PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU PUTRI – KOTA BATAM …

12
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 14, No. 2, Nopember 2016 79 PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU PUTRI – KOTA BATAM DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT TAHUN 2000 – 2016 COASTLINE CHANGES OF PUTRI ISLAND – BATAM CITY USING SATELLITE IMAGE DATA YEAR 2000 - 2016 Nineu Yayu Geurhaneu [1] dan Tri Muji Susantoro [2] [1] Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan No.236 Bandung, email : [email protected] [2] Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”, Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Jakarta Diterima : 15-02-2016, Disetujui : 19-09-2016 ABSTRAK Penelitian perubahan garis pantai pulau Putri, Kota Batam dilakukan dengan menganalisis data citra satelit tahun 2000-2016. Garis pantai Pulau Putri merupakan lokasi penting dan titik pangkal untuk pengukuran wilayah perairan territorial Indonesia. Upaya penanaman bakau di sekeliling pulau Putri telah dilakukan namun belum berhasil dengan baik karena adanya limbah minyak dan kondisi karangnya pun telah rusak. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi potensi hilangnya Pulau Putri berdasarkan perubahan garis pantai dan luasannya. Metode survei lapangan dilakukan secara sampel tetap, analisis pengolahan data penginderaan jauh menggunakan teknik komposit warna RGB dan Fusi dengan metode transformasi Brovey. Sedangkan interpretasi garis pantai dilakukan secara visual melalui digitasi pada layar. Pada kegiatan lapangan dilakukan pengukuran pasang surut dan arus laut untuk mendukung analisis perubahan garis pantai Pulau Putri. Kondisi perairan sekitar Pulau Putri memiliki tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda dengan kecepatan arus 1,2 - 0,765 m/dtk. Kecepatan arus tersebut cenderung dipengaruhi oleh kondisi pasang surut, pada saat menjelang surut kecepatan arus menjadi cukup tinggi dan cenderung tenang pada saat air kondisi surut minimum menuju pasang dan saat surut. Perubahan garis pantai dan luas wilayah di Pulau Putri mulai signifikan dari tahun 2013-2016. Pada tahun 2000 luas Pulau Putri sekitar 131.374 m 2 kemudian luas tersebut terus berkurang, dan pada tahun 2016 luasnya hanya sekitar 24.266m 2 yang disebabkan adanya abrasi. Abrasi terjadi hampir di sekeliling pulau namun yang paling terkena abrasi terutama di sebelah utara. Kata kunci: citra satelit, garis pantai, abrasi, Pulau Putri. ABSTRACT Coastline changes of Putri island is located in Batam city performed in this study by analyzing satellite image data in 2000-2016. The coastline on the Putri Island is an important location and the starting point for measuring the territorial waters of Indonesia. Mangrove planting efforts around the Island Princess has been done but has not worked well for their waste oil and condition of reefs had been damaged. The purpose of this study to identify the potential of loss Putri Island by coastline and area changes. Field survey method is based on purposive sampling, the analysis of remote sensing data processing using RGB color composite techniques and fusion with Brovey transformation method. While the interpretation of the coastline done visually through digitization on a screen. The fieldwork was conducted measurements of tidal and ocean currents to support the analysis of changes in the coastline of the Putri Island. Condition in the Putri island waters area has a mixed tide prevailing semidiurnal tidal type and current speed between 1.2 - 0.765 m/s. The current speed tends to be influenced by tidal conditions, at the time before the tidal ebb current speed and tends to be quite at the time the water receded minimum conditions to the tide and at low tide. Coastline changes and area on the Island Princess significant begin of the year 2013- 2016. In 2000 Putri island area of about 131 374 m 2 and then such broad steadily decreasing, and in 2016 an area of only about 24.266 m 2 caused the abrasion. Abrasion occurs almost around the island but the most exposed to abrasion, especially in the northern. Keywords : satellite image, coastline, abrasion, Putri island

Transcript of PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU PUTRI – KOTA BATAM …

Page 1: PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU PUTRI – KOTA BATAM …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 14, No. 2, Nopember 2016

79

PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU PUTRI – KOTA BATAM DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT TAHUN 2000 – 2016

COASTLINE CHANGES OF PUTRI ISLAND – BATAM CITY USING SATELLITE IMAGE DATA YEAR 2000 - 2016

Nineu Yayu Geurhaneu[1] dan Tri Muji Susantoro[2]

[1] Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan No.236 Bandung, email : [email protected][2] Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”, Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Jakarta

Diterima : 15-02-2016, Disetujui : 19-09-2016

ABSTRAK

Penelitian perubahan garis pantai pulau Putri, Kota Batam dilakukan dengan menganalisis data citra satelit tahun2000-2016. Garis pantai Pulau Putri merupakan lokasi penting dan titik pangkal untuk pengukuran wilayah perairanterritorial Indonesia. Upaya penanaman bakau di sekeliling pulau Putri telah dilakukan namun belum berhasil denganbaik karena adanya limbah minyak dan kondisi karangnya pun telah rusak. Tujuan penelitian ini untukmengidentifikasi potensi hilangnya Pulau Putri berdasarkan perubahan garis pantai dan luasannya. Metode surveilapangan dilakukan secara sampel tetap, analisis pengolahan data penginderaan jauh menggunakan teknik kompositwarna RGB dan Fusi dengan metode transformasi Brovey. Sedangkan interpretasi garis pantai dilakukan secara visualmelalui digitasi pada layar. Pada kegiatan lapangan dilakukan pengukuran pasang surut dan arus laut untuk mendukunganalisis perubahan garis pantai Pulau Putri. Kondisi perairan sekitar Pulau Putri memiliki tipe pasang surut campurancondong ke harian ganda dengan kecepatan arus 1,2 - 0,765 m/dtk. Kecepatan arus tersebut cenderung dipengaruhioleh kondisi pasang surut, pada saat menjelang surut kecepatan arus menjadi cukup tinggi dan cenderung tenang padasaat air kondisi surut minimum menuju pasang dan saat surut. Perubahan garis pantai dan luas wilayah di Pulau Putri

mulai signifikan dari tahun 2013-2016. Pada tahun 2000 luas Pulau Putri sekitar 131.374 m2 kemudian luas tersebut

terus berkurang, dan pada tahun 2016 luasnya hanya sekitar 24.266m2 yang disebabkan adanya abrasi. Abrasi terjadihampir di sekeliling pulau namun yang paling terkena abrasi terutama di sebelah utara.

Kata kunci: citra satelit, garis pantai, abrasi, Pulau Putri.

ABSTRACT

Coastline changes of Putri island is located in Batam city performed in this study by analyzing satellite imagedata in 2000-2016. The coastline on the Putri Island is an important location and the starting point for measuring theterritorial waters of Indonesia. Mangrove planting efforts around the Island Princess has been done but has not workedwell for their waste oil and condition of reefs had been damaged. The purpose of this study to identify the potential ofloss Putri Island by coastline and area changes. Field survey method is based on purposive sampling, the analysis ofremote sensing data processing using RGB color composite techniques and fusion with Brovey transformation method.While the interpretation of the coastline done visually through digitization on a screen. The fieldwork was conductedmeasurements of tidal and ocean currents to support the analysis of changes in the coastline of the Putri Island.Condition in the Putri island waters area has a mixed tide prevailing semidiurnal tidal type and current speed between1.2 - 0.765 m/s. The current speed tends to be influenced by tidal conditions, at the time before the tidal ebb currentspeed and tends to be quite at the time the water receded minimum conditions to the tide and at low tide. Coastlinechanges and area on the Island Princess significant begin of the year 2013- 2016. In 2000 Putri island area of about

131 374 m2 and then such broad steadily decreasing, and in 2016 an area of only about 24.266 m2 caused theabrasion. Abrasion occurs almost around the island but the most exposed to abrasion, especially in the northern.

Keywords : satellite image, coastline, abrasion, Putri island

Page 2: PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU PUTRI – KOTA BATAM …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 14, No. 2, Nopember 2016

80

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauandengan 17.504 pulau tersebar di Nusantara.Sebanyak 13.466 pulau di Indonesia telah adanamanya (toponim) dan disetorkan ke PBB.Diantara pulau-pulau tersebut terdapat 92 pulaukecil terluar dan 19 pulau kecil terluar diantaranyaterletak di sekitar provinsi Kepulauan Riau danKalimantan Barat dan salah satunya adalah PulauPutri (Subandono, 2013). Pulau Putri merupakanpenamaan lain dari Pulau Nongsa setelahdiverifikasi toponimi pulau. Pulau tersebutmerupakan pantai pasir putih landai yangditumbuhi cemara, kelapa dan rumput (www.ppk-kp3k.kkp.go.id). Di tengah Pulau Putri terdapatpatok Titik Dasar TD No. 193 dan Titik ReferensiTR No.193 (Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun2002).

Beberapa kondisi yang membahayakankeutuhan wilayah Indonesia yang bisa terjadi padapulau-pulau terluar (Jaelani, 2004), yaitu:hilangnya pulau secara fisik akibat abrasi,tenggelam atau karena kesengajaan manusia,hilangnya pulau secara kepemilikan akibatperubahan status kepemilikan melalui pemaksaanmiliter atau keputusan hukum seperti kepemilikanSipadan dan Ligitan ke Malaysia, dan hilang secarasosial dan ekonomi, misalnya pulau tersebutdidiami secara turun temurun oleh masyarakatnegara lain.

Pulau-pulau terluar perlu dilakukanpengelolaan dengan tujuan untuk menjagakeutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,memanfaatkan sumber daya alam dalam rangkapembangunan yang berkelanjutan danpemberdayaan masyarakat dalam rangkapeningkatan kesejahteraan (Peraturan PresidenNo 78 Tahun 2005).

Disisi lain adanya perubahan iklim akanmeningkatkan permukaan air laut sehinggamemacu laju erosi pantai, meningkatnya intensitasdan frekuensi banjir (rob), meluasnya intrusi airlaut dan mengancam eksistensi pulau-pulau kecil(Dermawan dan Praseno, 2011). Di Indonesiadampak perubahan iklim akan menyebabkanpermukaan air laut naik, hilangnya daratan, badaidan banjir. Kenaikan muka air laut 1,1 meter diIndonesia akan menyebabkan hilangnya wilayahpesisir, pulau-pulau kecil dan diproyeksikan akankehilangan 90.260 km2 daratan pada tahun 2100(Susandi dkk., 2008). Putuhena (2011)menyatakan Indonesia sangat rentan terhadapkenaikan permukaan air laut. Kenaikan satu meter

diperkirakan dapat menenggelamkan sekitar405.000 hektar wilayah pesisir danmenenggelamkan minimal 8 dari 92 pulau-pulaukecil terluar yang merupakan perbatasan perairanIndonesia.

Singapura terus melakukan reklamasi untukmendukung peningkatan kebutuhan wilayah bagiperumahan, industri, rekreasi, infrastruktur,penampungan air, keperluan militer dan kebutuhanteknis untuk mendukung operasional bandarChangi. Reklamasi merupakan kebijakan nasionalyang terus akan dijalankan (Wahyu, 2007).Perkembangan reklamasi dari tahun 1960-2005menunjukkan telah terjadi penambahan luas 180km2 di Singapura (Kompas, 2007 dalam Wahyu,2007). Reklamasi ini terus dilakukan sesuaidengan masterplan Singapura hingga luaswilayahnya mencapai 774 km2 pada tahun 2010(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003 dalamWahyu, 2007). Adanya reklamasi ini diduga akanmenimbulkan dampak kerusakan biota laut danjuga abrasi pulau-pulau di Kepulauan Riau,termasuk Pulau Putri.

Berdasarkan ulasan yang telah disajikan diatas, penelitian perubahan garis pantai Pulau Putrimenjadi penting untuk dilakukan, karena berkaitanerat dengan kedaulatan NKRI. Penelitian inibertujuan untuk mengidentifikasi potensihilangnya Pulau Putri berdasarkan perubahangaris pantai dan luasannya. Hasilnya diharapkandapat digunakan sebagai dasar strategi pengelolaanpulau sehingga tetap dapat menjadi titik dasar dantitik referensi pulau terluar Indonesia.

Lokasi penelitian berada di Pulau Putriberbatasan langsung dengan Singapura denganjarak lebih kurang 30 mil. Secara administrasiPulau Putri terletak pada bagian utara Kota Batam,provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini bentuknya ovalmemanjang kira-kira sepanjang 199 meter dengangaris tengahnya tak lebih dari 50 meter (Gambar1).

METODE

Metode penelitian terdiri dari pengumpulandata, pengolahan data, interpretasi hasilpengolahan data, survei lapangan dan analisis.Metode survei lapangan dilakukan secarapurposive sampling, yaitu lokasi survei lapanganditentukan berdasarkan pertimbanganketerwakilan obyek yang diteliti dan kemudahanlokasi. Survei lapangan dilakukan pada tanggal 14-28 Mei 2014. Analisis pengolahan datapenginderaan jauh menggunakan teknik komposit

Page 3: PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU PUTRI – KOTA BATAM …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 14, No. 2, Nopember 2016

81

warna RGB dan Fusi dengan metode transformasiBrovey. Sedangkan interpretasi garis pantaidilakukan secara visual melalui digitasi on screen.

Komposit warna merupakan penggabunganbeberapa citra dalam satu citra berwarna (Sarp,2005). Penyusunan komposit warna dilakukanuntuk memperoleh gambaran visual yang lebihbaik untuk pengamatan obyek (Danoedoro, 1996).Metode transformasi Brovey merupakan metodenumerik sederhana yang digunakan untukmenggabungkan dua citra digital yang berbedaresolusi spasial dan spektralnya. Transformasi

Brovey merupakan formula untuk normalisasicitra multispektral yang digunakan sebagaitampilan RGB dengan mengalikannya dengan citraresolusi tinggi untuk menambahkan intensitasatau kecerahannya (Hallada dan Cox, 1983;Vrabel, 1996 dalam Siwi dan Yusuf, 2014).Transformasi Brovey merupakan kombinasiaritmatika khusus yang menggabungkan datadengan perkalian, perbandingan, penjumlahan danpengurangan untuk meningkatkan kualitas daricitra digital (Yesou dkk., 1993 dalam Pohl, 1999).

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Citra landsat 8 Tahun 2002)

[� \��� ?��� F����� >�������� �������� ]������ ^_F�`

�������� ��<q"<@�! #�� �"""� *����� �""�< \� �""V�@ \�� �"�V� ����� �"��E #�� �"�<! #�� �"�E

����xqq������U��������������q�

�� ]������ ! ����������<q"<@

�^ \�� �"�V�V �� �"��

����xqq������U��������������q�

V� #�F_% < \�� �""�@ �� �""��! \� �""E

< �� �"��

�����xqq��������$�$�q�����qz���{��|���

Tabel 1. Penggunaan Data Citra Satelit

Page 4: PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU PUTRI – KOTA BATAM …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 14, No. 2, Nopember 2016

82

Berikut ini disajikan data citra satelit yangdigunakan dalam penelitian ini (Tabel 1).

Tahapan dalam kajian ini meliputipengumpulan data citra satelit, pengolahan datayang meliputi koreksi geometrik pembuatan citrakomposit berwarna, fusi (penggabungan) antaracitra berwarna dengan citra pankromatik yangmempunyai resolusi spasial lebih tinggi,interpretasi garis pantai melalui digitasi on screen,survei lapangan dan analisis perubahan garispantai. Pada saat survei lapangan dilakukanpengukuran pasang surut dan arus laut untukmendukung analisis perubahan garis pantai PulauPutri. Adapun analisis pasang surut menggunakanmetode admiralty dengan 15 hari pengamatan.Dimana perhitungan menggunakan persamaanFormzahl (Korto, dkk. 2015) dengan rumus:

Tipe pasang surut : .......... (1)

Lowest Low Water :

................ (2)

Higest High Water :

........ (3)Tunggang Air pada pasang purnama

................................................ (4)

Tunggang Air pada pasang perbani

............................................... (5)

Pengukuran arus laut dilakukan pada satulokasi dengan tiga kedalaman laut yang berbeda.Pengolahan data arus dilakukan dengan currentrose, untuk menghasilkan arah arus dankecepatannya. Pada pengolahan datadiperhitungkan komponen pasang surut sehinggadapat diidentifikasi komponen arus pasang surutdan arus non pasang surut.

HASIL

Pasang SurutPengukuran pasang surut dengan pemasangan

rambu ukur dilakukan pada koordinat 1.201659o N;104.076863o E, yaitu di sebelah Selatan BaratPulau Putri. Bacaan tertinggi hasil pembacaanpasang surut pada rambu ukur pasang surut adalah628 cm dan terendah adalah 331 cm. Elevasi hasilpengamatan muka air selanjutnya diikatkan padatitik tetap yang ada (Bench Mark). Hasilpengamatan pasang surut di lokasi studi disajikanpada Gambar 2.

Hasil pengukuran selama 15 hari tersebutkemudian dilakukan perhitungan tetapan pasangsurut dengan metode Admiralty. Perhitungan yang

( ) ( )( ) ( )22

11

SAMAOAKAF

++

=

( ) ( )2111220 KPOKSMASALLW +++++−=

( ) ( )2111220 KPOKSMASAHHW ++++++=

( ) ( ))(2 22 SAMA +=

( ) ( ))(2 22 SAMA −=

Gambar 2. Hasil Pengamatan Elevasi Muka Air di Pulau Putri (Hasil Pengamatan Lapangan)

Page 5: PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU PUTRI – KOTA BATAM …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 14, No. 2, Nopember 2016

83

dilakukan untuk memperoleh konstanta harmonikpasang (Tabel 2) dan selanjutnya dilakukanpenghitungan tipe pasang surut, muka surutan, airtinggi maksimum, tunggang air pada pasangpurnama dan tunggang air pada pasang perbani.Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai F yangmencerminkan tipe pasang adalah 0,77, sedangkanmuka surutan 15.91 cm; air tinggi maksimum411,71 cm, tunggang air pada pasang purnama198,36 cm dan tunggang air pada pasang perbani107,84 cm.

Berdasarkan nilai F, maka pasang surut dilokasi yang ditinjau dapat diklasifikasikan ke dalammixed predominantly semi diurnal. Dijelaskan olehOktavia (2011) dalam Wisha dan Heriati (2016)tipe pasang surut ditentukan oleh perbandinganantara amplitudo (tinggi gelombang) denganunsur-unsur pasang surut tunggal utama danunsur-unsur pasang surut ganda utama. Sidjabat(1973) dalam Wirasatriya (2004) menjelaskan nilaiF (Bilangan FormZahl) antara 0,26 – 1,50mempunyai tipe pasang surut campuran dominanganda. Menurut Wyrtki (1961) dalam Korto, dkk.(2015), jenis pasang surut mixed predominantlysemi diurnal (pasang surut campuran dominanganda) terdapat dua kali air pasang dan dua kali airsurut dalam sehari dengan ketinggian dan periodeyang tidak sama.

Arus LautPengukuran arus dilakukan secara statis di

titik tetap dengan interval waktu pengamatan 1jam. Pada tanggal 19 - 20 Mei 2014 pengukuranarus dilakukan di perairan Pulau Putri, KepulauanRiau pada posisi koordinat 104° 04' 27.46'' BT ; 1°

12' 20.92'' LU, kedalaman lokasi pengukuran arus15 m (d = 15 m), pengukuran dilakukan pada tigatitik kedalaman 0.2d, 0.6d dan 0.8d.

Berdasarkan pengukuran arus laut padakedalaman 3 meter mempunyai kecepatanmaksimum 1,2 meter/detik. Kecepatan arusberkurang dengan bertambahnya kedalaman. Halini dibuktikan dengan pengukuran pada kedalaman9 meter dan 12 meter. Pada kedalaman 9 meterkecepatan arus maksimum menjadi 1,026 meter/detik dan berkurang pada kedalaman 12 metermenjadi 0,765 meter/detik. Kecepatan arustersebut cenderung dipengaruhi oleh kondisipasang surut. Berdasarkan analisis menunjukkanbahwa pada saat pasang surut menjelang surutkecepatan arus menjadi cukup tinggi dancenderung tenang pada saat air kondisi surutminimum menuju pasang dan saat surut. Adapundata arah arus dominan pada masing-masingkedalaman dan kecepatannya dapat dilihat padaTabel 3 dan Gambar 3, 4, dan 5.

Mekanisme terjadinya arus laut disebabkanoleh perubahan temperatur di lautan lebih lambatdaripada di atmosfir. Hal ini menyebabkan kondisilautan cenderung lebih hangat meskipun titiknadir matahari telah menjauhi garis khatulistiwa.Pada saat angin bertiup di muka laut, energi anginditransformasikan ke permukaan laut. Energitersebut sebagian menjadi gelombang gravitasipermukaan yang mengikuti pergerakan aruspermukaan sebagai akibat dari pergerakan angin.Hal yang terakhir ini yang menyebabkanterjadinya arus laut. Peristiwa dorongan anginterhadap arus laut lebih banyak terjadi pada skala

����� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ���

�������������� ��(�'� #)��� ���)( ����$ ���" ���'� �&�)" �#��" "�)# ����

��� �! " ���� �'� (&� �$" (&� #� �� #� �'' �'

Tabel 2. Perhitungan Komponen Pasut dengan Metode Admiralty

���� �������� ��������� ����������

)������� �����* +�# ,� +�$#- ,� $�.-/ ,�

)������� ���0���* $�'12 ,� $�'%2 ,� $�#%1 ,�

)������� ����* $�$'. ,� $�$.2 ,� $�$.' ,�

"��� �����* ���� 3�� �� 4��� (��� ���� 3�� �� 5��� ���� 3�� �� 5���

Tabel 3. Arah Arus Dominan dan Kecepatannya

Page 6: PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU PUTRI – KOTA BATAM …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 14, No. 2, Nopember 2016

84

kecil melalui proses turbulensi. Peningkatankecepatan arus laut dan sebaliknya lebih banyakdisebabkan oleh proses turbulensi permukaan.Turbulensi akan mendistribusikan danmenghilangkan energi gerak dan merubahnyamenjadi energi panas melalui viskositas molekular.Hal terakhir inilah yang memberikan kontribusiterhadap suhu muka laut. Selebihnya arus lautdiatur oleh kondisi salinitas densitas, suhu dantopografi dasar laut (Arifin, 2008).

Perubahan Garis Pantai dan Luas Wilayah

Pemetaan perubahan garis pantai dan luaswilayah Pulau Putri dilakukan menggunakan citrapenginderaan jauh. Berdasarkan data tersebutdilakukan interpretasi garis pantai Pulau Putri.Hasil interpretasi menunjukkan terjadi perubahangaris pantai dan luas wilayah yang semakinberkurang di Pulau Putri dalam kurun waktu 16tahun. Berdasarkan citra landsat, pada tahun 2000luas wilayah Pulau Putri adalah 131.374,01 m2 laluberkurang menjadi 109.527,15 m2 di tahun 2002dan 105.603,72 m2 di tahun 2003. Pada tahun 2004dan 2006 dengan menggunakan data ASTERluasan wilayah terus berkurang lagi menjadi95.679,29 m2 dan 93.070,66 m2. Perubahan luasanmulai terlihat signifikan dari tahun 2013 - 2016mulai dari 68.155,55 m2, 55.370,82 m2, 32.479,61m2, dan pada tahun 2016 luasnya hanya sekitar24.266m2. Adapun peta dan grafik perubahan luasPulau Putri dapat dilihat pada Gambar 7 danGambar 8.

Perubahan garis pantai berkurang sekitar937m. Hal ini mengikuti berkurangnya luaswilayah Pulau Putri. Adapun grafik perubahanpanjang garis pantai dapat dilihat pada Gambar 9.Penyebab berkurangnya luas/perubahan garispantai Pulau Putri dikarenakan adanya abrasi.Gambar 6 menunjukkan salah satu bagian sisiutara Pulau Putri yang terkikis oleh adanya abrasi.

Istijono (2013) menerangkan abrasimerupakan proses tergerusnya pantai yangbiasanya diikuti oleh longsoran (runtuhan) pada

Gambar 3. Diagram Arus (Current Rose) padakedalaman 3m (0.2d)

Gambar 4. Diagram Arus (Current Rose) pada kedalaman9m (0.6d)

Gambar 5. Diagram Arus (Current Rose) padakedalaman 12m (0.8d)

Page 7: PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU PUTRI – KOTA BATAM …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 14, No. 2, Nopember 2016

85

material masif seperti tebing pantai. Berdasarkansurvei lapangan dijumpai tebing tegak denganbatuan yang tidak kompak terdiri dari ukuranberbagai fraksi, bongkah hingga lempung. Tidakterkonsolidasi dengan baik sehingga mudahterkena abrasi. Proses dinamika pantai Pulau Putridi pengaruhi oleh kondisi cuaca, khususnya musimangin utara dan barat. Abrasi terjadi hampir disekeliling pulau namun yang paling terkena abrasiterutama di sebelah utara. Banyak faktor yangmenyebabkan abrasi di pulau ini dimana salahsatunya adalah arah dominan angin dan arus yaitubarat daya dan timur laut.

Garis pantai merupakan lingkungan yangdinamis dan morfologinya dipengaruhi olehbeberapa faktor, seperti kenaikan muka air laut,pasang surut, gelombang dan arus. Faktormanusia juga terkadang mempengaruhi garis

pantai melalui prosesreklamasi. Perubahan garispantai tidak terlepas darikenaikan muka air laut global.Kenaikan muka air laut globalsebagai akibat dari peningkatangas-gas rumah kaca dan bahanperusak ozon sehingga suhusemakin panas dan mencairkanes di kutub dan menambahvolume air laut di dunia(Wirasatriya, 2004). Purkisdkk. (2016) menerangkanperubahan garis pantai secaraumum disebabkan oleh duafaktor, yaitu modifikasi olehmanusia dan kenaikan muka airlaut. Namun demikian secaralokal erosi/abrasi jugamenyebabkan berubahnyagaris pantai.

Misra dan Balaji (2015) menjelaskankombinasi dari pasang surut, gelombang danpengangkutan menyebabkan terjadinya erosi disepanjang pantai. IPCC (2013) dalam Duong, dkk.(2016) menyatakan kenaikan muka air laut globaldiperkirakan terus terjadi selama abad 21 yangdisebabkan karena peningkatan suhu air laut danberkurangnya glacier dan es di kutub.Diperkirakan kenaikan muka air laut tahun 2081-2100 antara 0,26-0,82 meter relatif sama dengantahun 1986-2005. Kondisi ini tentunyamengkhawatirkan bagi Indonesia, dimana pulau-pulau terluar merupakan lokasi penarikan batasnegara.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil interpretasi Landsat danASTER dari tahun 2000-2016, luas PulauPutri terus menyusut akibat abrasi yang terusmenerus (Gambar 7). Hantaman gelombangdari utara pulau dan berkurangnya penahangelombang alami mengancam pulau inimenjadi hilang, padahal pulau ini menjadi titikpangkal pengukuran perairan teritorialIndonesia. Penahan gelombang berupa bakaudan tumbuhan lainnya telah banyak yang matiakibat pencemaran minyak. Upayapenanaman bakau telah dilakukan namuntidak membuahkan hasil. Kondisi ini semakinmengkhawatirkan dengan rusaknya karangyang mengelilingi Pulau Putri.

Abrasi yang terjadi membuat Pulau Putrimenjadi 3 bagian dimana pada terdapat dua

Gambar 6. Salah Satu Bagian Sisi Utara Pulau Putri

�� ���� ������� �� �� �� ������� � �� ���� ���� ������� ��� ������� � � !����� ���� ��"�#�� �#� ������� � �# $� ���� ��#�%�� ��� �&�'( �" )�� ���� "#�%�" �"# �&�'( �� $� ���% "����� %%% ������� � �� $�� ���� %���## ##� �&�'( �# )�� ���� ##���� ��� ������� � �% ���� ���# �����" %�" ������� � �� ���� ���% ����%% ��

Tabel 4. Perubahan Luas Wilayah Pulau Putri

Page 8: PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU PUTRI – KOTA BATAM …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 14, No. 2, Nopember 2016

86

Gambar 7. Perubahan Garis Pantai Pulau Putri Berdasarkan Interpretasi dari Landsat 7ETM+, Landsat 8dan ASTER

Gambar 8. Grafik Perubahan Luas Pulau Putri Berdasarkan Data Citra Satelit

Page 9: PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU PUTRI – KOTA BATAM …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 14, No. 2, Nopember 2016

87

bagian pulau yang terkikis habis dengan sepanjang150 meter pada bagian A, sedangkan pada bagian Bterkikis habis sepanjang 134 meter (Gambar 7).Hasil analisis menunjukkan diperkirakan PulauPutri berkurang luasannya pertahun 6.853 m2/tahun, sedangkan garis pantai berkurang sekitar58,6 meter/tahun. Abrasi merupakan faktor utamayang menyebabkan berkurangnya luasan atauhilangnya suatu pulau (Jaelani, 2004). Sisi baratmengalami abrasi lebih besar daripada sisi timuryang relatif lebih stabil. Faktor lain yang berperanadalah naiknya muka air laut. Kenaikan muka airlaut menyebabkan abrasi meningkat Dermawandan Praseno, 2011). Kenaikan muka air laut jugamenyebabkan berkurangnya luas daratan danperubahan garis pantai (Susandi dkk., 2008).

Abrasi di Pulau Putri sangat intensif dan salahsatu penyebabnya adalah karena material batuanpenyusun Pulau Putri belum kompak (Geurhaneudkk., 2014). Kondisi ini tentunya sangatmengkhawatirkan sehingga perlu dilakukanmitigasi untuk mengatasi abrasi yang terusmenerus. Mitigasi ini harus sesuai dengankarakteristik Pulau Putri tersebut. MenurutSubandono (2007) dalam Ruswandi dkk. (2008)mitigasi bencana alam yang dapat diterapkan tidaksama antara suatu wilayah dengan wilayah yanglain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untukmengatasi abrasi, yaitu penghijauan, pembuatanterumbu karang buatan (artificial reef), revitalisasipantai (beach nourishment), pembangunanpemecah ombak (breakwater), peredam abrasi

(bank revetment) dan penahan sedimentasi yangbergerak sejajar pantai (groin) (Prawiradisastra,2003; Ruswandi dkk., 2008).

Bangunan pengaman pantai yang berupapemecah ombak akan lebih efisien apabila di depanbangunan tersebut terdapat terumbu karangbuatan dan dibelakangnya ditanami mangrove.Dijelaskan oleh Akbar dkk. (2011) penanamanmangrove di belakang bangunan pengaman pantaidapat melindungi pantai dan cemara ataupuntumbuhan lokal Pulau Putri. Adapun dalampenanaman mangrove harus memperhatikanekologinya. Pada zona di depan pantai yangmenghadap ke laut sebaiknya ditanami jenis api-api (Avincennia sp) dengan pola tanam yang tidakteratur. Adanya bangunan pemecah ombak akanmemberikan kesempatan terbentuknya komunitasmangrove yang mampu meningkatkan fungsiperlindungan pantai. Waryono (2002) menjelaskanuntuk upaya pemulihan mangrove perlu dilakukanrestorasi ekologi dengan tindakan sulvikulturmelalui rekayasa lingkungan yang dimulai daripenelusuran tapak sampai diketahui perilaku darimangrove tersebut.

Penanaman mangrove, cemara atau pohonlokal di Pulau Putri merupakan strategi alamiahuntuk penanganan abrasi. Sakur dkk. (2014)menyatakan pemilihan jenis tanaman untukmenangani masalah abrasi merupakan hal yangpaling penting, karena tanaman yang dipilih harusbisa hidup dengan baik pada kondisi lingkunganasam, salinitas tinggi, tanah pasir dan sedikit unsurhara. Nugroho (2013) menerangkan jenis cemara

Gambar 9. Grafik Perubahan Garis Pantai Pulau Putri Berdasarkan Data Citra Satelit

Page 10: PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU PUTRI – KOTA BATAM …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 14, No. 2, Nopember 2016

88

udang (Casuarina equisetifolia var. incana) dapatmemenuhi peran tersebut. Adanya cemara udangyang mapan akan mengurangi kecepatan angin danpasir menjadi lebih stabil. Kombinasi denganPandanus odoratissimus dianjurkan sebagaivegetation bioshield untuk melindungi daerahpesisir dari dampak tsunami. Santoso (2005)menambahkan pelestarian vegetasi lokal padasempadan pantai (mangrove dan vegetasi pantailainnya) mutlak diperlukan agar keberadaan pulaudapat dipertahankan dari ancaman bahaya abrasipantai dan mempertahankan fungsi sempadansebagai daerah asuhan dan pembesaran biota airdan penyangga angin.

Pembangunan groin penting untukmempertahankan pantai buatan dapat bertahanlama dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Groinatau dikenal dengan jetty dapat berbentuk huruf I,L atau T dengan pasir isian yang didatangkan(Yuwono, 2004 dalam Setyandito dan Triyanto,2007). Pembangunan groin yang kurang sempurnaakan membuat pasir keluar dan tererosi olehhantaman gelombang dan arus sejajar pantai.Adanya usaha-usaha perlindungan Pulau Putridengan metode gabungan di atas perlu dilakukansecara cepat dan tepat. Hal ini penting untukstrategi pengelolaan pulau sehingga tetap dapatmenjadi titik dasar dan titik referensi pulau terluarIndonesia.

Usaha perlindungan pulau terluar ini sejalandengan kebijakan pemerintah untuk mengatasipermasalahan di pulau-pulau terluar. PeraturanPemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentangRencana Tata Ruang Wilayah Nasional dimanakawasan perbatasan sebagai ’beranda depan’negara dengan memadukan antara pendekatanpertahanan-keamanan dan kesejahteraanmasyarakat, sinergisitas pengembangan wilayahkelautan dengan daratan secara salingmenguntungkan melalui pengembangan kawasanandalan laut dan kota-kota pantai, pengembanganwilayah pesisir dan pulau-pulau kecil danpenanganan kawasan tertinggal (termasuk pulau-pulau kecil yang terpencil/terisolir) yangterintegrasi dalam kesatuan pengembangankawasan andalan dan pusat-pusat pertumbuhan(Kusumo, 2010). Peraturan Presiden Nomor 78Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-PulauKecil Terluar yang mempunyai tujuan menjagakeutuhan wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia, keamanan nasional, pertahanan negaradan bangsa, serta menciptakan stabilitas kawasan;memanfaatkan sumber daya alam dalam rangkapembangunan berkelanjutan dan memberdayakan

masyarakat dalam rangka peningkatankesejahteraan.

KESIMPULAN

Perubahan garis pantai dan luas wilayah diPulau Putri mulai signifikan dari tahun 2013- 2016.Pada tahun 2000 luas Pulau Putri sekitar 131.374m2 kemudian luas tersebut terus berkurang, danpada tahun 2016 luasnya hanya sekitar 24.266m2yang disebabkan adanya abrasi. Adapun dalamkurun waktu 16 tahun rata-rata luas Pulau Putriberkurang 6.853 m2/tahun, sedangkan garis pantaiberkurang sekitar 58, 6 meter/tahun.

Abrasi terjadi hampir di sekeliling pulaunamun yang paling terkena abrasi terutama berasaldari sebelah utara yang memotong pulau menjaditiga bagian. Banyak faktor yang menyebabkanabrasi di pulau ini dimana salah satunya adalaharah dominan angin dan arus yaitu barat daya dantimur laut.

SARAN

Berdasarkan karakteristik pantai Pulau Putriuntuk mencegah abrasi yang terus menerusmitigasi diperlukan pembuatan struktur gabunganpemecah ombak (breakwater), peredam abrasi(bank revetment), penahan sedimentasi sejajarpantai (groin), penanaman mangrove kembali(remangrovisasi), pembuatan terumbu karangbuatan (reef artificial) dan revitalisasi pantai (beachnourishment) untuk diterapkan di Pulau Putri.Pertimbangan ini dilakukan karena efektivitasuntuk meredam abrasi yang sudah parah danmembahayakan kedaulatan negara Indonesia.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepadaBapak Dr. Ediar Usman selaku Kepala PusatPenelitian dan Pengembangan Geologi Kelautandan semua anggota Tim Pulau Putri 2014 atasdukungan dan diskusinya serta rekan-rekan yangtelah membantu hingga selesainya tulisan ini.

ACUAN

Akbar, A.A., Sartohadi, J., Djohan, T.S. dan SuRitohardoyo, 2011. Peningkatan EfisiensiFungsi Bangunan Pengaman Pantai (WaveBreaker) dengan Rekayasa Vegetasi sebagaiPelindung Pantai. Studi Kasus di PesisirKalimantan Barat. Pertemuan IlmiahTahunan (PIT) XXVIII. Himpunan Ahli

Page 11: PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU PUTRI – KOTA BATAM …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 14, No. 2, Nopember 2016

89

Teknik Hidraulik Indonesia. Ambon. Hal:245-254.

Arifin, J., 2008. Variabilitas Thermohaline dan ArusLaut di Jalur Arlindo dan Hubungannyadengan El-Niño Southern Oscillation(ENSO). Thesis. Program Pasca SarjanaIlmu Kelautan. Universitas Indonesia (tidakdipublikasikan).

Danoedoro, P., 1996, Pengolahan Citra Digital,Teori dan Aplikasinya dalam BidangPenginderaan Jauh, Fakultas Geografi,Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Dermawan, A. & K. Praseno, 2011. MenjangkauOrang-Orang Terluar: Program KKP untukWilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.Kementerian Kelautan dan PerikananRepublik Indonesia. Diskusi Regional ForumKTI. Adaptasi Terhadap Perubahan Iklimuntuk Pulau-Pulau Kecil di Kawasan TimurIndonesia. Mataram.

Duong, T.M., R. Ranasinghe, D. Walstra and D.Roelvink., 2016. Assessing Climate ChangeImpacts on Stability of Small Tidal InletSystem: Why and How?. ScienceDirect.Elsevier. Journal of Earth-Science Reviews154. Page: 369-380.

Geurhaneu, N. Y., 2014. Penelitian LingkunganGeologi Kelautan Di Pulau Putri, ProvinsiKepri (Pulau Terdepan Berbatasan DenganSingapura). Pusat Penelitian danPengembangan Geologi Kelautan, Bandung(tidak dipublikasikan).

Istijono, B., 2013. Tinjauan Lingkungan danPenanggulangan Abrasi Pantai Padang-Sumatera Barat. Jurnal Rekayasa Sipil. 9(2)Hal: 42-49.

Jaelani, L.M.,2004. Pengaruh Pulau-Pulau TerluarTerhadap Penetapan Batas Laut Indonesia.Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahunan I.Kadaster Laut dalam Perspektif PemetaanBatas Pantai dan Laut Terkait denganPerundangan Otonomi Daerah. TeknikGeodesi ITS, Surabaya. Hal: 58-63.

Korto, J., M.I. Jasin dan J.D. Mamoto, 2015.Analisis Pasang Surut di Pantai Nuangan(Desa Inyok) Boltim dengan MetodeAdmiralty. Jurnal Sipil Statik. 3(6). Hal: 391-402.

Kusumo, A.T.S., 2010. Optimalisasi Pengelolaandan Pemberdayaan Pulau-Pulau Terluardalam Rangka Mempertahankan Keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. JurnalDinamika Hukum. 10(3). Hal: 327-337.

Misra, A., and Balaji, R., 2015. A Study on theShoreline Change and Landuse/LandcoverAlong the South Gujarat Coastline. 8thInternational Conference on Asia and PasificCoast (APAC 2015). Procedia Engineering116. Page: 381-389.

Nugroho, A.W., 2013. Pengaruh Komposisi MediaTanam terhadap Pertumbuhan Awal CemaraUdang (Casuarina Equisetifolia var. Incana)pada Gumuk Pasir Pantai. ForestRehabilitation Journal. 1(1). Hal 113-125.

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997tentang Rencana Tata Ruang WilayahNasional.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002Tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia.

Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 TentangPengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar.

Pohl, C., 1999. Tools and Methods for Fusion ofImages of Different Spatial Resolution.International Archives of Photogrammetryand Remote Sensing, Vol. 32. Part 7-4-3.Valladoid Spain, 3-4 June. https://www1.ethz.ch/igp/photogrammetry/education /lehrveranstaltungen/RSGISFS2015/Exercises/pohl.pdf.Didownload Tanggal 1 April 2016.

Prawiradisastra, S., 2003. Permasalahan Abrasi diWilayah Pesisir Kabupaten Indramayu.Jurnal Alami. 8(2). Hal: 42-46.

Purkis, S.J., R. Gardiner, M.W., Johnston andC.R.C. Sheppard, 2016. A Half Century ofCoastline Change in Diego Garcia-TheLargest Atoll Island in the Chagos. Journalof Geomorphology. 261. Page: 282-298.

Putuhena, J.D., 2011. Perubahan Iklim dan ResikoBencana pada Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Prosiding Seminar Nasional:Pengembangan Pulau-Pulau Kecil 2011. Hal:287-298.

Ruswandi, Saefuddin, A., Mangkuprawira, S.,Riani, E. dan Kardono, P., 2008. IdentifikasiPotensi Bencana Alam dan Upaya Mitigasiyang paling Sesuai Diterapkan di PesisirIndramayu dan Ciamis. Jurnal Riset Geologidan Pertambangan 18(2). Hal: 1-19.

Sakur, M., Ismail, K. dan Wilopo, W., 2014. StrategiPenanganan Abrasi Lahan Bekas Tambang

Page 12: PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU PUTRI – KOTA BATAM …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 14, No. 2, Nopember 2016

90

Daerah Pantai Mudong, Kabupaten BelitungTimur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.Prosiding Seminar Nasional Kebumian ke-7.Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Hal:205-218.

Santoso, N., 2005. Pelestarian Vegetasi Lokaldalam Rangka Pengembangan Tata RuangKepulauan Seribu. Media Konservasi. X(1) .Hal: 7-11.

Sarp, G., 2005. Lineament Analysis from SatelliteImages, North-West of Ankara, Thesis. TheGraduate School of Natural and AppliedSciences of Middle East TechnicalUniversity.

Setyandito, O. dan Triyanto, J., 2007. Analisa Erosidan Perubahan Garis Pantai pada Pantai PasirBuatan dan Sekitarnya di Takisung, ProvinsiKalimantan Selatan. Jurnal Teknik Sipil. 7(3).Hal: 224-235.

Siwi, S. E. & H. Yusuf., 2014. AnalisisPansharpening Citra Spot-5. SeminarNasional Penginderaan Jauh.

Subandono, 2013. Pengelolaan Pulau-Pulau Kecilterluar dalam perspektif menjaga kedaulatandan kesejahteraan masyarakat, DirektoratJenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-PulauKecil, KKP, Makassar.

Susandi A, Firdaus Y, dan Herlianti I. 2008. Impactof Climate Change on Indonesian Sea LevelRise with Referente to It’s Socio-economicImpact. EEPSEA Climate ChangeConference. Climate Change: Impacts,Adaptation and Policy in South East Asiawith Focus on Economics, Socio-Economics

and Institutional Aspects. Grand MirageResort, Nusa Dua, Bali, Indonesia Febuary13-15.

Wahyu, Y.A.R., 2007. Reklamasi Singapura sebagaiPotensi Konflik Delimitasi PerbatasnWilayah Indonesia Singapura. Global 4Strategis, Th I, No. 2. Hal: 120-137.

Waryono, T., 2002. Restorasi Ekologi HutanMangrove. Studi Kasus DKI Jakarta.Seminar Nasional Mangrove “ Konservasidan Rehabilitasi Mangrove sebagai UpayaPemulihan Ekosistem Hutan Mangrove DKIJakarta. Hotel Borobudur 21 Oktober 2002.Jakarta.

Wirasatriya, A., 2004. Kajian Kenaikan Muka Lautsebagai Landasan Penanggulangan Rob diPesisir Kota Semarang. Tesis. Program StudiMagister Manajemen Sumber Daya Pantai.Program Pasca Sarjana. UniversitasDiponegoro. Semarang.

Wisha, U.J., dan A. Heriati, 2016. Analisis JulatPasang Surut (Tidal Range) danPengaruhnya Terhadap Sebaran TotalSedimen Tersuspensi (TSS) di PerairanTeluk Pare. Jurnal Kelautan. Vol. 9.

INTERNET

www.ppk-kp3k.kkp.go.id. Didownload Tanggal 27April 2016.

http://earthexplorer.usgs.gov/.Didownload Tanggal1 April 2016

https://gbank.gsj.jp/madas/?lang=en#top.Didownload Tanggal 1 April2016