PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

135
i PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DAERAH DI KABUPATEN SEMARANG (TAHUN 1999-2003) SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang Oleh Dani Yus Wijayanto NIM 3353401029 Ekonomi Pembangunan FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN EKONOMI 2005

Transcript of PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Page 1: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

i

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI

PENDAPATAN DAERAH DI KABUPATEN SEMARANG

(TAHUN 1999-2003)

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Dani Yus Wijayanto

NIM 3353401029

Ekonomi Pembangunan

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN EKONOMI

2005

Page 2: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

skripsi pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. ST.Sunarto, M.S P.Eko Prasetyo, SE, M.Si NIP. 130 515 743 NIP. 132 300 418

Mengetahui, Ketua Jurusan Ekonomi

Drs. Kusmuriyanto, M.Si

NIP. 131 404 309

Page 3: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu

Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Dra. Etty Susilowati, M.Si NIP. 131 813 666

Anggota I Anggota II

Drs. ST.Sunarto, M.S P.Eko Prasetyo, SE, M.Si NIP. 130 515 743 NIP. 132 300 418

Mengetahui: Dekan,

Drs. Sunardi, MM NIP. 130 367 998

Page 4: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip

atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, September 2005

Dani Yus Wijayanto NIM 3353401029

Page 5: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, kasih tidak berbuat jahat

terhadap sesama manusia karena cinta kasih itu kesempurnaan hukum”

(Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma, 13:8-10)

Persembahan

1. Untuk kedua orang tuaku tercinta.

2. Untuk mas Randi dan mbak Ida tersayang.

3. Untuk Ria terkasih yang selalu memotivasi.

4. Untuk teman-teman seperjuangan IESP’ 2001.

(Mujib, Pipit, Alex, Ariadi, Danang dll)

5. Untuk para dosenku.

6. Dan generasi penerusku.

Page 6: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat

dan perlindunganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

dengan judul “PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI

PENDAPATAN DAERAH DI KABUPATEN SEMARANG (TAHUN 1999-

2003)” dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang

sedalam-dalamnya atas bantuan, bimbingan dan dorongan yang diberikan selama

proses penyusunan sampai selesainya skripsi ini, kepada yang terhormat :

1. Bapak Drs. AT. Soegito, MM, selaku Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Bapak Drs. Sunardi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang.

3. Bapak Drs. Kusmuriyanto, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Fakultas Ilmu

Sosial Universitas Negeri Semarang.

4. Bapak Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si, selaku Kaprodi Ilmu Ekonomi Studi

Pembangunan Universitas Negeri Semarang.

5. Bapak Drs. ST. Sunarto, MS, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak

membantu dan membimbing dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

Page 7: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

vii

6. Bapak Paiman Eko Prasetyo, SE. M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak membantu dan membimbing dengan sabar sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Bapak Gunawan dan Bapak Pratman, selaku pegawai Dinas Pertanian Kabupaten

Semarang yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data.

8. Seluruh Staf Badan Pusat Statistik Kota Semarang yang telah mengarahkan

selama mengumpulkan data.

9. Semua pihak yang telah memberikan motivasi, bantuan dan masukan, sehingga

selesainya skripsi ini.

Tiada yang dapat penulis persembahkan kepada semua pihak yang telah

membantu, hanya doa dan ucapan terima kasih yang dapat penulis berikan, semoga

segala kebaikan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya dengan

segala kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Semarang, September 2005

Penulis

Page 8: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

viii

SARI

Wijayanto, Dani Yus. 2005. Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan Daerah di Kabupaten Semarang (Tahun 1999-2003). Sarjana Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. 81 h. Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Distribusi Pendapatan Pada hakekatnya pembangunan daerah tidak hanya memusatkan perhatian pada pertumbuhan ekonomi saja namun juga mempertimbangkan bagaimana distribusi pembangunan itu. Selama ini pertumbuhan ekonomi dan hasil pembangunan tidak di nikmati secara adil dan merata oleh seluruh masyarakat maka timbul persoalan distribusi pendapatan. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana perkembangan struktur PDRB pada masing-masing sektor di Kabupaten Semarang ?, (2) Faktor-faktor apa yang menghambat dan mendukung perkembangan pada sektor pertanian dan sektor industri di Kabupaten Semarang ? (3) Bagaimana sebaran distribusi pendapatan daerah di Kabupaten Semarang dengan dan tanpa sektor industri?. Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui perkembangan struktur PDRB pada masing-masing sektor di Kabupaten Semarang dari tahun 1999-2003, (2) Untuk mengetahui faktor-faktor menghambat dan mendukung perkembangan pada sektor pertanian dan sektor industri di Kabupaten Semarang, (3) Untuk mengetahui sebaran distribusi pendapatan di Kabupaten Semarang dengan mengikutkan sektor industri dan tanpa sektor industri.

Jenis data penelitian ini adalah mengunakan data sekunder dan data primer. Ada dua variabel yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu: (1) Pertumbuhan ekonomi, dan (2) distribusi pendapatan daerah di Kabupaten Semarang Tahun 1999-2003. Teknik di dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Data utama yang digunakan adalah data sekunder berdasarkan urutan waktu (time series data). Data yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik deskriptif dan teknik perhitungan LQ, shift share dan Indeks Williamson.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan struktur PDRB Kabupaten Semarang tahun 1999-2003 didominasi empat sektor, dua diantaranya adalah sektor paling potensial yaitu sektor industri dan jasa-jasa. Berdasarkan metode LQ sektor industri, sektor listrik, sektor lembaga keuangan dan sektor jasa-jasa merupakan sektor yang berpotensi untuk dikembangkan. Sedangkan berdasarkan metode analisis shift share sektor jasa-jasa, sektor konstruksi, sektor listrik dan sektor pertanian merupakan sektor yang pertumbuhannya lebih cepat dari sektor yang sama di propinsi Jawa Tengah, karena kontribusinya bertanda positif. Sedangkan pertumbuhan PDRB Kabupaten Semarang bertanda negatif, ini berarti pertumbuhan PDRBnya lebih lambat dari pertumbuhan PDRB Propinsi Jawa Tengah. Salah satu faktor yang menghambat perkembangan pada sektor pertanian adalah berubahnya fungsi lahan

Page 9: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

ix

pertanian ke non-pertanian yang tidak terkendali. Sedangkan salah satu faktor yang mendukung perkembangan pada sektor pertanian adalah tersedianya sumber daya alam yang subur sangat cocok untuk usaha pertanian. Salah satu faktor yang menghambat perkembangan pada sektor industri adalah stabilitas ekonomi yang belum memadai. Sedangkan salah satu faktor yang mendukung perkembangan pada sektor industri adalah adanya pertumbuhan dan persebaran sentra di pedesaan. Sebaran distribusi pendapatan tiap kecamatan di Kabupaten Semarang berada pada ketimpangan taraf rendah karena nilainya rata-rata dalam kurun waktu tahun 1999-2003 masih berada dibawah angka 0.35, hal ini disebabkan karena adanya pemerataan dalam distribusi pendapatan daerah.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada empat sektor unggulan di Kabupaten Semarang yaitu (1) sektor industri, (2) sektor listrik, gas dan air, (3) sektor lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, (4) sektor jasa-jasa. Keempat sektor ini strategis untuk dikembangkan dalam meningkatkan perolehan PDRB. Sektor industri dan sektor jasa-jasa merupakan sektor yang paling potensial dan strategis untuk memacu serta menunjang perkembangan struktur PDRB Kabupaten Semarang. Sektor pertanian yang dahulu merupakan sektor potensial yang bagus harus lebih dikembangkan lagi dalam masyarakat, diantaranya dengan melalui berbagai program seperti program kesejahteraan petani. Dengan perhitungan Indeks Williamson dengan dan tanpa mengikutkan sektor industri dapat diketahui bahwa sektor industri merupakan faktor penyebab terjadinya ketimpangan.

Dengan melihat keadaan yang terjadi sebaiknya Kabupaten Semarang lebih mengintensifkan perkembangan sektor industri dan sektor jasa-jasa karena merupakan sektor yang paling potensial. Namun, tidak tertutup kemungkinan mengembangkan sektor lainnya yang kurang potensial. Sebaran distribusi pendapatan di Kabupaten Semarang harus tetap mempertahankan Indeks Williamson di bawah 0.50 sehingga ketimpangan pendapatan akan semakin kecil dan distribusi pendapatan daerah akan semakin merata dinikmati setiap penduduknya.

Page 10: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

x

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………. ii

PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii

PERNYATAAN………………………………………………………………. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………………………... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

SARI…….… ………………………………………………………………… vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6

D. Kegunaan penelitian........................................................................ 6

E. Sistematika Skripsi.......................................................................... 7

BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 8

A. Pertumbuhan Ekonomi................................................................... 8

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ............................................ 8

2. Laju Pertumbuhan Ekonomi....................................................... 9

Page 11: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

xi

B. Produk Domestik Regional Bruto .................................................. 10

1. PDRB Menurut Pendekatan Produksi ........................................ 10

2. PDRB Menurut Pendekatan Pendapatan ................................... 11

3. PDRB Menurut Pendekatan Pengeluaran................................... 11

C. Perubahan Struktur Ekonomi ......................................................... 13

1. Pola-Pola Pembangunan……………………………………….. 14

2. Teori Kuznet Tentang Perubahan Struktur Ekonomi…………... 15

D. Teori Ketimpangan Pendapatan Wilayah………………………..... 16

E. Distribusi Pendapatan……………………………………………... 17

1. Pengertian Distribusi Pendapatan…………………………….... 17

2. Pembangunan Dengan Pemerataan…………………………….. 17

a. Argumen Tradisional……………………………………...... 18

b. Argumen Tandingan……………………………………… 18

F. Metode Indeks Location Quotion………………………………… 20

G. Metode Analisis Shift Share……………………………………… 21

H Metode Indeks Williamson……………………………………… 21

I. Kerangka Berfikir………………………………………………… 23

BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 24

A. Lokasi Penelitian ............................................................................. 24

B. Sumber Data..................................................................................... 24

C. Teknik Sampling.............................................................................. 25

D. Variabel Penelitian........................................................................... 25

Page 12: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

xii

E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………….. 27

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data…………………………… 27

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………….. 31

A. Hasil Penelitian…………………………………………………… 31

1. Keadaan geografi Kabupaten Semarang…………………….... 31

2. Kependudukan……………………………………………….. 32

3. Pemerintahan………………………………………………… 34

4. Sosial………………………………………………………… 34

5. Pertanian……………………………………………………. 35

6. Perdagangan…………………………………………………. 38

7. Perkembangan Struktur PDRB Kabupaten Semarang………. 39

8. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung perkembangan

sektor pertanian dan sektor industri di Kabupaten Semarang... 45

9. Sebaran distribusi pendapatan daerah Kabupaten Semarang… 46

B. Pembahasan……………………………………………………….. 49

BAB V. PENUTUP…………………………………………………………. 79

A. Kesimpulan………………………………………………………. 79

B. Saran……………………………………………………………... 80

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 82

LAMPIRAN ................................................................................................... 84

Page 13: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel No: Halaman

1. Populasi Ternak Kecil Pada Tahun 2003……………………………………… 36

2. Perkembangan Struktur Ekonomi PDRB Kabupaten Semarang Atas dasar harga

berlaku (di atas 10 persen) ………………………………………………….. 39

3. Perkembangan Struktur Ekonomi PDRB Kabupaten Semarang Atas dasar harga

berlaku (di bawah 10 persen) ……………………………………………….. 40

4. Hasil Perhitungan LQ Tahun 1999-2003…………………..………………… 41

5. Hasil Perhitungan Differential Shift (Dj) Tahun 1999-2003…...……………. 42 6. Hasil Perhitungan (P+D)J Tahun 1999-2003………………………..……….. 44

7. Hasil Perhitungan Rata-rata Indeks Williamson dengan dan tanpa mengikutkan

Sektor Industri Tahun 1999-2003…………………………………………… 47

Page 14: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

xiv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran No:

1. Perkembangan PDRB Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Di Kabupaten

Semarang (Ribuan Rupiah).

2. Hasil Perhitungan LQ Kabupaten Semarang Tahun 1999.

3. Hasil Perhitungan LQ Kabupaten Semarang Tahun 2000.

4. Hasil Perhitungan LQ Kabupaten Semarang Tahun 2001.

5. Hasil Perhitungan LQ Kabupaten Semarang Tahun 2002.

6. Hasil Perhitungan LQ Kabupaten Semarang Tahun 2003.

7. Hasil Perhitungan Rata-Rata LQ Kabupaten Semarang Tahun 1999-2003.

8. Hasil Perhitungan Differential Shift (Dj) Tahun 1999-2000.

9. Hasil Perhitungan Differential Shift (Dj) Tahun 2000-2001.

10. Hasil Perhitungan Differential Shift (Dj) Tahun 2001-2002.

11. Hasil Perhitungan Differential Shift (Dj) Tahun 2002-2003.

12. Hasil Perhitungan Rata-Rata Differential Shift (Dj) Tahun 1999-2003

13. Hasil Perhitungan (P+D)J Tahun 1999-2003.

14. Indeks Williamson Kabupaten Semarang Tiap Kecamatan Tahun 1999 Atas Dasar

Harga Berlaku.

15. Indeks Williamson Kabupaten Semarang Tiap Kecamatan Tahun 2000 Atas Dasar

Harga Berlaku.

16. Indeks Williamson Kabupaten Semarang Tiap Kecamatan Tahun 2001 Atas Dasar

Harga Berlaku.

17. Indeks Williamson Kabupaten Semarang Tiap Kecamatan Tahun 2002 Atas Dasar

Harga Berlaku.

18. Indeks Williamson Kabupaten Semarang Tiap Kecamatan Tahun 2003 Atas Dasar

Harga Berlaku.

19. Hasil Perhitungan Rata-Rata Indeks Williamson Tahun 1999-2003.

Page 15: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

xv

20. Hasil Perhitungan Pendapatan Regional Per Kapita Tanpa Memasukkan Sektor

Industri Tahun 1999.

21. Hasil Perhitungan Pendapatan Regional Per Kapita Tanpa Memasukkan Sektor

Industri Tahun 2000.

22. Hasil Perhitungan Pendapatan Regional Per Kapita Tanpa Memasukkan Sektor

Industri Tahun 2001.

23. Hasil Perhitungan Pendapatan Regional Per Kapita Tanpa Memasukkan Sektor

Industri Tahun 2002.

24. Hasil Perhitungan Pendapatan Regional Per Kapita Tanpa Memasukkan Sektor

Industri Tahun 2003.

25. Hasil Perhitungan Pendapatan Regional Per Kapita Tanpa Memasukkan Sektor

Industri Kabupaten Semarang Tahun 1999-2003.

26. Indeks Williamson Kabupaten Semarang Tiap Kecamatan Tahun 1999 Atas Dasar

Harga Berlaku Tanpa Memasukkan Sektor Industri.

27. Indeks Williamson Kabupaten Semarang Tiap Kecamatan Tahun 2000 Atas Dasar

Harga Berlaku Tanpa Memasukkan Sektor Industri.

28. Indeks Williamson Kabupaten Semarang Tiap Kecamatan Tahun 2001 Atas Dasar

Harga Berlaku Tanpa Memasukkan Sektor Industri.

29. Indeks Williamson Kabupaten Semarang Tiap Kecamatan Tahun 2002 Atas Dasar

Harga Berlaku Tanpa Memasukkan Sektor Industri.

30. Indeks Williamson Kabupaten Semarang Tiap Kecamatan Tahun 2003 Atas Dasar

Harga Berlaku Tanpa Memasukkan Sektor Industri.

31. Hasil Perhitungan Rata-Rata Indeks Williamson Tanpa Memasukkan Sektor

Industri Tahun 1999-2003.

32. PDRB Propinsi Jawa Tengah Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 1999-2003

.

Page 16: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

xvi

Page 17: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk

menciptakan tata kehidupan ekonomi, sosial, politik yang lebih baik dimasa

mendatang. Oleh karena itu dalam melakukan penyusunan program pembangunan

harus bertitik tolak pada permasalahan pembangunan baik yang mendukung

lajunya pembangunan maupun yang menghambat pembangunan sehingga dapat

disusun suatu strategi pembangunan nasional atau pembangunan daerah.

Dalam GBHN 1998 bahwa pembangunan daerah sebagai bagian integral

dari pembangunan nasional diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan

dan hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan

prakarsa dan peran serta aktif masyarakat untuk meningkatkan pendayagunaan

potensi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab serta

memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

Pertumbuhan ekonomi adalah perubahan tingkat kegiatan ekonomi dari

tahun ke tahun, oleh karena itu untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi

harus menghitung laju pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pertumbuhan ekonomi

pada prinsipnya harus dinikmati penduduk, maka pertumbuhan ekonomi yang

Page 18: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

2

tinggi belum tentu dapat dinikmati penduduk jika pertumbuhan penduduk jauh

lebih tinggi (Suseno, 1990:35).

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu perubahan tingkat kegiatan

ekonomi yang berlangsung dari tahun ke tahun (Sadono, 1985:19). Untuk

mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi harus dibandingkan pendapatan dari

berbagai tahun yang dihitung berdasarkan harga berlaku atau harga konstan.

Sehingga perubahan dalam nilai pendapatan hanya disebabkan oleh suatu

perubahan dalam tingkat kegiatan ekonomi. Suatu perekonomian dikatakan

mengalami suatu perubahan akan perkembangannya apabila tingkat kegiatan

ekonomi adalah lebih tinggi daripada yang dicapai pada masa sebelumnya.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator

untuk menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Indikator

tersebut tidak hanya menunjukan bagaimana hasil-hasil pembangunan tersebut

didistribusikan dan siapa saja yang sesungguhnya menikmati pertumbuhan

ekonomi tetapi seberapa jauh pembangunan telah berhasil menyejahterakan

masyarakatnya. Untuk daerah seperti Kabupaten Semarang yang pada tahun 2003

jumlah penduduknya 844.889 jiwa serta diketahui pertumbuhan PDRB yang

semakin jauhnya tahun krisis ekonomi 1997, sehingga saat ini pertumbuhan

ekonomi terlihat agak lebih stabil. Hal ini terlihat dari pertumbuhan PDRB

sampai dengan tahun 2003 di mana tiga tahun terakhir menunjukkan angka yang

relatif stabil pada kisaran angka 3,00 persen dan 4,00 persen, di antaranya tahun

2001 sebesar 3,34 persen, tahun 2002 sebesar 3,90 persen dan tahun 2003 sebesar

Page 19: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

3

3,79 persen (BPS,2003:11). Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan perekonomian

Kabupaten Semarang semakin disempurnakan, sehingga pertumbuhan ekonomi

menjadi sangat penting dan pertumbuhannya harus lebih besar dari laju

pertumbuhan penduduk sehingga peningkatan pendapatan per kapita penduduk,

pendapatan daerah dapat tercapai. Tetapi keberhasilan pembangunan suatu daerah

tidak hanya dapat diukur melalui kemampuannya dalam meningkatkan

pendapatan daerah, pendapatan per kapita, PDRB maupun indikator sejenis

lainnya.

Masalah distribusi pendapatan mengandung dua segi, segi pertama yaitu

bagaimana menaikkan taraf hidup mereka yang masih berada di bawah garis

kemiskinan, sedangkan segi kedua adalah pemeratan pendapatan secara

menyeluruh, dalam arti perbedaan pendapatan antar penduduk/antar rumahtangga.

Dengan kata lain segi yang pertama merupakan masalah tingkat kemiskinan

absolut sedang segi yang kedua lebih berhubungan dengan distribusi pendapatan.

Keberhasilan mengatasi segi yang pertama dilihat dari penurunan persentase

penduduk yang masih berada di bawah garis kemiskinan, keberhasilan ini dapat

memperbaiki distribusi pendapatan secara menyeluruh jika laju pertambahan

pendapatan golongan miskin lebih besar dari laju pertambahan pendapatan

golongan kaya.

Distribusi pendapatan tidak cukup diatasi jika hanya mengandalkan

pertumbuhan ekonomi dengan harapan bahwa pendapatan nasional tersebut akan

menetes kebawah, perlu usaha semaksimal mungkin untuk mengatasi masalah

Page 20: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

4

distribusi pendapatan ini. Dengan lebih memusatkan perhatian pada kwalitas dari

proses pembangunan masalah distribusi pendapatan ini semakin terasa karena

adanya pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat selama orde baru yang tidak

diikuti dengan pemerataan distribusi pendapatan (Sugiarto, 2002:2).

Sedangkan didalam pembangunan ekonomi suatu daerah selalu muncul

polemik dalam menentukan strategi dasar pembangunannya, yaitu memilih garis

pertumbuhan ekonomi ataukah pemerataan pendapatan. Beberapa pakar ekonomi

berpendapat bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang cepat sudah tidak dapat lagi

dipakai untuk mengurangi kemiskinan. Sementara kemiskinan merupakan realita

dalam kehidupan ekonomi di negara yang sedang berkembang. Sebaliknya di

negara yang maju semangat untuk meningkatkan pendapatan merupakan tujuan

paling penting dari segala kegiatan ekonomi. Tingginya pertumbuhan ekonomi

suatu daerah memang tidak menjamin pemerataan pendapatan, namun

pertumbuhan ekonomi yang cepat tetap dianggap merupakan strategi unggul

dalam pembangunan ekonomi (Prayitno, 1986:68).

Perlunya langkah-langkah peninjauan kembali terhadap segenap prioritas

pembangunan di Kabupaten Semarang semakin terasakan, Meskipun laju

pertumbuhan ekonomi tidak secara otomatis memberikan jawaban atas berbagai

masalah kesejahteraan, namun hal tersebut tetap merupakan unsur penting dalam

setiap program pembangunan daerah. Pada hakekatnya pembangunan daerah

dianjurkan tidak hanya memusatkan perhatian pada pertumbuhan ekonomi saja

namun juga mempertimbangkan bagaimana distribusi pembangunan itu. Selama

Page 21: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

5

ini pertumbuhan ekonomi dan hasil pembangunan tidak dinikmati secara adil dan

merata oleh seluruh masyarakat maka timbul persoalan distribusi pendapatan. Hal

ini terjadi karena adanya perbedaan kesempatan untuk berpartisipasi dalam

pembangunan.Karena pentingnya masalah pertumbuhan ekonomi dan distribusi

pendapatan dalam pembangunan ekonomi maka penulis mengambil judul skripsi:

“PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

DAERAH DI KABUPATEN SEMARANG (TAHUN 1999-2003).”

B. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini, permasalahan yang akan diteliti hanya dibatasi

mengenai pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi pendapatan daerah

dengan beberapa indikator antara lain PDRB, jumlah penduduk, laju pertumbuhan

ekonomi dan pendapatan perkapita pada tahun 1999-2003 di Kabupaten

Semarang. Semua daerah dalam aktivitasnya perkembangan ekonomi pasti akan

mengalami naik turun, ada daerah yang menunjukan perkembangan ekonomi

yang tinggi dan ada pula daerah yang mengalami perkembangan ekonomi lambat.

Oleh karena itu perlu di telaah pembangunan suatu daerah apakah mengalami

perkembangan yang cukup tinggi atau sebaliknya.

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

Page 22: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

6

1. Bagaimana perkembangan struktur PDRB pada masing-masing sektor di

Kabupaten Semarang ?

2. Faktor-faktor apa yang menghambat dan mendukung perkembangan pada

sektor pertanian dan sektor industri di Kabupaten Semarang ?

3. Bagaimana sebaran distribusi pendapatan daerah di Kabupaten Semarang

dengan dan tanpa sektor industri?

C. Tujuan Penelitian

Adapun dalam penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui perkembangan struktur PDRB pada masing-masing sektor

di Kabupaten Semarang dari tahun 1999-2003.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menghambat dan mendukung

perkembangan pada sektor pertanian dan sektor industri di Kabupaten

Semarang.

3. Untuk mengetahui sebaran distribusi pendapatan di Kabupaten Semarang

dengan mengikutkan sektor industri dan tanpa sektor industri.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Kegunaan praktis, yaitu diharapkan penelitian ini bagi Kabupaten Semarang

dapat sebagai gambaran atau informasi tentang pemerataan distribusi

Page 23: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

7

pendapatan sehingga pemerintah daerah dapat lebih mengembangkan potensi

daerahnya.

2. Kegunaan teoritis, yaitu dengan mengetahui perkembangan struktur PDRB

pada masing-masing sektor di Kabupaten Semarang diharapkan pembangunan

ekonomi di tahun mendatang dapat ditingkatkan.

3. Bagi penulis adalah untuk melengkapi salah satu syarat dalam mencapai gelar

sarjana.

E. Sistematika Skripsi

BAB I : PENDAHULUAN terdiri dari; latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, sistematika skripsi.

BAB II : LANDASAN TEORI terdiri dari; berisi teori yang mendasari

dan mendukung penelitian ini yaitu meliputi pertumbuhan ekonomi, PDRB,

perubahan struktur ekonomi, teori ketimpangan wilayah, distribusi pendapatan,

metode Indeks LQ, analisis shift share, Indeks Williamson dan kerangka berfikir.

BAB III : METODE PENELITIAN terdiri dari; jenis data penelitian,

definisi operasional variabel, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan

dan analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN terdiri dari; hasil

penelitian, dan pembahasan.

BAB V : PENUTUP terdiri dari; kesimpulan dan saran.

Page 24: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pertumbuhan Ekonomi

1. Pengertian pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu perubahan tingkat kegiatan

ekonomi yang berlangsung dari tahun ke tahun (Sadono,1985:19),

sehingga untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi harus

dibandingkan pendapatan nasional dari berbagai tahun yang dihitung

berdasarkan harga konstan dan harga berlaku. Perubahan dalam nilai

pendapatan nasional hanya disebabkan oleh suatu perubahan dalam suatu

tingkat kegiatan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita

dalam jangka panjang (Boediono,1999:1). Pertumbuhan ekonomi

berkaitan dengan kenaikan output per kapita. Di sini ada dua sisi penting

yaitu output total dan jumlah penduduk. Output per kapita adalah output

total dibagi jumlah penduduk. Aspek ketiga dari definisi pertumbuhan

ekonomi adalah perspektif waktu jangka panjang. Kenaikan output per

kapita selama satu atau dua tahun, yang kemudian diikuti dengan

penurunan output per kapita bukan pertumbuhan ekonomi. Suatu

perekonomian dikatakan tumbuh apabila dalam jangka waktu 5 tahun

mengalami kenaikan output per kapita.

Page 25: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

9

Menurut Kuznets dalam (Todaro,2000:144) pertumbuhan ekonomi

adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari suatu negara yang

bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada

penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau di

mungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

teknologi, institusional dan ideologis terhadap berbagai keadaan yang ada.

Dari berbagai definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

suatu proses perekonomian dikatakan mengalami suatu perubahan atau

pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi adalah lebih tinggi

daripada yang dicapai pada waktu sebelumnya. Dengan kata lain,

perkembangan baru tercipta apabila jumlah fisik barang-barang dan jasa-

jasa yang dihasilkan bertambah besar pada tahun berikutnya. Sedangkan,

untuk mengetahui apakah suatu perekonomian mengalami pertumbuhan

perlu ditentukan perubahan yang sebenarnya terjadi dalam kegiatan-

kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun tersebut.

2. Laju pertumbuhan ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output per

kapita dalam jangka panjang (Suseno,1990:35). Laju pertumbuhan

ekonomi menunjukan tingkat pertumbuhan agregat pendapatan untuk

masing-masing tahun dibandingkan tahun sebelumnya (BPS,1999:9). Dari

berbagai definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laju

Page 26: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

10

pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan pendapatan secara agregat

masing-masing tahun dibandingkan tahun sebelumnya.

B. Produk Domestik Regional Bruto

Di dalam menghitung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang

ditimbulkan dari suatu region, ada 3 pendekatan yang digunakan (BPS,

2003:2), yaitu:

1. PDRB menurut pendekatan produksi

PDRB menurut pendekatan produksi merupakan jumlah nilai

produksi neto barang dan jasa yang dihasilkan olah berbagai unit produksi

dalam suatu region selama jangka waktu tertentu yaitu satu tahun. Unit-

unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokan menjadi 9

lapangan usaha yaitu:

1. Pertanian

2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air Bersih

5. Kontruksi

6. Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi

7. Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi

8. Lembaga Keuangan, Real Estate, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Page 27: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

11

9. Jasa-jasa (Pemerintahan, Sosial, kemasyarakatan, Hiburan dan

Perorangan)

2. PDRB menurut pendekatan pendapatan

PDRB menurut pendekatan pendapatan merupakan jumlah balas jasa

yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses

produksi di suatu region dalam jangka waktu tertentu yaitu satu tahun.

Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji,

sewa tanah, bunga modal dan keuntungan semuanya sebelum dipotong

pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB

mencakup juga penyusutan dan pajak tak langsung neto sedangkan jumlah

semua komponen pendapatan ini per sektor disebut sebagai nilai tambah

bruto sektoral. Oleh karena itu PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah

bruto seluruh sektor (lapangan usaha).

3. PDRB menurut pendekatan pengeluaran

PDRB menurut pendekatan pengeluaran adalah semua permintaan

akhir seperti; pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta

yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal

tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor neto dalam jangka waktu

tertentu (biasanya setahun) sedangkan ekspor neto merupakan ekspor

dikurangi dengan impor.

Page 28: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

12

Dari ketiga pendekatan tersebut di atas yang digunakan dalam penelitian

ini adalah pendekatan produksi. Sedangkan secara konsep jumlah pengeluaran

harus sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan harus sama

pula dengan jumlah komponen nilai tambah bruto termasuk di dalamnya balas

jasa faktor produksi. Selanjutnya PDRB seperti yang telah diuraikan di atas

disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar karena di dalamnya mencakup

komponen pajak tidak langsung neto.

Untuk memudahkan pemakai data, maka hasil perhitungan PDRB

disajikan menurut sektor ekonomi / lapangan usaha yang dibedakan menjadi 2

macam yaitu; PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga

konstan. PDRB atas dasar harga berlaku merupakan semua angka mengenai

PDRB dinilai atas dasar harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan,

baik dalam menilai produksi, biaya antara maupun dalam menilai komponen

nilai tambah dan komponen pengeluaran PDRB sedangkan PDRB atas dasar

harga konstan merupakan semua angka mengenai PDRB dinilai atas dasar

harga tetap, yaitu harga pada tahun dasar dalam hal ini adalah harga tahun

1993. Karena memakai harga tetap / konstan, maka perkembangan angka

pendapatan regional dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan

riil/ nyata dan bukan dipengaruhi oleh perubahan harga baik harga naik

maupun harga turun (BPS, 2003:7).

Sedangkan secara substansial perbedaan PDRB atas dasar harga berlaku

dengan PDRB atas dasar harga konstan terletak pada penilaian PDRB atas

Page 29: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

13

dasar harga. Jika berdasarkan harga berlaku PDRB dihitung atas dasar harga

yang berlaku pada tahun yang bersangkutan tetapi jika berdasarkan harga

konstan PDRB dihitung atas dasar harga tetap, yaitu harga pada tahun dasar

yang dalam hal ini adalah harga tahun 1993.

C. Perubahan Struktur Ekonomi

Perubahan di dalam struktur ekonomi biasanya ditunjukan dengan

adanya perkembangan kontribusi antara sektor pertanian dan sektor industri

terhadap pembentukan PDRB. Dalam GBHN tahun 1993 ditegaskan bahwa

pembangunan jangka panjang harus mampu membawa perubahan

fundamental dalam struktur ekonomi sehingga produksi nasional yang berasal

dari berbagai sektor tetapi diluar sektor pertanian akan semakin besar dan

sektor industri yang diharapkan menjadi tulangpunggung perekonomian

nasional.

Struktur ekonomi adalah komponen dari peranan sektor-sektor

perekonomian suatu daerah yang dapat dilihat dari kontribusi masing-masing

dalam PDRB. Sedangkan, corak perubahan struktur PDRB dapat ditunjukan

dengan melihat perubahan sumbangan masing-masing sektor terhadap

produksi daerah.

Page 30: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

14

Teori tentang perubahan struktur ekonomi yaitu:

1. Pola-pola Pembangunan (Sadono,1985:87)

Analisis yang dikemukakan oleh Hollis B. Chenery ini memusatkan

perhatiannya kepada proses yang mengubah secara bertahap struktur

ekonomi, industri dan kelembagaan pada suatu perekonomian yang

terbelakang sehingga memungkinkan industri yang baru menggantikan

pertanian sebagai penggerak pembangunan. Perubahan struktur ini

melibatkan seluruh fungsi ekonomi termasuk transformasi produksi dan

perubahan dalam komposisi permintaan konsumen perdagangan

internasional dan sumberdaya serta faktor faktor sosial ekonomi seperti

urbanisasi, pertumbuhan dan distribusi penduduk.

Teori ini mempunyai salah satu ciri umum dari proses pembangunan

yaitu transformasi struktur produksi barang industri pada saat pendapatan

per kapita meningkat. Dalam transformasi struktur ini terdapat beberapa

tahap yaitu:

a. Pembangunan struktur tahap awal digambarkan bahwa peranan share

output industri dalam GDP meningkat dan peranan output pertanian

menurun. Pada tahap ini pembangunan dicirikan oleh adanya

ketergantungan terhadap produksi pertanian sebagai sumber

pendapatan dan pertumbuhan.

b. Pembangunan struktural dalam tahap atau fase kemudian yaitu tahap

dimana peranan sektor pertanian dan industri seimbang. Pada fase ini

Page 31: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

15

pembangunan dicirikan oleh adanya ketergantungan terhadap produk

barang-barang industri.

2. Teori Kuznets tentang perubahan struktur ekonomi (Todaro,2000:145)

Tingkat perkembangan struktural dan sektoral yang tinggi yang

melanda segenap aspek kehidupan perekonomian merupakan penyatuan

sendiri dengan proses pertumbuhan ekonomi. Beberapa komponen yang

utama dari proses perubahan struktural tersebut antara lain mencakup

pergeseran pemusatan aktivitas pertanian secara berangsur-angsur dari

sektor pertanian ke sektor nonpertanian (pergeseran tersebut juga telah

berlangsung yakni dari sektor industri ke sektor jasa) perubahan besar

dalam skala atau rata-rata unit produksi (yakni dari pola produksi yang

ditangani oleh perusahaan-perusahaan keluarga atau perusahaan

perorangan berskala kecil kearah pola produksi massal yang ditangani

oleh perusahaan-perusahaan nasional dan multinasional yang bersifat

impersonal).

Selain itu juga terjadi pergeseran lokasi dan status pekerjaan

mayoritas angkatan kerja dari daerah pedesaan, semula mereka lebih

banyak menggeluti sektor pertanian di desa asalnya tetapi kemudian

bergerak ke sektor manufaktur serta jasa-jasa di daerah perkotaan.

Page 32: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

16

D. Teori Ketimpangan Pendapatan Wilayah

Menurut Syafrudin dalam (Sutawijaya, 2004:39) Williamson membuat

suatu langkah dengan menganalisis hubungan antara distribusi pendapatan

dan pertumbuhan ekonomi pada tingkat regional di suatu negara. Williamson

menggunakan data tabel silang dari 24 negara dan menemukan bahwa negara

dengan kesenjangan pendapatan wilayah terbesar selalu diikuti sekelompok

negara dengan tingkat pendapatan per kapita menengah, di mana kesenjangan

wilayah yang relatif kecil ditemukan baik di negara yang pertumbuhan

ekonominya tinggi maupun negara berkembang.

Sedangkan menurut Rostow pada tahun 1960 mengembangkan teori

penahapan pembangunan ekonomi. Teori ini menempatkan bermacam-macam

isu yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi.

Rostow mengusulkan lima tahapan peningkatan ekonomi yaitu; masyarakat

tradisional, masa persiapan, proses tinggal landas, proses pendewasaan dan

periode masyarakat konsumtif. Masyarakat tradisional berada dalam masa

equilibrium statis dimana pertanian merupakan aktivitas dominan. Masa

persiapan terjadi secara perlahan khususnya dalam perilaku dan organisasi

sedangkan peningkatan ekonomi muncul sejalan dengan berubahnya

kekakuan tradisional menuju mobilitas sosial, geografi dan pekerjaan. Fungsi

produksi baru disesuaikan dengan kegiatan pertanian dan industri tetapi

perubahannya tetap lambat.

Page 33: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

17

E. Distribusi Pendapatan

1. Pengertian distribusi pendapatan

Distribusi pendapatan nasional adalah mencerminkan merata atau

timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan

penduduknya (Dumairy,1997:54).

Distribusi pendapatan dibedakan menjadi dua ukuran pokok yaitu;

distribusi ukuran, adalah besar atau kecilnya bagian pendapatan yang

diterima masing-masing orang dan distribusi fungsional atau distribusi

kepemilikan faktor-faktor produksi (Todaro,2000:180).

Dari dua definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

distribusi pendapatan mencerminkan ketimpangan atau meratanya hasil

pembangunan suatu daerah atau negara baik yang diterima masing-masing

orang ataupun dari kepemilikan faktor-faktor produksi dikalangan

penduduknya.

2. Pembangunan dengan pemerataan

Perubahan ekonomi di samping mengejar laju pertumbuhan ekonomi

juga harus memperhatikan aspek pemerataan. Ada dua argumen yang

berhubungan dengan masalah pembangunan ekonomi dengan pemerataan

(Todaro, 2000:212).

Page 34: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

18

a. Argumen tradisional

Argumen tradisional menfokuskan lebih di dalam pengelolaan

faktor-faktor produksi, tabungan dan pertumbuhan ekonomi. Distribusi

pendapatan yang sangat tidak merata merupakan sesuatu yang terpaksa

dikorbankan demi memacu laju pertumbuhan ekonomi secara cepat

Akibat dari pengaruh teori dan kebijakan perekonomian pasar bebas,

penerimaan pemikiran seperti itu oleh kalangan ekonom pada

umumnya dari negara-negara maju maupun negara-negara

berkembang, baik secara implisit maupun eksplisit menunjukan bahwa

mereka tidak begitu memperhatikan pentingnya masalah kemiskinan

dan ketimpangan distribusi pendapatan.

Mereka tidak saja menganggap ketidakadilan pendapatan sebagai

syarat yang pantas dikorbankan dalam menggapai proses pertumbuhan

ekonomi secara maksimum dan bila dalam jangka panjang hal itu

dianggap syarat yang diperlukan untuk meningkatkan taraf hidup

penduduk melalui mekanisme persaingan penetesan kebawah (trickle

down effect) secara alamiah.

b. Argumen tandingan

Karena terdapat banyak ekonom pembangunan yang merasa

bahwa pemerataan pendapatan yang lebih adil di negara-negara

berkembang tidak bisa di nomorduakan, karena hal itu merupakan

suatu kondisi penting atau syarat yang harus diadakan guna

Page 35: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

19

menunjang pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2000:213). Dalam

argumen tandingan tersebut terdapat lima alasan yaitu;

Pertama, ketimpangan yang begitu besar dan kemiskinan yang

begitu luas telah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga

masyarakat miskin tidak memiliki akses terhadap perolehan kredit.

Berbagai faktor ini secara bersama-sama menjadi penyebab rendahnya

pertumbuhan GNP per kapita dibandingkan jika terdapat pemerataan

pendapatan yang lebih besar.

Kedua, berdasarkan observasi sekilas yang ditunjang oleh data-

data empiris yang ada kita mengetahui bahwa tidak seperti yang terjadi

dalam sejarah pertumbuhan ekonomi negara-negara maju, orang-orang

kaya di negara-negara dunia ketiga tidak dapat diharapkan

kemampuan atau kesediaannya untuk menabung dan menanamkan

modalnya dalam perekonomian domestik.

Ketiga, rendahnya pendapatan dan taraf hidup kaum miskin

yang berwujud berupa kondisi kesehatannya yang buruk, kurang

makan dan gizi dan pendidikannya yang rendah justru akan

menurunkan produktivitas ekonomi mereka dan pada akhirnya

mengakibatkan rendahnya pertumbuhan ekonomi nasional secara

keseluruhan.

Keempat, upaya-upaya untuk menaikkan tingkat pendapatan

penduduk miskin akan merangsang meningkatkannya permintaan

Page 36: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

20

terhadap barang-barang produksi dalam negeri seperti bahan makanan

dan pakaian.

Kelima, dengan tercapainya distribusi pendapatan yang lebih

adil melalui upaya-upaya pengurangan kemiskinan masyarakat, maka

akan segera tercipta banyak insentif atau rangsangan-rangsangan

materiil dan psikologis yang pada gilirannya akan menjadi

penghambat kemajuan ekonomi. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa promosi pertumbuhan ekonomi secara cepat dan upaya-upaya

pengentasan kemiskinan serta penanggulangan ketimpangan

pendapatan bukanlah tujuan-tujuan yang saling bertentangan sehingga

yang satu tidak perlu diutamakan dengan mengorbankan yang lain.

F. Metode Indeks Location Quotion (LQ)

Faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah

berhubungan langsung dengan permintaaan akan barang dan jasa dari luar

daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya-

sumberdaya lokal termasuk menghasilkan tenaga kerja dan bahan baku untuk

diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan menciptakan peluang kerja.

Indeks LQ digunakan untuk membandingkan antar pangsa suatu sektor

pada suatu daerah dengan sektor daerah himpunan. Sedangkan hasil pengujian

Indeks LQ akan menunjukan jika koefisien LQ > 1, berarti daerah tersebut

mempunyai potensi relatif dalam sektor tertentu. Jika LQ < 1, berarti daerah

Page 37: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

21

tersebut kurang mempunyai potensi relatif dalam sektor tertentu (Suyatno,

2000:146).

G. Metode Analisis Shift Share

Untuk menunjukan sektor-sektor yang berkembang di suatu wilayah

dibandingkan dengan perkembangan ekonomi nasional atau regional

digunakan teknik analisis shift share. Teknik ini menggambarkan kinerja

sektor-sektor di suatu wilayah dibandingkan dengan kinerja perekonomian

nasional atau regional. Dengan demikian, dapat ditunjukan dengan adanya

shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah bila daerah

tersebut memperoleh kemajuan sesuai dengan kedudukannya dalam

perekonomian nasional atau regional.

Teknik ini membandingkan laju pertumbuhan sektor-sektor di suatu

wilayah dengan laju perekonomian nasional atau regional serta sektor-

sektornya dan mengamati penyimpangan-penyimpangan dari perbandingan-

perbandingan tersebut dan bila penyimpangan itu positif hal itu disebut

keunggulan kompetitif dari suatu sektor dalam wilayah tersebut (Sitohang,

1993:95).

H. Metode Indeks Williamson

Distribusi pendapatan merupakan suatu masalah ekonomi yang penting

di Indonesia, seperti halnya di negara-negara yang sedang berkembang

Page 38: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

22

lainnya. Suatu cara yang digunakan untuk mengukur ketimpangan atau

ketidakmerataan distribusi pendapatan tersebut telah diperkenalkan oleh

Williamson yang biasa disebut Indeks Williamson. Nilai indeks ini dapat

diperoleh dari perhitungan pendapatan regional per kapita dan jumlah

penduduk masing-masing daerah.

Sedangkan hasil pengujian Indeks Williamson akan menunjukan nilai

antara 0 sampai 1. Dengan semakin besar nilai Indeks Williamson, maka

semakin besar ketidakmerataan antar daerah dan sebaliknya semakin kecil

nilai Indeks Williamson, maka tingkat ketidakmerataan antar daerah juga akan

semakin kecil (Kuncoro, 2003:127).

Page 39: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

23

I. KERANGKA BERFIKIR

Dasar kerangka berfikir dalam penelitian ini akan terbentuk dalam skema

dibawah ini;

Pertumbuhan ekonomi

Indeks LQ per sektor Analisis shift share

Tipologi daerah berdasarkan potensi

Sektor yang tumbuh secara cepat

Distribusi Pendapatan

Mengukur ketimpangan distribusi pendapatan

Tidak ada ketimpangan Ada ketimpangan

Indeks Williamson

Kesejahteraan masyarakat

Page 40: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,1998:103).

Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah PDRB menurut sektoral

Kabupaten Semarang dan Propinsi Jawa Tengah yang dihitung berdasarkan

harga berlaku. Metode penelitian ini didasarkan pada analisis deskriptif

yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan

ekonomi Kabupaten Semarang.

B. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

data yang diperoleh dari pihak lain atau data yang sudah diolah atau

dipublikasikan oleh berbagai instansi pemerintah dan data primer, yaitu data

yang diambil secara langsung pada tempat yang diteliti. Sedangkan data

yang utama digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berdasarkan

urutan waktu (time series data) untuk kurun waktu tahun 1999-2003. Data

yang digunakan meliputi, PDRB atas dasar harga berlaku untuk Kabupaten

Semarang, data PDRB atas dasar harga berlaku yang diperinci menurut

kecamatan, jumlah penduduk Kabupaten Semarang diperinci menurut

Page 41: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

25

kecamatan, PDRB menurut lapangan usaha di Kabupaten Semarang, PDRB

menurut lapangan usaha kecamatan di Kabupaten Semarang dan PDRB

menurut lapangan usaha di Propinsi Jawa Tengah.

C. Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto

1998:117). Sedangkan teknik pengambilan sampelnya adalah purporsive

sample, yaitu cara pengambilan sampel didasarkan atas dasar adanya tujuan

tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga berlaku

dari tahun 1999-2003. Sedangkan secara analisis dijelaskan tentang hasil

penelitian yang diperoleh dari perhitungan Indeks Williamson, LQ dan Shift

Share.

D. Variabel Penelitian

a. PDRB

PDRB yang digunakan melalui pendekatan produksi, yaitu PDRB

adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan olah sembilan

sektor produksi selama satu tahun, dalam menghitung PDRB yang

dijumlahkan hanyalah nilai produksi tambahan sehingga dapat

dihindarkan adanya perhitungan ganda (BPS, 1999:6).

Page 42: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

26

b. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk yang digunakan dalam menghitung PDRB per

kapita adalah jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Jumlah

penduduk terbagi menjadi penduduk usia produktif dan non produktif

dalam hal ini bukan hanya sebagai salah satu faktor produksi saja tetapi

juga merupakan pencipta dan pengembang teknologi serta yang

mengorganisasikan penggunaan berbagai faktor produksi.

c. Laju pertumbuhan ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi menunjukan tingkat pertumbuhan

agregat pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan tahun

sebelumnya (BPS,1999:9). Laju pertumbuhan ekonomi dapat dihitung

dengan cara mengurangi PDRB tahun tertentu dengan PDRB tahun

sebelumnya dan hasil dari pengurangan tersebut dibagi dengan PDRB

tahun sebelumnya.

d. Pendapatan per kapita

Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu

wilayah. Pendapatan perkapita merupakan hasil bagi antara pendapatan

regional (PDRB) suatu wilayah pada tahun tertentu dengan jumlah

penduduk pada pertengahan tahun (BPS, 2003:4).

Page 43: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

27

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik di dalam pengumpulan data menggunakan metode

dokumentasi yaitu data yang diperoleh dari buku, laporan dan penerbitan

lainnya dan metode interviu / wawancara yaitu teknik komunikasi secara

langsung dari sumber yang akan diteliti mengenai faktor penghambat dan

pendukung pada sektor pertanian dan industri di Kabupaten Semarang.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Analisis Location Quotion (LQ)

Analisis ini berfungsi untuk mengetahui sektor atau potensi yang

dimiliki dan dapat dikembangkan di suatu daerah (Suyatno, 2000:146).

LQ = Xin/Yn

Xi/Y

Keterangan :

LQ = Indeks Location Quotion

Xin = Nilai tambah sektor i di Kabupaten Semarang

Yn = PDRB di Kabupaten Semarang

Xi = Nilai tambah sektor i di Propinsi Jawa Tengah

Y = PDRB di Propinsi Jawa Tengah

Page 44: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

28

Jika koefisien LQ > 1, Kabupaten tersebut mempunyai potensi

relatif dalam sektor i. Jika LQ < 1, berarti daerah tersebut kurang

mempunyai potensi relatif dalam sektor i.

b) Analisis Shift Share

Analisis shift share berfungsi untuk mengetahui sektor-sektor

mana yang tumbuh secara cepat di suatu daerah (Sitohang, 1993:95).

Gj = Ejt-Ejo

= (Nj + Pj + Dj)

Nj = Ejo(Et/Eo)-Ejo

(P+D)J = Ejt - (Et/Eo)Ejo = Gj-Nj

Pj = {(Eit/Eio)-(Et/Eo)}Eijo

Dj = (Eijt-(Eit/Eio)Eijo)

= (P+D)j-(Pj)

Keterangan :

Gj = Pertumbuhan PDRB total Kabupaten Semarang

Nj = Komponen national Share di Kabupaten Semarang

Pj = Komponen proportional shift Kabupaten Semarang

Dj = Komponen differential shift Kabupaten Semarang

(P+D)J = Pertumbuhan PDRB Kabupaten Semarang

Ei = PDRB total Kabupaten Semarang

E = PDRB total di Propinsi Jawa Tengah

Page 45: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

29

Ejt = PDRB total Kabupaten Semarang di akhir tahun

Ejo = PDRB total Kabupaten Semarang di awal tahun

Eot = Periode awal atau akhir

i = Subsektor pada PDRB

Jika nilai Dj > 0, maka sektor i di Kabupaten j tumbuh lebih cepat

dibandingkan dengan pertumbuhan sektor yang sama di Propinsi Jawa

Tengah. Demikian sebaliknya jika Dj < 0, maka pertumbuhan sektor i di

Kabupaten j adalah lambat. Jika nilai (P+D)j > 0, maka pertumbuhan

PDRB Kabupaten j lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan

PDRB di Propinsi Jawa Tengah dan sebaliknya jika (P+D)j < 0, maka

pertumbuhan PDRB di Kabupaten j adalah lebih lambat dibandingkan

dengan pertumbuhan PDRB di Propinsi Jawa Tengah. Kedua teknik

analisis di atas digunakan untuk menghitung perkembangan struktur

PDRB di Kabupaten Semarang.

c) Indeks Williamson

Untuk mengetahui apakah terdapat pemerataan pendapatan di

Kabupaten Semarang atau tidak, digunakan alat analisis Indeks

Williamson (Kuncoro, 2003:127).

VW = ∑{Yi ─ Y }² . Fi/n Y Keterangan :

VW = Nilai indeks Williamson

Page 46: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

30

Yi = Pendapatan perkapita masing-masing kecamatan i

Y = Pendapatan perkapita Kabupaten Semarang

Fi = Jumlah penduduk masing-masing kecamatan i

n = Jumlah penduduk Kabupaten Semarang

Hasil pengujian Indeks Williamson akan menunjukan nilai antara 0

sampai 1. Dengan semakin besar nilai Indeks Williamson, maka

semakin besar ketidakmerataan antar daerah dan sebaliknya semakin

kecil nilai Indeks Williamson, maka tingkat ketidakmerataan antar

daerah juga akan semakin kecil.

HT. Oshima (dalam Sutawijaya, 2004:46) menetapkan sebuah

kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah ketimpangan dalam

masyarakat ada pada ketimpangan taraf rendah, sedang, atau tinggi.

Untuk itu ditentukan kriteria sebagai berikut; ketimpangan taraf rendah

bila indeks Williamson < 0,35 , ketimpangan taraf sedang bila indeks

Williamson antara 0,35 – 0,50 dan ketimpangan taraf tinggi bila indeks

Williamson > 0,50. Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui

sebaran distribusi pendapatan di Kabupaten Semarang.

Page 47: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Keadaan geografi Kabupaten Semarang

Kabupaten Semarang sebagai salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa

Tengah secara geografi berada pada 110º 14’ 54,75” sampai dengan 110º 39’

3’’ Bujur Timur dan 7º 3’57”-7º30’ Lintang Selatan. Kabupaten Semarang

secara administratif berbatasan dengan Kota Semarang dan Kabupaten Demak

di sebelah Utara, Kabupaten Grobogan disebelah Timur, Kabupaten Boyolali

dan Kabupaten Magelang di sebelah Selatan, Kabupaten Kendal dan

Kabupaten Temanggung di sebelah Barat. Sedangkan Kota Salatiga berada

ditengah wilayah Kabupaten Semarang. Rata-rata ketinggian tempat di

Kabupaten Semarang 607 m di atas permukaan laut, daerah terendah di desa

Candirejo Kecamatan Ungaran dan daerah tertinggi di desa Batur Kecamatan

Getasan.

Kabupaten Semarang memiliki luas wilayah sebesar 95.020,674 Ha

atau sekitar 2,92 persen luas Propinsi Jawa Tengah, sedangkan luas yang ada

terdiri dari 24.478 Ha (25,76 persen) lahan sawah dan 70.542,6740 Ha (74,24

persen) bukan lahan sawah. Secara administratif Kabupaten Semarang terbagi

menjadi 17 Kecamatan dan terdiri dari 235 desa / kelurahan. Sedangkan

Page 48: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

32

ditinjau dari segi kegunaannya bukan lahan sawah digunakan sebagai

pekarangan dan bangunan sebesar 18.695,02 Ha (26,502 persen), 29.660 Ha

untuk tegalan dan kebun (42,045 persen), 19 Ha untuk tambak / kolam (0,027

persen) perkebunan rakyat / swasta sebesar 9.633 Ha (13,656 persen), 6.342

Ha untuk hutan negara / rakyat (8,990 persen), 2.623 Ha untuk rawa (3,718

persen) dan lain-lain tanah kering sebesar 3.570,654 Ha (5,062 persen).

Menurut penggunaan lahan sawah, luas lahan sawah berpengairan irigasi

teknis sebesar 5.524 Ha, irigasi setengah teknis 4.016 Ha, irigasi sederhana

sebesar 7.917 Ha serta tadah hujan sebesar 6.003 Ha.

Curah hujan tertinggi selama tahun 2003 terdapat di Kecamatan

Tengaran sebanyak 3.451 mm, sedangkan untuk hari hujan terbanyak terdapat

di Kecamatan Bawen sebanyak 180 hari.

2. Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Semarang tahun 2003 adalah sebesar

844.889 orang dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,45 persen. Dari

hasil angka registrasi tersebut diperoleh rasio jenis kelamin penduduk

Kabupaten Semarang masih di bawah 100% yaitu sebesar 98,23%. Hal ini

menggambarkan bahwa jumlah penduduk wanita lebih banyak daripada

jumlah penduduk laki-laki. Sejalan dengan kenaikan penduduk maka

kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun (1999-2003) cenderung

mengalami kenaikan, pada tahun 2003 tercatat sebesar 889 jiwa setiap

Page 49: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

33

kilometer persegi, jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahun tidak

diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk. Kepadatan penduduk di

kecamatan yang wilayahnya sebagian besar perkotaan mempunyai kepadatan

penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan yang wilayahnya

masih merupakan daerah pedesaan. Wilayah terpadat tercatat di Tengaran,

Ambarawa dan Ungaran yang masing-masing dengan kepadatan 1.204, 1.486

dan 1.561 jiwa / km.

Tenaga kerja merupakan salah satu modal dalam perkembangan roda

pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami

perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Berdasarkan data

dari Dispenduk Capil Naker Kabupaten Semarang banyaknya pencari kerja

yang terdaftar selama tahun 2003 berjumlah 13.700 orang. Pemohon

perpanjangan dan pemberian ijin bekerja bagi warga negara asing selam tahun

2003 mengalami kenaikan yang berarti yaitu sebanyak 114 orang terdiri dari

laki-laki sebesar 103 orang dan perempuan sebesar 11 orang.

Mata pencaharian pokok penduduk di Kabupaten Semarang pada

umumnya masih bekerja di bidang pertanian, hal ini sesuai dengan potensi

wilayah Kabupaten Semarang yang sebagian besar masih merupakan lahan

pertanian.

Page 50: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

34

3. Pemerintahan

Secara administratif wilayah Kabupaten Semarang pada tahun 2003

terbagi dalam 17 kecamatan, wilayah tersebut terdiri dari 207 desa, 28

kelurahan, 1.513 Rukun Warga (RW) dan 6.203 Rukun Tetangga (RT).

Sedangkan jumlah prasarana desa sampai tahun 2003 mancapai 526 buah

yang terdiri dari prasarana perhubungan 311 buah, pendidikan dan kesehatan

sebanyak 48 buah, perekonomian sebanyak 26 buah, sosial sebanyak 141

buah.

Untuk jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan pemerintahan

Kabupaten Semarang keadaan Desember 2003 sebanyak 10.062 orang.

Jumlah pegawai menurut pendidikan yang ditamatkan adalah tamat / tidak

tamat SD sebanyak 553 orang (5,50 persen), SLTP sebanyak 490 orang (4,87

persen), SMU sebanyak 3.045 orang (30,26 persen), Diploma / Sarmud

sebanyak 3.499 orang (34,77 persen), Sarjana Strata-1 sebanyak 2.409 orang

(23.94 persen) dan Sarjana Strata-2 sebanyak 66 orang (0,66 persen).

Berdasarkan data dari Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang pada

tahun 2003 telah membuat akta PPAT sebanyak 3.577 buah, sebagian besar

merupakan hak milik 86,89 persen dan hak bangunan 13,11 persen.

4. Sosial

Penduduk di Kabupaten Semarang yang bersekolah secara umum

mengalami fluktuasi selama periode 1999-2003. Sarana pendidikan seperti

Page 51: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

35

sekolah dan tenaga pendidik merupakan salah satu faktor yang menunjang

keberhasilan pendidikan.

Kesehatan merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian

dari berbagai pihak. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai sangat

diperlukan dalam upaya peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat.

Fasilitas kesehatan yang dimaksud meliputi Rumah Sakit Umum, Puskesmas,

Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, BKIA dan Rumah Bersalin. Jumlah

sarana kesehatan di Kabupaten Semarang sebagian besar tidak mengalami

perubahan bila dibanding dengan tahun sebelumnya, sarana kesehatan yang

mengalami perubahan adalah Balai Pengobatan mengalami penurunan sebesar

20 persen. Sedangkan jumlah tenaga medis yang ada juga mengalami

penurunan untuk jumlah dokter, dokter gigi, perawat umum, bidan, sedang

jumlah perawat tidak mengalami perubahan.

5. Pertanian

Pertanian tanaman pangan memilik luas panen dan produksi tanaman

padi di Kabupaten Semarang tahun 2003 mengalami penurunan dibanding

tahun sebelumnya. Menurunnya luas panen padi berpengaruh terhadap

produksi padi, sedangkan untuk penurunannya luas panen padi turun sebesar

8,40 persen dan produksi padi turun 14,94 persen dari tahun sebelumnya.

Secara umum luas panen dan produksi tanaman palawija di Kabupaten

Semarang pada tahun 2003 juga mengalami pernurunan dibanding keadaan

Page 52: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

36

sebelumnya. Untuk luas panen jagung turun sebesar 1,69 persen sedang

produksi juga turun sebesar 5,24 persen dari tahun sebelumnya. Luas panen

produksi ketela pohon turun 11,60 persen dan 34,04 persen, luas panen dan

produksi kedelai juga mengalami penurunan sedangkan di sisi lain ketela

rambat dan kacang tanah mengalami peningkatan baik produksi maupun luas

panen. Produksi beberapa tanaman sayuran (lombok, kubis, ketimun, bawang

putih, tomat, buncis, sawi, terong, labu siam, bayam, kacng panjang, seledri,

kentang) mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, untuk produksi

bawang merah, bawang daun, wortel, petai, melinjo dan kangkung mengalami

kenaikan dari tahun sebelumnya. Beberapa produksi buah-buahan (rambutan,

durian, jambu air, jambu biji, sawo, pepaya, pisang, manggis, sirsat, salak,

sukun, kelengkeng) juga mengalami penurunan dibanding tahun 2002

sedangkan produksi alpukat, mangga, duku, jeruk, melinjo, nanas dan sukun

mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2002.

Tabel 1. Populasi Ternak Kecil Pada Tahun 2003

Tahun Babi Kambing Domba Kelinci 2002 43.794 117.641 123.436 26.715 2003 47.255 128.839 138.891 26.757

Dari tabel 1, populasi ternak kecil tahun 2003 baik babi, kambing,

domba, kelinci mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

Page 53: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

37

Untuk populasi ternak besar pada tahun 2003 baik kuda, sapi potong, sapi

perah maupun kerbau mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2002.

Produksi daging sapi, ayam buras, kambing, domba dan ayam ras mengalami

peningkatan dibanding tahun sebelumnya dan untuk produksi susu sapi, telur

ayam dan telur itik juga mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya.

Populasi perikanan pada tahun 2003 produksinya tercatat 1.615,037

ton yang terdiri dari 573,20 ton perikanan darat (kolam, karamba, mina padi)

dan 1.041,837 ton perairan umum (rawa, sungai, genangan lainnya),

dibanding tahun sebelumnya produksi perikanan tahun 2003 mengalami

peningkatan sebesar 7,297 persen.

Luas tanaman perkebunan rakyat sebagian besar mengalami

peningkatan dibanding tahun sebelumnya, kecuali unutk rosela, tembakau,

jahe, aren, kapuk, kelapa dalam, jambu, mete, tebu, panili dan cengkeh.

Sedangkan produksi perkebunan rakyat sebagian besar tanaman mengalami

peningkatan kecuali kopi, kapuk, panili, guala kristal, jahe, rosela dan

tembakau mengalami penurunan produksi dibangding tahun 2002.

Sedangkan dalam kehutanan menurut fungsinya dibagi menjadi hutan

produksi, hutan lindung, hutan wisata dan hutan suaka. Luas hutan produksi

pada tahun 2003 sebesar 6.916,1 Ha atau 29,74 persen dari jumlah hutan

keseluruhan, luas hutan rakyat pada thun 2003 sebesar 12.865 Ha atau 55,31

persen dari jumlah hutan keseluruhan sedangkan hutan lindung luasnya

Page 54: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

38

sebesar 3.276,90 Ha atau 14,09 persen dan hutan wisata sebesar 182,17 Ha

atau 0,78 persen dari jumlah hutan seluruhnya.

6. Perdagangan

Pasar berfungsi sebagai salah satu sarana yang berperan dalam

penyaluran barang. Sebagai tempat penyaluran barang pada tahun 2003 di

Kabupaten Semarang terdapat 3 pusat perbelanjaan, pasar umum sebanyak 42

buah, pasar hewan 4 buah, dan lain-lain 1 buah. Bila dibandingkan dengan

tahun sebelumnya terdapat 3 pusat perbelanjaan yang belum ada pada tahun

2002, jumlah pasar umum mengalami penurunan sedang pasar hewan tetap.

Sedangkan untuk koperasi yang sering disebut soko guru

perekonomian Indonesia, semakin menunjukkan perannya dalam

meningkatkan kesejahteraan rakyat. Jumlah koperasi di Kabupaten Semarang

pada tahun 2002 sebanyak 137 unit dengan jumlah anggota 93.842 orang,

jumlah koperasi ini terbagi dalam 14 KUD dan 123 non KUD. Aktivitas

koperasi khususnya KUD bila dibanding tahun 2001 pada umumnya

mengalami peningkatan natara lain dalam pembinaan pengusaha kecil dan

pengadaan pangan, sedang untuk penyaluran pupuk mengalami penurunan

sebesar 2.6 persen.

Page 55: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

39

7. Perkembangan Struktur PDRB Kabupaten Semarang

Perkembangan struktur PDRB Kabupaten Semarang dilihat kontribusi

tiap sektornya, sektor industri masih tetap menempati urutan pertama. Seperti

tahun-tahun sebelumnya bahwa walaupun krisis masih terasa namun struktur

perekonomian Kabupaten Semarang masih didominasi oleh sektor industri. Di

samping itu urutan kontribusi masing-masing sektor atas dasar harga berlaku

tidak terjadi pergeseran dari tahun lalu. Struktur PDRB Kabupaten Semarang

tahun 1999-2003 atas dasar harga berlaku masih sama yaitu didominasi oleh

empat sektor yaitu sektor industri, pertanian, perdagangan dan jasa-jasa

dengan kontribusi masing-masing di atas 10 persen. Agar lebih jelas dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 2 Perkembangan Struktur PDRB Kabupaten Semarang

Atas dasar harga berlaku (di atas 10 persen)

No Sektor Ekonomi Kontribusi (persen) 1999 2000 2001 2002 2003

1 Industri 41,46 40,89 41,49 40,7 41,48 2 Pertanian 21,09 21,83 20,26 20,59 19,08

3 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 18,05 17,84 18,01 17,89 17,95

4 Jasa-jasa 10,54 10,84 11,34 11,36 11,58 Jumlah 91,14 91,4 91,1 90,54 90,09

Sumber: Data BPS, 1999-2003 yang sudah diolah

Page 56: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

40

Tabel. 3 Perkembangan Struktur PDRB Kabupaten Semarang

Atas dasar harga berlaku (di bawah 10 persen)

No Sektor Ekonomi Kontribusi (persen) 1999 2000 2001 2002 2003 1 Lembaga keuangan 3,38 3,71 3,73 3,89 3,82 2 Angkutan dan Komunikasi 2,33 2,43 2,52 2,66 2,91 3 Konstruksi 1,57 1,33 1,42 1,53 1,55 4 Listrik 0,91 0,95 1,06 1,21 1,46 5 Penggalian 0,22 0,18 0,17 0,17 0,17

Jumlah 8,41 8,6 8,9 9,46 9,91 Sumber: Data BPS, 1999-2003 yang sudah diolah

Dari tabel 2 dan tabel 3, jika melihat perkembangan PDRB Kabupaten

Semarang mulai tahun 1999-2003, sektor industri, pertanian, perdagangan,

Jasa-jasa sampai dengan 2003 masih paling tinggi perkembangannya

dibandingkan 5 sektor lainnya. Tapi pada sektor industri mengalami naik

turun, sedangkan pada sektor pertanian mengalami penurunan dari tahun

ketahun. Untuk sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi

mengalami kecenderungan menurun sedangkan pada sektor jasa-jasa

perkembangannya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun walaupun

peningkatannya relatif kecil. Pada sektor ekonomi yang sumbangan persentase

untuk PDRB dibawah 10 persen juga terjadi peningkatan walaupun

peningkatannya relatif stabil dan kecil. Sedangkan kenaikan dan penurunan

PDRB Kabupaten Semarang disebabkan oleh besarnya kontribusi sektor

unggulan didaerah tersebut.

Page 57: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

41

Tabel. 4 Hasil Perhitungan Rata-rata LQ Tahun 1999-2003

Sumber; Data BPS, 1999-2003 yang sudah diolah Keterangan: (T); Tinggi, (SR); Sangat Rendah, (R); Rendah

Dari tabel 4, sektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan di

Kabupaten Semarang dengan hasil perhitungan koefisien LQ > 1 adalah

sektor industri, sektor listrik dan air, sektor jasa-jasa dan sektor lembaga

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Keempat sektor tersebut berpotensi

untuk dikembangkan karena sektor tersebut merupakan sektor unggulan bagi

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang. Sedangkan sektor pertanian,

sektor penggalian, sektor konstruksi, sektor perdagangan, rumah makan dan

LQ

No Sektor 1999 2000 2001 2002 2003 Potensi Sektor

1 Pertanian 0,84(R)

0,85(R)

0,83(R)

0,88 (R)

0,89 (R) Kurang

2 Penggalian 0,22(SR)

0,19(SR)

0,18(SR)

0,18 (SR)

0,17 (SR) Kurang

3 Industri 1,42(T)

1,43(T)

1,42(T)

1,37 (T)

1,37 (T) Berpotensi

4 Listrik, Gas dan Air 1,41(T)

1,29(T)

1,39(T)

1,2 (T)

1,25 (T) Berpotensi

5 Konstruksi 0,4

(SR)0,33(SR)

0,36(SR)

0,4 (SR)

0,39 (SR) Kurang

6 Perdagangan, Rumah makan dan Jasa Akom

0,79(R)

0,76(R)

0,75(R)

0,75 (R)

0,43 (SR) Kurang

7 Angkutan dan Komunikasi 0,57(R)

0,55(R)

0,55(R)

0,53 (R)

0,51 (R) Kurang

8 Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa perush

1,05(T)

1,01(T)

1,02(T)

1,05 (T)

1,03 (T) Berpotensi

9 Jasa-jasa 1,11(T)

1,25(T)

1,34(T)

1,34 (T)

1,36 (T) Berpotensi

Page 58: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

42

jasa akomodasi, sektor angkutan dan komunikasi memiliki koefisien LQ < 1,

yang berarti sektor tersebut kurang berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini

disebabkan karena sektor tersebut bukan merupakan sektor unggulan bagi

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang.

Tabel. 5 Hasil Perhitungan Differential Shift (Dj) Tahun 1999-2003

Sumber; Data BPS, 1999-2003 yang sudah diolah Keterangan: (P); Pertumbuhan, (L); Lambat, (C); Cepat

Hasil perhitungan analisis shift share di Kabupaten Semarang seperti

pada tabel 5 di atas. Tahun 1999-2000 Kabupaten Semarang memiliki nilai

komponen DJ < 0 adalah pada sektor pertanian, sektor penggalian, sektor

industri, sektor listrik gas dan air, sektor konstruksi, sektor perdagangan dan

jasa akomodasi, sektor angkutan dan komunikasi, sektor lembaga keuangan

Dj No Sektor 1999-2000 (P) 2000-2001 (P) 2001-2002 (P) 2002-2003 (P) 1 Pertanian -14.841.807 L -30.186.201 L 31.814.406 C 3.868.775,3 C 2 Penggalian -927.408,1 L -544.755,94 L -35.224,02 L -377.140,6 L 3 Industri -37.008.255 L -31.291.988 L -77.231.067 L -20.628.812 L 4 Listrik, Gas dan Air -3.594.786 L 1.789.007,79 C -7.694.470 L 1.755.324,4 C 5 Konstruksi -9.951.767 L 3.233.370,78 C 4.337.195,4 C -2.347.471 L

6

Perdagangan, Rumah makan dan Jasa Akom -32.763.231 L -20.235.012 L -13.449.473 L -3.12E+08 L

7 Angkutan dan Komunikasi -4.455.220 L -2.080.204,6 L -5.775.291 L -4.431.366 L

8

Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa perush -85.391.137 L -558.719,63 L 2.392.639,9 C -5.166.999 L

9 Jasa-jasa 24.016.529 C 18.534.907,1 C -9.150.129 L 3.000.429,9 C

Page 59: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

43

dan jasa perusahaan di Kabupaten Semarang tergolong lambat dibandingkan

dengan pertumbuhan pada masing-masing sektor yang sama di Propinsi Jawa

Tengah. Sedangkan untuk nilai DJ > 0 adalah pada sektor jasa-jasa, ini berarti

bahwa sektor tersebut tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan

PDRB di Jawa Tengah.

Sedangkan tahun 2000-2001 Kabupaten Semarang memiliki nilai

komponen DJ < 0 adalah pada sektor pertanian, sektor penggalian, sektor

industri, sektor perdagangan dan jasa akomodasi, sektor angkutan dan

komunikasi, sektor lembaga keuangan dan jasa perusahaan di Kabupaten

Semarang tergolong lambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada masing-

masing sektor yang sama di Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan untuk nilai DJ

> 0 adalah pada sektor listrik gas dan air, sektor konstruksi, sektor jasa-jasa,

ini berarti bahwa ketiga sektor tersebut tumbuh lebih cepat dibandingkan

dengan pertumbuhan PDRB di Jawa Tengah. Tahun 2001-2002 Kabupaten

Semarang memiliki nilai komponen DJ < 0 adalah pada sektor penggalian,

sektor industri, sektor listrik gas dan air, sektor angkutan dan komunikasi,

sektor perdagangan rumah makan dan jasa akomodasi di Kabupaten Semarang

tergolong lambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada masing-masing

sektor yang sama di Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan untuk nilai DJ > 0

adalah pada sektor pertanian, sektor konstruksi, sektor lembaga keuangan

persewaan dan jasa perusahaan, ini berarti bahwa ketiga sektor tersebut

tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB di JawaTengah.

Page 60: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

44

Pada tahun 2002-2003 Kabupaten Semarang memiliki nilai komponen

DJ < 0 adalah pada sektor penggalian, sektor industri, sektor konstruksi,

sektor angkutan dan komunikasi, sektor perdagangan, rumah makan dan jasa

akomodasi, sektor lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di

Kabupaten Semarang tergolong lambat dibandingkan dengan pertumbuhan

pada masing-masing sektor yang sama di Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan

untuk nilai DJ > 0 adalah pada sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air,

sektor jasa-jasa, ini berarti bahwa ketiga sektor tersebut tumbuh lebih cepat

dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB di Jawa Tengah. Kabupaten

Semarang memiliki nilai (P+D)J < 0 selama tahun 1999-2003 selalu bertanda

negatif, ini berarti bahwa pertumbuhan PDRB di Kabupaten Semarang adalah

lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB di Propinsi Jawa

Tengah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel. 6 berikut ini:

Tabel 6.

Hasil Perhitungan (P+D)J Tahun 1999-2003 No Tahun Ejt Et Eo Ejo (P+D)J Pertumbuhan 1 1999-2000 2.770.364.036 117.782.925 101.509.194 2.479.185.866 -106.279.474 Lambat 2 2000-2001 3.146.855.431 136.131.480 117.782.925 2.770.364.036 -55.083.697 Lambat 3 2001-2002 3.555.861.862 156.418.300 136.131.480 3.146.855.431 -59.949.688 Lambat 4 2002-2003 3.916.833.266 173.852.789 156.418.300 3.555.861.862 -35.367.344 Lambat

Sumber: Data BPS, 1999-2003 sudah diolah Keterangan:(Ejt):PDRB total Kab j akhir th (Et):PDRB Kab j akhir tahun (Eo):PDRB Kab j awal tahun (Ejo):PDRB total Kab j awal th (P+D)J: Pertumbuhan PDRB KabSemarang

Page 61: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

45

8. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung perkembangan sektor

pertanian dan sektor industri di Kabupaten Semarang

a. Sektor pertanian

Berdasarkan hasil Koordinasi Pembangunan Usulan Program /

Kegiatan Kabupaten Semarang tahun 2005 ada beberapa faktor yang

menghambat perkembangan pada sektor pertanian yaitu; masih rendahnya

produktivitas di mana belum tercapainya standar mutu produk pertanian

serta belum memiliki daya saing pemasaran yang kuat, keterbatasan

informasi dan mekanisme pasar, rendahnya kualitas SDM pelaku

pertanian dalam penguasaan teknologi dan manajemen, terbatasnya

kepemilikan luas lahan dan skala usaha, lemahnya kemitraan usaha antara

petani dengan pengusaha, lemahnya permodalan petani, berubahnya

fungsi lahan pertanian ke non-pertanian yang tidak terkendali.

Sedangkan faktor mendukung dalam perkembangan pada sektor

pertanian adalah tersedianya sumber daya alam yang subur sangat cocok

untuk usaha pertanian, tersedianya sumberdaya manusia dan kelembagaan

pertanian untuk mengembangkan sektor pertanian, tersedianya komoditas

unggulan yang bisa dikembangkan, telah berkembangnya sentra produksi

pertanian, tersedianya pemasaran produk pertanian di pasar Jetis

Ambarawa.

Page 62: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

46

b. Sektor industri

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubbag perencanaan

Dinas Perindustrian Kabupaten Semarang, ada beberapa faktor yang

menghambat perkembangan pada sektor industri yaitu; stabilitas ekonomi

yang belum memadai, pasar bebas, ketidakstabilan harga bahan baku,

kurangnya pola pembinaan, inovasi hasil produksi.

Sedangkan faktor yang mendukung perkembangan pada sektor

industri antara lain; tersedianya kebijakan pemerintah dalam

pengembangan industri, adanya pertumbuhan dan persebaran sentra di

pedesaan, dukungan infrastruktur yang memadai, terbukanya pola

kemitraan usaha, tersedianya komoditas unggulan yang dapat

dikembangkan, berkembangnya aneka industri.

9. Sebaran distribusi pendapatan daerah Kabupaten Semarang

Hasil perhitungan rata-rata Indeks Williamson dengan dan tanpa

mengikutkan sektor industri di Kabupaten Semarang tahun 1999-2003 adalah

pada tabel. 7 sebagai berikut:

Page 63: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

47

Tabel. 7

Hasil Perhitungan Rata-rata Indeks Williamson dengan mengikutkan Sektor Industri

dan tanpa sektor industri Tahun 1999-2003

Sumber; Data BPS, Sudah diolah

Dari angka-angka Indeks Williamson pada tabel 7 diatas, maka

dapat diketahui bahwa hasil pembangunan yang dilaksanakan di

Kabupaten Semarang dari tahun 1999-2003 menghasilkan sebaran

distribusi pendapatan masyarakat yang relatif merata diantara kecamatan

yang ada di kabupaten Semarang. Hal ini terbukti dengan hasil

VW

No Kecamatan

Rata-rata Dengan Sektor Industri

Rata-rata Tanpa Sektor Industri

HT. Oshima

Taraf Ketimpangan

1 Getasan 0,064 0,035 Rendah 2 Tengaran 0,1 0,012 Rendah 3 Susukan 0,074 0,024 Rendah 4 Kaliwungu 0,012 0,003 Rendah 5 Suruh 0,092 0,01 Rendah 6 Pabelan 0,012 0,015 Rendah 7 Tuntang 0,072 0,016 Rendah 8 Banyubiru 0,085 0,016 Rendah 9 Jambu 0,091 0,032 Rendah

10 Sumowono 0,037 0,055 Rendah 11 Ambarawa 0,068 0,045 Rendah 12 Bawen 0,027 0,043 Rendah 13 Bringin 0.095 0.042 Rendah 14 Bancak 0.014 0.008 Rendah 15 Pringapus 0.089 0.045 Rendah 16 Bergas 0.308 0.015 Rendah 17 Ungaran 0.261 0.016 Rendah

Page 64: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

48

perhitungan Indeks Williamson di Kabupaten Semarang yang kurang dari

0,50. Sedangkan hasil perhitungan tingkat ketimpangan distribusi

pendapatan dengan memasukkan sektor industri menurut masing-masing

kecamatan di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada lampiran 14 sampai

dengan lampiran 18. Kecamatan Bergas dan Ungaran merupakan dua dari

17 kecamatan di Kabupaten Semarang yang memiliki rata-rata Indeks

Williamson dengan mengikutkan sektor industri sebesar 0,308 dan 0,261.

Sedangkan 15 kecamatan lainnya memiliki rata-rata Indeks Williamson

kurang dari 0,1

Dengan mengeluarkan sektor industri dari perhitungan PDRB

Kabupaten Semarang, maka besarnya Indeks Williamson di Kabupaten

Semarang lebih kecil daripada kita memasukkan sektor industri kedalam

perhitungan tersebut dan perhitungan tingkat ketimpangan distribusi

pendapatan tanpa memasukkan sektor industri dapat dilihat pada lampiran

26 sampai dengan lampiran 30. Dari hasil perhitungan tanpa mengikutkan

sektor industri terlihat bahwa ketimpangan yang terjadi lebih kecil bila

dibandingkan dengan perhitungan Indeks Williamson dengan

memasukkan sektor industri kedalam PDRB. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa pemerataan pendapatan per kapita pada sektor-sektor diluar

industri juga menunjukkan adanya perbedaan pada tingkat daerah tetapi

perbedaan itu lebih kecil bila dibandingkan dengan memasukkan sektor

industri.

Page 65: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

49

B. Pembahasan

1. Perkembangan Struktur PDRB Kabupaten Semarang

a. Sektor Industri

Sektor industri di Kabupaten Semarang mempunyai peran yang

sangat besar terhadap perkembangan struktur PDRB Kabupaten

Semarang, hal ini terlihat pada perkembangan kontribusi sektor industri

terhadap PDRB Kabupaten Semarang yang perkembangannya dapat

dilihat pada angka kontribusi sektor industri sebesar 41,46 persen pada

tahun 1999 kemudian mengalami penurunan sebesar 40,89 persen pada

tahun 2000, dan pada tahun 2001 kontribusi sektor industri terhadap

PDRB angka tertinggi yaitu sebesar 41,49 persen, namun pada tahun 2003

kontribusi sektor industri terhadap PDRB mengalami penurunan menjadi

41,48 persen, sehingga sektor industri menempati urutan pertama dalam

kontribusi perkembangan struktur PDRB Kabupaten Semarang pada tahun

1999-2003.

Berdasarkan analisis LQ tahun 1999-2003, sektor industri

menunjukkan nilai LQ di atas angka satu (LQ > 1) yaitu sebesar (1,42),

(1,43), (1,42), (1,37), (1,37). Hal tersebut berarti bahwa sektor industri

termasuk sektor berpotensi tinggi / sektor basis. Sedangkan nilai LQ lebih

dari satu ini berarti sektor industri sudah dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat Kabupaten Semarang.

Page 66: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

50

Perhitungan analisis shift share selama tahun 1999-2003, pada

sektor industri menunjukkan nilai komponen Dj sebesar -37.008.255,

-31.291.988, -77.231.067, -20.628.812 hal ini menunjukkan bahwa sektor

ini merupakan sektor yang pertumbuhan PDRB lebih lambat dibandingkan

propinsi Jawa Tengah yang dikarenakan daya saing menurun. Dari

perhitungan analisis di atas sektor industri merupakan sektor yang

berpotensi (tinggi) untuk dikembangkan karena merupakan sektor

unggulan / basis.

b. Sektor pertanian

Perkembangan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB pada

tahun 1999 sebesar 21,09 persen pada tahun 2000 bahkan sempat

mencapai angka tertinggi yaitu sebesar 21,83 persen, namun pada tahun

2001-2003 kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB mengalami

penurunan menjadi 20,26 persen, 20,59 persen, 19,08 persen. Walaupun

sektor pertanian mengalami penurunan tiap tahun tetapi dalam

perkembangan struktur PDRB masih menempati urutan kedua dalam

kontribusinya terhadap PDRB kabupaten Semarang tahun 1999-2003.

Berdasarkan analisis LQ tahun 1999-2003, sektor pertanian

menunjukkan nilai LQ di bawah angka satu (LQ < 1) yaitu sebesar (0,84),

(0,85), (0,83), (0,88), (0,89). Hal tersebut berarti bahwa sektor pertanian

termasuk sektor kurang berpotensi (rendah) / sektor non basis. Sedangkan

Page 67: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

51

nilai LQ kurang dari satu ini berarti sektor pertanian belum dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Semarang.

Perhitungan analisis shift share selama tahun 1999-2001, pada

sektor pertanian menunjukkan nilai komponen Dj sebesar -14.841.807,

-30.186.201, hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian selama tahun

1999-2001 merupakan sektor yang pertumbuhan PDRB lebih lambat di

bandingkan propinsi Jawa Tengah yang dikarenakan daya saing menurun.

Sedangkan pada tahun 2001-2003 pada sektor pertanian menunjukkan

nilai komponen Dj sebesar 31.814.406, 3.868.775,3, hal ini menunjukkan

bahwa sektor pertanian selama tahun 2001-2003 merupakan sektor yang

pertumbuhan PDRB lebih cepat dibandingkan propinsi Jawa Tengah yang

dikarenakan daya saing meningkat. Dari perhitungan analisis di atas,

sektor pertanian adalah sektor yang tidak berpotensi (rendah) untuk

dikembangkan karena bukan sektor unggulan / sektor basis.

c. Sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi

Perkembangan kontribusi sektor perdagangan rumah makan dan

jasa akomodasi pada tahun 1999-2003 sebesar (18,05), (17,84), (18,01),

(17,89), (17,95) persen. Pada tahun 1999 sebesar 18,05 persen merupakan

angka tertinggi selama periode 1999-2003, hal ini menunjukkan bahwa

sektor ini merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang besar bagi

perkembangan struktur PDRB Kabupaten Semarang. Sektor ini

Page 68: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

52

menempati urutan ketiga dalam perkembangan struktur PDRB Kabupaten

Semarang.

Berdasarkan analisis LQ tahun 1999-2003, sektor perdagangan,

rumah makan dan jasa akomodasi menunjukkan nilai LQ di bawah angka

satu (LQ < 1) yaitu sebesar (0,79), (0,76), (0,75), (0,75), (0,43). Hal

tersebut berarti bahwa sektor perdagangan rumah makan dan jasa

akomodasi termasuk sektor kurang berpotensi (rendah) / sektor non basis.

Sedangkan nilai LQ kurang dari satu ini berarti sektor perdagangan rumah

makan dan jasa akomodasi belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat

Kabupaten Semarang.

Perhitungan analisis shift share selama tahun 1999-2003, pada

sektor perdagangan rumah makan dan jasa akomodasi menunjukkan nilai

komponen Dj selalu bertanda negatif, hal ini menunjukkan bahwa sektor

perdagangan rumah makan dan jasa akomodasi selama tahun 1999-2003

merupakan sektor yang pertumbuhan PDRB lebih lambat dibandingkan

propinsi Jawa Tengah yang dikarenakan daya saing menurun. Dari

perhitungan analisis di atas, sektor perdagangan rumah makan dan jasa

akomodasi adalah sektor yang tidak berpotensi (rendah) untuk

dikembangkan karena bukan sektor unggulan / sektor basis.

d. Sektor jasa-jasa

Di dalam perkembangan struktur PDRB Kabupaten Semarang

selama tahun 1999-2003, sektor jasa-jasa selalu menempati urutan

Page 69: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

53

keempat dengan kontribusi tertinggi pada tahun 2003 yaitu sebesar 11,58

persen. Sedangkan dari hasil perhitungan LQ selama tahun 1999-2003

sektor jasa-jasa menunjukkan nilai di atas satu yaitu berturut-turut sebesar

(1,11), (1,25), (1,34), (1,34), (1,36) yang berarti sektor ini termasuk ke

dalam sektor unggulan / basis. Artinya sektor ini tidak hanya dapat

memenuhi kebutuhan daerahnya saja namun memenuhi kebutuhan dari

luar daerah lainnya / berpotensi untuk melakukan ekspor.

Perhitungan analisis shift share selama tahun 1999-2003, pada

sektor jasa-jasa menunjukkan nilai komponen Dj sebesar 24.016.529,

18.534.907,1, -9.150.129, 3.000.429,9 hal ini menunjukkan bahwa sektor

ini merupakan sektor yang pertumbuhan PDRB lebih cepat dibandingkan

propinsi Jawa Tengah yang dikarenakan daya saing yang meningkat.

Tetapi tahun 2002 pertumbuhan PDRB lebih lambat dibandingkan

propinsi Jawa Tengah. Dari perhitungan analisis di atas sektor jasa

merupakan sektor yang berpotensi (tinggi) untuk dikembangkan karena

merupakan sektor unggulan / basis sehingga sektor ini memiliki kinerja

yang dapat diandalkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

e. Sektor lembaga keuangan persewaan dan jasa perusahaan.

Besarnya kontribusi sektor lembaga keuangan persewaan dan jasa

perusahaan pada tahun 1999-2003 berkisar antara 3,71 sampai dengan

3,89 persen. Perkembangan kontribusi tertinggi adalah pada tahun 2002

sementara kontribusi terendah pada tahun 2000. Pada tahun 1999-2003,

Page 70: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

54

sektor ini merupakan sektor yang menempati urutan pertama (dalam

perkembangan struktur PDRB di bawah 10 persen) dan sektor yang

menempati urutan kelima dari kesembilan sektor dalam kontribusinya

terhadap PDRB Kabupaten Semarang.

Berdasarkan analisis LQ tahun 1999-2003, sektor lembaga

keuangan persewaan dan jasa perusahaan menunjukkan nilai LQ di atas

angka satu (LQ > 1) yaitu sebesar (1,05), (1,01), (1,02), (1,05), (1,03). Hal

tersebut berarti bahwa sektor lembaga keuangan persewaan dan jasa

perusahaan termasuk sektor berpotensi tinggi / sektor basis. Sedangkan

nilai LQ lebih dari satu ini berarti sektor ini sudah dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat Kabupaten Semarang.

Perhitungan analisis shift share selama tahun 1999-2003, pada

sektor lembaga keuangan persewaan dan jasa perusahaan menunjukkan

nilai komponen Dj sebesar -85.391.137, -558.719,63, 2.392.639,9,

-5.166.999 hal ini menunjukkan bahwa sektor ini merupakan sektor yang

pertumbuhan PDRB lebih lambat dibandingkan propinsi Jawa Tengah

yang dikarenakan daya saing menurun. Tetapi pada tahun 2001-2002 nilai

komponen Dj menunjukan angka positif yang berarti sektor lembaga

keuangan persewaan dan jasa perusahaan pada tahun tersebut

pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan propinsi yang dikarenakan

daya saing yang semakin meningkat. Dari perhitungan analisis di atas

sektor lembaga keuangan persewaan dan jasa perusahaan merupakan

Page 71: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

55

sektor yang berpotensi (tinggi) untuk dikembangkan karena merupakan

sektor unggulan / basis.

f. Sektor angkutan dan komunikasi

Besarnya kontribusi sektor angkutan dan komunikasi pada tahun

2003 sebesar 2,91 persen yang merupakan angka tertinggi selama tahun

1999-2003. Sektor ini merupakan sektor yang memberikan kontribusi di

bawah 10 persen bagi perkembangan struktur PDRB Kabupaten

Semarang. Sektor ini merupakan sektor yang hanya menempati kedua

(dalam perkembangan struktur PDRB di bawah 10 persen) dan sektor

yang menempati urutan keenam dari kesembilan sektor dalam kontribusi

perkembangan struktur PDRB Kabupaten Semarang.

Analisis LQ selama 5 tahun terakhir (1999-2003), sektor ini

menunjukkan nilai LQ di bawah angka satu yaitu sebesar (0,57), (0,55),

(0,55), (0,53), (0,51). Hal tersebut berarti sektor ini termasuk sektor yang

belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat daerahnya sehingga

berpotensi impor dari daerah lain.

Perhitungan analisis shift share selama tahun 1999-2003, pada

sektor angkutan dan komunikasi menunjukkan nilai komponen Dj sebesar

-4.455.220, -2.080.204,6, -5.775.291, -4.431.366 hal ini menunjukkan

bahwa sektor ini merupakan sektor yang pertumbuhan PDRB lebih lambat

di bandingkan propinsi Jawa Tengah yang dikarenakan daya saing

menurun. Dari perhitungan analisis di atas sektor angkutan dan

Page 72: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

56

komunikasi merupakan sektor yang tidak berpotensi (rendah) untuk

dikembangkan karena bukan merupakan sektor unggulan / basis.

g. Sektor konstruksi

Sektor konstruksi di Kabupaten Semarang mempunyai peran yang

kecil, hal ini terlihat pada perkembangan kontribusi sektor konstruksi

terhadap PDRB Kabupaten Semarang. Pada tahun 1999 kontribusi sektor

konstruksi mencapai angka tertinggi sebesar 1,57 persen dan pada tahun

2003 mengalami penurunan menjadi sebesar 1,55 persen. Pada tahun

1999-2003 selalu menempati urutan ketiga (dalam perkembangan struktur

PDRB di bawah 10 persen) dan sektor yang menempati urutan ketujuh

dari kesembilan sektor dalam kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten

Semarang.

Berdasarkan Analisis LQ selama 5 tahun terakhir (1999-2003),

sektor ini menunjukkan nilai LQ di bawah angka satu yaitu sebesar (0,40),

(0,33), (0,36), (0,40), (0,39). Hal tersebut berarti sektor ini termasuk

sektor yang belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat daerahnya

sehingga berpotensi impor dari daerah lain.

Perhitungan analisis shift share selama tahun 1999-2000, dan

2002-2003 pada sektor konstruksi menunjukkan nilai komponen Dj

sebesar -9.951.767, -2.347.471 hal ini menunjukkan bahwa sektor ini pada

tahun tersebut merupakan sektor yang pertumbuhan PDRB lebih lambat di

bandingkan propinsi Jawa Tengah yang dikarenakan daya saing menurun.

Page 73: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

57

Tetapi pada tahun 2000-2002 nilai komponen Dj menunjukan angka

positif yang berarti sektor konstruksi pada tahun tersebut pertumbuhannya

lebih cepat dibandingkan propinsi yang dikarenakan daya saing yang

semakin meningkat dan merupakan sektor yang tidak berpotensi untuk

dikembangkan karena bukan merupakan sektor unggulan / basis.

h. Sektor listrik gas dan air

Sektor listrik gas dan air di Kabupaten Semarang mempunyai

peran yang kecil terhadap perkembangan struktur PDRB Kabupaten

Semarang, hal ini terlihat pada perkembangan kontribusi sektor listrik gas

dan air terhadap PDRB Kabupaten Semarang yang perkembangannya

dapat dilihat pada angka kontribusi sektor listrik gas dan air sebesar 0,91

persen pada tahun 1999 kemudian mengalami peningkatan menjadi

sebesar 0,95 persen pada tahun 2000, dan pada tahun 2003 kontribusi

sektor listrik gas dan air terhadap PDRB mencapai angka tertinggi yaitu

sebesar 1,46 persen, sehingga sektor industri menempati urutan keempat

(dalam perkembangan struktur PDRB di bawah 10 persen) dan sektor

yang menempati urutan kedelapan dari kesembilan sektor dalam

kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Semarang.

Berdasarkan analisis LQ tahun 1999-2003, sektor listrik gas dan

air menunjukkan nilai LQ di atas angka satu (LQ > 1) yaitu sebesar (1,41),

(1,29), (1,39), (1,20), (1,25). Hal tersebut berarti bahwa sektor listrik gas

dan air termasuk sektor berpotensi tinggi / sektor basis. Sedangkan nilai

Page 74: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

58

LQ lebih dari satu ini berarti sektor listrik gas dan air sudah dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Semarang sehingga

berpotensi untuk melakukan ekspor kedaerah lainnya.

Perhitungan analisis shift share selama tahun 1999-2000, pada

sektor listrik gas dan air menunjukkan nilai komponen Dj sebesar

-3.594.786, dan tahun 2001-2002 sebesar -7.694.470, hal ini menunjukkan

bahwa sektor ini merupakan sektor yang pertumbuhan PDRB lebih lambat

dibandingkan propinsi Jawa Tengah yang dikarenakan daya saing

menurun. Tetapi pada tahun 2000-2001 dan tahun 2002-2003 nilai

komponen Dj menunjukan angka positif yang berarti sektor listrik gas dan

air pada tahun tersebut pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan propinsi

yang dikarenakan daya saing yang semakin meningkat dan merupakan

sektor yang berpotensi (tinggi) untuk dikembangkan karena merupakan

sektor unggulan / basis.

i. Sektor penggalian

Perkembangan kontribusi sektor penggalian terhadap PDRB pada

tahun 2003 sebesar 0,17 persen dan menempati urutan kelima (dalam

perkembangan struktur PDRB di bawah 10 persen) dan sektor yang

menempati urutan kesembilan dari kesembilan sektor dalam kontribusinya

terhadap PDRB Kabupaten Semarang. Kontribusi sektor ini terhadap

PDRB Kabupaten Semarang terbesar hanya 0,22 persen yaitu pada tahun

1999.

Page 75: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

59

Berdasarkan Analisis LQ selama 5 tahun terakhir (1999-2003),

sektor ini menunjukkan nilai LQ di bawah angka satu yaitu sebesar (0,22),

(0,19), (0,18), (0,18), (0,17). Hal tersebut berarti sektor ini termasuk

sektor yang belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat daerahnya

sehingga berpotensi impor dari daerah lain.

Perhitungan analisis shift share selama tahun 1999-2003

menunjukkan nilai komponen Dj yang selalu bertanda negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa sektor ini pada tahun tersebut merupakan sektor yang

pertumbuhan PDRB lebih lambat dibandingkan propinsi Jawa Tengah

yang dikarenakan daya saing menurun dan merupakan sektor yang tidak

berpotensi untuk dikembangkan karena bukan merupakan sektor unggulan

/ basis. Sedangkan berdasarkan lokasinya Kabupaten Semarang tergolong

daerah yang minim akan potensi pertambangan dan penggalian.

Kabupaten Semarang memiliki nilai rata-rata (P+D)J < 0 selama

tahun 1999-2003 yaitu sebesar -64.170.051 (lihat tabel 7), ini berarti

bahwa pertumbuhan PDRB di Kabupaten Semarang adalah lebih lambat

di bandingkan dengan pertumbuhan PDRB di Propinsi Jawa Tengah, hal

tersebut disebabkan karena pertumbuhan Kabupaten Semarang selalu

bertanda negatif. Penurunan pertumbuhan PDRB juga dipengaruhi oleh

besarnya kontribusi masing-masing sektornya, sehingga di dalam arahan

kebijakan pengembangan wilayah adalah arahan yang dapat diajukan

secara konseptual. Bagi pengembangan wilayah di masa yang akan datang

Page 76: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

60

harus sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing kecamatan

di Kabupaten Semarang. Kebijakan yang dapat diambil untuk mengurangi

ketidakmerataan pendapatan antar kecamatan yaitu pada kecamatan yang

masyarakatnya berpendapatan rendah dan perkembangan struktur

PDRBnya lamban akan dipacu pertumbuhannya dengan meningkatkan

pendapatan per kapita kecamatan tersebut agar dapat berjalan seiring

dengan tingkat pertumbuhan pendapatan di kecamatan lainnya. Selain itu

dipihak lain juga berusaha untuk meningkatkan pendapatan daerah yang

cukup baik pertumbuhannya dengan mengembangkan sektor-sektor yang

potensial di daerah-daerah tersebut.

2. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung perkembangan sektor

pertanian dan sektor industri di Kabupaten Semarang

2.1. Sektor pertanian

Faktor-faktor yang menghambat perkembangan sektor pertanian

antara lain:

a. Masih rendahnya produktivitas dimana belum tercapainya standar

mutu produk pertanian serta belum memiliki daya saing pemasaran

yang kuat.

Produktivitas yang rendah yang disebabkan karena hanya

menggunakan peralatan yang sangat sederhana (teknologi yang

dipakai rendah). Usaha penggunaan sumberdaya seperti tanah, air dan

Page 77: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

61

tenaga manusia bukan lagi merupakan hal yang dititik beratkan,

sehingga sebagai gantinya adalah pembentukan modal, kemajuan

teknologi, penelitian dan pengembangan ilmiah memainkan peranan

yang sangat penting dalam usaha meningkatkan jumlah output dan

produktivitas.

Selain hal tersebut di atas, pemakaian alat-alat sederhana

seperti traktor kecil, hewan penarik bajak bisa juga digunakan untuk

meningkatkan produktivitas pertanian di Kabupaten Semarang.

Akhirnya penggunaan bibit unggul, pupuk dan irigasi yang baik juga

bisa meningkatkan produk pertanian (Lincolin, 1999:331).

Dalam rangka peningkatan produktivitas daya saing dan daya

tambah pemerintah daerah perlu untuk mengembangkan usaha

pertanian dalam pendekatan kewilayahan yang terpadu dengan konsep

agribisnis. Selain itu juga perlu menyusun langkah-langkah

peningkatan daya saing antara lain dengan insentif peningkatan pasca

panen, pengolahan hasil pertanian, standar mutu dan keamanan pangan

serta penguatan sistem pemasaran dan manajemen usaha.

b. Keterbatasan informasi dan mekanisme pasar

Kita telah mengetahui bahwa dalam hampir bagi semua

masyarakat tradisional pertanian bukanlah hanya sekedar kegiatan

ekonomi saja, tetapi merupakan bagian dari cara hidup mereka.

Sehingga tanpa adanya perubahan-perubahan yang mempengaruhi

Page 78: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

62

seluruh sosial, politik dan kelembagaan masyarakat pedesaan dalam

informasi dan mekanisme pasar dalam pertanian akan menyebabkan

pembangunan pertanian tidak pernah berhasil seperti yang diharapkan.

Keterbatasan informasi diantaranya mengenai cara pengolahan

tanah yang kurang baik, pemberian pupuk yang kurang tepat dalam

penggunaannya serta pemasaran hasil produk yang terbatas. Serta

keterbatasan informasi mengenai mekanisme pasar dimana jika hasil

panen melimpah akan menurunkan harga jualnya.

c. Rendahnya kualitas SDM pelaku pertanian dalam penguasan teknologi

dan manajemen

Teknologi yang sangat terbatas dan sederhana yang disebabkan

rendahnya kualitas SDM pelaku pertanian mengakibatkan produksi

pertanian dengan pemakaian cara-cara atau teknik-teknik baru di

dalam usaha tani tidak dapat berjalan dengan baik. Memang tidaklah

mungkin untuk memperoleh hasil yang banyak dengan hanya

menggunakan tanaman dan hewan yang tradisional, menggunakan

tanah yang lama dan dengan cara-cara yang tetap seperti dulu.

Rendahnya kualitas SDM pelaku pertanian dalam penguasaan

teknologi dan manajemen lebih disebabkan karena regenerasi para

petani yang sedikit. Banyak dari anak para petani yang memiliki

tingkat pendidikan yang tinggi tidak suka untuk terjun menjadi petani,

sehingga regenerasi para petani menjadi sedikit.

Page 79: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

63

c. Terbatasnya kepemilikan luas lahan dan skala usaha

Keterikatan petani kecil terhadap kepemilikan luas lahan atau

tanahnya memang sangat mendalam. Suatu perasaan yang merupakan

ikatan batin yang sangat erat hubungannya dengan harga diri dan

kebebasan dari segala macam paksaan, sehingga apabila petani itu

kehilangan tanahnya atau ia jatuh miskin secara pelan-pelan karena

dibebani hutang yang menumpuk, maka bukan hanya keadaan

lahiriahnya saja yang rusak, tetapi juga rasa kepercayaan pada diri

sendiri dan semangat untuk berusaha memperbaiki dirinya dan usaha

pertaniannya akan hancur.

Pada sektor pertanian di Kabupaten Semarang banyak menjadi

buruh tani, hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki lahan atau

memiliki lahan yang luasnya terbatas. Terbatasnya kepemilikan lahan

dan skala usaha merupakan dampak dari bertambahnya jumlah

penduduk dan daerah yang semakin maju.

d. Lemahnya kemitraan usaha antara petani dengan pengusaha

Salah satunya yang terpenting adalah pengangkutan hasil

pertanian. Tanpa pengangkutan yang efesien dan murah menyebabkan

hasil produksi pertanian tidak dapat tersebar dengan luas. Oleh karena

itu diperlukan suatu kemitraan usaha petani dengan pengusaha suatu

jaringan pengangkutan yang bercabang luas untuk membawa bahan-

bahan perlengkapan produksi ke tiap usaha tani, dan membawa hasil

Page 80: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

64

usaha tani ke konsumen di kota-kota besar dan kecil sehingga hal

tersebut akan memperlancar pembangunan pertanian di pedesaan.

e. Lemahnya permodalan petani

Menurut Mosher dalam (Lincolin, 1999:335) untuk

meningkatkan produksi, para petani harus lebih banyak mengeluarkan

uang untuk membeli bibit unggul, obat-obatan pemberantas hama,

pupuk dan alat-alat pertanian lainnya. Pengeluaran-pengeluaran

tersebut harus dibiayai dari tabungan atau dengan meminjam untuk

jangka waktu antara saat bahan-bahan produksi dan peralatan itu dibeli

dan saat hasil panen dapat dijual. Sehingga lemahnya permodalan

petani juga menjadi penghambat perkembangan sektor pertanian Hal

tersebut akan sangat berpengaruh terhadap hasil panen yang menjadi

sedikit.

f. Berubahnya fungsi lahan pertanian ke non-pertanian yang tidak

terkendali

Adanya hukum penurunan hasil (law of dimishing returm)

berlakau karena terlampau banyak tenaga kerja yang pindah bekerja di

lahan pertanian yang sempit. Kegagalan hasil panen karena hujan atau

kurang suburnya tanah serta tindakan-tindakan pemerasan oleh para

rentenir merupakan hal yang sangat ditakuti para petani yang

kemudian memaksa lahan pertanian yang dimiliki petani dijual yang

berakibat berubah fungsinya menjadi ke non-pertanian. Di samping itu

Page 81: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

65

pertumbuhan penduduk Kabupaten Semarang yang semakin

meningkat tiap tahun sangat membutuhkan lahan sebagai tempat

tinggal, sehingga dengan banyak berubahnya fungsi lahan pertanian

ke non-pertanian yang tidak terkendali (seperti dibangun menjadi

tempat tinggal atau menjadi pusat pembelanjaan dan perkantoran)

maka, berubahnya fungsi lahan tersebut menjadi salah satu faktor yang

menghambat perkembangan sektor pertanian di Kabupaten Semarang.

Jika berubah fungsi lahan tersebut tidak terkontrol oleh pemerintah

daerah dan masyarakat pedesaan maka, secara lambat tapi pasti

perkembangan sektor pertanian akan semakin mengalami penurunan

dalam kontribusi PDRB Kabupaten Semarang.

Perkembangan sektor pertanian di samping sering mengalami

hambatan juga ada beberapa faktor yang mendukung perkembangan

sektor pertanian diantaranya:

a. Tersedianya sumber daya alam yang subur.

Kabupaten Semarang merupakan daerah yang berada di lereng

gunung Ungaran sehingga daerah tersebut memiliki sumber daya alam

yang sangat subur terutama sangat cocok untuk usaha pertanian.

Dengan adanya sumber daya alam yang subur menjadikan segala jenis

tanaman pangan dapat ditanam di daerah ini sehingga jika di

manfaatkan dengan baik sektor pertanian dapat menjadi penyumbang

terbesar dalam PDRB Kabupaten Semarang.

Page 82: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

66

b. Tersedianya sumber daya manusia dan kelembagaan pertanian

Tersedianya sumber daya alam yang subur jika tidak didukung

oleh tersedianya sumber daya manusia dan kelembagaan pertanian

tidak akan berjalan sesuai yang diinginkan, akan tetapi Kabupaten

Semarang memiliki keduanya sehingga dengan adanya sumber daya

manusia yang tersedia diharapkan mampu untuk lebih

mengembangkan potensi yang ada pada sektor pertanian.

c. Tersedianya komoditas unggulan yang bisa dikembangkan

Perkembangan sektor pertanian tidak akan maju jika tidak

memiliki komoditas unggulan untuk dipasarkan keluar daerahnya,

sehingga nantinya dapat menghasilkan sumbangan yang cukup besar

bagi sektor pertanian. Kabupaten Semarang memiliki faktor

pendukung pada sektor pertanian dengan memiliki berbagai macam

sektor unggulan diantaranya; padi, kelengkeng, encenggondok.

d. Tersedianya pemasaran produk pertanian di pasar Jetis Ambarawa

Pembangunan pertanian akan meningkatkan produksi hasil-

hasil usaha tani jika hasil-hasil tersebut tentunya akan dipasarkan dan

dijual dengan harga yang cukup tinggi untuk menutupi biaya dan

tenaga yang telah dikeluarkan para petani sewaktu memproduksinya.

Di dalam memasarkan hasil-hasil pertanian produk pertanian ini

diperlukan adanya permintaan akan hasil-hasil pertanian tersebut,

sistem pemasaran dan kepercayaan para petani pada sistem pemasaran

Page 83: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

67

tersebut. Di Kabupaten Semarang sudah tersedia pemasaran produk

pertanian di pasar Jetis Ambarawa. Dengan adanya pemasaran produk

tersebut akan dapat mendukung perkembangan sektor pertanian di

Kabupaten Semarang menjadi lebih maju dan berkembang.

Sedangkan untuk mengatasi faktor penghambat perkembangan

sektor pertanian di Kabupaten dibuatkan beberapa program-program

pembangunan pertanian di Kabupaten Semarang. Program tersebut

diantaranya;

a) Program peningkatan ketahanan pangan

Program peningkatan ketahanan pangan dilakukan dengan

empat cara, yang pertama adalah dengan meningkatkan produktivitas

dan produksi komoditas pangan utama yaitu; beras, jagung, kedelai,

sayuran, buah-buahan serta komoditas perkebunan melalui

intensifikasi, ektensifikasi, verifikasi dan rehabilitasi. Kedua, dengan

meningkatkan pemanfaatan teknologi tepat guna yang spesifik lokal

dan ramah lingkungan. Ketiga, dengan meningkatkan akses petani

terhadap modal kerja, sarana produksi, sumber informasi dan pasar

komoditas pangan. Keempat, dengan memperbaiki sistem distribusi

sarana produksi pertanian dan produk-produk pertanian bahan pangan

yang bisa menjamin pemerataan dan kontinunitas ketersediaaan

pangan.

Page 84: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

68

b) Program pengembangan agribisnis

Program pengembangan agribisnis dapat dilakukan dengan

mengembangkan komoditas unggulan yang kompetitif dipasar

domestik dan internasional serta sentra-sentra pengembangan,

mengembangkan kemitraaan uasaha antara petani produsen bahan

baku dengan pengelolaan agroindustri maupun pengelola input

pertanian, mengembangkan uasaha pembibitan / pembenihan tanaman,

meningkatkan kemampuan akses petani terhadap permodalan,

teknologi, informasi pasar dan promosi, memperbaiki sistem distribusi

guna memperbaiki posisi tawar petani dalam kegiatan agribisnis,

mengembangkan produksi hasil hutan kayu maupun non kayu serta

mengembangkan usaha pengolahan hasil pertanian.

c) Program pelestarian sumber daya alam

Program pelestarian sumber daya alam ini dilakukan dengan

mengadakan kegiatan penghijauan dan konservasi tanah,

pengembangan dan pemanfaatan daerah aliran sungai secara terpadu

dan berkelanjutan, meningkatkan partisipasi mayarakat dalam

perlindungan konservasi tanah, mencegah perambahan hutan serta

penebangan liar, melakukan kerjasama dengan instansi terkait dalam

pengendalian kerusakan lingkungan dan melestarikan pengelolaan

sumber daya air dan kesuburan lahan.

Page 85: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

69

d) Program kesejahteraan petani

Program kesejahteraan petani ini dilakukan dengan

meningkatkan ketrampilan petani melalui pelatihan dan lokakarya,

penyuluhan pertanian, kaji terap teknologi pertanian, pengembangan

SDM dan kelembagaan tani serta tersedianya pelayanan informasi dan

teknologi pertanian.

2.2. Sektor industri

Faktor-faktor yang menghambat perkembangan pada sektor

industri antara lain;

a. Stabilitas ekonomi yang belum memadai

Stabilitas ekonomi yang belum memadai dan tidak stabil

membuat peranan sektor industri mengalami penurunan, hal tersebut

disebabkan sektor industri yang paling banyak terkena dampak

langsung jika mengalami krisis ekonomi. Sehingga jika stabilitas

ekonomi kurang memadai maka, para investor asing atau dalam

negeri enggan untuk menanamkan modalnya. Oleh karena itu

stabilitas ekonomi merupakan faktor utama penghambat

perkembangan sektor industri.

b. Pasar bebas yang dapat menyebabkan kurang bisa bersaing dengan

daerah yang lebih maju

Dengan adanya pasar bebas akan dapat menyebabkan produk

industri Kabupaten Semarang menjadi kurang bisa bersaing terutama

Page 86: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

70

dengan daerah yang lebih maju, hal tersebut disebabkan karena

daerah yang sudah maju biasanya hasil produknya lebih bagus dan

banyak diminati masyarakat. Pemberlakuan pasar bebas dapat

menghambat pendapatan dari sektor industri bagi daerah yang

kurang maju.

c. Ketidakstabilan harga bahan baku

Dalam hubungan industri dengan keadaan pasar, industri

yang dekat dengan bahan baku yaitu terutama yang memproses

bahan pertanian dan bahan makanan. Dalam hal ini menarik tidaknya

suatu daerah ditentukan oleh tersedianya kestabilan harga bahan

mentah yang dibutuhkan industri didaerah tersebut, sehingga selama

tersedianya prasarana yang memadai dalam suatu daerah, sangat

sulit diharapkan berkembangnya industri tersebut. Dengan

ketidakstabilan harga bahan baku membuat para pengelola industri

menjadi sulit mencari bahan baku dengan harga yang standar,

apabila mereka mendapatkan harga bahan baku yang tinggi maka,

secara otomatis hasil dari produk tersebut akan naik. Jika hal

tersebut terjadi maka akan membuat produk industri semakin mahal

dan membuat masyarakat berfikir lagi untuk membelinya.

d. Kurangnya pola pembinaan dan inovasi hasil produksi

Pembinaan industri pada dasarnya dilakukan melalui

pembinaan sentra-sentra industri dengan bantuan unit pelayanan

Page 87: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

71

teknis. Kurangnya pola pembinaan dan inivasi hasil produksi

umumnya menimbulkan maslah yang menyangkut soal manajemen,

pemasaran, modal dan mutu sehingga salah satu pemecahannya

adalah melalui keterkaitan dengan perusahaan besar baik industri

maupun perdagangan yang ada di Kabupaten Semarang. Kurangnya

pola pembinaan dan inovasi hasil produksi membuat hasil dari

produksi tersebut menjadi stagnan dan kurang ada perubahan

sehingga berakibat kurang dapat bersaing di pasaran.

e. Terbatasnya dukungan pembiayaan

Suatu produksi dapat berjalan lancar jika memiliki dukungan

pembiayaan yang baik, sedangkan Kabupaten Semarang karena

banyak dari sektor industri kecil yang memiliki keterbatasnya

dukungan pembiayaan membuat sektor industri dalam menghasilkan

produknya tidak berjalan secara maksimal. Hal tersebut akan sangat

berpengaruh terhadap penjualan produk tersebut.

f. Masih rendahnya produktivitas tenaga kerja

Sektor industri juga tidak terlepas dari usaha meningkatkan

mutu sumberdaya manusia dan kemampuannya memanfaatkan

secara optimal sumberdaya alam dan sumberdaya lainnya. Hal ini

berarti pula sebagai usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga

manusia disertai usaha untuk memperluas ruang lingkup kegiatan

manusia. Masih rendahnya produktivitas tenaga kerja ini di

Page 88: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

72

karenakan karena etos kerja masyarakat masih berpedoman oleh

beberapa mitos kuno antara lain “alon-alon asal kelakon” sehingga

dalam menghasilkan suatu produk tiap harinya masih kalah bersaing

dengan daerah yang lebih maju yang lebih berfikir modern.

Potensi industri, perdagangan dan koperasi di Kabupaten

Semarang sebagian besar di dominasi oleh usaha yang mempunyai

permodalan kecil sedangkan usaha yang memiliki investasi besar relatif

kecil jumlahnya. Menurut data profil industri perdagangan dan koperasi

Kabupaten Semarang sampai tahun 2003 potensi industri besar dan

menengah sebanyak 116 buah, industri kecil formal sebanyak 912,

industri kecil informal sebanyak 8938 dan sentra industri sebanyak 106.

Ini menunjukkan bahwa dalam teori Kuznets tentang perubahan

struktur ekonomi (Todaro,2000:145) di Kabupaten Semarang selama

tahun 1999-2003 telah terjadi tranformasi pergeseran aktivitas pertanian

secara berangsur-angsur dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian

(pergeseran tersebut juga telah berlangsung dengan meningkatnya

pertumbuhan pada sektor jasa). Selain itu juga terjadi perpindahan lokasi

dan status pekerjaan mayoritas angkatan kerja di daerah pedesaan,

semula lebih banyak bekerja pada sektor pertanian di desa asalnya

kemudian bergerak ke sektor industri serta jasa-jasa di daerah perkotaan.

Sektor industri dalam perkembangannya yang naik turun disebabkan

oleh faktor yang mendukung perkembangan pada sektor industri.

Page 89: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

73

Beberapa faktor-faktor yang mendukung perkembangan sektor

industri antara lain;

a. Tersedianya kebijakan pemerintah dalam pengembangan industri

Perkembangan sektor industri dapat berjalan sesuai dengan

yang diharapkan jika pemerintah pusat atau pemerintah daerah

dalam membuat kebijakan harus sesuai dengan pengembangan

industri yang ada. Kebijakan tersebut diantaranya mengenai izin

pendirian perusahaan, pemasaran produk.

b. Adanya pertumbuhan dan persebaran sentra di pedesaan

Salah satu faktor yang mendukung sektor industri di

Kabupaten Semarang adalah adanya pertumbuhan dan persebaran

sentra terutama industri-industri kecil di daerah pedesaan, sehingga

diharapkan dengan adanya pertumbuhan dan persebaran sentra di

pedesaan tersebut dapat memberikan sumbangan besar terhadap

PDRB Kabupaten Semarang serta sebagai sumber lapangan usaha

baru untuk kehidupan masyarakat tersebut.

c. Dukungan infrastruktur yang memadai

Perkembangan sektor industri Kabupaten Semarang tidak

akan berjalan dengan baik dan lancar jika tidak didukung

infrastruktur yang memadai untuk dapat di pergunakan. Infrastruktur

yang memadai juga merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh

para investor yang akan menanamkan modalnya di Kabupaten

Page 90: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

74

Semarang sehingga, faktor tersebut merupakan pendukung

perkembangan sektor industri di Kabupaten Semarang.

d. Terbukanya pola kemitraan usaha

Sektor industri tidak akan tumbuh dengan sendirinya tanpa

didukung dengan pola kemitraan usaha. Terbukanya pola kemitraan

usaha di Kabupaten Semarang sangat membantu dalam

perkembangan sektor industri, hal ini disebabkan karena dalam suatu

usaha dibutuhkan kemitraan usaha, misalnya dengan perbankan atau

dengan industri sejenis.

e. Ketersediaan jumlah SDM yang besar dan murah

Perkembangan sektor industri besar biasanya juga akan

membutuhkan jumlah SDM yang besar, sehingga dengan

tersedianya jumlah SDM yang besar dan murah akan dapat lebih

memudahkan para manajemen perusahaan di sektor industri untuk

mendapatkan tenaga kerja tanpa terbentur dengan upah yang tinggi.

f. Tersedianya komoditas unggulan yang dapat dikembangkan

Tersedianya komoditas unggulan yang tidak dimiliki oleh

daerah lain di propinsi Jawa Tengah membuat Kebupaten Semarang

lebih mengembangkan komoditas tersebut agar dapat mendukung

perkembangan sektor industri dimasa datang.

Page 91: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

75

g. Berkembangnya aneka industri.

Faktor terakhir pendukung perkembangan sektor industri

Kabupaten Semarang adalah dengan semakin berkembangnya dan

bertambahnya aneka industri (industri besar/ menengah, kecil)

membuat perkembangan sektor industri semakin kuat dalam

sumbanganya terhadap PDRB Kabupaten Semarang.

Sedangkan untuk mengatasi faktor-faktor penghambat

perkembangan sektor industri tersebut pemerintah daerah Kabupaten

Semarang melaksanakan beberapa program diantaranya; program

pengembangan industri kecil dan menengah, program peningkatan

kemampuan teknologi industri, program penataan struktur industri,

program pengembangan industri rumah tangga / industri kecil / industri

kecil menengah. Dengan adanya program-program tersebut diharapkan

dapat memacu perkembangan pada sektor industri yang lebih baik dan

stabil.

3. Sebaran distribusi pendapatan daerah di Kabupaten Semarang

Dengan menggunakan kriteria HT. Oshima sebagai dasar analisis,

maka interpretasi hasil perhitungan Indeks Williamson dengan memasukkan

sektor industri akan dibandingkan dengan hasil perhitungan Indeks

Williamson tanpa memasukkan sektor industri.

Adapun kriteria HT. Oshima yaitu sebagai berikut:

Page 92: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

76

a) Ketimpangan taraf rendah, bila indeks ketimpangan < 0,35

b) Ketimpangan taraf sedang, bila indeks ketimpangan 0,35-0,50

c) Ketimpangan taraf tinggi, bila indeks ketimpangan > 0,50

Dari Tabel. 7 disajikan hasil perhitungan rata-rata Indeks Williamson

dengan mengikutkan sektor industri dan tanpa mengikutkan sektor industri.

Indeks Williamson dengan sektor industri dan Indeks Williamson tanpa sektor

industri merupakan dua analisis ketimpangan pendapatan antardaerah. Secara

umum menurut hasil perhitungan Indeks Williamson dengan mengikutkan

sektor industri dan tanpa sektor industri distribusi pendapatan tidak jauh

berbeda, karena rata-rata beberapa kecamatan di Kabupaten Semarang

distribusi pendapatannya dalam keadaan ketimpangan taraf rendah. Pada

Tabel.7 Indeks Williamson dengan mengikutkan sektor industri di Kecamatan

Bergas, Kecamatan Ungaran masih di bawah angka 0,35 sehingga menurut

klasifikasi HT. Oshima termasuk dalam kelas ketimpangan rendah, sedangkan

untuk Kecamatan Bergas walaupun masih berada di bawah angka 0,35 tetapi

ketimpangan tersebut mendekati pada taraf ketimpangan sedang karena hasil

dari perhitungan rata-rata Indeks Williamson dengan mengikutkan sektor

industri tersebut mendekati angka 0,35, yaitu dengan hasil ketimpangan untuk

Kecamatan Bergas sebesar 0,308 sedangkan untuk Kecamatan Ungaran

sebesar 0,261. Sedangkan jika hasil perhitungan Indeks Williamson tersebut

tanpa mengikutkan sektor industri maka, hasilnya dimana Kecamatan Bergas

Page 93: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

77

di angka 0,015 dan Kecamatan Ungaran di angka 0,016, sehingga keduanya

berada pada kelas ketimpangan taraf rendah.

Hasil perhitungan Indeks Williamson tanpa mengikutkan sektor

industri menunjukkan bahwa terjadi pemerataan distribusi pendapatan daerah

atau pengujian Indeks Williamson menunjukan nilai antara 0 sampai 1 dengan

hasil kecil sehingga tingkat ketidakmerataan antar daerah akan semakin kecil,

tetapi jika dengan mengikutkan sektor industri maka, dapat dilihat bahwa

pemerataan distribusi pendapatan di kedua kecamatan tersebut terjadi

ketidakmerataan yang semakin besar atau ada ketimpangan pendapatan dalam

distribusi pendapatan daerahnya. Sehingga dapat ditarik kesimpulan dari

kedua kecamatan tersebut bahwa sektor industri merupakan faktor penyebab

terjadinya ketidakmerataan atau ketimpangan pendapatan dalam sebaran

distribusi pendapatan daerah.

Analisis Indeks Williamson tersebut menunjukkan bahwa sektor

industri cenderung memperbesar ketidakmerataan distribusi pendapatan

masyarakat antar kecamatan. Hal ini terjadi karena sektor industri yang ada

hanya berpusat di beberapa kecamatan pada Kabupaten Semarang, sehingga

hanya kecamatan tersebut yang dapat menikmati hasilnya. Dengan demikian

ketidakmerataan sebaran distribusi pendapatan akan semakin tinggi, oleh

karena itu selain sektor industri dikembangkan perlu juga suatu indentifikasi

terhadap kecamatan-kecamatan tertinggal di Kabupaten Semarang untuk dapat

dijadikan sebagai prioritas pembangunan oleh pemerintah daerah terutama

Page 94: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

78

sektor industri dan sektor lain yang dapat dijadikan sebagai sektor berpotensi

atau sektor basis di masing-masing kecamatan Kabupaten Semarang.

Page 95: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Perkembangan struktur PDRB atas dasar harga berlaku dari tahun 1999-2003

di dominasi sektor industri, sektor pertanian, sektor perdagangan, rumah

makan dan jasa akomodasi, sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor ekonomi yang

paling potensial dan strategis untuk dikembangkan guna memacu serta

menunjang pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang ada 2 sektor yaitu

sektor industri dan sektor jasa-jasa. Sedangkan pertumbuhan PDRB di

Kabupaten Semarang lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB

di Propinsi Jawa Tengah.

2. Secara umum kontribusi sektor pertanian dan sektor industri mengalami

penurunan yang diakibatkan adanya faktor-faktor yang menghambat

perkembangannya. Salah satu faktor yang menghambat perkembangan pada

sektor pertanian adalah berubahnya fungsi lahan pertanian ke non-pertanian

yang tidak terkendali. Sedangkan salah satu faktor yang menghambat

perkembangan pada sektor industri adalah stabilitas ekonomi yang belum

memadai. Untuk meningkatkan kontribusinya pemerintah daerah perlu

Page 96: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

80

melaksanakan berbagai program yang berguna untuk mengatasi faktor-faktor

yang menghambat perkembangan sektor pertanian dan industri tersebut.

3. Keadaan sebaran distribusi pendapatan tiap kecamatan di Kabupaten

Semarang berada pada ketimpangan taraf rendah karena nilainya rata-rata

dalam kurun waktu tahun 1999-2003 masih berada dibawah angka 0,35.

Sedangkan dengan perhitungan Indeks Williamson dengan dan tanpa

mengikutkan sektor industri dapat diketahui bahwa sektor industri merupakan

faktor penyebab terjadinya ketimpangan pendapatan dalam sebaran distribusi

pendapatan daerah.

B. Saran

Untuk melengkapi penelitian ini agar menjadi lebih baik penulis merasa

perlu memberikan saran-saran diantaranya:

1. Untuk sektor industri terutama industri kecil atau rumah tangga dan sektor

jasa-jasa (seperti jasa hiburan, kemasyarakatan, perorangan, sosial) di

Kabupaten Semarang yang perkembangannya paling berpotensi sebaiknya

lebih difokuskan lagi dalam pengelolaanya sehingga diharapkan nantinya

dapat memberikan kontribusi sumbangan PDRB yang lebih besar dalam

perekonomian daerah, sedangkan untuk sektor yang kurang memiliki potensi

sebaiknya tetap diperhatikan dalam pengelolaanya agar perkembangan

struktur PDRB akan menjadi seimbang.

Page 97: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

81

2. Sektor pertanian yang dahulu merupakan sektor potensial yang bagus harus

lebih dikembangkan dalam masyarakat, diantaranya dengan melalui berbagai

program pertanian seperti salah satunya adalah program kesejahteraan petani,

sehingga masyarakat dapat lebih mencintai sektor ini .

3. Sebaran distribusi pendapatan di Kabupaten Semarang harus tetap

mempertahankan Indeks Williamson di bawah 0,50, salah satunya dengan

cara perkembangan pada sektor industri tidak terpusat pada beberapa

kecamatan saja tetapi merata pada tiap kecamatan di Kabupaten Semarang

sehingga ketimpangan pendapatan akan semakin kecil dan distribusi

pendapatan akan semakin merata dinikmati setiap penduduknya.

Page 98: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

82

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN. Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE. Badan Pusat Statistik. 2003.Produk Domestik Bruto Kota Semarang. Semarang: BPS. Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. Hariyati. 2004. Profil Industri Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Semarang.

Ungaran: Disperindag.

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Ekonomi Pembangunan Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP

PMP YKPN.

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan. 2005. Rapat Koordinasi Pembangunan

Usulan Program. Ungaran: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan.

Prayitno, Hadi. 1986. Pengantar Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta: BPFE. Sitohang, Paul. 1993. Pengantar Perencanaan Regional. Jakarta: FE UI Sugiarto. 2002. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan Pembangunan di

Propinsi Jateng. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi STIE Stikubank.

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP Universitas Indonesia. ----- 2000. Makro Ekonomi Modern. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Sutawijaya, Adrian. 2004. Analisis Disparitas Pendapatan Antardaerah dan Potensi

Relatif Secara Sektoral. Dalam STEI. No. 03. Hal. 34 - 51

Page 99: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

83

Suyatno, 2000. Analisis Economic Base Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Tingkat II Wonogiri. Dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan. No. 02. Hal. 144

-145.: UMS.

T. H. Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Triyanto, Suseno. 1990. Indikator Ekonomi. Jakarta: Kanisius Todaro, Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga. Widodo, Suseno Triyanto. 1990. Indikator Ekonomi Dasar Perhitungan

Perekonomian Indonesia. Jakarta: Kanisius.

Page 100: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

84

Page 101: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

85

Page 102: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 1.

Perkembangan PDRB Menurut Sektor Atas Dasar Harga berlaku Di Kabupaten Semarang (dalam ribuan rupiah)

No Sektor Lapangan Usaha 1999 2000 2001 2002 2003 PDRB % PDRB % PDRB % PDRB % PDRB %

1 Pertanian 522.835.627 21,1 604.750.150 21,8 637.588.511 20,26 732.165.820 20,59 747.936.446 19,1 1.1. Tanaman Pangan 340.776.962 13,7 391.328.279 14,1 387.711.587 12,32 450.913.695 12,68 438.446.711 11,2 1.2. Perkebunan 55.072.916 2,22 70.551.344 2,55 79.859.987 2,538 91.753.331 2,58 91.311.491 2,33 1.3. Peternakan 77.786.977 3,14 87.562.062 3,16 108.326.154 3,442 121.414.269 3,414 138.846.658 3,54 1.4. Kehutanan 43.278.157 1,75 49.014.659 1,77 54.542.957 1,733 60.260.648 1,695 70.226.292 1,79 1.5. Perikanan 5.920.615 0,24 6.293.806 0,23 7.147.825 0,227 7.823.877 0,22 9.105.294 0,23

2 Penggalian 5.359.364 0,22 5.090.174 0,18 5.492.137 0,17 5.928.569 0,17 6.661.372 0,17 3 Industri 1.027.958.785 41,5 1.132.724.902 40,9 1.305.753.107 41,49 1.447.366.812 40,7 1.624.724.630 41,5 4 Listrik, Gas dan Air 22.603.094 0,91 26.432.399 0,95 33.466.012 1,06 42.837.589 1,21 57.351.726 1,46 5 Konstruksi 38.955.857 1,57 36.877.642 1,33 44.787.266 1,42 54..500.010 1,53 60.534.425 1,55

6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akom 447.494.383 18,1 494.142.482 17,8 566.595.289 18,01 636.142.648 17,89 702.975.966 18

7 Angkuatan dan Komunikasi 57.848.941 2,33 67.383.779 2,43 79.247.416 2,52 94.636.594 2,66 113.792.097 2,91

8 Lembaga Keu, Persewaan dan Jasa Perush 94.879.046 3,38 102.762.702 3,71 117.058.360 3,73 13.8297.733 3,89 149.443.063 3,82

9 Jasa-jasa 261.250.769 10,5 300.199.806 10,8 356.867.332 11,34 40.3986.051 11,36 453.410.541 11,6 Jumlah 2.479.185.866 100% 2.770.364.036 100% 3.146.855.431 100% 355.5861.862 100% 3.916.833.266 100% Sumber: Data BPS diolah

Page 103: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 2. Hasil perhitungan LQ Kabupaten semarang Tahun 1999

No Sektor Xin Yn Xi Y Xin/Yn Xi/Y LQ 1 Pertanian 522.835.627 2.479.185.866 25.468.190,45 101.509.193,8 0,210890048 0,250895 0,84 2 Penggalian 5.359.364 2.479.185.866 1.016.023,22 101.509.193,8 0,002161744 0,010009 0,22 3 Industri 1.027.958.785 2.479.185.866 29.543.972,67 101.509.193,8 0,414635627 0,291047 1,42 4 Listrik, Gas dan Air 22.603.094 2.479.185.866 655.019,61 101.509.193,8 0,009117144 0,006453 1,41 5 Konstruksi 38.955.857 2.479.185.866 3.982.983,09 101.509.193,8 0,015713165 0,039238 0,4 6 Perdagangan, Rumah makan dan Jasa Akom 447.494.383 2.479.185.866 23.332.684,92 101.509.193,8 0,180500538 0,229858 0,79 7 Angkutan dan Komunikasi 57.848.941 2.479.185.866 4172.495,4 101.509.193,8 0,023333846 0,041105 0,57

8 Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa perush 94.879.064 2.479.185.866 3.700.158,84 101.509.193,8 0,03827025 0,036451 1,05

9 Jasa-jasa 261.250.769 2.479.185.866 9.637.665,56 101.509.193,8 0,105377645 0,094944 1,11 Sumber; Data BPS sudah diolah

Keterangan; Xin : Nilai tambah sektor i di Kabupaten Semarang Yn : PDRB di Kabupaten Semarang Xi : Nilai tambah sektor di Propinsi Jawa Tengah Y : PDRB di propinsi Jawa Tengah LQ : Location Quotion

Page 104: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 3.

Hasil perhitungan LQ Kabupaten semarang Tahun 2000

No Sektor Xin Yn Xi Y Xin/Yn Xi/Y LQ 1 Pertanian 604.750.150 2.770.364.036 30.181.351,72 117.782.925,2 0,218292666 0,256246 0,85 2 Penggalian 5.090.174 2.770.364.036 114.0807,6 117.782.925,2 0,001837366 0,009686 0,19 3 Industri 1.132.724.902 2.770.364.036 33.618.628,42 117.782.925,2 0,408872223 0,285429 1,43 4 Listrik, Gas dan Air 26.432.399 2.770.364.036 870.163,83 117.782.925,2 0,009541128 0,007388 1,29 5 Konstruksi 36.877.642 2.770.364.036 478.8002,6 117.782.925,2 0,013311479 0,040651 0,33 6 Perdagangan, Rumah makan dan Jasa Akom 494.142.482 2.770.364.036 27.473.249,83 117.782.925,2 0,178367347 0,233253 0,76 7 Angkutan dan Komunikasi 67.383.779 2.770.364.036 5.181.562,32 117.782.925,2 0,024323077 0,043992 0,55

8 Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa perush 102.762.702 2.770.364.036 4.340.625,96 117.782.925,2 0,037093574 0,036853 1,01

9 Jasa-jasa 300.199.806 2.770.364.036 10.188.532,91 117.782.925,2 0,10836114 0,086503 1,25 Sumber; Data BPS sudah diolah

Keterangan;

Xin : Nilai tambah sektor i di Kabupaten Semarang Yn : PDRB di Kabupaten Semarang Xi : Nilai tambah sektor di Propinsi Jawa Tengah Y : PDRB di propinsi Jawa Tengah LQ : Location Quotion

Page 105: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 4.

Hasil perhitungan LQ Kabupaten semarang Tahun 2001

No Sektor Xin Yn Xi Y Xin/Yn Xi/Y LQ 1 Pertanian 637.588.511 3.146.855.431 33.326.727,47 136.131.480,2 0,202611313 0,244813 0,83 2 Penggalian 5.492.137 3.146.855.431 1.352.985,84 136.131.480,2 0,001745278 0,009939 0,18 3 Industri 1.305.753.107 3.146.855.431 39.682.735,09 136.131.480,2 0,414939019 0,291503 1,42 4 Listrik, Gas dan Air 33.466.012 3.146.855.431 1.042.818,07 136.131.480,2 0,010634747 0,00766 1,39 5 Konstruksi 44.787.266 3.146.855.431 5.395.143,17 136.131.480,2 0,014232388 0,039632 0,36 6 Perdagangan, Rumah makan dan Jasa Akom 566.595.289 3.146.855.431 32.626.491,47 136.131.480,2 0,180051261 0,239669 0,75 7 Angkutan dan Komunikasi 79.247.416 3.146.855.431 6.253.791,95 136.131.480,2 0,025183049 0,045939 0,55

8 Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa perush 117.058.360 3.146.855.431 4.968.064,67 136.131.480,2 0,037198519 0,036495 1,02

9 Jasa-jasa 356.867.332 3.146.855.431 11.482.722,43 136.131.480,2 0,113404425 0,08435 1,34 Sumber; Data BPS sudah diolah

Keterangan;

Xin : Nilai tambah sektor i di Kabupaten Semarang Yn : PDRB di Kabupaten Semarang Xi : Nilai tambah sektor di Propinsi Jawa Tengah Y : PDRB di propinsi Jawa Tengah LQ : Location Quotion

Page 106: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 5.

Hasil perhitungan LQ Kabupaten semarang Tahun 2002

No Sektor Xin Yn Xi Y Xin/Yn Xi/Y LQ 1 Pertanian 732.165.820 3.555.861.862 36.607.342,07 156.418.300,5 0,205903899 0,234035 0,88 2 Penggalian 5.928.569 3.555.861.862 1.469.178,12 156.418.300,5 0,001667266 0,009393 0,18 3 Industri 1.447.366.812 3.555.861.862 46.333.578,23 156.418.300,5 0,40703685 0,296216 1,37 4 Listrik, Gas dan Air 42.837.589 3.555.861.862 1.574.604,84 156.418.300,5 0,012047034 0,010067 1,2 5 Konstruksi 54.500.010 3.555.861.862 6.042.690,05 156.418.300,5 0,015326807 0,038632 0,4 6 Perdagangan, Rumah makan dan Jasa Akom 636.142.684 3.555.861.862 37.405.734,52 156.418.300,5 0,178899718 0,239139 0,75 7 Angkutan dan Komunikasi 94.636.594 3.555.861.862 7.923.981,26 156.418.300,5 0,026614249 0,050659 0,53

8 Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa perush 138.297.733 3.555.861.862 5.767.937,39 156.418.300,5 0,038892887 0,036875 1,05

9 Jasa-jasa 403.986.051 3.555.861.862 13.293.253,98 156.418.300,5 0,113611289 0,084985 1,34 Sumber; Data BPS sudah diolah.

Keterangan;

Xin : Nilai tambah sektor i di Kabupaten Semarang Yn : PDRB di Kabupaten Semarang Xi : Nilai tambah sektor di Propinsi Jawa Tengah Y : PDRB di propinsi Jawa Tengah LQ : Location Quotion

Page 107: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 6.

Hasil perhitungan LQ Kabupaten semarang Tahun 2003

No Sektor Xin Yn Xi Y Xin/Yn Xi/Y LQ 1 Pertanian 747.936.446 3.916.833.266 37.202.419,18 173.852.789,1 0,190954374 0,213988 0,89 2 Penggalian 6.661.372 3.916.833.266 1.744.236,87 173.852.789,1 0,001700703 0,010033 0,17 3 Industri 1.624.724.630 3.916.833.266 52.671.590,76 173.852.789,1 0,414805666 0,302967 1,37 4 Listrik, Gas dan Air 57.351.726 3.916.833.266 2.043.587,54 173.852.789,1 0,014642371 0,011755 1,25 5 Konstruksi 60.534.425 3.916.833.266 6.972.031,84 173.852.789,1 0,01545494 0,040103 0,39 6 Perdagangan, Rumah makan dan Jasa Akom 402.975.966 3.916.833.266 42.050.781,97 173.852.789,1 0,102883104 0,241876 0,43 7 Angkutan dan Komunikasi 113.792.097 3.916.833.266 9.898.924,55 173.852.789,1 0,029052066 0,056939 0,51

8 Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa perush 149.443.063 3.916.833.266 6.448.270,23 173.852.789,1 0,038154053 0,03709 1,03

9 Jasa-jasa 453.413.514 3.916.833.266 14.820.946,19 173.852.789,1 0,115760229 0,08525 1,36

Sumber; Data BPS sudah diolah

Keterangan; Xin : Nilai tambah sektor i di Kabupaten Semarang Yn : PDRB di Kabupaten Semarang Xi : Nilai tambah sektor di Propinsi Jawa Tengah Y : PDRB di propinsi Jawa Tengah LQ : Location Quotion

Page 108: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 7.

Hasil perhitungan rata-rata LQ Kabupaten semarang Tahun 1999-2003

LQ No Sektor 1999 2000 2001 2002 2003 Jumlah Periode LQ Rata-rata

1 Pertanian 0,84 0,85 0,83 0,88 0,89 4,29 5 0,8582 Penggalian 0,22 0,19 0,18 0,18 0,17 0,94 5 0,1883 Industri 1,42 1,43 1,42 1,37 1,37 7,01 5 1,4024 Listrik, Gas dan Air 1,41 1,29 1,39 1,2 1,25 6,54 5 1,3085 Konstruksi 0,4 0,33 0,36 0,4 0,39 1,88 5 0,3766 Perdagangan, Rumah makan dan Jasa Akom 0,79 0,76 0,75 0,75 0,43 3,48 5 0,6967 Angkutan dan Komunikasi 0,57 0,55 0,55 0,53 0,51 2,71 5 0,542

8 Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa perush 1,05 1,01 1,02 1,05 1,03 5,16 5 1,032

9 Jasa-jasa 1,11 1,25 1,34 1,34 1,36 6,4 5 1,28Sumber; Data BPS sudah diolah

Page 109: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 8.

Hasil Perhitungan Differential shift (Dj) Tahun 1999-2000

No Sektor Eijt Eit Eio Eijo Eit/Eio (Eit/Eio)Eijo Dj 1 Pertanian 604.750.150 3.0181.352 25.468.190,5 5.228.35.627 1,1850607 619.591.957 -14841.807 2 Penggalian 5.090.174 1.140.807,6 1.016.023,22 5.359.364 1,12281646 6.017.582,1 -927.408,14 3 Industri 1.132.724.902 33.618.628 29.543.972,7 10.27.958.785 1,13791834 1,17E+09 -37.008.255 4 Listrik, Gas dan Air 26.432.399 870.163,83 655.019,61 22.603.094 1,32845462 30.027.185 -3.594.785,8 5 Konstruksi 36.877.642 4.788.002,6 3.982.983,09 38.955.857 1,20211472 46.829.409 -9.951.767,1 6 Perdagangan, Rumah makan dan Jasa Akom 494.142.482 27.473.250 23.332.684,9 447.494.383 1,17745771 526.905.713 -32.763.231 7 Angkutan dan Komunikasi 67.383.779 5.181.562,3 4.172.495,4 57.848.941 1,24183775 71.838.999 -4.455.220

8 Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa perush 102.762.702 4.340.626 3.700.158,54 94.879.046 1,17309189 111.301.839 -8.539.137

9 Jasa-jasa 300.199.806 10.188.533 9.637.665,56 261.250.769 1,05715776 276.183.277 24.016.528,9 Sumber; Data BPS sudah diolah

Page 110: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 9.

Hasil Perhitungan Differential shift (Dj) Tahun 2000-2001

No Sektor Eijt Eit Eio Eijo Eit/Eio (Eit/Eio)Eijo Dj 1 Pertanian 637.588.511 33.326.727 30.181.351,7 604.750.150 1,10421587 667774.711 -30.186.200 2 Penggalian 5.492.137 1.352.985,8 1.140.807,6 5.090.174 1,1859895 6.036.892,9 -544.755,94 3 Industri 1.305.753.107 39.682.735 33.618.628,4 1.132.724.902 1,18037936 1,337E+09 -31.291.988 4 Listrik, Gas dan Air 33.466.012 1.042.818,1 870.163,83 26.432.399 1,19841579 31.677.004 1.789.007,79 5 Konstruksi 44.787.266 5.395.143,2 478.8002,6 36.877.642 1,12680456 41.553.895 3.233.370,78 6 Perdagangan, Rumah makan dan Jasa Akom 566.595.289 32.626.491 27.473.249,8 494.142.482 1,18757306 586.830.301 -20.235.012 7 Angkutan dan Komunikasi 79.247.416 6.253.792 5.181.562,32 67.383.779 1,20693173 813.27.621 -2.080.204,6

8 Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa perush 117.058.360 4.968.064,7 4.340.625,96 102.762.702 1,14455028 117.617.080 -558.719,63

9 Jasa-jasa 356.867.332 11.482.722 10.188.532,9 300.199.806 1,12702413 338.332.425 18.534.907,1 Sumber; Data BPS sudah diolah

Page 111: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 10

Hasil Perhitungan Differential shift (Dj) Tahun 2001-2002

No Sektor Eijt Eit Eio Eijo Eit/Eio (Eit/Eio)Eijo Dj 1 Pertanian 732.165.820 36.607.342 33.326.727,5 637.588.511 1,09843795 700.351.414 31814.405,6 2 Penggalian 5.928.569 1.469.178,1 1.352.985,84 5.492.137 1,08587842 5.963.793 -35.224,023 3 Industri 1.447.366.812 46.333.578 39.682.735,1 1305.753.107 1,16760042 1,525E+09 -77.231.067 4 Listrik, Gas dan Air 42.837.589 1.574.604,8 1.042.818,07 33.466.012 1,50995163 50.532.059 -7.694.470,2 5 Konstruksi 54.500.010 6.042.690,1 5.395.143,17 44.787.266 1,12002404 50.162.815 4.337.195,39 6 Perdagangan, Rumah makan dan Jasa Akom 636.142.684 37.405.735 32.626.491,5 566.595.289 1,14648351 649.592.157 -134.49473 7 Angkutan dan Komunikasi 94.636.594 7.923.981,3 6.253.791,95 79.247.416 1,26706826 100.411.885 -577.5291,2

8 Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa perush 138.297.733 5.767.937,4 4.968.064,67 117.058.360 1,16100288 135.905.093 2.392.639,91

9 Jasa-jasa 403.986.051 13.293.254 11.482.722,4 356.867.332 1,15767442 413.136.180 -9.150.129,1 Sumber; Data BPS sudah diolah

Page 112: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 11.

Hasil Perhitungan Differential shift (Dj) Tahun 2002-2003

No Sektor Eijt Eit Eio Eijo Eit/Eio (Eit/Eio)Eijo Dj 1 Pertanian 747.936.446 37.202.419 36.607.342,1 732.165.820 1,01625568 744.067.671 3.868.775,29 2 Penggalian 6.661.372 1.744.236,9 1.469.178,12 5.928.569 1,18721947 7.038.512,6 -377.140,55 3 Industri 1.624.724.630 52.671.591 46.333.578,2 1.447.366.812 1,13679091 1,645E+09 -206.28812 4 Listrik, Gas dan Air 57.351.726 2.043.587,5 1.574.604,84 42.837.589 1,29784152 55.596.402 1.755.324,35 5 Konstruksi 60.534.425 6.972.031,8 6.042.690,05 54.500.010 1,15379604 62.881.896 -2.347.470,6 6 Perdagangan, Rumah makan dan Jasa Akom 402.975.966 42.050.782 37.405.734,5 636.142.684 1,12418009 715.138.939 -312.162.973 7 Angkutan dan Komunikasi 113.792.097 9.898.924,6 7.923.981,26 94.636.594 1,24923624 118.223.463 -4.431.365,8

8 Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa perush 149.443.063 6.448.270,2 5.767.937,39 138.297.733 1,1179508 154.610.061 -5.166.998,5

9 Jasa-jasa 453.413.514 14.820.946 13.293.254 403.986.051 1,11492237 450.413.084 3.000.429,86 Sumber; Data BPS sudah diolah

Page 113: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 12.

Hasil Perhitungan Rata-Rata Differential shift (Dj) Tahun 1999-2003

Dj No Sektor 1999-2000 2000-2001 2001-2002 2002-2003 Jumlah Waktu Dj Rata-rata

1 Pertanian -14.841.807-

30.186.201 31.814.405,6 3.868.775,29 -9.344.826,1 4 -2.336.206,5

2 Penggalian -927.408,14-

544.755,94 -35.224,023 -377.140,55 -1.884.528,7 4 -471.132,16

3 Industri -37.008.255-

31.291.988 -77.231.067 -20.628.812-

166.160.121 4 -41.540.030 4 Listrik, Gas dan Air -3.594.785,8 1.789.007,8 -7.694.470,2 1.755.324,35 -7.744.923,8 4 -1.936.231 5 Konstruksi -9.951.767,1 3.233.370,8 4.337.195,39 -2.347.470,6 -4.728.671,6 4 -1.182.167,9

6 Perdagangan, Rumah makan dan Jasa Akom -32.763.231

-20.235.012 -13.449.473

-312.162.973

-378.610.689 4 -94.652.672

7 Angkutan dan Komunikasi -4.455.220-

2.080.204,6 -5.775.291,2 -4.431.365,8 -16.742.082 4 -4.185.520,4

8 Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa perush -85.391.137

-558.719,63 2.392.639,91 -5.166.998,5 -88.724.215 4 -22.181.054

9 Jasa-jasa 24.016.528,9 18.534.907 -9.150.129,1 3.000.429,86 36.401.736,8 4 9.100.434,2 Sumber; Data BPS sudah diolah

Page 114: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 13.

Hasil Perhitungan (P+D)J Di Kabupaten semarang Tahun 1999-2003

No Tahun Ejt Et Eo Ejo (P+D)J Rata-rata 1 1999-2000 2.770.364.036 117.782.925 101.509.194 2.479.185.866 -106.279.474 2 2000-2001 3.146.855.431 136.131.480 117.782.925 2.770.364.036 -55.083.697 3 2001-2002 3.555.861.862 156.418.300 136.131.480 3.146.855.431 -59.949.688 4 2002-2003 3.916.833.266 173.852.789 156.418.300 3.555.861.862 -35.367.344 Jumlah -256.680.203 -64.170.051

Sumber; Data BPS sudah diolah

Page 115: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 14. Indeks Williamson Tiap Kecamatan Tahun 1999 Atas Dasar Harga Berlaku

Sumber; Data BPS, sudah diolah Keterangan; Yi; Pendapatan per kapita masing-masing kecamatan n ; Jumlah penduduk Kab Semarang Y : Pendapatan Kab Semarang * ; Masing tergabung dengan kecamatan Susukan Fi ; Jumlah penduduk masing-masing kecamatan ** ; Masing tergabung dengan kecamtan Bringin

No Kecamatan Yi Y Fi n ∑(Yi-Y)² Fi/n ∑(Yi-Y)².Fi/n √∑(Yi-Y)². Fi/n VW

1 Getasan 2.082.512 2.908.154 42.749 788.149 6,81685E+11 0,05423974 36.974.404.282 192.287,2962 0,0662 Tengaran 2.162.389 2.908.154 52.563 788.149 5,56165E+11 0,0666917 37.091.620.711 192.591,8501 0,0663 Susukan 1.921.659 2.908.154 74.578 788.149 9,73172E+11 0,09462424 92.085.697.159 303.456,2524 0,1044 Kaliwungu * * * * * * * * *5 Suruh 1.790.317 2.908.154 62.678 788.149 1,24956E+12 0,07952557 99.371.938.570 315.233,1495 0,1086 Pabelan 2.909.312 2.908.154 34.431 788.149 1340964 0,0436859 58.581,22193 242,0355799 07 Tuntang 2.124.684 2.908.154 49.291 788.149 6,13825E+11 0,0625402 38.388.756.376 195.930,4886 0,0678 Banyubiru 1.910.512 2.908.154 38.222 788.149 9,9529E+11 0,04849591 48.267.469.182 219.696,5871 0,0769 Jambu 1.884.133 2.908.154 40.326 788.149 1,04862E+12 0,05116545 53.653.065.771 231.631,3143 0,0810 Sumowono 2.207.054 2.908.154 29.557 788.149 4,91541E+11 0,03750179 18.433.676.302 135.770,6754 0,04711 Ambarawa 2.199.303 2.908.154 81.131 788.149 5,0247E+11 0,10293866 51.723.560.510 227.428,1436 0,07812 Bawen 2.894.435 2.908.154 46.847 788.149 188210961 0,05943927 11187.121,84 3.344,71551 0,00113 Bringin 1.667.490 2.908.154 60.281 788.149 1,53925E+12 0,07648427 1,17728E+11 343.115,4258 0,11814 Bancak ** ** ** ** ** ** ** **15 Pringapus 4.373.642 2.908.154 36.238 788.149 2,14766E+12 0,04597862 98.746.207.534 314.239,0929 0,10816 Bergas 7.083.938 2.908.154 43.994 788.149 1,74372E+13 0,05581939 9,73332E+11 986.576,0514 0,33917 Ungaran 5.556.634 2.908.154 95.281 788.149 7,01445E+12 0,12089212 8,47991E+11 920.864,4228 0,317

Page 116: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 15. Indeks Williamson Tiap Kecamatan Tahun 2000 Atas Dasar Harga Berlaku

No Kecamatan Yi Y Fi n ∑(Yi-Y)² Fi/n ∑(Yi-Y)². Fi/n √∑(Yi-Y).

Fi/n VW 1 Getasan 2.245.747 3.067.914 44.534 831.262 6,75959E+11 0,05357396 36.213.780.034 190.299,1856 0,0622 Tengaran 269.982 3.067.914 56.388 831.262 7,82842E+12 0,06783421 5,31035E+11 72.8721,376 0,2383 Susukan 2.319.473 3.067.914 69.997 831.262 5,60164E+11 0,0842057 47.168.996.829 217.184,2463 0,0714 Kaliwungu * * * * * * * * *5 Suruh 2.090.997 3.067.914 60.446 831.262 9,54367E+11 0,07271594 69.397.683.399 263.434,4005 0,0866 Pabelan 3.274.237 3.067.914 34.470 831.262 42569180329 0,04146707 1.765.219.204 42.014,51183 0,0147 Tuntang 2.175.600 3.067.914 54.244 831.262 7,96224E+11 0,065255 51.957.613.305 227.942,1271 0,0748 Banyubiru 2.210.144 3.067.914 37.149 831.262 7,35769E+11 0,04468988 32.881.445.842 181.332,4181 0,0599 Jambu 2.138.626 3.067.914 39.979 831.262 8,63576E+11 0,04809434 41.533.129.600 203.796,7851 0,06610 Sumowono 2.567.822 3.067.914 28.757 831.262 2,50092E+11 0,03459439 8.651.779.929 93.014,94465 0,0311 Ambarawa 2.410.892 3.067.914 82.673 831.262 4,31678E+11 0,0994548 42.932.442.152 207.201,4531 0,06812 Bawen 2.676.896 3.067.914 55.998 831.262 1,52895E+11 0,06736504 10.299.783.322 101.487,8481 0,03313 Bringin 1.899.157 3.067.914 60.009 831.262 1,36599E+12 0,07219024 98.611.351.703 314.024,4444 0,10214 Bancak ** ** ** ** ** ** ** ** **15 Pringapus 4.186.041 3.067.914 41.662 831.262 1,25021E+12 0,05011898 62.659.143.810 250.318,0853 0,08216 Bergas 6.800.031 3.067.914 50.096 831.262 1,39287E+13 0,06026499 8,39413E+11 916.194,8171 0,29917 Ungaran 5.056.066 3.067.914 114.860 831.262 3,95275E+12 0,13817545 5,46173E+11 739.034,903 0,241

Sumber; Data BPS, sudah diolah Keterangan; Yi; Pendapatan per kapita masing-masing kecamatan n ; Jumlah penduduk Kab Semarang Y : Pendapatan Kab Semarang * ; Masing tergabung dengan kecamatan Susukan Fi ; Jumlah penduduk masing-masing kecamatan ** ; Masing tergabung dengan kecamtan Bringin

Page 117: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 16.

Indeks Williamson Tiap Kecamatan Tahun 2001 Atas Dasar Harga Berlaku

No Kecamatan Yi Y Fi n ∑(Yi-Y)² Fi/n ∑(Yi-Y)². Fi/n √∑(Yi-Y).

Fi/n VW 1 Getasan 2.513.669 3.449.584 45.240 838.022 8,75937E+11 0,05398426 47.286.807.241 217.455,2994 0,0632 Tengaran 2.567.627 3.449.584 56.667 838.022 7,77848E+11 0,06761994 52.598.047.674 229.342,6425 0,0663 Susukan 2.531.976 3.449.584 70.766 838.022 8,42004E+11 0,08444408 71.102.293.638 266.650,1334 0,0774 Kaliwungu * * * * * * * * *5 Suruh 2.297.071 3.449.584 60.796 838.022 1,32829E+12 0,07254702 96.363.208.528 310.424,2396 0,09 6 Pabelan 3.699.822 3.449.584 34.659 838.022 62619056644 0,0413581 2.589.805.380 50.890,13048 0,0157 Tuntang 2.460.848 3.449.584 54.656 838.022 9,77599E+11 0,06522024 63.759.238.134 252.505,917 0,0738 Banyubiru 2.428.844 3.449.584 37.279 838.022 1,04191E+12 0,04448451 46.348.864.818 215.287,8632 0,0629 Jambu 2.393.051 3.449.584 40.405 838.022 1,11626E+12 0,04821472 53.820.264.033 231.991,9482 0,06710 Sumowono 2.788.213 3.449.584 29.004 838.022 4,37412E+11 0,03461007 15.138.846.040 123.040,018 0,03611 Ambarawa 2.720.040 3.449.584 83.225 838.022 5,32234E+11 0,09931124 52.856.860.476 229.906,1993 0,06712 Bawen 3.016.050 3.449.584 56.874 838.022 1,87952E+11 0,06786695 12.755.711.239 112.941,1848 0,03313 Bringin 2.144.903 3.449.584 60.319 838.022 1,70219E+12 0,07197782 1,2252E+11 350.028,7317 0,10114 Bancak ** ** ** ** ** ** ** ** **15 Pringapus 4.733.917 3.449.584 42.120 838.022 1,64951E+12 0,05026121 82.906.432.117 287.934,7706 0,08316 Bergas 7.719.393 3.449.584 51.030 838.022 1,82313E+13 0,06089339 1,11016E+12 1053.643,084 0,30517 Ungaran 5.748.557 3.449.584 114.982 838.022 5,28528E+12 0,13720642 7,25174E+11 851.571,4453 0,247

Sumber; Data BPS, sudah diolah Keterangan; Yi; Pendapatan per kapita masing-masing kecamatan n ; Jumlah penduduk Kab Semarang Y : Pendapatan Kab Semarang * ; Masing tergabung dengan kecamatan Susukan Fi ; Jumlah penduduk masing-masing kecamatan ** ; Masing tergabung dengan kecamtan Bringin

Page 118: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 17.

Indeks Williamson Tiap Kecamatan Tahun 2002 Atas Dasar Harga Berlaku

No Kecamatan Yi Y Fi n ∑(Yi-Y)² Fi/n ∑(Yi-Y)². Fi/n √∑(Yi-Y).

Fi/n VW 1 Getasan 2.833.469 3.873.776 45.667 841.137 1,08224E+12 0,05429199 58.756.888.145 242.398,2016 0,063 2 Tengaran 2.895.811 3.873.776 56.873 841.137 9,56416E+11 0,06761443 64.667.493.020 254.298,0397 0,066 3 Susukan 2.862.193 3.873.776 43.511 841.137 1,0233E+12 0,05172879 52.934.080.320 230.074,0747 0,059 4 Kaliwungu * * * * * * * * * 5 Suruh 2.615.815 3.873.776 60.888 841.137 1,58247E+12 0,07238773 1,14551E+11 338.453,9336 0,087 6 Pabelan 4.186.960 3.873.776 34.649 841.137 98.084.217.856 0,04119305 4.040.388.266 63.564,04853 0,016 7 Tuntang 2.781.167 3.873.776 54.918 841.137 1,19379E+12 0,0652902 77.943.072.693 279.182,866 0,072 8 Banyubiru 2.754.220 3.873.776 37.576 841.137 1,25341E+12 0,04467287 55.993.221.343 236.628,8684 0,061 9 Jambu 2.691.047 3.873.776 40.682 841.137 1,39885E+12 0,04836549 67.655.958.253 260.107,5898 0,067

10 Sumowono 3.161.941 3.873.776 29.082 841.137 5,06709E+11 0,03457463 17.519.278.183 132.360,4102 0,034 11 Ambarawa 3.080.687 3.873.776 83.344 841.137 6,2899E+11 0,09908493 62.323.445.592 249.646,6415 0,064 12 Bawen 3.374.174 3.873.776 57.065 841.137 2,49602E+11 0,06784269 16.933.682.824 130.129,4848 0,034 13 Bringin 2.432.972 3.873.776 39.173 841.137 2,07592E+12 0,04657149 96.678.500.633 310.931,6655 0,08 14 Bancak ** ** ** ** ** ** ** ** ** 15 Pringapus 5.300.658 3.873.776 42.201 841.137 2,03599E+12 0,05017138 1,02149E+11 319.606,9166 0,083 16 Bergas 8.509.612 3.873.776 51.327 841.137 2,1491E+13 0,06102098 1,3114E+12 1.145.164,098 0,296 17 Ungaran 6.440.483 3.873.776 115.149 841.137 6,58798E+12 0,13689684 9,01874E+11 949.670,4907 0,245

Sumber; Data BPS, sudah diolah Keterangan; Yi; Pendapatan per kapita masing-masing kecamatan n ; Jumlah penduduk Kab Semarang

Y : Pendapatan Kab Semarang * ; Masing tergabung dengan kecamatan Susukan Fi ; Jumlah penduduk masing-masing kecamatan ** ; Masing tergabung dengan kecamtan Bringin

Page 119: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 18. Indeks Williamson Tiap Kecamatan Tahun 2003 Atas Dasar Harga Berlaku

No Kecamatan Yi Y Fi n ∑(Yi-Y)² Fi/n ∑(Yi-Y)². Fi/n √∑(Yi-Y).

Fi/n VW 1 Getasan 3.017.834 4.227.317 46.106 844.889 1,46285E+12 0,05457048 79.828.382.027 282.539,169 0,0672 Tengaran 3.168.666 4.227.317 56.934 844.889 1,12074E+12 0,06738637 75.522.727.365 274.813,9868 0,0653 Susukan 3.165.562 4.227.317 43.771 844.889 1,12732E+12 0,05180681 58.403.038.504 241.667,2061 0,0574 Kaliwungu 2.828.116 4.227.317 27.891 844.889 1,95776E+12 0,03301144 64.628.584.418 254.221,5263 0,06 5 Suruh 2.794.837 4.227.317 61.031 844.889 2,052E+12 0,07223552 1,48227E+11 385.002,8184 0,0916 Pabelan 4.529.894 4.227.317 35.268 844.889 91552840929 0,04174276 3.821.668.401 61.819,64414 0,0157 Tuntang 2.998.535 4.227.317 55.142 844.889 1,50991E+12 0,06526538 98.544.533.936 313.918,037 0,0748 Banyubiru 921.874 4.227.317 37.780 844.889 1,0926E+13 0,04471593 4,88564E+11 698.973,4192 0,1659 Jambu 892.204 4.227.317 40.886 844.889 1,1123E+13 0,04839216 5,38265E+11 733.665,7352 0,17410 Sumowono 3.344.292 4.227.317 29.456 844.889 7,79733E+11 0,03486375 27.184.422.669 164.876,9925 0,03911 Ambarawa 3.373.733 4.227.317 83.400 844.889 7,28606E+11 0,09871119 71.921.531.465 268.181,8999 0,06312 Bawen 3.684.373 4.227.317 57.164 844.889 2,94788E+11 0,06765859 19.944.953.632 141.226,6038 0,03313 Bringin 2.806.485 4.227.317 39.389 844.889 2,01876E+12 0,04662033 94.115.414.387 306.782,3567 0,07314 Bancak 2.320.799 4.227.317 21.323 844.889 3,63481E+12 0,02523763 91734029.543 302.876,2611 0,07215 Pringapus 5.920.006 4.227.317 42.363 844.889 2,8652E+12 0,05014031 1,43662E+11 379.027,4258 0,09 16 Bergas 9.387.595 4.227.317 51.579 844.889 2,66285E+13 0,06104826 1,62562E+12 1.274.999,124 0,30217 Ungaran 7.144.243 4.227.317 115.406 844.889 8,50846E+12 0,13659309 1,1622E+12 1.078.052,205 0,255

Sumber; Data BPS, sudah diolah Keterangan; Yi; Pendapatan per kapita masing-masing kecamatan n ; Jumlah penduduk Kab Semarang Y : Pendapatan Kab Semarang * ; Masing tergabung dengan kecamatan Susukan Fi ; Jumlah penduduk masing-masing kecamatan ** ; Masing tergabung dengan kecamtan Bringin

Page 120: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 19. Hasil Perhitungan Rata-rata Indeks Williamson Tiap Kecamatan Tahun 1999-2003

Atas Dasar Harga Berlaku

Sumber; Data BPS, sudah diolah

VW VW No Kecamatan 1999 2000 2001 2002 2003 Jumlah waktu Rata-rata

1 Getasan 0,066 0,062 0,063 0,063 0,067 0,321 5 0,06422 Tengaran 0,066 0,238 0,066 0,066 0,065 0,501 5 0,10023 Susukan 0,104 0,071 0,077 0,059 0,057 0,368 5 0,07364 Kaliwungu * * * * 0,06 0,06 5 0,0125 Suruh 0,108 0,086 0,09 0,087 0,091 0,462 5 0,09246 Pabelan 0 0,014 0,015 0,016 0,015 0,06 5 0,0127 Tuntang 0,067 0,074 0,073 0,072 0,074 0,36 5 0,0728 Banyubiru 0,076 0,059 0,062 0,061 0,165 0,423 5 0,08469 Jambu 0,08 0,066 0,067 0,067 0,174 0,454 5 0,0908

10 Sumowono 0,047 0,03 0,036 0,034 0,039 0,186 5 0,037211 Ambarawa 0,078 0,068 0,067 0,064 0,063 0,34 5 0,06812 Bawen 0,001 0,033 0,033 0,034 0,033 0,134 5 0,026813 Bringin 0,118 0,102 0,101 0,08 0,073 0,474 5 0,094814 Bancak ** ** ** ** 0,072 0,072 5 0,014415 Pringapus 0,108 0,082 0,083 0,083 0,09 0,446 5 0,089216 Bergas 0,339 0,299 0,305 0,296 0,302 1,541 5 0,308217 Ungaran 0,317 0,241 0,247 0,245 0,255 1,305 5 0,261

Page 121: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran. 20

Hasil Perhitungan Pendapatan Regional Per Kapita Tanpa Memasukkan Sektor Industri Tahun 1999

No Kecamatan a b c d e f g =(e/f) 1 Getasan 95.928.679 10.833.097 5.042.591 2.375.151 77.677.840 42.502 1.827,628 2 Tengaran 122.978.610 31.805.929 6.464.499 3.044.895 81.663.287 52.474 1.556,262 3 Susukan 154.872.044 28.004.065 8.141.010 3.834.563 114.892.406 74.361 1.545,063 4 Suruh 121.507.019 21.374.985 6.387.143 3.008.459 90.736.432 62.621 1.448,978 5 Pabelan 108.628.484 32.830.709 5.710.169 2.689.593 67.398.013 34.451 1.956,344 6 Tuntang 113.458.541 18.654.400 5.964.067 2.809.183 86.030.891 49.271 1.746,076 7 Banyubiru 75.058.518 12.240.351 4.155.793 1.957.454 56.704.920 38.181 1.485,161 8 Jambu 82.102.037 22.983.637 4.315.779 2.032.810 52.769.811 40.206 1.312,486 9 Sumowono 70.275.098 9.775.396 3.694.084 1.739.980 55.065.638 29.379 1.874,32

10 Ambarawa 193.015.825 36.216.693 10.146.078 4.778.985 141.874.069 80.976 1.752,051 11 Bawen 146.269.358 68.849.960 7.688.801 3.621.564 66.109.033 46.619 1.418,071 12 Bringin 108.772.084 27.530.959 5.717.718 2.693.148 72.830.259 60.187 1.210,066 13 Pringapus 171.419.091 113.527.954 9.010.823 4.244.260 44.636.054 36.163 1.234,302 14 Bergas 337.154.721 240.086.603 17.722.889 8.347.800 70.997.429 43.914 1.616,738 15 Ungaran 573.745.757 353.244.047 30.159.544 14.205.688 176.136.478 95.270 1.848,814

Sumber : Data BPS yang diolah Keterangan;

a : PDRB f : Jumlah penduduk Pertengahan Tahun b : PDRB Sektor Industri g : Pendapatan regional per kapita c : Penyusutan d : Pajak Tak Langsung Netto e : Hasil Pengurangan a-b-c-d

Page 122: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran. 21

Hasil Perhitungan Pendapatan Regional Per Kapita Tanpa Memasukkan Sektor Industri Tahun 2000

No Kecamatan a b c d e f g =(e/f) 1 Getasan 108.935.281 12.107.764 5.707.992 2.712.156 88.407.369 44.758 1.975,2312 Tengaran 138.685.394 35.598.162 7.266.839 3.452.843 92.367.550 56.373 1.638,5073 Susukan 175.509.286 23.700.345 7.187.825 3.415.300 141.205.816 69.819 2.022,4554 Suruh 137.177.446 23.700.345 7.187.825 3.415.300 102.873.976 60.533 1.699,4695 Pabelan 122.750.379 37.086.655 6.431.875 3.056.110 76.175.739 34.592 2.202,126 Tuntang 128.396.732 20.857.143 6.727.733 3.196.687 97.615.169 54.455 1.792,5847 Banyubiru 89.008.883 13.418.591 4.663.888 2.216.049 68.710.355 37.160 1.849,0418 Jambu 92.623.083 25.750.382 4.853.265 2.306.032 59.713.404 39.962 1.494,2559 Sumowono 79.878.400 10.900.900 4.185.469 1.988.728 62.803.303 28.703 2.188,04

10 Ambarawa 216.328.463 39.550.560 11.335.181 5.385.918 160.056.804 82.794 1.933,19311 Bawen 163.569.138 76.519.623 8.570.697 4.072.372 74.406.446 56.381 1.319,70812 Bringin 123.608.181 31.135.448 6.476.822 3.077.466 82.918.445 60.055 1.380,70813 Pringapus 190.169.624 125.021.878 9.964.510 4.734.643 50.448.593 41.918 1.203,50714 Bergas 373.118.978 264.435.795 19.550.691 9.289.524 79.842.968 50.629 1.577,0215 Ungaran 630.604.768 385.070.148 33.042.434 15.700.134 196.792.052 115.082 1.710,016

Sumber : Data BPS yang diolah Keterangan;

a : PDRB f : Jumlah penduduk Pertengahan Tahun b : PDRB Sektor Industri g : Pendapatan regional per kapita c : Penyusutan d : Pajak Tak Langsung Netto e : Hasil Pengurangan a-b-c-d

Page 123: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran. 22

Hasil Perhitungan Pendapatan Regional Per Kapita Tanpa Memasukkan Sektor Industri Tahun 2001

No Kecamatan a b c d e f g =(e/f) 1 Getasan 123.752.819 14.137.993 6.608.628 3.694.747 99.311.451 45.133 2.200,4182 Tengaran 158.229.315 41.654.805 8.449.736 4.724.073 103.400.701 56.494 1.830,2953 Susukan 194.746.288 37.154.808 10.399.809 5.814.318 141.377.353 70.511 2.005,044 Suruh 152.140.391 27.449.229 8.124.576 4.542.282 112.024.304 60.718 1.844,9935 Pabelan 139.526.934 43.765.511 7.450.994 4.165.697 84.144.732 34.572 2.433,8986 Tuntang 146.309.950 24.422.082 7.813.220 4.368.210 109.706.438 54.505 2.012,7787 Banyubiru 98.654.157 15.473.979 5.268.313 2.945.405 74.966.460 37.236 2.013,2798 Jambu 105.112.401 30.140.167 5.613.195 3.138.221 66.220.818 40.267 1.644,5439 Sumowono 87.719.446 12.786.437 4.684.380 2.469.660 67.778.969 28.895 2.345,699

10 Ambarawa 246.507.287 45.276.080 13.163.942 7.359.688 180.707.577 83.081 2.175,07711 Bawen 186.823.953 88.939.863 9.976.742 5.577.790 82.329.558 56.786 1.449,82112 Bringin 140.929.564 36.661.703 7.525.897 4.207.574 92.534.390 60.234 1.536,24813 Pringapus 217.346.301 144.322.490 11.606.691 6.489.061 54.928.059 42.090 1.305,01414 Bergas 428.146.767 304.245.647 22.863.823 12.782.691 88.254.606 50.846 1.735,72415 Ungaran 720.909.858 439.322.313 38.497.910 21.523.385 221.566.250 114.966 1.927,233

Sumber : Data BPS yang diolah Keterangan;

a : PDRB f : Jumlah penduduk Pertengahan Tahun b : PDRB Sektor Industri g : Pendapatan regional per kapita c : Penyusutan d : Pajak Tak Langsung Netto e : Hasil Pengurangan a-b-c-d

Page 124: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran. 23

Hasil Perhitungan Pendapatan Regional Per Kapita Tanpa Memasukkan Sektor Industri Tahun 2002

No Kecamatan A b C d e f g =(e/f) 1 Getasan 140.736.372 15.782.890 7.515.389 4.507.830 11.2930.263 45.426 2.486,0272 Tengaran 179.843.333 46.132.490 9.603.720 5.760.438 11.8346.685 56.799 2.083,6053 Susukan 222.135.670 41.842.781 11.862.150 7.115.075 16.1315.664 70.980 2.272,6924 Suruh 174.035.041 30.422.261 9.293.554 5.574.396 12.8744.830 60.848 2.115,8435 Pabelan 158.726.210 49.469.598 8.476.055 5.084.050 9.5696.507 34.671 2.760,1316 Tuntang 166.656.678 27.106.983 8.899.546 5.338.065 12.5312.084 54.804 2.286,557 Banyubiru 112.431.146 17.075.874 6.003.877 3.601.204 8.5750.191 37.334 2.296,8398 Jambu 119.338.668 33.440.803 6.372.742 3.822.455 7.5702.668 40.558 1.866,5299 Sumowono 100.496.812 14.203.705 5.366.578 3.218.944 7.7707.585 29.068 2.673,303

10 Ambarawa 280.636.242 49.772.556 14.986.109 8.988.866 20.6888.711 83.313 2.483,2711 Bawen 210.090.553 98.506.149 11.218.935 6.729.266 9.3636.203 56.945 1.644,32712 Bringin 160.094.606 40.315.579 8.549.128 5.127.880 10.6102.019 60.404 1.756,5413 Pringapus 244.292.873 160.954.291 13.045.356 7.824.777 6.2468.449 42.150 1.482,05114 Bergas 476.520.815 334.976.502 25.446.438 15.263.110 10.0834.765 51.214 1.968,89115 Ungaran 809.826.843 487.364.350 43.245.139 25.939.006 25.3278.348 114.998 2.202,459

Sumber : Data BPS yang diolah Keterangan;

a : PDRB f : Jumlah penduduk Pertengahan Tahun b : PDRB Sektor Industri g : Pendapatan regional per kapita c : Penyusutan d : Pajak Tak Langsung Netto e : Hasil Pengurangan a-b-c-d

Page 125: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran. 24

Hasil Perhitungan Pendapatan Regional Per Kapita Tanpa Memasukkan Sektor Industri Tahun 2003

No Kecamatan a b c d e f g =(e/f) 1 Getasan 152.245.136 17.563.221 8.362.482 5.424.420 120.895.013 45.880 2.635,0262 Tengaran 198.222.206 51.434.825 10.887.899 7.062.560 128..836.922 56.892 2.264,5883 Susukan 151.921.751 32.587.950 8.344.719 5.412.898 105.576.184 43.646 2.418,924 Kaliwungu 86.565.379 14.184.828 4.754.841 3.084.282 64.541.428 27.837 2.318,5485 Suruh 187.362.704 34.073.921 10.291.411 6.675.642 136321.730 60.968 2.235,9556 Pabelan 172.754.484 55.451.960 9.489.014 6.155.158 101.658.352 34.683 2.931,0717 Tuntang 181.281.842 30.099.929 9.957.403 6.458.983 134.765.527 54.982 2.451,0848 Banyubiru 120.988.310 19.056.761 6.645.615 4.310.754 90.975.180 37.658 2.415,8269 Jambu 129.770.974 37.504.357 7.128.027 4.623.676 80.514.914 40.806 1.973,115

10 Sumowono 107.807.336 15.899.442 5.921.614 3.841.123 82.145.157 29.317 2.801,96311 Ambarawa 309.252.997 55.546.422 16.986.569 11.018.533 225.701.473 83.364 2.707,42112 Bawen 231.350.272 109.939.728 12.707.549 8.242.897 100.460.098 57.106 1.759,18613 Bringin 120.987.338 31.806155 6.645.561 4.310.720 78.224.902 39.206 1.995,22814 Bancak 54.345.086 13.339.584 2.985.053 1.936.289 36.084.160 21.296 1.694,4115 Pringapus 274.674.337 184.294.170 15.087.242 9.786.512 65.506.413 42.196 1.552,43216 Bergas 531.054.457 375.355.784 29.169.623 18.921.211 107.607.839 51.447 2.091,62517 Ungaran 906.248.657 546.586.593 49.778.195 32.289.196 277.594.673 115.363 2.406,271

Sumber : Data BPS yang diolah

Page 126: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran. 25

Hasil Perhitungan Pendapatan Regional Per Kapita Tanpa Memasukkan Sektor Industri Kabupaten Semarang

No Tahun a b c d e f g =(e/f) 1 1999 2.479.185.866 1.027.958.785 130.320.988 61.383.533 1.259.522.560 786.575 1.601,2752 2000 2.770.364.036 1.132.724.902 145.161.558 68.973.607 1.423.503.969 833.214 1.708,4493 2001 3.146.855.431 1.305.753.107 168.047.856 93.802.802 1.579.251.666 836.334 1.888,3034 2002 3.555.861.862 1.447.366.812 189.884.716 113.895.362 1.804.714.972 839.512 2.149,7195 2003 3.916.833.266 1.624.724.630 215.142.817 139.554.854 1.937.410.965 842.647 2.299,196

Sumber : Data BPS yang diolah

Page 127: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 27 Indeks Williamson Tiap Kecamatan Tahun 2000 Atas Dasar Harga Berlaku

Tanpa Memasukkan Sektor Industri

Sumber; Data BPS, sudah diolah

No Kecamatan Yi Y Fi n ∑(Yi-Y)² Fi/n ∑(Yi-Y)².Fi/n √∑(Yi-Y)². Fi/n VW

1 Getasan 1.975.231 1.708.449 42. 749 788.149 71.172.635.524 0,0542 3860.385.531 62.132 0,0362 Tengaran 1.638.507 1.708.449 52.563 788.149 4.891.883.364 0,0667 326.248.038 18.062,34 0,0113 Susukan 2.022.455 1.708.449 74 .578 788.149 98.599.768.036 0,0946 9.329.928.098 96.591,55 0,0574 Kaliwungu * * * * * * * * *5 Suruh 1.699.469 1.708.449 62.678 788.149 80.640.400 0,0795 6412.973,93 2.532,385 0,0016 Pabelan 2.202.120 1.708.449 34.431 788.149 2,43711E.+11 0,0437 1,0647E+10 32.629,34 07 Tuntang 1.792.584 1.708.449 49.291 788.149 7.078.698.225 0,0625 442.703.238 21.040,51 0,0128 Banyubiru 1.849.041 1.708.449 38.222 788.149 19.766.110.464 0,0485 958.575.440 30.960,87 0,0189 Jambu 1.494.255 1.708.449 40.326 788.149 45.879.069.636 0,0512 2.347.423.345 48.450,22 0,02810 Sumowono 2.188.040 1.708.449 29.557 788.149 2,30008E.+11 0,0375 8.625.694.487 92.874,62 0,05411 Ambarawa 1.933.193 1.708.449 81.131 788.149 50.509.865.536 0,1029 5.199.417.751 72.106,99 0,04212 Bawen 1.319.708 1.708.449 46.847 788.149 1,5112E.+11 0,0594 8.982.436.399 94.775,72 0,05513 Bringin 1.380.708 1.708.449 60.281 788.149 1,07414E+11 0,0765 8.215.493.726 90.639,36 0,05314 Bancak ** ** ** ** .** ** ** **15 Pringapus 1.203.507 1.708.449 36.238 788.149 2,549.66E+11 0,046 1,1723E+10 34.238,87 0,0216 Bergas 1.577.020 1.708.449 43.994 788.149 17.273.582.041 0,0558 964.200.891 31.051,58 0,01817 Ungaran 1.710.016 1.708.449 95.281 788.149 2.455.489 0,1209 29.6849,26 544,8387 0,004

Page 128: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 26

Indeks Williamson Tiap Kecamatan Tahun 1999 Atas Dasar Harga Berlaku Tanpa Memasukkan Sektor Industri

No Kecamatan Yi Y Fi n ∑(Yi-Y)² Fi/n ∑(Yi-Y)².Fi/n √∑(Yi-Y)². Fi/n VW

1 Getasan 1.827.628 1.601.275 42.749 788.149 51.235.680.609 0,0542397 2.779.010.200 52.716,31816 0,032922 Tengaran 1.556.262 1.601.275 52.563 788.149 2.026.170.169 0,0666917 135.128.741,6 11.624,48887 0,007263 Susukan 1.545.063 1.601.275 74.578 788.149 3.159.788.944 0,0946242 298.992.626,9 17.291,40327 0,01084 Kaliwungu * * * * * * * * *5 Suruh 1.448.978 1.601.275 62.678 788.149 23.194.376.209 0,0795256 1.844.546.034 42.948,17847 0,026826 Pabelan 1.956.344 1.601.275 34.431 788.149 1,26074E+11 0,0436859 5.507.656.184 74.213,5849 07 Tuntang 1.746.076 1.601.275 49.291 788.149 20.967.329.601 0,0625402 1.311.301.091 36.211,89157 0,022618 Banyubiru 1.485.161 1.601.275 38.222 788.149 13.482.460.996 0,0484959 6.538.44164,2 25.570,37669 0,015979 Jambu 1.312.486 1.601.275 40.326 788.149 83.399.086.521 0,0511655 4.267.151.976 65.323,44124 0,0407910 Sumowono 1.874.320 1.601.275 29.557 788.149 74.553.572.025 0,0375018 2.795.892.564 52.876,20036 0,0330211 Ambarawa 1.752.051 1.601.275 81.131 788.149 22.733.402.176 0,1029387 2.340.145.901 48.375,05453 0,0302112 Bawen 1.418.071 1.601.275 46.847 788.149 33.563.705.616 0,0594393 1.995.002.109 44.665,44648 0,0278913 Bringin 1.210.066 1.601.275 60.281 788.149 1,53044E+11 0,0764843 1.1705.495.281 34.213,29461 0,0213714 Bancak ** ** ** ** ** ** ** ** **15 Pringapus 1.234.302 1.601.275 36.238 788.149 1,34669E+11 0,0459786 6.191.902.602 78.688,64341 0,0491416 Bergas 1.616.738 1.601.275 43.994 788.149 239.104.369 0,0558194 13.346.661,11 3.653,308242 0,0022817 Ungaran 1.848.814 1.601.275 95.281 788.149 61.275.556.521 0,1208921 7.407.731.661 86.068,1803 0,05375

Sumber; Data BPS, sudah diolah

Page 129: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 28

Indeks Williamson Tiap Kecamatan Tahun 2001 Atas Dasar Harga Berlaku Tanpa Memasukkan Sektor Industri

No Kecamatan Yi Y Fi n ∑(Yi-Y)² Fi/n ∑(Yi-Y)².Fi/n √∑(Yi-Y)². Fi/n VW

1 Getasan 2.200.418 1.888.303 42.749 788.149 97.415.773.225 0,0542 5283.806.602 72.689,8 0,0382 Tengaran 1.830.295 1.888.303 52.563 788.149 3.364.928.064 0,0667 224.412.787 14.980,41 0,0083 Susukan 2.005.040 1.888.303 74.578 788.149 13.627.527.169 0,0946 1.289.494.399 35.909,53 0,0194 Kaliwungu * * * * * * * * *5 Suruh 1.844.993 1.888.303 62.678 788.149 1.875.756.100 0,0795 149.170.577 12.213,54 0,0066 Pabelan 2.433.898 1.888.303 34.431 788.149 2,97674E+11 0,0437 1,3004E+10 36.061,27 07 Tuntang 2.012.778 1.888.303 49.291 788.149 15.494.025.625 0,0625 968.999.538 31.128,76 0,0168 Banyubiru 2.013.279 1.888.303 38.222 788.149 15.619.000.576 0,0485 757.457.587 27.521,95 0,0159 Jambu 1.644.543 1.888.303 40.326 788.149 59.418.937.600 0,0512 3.040.196.813 55.137,98 0,02910 Sumowono 2.345.699 1.888.303 29.557 788.149 2,09211E+11 0,0375 7.845.791.223 88.576,47 0,04711 Ambarawa 2.175.077 1.888.303 81.131 788.149 82.239.327.076 0,1029 8.465.605.926 92.008,73 0,04912 Bawen 1.449.821 1.888.303 46.847 788.149 1,92266E+11 0,0594 1,1428E+10 33.805,59 0,01813 Bringin 1.536.248 1.888.303 60.281 788.149 1,23943E+11 0,0765 9.479.668.548 97.363,59 0,05214 Bancak ** * ** ** ** ** ** ** **15 Pringapus 1.305.014 1.888.303 36.238 788.149 3,40226E+11 0,046 1,5643E+10 39.551,39 0,02116 Bergas 1.735.724 1.888.303 43.994 788.149 23.280.351.241 0,0558 1.299.495.111 36.048,51 0,01917 Ungaran 1.927.233 1.888.303 95.281 788.149 1.515.544.900 0,1209 183.217.429 13.535,78 0,007

Sumber; Data BPS, Sudah diolah

Page 130: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 29

Indeks Williamson Tiap Kecamatan Tahun 2002 Atas Dasar Harga Berlaku Tanpa Memasukkan Sektor Industri

No Kecamatan Yi Y Fi n ∑(Yi-Y)² Fi/n ∑(Yi-Y)².Fi/n √∑(Yi-Y)². Fi/n VW

1 Getasan 2.486.027 2.149.719 42.749 788.149 1,13103E+11 0,0542 6.134.681.610 78.324,21 0,0362 Tengaran 2.083.605 2.149.719 52.563 788.149 4.371.060.996 0,0667 291.513.507 53.992,16 0,0253 Susukan 2.272.692 2.149.719 74.578 788.149 15.122.358.729 0,0946 1.430.941.699 37.827,79 0,0184 Kaliwungu * * * * * * * * *5 Suruh 2.115.843 2.149.719 62.678 788.149 1.147.583.376 0,0795 91.262.224,3 95.53,126 0,0046 Pabelan 2.760.131 2.149.719 34.431 788.149 3,72603E+11 0,0437 1,6277E+10 40.345,37 0,0197 Tuntang 2.286.550 2.149.719 49.291 788.149 18.722.722.561 0,0625 1.170.922.906 34.218,75 0,0168 Banyubiru 2.296.839 2.149.719 38.222 788.149 21.644.294.400 0,0485 1.049.659.672 32.398,45 0,0159 Jambu 1.866.529 2.149.719 40.326 788.149 80.196.576.100 0,0512 4.103.294.082 64.056,96 0,0310 Sumowono 2.673.303 2.149.719 29.557 788.149 2,7414E+11 0,0375 1,0281E+10 32.063,61 0,01511 Ambarawa 2.483.270 2.149.719 81.131 788.149 1,11256E+11 0,1029 1,1453E+10 107.016,7 0,0512 Bawen 1.644.327 2.149.719 46.847 788.149 2,55421E+11 0,0594 1,5182E+10 123.215,4 0,05713 Bringin 1.756.540 2.149.719 60.281 788.149 1,5459E+11 0,0765 1,1824E+10 108.736,8 0,05114 Bancak ** ** ** ** ** ** ** ** **15 Pringapus 1.482.051 2.149.719 36.238 788.149 4,45781E+11 0,046 2,0496E+10 14.3165,5 0,06716 Bergas 1.986.891 2.149.719 43.994 788.149 26.512.957.584 0,0558 1.479.937.240 38.469,95 0,01817 Ungaran 2.202.459 2.149.719 95.281 788.149 2.781.507.600 0,1209 336.262.338 18.337,46 0,009

Sumber; Data BPS, Sudah diolah

Page 131: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 30

Indeks Williamson Tiap Kecamatan Tahun 2003 Atas Dasar Harga Berlaku Tanpa Memasukkan Sektor Industri

No Kecamatan Yi Y Fi n ∑(Yi-Y)² Fi/n ∑(Yi-Y)².Fi/n √∑(Yi-Y)². Fi/n VW

1 Getasan 2.635.026 2.299.196 42.749 844.889 1,12782E+11 0,0506 5.706.440.365 75.540,98467 0,0332 Tengaran 2.264.588 2.299.196 52.563 844.889 1.197.713.664 0,0622 74.513.247,68 8.632,105634 0,0043 Susukan 2.418.920 2.299.196 74.578 844.889 14.333.836.176 0,0883 1.265.241.747 35.570,23719 0,0154 Kaliwungu 2.318.548 2.299.196 27.891 844.889 374.499.904 0,033 12.362.779,99 35.160,07451 0,0155 Suruh 2.235.955 2.299.196 62.678 844.889 3.999.424.081 0,0742 296.696.847,2 17.224,89034 0,0076 Pabelan 2.931.071 2.299.196 34.431 844.889 3,99266E+11 0,0408 16.270.928.115 127.557,5482 0,0557 Tuntang 2.451.084 2.299.196 49.291 844.889 23.069.964.544 0,0583 1.345.906.530 36.686,59878 0,0168 Banyubiru 2.415.826 2.299.196 38.222 844.889 13.602.556.900 0,0452 615.367.142,7 24.806,59474 0,0119 Jambu 1.973.115 2.299.196 40.326 844.889 1,06329E+11 0,0477 5.075.005.045 71.239,06965 0,03110 Sumowono 2.801.963 2.299.196 29.557 844.889 2,52775E+11 0,035 8.842.890.032 29.032,56847 0,01311 Ambarawa 2.707.421 2.299.196 81.131 844.889 1,66648E+11 0,096 16.002.445.934 126.500,7744 0,05512 Bawen 1.759.186 2.299.196 46.847 844.889 2,91611E+11 0,0554 16.169.095.766 127.157,7593 0,05513 Bringin 1.995.228 2.299.196 60.281 844.889 92.396.545.024 0,0713 6.592.293.343 81.192,939 0,03514 Bancak 1.694.410 2.299.196 21.323 844.889 3,65766E+11 0,0252 9.231.071.388 96.078,46475 0,04215 Pringapus 1.552.432 2.299.196 36.238 844.889 5,57656E+11 0,0429 23.918.355.217 154.655,6019 0,06716 Bergas 2.091.625 2.299.196 43.994 844.889 43.085.720.041 0,0521 2.243.505.558 47.365,658 0,02117 Ungaran 2.406.271 2.299.196 95.281 844.889 11.465.055.625 0,1128 1.292.953.234 35.957,65891 0,016

Sumber; Data BPS, sudah diolah

Page 132: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...

Lampiran 31

Hasil Perhitungan Rata-Rata Indeks Williamson Tanpa Memasukkan Sektor Industri Tahun 1999-2003

VW VW

No Kecamatan 1999 2000 2001 2002 2003 Jumlah waktuRata-rata

1 Getasan 0,03 0,036 0,038 0,036 0,033 0,173 5 0,03462 Tengaran 0,01 0,011 0,008 0,025 0,004 0,058 5 0,01163 Susukan 0,01 0,057 0,019 0,018 0,015 0,119 5 0,02384 Kaliwungu * * * * 0,015 0,015 5 0,0035 Suruh 0,03 0,001 0,006 0,004 0,007 0,048 5 0,00966 Pabelan 0 0 0 0,019 0,055 0,074 5 0,01487 Tuntang 0,02 0,012 0,016 0,016 0,016 0,08 5 0,0168 Banyubiru 0,02 0,018 0,015 0,015 0,011 0,079 5 0,01589 Jambu 0,04 0,028 0,029 0,03 0,031 0,158 5 0,0316

10 Sumowono 0,03 0,054 0,047 0,015 0,13 0,276 5 0,055211 Ambarawa 0,03 0,042 0,049 0,05 0,055 0,226 5 0,045212 Bawen 0,03 0,055 0,018 0,057 0,055 0,215 5 0,04313 Bringin 0,02 0,053 0,052 0,051 0,035 0,211 5 0,042214 Bancak ** ** ** ** 0,042 0,042 5 0,008415 Pringapus 0,05 0,02 0,021 0,067 0,067 0,225 5 0,04516 Bergas 0 0,018 0,019 0,018 0,021 0,076 5 0,015217 Ungaran 0,05 3E-04 0,007 0,009 0,016 0,082 5 0,0165

Page 133: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...
Page 134: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...
Page 135: PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ...