Pertemuan 5 & 6_Penguapan_Evapotranspirasi

10
1 PENGUAPAN Penguapan merupakan salah satu proses penting yang terjadi pada daur hidrologi. Penguapan dapat terjadi di semua permukaan yang mengandung air (moisture), yaitu permukaan air, permukaan tanah, permukaan tanaman, permukaan yang tertutup tanaman (vegetated surface) (Sri Harto, 2000). Dengan kata lain, penguapan hanya akan terjadi apabila terdapat perbedaan tekanan uap air antara permukaan dan udara. Proses penguapan yang terjadi di suatu areal tertentu sebenarnya adalah evaporasi langsung dari permukaan tanah dan tanaman melalui intersepsi, serta penguapan air dari tanaman melalui stomata daun yang disebut transpirasi. Jadi, keseluruhan proses penguapan ini disebut dengan istilah evapotranspirasi (evpotranspiration). Beberapa istilah dan defenisi penguapan dapat dijabarkan sebagai berikut ini: 1. Evaporasi (evaporation) Evaporasi adalah proses perubahan dari zat cair atau padat menjadi gas, atau dengan istilah lain, evaporasi adalah proses transfer air (moisture) dari permukaan bumi ke atmosfir. Besarnya evaporasi dapat diperkirakan dengan pendekatan teoritis maupun pengukuran langsung. Namun demikian, pengukuran langsung lebih sering digunakan untuk keperluan analisis secara lebih praktis. Nilai-nilai penguapan berubah-ubah, tergantung pada faktor meteorologis dan keadaan dari permukaan yang menguap. Menurut Sri Harto (2000), faktor- faktor meteorologis yang berpengaruh terhadap evaporasi antara lain Suhu, kelembaban (humidity), tekanan udara (barometer) dan angin. a. Suhu Suhu udara, suhu permukaan bidang penguapan (air, vegetasi dan tanah) adalah faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam menghitung besarnya evaporasi. Makin tinggi suhu udara diatas permukaan bidang penguapan, makin mudah terjadi perubahan bentuk dari zat cair menjadi gas. Suhu air maupun suhu udara, sangat tergantung dari besar kecilnya radiasi matahari. Oleh karena itu, terdapat ketergantungan yang baik antara radiasi matahari, suhu dan penguapan. b. Kelembaban (humidity) Ketika proses penguapan berlangsung, udara di atas permukaan bidang penguapan secara bertahap menjadi lebih lembab sampai pada tahap ketika udara menjadi jenuh dan tidak mampu menampung uap lagi. Pada tahap ini, udara jenuh diatas permukaan bidang penguapan tersebut akan berpindah ke tempat lain akibat beda tekanan dan kerapatan udara dan dengan demikian proses penguapan air dari bidang penguapan tersebut akan berlangsung secara terus menerus. Hal ini terjadi karena adanya pergantian udara lembab oleh udara yang lebih kering.

description

dokument

Transcript of Pertemuan 5 & 6_Penguapan_Evapotranspirasi

  • 1

    PENGUAPAN

    Penguapan merupakan salah satu proses penting yang terjadi pada daur hidrologi.

    Penguapan dapat terjadi di semua permukaan yang mengandung air (moisture), yaitu

    permukaan air, permukaan tanah, permukaan tanaman, permukaan yang tertutup tanaman

    (vegetated surface) (Sri Harto, 2000). Dengan kata lain, penguapan hanya akan terjadi

    apabila terdapat perbedaan tekanan uap air antara permukaan dan udara.

    Proses penguapan yang terjadi di suatu areal tertentu sebenarnya adalah evaporasi

    langsung dari permukaan tanah dan tanaman melalui intersepsi, serta penguapan air dari

    tanaman melalui stomata daun yang disebut transpirasi. Jadi, keseluruhan proses penguapan

    ini disebut dengan istilah evapotranspirasi (evpotranspiration).

    Beberapa istilah dan defenisi penguapan dapat dijabarkan sebagai berikut ini:

    1. Evaporasi (evaporation)

    Evaporasi adalah proses perubahan dari zat cair atau padat menjadi gas, atau dengan

    istilah lain, evaporasi adalah proses transfer air (moisture) dari permukaan bumi ke atmosfir.

    Besarnya evaporasi dapat diperkirakan dengan pendekatan teoritis maupun pengukuran

    langsung. Namun demikian, pengukuran langsung lebih sering digunakan untuk keperluan

    analisis secara lebih praktis. Nilai-nilai penguapan berubah-ubah, tergantung pada faktor

    meteorologis dan keadaan dari permukaan yang menguap. Menurut Sri Harto (2000), faktor-

    faktor meteorologis yang berpengaruh terhadap evaporasi antara lain Suhu, kelembaban

    (humidity), tekanan udara (barometer) dan angin.

    a. Suhu

    Suhu udara, suhu permukaan bidang penguapan (air, vegetasi dan tanah) adalah

    faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam menghitung besarnya evaporasi. Makin

    tinggi suhu udara diatas permukaan bidang penguapan, makin mudah terjadi perubahan

    bentuk dari zat cair menjadi gas. Suhu air maupun suhu udara, sangat tergantung dari besar

    kecilnya radiasi matahari. Oleh karena itu, terdapat ketergantungan yang baik antara radiasi

    matahari, suhu dan penguapan.

    b. Kelembaban (humidity)

    Ketika proses penguapan berlangsung, udara di atas permukaan bidang penguapan

    secara bertahap menjadi lebih lembab sampai pada tahap ketika udara menjadi jenuh dan

    tidak mampu menampung uap lagi. Pada tahap ini, udara jenuh diatas permukaan bidang

    penguapan tersebut akan berpindah ke tempat lain akibat beda tekanan dan kerapatan udara

    dan dengan demikian proses penguapan air dari bidang penguapan tersebut akan

    berlangsung secara terus menerus. Hal ini terjadi karena adanya pergantian udara lembab

    oleh udara yang lebih kering.

  • 2

    c. Tekanan udara (barometer)

    Perubahan tekanan udara dapat diikuti oleh perubahan faktor meteorologis seperti

    angin dan suhu (bila ketinggian berubah).

    d. Angin

    Peran angin untuk memindahkan udara yang telah tercampur molekul uap air dan

    menggantikan dengan massa udara lain yang masih lebih mampu menampung uap air, akan

    menaikkan/ mempertahankan laju penguapan. Makin tinggi kecepatan angin, maka laju

    penguapan juga akan bertambah.

    Sifat alamiah bidang permukaan penguapan juga akan mempengaruhi proses

    evaporasi melalui perubahan pola perilaku angin. Pada bidang permukaan kasar atau tidak

    beraturan, kecepatan angin akan berkurang oleh adanya proses gesekan. Namun demikian,

    pada tingkat tertentu, permukaan bidang penguapan yang kasar juga dapat menimbulkan

    gerakan angin berputar yang dapat memperbesar evaporasi.

    2. Intersepsi (interception)

    Hujan yang jatuh di atas vegetasi sebagian akan melekat pada daun maupun batang,

    bagian ini disebut tampungan/simpanan intersepsi yang akhirnya segera menguap. Proses

    intersepsi terjadi selama berlangsungnya hujan dan setelah hujan berhenti sampai permukaan

    vegetasi menjadi kering kembali. Proses ini akan mengurangi hujan yang menjadi run off.

    Besar kecilnya intersepsi dipengaruhi oleh sifat hujan (terutama intensitas hujan dan

    lama hujan), kecepatan angin, jenis vegetasi (kerapatan daun dan bentuk daun). Intersepsi

    tidak hanya terjadi pada daun bagian atas saja, melainkan juga terjadi pada bagian bawah

    vegetasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses intersepsi dapat dikelompokkan menjadi

    dua yaitu vegetasi dan iklim.

    3. Transpirasi (transpiration)

    Transpirasi adalah penguapan air yang terserap tanaman, tidak termasuk penguapan

    dari permukaan tanah (Sri Harto, 2000). Besarnya kecilnya laju transpirasi secara tidak

    langsung ditentukan oleh radiasi matahari melalui membuka dan menutupnya pori-pori

    tanaman. Oleh karena fotosintetis (pada vegetasi) sangat tergantung pada radiasi yang

    diterima, maka sekitar 95% dari transpirasi harian terjadi pada saat matahari bersinar (Linsley,

    dkk., 1986). Kecepatan transpirasi sangat ditentukan oleh jenis tanaman, ketersediaan air

    tanah yang ada dan permukaan yang seluruhnya tertutup oleh vegetasi. Transpirasi juga

    dibatasi oleh suatu keadaan, di mana kelengasan yang diperlukan tanaman telah tersedia.

    4. Evapotranspirasi (evapotranspiration)

    Telah dijelaskan sebelumnya bahwa evapotranspirasi adalah seluruh proses

    penguapan yang terjadi dari permukaan tanah dan tanaman atau dengan kata lain, seluruh

  • 3

    permukaan yang bertanaman (vegetated surface). Evapotranspirasi dibedakan menjadi

    evapotranspirasi potensial (ETP) dan evapotranspirasi aktual (ETA). ETP lebih dipengaruhi

    oleh faktor-faktor meteorologis, seperti radiasi, kelembaban, angin dan temperatur, serta

    adanya penutup hutan atau tidak (permukiman dan pertanian), sementara ETA lebih

    dipengaruhi faktor fisiologi tanaman dan unsur tanah. Di hutan sebagian hujan dihambat oleh

    tajuk daun tetumbuhannya dan selanjutnya diuapkan (penguapan air hambatan), untuk

    tanaman pertanian penguapan air hambatan diabaikan (Weert,1994).

    PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI ACUAN (ETP)

    Evapotranspirasi acuan atau potensial (ETP) adalah besarnya evapotranspirasi dari

    tanaman hipotetik (teoritis) yaitu dengan ciri ketinggian 12 cm, tahanan dedaunan yang

    ditetapkan sebesar 70 det/m dan albedo (pantulan radiasi) sebesar 0,23, mirip dengan

    evapotranspirasi dari tanaman rumput hijau yang luas dengan ketinggian seragam, tumbuh

    subur, menutup tanah seluruhnya dan tidak kekurangan air (Smith, 1991 dalam Weert, 1994).

    Nilai ETP dapat dihitung dari data meteorologi. Perlu diperhatikan, bahwa perkiraan ETP rata-

    rata untuk DAS lebih kompleks, karena ragam kondisi dalam suatu DAS dapat jauh berbeda.

    Rumus yang menjelaskan evapotranspirasi acuan secara teliti adalah rumus Penman-

    Monteith, yang pada tahun 1990 oleh FAO dimodifikasi dan dikembangkan menjadi rumus

    FAO Penman-Monteith (Anonim, 1999) yang diuraikan sebagai berikut:

    ETP =

    2

    2

    34.01

    273

    9004080

    u

    eeuT

    GRn. as

    (1)

    keterangan :

    ETo = Evapotranspirasi acuan(mm/hari), Rn = Radiasi netto pada permukaan tanaman (MJ/m

    2/hari),

    G = Kerapatan panas terus-menerus pada tanah (MJ/m2/hari),

    T = Temperatur harian rata-rata pada ketinggian 2 m (oC),

    u2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m (m/s), es = Tekanan uap jenuh (kPa), ea = Tekanan uap aktual (kPa),

    = Kurva kemiringan tekanan uap (kPa/oC),

    = Konstanta psychrometric (kPa/oC).

    Untuk penyelesaian Persamaan (1) di atas, terlebih dahulu perlu didapatkan nilai-nilai

    dari beberapa variabel dan konstanta yang berkaitan, berdasarkan rumus-rumus berikut ini:

    a. Konstanta psychrometric ()

    Konstanta psykometrik dapat ditentukan menggunakan tabel sebagai fungsi dari

    ketinggian (z), atau dapat pula dihitung berdasarkan rumus berikut ini:

  • 4

    PxPc p 310665.0

    (2)

    26.5

    293

    0065.02933.101

    zP (3)

    dimana:

    = konstanta psychrometric (kPa/oC), P = tekanan atmospher (kPa),

    = laten heat of vaporization = 2.45 (MJ/kg), cp = pemanasan spesifik pada tekanan konstan = 1.013x10

    -3 (MJ/kg/

    oC),

    = perbandingan berat molekul uap air/ udara kering = 0.622.

    b. Temperatur rata-rata (Tmean)

    Temperatur rata-rata dihitung dengan Persamaan (4) berikut ini:

    2

    minmax TTTmean

    (4)

    dimana:

    Tmean = temperatur udara harian rata-rata (oC),

    Tmax = temperatur udara harian maksimum (oC),

    Tmin = temperatur udara harian minimum (oC).

    c. Kelembaban relatif (RH)

    Kelembaban relatif (RH) yang digunakan adalah nilai rata-rata dari kelembaban

    relatif maksimum (RHmax) dan minimum (RHmin) yang dinyatakan sebagai kelembaban

    relatif rata-rata RHmean (Anonim, 1999).

    Tee

    RHo

    a100 (5)

    3.237

    27.17exp6108.0

    T

    TTeo (6)

    dimana:

    RH = kelembaban relatif (%) ea = tekanan uap aktual (kPa) e

    o(T) = tekanan uap jenuh pada temperatur udara T (kPa)

    T = temperatur udara (oC)

    d. Tekanan uap jenuh (es)

    Tekanan uap jenuh dapat dihitung menggunakan Persamaan 7 berikut ini:

    2

    )()( minmax TeTeeoo

    s

    (7)

    dimana:

    es = tekanan uap jenuh (kPa), e

    o(Tmax) = tekanan uap jenuh pada temperatur udara maksimum (kPa),

  • 5

    eo(Tmin) = tekanan uap jenuh pada temperatur udara minimum (kPa).

    Tekanan uap jenuh (es) yang ditentukan berdasarkan nilai eo(Tmean) akan

    memberikan hasil yang lebih kecil untuk nilai es, sehingga dapat mempengaruhi nilai

    perhitungan selanjutnya (Anonim, 1999).

    e. Tekanan uap aktual (ea)

    Tekanan uap aktual dapat dihitung dengan beberapa rumus berdasarkan data yang

    tersedia, diantaranya melalui data temperatur titik embun (Tdew), data psychrometric, dan

    data kelembaban relatif (RH). Rumus berikut merupakan perhitungan tekanan uap aktual

    (ea) berdasarkan kelembaban relatif.

    2

    100)(

    100)( minmax

    max

    min

    RHTe

    RHTe

    e

    oo

    a

    (8)

    atau

    100)( maxminRH

    Tee oa (9)

    atau

    2

    )()(

    100

    minmax TeTeRHeoo

    mean

    a (10)

    dengan:

    ea = tekanan uap aktual (kPa), e(Tmin) = tekanan uap jenuh pada temperatur harian minimum (kPa), e(Tmax) = tekanan uap jenuh pada temperatur harian maksimum (kPa), RHmax = kelembababn relatif maksimum (%), RHmin = kelembababn relatif minimum (%), RHmean = kelembababn relatif rata-rata (%).

    Menurut FAO (1999), apabila data kelembaban relatif tidak tersedia atau kualitas

    datanya diragukan, maka pendekatan lain yang dapat diambil adalah ea = eo(Tmin).

    f. Kurva kemiringan tekanan uap (

    Kurva kemiringan tekanan uap dapat dihitung menggunakan Persamaan (11)

    berikut ini:

    23.237

    3.237

    27.17exp6108.04098

    T

    T

    T

    (11)

    dengan:

    = kurva kemiringan tekanan uap jenuh pada temperatur udara T (kPa), T = temperatur udara (

    oC).

  • 6

    g. Radiasi netto (Rn)

    Radiasi netto dapat dihitung menggunakan Persamaan (12) berikut ini:

    nlnsn R - RR (12)

    sns RR )1( (13)

    asss RN

    nbaR

    (14)

    sN

    24 (15)

    Bila nilai n tidak tersedia pada data klimatologi, maka rumusnya dapat diganti dengan:

    RaTTKRs Rs minmax (16)

    Rso = (0.75 + 2 l0-5z)Ra (17)

    ssrsca dGR

    sincoscossinsin)60(24

    (18)

    Jd r

    365

    2cos033.01

    (19)

    39.1

    365

    2sin409.0 J

    (20)

    tantanarccos s (21)

    35.035.114.034.0

    2

    4

    min

    4

    max

    so

    s

    anlR

    Re

    KTKTR (22)

    keterangan:

    Rn = radiasi netto (MJ/m2/hari),

    Rns = radiasi matahari netto (MJ/m2/hari),

    = koefisien albedo, Rs = radiasi matahari yang datang (MJ/m

    2/hari),

    Rso = radiasi matahari (clear-sky) (MJ/m2/hari),

    n = durasi aktual penyinaran matahari (jam), N = durasi maksimum yang memungkinkan penyinaran matahari (jam), as+bs = fraksi radiasi ektrateresterial yang mencapai bumi pada hari yang cerah (n = N), KRs = Koefisien tetapan = 0.16 untuk daerah tertutup dan 0.19 untuk daerah pantai

    (oC

    -0.5),

    z = elevasi stasiun di atas permukaan laut (m), Ra = radiasi ekstrateresterial (MJ/m

    2/hari),

    Gsc = konstanta matahari = 0.0820 (MJ/m2/min),

    dr = inverse jarak relatif bumi-matahari (pers.19),

    s = sudut jam matahari terbenam (pers. 21),

    = garis lintang (rad),

    = deklinasi matahari (rad), J = nomor hari dalam tahun antara 1 (1 Januari) sampai 365 atau 366 (31

    Desember), Rnl = radiasi netto gelombang panjang yang pergi (MJ/m

    2/hari),

  • 7

    = konstanta Stefan-Boltzmann (4.903 10-9 MJ/K4/m2/hari), Tmax, K = temperatur absolut maksimum selama periode 24 jam (K = C + 273.16), Tmin, K = temperatur absolut minimum selama periode 24 jam (K = C + 273.16),

    h. Kerapatan panas terus-menerus pada tanah (G)

    Kerapatan panas terus-menerus pada tanah (G) dihitung menggunakan Persamaan

    (23) berikut ini:

    zt

    TTcG iis

    1 (23)

    dimana:

    G = kerapatan panas terus-menerus pada tanah (MJ/m2/hari),

    cs = kapasitas pemanasan tanah (MJ/m3/C),

    Ti = temperatur udara pada waktu i (C), Ti-1 = temperatur udara pada waktu i-1 (C),

    t = panjang interval waktu (hari),

    z = kedalaman tanah efektif (m).

    Untuk periode harian atau 10-harian, nilai G sangat kecil (mendekati nol), sehingga

    nilai G tidak perlu di perhitungkan (FAO, 1999).

    i. Kecepatan angin pada ketinggian 2 m (u2)

    Kecepatan angin pada ketinggian 2 m (u2) dihitung menggunakan Persamaan (24) berikut

    ini:

    )42.58.67ln(

    87.42

    zuu z (24)

    dimana:

    u2 = kecepatan angin 2 m di atas permukaan tanah (m/s), uz = kecepatan angin terukur z m di atas permukaan tanah (m/s), z = ketinggian pengukuran di atas permukaan tanah (m).

    CONTOH

    Contoh tahapan perhitungan ETo harian tanggal 14 Oktober 1994. diketahui suhu maksimum

    (Tmax) 32 oC, suhu minimum (Tmin) 23.4

    oC, kecepatan angin rata-rata (uz) 5 knot = 2.57 m/s.

    Tentukan evapotranspirasi acuan (Eto) pada tanggal tersebut.

    Diketahui :

    Garis lintang : 7o 00 49 S

    Elevasi dari permukaan laut (z) : 350 feet = 106.68 m

    Ketinggian pengukuran angin (z) : 10 m

    Jumlah hari dalam 1 tahun : 365 hari

    Nomor hari dalam tahun (J) : 287

  • 8

    T max : 32 oC

    Tmin : 23.4 oC

    Kecepatan angin rata-rata (uz) : 5 knot = 2.57 m/s

    Koefisien albedo () : 0.23

    Konstanta matahari (Gsc) : 0.082

    : 2.45 kPa/oC

    cp : 1.013x 10-3

    MJ/kg/oC

    : 0.622

    KRS (daerah tertutup) : 0.16

    : 4.903 x 10-9 MJ/K4/m2/hari

    Penyelesaian:

    26.5

    293

    z 0.0065-293 101.3 P

    =

    26.5

    293

    106.68 x (0.0065 -293 101.3

    = 100.045 kPa

    P c

    p

    = 2.45 x 622.0

    100.045 x 10 x 1.013

    -3

    = 0.0665 kPa/oC

    2

    TTT minmaxmean

    = 2

    4.3223 = 27.7 oC

    5.42 - 67.8zln

    4.87 uu z2

    = 5.42 - 106.68) x 67.8(ln

    4.87 2.57 = 1.92 m/s

    3.237T

    T x 17.27exp 0.6108 )(Te

    max

    max

    max

    o

    =

    3.23732

    32 x 17.27exp 0.6108 = 4.755 kPa

    3.237T

    T x 17.27exp 0.6108 )(Te

    min

    minmin

    o

    =

    3.2374.23

    23.4 x 17.27exp 0.6108 = 2.878 kPa

  • 9

    3.237T

    T x 17.27exp 0.6108 )(Te

    min

    mean

    mean

    o

    =

    3.2377.27

    27.7 x 17.27exp 0.6108 = 3.714 kPa

    2

    )(Te )(Te e min

    o

    max

    o

    s

    =2

    2.878 4.755 = 3.816 kPa

    ea = eo(Tmin) = 2.878 kPa

    Karena data kelembaban diragukan, maka pendekatan tersebut dapat digunakan.

    J

    365

    2 cos 0.033 1 d r

    =

    872

    365

    3.14 x 2 cos 0.033 1 = 1.007

    1.39 - J

    365

    2sin 0.409

    =

    1.39 - 287

    365

    .143 x 2sin 0.409 = - 0.162 rad

    lintang garis x 180

    (minus untuk lintang selatan)

    =

    3600

    49- 7- x

    180

    14.3 = - 0.122 rad

    tantan- arccos s

    = 162.0 tan122.0tan- arccos = 1.591

    ssrsca sin cos cos sin sin d x G x 60 x 24

    R

    =

    1.591sin 162.0cos 122.0cos

    162.0.sin 122.0sin 1.591 1.007 x 0.082 x

    14.3

    60 x 24

    = 38.286 MJ/m2/hari

    Karena data penyinaran matahari tidak tersedia, maka Rs dihitung dengan rumus

    berikut:

    aminmaxRSs R x T - T K R

  • 10

    = 38.286 x 23.4 - 32 0.16 = 17.964 MJ/m2/hari

    sns R -1 R = 17.964 .230-1 = 13.832 MJ/m2/hari

    a-5so R z10 x 2 0.75 R

    = 38.286 68.06110 x 2 0.75 -5 = 28.796 MJ/m2/hari

    35.0

    R

    R35.1e14.034.0

    2

    KT KT R

    so

    s

    a

    4

    min

    4

    max

    nl

    =

    35.028.796

    17.96435.1x

    2.87814.034.02

    273.16 23.4 273.16 32 4.903x10

    44

    9-

    = 2.029 MJ/m2/hari

    nlnsn R- R R = 13.832 2.029 = 11.803 MJ/m2/hari

    2mean

    mean

    o

    237.3 T

    )(Te x 4098

    =

    2237.3 27.73.714 x 4098

    = 0.217 kPa

    2

    as2

    mean

    n

    u 0.341

    e-e u273 T

    900G- R0.408

    ETo

    =

    1.92 x 0.341 0665.0217.0

    2.878-3.816 1.92273 27.7

    9000665.00- 11.803 0.217 x 0.408

    = 4.294 mm/hari