PERSEPSI PARA PELAKU UKM (USAHA KECIL DAN MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA...

35
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha kecil dan menengah (UKM) di berbagai Negara termasuk di Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian rakyat yang tangguh. Hal ini karena kebanyakan para pengusaha kecil dan menengah berangkat dari industri keluarga/ rumahan. Dengan demikian, konsumennya pun berasal dari kalangan menengah ke bawah. Selain itu, peranan UKM terutama sejak krisis moneter tahun 1998 dapat dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja. Peranan UKM dalam perekonomian Indonesia dapat dilihat dari kedudukannya pada saat ini dalam dunia usaha. Wulan dan Nindita (2009) membagi kedudukan UKM sebagai berikut (1) Kedudukan UKM sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, (2) Penyedia Lapangan kerja terbesar, (3) Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi daerah dan pemberdayaan masyarakat, (4) Pencipta pasar baru dan inovasi, (5) Untuk UKM yang sudah go internasional UKM memberikan sumbangan dalam menjaga neraca pembayaran melalui sumbangannya dalam menghasilkan ekspor Kinerja UKM dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Perkembangan sektor UKM yang demikian pesat memperlihatkan bahwa terdapat potensi yang besar jika hal ini dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik yang tentunya akan dapat mewujudkan usaha menengah yang tangguh. Sementara itu, di sisi yang lain UKM juga masih dihadapkan pada masalah yang terletak pada proses administrasi. Masalah utama dalam pengembangan UKM yaitu mengenai pengelolaan keuangan dalam usahanya tersebut,

description

LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH KULIAH KERJA NYATA PROFESI INTEGRAL TEMATIK POSDAYA ANGKATAN 66 SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2012/2013 UNIVERSITAS TADULAKO Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Profesi Integral Tematik Posdaya Universitas Tadulako Angkatan 66 Semester Genap Tahun Akademik 2012/2013 Disusun Oleh MOHAMAD KHAIDIR STB. C 301 09 087 PUSAT PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KULIAH KERJA NYATA LEMBAGA PENGABDIAN PADA MASYARAKAT UNIVERSITAS TADULAKO 2013

Transcript of PERSEPSI PARA PELAKU UKM (USAHA KECIL DAN MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA...

Page 1: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Usaha kecil dan menengah (UKM) di berbagai Negara

termasuk di Indonesia merupakan salah satu penggerak

perekonomian rakyat yang tangguh. Hal ini karena kebanyakan para

pengusaha kecil dan menengah berangkat dari industri keluarga/

rumahan. Dengan demikian, konsumennya pun berasal dari

kalangan menengah ke bawah. Selain itu, peranan UKM terutama

sejak krisis moneter tahun 1998 dapat dipandang sebagai katup

penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional, baik dalam

mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga

kerja.

Peranan UKM dalam perekonomian Indonesia dapat dilihat dari

kedudukannya pada saat ini dalam dunia usaha. Wulan dan

Nindita (2009) membagi kedudukan UKM sebagai berikut (1)

Kedudukan UKM sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di

berbagai sektor, (2) Penyedia Lapangan kerja terbesar, (3) Pemain

penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi daerah dan

pemberdayaan masyarakat, (4) Pencipta pasar baru dan inovasi, (5)

Untuk UKM yang sudah go internasional UKM memberikan sumbangan

dalam menjaga neraca pembayaran melalui sumbangannya dalam

menghasilkan ekspor Kinerja UKM dalam beberapa tahun terakhir

menunjukkan peningkatan.

Perkembangan sektor UKM yang demikian pesat

memperlihatkan bahwa terdapat potensi yang besar jika hal ini dapat

dikelola dan dikembangkan dengan baik yang tentunya akan dapat

mewujudkan usaha menengah yang tangguh. Sementara itu, di sisi

yang lain UKM juga masih dihadapkan pada masalah yang terletak

pada proses administrasi. Masalah utama dalam pengembangan

UKM yaitu mengenai pengelolaan keuangan dalam usahanya tersebut,

Page 2: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

2

karena pengelolaan yang baik memerlukan keterampilan akuntansi

yang baik pula oleh pelaku bisnis UKM. Pemerintah sudah mencoba

membantu mengatasi kendala yang dihadapi oleh sebagian besar

UKM, seperti melakukan pembinaan dan pemberian kredit lunak.

Keinginan UKM memperoleh tambahan modal juga dituntut

serta menyertakan laporan keuangan sebagai syarat mengajukan

pinjaman kepada pihak bank. Pihak perbankan sendiri tidak ingin

mengambil resiko dalam penyaluran kredit bagi UKM dikarenakan

perbankan tidak mengetahui perkembangan usaha tersebut.

Sementara hampir semua UKM tidak memiliki laporan kinerja usaha

dan keuangan yang baik sebagai syarat untuk memperoleh kredit. Hal

ini terjadi karena UKM tidak dibiasakan untuk melakukan pencatatan

dan penyusunan laporan keuangan sebagai gambaran kegiatan

usaha dan posisi keuangan perusahaan. Padahal dengan adanya

laporan keuangan akan memungkinkan pemilik memperoleh data

dan informasi yang tersusun secara sistematis.

Laporan keuangan berguna bagi pemilik untuk dapat

memperhitungkan keuntungan yang diperoleh, mengetahui berapa

tambahan modal yang dicapai dan juga dapat mengetahui bagaimana

keseimbangan hak dan kewajiban yang dimiliki sehingga setiap

keputusan yang diambil oleh pemilik dalam mengembangkan

usahanya akan didasarkan pada kondisi konkret keuangan yang

dilaporkan secara lengkap bukan hanya didasarkan pada asumsi

semata. Kebanyakan dari UKM hanya mencatat jumlah uang yang

diterima dan dikeluarkan, jumlah barang yang dibeli dan dijual, dan

jumlah piutang utang.

Pencatatan itu hanya sebatas pengingat saja dan tidak dengan

format yang diinginkan oleh pihak perbankan. Meskipun tidak dapat

dipungkiri mereka dapat mengetahui jumlah modal akhir mereka setiap

tahun yang hampir sama jumlahnya jika kita mencatat dengan sistem

akuntansi (H. Jati, Beatus B., Otniel N., 2004). Akuntansi merupakan

Page 3: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

3

indikator kunci kinerja usaha, informasi akuntansi berguna bagi

pengambilan keputusan sehingga dapat meningkatkan pengelolaan

perusahaan. Hal ini memungkinkan para pelaku UKM dapat

mengidentifikasi dan memprediksi area-area permasalahan yang

mungkin timbul, kemudian mengambil tindakan koreksi tepat waktu.

Para pelaku UKM tidak hanya dapat menghitung untung atau rugi,

tetapi yang terpenting untuk dapat memahami makna untung atau

rugi bagi usahanya (Wulan dan Nindita, 2009).

Praktek akuntansi, khususnya akuntansi keuangan pada UKM

di Indonesia masih rendah dan memiliki banyak kelemahan

(Wahdini & Suhairi, 2006). Kelemahan itu, antara lain disebabkan

rendahnya pendidikan, kurangnya pemahaman terhadap Standar

Akuntansi Keuangan (SAK) dari manajer pemilik dan karena tidak

adanya peraturan yang mewajibkan penyusunan laporan

keuangan bagi UKM. Sudarini (1992) dalam Wahdini & Suhairi

(2006) juga membuktikan bahwa perusahaan kecil di Indonesia

cenderung untuk memilih normal perhitungan (tanpa menyusun

laporan keuangan) sebagai dasar perhitungan pajak. Karena, biaya

yang dikeluarkan untuk menyusun laporan keuangan jauh lebih

besar daripada kelebihan pajak yang harus dibayar.

Standar akuntansi keuangan yang dijadikan pedoman dalam

penyusunan laporan keuangan harus diterapkan secara konsisten.

Namun, karena UKM memiliki berbagai keterbatasan, kewajiban

seperti itu diduga dapat menimbulkan biaya yang lebih besar bagi

UKM dibandingkan dengan manfaat yang dapat dihasilkan dari

adanya informasi akuntansi tersebut (cost-effectiveness). Di

samping itu, tersedianya informasi yang lebih akurat melalui informasi

akuntansi yang dihasilkan diduga tidak mempengaruhi keputusan

atas masalah yang dihadapi manajemen (relevance).

Studi terhadap penerapan SAK memberikan bukti bahwa

Standar Akuntansi yang dijadikan pedoman dalam penyusunan

Page 4: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

4

laporan keuangan overload (memberatkan) bagi UKM (Wahdini &

Suhairi, 2006). Dalam penelitian Wahdini dan Suhairi (2006:3) studi

yang sama juga pernah dilakukan di beberapa negara, dan

menyimpulkan bahwa Standar Akuntansi yang dijadikan pedoman

dalam penyusunan laporan keuangan overload (memberatkan) bagi

UKM (Williams, Chen, & Tearney, 1989; Knutson & Hendry, 1985;

Nair & Rittenberg 1983; Wishon 1985). Hal ini telah mendorong

komite Standar Akuntansi Internasional (The International Accounting

Standards Board) untuk menyusun Standar Akuntansi Keuangan yang

khusus bagi UKM.

Saat ini telah diterbitkan SAK baru khusus untuk ETAP (Entitas

Tanpa Akuntabilitas Publik) dalam rangka pengembangan standar

akuntansi bagi UKM. Sekalipun memberatkan, penelitian tentang jenis

informasi akuntansi yang disajikan dan digunakan oleh perusahaan

kecil di Australia mengungkapkan bahwa informasi akuntansi utama

yang banyak disiapkan dan digunakan perusahaan kecil adalah

informasi yang diharuskan menurut undang-undang (statutory), yaitu

Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan

Laporan Arus Kas (Homes & Nicholls, 1989).

Dari hal-hal yang telah dijelaskan tersebut juga riset-riset

yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lebih

lanjut mengenai penerapan akuntansi pada usaha kecil dan

menengah. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk menguji

hipotesis mengenai persepsi para pelaku UKM terhadap penerapan

akuntansi. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini akan

mengambil topik : “PERSEPSI PARA PELAKU UKM (USAHA

KECIL DAN MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas,

permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan penerapan akuntansi dilihat dari kategori

Page 5: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

5

jenis kelamin, tingkat pendidikan pemilik/manajer UKM,

pengalaman usaha pemilik/manajer UKM, umur perusahaan, jenis

usaha, jumlah karyawan, dan omzet perusahaan ?

2. Apakah penerapan akuntansi berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka

tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan penerapan akuntansi

dilihat dari kategori jenis kelamin, tingkat pendidikan

pemilik/manajer UKM, pengalaman usaha pemilik/manajer UKM,

umur perusahaan, jenis usaha, jumlah karyawan, dan omzet

perusahaan.

2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan akuntansi terhadap

kinerja perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan

bagi upaya memperluas kesempatan kerja melalui usaha kecil

menengah di Desa Porame.

2. Penelitian ini dapat memperoleh penjelasan tentang faktor-faktor

penunjang dan penghambat dalam membangun sistem Akuntansi

dalam usaha kecil menengah.

Page 6: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

6

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Usaha Kecil Menengah

Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah

istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan

bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut

Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil

adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang

usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan

perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak

sehat.”

Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah

sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua

Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,-

(Satu Miliar Rupiah)

3. Milik Warga Negara Indonesia

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik

langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau

Usaha Besar

5. Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak

berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum,

termasuk koperasi.

Pengertian Usaha Kecil Menengah: Berdasarkan kuantitas

tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki

Page 7: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

7

jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah

merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.

2.2 Pengertian UKM Menurut UU No 20 Tahun 2008

Pengertian Usaha Kecil Menengah: Undang undang tersebut

membagi kedalam dua pengertian yakni:

Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai

berikut :

1. Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah

entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.3 Jenis-Jenis Atau Klasifikasi UKM (Usaha Kecil dan Menengah)

Perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan

menjadi 4 (empat) kelompok:

1. Livelihood Activities

Merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk

mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal.

Contoh: pedagang kaki lima.

2. Micro Enterprise

Page 8: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

8

Merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki

sifat kewirausahaan.

3. Small Dynamic Enterprise

Merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu

menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.

4. Fast Moving Enterprise

Merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan

melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB).

Namun demikian usaha pengembangan yang dilaksanakan

belum, terlihat hasil yang memuaskan, kenyataanya kemajuan UKM

masih sangat kecil dibandingkan dengan usaha besar. Kegiatan UKM

meliputi berbagai kegiatan ekonomi, namun sebagian besar

berbentuk usaha kecil yang bergerak disektor pertanian. UKM juga

mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi

nasional, oleh karena itu selain berperan dalam pertumbuhan

ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga juga berperan dalam

pendistribusian hasil hasil pembangunan. Kebijakan yang tepat untuk

mendukung UKM seperti:

1. Perizinan

2. Tekhnologi

3. Struktur

4. Manajeman

5. Pelatihan

6. Pembiayaan

2.4 Ciri-Ciri dan contoh Usaha Kecil Menengah

Ciri-ciri usaha kecil menengah:

1. Berbasis pada sumber daya lokal sehingga dapat memanfaatkan

potensi secara maksimal dan memperkuat kemandirian.

2. Dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu

mengembangkan sumber daya manusia.

Page 9: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

9

3. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap

tidak gampang berubah;

4. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-

pindah.

5. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau

masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan

dengan keuangan keluarga

6. Sumberdaya manusia memiliki pengalaman dalam berwirausaha.

7. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal.

8. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan

baik seperti business planning.

Contoh usaha kecil menengah:

1. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga

kerja.

2. Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya.

3. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubel air, kayu

dan rotan,

4. Industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri

kerajinan tangan.

5. Peternakan ayam, itik dan perikanan.

6. Koperasi berskala kecil.

2.5 Kekuatan Usaha Kecil Menengah

1. Penyediaan lapangan kerja, peran usaha kecil menengah dalam

penyerapan tenaga kerja.

2. Mendukung tumbuh kembangnya wirausaha baru, dan

memanfaatkan sumber daya alam sekitar.

3. Inovasi dalam teknologi yang dengan mudah terjadi dalam

pengembangan produk.

4. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil

Page 10: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

10

5. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi

pasar yang berubah dengan cepat dibandingkan dengan

perusahaan berskala besar yang pada umumnya birokratis

2.6 Kelemahan Usaha Kecil Menengah

1. Kesulitan pemasaran

Salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran

yang umum dihadapi oleh pengusaha UKM di Desa Porame adalah

tekanan-tekanan persaingan, baik dipasar domestik dari produk-

produk yang serupa buatan pengusaha-pengusaha besar dan

impor, maupun dipasar ekspor.

2. Keterbatasan finansial

UKM di Desa Porame menghadapi dua masalah utama dalam

aspek finansial antara lain: modal (baik modal awal maupun modal

kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat

diperlukan untuk pertumbuhan output jangka panjang.

3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)

Keterbatasan sumber daya manusia juga merupakan salah

satu kendala serius bagi UKM di Desa Porame, terutama dalam

aspek-aspek kewirausahaan, manajemen, teknik produksi,

pengembangan produk, control kualitas, akuntansi, mesin-mesin,

organisasi, pemprosesan data, teknik pemasaran, dan penelitian

pasar. Semua keahlian tersebut sangat diperlukan untuk

mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan

efisiensi dan produktifitas dalam produksi, memperluas pangsa

pasar dan menembus pasar baru.

4. Masalah bahan baku

Keterbatasan bahan baku dan input-input lain juga sering

menjadi salah satu masalah serius bagi pertumbuhan output atau

kelangsungan produksi bagi UKM di Desa Porame.

5. Keterbatasan teknologi

Page 11: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

11

Berbeda dengan Negara-negara maju, UKM umumnya masih

menggunakan teknologi tradisonal dalam bentuk mesin-mesin tua

atau alat-alat produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan

teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya jumlah produksi dan

efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas

produk yang dibuat serta kesanggupan bagi UKM di Desa Porame

untuk dapat bersaing di pasar global.

2.7 Definisi & Fungsi Akuntansi

Definisi Akuntansi

Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian

kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor,

otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi

sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga

pemerintah. Akuntansi adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi

dan menginterpretasikan aktivitas keuangan. Secara luas, akuntansi

juga dikenal sebagai “bahasa bisnis”.

Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan

yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil

kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham,

kreditur, atau pemilik. Pencatatan harian yang terlibat dalam proses ini

dikenal dengan istilah pembukuan. Akuntansi keuangan adalah suatu

cabang dari akuntansi dimana informasi keuangan pada suatu bisnis

dicatat, diklasifikasi, diringkas, diinterpretasikan, dan dikomunikasikan.

Auditing, satu disiplin ilmu yang terkait tapi tetap terpisah dari

akuntansi, adalah suatu proses dimana pemeriksa independen

memeriksa laporan keuangan suatu organisasi untuk memberikan

suatu pendapat atau opini – yang masuk akal tapi tak dijamin

sepenuhnya – mengenai kewajaran dan kesesuaiannya dengan prinsip

akuntansi yang diterima umum.

Page 12: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

12

Fungsi Akuntansi

Setiap sistem utama akuntansi akan melaksanakan lima fungsi

utamanya yaitu

a. Mengumpulkan dan menyimpan data dari semua aktivitas dan

transaksi perusahaan

b. Memproses data menjadi informasi yang berguna pihak

manajemen.

c. Memanajemen data-data yang ada kedalam kelompok-kelompok

yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.

d. Mengendalikan kontrol data yang cukup sehingga aset dari suatu

organisasi atau perusahaan terjaga.

2.8 Laporan Keuangan UMKM sesuai Standar Akuntansi Keuangan

Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

Sejalan dengan keinginan untuk mencapai adanya suatu

bentuk yang sama dalam hal akuntansi pencatatan dan pelaporan,

International Accounting Standard Board (IASB) menyusun suatu acuan

standar akuntansi keuangan internasional yang disebut sebagai

International Financial Reporting Standard (IFRS). Dengan demikian,

diharapkan standar akuntansi pencatatan dan pelaporan perusahaan-

perusahaan di seluruh dunia akan disesuaikan dengan standar tersebut

sehingga kinerja perusahaan antar negara dapat diperbandingkan

dalam kerangka standar yang sama.

Memperhatikan banyaknya entitas usaha dengan skala kecil

dan menengah, maka IASB menerbitkan acuan standar akuntansi

pencatatan dan pelaporan bagi entitas skala tersebut, yang disebut

dengan IFRS for Small and Medium-Sized Entities (IFRS for SMEs).

IFRS for SMEs merupakan modifikasi dan simplifikasi dari IFRS pokok

yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan adanya standar pencatatan

transaksi dan pelaporan keuangan sederhana dan tidak banyak

membebani pengguna.

Page 13: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

13

Terminologi SME yang dipergunakan oleh IASB diartikan

sebagai ”Entitas yang menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan

umum dan ditujukan bagi pengguna eksternal serta tidak memiliki

akuntabilitas publik”. Di berbagai negara, seperti Amerika Serikat,

definisi ini mengacu pada entitas usaha privat (private entities). Atas

dasar definisi tersebut dan praktek di lapangan, maka penyebutan IFRS

for SMEs diubah menjadi IFRS for Private Entities.

Sejalan dengan tujuan IAI untuk melakukan konvergensi

standar akuntansi pencatatan dan pelaporan Indonesia dengan standar

internasional, pada tanggal 16 Desember 2008 telah dilansir Exposure

Draft Standar Akuntansi Keuangan untuk Usaha Kecil dan Menengah

(ED SAK UKM) yang merupakan adopsi dari IFRS for SMEs dengan

beberapa modifikasi yang diperlukan.

Definisi yang dipergunakan oleh IASB mengenai UKM,

praktek/definisi yang dipergunakan di negara lain, perubahan

terminologi yang dilakukan oleh IASB, serta kondisi nyata entitas

UMKM di Indonesia, ED SAK UKM diubah dan diformalkan menjadi

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik

(SAK ETAP) pada tanggal 19 Mei 2009. Dalam SAK ETAP telah

dilakukan modifikasi dan simplifikasi atas ED SAK UKM sehingga

diharapkan akan lebih mudah dilaksanakan oleh entitas UMKM di

Indonesia.

Definisi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) adalah

entitas yang:

1) Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan

2) Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general

purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh

pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung

dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat

kredit.

Page 14: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

14

Suatu entitas dianggap memiliki akuntabilitas publik signifikan

jika :

1) Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam

proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar

modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar

modal; atau

2) Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk

sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi,

pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan

bank investasi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa SAK ini dapat

pergunakan untuk seluruh entitas usaha yang tidak go public, tidak

mengerahkan dana dari masyarakat serta laporan keuangan yang

dihasilkan ditujukan untuk pengguna eksternal.

Sesuai SAK ETAP, laporan keuangan entitas lengkap meliputi :

1) Neraca

2) Laporan Laba Rugi

3) Laporan Perubahan Ekuitas (Laporan Perubahan Modal)

4) Laporan Arus Kas

5) Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan

akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lainnya.

Sebagai acuan praktek, dalam menyusun laporan keuangan UMKM,

langkah-langkah praktis yang sebaiknya dilakukan adalah:

1) Prinsip yang harus dipegang oleh UMKM adalah: mencatat seluruh

transaksi baik transaksi tunai maupun kredit. Yang dimaksud dengan

transaksi tunai adalah proses transaksi baik pembelian maupun

penjualan yang langsung diselesaikan pembayarannya saat itu juga.

Yang dimaksud dengan transaksi kredit adalah seluruh transaksi baik

pembelian maupun penjualan dimana pembayarannya diselesaikan di

waktu mendatang sesuai kesepakatan.

Page 15: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

15

2) Setiap transaksi sebaiknya memiliki bukti transaksi, misalnya kuitansi

pembelian, bon penjualan dll.

3) UMKM sebaiknya memiliki catatan tersendiri untuk aspek-aspek

utama laporan keuangan, yaitu :

i. Catatan masuk/keluarnya kas

ii. Catatan/rincian piutang (tagihan UMKM pada pihak lain).

Diantaranya adalah bilamana UMKM melakukan penjualan secara

kredit.

iii. Catatan/rincian persediaan, baik barang dagang maupun bahan

baku.

iv. Catatan/rincian harta yang dimiliki, seperti kendaraan, mesin dll.

v. Catatan/rincian hutang (kewajiban UMKM kepada pihak lain).

Diantaranya adalah bilamana UMKM melakukan pembelian barang

secara kredit.

vi. Catatan/rincian mengenai modal (Dana yang dialokasikan untuk

pendirian/kelangsungan Perusahaan).

vii. Catatan/rincian penjualan

viii. Catatan/rincian biaya-biaya yang dikeluarkan.

4) Bilamana diperlukan, UMKM dapat membuat daftar rincian yang lebih

detil, seperti catatan persediaan bahan baku menurut jenis,

pencatatan Harta Tetap (Aset) per satuan barang (misalnya

kendaraan menurut merek dan nomor kendaraannya).

Page 16: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

16

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Singkat Desa Porame

Asal-usul Desa Porame berdiri pada tahun 1902 yang saat itu

masa penjajahan Belanda, masyarakat Masih hidup berpindah-pindah

dan berjuang untuk mengusir penjajah dari tanah air kita ini, dengan

perlengkapan senjata bambu runcing, tombak dan sumpit. Kehidupan

masyarakat pada saat itu masih bertani, berkebun, dan berburu.

Sebuah keberhasilan pertempuran pada saat itu, mereka kembali ke

tempat semula untuk merayakan sebuah kemenangan yang disebut

PORAME dalam acara tersebut para tadulako melakukan ritual

mengucapkan rasa syukur. Kata Po artinya persatuan orang-orang

atau para tadulako dalam melakukan musyawarah mencapai mufakat

dan RAME artinya pesta atau kegiatan ritual adat yang dipusatkan

disebuah tempat pemukiman.

A. Kondisi Penduduk

Di Desa Porame terdapat 1.498 jumlah penduduk yang terbagi atas

770 orang laki-laki dan 728 orang perempuan. Penduduk Desa Porame

hidup rukun dan memiliki rasa gotong royong yang besar, hal ini terlihat

pada setiap kegiatan baik yang bersifat sosial, keagamaan, adat, dan

kegiatan lainnya yang mereka lakukan bersama-sama tanpa

mengharapkan imbalan.

3.2 Kondisi Geografis

1. Letak Dan Batas Desa Porame

Secara umum luas desa Porame ini adalah 800 Ha dengan

jumlah penduduk sebesar 1498 jiwa yang berada di ketiggian 201 M

dari permukaan laut. Seiring perkembangan pemekaran wilayah

Page 17: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

17

Kabupaten Sigi, desa Porame mengalami perkembangan yang cukup

cepat dan dijadikan sebagai pusat kecamatan dari 9 desa di Kinovaro.

Adapun batas – batas wilayah Desa Porame yaitu :

a) Sebelah Utara : Desa Boya Baliase

b) Sebelah Selatan : Desa Uwemanje

c) Sebelah Barat : Desa Balane

d) Sebelah Timur : Desa padende

Orbitasi Desa Porame sendiri adalah sebagai berikut :

a) Jarak dari Ibu Kota Kecamatan : 0,5 Km

b) Jarak dari Ibu Kota Kabupaten : 15 Km

c) Jarak dari Ibu Kota Propinsi : 10 Km

2. Topografi Tanah Dan Iklim

Dilihat dari segi Geografi, Desa Porame merupakan suatu

wilayah yang memiliki kemiringan antara 50 s/d 450 dan mempunyai

tata guna lahan yang bervariasi, dimana yang lebih dominan

penggunaan lahan diperuntukan untuk pertanian, perkantoran,

persawahan, peternakan, Permandian dan perkebunan.

3.3 Kondisi Demografis

Di samping faktor lainnya aspek demografi termasuk salah satu

aspek yang sangat penting dalam suatu wilayah Desa. Penduduk

baik statusnya sebagai subyek dan terlebih lagi sebagai subyek

pembangunan merupakan salah satu sumber daya terpenting yang

kemampuannya harus ditumbuh kembangkan sehingga mampu

menjawab berbagai perkembangan yang terjadi sebagai dampak dari

pembangunan itu sendiri. Penduduk atau masyarakat yang cukup

merupakan potensi sumber daya yang harus dimiliki oleh suatu

wilayah, baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini karena

Page 18: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

18

dalam setiap proses pembangunan, penduduk ataupun masyarakat

merupakan objek sekaligus subyek dalam setiap kegiatan.

Berdasarkan data tahun 2013 Desa Porame memiliki penduduk

sejumlah 1.498 jiwa dengan rincian berdasarkan jenis kelamin

sebagai berikut :

Tabel 1 : Jumlah Penduduk Menurut Jenis kelamin Tahun 2013

Jenis Kelamin Jumlah

(jiwa)

Laki-laki 770

Perempuan 728

Jumlah 1.498

Sumber : Data Monografi Desa porame , Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penduduk

yang berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan

jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan.

Sementara itu jika dilihat dari struktur umur maka penduduk

Desa Porame akan tergambar sebagaimana terlihat dalam tabel

berikut berdasarkan data tahun 2013 yaitu

Tabel 2 : Jumlah Penduduk Menurut Struktur Umur Tahun 2013

Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa)

0 – 5 118

6 –15 330

15 – 16 23

17 – 60 348

Page 19: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

19

Sumber : Data Monografi Desa Porame, Tahun 2013

3.4 Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi

Kehidupan sosial di Desa Porame masih terasa kental rasa

kekeluargaan dan gotong royongannya hal ini dapat dilihat pada

pelaksanaan perayaan – perayaan yang ada dalam masyarakat baik itu

perayaan keagamaan maupun perayaan – perayaan adat. Dimana semua

orang saling membantu baik tenaga maupun pengadaan konsumsi untuk

warga, semuanya dilakukan secara keswadayaan masyarakat.

A. Agama/kepercayaan

Keharmonisan hubungan antara penduduk di kelurahan/desa

Porame salah satu faktor pendukungnya adalah karena mereka

tidak melihat perbedaan agama sebagai penghambat dalam

upaya integrasi dan asimilasi sehingga menciptakan suasana

aman, damai dan tenteram diantara seluruh penduduk walau

apapun agama yang dipeluknya.

B. Mata Pencaharian

Berikut ini kami tampilkan tabel dimana dari tabel dibawah ini

kita dapat melihat dari segi ekonomi bahwa Penduduk di

kelurahan/desa Makmur memiliki berbagai macam mata

pencaharian yang terbagi dalam beberapa kelompok.

Tabel 3 : Mata Pencaharian

Mata Pencaharian Jumlah

Buruh Tani 298

ABRI 2

Wiraswasta/Pedagang 103

Page 20: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

20

Pegawai Negeri 30

Sumber: Data Monografi Desa Porame, Tahun 2013

Adapun jenis populasi ternak yang ada di Desa Porame

menurut data monografi Desa Porame yaitu :

a) Sapi : 327 ekor

b) Ayam : 1332 ekor

c) Itik : 205 ekor

d) Domba : 24 ekor

e) Kambing : 451 ekor

Adapun jenis populasi ternak yang ada di Desa Porame

menurut data monografi yaitu ayam kampung berjumlah 1332

Ekor yang merupakan hewan ternak yang paling dominan dan

dikembangbiakkan di desa Porame.

Kegiatan perekonomian di wilayah Desa Porame terdiri dari

sektor-sektor kegiatan yang merupakan sumber mata

pencaharian penduduk, yaitu sebagai pegawai negeri, pedagang

dan pegawai swasta, namun sebagian masyarakat masih

mengandalkan mata pencaharian bertani, hal ini disebabkan

masih tersedianya lahan pertanian di desa ini, meliputi sektor

pertanian yang terdiri atas sub sektor perkebunan dan

peternakan.

A. Sarana dan Prasarana Umum Desa Porame

Dari segi Sarana dan Prasarana umum yang ada di Desa

Porame sudah dapat dikatakan cukup memadai hal ini dapat dilihat

dari tersedianya beberapa sarana dan prasarana yang ada seperti

terlihat pada tabel di bawah ini.

Page 21: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

21

Tabel 4 : Jumlah Sarana dan Prasarana

No Prasarana Sarana Jumlah

1. Pendidikan

TK

Sekolah SD

SMP

SMA

1 unit

2 unit

1 unit

1 unit

2.

Kesehatan

Poskesdes

1 unit

3. Peribadatan Mesjid

Gereja

2 unit

1 unit

4. Olah Raga

Lapangan sepak bola

1 buah

Sumber : Data Monografi Desa Porame, Tahun 2013

Page 22: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

22

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Usaha Kecil Menengah (UKM)

yang berada dalam daerah Desa Porame Kecamatan Kinovaro

Kabupaten Sigi dengan jangka waktu dua bulan mulai dari tanggal 5

Maret 2013 s/d 11 Mei 2013.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam menyusun

karya tulis ilmiah ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Adapun

sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Data Primer

Data primer merupakan data lapangan yang diperoleh

langsung dari orang-orang atau pelaku yang menjadi subjek dalam

penelitian ini seperti melalui hasil observasi dan hasil wawancara.

2) Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih

lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain

misalnya dalam bentuk catatan maupun dokumen-dokumen.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam hal ini berkaitan dengan penelitian yaitu UKM di

Desa Porame sebanyak 10 Usaha. Pengambilan sebagian subjek dari

populasi dinamakan sampel. Dengan kata lain, tidak semua elemen

dari populasi dapat dijadikan sampel. Cara pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah melalui beberapa tahapan. Pada tahapan pertama,

pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling

yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu

berdasarkan tujuan penelitian. Teknik ini digunakan untuk menentukan

sasaran sampel yang akan digunakan oleh peneliti. Selanjutnya, pada

tahapan kedua peneliti menggunakan teknik Simple Random Sampling.

Page 23: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

23

Menurut Singarimbun (1989: 155) simple random sampling (sampel

acak sederhana) ialah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa

sehingga tiap unit penelitian dari populasi mempunyai kesempatan

yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Mengumpulkan data primer dan data sekunder peneliti

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yakni observasi

(pengamatan), wawancara mendalam, dan studi pustaka. Sedangkan

sebagai teknik tambahan yakni pembicaraan informal. Selanjutnya

masing-masing teknik pengumpulan data diuraikan sebagai berikut:

1) Observasi (Pengamatan)

Observasi/Pengamatan yang dimaksud adalah pengamatan

yang sistematis tentang kejadian dan tingkah laku dalam setting sosial

yang dipilih untuk diteliti.

2) Wawancara Mendalam

Menurut Indriantoro dan Supomo (2002) wawancara

merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei yang

menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian”.

Atau disebut juga wawancara secara personal. Wawancara personal

didefinisikan Dermawan Wibisono (2008: 78) sebagai komunikasi

langsung di mana pewawancara ada dalam situasi tatap muka dan

melakukan proses tanya jawab secara langsung dengan responden.

3) Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data dari

berbagai sumber informasi dan mempelajari buku-buku yang

berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas. Studi

pustaka dilakukan guna melengkapi data dan informasi yang telah

diperoleh melalui penelitian lapangan.

4) Wawancara Informal

Teknik wawancara informal digunakan sebagai teknik

tambahan dalam pengambilan data untuk memperoleh data

Page 24: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

24

tambahan. Teknik ini akan dilakukan peneliti diluar dari penelitiannya

namun terstruktur. Penggunaan teknik ini dilakukan secara situsional

sesuai dengan kebutuhan peneliti.

Page 25: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

25

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Penerapan akuntansi dilihat dari kategori jenis kelamin, tingkat

pendidikan pemilik/manajer UKM, pengalaman usaha pemilik/manajer UKM, umur perusahaan, jenis usaha, jumlah karyawan, dan omzet perusahaan Penelitian ini menguji tiga Aspek yaitu perbedaan penerapan

akuntansi dilihat dari kategori kelompok responden, pengaruh masing-

masing kelompok responden terhadap penerapan akuntansi, dan

pengaruh penerapan akuntansi terhadap kinerja perusahaan.

Pengujian ini bertujuan untuk menguji lebih dalam tentang

perbedaan penerapan akuntansi dengan cara menguji per kelompok

responden berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan

pemilik/manajer UKM, pengalaman usaha pemilik/manajer UKM,

umur perusahaan, jenis usaha, jumlah karyawan, dan omzet

perusahaan.

Hasil pengujian pertama pada sampel yang diteliti

ditemukan bukti bahwa jenis kelamin, tingkat pendidikan

manajer/pemilik UKM, pengalaman usaha manajer/pemilik UKM,

umur perusahaan, jenis usaha, dan jumlah karyawan memiliki nilai

yang tidak signifikan. Itu berarti bahwa tidak ada pengaruh jenis

kelamin, tingkat pendidikan manajer/pemilik UKM, pengalaman usaha

manajer/pemilik UKM, umur perusahaan, jenis usaha, dan jumlah

karyawan terhadap penerapan akuntansi sehingga tidak ada

perbedaan penerapan akuntansi dilihat dari kategori jenis kelamin,

tingkat pendidikan manajer/pemilik UKM, pengalaman usaha

manajer/pemilik UKM, umur perusahaan, jenis usaha, dan jumlah

karyawan.

Variabel omzet perusahaan ditemukan bukti bahwa omzet

perusahaan memiliki nilai yang signifikan. Itu berarti bahwa ada

pengaruh omzet perusahaan dengan penerapan akuntansi sehingga

Page 26: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

26

ada perbedaan penerapan akuntansi dilihat dari kategori omzet

perusahaan.

Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian terdahulu

Wahyudi (2009) bahwa omzet perusahaan berpengaruh terhadap

penerapan akuntansi. Begitu juga dengan pengalaman usaha

manajer/pemilik UKM dan umur perusahaan sesuai bahwa omzet

perusahaan berpengaruh terhadap penerapan akuntansi. Begitu juga

dengan pengalaman usaha manajer/pemilik UKM dan umur

perusahaan sesuai dengan penelitian Wahyudi (2009) bahwa

pengalaman usaha manajer/pemilik UKM dan umur perusahaan tidak

berpengaruh terhadap penerapan akuntansi.

Penerapan akuntansi pada UKM dipengaruhi oleh omzet

perusahaan karena semakin tinggi omzet perusahaan berarti semakin

kompleks pengelolaan keuangan yang harus dilakukan oleh

perusahaan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan

bantuan suatu sistem yang dapat memudahkan pengelolaan

keuangan perusahaan, maka dari itu perusahaan menerapkan

akuntansi. Adapun, perusahaan yang omzetnya masih kecil banyak

yang belum menerapkan akuntansi karena dirasa masih belum perlu

melakukan pengelolaan keuangan dengan rinci, cukup perhitungan

manual saja. Selain itu, dengan omzet perusahaan yang masih kecil

perusahaan merasa harus menanggung beban yang lebih besar

daripada pendapatannya apabila menerapkan akuntansi. Karena UKM

dengan omzet kecil menganggap akuntansi terlalu rumit dan

membutuhkan banyak waktu.

Berdasarkan hasil pengujian yang terkait dengan perbedaan

penerapan akuntansi, ditemukan bukti bahwa ternyata memang ada

perbedaan penerapan akuntansi pada tiap responden, namun

perbedaan yang ada hanya disebabkan oleh salah satu karakteristik

responden, yaitu adanya perbedaan penerapan akuntansi antar

kategori omzet perusahaan.

Page 27: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

27

Perbedaan penerapan akuntansi antar kategori omzet

perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut. Penerapan akuntansi

pada UKM dengan omzet kurang dari Rp 25.000.000,- dan

penerapan akuntansi pada UKM dengan omzet Rp 25.000.000,-

sampai dengan Rp 75.000.000,- tidak jauh berbeda karena secara

statistik tidak berbeda signifikan. Begitu pula antara penerapan

akuntansi pada UKM dengan omzet Rp 25.000.000,- sampai

dengan Rp 75.000.000,- dan penerapan akuntansi dengan omzet

lebih dari Rp 75.000.000,- tidak jauh berbeda karena secara statistik

tidak berbeda signifikan. Namun, antara penerapan akuntansi

pada UKM dengan omzet kurang dari Rp 25.000.000,- dan penerapan

akuntansi pada UKM dengan omzet lebih dari Rp 75.000.000,-

sangat berbeda karena secara statistik berbeda signifikan. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa semakin tinggi omzet perusahaan, maka

perusahaan akan cenderung menerapkan akuntansi.

UKM yang memiliki omzet lebih dari Rp 75.000.000,- dalam

sebulan cenderung memiliki aktivitas operasional yang padat, jenis

transaksi yang bervariasi, dan frekuensi yang sering. Oleh karena itu,

UKM yang memiliki omzet lebih dari Rp 75.000.000,- tidak hanya

membutuhkan catatan ringan seperti UKM pada umumnya, melainkan

memerlukan pencatatan akuntansi yang lengkap. Pencatatan akuntansi

yang lengkap dilakukan tidak hanya untuk mengetahui laba atau

rugi selama satu periode, tetapi juga untuk mengetahui

informasi-informasi penting yang mungkin diperlukan untuk tujuan lain.

Seperti misalnya, pemilik/manajer UKM ingin memperluas area

pemasaran atau mengajukan tambahan modal ke pihak bank, maka

pemilik/manajer UKM membutuhkan lebih dari sekedar catatan

akuntansi harian yang biasa dibuat UKM melainkan catatan akuntansi

rinci seperti yang disyaratkan oleh ETAP, yaitu laporan keuangan.

UKM yang memiliki omzet Rp 25.000.000,- sampai dengan Rp

75.000.000 cenderung membuat pencatatan akuntansi sederhana,

Page 28: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

28

biasanya hanya untuk mencatat pendapatan dan utang – piutang.

Hal tersebut dikarenakan aktivitas operasionalnya belum banyak,

jenis transaksinya pun belum terlalu beragam, dan frekuensinya

masih jarang. Selain itu, cenderung tidak membutuhkan informasi

khusus mengenai keuangan sehingga dirasa cukup membuat

pencatatan akuntansi sederhana, yang penting bisa mengetahui laba

atau rugi setiap periode. Untuk tambahan modal biasanya

pemilik/manajer UKM cenderung mengandalkan modal keluarga atau

memimjam pada sanak saudara.

UKM yang memiliki omzet kurang dari Rp 25.000.000,- yang

aktivitas operasionalnya masih jarang, jenis transaksinya tidak

bervariasi, dan frekuensinya yang sangat jarang cenderung tidak

melakukan pencatatan akuntansi, termasuk pencatatan akuntansi

yang sederhana. Karena UKM yang omzetnya masih kecil cenderung

tidak membutuhkan informasi yang detil mengenai kondisi

keuangannya, sehingga cukup menggunakan sistem mengingat untuk

mengetahui jumlah utang – piutangnya, jumlah pendapatannya, dan

laba atau ruginya. Yang paling penting bagi pemilik/manajer UKM

dengan omzet kecil adalah bukan bagaimana kinerja perusahaan

mereka, melainkan bagaimana usaha mereka tetap bisa berjalan.

5.2 Penerapan akuntansi berpengaruh terhadap kinerja UKM di Desa

Porame

Hasil pengujian kedua pada sampel yang diteliti ditemukan bukti

bahwa penerapan akuntansi memiliki nilai yang signifikan, bahwa ada

pengaruh penerapan akuntansi terhadap kinerja perusahaan.

Penerapan akuntansi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan

karena dengan akuntansi kita dapat melihat secara nyata kinerja

perusahaan, yaitu melalui laporan keuangan.

Penerapan akuntansi, UKM dapat mengukur kinerja perusahaannya,

sehingga pemilik/manajer dapat mengambil keputusan dengan tepat

terkait dengan pengembangan usahanya. Penerapan akuntansi

Page 29: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

29

tidak hanya perlu dilakukan di perusahaan besar, usaha kecil dan

menengah juga perlu menerapkan akuntansi agar dapat berkembang

dan mampu bersaing dengan perusahaan besar.

Di Indonesia juga telah ditetapkan suatu standar khusus untuk

akuntansi pada UKM, yaitu ETAP. Standar tersebut sengaja

dibuat agar usaha kecil dan menengah tidak merasa diberatkan

dengan beban penerapan akuntansi. Berdasarkan hasil pengujian

yang dilakukan, mengidentifikasikan bahwa akuntansi sangat penting

dan perlu diterapkan di semua perusahaan termasuk usaha kecil

dan menengah (UKM) untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar

dapat bersaing dengan perusahan – perusahaan asing. Hal ini

terbukti dengan berbagai hasil yang diperoleh pada pengujian yang

dilakukan, ketika akuntansi diterapkan, perusahaan menghasilkan

kinerja yang lebih baik daripada sebelum menerapkan akuntansi.

Di Porame sendiri penerapan SAK ETAP 99% belum digunakan olek

pengelola UKM, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan

menjadi faktor utama belum digunakannya. Keadaan ini membuat pihak

UKM menjadi sulit untuk mengembangkan usahanya. Pihak kreditur

juga mewajibkan UKM untuk membuat laporan keuangannya sebagai

syarat memberi pinjaman.

Page 30: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

30

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Dari hasil analisis yang telah dikemukakan, ternyata tingkat

penerapan akuntansi pada UKM di wilayah Porame belum cukup

baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat rata-rata dari

jawaban responden yang sebagian besar belum menerapkan sistem

akuntansi dengan baik.

2. Berdasarkan hasil analisis terhadap hipotesis pertama dapat

disimpulkan bahwa jenis kelamin, tingkat pendidikan pemilik/manajer

UKM, pengalaman usaha pemilik/manajer UKM, umur perusahaan,

jenis usaha, dan jumlah karyawan tidak memiliki pengaruh

terhadap penerapan akuntansi sehingga tidak ada perbedaan

penerapan akuntansi dilihat dari kategori jenis kelamin, tingkat

pendidikan pemilik/manajer UKM, pengalaman usaha pemilik/manajer

UKM, umur perusahaan, jenis usaha, dan jumlah karyawan. Namun,

omzet perusahaan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

penerapan akuntansi. Hasil tersebut membuktikan bahwa hanya

omzet secara signifikan dilihat dari kategori omzet perusahaan.

Semakin tinggi omzet perusahaan, maka perusahaan akan

cenderung menerapkan akuntansi.

3. Hasil pengujian terhadap kinerja perusahaan pada hipotesis kedua

ditemukan bukti bahwa penerapan akuntansi memiliki pengaruh

secara signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hasil tersebut

dapat membuktikan hipotesis kedua yang menyatakan, “Ada

pengaruh penerapan akuntansi terhadap kinerja perusahaan”.

Penelitian ini diharapkan dapat perusahaan yang memiliki

pengaruh terhadap penerapan akuntansi. Terbukti hasil penelitian ini

sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Muhamad Wahyudi

bahwa omzet perusahaan mempengaruhi persepsi pelaku UKM

mengenai penerapan akuntansi.

Page 31: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

31

6.2 Saran Tindak

1. Pemerintah daerah diharapkan mampu meningkatkan tingkat

pendidikan Akuntansi yang masih rendah di Wilayah, sehingga bisa

mempraktekannya dalam membuka usaha.

2. Pemerintah daerah perlu memberikan pelatihan dan pembinaan

khususnya kepada masyarakat Desa Porame tentang pembuatan

laporan keuangan UKM sehingga bisa berkembang dengan cepat.

Page 32: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

32

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Adi, M. Kwartono, Kiat Sukses Berburu Modal UMKM, Raih Asa Sukses, Jakarta,

2009 Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa

Akuntabilitas Publik, Jakarta, Mei 2009

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia,

Pedoman Akuntansi Bagi Usaha Kecil, Jakarta, 2003

Penelusuran Website:

http://id.wikipedia.org/wiki/UKM

http://www.dutamasyarakat.com/artikel-32699-keunggulan-dan

kelemahan-ukm.html

http://www.usaha-kecil.com/usaha_kecil_menengah.html

http://galeriukm.web.id/news/kriteria-usaha-mikro-kecil-dan-menengah

umkm

http://infoukm.wordpress.com/

http://galeriukm.web.id/news/kriteria-usaha-mikro-kecil-dan-menengah

umkm

pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/…/31013-3-478126269633.do

Page 33: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

33

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

1. Nama Lengkap : MOHAMAD KHAIDIR

2. Tempat Tanggal Lahir : AMPANA, 26 MEI 1991

3. Agama : ISLAM

4. Kewarganegaraan : INDONESIA

5. Status : BELUM KAWIN

B. DATA KELUARGA

1.Nama Ayah : HASRI NASIR ((Alm.)

2.Pekerjaan : PNS

3.Nama Ibu : HADIJA GIASI

4.Pekerjaan : GURU

C. PENDIDIKAN FORMAL

1.SDN : NEGERI BIRO

2.SMP : NEGERI 2 PALU

3.SMA : NEGERI 2 PALU

4.FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS

Page 34: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

34

Lampiran 2

PETA DESA PORAME

Page 35: PERSEPSI  PARA  PELAKU  UKM  (USAHA  KECIL  DAN  MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI DI DESA PORAME KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

35

LAMPIRAN DOKUMENTASI