Persepsi Pengawas Inspektorat Kota Terhadap Kinerja...
Transcript of Persepsi Pengawas Inspektorat Kota Terhadap Kinerja...
2
1. Pendahuluan
Fenomena yang terjadi dalam perkembangan audit internal di
pemerintahan dewasa ini melaju cukup pesat yang menuntut auditor untuk lebih
responsif terhadap kebutuhan manajemen. Audit internal yang dilakukan oleh
Inspektorat Wilayah ini akan dilaporkan kepada Walikota, Bupati atau Gubernur.
Audit Internal penting dan dibutuhkan terutama untuk mengawasi segala kegiatan
aparatur pemerintahan serta berguna untuk memonitoring mekanisme pelaksanaan
kegiatan untuk mencapai tujuan dengan tepat pada sasaran serta dengan hasil yang
efektif, dan efisien. Di mana Inspektorat Wilayah dituntut memberi penilaian
yang objektif dan tidak memihak (independent) serta bekerja secara profesional
dalam melakukan kegiatan pengawasan di suatu daerah, kota atau kabupaten. Hal
ini tersirat pada Permendagri No.44 Tahun 2008 tentang Kebijakan Pengawasan
atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Tahun 2009.
Lingkup pemeriksaan yang dilakukan Inspektorat Wilayah pada umumya
adalah PEMTAK (Pemeriksaan Serentak). Konsekuensi yang didapat dalam
pelaksanaan otonomi Daerah berdasarkan pada undang-undang No.22 Tahun 1999
yang telah diganti dengan undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintah
daerah, selaras dengan hak serta kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam penyelenggaraan suatu sistem. Dalam konteks penyelenggaraan otonomi
Daerah, Inspektorat Wilayah merupakan instrumen pengawas yang dimiliki baik
oleh provinsi, kabupaten atau kota dalam melaksanakan pemeriksaan intern.
Auditor internal (pengawas Intern) akan menyelidiki, mengukur dan menilai
keefektivitasan kinerja yang telah dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD).
Sesuai dengan kebijakan di bidang pengawasan penyelenggaraan
Pemerintah Daerah yang tertuang dalam Permendagri No.23 Tahun 2007 tentang
pedoman tata cara pengawasan atas penyelenggaraan daerah untuk menciptakan
pemerintahan yang baik, diperlukan adanya suatu badan pengawas dari
pemerintah untuk membantu dalam melakukan pengawasan secara intern dalam
mewujudkan good and clean govermance.
3
Dalam melakukan pengawasan, Inspektorat Wilayah menggunakan Sistem
Pengendalian Internal Pemerintahan (SPIP) sebagai standar acuan dalam
melakukan pengawasan di sektor publik yaitu dengan berpedoman pada PP No.60
Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan (SPIP) yang
menyatakan bahwa SPIP merupakan upaya menciptakan pemerintahan yang baik
dan benar, di mana pemerintah mengharapkan kepada seluruh instansi pusat,
daerah, kementrian, maupun lembaga supaya di tahun yang akan datang,
mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas segala bentuk
pelaporan, dan diharapkan semua instansi dapat membuat laporan yang
didasarkan pada SPIP. SPIP bertujuan memberikan keyakinan yang memadai bagi
tercapainya efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan penyelengaraan
pemerintahan negara, kendala pelaporan keuangan, pengamatan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Di dalam SPIP terdapat 5 unsur
diantaranya: lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian,
informasi dan komunikasi serta pemantauan pengendalian intern. Dalam
penelitian ini mengambil unsur dari lingkungan pengendalian, karena dari ke 5
unsur tersebut lingkungan pengendalian dinilai sangat mempengaruhi kinerja dari
pengawas inspektorat dalam kaitannya sebagai auditor internal.
Dibentuknya Pengawas Daerah ( Inspektorat Wilayah) bertujuan untuk
mewujudkan good and clean govermance, akan tetapi pada kenyataannya belum
sepenuhnya berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah dan
masyarakat. Masih terdapat masalah yang ditemukan seperti kecurangan, korupsi
yang terjadi di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan belum maksimalnya
kinerja para pengawas yang dapat menimbulkan kerugian material yang cukup
besar. Seperti kasus yang melibatkan nama pejabat daerah di Salatiga, Jawa
Tengah. Di mana kinerja dari pengawas mulai dipertanyakan terkait kasus korupsi
di gedung perpustakaan SMAN 3 Salatiga yang melibatkan mantan pejabat Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga (DISDIKPORA) dan Ika Petra Dinas Pekerjaan
Umum (DPU) yang telah ditetapkan sebagai tersangka. Dengan terungkapnya
kasus yang melibatkan kinerja Inspektorat dalam melakukan pengawasan di
4
lingkungan SKPD Kota Salatiga dinilai kurang efektif dalam melakukan
pengawasan.
Mengacu dari penelitian sebelumnya tentang Effectiveness Internal Audit
in the Malaysian Sector Public yang diteliti oleh mahasiswa-mahasiswi Malaysia,
dari hasil penelitian tersebut ditemukan beberapa masalah yang dihadapi oleh para
auditor internal di pemerintah Malaysia yaitu, terjadi kekurangan auditor,
kurangnya dukungan pemerintah pusat, kurangnya pengetahuan dari auditor
dalam melakukan pengawasan di pemerintahan Malaysia yang berdampak atas
kinerja para auditor yang dipandang kurang efektif. (Halimah Nasibah Ahmad,
Radiah Othman, Rohanah Othman, Kamaruzaman Jusooff, 2009).
Dilihat dari kasus kinerja pengawas internal (Inspektorat Wilayah Kota
Salatiga) di Indonesia serta penelitian auditor internal di pemerintahan Malaysia,
terdapat kemiripan suatu permasalahan yang terjadi yaitu tentang kinerja
pengawas yang dinilai kurang efektif. Maka dari aspek inilah penelitian di
Malaysia dapat dilanjutkan untuk konteks pengawasan di Indonesia, yang
khususnya akan di lakukan di Inspektorat Wilayah Kota Salatiga.
Pengawas Inspektorat Wilayah Kota Salatiga adalah perangkat yang
ditunjuk untuk menjamin agar suatu Pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan
sesuai dengan rencana serta aturan undang-undang yang telah ditetapkan Pemkot
Salatiga melalui Inspektorat Wilayah menurut Perda No. 11 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Daerah, Kantor Pelayanan Terpadu dan Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Salatiga. Sebagai lembaga pengawas yang bertanggung jawab
kepada Walikota, maka Inspektorat memiliki tugas pokok melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan urusan pemerintah daerah.
Inspektorat Kota Salatiga berperan dalam mewujudkan good local
govermance melalui pengawasan internal bagi perangkat daerah, yaitu mendorong
pencapaian visi misi melalui asistensi dan supervisi serta mendorong perbaikan
efektivitas pengendalian melalui audit review. Bagi Kepala Daerah Inspektorat
Kota Salatiga berperan sebagai perpanjangan tangan dalam pengendalian internal,
sebagai mata dan telinga dalam early warning system dan sebagai agen
5
Pemerintah Daerah dalam mendorong kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana persepsi pengawas inspektorat kota terhadap kinerja pengawas
di SKPD Kota Salatiga?
2. Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh pengawas Inspektorat Kota
sebagai auditor internal di SKPD Kota Salatiga?
2. Telaah Teoritis
Kinerja
Bastian (2006) memaparkan bahwa kinerja adalah gambaran pencapaian
suatu kegiatan atau program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi.
Menurut Mangkunegara (2004: 67) definisi kinerja adalah hasil kerja yang
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Sedangkan pengertian dari penilaian kinerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata
dari standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap
karyawan.(Hasibuan,2005:87) Penilaian Kinerja menurut Siswanto (2003: 231)
adalah suatu kegiatan yang dilakukan manajemen atau penyelia. Penilai untuk
menilai kinerja tenaga kerja dengan cara membandingkan kinerja atas kinerja
dengan uraian atau deskripsi pekerjaan dalam suatu periode tertentu , biasanya
setiap akhir tahun. Dari berbagai pengertian tentang kinerja diatas dapat
disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai
seseorang dalam bidang pekerjaannya menurut kriteria tertentu dan dievaluasi
oleh orang-orang tertentu terutama atasan pegawai yang bersangkutan
Kinerja suatu organisasi dinilai baik jika organisasi yang bersangkutan
mampu melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan pada standar yang tinggi dengan biaya yang rendah. Kinerja yang baik
6
bagi suatu organisasi dicapai ketika administrasi dan penyediaan jasa oleh
organisasi yang bersangkutan dilakukan pada tingkat yang ekonomis, efisien dan
efektif. Konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas saling berhubungan satu sama
lain dan tidak dapat diartikan secara terpisah. Konsep ekonomi memastikan bahwa
biaya input yang digunakan dalam operasional organisasi dapat diminimalkan.
Konsep efisien memastikan bahwa output yang maksimal dapat dicapai dengan
sumber daya yang tersedia. Sedangkan konsep efektif berarti bahwa jasa yang
disediakan/dihasilkan oleh organisasi dapat melayani kebutuhan pengguna jasa
dengan tepat.
Pengawas Inspektorat Kota
Pengawas inspektorat adalah perangkat yang ditunjuk untuk menjamin
agar suatu pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana
serta aturan undang-undang yang telah ditetapkan. Inspektorat Kota Salatiga
dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No. 11 tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja lembaga teknis daerah, Kantor Pelayanan dan Perijinan terpadu dan
satuan Polisi pamong praja Kota Salatiga. Inspektorat Wilayah Kota Salatiga
dipimpin oleh seorang Inspektur yang berkedudukan di bawah Walikota serta
bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Inspektorat Kota
memiliki tugas pokok melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan
pemerintah daerah dan pelaksanaan pembinaan atas penyelengaraan pemerintah
daerah dalam mewujudkan good local govermance melalui pengawasan internal.
Kinerja Pengawas Inspektorat
Audit kinerja pengawas inspektorat yang meliputi audit ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas, pada dasarnya merupakan perluasan dari audit keuangan dalam
hal tujuan dan prosedurnya. Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada
tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja
entitas atau fungsi yang diaudit. Definisi audit kinerja adalah suatu proses
sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat
melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi,
7
efektivitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan, dan kepatuhan terhadap
kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara
kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, serta
mangkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut
(Malan dalam Mardiasmo, 2002)
Bentuk Pengawasan Inspektorat Wilayah
Berdasarkan obyeknya pengawasan dibagi menjadi 3 jenis pengawasan
terhadap pemerintah kabupaten dan kota, yaitu:
1. Produk hukum dan kebijakan daerah.
2. Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah daerah kabupaten atau kota.
3. Keuangan daerah.
Tugas Pokok dan Fungsi Inspektorat
Berdasarkan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 53 Tahun 2008 tentang
tugas pokok, fungsi dan uraian tugas pejabat struktural pada lembaga teknis
daerah, kantor pelayanan perijinan terpadu dan satuan polisi pamong praja Kota
Salatiga, tugas pokok dan fungsi inspektorat Kota Salatiga dijabarkan sebagai
berikut:
1. Inspektur
Inspektur Kota Salatiga mempunyai tugas pokok membantu Walikota
dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan
daerah dan pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintah daerah.
Sedangkan fungsinya adalah:
a. Perencanaan program pengawasan.
b. Perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan.
c. Pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan.
d. Pembinaan dan pelaksanaan pengawasan daerah meliputi Wilayah I,
Wilayah II, Wilayah III dan Wilayah IV.
e. Pelaksanaan pelayanan ke Sekretariatan Inspektorat.
8
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
2. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan koordinasi
pengawasan dan memberikan pelayanan teknis administrasi, meliputi urusan
keuangan, umum dan kepegawaian, perencanaan dan evaluasi,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas inspektorat. Untuk
menyelenggarakan tugas pokok tersebut, sekretariat mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana kegiatan kesekretariatan.
b. Penyiapan bahan koordinasi dan pengendalian rencana dan program kerja
pengawasan.
c. Penghimpunan, pengelolaan, penilaian dan penyimpanan laporan hasil
pengawasan.
d. Penyusunan bahan data dalam rangka pembinaan teknis fungsional.
e. Penyusunan, penginventarisasian dan pengolahan data dalam rangka
penatausahaan proses penanganan pengaduan.
f. Penyiapan bahan pembinaan teknis pengawasan.
g. Pengkoordinasian penyiapan bahan penyusunan laporan penyelenggaraan
tugas inspektorat.
h. Pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian, dan umum.
i. Pengendalian, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas Sekretariat.
j. Pembinaan dan pengarahan kepada bawahan.
k. Penilaian pelaksanaan tugas bawahan.
l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang tugasnya.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tersebut di atas
sekretariat terdiri dari:
a. Sub bagian perencanaan dan evaluasi yang mempunyai tugas pokok
menyiapkan bahan penyusunan, penghimpun, mengolah, menilai dan
menyimpan laporan hasil pengawasan aparat pengawasan fungsional dan
melakukan administrasi pengaduan masyarakat, serta menyusun laporan
kegiatan pengawasan.
9
b. Sub bagian umum dan kepegawaian yang mempunyai tugas pokok
melakukan urusan kepegawaian, ketatausahaan, rumah tangga,
perlengkapan, surat menyurat, perpustakaan, kehumasan dan protocol.
c. Sub bagian keuangan yang mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan
rencana kegiatan dan melaksanakan pengendalian, pembiayaan,
pengelolaan administrasi keuangan serta menyajikan data sebagai bahan
evaluasi.
3. Inspektur Pembantu Wilayah
Inspektur pembantu wilayah mempunyai tugas pokok membantu inspektur
dalam melaksanakan pengawasan terhadap pengawasan penyelenggaraan
urusan perintahan daerah dan kasus pengaduan di perangkatan daerah sesuai
wilayah kerjanya.
Untuk melakukan tugas pokok tersebut, Inspektur pembantu wilayah
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional pengawasan
bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan pada wilayah
kerjanya.
b. Penyiapan bahan penyusunan rencana kerja pengawasan pada wilayah
kerjanya.
c. Pengkoordinasian pelaksanaan pengawasan.
d. Pelaksanaan pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas-
tugas pengawsan di wilayah kerjanya.
e. Pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan urusan pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan di wilayah kerjanya.
f. Pengendalian, evaluasi dan pelaporan atas pelaksanaan tugas di wilayah
kerjanya.
g. Pembinaan dan pengarahan tugas bawahan.
h. Penilaian pelaksanaan tugas bawahan.
i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang
tugasnya.
10
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana tersebut di atas,
Inspektur pembantu wilayah terdiri dari:
a. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan yang mempunyai tugas
pokok membantu Inspektur pembantu dalam melakukan pengawasan
terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pembanguan,
meliputi pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas
pengawsan dan kasus atas pengaduan serta pelaporan.
b. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan yang mempunyai tugas
pokok membantu Inspektur pembantu dalam melakukan pengawasan
terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan, meliputi pemeriksaan,
pengusutan, penguian dan penilaian tugas pengawasan dan kasus atas
pengaduan serta pelaporan.
c. Seksi pengawasan Pemerintah Bidang Kemasyarakatan yang mempunyai
tugas pokok membantu Inspektur Pembantu dalam melakukan
pengawasaan terhadap peyelenggaraan urusan pemerintahan bidang
kemasyarakat, meliputi pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian
tugas pengawasan dan kasus atas pengaduan serta pelaporan.
4. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
yang menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi inspektorat sesuai
dengan keahlian bidang masing-masing.
Ruang Lingkup Pengawasan
Ruang lingkup pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah
meliputi:
1. Administrasi Umum Pemerintahan.
2. Pelaksanaan Urusan Pemerintahan.
Pengawasan terhadap pelaksanaan administrasi umum pemerintahan
daerah meliputi:
1. Bidang Pemerintahan. Bidang pemerintahan, meliputi perangkat daerah yang
membidangi, pemerintahan, organisasi dan kesekertariatan DPRD, Kesatuan
11
Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat, kepegawaian, pendidikan dan
pelatihan, hukum, keuangan, kas daerah dan pelatihan.
2. Bidang Pembangunan. Bidang pembangunan, meliputi perangkat daerah yang
membidangi, administrasi pembangunan, asset, perlengkapan dan barang
daerah, perencanaan pembangunan dan rencana tata ruang wilayah.
3. Bidang Kemasyarakatan. Bidang kemasyarakatan, meliputi perangkat daerah
yang membidangi, pemberdayaan masyarakat desa, kependudukan dan catatan
sipil.
Selain pembidangan sebagaimana tersebut di atas. Aparat Pengawas
Internal Pemerintahan (APIP) di Lingkungan Inspektorat Kota Salatiga juga
melakukan pengawasan terhadap:
1. Pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan, serta pengawasan terhadap
kecamatan dan kelurahan.
2. Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang
kepemilikannya atau pengelolaan dilakukan oleh Pemerintah Kota Salatiga.
Sasaran Pengawasan
Sasaran pengawasan oleh Aparat Pengawas Internal (APIP) Inspektorat
Kota Salatiga atas penyelenggaraan Administrasi Umum Pemerintahan dilakukan
terhadap:
1. Kelembagaan
2. Kepegawaian daerah
3. Keuangan daerah
4. Barang daerah
Sedangkan sasaran pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan
dilakukan terhadap pelaksanaan:
1. Urusan wajib
2. Urusan pilihan
3. Tugas dekonsentrasi
4. Tugas pembantuan
5. Kebijakan hibah luar negeri
12
Khusus terhadap pengawasan pelaksanaan tugas dekonsentrasi
pelaksanaan tugas pembantuan dan kebijakan pinjaman hibah luar negeri,
didasarkan adanya pelimpahan dari Departemen atau Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) yang bersangkutan.
Program dan Kegiatan Pengawasan
Kegiatan pengawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat Kota Salatiga
berpedoman pada Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) yang telah
ditetapkan pada tahun bersangkutan. PKPT disusun didasarkan atas prinsip
keserasian, keterpaduan, menghindari tumpang tindih dan pemeriksaan berulang-
ulang serta memperhatikan efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan sumber
daya pengawasan. Kegiatan pengawasan tersebut meliputi:
1. Pemeriksaan
2. Monitoring dan evaluasi
3. Review Laporan Keuangan Daerah
4. Pemantauan dan pemutakhiran Data Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan)
SPIP sebagai yang tertuang dalam PP 60 Tahun 2008 bertujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai bagi efektivitas dan efisiensi pencapaian
tujuan penyelenggaraan pemerintahan, SPIP juga sebagai upaya menciptakan
kondisi guna menciptakan prilaku positif dan kondusif, hal itu dikarenakan
penekanan SPIP pada soft control guna menciptakan pengendalian diri sendiri dan
masyarakat, guna suksesnya pelaksanaan SPIP.
Unsur Sistem Pengendalian Intern dalam peraturan pemerintah ini
mengacu pada unsur SPIP yang telah dipraktikan di Lingkungan pemerintahan
diberbagai negara, yaitu meliputi:
1. Lingkungan Pengendalian. Pimpinan auditor internal dan seluruh pegawai
harus menciptakan dan memelihara lingkungan dalam keseluruhan
13
organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap
pengendalian itern dan manajemen yang sehat.
2. Penilaian Risiko. Pengendalian intern harus memberikan penilai atas risiko
yang dihadapi unit organisasi baik di luar atau dari dalam
3. Kegiatan Pengendalian. Kegiatan ini membantu memastikan bahwa arahan
pimpinan instansi di pemerintahan dilaksanakan, kegiatan ini harus efektif
dan efisien dalam pencapaian tujuannya.
4. Informasi dan Komunikasi. Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada
pimpinan instansi pemerintah dan pihak lain yang ditentukan. Informasi
yang disajiakan dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu
sehingga memungkinkan pimpinan di instansi pemerintahan melaksanakan
pengendalian dan tanggung jawabnya.
5. Pemantauan. Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu
ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan review
lainnya dapat segera ditidaklanjuti.
Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan SPIP,
maka dilakukan pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan SPIP.
Pengawasan itern merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian itern
yang berfungsi melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan
fungsi instansi pemerintah.
Lingkup pengaturan pengawasan intern mencakup kelembagaan, tugas,
kompetensi SDM, kode etik, standart audit, pelaporan. Pembinaan
penyelenggaraan SPIP meliputi penyusunan pedoman teknis, penyelenggaraan,
sosialisasi, pendidikan, dan pelatihan, serta bimbingan dan konsultasi SPIP. Dan
peningkatan kompetensi auditor selaku aparat pengawas intern pemerintah. (PP
No.60/2008: situs BPKP atau Rapidshare).
14
3. Metode Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer. Data primer
ini didapatkan dari survei melalui kuisioner dan wawancara. Kuisioner dan
wawancara ini ditujukan kepada Kepala Inspektorat Kota serta seluruh perangkat
pengawas Inspektorat Wilayah Kota Salatiga. Kuesioner yang digunakan berupa 3
bagian, bagian pertama berisi item-item SPIP Lingkungan Pengendalian di
SKPD, bagian kedua berisi praktek pengawasan di SKPD dan bagian ketiga berisi
tentang faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi staf pengawas.
Satuan Analisis – Satuan Pengamatan
Satuan analisis penelitian ini adalah kepala dan seluruh perangkat
pengawas inspektorat Kota Salatiga, sedangkan satuan pengamatan yang
digunakan adalah kepala dan seluruh perangkat pengawas inspektorat Kota
Salatiga yang berkenan dan tidak berhalangan di dalam mengikuti penelitian ini.
Metode Pengumpulan Data
1. Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyusun
kuesioner yang diperoleh dari item-item SPIP dan dari jurnal internal audit
pada sektor publik di Malaysia.
2. Meminta responden menilai seberapa baiknya item-item informasi tersebut
dengan cara memberi tanda contreng (√), dengan skala penilaian 1-5 untuk
setiap informasi yang ada dalam item-item SPIP pada bagian 1 dalam
kuesioner (skala 1 : sangat buruk; skala 5 : sangat baik)
3. Meminta responden untuk menilai setuju atau tidak dengan masalah
praktek pengawasan di SKPD. Informasi yang digunakan di dalam
penelitian ini adalah informasi dari effectiveness of internal audit in the
Malaysian sector public pada bagian ke 2 dalam kuesioner (skala 1 :
sangat tidak setuju; skala 5 : sangat setuju)
4. Meminta responden untuk menilai setuju atau tidak faktor-faktor yang
mempengaruhi fungsi staf pengawas. Informasi yang digunakan dalam
15
penelitian ini adalah informasi dari effectiveness internal audit in the
Malaysian sector public pada bagian ke 3 dalam kuesioner (skala 1 :
sangat tidak setuju; skala 5 : sangat setuju)
5. Dari hasil yang diperoleh pada point 2 sampai 4, tiap item informasi
dihitung rata-ratanya.
6. Untuk melihat tingkat persepsi responden maka, digunakan rumus interval
sebagai berikut:
Dimana :
I = Interval
K = Kategori jawaban
Nilai max = Nilai tertinggi
Nilai min = Nilai terendah
Range Kriteria
1,00 1,80
1,81 - 2,60
2,61 - 3,40
3,41- 4,20
4,21-5,00
Sangat Tidak Setuju/Sangat buruk
Tidak Setuju/buruk
Netral/Cukup
Setuju/Baik
Sangat Setuju/Sangat baik
7. Dalam kuesioner ini juga diberikan ruang kosong untuk menampung
informasi yang dianggap penting oleh responden faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi efektivitas.
8. Setelah didapat data-data mengenai seberapa baiknya penerapan item-item
SPIP tadi dilakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik
deskriptif, untuk dapat memaknai data yang telah didapat dari hasil
penelitian
16
9. Untuk mendapat informasi yang lebih mendalam, selain menggunakan
kuesioner, data didapat dengan melakukaan wawancara mendalam
terhadap beberapa responden (Kepala Inspektorat Kota (Inspektur) serta
pengawas Inspektorat Kota Salatiga) yang berkompeten mengenai tema
yang diangkat oleh penelitian ini.
17
4. Temuan dan Pembahasan
4.1 Gambaran Secara Umum Responden Penelitian
Pada penelitian ini responden dibagi menurut jenis kelamin, usia,
pendidikan terakhir, lama bekerja, dan kualifikasi keahlian pengawas. Dari total
19 orang yang bersedia dan tidak berhalangan untuk mengikuti penelitian ini
adalah sebanyak 13 orang (68.42%). Menurut gender penelitian ini didominasi
oleh responden laki-laki dari pada perempuan, yaitu laki-laki berjumlah 10 orang
dan perempuan berjumlah 3 orang. Menurut usia penelitian ini didominasi
responden yang berusia di bawah 50 tahun. Pendidikan terakhir responden dalam
penelitian ini hanya berkisar antara S1, dan S2, dan didominasi responden yang
berpendidikan terakhir S1 berjumlah 8 orang. Dalam penelitian ini lama bekerja
responden dibagi menjadi 2 yaitu antara ≤ 20 tahun dan > 20 tahun, temuan
menunjukkan bahwa penelitian ini didominasi oleh responden dengan lama
bekerja ≤ 20 tahun, serta ditinjau menurut kualifikasi keahlian yang dimiliki
pengawas dari 13 orang yang menjadi responden, terdapat 10 orang yang
memiliki kualifikasi keahlian dengan prosentase (76.92%) (lihat lampiran 1 hal.
28)
4.2 Penilaian Responden Terhadap Item-Item Di Dalam Kuisioner
4.2.1 Penilaian responden terhadap Persepsi Staf Pengawas terhadap
Lingkungan Pengendalian di SKPD
Pada bagian ini akan diuraikan persepsi pengawas terhadap lingkungan
pengendalian di SKPD. Berdasarkan SPIP lingkungan pengendalian ditunjukan
pada tabel 4.1. berikut ini.
18
Tabel 4.1.
Tabel Persepsi Staf Pengawas Terhadap Lingkungan Pengendalian di SKPD
No Item informasi Total
Skor
Rata-
rata Persepsi
Integritas dan nilai etis
1
Penyusunan dan penerapan aturan perilaku pada
SKPD
46 3.54 Baik
2 Pemberian keteladanan pelaksanaan aturan
perilaku pada setiap tingkat pimpinan SKPD
46 3.54 Baik
3
Penegakan kedisiplinan yang tepat atas
penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur
pada lingkungan pengendalian di SKPD
46 3.54 Baik
4
Penjelasan serta pertanggungjawaban terhadap
adanya intervensi atau perilaku tidak etis di
lingkungan pengendalian intern pada SKPD
46 3.54 Baik
5
Penghapusan kebijakan dan penugasan yang dapat
mendorong perilaku tidak etis di Lingkungan
pengendalian SKPD
44 3.38 Cukup
Komitmen terhadap kompetensi
1 Pengidentifikasi serta penetapan kegiatan yang
dibutuhkan untuk penyelesaian tugas dan fungsi
pada masing-masing posisi
48 3.69 Baik
2 Penyusunan standar kompetensi untuk setiap tugas
dan fungsi pada masing-masing posisi
49 3.77 Baik
3 Penyelenggaraan pelatihan dan pembimbingan
untuk membantu pegawai mempertahankan dan
meningkatkan kompetensi pekerjaannya
51 3.92 Baik
4 Pemilihan pimpinan SKPD yang memiliki
kemampuan manajerial dan pengalaman teknis
yang luas dalam pengelolaannya
45 3.46 Baik
Kepemimpinan yang kondusif
1 Pertimbangan resiko dalam pengambilan
keputusan
46 3.54 Baik
2 Pemberian peringatan dini dan peningkatan
efektivitas manajemen risiko dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah
45 3.46 Baik
3 Pemeliharaan dan peningkatan kualitas tata kelola
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah
47 3.62 Baik
19
No Item informasi Total
Skor
Rata-
rata Persepsi
4 Penerapan manajemen berbasis kinerja,
mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP
pada lingkungan SKPD
45 3.46 Baik
5 Perlindungan atas aset dan informasi dari akses
dan penggunaan yang tidak sah di Lingkungan
SKPD
44 3.38 Cukup
6 Interaksi secara intensif dengan pejabat pada
tingkatan yang lebih rendah
49 3.77 Baik
7 Respon secara positif terhadap pelaporan yang
berkaitan dengan keuangan,
penganggaran,program dan kegiatan pada SKPD
48 3.69 Baik
Struktur organisasi
1 Penyediaan dan pemanfaatan berbagai bentuk dan
sarana komunikasi pada SKPD
46 3.54 Baik
2 Pengelolaan, pengembangan dan pembaharuan
system informasi secara terus menerus
42 3.23 Cukup
3 Pemberian kejelasan wewenang dan tanggung
jawab dilingkungan SKPD
48 3.69 Baik
4 Pemberian kejelasan hubungan dan jenjang
pelaporan intern dalam SKPD
48 3.69 Baik
Kebijakan praktek SDM
1 Pelaksanaan evaluasi dan penyesuaian periodik
terhadap struktur organisasi pada SKPD
sehubungan dengan perubahan lingkungan
strategis
43 3.31 Cukup
2 Penelusuran latar belakang calon pegawai dalam
proses rekruetmen
45 3.46 Baik
3 Supervise periodik yang memadai terhadap
pegawai pada SKPD
44 3.38 Cukup
4 Pemberian peringatan dini dan
peningkatanefektivitas manajem risiko dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi
Pemerintahan
44 3.38 Cukup
5 Pemeliharaan dan peningkatan kualitas tata kelola
penyelenggaraan tugas dan fungsi pada instansi
Pemerintahan
48 3.69 Baik
20
No Item informasi Total
Skor
Rata-
rata Persepsi
6
Penyesuaian dengan ukuran dan sifat kegiatan di
SKPD
49 3.77 Baik
7 Penetapan jumlah pegawai sesuai, terutama untuk
posisi pimpinan di SKPD.
44 3.38 Cukup
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.1. di atas pada bagian Integritas dan nilai etis
responden menilai baik dari 5 item hanya 1 item yang dinilai cukup oleh
responden yaitu penghapusan kebijakan dan penugasan yang dapat mendorong
perilaku tidak etis di lingkungan SKPD. Kemudian pada bagian komitmen
terhadap kompetensi dari 4 item responden menilai baik. Hal ini menunjukan
bahwa tidak terdapat masalah pada bagian ini. Berdasarkan bagian kepemimpinan
yang kondusif, struktur organisasi dan kebijakan praktek SDM, masih terdapat
responden menilai cukup yaitu: perlindungan atas aset dan informasi, pengelolaan,
pengembangan dan pembaharuan sistem informasi, pelaksanaan evaluasi dan
penyesuaian periodik terhadap struktur organisasi, supervise periodik, pemberian
peringatan dini dan peningkatan efektivitas manajemen risiko, penetapan jumlah
pegawai sesuai terutama untuk posisi pimpinan di SKPD. Diduga pendapat
responden dari beberapa bagian tersebut perlu lebih ditingkatkan.
4.2.2 Penilaian Responden Tentang Persepsi Staf Pengawas Terhadap
Praktek Pangawasan Di SKPD
Berdasarkan hasil temuan (lihat lampiran 2, hal. 32), dapat dilihat bahwa
sebagian besar dari 8 item yang diajukan dalam kuisioner tidak terdapat masalah
dalam praktek pengawasan di SKPD. Responden setuju bahwa 8 item tersebut
dapat mendukung praktek pengawasan di SKPD, dari 8 item yang diajukan dalam
kuisioner terdapat pula penilaian netral dari responden diantarnya: jumlah
pengawas yang kurang memadai, fungsi pengawasan yang banyak dimusuhi serta
anggaran yang disediakan untuk pengawasan memadai. Kemungkinan responden
ragu apakah hal tersebut menjadi suatu hambatan dalam praktek pengawasan di
SKPD selama ini.
21
4.2.3 Penilaian Responden Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Efektivitas Fungsi Staf Pengawas
Berdasarkan hasil temuan (lihat lampiran 2, hal. 32), dapat dilihat bahwa
kualitas pengawasan yang mengawasi SKPD, dukungan dari pimpinan SKPD,
kecukupan SDM dan dana operasional serta kerjasama diantara pengawas,
responden menyatakan setuju. Dengan demikian kemungkinan diduga responden,
hal tersebut dapat mendorong efektivitas fungsi staf pengawas.
4.2.4 Faktor-Faktor Lain Yang Mempengaruhi Fungsi Pengawasan
Secara umum para responden dari penelitian ini telah menganggap bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi pengawasan yang disebutkan
dalam kuisioner, telah mewakili pemikiran mereka. Namun demikian ada 7
(Tujuh) responden yang memberikan pendapat adanya faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi efektivitas fungsi pengawas, diantaranya :
Tabel 4.2.
Faktor-Faktor Lain Yang Mempengaruhi Pengawasan
No
Responden Faktor-Faktor lain yang mempengaruhi fungsi pengawasan
3
Adanya dikotomis antara pengawas internal dan eksternal yang
dapat menjadikan setiap rekomendasi diartikan secara berlainan
oleh obrik.
5 Independen dan objektivitas APIP belum sepenuhnya dapat
diterapkan.
7 Lemahnya manajemen tata kelola pengawasan.
7
Stuktur organisasi dan pola hubungan kerja belum sepenuhnya
sesuai dengan strategi dalam mencapai tujuan pengawasan yang
efektif.
9 Kurangnya kegiatan pengembangan potensi APIP.
10 Organisasi profesi APIP belum terbentuk.
11 Kebijakan Kepala Daerah yang mendukung sepenuhnya fungsi
pengawasan.
11 Kedisiplinan kerja, kerajian dalam membaca buku peraturan.
12 Dana pendukung yang memadai dan komunikasi yang baik
12 Adanya komitmen dari semua pihak
Sumber: Data Primer,2012
22
4.3. Hasil Wawancara Mendalam
Teknik wawancara digunakan dalam penelitian ini, untuk mendapatkan
informasi-informasi yang tidak dapat terangkum dalam kuesioner (bagian 1-3).
Wawancara ini dilakukan pada:
Tanggal = 24 Februari 2012
Waktu = 9.00 – 11.45 WIB
Tempat = Kantor Inspektorat Kota Salatiga, Jl. Cemara No.38 Salatiga.
Wawancara ditujukan kepada :
1. Sekretaris Inspektorat Kota Salatiga
2. Inspektur Pembantu Wilayah I
3. Inspektur Pembantu Wilayah II
4. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan
5. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan
6. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan
Dalam wawancara ini peneliti menanyakan tentang kondisi kualitas
pengawasan, dari segi:
1. Kompetensi
2. Objektivitas
3. Kualitas Kerja
Menurut responden, apabila dilihat dari segi kompetensi yang dimiliki staf
pengawas Inspektorat Kota Salatiga dapat dipengaruhi dari 2 hal yaitu: kualifikasi
keahlian dan pelatihan pengembangan pengawas. Responden menyatakan bahwa
kualifikasi keahlian dibutuhkan untuk menunjang kompetensi staf pengawas
dalam pengawasan di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pelaksana
kualifikasi keahlian staf pengawas diperoleh dari Badan Pemeriksa Keuangan
Pembangunan (BPKP) dan Badan Perencana Pembangunan (BPP). Staf pengawas
akan memperoleh kualifikasi keahlian diantaranya: anggota tim, ketua tim,
pengendali teknis, dan pengendali mutu, ketika telah menjadi pegawai di
lingkungan Inspektorat Kota Salatiga. Kemudian hal lain yang dapat menunjang
kompetensi dari staf pengawas adalah melalui pelatihan pengembangan pengawas,
selama ini Inspektorat Kota Salatiga memberikan Diklat (Pendidikan Kilat)
23
kepada para staf pengawas diantaranya: penilaian hasil audit yang efektif,
penyusunan kertas kerja audit, penilaian aset, pengelolaan keuangan, penilaian
aset manajemen. Dengan adanya kualifikasi keahlian serta pelatihan
pengembangan staf pengawas, diharapkan hal ini dapat membantu meningkatkan
kompentensi dalam kualitas pengawasan di SKPD serta menunjang kinerja staf
pengawas menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.
Menurut responden, apabila dilihat dari segi obyektivitas staf pengawas
dapat dinilai dari beberapa hal diantaranya melalui jalur pelaporan pengawasan di
SKPD. Responden menyatakan bahwa selama ini jalur pelaporan pengawasan di
SKPD sudah berjalan baik, jalur pelaporan pengawasan yang diterapkan, melalui
proses sebagai berikut: inspektorat pembantu wilayah I, II, III, dan IV
memberikan laporan hasil pemeriksaan kepada sekretaris inspektorat, kemudian
sekretaris mengkoreksi hasil pemeriksaan tersebut apabila dinilai sudah layak
(tidak terdapat kesalahan) maka sekretaris akan melanjutkan hasil pemeriksaan
tersebut kepada Inspektor atau Kepala Inspektorat Kota Salatiga. Pelaporan
pengawasan yang telah disetujui oleh Inspektor, akan dikembalikan pada SKPD
yang bersangkutan dengan tembusan dari BPK dan Inspektorat provinsi Jawa
Tenggah, dengan adanya struktur jalur pelaporan yang sudah terkonsep di
inspektorat hal ini menunjukan bahwa penilaian yang dilakukan pengawas sudah
dapat dikatakan obyektif. Kemudian hal lain yang dapat mempengaruhi
obyektivitas yaitu pada pelaksanaan tugas sebagai pengawas dan ruang gerak
pengawas di SKPD, perlu diketahui bahwa hal-hal tersebut menurut responden
selama ini telah dilaksanakan secara baik dengan diberikan sikap idependensi
kepada para staf pengawas. Inilah yang dapat membantu pengawas untuk menilai
secara obyektif pengawasan di SKPD. Kebebasan lain yang dapat menunjang
objektivitas dalam pelaksanaan pengawasan diantaranya: sarana prasarana,
keuangan, SDM, Tupoksi, metode kerja. Maka objektivitas staf pengawas sangat
dibutuhan untuk menunjang kualitas dan efektivitas kerja fungsi pengawasan.
Menurut pendapat responden, apabila dilihat dari segi kualitas kinerja
pengawas yang dinilai pada perencanaan pengawas dan ruang lingkup
pengawasan di SKPD, hal tersebut penting untuk menunjang kualitas kerja
24
pengawas menjadi lebih baik. Menurut pendapat responden perencanaan
pengawasan di SKPD sudah dilakukan dengan baik, dapat dilihat dari pemaparan
responden dalam proses perencanaannya, dimulai dari pembuatan DMP (Daftar
Materi Pertanyaan) dari Inspektorat Pembantu Wilyah I, II, III dan IV kemudian
setelah DMP selesai, dilanjutkan dengan program perencanaan pengawas yang
telah dipersiapkan pengawas daerah dengan Gubernur Jawa Tenggah agar tidak
terjadi tumpang tindih dalam melakukan pengawasan, perencanaan pengawasan
dilakukan 7 hari sebelum pelaksanaan. Kualitas kerja juga dapat dilihat dari ruang
lingkup pengawasan, menurut reponden tidak terdapat kendala dalam menentukan
ruang lingkup pengawasan. Karena perlu diketahui bahwa staf pengawas sebelum
melakukan pemeriksaan di SKPD sudah dikoordinasikan dalam menentukan
ruang lingkup pengawasannya, agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaanya.
25
5. Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran
Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
bahwa, menurut penilaian pengawas Inspektorat Kota Salatiga terhadap kinerja
pengawas di SKPD Kota Salatiga telah dilakukan dengan baik dan tidak terdapat
masalah yang berarti dalam praktek pengawasan di SKPD maka, langkah yang
sebaiknya dilakukan adalah mempertahankan serta lebih meningkatkan kinerja
pengawas inspektorat Kota di SKPD Kota Salatiga. Bila hal tersebut dapat
dilakukan dengan baik maka, akan berdampak baik pula terhadap kualitas dan
efektivitas kinerja para pengawas dalam membantu pemerintah Salatiga dalam
mewujudkan good local govermance
Setiap penelitian tentu memiliki keterbatasan, demikian halnya dengan
penelitian ini. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah: Pertama, dalam
pengisian kuisioner terdapat beberapa responden dari pengawas inspektorat yang
berhalangan hadir dalam penelitian ini. Kedua, terdapat keterbatasan waktu dalam
proses wawancara dengan staf pengawas dikarenakan kepentingan Dinas. Ketiga,
penelitian ini masih berada dalam taraf deskriptif kualitatif, belum terdapat kajian
statistik yang mendalam. Untuk penelitian-penelitian yang akan datang sebaiknya
dilakukan dengan lebih memperkaya rangkuman item SPIP, serta dapat dilakukan
kajian statistik yang lebih mendalam (inferensial), misal antar kelompok
responden, sehingga bisa didapatkan analisis yang lebih mendalam.
26
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Erlangga.
Jakarta
Danfar.2009.“Definisi/PengertianEfektifitas”.
http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/. 19
September 2011
Erika, A.R Yulisman. 2011. “Fungsi Badan Pengawas Daerah (BAWASDA)
dalam Pelaksanaan Pemerintah Daerah di Kabupaten Pesisir Selatan”.
15 September 2011
Halimah Nasibah Ahmad, Radiah Othma, Kamaruzaman Jusoof, 2009. The
Effectiveness Internal Audit of Malaysian Sector Public”. Journal of
Modern Accounting and Auditing Serial no 52
Hutauruk, Bonardo. 2010. Peraturan Pemerintah (PP) 60 Tahun 2008 Tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
http://www.bkn.go.id/in/berita/1313-bpkp-adakan-sosialisasi-standar-
pengawasan-intern-pemerintah.html. 29 September 2011
Ihalauw.Jhon J.OI. 2000.“Bangunan Teori”. edisi millennium. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
Jurnal Ekonomi.Sep,2009,Vol5,No9(Serial No,52). ”Journal of Modern
Accounting and Auditing”,ISSN 1548-66583,USA
Moleong, Lexy J. 1991. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda Karya.
Bandung
Mardi. “Peran Inspektorat Daerah Sebagai Pengawas Internal”. Sekretaris
Inspektorat Provinsi Sumatra Barat. 12 Februari 2009
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta
Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta
Moh.Nazir. 2003. Metode Penelitian. PT Ghalia Indonesia. Jakarta
Mutamimah Retno Utami.2011.”Pengertian Kinerja”.http://id.shfoong.com/social-
scinces/education/2113811-pengertian-kinerja/. Diakses 18 September
2011
27
Othenk. 2008. “ Pengertian Tentang Efektifitas”. Garut.
http://othenk.blogspot.com/2008/11/pengertian-tentang-
efektifitas.html. 20 September 2011
Pedoman Operasional Pengawasan Di Lingkungan Inspektorat Kota Salatiga
Perundang-undangan
Republik Indonesia:”Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 Tahun
2008 tentang “ Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan”
Prajogo. 2001. “Perspektif Pemeriksa terhadap Implementasi Standar Akuntansi
Keuangan Sektor Publik”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor
Publik. Kompartemen Akuntan Sektor Publik Ikatan Akuntan
Indonesia. Vol. 02 No. 02. Agustus. pp. 1 – 8.
Retno Utami, Mutmamimah. 2011. “Pengertian Kinerja”.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2113811-pengertian-
kinerja/. 18 September 2011
Rumudi, Sukandar. 2006. “Metode Penelitian Petunjuk Praktif Untuk Peneliti”.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Satrio Dewanto, R. Pandu. 2011. “Persepsi Birokrat Kota Salatiga Terhadap
Ukuran Kinerja Sektor Pendidikan di Indonesia dan Negara Maju”.
Skripsi Program S1Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Kristen Satya Wacana
Suara Merdeka Jawa Tengah. Semarang. 23 Agustus 2007
Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. R&D Alvabeta. Bandung
Supramono dan Intyas Utami. 2003. “Desain Proposal Penelitian”. cetakan 1.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya wacana
Wilopo. 2001. “Faktor-faktor yang Menentukan Kualitas Audit pada Sektor
Publik/Pemerintah”. Ventura. STIE Perbanas Surabaya. Vol. 4 No. 1.
Juni. pp. 27 – 32.
Artikel Ekonomi http://hanscorp.web.id/persepsi-dewan-pengawas-terhadap-
efektivitas-kinerja-dewan-pengawas-pada-bumd-di-salatiga 27 Mei
2012
28
LAMPIRAN
Lampiran 1
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Responden Prosentase (%)
Laki – Laki 10 76.92
Perempuan 3 23.08
Total 13 100
Sumber: Data Primer, 2012
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Responden Prosentase (%)
≤ 50 tahun 11 84.62
> 50 tahun 2 15.38
Total 13 100
Sumber: Data Primer, 2012
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Jumlah Responden Prosentase (%)
S1 8 61.54
S2 5 38.46
Total 13 100
Sumber: Data Primer, 2012
29
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Lama Bekerja Jumlah Responden Prosentase (%)
< 20 th 9 69.2
> 20 th 4 30.8
Total 13 100
Sumber: Data Primer, 2012
Gambaran Umum Responden Yang Memiliki Kualifikasi Keahlian Sebagai
Pengawas Di Inspektorat
Kualifikasi keahlian Jumlah Responden Prosentase (%)
Ya 10 76.92
Tidak 3 23.08
Total 13 100
Sumber: Data Primer, 2012
30
Lampiran 2
Penilaian Responden Terhadap Item-Item Di Dalam Kuesioner
Penilaian Responden Terhadap Persepsi Staf Pengawas Terhadap
Lingkungan Pengendalian Di SKPD
No Item informasi Total
Skor
Rata-
rata Persepsi
1 Penyusunan dan penerapan aturan perilaku pada
SKPD 46 3.54 Baik
2 Pemberian keteladanan pelaksanaan aturan
perilaku pada setiap tingkat pimpinan SKPD
46 3.54 Baik
3 Penegakan kedisiplin yang tepat atas
penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur
pada lingkungan pengendalian di SKPD
46 3.54 Baik
4 Penjelasan serta pertanggungjawaban terhadap
adanya intervensi atau perilaku tidak etis di
lingkungan pengendalian intern pada SKPD
46 3.54 Baik
5 Penghapusan kebijakan dan penugasan yang
dapat mendorong perilaku tidak etis di
Lingkungan pengendalian SKPD
44 3.38 Cukup
6 Pengidentifikasi serta penetapan kegiatan yang
dibutuhkan untuk penyelesaian tugas dan fungsi
pada masing-masing posisi
48 3.69 Baik
7 Penyusunan standar kompetensi untuk setiap
tugas dan fungsi pada masing-masing posisi
49 3.77 Baik
8 Penyelenggaraan pelatihan dan pembimbingan
untuk membantu pegawai mempertahankan dan
meningkatkan kompetensi pekerjaannya
51 3.92 Baik
9 Pemilihan pimpinan SKPD yang memiliki
kemampuan manajerial dan pengalaman teknis
yang luas dalam pengelolaannya
45 3.46 Baik
10 Pertimbangan resiko dalam pengambilan
keputusan
46 3.54 Baik
11 Pemberian peringatan dini dan peningkatan
efektivitas manajemen risiko dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah
45 3.46 Baik
12 Pemeliharaan dan peningkatan kualitas tata
kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi
Instansi Pemerintah
47 3.62 Baik
31
No Item informasi Total
Skor
Rata-
rata Persepsi
13 Penerapan manajemen berbasis kinerja,
mendukung fungsi tertentu dalam penerapan
SPIP pada lingkungan SKPD
45 3.46 Baik
14 Perlindungan atas aset dan informasi dari akses
dan penggunaan yang tidak sah di Lingkungan
SKPD
44 3.38 Cukup
15 Interaksi secara intensif dengan pejabat pada
tingkatan yang lebih rendah
49 3.77 Baik
16 Respon secara positif terhadap pelaporan yang
berkaitan dengan keuangan,
penganggaran,program dan kegiatan pada SKPD
48 3.69 Baik
17 Penyediaan dan pemanfaatan berbagai bentuk
dan sarana komunikasi pada SKPD
46 3.54 Baik
18 Pengelolaan, pengembangan dan pembaharuan
system informasi secara terus menerus
42 3.23 Cukup
19 Pemberian kejelasan wewenang dan tanggung
jawab dilingkungan SKPD 48 3.69 Baik
20 Pemberian kejelasan hubungan dan jenjang
pelaporan intern dalam SKPD
48 3.69 Baik
21 Pelaksanaan evaluasi dan penyesuaian periodik
terhadap struktur organisasi pada SKPD
sehubungan dengan perubahan lingkungan
strategis
43 3.31 Cukup
22 Penelusuran latar belakang calon pegawai dalam
proses rekruetmen
45 3.46 Baik
23 Supervise periodik yang memadai terhadap
pegawai pada SKPD
44 3.38 Cukup
24 Pemberian peringatan dini dan
peningkatanefektivitas manajem risiko dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi
Pemerintahan
44 3.38 Cukup
25 Pemeliharaan dan peningkatan kualitas tata
kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi pada
instansi Pemerintahan
48 3.69 Baik
26
Penyesuaian dengan ukuran dan sifat kegiatan
di SKPD 49 3.77 Baik
27 Penetapan jumlah pegawai sesuai, terutama
untuk posisi pimpinan di SKPD. 44 3.38 Cukup
Sumber: Data Primer, 2012
32
Penilaian Responden Tentang Persepsi Staf Pengawas Terhadap Praktek
Pengawasan Di SKPD
No Item informasi Total
Skor
Rata-
rata Persepsi
1 Jumlah pengawas kurang 35 2.69 Netral
2 Fungsi pengawasan mendapat dukungan penuh
dari pejabat tinggi 46 3.54 Setuju
3 Kerjasama diantara pengawas terjalin dengan
baik 53 4.08 Setuju
4 Pelatihan teknis pengawasan yang memadai 50 3.85 Setuju
5 Fungsi pengawas bersifat independen 45 3.46 Setuju
6 Pengetahuan teknik pengawasan yang
memadai 50 3.85 Setuju
7 Pengalaman pengawas memadai 50 3.85 Setuju
8 Hasil pengawasan diperhatikan oleh pihak yang
diawasi 54 4.15 Setuju
9 Posisi staf pengawas terhormat dalam
organisasi 49 3.77 Setuju
10 Fungsi pengawas banyak dimusuhi 37 2.85 Netral
11 Anggaran yang disediakan untuk fungsi
pengawasan memadai
37 2.85 Netral
Sumber: Data Primer, 2012
Penilaian Responden Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Efektivitas Fungsi Staf Pengawas
No Item informasi Total
Skor
Rata-
rata Persepsi
1 Kualitas pengawas yang mengawasi SKPD 51 3.92 Setuju
2 Dukungan dari Pimpinan SKPD 53 4.08 Setuju
3 Kecukupan sumber daya manusia dan dana
operasional yang memadai 52 4 Setuju
4 Kerjasama diantara staf pengawas 55 4.23 Setuju
Sumber: Data Primer, 2012
33
Lampiran 3
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI INSPEKTORAT KOTA SALATIGA
(Sumber : Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11 Tahun 2008)
INSPEKTUR
SEKERTARIS
SUB BAGIAN
PERENCANAAN
DAN EVALUASI
SUB BAGIAN
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN
KEUANGAN
KELOMPOK JABATAN
FUNGSUONAL
INSPEKTUR
PEMBANTU WILAYAH
I
INSPEKTUR
PEMBANTU WILAYAH
II
INSPEKTUR
PEMBANTU
WILAYAH III
INSPEKTUR
PEMBANTU
WILAYAH IV
Seksi pengawas
bidang
pembangunan
Seksi pengawas
bidang
pemerintahan
Seksi pengawas
bidang
kemasyarakatan
Seksi pengawas
bidang
pembangunan
Seksi pengawas
bidang
pemerintahan
Sekdi pengawas
bidang
kemasyarakat
Seksi pengawas
bidang
pembanguan
Seksi pengawas
bidang
pemerintahan
Seksi pengawas
bidang
kemasyarakatan
Seksi pengawas
bidang
pembangunan
Seksi pengawas
bidang
pemeriksaan
Seksi pengawas
bidang
kemasyarakatan
Susunan Organisaasi dan Tata Kerja
Susunan organisasi dan tata kerja Inspektorat Kota Salatiga berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11 Tahun 2008, terdiri dari :
1. Inspektur
2. Sekertariat, yang membawahi :
a. Sub Bagian Perncanaan dan Evaluasi
b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
c. Sub Bagian Keuangan
3. Inspektur Pembantu Wilayah I, yang membawahi :
a. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan
b. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan
c. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan
4. Inspektur Pembantu Wilayah II, yang membawahi :
a. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan
34
b. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan
c. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan
5. Inspektur Pembantu Wilayah III, yang membawahi :
a. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan
b. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan
c. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan
6. Inspektur Pembantu Wilayah IV, yang membawahi :
a. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan
b. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan
c. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan
7. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pedoman Operasional Pengawasan di Lingkungan Inspektorat Kota Salatiga
Dalam rangka menjabarkan kebijakan yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara
Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Nomor 25 Tahun 2007
tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan Departemen
Dalam Negeri dan Pemerintah daerah, Nomor 28 Tahun 2007 tentang Norma
Pengawasan dan Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintahan, serta Nomor 4
Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keungan
Pemerintah Daerah, dan adanya perubahan nomenklatur struktur organisasi di
lingkungan Pemerintah Kota Salatiga dapat berjalan dengan baik, maka perlu
disusun kembali Pedoman Operasioanl Pengawasan di Lingkungan Inspektorat
Kota Salatiga.
Dasar Hukum
Dasar Hukum yang digunakan dalam Pedoman Operasional Pengawasan di
Lingkungan Inspektorat Kota Salatiga ini adalah sebagai berikut :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
35
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4594).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Kinerja
Pemerintah Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendlian
Interen Pemerintah (SPIP).
4. Peraturan Meteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata
Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penanganan Pengaduan Masyarakat Di Lingkungan Departemen Dalam
Negeri dan Pemerintah Daerah.
6. Peraturan Meteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2007 tentang Norma
Pengawasan Dan Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
8. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu dan
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga.
36
Lampiran 4
Kuisioner dan Wawancara Penelitian Skripsi
Kuesioner ini dibuat dalam rangka pengumpulan data penelitian tugas
akhir (skripsi) Ika Kartika Kusumawardani, Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan
Bisnis UKSW Salatiga (Angkatan 2007), yang berjudul “Persepsi Pengawas
Inspektorat Kota terhadap Kinerja Pengawas di SKPD Kota Salatiga”. Pada
Kuesioner ini terdapat 3 bagian dimana bagian pertama menjelaskan tentang
Persepsi Staf Pengawas terhadap Lingkungan Pengendalian di SKPD. Bagian
kedua menjelaskan tentang Persepsi Staf Pengawas terhadap Praktek Pengawasan
di SKPD. Dan bagian ketiga menjelaskan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas fungsi staf pengawas. Bapak/Ibu diharapkan dapat
membantu dengan melengkapi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam
Kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya dan semaksimal mungkin, serta
mengembalikannya sesegera mungkin guna dianalisis oleh peneliti. Semua data
diri Anda di dalam Kuesioner ini akan dirahasiakan oleh peneliti.
Data Diri Responden:
(Data diri Responden akan dirahasiakan – Mohon Diisi dengan HURUF KAPITAL)
Nama :……………………………………
(boleh tidak diisi)
Jenis kelamin : L / P (*Coret yang tidak perlu)
Usia :………Tahun
Pendidikan terakhir : S1 / S2 / S3
Jabatan : …….…………………….
Lama bekerja : …………………………..
Pengalaman pelatihan pengawasan : ……………………………
Bagian 1
Pada Bagian 1 ini merupakan item Persepsi Staf Pengawas terhadap Lingkungan
Pengendalian di SKPD. Bapak/Ibu diharapkan dapat menjawab dengan memberi
tanda “√” (centang/contreng) sesuai dengan keadaan responden dan berdasarkan
pemahaman responden dengan menilai menggunakan Skala Likert nilai 1 sampai
5.
37
Untuk penilaian bagian 1 meliputi:
Nilai 1 berarti bahwa sangat buruk
Nilai 2 berarti bahwa buruk
Nilai 3 berarti bahwa cukup,
Nilai 4 berarti bahwa baik,dan
Nilai 5 berarti bahwa sangat baik.
Menurut penilaian bapak/ibu:
No Lingkungan Pengendalian Skala penilaian
1 2 3 4 5
1. Penyusunan dan penerapan aturan perilakupada SKPD
2. Pemberian keteladanan pelaksanaan aturan perilaku pada
setiap tingkat pimpinan SKPD
3. Penegakkan kedisiplinan yang tepat atas penyimpangan
terhadap kebijakan dan prosedur pada lingkungan
pengendalian di SKPD
4. Penjelasan serta pertanggungjawaban terhadap adanya
intervensi atau pengabaian pengendalian intern pada
SKPD
5. Penghapusan kebijakan dan penugasan yang dapat
mendorong perilaku tidak etis di lingkungan
pengendalian SKPD
6. Pengidentifikasian serta penetapan kegiatan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi pada
masing-masing posisi
7. Penyusunan standar kompetensi untuk setiap tugas dan
fungsi pada masing-masing posisi
8. Penyelenggaraan pelatihan dan pembimbingan untuk
membantu pegawai mempertahankan dan meningkatkan
kompetensi pekerjaannya
38
No Lingkungan Pengendalian Skala penilaian
1 2 3 4 5
10. Pertimbangan resiko dalam pengambilan keputusan
11. Pemberian peringatan dini dan peningkatan efektivitas
manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan
fungsi Instansi Pemerintah
12. Pemeliharaan dan peningkatan kualitas tata kelola
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
13. Penerapan manajemen berbasis kinerja, mendukung
fungsi tertentu dalam penerapan SPIP pada lingkungan
SKPD
14. Perlindungan atas aset dan informasi dari akses dan
pengguna yang tidak sah di lingkungan SKPD
15. Interaksi secara intensif dengan pejabat pada masing-
masing instansi atau organisasi pada tingkatan yang
lebih rendah
16. Respon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan
dengan keuangan, penganggaran, program dan kegiatan
pada SKPD
17. Penyediaan dan pemanfaatan berbagai bentuk dan sarana
komunikasi pada SKPD
18. Pengelolaan, pengembangan dan pembaharuan sistem
informasi secara terus menerus
19. Pemberian kejelasan dan wewenang serta tanggung
jawab dilingkungan SKPD
20. Pemberian kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan
intern dalam SKPD
21. Pelaksanaan evaluasi dan penyesuaian secara periodik
terhadap struktur organisasi pada SKPD yang
sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis
39
No Lingkungan Pengendalian Skala penilaian
1 2 3 4 5
23. Supervise periodik yang memadai terhadap pegawai
pada SKPD
24. Pemberian peringatan dini dan peningkatan
efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan
tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
25.
Pemeliharaan dan peningkatkan kualitas tata kelola
penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Instansi
Pemerintah
26. Penyesuaian dengan ukuran dan sifat kegiatan di
SKPD
27. Penetapan jumlah pegawai yang sesuai,
terutama untuk posisi pimpinan di SKPD
40
Bagian 2
Pada Bagian 2 ini merupakan persepsi staf pengawas terhadap praktek
pengawasan di SKPD. Bapak/Ibu diharapkan dapat menjawab dengan memberi
tanda “√” (centang/contreng) sesuai dengan keadaan responden dan berdasarkan
pemahaman responden dengan menilai menggunakan Skala Likert nilai 1 sampai
5.
Untuk penilaian bagian 2 meliputi:
Nilai 1 berarti bahwa sangat tidak setuju
Nilai 2 berarti bahwa tidak setuju
Nilai 3 berarti bahwa netral,
Nilai 4 berarti bahwa setuju,dan
Nilai 5 berarti bahwa sangat setuju.
Menurut penilaian bapak/ibu:
No Permasalahan
Skala penilaian
1 2 3 4 5
1. Jumlah pengawas kurang memadai
2. Fungsi pengawasan mendapat dukungan penuh dari
pejabat tinggi
3. Kerja sama diantara pengawas terjalin dengan baik
4. Pelatihan teknik pengawasan yang memadai
5. Fungsi pengawas bersifat independen
6. Pengatahuan teknik pengawasan yang memadai
7. Pengalaman pengawas yang memadai
8. Hasil pengawasan diperhatikan oleh pihak yang diawasi
9. Posisi pengawas terhormat dalam organisasi/ instansi
pemerintahan
10. Pengawas banyak dimusuhi
11. Anggaran yang disediakan untuk pengawasan memadai
41
Bagian 3
Pada Bagian 3 ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi
staf pengawas. Bapak/Ibu diharapkan dapat menjawab dengan memberi tanda
“√” (centang/contreng) sesuai dengan keadaan responden dan berdasarkan
pemahaman responden dengan menilai menggunakan Skala Likert nilai 1 sampai
5.
Untuk penilaian bagian 3 meliputi:
Nilai 1 berarti bahwa sangat tidak setuju
Nilai 2 berarti bahwa tidak setuju
Nilai 3 berarti bahwa netral,
Nilai 4 berarti bahwa setuju,dan
Nilai 5 berarti bahwa sangat setuju
.
Menurut penilaian bapak/ibu:
Apakah menurut Bapak/Ibu terdapat faktor-faktor lain, yang
mempengaruhi fungsi pengawasan, jika ada mohon untuk meyebutkan hal-
hal tersebut?
Terima kasih atas waktu dan kerjasamanya dalam membantu pengisian
kuesioner ini dengan baik
No Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Skala penilaian
1 2 3 4 5
1. Kualitas pengawas yang mengawasi SKPD
2. Dukungan dari Pimpinan SKPD
3. Kecukupan sumber daya manusia dan dana
operasional yang memadai
4. Kerjasama diantara pengawas