Perubahan Penglihatan Warna Pada Penggunaan Etambutol
Transcript of Perubahan Penglihatan Warna Pada Penggunaan Etambutol
PERUBAHAN PENGLIHATAN WARNA PADA PENGGUNAAN
ETAMBUTOL
Oleh:
Yuliarni, S.Ked
04061001085
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang paling umum saat ini, menginfeksi jutaan orang di dunia. (WHO 2007)
Etambutol telah digunakan untuk mengobati TB sejak tahun 1960.
Gangguan penglihatan yang potensial mulai dikenal segera setelah obat ini diperkenalkan.
Pasien yang menerima dosis 25 mg/kg/hr atau lebih sangat rentan terhadap kehilangan penglihatan. (Su-Ann Lim 2006)
FISIOLOGI PENGLIHATAN WARNA
Penglihatan warna diatur oleh sel-sel fotoreseptor pada retina.
Sel batang (rod cells) yang mendeteksi intensitas cahaya, banyak di retina perifer.
Sel kerucut (cone cells) yang mendeteksi sinar terang dan warna, banyak di retina sentral (makula).
kita dapat melihat bahwa cahaya monokromatik jingga yang panjang gelombangnya sebesar 580 nanometer jika cahaya tersebut merangsang sel kerucut merah dengan rangsangan yang besarnya kira-kira 99 (99 persen rangsangan puncak pada panjang gelombang yang optimum),
sedangkan sel kerucut hijau akan terangsang oleh nilai rangsangan kira-kira 42 tetapi sel kerucut tidak dapat. Jadi, perbandingan rangsangan dari ketiga tipe sel kerucut pada contoh di atas adalah 99:42:0. Sistem saraf akan menginterpretasikan susunan rasio ini sebagai suatu sensasi jingga.
KARTU ISHIHARA
Orang dengan penglihatan warna baik akan menyebutkan angka 74
buta warna merah hijau akan menyebutkan angka 21.
ETAMBUTOL
Senyawa sintetik, larut dalam air, senyawa yang stabil dalam keadaan panas, dijual sebagai garam hidroklorid
Nama DagangArsitam- Bacbutol- Cetabutol- Corsabutol- ETH Ciba 400- Parabutol- Santibi/Santibi- Tibigon- Tibitol- Ethambutol (Generik)
IndikasiTuberkulosis. Penggunaan dikombinasi dengan paling sedikit satu macam obat antituberkulosa, misalnya rifampisin, INH.
FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK
Etambutol merupakan tuberkulostatik dengan
mekanisme kerja menghambat sintesa RNA.
Absorpsi setelah pemberian per oral cepat.
Ekskresi >> ginjal, hanya ± 10% diubah menjadi
metabolit inaktif.
Obat ini tidak dapat menembus jaringan otak,
tetapi pada penderita meningitis tuberkulosa
dapat ditemukan kadar terapeutik dalam cairan
serebrospinal.
KONTRAINDIKASI Anak-anak di bawah usia 13 tahun. Neuritis optikus. Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini.
DOSIS
Dosis lazim : 15-25 mg/kg berat badan/hari sebagai dosis tunggal.
EFEK SAMPING
Penurunan ketajaman visual; kehilangan kemampuan membedakan warna,
terutama merah-hijau; penyempitan lapangan pandangan; skotomata sentral dan perifer. Reaksi anafilaktoid; pruritus; dermatitis;
anoreksia; nyeri abdomen; demam; nyeri sendi; gangguan gastrointestinal (mual, muntah); malaise; sakit kepala; pusing; gelisah; disorientasi; halusinasi.
DOSIS
Dosis lazim : 15-25 mg/kg berat badan/hari sebagai dosis tunggal.
EFEK PENGGUNAAN ETAMBUTOL TERHADAP PENGLIHATAN WARNA
Mekanisme secara pasti bagaimana
etambutol dapat memberi efek kepada saraf
optik masihlah belum jelas. Beberapa
hipotesa mengatakan bahwa sifat
chelating dari etambutol yang berkontribusi
pada sifat neurotoksisitasnya, tapi hal ini
belumlah dapat dibuktikan.
Menurut penelitian Chung H dkk di Korea ethambutol dapat menyebabkan pembentukan vakuola yang berat pada sel retina yang dikultur, dan pemberian zinc bersamaan dengan Ethambutol dapat memperburuk pembentukan vakuola sedangkan pemberian kelasi zinc yang permeabel terhadap sel N,N,N',N'-tetrakis (2-pyridylmethyl) ethylenediamine (TPEN), mengurangi pembentukan vakuola.
Untuk mencari tahu asal dari vakuola dan mendapatkan pemahaman mengenai toksisitas obat, peneliti menggunakan sel retina primer yang dikultur dari tikus Sprague-Dawley yang baru lahir dan sel yang diberi ethambutol diwarnai dengan FluoZin-3, zat pewarna fluoresen zinc yang spesifik, dilihat dibawah mikroskop confocal.
Hampir seluruh vakuola yang diinduksi dengan ethambutol mengandung level zinc labil yang tinggi. Kelasi zinc intraseluler dengan TPEN secara jelas menghambat pembentukan vakuola dan akumulasi zinc dalam vakuola.
Immunocytochemistry dengan antibodi lysosomal-associated membrane protein-2 (LAMP-2) dan cathepsin D, suatu asam hidrolase, memperlihatkan aktivasi lysosomal setelah terpapar ethambutol. Immunoblotting setelah 12 jam paparan ethambutol menunjukkan bahwa cathepsin D dilepaskan ke dalam cytosol.
Tambahan, cathepsin inhibitors melemahkan toksisitas sel retina yang diinduksi ethambutol. Hal ini sesuai dengan karakteristik dari lysosomal membrane permeabilization (LMP). TPEN jugs menghambat aktivasi lysosomal dan LMP. Oleh karena itu, akumulasi zinc di lysosomes, dan akhirnya LMP, mungkin menjadi kunci mekanisme kematian sel retina yang diinduksi ethambutol.
MANIFESTASI KLINIS DAN P. OFTALMOLOGI
mengeluh pandangan kabur yang progresif pada kedua mata atau menurunnya persepai warna
Umumnya, pasien memiliki visus 20/200 atau mungkin lebih baik.
Pupil biasanya bereaksi lambat terhadap cahaya tanpa adanya defek pupil aferen relatif.
Tajam penglihatan bervariasi besar, dari yang tidak ada atau minimal reduksi sampai no light perseption (NLP).
Skotoma sentral Diskromatopsia merah hijau
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan funduskopi biasanya tidak ditemukan kelainan.
Optical coherence tomography (OCT) Dengan OCT, dapat diketahui kuantitas serat saraf retina yang hilang dari nervus optikus pada pasien dengan neuropati tersebut sebagai tanda awal toksisitas dari obat tersebut, yang tidak mungkindapat diketahui dengan funduskopi
Department of Ophthalmology, Hong Kong
Sanatorium and Hospital, Happy Valley,Hong Kong RYC Chan tahun 2006
Insiden neuritis retrobulbar bervariasi: 18% pasien menerima ≥ 35 mg/kg per day, 5% - 6% menerima 25 mg/kg per day, ≤1% menerima 15 mg/kg/hari penggunaan
etambutol lebih dari 2 bulan
PENATALAKSANAAN
Etambutol harus segera dihentikan ketika
toksisitas okuler yang diinduksi etambutol
mulai diketahui dan pasien langsung dirujuk
ke oftalmologis untuk evaluasi lebih lanjut.
Ketika terjadi toksisitas okuler yang berat,
baik isoniazid maupun etambutol harus
dihentikan segera dan dipertimbangkan
pemberian agen antituberkulosis lain.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam Quo ad functionam : Bonam
Perbaikan tajam penglihatan pada pengguna etambutol umumnya terjadi pada periode beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah obat dihentikan.
Beberapa pasien dapat menerima etambutol hidroklorida kembali setelah penyembuhan tanpa rekurensi dari penurunan tajam penglihatan.
Follow up tajam penglihatan berkala tetap diperlukan pada setiap pengguna etambutol.
KESIMPULAN
Etambutol merupakan obat antituberkulosis lini pertama
Efek samping dari etambutol ini bergantung pada dosis dan lamanya pemberian obat. Dosis yang dipakai yaitu 15-25 mg/kgBB selama dua bulan.
Toksisitas etambutol umumnya muncul setelah paling sedikit pemakaian selama 2 bulan.
Penurunan tajam penglihatan, hilangnya kemampuan persepsi warna merah-hijau, ataupun skotoma sentral merupakan gejala toksisitas yang sering muncul.
TERIMA KASIH