Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Produksi Pertanian

23
MAKALAH BIOTROPIKA PENGARUH PERUBAHAN IKLIM DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PERTANIAN KELOMPOK 1 BIOLOGI B 13 WIWIT NURHIDAYAH ( 13308141006 ) DWI NURHAYATI ( 13308141031 ) RAHAYU TRI REJEKI ( 13308141040 ) JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

description

jurusan biologi universitas negeri yogyakarta

Transcript of Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Produksi Pertanian

Page 1: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Produksi Pertanian

MAKALAH BIOTROPIKA

PENGARUH PERUBAHAN IKLIM DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI

PERTANIAN

KELOMPOK 1

BIOLOGI B 13

WIWIT NURHIDAYAH ( 13308141006 )

DWI NURHAYATI ( 13308141031 )

RAHAYU TRI REJEKI ( 13308141040 )

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2015

Page 2: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Produksi Pertanian

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Budidaya tanaman pertanian sangat tergantung pada iklim dan cuaca. Unsure cuaca yang

berpengaruh adalah intensitas cahaya matahari, suhu, curah hujan, dan kelembaban. Semuanya

terikat dan saling mempengaruhi.

Data mengenai keadaan cuaca sangat penting artinya bagi dunia pertanian antara cuaca

dan pertanian mempunyai hubungan yang khas yang sering dikenal dengan klimatologi

pertanian. Hubungan yang khas itu dapat dilihat dari pengaruh ketinggian tempat, vegetasi alam

dan jenis tanaman yang cocok untuk ditanam serta waktu yang tepat untuk penanaman suatu

komoditi. Hubungan yang lebih luas antara cuaca dan pertanian tercakup didalamnya lama

musim pertanaman, hubungan antara laju pertumbuhan ataupun hasil panen dengan factor atau

unsure cuaca dari pengamatan unsure cuaca dari pengamatan jangka panjang.

Dari data iklim ini akan dapat diketahui kesesuaian iklim yang optimum bagi tanaman

serta batas-batas ekstrimnya, dapat pula dibahas tentang kebutuhan air irigasi, perkembangan

iklim terhadap perkembangan maupun penyebaran hama dan penyakit tanaman, serta hubungan

iklim dengan berbagai kegiatan pertanian lainnya. Pada hakekatnya klimatologi pertanian

merupakan kesimpulan dari pengamatan metereologi pertanian dalam jangka panjang didaerah

luas.

B. TUJUAN

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dampak perubahan iklim dan

dampaknya terhadap produksi pertanian.

 

Page 3: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Produksi Pertanian

BAB II

PEMBAHASAN

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah katulistiwa termasuk wilayah

yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air

laut, dan suhu udara, serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan

merupakan beberapa dampak serius perubahan iklim yang dihadapi Indonesia. Perubahan iklim

akan menyebabkan: (a) seluruh wilayah Indonesia mengalami kenaikan suhu udara, dengan laju

yang

lebih rendah dibanding wilayah subtropis; (b) wilayah selatan Indonesia mengalami penurunan

curah hujan, sedangkan wilayah utara akan mengalami peningkatan curah hujan. Perubahan pola

hujan tersebut menyebabkan berubahnya awal dan panjang musim hujan. Di wilayah Indonesia

bagian selatan, musim hujan yang makin pendek akan menyulitkan upaya meningkatkan indeks

pertanaman (IP) apabila tidak tersedia varietas yang berumur lebih pendek dan tanpa rehabilitasi

jaringan irigasi. Meningkatnya hujan pada musim hujan menyebabkan tingginya frekuensi

kejadian banjir, sedangkan menurunnya hujan pada musim kemarau akan meningkatkan risiko

kekekeringan. Sebaliknya, di wilayah Indonesia bagian utara, meningkatnya hujan pada musim

hujan akan meningkatkan peluang indeks penanaman, namun kondisi lahan tidak sebaik di Jawa.

Tren perubahan ini tentunya sangat berkaitan dengan sektor pertanian.

Strategi antisipasi dan teknologi adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan aspek

kunci yang harus menjadi rencana strategis Departemen Pertanian dalam rangka menyikapi

perubahan iklim. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan pertanian yang tahan (resilience)

terhadap variabilitas iklim saat ini dan mendatang. Upaya yang sistematis dan terintegrasi, serta

komitmen dan tanggung jawab bersama yang kuat dari berbagai pemangku kepentingan sangat

diperlukan guna menyelamatkan sektor pertanian. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu disusun

kebijakan kunci Departemen Pertanian dalam rangka melaksanakan agenda adaptasi mulai tahun

2007 sampai 2050, yang meliputi rencana aksi yang bersifat jangka pendek, jangka menengah,

dan jangka panjang.

Page 4: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Produksi Pertanian

Perubahan iklim dengan segala penyebabnya secara faktual sudah terjadi di tingkat lokal,

regional maupun global. Peningkatan emisi dan konsentrasi gas rumah kaca (GRK)

mengakibatkan terjadinya pemanasan global, diikuti dengan naiknya tinggi permukaan air laut

akibat pemuaian dan pencairan es di wilayah kutub. Naiknya tinggi permukaan air laut akan

meningkatkan energi yang tersimpan dalam atmosfer, sehingga mendorong terjadinya perubahan

iklim, antara lain El Nino dan La Nina. Fenomena El Nino dan La Nina sangat berpengaruh

terhadap kondisi cuaca/iklim di wilayah Indonesia dengan geografis kepulauan. Sirkulasi antara

benua Asia dan Australia serta Samudera Pasifik dan Atlantik sangat berpengaruh, sehingga

wilayah Indonesia sangat rentan terhadap dampak dari perubahan iklim. Hal ini diindikasikan

dengan terjadinya berbagai peristiwa bencana alam yang intensitas dan frekuensinya terus

meningkat. Fenomena El Nino adalah naiknya suhu di Samudera Pasifik hingga menjadi 31°C,

sehingga akan menyebabkan kekeringan yang luar biasa di Indonesia. Dampak negatifnya antara

lain adalah peningkatan frekuensi dan luas kebakaran hutan, kegagalan panen, dan penurunan

ketersediaan air. Fenomena La Nina merupakan kebalikan dari El Nino, yaitu gejala menurunnya

suhu permukaan Samudera Pasifik, yang menyebabkan angin serta awan hujan ke Australia dan

Asia Bagian Selatan, termasuk Indonesia. Akibatnya, curah hujan tinggi disertai dengan angin

topan dan berdampak pada terjadinya bencana banjir dan longsor besar.

ANALISIS PERMASALAHAN

Perubahan iklim sudah berdampak pada berbagai aspek kehidupan dan sector

pembangunan di Indonesia. Sektor kesehatan manusia, infrastruktur, pesisir dan sektor lain yang

terkait dengan ketersediaan pangan (pertanian, kehutanan dan lainnya) telah mengalami dampak

perubahan tersebut. Di sektor pertanian, sama dengan sektor lainnya, belum ada studi tingkat

nasional yang mengkaji dampak perubahan iklim terhadap sumber daya iklim, lahan, dan sistem

produksi pertanian (terutama pangan). Beberapa studi masih dilakukan pada tingkat lokal, seperti

pengkajian dampak perubahan iklim pada hasil padi dengan menggunakan model

simulasi. Kerentanan suatu daerah terhadap perubahan iklim atau tingkat ketahanan dan

kemampuan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim, bergantung pada struktur sosial-

ekonomi, besarnya dampak yang timbul, infrastruktur, dan teknologi yang tersedia. Di

Indonesia, upaya-upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sebenarnya telah dimulai sejak

tahun 1990, walaupun Indonesia tidak memiliki kewajiban untuk memenuhi target penurunan

Page 5: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Produksi Pertanian

emisi GRK. Untuk memperkuat pelaksanaan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di Indonesia

pada sektor pertanian, perlu ditetapkan strategi nasional mitigasi dan adaptasi perubahan iklim

secara terintegrasi, yang melibatkan berbagai instansi terkait.

IMPLIKASI KEBIJAKAN

Perlunya pemahaman yang baik terhadap fenomena dan dampak perubahan iklim global

pada sektor pertanian dan strategi antisipasi yang harus dilakukan. Untuk itu, hasil kegiatan

penelitian/pengkajian dan adaptasi yang telah dilakukan oleh lembaga-lembaga penelitian perlu

diinventarisasi untuk dirumuskan dan disosialisasikan ke berbagai kalangan.

Perlu penelitian/pengkajian yang lebih komprehensif dan intensif terhadap komponen

sumber daya, infrastruktur, dan sub sektor pertanian, serta daerah-daerah rawan atau yang telah

terkena dampak perubahan iklim, serta adaptasi yang telah, sedang dan akan diterapkan. Dalam

menghadapi dan menanggulangi dampak perubahan iklim, terutama kekeringan dan banjir perlu

adanya (a) Standard Operating Procedure (SOP) tentang informasi perubahan iklim serta

mekanisme penyampaiannya ke pengguna terutama petani, dan (b) Sekolah Lapang Pertanian

(SLP) yang terintegrasi untuk berbagai aspek seperti pengelolaan informasi iklim/air,

pengendalian hama terpadu, agribisnis, dan lain-lain. Program Penelitian Konsorsium “Dampak

Perubahan Iklim Terhadap Sektor Pertanian, Strategi Antisipasi, dan Teknologi Adaptasi”

dibangun dengan tujuan untuk: (a) menggalang komunikasi di antara Lembaga

Penelitian/Perguruan Tinggi, baik nasional maupun internasional, (b) mengintegrasikan dan

mensinergikan kegiatan-kegiatan penelitian yang berkaitan dengan perubahan iklim, dan (c)

melaksanakan penelitian secara terintegrasi yang melibatkan berbagai lembaga penelitian dan

perguruan tinggi. Program penelitian konsorsium lebih ditujukan pada pengkajian/analisis

dampak biofisik (sumber daya, infrastruktur/ sarana, sistem produksi dan aspek sosial ekonomi),

konsep strategi antisipasi, mitigasi dan penanggulangan (adaptasi teknologi), dan membangun

kemampuan prediksi dan penyampaian informasi. Kegiatan yang berkaitan dengan perakitan

teknologi, terutama varietas unggul, akan dikaitkan dengan program penelitian balai penelitian

komoditas. Penyusunan dan penyampaian hasil prakiraan musim yang menjadi otoritas BMG

perlu dilakukan lebih sering dan cepat, minimal 4 kali setahun. Hasil prakiraan tersebut perlu

diformulasikan oleh Pokja Anomali Iklim dan Badan Litbang Pertanian, agar menjadi informasi

yang lebih aplikatif dan mudah dipahami penyuluh dan petani. Selanjutnya, informasi matang

Page 6: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Produksi Pertanian

tersebut perlu segera disampaikan kepada masyarakat pertanian agar kegiatan adaptasi pertanian

dapat segera dilakukan. Selain melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, kita perlu

memanfaatkan perubahan iklim tersebut, agar menjadi “sahabat” dalam sektor pertanian.

Pengaruh Iklim terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman

Variabel menonjol yang diperkirakan akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

dan produktivitas tanaman pangan akibat terjadinya peningkatan kadar CO2 adalah bumi yang

memanas. Berdasarkan pengamatan obyektif di lapangan, diperkirakan akan lebih rendah

dibanding permodelan iklim yang lemah dan kasar menggunakan komputer. Berdasarkan

permodelan komputer, muka bumi rata-rata akan memanas sebesar 1,5-4,5OC jika kadar CO2

meningkat duakali. Secara keseluruhan iklim akan memanas 3 kali 1,5OC pada akhir abad nanti,

dan pemanasaan terbesar terjadi dikutub, dan lebih rendah dikhatulistiwa. Kedua, kenaikan

suhu dapat diperkirakan dan akan berpengaruh terhadap pola hujan. Untuk kebanyakan tanaman

pangan dan serat dan beberapa spesies lain perubahan dalam ketersediaan air memiliki akibat

yang lebih besar dibanding kenaikan suhu. Permodelan iklim secara regional telah dimodelkan

dalam tingkat yang lebih kurang meyakinkan dibanding model untuk iklim global. Perubahan

yang diperkirakan, jika terjadi dalam pola hujan dan suhu dengan kadar CO2 yang tinggi akan

menguntungkan produksi tanaman pangan beririgasi. Pertambahan areal pertanian beririgasi di

Amerika terjadi di delta misisipi dan dataran utara. Hal serupa terjadi di India, China dan Rusia

bagian selatan. Di USA, area tanam jagung dan gandum musim dingin akan bergeser ke utara

dan akan digantikan sorgum dan padi-padian.

Ketiga, pemanasan global mempengaruhi variabel yang berpengaruh terhadap

produktifitas pertanian. Hal ini akan sangat penting bagi pertanian yang terkait zona suhu, baik

bagi pertambahan maupun intensitas masa tanam atau satuan tingkat pertumbuhan. Perhatian

petani akan tertuju pada perbedaan musiman dan antar tahun pada curah hujan, salju, lama

musim tanam, dan beda suhu dalam hari-hari yang berpengaruh pada tahap pertumbuhan.

Stabilitas dan keandalan produksi adalah sama pentingnya dengan besaran jumlah produksi itu

sendiri. Keprihatinan akan perubahan iklim dimasa depan dan perubahan yang lebih besar lagi

akan diimbangi dengan penelitian mengenai manfaat peningkatan CO2 bagi fotosintesis dan

berkurangnya kebutuhan tanaman akan air, dan tetap meningkatnya hasil. Selama 70 tahuan,

perubahan cuaca, mencerminkan bahwa hasil tanam di USA, Rusia, India, China, Argentina,

Page 7: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Produksi Pertanian

Canada dan Australia, memungkinkan negara dengan cuaca baik dapat menjaga keamanan

pangan negara dari cuaca yang buruk. Kekeringan secara menyeluruh di dunia hampir tak pernah

terjadi saat ini.

Walau ada kepastian bahwa pertanian dunia dapat mengantisipasi perubahan iklim,

perubahan itu akan menambah masalah yang harus ditangani dalam dasa warsa kedepan.

Masalah lain adalah Kelangkaan air dan kualitas air, tanah yang menjadi gersang, pengadaan

energi dari bahan bakar fosil serta kelangsungan praktek pertanian yang sekarang ada. Beberapa

praktek yang membahayakan kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan harus diubah

bersamaan dengan tingkat produksi yang aman dan dapat diandalkan juga harus terus

ditingkatkan. Prakiraan terjadinya perubahan iklim membuat penelitian pertanian yang

komprehensif menjadi sangat penting dalam menghadapi perubahan itu secara efektif.

Penelitian mengenai perubahan iklim, akan melengkapi usaha peningkatan produktivitas

tanaman, yang dipengaruhi oleh tekanan lingkungan, yang kini tengah dilakukan melalui

rekayasa genetik, perlakuan kimiawi dan pola pengolahan. Ini akan memberi dua manfaat

sekaligus, baik sebagai pelindung mengahadapi perubahan jangka pendek lingkungan, seperti

kemarau dan juga membantu menghadapi perubahan iklim dalam jangka panjang, dan untuk

mengkapitalisasi sumberdaya hayati bagi peningkatan produksi. Pandangan yang berbeda

mengenai pemanasan global yang memiliki bobot ilmiah yang baik muncul, mendukung

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, sekarang telah disimpulkan oleh beberapa ilmuwan

bahwa model prakiraan iklim yang dibuat merupakan penyederhanaan yang sangat simplistis

dari proses atmosfir dan lautan yang sangat kompleks. Dan tak dapat dibuktikan bahwa

pengeluaran gas rumah kaca akan berpengaruh signifikan terhadap iklim dunia, sebab-sebab

pemanasan global juga lebih tidak dapat lagi dipastikan.

Efisiensi Fotosintesis

Hanya sedikit keraguan bahwa kadar CO2 dalam atmosfir adalah kurang optimal bagi

fototosintesis ketika faktor lain yang berpengaruh terhadap tanaman (cahaya, air, suhu dan unsur

hara) mencukupi. Fotosintesa Netto adalah jumlah fotosintesa brutto minus fotorespirasi, dan

fotorespirasi setidaknya memiliki besaran mengubah 50% karbohidrat hasil fotosintesa kembali

menjadi CO2, dengan peningkatan CO2 fotorespirasi diperkirakan akan menurun. Peningkatan

Biomassa terbukti terjadi ketika dilakukan pengayaan CO2. Ini tak selalu muncul dari fotosintesa

Page 8: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Produksi Pertanian

netto. Kadar CO2 yang tinggi memicu penggunaan air yang efisian dalam tanaman C4 seperti

jagung. Peningkatan efisiensi air ini merangsang pertumbuhan tanaman.

Dampak langsung yang dapat dijejaki dari peningkatan CO2 adalah peningkatan tingkat

fotosintesa daun dan kanopi. Peningkatan fotosintesis akan meningkat sampai kadar CO2

mendekati 1000 ppm. Hasil paling pasti adalah tanaman tumbuh cepat dan lebih besar. Ada

perbedaan antara spesies. Spesies C3 lebih peka terhadap peningkatan kadar CO2 dibanding C4.

Terjadi juga pertambahan luas dan tebal daun, berat per luas, tinggi tunas, percabangan, bibit dan

jumlah dan berat buah. Ukuran Tubuh meningkat seiring rasio akar-batang. Rasio C:N

bertambah. Lebih dari itu semua hasil panen meningkat. Terutama pada Kentang, Ubi Jalar,

Kedelai. Dengan meningkatnya kadar CO2 menjadi dua kali sekarang secara global, hasil

pertanian diperkirakan akan meningkat sampai 32% dari sekarang. Perkiraan sementara saat ini

sekitar 5%-10% dari kenaikan produksi pertanian adalah akibat kenaikan kadar CO2. Manfaat

pengayaan CO2 terhadap pertumbuhan dan produktifitas tanaman saat ini telah dikenal telah

dikenal luas. Banyak pengujian yang dilakukan dalam lingkungan terkontrol secara penuh atau

sebagian, terhadap beberapa tanaman komersial (padi, Jagung, gandum, kedelai, kapas, kentang,

tomat, ubi jalar, dan beberapa tanaman hutan), yang membuktikannya.

Efisiensi Penggunaan Air

Kebutuhan utama tanaman yang lainnya adalah air, baik secara kualitas maupun

kuantitas. Air kini telah menjadi permasalahan penting bagi lima negara dengan jumlah

penduduk terbesar di dunia (China, India, USA, Sovyet, Indonesia). Juga tentu dinegara-negara

temur tengah, afrika utara dan sub sahara. Satu faktor penting yang berpengaruh terhadap

produksi tanaman namun masih merupakan misteri adalah pola musim kering yang terjadi.

Kekeringan adalah hal yang paling ditakuti oleh para petani diberbagai negara produsen pangan.

Kebutuhan akan air menjadi semakin penting dan kritis, di USA, 80–85 % konsumsi air bersih

adalah untuk pertanian. Sepertiga persediaan tanaman pangan sekarang tumbuh padi 18% lahan

beririgasi.

Aspek penting dari peningkatan kadar CO2 dalam atmosfir adalah kecenderungan

tanaman untuk menutup sebagian dari stomata pada daunnya. Dengan tertutupnya stomata ini

penguapan air akan menjadi perkurang, dan dengan itu berarti efisiensi penggunaan air

meningkat. Kekurangan air adalah faktor pembatas utama dari produktifitas tanaman. Bukti yang

Page 9: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Produksi Pertanian

selama ini dikumpulkan menunjukan bahwa peningkatan CO2 di atmosfir meningkatkan

efisiensi penggunaan air. Hal ini adalah penemuan yang penting bagi bidang pertanian dan juga

bagi ekologi. Implikasi dari hal itu bermacam-macam, salah satunya adalah peningkatan daya

tahan terhadap kekeringan dan berkurangnya kebutuhan air untuk pertanian.

Efek langsung dari kadar CO2 dalam atmosfir terhadap fotosintesis tanaman C4 adalah

meningkatkan efisiensi air dalam fotosintesa. Dan pada tanaman C4 dan C3 mengurangi

membukanya stomata, hal ini ditunjukan oleh Roger et al. pada tanaman kedelai. Tanaman

dengan cara fotosintesa C3 mendapat keuntungan dengan 3 cara. Pertama meluasnya ukuran

daun, kedua peningkatan tingkat fotosintesis perunit luas daun, dan terakhir efisiensi penggunaan

air.

Pertumbuhan dan Produkstifitas Tanaman: Kemampuan Adaptasi terhadap Suberdaya Iklim di

Bumi.

Banyak tanaman pangan mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim. Di bumi padi,

ubikayu, ubijalar dan jagung dapat tumbuh dimana saja kelembaban dan suhu sesuai. Jagung

mampu tumbuh di areal yang beraneka ragam kelembaban, suhu, dan ketinggian dibumi ini.

Areal produksinya di USA telah meluas ke utara sampai 800 km selam lima puluh tahun ini.

Kedelai dan Kacang tanah dapat tumbuh di daerah tropik sampai lintang 450 LU dan 400 LS.

Gandum musim dingin yang lebih produktif dari gandum musim semi areal tanamnya telah

meluas keutara sejauh 360 km. Ditambah dengan kemampuan rekayasa genetik yang kita miliki

perluasan areal tanam akan semakin mungkin dan cepat terealisasi.

Diperkirakan penggandaan kadar CO2 akan meningkatkan produktivitas tanaman di

Amerika Utara, hal serupa juga terjadi di Sovyet, Eropa dan propinsi bagian utara China.

Tanaman hortikultura dapat berkembang bebearapa musim diseluruh negara bagian USA.

Tanaman seperti Tebu dan Kapas semakin meluas areal tanamnya dengan dimanfaatkannya

mulsa dan pelindung plastik. Pemanasan global akan lebih menguntungkan dibanding dengan

kembalinya era es sebagaimana diprediksi beberapa dekade yang lalu. Terlebih dimana produksi

tanaman pangan terpusat di Lintang 300 LU sampai 500 LS.

Manfaat Agroklimatologi bagi Tanaman

1. Kita bisa mengetahui kapan tanaman tersebut melakukan stadia tumbuhnya.

Page 10: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Produksi Pertanian

2. Kita bisa mengetahui umur dari suatu tanaman.

3. Kita bisa merancang pola tanam.

4. kita bisa memplaning kapan waktu yang tepat untuk mlakukan proses pembudidayaan

tanaman misalnya menentukan jadwal pemupukan, jadwal penyemprotan.

5. kita bisa mengetahui tanaman yang sesuai untuk suatu daerah

Meski Iklim Berubah, Ketahanan Pangan Harus Tetap Berlanjut

Untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan masyarakat atas produk pangan terutama

mempertahankan sekaligus meningkatkan produksi pertanian di bidang pangan, pada kondisi

level di lapangan masih terkendala banyak hambatan yang sering dijumpai. Dari sekian banyak

hambatan tersebut, ada yang dapat ditangani melalui introduksi teknologi yaitu suatu cara

merubah dan mengendalikannya dengan tehnik rekayasa tertentu, tetapi ada pula yang sangat

sulit ditangani terutama yang berkaitan dengan kejadian fenomena alam yaitu perubahan iklim.

Perubahan iklim atau seringkali disebut climate changes, merupakan salah satu fenomena alam

yang terjadi karena adanya perubahan nilai dari unsur-unsur iklim baik secara alamiah maupun

buatan karena dipercepat oleh segala aktifitas dan kegiatan manusia di muka bumi. Perlu

diketahui, bahwa kegiatan pemakaian gas rumah kaca (GRK) yang banyak dilakukan,

pembangunan industri-industri baru yang menyumbang begitu besar polusi dan gas karbon di

udara, serta tidak terkendalinya penebangan kayu di hutan, mempunyai implikasi yang sangat

besar terhadap segi kehidupan terutama bagi ketahanan pangan nasional.

Perubahan iklim dan cuaca ekstrim seringkali menyebabkan peningkatan suhu udara, naiknya

batas permukaan air laut, dan dapat menyebabkan anomali iklim seperti kejadian fenomena El-

Nino yang ditandai oleh adanya musim kemarau yang panjang, dan La-Nina dengan musim

hujan lebih lama dari biasanya dan menjadi lebih sering terjadi dari siklus 3-7 tahun sekali

menjadi 2-5 tahun sekali (BMKG, 2014).

Page 11: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Produksi Pertanian

Perubahan iklim bukan lagi menjadi persoalan untuk diperdebatan keberadaannya, tetapi sudah

menjadi permasalahan bersama antar komunitas, antar instansi, antar Negara dan bahkan secara

global untuk mendapatkan penanganan serius karena begitu banyak aspek kehidupan yang

terkena dampaknya, apalagi bagi peningkatan produksi dan produktifitas di sektor pertanian

bidang pangan. Diantara perubahan nilai dari unsur-unsur iklim, seperti perubahan suhu udara,

kelembaban udara, curah hujan dan radiasi sinar matahari serta perubahan kondisi tanah pada

akhirnya akan sangat besar implikasinya terhadap masa pertumbuhan, hasil produksi ataupun

mutu hasil akhir tanaman pangan yang dihasilkan.

Perubahan iklim akan mengancam ketahanan pangan di seluruh negara di dunia, contoh yang

paling aktual adalah terjadinya banjir yang sangat ekstrim di negara Thailand sehingga

menyebabkan negara ini menghentikan sementara waktu ekspor berasnya ke negara lain

akibatnya berdampak pada kenaikan harga beras di seluruh dunia.

Prospek Ketahanan Pangan Ke Depan

Tantangan yang akan dihadapi dalam mewujudkan ketahanan pangan di masa mendatang adalah,

berkaitan dengan perubahan iklim yang berpengaruh langsung kepada tingkat produksi pertanian

sebagai penyedia konsumsi pangan kebutuhan masyarakat.  Diperkirakan jumlah penduduk

dunia akan mencapai 6 miliar jiwa pada tahun 2050, di antaranya  318 juta jiwa penduduk

Indonesia.

Pertambahan penduduk dunia mengalami peningkatan setiap tahun, akan tetapi tidak dibarengi

dengan peningkatan produksi tanaman pangan yang dihasilkan, justru keadaannya berbanding

terbalik, yaitu produksi mencapai stagnasi atau bahkan terjadi penyusutan jumlah produksi yang

dihasilkan. Diperkirakan pada periode tahun 2015-2050 angka tingkat produktivitas sektor

pertanian di Negara-negara berkembang akan mengalami penurunan, dan angka penurunannya

dapat mencapai 9% sampai dengan 20%.

Berdasarkan Data Badan Pusat statistik (BPS) untuk Produksi Tanaman Pangan Angka Ramalan

(ARAM) I tahun 2014, Indonesia diperkirakan akan mengalami angka penurunan jumlah

produksi pertanian terutama produksi padi dan jagung, yang tercacat angkanya masing-masing

sebesar 1,41 juta ton (1,98%) dan 875, 17 ribu ton (4,51%) dibandingkan produksi yang

Page 12: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Produksi Pertanian

dihasilkan pada tahun 2013. Angka pelandaian tingkat produksi pertanian terutama sumber

pangan pokok (staple food), selain secara inherent disebabkan oleh faktor tingkat kesuburan

tanah yang terus mengalami penurunan, juga disebabkan oleh penyempitan lahan pertanian, serta

secara langsung maupun tidak langsung akibat faktor perubahan iklim ekstrim.

Kenyataan tersebut merupakan tantangan bagi Indonesia sebagai negara tropis yang berlimpah

sumberdaya alamnya dan memiliki lahan pertanian yang sangat subur untuk dapat

mengalokasikan secara efektif dan secara adaptif berbagai unsur baik itu udara, lahan, air, dan

unsur lainnya seperti unsur hara, iklim dan ekosistem dalam mendukung peningkatan produksi

tanaman pangan.

Teknologi Adaptasi

Sektor pertanian sangat rentan sekali terhadap perubahan iklim dan perubahan tersebut akan

sangat berpengaruh pada pola tanam, waktu tanam, produktivitas dan luas areal tanam karena

adanya keterlambatan musim tanam. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

dampak negatif dari perubahan iklim agar produksi pangan di Indonesia tetap berlanjut

mengalami peningkatan adalah melalui upaya penggunaan teknologi adaptasi. Teknologi

adaptasi yang dilakukan bertujuan untuk menyesuaikan terhadap dampak dari perubahan iklim

dalam mengurangi resiko kegagalan panen produksi pertanian.

Teknologi adaptasi meliputi kegiatan penyesuaian waktu dan pola tanam, penggunaan varietas

unggul yang tahan terhadap kekeringan, dapat tumbuh di lahan rawa, serta pengembangan

teknologi adaptasi terhadap pengelolaan air.

1. Penyesuaian Waktu dan Pola Tanam

Penyesuaian waktu dan pola tanam merupakan upaya yang sangat strategis guna mengurangi

atau menghindari dampak perubahan iklim akibat pergeseran musim dan perubahan pola hujan.

Kementerian Pertanian pada tahun 2004, telah menerbitkan Atlas Peta Kalender Tanam di Pulau

Jawa yang menggambarkan potensi pola dan waktu tanam bagi tanaman pangan terutama padi

dan jagung berdasarkan potensi dan dinamika sumber daya, sehingga perencanaan tanam dapat

disesuaikan dengan keadaan iklim dan sumber air yang tersedia.

Page 13: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Produksi Pertanian

2) Penggunaan Varietas Unggul

Penggunaan beberapa varietas/galur tanaman yang dapat toleran terhadap iklim kering, pada

genangan di lahan rawa yang memiliki potensi dan prospek yang besar untuk pengembangan

pertanian, khususnya dalam mendukung ketahanan pangan nasional.

3. Teknologi Pengelolaan Air

Dalam menyikapi perubahan iklim, perlu diterapkan teknologi pengelolaan air antara lain,

teknologi panen hujan, yaitu prinsipnya menampung kelebihan air hujan dan memanfaatkannya

pada musim kemarau dalam mengairi tanaman dengan pembuatan embung dan dam parit.

Kebijakan adaptasi perubahan iklim yang telah dilakukan melalui penerapan teknologi adaptasi

belum cukup besar menopang dan mewujudkan ketahanan pangan nasional. Karena itu,

pemerintah mendatang perlu mempertimbangkan dan mendorong alternatif bentuk adaptasi-

adaptasi lainnya, seperti pengembangan inovasi teknologi untuk mengurangi kerentanan, atau

meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim dan cuaca yang ekstrim. Hal ini

dilakukan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian bagi penyediaan

pangan menuju terwujudnya stabilitas ketahanan pangan nasional yang lebih kuat

Page 14: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Produksi Pertanian

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat di ambil kesimpulan, yaitu :

1. Kerentanan suatu daerah terhadap perubahan iklim atau tingkat ketahanan dan

kemampuan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim, bergantung pada struktur

sosial-ekonomi, besarnya dampak yang timbul, infrastruktur, dan teknologi yang

tersedia.

2. Dalam menghadapi dan menanggulangi dampak perubahan iklim, terutama kekeringan

dan banjir perlu adanya Standard Operating Procedure (SOP) dan Sekolah Lapang

Pertanian (SLP).

3. Dengan agroklimatologi kita dapat mengetahui umur dari suatu tanaman, merancang pola

tanam, melakukan proses pembudidayaan tanaman, dan mengetahui tanaman yang cocok

untuk suatu daerah.

Page 15: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Produksi Pertanian

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah.H. 1995. Kekeringan dan Upaya Pengadaan Beras. Jakarta. Industri Pengolahan Pangan di Indonesia vol.VI. Hal 9-14.

Aisyah, I. 2009. Manfaat Klimatologi Untuk Menunjang Kegiatan Pertanian dan Analisis Serta Desain Data Warehousing Di Balai Besar Meteorologi dan Geofisika. http://badaihxh.blogspot.com/2009/01/agroklimatologi-1-manfaatnya_30.html [19 Pebruari 2010].

Anonim. 2009. Product Book. http://www.alphamas.co.id/index.php, [2-11-2015].

Anonim. 1992. Panduan Praktikal Tapak Semaian Bagi Spesies Acacia mangium. Proyek Latihan dan Pembangunan Teknikal Reafforestation.Sabah.

Chasanah, Nur. 2010. Pengenalan Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus Dan Peralatan Pengamatan Cuaca. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.[online]. http://dmiraclesofmylive.blogspot.com/2011_01_01_archive.html [1-11-2015].

Kartojo. 1995. Peran Iklim Bagi Pertanian. Jakarta. Industri Pengolahan Pangan di Indonesia vol.VI. Hal 15-20.

Tjasyono, B. 2004. Klimatologi. ITB: Bandung.

Van’t Hoff. 1993. Iklim Mikro Tanaman. IKIP. Malang.