PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan...

89
PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PADA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA TERHADAP IMPLEMENTASI SISTEM E-PROCUREMENT TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: Ita Akyuna Nightisabha NIM : S4307076 PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan...

Page 1: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA

PADA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA TERHADAP

IMPLEMENTASI SISTEM E-PROCUREMENT

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

Ita Akyuna Nightisabha NIM : S4307076

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Page 2: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA

PADA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA TERHADAP

IMPLEMENTASI SISTEM E-PROCUREMENT

Disusun oleh:

Ita Akyuna Nightisabha NIM : S4307076

Telah disetujui Pembimbing

Pada tanggal,

Pembimbing I

Drs. Djoko Suhardjanto, M. Com (Hons)., Ph.D., Ak.

NIP. 19630203 198903 1 006

Pembimbing II

Anas Wibawa, SE., M.SI. Ak

NIP. 19730215200012 1 001

Mengetahui :

Ketua Program Studi Magister Akuntansi

Dr. Bandi, M.Si. Ak

NIP. 19641120199103 1 002

Page 3: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA

PADA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA TERHADAP

IMPLEMENTASI SISTEM E-PROCUREMENT

Disusun oleh:

Ita Akyuna Nightisabha NIM : S4307076

Telah disetujui dan disahkan Tim Penguji

Pada tanggal, 5 Pebruari 2010

Ketua Tim Penguji : Dr. Bandi, M.Si., Ak ...................

Sekretaris Tim Penguji : Dr. Payamta, M.Si., Ak., CPA ...................

Anggota Tim Penguji : Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com(Hons)., Ph.D., Ak...................

Anggota Tim Penguji : Anas Wibawa, SE., M.Si., Ak ...................

Mengetahui :

Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Magister Akuntansi UNS

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. Dr. Bandi, M.Si., Ak

NIP. 195708201985031004 NIP. 19641120199103 1 002

Page 4: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

PERNYATAAN

Nama : Ita Akyuna Nightisabha

NIM : S4307076

Program Studi : Magister Akuntansi

Konsentrasi : Akuntansi Sektor Publik

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Persepsi Pengguna Layanan

Pengadaan Barang dan Jasa pada Pemerintah Kota Yogyakarta terhadap Implementasi

Sistem E-Procurement” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya

saya, dalam tesis ini diberi tanda citiasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh atas tesis

tersebut.

Surakarta, Januari 2010

Yang menyatakan,

Ita Akyuna Nightisabha

Page 5: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Dedicated to

Jasmine Amadea Lintang Amadangi, jalan kita masih panjang ‘nak…

Ketiadaan yang saat ini ada, tetaplah tinggal dalam rumah jiwaku..

Page 6: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

HALAMAN MOTTO

☺ Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik, pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali

☺ Hari ini sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk, pikirkan tentang seseorang yang

berada pada tingkat terburuk dalam hidupnya

☺Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir, pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan kaki

☺Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu, pikirkan tentang seseorang yang

meninggal terlalu cepat

☺Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan, tersenyum dan berterima kasihlah pada Tuhan bahwa kamu masih hidup

Life is a gift

Page 7: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat,

karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis dengan judul

“Persepsi Pengguna Layanan Pengadaan Barang dan Jasa pada Pemerintah Kota

Yogyakarta terhadap Implementasi Sistem E-Procurement” ini disusun untuk memenuhi

persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Magister Akuntansi Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini bukan hasil dari jerih payah

sendiri, akan tetapi banyak pihak yang telah membantu. Pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu

baik secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya Tesis ini. Dengan

kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Departemen Pendidikan Nasional, yang telah memberikan kesempatan dan beasiswa

studi lanjut dan kepada penulis melalui Program Beasiswa Unggulan pada Magister

Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Bandi, M.Si., Ak, selaku Ketua Tim Penguji, atas saran dan bimbingan kepada

penulis.

3. Dr. Payamta, M.Si., Ak., CPA, selaku Sekretaris Tim Penguji atas waktu dan

bimbingan yang diberikan.

4. Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com (Hons)., Ph.D., Ak., selaku pembimbing I yang tidak

pernah berhenti untuk memberi semangat yang luar biasa, kadang menakutkan tapi tak

pernah sekalipun mematahkan.

Page 8: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

5. Anas Wibawa, SE., M.Si.,Ak, selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu dan

segala kemudahan dan kesabaran dalam penulisan tesis.

6. Ibu Lusi, Bapak Handoko dan semua staf yang ada pada LPSE Kota Yogyakarta, atas

ijin penelitian dan semua informasi yang dibutuhkan.

7. Dr. JJ. Sarungu, MS dan Drs. Wahyu Agung, M.Si, untuk kesempatan yang diberikan

dalam menyelesaikan kuliah dan tesis ini.

8. Dosen beserta staf di Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan ilmu dan pencerahan.

9. Orang tuaku H.A. Walid, SH., ST., untuk limpahan kasih dan doa sepanjang hidup.

10. Kakak dan keponakanku tercinta Happy, Motiq, dan Sekar Langit, yang telah

menemani Dea selama penulisan tesis ini, luv ya

11. Men behind the scene : BB. Bekti, Bayu, Darmawan, Antim, Santi, Yuni, Hendro,

Wahyu Widyo, Upik dan Irma : keep on laughing!

12. Teman-teman kelas A Maksi angkatan 2007, untuk transfer ilmu dan hari-hari manis

asem asin selama ini.

13. Gege, penggalan terbesar dalam hidup, semoga segala sesuatu menjadi mudah untuk

kita jalani, be happy..

14. Semua pihak yang telah membantu atas terselesainya tesis ini, yang tidak bisa penulis

sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT yang akan memberikan balasan atas segala kebaikan dan

dibalasNya dengan limpahan berkah. Semoga tesis ini bermanfaat.

Surakarta, Januari 2010

Penulis

Page 9: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAAN.................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... v

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi

KATA PENGANTAR...................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Perumusan Masalah........................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian............................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian............................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS..... 9

A. E-Commerce...................................................................................... 11

B. E-Procurement.................................................................................... 13

C. B.1. Fitur E-Procurement ................................................................... 15

B.2. Perkembangan E-Procurement Indonesia................................... 17

Page 10: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

B.3. Dasar Hukum E-Procurement Indonesia .................................... 20

B.4. Manfaat E-Procurement.............................................................. 22

B.5. Tantangan dalam E-Procurement ............................................... 25

B. 6. Implementasi E-Procurement .................................................... 27

B.7. Penilaian Sistem E-Procurement …………………………….. . 30

C. Pengembangan Hipotesis ................................................................... 31

D. Kerangka Berpikir ............................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 40

A. Jenis Penelitian................................................................................... 40

B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 40

C. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 41

D. Pengumpulan Data dan Pemilihan Sampel ........................................ 43

E. Variabel Penelitian dan Konstruk Variabel ....................................... 46

F. Analisis Data ....................................................................................... 48

F.1. Uji Validitas .................................................................................. 48

F.2. Uji Realibilitas............................................................................... 49

F.3. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 49

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ....................................... 51

A. Gambaran Umum Obyek dan Statistik Deskriptif................................ 51

B. Karakteristik Sampel............................................................................. 52

C. Statistik Deskriptif ............................................................................... 55

D. Persepsi Responden ............................................................................. 59

E. Hasil Uji validitas dan Reliabilitas ....................................................... 66

Page 11: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

F. Hasil Uji Beda ...................................................................................... 68

BAB V PENUTUP........................................................................................... 71

A. Kesimpulan ........................................................................................... 71

B. Keterbatasan ......................................................................................... 73

C. Saran ..................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penerapan good governance sangat diyakini memberikan kontribusi yang strategis

dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat karena dengan penerapan tata kelola

pemerintahan yang baik diharapkan mampu menghindari penyimpangan yang merupakan

awal dari tindakan korupsi dan suap (Kristiadi, 2006).

Sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 dan bergulirnya

reformasi, good governance mulai menjadi isu yang diangkat banyak pihak. Salah satu

yang mendasari dibentuknya Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) pada tahun

1999 adalah mendorong dan meningkatkan efektivitas penerapan tata kelola di Indonesia

dalam rangka membangun kultur yang berwawasan good governance baik di sektor publik

maupun korporasi. Sejalan dengan hal tersebut, prinsip good governance dalam The

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) tahun 2005

menyatakan bahwa dengan tata kelola yang baik, tidak hanya memberikan keyakinan pada

diri sendiri baik itu privat maupun instansi publik bahwa mereka mampu mendapatkan

manfaat baik secara finansial maupun kepercayaan pada investor luar dalam menanamkan

modalnya dan berinvestasi bersama (Prasetyantoko, 2008).

Transparansi dan kredibilitas menjadi hal utama dalam menciptakan tata kelola

yang baik. Sebuah proses yang transparan mampu memberikan kesempatan kepada semua

pihak untuk memberikan masukan guna peningkatan kualitas birokrasi, dan kredibilitas

adalah bangunan yang terbentuk dari proyek dan hasil dari kebijakan publik yang

bertanggung jawab (Kristiadi, 2006).

1

Page 13: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Salah satu upaya pemerintah untuk menciptakan transparansi publik adalah dengan

Inpres nomor 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-

government. Pengembangan e-government merupakan upaya mengembangkan

penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka meningkatkan

kualitas layanan publik secara efektif dan efisien.

Selain permasalahan rendahnya pelayanan publik pada instansi pemerintahan,

kegiatan pengadaan barang dan jasa pada sektor publik masih menyisakan banyak

permasalahan baik itu prosedur maupun hasilnya. Prinsip dasar pengadaan barang dan jasa

yang sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah tahun

2003 yaitu efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil, dan akuntabel, masih

menyisakan berbagai kasus korupsi yang banyak ditemukan (www.kpk.go.id, 2009).

Sebagai lembaga yang membantu pemerintah dalam penciptaan good governance,

fungsi dan peran KNKG diantaranya adalah mengembangkan pedoman standar dan kode

untuk sektor publik dan korporasi, melakukan pemantauan dan asesmen penerapan good

governance di berbagai sektor dan menata organisasi, SDM dan mekanisne internal. Sesuai

dengan SK. Menteri Perekonomian Indonesia Nomor 14 tahun 2008, dalam Pedoman

Umum Good Corporate Governance (GCG) dan indikator keberhasilan Sub-Komite

Bidang Publik adalah diberlakukannya sistem e-procurement dan e-reporting pada semua

instansi pemerintah dan proyek-proyek berskala besar.

LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah) terus

berupaya membenahi sistem dan prosedur layanan pengadaan nasional secara on-line.

Sistem baru tersebut diharapkan dapat diterapkan di semua kementerian dan lembaga serta

pemerintah daerah pada tahun 2010 melalui revisi terbatas Keputusan Presiden Nomor 80

Page 14: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah

(www.iprowatch.go.id, 2009).

Pemerintah Kota Yogyakarta, sebagai salah satu instansi pemerintah daerah yang

sudah melaksanakan sistem pengadaan barang melalui e-procurement, menjadi obyek

penelitian ini karena belum adanya penilaian yang menjadi dasar dalam menilai efektivitas

dan efisiensi sistem pengadaan barang dan jasa secara on-line serta dalam pengembangan

sistem tersebut di masa datang. LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) Kota

Yogyakarta didirikan pada bulan Juli tahun 2008 sebagai bagian dari upaya pemerintah

kota Yogyakarta untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, persaingan sehat dan

akuntabilitas dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa di lingkungan Pemerintah Kota

Yogyakarta.

Lemahnya pemanfaatan e-government di lingkungan birokrasi yang saling terkait

dengan masih terbatasnya aplikasi di dunia bisnis telah menyebabkan lambatnya

pelaksanaan program e-government (Satriya, 2006). Hal tersebut juga terjadi pada

pelaksanaan e-procurement pada beberapa pemerintah daerah dan lembaga publik yang

disebabkan adanya kesenjangan digital para pelaku kegiatan. Kesenjangan digital

merupakan tantangan terutama untuk menyukseskan e-procurement sebab belum semua

pengguna atau penyedia barang dan jasa menguasai teknologi elektronik atau teknologi

informasi sehingga diperlukan waktu untuk adaptasi. Kesenjangan digital juga terjadi di

sisi internal, kesiapan sumber daya manusia untuk mengoperasikan e-procurement tak

tersebar merata di lingkup SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dan infrastruktur

Teknologi Informasi (TI) yang terbatas sehingga perlu persiapan yang lebih optimal

(www.wartaegov.com, 2009).

Page 15: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Hasil penelitian menyangkut kesiapan e-procurement di Kabupaten Sleman

menunjukkan bahwa pemerintah daerah belum siap untuk menjalankannya (Prabowo,

2009). Hal ini dilihat dari masih rendahnya komitmen kepala daerah yang diindikasikan

dari adanya motif-motif ekonomi politik dalam menjalankan kebijakan pengadaan

barang/jasa. Selain itu masih sangat minimnya pegawai dengan kemampuan yang dapat

diandalkan untuk menjalankan sistem ini.

Temuan lain terkait dengan kegagalan e-procurement juga terjadi pada salah satu

Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hambatan-hambatan implementasi e- procurement

adalah kesiapan sumber daya manusia terkait masalah mental, masih terbatasnya

pengetahuan transaksi secara on-line dikalangan vendors maupun unit - unit di perusahaan,

kompatibilitas dan kehandalan sistem yang dibangun masih diragukan, auditor khususnya

Badan Pemeriksa Keuangan belum sepenuhnya menggunakan standar transaksi on-line,

dan belum adanya aturan dan standar pelaksanaan e-procurement (Mulyanto, 2008).

Beberapa penelitian terdahulu yang mengukur keberhasilan implementasi sistem e-

procurement yang diukur dari persepsi dan tingkat kepuasan pengguna akhir telah

dilakukan pada pemerintah kota Surabaya. Nurliya (2007) mengukur kepuasan pengguna

akhir yaitu para pengguna barang/jasa yang memanfaatkan layanan e-procurement

menghasilkan gambaran bahwa implementasi sistem e-procurement di pemerintah kota

Surabaya telah berhasil dilakukan.

Penelitian sejenis yang dilakukan pada obyek yang sama yaitu pemerintah kota

Surabaya yang bertujuan untuk menilai efektivitas dan efisiensi sistem e-procurement

dilakukan oleh Wijayanto (2008). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

adalah menambahkan pengukuran gap analysis dari nilai ekonomis yang dihasilkan oleh

Page 16: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

penyedia barang/jasa dan pengelola. Hasil yang didapat dari penilaian sistem menunjukkan

bahwa kepuasan pengguna yaitu penyedia barang/jasa dan pengelola sistem menunjukkan

tingkat kepuasan yang sama, sehingga dari penelitian ini juga didapat hasil bahwa

penerapan sistem e-procurement yang sedang berjalan pada pemerintah kota Surabaya

telah berhasil.

Penelitian yang mengukur persepsi masyarakat terhadap penerapan sistem baru

pengadaan barang dan jasa sektor publik dilakukan oleh Rafiqul (2007). Penelitian ini

berlatar belakang proses pengadaan barang/jasa yang ada di Bangladesh. Hasil dari

penelitian ini adalah 70% para pengguna layanan memahami prosedur pengadaan dan 30%

terpecah kedalam berbagai pendapat yaitu cukup paham dan tidak paham.

Dengan adanya beberapa temuan penelitian dan beberapa kasus dalam

implementasi sistem e-procurement di beberapa pemerintah daerah tersebut, baik kesiapan

pemerintah daerah seperti yang dilakukan oleh Prabowo (2009) pada pemerintah

Kabupaten Sleman terhadap rencana implementasi sistem e-procurement maupun penilaian

atas sistem yang sedang berjalan pada pemerintah kota Surabaya yang dilakukan oleh

Nurliya (2007) dan Wijayanto (2008), menjadi alasan pemilihan topik ini. Mengingat kota

Yogyakarta telah menerapkan sistem e-procurement yang saat ini sedang berjalan pada

tahun kedua, maka penelitian ini bertujuan untuk menilai implementasi awal sistem e-

procurement pada pemerintah kota Yogyakarta dengan melihat persepsi pengguna layanan

yaitu panitia pengadaan dan penyedia barang/jasa atas aplikasi sistem e-procurement.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah ”bagaimana persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa yaitu panitia

Page 17: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

pengadaan dan penyedia barang/jasa terhadap implementasi sistem e-procurement yang

diselenggarakan oleh LPSE Kota Yogyakarta?”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

menguji bahwa persepsi atas implementasi sistem oleh para pengguna dapat digunakan

sebagai dasar dalam menilai keberhasilan sistem dan pengembangannya di waktu

mendatang.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini melibatkan berbagai pihak yang terlibat dalam suatu proyek

pengadaan barang dan jasa pada lingkup pemerintah kota Yogyakarta, sehingga manfaat

penelitian ini juga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan atas berbagai pihak tersebut.

1. Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai pihak yang bertanggung jawab penuh atas semua

kegiatan pengadaan barang dan jasa di lingkupnya, dapat mengambil informasi dari

penilaian atas perbedaan sistem pengadaan yang pernah dilakukan yaitu sistem

konvensional dan sistem yang saat ini baru saja diterapkan yaitu sistem on-line;

2. Pengelola sistem, dalam hal ini yaitu LPSE (Layanan Pengadaaan Secara Elektronik)

Yogyakarta sebagai pengembang dan pelaksana sistem, dapat melakukan

pengembangan sistem di waktu mendatang;

3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPKom) dan Unit Layanan Pengadaan (ULP), sebagai

pihak yang bertanggung jawab secara penuh atas kegiatan pengadaan dan bersama-

sama dengan LPSE menjalankan sistem e-procurement.

4. Penyedia barang dan jasa yang merupakan rekanan pemerintah kota Yogyakarta dalam

memenuhi kebutuhan pengadaan barang dan jasa di lingkup Yogyakarta, dapat mulai

Page 18: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

dari sekarang terbiasa dengan sistem baru yang digunakan sehingga masih terus dapat

mendukung dalam hal pemenuhan kebutuhan barang dan jasa di lingkup kota

Yogyakarta;

5. Dapat menjadi acuan dan referensi pada instansi pemerintah lain dalam hal penerapan

sistem pengadaan barang dan jasa sebagai upaya penciptaan pemerintahan yang bersih

dan bertanggung jawab.

Page 19: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

BAB II

Tinjauan Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

Perkembangan teknologi dalam bidang komunikasi dan komputer telah

menyebabkan terjadinya perubahan kultur manusia sehari-hari. Media elektronik menjadi

salah satu media andalan untuk melakukan berbagai kegiatan komunikasi dan bisnis. Ilmu

pengetahuan dan teknologi tersebut telah mendorong terjadinya perubahan dan kemajuan

dalam semua bidang termasuk kegiatan pengadaan barang dan jasa (Setiawan, 2002).

Pengadaan barang dan jasa yang awalnya berupa kegiatan jual beli secara langsung,

saat ini dapat dilakukan dengan menggunakan media teknologi informasi sehingga

kegiatan yang tadinya merupakan kegiatan praktis yang hanya melibatkan pihak-pihak

tertentu, saat ini dengan kemajuan teknologi menjadikannya sebagai suatu pengetahuan

yang dapat dipelajari secara umum dan semua pihak bahkan diluar pihak yang terlibat

(Hardjowijono, 2009).

Meskipun penggunaan media elektronik belum sepenuhnya dimengerti oleh semua

lapisan masyarakat, namun desakan untuk menggunakannya semakin kuat sehingga proses

pemahaman dan implementasinya berjalan beriringan dan terintegrasi

(www.wartaegov.com, 2009). Hal tersebut dikarenakan perubahan-perubahan yang terjadi

saat ini menuntut terbentuknya pemerintahan yang bersih, transparan dan mampu

menjawab tuntutan perubahan secara efektif dimana masyarakat menuntut pelayanan

publik yang memenuhi kepentingan masyarakat luas di seluruh wilayah negara, dapat

diandalkan dan terpercaya, serta mudah dijangkau secara interaktif (kepmenkominfo no.

57). Wacana penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dari korupsi dengan implementasi

e-government sudah menjadi himbauan dan kewajiban bagi semua pemerintah daerah

Page 20: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

maupun lembaga publik dengan salah satu kegiatan utamanya yaitu e-procurement

(www.wartaegov.com, 2009).

Kemunculan internet dan world wide web sebagai dasar berkembangnya

perdagangan elektronik atau electronic commerce telah menimbulkan dorongan yang kuat

bagi berbagai pihak untuk terus mengupayakan sistem perdagangan barang dan jasa secara

on-line.

Penelitian yang dilakukan oleh Giunipero dan Sawchuck (2002) menekankan pada

fungsi internet dalam proses pengadaan barang dan jasa dimana internet dapat digunakan

sebagai alat bantu dalam proses pengadaan secara profesional dengan cara ”shop around”

dan membandingkan beberapa pemasok dan menerbitkan katalog. Selain itu internet

digunakan untuk penghematan biaya tetapi didapatkan manfaat yang maksimal dengan

kecepatan akses transaksi. Manfaat internet dinyatakan Giunipero (2000) tidak hanya

pembeli tetapi juga penjual yang terhubung dalam sebuah rantai nilai yang

berkesinambungan.

E-procurement adalah proses pengadaan barang dan jasa pemerintah yang

dilaksanakan secara elektronik yang berbasis web/internet dengan memanfaatkan fasilitas

teknologi komunikasi dan informasi yang meliputi pelelangan umum secara elektronik

yang diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Internet sebagai

media global, merupakan salah satu alat yang dapat dipakai sebagai pendukung dalam

upaya menciptakan tata kelola pemerintahan yang bersih, khusunya dalam hal pengadaan

barang dan jasa pemerintah (LKPP, 2009).

Page 21: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Kegiatan jual beli barang dan jasa dengan menggunakan fasilitas internet diawali

dengan kegiatan tukar menukar data penjualan antar pelaku bisnis dan berkembang ke

tahapan pemesanan dan pengiriman barang. Kegiatan jual beli dalam dunia maya yaitu:

A. E-commerce

E-commerce atau perdagangan elektronik merupakan pengembangan dari kegiatan

perdagangan dengan mengeksploitasi media elektronik, yang diartikan sebagai penyebaran,

pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik (Setiawan,

2002). E-commerce mengubah bentuk persaingan, kecepatan bertindak, dan perampingan

interaksi, produk dan pembayaran dari pelanggan dan dari perusahaan ke pemasok

(O’Brien, 2006).

E-commerce adalah penggunaan media elektronik sebagai wadah dalam pertukaran

produk antar individu satu dengan yang lain dan antar individu dan kelompok lain yang

berbasis intranet dan ekstranet (Jaworski, 2002). Keberadaan e-commerce bukan saja

membantu percepatan proses transaksi dan perpindahan barang dan jasa, melainkan juga

mampu mendukung pengembangan dalam bidang lain misalnya proses pembayaran yang

melibatkan pihak lebih luas misalnya perbankan dan beberapa pihak pendukung lain.

Tujuan utama dari e-commerce adalah mengurangi biaya transaksi dan menyelaraskan

semua proses (Awad, 2004).

Sejarah perkembangan e-commerce diawali dengan pengiriman dokumen

pemesanan pembelian dan tagihan secara elektronik dalam sebuah transaksi komersial

kemudian berkembang menjadi suatu wadah yang disebut “perdagangan web” pada tahun

1994, yang meliputi semua kegiatan jual beli dimana telah digunakan piranti khusus yang

menjamin kerahasiaan transaksi. Kematangan tahap ini terjadi pada awal tahun 2000 yang

Page 22: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

ditandai dengan adanya penggunaan secara masal para pebisnis di Amerika dan Eropa

(Setiawan, 2002). Kategori e-commerce meliputi:

1. Business to business (B2B). Umumnya menggunakan mekanisme Electronic Data

Interchange (EDI), dimana aktivitas pada kategori ini melibatkan pasar e-business

dan hubungan pasar langsung antar perusahaan.

2. Business to consumer (B2C). Kategori ini memiliki permasalahan yang berbeda.

Mekanisme mendekati konsumen menggunakan berbagai cara misalnya portal atau

”electronic shopping mall”.

3. Consumer to consumer (C2C). Keberhasilan besar dari beberapa perusahaan pelaku

C2C yaitu mereka dapat membeli dan menjual ke satu sama lain dalam satu proses

lelang (O’Brien, 2006).

Kegiatan e-commerce telah banyak diterapkan pada sektor privat baik dalam

maupun luar negeri. Di beberapa negara keberhasilan e-commerce menjadi awal

implementasi pengadaan barang dan jasa pada sektor publik secara eletronik (e-

procurement) dan tidak jarang pula aplikasi sistem pada sektor privat dikembangkan oleh

sektor publik yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pada sektor publik (Walker

& Harland, 2008).

B. E-procurement

Seperti halnya e-commerce, e-procurement merupakan transformasi mekanisme

pengadaan secara manual (LKPP, 2009). Definisi e-procurement dari berbagai sumber

yaitu :

1. Menurut Kantor Manajemen Informasi Pemerintah Australia (Australian Government

Information Management, AGIMO), e-procurement merupakan pembelian antar-bisnis

Page 23: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

(business-to-business), B2B) dan penjualan barang dan jasa melalui internet

(www.agimo.gov.au, 2001).

2. Bank Dunia menyebut e-procurement dari sisi pemerintahan sebagai electronic

government procurement atau e-GP adalah penggunaan teknologi informasi dan

komunikasi khususnya internet oleh pemerintahan-pemerintahan dalam melaksanakan

hubungan pengadaan dengan para pemasok untuk memperoleh barang, karya-karya,

dan layanan konsultasi yang dibutuhkan oleh sektor publik (Ippolito, 2003).

3. Palmer (2003) menyebutkan e-procurement adalah teknologi yang dirancang untuk

memfasilitasi manajemen seluruh aktivitas pengadaan barang melalui internet, yang

meliputi semua aspek fungsi pengadaan yang didukung oleh bermacam-macam bentuk

komunikasi secara elektronik.

4. Menurut Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2006 dan mulai diterapkan sejak tahun

2007 dengan berdirinya LKPP, e-procurement atau pengadaan barang/jasa pemerintah

yang selanjutnya disebut PPE adalah sistem pengadaan barang/jasa

Kementerian/Lembaga/Sekretariat Lembaga Tinggi Negara/Sekretariat Lembaga

Tertinggi Negara/TNI/Polri/Komisi/Pemerintah Propinsi/Pemerintah

Kabupaten/Pemerintah Kota/Bank Indonesia (BI)/Badan Hukum Milik Negara

(BHMN)/Badan Usaha Milik Negara (BUMN/Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD)/Badan Layanan Umum (BLU), yang proses pelaksanaannya dilakukan secara

elektronik dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi, yang

meliputi : e-Lelang Umum (e-regular Tendering); e-Lelang Penerimaan (e-Reverse

Tender), e-Pembelian (e-Purchasing), e-Penawaran Berulang (e-Reverse Auction), dan

e-Seleksi (e-Selection).

Page 24: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Berdasarkan definisi e-procurement dari berbagai sumber tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa e-procurement adalah kegiatan yang dilakukan oleh sektor publik baik

itu pemerintah pusat dan daerah maupun lembaga publik lain termasuk Badan Usaha Milik

Negara dengan menggunakan fasilitas teknologi internet yang dikembangkan oleh

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah dengan landasan hukum

Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2006.

B.1. Fitur yang ada dalam e-procurement.

Fasilitas teknologi komunikasi dan informasi dalam e-procurement menurut

Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2006 yaitu:

1. E-Lelang Umum (e-Regular Tendering) adalah pelelangan umum dalam rangka

mendapatkan barang/jasa, dengan penawaran harganya dilakukan satu kali pada hari,

tanggal dan waktu yang telah ditentukan dalam dokumen pengadaan, untuk mencari

harga terendah tanpa mengabaikan kualitas dan sasaran yang telah ditetapkan, dengan

menggunakan media elektronik yang berbasis pada web/internet dengan fasilitas

teknologi komunikasi dan informasi;

2. E-Lelang Penerimaan (e-Reverse Tendering) adalah proses untuk mendapatkan harga

yang paling menguntungkan bagi negara atas penjualan, penyewaan, dan pemanfaatan

barang/jasa milik negara secara elektronik;

3. E-Pembelian (e-Purchasing) adalah pengadaan barang/jasa yang dilakukan dengan cara

e-Penawaran Langsung (e-Price Quotation), e-Penawaran Berulang (e-Reverse

Auction), atau e-Pembelian Langsung (e-Direct Purchasing);

Page 25: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

4. E-Penawaran Langsung (e-Price Quatation) adalah pembelian barang/jasa yang

prosesnya dilakukan secara elektronik untuk barang/jasa yang tersedia banyak di pasar

dan yang kualitas barang/jasanya sudah pasti dengan cara meminta penawaran harga

langsung kepada seluruh penyedia barang/jasa yang terdaftar dalam sistem PPE

(Pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elekronik);

5. E-Penawaran Berulang (e-Reverse Auction) adalah pembelian barang yang prosesnya

dilakukan secara elektronik untuk barang tertentu yang tersedia banyak di pasar,

jumlah penyedia barang banyak, kualitas barang sudah pasti, dan batas harga tertinggi

telah ditentukan, serta diberikan kesempatan kepada peserta untuk menawarkan harga

berulang kali sampai harga terendah dalam kurun waktu yang ditetapkan;

6. E-Pembelian Langsung (e-Direct Purchasing) adalah pembelian barang yang tersedia

banyak di pasar dan yang kualitas barang sudah pasti melalui e-katalog yang tersedia

dalam sistem PPE (Pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elekronik);

7. E-Seleksi (e-Selection) adalah pengadaan jasa konsultasi yang prosesnya dilakukan

secara elektronik yang dilakukan dengan metoda seleksi secara umum dan terbuka;

8. E-Katalog (e-Catalog) adalah daftar barang/jasa dan harga dalam sistem PPE

(Pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elekronik) yang bersumber dari

pemasok/pabrikan/penyedia jasa, yang isinya sekurang-kurangnya memuat daftar,

nama, spesifikasi, dan harga produk.

Tidak semua lembaga publik di berbagai negara melaksanakan proses e-

procurement dengan semua fitur secara bersamaan. Demikian juga di Indonesia, dimana

perkembangan e-procurement diawali dengan e-announcement yang dipelopori oleh

pemerintah kota Surabaya. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Assar (2006)

Page 26: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

menghasilkan temuan bahwa integrasi keseluruhan fitur e-procurement di sektor publik di

negara Perancis mengalami kendala dari sisi teknologi karena lemahnya formula dari

pemerintah pusat.

B.2. Perkembangan E-procurement di Indonesia

Kegiatan pengadaan barang dan jasa secara on-line telah lebih dulu

diimplementasikan berbagai negara. Penggunaan sistem e-procurement diterapkan dalam

konteks supply chain management dengan tujuan untuk meningkatkan persaingan dengan

melibatkan banyak pihak sehingga dapat diperoleh harga dan barang terbaik serta

meningkatkan profit perusahaan (Pearcy, 2008). Klasifikasi sistem e-procurement yaitu

berfokus pada tiga variabel yaitu fungsi, dampak biaya dan aspek organisasi (deBoer,

2002).

Pelaksanaan e-procurement di Indonesia pertama kali dikembangkan oleh

Bappenas sebelum LKPP terbentuk, dengan menggunakan lima wilayah sebagai proyek

percontohan yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Gorontalo, Kalimantan Tengah dan Sumatera

Barat. E- announcement (lelang serentak) merupakan tahap awal dari sistem e-

procurement dimana didalamnya terdapat tahapan sosialisasi bagi semua pelaksana e-

procurement (LKPP, 2009). Pilot project tersebut dimulai dari informasi pengadaan dan

pelatihan bagi semua pelaku usaha pada semua golongan.

E-announcement pertama kali dikenalkan oleh pemerintah kota Surabaya

(www.wartaegov.com, 2009). Setelah e-announcement, Departemen Pekerjaan Umum

menjadi instansi pertama yang melakukan uji coba e-procurement pada tahun 2004 dalam

format semi e-procurement. Meskipun keterbatasan infrastruktur masih menjadi kendala

Page 27: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

sehingga hanya diikuti oleh sedikit peminat, namun pelaksanaan e-procurement pada

lingkungan DPU mampu menjadi motivator bagi instansi lain.

Setelah mengawali e-procurement dengan mengadakan e-announcement, pemkot

Surabaya kembali memulai kegiatan e-procurement dengan penyempurnaan sistem.

Keberhasilan pemkot Surabaya melakukan kegiatan e-procurement kemudian diikuti oleh

berbagai instansi misalnya Departemen Luar Negeri, Garuda Indonesia, Pemerintah Kota

Bogor, dan pada tahun 2008, Pemerintah Kota Yogjakarta juga meresmikan Layanan

Pengadaan Barang dan Jasa secara Elektronik (LPSE) sebagai wadah dalam melaksanakan

kegiatan pengadaan barang dan jasa melalui e-procurement bagi instansi di lingkungan

pemerintah kota Yogjakarta (www.wartaegov.com, 2009).

Manfaat adanya e-procurement bukan hanya untuk instansi maupun pengembang

sistem itu sendiri melainkan juga bagi para penyedia barang/jasa serta masyarakat umum

yang hendak mengetahui proses pengadaan barang dan jasa pada pemerintah yang dapat

diakses secara terbuka. Dengan e-procurement, instansi penyelenggara pengadaan

mendapatkan harga penawaran yang lebih banyak dan proses administrasi lebih sederhana,

sedangkan bagi para penyedia barang/jasa dapat memperluas peluang usaha, menciptakan

persaingan usaha yang sehat, membuka kesempatan pelaku usaha secara terbuka bagi

siapapun dan mengurangi biaya administrasi (Handoko, 2009).

Keberhasilan penerapan e-procurement di berbagai instansi pemerintah yang sudah

melaksanakan sistem tersebut kemudian diikuti oleh banyak instansi pemerintah, baik

pemerintah daerah maupun departemen. Daerah lain yang sedang merencanakan perubahan

sistem pengadaan barang/jasa dari model konvensional ke sistem on-line sedikitnya 20

pemerintah kabupaten maupun kota dan beberapa departemen diantaranya Depkominfo

Page 28: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

dan Perindustrian. Sebagian besar pemerintah provinsi dan lembaga tinggi pendidikan

bahkan sudah melakukan inisiasi awal maupun sosialisasi sistem tersebut, misalnya

Provinsi Jawa Tengah, Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Institut Teknologi Surabaya,

dan Universitas Negeri Padang (LKPP, 2009).

B.3. Dasar Hukum E-procurement di Indonesia

Implementasi e-procurement agar sesuai dengan tujuan dan prinsip pengadaan didasarkan

atas peraturan pemerintah yaitu (www.bappenas.go.id, 2009):

1. Undang-undang nomor 11 tahun 2008, tentang Informasi dan Transaksi elektronik.

2. Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang dan Jasa Pemerintah.

3. Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2006, tentang Perubahan keempat atas Keputusan

Presiden nomor 8 tahun 2003.

4. Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2008, tentang Fokus Program Ekonomi Tahun

2008-2009.

5. Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2004, tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.

Payung hukum kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah dan sistem e-

procurement mengalami beberapa kali perubahan. Hal ini menunjukkan upaya pemerintah

dalam menciptakan tata kelola yang baik guna mencapai tujuan pengadaan barang/jasa

yang bersih dari penyimpangan.

Penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa yang tidak sehat berdampak pada

kerugian yang akan ditanggung oleh masyarakat, termasuk rendahnya kualitas pelayanan

yang diterima oleh pemerintah, sehingga perlu dilakukan beberapa langkah guna

Page 29: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

menyehatkan praktik pengadaan barang/jasa baik oleh pemerintah maupun masyarakat

sipil misalnya (Adrian, 2008):

1. memperkuat dasar hukum pengadaan barang/jasa.

2. peningkatan kapasitas (capacity building) bagi para penyedia lokal.

3. proses perencanaan pengadaan dilakukan secara profesional dan sesuai dengan

rencana strategis.

4. peran aktif dari masyarakat sebagai warga negara yang ikut menggunakan fasilitas

publik hasil dari kegiatan pengadaan barang/jasa.

Ditinjau dari aspek yuridis, pengadaan barang/jasa pemerintah dengan

menggunakan e-procurement adalah legal dengan berdasar pada teori Stufenbau Des

Rechts yang dikemukakan oleh Hans Kelsen (Rachman, 2007). Dalam teori Hans Kelsen

dijelaskan bahwa berlakunya suatu hukum harus dapat dikembalikan kepada hukum yang

lebih tinggi kedudukannya yakni (www.polhukam.kompas.com, 2009):

1. adanya cita-cita hukum (rechtsidee) yang merupakan norma abstrak.

2. adanya norma antara (tussen norm, generelle norm, law in books) yang dipakai sebagai

perantara.

3. adanya norma konkrit (concrete norm) sebagai hasil dari penerapan norma atau

penegakkannya di pengadilan.

Peraturan yang digunakan dalam implementasi sistem e-procurement pada masing-

masing lembaga publik di Indonesia menggunakan dasar Keputusan Presiden nomor 80

tahun 2003 beserta perubahannya dan diikuti oleh berbagai aturan dibawahnya hingga

peraturan pelaksana masing-masing lembaga.

Page 30: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Dalam pelaksanaan e-procurement di kota Yogyakarta, Walikota Yogyakarta

mengeluarkan Peraturan Walikota Yogyakarta nomor 31 tahun 2008 dan perubahannya

pada tahun 2009 dengan Peraturan Walikota Yogyakarta nomor 18 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang/jasa Secara Elektronik Pada Layanan Pengadaan Secara

Elektronik (LPSE) Kota Yogyakarta.

B.4. Manfaat E-procurement

Sebagai salah satu alat dalam menciptakan tata pemerintahan yang bersih dari

korupsi dan nepotisme sebagai manfaat secara makro dari e-procurement, manfaat

langsung yang diharapkan dari penerapan sistem baru ini adalah proses yang lebih singkat

terutama dari segi waktu dan birokrasi, serta penghematan biaya dalam proses pengadaan

(Hardjowijono, 2009).

Dalam peraturan perundangan yang mengatur kegiatan pengadaan barang dan jasa

yaitu Keputusan Presiden 80/2003 dan Peraturan Presiden nomor 8/2006 dinyatakan

bahwa untuk lebih meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pengadaan barang dan

jasa pemerintah, juga untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas serta

memudahkan sourcing dalam memperoleh data dan informasi tentang barang dan jasa,

spesifikasi teknis dan harga maupun penyedia barang dan jasa yang memenuhi kriteria.

Dalam peraturan tersebut juga dinyatakan tujuan lain dari penerapan e-procurement

sebagai upaya untuk menjamin persamaan kesempatan dan akses dari berbagai pihak

terutama pelaku usaha dalam negeri dan peningkatan penggunaan produksi dalam negeri,

dalam proses pengadaan sehingga tercipta persaingan sehat diantara mereka.

Manfaat dari e-procurement adalah tercapainya kolaborasi yang baik antara

pembeli dan pemasok, mengurangi penggunaan tenaga lapangan, meningkatkan kordinasi,

Page 31: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

mengurangi biaya transaksi dan siklus pengadaan, tingkat persediaan yang rendah dan

transparansi yang baik (Palmer, 2003).

Sebagai salah satu lembaga yang telah melaksanakan proses pengadaan secara

elektronik, PT. Garuda Indonesia menyebutkan bahwa dengan penerapan e-procurement

telah mendapatkan manfaat berupa (www.garudaindonesia.com, 2009):

1. mendapatkan harga pembelian barang yang terkontrol. 2. mempercepat waktu proses pengadaan. 3. proses pengadaan yang transparan. 4. mereduksi biaya pengadaan barang/jasa. 5. menghemat sampai dengan 50% anggaran. 6. memperlancar komunikasi buyer-supplier. 7. pelayanan yang baik kepada supplier.

Pemasok pada PT. Garuda Indonesia diseleksi berdasarkan daya saing, fleksibilitas,

inovasi dan kekuatan pada penerapan solusi yang dikembangkan, perusahaan mencari

bisnis yang mampu dan mempunyai keinginan serta niat baik untuk berbagai tanggung

jawab dalam melakukan usaha untuk mengembangkan tingkat kualitas dan layanan dengan

biaya terjangkau, keterikatan pemasok terhadap penawaran perusahaan selanjutnya

ditindaklanjuti dengan proses pengiriman proposal oleh para pemasok. Untuk menjalankan

program e-procurement ini dibutuhkan juga dukungan dari Hardware, Software, Network,

maupun organware.

Penerapan e-procurement pada Garuda Indonesia diperoleh ragam imbas dengan

sebaran faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja operasional, seperti: kelancaran proses

pelaksanaan kontrak pembelian, peningkatan komunikasi dengan pemasok, percepatan

proses pembelian dan pengurangan tingkat kesalahan dalam pembelian.

Selain PT. Garuda, Departemen Pekerjaan Umum mendapatkan hasil signifikan

berupa bertambahnya rekanan yang secara langsung telah menciptakan proses pengadaan

Page 32: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

yang terseleksi, dan penghematan biaya (www.pu.go.id, 2009). Indikasi penyimpangan

yang terjadi pada Departemen Pekerjaan Umum mampu dikurangi hampir 50% dengan

menerapkan sistem SEP (Semi Electronic Procurement) (Nugroho, 2006).

B.5. Tantangan dalam Pelaksanaan E-procurement

Menurut Michael Hammer dan James Champy (1994), ekonomi global berdampak

terhadap 3C yaitu customer, competition, dan change. Pelanggan menjadi penentu, pesaing

menjadi banyak dan perubahan menjadi konstan. Beberapa orang menolak perubahan dan

beberapa orang yang lain menerima dan menghadapi hal tersebut karena mereka

menganggap bahwa perubahan adalah perlu agar proses dan dampak dari perubahan

tersebut membawa hal positif.

E-procurement sebagai salah satu upaya dalam menciptakan tata pemerintahan

yang bersih dan bertanggungjawab, mempunyai beberapa tantangan diantaranya

pemahaman dan penolakan atas peralihan sistem pengadaan barang dan jasa konvesional

ke sistem baru secara on-line. Penolakan atas sebuah perubahan adalah wajar. Reaksi

penolakan atas implementasi e-procurement pernah terjadi di provinsi Jawa Barat.

Penolakan tersebut datang dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan

Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan beberapa asosiasi rekanan jasa konstruksi

(www.lkpp.go.id, 2009). Alasan penolakan tersebut dikarenakan sistem yang belum

sepenuhnya dinilai siap oleh beberapa kalangan.

Reaksi penolakan atas penerapan sebuah sistem baru tersebut sejalan dengan

beberapa teori penolakan oleh beberapa ahli. Teori penolakan oleh Kling (Markus, 1983)

bahwa penerapan sistem baru melahirkan beberapa sikap penolakan yaitu Rational,

Structural, Human Relatons, Interactionist, Organizational Politics, dan Class Politics.

Page 33: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Dari beberapa sikap tersebut menunjukkan reaksi yang berbeda-beda, mulai dari bertahan

terhadap sistem lama hingga menghambat dan merusak sistem baru.

Hambatan lain dalam implementasi e-procurement yaitu adanya kesenjangan

digital, metodologi, kepentingan kelompok dan resistansi individual atas keengganan untuk

berubah (www.bappenas.go.id, 2009). Kepatuhan peraturan juga ikut andil dalam

penerapan sistem baru tersebut. Hal itu masih ditambah dengan terjadinya beberapa kali

perubahan peraturan hukum yang bagi sebagian masyarakat memerlukan waktu untuk

memahami peraturan baru. Tantangan lain dalam penerapan sistem e-procurement yaitu

faktor teknis berupa standar keamanan dan pengembangan sistem itu sendiri (Setiawan,

2002). Tantangan yang bersifat teknis atau aksesibilitas menjadi hal penting dalam menilai

efektivitas pelaksanaan e-procurement (Bruno, 2005).

Seperti halnya awal perkembangan e-commerce, seandainya proses perpindahan

pemesanan dan tagihan tidak pula didukung oleh pengembangan sistem berupa

pengamanan data, mungkin kegiatan dalam berdagang secara elektronik masih dilakukan

secara manual dalam proses penyelesaian transaksi. Bagi organisasi pelaku sistem e-

procurement, selain pengembangan sistem yang berkelanjutan berdasar fungsinya,

integrasi teknis dan SDM yang berbudaya teknologi menjadi hal mutlak dalam sebuah

kesuksesan sistem e-procurement (Harrigan, 2008).

Besarnya biaya pengembangan sistem menjadi kendala bagi beberapa perusahaan

non profit di Amerika Serikat. Guna menyiasati hal tersebut, mereka tidak segan untuk

mengadopsi keberhasilan sistem yang dimiliki oleh perusahaan privat untuk diterapkan di

beberapa organisasi lain (Walker dan Harland, 2008).

B.6. Implementasi E-procurement

Page 34: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Beberapa negara yang telah berhasil menerapkan implementasi pengadaan

barang/jasa secara elektronik diantaranya Australia dan Skotlandia. Keberhasilan kedua

negara tersebut ikut andil dalam perkembangan sistem e-procurement di negara lain

termasuk Indonesia.

Negara Australia sebagai salah satu negara pelopor pelaksanaan e-procurement

yang dimulai pada tahun 1990 telah menggunakan e-procurement sebagai salah satu alat

dalam efisiensi pengeluaran anggaran serta mempermudah dalam penyediaan barang dan

jasa (Review of e-procurement Project, 2005). Pelaksanaan e-procurement di Australia

meliputi:

1. Perencanaan, dalam tahapan ini akan ditentukan beberapa proses pengembangan dari

kebutuhan penyediaan barang dan jasa yang meliputi :

a. waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk membuat pengumuman tender.

b. jumlah pengumuman tender yang didistribusikan dan metode distribusi yang

digunakan.

c. waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk mereviu penawaran tender dari penyedia.

2. Tahapan pengadaan, evaluasi dalam tahapan ini bertujuan untuk menentukan besaran

nilai pengadaan serta membantu mengurangi waktu yang digunakan dan kepatuhan

terhadap kontrak, diantaranya:

a. jumlah penyedia barang dan jasa yang mengakses sistem e-procurement.

b. jumlah penyedia barang dan jasa yang tersedia dalam sistem.

c. jumlah permintaan pembelian yang diproses.

d. waktu yang digunakan untuk memproses permintaan pembelian.

e. waktu rata-rata yang digunakan untuk memenuhi permintaan pembelian.

Page 35: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

3. Tahapan Pembayaran. Tahapan ini adalah tahapan akhir dalam sebuah proyek

pengadaan dimana didalamnya adalah proses evaluasi atas:

a. jumlah tagihan dan nilai tagihan yang diselesaikan per bulan.

b. total pengeluaran.

c. persentase jumlah tagihan yang telah dibayar.

d. ketepatan waktu pembayaran.

e. kesesuaian nilai dan jumlah pembayaran dengan pesanan pembelian.

Berdasarkan tahapan dalam pengadaan barang/jasa secara elektronik yang

dilaksanakan di negara Australian telah menjadi alat yang mampu menghemat pengeluaran

anggaran sedangkan dari sisi sistem yang mereka gunakan mampu menciptakan transaksi

dalam pengadaan barang/jasa lebih mudah dan terarah. Upaya memperkuat sistem

pengadaan secara konvensional kemudian didukung dengan sistem baru secara elektronik.

Negara lain yang telah sukses dalam mengambangkan sistem e-procurement adalah

Skotlandia (www.e-procurementscotlandia.com, 2009). E-procurement Scotlandia (EPS)

didirikan pada tahun 2002 dan saat ini menjadi salah satu yang paling komprehensif dan

inisitif serta sukses dalam penerapan e-procurement di sektor publik. Salah satu bukti

kesuksesan pelaksanaan e-procurement di Skotlandia yaitu bertambahnya tiap tahun

jumlah organisasi sektor publik yang berpartisipasi dalam EPS. Semua kontrak layanan

dikelola oleh satu lembaga pemerintah pusat dan konsistensi keikutsertaan pemasok baik

besar maupun kecil dijamin oleh pemerintah pengelola EPS. Kepatuhan pada kontrak dan

penghematan biaya menjadi kunci utama kesukesan pelaksanaan EPS. E-procurement di

Skotlandia adalah sebuah pendekatan untuk pengadaan sektor publik yang cepat,

berkelanjutan dan mafaat yang signifikan bagi organisasi yang berpartisipasi.

Page 36: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Sudah sepantasnya bila Skotlandia menjadi salah satu negara contoh bagi negara

lain dalam hal pelaksanaan sistem e-procurement oleh negara lain, karena implementasi

yang terukur dengan jelas terutama dari sisi sistemnya, bukan saja mendatangkan manfaat

kepada pemerintah tetapi juga terhadap organisasi maupun perusahaan dalam negeri yang

berpartisipasi.

Keberhasilan negara Australian dan Skotlandia menjadi tolok ukur implementasi e-

procurement di Indonesia yang dipeopori oleh pemerintah kota Surabaya dan Departemen

Pekerjaan Umum (DPU), bukan saja dari implementasi awal sistem maupun keberhasilan

dari segi rantai nilai pelaku e-procurement.

Pelaksanaan e-procurement di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat

pada tahun 2009. Hal ini terbukti semakin banyaknya pemerintah daerah dan lembaga

publik lain meliputi sekolah, departemen dan kementerian, serta BUMN melakukan inisiasi

dan sosialisasi e-procurement.

Sebagai pelopor sistem e-procurement, keberhasilan pemerintah kota Surabaya

dalam menerapkan sistem e-procurement berupa efisiensi anggaran hingga 10% karena

adanya standarisasi harga dan analisa standar belanja, efisiensi terhadap alokasi yang telah

ditetapkan hingga 25%, terencananya proses pengadaan barang/jasa, dan pelaporan yang

jelas atas kegiatan dan penyerapan anggaran dapat diakses oleh pimpinan dan masyarakat

secara terbuka dan kapan saja melalui internet. Dari sisi penyedia barang dan jasa,

implementasi e-procurement kota Surabaya mampu memberikan kesempatan merata dan

lebih luas kepada pengusaha kecil menengah hingga 96,4% perusahaan lokal

(www.surabaya-e-procurement.or.id, 2009).

Page 37: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Mengikuti keberhasilan dua negara yang telah melaksanakan sistem e-procurement

yaitu Australia dan Skotlandia, negara Indonesia telah dan akan berusaha untuk

menerapkan sistem tersebut kedepannya. Hal ini terbukti dengan adanya upaya pemerintah

daerah lain untuk menerapkan sistem tersebut sejak tahun 2007 hingga sekarang dengan

ikutnya berbagai lembaga publik mengenal dan mengenalkan sistem baru pengadaan

barang/jasa secara elektronik tersebut.

Kematangan konsep pengadaan dan persiapan teknis dari sistem e-procurement

menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan e-procurement yang dilakukan oleh pemerintah

Australia dan Skotlandia. Keberhasilan itu pula yang hendak dicoba pemerintah kota

Surabaya dalam melaksanakan sistem on-line pengadaan barang/jasa agar diikuti oleh

pemerintah daerah dan lembaga publik lain di Indonesia.

B.7. Penilaian Sistem E-procurement

Model dasar kesuksesan sistem teknologi informasi mengalami banyak

perkembangan. Model yang baik adalah model yang lengkap dan sederhana (Jogiyanto

2007). Model kesuksesan sistem insformasi DeLone dan McLean (D&M IS Success

Model) menggunakan beberapa faktor atau komponen yaitu kualitas sistem, kualitas

informasi, penggunaan, kepuasan pemakai, dampak individual dan dampak organisasi

(DeLone, 2002).

Menurut Jogiyanto (2007) pengukuran kinerja dapat diterapkan untuk elemen

sistem kerja yang terdiri dari teknologi informasi dan partisipan manusia. Pengukuran

kinerja untuk teknologi tersebut dihubungkan ke beberapa aspek dari kemampuan

fungsionalnya meliputi kapasitas, kecepatan, kemudahan penggunaan, dan

kompatibilitasnya. Sedangkan untuk informasi dihubungkan ke kualitasnya meliputi

Page 38: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

akurasi, ketepatwaktuan, kemampuan akses dan keamanan. Pengukuran kinerja untuk

partisipan termasuk pengukuran dampak dari sitem kerja terhadap pengguna misalnya

koneksi sosial, pertumbuhan personal, keahlian dan komitmen.

Konsep karakteristik sistem (sistem characteristics) dikemukakan oleh Emery

(1971) sebagai pengukur kualitas sistem informasi. Karakteristik tersebut meliputi:

1. Isi dari basis data (content of the database).

2. Agregasi dari rincian-rincian (agregation of details).

3. Faktor manusia (human factor).

4. Waktu respon (response time).

5. Akurasi sistem (sistem accuracy).

Karwan dan Wallace (1982) menjelaskan pengukur keberhasilan sistem dengan

keandalan, waktu respon, kemudahan penggunaaan, dan kemudahan dipelajari sebagai

pengukur empiris kualitas sistem informasi.

Salah satu teori yang mendukung keberhasilan sistem e-procurement dikemukakan

oleh Bruno (2005). Aksesibilitas menjadi hal yang sangat penting dalam menilai

keberhasilan sistem e-procurement. Temuan hasil penelitian ini adalah untuk mencapai

tingkat optimal dari proses dan sistem e-procurement pada sektor publik adalah

aksesibilitas portal e-procurement sektor publik lebih kompleks karena dipengaruhi oleh

persepsi pengguna dan tampilan atau layanan portal e-procurement. Penilaian atas

keberhasilan sistem e-procurement ini sejalan dengan teori dasar atas keberhasilan sistem

oleh Srinivasan (1985) yang mengukur keberhasilan sistem dengan dimensi waktu respon,

keluwesan sistem, dan keaksesan sistem.

Page 39: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Karakteristik sistem yang menjadi pengukur yang dilakukan oleh Emery (1971),

Karwan dan Wallace (1982), dan Srinivasan (1985) merupakan instrumen yang berfokus

pada penggunaan secara umum dan penggunaan secara khusus. Pengembangan dan

penggabungan dari dua instrumen tersebut kemudian menjadi isu penelitian berikutnya

seperti yang dilakukan Bailey dan Pearson (1983), Barki dan Huff (1985) dan Torkzaden

dan Doll (1991).

C. Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan pengertian, hambatan dan beberapa implementasi e-procurement di

Australia, Skotlandia, dan juga beberapa sektor publik di Indonesia, maka dalam penelitian

ini akan penulis kembangkan beberapa aspek yang nantinya menjadi dasar dalam penilaian

keberhasilan sistem e-procurement khususnya yang ada di pemerintah Yogyakarta. Hal

tersebut juga didukung dengan beberapa penelitian terdahulu terkait dengan penilaian

keberhasilan sistem teknologi dan aspek teknis yang mendukung keberhasilan sebuah

sistem e-procurement.

Keberhasilan sebuah sistem teknologi diukur oleh semua pengguna sistem tersebut

(Jogiyanto, 2007). Sebagai sebuah sistem yang baru diterapkan pada awal implementasi,

kendala sosialisasi dan pengembangan sistem tidak semudah yang diharapkan oleh

berbagai pihak. Hal tersebut sejalan dengan berbagai masalah yang timbul ketika sebuah

organisasi memutuskan untuk melakukan sebuah perubahan. Banyak masalah yang bisa

terjadi ketika perubahan akan dilakukan. Masalah yang paling menonjol adalah resistance

of change atau penolakan atas perubahan tersebut (Mustafa, 2001). Penolakan tersebut bisa

datang dari individu maupun organisasi (Robbins, 1991). Menurut Robbins penolakan

tersebut didasarkan atas sikap konservatif individu maupun organisasi yang menolak

Page 40: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

perubahan karena persepsi, kebutuhan dan alasan kepribadian mereka sendiri. Faktor lain

yang ikut andil dalam penolakan tersebut juga dapat berupa alasan kebiasaan, rasa aman,

faktor ekonomi dan ketidaktahuan akan hal-hal yang ada pada suatu perubahan.

Persepsi pengguna sebuah sistem dapat saja berbeda diantara para penggunanya.

Hal ini dikarenakan persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas

suatu informasi terhadap stimulus yang didapat dari proses penginderaan terhadap objek,

peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses dan diyakini

(Bjorklund, 2000). Dalam http://social-science.com, (2009) definisi persepsi disebutkan

oleh Gibson (2008) sebagai suatu proses pengenalan maupun pemberian arti terhadap

lingkungan oleh individu sedangkan menurut Lindzey dan Aronson adalah suatu proses

yang terjadi dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui, mengintepretasi, dan

mengevaluasi baik mengenai sifat, kualitas, ataupun keadaan lain yang ada dalam suatu

objek. Intensitas dan interaksi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda antar individu.

Sebagai pihak yang sama-sama menggunakan aplikasi sistem e-procurement,

panitia dan penyedia dihadapkan pada penilaian atas sistem yang mereka gunakan.

Pengukuran dalam penilaian sistem e-procurement dalam penelitian ini menggunakan

model yang dikembangkan oleh Torkzadeh dan Doll (1991) yang menilai keberhasilan

sistem dengan membandingkan persepsi antar penggunanya.

Torkzadeh dan Doll (1991) menilai kepuasan pengguna sebuah sistem dengan

menggunakan ukuran berupa isi (content), keakuratan (accuracy), bentuk (format),

kemudahan dalam penggunaan (ease of use), dan ketepatwaktuan (timeliness). Penelitian

serupa juga dilakukan oleh Paul Harrigan dan Elaine Ramsey (2008) yang menyebutkan

bahwa pengembangan sistem e-procurement berdasarkan fungsi dan integrasi antara SDM

Page 41: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

dan teknisnya. Hasil yang signifikan dilaporkan bahwa proses bisnis sejalan dengan

penghematan biaya.

Dimensi yang digunakan dalam penelitian Torkzadeh dan Doll (1991) adalah

gabungan dari berbagai penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bailey dan Pearson

(1983), serta Barki dan Huff (1985). Torkzadeh dan Doll (1991) menambahkan unsur

penggunaan seperti yang dikemukakan oleh Karwan dan Wallace (1982) yaitu kemudahan

penggunaan dan kemudahan dipelajari. Hal inilah menjadi apa yang disebut oleh

Torkzadeh dan Doll (1991) sebagai ”general user satisfaction with a specific application”

yang berbeda namun harus dikembangkan. ”General user” berfokus pada karakteristik

secara umum yang ada pada sebuah sistem sedangkan ”specific application” ditandai

dengan ”internal user satisfaction” dengan salah satu pengukurnya adalah penggunaan.

Berikut ini tabel pengukur empiris kualitas sistem yang digunakan dalam penelitian

Torkzadeh dan Doll (1991):

Tabel 1 Pengukur Empiris Kualitas Sistem

Peneliti Jenis Penelitian Pengukur

Belardo dan Wallace (1982)

Laboratorium 1. Keandalan 2. Waktu respon 3. Kemudahan penggunaan 4. Kemudahan dipelajari

Bailey dan Pearson (1983)

Studi Lapangan 1. Kenyamanan Akses 2. Keluwesan sistem 3. Integritas sistem 4. Waktu respon 5. Bentuk 6. Akurasi 7. Ketepatwaktuan

Page 42: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Barki dan Huff (1985)

Studi Lapangan Realisasi nilai dari ekpektasi pemakai

Sumber : Jogiyanto (2007)

Beberapa aspek digunakan oleh banyak peneliti kesuksesan sistem selama ini.

Pengukuran keberhasilan sistem informasi bukan saja pengukuran tunggal yang terdiri dari

kualitas sistem maupun kualitas informasi semata melainkan suatu konstruk multidimensi

(Jogiyanto, 2007).

Konstruk atau dimensi yang digunakan Torkzadeh dan Doll (1991) maupun para

peneliti lain telah mencakup berbagai dimensi tersebut. Beberapa pengukur kesuksesan

sistem informasi yang sering digunakan oleh beberapa penelitian diantaranya seperti dalam

tabel berikut:

Tabel 2 Pengukur Kesuksesan Sistem

Dimensi Pengukur-pengukur

Kualitas Sistem (Sistem Quality)

1. Akurasi (accuracy) 2. Isi basis data (database content) 3. Kemudahan Penggunaan (ease of use) 4. Kemudahan dipelajari (ease of learning) 5. Realisasi dari kebutuhan-kebutuhan pemakai (Realization

of user requirements) Kualitas Informasi (Information Quality)

1. Relevan (relevance) 2. Keinformatian (informativeness) 3. Bentuk (format) 4. Isi (content) 5. Akurasi (accuracy) 6. Kekinian (currency) 7. Ketepatwaktuan (timeliness) 8. Kegunaan (usableness) 9. Kejelasan (clarity)

Penggunaan 1. Banyaknya penggunaan (amount of use) / durasi

Page 43: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Informasi (information use)

penggunaan (duration of use) 2. Digunakan oleh siapa?

Kepuasan pemakai (user satisfaction)

1. Kepuasan penyeluruh (overall satisfaction) 2. Kepuasan informasi : perbedaan antara informasi yang

dibutuhkan dengan yang diterima (information satisfaction : difference between information needed and received)

Sumber : Jogiyanto (2007).

Tidak semua penelitian yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan sebuah sistem

menggunakan semua konstruk atau dimensi tersebut, tetapi hanya diambil beberapa

variabel yang paling mewakili sistem dan penggunaanya. Pengukuran model kesuksesan

sistem didasarkan pada proses dan hubungan kausal dari dimensi-dimensi yang ada pada

model. Pertimbangan akan adanya kontribusi dari berbagai model pengukuran sistem

didasarkan atas argumentasi bahwa suatu sistem terdiri dari beberapa proses (DeLone dan

McLean, 2003).

Konstruk/dimensi yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan sistem e-

procurement mencakup berbagai dimensi dari penelitian-penelitian terdahulu yaitu

meliputi aplikasi sistem (general user) dan aspek penggunaan oleh pengguna (internal

user). Aplikasi sistem secara umum meliputi isi sistem dan keinformasian sedangkan aspek

penggunaan oleh pengguna meliputi siapa yang menggunakan dan bagaimana mereka

menggunakannya. Penggabungan tersebut menjadi penting dalam mengukur aplikasi

sistem yang terintegrasi mengingat penggunaan sistem tidak hanya digunakan oleh satu

orang maupun divisi tertentu melainkan oleh beberapa pengguna. Penelitian yang

dilakukan oleh Ilias et al (2007) terhadap implementasi sistem akuntansi pada sektor publik

di Malaysia menitikberatkan pada hubungan manajemen terhadap sistem informasi

akuntansi yang diukur melalui kepuasan para penggunanya.

Page 44: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Hal ini mereka lakukan karena mengingat sulitnya mengukur efektivitas sistem bila

hal tersebut hanya dilakukan pada salah satu divisi pengguna sistem sehingga perlu

dilakukan uji persepsi antar penggunanya. Penelitian serupa dengan obyek implementasi

sistem e-procurement dilakukan oleh Jones (2009) pada salah satu sektor publik di negara

Inggris. Jones (2009) membandingkan persepsi pengguna sistem e-procurement. Hal

tersebut dilakukan guna mengukur keberhasilan sistem yang dilihat dari sisi pemerintah

dan penyedia barang/jasa bahwa dengan e-procurement dapat mempengaruhi ”financial

impact” yang berupa penghematan biaya pengadaan.

Masing-masing pihak pengguna sistem e-procurement berharap mendapatkan

dampak positip atas sistem e-procurement. Meskipun persepsi keduanya belum tentu selalu

sama terutama pada awal implementasi sistem. Hal ini dimungkinkan karena adanya

beberapa faktor diantaranya rantai birokrasi dan sumber daya manusia yang meliputi

kendala kemampuan maupun keengganan pihak-pihak yang nantinya terlibat dalam proses

pengadaan karena sudah terlampau banyak tuduhan akan adanya kecurangan dalam

pengadaan barang/jasa publik selama ini ( www.wartaegov.com, 2009).

Banyaknya persoalan dalam pengadaan barang/jasa publik terutama dari sisi SDM

telah banyak ditemukan di berbagai lembaga publik di Indonesia misalnya rendahnya

tingkat kelulusan ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa yang merupakan syarat wajib bagi

panitia dan peserta pengadaan, pemahaman Keppres nomor 80 tahun 2003, dan kesiapan

SDM dengan aplikasi sistem elektronik dalam e-procurement baik itu panitia pengadaan

maupun penyedia barang/jasa (Puspito, 2007).

Page 45: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Berdasarkan beberapa temuan di lembaga publik di Indonesia pada proses

pengadaan barang/jasa dan dimensi pengukuran sistem yang dikemukakan oleh beberapa

ahli, maka untuk penelitian ini akan dikembangkan hipotesa yaitu:

Hı = terdapat perbedaan persepsi antara panitia pengadaan dan penyedia barang

dan jasa terhadap implementasi sistem e-procurement.

D. Kerangka Berpikir

Persepsi pengguna dalam implementasi sistem e-procurement pemerintah kota

Yogyakarta yang dikembangkan oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota

Yogyakarta tertuang dalam kerangka pikir berikut:

Gambar 1 Kerangka Berpikir

Persepsi Panitia

Persepsi Penyedia

Implementasi Sistem E-procurement pemerintah Kota Yogyakarta :

1. Content (isi) 2. Accuracy (akurat) 3. Format (bentuk) 4. Ease of Use (penggunaan) 5. Timeliness (waktu)

Page 46: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pengguna layanan e-

procurement terhadap sistem e-procurement yang mereka gunakan pada kegiatan

pengadaan barang/jasa di lingkup pemerintah kota Yogyakarta, dengan harapan dapat

digunakan sebagai bahan evaluasi atas implementasi sistem yang sedang berjalan.

Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi yang dimaksudkan untuk menilai

satu program agar tersedia informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan

(Purwanto 2008). Jacobs dan Razavieh (1982) menyatakan bahwa langkah pertama

dalam suatu metode penelitian ilmiah didasarkan atas pengakuan adanya kesulitan,

hambatan, atau masalah yang membingungkan peneliti. Pemahaman atas sebuah

fenomena penerapan sistem baru dalam pengadaan barang dan jasa sektor publik,

penulis berharap agar hasil dari penelitian ini mampu menyediakan informasi yang

dapat dipakai untuk mengambil tindakan tertentu (decision oriented).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pemerintah Kota Yogyakarta dengan obyek

penelitian pada lembaga Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota

Yogyakarta, sebagai pengelola sistem pengadaan barang/jasa secara elektronik (e-

procurement) pada lingkup pemerintah kota Yogyakarta.

C. Jenis dan Sumber Data

Data adalah sesuatu yang diketahui atau dianggap mempunyai sifat bisa

memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan (Supranto, 2001). Data

Page 47: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

kuantitatif berupa respon yang diberikan responden yang tampak dan dapat diukur

(Purwanto, 2007). Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati

dan dicatat untuk pertama kalinya (Marzuki, 2003). Data primer yang dipergunakan

dalam penelitian ini menggunakan metode angket (kuisioner) yang menggunakan

referensi penelitian yang dilakukan oleh Torkzadeh dan Doll (1991), dengan

mengasumsikan bahwa responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya

dan pernyataan yang diberikan dapat dipercaya karena adanya persamaan

kepahaman akan penyataan yang diajukan dalam penelitian.

Rancangan kuesioner dalam penelitian meliputi data responden dan

pertanyaan yang terdiri dari lima konstruk/dimensi yang dikembangkan kedalam

beberapa butir pertanyaan yang akan diberikan kepada seluruh responden.

Butir/item pertanyaan dari konstruk/dimensi tersebut merupakan pengukuran

keberhasilan sistem e-procurement yang biasa digunakan untuk menilai model

kesuksesan sistem oleh berbagai penelitian sebelumnya dengan membandingkan

persepsi para penggunanya.

Pertanyaan dari semua konstruk/dimensi pengukuran terdiri dari 12 butir

pertanyaan (seperti terlihat pada lampiran), yang terdiri dari 4 butir pertanyaan

untuk konstruk/dimensi content, 2 butir pertanyaan untuk konstruk/dimensi

accuracy, 2 butir pertanyaan untuk konstruk/dimensi format, 2 butir pertanyaan

untuk konstruk/dimensi ease of use dan 2 butir pertanyaan untuk konstruk/dimensi

timeliness.

Page 48: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Sebagai upaya guna mendapatkan hasil pengisian kuesioner yang valid,

konstruk/dimensi dan semua butir/item pertanyaan dalam kuesioner, peneliti

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh seluruh responden. Makna dan

penyebutan dalam konstruk/dimensi dan butir/item pertanyaan didapat dengan

menggunakan telaah kamus bahasa terutama dalam bidang teknologi informasi dan

melalui pakar bahasa. Hal ini ditempuh dengan alasan bahwa tidak semua

responden mengerti maksud dari konstruk/dimensi dan butir/item pertanyaan yang

diajukan, yang merupakan kelemahan dari sebuah penelitian kuantitatif, dimana isi

kuesioner tidak hanya dimengerti oleh peneliti melainkan oleh seluruh responden.

Pengukuran keberhasilan sistem yang dimuat dalam penelitian ini akan

dibagikan kepada seluruh responden, baik penyedia barang.jasa maupun panita

pengadaan yang terlibat dalam kegiatan e-procurement pemerintah kota

Yogyakarta.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya

oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, keterangan-keterangan atau

publikasi lainnya (Marzuki, 2003). Pada penelitian ini data sekunder berasal dari

jelajah situs pada beberapa portal resmi pemerintah daerah, lembaga negara, dan

portal pengadaan barang/jasa, serta peraturan perundangan. Keseluruhan data

skunder tersebut diunduh selama masa penelitian dan penulisan.

D. Pengumpulan Data dan Pemilihan Sampel

Sampel (contoh) ialah sebagian anggota populasi yang diambil dengan

menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling (Husaini dan

Page 49: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Purnomo, 2004). Menurut Sekaran (2006) sampel merupakan bagian dari populasi,

yang terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi.

Berdasarkan tujuan penelitian maka teknik pengambilan sampel yang akan

dilakukan yaitu sampling bertujuan (purposive sampling). Sampling bertujuan adalah

pengambilan sampling yang dilakukan secara sengaja menyesuaikan dengan tujuan

penelitian (Purwanto, 2007). Dari sampel yang dipilih dari pihak penyedia akan dibagi

kedalam beberapa kelompok yaitu penyedia barang, jasa konsultan dan jasa konstruksi.

Dengan pengelompokan tersebut diharapkan mereka mampu mewakili dalam kegiatan

pengadaan barang dan jasa.

Responden penelitian ini terdiri dari panitia pengadaan dan penyedia

barang/jasa yang menjadi rekanan dalam kegiatan pengadaan barang/jasa di lingkup

pemerintah kota Yogyakarta. Kriteria responden dalam penelitian ini meliputi:

1. Sebagai panitia pengadaan yang terdiri dari pejabat pembuat komitmen dan

karyawan dari Unit Layana Pengadaan (ULP) pemerintah kota Yogyakarta yang

sah, yang telah lolos ujian sertifikasi pengadaan barang dan jasa, dan diangkat

berdasarkan keputusan Walikota Yogyakarta.

2. Sebagai penyedia barang/jasa yang telah lolos verifikasi oleh LPSE Kota

Yogyakarta.

3. Bagi kedua kelompok diatas mempunyai nama dan alamat korespondensi yang

jelas terutama alamat e-mail.

Jumlah responden untuk masing-masing kelompok terbagi ke dalam tabel

berikut:

Tabel 3 Responden Penelitian

Page 50: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Panitia Pengadaan Penyedia Barang / jasa

Unit Layanan Pengadaan (ULP) = 8 orang

Pejabat Pembuat Komitmen (PPKom) = 20 orang

100 perusahaan

Responden penelitian ini telah memenuhi kriteria yang ditetapkan baik oleh

peraturan sebagai pihak yang berwenang dalam kegiatan pengadaan maupun yang

ditentukan dalam penelitian ini yaitu telah lulus ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa

pemerintah yang merupakan syarat wajib dalam kegiatan pengadaan barang/jasa.

Responden dari penyedia barang/jasa terbagi dalam beberapa kriteria yaitu pemasok

barang, konsultan jasa, dan jasa konstruksi berjumlah 100 perusahaan baik berbentuk

Persekutuan Komanditer (CV) maupun Perseroan Terbatas (PT). Bagi penyedia yang

telah lolos verifikasi oleh LPSElah yang berhak mengikuti tahapan selanjutnya.

Peneliti diberikan data responden dari kelompok panitia berupa nama lengkap beserta

alamat e-mail. Sedangkan responden dari penyedia barang dan jasa berupa nama

perusahaan, alamat, dan alamat e-mail. Kepada mereka penelitian ini akan menilai

persepsi keduanya atas implementasi sistem e-procurement sebagai alat yang

digunakan dalam pemerintah kota Yogyakarta dalam memperbaiki dan meningkatkan

kinerja kegiatan pengadaan barang dan jasa pada lingkup kota dengan menggunakan

aplikasi yang dikembangkan oleh LPSE.

Penyebaran kuisioner dilakukan dengan mengirimkan e-mail kepada seluruh

responden dan dilakukan konfirmasi melalui telepon dan faksimili, mengingat domisili

para penyedia tersebar di berbagai daerah dengan sebagian besar berasal dari

Yogyakarta dan sekitarnya, juga berasal dari beberapa kota besar lainnya di Indonesia

yaitu Jakarta dan Surabaya.

Page 51: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

E. Variabel Penelitian dan Konstruk Variabel

Seperti tergambar dalam kerangka berpikir, penelitian ini akan mengukur dan

membandingkan persepsi pengguna layanan e-procurement yang dikembangkan oleh

pemerintah kota Yogyakarta melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).

Variabel dalam penelitian ini adalah sistem e-procurement. Menurut Peraturan

Walikota Yogyakarta nomor 18 tahun 2008, e-procurement adalah proses pengadaan

barang dan jasa pemerintah yang pelaksanaannya dilakukan secara elektronik yang

berbasis web/internet. Sebagai instrumen utama dalam penilaian sistem pengadaan

barang/jasa secara on-line, layanan e-procurement meliputi berbagai informasi terkait

dengan rencana pengadaan pada instansi publik yang berada dalam lingkup pemerintah

kota Yogyakarta.

Sebagai referensi utama dalam mengukur keberhasilan implementasi e-

procurement, pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala Likert lima poin ( 1

= hampir tidak pernah, 2 = jarang, 3 = kadang-kadang, 4 = sering, dan 5 = hampir

selalu). Tiap dimensi penilaian terbagi kedalam beberapa pertanyaan, yang berupa

hubungan pengguna terhadap isi dan tampilan sistem e-procurement. Dari lima dimensi

yang diajukan, dikembangkan menjadi 12 pertanyaan yang merefleksikan hubungan

pengguna terhadap sistem secara individual dan langsung.

Dengan menggunakan referensi Torkzadeh dan Doll (1991), penelitian ini

akan mengukur keberhasilan sistem e-procurement yang dilihat dari persepsi

pengguna aplikasi sistem LPSE Kota Yogyakarta yaitu pantia pengadaan dan penyedia

barang/jasa. Dimensi yang dikemukakan Torkzadeh dan Doll (1991) untuk mengukur

persepsi pengguna layanan e-procurement LPSE Kota Yogyakarta, merupakan

Page 52: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

kontribusi konstruk/dimensi pengukuran yang dikembangkan oleh penelitian

sebelumnya tentang model kesuksesan sistem.

Sebagai langkah untuk memudahkan proses pengukuran dan pengumpulan

data, peneliti menggunakan proses dekomposisi penelitian. Semua butir (item) yang

ditanyakan dalam metode pengumpulan data ini sejalan dengan rumusan masalah

dan/atau hipotesis penelitian.

Proses dekomposisi variabel penelitian menjadi sub-variabel, dimensi dan

butir penelitian merupakan pekerjaan yang harus dilakukan dengan hati-hati. Proses

dekomposisi ini dikenal sebagai proses operasionalisasi variabel penelitian (Hasan,

2004). Secara bertahap, dari variabel penelitian yaitu sistem e-procurement, ditentukan

konstruk/dimensi pengukuran dari variabel tersebut. Setelah penentuan

konstruk/dimensi dalam mengukur variabel, dikembangkan menjadi butir/item

pertanyaan yang akan dijadikan bahan dalam penyusunan kuesioner.

Berikut gambaran proses dekomposisi dalam penelitian ini:

Gambar 2 Dekomposisi Penelitian

Variabel : Aplikasi Sistem E-procurement

LPSE Kota Yogya

Konstruk / Dimensi : 1. Isi (content) 2. Keakuratan (accuracy) 3. Bentuk (format) 4. Kemudahan

Penggunaan (ease of use)

5. Ketepatwaktuan (timeliness)

Butir (item) pengukuran : 1. Isi (content) : 4 item

pertanyaan 2. Keakuratan (accuracy) :

2 item pertanyaan 3. Bentuk (format) : 2

item pertanyaan 4. Kemudahan

penggunaan (ease of use) : 2 item pertanyaan

5. Ketepatwaktuan (timeliness) : 2 item pertanyaan

Page 53: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Butir pertanyaan yang merupakan item masing-masing dimensi berjumlah 12

pertanyaan, selengkapnya seperti tertuang dalam lampiran (kuisioner).

F. Analisis Data

Pengunaan alat analisis dalam penelitian ini adalah:

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaliditan dan

kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 1993). Uji validitas dilakukan untuk

mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner, dan dinyatakan valid apabila

pertanyaan pada kusioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan

diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006). Uji validitas dalam penelitian ini

berupa menguji korelasi masing-masing tiap butir/item pertanyaan dari masing-

masing konstruk/dimensi dalam variabel e-procurement, sehingga perlu

dilakukan 5 kali pengujian untuk masing-masing konstruk/dimensi.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk dan suatu kuesioner dikatakan

relaiabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006). Nunnaly (1960)

dalam Ghozali (2006) menyatakan untuk mengukur reliabilitas salam suatu

instrumen menggunakan alpha cronbach yang berdasarkan rata-rata korelasi

butir data instrumen pengukuran dan suatu instrumen dikatakan handal apabila

nilai alpha cronbach lebih besar atau sama dengan 0,6. Pengujian reliabilitas

dalam penelitian ini meliputi uji konsistensi tiap butir pertanyaan dari

Page 54: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

keseluruhan konstruk/dimensi guna melihat konsistensi jawaban responden dari

waktu ke waktu.

3. Uji Hipotesis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi antara pengelola

dan penyedia atas implementasi sistem e-procurement. Untuk mengetahui

perbedaan persepsi dalam penelitian ini digunakan uji beda independent simple

t-test (Ghozali, 2006). Uji beda t (t-test) digunakan untuk menentukan apakah

dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda,

dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar

error dari perbedaan rata-rata dua sampel (Ghozali, 2006). Tingkat siginifikansi

yang digunakan adalah α = 0,05. Hipotesis statistik penelitian ini adalah Hı = µm

≠ µp, di mana µm adalah nilai mean untuk panitia dan µp adalah nilai mean

penyedia.

Langkah pengujian persepsi dalam penelitian ini terdiri dari tiga uji beda.

Pertama untuk mengetahui persepsi atas sistem e-procurement antar responden

dalam masing-masing kelompok, kedua untuk mengetahui persepsi atas masing-

masing butir/item dari konstruk/dimensi antar dua kelompok responden dan

ketiga adalah untuk menguji persepsi dari dua kelompok responden atas

keseluruhan isi sistem e-procurement.

Page 55: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kota Yogyakarta, dengan obyek lembaga

Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik (LPSE). Pemerintah Kota

Yogyakarta adalah pemerintah daerah pertama di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa

Yogyakarta yang menerapkan pengadaan barang / jasa secara elektronik (electronic

government procurement) yaitu proses pengadaan barang/jasa pemerintah yang

pelaksanaannya dilakukan secara elektronik yang berbasis web/internet.

LPSE Kota Yogyakarta adalah unsur pelaksana di Pemerintah Kota Yogyakarta

yang melayani proses pengadaan barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa

secara elektronik dengan menggunakan sistem aplikasi LPSE Nasional. LPSE Nasional

adalah pusat layanan pengadaan barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa

secara elektronik milik Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional

(BAPPENAS).

LPSE Kota Yogyakarta berbentuk Sekretariat Pengadaan barang/jasa secara

elektronik Pemerintah Kota Yogyakarta yang berada di Bagian Pengendalian

Pembangunan Setda Kota Yogyakarta. LPSE Kota Yogyakarta diresmikan pada tanggal 25

Juli 2008. Tujuan didirikan layanan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah kota

Yogyakarta untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, persaingan sehat dan akuntabilitas

dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta

(LPSE Kota Yogya, 2009).

B. Karakteristik Sampel

Page 56: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Jumlah responden yang berhasil terkumpul hingga batas akhir pengujian kuisioner

adalah 58 sampel yang berasal dari 43 dari sampel penyedia barang/jasa dan 15 dari

Panitia pengadaan. Tingkat pengembalian kuisioner adalah 65% (58 dari 89 yang

ditargetkan). Jumlah dari masing-masing kelompok tersebut telah diseleksi dari awal

pengumpulan data, dimana hanya kuesioner yang terisi secara lengkap dan penuh oleh

respondenlah yang kemudian dilakukan olah data dalam uji statitik yang meliputi uji

validitas, reliabilitas, dan uji beda t (independent simple t-test).

Dalam penelitian ini akan dilakukan tiga tahapan uji beda, meliputi uji beda untuk

masing-masing kelompok responden yaitu panitia pengadaan dan penyedia barang/jasa,

masing-masing item, dan keseluruhan dimensi. Hal ini dilakukan guna melihat persepsi

awal dari masing-masing kelompok responden terhadap sistem e-procurement. Setelah

dilakukan uji beda tiap kelompok responden, uji validitas konstruk/dimensi, dan uji

reliabilitas dari masing-masing pertanyaan dan jawaban tiap butir/item dari masing-masing

konstruk/dimensi, kemudian dilakukan uji beda t guna melihat perbedaan rerata persepsi

dari dua kelompok responden yaitu panitia pengadaan dan penyedia barang/jasa terhadap

sistem e-procurement. Tabel pertama dalam analisis data dalam penelitian ini meliputi

karakteristik responden dari dua kelompok yang berjumlah 58 sampel (Tabel 4).

Tabel 4 Karakteristik Sampel

Karakteristik Jumlah Persentase

Penyedia barang/jasa · Jabatan

Staf Supervisor Lainnya

· Tipe perusahaan Jasa konstruksi Jasa pemasok barang

43 orang 25 10 8 17 26

100 58,1 23,3 18,6 60,5 39,5

Page 57: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

· Lama keikutsertaan dalam sistem e-procurement <1 tahun

>1 tahun · Frekuensi keikutsertaan >5 kali <5 kali

26 17

20 23

39,5 60,5 46,5 63,5

Panitia pengadaan · Jabatan

Staf Supervisor Lainnya

· Lama keikutsertaan dalam sistem e-procurement <1 tahun

>1 tahun · Frekuensi keikutsertaan >5 kali <5 kali

15 12 3 7 8 9 6

100 80,0 20,0 46,7 53,3 60,0 40,0

Kuisioner diisi oleh penyedia barang/jasa maupun Panitia pengadaan yang sama-

sama menggunakan aplikasi sistem LPSE yang diselenggarakan oleh LPSE Kota

Yogyakarta.

Karakteristik sampel responden (Tabel 4) menunjukkan bahwa sampel penyedia

barang/jasa cukup didominasi oleh pekerja yang mempunyai jabatan staf dalam

implementasi e-procurementnya. Dalam analisis uji beda t terkait jabatan pihak penyedia

barang/jasa menyatakan bahwa ternyata tidak ada perbedaan pandangan terhadap sistem e-

procurement. Tipe perusahaan yang menggunakan sistem pengadaan barang pada

umumnya adalah perusahaan bergerak sebagai pemasok barang daripada jasa konstruksi.

Berdasarkan uji t, berbedaan tipe perusahaan tidak berarti berbeda pula persepsi mereka

terhadap sistem e-procurement. Sedangkan para pegawai penyedia barang/jasa dengan

lama keikutsertaan dalam sistem kebanyakan kurang dari satu tahun. Situasi serupa juga

Page 58: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

terjadi pada hasil uji t untuk penilaian responden yang dibedakan pada rentang waktu

keikutsertaan mereka dalam e-procurement.

Hasil dari uji beda t untuk jumlah keikutsertaan menunjukkan tidak ada perbedaan

diantara mereka yang telah mengikuti kegiatan e-procurement kurang dari lima kali dan

mereka yang lebih dari lima kali kegiatan e-procurement.

Pengujian sampel pada kelompok panitia pengadaan juga didominasi oleh pekerja

yang mempunyai jabatan staf/anggota dalam tiap kegiatan pengadaan. Dalam analisis uji

beda t terkait jabatan pada kelompok panitia pengadaan menyatakan bahwa tidak ada

perbedaan persepsi terhadap sistem e-procurement. Lama keikutsertaan para panitia

pengadaan dalam sistem kebanyakan lebih dari satu tahun dan pada umumnya

frekuensinya lebih dari lima kali. Tetapi setelah dilakukan analisis uji beda t ternyata tidak

ada perbedaan pandangan terhadap sistem e-procurement dengan para pegawai yang

keikutsertaannya lebih dari setahun maupun dengan frekuensi yang kurang dari lima kali.

Secara keseluruhan dari masing-masing kelompok sampel menunjukkan persepsi

yang sama terkait sistem e-procurement yang mereka jalankan. Hasil tersebut meliputi

tidak adanya perbedaan persepsi meskipun mereka terdiri dari berbagai karakteristik, yaitu

dari kelompok responden penyedia terdiri dari jabatan, tipe perusahaan, lama keikutsertaan

dalam sistem e-procurement, dan frekwensi keikutsertaan kegiatan e-procurement. Hal

serupa juga berlaku pada kelompok responden panitia pengadaan. Mereka terbagi kedalam

jabatan, lama keikutsertaan dalam sistem e-procurement, dan frekwensi keikutsertaan

kegiatan e-procurement. Hasil statistik uji beda pada karakteristik sampel (Tabel 4)

tertuang dalam lampiran uji statistik di bagian akhir dalam laporan penelitian ini.

C. Statistik Deskriptif

Page 59: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Statisik deskriptif tiap konstruk/dimensi dari variabel e-procurement dapat dilihat

pada tabel 5. Dimana responden mempunyai tanggapan yang berbeda-beda untuk masing-

masing konstruk/dimensi dan butir/item pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini..

Dari statistik deskriptif yang disajikan terlihat bahwa dalam penelitian ini menggunakan

kuisioner dengan jumlah item pertanyaan sebanyak 12 item yang mengukur variabel sistem

pengadaan barang secara elektonik (e-procurement) yang terbagi ke dalam lima

konstruk/dimensi pengukuran dan 12 butir/item pertanyaan:

Tabel 5 Statistik Deskriptif tiap item pertanyaan

sumber: hasil olah data

Dimensi Item pertanyaan Min

Max Mean

Deviasi

Standar

Isi (Content)

1. Apakah sistem memberikan informasi yang tepat yang anda butuhkan?

1.00 5.00 4.0345 0.8779

2. Apakah informasi memenuhi kebutuhan anda? 1.00 5.00 3.9483 0.8465

3. Apakah sistem menghasilkan laporan yang sesuai dengan kebutuhan anda?

3.00 5.00 3.9655 0.7484

4. Apakah sistem memberikan informasi yang cukup?

2.00 5.00 3.9828 0.7834

Keakuratan (Accuracy)

5. Apakah sistem akurat? 2.00 5.00 3.9483 0.8669

6. Apakah anda merasa puas dengan keakuratan sistem?

1.00 5.00 3.8621 0.9261

Bentuk (Format)

7. Apakah ’output’ yang disajikan dalam format yang berguna

3.00 5.00 3.9138 0.7079

8. Apakah informasi yang dihasilkan jelas? 2.00 5.00 3.9310 0.7916

Kemudahan Menggunakan (Ease of Use)

9. Apakah sistem akrab dengan pemakai (user friendly)?

2.00 5.00 3.9310 0.8135

10. Apakah sistem mudah digunakan? 1.00 5.00 4.1379 0.8875

Ketepatan (Timeliness)

11. Apakah anda memperoleh informasi yang anda butuhkan tepat waktu?

1.00 5.00 4.0172 0.9078

12. Apakah sistem memberikan informasi yang mutakhir (up to date)?

1.00 5.00 4.1207 0.8801

Page 60: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Selanjutnya secara detail disajikan nilai mean, serta deviasi standar dari masing-

masing variabel. Untuk kisaran teoritis sendiri ditentukan dari kemungkinan responden

memilih semua jawaban dengan nilai atau poin terkecil dari masing-masing item dan

kemungkinan responden memilih semua jawaban dengan nilai atau poin terbesar dari

masing-masing item pertanyaan. Tetapi pada kenyataannya berdasarkan kisaran aktual dari

jawaban responden ternyata cukup bervariasi dari jawaban yang mereka pilih.

Dari deskripsi jawaban responden menunjukkan hampir semua item pertanyaan

dijawab pada skala poin 4 (sering). Sebagai contoh pertanyaan dari butir kemudahan istilah

user friendly dan easy to use, responden dapat membedakan dua istilah tersebut dan

menjawab pada skala poin 4 (sering). Dalam hal ini membuktikan bahwa responden sering

menggunakan sistem penggadaaan barang secara elektornik (e-procurement). Dilihat dari

jawaban responden sistem e-procurement sudah memberikan informasi yang tepat dan

sesuai kebutuhan. Begitu juga dengan keakuratan, responden merasa puas dengan

keakuratan sistem. Terkait dengan format sistem, responden menanggapi bahwa output

yang disajikan dalam format yang berguna dan jelas. Disisi lain reponden juga menyatakan

bahwa sistem e-procurement mudah untuk digunakan dan memberikan informasi yang

mutakhir (up to date).

Tabel 6 Statistik Deskristif tiap konstruk/dimensi

Variabel

Sistem pengadaan barang (e-procurement)

Jumlah

item

No.

Item

Mean Deviasi

Standar

Dimensi:

Isi (Content) Keakuratan (Accuracy) Bentuk (Format) Kemudahan Menggunakan (Ease of Use) Ketepatan (Timeliness)

4 2 2 2 2

1-4 5-6 7-8 9-10

11-12

15,9310

7,8103 7,8448 8,0690 8,1379

2,7521 1,6163 1,2051 1,5768 1,6162

Page 61: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Dari uraian tabel 6 menunjukkan bahwa total item pertanyaan sebanyak 12 item

yang terbagi menjadi lima dimensi pengukuran. Dimensi isi (content) terdapat 4

pertanyaan, dimana untuk mean dari jawaban responden mendekati angka 16 (kebanyakan

responden menjawab pada skala poin 4/sering). Berarti dilihat dari sisi isi nya berdasar

jawaban responden e-procurement sudah memberikan informasi yang tepat dan sesuai

kebutuhan.

Dimensi Keakuratan (Accuracy) terdapat 2 pertanyaan, dimana untuk mean dari

jawaban responden mendekati angka 7,81. Hal ini dapat diartikan bahwa hampir semua

responden menjawab pada skala poin 4 untuk setiap pertanyaan. Hal ini berarti keakuratan

sistem e-procurement sudah sesuai dan responden puas dengan keakuratan sistem.

Untuk Dimensi Bentuk (Format) terdapat 2 pertanyaan, dimana untuk mean dari

jawaban responden mendekati angka 7,84. Dapat diartikan juga bahwa kebanyakan

responden menjawab pada skala poin 4 (sering) untuk setiap pertanyaan. Hal ini

menunjukkan bahwa responden menanggapi bahwa output yang disajikan dalam format

yang berguna dan jelas.

Kemudahan Menggunakan (Ease of Use) juga terdapat 2 pertanyaan, dimana untuk

mean dari jawaban responden mendekati angka 8,07. Dapat diartikan juga bahwa hampir

semua responden menjawab pada skala poin 4 (sering) untuk setiap pertanyaan. Kisaran

aktual dari jawaban responden menunjukkan bahwa responden menyatakan cukup mudah

dalam menggunakan sitem pengadaan barang berbasis elektronik (e-procurement)

Sedangkan untuk dimensi pengukuran yang terakhir, yaitu Dimesi Ketepatan

(Timeliness) juga terdapat 2 pertanyaan, dimana untuk mean dari jawaban responden

mendekati angka 8,13. Dapat diartikan juga bahwa kebanyakan responden menjawab pada

Page 62: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

skala poin 4 untuk setiap pertanyaan. Untuk kisaran aktual dari jawaban responden

menunjukkan bahwa sistem e-procurement memberikan informasi yang mutakhir (up to

date).

D. Persepsi Responden

Berikut ini akan diuraikan persepsi responden atas tiap item pertanyaan.

Kesimpulan yang ditarik dari bagian ini harus dipahami dengan hati-hati. Karena persepsi

yang dituangkan dalam kuisioner tidak lepas dari faktor subjektivitas responden

(Asmadewa, 2006). Perlu dipahami juga bahwa konteks perkembangan implementasi

sistem pengadaan barang pada pemerintah daerah khusunya daerah istimewa Yogyakarta

baru memasuki tahap awal. Oleh karena itu, persepsi responden atas implementasi sistem

tidak dipahami secara terpisah menurut masing-masing dimensi e-procurement, tetapi

harus memperhatikan sebagai suatu kesatuan dimensi dalam sebuah sistem e-procurement.

Bagi semua pihak pengguna aplikasi sistem e-procurement tentunya berharap atas

keberhasilan sistem secara sama, bahwa mereka mendapatkan fungsi e-procurement yang

sesungguhnya bahwa sistem meliputi tautan (link) informasi antar penggunanya, yaitu

panitia pengadaan, penyedia barang/jasa, dan LPSE (Layanan Pengadaan Secara

Elektronik) sebagai pengembang sistem. Informasi yang mendetail mengenai jadwal dan

ketersediaan lelang pengadaan barang dan jasa, persyaratan dan prosedur lelang yang

meliputi penggambaran alur lelang dan uraian mengenai paket pekerjaan yang ditawarkan,

memudahkan para pengguna sistem yang sudah terdaftar secara on-line untuk mengetahui

peluang lelang yang bisa diikuti, para pesaing lelang hingga informasi mengenai hasil

lelang.

Page 63: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Sistem aplikasi e-procurement merupakan gabungan dari modul-modul aplikasi

dari sejumlah sub-program dan database yang saling terkait satu dengan yang lain. Sebagai

aplikasi dalam pengelolaan pengadaan barang dan jasa berbasis web yang saling

terintegrasi, sudah seharusnya sistem mampu mengelola transaksi antara penyedia

barang/jasa dan panitia dengan baik dan imbang, serta mampu memberikan solusi lengkap

dari pengumuman lelang, pengelolaan rekanan, hingga penentuan pemenang.

Fungsionalisasi sistem e-procurement seharusnya dapat berjalan lancar, terbebas

dari permasalahan akses dan kejelasan informasi bagi semua pengguna sistem. Berbagai

hambatan dan tantangan dalam penerapan sistem e-procurement yang meliputi kesiapan

sumber daya manusia, sarana internet dan kesiapan sistem itu sendiri, sangat besar

kemungkinan terjadi pada semua kelompok pengguna sistem. Hambatan lain dalam

penerapan sistem e-procurement juga meliputi kesenjangan digital antar pengguna karena

budaya penggunaan internet dan pengenalan web belum merata di semua rekanan penyedia

barang/jasa.

Aplikasi e-procurement hendaknya berbasis dan bisa mengelaborasi secara tepat

Keppres nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang atau Jasa

Pemerintah dan Perpres nomor 8 tahun 2006 tentang Pengadaan Barang atau Jasa

Pemerintah Secara Elektronik. Aplikasi sistem e-procurement seharusnya memiliki

fasilitas akses login yang handal dan rentan manipulasi teknis, tidak hanya dari panitia

pengadaan melainkan juga pihak penyedia barang/jasa. Penggunaan sistem e-procurement

harusnya merepresentasikan sebuah transaksi dan kegiatan yang berkesinambungan antara

panitia pengadaan dan penyedia barang/jasa, yang bisa dinilai dari persepsi keduanya.

Page 64: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Penerapan sistem e-procurement bukan meliputi persiapan dari sisi piranti

teknologi saja, melainkan upaya dari semua pihak untuk bersama menggunakan sistem

tersebut. Situasi demikian sejalan dengan adanya sikap resistensi satu orang belum tentu

mewakili resistensi terhadap implementasi TI oleh suatu kelompok secara keseluruhan

(Markus, 1983). Hal tersebut sejalan dengan teori penolakan oleh Kling (Markus, 1983)

bahwa penerapan sistem baru melahirkan beberapa sikap penolakan yaitu Rational,

Structural, Human Relatons, Interactionist, Organizational Politics, dan Class Politics.

Dari beberapa sikap tersebut menunjukkan reaksi yang berbeda-beda, mulai dari bertahan

terhadap sistem lama hingga menghambat dan merusak sistem baru.

D.1. Persepsi Responden Penyedia Barang/Jasa

Tabulasi respon para responden penyedia barang/jasa terhadap sistem pengadaaan

barang secara elektronik (Tabel 3) secara umum mengindikasikan bahwa sebagian besar

responden dengan nilai mean dari semua pertanyaan yang mendekati skala poin 4 (sering)

menunjukkan bahwa sistem e-procurement sudah sering dilakukan dalam sistem

pengadaan barang.

Tabel 7 Nilai mean respon penyedia terhadap sistem e-procurement

Dimensi Item pertanyaan Min Max Mean Deviasi

Standar

Isi (Content)

1. Apakah sistem memberikan informasi yang tepat yang anda butuhkan?

1.00

5.00

3,8372

0.8978

2. Apakah informasi memenuhi kebutuhan anda? 1.00 5.00 3,7442 0.8192

3. Apakah sistem menghasilkan laporan yang sesuai dengan kebutuhan anda?

3.00

5.00

3,7674

0.6844

4. Apakah sistem memberikan informasi yang cukup? 2.00 5.00 3,9302 0.7986

Keakuratan (Accuracy)

5. Apakah sistem akurat?

2.00

5.00

3,7442

0.8192

6. Apakah anda merasa puas dengan keakuratan sistem? 1.00 5.00 3,6279 0.9264

Page 65: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Bentuk (Format)

7. Apakah ’output’ yang disajikan dalam format yang berguna

3.00

5.00

3,7209

0.6296

8. Apakah informasi yang dihasilkan jelas? 2.00 5.00 3,7674 0.7507

Kemudahan Menggunakan (Ease of Use)

9. Apakah sistem akrab dengan pemakai (user friendly)? 2.00 5.00

3,6512

0.7199

10. Apakah sistem mudah digunakan (easy to use)? 1.00 5.00 3,9302 0.9101

Ketepatan (Timeliness)

11. Apakah anda memperoleh informasi yang anda butuhkan tepat waktu?

1.00

5.00

3,8605

0.9149

12. Apakah sistem memberikan informasi yang mutakhir (up to date)?

1.00

5.00

3,9767

0.8860

1= hampir tidak pernah 2= jarang, 3=kadang-kadang, 4=sering,5=hampir selalu

Dapat dilihat dari respon para responden penyedia barang/jasa pada 12 item

pertanyaan yang terdiri dari lima dimensi yang mengukur sistem pengadaan barang secara

elektronik (e-procurement) dimana dari sebagian besar para responden menanggapi cukup

positif. Untuk dimensi Isi (item pertanyaan 1-4) menunjukkan bahwa nilai mean diatas 3,7

dapat diartikan bahwa isi dari sistem e-procurement dirasa sudah sesuai dengan kebutuhan

informasinya.

Informasi kegiatan pelelangan yang disampaikan oleh LPSE dari panitia pengadaan

dapat dimengerti oleh rekanan penyedia barang/jasa. Kejelasan informasi tersebut dapat

memenuhi kebutuhan penyedia pada kisaran skala 3 (kadang-kadang) dan 4 (hampir).

Dimensi Keakuratan (item pertanyaan 5-6), menunjukkan bahwa jawaban responden

dengan nilai mean diatas 3,62 menunjukkan bahwa responden sudah cukup puas terhadap

keakuratan sistem e-procurement. Selanjutnya untuk dimensi Format (item pertanyaan 7-

8), menunjukkan bahwa nilai mean jawaban responden menunjukkan nilai mean diatas

3,72. Hal ini dirasa responden format output dari sistem e-procurement dirasa sudah jelas

dan berguna bagi rekanan penyedia barang/jasa.

Dimensi Kemudahan penggunaan (item pertanyaan 9-10), menunjukkan bahwa

tanggapan responden atas kemudahan penggunaan sistem e-procurement nilai mean diatas

3,65. Hal ini berarti para penyedia tidak kesulitan dalam penggunaan sistem e-

Page 66: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

procurement. Pemaknaan simbol dan fungsi yang ada pada tampilan dan aplikasi sistem e-

procurement yang dikembangkan oleh LPSE Kota Yogya, dapat dimengerti oleh para

penyedia barang/jasa (user-friendly) dan hal tersebut juga sejalan dengan penggunaan yang

mudah pula (easy to use). Sedangkan untuk dimensi Ketepatan Waktu (item pertanyaan

11-12), nilai mean diatas 3,86 menunjukkan bahwa sistem sudah cukup mutakhir sehingga

dapat diperoleh informasi secara tepat waktu. Informasi setiap tahapan kegiatan pengadaan

barang/jasa yang diadakan oleh pemerintah kota Yogyakarta telah disajikan oleh LPSE

secara tepat waktu dan hal tersebut dinilai oleh para penyedia barang/jasa pada skala

3(kadang-kadang) dan 4 (sering).

D.2. Persepsi Responden Panitia Pengadaan

Tabulasi respon para responden panitia pengadaan terhadap sistem pengadaaan

barang secara elektronik (Tabel 5) secara umum mengindikasikan bahwa sebagian besar

responden merespon bahwa sistem e-procurement sudah sering dilakukan dalam sistem

pengadaan barang. Dimana hal tersebut ditunjukkan nilai mean untuk semua item

pertanyaan diatas nilai 4,1.

Tabel 8 Nilai mean respon panitia terhadap sistem e-procurement

Dimensi Item pertanyaan Min Max Mean Deviasi

Standar

Isi (Content)

1. Apakah sistem memberikan informasi yang tepat yang anda butuhkan?

4.00 5.00 4,6000 0.5070

2. Apakah informasi memenuhi kebutuhan anda? 3.00 5.00 4,5333 0.6399

3. Apakah sistem menghasilkan laporan yang sesuai dengan kebutuhan anda?

3.00 5.00 4,5333 0.6399

4. Apakah sistem memberikan informasi yang cukup? 3.00 5.00 4.1333 0.7432

Keakuratan (Accuracy)

5. Apakah sistem akurat? 3.00 5.00 4,5333 0.7432

6. Apakah anda merasa puas dengan keakuratan sistem? 4.00 5.00 4,5333 0.5164

Bentuk (Format)

7. Apakah ’output’ yang disajikan dalam format yang berguna

3.00 5.00 4,4667 0.6399

Page 67: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

8. Apakah informasi yang dihasilkan jelas? 3.00 5.00 4,4000 0.7367

Kemudahan Menggunakan (Ease of Use)

9. Apakah sistem akrab dengan pemakai (user friendly)? 4.00 5.00 4,7333 0.4577

dilanjutkan

Lanjutan

10. Apakah sistem mudah digunakan? 4.00 5.00 4,7333 0.4577

Ketepatan (Timeliness)

11. Apakah anda memperoleh informasi yang anda butuhkan tepat waktu?

3.00 5.00 4,4667 0.7432

12. Apakah sistem memberikan informasi yang mutakhir (up to date)?

3.00 5.00 4,5333 0.7432

1= hampir tidak pernah 2= jarang, 3=kadang-kadang, 4=sering,5=hampir selalu

Respon para responden panitia pengadaan pada 12 item pertanyaan yang terdiri

dari lima dimensi yang mengukur sistem pengadaan barang secara elektronik (e-

procurement) cukup berbeda dengan respon dengan tanggapan dari penyedia sistem e-

procurement, dimana dari sebagian besar para responden menanggapi dengan positif

dimana nilai mean mencapai lebih dari 4,13. Bahkan dalam jawaban responden tidak ada

yang berpendapat tidak pernah atau jarang pada item pertanyaan yang terkait sistem

pengadaan barang secara elektronik.

Untuk dimensi Isi (item pertanyaan 1-4) menunjukkan bahwa nilai mean diatas 4,1

dapat diartikan bahwa isi dari sistem e-procurement dirasa sudah sesuai dengan kebutuhan

informasinya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa informasi yang disampaikan dari pihak

penyedia terhadap tanggapan atas pengumuman lelang yang disampaikan oleh panitia

pengadaan, memberikan feedback yang baik kepada panitia pengadaan.

Item dari dimensi content yang diperoleh panitia pengadaan yang meliputi data

rekanan penyedia hingga tanggapan atas kegiatan lelang yang direncanakan dapat dinilai

panitia dengan kisaran skala 4 (sering) dan 5 (hampir selalu). Dimensi keakuratan (item

pertanyaan 5-6), menunjukkan bahwa jawaban responden dengan nilai mean diatas 4,5

Page 68: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

menunjukkan bahwa responden dari kelompok ini puas terhadap keakuratan sistem e-

procurement. Selanjutnya untuk dimensi bentuk (item pertanyaan 7-8), menunjukkan

bahwa nilai mean jawaban responden menunjukkan nilai mean diatas 4,4. Hal ini dirasa

responden bahwa format output dari sistem e-procurement terkait dengan informasi dari

pihak penyedia barang/jasa memberikan gambaran yang jelas kepada panitia pengadaan.

Dimensi kemudahan penggunaan (item pertanyaan 9-10), menunjukkan bahwa

tanggapan responden atas kemudahan penggunaan sistem e-procurement nilai mean diatas

4,7. Responden panitia pengadaan menilai item user-friendly dan easy to use lebih baik

dibandingkan pihak penyedia barang/jasa. Hal ini berarti para penyedia tidak kesuiltan

dalam penggunaan sistem e-procurement bahkan dirasa cukup mudah bila dilihat dari

tanggapan responden. Sedangkan untuk dimensi Ketepatan Waktu (item pertanyaan 11-

12), nilai mean diatas 4,4 tanggapan responden menunjukkan bahwa sistem sudah cukup

mutakhir sehingga dapat diperoleh informasi secara tepat waktu. Hal ini menunjukkan

bahwa informasi yang disajikan oleh pihak penyedia barang/jasa terhadap informasi yang

diberikan kepada panitia pengadaan lebih baik dari sisi ketepatan yaitu sistem mampu

menyajikan informasi yang tepat waktu dan mutakhir.

D.3. Persepsi Responden terhadap Keseluruhan Konstruk/Dimensi

Dari tanggapan para responden terhadap 12 item pertanyaan yang terdiri dari lima

dimensi yang mengukur sistem e-procurement, baik itu dari kelompok penyedia

barang/jasa maupun panitia pengadaan, selanjutnya dilakukan uji atas persepsi kedua

kelompok terhadap masing-masing butir/item dari semua kosntruk/dimensi. Hasil uji beda

per-item antar kelompok responden (penyedia barang/jasa dengan panitia pengadaan) juga

Page 69: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

menunjukkan bahwa hampir semua butir/item dari konstruk/dimensi ditanggapi secara

berbeda oleh kedua kelompok responden.

Hasil uji beda per item, dari total butir/item berjumlah 12, 11 diantaranya

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi tentang sistem eprocurement. Persamaan

persepsi hanya ditunjukkan oleh hasil pada butir/item nomor 4 dari konstruk/dimensi isi

(content). Butir/item 4 dari konstruk/dimensi isi (content) tersebut mengukur bahwa sistem

memberikan informasi yang cukup, terdapat kesamaan pandangan antar kelompok

responden. Kecukupan informasi yang dirasakan oleh masing-masing kelompok responden

menandakan bahwa transfer informasi antar kedua pengguna sistem e-procurement

tersebut sudah didapatkan oleh keduanya.

Seperti diuraikan sebelumnya bahwa perbedaan persepsi atas sistem e-procurement

dapat diuraikan dari berbagai sudut penilaian, bahwa untuk mengukur sebuah kesuksesan

sistem perlu dilakukan berbagai cara pengujian, baik itu secara internal kelompok

pengguna maupun antar kelompok pengguna, serta pengukuran sistem yang dinilai dari

keseluruhan konstruk/dimensi maupun secara detail tiap masing-masing butir/item dari

konstruk/dimensi tersebut.

E. HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Hasil uji validitas dan realibilitas instrumen penelitian yang disebar pada panitia

pengadaan dan penyedia barang/jasa juga menunjukkan bahwa semua butir/item

pertanyaan berkorelasi dengan skor total konstruk/dimensi secara signifikan, semua

konstruk/dimensi dari variabel e-procurement tersebut mempunyai tingkat signifikan di

Page 70: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

bawah 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tiap item pertanyaan tersebut

adalah valid dan dapat digunakan untuk mengukur konstruk/dimensi dalam penelitian ini.

Tabel 9 Hasil uji validitas

Variabel Sistem Pengadaan Barang (e-procurement)

Pearson Correlation

Tingkat Sig.

dengan dimensi: Isi (Content)

informasi kebutuhan laporan kecukupan

Keakuratan (Accuracy) akurat

kepuasan Bentuk (Format)

Berguna Jelas

Kemudahan Menggunakan (Ease of Use) User friendly Easy to use

Ketepatan (Timeliness) Tepat waktu Mutakhir

0,865 0,880 0,825 0,805

0,894 0,908

0,844 0,879

0,920 0,933

0,907 0,901

0,000 0,000 0,000 0,000

0,000 0,000

0,000 0,000

0,000 0,000

0,000 0,000

Sumber : hasil olah data

Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas, peneliti menggunakan metode internal

consistency dengan menggunakan cronbach’s alpha. Suatu konstruk atau variabel

dikatakan reliable jika memberikan jawaban yang konsisten dari waktu ke waktu dan

memberikan nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,60 (Nunnaly, 1967 dalam Ghozali

2006). Dari hasil tabel 9 di atas terlihat bahwa koefisien alpha setiap konstruk/dimensi

dalam variabel e-procurement semuanya bernilai > 0,60. Dengan demikian jawaban dari

masing-masing pertanyaan dalam tiap konstruk/dimensi pada kuisioner tersebut dapat

dikatakan reliabel.

Tabel 10 Hasil uji reliabilitas

Variabel Sistem Pengadaan Barang (e-procurement)

Item pertanyaan

Cronbach’s Alpha

Page 71: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

dengan dimensi: Isi (Content) Keakuratan (Accuracy) Bentuk (Format) Kemudahan Menggunakan (Ease of Use) Ketepatan (Timeliness)

1-4 5-6 7-8

9-10 11-12

0,865 0,894 0,768 0,655 0,776

Sumber : hasil olah data

E. HASIL ANALISIS DATA (UJI BEDA)

Untuk mengetahui perbedaan persepsi antara pengguna e-procurement yaitu

penyedia barang/jasa dan pengelola sistem maka dilakukan uji beda t (t-test). Dimana uji

beda ini membandingkan nilai rata-rata dua grup yang tidak berhubungan satu dengan yang

lain (Ghozali, 2006).

Sebagai tahapan akhir dari proses pengujian dalam penelitian ini adalah dilakukan

uji beda untuk mengetahui persepsi atas sistem e-procurement pada dua kelompok

responden secara keseluruhan yang didapat dengan membandingkan nilai rata-rata respon

masing-masing kelompok. Hasil perhitungan dari data yang diperoleh secara studi empiris

disajikan dalam tabel 11 sebagai berikut:

Tabel 11 Hasil Uji Beda T-test

Nilai levene Test Nilai t-test Variabel Variance populasi

F Sig. t Sig. E-procurement

Equal variances assumed 5.039 .029 -4.535 .000

Equal variances not assumed

-5.958 .000

Sumber: hasil olah data

Terlihat bahwa dari output SPSS bahwa F hitung levene test sebesar 5.039 dengan

probabilitas 0.029. Oleh karena probabilitas kurang dari <0.05 maka dapat disimpulkan

mempunyai asumsi equal variance not assumed. Dari output SPSS terlihat bahwa nilai t

Page 72: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

pada equal variance not assumed adalah -5.958 dengan probabilitas signifikansi 0.000

(two tail). Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara pengguna e-

procurement yaitu penyedia barang/jasa dan panitia pengadaan.

Kehadiran teknologi sebagai penunjang dalam kegiatan pelayanan publik berupa e-

government dan pengadaan barang dan jasa pemerintah berupa e-procurement membawa

dampak positif dalam berbagai hal, terutama dalam menciptakan transparansi publik dan

efektivitas kegiatan pengadaan barang dan jasa. Penggunaan perangkat internet dalam

menunjang kegiatan pada pemerintah tersebut juga membawa dampak yang berupa

kesenjangan digital bagi para pemakainya baik itu pemerintah secara khusus sebagai

penentu kebijakan maupun masyarakat pada umumnya.

Kesenjangan digital dalam penerapan e-procurement dapat terjadi dengan berbagai

alasan diantaranya ketidaksiapan sumber daya manusia, sarana dan prasarana teknologi

penunjang, serta kurangnya upaya dan kesadaran dari dalam diri masing-masing individu

pengguna layanan e-procurement itu sendiri.

Situasi yang terjadi pada awal implementasi sistem e-procurement di pemerintah

Kota Yogyakarta menunjukkan kondisi yang sesuai dengan tahapan moving dalam teori

Lewin (1951) bahwa suatu perubahan memerlukan waktu untuk mengumpulkan

informasi dan mencari dukungan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya dan

diharapkan mampu membantu memecahkan masalah (Clarke, 1998).

Teori resistensi oleh Kotter & Schlesinger (1979) dalam Clarke (1998)

menyebutkan bahwa dalam menghadapi perubahan sistem baru, masing-masing pihak

yang terlibat dalam penerapannya seringkali mengatasi perubahan dengan cara

komunikasi, partisipasi, fasilitasi, negosiasi, dan sedikit paksaan. Menurut teori ini teknik

Page 73: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

yang berbeda-beda tergantung pada tingkat resistensi masing-masing kelompok (Kasali,

2005).

Bila dilihat dari sisi LPSE Kota Yogyakarta sebagai fasilitator sistem e-

procurement, telah mencoba mengenalkan aplikasi tersebut kepada panitia dan penyedia

dalam bentuk pelatihan dan help desk. Dari sisi regulator, dalam hal ini pemerintah pusat

maupun daerah, dengan adanya kewajiban menggunakan sistem e-procurement pada tahun

2010, dapat dikatakan bahwa hal tersebut merupakan unsur paksaan dalam penerapan

sebuah sistem baru, dengan adanya beberapa peraturan hukum yang mengatur tentang

pengadaan barang/jasa secara elektronik.

Berdasarkan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa masih terdapat

kesenjangan digital dalam penerapan sistem e-procurement oleh pemerintah kota

Yogyakarta yaitu antara panitia pengadaan dan penyedia barang/jasa. Meskipun

kesenjangan digital antar pengguna sistem e-procurement tidak terlampau lebar, namun hal

tersebut harus diatasi dan dijembatani oleh LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik)

sebagai pengembang sistem agar tercipta fungsionalisasi sistem e-procurement oleh semua

pihak.

Page 74: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perkembangan teknologi berbasis internet yang digunakan pemerintah sebagai

sarana meningkatkan layanan kepada masyarakat yang lebih baik dan transparansi publik,

berupa penerapan e-procurement dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa pemerintah,

telah membawa banyak manfaat bagi pemerintah terutama dalam hal efektivitas dan

efisiensi pengadaan barang dan jasa publik.

Penerapan sistem e-procurement yang dikembangkan oleh LPSE (Layanan

Pengadaan Secara Elektronik) pemerintah kota Yogyakarta sejak tahun 2008, memberikan

salah satu bukti bahwa penerapan sistem baru dalam hal pengadaan barang dan jasa

berbasis internet mempunyai berbagai masalah dan salah satunya adalah perbedaan

persepsi para pengguna dalam menghadapi perubahan sistem dan penggunaan sistem

tersebut. Perbedaan persepsi tersebut membawa dampak berupa kesenjangan digital antar

pengguna sistem e-procurement.

Kesenjangan digital dalam implementasi e-procurement bukanlah masalah

sederhana yang dapat dibiarkan begitu saja sehingga hal tersebut akan teratasi dengan

sendirinya bila hal tersebut tidak diupayakan oleh berbagai pihak. Perbedaan persepsi

yang berarti adanya kesenjangan digital antara panitia pengadaan dan penyedia barang dan

jasa mencerminkan sistem yang dikembangkan oleh LPSE (Layanan Pengadaan Secara

Elektronik) Kota Yogyakarta belum sepenuhnya teraplikasi dengan optimal.

Penilaian atas sistem e-procurement yang dikembangkan oleh LPSE (Layanan

Pengadaan Secara Elektronik) kota Yogyakarta dengan melihat persepsi dan

Page 75: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

membandingkan antar penggunanya Perbedaan persepsi kedua kelompok pengguna sistem

e-procurement yaitu panitia pengadaan dan penyedia barang/jasa pada pemerintah kota

Yogyakarta dimungkinkan adanya perbedaan sikap dalam menghadapi perubahan sistem

pengadaan dari konvensional ke sistem baru e-procurement sehingga mempengaruhi

tindakan masing-masing dalam pemahaman dan penggunaan sistem tersebut.

Keseluruhan hasil uji beda dalam penelitian ini menunjukkan beberapa situasi

terkait persepsi antar pengguna sistem e-procurement. Hasil uji beda pertama dilakukan

guna melihat persepsi antar anggota dari tiap kelompok responden yaitu panitia pengadaan

dan penyedia barang/jasa. Hasil uji beda pertama menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

persepsi dari keseluruhan anggota dari masing-masing kelompok. Karakteristik masing-

masing kelompok responden yang meliputi jabatan dan frekwensi serta durasi

keikutsertaan kegiatan e-procurement menunjukkan persamaan persepsi terhadap sistem e-

procurement yang mereka jalankan.

Hasil uji beda kedua yaitu untuk melihat persepsi kedua kelompok pengguna

sistem terhadap masing-masing konstruk/dimensi dan keseluruhan butir/item didalamnya.

Hasil uji beda ini menunjukkan perbedaan persepsi antar kedua kelompok pengguna untuk

11 butir/item dari kosntruk/dimensi yang ada dan persamaan persepsi atas 1 butir/item

pada kosntruk/dimensi isi (content) pada butir/item ke empat, yaitu kecukupan informasi.

Hasil uji SPSS menunjukkan bahwa nilai t pada equal variance assumed adalah -.863

dengan probabilitas signifikansi 0.392 (two tail). Oleh karena probabilitas lebih dari 0.05

maka dapat disimpulkan mempunyai asumsi equal variance assumed. Jadi dapat

disimpulkan bahwa terdapat persamaan persepsi antara pengguna e-procurement yaitu

Page 76: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

penyedia barang/jasa dan panitia pengadaan terhadap butir/item kecukupan informasi dari

konstruk/dimensi isi (content).

Hasil uji beda terakhir adalah untuk melihat persepsi kedua kelompok berdasarkan

keseluruhan penilaian dari masing-masing konstruk/dimensi yang didapat dari rata-rata

respon mereka sebelumnya. Hasil uji SPSS pada uji beda ketiga menunjukkan bahwa F

hitung levene test sebesar 5,039 dengan probabilitas 0,029. Oleh karena probabilitas

kurang dari <0,05 maka dapat disimpulkan mempunyai asumsi equal variance not

assumed. Dari output SPSS terlihat bahwa nilai t pada equal variance not assumed adalah

-5.958 dengan probabilitas signifikansi 0.000 (two tail). Jadi dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan persepsi antara pengguna e-procurement yaitu penyedia barang/jasa

dan panitia pengadaan.

Dengan adanya hasil analisa data yang menunjukkan perbedaan tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa implementasi sistem e-procurement yang sedang dijalankan oleh

pemerintah kota Yogyakarta saat ini akan dikatakan berhasil bila kesenjangan digital yang

disebabkan oleh perbedaan persepsi antara panitia pengadaan dan penyedia barang dan jasa

tersebut dapat diatasi.

Sesuai dengan tujuan penelitian bahwa penelitian ini merupakan penelitian

evaluasi, maka dengan adanya perbedaan persepsi tersebut, dapat ditentukan tindakan apa

yang seharusnya diambil oleh para pengguna dan pengembang sistem e-procurement yaitu

LPSE Kota Yogyakarta, panitia pengadaan, dan penyedia barang/jasa.

B. KETERBATASAN

Sesuai dengan tujuan penelitian yang mengukur persepsi pengguna layanan e-

procurement, maka temuan penelitian ini perlu dikaji lebih dalam apakah perbedaan

Page 77: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

persepsi tersebut memang hasil dari satu kondisi yang normal, karena persepsi bersifat

subyektif.

Penelitian ini dilakukan di pemerintah kota Yogyakarta, yang saat ini sedang

menjalankan perubahan sistem pengadaan barang/jasa dari sistem konvensional ke sistem

elektronik dan sedang memasuki tahun kedua. Dengan rentang waktu yang cukup pendek,

gambaran tentang obyek penelitian belum cukup jelas mengingat obyek penelitian dalam

hal ini LPSE Kota Yogyakarta maupun seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan e-

procurement sedang berada dalam tahap yang sama yaitu proses penyesuaian atas

perubahan sistem pengadaan konvensional ke sistem elektronik.

Penelitian ini merupakan studi kasus di salah satu pemerintah daerah yang tidak

bisa digunakan secara menyeluruh atas implementasi sistem yang sama di daerah lain.

C. SARAN

Berdasarkan beberapa keterbatasan penelitian dan hasil yang didapat dari penelitian

ini, maka saran yang bisa penulis berikan diantaranya:

1. Melihat hasil penelitian yang berupa perbedaan persepsi pengguna antara panitia

dan penyedia barang/jasa, sebaiknya LPSE Kota Yogyakarta dapat lebih

meningkatkan sosialisasi sistem e-procurement yang sedang berjalan.

2. Adanya kesenjangan digital yang terjadi pada sebagian besar penyedia barang/jasa

dan panitia pengadaan, dapat disebabkan oleh berbagai hal misalnya langkanya

sumber daya yang handal, budaya penggunaan teknologi infrastruktur yang

memadai dalam hal akses internet, hendaknya menjadikan mereka yang terlibat

dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa pemerintah meningkatkan upaya dalam

Page 78: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

mengatasi kendala tersebut. Kesadaran akan melek teknologi menjadi unsur utama

dalam penerapan sistem e-procurement.

3. Perubahan sistem konvensional ke sistem on-line tentunya membawa dampak bagi

semua pihak yang selama ini terlibat dalam suatu kegiatan pengadaan barang / jasa.

Hal ini pula yang terjadi pada kegiatan pengadaan barang/jasa di lingkup

pemerintah kota Yogyakarta. Bisa jadi bahwa sistem konvensional menjadi cara

yang paling baik bagi beberapa pihak yang kurang setuju dengan sistem baru,

sedangkan tidak menutup kemungkinan bahwa beberapa pihak yang lain lebih

memilih sistem baru karena beroleh manfaat secara langsung. Untuk itu perlu

diadakan penelitian yang menguji efektivitas dan efisiensi pengadaan barang/jasa

diukur dari sistem yang digunakan.

4. Keberhasilan sebuah sistem baru akan dapat diukur dengan jelas bila dari sisi waktu

implementasi dan proses penerapannya telah berjalan cukup matang dan sesuai

dengan rencana. Perlu diadakan penelitian serupa pada waktu mendatang guna

mengukur tingkat keberhasilan implementasi sistem e-procurement. Saat ini, baik

dari sisi pengembang sistem yaitu LPSE Kota Yogyakarta, panitia pengadaan

maupun penyedia barang/jasa, sedang memasuki tahun kedua implementasi sistem,

dimana ketiganya sama-sama berada pada proses awal adaptasi.

5. Adanya kewajiban bagi semua instansi pemerintah untuk menggunakan sistem baru

pengadaan barang/jasa secara on-line, diharapkan dapat dijadikan bahan penelitian

selanjutnya guna membandingkan keberhasilan sistem antar lembaga publik.

Page 79: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian. Yogyakarta. Rineka Cipta.

Ary, D., Jacobs, LC., Ravazieh. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Terj. Arief Furchan. Surabaya. Usaha Nasional

Asmadewa, I. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keefektifan Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (Survei pada Pemerintah Pusat). Thesis UGM. Unpublished.

Assar, Said. 2008. Collaborative Features in French Publik E-procurement. Universite de Savoie, Institut de Recherche en Gestion et en Economie (IREGE). Hal 83-103.

Australian Government. Department of Finance and Administration. 2005. Review of E-procurement Demontration Project. Pada www.agimo.gov.au

Awad. 2004. "Consumer trust in B2C e-Commerce and the importance of social presence: experiments in e-Products and e-Services," Omega. Vol. 32. Hal 1-13.

Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Payung Hukum Kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah secara Elektronik. 2009. Pada www.bappenas.go.id

Bjorklund. 2000. Perception and Its Effect : Factors influencing e-procurement usage. Public Procurement. Hal 43-60.

Bruno, G. 2005. A Multicriteria Approach to Evaluate E-procurement Web Sites. Journal of Publik Procurement. Vo. 5. Hal 492-508.

Clarke, L. 1998. Manajemen Perubahan (Terjemahan). Penerbit ANDI, Yogyakarta.

deBoer, L., J. 2002. Electronic Commerce, A managerial Perspective. Pearson Education Inc., New Jersey.

DeLone, W., dan McLean. 2003 “The DeLone and McLean Model of Information Sistem Success : A Ten Year Update,” Journal of Management Information Sistems), Vol 19. Hal 9-30.

Dessler, G. 2003. Human Resource Management. Ninth Edition. Ney Jersey: Prentice-

Hall, Inc. E-procurement at Scotland. 2009. Pada www.eprocurementscotlandia.com

Forum Pengadaan. 2008. Kebocoran dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Pada www.iprocwatch.go.id

Giunipero, L. dan Sawchuck.2002. E-Purchasing Plus : Chaning the way corporations

buy. Journal of Publik Procurement. Issue 3. Vol 28. Hal 54-62.

Page 80: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Hammer, Michael dan Champy, James. 2003. Reengineering the Corporation. New York. Harper Business Essentials.

Handoko. Konsultan Pengadaan Barang dan Jasa. 2009. Pada www.yogyakarya.com.

Hans Kelsen. 2009. Hukum dan Implikasinya. Pada www.polhukam.kompas.com

Hardjowijono. 2009. Prinsip Dasar Pengadaan Barang dan Jasa Publik di Indonesia. Jakarta. Indonesia Procurement Watch.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ilias, Azleen, Rusdan, Mohd., Razak, Mohd. 2007. The Study of End-User Computing Satisfaction (EUCS) on Computerised Accounting Sistem (CAS) Among Labuan F.T. Government Sectors : A Case Study in The Responsibility Centres. Labuan e-Journal of Muamalat and Society. Vol. 1. Hal 1-13

Ippolito, Sarzana. 2003. Knowing E-procurement. Information Sistems Forensic Assosiation. Inc.

Iqbal Hasan. 2004. Analisis Data Penelitian. Jakarta. Bumi Aksara.

Iwan Arif, Wijayanto. 2007. Analisis Efektifitas dan Efisiensi Penerapan Sistem E-procurement di Pemkot Surabaya. Tesis UGM.

Jaworski, Frochlich. 2002. E-integrations in the Supply Chain. Decision Sciense. Hal 20-29.

Jogiyanto, 2007. Model Kesuksesan Sistem Teknologi Informasi. Jogjakarta. Andi Offset.

Jones, Brandon. 2009. Improving e-procurement compliance : The Role of user perceptions. POMS 20th Annual Conference, Orlando, Florida, U.S.A. Hal 1-21.

Karwan, Bellardo dan Wallace. 1982. ”DSS Component design Through Field Experimentation : An Applicyion to Emergency Mangement”. Procedings of the 3rd International Conference on Information Sistems.

Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa.

Keputusan Presiden nomor 228 tahun 2001 tentang E-Government.

Keputusan Menteri Komunikasi dan Informasi Indonesia nomor 57 tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerapan E-Government Indonesia.

Khasali, R. 2005. Change. Jakarta. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Page 81: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2009. Mencegah Korupsi Melalui E-procurement. Pada www.kpk.go.id.

Kristiadi, 2006. Pedoman Good Corporate Governance. Jakarta. Kanisius.

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP). 2009. Sistem dan Prosedur Pengadaan. Pada www.lkpp.go.id

Marzuki. 2003. Metodologi Riset. BPFE UII, Yogyakarta. Markus, M. L. 1983. “Power, Politics, and MIS Implementation,” Communications of the

ACM. Hal. 430-444.

Mulyanto. 2008. Analisis implementasi E-procurement pada Badan Usaha Milik Negara, Studi Kasus pada PT. (persero) Pupuk Sriwijaya, PT. (persero) Industri Gelas dan PT. (persero) Angkasa Pura II. Tesis IPB.

Nugroho, Rino. 2006. Studi Penjelajahan tentang Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa melalui Internet di Departemen Pekerjaan Umum. Spirit Publik. Vol. 2. Hal 75-80.

O’Brien, J. 2006. Introduction to Information sistems. Mc. Graw Hill.

Paul O. Harrigan. 2008. The Development of E-procurement within the ICT Manufacturing Industry in Ireland. Management Decision. Emerald Group Publishing Limited.Vol. 46. Hal 481-500.

Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Peraturan Walikota Yogyakarta nomor 31 tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Yogyakarta.

Peraturan Walikota Yogyakarta nomor 18 tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Yogyakarta.

Pikkarainen, Kari. 2006. The Measurement of End-user Computing Satisfaction of Online Banking Services : empirical Evidence from Finland. International Journal of Bank Marketing. Vol 24. Issue 3. Hal 158-172.

Praktek-praktek yang baik di Unit Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik (LPSE) di Jawa Barat. 2009. Seri Manajemen Pelayanan Publik. Hal 21-23. Pada www.lpse.jawabarat.go.id

Prasetantyoko, Corporate Governance dan Pendekatan Institusional, 2008, Jakarta.

Penerbit Erlangga.

Page 82: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Prabowo, Akbar. 2005. Analisis Terhadap Kesiapan Penerapan E-procurement di Lingkungan Kabupaten Sleman. Tesis UGM.

Purwanto. 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Puspito, Edy. 2007. E-Proc dan Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa. Simposium Ahli Pengadaan Nasional ke-2.

Rafiqul. 2007. Publik Procurement and Contracting in Bangladesh : An Analysis of the Perceptions of Civil Servants. Journal of Publik Procurement. Boca Raton. Vol 7, Hal 31-50.

Rahman, Andy. 2007. Tinjauan Yuridis Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Sistem E-procurement. Tesis UNAIR.

R. Palmer.2003. Moving Procurement Sistems to the Internet : the adoption and use of e-procurement technology models. European Management Journal. Vol. 44. Hal 17-25.

Satriya, Eddy. 2006. Pentingnya Revitalisasi E-Government di Indonesia. Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia.

Sekaran, Uma. 2006. Metode Penelitian Bisnis. PT Sekawan. Jakarta. Setiawan, Deris. 2002. Electronic Commerce. Jogjakarta. Andi Offset.

Srinivasan, A. 1985. “Alternative Measures of Sistem Effetiveness. Assosociations and Implications”. MIS Quarterly. Vol 9. Hal 243-253.

Sulinar, Nurliya. 2007. Analisis Kepuasan Users pada Penerapan Sistem E-procurement Pemerintah Kota Surabaya. Tesis UNAIR.

Supranto, J. 2001. Statistika Teori dan Aplikasi. Edisi Keenam Jilid 1. Erlangga, Jakarta. Surat Keputusan Menteri Perekonomian nomor 14 tahun 2008 tentang Pembentukan

Komite Kebijakan Governance.

Sutedi, Adrian. 2008. Aspek-aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai Permasalahannya. Jakarta. Sinar Grafika.

Torkzadeh, Gholamreza dan William Doll., 1991. Test-Retest Reliability of the End-User Computing Satisfaction Instrument. Decision Sciences. Vol. 22. Hal 26-37.

Usman, Husaini dan Setiady Akbar, Purnomo. 2004. Metodologi Penelitian Sosial. Edisi Kelima. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Page 83: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

Walker, Helen dan Christine Harland. 2008. E-procurement in the United Nations : Influences, Issues and Impact. International Journal of Operations and Production Management. Vol. 28. Hal 195-219.

Page 84: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pengukur Empiris Kualitas Sistem ....................................................... 35

Tabel 2 Pengukur Kesuksesan Sistem .......................................................... 36

Tabel 3 Responden Penelitian ............................................................ 44

Tabel 4 Karakteristik Sampel ........................................................................... 53

Tabel 5 Statistik Deskriptif .............................................................................. 56

Tabel 6 Statistik deskriptif tiap dimensi ............................................................ 57

Tabel 7 Nilai Mean respon penyedia ............................................................... 62

Tabel 8 Nilai mean respon panitia ............. ....................................................... 64

Tabel 9 Hasil Pengujian Validitas ........... ....................................................... 67

Tabel 10 Hasil Pengujian Reliabilitas …... ......................................................... 68

Tabel 11 Hasil Uji Beda t ……………….. ......................................................... 68

Page 85: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pikir ........................................................................................ 39

2. Dekomposisi Penelitian ………………………………………………… 48

Page 86: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner Penelitian .................................................................................... 81

2. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas ............................................................. 83

3. Hasil Uji Deskriptif dan Uji Asumsi Klasik................................................ 81

4. Hasil Uji Regresi ......................................................................................... 85

5. Hasil Analisis Tambahan (Uji Beda)........................................................... 86

Page 87: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

ABSTRAKSI

Persepsi Pengguna Layanan Pengadaan Barang dan Jasa pada Pemerintah Kota Yogyakarta terhadap Implementasi Sistem E-procurement

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi sistem baru pengadaan

barang dan jasa secara elektronik yang dilakukan oleh pemerintah kota Yogyakarta, sebagai salah satu upaya menciptakan tata kelola yang baik terutaman dalam hal pengadaan barang dan jasa. Penelitian ini akan membandingkan persepsi para penggunanya. Pengguna layanan e-procurement terdiri dari panitia pengadaan dan penyedia barang dan jasa.

Lokasi penelitian di Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Yogyakarta sebagai pengembang system dengan sample yaitu para panitia pengadaan dan rekanan penyedia barang dan jasa yang tersebar di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.

Penelitian ini menggunakan uji beda (t-tes) dengan menggunakan referensi pengukuran kesuksesan system pada end-user computing satisfaction yang dikembangkan oleh Torkazadeh dan Doll (1991). Hasil menunjukkan perbedaan persepsi antara panitia pengadaan dan penyedia barang dan jasa terhadap implementasi system e-proc. Nilai F hitung levene test sebesar 5,039 dengan probabilitas 0,029 (<0,05), maka disimpulkan mempunyai asumsi equal variance not assumed. Nilai t pada equal variance not assumed adalah -5,958 dengan probabilitas signifikansi 0.000 (two tail). sehingga terdapat perbedaan persepsi antara pengguna e-procurement yaitu penyedia barang/jasa dan panitia pengadaan.

Implementasi sistem e-procurement yang sedang dijalankan oleh pemerintah kota Yogyakarta saat ini belum diaplikasikan secara optimal, karena kesenjangan teknologi yang terjadi antara panitia pengadaan dan penyedia barang dan jasa.

Kata kunci : Corporate governance, e-procurement, perception

Page 88: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem

ABSTRACT

User Perception of Goods and Services Procurement at Government City of Yogyakarta to the Implementation of E-procurement System

This study aims to evaluate the implementation of electronic procurement of goods and services by the Government City of Yogyakarta, as an effort to create good governance especially in terms of procurement. This study will compare the perceptions of user that consist of procurement committee and the providers of goods and services. Research location is in Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) of Government City of Yogyakarta as a system developer with the sample of the procurement committee and partner of goods and services that are spread in Yogyakarta and surrounding areas. This research uses t-test by using a reference measurement system on the success of end-user computing satisfaction developed by Torzadeh and Doll (1991). The results show a difference of perception between the committee and the procurement of goods and services providers to the implementation of e-proc system. F value of Levene test for 5.039 with a probability of 0.029 (<0.05), then the conclusion has not assuming equal variance assumed. T value on equal variance not assumed is -5958 to 0000 the probability of significance (two tail). so that there are differences in perception between users of e-procurement supplier of goods / services and the procurement committee. Implementation of e-procurement system is being run by the Government City of Yogyakarta is currently has not been relatively applied, because the technology gap that has led to the differences in perception between the committee and the procurement of goods and services providers. Keywords : Good Governance, e-procurement, perception

Page 89: PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA …/Persepsi... · persepsi pengguna layanan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah kota yogyakarta terhadap implementasi sistem