Persoalan Transparansi dan AkuntabilitasPenggalangan Danan lewat Media

6
PUBLIC INTEREST RESEARCH AND ADVOCACY CENTER Bekerjasama dengan The Ford Foundation PIRAC adalah 1embaga riset dan advokasi independen nirlaba yang bermisi memajukan kepentingan umum

description

Bagaimana sih terkait dengan pembahasan Persoalan Transparansi dan Akuntablitas Penggalangan Dana lewat Media ? silahkan baca ulasanya dalam paper berikut ini

Transcript of Persoalan Transparansi dan AkuntabilitasPenggalangan Danan lewat Media

Page 1: Persoalan Transparansi dan AkuntabilitasPenggalangan Danan lewat Media

PUBLIC INTEREST

RESEARCH AND ADVOCACY CENTER

Bekerjasama dengan

The Ford Foundation

PIRAC adalah 1embaga riset dan advokasi independen nirlaba yang bermisi memajukan

kepentingan umum

Page 2: Persoalan Transparansi dan AkuntabilitasPenggalangan Danan lewat Media

DISKUSI PUBLIK PERAN MEDIA MASSA DALAM PENGGALANGAN DANA SOSIAL

PROSPEK DAN PPROBLEMATIKANYA

Persoalan Transparansi dan Akuntabilitas Penggalangan Danan lewat Media

Oleh: Zaim Saidi

GRAHA SUCOFINDO JAKARTA, 4 OKTOBER 2001

Page 3: Persoalan Transparansi dan AkuntabilitasPenggalangan Danan lewat Media

Persoalan Transparansi dan Akuntablitas

Penggalangan Dana lewat Media

Zaim Saidi

_________________________________________________

1. Meskipun barangkali tidak unik milik Indonesia media massa di negeri ini menunjukkan peran khusus dalam kaitan dengan penggalangan dana sosial. Sekitar 40 media, cetak maupun elektronik, harian maupun berkala, memiliki program penggalangan dana sosial. Namanya beraneka ragam, dengan dua kata kunci paling populer: “Dompet” dan “Peduli”.

2. Inisiatif penggalangan dana lewat media massa ini bukan saja telah populer tapi terbukti sangat efektif. Bagi lembaga sosial yang memanfaatkan strategi ini penggalangan dana lewat media juga sangat efektif dalam meningkatkan jumlah donor perorangan. Dan untuk lembaga yang relatif lebih mapan, seperti Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya donor terdaftar ini bersifat aktif, bukan Cuma “tercatat pernah menyumbang”. Jumlahnya mencapai 90 ribu orang.

3. Peran media sendiri dalam hal ini tidak terbatas pada upaya penggalangan dana secara langsung. Ada tiga peran lain yang juga dimainkan oleh media massa yaitu memberikan ruang bagi pemberitaan kegiatan sosial, yang merupakan salah satu fungsi konvensional media; dan kedua mempromosikan kegiatan kedermawanan sosial, bask kegiatannya maupun lembaganya. Ketiga, peran watch dog, menginvestigasi dan melaporkan kecurangan-kecurangan atau kasus-kasus korupsi dalam pemanfaatan dana sosial.

4. Hasil survei pendahuluan PIRAC sebagaimana dilaporkan dalam makalah sdr. Hamid Abidin, menunjukkan kecenderungan kisah sukses sejumlah media massa - dan lembaga sosial yang mendukung atau memanfaatkannya - dalam menggalang dana masyarakat. Dari sekitar 40 media yang menggalang dana sosial diperkirakan terkumpul dana secara rutin sekitar Rp 30 miliar, sampai sekitar Rp 50 miliar/tahun bila termasuk yang insidental. Ke -40 media tersebut diterbitkan atau disiarkan di 13 kota (Jakarta, Bandung, Surabaya, Solo, Semarang Denpasar, Banjarmasin, Padang, Pontianak, Medan, Manado, Jember, Lampung).

5. Tingkat bersedekah (rate of giving) masyarakat Indonesia yang disurvei PIRAC (2000-2001) juga menunjukkan angka yang tinggi, yang secara berurutan diberikan kepada perorangan (96%), lembaga keagamaan (84%), dan lembaga lain nonkeagamaan (77%). Nilai nominal sumbangan per kapita (dalam populasi yang disurvei) per tahun mencapai Rp. 360 ribu untuk perorangan; Rp 260 ribu per kapita per tahun untuk organisasi keagamaan; dan Rp 180 nibu per kapita per tahun untuk organisasi selain keagamaan.

6. Satu hal yang perlu dipikirkan adalah, di tengah besarnya minat dan tingkat derma masyarakat, serta efektifnya pemakaian media massa dalam penggalangan dana ini, adanya kesenjangan antara potensi sumbangan yang ada dalam masyarakat, dan jenis

Page 4: Persoalan Transparansi dan AkuntabilitasPenggalangan Danan lewat Media

serta jumlah lembaga sosial yang menerima sumbangan masyarakat. Ini tampaknya berkaitan dengan soal motif (98% responden menyatakan dilandasi agama), tetapi juga soal kepercayaan (trust), yang mencapai 46%. Sebaliknya, alasan masyarakat menolak sumbangan, sekitar 51% berkaitan dengan ketidakkepercayaan, terutama kepada penggalang dana/fund raiser (34%), organisasinya (9%), maupun kegiatan/misi orgonisasi bersangkutan (8%).

7. Kenyataan ini merupakan tantangan tersendiri bagi lembaga penggalang dana yang terkait dengan soal kredibilitas, transparansi dan akuntabilitas. Tanpa ada kredibilitas, transparansi dan akuntabilitas yang cukup bukan saja lembaga penggalang dana sulit mendapat dukungan masyarakat; tapi juga dapat menimbulkan penyalahgunaan atau setidaknya fitnah dan kecurigaan dari masyarakat yang dapat menurunkan kepercayaan dan akhirnya menyurutkan minat menyumbang. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat di satu pihak dan tranparansi serta akuntabilitas penggalang dana di pihak lain:

i. Tingkatkan komunikasi terus menerus antara kegiatan lembaga sosial dan masyarakat. Peran media di sini sangat penting, dalam hal promosi lembaga dan kegiatan sosial. Dalam hal ini media memiliki kewajiban dan tanggung jawab sosial, untuk secara proaktif dan kongkrit membantu perkembangan kedermawanan sosial. Tiga bentuk sumbangan media sebagaimana di sebut di atas - pelaporan/pemberitaan, promosi/iklan, dan penggalangan dana langsung – perlu ditingkatkan. Sebagaimana dimandatkan oleh UU No 24 tohun 1997 tentang Penyiaran, Pasal 43, yang menyatakan:

Siaran iklan layanan masyarakat wajib diberi porsi sekurang-kurangnya 10% dari waktu siaran iklan niaga di lembaga penyiaran swasta dan sekurang-kurangnya 20% dalam sehari bagi lembaga penyiaran pemerintah yang disiarkan tersebar sepanjang waktu siaran.

Ruang iklan layanan ini dapat dimanfaatkan dalam berbagai bentuk dan tujuan, termasuk rubrik kepedulian laporan keuangan, laporan kegiatan/”advertorial sosial”, maupun keperluan “PR” lainnya. Lembaga-lembaga sosial dan penggalang dana seyogyanya mendapatkan manfaat atas kewajiban lembaga media tersebut.

ii. Untuk meningkatkan kredibilitas lembaga sosial, optimalkan fungsi pengawasan media pada lembaga penggalang dana. Fungsi dan peran media yang penting dalom konteks pengawasan ini - selain laporan investigasi dan pemberitaan kecurangan/praktek buruk lembaga sosial - tapi agaknya belum ada yang memulai di Indonesia, adalah memberikan informasi penilaian rating) atas lembaga-lembaga derma hingga donor dapat memilih berdasarkan informasi yang relatif obyektif. Di AS majalah Money, misalnya, membuat rating tahunan lembaga derma berdasarkan efisiensi dan efektifitas lembaga tsb.

iii. Sudah barang tentu media sendiri perlu diawasi dan dikontrol dalam sepak terjang “kedermawanannya”. Sesama media secara individual sepantasnya saling mengawasi, lembaga-lembaga independen pemantau media yang berkembang belakangan ini dalam posisi yang sangat tepat melakukan pengawasan dan pemantauan. Organ lain yang dapat secara sistematis mengawasi adalah kalangan

Page 5: Persoalan Transparansi dan AkuntabilitasPenggalangan Danan lewat Media

komunitas pers dan penyiaran. Adanya kode etik dan tata krama yang secara khusus berkaitan dengan kedermawanan sosial perlu disusun dan diimplementasikan, sebagaimana dikenal di negara lain, misalnya di Inggris. Di negara ini kode etik tersebut dikeluarkan oleh ITC (Independent Television Comission), semacam Dewan Pers di sini, yang berada di bawah UU Penyiarang Inggris. Ada delapan butir yang ditekankan dalam kode etik ini:

a. Dana tidak boleh dipakai untuk biaya program

b. Lembaga penggalang dana harus terdaftar

c. Untuk isu keagamaan hanya boleh untuk pihak ketiga yang membutuhkan, tidak untuk tujuan lain (terutama “pengalihan agama”).

d. Untuk bencana diluar negeri dilakukan oleh Komite Darurat Bencana (beranggotakan berbagai lembaga derma Inggris yang aktif di LN)

e. Publikasi kegiatan derma, di luar penggalangan dana langsung, harus dilakukand engan hati-hati

f. Bila diantisipasi akan ada respon publik karena pemberitaan atau laporan kegiatan derma, maka pihak pengelola harus menyiapkan tanggapan dan jawaban secara memadai

g. Program siaran yang khusus dirancang untuk menggalang dana haru ssesuai Kode Etik Sponsorship ITC

h. Iklan Layanan Sosial harus diberikan secara Cuma-Cuma atau sangat murah. Pemasang ILM harus menjamin kredibilitasnya, dan menyiapkan jawaban atau tanggapan bila diminta oleh masyarakat.

iv. Bagi donor sendiri selain informasi obyektif seperti itu juga masih memerlukan “pendidikan” lebih sebagai donor yang aktif, misalnya tentang hak dan tanggung jowab sebagai donor. Perkenalan dan pengadopsian semacam “Bill of Donors” (terjemahan bebasnya terlampir) sebagaimana dikenal di negara maju agaknya perlu dilakukan bagi penderma di Indonesia. Sikap pasif kurang mendorong tranparansi don akuntabibtas. Kembali peran media sangat penting dalam hal pendidikan donor ini.

Page 6: Persoalan Transparansi dan AkuntabilitasPenggalangan Danan lewat Media

Lampiran I

HAK-HAK DASAR PENYUMBANG

KEGIATAN FILANTROPI SELALU BERANGKAT DARI GAGASAN UNTUK DAPAT MEMBERI DAN

MEMBAGI SESUATU UNTUK KEBAIKAN UMUM SECARA SUKARELA. AGAR FILANTROPI MEMENANGKAN KEPERCAYAAN DAN PENGHARGAAN PUBLIK, PARA DONATUR HARUS MERASA YAKIN DAN PASTI AKAN MAKSUD DAN TUJUAN SUMBANGAN YANG AKAN MEREKA BERIKAN.

MAKA WAJARLAH .JIKA SEORANG DONATUR BERHAK:

1. MENGETAHUI MISI ORGANISASI YANG DIA SUMBANG, TUJUAN DAN KAPASITAS PENGGUNAAN DANA ITU UNTUK PROGRAM YANG DILAKUKAN ORGANISASI TERSEBUT.

2. MENGETAHUI ORANG-ORANG YANG DUDUK DI DALAM DEWAN PENGURUS SERTA MEMINTA DEWAN UNTUK SECARA CERMAT MENILAI TANGGUNGJAB MEREKA.

3. MENERIMA LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI YANG TRANSPARAN.

4. MENDAPAT KEPASTIAN BAHWA SUMBANGAN DIBELANJAKAN UNTUK HAL YANG TELAH DISEPAKATI BERSAMA.

5. MENDAPAT PENGAKUAN DAN PENGHARGAAN YANG LAYAK.

6. MENDAPAT KEPASTIAN BAHWA SUMBANGAN DIKELOLA SECARA BENAR DAN SESUAI HUKUM YANG BERLAKU.

7. BERHARAP BAHWA SEMUA HUBUNGAN YANG MEWAKILI KEPENTlNGAN PERUSAHAAN TERHADAP DONATUR HARUS DILANDASI SEMANAGAT KERJASAMA YANG PROFESSIONAL.

8. MENGETAHUI APAKAH PIHAK YAG MEMINTA SUMBANGAN BERASAL DARI STAFF ORGANISASI ATAU SUKARELAWAN.

9. MEMINTA AGAR NAMA MEREKA TIDAK DIUMUMKAN SECARA TERBUKA.

10. MERASA LELUASA UNTUK MELAYANGKAN PERTANYAAN DAN MENERIMA JAWABAN YANG CEPAT, TEPAT DAN JUJUR.

Sebagaimana dirurnuskan oleh American Association of Fund-Raising Counsel, Association for Healthcare Philantropy, Council for Advancement and Support of Education, dan National Society of Fund Raising

Executive