PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewsumber pendapatan petani. Pendapatan yang...

105
PERTANIAN DAN PENGAIRAN

Transcript of PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewsumber pendapatan petani. Pendapatan yang...

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

BAB VI

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

A. PENDAHULUAN

Sesuai Repelita III pembangunan sektor pertanian dalam arti luas dilaksanakan melalui usaha-usaha intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. Tujuan pem-bangunan pertanian bukan saja untuk meningkatkan produksi pertanian yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan ekspor, melainkan juga untuk meningkatkan pendapatan sebagian terbesar rakyat dalam rangka peningkatan harkat dan martabat rakyat pedesaan, peningkatan arus trans-migrasi serta untuk menjadikan pertanian semakin kuat guna mendukung pembangunan sektor industri. Dalam pada itu pem-bangunan pertanian harus merupakan usaha yang terpadu dengan pembangunan daerah dan pedesaan.

Usaha yang dilakukan dalam tahun keempat Repelita III te-lah memberikan hasil-hasil sebagai berikut

Jumlah produksi beras yang dicapai dalam tahun 1982 sebe-sar 23,191 juta ton, atau 4% diatas tahun 1981. Sedangkan produksi beras tahun 1981 sebesar 22,286 juta ton, ternyata sudah lebih tinggi dari sasaran Repelita III yang diperkira-kan sebesar 20,574 juta ton.

Meningkatnya produksi beras pada tahun 1982 terutama di-sebabkan oleh meningkatnya hasil rata-rata beras per ha. Pe-ningkatan hasil rata-rata ini terutama pula disebabkan oleh dilaksanakannya Intensifikasi Khusus (Insus), yang mulai di-perkenalkan pada Musim Tanam 1979 dan Operasi Khusus yang un-tuk pertama kalinya dilaksanakan pada musim tanam 1980/81 di Nusa Tenggara Barat. Insus dan Opsus ini pula yang telah mem-pengaruhi bertambah luasnya penggunaan benih Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW), penggunaan pupuk dan penggunaan pestisi-da.

Berbeda dengan produksi padi, produksi palawija tahun 1982 kurang menggembirakan. Semua jenis produksi palawija me-ngalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, dimana penu-runan yang relatif cukup besar terjadi pada produksi jagung yaitu 28,9%. Hal ini terutama sebagai akibat adanya musim ke-marau yang kering dan panjang.

VI/3

Produksi perikanan laut dan darat pada tahun 1982 mening-kat dengan masing-masing 5,8% dan 4,7% dibandingkan tahun 1981. Usaha-usaha peningkatan produksi perikanan terus di-laksanakan terutama melalui pengembangan perikanan rakyat dan penggunaan kapal-kapal bermotor dan alat-alat penangkapan yang lebih berhasil guna oleh perusahaan-perusahaan perikanan besar dan sedang. Usaha peningkatan produksi perikanan darat terutama dilaksanakan dengan usaha intensifikasi budidaya tambak. Eskpor ikan segar dan udang pada tahun 1982 menunjuk-kan kenaikan 43,5% dan 1,6% dibanding dengan tahun 1981.

Begitu pula produksi daging, telur dan susu juga mening-kat. Kenaikan produksi daging tahun 1982 dibanding tahun 1981 adalah sebesar 5,5%, produksi telur 8% dan produksi susu 36%. Bersamaan dengan meningkatnya produksi daging, populasi ter-nak secara keseluruhan,juga mengalami peningkatan.

Produksi beberapa hasil perkebunanpun menunjukkan hasil-hasil yang memuaskan. Produksi minyak sawit pada tahun 1982 menghasilkan kenaikan yang terbesar diantara hasil perkebunan lainnya, yaitu 16,7% diatas tahun 1981. Perkembangan produksi yang cukup tinggi dialami oleh perkebunan-perkebunan besar. Proyek perkebunan rakyat yang polanya terpadu, serta menggu-nakan teknologi baru dengan jalan penyebar luasan pemanfaatan bibit unggul, pupuk dan insektisida serta pengolahan hasil yang lebih baik, belum memberikan pengaruh terhadap produksi.

Akibat dari resesi dunia, permintaan komoditi ekspor per-kebunan di pasaran internasional melemah, sehingga perkem-bangan ekspor komoditi perkebunan pada tahun keempat Repelita III pada umumnya menunjukkan penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Sebagai hasil dari kebijaksanaan ekspor kayu, produksi dan ekspor kayu bulat setiap tahun menurun, sebaliknya pro-duksi dan ekspor kayu olahan meningkat. Produksi kayu bulat tahun 1982 turun 18,4% dibanding tahun 1981, dan ekspor kayu bulat pada tahun 1982 juga turun 49,7%; Produksi dan ekspor kayu olahan masing-masing pada tahun 1982 naik 52,9% dan 22,3% dibanding tahun 1981. Disamping itu perhatian pada pembinaan sumber-sumber alam telah ditingkatkan pula. Peng-awasan terhadap para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) telah diperketat dan disempurnakan agar para pemegang HPH benar-benar memenuhi kewajiban-kewajibannya, seperti melak-sanakan penebangan hutan secara tertib, menanami kembali hutan-hutan bekas tebang dan lain-lain. Lagi pula mereka harus melaksanakan kewajibannya untuk mendirikan industri hasil hutan.

VI/4

Perkembangan produksi beberapa hasil pertanian terpenting dan perkembangan volume ekspornya masing-masing dapat dilihat dalam Tabel VI-1 dan Tabel VI-2.

Dalam sub sektor pengairan dalam tahun 1982/83 telah di-selesaikan perbaikan dan peningkatan irigasi sekitar 72.468 ha, pembangunan jaringan irigasi baru sekitar 108.607 ha dan pengembangan daerah pasang surut dan daerah rawa masing-ma-sing kurang lebih 6662.943 ha dan 24.744 ha. Pada tahun 1982/83 telah direhabilitasi dan dibangun jaringan tersier yang me-liputi areal sekitar 255.395 ha. Selain itu, dalam usaha pengamanan daerah pemukiman dan pusat-pusat produksi pangan, telah dilakeanakan pula kegiatan pengaturan dan pengamanan sungai serta penanggulangan akibat bencana alam gunung berapi yang meliputi areal seluas 248.601 ha.

B. PERTANIAN PANGAN

1. Padi / Beras

Seperti telah dikemukakan di atas peningkatan produksi pertanian tanaman pangan dalam Repelita III dilaksanakan me-lalui intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi serta re-habilitasi dan juga melalui pembinaan terhadap pemasaran ba-han-bahan pertanian. Dalam usaha intensifikasi telah dilakea-nakan kegiatan-kegiatan Intensifikasi Khusus dan Operasi Khu-sus di daerah-daerah rawan pangan. Dalam ekstensifikasi di-laksanakan dengan usaha pencetakan sawah baru dan pembinaan pertanian daerah transmigrasi.

Produksi beras tahun 1982 mencapai 23,191 juta ton atau 4% di atas tahun 1981. Peningkatan produksi beras pada tahun 1982 terutama disebabkan oleh peningkatan hasil rata-rata per ha (Tabel VI-3).

Hasil rata-rata beras per ha untuk seluruh Indonesia da-lam tahun 1982 meningkat dengan 7,9%. Di Jawa 6,8%, sedang di daerah-daerah luar Jawa 11,4%. Peningkatan tersebut sebagai akibat dilakeanakannya Intensifikasi Khusus (Insus) dan 0pe-rasi Khusus (Opsus), bertambah luasnya penggunaan benih Va-rietas Unggul Tahan Wereng (VUTW), pupuk dan peatisida, dan tersedianya pengairan yang lebih teratur. Hasil rata-rata be-ras per ha dapat dilihat dalam Tabel VI - 5.

Pada tahun 1982 luas panen di seluruh tanah air menurun dengan 3,8%, yaitu di daerah-daerah di luar Jawa menurun 1,4%

VI/5

TABEL VI - 1

PRODUKSI BEBERAPA HASIL PERTANIAN TERPENTING,1978 - 1982(ribu ton)

1) Angka diperbaiki

2) Dalam juta liter

3) Dalam ribu m3

VI/6

TABEL VI - 2

VOLUME EKSPOR HASIL PERTANIAN TERPENTING,1978 - 1982(ribu ton)

Jenis Produksi 1978 1979 1980 19811) 1982

1. Karet 918,2 967,3 976,9 909,5 616,3

2. Minyak sawit 412,3 437,8 434,3 176,4 99,7

3. Teh 61,6 65,9 75,8 83,2 59,0

4. Kopi 222,8 230,7 239,4 225,3 174,6

5. Lada 38,0 25,7 30,9 35,0 28,1

6. Tembakau 27,3 24,9 28,9 27,5 13,7

7. Udang (segar dan awetan) 32,6 34,7 31,9 25,0 25,4

8. Ikan segar 13,9 16,8 31,3 29,4 42,2

9. Kulit ternak 4,8 5,8 3,3 5,0 4,6

10. Kayu Bulat 2) 19.212,0 18.788,0 12.838,0 6.226,0 3.132,0

11.Kayu olahan2)

864,0 1.416,0 1.475,7 2.190,1 2.679,8

12. Jagung 21,1 7,8 14,9 4,8 0,54

13. Kacang tanah 2,2 0,4 4,6 1,4 0,82

14. Gaplek 307,8 166,8 386,0 372,6 207,7

1) Angka diperbaiki2) Dalam ribu m3

VI/7

TABEL VI - 3

PRODUKSI BERAS,1978 - 1982(ribu ton)

Daerah 1978 1979 1980 1981*) 1982

Jawa 10.607 10.678 12.526 13.960 14.052

Luar Jawa 6.918 7.194 7.637 8.326 9.139

Indonewia 17.525 17.872 20.163 22.286 23.191

*) Angka diperbaiki

VI/8

GRAFIK VI - 1PRODUKSI BERAS,1978 - 1982

VI/9

dan di Jawa menurun 5,9%. Hal itu sebagai akibat adanya musim kemarau yang kering dan panjang pada tahur 1982. Keadaan ter- sebut dapat dilihat pada Tabel VI - 4.

Hasil rata-rata beras per ha sawah intensifikasi pada ta-hun 1982 mencapai 3,02 ton, 1,7% diatas tahun 1981. Hasil ra-ta-rata Insus tahun 1982 mencapai 3,22 ton per ha, sedang pa-da tahun 1981 mencapai 3,12 ton per ha. Jadi hasil rata-rata Insus dalam tahun 1982 telah meningkat dengan 3,2% di atas tahun 1981. Hasil rata-rata beras per ha sawah intensifikasi dapat dilihat dalam Tabel VI - 8.

Seperti tampak pada Tabel VI - 6 luas panen intensifikasi padi pada tahun 1982 naik sebesar 18,1% di atas tahun 1981. Kenaikan luas panen intensifikasi terjadi karena adanya pe-ningkatan areal Inmas yang merupakan salah satu program pe-ningkatan produksi padi (beras) yang setiap tahun ditingkat-kan baik mutu maupun luasnya. Intensifikasi Khusus (Insus) merupakan kegiatan intensifikasi yang dilakukan secara berke-lompok oleh para petani yang letak sawahnya sehamparan dengan tujuan memanfaatkan potensi lahan agar tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya. Seperti tampak juga dalam Tabel VI-6 luas panen Insus tahun 1982 (meliputi MT 1981/82 dan MT 1982) mencapai 3.712 ribu ha. Sedang MT 1980/81 dan MT 1981 menca-pai 1.706 ha. Jadi luas panen Insus pada tahun 1982 naik 117,6% dibandingkan tahun 1981.

Dilaksanakannya kegiatan Operasi Khusus (Opsus) di dae-rah-daerah yang terisolir adalah dalam rangka memeratakan pembangunan serta hasil-hasilnya. Kegiatan itu dimaksudkan agar daerah-daerah terisolir yang mempunyai potensi produksi pangan yang cukup tinggi dapat meningkatkan koordinasi kegia-tan produksi pangannya. Dalam musim tanam 1981/82 Operasi Khusus diperluas sehingga mencapai areal seluas 453.023 ha.

Dalam tahun 1981/82 kecuali hama tikus dan wereng coklat, di beberapa daerah seperti di Bali, Sulawesi Tengah dan Sula- wesi Utara terjadi banyak gangguan hama wereng hijau dan tungro. Karena itu dalam tahun 1982/83 usaha pemberantasan hama dan penyakit telah ditingkatkan dan diikuti dengan per-luasan varietas yang tahan penyakit. Penggunaan insektisida selama periode 1981-1982 menunjukkan peningkatan, seperti tam-pak dalam Tabel VI - 10. Pengendalian wereng coklat terutama diusahakan dengan penanaman padi VUTW (PB-26, PB-28, PB-29, PB-30, PB-34, Asahan Citarum, Serayu dan Brantas) di daerah serangan wereng coklat biotipe-1 dan daerah serangan baru,

VI/10

TABEL VI - 4

LUAS PANEN PADI,1978 - 1982(ribu ha)

*) Angka diperbaiki

TABEL VI - 5

HASIL RATA-RATA BERAS PER HA,1978 – 1982

(ton)

*) Angka diperbaiki

VI/11

GRAFIK VI - 2

L U A S P A N E N P A D I,1978 – 1982

VI/12

GRAFIK VI – 3

HASIL RATA-RATA BERAS PER HA, 1978 – 1982

VI/13

TABEL VI - 6

LUAS PANEN INTENSIFIKASI PADI,1978 - 1982(ribu ha)

1) Angka diperbaiki2) Intensifikasi khusus

VI/14

GRAFIK VI – 4

LUAS PANEN INTENSIFIKASI PADI,1978 – 1982

VI/15

(Lanjutan Grafik VI – 4)

VI/16

TABEL VI - 7

LUAS PANEN DAN KERUSAKAN PADI SAWAH DI JAWA DAN MADURA(JANUARI s/d AGUSTUS),

1978 - 1982(ha)

Uraian 1978 1979 1980 1981*) 1982

Jumlah luaspanen kotor(termasukkerusakan) 3.766.282 3.874.997 4.040.115 4.965.331 4.735.575

Kerusakan 135.453 273.245 101.238 62.945 172.727

% Kerusakan 3,6% 7,1% 2,5% 1,3% 3,6%

*) Angka diperbaiki

TABEL VI - 8

HASIL RATA-RATA BERAS PROGRAM INTENSIFIKASI,1978 - 1982(ton per ha)

1) Angka diperbaiki2) Intensifikasi khusus

VI/17

GRAFIK VI - 5

LUAS PANEN DAN KERUSAKAN PADI SAWAH DI JAWA DAN MADURA

(JANUARI S/D AGUSTUS)1978 – 1982

VI/18

GRAFIK VI - 6HASIL RATA-RATA BERAS PROGRAM INTENSIFIKASI,

1978 - 1982

VI/19

serta penanaman padi VUTW-2 (PB-32, PB-36 dan PB-38) di da-erah serangan wereng coklat biotipe-2. Sedangkan varietas padi yang cukup tahan terhadap penyakit virus, tungro di an-taranya adalah PB-50, PB-52 dan PB-54.

Sebagai akibat musim kering yang cukup panjang, pada tahun 1982 tingkat kerusakan padi sawah mengalami kenaikan sebesar 3,6% dibandingkan 1,3% pada tahun 1981 seperti tampak dalam Tabel VI-7.

Penyediaan prasarana dan tenaga untuk melaksanakan kegi-atan penyuluhan terus ditambah dan disempurnakan. Sampai de-ngan tahun 1982 telah terselesaikan pembangunan 1.321 unit Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), sehingga dapat dilaksanakan secara lebih teratur penyelenggaraan kursus tani, petak per-contohan, usaha pertanian percontohan, siaran pertanian mela-lui radio, televisi, slide/ film serta penyebaran informasi pertanian. Untuk mendukung kegiatan tersebut di 26 propinsi, dewasa ini telah tersedia tenaga penyuluh lapangan pada ting-kat Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP) sebanyak 13.353 Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), tingkat Kabupaten dan Ba-lai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebanyak 2.684 orang Penyuluh Pertanian Madya (PPM) dan 567 orang tenaga Penyuluh Pertani-an Spesialis (PPS).

Dengan metode latihan dan kunjungan (Laku) dimana seorang PPL bertugas mengunjungi kelompok petani sekali 2 minggu se-cara teratur, maka seorang PPL diperhitungkan dapat membina 16 kelompok tani/kontak tani yang masing-masing meliputi 160-320 orang petani maju. Selanjutnya masing-masing petani maju diharapkan akan dapat mempengaruhi sekitar 1.000 kepala keluarga tani lainnya.

Sebagai terlihat dalam Tabel VI-9 dan VI-10, selama peri-ode 1981 - 1982 penggunaan pupuk dalam tanaman pangan mening-kat, dalam tahun-tahun tersebut kenaikan penggunaan pupuk te-rutama didorong oleh peningkatan mutu intensifikasi khusus. Para petani peserta program itu telah menggunakan dosis peng-gunaan pupuk sesuai dengan rekomendasi. Penggunaan pupuk yang semakin meningkat itu menunjukkan kesadaran petani akan man-faat pupuk semakin besar.

2. Palawija dan Hortikultura

Disamping padi, produksi palawija dan hortikultura mempu-nyai peranan penting sebagai sumber bahan makanan dan sebagai

VI/20

TABEL VI - 9

PENGGUNAAN PUPUK DI PROGRAN TANANAN PANGAN,1978 – 1982

(ton zat hara)

1) Angka diperbaiki

TABEL VI – 10

PENGGUNAAN INSEKTISIDA, RODENTISIDA, FUNGISIDA DAN LAIN-LAINDI PROGRAM TANAMAN PANGAN,

1978 – 1982(ton)

1) Angka diperbaiki 2) Dalam kiloliter

VI/21

sumber pendapatan petani. Pendapatan yang berasal dari pro-duksi palawija dan hortikultura tersebut dapat juga membantu menjaga stabilitas pendapatan para petani.

Di daerah-daerah yang pada umumnya tidak mempunyai peng-airan, produksi palawija dan hortikultural merupakan tanaman utama. Bagi para petani di daerah yang sudah berpengairan, produksi palawija dan hortikultura dilakukan dalam rangka pe-laksanaan diversifikasi pertanaman. Dilaksanakannya diversi-fikasi pertanaman memberikan manfaat dalam memantapkan penghasilan petani sepanjang tahun. Disamping itu juga mem-beri manfaat lain seperti meningkatkan dayaguna air dan me-nekan perkembangan hama/penyakit secara biologis.

Usaha pengembangan pertanian palawija secara tidak lang-sung juga merupakan usaha dalam rangka program Reboisasi dan Penghijauan pada lahan-lahan yang kemiringannya tinggi yang diintroduksikan melalui Demplot-demplot Penghijauan. Sehingga Usaha-usaha terasering dan intensifikasi tanaman palawija dapat lebih diintensifkan.

Perkembangan produksi palawija, pada tahun 1982 menunjuk-kan bahwa hasil rata-rata per ha jagung naik 1,7% di atas ta-hun 1981, ubi jalar naik 2,6%, sedangkan kacang tanah turun 0,3% dan kedelai turun 2,5%. Meakipun hasil rata-rata per hektar untuk jagung dan ubi jalar meningkat, tetapi produksi-nya masing-masing pada tahun 1982 dibanding tahun 1981 turun 28,9% untuk jagung dan 9,4% untuk ubi jalar. Produksi dan ha-sil rata-rata beberapa jenis palawija tersebut dapat dilihat pada Tabel VI - 11.

Penurunan produksi tersebut disebabkan oleh menurunnya luas panen seperti yang tampak pada Tabel VI-12. Karena musim kemarau yang kering dan panjang dalam tahun 1982 luas panen jagung menurun 30% dibanding tahun 1981, kacang tanah, kede-lai dan ubi kayu masing-masing menurun 8%, 25% dan 6%. Begitu pula luas panen ubi jalar juga mengalami penurunan 11,3%.

Luas panen, produksi dan hasil rata-rata hortikultura da-pat dilihat dalam Tabel VI - 13. Luas panen sayuran pada ta-hun 1981 sebesar 656 ribu hektar, pada tahun 1982 menjadi 633 ribu hektar dan luas panen buah-buahan pada tahun 1981 sebe-sar 598 ribu hektar, pada tahun 1982 menjadi 658 ribu hektar. Dari tabel tersebut dapat dilihat juga produksi sayuran pada tahun 1981 sebesar 1.979 ribu ton, pada tahun 1982 menjadi 2.053 ribu ton dan produksi buah-buahan pada tahun 1981 se-besar 5.266 ribu ton, tahun 1982 sebesar 5.242 ribu ton.

VI/22

TABEL VI - 11

PRODUKSI DAN HASIL RATA-RATA BEBERAPA JENIS PALAWIJA,1978 – 1982

1) Angka diperbaiki

2) Kwintal/Ha

VI/23

GRAFIK VI - 7PRODUKSI DAN HASIL RATA-RATA BEBERAPA JENIS PALAWIJA,

1978 – 1982

VI/24

(Lanjutan Grafik VI - 7)

VI/25

(Lanjutan Grafik VI - 7)

VI/26

*) Angka diperbaiki

TABEL VI - 12

LUAS PANEN PALAWIJA,1978 - 1982(ribu ha)

1) Angka diperbaiki 2) Kwintal/ha

VI/27

GRAFIK VI - 8

LUAS PANEN PALAWIJA,1978 - 1982

VI/28

(Lanjutan Grafik VI – 8)

VI/29

GRAFIK VI-- 9

LUAS PANEN DAN PRODUKSI HORTIKULTURA,1978 – 1982

VI/30

(Lanjutan Grafik VI – 9)

VI/31

Hasil rata-rata per hektar sayuran dan buah-buahan masing-masing pada tahun 1981 sebesar 30,18 kw dan 88,09 kw, pada tahun 1982 hasil rata-ratanya per hektar masing-masing men-jadi 32,44 kw dan 79,73 kw.

Mulai MT 1982/83 diselenggarakan proyek perintis Bimas Sayuran untuk lombok merah, bawang merah dan bawang putih yang ditanam di luar musim.

C. PETERNAKAN

Pembangunan peternakan dalam Repelita III, ditujukan untuk meningkatkan produksi hasil ternak, meningkatkan populasi ternak dan meningkatkan mutu genetik ternak. Adapun tujuan lainnya ialah meningkatkan pendapatan peternak dan memperluas kesempatan kerja.

Populasi ternak dan unggas meningkat cukup besar seperti dapat dilihat pada tabel VI - 14. Ayam kampung dan ayam ras yang pada tahun 1981 masih berjumlah masing-masing 133 juta ekor dan 24 juta petelur, pada tahun 1982 telah menjadi 140 juta ekor dan 26 juta petelur. Peningkatan populasi ayam pe-telur tersebut terutama disebabkan oleh dilaksanakannya Bimas dan makin berkembangnya usaha-usaha peternakan.

Dalam rangka pemerataan pembangunan pertumbuhan usaha-usaha peternakan ayam telah dikeluarkan Keppres No.50 Tahun 1981 tentang pembinaan usaha peternakan ayam, yang mengatur jumlah ternak maksimal yang boleh dikelola oleh satu peter-nakan. Dengan adanya ketetapan itu diharapkan pemerataan pem-bangunan dan hasil-hasilnya diantara para peternak ayam akan berjalan dengan lebih cepat.

Langkah-langkah yang telah ditempuh dalam usaha mengha-silkan peningkatan populasi ternak besar antara lain adalah dengan meningkatkan kelahiran, mengendalikan pemotongan, ter-utama pemotongan ternak betina, disertai kebijaksanaan impor ternak bibit dan penyebaran/pemindahan ternak ke daerah transmigrasi. Di samping itu ada pula usaha-usaha peningkatan pembibitan hijauan makanan ternak, peningkatan ketrampilan petugas Pemerintah pengelola peternakan, baik di pusat maupun di daerah, dan peningkatan ketrampilan para petani peternak. Karena itu, meskipun jumlah produksi daging terus meningkat, populasi ternak besar tidak menurun, tetapi meningkat. Diban-ding dengan tahun 1981 populasi sapi pada tahun 1982 mening-kat 1,1%, sapi perah 23,8%, kerbau 1%, kambing dan domba ma-sing-masing meningkatnya sama yaitu sebesar 1,3%.

VI/32

TABEL VI - 14

POPULASI TERNAK,

1978 - 1982

(ribu ekor)

Jenis Ternak 1976 1979 1980 1981 *) 1981

1. Sapi 6.330 6.362 6.440 6.516 6.5942. Sapi perah 93 94 103 113 140

3. Kerbau 2.312 2.432 2.457 2.488 2.513

4. Kambing 8.051 7.659 7.691 7.790 7.891

5. Domba 3.611 4.071 4.124 4.177 4.231

6. Babi 2.902 3.183 3.155 3.364 3.587

7. Kuda . 615 596 616 637 658

8. Ayam Kampung 108.916 114.350 126.310 132.878 139.787

9. Ayam Ras petelur 6.071 7.007 22.940 24.568 26.312

10. Ayam Raspedaging/broiler - - 25.462 28.110 31.033

11. Itik 17.541 18.089 21.078 22.426 23.861

1) Angka diperbaiki

VI/33

GRAFIK VI – 10

P O P U L A S I T E R N A K1978 – 1982

VI/34

(Lanjutan Grafik VI – 10)

VI/35

(lanjutan Grafik VI – 10)

VI/36

Seperti tampak dalam Tabel VI-15, produksi daging, telur dan susu pada tahun 1982 masing-masing mengalami kenaikan se-besar 5,5%, 8% dan 36% dibanding tahun 1981. Naiknya produksi daging dan telur antara lain karena meningkatnya permintaan masyarakat akan kedua komoditi itu. Sedangkan meningkatnya produksi susu disebabkan oleh adanya pertambahan populasi sapi perah.

Bagian terbesar dari seluruh daging yang dihasilkan di dalam negeri adalah daging sapi. Dari seluruh produksi telur yang dihasilkan terdiri dari telur itik, telur ayam kampung dan telur ayam ras.

Dilaksanakannya kegiatan-kegiatan intensifikasi, eksten-sifikasi dan diversifikasi adalah dalam rangka usaha mening-katkan produksi ternak. Intensifikasi dilakukan dengan jalan Panca Usaha Ternak Potong (PUTP), Bimas Ayam, Pengembangan Usaha Sapi Perah (PUSP) dan melalui 'Rural Credit Project' (RCP). Pelaksanaannya diwujudkan dalam bentuk penyediaan pa-ket kredit bagi para peternak yang diberikan dalam bentuk bi-bit, makanan ternak, dan obat-obatan. Kredit diberikan dengan syarat ringan disertai dengan bimbingan dalam pengelolaan ternak dan dalam pemasaran hasilnya.

Usaha diversifikasi akan membantu meningkatkan persediaan hasil ternak, yang diwujudkan dalam bentuk dorongan untuk mengusahakan peternakan yang beraneka ragam. Ekstensifikasi dilakukan di daerah-daerah yang masih jarang penduduknya dan dikaitkan dengan usaha-usaha pengembangan daerah transmigrasi dan pemukiman kembali.

Penyediaan sarana penyuluhan seperti tenaga penyuluh, in-seminator dan vaksinator juga terus ditingkatkan, seperti tampak pada Tabel VI - 16. Dalam tahun 1982 jumlah tenaga-te-naga tersebut tidak ditambah karena untuk sementara sudah di-anggap cukup.

Dalam tahun 1982, sejalan dengan usaha-usaha tersebut di atas telah ditingkatkan usaha distribusi ternak dengan sistim kredit. Sebagaimana tampak dalam Tabel VI-17, dalam tahun 1982 telah didistribusikan sebanyak 22.235 ekor sapi, 4.220 ekor kerbau dan 4.125 ekor kambing domba.

Perluasan kegiatan Inseminasi Buatan (IB) dan penyediaan pejantan dengan mutu genetik yang lebih baik selama ini meru-pakan usaha utama dalam rangka meningkatkan kelahiran ternak. Dengan digiatkannya usaha tersebut maka semakin banyak semen

VI/37

TABEL VI - 15

PRODUKSI DAGING, TELUR DAN SUSU, 1978 – 1982

*) Angka diperbaiki

TABEL VI – 16JUMLAH TENAGA PENYULUH, INSEMINATOR DAN VAKSINATOR

1978 – 1982(orang)

1) Angka diperbaiki2) SMS/PPS = Subject Matter Specialist/

Penyuluh Peternakan Spesialis

VI/38

GRAFIK VI - 11

PRODUKSI DAGING, TELUR DAN SUSU,1978 – 1982

VI/39

GRAFIK VI – 12

JUMLAH TENAGA PENYULUH, INSEMINATOR DAN VAKSINATOR,1978 – 1982

VI/40

(Lanjutan Grafik VI -12)

VI/41

TABEL VI - 17

PENYEBARAN BIBIT TERNAK,1978 - 1982

(ekor)

*) Angka diperbaiki

TABEL VI – 18

VOLUME EKSPOR HASIL -1978 - 1982

(ton)

*) Angka diperbaiki

VI/42

beku yang dibutuhkan. Dalam tahun 1982/83 misalnya telah di-distribusikan sebanyak 332.800 dosis semen beku untuk insemi-nasi.

Permintaan kulit dan tulang/tanduk di dalam negeri juga meningkat. Akibatnya volume ekspor kulit dan tulang/tanduk juga mPnurun. Walaupun demikian selama tahun-tahun terakhir ini masih ada jenis hasil ternak yang diekspor yang mengalami peningkatan. Misalnya ekspor kulit sapi pada tahun 1982 naik sebesar 4,4% dan kulit domba naik 19% diatas tahun 1981, se-perti yang ditunjukkan oleh Tabel VI - 18.

D. PERIKANAN

Telah dinyatakan dalam Repelita III bahwa pembangunan perikanan ditekankan pada pengembangan perikanan rakyat de-ngan tujuan meningkatkan pendapatan para nelayan/petani ikan, memperluas kesempatan kerja, mempertinggi produksi demi pe-ningkatan mutu gizi pola konsumsi pangan rakyat dan untuk me-ningkatkan ekspor.

Dalam usaha untuk menunjang peningkatan usaha perikanan rakyat terutama dalam memasarkan produksi nelayan dan berla-buhnya perahu-perahu nelayan pada tahun 1982 telah dibangun dan direhabilitasikan sejumlah pelabuhan perikanan. Pelabuhan perikanan yang dibangun sampai pada tahun 1982 adalah seba-nyak 24 buah, yang terdiri dari sebuah pelabuhan perikanan samudera, 2 buah pelabuhan perikanan nusantara dan selebihnya adalah pelabuhan perikanan pantai. Di samping itu telah diba-ngun dan direhabilitasikan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) sebanyak 147 buah.

Pada tahun 1982 masih terus dibangun dan direhabilitasi-kan saluran tambak, hal ini sebagai usaha untuk mengembangkan budidaya perikanan, khususnya budidaya tambak. Sampai dengan tahun 1982 saluran tambak telah dibangun di Aceh Utara, Suma-tera, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nu-sa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan, seluruhnya meliputi 523,9,km. Dalam rangka mencukupi kebutuhan benih udang tambak, telah dibangun 3 buah Balai Benih Udang, di samping itu untuk pengembangan budidaya tawar telah dibangun pula 43 Balai Benih Ikan dan 3 Balai Be-nih Udang Galah.

Sebagai akibat diusahakannya peningkatan produksi melalui intensifikasi dan ekstensifikasi, kebutuhan perikanan akan

VI/43

benih ikan selama ini bertambah. Kebutuhan akan sarana lain, yang diperlukan dalam rangka pemasaran ikan antar pulau, se-perti cold storage, freezer dan truk-truk pendingin, umumnya dipenuhi oleh perusahaan-perusahaan milik negara. Di samping berusaha dalam bidang produksi dan pemasaran hasilnya sendi-ri, perusahaan-perusahaan tersebut juga berkewajiban membantu pengembangan usaha perikanan rakyat di daerah sekitarnya, terutama dengan membantu pengembangan teknologi produksi dan pemasaran hasil perikanan rakyat.

Dalam rangka membantu permodalan para nelayan oleh bank - bank Pemerintah telah disediakan dana KIK/KMKP. Di samping itu, untuk para petani tambak di Jawa dan Sulawesi Selatan dan untuk petani kolam di Jawa Barat disediakan juga kredit yang berasal dari proyek perkreditan pedesaan. Kredit itu yang akan disalurkan melalui BRI juga disediakan untuk moto-risasi dan pembangunan pabrik es.

Pada tahun 1980 telah dikeluarkan dan sejak itu dilaksa-nakan Keppres No. 39 Tahun 1980 yang membatasi kegiatan kapal trawl. Tujuan dari Keppres itu adalah untuk melindungi kegi-atan para nelayan tradisional terhadap saingan yang tidak se-imbang dari para pengusaha kapal trawl yang masih sering me-masuki daerah penangkapan yang diperuntukkan bagi para nela-yan tradisional. Isi dari pokok-pokok Keppres tersebut adalah sebagai berikut

a. Mulai tanggal 1 Oktober 1980 semua kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan jaring trawl di perairan laut yang mengelilingi Jawa dan Bali dilarang;

b. Mulai tanggal 1 Januari 1981 kapal perikanan yang menggu-nakan jaring trawl yang berdomisili dan beroperasi di se-kitar pulau Sumatera dilarang beroperasi;

c. Mulai tanggal 1 Oktober 1980 di perairan di luar yang tersebut di a dan b di atas jumlah kapal perikanan yang menggunakan jaring trawl dikurangi sehingga sampai dengan tanggal 1 Juli 1981 jumlah seluruhnya tinggal 1.000 buah.

Pada tahun 1982, produksi perikanan laut maupun perikanan darat, menunjukkan kenaikan. Secara keseluruhan produksi per-ikanan pada tahun itu naik sebesar 5,5% di atas tahun 1981. Pada tahun 1982 produksi perikanan laut naik 5,8% sedang pro-duksi perikanan darat hanya naik 4,7%. Perkembangan produksi perikanan dapat dilihat pada Tabel VI-19.

Untuk meningkatkan pendapatan para nelayan dan produksi perikanan laut selama ini juga diusahakan agar para nelayan semakin banyak menggunakan perahu/kapal motor serta alat-alat

VI/44

TABEL VI – 19

PRODUKSI PERIKANAN,1978 - 1982(ribu ton)

Jenis Hasil 1978 1979 1980 1981 *) 1982

Ikan Laut 1.227 1.318 1.395 1.408 1.490

Ikan Darat 420 430 455 506 530

Jumlah : 1.647 1.748 1.850 1.914 2.020

*) Angka diperbaiki

VI/45

GRAFIK VI – 13PRODUKSI PERIKANAN,

1978 – 1982

VI/46

penangkapan yang lebih produktip. Demikianlah maka selama ta-hun-tahun terakhir ini jumlah perahu/kapal motor terus ber-tambah. Bersamaan dengan itu jumlah perahu tanpa motor sema-kin berkurang. Dalam tahun 1982 jumlah perahu/kapal motor tercatat sebanyak 58.500 buah, yang berarti kenaikan sebesar 14,6% dibanding dengan tahun 1981 yang berjumlah 51.056 buah. Pada tahun 1981 perahu tanpa motor ada 225.056 buah. Pada ta-hun 1981 perahu tanpa motor ada 225.949 buah, sebaliknya pada tahun 1982 jumlah perahu tanpa motor bertambah menjadi 226.000 buah, yang berarti hanya naik sebesar 0,02%. Mening-katnya penggunaan perahu motor tempel dapat dilihat pada Tabel VI - 20.

Seperti telah dikemukakan di atas produksi perikanan tahun 1982 meningkat. Hal itu disebabkan oleh meningkatnya produksi perikanan darat di perairan umum dan produksi usaha budidaya. Pada tahun 1982 produksi perikanan perairan umum telah mencapai 268 ribu ton dan produksi usaha budidaya mencapai 261 ribu ton (Tabel VI - 21).

Seperti dapat diikuti pada Tabel VI - 22 ekspor ikan segar pada tahun 1982 menunjukkan kenaikan terbesar yaitu 43,3% di atas tahun 1981. Kemudian diikuti oleh .kenaikan ekspor ubur-ubur yang mencapai 10,1%. Ekspor udang segar/awetan na-ik 1,7%. Tetapi katak dan ikan hias masingmasing selama tahun itu turun 38,8% dan 34,1%. Jadi penyebab utama naiknya volume ekspor hasil-hasil perikanan ialah naiknya ekspor ikan segar, ubur-ubur dan udang segar/awetan.

E. PERKEBUNAN

Selama Repelita III pembangunan perkebunan masih menekan-kan pada pembangunan perkebunan rakyat. Usaha yang dilaksana-kan juga meliputi intensifikasi, ekstensifikasi, diversifika-si dan rehabilitasi. Kegiatan rehabilitasi terutama di jalan-kan dalam bentuk peremajaan kebun-kebun yang tanamannya sudah tidak ekonomis lagi.

Dalam melaksanakan usaha itu Unit Pelaksana Proyek (UPP) melaksanakan pembinaan perkebunan rakyat secara terpadu yang meliputi pembinaan dalam kegiatan penanaman, pembinaan pene-litian hasil pengolahan hasil serta pembinaan dalam bidang pemasaran hasil. Dalam hubungan ini sejak tahun 1979/80 Peme-rintah telah memberikan fasilitas kredit lunak jangka pan-jang, dengan jangka waktu 10 - 20 tahun, untuk perkebunan rakyat. Dengan adanya kredit itu diharapkan para petani dibi-

VI/47

TABEL VI - 20

PERKEMBANGAN JUMLAH PERAHU/KAPAL MOTORDAN PERAHU TANPA MOTOR,

1978 - 1982(buah)

*) Angka diperbaiki

TABEL VI - 21

PRODUKSI PERIKANAN DARAT,1978 - 1982(ribu ton)

*) Angka diperbaiki

VI/48

TABEL VI - 22

VOLUME EKSPOR HASIL-HASIL PERIKANAN,1978 - 1982

(ton)

Jenis Komoditi 1978 1979 1980 1981*) 1982

1. Udang Segar/Awetan 32.620 34.743 31.934 24.971 25.400

2. Ikan segar 13.907 16.810 31.308 29.440 42.200

3. Katak 2.325 2.657 1.612 2.778 1.700

4. Ikan Hias 359 399 473 364 240

5. Ubur-ubur (diasin) 1.860 1.436 1.474 3.088 3.400

6. Lainnya 12.414 12.219 11.904 14.537 15.160

Jumlah ; 63.485 68.264 78.705 75.178 88.100

*) Angka diperbaiki

VI/49

dang perkebunan akan lebih bergairah dalam usaha perkebunan-nya.

Perkebunan rakyat yang dibina melalui pola UPP, yang jumlahnya 870 unit, sampai dengan tahun 1982 telah berhasil melaksanakan penanaman baru seluas 2.482.000 ha ditambah de-ngan UPP khusus yang memperoleh bantuan luar negeri yang me-liputi areal sekitar 155.000 ha.

Di samping itu telah dilaksanakan cara pembinaan yang menggunakan perkebunan besar, baik negara maupun swasta nasi-onal, sebagai perkebunan inti. Cara pembinaan ini dikenal de-ngan sebutan NES (Nucleus Estate and Smallholder) atau PIR (Perkebunan Inti Rakyat). Sistim PIR ini ada 2 macam, yaitu PIR Berbantuan dan PIR Swadana. PIR Berbantuan meliputi pro-yek PIR I sampai dengan PIR VII, PIR Besitang - Kelapa Sawit dan PIR Kapas, seluruhnya meliputi areal perkebunan rakyat. PIR swadana meliputi PIR khusus yang dalam kegiatannya meng-ikut sertakan penduduk daerah transmigrasi dan PIR lokal yang mengikut sertakan penduduk sekitarnya. PIR Berbantuan dan PIR Swadana meliputi berbagai macam tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, teh, kelapa hibrida dan sebagainya. Sam-pai dengan tahun 1982 PIR Berbantuan telah meliputi areal se-kitar 195.000 ha dan PIR Swadana sekitar 150.000 ha.

Pengolahan perkebunan besar milik negara (PNP/PTP) masih tetap dibimbing dan diarahkan agar dapat terus meningkatkan efisiensi, baik dengan jalan pengembangan teknologi produksi baru maupun dengan jalan peningkatan pengelolaan. Kemudian, perkebunan negara ditugaskan juga untuk meningkatkan dan me-manfaatkan kemampuan teknis dan manajemen yang dimilikinya, seperti membentuk areal baru sekitar 150.000 ha per tahun, yang meliputi areal kebun sendiri, areal kebun inti dan areal kebun plasma yang diperuntukkan bagi para petani dalam rangka pengembangan PIR. Dengan demikian dewasa ini perkebunan nega-ra tidak terpusat di beberapa propinsi saja, seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung dan propinsi-pro-pinsi di Jawa, tetapi sudah terdapat hampir di seluruh pro-pinsi.

Masih banyak di antara para pengusaha perkebunan besar swasta yang kekurangan pengalaman dan modal usaha sehingga belum mampu mengelola kebunnya dengan baik. Untuk membina dan meningkatkan produksi perkebunan besar swasta maka Pemerintah menyediakan tenaga ahli yang berpengalaman dan membantu pe-nyediaan modal usaha melalui kredit bank dalam negeri. Di samping itu Pemerintah juga berusaha mengembangkan kerjasama antar pengusaha perkebunan besar swasta.

VI/50

Sebagai hasil dari usaha-usaha pembangunan tersebut bebe-rapa produksi perkebunan terpenting pada tahun 1982 menunjuk-kan kenaikan, walaupun ada juga yang menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 1981, hal ini disebabkan adanya pengaruh resesi ekonomi dunia yang makin tajam pada tahun 1982, seba-gaimana dapat dilihat dalam Tabel VI-23. Beberapa komoditi perkebunan yang mengalami kenaikan dalam tahun 1982 dibanding tahun 1981 adalah, minyak sawit naik 16,7%, inti sawit 8,8%, gula tebu naik 9,5% dan kapas 8%.

Sebagaimana tampak dari Tabel VI-25 , produksi perkebunan rakyat terus meningkat. Tampak dari tabel tersebut bahwa pro-duksi gula/tebu menunjukkan kenaikan yaitu 10,3% di atas ta-hun 1981, kemudian diikuti dengan produksi tembakau naik 2,9% dan kapas sebesar 8%. Produksi perkebunan rakyat lainnya pada tahun 1982 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 1981 sebagai akibat dari lesunya pasaran komoditi ekspor per-kebunan karena pengaruh resesi ekonomi dunia.

Sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel VI-26, produksi perkebunan besar swasta pada tahun 1982 menunjukkan kenaikan. Produksi minyak sawit dalam tahun 1982 menunjukkan kenaikan sebesar 5,4% dibandingkan tahun 1981. Kenaikan diikuti dengan produksi perkebunan besar swasta lainnya seperti, kopi, inti sawit, dan karet masing-masing naik 16%, 16% dan 7%. Sedang-kan produksi cengkeh pada tahun 1982 mengalami kenaikan 100%.

Sebagaimana tampak dari Tabel VI-27 dilingkungan Perke-bunan Besar Negara produksi gula tebu pada tahun 1982 menun-jukkan kenaikan yang terbesar dibanding tahun 1981, yaitu 11,4%. Meningkatnya produksi gula tebu itu terutama disebab-kan oleh adanya perluasan areal tanaman dan kenaikan hasil per ha. Perluasan tanaman yang ada terjadi karena adanya per-luasan areal tebu rakyat, termasuk areal Tebu Rakyat Intensi-fikasi (TRI). Areal tebu rakyat intensifikasi naik 13,8% di atas tahun 1981. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya areal tebu rakyat tahun 1982 di Jawa Tengah dan di Jawa Timur yang masing-masing naik sebesar 5,9% dan 14,5% di atas tahun 1981, sebagaimana tampak dari Tabel VI-24. Kenaikan hasil per ha telah terjadi karena digunakan-nya bibit unggul dan dilaksanakannya pemilihan dan pengolahan hasil yang lebih sempurna.

Perkembangan volume ekspor hasil-hasil perkebunan dalam tahun 1982 dapat dilihat pada Tabel VI-28. Volume ekspor ha-sil perkebunan pada tahun keempat Repelita III pada umumnya menunjukkan penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,

VI/51

TABEL VI - 23

PERKEMBANGAN PRODUKSI HASIL PERKEBUNAN TERPENTING,1978 - 1982(ribu ton)

Jenis Komoditi 1978 1979 1980 1981 *) 1982

1. Karet 884 898 1.002 1.046 8612. Minyak Sawit 532 642 701 748 8733. Inti Sawit 94 108 126 135 1474. Kelapa/Kopra 1.575 1.582 1.759 1.812 1.7365. Kopi 223 228 285 295 2656. Teh 91 125 106 110 927. Cengkeh 21,2 35,2 39,2 40,2 318. Lada 46 47 37 39 379. Tembakau 81 87 116 118 117

10. Gula/Tebu 1.516 1.601 1.831 1.700 1.86211. Kapas 0,5 0,6 6 10 18

*) Angka diperbaiki

TABEL VI - 24

AREAL TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI,1978/79 - 1982/83

(ha)

Lokasi 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82*) 1982/83

1. Jawa Barat 6.086 9.043 8.864 9.735 14.704

2. Jawa Tengah 19.352 21.263 34.532 56.116 59.403

3. DI Yogyakarta 2.509 3.910 3.088 4.409 5.159

4. Jawa Timur 49.685 57.489 71.200 97.221 111.350

77.632 91.705 117.684 167.481 190.616

*) Angka diperbaiki

VI/52

GRAFIK VI - 14

AREAL TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI,

1978/79 - 1982/83

VI/53

TABEL VI - 25

PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT,1978 - 1982(ribu ton)

*) Angka diperbaiki

TABEL VI - 26

PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR SWASTA,

1978 - 1982(ribu ton)

*) Angka diperbaiki

VI/54

GRAFIK VI – 15

PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR SWASTA1978 – 1982

VI/55

(Lanjutan Grafik VI – 15)

VI/56

TABEL VI - 27

PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR NEGARA, 1978 - 1982

(ribu ton)

Jenis Komoditi 1978 1979 1980 1981 *) 1982

1. Karet 162 170 186 192 1902. Minyak sawit 367 474 499 542 594

3. Inti sawit 72 85 90 98 104

4. Teh 59 92 68 70 64

5. Gula tebu 960 1.030 968 220 245

6. Kopi 10 11 13 13 13

7. Tembakau 13 14 15 15 11

*) Angka diperbaiki

TABEL VI - 28

VOLUME EKSPOR KOMODITI PERKEBUNAN,1978 - 1982

(ribu ton)Jenis Komoditi 1978 1979 1980

1981 *)1982

1. Karet 918,2 967,3 976,9 909,5 616,32. Minyak sawit 412,3 437,8 434,3 176,4 99,7

3. Kopi 222,8 230,7 239,4 225,3 174,6

4. Teh 61,6 65,9 75,8 83,2 59,0

5. Lada 38,0 25,7 30,9 35,0 28,1

6. Tembakau 27,3 24,9 28,9 27,5 13,7

*) Angka diperbaiki

VI/57

akibat resesi ekonomi dunia yang membuat lemahnya permintaan komoditi ekspor perkebunan di pasaran internasional. Volume ekspor kopi pada tahun 1982 mengalami penurunan yang terendah dibandingkan volume ekspor komoditi perkebunan lainnya yaitu turun 22,5% di bawah tahun 1981.

F. KEHUTANAN

Dalam Repelita III kebijaksanaan utama di sub sektor ke-hutanan adalah meningkatkan usaha pengembangan industri peng-olahan hasil-hasil hutan beserta usaha perluasan pasaran ha-sil-hasilnya. Disamping itu kebijaksanaan dalam Repelita III juga memberikan tekanan pada peningkatan usaha-usaha pelesta-rian, perlindungan, pengawetan dan pembinaan hutan serta pe-nanggulangan tanah-tanah kritis dalam rangka usaha penyela-matan hutan, tanah dan air.

Dengan semakin berkembangnya kegiatan-kegiatan pengolahan hasil hutan tersebut sumbangan sub sektor kehutanan dalam memperluas kesempatan kerja, memperbesar pendapatan negara dan dalam penerimaan devisa bagi negara semakin besar. Begitu pula dengan semakin ditingkatkannya pelestarian, perlindung-an, pengawetan dan pembinaan hutan dan sumber alam lainnya, harapan masyarakat untuk menikmati fungsi-fungsi hutan seba-gaimana mestinya semakin dapat terwujud. Dalam rangka pelak-sanaan usaha-usaha pelestarian sumber alam tersebut, telah ditingkatkan pula hasil guna pembinaan dan pengawasan eks-ploitasi hutan, antara lain dengan jalan memperketat pembe-rian Hak Pengusahaan Hutan (HPH).

Seperti tampak pada Tabel VI - 29 produksi kayu bulat pa-da tahun 1982 mengalami penurunan 18,4 % dibawah tahun 1981. Penurunan ini sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah dalam rangka pengurangan/pengendalian ekspor kayu bulat dan mening-katkan kayu olahan. Sebagai salah satu akibat penurunan pro-duksi kayu bulat tersebut, produksi kayu olahan pada tahun 1982 naik 52,9% di atas tahun 1981. Ekspor kayu bulat pada tahun 1982 turun 49.7% dibanding tahun 1981, sedang ekspor kayu olahan pada tahun 1982 naik 22,3%.

Dalam tahun 1982 produksi kayu jati turun 6%. Produksi kayu jati tersebut sebagian besar terserap untuk memenuhi ke-butuhan dalam negeri. Walaupun demikian pada tahun itu kayu jati yang diekspor mengalami peningkatan dari 3,0% dalam ta-hun 1981 menjadi 5,5% dalam tahun 1982. Perkembangan produksi dan ekspor kayu jati dapat dilihat pada Tabel VI-30.

V1/58

TABEL VI - 29

PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU BULAT,1978 – 1982

1) r e = round wood equivalent2) angka diperbaiki

TABEL VI – 30

PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU JATI,1978 – 1982

1) r e = round wood equivalent2) angka diperbaiki

VI/59

GRAFIK VI - 16

PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU JATT,1978 – 1982

VI/60

Jenis-jenis kayu seperti meranti, ramin, agathis, jati pulai dan kapur/keruing merupakan jenis-jenis kayu Indonesia yang mendapat pasaran yang mantap di luar negeri. Walaupun demikian pasaran berbagai jenis kayu yang lain masih perlu dikembangkan dan dipromosikan. Jenis kayu meranti masih se-lalu menempati tempat pertama dalam ekspor dan ekspor kayu kapur/keruing selalu menempati tempat kedua. Pada Tabel VI-31 dapat dilihat bahwa pada tahun 1981 volume ekspor kayu meranti meliputi 54,1% dari seluruh volume ekspor kayu dalam tahun tersebut. Pada tahun 1982 volume ekspor kayu meranti 56,7`: dari seluruh ekspor kayu. Ekspor kayu kapur/keruing yang menduduki tempat kedua pada tahun 1981 meliputi 10,8%. Kemudian pada tahun 1982 meliputi 14,4% dari seluruh volume ekspor kayu.

Jepang, Korea Selatan, Taiwan. Singapura dan Italia meru-pakan negara-negara pengimpor kayu dari Indonesia. Jepang me-rupakan negara pengimpor kayu yang terbesar. Pada tahun 1981 ekspor kayu Indonesia ke Jepang mencapai 57% dari seluruh vo-lume ekspor kayu pada tahun itu. Ekspor kayu Indonesia ke Je-pang pada tahun 1982 meliputi, 54,2% dari seluruh ekspor kayu Indonesia. Perkembangan ekspor kayu Indonesia ke berbagai ne-gara dapat dilihat pada Tabel VI-32.

Sebagaimana tampak pada Tabel VI-33 ekspor kayu olahan negara kita pada tahun 1982 naik 22,3% dibanding tahun 1981, sedangkan persentase kayu olahan terhadap seluruh ekspor kayu pada tahun 1982 mencapai 46,1%. Perkembangan tersebut sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah untuk mengurangi ekspor kayu bulat dan meningkatkan ekspor kayu olahan.

Kebijaksanaan mengenai pengembangan industri pengolahan kayu bertujuan untuk membantu meningkatkan perluasan kesem-patan kerja, memperoleh nilai tambah yang setinggi-tingginya dari setiap unit massa kayu yang diekspor dan memenuhi kebu-tuhan kayu olahan didalam negeri dengan harga yang wajar. Da-lam rangka pelaksanaan kebijaksanaan tersebut setiap pemegang Hak Pengusahaa Hutan (HPH) diwajibkan pula untuk membangun industri pengolahan kayu lapis untuk meningkatkan ekspor ha-sil hutan.

Pada tahun 1982 sebagai akibat adanya kebijaksanaan ter-sebut, perkembangan industri hasil hutan meningkat dengan pe-sat. Industri penggergajian yang telah mencapai tahap produk-si berjumlah 264 unit, konstruksi 27 unit dan aplikasi 102 unit, sedangkan kapasitasnya mencapai 11,2 juta m3.

VI/61

TABEL VI - 31

PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU MENURUT JENIS,1978 - 1982

(dalam % terhadap seluruh volume ekspor kayu)

*) Angka diperbaiki

TABEL VI - 32

PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU INDONESIA KE BERBAGAI NEGARA TUJUAN,1978 - 1982

(dalam % terhadap seluruh volume ekspor kayu)

1) Termasuk ekspor ke Eropa lainnya2) Angka diperbaiki

VI/62

GRAFIK VI – 17

PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU MENURUT JENIS1978 – 1982

VI/63

GRAFIK VI – 18

PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU INDONESIA KE BERBAGAI NEGARA TUJUAN,1978 – 1982

VI/64

TABEL VI – 33

PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU OLAHAN1978 – 1982

Uraian Satuan 1978 1979 1980 1981 2) 1982

Produksi ribu M3 1.681,1 3.819,6 2.729,5 3.955 6.046Volume ekspor ribu M3 864 1.416 1.475,7 2.190,1 2.679,8

1) Termasuk kayu gergajian dan kayu lapis 2) Angka diperbaiki

VI/65

GRAFIK VI – 19

PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU OLAHAN1978 – 1982

VI/66

Begitu pula perkembangan industri kayu lapis telah me-ningkat dengan pesat, terutama sejak adanya kebijaksanaan pengurangan ekspor kayu bulat/gelondongan pada tahun 1980. Pada tahun 1982 yang telah mencapai tahap berproduksi 56 unit, konstruksi 63 unit dan tahap aplikasi 52 unit dan kapa-sitas produksinya mencapai 8,2 juta m³. Perkembangan Industri Hasil Hutan dapat diikuti pada Tabel VI-34.

Perusahaan-perusahaan yang mendapat Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan sampai Juni tahun 1982 telah berjumlah 519 unit. Di antara perusahaan-perusahaan itu yang merupakan per-usahaan nasional ada 457 unit, Investasinya berjumlah US$ 1.591,9 juta ditambah Rp.19.373,17 juta dan luas areal yang diusahakan meliputi 45.032.900 ha. Sedangkan yang merupakan perusahaan-perusahaan patungan ada 53 unit dengan investasi sebesar US$ 232,6 juta dan luas areal yang diusahakan meli-puti 5.973.750 ha. Sedangkan yang merupakan "straight invest-ment" ada 9 unit dengan investasi US$ 56,5 juta dan luas usa-hanya meliputi areal seluas 1.626.000 ha. Perkembangan peng-usahaan hutan dapat diikuti dalam Tabel VI-35.

G. PENGAIRAN

Program pembangunan pengairan mencakup kegiatan-kegiatan perbaikan dan peningkatan irigasi yang sudah ada, pembangunan jaringan irigasi baru, reklamasi daerah rawa dan penyelamatan hutan, tanah dan air. Kegiatan-kegiatan pokok tersebut ditun-jang dengan kegiatan-kegiatan penelitian, survei, penyelidik-an dan perancangan pengembangan sumber-sumber air, termasuk air tanah

Dalam tahun 1982/83 telah dilaksanakan perbaikan dan pe-ningkatan irigasi yang meliputi areal seluas 72.468 ha, pem-bangunan jaringan irigasi baru yang meliputi areal seluas 108.607 ha, pembangunan daerah rawa yang meliputi areal selu-as 87.687 ha, dan pengaturan pengamanan sungai dan penanggu-langan akibat bencana alam gunung berapi yang meliputi areal 248.601 ha sebagai mana dapat dilihat dalam Tabel VI-36. Di samping itu, pada tahun 1982/83 telah direhabilitasi dan di-bangun jaringan tersier yang meliputi areal seluas 255.395 ha.

Di bawah ini selanjutnya akan diuraikan secara lebih ter-perinci gambaran mengenai pelaksanaan program-program peng-airan dalam tahun 1981/82 - tahun 1982/83.

VI/67

TABEL VI - 34

PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN TIDAK TERMASUKINDUSTRI PULP DAN KERTAS,

SAMPAI DENGAN AKHIR DESEMBER 1982

Jenis Industri danTaraf Perkembangan

Hak Pengusahaan Hutan (HPH)

JumlahUnit

Kapasitas intake(jutaan m3/tahun)

Sawmill

a. Sudah berproduksi 264 7,7b. Dalam konstruksi 27 0,8c. Taraf rekomendasi 102 2,7

Veneer/Plywood *)

a. Sudah berproduksi 56 2,8b. Dalam konstruksi 63 3,0c. Taraf rekomendasi 52 2,4

*) Termasuk Veneer dan Plywood non HPH

TABEL VI - 35PERKEMBANGAN PENGUSAH4AN HUTAN,

1978 – 1982 *)(unit usaha)

*) Keadaan pada akhir tahun

VI/68

1. Program Perbaikan dan Peningkatan Irigasi

Program perbaikan dan peningkatan jaringan irigasi dalam tahun 1982/83 telah menghasilkan rehabilitasi dan peningkat-an kemampuan jaringan irigasi meliputi areal seluas 72.468 ha seperti tampak dalam Tabel VI-36.

Disamping itu telah diselesaikan pengembangan jaringan tersier yang dapat mengairi areal seluas 70.426 ha. Selanjut-nya proyek-proyek prosida, seperti Cisadane, Ciujung, Sedeku, Pamali Comal dan Pekalen Sampean telah menyelesaikan rehabi-litasi jaringan utama yang direncanakan, kecuali Cirebon, Ma-diun dan Sadang. Kegiatan lain yang masih akan dilanjutkan adalah pembuatan jaringan tersier dan saluran-saluran drai-nase (pembuang). Di samping itu kegiatan rehabilitasi jaring-an utama dan pengembangan jaringan tersier, di lingkungan Proyek Irigasi Jatiluhur yang mencakup areal seluas 341.000 ha, termasuk pembangunan jaringan irigasi baru seluas 15.000 ha, telah mendekati penyelesaiannya.

2. Program Pembangunan Jaringan Irigasi Baru

Program pembangunan jaringan irigasi baru pada tahun 1982/83 meliputi areal seluas 108.607 ha. Perkembangan luas areal yang telah dibuka melalui pelaksanaan program ini dapat dilihat dari Tabel VI-36.

Proyek-proyek irigasi sedang kecil dan sederhana diberi prioritas utama selama Repelita III. Tujuan pembangunan iri-gasi sedang kecil dan sederhana ialah menghasilkan bangunan bangunan irigasi yang sudah dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu sekitar 1 sampai 3 tahun. Di samping itu pelaksanaan proyek ini juga dimaksudkan untuk menjangkau daerah-daerah produksi yang lokasinya terpisah-pisah dan masing-masing ter-pencil.

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan prasarana irigasi baru yang besar yang memerlukan penanganan yang khusus telah dipersiapkan proyek-proyek khusus. Proyek-proyek itu antara lain meliputi proyek irigasi Krueng Jrue, Gumbasa, Kedu Sela-tan, Kali Progo, Krueng Baro, Jambu Aye-Langkahan, Batang Ga-dis, Panti Rao, Belitung, Way Jepara, Way Umpu/Pengubuan, Ci-letuh-Cilandak, Lodoyo, Kali Progo. Dumoga, Teluk Lada dan Semboja.

Agar jaringan irigasi yang sudah dibangun dapat segera

VI/69

TABEL VI - 36

HASIL PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM PENGAIRAN,1978/79 - 1982/83

(luas areal dalam ha)

Program 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82 1982/83

1. Perbaikan dan Peningkatan Irigasi 84.833 75.717 88.281 69.624 72.468

2. Pembangunan Jaringan Irigasi Baru 112.144 110.875 100.272 77.837 108.607

3. Pengembangan Daerah Rawa 83.244 70.832 107.576 103.365 87.687

a. Proyek Pasang Surut (75.041) (53.807) (83.590) (78.521) (62.943)

b. Proyek Pengembangan Daerah Rawa (8.203) (17.025) (23.986) (24.844) (24.744)

3. Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air 65.663 78.953 120.375 75.473 248.601

VI/70

GRAFIK VI - 20HASIL PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM PENGAIRAN,

1978/79 - 1982/83

VI/71

(Lanjutan Grafik VI - 20)

VI/72

dimanfaatkan, dalam tahun 1982/83 telah diselesaikan pembuat-an jaringan tersier untuk areal seluas 104.767 ha.

Di bawah ini disajikan gambaran singkat mengenai hasil pelaksanaan dari beberapa proyek irigasi khusus

a. Proyek Irigasi Dumoga di Sulawesi Utara.Pelaksanaan proyek ini meliputi kegiatan pembangunan ja-ringan saluran utama dan jaringan saluran tersier, yang seluruhnya diharapkan akan dapat mengairi areal sawah se- luas 13.572 ha. Proyek ini direncanakan akan selesai pada tahun 1985. Jaringan utama dan tersier yang pembangunan-nya telah dapat diselesaikan sampai dengan tahun 1982/83 masing-masing di perkirakan meliputi areal seluas 7.515 ha dan 5.847 ha.

b. Proyek Irigasi Krueng Jrue di AcehApabila telah selesai areal seluas 10.555 ha diperkirakan akan dapat diairi oleh proyek ini. Sampai dengan tahun 1982/83 telah diselesaikan jaringan yang meliputi areal seluas sekitar 3.500 ha.

c. Proyek Irigasi Kali Progo di YogyakartaProyek irigasi Kali Progo meliputi kegiatan-kegiatan pem-bangunan irigasi bar,, rehabilitasi jaringan yang sudah ada dan pembangunan jaringan saluran tersier. Proyek ini mencakup pembangunan saluran drainase dan pengaturan pen-cegahan banjir Kali Progo dan Kali Opak. Pembangunan dan rehabilitasi jaringan yang telah diselesaikan sampai de-ngan tahun 1982/83 diperkirakan meliputi areal seluas 19.615 ha dan jaringan tersier seluas 20.451 ha.

d. Proyek Irigasi Way Jepara di LampungProyek ini meliputi pembangunan jaringan saluran utama, jaringan saluran tersier dan pencetakan sawah yang selu-ruhnya mencakup areal seluas 8.481 ha. Pada tahun 1982/83 proyek ini telah selesai pelaksanaannya. Selanjutnya akan dikembangkan pula jaringan irigasi di Way Curup yang akan dapat mengairi areal seluas 1.800 ha.

3.Program Pengembangan Daerah Rawa

Program pengembangan daerah rawa meliputi proyek-proyek pengembangan pengairan pasang surut di Riau, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Sela-tan/Tengah dan proyek-proyek reklamasi rawa di daerah-daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera

VI/73

Selatan, Lampung, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Ti-mur dan Kalimantan Selatan.

Sebagai hasil dari pelaksanaan program itu dalam tahun 1982/83 areal pertanian di daerah rawa dan paeang surut ber-tambah dengan 87.687 ha.

4.Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air

Salah satu program penunjang pembangunan pengairan adalah program penyelamatan hutan, tanah dan air yang ditujukan un-tuk pengamanan daerah produksi, daerah pemukiman yang padat penduduk dan jalur-jalur pengangkutan terhadap gangguan ben-cana banjir. Tambahan pula program itu juga dimaksudkan untuk mengamankan sungai-sungai yang merupakan sumber-sumber air bagi jaringan irigasi yang audah ada. Uaaha yang dilakukan berkenaan dengan pelaksanaan program itu ialah pengaturan dan pengamanan sungai, yang kegiatannya meliputi pengerukan dasar sungai, perluasan aliran, pembuatan sudetan, perlindungan dan perluasan tebing, pembuatan tanggul, pembuatan aaluran ban-jir, pembuatan pintu-pintu banjir dan lain-lainnya. Di sam-ping itu terhadap pengamanan terhadap banjir diusahakan juga penyediaan bahan-bahan, peralatan dan tenaga. Selanjutnya ba-ik penduduk setempat maupun bagi tenaga-tenaga yang khusus bertugas mengendalikan banjir juga diselenggarakan latihan-latihan.

Program pengaturan dan pengamanan sungai dalam tahun 1982/83 realisasi pelaksanaannya meliputi areal seluas 248.601 ha. Dalam program itu ada proyek-proyek pengaturan dan pengamanan sungai yang dikelola secara khusus. Proyek--proyek itu meliputi Bengawan Solo, Cimanuk, Citanduy, Cisang-garung, Sungai Arakundo, Wampu Ular, Kali Brantas dan Pengen-dalian Banjir Jakarta. Di samping untuk pengendalian banjir, proyek itu juga dimaksudkan untuk menunjang sektor industri, seperti untuk pembangunan tenaga listrik, untuk penyediaan air bagi keperluan industri dan untuk mengamankan daerah pro-duksi pertanian. Waduk Gajah Mungkur di Bengawan Solo yang dimaksudkan untuk tujuan tersebut di atas pada tahun 1982/83 telah selesai pembangunannya dan sudah mulai berfungsi.

Untuk menanggulangi bencana alam akibat gunung berapi, seperti Gunung Merapi, Gunung Kelud, Gunung Semeru dan Gunung Agung, agar terhindar dari bahaya tanah longsor, selama ini telah dilakukan kegiatan-kegiatan seperti pembuatan kantong-kantong pasir dan penguatan tebing. Dalam tahun 1982/83 telah

VI/74

dilaksanakan kegiatan khusus yang diperlukan untuk menanggu-langi malapetaka yang diakibatkan oleh bencana Gunung Galung-gung.

H. PENELITIAN PERTANIAN DAN PENGAIRAN

1. Penelitian Pertanian

Semakin meningkatnya pembangunan pertanian, semakin memberikan dukungan pula kepada penelitian pertanian untuk mendapatkan berbagai alternatip dalam usaha mempercepat tercapainya tujuan yang telah ditentukan. Hasil-hasil penelitian yang telah dicapai dalam tahun 1982/83 adalah :

a. Dalam bidang penelitian pangan telah dihasilkan tiga varitas padi unggul, yaitu PB 50, PB 52, dan PB 54, Di samping itu telah dihasilkan pula varitas padi yang dibe-ri nama Cipunegara, Barito, Kruang Aceh dan Batang Agam. Khusus dalam penelitian palawija telah dihasilkan satu varitas unggul jagung yang diberi nama Parikesit. Selain itu telah dihasilkan juga varitas unggul ubi, di antara-nya varitas ubi kayu Adira yang mempunyai potensi produk-si 30/35 ton/ha dengan kandungan karbohidrat sebesar 41,0-45,0% dan beberapa varitas unggul kedele.

b. Dalam bidang hortikultura telah diketemukan cara pembe-rantasan penyakit Citrus Paloem Degeneration (CVPD) dan cara baru untuk mempercepat perbanyakan bibit nanas, pe-muliaan bibit durian, pengecambahan bibit duku dan umbi belah pada pisang. Disamping itu telah diketemukan pula suatu cara pengepakan dan penyimpanan buah-buahan yang lebih baik dari cara-cara yang telah diketahui sebelumnya.

c. Penelitian dibidang peternakan telah menemukan jenis vak-sin pencegahan dan pemberantasan penyakit ngorok pada sapi dengan kekebalan yang lebih lama melalui pemberian dosis pengobatan yang lebih rendah, dan cara penggunaan yang lebih mudah, dari pada jenis-jenis vaksin yang telah diketahui sebelumnya.

d. Penelitian dalam bidang perikanan telah menemukan sumber-aumber potensi baru untuk peningkatan penangkapan dan untuk pendugaan potensi sumber daya perikanan laut. Dalam penelitian itu telah digunakan metode akustik yang bia-yanya lebih murah dan pelaksanaannya lebih cepat.

VI/75

e. Penelitian di bidang perkebunan yang dilaksanakan dalam rangka peningkatan produksi terutama meliputi hasil per-kebunan penting, seperti karet, kelapa sawit, coklat, te-bu, kelapa, tembakau, dan cengkeh. Penelitian yang telah dilakukan itu antara lain telah menghasilkan penemuan berbagai klon unggul karet, seperti PR 300 dan PR 261, dan penemuan jenis Kelapa Baru (KB) I.

f. Penelitian di bidang kehutanan telah menghasilkan sejum-lah pedoman pengenalan jenis pohon ekspor dan menemukan jenis tanaman yang cocok untuk reboisasi, penghijauan dan rehabilitasi padang alang-alang. Misalnya dari 259 jenis botanis kayu perdagangan Indonesia, telah diteliti sifat-sifatnya secara lengkap sebanyak 150 jenis dan dalam usa-ha perbaikan mutu kayu ekspor telah disusun klasifikasi keawetan 91 jenis kayu serta pengenalan sifat veneer dan kayu lapis yang dibuat dari 141 jenis kayu.

2.Penelitian Pengairan

Dalam rangka menunjang pelaksanaan program penelitian di bidang pengairan selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan penelitian yang antara lain, meliputi kegiatan-kegiatan survei dan penyelidi-kan yang diperlukan dalam rangka mempersiapkan perencanaan teknis bangunan pengairan, perencanaan pengembangan wilayah sungai dan perencanaan pengelolaan lingkungan pengairan, da-nau-danau dan waduk-waduk. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan juga pemasangan instalasi jaringan hidro-metro-logi dan observasi hidrologi yang selain untuk menunjang pe-rencanaan pengairan, juga dimanfaatkan untuk menunjang prog-ram Inpres Penghijauan dan Reboisasi.

VI/76