Perubahan Paradigma Pengelolaan Negara Dari Konsep Negara Penjaga Malam Menuju Negara Kesejahteraan...
-
Upload
astridarsyanaa -
Category
Documents
-
view
126 -
download
10
description
Transcript of Perubahan Paradigma Pengelolaan Negara Dari Konsep Negara Penjaga Malam Menuju Negara Kesejahteraan...
PERUBAHAN PARADIGMA PENGELOLAAN NEGARA DARI KONSEP NEGARA PENJAGA MALAM MENUJU NEGARA KESEJAHTERAAN
DAN PENGARUHNYA TERHADAP EKSISTENSI PENGADILAN TATA USAHA DI INDONESIA
NAMA : ASTRID ARSYANA DEWINIM : 11010113140473KELAS : JMATA KULIAH : HUKUM ACARA TATA USAHA NEGARADOSEN PENGAMPU : LAPON TUKAN LEONARD, S.H.,M.A
FAKULTAS HUKUM UNDIPSEMARANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul “Perubahan Paradigma Pengelolaan Negara dari Konsep Penjaga
Malam Menuju Negara Kesejahteraan dan Pengaruhnya Terhadap Eksistensi Pengadilan Tata
Usaha Negara di Indonesia.”
Dalam perkembangan konsep pengelolaan negara, terjadi perubahan yang berawal
dari konsep negara penjaga malam (nachtwaker staat) kemudian menjadi konsep negara
kesejahteraan (welfare staat). Perubahan konsep ini tentu memberikan pengaruh bagi suatu
negara tentunya terhadap warga negara akan hak asasinya. Makalah ini juga meninjau
bagaimana pengaruhnya Pengadilan Tata Usaha Negara di Indonesia terhadap perubahan
konsep tersebut.
Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah perubahan konsep negara dan
pengaruhnya terhadap ekistensi Pengadilan Tata Usaha Negara, Indonesia pada khususnya.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi kepada mahasiswa fakultas
Hukum sebagai bekal melakukan pemahaman atau pedoman dalam mendalami perubahan
konsep tersebut.
Dan tentunya makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Untuk itu kepada dosen
pengampu, penulis minta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah penulis dimasa
yang akan datang.
Semarang, Maret 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................................... i
Kata Pengantar..................................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................................. iii
Bab I Pendahuluan............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................................ 1
1.3 Ruang Lingkup Materi.............................................................................................. 2
Bab II Landasan Teori........................................................................................................... 3
Bab III Pembahasan.............................................................................................................. 5
3.1 Negara Penjaga malam
(nachtwachtkerstaat)................................................................................................ 5
3.2 Negara Kesejahteraan
(welfare state).......................................................................................................... 7
3.3 Pengadilan Tata
Usaha Negara.......................................................................................................... 9
Bab IV Penutup.................................................................................................................. 12
4.1 Kesimpulan............................................................................................................ 12
4.2 Saran....................................................................................................................... 12
Daftar Pustaka.................................................................................................................... 13
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Konsepsi negara hukum sudah ada semenjak berkembangnya pemikiran oleh cita negara
hukum itu sendiri. Dalam negara bukanlah manusia melainkan pikiran yang adil, dan
kesusilaanlah yang menentukan baik buruknya suatu hukum. Manusia perlu dididik menjadi
warga yang baik, yang bersusila, yang akhirnya akan menjelmakan manusia yang bersikap
adil. Apabila keadaan semacam ini telah terwujud, maka terciptalah suatu ”negara hukum”,
karena tujuan negara adalah kesempurnaan warganya yang berdasarkan atas keadilan. Jadi,
keadilanlah yang memerintah dalam kehidupan bernegara. Agar manusia yang bersikap adil
itu dapat terjelma dalam kehidupan bernegara, maka manusia harus didik menjadi warga
yang baik dan bersusila.
Seiring dengan ini pula, banyak pendapat yang mengemukakan di seputar pemikiran
negara hukum. Immanuel Kant dan Friedrich Julius Stahl telah mengemukakan buah pikiran
mereka. Kant memahami negara hukum sebagai Nachtwakerstaat atau Nachtwachterstaat
(negara jaga malam) yang tugasnya adalah menjamin ketertiban dan keamanan masyarakat.
Dengan seiringnya waktu munculah konsep negara hukum sebagai negara kesejahteraan
(welfare staat) yang tugasnya adalah masuk ke wilayah dan kehidupan warga negara agar
tidak menjamin keamanan saja, melainkan juga kesejahteraan warga negara.
Dengan munculnya teori kesejahteraan ini, kadang menimbulkan rasa tidak adil akan hak
asasi warga negara yang merasa telah dirugikan. Maka dibentuklah Pengadilan Tata Usaha
Negara agar sebagai wadah pengaduan warga negara terhadap perlawanan kepada negara
untuk meminta hak asasi yang dirugikan tersebut.
1.2 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian konsep negara penjaga malam dan negara kesejahteraan.
2. Mengetahui perbedaan kedua konsep tersebut dan implementasinya dalam kehidupan
warga negara.
3. Dapat menarik kesimpulan apakah teori tersebut cocok dengan kehidupan warga
negara.
1
4. Mengetahui bahwa dalam negara menjalankan konsep walfare state, warga negara
yang merasa dirugikan dapat melaporkan ke pengadilan tata usaha.
5. Mengetahui eksistensi pengadilan tata usaha di Indonesia.
1.3 RUANG LINGKUP MATERI
Makalah ini mencakup materi tentang perubahan konsep suatu negara, pengaruh
perubahan konsep tersebut dan meninjau bagaimana eksistensi pengadilan tata usaha yang
dibuat. Materi ini berasal dari berbagai teori para ahli dan beberapa ilmu hukum tata usaha
negara serta hukum administrasi negara.
2
BAB II LANDASAN TEORI
Immanuel Kant (1724-1804) adalah penganut teori Perjanjian Masyarakat karena
menurutnya setiap orang adalah merdeka dan sederajat sejak lahir. Maka Kant menyatakan
bahwa tujuan negara adalah melindungi dan menjamin ketertiban hukum agar hak dan
kemerdekaan warga negara terbina dan terpelihara. Untuk itu diperlukan undang-undang
yang merupakan penjelmaan kehendak umum (volonte general), dan karenanya harus ditaati
oleh siapa pun, rakyat maupun pemerintah. Agar tujuan negara tersebut dapat terpelihara,
Kant menyetujui azas pemisahan kekuasaan menjadi tiga potestas (kekuasaan): legislatoria,
rectoria, iudiciaria (pembuat, pelaksana, dan pengawas hukum).
Teori Kant tentang negara hukum disebut teori negara hukum murni atau negara hukum
dalam arti sempit karena peranan negara hanya sebagai penjaga ketertiban hukum dan
pelindung hak dan kebebasan warga negara, tak lebih dari nightwatcher, penjaga malam).
Negara tidak turut campur dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Kranenburg termasuk penganut teori negara kesejahteraan. Menurut dia, tujuan negara
bukan sekadar memelihara ketertiban hukum, melainkan juga aktif mengupayakan
kesejahteraan warganya. Kesejahteran pun meliputi berbagai bidang yang luas cakupannya,
sehingga selayaknya tujuan negara itu disebut secara plural: tujuan-tujuan negara. Ia juga
menyatakan bahwa upaya pencapaian tujuan-tujuan negara itu dilandasi oleh keadilan secara
merata, seimbang.
Negara Kesejahteraan (Welfare state) Negara bertujuan mewujudkan kesejahteraan
umum. Negara adalah alat yang dibentuk rakyatnya untuk mencapai tujuan bersama, yaitu
kemakmuran dan keadilan sosial. Dalam konsep negara kesejahteraan, tugas dan fungsi
negara disini bukan hanya untuk menjaga keamanan dan ketertiban akan tetapi lebih dari
pada itu yakni tugas dan fungsi negara disini yakni bagaimana menciptakan kesejahteraan
rakyat/umum, artinya disini pemerintah sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas
kesejahteraan rakyat. Konsekuensinya disini negara tidak bertindak pasif melainkan aktif
dengan segala upayanya dalam menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya.
3
Perkembangan konsep dalam menata negara tersebut menimbulkan konsekuensi logis
yang melatarbelakangi hadirnya PTUN. Perkembangan menata negara absolut ke negara
penjaga malam tidak memberikan dampak yang berarti untuk keberadaan PTUN, akan tetapi
sebaliknya perkembangan konsep menata negara dari negara penjaga malam (nacht
wakerstate) ke negara kesejahteraan (welfarestate) memberikan implikasi yang sangat luas
terhadap hadirnya PTUN.
4
BAB III PEMBAHASAN
3.1 NEGARA PENJAGA MALAM (NACHTWACHTERSTAAT)
Negara penjaga adalah bentuk pemerintahan dalam filsafat politik di mana tanggung
jawab pemerintah sangat minim mereka tidak dapat dikurangi lebih jauh lagi tanpa menjadi
bentuk tanggung jawab pemerintah anarki. Tanggung jawab negara adalah terbatas pada
individu melindungi dari paksaan, penipuan dan pencurian, untuk yang membutuhkan
reparasi kepada korban, dan untuk mempertahankan negara dari agresi asing.
Teori negara hukum dalam arti sempit adalah negara berkewajiban menjaga ketertiban
umum dan pelindung kebebasan warga negara, dan negara diibaratkan sebagai “penjaga
malam” atau sering disebut nachtwachterstaat (Satjipto Rahardjo, 2009: 18) . Hal ini merujuk
pada tugas penjaga malam yang menjamin ketertiban dan keamanan warga dalam suatu
wilayah (Diana Halim Koentjoro, 2004: 37). Emanuel Kant (1724 -1804) juga membatasi
negara hanya sebatas penegak aturan hukum, dan tidak sama sekali berbicara mengenai
kesejahteraan rakyat.
Negara Penjaga Malam (Nachtwachterstaat) pertama kali dicetuskan oleh Immanuel
Kant, dan ciri-ciri teori Negara Penjaga Malam adalah sebagai berikut:
1. Asas Legalitas
a. Sebagai landasan bertindak bagi penguasa: setiap tindakan penguasa harus
didasarkan kepada hukum (konstitusi) : supremasi hukum (konstitusi).
b. Sebagai sarana menguji (mengukur) keabsahan (konstitusionalitas) tindakan
penguasa ; kekuasaan yang satu dibatasi oleh kekuasaan yang lain (power
limits power).
2. Pembagian Kekuasan
a. Kekuasaan didalam negara hukum harus didistribusikan (tidak boleh dipegang
oleh satu orang atau satu lembaga secara absolut).
b. Harus ada check and balance antar kekuasaan.
5
3. Perlindungan Hak Dasar
a. Konstitusi harus menjamin adanya perlindungan hak-hak bagi rakyat oleh
penguasa, termasuk menjamin bahwa undang-undang dan peraturan
perundang-undangan dibawahnya tidak bertentangan dengan hak-hak dalam
konstitusi.
b. Jaminan hak asasi manusia dalam konstitusi.
4. Tanggung Jawab Kekuasaan
a. Dalam sebuah negara hukum setiap kekuasaan harus dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Tanggung jawab moral, politik dan hukum.
Pandangan negara hukum yang dikonsepkan pada abad ke-19 ini disebut sebagai
konsep negara hukum kuno. Seorang filosof yang sangat terkenal dalam mengungkap konsep
negara hukum kuno ini adalah Imanuel Kant. Ia seorang filosof yang berasal dari Jerman.
Dalam pandangannya, konsep negara hukum kuno ini disebut negara penjaga malam
(nachtwakersstaat/nachtwachtersstaat).. Teori ini mulai berkembang di Eropa Kontinental.
Namun setelah munculnya atau lahirnya Negara Kesejahteraan (Walefarstate), negara di
Eropa mulai berpindah menggunakan konsep ini.
Di Indonesia sendiri menurut Soepomo, Indonesia menganut paham integralistik
sehingga kepentingan umum yang diutamakan tetapi tidak mengesampingkan (atatu dengan
kata lain “tetap dihargai”) kepentingan individu. Konsep inilah yang dinamakan oleh
Soepomo dengan asas kekeluargaan.
Dari konsep ini dampak positif yang diperoleh adalah:
1. Dapat melindungi hak-hak asasi warga negaranya dengan cara membatasi dan
mengawasi gerak langkah dan kekuasaan negara dengan/melalui undang-undang.
2. Menciptakan keamanan negara.
Dampak negatif yang diperoleh adalah:
1. Negara tidak boleh mengurusi urusan pribadi rakyatnya, negara hanya boleh
bertindak apabila ada serangan dari luar.
2. Negara sangat dibatasi ruang geraknya oleh UU yang disetujui oleh rakyat. Jadi
Negara tidak dapat melakukan sesuatu/tindakan tanpa terlebih dahulu ditentukan
dalam UU.
6
3.2 NEGARA KESEJAHTERAAN (WELFARE STAAT)
Welfare state, adalah suatu sistem yang memberi peran lebih besar kepada negara
(pemerintah) dalam pembangunan kesejahteraan sosial yang terencana, melembaga dan
berkesinambungan. welfare state meyakini bahwa negara memiliki kewajiban untuk
menyediakan warga negara nya akan standar hidup yang layak. Karena setiap negara
memiliki standar yg berbeda-beda, berhubungan langsung dengan batas kemampuan negara.
Welfare state adalah negara kesejahteraan, konsep ini muncul menggantikan konsep
nachtwachterstaat atau Negara penjaga malam. Ciri utama walfare state adalah munculnya
kewajiban pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan umum bagi warga warganya.
Dengan kata lain ajaran walfare state merupakan bentuk peralihan prinsip pembatasan peran
Negara dan pemerintah untuk mencampuri kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat)
menjadi Negara dan pemerintah terlibak aktif dalam kehidupan ekonomi dan social, sebagai
langkah untuk mewujudkan kesejahteraan umum, di samping menjalankan ketertiban dan
keamanan.
Secara legalitas formal, Indonesia bisa disebut sebagai negara kesejahteraan (welfare
state). Hal itu di antaranya tercantum dalam konstitusi UUD 1945, UU No. 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), UU No. 11 tahun 2011 tentang
Kesejahteraan Sosial, UU No. 13 tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin, UU No. 24
tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), dan lainnya.
Nilai penting yang dibawa negara kesejahteraan adalah mereduksi jurang pemisah
antara kaum kaya dan kaum miskin dengan cara mendistribusikan uang dari si kaya kepada si
miskin. Distribusi keuntungan yang diatur oleh Negara ini salah satu caranya dilakukan
dengan menempatkan pihak buruh dan pengusaha secara seimbang, memiliki hak yang sama
dan setara.
Konsep negara kesejahteraan sebenarnya sudah termaksud dalam sila kelima dari
Pancasila.Namun serta UUD 1945 serta pasal 34 yang berbunyi, “Fakir miskin dan anak-
anak terlantar dipelihara oleh negara” . Namun dalam kenyataannya, konsep Negara seperti
ini belum sepenuhnya diaplikasikan di Indonesia.
7
Jika berkaca pada pancasila serta UUD RI tersebut, maka sudah selayaknya Indonesia
mengimplementasikan negara kesejahteraan, apalagi dalam masa otonomi daerah seperti
masa ini. Setiap daerah memiliki wewenang untuk mengolah pemeritahan serta sumber daya
alam yang ada, yang tentunya merupakan sarana yang strategis untuk lebih mensejahterakan
masyarakat yang ada di daerah tersebut.
Dengan demikian, dalam konsep negara kesejahteraan mengutamakan untuk
mengurusi secara langsung kesejahteraan rakyatnya, maka akibatnya, negara kesejahteraan
menjadi negara yang memasuki sangat banyak segi kehidupan rakyat, mulai dari soal
pendidikan, jaminan sosial, jaminan kesehatan, dan sebagainya. Dengan demikian, negara
kesejahteraan akan menjadi negara raksasa dengan jumlah birokrat yang sangat banyak dan
sekaligus menggurita, dimana tangan-tangannya yang tak terhitung jumlahnya memasuki
banyak segi kehidupan masyarakat. Akibatnya timbul masalah pengendalian dan kontrol oleh
rakyat.
Namun hal tersebut kembali lagi membutuhkan komitmen bersama serta persamaan
sudut pandang untuk mencapai kesejahteraan. Selain itu masih banyaknya hambatan yang ada
juga merupakan sesuatu yang harus segera ditanggulangi terlebih dahulu.
Adapun hambatan yang masih sangat umum di dindonesia tetapi merupakan salah
satu faktor penunjang daalam mewujudkan welflare state di Indoensia adalah; masih
kacaunya data yang ada, seperti data kependudukan, penghasilan, penduduk miskin, cacat,
serta orang terlantar, sebagai basis untuk pemberian jaminan social. serta masih belum
terealisasinya system pajak secara menyeluruh di Indonesia. Dikhawatirkan memunculkan
suatu sudut pandangdalam masyarakat, bahwa tanpa bekerja apapun negara akan
menyediakan banyak hal bagi warganya. Selain itu, yang sangat meresahkan bagi
terwujudnya welfare state di Indonesia adalah, masih tingginya tingkat korupsi di berbagai
instansi pemerintahan, mulai dari milyaran hingga triliyunan. Dana yang seharusnya
dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, disalahgunakan untuk memperkaya diri sendiri.
8
Dampak positif negara kesejahteraan adalah:
1. Negara dapat meningkatkan kesejahteraan warganya dengan
memperhatikan lebih dari kebutuhan keamanan saja.
2. Mereduksi jurang pemisah antara kaum kaya dan kaum miskin dengan
cara mendistribusikan uang dari si kaya kepada si miskin. Setiap warga
negara memiliki hak yang sama dan setara.
Dampak negatif negara kesejahteraan:
1. Negara terlalu banyak memasuki segi kehidupan warga negaranya
sehingga timbul masalah pengendalian dan kontrol oleh rakyat.
2. Negara yang mengontrol dengan tujuan mensejahterakan rakyat
menggunakan hak terlalu besar sehingga dapat merugikan hak-hak asasi
warganya.
3.3 PENGADILAN TATA USAHA NEGARA
Pengadilan Tata Usaha Negara yang kemudian disebut PTUN merupakan lembaga
peradilan tingkat pertama yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata
Usaha negara (pasal 47 UU No 5 Tahun 1986). Sengketa TUN yang dimaksud disini adalah
sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum
perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah,
sebagai akibatdikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa
kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengadilan Tata Usaha Negara di atur dalam UU No 5 Tahun 1986 tentang
Pengadilan Tata Usaha Negara yang kemudian pembentukannya di masing-masing Ibukota
Kabupaten atau Kotamadya didasarkan pada Keputusan Presiden. Latar belakang
dibentuknya Pengadilan Tata Usaha Negara sebagai salah satu lembaga peradilan di
Indonesia disebabkan oleh:
9
1. Indonesia sebagai negara hukum
Secara umum ada 3 prinsip dasar dalam suatu negara yang menganut paham
negara hukum seperti Indonesia, yaitu supremasi hukum (supremacy of law),
kesetaraan di hadapan hukum (equality before the law), penegakan hukum
dengan cara yang tidak bertentangan dengan hukum (due process of
law).Selain 3 prinsip dasar tersebut ada ciri-ciri yang membedakan negara
hukum dengan negara yang lain yaitu;
a.Jaminan perlindungan hak asasi manusia
b.Adanya kekuasaan kehakiman atau peradilan yang merdeka
c.Legalitas dalam arti hukum
Dalam sistem hukum eropa kontinental (rechstaat) pelembagaan peradilan
dibedakan dengan adanya PTUN karena pihak yang menjadi subjek berbeda
kedudukannya yakni pemerintah/pejabat TUN dengan warga negara baik
perseorangan maupun badan hukum,Sebagai negara hukum yang dilatar
belakangi dengan tradisi eropa continental maka dikenal Peradilan Tata Usaha
Negara disamping peradilan umum, peradilan militer dan peradilan agama di
Indonesia.
2. Indonesia sebagai negara kesejahteraan (welfare state)
Kranenburg menjelaskan bahwa welfare state atau negara kesejahteraan
adalah negara yang pemerintahannya menjamin terselenggaranya
kesejahteraan rakyat. Dalam mewujudkan kesejahteraan rakyatnya harus
didasarkan pada lima pilar kenegaraan yaitu : Demokrasi, Penegakan Hukum,
Perlindungan HAM, Keadilan Sosial dan Anti Diskriminasi.
Oleh karena itu perlu adanya suatu lembaga peradilan yang dibentuk untuk
mencegah dan menyelesaikan masalah yang timbul dari kesewenang-
wenangan dan arogansi kekuasaan yang dilakukan oleh alat negara maupun
penduduk yang tidak sesuai dengan hukum dan asas-asas umum pemerintahan
yang baik.
10
3. Perlindungan Hukum
Sjahran Basah mengatakan bahwa tujuan peradilan administrasi adalah untuk
memberikan pengayoman hukum dan kepastian hukum, baik bagi masyarakat
dan administrasi negara dalam arti terjaganya keseimbangan kepentingan
masyarakat dan kepentingan indovidu.
Secara preventif tujuan dibentuknya peradilan administrasi negara adalah
untukmencegah tindakan badan/pejabat TUN yang melawan hukum atau
merugikan masyarakat.Sedangkan secara represif PTUN dibentuk untuk
memberikan sanksi bagi tindakan-tindakan melawan hukum yang dilakukan
oleh masyarakat maupun pejabat TUN itu sendiri.
Pada kenyataannya, sengketa administrasi negara muncul jikalau seseorang atau
badan hukum perdata merasa dirugikan, sebagai akibat dikeluarkannya suatu keputusan.
Sebagaimana diketahui bahwa, pejabat administrasi negara dalam fungsi menyelenggarakan
kepentingan umum tidak terlepas dari tindakan mengeluarkan keputusan, sehingga tidak
menutup kemungkinan pula keputusan tadi menimbulkan kerugian. Selain berbentuk
keputusan tindakan pejabat tadi dapat berbentuk perbuatan materiil sepanjang dalam rangka
melaksanakan perbuatan hukum publik. Akan tetapi terhadap pelanggaran hukum atas
perbuatan hukum publik yang bersifat materiil (onrechmatige overheidsdaad) sampai saat ini
penyelesaian sengketanya bukan kewenangan pengadilan administrasi negara (PTUN),
karena undang-undang pengadilan administrasi negara (PTUN) saat ini belum mengadopsi
sebagaimana yang ada dalam sistem peradilan administrasi negara di Prancis yang
nota benenya menjadi kiblat penyelesaian sengketa administrasi di dunia.
Meskipun demikian melihat perkembangan ke depan nantinya (dalam rangka
reformasi administrasi pemerintahan) menurut penulis suatu hal yang harus dibentuk satu
sistem peradilan administrasi negara terpadu, artinya segala sengketa administrasi negara
diselesaikan melalui pengadilan administrasi negara (PTUN). Kenyataan ini diperlukan
karena disamping esensi pengadilan administrasi negara (PTUN) sebagai satu- satunya
lembaga penegakan hukum administrasi negara sebagaimana termaktub dalam Konstitusi
juga membuat sederhana (simple) penyelesaian sengketa administrasi negara melalui satu
pintu lembaga peradilan dan untuk menghindari overlap kewenangan
11
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Sebagai penutup dari paper ini dapat disimpulkan bahwa:
a. Negara berperan sebagai penjaga dan pelindung masyarakat sehingga dikatakan
sebagai negara penjaga malam atau sering disebut nachtwachterstaat.
b. Negara berperan untuk memberi kesejahteraan kepada rakyatnya, berupa antara lain
menciptakan keamanan, mensuplai pelayanan sosial, mengurangi biaya sosial
masyarakat.
c. Eksistensi PTUN di Indonesia sudah diakui sejak negara kita menganut paham
welfare state yang dibentuk untuk mencegah dan menyelesaikan masalah yang
timbul dari kesewenang-wenangan dan arogansi kekuasaan yang dilakukan oleh alat
negara maupun penduduk yang tidak sesuai dengan hukum dan asas-asas umum
pemerintahan yang baik.
4.2 SARAN
Pada dasarnya, negara kita sudah menganut konsep negara kesejahteraan (welfare state)
dan itu merupakan konsep negara bagus. Karena jika kita melihat tujuan negara kesejahteraan
yang mempunyai dampak positif bagi warga negara. Namun, terkadang pemerintah kurang
mengerti bahwa terkadang kekuasaan mereka ternyata merugikan sebagian warga negara.
Sehingga dibutuhkan PTUN agar warga negara merasa adil.
Saya mempunya pendapat agar PTUN di sini bernar-benar menjadi wadah bagi warga
negara untuk menegakkan keadilan dan memang mewujudkan tujuan dari negara
kesejahteraan itu sendiri. Maka dari itu dibutuhkan pengawasan agar pengadilan ini sesuai
dengan apa yang telah dicita-citakan dalam negara kesejahteraan.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiardjo, Prof. Miriam, editor, Masalah Kenegaraan, Gramedia, 1982.
2. Budiarjo, Prof. Miriam, penyunting, Simposium Kapitalisme, Sosialisme,
Demokrasi, Pt. Gramedia, Jakarta, 1984.
3. Rahardjo, Satjipto. 2009. Negara Hukum: yang Membahagiakan
Rakyatnya. Yogyakarta: Genta Publishing.
4. Philipus M. Hadjon et.all, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Gadja
Mada University Press, cet. 2, Yogyakarta, 1993.
5. Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Nega
13