PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN...

39
PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013 SKRIPSI OLEH: SYAIRUL BASNI NIM: 10C10104198 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH-ACEH BARAT 2013

Transcript of PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN...

Page 1: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP

PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

UMUM Dr. H. YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN

KABUPATEN ACEH SELATAN

TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH:

SYAIRUL BASNI

NIM: 10C10104198

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH-ACEH BARAT

2013

Page 2: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP

PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

UMUM Dr. H. YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN

KABUPATEN ACEH SELATAN

TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH:

SYAIRUL BASNI

NIM: 10C10104198

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar Meulaboh

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH-ACEH BARAT

2013

Page 3: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) telah mulai menilai status dan

perkembangan epidemiologi penyakit Tuberculosis paru setiap tahunnya sejak

tahun 1997. Penilaian ini termasuk aspek insidensi, prevalensi dan mortalitas.

Pada tahun 1997, kasus baru Tuberculosis paru diperkirakan 7.96 juta, angka ini

termasuk 3.52 juta kasus infeksi Tuberculosis paru , dan angka kematian pada

tahun 1997 lebih kurang 1.87 juta orang. Sedangkan menurut laporan

Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh Worl Health Organization

(WHO) tahun 2010, angka insidensi Tuberculosis paru pada tahun 2010

mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk) dan 46% diantaranya

diperkirakan merupakan kasus baru (Depkes.RI 2010).

Diperkirakan 95% kasus Tuberculosis paru dan 98% kematian akibat

Tuberculosis paru di dunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Sekitar 75%

pasien Tuberculosis paru adalah kelompok usia yang paling produktif secara

ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien Tuberculosis paru dewasa,

akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat

pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia

meninggal akibat Tuberculosis paru, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar

15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, Tuberculosis paru juga memberikan

dampak buruk lainnya secara sosial stima bahkan dikucilkan oleh masyarakat

(Depkes RI, 2008).

Page 4: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

2

Menurut Paul Herling jumlah penderita Tuberculosis paru di Indonesia

masih berada pada urutan tertinggi ketiga di dunia, yang pada umumnya

disebabkan kurang diperhatikannya faktor kebersihan. "Indonesia urutan ketiga

setelah India dan China yang terbanyak angka penderita Tuberculosis Penyebab

utama tingginya penderita Tuberculosis di Indonesia karena kebersihan kurang

terjaga". Dari hasil penelitian yang dilakukannya Indonesia diketahui, faktor

kebersihan menjadi penyebab utama seseorang terinfeksi bakteri penyebab

Tuberculosis paru, rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan, sempit, kotor

dan kurang pencahayaan akan menjadi pemicu bakteri Tuberculosis berkembang

dan menjangkiti orang yang lemah kekebalan tubuhnya. Selain faktor kebersihan

yang dapat menyebabkan seseorang menderita Tuberculosis paru , gaya hidup

juga dapat menjadi pemicu penyakit menular ini. Menurut penelitian Muhammad

Aris (2001) faktor penularan Tuberculosis paru yang utama adalah gizi yang

kurang, kebiasaan merokok, dan faktor ekonomi (Depkes RI, 2010).

Di Indonesia, Tuberculosis paru merupakan masalah utama kesehatan

masyarakat. dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien

Tuberculosis paru didunia. Diperkirakan pada tahun 2012 setiap tahun ada

539.000 kasus baru dan kematian 101 orang. Insiden kasus Tuberculosis paru

Basil Tahan Asam positif sekitar 110 per 100.000 penduduk (Depkes RI, 2008).

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2010, menunjukan

bahwa Tuberculosis paru menduduki rangking ketiga sebagai penyebab kematian

(9,4% dari total kematian) setelah sistem sirkulasi dan sistem pernapasan. Pada

survei yang sama angka kesakitan Tuberculosis paru di Indonesia ketika itu

sebesar 800 per 100.000 penduduk. Namun pemeriksaan ini memiliki kelemahan,

Page 5: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

3

yakni hanya berdasarkan gejala tanpa pemeriksaan. Estimasi Incidence Rate

Tuberculosis parudi Indonesia berdasarkan hasil pemeriksaan sputum Basil Tahan

Asam positif adalah 128 per 100.000 untuk tahun 2003, sedangkan untuk semua

kasus adalah 675 per 100.000 penduduk (Achmadi, 2011).

Data Profil Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2009 dan 2010 angka

kejadian Tuberculosis paru dua tahun terakhir menunjukkan penambahan

penderita Tuberculosis paru Positif dari tahun 2010 sebanyak 3.251 kasus,

menjadi 3.636 kasus pada tahun 2011 atau meningkat sebanyak 11,84 persen.

Dari hasil penelitian pendahulu yang pernah dilakukan oleh Nuraiza

(2011) tentang persepsi pasien Tuberculosis paru terhadap pelayanan rawat inap

di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, menunjukkan hasil dari 23

responden yang diteliti, 14 orang responden menyatakan persepsi yang baik

terhadap pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, dan

9 orang responden mempunyai persepsi yang kurang baik. Kesimpulannya

sebagian besar pasien tuberkulosis yang dirawat inap menganggap pelayanan yang

diberikan terhadap mereka sudah baik dari segi diagnosis, pemenuhan gizi, follow

up, dan proteksi terhadap penularan dari penyakitnya.(Nuraiza, 2011).

Di Kabupaten Aceh Selatan penyakit Tuberculosis paru merupakan

salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan yang utama. Angka

kejadian Tuberculosis paru di Kabupaten Aceh Selatan dua tahun terakhir

menunjukkan angka peningkatan dari jumlah kasus 189 kasus Tuberculosis paru

positif pada tahun 2009, dan 208 kasus Tuberculosis paru positif pada tahun 2011

(Profil Dinas Kesehatan Aceh Selatan, Tahun 2012).

Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari bagian Rekam Medik

Page 6: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

4

Rumah Sakit Umum Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan, Jumlah pasien dengan

kasus Tuberculosis paru yang dirawat inap pada tahun 2011 lalu mencapai 119

orang dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 128 orang. Dengan demikian pada

tahun 2012 penderita Tuberculosis paru yang di rawat terjadi peningkatan sebesar

4,6 persen dari tahun 2011 lalu. Pasien Tuberculosis paru yang dirawat inap

sebahagian besar berasal dari Kabupaten Aceh Selatan dan yang lainnya berasal

dari Kabupaten Aceh Barat Daya (Rekam Medik RSUD Dr. H. Yuliddin Away

Tapaktuan, tahun 2012).

Dari hasil studi awal yaitu wawancara peneliti dengan 10 orang pasien

Tuberculosis yang dirawat di Rumah Sakit Umum Dr. H.Yuliddin Away

Tapaktuan pada awal bulan Maret tahun 2012, sebahagian besar pasien tersebut

menyatakan kurang puas terhadap pelayanan yang mereka terima selama dirawat

di rumah sakit dalam hal follow up atau pemeriksaan ulang untuk mengetahui

apakah penyakit mereka sudah berkurang atau belum. Kemudian ada juga

sebahagian pasien yang mengeluh merasa di diskriminasikan oleh perawat karena

mereka dirawat terpisah di ruang isolasi.

Permasalahan tersebut diatas, merupakan salah satu alasan bagi peneliti

untuk melakukan penelitian mengenai persepsi dari pasien Tuberculosis terhadap

pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan

tahun 2013.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Persepsi Pasien Tuberkulosis paru Terhadap Pelayanan

Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun

2013?

Page 7: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui persepsi pasien Tuberculosis paru terhadap pelayanan

rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan

tahun 2013.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui persepsi pasien terhadap pelayanan dari aspek

pemenuhan gizi di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Dr. H.

Yuliddin Away Tapaktuan.

b. Mengetahui persepsi pasien terhadap pelayanan dari aspek proteksi

terhadap penularan penyakitnya di ruang rawat inap Rumah Sakit

Umum Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.

c. Mengetahui persepsi pasien terhadap pelayanan dari aspek follow up

atau pemeriksaan ulang di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Dr.

H. Yuliddin Away Tapaktuan.

1.4 Manfaat Penelitian

14.1. Manfaat Teoritis:

Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin

mengadakan penelitian terhadap pasien dengan kasus Tuberculosis.

14.2. Manfaat Praktis:

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak terkait

khususnya Rumah Sakit Umum Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan agar

kedepannya dapat memberikan peningkatan pelayanan kesehatan yang

lebih baik khusunya kepada pasien dengan Tuberculosis.

Page 8: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

Hamka (2007) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang

menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi

untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Mangkunegara (dalam

Arindita, 2007) berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti

atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mecakup penafsiran

obyek, penerimaan stimulus (Input), pengorganisasian stimulus, dan penafsiran

terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku

dan pembentukan sikap.

2.1.1 Proses dan Sifat Persepsi

Proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh

pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar

akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera,

sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang

ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam

menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu

terhadap objek yang ada (Hamka, 2007).

Proses terjadinya persepsi merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap

berikut:

a. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman

atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat

indera manusia.

Page 9: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

7

b. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis,

merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat

indera) melalui saraf-saraf sensoris.

c. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik,

merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang

diterima reseptor.

d. Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu

berupa tanggapan dan perilaku. (Hamka, 2007).

2.2 Penyakit Tuberculosis paru

2.2.1 Pengertian

Penyakit Tuberculosis paru paru adalah penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman

Tuberculosis menyerang paru-paru, akan tetapi dapat menyerang organ lain di

dalam tubuh. Secara khas kuman membentuk granuloma dalam paru

menimbulkan nekrosis atau kerusakan jaringan (Achmadi, 2008).

2.2.2 Kuman Tuberculosis paru

Kuman ini berbentuk batang, berukuran panjang 1-4 mikron,

mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena

itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman Tuberculosis paru

cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa

jam di tempat yang gelap dan lembab. Sebagian besar kuman terdiri dari asam

lemak dan lipid, yang membuat lebih tahan asam, sifat lain adalah bersifat aerob,

lebih menyukai jaringan kaya oksigen, terutama bagian apical posterior. Dalam

Page 10: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

8

jaringan tubuh kuman ini dapat tidur (dormant), tertidur lama selama beberapa

tahun (Depkes RI, 2009).

2.2.3 Cara Penularan

Sumber penularan adalah penderita Tuberculosis paru Basil Tahan Asam

(BTA) positif. Pada waktu batuk atau bersin penderita menyebarkan kuman ke

udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman

bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi

kalau droplet tersebut terhirup dan masuk ke dalam saluran pernafasan. Setelah

kuman Tuberculosis paru masuk ke dalam tubuh manusia dapat menyebar dari

paru-paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran

limfe, saluran napas, atau menyebar langsung ke bagian-bagian tubuh lainnnya. di

Indonesia resiko penularan Tuberculosis setiap tahunnya cukup tinggi dan

bervariasi antara 1-3 persen. Hal ini berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk,

10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan

menjadi penderita Tuberculosis paru, hanya sekitar 10 persen dari yang terinfeksi

yang akan menderita penyakit Tuberculosis paru (Depkes RI, 2007).

2.2.4 Epidemiologi Tuberculosis paru

Jumlah kematian akibat penyakit Tuberculosis paru masih tinggi.

Laporan Badan Kesehatan Dunia tahun 2008 menyebutkan jumlah kematian

akibat penyakit ini mencapai 88.113 orang. Sementara jumlah kasus Tuberculosis

itu sendiri mencapai 534.439 orang. Sejak penerapan strategi Directly Observed

Treatment Shortcourse (DOTS) pada tahun 1995, Indonesia telah mencapai

kemajuan yang cepat. Angka penemuan kasus 71 persen dan angka keberhasilan

Page 11: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

9

pengobatan sebesar 88,44 persen. Angka tersebut telah memenuhi target global

yaitu angka penemuan kasus 70 persen dan keberhasilan pengobatan 85 persen

(Depkes RI 2007).

Resiko kematian penderita Tuberculosis jauh lebih besar dari kematian

yang diakibatkan penyebaran virus Flu Burung atau Avian Influenza. Direktur

Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) Kementerian Kesehatan RI,

Tjandra Yoga mengatakan jika dilihat dari angka kematian yang terjadi, setiap

tahun terjadi 88 ribu kematian akibat Tuberculosis di Indonesia. "Jika jumlah

tersebut dibagi 365 hari dalam setahun, rata-rata terjadi 200 kematian akibat TBC

dalam sehari," katanya seperti dikutip Antara.

2.2.5 Gejala Tuberculosis paru

Gejala utama penyakit Tuberculosis paru adalah batuk yang terus

menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Gejala Tambahan yang sering

dijumpai adalah dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada,

badan lemah, napsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan

(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari

sebulan. Gejala-gejala tersebut di jumpai juga pada penyakit paru selain

Tuberculosis paru. Oleh karena itu setiap orang yang datang ke Unit Pelayanan

Kesehatan (UPK) dengan gejala tersebut di atas, harus dianggap sebagai seorang

”suspek Tuberculosis paru” atau tersangka penderita Tuberculosis paru dan perlu

dilakukan pemeriksaan secara mikroskopis langsung (Syafrizal, 2007).

Page 12: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

10

2.2.6 Phatofisiologis Tuberculosis paru

2.2.6.1 Infeksi Primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman

Tuberculosis paru. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat

melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga

sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman Tuberculosis

paru berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang

mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran limfe akan membawa kuman

Tuberculosis paru ke kelenjar limfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai

kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks

primer adalah 4 – 6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya

perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah

infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan

tubuh (imunitas seluler).

Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan

perkembangan kuman Tuberculosis paru. Meskipun demikian, ada beberapa

kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-

kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman,

akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita

Tuberculosis paru. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi

sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan (Anthony 2008).

2.2.6.2 Tuberculosis paru pasca primer (Post Primary Tuberculosis)

Tuberculosis paru pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan

atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun

Page 13: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

11

akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari Tuberculosis paru

pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi

pleura (Anthony 2008).

2.2.7 Diagnosis Tuberculosis paru

Diagnosis Tuberculosis paru pada orang dewasa dapat ditegakan dengan

ditemukannya Basil Tahan Asam pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis.

Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen

Basil Tahan Asam hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu

diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan

dahak diulang. Kalau hasil rontgen tidak mendukung Tuberculosis paru,

pemeriksaan dahak diulangi. Apabila fasilitas memungkinkan, maka dilakukan

pemeriksaan lain, misalnya biakan. Bila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif,

diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya kotrimoksasol atau amoksisilin)

selama 1-2 minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap

mencurigakan Tuberculosis paru, ulangi pemeriksaan dahak. Kalau hasil positif,

didiagnosis sebagai penderita Tuberculosis paru postif. Kalau hasil tetap negatif,

lakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untuk mendukung diagnosisnya

(Mayoclinic, 2009).

Diagnosis Tuberculosis pada anak-anak yang paling tepat adalah dengan

ditemukannya kuman Tuberculosis paru dari penderita, misalnya dahak, bilasan

lambung, biopsi dan lainnya. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat,

sehingga sebagian besar diagnosis Tuberculosis paru anak didasarkan atas

gambaran klinis, gambaran foto rontgen dada dan uji tuberkulin. Untuk itu

penting memikirkan adanya Tuberculosis paru pada anak kalau terdapat tanda-

Page 14: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

12

tanda yang mecurigakan atau gejala-gejala seperti: mempunyai sejarah kontak

(serumah) dengan penderita Tuberculosis paru Basil Tahan Asam (BTA) positif,

terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG (Bacillus Calmette et

Guerin) dalam 3-7 hari, terdapat gejala umum Tuberculosis paru (Anthony, 2008).

2.2.8 Tes Tuberkulin kulit (Mantoux)

Tes tuberkulin kulit akan menunjukkan hasil positif jika seorang anak

terinfeksi Mycobakterium Tuberculosis. Namun hasil positif tidak

mengindikasikan adanya penyakit. Untuk mendiagnosis Tuberculosis, tes ini

digunakan bersama dengan pemeriksaan klinis dan foto thorax. Tes tuberkulin

kulit yang negatif tidak dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis

Tuberculosis. Tes ini dikategorikan sebagai positif jika ditemukan : Indurasi

(tonjolan keras) ≥ 5 mm pada anak berisiko tinggi. Definisi risiko tinggi beberapa

di antaranya adalah infeksi HIV dan kurang gizi yang berat. Kadang pada anak

dengan HIV, kurang gizi yang berat, atau masalah lain yang menurunkan

kekebalan tubuh, tes ini akan menunjukkan hasil negatif palsu karena kekebalan

tubuh yang cukup dibutuhkan untuk memberikan reaksi terhadap tes. Kemudian

Indurasi ≥ 10 mm pada anak lainnya, baik yang pernah menerima BCG atau tidak.

Selanjutnya pada sebagian besar kasus, foto thorax dada akan menunjukkan

perubahan yang tipikal untuk Tuberculosis. Gambaran foto thorax paling umum

adalah memutihnya suatu area di paru-paru dalam jangka waktu yang lama

(persistent opacification) dengan pembesaran kelenjar getah bening di pangkal

paru-paru (hilar) atau di sekitar pangkal saluran udara. Gambaran perubahan di

bagian atas atau tengah paru-paru lebih umum ditemukan dibanding di bagian

bawah. Anak dengan gambaran seperti ini yang tidak membaik setelah pemberian

Page 15: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

13

antibiotik harus menjalani pemeriksaan Tuberculosis lebih lanjut. Gambaran foto

thorax dengan titik-titik putih yang tersebar di seluruh paru-paru (miliary) sangat

sugestif untuk Tubeculosis (Anthony, 2008).

2.2.9 Tes Lainnya

Pengambilan contoh jaringan (aspirasi) dengan jarum halus atau fine

needle aspiration dapat digunakan untuk membantu diagnosis Tuberculosis luar

paru-paru, terutama Tuberculosis kelenjar getah bening. Tes lainnya adalah PCR,

suatu teknik untuk mendeteksi adanya materi genetik Mycobakterium

tuberculosis. Tes ini tidak direkomendasikan untuk anak karena belum cukupnya

penelitian yang dilakukan terhadap tes ini. Selain itu dalam beberapa penelitian

yang telah dilakukan, metode ini menunjukkan hasil yang tidak memuaskan.

Pemeriksaan rumit lain seperti CT scan dan evaluasi saluran udara dengan selang

khusus yang dilengkapi kamera (bronchoscopy) juga tidak direkomendasikan

untuk mendiagnosis Tuberculosis anak. Mencoba pemberian obat Tuberculosis

sebagai metode untuk mendiagnosis Tuberculosis pada anak juga tidak

direkomendasikan. Keputusan untuk memulai pengobatan Tuberculosis pada anak

harus dipertimbangkan dengan sangat hati-hati, dan jika diputuskan untuk

dilakukan, maka anak harus menjalani pengobatan dengan jangka waktu penuh

(Bahar, 2007).

2.3 Penatalaksanaan

Menurut Buku Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis di

Indonesia, tujuan utama pengobatan Tuberculosis adalah:

a) Membunuh sebagian besar bakteri dengan cepat untuk mencegah

Page 16: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

14

perkembangan penyakit dan penularan

b) Menghasilkan kesembuhan permanen dengan membunuh bakteri yang tidak

aktif sehingga tidak akan menimbulkan kekambuhan

c) Mencapai 2 tujuan di atas dengan efek samping seminimal mungkin

d) Mencegah terbentuknya bakteri yang resisten terhadap obat Tuberculosis

dengan menggunakan kombinasi obat. Adapun obat-obatan yang dipakai

adalah pertama jenis obat utama (lini 1) yaitu Rifampisin, INH, Pirazinamid,

Streptomisin, ethambutol. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2), yaitu ;

Kanamisin, Amikasin, Kuinolon.

2.3.1 Follow-up

Follow-up idealnya dilaksanakan dengan interval sebagai berikut: 2

minggu setelah awal pengobatan, akhir fase intensif (bulan kedua), dan setiap 2

bulan hingga pengobatan selesai. Beberapa poin penting dalam follow-up adalah

pada follow-up, dosis obat disesuaikan dengan peningkatan berat badan,

pemeriksaan dahak mikroskopik pada bulan kedua harus dilakukan untuk anak

yang pada saat diagnosis awal pemeriksaan dahak mikroskopiknya positif,

Rongent foto thorax tidak dibutuhkan dalam follow-up. Setelah pengobatan

dimulai, kadang gejala Tuberculosis atau gambaran foto thorax dada menjadi

lebih parah. Hal ini umumnya terjadi seiring peningkatan kekebalan tubuh karena

perbaikan gizi, pengobatan Tuberculosis itu sendiri, atau terapi antiviral pada anak

dengan HIV. Pengobatan Tuberculosis harus dilanjutkan, walaupun dalam

sebagian kasus kortikosteroid mungkin dibutuhkan (Catanzo, 2008).

Page 17: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

15

2.3.2 Efek samping pengobatan

Efek samping pengobatan Tuberculosis paru lebih jarang terjadi pada

anak dibandingkan pada pasien dewasa. Efek samping yang paling penting adalah

keracunan pada hati (hepatotoksisitas) yang dapat disebabkan oleh isoniazid,

rifampicin, dan pyrazinamide. Tidak ada anjuran untuk memeriksa kadar enzim

hati secara rutin karena peningkatan enzim yang ringan. Isoniazid dapat

menyebabkan defisiensi vitamin B6 (pyridoxine) pada kondisi tertentu sehingga

suplemen vitamin B6 direkomendasikan pada anak yang kurang gizi, anak yang

terinfeksi HIV, bayi yang masih menyusu ASI, dan remaja yang hamil (Practical

Guidelines for the Management of Tuberculosis in Children by National TB

Programmes. First Edition, 2007).

2.3.3 Pencegahan Penyakit Tuberculosis paru

World Health Organization (WHO) merekomendasikan vaksinasi Bacille

Calmette-Guérin (BCG) segera setelah bayi lahir di negara-negara dengan

prevalensi Tuberculosis paru yang tinggi. Negara dengan prevalensi Tuberculosis

paru tinggi adalah semua negara yang tidak termasuk dalam prevalensi

Tuberculosis paru rendah. Sedangkan kriteria negara dengan prevalensi

Tuberculosis rendah adalah sebagai berikut: Rata-rata tahunan pelaporan

Tuberculosis paru dengan pemeriksaan dahak mikroskopik positif ≤ 5/100.000

selama 3 tahun terakhir; rata-rata tahunan pelaporan meningitis Tuberculosis paru

pada anak di bawah 5 tahun dan rata-rata tahunan risiko infeksi Tuberculosis paru

≤ 0,1 persen.

Walaupun BCG telah diberikan pada anak sejak tahun 1920-an,

efektivitasnya dalam pencegahan Tuberculosis paru masih merupakan

Page 18: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

16

kontroversi karena kisaran keberhasilan yang diperoleh begitu lebar (antara 0-80

persen). Namun ada satu hal yang diterima secara umum, yaitu BCG memberi

perlindungan lebih terhadap penyakit Tuberculosis paru yang parah seperti

Tuberculosis milier atau meningitis Tuberculosis paru. Karena itu kebijakan

pemberian BCG disesuaikan dengan prevalensi Tuberculosis di suatu negara.

Di negara dengan prevalensi Tuberculosis yang tinggi, BCG harus

diberikan pada semua anak kecuali anak dengan gejala HIV/AIDS, demikian juga

anak dengan kondisi lain yang menurunkan kekebalan tubuh. Tidak ada bukti

yang menunjukkan bahwa vaksinasi BCG ulangan memberikan tambahan

perlindungan, dan karena itu hal tersebut tidak dianjurkan. Sebagian kecil anak (1-

2%) dapat mengalami efek samping vaksinasi BCG seperti pembentukan

kumpulan nanah (abses) lokal, infeksi bakteri, atau pembentukan keloid. Sebagian

besar reaksi tersebut akan menghilang dalam beberapa bulan (WHO, 2011).

2.3.4 Penyuluhan Tuberculosis paru

Penyuluhan tentang Tuberculosis paru dapat dilaksanakan dengan

menyampaikan pesan penting secara langsung atau menggunakan media.

Penyuluhan langsung bisa dilakukan secara perorangan atau kelompok,

penyuluhan tidak langsung dengan menggunakan media dalam bentuk media

cetak seperti leaflet, poster atau spanduk, sedangkan dengan media massa dapat

berupa koran atau majalah dan media elektronik seperti radio dan televisi

(Achmadi, 2008).

Page 19: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

17

2.4 Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis disini dikembangkan berdasarkan teori tentang

pencegahan dan penatalaksanaan tuberculosis paru yang dikemukankan oleh

WHO (2011) dan Depkes. RI (2010). Kerangka teoritis tersebut digambarkan

sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis

2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini menggambarkan tentang persepsi pasien

Tuberculosis paru terhadap pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. H.

Yuliddin Away Tapaktuan. Kerangka konsep penelitian digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Proses

Gizi

Proteksi

Follow Up

Output

Persepsi Pasien

Terhadap Pelayanan

Rawat Inap

Pasien

Tuberculosis paru

Input

- Gizi

- Proteksi

- Follow-up

Persepsi Pasien Tuberculosis

yang dirawat inap

Variabel Independen Variabel Dependen

Page 20: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

18

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan Cross sectional yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi pasien Tuberkulosis Paru yang

dirawat inap di di Rumah Sakit Umum Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan tahun

2012 mengenai pelayanan yang mereka peroleh.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.21 Lokasi Penelitian

Penelitian ini rencana dilakukan di di Rumah Sakit Umum Dr. H.

Yuliddin Away Tapaktuan karena lokasi ini merupakan rumah sakit rujukan

wilayah pantai Selatan di provinsi Aceh yang berstatus tipe-C. Rumah sakit

ini dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Selatan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan dari tanggal 15 November sampai

dengan tanggal 08 Desember Tahun 2012.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti.

populasi dalam penelitian ini yaitu semua pasien yang dirawat inap di di

Rumah Sakit Umum Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan dan telah didiagnosa

dengan penyakit Tuberculosis paru dengan jumlah rata-rata perbulan

sebanyak 82 orang.

Page 21: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

19

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti yang hasilnya

dapat digeneralisasikan kepada populasi. Penarikan sampel dilakukan secara

Accidental sampling yaitu penarikan sampel dengan berdasarkan secara

kebetulan bertemu pada saat responden di rawat inap di di Rumah Sakit

Umum Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan selama berlangsungnya penelitian.

3.3.2.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi subyek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pasien yang dirawat inap.

b. Pasien dengan kasus Tuberculosis paru

c. Bersedia menjadi responden.

3.3.2.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi subyek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pasien yang mengalami gangguan kesadaran.

b. Responden yang tidak bersedia menjawab kuesioner

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.2 Data Primer

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian

dengan datang langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang

bekaitan dengan masalah yang diteliti melalui observasi, yaitu pengamatan

langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang

tepat mengenai objek penelitian; dan kuesioner, yaitu tehnik pengumpulan

data yang dilaksanakan dengan menyebar angket kepada responden.

Page 22: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

20

3.4.3 Data Sekunder

Tehnik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah

yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah, dan literatur

lain yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional Variabel adalah penarikan batasan yang lebih

menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantive dari suatu konsep. Tujuannya

agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang yang sesuai dengan hakikat

variabel yang sudah di definisikan konsepnya. Dengan demikian, maka peneliti

harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan

untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya (Arikunto, 2010).

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel

No Variabel Independen

1 Nama Variabel : Gizi

Definisi

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala Ukur

:

:

:

:

:

Zat makanan pokok yg diperlukan bagi pertumbuhan

dan kesehatan badan.

Mengedarkan kuesioner.

Kuesioner.

1. Baik.

2. Kurang.

Ordinal.

2 Nama Variabel : Proteksi

Definisi

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala Ukur

:

:

:

:

:

Tindakan perawat untuk mencegah terjadinya

penularan penyakit Tuberculosis paru.

Mengedarkan kuesioner.

Kuesioner.

1. Baik.

2. Kurang.

Ordinal.

Page 23: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

21

3 Nama Variabel : Follow-up

Definisi

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala Ukur

:

:

:

:

:

Pemeriksaan kelanjutan untuk menilai perkembangan

penyakit Tuberculosis pasien.

Mengedarkan kuesioner.

Kuesioner.

1. Baik.

2. Kurang.

Ordinal.

Variabel Dependen

4 Nama Variabel : Persepsi

Definisi

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala Ukur

:

:

:

:

:

Penilaian pasien terhadap pelayanan dari hasil

masukan-masukan informasi dan tindakan yang

dialaminya.

Mengedarkan kuesioner.

Kuesioner.

1. Baik.

2. Kurang.

Ordinal.

3.6 Instrumen penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner yang terdiri dari 2

(dua) bagian, yaitu :

1. Alat pengumpul data bagian A, merupakan data yang terdiri: Jenis kelamin,

umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan.

2. Alat pengumpul data bagian B, merupakan kuesioner yang digunakan untuk

mengukur pengetahuan persepsi pasien Tuberculosis paru terhadap pelayanan

yang diterima, yang terdiri dari 4 sub variabel dan masing-masing sub variabel

tersebut berisi 5 pernyataan yang berkaitan dengan gizi, 7 pernyataan yang

berkaitan dengan proteksi dan 5 pernyataan yang berkaitan dengan follow up.

Sistem penilaian menggunakan Skala Guttman dengan cara menentukan skor

dengan jenjang 0 sampai 1, dimana bila pasien memilih pernyataan (Ya) diberi

nilai 1 dan bila pasien memilih pernyataan (Tidak) diberi nilai 0.

Page 24: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

22

Rentang

Banyak Kelas

3.7 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran masing-masing variabel dengan menentukan panjang

kelas (interval), dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hidayat, 2007) :

P : Panjang kelas

Rentang : Selisih nilai tertinggi dan terendah

Banyak kelas : Jumlah kelas dari hasil ukur masing-masing variabel

Dengan demikian aspek pengukuran untuk setiap variabel adalah :

1. Aspek Gizi :

- Baik, apabila skor diperoleh : 3 - 5

- Kurang, apabila skor diperoleh : 0 - 2,5

2. Aspek Proteksi :

- Baik, apabila skor diperoleh : 4 - 5

- Kurang, apabila skor diperoleh : 0 - 3,5

3. Aspek Follow up :

- Baik, apabila skor diperoleh : 3 - 5

- Kurang, apabila skor diperoleh : 0 - 2,5

4. Aspek Persepsi :

- Baik, apabila total skor diperoleh : 9 - 17

- Kurang, apabila total skor diperoleh : 0 - 8,5

P =

Page 25: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

23

3.8 Tehnik Analisis Data

Analisis data dilakukan secara univariat untuk mendeskripsikan variabel

yang diteliti ke bentuk distribusi frekuensi dari setiap variabel. Data yang

terkumpul diolah dan dianalisis lalu diinterpretasikan sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan dengan menggunakan metode deskriptif yang dihitung secara

persentase, dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

P : Persentase yang diinginkan

F : Jumlah responden dalam setiap kategori masing-masing variabel

n : Jumlah sampel penelitian

F

P = x 100 %

n

Page 26: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

24

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Tapaktuan dibangun pada tahun 1957, terletak di

Pesisir Laut Selatan, merupakan satu satunya Rumah Sakit yang ada di Kabupaten

Aceh Selatan. Sebelum Rumah Sakit ini dibangun kota Tapaktuan telah memiliki

Rumah Sakit peninggalan Belanda yang sekarang tidak berfungsi lagi dan

bangunannya dimanfaatkan sebagai tempat sekolah Akademi Perawat Kesehatan

(AKPER) Pemda.

Akibat terus meningkatnya tuntutan masyarakat yang semakin

membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan bermutu maka Proyek

Kesehatan Pedesaan dan Kependudukan (Proyek ADB III Loan No. 1299-INO)

merekomendasikan Pembangunan Rumah Sakit Baru di Tapaktuan.

Pada tanggal 26 Januari 1997 oleh Gubernur Propinsi Nanggroe Aceh

Darussalam Prof. Dr. Syamsuddin Mahmud telah melakukan peletakan batu

pertama Pembangunan Rumah Sakit Tapaktuan di desa Gunung Kerambil dan

pada tanggal 13 Mei 1999 telah di resmikan oleh Gubernur Propinsi Nanggroe

Aceh Darussalam Prof. Dr. Syamsuddin Mahmud untuk digunakan sebagai

tempat pelayanan kesehatan di Kabupaten Aceh Selatan.

Sebelum diresmikan oleh Gubernur Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam,

RSU Tapaktuan terhitung 10 Mei 1999 dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah

Tingkat II Aceh Selatan Nomor 3 Tahun 1999, dirubah menjadi RSUD Dr. H.

Page 27: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

25

Yuliddin Away. Pemberian nama ini untuk mengenang nama seorang putra Aceh

Selatan yang sangat berjasa dalam memajukan serta mensosialisasikan

pengobatan tradisional ke pengobatan medis. Pada tanggal 20 Mei 1997

berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

470/MENKES/SK/V/1997 Rumah Sakit Tapaktuan ditingkatkan kelasnya

menjadi Kelas/Tipe C.

RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan yang merupakan salah satu

Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ) dibawah Pemerintahan Kabupaten Aceh

Selatan sesuai dengan Qanun No. 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Yuliddin Away

Tapaktuan yang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pelayanan kesehatan

dan rujukan, serta mempunyai fungsi – fungsi :

a. Penyelenggaraan Pelayanan Medis

b. Penyelenggaraan Pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis

c. Penyelenggaraan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan

d. Penyelenggaraan Pelayanan Upaya Rujukan

e. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan

f. Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan

g. Penyelenggaraan Administrasi Umum dan Keuangan

Dalam pelaksanaan penyelenggaraan tersebut RSUD Dr. H. Yuliddin

Away Tapaktuan masih banyak memiliki kelemahan dan kekurangan yang

memerlukan pembenahan agar menghasilkan kinerja yang optimal. Berbagai

faktor dan kendala baik dari segi internal maupun eksternal seringkali menjadi

Page 28: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

26

penghambat pelaksanaan pelayanan yang prima sehingga masih banyak mendapat

keluhan - keluhan dan protes dari masyarakat Kabupaten Aceh Selatan.

Untuk menyelaraskan arah dan tujuan RSUD Tapaktuan dengan kebijakan

Pemda Aceh Selatan maka ditetapkan visi sebagai berikut : “Menjadi Rumah

Sakit yang Prima dan Mandiri.”. Sedangkan misi RSUD Tapaktuan adalah :

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan dilandasi

pelayanan kesehatan bernuansa islami.

2. Menyelenggarakan Pelayanan rujukan bagi masyarakat di wilayah pantai Barat

Selatan.

3. Berperan srta aktif membantu pemerintah Kabupaten Aceh Selatan dalam

bidang kesehatan sesuai visi dan misi RSUD Dr. H.Yuliddin Away.

4.1.2 Analisa Univariat

Analisa univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan

distribusi frekuensi masing-masing karakteristik responden dan distribusi

frekuensi masing-masing variabel. Analisa data diolah secara komputerisasi

dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Selanjutnya hasil olah data

disajikan dalam bentuk tabular dan tekstual.

Page 29: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

27

4.1.2.1 Distribusi Karakteristik Responden

Tabel. 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin

Penderita Tubercuosis Paru yang dirawat inap di RSUD Dr. H.

Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2012.

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-Laki 36 60

Perempuan 24 40

Total 60 100

Sumber : data primer (diolah, tahun 2012)

Dari tabel diatas tergambar bahwa mayoritas responden berjenis kelamin

laki-laki (60%) berdasarkan jawaban dari 60 responden.

Tabel. 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kelompok Umur

Penderita Tubercuosis Paru yang dirawat inap di RSUD Dr. H.

Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2012.

Kelompok Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

20 - 30 th 18 30

> 35 th 42 70

Total 60 100

Sumber : data primer (diolah, tahun 2012)

Dari tabel diatas tergambar bahwa kelompok umur responden mayoritas

>35 tahun (70%) berdasarkan jawaban dari 60 responden.

Page 30: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

28

Tabel. 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Penderita Tubercuosis Paru yang dirawat inap di RSUD Dr. H.

Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2012.

Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

SD 6 10

SLTP 12 20

SMU 40 67

D-III 2 3

PT 0 0

Total 60 100

Sumber : data primer (diolah, tahun 2012)

Dari tabel diatas tergambar bahwa mayoritas responden dengan latar

pendidikan SMU (67%) berdasarkan jawaban dari 60 responden.

Tabel. 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan Penderita

Tuberculosis Paru yang dirawat inap di RSUD Dr. H. Yuliddin

Away Tapaktuan Tahun 2012.

Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)

PNS 18 30

Swasta 42 70

Total 60 100

Sumber : data primer (diolah, tahun 2012)

Dari tabel diatas tergambar mayoritas responden memiliki pekerjaan

swasta (70%) berdasarkan jawaban dari 60 responden.

4.1.2.2 Distribusi Frekuensi Variabel Gizi

Tabel 4.5. Distribusi Variabel Gizi Pada Penderita Tuberculosis Paru yang

dirawat inap di RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun

2012.

Kategori Gizi Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik

Kurang

36

24

60

40

Total 60 100 Sumber : data primer (diolah, tahun 2012)

Page 31: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

29

Dari tabel diatas tergambar bahwa frekuensi yang terbanyak pada

variabel gizi adalah pada kategori baik (60%) berdasarkan jawaban dari 60

responden.

4.1.2.3 Distribusi Frekuensi Variabel Proteksi

Tabel 4.6 Distribusi Variabel Proteksi Pada Penderita Tuberculosis Paru

yang dirawat inap di RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan

Tahun 2012.

Kategori Proteksi Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik

Kurang

41

19

68

32

Total 60 100 Sumber : data primer (diolah, tahun 2012)

Dari tabel diatas tergambar bahwa frekuensi yang terbanyak pada

variabel proteksi adalah pada kategori baik (68%) berdasarkan jawaban dari 60

responden.

4.1.2.4 Distribusi Frekuensi Variabel Follow-up

Tabel 4.7 Distribusi Variabel Follow-up Pada Penderita Tuberculosis Paru

yang dirawat inap di RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan

Tahun 2012.

Kategori Follow-up Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik

Kurang

22

38

37

63

Total 60 100 Sumber : data primer ( diolah, tahun 2012)

Dari tabel diatas tergambar bahwa frekuensi yang terbanyak pada

variabel follow-up adalah kategori kurang (63%) berdasarkan jawaban dari 60

responden.

Page 32: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

30

4.1.2.5 Distribusi Frekuensi Persepsi Pasien Tuberculosis Paru Terhadap

Pelayanan Rawat Inap

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Persepsi Pasien Tuberculosis Terhadap

Pelayanan Rawat Inap di RSUD Dr. Yuliddin Away Tapaktuan

Tahun 2012.

Kategori Persepsi Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik

Kurang

48

12

80

20

Total 60 100 Sumber : data primer (diolah, tahun 2012)

Dari tabel diatas tergambar bahwa persepsi pasien Tuberculosis terhadap

pelayanan rawat inap mayoritas pada kategori Baik (80 %).

4.1.3. Analisa Bivariat

4.1.3.1. Tabel Silang Gizi dengan Persepsi

Gizi Persepsi Total %

Baik % Kurang %

Baik 34 94,4 2 5,6 100

Kurang 14 58,3 10 41,7 100

Total 48 80 12 20 60 100

4.1.3.2. Tabel Silang Proteksi dengan Persepsi

Proteksi Persepsi Total %

Baik % Kurang %

Baik 38 92,7 3 7,3 41 100

Kurang 10 52,6 9 47,4 19 100

Total 48 80 12 20 60 100

4.1.3.3. Tabel Silang Follow up dengan Persepsi

Follow Up Persepsi Total %

Baik % Kurang %

Baik 19 86,4 3 13,6 22 100

Kurang 29 76,3 9 23,7 38 100

Total 48 80 12 20 60 100

Page 33: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

31

2.2. Pembahasan

2.2.1 Variabel Gizi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada variabel gizi persepsi responden

mayoritas pada kategori baik. Menurut analisa peneliti kondisi diatas sangat

berhubungan dengan tingkat pengetahuan responden tentang kebutuhan gizi bagi

pasien yang menderita Tuberculosis paru. Semakin banyak informasi yang

diperoleh oleh responden tentang kecukupan gizi bagi penderita Tuberculosis

paru, maka semakin tinggi pula tingkat penilaian mereka terhadap status gizi.

2.2.2 Variabel Proteksi

Dari hasil analisis diatas persepsi responden yang terbanyak pada variabel

ini adalah pada kategori baik. Responden yang mempunyai persepsi baik terhadap

proteksi sudah pasti memahami mengapa perawat melakukan proteksi terhadap

Tuberculosis. Pemahaman tersebut didapatkan melalui penyuluhan kesehatan

masyarakat.

Penyuluhan tentang tuberkulosis dapat dilaksanakan dengan

menyampaikan pesan penting secara langsung atau menggunakan media.

Penyuluhan langsung bisa dilakukan secara perorangan atau kelompok,

penyuluhan tidak langsung dengan menggunakan media dalam bentuk media

cetak seperti leaflet, poster atau spanduk, sedangkan dengan media massa dapat

berupa koran atau majalah dan media elektronik serperti radio dan televisi

(Achmadi, 2008).

Sedangkan responden yang mempunyai persepsi kurang, bisa disebabkan

karena kurangnya pemahaman tentang proteksi terhadap Tuberculosis.

Sebahagian penderita Tuberculosis masih ada yang merasa rendah diri karena

Page 34: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

32

beranggapan bahwa orang lain (seperti perawat) merasa takut tertular dengan

penyakitnya.

2.2.3 Variabel Follow-up

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada variabel ini mayoritas persepsi

responden pada kategori kurang baik. Secara teoritis follow-up idealnya

dilaksanakan dengan interval 2 minggu setelah awal pengobatan, akhir fase

intensif (bulan kedua), dan setiap 2 bulan hingga pengobatan selesai (Catanzo,

2008).

Menurut hasil observasi dan wawancara dengan perawat yang bertugas di

ruang rawat inap Penyakit Dalam, pelaksanaan follow up terhadap pasien

Tuberculosis di Rumah Sakit Umum Dr. H.Yuliddin Away Tapaktuan hanya

dilakukan pada pasien-pasien Tuberculosis yang keadaan umumnya kurang baik.

Sedangkan bagi pasien Tuberculosis yang keadaan umumnya baik langsung

diperbolehkan pulang oleh dokter yang menanganinya.

Bentuk Follow-up yang seharusnya dilakukan yaitu pemeriksaan rontgen

ulang satu hari sebelum rencana pemulangan pasien, pemeriksaan fisik ulang dan

obat-obatan dalam bentuk injeksi dilanjutkan dengan obat-obatan dalam bentuk

oral sebelum pasien pulang.

2.2.4 Persepsi Responden Terhadap Pelayanan Rawat Inap

Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai

persepsi pada kategori baik terhadap pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Umum

Dr. H.Yuliddin Away Tapaktuan.

Page 35: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

33

Proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh

pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar

akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera,

sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang

ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam

menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu

terhadap objek yang ada (Hamka, 2007).

Sesuai dengan teori diatas, responden yang mempunyai persepsi baik

disebabkan karena mayoritas responden merasa puas dengan pelayanan yang

mereka terima selama dirawat mulai dari hari pertama rawatan sampai dengan

kepulangannya dari rumah sakit.

Page 36: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dari 15 November sampai

dengan tanggal 08 Desember Tahun 2012 di Rumah Sakit Umum Dr. Yuliddin Away

Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan dan dengan tetap mempertimbangkan

keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan dan

sekaligus pemberian saran-saran sebagai berikut:

1. Pada variabel gizi distribusi yang terbanyak adalah kategori baik (60%).

2. Pada variabel proteksi distribusi yang terbanyak adalah kategori baik (68%).

3. Pada variabel follow-up distribusi yang terbanyak adalah kategori kurang (63%).

4. Dari hasil akumulasi skor responden dari semua variabel persepsi pasien

Tuberculosis terhadap pelayanan rawat inap distribusi yang terbanyak adalah

pada kategori baik (80%).

Page 37: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

35

5.2. Saran-saran

1. Kepada seluruh perawat yang bertugas di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum

Dr. Yuliddin Away Tapaktuan diharapkan agar lebih meningkatkan kualitas

pelayanan kepada semua pasien yang dirawat untuk lebih meningkatkan persepsi

dan kepercayaan masyarakat serta menjadikan rumah sakit sebagai tempat

pelayanan yang memuaskan pasien sebagai pengguna layanan.

2. Kepada pengambil kebijakan di Rumah Sakit Umum Dr. Yuliddin Away

Tapaktuan, agar senantiasa berupaya menjaga mutu pelayanan melalui

peningkatan kualitas sumber daya manusia, fasilitas, media, alat dan sarana

pendukung lainnya.

Page 38: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

DAFTAR PUSTAKA

Anthony. 2008. Harrison’s Internal Medicine, 17th Edition, USA, McGraw Hill,

page 1586 – 1593.

Achmadi, U F. 2011. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Kompas, Jakarta.

Arindita, S. 2007. Hubungan antara Persepsi Kualitas Pelayanan dan Citra

Bank dengan Loyalitas Nasabah. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta:

Fakultas Psikologi UMS

Arikunto.S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:

Rineka Cipta

Bahar A. Tuberkulosis Paru. 2007. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Edisi III, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Catanzano, T. M., 2008. Overview of Tuberculosis. Yale University School of

Medicine. (Terjemahan) Dikutip dari http://emedicine.medscape.com

overview . Diakses tanggal 6 April 2013.

Centers for Disease Control and Prevention, 2005. Guidelines for Preventing the

Transmission of Mycobacterium Tuberculosis in Health-care Settings.

(Terjemahan) Dikutip dari http://emedicine.medscape.com overview .

Diakses tanggal 6 April 2013

Chandra, B. 2007. Pengantar Statistik Kesehatan, Cetakan II. EGC. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. AFP Rate, % TB Paru

Sembuh,dan Pneumonia Balita Ditangani. Profil Dinas Kesehatan

Kabupaten / Kota Tahun 2007.

. 2008. Buku Pedoman Nasional:

Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2. Jakarta : Departemen Kesehatan

RI.

. 2009. Laporan Supervisi Penelitian

Malaria dan Tuberkulosis di Timika. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Biomedis dan Farmasi.

. 2010. Selamatkan Keluarga dari

Tuberkulosis. Jakarta: Depkes. RI

Dinas Kesehatan Provinsi Nanggro Aceh Darussalam. Profil Kesehatan Aceh

Tahun, 2010.

Page 39: PERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP ...repository.utu.ac.id/766/1/BAB I_V.pdfPERSEPSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. YULIDDIN

Hamka, 2007. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pengawasan, Jakarta :

Gramedia.

Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta, Salemba Medika.

Mayoclinic, 2009. Tuberculosis (terjemahan). Dikutip dari :

www.mayoclinic.com. health.tuberculosis. diakses tanggal 5 April 2010.

Mousa, 2007. Bones and Joints Tuberculosis. Bahrain Medical Bulletin 2007.

Dalam: R. K. Srivastava, 2010. Manifestation of Mycobacterium Other

Than Tuberculosis. Indian Journal of Tuberculosis.

Nuraiza Meuti,. 2011. Gambaran Persepsi Pasien Tuberkulosis terhadap

Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik, Medan-SUMUT.

Pratomo, H. 2007. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Rasmin, M., et al, 2005. Profil Penderita Tuberkulosis Paru di Poli Paru RS

Persahabatan Januari – Juli 2005. Department of Pulmonology.

R. K. Srivastava, 2010. Manifestation of Mycobacterium Other Than Survei

Kesehatan Nasional 2004, .Survei Prevalensi Tuberkulosis 2004.

Syafrizal, 2007. Pengelolaan Penanganan Pengobatan Tuberkulosis.

Universitas Gajah Mada, Magister Kebijakan dan Manajemen

Pelayanan Kesehatan.

Tuberculosis Coalition for Technical Assistance, 2006. International Standards

for Tuberculosis Care (ISTC). The Hague: Tuberculosis Coalition for

Technical Assistance, 2006.

World Health Organization, 2005. Global tuberculosis control. Surveillance,

planning, financing. Dalam: R. K. Srivastava, 2010. Manifestation of

Mycobacterium Other Than Tuberculosis. Indian Journal of

Tuberculosis.

World Health Organization, 2011. The Global Task Force on XDR-TB. Dalam:

http://www.ppti.info/tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia