Pertemuan-5

45
By: Dr. Fatma Sri Wahyuni, Apt.

Transcript of Pertemuan-5

  • By:

    Dr. Fatma Sri Wahyuni, Apt.

  • 1. Bidang farmakologi

    a. Mekanisme kerja obat dalam tubuh,

    khususnya untuk mengetahui senyawa yang

    mana yang sebenarnya bekerja dalam

    tubuh; apakah senyawa asalnya,

    metabolitnya atau kedua-duanya.

    b. Hubungan antara kadar/jumlah obat

    dalam tubuh dengan intensitas efek yg

    ditimbulkannya.

  • 2. Bidang farmasi klinik

    a) Memilih route pemberian obat yang paling

    tepat.

    b) Menghitung aturan dosis yang tepat untuk

    setiap individu (dosage regimen

    individualization).

    c) Menyusunan aturan dosis yang rasional.

    d) Menerangkan mekanisme interaksi obat,

  • 3. Bidang toksikologi

    Farmakokinetika dapat membantu

    menemukan sebab-sebab terjadinya efek

    toksik dari pemakaian suatu obat.

  • 1. Bersihan (clearence/Cl)

    2. Volume distribusi

    3. Waktu paruh dalam plasma

    4. Ketersediaan hayati (F)

    5. Ikatan protein

    6. Konsentrasi steady state

    7. Konstanta laju eliminasi

  • Parameter tersebut diperoleh dari perubahan

    konsentrasi bahan obat dan metabolitnya

    dalam cairan darah dan dalam urin terhadap

    waktu.

    Kedua cairan tsb mudah dilewati >>>

    mencerminkan proses kinetika dalam

    organisme.

  • Definisi:

    suatu hubungan matematika yang

    menggambarkan perubahan konsentrasi

    terhadap waktu dalam sistem yg diperiksa.

    Proses transport yang terjadi dapat

    digambarkan dengan:

    a. model 1 kompartemen

    b. model 2 kompartemen

  • Model 1 kompartement

    = jika obat setelah pemakaian segera terdistribusi dalam ruang distribusi yang dapat dilalui dengan merata= jarang

    C1

    i.v. k10

    C1= kompartemen pusat K10 = tetapan laju eliminasi, dibaca k satu-nol

  • Slide of body before and after a rapid I.V. bolus injection, considering the body to behave as a single compartment. In order to simplify the mathematics it is often possible to assume that a drug given by rapid intravenous injection, a bolus, is rapidly mixed. This slide represents the uniformly mixed drug very shortly after administration.

  • Model 2 kompartemen= distribusi obat keruang distribusi yg dilewatinya dg kecepatan berbeda.

    C1

    C2

    i.v. k10

    k21 k12

    K12 = tetapan transfer untuk transport dari C1 ke c2 K21 = tetapan transfer untuk transport dari C2 ke c1

  • Slide of an intravenous bolus injection with a two compartment model. Often a one compartment model is not sufficient to represent the pharmacokinetics of a drug. A two compartment model often has wider application. Here we consider the body is a central compartment with rapid mixing and a peripheral compartment with slower distribution. The central compartment is uniformly mixed very shortly after drug administration, whereas it takes some time for the peripheral compartment to reach a pseudo equilibrium.

  • Definisi;

    ukuran kemampuan tubuh untuk

    menghilangkan obat >>>menunjukkan

    volume darah yg bersih dr senyawa obat

    per satuan waktu (vol/waktu)

  • Clearence total: jumlah clearence dr berbagai

    organ spt: hepar, ginjal, empedu, paru-paru

    dll. Namun demikian clearence total sudah

    cukup jika diwakili oleh jumlah clearence

    hepar dan clearence ginjal.

    Cl = kecepatan eliminasi (mg/mnt)

    Cp (mg/ml)

    Cp= konsentrasi obat dalam plasma

  • Bila diformulasikan hubungan antara CL dengan

    Kel atau T1/2, akan didapatkan persamaan

    berikut:

    Cl = Vd x Kel

    Cl = Vd x 0.693

    t1/2

  • Klirens, yang secara definitif diartikan sebagai

    kemampuan tubuh untuk membersihkan darah

    dari obat per satuan waktu, dapat dibedakan

    menjadi 3 hal, yakni 1) klirens yang berasal dari

    kerja hepar sebagai organ metabolisme utama, 2)

    klirens yang berasal dari kerja ginjal sebagai

    organ ekskresi utama dan 3) klirens yang berasal

    dari organ-organ lain.

    CL(tubuh total) = CLhepar + Cginjal + CLlain-

    lain

  • Pada kebanyakan obat, hepar dan ginjal

    memegang peran paling penting dalam

    proses eliminasi obat, sehingga klirens yang

    disebabkan organ-organ lain dapat

    diabaikan, maka didapat persamaan:

    CL(tubuh total) = CLhepar + CLginjal

  • Pada obat-obat yang eliminasi utamanya melalui

    metabolisme hepatal (misalnya metronidazol,

    teofilin, dll.), maka klirens oleh organ-organ lain

    dapat diabaikan sehingga

    CL(tubuh total) = CL(hepar)

    Sedangkan obat-obat yang eliminasi utamanya

    melalui ekskresi ginjal, maka:

    CL(tubuh total) = CL(ginjal)

  • Merupakan ukuran dari ruangan dalam tubuh

    yang tersedia untuk difusi obat atau dapat

    diartikan sebagai volume yang diperlukan

    untuk memuat semua obat dalam tubuh

    secara homogen dgn konsentrasi yang sama

    dgn konsentrasi obat dalam darah, plasma

    atau cairan plasma.

  • Namun demikian, jika nilainya lebih

    besar dibadingkan dengan volume cairan

    tubuh sesungguhnya, berarti distribusi

    obat terkonsentrasi pd jaringan tertentu.

    Cairan tubuh total pada orang dgn BB 70

    kg adalah 42 L yang terdiri dari: cairan

    intraseluler 28 L, ekstraseluler 14 L

  • Vd= Dosis

    Cp

    Cp= konsentrasi obat dalam plasma

    Menghitung Vd= menghitung vol tempat obat dilarutkan, ex:

  • 1000 mg obat dimasukkan dalam beker glas

    yg berisi air, setelah larut, cairan diambil dan

    ditetapkan kadarnya, diperoleh kadar 1

    mg/ml. Berapa vol air tempat obat terlarut

    tsb??

    Vd juga dapat dihitung berdasarkan rumus:

    Vd= Cl

    Ke

  • Volume distribusi yang diperoleh mencerminkan

    suatu keseimbangan antara ikatan pada jaringan,

    yang mengurangi konsentrasi plasma dan

    membuat nilai distribusi lebih besar, dengan ikatan

    pada protein plasma, yang meningkatkan

    konsentrasi plasma dan membuat volume

    distribusi menjadi lebih kecil. Perubahan-

    perubahan dalam ikatan dengan jaringan ataupun

    dengan plasma dapat mengubah volume distribusi

    yang ditentukan dari pengukuran-pengukuran

    konsentrasi plasma

  • Adalah:

    waktu yang diperlukan untuk

    mengubah jumlah obat dalam tubuh

    menjadi separuhnya selama eliminasi.

  • Waktu paruh penting untuk menentukan

    frekuensi pemberian obat per hari agar

    tercapai konsentrasi obat dalam plasma yang

    diinginkan.

    t1/2= 0,693xVd

    Cl

    atau t1/2= ln2

    kel

  • Secara definitif, waktu paro eliminasi adalah

    waktu yang diperlukan agar kadar obat

    dalam sirkulasi sistemik berkurang menjadi

    separonya. Nilai parameter ini merupakan

    terjemahan praktis dari nilai Kel.

  • Nilai T 1/2 ini banyak digunakan untuk

    memperkirakan berbagai kondisi kinetik,

    misalnya kapan obat akan habis dari dalam

    tubuh, kapan sebaiknya dilakukan

    pemberian ulang (interval pemberian),

    kapan kadar obat dalam sirkulasi sistemik

    mencapai keadaan tunak (steady state) pada

    pemberian berulang, dsb. Nilai T 1/2 ini

    dapat dihitung dengan rumus 0,693/Kel.

  • Didefinisikan sebagai laju dan jumlah fraksi

    obat yang diabsorpsi melalui jalur pemberian

    tertentu masuk ke sirkulasi sistemik.

    Besarnya nilai bioavaibilitas umumnya

    dibandingkan dengan jumlah obat yang

    masuk sirkulasi sistemik melalui pemberian

    injeksi IV.

  • Pada pemberian IV obat dianggap 100%

    masuk ke dalam tubuh, shg bioavaibilitas

    menunjukkan % (fraksi) obat yang

    terabsorpsi.

    Cara menghitung bioavaibilitas adalah :

    F= AUCx

    AUCiv

    AUC= area under the curve) pada kurva

    hubungan antara kadar obat vs waktu

  • Ikatan protein plasma merupakan suatu

    formasi kompleks obat dengan protein.

    Ikatan ini dapat bersifat reversibel atau

    irreversibel.

    Kebanyakan obat akan terikat secara

    reversibel dengan ikatan kimia yang lemah

    (ikatan van derwalls atau hidrogen).

  • Ikatan antara obat dgn protein plasma akan

    mempengaruhi distribusi dan efek

    farmakologis obat.

    Ikatan ini dinyatakan dalam persentase:

    persentase obat terikat dalam darah terhadap

    jumlah keseluruhan obat yang mencapai

    sirkulasi sistemik.

  • Konsentrasi steady state = Css adalah

    konsentrasi dimana ekilibrium tercapai antara

    laju obat yang mencapai sirkulasi dengan laju

    obat dengan laju obat yang dikeluarkan dari

    plasma.

    Peningkatan konsentrasi dalam plasma dan

    tercapainya suatu kadar dalam darah steady

    state setelah pemberian obat beberapa kali

    secara oral.

  • Kadar obat dalam sirkulasi sistemik

    (darah/serum/ plasma) vs. waktu (AUC) Nilai

    AUC (Area Under Curve) dapat dihitung pada

    berbagai periode pengamatan, sesuai

    kebutuhan, misalnya AUC0-12, AUC0-24

    atau AUC0-~. Nilai ini menggambarkan

    derajat absorpsi, yakni berapa banyak obat

    diabsorpsi dari sejumlah dosis yang

    diberikan.

  • Dengan membandingkan nilai AUC

    pemberian ekstravaskuler terhadap

    AUC intravena suatu obat dengan dosis

    yang sama, akan didapatkan nilai

    ketersediaan hayati absolut (= F), yakni

    fraksi obat yang dapat diabsorpsi dari

    pemberian ekstravaskuler.

  • Css akan tercapai bila waktu paruh eliminasi

    sama dengan selang dosis atau mungkin lebih

    besar, akibatnya pada pemberian dosis kedua

    menyebabkan konsentrasi plasma lebih tinggi

    dari dosis terdahulu.

  • Pada dosis2x berikutnya, konsentrasi plasma

    meningkat, pd waktu yang sama jumlah

    senyawa yang dieliminasi persatuan waktu

    meningkat sampai jumlah yang dieksresi

    selama selang dosis setara dengan jumlah yg

    diabsorpsi dari dosis yg sebelumnya.

    Dengan demikian akan tercapai suatu

    konsentrasi dalam plasma yang seimbang

    yang disebut css.

  • Konstanta laju eliminasi menyatakan laju

    penurunan konsentrasi obat terhadap waktu.

    Eliminasi obat kebanyakan mengikuti

    pesamaan reaksi orde 1 dan beberapa obat

    mengikuti orde nol. Jika proses eliminasi tdk

    dijelaskan secara khusus, berarti mengikuti

    orde 1.

  • Tetapan kecepatan eliminasi menunjukkan laju

    penurunan kadar obat setelah proses-proses

    kinetik mencapai keseimbangan. Satuannya

    adalah fraksi per waktu (jam-1 atau menit-1).

    Nilai ini menggambarkan proses eliminasi,

    walaupun perlu diingat bahwa pada waktu itu

    mungkin proses absorpsi dan distribusi masih

    berlangsung.

  • Secara praktis, nilai ini kemudian

    diterjemahkan kedalam parameter lain, yakni

    T 1/2. Tetapan ini dapat ditentukan dengan

    rumus:

    Kel= 0,693/ T

  • 1. Ciri-ciri obat mengikuti eliminasi orde 1

    - % obat yang tereliminasi persatuan

    waktu adalah tetap

    - hubungan kadar vs waktu tidak linear

    - hubungan log kadar vs waktu adalah

    linier

  • - Eliminasi orde 1 mengikuti persamaan:

    ln Cpt= ln Cp0 K1t atau

    log Cpt = log Cp0 - K1t/2,303

    Cp0= kadar obat dalam plasma mula2x

    Cpt = kadar obat dalam plasma dalam

    waktu t

    t= waktu tertentu

  • Dari persamaan diatas akan diperoleh nilai:

    t1/2= 0,693/K1 atau K1= 0,693/t1/2

    2. Ciri-ciri obat mengikuti eliminasi orde 0

    - jumlah obat yang dieliminasi persatuan

    waktu tetap

    - obat mengalami kejenuhan metabolisme

    - hubungan kadar vs waktu linear.

    Eliminasi orde 0 mengikuti persamaan:

    Cpt = Cp0 K0t

  • Suatu antibiotik dengan dosis 6 mg/kg BB

    diinjeksikan melalui im kpd sukarelawan yg

    mempunyai BB 50 kg. Kadar obat dalam

    plasma darah pd waktu2x tertentu adalah

    sbb:

  • Waktu (jam) Kadar (Cp) (g/ml)

    0,25 8,21

    0,50 7,87

    1,0 7,23

    3,0 5,15

    6,0 3,09

    12,0 1,11

    18,0 0,4

  • Pertanyaannya:

    - Apakah eliminasi obat mengikuti orde 1 atau

    orde 0

    - Berapa nilai konstanta kecepatan eliminasi,

    t, Vd dan Cl???