik atau tindakan konsumsi MTG. Pengumpulan data

pada siswa, ibu dan nenek dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan chek

list yang diwawancarai langsung.

Menurut Sztompka (1993) bahwa konsep-konsep tentang perubahan

mencakup tiga gagasan yaitu perbedaan, pada waktu yang berbeda dan di antara

keadaan sosial yang sama. Perbedaan adalah menyangkut tentang perbedaan

pengetahuan, sikap dan praktik antara contoh siswa mulok dan tidak mulok

demikian juga perbedaan hal tersebut diberlakukan pada ibu siswa dan nenek

siswa baik mulok dan tidak mulok. Pada waktu yang berbeda adalah yang

tergambarkan pada umur siswa, ibu siswa dan nenek siswa yang masing-masing

berbeda. Selanjutnya di antara keadaan sosial yang sama yang ditunjukan oleh

adanya kesamaan suku yaitu suku Gorontalo dengan latar budaya yang sama.

Contoh menyebutkan nama makanan yang diketahuinya, kemudian

enumerator mengkroscek dalam daftar kuesioner yang telah disiapkan. Makanan

yang telah disebutkan dicatat oleh enumerator berdasarkan jawaban dari contoh

apakah termasuk sebagai makanan pokok, lauk pauk, sayuran, atau snack/kue

(sesuai dengan penggolongan buku menu khas daerah Gorontalo (Napu et al.

2008). Kemudian makanan yang telah disebutkan tersebut ditanyakan

menggunakan bahan utama apakah beras, jagung, tepung beras, sagu, ketela, ubi,

ikan, daging, sayur, dan buah). Ditanyakan pula kandungan gizi yang terdapat

dalam makanan tersebut: karbohidrat sebagai sumber zat tenaga: memberikan

tenaga, membuat kuat, tidak lemah; Lemak: membuat gemuk, bertambah berat

badan; protein: sumber zat tenaga, membuat vitalitas; vitamin dan mineral: mata

sehat, tubuh terasa segar. Akhirnya dari nama makanan yang telah disebutkan

ditanyakan dikonsumsi pada waktu apa saja.

Page 9: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

52

Pengukuran sikap konsumsi MTG dilakukan dengan pendekatan

penerimaan MTG pada contoh. Enumerator menanyakan tentang kesukaan MTG

pada contoh, dilanjutkan dengan alasannya berdasarkan penampilan, tekstur,

aroma khas, cita rasa, menyehatkan, dan mudah diperoleh. Pengukuran sikap ini

menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban yaitu sangat suka (SS), suka

(S) cukup suka (CS), kurang suka (KS) dan tidak suka (TS).

Selanjutnya untuk praktik dilakukan dengan menanyakan frekuensi

konsumsi MTG meliputi konsumsi: a). perhari, b). perminggu, c). perbulan, dan

d). pertahun. Lihat Lampiran 2.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku Konsumsi MTG Untuk melihat perubahan perilaku konsumsi MTG yang terjadi dari

kelompok nenek, ibu dan siswa maka unit analisis yang digunakan adalah siswa

itu sendiri dengan alasan bahwa kenampakan dari perubahan tersebut lebih terlihat

pada siswa jika dibandingkan dengan ibu dan nenek (sesuai hasil survei

pendahuluan). Data faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi MTG

dapat ditinjau dari beberapa sisi yang didasari oleh pendapat Notoatmodjo (2010),

Lewin (1943) dalam Suhardjo (1989), Contento (2007) dan Krondl (1990) dalam

Worobey (2006) yang meliputi keluarga, sekolah, peer group, keragaan makanan,

citra makanan, iklan dan pasar. Kemudian data tersebut dideskripsikan sebagai

data dari faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku

konsumsi makanan MTG Gorontalo. Selanjutnya untuk faktor keluarga yang

menyangkut tentang pendapatan keluarga dan pendidikan ibu dimasukan sebagai

variabel independen dalam faktor-faktor tersebut yang terpisah dari keluarga.

Lihat Lampiran 4.

Kuesioner tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi

makanan tradisional ini diujicobakan pada siswa yang mendapat mata pelajaran

mulok dan tidak mulok. Pengujian validitas butir instrument faktor-faktor tersebut

dalam penelitian ini dilakukan dengan mengkorelasi setiap butir soal dengan skor

total. Kriteria suatu butir soal valid dan reliabel apabila koefisen korelasi lebih

besar dari nilai r Tabel pada taraf signifikan α=0,05. Untuk pengujian validitas

dan realibilitas data digunakan software SPSS (Statistical Program for Sosial

Sciences) V.16.

Instrumen Pengumpulan Data

1. Kuesioner untuk mengukur perilaku (pengetahuan, sikap dan praktik) siswa,

ibu siswa dan nenek siswa (Lampiran 2).

2. Kuisioner untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan

perilaku konsumsi MTG pada siswa (Lampiran 4).

Analisis Data

1. Perubahan perilaku konsumsi MTG dianalisis pada 3 generasi. Analisis data

dilakukan secara bertahap. Data pengetahuan, sikap, dan praktik konsumsi

MTG terlebih dahulu dikelompokan sesuai dengan kelompok umur kemudian

diuji beda menggunakan t-test. Data yang digunakan adalah data rasio dan

interval hasil wawancara dengan contoh. Untuk melihat perbedaan pada 3

generasi menggunakan uji Anova one-way dan two way yang selanjutnya

dideskripsikan.

Page 10: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

53

Terdapat 80 MTG yang telah teriventaris sementara, tetapi karena

keterbatasan sumber daya maka yang diajarkan rata-rata berkisar 40% berarti

baru 32 MTG. Selanjutnya digambarkan pengetahuan MTG contoh siswa, ibu

siswa dan nenek siswa dalam 3 kategori. Cut-off point 3 kategori tersebut

yaitu baik, sedang dan kurang (Khomsan 2000) dengan skor masing-masing

adalah seperti pada Tabel 10.

Tabel 10 Kategori pengetahuan MTG contoh

Kategori Cut of point Jumlah MTG

Baik >80% dari 32 jenis MTG >26

Sedang 60-80% dari 32 jenis MTG 19-26

Kurang <60% dari 32 jenis MTG <19

Selain itu dideskripsikan pula frekuensi konsumsi MTG contoh dalam

kategori berdasarkan frekuensi konsumsi perhari seperti Tabel 11.

Tabel 11Kategori frekuensi konsumsi MTG contoh perhari

Kategori frekuensi Cut of point

Tidak pernah <1

Jarang 1-4

Sering 4-7

Selalu ≥ 7

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku konsumsi MTG

dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Sebelumnya dilakukan uji t-

test untuk melihat perbedaan faktor-faktor siswa mulok dan tidak mulok.

Izin Penelitian

Izin dan persetujuan penelitian diperoleh dari contoh dengan melakukan:

pertemuan dengan jajaran kesehatan dan dinas pendidikan; penjelasan pada siswa

dan keluarga siswa yang terpilih sebagai contoh penelitian juga mencakup hak

dan kewajibannya dalam bentuk informed consent. Selanjutnya diperoleh izin

penelitian dari instansi penanggung jawab kebijakan mulok ilmu gizi berbasis

MTG dari Dinas Kesehatan Provinsi Goronalo, Dinas Pendidikan Provinsi

Gorontalo dan Badan Kesatuan Bangsa Provinsi Gorontalo.

Hasil dan Pembahasan

Gambaran Provinsi Gorontalo

Provinsi Gorontalo terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38

Tahun 2000 dan diresmikan pada tanggal 16 Pebruari 2001 yang secara resmi

terpisah dari provinsi induk yaitu Provinsi Sulawesi Utara. Provinsi ini terletak

antara 0o 19’ – 1° 15’ Lintang Utara dan 121° 23’ – 123° 43’ Bujur Timur, dengan

suhu berkisar antara 23,0o – 33,9

oC. Wilayahnya berbatasan langsung dengan dua

provinsi lain yaitu Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah Barat dan Provinsi

Sulawesi Utara di sebelah Timur. Sedangkan di sebelah Utara berhadapan

langsung dengan Laut Sulawesi dan di sebelah Selatan dibatasi oleh Teluk Tomini

(Undang-Undang No. 38 Tahun 2000).

Page 11: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

54

Luas Provinsi Gorontalo adalah 11 967,64 km2. Jika dibandingkan dengan

wilayah Indonesia, luas wilayah ini hanya sebesar 0,63%. Provinsi ini terdiri dari

5 (lima) kabupaten dan 1 (kota), yaitu Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo,

Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo Utara, dan

Kota Gorontalo. Masing‐masing wilayah administrasinya terbagi lagi menjadi

beberapa wilayah administrasi di bawahnya, yaitu kecamatan dan desa/kelurahan.

Pada tahun 2011. Provinsi Gorontalo terdiri dari 66 Kecamatan dan 619

Desa/Kelurahan. Lihat Tabel 12.

Pada tahun 2010 jumlah penduduk Provinsi Gorontalo berdasarkan hasil

sensus penduduk adalah 1 040 164 jiwa, yang terdiri dari 521 824 jiwa penduduk

laki‐laki dan 518 250 jiwa penduduk perempuan. Jumlah penduduk terbanyak

yaitu berada pada daerah Kabupaten Gorontalo, yang terendah yaitu daerah

Kabupaten Gorontalo Utara dan daerah dengan tingkat kepadatan penduduknya

paling tinggi adalah kota Gorontalo. Selain itu di Provinsi Gorontalo ada 96,82%

penduduk beragama Islam, 1,97% Protestan, 0,74% Katolik, 0,39% Hindu, dan

sisanya 0,08% pemeluk agama Budha. Lihat Tabel 12.

Tabel 12 Luas daerah dan jumlah penduduk tahun 2010 menurut kabupaten/

kota di Provinsi Gorontalo

Kabupaten/Kota Luas (km2)

Jumlah penduduk

tahun 2010 Kabupaten Boalemo 1.735,93 129 253

Kabupaten Gorontalo 2.207,58 355 988

Kabupaten Pohuwato 4.291,81 128 748

Kabupaten Bone Bolango 1.889,04 141 915

Kabupaten Gorontalo Utara 1.777,03 104 133

Kota Gorontalo 66,25 180 127

Provinsi 11.967,64 1.040 164 Sumber : Badan Pertanahan Nasional Provinsi Gorontalo tahun 2011.

Penduduk Provinsi Gorontalo bekerja pada berbagai lapangan usaha.

Menurut BPS Provinsi Gorontalo (2010) bahwa Paling banyak bekerja dalam

lapangan usaha pertanian yaitu sebesar 40,87% (dari 432 926 jiwa), 18,78%

bekerja dalam sektor jasa, 16,45% sebagai pedagang, sedangkan sisanya pada

lapangan usaha industri, konstruksi, listrik, dan transportasi.

Peningkatan SDM menjadi program unggulan pemerintahan Provinsi

Gorontalo tahun 2012-1217 yang menggratiskan biaya pendidikan dasar dan

menengah. Ini lebih difokuskan kepada pemberian kesempatan seluas‐luasnya

kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, terutama penduduk kelompok

usia sekolah (umur 7‐24 tahun). Berdasarkan data yang diperoleh, di Provinsi

Gorontalo ada 603 Taman Kanak‐Kanak dengan 22 968 murid dan 1 935 guru;

945 Sekolah Dasar (SD) sederajat, dengan 146 118 murid dan 10 161 guru; 355

Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat dengan 53 592 murid dan 4 113

guru; 119 Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat dengan 36 535 murid dan 2

970 guru (Dikpora 2010). Selain itu terdapat 3 perguruan tinggi negeri dan 6

perguruan tinggi swasta dengan mahasiswa yang berasal daerah Gorontalo juga

dari daerah lainnya (Sulawesi, Maluku, Papua, Kalimantan, Jawa dan Sumatera).

Page 12: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

55

Karakteristik Contoh

Penelitian ini menggunakan beberapa contoh yang meliputi: siswa yang

mempunyai ibu yang tinggal serumah dan mempunyai nenek (ibu dari ibu siswa

yang menjadi contoh atau ibu dari bapak siswa yang menjadi contoh). Selain itu

contoh para pelaku kebijakan mulok yang ditentukan secara purposive meliputi

guru mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG di sekolah contoh mulok,

kepala sekolah contoh SMP mulok dan tidak mulok, para pejabat birokrasi, unsur

legislatif, akademisi dan tokoh masyarakat/agama.

1. Siswa

Umur contoh siswa terendah masing-masing pada mulok dan tidak mulok

adalah 150 bulan dan 152 bulan. Umur mereka yang tertinggi pada contoh siswa

mulok yakni 223 bulan dan 214 bulan pada tidak mulok. Sementara rata-rata umur

mereka yakni 176,01±12,74 atau 14,7 tahun bulan contoh siswa mulok dan

177,93±9,84 atau 14,8 tahun pada tidak mulok. Umur ini tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata (p>0,05). Umur siswa dikelompokkan menjadi 3 kelompok

berdasarkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Jumlah terbanyak terdapat

pada kelompok umur 13-15 tahun yaitu 91,50% contoh siswa mulok dan 89,47%

pada tidak mulok.

Tabel 13 Sebaran contoh siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak mulok

berdasarkan umur

Umur siswa

(Tahun)

Siswa mulok Siswa tidak mulok

n % n %

10-12 1 0.65 1 0.66

13-15 140 91.50 136 89.47

16-18 12 7.84 15 9.87

Contoh siswa ini tergolong sebagai kelompok umur remaja (adolescence)

yaitu 11-19 tahun yang ditandai adanya perubahan kemampuan fisik, emosi, dan

berfikir (Cobb 2001). Usia ini dikenal dengan masa pertumbuhan cepat (growth

spurt), tahap pertama dari serangkaian perubahan menuju kematangan fisik dan

seksual (Soekirman et al. 2010). Selanjutnya bahwa pada masa remaja ini

merupakan tahap transisi penting pertumbuhan dari masa anak-anak menuju

dewasa yang ditandai terjadinya peningkatan massa tubuh (tulang, otot, lemak dan

berat badan) serta perubahan-perubahan biokimiawi hormonal. Lihat Tabel 13.

Hampir semua siswa setiap pergi ke sekolah selalu diberikan uang saku dan

jajan. Ada 144 atau 94,11% contoh siswa mulok yang diberikan uang saku dan

tidak mulok ada 145 atau 95,39% yang berkisar antara Rp1000.00 sampai

Rp3000.00. Uang saku yang diberikan ini sebagai ongkos transportasi dari rumah

ke sekolah atau sebaliknya dan ada yang ke sekolah jalan kaki, pulang baru naik

kendaraan umum dengan rata-ratanya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata

(p<0,05) yaitu Rp2320,26±2032,650 pada contoh siswa mulok dan

Rp2371,71±746,951 tidak mulok.

Contoh siswa mulok yang diberikan uang jajan ada 149 atau 97,38% dan

tidak mulok ada 150 atau 98,68% contoh siswa yang berkisar antara Rp1000.00

sampai Rp13000.00. Uang jajan yang diberikan oleh masing-masing orang tua

Page 13: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

56

bervariasi dan sesungguhnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05).

Rata-rata uang jajan mereka adalah Rp3620,92±2032,650 pada siswa mulok dan

Rp3680,92±1994,653 pada tidak mulok.

Penelitian Dwiriani et al. (2011) menunjukkan bahwa pemberian uang

saku berkisar antara Rp 2 000 - Rp 15 000. Demikian pula dengan uang jajan yang

relatif sama dengan uang saku.

2. Ibu Siswa

Contoh ibu siswa adalah orang tua dari contoh siswa yang mendapat mata

pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak mulok. Umur ibu tersebut

berkisar antara 25-57 tahun dengan rata-rata 39,37±5,45 tahun pada contoh ibu

siswa mulok dan 39,53±5,48 tahun tidak mulok, dan tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata antara kedua kelompok tersebut (p>0,05). Kelompok umur

34-42 tahun merupakan jumlah yang tertinggi yaitu 60,13% contoh ibu siswa

mulok dan 58,55% pada tidak mulok. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 14.

Tabel 14 Sebaran contoh ibu siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak

mulok berdasarkan umur

Umur ibu siswa

(tahun)

Ibu siswa mulok Ibu siswa tidak mulok

n % n %

25-33 17 11.11 19 12.50

34-42 92 60.13 89 58.55

43-51 41 26.80 40 26.32

52-60 3 1.96 4 2.63

Tabel 15 menunjukkan bahwa contoh ibu siswa berpendidikan mulai dari

sekolah dasar atau sederajat sampai perguruan tinggi. Jumlah contoh terendah

pada tingkat pendidikan di perguruan tinggi yaitu 12,42% pada contoh ibu siswa

mulok dan 7,24% pada tidak mulok. Jumlah contoh ibu siswa mulok terbanyak

yaitu pada tingkat pendidikan SD/sederajat sebesar 31,37% dan pada tidak mulok

sebesar 44,08%. Selanjutnya berdasarkan uji beda terdapat perbedaan yang nyata

(p<0,05) antara lama sekolah ibu siswa mulok dan tidak mulok. Rata-ratanya ini

adalah 9,74±3,280 tahun pada ibu siswa mulok dan tidak mulok 8,89±3,063

tahun.

Tabel 15 Sebaran contoh ibu siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak

mulok berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan Ibu siswa mulok Ibu siswa tidak mulok

n % n %

SD/sederajat 48 31.37 67 44.08

SMP/sederjat 42 27.45 35 23.03

SMA/sederajat 44 28.76 39 25.66

Perguruan Tinggi 19 12.42 11 7.24

Jenis pekerjaan contoh ibu siswa beragam dirangkum dalam 4 kelompok

yang meliputi pegawai negeri sipil, pegawai swasta, wirausaha, petani dan sebagai

ibu rumah tangga (IRT). Pekerjaan sebagai petani adalah jenis pekerjaan yang

Page 14: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

57

paling sedikit jumlah contohnya yakni 3,92% pada contoh ibu siswa mulok dan

2,63% tidak mulok. Jumlah contoh ibu siswa tertinggi terdapat pada jenis

pekerjaan sebagai IRT yaitu 70,59%pada contoh ibu siswa mulok dan 77,63%

tidak mulok. Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 16.

Pendapatan keluarga diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan contoh

ibu siswa. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05) antara pendapatan pada

contoh ibu siswa mulok maupun tidak mulok yaitu dengan rata-rata

Rp. 1 058 742±880.929 dan Rp.996 414,5±823 235. Pendapatan ini masih lebih

tinggi jika dibandingkan dengan upah minimum di Provinsi Gorontalo yaitu

Rp.837 500, (BPS Provinsi Gorontalo 2010).

Tabel 16 Sebaran contoh ibu siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak

mulok berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Ibu siswa mulok Ibu siswa tidak mulok

n % n %

PNS 15 9.80 13 8.55

Swasta 17 11.11 8 5.26

Wirausaha 7 4.58 9 5.92

Petani 6 3.92 4 2.63

IRT 108 70.59 118 77.63

3. Nenek Siswa

Umur contoh nenek siswa berkisar antara 46 tahun yang terendah dan 94

tahun tertinggi dengan rata-rata 66,38±8,83 tahun pada contoh nenek siswa mulok

dan 65,97±8,48 tahun tidak mulok. Ini tidak menunjukkan adanya perbedaan yang

nyata antara kedua kelompok contoh. Rata-rata umur tersebut telah tergolong

sebagai lanjut usia (lansia) yaitu telah mencapai umur 60 tahun ke atas (UU No.

13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia). Pada Tabel 17 menunjukkan

bahwa kelompok umur tertinggi contoh nenek siswa yaitu 66-75 tahun sebesar

39,87% pada contoh mulok dan 40,79% pada tidak mulok. Sementara yang

terendah pada contoh mulok umur 86-95 tahun sebesar 0,65% dan tidak mulok

sebesar 1,32%.

Tabel 17 Sebaran contoh nenek siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG dan

tidak mulok berdasarkan umur

Umur

(tahun)

Nenek siswa mulok Nenek siswa tidak mulok

n % n %

46-55 17 11.11 18 11.84

56-65 52 33.99 51 33.55

66-75 61 39.87 62 40.79

76-85 22 14.38 19 12.50

86-95 1 0.65 2 1.32

Pendidikan contoh nenek siswa berhubungan dengan keadaan daerah atau

bangsa ini pada masa lalu yaitu masih terbatasnya tenaga guru dan fasilitas

sekolah serta unsur pendukung pembelajaran lainnya. Akibatnya para wanita saat

itu hanya bersekolah sebagian besar sampai tingkat SD/sederajat. Tabel 18

menunjukkan ada 69,28% contoh nenek siswa mulok pendidikannya hanya

SD/sederajat dan 80,26% pada contoh tidak mulok. Ada juga yang sampai

Page 15: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

58

SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan yang dapat menempuh pendidikan di

pergurun tinggi yang dianggap sebagai orang istimewa. Selanjutnya lama sekolah

mereka ini terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05) yaitu 7,28±2,32 tahun pada

contoh nenek siswa mulok dan 6,63±1,36 tahun tidak mulok.

Menurut UU No. 13 tahun 1998 bahwa lanjut usia potensial adalah lanjut

usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat

menghasilkan barang atau jasa. Hasil pengamatan bahwa contoh nenek siswa ini

masih terlihat melakukan pekerjaan seperti layaknya seorang ibu. Mereka

sebagian besar sebagai IRT yaitu ada 80,39% pada contoh mulok dan 91,45%

pada tidak mulok. Ada juga yang masih berprofesi sebagai wirausaha, karyawan

swasta, petani dan dukun kampung. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 18 Sebaran contoh nenek siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG

dan tidak mulok berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan Nenek siswa mulok Nenek siswa tidak mulok

n % n %

SD/sederajat 106 69.28 122 80.26

SMP/sederajat 24 15.69 22 14.47

SMA/Sederajat 21 13.73 8 5.26

Perguruan Tinggi 2 1.31 0 0.00

Tabel 19 Sebaran contoh nenek siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak

mulok berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Nenek siswa mulok Nenek siswa tidak mulok

n % n %

Pensiunan 12 7.84 3 1.97

PNS 2 1.31 0 0.00

Swasta 6 3.92 1 0.66

Wirausaha 6 3.92 3 1.97

Petani 3 1.96 5 3.29

Dukun kampung 1 0.65 1 0.66

IRT 123 80.39 139 91.45

Pendapatan contoh nenek siswa lebih rendah dibandingkan dari rata-rata

contoh ibu siswa. Contoh ini tidak dapat berproduksi lagi dan sebagian besar

perolehan pendapatan dari hasil pemberian anak atau keluarga lainnya. Rata-rata

pendapatan contoh nenek siswa mulok yakni Rp408684,3±477762,4 dan

Rp403059,2±289588,11 pada tidak mulok. Rata-rata ini menunjukkan tidak ada

perbedaan yang nyata (p >0,05) antara yang mulok dan tidak mulok.

Perubahan Perilaku Konsumsi MTG pada Masyarakat

Perilaku konsumsi MTG merupakan keadaan pengetahuan, sikap dan

praktik konsumsi MTG oleh kelompok siswa, ibu siswa dan nenek siswa. Oleh

karena itu keadaan perubahan perilaku konsumsi MTG dilakukan dengan melihat

perbedaan tiga keadaan ini pada ketiga generasi dalam kurun waktu yang sama.

Page 16: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

59

1. Makanan Tradisional Gorontalo (MTG)

Jumlah MTG bervariasi dan pada penelitian ini ada 80 MTG yang menjadi

tolok ukur untuk melihat perilaku konsumsi. MTG ini dibagi dalam 4 kelompok

yaitu makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan snack atau kue (Napu et al. 2008).

Untuk penggunaannya ada yang dikonsumsi setiap hari dan ada juga yang

dikonsumsi pada hari atau bulan-bulan tertentu. Selain itu biasanya penggunaan

MTG ini terdapat pula pada prosesi adat istiadat atau kegiatan keagamaan seperti

pada perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.

1.1 Makanan Pokok

Ada 15 nama MTG jenis makanan pokok dengan bahan utama yang

digunakan adalah jagung, sagu, singkong, ubi jalar dan beras. Dari jenis makanan

pokok ini ada 11 macam yang menggunakan bahan selain beras.

Tabel 20 Kode dan nama MTG jenis makanan pokok

Kode Nama MTG Kode Nama MTG

10001 Bajoe 10009 Diniyohu

10002 Balobinthe 10010 Ilabulo

10003 Bilinthi 10011 Ilepao Lo Duo

10004 Binthe biloti 10012 Ilepao Lo Payangga

10005 Binthe Lo Putungo 10013 Kasubi Ilahe

10006 Binthe Luopa 10014 Nasi Kuning

10007 Binthe Biluhuta 10015 Nasi Merah Putih

10008 Dila Lo Binthe

Salah satu makanan pokok yang sudah dikenal melalui lagu daerah nasional

yaitu binthe biluhuta. Makanan tradisional ini dapat memberikan solusi

permasalahan ketergantungan terhadap beras dan juga memberikan alternatif

penggunaan aneka ragam bahan makanan yang syarat dengan saling melengkapi

ketersediaan zat-zat gizi. Keragaman penggunaan bahan makanan dapat

mendukung ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Lihat Tabel 20.

1.2 Lauk Pauk

Gorontalo mempunyai wilayah perairan yang cukup luas, ditandai oleh laut

sebagai perbatasannya yaitu di sebelah selatan berbatasan dengan Laut Teluk

Tomini dan sebelah utara berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi. Juga

terdapat Danau Limboto dan beberapa sungai yang menjadi sumber ikan air tawar.

Keadaan geografis ini sebagai salah satu faktor yang mendukung konsumsi

makanan dengan bahan utamanya berasal dari perairan. Akibatnya tidak sedikit

masyarakat Gorontalo yang mengonsumsi lauk pauk berbahan utama dari hasil

perairan.

Ada 20 MTG jenis lauk pauk yang terinventaris sementara dan tentunya

dapat memenuhi kebutuhan zat gizi protein, mineral dan vitamin pada setiap

individu. Dari jenis ini ada 15 MTG atau 75% yang bahan dasarnya berasal dari

perairan (ikan dan udang), yang lainnya dari daging seperti daging ayam,

sapi/kerbau ataupun kambing. Lihat Tabel 21.

Page 17: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

60

Tabel 21 Kode dan nama MTG jenis lauk pauk

Kode Nama MTG Kode Nama MTG

20001 Bilenthango 20011 Iyululiya

20002 Biluluhe Lo Hele 20012 Tabu moitomo

20003 Dabu-dabu Lo sagela 20013 Palau

20004 Gamie Lo hele 20014 Perekedede Lo Kasubi

20005 Gamie Lo Bolowa 20015 Perekedede Lo Binthe

20006 Garo Lo Payangga 20016 Perekedede Lo Duwo

20007 Garo 20017 Pilitode

20008 Ilahe 20018 Sup Lohulonthalo

20009 Iloni 20019 Garo lo bolowa

20010 Ilotingo Lo Putungo 20020 Tilumiti lo tola

1.3 Sayuran

Makanan tradisional Gorontalo jenis sayuran yang terinventaris sementara

berjumlah 10. Semua MTG ini menggunakan bahan sayur segar yang berasal dari

lokal yang juga terdapat di daerah lainnya di Indonesia seperti terong, daun

papaya, daun singkong, kangkung, sayur pakis, kacang panjang, bunga pepaya,

ketimun suri, labu, jantung pisang. Lihat Tabel 22.

Tabel 22 Kode dan nama MTG jenis sayuran

Kode Nama MTG Kode Nama MTG

30001 Gohu Lo Putungo 30006 Pilitode Lo Poki-Poki

30002 Ihu tilinanga 30007 Tilumithi Dungo Popaya

30003 Ilahu 30008 Tilumiti lo paku

30004 Ilabulo lo Putungo 30009 Tilumiti lo kacang panjang

30005 Kando Tilumiti 30010 Pilitode lo paku

1.4 Snack/kue

Beragam snack/kue dimiliki oleh masyarakat Gorontalo yang dikonsumsi

setiap hari dan ada juga yang dikonsumsi pada hari-hari tertentu. Lihat Tabel 23.

Menurut pendapat dari beberapa orang Gorontalo (umur mereka saat

diwawancarai antara 65-90 tahun) bahwa sesungguhnya jenis makanan ini tidak

ada yang terbuat dari terigu tetapi pada umumnya menggunakan jagung,

singkong, ubi jalar, pisang, dan beras atau tepung beras. Terdapat 35 MTG jenis

snack/kue yang terinventaris sementara, dan ada MTG yang telah terkenal secara

nasional diantaranya kukisi karawo/kerawang.

Page 18: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

61

Tabel 23 Kode dan nama MTG jenis snack/kue

Kode Nama MTG Kode Nama MTG

40001 Aliyadala 40019 Kukisi karawo /kerawang

40002 Apam Bale 40020 Kukisi roda

40003 Apangi 40021 Kuu

40004 Dumalo 40022 Lalamba

40005 Bajoe 40023 Minyolo

40006 Balapisi lo lambi 40024 Omu

40007 Bilibidu 40025 Onde-onde

40008 Biyapo 40026 Popolulu

40009 Cara isi 40027 Pusu lo kasubi

40010 Curuti 40028 Sabongi

40011 Diledeo 40029 Sanggala

40012 Doko-doko 40030 Sirikaya

40013 Hungololoyo 40031 Sukade

40014 Kalakala 40032 Tiliaya

40015 Katrisolo 40033 Tobuu

40016 Keyabo 40034 Tutulu

40017 Kokole 40035 Wapili

40018 Kolombengi

2. Pengetahuan MTG

Pengetahuan konsumsi MTG adalah segala sesuatu yang diketahui oleh

siswa, ibu siswa dan nenek siswa tentang MTG meliputi: nama makanan, jenis

makanan, bahan utama yang digunakan, kandungan gizi, cara membuat dan

penggunaannya.

2.1 Siswa

Siswa mulok dan tidak mulok mempunyai pengetahuan nama MTG yang

tidak berbeda secara nyata (p>005). Hal ini dapat menandakan bahwa secara

umum kemungkinan nama MTG ini masih banyak diketahui di kalangan siswa.

Ini dibuktikan oleh nama MTG yang diketahui siswa mulok dengan rata-rata

18,88±8,87% yang artinya dari 80 MTG yang terinventarisir, yang diketahui rata-

rata 15-16 nama MTG. Sementara untuk siswa tidak mulok mengetahui rata-rata

17,20±9,23% atau 13-14 nama MTG. Binthe biluhuta adalah nama MTG jenis

makanan pokok yang banyak diketahui yaitu sebesar 31,64%, jenis lauk pauk

adalah bilenthango sebanyak 25,84%, kando tilumiti jenis sayuran sebesar

38,97%, dan jenis snack/kue adalah sanggala sebanyak 14,41%. Lihat Tabel 24

dan Lampiran 16.

Memahami MTG bukan hanya sekedar dapat meyebutkan nama MTG,

tetapi dapat pula menginterpretasikan tentang makanan tersebut secara benar

berdasarkan jenisnya. Jenis MTG meliputi jenis makanan pokok, lauk pauk,

sayuran dan snack/kue. Ternyata nilai rata-rata persentase jenis MTG yang

diketahui baik oleh siswa mulok maupun tidak mulok lebih rendah dari nama

MTG yaitu sebesar ±5%. Ini terjadi karena contoh siswa dalam memberikan

Page 19: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

62

jawabannya tidak sesuai, seperti ada MTG yang tergolong jenis makanan pokok

tetapi dijawab dengan jenis lauk pauk, sayuran ataupun snack/kue. Adapun rata-

rata jenis MTG yang diketahui oleh siswa mulok adalah 13,05±6,06% dan

11,33±6,71% siswa tidak mulok. Nilai ini menunjukkan perbedaan yang nyata

(p<0,05). Selanjutnya MTG yang banyak diketahui untuk jenis makanan pokok

adalah binthe biluhuta sebanyak 31,37%, jenis lauk pauk adalah bilenthango

sebesar 25,48%, jenis sayuran adalah gohu lo putungo sebesar 38,68% dan jenis

snack/kue adalah sanggala sebesar 14,75%. Lihat Tabel 24 dan Lampiran 17.

Tabel 24 Rata-rata persentase pengetahuan MTG contoh siswa mulok ilmu

gizi berbasis MTG dan tidak mulok berdasarkan kriteria pengetahuan

MTG

Kriterian pengetahuan MTG Siswa mulok Siswa Tidak Mulok Sig (2-tailed)

Nama 18.88±8.87a 17.20±9.23

a 0.107

Jenis 13.05±6.06a 11.33±6.71

b 0.019

Bahan 12.87±6.08a 11.22±6.78

b 0.026

Kandungan Gizi 12.13±6.34a 4.12±4.89

b 0.000

Cara membuat 12.17±6.14a 10.28±6.92

b 0.012

Penggunaannya 12.60±6.12a 10.95±7.02

b 0.03

Total pengetahuan 13.62±6.47a 10.85±6.50

b 0.000

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Setelah memahami jenis MTG maka pengetahuan bahan makanan yang

digunakan untuk pembuatannya penting diketahui. Penggunaan bahan untuk

pembuatan MTG banyak yang tidak diketahui oleh contoh siswa dan terjadi

perbedaan yang nyata (p>0,05). Contoh siswa mulok rata-rata mengetahui

12,87±6,08% dan 11,22±6,78% siswa tidak mulok. Ini terjadi sebagaimana

dijelaskan oleh beberapa contoh siswa mulok bahwa mereka lupa sementara pada

siswa tidak mulok menyatakan bahwa mereka belum mendapatkan pembelajaran

tentang mulok sehingga mereka tidak mengetahuinya. Makanan tradisional

Gorontalo yang paling banyak diketahui bahan yang digunakan untuk

pembuatannya yaitu untuk jenis makanan pokok adalah binthe biluhuta sebesar

30,91%, lauk pauk adalah bilenthango sebesar 25,33%, sayuran adalah kando

tilumiti sebesar 24,77% dan snack/kue adalah sanggala sebesar 15,02%. Lihat

Tabel 24 dan Lampiran 18.

Kemampuan contoh siswa membedakan kandungan gizi dalam MTG

dengan jawaban yang diberikan secara tidak langsung merupakan sebuah analisis

tentang MTG itu sendiri. Siswa tidak mulok ketika memberikan jawaban tentang

kandungan gizi MTG jauh berbeda dengan siswa mulok dan menunjukkan

perbedaan yang nyata (p<0,05) dengan rata-rata 12,13±6,34% pada siswa mulok

dan 4,12±4,89% siswa tidak mulok. Untuk makanan pokok MTG yang paling

banyak diketahui kandungan gizinya oleh siswa adalah binthe biluhuta sebanyak

30,33%, jenis lauk pauk adalah bilenthango sebesar 23,91%, jenis sayuran adalah

kando tilumiti sebesar 38,56% dan sanggala yang merupakan jenis snack/kue

sebesar 12,76 %. Lihat Tabel 24 dan Lampiran 19.

Pengetahuan tentang MTG lainnya adalah cara membuat MTG yang dapat

dilakukan melalui proses membakar, menumis, merebus, mengukus, menggoreng,

dan juga proses memasak dalam abu. Ternyata jawaban cara pembuatan MTG

pada siswa mulok dan tidak mulok menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05).

Page 20: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

63

Rata-rata yang mengetahui cara membuat MTG adalah 12,17±6,14% pada siswa

mulok dan 10,28±6,92 siswa tidak mulok. Terlihat pada Lampiran 20 bahwa

binthe biluhuta adalah jenis makanan pokok yang paling banyak diketahui cara

membuatnya yaitu sebanyak 31,13%, jenis lauk pauk adalah bilenthango sebesar

24,83%, kando tilumiti yang merupakan jenis sayuran sebesar 37,14% dan

sanggala yang merupakan jenis snack/kue sebesar 14,27%. Lihat Lampiran 20.

Pengetahuan tentang penggunaan MTG memang tidak jauh berbeda dengan

jawaban yang diberikan pada pertanyaan cara membuat MTG. Di sini MTG selain

dikonsumsi sehari-hari, setiap minggu atau pada bulan-bulan tertentu juga

dikonsumsi pada kegiatan-kegiatan prosesi adat istiadat dan pada prosesi ritual

keagamaan. Adanya perbedaan yang nyata (P<0,05) siswa mulok dan tidak

mulok menunjukkan bahwa telah terjadi proses pembelajaran yang komprehensif

tentang MTG di sekolah. Rata-rata pengetahuan penggunaan MTG pada siswa

mulok yakni 12,60±6,12% dan siswa tidak mulok sebesar 10,95±7,02%.

Selanjutnya MTG yang paling banyak diketahui dari jenis makanan pokok adalah

binthe biluhuta sebesar 30,65%, dari jenis lauk pauk adalah bilenthango sebesar

24,17 %, kando tilumiti dari jenis sayuran sebesar 36,05%, dan sanggala dari

jenis snack/kue sebesat 15,73%. Lihat Tabel 24 dan Lampiran 21.

Siswa mulok dan tidak mulok memiliki perbedaan pengetahuan MTG yang

nyata (p<0,05). Siswa mulok mempunyai nilai rata-rata lebih tinggi yaitu

13,66±0,06% dibandingkan dengan siswa tidak mulok sebesar 10,85±6,50%.

Lihat Tabel 24. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dwiriani et al. (2011)

tentang pemberian intervensi pendidikan gizi pada siswa SMP yang menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan pengetahuan gizi secara signifikan pada kelompok

intervensi dibandingkan dengan kontrol. Sementara Shariff at al. (2008)

menemukan pula bahwa intervensi pendidikan gizi selain meningkatkan

pengetahuan gizi juga dapat berdampak positif pada sikap dan praktek konsumsi

siswa. Oleh karena itu dalam meningkatkan pengetahuan gizi siswa penting dibuat

peraturan makanan sekolah (Roberts 2009).

Selanjutnya dijelaskan pula tentang pengaruh kelompok jenis MTG pada

pengetahuan siswa, perbedaan pengetahuan masing-masing jenis MTG dan

interaksi antara jenis dan kedua kelompok siswa tersebut. Kelompok jenis MTG

berpengaruh pada pengetahuan siswa. Ini terlihat pada hasil uji beda kelompok

jenis MTG terhadap pengetahuan siswa. Dari hasil uji ANOVA dua arah

diperoleh nilai p(0,000) adalah kurang dari alpha 0,05 yang artinya bahwa

kelompok jenis MTG berpengaruh nyata terhadap pengetahuan siswa.

Tabel 25 Rata-rata persentase pengetahuan MTG siswa mulok ilmu gizi berbasis

MTG dan tidak mulok berdasarkan kelompok jenis MTG

Jenis MTG Siswa mulok Siswa tdk mulok

Makanan pokok (%) 18.63a 14.49

b

Lauk pauk (%) 11.28a 8.78

b

Sayuran (%) 8.39a 7.83

a

Sanck/Kue 16.16a 12.30

b

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Pada Tabel 25 terlihat bahwa pengetahuan siswa mulok dan tidak mulok

pada kelompok jenis MTG terdapat perbedaan. Perbedaan secara nyata (p<0,05)

pengetahuan kelompok jenis MTG siswa yaitu pada kelompok jenis makanan

Page 21: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

64

pokok, lauk pauk dan snac/kue dengan nilai p(0,000). Temuan ini lebih

menguatkan bahwa pelaksanaan mata pelajaran mulok memberikan dampak pada

perbedaan pengetahuan kelompok jenis MTG yang dibuktikan oleh pengetahuan

pada siswa mulok lebih tinggi dibandingkan tidak mulok. Sebelumnya Setyo et al.

(2001) dalam penelitiannya menemukan bahwa makanan kudapan (snack) dan

minuman tradisional yang banyak diketahui oleh siswa SMU Favorit dan non

favorit di Semarang.

Gambar 4 menunjukkan bahwa karena nilai p(0,031) yang lebih rendah dari

α(0,05) maka terdapat interaksi antara kelompok jenis MTG dengan kedua

kelompok siswa. Artinya bahwa pengetahuan pada kelompok jenis MTG siswa

mulok lebih tinggi dibandingkan tidak mulok. Terlihat bahwa rata-rata persentasi

pengetahuan kelompok jenis MTG tertinggi yaitu pada kelompok jenis makanan

pokok sebesar 18,63% pada siswa mulok dan 14,49% tidak mulok. Sementara

interaksi yang terendah adalah pada kelompok jenis sayuran yang tidak berbeda

secara nyata.

Gambar 4 Interaksi jenis MTG dengan kelompok siswa mulok ilmu gizi

berbasis MTG dan tidak mulok.

Berdasarkan uraian tentang pengetahuan siswa yang telah dijelaskan

sebelumnya yang menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05) antara contoh siswa

mulok dan tidak mulok. Ini membuktikan bahwa contoh siswa mulok mempunyai

pengetahuan MTG yang lebih baik dibandingkan dengan siswa tidak mulok.

2.2 Ibu Siswa

Ibu siswa mulok dan tidak mulok mempunyai pengetahuan MTG yang tidak

berbeda secara nyata (p>0,05) dengan rata-rata persentasenya adalah

16,79±9,45% pada siswa mulok dan 16,83±10,68% siswa tidak mulok. Tetapi dari

6 kategori pengetahuan MTG, ada salah satu yang berbeda secara nyata yaitu

pengetahuan kandungan gizi MTG. Perbedaan rata-rata pengetahuan kandungan

gizi MTG yang diketahui ibu siswa mulok dan tidak mulok masing-masing adalah

9,69±11,74% dan 6,77±9,17%. Ini terjadi kemungkinan karena perbedaan tingkat

pendidikan formal yang dimiliki dengan rata-rata lama pendidikan ibu siswa

mulok lebih tinggi dibandingkan dengan tidak mulok dan berbeda secara nyata.

Menurut Aningati (2004) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat

Page 22: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

65

maka kemampuan untuk menerima informasi tentang gizi akan semakin baik.

Adapun gambaran pengetahuan contoh ibu siswa tentang MTG dapat dilihat pada

Tabel 26.

Tabel 26 Rata-rata persentase pengetahuan MTG yang diketahui ibu siswa

mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak mulok berdasarkan kriteria

pengetahuan MTG

Kriteria pengetahuan MTG Ibu siswa mulok Ibu siswa tidak mulok Sig (2-tailed)

Nama 18.60±9.51a 19.19±11.29a 0.621

Jenis 18.50±9.54 a 18.83±11.27a 0.756

Bahan 18.51±9.54 a 19.59±13.85a 0.429

Kandungan Gizi 9.69±11.74 a 6.77±9.17 b 0.016

Cara membuat 18.03±9.54 a 18.56±11.47a 0.661

Penggunaannya 17.48±9.66 a 18.09±12.01a 0.623

Total pengetahuan 16.79±9.45a 16.83±10.68a 0.969 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Pada Lampiran 22, 23, 24, 25, 26, dan 27 menjelaskan bahwa MTG yang

paling banyak diketahui oleh contoh ibu siswa tidak jauh berbeda dengan yang

diketahui oleh contoh siswa. Pengetahuan MTG baik nama, jenis, bahan, cara

membuat dan penggunaannya paling banyak diketahui adalah: untuk jenis

makanan pokok didominasi oleh binthe biluhuta, lauk pauk oleh bilenthango,

sayuran oleh kando tilumiti dan snack/kue oleh sanggala yang masing-masing

berkisar antara 10,62% sampai dengan 32,65%. Untuk kandungan gizi MTG,

terlihat bahwa jenis makanan pokok yang paling banyak diketahui adalah binthe

biluhuta, kemudian bilenthango pada jenis lauk pauk, Gohu lo putungo untuk

jenis sayuran dan sanggala untuk jenis snack/kue.

Beberapa komentar yang dihimpun mengapa pengetahuan MTG tentang

nama, jenis, bahan, kandungan gizi, cara membuat dan penggunaannya

didominasi oleh makanan-makanan tertentu seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya baik jenis makanan pokok, lauk pauk, sayuran maupun snack/kue?

Alasan yang disampaikan diantaranya adalah: bahwa MTG ini yang biasa mereka

masak dan menjadi favorit di rumah. Selanjutnya jika ingin mendapatkan di luar

rumah dalam hal ini di warung, rumah makan dan pasar maka MTG inilah yang

banyak dijual pula. Jadi, keadaan ini menandakan bahwa MTG yang biasa atau

sering dikonsumsi dan didukung oleh ketersediaannya maka akan lebih mudah

untuk diingat.

2.3 Nenek Siswa

Nenek siswa mulok dan tidak mulok mempunyai pengetahuan MTG yang

berbeda tidak nyata (p>0,05) dengan masing-masing rata-rata 16,51±7,50% dan

17,53±11,52%. Pengetahuan MTG yang meliputi nama, jenis, bahan, cara

membuat dan penggunaannya secara konsistensi diketahui oleh nenek siswa

dengan rata-rata berkisar antara 16% sampai lebih dari 19% dari 80 MTG. Tetapi

ada satu kategori pengetahuan MTG yang di bawah dari 6% yaitu kandungan gizi.

Jawaban para nenek siswa ketika ditanyakan tentang pengetahuan kandungan gizi

tersebut mereka mengatakan bahwa kandungan gizi itu mereka tidak tahu karena

tidak pernah dipelajari, tetapi sebagian nenek siswa ada juga yang mengetahuinya.

Dapat dikatakan bahwa ini juga dapat disebabkan oleh banyak faktor diantaranya

Page 23: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

66

tingkat pendidikan nenek siswa yang sebagian besar (> 70 %) hanya SD. Lihat

Tabel 27.

Tabel 27 Rata-rata persentase pengetahuan MTG yang diketahui nenek siswa

mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak mulok berdasarkan kriteria

pengetahuan MTG

Kriteria Pengetahuan

MTG

Nenek siswa

mulok

Nenek siswa

tidak mulok

Sig (2-

tailed)

Nama 19.46±9.10 a 20.98±13.18

a 0.241

Jenis 18.77±8.20a 19.76±12.67

a 0.419

Bahan 19.11±8.86a 20.71±13.29

a 0.215

Kandungan Gizi 5.68±7.81 a 3.97±77.83

a 0.056

Cara membuat 18.70±8.97a 20.24±13.47

a 0.243

Penggunaannya 17.30±8.58a 19.53±13.78

a 0.092

Total pengetahuan 16.51±7.50a 17.53±11.52

a 0.357

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Pengetahuan MTG nenek siswa mulok dan tidak mulok memang tidak jauh

berbeda baik nama, jenis, bahan yang digunakan, kandungan gizi, cara membuat,

dan penggunaannya. Makanan tradisional Gorontalo yang paling banyak diketahui

berdasarkan kategori pengetahuan tersebut adalah binthe biluhuta dari jenis

makanan pokok, lauk pauk adalah bilenthango, kando tilumiti dari jenis sayuran

dan sanggala dari jenis snack/kue yang berkisar 9% sampai dengan 26,63%.

Khusus untuk kategori kandungan gizi MTG, terlihat bahwa sabongi yang lebih

banyak diketahui dibandingkan dengan lainnya yaitu sebesar 9%. Jumlah menu

MTG yang diketahui nenek siswa terlihat lebih variatif. Ini dapat dikatakan bahwa

nenek memiliki pengetahuan MTG yang lebih banyak dibandingkan dengan ibu

siswa dan siswa itu sendiri. Lihat Lampiran 28, 29, 30, 31, 32, dan 33.

2.4 Pengetahuan Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa

2.4.1 Pengetahuan Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa Mulok Ilmu Gizi

Berbasis MTG

Pengetahuan MTG antara contoh siswa, ibu siswa dan nenek siswa mulok

secara keseluruhan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05). Pengetahuan MTG

tentang nama, jenis, bahan, cara membuat dan penggunaannya menunjukkan

bahwa siswa mulok lebih rendah dari ibu siswa dan nenek siswa. Ini menunjukkan

perbedaan yang nyata (p<0,05), namun antara ibu siswa dan nenek siswa tidak

terdapat perbedaan yang nyata dan nilai rata-rata pengetahuan MTG tersebut yang

lebih tinggi dimiliki oleh nenek siswa. Lihat Tabel 28.

Hal yang menarik terlihat pada pengetahuan MTG tentang kandungan gizi,

dimana nilai rata-rata yang diketahui siswa mulok ini lebih tinggi dibandingkan

dengan ibu siswa maupun nenek siswa tersebut. Demikian juga terjadi antara ibu

siswa dengan nenek siswa terlihat perbedaan yang nyata (p<0,05). Sementara

untuk pengetahuan nama MTG tidak terdapat perbedaan yang nyata antara

generasi tersebut.

Page 24: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

67

Tabel 28 Rata-rata persentase pengetahuan MTG contoh siswa, ibu siswa, dan

nenek siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG berdasarkan kriteria

pengetahuan MTG

Kriteria

pengetahuan MTG Siswa Ibu Nenek Signifikan

Nama 18.88±8.87a 18.60±9.51a 19.46±9.10

a 0.705

Jenis 13.05±6.06a 18.50±9.54b 18.77±8.20

b 0.000

Bahan 12.87±6.08a 18.51±9.54b 19.11±8.86

b 0.000

Kandungan Gizi 12.13±6.34a 9.69±11.74b 5.68±7.81

c 0.000

Cara membuat 12.17±6.14a 18.03±9.54b 18.70±8.97

b 0.000

Penggunaannya 12.60±6.12a 17.48±9.66b 17.30±8.58

b 0.000

Total pengetahuan 13.62±6.47a 16.79±9.45b 16.51±7.50

b 0.001

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

2.4.2 Pengetahuan Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa Tidak Mulok Ilmu

Gizi Berbasis MTG

Pengetahuan MTG pada siswa, ibu siswa dan nenek siswa tidak mulok

secara keseluruhan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05). Pengetahuan nama

MTG terlihat ada perbedaan yang nyata (p<0,05) antara siswa dan ibu siswa serta

nenek siswa sementara antara ibu siswa dan nenek siswa tidak terdapat perbedaan

yang nyata. Pengetahuan MTG tentang jenis, bahan, cara membuat, dan

penggunaannya ditunjukan bahwa antara siswa tidak mulok dengan ibu siswa dan

nenek terdapat perbedaan yang nyata. Sementara antara ibu siswa tidak mulok dan

nenek siswa tidak terdapat perbedaan yang nyata. Lihat Tabel 29.

Pengetahuan MTG tentang kandungan zat gizi pada kelompok tidak mulok

menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05). Ibu siswa tidak mulok mempunyai

pengetahuan kandungan gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa dan

nenek siswa, sementara antara siswa dengan nenek siswa tidak terdapat perbedaan

yang nyata. Lihat Tabel 29.

Tabel 29 Rata-rata persentase pengetahuan MTG contoh siswa, ibu siswa, dan

nenek siswa tidak mulok ilmu gizi berbasis MTG berdasarkan kriteria

pengetahuan MTG Kriteria

pengetahuan MTG Siswa Ibu Nenek Signifikan

Nama 17.20±9.23a 19.59±13.85ab 20.98±13.18

b 0.000

Jenis 11.33±6.71a 18.83±11.27b 19.76±12.67

b 0.000

Bahan 11.22±6.78a 19.19±11.29b 20.71±13.29

b 0.000

Kandungan Gizi 4.12±4.89 a 6.77±9.17b 3.97±77.83

a 0.000

Cara membuat 10.28±6.92a 18.56±11.47b 20.24±13.47

b 0.000

Penggunaannya 10.95±7.02a 18.09±12.01b 19.53±13.78

b 0.000

Total pengetahuan 10.85±6.50 a 16.83±10.68b 17.53±11.52

b 0.000

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Page 25: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

68

2.4.3 Pengetahuan Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa Mulok Ilmu Gizi

Berbasis MTG dan Tidak Mulok

Pengetahuan MTG siswa, ibu siswa dan nenek siswa merupakan keadaan

yang berbeda antara satu dengan lainnya. Pada Tabel 30 menunjukkan bahwa

semakin muda usia yaitu mulai dari nenek siswa, ibu siswa sampai pada siswa

terlihat semakin rendah pengetahuan MTG. Bukti ini adalah seiring dengan

penelitian pendahuluan yang menemukan bahwa semakin muda usia, semakin

rendah pengetahuan MTGnya. Perbedaan ini menunjukkan bahwa telah terjadi

pergeseran atau perubahan pengetahuan MTG, dan juga jika dilihat dari data yang

ada bahwa terdapat kesenjangan (gab) pengetahuan generasi yang terhenti pada

ibu. Mungkin ada proses transformasi ilmu pengetahuan tentang MTG yang tidak

terjadi lagi dengan baik dari nenek siswa ke ibu siswa sampai pada siswa itu

sendiri. Menurut Nor et al. (2012) yang melakukan penelitian dengan tujuan

menyelidiki transmisi pengetahuan makanan tradisional Melayu di Malaysia

dalam generasi bahwa masyarakat melayu telah membelajarkan kaum wanita

memahami makanan tradisional sejak usia 8-12 tahun dari ibunya yang berlanjut

setelah mereka menikah.

Tabel 30 Rata-rata persentase pengetahuan MTG contoh siswa, ibu siswa, dan

nenek siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak mulok

berdasarkan kriteria pengetahuan MTG

Kriteria

pengetahuan MTG Siswa Ibu Nenek Signifikan

Nama 18.04±9.08a 18.90±10.42

ab 20.22±11.32

b 0.032

Jenis 12.20±6.44a 18.64±10.42

b 19.27±10.67

b 0.000

Bahan 12.05±6.48a 19.05±11.88

b 19.91±11.30

b 0.000

Kandungan Gizi 8.14±6.94a 8.24±10.62

a 4.83±7.83

b 0.000

Cara membuat 11.22±6.60a 18.30±10.53

b 19.47±11.44

b 0.000

Penggunaannya 11.78±6.62a 17.78±10.88

b 18.42±11.51

b 0.000

Total pengetahuan 12.24±6.62a 16.82±10.06

b 17.02±9.71

b 0.000

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Pengalaman contoh siswa dibandingkan dengan ibu siswa dan nenek siswa

itu jauh berbeda, yang menyebabkan signifikansinya (p<0,05) perbedaan

pengetahuan MTG meliputi nama, jenis, bahan yang digunakan, cara membuat,

dan penggunaan MTG tersebut. Tetapi di sini terlihat bahwa manfaat pemberian

mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG yang menyebabkan perbedaan

pengetahuan kandungan gizi MTG. Perbedaan rata-rata pengetahuan kandungan

gizi MTG antara siswa dan ibu siswa signifikan (p<0,05), demikian pula antara

siswa dengan nenek siswa. Rata-rata pengetahuan kandungan gizi MTG yang

diketahui contoh siswa adalah 8,14±6,94%, ibu siswa 8,24±10,62% dan nenek

siswa 4,83±7,83%. Sementara pengetahuan kandungan gizi antara contoh ibu

siswa dan contoh nenek siswa tidak berbeda nyata. Jumlah menu MTG yang

diketahui berdasarkan pengetahuan nama MTG pada contoh nenek siswa lebih

bervariasi dibandingkan pada ibu dan siswa. Oleh karena itu, hal ini sebagai bukti

bahwa betapa pentingnya menggali lagi pengetahuan MTG yang diketahui oleh

para nenek atau masyarakat lainnya. Ini akan menambah referensi MTG sebagai

Page 26: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

69

salah satu upaya pelestarian dan pengembangan budaya Gorontalo khususnya

tentang MTG tersebut.

Pada umumnya pengetahuan nama, jenis, bahan yang digunakan, kandungan

gizi, cara membuat dan penggunaan MTG siswa, ibu siswa dan nenek siswa

adalah terjadi pebedaan. Tetapi terlihat lebih mencolok adalah pengetahuan

kandungan gizi MTG karena ini berkaitan dengan pendidikan yang dimiliki oleh

contoh. Jumlah MTG yang diketahui berdasarkan kategori pengetahuan MTG

adalah bervariasi. Pengetahuan MTG yang lebih bervariasi adalah pada nenek

siswa dibandingkan pada ibu siswa dan siswa. Makanan tradisional Gorontalo

yang banyak diketahui oleh siswa, ibu siswa dan nenek siswa adalah binthe

biluhuta untuk jenis makanan pokok; bilenthango untuk jenis lauk pauk; kando

tilumiti dari jenis sayuran, dan sanggala dari jenis snack/kue. Lihat Lampiran 16-

33.

Berdasarkan penjelasan yang tercantum pada Tabel 28, 29, dan 30 (point a,

b, dan c) maka terlihat bahwa pengetahuan nenek adalah lebih tinggi

dibandingkan dengan ibu dan siswa kecuali pengetahuan tentang kandungan gizi.

Artinya ini membuktikan adanya perubahan pengetahuan MTG dengan keadaan

bahwa semakin muda umur, maka semakin rendah pengetahuan MTG.

2.5 Kategori Pengetahuan Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa Mulok Ilmu

Gizi Berbasis MTG dan Tidak Mulok

Untuk melihat kuantitas pengetahuan MTG contoh siswa maka ada 3

kategori yang membedakannya yaitu kategori pengetahuan baik, sedang dan

kurang. Sekalipun terdapat perbedaan pengetahuan MTG antara siswa mulok dan

tidak mulok secara nyata (p<0,05), namun paling banyak masih tergolong pada

kategori pengetahuan kurang. Lihat Tabel 31.

Pengetahuan nenek siswa dan ibu siswa yang lebih banyak masuk pada

kategori kurang yang memberikan arti bahwa memang benar-benar MTG sudah

mulai cenderung sedikit yang mengenalnya. Dari nenek ke ibu siswa saja telah

terjadi penurunan pengetahuan MTG apalagi sampai ke siswa itu sendiri. Dengan

kondisi seperti ini maka sudah sangat segera pembelajaran mulok ini dapat

dilakukan pada semua lapisan masyarakat terutama pada jenjang pendidikan

formal. Lihat Tabel 31.

Page 27: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

70

Tabel 31 Sebaran pengetahuan MTG contoh siswa, ibu siswa, dan nenek

siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak mulok berdasarkan

kategori pengetahuan MTG

Kategori pengetahuan

MTG

Siswa Ibu siswa Nenek siswa

Mulok Tidak mulok Mulok Tidak mulok Mulok Tidak mulok

n % n % n % n % n % n %

Nama

Baik 3 1.96 1 0.66 7 2.30 16 5.25 7 4.58 21 13.82

Sedang 10 6.54 17 11.18 21 6.89 27 8.85 29 18.95 25 16.45

Kurang 140 91.50 134 88.16 125 40.98 109 35.74 117 76.47 106 69.74

Jenis

Baik 3 1.96 1 0.66 7 2.30 15 4.92 7 4.58 18 11.84

Sedang 10 6.54 17 11.18 21 6.89 25 8.20 25 16.34 21 13.82

Kurang 140 91.50 134 88.16 125 40.98 112 36.72 121 79.08 113 74.34

Bahan

Baik 3 1.96 1 0.66 7 2.30 16 5.25 7 4.58 21 13.82

Sedang 10 6.54 17 11.18 20 6.56 26 8.52 27 17.65 23 15.13

Kurang 140 91.50 134 88.16 126 41.31 110 36.07 119 77.78 108 71.05

Kandungan gizi

Baik 3 1.96 0 0.00 5 1.64 1 0.33 0 0.00 3 1.97

Sedang 10 6.54 0 0.00 4 1.31 9 2.95 8 5.23 0 0.00

Kurang 140 91.50 152 100.00 144 47.21 142 46.56 145 94.77 149 98.03

Cara masak

Baik 3 1.96 1 0.66 6 1.97 15 4.92 7 4.58 20 13.16

Sedang 9 5.88 15 9.87 21 6.89 26 8.52 27 17.65 24 15.79

Kurang 141 92.16 136 89.47 126 41.31 111 36.39 119 77.78 108 71.05

Penggunaannya

Baik 5 3.27 1 0.66 6 1.97 16 5.25 5 3.27 19 12.50

Sedang 11 7.19 17 11.18 20 6.56 25 8.20 28 18.30 25 16.45

Kurang 137 89.54 134 88.16 127 41.64 111 36.39 120 78.43 108 71.05

3. Sikap Konsumsi MTG

Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus yang dibagi

dalam empat tingkatan yaitu menerima, menanggapi, menghargai dan

bertanggung jawab (Notoatmodjo 2010). Sikap menerima setiap jenis MTG dapat

didasari oleh suka terhadap MTG tersebut. Dari suka ini tentunya perlu ada

alasan-alasan yang mendukung dalam bentuk tanggapan dan penghargaan, dalam

hal ini landasan suka karena penampilan (didasari oleh visualisasi). Menurut Van

Der Laan et al. (2011) yang melakukan penelitian tentang respon otak terhadap

makanan, ternyata ditemukan bahwa respon ini terutama dipandu oleh sistem

visual atau penglihatan. Alasan suka selanjutnya adalah karena tekstur, aroma

khas dan cita rasa. Kemudian dasar alasan lainnya adalah berhubungan dengan

tanggung jawab terhadap sikap tersebut karena terkait dengan dampaknya yaitu

alasan sikap terhadap MTG karena menyehatkan dan mudah diperoleh. Berikut ini

Page 28: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

71

dijelaskan sikap siswa, ibu siswa dan nenek siswa yang memperoleh mata

pelajaran mulok dan tidak mulok terhadap MTG.

3.1 Siswa

Pendidikan dapat mempengaruhi sikap seseorang dalam mengonsumsi

makanan. Ini terlihat pada sikap contoh siswa mulok dan tidak mulok baik pada

rasa suka terhadap MTG maupun alasan-alasan suka karena penampilan, tekstur,

aroma khas, cita rasa, menyehatkan dan karena mudah diperoleh. Lihat Tabel 32.

Terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05) sikap suka contoh siswa mulok dan

tidak mulok terhadap MTG. Rata-rata 45,56±21,51 nilai sikap suka yang

diberikan oleh contoh siswa mulok dan 38,57±20,19 siswa tidak mulok.

Selanjutnya sikap suka karena penampilan, tekstur, aroma khas, cita rasa,

menyehatkan dan mudah diperoleh mempunyai nilai-nilai perbedaan yang nyata

antara contoh siswa mulok dan tidak mulok (p<0,05).

Nilai paling tinggi terdapat pada alasan suka karena cita rasa yaitu

46,25±21,61 pada siswa mulok dan 39,15±20,75. Di sini terlihat bahwa ternyata

siswa mulok dan tidak mulok menyukai MTG karena didasari oleh cita rasa yang

enak atau lebih adaptatif. Kesukaan masyarakat untuk mengonsumsi makanan

tradisional karena cita rasa yang enak yang sesuai dengan masyarakat daerah

(Winarno 1993).

Tabel 32 Rata-rata nilai sikap siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG dan

tidak mulok berdasarkan komponen sikap

Komponen sikap Siswa mulok Siswa tidak mulok Sig (2-tailed)

Suka 45.56±21.51a 38.57±21.19

b 0.004

Penampilan 44.60±21.62a 37.46±19.50

b 0.003

Tekstur 43.36±21.20a 37.00±19.63

b 0.007

Aroma khas 45.16±21.39a 38.53±20.36

b 0.006

Cita rasa 46.25±21.61a 39.15±20.75

b 0.004

Menyehatkan 43.33±21.92a 36.94±20.01

b 0.008

Mudah diperoleh 45.44±21.78a 38.00±19.60

b 0.002

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Nilai sikap suka dengan alasan menyehatkan adalah terendah yaitu

43,33±21,92 pada contoh siswa mulok dan 36,94±20,01 siswa tidak mulok. Hal

ini kemungkinan karena informasi tentang MTG masih terbatas atau bahkan

contoh siswa tidak memahami yang bagaimana menyehatkan itu, dan juga masih

ada faham yang menyatakan bahwa makanan yang menyehatkan itu adalah mahal

harganya atau modern. Selain itu juga perbedaan ini karena pembelajaran yang

diberikan melalui mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG. Temuan dari

Pieniak et al. (2009) melalui hasil penelitiannya tentang hubungan antara

konsumsi makanan tradisional dan motif memilih makanan di enam negara Eropa

adalah bahwa faktor kenyamanan dan kesehatan sebagai hambatan langsung

dalam konsumsi makanan tradisional (terkesan kurang higienis).

Alasan sikap suka MTG lainnya adalah karena mudah diperoleh. Contoh

siswa menganggap bahwa untuk mendapatkan MTG yang tertentu setiap hari itu

cukup mudah, karena selain tersedia di kantin sekolah juga dapat dibeli di warung,

Page 29: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

72

toko, dan pasar. Khusus untuk di kantin, terdapat perbedaan jumlah jenis menu

MTG yang dijual baik di sekolah mulok dan tidak mulok. Dapat dilihat pada

Tabel 33 bahwa setiap hari, minggu dan bulan di kantin sekolah mulok dan tidak

mulok dijual MTG.

Tabel 33 Jumlah MTG yang dijual di kantin sekolah mulok ilmu gizi berbasis

MTG dan tidak mulok berdasarkan frekuensi perhari, minggu, bulan

Kabupaten/

Kota

Jenis MTG di Kantin

Sekolah Mulok

Jenis MTG di Kantin

Sekolah Non Mulok Tiap hari

Minggu Perbulan Tiap hari

Minggu Bulan

1 X 2X 3X 1X 2X 1 X 2X 3X 1X 2X

Kota Gtlo 3 5 4 2 8 1 3 5 2 - 3 -

Kab. Gtlo 3 5 4 1 7 1 3 7 2 - 2 -

Kab. Boalemo 3 6 4 2 4 - 1 7 2 - 1 -

Kab. Pohuwato 3 4 5 1 4 2 3 7 2 - 1 -

Kab. BonBol 3 6 8 1 4 1 2 7 5 - 2 -

Kab. Gorut 3 5 5 1 4 1 2 7 2 1 3 -

Total 18 31 30 13 31 6 14 40 15 1 12 -

Lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 34

Ada 18 MTG yang dijual di kantin sekolah mulok setiap hari sehingga dapat

dikatakan bahwa setiap sekolah tersebut menjual rata-rata 3 jenis menu.

Sementara pada sekolah tidak mulok ada 14 jenis menu berarti rata-rata setiap hari

menjual kurang dari 3 jenis MTG. Selanjutnya terdapat pula perbedaan jumlah

jenis MTG yang dijual dikantin sekolah mulok dan tidak mulok baik untuk dijual

mingguan dan bulanan. Hal yang menarik tentang ketersediaan MTG dikantin

adalah berhubungan dengan waktu panen tanaman seperti singkong, ubi jalar, dan

pisang. Jika semua bahan baku MTG dibeli di pasar yang harganya sulit

terjangkau maka akan berdampak pada harga penjualan dan keuntungan yang

diperoleh, demikian pernyataan para pedagang di kantin. Juga hal yang paling

utama adalah keterbatasan modal yang dimiliki para pedagang di kantin. Untuk

mengetahui lebih jenis MTG yang dijual di kantin sekolah dapat dilihat Lampiran

34.

Berdasarkan uraian sebelumnya mengenai sikap MTG siswa yang

menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) antara contoh siswa mulok dan tidak

mulok. Ini membuktikan bahwa contoh siswa mulok mempunyai sikap tentang

MTG yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa tidak mulok.

3.2 Ibu Siswa

Sikap ibu siswa mulok maupun tidak mulok terhadap MTG adalah tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0,05) baik sikap suka, alasan penampilan,

tekstur, aroma khas, cita rasa, menyehatkan dan mudah diperoleh. Pada Tabel 34

menjelaskan bahwa nilai sikap suka dengan alasan cita rasa hampir sama, artinya

bahwa ibu tersebut suka MTG dengan alasan utamanya karena cita rasa. Rata-rata

nilai alasan karena cita rasa pada ibu siswa mulok yaitu 55,87±30,28 dan

56,39±39,00.

Page 30: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

73

Alasan selanjutnya yakni karena MTG mempunyai aroma khas, yang

tentunya ini tidak dapat diperoleh atau tergantikan dengan aroma makanan

lainnya. Rata-rata nilai sikap suka karena aroma khas adalah 55,24±29,61 pada

ibu siswa mulok dan 55,57±37,74 tidak mulok.

Tabel 34 Rata-rata nilai sikap ibu siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG dan

tidak mulok berdasarkan komponen sikap

Komponen sikap Ibu siswa mulok Ibu siswa tidak mulok Sig (2-tailed)

Suka 55.51±29.69a 55.96±37.80

a 0.907

Penampilan 54.43±29.30a 54.71±35.13

a 0.940

Tekstur 54.54±29.15a 54.91±36.60

a 0.921

Aroma khas 55.24±29.61a 55.57±37.74

a 0.931

Cita rasa 55.87±30.28a 56.39±39.00

a 0.896

Menyehatkan 53.42±29.94a 54.02±37.44

a 0.875

Mudah diperoleh 54.26±29.37a 54.45±36.62

a 0.961

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

3.3 Nenek Siswa

Sikap suka MTG yang dimiliki nenek siswa mulok dan tidak mulok adalah

tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05). Rata-rata nilai sikap suka pada

nenek mulok adalah 58,86±40,40 dan 58,84±39,59 tidak mulok. Lihat Tabel 35.

Tabel 35 Rata-rata nilai sikap nenek siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG

dan tidak mulok berdasarkan komponen sikap

Komponen sikap Nenek siswa mulok Nenek siswa tidak mulok Sig (2-tailed)

Suka 58.86±40.40a 58.84±39.59

a 0.997

Penampilan 57.92±40.53a 58.21±39.20

a 0.949

Tekstur 57.51±39.67a 57.78±38.48

a 0.953

Aroma khas 58.31±40.64a 58.87±39.61

a 0.902

Cita rasa 58.97±40.51a 59.19±39.64

a 0.961

Menyehatkan 56.45±40.60a 57.33±37.83

a 0.842

Mudah diperoleh 57.21±38.88a 57.42±37.62

a 0.961

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Alasan suka yang terpenting seperti yang terjadi pada ibu siswa dan siswa

yaitu karena cita rasa. Rata-rata nilainya mendekati nilai sikap suka yaitu

58,97±40,51 contoh nenek siswa mulok dan 59,19±39,64 pada tidak mulok.

Alasan cita rasa ini telah memberikan penjelasan dari mereka bahwa makanan

tradisional adalah lebih baik dibandingkan dengan makanan lainnya. Alasan

selanjutnya karena aroma khas sehingga bersikap suka pada MTG. Alasan

terendah nenek siswa bersikap suka MTG sama dengan alasan pada ibu siswa, dan

siswa yaitu karena menyehatkan. Namun rata-rata nilai nenek siswa baik mulok

dan tidak mulok adalah lebih tingggi dibandingkan dengan ibu siswa dan siswa itu

sendiri. Diantara penjelasan mereka bahwa makanan tradisional lebih baik dari

makanan lainnya karena dibuat dari bahan-bahan alami dan tidak menggunakan

bahan-bahan lain yang mereka anggap akan merugikan kesehatan. Sesungguhnya

Page 31: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

74

nenek siswa ini telah memahami manfaat makanan yang ditinjau dari pandangan

kesehatan sekalipun tidak dapat mereka jelaskan secara rinci. Lihat Tabel 35.

3.4 Sikap Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa

3.4.1 Sikap Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa Mulok Ilmu Gizi Berbasis

MTG

Sikap siswa mulok dengan ibu siswa dan nenek siswa secara keseluruhan

adalah berbeda secara nyata (p<0,05). Antara sikap ibu siswa dengan nenek siswa

tidak terdapat perbedaan yang nyata sekalipun nilai rata-rata nenek siswa lebih

tinggi. Rata-rata nilai sikap siswa adalah lebih rendah dibandingkan dengan ibu

siswa dan nenek siswa. Hal ini terlihat pada sikap rasa suka MTG dengan alasan

karena penampilan, tekstur, aroma khas, cita rasa, menyehatkan dan mudah

diperoleh. Lihat Tabel 36.

Tabel 36 Rata-rata nilai sikap siswa, ibu siswa dan nenek siswa mulok

ilmu gizi berbasis MTG berdasarkan komponen sikap

Komponen sikap Siswa Ibu Nenek Signifikan

Suka 45.56±21.51a 55.51±29.69

b 58.86±40.40

b 0.000

Penampilan 44.60±21.62a 54.43±29.30

b 57.92±40.53

b 0.000

Tekstur 43.36±21.20a 54.54±29.15

b 57.51±39.67

b 0.000

Aroma khas 45.16±21.39a 55.24±29.61

b 58.31±40.64

b 0.000

Cita rasa 46.25±21.61a 55.87±30.28

b 58.97±40.51

b 0.000

Menyehatkan 43.33±21.92a 53.42±29.94

b 56.45±40.60

b 0.000

Mudah diperoleh 45.44±21.78a 54.26±29.37

b 57.21±38.88

b 0.000

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Pada Tabel 36 ada hal yang menarik yaitu rata-rata nilai yang tertinggi

adalah pada alasan karena cita rasa. Ini sebagai bukti bahwa seseorang

mempunyai sikap rasa suka terhadap MTG dengan alasan yang paling utama

adalah karena cita rasa yang dimiliki oleh MTG itu sendiri dan cita rasa ini adalah

khas dan tidak ditemukan pada makanan lainnya. Menurut Roose et al. (2012)

yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh rasa pada

kesukaan makanan, menunjukkan bahwa rasa makanan secara siknifikan

merupakan preferensi pada makanan. Hal yang sama dinyatakan pula oleh

Galindo et al. (2012) bahwa rasa memiliki masukan penting dalam kesukaan

terhadap makanan, hal ini ditinjau dari faktor fisiologis yang mempengaruhi

keputusan apa yang harus dimakan.

3.4.2 Sikap Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa Tidak Mulok Ilmu Gizi

Berbasis MTG

Nilai rata-rata sikap siswa tidak mulok terhadap MTG adalah terdapat

perbedaan yang nyata dengan sikap ibu siswa dan nenek siswa. Tetapi hal yang

sama dengan sikap kelompok mulok adalah bahwa tidak terdapat perbedaan sikap

MTG ibu siswa dengan nenek siswa, sementara dengan siswa terdapat perbedaan

yang nyata (p<0,05). Lihat Tabel 37.

Page 32: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

75

Seperti halnya dengan kelompok mulok, pada kelompok ini ditemukan juga

bahwa nilai rata-rata alasan karena cita rasa adalah yang tertinggi dibandingkan

dengan nilai-nilai rata-rata lainnya. Ini juga sebagai bukti sekalipun siswa tidak

mulok, namun hal yang mendasari mereka bersikap terhadap MTG yang paling

utama adalah karena cita rasa dari MTG itu sendiri.

Tabel 37 Rata-rata nilai sikap siswa, ibu siswa dan nenek siswa tidak

mulok ilmu gizi berbasis MTG berdasarkan komponen sikap

Komponen sikap Siswa Ibu Nenek Signifikan

Suka 38.57±21.19a 55.96±37.80

b 58.84±39.59

b 0.000

Penampilan 37.46±19.50a 54.71±35.13

b 58.21±39.20

b 0.000

Tekstur 37.00±19.63a 54.91±36.60

b 57.78±38.48

b 0.000

Aroma khas 38.53±20.36a 55.57±37.74

b 58.87±39.61

b 0.000

Cita rasa 39.15±20.75a 56.39±39.00

b 59.19±39.64

b 0.000

Menyehatkan 36.94±20.01a 54.02±37.44

b 57.33±37.83

b 0.000

Mudah diperoleh 38.00±19.60a 54.45±36.62

b 57.42±37.62

b 0.000

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

3.4.3 Sikap Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa Mulok Ilmu Gizi Berbasis

MTG dan Tidak Mulok

Terdapat perbedaan yang nyata sikap siswa dengan ibu siswa dan sikap

siswa dengan nenek siswa. Sementara terlihat pula perbedaan antara sikap ibu

siswa dan sikap nenek siswa tetapi tidak berbeda secara nyata. Selanjutnya pada

Tabel 38 menunjukkan bahwa semakin muda seseorang maka sikap suka pada

MTG semakin rendah artinya kemungkinan kekuatan sikap suka yang melekat

pada nenek siswa belum dipengaruhi oleh keadaan materialistik dan teknologi.

Sehingga penampilan MTG dipandang lebih oleh nenek siswa dari pada ibu siswa

dan siswa. Secara sederhana dan menarik bahwa penampilan MTG tidak kalah

dengan makanan modern. Alasan suka MTG karena penampilan, memang sebagai

sebuah implikasi rasa kepemilikan pada MTG yang merupakan pandangan secara

umum dari luar MTG tersebut. Sementara terkstur merupakan kerenyahan atau

kekenyalan MTG pada saat digigit atau dikunyah yang dapat menunjukkan

perbedaan dengan makanan lainnya. Tentu saja penilaian yang diberikan oleh para

nenek siswa adalah tertinggi dibandingkan dengan ibu siswa dan siswa. Alasan

selanjutnya adalah aroma khas MTG yang tentunya berhubungan dengan bahan-

bahan makanan yang digunakan apakah jenisnya, kesegarannya, takarannya,

termasuk proses pemasakannya yang semuanya merupakan sebuah kesatuan

filosofi yang dimiliki. Nilai rata-rata aroma khas menunjukkan adanya perbedaan

yang signifikan antara siswa dengan ibu siswa, siswa dengan nenek siswa.

Sementara antara ibu siswa dengan nenek siswa tidak terdapat perbedaan yang

nyata pada nilai aroma khas.

Alasan sikap suka MTG yang mempunyai pengaruh terbesar dari alasan

lainnya yakni karena cita rasa. Cita rasa yang dimiliki MTG benar-benar sulit

terduplikasi dengan makanan lainnya. Cita rasa ini lahir dari akumulasi proses

persiapan dan pemasakan makanan. Alasan selanjutnya adalah menyehatkan yang

merupakan alasan terendah pada ketiga golongan contoh ini. Menurut Zakaria dan

Andarwulan (2001) bahwa banyak hasil penelitian mengenai makanan tradisional

Page 33: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

76

yang ternyata hampir semua bahan makanan yang digunakan secara tradisional

maupun resep-resep makanan tradisional Indonesia mempunyai khasiat terhadap

kesehatan karena mengandung satu atau lebih komponen senyawa yang

mempunyai sifat fungsional terhadap satu atau lebih reaksi metabolisme dan

biokimia yang esensial bagi tubuh.

Pernyataan yang diberikan baik oleh siswa, ibu siswa, dan nenek siswa

tentang MTG dapat menyehatkan adalah berbeda. Terlihat semakin muda

semakin rendah alasan suka karena menyehatkan. Ini penting untuk dilakukan

pengkajian secara detail berdasarkan pandangan masyarakat khususnya yang lebih

tua sehingga akan menambah bahan referensi dalam pelestarian dan

pengembangan MTG melalui mata pelajaran muatan lokal ilmu gizi berbasis

MTG. Pembelajaran ini dapat merupakan salah satu solusi terbaik untuk

meningkatkan pengetahuan, pemahaman serta implikasinya masyarakat secara

berkesinambungan. Lihat Tabel 38.

Tabel 38 Rata-rata nilai sikap siswa, ibu siswa dan nenek siswa mulok

ilmu gizi berbasis MTG dan tidak mulok berdasarkan komponen sikap

Komponen sikap Siswa Ibu Nenek Signifikan

Suka 42.07±21.12a 55.74±33.94

b 58.85±39.93

b 0.000

Penampilan 41.04±20.86a 54.57±32.30

b 58.06±39.81

b 0.000

Tekstur 40.19±20.63a 54.72±33.03

b 57.64±39.02

b 0.000

Aroma khas 41.85±21.11a 55.40±33.87

b 58.59±40.10

b 0.000

Cita rasa 42.71±21.45a 56.13±34.86

b 59.08±40.10

b 0.000

Menyehatkan 40.15±21.20 a 53.72±33.85

b 56.89±39.18

b 0.000

Mudah diperoleh 41,73±21.02a 54.36±33.14

b 57.31±38.20

b 0.000

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Sikap suka MTG dengan alasan karena mudah diperoleh mempunyai

perbedaan yang nyata antara siswa dengan ibu siswa dan antara siswa dengan

nenek siswa. Perbedaan ini kemungkinan terjadi karena intensitas ibu dan nenek

ke tempat penjualan MTG lebih tinggi dibandingkan dengan siswa. Juga ini

merupakan ingatan dalam mengakses atau memperoleh MTG. Sementara antara

ibu siswa dan nenek siswa tidak terjadi perbedaan yang nyata tentang alasan

tersebut. Hal ini dapat disebabkan karena keduanya adalah pelaku utama dalam

pengadaan atau pembelian bahan MTG. Ini terlihat pada semua kabupaten/kota

yang menunjukkan bahwa ketersediaan MTG itu ada, baik jenis makanan pokok,

lauk pauk, sayuran dan snack/kue. Makanan tradisional Gorontalo ini dijual di

pasar, restoran, warung/rumah makan, kaki lima, toko ole-ole dan di mall. Namun

sangat disayangkan bahwa keragaman MTG yang dijual ini masih kurang

dibandingkan dengan makanan lain atau produk instan lainnya. Malah ada mall

yang terbesar di Gorontalo tidak menyediakan MTG, tetapi menyediakan produk

makanan dari luar daerah lainnya serta produk impor. Sementara untuk hotel-hotel

tertentu menyediakan MTG hanya berdasarkan pemesanan dari konsumen dan itu

pun pihak hotel bukan membuat sendiri tapi dipesan dari para produsen di luar

hotel. Dengan demikian berdasarkan wawancara dan observasi ada juga hotel

yang mempunyai restoran menyediakan MTG 2-3 kali dalam seminggu.

Page 34: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

77

Keadaan sikap konsumsi MTG terlihat bahwa nenek siswa cenderung

mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu siswa dan siswa

(Tabel 36, 37 dan 38), sehingga terlihat bahwa semakin muda semakin rendah

sikap suka terhadap MTG. Alasan suka ini ditunjukan pula oleh keadaan alasan

yang sama yaitu bahwa semakin muda semakin rendah pula rata-rata nilai alasan

suka tersebut yang meliputi karena penampilan, tekstur, aroma yang khas, cita

rasa, menyehatkan dan mudah diperoleh. Artinya, bahwa keadaan ini telah

membuktikan adanya perubahan sikap tentang MTG pada masyarakat Gorontalo.

4. Praktik Konsumsi MTG

Setelah seseorang bersikap dengan berbagai alasannya maka ada

kecenderungan untuk melakukan tindakan atau praktik. Praktik ini akan terlaksana

ketika tersedia objek dalam hal ini fasilitas atau sarana untuk dilakukannya

tindakan. Selanjutnya praktik perilaku konsumsi MTG yang dimaksudkan adalah

praktik siswa, ibu siswa dan nenek siswa dalam frekuensi mengonsumsi MTG

setiap hari, minggu, bulan, dan tahun. Ada 80 jenis menu MTG yang akan

dijelaskan berdasarkan frekuensi konsumsi perhari, minggu, bulan dan tahun.

4.1 Siswa

Frekuensi konsumsi MTG siswa mulok dan tidak mulok pada umumnya

berbeda nyata (p<0,05), dengan total rata-rata dalam setahun untuk contoh siswa

mulok 1849,38±901,43 kali dan 1596,46±888,194 kali pada tidak mulok. Untuk

frekuensi setiap hari, minggu, bulan dan tahun seperti berikut ini. Lihat Tabel 39.

Frekuensi konsumsi MTG setiap hari dalam setahun pada siswa mulok dan

tidak mulok tidak berbeda secara nyata (p>0,05). Namun menandakan adanya

kecenderungan peningkatan frekuensi konsumsi MTG siswa mulok. Untuk

frekuensi konsumsi perminggu adalah berbeda nyata (p<0,05) dan perbedaan ini

kemungkinan berhubungan dengan aktivitas siswa dari rumah ke sekolah, yaitu

karena ketersediaan MTG yang baik di sekolah dan juga adanya pemahaman pada

siswa mulok tentang MTG yang mendukung praktik mereka dalam konsumsi

MTG tersebut.

Tabel 39 Rata-rata frekuensi konsumsi MTG siswa mulok ilmu gizi berbasis

MTG dan tidak mulok berdasarkan frekuensi perhari, minggu, bulan

dan tahun

Frekuensi konsumsi MTG Siswa mulok Siswa tidak mulok Sig (2-tailed)

Hari 1195.2±820.7a 993.29±927.76

a 0.060

Minggu 581.52±334.68a 356.47±238.43

b 0.000

Bulan 68.24±67.59a 44.13±43.136

b 0.000

Tahun 4.43±5.08a 2.57±2.94

b 0.000

Total dalam setahun 1849.38±901.43a 1596.46±888.194

b 0.000

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Rata-rata konsumsi MTG setiap bulan terdapat perbedaan yang nyata

dengan rata-rata 68,24±67,59 (berkisar 5-6) kali pada siswa mulok dan

44,13±43,13 (berkisar 3-4) kali pada tidak mulok. Konsumsi setiap bulan itu

biasanya berhubungan dengan kegiatan-kegiatan perayaan hari besar agama, acara

Page 35: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

78

adat istiadat, juga kesadaran mengonsumsi MTG itu sendiri. Temuan Eliawati et

al. (2001) yang hanya meneliti frekuensi konsumsi pangan tradisional dalam

sebulan pada remaja di kota Bogor adalah 5,4 kali/bulan makanan lengkap; 7,3

kali/bulan makanan kudapan dan 9,5 kali/bulan minuman yang dapat dirata-

ratakan 7,4 kali/bulan atau 7-8 kali/bulan.

Demikian pula halnya yang terjadi pertahun yaitu berbeda nyata

frekuensinya antara siswa yang mengonsumsinya. Ini juga dapat menandakan

keadaan kemampuan dalam mengadopsi MTG itu sendiri bagi yang

mengonsumsinya karena telah mengalami proses pembelajaran tentang MTG

tersebut. Proses pembelajaran ini dapat meningkatkan pengetahuan MTG dan

dengan pengetahuan tersebut telah meningkatkan pula sikap tentang MTG yang

akhirnya mereka mempraktikkannya lebih sering dibandingkan tidak mulok.

Keadaan ini menandakan bahwa siswa mulok mempunyai perilaku praktik

konsumsi MTG yang lebih baik dibandingkan dengan tidak mulok.

4.2 Ibu Siswa

Frekuensi konsumsi MTG ibu siswa mulok dan tidak mulok berbeda secara

nyata (p<0,05). Adapun rata-ratanya adalah 1716,13±1442,38 kali pada ibu siswa

mulok dan 1390,76±1037,77 pada tidak mulok. Namun terlihat ada perbedaan

frekuensi konsumsi MTG yang terjadi pada waktu perminggu. Kemungkinan ini

terjadi oleh karena ibu siswa mulok dan tidak mulok memiliki perbedaan lama

pendidikan berbeda nyata (p<0,05) yang berdampak pada perbedaan praktik.

Lihat Tabel 40.

Tabel 40 Rata-rata frekuensi konsumsi MTG ibu siswa mulok ilmu gizi

berbasis MTG dan tidak mulok berdasarkan frekuensi perhari, minggu,

bulan dan tahun

Frekuensi konsumsi MTG Ibu siswa mulok Ibu siswa tidak mulok Sig (2-tailed)

Hari 980.49±1418.88a 809.24±1020.27 a 0.227

Minggu 670.90±429.12 a 523.08±365.16b 0.001

Bulan 62.67±67.43 a 56.53±55.33 a 0.386

Tahun 2.07±4.07 a 1.91±3.51 a 0.707

Total dalam setahun 1716.13±1442.38 a 1390.76±1037.77b 0.025 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

4.3 Nenek Siswa

Nenek siswa memiliki pengetahuan nama MTG yang lebih tinggi

dibandingkan dengan ibu siswa dan siswa itu sendiri, namun dalam praktiknya

belum tentu mereka yang akan melakukannya lebih banyak pula. Kemungkinan

selain karena usia para nenek siswa yang sudah lanjut. Menurut De Boer et al.

(2013) bahwa pada usia lanjut (lebih dari 65 tahun) penuaan memiliki beberapa

konsekuensi diantaranya perubahan fisiologis yang berhubungan dengan asupan

makanan seperti anorexia.

Page 36: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

79

Tabel 41 Rata-rata frekuensi konsumsi MTG nenek siswa mulok ilmu gizi

berbasis MTG dan tidak mulok berdasarkan frekuensi perhari,

minggu, bulan dan tahun

Frekuensi konsumsi MTG Nenek siswa mulok Nenek siswa tidak

mulok Sig (2-tailed)

Hari 913.69±1132.09 a 972.53±1344.83

a 0.680

Minggu 531.56±401.79 a 522.05±442.24

a 0.840

Bulan 75.29±82.16 a 70.34±73.39

a 0.579

Tahun 2.80±4.44 a 2.48±4.28

a 0.518

Total dalam setahun 1523.35±1269.14 a 1567.41±1327.69

a 0.767

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Secara keseluruhan ditemukan tidak ada perbedaan yang nyata rata-rata

frekuensi konsumsi MTG (p>0,05) contoh nenek siswa mulok dan tidak mulok.

Ini terlihat bahwa dalam setahun frekuensi konsumsinya ada 1523,35±1269,14

kali pada contoh nenek siswa mulok dan 1567,41±1327,69 kali tidak mulok.

Demikian pula untuk frekuensi konsumsi MTG perhari, minggu, bulan dan tahun

tidak ditemukan perbedaan yang nyata. Lihat Tabel 41.

4.4 Praktik MTG Contoh Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa

Praktik konsumsi MTG perhari pada contoh siswa, ibu siswa dan nenek

siswa adalah berbeda-beda. Dari 80 jenis menu MTG, ada 32,50% MTG yang

dikonsumsi oleh contoh siswa perhari sementara pada ibu dan nenek masing-

masing adalah 26,25% dan 30%. Konsumsi contoh ibu siswa perminggu

sebanyak 60% jenis menu MTG, sementara pada siswa dan nenek masing-masing

47,5% dan 50%. Lebih lanjut, untuk jenis menu yang terbanyak dikonsumsi

perminggu yaitu sebanyak 60% MTG. Yang menarik Konsumsi MTG perbulan,

terbanyak adalah pada contoh nenek siswa yaitu ada 56,25% MTG. Lebih jelas

dapat dilihat pada Tabel 42.

Tabel 42 Jumlah MTG yang dikonsumsi contoh siswa, ibu siswa dan nenek

siswa perhari, minggu, bulan dan tahun berdasarkan jenis MTG

Jenis

MTG

Hari Minggu Bulan Tahun

Siswa Ibu Nenek Siswa Ibu Nenek Siswa Ibu Nenek Siswa Ibu Nenek

Makanan

pokok 5 3 6 8 7 7 7 6 8 7 2 3

Lauk

pauk 3 3 7 5 9 8 8 8 9 8 5 2

Sayuran 4 6 3 2 6 6 3 3 4 3 0 0

Snack/kue 14 9 8 23 26 19 20 19 24 19 11 14

Total 26 21 24 38 48 40 38 36 45 37 18 19

% total 32.50 26.25 30.00 47.50 60.00 50.00 47.50 45.00 56.25 46.25 22.50 23.75

4.4.1 Frekuensi Konsumsi MTG Contoh Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa

Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG

Total dalam setahun, frekuensi konsumsi MTG siswa mulok, ibu siswa dan

nenek siswa tidak terdapat perbedaan secara nyata (p>0,05). Terlihat pada Tabel

43 bahwa frekuensi siswa mulok adalah lebih tinggi dibandingkan dengan ibu

Page 37: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

80

siswa dan nenek siswa. Selanjutnya terdapat perbedaan frekuensi pada contoh

siswa mulok dengan ibu dan neneknya dalam waktu perhari tetapi tidak nyata

(p>0,05). Bagi siswa, MTG selain disediakan di rumah tersedia pula di

lingkungan dia beraktifitas seperti di kantin dan warung. Ini kemungkinan

membuat frekuensi yang dipraktikan oleh siswa pada setiap jenis menu MTG

menjadi lebih banyak dibandingkan dengan ibu dan nenek. Terlihat bahwa

frekuensi yang tertinggi perminggu terdapat pada ibu siswa dengan rata-rata

670,90±429,12 kali, tetapi perbedaannya tidak nyata.

Di Gorontalo ada kegiatan adat yang selalu mengundang para orang tua, dan

pada acara tersebut biasanya disuguhkan dengan makanan tradisional seperti pada

acara 7 bulanan, aqikah, khitanan, pembeatan, pernikahan, termasuk juga acara

perayaan hari besar Islam. Kemungkinan ini yang menyebabkan adanya

perbedaan frekuensi konsumsi MTG pada waktu bulan antara contoh siswa, ibu

siswa dan nenek siswa. Di sini nenek siswa lebih tinggi frekuensinya dan nyata

dibandingkan dengan ibu siswa dan siswa itu sendiri.

Tabel 43 Rata-rata frekuensi konsumsi MTG siswa, ibu siswa, dan nenek

siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG berdasarkan frekuensi perhari,

minggu, bulan dan tahun

Frekuensi konsumsi MTG Siswa Ibu siswa Nenek siswa Signifikan

Hari 1195.2±820.7a 980.49±1418.88ab 913.69±1132.09 b 0.083

Minggu 581.52±334.68ab 670.90±429.12a 531.56±401.79b 0.060

Bulan 68.24±67.59a 62.67±67.43 a 75.29±82.16a 0.315

Tahun 4.43±5.08a 2.07±4.07b 2.80±4.44b 0.000

Total dalam setahun 1849.38±901.43a 1716.13±1442.38ab 1523.35±1269.14b 0.064

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

4.4.2 Frekuensi Konsumsi MTG Contoh Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa

Tidak Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG

Total rata-rata frekuensi konsumsi MTG contoh siswa tidak mulok, ibu dan

neneknya sesungguhnya tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05). Namun ini

terlihat lebih rendah jika dibandingkan dengan frekuensi konsumsi MTG pada

siswa mulok.

Tabel 44 Rata-rata frekuensi konsumsi MTG siswa, ibu siswa, dan nenek siswa

tidak mulok ilmu gizi berbasis MTG berdasarkan frekuensi perhari,

minggu, bulan dan tahun

Frekuensi konsumsi MTG Siswa Ibu siswa Nenek siswa Signifikan

Hari 993.29±927.76a 809.24±1020.27 a 972.53±1344.83 a 0.441

Minggu 356.47±238.43a 523.08±365.16b 522.05±442.24 b 0.000

Bulan 44.13±43.136a 56.53±55.33 a 70.34±73.39 b 0.001

Tahun 2.57±2.94a 1.91±3.51a 2.48±4.28 a 0.228

Total dalam setahun 1596.46±888.19a 1390.76±1037.77 ab 1567.41±1327.69a 0.100

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Adapun total dalam setahun rata-rata frekuensi konsumsi MTG siswa tidak

mulok yaitu 1596,46±888,19 kali, ibu dan neneknya masing-masing

Page 38: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

81

1390,76±1037,77

kali dan 1567,41±1327.69 kali. Frekuensi konsumsi MTG

perhari, dan pertahun tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05). Tetapi pada

waktu perbulan dan perminggu terdapat perbedaan yang nyata antara siswa tidak

mulok dengan ibu siswa dan neneknya. Kemungkinan hal ini disebabkan sama

seperti sebelumnya yaitu bahwa adanya kegiatan perbulan para nenek dan ibu-bu

yang berakibat mereka meng mengonsumsi konsumsi MTG lebih sering untuk

setiap bulannya. Lihat Tabel 44.

4.4.3 Frekuensi Konsumsi MTG Contoh Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa

Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG dan Tidak Mulok

Keseluruhan frekuensi konsumsi MTG siswa, ibu siswa dan nenek siswa

adalah tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05). Namun pada frekuensi MTG

perbulan terlihat ada perbedaan antara siswa, ibu siswa dan nenek siswa dengan

rata-rata frekuensi tertinggi yaitu pada nenek siswa. Sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya bahwa hal ini berhubungan dengan kegiatan-kegiatan adat istiadat

yang dilaksanakan yang mengundang para sesepuh (orang lanjut usia) yang

diyakini dapat memberikan keberkahan untuk upacara adat tersebut. Lihat Tabel

45.

Tabel 45 Rata-rata frekuensi konsumsi MTG siswa, ibu siswa, dan nenek siswa

mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak mulok berdasarkan frekuensi

perhari, minggu, bulan dan tahun

Frekuensi konsumsi MTG Siswa Ibu siswa Nenek siswa Signifikan

Hari 1044.74±887.22a 895.15±12.37a 943.02±1240.978a 0.251

Minggu 469.36±311.34a 620.25±434.55b 526.82±421.74a 0.000

Bulan 56.22±57.918a 59.61±61.68a 72.83±77.82b 0.005

Tahun 3.50±4.25a 1.99±3.80b 2.64±4.36b 0.000

Total dalam setahun 1573.83±53.56a 1576.99±1259.07a 1545.30±1296.70a 0.935

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Berdasarkan temuan pada praktik konsumsi MTG maka terbukti bahwa

siswa SMP mulok mempunyai perilaku konsumsi makanan tradisional yang lebih

tinggi dari pada tidak mulok. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Khomsan et al.

(2009) bahwa prasyarat terjadinya perubahan perilaku gizi adalah pengetahuan

tentang gizi atau makanan. Berdasarkan kesimpulan tersebut, bahwa tidak

terdapat perbedaan yang nyata konsumsi MTG siswa, ibu siswa dan nenek siswa.

Namun terlihat bahwa MTG yang dikonsumsi ibu siswa dan nenek siswa

cenderung lebih banyak dibandingkan dengan siswa (lihat Tabel 42).

4.5 Kategori Frekuensi Konsumsi MTG Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa

Mulok dan Tidak Mulok Berdasarkan Frekuensi Perhari

Tabel 46 menunjukkan bahwa kategori frekuensi konsumsi MTG yang

tertinggi terlihat pada kategori sering pada siswa mulok dan kategori jarang pada

tidak mulok. Akan tetapi sekalipun frekuensinya tinggi namun variasi MTG yang

dikonsumsi terlihat masih rendah dari jumlah MTG yang ada.

Page 39: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

82

Tabel 46 Sebaran kategori frekuensi konsumsi MTG siswa, ibu siswa dan nenek

siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak mulok berdasarkan

frekuensi perhari

Kategori

frekuensi

Siswa Ibu siswa Nenek siswa

Mulok Tidak mulok Mulok Tidak mulok Mulok Tidak mulok

n % n % n % n % n % n %

Tidak pernah (<1)

4 2.61 10 6.58 11 7.19 14 9.21 16 10.46 10 6.58

Jarang

(1-4) 59 38.56 68 44.74 72 47.06 85 55.92 76 49.67 85 55.92

Sering

(4-7) 66 43.14 58 38.16 41 26.8 33 21.71 34 22.22 31 20.39

Selalu ( ≥7)

24 15.69 16 10.53 29 18.95 20 13.16 27 17.65 26 17.11

Merujuk pada Tabel 42 yang menunjukkan bahwa dari 80 MTG, ternyata

yang dikonsumsi perhari hanya tinggal 26 MTG atau 32,50%. Ini juga dapat

menjadi peringatan atau tanda bahwa sesungguhnya MTG yang dikonsumsi oleh

masyarakat Gorontalo telah menurun dan beralih ke makanan lain. Selain itu

bahwa jenis MTG yang paling banyak dikonsumsi pun adalah snack/kue baik

untuk frekuensi perhari, minggu, bulan dan tahun.

Berbeda dengan siswa yang beraktivitas di luar rumah termasuk di sekolah

yang mempunyai kantin atau warung dibandingkan dengan ibu siswa dan nenek

siswa yang sebagian besar sebagai ibu rumah tangga, maka kategori frekuensi

konsumsi MTG tertinggi adalah jarang. Terdapat 13,16-18,95% ibu siswa dan

nenek siswa dengan kategori selalu, sementara untuk kategori sering 20,39-

26,8%. Lihat Tabel 46.

4.6 Contoh Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa yang Mengonsumsi MTG

Praktik konsumsi MTG pada contoh siswa, ibu siswa dan nenek siswa

berbeda antara waktu, baik yang terjadi perhari, minggu, bulan dan tahun. Dari 80

MTG akan dijelaskan lebih lanjut jumlah yang mengonsumsinya pada masing-

masing makanan tersebut. Tampilan pilihan makanan yang akan dijelaskan adalah

tiga terbanyak dan merupakan bagian dari pilihan makanan lainnya.

4.6.1 Siswa

Pada contoh siswa, MTG yang banyak dipilih dikonsumsi setiap hari yaitu

nasi kuning sebagai jenis makanan pokok, lauk pauk yaitu bilenthango, sayuran

berupa kando tilumiti, dan snack/kue yaitu sanggala. Semua jenis makanan yang

dikonsumsi ini selalu tersedia di kantin sekolah atau warung sehingga membuat

siswa mudah memperolehnya. Lihat Tabel 33 dan Lampiran 33, 34.

Page 40: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

83

Tabel 47 Sebaran contoh siswa yang mengonsumsi makanan tradisional

Gorontalo

Hari Minggu Bulan Tahun

Nama MTG % Nama MTG % Nama MTG % Nama MTG %

Makanan pokok

Nasi Kuning 42.86 Binthe Biluhuta 43.64 Binthe Biluhuta 35.48 Balobinthe 30.77

Binthe Biluhuta 33.33 Balobinthe 16.36 Balobinthe 29.03 Bajoe 15.38

Balobinthe 14.29 Nasi Kuning 16.36 Ilabulo 9.68 Dila Lo Binthe 15.38

Lauk pauk

Bilenthango 85.71 Dabu-dabu Lo sagela

40.00 Tabu moitomo 33.33 Tabu moitomo 22.22

Dabu-dabu Lo

sagela 9.52 Bilenthango 32.00

Dabu-dabu Lo

sagela 16.67

Dabu-dabu Lo

sagela 11.11

Ilahe 4.76 Pilitode 20.00 Gamie Lo hele 8.33 Gamie Lo hele 11.11

Sayuran

Kando Tilumiti 70.97 Kando Tilumiti 54.17 Pilitode Lo Poki-Poki

50,00 Gohu Lo Putungo

40,00

Pilitode Lo Poki-Poki

16.13 Pilitode Lo Poki-Poki

45.83 Gohu Lo Putungo 33.33 Pilitode Lo Poki-Poki

40,00

Ihu tilinanga 6.45 Gohu Lo Putungo

0.00 Tilumithi Dungo Popaya

16.67 Tilumithi Dungo Popaya

20,00

Snack/Kue

Sanggala 31.95 Sabongi 16.67 Tutulu 16.98 Kukisi karawo/kerawang

11.90

Sabongi 19.53 Onde-onde 12.75 Kue karawo/kerawang

13.21 Onde-onde 11.90

Lalamba 10.65 Sanggala 9.80 Aliyadala 11.32 Tutulu 11.90

Lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 42.

Binthe biluhuta menjadi makanan pokok yang paling banyak dipilih oleh

contoh siswa pada praktik perminggu, sementara untuk jenis lauk pauk adalah

dabu-dabu lo sagela, dan jenis sayuran masih paling banyak pada kando tilumiti.

Konsumsi MTG untuk perbulan dan pertahun yang paling banyak dipilih

adalah beragam. Namun untuk lauk pauk terlihat bahwa menu tabu moitomo

menjadi pilihan terbanyak baik pada konsumsi perminggu dan perbulan. Ini

banyak terpilih karena menu tersebut sangat sering disediakan pada acara pesta

seperti pada peminangan, pernikahan, peringatan hari lahir seseorang atau acara

pesta pembeatan seorang wanita yang aqil balik, haul meninggalnya seseorang.

Konsumsi sayur MTG pertahun yang terbanyak berkisar antara 11- 40% dan

jenis sayuran yang paling banyak terpilih adalah gohu lo putungo dan pilitode lo

poki-poki. Untuk snack/kue MTG yang terbanyak yaitu kukisi karawo/kerawang.

Terlihat bahwa pilihan contoh pada MTG tidak terdistribusi secara merata pada 80

MTG yang hanya terfokus pada beberapa makanan tertentu sehingga pilihan jenis

makanannya yang terpilih adalah lebih banyak.

Tabel 47 memperlihatkan bahwa, khusus untuk lauk pauk pada frekuensi

perhari dan perminggu yang paling banyak dikonsumsi adalah lauk pauk dari

bahan ikan segar. Berbeda dengan hasil penelitian Waysima et al. (2010) bahwa

sekalipun anak-anak yang tinggal di pesisir pantai terdapat ketersediaan ikan laut,

namun ikan ini malah menjadi pilihan kedua setelah daging ayam. Selanjutnya

ditemukan pula diantara jenis produk ikan lauk maka ikan kaleng menjadi pilihan

pertama.

Page 41: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

84

4.6.2 Ibu Siswa

Makanan pokok MTG yang menjadi pilihan terbanyak contoh ibu siswa

perhari adalah nasi kuning sebesar 62,50%, sementara untuk perminggu dan

perbulan adalah binthe biluhuta yang masing-masing 46,55% dan 40,00%.

Terlihat pula untuk pertahunnya adalah menu balobinthe sebesar 75,00%.

Memang makanan pokok ini adalah makanan yang selalu tersedia di rumah atau

di tempat penjualan. Selanjutnya akan dijelaskan seperti terlihat pada Tabel 48.

Tabel 48 Sebaran contoh ibu siswa yang mengonsumsi makanan tradisional

Gorontalo

Hari Minggu Bulan Tahun

Nama MTG % Nama MTG % Nama MTG % Nama MTG %

Makanan pokok

Nasi Kuning 62.50 Binthe Biluhuta 46.55 Binthe Biluhuta 40.00 Balobinthe 75.00

Binthe Biluhuta 25.00 Balobinthe 32.76 Balobinthe 35.00 Binthe Luopa 25.00

Balobinthe 12.50 Kasubi Ilahe 8.62 Kasubi Ilahe 17.50 - -

Lauk pauk

Bilenthango 90.00 Bilenthango 25.58 Dabu-dabu Lo sagela

25.00 Gamie Lo hele 20.00

Dabu-dabu Lo

sagela 7.50

Dabu-dabu Lo

sagela 23.26 Gamie Lo hele 18.75

Gamie Lo

Bolowa 20.00

Perkedede Lo

Binthe 2.50 Pilitode 20.93 Gamie Lo Bolowa 12.50

Garo Lo

Payangga 20.00

Sayuran

Kando Tilumiti 71.43 Pilitode Lo Poki-Poki

33.33 Gohu Lo Putungo 70.00 - -

Pilitode Lo Poki-

Poki 9.52 Kando Tilumiti 30.95

Pilitode Lo Poki-

Poki 20.00 - -

Gohu Lo Putungo 4.76 Gohu Lo

Putungo 19.05

Tilumithi Dungo

Popaya 10.00 - -

Snack/Kue

Sabongi 36.59 Onde-onde 19.27 Onde-onde 14.00 Aliyadala 22.22

Sanggala 25.61 Popolulu 17.43 Tutulu 14.00 Onde-onde 16.67

Pusu lo kasubi 10.98 Lalamba 8.26 Keyabo 10.00 Sabongi 16.67

Lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 43.

Jenis lauk pauk MTG yang dikonsumsi oleh contoh ibu siswa paling banyak

untuk perharinya dan perminggu adalah bilenthango. Ada 90% ibu siswa yang

mengonsumsi bilenthango setiap hari dan setiap minggunya ada 25,58%.

Sementara pilihan terbanyak untuk perbulan adalah dabu-dabu lo sagela sebesar

25%, dan untuk pertahunnya adalah gamie lo hele sebanyak 20%.

Lagi-lagi kando tilumiti menjadi jenis sayuran pilihan terbanyak contoh ibu

siswa untuk frekuensi setiap hari yaitu 71,43%. Sedangkan konsumsi perminggu

terdapat sayur pilitode lo poki-poki sebanyak 33,33% dan perbulan adalah gohu lo

putungo sebesar 70%. Sementara tidak terdapat pilihan contoh ibu siswa pada

jenis menu sayuran pertahun. Kemungkinan ini karena semua jenis sayuran MTG

biasa dikonsumsi setiap hari dan tidak ada yang khusus dikonsumsi pada hari-hari

tertentu.

Sebanyak 36,59% setiap hari ibu siswa mulok memilih sabongi sebagai

jenis snack/kue. Selanjutnya untuk perminggu dan perbulannya, onde-onde

menjadi pilihan terbanyak, sedangkan untuk pertahun adalah aliyadala. Jenis

Page 42: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

85

snack/kue ini dengan bahan utama ubi kayu atau singkong, sehingga ini juga

dapat merupakan upaya dalam ketahanan pangan yaitu dengan mengonsumsi

makanan tradisional yang berbahan lokal.

4.6.3 Nenek Siswa

Banyak contoh nenek siswa memilih makanan pokok MTG yang terbuat

dari bahan dasar jagung. Frekuensi konsumsi MTG perhari, minggu dan bulan

terbanyak pada binthe biluhuta dan balobinthe. Ini menandakan bahwa mereka

masih mempertahankan makanan pokok yang berasal dari bahan bukan beras dan

masih menjadi pilihan yang dianggapnya terbaik.

Kesenangan contoh nenek siswa pada jenis lauk pauk yaitu bilenthango,

yang terjadi frekuensi perhari dan bulan. MTG ini terbuat dari ikan air tawar

maupun ikan laut yang menjadi pilihan terbanyak. Hal ini terjadi pula pada umur

masyarakat lainnya yang banyak mengonsumsi MTG tersebut setiap harinya.

Konsumsi contoh nenek siswa perbulan terbanyak pada pilitode. MTG ini

merupakan paduan antara ikan dan santan kelapa disertai dengan bumbu-bumbu

yang khas, sehingga memberikan cita rasa yang spesifik. Kemungkinan hal ini

yang menyebabkan banyak pilihan contoh pada pilitode. Sementara jumlah

pilihan MTG terbanyak pertahun adalah palau yaitu ayam kampung yang

digoreng utuh satu ekor (sudah dikeluarkan karkasnya), dibumbui dan biasanya

dibuat pada setiap ada upacara adat 7 bulanan kehamilan ibu dalam keluarga. Para

nenek atau orang yang dianggap lebih tua biasanya diundang untuk pesta tersebut

karena dianggap akan memberikan keberkahan pada keluarga yang sedang hajatan

tersebut. Kehadiran orang yang dituakan ini adalah sebuah kebahagiaan untuk

keluarga yang menyelenggakan pesta sehingga dihargai dengan diberikan palau.

Ini terjadi pula pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang

diselenggarakan di masjid, dihadiri oleh berbagai kalangan dan dilaksanakan pada

waktu setelah sholat Isya sampai jam 10 pagi. Tetapi pada waktu sebelum sholat

subuh, pembacaan doa dihentikan guna melaksanakan sholat subuh. Setelah itu

dilanjutkan lagi pembacaan doa tersebut. Palau ini diberikan pada orang-orang

yang membaca doa yang biasanya paling banyak terdiri dari nenek-nenek dan

kakek-kakek, dan ada juga yang dihadiahkan untuk para tokoh masyarakat atau

pemimpin daerah.

Tabel 49 menjelaskan pula praktik konsumsi MTG contoh nenek siswa pada

jenis sayuran. Untuk pilihan terbanyak pada setiap hari dan minggu adalah kando

tilumiti. Sayur ini menjadi pilihan terbanyak karena kebiasaan makan jenis sayur

tersebut telah diajarkan atau dibiasakan sejak kecil pada masyarakat Gorontalo

dan mudah diperoleh serta harganya murah. Selanjutnya untuk perbulan adalah

menu ihu tilinanga yaitu sayur terong yang digoreng kemudian dibumbui dengan

bumbu yang sudah dicampur dengan santan yang kental. Ini seiring dengan rata-

rata kebiasaan makanan pokok perbulan terbanyak pada balobinthe, karena

sayuran tersebut biasanya dianggap paling enak jika dimakan dengan makanan

pokok yang berbahan jagung.

Page 43: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

86

Tabel 49 Sebaran contoh nenek siswa yang mengonsumsi makanan tradisional

Gorontalo

Hari Minggu Bulan Tahun

Nama MTG % Nama MTG % Nama MTG % Nama MTG %

Makanan pokok

Binthe Biluhuta 33.33 Balobinthe 33.33 Balobinthe 40.74 Bajoe 33.33

Nasi Kuning 22.22 Binthe Biluhuta 31.25 Binthe Biluhuta 35.19 Balobinthe 33.33

Bajoe 11.11 Kasubi Ilahe 20.83 Kasubi Ilahe 11.11 Binthe

Biluhuta 33.33

Lauk pauk

Bilenthango 49.09 Bilenthango 35.14 Pilitode 46.15 Palau 60.00

Dabu-dabu Lo

sagela 21.82

Dabu-dabu Lo

sagela 32.43 Gamie Lo Bolowa 30.77

Gamie Lo

Bolowa 40.00

Pilitode 10.91 Pilitode 18.92 Bilenthango 23.08 - -

Sayuran

Kando Tilumiti 90.48 Kando Tilumiti 38.89 Ihu tilinanga 41.67 - -

Ilahu 4.76 Pilitode Lo Poki-Poki

33.33 Gohu Lo Putungo 33.33 - -

Pilitode Lo Poki-

Poki 4.76 Gohu Lo Putungo 19.44

Pilitode Lo Poki-

Poki 16.67 - -

Snack/kue

Sanggala 49.18 Sabongi 24.14 Onde-onde 14.94 Tiliaya 17.86

Sabongi 24.59 Sanggala 22.99 Tutulu 11.49 Aliyadala 10.71

Aliyadala 4.92 Onde-onde 9.20 Aliyadala 10.34 Sabongi 10.71

Lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 44.

Untuk snack/kue MTG, contoh nenek siswa untuk frekuensi perhari paling

banyak memilih sanggala. Kue ini mudah dibuat dan diperoleh, biasanya menjadi

sandingan ketika seseorang minum kopi atau teh di pagi dan petang hari.

Sementara untuk snack/kue perminggu dan perbulan banyak dipilih adalah yang

terbuat dari singkong yaitu sabongi dan onde-onde. Di sini terlihat bahwa para

contoh nenek siswa mempunyai kebiasaan yang masih dipertahankan yaitu

mengonsumsi menu dari bahan umbi-umbian.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi MTG

Sebelum dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi MTG,

terlebih dahulu ditunjukan perbedaan antara faktor-faktor tersebut pada contoh

siswa mulok dan tidak mulok (lihat Tabel 50). Faktor-faktor ini ada tujuh yaitu

keluarga, sekolah, peer group, keragaan MTG, citra MTG, iklan dan pasar.

Unit terkecil tempat interaksi contoh siswa dalam mengonsumsi MTG yang

meliputi kefamilieran, kebiasaan, ketersediaan dan aturan makan dalam keluarga

yang merupakan faktor keluarga. Faktor keluarga contoh siswa mulok

dibandingkan dengan tidak mulok perbedaannya tidak nyata. Rata-rata nilai faktor

keluarga contoh siswa mulok yaitu 23,39±2,162 dan 23,34±2,132 tidak mulok. Ini

membuktikan adanya kesamaan bahwa sesungguhnya dalam keluarga contoh

siswa telah dilakukan upaya-upaya dalam memperkenalkan MTG kepada

anaknya, dan upaya-upaya dalam membiasakan serta menganjurkan penggunaan

uang jajan untuk MTG.

Tempat interaksi siswa tentang konsumsi MTG yang meliputi pengenalan

MTG, upaya pembiasaan mengonsumsi MTG, kegiatan praktik memasak MTG,

Page 44: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

87

ketersediaan di kantin dan aturan yang diberlakukan di sekolah merupakan faktor

sekolah. Terdapat perbedaan yang nyata antara contoh siswa mulok dan tidak

mulok yang masing-masing nilai rata-ratanya adalah 13,83±0,377 dan

8,01±0,880. Perbedaan ini jelas dimungkinkan karena adanya pembelajaran

tentang MTG baik secara teori maupun praktik pada contoh siswa mulok sehingga

hal ini yang memberikan dasar perbedaan nilai rata-rata yang ada. Sementara pada

siswa tidak mulok tentunya tidak dapat memberikan jawaban atau pernyataan

akibatnya nilai rata-ratanya lebih rendah. Hasil penelitian Ritchie et al. (2010)

tentang dampak pendidikan gizi di California menyatakan bahwa pendidikan gizi

di sekolah yang terkoordinasi secara signifikan dapat mempengaruhi perilaku

konsumsi makanan ke arah yang lebih baik pada pilihan makanan sehat.

Pertanyaan tentang peer group menyangkut tentang keberadaan teman

sebaya dalam lingkungannya, komunikasi dalam kelompok tersebut, kesukaan

teman sebaya dalam mengonsumsi MTG, penggunaan MTG jika melakukan

pertemuan atau kumpul-kumpul dengan teman sebaya, dan praktik memasak

MTG jika melakukan pertemuan. Rata-rata nilai peer group adalah hampir sama

dan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara peer group contoh siswa mulok

dan tidak mulok dalam perilaku konsumsi MTG. Adapun rata-rata nilai faktor

peer group pada contoh siswa mulok adalah 14,88±1,84 dan 14,74±1,74 tidak

mulok. Ini dapat menunjukkan bahwa sesungguhnya dalam peer group ini terjadi

proses-proses perilaku konsumsi MTG karena dilihat dari nilai rata-rata yang ada

dengan skala Gudman yang berjumlah 9 pertanyaan maka yang menjawab setuju

berkisar lebih dari 80%. Interaksi dalam peer group ini dapat merupakan media

pelestarian dan pengembangan MTG.

Keragaan MTG menggambarkan tentang karakter makanan tersebut yang

terdiri dari rasa, warna, aroma, tekstur, bahan-bahan yang digunakan, kepraktisan

dalam membuat dan membawa, mempunyai nilai sejarah serta berhubungan

dengan nilai-nilai adat istiadat dan agama. Ternyata faktor ini berbeda nyata

antara yang terjadi pada contoh siswa mulok dan tidak mulok dengan rata-rata

nilainya masing-masing adalah 45,88±2,50 dan 44,53±2,81. Perbedaan ini sebagai

luaran dari proses pembelajaran MTG yang membuat contoh siswa mulok

memiliki pengetahuan keragaan MTG yang lebih tinggi karena materi

pembelajarannya menyangkut teori dan praktik yang dapat dikatakan sebagai

inovasi dalam pelestarian makanan tradisional. Proses inovasi ini dapat diterima

oleh konsumen sepanjang melestarikan karakter makanan tradisional (Kuhne et al

2010).

Citra MTG merupakan persepsi masyarakat (contoh siswa) tentang prestise

konsumsi MTG, pengalaman mengonsumsi, kelangkaan dalam ketersediaan dan

kalangan yang mengonsumsinya. Terdapat perbedaan yang nyata citra MTG

contoh siswa mulok dan tidak mulok yang masing-masing adalah 30,25±2,45 dan

27,40±3,23. Untuk contoh siswa mulok jika total nilai rata-ratanya dibagi dengan

jumlah pernyataan (ada 7) maka masuk dalam kategori setuju, sementara contoh

tidak mulok masuk dalam kategori cukup setuju. Sangat dimungkinkan keadaan

ini karena contoh siswa mulok selain mempunyai persepsi tentang MTG secara

umum di masyarakat juga ditunjang oleh pembelajaran formal yang diterimanya

di kelas yaitu tentang MTG secara teori dan praktik.

Page 45: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

88

Tabel 50 Rata-rata nilai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumsi MTG siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak mulok

Faktor-faktor Siswa mulok Siswa tidak mulok Sig (2-tailed)

Keluarga 23.39±2.16a 23.34±2.13

a 0.860

Sekolah 13.83±0.38a 8.01±0.88

b 0.000

Peer group 14.88±1.84a 14.74±1.74

a 0.519

Keragaan MTG 45.88±2.50a 44.53±2.81

b 0.000

Citra MTG 30.25±2.45a 27.40±3.23

b 0.000

Iklan 19.99±4.61a 20.36±4.79

a 0.502

Pasar 8.39±1.43a 8.62±1.18

a 0.133

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Faktor selanjutnya adalah iklan yang merupakan frekuensi informasi

makanan yang diakses melalui media televisi, internet, radio dan media cetak.

Ternyata akses yang dilakukan contoh siswa mulok dan tidak mulok tidak

terdapat perbedaan yang nyata. Rata-rata 19,99±4,61 contoh siswa mulok dan

20,36±4,79 pada tidak mulok. Jika dirata-ratakan dalam kategori yang ada maka

masuk dalam kategori antara kurang sering dan cukup sering dalam mengakses

informasi melalui media yang telah disebutkan sebelumnya. Penelitian yang

dilakukan oleh Andreyeva et al. (2011) menunjukan bahwa dengan paparan iklan

televisi dapat meningkatkan penggunaan gula pemanis dan soft drink

berkarbonasi pada anak, akibatnya iklan dikatakan dapat meningkatkan konsumsi

keseluruhan kategori makanan yang tidak sehat.

Hasil penelitian Turrell et al. (2007) menunjukan bahwa perilaku pembelian

makanan dapat dibedakan berdasarkan ketersediaan makanan, kemudahan

mengaksesnya, dan keterjangkauannya. Hal ini secara tidak langsung berkaitan

dengan pasar yang dapat mempengaruhi perilaku konsumsi MTG, karena pasar

merupakan salah satu sarana tempat penyediaan MTG, tempat mengakses dalam

proses perdagangan sehingga mudah diperoleh. Ini tidak menunjukkan perbedaan

baik jawaban yang diberikan oleh contoh siswa mulok dan tidak mulok dengan

rata-rata masing-masingnya adalah 8,39±1,43 dan 8,62±1,18. Ketersediaan tempat

memproduksi dan penjualan MTG masih terbatas baik toko, warung, restoran dan

pasar mingguan. Terdapat pula daerah yang belum tersedia toko ole-ole khusus

MTG. Ini sesuai dengan hasil pemantauan tempat penjualan di kabupaten/kota di

Provinsi Gorontalo pada 15 pasar, 12 restoran, 13 warung, 6 tempat penjual kaki

lima, 2 toko ole-ole dan 3 mall seperti pada Lampiran 35.

Ketiga faktor (sekolah, keragaan MTG dan citra MTG) yang berbeda antara

siswa mulok dan tidak mulok dapat disebabkan karena adanya proses

pembelajaran mulok itu sendiri. Pembelajaran di sekolah menjadi stimulus

terhadap pengetahuan MTG yang difahami dari sisi keragaan dan citra MTG itu

sendiri. Sementara pada siswa tidak mulok karena tidak ada pembelajaran tersebut

maka pemahaman mereka tentang keragaan dan citra MTG lebih rendah dan

menunjukkan perbedaan yang nyata dengan siswa mulok.

Dalam melihat keberpengaruhan faktor-faktor yang ada terhadap perilaku

konsumsi MTG ternyata terdapat kolinieritas pada variabel bebas antara faktor

sekolah dan dummy (membedakan sekolah mulok dan tidak mulok). Selanjutnya

digunakan faktor dummy dalam membedakan antara mulok dan tidak mulok

melalui uji regresi linier berganda. Pengaruh faktor-faktor ini akan dijelaskan

Page 46: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

89

berdasarkan perilaku konsumsi MTG yang meliputi pengetahuan, sikap dan

praktik.

1. Pengetahuan MTG

Model dari faktor-faktor yang berpengaruh pada pengetahuan MTG seperti

pada Lampiran 48 ternyata hanya 9,2% keragaman dari pengetahuan yang dapat

dijelaskan sementara sisanya 90,8% dijelaskan oleh faktor lain diluar model.

Adapun faktor yang berpengaruh nyata pada pengetahuan adalah faktor dummy

(p<0,05). Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi upaya-upaya peningkatan

perilaku konsumsi MTG di sekolah maka semakin tinggi pula pengetahuan MTG

siswa.

Selain itu ternyata faktor pendidikan ibu juga berpengaruh secara nyata pada

pengetahuan siswa. Hasil penelitian Rachmadewi dan Khomsan (2009)

menunjukan bahwa ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai pengetahuan gizi

lebih tinggi dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Ini dapat

menunjukkan bahwa selain pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG yang

dapat meningkatkan pengetahuan MTG siswa juga didukung oleh pendidikan ibu

yang menunjang pembelajaran informal kepada anaknya tentang MTG.

Selanjutnya, kedepan nanti jika pengetahuan MTG siswa saat ini baik,

kemungkinan pada saat dia dewasa nanti dapat merefleksikannya kepada keluarga

dan masyarakat.

Dari Lampiran 48 tersebut dapat dituliskan model prediksi peningkatan

pengetahuan MTG sebagai berikut adalah:

Pengetahuan MTG = 30,079 + 7,792D + 0,049Kel +0,386PG + (-0,621K)

+ 0,787 C + 0,043 I + 0,783 Psr + (-3,836E-7 PdptnK)+

2,101 Pddkn I Keterangan:

D : dummy variabel

Kel : keluarga

PG : peer group

K : keragaan MTG

C : citra MTG

I : iklan

Psr : pasar

Pdptn K : pendapatan keluarga

Pddkn I : pendidikan ibu

2. Sikap Konsumsi MTG

Pada Lampiran 48 menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

sikap siswa tentang MTG secara nyata hanyalah dummy. Ini berarti bahwa dalam

model ini hanya proses pembelajaran mulok yang berpengaruh terhadap sikap

tentang MTG pada siswa. Terbentuknya sikap ini dimungkinkan oleh

pembelajaran teori maupun praktik MTG di sekolah.

Keragaman dari sikap ini hanya 3,5% yang dapat dijelaskan melalui model.

Sekalipun signifikan namun model ini sangat kecil kemampuannya untuk

menjelaskan peningkatan sikap terhadap MTG siswa. Adapun modelnya adalah:

Sikap MTG = 177,730 + 40,039 D + (-3,512 7Kel) + 5,117 PG + 1,029 K +

0,960 C + (-0,862 I) + 4,156 Psr + 2,343E-6 Pdpatn K +

0,045Pddkn I

Page 47: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

90

Keterangan:

D : dummy variabel

Kel : keluarga

PG : peer group

K : keragaan MTG

C : citra MTG

I : iklan

Psr : pasar

Pdptn K : pendapatan keluarga

Pddkn I : pendidikan ibu

3. Praktik Konsumsi MTG

Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik konsumsi MTG adalah faktor

dummy, pengetahuan dan sikap. Sementara faktor pendapatan keluarga dan

pendidikan ibu adalah tidak nyata. Ini berarti bahwa praktik konsumsi MTG

dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap yang dimiliki oleh siswa karena adanya

proses pembelajaran mulok tersebut. Ini pula membuktikan bahwa sekolah

mempunyai posisi yang kuat dalam mempengaruhi praktik konsumsi MTG.

Model ini dapat menjelaskan 17,8% keragaman praktik itu sendiri. Adapun model

persamaan regresinya adalah:

Praktik MTG = 1394,156 + 473,283 D + 17,134 Kel + 22,909 PG + (-34,107

K) + 20,244 C + (-7,360 I) + (-13,981 Psr) + 3,692E-5 Pdptn K

+ 6,294 Pddkn I + (-4,580 P) + 2,115 S Keterangan:

D : dummy variabel

Kel : keluarga

PG : peer group

K : keragaan MTG

C : citra MTG

I : iklan

Psr : pasar

Pdptn K : pendapatan keluarga

Pddkn I : pendidikan ibu

P : pengetahuan

S : sikap

Penjelasan sebelumnya telah menyatakan bahwa proses pembelajaran mulok

ilmu gizi berbasis MTG mempengaruhi pengetahuan, sikap dan praktik konsumsi

MTG pada siswa secara nyata. Faktor pembelajaran ini merupakan stimulus yang

meningkatkan pengetahuan MTG siswa kemudian dengan pengetahuan MTG

yang dimiliki, dapat mempengaruhi sikap MTGnya. Sementara dalam model ini

pengetahuan berpengaruh negatif terhadap praktik konsumsi MTG siswa. Hal ini

sebagai bukti bahwa peningkatan pengetahuan MTG yang dimiliki siswa belum

tentu dapat meningkatkan secara linier konsumsi MTG siswa karena MTG yang

diketahuinya tidak semuanya yang dapat dipraktikkan.

Selanjutnya bahwa faktor yang berpengaruh langsung secara nyata pada

praktik tersebut adalah dummy (pembelajaran mulok), pengetahuan dan sikap

MTG. Pembuktian ini seiring dengan pernyataan oleh Notoatmodjo (2010)

bahwa proses stimulus dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap seseorang.

Kemudian pengetahuan yang dimiliki ini dapat mempengaruhi sikap. Selanjutnya

dengan sikap tersebut maka dapat mempengaruhi terjadinya reaksi terbuka yaitu

berupa praktik atau tindakan.

Page 48: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

91

Berdasarkan penjelasan sebelumnya tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumsi MTG maka faktor keluarga, sekolah, peer

group, keragaan makanan tradisional, citra makanan tradisional, iklan dan pasar

mempengaruhi perilaku (pengetahuan, sikap dan praktik) konsumsi MTG adalah

tidak terbukti semuanya. Yang terbukti adalah variabel dummy yang

menggambarkan perbedaan antara siswa mulok dan tidak mulok secara nyata.

Maka ini membuktikan bahwa faktor pembelajaran yang notabene adalah sekolah

mempengaruhi peningkatan perilaku (pengetahuan, sikap dan praktik) konsumsi

MTG. Ini menjelskan bahwa sekolah mempunyai pengaruh yang kuat dalam

mempengaruhi perilaku konsumsi MTG. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh

Rovner et al. (2011) bahwa sekolah berada dalam posisi yang kuat untuk mempe-

ngaruhi pola makan siswa.

Simpulan

Secara keseluruhan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05) pengetahuan

MTG antara contoh siswa yang memperoleh mata pelajaran mulok ilmu gizi

berbasis MTG dengan yang tidak mulok. Sementara pada contoh ibu siswa dan

nenek siswa baik mulok dan tidak mulok tidak terdapat perbedaan yang nyata

(p<0,05) pengetahuan MTG. Selanjutnya melalui analisis komparatif yaitu anova,

terdapat perbedaan yang nyata pengetahuan MTG antara contoh siswa dengan ibu

siswa, antara contoh siswa dengan nenek siswa. Antara contoh ibu siswa dengan

nenek siswa tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05).

Kriteria sikap terhadap MTG meliputi suka dengan alasan penampilan,

tekstur, aroma khas, cita rasa, menyehatkan dan mudah diperoleh. Secara

keseluruhan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05) sikap contoh siswa

memperoleh mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak mulok.

Sementara sikap contoh ibu siswa dan nenek siswa mulok dan tidak mulok tidak

terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05). Melalui analisis komparatif yaitu anova,

terdapat perbedaan yang nyata sikap tentang MTG antara contoh siswa dengan ibu

siswa, antara contoh siswa dengan nenek siswa.

Terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05) praktik konsumsi MTG contoh

siswa yang mendapatkan mulok ilmu gizi berbasis MTG dengan tidak mulok.

Pada contoh ibu siswa mulok dan tidak mulok terdapat perbedaan yang nyata

frekuensi konsumsi MTG dalam perminggu dan total dalam setahun. Sementara

nenek siswa mulok dan tidak mulok tidak terdapat perbedaan yang nyata. Dengan

analisis komparatif yaitu anova, praktik konsumsi MTG pada contoh siswa, ibu

siswa dan nenek siswa tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05). Namun

frekuensi konsumsi MTG siswa cenderung lebih tinggi.

Dari temuan tentang pengetahuan, sikap dan praktik maka disimpulkan

pertama, bahwa contoh siswa yang mendapat mata pelajaran mulok ilmu gizi

berbasis MTG mempunyai perilaku konsumsi MTG yang lebih tinggi

dibandingkan dengan tidak mulok. Kedua, bahwa telah terjadi perubahan perilaku

konsumsi makanan tradisional pada tiga generasi yang ditandai oleh semakin

rendah pengetahuan MTG dan sikap tentang MTG. Hal ini telah membuktikan

bahwa semakin muda usia contoh semakin rendah perilaku konsumsi MTG.

Page 49: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

92

Dari 7 faktor yang diasumsikan berpengaruh pada perilaku konsumsi MTG,

terdapat 3 faktor yang mempunyai perbedaan yang nyata (p<0,05) antara contoh

siswa mulok dan tidak mulok yaitu faktor sekolah, keragaan MTG dan citra MTG.

Variabel dummy menggambarkan perbedaan pengaruh pada peningkatan perilaku

konsumsi MTG antara siswa mulok dan tidak mulok secara nyata (p>0,05). Maka

faktor pembelajaran yang notabene adalah sekolah mempengaruhi peningkatan

perilaku (pengetahuan, sikap dan praktik) konsumsi MTG.

Saran

Perubahan perilaku yang ditandai oleh perbedaan pengetahuan dan sikap

terhadap MTG dapat berdampak pada beralihnya masyarakat dari makanan

tradisional ke makanan modern. Oleh karena itu, kebijakan mulok ilmu gizi

berbasis MTG menjadi salah satu upaya yang dapat meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang ilmu gizi/kesehatan berbasis MTG dan ini mendukung

pelayanan ketahanan pangan.

Pembelajaran mulok mempengaruhi pengetahuan, sikap dan praktek

konsumsi MTG. Pembelajaran ini dapat diterapkan pada semua tingkat

pendidikan formal, non formal dan informal sehingga ke depan dapat menjadi

salah satu upaya memutus rantai permasalahan gizi/kesehatan yang disebabkan

oleh makanan dan sebagai upaya pelestarian dan pengembangan budaya. Hal ini

seiring dan menunjang prioritas program pembangunan Gorontalo yaitu

pendidikan dan pelayanan kesehatan.

Perlu penelitan lanjutan yang lebih detail tentang fungsi-fungsi dari

masing-masing makanan tradisional dengan pendekatan bidang kesehatan,

ekonomi, sosial, budaya dan bahkan politik sehingga memperkaya referensi

tentang makanan tradisional.

Daftar Pustaka

Achir YA, Wirosuhardjo K. 1995. Pengembangan Sikap Menyukai Makanan

Tradicional Melalui Pendidikan. Di dalam: Winarno FG. Puspitasari NL,

Kusnandar Feri. Editor. Prosiding Widyakarya Nasional Khasiat Makanan

Tradisional. FKUI, 9-11 Juni 1995. Jakarta. Kantor Menteri Negara Urusan

Pangan Republik Indonesia. hlm: 259-264.

Andreyeva A, Kelly IR, Harris JL. 2011. Exposure to food advertising on

television: Associations with children's fast food and soft drink

consumption and obesity Original Research Article Economics & Human

Biology, 9:221-233

Aningati T. 2004. Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengetahuan Ibu dan

Pendapatan terhadap Peningkatan Gizi Balita. Jurnal Ekonomi Manajemen.

Vol. 3, No. 2: 54-61

[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo. 2010. Gorontalo dalam Angka.

Gorontalo: BPS.

Cobb NJ. 2001. Adolescence continuity, Chang and Diversity. Los Angeles.

California State University. Mayfield Publishing Company.

Page 50: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

93

Contento IR. 2007. Nutrition Education Linking Research, Theori dan Practice.

Canada. Jones ada Bartlett Publishers.

De Boer A, Ter Horst GJ, Lorist MM. 2013. Physiological and psychosocial age-

related changes associated with reduced food intake in older persons.

Review Article Ageing Research Reviews, Vol. 12: 316-328.

Dwiriani CM, Rimbawan, Riyadi H, Martianto D. 2011. Pengaruh Pemberian Zat

Multi Gizi Mikro dan Pendidikan Gizi Terhadap Pengetahuan Gizi,

Pemenuhan Zat gizi dan Status Besi Remaja Putri. Jurnal Gizi dan Pangan.

Vol.6 No.3 171-177.

Eliawati T, Hardinsyah, Dwiriani CM. 2001. Konsumsi Pangan Tradisional pada

Siswa Remaja di Kota Bogor. Di dalam Nuraida L, Hariyadi RD. Editor.

Pangan Tradisional Basis Bagi Industri Pangan fungsional dan Suplemen.

Pusat Kajian Makanan Tradisional IPB. hlm: 329-343.

Galindo MM, Schneider NY, Stähler F, Töle J, Meyerhof W. Taste Preferences

Progress in Molecular Biology and Translational Science, Volume

108, 2012, Pages 383-426.

Glanz K. 2009. Measuring food Environments: A Historical Perspective Review.

American Journal of Preventive Medicine, 36;S93-S98

Guerrero L et al. 2010. Perception of traditional food products in six European

regions using free word association. Food Quality and Preferences, 21: 235-

233

Jordana J. 2000. Traditional foods: Challenges Facing the European Food

Industry. Food Research International, 33, 147–152.

Khomsan A. 2000. Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Departemen Gizi

Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Khomsan A, Anwar F, Mudjajanto SE. 2009. Pengetahuan, Sikap, dan Praktik

Gizi Ibu Peserta Posyandu. Jurnal Gizi dan Pangan. Vol. 4 No. 2: 32-40

Koentjaraningrat. 1995. Antropologi dan Sejaran Pangan. Di dalam: Winarno FG.

Puspitasari NL, Kusnandar Feri. Editor. Prosiding Widyakarya Nasional

Khasiat Makanan Tradisional. FKUI, 9-11 Juni 1995. Jakarta. Kantor

Menteri Negara Urusan Pangan Republik Indonesia. hlm: 11-19.

____________ 2007. Pengantar Ilmu Antropologi. Cet. ke-8. Jakarta. PT Rineka

Cipta.

Kühne B, Vanhonacker F, Gellynck X, Verbeke W. 2010. Innovation in

tradisional food products in Europe: Do sector innovation activities match

consumers’ acceptance? Original Research Article Food Quality and

Preference, 21: 629-638.

Mubah AS. 2011. Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam

Menghadapi Arus Globalisasi. Jurnal Unair Vol. 24. No. 4: 302-308.

Muhilal. 1995. Makanan Tradisional Sebagai Sumber Zat Gizi dan Non Gizi

dalam Meningkatkan Kesehatan Individu dan Masyarakat. Di dalam:

Winarno FG. Puspitasari NL, Kusnandar Feri. Editor. Prosiding Widyakarya

Nasional Khasiat Makanan Tradicional. FKUI, 9-11 Juni 1995. Jakarta.

Kantor Menteri Negara Urusan Pangan Republik Indonesia. hlm: 217-222.

Napu A, Tambipi S, Mohammad S. 2008. Menu Khas Daerah Gorontalo.

Gorontalo. Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo.

Nasir M. 2009. Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia.

Page 51: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

94

Nor NM, Sharif MM, Zahari MSM, Isha N, Muhammad R. 2012. The

Transmission Modes of MalayTraditional Food Knowledge within

Generations Original Research Article Procedia - Social and Behavioral

Sciences, Vol.50:79-88

Notoatmodjo S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

Pieniak Z, Verbeke W, Vanhonacker F, Guerrero dan Hersieth Margrethe. 2009.

Association between traditional food consumtion and motives for food

choice six European Contries. Journal Homepage Appetite: 53: 101-106.

Rachmadewi A, Khomsan A. 2009. Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Asi

Eksklusif serta Stauts Gizi Bayi Usia 4-12 Bulan di Pedesaan dan Perkotaan.

Jurnal Gizi dan Pangan. Vol. 4 No. 2: 84-91

Ritchie LD, Whaley SE, Spector P, Gomez J, Crawford PB. 2010. Favorable

Impact of Nutrition Education on California WIC Families Original

Research Article Journal of Nutrition Education and Behavior. 42:S2-S10.

Roberts MS, Pobocik SR, Deek R, Besgrove A, Prostine AB. 2009. A Qualitative

Study of Junior High School Principals' and School food Service Directors'

Experiences with the Texas School Nutrition policy. Journal of Nutrition

Education and behavior, 41; 293-299

Roose SG, Hogenkamp PS, Mars M, Finlayson G, Graaf C. 2012. Taste of a 24-

h diet and its effect on subsequent food preferences and satiety. Original

Research Article Appetite, Volume 59: 1-8

Rovner AJ, Nansel TR, Wang J, Iannotti RJ. 2011. Food Sold in school Vending

Machines Is Associated With Overall Student Dietary Intake Original.

Research Article Journal of Adolescent Health, 48:13-19.

Sajogyo. 1995. Promosi, Pemasaran dan Pendidikan. Di dalam: Winarno FG.

Puspitasari NL, Kusnandar Feri. Editor. Prosiding Widyakarya Nasional

Khasiat Makanan Tradisional. FKUI, 9-11 Juni 1995. Jakarta. Kantor

Menteri Negara Urusan Pangan Republik Indonesia. hlm: 11-19.

Scheaffer RL, Mendenhall W, Ott L. 1990. Elementary Survei Sampling Fouth

Edition. United States of America. PWS-KENT Publishing Company.

Setyo I, Hardinsyah, Dwiriani CM. 2001. Konsumsi Pangan Tradisional di

Kalangan Remaja Siswa SMU Favorit dan Non-Favorit di Semarang. Di

dalam Nuraida I, Dewanti R. Riyadi. Editor. Pangan Tradisional Basis Bagi

Industri Pangan fungsional dan Suplemen. Pusat Kajian Makanan

Tradisional IPB. hlm: 313-328.

Shariff MZ. at al. 2008 Nutrition Education Intervention Improves Nutrition

Knowledge, Attitude and Practices of Primary School Children: A Pilot

Study. International Electronic Journal of Health Education, 2008; 11:119-

132

Soekirman, Thaga AR, Hardinsyah, Hadi H, Jus’at I, Achadi El, Atmarita. 2010.

Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta. Kompas Gramedia.

Suhardjo, Hardinsyah, Riyadi H. 1988. Survei Konsumsi Pangan. Pusat Antar

Universitas IPB Bekerja Sama dengan Lembaga Sumberdaya Informasi-

IPB.

Page 52: PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL GORONTALO ... · Gorontalo sejak tahun 2008 telah dilaksanakan kebijakan pelestarian dan ... bahasa yang sama, dan adat isitiadat yang

95

Syarief H. 2008. Membangun Sumberdaya Manusia Berkualitas: Suatu Telaah

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Di dalam: Kusumantanto T,

Sumarwan U, Poerwanto R, Manalu W, Haluan J, Rahayu IHS, Kusmana C,

Setiawan BI, Koesmaryono Y. Penyunting. Dewan Guru Besar Institut

Pertanian Bogor. Persfektif Ilmu-Ilmu Pertanian dalam Pembangunan

Nasional. Jakarta. Penebar Swadaya. hlm: 339-342.

Sztompka P. 1993. The Sociology of Social Change. Jakarta. Prenada Media

Group.

Tanziha I. 2010. Analisis Perencanaan Ketersediaan Pangan Berdasarkan Daya

Dukung Pangan Wilayah untuk Memenuhi Kebutuhan Konsumsi Pangan di

Kabupaten Lebak. Jurnal Ilmiah Agropolitan 3; 320-335

Thoha M. 1988. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Ed. Ke-1,

Cet. Ke-3. Jakarta. CV Rajawali.

Turrell G, Bentley R, Lindal R. Tomas, Jolley D, Subramanian SV, Kavanagh

AM. 2009. A Multilevel Study of Area Socio-Economic Status and Food

Purchasing Behavior. Public Health Nutrition: 12: 2074-2083

Van Der Laan LN, De Ridder DTD, Viergever MA, Smeets PAM. 2011. The first

taste is always with the eyes: A meta-analysis on the neural correlates of

processing visual cuesOriginal Research Article NeuroImage, Volume 55:

296-303.

Waysima, Sumarwan U, Khomsan A, Zakaria FR. 2010. Sikap Afektif Ibu

Terhadap Ikan Laut Nyata Meningkatkan Apresiasi Anak Mengonsumsi

Ikan Laut. Jurnal Gizi dan Pangan. Vol. 5 No. 3: 1994-201

Winarno FG. 1993. Makanan tradisional, Keamanan, Gizi dan Khasiat. Jakarta

1993. Seminar Pangan Tradisional dalam Rangka Penganekaragaman

Pangan.

Worobey J, 2006. Research Methods and Analitis Strategies. Di dalam Worobey

J, Tepper BJ, Kanarek R. Nutrition and Behavior A Multidisciplenary

Approach. Cabi Publishing.

Zakaria FR, Andarwulan N. 2001. Khasiat Berbagai Pangan Tradisional untuk

Pangan Fungsional dan Suplemen. Di dalam Nuraida I, Dewanti R. Riyadi.

Editor. Pangan Tradisional Basis Bagi Industri Pangan fungsional dan

Suplemen. Pusat Kajian Makanan Tradisional IPB. hlm: 41-53.