PERSEPSI PESERTA KURSUS MENJAHIT TERHADAP …
Transcript of PERSEPSI PESERTA KURSUS MENJAHIT TERHADAP …
PERSEPSI PESERTA KURSUS MENJAHIT TERHADAP LEMBAGA
KURSUS DAN PELATIHAN (LKP) DI DESA MATTIROWALIE
KECAMATAN TANETE RIAJA KABUPATEN BARRU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
HASMAWATI
NIM. 105381103716
JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
iv
v
vi
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda-tangan di bawah ini :
Nama : Hasmawati
Nim : 105381103716
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan Judul : Persepsi Peserta Kursus Menjahit Terhadap Lembaga
Kursus dan Pelatihan (LKP) di Desa Mattirowalie Kecamatan Tanete Riaja
Kabupaten Barru.
Dengan menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji
adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan dari orang lain atau dibuatkan
pleh siapapun. Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersediah menerima
saanksi apabilah pernyataan ini tidak benar.
Makassar, februari 2021
Yang membuat perjanjian
Hasmawati
vii
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda-tangan di bawah ini :
Nama : Hasmawati
Nim : 105381103716
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan skripsi sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan
skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, februari 2021
Yang membuat perjanjian
Hasmawati
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, kecuali mereka
mengubah keadaan mereka sendiri ” (QS. Ar Ra’d 11)
“Dan bahwasanya seorang Manusia tiada memperoleh selain apa yang
diusahakannya”
( An Najm : 39 )
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Karya sederhana ini kupersembahkan Untuk kedua orang tua
tercinta, Ayahanda dan Ibunda, ketulusanya dari hati atas doa yang tak pernah
putus, semangat yang tak ternilai. Serta Untuk Orang-Orang Terdekatku Yang
Tersayang, Dan Untuk Almamater Biru Kebanggaanku.
ix
ABSTRAK
HASMAWATI, 2021, Persepsi Peserta kursus Menjahit Terhadap Lembaga
Kursus dan pelatihan Desa Mattirrowalie, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten
Barru. Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang Persepsi peserta kursus
menjahit di Desa Mattirowalie Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan
metode penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui persepsi
peserta kursus menjahit. Informan dalam penelitian ini terdiri dari enam orang,
lima perempuan dan satu Laki- laki. Pengumpulan data menggunakan dua teknik
yaitu, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini berdasarkan data wawancara yang diperoleh
menunjukan persepsi peserta kursus menjahit terhadap lembaga kursus pelatihan
(LKP) dapat dikatakan bahwa pembelajaran kursus menjahit sudah berjalan
dengan baik mulai dari kegiatan pelaksanaan maupun sarana dan prasarana.
Meskipun masih banyak harus ditingkatkan mengenai pembelajaran itu sendiri
agar peserta tidak pernah merasa puas dan mereka terus belajar bagaimana
membuat pakaian yang memiliki nilai jual yang tinggi nantinya betapa pentingnya
kursus menjahit bagi kaum perempuan yang ingin mempunyai keterampilan untuk
berwirausaha mandiri.
Kata kunci : Kursus menjahit
x
ABSTRACT
This thesis examines the perception of sewing course participants towards
the institution of the course and training mattirrowalie village District Tanete
Riaja Barru district. The purpose of this research is to de-issue sewing courses in
Mattirowalie Village, Tanete Riaja District, Barru Regency.
This study aims to find out: the perception of sewing course participants
towards the institution of courses and pelatihan in the village mattirowalie district
tanete riaja barru district. This research uses a descriptive skin research method
that aims to find out the perception of participants of the sewing course using two
techniques, namely, interviews and dokumentasi.
The results of this study based on the interview data obtained showed the
perception of sewing course participants towards the training course institution
(LKP) the importance of sewing courses for women who want to have skills for
self-entrepreneurship. Institute of Courses and Training (LKP) as a form of
education that provides educational services for the community, especially
women. Learning as an activity process, consists of three phases or stages. The
phases of the sewing course learning process in question include: the planning
stage, the implementation stage, and the evaluation stage. Sewing course
institutions are very useful for residents who do not have activities or busyness so
that the time spent is not wasted by following the institution of the course.
Keywords : Sewing course
xi
KATA PENGANTAR
حيم حمن الره الره بسم الله
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Selanjutnya,
penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada semua
pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan
moril maupun materil. Penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit
rasanya bagi penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya
bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. izinkan penulis untuk
menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada : Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Drs. H. Nurdin, M.Pd. Ketua
Jurusan Pendidikan Sosiologi dan Kaharuddin, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D, Sekretaris
Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar, Kaharuddin,S.Pd.,M.Pd.,Ph.D, sebagai pembimbing I,
Dr. Hidayah Quraisy, M.Pd. dan Syahban Nur, S.Pd.,M.Pd . sebagai
pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, segenap Dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
atas bekal ilmu yang telah diberikan kepada penulis sejak pertama menjadi
mahasiswa.
xii
Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi masukan yang bermanfaat,
khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Semoga segala jerih payah
serta kerja keras kita bernilai ibadah disisih Allah S.W.T. Amin….
Unismuh Makassar, 2021
Hasmawati
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................. iii
SURAT PERNYATAAN...........................................................................iv
SURAT PERJANJIAN................................................................................v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN..............................................................vi
ABSTRAK.................................................................................................vii
KATA PENGANTAR..............................................................................viii
DAFTAR ISI............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................7
C. Tujuan penelitian..............................................................................7
D. Manfaat penelitian............................................................................7
E. Definisi operasional..........................................................................8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian konsep...................................................................................9
xiv
B. Kajian teori.........................................................................................28
C. Kerangka pikir....................................................................................30
D. Penelitian relevan................................................................................31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan pendekatan penelitian..........................................................33
B. Lokasi dan waktu penelitian................................................................33
C. Fokus penelitian...................................................................................33
D. Informan penelitian..............................................................................34
E. Jenis dan sumber data..........................................................................34
F. Instrumen penelitian............................................................................34
G. Teknik pengumpulan data...................................................................36
H. Teknik analisis data.............................................................................36
I. Teknik keabsahan data........................................................................38
J. Etika penelitian....................................................................................39
BAB IV GAMBAR UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah lokasi penelitian......................................................................41
B. Letak geografis.....................................................................................43
C. Keadaan penduduk...............................................................................44
D. Keadaan pendidikan..............................................................................45
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian......................................................................................47
xv
B. Pembahasan..............................................................................................54
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan hasil penelitian......................................................................60
B. Saran hasil penelitian...............................................................................60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xvi
DAFTAR TABEL halaman
Tabel 1.1 letak geografis……………………………………………43
Tabel 1.2 luas wilaya........…………………………………………44
Tabel 1.3 jumlah penduduk………………………….....………….45
Tabel 1.4 keadaan pendidikan............................……………….….46
Tabel wawancara......…………………………………………........64
Tabel data informan………….........................................................66
Tabel catatan....................................………………………........…67
xvii
DAFTAR GAMBAR halaman
Gambar 2.1 Kerangka pikir…………………………………….30
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga Kursus dan pelatihan (LKP) adalah satuan pendidikan nonformal
yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,
keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, atau melanjutkan pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi seperti yang tertera dalam Undang-Undang RI Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 12 Pendidikan
nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal mempunyai
tujuan pendidikan yang ditentukan oleh bentuk pendidikan formal itu sendiri sesuai
dengan jenisnya (Sujanto alex 2016:2)
Menurut (Wahyudin 2007: 3.13), pendidikan nonformal dapat berfungsi
sebagai pengganti, pelengkap, penunjang, dan pengembangan pendidikan formal dan
informal. Pendidikan nonformal adalah pendidikan bagi anggota masyarakat yang
membutuhkan layanan pendidikan yang menggantikan, melengkapi, pendidikan
formal untuk menunjang pendidikan sepanjang hayat. Fungsi dari pendidikan non-
formal yaitu mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional. Oleh karena itu, pendidikan nonformal meliputi pendidikan
2
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan remaja, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan literasi, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kejuruan, pendidikan kesetaraan dan pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik. Berikut contoh lembaga pendidikan
nonformal, seperti lembaga kurikulum, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat
kegiatan belajar masyarakat, dan lembaga pendidikan sejenis. Pendidikan nonformal
diselenggarakan bagi masyarakat yang membutuhkan layanan pendidikan yang
berSfungsi sebagai pengganti, pelengkap, atau ingin melengkapi pendidikan formal
guna menunjang pendidikan sepanjang hayat, yang berfungsi mengembangkan
potensi peserta didik dengan menitikberatkan pada penguasaan ilmu fungsional dan
keterampilan serta mengembangkan sikap dan kepribadian yang profesional.
Pendidikan nonformal terdiri dari pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia
dini, pendidikan remaja, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan literasi,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, dan pendidikan
lainnya yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan
pendidikan nonformal meliputi lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dan majelis taklim, serta satuan
pendidikan sejenis.
Kursus dan pelatihan diadakan bagi masyarakat yang membutuhkan
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, dan bekerja secara mandiri. Program yang dapat
diberikan oleh lembaga kursus dan pelatihan ini adalah pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan pemuda, pemberdayaan perempuan, pendidikan literasi, pendidikan
3
keterampilan kerja, pendidikan kesetaraan dan / atau pendidikan nonformal lainnya
yang dibutuhkan oleh masyarakat. pembekalan bagi pemuda usia produktif agar
memiliki keterampilan agar bisa mendapat pekerjaan atau berwirausaha. Dengan
mengembangkan dan mendukung pendidikan nonformal Program pendidikan
nonformal terkait dengan upaya pendampingan, pembinaan dan dukungan kepada
orang-orang yang mengalami pengabaian pendidikan, dari ketidaktahuan hingga
pengetahuan, dari keterampilan yang kurang hingga keterampilan, dari tidak melihat
masa depan hingga berpikiran mental. pembaharuan dan pengembangan. Pendidikan
adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia, karena melalui
pendidikan manusia dapat meningkatkan kecerdasan, mengembangkan potensi diri
dan mampu menghadapi segala tantangan dan hambatan di masa depan.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh (Sudjana Sutarto,) lingkungan pendidikan
dalam keluarga atau pendidikan informal merupakan kegiatan pendidikan yang
berlangsung sepanjang hayat, dimana tiap-tiap orang memperoleh nilai, sikap
keterampilan dan pengetahuan yang berasal dari pengalaman hidup sehari-hari dan
dari pengaruh-pengaruh dan sumber-sumber pendidikan di dalam lingkungan
hidupnya dari keluarga, tetangga, lingkungan permainan atau pekerjaan, pasar,
perpustakaan, dan media massa. Pendidikan formal merupakan sistem pendidikan
yang diselenggarakan oleh lembaga persekolahan yang dalam tindakan
operasionalnya memiliki legalitas dan formalitas serta beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi (Sutarto,). Hasil pendidikan nonformal dapat dinilai sama dengan
hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian kesetaraan oleh
lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu
4
pada standar nasional pendidikan. Jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal
dan nonformal yang dapat saling melengkapi dan mengembangkan. Pendidikan
nonformal diperuntukkan bagi manusia yang membutuhkan pendidikan yang
menggantikan, melengkapi pendidikan formal guna mendukung pembelajaran
sepanjang hayat.
(Sutarto, 2013: v). Peran pendidikan nonformal merupakan pengembangan
potensi sosial, dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
praktis, serta mengembangkan sikap dan kepribadian yang profesional. Pendidikan
nonformal memiliki kelebihan tersendiri Kurikulum atau pendidikan kecakapan
hidup dapat membantu mengatasi pengangguran dan mengurangi
kemiskinan.Perkembangan informasi dan teknologi saat ini membutuhkan sumber
daya manusia yang berkualitas untuk dapat bersaing di pasar kerja global.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diasumsikan bahwa pendidikan luar
sekolah/pendidikan nonformal bertujuan untuk memberikan peluang kepada
masyarakat untuk mendapatkan pendidikan sehingga memiliki pengetahuan dan
keterampilan pada bidang-bidang tertentu dan bermanfaat untuk mengembangkan
diri bekerja mencari nafkah. Salah satu pendidikan luar sekolah adalah kursus
keterampilan kursus menjahit dan lain sebagainya. Keterampilan menjahit adalah
salah satu solusi untuk masyarakat yang membutuhkan pekerjaan.
Lembaga kursus dan pelatihan di dusun parendring didirikan untuk menekan
angka pengangguran di Kabupaten Barru. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
salah satu peserta kursus menjahit dengan adanya lembaga kursus ini sangat
5
membantu masyarakat untuk mengembangkan kreativitas khususnya dalam pelatihan
kursus menjahit. Kemampuan menjahit baju sendiri tentunya akan membawa
keuntungan yang lebih, karena tidak hanya menjahit baju, baju, rok dan celana saja
yang sering digunakan sehari-hari, yang lebih penting adalah menghemat
penghasilan dan kecepatan pembuatan sprei, sarung bantal, gorden ibu rumah tangga
akan waspada Membuat ruang jahit untuk membantu tetangga kita sekeluarga
apalagi apapun yang sewaktu-waktu mendesak, jika kita mengandalkan penjahit
tentunya kita harus sabar mengantri, inilah modal yang perlu kita persiapkan.
Keterampilan menjahit bisa dipelajari antara lain melalui pendidikan
nonformal seperti kursus dan pelatihan. Kelompok peserta yang berbeda, seperti ibu
rumah tangga, masyarakat umum dan warga kurang mampu, dapat mengikuti kursus
dan pelatihan. Lembaga Pelatihan Desa Mattirowalie Dusun Parendring merupakan
lembaga yang menawarkan pendidikan nonformal, program menjahit yang tujuan
utamanya adalah program untuk masyarakat miskin dan ibu-ibu yang tidak sibuk.
Pelatihan menjahit yang sedang berlangsung bertujuan untuk memperoleh
keterampilan menjahit yang akan membantu penduduk setempat belajar
menghasilkan uang dan dapat menambah pengetahuan mereka tentang kreativitas
dalam mengelola kain.
Di zaman modern seperti sekarang ini, dunia dihadapkan pada masalah
ketimpangan hasil pembangunan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini terlihat dari
berbagai ukuran keberhasilan pembangunan, dimana partisipasi perempuan masih
lebih rendah dibandingkan laki-laki. Dalam mendukung terciptanya perempuan yang
berkualitas, diperlukan sejumlah kegiatan yang dapat memberikan kesempatan
6
kepada perempuan untuk meningkatkan kualitasnya, salah satunya melalui kursus
menjahit.
Lembaga kursus menjahit ini dapat menarik minat peserta kursus menjahit,
terutama muda-mudi, ibu-ibu yang tidak memiliki kesibukan, berpendidikan rendah
dan tidak memiliki keterampilan agar mandiri di masa depan dan meningkatkan
kesejahteraannya.
Kursus keterampilan menjahit ini mengembangkan sistem praktis, yakni teori
dan langsung praktek sehingga lebih mudah dimengerti oleh para peserta kursus.
Sehingga dapat menamatkan/meluluskan tenaga terampil dan mahir. Selain itu
kursus keterampilan menjahit LKP dusun parendring desa mattirowalie memberikan
pelajaran tambahan yaitu cara berwirausaha dan motivasi kerja yang diwujudkan
dalam bentuk yang meliputi perencanaan dalam pengelolaan usaha busana, baik dari
bentuk usaha, dana, penentuan tempat usaha dan lain sebagainya yang dapat
menumbuhkan minat berwirausaha. Berdasarkan uraian di atas maka tujuan kursus
keterampilan menjahit LKP dusun parendring desa mattirowalie adalah memberikan
pengajaran kepada warga sehingga dapat mengembangkan diri untuk dapat bekerja
dan membuka usaha sendiri.(Berwirausaha)
Adapun alasan peneliti sehingga mengangkat judul penelitian ini adalah
karena menurut peneliti ini menarik untuk dikaji karena berkaitan dengan
pendidikan nonformal dan perlu kita ketahui bahwa pendidikan nonformal ini adalah
pendidikan luar sekolah sebagai pengganti atau pelengkap pendidikan formal. Kursus
merupakan bagian dari pendidikan nonformal dengan adanya lembaga kursus
7
menjahit otomatis akan membawa perubahan untuk masyarakat setempat khususnya
ibu-ibu atau muda-mudi yang tidak memiliki kegiatan atau pekerjaan meskipun
dimulai dari hal kecil jika mereka giat mengikuti kursus menjahit otomatis itu akan
membawa perubahan kedepannya jika kemampuan kursus terus dikembangkan maka
itu akan menjadi sumber penghasilan untuk dirinya dan bahkan membuka usaha
mandiri. Lembaga kursus menjahit ini menarik karena tidak memungut biaya
sepeserpun sepertti yang kita ketahui bahwa pembelajaran kursus di luar sana pasti
mmebutuhkan biaya untuk mengikuti kursus namun berbeda dengan kursus menjahit
yang saya kaji tidak memungut biaya sepeserpun sehingga masyarakat yang
mengikut kursus menjahit mereka hanya perlu menyiapkan waktunya agar
dimanfaatkan sebaik mungkin agar ilmu yang didapatkan pada kursus dapat
dimanfaatkan kedepannya.
Berdasarkan uraian diatas, mendorong penulis untuk mengkaji lebih dalam
dan mendalami bagaimana “Persepsi peserta kursus menjahit tentang Lembaga
Kursus dan Pelatihan (LKP) di Desa Mattirowalie Kecamatan Tanete Riaja
Kabupaten Barru
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana persepsi peserta kursus menjahit terhadap lembaga kursus dan pelatihan
(LKP) di Desa Mattirowalie Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru
C. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
8
Untuk mengetahui persepsi peserta kursus terhadap lembaga kursus dan pelatihan
(LKP) di Desa Mattirowalie Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
D. Manfaat penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan guna melatih
kemampuan tentang persepsi menjahit
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khusus terhadap persepsi
terkait kursus menjahit (LKP).
E. Definisi Operasional
1 persepsi merupakan proses penyampaian makna,stimuli, interpretasi, dan sensasi
yang diterima oleh individu melalui alat indera pada berbagai objek, kemudian
diproses dari pengetahuan atau pengalaman-pengalaman yang diperoleh sebelumnya.
2 Pelatihan merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan, sikap perilaku dan kemampuan mengubah sikap peserta kursus
terhadap profesi tertentu yaitu menjahit.
3 Kursus merupakan bentuk pendidikan nonformal yang sangat erat kaitannya dengan
jalur pendidikan formal. Selain memberikan kesempatan kepada peserta kursus yang
ingin mengembangkan keterampilannya pada jenis pendidikan tertentu yang sudah
berada di jalur pendidikan formal, juga memberikan kesempatan bagi mereka yang
ingin mengembangkan pembelajaran keterampilan yang tidak terpenuhi dalam
pendidikan formal.
4 Keterampilan menjahit mengacu pada keterampilan menyambung kain, bulu, kulit,
hewan, pohon dan bahan lainnya. Bahan tersebut dapat dilalui dengan jahitan dan
9
benang jahit ini dilakukan dengan tangan, menggunakan jarum atau mesin jahit,
termasuk tahap pembuatan pola, tahap bahan pemotongan terampil, tahap lanjutan
pekerjaan menjahit.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Konsep
1. Persepsi
Sarlito W. Sarwono (2009: 24) mengemukakan bahwa persepsi secara umum
adalah proses memperoleh, menafsirkan, memilih dan mengatur informasi sensorik.
Persepsi berlangsung pada saat seseorang meniru stimulus dari dunia luar yang
ditangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk ke dalam otak.Persepsi
merupakan proses pencarian informasi untuk dipahami yang menggunakan alat
pengindraan
Menurut Mulyana (2005) berpendapat bahwa persepsi manusia dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik)
Persepsi adalah obyek-obyek di sekitar kita, kita tangkap melalui alat-alat indera dan
diproyeksikan pada bagian tertentu di otak sehingga kita dapat mengamati objek
tersebut.
persepsi adalah pengalaman suatu objek, peristiwa, atau hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah
inti dari komunikasi, sedangkan interpretasi (interpretasi) adalah inti dari persepsi,
yang identik dengan back-coding (decoding) dalam proses komunikasi. Persepsi
didefinisikan sebagai proses yang kita gunakan untuk menginterpretasikan data
sensorik. Persepsi berkaitan dengan sensasi sedangkan sensasi mengacu pada deteksi
10
dini energi dari dunia fisik, maka studi tentang sensasi umumnya berkaitan dengan
struktur dan mekanisme sensorik; sedangkan persepsi melibatkan kognisi tinggi
dalam interpretasi informasi sensorik. Kemudian peristiwa sensorik diproses sesuai
dengan pengetahuan kita tentang dunia, menurut budaya, harapan, dan bahkan
menurut orang-orang yang bersama kita pada saat itu. Hal-hal ini memberi makna
pada pengalaman indrawi.
Dari beberapa pendapat ahli tentang pengertian persepsi maka dapat
dikatakan persepsi merupakan proses penyampaian makna,stimuli, interpretasi, dan
sensasi yang diterima oleh individu melalui alat indera pada berbagai objek,
kemudian diproses dari pengetahuan atau pengalaman-pengalaman yang diperoleh
sebelumnya
Konsep pembentukan persepsi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa persepsi diawali oleh proses pengindraan suatu stimulus, yang kemudian
stimulus tersebut diteruskan ke otak agar terbentuk persepsi. Persepsi tidak begitu
saja lahir, tetapi telah melalui beberapa proses. Persepsi adalah suatu pengalaman
tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan, maka persepsi yang yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah tanggapan, penilaian atau respon peserta kursus menjahit
terhadap lembaga kursus dan pelatihan (LKP) Persepsi terbentuk bila ada perhatian
dari individu sesuai dengan kebutuhan individu. Kemampuan seseorang untuk
mempersepsikan stimulus yang sama akan ditafsirkan berbeda-beda masing–masing
individu. Proses penafsiran tergantung dari pengalaman masing-masing.
11
Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atau penafsiran atau
informasi yang kita peroleh dari salah satu indera kita. Namun kita tidak dapat
menginterpretasikan makan setiap objek secara langsung, melainkan
menginterpretasikan makna informasi yang kita peroleh melalui persepsi bukan
pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya objek tersebut. Akan tetapi
kemampuan orang berbeda-beda dalam mengindera lingkungannya, karena juga
berbeda secara genetik, berbeda pengalaman dan pembelajaran, atau karena sebagian
alat inderanya kurang berfungsi karena usia tua atau kecelakaan. Berikut dibawah ini
merupakan gambaran proses terbentuknya persepsi
Persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik, sedangkan persepsi
terhadap orang melalui lambang-lambang verbal dan nonverbal. Manusia lebih
efektif daripada kebanyakan objek dan lebih sulit diramalkan. persepsi terhadap
objek menanggapi sifat-sifat luar, sedangkan persepsi terhadap manusia menanggapi
sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif, harapan, dan sebagainya).Objek tidak
bereaksi, sedangkan manusia bereaksi. Dengan kata lain, objek bersifat statis,
sedangkan manusia bersifat dinamis. Oleh karena itu, persepsi terhadap manusia
dapat berubah dari waktu ke waktu, lebih cepat daripada persepsi terhadap objek
kemudian Mulyana melanjutkan.
Persepsi manusia atau sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial
dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Setiap orang memiliki
gambaran berbeda-beda mengenai realitas di sekelilingnya. Ada beberapa prinsip
penting mengenai persepsi sosial yaitu:Persepsi berdasarkan pengalaman yaitu
persepsi manusia terhadap seseorang,objek, atau kejadian dan reaksi mereka terhadap
12
hal-hal itu berdasarkan pengalaman (dan pembelajaran) masa lalu mereka berkaitan
dengan orang,objek atau kejadian yang serupa.
Persepsi bersifat selektif. Setiap manusia sering mendapatkan rangsangan
indrawi. Atensi kitalah pada suatu rangsangan merupakan faktor utama yang
menentukan selektivitas kita atas rangsangan tersebut.Persepsi bersifat dugaan.
Terjadi karena data yang kita peroleh mengenai objek tidak pernah lengkap sehingga
proses persepsi yang bersifat dugaan ini memungkinkan kita menafsirkan suatu
objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun.Persepsi
bersifat evaluatif. Artinya kebanyakan dari kita mengatakan bahwa apa yang kita
persepsi itu adalah sesuatu yang nyata akan tetapi, terkadang alat-alat indera dan
persepsi kita menipu kita sehingga kita juga ragu seberapa dekat persepsi kita dengan
realitas sebenarnya.
Persepsi bersifat kontekstual. Maksudnya bahwa dari semua pengaruh dalam
persepsi kita, konteks merupakan salah satu pengaruh yang paling kuat. Ketika kita
melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian, konteks rangsangan sangat
mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan oleh karenanya juga persepsi kita
Adapula hal-hal lain yang menyebabkan satu objek yang sama dipersepsikan
berbeda oleh dua (atau lebih) orang yang berbeda. Perbedaan persepsi dapat
disebabkan oleh hal-hal dibawah ini Perhatian, biasanya kita tidak menangkap
seluruh rangsang yang ada disekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan
perhatian kita pada satu atau dua objek saja.Set adalah harapan seseorang akan
rangsang yang akan timbul, perbedaan set dapat menyebabkan perbedaan persepsi.
13
Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan situasional (Rakhmat, 2005).
David Krech dan Richard S. Crutchfield (1997: 235) dalam Rakhmat (2005)
menyebutnya sebagai faktor fungsional dan faktor struktural. Penjelasannya sebagai
berikut: Faktor Fungsional: Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman
masa lalu, dan hal-hal lain yang terdapat dalam faktor personal.Persepsi tidak
ditentukan oleh jenis atau bentuk rangsangan, tetapi karakteristik orang yang
menyikapi rangsangan tersebut. Faktor Struktural: Faktor struktural berasal dari sifat
rangsangan fisik dan efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu.
Selain faktor kebutuhan di atas, Leavitt (1978) juga menyatakan bahwa cara individu
memandang dunia berasal dari kelompoknya dan keanggotaannya dalam masyarakat.
Artinya, ada pengaruh lingkungan terhadap cara individu memandang dunia yang
bisa dikatakan sebagai tekanan sosial. Restiyanti Prasetijo (2005: 69), menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat dikelompokkan menjadi dua
faktor utama, yaitu: 1) Faktor internal, meliputi: a) Pengalaman b) Kebutuhan c)
Penilaian d) Harapan / harapan, dan 2) Faktor eksternal, meliputi: a) penampilan luar
b) karakteristik stimulus c) situasi lingkungan
Menurut Toha (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang
adalah sebagai berikut: a. Faktor internal: perasaan, sikap dan karakteristik individu,
prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses pembelajaran, kondisi
fisik, gangguan jiwa, nilai-nilai Dan kebutuhan, serta minat dan motivasi. b.Faktor
eksternal: asal keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan
lingkungan, intensitas, ukuran, kontradiksi, pengulangan gerakan, hal baru dan
familiar atau keterasingan objek.
14
Menurut Rakhmat (2005), persepsi adalah pengalaman yang berhubungan
dengan objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan meminta informasi
dan menafsirkan pesan. Persepsi memberi arti pada rangsangan sensorik
(rangsangan sensorik). Sedangkan menurut Kimbal Muda (Walgito, 1981), iya
mengatakan : “persepsi adalah sesuatu yang menunjukkan aktivitas perasaan,
menafsirkan dan memahami objek, baik fisik maupun sosial”.
2. Kursus Menjahit
Kursus menjahit merupakan salah satu program keterampilan profesional
yang ada di masyarakat. kursus adalah pelajaran pengetahuan atau kecerdasan
khusus yang diberikan dalam waktu singkat (WJS. Poerwadarminta, 2002: 543).
Menurut Soelaiman Joesoef (1986: 63) kursus adalah suatu lembaga belajar
mengajar yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Kursus ini merupakan unit
pembelajaran di luar sekolah yang terdiri dari sekelompok anggota masyarakat yang
memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental khusus kepada peserta
kursus dalam jangka waktu tertentu.
kursus adalah satuan pendidikan luar sekolah yang terdiri atas sekumpulan
warga masyarakat yang memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental
tertentu bagi warga belajar yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Kursus
menjahit merupakan program kursus Latihan di LKP Dusun Parendring Kecamatan
Tanete Riaja Kabupaten Barru yang bertujuan meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan etos kerja di bidang menjahit yang berorientasi pada hasil praktis
yang digunakan untuk memenuhi tuntutan hidup ( Nurida 2017:4)
15
Menurut Napitupulu (1992: 37), kursus adalah satuan pendidikan luar sekolah yang
terdiri dari sekelompok anggota masyarakat yang membekali peserta kursus dengan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap psikologis tertentu. Oleh karena itu, kurikulum
merupakan unit pembelajaran di luar kampus, yang terdiri dari sekelompok anggota
masyarakat yang memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap khusus kepada
peserta didik pada waktu tertentu. Kursus menjahit merupakan program latihan yang
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan etos kerja dalam
menjahit, berorientasi pada hasil praktis yang melayani pemenuhan kebutuhan hidup
(Nurida 2017: 4). Menjahit adalah pekerjaan menggabungkan kain, bulu, kulit
binatang, atau bahan lain yang dapat dilewati jarum dan benang jahit.
Menjahit dapat dilakukan dengan tangan dengan jarum tangan atau dengan
mesin jahit. Keterampilan Menjahit adalah kemampuan untuk memunculkan
kreativitas Anda saat mengerjakan proses menyatukan kain, bulu, kulit binatang,
atau bahan lain yang dilewati jarum dan benang jahit. Menjahit merupakan suatu
keterampilan yang sangat diinginkan terutama oleh kaum wanita. Mengerjakan
keterampilan ini hanya membutuhkan ketelitian dan kesabaran, serta ketekunan
dalam menggunakan benang dan jarum serta alat lainnya.
Menurut Rulanti Satyodirgo (1979) bahwa kursus menjahit adalah suatu
usaha atau kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk menghasilkan
tenaga terlatih di bidang pembuatan busana sesuai dengan kurikulum pembuatan
busana pada pendidikan luar sekolah atau program yang dilaksanakan.
Sutarto (2013: 30) mengatakan bahwa “perencanaan pembelajaran dalam
pelatihan merupakan upaya untuk mendefinisikan dan mengukur rangkaian dan
16
tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pelatihan sehingga sumber
daya yang tepat, efisien dan efektif digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang optimal. Proyek pelaksanaan kurikulum pendidikan nonformal harus
mencakup beberapa unsur, yaitu: tujuan program, bahan ajar, metode pengajaran,
sarana / prasarana pengajaran, sumber daya / tutor, peserta didik, sistem penilaian
hasil belajar, waktu dan tempat pembelajaran.
Kursus menjahit merupakan salah satu kursus keterampilan profesional yang
ada di masyarakat. Kursus adalah kursus pengetahuan atau kecerdasan singkat (WJS.
Poerwadarminta, 2002: 543). Menurut Soelaiman Yoesoef (1986: 63) kurikulum
adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kegiatan pengajaran dalam kurun
waktu tertentu. Pada tahapan yang akan dilakukan pada kursus menjahit, pada
tahapan pembuatan pola praktis, Anda tidak perlu membeli pakaian jadi saat
memenuhi kebutuhan fashion. Cara menjahit dengan menentukan pola pakaian yang
diinginkan. Namun, ini membutuhkan waktu yang lama dan membutuhkan akurasi
yang tinggi.
Pola busananya bisa dibuat dengan cara mengukur badan terlebih dahulu.
Cara praktis membuat pola pakaian wanita adalah:
1) Pinggang = mengukur lingkar pinggang Anda.
2) Lingkar pinggul = mengukur lingkar pinggul bagian terbesar.
3) Lebar bahu = mengukur dari ujung bahu kanan sampai ke ujung bahu kiri.
4) Panjang Baju = Ukur panjang baju dari ujung pundak dekat leher sampai kelima
sesuai keinginan.
17
5) Panjang Lengan = diukur dari ujung bahu hingga batas selongsong yang
diinginkan.
6) Tinggi punggung = mengukur dari leher sampai pinggang. Pengukuran tinggi
punggung secara umum adalah: a) ukuran kecil 38 cm " b) ukuran besar 40 cm
Langkah-langkah dalam mempelajari cara menggunakan mesin jahit
sangat bermanfaat bagi masyarakat. Memiliki mesin jahit dapat memudahkan
seseorang dalam membuat pakaian yang lebih cocok. Saat ini mesin jahit
memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pakaian yang
dikenakan oleh masyarakat. Mengoperasikan mesin jahit cukup sulit, karena
membutuhkan pengetahuan khusus di bidangnya, permasalahan muncul ketika
seseorang tidak memahami cara pengoperasian mesin jahit sehingga hanya
bekerja sesuai keinginan, tanpa teknisi yang tepat dan tepat. Proses pembelajaran
dialami sepanjang hidup seseorang dan dapat diterapkan di mana saja, kapan saja.
Namun, pengajaran yang dimaksud dalam artikel ini mengacu pada tahapan yang
berbeda dalam aktivitas pelatih dan siswa yang mengarah pada pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan
Beberapa analisis proses pembelajaran pada pendidikan nonformal
dipengaruhi oleh tiga faktor (Green, 1980; Dahama, 1980), seperti dikutip Sutarto
(2007: 127), yaitu:
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi disebut juga faktor yang mempermudah atau faktor pertama
yang mempengaruhi untuk berperilaku, yang mencakup pengetahuan, sikap,
18
keyakinan, nilai dan persepsi berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok
untuk bertindak. Dalam pengertian umum, faktor predisposisi dapat didefinisikan
sebagai preferensi "pribadi" yang dibawa seseorang atau kelompok ke dalam proses
pembelajaran. Dalam konteks proses pendidikan nonformal, preferensi ini dapat
mendukung atau menghambat perilaku pendidik pendidikan nonformal dalam
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan menilai proses
pembelajaran.
b. Faktor Pendukung atau Pemungkin
Faktor pemungkin mencakup berbagai suasana, kondisi yang memungkinkan
keberlangsungan pendidikan nonformal secara efektif khususnya yang berkaitan
dengan proses pembelajaran. Faktor kepemimpinan, faktor iklim dan budaya
organisasi ditengarai berpengaruh sangat kuat terhadap keberlangsungan pendidikan
nonformal yang efektif dan efisien, meskipun tentunya masih ada faktor pemungkin
yang lain.
c. Faktor Pendukung atau faktor pendorong
Faktor pendukung merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran di pendidikan nonformal adalah dukungan dana dan sarana /
prasarana pendidikan. Biaya pendidikan memegang peranan penting dalam proses
pendidikan karena akan sulit dilakukan dengan atau tanpa biaya proses
pendidikan. Kisaran biaya pendidikan sangat luas yaitu uang, barang dan jasa
yang diperuntukkan bagi pendidikan
19
3. Manfaat lembaga kursus dan pelatihan (LKP)
pendidikan kecakapan hidup (PKH) peran khusus dan pelatihan dalam
memberikan layanan pengetahuan keterampilan dan sikap bagi masyarakat,
merupakan salah satu aspek yang sangat strategis dalam mendukung program
pengentasan kemiskinan dan pengangguran.Pendidikan kewirausahaan masyarakat
(PKM)Pemerintah indonesia mendorong tumbuhnya semangat kewirausahaan
masyarakat melalui program pendidikan kewirausahaan dalam bentuk regulasi dan
diimplementasikan di lapangan diantaranya melalui instruksi presiden Nomor 6
Tahun 009 tentang pengembangan ekonomi kreatif. Presiden republik indonesia juga
telah mencanangkan gerakan kewirausahaan Nasional pada 2 februari 2011. Melalui
program kewirausahaan masyarakat ini diharapkan mampu mengurangi angka
pengangguran untuk mengatasi permasalahan diatas, maka diperlukan suatu langkah
terobosan penguatan sumber daya manusia, khususnya dalam peningkatan mutu
produk perlu didorong dan disiapkan kemampuanya
4. pelatihan
Pelatihan merupakan suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan
(upaya). Tindakan tersebut dilakukan berupa pemberian bantuan profesional kepada
Pembina dalam kurun waktu tertentu, bertujuan untuk memberikan bantuan kepada
angkatan kerja, dan bertujuan untuk meningkatkan peserta. 'bekerja di bidang
tertentu, kemampuan. Bekerja dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
produktivitas organisasi (Hamalik, 2001: 10). Pelatihan adalah proses pendidikan
jangka pendek yang menggunakan metode dan prosedur yang sistematis dan
20
terorganisir. Peserta pelatihan akan mempelajari pengetahuan dan keterampilan
praktis untuk tujuan tertentu. (Wexley & Yuki, Sumantri, 2001: 5). Simamora (1999:
342) meyakini bahwa pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan. Mengacu pada pengertian di
atas menemukan beberapa unsur-unsur yang perlu mendapat penekanan pelatihan
yaitu : (1) kegiatan yang direncanakan dengan sengaja (2) ada tujuan yang hendak
dicapai, (3) ada sasaran (warga belajar) dan sumber belajar (4) ada kegiatan belajar
dan berlatih (5) penekanannya pada bidang keahlian dan keterampilan (6)
dilaksanakan dalam waktu relatif singkat, (7) menggunakan sarana dan prasarana
latihan
Menurut Soetomo et al (1988) yang meliputi unsur-unsur kursus,diantaranya:
sumber belajar, warga belajar, tenaga non-edukatif, prasarana,sarana, dana belajar,
program belajar, dan ragi belajar. Sebagaimana halnya program pendidikan luar
sekolah lainnya unsure-unsur dalam pembelajaran kursus memiliki karakteristik dan
kekhususan sesuai dengan tujuan penyelenggaraannya. Berikut penjelasan dari unsur
unsur tersebut. Sumber Belajar Sumber belajar adalah tenaga pengajar yang paham
atau mempunyai keahlian khusus dan dinyatakan berwenang untuk melaksanakan
tugas sebagai sumber belajar, tanpa terlalu memperhatikan latar belakang pendidikan
formal kependidikannya (Soetomo et al, 1988:28) Menurut Soetomo dalam program
kursus tugas utama sumber belajar atau biasa disebut tenaga instruktur, diantaranya:
(1) Menyampaikan pengetahuan dan keterampilan serta sikap swakarya yang
diperlukan peserta kursus, dengan cara yang sistematis, dan (2) Mendorong minat
dan bakat kemampuan peserta kursus sesuai dengan tujuan belajar yang ingin dicapai
21
Peserta Kursus "Warga Belajar atau siswa adalah anggota masyarakat, dan mereka
berusaha mengembangkan potensi mereka melalui 24 jalur pendidikan, jenjang dan
jenis proses pembelajaran. tertentu” (Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang
Sisdiknas Pasal 1 Poin 4). Dalam penyelenggaraannya program kursus terbuka untuk
setiap warga masyarakat tanpa membedakan: kewarganegaraan, umur, jenis kelamin,
dan latar belakang pendidikan formal (Soetomo et al,1988:2.18). Hal inilah yang
menjadikan program kursus sebagai salah satu bentuk dari pendidikan sepanjang
hayat. Penyelenggara dapat pula disebut dengan istilah pemilik, yaitu mereka yang
memiliki modal, berupa prasarana, sarana yang diperlukan untuk dapat
menyelenggarakan pendidikan” (Soetomo et al, 1988:2.25). Meskipun terdapat
kemudahan untuk menjadi seorang penyelenggara, namun masih perlu untuk
meningkatkan skill atau keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang
penyelenggara. Secara ringkas menurut Soetomo et al (1988:2.25-2.27) ada tiga skill
yang merupakan dasar melaksanakan praktek manajemen dalam dunia pendidikan,
yaitu: a. Managerial skill. Keterampilan dalam bidang management. Diantaranya
penyelenggara harus memiliki kemampuan memanajemen kursus meliputi: fungsi
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. b. Human skill.
Keterampilan dalam bidang kemanusiaan. Setiap penyelenggara perlu memahami
dan terampil dalam memilih, mengembangkan, dan mendayagunakan faktor
manusia dalam lembaga kursusnya. c. Technical skill. Memiliki pengetahuan
keterampilan di bidang teknis dalam kaitannya dengan berbagai kegiatan pengajaran
yang akan memudahkan upaya penyelenggara sebagai pengelola kegiatan
pendidikan.
22
Pembelajaran sebagai proses tindakan terdiri dari tiga fase atau tahapan.
Tahapan proses pembelajaran ini meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan
tahap penilaian. Tiga diantaranya akan dibahas sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan
Kegiatan belajar yang baik selalu dimulai dengan perencanaan yang
matang. Perencanaan yang cermat akan memastikan hasil pembelajaran terbaik.
Perencanaan adalah proses menciptakan sesuatu yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan rencana dapat disesuaikan
dengan kebutuhan pada waktu tertentu, sesuai keinginan desainer. Namun yang
lebih penting, perencanaan yang direncanakan perlu dilakukan dengan mudah dan
terarah, RPP merupakan bagian dari kegiatan yang harus dilakukan oleh fasilitator
/ instruktur dalam setiap pertemuan. Ini harus menunjukkan tindakan apa yang
perlu dilakukan fasilitator / pelatih untuk mencapai seluruh kompetensi dan
kegiatan tindak lanjut setelah pertemuan. Dengan kata lain, RPP yang disusun oleh
pelatih / instruktur harus didasarkan pada kompetensi inti dan kompetensi.
Sutarto (2013:30) menyatakan bahwa “Perencanaan pembelajaran pelatihan
adalah upaya menentukan dan menyusun rangkaian dan langkah langkah tindakan
yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran pelatihan agar penggunaan
sumber terarah, efisien dan efektif, untuk mencapai tujuan belajar secara optimal”.
Proyek pelaksanaan program pembelajaran pada pendidikan nonformal harus
memuat beberapa unsur yaitu: tujuan program, bahan ajar, metode pembelajaran,
sarana / prasarana pengajaran, sumber daya pengajaran / tutor, peserta didik, sistem
23
penilaian hasil belajar, waktu dan tempat. kegiatan pendidikan. Sedangkan Sudjana
(1992): 41-43) sebagaimana dikutip Sutarto (2013: 29-30) menyatakan sebagai
berikut “perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan
tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang”. Kemudian
tujuh indikator rencana yang baik diusulkan, yaitu: (a) Rencana adalah model
pengambilan keputusan ilmiah dalam pemilihan dan pelaksanaan tindakan yang
bertujuan untuk mencapai tujuan; (b) Rencana harus didasarkan pada keadaan saat
ini yang ditentukan oleh tujuan yang akan dicapai. Perubahan keadaan masa depan
yang diinginkan; (c) Rencana melibatkan orang-orang dalam proses menentukan dan
menemukan masa depan yang diinginkan; (d) Rencana memberikan panduan tentang
bagaimana dan kapan harus mengambil tindakan dan siapa yang berpartisipasi dalam
tindakan ini; (e) Rencana melibatkan Perkiraan semua kegiatan yang akan dilalui,
termasuk kemungkinan keberhasilan, sumber daya yang digunakan, faktor
pendukung dan penghambat, kemungkinan ancaman dan lain-lain; (f) perencanaan
menyangkut identifikasi prioritas dan urutan tindakan yang akan dilakukan dan
penetapan prioritas berdasarkan relevansi, kegunaan, tujuan yang ingin dicapai,
sumber daya yang tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi; dan (g)
perencanaan sebagai titik awal dan arahan untuk kegiatan organisasi, mobilisasi,
pengembangan, dan evaluasi dan pembangunan.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahapan ini adalah tahapan pelaksanaan atau tahapan pelaksanaan proyek
perencanaan yang telah selesai. Inti dari tahap implementasi adalah pemeriksaan
terhadap kegiatan operasional itu sendiri. Pada tahap ini fasilitator / pelatih
24
melakukan interaksi pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode dan
teknik pembelajaran strategis serta menggunakan seperangkat media. Adapun
langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai pembelajaran melalui pelatihan
pendidikan nonformal yaitu sebagai berikut (Sutarto, 2013:54)
Menentukan kebutuhan pendidikan Langkah ini bertujuan untuk mengetahui
permasalahan dan kebutuhan pendidikan calon peserta pelatihan, seperti
karakteristik sosial budaya dan ekonomi, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, ketersediaan waktu belajar, kondisi lingkungan alam dan potensi
alam. Kemudian hasil identifikasi tersebut dianalisis sesuai dengan minat yang
diharapkan siswa untuk menentukan prioritas, yaitu tuntutan ini dianggap penting,
dan yang paling diharapkan siswa memang perlu segera mengambil tindakan
untuk mencapai tujuan tersebut
Penetapan tujuan berdasarkan prioritas kebutuhan pendidikan, tujuan program
pendidikan nonformal yang ingin dicapai ditetapkan dan berorientasi pada
pencapaian bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap. Rumusan tujuan
pembelajaran harus didefinisikan dengan jelas dan spesifik untuk memudahkan
kemampuan hasil belajar peserta. Identifikasi alternatif pemecahan kebutuhan dan
permasalahan pada tahap ini disusun sejumlah alternatif pemecahan kebutuhan
pendidikan, yaitu sejumlah alternatif pemecahan yang dimungkinkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan berkumpul kembali.
Mengidentifikasi berbagai sumber daya dan kendala (manusia dan non-
manusia) yang dapat mendukung pelaksanaan program pendidikan nonformal
25
memerlukan pertimbangan kemungkinan faktor yang akan menghambat pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
Menetapkan kriteria pemilihan alternatif Kriteria pemilihan alternatif
untuk pemecahan masalah adalah alat pemilihan alternatif yang telah disiapkan
terlebih dahulu dengan mempertimbangkan: ketersediaan sumber daya pendukung
alam atau potensi lingkungan lokal, murah dan praktis, serta relatif terhindar dari
kendala yang mungkin timbul Opsi Solusi Alternatif Pada tahap ini, solusi
alternatif dipilih berdasarkan kriteria yang telah dirumuskan. Buat rencana
pelatihan. Proyek pelaksanaan kurikulum pada pendidikan nonformal harus
memuat beberapa unsur yaitu: tujuan program, bahan ajar, metode pengajaran,
sarana / prasarana pendidikan, sumber daya pendidikan / tutor, peserta didik,
sistem penilaian hasil belajar, waktu dan tempat belajar. . kegiatan pendidikan.
Sedapat mungkin, rancangan program pendidikan nonformal didasarkan pada asas
atau asas: asas kebutuhan, asas partisipasi, asas keluwesan, asas kemanfaatan dan
asas kecukupan.
Dalam hal pelaksanaan pembelajaran, penyelenggara pelatihan dan pelatih
perlu mengetahui indikator yang digunakan sebagai ukuran untuk mengukur hasil
pelaksanaan pembelajaran selama pelatihan untuk meningkatkan terciptanya
pembelajaran yang efektif melalui proses pelatihan. Seperti yang dikemukakan
oleh Sutarto (2013: 52), indikator yang digunakan sebagai tolak ukur efisiensi
pembelajaran selama kursus menjahit adalah Mampu mendemonstrasikan
penyampaian bahan ajar dalam kelompok diskusi kelas. Dapat menciptakan situasi
26
belajar yang interaktif sambil belajar. Dapat mengidentifikasi kesulitan belajar
peserta pelatihan. kembali. Berikan contoh ilustratif untuk memfasilitasi
pemahaman peserta. Tetapkan kegiatan kepada peserta pelatihan sebagai kegiatan
pelengkap untuk proses pembelajaran selanjutnya. Mengembangkan metode
pembelajaran, yaitu. dibelakang. Dapat menerapkan metode pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan dan melatih peserta. Dapat mendorong peserta untuk
berpartisipasi lebih aktif. Belajar mandiri dan belajar kelompok. Pengembangan
media pendidikan, yaitu. Dapat menggunakan media pendidikan sesuai dengan
tujuan dan bahan ajar serta metodenya. Pemilihan media pembelajaran
memperhitungkan kemungkinan yang dimiliki peserta Menciptakan komunikasi
dengan peserta kursus menjahit, Berkomunikasi dengan peserta kursus menjahit,
Tunjukkan minat pada pembelajaran kursus menjahit turun, Memotivasi dan
mendorong peserta pelatihan, Berikan dorongan motivasi kepada peserta pelatihan,
Mendorong kerja sama melalui diskusi Kelompok, Pengembangan sikap positif,
Kembangkan sikap positif, Jujurlah dengan para peserta kursus lain turun
memberikan bimbingan kepada peserta pelatihan, Pengembangan keterbukaan,
Bersikaplah terbuka untuk peserta pelatihan, Menerima pendapat dari kepala satuan
pendidikan kursus dan pelatihan menjahit.
3. Tahap Evaluasi
Evaluasi adalah proses mengumpulkan dan analisis data atau informasi untuk
mengetahui tingkat pencapaian tujuan atau nilai tambah dari kegiatan pendidikan
(Rifai, 2007: 2). Penilaian dalam pembelajaran biasanya dipegang oleh seorang
instruktur untuk mengukur tingkat kemampuan peserta kursus
27
Dalam hal ini seorang instruktur Bersifat ilmiah yaitu menerapkan kaidah
keilmuan dalam menyusun instrumen (tes dan bukan tes), mengumpulkan dan
menganalisis data, serta dalam pengambilan keputusan. Kompeten, yaitu menguasai
bidang studi yang ditangani dan metodologi evaluasi. Jujur artinya, mereka tidak
memiliki keinginan untuk memanipulasi data yang disampaikan oleh komunitas
belajar. Tujuannya yaitu tidak mengacaukan kesan pribadi dengan data yang
disampaikan oleh komunitas pembelajar. Faktual, yang bekerja dengan
menggunakan data. Terbuka, yaitu bersedia memberikan data atau informasi kepada
orang lain (termasuk warga belajar) untuk mengetahui keputusan apa yang diambil.
Dengan adanya motivasi warga belajar supaya datang tepat waktu dapat
diatasi dengan baik dari pihak penyelenggara, instruktur, maupun warga belajar.
Pihak penyelenggara dan instruktur kerap kali memberikan motivasi dan saran-saran
kepada warga belajar agar rajin belajar dan praktik. Seseorang akan mampu
mengembangkan dirinya sesuai dengan perkembangan zaman yang serba kompleks.
Pembelajaran kursus menjahit ini menggunakan pendekatan andragogis, karena
warga yang belajar dalam pelatihan tersebut adalah orang dewasa. Berikut adalah
beberapa ciri belajar orang dewasa menurut Knowles (1990: 82) sebagaimana dikutip
Sutarto (2013: 75). Peserta pelatihan memiliki kebutuhan khusus untuk belajar.
Suasana belajar ditandai dengan sikap psikologis, saling percaya, saling
menghormati, gotong royong, kebebasan. Mengekspresikan dan menerima perbedaan
antar peserta pelatihan, Peserta pelatihan merasa bahwa tujuan pembelajaran adalah
28
tujuan mereka, Peserta pelatihan bertanggung jawab untuk merencanakan,
melaksanakan pengalaman belajar, sehingga mereka merasa bertanggung jawab
untuk mencapainya.
B. Kajian Teori
1. Teori Perubahan sosial (Robert H. Lauer)
Perubahan sosial merupakan fenomena yang dapat menembus ke berbagai
tingkat kehidupan sosial. Hal ini terjadi karena keseluruhan aspek kehidupan terus
berubah-ubah. Perubahan pada masyarakat di dunia ini merupakan gejala yang
normal, yang pengaruhnya tentu menjalar dengan cepat ke bagian-bagian lain dari
dunia , antara lain berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di
berbagai bidang, baik teknologi bahkan fashion menjadi revolusi modernisasi dan
seterusnya yang terjadi di suatu tempat dengan mudah diketahui oleh masyarakat lain
yang jaraknya jauh dari tempat tersebut. Menurut Robert H. Lauer dalam buku
(Perspektif tentang perubahan sosial: 1993) perubahan sosial adalah perubahan
dalam segi fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan manusia mulai dari tingkat
individu hingga tingkat dunia.
Adapun keterkaitan antara teori perubahan sosial oleh Robert H. Lauer dengan
penelitian yang dilakukan adalah adanya perubahan yang terjadi pada peserta kursus
khususnya kaum perempuan yang mengikuti kursus menjahit perubahan disini bisa
kita lihat seiring dengan perkembangan zaman modern yang mana mesin jahit
dahulu belum menggunakan listrik alias manual. Cara menggunakannya adalah
dengan menekan pedal yang ada di bawah mesin. Namun dengan kecanggihan
teknologi, sekarang mesin jahit pun sudah otomatis. Tanpa perlu kita repot
29
menjahitnya, cukup dengan mengoperasikan sistem maka mesin akan otomatis
menyatukan lembaran kain sesuai dengan pola yang telah dibuat.
2. Teori Struktural fungsionalisme
Fungsionalisme merupakan suatu teori sosial murni yang besar ( grand
theory) dalam ilmu sosiologi mengajarkan bahwa secara teknis masyarakat dapat
dipahami dengan melihat sifatnya sebagai suatu analisis sistem sosial dan subsistem
sosial, dengan pandangan bahwa masyarakat pada hakikatnya tersusun kepada
bagian-bagian secara struktural, dimana dalam masyarakat terdapat berbagai sistem-
sistem dan faktor- faktor yang satu sama lain mempunyai peran dan fungsinya
masing- masing , saling berfungsi dan saling saling mendukung dengan tujuan agar
masyarakat ini terus bereksitensi. ( Fuady, 2013:25) ;
30
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir yang diarahkan dalam penelitian ini tentang persepsi peserta
kursus menjahit terhadap lembaga kursus dan pelatihan (LKP) di Kecamatan Tanete
Riaja Kabupaten Barru, lembaga kursus menjahit ini dapat menarik minat peserta
kursus menjahit khususnya kaum perempuan muda mudi, ibu- ibu yang tidak
mempunyai kegiatan, yang berpendidikan rendah dan tidak mempunyai keahlian
supaya menjadi terampil untuk bisa mandiri ke depannya dan dapat meningkatkan
kesejahteraan hidupnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut.
DESA MATTIROWALIE KECAMATAN TANETE
RIAJA
PESERTA KURSUS MENJAHIT
PERSEPSI PESERTA KURSUS
MENJAHIT TERHADAP
LEMBAGA KURSUS DAN
PELATIHAN (LKP)
MOTIVASI PESERTA KURSUS
MENJAHIT
TEMUAN
31
D. Hasil Penelitian Terdahulu
1 Whanda Pungki Septyansari (2017) tentang Pengaruh persepsi pelaksanaan kursus
terhadap kompetensi peserta didik kursus menjahit garmen di lkp tri karya wonogiri
tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk Mengungkap persepsi peserta didik
mengenai pelaksanaan kursus menjahit garmen di LKP Tri Karya Wonogiri Tahun
2016, Metode pengumpulan data menggunakan metode angket, dokumentasi dan
observasi. Metode analisis data menggunakan statistic deskriptif dan analisis regresi
linear sederhana dengan menggunakan program SPSS V 22.0. Hasil dari penelitian
ini adalah persepsi peserta didik mengenai pelaksanaan kursus menjahit garmen
dalam kategori baik dengan nilai rata-rata sebesar 87,02. Adanya pengaruh persepsi
tentang pelaksanaan kursus menjahit garmen dengan kompetensi peserta didik di
LKP Tri Karya Wonogiri Tahun 2016 sebesar 59,20%, hal ini berarti semakin baik
persepsi maka akan semakin baik pula tingkat kompetensi peserta kursus menjahit
garmen. Saran yang diberikan kepada pengelola guna meningkatkan kompetensi
peserta didik adalah melakukan pembenahan dan berinovasi pada semua komponen
pelaksanaan kursus. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang telah saya
lakukan adalah tempat penelitian dan proses pengumpulan data saat di lapangan
sehingga akan menghasilkan yang berbeda.
2 Lisa avianti (2019) tentang pemberdayaan masyarakat pada lembaga kursus dan
pelatihan LKP idolah kabupaten lampung tengah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pemberdayaan yang telah dilakukan LKP idola dalam memberdayakan
masyarakat Desa Kecubung, dimana penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Hasil
32
penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan dalam upaya meningkatkan taraf
hidup dan keterampilan masyarakat yang dilakukan oleh LKP idola melalui kegiatan
kursus menjahit dijalankan dengan cukup baik dalam pelaksanaannya, dengan
adanya pendekatan, menunjukkan masalah, pemecahan masalah, menunjukkan
pentingnya perubahan, melaksanakan pemberdayaan, hingga pendampingan yang
dilakukan oleh LKP idola mampu membantu masyarakat untuk bangkit dan
meningkatkan taraf hidup mereka serta keluarganya, serta menjadikan masyarakat
agar dapat hidup mandiri.
Hasil penelitian yang saya lakukan ini berbeda dari penelitian sebelumnya
secara garis besar penelitian yang saya lakukan berbeda tempat dan fokus penelitian
yaitu bagaimana persepsi peserta kursus menjahit terhadap lembaga kursus dan
pelatihan LKP Desa Mattirowalie Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif
pendekatan deskriptif karena penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor
(1975:5) adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif,
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati
.Pendekatan ini membutuhkan cara yang lebih mendalam menggali data yang
berkaitan tentang “Persepsi peserta kursus menjahit terhadap lembaga kursus dan
pelatihan (LKP) di Desa Mattirowalie Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru”
B. Lokasi waktu dan penelitian
Adapun lokasi dan waktu penelitian yang telah dilaksanakan kurang lebih
2 bulan di Desa Mattirowalie kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
C.Fokus Penelitian
Spradley dalam Sugiyono (2013: 286) menyatakan bahwa fokus
merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi fokus atau titik dalam
penelitian ini adalah Persepsi peserta kursus menjahit terhadap LKP di Desa
Mattirowalie. persepsi peserta kursus terhadap lembaga kursus dan pelatihan
(LKP) di Desa Mattirowalie Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru
34
D. Informan Penelitian
Adapun informan pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Menurut Arikunto, (2010:97)’’sampling bertujuan
(purposive sampling), yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika
peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan
sampelnya,’’
Pada penelitian ini sendiri kriteria yang digunakan oleh peneliti adalah
sebagai berikut :
1) Kriteria informan dalam penelitian ini adalah peserta kursus menjahit (LKP)
lembaga kursus dan pelatihan
2) Objek yang akan diambil peneliti di kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru
yaitu berjumlah 6 informan atau 5 peserta kursus dan 1 pengelolah. peserta dan
pengelolaan adalah objek yang dimintai keterangan secara langsung mengenai
lembaga kursus dan pelatihan di kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
E. Jenis dan Sumber Data
Untuk memperoleh data, penulis memperoleh dari pengamatan,
wawancara, dokumen-dokumen dan bacaan yang terkait dengan peneliti ini.
Sedangkan sumber data dalam penelitian ada dua :
1. Jenis data
Pada penelitian ini menggunakan dua jenis data penelitian yaitu sebagai
berikut :
35
a. Sumber Data Primer
Data yang dihasilkan melalui wawancara secara langsung dengan
informan, terutama dengan informan yang menjadi subjek adalah peserta
kursus menjahit di Desa Mattirowalie
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari sumber kedua yang
merupakan pelengkap, meliputi media seperti: internet, jurnal, blog yang
menjadi referensi dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2. Sumber Data
Sumber data sendiri pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :
a. Informan kunci yaitu peserta kursus menjahit
b. Informan biasa adalah pengelolah kursus menjahit
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan segala unsur yang digunakan dalam proses
penelitian yang diharapkan akan menunjang keberhasilan peneliti dalam
penelitiannya. Penelitian tertentu membutuhkan beberapa instrumen dan semakin
banyak instrumen yang digunakan maka akan besar peluang keberhasilan suatu
penelitian. Adapun instrumen penelitian ini adalah, sebagai berikut:
1. Pedoman wawancara sebagai salah satu cara atau metode yang digunakan
dalam pengumpulan data
2. Pedoman studi dokumen seperti arsip, buku panduan dan pengambilan data di
kantor desa.
36
3. Kamera ponsel sebagai alat dokumentasi setiap kegiatan peneliti
4. Alat tulis dan laptop sebagai penunjang
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara terstruktur terhadap narasumber untuk
memberi sumber data primer yang terkait dengan penelitian ini, yaitu peserta
kursus menjahit dan pengelolah terkait dengan kursus menjahit Desa
Mattirowalie Kecamatan Tanete Riaja kabupaten Barru.
2. Dokumentasi
Menjelaskan bahwa dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah
berlaku. Dokumen Yang berbentuk tulisan dan gambar, dokumentasi merupakan
suatu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen untuk
mendapatkan data atau informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Adapun dokumentasi dalam penelitian ini yaitu dengan meminta data-data dari
pihak Desa Mattirowalie Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dimaksud adalah proses pengelolaan data yang
telah dikumpulkan oleh mahasiswa dengan cara mengacu pada aturan atau
metode penelitian yang digunakan yaitu:
37
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yaitu kegiatan mencari data di lapangan untuk
memecahkan permasalahan peneliti
2. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal- hal yang penting, di cari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah di reduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data, dan mencarinya bila di perlukan.
3. Penyajian Data
Setelah data di reduksi maka langkah selanjutnya adalah penyajian
data. Melalui penyajian data maka data terorganisasikan, tersusun dalam
pola hubungan, sehingga akan semakin mudah di pahami. Dalam
penelitian kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowcheart atau sejenisnya.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan ini di lakukan secara konduktif, kesimpulan
yang di ambil kemudian di verifikasi dengan jalan meninjau ulang catatan
lapangan dan mendiskusikannya guna mendapatkan kesepakatan
intersubjektif, hingga dapat diperoleh kesimpulan yang kokoh.
38
I. Teknik keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, dapat dinyatakan valid apabila tidak ada
perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi
pada objek penelitian. Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian kualitatif
dapat digunakan uji kredibilitas. Menurut Sugiyono (2013: 368-375) untuk
menguji kredibilitas suatu penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai
cara yaitu:
1. Perpanjangan pengamatan, dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti
kembali ke lapangan melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data
yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini akan membentuk hubungan
peneliti dengan narasumber akan semakin baik dan kehadiran peneliti tidak lagi
dianggap sebagai orang asing yang mengganggu perilaku masyarakat yang sedang
dipelajari.
2. Meningkatkan ketekunan, yaitu melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Dengan cara tersebut kepastian data dan urutan peristiwa akan
dapat direkam secara pasti dan sistematis, karena peneliti dapat melakukan
pengecekan kembali apakah data yang telah diteliti itu salah atau tidak
3 Triangulasi, yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagi waktu Dengan demikian terdapat tiga jenis triangulasi yaitu:
a. Triangulasi sumber adalah dimana peneliti menggali informasi melalui metode
dan sumber perolehan data. Seperti peneliti melakukan wawancara tentang kursus
menjahit
b. Triangulasi teknik, yaitu untuk menguji kredibilitas dilakukan dengan cara
39
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
c. Triangulasi waktu, yaitu waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data
yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber
masih segar, belum banyak masalah, serta dapat memberikan data yang lebih valid
sehingga lebih kredibel.
J. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini sebelum peneliti mendatangi calon partisipan untuk
meminta kesediaan menjadi partisipan penelitian.Peneliti harus melalui beberapa
tahap pengurusan perizinan sebagai berikut; peneliti meminta persetujuan dari
pihak Kepala Desa, setelah mendapat persetujuan dari pihak Kepala Desa
kemudian peneliti mendatangi calon partisipan dan meminta persetujuan calon
partisipan untuk menjadi partisipan penelitian. Setelah mendapat persetujuan
barulah dilaksanakan penelitian dengan memperhatikan etika-etika dalam
melakukan penelitian yaitu: .
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity) Peneliti
mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi yang terbuka
berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan menentukan
pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian
(autonomy). Beberapa tindakan yang terkait dengan prinsip menghormati harkat
dan martabat manusia, adalah: peneliti mempersiapkan formulir persetujuan
subyek (informed consent).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and
confidentiality). Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya
40
informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi, sehingga peneliti
memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.
3. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and
benefits). Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian
guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek
penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence).Peneliti
meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek (nonmaleficence).
41
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Lokasi Penelitian
Pada Awalnya Desa Mattirowalie berasal dari Pemekaran Kelurahan
Lompo Riaja Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru, Kemudian pada tahun
1994 dibentuk Desa Persiapan Mattirowalie yang dipimpin oleh Kepala Desa dari
Staf Kecamatan Tanete Riaja bernama M. Aris, kemudian pada tahun 1995
menjadi desa Definitif dan jabatan Kepala Desa tetap dilanjutkan oleh M. Aris,
kemudian Pada tahun 1999 diadakan pemilihan Kepala Desa yang pertama
kalinya dan terpilih M. Aris yang merupakan Pelaksana Tugas Kepala Desa pada
saat itu.
Desa Mattirowalie terbentuk karena dianggap perlu adanya pemekaran
Desa disebabkan Kelurahan Lompo Riaja pada saat itu memiliki jangkauan
wilayah terlalu luas sehingga tata kelola Pemerintahan, Pembangunan dan
pengawasan Pemerintah Kelurahan sulit terjangkau, awalnya dibentuklah
Persiapan Pemekaran Desa dengan menamakan Desa Persiapan Mattirowalie,
setelah menjadi Desa Definitif dinamakannya Desa Mattirowalie, dikatakan Desa
Mattirowalie karena awalnya desa ini berada di tengah-tengah antara daratan dan
pegunungan dan memiliki lima Dusun yaitu Dusun Parenring, Cinekko, Bua,
Limpo dan Dusun Tile jadi arti dari kata Mattirowalie mempunyai Arti / Makna
yaitu :. Mattirowalie berasal dari kata Melihat. mempunyai arti kata segala
penjuru.
42
Adapun Luas Wilayah Desa Mattirowalie adalah 20,23 KM² / 2023 Ha Dengan
Batas Wilayah Yaitu :
Sebelah Utara : Kelurahan Lompo Riaja
Sebelah Selatan : Kelurahan Mattappawalie
Sebelah Timur : Desa Bacu - bacu
Sebelah Barat : Desa Kading
Untuk lebih jelasnya berikut silsilah Kepala Desa yang pernah memimpin desa
Mattirowalie dari jaman dahulu sampai saat ini :
1. M. ARIS Periode Tahun 1994 – 1999 ( Definitif )
2. M. ARIS Periode Tahun 1999 – 2008 ( Definitif )
3. BAKRIE Periode Tahun 2008 – 2014 ( Definitif )
4. H. MUSTAKIM.P, S.Sos Tahun 2014–2015 ( Pejabat )
5. Dra. Hj. I CALLI Periode Tahun 2015 – 2017 ( Pejabat )
6. HAMZAH Periode Tahun 2017 – 2023 ( Definitif )
Wilayah Desa Mattirowalie terangkum dalam wilayah Kecamatan Tanete Riaja,
Pada tahun 1994.
B. Lembaga Kemasyarakatan
Menurut undang-undang No. 6 Tahun 2014, terdapat enam lembaga desa,
yakni:
1. Pemerintahan Desa (Kepala Desa dan Perangkat Desa)
2. Badan Permusyawaratan Desa
3. Lembaga Kemasyarakatan
4. Lembaga Adat
43
5. Kerjasama Antar Desa
6. Badan Usaha Milik Desa (Bundesa)
Dalam penyelenggaraan pembangunan desa, Desa mendayagunakan
lembaga-lembaga seperti yang disebut di atas, salah satu lembaga desa yang
sangat berperan aktif dalam proses pelaksanaan pembangunan yakni Lembaga
Kemasyarakatan Desa (LKD) yang merupakan wadah partisipatif masyarakat desa
sebagai mitra pemerintahan desa.
C. Letak Geografis
Desa Mattirowalie terletak di Daerah wilayah Kecamatan Tanete Riaja,
dengan luas wilayah 2023 Ha. Desa Mattirowalie terdiri dari 6 Dusun, 14 RT,
Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru, dengan batas wilayah sebagai berikut.
Tabel 1.1. Batas-batas Desa
Batas Desa/Kelurahan Kecamatan
Sebelah Utara Kelurahan Lompo Riaja Tanete Riaja
Sebelah Selatan Kelurahan Mattappawalie Pujananting
Sebelah Timur Desa Bacu-bacu Pujananting
Sebelah Barat Desa Kading Tanete Riaja
Adapun luas wilayah Desa Mattirowalie adalah 20,23 Km2/ 2023 Ha, dengan
batas wilayah yaitu :
Sebelah Utara : Kelurahan Lompo Riaja
Sebelah Selatan : Kelurahan Mattappawalie
Sebelah Timur : Desa Bacu-bacu
Sebelah Barat : Desa Kading
44
Tabel 1.2. Luas Wilayah Menurut Penggunaannya
No. Wilayah Luas Tanah
1. Pemukiman 190,00 Ha
2. Perkebunan 150,00 Ha
3. Pertanian 410,00 Ha
4. Perkantoran 3 Ha
5. Perkuburan 90,00 Ha
6. Tegal/lading 370,00 Ha
7. Hutan 687,00 Ha
8. Prasarana umum lainnya 120,00 Ha
D. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Desa Mattirowalie termasuk kurang padat atau padat
jika dibandingkan dengan luas wilayah desa. Hal ini dapat dilihat dari hasil
Pendataan Profil Desa yang dilakukan pada tahun 2019, tercatat jumlah penduduk
Desa Mattirowalie sekitar 3. 843 jiwa dengan perbandingan laki-laki 1. 941 jiwa
dan perempuan sebanyak 1. 902 jiwa.
Penduduk Desa Mattirowalie merupakan salah satu aset desa dalam
pelaksanaan pembangunan. Hanya saja sumber manusia masyarakat belum
memadai karena rendahnya pendidikan, sehingga harapan untuk mengubah pola
pikir masih rendah. Jumlah penduduk Desa Mattirowalie dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
45
Tabel 1.3. Jumlah jiwa penduduk setiap dusun di Desa Mattirowalie.
Nama Dusun Jumlah
KK
Jumlah Jiwa Total Jiwa
L P
Parenring 355 592 665 1.257
Cinekko 194 470 321 791
Bua 63 103 109 212
Limpo 154 230 207 437
Tille 166 274 315 589
Lappadare 188 272 285 557
Jumlah 1.120 1.941 1.902 3.843
Sumber : Hasil Sensus Penduduk Profil Desa Mattirowalie Tahun 2019
D. Keadaan Pendidikan
Untuk tingkat pendidikan warga Desa Mattirowalie berdasarka hasil
sensus profil desa tahun 2018 sudah sama dengan desa lainnya. Sehingga tidak
membutuhkan penanganan yang sangat serius jika pemerintah ingin memajukan
pendidikan di daerah ini. Kesadaran orang tua bukanlah factor utama dalam
menghambat pendidikan karena orang tua tetap memberikan peluang kepada
anak-anak untuk tetap bersekolah hanya saja ada banyak factor lain yang
menyebabkan sehingga tingkat pendidikan masih rendah seperti kurangnya tenaga
pengajar yang professional (PNS), sosialisasi pemerintah akan pentingnya
pendidikan masih kurang, pada hal Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) sudah ada di Desa Mattirowalie. Rata – rata kaum perempuan
yang berumur di usia lanjut agak sulit diajak berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia karena memang mereka sama sekali tidak pernah bersekolah. Berbeda
dengan kaum lelaki mereka belajar bahasa karena tuntutan hidup yang mereka
jalani dimana mereka keluar desa untuk mencari tambahan penghasilan sehingga
memaksa dia belajar bahasa dari rekan kerjanya walaupun tidak lancer tetapi
mereka memahami kalau ditemani bicara bahasa Indonesia.
46
Jika semua pihak bersatu untuk memajukan pendidikan maka angka melek
huruf, putus sekolah tidaklah terjadi, tetapi ini bukanlah hal mudah untuk
dilakukan semudah membalikkan telapak tangan. Karena angka melek huruf yang
tinggi menjadikan kemampuan ilmu dan keterampilan warga juga rendah sehingga
mereka mengolah lahan berdasarkan kemauan saja tanpa dilandasi oleh teori
sehingga mereka merasa sangat berat mereka bekerja karena hasil yang diperoleh
tidak seberapa. Dan mereka sadar bahwa dengan ilmu dan keterampilan yang
kurang sangat mempengaruhi tingkat kehidupan sehari-hari. Untuk orang yang
paham akan pentingnya pendidikan mencoba menyekolahkan anaknya sampai ke
lanjutan atas bahkan ada yang sampai ke perguruan tinggi terutama dari kalangan
orang yang mampu, meskipun harus menelan biaya yang cukup banyak.
Tabel 1.4. Keadaan Pendidikan Masyarakat Desa Mattirowalie.
Pendidikan Masyarakat Laki-laki Perempuan Total
Belum Sekolah 73 79 66
Tidak Pernah Sekolah 40 69 74
Sedang Tk/Kelompok
Bermain
28 44 72
Sedang SD 138 175 313
Tamat SD 272 433 705
Tidak Tamat SD 480 513 993
Sedang SMP 65 71 136
Tamat SMP 57 81 138
Tidak Tamat SMP 160 279 439
Sedang SMA 63 58 121
Tamat SMA 95 150 245
Tidak Tamat SMA 37 65 102
Tamat D2 3 9 12
Tamat D3 7 9 16
Tamat S-1 18 32 48
Tamat S-2 1 0 1
Jumlah 1.656 1.825 3.481
Sumber: Hasil Pendataan Penduduk Profil Desa Mattirowalie 2018
47
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Persepsi Peserta Kursus Menjahit Terhadap Lembaga Kursus Dan
Pelatihan (LKP)
Lembaga kursus dan pelatihan (LKP) menjahit di Desa Mattirowalie
mengadakan program kursus dengan mengajarkan keterampilan menjahit di
Dusun Parendring, LKP ini mengadakan program kursus ini karena mereka
melihat banyaknya wanita terutama ibu-ibu yang tidak mempunyai pekerjaan,
setelah mereka selesai mengerjakan pekerjaan rumah mereka, biasanya mereka
berkumpul dengan tetangga dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk
mengobrol. Melihat banyaknya penduduk sekitar yang tidak memiliki pekerjaan
membuat pemerintah setempat memutuskan untuk mengajak masyarakat
sekitarnya untuk belajar menjahit di dusun parendring. Lembaga Kursus dan
Pelatihan menjahit mengajak masyarakat sekitar untuk mengkuti kegiatan kursus
menjahit bertujuan agar waktu luang yang dimiliki oleh masyarakat sekitar dapat
lebih bermanfaat dari pada hanya digunakan untuk mengobrol saja.
Dengan mengikuti kegiatan kursus menjahit ini masyarakat akan
memiliki keterampilan yang nantinya bisa digunakan untuk menjadi peluang
usaha yang dapat membuat hidup mereka mandiri hal tersebut menimbulkan
berbagai persepsi dari peserta mengenai lembaga kursus menjahit Di Dusun
parendring..
48
a) Persepsi peserta kursus menjahit tehadap pelaksanaan pelatihan menjahit di
Desa Mattirowalie
Dalam pelatihan kursus menjahit, diberikan berbagai macam materi mulai
dari cara pemilihan bahan yang tepat untuk dibuat pakaian, peralatan yang dipakai
dalam pembuatan pakaian, membuat pola awal, membuat desain-desain pakaian,
sampai peserta dapat praktek langsung dalam pembuatan pakaian.Dengan praktek
langsung peserta dapat menggunakan peralatan dan dapat langsung
mengaplikasikan pembelajaran materi yang telah diberikan agar peserta menjadi
mahir dalam membuat pakaian dan mengoprasikan peralatan menjahit yang
digunakan. Dengan adanya pelatihan kursus menjahit ini memberikan kesempatan
kepada perempuan muda mudi, ibu- ibu yang tidak mempunyai kegiatan, dan
tidak mempunyai keahlian supaya menjadi terampil agar bisa mandiri kedepannya
dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Berdasarkan pemaparan di atas
hal tersebut menimbulkan berbagai persepsi dari peserta kursus menjahit
mengenai pelaksanan pelatihan.
“proses belajar menjahit ini diadakan pada hari tertentu dengan
durasi waktu itu biasanya 4 jam pada pukul 13.00-16.00 WIB setiap
satu kali pertemuan. Saya juga bersyukur adanya pelatihan menjahit
ini memberikan peluang kepada saya dan ibu-ibu yang tidak memiliki
kesibukan atau remaja yang tidak melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi (Narasumber RI perempuan, 23 tahun, 25/9)
kemudian peneliti melanjutkan wawancara dengan “LI” selaku peserta kursus
menjahit
“sudah sangat baik dan teratur pelaksanaanya karena sudah
dipersiapkan itu yang mau digunakan belajar menjahit dan yang
mengajar datang lebih awal pada saat proses pelatihan menjahit.
sudah mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan selama
kegiatan pembelajaran kursus menjahit. Belajar menjahit ini
49
diselenggarakan setiap tahun ini memberikan kesempatan untuk
mengembangkan kreativitasnya agar nantinya dapat memberikan
manfaat untuk kedepannya (Narasumber LI Perempuan, 25 tahun,
25/9 )
Berdasarkan hasil wawancara dari dua persepsi peserta kursus dapat dikatakan
bahwa lembaga kursus menjahit ini memberikan peluang kepada peserta untuk
mengembangkan kreativitasnya. Peserta kursus menjahit diberikan wawasan dan
pengetahuan mendalam tentang kegiatan menjahit bahkan yang dilaksanakan oleh
lembaga kursus LKP dusun parendring dan juga pentingnya memiliki
keterampilan atau skill, agar dapat membantu hidup mereka nantinya. Lembaga
kursus ini sangat bermanfaat untuk warga yang tidak memiliki kegiatan atau
kesibukan agar waktu yang dihabiskan tidak terbuang sia-sia dengan mengikuti
lembaga.
“ harus saling mengingatkan untuk datang tepat waktu di lokasi kursus
dan harus terus mengingat motivasi yang disampaikan oleh pengelola
dan tutor pada saat pemberian materi selalu diingatkan tentang
kedisiplinan waktu” (Wawancara 25 september)
Berdasarkan hasil wawancara dapat dikatakan bahwa dengan adanya Motivasi
warga belajar datang tepat waktu dapat teratasi dengan baik dari pihak
penyelenggara, instruktur, dan warga belajar. Penyelenggara dan instruktur kerap
memberikan motivasi dan saran kepada warga belajar agar rajin belajar dan
berlatih. Seseorang akan mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan
perkembangan zaman yang kompleks.
Menurut "LA" sebagai peserta kursus menjahit pada tahap perencanaan.
“pada saat pembelajara pertama menjahit saya harus mempersiapkan
diri untuk benr- benar fokus pada saat pembelajaran. saya diajari
pertama membuat pola pakaian kalau masih ada yang belum paham
50
dijelaskan kembali baik sekali sikap yang ditunjukan oleh tutor atau
pelatinya saat pembelajaran berlangsung, terlihat tenang dan
bijaksana. tutor bukan cuman kasih saja materi dan sebagainya tapi
mampu menciptakan suasana kekeluargaan, menyenangkan dan selalu
kasihki motivasi-motivasi supaya semangat terus . tutornya juga sabar
dalam mengajari dan menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan
sama peserta kursus menjahit” (Wawancara LA Perempuan, 23 tahun,
27/9)
Berdasarkan hasil wawancara dapat dikatakan bahwa hubungan erat antara tutor
dan peserta kursus menjahit memiliki rasa kekeluargaan saling menghormati,
peserta juga harus benar-benar pada saat pembelajaran agar apa yang
disampaikan pada saat pelatihan bisa dipahami selain itu media dalam ruangan
juga akan digunakan sesuai dengan tahapan pembelajaran. Komunitas belajar juga
telah memanfaatkan sarana dan prasarana dengan tepat. Selain cara semua warga
belajar kursus menjahit, terdapat juga strategi pembelajaran yang dapat digunakan
agar proses pembelajaran tidak terlalu membosankan dan memudahkan peserta
kursus menjahit untuk memahami materi yang diberikan. Lembaga kursus
menjahit ini selain memberikan peluang kepada peserta kursus untuk kedepannya
juga bisa menambah motivasi bahwa lembaga kursus ini juga memberikan rasa
kekeluargaan dan suasana baru kepada peserta yang mengikuti kegiatan kursus
menjahit ini. Hal serupa juga disampaikan peserta yang lain bahwa selain
kemampuan yang terus ditingkatkann mereka juga harus percaya diri agar apa
yang dilakukan bisa berjalan dengan baik hal tersebut disampaikan peserta kursus
mengenai awal mereka mengikuti pelatihan
Awal mengikuti kursus saya harus percaya diri untuk mengikuti kursus
karena dalam pembelajaran kursus menjahit tidak selamanya langsung
berhasil pasti ada kekurangan, rintangan dan kegagalan bisa saja
terjadi (Wawancara SA, perempuan 55 tahun, 15 /10 2020)
51
Berdasarkan hasil wawancara dapat dikatakan bahwa rasa percaya diri merupakan
sikap yang harus dimiliki oleh seseorang terutama peserta yang mengikuti kursus
menjahit. Karena dengan percaya diri yang tinggi bisa merubah seseorang untuk
menjadi orang yang lebih baik. Begitu pula dengan yang dialami peserta kursus
menjahit peserta kursus harus dibekali dengan percaya diri dalam menentukan
sesuatu, percaya diri bahwa bisa menghadapi berbagai resiko.
“saya harus mempunyai dorongan yang kuat atau motivasi tinggi untuk
mengembangkan keterampilan dan berinovasi atau menciptakan ide-ide
baru agar selalu up to date (mengikuti perkembangan zaman) sesuai
bidangnya”(Narasumber RA perempuan, 23 tahun, 25/9)
Berdasarkan hasil wawancara dapat dikatakan bahwa mereka mengikuti lembaga
kursus untuk meng up to date atau mengembangkan ide-ide yang ada pada setiap
peserta kursus menjahit dan mengikuti perkembangan zaman dan menunjukkan
inisiatifnya dengan membuat baju bahkan memberikan aksen-aksen yang unik.
Peserta kursus selalu belajar memperbaiki ketika mengalami kegagalan dan tidak
pernah menyerah ataupun putus asa dan berhenti berkarya, mereka akan terus
berupaya untuk memperbaiki kegagalan yang dialaminya.
setelah saya mengikuti kursus saya jadi mengerti bagaimana cara
membuat pakaian atau busana yang awalnya saya tidak mengerti cara
menggunakan mesin jahit.”(Narasumber RA)
Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta kursus dapat dikatakan bahwa
kursus menjahit ini sangat bermanfaat untuk mendapatkan skill, bahkan
memberikan peluang menjadi sumber penghasilan kepada peserta kursus menjahit
52
dari yang kurang mengerti sampai mereka bisa menggunakan mesin tersebut dan
itu akan membawa manfaat yang besar kepada peserta kursus menjahit.
b) Persepsi peserta kursus menjahit tehadap sarana dan prasarana pelatihan
menjahit di Desa Mattirowalie
Lembaga kursus dan pelatihan (LKP) di Dusun parendring memfasilitasi
kegiatan kursus berupa tempat, peralatan menjahit, mesin jahit berbagai jenis dan
juga menyediakan pelatih atau instruktur. Dengan melakukan praktek secara
langsung menggunakan peralatan yang digunakan untuk membuat pakaian seperti
mesin jahit, mesin obras, dan juga mesin bordir, dengan diberlakukannya praktek
langsung juga dapat membuat para peserta kursus menjahit juga dapat belajar cara
menggunakan dan mengoperasikan mesin-mesin jahit.
“Menurut saya fasilitas sudah memadai karena setiap peserta sudah
dilengkapi sesuai kebutuhan kursus mulai dari mesin jahit, tas
,modul, penggaris gunting, semua tersedia di tempat
kursus”(Narasumber RA)
Selanjutnya peneliti mewawancarai “LI” selaku peserta kursus
“Materi yang disampaikan sudah sangat jelas dan mudah dipahami
peserta karena menggunakan papan tulis dan modul setiap selesai
menjelaskan materi langsung dipraktekan bagaimana cara membuat
pola baju untuk pemula”
Berdasarkan hasil wawancara dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan kursus
menjahit selain mudah dipahami karena dijelaskan kemudian dipraktekkan
bagaimana cara membuat pola pakaian untuk pemula. Selain pemberian materi
yang sudah berjalan dengan baik perlengkapan kursus juga sudah dilengkapi
dengan sarana dan prasarana mulai dari mesin jahit , mistar, modul. Di Tahap
53
pelaksanaan sudah berjalan dengan baik mulai dari penyampaian materi sampai
dengan perlengkapan alat kursus sudah terlaksana dengan baik. Hal serupa juga
disampaikan “WI”selaku peserta kursus.
Dalam proses pembelajaran dan penyampaian materi secara teori
atau penjelasan dengan menggunakan media pembelajaran seperti
papan tulis yang digunakan supaya warga belajar lebih memahami
materi yang disampaikan. Kemudian untuk praktek yang
dilangsungkan warga belajar, ketika ada yang belum dapat dipahami
warga belajar, seketika diperkenankan untuk langsung menanyakan
kepada instruktur.(wawancara WI perempuan 38 tahun, 27 /9/2020)
Berdasarkan wawancara dapat dikatakan bahwa pembelajaran kursus menjahit ini
sudah dilengkapi sarana dan prasarana sesuai yang dibutuhkan peserta kursus
menjahit mulai dari pemberian materi,salah satu cara memberdayakan masyarakat
setempat untuk terus berkarya dan mengembangkan kemampuan mereka. hal
serupa juga disampaikan oleh peserta kursus “RI”mengenai perlengkapan kursus
menjahit
Pihak lembaga kursus menjahit ini tidak hanya memberi ilmu tentang
menjahit namun kita juga diberikan seragam, alat tulis,tas,modul dan
perlengkapan menjahit (Narasumber RI perempuan, 23 tahun, 25/9)
Berdasarkan hasil wawancara dapat dikatakan bahwa perlengkapan sarana dan
prasarana kursus sudah cukup baik dan sangat memadai karena dilengkapi
prasarana yang cukup untuk setiap peserta kursus menjahit. Lembaga kursus dan
pelatihan di Dusun parendring menjadi tempat kursus yang memberikan
pembelajaran keterampilan menjahit yang juga memberikan pembinaan dan
pendampingan kepada masyarakat yang mengikuti kegiatan terutama bagi wanita
dan ibu-ibu yang tidak memiliki pekerjaan dan juga anak putus sekolah. Dalam
pembelajarannya, diberikan berbagai macam materi mulai dari cara pemilihan
54
bahan yang tepat untuk dibuat pakaian, peralatan yang dipakai dalam pembuatan
pakaian, membuat pola awal, membuat desain-desain pakaian, sampai peserta
didik dapat praktek langsung dalam pembuatan pakaian. Dengan praktek langsung
peserta dapat menggunakan peralatan dan dapat langsung mengaplikasikan
pembelajaran materi yang telah diberikan agar peserta menjadi mahir dalam
membuat pakaian dan mengoprasikan peralatan menjahit yang digunakan.
Kegiatan kursus yang sedang berjalan akan terus dipantau baik dan di akhir
pembelajaran akan diadakan tahap evaluasi untuk mengetahui pelaksanaan kursus
sampai dengan kemajuan yang telah telah dicapai. Hal tersebut disampaikan oleh
pengelolah pelatihan kursus
“kita akan adakan rencana evaluasi yang akan dilaksanakan pada
akhir pembelajaran, warga yang ikut belajar telah memenuhi kriteria
minimum 90% menyelesaikan proses pembelajaran kursus menjahit
dengan tuntas, tutor akan melakukan penilaian terhadap kemampuan
yang telah dicapai warga belajar. Tahap akhir ini merupakan
Evaluasi dilakukan dengan cara mengadakan tes teori dan praktik, di
warga belajar diberikan soal-soal dan ditugaskan untuk membuat
sebuah pakaian jadi sesuai kemampuan warga belajar masing-
masing”(Wawancara “AR” Laki- Laki, 31 tahun,2/10/2020 )
.
Berdasarkan hasil wawancara dapat dikatakan bahwa hasil evaluasi merupakan
tahapan yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan peserta kursus menjahit.
sebagian besar warga belajar mampu menguasai keterampilan yang dipelajari dan
dapat mempraktekkannya dengan benar. pada hasil evaluasi, penyelenggara
mengarahkan kepada lulusan untuk dapat memanfaatkan keterampilan yang telah
diperolehnya baik di masa sekarang maupun dimasa yang akan datang.
55
B. Pembahasan
1. Persepsi Peserta Kursus Menjahit Terhadap Lembaga Kursus Dan Pelatihan
LKP Desa Mattirowalie
lembaga kursus dan pelatihan merupakan salah satu upaya untuk
mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan masyarakat agar
dapat mencapai kelevel yang lebih baik lagi, hal ini karena setiap masyarakat pastilah
memiliki kemampuan untuk berkembang kearah yang lebih baik lagi. Pengembangan
keterampilan atau skill bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, juga dengan
bertambahnya pendidikan dan keterampilan pastinya membuat masyarakat lebih
diuntungkan dan dapat memanfaatkan keterampilan tersebut bagi keberlangsungan
hidup mereka dikemudian hari. Uraian diatas telah dipaparkan oleh bberapa peserta
kursus berdasarkan hasil wawancara yang membahas tentang proses kegiatan
pelatihan menjahit melalui kursus mejahit di LKP Dusun parendring , yang bertujuan
untuk mengajak masyarakat yang tinggal di Desa Mattirowalie , khususnya ibu-ibu
dan wanita yang tidak memiliki pekerjaan setelah selesai mengerjakan pekerjaan
rumah mereka untuk memanfaatkan waktu luang yang mereka miliki dengan hal yang
bermanfaat.
Dengan mengikuti kegiatan kursus yang diadakan oleh LKP Dusun parendring
masyarakat mendapatkan pengetahuan, memiliki keterampilan, dan mampu mandiri.
Dapat dilihat bahwa dengan adanya LKP ini membantu mengajarkan masyrakat
keterampilan menjahit, dan meningkatkan kemampuan serta meningkatkan pendapatan
mereka kedepanya jika dimanfaatkan ilmu yang didapatkan pada saat pelatihan kursus
menjahit.
56
Lembaga kursus dan pelatihan (LKP) Dusun parendring, dimana LKP ini
mengajak masyarakat Desa Mattirowalie untuk berpartisipasi dalam kegiatan
kursus menjahit guna meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan
mereka, agar dapat membantu mereka dalam pemenuhan kebutuhan dan
meningkatkan taraf hidup mereka nantinya setelah selesai mengikuti kegiatan
kursus menjahit ini Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peserta kursus
dapat diketahui bahwa tahap pelaksanaan pembelajaran bertujuan untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta kursus dalam upaya mencapai kompetensi
dasar, yang disusun untuk setiap kompetensi dasar yang dilaksanakan dalam
pembelajaran. Tutor menyiapkan bahan ajar/modul/media yang diperlukan untuk
pembelajaran. Tutor menyiapkan bahan dan alat praktik. bagi warga tidak mampu
di Desa Mattirowalie. Dengan materi menjahit tentang memotong bahan dan
menjahit dengan benar. Sebagai salah satu persyaratan untuk dinyatakan telah
selesai melaksanakan pelatihan menjahit yaitu dengan diadakannya ujian
kompetensi yang bertujuan untuk mengetahui, keahlian warga belajar dan
keberhasilan tutor memberi arahan, motivasi dan materi dalam penerapan
keterampilan yang dipelajari selama pelatihan.
kursus menjahit didampingi instruktur kursus yang profesional,perekrutan
instruktur dengan mempertimbangkan bahwa mereka dipandang menguasai materi
pembelajaran, minimal berpendidikan sarjana dan mampu berinteraksi dengan
warga belajar dalam nuansa kekeluargaan yang saling menghargai dan
menghormati. Lembaga kursus menjahit ini memberikan peluang kepada peserta
untuk mengembangkan kreativitasnya dan juga pentingnya memiliki keterampilan
57
atau skill, agar dapat membantu hidup mereka nantinya. Lembaga kursus ini
sangat bermanfaat untuk warga yang tidak memiliki kegiatan atau kesibukan agar
waktu yang dihabiskan tidak terbuang sia-sia dengan mengikuti lembaga kursus.
Tahap implementasi atau pelaksanaan merupakan kegiatan pembelajaran
operasional itu sendiri. Pada tahap ini tutor / instruktur melakukan interaksi
belajar-mengajar melalui penerapan berbagai metode dan teknik pembelajaran
yang strategis, serta penggunaan seperangkat media. Langkah-langkah atau
tahapan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran kursus menjahit
(Sutarto, 2013:54)
Pada pembelajaran kursus menjahit dapat dideskripsikan bahwa program
kursus menjahit di Desa Mattirowalie dalam upaya pembelajaran kursus untuk
meningkatkan atau mengembangkan skil peserta kursus menjahit bisa dikatakan
telah berhasil. Karena mulai dari pelaksanaan hingga evaluasi program yang
dilakukan oleh penyelenggara adalah setiap akhir pembelajaran selalu
mengevaluasi peserta kursus untuk mengetahui tingkat pemahaman dan
kemampuan, perkembangan peserta.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peseta kursus dapat
dikatakan bahwa pembelajaran kusus sudah berjalan dengan baik mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Dari beberapa pendapat atau persepsi peserta
dapat dikatakan bahwa pembelajaran kursus menjahit sudah berjalan dengan baik
meskipun masih banyak harus ditingkatkan mengenai pembelajaran itu sendiri
agar peserta tidak pernah merasa puas dan mereka terus belajar bagaimana
58
membuat pakaian yang memiliki nilai jual yang tinggi nantinya. Pelaksanaan
kursus menjahit selain mudah dipahami karena dijelaskan kemudian dipraktekkan
bagaimana cara membuat pola pakaian untuk pemula. selain pemberian materi
yang sudah berjalan dengan baik perlengkapan kursus juga sudah dilengkapi
dengan sarana dan prasarana mulai dari mesin jahit , mistar, modul. Adanya
perubahan pada peserta kursus khususnya yang mengikuti lembaga kursus
menjahit hasil penelitian menunjukan bahwa lembaga kursus membawa
perubahan setelah mengikuti kursus yang awalnya tidak mengerti tata cara
menggunakan mesin jahit namun setelah mengikuti kursus peserta bisa
mengoperasikan mesin jahit bahkan ada yang berhasil membuat pakaian atau
seragam.
Hal ini sejalan dengan Teori Perubahan sosial (Robert H. Lauer) Perubahan
sosial merupakan fenomena yang dapat menembus ke berbagai tingkat
kehidupan sosial. Hal ini terjadi karena keseluruhan aspek kehidupan terus
berubah-ubah. Perubahan pada masyarakat di dunia ini merupakan gejala yang
normal, yang pengaruhnya tentu menjalar dengan cepat ke bagian-bagian lain dari
dunia , antara lain berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru
di berbagai bidang, baik teknologi bahkan fashion menjadi revolusi modernisasi
dan seterusnya yang terjadi di suatu tempat dengan mudah diketahui oleh
masyarakat lain yang jaraknya jauh dari tempat tersebut. Menurut Robert H. Lauer
dalam buku (Perspektif tentang perubahan sosial: 1993) perubahan sosial adalah
perubahan dalam segi fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan manusia
mulai dari tingkat individu hingga tingkat dunia.
59
Adapun keterkaitan antara teori perubahan sosial oleh Robert H. Lauer
dengan penelitian yang dilakukan adalah adanya perubahan yang terjadi pada
peserta kursus yang mengikuti kursus menjahit perubahan disini bisa kita lihat
seiring dengan perkembangan zaman modern yang mana mesin jahit dahulu
belum menggunakan listrik alias manual. Namun dengan kecanggihan teknologi,
sekarang mesin jahit pun sudah otomatis. Tanpa perlu kita repot menjahitnya,
cukup dengan mengoperasikan sistem maka mesin akan otomatis menyatukan
lembaran kain sesuai dengan pola yang telah dibuat. Dan masyarakat yang
mengikut kursus otomatis akan mengalami perubahan dan perkembangan setelah
mengikuti kursus.
Adapun teori selanjutnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Teori struktural fungsionalisme dapat memperkuat dan mendukung terkait dengan
hal yang diteliti oleh penelitian, sehingga pembahasaannya dapat dipertanggung
jawabkan dengan penguatan teori yang digunakan. Teori struktural fungsional
bahwa pada teori menekankan bahwa individu maupun kelompok harus
menjalankan perannya sesuai dengan porsinya seperti halnya penyediaan sarana
dan prasarana dan pemberian pelatihan menjahit. Keterkaitan teori dengan
masalah yang diteliti menjelaskan bahwa proses pelatihan kursus menjahit perlu
menyiapkan beberapa hal yaitu sarana dan prasarana untuk memudahkan kegiatan
kursus menjahit sama halnya yang dilakukan oleh pengelolah dan instruktur
begitu antusias menyiapkan sarana dan prasarana sebagai tempat untuk melakukan
pelatihan kursus menjahit, penyediaan sarana dan prasarana ini didasari adanya
fungsi yang terkandung dalam sarana dan prasarana itu sendiri antara lain agar
60
dapat mempermudah peserta kursus pada saat pembelajaran kursus berlangsung
karena sudah dilengkapi fasilitas menjahit yang memadai.
Selain menyiapkan sarana dan prasarana mereka juga memberikan
motivasi kepada peserta kursu menjahit agar mereka mencapai tujuan yang ingin
dicapai agar menciptakan peserta kursus atau perempuang yang kreatif sesuai
keinginan atau harapan pemerintah setempat agar masyarakat nantinnya dapat
membuka usaha dan bahkan memberikan peluang besar jika mereka berhasil
dalam membuat sebuah pakaian yang nantinya akan menjadi nilai jual.
Yangmenjadi sasaran adalah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat yang
mengikuti kegiatan kursus. Keterampilan menjahit merupakan solusi untuk
masyarakat yang tidak mempunyai kegiatan agar memanfaatkan waktunya dengan
mengikuti pelatihan kursus.
61
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penulis dapat menyimpulkan dari hasil penelitian pada bab ini yang
menjelaskan permasalahan dari bab sebelumnya dengan penelitian tentang
Persepsi Peserta kursus Menjahit Terhadap Lembaga kursus Dan Pelatihan LKP
di Desa Mattirowalie Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru Dengan adanya
penjelasan tersebut maka peneliti mengambil kesimpulan akhir yaitu :
Hasil yang diperoleh dari lembaga kursus dan pelatihan (LKP) dalam
pelatihan kursus menjahit masyarakat di Desa Mattirowalie pembelajaran kusus
sudah berjalan dengan baik mulai dari kegiatan pelaksanaan maupun sarana dan
prasarana. Dari beberapa pendapat atau persepsi peserta dapat dikatakan bahwa
pembelajaran kursus menjahit sudah berjalan dengan baik meskipun masih banyak
harus ditingkatkan mengenai pembelajaran itu sendiri agar peserta tidak pernah
merasa puas dan mereka terus belajar bagaimana membuat pakaian yang memiliki
nilai jual yang tinggi nantinya. Pelaksanaan kursus menjahit selain mudah
dipahami karena dijelaskan kemudian dipraktekkan bagaimana cara membuat pola
pakaian untuk pemula. selain pemberian materi yang sudah berjalan dengan baik
perlengkapan kursus juga sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana.
62
B. Saran
Saran merupakan masukan yang dapat disampaikan yang berkaitan
dengan penelitian ini adalah :
1. Saran bagi tempat penelitian
Lebih disiplin dalam melaksanakan pembelajaran, terutama dengan kehadiran
dan pengembangan kemampuan belajar warga.
2. Saran untuk peneliti selanjutnya penelitian ini belum sempurna, masih terbatas
pada beberapa aspek dan cara pelaksanaan pembelajaran kursus menjahit,
diharapkan peneliti lain yang akan melakukan penelitian pada topik yang
sama dapat menggali aspek-dan mengamati langsung dilapangan bagaimana
proses pembelajaran kursus dan aspek yang belum dieksplorasi dalam
penelitian ini.
63
DAFTAR PUSTAKA
George Ritzer-Douglas J.Goodman. Teori Sosiologi Modern, Jakarta:Prenada
Media, 2005, hlm. 290-291
Graham, Sandra & Weiner, Bernard. 2005. Handbook Of Educational
Psychology. New York : Macmillan Library References USA.
Hamalik, Oemar. 2001. Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen
Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Moeheriono. (2009). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor: Ghalia
Indonesia Saepudin, A. (2009). Manajemen Kemitraan Sekolah dengan
Masyarakat (Telaah, Konsep, Strategi dan Aplikasi). Bandung: Sarana
Panca Karya Nusa.
Margaret M. Poloma, Sosiologi kontemporer, Jakarta: Grafindo Persada, hlm
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production.
Romadlonati, Nur Fitria. ““Persepsi Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas
Restiyanti, Prasetijo dan John J.O.I Ihalauw.2005. Perilaku
Konsumen.Yogyakarta:Penerbit ANDI
Rakhmat (2005). Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Ritzer, George dan Goodman J Douglas . 2005. Teori Sosiologi Modern.
Jakarta:Prenada Media
Soerjono Soekanto. Sosiologi suatu Pengantar, Jakarta:Rajawali Pers, 1989, hlm.
Sarlito W Sarwono . 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers
Sutarto, joko 2013. Pelatihan Manajerial, Yogyakarta: deepublish
Sutarto Jok. 2007. Pendidikan nonformal (konsep, yayasan, pembelajaran dan
pemberdayaan masyarakat) semarang unnes press
Saepudin A.2009. Manajemen kemitraan sekolah dengan masyarakat (telaah,
konsep strategi dan aplikasi)Bandung : sarana panca karya nusa
64
Steers. RM. (1985). Efektivitas Organisasi.Jakarta: Erlangga Sudjana, D. (2010).
Manajemen Program Pendidikan : Untuk Pendidikan
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.1996.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
R&D.bandung: Alfabeta. 2010
Sunarya, Abas. 2011. Kewirausahaan. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Universitas Muhammadiyah Makassar, (2019), Panduan penulisan Proposal dan
Skripsi.
Kamil, Mustofa. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi).
Bandung : Alfabeta. http://lib.unnes.ac.id/24070/1/1201411049.pdf
65
LAMPIRAN
66
Lampiran 1
Tabel wawancara 2.1
No Pedoman wawancara Pertanyaan
1. Pedoman wawancara
peserta kursus menjahit
1 Apa latar belakang anda mengikuti program
lembaga kursus dan pelatihan ?
2 Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yang diselenggarakan pada
program lembaga kursus dan pelatihan (LKP)
3 Apa yang menjadi masalah anda dalam
mengikuti program yang diselenggarakan oleh
LKP di Desa Mattirowalie ?
4 Apakah program di LKP sesuai dengan
kebutuhan anda?
5 Bagaimanakah materi yang disampaikan dalam
kegiatan pembelajaran di LKP?
6 Bagaimanakah tutor dalam menyampaikan
materi pembelajaran di LKP ?
7 Bagaimanakah fasilitas yang ada di LKP dalam
mendukung proses pembelajaran?
8 Apa manfaat yang anda dapatkan denganadanya
67
program yang diselenggarakan LKP di Desa
Mattirowalie ?
2.
Pedoman wawancara
untuk pengelola
Lembaga kursus
1. Apa yang menjadi kebutuhan lembaga kursus
pelatihan menjahit ?
2. Mengapa hal tersebut menjadi kebutuhan
lembaga kursus pelatihan menjahit
3. Kebutuhan apakah yang paling penting untuk
diprioritaskan?
4. Upaya apa yang telah dilakukan untuk dapat
memenuhi kebutuhan tersebut?
5. Bagaimana pelaksanaan program di LKP
menjahit?
6. apa yang menjadi dasar diselenggarakannya
program tersebut?
68
Lampiran 2
Tabel data informan 2.2
Informan 1
Nama : Rismawati (RI)
Umur : 23 tahun
Pekerjaan : mahasiswa
Alamat : arokke
Informan 4
Nama : Sasma (SA)
Alamat : Tille
Umur : 55 tahun
Informan 2
Nama : lilis wahyuni (LI)
Alamat : kading
Umur : 25 tahun
Informan 5
Nama : Lisna (LA)
Alamat : tille
Umur : 23 tahun
Informan 3
Nama : Wiwi (WI)
Alamat : Tille
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Umur : 37 tahun
69
Lampiran 3
Tabel catatan 2.3
No
Hari / tanggal
Keterangan
1
15 September 2020
Antar surat di kantor bupati
2
22 September 2020
Antar surat di kantor desa sekaligus wawancara
profil desa
3
25 September 2020
2 Oktober 2020
Wawancara peserta kursus menjahit
Wawancara pengelola kursus menjahit
4
19 November 2020
Ambil surat izin keterangan selesai penelitian
70
Lampiran 4
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN PESERTA KURSUS MENJAHIT
MATERI WAWANCARA
Peneliti
Siapa nama anda?
Informan LA
Peneliti Berapa usia anda?
informan 23 tahun
Peneliti Apa latar belakang anda mengikuti kursus menjahit?
Informan Saya mengikuti lembaga kursus karena ingin mengetahui
kursus menjahit lebih mendalam agar kedepannya saya
bisa memanfaatkan apa yang saya dapatkan pada saat
pelatihan kursus
Peneliti Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
diselenggarakan pada program lembaga kursus dan
pelatihan (LKP)
Informan Menurut saya sudah berjalan dengan baik kita mengetahui
dari sikap yang ditunjukan oleh instruktur saat
pembelajaran berlangsung, terlihat tenang dan bijaksana.
Instruktur tak hanya mampu memberi materi dengan baik
tapi juga mampu menciptakan suasana kekeluargaan,
menyenangkan dan diselingi motivasi-motivasi dalam
proses pembelajaran. Instruktur dengan sabar dan telaten
mengajari dan menjawab semua pertanyaan yang
71
dilontarkan oleh peserta kursus”
Peneliti Apa yang menjadi masalah anda dalam mengikuti program
yang diselenggarakan oleh LKP di Desa Mattirowalie?
Informan Sebenarnya permasalahan yang terjadi mungkin kadang
kurang cepat tangkap pada saat penjelasan materi sebelum
praktek dimulai
Peneliti Bagaimanakah materi yang disampaikan dalam kegiatan
pembelajaran di LKP?
Informan Dalam proses pembelajaran dan penyampaian materi
secara teori atau penjelasan dengan menggunakan media
pembelajaran seperti papan tulis yang digunakan supaya
warga belajar lebih memahami materi yang disampaikan.
Kemudian untuk praktik yang dilangsungkan warga
belajar, ketika ada yang belum dapat dipahami warga
belajar, seketika diperkenankan untuk langsung
menanyakan kepada instruktur
Peneliti Bagaimanakah fasilitas yang ada di LKP dalam
mendukung proses pembelajaran
Informan Menurut saya fasilitas sudah memadai karena setiap
peserta sudah dilengkapi sesuai kebutuhan kursus mulai
dari mesin jahit, tas ,modul, penggaris gunting, semua
tersedia di tempat kursus
Peneliti Apa manfaat yang anda dapatkan dengan adanya program
72
yang diselenggarakan LKP di
Informan Yang pertama saya dapatkan yang pastinya ilmunya yang
luar biasa dan ini menamba skil mengenai kursus menjahit
dan saya juga mendapatkan teman-teman yang baik yang
saling membantu ketika ada yang belum terlalu dipahami.
Dan ini bisa bermanfaat bahkan bisa memberikan peluang
yang besar untuk kedepanya membangun usaha bisnis
meskipun hanya dimulai dari hal yang kecil
73
MATERI WAWANCARA
Peneliti
Siapa nama anda?
Informan LI
Peneliti Berapa usia anda?
informan 25 tahun
Peneliti Apa latar belakang anda mengikuti kursus menjahit?
Informan Saya ingin mengembangkan dan mempelajari kursus
menjahit agar kedepanya bisa bermanfaat untuk saya
membuka peluang usaha menjahit.
Peneliti Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
diselenggarakan pada program lembaga kursus dan
pelatihan (LKP)
Informan Menurut saya sudah berjalan sesuai dengan kebutuhan
kursus dan sarana sudah memadai untuk kegiatan
pembelajaran menjahit
Peneliti Apa yang menjadi masalah anda dalam mengikuti program
yang diselenggarakan oleh LKP di Desa Mattirowalie?
Informan Yang menjadi masalah mungkin karena saya tidak cepat
memahami jika ada yang disampaikan tutor pada saat
pembelajaran kursus harus dijelaskan burulang-ulang agar
saya bisa memahami.
Peneliti Bagaimanakah materi yang disampaikan dalam kegiatan
pembelajaran di LKP?
Informan Materi yang disampaikan cukup baik karena dijelaskan
74
secara berulang-ulang sampai semua peserta paham.
Peneliti Bagaimanakah proses pembelajaran atau fasilitas yang ada
di LKP dalam mendukung proses pembelajaran?
Informan Menurut saya fasilitas sudah cukup baik apalagi kita
ketahui kegiatan kursus ini tidak memungut biaya
sepeserpun. persiapan pelatihan yang dilakukan oleh
instruktur sudah sangat baik dan teratur instruktur datang
lebih awal Selama proses pelatihan menjahit. tutor sudah
mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
selama kegiatan pembelajaran kursus menjahit
memberikan kesempatan untuk mengembangkan
kreativitasnya agar nantinya dapat memberikan manfaat
untuk masa depannya
Peneliti Apa manfaat yang anda dapatkan dengan adanya program
yang diselenggarakan LKP di
Informan Saya bisa mengetahui pembelajaran kursus menjahit lebih
jauh karena kita dijelaskan oleh yang ahli tentang
menjahit dan ini bisa menjadi peluang agar kedepannya
bisa membuka usaha dengan mengikuti kursus menjahit.
75
MATERI WAWANCARA
Peneliti
Siapa nama anda?
Informan WI
Peneliti Berapa usia anda?
informan 37 tahun
Peneliti Apa latar belakang anda mengikuti kursus menjahit?
Informan Saya mengikuti lembaga kursus karena ingin membuka
usaha kedepannya untuk masa depan saya
Peneliti Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
diselenggarakan pada program lembaga kursus dan
pelatihan (LKP)
Informan Menurut saya sudah berjalan dengan lancar
Peneliti Apa yang menjadi masalah anda dalam mengikuti program
yang diselenggarakan oleh LKP di Desa Mattirowalie?
Informan Alhamdulillah selama mengikuti pembelajaran kursus
semua berjalan dengan baik karena kita ketahui kursus ini
juga diadakan secara gratis
Peneliti Bagaimanakah materi yang disampaikan dalam kegiatan
pembelajaran di LKP?
Informan Materi yang disampaikan mudah dipahami karena
dijelaskan secara berulang-ulang sampai peserta mengerti
kemudian dipraktekan. Dalam proses pembelajaran dan
76
penyampaian materi secara teori atau penjelasan dengan
menggunakan media pembelajaran seperti papan tulis yang
digunakan supaya warga belajar lebih memahami materi
yang disampaikan. Kemudian untuk praktek yang
dilangsungkan warga belajar, ketika ada yang belum dapat
dipahami warga belajar, seketika diperkenankan untuk
langsung menanyakan kepada instruktur
Peneliti Bagaimanakah proses pembelajaran atau fasilitas yang ada
di LKP dalam mendukung proses pembelajaran?
Informan Menurut saya fasilitas sudah cukup karena memang alat
dikondisikan dengan jumlah peserta.
Peneliti Apa manfaat yang anda dapatkan dengan adanya program
yang diselenggarakan LKP di
Informan
77
MATERI WAWANCARA
Peneliti
Siapa nama anda?
Informan SA
Peneliti Berapa usia anda?
informan 55 tahun
Peneliti Apa latar belakang anda mengikuti kursus menjahit?
Informan Saya mengikuti lembaga kursus karena ingin mengetahui
tentang kursus menjahit lebih mendalam supaya
kedepannya saya bisa membuka usaha atau bisnis dengan
belajar menjahit
Peneliti Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
diselenggarakan pada program lembaga kursus dan
pelatihan (LKP)
Informan Menurut saya sudah berjalan dengan baik dan tutor
menjelaskan materi secara berulang-ulang jika masih ada
peserta kursus yang kurang paham
Peneliti Apa yang menjadi masalah anda dalam mengikuti program
yang diselenggarakan oleh LKP di Desa Mattirowalie?
Informan Yang menjadi masalah saya dalam mengikuti kursus yaitu
kadang tidak mengikuti kursus tepat waktu
Peneliti Bagaimanakah materi yang disampaikan dalam kegiatan
pembelajaran di LKP?
Informan Materi yang disampaikan mudah dipahami karena
dijelaskan secara berulang-ulang sampai peserta mengerti
78
kemudian dipraktekan
Peneliti Bagaimanakah proses pembelajaran atau fasilitas yang ada
di LKP dalam mendukung proses pembelajaran?
Informan Menurut saya fasilitas sudah cukup karena memang alat
dikondisikan dengan jumlah peserta.
Peneliti Apa manfaat yang anda dapatkan dengan adanya program
yang diselenggarakan LKP di
Informan Saya bisa lebih mengetahui cara menjahit yang baik dan
berhasil membuat pola atau pakaian selama mengikuti
kursus
79
MATERI WAWANCARA
Peneliti
Siapa nama anda?
Informan RI
Peneliti Berapa usia anda?
informan 23 tahun
Peneliti Apa latar belakang anda mengikuti kursus menjahit?
Informan Karena saya ingin belajar menjahit agar kedepannya saya
bisa membuka usaha butik.
Peneliti Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
diselenggarakan pada program lembaga kursus dan
pelatihan (LKP)
Informan Berjalan dengan baik “proses pembelajaran kursus
menjahit ini diadakan setiap hari dengan durasi waktu 4
jam pada pukul 13.00-16.00 WIB setiap kali pertemuan.
Menurut peserta dengan adanya lembaga kursus ini
memberikan peluang kepada ibu-ibu yang tidak memiliki
kesibukan atau remaja yang tidak melanjutkan pendidikan
ke perguruan tinggi
Peneliti Apa yang menjadi masalah anda dalam mengikuti program
yang diselenggarakan oleh LKP di Desa Mattirowalie?
Informan Mungkin masalah waktu kadang saya absen.
Peneliti Bagaimanakah materi yang disampaikan dalam kegiatan
pembelajaran di LKP?
Informan Materi yang disampaikan dijelaskan berulang-ulang
80
sampai semua peserta memhami apa yang dijelaskan.
Peneliti Bagaimanakah proses pembelajaran atau fasilitas yang ada
di LKP dalam mendukung proses pembelajaran?
Informan Menurut saya fasilitas sudah memadai kan kita ketahui
kursus ini tidak memungut biaya sepeserpun.
Peneliti Apa manfaat yang anda dapatkan dengan adanya program
yang diselenggarakan LKP di Desa Mattirowalie.
Informan Menurut saya ini sangat bermanfaat khususnya untuk
kaum perempuan agar kedepannya bisa membuka usaha
dengan giat mengikuti kursus dan bisa menjadi sumber
penghasilan.
81
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN PENGELOLAH KURSUS
MENJAHIT
MATERI WAWANCARA
Peneliti
Apa yang menjadi kebutuhan lembaga kursus menjahit?
Informan
Perlu kita ketahui bahwa yang paling utama dalam kebutuhan
kursus ini adalah peralatan kursus menjahit harus lengkap supaya
kegiatan pembelajaran kursus berjalan dengan lancar. Namun
selain alat kursus yang harus lengkap peserta juga harus diberikan
motivasi agar mereka terus belajar sehingga jika mengalami gagal
tidak langsung putus asa karena kemampuan peserta berbeda-beda
ada yang cepat memahami dan ada yang harus dijelaskan secara
berulang-ulang oleh tutor atau pelatih
peneliti
Mengapa hal tersebut menjadi kebutuhan peserta kursus?
Informan Karena motivasi juga sangat penting untuk peserta kursus agar
mereka terus belajar mengembangkan skil atau kemampuan yang
didapatkan pada saat mengikuti lembaga kursus.
Peneliti
Kebutuhan apakah yang paling penting pada lembaga kursus di
Desa Mattirowalie?
82
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Tentunya kebutuhan yang paling penting pada lembaga kursus
yaitu alat yang memadai agar setiap peserta yang mengikuti
kursus ini tidak merasa terganggu satu sama lain karena harus
menggunakan alat secara bergantian.
Bagaimana pelaksanaan kursus menjahit (LKP) di Desa
Mattirowali?
Dengan mengadakan rencana evaluasi yang akan dilaksanakan
pada akhir pembelajaran, dimana warga belajar telah memenuhi
kriteria minimum 90% menyelesaikan proses pembelajaran kursus
menjahit dengan tuntas. Untuk mengetahui ketercapaian tujuan
program, tutor (beserta penyelenggara) melakukan penilaian
terhadap kemampuan yang telah dicapai warga belajar. Evaluasi
dilakukan dengan cara mengadakan tes teori dan praktik, dimana
warga belajar diberikan soal-soal dan ditugaskan untuk membuat
sebuah pakaian jadi sesuai kemampuan warga belajar masing-
masing.
Apa yang menjadi dasar diselenggarakannya program tersebut?
Dengan adanya pelaksanaan evaluasi kita bisa mengetahui
kemampuan peserta sudah sampai di tahap mana karena peserta
cukup memiliki kemampuan yang berbeda kemudian dengan
adanya evaluasi kita bisa melihat peserta yang berhasil membuat
sebuah pakaian.
83
DOKUMENTASI
Gambar narasumber
Gambar Wawancara Peserta Kursus Menjahit
84
85
86
87
RIWAYAT HIDUP
Hasmawati. Lahir pada tanggal 25 mei 1998, di Kabupaten
Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis merupakan anak
pertama dari 4 bersaudara, dari pasangan Abbas dan
Nurhayati. Penulis pertama kali masuk pendidikan Formal
di SDN 13 Tille dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun
selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Tanete Riaja
Kabupaten Barru dan tamat pada tahun 2013. Setelah tamat di SMP, penulis
melanjutkan ke SMA Negeri 4 Maros Kabupaten Maros dan tamat pada tahun
2016. Dan pada tahun 2016 penulis melanjutkan pendidikan pada program Strata
Satu (S1) sebagai Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Sosiologi melalui Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Tugas akhir dalam pendidikan tinggi
diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Persepsi peserta kursus
menjahit terhadap lembaga kursus pelatihan LKP) di Desa Mattirowalie
Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru”