Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan...

66
PERTUMBUHAN TANAMAN POKOK CENDANA (Santalum album Linn.) PADA SISTEM AGROFORESTRI DI DESA SANIRIN, KECAMATAN BALIBO, KABUPATEN BOBONARO - TIMOR LESTE JULIÃO DE ARAUJO DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

description

tanaman cendana

Transcript of Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan...

Page 1: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

PERTUMBUHAN TANAMAN POKOK CENDANA (Santalum album Linn.) PADA SISTEM AGROFORESTRI

DI DESA SANIRIN, KECAMATAN BALIBO, KABUPATEN BOBONARO - TIMOR LESTE

JULIÃO DE ARAUJO

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

JULIÃO DE ARAUJO.Growth of Sandalwood (Santalum album Linn.) as primary plant in agroforestry system in Sanirin Village, Balibo Subdistrict, Bobonaro District.Supervised by Dr. Ir. NURHENI WIJAYANTO, MS.

ABSTRACT

One of Forest and Land Participatory Rehabilitation Program (RHLP) is the

implementation of agroforestry system. Agroforestry chosen as the solution of optimal land utilization so it would provide additional output value of either physical or financial results.This research aims to study more the growth of Sandalwood (S. album) as primary tree in some agroforestry. Field activities done at Sanirin Village, Balibo Sub District, and Bobonaro District. The observed dimensions of main crop were height, diameter, length and width of the tree canopy. Biophysical environmental conditions of soil properties and tree canopy closure were also observed. Data was taken from several agroforestry patterns. The data then analysed descriptively to the growth parameters of main crops associated with the pattern of developed agroforestry and its management techniques.

There are there types of agroforestry pattern, named AF1, AF2 and AF3. Each of AFs has combination of crops such as AF1 combination of S. album,Tectonagrandis L., Sweteniasp., Aquilariumsp., Cajanuscajan, Zeamays, Cucurbitapepo, AF2 combination S. album,Sesbaniasp., Cajanuscajan, Zeamays, Cucurbitapepo and AF3 is combination of S. album, Tectonagrandis L., Sweteniasp.,Zeamays, Manihotutilisima.The AF3 has worst performance in height and diameter growth, while AF2 is having best performance in height and diameter growth. In the crown covered, the AF2 type is gained highest percentage compared to the others. The results showed that the growth of primary tree in agroforestry pattern to produce cassava is the lowest thanto the others .The availability of P and K elements suspected to be the cause of low growth of primary crop. Land management activities are only focused on the productivity of agricultural crops caused the crops and the main crop is uneven.

Keywords: Agroforestry, Santalum album Linn.,East Timor, Main Plants Growth  

 

 

 

 

 

 

Page 3: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

JULIÃO DE ARAUJO.PertumbuhanTanamanPokokCendana (Santalum album Linn.) padabeberapaPolaAgroforestri di Desa Sanirin, Kecamatan Balibo, Kabupaten Bobonaro. Dibimbingoleh Dr. Ir. NURHENI WIJAYANTO, MS.

ABSTRAK

Salah satubentuk program RehabilitasiHutandanLahanPartisipatif (RHLP)

adalahpenerapansistemagroforestri.Agroforestridipilihsebagaisolusiuntukpengelolaanlahan yang optimal agar meningkatkanintensitaspanen yang akhirnyamampumemberikantambahanoutputbaikberupahasilfisikmaupunnilaifinansial. Penelitian ini bertujuan untuk mengkajipertumbuhantanamanpokokcendana (S. album) padabeberapapolaagroforestri. Penelitianinibertempat di Desa Sanirin, Kecamatan Balibo, Kabupaten Bobonaro. Survei pendahuluan dilakukan untuk menentukan pola agroforestri yang diteliti. Data dimensitanamanpokokdiambilsecarasensusterhadaptanamancendanapadamasing-masingpolaagroforestri yang terpilihberupatinggi, diameter danproyeksitajuk.Parameter tanah yang diamatiberupasifatfisikdankimiadaricontohtanahmasing-masingpolaagroforetsri yang kemudiandianalisis di Laboratorium.Sejarah pengelolaan lahan ditelusuri dengan melakukan kegiatan wawancara terhadap petani pengelola masing-masing pola agroforestri terpilih.Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.

Polaagroforestri yang dikembangkandiklasifikasimenjadipola AF1 (cendana, jati, mahoni, gaharu, kacangturis, jagung, labu), AF2 (cendana,turi,kacangturis, jagung, labu), AF3 (cendana,jati, mahoni, jagung, singkong). Hasilpengamatanlapanganpolaagroforestri AF3 menunjukkanpertumbuhandimensitinggidan diameter paling rendah, sedangkanpola AF2 menunjukkanpertumbuhandimensi yang paling tinggidibandingkandenganpola lain. Penutupantajukmenunjukkanpola AF2 memilikipersentasepenutupan paling besardibandingkanpola lain. Unsurfosfor (P) padapolaagroforestri AF 3 didugamenjadifaktorpembatasbagipertumbuhantanamanpokokcendana yang ditanamtanpatanamaninang.

Kata kunci : Agroforestri, Santalum album Linn., Timor Leste, Pertumbuhan Tanaman Pokok.  

   

Page 4: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

 

 

PERTUMBUHAN TANAMAN POKOK CENDANA (Santalum album Linn.) PADA SISTEM AGROFORESTRI

DI DESA SANIRIN, KECAMATAN BALIBO, KABUPATEN BOBONARO - TIMOR LESTE

JULIÃO DE ARAUJO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Page 5: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pertumbuhan

Tanaman Pokok Cendana (Santalum album Linn.) pada Sistem Agroforestri di

Desa Sanirin, Kecamatan Balibo, Kabupaten Bobonaro, Timor Leste” adalah

benar-benar hasil karya saya sendiri dengan dosen pembimbing Dr. Ir. Nurheni

Wijayanto, MS dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan

tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2011

Julião de Araujo NIM E44094801

Page 6: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

 

 

Judul Skripsi : Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana (Santalum album Linn.)

pada Sistem Agroforestri di Desa Sanirin, Kecamatan Balibo,

Kabupaten Bobonaro - Timor Leste.

Nama : Julião de Araujo

NIM : E44094801

Menyetujui :

Dosen Pembimbing

(Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS)

NIP 19601024 198403 1 009

Mengetahui :

Ketua Departemen Silvikultur

(Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr.)

NIP 19641110 199002 1 001

Tanggal Lulus :

Page 7: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan diSame, Timor

Lestepadatanggal10Januari 1968 sebagai anak ketiga

dari empat bersaudara pasangan Mateus de Araujo dan

Imaculada de Jesus. Pada Tahun 1991 Penulis lulus dari

Sekolah Kehutanan Menengah Atas Kadipaten Jawa

Barat, pada tahun 2009 lulus DIII Kehutanan pada East

Timor Coffee Academy (ETICA) dan pada tahun yang

sama diterima masuk IPB melalui jalur khusus (MoU

antara ETICA dan IPB). Penulis memilih Progam Studi S1

Silvikultur,Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Selama menuntut ilmu di IPB, Penulis aktif di organisasi kemahasiswaan

yakni sebagai anggota Komdis pada kegiatan belantara

45MahasiswaFakultasKehutanan IPB tahun 2009dansebagaiseksiDanuspada BCR

2010.

Penulis mewakili mahasiswa luar negeri utusan IPB mengikuti Seminar

”International Youth Camp and Global Entrepreneurship Workshop 2010” di

Banten tanggal 6-10 November 2010 yang di sponsori oleh Kementerian Pemuda

dan Olah raga untuk seluruh mahasiswa asing di Indonesia juga pernah mengikuti

beberapapelatihan, antara lain jamurtiramdanreklamasilahanbekastambang di

SEAMEO BIOTROP pelaksana TGC (Tree Grower Community) di

lingkupFakultasKehutanan IPB

dalamrangkameningkatkanmutupengetahuanmahasiswa.

Penulis juga melakukan praktek kerja profesi (PKP) di lingkup Direktorat

Jenderal Kehutanan Kementrian Pertanian dan Perikanan Timor Leste pada bulan

Juli - Agustus 2010 di bawah bimbingan Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS.

Guna memperoleh gelar sarjana kehutanan IPB, penulis menyelesaikan

skripsi dengan judul ”PertumbuhanTanamanPokokCendana (S.album)

PadaSistemAgroforestri” di Desa Sanirin, Kecamatan Balibo, Kabupaten

Bobonaro, Timor Leste dibawah bimbingan Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS.

Page 8: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Penulismengucapkanpujisyukurkepada Yang MahaKuasa,

sehinggadapatmenyelesaikankaryatulis yang berjudul

“PertumbuhanTanamanPokokCendana (S.album) PadaSistemAgroforestri” di

Desa Sanirin, Kecamatan Balibo, Kabupaten Bobonaro.

2. Dosen Penguji Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS dari Departemen Teknologi

Hasil Hutan, Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MAdari Departemen

Manajemen Hutan, Ir. Edhi Sandra, MSi dari Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata atas segala saran dan arahannya.

3. BapakProf. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M. Agr., Dr.Ir. Basuki Wasis,

MS,DadanMulyana, S.Hut, MSi, Dr.Ir. NoorFarikahHaneda,

MS,KokomKomariah, SE, atas bantuan dan bimbingannyaselamaini.

4. BapakGermenino dos ReisAmaral, ketuayayasan LAHER dan Bapak

Ir. Lucio Marçal Gomes, Director ETICA sertakeluarga besar ETICA.

5. Eng. Miguel Noguera, CoordenadorGeral PADRTL CoperaçãoAgrícola

Portuguesa Timor Leste yang telahmemberikanlokasinyauntukpenelitian.

6. AdelinoRojario, S.Hut. selakupembimbinglapangan

yangselalumemberikanarahandanmasukan.

7. Seluruhstaf dan dosenpengajarDepartemenSilvikultur atas segalaarahan dan

bimbingan.

8. SpesialM. Rifa’i, Sergio,Sebastião, Agustinho, Natalia yang selalumembantu

di lapanganselamapenelitiandantabulasi data.

9. Adik-adik Silvikultur ’44 khususnya yang satu PS Dana, Dhinda, Anien,

Noroendan lainnya atas kebersamaan serta dukungan semangat pantang

menyerah selama kurang lebih satu setengah tahun menjalani kuliah ini, dan

juga teman-teman Fahutan angkatan 44 yang tidak bisa disebutkan satu

persatu.

10. Rekan-rekan SVK angkatan 41, 42, 43 dan 45 atas kerjasama dan

persahabatan korps rimbawan yang indah selama di Fahutan IPB.

Page 9: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

11. Para laboran Departemen Silvikultur (Bu Atikah, Bu Yani, Bu Ely, Bu Tutin,

Pak Wardana, Pak Tatang dan pak Yopi).

12. Serta pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu disini.

Page 10: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pertumbuhan

Tanaman Pokok Cendana (Santalum album Linn.) pada Sistem Agroforestri” di

Desa Sanirin, Kecamatan Balibo, Kabupaten Bobonaro - Timor Leste. Karya

ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengkaji pertumbuhan tanaman pokok cendana (Santalum album

Linn.) pada sistem agroforestri yang dikembangkan sebagai demplot proyek

percontohan agroforestri di Desa Sanirin, Kecamatan Balibo, Kabupaten

Bobonaro.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS

selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan.

Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Heinz Loos selaku Team

Leader of RDP II GTZ Timor Leste, Bapak Ir. Cesar José da Cruz, M.T.

Anim.Sc., Bapak Luis Godinho, S.Hut., M.F.Sc., serta berbagai pihak yang telah

membantu menyelesaikan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga

disampaikan kepada alm. ayah, ibu, istri dan anak serta seluruh keluarga atas

segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari berbagai keterbatasan dalam penulisan ini, namun

demikian penulis berharap karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2011

Penulis,

Page 11: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

i  

 

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ...................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v

I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 LatarBelakang ....................................................................................... 1 1.2 Tujuan ................................................................................................... 3 1.3 Manfaat ................................................................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4 2.1 Agroforestri ........................................................................................... 4 2.2 Cendana (Santalum albumLinn.) .......................................................... 8

2.2.1 Taksonomidanmorfologi .............................................................. 8 2.2.2 Habitat danpenyebaran ................................................................. 10 2.2.3 Tekniksilvikultur .......................................................................... 10 2.2.4 Pemanfaatan ................................................................................. 11

2.3 Pertumbuhandanperkembangan ............................................................ 12

III. BAHAN DAN METODE ........................................................................... 14 3.1 WaktudanTempatPenelitian .................................................................. 14 3.2 BahandanAlatPenelitian ........................................................................ 15 3.3 MetodePengumpulan Data .................................................................... 15

3.3.1 Penentuanlokasiobjekpenelitian ................................................... 15 3.3.2 Pengambilantinggi, diameter dantajuk ......................................... 15 3.3.3 Pengambilan data sifatfisikdankimiatanah .................................. 16 3.3.4Pengumpulan data sekunder ......................................................... 18

3.4 Analisis Data ......................................................................................... 18 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................... 19

4.1 LetakdanLuasbatasDesaSanirin ............................................................ 19 4.2 Topografi, Geologi, Iklimdan Tanah .................................................... 19 4.3 Tata Guna Lahan di Desa Sanirin ......................................................... 19 4.4 Kondisi Sosial Ekonomi ....................................................................... 20 4.5 PolaAgroforestri di DesaSanirin ........................................................... 23

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 24

5.1 PertumbuhanDimensiTanamanCendana (Santalum album Linn). ....... 24 5.2 PenutupanTajuk .................................................................................... 26 5.3 Parameter Tanah ................................................................................... 28

Page 12: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

ii  

 

VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 37 6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 37 6.2 Saran ..................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 38

LAMPIRAN ....................................................................................................... 41

Page 13: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

iii  

 

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Data luas wilayah Desa Sanirin menurut penggunaannya ................... 20

2. Potensi tegakan kayu rakyat padademplot Agroforestri di Desa Sanirin .... 20

3. Jumlah penduduk Desa Sanirin berdasarkan jenis kelamin ........................ 21

4. Jumlahpendudukberdasarkan agama yang dianut ....................................... 21

5. Saranaperibadatan di DesaSanirin .............................................................. 22

6. Mata pencaharianpendudukDesaSanirin ..................................................... 22

7. Saranapendidikan di DesaSanirin ............................................................... 23

8. Jenis komoditas tanaman agroforestri di Desa Sanirin ............................... 23

9. Rata-rata pertumbuhantanamanS. album Linn.pada3 (Tiga) polaagroforestri 24

10. Rata-rata ukurantajukpada3 (tiga) polaagroforestri .................................... 27

11. Hasilanalisissifatfisikatanahpada3 (tiga)polaagroforestri ........................... 28

12. Hasilanalisissifatkimiatanahpada3 (tiga)polaagroforestri ........................... 32

Page 14: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

iv  

 

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. PetaLokasiPenelitianAgroforestridiDesa Sanirin .......................................... 14

2. ProyeksitajukPohon yang diukur ................................................................... 16

3. Titik pengambilan contoh tanah individu ...................................................... 18

4. Perbandingannilai rata-ratabulk densitypada3 (tiga)polaagroforestri…. 29

5. Hubungannilaibulk densitydenganporositasdankadar air dalamtanahpada3 (tiga)polaagroforestri di DesaSanirin-Timor Leste ....................................... 31

 

Page 15: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

v  

 

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. PetaAdministrasi Timor Leste .................................................................... 42

2. PetaTanah di Desa Sanirin .......................................................................... 43

3. PetaAdministrasiDesa Sanirin ..................................................................... 44

4. Layout Polaagroforestri 1 ............................................................................ 45

5. Layout Polaagroforestri2 ............................................................................. 46

6. LayoutPolaagroforestri 3 ............................................................................. 47

7. Kuesionerpenelitian .................................................................................... 48

Page 16: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Jumlah penduduk yang meningkat sangat cepat telah menyebabkan

peningkatan kebutuhan terhadap sandang, pangan dan papan serta kebutuhan

lainnya. Menurut data sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Timor Leste

mencapai 1.066.582 jiwa terjadi peningkatan sebesar 266.582 jiwa dari jumlah

penduduk tahun 1999 dengan jumlah 800.000 jiwa. Sebagai negara agraris,

kegiatan bidang pertanian merupakan bagian yang sangat penting untuk

menunjang kehidupan masyarakat. Secara geografis Timur Leste memiliki luas

wilayah sekitar 15.000 km² yang terletak pada koordinat 8°17’ LS dan 125°20’ BT

dan di antara dua buah benua yaitu benua Asia dan benua Australia. Pulau Timor

terdiri dari Timor Leste dan Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT, Indonesia)

merupakan wilayah yang dikenal sebagai daerah penghasil kayu cendana (S.

album). Cendana merupakan salah satu jenis tanaman tropik bernilai ekonomis

tinggi yang mempunyai wilayah pesebaran alami di daerah tropik dan sub tropik

termasuk pulau Timor. Kayu cendana dimanfaatkan sebagai bahan industri

kerajinan, kosmetik, obat-obatan dan digunakan dalam upacara adat atau

keagamaan (Putri 2008).

Nilai ekonomis yang sangat tinggi dari kayu cendana menyebabkan

tingginya exploitasi bagi jenis tanaman ini tanpa memperhatikan aspek

kelestariaanya, sehingga populasi cendana di habitat aslinya mengalami

penurunan yang drastis. Tantra (1983) dalam Wawo dan Adulhadi (2006)

menyatakan bahwa cendana merupakan jenis kayu yang kritis sehingga perlu

dilindungi dan dilestarikan. Kayu cendana juga terdaftar ke dalam International

Union for Conservation of Nature (IUCN) dengan kategori rawan (vurnarable)

yang artinya berada pada kondisi beresiko tinggi untuk mengalami kepunahan di

alam (Wiriadinata 2001 dalam Wawo dan Abdulhadi 2006). Faktor lain yang

menyebabkan tingginya resiko kepunahan cendana adalah rusaknya hutan sebagai

habitat asli, kebakaran hutan dan berbagai praktek konversi hutan menjadi lahan

pertanian secara tradisional.

Page 17: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

2

Masyarakat petani pedesaan di Kabupaten Bobonaro, Timor Leste

sebagian masih ada yang memiliki kebiasaan bercocok tanam secara tradisional.

Praktek budidaya pertanian dilakukan dengan sistem ladang berpindah dimana

areal hutan dibuka sebagai lahan pertanian yang baru dan ketika produktivitasnya

menurun, maka lahan tersebut ditinggalkan kemudian membuka lagi lahan baru

di areal hutan lainnya. Kegiatan tersebut dilakukan secara terus menerus dari

tahun ke tahun tanpa memikirkan alternatif lain dan sehingga menyebabkan lahan

kritis dari tahun ke tahun semakin meningkat, pada tahun 2009 mencapai 177.107

hektar dari total luas areal hutan 1.113.275 hektar (Statística Floresta, 2009).

Pemilihan kombinasi tanaman yang dibudidayakan dalam program

rehabilitasi hutan dan lahan partisipatif (RHLP) Desa Sanirin memungkinkan

terjadinya perbedaan respon bagi pertumbuhan tanaman pokok. Rehabilitasi

sumberdaya hutan merupakan kegiatan yang sangat penting dilaksanakan untuk

mengembalikan fungsi hutan sebagai sistem penyangga kehidupan sekaligus

menyelamatkan berbagai tanaman dari ancaman kepunahan. Pemerintah Ditjen

Kehutanan Kementerian Pertanian dan Perikanan Timor Leste telah menetapkan

agroforestri sebagai alternatif terbaik untuk dikembangkan dengan tujuan

meminimalkan permasalahan perladangan berpindah di lahan hutan dan

khususnya di daerah dataran tinggi. Agroforestri merupakan suatu cara mengelola

hutan yang sekaligus dapat meningkatkan produksi hasil pertanian sehingga dapat

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan.

Salah satu bentuk program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Partisipatif

(RHLP) adalah penerapan sistem agroforestri. Agroforestri dipilih sebagai solusi

untuk pengelolaan lahan yang optimal agar meningkatkan intensitas panen yang

pada akhirnya mampu memberikan tambahan output baik berupa hasil fisik

maupun nilai finansial. Pemilihan jenis-jenis tanaman yang layak diusahakan

petani merupakan permasalahan dalam penentuan pola agroforestri. Pola-pola

agroforestri akan terbentuk sesuai dengan kombinasi tanaman yang

dikembangkan. Pola agroforestri yang berbeda memungkinkan terjadinya

perbedaan respon bagi pertumbuhan tanaman pokok. Hal ini disebabkan masing-

masing individu tanaman pada sistem agroforestri berinteraksi yang bisa

berdampak positif maupun negatif.

Page 18: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

3

Sebagai wujud pelaksanaan dari konsep dan kebijakan tersebut maka

melalui Direktorat Jenderal Kehutanan telah membangun 19 demplot proyek

percontohan agroforestri di 8 Kabupaten, Timor Leste. Tanaman pokok yang

dikembangkan salah satunya adalah tanaman cendana (S. album) di Kabupaten

Bobonaro, Timor Leste. Salah satu aspek yang menarik untuk dikaji adalah aspek

pertumbuhan tanaman pokok cendana yang ditanam pada lahan agroforestri.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan tanaman pokok

cendana (S. album) pada sistem agroforestri yang dikembangkan sebagai demplot

proyek percontohan agroforestri di Desa Sanirin, Kecamatan Balibo, Kabupaten

Bobonaro.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi peneliti sebagai salah satu syarat mutlak untuk memperoleh gelar

sarjana pada Mayor Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB.

2. Bagi petani sebagai bahan informasi yang bermanfaat dalam melakukan

kegiatan percontohan agroforestri/usahatani yang baik dan intensif.

3. Bagi kalangan akademik, sebagai bahan masukan ilmu pengetahuan untuk

dikembangkan dan diteliti lebih lanjut.

4. Bagi pemerintah kehutanan Timor Leste, sebagai sumbangan ilmiah yang

dapat menjadi pedoman untuk melakukan kegiatan proyek percontohan

agroforestri di Timor Leste kedepan.

Page 19: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agroforestri

Definisi agroforestri menurut ICRAF yang diacu dalam Wiersum (1998)

adalah suatu istilah paduan untuk aneka sistem penggunaan lahan yang

didalamnya pohon dikembangkan di atas sebidang tanah yang sama, seperti tanah

pertanian atau ternak, dalam beberapa bentuk pengaturan ruang dalam

kesatuannya. Dalam beberapa sistem agroforestri tanaman kayu-kayuan

berinteraksi secara ekologis dan ekonomis dengan tanaman pertanian dan/atau

ternak. Agroforestri merupakan nama bagi sistem-sistem dan teknologi

penggunaan lahan dimana pepohonan berumur panjang (termasuk semak, palem,

bambu, kayu, dan lain-lain) serta tanaman pangan dan/atau pakan ternak berumur

pendek diusahakan pada petak lahan yang sama dalam suatu pengaturan ruang

atau waktu (ICRAF 2000). Dalam sistem-sistem agroforestri terjadi interaksi

ekologis dan ekonomis antar unsur-unsurnya. Huxley (1999) yang diacu dalam

Hairiah et al. (2003) menyatakan bahwa agroforestri adalah sistem penggunaan

lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu (pepohonan, perdu, bambu, rotan

dan lainnya) dengan tanaman tidak berkayu atau dapat pula dengan rerumputan

(pasture). Kadang-kadang ada komponen ternak atau hewan lainnya (lebah dan

ikan), sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antara tanaman

berkayu dengan komponen lainnya.

Lundgren dan Raintree (1982) diacu dalam Hairiah et al. (2003),

merumuskan definisi agrofrestri adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan

teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada

satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu,

palem bambu dan lain-lain.) dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak),

yang dilakukan pada waktu yang bersaman atau bergiliran sehingga terbentuk

interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada. Definisi

agrofrestri tersebut menitikberatkan dua karakter pokok, yang umumnya dipakai

pada seluruh bentuk agroforestri yaitu agrisilvikultur (kombinasi antara tanaman

berkayu dengan tanaman pertanian atau non kayu), silvopastural (kombinasi

Page 20: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

5

antara komponen berkayu dengan pertanian sekaligus peternakan dalam unit

manajemen lahan yang sama yang membedakan dengan sistem penggunaan lahan

lainnya.

Andayani (2005) menyatakan bahwa agroforestri dapat diartikan sebagai

suatu bentuk kolektif (collective name) dari sebuah sistem nilai masyarakat yang

berkaitan dengan model-model penggunaan lahan lestari. Oleh karena itu,

agroforestri dalam bentuk implementasinya dapat berbentuk seperti :

1. Agrisilvikultur, yaitu penggunaan lahan secara sadar dan dengan

pertimbangan yang masak untuk memproduksi sekaligus hasil-hasil pertanian

dari hutan.

2. Sylvopastural, yaitu sistem pengelolaan hutan dimana hutan dikelola untuk

menghasilkan kayu sekaligus juga untuk memelihara ternak.

3. Agrosylvo-pastoral, yaitu sistem dimana lahan dikelola untuk memproduksi

hasil pertanian dan hasil kehutanan secara bersamaan dan sekaligus

memelihara hewan ternak.

4. Multipurpose forest tree production system, yaitu sistem dimana berbagai

jenis kayu ditanam dan dikelola, tidak saja untuk menghasilkan kayu tetapi

juga dedaunan dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai bahan

makanan manusia maupun dijadikan makanan ternak.

Beberapa ciri penting agroforestri yang dikemukakan oleh Lundgren dan

Raintree (1982) diacu dalam Hairiah et al. (2003) :

1. Agroforestri biasanya tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih (tanaman

dan/atau hewan). Paling tidak satu diantaranya tumbuhan berkayu.

2. Siklus sistem agroforestri selalu lebih dari satu tahun.

3. Ada interaksi (ekonomis dan ekologis) antara tanaman berkayu dengan

tanaman tidak berkayu.

4. Selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product), misalnya

pakan ternak, kayu bakar, buah-buahan, obat-obatan.

5. Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa (service function), misalnya

pelindung angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga dijadikan pusat

berkumpulnya keluarga/masyarakat.

Page 21: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

6

6. Untuk sistem pertanian masukan rendah di daerah tropis, agroforestri

tergantung pada penggunaan dan manipulasi biomasa tanaman terutama

dengan mengoptimalkan penggunaan sisa panen.

7. Sistem agroforestri yang paling sederhanapun secara biologis (struktur dan

fungsi) maupun ekonomis jauh lebih kompleks dibandingkan sistem budidaya

monokultur.

Sistem-sistem agroforestri dipandang dari segi ekologi dan ekonomi lebih

kompleks dari pada sistem-sistem monokultur. Suatu sistem agroforestri

produksinya selalu beraneka ragam, yang saling bergantung satu sama lainnya.

Sekurang-kurangnya satu komponen merupakan tanaman keras berkayu, sehingga

siklusnya selalu lebih dari satu tahun. Sistem agroforestri juga bersifat lokal,

karena harus cocok dengan kondisi-kondisi ekologi dan sosial-ekonomi setempat

(Kartasubrata 1991).

Pamulardi (1991) diacu dalam Siregar (2005) menyatakan bahwa konsep

dasar dari sistem agroforestri adalah menanam tanaman selingan di antara

tanaman pokok selama pertumbuhannya tidak mempengaruhi dan dipengaruhi

tanaman pokok. Tanaman selingan yang digunakan harus memenuhi beberapa

persyaratan antara lain :

a. Berumur lebih pendek dari tanaman pokok.

b. Tidak menjadi pesaing tanaman pokok dalam memenuhi kebutuhan untuk

pertumbuhan.

c. Mampu menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk pertumbuhan

tanaman pokok.

d. Mampu memperbaiki kesuburan tanah dan sifat fisik tanah.

e. Teknologi budidayanya tidak menciptakan kondisi lingkungan yang

merugikan pertumbuhan tanaman pokok.

Agroforestri merupakan salah satu alternatif bentuk penggunaan lahan yang

terdiri dari campuran pepohonan, semak, dengan atau tanpa tanaman semusim dan

ternak dalam satu bidang lahan. Melihat komposisinya yang beragam, maka

agroforestri memiliki fungsi dan peranan yang lebih dekat pada hutan

dibandingkan dengan pertanian, perkebunan dan lahan kosong atau lahan

terlantar. Sampai batas tertentu agroforestri memiliki beberapa fungsi dan peranan

Page 22: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

7

yang menyerupai hutan baik dalam aspek biofisik, sosial maupun ekonomi.

Agroforestri merupakan salah satu sistim penggunaan lahan yang diyakini oleh

banyak orang dapat mempertahankan hasil pertanian secara berkelanjutan Huxley

(1999). Agroforestri adalah wujud kegiatan yang menjanjikan dalam penggunaan

teknologi untuk pemanfaatan lahan dimana sudah membuktikan hasil yang

diharapkan oleh para petani di beberapa negara, untuk memastikan hasil produksi

pertanian yang berkelanjutan bagi para petani khususnya dipedesaan dalam

meningkatkan kebutuhan akan pangan. Di dalam mengintegrasikan produksi

pertanian dan konservasi sumberdaya alam melalui kombinasi tanaman

kehutanan, pertanian dan perkebunan dalam satu unit manajemen lahan yang

sama. Melalui kombinasi pepohonan dalam kebun dan daerah yang mudah

tererosi, sistem manajemen sumberdaya alam ini akan selalu berkembang dan

bertahan dalam memperoleh hasil produksi tahunan di dalam meningkatkan

sosial, ekonomi dan manfaat lingkungan bagi para pengguna lahan dipedesaan.

Dalam praktek agroforestri akan sangat dimugkinkan terjadinya interaksi

baik positif maupun negatif antara pohon, tanah, dan tanaman semusim. Interaksi

tersebut terutama ditekankan pada pengaruhnya terhadap produksi tanaman

semusim dalam jangka pendek (Hairiah et al. 2002). Pada prinsipnya ada tiga

macam interaksi di dalam sistem agroforestri yaitu :

1. Interaksi positif (complementary) : bila peningkatan produksi satu jenis

tanaman diikuti oleh peningkatan produksi tanaman yang lainnya.

2. Interaksi netral : bila kedua tanaman tidak saling mempengaruhi, peningkatan

produksi tanaman semusim tidak mempengaruhi produksi pohon atau

peningkatan produksi pohon tidak mempengaruhi produksi tanaman semusim

3. Interaksi negatif (kompetisi/persaingan) : apabila peningkatan produksi satu

jenis tanaman diikuti oleh penurunan produksi tanaman lainnya, ada

kemungkinan pula terjadi penurunan produksi keduanya.

Page 23: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

8

2.2 Cendana (Santalum album Linn.)

2.2.1. Taksonomi dan morfologi

Lawrence (1946) yang diacu dalam Hermawan (1993) mengklasifikasikan

Cendana (Santalum album Linn.) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Lamiales

Family : Santalaceae

Genus : Santalum

Spesies : Santalum album Linn.

Cendana merupakan pohon berukuran sedang yang selalu hijau, tinggi rata-

rata mencapai 12-15 m (Rahayu et al. 2002; Hermawan 1993; Hamzah 1976).

Rahayu et al. (2002) menyebutkan diameter batang cendana sekitar 20-35 cm

dengan kulit batang berwarna putih keabu-abuan. Hal ini berbeda dengan

Hermawan (1993) yang menyebutkan bahwa batang pohon cendana tegak dan

bentuk bulat panjang dengan diameter rata-rata 40 cm serta cabang yang banyak,

kulit batang kasar berwarna kelabu sampai coklat merah.

Pohon cendana mempunyai daun tunggal berbentuk elips sampai lanset

dengan ujung yang runcing. Panjang daun 4-8 cm, lebar 2-4 cm dan panjang

tangkai daun 1-1,5 cm. Kedudukan daun berhadapan kadang-kadang berseling dan

tidak mempunyai daun penumpu (Rahayu et al. 2002; Hermawan 1993; Hamzah

1976). Bunga majemuk tersusun dalam bentuk malai terdapat di ujung tangkai

atau ketiak daun (Rahayu et al. 2002; Hermawan 1993; Hamzah 1976). Lebih

lanjut Hermawan (1993) dan Hamzah (1976) menyebutkan bahwa kebanyakan

bunga cendana berukuran kecil, warna putih kehijau-hijauan sampai coklat kotor

dan baunya sedap serta berkelamin dua.

Buah merupakan tipe buah batu, bentuknya bulat berbiji satu dan berukuran

sebesar kacang polong, garis tengah sekitar 3-8 mm, saat muda berwarna hijau

dan apabila masak berwarna hitam keunguan. Kulit buah tipis dan keras dengan

tiga jalur dari atas sampai tengah. Biji berbentuk sederhana, tidak mempunyai

Page 24: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

9

rasa, mengandung endosperma yang berdaging, dan tanpa kulit biji (Rahayu et al.

2002; Hermawan 1993; Hamzah 1976). Sistem perakaran cendana adalah akar

tunjang yang jelas dengan banyaknya akar-akar cabang yang kuat. Akar yang

muda mempunyai sedikit rambut akar. Akar cabang bentuknya panjang dan

ramping, mempunyai kemampuan menjelajah tanah sejauh 30-40 m dan mencapai

inangnya (Rahayu et al. 2002; Hermawan 1993; Hamzah 1976).

Cendana adalah jenis tanaman yang bersifat setengah parasit (semi parasit),

sehingga membutuhkan tanaman inang untuk memasok beberapa unsur hara yang

digunakan untuk pertumbuhan (Rahayu et al. 2002 dan Hermawan 1993). Lebih

lanjut Rahayu et al. (2002) menyebutkan bahwa unsur hara yang diambil dari

inang adalah Nitrogen (N), Pospor (P), Kalium (K) dan asam amino, sedangkan

unsur Kalsium (Ca) diambil sendiri dari dalam tanah. Tumbuhan inang juga

berfungsi sebagai peneduh ketika cendana masih dalam tingkat semai.

Parasitisme cendana dengan inangnya terjadi melalui kontak akar. Setelah

kontak akar terjadi, maka nutrisi dari akar inang mengalir ke akar cendana.

Parasitisme ini secara morfologi dapat dilihat dari adanya titik sambung akar.

Kontak tersebut diawali dengan terbentuknya houstorium yang tumbuh pada bulu-

bulu akar cendana. Houstorium adalah modifikasi akar cendana yang menempel

pada akar tanaman inang yang digunakan sebagai alat untuk menyerap unsur hara

dari tanaman inangnya (Rahayu et al. 2002). Lebih lanjut disebutkan bahwa

houstorium pada cendana dewasa berbentuk piramida sedangkan pada tanaman

muda berbentuk bola berwarna hijau kekuningan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (1992) menyatakan bahwa

cendana mempunyai kisaran inang yang sangat luas, lebih dari 300 jenis telah

diketahui sebagai inang cendana. Rahayu et al. (2002) menyebutkan bahwa jenis

inang pada cendana dikelompokkan menjadi inang primer atau semi permanen

dan inang sekunder atau permanen. Inang primer adalah inang yang diperlukan

cendana pada tingkat awal pertumbuhan yaitu pembibitan. Jenis inang primer

yang dapat digunakan antara lain Kaliandra (Caliandra callothyrsus), Knamok

(Cassia timorensis), Gude atau kacang turis (Cajanus cajan), Lamtoro (Leucaena

glauca), Cabe (Capsicum annum) dan Turi (Sesbania grandiflora).

Page 25: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

10

Inang sekunder adalah inang yang mendampingi cendana dalam waktu yang

lama. Terdapat lebih dari 50 jenis tumbuhan yang dijadikan sebagai inang

sekunder cendana. Suatu tanaman dikatakan sebagai inang sekunder apabila

tanaman tersebut memberntuk formasi dengan cendana atau berada di sekitar

cendana. Tanaman inang sekunder yang cocok untuk cendana antara lain Cemara

laut (Casuarina equisetifolia L.), Johar (Cacia siamea), Akasia (Acacia spp.),

Petes merah (Acasia filosa) dan Kaliandra (Caliandra callothyrsus) (Rahayu et

al., 2002).

2.2.2. Habitat dan penyebaran

Tanaman cendana menyukai daerah semak belukar yang kering, terlebih lagi

bila sekitarnya terdapat savana atau padang rumput. Tanaman ini tumbuh dan

tersebar di daerah tropis dan sub tropis (daerah semi arid) dengan musim kemarau

yang nyata. Tipe iklim yang sesuai untuk cendana dalah tipe D dan E berdasarkan

klasifikasi tipe iklim Schmidt-Ferguson dengan rata-rata suhu 10-35°C dan

kelembaban udara 65%, curah hujan rata-rata 625-1625 mm/tahun. Kondisi tanah

yang optimal adalah tanah sarang/berdrainase baik dengan batuan induk kapur

atau vulkanik dan terletak pada ketinggian 50-1200 m dpl (Hermawan 1993;

Sinaga dan Buharman 1996). Daerah yang paling banyak ditumbuhi cendana

adalah India, Indonesia dan Timor Leste. Di Indonesia sebagian besar tumbuh di

NTT dan sebagian kecil di Bali, Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur.

2.2.3. Teknik silvikultur

Pada umumnya tanaman cendana mempunyai daya yang besar sekali untuk

pembentukan tunas akar dan tunas tunggak. Dari percobaan yang dilakukan oleh

Dinas Kehutanan Nusa Tenggara Timur di Persemaian Aer Nona (Kupang), ada

tanda-tanda yang menunjukkan bahwa cendana dapat dikembangbiakkan dengan

stek batang, menggunakan ranting yang berdiameter 3-5 mm dan panjang 30 cm

(Hamzah 1976 dan Hermawan 1993). Lebih lanjut Hermawan (1993)

menyebutkan bahwa penanaman dengan stek akar tidak dianjurkan karena

persentase tumbuhnya tidak lebih dari 20%.

Tanaman cendana bisa juga dibudidayakan melalui bijinya. Bahan untuk

keperluan biji dikumpulkan dari tegakan yang baik agar dihasilkan keturunan

Page 26: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

11

yang baik juga. Biji dikumpulkan dengan cara dipetik pada saat masih di pohon

atau dikumpulkan dari bawah pohon yang baru jatuh namun daya

berkecambahnya lebih rendah daripada yang dipetik dari pohon. Buah yang

dikumpulkan selanjutnya diekstraksi dengan cara buah diremas-remas kemudian

dicuci dengan air sampai biji bersih dari daging buah. Biji atau benih dapat

dilakukan penyimpanan pada wadah kedap udara dan diletakkan di refrigerator

pada suhu 4 °C atau ruang ber AC suhu 20 °C (Pramono dan Buharman 2003).

Benih yang akan dikecambahkan diberi perlakuan pendahuluan dengan cara

melukai kulit buahnya dan selanjutnya direndam dalam air selama 12 jam, atau

dalam asam giberelic 0,005% selama 1 jam. Benih ditanam pada media pasir yang

telah disterilkan dengan kedalaman 1 cm. Kondisi penaburan yang optimal adalah

pada suhu 25-27 °C dan ternaungi. Bibit yang sudah berumur 2 bulan atau telah

berdaun 4 siap untuk dipindahkan dari bak/bedeng tabur ke kantong semai

bersama-sama dengan inang primer. Selain itu pembuatan bibit cendana bisa

dilakukan dengan cara benih ditanam langsung di kantong semai. Media semai

adalah campuran tanah dan pasir, perbandingan tanah dan pasir adalah 3:1 dan

ditambah dengan pupuk kandang (5%) untuk jenis tanah yang kurang subur.

Benih cendana yang di tanam pada media semai langsung ditanam pula inang

primer misalnya benih cabai. Bibit cendana dipersemaian memerlukan naungan

selama 2 bulan bila bibit berasal dari bak/bedeng tabur, atau selama 4 bulan bila

benih disemaikan langsung dikantong semai. Sebelum penanaman di lapangan

sebaiknya dilakukan pemilihan lokasi dan penanaman inang sekunder terlebih

dulu (Pramono dan Buharman 2003).

2.2.4. Pemanfaatan

Kayu cendana dapat diolah menjadi berbagai barang kerajinan. Salah satu

industri kecil di Kupang telah menghasilkan barang cinderamata dengan

pengelolaan yang sederhana. Selain barang cinderamata, usaha ini juga

menghasilkan limbah kayu berupa serpihan-serpihan yang dapat diolah lebih

lanjut menjadi produk seperti hio, dupa atau wewangian yang lain (Bagia et al.

2005). Hermawan (1993) menyebutkan bahwa bahan-bahan sintesis belum

mampu menggeser kedudukan cendana dalam industri parfum maupun industri

barang ukir-ukiran, kipas, patung dan lain sebagainya.

Page 27: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

12

Kayu cendana berkhasiat sebagai penghalus kulit, peluruh keringat, pereda

kejang, pencegah mual dan daunnya untuk obat sakit demam. Untuk

menghaluskan kulit dipakai kayu cendana yang sudah kering diserut halus lalu

ditumbuk dan ditambah air hingga menyerupai pasta, kemudian dilulurkan ke

seluruh badan, kemudian dibilas dengan air. Dalam bidang keagamaan, kayu

cendana ada hubungannya dengan pengaruh agama Hindu dan Budha, sebab

digunakan untuk membangun candi dan kuil serta membakar mayat orang-orang

menurut agama Hindu (Hermawan 1993).

Timor sebagai penghasil kayu cendana yang berkualitas tinggi (lebih

wangi), aroma wangi tersebut berasal dari minyak atsiri yang terkandung dalam

kayu terasnya. Minyak atsiri mengandung 80-90% senyawa santalol. Kandungan

santalol sangat tergantung pada umur tanaman (Rahayu et al. 2002). Teras batang

mengandung minyak 4,50-4,75%, sedangkan akar mengandung 5,50-5,70% tetapi

kadar santalol teras batang lebih tinggi dari pada teras akar (Hermawan 1993).

Daun, akar dan batang cendana memiliki kandungan kimia berupa saponin dan

flavanoida. Selain itu pada bagian daun mengandung antrakinon, akarnya

mengandung polifenol dan batangnya mengandung tanin.

2.3 Pertumbuhan dan perkembangan.

Pertumbuhan tanaman sering didefinisikan sebagai pertambahan ukuran,

berat dan/atau jumlah sel. Ukuran tanaman sebagai indikator pertumbuhan dapat

dilihat secara satu dimensi misalnya mengukur tinggi tanaman (Lakitan 1996).

Perkembangan tanaman lebih terlihat dari proses pembentukan jaringan dan

bentuk morfologi yang khas. Perkembangan tanaman tidak difokuskan pada

pertambahan ukuran dan beratnya, walaupun tentu saja selama proses

pembentukan jaringan dan organ tersebut akan diikuti pertambahan berat dan

ukurannya.

Selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan membentuk

bermacam-macam organ. Secara umum organ tanaman terdiri dari organ vegetatif

dan organ generatif. Akar, batang dan daun dikelompokkan sebagai organ

vegetatif. Organ-organ vegetatif akan terbentuk lebih awal daripada organ

generatif. Fase dimana tanaman hanya membentuk organ-organ vegetatif disebut

fase pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan vegetatif tanaman dicirikan dengan

Page 28: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

13

berbagai aktivitas pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang berhubungan

dengan pembentukan dan pembesaran daun, pembentukan meristem apikal atau

lateral dan pertumbuhannya menjadi cabang-cabang.

Page 29: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.

Penelitian dilaksanakan selama dua bulan sejak bulan September hingga

Oktober 2010 bertempat di demplot proyek percontohan agroforestri Desa

Sanirin Kecamatan Balibo, Kabupaten Bobonaro, Timor Leste. Peta lokasi

penelitian agroforestri di Desa Sanirin disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian agroforestri di Desa Sanirin.

Page 30: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

15

3.2 Bahan dan Alat Penelitian.

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah lahan demplot proyek

percontohan agroforestri dengan tanaman pokok cendana (S. album). Alat yang

digunakan dalam penelitian adalah phiband (pita diameter), caliper, kompas,

GPS, patok, tali rafia atau tambang, golok atau parang, milimeter block, tally

sheet, ring tanah, bor tanah, kantong plastik, alat tulis, lembar kuisioner, alat

hitung/kalkulator, kamera digital dan komputer/laptop.

3.3 Metode Pengumpulan Data.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi tinggi, diameter, panjang dan

lebar tajuk tanaman pokok, parameter sifat fisik dan kimia tanah serta data tentang

sistem pengelolaan lahan pada demplot proyek percontohan agroforestri tanaman

cendana. Pengumpulan data primer pada penelitian ini meliputi:

3.3.1 Penentuan lokasi objek penelitian.

Demplot lahan agroforestri yang akan dijadikan sebagai objek penelitian

ditentukan terlebih dahulu dengan cara melakukan orientasi atau survei

pendahuluan terhadap lokasi yang dijadikan sebagai demplot proyek agroforestri

cendana. Pola agroforestri yang dipilih adalah lokasi yang memiliki tanaman

pokok cendana (S. album) yang berumur sekitar satu tahun. Lahan yang dipilih

memiliki luasan yang hampir sama dimana terdapat pola kombinasi tanaman

tumpang sari yang teratur dan dominan, setelah sebelumnya mendapat

rekomendasi dari pihak Kehutanan Timor Leste.

3.3.2 Pengukuran tinggi, diameter, panjang dan lebar tajuk tanaman pokok

Dimensi tanaman pokok yang diamati adalah tinggi, diameter, panjang dan

lebar tajuk tanaman cendana. Pengukuran tinggi, diameter dan lebar tajuk

tanaman pokok cendana (S. album) dilakukan dengan cara sensus terhadap

masing-masing demplot percontohan agroforestri yang ditentukan. Plot-plot yang

dijadikan sebagai obyek penelitian ditentukan berdasarkan informasi

pembangunan demplot percontohan agroforestri yang dikembangkan oleh

Instituição Portuguesa Apoio ao Dezemvolvimento (IPAD) sebagai pengelola di

Page 31: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

16

Garis proyeksi

Timor Leste. Luas plot yang dijadikan objek penelitian memiliki luasan yang

seragam dengan jenis tanaman pokok cendana yang ditanam menggunakan pohon

inang dan tanpa pohon inang. Tanaman inang yang digunakan adalah jenis

tanaman legum (polong) berupa tanaman turi (Sesbania spp) dan Gude atau

kacang turis (Cajanus cajan). Tinggi tanaman cendana diukur menggunakan

bantuan galah dan pita ukur, sedangkan diameter tanaman diukur menggunakan

pita diameter (phiband) dan caliper. Pengukuran diameter dilakukan pada

ketinggian setinggi dada atau sekitar 10 cm dari permukaan tanah untuk semai.

Panjang dan lebar tajuk diukur dengan pita meter pada tajuk tanaman

cendana yang diamati. Panjang tajuk merupakan tajuk terpanjang dari tanaman

cendana yang diukur pada garis proyeksinya yang tegak lurus ke tanah. Lebar

tajuk yang diukur adalah tajuk terlebar dari tanaman cendana yang garis

proyeksinya tegak lurus dengan garis imajiner dari proyeksi tajuk terpanjang yang

sudah diukur.

Pengukuran dilakukan dengan cara berdiri disamping tanaman dan menarik

pita meter pada tajuk terpanjang dan hal yang sama dilakukan lagi pada tajuk

terpendek pada arah proyeksi tajuk tanaman cendana. Ilustrasi proyeksi tajuk

pohon yang diukur disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Proyeksi tajuk pohon yang diukur

3.3.3 Pengukuran sifat fisik dan kimia tanah.

Pegukuran sifat fisik tanah dilakukan dengan menggunakan metode tanah

tidak terusik dengan menggunakan ring tanah. Pengambilan contoh tanah untuk

penentuan sifat fisika tanah ini dilakukan pada masing-masing lokasi demplot

Tajuk pohon

Batang pohon

Proyeksi tajuk

Tajuk terlebar

Tajuk terpanjang

Page 32: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

17

proyek percontohan agroforestri yang sudah ditentukan. Sifat fisika tanah yang

diamati antara lain tekstur tanah, berat isi, ruang pori dan kadar air contoh tanah.

Cara pengambilan tanah utuh adalah sebagai berikut :

a. Lapisan tanah diratakan dan dibersihkan dari serasah serta bahan organik

lainnya, kemudian tabung diletakkan tegak lurus dengan permukaan tanah.

b. Tanah di sekitar tabung digali dengan sekop.

c. Tanah dikerat dengan pisau sampai hampir mendekati bentuk tabung.

d. Tabung ditekan sampai 3/4 bagiannya masuk ke dalam tanah.

e. Tabung lainnya diletakkan tepat di atas tabung pertama, kemudian ditekan

kembali sampai bagian bawah dari tabung ini masuk ke dalam tanah kira-kira

1 cm.

f. Tabung kedua dipisahkan dengan hati-hati, kemudian tanah yang berlebihan

pada bagian atas dan bawah tabung dibersihkan.

g. Tabung ditutup dengan tutup plastik.

Sifat kimia tanah seperti pH tanah, kandungan bahan organik, nitrogen, serta

unsur-unsur hara yang lain diamati dengan cara mengambil contoh tanah

menggunakan metode yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Tanah (2004)

yaitu sebagai berikut:

a. Titik pengambilan contoh tanah pada masing-masing petak pengamatan

dilakukan secara sistematis dengan permulaan acak sebanyak 10 titik yang

tersebar merata pada lokasi yang dianggap mewakili. Penyebaran titik-titik

pengambilan contoh tanah disajikan pada Gambar 3.

b. Permukaan tanah dibersihkan dari rumput, batu, atau kerikil, dan sisa-sisa

tanaman atau bahan organik segar atau serasah.

c. Tanah dicangkul sedalam lapisan olah (±20 cm), kemudian pada sisi yang

tercangkul, tanah diambil setebal 1,5 cm dengan menggunakan sekop atau

cangkul. Berat contoh tanah yang diambil adalah 500 gram dari setiap petak

pengamatan.

d. Contoh tanah individu tersebut (10-15 contoh) dicampur dan diaduk dalam

satu tempat (ember atau hamparan plastik), kemudian diambil kira-kira 1 kg,

dan dimasukkan ke dalam kantong plastik (ini merupakan contoh tanah

komposit).

Page 33: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

18

e. Contoh tanah komposit diberi label yang berisi keterangan: tanggal dan kode

pengambilan (nama pengambil), nomor contoh tanah, lokasi

(desa/kecamatan/kabupaten), dan kedalaman contoh tanah.

3.3.4 Pengumpulan data sekunder.

Pengumpulan data sekunder diambil dari instansi-instansi pemerintah yang

terkait serta studi pustaka (pengumpulan data yang berdasarkan pada buku-buku

literatur, hasil penelitian, dan jurnal) yang dapat mendukung kegiatan penelitian.

Data sekunder yang dikumpulkan berupa data kondisi biofisik lingkungan lokasi

penelitian seperti suhu, kelembaban, curah hujan dan kondisi lingkungan tegakan

cendana.

3.4 Analisis Data.

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif terhadap parameter

pertumbuhan tanaman pokok cendana (S. album) yang dikembangkan secara

agroforestri serta bagaimana pengelolaan yang diterapkan.

Gambar 3. Titik pengambilan contoh tanah individu

Page 34: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Batas Desa Sanirin.

Menurut data ALGIS MAF (2010), secara geografis Desa Sanirin terletak di

Kecamatan Balibo, sebelah barat Kabupaten Bobonaro. Desa Sanirin memiliki

luas wilayah 3.967,9 ha. Secara geografis terletak pada koordinat 08o 52’ 31” - 8o

56’ 17” LS dan124o 54’ 52” - 125o 3’ 8” BT dan secara administrasi pemerintahan

Desa Sanirin terbagi menjadi 3 dusun yaitu Dusun Palaca, Dusun Subaleço dan

Dusun Coca. Adapun batas-batas administratif Desa Sanirin, yaitu sebelah Utara

dibatasi oleh Laut, sebelah Barat dibatasi oleh Desa Batugede, sebelah Selatan

dibatasi oleh Balibo dan sebelah Timur dibatasi oleh Desa Leolima. Jarak desa

dengan ibu kota kecamatan adalah 21 km; jarak dengan ibu kota kabupaten 46

km; jarak dengan ibu kota negara 105 km. Lokasi penelitian di Desa Sanirin

disajikan pada Lampiran 1.

4.2 Topografi, Geologi, Iklim dan Tanah.

Topografi di Desa Sanirin datar 0 - 8 % dengan ketinggian 0 – 100 meter

dari permukaan laut dan kedalaman efektif lahan < 50 cm dengan tekstur kasar

dan tingkat kepekaan terhadap erosi termasuk peka. Rata-rata curah hujan 507

mm/tahun dengan tipe iklim D oleh Smith Ferguson, (1994) dengan bulan basah

sebanyak 5 (lima) bulan dan bulan kering selama 7 (tujuh) bulan. Suhu rata-rata

di Desa Sanirin berkisar antara 15,8-29,4 °C. Jenis tanah di Desa Sanirin adalah

terbagi ke dalam 3 tipe tanah yaitu Vertisols, Inceptisols, Entisols dan tepatnya di

lokasi penelitian adalah tipe tanah Entisols, menurut hasil klasifikasi USDA

(ALGIS MAF, 2010).

4.3 Tata Guna Lahan di Desa Sanirin.

Luas Desa Sanirin adalah 3.967,9 ha, selain untuk pemukiman dan

perumahan penduduk lahan desa sebagian besar digunakan untuk budidaya

pertanian. Bidang pertanian yang dikembangkan meliputi pertanian lahan kering,

pertanian lahan basah, perkebunan dan hutan rakyat. Pertanian lahan kering yang

dimaksud adalah sistem budidaya pertanian dengan cara perladangan atau hanya

Page 35: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

20

bergantung pada air hujan dan irigasi setengah teknis, sedangkan pertanian lahan

basah berupa sistem pertanian dengan memanfaatkan irigasi atau sering disebut

persawahan.

Pertanian lahan kering penggunaan lahan seluas 400 ha, demplot yang

dibangun oleh IPAD (RDP II komponen kehutanan) mencapai 106,9 ha dengan

berbagai jenis tanaman kayu. Potensi kayu rakyat yang paling dominan

dikembangkan adalah jenis Cendana (S. album), Jati (Tectona grandis), Gaharu

(Aquilaria sp.), mahoni (Swietenia sp.) sedangkan hutan negara seluas 2.000 ha

dengan species rimba campuran. Areal penggunaan lainnya mencapai seluas

1.150 ha karena akan diadakan rencana tata Desa. Data tentang luas wilayah dan

tata guna lahan serta potensi kayu rakyat di Desa Sanirin disajikan pada Tabel 1

dan Tabel 2.

Tabel 1. Data luas wilayah Desa Sanirin menurut penggunaannya.

No. Penggunaan Luas (ha) 1. Pemukiman dan perumahan 300 2. Pertanian lahan kering 400 3. Pertanian lahan basah 6 4. Danau 5 5. Demplot Hutan rakyat (IPAD) 106,9 6. Hutan Negara 2.000 7. Penggunaan lain

1.150

Jumlah 3.967,9 Sumber : Direcção Nacional de Apoio Á Administração do Sucos (2009)

Tabel 2. Potensi tegakan kayu rakyat di Demplot Agroforestri di Desa Sanirin.

No. Jenis kayu rakyat Luas (ha) Jumlah tanaman

(batang) 1. Cendana 15,3 9.542 2. Jati 40,2 25.109 3. Jambu mete 35,1 13.959 4. Mahoni 14,5 9.059 5. Gaharu 1,8 720

Sumber : Instituição Portuguesa Apoio ao Dezemvolvimento (2010)

4.4 Kondisi Sosial Ekonomi.

Menurut data Desa Sanirin, (2009), jumlah penduduk di Desa Sanirin

mencapai 2.064 jiwa atau 448 KK yang terdiri dari penduduk laki-laki mencapai

Page 36: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

21

1.062 jiwa dan penduduk perempuan mencapai 1.002 jiwa. Jumlah penduduk di

Desa Sanirin tersebut mengalami penurunan cukup besar jika dibandingkan

dengan data statistik Kabupaten Bobonaro tahun 2008. Berdasarkan data

sebelumnya menyebutkan bahwa pada tahun 2008 jumlah penduduk di Desa

Sanirin berjumlah 3.982 jiwa yang terdiri dari 2.098 jiwa penduduk laki-laki dan

1.884 jiwa penduduk perempuan. Penurunan jumlah penduduk sebanyak 1.918

jiwa tersebut terjadi karena adanya mobilisasi ke luar Desa terutama laki-laki,

maupun ratio kematian yang lebih tinggi dari pada kelahiran di Desa Sanirin

dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Data tentang jumlah penduduk disajikan

pada Tabel 3.

Penduduk di Desa Sanirin mayoritas beragama Katolik (2.064 orang) dan

tidak ada penduduk yang memeluk agama Kristen Protestan, Muslim, Hindu dan

Budha. Sarana peribadatan yang sudah ada di Desa Sanirin antara lain Kapela

(1 buah). Data tentang keagamaan dan tempat ibadah disajikan pada Tabel 4 dan

Tabel 5.

Tabel 3. Jumlah penduduk Desa Sanirin berdasarkan jenis kelamin.

No. Indikator Jumlah (orang)

Keterangan Th.2008 Th. 2009

1. 2.

Jumlah penduduk laki-laki Jumlah penduduk perempuan

2.098 1.884

1.062 1.002

1.036 882

Jumlah 3.982 2.064 1.918 Sumber : Direcção Nacional de Apoio Á Administração do Sucos (2009)

Tabel 4. Jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut.

No. Agama yang dianut Jumlah penganut (orang) 1. Katholik 2.064 2. Kristen Protestan - 3. Islam - 4. Hindu - 5. Budha - Jumlah penduduk total 2.064

Sumber : Direcção Nacional de Apoio Á Administração do Sucos (2009)

Page 37: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

22

Tabel 5. Sarana peribadatan di Desa Sanirin.

No. Sarana ibadah Jumlah (unit) 1. Gereja - 2. Kapela 1 3. Masjid - 4. Mushola - 5. Vihara - 6. Pura -

Sumber : Direcção Nacional de Apoio Á Administração do Sucos (2009)

Penduduk Desa Sanirin dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagian

besar mengandalkan dari sektor pertnaian. Mata pencaharian penduduk yang

paling dominan adalah sebagai petani. Komoditas pertanian yang diusahakan

antara lain jagung, padi, singkong, dan sebagainya yang dikombinasikan dengan

beberapa tanaman buah-buahan dan kayu-kayuan. Data tentang mata pencaharian

penduduk Desa Sanirin disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Mata pencaharian penduduk Desa Sanirin.

No. Jenis mata pencaharian Jumlah (orang) 1. Karyawan/PNS 25 2. Wiraswasta 7 3. Petani 2.032 4. Pensiunan - 5. Nelayan -

Sumber : Direcção Nacional de Apoio Á Administração do Sucos (2009)

Masyarakat Desa Sanirin yang tamat TK sebanyak 29 jiwa, Sekolah Dasar

702 jiwa, SLTP 149 jiwa, SLTA 141 jiwa dan Perguruan Tinggi 13 jiwa atau jum

lah seluruhnya yang pernah menikmati bangku pendidikan sebanyak 1.034 jiwa

dan sisanya 1.030 jiwa adalah buta huruf. Kemajuan pola pikir masyarakat sangat

ditentukan oleh kemajuan dari sektor pendidikan. Pendidikan merupakan salah

satu syarat dalam upaya meningkatkan sumberdaya manusia yang selanjutnya

mempunyai peran penting dalam pembangunan. Kemajuan pendidikan tidak bisa

dilepaskan dari fasilitas pendidikan yang ada. Beberapa sarana pendidikan yang

ada di Desa Sanirin disajikan pada Tabel 7.

Page 38: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

23

Tabel 7. Sarana pendidikan di Desa Sanirin.

No Tingkat sekolah Jumlah Unit Gedung Guru Murid

1. Taman kanak-kanak 1 1 2 50 2. Sekolah Dasar 1 3 8 300 3. SLTP - - - - 4. SLTA - - - - 5. Perguruan Tinggi - - - -

Sumber : Direcção Nacional de Apoio Á Administração do Sucos (2009)

4.5 Pola Agroforestri di Desa Sanirin.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, para kelompok tani menerapkan

pola tanam agroforestri dengan sistem agrisilvikultur, dimana pada sistem ini

tanaman kayu-kayuan dikombinasikan dengan tanaman semusim, perkebunan,

hortikultura dan buah-buahan. Jarak tanam untuk tanaman kayu-kayuannya adalah

4 m x 4 m; untuk tanaman perkebunan 5 m x 5 m; dan 10 m x 10 m.

Pola tanam sistem agroforestri di Desa Sanirin rata-rata hampir mirip di

setiap petani pengelola. Komoditas usaha tani agroforestri yang diusahakan di

lokasi penelitian ada 26 jenis tanaman yaitu cendana, gmelina, jati, gaharu,

mahoni, singkong, pisang, jagung, padi gogo, kacang tanah, labu, kelapa, jambu

mete, kacang panjang, kacang hijau, cabe, lengkuas, jahe, tomat, terong, timun,

semangka, nangka, mangga, jeruk dan pepaya. Pengelompokkan berdasarkan jenis

tanaman yang ada pada lahan mereka masing-masing pola berbeda, dimana pola

yang diterapkan berdasarkan pada kebiasaan dan keberhasilan petani lainnya.

Jenis komoditas tanaman agroforestri yang dikembangkan di Desa Sanirin

disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Jenis komoditas tanaman agroforestri di Desa Sanirin.

Jenis Tanaman Keterangan Tanaman Kehutanan cendana, gmelina, jati, gaharu dan mahoni Tanaman Semusim singkong, pisang, jagung, padi gogo

kacang tanah dan labu Tanaman Perkebunan kelapa, jambu mete Tanaman Hortikultura kacang panjang, kacang hijau, cabe,

lengkuas, tomat, terong, timun, semangka, jahe.

Tanaman Buah-buahan nangka, mangga, jeruk dan pepaya Sumber : Instituição Portuguesa Apoio ao Dezemvolvimento (2010)

Page 39: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pertumbuhan Dimensi Tanaman Cendana (S. album).

Hasil penelitian orientasi dan informasi yang diberikan oleh Instituição

Portuguesa Apoio ao Dezemvolvimento dan otoritas kehutanan Timor Leste

menunjukkan ada tiga pola agroforestri yang saat ini dijadikan demplot

percontohan di Desa Sanirin, Kecamatan Balibo, Kabupaten Bobonaro, Timor

Leste. Tanaman cendana yang dibudidayakan pada tiga pola kombinasi tanaman

tersebut terdiri dari demplot tanaman cendana yang tidak menggunakan inang dan

demplot cendana yang menggunakan inang. Pola penanaman cendana pada sistem

agroforestri tersebut terdiri atas kombinasi tanaman yang teratur dan mempunyai

luasan yang hampir seragam. Layout pola-pola agroforestri yang dijadikan sebagai

objek penelitian disajikan pada lampiran 4, 5 dan 6. Pertumbuhan tanaman

cendana pada 3 (tiga) pola agroforestri tersebut berbeda-beda baik dari tinggi

tanaman maupun diameternya. Rata-rata pertumbuhan dimensi tanaman cendana

pada beberapa pola agroforestri tersebut disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata pertumbuhan tanaman S. album pada 3 (tiga) pola agroforestri.

No Pola Agroforestri Rata-rata Tinggi (T)

Rata-rata Diameter (cm) Total

(cm) Bebas cabang

(cm)

1 AF 1 102,52 51,54 1,18

2 AF 2 126,46 64,55 1,46

3 AF 3 90,39 47,95 0,98

Keterangan : Pola AF1 : cendana, jati, mahoni, gaharu, jagung, gude/kacang turis, labu. Pola AF2 : cendana, turi, jagung, gude/kacang turis, labu. Pola AF3 : cendana, jati, mahoni, jagung, singkong.

Pola agroforestri 3 (AF 3) dengan kombinasi tanaman cendana, jati,

mahoni, jagung dan singkong menunjukkan pertumbuhan dimensi tinggi dan

diameter paling rendah dibandingkan dengan pola agroforestri yang lain. Rata-rata

diameter tanaman cendana pada pola tersebut adalah 0,98 cm, sedangkan tinggi

rata-rata tanaman cendana adalah 90,39 cm. Pola agroforestri AF 2 mempunyai

Page 40: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

25

 

nilai pertumbuhan yang paling baik dibandingkan dengan pola agroforestri yang

lain. Pola AF 2 mempunyai parameter pertumbuhan tinggi dan diameter rata-rata

yang paling baik dibandingkan dengan pola lain yaitu 126,46 cm untuk tingginya,

sedangkan untuk dimensi diameternya sebesar 1,46 cm.

Pertumbuhan tanaman pada masing-masing lokasi memiliki kecepatan yang

berbeda-beda. Tanaman-tanaman yang masih muda akan memiliki laju

pertumbuhan yang sangat cepat kemudian menurun seiring bertambahnya umur

tanaman. Tanaman yang masih muda mempunyai sel-sel yang masih aktif

membelah sehingga mengalami pertumbuhan yang sangat cepat, sedangkan pada

tanaman yang sudah tua pembelahan sel menurun sehingga pertumbuhan akan

menurun dan akhirnya berhenti. Secara teknis pertumbuhan tanaman sangat

dipengaruhi oleh benih (bibit), perlakuan sejak di persemaian, penanaman,

pemeliharaannya dan tempat tumbuh (kesesuaian lahan). Perbedaan pertumbuhan

tanaman cendana pada masing-masing pola juga dipengaruhi oleh adanya

interaksi antar komponen tanaman. Interaksi yang positif pada pola agroforestri

akan menghasilkan peningkatan produksi dari semua komponen tanaman yang

ada pada pola tersebut, akan tetapi apabila bentuk interaksi yang terjadi adalah

negatif maka peningkatan produksi salah satu jenis tanaman akan menyebabkan

penurunan produksi tanaman yang lain (Hairiah et al. 2002).

Pertumbuhan tanaman pokok cendana yang paling baik pada pola AF 2

dibandingkan dengan pola yang lain dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan pada pola tersebut bisa jadi disebabkan oleh

masalah kesuburan lokal pada pola tersebut, kualitas bibit, kegiatan pemeliharaan

dan interaksinya dengan tanaman inang dan tanaman tumpang sari yang

dibudidayakan. Tanaman pokok cendana memperoleh tambahan unsur hara untuk

pertumbuhan dari interaksi akar yang ada di dalam tanah. Pola agroforestri AF 3

menunjukkan tingkat pertumbuhan cendana yang paling rendah dibandingkan

dengan pola agroforestri yang lain. Hal ini diduga karena tingkat kesuburan lokal

dan teknik penanaman tanaman cendana tanpa inang. Pertumbuhan tanaman

sangat ditentukan oleh ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh akar.

Tanaman cendana merupakan tanaman semi parasit yang memerlukan tanaman

Page 41: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

26

 

inang dalam membantu penyerapan beberapa unsur hara yang diperlukan untuk

pertumbuhannya (Rahayu et al. 2002; Hermawan 1993; Hamzah 1976).

Faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan tanaman menurun adalah

akibat adanya interaksi dengan tanaman lain yang merupakan implikasi dari

kompetisi antar komponen tanaman dalam pola agroforestri yang dikembangkan.

Kompetisi antar tanaman dalam pola agroforestri terjadi sebagai akibat adanya

keterbatasan faktor pertumbuhan seperti air, unsur hara dan cahaya. Kekurangan

unsur hara di suatu lahan mungkin saja terjadi karena kesuburan alami yang

memang rendah, atau karena besarnya proses kehilangan hara pada lahan tersebut.

Kehilangan unsur hara ini bisa terjadi karena proses pencucian (leaching),

penguapan dan bahkan bisa terjadi karena penggunaan yang berlebihan oleh jenis

tanaman tertentu dalam pola agroforestri tersebut (Rifai 2010).

5.2 Penutupan Tajuk

Proses pertumbuhan tanaman erat kaitannya dengan proses pembentukan

dan pembelahan sel baru dalam tanaman. Sel-sel baru terbentuk dari adanya asam

amino yang dihasilkan dari proses fotosintesis dalam organ daun tanaman.

Sitompul (2002) menyatakan bahwa produksi biomasa tanaman termasuk bagian

yang bernilai ekonomis (bagian yang dipanen) tersusun sebagian besar dari hasil

fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses yang memanfaatkan energi cahaya

matahari untuk membentuk karbohidrat dari karbon dioksida dan air serta

melepaskan oksigen sebagai hasil sampingan (Taiz & Zeiger 2002). Produksi

tanaman bisa dilihat sebagai suatu konversi dari energi cahaya menjadi energi

kimia yang dapat disimpan dan didistribusikan. Proses reaksi konversi itulah yang

disebut fotosintesis (Nair 1993).

Fotosintesis sangat penting peranannya bagi pertumbuhan dan produktivitas

tanaman. Pada proses fotosintesis tidak semua cahaya matahari yang sampai pada

permukaan bumi bisa dimanfaatkan oleh tanaman. Taiz dan Zeiger (2002),

menyatakan radiasi cahaya matahari yang bisa dimanfaatkan oleh tanaman hanya

radiasi yang terletak pada batas gelombang 400-700 mm atau yang lebih dikenal

dengan istilah PAR (Photosynthetically Active Radiation). Fotosintesis merupakan

proses alami satu-satunya yang diketahui dapat merubah bahan anorganik menjadi

bahan organik. Kegunaan karbohidrat dalam pertumbuhan tanaman tidak hanya

Page 42: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

27

 

sebagai bahan penyusun struktur tubuh tanaman, tetapi juga sebagai sumber

energi metabolisme yaitu energi yang digunakan untuk mensintesis dan

memelihara biomasa tanaman (Sitompul 2002).

Tanaman cendana yang ditanam sebagai tanaman pokok pada beberapa pola

agroforestri di Desa Sanirin-Timor Leste menunjukkan perbedaan pada ukuran

tajuknya. Besar atau kecilnya ukuran tajuk ini biasa digunakan untuk menduga

besarnya laju fotosintesis dan respirasi yang terjadi pada tanaman. Tanaman

cendana dengan tajuk yang besar mempunyai kemungkinan tingkat fotosintesis

yang lebih besar dari tanaman cendana dengan tajuk yang lebih kecil. Perbedaan

penutupan tajuk pada masing-masing pola agroforestri yang diamati disajikan

pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata ukuran tajuk pada 3 (tiga) pola agroforestri. Pola

Agroforestri Rata-rata panjang

tajuk (cm) Rata-rata lebar

tajuk (cm) Live Crown Ratio

(LCR)

AF 1 49,34 41,22 0,49

AF 2 53,56 44,93 0,50

AF 3 43,94 37,13 0,47

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pola AF 3 memiliki ukuran

tajuk yang paling kecil dibandingkan dengan pola agroforestri yang lain. Hal ini

bisa dijadikan dasar pendugaan bahwasannya laju fotosintesis tanaman cendana

pada AF 3 paling kecil dibandingkan dengan pola agroforestri yang lain. Laju

fotosintesis yang rendah berakibat terhambatnya produksi asam amino untuk

penambahan dan pembesaran sel tanaman. Sehingga laju pertumbuhannya

menjadi paling rendah dibandingkan dengan pola agroforestri lainnya. Daun atau

tajuk pohon merupakan organ utama dalam proses fotosintesis pada pohon.

Permukaan luar daun yang luas dan datar memungkinkan penangkapan cahaya

semaksimal mungkin per satuan volume (Gardner et al. 1991). Proses fotosintesis

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan daerah perakaran dan bagian pohon yang

lainnya. Kegiatan fotosintesis yang terhambat oleh luasan daun dan kondisi tajuk

vertikal yang rendah menyebabkan pertumbuhan daerah perakaran terhambat.

Tajuk melalui proses fotosintesis menyediakan karbohidrat untuk akar dan akar

menyerap air dan hara dari dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan tajuk.

Page 43: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

28

 

5.3 Parameter Tanah.

Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-

komponen padat, cair dan gas serta mempunyai sifat dan perilaku yang dinamis.

Benda alami ini terbentuk oleh hasil kerja interaksi antara iklim dan jasad hidup

terhadap bahan induk, yang dipengaruhi oleh relief tempatnya terbentuk dan

waktu. Tanah sebagai produk alami yang heterogen dan dinamis, maka ciri dan

perilaku tanah berbeda dari satu tempat ke tempat lain dan berubah dari waktu ke

waktu. Tanah sebagai sumberdaya untuk pertanian mempunyai dua fungsi yaitu

(1) sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan

serta (2) sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan (Arsyad 2006).

Masing-masing pola agroforestri yang dikembangkan memiliki tingkat

kesuburan tanah yang berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh sifat tanah

yang heterogen dan dinamis seperti yang sudah dijelaskan di atas. Kesuburan

tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh interaksi

sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi habitat akar-akar

aktif tanaman (Notohadiprawiro et al. 2006). Hasil penelitian di lapangan pada

beberapa pola agroforestri di Desa Sanirin-Timor Leste menunjukkan perbedaan

sifat tanah baik secara fisika maupun secara kimia. Data tentang parameter tanah

tersebut didapatkan dari pengambilan contoh tanah secara acak pada masing-

masing lokasi penelitian yang selanjutnya dianilisis di laboratorium. Parameter

sifat tanah yang diamati adalah beberapa sifat fisik dan kimia tanah. Data hasil

analisis sifat fisika tanah dari lokasi penelitian di Desa Sanirin-Timor Leste

disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil analisis sifat fisika tanah pada 3 (tiga) pola agroforestri.

No Lokasi

Tekstur BD

(g/cm3) PR (%)

Kadar Air (% Volume)

pada Pf

Air Tersedia

(%) Pasir Debu Liat

..............(%)............. Pf 2,54 Pf 4,2 1 AF 1 18,55 27,11 54,34 1,24 53,39 32,48 19,79 12,69

2 AF 2 18,94 30,43 50,63 1,52 42,79 28,79 20,74 11,18

3 AF 3 23,64 34,86 42,10 1,41 46,65 27,86 18,63 9,23

Sumber : Laboratorium Departemen Ilmu Tanah IPB (2010)

Sifat-sifat fisika tanah seperti pori-pori tanah, tekstur tanah, struktur tanah,

drainase tanah, bulk density, warna tanah dan konsistensi tanah adalah faktor yang

Page 44: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

29

 

perlu diperhatikan dalam usaha pengelolaan tanah. Parameter sifat fisika tanah

yang dianalisis di laboratorium adalah bulk density (BD), porositas (PR), kadar air

dan air tersedia. Bulk density biasa diartikan sebagai kerapatan atau bobot isi yang

menunjukkan perbandingan antara berat kering tanah dengan volume tanah

termasuk pori-pori tanah. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah

(Hardjowigeno 2003).

Secara umum dari hasil analisis sifat fisika tanah di laboratorium

menunjukkan bahwasannya pada ketiga lokasi penelitian nilai bulk density

tanahnya berada pada kisaran yang hampir seragam. Hal ini menunjukkan pada

ketiga lokasi tersebut sifat fisik tanahnya tidak terlalu berbeda. Hanya pada lokasi

AF 2 kerapatan tanahnya paling tinggi diantara lokasi yang lainnya sehingga pori-

pori tanahnya memiliki nilai yang paling rendah. Bulk density yang tinggi

menyebabkan makin kecil ruangan strukturnya dan semakin kecil ruang porinya.

Kondisi demikian menyebabkan pertumbuhan akar akan terhambat dan

berdampak langsung terhadap pertumbuhan tanaman. Bulk density yang tinggi

jelas mempengaruhi daya tembus akar tanaman dalam tanah, dan laju difusi O2 di

dalam pori-pori tanah sehingga respirasi akar terganggu (Leywakabessy et al.

2003). Perbandingan nilai bulk density pada masing-masing pola agroforestri di

Desa Sanirin-Timor Leste disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Perbandingan nilai rata-rata bulk density pada 3 (tiga) pola Agroforestri.

Page 45: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

30

 

Porositas tanah pada lokasi penelitian secara umum tidak menunjukkan

perbedaaan yang tajam atau berada pada kisaran nilai yang seragam. Nilai

porositas tanah pada lokasi penelitian tidak bisa dilepaskan dari nilai bulk density

atau kerapatan tanah pada ketiga lokasi tersebut. Porositas tanah sangat

dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah dan tekstur tanah yang

ada pada lokasi tersebut. Tanah-tanah dengan struktur granular (remah)

mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan struktur

massive (pejal). Tanah dengan kelas tekstur pasir yang banyak memiliki pori-pori

makro yang dominan sehingga sulit menahan air. Porositas tanah tinggi terjadi

karena adanya bahan organik yang tinggi (Hardjowigeno 2003). Bulk density dan

porositas tanah merupakan suatu fungsi yang berlawanan, bulk density tanah yang

tinggi menyebabkan berkurangnya ruang pori tanah yang menyebabkan

porositasnya menjadi rendah. Bulk density dan porositas tanah bisa digunakan

untuk menduga ketersediaan air yang ada di dalam tanah. Porositas tanah yang

tinggi menyebabkan kemampuan tanah menahan air berkurang sehingga tanah

mengalami kehilangan air dalam jumlah yang banyak.

Lokasi penelitian yang memiliki nilai bulk density tinggi porositas tanahnya

rendah, sehingga memiliki kemampuan menahan atau menyediakan air tinggi.

Pola agroforetri AF 2 yang memiliki nilai bulk density tertinggi memiliki

porositas tanah yang paling rendah, sehingga memiliki kemampuan menahan air

paling tinggi. Pada tingkat semai, cendana sangat peka terhadap suhu tinggi

sehingga tanaman ini memerlukan naungan 40-50 %. Kadar air tanah ditentukan

oleh masukan yaitu infiltrasi di permukaan tanah dan keluaran yang terdiri dari

evaporasi, transpirasi dan drainase (Suprayogo et al. 2002). Evaporasi dan

drainase merupakan faktor yang tidak bisa dilepaskan dari adanya pori-pori tanah

(porositas). Ketersediaan air dalam tanah akan semakin kecil pada tanah yang

memiliki porositas yang tinggi karena evaporasi apabila masukan air konstan.

Hubungan antara bulk density dengan porositas dan kandugan air dalam tanah

disajikan pada Gambar 5.

Page 46: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

31

 

Gambar 5. Hubungan nilai bulk density dengan porositas dan kadar air dalam

tanah pada 3 (tiga) pola agroforestri.

Sifat kimia tanah yang dicerminkan oleh kandungan unsur hara, pH (reaksi

tanah), Kapasitas Tukar Kation (KTK) maupun kejenuhan basa menjadi bagian

yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Tumbuhan hijau untuk dapat

hidup memerlukan air, udara, beberapa unsur hara mineral dan cahaya. Unsur hara

dalam tanah berfungsi sebagai bahan dasar untuk pabrik raksasa di dalam tubuh

tanaman (Leywakabessy et al. 2003). Unsur hara yang ada di dalam tanah tidak

seluruhnya dibutuhkan oleh tanaman dalam porsi yang sama pentingnya. Unsur

hara yang penting bagi tanaman disebut unsur hara esensial, yaitu unsur hara yang

sangat diperlukan oleh tanaman dan fungsinya dalam tanaman tidak dapat

digantikan oleh unsur lain. Unsur hara esensial apabila tidak terdapat dalam

jumlah yang cukup di dalam tanah menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh

dengan normal (Hardjowigeno 2003).

Gardner et al. (1991) menyatakan, ada dua kriteria yang digunakan untuk

menetapkan pentingnya suatu unsur hara; keduanya mengandung keterbatasan dan

kualifikasi tertentu. (1) Suatu unsur dinyatakan esensial apabila tumbuhan gagal

tumbuh dan melengkapi daur hidupnya dalam kondisi medium tanpa unsur

tersebut, dibandingkan dengan pertumbuhan dan reproduksi normal dalam kondisi

medium yang mengandung unsur hara tersebut. (2) Suatu unsur dikatakan esensial

apabila unsur tersebut merupakan penyusun metabolit yang diperlukan, seperti

Page 47: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

32

 

unsur belerang (S) dalam asam amino metionin. Unsur hara yang diperlukan

tanaman bisa berasal dari tanah, air maupun dari udara. Secara umum unsur hara

esensial yang dibutuhkan oleh tanaman ada dua golongan yaitu unsur hara makro

dan unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara dibutuhkan oleh

tanaman dalam jumlah banyak. Unsur hara makro terdiri atas unsur C, H, O, N,

P, K, Ca, Mg dan S. Unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan

tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit. Unsur hara mikro terdiri atas unsur Fe,

Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl dan Co. (Hardjowigeno 2003).

Parameter sifat kimia tanah seperti pH, KTK, dan beberapa unsur hara

diamati dari contoh tanah yang diambil dari lapangan dengan metode tanah

terusik. Tanah yang dianalisis di laboratorium merupakan tanah hasil

pencampuran (komposit) dari beberapa titik pengambilan tanah pada masing-

masing pola lokasi penelitian. Data hasil analisis sifat kimia tanah dari lokasi

penelitian di Desa Sanirin-Timor Leste disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Hasil analisis sifat kimia tanah pada lokasi penelitian di Desa Sanirin- Timor Leste

No Lokasi

pH 1:1 Walkley & Black

Kjeldhal Bray I N NH4OAc pH 7,0 C/N Ratio H2O KCl

C-org N-Total P K KTK

..(%).. ..(%).. (ppm) (me/100g) (me/100g) 1 AF 1 6,00 5,30 1,35 0,12 15,7 0,31 24,49 11.25

2 AF 2 6,20 5,50 1,65 0,14 27,0 0,42 20,82 11.79

3 AF 3 6,30 5,50 1,75 0,14 11,5 0,53 18,31 12.50

Sumber : Laboratorium Departemen Ilmu Tanah IPB (2010)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi kesuburan tanah pada masing-

masing lokasi penelitian di Desa Sanirin-Timor Leste mempunyai tingkat

kemasaman pada kisaran netral. Reaksi tanah (pH) dapat mempengaruhi tanaman

karena pengaruhnya terhadap ketersediaan unsur hara. Data pada Tabel 12

menunjukkan nilai reaksi tanah (pH) pada masing-masing lokasi berada pada

kisaran 6. Kondisi tanah tersebut berada pada kategori yang baik untuk

pertumbuhan tanaman jika dibandingkan dengan tanah-tanah yang bereaksi

masam. Ispandi dan Munip (2005) menyatakan reaksi tanah atau pH tanah yang

terlalu rendah (masam) menyebabkan tidak tersedianya unsur hara tanaman di

Page 48: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

33

 

dalam tanah, seperti hara P, K, Ca, Mg dan unsur mikro yang menyebabkan

tanaman mengalami kahat unsur hara sehingga hasil tanaman tidak optimal.

Pertumbuhan tanaman pada suatu lahan sangat ditentukan oleh kandungan

unsur hara yang mampu diambil dari tanah. Teori hukum Liebig menjelaskan

kemampuan tanaman tumbuh secara optimal ditentukan oleh faktor pembatasnya.

Faktor pembatas tersebut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan yang ditemukan dalam jumlah paling kecil dibandingkan dengan

faktor lainnya (Hardjowigeno 2003). Data hasil analisis laboratorium untuk

beberapa unsur hara yang disajikan pada Tabel 12 menunjukkan beberapa unsur

hara berada dalam kisaran yang seragam, hanya pada unsur hara P dan K yang

nilai berbeda antara masing-masing lokasi penelitian.

Unsur nitrogen (N) merupakan unsur hara yang berperan penting bagi

pertumbuhan vegetatif tanaman. Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik

tanah, pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara, pemupukan dan juga dari air

hujan. Nitrogen merupakan bahan penyusun asam amino, amida, basa bernitrogen,

protein dan nukleoprotein (Gardner et al. 1991). Zubachtirodin dan Subandi

(2008) menyatakan, tanaman tidak dapat melakukan metabolisme jika kekurangn

unsur hara N. Tanaman harus mengandung N untuk membentuk sel-sel baru

sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Fotosintesis menghasilkan

karbohidrat dari CO2 dan H2O, namun proses tersebut tidak dapat berlangsung

untuk menghasilkan protein dan asam nukleat apabila N tidak tersedia. Dengan

demikian, kekurangan N dapat menghentikan proses pertumbuhan dan reproduksi.

Kegiatan fotosintesis yang terjadi pada tanaman sepenuhnya memanfaatkan

CO2 dari udara dan air. Hasil fotosintesis berupa karbohidrat yang kemudian

terakumulasi menjadi biomassa setelah melalui proses perombakan dalam sel

tanaman. Serasah daun dan ranting tanaman serta sisa panen yang masuk ke dalam

tanah diduga bisa meningkatkan jumlah C dalam tanah. Hairiah et al. (2002)

menyatakan, ada 3 pool utama pemasok C ke dalam tanah yaitu: (1) tajuk tanaman

semusim yang masuk ke dalam tanah sebagai serasah, (2) akar tanaman, melalui

akar tanaman yang mati, ujung-ujung akar dan respirasi akar, (3) biota tanah.

Kehilangan unsur C dari dalam tanah juga memepengaruhi jumlah unsur tersebut

Page 49: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

34

 

secara keseluruhan. Unsur C dapat hilang melalui respirasi tanah, respirasi

tanaman, terangkut panen, dipergunakan biota dan karena erosi.

Unsur N dan C yang ditemukan pada tanah bisa digunakan untuk

memperkirakan besarnya kandungan bahan organik dalam tanah (BOT). Bahan

organik tanah sangat penting karena bisa memberikan pengaruh yang

menguntungkan pada sifat tanah baik sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Nisbah

C/N rendah menunjukkan kandungan bahan organik tanah yang tinggi, karena

bahan organik merupakan sumber N yang utama dalam tanah. Tanah-tanah

dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi mempunyai KTK

lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau

tanah-tanah berpasir. Tanah dengan nilai KTK yang tinggi mampu menyerap dan

menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah

(Hardjowigeno 2003).

Unsur fosfor (P) pada pola agroforestri AF 3 diduga menjadi faktor

pembatas bagi pertumbuhan tanaman pokok cendana. Hasil analisis sifat kimia

tanah menunjukkan kandungan unsur P pada pola AF 3 mempunyai jumlah yang

paling kecil dibandingkan dengan pola agroforestri yang lain yaitu pada kisaran

11,5 ppm. Unsur P mempunyai peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan

tanaman yaitu, pembelahan sel, perkembangan akar, menyimpan dan

memindahkan energi, metabolisme karbohidrat dan lain-lain. Jumlah unsur P yang

sedikit dalam tanah pada pola AF 3 diduga mengakibatkan perkembangan akar

cendana terganggu. Akar-akar tanaman pokok cendana tidak mampu menjangkau

unsur hara lain seperti N dan juga air sehingga pertumbuhannya terhambat. Akar

tanaman pokok yang tidak berkembang dengan baik juga berakibat pada sifat fisik

tanah seperti pembentukan pori-pori tanah. Jumlah pori tanah yang sedikit

menyebabkan peningkatan pemadatan tanah (bulk density) sehingga berpengaruh

juga bagi pertumbuhan tanaman.

Unsur P dalam tanah berasal dari bahan organik (pupuk kandang dan sisa

tanaman), pupuk buatan dan dari mineral-mineral dalam tanah. Unsur P dalam

tanah memiliki jumlah yang sedikit, sebagian besar terdapat dalam bentuk yang

tidak dapat diambil oleh tanaman. Tanaman yang kahat hara P, selain akan

mengganggu proses metabolisme dalam tanaman juga sangat menghambat

Page 50: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

35

 

serapan hara-hara yang lain termasuk hara K. Pola penanaman cendana pada

lokasi AF 3 diduga juga menyebabkan rendahnya serapan hara P oleh tanaman

cendana. Tanaman cendana pada lokasi AF 3 ini tidak ditanam menggunakan

tanaman inang, padahal tanaman cendana adalah jenis tanaman yang bersifat

setengah parasit (hemi parasit), sehingga membutuhkan tanaman inang untuk

memasok beberapa unsur hara yang digunakan untuk pertumbuhan (Rahayu et al.

2002; Hermawan 1993). Lebih lanjut Rahayu et al. (2002) menyebutkan bahwa

unsur hara yang diambil dari inang adalah Nitrogen (N), Pospor (P), Kalium (K)

dan asam amino, sedangkan unsur Kalsium (Ca) diambil sendiri dari dalam tanah.

Tumbuhan inang juga berfungsi sebagai peneduh ketika cendana masih dalam

tingkat semai.

Unsur K dalam tanaman berperan penting dalam proses pengaturan fungsi

stomata dan aktivasi enzim dalam tanaman. Data pada Tabel 12 menunjukkan

jumlah unsur K tersedia pada masing-masing pola agroforestri berada pada

kisaran yang cukup seragam kecuali pada AF 3. Ketersediaan unsur K dalam

tanah sangat ditentukan oleh beberapa faktor, selain karena proses pemanenan

oleh tanaman bisa juga unsur K hilang melalui pencucian (leaching). Selain itu

ketersediaan unsur K dalam tanah ini sangat tergantung pada kondisi kesuburan

alami lokasi tersebut yang bisa diduga dari kondisi batuan penyusun tanahnya.

Unsur P dan K merupakan unsur yang sangat penting selain unsur N sehingga

untuk memenuhi kebutuhan tanaman sangat diperlukan kegiatan pemupukan pada

tanah-tanah yang mengalami defisit unsur tersebut. Sedangkan unsur N bisa

diusahakan secara alamiah melalui pemanfaatan tanaman inang penambat

Nitrogen (Sesbania spp) untuk meningkatkan kesuburan dan pertumbuhan

tanaman cendana.

Luas lahan yang dimiliki kelompok tani pola agroforestri adalah seragam

yaitu 2.500m2 tiap lokasi, dimana sistem pengolahan tanahnya dilakukan secara

manual dengan menggunakan peralatan seperti cangkul, linggis, dan parang. Bibit

tanaman kehutanan seperti cendana (S album), jati (Tectona grandis), mahoni

(Swetenia sp.), gaharu (Aquilaria sp.) disiapkan sendiri oleh kelompok tani di

persemaian mulai dari penaburan benih, penyapihan bibit, pemeliharaan

dipersemaian, pengangkutan kelapangan, persiapan lokasi tanam, penanaman dan

Page 51: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

36

 

pemeliharaan di bawah bimbingan tenaga teknik dari Instituição Portuguesa

Apoio ao Dezemvolvimento (IPAD).

Dari ke 3 pola agroforestri ini mempunyai kombinasi tanaman yang berbeda

sehingga memberikan hasil yang berbeda. Jarak tanam untuk tanaman pokok yang

dipakai yaitu 4m x 4m dan untuk tanaman perkebunan seperti kelapa dengan jarak

tanam 10m x 10m. Kegiatan pengolahan lahan pada masing-masing pola

agroforestri berbeda-beda dan sangat tergantung pada ketekunan anggota

kelompok tani. Berdasarkan hasil penelitian dan jawaban responden untuk pola

AF1 dan AF2 pengolahan tanah seperti penyiangan, pendangiran dan pembersihan

gulma dilakukan 6 kali dalam satu musim panen dan untuk pola AF3 hanya 3 kali

dalam satu musim panen. Kegiatan pemeliharaan sangat diperlukan dalam

meningkatkan pertumbuhan tanaman. Penyiangan gulma dan pendangiran

dilakukan dengan tujuan untuk mengemburkan tanah-tanah disekitar pohon agar

akar tanaman bergerak bebas. Hasil penelitian dan wawancara dengan kelompok

tani di beberapa pola agroforestri mereka tidak pernah melakukan kegiatan

pemupukan dengan menggunakan pupuk kimia karena dari IPAD sendiri tidak

memperbolehkan (Instituição Portuguesa Apoio ao Dezemvolvimento, 2010).

Pendangiran yang dilakukan memberikan manfaat untuk perbaikan sifat-

sifat tanah. Pendangiran bisa membantu memperbaiki sifat fisik tanah terutama

perbaikan siklus udara. Tanah-tanah yang diolah menyebabkan tata udara menjadi

lebih baik sehingga penghancuran bahan organik berlangsung cepat

(Hardjowigeno 2003). Bahan organik yang cepat hancur akan membantu

meningkatkan kesuburan tanah sehingga membantu pertumbuhan tanaman.

Leiwakabessy et al. (2003) menyatakan bahwa pengolahan tanah merubah

ketersediaan unsur K karena terjadi perubahan aerasi, suhu, kelembaban dan

ketersediaan K yang ditambahkan.

Page 52: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Pertumbuhan tanaman pokok cendana (S. album) terbaik ditemukan pada

pola agroforestri AF 2 (S. album, Sesbania sp., Cajanus cajan, Zea mays,

Cucurbita pepo) yang ditanam bersamaan dengan tanaman inang Sesbania sp. dan

Cajanus cajan, sedangkan pertumbuhan tanaman pokok terendah ditemukan pada

pola agroforestri AF 3 (S. album, Tectona grandis L., Swetenia sp., Zea mays,

Manihot utilisima.) yang ditanam tanpa tanaman inang Sesbania sp. dan Cajanus

cajan. Kandungan unsur hara yang rendah khususnya unsur P pada pola AF 3

diduga menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman pokok cendana yang

ditanam tanpa tanaman inang.

6.2 Saran.

1. Perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam tentang karakteristik tanaman

inang yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya cendana secara agroforestri

dan sistem tanaman tumpang sari perlu pengaturan pola dan komposisi

tanamnya.

2. Kegiatan pemeliharaan tanaman terutama pemupukan pada masing-masing

pola agroforestri perlu dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan

tanaman pokok dan produksi tanaman tumpang sari yang optimal.

3. Perlu dilakukan penanaman inang (Sesbania sp. dan Cajanus cajan) secara

bersamaan dengan anakan cendana pada saat dipindahkan ke lapangan

untuk ditanam.

Page 53: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

DAFTAR PUSTAKA

Andayani W. 2005. Ekonomi Agroforestri. Yogyakarta: Debut Press. Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 1992. Perkembangan Penelitian

dan Pengembangan di Nusa Tenggara. Kupang: Balai Penelitian Kehutanan Kupang.

Bagia N, Harijono, Parsa IM. 2005. Alat Pemotong Serpihan Limbah Kayu

Cendana. Kupang: Universitas Nusa Cendana. Dadus. 2009. Statística Direcção Nacional de Floresta. Timor Leste. Direcção Nacional de Apoio Á Administração do Sucos. 2009. Livro Dadus

População do Suco : (Formato : B.1). Gardner FP, Pearce RB, Mitchel RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.

Susilo H, penerjemah; Jakarta. UI Press. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants.

Hairiah K, van Noordwijk M, Suprayogo D. 2002. Intetraksi antara pohon-tanah-

tanaman semusim: Kunci keberhasilan kegagalan dalam sistem agroforestri. Di dalam: Hairiah K, Widianto, Utami SR, Lusiana B, editor. Wanulcas: Model Simulasi untuk Sistem Agroforestri. Bogor: International Centre for Research in Agroforestry. hlm 19-42.

Hairiah K, Sardjono MA, Sabarnurdin S.. 2003. Pengantar Agroforestry. Bahan

Ajaran 1. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF). Hamzah, Z. 1976. Sifat Silvika dan Silvikultur Cendana (Santalum album L.) Di

Pulau Timor (Silvical Characteristics and Silviculture of Sandal Wood (Santalum album L.) In The Island of Timor). Laporan. Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Lembaga Penelitian Hutan, Bogor. 65 hal.

Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo. Hermawan R. 1993. Pedoman Teknis Budidaya Kayu Cendana (Santalum album

Linn.). Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Huxley P. 1999. Tropical Agroforestry. Oxford: Blackwel Science Ltd.

Page 54: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

39

[ICRAF] International Centre for Research in Agroforetry. 2000. Ketika kebun berupa hutan: Agroforest Khas Indonesia Sebuah Sumbangan Masyarakat. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF).

Instituição Portuguesa Apoio Ao Dezemvolvimento. 2010. Componentes Floresta

em Timor Leste : RDP II. Isphandi A, Munip A. 2005. Efektifitas pengapuran terhadap serapan hara dan

produksi beberapa klon ubikayu di lahan kering masam. Jurnal Ilmu Pertanian 12:125-139.

Kartasubrata J. 1991. Agroforestry. Bogor: Pusat Studi Pembangunan Lembaga

Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Laboratorium Departemen Ilmu Tanah IPB. 2010. Data Hasil Analisis Tanah.

Bogor. Lakitan B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada. Leywakabessy FM, UM Wahyudin, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Bogor:

Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Ministry of Agriculture and Fisheries. 2010. Agriculture Land use Geographic

Information System. East Timor. Nair PKR. 1993. An Introduction to Agroforestry. Dordrecht-Netherlands:

Kluwer Academic Publishers. Notohadiprawiro T, Soekodarmodjo S, Sukana E. 2006. Pengelolaan kesuburan

tanah dan efisiensi pemupukan. Di dalam: Ceramah pada Pertemuan Alih Teknologi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Dati 1 Jawa Tengah. Pati, 20-22 Agu 1984. Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada.

Pramono AA, Buharman. 2003. Cendana (Santalum album Linn.). Di dalam:

Nurhasybi et al., editor. Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia. Vol. 3. Bogor: Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Putri AI. 2008. Pengaruh media organik terhadap indeks mutu bibit cendana.

Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan 21:1-8 Puslitbang Tanah Departemen Pertanian. 2004. Cara Pengambilan Contoh Tanah

untuk Analisis (Uji Tanah). http://www.soil-climate.ir.id/uii_tanah.htm. [25 November 2008].

Page 55: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

40

Rahayu S, Wawo AH, van Noordwijk M, Hairiah K. 2002. Cendana; Deregulasi dan Strategi Pengembangannya. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF).

Rifai M. 2010. Pertumbuhan tanaman pokok gmelina (Gmelina arborea Roxb.)

pada beberapa pola agroforestry di Desa Cikanyere, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Salam AK, A Iswati, S Yusnaini dan A Niswati. 1997. Status kesuburan tanah

dalam pertanaman singkong (Manihot esculenta Crantz) di Gunung Batin Lampung Utara: 1. Tingkat ketersediaan unsur hara. J Agrotrop. 2:35-41.

Sinaga, M. dan Buharman. 1996. Teknologi Budidaya Cendana (Santalum album Linn) Dan Kajian Kelembagaan. Sylva Tropika No. 04, Oktober 1996. http://www2.bonet.co.id/dephut/st1096.htm - 16k. Di akses tanggal 13 Januari 2005.

Siregar EBM. 2005. Potensi budidaya jati. [terhubung berkala] http://library.usu.ac.id/download/fp/hutan-edi%20batara10.pdf. [20 Des 2009].

Sitompul SM. 2002. Radiasi dalam sistem agroforestri. Di dalam: Hairiah K,

Widianto, Utami SR, Lusiana B, editor. Wanulcas : Model Simulasi untuk Sistem Agroforestri. Bogor: International Centre for Research in Agroforestry. H. 79-103.

Suprayogo D, Widianto, Lusiana B, van Noordwijk M. 2002. Neraca air dalam

sistem agroforestri. Di dalam: Hairiah K, Widianto, Utami SR, Lusiana B, editor. Wanulcas: Model Simulasi untuk Sistem Agroforestri. Bogor: International Centre for Research in Agroforestry. H. 125-136.

Taiz L, Zeiger E. 2002. Plant Physiology, 3rd edition. Sinauer Associates. 690 H. Wawo AH dan Abdulhadi R. 2006. Agroforestri Berbasis Cendana: Sebuah

paradigma konservasi flora berpotensi di lahan kering NTT. Jakarta: LIPI Press.

Zubachtirodin, Subandi. 2008. Peningkatan efisiensi pupuk N, P, K, dan

produktivitas jagung pada lahan kering ultisol Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 27:32-36.

Page 56: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

LAMPIRAN

Page 57: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

42  

Lampiran 1: Peta Administrasi Timor Leste.

Page 58: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

43  

 

Lampiran2:PetaTanah LokasiPenelitian di Desa Sanirin.

Page 59: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

44  

 

Lampiran 3 : PetaAdministrasiDesa Sanirin.

Page 60: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

 

L

Lampiran4 :LayoutPolaAAgroforestrii AF1

45

Page 61: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

 

L

Lampiran 5 : LayoutPolaaagroforestri AF2

46

Page 62: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

 

LLampiran6 :LayoutPolaaagroforestriAAF3

47

Page 63: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

48

Lampiran 7 : Kuisioner Penelitian.

KUISIONER PENELITIAN

PERTUMBUHAN TANAMAN POKOK CENDANA (Santalum album Linn) PADA

SISTEM AGROFORESTRI DI DESA SANIRIN, KECAMATAN BALIBO,

KABUPATEN BOBONARO – TIMOR LESTE

I. Identitas Responden

1. Nama responden : ..................................................................

2. Pendidikan : ..................................................................

3. Alamat : ..................................................................

...................................................................

4. Jumlah anggota keluarga : ..................................................................

Jumlah anak : ..................orang

5. Jumlah hari kerja dalam : ...........................................hari

Seminggu

II. Informasi Lahan

1. Status dan luas lahan

Status Lahan(1) Asal Lahan(2) Luas yang dimiliki

(m2)

Keterangan : (1) a. Milik sendiri b. Sewa c. Lain-lain.......

(2) a. Warisan b. Pembelian

2. Pola agroforestri yang dikembangkan :

a. Tanaman Pokok/kayu : (1) .................. (3) ..................

(2) .................. (4) ..................

b. Tanaman Perkebunan : (1) ................... (3) ..................

(2) ................... (4) ..................

c. Tanaman Semusim : (1) .................. .. (3) ..................

(2) .................. .. (4) ..................

d. Tanaman Hortikultura : (1) .................. .. (3) ..................

(2) ................. .. (4) ..................

e. Tanaman Buah : (1) ................. .. (3) ..................

(2) ................. .. (4) ..................

f. Lain-lain : ................................

Page 64: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

49

III. Kegiatan Pengelolaan Lahan

1. Kegiatan persiapan lahan

(a) Manual :.................. (b) Mekanis : ................... (c) Lain-lain : ................

.................. .................... .................

.................. .................... .................

................... .................... .................

Keterangan :

2. Pengadaan bibit/benih tanaman

No. Jenis tanaman Jumlah bibit/benih

(batang/kg)

Harga

bibit/benih

Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

3. Tehnik penanaman yang dikembangkan :

No. Jenis tanaman Jarak tanam

(m)

Ukuran lubang

tanam (cm)

Keterangan

1. Tanaman kayu

2. Tanaman

perkebunan

3. Tanaman

hortikultura

4. Tanaman

semusim

5. Tanaman Buah

6. Lain-lain

Page 65: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

50

4. Kegiatan pemeliharaan

A. Pemupukan

No Jenis tanaman Jenis pupuk Satuan

(Kg)

Frekwensi Biaya

(Rp)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

B. Penanganan hama-penyakit

No Jenis tanaman Jenis pestisida Satuan

(L)

Frekwensi Biaya

(Rp)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

C. Penyulaman :

No Jenis

tanaman

Jumlah

(tan/ha)

Frekwensi Biaya

(Rp)

Keterangan

1.

2.

3.

Page 66: Pertumbuhan Tanaman Pokok Cendana. Pada Sistem Agroforestri Di Desa Sanirin Kecamatan Balibokabupaten Bobonaro Timor Leste

51

D. Penyiangan

a. Alat : ........................

b. Tehnik : .........................

c. Waktu : .........................

d. Frekwensi : .........................

e. Lain-lain : .........................

E. Kegiatan lainnya : ............................

5. Kegiatan Pemanenan

No. Jenis Tanaman Jumlah

Produk per

Panen

Harga

Produk

(Rp)

Sistem

Penjualan

Produk(1)

Frekuensi (2)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Keterangan tambahan : ............................