Pertemuan Pertama - Esa Unggul University · Web viewDeklarasi Hakhak Asasi Manusia (1948) dan Dua...
Transcript of Pertemuan Pertama - Esa Unggul University · Web viewDeklarasi Hakhak Asasi Manusia (1948) dan Dua...
MATERI 1
PENDAHULUAN
A. PENGANTAR
Bab Pertama ini mengajak mahasiswa untuk memahami bahwa sebagai intelektual,
maka meneliti merupakan suatu keharusan.Mahasiswa di ajarkan bahwa manusia
memiliki rasa penasaran, memiliki rasa ingin tahu. Manusia juga di dalam kehidupan,
pasti memiliki masalah, oleh karenanya perlu di carikan solusi tepat guna untuk
membantu manusia yang mengalami masalah tersebut keluar dari masalah yang
menimpanya. Oleh karenanya kemampuan untuk melakukan penelitian adalah hal
yang mutlak dimiliki oleh civitas akademia, dalam upayanya mencari jawaban atas
masalah yang ada. Sehingga dengan kemampuan penelitian yang dimiliki, diharapkan
mahasiswa dapat berguna bagi orang lain dan dirinya sendiri.
B. KOMPETENSI DASAR
1. Mahasiswa mampu memahami manfaat dan peranan dari metodologi penelitian
2. Mahasiswa tergerak untuk melakukan penelitian sederhana.
C. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat dan peranan dari metodologi penelitian.
2. Mahasiswa mampu membuat penelitian sederhana.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pembelajaran diselenggarakan untuk memahami materi 1 dengan pendekatan
contextual Instruction
1
2. Untuk materi 1 mahasiswa mempelajari penjelasan materi mengenai konsep dasar
metode penelitian selama 90 menit.
3. Selanjutnya selama 60 menit, mahasiswa di ajak diskusi dan tanya jawab.
E. MATERI BELAJAR
Penelitian secara ilmiah dilakukan oleh manusia untuk menyalurkan hasrat ingin tahu
yang telah mencapai taraf ilmiah, yang disertai dengan suatu keyakinan bahwa setiap
gejala akan dapat ditelaah dan dicari hubungan sebab akibatnya.
Para mahasiswa di semester terakhir mendapat tugas akhir berupa penulisan karya
ilmiah yang untuk tingkatan Strata Satu (S1) disebut Skripsi. Sedangkan untuk para
mahasiswa Strata Dua (S2) tugas akhirnya disebut Tesis, dan untuk para mahasiswa
Strata Tiga (S3) tugas akhirnya disebut Disertasi.
Tujuan utama penulisan tugas akhir tersebut tentunya tidak lain antara lain adalah agar
mahasiswa memiliki kemampuan untuk menghasilkan sebuah tulisan ilmiah yang
menyajikan fakta yang ia temukan di lapangan mengenai gejala atau keadaan
masyarakat yang ditemukannya sebagai hasil penelitian di lapangan dan kemudian
penemuan itu dituliskan secara sistematis dan terstruktur sesuai dengan panduan
penulisan karya tulis ilmiah yang berlaku.
Untuk memperoleh tulisan ilmiah yang bermutu serta kesamaan kerangka pikir dan
mekanisme dalam penulisan skripsi, maupun karya tulis ilmiah maka mahasiswa
tingkat akhir memperoleh matakuliah Metode Penulisan Hukum atau yang lebih
dikenal dengan singkatan matakuliah MPH.
2
Dengan matakuliah MPH ini diharapkan hasil karya tulis ilmiah mahasiswa maupun
skripsi yang dibuatnya dapat menunjukkan mutu atau kualitas dari sarjana
tersebut. Gagasan, ide kreatifitas, cerminan intelektual mahasiswa, dapat terlihat dari
penulisan Skripsi tersebut.
Akhirnya mahasiswa diharapkan mampu pula untuk membuat sebuah tulisan atau
essay yang merupakan analisis hasil pemikirannya secara baik dan benar sesuai
pedoman penulisan karya tulis ilmiah. Di dalam dunia akademik, salah itu wajar
namun ketidakjujuran adalah suatu hal yang tidak dapat ditolerir. Karena itu sebuah
tulisan yang ilmiah selain dinilai dari segi isinya atau mutu atau kualitas tulisannya,
akan dinilai juga segi estetika atau etika penulisannya. Tulisan yang bagus namun
tidak mencantumkan sumber kutipan, sama dengan plagiat atau mencontek dan
mencontek adalah suatu perbuatan yang tidak jujur yang tidak dapat ditolerir dalam
dunia pendidikan.
Karya Tulis Ilmiah merupakan rangkaian fakta yang berupa hasil pemikiran, gagasan,
peristiwa, gejala dan pendapat. Adapun persyaratan suatu tulisan untuk dapat
dikatakan sebagai karya tulis ilmiah adalah:
1. Menyajikan fakta obyektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam
pada situasi spesifik.
2. Ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur dan tidak bersifat terkaan.
3. Harus disusun secara sistematis.
4. Menyajikan rangkaian sebab akibat yang mendorong pembaca untuk menarik
kesimpulan.
3
5. Mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan
suatu hipotesis.
6. Ditulis secara tulus.
Metodologi pada hakekatnya memberikan pedoman, tentang cara-cara seorang
ilmuwan mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan-lingkungan yang
dihadapinya.
Metode dirumuskan, dengan kemungkinan sebagai berikut:
1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian.
2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan.
3. Cara tertentu untuk melakukan suatu prosedur.
Peranan metodologi dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan sebagai
berikut:
1. Menambah kemampuan para ilmuwan untuk mengadakan atau melaksanakan
penelitian secara lebih baik atau lebih lengkap.
2. Memberikan kemungkinan yang lebih besar, untuk meneliti hal-hal yang belum
diketahui.
3. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penelitian
multidisipliner.
4. Memberikan pedoman untuk mengorganisasikan serta mengintegrasikan
pengetahu-an, mengenai masyarakat.
4
Tanpa metode atau metodologi seseorang peneliti tak akan mungkin mampu untuk
menemukan, merumuskan, menganalisa maupun memecahkan masalah-masalah
tertentu, untuk mengungkapkan kebenaran.
Metodologi ilmu-ilmu sosial dapat memberikan jalan bagaimana caranya meneliti
faktor-faktor manusia yang benar-benar subyektif. Oleh karena itu diperlukan
metodologi yang bersifat interdisipliner agar diperoleh hasil yang selengkap mungkin
mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat.
F. Evaluasi Belajar
1. Latihan
a. Soal
Jawablah latihan soal di bawah ini
1. Mengapa mahasiswa tingkat akhir harus membuat skripsi?
2. Selain skripsi, bentuk sebutkan bentuk karya tulis ilmiah lainnya.
b. Kunci jawaban
Jawablah latihan di atas dengan singkat dan jelas kemudian cocokkan jawaban
anda dengan materi yang telah dipelajari.
5
MATERI II
PENGENALAN PENELITIAN
A. PENGANTAR
Bab Kedua ini mengajak mahasiswa untuk mengenal lebih baik lagi mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan penelitian. Seperti mengenal tujuan penelitian, ciri penelitian
ilmu sosial, macam-macam penelitian, sampai kepada rumus yang membantu peneliti
dalam melakukan penelitian. Dengan demikian diharapkan mahasiswa tidak lagi
mengalami kesulitan di dalam membuat skripsi sebagai tugas akhir mahasiswa tingkat
Strata Satu (S1).
B. KOMPETENSI DASAR
1. Mahasiswa mengetahui tujuan penelitian
2. Mahasiswa mengetahui macam-macam penelitian.
3. Mahasiswa mengetahui rumus penelitian sehingga mempermudah pembuatan
karya tulis ilmiah seperti skripsi.
C. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dan macam-macam penelitian
2. Mahasiswa mampu menerapkan rumus penelitian di dalam pembuatan karya tulis
ilmiahnya.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pembelajaran diselenggarakan untuk memahami materi 1 dengan pendekatan
contextual Instruction
6
2. Untuk materi 1 mahasiswa mempelajari penjelasan materi mengenai konsep dasar
metode penelitian selama 90 menit.
3. Selanjutnya selama 60 menit, mahasiswa di ajak diskusi dan tanya jawab.
E. MATERI BELAJAR
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan erat dengan analisa dan
konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis
berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu. Sistematis adalah berdasarkan suatu
sistem. Konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka
tertentu.
Penelitian adalah merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis,
metodologis dan konsisten dengan mengadakan analisa dan konstruksi.
Tujuan penelitian menurut Soerjono Soekanto:
1. a. Mendapatkan pengetahuan tentang suatu gejala sehingga dapat merumuskan
masalah.
b. Memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang suatu gejala, sehingga
dapat merumuskan hipotesa.
(bila penelitiannya merupakan penelitian eksplanatoris)
2. Untuk menggambarkan secara lengkap ciri-ciri / karakteristik dari:
a. suatu keadaan
7
b. perilaku pribadi
c. perilaku kelompok.
3. a. Untuk mendapatkan keterangan tentang frekuensi peristiwa.
b. Memperoleh data mengenai hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain.
(bila penelitiannya merupakan penelitian deskriptif)
4. Untuk menguji hipotesa.
(bila penelitiannya merupakan penelitian eksplanatoris)
Ciri-ciri Esensiil daripada penelitian ilmu-ilmu sosial, antara lain:
1. Penelitian dilakukan utk mendapatkan generalisasi perihal perilaku manusia dlm
kehidupan masyarakat;
2. Perilaku nyata dari manusia hanya timbul dan terjadi dalam situasi tertentu;
3. Tidak jarang situasi sosial yg dialami oleh manusia (obyek penelitian) tdk jauh
berbeda dg situasi sosial yg dialami oleh peneliti.
4. Pengetahuan yg diperoleh akan sangat berguna utk memahami perilaku manusia,
menarik pola tertentu, mengawasinya dan mengadakan evaluasi.
Macam-macam Penelitian:
1. Dilihat dari sifatnya
a. Penelitian Eksploratoris (menjelajah).
Dilakukan apabila pengetahuan tentang suatu gejala yang akan diselidiki masih
kurang sekali atau bahkan tidak ada. Penelitian ini pada umumnya dilakukan
terhadap masyarakat terasing. Untuk bidang antropologi.
b. Penelitian Deskriptif (menggambarkan).
8
Dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia,
keadaaan atau gejala lainnya. Mempertegas hipotesa, memperkuat teori lama.
Memberikan gambaran terhadap peristiwa / gejala dalam masyarakat.
c. Penelitian Eksplanatoris.
Bila pengetahuan tentang suatu masalah sudah cukup. Untuk melakukan uji
hipotesa.
2. Dilihat dari sudut bentuknya
a. Penelitian diagnostik.
Dimaksudkan utk mendapatkan keterangan mengenai sebab-sebab terjadinya
suatu atau beberapa gejala.
b. Penelitian preskriptif.
Dimaksudkan utk mendapatkan saran-saran mengenai apa yang harus
dilakukan untuk mengatasi masalah.
c. Penelitian evaluatif.
Penelitian ini dilakukan pada umumnya untuk menilai program-program yang
dijalankan.
3. Dilihat dari tujuannya
1. Fact-finding.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari atau mengungkapkan fakta – fakta yang
terdapat di masyarakat terhadap suatu permasalahan. Sebagai contoh adalah
penelitian mengenai pembauran di masyarakat pribumi dan tionghoa. Indonesia
memang tidak mengakui adanya diskriminasi. Namun faktanya di lapangan,
9
faktanya di masyarakat, perbedaan sikap terhadap pribumi dan tionghoa masih
terjadi.
2. Problem finding.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari permasalahan utama. Seperti contohnya,
perbedaan suku, etnis memang terjadi, tetapi yang menjadi permasalahan
utama mungkin bukan perbedaan suku atau etnisnya, yang menjadi
permasalahan utama mungkin adalah penghormatan atau pengakuan terhadap
suku bangsa lain.
3. Problem identification.
Pada penelitian ini, masalah – masalah yang ditemukan kemudian di
identifikasi dan di bahas satu per satu.
4. Problem solution.
Ini adalah tujuan penelitian pada umumnya. Yaitu mencari solusi atas
permasalahan. Memang pada dasarnya mengapa seseorang mengadakan atau
melakukan penelitian adalah dikarenakan dia ingin mencari pemecahan atas
masalah yang dia temukan.
4. Dilihat dari sudut penerapannya
1. Pure research. (penelitian dasar / fundamentil)
2. Problem-focused research.
Penelitian murni ditujukan untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri
atau teori maupun untuk keperluan pengembangan metodologi penelitian. Inti dari
penelitian ini adalah kaitan antara bidang teori dengan bidang praktis, dimana
10
masalah-masalah ditentukan atas dasar kerangka teoritis yang sebenarnya
menghubungkan antara penelitian murni dengan penelitian terapan.
Penelitian terapan adalah penelitian yang tujuannya untuk memecahkan masalah-
masalah kemasyarakatan yang sfiatnya praktis.
Kadang-kadang penelitian dapat pula dibedakan pada dasar ilmu yang dipergunakan
dan metodologi yang diterapkan. Atas dasar ini dikenal penelitian monodisipliner,
multidisipliner dan interdisipliner,
Seorang sosiolog berusaha untuk memahami dan mengungkap perilaku orang-orang,
motifnya, apa arti perilaku tersebut bagi masing-masing. Hal-hal ini akan dapat dicapai
dengan cara mengamati perilaku manusia dan memahaminya atau juga dengan cara
mengadakan identifikasi terhadap motif dari perilaku tersebut.
Sampel dari beberapa cabang ilmu sosial adalah:
1. Antropologi, yang diteliti pada umumnya mengenai:
a. cara hidup manusia.
b. manusia purba
c. ras manusia
d. budaya manusia
e. perubahan budaya
2. Sosiologi
a. populasi
b. kelompok-kelompok manusia
11
c. perubahan sosial kemasyarakatan
3. Ilmu Politik
a. konstitusi pemerintahan
b. kekuasaan
c. hukum-hukum
d. kebijakan politik
4. Sejarah
a. peristiwa-peristiwa penting
b. faktor-faktor alami
c. faktor-faktor politik
d. faktor-faktor ekonomi
e. faktor-faktor sosial
5. Pendidikan
a. proses belajar mengajar
b. bimbingan dan konseling
c. pengelolaan kelembagaan
d. sosio-kultural pendidikan
e. dinamika sumber daya manusia pendidikan
Cara tersebut di atas dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Peneliti harus dapat membayangkan bagaimana reaksi individu dalam menghadapi
situasi tertentu.
2. Peneliti harus dapat membayangkan motif apa yang ada dibalik reaksi tersebut
3. Peneliti harus dapat mengadakan konstruksi terhadap perilaku nyata yang timbul.
12
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,
sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau
beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.
Melalui penelitian di bidang ilmu hukum, akan dapat mengungkapkan permasalahan-
permasalahan yang inherent, di dalam proses pembaharuan hukum, sehingga dapat
membuat suatu gambaran mengenai keadaan hukum yang sesungguhnya dalam
masyarakat atau dapat menunjukkan ke arah mana sebaiknya hukum dibina
berhubungan dengan perubahan-perubahannya di dalam masyarakat.
Penelitian hukum akan sangat berharga sekali bagi perumusan politik hukum yang
tepat dan serasi, juga memungkinkan terbentuknya perundang-undangan untuk
melaksanakan program modernisasi dengan memperhitungkan kenyataan-kenyataan
dalam masyarakat.
Dengan demikian di kalangan ilmu hukum penelitian memberikan bahan-bahan bagi
mereka yang berperan untuk menyusun program pembaharuan hukum. Inilah salah
satu kegunaan penelitian ilmu hukum.
Tujuan utama kerja ilmiah atau kerja penelitian adalah untuk menemukan kebenaran,
merumuskan teori, merumuskan prinsip-prinsip atau dalil-dalil, baik yang langsung
maupun yang tidak langsung mempunyai nilai kemaslahatan bagi kehidupan manusia.
Proses kerja ilmiah secara umum terdiri dari enam langkah, yaitu:1
1. Memilih dan merumuskan masalah.
1 Ibid hal. 51.
13
2. Mengumpulkan bahan yang relevan.
3. Menyusun rancangan penelitian.
4. Mengembangkan instrumen penelitian dan mengumpulkan data.
5. Menganalisis dan menafsirkan data,
6. Menyusun laporan penelitian.
Penulisan karya tulis ilmiah memerlukan persyaratan baik formal maupun materiil.
Persyaratan formal menyangkut kebiasaan yang harus diikuti dalam penulisan,
sedangkan persyaratan materiil menyangkut isi tulisan. Sebuah tulisan akan mudah
difahami dan menarik apabila isi dan cara penulisannya memenuhi persyaratan dan
kebiasaan umum.
Dalam penelitian ini juga berlaku rumus 5 W + 1 H, yaitu:
1. WHAT (Apa yang akan diteliti?)
2. WHEN (Kapan penelitian dilakukan?)
3. WHERE (Dimana penelitian dilakukan?)
4. WHO (Siapa yang akan diteliti?)
5. WHY (Mengapa hal tersebut layak diteliti?)
Dan HOW (Bagaimana cara menelitinya?)
14
F. Evaluasi Belajar
1. Latihan
a. Soal
Jawablah latihan soal di bawah ini
1. Buatlah sebuah tulisan pendek yang merupakan penelitian sederhana,
dengan menerapkan rumus 5 w + 1 H.
2. Jelaskan perbedaan penelitian murni dan penelitian terapan.
b. Kunci jawaban
Jawablah latihan di atas dengan singkat dan jelas kemudian cocokkan jawaban
anda dengan materi yang telah dipelajari.
15
MATERI III
BENTUK PENELITIAN NORMATIF DAN
BENTUK PENELITIAN EMPIRIS
A. PENGANTAR
Bab Ketiga ini mengajak mahasiswa untuk mengenal lebih detil lagi mengenai
perbedaan penelitian normatif dan penelitian empiris. Dengan demikian diharapkan
mahasiswa dapat menentukan pilihan, akan menggunakan bentuk penelitian yang
mana di dalam penulisan skripsinya.
B. KOMPETENSI DASAR
1. Mahasiswa mengetahui metode penelitian normatif
2. Mahasiswa mengetahui metode penelitian empiris.
C. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan metode penelitian normatif
2. Mahasiswa mampu menjelaskan metode penelitian empiris.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pembelajaran diselenggarakan untuk memahami materi 1 dengan pendekatan
contextual Instruction
2. Untuk materi 1 mahasiswa mempelajari penjelasan materi mengenai konsep dasar
metode penelitian selama 90 menit.
3. Selanjutnya selama 60 menit, mahasiswa di ajak diskusi dan tanya jawab.
16
E. MATERI BELAJAR
Penelitian dapat dibedakan antara penelitian normatif dan penelitian empiris. Pada
penelitian normatif yang diteliti hanya bahan pustaka atau data sekunder yang
mungkin mencakup bahan hukum primer, sekunder dan tertier. Pada penelitian empiris
maka yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder untuk kemudian dilanjutkan
dengan penelitian terhadap data primer di lapangan atau terhadap masyarakat.
Penelitian normatif disebut juga Penelitian Kepustakaan (Library Research),
adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menelusuri atau menelaah dan
menganalisis bahan pustaka atau bahan dokumen siap pakai. Dalam penelitian bentuk
ini dikenal sebagai Normatif Research, dan jenis data yang diperoleh disebut data
sekunder. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan membaca, dan membuat
rangkuman dari buku acuan. Jenis kegiatan ini lazim dilakukan dalam penelitian
normatif atau penelitian doktrinal.
Penelitian Empiris dikenal juga sebagai Penelitian Lapangan (Field Research)
adalah pengumpulan materi atau bahan penelitian yang harus diupayakan atau dicari
sendiri oleh karena belum tersedia. Kegiatan yang dilakukan dapat berbentuk membuat
pedoman wawancara dan diikuti dengan mencari serta mewawancarai para informan,
menyusun kuisioner dan kemudian mengedarkan kuisioner itu pada responden,
melakukan pengamatan (observasi),
Untuk mempertinggi kebenaran hasil penelitian kualitatif dalam proses pengolahan
data kualitatif digunakan prinsip-prinsip tertentu, yaitu:2
1. Credibility, yaitu meningkatkan ketelitian selama proses penelitian.
2. dependability, yaitu mempertahankan konsistensi proses kerja pengumpulan data,
membentuk dan menggunakan konsep, menafsirkan data dan audit trial.
2 Sudarwan Danim, Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Prilaku, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Hal. 156
17
3. conformability, yaitu meminta para ahli untuk menerima hasil penelitian dan
memeriksa secara teliti data yang terhimpun dan
4. transferability, yaitu bahwa hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan pada
lokasi lain, kecuali konteks dan situasi lapangannya sama atau mendekati sama.
F. Evaluasi Belajar
1. Latihan
a. Soal
Jawablah latihan soal di bawah ini
1. Buatlah tabel perbandingan antara penelitian normatif dan empiris. Yang
diperbandingkan adalah keuntungan dan kekurangan dari masing-masing
bentuk penelitian tersebut.
2. Anda dalam menulis skripsi akan menggunakan bentuk yang mana? Apa
alasannya?
b. Kunci jawaban
Jawablah latihan di atas dengan singkat dan jelas kemudian cocokkan jawaban
anda dengan materi yang telah dipelajari.
MATERI IV
DATA PENELITIAN
18
A. PENGANTAR
Bab Keempat ini mengajak mahasiswa untuk mengenal lebih detil lagi mengenai
macam-macam data penelitian. Dengan demikian mahasiswa dapat menentukan
B. KOMPETENSI DASAR
1. Mahasiswa mengetahui permasalahan dalam pengumpulan data.
2. Mahasiswa mengetahui tipe data penelitian.
C. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan permasalahan dalam pengumpulan data.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tipe data penelitian.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pembelajaran diselenggarakan untuk memahami materi 1 dengan pendekatan
contextual Instruction
2. Untuk materi 1 mahasiswa mempelajari penjelasan materi mengenai konsep dasar
metode penelitian selama 90 menit.
3. Selanjutnya selama 60 menit, mahasiswa di ajak diskusi dan tanya jawab.
E. MATERI BELAJAR
Dalam proses pengumpulan data, ada beberapa masalah pokok yang harus diselesaikan
terlebih dahulu.
1. Bagaimana memasuki ruang lingkup obyek penelitian
a. mengadakan kontak dengan pemimpin formil atau informil
19
b. menjelaskan maksud penelitian
c. yang perlu diingat penelitian dilakukan untuk memahami perilaku, bukan untuk
menilainya.
d. Mengadakan penelitian pendahuluan agar diketahui kesulitan apa yang
dihadapinya dan bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut.
2. Bagaimana membuat catatan.
TIPE DATA & SUBKLASIFIKASINYA MENURUT H.L. MANHEIM:
1. Perilaku manusia
a. Perilaku verbal: Perilaku yang disampaikan secara lisan dan kemudian dicatat.
Misalnya: pencatatan hasil wawancara.
b. Perilaku nyata & ciri-cirinya yang dpt diamati. Misalnya interaksi antara dua
orang, ciri-ciri badaniah seseorang.
2. Hasil dari perilaku manusia
a. Peninggalan-peninggalan fisik.
b. Arsip
2) data sensus, statistik vital, otobiografi, catatan harian.
3) bahan mass media.
4) Inkripsi pada kuburan, data pasien dokter, kecelakaan pesawat terbang, dll.
3. Data simulasi
a. First level data.
Adalah data yang dapat dipercayai keakuratannya, karena data ini didapat dari
sumber pertama langsung.
20
b. Second level data
Adalah data yang ke akuratannya kurang karena data ini didapat dari sumber
kedua. Bukan dari sumber pertama. Sehingga kesalahan penafsiran sangat
mungkin terjadi.
c. Third level data.
Adalah data yang keakuratannya masih perlu dipertanyakan, karena di dapat
dari sumber ketiga.
Data Penelitian
Jenis Data Dari Sumbernya
1. Data Primer diperoleh langsung dari masyarakat
- Alatnya: kuisioner (perlu responden) dan wawancara (perlu narasumber /
informan)
- Bagaimana kita dpt data tentang judi bila kita tidak judi.
- Bagaimana kita dapat data tentang wts bila tidak ke wts
2. Data Sekunder, data yang sudah jadi.
Ciri-ciri data sekunder:
1. Data sekunder pd umumnya dlm keadaan siap pakai & dpt dipergunakan dg
segera.
2. Bentuk & isi data sekunder telah dibentuk oleh peneliti terdahulu.
3. Tidak terbatas pada waktu & tempat.
Data sekunder dapat pula dibedakan berdasarkan:
1. Ruang lingkupnya, yang dibedaka antara
21
a. Bahan hukum (legal documents), misalnya: undang-undang,
vonis, kontrak
b. Bahan non-hukum (non-legal documents), misalnya: majalah,
data statistik, buku
2. Tingkat realibilitasnya, yang dibedakan antara
a. Bersifat publik, misalnya surat keputusan menteri, data sensus.
b. Bersifat pribadi, misalnya biografi, catatan harian, surat pribadi,
3. Kekuatan mengikatnya, yang dibedakan antara
a. Bahan hukum primer atau sumber primer (primary sources), misalnya
UUD’45, undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan menteri,
peraturan daerah, yurisprudensi, traktat.
b. Bahan hukum sekunder atau sumber sekunder (secondary sources),
misalnya Rancangan Undang-Undang, buku acuan, hasil penelitian,
penjelasan undang-undang.
c. Bahan hukum tersier, misalnya kamus hukum, kamus umum bahasa
Indonesia, kamus bahasa Inggris.
F. Evaluasi Belajar
1. Latihan
a. Soal
Jawablah latihan soal di bawah ini
1. Apa yang dimaksud dengan data primer dan apa yang dimaksud dengan
data sekunder?
2. Jelaskan mengenai data simulasi.
22
b. Kunci jawaban
Jawablah latihan di atas dengan singkat dan jelas kemudian cocokkan jawaban
anda dengan materi yang telah dipelajari.
MATERI V
23
TEMA, TOPIK & JUDUL
A. PENGANTAR
Sebelum memulai membuat sebuah karya tulis ilmiah, maka tahap pertama kali yang
dilakukan oleh penulis atau peneliti adalah menentukan Tema, menentukan Topik dan
membuat Judul. Oleh karena itu pada pertemuan Kelima ini, mahasiswa diberikan
pengetahuan mengenai apa yang dimaksud dengan Tema, Topik dan Judul.
B. KOMPETENSI DASAR
1. Mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan Tema.
2. Mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan Topik.
3. Mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan Judul.
C. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memberikan contoh dari sebuah Tema.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memberikan contoh dari sebuah Topik.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memberikan contoh dari sebuah Judul.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pembelajaran diselenggarakan untuk memahami materi 1 dengan pendekatan
contextual Instruction
2. Untuk materi 1 mahasiswa mempelajari penjelasan materi mengenai konsep dasar
metode penelitian selama 90 menit.
3. Selanjutnya selama 60 menit, mahasiswa di ajak diskusi dan tanya jawab.
E. MATERI BELAJAR
24
Penyusunan perencanaan penelitian hukum perlu dijelaskan mengenai metode analisa
yang akan diterapkan. Misalnya metode kualitatif atau metode kuantitatif.
Perencanaan penelitian seringkali disamakan dengan Proposal penelitian. Beberapa hal
yang penting yang perlu diperhatikan oleh penulis skripsi atau karya tulis ilmiah,
termasuk laporan penelitian, yaitu:
1. Topik.
2. Tema.
3. Judul.
4. Kerangka Karangan.
5. Bentuk Lahiriah.
6. Teknik Penulisan.
1. Topik
Topik pada dasarnya adalah suatu isu atau pokok persoalan dan sifatnya juga
masih umum serta abstrak. Misalnya adalah isu mengenai wanprestasi, ini adalah
topiknya, yang tentunya masih bersifat umum, pelanggaran perjanjian terhadap apa
masih belum jelas, oleh karenanya tadi dikatakan bahwa topik masih bersifat
umum dan abstrak. Sehingga langkah selanjutnya untuk membuat skripsi setelah
diketahui topiknya, adalah pembuatan judul skripsi. Dengan demikian dapat juga
dikatakan bahwa judul merupakan perwujudan spesifik dari topik. Topik
merupakan landasan yang dapat dipergunakan oleh seorang penulis untuk
menyampaikan maksudnya. Banyak hal yang dapat dipergunakan sebagai sumber
penentuan topik, misalnya pengalaman, keluarga, karier, alam sekitar, masalah
kemasyarakatan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, cita-cita dan sebagainya. Dari
25
bermacam-macam hal yang dapat dijadikan topik dalam menyusun karangan, maka
karangan dapat berbentuk:
a. Kisahan (Narasi): yaitu karangan yang berkenaan dengan rangkaian peristiwa
berdasarkan pengamatan atau observasi maupun pengalaman yang biasanya
tersusun secara kronologis.
b. Perian (Deskripsi): yaitu karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan
keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencintrai (melihat, mendengar,
mencium, merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya.
c. Paparan (Eksposisi): yaitu karangan yang berusaha menerangkan atau
menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca
karangan itu.
d. Bahasan (Argumentasi): yaitu karangan yang berusaha memberikan alasan
untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.
Syarat-Syarat Perumusan Topik:
1. Topik harus menarik perhatian penulis.
Untuk dapat menghasilkan karangan yang baik dengan data yang lengkap,
seorang penulis harus memiliki topik yang menarik perhatiannya. Topik yang
tidak disenangi akan menimbulkan keengganan penulis dalam menyelesaikan
tulisan sehingga pencarian data dan informasi untuk melengkapi karangan akan
dilakukan dengan terpaksa.
2. Topik harus diketahui oleh penulis.
Seorang penulis sebelum memulai menulis seyogyanya sudah mempunyai
pengetahuan tentang hal-hal atau prinsip-prinsip dasar dari topik yang dipilih.
Berdasarkan prinsip-prinsip dasar tersebut, seorang penulis dapat
26
mengembangkan tulisannya menjadi suatu tulisan menarik dengan cara
melengkapi tulisan tersebut melalui penelitian kepustakaan maupun penelitian
lapangan.
3. Topik yang dipilih sebaiknya:
a. Tidak terlalu baru.
Topik yang terlalu baru memang menarik untuk ditulis, akan tetapi
seringkali penulis mengalami hambatan dalam memperoleh data
kepustakaan yang akan dipakai sebagai landasan atau penunjang. Data
kepustakaan yang diperoleh mungkin terbatas pada berita dalam surat kabar
atau majalah populer.
b. Tidak terlalu teknis
Karangan yang terlalu teknis kurang dapat menonjolkan segi ilmiah.
Tulisan semacam ini biasanya bersifat sebagai petunjuk tentang bagaimana
tata cara melakukan sesuatu, tanpa mengupas teori-teori yang ada.
c. Tidak terlalu kontroversial.
Suatu tulisan yang mempunyai topik kontroversial menguraikan hal-hal
diluar hal yang menjadi pendapat umum. Tulisan semacam ini sering
menimbulkan permasalahan bagi penulisnya.
2. Tema
Menurut arti katanya, tema berarti “Sesuatu yang telah diuraikan” atau “sesuatu
yang telah ditempatkan.” Kata ini berasal dari kata Yunani “tithenai” yang berarti
“menempatkan” atau “meletakkan.” Pengertian tema dapat dibatasi sebagai: “Suatu
perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang
akan dicapai melalui topik”
27
Tema mempunyai dua pengertian yaitu:
1. Suatu pesan utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.
2. Suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan
tujuan yang ingin dicapai.
Sebuah tulisan dikatakan baik apabila tema dikembangkan secara terinci dan jelas.
Adanya gagasan sentral, rincian yang teratur dan susunan kalimat yang jelas akan
menghasilkan karangan yang menarik dan enak dibaca. Disamping itu, seorang
penulis juga harus menampilkan keaslian tulisannya. Keaslian tersebut dapat
dilihat dari beberapa hal, misalnya:
1. Pokok permasalahan;
2. sudut pandang;
3. cara pendekatan; atau
4. gaya bahasa dan tulisannya.
3. Judul
Apabila topik dan tema sudah ditentukan, maka selanjutnya penulis merumuskan
judul karya tulisnya. Judul yang dirumuskan sifatnya tentatif, karena selama proses
penulisan ada kemungkinan judul berubah. Perumusan judul penelitian tidak jarang
dianggap sebagai sesuatu hal yang remeh. Hal itu mungkin disebabkan oleh karena
bagi beberapa pihak masalah tersebut merupakan pekerjaan yang agak sulit untuk
dilaksanakan. Sebenarnya perumusan suatu judul penelitian sedikit banyaknya
tergantung pada berhasil atau tidaknya seorang peneliti untuk mengabstraksikan
masalah yang ingin ditelitinya.Menurut Fisher, “masalah” diartikan sebagai:
28
1. suatu kesulitan yang dirasakan oleh seseorang, atau
2. suatu perasaan yang tidak menyenangkan seseorang atas fenomena yang ada
atau terjadi
3. suatu ketidaksesuaian atau penyimpangan yang dirasakan atas “apa yang
seharusnya” dan “apa yang akan terjadi”
Faktor-faktor merumuskan judul
Apabila Topik dan Tema sudah ditentukan, penulis kemudian merumuskan judul
karya tulisnya. Judul yang dituliskan sifatnya tentatif, karena selama proses
penulisan ada kemungkinan judul berubah. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam merumuskan judul adalah sebagai berikut:
1. Judul hendaknya relevan dengan tema dan bagian-bagian dari tulisan tersebut.
2. Judul menimbulkan rasa ingin tahu seorang lain untuk membaca tulisan ini
(bersifat provokatif)
3. Judul tidak mempergunakan kalimat yang tidak terlalu panjang, jika judul
terlalu panjang, dapat dibuat judul utama dan judul tambahan (sub judul)
4. Judul harus memiliki independent variable (variable bebas) dan dependent
variable (variable terikat)
Jadi kalau hendak merumuskan suatu judul penelitian, maka sebaiknya judul
tersebut:
1. menggambarkan secara sederhana masalah yang akan diteliti, artinya judul
tersebut merupakan suatu refleksi daripada masalah yang akan diteliti.
2. judul penelitian sebaiknya dirumuskan secara singkat dan jelas.
29
3. perlu diperhatikan penggunaan gaya bahasa yang baik serta pemakaian
bahasa yang didasarkan pada dasar-dasar gramatika yang baik pula.
4. tidak perlu dipergunakan kata-kata, istilah-istilah ataupun ungkapan-
ungkapan yang mengandung kiasan-kiasan.
F. Evaluasi Belajar
1. Latihan
a. Soal
Jawablah latihan soal di bawah ini
1. Jelaskan perbedaan Tema dan Topik! Sertakan pula contohnya.
2. Buatlah sebuah judul, dimana judul harus mencerminkan masalah, dan
mengandung dependen dan independen variable. Dari judul tersebut
sertakan pula dua pokok permasalahannya.
b. Kunci jawaban
Jawablah latihan di atas dengan singkat dan jelas kemudian cocokkan jawaban
anda dengan materi yang telah dipelajari.
30
MATERI VI
PROPOSAL
A. PENGANTAR
Pada bagian ke-enam ini mahasiswa akan dibekali dengan pengetahuan mengenai
pembuatan proposal yang baik dan benar. Dalam pembuatan karya tulis ilmiah, seperti
Skripsi, Tesis dan Disertasi, bagian pertama yang harus dibuat di dalam sebuah
penelitian adalah penyusunan proposal. Bila proposal sudah dapat dibuat dengan baik,
maka seorang peneliti akan lebih mudah lagi dalam mengerjakan penelitiannya. Oleh
karena itu mahasiswa harus mengetahui bagian-bagian dari proposal.
B. KOMPETENSI DASAR
1. Mahasiswa mampu memahami bagian-bagian di dalam sebuah proposal.
2. Mahasiswa mampu memahami hal-hal teknis seputar pembuatan sebuah proposal
penelitian.
C. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan bagian-bagian sebuah proposal.
2. Mahasiswa mampu membuat sebuah proposal yang baik.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pembelajaran diselenggarakan untuk memahami materi 1 dengan pendekatan
contextual Instruction
2. Untuk materi 1 mahasiswa mempelajari penjelasan materi mengenai konsep dasar
metode penelitian selama 90 menit.
31
3. Selanjutnya selama 60 menit, mahasiswa di ajak diskusi dan tanya jawab.
E. MATERI BELAJAR
Di dalam melakukan penelitian, baik penelitian normatif maupun penelitian empiris
seyogianya diikuti pula langkah-langkah yang biasanya dianuti dalam penelitian ilmu-
ilmu sosial lainnya. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Perumusan judul penelitian
2. Perumusan pengantar permasalahan
3. Perumusan masalah
4. Penegasan maksud dan tujuan
5. Penyusunan kerangka teoritis yang bersifat tentatif
6. Penyusunan kerangka konsepsional dan definisi-definisi operasional.
7. Perumusan hipotesa
8. Pemilihan / penetapan metodologi
9. Penyajian hasil-hasil penelitian
10. Analisa data yang telah dihimpun
11. Penyusunan suatu ikhtisar hasil-hasil penelitian
12. Perumusan kesimpulan
13. Penyusunan saran-saran
Dalam Proposal penelitian pembagiannya adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan.
Berisikan masalah yang akan diteliti. Peneliti harus dapat menjelaskan aspek-aspek
sejarah atau perkembangan masalah yang akan diteliti, mengapa masalah tersebut
dipilih sebagai hal yang akan diteliti.
32
2. Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian pada hakekatnya mengungkapkan apa yang hendak dicapai oleh
peneliti.
3. Ulasan bahan bacaan
Ulasan bahan bacaan terutama ditujukan agar penelitian mempunyai pengetahuan
yang menyeluruh tentang aspek-aspek yang relevan dalam penelitian yang
dilakukan.
4. Kerangka teoritis & konsepsionil
Bagian ini merupakan inti dari usul penelitian, karena berisikan dasar-dasar
teoritisnya serta operasionalnya.
5. Metodologi
Latar Belakang Masalah
Suatu konsep latar belakang masalah biasanya mencakup pokok-pokok sebagai
berikut:
1. Situasi atau keadaan dimana diduga bahwa masalah yang ingin diteliti tadi timbul.
2. Alasan-alasan ataupun sebab-sebab mengapa peneliti ingin menelaah masalah-
masalah yang telah dipilihnya.
3. Hal-hal yang telah diketahui atau belum diketahui mengenai masalah yang akan
diteliti.
4. Pentingnya penelitian tersebut baik secara teoritis dan/atau secara praktis.
Permasalahan
Sumber untuk menemukan masalah:
1. Pengalaman pribadi
33
2. Bahan bacaan. (Bahan yang didapat diperpustakaan; data sekunder)
Kesulitan merumuskan masalah:
1. Penelitian normatif
a. Kurang menguasai teori.
b. Tidak menemukan kekurangan teoritis dalam peraturan perundang-
undangan yang menjadi pusat perhatiannya
2. Penelitian sosiologis
a. Tidak semua masalah yang dihadapi dapat diuji secara empiris.
b. Tidak ada pengetahuan tentang sumber masalah yang dipilih.
c. Terlalu banyak masalah sehingga sulit menseleksi
d. Masalahnya menarik tetapi sukar untuk mendapatkan data,
e. Tidak ada tujuan tertentu dalam memilih suatu masalah.
Oleh sebab itu, maka di dalam memilih masalah hendaknya seorang peneliti
berpegang pada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah masalah tersebut berfaidah untuk dipecahkan?
2. Apakah masalah yang telah dipilih sudah sesuai dengan kerangka penelitian yang
diterapkan?
3. Apakah dituntut kemampuan-kemampuan khusus untuk memecahkan masalah
yang hendak diteliti?
4. Apakah metodologi dan teknik yang ada dapat membantu pemecahan masalah
yang hendak diteliti?
34
Tujuan Penelitian
Pada bagian ini, peneliti menuliskan apa yang diharapkan atau sumbangan apa yang
sekiranya dapat penulis berikan pada penelitian tersebut. Pernyataan yang merupakan
harapan terjadi di masa depan disebut Tujuan Umum. Sedangkan pernyataan yang
tentang apa yang akan terjadi pada akhir penelitian disebut Tujuan Khusus. Tujuan
khusus harus dapat dijawab dalam Bab Penutup pada bagian Kesimpulan oleh penulis.
Kerangka Karangan
Agar penulis dapat menerangkan isi karangannya secara teratur dan terinci, diperlukan
suatu kerangka karangan. Kerangka karangan akan membantu penulis untuk menyusun
karangan yang logis dan teratur, karena kerangka karangan merupakan suatu rencana
kerja seorang penulis.
Untuk menyusun kerangka teori, seorang peneliti dapat menerapkan metode induktif
maupun metode deduktif. Metode induktif merupakan cara yang bertitik tolak pada
hal-hal yang khusus yang kemudian menarik kesimpulan umum. Sementara bila
metode deduktif adalah kebalikannya. Ia bertitik tolak pada hal-hal umum yang
kemudian menarik kesimpulan khusus.
Kerangka konsepsional merupakan penjabaran sederhana dari konsep-konsep tulisan.
Di dalam menyusun kerangka konsepsional, maka dapat dipergunakan perumusan-
perumusan yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan yang dijadikan
dasar penelitian atau yang hendak diteliti.
35
Suatu konsep atau suatu kerangka konsepsional pada hakekatnya merupakan suatu
pengarah atau pedoman yang lebih konkrit daripada kerangka teoritis yang seringkali
masih bersifat abstrak. Di dalam menerapkan pengamatan, sebaiknya kerangka
konsepsional disusun secara sistematis dan dirumuskan secara jelas, sehingga
kerangka konsepsional tersebut dapat dipergunakan sebagai pedoman didalam
melakukan pengamatan dan didalam melakukan pencatatan data penelitian.
Kegunaan kerangka karangan:
1. Tulisan atau karangan dapat disusun secara teratur.
2. Menghindari pengulangan penulisan.
3. Mempermudahkan mencari data, kasus atau rujukan sesuai dengan kepentingan
penulisan.
4. Kerangka tulisan berfungsi sebagai miniatur atau prototipe yang akan
memudahkan pembaca melihat wujud, gagasan, struktur tulisan.
Perumusan kerangka karangan dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Kerangka kalimat.
Kerangka kalimat merumuskan tiap bagian karangan dengan kalimat berita yang
lengkap. Dengan demikian tujuan dan pokok pembahasan akan dapat diketahui
secara jelas baik oleh penulis sendiri maupun oleh orang lain.
2. Kerangka topik.
Perumusan kerangka topik dilakukan dengan menggunakan kata atau frasa.
Kerangka semacam ini kurang memberikan kejelasan bagi orang lain yang
membacanya.
36
Metodologi
Metodologi merupakan suatu rangkaian kegiatan mengenai tata cara pengumpulan,
pengolahan, analisa dan konstruksi data.
Pada bagian Metodologi ini mahasiswa menuliskan mengenai tipe penelitiannya, sifat
penelitiannya, jenis datanya dan bagaimana dia menganalisa permasalahan tersebut
dengan data yang dimilikinya.
1. Tipe penelitian.
Tipe penelitian yang penulis gunakan adalah tipe penelitian normatif. Tipe
penelitian normatif adalah bentuk penelitian dengan melihat studi kepustakaan,
sering juga disebut penelitian doktriner, penelitian kepustakaan atau studi
dokumen, seperti undang-undang, buku-buku yang berkaitan dengan
permasalahannya
2. Sifat penelitian.
Sifat penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah sifat penelitian deskriptif
analistis, yaitu penelitian dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti
mungkin yang dapat membantu dalam memperkuat teori-teori yang dipergunakan.
3. Jenis Data.
Data Primer
Dalam penelitian ini data yang digunakan sebagai bahan penulisan adalah data
sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka atau
literatur yang terdiri dari bahan primer dan bahan sekunder.
37
4. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan kualitatif untuk menemukan jawaban yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
F. Evaluasi Belajar
1. Latihan
a. Soal
Jawablah latihan soal di bawah ini
1. Buatlah sebuah kerangka karangan.
2. Jelaskan perbedaan penelitian normatif dan penelitian empiris.
b. Kunci jawaban
Jawablah latihan di atas dengan singkat dan jelas kemudian cocokkan jawaban
anda dengan materi yang telah dipelajari.
38
MATERI VII
ALAT PENGUMPULAN DATA
A. PENGANTAR
Pada bagian ke-tujuh ini mahasiswa akan dibekali dengan pengetahuan mengenai alat-
alat atau cara-cara yang dapat dipergunakan di dalam penelitian untuk mengumpulkan
data penelitian. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan
masing-masing alat atau cara pengumpulan data, sehingga mahasiswa mampu memilih
mana cara yang paling tepat yang dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data
penelitian berkaitan dengan penelitian yang sedang dibuatnya.
B. KOMPETENSI DASAR
1. Mahasiswa mampu memahami cara-cara pengumpulan data.
2. Mahasiswa mampu memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing cara
pengumpulan data.
C. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan cara-cara pengumpulan data.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data dengan salah satu cara yang
telah dipelajari.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pembelajaran diselenggarakan untuk memahami materi 1 dengan pendekatan
contextual Instruction
39
2. Untuk materi 1 mahasiswa mempelajari penjelasan materi mengenai konsep dasar
metode penelitian selama 90 menit.
3. Selanjutnya selama 60 menit, mahasiswa di ajak diskusi dan tanya jawab.
E. MATERI BELAJAR
Dalam pembuatan karya tulis ilmiah, maka diperlukan alat-alat pengumpulan data.
Adapun, alat-alat pengumpulan data tersebut adalah:
1. Studi dokumen (bahan pustaka)
Pengumpulan data yg dilakukan melalui data tertulis. Mengadakan penelahaan
bahan pustaka secara mendalam dan luas merupakan suatu kegiatan yang integral
dalam penelitian. Akan tetapi bukan berarti bahwa penelahaan bahan pustaka
merupakan satu-satunya pekerjaan penelitian. Bahan pustaka perlu ditelaah agar
diperoleh bahan teoritis dan konsepsional.
2. Pengamatan (observasi)
Didalam melakukan kegiatan ilmiah seperti penelitian, pengamatan atau observasi
merupakan salah satu sarana pengumpulan data yang tertua. Sejak zaman dahulu
para ahli filsafat melakukan pengamatan terhadap masyarakat. Astronom juga
melakukan pengamatan tertentu terhadap bintang-bintang. Demikian juga para
penyayang binatang. Ciri pengamatan:
1. Pengamatan mencakup seluruh konteks sosial alamiah dari perilaku manusia
yang nyata.
2. menangkap gejala atau peristiwa yang penting, yang mempengaruhi hubungan
sosial antara orang-orang yang diamati perilakunya.
40
3. menentukan apakah yang disebut sebagai kenyataan dari sudut pandangan
hidup atau falsafah hidup dari pihak-pihak yang diamati
4. mengidentifikasikan keteraturan perilaku atau pola-pola
Adapun tujuan dari pengamatan tersebut pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. mendapatkan data yang menyeluruh dari perilaku manusia atau
masyarakat.
2. mendapatkan deskripsi yg relatif lengkap mengenai kehidupan sosial /
salah satu aspeknya.
3. mengadakan eksplorasi.
4. untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai perilaku
manusia dan kelompoknya.
Prosedur pengamatan (observasi) dapat dikategorikan kepada dua kategori yaitu:
1. Pengamatan terlibat, dikatakan pengamatan terlibat adalah apabila peneliti
menjadi bagian dari obyek yang ditelitinya tersebut.
2. Pengamatan tidak terlibat, dikatakan pengamatan tidak terlibat apabila peneliti
hanya mengamati obyek penelitian tersebut dan tidak masuk menjadi bagian di
dalam obyek penelitian tersebut.
Dalam memilih pengamatan atau observasi sebagai alat pengumpulan data, harus
diperhitungkan beberapa faktor, yakni:
1. Masalah yang akan diteliti atau diamati
2. Ketrampilan pengamat di dalam melakukan pekerjaannya
3. Karakteristik pihak yang diamati seperti ekonomi, politik, kebudayaan, dll.
41
Pengamatan akan berjalan lancar apabila tidak ada halangan-halangan yang berasal
dari pengamat maupun yang diamati. Ada beberapa ciri-ciri dari pihak yang
diamati yang perlu diperhitungkan oleh peneliti, seperti:
1. Faktor pekerjaan
2. Faktor ekonomis
3. Faktor politis dan hukum
4. Faktor kebudayaan
5. Faktor normatif
Untuk keadaan di Indonesia, kadang – kadang perlu diperhatikan hal – hal lain,
misalnya:
1. Adanya persaingan antara suku – suku bangsa tertentu
2. Kemungkinan bahwa salah satu suku bangsa memaksakan unsur kebudayaan
atau unsur – unsur agamanya pada suku bangsa yang lain
3. Ada suku bangsa yang berusaha untuk mendominasi suku bangsa lain secara
politis
4. Adanya konflik yang bersifat tradisional.
3. Wawancara (interview)
Wawancara dipergunakan dengan tujuan sebagai berikut:
1. memperoleh data mengenai persepsi manusia
2. mendapat data mengenai kepercayaan manusia
3. mengumpulkan data mengenai perasaan dan motivasi seseorang
4. memperoleh data mengenai antisipasi atau orientasi masa depan manusia
5. memperoleh informasi mengenai perilaku pada masa lampau
42
6. mendapatkan data mengenai perilaku yang sifatnya sangat pribadi atau sensitif.
Adapun ciri pokok dari wawancara itu adalah:
1. Di dalam wawancara diperlakukan perilaku yang senantiasa saling menyesuaikan
diri terutama dari pewawancara.
2. Wawancara sangat berguna untuk memperoleh data perihal sikap, perasaan,
pikiran, kepercayaan, dan lain-lain.
3. Wawancara memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk mempergunakan
berbagai tipe pertanyaan.
4. Perluasan ruang lingkup dimungkinkan dalam wawancara.
5. Kadang-kadang pewawancara harus dilengkapi dengan data apabila yang
diwawancarai pada saat tertentu menghendaki data tersebut.
Keuntungan:
a. Memungkinkan peneliti utk mendapatkan keterangan lebih cepat.
b. Kayakinan bahwa penafsiran responden adalah tepat
c. Pembatasan dapat dilakukan secara langsung apabila jawaban yg diberikan
melewati batas ruang lingkup masalah yg diteliti,
d. Kebenaran jawaban dapat diperiksa secara langsung.
Kelemahan:
a. Kadang sulit utk mengetahui apabila responden tdk memberikan informasi yg
sebenarnya.
b. Kadang sulit utk menjadi pewawancara & pencatat sekaligus.
c. Seringkali memakan waktu lama.
d. Sulit utk mengikuti kehendak para responden yg berbeda sifat & perilakunya.
43
Dalam wawancara dipergunakan suatu pedoman wawancara yang berisikan pokok-
pokok yang diperlukan untuk wawancara.
Wawancara memerlukan beberapa syarat ilmiah, yakni:
1. Sebelum wawancara dilakukan, pewawancara sudah harus tau hal-hal apa yang
nantinya akan ditanyakan. Pewawancara tidak boleh mengarang-ngarang
pertanyaan seadanya.
2. Sebagai pendahuluan dari wawancara yang sebenarnya, pewawancara harus
terlebih dahulu menciptakan hubungan baik. Hal ini penting untuk menghilangkan
kecemasan interviewee, memberikan jaminan bahwa jawaban-jawabannya tidak
akan menimbulkan konsekwensi yang merugikan dirinya sehingga membangkitkan
keinginan kerjasama.
3. Selama wawancara berlangsung, pewawancara harus waspada dalam menemui saat
kritis dimana mungkin interviewee menemui kesulitan untuk menjawab karena
menyangkut pribadi atau mengancam dirinya.
4. Penutup wawancara harus diusahakan agar interviewee tidak merasa habis manis
sepah dibuang.
Tipe wawancara:
1. Wawancara tidak terarah
2. Wawancara terarah
3. Wawancara berfokus
4. Wawancara mendalam
44
4. Kuisioner
Kuisioner adalah daftar pertanyaan yang dibuat oleh peneliti lalu kemudian disebarkan
kepada responden dimana hasil jawaban responden akan diolah untuk mendukung data
penelitian.
Kuisioner seringkali dipergunakan untuk mengumpulkan data perihal masyarakat atau
golongan-golongan tertentu, kepercayaan, pendapat, pola perilaku dari masyarakat.
Suatu kuisioner direncanakan dan dipergunakan untuk memperoleh atau
mengumpulkan data dari populasi yang luas, atau yang mempunyai beraneka ragam
corak dari kelompok atau golongan masyarakat. Dengan memperoleh suatu gambaran
melalui pengunaan kuisioner maka peneliti dapat memperoleh pengetahuan yang
mendalam mengenai hal yang ditelitinya tersebut.
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa penggunaan kuisioner mempunyai dua
fungsi utama:
1. Untuk mendapatkan deskripsi mengenai suatu gejala (atau beberapa gejala).
2. Untuk kepentingan pengukuran dari berbagai variabel dari individu / kelompok.
Tidak jarang peneliti menghadapi berbagai masalah, seperti:
1. konstruksi kuisioner yang akan dipergunakan.
2. bahasa yang akan dipergunakan
3. kerangka acuan
4. urutan pertanyaan
5. panjang pendeknya kuisioner
45
Peneliti harus sebanyak mungkin menghindari bahasa yang terlalu mengarah pada
jawaban tertentu seperti ya dan tidak. Contohnya:
“Menurut pendapat saudara bukankah perbuatan melanggar hukum merupakan
perilaku yang menyeleweng?”
Jawabannya adalah cenderung “YA”
Kecuali itu, maka dianjurkan untuk mempergunakan kalimat yang mempunyai arti
sekhusus mungkin. Bandingkan contoh di bawah:
“Berapakah usia bapak/ibu/saudara?”
“Berapakah usia bapak/ibu/saudara pada hari ulang tahun yang terakhir.”
Keuntungan:
1. Lebih mudah membuat score
2. responden tidak perlu menulis atau mengisi dengan tulisan pada daftar pertanyaan
tersebut
3. lebih cepat pengisian
Kekurangan:
1. Adakalanya peneliti tidak mempunyai kemampuan untuk merumuskan semua
alternatif yang ada
2. Responden kadang mengisi sembarangan.
Hal yang perlu diperhatikan:
1. Panjang pendek daftar pertanyaan membuat kecenderungan pada pengisian dari
responden.
46
2. Isi pertanyaan. Responden kadang enggan untuk menjawab pertanyaan yang
bersifat pribadi atau sensitif
3. Anonimitas. Responden cenderung ingin identitasnya tidak diketahui
4. Faktor-faktor lain seperti taraf pendidikan responden, status sosial ekonomi
responden, latar belakang etnik.
Survey pada umumnya dapat dilakukan apabila tujuan penelitian adalah:
1. mendapatkan pengetahuan tentang gejala hukum tertentu.
2. memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu gejala hukum
tertentu.
3. mendapatkan keterangan tentang frekuensi peristiwa hukum tertentu.
4. memperoleh data mengenai hubungan antara suatu gejala hukum dengan gejala
lain.
5. menguji hipotesa.
F. Evaluasi Belajar
1. Latihan
a. Soal
Jawablah latihan soal di bawah ini
1. Jelaskan mengenai pengamatan terlibat dan tidak terlibat! Berikan
contohnya.
2. Buatlah sebuah quisioner, usahakan sesuai dengan tema penelitian yang
akan mahasiswa buat pada saat penyusunan skripsi.
b. Kunci jawaban
47
Jawablah latihan di atas dengan singkat dan jelas kemudian cocokkan jawaban
anda dengan materi yang telah dipelajari.
MATERI VIII
ABSTRAK DAN TEKNIK KUTIPAN
B. PENGANTAR
Bagian penting di dalam karya ilmiah seperti skripsi, tesis, disertasi dan tulisan pada
sebuah jurnal adalah abstrak. Dapat dikatakan Abstrak adalah intisari dari karya tulis
ilmiah. Kemudian, di dalam pembuatan penelitian atau karya ilmiah, seorang peneliti
atau penulis tentu akan menggunakan bahan literatur sebagai referensi atau acuan
tulisan yang akan memperkuat tulisan yang dibuat, oleh karenanya mahasiswa harus
pula mengetahui aturan-aturan di dalam mengutip karya ilmiah orang lain sebagai
bahan acuan di dalam penulisan atau penelitian yang sedang dikerjakannya. Oleh
karena itu pada materi ke-delapan ini mahasiswa akan dibekali dengan pengetahuan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan abstrak dan hal-hal yang berkaitan dengan
teknik atau ketentuan pengutipan karya ilmiah.
B. KOMPETENSI DASAR
1. Mahasiswa mampu memahami bagian-bagian di dalam sebuah asbtrak.
2. Mahasiswa mampu memahami hal-hal teknis seputar pengutipan karya ilmiah.
C. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan bagian-bagian sebuah asbtrak dan membuat
sebuah abstrak yang baik dan benar.
48
2. Mahasiswa mampu menjelaskan teknik pengutipan yang benar dan mampu
membuat kutipan sesuai dengan aturan karya tulis ilmiah.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pembelajaran diselenggarakan untuk memahami materi 1 dengan pendekatan
contextual Instruction
2. Untuk materi 1 mahasiswa mempelajari penjelasan materi mengenai konsep dasar
metode penelitian selama 90 menit.
3. Selanjutnya selama 60 menit, mahasiswa di ajak diskusi dan tanya jawab.
E. MATERI BELAJAR
1. Abstrak
Dalam penulisan skripsi, maka mahasiswa wajib menyertakan abstrak di dalam
skripsinya tersebut. Dapat dikatakan abstrak merupakan intisari dari sebuah skripsi.
Karena dengan hanya melihat abstrak, pembaca dapat mengetahui judul skripsi,
permasalahan yang dibahas, metode penulisannya, sampai kepada berapa jumlah
halama skripsi dan berapa jumlah literatur atau buku yang dipergunakan penulis
sebagai sumber referensinya. Dapat disimpulkan bahwa isi abstrak pada umumnya
adalah terdiri dari:
1. latar belakang penulisan skripsi atau alasan penulisan dan tujuan penelitian
2. masalah pokok
3. hasil penelitian
4. kesimpulan atau informasi lain.
49
Syarat teknis yang perlu diperhatikan dalam penulisan abstrak adalah sebagai
berikut:
1. Diketik rapi pada kertas kuarto.
2. Jumlah halaman dianjurkan hanya satu, maksimal dua halaman.
3. Jarak antar baris adalah satu spasi
2. Kutipan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, seorang penulis sering meminjam pendapat
atau ucapan orang lain yang terdapat pada buku, majalah, peraturan perundang-
undangan, makalah, dan lain-lain. Untuk itu penulis harus memperhatikan prinsip-
prinsip mengutip, yaitu:
1) Tidak mengadakan perubahan naskah asli yang dikutip. Kalaupun perlu
mengadakan pengubahan, maka seorang penulis harus memberi keterangan
bahwa kutipan tersebut telah diubah. Caranya dengan memberi huruf tebal atau
memberi keterangan dengan tanda kurung segi empat, seperti gambar berikut
[ ]
2) Bila dalam naskah asli terdapat kesalahan, penulis dapat memberikan tanda
[sic!] langsung di belakang kata yang salah. Hal itu berarti bahwa kesalahan
ada pada naskah asli dan penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan
tersebut.
3) Apabila bagian kutipan ada yang dihilangkan, penghilangan itu dinyatakan
dengan cara membubuhkan tanda elipsis (yaitu dengan tiga titik).
Penghilangan bagian kutipan tidak boleh mengakibatkan perubahan makna asli
naskah yang dikutip.
Macam – macam Kutipan:
50
1. Kutipan Langsung yang kurang dari 4 baris, kutipan harus diapit tanda kutip
(“...” )
2. Kutipan Langsung yang lebih dari 4 baris, kutipan dapat di apit tanda kutip /
tanda petik dapat pula tidak.
3. Kutipan Tidak Langsung.
Penjiplakan (Plagiarisme)
Penjiplakan adalah suatu bentuk kejahatan yang amat serius dalam dunia akdemis.
Oleh karena itu, segala bentuk penjiplakan tidak dapat ditolerir dan harus
dikenakan sanksi akademis.
Adapun sanksi yang dimaksud adalah:
1. Ditegur oleh pengajar yang bersangkutan.
2. Yang bersangkutan dapat memberikan nilai E (tidak lulus).
3. Ditunda kelulusannya.
4. Mencabut gelar dan ijazah yang telah diberikan dan tidak mengakui gelar yang
telah diberikan kepada yang melanggar ketentuan tersebut.
5. Tidak diperkenankan bagi yang bersangkutan untuk melanjutkan studi di
Universitas Indonusa Esa Unggul
Beberapa bentuk penjiplakan adalah:
1. Menyalin kalimat dari buku, artikel, dan sebagainya tanpa mencantumkan
sumbernya.
2. Menyusun kalimat dengan menggunakan pendapat orang lain, buku, dan
sebagainya tanpa menyebutkan sumbernya.
51
3. Meringkas kalimat, pendapat, ide orang lain, buku, dan sebagainya tanpa
menyebutkan sumbernya.
4. Menggabungkan sejumlah tulisan, pendapat, hasil penelitian dan beberapa
sumber tanpa menyebutkan secara tegas sumber aslinya
Beberapa cara untuk menghindari penjiplakan adalah:
1. Jika ide atau pendapat utama diambil dari satu sumber walaupun tidak
menggunakan kalimat yang sama persis dengan sumbernya, maka sumber ide
atau pendapat tersebut harus dicantumkan dengan cara seperti contoh berikut:
Pada setiap masalah utama internasional, terdapat interaksi antara politik
dalam negeri dan kebijakan luar negeri dan masalah ini membentuk suatu
kendala dalam pengambilan kebijakan luar negeri Australia. (Smith:
1988:18-20)
2. Jika menggunakan kalimat asli dari sumber untuk mendukung argumentasi,
maka sumber asli tersebut dapat ditulis seperti contoh berikut:
Smith (1988:18) mengatakan bahwa “kebijakan luar negeri tidak dapat
dipisahkan dari politik dalam negeri” dan kenyataan ini dapat dilihat dari
beberapa butir khusus pada masalah Timor. Masalah Timor tidak hanya
menggambarkan bahwa konflik politik di dalam negeri mempengaruhi
produk kebijakan luar negeri, tetapi juga menunjukkan bahwa Australia
tidak mempunyai kekuasaan yang cukup kuat untuk mempengaruhi resolusi
masalah internasional tersebut.
52
Referensi di atas harus pula ditulis secara formal dan lengkap pada daftar
kepustakaan seperti berikut:
Smith, H. (1988). “Foreign Policy and the Political Process”, in F.A.
Mediansky and A.C. Palfreeman (eds). In Pursuit of National Interests.
Sydney: Pegamon.
3. Jika menggunakan beberapa sumber untuk mendukung suatu pendapat atau ide,
maka penulisannya adalah seperti contoh berikut:
Hudson (1988:1) dan Smith (1988:18) setuju bahwa kebijakan luar negeri
mirip dengan kebijakan dalam negeri dalam banyak hal, walaupun kedua
bentuk kebijakan tersebut agaknya memiliki perspektif yang berbeda
terhadap faktor-faktor penting dalam pembuatan kebijakan luar negeri.
4. Jika mengutip sebagian kalimat atau pernyataan dan mencocokkannya dengan
paragraph yang sedang dibuat, maka kutipan itu dapat diringkas seperti contoh
berikut:
Smith (1988:19) berpendapat bahwa “... pemerintah di bawah partai
konservatif telah membawa Australia terjun dalam perang Vietnam”, tetapi
belum dapat dibuktikan bahwa pemerintah di bawah partai buruh juga turut
membawa Australia dalam peperangan tersebut.
Penulisan kutipan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, seorang penulis sering meminjam pendapat,
atau ucapan orang lain yang terdapat pada buku, majalah, bahkan bunti pasal
53
dalam peraturan perundang-undangan. Untuk itu seorang penulis harus
memperhatikan prinsip-prinsip mengutip yaitu:
a. Tidak mengadakan perubahan naskah asli yang dikutip. Kalaupun perlu
mengadakan perubahan (paraphrasing), maka seorang penulis harus memberi
keterangan bahwa kutipan tersebut dirubah. Caranya adalah dengan memberi
huruf tebal (bold), atau memberi keterangan dengan tanda kurung segi empat.
b. Bila dalam naskah asli terdapat kesalahan, penulis dapat memberikan tanda
[sic!] langsung dibelakang kata yang salah. Hal ini berarti bahwa kesalahan ada
pada naskah asli dan penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan tersebut.
c. Apabila bagian kutipan ada yang dihilangkan, penghilangan itu dinyatakan
dengan cara membubuhkan tanda elipsis (yaitu dengan tiga titik). Penghilangan
bagian kutipan tidak boleh mengakibatkan perubahan makna asli naskah yang
dikutip.
d. Kutipan harus dinyatakan secara jelas dan tegas.
e. Font yang digunakan di dalam kutipan sama dengan font yang digunakan di
dalam teks.
f. Penulisan kutipan langsung, diketik masuk ke dalam sekitat 5 – 7 ketuk.
g. Kutipan ditulis dengan spasi satu.
Bentuk kutipan dibagi dua bentuk:
1. Penulisan kutipan langsung.
Kutipan langsung dapat dibagi menjadi:
1) Kutipan langsung yang lebih dari 4 baris.
2) Kutipan langsung yang tidak lebih dari 4 baris.
2. Penulisan kutipan tidak langsung.
54
Kutipan langsung yang kalimatnya lebih dari 4 baris:
Caranya:
- Dipisahkan dari teks dalam jarak 3 spasi.
- Jarak antar baris 1 spasi.
- Diapit dengan tanda kutip
- Seluruh kutipan diketik masuk sebanyak kurang lebih 6 ketuk, bila ketikan
dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama dari kutipan itu dimasukkan lagi 6
ketukan.
- Jangan lupa memberi nomor kutipan (footnote)
Kutipan langsung yg kalimatnya tidak lebih dari 4 baris.
Caranya:
- Tulisan diintegrasikan langsung dari teks yang ada di atas tanpa dipisah
dalam jarak 3 spasi.
- Jarak antar baris 2 spasi.
- Diapit dengan tanda kutip.
- Sesudah kutipan selesai jangan lupa diberi nomor urut catatan kaki
(footnote).
Kutipan tidak langsung
Kutipan tidak langsung digunakan apabila mengambil pendapat satu sumber tertentu
dan menambahkan uraian kalimatnya. Jadi dapat dikatakan kutipan tidak langsung
dalam arti tidak persis sama dengan yang dikutip (dari sumbernya).
Caranya:
55
- Diintegrasikan dengan teks.
- Jarak tetap dengan teks (2 spasi).
- Di akhir tulisan jangan lupa ditulis nomor kutipan.
Penulisan Sumber Kutipan
Seorang penulis yang mengutip pendapat orang lain harus mencantumkan sumber
kutipan. Untuk mencantumkan sumber kutipan dapat dipergunakan salah satu cara dari
tiga cara yang ada. Ketiga cara penulisan sumber kutipan tersebut adalah:3
1. American Psycological Associations Manual (APA)
Mencantumkan langsung sumber kutipan di akhir kutipan yang ditulis dalam tanda
kurung.
Contoh: (Soerjono Soekanto, 1983: 23), artinya
Kutipan tersebut diambil dari buku karangan Soerjono Soekanto yang terbit tahun
1983 pada halaman 23
Dalam penulisan sumber semacam ini tidak mudah untuk langsung menemukan
dari sumber mana kutipan tersebut diambil. Pembaca sulit mengetahui judul buku
yang dikutip. Seyogyanya pada setiap akhir bab dibuat daftar pustaka. Adapun cara
menuliskan Daftar Pustaka dengan cara ini adalah:
Nama pengarang, tahun terbit, judul, cetakan atau edisi keberapa, nama
kota penerbit, nama penerbit.
3 Ibid, hal. 8.
56
2. Modern Language Associations Handbook (MLA)
Memberi nomor urut pada setiap akhir kutipan, kemudian menulis sumber
kutipannya di akhir bab, pada lembar khusus yang disebut “catatan”. Cara
menuliskan sumber kutipan sama seperti menulis catatan kaki.
3. Chicago
Cara yang lazim adalah dengan memberikan nomor urut kutipan kemudian sumber
kutipan ditulis pada kaki halaman diawali dengan nomor urut kutipan. Sumber
kutipan dipisahkan dari naskah dengan garis lurus sepanjang lima belas ketikan,
diapit oleh ruang kosong masing-masing empat kait. Keuntungan cara penulisan
sumber kutipan dengan catatan kaki ialah, jika pada suatu ketika penulis ingin
membandingkan dengan sumber lain, atau penulis ingin menerangkan suatu tulisan
yang bukan menjadi konteks penulisan. Jika menerangkan sesuatu langsung pada
naskah maka akan sedikit mengganggu kesinambungan tulisan, maka dengan
catatan kaki keterangan tentang sesuatu tersebut dapat dilakukan. Hal ini tidak
akan mengganggu naskah dimaksud.
Penggunaan kutipan memiliki beberapa manfaat, yaitu:
1. untuk menegaskan isi uraian,
2. untuk membuktikan kebenaran dari sebuah pernyataan yang dibuat oleh penulis,
3. untuk memperlihatkan kepada pembaca materi dan teori yang digunakan penulis,
4. untuk mengkaji interpretasi penulis terhadap bahan kutipan yang digunakan,
57
5. untuk mencegah penggunaan dan pengakuan bahan tulisan orang lain sebagai
miliki sendiri (plagiat)
F. Evaluasi Belajar
1. Latihan
a. Soal
Jawablah latihan soal di bawah ini
1. Buatlah sebuah abstrak!
2. Apa yang dimaksud dengan APA, dan apa bedanya APA dengan MLA?
b. Kunci jawaban
Jawablah latihan di atas dengan singkat dan jelas kemudian cocokkan jawaban
anda dengan materi yang telah dipelajari.
58
MATERI IX
FOOTNOTE DAN DAFTAR PUSTAKA
C. PENGANTAR
Sebagaimana disampaikan pada pertemuan sebelumnya bahwa dalam pembuatan
karya tulis ilmiah, seseorang penulis tentunya akan menggunakan literatur yang akan
dijadikan acuan untuk bahan tulisannya. Kutipan dari literatur yang diambil tersebut
haruslah dibuatkan footnotenya, dan bahan bacaan yang telah dibaca oleh penulis atau
peneliti sebagai referensi tulisannya, haruslah kemudian dibuatkan daftar pustakanya.
Oleh karenanya pada bagian ke-sembilan ini mahasiswa akan dibekali dengan
pengetahuan mengenai cara-cara pembuatan footnote dan pembuatan daftar pustaka.
B. KOMPETENSI DASAR
1. Mahasiswa mampu memahami cara pembuatan Footnote.
2. Mahasiswa mampu memahami cara pembuatan Daftar Pustaka.
59
C. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
1. Mahasiswa mampu membuat Footnote.
2. Mahasiswa mampu membuat Daftar Pustaka.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pembelajaran diselenggarakan untuk memahami materi 1 dengan pendekatan
contextual Instruction
2. Untuk materi 1 mahasiswa mempelajari penjelasan materi mengenai konsep dasar
metode penelitian selama 90 menit.
3. Selanjutnya selama 60 menit, mahasiswa di ajak diskusi dan tanya jawab.
E. MATERI BELAJAR
1. Catatan Kaki (Footnote)
Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atau teks karangan yang ditempatkan
pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Catatan kaki ada tiga macamnya.
Pertama adalah catatan kaki yang merupakan catatan penunjukkan sumber atau
referensi, kedua adalah catatan kaki yang merupakan catatan penjelas, dan yang
ketiga adalah catatan kaki yang merupakan catatan gabungan sumber dan penjelas.
a. Buku ditulis oleh seorang pengarang atau lebih sampai 3 orang
pengarang:
Pengarang itu dapat berupa orang atau badan korporasi.
Untuk pengarang yang merupakan badan korporasi tidak boleh disingkat, jadi
kalau dikarang oleh DEPERINDAG maka harus ditulis lengkap menjadi
Departemen Perindustrian dan Dagang.
60
Pedoman penulisan untuk kutipan yang ditulis oleh seorang pengarang atau
lebih caranya adalah sebagai berikut:
a. Judul karangan dapat ditulis dengan tebal, miring, atau garis bawah.
b. Nama penulis Indonesia tidak dibalik penempatannya, kecuali untuk orang
asing.
c. Gelar akademik tidak perlu dicantumkan.
Jadi pedomannya:
Nama Pengarang, Judul Karangan, (kota penerbitan: nama
penerbit, tahun penerbitan), nomor halaman.
Contohnya:
Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:
Universitas Indonesia, 1986), hlm. 12
Proyek ELIPS, Pengantar Umum Hukum Ekonomi, (Jakarta:
ELIPS, Desember 1997), hlm.42.
b. Ditulis oleh lebih dari 3 orang pengarang
Yang ditulis hanya nama pengarang pertama saja kemudian dibelakangnya
ditambahkan “et al” yang artinya adalah dengan kawan-kawan atau dengan orang
lain.
Contoh
Soerjono Soekanto, et. al, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 1994), hlm.92
61
c. Kumpulan karangan
Bila tulisan tersebut diambil dari bunga rampai atau kumpulan karangan. Yang
ditulis adalah editornya.
Pedomannya: Nama, ed, judul, (kota penerbitan: penerbit, tahun),halaman.
Contoh:
Lukman Ali, ed, Bahasa dan Kesusastraan Indonesia Sebagai
Cermin Manusia Indonesia Baru, (Jakarta: Jakarta Press, 1987), hlm.80.
Harimurti Kridalaksana, “Pembentukan Istilah Ilmiah Dalam
Bahasa Indonesia,” Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Cermin
Manusia Indonesia Baru, ed. Lukman Ali, (Jakarta: Jakarta Press, 1987),
hlm. 80.
d. Ensiklopedi dan Kamus
Apabila pengarang mengutip atau mengambil kalimat dari ensiklopedi atau kamus
maka cara penulisannya tidak berbeda jauh dengan cara penulisan untuk penulisan
yang mengambil buku sebagai sumbernya. Pedomannya adalah “Nama pengarang,
judul tulisan, nama ensiklopedi atau kamus, nama kota penerbitan, nama penerbit
dan tahun dalam kurung, diakhiri dengan nomor halaman. Contohnya adalah
sebagai berikut:
Soebekti dan Tjitrosudibio, “Conditio Sine Causa,” Kamus Hukum,
(Jakarta: Pradnya Paramita, 1985), hlm.25
F.L. Gracia, Encyclopedia of Banking and Finance (New York: Mc.
Graw Hill, 1962) hlm. 178.
62
Black, Henry Campbell, Black’s Law Dictionary, 6th ed, (ST. Paul,
Minn: West Publishing, Co, 1990), hlm.384.
e. Terjemahan.
Dapat pula kita mengambil atau mengutip tulisan dari terjemahan seseorang.
Contoh penulisannya adalah sebagai berikut:
Ter Haar, Asas-asas dan susunan hukum adat, Terjemahan Soebekti
Poesponoto, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1983), hlm.25.
Soebekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(Burgerlijk Weetboek), (Jakarta: Pradnya Paramita, 1992), pasal 1320.
1). Referensi dari sumber kedua
Terkadang penulis menemukan di dalam buku yang dikutipnya, ternyata penulis
buku tersebut mengutip juga dari sumber utamanya. Maka cara penulisan catatan
kakinya adalah:
Sunaryati Hartono, “Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia”
(Jakarta: Binacipta Aksara, 1982), hal. 21, mengutip Roscoe Pound, An
Introduction to The Philosophy of Law, (New Heaven: Yale University
Press, 1954), hal. 47.
ATAU
63
Roscoe Pound An Introduction to The Philosopy of Law, (New
Heaven: Yale University Press, 1954), hal. 47, dikutip oleh Sunaryati
Hartono, “Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia” (Jakarta: Binacipta,
1982), hal.21.
2) Artikel.
Untuk tulisan yang diambil dari koran (media massa), majalah, tabloid, jurnal
maka pedomannya “Nama penulis, judul tulisan, tempat tulisan dimuat, tanggal
bulan dan tahun, halaman.” Sehingga bentuknya atau contohnya adalah seperti
dibawah ini:
Arswendo Atmowiloto, “Menggairahkan Pers Lamban,” Kompas, 24
Oktober 1999, hlm.4
Bila nama pengarang jelas, maka catatan kaki dimulai dengan nama pengarang,
namun dalam hal-hal lain cukup ditulis jenis rubrik atau topiknya, misalnya “Berita
Ekonomi”, “Tajuk Rencana”, “Hukum” dan lain sebagainya. Contohnya seperti
dibawah ini:
Hukum, Tempo, 14 Oktober 1989, hal. 84.
3) Naskah ilmiah yang tidak dipublikasikan.
64
Tulisan ilmiah yang tidak dipublikasikan misalnya adalah skripsi, tesis, atau
disertasi yang tidak dibuat buku (hanya ditempatkan di perpustakaan fakultas yang
bersangkutan), maka pedomannya adalah, “Nama penulis, judul tulisan, di dalam
kurung ditulis apa nama naskahnya (skripsi, tesis, disertasi) kemudian nama
penerbit, tempat penerbitan dan tahun), dan diakhiri dengan nomor halaman.
Contohnya adalah sebagai berikut:
Jos D. Patera “Fonologi Bahasa Gorontalo,” (Skripsi Sarjana
Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta: 1984), hlm.30.
Sri Harmini Ernawati, “Custady Perlu Kembangkan Diversifikasi
Pelayanan” (Makalah yang disampaikan pada seminar Asosiasi Custodian,
Jakarta, 15 Juli 1991), hlm.17
4) Penerbitan pemerintah dan Konvensi Internasional.
Penerbitan Pemerintah contohnya dalah Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
SK Gubernur, dan hal-hal yang diterbitkan oleh pemerintah.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun tentang Perseroan Terbatas, Pasal
1 ayat (1).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal, Pasal 1 Nomor 8.
The 1958 New York Convention, The Convention on the
Recognition and Enforcement of Foreign Arbital Awards, Artikel IX.
65
5) Wawancara dan Surat
Apabila penulis melakukan wawancara contohnya adalah sebagai berikut:
Hasil wawancara dengan Bapak Mutarto, Jabatan Ka.Bag.
Kustodian, pada hari Senin, 20 Januari 2003, di Bank Rakyat Indonesia
Pusat, JL. Jend. Sudirman No. 44 – 46, Jakarta 10210.
Andi Hamzah, wawancara dengan penulis, Hotel Le Meridien,
Jakarta, 9 Agustus 1999.
Boedi Harsono, surat kepada penulis, 14 Desember 2000
6) On-Line Information via internet
Sejarah Majelis Permusyawaratan Rakyat, (On-Line), tersedia di
http://mpr.wasantara.net.id/sejarah.htm.(9 Juli 2001)
A Tony Prasetiantono, Perlu Solusi Utang Yang Non Konvensional
(On-Line), tersedia di
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0108/06/UTAMA/anal 01.htm (6
Agustus 2001).
7) Catatan penjelas.
Dalam membuat kutipan, khususnya catatan kaki / footnote, dapat juga footnote
berupa penjelasan penulis. Jadi footnote bukan saja mengacu kepada apa yang
66
dikutip, tapi dapat juga digunakan sebagai tempat untuk menjelaskan apa yang
ditulis di atasnya, agar kalimat di atasnya tidak terputus dengan penjelasan penulis.
Contoh:
Deklarasi Hakhak Asasi Manusia (1948) dan Dua Perjanjian
(Covenant) yang diterima di PBB pada tahun 1966, menunjukkan bahwa
hak-hak asasi tidak hanya terbatas pada hak-hak di bidang sipil dan politik,
tetapi juga mencakup hak-hak di bidang ekonomi, sosial dan budaya.
Singkatan Catatan Kaki
1. Ibid
Ibidem artinya pada tempat yang sama. Ibid belum dilangkahi dengan penulis-
penulis lain.
Contoh untuk pengarang, judul dan halaman yang sama pada buku tersebut:
Indra Savitri, Catatan Hukum Pasar Modal (Jakarta: Go Global
Book,1998),hlm.115.
Ibid.
Contoh untuk pengarang, judul sama tapi halamannya berbeda:
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Pasal 1 nomor 14.
Ibid, Pasal 9.
2. Op, Cit
67
Opere Cittato artinya pada karya yang telah dikutip. Singkatan ini digunakan bila
catatan itu menunjuk kembali kepada sumber yang telah disebutkan, tetapi telah
diselingi oleh sumber lain.
Contoh:
Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara. (Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2000), hlm 174.
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia,
1993), hlm. 50.
Moh. Kusnardi, Op, Cit, hlm. 183.
3. Loc, Cit
Loco Citato artinya tempat yang telah dikutip. Singkatan ini digunakan bila catatan
itu menunjuk pada halaman yang sama dan sumber yang telah disebut sebelumnya
tetapi telah diselingi oleh sumber lainnya.
Contoh:
Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara. (Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2000), hlm 174.
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia,
1993), hlm. 50.
Moh. Kusnardi, Loc. Cit.
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka atau Bibliografi) adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku
atau artikel dan bahan-bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan
sebuah karangan atay sebagain dari karangan yang sedang dikerjakan. Daftar
pustaka diletakkan pada bagian akhir sebuah tulisan ilmiah. Daftar pustaka
68
merupakan rujukan penulis selama ia melakukan dan menyusun penelitian atau
laporannya. Daftar Pustaka disusun dengan berbagai format, yakni format MLA
(The Modern Language Association) dan format APA (American Psychological
Association). Adapun fungsi daftar pustaka tersebut adalah:
1. Membantu pembaca mengenal ruang lingkup studi penulis.
2. Memberi informasi kepada pembaca untuk memperoleh pengetahuan yang
lebih lengkap dan mendalam daripada kutipan yang digunakan penulis.
3. Membantu pembaca memilih referensi dan materi dasar untuk studinya.
Cara penulisannya:
1. Nama pengarang disusun menurut alfabet tanpa diberi nomor urut.
2. Bila tidak ada nama pengarang maka judul buku / artikel yang dimaksudkan
diurutkan alfabet
3. Gelar akademik pengarang tidak perlu dicantumkan, namun gelar
kebangsawanan atau haji dapat dicantumkan.
4. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan referensi yang
digunakan, maka untuk referensi yang kedua dan seterusnya nama pengarang
tidak perlu diikutsertakan tetapi diganti dengan garis.
5. Jarak antara baris dengan baris dalam satu referensi satu spasi, tetapi jarak
referensi satu dengan referensi yang lain dua spasi.
Contoh Daftar Pustaka Format MLA
1. Buku satu penulis Sukadji, Soetarlinah. Menyusun dan Mengevaluasi
Laporan Penelitian. Jakarta: UI Press, 2000.
2. Buku dua penulis Widyamartaya, AI, dan Veronica Sudiati. Dasar-dasar
69
Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Penerbit PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997.
3. Buku tiga penulis Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H.
Ridwan. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1989.
4. Buku lebih dari tiga
penulis
Alwi, Hasan, et al. Tata Bahasa Bahasa Indonesia.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1993.
ATAU
Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Bahasa Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993.
5. Lebih dari satu edisi Sugono, Dendy. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Ed.
Rev. Jakarta: Puspa Swara, 2002.
6. Penulis dengan
beberapa buku
Keraf, Gorys, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran
Bahasa, Ende, Flores: Penerbit Nusa Indah, 1997.
----------, Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Penerbit
Gramedia Pustaka Utama, 1982.
7. Penulis tidak
diketahui atau penulis
adalah lembaga
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia. Panduan Teknis Penyusunan
Skripsi Sarjana Sains. Jakarta: UI Press, 2002.
8. Buku terjemahan DL, Chryshnanda dan Bambang Hastobroto, Eds. Desain
Penelitian Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif,
terj. dr. John Creswell, Jakarta: KIK Press, 2002.
70
9. Buku dengan
penyunting / editor
Ihromi, T.O., peny. Pokok-pokok Antropologi Budaya.
Jakarta: PT. Gramedia, 1981.
10. Buku serial / berjilid Sadie, Stanley, ed. The New Grove Dictionary of Music and
Musicians. Vol.15. London: Macmillan, 1980.
11. Jurnal Molnar, Andrea. “Kemajemukan Budaya Flores: Suatu
Pendahuluan.” Antropologi Indonesia 56 (1998):
13-19.
12. Majalah Asa, Syu’bah. “PKS: ‘Sayap Ulama’ dan ‘Sayap Idealis’.”
Tempo, 5 – 11 Juli 2004, 38–39.
13. Surat Kabar Suwantono, Antonius, “Keanekaan Hayati Mikro-
Organisme: Menghargai Mikroba Bangsa.”
Kompas, 24 Des 1995, 11.
“Menyambut Terbentuknya Badan Pengurus Kemitraan
Deklarasi Bali.” Tajuk Rencana (editorial),
Kompas, 22 Des 1995, 4.
14. Dokumen
pemerintah
Biro Pusat Statistik, Struktur Ongkos Usaha Tani Padi dan
Palawija, 1990. Jakarta: BPS, 1993.
15. Naskah yang belum
diterbitkan
Budiman, Meilani. “The Relevance of Multiculturalism to
Indonesia”. Makalah pada Seminar Sehari tentang
Multikulturalisme di Inggris, Amerika, dan
Australia Universitas Indonesia, Depok, Maret
1996.
Contoh Daftar Pustaka Format APA
71
1. Buku satu penulis Sukadji, S. (2000). Menyusun dan Mengevaluasi
Laporan Penelitian. Jakarta: UI Press.
2. Buku dua penulis Widyamartaya, AI, dan Sudiati, V. (1997). Dasar-
dasar Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Penerbit
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
3. Buku tiga penulis Akhadiah, S, Arsjad, M.G. dan Ridwan. S.H. (1989).
Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
4. Buku lebih dari tiga
penulis
Alwi, Hasan, et al. (1993). Tata Bahasa Bahasa
Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
ATAU
Alwi, H, dkk. (1993). Tata Bahasa Bahasa Indonesia.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
5. Lebih dari satu edisi Sugono, Dendy. (2002). Berbahasa Indonesia dengan
Benar. Ed. Rev. Jakarta: Puspa Swara.
6. Penulis dengan
beberapa buku
Keraf, G. (1982) Argumentasi dan Narasi. Jakarta:
Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Keraf, G (1997). Komposisi: Sebuah Pengantar
Kemahiran Bahasa, Ende, Flores: Penerbit
Nusa Indah.
7. Penulis tidak diketahui Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
72
atau penulis adalah
lembaga
Universitas Indonesia. (2002). Panduan Teknis
Penyusunan Skripsi Sarjana Sains. Jakarta: UI
Press.
8. Buku terjemahan Creswell, J.W. (2002). Research Design Qualitative
and Quantitative Approaches. (Terj. Angkatan
III dan IV KIK-UI bekerjasama dengan Nur
Khaibah). Jakarta: KIK Press.
9. Buku dengan
penyunting / editor
Ihromi, T.O., peny. (1981). Pokok-pokok Antropologi
Budaya. Jakarta: PT. Gramedia.
10. Buku serial / berjilid Sadie, S, ed. (1980). The New Grove Dictionary of
Music and Musicians. Vol.15. London:
Macmillan.
11. Jurnal Molnar, A (1998). Kemajemukan Budaya Flores: Suatu
Pendahuluan. Antropologi Indonesia 56, 13-19.
12. Majalah Asa, S. (2004, 5–11 Juli) PKS: ‘Sayap Ulama’ dan
‘Sayap Idealis’. Tempo. 38–39.
13. Surat Kabar Suwantono, A. Keanekaan Hayati Mikro-Organisme:
Menghargai Mikroba Bangsa.” (1995, 24
Desember). Kompas, 11.
Menyambut Terbentuknya Badan Pengurus Kemitraan
Deklarasi Bali. Tajuk Rencana (editorial).
(1995, 22 Desember). Kompas, 4.
14. Dokumen pemerintah Biro Pusat Statistik. (1993). Struktur Ongkos Usaha
73
Tani Padi dan Palawija, 1990. Jakarta: BPS.
15. Naskah yang belum
diterbitkan
Budiman, M. (1996, Maret). The Relevance of
Multiculturalism to Indonesia. Makalah pada
Seminar Sehari tentang Multikulturalisme di
Inggris, Amerika, dan Australia Universitas
Indonesia, Depok.
Selain mengutip sumber-sumber tercetak sekarang ini penulis juga dapat
mengumpulkan data dan referensi dari Internet atau WWW (World Wide Web,
Jaringan Jagad Jembar). Unsur-unsur yang dicantumkan dalam referensi internet
adalah:4
1. nama penulis yang diawali dengan penulisan nama keluarga.
2. judul tulisan diletakkan di antara tanda kutip.
3. judul karya tulis keseluruhan (jika ada) dengan huruf miring .
4. data publikasi berisi protokol dan alamat, path, tanggal atau waktu akses
dilakukan.
Contoh:
1. Dari WWW
Walker, Janice R. “MLA-Style Citations of Electronic Sources.” Style Sheet.
http://www.cas.usf.edu/english/walker/mla/html. (10 Feb 1996)
2. Dari download FTP (File Transfer Protocol)
Johnson-Eilola, Jordan, “Little Machines: Rearticulating Hypertext Users.” ftp
daedalus.com/pub/CCCC95/johnson-eilola (10 Feb 1996)
4 Ibid, hal. 36
74
3. Dari e-mail
Bruckman, Amy S. “MOOSE Crossing Proposal.” Mediamoo@media,mit.edu. (20
Des 1994)
4. Dari chatting
Nama teman chatting menggantikan nama penulis, jenis komunikasi (misalnya
wawancara pribadi, tanggal komunikasi dan tanda kurung.
Marsha s_Guest. Personal interview. Telnet daedalus.com 7777 (10 Feb 1996)
F. Evaluasi Belajar
1. Latihan
a. Soal
Jawablah latihan soal di bawah ini
1. Buatlah footnote, seakan anda mengambil dari:
a. sebuah buku dengan tiga orang penulis,
b. sebuah jurnal
c. sebuah media masa
d. sebuah peraturan perundang-undangan
2. Buatlah Daftar Pustaka dengan minimal 10 literatur.
b. Kunci jawaban
Jawablah latihan di atas dengan singkat dan jelas kemudian cocokkan jawaban
anda dengan materi yang telah dipelajari.
75
MATERI X
TEKNIK PENULISAN
A. PENGANTAR
Dalam menulis karya tulis ilmiah, berbeda dengan menulis cerpen ataupun artikel.
Penulisan karya tulis ilmiah haruslah memenuhi aturan atau pedoman penulisan karya
tulis ilmiah, seperti tipe huruf yang dipergunakan, font huruf yang dipergunakan dan
lain sebagainya. Oleh karenanya pada bagian ke-sepuluh ini mahasiswa akan dibekali
dengan pengetahuan teknik penulisan karya tulis ilmiah.
B. KOMPETENSI DASAR
1. Mahasiswa memahami aturan teknik penulisan karya tulis ilmiah.
2. Mahasiswa memahami gaya penulisan karya tulis ilmiah.
C. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
76
1. Mahasiswa mampu menjelaskan aturan teknik penulisan karya tulis ilmiah.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan gaya penulisan karya tulis ilmiah.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pembelajaran diselenggarakan untuk memahami materi 1 dengan pendekatan
contextual Instruction
2. Untuk materi 1 mahasiswa mempelajari penjelasan materi mengenai konsep dasar
metode penelitian selama 90 menit.
3. Selanjutnya selama 60 menit, mahasiswa di ajak diskusi dan tanya jawab.
E. MATERI BELAJAR
Agar penulis karya tulis sempurna, setelah isi dan bentuk lahiriah disusun dengan cara
yang semestinya, penulis juga harus mempertahankan teknik penulisan berdasarkan
persyaratan yang lazim. Masalah teknis yang perlu diperhatikan adalah:
2. Ukuran kertas
Penulisan karya tulis ilmiah pada umumnya menggunakan kertas jenis HVS
dengan berat 80 gram, berwarna putih dengan ukuran kertas A4 (210 x 279 mm)
3. Pemilihan jenis dan ukuran huruf
Karya tulis ilmiah pada umumnya ditulis dengan tinta berwarna hitam dengan
menggunakan huruf standar Times New Roman dengan font 12
4. Margin atau Pias (batas pinggir pengetikan)
Batas pengetikan adalah 4 cm untuk tepi kiri, 3 cm untuk tepi kanan, 4 cm untuk
tepi atas, dan 3 cm untuk tepi bawah.
5. Spasi atau kait
77
Jarak antara baris dengan baris mempergunakan spasi rangkap (2 spasi).
Sedangkan untuk catatan kaki, bibliografi, dan kutipan langsung yang lebih dari
empat baris dipergunakan spasi rapat (1 spasi).
6. Nomor halaman
Halaman pendahuluan ditandai dengan angka Romawi kecil (contoh: i, ii, iii)
sedangkan halaman-halaman selanjutnya menggunakan nomor dengan angka Arab
(1, 2, 3, 4, 5, dst). Nomor halaman dapat dicantumkan sudut kanan atas (top-right)
7. Penomoran pada Bab, Sub Bab, dan seterusnya
Mengikuti petunjuk sebagai berikut:
a. Angka romawi : I, II, III dan seterusnya
b. Huruf kapital : A, B, C dan seterusnya
c. Angka arab : 1, 2, 3 dan seterusnya
d. Huruf kecil : a, b, c dan seterusnya
e. angka arab dengan tanda kurung tutup : 1), 2), 3) dan seterusnya
f. huruf kecil dengan tanda kurung tutup : a), b), c) dan seterusnya
g. angka arab dengan tanda kurung : (1), (2), (3), dan seterusnya
h. huruf kecil dengan tanda kurung : (a), (b), (c), dan seterusnya
8. Judul
Judul bab ditulis dibagian tengah atas dengan huruf kecil kapital dan tidak digaris
bawahi atau tidak ditulis di antara tanda kutip. Judul bab juga tidak diakhiri dengan
tanda titik.
9. Huruf miring
Huruf miring berfungsi menggantikan garis bawah.
Huruf miring biasanya digunakan untuk:
a. Penekanan sebuah kata atau kalimat.
78
b. Menyatakan judul buku atau majalah.
c. Menyatakan kata atau frasa asing.
10. Penulisan angka
Untuk menuliskan angka dalam karangan, perlu diperhatikan ketentuan penulisan
sebagai berikut:
a. Bilangan di bawah seratus yang terdiri dari satu atau dua kata, bilangan
seartus dan kelipatannya, seribu dan kelipatannya ditulis dengan huruf.
b. Bilangan terdiri dari tiga kata atau lebih, ditulis dengan angka.
c. Bilangan pecahan biasanya ditulis dengan huruf, kecuali pecahan dari
bilangan yang besar.
d. Persentase tetap ditulis dengan angka.
e. Nomor telepon, nomor jalan, tanggal dan nomor halaman ditulis dengan
angka.
f. Angka tidak boleh dipergunakan untuk mengawali sebuah kalimat.
11. Koreksi
Koreksi dengan menggunakan tulisan tangan tidak diperbolehkan dalam penulisan
skripsi. Koreksi dengan menggunakan cairan koreksi (correction fluid), pita
koreksi (correction tape), pinsil ataupun ballpoint tidak diperkenankan pada hasil
akhir dari skripsi. Hasil akhir (final copy) haruslah bersih dari bentuk-bentuk
koreksi di atas.
12. Penulisan Rumus, Persamaan, Superscripts dan Subscripts
Rumus dan persamaan harus ditulis sebagaimana seharusnya. Huruf atau angka di
bawah (subscripts) ataupun di atas (superscripts) dalam sebuah rumus atau
persamaan, bisa ditulis satu ukuran lebih kecil dari ukuran huruf dalam teks, tetapi
79
harus tetap jelas dan terbaca. Jarak antar persamaan dipisahkan dengan spasi
ganda, ditulis sesuai dengan ketentuan standar statistik dan pedoman komputer.
13. Metode Penulisan
Gaya penulisan:
a. Menggunakan kalimat yang efektif (mudah dimengerti)
b. Menghindari penggunaan kata-kata yang bersifat personal seperti: saya,
kami, anda, dan sebaginya, kecuali bila kata-kata tersebut merupakan kutipan.
c. Menulis dengan huruf miring (huruf italic) semua istilah asing yang bukan
berasal dari Bahasa Indonesia dan diikuti dengan terjemahan.
d. Jika dianggap membantu, gunakan sub judul yang tepat untuk
menggambarkan intisari atau ide utama dari sejumlah paragrap.
e. Sumber data atau informasi yang digunakan sebagai referensi harus
dicantumkan secara jelas untuk menghindari plagiarisme.
Hal – hal pokok yang harus diperhatikan dalam menulis suatu karya tulis ilmiah.
Yaitu:
1. Konsistensi
Artinya apabila telah menetapkan satu metode, maka sampai akhir halaman,
tetaplah menggunakan metode yang pertama. Misalnya, apabila dalam footnote,
buku di tulis dengan cara italic, maka jangan ada footnote yang menulis buku
dengan cara underline .
2. Berkesinambungan
Artinya, apa yang menjadi masalah, analisa dan kesimpulan jumlahnya adalah
sama. Bila pertanyaannya tiga, maka analisa nya pun harus terhadap tiga
permasalahan tersebut, dengan demikian pada bagain kesimpulan, harus
menggambarkan jawaban atas tiga pertanyaan dalam bab pendahuluan tersebut.
80
3. Bertanggungjawab
Artinya, apabila kita mengutip, maka ikutilah tata aturan kutipan, misalnya dengan
menuliskan satu spasi untuk kutipan yang lebih dari empat baris dan jangan lupa
untuk mencantumkan footnote, sehingga kita terhindar dari tuduhan Plagiat.
F. Evaluasi Belajar
1. Latihan
a. Soal
Jawablah latihan soal di bawah ini
1. Penggunaan huruf miring adalah untuk kata-kata asing, lalu untuk bahasa
daerah ditulis dengan huruf miring atau biasa? Apakah bahasa daerah
termasuk bahasa asing?
2. Penulisan karya ilmiah harus memenuhi unsur “bertanggungjawab”, apa
maksudnya? Jelaskan.
b. Kunci jawaban
Jawablah latihan di atas dengan singkat dan jelas kemudian cocokkan jawaban
anda dengan materi yang telah dipelajari.
81
MATERI XI
PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
A. PENGANTAR
Di dalam penelitian, terdapat dua model penelitian, pertama adalah model penelitian
yang menggunakan angka-angka, yang lebih dikenal dengan model penelitian
kuantitatif, dan model kedua adalah model penelitian yang tidak menggunakan angka-
angka, yang lebih dikenal dengan model penelitian kualitatif. Oleh karenanya pada
pertemuan ke-sebelas ini mahasiswa akan dibekali dengan pengetahuan berkaitan
dengan metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif.
B. KOMPETENSI DASAR
1. Mahasiswa mampu memahami metode atau cara-cara penelitian kuantitatif.
82
2. Mahasiswa mampu memahami metode atau cara-cara penelitian kualitatif.
C. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan metode atau cara-cara penelitian kuantitatif.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan metode atau cara-cara penelitian kualitatif.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pembelajaran diselenggarakan untuk memahami materi 1 dengan pendekatan
contextual Instruction
2. Untuk materi 1 mahasiswa mempelajari penjelasan materi mengenai konsep dasar
metode penelitian selama 90 menit.
3. Selanjutnya selama 60 menit, mahasiswa di ajak diskusi dan tanya jawab.
E. MATERI BELAJAR
1. Penelitian Kualitatif
Pendekatan penelitian kualitatif sering disebut dengan naturalistic inquiry (inkuiri
alamiah). Apapun macam, cara atau corak analisis data kualitatif suatu penelitian,
perbuatan awal yang senyatanya dilakukan adalah membaca fenomena. Setiap data
kualitatif mempunyai karakteristiuknya sendiri. Data kualitatif berada secara
tersirat di dalam sumber datanya. Sumber data kualitatif adalah catatan hasil
observasi, transkrip interviu mendalam (depth interview), dan dokumen-dokumen
terkait berupa tulisan ataupun gambar.
Karakteristik Penelitian Kualitatif
1. Setting/latar alamiah atau wajar dengan konteks utuh (holistik).
2. Instrumen penelitian berupa manusia (human instrument).
83
3. Metode pengumpulan data observasi sebagai metode utama.
4. Analisis data secara induktif.
5. Proses lebih berperanan penting daripada hasil.
6. Penelitian dibatasi oleh fokus.
7. Desain penelitian bersifat sementara.
8. Laporan bernada studi kasus.
9. Interpretasi ideografik.
Metode Pengumpulan Data
1. Pengamatan dengan berpartisipasi (Participant Observation)
2. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
3. Penyelidikan Sejarah Hidup (Life Historical Investigation)
4. Analisis Konten (Content Analysis)
2. Pengertian Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif
Metode kuantitatif dan kualitatif sering dipasangkan dengan nama metode yang
tradisional dan metode baru; metode positivistic dan metode postpositivistic,
metode scientific dan artistic, metode konfirmasi dan temuan. Jadi metode
kuantitatif sering dinamakan metode tradisional, positivistic, scientivic dan
metode discovery. Selanjutnya metoda hase kualitatif sering dinamakan sebagai
metode baru, postposivistic, artistic dan interpretive research.
Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup
lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian.
Metode ini disebut sebagai metode positivistic karena berlandaskan pada filsafat
84
positivisme. Metode ini sebagai metode scientific karena telah memenuhi kaidah-
kaidah ilmiah yaitu konkrit/ empiris, objektif, terukur, rasional dan sistematis.
Metode ini juga disebut metode discovery, Karena dengan metode ini dapat
ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru.
Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru karena popularitasnya
belum lama, metode ini dinamakan postpositivistik Karena berlandaskan pada
filsafat post positifisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistic, Karena
proses penelitian lebih bersifat seni(kurang terpola),dan disebut metode
interpretive karena data hasil peneletian lebih berkenaan dengan interprestasi
terhadap data yang di temukan di lapangan.metode penelitian kuantitatif dapat di
artikan sebagai metode penelitian yang di gunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu,pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian,analisis data bersifat kuantitatif/ statistic,dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang teleh di tetapkan.
Metode penelitian kualitatif sering di sebut metode penelitian naturalistik karena
penelitianya di lakukan pada kondisi yang alamiah(natural setting);di sebut juga
metode etnographi,karena pada awalnya metode ini lebih banyak di gunakan untuk
penelitian bidang antropologi budaya;disebut metode kualitatif,karena data yang
terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
3. Perbedaan Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif
Perbedaan mendasar dari metode penelitian kualitatif dengan metode penelitian
kuantitatif yaitu terletak pada strategi dasar penelitiannya. Penelitian kuantitatif
85
dipandang sebagai sesuatu yang bersifat konfirmasi dan deduktif, sedangkan
penelitian kualitatif bersifat eksploratoris dan induktif. Bersifat konfirmasi
disebabkan karena metode penelitian kuantitatif ini bersifat menguji hipotesis dari
suatu teori yang telah ada. Penelitian bersifat mengkonfirmasi antara teori dengan
kenyataan yang ada dengan mendasarkan pada data ilmiah baik dalam bentuk
angka. Penarikan kesimpulan bersifat deduktif yaitu dari sesuatu yang bersifat
umum ke sesuatu yang bersifat khusus. Hal ini berangkat dari teori-teori yang
membangunnya.
Hamidi menjelaskan setidaknya terdapat 12 perbedaan pendekatan kualitatif
dengan kualitatif seperti berikut ini:
1. Dari segi perspektifnya penelitian kuantitatif lebih menggunakan pendekatan
etik, dalam arti bahwa peneliti mengumpulkan data dengan menetapkan
terlebih dahulu konsep sebagai variabel-variabel yang berhubungan yang
berasal dari teori yang sudah ada yang dipilih oleh peneliti. Kemudian variabel
tersebut dicari dan ditetapkan indikator-indikatornya. Hanya dari indikator
yang telah ditetapkan tersebut dibuat kuesioner, pilihan jawaban dan skor-
skornya. Sebaliknya penelitian kualitaif lebih menggunakan persepektif emik.
Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita rinci dari para
informan dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa dan pandangan
informan.
2. Dari segi konsep atau teori, penelitian kuantitatif bertolak dari konsep
(variabel) yang terdapat dalam teori yang dipilih oleh peneliti kemudian dicari
datanya, melalui kuesioner untuk pengukuran variabel-variabelnya. Di sisi lain
penelitian kualitatif berangkat dari penggalian data berupa pandangan
responden dalam bentuk cerita rinci atau asli mereka, kemudian para responden
86
bersama peneliti meberi penafsiran sehingga menciptakan konsep sebagai
temuan. Secara sederhana penelitian kuantitatif berangkat dari konsep, teori
atau menguji (retest) teori, sedangkan kualitatif mengembangkan ,menciptakan,
menemukan konsep atau teori.
3. Dari segi hipotesis, penelitian kuantitatif merumuskan hipotesis sejak awal,
yang berasal dari teori relevan yang telah dipilih, sedang penelitian kualitatif
bisa menggunakan hipotesis dan bisa tanpa hipotesis. Jika ada maka hipotesis
bisa ditemukan di tengah penggalian data, kemudian “dibuktikan” melalui
pengumpulan data yang lebih mendalam lagi.
4. Dari segi teknik pengumpulan data, penelitian kuantitatif mengutamakan
penggunaan kuisioner, sedang penelitaian kualitatif mengutamakan
penggunaan wawancara dan observasi.
5. Dari segi permasalahan atau tujuan penelitian, penelitian kuantitatif
menanyakan atau ingin mengetahui tingkat pengaruh, keeretan korelasi atau
asosiasi antar variabel, atau kadar satu variabel dengan cara pengukuran,
sedangkan penelitian kualitatif menanyakan atau ingin mengetahui tentang
makna (berupa konsep) yang ada di balik cerita detail para responden dan latar
sosial yang diteliti.
6. Dari segi teknik memperoleh jumlah (size) responden (sample) pendekatan
kuantitatif ukuran (besar, jumlah) sampelnya bersifat representatif (perwakilan)
dan diperoleh dengan menggunakan rumus, persentase atau tabel-populasi-
sampel serta telah ditentukan sebelum pengumpulan data. Penelitian kualitatif
jumlah respondennya diketahui ketika pengumpulan data mengalami
kejenuhan. Pengumpulan datanya diawali dari mewawancarai informan-awal
atau informan-kunci dan berhenti sampai pada responden yang kesekian
87
sebagai sumber yang sudah tidak memberikan informasi baru lagi. Maksudnya
berhenti sampai pada informan yang kesekian ketika informasinya sudah “tidak
berkualitas lagi” melalui teknik bola salju (snow-ball), sebab informasi yang
diberikan sama atau tidak bervariasi lagi dengan para informan sebelumnya.
Jadi penelitian kualitatif jumlah responden atau informannya didasarkan pada
suatu proses pencapaian kualitas informasi.
7. Dari segi alur pikir penarikan kesimpulan penelitian kuantitatif berproses
secara deduktif, yakni dari penetapan variabel (konsep), kemudian
pengumpulan data dan menyimpulkan. Di sisi lain, penelitian kualitatif
berproses secara induktif, yakni prosesnya diawali dari upaya memperoleh data
yang detail (riwayat hidup responden, life story, life sycle, berkenaan dengan
topik atau masalah penelitian), tanpa evaluasi dan interpretasi, kemudian
dikategori, diabstraksi serta dicari tema, konsep atau teori sebagai temuan.
8. Dari bentuk sajian data, penelitian kuantitatif berupa angka atau tabel, sedang
penelitian kualitatif datanya disajikan dalam bentuk cerita detail sesuai bahasa
dan pandangan responden.
9. Dari segi definisi operasional, penelitian kuantitatif menggunakannya,
sedangkan penelitian kualitatif tidak perlu menggunakan, karena tidak akan
mengukur variabel (definisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah
variabel diukur). Jika penelitian kualitatif menggunakan definisi operasional,
berarti penelitian telah menggunakan perspektif etik bukan emik lagi. Dengan
menetapkan definisi operasional, berarti peneliti telah menetapkan jenis dan
jumlah indikator, yang berarti telah membatasi subjek penelitian
mengemukakan pendapat, pengalaman atau pandangan mereka.
88
10. (Dari segi) analisis data penelitian kuantitatif dilakukan di akhir pengumpulan
data dengan menggunakan perhitungan statistik, sedang penelitian kualitatif
analisis datanya dilakukan sejak awal turun ke lokasi melakukan pengumpulan
data, dengan cara “mengangsur atau menabung” informasi, mereduksi,
mengelompokkan dan seterusnya sampai terakhir memberi interpretasi.
11. Dari segi instrumen, penelitian kualitatif memiliki instrumen berupa peneliti itu
sendiri. Karena peneliti sebagai manusia dapat beradaptasi dengan para
responden dan aktivitas mereka. Yang demikian sangat diperlukan agar
responden sebagai sumber data menjadi lebih terbuka dalam memberikan
informasi. Di sisi lain, pendekatan kuantitatif instrumennya adalah angket atau
kuesioner.
12. Dari segi kesimpulan, penelitian kualitatif interpretasi data oleh peneliti
melalui pengecekan dan kesepakatan dengan subjek penelitian, sebab
merekalah yang yang lebih tepat untuk memberikan penjelasan terhadap data
atau informasi yang telah diungkapkan. Peneliti memberikan penjelasan
terhadap interpretasi yang dibuat, mengapa konsep tertentu dipilih. Bisa saja
konsep tersebut merupakan istilah atau kata yang sering digunakan oleh para
responden. Di sisi lain, penelitian kuantitatif “sepenuhnya” dilakukan oleh
peneliti, berdasarkan hasil perhitungan atau analisis statistik
F. Evaluasi Belajar
1. Latihan
a. Soal
Jawablah latihan soal di bawah ini
89
1. Jelaskan perbedaan mendasar mengenai penelitian kualitatif dan penelitian
kuantitatif. Berikan pula contohnya.
2. Apakah dalam penelitian kualitatif sama sekali tidak dapat menggunakan
data yang berupa angka? Jelaskan.
b. Kunci jawaban
Jawablah latihan di atas dengan singkat dan jelas kemudian cocokkan jawaban
anda dengan materi yang telah dipelajari.
MATERI XII
ANALISIS DAN INTREPRETASI DATA
A. PENGANTAR
Penelitian dilakukan seseorang untuk menjawab permasalahan yang dihadapinya.
Dalam upayanya memikirkan jawaban atas permasalahan yang ada, maka peneliti akan
menggunakan kemampuan akal dan pikirannya untuk menganalisa permasalahan
dengan data dan teori yang dimilikinya. Dapat dikatakan bahwa kesulitan dalam
pembuatan penelitian adalah pada tahap menganalisa. Apabila analisanya benar, maka
akan didapatkan jawaban yang benar pula, namun apabila analisanya salah maka
jawabannya pun bisa salah. Dalam pembuatan karya tulis ilmiah dikenal ada dua
macam analisa data, yaitu analisa data kuantitatif dan analisa data kualitatif. Pada
90
pertemuan ke-duabelas ini mahasiswa akan diberikan bekal pengetahuan berkaitan
dengan analisa data dan intrepetasi data.
B. KOMPETENSI DASAR
1. Mahasiswa mampu memahami penelitian dengan analisis data kuantitatif.
2. Mahasiswa mampu memahami penelitian dengan analisis data kualitatif.
C. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai penelitian dengan analisis data
kuantitatif.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai penelitian dengan analisis data
kualitatif.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pembelajaran diselenggarakan untuk memahami materi 1 dengan pendekatan
contextual Instruction
2. Untuk materi 1 mahasiswa mempelajari penjelasan materi mengenai konsep dasar
metode penelitian selama 90 menit.
3. Selanjutnya selama 60 menit, mahasiswa di ajak diskusi dan tanya jawab.
E. MATERI BELAJAR
Analisis data terdiri dari Analisis Kuantitatif dan Kualitatif. Dalam menganalisis
Data Kuantitatif data yang berbentuk angka dihitung untuk mengetahui jawaban
masalah yang diteliti. Sebaliknya, Data Kualitatif merupakan data yang tidak
berbentuk angka, seperti keamanan, semangat meniliti dosen, dll.
91
Dilihat dari sifat datanya, analisis dibedakan menjadi analisis yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif. Analisis Kualitatif dilakukan pada data yang tidak dapat
dihitung, bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus.
Suriasumantri menyarakan bahwa penelitian kualitatif mencoba menjelaskan
“sepotong episode kehidupan” yang didokumentasikan. Data yang dikumpulkan
bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata atau gambar. Data tersebut diperoleh dari
hasil wawancara, catatan pengamatan lapangan, potret, tape video, dokumen
perorangan, memorandum dan dokumen resmi. Oleh karena itu analisis kualitatif tidak
menggunakan alat bantu statistika.
Sedangkan Analisis Kuantitatif disebut juga Analisis Statistika. Secara garis
besar, analisis statistika dibedakan atas dua macam, yaitu analisis statistika deskriptif
dan analisis statistika induktif. Jika penelitian bertujuan untuk memaparkan data hasil
pengamatan / wawancara tanpa diadakan pengujian hipotesis, digunakanlah analisis
Statistika Deskriptif. Dalam Analisis Statistika Deskriptif, data yang diperoleh
ditata dalam diagram, ukuran pemusatan datanya (modus, median, mean), ukuran
penyebaran data (range, variance, standar deviasi). Tetapi jika tujuan penelitian
dituangkan dalam hipotesis yang selanjutnya diuji kebenarannya secara statistika, dan
diinginkan kesimpulan yang berlaku bagi keseluruhan populasi, maka penelitian ini
sudah menuju ke penggunaan Analisis Statistika Induktif.
C O N T O H 1 :
Dengan penduduk berjumlah 163.646 Kecamatan Kalideres tergolong Kecamatan
dengan tingkat kepadatan yang tinggi, yaitu sekitar 338 jiwa per ha. Dari jumlah
penduduk secara keseluruhan, 3272 diantaranya tergolong sebagai penduduk miskin
(lihat tabel)
92
Luas Wilayah, Jumlah RT, RW, KK,
Penduduk, Kepadatan dan Ruta Miskin 2002
No Kelurahan
Luas
Wilayah
(Ha)
Jumlah Kepadatan
Penduduk
jiwa/Ha
Rumah *)
Tangga
MiskinRT RW KK
Pendudu
k
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Semanan 598.00 108 12 11 253 30 856 52 767
2 Kalideres 492.60 175 16 12 760 32 161 65 492
3 Pegadungan 594.80 167 17 12 733 28 424 48 140
4 Tegal Alur 777.69 151 15 17 788 37 625 48 1 331
5 Kamal 276.27 96 10 8 635 34 579 125 542
Jumlah 2 739.36 697 70 63 169 163 645 338 3 272
2001 2 739.36 677 69 62 075 162 875 59
2000 2 739.36 669 67 49 106 161 077 59
1999 2 739.36 668 67 51 438 158 636 58
1998 2 739.36 659 67 48 972 146 719 54
Tabel A.1
Tabel Geografi dan Kependudukan di Kecamatan Kalideres,
Kodya Jakarta Barat
Dari data tersebut di atas, dapat kami sajikan pula sebagai informasi tambahan,
mengenai pembagian struktur kependudukan berdasarkan jenis kelamin, pendidikan
dan pekerjaan. Adapun tabelnya adalah sebagai berikut:
Statistik Kepadatan Penduduk Kec KALIDERES
93
Jumlah Penduduk Kec KALIDERES Sampai Bulan 9/2005 adalah : 165,765 orang
Wilayah
Sumber : Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Jakarta BaratWNI Pria
WNI
Wanita
WNA
Pria
WNA
WanitaTotal LUAS
KEP
ADA
TAN
KALIDERES 13,574 12,719 2 1 26,296 4.07 6,461
KAMAL 23,127 21,423 4 1 44,555 4.52 9,857
PEGADUNGAN 24,070 23,100 3 7 47,180 3.61 13,069
SEMANAN 20,563 19,552 5 0 40,120 5.91 6,788
TEGAL ALUR 27,552 26,907 4 2 54,465 5.63 9,674
Total 108,886 103,701 18 11 212,616 24 45,849
Tabel A.2Statistik Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari tabel di atas mengenai penjabaran penduduk yang berada di Jakarta Barat,
nampak terlihat bahwa jumlah penduduk Pria lebih banyak daripada jumlah penduduk
Wanita. Baik itu Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing, hanya ada
satu pengecualian, untuk wilayah Pegadungan, jumlah WNA Wanitanya lebih banyak
daripada jumlah WNA Prianya.
Dalam skripsi ini, saya merasa perlu pula menyampaikan informasi mengenai
struktur kependudukan apabila di lihat dari jenjang pendidikannya. Adapun tabel
kependudukan berdasarkan jenjang pendidikan, tabelnya adalah seperti yang
dapat dilihat berikut ini:
No Status Pendidikan Jenis Kelamin
94
Laki – laki
(%)
Perempuan
(%)
Total
1 Belum pernah sekolah 1,65 3,15 2,39
2 Sekolah Dasar 6,36 4,84 5,61
3 Sekolah Menengah Pertama 5,95 4,93 5,45
4 Sekolah Menengah Atas 5,36 5,12 5,24
5 Diploma / Universitas 2,75 2,21 2,45
6 Tidak sekolah 77,93 79,75 78,83
Jumlah Total 100 100 100
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2004
Tabel A.3
Statistik Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Semakin banyak warga masyarakat yang mengenyam bangku pendidikan, maka
semakin majulah wilayah tersebut. Namun seperti yang telah dapat dilihat pada tabel
tadi, 75% lebih warga masyarakat di Kecamatan Kalideres tidak mengenyam bangku
sekolah, suatu prosentase angka yang cukup tinggi.
Hal ini mungkin salah satu penyebabnya adalah sebagian besar warganya
merupakan warga pendatang, yang datang dari desa ke kota untuk mencari kerja.
Sehingga tidak memperhatikan masalah pendidikan. Bagi mereka yang penting adalah
dapat menyambung hidup, sementara untuk urusan yang lain, dipikirkan belakangan.
Padahal ada korelasi atau hubungan yang sangat berkaitan antara pendidikan
dengan pekerjaan. Seseorang yang bekerja, pada dasarnya adalah karena memiliki
kemampuan tersendiri, dimana kemampuan ini banyak diantaranya di dapatkan di
95
bangku sekolah. Seperti membaca, menghitung, menganalisis, mengetik, bekerja
mandiri maupun kerja kelompok dan lain sebagainya.
Seseorang yang sudah bersekolah saja pun masih menemui kesulitan mendapatkan
pekerjaan setelah lulus, apalagi orang yang tidak pernah bersekolah atau orang yang
putus sekolah. Ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan tabel di halaman berikut
mengenai pembagian penduduk menurut jenis pekerjaan.
No Jenis Kegiatan UtamaJenis Kelamin
Laki – laki (%)
Perempuan (%)
Total
1 Bekerja 76,36 7,01 7,69
2 Pengangguran 8,36 33,71 55,13
3 Sekolah 10,36 9,63 9,99
4 Mengurus Rumah Tangga 0,60 47,38 23,89
5 Lainnya 4,32 2,27 3,30
Tabel A.4
Statistik Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Dari tabel di atas, dapat terlihat hanya 7,69% saja dari jumlah penduduk yang ada
di wilayah tersebut yang sudah bekerja. Sebagian kecil, yaitu 9,99 % pekerjaannya
adalah sekolah dan sebagian besar, sekitar 23,89% pekerjaannya adalah Ibu Rumah
Tangga. Sementara 55,13% adalah warga masyarakat yang belum memiliki pekerjaan.
C O N T O H 2 :
Dari hasil penelitian penulis terhadap kinerja petugas pelayanan masyarakat di
kelurahan kalideres, maka setengah dari responden merasa kurang puas terhadap
pelayanan yang diberikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel pie berikut ini:
96
Memuaskan
30%
Kurang Memuaskan
50%
Tidak Memuaskan
20%
F. Evaluasi Belajar
1. Latihan
a. Soal
Jawablah latihan soal di bawah ini
1. Jelaskan dan berikan contoh mengenai analisis statistika deskriptif?
2. Jelaskan dan berikan contoh mengenai analisis statistika induktif?
b. Kunci jawaban
Jawablah latihan di atas dengan singkat dan jelas kemudian cocokkan jawaban
anda dengan materi yang telah dipelajari.
MATERI XIII
METODE SAMPLING
A. PENGANTAR
Di dalam penelitian, khususnya penelitian dengan bentuk penelitian empiris, dimana
diperlukan adanya obyek penelitian, maka untuk menentukan obyek penelitian atau
lokasi penelitian atau narasumber yang akan diwawancara atau diberikan kuisioner
untuk melengkapi data peneliti, kadang peneliti menemukan kesulitan untuk
97
menentukan obyek atau narasumbernya. Oleh karena itu untuk memudahkan peneliti
menentukan obyek atau narasumber, peneliti harus menggunakan metode sampling.
Oleh karenanya pada pertemuan ke-tigabelas ini mahasiswa akan dibekali dengan
pengetahuan berkaitan dengan metode sampling.
B. KOMPETENSI DASAR
1. Mahasiswa mampu memahami macam-macam cara pengambilan sampling.
2. Mahasiswa mampu memahami hal-hal teknis seputar pengambilan sampling.
C. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam pengambilan sampling.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengambilan sampling yang benar.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pembelajaran diselenggarakan untuk memahami materi 1 dengan pendekatan
contextual Instruction
2. Untuk materi 1 mahasiswa mempelajari penjelasan materi mengenai konsep dasar
metode penelitian selama 90 menit.
3. Selanjutnya selama 60 menit, mahasiswa di ajak diskusi dan tanya jawab.
E. MATERI BELAJAR
Sampling dilakukan karena dalam penelitian sulit untuk meneliti semuanya. Ini
bisa kita bandingnya dengan seorang koki yang mencoba merasakan atau mencicipi
sesendok (sampel) sayur yang sedang dimasaknya dalam panci besar (populasi).
Jelaslah, bahwa dengan sampling kita memilih subyek (individu) atau obyek (benda)
98
yang diambil dari suatu kesatuan atau keseluruhan untuk mendapatkan gambaran
mengenai kesatuan atau keseluruhan tersebut. Dalam hal memasak tadi, kita tidak
perlu mencicipi sepanci sayur untuk menyatakan sayur tersebut sudah enak atau
belum. Dengan mencicipi sesendok sayur saja, kita bisa menganggar bahwa semua
sayur dalam panci tadi persis sama rasanya (uniform)
Masalahnya, dalam penelitian ilmu-ilmu sosial sampel yang diambil tidak selalu
menjamin adanya uniformitas. Sebagai contoh: Penelitian tentang menjadim adanya
uniformitas. Sebagai contoh penelitian tetnang kesadaran hukum masyarakat di
Indonesia. Sampelnya di ambil di Jakarta untuk Populasi Indonesia. Peneliti
berkesimpulan bahwa masyarakat Indonesia kesadaran hukumnya tinggi. Dalam hal
ini kita boleh tidak merasa pasti atau menolak kesimpulan tersebut. Kita boleh
melakukan penelitian yangs ama dengan mangambil sampel masyarakat kota Tegal
misalnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa sebetulnya dalam mengambil kesimpulan dari sampel
ke populasi, kita sedang mengambil kesimpulan induktif. Kesimpulan induktif selalu
berupa generalisasi, atau kesimpulan itu diambil dari sejumlah peristiwa khusus untuk
diberlakukan pada suatu hal yang umum. Pada penarikan kesimpulan secara induktif
kita mengamati sejumlah peristiwa khusus dan kemudian mengambil kesimpulan yang
berupa generalisasi yang dapat berlaku atas kejadian sejenis pada waktu yang akan
datang. Banyak generalisasi induktif berdasarkan fakta, tetapi banyak juga yang hanya
berupa asumsi atau andaian. Andaian itu ialah fakta atau pernyataan yang dianggap
benar walaupun belum atau tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Sebaliknya, jika kita akan memberlakukan suatu kesimpulan umum atau suatu teori
terhadap peristiwa khusus, kita berkesimpulan secara deduktif.
Macam Sampling:
99
1. Probability Sampling
1) Simple Random Sampling (SRS)
Jika sebuah mata uang logam kita lemparkan dengan bebas, kemungkinan
adalah bahwa kita akan memperoleh kepala atau ekornya. Kemungkinan timbul
atau tidaknya sesuatu kejadian itu disebut probabilitas kejadian. Dalam hal
penarikan sampel dengan cara SRS dapat dilakukan dengan cara Lotere atau
dgn Table Random Number.
2) Proportionate Stratified Random Sampling
Ini dilakukan bila kita mengetahui apa yang akan kita teliti itu berlapis-lapis
atau bertingkat-tingkat. Misalnya populasi yang akan diteliti adalah tentara
ketika kita ingin mengetahui pengetahuan mereka dalam bidang hukum. Maka
kita akan beranggapan bahwa pengetahuan mereka bergantung pada
pangkatnya.
3) Disproportionate Stratified Random Sampling
Metode ini memberikan tekanan yang seimbang pada setiap strata atau
memberikan tekanan yang lebih besar pada strata tertentu.
4) Area (Cluster) Random Sampling
Obyek penelitian disini adalah wilayah atau kelompok dan bukan individu-
individu. Mislanya kita akan meneliti pengaruh lingkungan sosial daerah
pelacuran terhadap kepatuhan warga masyarakat. Jika di Jakarta ada 10 lokasi,
kita sampling secara random 2 lokasi saja.
5) Systematic Random Sampling
Dilakukan dengan cara memberi nomor responden lalu kita tarik responden
pertama dengan cara lotere.
2. Non-Probability Sampling
100
1) Accidental Sampling
Sampel diambil secara kebetulan. Cukup meninjau tempat peristiwa yang
diteliti dan mewawancarai orang-orang yang kebetulan ada disitu.
2) Quota Sampling
Hampir sama dengan accidental sampling, bedanya terletak pada ruang
lingkupnya. Pada Quota (jatah) sampling, peneliti berusah untuk memasukkan
ciri-ciri tertentu mengenai respondennya. Misalnya pria yang telah dewasa dan
bekerja.
3) Purposive / Judgmental Sampling
Hampir sama dengan Quota sampling, bedanya jika quota sampling
menentukan ciri pada individunya, maka dalam purposive, ciri yang ditetapkan
adalah kelompoknya.
4) Snowball Sampling
Menentukan satu atau beberapa responden, lalu dari responden itu ditelusuri
responden lain.
Besarnya Sampel
Dalam memilih tata cara sampling biasanya seorang peneliti akan mempertimbangkan
faktor-faktor populasi, biaya, serta faktor yang mempengaruhi kelancaran untuk
memperoleh data yang diperlukan (waktu). Makin besar sampel yang digunakan,
makin besar kemungkinan sampel tersebut mewakili populasi. Ada pendapat bahwa
sampel yang relatif memadai adalah 10% dari populasi. Sampel yang tidak mewakili
populasi tersebut dianggap bias
F. Evaluasi Belajar
101
1. Latihan
a. Soal
Jawablah latihan soal di bawah ini
1. Jelaskan mengenai perbedaan probability sampling dengan non-probability
sampling. Berikan pula contohnya.
2. Menurut anda dari berbagai metode sampling yang sudah dipelajari,
manakah metode sampling yang paling simple? Mengapa? Jelaskan
jawaban anda tersebut.
b. Kunci jawaban
Jawablah latihan di atas dengan singkat dan jelas kemudian cocokkan jawaban
anda dengan materi yang telah dipelajari.
MATERI XIV
PENELITIAN ILMIAH DAN NON ILMIAH
A. PENGANTAR
Penting untuk mengetahui apakah sebuah karya tulis dapat dikatakan sebagai
penelitian, atau sekedar tulisan biasa atau tulisan non ilmiah. Cara untuk membedakan
tulisan yang merupakan penelitian dengan tulisan yang bukan merupakan penelitian,
dapat dilihat dari sifat dan ciri-ciri tulisannya. Oleh karenanya pada pertemuan terakhir
102
ini, mahasiswa dibekali dengan kemampuan untuk lebih mengenal lagi tulisan yang
merupakan penelitian.
B. KOMPETENSI DASAR
1. Mahasiswa mampu memahami sifat dan ciri tulisan ilmiah.
2. Mahasiswa mampu memahami sifat dan ciri tulisan non ilmiah
C. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan sifat dan ciri tulisan ilmiah.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan sifat dan ciri tulisan non ilmiah.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pembelajaran diselenggarakan untuk memahami materi 1 dengan pendekatan
contextual Instruction
2. Untuk materi 1 mahasiswa mempelajari penjelasan materi mengenai konsep dasar
metode penelitian selama 90 menit.
3. Selanjutnya selama 60 menit, mahasiswa di ajak diskusi dan tanya jawab.
D. MATERI BELAJAR
Penelitian dapat digolongkan dalam dua, sesuai dengan ukuran kwalitasnya yaitu
penelitian ilmiah dan penelitian tidak ilmiah atau yang dilakukan oleh orang awam.
Penelitian tidak ilmiah mempunyai ciri-ciri dilakukan tidak sistematik, data yang
dikumpulkan dan cara-cara pengumpulan data bersifat subyektif yang sarat dengan
muatan-muatan emosi dan perasaan dari si peneliti. Karena itu penelitian tidak
ilmiah adalah penelitian yang coraknya subyektif. Sedangkan penelitian ilmiah
adalah suatu kegiatan yang sistematik dan obyektif untuk mengkaji suatu masalah
103
dalam usaha untuk mencapai suatu pengertian mengenai prinsip-prinsipnya yang
mendasar dan berlaku umum (teori) mengenai masalah tersebut. Penelitian yang
dilakukan, berpedoman pada berbagai informasi (yang terwujud sebagai teori-
teori) yang telah dihasilkan dalam penelitian-penelitian terdahulu, dan tujuannya
adalah untuk menambah atau menyempurnakan teori yang telah ada mengenai
masalah yang menjadi sasaran kajian.
Berbeda dengan penelitian tidak ilmiah, penelitian ilmiah dilakukan dengan
berlandaskan pada metode ilmiah. Metode ilmiah adalah suatu kerangka landasan
bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Dalam sains dilakukan dengan menggunakan
metode pengamatan, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi. Sedangkan dalam
ilmu-ilmu sosial dan budaya, yang terbanyak dilakukan dengan menggunakan
metode wawancara dan pengamatan; eksperimen, generalisasi, dan verifikasi juga
dilakukan dalam kegiatan-kegiatan penelitian oleh para ahli dalam bidang-bidang
ilmu-ilmu sosial dan pengetahuan budaya untuk memperoleh hasil-hasil penelitian
tertentu sesuai dengan tujuan penelitiannya. Metode ilmiah berlandaskan pada
pemikiran bahwa pengetahuan itu terwujud melalui apa yang dialami oleh
pancaindera, khususnya melalui pengamatan dan pendengaran. Sehingga jika suatu
pernyataan mengenai gejala-gejala itu harus diterima sebagai kebenaran, maka
gejala-gejala itu harus dapat di verifikasi secara empirik. Jadi, setiap hukum atau
rumus atau teori ilmiah haruslah dibuat berdasarkan atas adanya bukti-bukti
empirik.
Sifat atau ciri dari penelitian:
(1) pasif, hanya ingin memperoleh gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan,
104
(2) aktif, ingin memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesa.
Posisi penelitian sendiri pada umumnya adalah menghubungkan:
(1) Keinginan manusia, (2) permasalahan yang timbul, (3) ilmu pengetahuan,
dan (4) metode ilmiah.
Penelitian Ilmiah.
Penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah disebut penelitian ilmiah. Suatu
penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai
penelitian ilmiah. Umumnya ada lima karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :
1. Sistematik
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai
pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang
kompleks.
2. Logis
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta
empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah
bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur
induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai
kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk
menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
3. Empirik
Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari
(fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui
hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.
4. Obyektif,
105
Artinya suatu penelitian menjahui aspek-aspek subyektif yaitu tidak
mencampurkannya dengan nilai-nilai etis.
5. Replikatif,
Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh
peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan
metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan
definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
F. Evaluasi Belajar
1. Latihan
a. Soal
Jawablah latihan soal di bawah ini
1. Jelaskan mengenai perbedaan Penelitian Ilmiah dengan Penelitian Non
Ilmiah. Berikan pula contohnya.
2. Menurut anda untuk dapat disebut penelitian ilmiah apakah harus
memenuhi kelima karakteristik penelitian ilmiah? Mengapa? Jelaskan
jawaban anda tersebut.
b. Kunci jawaban
Jawablah latihan di atas dengan singkat dan jelas kemudian cocokkan jawaban
anda dengan materi yang telah dipelajari.
106
107