Pertemuan 9– AHP
description
Transcript of Pertemuan 9– AHP
Pertemuan 9– AHP
Riset Operasional - dewiyani
1
PENGANTAR Digunakan jika pengambilan keputusan
melibatkan beragam kriteria pemilihan. Diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty pada
tahun 1971-1975 Memungkinkan pengambilan keputusan
yang mengandalkan intuisi sebagai input utamanya. Intuisi harus datang dari pengambil keputusan yang cukup informasi, pengetahuan, pengalaman serta memahami masalah keputusan yang dihadapi.
DASAR-DASAR AHP Skala pengukuran dimungkinkan dari kejadian
yang mencerminkan perasaan pada bermacam-macam perasaan sosial.
Digunakan skala prioritas.
Prinsip yang digunakan
DECOMPOSITIONSetelah persoalan jelas diketahui, kemudian dilakukan tahap
decompositon, yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsur di bawahnya. Hal ini yang menjadi alasan proses ini dinamakan hirarkhi.
Contoh : Tingkat 1 :
Tingkat 2 :
Tingkat 3 :
Tujuan (Goal)
Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
COMPARATIVE JUDGEMENT Membuat penilaian tentang kepentingan
relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya.
Penilaian sangat penting karena akan berpengaruh terhadap prioritas dari elemen yang ada.
Hasil dari penilaian ini dituliskan dalam matriks yang disebut dengan matriks pairwise comparison
Pertanyaan yang diajukan : - elemen mana yang lebih
(penting/disukai/mungkin/ ....) - Berapa kali lebih
(penting/disukai/mungkin....)
Skala dasar yang dapat digunakan dalam penyusunan skala kepentingan ini adalah :
Tingkat Kepentingan Definisi 1 Sama pentingnya dibanding yang lain 3 Moderat pentingnya dibanding yang lain 5 Kuat pentingnya dibanding yang lain 7 Sangat kuat pentingnya dibanding yang lain 9 Ekstrim pentingnya dibanding yang lain 2,4,6,8, Nilai diantara dua nilai yang berdekatan Reciprocal Jika elemen i memiliki salah satu angka di atas ketika
dibandingkan dengan j, maka j memiliki nilai kebalikannya ketika dibandingkan dengan elemen i
Contoh :
Matriks pairwise comparison untuk tujuan (goal) sebagai berikut :
Tujuan/Goal Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4 Kriteria 1 1 5 2 4 Kriteria 2 1/5 1 1/2 1/2 Kriteria 3 1/2 2 1 2 Kriteria 4 1/4 2 1/2 1
SYNTHESIS OF PRIORITY
Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari local priority. Matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, sehingga untuk mendapatkan global priority, harus dilakukan sintesis diantara local priority
Tujuan/Goal Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4
Kriteria 1 1 5 2 4
Kriteria 2 0.2 1 0.5 0.5
Kriteria 3 0.5 2 1 2
Kriteria 4 0.25 2 0.5 1
Total 1.95 10 4 7.5
Matriks yang dinormalisasi
Local priority untuk tujuan :dihitung dengan cara mencari rata-rata dari tiap kriteria
Tujuan/Goal Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4
Kriteria 1 0.5128 0.5000 0.5000 0.5333
Kriteria 2 0.1026 0.1000 0.1250 0.0667
Kriteria 3 0.2564 0.2000 0.2500 0.2667
Kriteria 4 0.1282 0.2000 0.1250 0.1333
Tujuan/Goal Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4 Local Priority
Kriteria 1 0.5128 0.5000 0.5000 0.5333 0.5115
Kriteria 2 0.1026 0.1000 0.1250 0.0667 0.0986
Kriteria 3 0.2564 0.2000 0.2500 0.2667 0.2433
Kriteria 4 0.1282 0.2000 0.1250 0.1333 0.1466
LOGICAL CONSISTENCY
Konsistensi memiliki 2 makna, yaitu - objek yang serupa dapat dikelompokkan
sesuai dengan keseragaman dan relevansi, contoh : anggur dan kelereng kriteria bulat
- Menyangkut tingkat hubungan antara objek yang didasarkan pada kriteria tertentu, Contoh : Madu 5X lebih manis dari gula, dan gula 2X lebih manis dari sirop, maka madu 10X lebih manis dari sirop.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Consistency Ratio (CR), yang dirumuskan dengan
di mana Consistency Index (CI) ditentukan
dengan :
RI
CICR
RI
CICR
1-n
n) - (ZCI maks
di mana Z maks adalah nilai maksimum dari matriks pairwise comparison.
Nilai RI dapat digunakan patokan tabel berikut :
nilai CR seharusnya tidak boleh lebih dari 10%
Jika tidak, maka penilaian yang dilakukan perlu direvisi
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
LANGKAH-LANGKAH DENGAN AHP1. Membuat hirarkhi dari masalah 2. Membuat penilaian tentang kepentingan
relatif antara 2 elemen pada suatu tingkat tertentu. Hasilnya dituliskan pada sebuah matriks pairwose comparison.
3. Cek konsistensi ( untuk sementara diabaikan )
4. Tentukan local priority5. Tentukan global priority
CONTOH 1 Misalnya kita akan membeli sebuah
mobil : Xenia ( X), Avanza ( A), dan Innova(I). Berdasarkan kenyamanan diketahui bahwa A 2x lebih nyaman daripada X dan I 4x lebih nyaman daripada X, maka tentukan skala prioritasnya dengan menggunakan AHP.
Jawab
Hirarkhi dari masalah tersebut adalah :
Tingkat 1 :
Tingkat 2 :
Tingkat 3 :
membeli mobil
Kenyamanan
Xenia Avanza Innova
Membuat matriks pairwise comparison
Menentukan local priority
Tujuan/Goal Xenia Avanza Innova Xenia Avanza 2 Innova 4
Tujuan/Goal Xenia Avanza Innova
Xenia
Avanza 2
Innova 4
Total
Matriks yang dinormalisasi
Menentukan local priority=Global Priority (karena hirarki hanya 1 tingkat)
Tujuan/Goal Xenia Avanza Innova
Xenia
Avanza 2
Innova 4
Total
Tujuan/Goal Xenia Avanza Innova Local Priority
Xenia
Avanza 2
Innova 4
Total
Kesimpulan :
contoh 2 Keluarga Rudi, hendak memutuskan untuk membeli
sebuah rumah. Kriteria yang ditentukan untuk pemilihan rumah tinggal
adalah Lingkungan, Waktu dan Biaya Transport. Tersedia 3 alternatif pilihan, yaitu perumahan A, B dan C.
Diketahui prioritas untuk Waktu adalah 2 kali prioritas untuk Lingkungan, prioritas untuk Biaya Transportasi adalah 4 kali prioritas untuk Lingkungan.
Ditinjau dari segi Lingkungan, perumahan B adalah 3 kali perumahan A, dan perumahan C adalah 5 kali perumahan A.
Ditinjau dari segi Waktu, perumahan B adalah 3 kali perumahan A, dan perumahan C adalah 4 kali perumahan A.
Ditinjau dari segi Biaya, perumahan B adalah 4 kali perumahan A, dan perumahan C adalah 5 kali perumahan A.
Tentukan skala prioritas yang dapat dijadikan dasar dalam pemilihan rumah tinggal berdasar kriteria yang sudah disebutkan di atas.