PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN...

182
PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN PENGUNGSI INTERNASIONAL DI WILAYAH KELURAHAN MEDANG KECAMATAN PAGEDANGAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Alifa Nurul Amalia NIM: 11140541000019 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020 M

Transcript of PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN...

Page 1: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG

KEBERADAAN PENGUNGSI INTERNASIONAL

DI WILAYAH KELURAHAN MEDANG

KECAMATAN PAGEDANGAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Alifa Nurul Amalia

NIM: 11140541000019

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H / 2020 M

Page 2: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional
Page 3: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional
Page 4: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional
Page 5: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

ii

ABSTRAK

Alifa Nurul Amalia

NIM: 11140541000019

Persepsi Masyarakat Setempat tentang Keberadaan Pengungsi Internasional

di Wilayah Kelurahan Medang, Kecamatan Pagedangan, 2020.

Indonesia sebagai negara transit para imigran menciptakan polemik dan

reaksi di masyarakat karena menjadi hal ‘baru’ di lingkungannya. Istilah ‘love at

first sight’ dan melihat dari ujung kepala hingga ujung kaki cukup menggambarkan

bagaimana proses persepsi dibentuk. Kelurahan Medang sebagai lokasi yang

ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi

internasional di bawah manajemen IOM Indonesia. Adanya shelter ini memicu

dinamika sosial bagi warga Kelurahan Medang, sebab berbagai perbedaan yang

dimiliki kedua belah pihak menciptakan berbagai persepsi di masyarakat.

Dalam proses penelitian, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif

deskriptif dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi

dokumentasi untuk menggali informasi dengan tujuan untuk mengetahui Persepsi

masyarakat tentang keberadaan pengungsi internasional di wilayah Kelurahan

Medang Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang.

Peneliti menggunakan faktor-faktor pembentukan persepsi yang diutarakan

oleh Rakhmat (1986) sebagai acuan dalam pedoman wawancara, studi dokumentasi

dan observasi. Berdasarkan data temuan dan hasil triangulasi sumber menunjukan

bahwa sebagian besar informan menunjukan persepsi positif tentang keberadaan

pengungsi internasional di lingkungan mereka. Hasil analisis menunjukan bahwa

terdapat beberapa faktor yang mendominasi dalam proses pembentukan persepsi

warga Medang yakni, pengetahuan, kebutuhan, kepribadian, agama yang dianut,

dan nilai dalam masyarakat. Melalui faktor-faktor tersebut juga menunjukan

terdapat kesamaan atau keragaman persepsi informan tentang keberadaan

pengungsi internasional di wilayah Kelurahan Medang.

Kata kunci: Persepsi, Faktor Persepsi, masyarakat lokal, Pengungsi

Internasional.

Page 6: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamiin, segala puji bagi Allah SWT dengan rahmat,

taufik, hidayah serta inayah-Nya Penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad

SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang telah menjadi rahmatan

lil ‘alamiin bagi umatnya.

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji penulis panjatkan puji syukur

kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan, yakni nikmat iman,

islam dan sehat wal’afiat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan

tak lupa sholawat serta salam senatiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang telah menjadi rahmatan lil

‘alamiin. Yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah hingga zaman islamiyah

seperti saat ini.

Tidak ada yang sempurna selain Allah SWT, penulis sepenuhnya menyadari

bahwa skripsi masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun teknik penulisan.

Walau dalam selama proses penyusunan skripsi ini penulis sudah berusaha sebaik

mungkin. Untuk itu peneliti mengharapkan masukan atau kritik yang bertujuan

membangun dan menjadi bahan perbaikan bagi penulis sehingga dapat

menghasilkan karya yang lebih baik lagi

Selesainya skripsi ini tak lepas dari keridhoan dan berkah Allah SWT. Serta

doa, masukan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak kepada penulis sehingga

penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Dengan segala kerendahan

hati, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ibu Dr. Siti Napsiyah, BSW,

MSW, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Drs. Sihabudin Noor,

MA sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Dan Bapak Drs.

Cecep Sastrawijaya, MA selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

Page 7: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

iv

2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si sebagai Ketua Program Studi Kesejahteraan

Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ibu Hj. Nunung Khairiyah, MA,

selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Nurul Hidayati, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Bapak Ismet Firdaus, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasihat, serta

motivasi kepada Penulis selama proses pengerjaan skripsi ini.

5. Para Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah membuka

wawasan dan berbagi ilmu serta memberikan bimbingan kepada Penulis

selama mengikuti perkuliahan di Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan seluruh

Civitas Akademika yang telah memberikan sumbangan wawasan dan

keilmuan serta bimbingan kepada Penulis selama mengikuti perkuliahan di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menjadi tempat

ternyaman bagi Penulis selama di kampus dengan segudang referensi baik

buku, jurnal, maupun skripsi.

8. Kedua orang tua yang Penulis hormati dan Penulis cintai, Bapak Bambang

Rianto dan Ibu Sri Sularsih, tanpa dukungan dan doa mereka Penulis tidak

bisa sampai di titik ini. Yang tidak pernah bosan untuk memberikan

semangat dan menjadi garda terdepan untuk mendukung baik secara moral

maupun materi kepada Penulis. Tak ada kata-kata yang dapat

menggambarkan rasa Penulis, rasa hormat, dan terima kasih Penulis kepada

mereka, tidak sanggup rasanya untuk membalas segala kebaikan dan cinta

tanpa syarat yang mereka berikan kepada Penulis. Semoga Allah SWT

selalu memberikan kesehatan dan keberkahan umur sehingga Penulis

memiliki kesempatan untuk berbakti dan membahagiakan mereka.

Page 8: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

v

9. Kepada adik-adikku M. Fadil Ardiansyah, M. Fikri Syahrozi, dan M. Fachri

Syahrozi, terima kasih atas dukungan, motivasi, dan sarkasme selama ini.

Dan untuk semua tenaga yang sudah diberikan selama kakak perempuan

kalian ini berjuang di tanah Ciputat.

10. Kepada teman kost Anggrek yang Penulis sayangi, Syifa Fauziah Rahman,

Nurapzafidah, Ade Nur Ikhlasiah dan adik Anisa Yusman. Terima kasih

atas memori indah selama menjadi anak kost di tanah Ciputat.

11. Kepada teman-teman SWAG, Novita Indah Tri Lestari, Nia Cita Annisa,

Imroatul Azizah, Thania Khairunnisa, dan Inge Cyntia Sari. Terima kasih

sudah menjadi support system selama ini, terima kasih telah menjadi tempat

berbagi suka, duka, dan tawa, serta yang selalu mengingatkan bahwa proses

setiap orang itu berbeda-beda.

12. Kepada Nurhayati Nufus, sahabat 9 tahun dan selanjutnya. Terima kasih

untuk selalu mendukung Penulis. Dan untuk Yulianti, S.sos, si imut yang

jenius, si orang pertama yang menegur Penulis saat masih Maba dulu, terima

kasih sudah mau berbagi ilmu, menjadi teman berdiskusi, dan mendukung

Penulis selama belajar di Kampus UIN Jakarta tercinta.

13. Kepada teman-teman tangguh Kesejahteraan Sosial UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, atas dukungan dan memori zaman kuliah yang tidak

akan Penulis lupa.

14. Kepada Bapak Rizki Rizani Fachzi, S.IP, M.Si selaku Lurah Medang dan

para staff atas waktu dan bantuannya selama Penulis mengurus administrasi

penelitian.

15. Kepada para informan masyarakat Medang, terima kasih atas informasi dan

partisipasinya dalam pengumpulan data untuk penelitian skripsi ini.

16. Kepada Ummi-ummi Sholihah KB-TK Fajar Islami Tangerang, terima

kasih atas dukungan dan selalu mengingatkan Penulis untuk menggunakan

dan mengatur waktu dengan baik.

17. Kepada semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu per satu atas

bantuan dan dukungan sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian

skripsi ini dengan baik.

Page 9: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

vi

Dengan selesainya skripsi ini, peneliti persembahkan kepada para pembaca. Peneliti

berharap skripsi ini dapat menjadi manfaat khususnya bagi peneliti dan bagi para

pembaca.

Tangerang, 20 Desember 2019

Alifa Nurul Amalia

Page 10: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

vii

DAFTAR ISI

COVER i

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR BAGAN xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR DIAGRAM xii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah 1

2. Batasan dan Rumusan Masalah 9

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 10

4. Metodologi Penelitian 10

5. Sistematika Penulisan 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Landasan Teori

A. Teori Persepsi 20

B. Proses Persepsi 22

C. Hakikat Persepsi 25

D. Faktor-faktor Persepsi 26

E. Macam-macam Persepsi 30

F. Skema Persepsi 31

G. Prinsip-prinsip Persepsi 33

H. Aspek-aspek dalam Persepsi 35

I. Dimensi-dimensi yang Terkait dalam Pembentukan Persepsi 36

J. Masyarakat Setempat 38

K. Pengungsi Internasional (Refugee) 39

2. Kajian Pustaka 42

3. Kerangka Berpikir 44

Page 11: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

viii

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Sejarah Kelurahan Medang 47

2. Visi-Misi 50

3. Struktur Organisasi 50

4. Data Umum 51

5. Kelembagaan 53

6. Peta Wilayah 54

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN 54

1. Sejarah Keberadaan Pengungsi Internasional di Kelurahan Medang 58

2. Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Pengungsi Internasional 61

BAB V PEMBAHASAN 80

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan 96

2. Implikasi 97

3. Saran 98

DAFTAR PUSTAKA 99

LAMPIRAN

Page 12: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Informan Peneliti 16

Tabel 1.2 Kriteria Informan 16

Tabel 1.3 Daftar Informan 17

Tabel 3.1 Batas Wilayah Kelurahan Medang 51

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Medang 51

Tabel 3.3 Jumlah Lulusan Pendidikan Umum 51

Tabel 3.4 Jumlah Lulusan Pendidikan Khusus 52

Tabel 3.5 Jumlah Prasarana Kesehatan 52

Tabel 3.6 Jumlah Prasarana Pendidikan 52

Tabel 3.7 Jumlah Prasarana Ibadah 52

Tabel 3.8 Jumlah Prasarana Umum 53

Tabel 3.9 Jumlah Kelembagaan Masyarakat 53

Tabel 4.1 Data Informan 57

Page 13: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

x

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Proses terbentuknya persepsi 23

Bagan 2.2 Faktor-faktor Persepsi 29

Bagan 2.3 Skema Persepsi 31

Bagan 2.4 Kerangka Berpikir 46

Bagan 3.1 Struktur Organisasi Kelurahan Medang 50

Bagan 5.1 Faktor-faktor Persepsi 84

Page 14: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kantor Kelurahan Medang 47

Gambar 3.2 Peta Wilayah Kelurahan Medang 54

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Tingkat Pendidikan Warga Kelurahan Medang 61

Page 15: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional
Page 16: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Migrasi sudah menjadi bagian dari pola kehidupan manusia sejak jaman

dahulu. Hal ini dibuktikan dengan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW

dari Mekah ke Madinah, ekspansi warga Eropa ke Amerika dan Australia,

migrasi besar pada era Perang Dunia II sebagai dampak akibat peperangan,

bahkan gelombang migrasi Indonesia yang terjadi pada 60-50 ribu tahun yang

lalu hingga masuknya penjajah Hindia Belanda dan Jepang ke Indonesia.

Mobilitas penduduk atau migrasi merupakan perpindahan penduduk

dari satu tempat ke tempat yang lain dengan melintasi batas negara atau batas

administrasi dengan tujuan untuk menetap. Migrasi dapat didefinisikan sebagai

sebuah bentuk perpindahan seseorang atau sekelompok orang baik yang

melintasi batas negara maupun di dalam teritorial negara yang meliputi

berbagai bentuk, tempo, komposisi, dan berbagai faktor penyebab perpindahan

manusia lainnya (Ahmad 2012).

Dalam islam, migrasi atau perpindahan penduduk biasa disebut dengan

hijrah. Hijrah berasal dari bahasa Arab Hajara – Yahjuru – Hajran yang

memiliki arti memutuskan hubungan (Yunus 1990, 477-478). Hijrah memiliki

makna al-khuruj min Ard ila Ard yang artinya keluar atau berpindah dari satu

tempat ke tempat lain (Ibn Manzur 2003, 32). Dilihat dari pandangan Agama,

hijrah menurut Ibn Taimiyyah Ibn Hajar Al-Asqalani dan Ibn Arabi

mengemukakan bahwa hijrah adalah perpindahan dari negeri kafir atau negeri

yang dalam keadaan darurat menuju negeri muslim. Ibn Arabi menambahkan

hijrah juga diartikan sebagai melarikan diri demi keselamatan jiwa ataupun

menyelamatkan harta benda (Jazuli 2006, 17-19).

Berdasarkan pendapat Ibn Arabi mengenai hijrah dalam rangka

menyelamatkan diri demi keselamatan jiwa, menjadi sebuah keringanan dari

Allah SWT. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS yang

tercantum dalam QS Al-‘Ankabut (29):26,

Page 17: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

2

إلي وقال إن ي مهافئامن له لوط رب ي جر

هو العزيز الحكيم إنه

Artinya: “Maka Luth membenarkan (Kebenaran Ibrahim). Dan

berkatalah Ibrahim: “sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang

diperintahkan)Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah Yang Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Lalu Allah SWT berfirman dalam QS AL-Qasas (28):21,

فخرج منها خآ ئفا يترقب ني من القوم الظ نج لمين قال رب

Artinya: “Maka keluarlah Musa dari Kota itu dengan rasa takut

menunggu dengan khawatir, dia berdoa: Ya Tuhanku, Selamatkanlah aku

dari orang-orang yang zalim itu”.

Dari kedua ayat tersebut, hijrah dipandang sebagai jalan keluar untuk

menyelamatkan diri baik karena melarikan diri dari perang yang

membahayakan jiwa maupun bencana alam. Meski begitu, hijrah tidak hanya

diartikan sebagai perpindahan untuk menyelamatkan diri tapi juga karena

berbagai macam kepentingan seperti berniaga ataupun menuntut ilmu.

Bila dilihat dari segi aspek sosial dan hukum perbatasan sebuah negara,

perpindahan manusia hingga melintasi batas wilayah negara yang didasari oleh

berbagai kepentingan menjadi sebuah dinamika bagi negara tersebut. Dibalik

perpindahan atau mobilitas warga dunia, khususnya ke negara Indonesia

menciptakan berbagai dampak baik dampak postif maupun dampak negatif

bagi negara. Meskipun kebebasan perpindahan atau pergerakan menjadi Hak

Asasi Manusia, Negara tetap memiliki wewenang dalam mengatur ketertiban

perlintasan untuk menjamin tidaknya adanya pelanggaran atas Hak-hak Asasi

Manusia lainnya (Daud 2008).

Migrasi penduduk pada awalnya hanya sebatas menyeberangi daerah

ke satu daerah dalam satu negara, tapi lambat laun perpindahan terjadi hingga

melintasi batas satu negara ke negara lain. Perpindahan ini disebut sebagai

imigrasi dimana perpindahan penduduk dilakukan antarnegara atau melintasi

batas negara, dan dibutuhkan beberapa dokumen administrasi migrasi.

Gelombang migrasi disebabkan oleh dinamika politik, konflik internal,

krisis perekonomian, peperangan, bencana alam, dan disabilitas negara lainnya

Page 18: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

3

yang menciptakan masalah baru bagi warga negaranya. Kehilangan pekerjaan,

teputusnya pendidikan, kehilangan harta benda, trauma psikologi, hingga

kehilangan anggota keluarga menjadi serangkaian dampak yang diakibatkan

dari disabilitas atau kegagalan suatu negara dalam memberikan rasa aman bagi

warga negaranya.

Situasi negara yang tidak stabil dan berkonflik memicu gelombang

migrasi oleh warga negara konflik untuk mencari suaka ataupun mengungsi

mencari tempat tinggal yang lebih aman atau sekedar mengungsi hingga negara

asal mereka kembali stabil. Kondisi ini sering disebut dengan migrasi paksaan,

dimana warga negaranya terpaksa bermigrasi atau mencari suaka ke Negara

lain karena merasa terancam dengan kondisi negaranya.

Persoalan mengenai perpindahan penduduk dunia dan pengungsi

internasional menjadi salah satu persoalan yang butuh perhatian bersama

masyarakat dunia. Untuk mengatasi persoalan ini dibuatlah Konvensi Jenewa-

Swiss pada Tahun 1951 untuk melindungi pengungsi Eropa. Semakin

banyaknya perpindahan penduduk dunia, Konvensi ini kemudian diperbaharui

dengan menambah sebuah protokol untuk memperluas jangkauan konvensi

bagi orang-orang yang dipaksa atau terpaksa keluar dari negaranya.

Orang-orang yang bermigrasi menyeberangi perbatasan biasanya

dipandang menjadi dua hal yang berbeda: yang pertama Tenaga Kerja (labor

migrants) yakni orang-orang yang bermigrasi secara sukarela dengan motif

ekonomi dan perilaku, dan yang kedua adalah Pengungsi (refugees) yakni

orang-orang yang terpaksa bermigrasi, memiliki trauma, dan membutuhkan

bantuan pertolongan (Jacobson 2005, vii).

Alasan para pengungsi untuk bermigrasi dari tanah lahirnya/airnya

adalah untuk mencari tempat yang lebih baik yang dapat menjamin

keselamatan, keamanan, serta kenyamanan bagi diri, nyawa, kekayaan, hingga

harapan dan masa depannya (Pigay 2005, 120). Secara umum, terdapat

beberapa ciri-ciri yang menandai para pengungsi yakni kesengsaraan,

kemiskinan, ketidakberdayaan, ketergantungan, dan rasa traumatis yang benar-

benar mendalam (Benthall, 1993) (Suyanto 2010, 87). Mereka yang bermigrasi

untuk mencari perlindungan bergerak secara berkelompok yang digolongkan

Page 19: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

4

menjadi family refugees, individual refugee, dan pengungsi anak-anak tanpa

pendamping – Unaccompanied Minor Refugees (UMRs).

Pengungsi dan pencari suaka pada dasarnya memiliki konteks yang

sama yakni sama-sama mencari perlindungan di negara lain. Namun

berdasarkan Hukum Internasional pencari suaka dan pengungsi memiliki

perbedaan yaitu seorang pengungsi bisa dikatakan sebagai pencari suaka tapi

seorang pencari suaka tidak bisa dikatakan sebagai pengungsi.

Pergerakan-pergerakan pengungsi internasional pada umumnya

sebagai hasil dari sebuah konflik yang juga dapat menjadi penyebab suatu

konflik. Kejadian seperti migrasi paksaan memungkinkan terciptanya

tantangan yang berkelanjutan dan berkembang, karena penyebab-penyebab

perpindahan populasi tampak tidak mungkin berkurang di masa yang akan

datang (Martin 2005, 331). Migrasi paksaan tidak hanya karena peperangan

tapi juga karena penyebab lainnya seperti perubahan iklim yang merubah

produktifitas agrikultur, bencana alam, krisis ekonomi, dan lainnya.

Alasan para pengungsi atau pencari suaka pergi meninggalkan negara

asalnya rata-rata adalah karena alasan keamanan dan kondisi negaranya yang

tidak stabil baik karena perang, konflik internal bersenjata, ataupun karena

krisis ekonomi. Perang menjadi sumber terjadinya exodus besar-besaran

sehingga memaksa penduduknya untuk meninggalkan dan melintasi suatu

negara tertentu, hal ini dilakukan untuk menyelamatkan diri dari penyiksaan,

perkosaan, kekejaman akibat konflik bersenjata. Bahaya dan ancaman yang

tidak berkesudahan berdampak pada kondisi fisik dan mental para pengungsi,

tak ayal mereka mengalami simptom long-lasting emotional (Fahrudin

2012,110). Ketika mereka keluar dari negaranya, mereka harus berhadapan

dengan masalah baru selama di perjalanan menuju negara tujuan, berada di

tempat penampungan, dan bayang-bayang refoulment. Banyak dari pengungsi

terpisah dari keluarganya, kehabisan uang sebelum sampai negara tujuan, atau

bahkan kehilangan nyawa. Sebagian besar pengungsi keluar dari negara

melalui bantuan smugglers (penyelundup), hal ini yang menyebabkan banyak

anak yang terpisah oleh keluarganya.

Page 20: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

5

Pada dasarnya pencari suaka dan pengungsi adalah sebuah status yang

diberikan oleh lembaga penanganan pengungsi dunia yakni UNHCR. UNHCR

(United Nation Higher Commissioner of Refugee)sendiri merupakan sebuah

komisi yang dibentuk oleh PBB untuk mengurus dan melindungi hak-hak

pengungsi di seluruh dunia (Fahrudin 2012, 25). Semua pengungsi pada

awalnya adalah pencari suaka hingga mereka mendapatkan status pengungsi

yang telah ditentukan oleh UNHCR. Berdasarkan data UNHCR, terdapat 68,5

juta orang di seluruh dunia yang dipaksa untuk pindah sejak perang dunia

kedua (World War II) ataupun persekusi. Sekitar 25,4 juta orang di dunia

meninggalkan negara mereka sebagai pengungsi, dari data tersebut lebih dari

setengahnya adalah pengungsi anak-anak (Huber dan Reid 2018). Angka

tersebut merupakan jumlah pengungsi yang meningkat sebanyak 2,9 juta jika

dibandingkan tahun 2016 (UNHCR 2018c). Sebanyak 57% pengungsi dunia

datang dari tiga negara yakni Sudan Selatan 2,4 juta, Afghanistan 2,6 juta, dan

Syria dengan angka pengungsi tertinggi yakni 6,3 juta (UNHCR 2018b).

Indonesia sebagai negara yang diapit dua benua dan dua samudera

menyebabkan perairan indonesia sangat strategis. Dengan hampir 240 juta

orang yang tersebar di seluruh negara kepulauan yang terdiri dari 17.600 pulau

dengan garis pantai terbuka sepanjang 81.000 km, Indonesia merupakan negara

asal, tujuan, dan transit utama bagi imigran yang hendak keluar maupun masuk

sebelum ke negara tujuan (IOM 2017). Berdasarkan data pengungsi UNHCR

hingga akhir Mei 2018, sebanyak 13,840 pengungsi terdaftar di UNHCR secara

kumulatif dan datang dari Afghanistan (55%), Somalia (11%) dan Iraq (6%)

(UNHCR 2018a). Sejarah masuknya pencari suaka dan pengungsi ke Indonesia

berawal dari masuknya manusia perahu Vietnam di Tanjung Pinang, Riau pada

tahun 1979. Indonesia dan IOM (International Organization of Migration)

memberikan bantuan kepada para imigran. Kemudian pada tahun 1991

Indonesia mendapat status sebagai negara pengawas oleh IOM.

Indonesia bukan negara peserta yang menyetujui Konvensi Jenewa 1951

ataupun Protokol 1967. Meski Indonesia belum menandatangani dan

meratifkasi perangkat PBB tersebut, secara hukum Indonesia tidak menjadi

negara tujuan bagi para pengungsi, pemerintah Indonesia tidak mengakui

Page 21: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

6

bahkan tidak memberikan perlindungan, dan dapat menolak pengungsi atau

pencari suaka tanpa adanya konsekuensi yuridis bagi para pencari suaka dan

pengungsi yang masuk ke Indonesia.

Pemerintah Indonesia tidak memiliki wewenang dalam menentukan

status bagi para pencari suaka atau yang biasa disebut dengan Refugee Status

Determination (RSD). Dalam penanganan imigran, pencari suaka, ataupun

pengungsi Internasional yang ada di Indonesia dengan menggunakan Undang-

Undang No 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Penanganan tersebut

mengacu pada Pasal 1 ayat 9, Pasal 10, dan Pasal 13 tentang pengaturan orang

asing. Upaya-upaya lainnya yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam

mengatasi masalah pencari suaka dan pengungsi yakni dengan mengeluarkan

Penetapan Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi NO: IMI-1498.UM.08.05

Tahun 2010 tentang penanganan Imigran Ilegal di Indonesia.

Meskipun begitu Indonesia menjadi negara yang menerima Deklarasi

Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia (DUHAM). Pemerintah Indonesia

tetap mengakui adanya hak untuk mencari suaka ke negara lain. Dalam

memberikan perlindungan hukum bagi para pencari suaka maupun pengungsi,

Pemerintah Indonesia menggunakan ketentuan yang terdapat dalam Konvensi

1951 tentang prinsip-prinsip tidak memulangkan (non-refoulment), tidak

mengusir (non-expulsion), tidak membedakan (non-discrimination), dan juga

tidak melakukan tindak pidana bagi para pengungsi yang ada di Indonesia

(Paryati 2016, 4).

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Hukum dan HAM bekerja

sama dengan beberapa Lembaga Internasional di bawah PBB yang secara

khusus menangani masalah pencari suaka dan pengungsi yakni UNHCR dan

IOM dalam memberikan perlindungan dan kebutuhan para pengungsi di

Indonesia. Indonesia juga bekerjasama dengan Australia dalam mengatasi

masalah pengungsi.

Australia sebagai negara peserta yang menandatangani dan meratifikasi

Konvensi 1951 dan Protokol 1967 menjadi salah satu negara tujuan para

pencari suaka. Banyak pencari suaka yang berusaha masuk dengan cara ilegal

melalui wilayah perairan Indonesia. Itu sebabnya Indonesia seringkali disebut

Page 22: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

7

dengan negara transit bagi para imigran ilegal yang hendak masuk ke Australia.

Namun sejak tahun 2014 Pemerintah Australia secara sepihak menutup akses

untuk pencari suaka masuk ke negaranya. Dengan alasan jumlah pencari suaka

yang sudah terlalu banyak sehingga pemerintah Australia tidak mampu

menerima dan menampung para imigran lagi. Dengan tertutupnya akses ini,

banyak pencari suaka yang menumpuk sehingga berdampak pada

meningkatnya jumlah pencari suaka yang transit di Indonesia.

Bagi para pencari suaka yang belum mendapat status pengungsi, mereka

tertahan hingga mereka mendapatkan kejelasan untuk berangkat ke negara

tujuan atau status sebagai pengungsi di Indonesia. Selama berada di Indonesia,

para pencari suaka ditangani oleh UNHCR dan IOM serta bekerja sama dengan

Rumah Detensi Imigrasi dalam proses penentuan status dan pemenuhan

kebutuhan hidup selama berada di Indonesia. UNHCR memiliki wewenang

dalan menentukan status para imigran yang terjaring oleh dinas sosial setempat,

dan IOM Indonesia memiliki wewenang dalam memberikan akomodasi dan

pemenuhan kebutuhan hidup bagi para imigran dan pengungsi yang ada di

Indonesia.Banyak kasus imigran yang terdampar maupun yang terpaksa

singgah di Indonesia karena berbagai alasan. Mereka yang tidak memiliki

status warga negara manapun karena dinilai lari dari negaranya dan berada

dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan ke

negara tujuan. Para imigran berstatus stateless ketika masuk ke Indonesia, pada

kondisi tersebut para imigran ditangani oleh pihak Rumah Detensi Imigrasi

Kemenkumham. Seperti dalam pemberitaan, banyak imigran yang terlantar

hingga harus tidur di trotoar beralaskan kardus atau tikar, hal ini dikarenakan

kapasitas daya tampung Rumah Detensi sudah tidak mampu menampung

mereka lagi. Sebagian dari mereka belum mendapat status sebagai pengungsi

dan sebagian yang lainnya sudah mendapatkan status namun belum mendapat

tempat tinggal hingga mereka harus menunggu untuk ditempatkan di shelter-

shelter milik IOM Indonesia.

Pencari suaka dan pengungsi internasional di Indonesia tersebar di

beberapa daerah dari sabang sampai merauke, baik mereka yang berada dalam

Rumah Detensi Imigrasi Kementrian Hukum dan HAM ataupun mereka yang

Page 23: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

8

berada di dalam shelter yang diakomodir oleh IOM Indonesia. Keberadaan

beberapa Shelter pengungsi internasional yang berdampingan dengan

pemukiman masyarakat menciptakan dinamika sosial baru bagi masyarakat

setempat. Salah satu Shelter atau juga biasa disebut Community House yang

berdampingan dengan pemukiman masyarakat setempat adalah Shelter miliki

IOM yang telah disetujui oleh RUDENIM Jakarta yang berada di Ruko El

Domitorio tepat di wilayah Kelurahan Medang.

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang saling

membutuhkan satu sama lain. Sebagai makhluk sosial manusia berkumpul

berkelompok memiliki keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di

sekelilingnya dan membentuk sebuah masyarakat. Manusia mempunyai naluri

untuk senantisa berhubungan dengan sesamanya. Dari naluri tersebut tercipta

suatu pola yang dinamakan interaksi sosial. Dari interaksi sosial manusia

belajar dan memahami perbedaan satu sama lain. Masyarakat manusia pada

dasarnya dibedakan atau terdiferensiasi kedalam berbagai kriteria, seperti ciri

fisiologis dan ciri kebudayaan. Wujud diferensiasi sosial yang menonjol yaitu

perbedaan Ras, Etnik, Agama, dan Jenis Kelamin. Perbedaan ini akan

memunculkan persepsi hingga perilaku sosial masyarakat terhadap individu,

kelompok atau masyarakat tertentu.

Masuknya orang asing ke lingkungan masyarakat setempat menjadi

fenomena terbaru yang memicu berbagai respon masyarakat setempat.

Perbedaan fisiologis, Ras, dan bahasa yang sangat menonjol dari pengungsi

internasional memunculkan berbagai macam pandangan dan persepsi

masyarakat setempat. Penelitian ini membahas mengenai pencari suaka yang

telah mendapat status pengungsi dari UNHCR dan diakomodasi oleh IOM

Indonesia, namun belum ada penelitian yang secara khusus memfokuskan

penelitian pada pengungsi yang berada di Kelurahan Medang. Hal ini menjadi

salah satu hal yang menarik perhatian peneliti untuk meneliti dan mengkaji

fenomena sosial ini dilihat Kelurahan Medang sendiri adalah satu-satunya

wilayah administratif Kecamatan Pagedangan yang mengalami dinamika yang

paling signifikan karena beralihnya kawasan desa menjadi kelurahan yang

memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan semakin

Page 24: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

9

berkembangnya kawasan komersil di sekitar Kelurahan Medang yang masuk

dalam pembangunan wilayah estate milik Summarecon. Berkembangnya

kawasan komersil Summarecon memberikan dampak tersendiri bagi

perekonomian Kelurahan Medang, tidak hanya di wilayah pembangunan

Summarecon tapi juga di wilayah pemukiman warga. Hal ini ditandai dengan

banyaknya penyewaan tempat tinggal seperti kontrakan dan kost-kostan,

hingga menjamurnya rumah makan di sekitaran kawasan komersil

Summarecon. Perubahan wilayah hingga masuknya Pengungsi Internasional di

wilayah Kelurahan Medang, dapat menjadi bahan untuk mengkaji dan

mengidentifikasi baik persepsi masyarakat, hingga isu yang berkembang di

wilayah Kelurahan Medang. Alasan-alasan tersebut menarik perhatian peneliti

untuk melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Masyarakat Setempat

tentang Keberadaan Pengungsi Internasional di Wilayah Kelurahan Medang

Kecamatan Pagedangan”.

2. Batasan dan Rumusan Masalah

A. Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya fokus dalam pembahasan mengenai persepsi

Masyarakat Setempat tentang Keberadaan Pengungsi Internasional di

Wilayah Kelurahan Medang, Kecamatan Pagedagan. Hal ini dilakukan

Agar penelitian ini memberikan hasil yang optimal dan tidak melampaui

penafsiran yang lebih luas.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

“Bagaimanakah Persepsi Masyarakat Setempat Tentang

Keberadaan Pengungsi Internasional di Kelurahan Medang,

Kecamatan Pagedangan?”

Page 25: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

10

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

A. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melihat Persepsi

Masyarakat Setempat Tentang Keberadaan Pengungsi Internasional

di Kelurahan Medang, Kecamatan Pagedangan.

B. Manfaat Penelitian

Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi bagi pengetahuan ilmiah dalam bidang ilmu

Kesejahteraan Sosial, khususnya di Jurusan Program Studi

Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai

Persepsi masyarakat tentang keberadaan pengungsi internasional.

Secara Praktis, proses dan hasil penelitian ini diharapkan dapat

menambah pengetahuan peneliti dan para pembaca mengenai

potensi dan ranah yang dimiliki Pekerja Sosial di Indonesia.

4. Metode Penelitian

A. Pendekatan Penelitian

Penyelidikan keadaan dari, mencari alasan untuk, dan

konsekuensi terhadap suatu keadaan khusus merupakan kegunaan

penelitian (Nazir 2013, 24). Metodologi penelitian merupakan

kerangka startegi umum yang digunakan dalam penelitian mulai dari

mengumpulkan hingga menganalisis data temuan yang dibutuhkan.

Hasil data temuan digunakan untuk menjawab permasalah yang sedang

diselidiki. Dengan menggunakan metodologi penelitian, peneliti dapat

menentukan data yang valid, signifikan, dan akurat dengan

permasalahan sehingga dapat digunakan sebagai pengungkap

permasalahan yang diteliti.

Dalam penelitian ini, metode penelitian kualitatif digunakan

sebagai acuan atau kerangka dalam menganalisis dan

mendeskripsikan/menjelaskan data temuan. Tidak adanya manipulasi

pada fenomena atau objek yang diamati merupakan ciri penelitian

Page 26: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

11

kualitatif yang mencoba memahami fenomena dalam setting dan

konteks naturalnya (bukan di dalam laboratorium). Penggalian makna

dan kebenaran akan berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini

merupakan upaya dalam Penelitian kualitatif (Sarosa 2012, 7-8).

Metode Penelitian Kualitatif seringkali disebut sebagai metode

naturalistik yakni penelitian yang dilakukan pada kondisi yang alamiah;

sesuai dengan apa-adanya situasi, keadaan, fenomena yang terjadi.

Metode ini berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang

memandang realitas/gejala/fenomena sosial sebagai suatu yang holistik,

kompleks, dinamis, oenuh makna, dan penuh hubungan gejala yang

bersifat interaktif (Sugiono 2006, 8).

Secara harfiah sesuai dengan namanya, Penelitian Kualitatif

ialah jenis penelitian yang data temuannya tidak diperoleh melalui

prosedur kuantitatif, perhitungan statistik, atau bentuk atau cara-cara

lainnya yang menggunakan angka dalam pengukurannya (Gunawan

2013, 82).

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif diharapkan

informasi dan fakta-fakta dilapangan dapat digali secara mendalam agar

mendapat gambaran yang lengkap. Penggunaan pendekatan Kualitatif

dinilai tepat pada penelitian ini, karena dengan pendekatan kualitatif

diharapkan informasi mengenai persepsi masyarakat tentang

keberadaan pengungsi internasional di wilayah Kelurahan Medang,

dapat digali secara mendalam dengan data temuan yang rinci dan detail.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik studi kasusu

sebagai Metode penelitian. Studi kasus adalah penelitian yang

kajiannya berfokus pada satu kasus yang dilakukan secara intensif,

mendalam, mendetail dan komprehensif (Salam dan Aripin 2006, 22).

Pendekatan ini digunakan untuk mendeskripsikan Persepsi Masyarakat

Tentang Keberadaan Pengungsi Internasional di Kelurahan Medang,

Kecamatan Pagedangan. Penelitian studi kasus pada masyarakat di

lingkungan Kelurahan Medang ini memiliki berbagai alasan yang

dijadikan pertimbangan peneliti dalam melakukan penelitian:

Page 27: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

12

1) Menjadi salah satu wilayah tujuan urbanisasi di Kecamatan

Pagedangan,

2) Isu diskrimasi, justifikasi, regresi masyarakat terhadap Pengungsi

Internasional.

B. Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi

Marshall (1995) menyatakan bahwa melalui observasi

seorang peneliti dapat belajar tentang perilaku, dan makna dari

perilaku tersebut (Sugiono 2006, 226). Observasi digunakan

untuk mengumpulkan data, dan melihat bagaimana kehidupan,

pola perilaku dan gaya hidup subjek penelitian.

Dalam Metode observasi (pengamatan) teknik pengumpulan

peneliti diharuskan untuk terjun langsung ke lapangan untuk

mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku,

kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan

(Ghoni dan Almansyur 2012, 164-165).

Untuk mengawasi dan melihat perilaku subjek penelitian,

metode observasi menjadi opsi terbaik. Metode ini banyak

menggunakan panca indera sebagai alat untuk melihat dan

mengawasi, oleh sebab itu metode ini sering disebut sebagai

metode pengamatan langsung.

2) Interview/Wawancara

Selain teknik observasi, wawancara kualitatif juga

merupakan salah satu teknik untuk mengumpulkan data dan

informasi. Esterberg (2002) mendefiniskan wawancara/interview

sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar infromasi dan ide

melalui tanya – jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna

dalam suatu topik tertentu (Sugiono 2006, 231).

Terdapat dua alasan mengapa penelti menggukana metode

ini, yang Pertama, melalui wawancara peneliti tidak hanya

menggali informasi yang ingin diketahui dan pengalaman yang

Page 28: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

13

dialami informan (subjek penelitian), tetapi juga apa yang tidak

terlihat di dalam diri subjek penelitian. Dan yang Kedua,

memungkinkan peneliti untuk mengajukan pertanyaan yang lebih

variatif kepada informan, hal ini dikarenakan bentuk pertanyaan

yang mencakup hal-hal bersifat lintas waktu yakni bisa bertanya

informasi dan pengalaman yang dialami baik pada masa lampau,

masa kini, dan masa depan (Ghoni dan Almansyur 2012, 176).

3) Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi atau kajian dokumentasi menjadi salah

satu teknik pengambilan data yang digunakan peneliti. Studi

dokumentasi dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data

atau informasi melalui surat-surat, pengumuman, ikhtisar rapat,

pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulis

lainnya (J. Sarwono 2006, 225).

Dokumen merupakan sebuah catatan tertulis peristiwa yang

sudah berlalu. Dokumen menjadi kumpulan data atau bahan

tertulis yang berkaitan atau berhubungan dengan suatu fenomena,

situasi, atau kejadian di masa lalu yang dibuat baik secara sengaja

ataupun tidak disengaja dan dapat digunakan peneliti dalam

menganalisa objek penelitian. Sedangkan Record adalah setiap

pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga

untuk keperluan pengujian atau penelitian suatu fenomena atau

peristiwa (Ghoni dan Almansyur 2012, 176).

C. Analisis Data

Dalam penelitian terdapat suatu kegiatan yang sangat penting

untuk dilakukan yakni analisis data. Dalam analisis data dibutuhkan

ketelitian dan pemikiran kritis dari peneliti untuk menjawab

pertanyaan peneliti yang tersaji dalam perumusan masalah. Peneliti

menggunakan analisis nonstatistik yang diterapkan pada data yang

bersifat kualitatif, biasanya berupa studi empris atau studi literatur.

Analisis kualitatif merupakan analisis yang mendasarkan pada adanya

Page 29: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

14

hubungan semantis antar variabel yang sedang diteliti (J. Sarwono

2006, 239).

Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan sebuah

proses yang bertujuan untuk mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi dengan cara menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan

sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiono 2006, 244).

D. Pedoman Penulisan Skripsi

Penelitian ini menggunakan teknik penulisan berdasarkan buku

panduan “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” yang diterbitkan oleh

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017 (Pedoman ini berdasarkan

Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 507

Tahun 2017) hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam

penulisan skripsi. Dengan gaya penulisan berdasarkan penulisan

penelitian untuk ilmu sosial menggunakan format Chicago manual of

style 17th edition (author-date).

E. Objek Penelitian

Keseluruhan dari gejala yang terdapat di sekitar kehidupan

masyarakat Medang merupakan objek dalam penelitian ini. Objek

penelitian ini dilakukan di wilayah Kelurahan Medang, Kecamatan

Pagedangan, Banten.

F. Teknik Pemilihan Informan (Subjek Penelitian)

Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai

sampel dalam sebuah penelitian. Penggunaan teknik purposive

sampling dipilih penelti untuk memilih subjek dan menentukan

sampel, teknik purposive sampling sendiri adalah teknik pengambilan

Page 30: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

15

sumber data berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiono 2006, 218-

219).

Dalam penelitain ini, peneliti melakukan pemetaan dalam

pemilihan narasumber berdasarkan teori yang digunakan sebagai

bahan acuan analisa data. Berdasarkan faktor-faktor pembentukan

persepsi yang diutarakan oleh Rakhmat (1986), dalam faktor

fungsional terdapat beberapa poin yang digunakan peneliti untuk

pemetaan informan yakni tingkat pendidikan informan; peneliti

menentukan tingkat pendidikan dari SMA hingga akademi/D1-D4

atau sarjana dan pascasarjana, usia informan; ditentukan mulai dari

usia 20-50 tahun, jenis kelamin informan, dan agama informan; hal ini

dipilih untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat berdasarkan

latar belakang keagamaannya, agama yang diambil adalah agama

yang mayoritas dianut oleh masyarakat Kelurahan Medang yakni

Islam.

Kriteria utama dalam pemilihan informan adalah masyarakat

Kelurahan Medang yang pernah berkontak langsung

(berinteraksi/berkomunikasi) ataupun yang pernah melihat

keberadaan pengungsi Internasional yang ada di lingkungan

Kelurahan Medang.

No Informan Informasi yang

dicari

Jumlah

1. Masyarakat yang

tinggal berdekatan

dengan Shelter atau

tempat tinggal

pengungsi internasional

Bertanya tentang awal

mula kedatangan dan

Persepsi mereka

tentang keberadaan

pengungsi

internasional di

lingkungan wilayah

tempat tinggal mereka

3

2. Masyarakat yang

berjualan di dekat

shelter tempat tinggal

pengungsi internasional

2

3. Stake holder (tokoh

masyarakat, RT/RW)

1

4. Pihak Kelurahan

Medang

Bertanya mengenai

gambaran wilayah

1

Page 31: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

16

dan karakteristik

masyarakat Medang.

Serta kerjasamanya

oleh pihak IOM

terkait pengungsi

internasional.

Jumlah 7

Tabel 1.1 Informan Peneliti

Kriteria Informan Variasi Informan (Jumlah)

Jenis Kelamin Perempuan (4 orang)

Laki-laki (4 orang)

Usia 20-30 (2 orang)

30-40 (4 orang)

40-60 (2 orang)

Jenjang Pendidikan SD (1 orang)

SMA (3 orang)

Sarjana (S1) (3 orang)

Pasca Sarjana (S2) (1 orang)

Pernah berinteraksi/melihat keberadaan pengungsi internasional

Tabel 1.2 Kriteria Informan

No. Nama Alamat keterangan

1. Bpk. Rizki

Rizani Fahzi,

S.IP

Balaraja Kepala Kelurahan Medang

2. Ibu Sr RW 005 Kampung

Kandang

Stake Holder/Koordinator

PAUD Teratai

3. Sh RW 005 Kampung

Kandang

Warga RW 005/

Pedagang

4. Rm RW 004

Kampung Rawa

Buaya

Warga RW 004/

Pedagang

Page 32: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

17

5. Bpk. Zu RW 009 Medang

Lestari

Warga RW 009/

Driver Grab Car

6. Bpk. F RW 009 Medang

Lestari

Warga RW 009 Medang

Lestari

7. Ibu Ss RW 009 Medang

Lestari

Warga RW 009 Medang

Lestari/Kader PKK Posyandu

Anggrek RW 09

Tabel 1.3 Daftar Infroman

G. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari dua sumber

yakni,

1) Sumber data primer

Merupakan deskripsi langsung fenomena/kejadian yang

dialami oleh peneliti dengan benar-benar mengamati atau

menyaksikan kejadiannya. Dalam penelitian pendidikan ini

umumnya deskripsi penelitian oleh individu (mahasiswa). Dalam

penelitian ini, sumber data utama berasal dari data yang diperoleh

dengan melakukan wawancara dan observasi pada subjek

penelitian. Sumber data utama dalam penelitian ini diperoleh

secara langsung dari subjek penelitian yaitu Masyarakat di

Kelurahan Medang, Kecamatan Pagedangan.

2) Sumber data sekunder

Merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada peneliti, baik dengan cara melalui orang maupun melalui

catatan dokumen yang sifatnya lebih baku atau yang sering

disebut sebagai Sumber Pustaka Baku, atau yang sifatnya lebih

permanen. Sumber ini dapat diperoleh melalui wawancara,

observasi, dan studi dokumentasi.

Page 33: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

18

H. Teknik Keabsahan Data

Menurut Patton dalam Moeloeng, melakukan pembandingan

keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai penilaian,

pendapat, dan pandangan orang lain merupakan cara untuk mencapai

keabsahan data penelitian. Teknik triangulasi digunakan untuk

memeriksa keabsahan data yang telah diperoleh peneliti. Teknik

triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan derajat

kepercayaan (kredibilitas/validitas) dan konsistensi (realibilitas) data,

serta bermanfaat sebagai alat bantu analisis data di lapangan

(Moeloeng 1998, 329; (Gunawan 2013, 218).

Teradapat beberapa cara untuk mendapatkan keabsahan data

yakni dengan melakukan triangulasi data dengan teknik triangulasi

sumber dan metode. Triangulasi sumber menjadi strategi dalam

meningkatkan kredibilitas (derajat kepercayaan) dan validitas sebuah

data. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal

ini dapat dilakukan dengan membandingkan data hasil pengamatan

dengan hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang

secara umum dengan yang dikatakan secara khusus/pribadi, dan

membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Sedangkan triangulasi metode dilakukan dengan melakukan

pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan

beberapa teknik pengumpulan data dan melakukan pengecekan

derajat kepercayaan menggunakan beberapa sumber data dengan

metode penelitian yang sama (Moeloeng 1998, 331). Dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan metode triangulasi menggunakan teknik

triangulasi sumber, yakni membandingkan data dengan sumber data

lain dengan metode pengambilan data yang berberda. Seperti

komparasi data temuan wawancara dengan data observasi maupun

data dari studi dokumentasi.

Page 34: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

19

5. Sistematika Penulisan

Terdapat enam (VI) bab yang tersaji dalam penelitian ini, dengan

sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,

serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORI

Bab ini menjadi landasan pemikiran peneliti dari data-data yang

telah diperoleh. Bab ini berisi uraian dan konsep yang berkaitan

dengan objek yang diteliti. Kerangka pemikiran yang digunakan

adalah teori-teori dan konsep yang berkaitan dengan Persepsi,

pengungsi Internasional, dan masyarakat lokal.

BAB III : GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

Bab ini berisi gambaran umum Kelurahan Medang sebagai wilayah

yang terdapat shelter Pengungsi Internasional.

BAB IV: DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab ini berisi uraian penyajian data dan temuan yang di dapat

setelah melakukan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

BAB V : PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil penelitian dan analisis, berupa gabungan dari

hasil pengumpulan data dengan beberapa temuan data dan analisis

data yang ditemukan di lapangan.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisi simpulan hasil penelitian tentang Persepsi

Masyarakat Setempat Tentang Keberadaan Pengungsi

Internasional di Kelurahan Medang, Kecamatan Pagedangan.

Page 35: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional
Page 36: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Landasan Teori

A. Teori Persepsi

Dalam ilmu Psikologi Sosial terdapat banyak sekali definisi tentang

persepsi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ahli yang

mendefinisikannya. Persepsi secara bahasa merupakan kata serapan bahasa

asing yang diambil dari Bahasa Latin Perceptio; dalam Bahasa Inggris

Perception yang berarti kemampuan untuk melihat sesuatu; cara untuk

melihat dan memahami sesuatu (ability to perceive something; way of

seeing or understanding something) (Oxford 2008, 325).

Pada hakikatnya persepsi merupakan sebuah proses kognisi yang

dialami setiap orang dalam memahami informasi serta memberi makna

tentang lingkungan melalui stimuli inderawi yakni pengelihatan,

pendengaran, penciuman, dan penghayatan perasaan (Mahmudah 2012, 89;

Luthfi, Saloom, dan Yasun 2009, 25).

Persepsi adalah sebuah proses yang menggabungkan dan

mengorganisir data-data indera manusia (pengindraan) untuk

dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling

kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri (Shaleh 2004, 103). Persepsi juga

diartikan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, hubungan-hubungan

yang diperoleh dengan cara menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan (Luthfi, Saloom, dan Yasun 2009, 25).

Persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia

luar yang ditangkap oleh organ-organ bantunya kemudian masuk ke dalam

otak. Di dalamnya terjadi proses berpikir yang pada akhirnya terwujud

sebuah pemahaman. Sebelum terbentuknya persepsi, stimulus diperlukan

agar bisa ditangkap melalui organ tubuh yang digunakan sebagai alat bantu

untuk memahami lingkungan atau objek. Alat bantu tersebut disebut dengan

alat indera atau panca indera, secara universal berupa mata, telinga, hidung,

Page 37: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

21

lidah, dan kulit masing-masing indera memiliki fungsi-fungsinya sendiri

(Sarwono 2009, 86).

Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Gibson et.al.

(1989) mengatakan bahwa persepsi merupakan penafsiran yang terorganisir

terhadap suatu stimulus serta mampu mempengaruhi sikap dan perilaku.

Definisi lainnya juga dikemukakan oleh Gilmer (1971) dan Wittig (1977),

persepsi merupakan proses penginterprestasian seseorang terhadap stimulus

sensori. Dalam proses sensori tersebut hanya melaporkan lingkungan

stimulus, kemudian diterjemahkan kedalam bentuk yang mudah dipahami

serta dapat dirasakan (Mahmudah 2012, 89-90).

Davidoff (1981) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses

yang terintegrasi mengenai perasaan, pengalaman, dan kemampuan berpikir

serta kerangka acuan yang dimiliki oleh seseorang terhadap objek. Menurut

Davidoff, persepsi sangat bermanfaat bagi individu sebab proses ini akan

memberikan informasi sehingga seseorang akan menyadari, mengerti, dan

memahami keadaan diri sendiri dan sekitarnya (Luthfi, Saloom, dan Yasun

2009, 26).

Menurut Rakhmat (1986) persepsi adalah pengalaman tentang objek,

peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan yang diterima (Mahmudah 2012, 90).

Sedangkan menurut Sarlito (1996) persepsi merupakan proses pencarian

informasi untuk dipahami yang melibatkan penginderaan dan pemahaman.

Baron Byrne (1988) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses untuk

mengerti dan memahami orang lain (Luthfi, Saloom, dan Yasun 2009, 26).

Persepsi dalam bidang kajian dijelaskan sebagai studi terhadap

bagaimana seseorang membentuk kesan dan membuat kesimpulan tentang

orang lain (Sarwono dan Meinarno 2014, 24). Persepsi juga mengacu pada

bagaimana seseorang memahami dan mengkategorisasikan dunia. Dalam

mempersepsikan suatu objek, seseorang menafsirkan suatu stimulus

berdasarkan minat, harapan, dan ketertarikannya dengan pengalaman yang

dimilikinya. Dengan kata lain, persepsi adalah proses menginterpretasikan

objek berdasarkan pengalaman (Shaleh 2004, 111).

Page 38: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

22

Persepsi mengandung berbagai macam isi baik atribut individual

(yang mencakup kepribadian, sifat-sifat, karakteristik fisik, serta

kemampuan menilai) maupun atribut kelompok. Melalui persepsi sosial,

seseorang berusaha untuk mengetahu apa yang dipikirkan, dipercaya,

dirasakan, diniatkan, dikehendaki, dan didambakan, orang lain; membaca

apa yang ada dalam diri orang lain berdasarkan ekspresi wajah, tekanan

suara, gerak-gerik tubuh, kata-kata, dan tingkah laku; berusaha untuk

menyesuaikan tindakan diri sendiri dengan keadaan orang lain berdasarkan

pengetahuan dan pembacaan terhadap orang tersebut (S. W. Sarwono dan

Meinarno 2014, 25).

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli

tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah sebuah proses penafsian

informasi, pengalaman, hubungan-hubungan yang melibatkan panca indera

untuk mengetahui dan memahami lingkungan dan orang lain.

Secara umum persepsi adalah proses atau aktivitas mempersepsikan

orang lain dan apa yang membuat mereka dikenali. Manusia dapat mencari

tahu dan mengerti orang lain melalui proses persepsi. Persepsi berpengaruh

pada bagaimana seseorang mengetahui, memandang, dan memahami orang

lain. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi persepsi yang

dikemukakan oleh Rakhmat (1986), beliau menyatakan bahwa persepsi

merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan

yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan

yang diterima (Mahmudah 2012, 90).

B. Proses Persepsi

Persepsi menjadi sebuah proses yang terjadi pada diri seseorang

yang bertujuan untuk mengetahui, memahami, dan membentuk kesan

terhadap orang lain. Istilah ‘love at first sight’ menjadi salah satu contoh

proses persepsi dalam memberikan kesan tentang orang lain. Ungkapan

“melihat dari ujung kepala hingga ujung kaki”, menjadi gambaran

bagaimana seseorang mengidera, mengamati, hingga memberikan kesan

Page 39: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

23

atau persepsi kepada sesuatu. Kesan tercipta dari simbol-simbol verbal

maupun nonverbal individu maupun kelompok.

Persepsi muncul karena adanya informasi maupun ciri-ciri umum

dan ciri-ciri khusus dari orang lain. Dari informasi atau ciri-ciri khusus

tersebut seseorang memberikan perhatian khusus yang cenderung

memperhatikan sesuatu atau kualitas yang berbeda, aneh, atau tidak umum.

Proses persepsi dimulai dari pengenalan terhadap tanda-tanda

nonverbal atau tingkah laku nonverbal yang ditampilkan orang lain. Tanda-

tanda nonverbal ini merupakan informasi yang dijadikan bahan untuk

mengenali dan mengerti orang lain secara lebih jauh. Dari informasi-

informasi tersebut kita dapat menyimpulkan tentang apa yang sedang

dipikirkan atau yang dirasakan orang lain. Kemudian diperlengkap oleh

ungkapan-ungkapan verbal untuk menyimpulkan tanda-tanda nonverbal

(Sarwono dan Meinarno 2014, 25).

Menurut Alo Liliweri (2011, 157) ia menyatakan bahwa terdapat

beberapa tahapan dalam proses persepsi yakni, Individu memperhatikan dan

membuat seleksi, Individu mengorganisasikan objek yang ditangkap indera,

Individu membuat interpretasi. Dalam pembentukan persepsi melibatkan

berbagai proses, mulai dari proses fisik, proses fisiologis, proses psikologis,

dan proses persepsi.

Bagan 2.1 Proses terbentuknya persepsi Sumber : Data Olahan Dari Hamka (2002)

Page 40: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

24

Dalam proses fisik, keterlibatan panca indera menjadi hal yang

paling dasar sebagai reseptor dari rangsangan yang diterima oleh panca

indera; alat-alat indera adalah bagian-bagian tubuh yang berfungsi untuk

menerima rangsangan sesuai dengan modalitas masing-masing, mata dan

telinga dianggap sebagai higher senses sebab keduanya memberikan

informasi inderawi lebih kaya dibandingkan hidung, lidah, dan permukaan

kulit; peraba (lower senses) (Shaleh 2004, 101).

Selanjutnya proses diteruskan dalam proses fisiologis yakni

stimulus yang diterima oleh reseptor kemudian di proses oleh sistem sensori

yang akan mendeteksi informasi, mengubahnya menjadi impuls saraf,

mengolah beberapa diantaranya kemudian mengirimkannya ke otak. Otak

memainkan peran yang luar biasa dalam mengolah data sensorik. Sistem

sensori merupakan perangkat khusus dalam tubuh manusia untuk

menangkap, menerima, dan mengumpulkan informasi (Shaleh 2004, 116).

Sistem sensori mengolah data yang tertangkap oleh panca indera kemudian

informasi atau data tersebut diproses.

Proses selanjutnya adalah proses psikologik dimana timbul

kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor. Persepsi

bersifat subjektif karena bukan sekedar penginderaan melainkan juga

dipengaruhi oleh kondisi psikologis, pengetahuan dan pengalaman (Shaleh

2004, 119).

Proses terjadinya persepsi yang terakhir adalah proses persepsi

yakni tanggapan dan perilaku yang akan ditunjukan kepada stimulus.

Tanggapan dan perilaku ini bisa menjadi positif ataupun negatif, hal ini

dipengaruhi oleh beberapa hal saat individu mengolah informasi atau data.

Persepsi merupakan suatu hal yang dinamis; bisa berubah-ubah. Perubahan

tersebut bisa disebabkan oleh adanya adaptasi dan habituasi dalam proses

psikologis individu (Shaleh 2004, 132).

Page 41: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

25

C. Hakikat Persepsi

1) Persepsi Merupakan Kemampuan Kognitif

Persepsi merupakan sebuah proses menginterpretasikan

stimulus yang melibatkan banyak kegiatan kognitif. Pada awal

pembentukan persepsi, seseorang telah menentukan mana yang akan

diperhatikan. Jika seseorang memusatkan perhatian yang lebih besar,

dan memperoleh makna yang dapat ditangkap sehingga dapat

dihubungkan dengan pengalaman yang telah lalu dan di kemudian hari

dapat diingat kembali.

Kesadaran dan ingatan berperan dalam pembetukan persepsi

seseorang. Suasana hati dan kondisi psikis menjadi hal utama yan

mempengaruhi cara orang melihat seseuatu. Indera manusia secara

teratur akan menyimpan data yang diterima dan ditangkan hingga

menghasilkan suatu makna(Shaleh 2004, 113-114).

2) Peran Atensi dalam Persepsi

Atensi atau perhatian adalah keterbukaan seseorang untuk

memilih rangsangan (stimulus) yang ada. Selama manusia terjaga,

banyak sekali rangsangan yang berlomba menuntut perhatian manusia.

Seseorang dapat memilih rangsangan (stimulus) mana yang paling

menarik dan paling mengesankan.

Atensi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan faktor-

faktor eksternal. Faktor-faktor internal berupa faktor biologis (lapar,

haus, dsb), faktor fisiologis (tinggi pendek, gemuk, kurus, sehat, lelah,

kekurangan dalam pendegaran dan pengelihatan, cacat tubuh, dsb),

faktor-faktor sosial budaya (agama, gender, tingkat pendidikan,

pekerjaan, pengahasilan, peranan, status sosial, pengalaman masa lalu,

kebiasaan dsb), dan faktor psikologis (kemauan, keinginan, motivasi,

harapan, kemarahan, kesedihan, dsb). Dan faktor-faktor eksternal

berupa atribut-atribut objek yang dipersepsi seperti gerakan, intensitas,

kontras, kebaruan, dan pengulangan objek yang dipersepsi (Mulyana

2011, 197-199).

Page 42: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

26

Beberapa psikolog melihat atensi sebagai penyaring (filter)

yang akan menyaring semua informasi pada titik yang berbeda dalam

proses persepsi. Sebaliknya, psikolog lainnya meyakini bahwa

manusia mampu memusatkan atensinya terhadap apa yang mereka

kehendaki untuk dipersepsikan, dan dengan aktif melibatkan diri

mereka dengan pengalaman-pengalaman tanpa menutup rangsangan

lain yang saling bersaing.

Banyak sekali penelitian mengenai apa saja yang dapat

memberi arah bagi pembentukan persepsi seseorang. Kebutuhan, nilai,

dan minat telah terbukti menjadi pengaruh penting dalam persepsi

(Shaleh 2004, 115-116).

D. Faktor-faktor Persepsi

Persepsi terhadap suatu objek dapat berbeda dengan orang lain. Hal

ini dikarenakan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

seseorang. Beberapa ahli mencoba untuk mengemukakan beberapa faktor

yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap dinamika lingkungan

sosial. Berkman dan Secord (1974), mengemukakan bahwa terdapat tiga

faktor penting yang dapat mempengaruhi persepsi yaitu pengetahuan

(knowledge), harapan (expectation), dan penilaian (evaluation) (Mahmudah

2012, 90).

Banyaknya faktor yang mempengaruhi persepsi, menjadikan persepsi

berubah-ubah sebagaimana faktor-faktor tersebut berubah. Sarlito W.

Sarwono (2009, 103-106) dalam bukunya, menyebutkan bahwa ada enam

faktor yang membentuk persepsi dan menjadikannya berbeda dari persepsi

individu lain.

1) Yang pertama adalah perhatian, pada satu waktu terdapat ribuan

rangsangan yang datang secara bersamaan dan ditangkap oleh panca

indera. Semua rangsangan pastinya tidak mampu diserap sekaligus

melainkan memfokuskan atau memusatkan perhatian individu kepada

satu atau dua rangsangan saja. Pemusatan atau pemfokusan

Page 43: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

27

rangsangan objek inilah yang kemudian diinterprestikan hingga

membentuk suatu persepsi.

2) Yang kedua adalah Set atau mental set adalah kesiapan mental

seseorang untuk menghadapi suatu rangsangan yang muncul dengan

cara tertentu.

3) Selanjutnya yang ketiga adalah kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan

sesaat maupun menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi

persepsi orang tersebut. Dengan demikian kebutuhan yang berbeda

pastinya akan menciptakan persepsi yang berbeda.

4) Yang keempat adalah sistem nilai. Sistem nilai yang berlaku dalam

masyarakat juga berpengaruh pada pembentukan persepsi.

5) Yang kelima adalah tipe kepribadian. Hal ini berkaitan dengan tipe

kepribadian individu seperti introvert atau ekstrovert, keduanya

memiliki cara pandang dan cara menyikapi suatu hal dengan cara yang

sangat berbeda. Seorang introvert yang tertutup pastinya memiliki

persepsi yang berbeda dengan seorang ekstrovert yang terbuka.

6) Dan yang terakhir adalah gangguan kejiwaan. Kondisi kejiwaan

seseorang juga berpengaruh pada proses persepsi. Kesalahan persepsi

juga disebabkan oleh gangguan kejiwaan mulai dari halusinasi dan

delusi.

Ma’rat (1991, 21) berpendapat bahwa persepsi seseorang dipengaruhi

oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala berpikir, dan

pengetahuan individu. Pendapat lainnya tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi sosial seseorang dikemukakan oleh Sukadji (1986)

yakni,

1) Diri orang yang bersangkutan sendiri (internal). Interpretasi seseorang

tentang apa yang dilihatnya dipengaruhi oleh karakteristik individual

seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan.

2) Sasaran persepsi. Merupakan objek persepsi, bisa berpa orang, benda

atau peristiwa. Sasaran persepsi orang dapat disebabkan karena

adanya kesamaan, kedekatan, kebetulan, atau penggeneralisasikan.

Page 44: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

28

3) Faktor situasi. Biasanya persepsi muncul karena adanya situasi yang

tidak biasa (tidak wajar) atau unik yang dapat menarik perhatian. Hal-

hal yang mempangaruhi persepsi adalah faktor personal dan faktor

situasional. David Kreach dan Richard S Crukchfield (1977)

menyebutnya dengan faktor fungsional dan faktor struktural (Luthfi,

Saloom, dan Yasun 2009, 26-27).

Menurut Rakhmat (1986), ia menyatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi persepsi diantaranya adalah faktor fungsional dan faktor

struktural.

1) Faktor fungsional yang bersifat personal dan subjektif, meliputi

kebutuhan, usia, pengalaman masa lampau, kepribadian, jenis

kelamin;

2) Faktor struktural adalah faktor di luar individu meliputi lingkungan,

keluarga, hukum yang berlaku, dan nilai dalam masyarakat

(Mahmudah 2012, 91).

Menurut Shaleh (2004), persepsi sebagai proses psikologis

dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni perhatian yang selektif, ciri-ciri

rangsangan, nilai dan kebutuhan individu, dan pengalaman terdahulu

(Shaleh 2004). Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi persepsi dengan

cara pengungkapan yang agak berbeda dikemukakan oleh Young (1956)

dimana ia menyatakan bahwa ada tidak faktor yang perlu mendapat

perhatian dalam persepsi yaitu,

1) Proses sensoris, yakni proses yang digunakan setiap saat yang

melibatkan panca indera dan otot.

2) Faktor interpretasi, yaitu cara seseorang sebagai unit dinamis dan aktif

dalam mengorganisir persepsi, pengalaman masa lalu, dan arti

stimulus yang terlibat di dalamnya.

3) Faktor penelitian, yaitu merupakan sub aspek dari interpretasi yang

memberikan kebijkasanaan pada persepsi dalam arti yang lebih luas

(Mahmudah 2012, 92-93).

Menurut Meichati (1974) ia berpendapat bahwa tanggapan individu

terbentuk melalui serangkaian penghayatan serta proses belajar yang

Page 45: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

29

berhasil dilalui oleh individu, dan keseluruhan proses tersebut merupakan

dasar bagi timbulnya tingkah laku individu (Mahmudah 2012, 93).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan

bahwa terdapat beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi

sosial seseorang. Faktor fungsional dan faktor struktural menjadi pemicu

respon seseorang terhadap stimulus (dinamika lingkungan sosial) yang

nampak. Mahmudah (2011) membuat sebuah bagan yang digambarkan

berdasarkan berbagai faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang,

Bagan 2.2 Faktor-faktor Persepsi

Sumber : Mahmudah 2012, 93

Dalam penelitian ini, persepsi sosial menjadi teori utama dalam

melihat, mengetahui, memahami, serta menggali data mengenai persepsi

masyarakat tentang keberadaan pengungsi internasional di sekitar

lingkungan tempat tinggal mereka.

Page 46: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

30

E. Macam-macam Persepsi

Persepsi terbentuk dari stimulus yang berasal dari suatu objek. Bila

mengacu pada objek yang tertangkap indera manusia, persepsi terbagi

menjadi dua yakni,

a. Persepsi terhadap objek (lingkungan fisik)

Panca indera yang paling mendominasi dalam proses

persepsi adalah pengelihatan dan pendengaran. Dengan mata dan

telinga, manusia dapat memperoleh informasi yang ada di

lingkungan sekitar. Persepsi terhadap objek lingkungan sekitar atau

lingkungan fisik merupakan proses penafsiran terhadap objek-objek

yang tidak bernyawa, seperti bangunan, pemandangan, dan lain-lain.

Dalam proses pembentukan persepsi lingkungan fisik, tak

jarang indera manusia melakukan kekeliruan, oleh sebab itu

keraguan atas realitas seringkali terjadi. Seperti halnya saat kita

melihat oasis di gurun pasir yang panas, dan realitanya itu hanya

sebuah fatamorgana. Atau ketika kita mendengar suara burung

gagak yang menjadi pertanda kematian. Sebenarnya ada beberapa

faktor yang mempengaruhi manusia dalam mespersepsikan suatu

objek yakni, latar belakang pengalaman, latar belakang budaya,

suasana psikologi pengharapan, dan kondisi faktual panca indera

(Mulyana 2011, 184-190). Faktor-faktor inilah yang dapat

mempengaruhi pemaknaan suatu objek.

b. Persepsi terhadap manusia (sosial)

Persepsi terhadap manusia beda halnya dengan persepsi

terhadap lingkungan fisik karena objek yang ditangkap adalah arti

objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan

sosial. Persepsi terhadap manusia lebih rumit dan kompleks, karena

manusia bersifat dinamis. Dari faktor-faktor yang dijelaskan

sebelumnya, dapat diketahui jika setiap manusia memiliki

perbedaan dalam menggambarkan dan memaknai realitas yang ada

(Mulyana 2011, 184; 191).

Page 47: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

31

Persepsi terhadap lingkungan fisik berbeda dengan persepsi lingkungan

sosial. Perbedaan tersebut mencakup hal-hal berikut,

- Persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik, sedangkan

persepsi terhadap manusia melalui lambang-lambang verbal dan

nonverbal. Manusia lebih aktif daripada kebanyakan objek dan

lebih sulit diramalkan,

- Persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar, sedangkan

persepsi terhadap manusia menanggapi sifat-sifat luar dan dalam

(perasaan, motif, harapan, dsb)

- Objek tidak bereaksi, sedangkan manusia beraksi. Dengan kata lain

objek bersifat statis dan manusia bersifat dinamis. Oleh karena itu

persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke waktu, lebih

cepat daripada persepsi terhadap objek, dan lebih beresiko dari

persepsi terhadap objek (Mulyana 2011, 184).

F. Skema Persepsi

Setelah seseorang mengindera objek yang ada di lingkungannya,

proses dari penginderaan tersebut menghasilkan makna dan kesan terhadap

objek tersebut hal ini disebut sebagai persepsi. Persepsi ini selanjutnya

menimbulkan reaksi yang sesuai dengan asas busur reflek. Paul A. Bell et.al

(1978;89) membuat skema persepsi sebagai berikut, (Shaleh 2004, 130)

Bagan 2.3 Skema Persepsi

Sumber : Shaleh 2004, 130

Dalam memproses informasi tentang orang lain penggunaan

stereotip atau prakonsepsi untuk mendefinisikan orang lain berdasarkan

Page 48: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

32

kategori-kategori seperti gender atau pekerjaan. Hal tersebut seringkali

digunakan untuk memberikan kesan atau mendefinisikan seseorang maupun

kelompok. Stereotip, prakonsepsi, dan prasangka bisa menjadi salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam pembentukan persepsi.

Kata lain untuk stereotip dan prakonsepsi adalah skema (Taylor, Peplau, dan

Sears 2009, 51).

Untuk mempermudah dan mempercepat pemprosesan informasi

individu biasanya akan menggunakan skema. Konsep skema digunakan

untuk menggambarkan bagaimana informasi sosial dipersepsi dan

diorganisasikan secara selektif dalam ingatan (Dayakisni dan Hudainah

2012, 31). Skema bersumber dari pengalaman masa lalu. Secara langsung

maupun tidak langsung, manusia belajar dan membentuk skema-skema

berdasarkan pengalaman kehidupan sehari-hari (Augoustnosn & Walker,

1995 dalam Rahman 2018, 83).

Skema merupakan seperangkat kognisi yang tertata, mencakup

pengetahuan tentang beberapa kategori, hubungan antara pengetahuan dan

beberapa contoh spesifik (Taylor Crocker, 1981 dalam Taylor, Peplau, dan

Sears 2009, 51). Dalam skema persepsi, terdapat faktor-faktor atau

kategorisasi yang berpengaruh dalam pembetukan persepsi seseorang.

Biasanya seseorang akan lebih mudah memahami suatu objek dengan

mengkategorisasikan atau mengelompokan orang lain, cara ini dinilai lebih

efisien dan lebih mudah ketimbang harus memahami atribut demi atribut

(ciri-ciri sifat) orang lain (Brigham, 1991).

Kategorisasi atau pengelompokan orang, biasanya berdasarkan pada

karakteristik yang nampak atau menonjol seperti jenis kelamin, ras, usia,

penampilan, keanggotaan kelompok, pekerjaan, atau perilaku. Skema

sangat penting dalam proses kategorisasi, sebab akan mengarahkan

perhatian pada informasi yang relevan, memberi suatu struktur untuk

mengevaluasi infromasi dan memberikan kategorisasi pada ingatan

(Dayakisni dan Hudainah 2012, 32).

Dengan skema kita dapat mengetahui reaksi atau reflek seseorang

terhadap objek yang dilihatnya, skema memberikan batasan-batasan

Page 49: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

33

persepsi berdasarkan nilai, hukum, adat, ataupun budaya yang dimiliki

seseorang. Stereotip dan prakonsepsi menjadi hal yang mempengaruhi

persepsi, terbentuk dari informasi, pengetahuan, kebiasaan, ataupun adat

yang ada di lingkungan seseorang.

Dalam skema persepsi, pengetahuan tentang suatu objek dapat

berasal dari informasi yang didapat dari masa lampau, jika informasi

terhadap suatu objek tersebut berkonototasi negatif, maka reflek yang

diciptakan juga negatif begitu pula sebaliknya. Skema seseorang adalah

semacam struktur tentang orang lain, yang berisi simbol-simbol khas

seseorang yang menjadikannya unik dan berbeda. Setiap orang memiliki ciri

khas nya masing-masing, perbedaan inilah yang juga menciptakan persepsi

yang berbeda-beda.

G. Prinsip-prinsip Persepsi

Terdapat beberapa prinsip-prinsip penting dalam persepsi yakni

(Mulyana 2011, 191-207),

a. Persepsi Berdasarkan Pengalaman

Sebagaimana yang telah diutarakan oleh Berkman dan

Secord (1974), yang mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor

penting yang dapat mempengaruhi persepsi yaitu pengetahuan

(knowledge), harapan (expectation), dan penilaian (evaluation)

(Mahmudah 2012, 90). Pengetahuan manusia didapat dari

pengalaman-pengalaman masa lalu yang tersimpan dalam memori.

Manusia mempersepsikan segalahal (objek atau kejadian-

kejadian) yang tertangkap oleh panca indera kemudian diberi

makna; diinterpretasikan menggunakan pengalaman dan

pembelajaran di masa lalu yang berkaitan dengan objek atau

kejadian yang serupa.

b. Persepsi Berdasarkan Selektif

Dalam hakikat persepsi, dijelaskan bahwa atensi memilik

peran penting dalam pembentukan persepsi seseorang. Atensi atau

perhatian adalah keterbukaan seseorang untuk memilih rangsangan

Page 50: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

34

(stimulus) yang ada. Terdapat faktor-faktor internal yang dapat

mempengaruhi atensi yakni faktor biologis (lapar dan haus), faktor

fisiologis (tinggi, pendek, gemuk, kurus, sehat, sakit), faktor

psikologis (kemarahan, kesediaan), dan faktor sosial budaya (gender,

usia, agama, pekerjaan, penghasilan).

c. Persepsi Bersifat Dugaan

Dalam proses memaknai atau menginterpretasi sesuatu,

dugaan seringkali digunakan. Proses persepsi yang bersifat dugaan

memungkinkan manusia mendapat informasi yang lebih banyak

sehingga dalam menafsirkan suatu objek atau kejadian dihasilkan

makna yang lebih lengkap. Dengan menggunakan dugaan,

seseorang membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak

lengkap tertangkap oleh panca indera.

d. Persepsi Bersifat Evaluasi

Persepsi bersifat evaluasi, artinya seseorang akan memiliki

cara pemaknaan yang berbeda dengan orang lain jika persepsi

tersebut tidak sesuai. Persepsi bersifat bersifat pribadi dan subjektif,

dasar inilah mengapa dalam proses persepsi selalu terjadi evaluasi

dalam memberikan makna. Andrea L Rich, yang menyatakan bahwa

persepsi pada dasarnya mewakili keadaan fisik dan psikologi

individu alih-alih menunjukan karakteristik dan kualitas mutlak

objek atau kejadian yang dipersepsi.

e. Persepsi Bersifat Kontekstual

Setelah menerima stimulus atau rangsangan dari luar,

selanjutnya sistem sensori manusia akan mengorganisasikan

stimulus dari semua pengaruh persepsi. Konteks merupakan salah

satu pengaruh yang paling kuat dalma proses persepsi. Konteks

rangsangan sangat mempengaruhi struktur kognitif persepsi dan

kognitif seseorang.

Page 51: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

35

H. Aspek-aspek dalam Persepsi

Hakikat sikap adalah suatu interrelasi dari berbagai komponen, Allport

(dalam Ma’rat 1991), menyatakan bahwa terdapat tiga komponen dalam

pembutkan sikap yaitu,

a. Komponen Kognitif

Komponen kognitif merupakan susunan dasar pengetahuan atau

informasi yang dimiliki individu tentang sikapnya terhadap suatu

objek. Melalui pengetahuan dan pengalaman terbentuk suatu

keyakinan tertentu terhadap suatu objek.

b. Komponen Afektif

Komponen afektif merupakan hal yang berhubungan dengan rasa

senang atau tidak senang. Dalam komponen afektif, berkaitan erat

dengan kebudayaan dan sistem nilai yang dianut oleh sebab itu

komponen afektif bersifat evaluatif

c. Komponen Konatif

Komponen konatif merupakan kesiapan seseorang untuk bersikap;

bertingkah laku yang berhubungan dengan objek.

Terdapat pendapat lain tentang pembetukan struktur sikap. Pendapat ini

diutarakan oleh Baron, Byrne dan Myers (dalam Gerungan 1996), yang

menyatakan bahwa terdapat tiga komponen yang membentuk struktur sikap

yakni.

a. Komponen kognitif (komponen perseptual)

Komponen ini berkaitan dengan pengetahuan, pandangan,

keyakinan yakni hal-hal yang berhubungan dengan proses individu

mempersepsi objek sikap.

b. Komponen afektif (komponen emosional)

Komponen afektif atau komponen emosional merupakan komponen

yang berkaitan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap suatu

objek persepsi. Pada komponen afektif respon senang dan tidak

senang merupakan hasil interpretasi positif-negatif individu

terhadap objek persepsi.

c. Komponen konatif (komponen perilaku)

Page 52: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

36

Dalam komponen konatif atau action component berhuhubungan

dengan kecenderungan tindakan individu terhadap objek sikap.

Komponen ini menunjukan intesitas sikap individu dengan

menunjukan besar-kecilnya kecenderungan individu untuk betindak

ataupun berperilaku terhadap objek sikap.

I. Dimensi-dimensi yang Terkait dengan Pembentukan Persepsi

a) Dimensi Sosial

Sosial merupakan kata serapan bahasa Inggris social yang

berasal dari bahasa Latin socius yang memiliki arti segala sesuatu

yang terlahir, bertumbuh, dan berkembang dalam kehidupan secara

bersama-sama. Sosial merupakan cara-cara tentang bagaimana

seseorang saling berhubungan satu sama lain. Sosial dalam arti

kemasyarakatan memiliki arti segala sesuatu yang berkaitan dengan

sistem hidup bersama atau bermasyarakat dengan orang lain atau

sekelompok orang yang didalamnya sudah tercakup struktur, nilai-

nilai sosial, organisasi, aspirasi hidup, dan cara mencapainya

(Ranjabar 2006).

Sosial berisi keseragaman nilai dan moral, dan setiap

kelompok pasti memiliki struktur, nilai, dan moral. Keberadaan

pengungsi internasional atau munculnya kelompok baru dalam

masyarakat akan menciptakan dinamika sosial. Perbedaan struktur

dan kepentingan memicu dinamika lingkungan sosial dimana satu

kelompok memiliki persepsi masing-masing yang berbeda. Selain

itu, perbedaan status sosial, pekerjaan, penghasilan, dsb juga

mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap suatu kelompok.

b) Dimensi Budaya

Kebudayaan, merupakan kata berasal dari bahasa Sansekerta

budh yang berarti akal, dan budhaya dalam bentuk majemuk. Dari

asal kata tersebut kebudyaan diartikan diartikan sebagia hasil

pemikiran akal manusia. Beberapa pendapat mengatakan bahwa

kebudayaan merupakan gabungan dari kata budi dan daya. Budi

Page 53: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

37

adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan, dan

daya yang berarti perbuatan sebagai unusr jasmani sehingga

kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan perbuatan manusia

(Soekanto 2011, 150).

Budaya dalam bahasa Inggris Culture didefinisikan sebagai

tingkah laku, pola-pola keyakinan, dan semua produk dari kelompok

manusia tertentu yang telah diturunkan dari generasi ke generasi

(Santrock 2007, 289). Pengaruh kebudayaan termasuk kebiasaan

hidup, juga tampak dalam berbagai gejala hubungan manusia

dengan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Persepsi

ditentukan atau dibentuk berdasarkan pengalaman-pengalaman atau

pengetahuan, dan hal tersebut dipengaruhi oleh budaya yang telah

turun-temurun diajarkan (Shaleh 2004, 131-132). Indonesia sebagai

negara dengan keanekaragaman budaya dan agama hidup

berdampingan dengan menghormati budaya atau agama satu sama

lain.

Faktor-faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi

sebagai salah satu aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi

persepsi individu secara keseluruhan terutama penafsiran atas suatu

rangsangan. Agama, ideologi, tingkat intelektual, tingkat ekonomi,

pekerjaan, dan cita rasa sebagai faktor-faktor internal jelas

mempengaruhi persepsi seseorang terhadap realitas.

Dengan demikian persepsi itu suatu proses interpretasi yang

terikat dengan budaya (culture-bound). Bagaimana budaya

berpengaruh dalam pemaknaan pesan, objek atau lingkungan yang

bergantung pada sistem nilai yang dianut. Oleh karena itu, persepsi

berdasarkan budaya yang telah diwariskan, diajarkan dam

diperlajari menjadikan persepsi individu terhadap lingkungannya

bersitaf subjektif. Semakin besar perbedaan budaya diantaradua

orang makan semakin besar pula perbedaan persepsi keduanya

terhadap realitas (Mulyana 2011, 213-214).

Page 54: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

38

Stereotipe dan prasangka tidak lepas dalam pembetukan

persepsi seseorang. Perbedaan menonjol seperti ras, bahasa, adat,

dan budaya menjadi faktor bagaimana seseorang memaknai;

mempersepsikan perbedaan tersebut. Setiap budaya memiliki nilai

dan norma tertentu, hal ini pun bisa menjadi salah satu pertimbangan

seseorang dalam mempersepsi individu yang berbeda. Seseorang

cenderung memberikan penilaian terhadap sesuatu yang belum

pernah mereka lihat atau berbeda dari yang ia biasa lakukan.

J. Masyarakat Setempat

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang saling

membutuhkan satu sama lain. Sebagai makhluk sosial manusia berkumpul

berkelompok memiliki keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain

di sekelilingnya dan membentuk sebuah masyarakat. Masyarakat

merupakan kata serapan dari Bahasa Arab “Syaraka” yang artinya ikut

serta; berpartisipasi, atau “Musyaraka” yang berarti saling bergaul.

Masyarakat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sejumlah manusia

dalam arti seluas-luasnya serta terikat dalam suatu kebudayaan yang

dianggap sama. Memiliki budaya sendiri, bertempat tinggal di suatu daeran

tertentu, dan anggotaya memiliki pengalaman hidup yang sama berdasarkan

pedoman nilai-nilai tertentu merupakan ciri dari masyarakat (Basrowi 2005,

37-39)

Masyarakat Istilah community dapat diartikan sebagai “masyarakat

setempat” yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa

(Soekanto dan Sulistyowati 2013). Masyarakat lokal atau masyarakat

setempat tumbuh berkembang dengan mempertahankan nilai kebudayaan

dan hukum yang berlaku. Masyarakat setempat (community) sendiri

didefinisikan sebagai suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh

suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Secara garis besar masyarakat

setempat berfungsi sebagai ukuran untuk menggarisbawahi hubungan

antara hubungan-hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu.

Page 55: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

39

Klasifikasi masyarakat setempat dapat menggunakan empat (4)

kriteria yang saling berpautan yakni, Jumlah Penduduk; Luas, kekayaan dan

kepadatan penduduk; fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap

seluruh masyarakat; dan organisasi masyarakat setempat (Soekanto dan

Sulistyowati 2013, 133-135).

Masyarakat dalam penelitian ini adalah masyarakat setempat atau

masyarakat lokal berkewargaan Indonesia yang bertempat tinggal di sekitar

lingkungan pemukiman Pengungsi Internasional di wilayah Kelurahan

Medang Lestari.

K. Pengungsi (Refugee)

Ada banyak definisi tentang pengungsi, dari yang paling sempit

sampai yang paling luas. Refugees berasal dari bahasa Inggris yang dalam

bahasa Indonesia berarti pengungsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

disebutkan bahwa akar kata dari istilah pengungsi adalah ungsi dan kata

kerjanya adalah mengungsi, yaitu pergi mengungsi (menyingkirkan) diri

dari bahaya atau menyelamatkan diri (ke tempat yang memberikan rasa

aman). Pengungsi adalah kata benda yang berarti orang yang mengungsi

adalah penduduk suatu negara yang pindah ke negara pengungsi politik lain

karena aliran politik yang bertentangan dengan politik penguasa negara

asalnya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1995).

Orang-orang yang bermigrasi menyeberangi perbatasan biasanya

dipandang menjadi dua hal yang berbeda: yang pertama TKI (labor

migrants) yakni orang-orang yang bermigrasi secara sukarela dengan motif

ekonomi dan perilaku, dan yang kedua Pengungsi (refugees) yakni orang-

orang yang terpaksa bermigrasi, memiliki trauma, dan membutuhkan

bantuan pertolongan (Jacobson 2005, VII). Para pengungsi bergerak dan

bermigrasi dari tanah airnya ke tempat yang lebih menjamin keamanan diri,

nyawa, kekayaan, harapan dan masa depannya (Pigay 2005, 120).

Karen Jacobson mendefinisikan Refugees (pengungsi) sebagai

sekelompok orang yang melarikan diri melintasi batas internasional untuk

berlindung dari penganiayaan, konflik, dan membutuhkan bantuan

Page 56: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

40

kemanusiaan. “Refugees are people displaced by persecution, war, or

conflict who have fled across an international border and are in need of

international humanitarian assistance” (Jacobson 2005, 4) Adapun syarat

mereka dikatakan/digolongkan sebagai pengungsi internasional secara

harfiah adalah mereka haruslah melewati batas wilayah suatu negara ke

negara lainnya. Karena apabila mereka tidak melewati batas wilayah

negaranya maka bisa dikatakan sebagai pengungsi lokal. Istilah ini tidak

dibedakan alasan mereka pergi dari negaranya,apakah karena alasan perang,

bencana alam, ataupun karena alasan ekonomi. Istilah ini menjadi berbeda

apabila didefinisikan secara legal atau hukum.

Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi, mendefinisikan pengungsi

sebagai “persons due to a reasonable fear of persecution, caused by

reasons of race, religion, nationality, membership in certain social groups

and political parties, is outside the State of nationality and does not wish

the protection of that state” (UNHCR 2005) seseorang yang dikarenakan

oleh ketakutan yang beralasan akan penganiayaan, yang disebabkan oleh

alasan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan kelompok sosial tertentu dan

keanggotaan partai politik tertentu, berada diluar negara kebangsaannya dan

tidak menginginkan perlindungan dari negara tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas, terlihat bahwa pengungsi terjadi

karena adanya bahaya. Seperti bencana alam (natural disaster) seperti banjir,

gempa, gunung meletus, kekeringan. Mengungsi juga bisa terjadi karena

bencana buatan manusia (manmade disaster), seperti konflik bersenjata,

pergantian rezim politik, penindasan kekebasan fundamental, pelecehan hak

asasi manusia, dan sebagainya. Mengungsi dapat dilakukan dalam lingkup

satu wilayah negara ataupun ke negara lain karena adanya perbedaan haluan

politik (Romsan 2003, 35).

Namun tidak semua orang yang berada dalam keadaan tersebut

dapat dikatakan sebagai pengungsi. Pengungsi adalah sekelompok manusia

yang sangat rentan terhadap perlakuan yang tidak manusiawi baik di negara

asalnya maupun di negara dimana mereka mengungsi. Mereka adalah

orang-orang yang sangat miskin dan tidak memiliki dokumen perjalanan.

Page 57: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

41

Kepergian mereka ke tempat atau ke negara lain bukan atas keinginan diri

pribadi tetapi karena terpaksa karena tidak adanya jaminan keselamatan dari

negara domisili dan mereka tidak ingin mendapatkan jaminan itu, sehingga

timbullah pelanggaran terhadap hak asasi pengungsi yang tidak dapat

dihindari.

Dalam permasalahan pengungsian memang perlu dilakukan

perlakuan khusus sebab pengungsi atau mencari suaka tidak akan mungkin

memiliki dokumen lengkap. Pengungsi dalam kriteria refugee

meninggalkan negaranya dalam keadaan terpaksa sehingga wajar tidak

memiliki dokumen perjalanan yang lengkap.

Penentuan status pengungsi pada seseorang dilakukan oleh UNHCR

melalui proses seleksi tertentu. Jika seseorang sudah ditentukan statusnya

sebagai pengungsi maka otomatis seorang tersebut mendapat perlindungan

hukum internasional, dan apabila orang tersebut tidak dapat diberikan status

sebagai pengungsi maka orang tersebut akan dikembalikan ke negara

asalnya (UNHCR 2005).

Terdapat lima kriteria penetuan status pengungsi menurut Konvensi

tentang Status Pengungsi 1951 yakni:

1) Berada di Luar Negaranya

Seseorang dapat disebut pengungsi apabila berada di luar negaranya,

di luar tempat tinggal sehari-harinya.

2) Ketakutan Beralasan

Seorang pengungsi yang meninggalkan negaranya harus berdasarkan

alasan ketakutan. Hal ini dapat dilihat dari keadaan keamanan dan

politik dari negara asal pengungsi dan dapat dijadikan ketakutan

beralasan.

3) Penganiayaan

Ketakutan beralasan berkaitan dengan penganiayaan. Seseorang yang

merasa tidak aman karena adanya penganiayaan sehingga terpaksa

meninggalkan negara dan tempat tinggalnya.

Page 58: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

42

4) Alasan Konvensi 1951

Seseorang berhak mendapatkan status pengungsi jika ia takut dianiaya

karena lima alasan sesuai dengan pasal 1A (2) konvensi 1951, yakni:

a) Ras

b) Agama

c) Kebangsaan

d) Keanggotaan dalam kelompok sosial tertentu

e) Pendapat politik

5) Tidak adanya Perlindungan dari Negara Hal ini berkaitan dengan

keadaan negara yang tidak memungkinkan atau tidak mampu

memberikan perlindungan kepada rakyatnya dikarenakan beberapa

alasan seperti dalam keadaan perang, krisis politik atau bahkan negara

tersebut melakukan diskriminasi kepada ras atau suku tertentu

(UNHCR 2005).

Pergerakan-pergerakan pengungsi internasional pada umumnya

sebagai hasil dari sebuah konflik yang juga dapat menjadi penyebab suatu

konflik. Kejadian seperti migrasi paksaan memungkinkan terciptanya

tantangan yang berkelanjutan dan berkembang, karena penyebab-penyebab

perpindahan populasi tampak tidak mungkin berkurang di masa yang aka

datang (Martin 2005, 331). Migrasi paksaan tidak hanya karena peperangan

tapi juga karena penyebab lainnya seperti perubahan iklim yang merubah

produktifitas agrikultur, bencana alam, krisis ekonomi, dan lainnya.

2. Kajian Pustaka

Dalam menentukan judul penelitian ini peneliti mengadakan

tinjauan pustaka yang terdapat dalam perpustakaan di Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Perpustakaan Umum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, maupun universitas lainnya untuk mengumpulkan

bahan-bahan materi. Peneliti juga menggunakan beberapa situs jurnal untuk

mendapatkan referensi yang berkaitan dengan judul penelitian.

Berdasarkan pengamatan peneliti, terdapat beberapa buku, skripsi,

dan jurnal yang membahas tentang Persepsi Sosial Masyarakat Lokal

Page 59: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

43

terhadap keberadaan Pengungsi Internasional. Namun sampai saat ini

peneliti tidak menemukan adanya judul yang serupa dengan judul yang

peneliti ajukan, berikut diantaranya buku, jurnal atau skripsi yang terkait

dengan Persepsi Sosial Masyarakat Lokal terhadap keberadaan Pengungsi

Internasional:

a. Sri Wahyuni, Mahasiswi Alumnus Progam Studi Pendidikan Sejarah,

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar, Tahun 2015.

Skripsi dengan judul “Imigran Gelap, Pencari Suaka, dan Pengungsi

di Kota Makassar”. Dalam skripsinya Wahyuni menguraikan latar

belakang kedatangan, Persepsi pemerintah dan masyarakat terkait

imigran gelap, pencari suaka, dan pengungsi sebelum dan setelah

mendapatkan status dari UNHCR.

b. Dhita Wahyu Candra Kirana, Mahasiswi Alumnus Program Studi

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Yogyakarta, tahun 2016. Skripsi

dengan judul “Persepsi Masyarakat Terhadap Kehidupan Anak

PUNK Ditinjau dari Aspek Sosial dan Budaya di Yogyakarta (Studi

kasus di komunitas anak Punk Yogyakarta)”. Dalam skripsinya Dhita

mencoba untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap kehidupan

anak punk yang ditinjau dari segi sosial budaya. Dalam penelitiannya

metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif.

c. Melly Amalia, Mahasiswi Alumnus Sekolah Pasca Sarjana, Institut

Pertanian Bogor, tahun 2014. Thesis dengan judul “Dampak

Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi

Komunitas (Kasus Desa Tugu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten

Bogor)”. Dalam thesisnya Melly memaparkan tentang dampak

keberadaan turis Arab yang memiliki peran dalam mendorong

dinamika sosial ekonomi Desa Tugu.

d. EN Aeni, Mahasiswi Alumnus Program Studi Ilmu Komunikasi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Djuanda, Tahun

2015. Jurnal Peneltian dengan judul “Hubungan Antara Stereotipe

dengan Prasangka Masyarakat Pribumi Pada Imigran Dalam

Page 60: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

44

Interaksi Antar Budaya di Cisarua Bogor”. Dalam jurnalnya Aeni

menyajikan hasil analisa hubungan stereotipe dengan prasangka

masyarakat pribumi pada imigran dalam interaksi antar budaya di

Cisarua Bogor.

3. Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori diatas dapat dirumuskan sebuah kerangka

berpikir sebagai acuan dalam melakukan penelitian. Dalam mempersepsikan

suatu objek atau fenomena, persepsi seseorang yang terbentuk tentu berbeda

dengan yang lainnya. Sebab persepsi merupakan penilaian individu sebagai

bentuk respon terhadap stimulus yang terjadi. Persepsi menjadi sebuah proses

yang terjadi pada diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui, memahami,

dan mengevaluasi orang lain. Pembentukan persepsi melibatkan berbagai

proses, mulai dari proses fisik, proses fisiologis, proses psikologis, dan proses

persepsi.

Perbedaan ini terjadi karena terdapat berbagi faktor yang

mempengaruhinya. Secara garis besar perbedaan tersebut dipengaruhi oleh

faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional merupakan faktor yang

sifatnya personal – subjektif meliputi pengetahuan atau latar belakang

pendidikan, kebutuhan, usia, pengalaman masa lampau, kepribadian, jenis

kelamin, serta agama yang dianut. Sedangkan faktor struktural lebih

dipengaruhi oleh faktor eksternal meliputi lingkungan, keluarga, hukum yang

berlaku, nilai dalam masyarakat, dan budaya (Back-man dan Secord, 1974;

dalam (Mahmudah 2012).

Masyarakat yang bersifat heterogen tentunya akan memiliki persepsi

dan pendapat yang berbeda tentang fenomena yang terjadi. Masyarakat lokal

atau masyarakat setempat tumbuh berkembang dengan mempertahankan nilai

kebudayaan dan hukum yang berlaku. Masyarakat setempat (community) yang

menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa sendiri didefinisikan

sebagai suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat

hubungan sosial yang tertentu. Secara garis besar masyarakat setempat

Page 61: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

45

berfungsi sebagai ukuran untuk menggarisbawahi hubungan antara hubungan-

hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu.

Klasifikasi masyarakat setempat dapat menggunakan empat (4) kriteria

yang saling berpautan yakni, Jumlah Penduduk; Luas, kekayaan dan kepadatan

penduduk; fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh

masyarakat; dan organisasi masyarakat setempat (Soekanto dan Sulistyowati

2013).

Dalam penelitian ini, masyarakat setempat yang dimaksud adalah

masyarakat yang tinggal atau menetap di Kelurahan Medang dan

berkewarganegaraan Indonesia. Masyarakat setempat yang akan dijadikan

sumber informasi dapat berasal dari masyarakat Kampung Medang maupun

Perumahan Medang yang berkontak langsung dengan para Pengungsi

Internasional. Perbedaan wilayah tersebut akan menghasilkan persepsi yang

berbeda dalam merespon kerebadaan pengungsi Internasional.

Yang dimaksud pengungsi disini adalah mereka yang telah

mendapatkan status Pengungsi oleh UNHCR sebagai lembaga yang

memberikan status kepengungsian berdasarkan kriteria Pengungsi dalam

Konvensi tenang Status Pengungsi 1951. Dalam konvensi tersebut terdapat

lima hal yang menjadikan seseorang sebagai seorang pengungsi yakni Berada

di Luar Negaranya, Ketakutan Beralasan, Penganiayaan, Alasan Konvensi

1951 (Pasal 1A (2) konvensi 1951, yakni: Ras, Agama, Kebangsaan,

Keanggotaan dalam kelompok sosial tertentu, Pendapat politik) dan Tidak

adanya Perlindungan dari Negara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi Masyarakat Medang

tentang keberadaan pengungsi internasional di wilayah mereka, hingga

mengidentifikasi isu-isu apa saja yang berkembang di wilayah Medang dengan

adanya pengungsi internasional. Peneliti membuat sebuah kerangka berpikir

untuk memudahkan peneliti dalam menentukan instrumen dan menganalisis

data yang di peroleh .

Masyarakat Medang dihadapkan dengan isu multikultural, pada

dasarnya masyarakat terdiferensiasi dalam berbagai kriteria, sepert ciri

fisiologis dan ciri kebudayaan. Wujud diferensiasi sosial yang paling menonjol

Page 62: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

46

adalah perbedaan Ras, Etnik, Agama, dan Jenis Kelamin. Perbedaan ini akan

memunculkan berbagai respon dan persepsi masyarakat.

Bagan 2.4 Kerangka Berpikir

Wujud diferensiasi tersebut dapat menjadi faktor dalam pembentukan

persepsi seseorang. Dalam teori Persepsi Sosial, terdapat beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Penelitian ini menggunakan Faktor-

faktor pembentukan persepsi yang dikemukakan oleh Rakhmat (1986) yang

terbagi menjadi faktor fungsional dan faktor struktural. Peneliti menggunakan

faktor fungsional dan faktor struktural dengan dimensi pertanyaan seputar

sosial dan budaya. Melalui faktor fungsional dan faktor struktural peneliti dapat

mendapatkan dan mengetahui beragam persepsi masyarakat Kelurahan

Medang terhadap keberadaan Pengungsi Internasional di sekitar mereka.

Page 63: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional
Page 64: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

47

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kelurahan Medang

Terbentuknya Kelurahan Medang sebagai institusi eksekutif yang berperan

menjalankan roda pemerintahan dan pemberdayaan serta pembangunan

masyarakat merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah otonomi Kabupaten

Tangerang, merupakan aspirasi masyarakat yang bermanfaat untuk mempermudah

masyarakat dalam hal pelaksanaan kepengurusan administrasi serta lebih

mempererat hubungan antara pemerintah dengan masyarakat di dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara.

Gambar 3.1 Kantor Kelurahan Medang

1) Sejarah Kelurahan Medang

Desa/kelurahan Medang merupakan pemekaran dari Desa

Bojongnangka bagian dari Kecamatan Legok yang terbentuk pada tahun

1983 setelah sebelumnya sudah menjadi desa persiapan pada tahun 1982.

Pada tahun 1983 dilakukan pemilihan calon kepala desa untuk memilih

Kepala Desa Medang Definitif. Pada pemilihan ini terpilihlah Moch.

Romli S sebagai Kepala Desa pertama yang dipilih oleh sekitar 2500 hak

pilih pada masa periode jabatan tahun 1983-1991. Hingga saat ini

Page 65: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

48

Kelurahan Medang telah berganti Kepala Kelurahan sebanyak enam orang

dari jangka kepemimpinan mulai tahun 1983 hingga saat ini. Kepala

Kelurahan yang menjabat adalah Moch. Romli S (1983-1991 & 1995-

2003), Ach Sahawi (1991-1995), Mad Nur, S.E (2003-2008 & 2008-

2010), Nasita Sunarya, S.Pd (2010-2012 & 2014-2016), Sugani, S.Sos

(2012-2014), dan yang saat ini menjabat adalah Rizki Rizani Fahzi, S.IP,

M.Si (2016-2019).

Pada 26 Mei 1999 Desa Medang memisahkan diri dari Kecamatan

Legok setelah terbentuknya Kecamatan Pagedangan. Pemisahan wilayah

ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48

Tahun 1999 Tentang Pembentukan 14 (Empat Belas) Kecamatan Di

Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Serang, Tangerang, Pandeglang,

Bogor, Subang, Karawang, Ciamis Dan Majalengka Dalam Wilayah

Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Desa Medang berada di wilayah

Kecamatan Pagedangan yang masih bagai bagian dari wilayah Kabupaten

Tangerang, pada 17 Oktober 2000 Kabupaten Tangerang berada dibawah

wilayah administrasi Provinsi Banten setelah sebelumnya berada di

wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat.

Pada tahun 2003 dilakukan kembali pemilihan Kepala Desa yang

diikuti oleh dua calon yakni Mad Nur dan Ferry Suhendar. Pada pemilihan

yang dilaksanakan pada 20 April 2003, Mad Nur terpilih sebagai Kepala

Desa Medang untuk perode jabatan 2003-2008 menggantikan Moch Romli

S. Pada tahun 2005, Mad Nur diangkat sebagai Pelaksana Tugas (Plt)

Lurah dengan ditingkatkannya status Desa Medang menjadi Kelurahan

Medang. Perubahan stastus tersebut berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Tangerang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pembentukan 77

Kelurahan dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang. Ada

beberapa yang hal yang menjadi pertimbangan Pemerintah Daerah

Kabupaten Tangerang perihal ditingakatkannya status Desa Medang

menjadi Kelurahan, diantaranya:

Page 66: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

49

49

1. Sebagaian besar Penduduk Desa Medang saat itu mata

Pencahariaanya sudah bukan Petani.

2. Pertumbuhan Penduduk sangat pesat dan pola hidup masyarakat

sudah mengarah pada pola hidup perkotaan.

3. Sifat Budaya, Sosial masyarakat sangat Heterogen.

4. Fasilitas Perkantoran sudah memenuhi persyaratan.

5. Bangunan Kantor, Aula Kantor, Balai warga sudah terpenuhi.

6. Fasilitas-fasilitas lainnya yang menunjang seperti Puskesmas, Pos

Polisi, Masjid, dan sarana Infrastruktur lainnya sudah tersedia

disekitar wilayah Kelurahan Medang.

Sejak tahun 2005 tepatnya pada tanggal 16 September, Desa Medang

beralih status menjadi Kelurahan Medang. Dari pergantian status ini juga

jangka kepemimpinan Kepala Kelurahan menjadi dua tahun untuk satu

periodenya yang sebelumnya lima tahun untuk satu periode jabatan.

Pada tahun 2010, Kelurahan Medang mengadakan serah terima

Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan Medang Lestari dari Developer

PT. Masa Kreasi kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang. Penyerah

terimaan tersebut tertulis dalam Berita Acara Serah Terima Perumahan

Medang Lestari dengan Nomor Pihak Kesatu: 023/MK-MO/ML/XII/2010

dan Nomor Pihak Kedua: 593/724-DBP/2010 yang ditandatangani oleh

H.M. Soehardjo selaku Manajer Operasional PT. Masa Kreasi dan H.

Ismet Iskandar selaku Bupati Tangerang.

Saat ini terdapat sebanyak 17 Rukun Warga (RW) yang berada

dalam wilayah administrasi Kelurahan Medang. Rukun warga tersebut

terdiri dari RW 001 Kp Bojongnangka, RW 002 Kp Carang Pulang, RW

003 Kp Medang, RW 004 Kp Rawa Buaya, RW 005 Kp Kandang, RW

006 TGS Catalina, RW 007 – 014 Medang Lestari, RW 015 – 016 Permata

Medang, dan RW 029 Cluster Karelia.

Page 67: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

50

2) Visi-Misi

Pemerintah Kelurahan Medang sebagai sebuah lembaga yang ingin

bekerja dengan baik ke depannya. Maka Kelurahan Medang haruslah

mempunyai visi yang jelas, adapun visi Kelurahan Medang yakni:

“Mewujudkan Kelurahan Medang yang Unggul dan Kompetitif

dalam Pelayanan serta Berusaha Menciptakan Pemukiman yang

Tertib dan Aman”

dengan misi-misinya sebagai berikut :

Meningkatkan aparatur pemerintah dan masyarakat yang beriman

dan bertaqwa.

Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Melestarikan dan meningkatkan derajat lingkungan masyarakat.

Meningkatkan ekonomi yang madiri.

Menciptakan situasi yang aman, tertib, dan kondusif.

3) Sturukur Organisasi

Bagan 3.1 Struktur Organisasi Kelurahan Medang

Page 68: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

51

51

4) Data Umum

a. Batas wilayah

Secara demografi keadaan fisik atau geografis Kelurahan Medang

berbatasan dengan,

LETAK BATAS DESA/KELURAHAN KECAMATAN

Sebelah Utara Curug Sangereng Kelapa Dua

Sebelah Selatan Cijantra Pagedangan

Sebelah Timur Cihuni Pagedangan

Sebelah Barat Bojongnangka Kelapa Dua

Tabel 3.1 Batas Wilayah Kelurahan Medang

b. Luas wilayah

Adapun luas kelurahan Medang yakni 470.500 HA.

c. Topografi

Secara umum keadaan topografi Kelurahan Medang merupakan

daerah Daratan dan datar.

d. Jumlah Penduduk

Laki-laki 9835 jiwa

Perempuan 10247 jiwa

Usia 0 – 15 tahun 5727 jiwa

Jumlah total 20.082 jiwa

Jumlah kepala keluarga 4374 KK

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Medang

e. Tingkat Pendidikan Masyarakat

1. Lulusan Pendidikan Umum

Jenjang Pendidikan Jumlah

Sekolah Dasar (SD) -

SMP -

SMA 3277 orang

Akademi/D1 – D3 1134 orang

Sarjana 973 orang

Pascasarjana 108 orang

Tabel 3.3 Jumlah Lulusan Pendidikan Umum

Page 69: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

52

2. Lulusan Pendidikan Khusus

Jenjang Pendidikan Jumlah

Pondok Pesantren -

Sekolah Luar Biasa -

Kursus Keterampilan 2 orang

Tabel 3.4 Jumlah Lulusan Pendidikan Khusus

f. Sarana Prasarana

1. Kantor Kelurahan : semi permanen/permanen

2. Prasarana Kesehatan :

Jenis Prasarana Jumlah

PUSKESMAS -

UKBM (Posyandu) 17 buah

Poliklinik 5 buah

Tabel 3.5 Jumlah Prasarana Kesehatan

3. Prasarana Pendidikan:

Jenis Prasarana Jumlah

PAUD 9 buah

TK 7 buah

SD/MI 3 buah

SMP 1 buah

SMA -

PT 1 buah

Tabel 3.6 Jumlah Prasarana Pendidikan

4. Prasarana Ibadah :

Jenis Prasarana Jumlah

Masjid 9 buah

Musholla 13 buah

Gereja -

Tabel 3.7 Jumlah Prasarana Ibadah

Page 70: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

53

53

5. Prasarana Umum :

Jenis Prasarana Jumlah

Olahraga 5 buah

Kesenian/budaya 6 buah

Balai pertemuan 2 buah

Lainnya -

Tabel 3.8 Jumlah Prasarana Umum

5) Kelembagaan

Di wilayah kelurahan Medang terdapat beberapa kelembagaan

masyarakat yakni berupa Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW),

PKK, dan Karang Taruna. Dengan jumlah masing-masing lembaga

masyarakat yang ada di Kelurahan Medang adalah,

Jenis Kelembagaan Jumlah

RT 108 RT

RW 20 RW

PKK 1 buah

Karang Taruna 16 buah

Tabel 3.9 Jumlah Kelembagaan Masyarakat

Page 71: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

54

6) Peta Wilayah

Gambar 3.2 Peta Wilayah Kelurahan Medang

Page 72: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional
Page 73: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

55

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Mobilitas penduduk atau migrasi merupakan perpindahan penduduk dari satu

tempat ke tempat yang lain dengan melintasi batas negara atau batas administrasi

dengan tujuan untuk menetap. Migrasi sendiri didefinisikan sebagai suatu bentuk

perpindahan seseorang atau sekelompok orang baik lintas batas maupun di dalam

teritorial negara yang meliputi berbagai bentuk, tempo, komposisi, dan faktor

penyebab perpindahan manusia (Ahmad 2012). Migrasi menjadi salah satu cara

untuk mencari mencari tempat berlindung atau tempat yang lebih baik. Migrasi

sendiri diartikan sebagai perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain

melintasi batas negara sebagai upaya menyelamatkan diri baik karena peperangan,

konflik internal, krisis perekonomian, dan bencana alam yang mengancam

keselamatan diri maupun harta benda. Perpindahan ini disebut sebagai imigrasi

dimana perpindahan penduduk dilakukan antarnegara atau melintasi batas negara,

dan dibutuhkan beberapa dokumen administrasi migrasi.

Orang-orang yang melakukan perpindahan melintasi batas negara maupun

teritori disebut migran. Mereka yang dipaksa untuk meninggalkan negaranya

banyak yang tidak memiliki dokumen-dokumen resmi yang dibutuhkan saat datang

suat negara. Orang-orang yang meninggalkan negaranya secara terpaksa menjadi

stateless karena tidak memiliki dokumen resmi seperti passport yang menunjukan

status kenegaraannya mereka inilah yang sering disebut dengan ilegal migran.

Kebanyakan dari mereka datang ke suatu negara dengan bantuan penyelundup yang

membantu mereka untuk sampai ke negara singgah sebelum akhirnya ke negara

tujuan. Banyak kasus ilegal migran yang kehabisan uang sebelum mereka sampai

ke negara tujuan. Dengan banyaknya resiko yang mengancam mereka saat

melakukan perjalanan yakni tidak hanya kehabisan harta benda, terpisah dengan

anggota keluarga, bahkan perjalanan mencari tempat berlindung ini mengancam

nyawa mereka.

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari 17.600 pulau dengan garis

pantai terbuka sepanjang 81.000 km memungkinkan Indonesia menjadi negara asal,

Page 74: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

56

transit atau negara tujuan bagi para pencari suaka dan pengungsi internasional.

Mencari perlindungan dengan keluar dari negaranya menjadi salah satu cara untuk

menyelamatkan diri dari konflik yang terjadi di negaranya. Indonesia menjadi salah

satu negara transit para ilegal migran yang dalam berbagai kasus mereka terdampar

dan ditemukan oleh pihak imigrasi Indonesia. Mereka yang bermigrasi untuk

mencari perlindungan bergerak secara berkelompok yang digolongkan menjadi

family refugees, individual refugee, dan pengungsi anak-anak tanpa pendamping –

Unaccompanied Minor Refugees (UMRs).

Pengungsi dan pencari suaka pada dasarnya memiliki konteks yang sama yakni

sama-sama mencari perlindungan di negara lain. Mereka yang stateless – tidak

berkewarganegaraan ketika masuk ke teritori Indonesia mereka dalam pengawasan

Rumah Detensi Imigrasi Kementrian Hukum dan HAM untuk kemudian di proses

lebih lanjut. Penentuan status tinggal para ilegal migran dilakukan oleh UNHCR

selaku lembaga internasionalyang fokus menangani masalah ilegal migran. Tercatat

sebanyak sebanyak 13,840 pengungsi terdaftar di UNHCR secara kumulatif dan

datang dari Afghanistan (55%), Somalia (11%) dan Iraq (6%) (UNHCR 2018a).

Pemberian status Pengungsi baru diberikan setelah melalui proses detensi dan

melengkapi dokumen-dokumen. Pemerintah Indonesia melalui

KEMENKUMHAM bekerja sama dengan pihak UNHCR dan IOM

dalammenangani ilegal imigran di Indonesia. Mulai dari proses administratif

hingga logistik.

Para imigran yang telah mendapat status pengungsi dari UNHCR kemudian

diberikan tempat tinggal sementara berupa shelter sebelum mereka dirujuk ke

negara tujuan mereka atau dipulangkan kembali ke negara asalnya. Untuk

memenuhi kebutuhan para pengungsi selama di Indonesia, IOM menjadi garda

utama dalam pemberian akomodasi dan logistik bagi para pengungsi. Shelter-

shelter yang disediakan IOM biasanya berdekatan dengan pemukiman warga lokal,

kehadiran para pengungsi internasional menjadi dinamika atau perubahan yang

mencolok di lingkungan sosial warga lokal. Selain perbedaan fisik yang mencolok,

gaya hidup, dan bahasa pun menjadi satu aspek yang memunculkan pro dan kontra

di lingkungan warga lokal. Berbagai upaya dan peran dibutuhkan untuk menjawab

pro-kontra yang terjadi di masyarakat. Bagaimana para stakeholder dan IOM

Page 75: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

57

Indonesia memberikan informasi yang dapat meyakinkan dan mengenalkan dua

pihak pengungsi internasional dan masyarakat agar terbentuk suatu pemahaman

satu sama lain.

Berdasarkan data temuan yang diperoleh peneliti di lapangan, Persepsi

Masyarakat terhadap keberadaan Pengungsi internasional di Kelurahan Medang

Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang. Peneliti mendapat berbagai

informasi setelah melakukan wawancara dan studi dokumentasi mulai dari Juni

2019 s.d Juli 2019 tentang Persepsi Masyarakat terhadap keberadaan Pengungsi

internasional di Kelurahan Medang. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

wawancara kepada tujuh informan yakni,

No Nama Alamat Usia Agama keterangan

1. Bpk. Rizki

Rizani

Fahzi, S.IP

Balaraja 32 th Islam Kepala Kelurahan

Medang

2. Ibu Sr RW 005

Kp

Kandang

56 th Islam Stake

Holder/Koordinator

PAUD Teratai

3. Bpk. Sh RW 005

Kp

Kandang

37 th Islam Warga RW 005/

Pedagang

4. Ibu Rm RW 004

Kp Rawa

Buaya

47 th Islam Warga RW 004/

Pedagang

5. Bpk. Zu RW 009

Medang

Lestari

48 th islam Warga RW 009/

Driver Grab Car

6. Bpk. F RW 009

Medang

Lestari

22 th Islam Warga RW 009 Medang

Lestari

Page 76: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

58

7. Ibu Ss RW 009

Medang

Lestari

48 th Islam Warga RW 009 Medang

Lestari/Kader PKK

Posyandu Anggrek RW

09

Tabel 4.1 Data Informan

Dalam bab ini selain menyajikan data yang telah diperoleh, peneliti juga

menyajikan data traingulasi. Dalam Bab I penelitian ini menggunakan teknik

traingulasi sumber untuk mengetahui keabsahan data yang didapat yakni dengan

melakukakan komparasi sumber data baik dari data wawancara, data observasi

maupun data studi dokumentasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bahwa data

yang didapat valid dan dapat di pertanggung jawabkan.

1. Sejarah Keberadaan Pengungsi Internasional di Kelurahan Medang

Berdasarkan hasil wawancara dan data yang dimiliki Kelurahan

Medang, para pengungsi datang dan hidup berdampingan dengan masyarakat

Medang adalah sejak tahun 2016. Penentuan lokasi shelter dilakukan oleh

Kemenkumham, yang secara khusus menempatkan shelter atau penampungan

sementara bagi para pengungsi internasional di Kelurahan Medang. Di tahun

2016 juga Kelurahan Medang dipimpin oleh Lurah baru yang ditunjuk

pemerintah Kabupaten Tangerang yakni Bapak Lurah Rizki Rizani Fachzi.

Warga mengenal atau mengetahui keberadaan pengungsi internasional sejak

adanya kegiatan kerja bakti Bina Wilayah yang diadakan oleh PKK Kelurahan

Medang. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ibu Sarminah selaku stakeholder

dan koordinator antara Kelurahan Medang dan IOM.

“Awalnya mereka masuk itu saat kita ada Binwil (Bina Wilayah) di

tahun 2016. Jadi tidak berselang lama setelah Pak Lurah Rizki

menjabat sebagai Lurah Medang. Jadi baru ketika pak Lurah

menginjakan kaki di Medang, mereka mulai berdatangan dan

tinggal di lingkungan sini. Awalnya mereka mengajukan izin ke

Kelurahan, bahwa mereka mau mengabdi – istilahnya di wilayah

kita (Sr 2019).”

Para pengungsi diakomodasi dan dibawah pengawasan IOM

(International Organization of Migration) serta Imigrasi Indonesia. Awalnya

pengungsi yang ada di Kelurahan Medang hanya sebanyak – dan terus

mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga berjumlah sekitar 670 refugees

Page 77: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

59

– pengungsi internasional hal ini didapat berdasarkan wawancara peniliti

dengan Lurah Medang Bapak Rizki Rizani Fachzi,

“Ketika saya datang kesini tahun 2016, saya diberikan amanat oleh

Pak Bupati dan juga ternyata disini ada berbagai macam negara

yang memang harus diamankan oleh kami, yaitu dari PBB masuk

ranahnya UNHCR dari situ masuk ke IOM International

Organization Of Migration, dan setelah itu saya berkoordinasi

dengan ibu Jumi dan Pak Rusdi, mereka berkoordinasi dengan saya

terkait pengungsi atau refugee yang ada di kelurahan medang

khususnya. Dari awalnya mereka kisaran, saat 2016-an sekitar 387-

an sampai sekarang itu ada sekitar 670-an (Fachzi 2019).”

Berdasarkan data wawancara dengan ibu Sarminah dan Bapak Lurah,

terdapat kesamaan data mengenai kedatangan para pengungsi internasional.

Kedua pernyataan tersebut dapat menjadi informasi yang valid berdasarkan

teknik triangulasi sumber.

Banyaknya perbedaan antara warga Medang dan para pengungsi

memicu berbagaimacam reaksi di masyarakat. Tidak hanya karena perbedaan

fisik tapi juga karena kehadiran mereka yang mendadak dan tanpa informasi

menciptakan berbagai spekulasi di masyarakat. Dalam tahun pertama dan

kedua keberadaan pengungsi terjadi gejolak di lingkungan masyarakat, hal ini

seperti yang diutarakan oleh Lurah Medang Bapak Rizki Rizani Fachzi,

“Masyarakat yang mengeluh itu, ketika saya bertanya dengan pihak

IOM itu hanya di tahun pertama dan kedua keberadaan mereka

disini” (Fachzi 2019).

Namun setelah adanya kerja sama antara dua pihak yakni pihak IOM dan

Kelurahan Medang dalam memberikan pengertian baik berupa informasi

maupuan kegiatan yang melibatkan kedua pihak baik kepada masyarakat

Medang maupun para pengungsi, kini masyarakat sudah mau berbaur dan para

refugee pun mau membuka diri dan turut ikut dalam kegiatan kemasyarakatan,

“Pada tahun pertama dan kedua ada gejolak-gejolak, ada resistensi

terhadap masyarakat. tapi lambat laun dengan hadirnya pemerintah

di dalamnya membuat satu skema persatuan, keutuhan,

kebersamaan, kelangsungan hidup berbaur dengan refugee.

Alhamdulillah yang tadinya ada resistensi, mereka (Masyarakat)

yang tadinya antipati menjadi simpati, mereka (refugee) yang tadinya acuh tak acuh mereka sekarang bergotong royong –

berbondong-bondong untuk melakukan hal-hal positif dengan

masyarakat di Kelurahan Medang khususnya” (Fachzi 2019).

Page 78: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

60

Untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dan aman baik bagi

warga maupun para refugee, pemerintah Kelurahan Medang bekerja sama

dengan BINAMAS, BABINSA, dan berkoordinasi dengan pihak POLSEK

Kecamatan Pagedangan. Dari koordinasi ini, segala permasalahan baik yang

terjadi antara masyarakat dengan pengungsi atau pengungsi dengan pengungsi

dapat ditangani dengan baik

“Ketika terkait dengan keamanan, kami dengan tiga pilar yaitu

BINAMAS, BABINSA, dan Lurah, tiga pilar itu kami sudah

berkoordinasi bahwa 1x24 jam kami siap melayani mereka ketika

ada Clash ada suatu permasalahan kami selalu berkoordiasi dengan

pihak POLSEK, pihak Koramil, dan sebagainya maka

Alhamdulillah sampai saat ini adannya kejadian-kejadian kami bisa

kami selesaikan permasalahan tersebut dengan baik dan juga ketika

ada kematian pun kami selalu berkoordinasi dengan pihak imigrasi

dan dengan pihak pencatatan sipil, terkait mereka dikuburkan

dimana (Fachzi 2019).”

Kehadiran para pengungsi internasional menjadi hal baru dan mewarnai

dinamika di lingkungan sosial Kelurahan Medang. Berbagai reaksi muncul di

awal kedatangan para pengungsi di Kelurahan Medang, pro-kontra antar warga

Medang terhadap pengungsi internasional mewarnai kedatangan para

pengungsi internasional.

“Pada tahun pertama dan kedua ada gejolak-gejolak, ada resistensi

terhadap masyarakat. tapi lambat laun dengan hadirnya pemerintah

di dalamnya membuat satu skema persatuan, keutuhan,

kebersamaan, kelangsungan hidup berbaur dengan refugee.

Alhamdulillah yang tadinya ada resistensi, mereka (Masyarakat)

yang tadinya antipati menjadi simpati, mereka (refugee) yang

tadinya acuh tak acuh mereka sekarang bergotong royong –

berbondong-bondong untuk melakukan hal-hal positif dengan

masyarakat di Kelurahan Medang khususnya (Fachzi 2019).”

Peran para stakeholder (Pemerintahan Kelurahan Medang, IOM, dan

para tokoh masyarakat) dalam memberikan informasi, sangat membantu dalam

memberikan rasa percaya, rasa aman dan nyaman di kedua pihak sehingga

tercipta lingkungan Kelurahan Medang yang kondusif.

Page 79: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

61

2. Persepsi Masyarakat terhadap Pengungsi Internasional

Untuk mengetahui proses pembentukan persepsi, peneliti

menggunakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap

suatu objek. Setiap individu memiliki perbedaan alam mempersepsikan suatu

objek. Perbedaan ini terjadi karena terdapat berbagi faktor yang

mempengaruhinya. Secara garis besar perbedaan tersebut dipengaruhi oleh

faktor fungsional dan struktural.

A. Faktor fungsional

Faktor fungsional merupakan faktor yang sifatnya personal – subjektif

meliputi pengetahuan atau latar belakang pendidikan, kebutuhan, usia,

pengalaman masa lampau, kepribadian, jenis kelamin, serta agama yang

dianut.

1) Latar belakang Pendidikan/Pengetahuan

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, latar

belakang pendidikan berpengaruh terhadap sikap kritis dan

pengendalian diri dalam melihat suatu fenomena. Hal ini dilihat

bagaimana respon masyarakat terhadap informasi atau fenomena yang

terjadi di lingkungan sekitar mereka. Berdasarkan data sekunder yang

didapat dari studi dokumentasi peneliti mengenai tingkat pendidikan

di Kelurahan Medang,

Warga Kelurahan Medang bila ditinjau dari tingkat literasi

sudah memiliki pendidikan yang baik oleh sebab itu tidak ada lagi

warga yang buta huruf. Hal ini juga dipengaruhi oleh tersedianya

sarana pendidikan di wilayah Kelurahan Medang. Saat ini warga juga

tingkat pendidikan

SMA 3277

Akademi/D1 – D3 1134

Sarjana 973

Pascasarjana 108

0500

100015002000250030003500

Diagram 4.1 Tingkat Pendidikan

Warga Kelurahan Medang

Page 80: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

62

dapat dengan mudah mendapat informasi di era digital seperti saat ini.

Jaringan komunikasi di Kelurahan sangat baik hal ini dipengaruhi juga

oleh lokasi Kelurahan Medang yang di tengah-tengah perkotaan hal

ini berdasarkan hasil observasi peneliti.

Pengetahuan warga Medang mengenai keberadaan pengungsi

Internasional di lingkungan mereka pada awalnya tidak diketahui. Hal

ini karena pada kedatangan pertama para pengungsi di lingkungan

Kelurahan Medang. Awalnya mereka menganggap para pengungsi

seperti orang asing yang tinggal disekitar mereka tanpa mengetahui

status atau latar belakang keberadaan Pengungsi Internasional di

lingkungan Medang.

“Tentu tahu, pertama kali lihat di daerah summarecon – di

ruko-ruko. Awalnya Cuma mikir banyak bule, saya tidak tahu

kalo mereka itu imigran, baru tahu setelah banyak informasi

kalau mereka itu pengungsi (Zu 2019).”

“Awalnya karena kita, khususnya saya tidak tahu kalau

mereka itu imigran ya kita sangkanya bule aja gitu. Habis dari

perwakannya putih-putih, hidung mancung tinggi ya beda lah

sama kita orang kampung (Rm 2019).”

Warga kelurahan Medang baru mengetahui tentang Pengungsi

Internasional ketika pemerintah Medang bekerja sama dengan IOM

melakukan sosialisasi dan menjalin interaksi antara warga dengan para

pengungsi internasional. Informasi yang didapat warga Medang

biasanya berupa kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pemerintah

Medang dan IOM, atau informasi yang tersebar dari mulut ke mulut.

“Tahu, karena pertama saya tahu keberadaan mereka itu

ketika Binwil dan saya pernah mengikuti salah satu kegiatan

yang diadakan kelurahan medang atas kerja sama dengan

IOM kalau tidak salah waktu itu acara hari migran. Saya dan

kader PKK lainnya diundang untuk menghadiri acara tersebut.

Di acara tersebut saya bisa tahu tentang kedatangan mereka

kesini (Indonesia), kemudian mereka juga menampilkan

nyayian dan tarian negara mereka. Dan juga disuguhkan

masakan khas mereka (Ss 2019).”

“sudah tahu karena banyak info dari teman-temannya saya.

Saya sampai bisa tahu mereka dari mana ya karena informasi

dari teman-teman saya sesama grabcar (Utama 2019).”

Page 81: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

63

“Sebelumnya tidak tahu kalau mereka itu imigran, tau nya

bule biasa aja yang tinggal di summarecon. Terus mereka kan

pernah ikut kerja bakti sama warga sini, dapat informasi kalau

mereka itu imigran dari pegawai IOM yang dampingin

mereka waktu kerja bakti disini. Mereka itu kesini karena

negara mereka tidak aman, banyak perang. Jadi mereka cari

tempat berlindung (Sh 2019).”

Selain kegiatan yang diadakan saat Hari Refugee Internasional,

beberapa kegiatan juga diadakan atau diikuti oleh para Pengungsi

Internasional seperti kegiatan pada hari Kemerdekaan Indonesia, kerja

bakti, atau pengabdian masyarakat yang dikoordinir oleh IOM dan

Kelurahan Medang. Hal ini bisa dilihat dari laman media sosial IOM

Indonesia (http://www.m.facebook.com/IOMindonesia), dalam laman

tersebut terdapat beberapa foto kegiatan yang melibatkan para

pengungsi internasional dengan warga Medang, hal ini membuktikan

bahwa ada upaya yang dilakukan IOM Indonesia dengan Pemerintah

Kelurahan Medang untuk menjalin relasi antara warga Medang dengan

pengungsi internasional. Kegiatan lainnya adalah Pengabdian

Masyarakat oleh pengungsi intenasional bertujuan untuk saling

bertukar informasi atau pengetahuan antara warga Medang dan

Pengungsi Internasional. Beberapa pengungsi internasional menjadi

tenaga ajar di salah satu PAUD di RW 005 yakni PAUD Teratai,

mereka berbagi dan mengajarakan bahasa inggris dan bahasa arab untuk

anak-anak maupun orang dewasa,

“Bangunan Paud ini juga dibantu oleh IOM, untuk perluasan

kelas dan alat-alat seperi papan tulis dan meja. Untuk tenaga

ajar, guru-guru di Paud ini dibagi menjadi dua, kalau hari-hari

itu sama Ibu tika dan Pak Amin, terus setiap hari rabu itu dari

IOM – dari para imigran mereka juga didampingi oleh pihak

IOM (Sarminah 2019).”

Dari beberapa sumber informasi yang didapat oleh warga

Medang menjadi salah satu aspek penting untuk mengetahui respon dan

persepsi warga Medang terhadap keberadaan pengungsi internasional.

Dilihat dari data yang didapat, pengetahuan menjadi faktor dominan

Page 82: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

64

yang dapat mempengaruhi proses pembentukan persepsi warga

Medang.

2) Kebutuhan

Kebutuhan menjadi faktor penggerak terjadinya suatu interaksi

dan penjalinan relasi antar dua belah pihak. Manusia adalah makhluk

sosial, interaksi menjadi kebutuhan sosial bagi manusia di

kesehariannya. Dalam penelitian ini, peneliti mencari tahu persepsi

Warga medang terhadap pengungsi internasional. Kebutuhan untuk

berinteraksi distimulus oleh beberapa faktor yang terindera dan dapat

menarik perhatian seseorang, seperti fisik, bahasa, dan gaya hidup. Hal

yang menjadi penarik perhatian utama dalam interaksi antara warga

medang dan pengungsi internasional adalah perbedaan fisik. Perbedaan

fisiologis tersebut juga menarik perhatian peneliti untuk mencari tahu

lebih lanjut tentang para pengungsi internasional. Informan dalam

penelitian ini rata-rata tertarik dengan keberadaan pengungsi

internasional berdasarkan apa yang mereka lihat, perbedaan fisik

menjadi hal utama.

“Yang paling jelas penampilan mereka, banyak yang

wajahnya seperti orang Arab. Awalnya saya kira Cuma

sedikit ternyata banyak juga (Sr 2019).”

“Ya mereka beda, secara fisik. Yang perempuannya cantik-

cantik begitu pula yang laki-laki ganteng-ganteng. Kayaknya

kebanyakan dari daerah Arab sana ya tapi juga ada yang kulit

hitam (Ss 2019).”

“Yang ada dipikiran saya saat itu hanya sebatas orang asing,

berkulit gelap, memiliki perawakan yang beda dari kita.

Secara fisik intinya berbeda (Fa 2019).”

Perbedaan fisik yang dilihat oleh para informan menjadi informasi

pertama yang mereka dapat sebelum ada informasi tambahan berupa

kegiatan atau informasi yang disampaikan langsung oleh Pemerintah

Medang maupun IOM. Terdapat beragam respon warga Medang dalam

menyikapi perbedaan fisik anatara mereka dan pengungsi internasional.

Ada yang menyikapi secara biasa apa pula yang cenderung menarik diri

karena penampilan para pengungsi internasional.

Page 83: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

65

“Awalnya karena sebelumnya tidak tahu kalau mereka

imigran tapi setelah melihat jumlah mereka ya agak kaget,

mereka berkelompok gitu.

“Yang bikin agak takut imigran yang berkulit hitam, karena

badannya tinggi-tinggi. Ada juga yang kaya orang india, dan

kalau yang putih-putih yang kaya arab itu masih mending,

tapi ya mereka diam saja, tidak ada tegur-tegur ke kita. Baru

setelah kerja bakti baru mau berbaur (Sh 2019).”

“Habis dari perwakannya putih-putih, hidung mancung tinggi

ya beda lah sama kita orang kampung. Pas tahu mereka itu

imigran/pengungsi dari palestina karena dikasih tahu sama

pak lurah. Seneng aja kita neng, bulenya ganteng-ganteng

soalnya. Tapi saya jarang sekali lihat bule yang

perempuannya (Rm 2019).”

“Sejauh ini tidak ada ya, tapi awalnya saya agak takut sama

bule yang hitam-hitam itu, sudah hitam, tinggi, besar-besar

lagi badannya. (Rm 2019).”

Beberapa warga merasa terancam dengan perbedaan fisik orang-

orang berkulit hitam, meski pada awalnya mereka cenderung waspada

terhadap pengungsi internasional yang berkulit hitam. Tetapi cara

pandang mereka terhadap para pengungsi berkulit hitam berubah karena

seiring waktu berjalan. Tanggapan warga Medang terhadap pengungsi

bekulit hitam pun beragam, ada yang dapat menerima perbedaan

tersebut dengan baik, tetapi ada juga warga yang tetap waspada dengan

keberadaan/kehadiran pengungsi berkulit hitam di lingkungan mereka.

“Sejauh ini tidak ada ya, tapi awalnya saya agak takut sama

bule yang hitam-hitam itu, sudah hitam, tinggi, besar-besar

lagi badannya. Tapi karena tiap hari lihat mereka wara-wiri

disini jadinya sudah tidak takut lagi. kekhawatiran mereka

ganggu yang penting mereka bisa jaga sikap aja, kan mereka

tinggal di kampung orang masa iya mereka mau seenaknya

bertingkah. Pokoknya harus bisa menghormati kita selaku

warga sini. Tidak ganggu saat ada acara-acara di kampung

sini. Ya sadar diri saja merekanya (Rm 2019).”

“Yang bikin agak takut imigran yang berkulit hitam, karena

badannya tinggi-tinggi. Ada juga yang kaya orang india, dan

kalau yang putih-putih yang kaya arab itu masih mending,

tapi ya mereka diam saja, tidak ada tegur-tegur ke kita. Baru

setelah kerja bakti baru mau berbaur (Sh 2019).”

Page 84: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

66

Selain perbedaan fisik, hal lain yang menarik perhatian warga

Medang adalah bahasa dan gaya hidup. perbedaan bahasa menjadi salah

satu penghambat/kendala warga Medang untuk berinteraksi, tapi di sisi

lain perbedaan ini menjadi salah satu faktor terjalinnya suatu interaksi

dan hal positif bagi warga Medang dan juga bagi pengungsi

internasional.

“Kalo berinteraksi ya cuma bisa pakai bahasa tubuh awalnya,

karena saya tidak paham bahasa inggris, tapi kalau sekarang

sudah sedikit-sedikit bisa, mereka juga sudah bisa pakai

bahasa inggris. Kadang mereka juga suka menyapa warga

disini, meski ada juga yang tidak (Sh 2019).”

“Saya juga agak canggung untuk berkomunikasi karena

keterbatasan bahasa. Jadi ya, pakai bahasa tubuh. Ketika

kedatangan kedua, ibu Omed didampingi suaminya, kalau

suaminya masih bisa berbahasa Indonesia meskipun sedikit,

dan kita juga dibantu oleh bidan Kelurahan karena beliau bisa

berbahasa Inggris. Tapi kalau ibu Omed sendiri lebih banyak

diam, mungkin juga sama karena terbatas bahasa. Tapi kalau

saya bertemu dengan dia pasti dia nyapa (Ss 2019).”

Perbedaan fisik dan bahasa sudah tidak lagi menjadi penghambat

warga Medang untuk mendapat informasi lebih lanjut tentang para

pengungsi. Kebetuhan warga Medang akan informasi tentang

keberadaan pengungsi internasional lambat laun semakin banyak

sehingga tercipta pemahaman dan toleransi antar dua belah pihak.

“Sering sekali, setidaknya seminggu dua kali pasti dapet

order dari imigran. Kemarin minggu saya nganter pengungsi-

pengungsi perempuan. Sampai yang paling jauh dari Medang

ke Kelapa Gading (Zu 2019).”

“Lumayan sih, mereka kan suka belanja disini. Gas dan telur

saya laku sama mereka,mungkin karena warung saya tidak

terlalu jauh dari dormitorio. Banyak juga yang ngontrak di

kontrakan sini. Bahkan sampe ada yang bangun kontrakan

baru (Rm 2019).”

Kebutuhan lainnya selain informasi adalah kebutuhan ekonomi

bagi warga Medang. Kehadiran pengungsi internasional di wilayah

Kelurahan Medang meningkatkan nilai ekonomi bagi warga Medang.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para pengungsi internasional

Page 85: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

67

selain dari bantuan logistik yang diberika IOM, pemenuhan kebutuhan

mereka dapat diperoleh (dibeli) dari warung atau toko terdekat.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, terdapat beberapa pengungsi

internasional yang mengontrak rumah dan beberapa kali peneliti

membantu pengungsi internasional menjadi translator bagi penjual

ketika pengungsi internasional hendak berbelanja. Hal ini menjadi nilai

positif bagi warga Medang, selain dapat memperluas pengatahuan tapi

juga meningkatkan nilai ekonomi mereka.

3) Pengalaman Masa Lalu

Memori menjadi satu faktor kuat dalam mempersepsi seseorang

atau peristiwa yang terjadi di lingkungan sosial. Pengalaman masa

lalu yang tersimpan dalam memori akan kembali dibuka untuk

memberikan penilaian terhadap apa yang dilihat oleh seseorang.

Peneliti menemukan bahwa warga Medang belum pernah bertemu

ataupun berinteraksi dengan imigran (pengungsi/pencari suaka)

sebelumnya.

“Belum pernah sama sekali, baru tau ini aja ketika ada

pengungsi dari IOM ini. Itu pun tahu karena informasi dari

IOM bahwa mereka akan tinggal berdampingan dengan kita

warga sini. Sebelumnya ibu kurang paham, ibu kira Cuma

bule biasa, tapi karena banyak ya lumayan bikin penasaran,

setelah penjelasan ketika ibu bertemu dengan IOM waktu lalu

baru ibu paham. Dan mengajak warga sini juga ikut berbaur

dan saling bantu-membantu (Sr 2019).”

“Saya Cuma sekedar tahu dari berita. Kalau bertemu orang

asing sering, tapi saya tidak tahu dia itu pengungsi atau

bukan. Kalau yang sampai tahu kalo itu imigran ya baru tahu

yang di lingkungan sini (Zu 2019).”

“Selain di Medang tidak pernah, pernahnya warga negara

asing tapi tidak tahu mereka itu pengungsi internasional atau

bukan (Fa 2019).”

“Sebelumnya tidak tahu kalau mereka itu imigran, tau nya

bule biasa aja yang tinggal di summarecon. Terus mereka kan

pernah ikut kerja bakti sama warga sini, dapat informasi kalau

mereka itu imigran dari pegawai IOM yang dampingin

mereka waktu kerja bakti disini. Mereka itu kesini karena

Page 86: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

68

negara mereka tidak aman, banyak perang. Jadi mereka cari

tempat berlindung (Sh 2019).”

Pengalaman baru yang mereka rasakan membentuk sebuah

memori tentang apa yang mereka lihat, mereka rasakan, dan

mereka pahami sehingga dapat memberikan satu penilaian

tentang hal tersebut dikemudian hari. Informasi yang mereka

dapat menjadi pedoman tentang bagaimana mereka menyikapi

dan menanggapi suatu perubahan yang terjadi di lingkungan

mereka tinggal baik tanggapan positif atau negatif, tergantung

pada bagaimana masyarakat menilai perubahan atau fenomena

baru di lingkungan mereka.

4) Agama yang dianut

Sebagai suatu hal yang paling mendasar dalam diri manusia,

agama seringkali menjadi dasar pertimbangan seseorang untuk

memahami dan menilai sesuatu. Agama diturunkan secara turun

temurun melekat dalam diri seseorang dan menciptakan pola hidup

yang berbeda-beda. Baik islam atau kristen memiliki perbedaaan pola

hidup yang berbeda, mulai dari kebiasaan, kegiatan, dan cara

berpakaianpun berbeda.

Kelurahan Medang merupakan kelurahan dengan penduduk yang

mayoritas beragama Islam. Islam tumbuh dengan baik di Kelurahan

Medang dengan segala macam perbedaan baik suku, adat, budaya,

maupun agama. Warga Medang hidup berdampingan dengan saling

menghormati satu sama lain, begitupula terhadap pengungsi

internasional. Mereka saling menjaga prinsip dan menghormati

perbedaan satu sama lain.

“Biarpun mereka itu agamanya berbeda – seperti Sanu dari

Srilanka yang beragama Hindu, dia adalah salah satu imigran

yang ikut mengajar di Paud sini. Ya tidak jadi masalah

selama dia tidak mengajarkan agama dia, menghormati

agama kita. Ya intinya tidak sampai mengganggu akidah kita

(Sr 2019).”

“Ya tentu tidak, sebenarnya yang jadi kendala itu kan bahasa

yang berbeda, jadi sulit untuk tegur sapa. Sebenarnya kalau

Page 87: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

69

saya bisa bahasa mereka, saya ingin sekali berkomunikasi

dengan mereka. Berteman dengan siapa saja, asal tidak

merusak akidah. Kayaknya tidak hanya islam yang

mengajarkan tentang kebersamaan dalam keberagaman,

bergaul dengan sama siapa saja (Fa 2019).”

“Sebenarnya kita menerima mereka asal mereka

menghormati agama mayoritas disini. Jangan sampai mereka

ikut campur dalam akidah kita, mengajarkan agamanya atau

menyebarluaskan. Jika mereka menghargai keyakinan kita

begitu pula sebaliknya. Saya pribadi tidak masalah dengan

agama apapun selama bisa saling paham satu sama lain

tentang bahasan terkait keyakinan, seperti dalam Alquran

lakum diinukum waliadiin. Saat bergaul atau bersosialisasi

pun begitu, kita yang muslim harus menghargai mereka yang

beragama minoritas (Ss 2019).”

“Dalam islam juga kan tidak ada yang namanya mengotak-

kotakan, semua kan ciptaanya Allah, terlepas dari simbol

agama, atau bentuk fisik harus saling membantu, saling

menghormati, saling menghargai. Apalagi kitadi Indonesia,

negara keragaman, banyak suku budayanya jadi ya untuk

menerima pendatang baru ya sebenarnya tidak susah, asal

mau saling menghormati satu sama lain (Zu 2019).”

Meski saling menjaga satu sama lain, kekhawatiran akan

terganggunya kenyamanan beribadah dirasakan oleh beberapa warga.

Hal ini terjadi bukan lagi karena perbedaan tetapi muncul beberapa

isu di masyarakat seperti terorisme, kristenisasi, atau pelecehan.

Namun terlepas dari isu-isu tersebut, warga Medang tetap menghargai

perbedaan antara mereka dan pengungsi internasional.

“Oh iya neng, tahu tidak kalau ada kristenisasi di wilayah

dormitorio. Jadi mereka (pengungsi) itu dijanjiin bakalan

dikasih uang lima ratus ribu per bulan dan sembako kalau

mereka mau dibaptis dan masuk kristen. Kan rata-rata

pengungsi itu dari daerah timur sana yang notabene nya

muslim, macam Afghanistan. Ini saya tahu informasi dari

sesama driver ditambah cerita-cerita warga sekitar. Saya

khawatirnya orang-orang yang ajak mereka masuk kristen

(misionaris) sampai melakukan hal yang sama ke warga medang, kan jadinya mengganggu kenyamanan warga yang

mayoritasnya islam (Zu 2019).”

Page 88: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

70

Informasi tersebut menjadi temuan yang didapat saat

melakukan wawancara, informasi ini yang cukup sensitif karena

menyinggung masalah agama. Memang praktik misionaris ini

hanya menargetkan pengungsi internasional, tapi tetap ada

kekhawatiran hal tersebut dapat mengganggu kenyamanan

beribadah khususnya bagi masyakarat muslim di Kelurahan

Medang.

B. Faktor Struktural

Sedangakan faktor struktural lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal

meliputi lingkungan, keluarga, hukum yang berlaku, nilai dalam

masyarakat, dan budaya.

1) Lingkungan

Lingkungan menjadi wadah masyarakat dalam berinteraksi –

bersosialisasi satu sama lain. Kerukunan antar warga terjalin di

lingkungan sosial mereka, bagaimana masyarakat membuat

kesepakatan satu sama lain, saling menjaga, menghormati,

melindungi satu sama lain, dan membuat keputusan bersama.

Lingkungan memiliki andil dalam membentuk persepsi dan

membetuk sikap seseorang, hal ini disebabkan oleh adanya peraturan

yang berlaku di masyarakat. Kesepadanan menjadi faktor kuat

seseorang dalam menilai sesuatu.

Sebagai warga negara Indonesia yang menganut paham

ketimuran, Kelurahan Medang dengan berbagai macam suku dan

budaya berbaur menjadi satu dan saling membantu dan menghormati

satu sama lain. Hal ini dinyatakan oleh beberapa informan terkait

perbedaan dan pengaruh lingkungan terhadap pandangan mereka akan

sesuatu,

“Tentunya pasti berbeda, ada yang open minded terhadap

keberadaan mereka ada juga yang acuh. Tapi sepertinya

warga perumahan lebih individual ketimbang warga

kampung Medang atau kampung Kandang, jadi tidak begitu

khawatir dengan keberadaan mereka, asal ya mereka respek

dengan kita dan tidak berlaku macam-macam. Dan juga

Page 89: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

71

imigran/pengungsi itu lebih banyak beraktifitas atau

berinteraksi dengan warga sana karena lokasi tempat tinggal

mereka yang tidak jauh. Kalau di Perumahan hanya beberapa

saja yang berinteraksi, itu pun karena imigran yang datang ke

masjid Umaamah untuk sholat berjamaah (Ss 2019).”

“Kayaknya sama saja kayak saya, awalnya bingung ini

kenapa jadi banyak bule disini. Tapi lama-lama jadi biasa

dengan kehadiran mereka disini, toh mereka juga tidak

macam-macam disini (Rm 2019). “

“Begitu juga buat imigran, kita akan terbuka jika mereka juga

mau berbaur, mau sama-sama menghormati satu sama lain,

mau menjaga keamanan dan kenyamanan satu sama lain.

Yang penting tidak memulai masalah dengan warga sini (Sh

2019).”

Menjadi salah satu bagian masyarakat, keberadaan para

pengungsi tidak luput dari pertanyaan-pertanyaan terkait kedatangan

mereka. Belum lagi muncul isu-isu yang menuai pro dan kontra

Warga Medang. Beberapa informan khawatir keberadaan mereka

mengganggu kenyamanan dan keamanan lingkungan mereka. Tapi

beberapa informan lainnya mencoba untuk memahami isu tersebut

sebelum mengutarakan ketidaknyamanan akan kehadiran pengungsi

inetrnasional di sekeliling mereka.

“Untuk nyaman dan amannya, selama mereka taat dan tertib

terhadap peraturan yang ada – baik yang mereka miliki

ataupun peraturan dari lingkungan kami, tidak masalah.

Intinya, mereka harus respect terhadap masyarakat lokal,

begitu pula sebaliknya. Sama-sama tidak mengganggu

kenyamanan. (Fa 2019)”

“Tidak begitu, asal mereka mau berbaur dan berlaku baik

kepada kita. Sama-sama saling menjaga, menghargai, dan

menghormati kita sebagai tuan rumah. Asal jangan sampai

merusak atau ikut campur sama agama saja (Ss 2019).”

“Sebenarnya ya cukup khawatir, kita menerima mereka asal

mereka mau menghormati kita sebagai warga asli sini,

mereka mau menjaga keamanan dan kenyamanan bagi

bersama. Dan juga yang paling penting asal mereka itu tidak

merusak nilai-nilai dan keyakinan agama kita aja. Kan sama-

sama manusia ya harus saling membantu dan menghormati.

Syarat ibu ya Cuma satu, ketika mereka berbaur mereka tidak

mengajarkan agama merekadan merusak agama kita disini

(Sr 2019).”

Page 90: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

72

2) Keluarga

Menjadi sebuah sistem terkecil di masyarakat dan sebagai

wadah pertama dimana seseorang belajar untuk bersosialisasi, dan

antar anggotanya memiliki ketergantungan satu sama lain. Keluarga

memiliki peran penting dalam pembentukan diri seseorang.

Bagaimana pola asuh menciptakan karakter dan cara berpikir

seseorang akan sesuatu. Keluarga menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang. Hal ini disebabkan oleh pola asuh,

prinsip, kebiasaan, nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua, adat

dan budaya sesuai suku asal sebuah keluarga.

Keseragaman persepsi mungkin terjadi dalam sebuah keluarga,

dalam hal keberadaan pengungsi internasional di Kelurahan Medang,

setiap informan memiliki pendapat yang berbeda mengenai keluarga

dalam menilai keberadaan pengungsi internasional,

“Kurang tahu ya, sepertinya ya sama saja. Asal mereka tidak

mengganggu kenyamanan saja dan mau patuh dengan

peraturan yang mereka harus patuhi selama ada disini (Ss

2019).”

“Ya pastinya sama, kaget sebagaimana reaksi saya (Sh 2019).”

Dalam sebuah keluarga seringkali terjadi kesamaan dalam

menilai atau memandang suatu hal. Namun hal tersebut tidak selalu

terjadi di dalam sebuah keluarga, terdapat beberapa hal yang

memungkinkan terjadi perbedaan dalam mempersepsi sesuatu antar

anggota keluarga.

“Tidak sama sekali. Karena baik orang tua atau saudara-

saudara saya memiliki kebebasan untuk menilai, memandang,

dan menyikapi suatu hal (Fa 2019).”

3) Hukum

Hukum menjadi salah satu komponen dalam masyarakat.

Menjadi aturan dalam kehidupan masyarakat, hukum tidak bisa lepas

dari setiap aspek kehidupan sehari-hari. Hukum dibuat untuk menjadi

pelindung, dan penegak keadilan.

Page 91: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

73

Hukum dibuat baik oleh pejabat daerah maupun masyarakat atas

hasil musyawarah untuk menciptakan lingkungan yang aman dan

nyaman bagi masyarakat. Hukum berisi aturan, larangan, dan sanksi

yang berikan bagi setiap pelanggar. Dalam masyarakat hukum

biasanya diketahui oleh semua masyarakat sebagai satu batasan

mereka dalam bertindak.

Terkait dengan keberadaan pengungsi internasional, terdapat

beberapa hukum dan Undang-Undang yang mengatur tentang

Pengungsi Internasional di Indonesia. Dalam pelakasanaannya

Undang-Undang No 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian digunakan

untuk menangani keberadaan Pengungsi Internasional selama berada

di Indonesia. Penanganan tersebut mengacu pada Pasal 1 ayat 9, Pasal

10, dan Pasal 13 tentang pengaturan orang asing.

Terdapat batasan-batasan yang dimiliki oleh pengungsi

internasional selama mereka mengungsi di Indonesia, diantaranya

adalah tidak boleh bekerja, tidak boleh menikah dengan warga negara

Indonesia, dan tidak mendirikan usaha/bisnis selama masa

pengungsian. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Lurah Medang

Bapak Rizki Rizani Fachzi,

“Mereka datang kesini itu untuk mencari suaka, bukan berarti

mereka bisa bekerja, karena mereka memang punya larangan

bekerja, menikah dan sebagainya. Jadi mereka tidak boleh

melanggar larangan tersebut (Fachzi 2019).”

Beberapa hal yang terdapat dalam hukum tersebut pun diketahui oleh

beberapa Warga Medang yang diwawancarai oleh peneliti,

“Pas sampai disini mereka harus mencari lagi orang yang

mau bantu mereka buat tinggal disini. Untung kelurahan

medang mau bantu ya, saya pernah dengar kalau mereka

tinggal disini itu ada yang biayain. Organisasi apa gitu, ibu

lupa. Jadi organisasi itu bantu mereka, ngasih mereka tempat

tinggal – itu neng dormitorio itu fasilitas yang dikasih

organisasi itu, terus diberi uang saku sama mereka, dikasih

bahan makanan. Sudah enak sekali ya neng. Tapi mereka disini tidak bisa cari kerja katanya, soalnya tidak

diperbolehkan katanya (Rm 2019).”

Page 92: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

74

“Kalau itu saya kurang tahu neng. Yang saya tahu Cuma

sebatas mereka tidak diizinkan untuk bekerja disini aja (Zu

2019).”

Terlepas dari penjabaran hukum mengenai keberadaan

pengungsi internasional di Indonesia, hal yang paling penting dari

adanya hukum tersebut adalah menciptakan dan menjaga keamanan

serta kenyamanan bagi masyarakat, sebagaimana tujuan hukum secara

universal yakni menciptakan ketertiban, kedamaian, ketentraman,

kesejahteraan, dan kebahagiaan dalam tatanan lingkungan masyarakat.

“Untuk undang-undang dan hukum yang jelasnya tidak tahu,

pasal berapa ayat berapanya saya tidak tahu. Tapi saya yakin

mereka punya peraturan yang harus dipatuhi selama mereka

ada di Indonesia. Dan saya berharap mereka patuhi, agar

tidak terjadi kekacauan, agar kami sebagai warga sini bisa

merasa aman dan nyaman (Ss 2019).”

“Saya kurang tahu kalu tentang Hukum dan Undang-undang.

Ya semoga saja mereka mentaati hukum dan peraturan yang

dibuat pemerintah. Kan jika mereka taat aturan, kita sebagai

warga asli sini kan merasa aman dan nyaman (Sh 2019).”

Warga Medang berharap meski dengan adanya pengungsi

internasional di lingkungan mereka, hukum yang berlaku dapat

ditegakan dengan baik agar tercipta lingkungan yang kondusif, aman

dan nyaman bagi kedua belah pihak. Dengan begitu warga Medang

dapat terus membangun interaksi positif dengan para pengungsi

internasional.

4) Nilai dan Norma

Nilai dan norma menjadi pedoman perilaku dalam masyarakat.

Sebagaimana fungsinya, nilai dan norma memberikan kriteria tertentu

mengenai baik atau buruknya suatu hal. Dalam bermasyarakat nilai

dan norma terbentuk dari kebiasaan yang telah turun-temurun

dilakukan. Gotong-royong, kerja sama, persaudaraan, rasa

kekeluargaan yang erat, dan ketertiban menjadi nilai dan norma yang

paling sering ditemukan dalam masyarakat.

Page 93: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

75

Nilai menjadi hal penting bagi masyarakat, hal ini kemudian

diaktualisasikan dalam bentuk norma-norma berikut dengan sanksi-

sanksi yang diberikan bila melanggar nilai dan norma yang telah

disepakati bersama. Keteraturan menjadi tujuan dibentuknya nilai dan

norma di masyarakat, bagaimana nilai dan norma mengatur setiap

perilaku warga untuk senantiasa menjaga keharmonisan lingkungan

sosialnya. Dalam wawancara dengan beberapa informan dapat

diketahui bahwa di lingkungan Kelurahan Medang masih

mempertahankan nilai gotong-royong, nilai ini menjadi salah satu

nilai yang dominan bagi warga Medang, hal ini diketahui dengan

kesamaan data antara informan satu dengan lainnya,

“Nilai seperti gotong-royong tentunya masih ada, saling

menjaga dan membantu satu sama lain. Untuk

mempengaruhi penilaian saya, mungkin sedikit berpengaruh.

Karena sudah menjadi kebiasaan kali ya, jadi tolong

menolong itu berlaku untuk siapa saja, terlebih mereka yang

mengungsi disini (Fa 2019).”

“Nilai yang masih dijaga adalah gotong royong, disini

meskipun berbeda – berbeda suku atau agama kita semua

bekerja sama saat kerja bakti. Kita berbaur baik saat ada

kematian atau hajatan (Ss 2019).”

Selain nilai gotong-royong, nilai lainnya yang terdapat di

lingkungan Kelurahan Medang adalah nilai keberagaman, dan saling

menghormati satu sama lain, hal ini disampaikan oleh Bapak Lurah

Medang saat menghadiri acara di Kedutaan Besar Amerika di

Indonesia,

“Khususunya di Indonesia kemarin ketika saya menjadi

keynote speaker di Kedutaan, ternyata Kelurahan Medang

Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang Provinsi

Banten ini, kami yang lebih aman, kami yang lebih nyaman,

dan kami yang lebih terorganisir, keberagamannya diterima

oleh masyakarat, penerimaan oleh masyakarat,

keberimbangannya antara mereka berbaur dengan

masyakarat, mereka mengisi waktu di masyarakat, bergotong

royong dengan masyarakat, hanya Kelurahan Medang yang

mempunyai keberagaman tersebut dan juga ada jadwal-

jadwal kegiatan untuk mereka bisa bergabung dengan

masyarakat (Fachzi 2019).”

Page 94: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

76

Nilai-nilai kebersamaan dan keberagaman jelas terlihat di

lingkungan Kelurahan Medang. Berdasarkan hasil observasi pada

tanggal 5 Juni 2019, hal ini dapat dilihat saat Sholat idul fitri maupun

idul adha, semua suku bercampur di satu tempat saling sapa dan

berjabat tangan, bukan lagi antar suku indonesia tapi juga dengan para

pengungsi internasional yang beragama islam. Untuk melihat

keabsahan data yang didapat, peneliti melakukan triangulasi dengan

menggunakan teknik triangulasi sumber. Berdasarkan data yang

didapat, hal ini menunjukan bahwa adanya kesesuaian data antara data

yang didapat dari wawancara dan data observasi tentang nilai

kebersamaan dan keberagaman yang terjadi antara warga Medang

dengan Pengungsi internasional.

Bukan lagi menjadi pembatas untuk berinteraksi dan

bersosialisasi, nilai-nilai dan norma yang dimiliki warga Medang

menjadi penggerak untuk saling bergantung dan membantu satu sama

lain. Hal ini tidak terbatas hanya kepada pendatang dari daerah lain

tapi juga kepada para pengungsi internasional yang tinggal

berdampingan dengan mereka,

“Ya tentu tidak, para imigran pun mau melibatkan diri dalam

kegiatan kerja bakti. Bahkan saya lihat mereka lebih antusias,

saya pernah lihat imigran yang membantu DKM Umaamah

yang kerja bakti membersihkan lingkungan masjid, dia

bahkan tidak ragu untuk membersihkan selokan. Disitu saya

merasa salut sekaligus senang mereka mau berbaur dengan

kami (Ss 2019).

5) Budaya

Berasal dari bahasa Sanksekerta yakni Buddhaya yang memiliki

arti segalahal yang berhubungan dengan akal dan budi manusia.

Budaya menjadi sebuah cara hidup atau gaya hidup yang berkembang

serta dimiliki oleh sebuah kelompok yang kemudian diwariskan

secara turun-temurun. Budaya tercipta dari unsur-unsur kompleks

yang didalamnya terdapat nilai adat, sistem agama dan politik.

Sebagai sebuah pola hidup budaya mengatur tentang apa yang harus

Page 95: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

77

dilakukan dan mengatur tingkah laku manusia dalam berinteraksi satu

sama lain.

Kelurahan Medang merupakan wilayah yang memiliki berbagai

macam budaya dari berbagai suku. Menjadi wilayah yang

penduduknya heterogen, keberagaman dan penerimaan satu sama lain

menjadi suatu hal yang paling sering ditemukan di wilayah ini.

Keterbukaan dengan budaya dan suku baru menjadi proses utama

dalam lingkungan warga Medang. Dengan adanya keterbukaan satu

sama lain akan tercipta lingkungan yang harmonis karena warganya

saling menghargai, menghormati, dan tolong-menolong satu sama lain.

hal ini seperti yang diutarakan oleh beberapa informan,

“Dulu mungkin hanya ditinggali oleh masyarakat asli

Medang dengan latar belakang suku sunda, jawa, bima, dan

batak. Tapi sekarang, bisa lihat sendiri ada dari papua hingga

pengungsi internasional yang dari luar indonesia tinggal

disini bersama masyarakat. Sebagai masyarakat Medang,

saya pribadi menerima kedatangan mereka yang memiliki

itikad baik (Fa 2019).”

“Latar belakang suku budaya tidak berpengaruh lagi terhadap

penilaian saya. karena sebelumnya saya pernah tinggal

bersama orang-orang dengan latar belakang budaya dan suku

yang berbeda dari dalam maupun luar indonesia. Karena

tinggal bersama itu saya bisa memahami sifat dan karakter

dari masing-masing suku atau budaya. Sehingga ketika saya

melihat pengungsi yang ada di medang ini, saya tidak

memandang mereka sebagai bahaya atau musuh, pandangan

itu muncul karena kita belum mengenal mereka (Fa 2019).”

“Disini sangat heterogen, macam-macam suku ada disini dan

bisa hidup berdampingan dengan harmonis. Karena kita

menjaga dan menghormati latar belakang budaya maupun

agama masing-masing. Dan lagi sudah banyak juga kost-

kostan di perumahan medang, jadi akan sangat

memungkinkan bagi pendatang baru untuk menetap disini

(Fa 2019).”

Perbedaan budaya, tidak lagi dinilai sebagai sebuah masalah di

wilayah Medang. Karena notabenenya Indonesia negara dengan

keragaman suku, budaya, dan bahasa dapat hidup berdampingan.

Perbedaan budaya dapat menjadi sarana untuk saling bertukar

Page 96: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

78

pengetahuan, hal ini yang terjadi di lingkungan Kelurahan Medang,

para warganya saling bertukar pengetahuan baik dengan suku lain

ataupun dengan para pengungsi internasional yang berasal dari negara

yang berbeda,

“Sejauh ini paling Cuma makanan khas mereka saja. Paling

mereka yang belajar budaya kita disini, lebih banyak mereka

yang mencoba untuk beradaptasi dengan budaya sini (Sr

2019).”

“Kalau untuk kebudayaan kayaknya tidak pernah, cenderung

mereka yang belajar ke kita. Contohnya saat tujuh belasan,

mereka mau ikut lomba panjat pinang – yang mereka belum

tahu itu apa. Mereka juga coba makan makanan kita. Kalau

saya malah belum pernah coba makanan mereka (Sh 2019).”

“Saya paling tahunya sekedar makanan saja yang berbeda.

Mereka banyak pakai rempah-rempah yang kita orang

indonesia tidak pakai. Kalau budaya yang kayak adat saya

tidak tahu, mereka juga tidak pernah cerita-cerita gimana

budaya mereka. Malah kayaknya mereka tertarik sama

keseharian kita orang Indonesia gimana. Waktu itu pernah

ibu ajak mereka ikut liwetan pas kerja bakti (Rm 2019).”

Sebagai salah satu unsur budaya, bahasa menjadi salah satu hal

pembeda dari satu suku dengan suku lainnya bahkan pembeda bagi

suatu negara dengan negara lainnya. Pertukaran pengetahuan yang

terjadi antara Warga Medang dengan pengungsi internasional tidak

hanya tentang gaya hidup masing-masing, tapi juga bahasa yang

digunakan sehari-hari. Khususnya para pengungsi internasional yang

menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar mereka, mulai

mempelajari bahasa sehari-hari yang digunakan oleh warga Medang

yakni bahasa Indonesia. Warga Medang dan pengungsi internasional

saling mengajari bahasa mereka, hal ini dilakukan agar mereka dapat

berinteraksi dengan baik. Inilah awal mula terjalinnya hubungan

kekeluargaan dalam wilayah Medang dengan keberadaan pengungsi

internasional. Meskipun beberapa warga masih kesulitan dan merasa

canggung berada di sekitar pengungsi internasional karena

keterbatasan bahasa, lambat laun mereka terbiasa berinteraksi dengan

Page 97: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

79

para pengungsi internasional. Seperti yang dikemukakan oleh

beberapa informan,

“Mereka baik-baik, kadang saya suka tertawa ketika mereka

belajar bahasa indonesia, begitu juga sebaliknya mereka juga

banyak mengajarkan kosakata dalam bahasa inggris (Sh

2019).”

“Jujur saya tidak paham bahasa bule jadi ya kalau ngobrol

pakai bahasa isyarat. Tapi bulenya sudah ada yang bisa

bahasa indonesia, meskipun sedikit tapi kenapa saya rasanya

senang sekali ya. Bangga aja gitu bule mau belajar dan baur

sama orang kampung sini (Rm 2019).”

Page 98: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional
Page 99: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

80

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan hasil penelitian yang telah

dilakukan. Hasil yang didapat kemudian dikaitkan dengan kerangka berpikir yang

sebelumnya telah dirancang oleh peneliti dalam bab 2. Dalam kerangka berpikir,

dijelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat membentuk persepsi

seseorang. Persepsi menjadi sebuah proses yang terjadi dalam diri seseorang yang

memiliki tujuan untuk mengetahui, memahami, dan mengevaluasi suatu objek atau

fenomena. Saat mempersepsikan suatu fenomena atau objek, persepsi yang

terbentuk akan berbeda antara satu individu dengan yang lainnya. Sebab persepsi

merupakan penilaian individu sebagai sebuah bentuk respon seseorang terhadap

suatu stimulus yang terjadi di sekitarnya.

Perbedaan persepsi terjadi karena adanya berbagai faktor yag

mempengaruhinya. Secara garis besar perbadaan tersebut dipengaruhi ileh dua

faktor yakni faktor fungsional dan faktor fungsional. Faktor fungsional merupakan

faktor yang sifatnya personal – subjektif meliputi pengetahuan atau latar belakang

pendidikan, kebutuhan, usia, pengalaman masa lampau, kepribadian, jenis kelamin,

serta agama yang dianut. Sedangakan faktor struktural lebih dipengaruhi oleh faktor

eksternal meliputi lingkungan, keluarga, hukum yang berlaku, nilai dalam

masyarakat, dan budaya (Back-man dan Secord, 1974; dalam (Mahmudah 2012).

Indonesia sebagai negara yang kaya akan suku budaya, hidup berdampingan

dan harmonis dengan asas Bhineka Tunggal Ika menjadi bukti bahwa masyarakat

Indonesia dengan segala perbedaan baik dari segi suku, budaya, maupun agama

dapat saling menghormati dan menghargai perbedaan satu sama lain. Masyarakat

Indonesia yang bersifat heterogen tentunya akan memiliki persepsi yang berbeda

satu sama lain. Sebagai masyarakat asli Indonesia (masyarakat lokal) atau

masyarakat setempat yang tumbuh berkembang dengan mempertahankan nilai

kebudayaan, nilai agama, dan nilai hukum yang berlaku. Masyarakat setempat

(community) didefinisikan sebagai suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai

oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Secara garis besar masyarakat

Page 100: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

81

setempat berfungsi sebagai ukuran untuk menggarisbawahi hubungan antara

hubungan-hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu. Klasifikasi

masyarakat setempat dapat menggunakan empat (4) kriteria yang saling berpautan

yakni, Jumlah Penduduk; Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk; fungsi-fungsi

khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat; dan organisasi

masyarakat setempat (Soekanto dan Sulistyowati 2013).

Kelurahan Medang menjadi salah satu wilayah administratif Kabupaten

Tangerang Provinsi Banten. Dengan masyarakat heterogen; berbagai suku dan

agama, hidup berdampingan satu sama lain. Yang saat ini tidak hanya

berdampingan dengan suku Indonesia melainkan dengan para Pengungsi

Internasional dengan latar belakang suku, budaya, bahasa, dan agama yang sangat

berbeda dengan masyarakat lokal khusunya Masyarakat Kelurahan Medang. Hal ini

dimulai pada tahun 2016, dengan hadirnya para pengungsi Internasional yang

berada dalam naungan dan pengawasan IOM Indonesia dan Imigrasi Indonesia.

Hidup berdampingan dengan para pengungsi internasional menjadi fenomena baru

bagi masyarakat Medang yang menciptakan pro-kontra di lingkungan hidupnya.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan masyarakat setempat adalah

masyaraat yang tinggal atau menetap di wilayah Kelurah Medang dan

berkewargaan Indonesia. Masyarakat setempat yang menjadi sumber

informasi/data mereka yang pernah berkontak langsung dengan. Dan yang

dimaksud Pengungsi Internasional dalam penelitian ini adalah mereka yang telah

mendapatkan status pengungsi oleh UNHCR selaku lembaga yang memberikan

status kepengungsian berdasarkan kriteria Pengungsi dalam Konvensi tentang

Status Pengungsi 1951. Dalam konvensi tersebut terdapat lima hal yang menjadikan

seseorang sebagai pengungsi yakni berada di luar Negaranya, di Luar Negaranya,

Ketakutan Beralasan, Penganiayaan, Alasan Konvensi 1951 (Pasal 1A (2) konvensi

1951, yakni: Ras, Agama, Kebangsaan, Keanggotaan dalam kelompok sosial

tertentu, Pendapat politik) dan Tidak adanya Perlindungan dari Negara.

Page 101: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

82

1. Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Pengungsi Internasional

Dalam Bab ini, peneliti akan mengaitkan dan menganalisa hasil temuan atau

data yang diperoleh. Metode analisa yang digunakan peneliti adalah metode

kualitatif deskriptif, untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat

terhadap keberadaan pengungsi internasional di Kelurahan Medang.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Bab 2, bahwa terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang terhadap suatu

objek atau fenomena. Merujuk pada Menurut Rakhmat (1986), ia menyatakan

bahwa faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya adalah faktor

fungsional dan faktor struktural.

a) Faktor fungsional yang bersifat personal dan subjektif, meliputi kebutuhan,

usia, pengalaman masa lampau, kepribadian, jenis kelamin;

b) Faktor struktural adalah faktor di luar individu meliputi lingkungan,

keluarga, hukum yang berlaku, dan nilai dalam masyarakat (BAB II 2019,

39).

Mahmudah (2011) membuat sebuah bagan yang digambarkan berdasarkan

berbagai faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, (BAB II 2019, 41)

Bagan 5.1 Faktor-faktor Persepsi

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi yang diutarakan Rakhmat (1986). Faktor-faktor

tersebut digunakan sebagai indikator-indikator dalam penyusunan pedoman

wawancara dan observasi. Dalam pedoman wawancara, terdapat beberapa

Page 102: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

83

indikator yang tidak dicantumkan yakni usia, jenis kelamin, dan kepribadian.

Ketiga indikator tersebut peneliti gunakan dalam pembuatan pedoman

observasi dan studi dokumentasi.

Kehadiran pengungsi Internasional di Indonesia menjadi sebuah fenomena

yang menarik banyak perhatian dan penanganan khusus baik pemerintah,

lembaga, maupun masyarakat yang tinggal berdampingan bersama pengungsi

internasional. Pembentukan persepsi terjadi karena adanya stimulus oleh suatu

objek maupun fenomena tertentu, baik melalui tanda-tanda verbal maupun

nonverbal.

Dalam proses persepsi, indera manusia menjadi alat utama dalam

menangkap suatu objek atau fenomena, indera pengelihatan menjadi alat yang

paling sering digunakan oleh individu untuk mendapatkan informasi tertentu.

Sebagaimana informasi yang didapat peneliti dari para informan yang

kebanyakan mengetahui keberadaan pengungsi internasional setelah mereka

melihat beberapa pengungsi internasional di lingkungan mereka. Tentunya

berbagai respon muncul ketika mereka pertama kali melihat keberadaan para

pengungsi internasional. Hal ini terjadi karena setelah menerima informasi

melalui panca indera, selanjutnya infromasi tersebut melalui proses psikologik

dimana timbul kesadaran tentang informasi (stimulus) yang diterima. Persepsi

bersifat subjektif karena bukan sekedar proses penginderaan melainkan juga

dipengaruhi oleh kondisi psikologis, pengetahuan dan pengalaman (BAB II

2019, 34).

a. Faktor fungsional dalam pembentukan persepsi

Dalam Mahmudah (2011), beliau membuat bagan tentang faktor-

faktor yang berpengaruh dalam pembentukan persepsi, salah satu

faktornya adalah pengetahuan, kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan

agama yang dianut. Faktor ini lebih menekankan nilai-nilai yang dimiliki

dalam diri seseorang, artinya faktor-faktor pembentukan berasal dari

dalam diri seseorang; bagaimana seseorang mempersepsikan suatu yang

tertangakap panca indera berdasarkan pengetahuan, kebutuhan,

pengalaman masa lalu dan nilai-nilai agama yang dianut.

Page 103: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

84

1) Pengetahuan

Berkman dan Secord (1974) mengemukakan bahwa terdapat

tiga faktor penting yang dapat mempengaruhi persepsi (BAB II

2019), pengetahuan adalah salah satu dari tiga faktor penting

tersebut. Menjadi faktor pertama seseorang mempersepsikan

sesuatu, karena berdasarkan pengetahuan atau informasi yang

dimiliki seseorang dapat memproses stimulus hingga menciptakan

persepsi yang positif ataupun negatif. Bagaimana pengetahuan

berpengaruh dalam proses pemberian makna tentang apa yang telah

dilihat atau dirasakan. Hal ini dapat dilihat seberapa besar atau

banyaknya seseorang tertarik terhadap suatu objek atau fenomena.

Pengetahuan didapat dari stimulus-stimulus yang tertangkap oleh

panca indera, dalam penelitian ini bagaimana warga Medang

pertama kali mendapatkan informasi tentang keberadaan pengungsi

internasional di sekitar mereka. Warga Medang yang awalnya hanya

melihat para pengungsi internasional berlalu-lalang di lingkungan

mereka, tanpa tahu status mereka. Warga Medang hanya sekedar

mengetahui bahwa mereka (pengungsi internasional) adalah orang

asing biasa hal ini berdasarkan data yang telah diuraikan dalam Bab

IV yang diutarakan oleh beberapa informan. Seperti informan

Rosmalina yang mengetahui keberadaan orang asing karena tertarik

dengan perbedaan fisik yang dimiliki oleh para pengungsi

internasional. Dimulai dengan ketertarikan dengan perbedaan fisik,

warga Medang mulai menjadi informasi tambahan mengenai orang

asing yang berada di lingkungan mereka.

Informasi tentang status para orang asing baru diketahui oleh

warga Medang setelah adanya sosialisasi dan interaksi antara kedua

pihak melalui kegiatan yang dikoordinasikan oleh pihak Pemerintah

Keluarahan Medang dan IOM Indonesia selaku pengurus para

pengungsi internasional selama berada di shelter. Pengetahuan

warga Medang tentang pengungsi internasional bertambah seiring

Page 104: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

85

waktu melalui berbagai kegiatan dan pertukaran informasi diantara

warga Medang.

Tingkat intelektual atau latar belakang pendidikan juga

memiliki peran dalam pembentukan persepsi. Meski latar belakang

pendidikan bukan ukuran mutlak tingkat seseorang dalam

mengkritisi suatu hal, namun tingkat intelektual juga berperan dalam

proses pemaknaan objek atau fenomena. Bagaimana seseorang aktif

dalam mencari informasi dan dapat menggunakan informasi tersebut

untuk menilai suatu objek atau fenomena. Bedasarkan data yang di

dapat dan telah diuraikan dalam Bab IV, semua informan memiliki

latar belakang pendidikan yang baik, dan aktif dalam

memperoleh/mendapatkan informasi-informasi khususnya tentang

keberadaan pengungsi internasional di lingkungan mereka.

2) Kebutuhan

Kebutuhan, faktor internal kedua yang menjadi penggerak

dalam proses pembentukan persepsi. Kebutuhan akan informasi

menjadi kebutuhan yang pertama kali menggerakan individu untuk

berinteraksi dan menjalin relasi dengan individu lainnya.

Sebagaimana hakikat manusia yang merupakan makhluk sosial yang

membutuhkan manusia lainnya untuk saling berinteraksi dan

bergantung satu sama lain. Berdasarkan data yang didapat, peneliti

menemukan bahwa kebutuhan akan informasi tentang para

pengungsi internasional sangat berpengaruh dalam pembentukan

persepsi warga Medang. Selain itu dengan terpenuhinya kebutuhan

warga Medang tentang pengungsi internasional mereka dapat

mengetahui tujuan para pengungsi dan bagaimana mereka bisa

menjalin relasi dengan para pengungsi internasional.

Kebutuhan akan informasi ini terjadi saat warga Medang

pertama kali melihat para pengungsi internasional. Sebagaimana

dalam hakikat persepsi, bahwa atensi memiliki peran dalam

pembentukan persepsi. Atensi menjadi sebuah sinyal keterbukaan

seseorang untuk memilih dan menerima stimulus yang ada (BAB II

Page 105: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

86

2019,). Beberapa faktor yang menstimulus warga Medang

diantaranya adalah faktor fisiologis yakni perbedaan fisik yang

sangat mencolok dengan warga Medang, dan perbedaan-perbedaan

lainnya seperti perbedaan bahasa. Beberapa informan mulai tertarik

dan mencari tahu lebih jauh tentang pengungsi internasional,

berdasarkan data penelitian yang diperoleh beberapa informan ada

yang melanjutkan ke tahap interaksi dan penjalinan relasi – hingga

mempelajari bahasa yang digunakan oleh para pengungsi

internasional dan sebaliknya, dan ada juga yang cenderung menarik

diri/membatasi diri untuk berinteraksi dengan para pengungsi

internasional.

Selain kebutuhan informasi/pengetahuan, berdasarkan data

temuan kebutuhan lainnya adalah kebutuhan ekonomi sebagai salah

satu faktor sosial budaya yang mempengaruhi atensi seseorang.

Beberapa informan mengutarakan bahwa dengan adanya pengungsi

internasional di lingkungan mereka dapat meningkatkan nilai

ekonomi bagi mereka (warga Medang).

3) Pengalaman Masa Lalu

Pengalaman masa lalu yang tersimpan dalam memori

menjadi sumber informasi pertama saat seseorang mencoba

menginterprestasikan suatu objek atau fenomena yang ia rasakan

atau ia lihat. Sebab pengetahuan manusia didapat dari pengalaman-

pengalaman masa lalu yang tersimpan dalam memori. Peneliti

menemukan bahwa warga Medang belum pernah bertemu ataupun

berinteraksi dengan imigran (pengungsi internasional/pencari

suaka) sebelumnya. Hal ini berdasarkan informasi yang didapat

peneliti setelah melakukan wawancara dengan beberapa informan

yang telah diuraikan dalam Bab IV. Beberapa informan

mengutarakan bahwa mereka tidak pernah mengetahui tentang

status para orang asing yang berada di Indonesia, beberapa lainnya

mengetahui tentang pengungsi internasional melalui pemberitaan di

televisi.

Page 106: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

87

Tidak adanya pengalaman masa lalu tentang pengungsi

internasional, membentuk berbagai persepsi dan reaksi yang

berbeda antar warga Medang. Beberapa ada yang mencari tahu

tentang pengungsi lebih lanjut (penasaran), ada yang acuh, ada juga

yang takut keberadaan pengungsi internasional akan mengganggu

kenyamanan dan keamanan. Hal ini membuktikan bahwa

pengalaman masa lalu memiliki peran dalam pemaknaan suatu objek

atau fenomena. Pengalaman baru yang dirasakan warga Medang

membentuk sebuah memori atau pengetahuan baru tentang apa yang

mereka lihat, rasakan, dan mereka pahami sehingga warga Medang

dapat digunakan untuk menilai suatu hal yang sama di kemudian

hari.

4) Kepribadian

Setiap individu pastinya memiliki kepribadian yang berbeda

dengan karakter yang berbeda. Kepribadian diri seseorang mampu

mempengaruhi cara seseorang mempersepsikan suatu fenomena

atau objek. Hal ini berkaitan dengan tipe kepribadian seperti

introvert – ekstrovert atau bahkan ambivert. Ketiganya memiliki

cara pandang dan cara menyikapi yang berbeda-beda. Seorang

introvert yang tertutup tentunya memiliki perbedaan pandangan

dengan seorang yang ekstrovert (BAB II 2019). Hal ini dapat dilihat

dari bagaimana cara seorang introvert dan ekstrovert bertemu

dengan orang baru, seorang yang ekstrovert akan dengan mudah

berbaur dengan orang baru tersebut dan mudah mencairkan

suasanan dengan berbagai topik bahasan. Hal ini yang dirasakan

peneliti selama melakukan wawancara dengan beberapa informan,

rata-rata informan memiliki kepribadian ekstrovert, hanya satu

informan yang menunjukan kepribadian introvert. Informan yang

ekstrovert lebih banyak menjelaskan dan bercerita tentang

pengalamannya bertemu dan berinteraksi dengan para pengungsi

internasional. Sedangkan bagi informan introvert hanya lebih

banyak mengamati para pengungsi internasional, karena ragu untuk

Page 107: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

88

memulai interaksi dengan para pengungsi internasional. Dari hasil

wawancara yang dilakukan, terdapat perbedaan data yang diperoleh

dari informan ekstrovert dan informan introvert. Data informan

ekstrovert menunjukan bahwa terdapat berbagai upaya untuk

mendapatkan informasi lebih lanjut tentang keberadaan pengungsi

internasional di lingkungan mereka, mulai dari bertanya dengan

tetangga, mengikuti kegiatan yang melibatkan pengungsi

internasional, hingga mencoba untuk berkomunikasi dengan

pengungsi internasional. Sedagkan informan introvert lebih banyak

mendapatan informasi dari internet atau dari orang terdekatnya saja.

5) Agama yang Dianut

Menjadi sebuah nilai yang berkaitan dengan kepercayaan

(beliefs) seseorang, agama menjadi suatu hal yang paling dasar

dalam diri manusia. Bagaimana agama dapat mempengaruhi

persepsi seseorang. Sebagaimana dalam dimensi yang terkait

dengan pembentukan persepsi, yang diuraikan dalam Bab II. Agama

menjadi salah satu faktor internal yang tidak hanya mempengaruhi

atensi warga Medang terhadap pengungsi internasional tetapi juga

mempengaruhi persepsi antar warga secara keseluruhan terutama

pada penafsiran atas apa yang mereka alami. Berdasarkan ajaran

agama yang warga Medang pelajari, bahwa perbedaan bukan

halangan untuk berinteraksi atau bersosialisasi.

Warga Medang yang mayoritas beragama Islam, tidak

menutup kemungkinan untuk menjalin hubungan silaturahim

dengan para pengungsi internasional, hanya saja ada batasan untuk

tidak mengganggu akidah atau kepercayaan satu sama lain. ajaran

ini sebagaimana tercantum dalam QS Al-Kafirun (109:6) tentang

bagaimana menyikapi orang dengan perbedaan khususnya

perbedaan agama. Beberapa informan tidak keberatan jika harus

tinggal bersama dengan para imigran, karena bagi mereka

bagaimana mereka bisa menghargai dan menghormati perbedaan

Page 108: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

89

yang dimiliki satu sama lain, dan para pengungsi bisa menjaga sikap

untuk kenyamanan bersama.

Berdasarkan data yang didapat, bila dilihat dari faktor agama

rata-rata informan menjawab tidak merasa terganggu dengan adanya

pengungsi internasional, hanya saja warga Medang berharap agar

para pengungsi internasional dapat menghormati dan menjaga

kenyamanan beribadah warga Medang. Hal ini membuktikan bahwa

agama juga ikut berperan dalam pembentukan persepsi positif

maupun negatif warga Medang.

b. Faktor struktural dalam pembetukan persepsi

Mahmudah (2011) berdasarkan teori-teori yang dikemukakan oleh

banyak ahli, beliau juga mengemukakan faktor lainnya dalam

pembentukan persepsi seseorang. Faktor tersebut adalah faktor struktural

yang meliputi lingkungan, keluarga, hukum yang berlaku, nilai dalam

masyarakat, dan budaya. Faktor struktural menekankan bagaimana faktor-

faktor eksternal mempengaruhi persepsi seseorang, berbeda dengan faktor

fungsional yang menekankan aspek dalam diri seseorang.

1) Lingkungan

sebagai wadah masyarakat untuk berinteraksi – bersosialiasi

satu sama lain, lingkungan memiliki peran dalam pembentukan

persepsi seeorang. Menjadi wadah bagi masyarakat, tentunya akan

terjalin kerukunan di masyarakat. Sebagaimana manusia yang

notabenenya adalah makhluk sosial, manusiamembutuhkan manusia

lainnya untuk bersosialisasi dan saling bergantung satu sama lain.

Lingkungan menjadi sebuah struktur dalam masyarakat, dimana di

dalamnya terdapat kesepakatan, keseragaman dan nilai-nilai yang

dijaga. Kehadiran pengungsi internasional di lingkungan warga

Medang memicu dinamika baru di lingkungan tempat tinggal

mereka.

Banyaknya penilaian dan pendapat di antara warga Medang

mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu.

Page 109: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

90

Tidak menutup kemungkinan jika ada perbedaan persepsi antar satu

warga dengan warga lainnya. Hal ini dikarenakan banyaknya faktor

yang berpengaruh dalam proses pembentukan persepsi. Dalam Bab

II diuraikan bahwa perbedaan status sosial dan pekerjaan juga

mempengaruhi persepsi warga Medang terhadap suatu kelompok.

Hal ini dibuktikan dengan data yang didapat oleh peneliti, terdapat

perbedaan persepsi antara informan yang tinggal di perumahan dan

di perkampungan. Informan yang tinggal di perumahan yang

cenderung individual, dan tidak begitu khawatir dengan keberadaan

pengungsi internasional. Dan informan yang tinggal di

perkampungan yang masih menjaga nilai kerukunan di

lingkungannya, dan lebih intense untuk bertemu dan berinteraksi

dengan para pengungsi inetransional karena jarak antara tempat

tinggal mereka berdekatan dengan shelter para pengungsi

inetnasional yang cukup dekat. Tidak heran jika persepsi dan reaksi

warga Medang yang tinggal di perkampungan cenderung khawatir

dan bingung dengan keberdaan pengungsi internasional di wilayah

mereka terlebih dengan perbedaan dianatara keduanya seperti

perbedaan fisik dan yang paling menjadi perhatian adalah perbedaan

agama pengungsi internasional.

2) Keluarga

Menjadi sebuah sistem unit terkecil di masyarakat, keluarga

menjadi tempat pertama dimana manusia belajar untuk

bersosialisasi. Keluarga juga memiliki peran dalam pembentukan

persepsi karena setiap keluarga memiliki pola asuh, prinsip,

kebiasaan, dan nilai-nilai yang diajarkan untuk setiap anggota

keluarganya. Karakter dan pemikiran seseorang bisa dilihat dari

bagaimana orang tua membentuk pola asuh bagi anak-anak mereka.

Oleh sebab itu perbedaan atau kesamaan persepsi mungkin terjadi

dalam sebuah keluarga.

Berdasarkan data yang didapat dan diuraikan dalam Bab IV,

setiap informan memiliki jawaban masing-masing tentang

Page 110: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

91

bagaimana keluarga mempengaruhi persepsi mereka. Beberapa

informan menyatakan bahwa keluarganya memiliki persepsi yang

sama dengannya, dan beberapa informan yang menyatakan bahwa

keluarga tidak mempengaruhi mereka dalam mempersepsikan suatu

hal yang dalam penelitian ini tentang keberadaan pengungsi

internasional. Hal ini dikarenakan setiap keluarga memiliki pola

asuh yang berbeda, keluarga dengan pola asuh demokratis lebih

membebaskan setiap anggota keluarganya berpendapat dalam

mengkritisi suatu objek atau fenomena.

3) Hukum yang berlaku

Hukum merupakan aturan dalam kehidupan masyarakat

yang tak akan lepas dari kehidupan sehari-hari yang dibuat dengan

tujuan menjadi pelindung dan penegak keadilan. Berisi aturan-

aturan, larangan dan sanksi yang biasanya diketahui oleh masyakarat

sebagai sebuah batasan dalam bertindak. Terkait dengan keberadaan

pengungsi internasional di Indonesia, terdapat beberapa hukum dan

Undang-undang yang mengatur tentang Pengungsi Internasional di

Indonesia. Dalam pelakasanaannya Undang-Undang No 6 Tahun

2011 tentang Keimigrasian digunakan untuk menangani keberadaan

Pengungsi Internasional selama berada di Indonesia. Penanganan

tersebut mengacu pada Pasal 1 ayat 9, Pasal 10, dan Pasal 13 tentang

pengaturan orang asing.

Terdapat beberapa batasan yang dibuat untuk para pengungsi

internasional di Indonesia, diantaranya adalah pelarangan untuk

mencari kerja, larangan untuk menikah dengan warga lokal, dan

larangan mendirikan bisnis/usaha selama masa pengungsian. Selain

hukum tentang pengungsi internasional, terdapat pula hukum yang

berlaku di masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menciptakan

keamanan dan kenyamanan di linkungan Kelurahan Medang.

Berdasarkan data yang di dapat, beberapa informan

mengetahui tentang hukum yang berlaku bagi para pengungsi.

Terlepas dari penjabaran hukum mengenai keberadaan pengungsi

Page 111: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

92

internasional di Indonesia, esensi dari terciptanya hukum itu sendiri

adalah menciptakan ketertiban, kedamaian, dan ketentraman di

lingkungan masyarakat. Hukum berpengaruh dalam proses

pembentukan persepsi Warga Medang tentang keberadaan

pengungsi internasional. Hal ini berdasarkan temuan peneliti bahwa

hukum menciptakan sebuah persepsi positif warga Medang tentang

para pengungsi internasional, sebab dengan adanya hukum bagi para

pengungsi warga medang tidak merasa khawatir tentang keamanan

dan kenyaman lingkungannya.

4) Nilai dan norma

Berperan sebagai pedoman perilaku masyarakat, nilai dan

norma memiliki pengaruh dalam proses pembentukan persepsi

seseorang. Nilai dan norma berfungsi untuk memberikan kriteria

tentan baik-buruknya suatu hal. Sebuah sistem yang telah

diberlakukan turun-temurun yang didasari oleh kebiasaan. Indonesia

yang kental dengan nilai-nilai ketimuran yang masih dijaga hingga

kini seperti Gotong-royong, kerja sama, persaudaraan, rasa

kekeluargaan yang erat, dan ketertiban menjadi nilai dan norma

yang paling sering ditemui dalam sebuah masyarakat. Sebagaimana

dalam dimensi-dimensi yang berkaitan dengan pembentukan

persepsi, nilai-nilai sosial memiliki peran dalam proses

pembentukan persepsi sesorang.

Berdasarkan data yang didapat, Kelurahan Medang masih

menjaga nilai gotong-royong, dan juga nilai keberagaman.

Bagaimana warga Medang saling menghormati dan menghargai satu

sama lain. hal ini diutarakan langsung oleh Bapak Lurah Rizki,

beliau mengutarakan bahwa Kelurahan memiliki ragam budaya dan

mampu hidup berdampingan secara harmonis. Nilai-nilai untuk

saling membantu satu sama lain jelas terlihat di kehidupan sehari-

hari warga Medang, hal ini membuktikan bahwa nilai dan norma

tidak lagi menjadi pembatas untuk berinteraksi dan bersosialisasi.

Hal ini tidak terbatas hanya kepada pendatang dari daerah lain, tapi

Page 112: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

93

juga kepada para pengungsi internasional yang hidup berdampingan

dengan mereka. Dari temuan ini, dapat terlihat bahwa nilai-nilai dan

norma yang dimiliki oleh warga Medang, memiliki pengaruh dalam

pembentukan persepsi warga Medang tentang keberadaan

Pengungsi internasional.

5) Budaya

Sebagai sebuah cara hidup atau gaya hidup yang

berkembang serta dimiliki oleh suatu kelompok yang telah

diturunkan secara turun-temurun. Pengaruh kebudayaan termasuk

kebiasaan hidup, juga tampak dalam berbagai gejala hubungan

manusia dengan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti

yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa pembentukan persepsi

dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, hal

tersebut juga dipengaruhi oleh budaya yang telah turun-temurun

diajarkan (Shaleh 2004, 131-132) (BAB II 2019).

Kelurahan Medang dengan heterogenitas penduduknya,

mampu berselaras satu sama lain baik berbeda suku antar budaya

indonesia maupun dengan suku atau budaya di luar Indonesia.

Ditambah lokasi Kelurahan Medang yang berada di perkotaan, dan

modernisasi sudah masuk ke wilayah Kelurahan Medang. Seperti

yang telah dibahas sebelumnya, bahwa warga Medang masih

menjaga nilai keberagaman dengan saling menghormati,

menghargai, dan menjaga keutuhan, kenyamanan, dan keamanan

satu sama lain. Sebagai warga yang telah terbiasa dengan perbedaan

suku budaya, berdasarkan hasil wawancara beberapa informan

keterbukaan menjadi faktor kunci untuk saling memahami,

menghargai, dan menghormati perbedaan budaya satu sama lain.

Dari data informan yang didapat, perbedaan budaya tidak lagi dinilai

sebagai sebuah hambatan untuk menerima para pengungsi

inetransional di lingkungan mereka. Justru mereka memanfaatkan

perbedaan budaya tersebut untuk saling belajar untuk memahami

Page 113: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

94

satu sama lain baik itu gaya hidup ataupun bahasa yang digunakan

masing-masing.

Berdasarkan data yang didapat baik dari wawancara mapun observasi,

terdapat beberapa faktor yang mendominasi dalam proses pembentukan persepsi

warga Medang yakni, pengetahuan, kepribadian, kebutuhan, agama yang dianut,

dan nilai yang berlaku di masyarakat. Hal ini berdasarkan analisis dan traingulasi

sumber data yang telah dilakukan peneliti bahwa persepsi masyakat setempat

tentang keberadaan pengungsi internasional di wilayah Kelurahan Medang

beragam dan sebagian besar warga Medang memiliki persepsi positif tentang

keberadaan pengungsi internasional. Beberapa faktor dominan seperti pengetahuan

dan kebutuhan yang memiliki peran besar dalam proses pembentukan persepsi bagi

warga Medang yang sebelumnya tidak memiliki pengalaman atau memori masa

lalu mengenai pengungsi internasional. Hal ini sesuai dengan penjabaran dalam Bab

II mengenai proses pembentukan persepsi, bahwa selama proses tersebut

pengetahuan dibutuhkan dalam penafsiran suatu objek atau fenomena yang

terindera oleh panca indera. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang

maka semakin banyak pengaruhnya terhadap pembentukan persepsi, baik

pengetahuan yang didapat dari informasi yang positif maupun yang negatif.

Perbedaan konten pengetahuan atau informasi tentang suatu hal yang akan menjadi

referensi seseorang dalam memberi makna hingga tercipta sebuah persepsi yang

positif maupun negatif. Berbagai informasi yang diperoleh warga Medang, baik

informasi positif ataupun informasi negatif. Isu yang berkembang dapat menjadi

sumber informasi, setelah melakukan wawancara dam observasi terdapat beberapa

isu yang dapat memicu konflik dalam masyarakat. Isu tersebut dinilai sebagi

sumber permasalahan yang sangat mungkin mempengaruhi perubahan persepsi

warga Medang terhadap pengungsi internasional. Perubahan sikap pun akan

berubah setelah mengetahui fakta yang terjadi di lingkungan Kelurahan Medang,

persepsi yang pada awalnya positif, kemudian berubah menjadi negatif. Hal

tersebut disebabkan oleh adanya pengetahuan dan pengalaman baru yang didapat

oleh warga Medang.

Faktor lainnya adalah kepribadian, perbedaan kepribadian juga

mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu. Kepribadian bisa

Page 114: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

95

dibedakan dengan ekstrovert dan introvert, cara dalam mendapatkan, menerima

informasi atau menanggapi suatu hal pun akan berbeda. Seorang yang ekstrovert

akan dengan mudah berbaur dengan perubahan lingkungan, ataupun dapat secara

langsung memberikan pendapatnya ketika merasa tidak nyaman di lingkungannya.

Berbeda dengan seorang yang introvert, cara mendapatkan informasi dan

menanggapi suatu hal akan sangat berbeda. Biasanya para introvert lebih senang

untuk mengetahui informasi dari apa yang mereka baca, atau hanya mendengar

berita dari orang lain. Persepsi yang tercipta pun akan berbeda dengan seorang

ekstrovert, seorang yang introvert akan lebih teliti melihat suatu objek atau

fenomena dan akan lebih berhati-hati untuk berinteraksi dengan para pengungsi

internasional. Berbeda dengan seorang yang ekstrovert, persepsi yang dibentuk

akan berdasarkan apa yang mereka rasakan dan akan lebih mudah untuk

berinteraksi langsung dengan para pengungsi internasional meskipun memiliki

keterbatasan bahasa. Begitu pula pada saat peneliti melakukan dengan seorang yang

ekstrovert dan introvert, akan terlihat perbedaannya ketika peneliti mengajukan

sebuah pertanyaan. Dari hasil observasi dapat terlihat jika seorang yang ekstrovert

akan lebih membuka diri dengan para pengungsi internasional dari yang introvert

yang lebih berhati-hati meski tidak menutup kemungkinan untuk berinteraksi

dengan caranya sendiri.

Faktor selanjutnya adalah nilai yang ada di masyarakat, nilai-nilai seperti

gotong-royong, nilai keberagaman, dan nilai persaudaraan, dan termasuk nilai

agama dalam diri seseorang. Berdasarkan data yang didapat, Kelurahan Medang

yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Semua informan menyatakan bahwa

tidak keberatan untuk tinggal bersama dengan para pengungsi internasional asalkan

bisa saling menghormati satu sama lain dan tidak menggangu kenyamanan

beribadah warga Medang. Hal ini membuktikan bahwa nilai keberagaman memang

berpengaruh dalam kehidupan warga Medang yang dapat hidup berdampingan

dengan harmonis dalam perbedaan.

Page 115: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional
Page 116: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

96

BAB VI

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat melalui wawancara,

observasi, dan studi dokumentasi yang dilakukan peneliti mengenai Persepsi

Masyarakat tentang Keberadaan Pengungsi Internasional di Wilayah

Kelurahan Medang Kecamatan Pagedangan dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

A. Kelurahan Medang merupakan salah satu lokasi yang terdapat shelter

bagi para pengungsi internasional selama menunggu proses pemindahan

ke negara tujuan. Keberadaan pengungsi internasional di wilayah

Kelurahan Medang menciptakan dinamika baru dan berbagai isu muncul

seiring waktu. Dengan berbagai perbedaan baik dari segi fisik, bahasa,

gaya hidup, dan agama menarik perhatian warga untuk mencari tahu dan

memberikan penilai terhadap apa yang mereka lihat dan rasakan.

B. Berdasarkan hasil penelitian, persepsi masyarakat setempat (warga

Medang) tentang keberadaan pengungsi internasional di wilayahnya

menunjukan persepsi yang positif. Hal ini berdasarkan data yang didapat

dan hasil triangulasi sumber, bahwa sebagian besar informan

menunjukan persepsi positif tentang keberadaan pengungsi internasional.

Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor kuat (dominan) yang

mempengaruhi proses pembentukan persepsi. Berdasarkan hasil analisis

menunujukan bahwa pengetahuan, kebutuhan, kepribadian, agama yang

dianut, dan nilai dalam masyarakat jelas memberikan pengaruh yang

berbeda bagi setiap informan. Beberapa faktor dominan seperti

pengetahuan dan kebutuhan yang memiliki peran besar dalam proses

pembentukan persepsi bagi warga Medang yang sebelumnya tidak

memiliki pengalaman atau memori masa lalu mengenai pengungsi

internasional. Dalam proses pembentukan persepsi, pengetahuan

dibutuhkan dalam penafsiran suatu objek atau fenomena yang terindera

oleh panca indera. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang

Page 117: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

97

maka semakin banyak pengaruhnya terhadap pembentukan persepsi,

baik pengetahuan yang didapat dari informasi yang positif maupun yang

negatif. Faktor lainnya adalah kepribadian, perbedaan kepribadian juga

mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu. Persepsi

yang tercipta pun akan berbeda dengan seorang ekstrovert, seorang yang

introvert akan lebih teliti melihat suatu objek atau fenomena dan akan

lebih berhati-hati untuk berinteraksi dengan para pengungsi internasional.

Dari pengaruh tersebut tercipta persepsi positif dan persepsi negatif

warga Medang tentang keberadaan para pengungsi internasional di

lingkungan mereka. Setelah dilakukannya pengambilan data dan analisis,

banyak isu-isu yang berkembang di wilayah lingkungan Medang terkait

keberadaan pengungsi internasional. Beberapa diantaranya adalah isu

kegiatan misionaris yang menargetkan pengungsi internasional, hal ini

dinilai akan menjadi isu yang meresahkan warga Medang.

2. Implikasi

Sebagai sebuah penelitian yang telah dilakukan hingga terbentuk sebuah

kesimpulan dari pembahasan penelitian, tentunya terdapat implikasi di

dalamnya. Sebuah penelitian akan sia-sia jika tidak bisa memberikan manfaat

baik untuk penelitian selanjutnya. Peneliti berharap dari hasil penelitian yang

telah dilakukan dapat bermanfaat bagi para pembaca. Adapun implikasi yang

dapat diambil dari penelitian ini untuk kedepannya adalah:

A. Pemerintahan Medang merupakan tokoh penting dalam upaya penjalinan

relasi antara warga Medang dengan pengungsi Internasional. Kegiatan

dan pemberian informasi yang dilakukan pemerintahan Medang

berpengaruh dalam pembentukan persepsi masyarakat dan cara

bagaimana mereka menyikapinya. Implikasi dari penelitian ini adalah

agar Pemerintah mengetahui untuk tetap responsif terhadap dinamika dan

isu-isu yang muncul di masyarakat.

B. Dari segi teoritik, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

atau pengetahuan mengenai persepsi masyarakat tentang keberadaan

pengungsi internasional dengan berbagai dinamika dan isu yang

Page 118: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

98

berkembang di lingkungan sosial masyarakat yang tinggal berdampingan

dengan para pengungsi internasional. Khususnya tentang para pengungsi

internasional baik dari cara penaganan dan penjalinan relasi antara

masyarakat lokal dengan pengungsi internasional.

3. Saran

Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai

persepsi masyarakat tentang pengungsi internasional di wilayah Kelurahan

Medang Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang, peneliti ingin

menyampaikan beberapa saran baik untuk Pemerintahan Medang maupun

penelitian selanjutnya:

A. Bagi Pemerintahan Kelurahan Medang, peneliti berharap agar upaya

penjalinan relasi antara warga Medang dengan para pengungsi

internasional tetap dilakukan meskipun telah berganti masa jabatan, dan

responsif terhadap isu-isu yang berkembang di masyarakat. Kegiatan-

kegiatan yang telah ada untuk terus dikembangkan agar lingkungan yang

kondusif, aman, nyaman,dan harmonis selalu terjaga. Sebab peran

pemerintah sangat diperlukan sebagai jembatan antara para pengungsi

internasional dengan warga Medang.

B. Bagi penelitian selanjutnya, untuk menggali lebih dalam tentang relasi

antara warga lokal dan pengungsi internasional di Indonesia. Sebab

banyak sekali isu-isu yang menarik untuk dijadikan bahan pembahasan

penelitian.

Page 119: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional
Page 120: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

99

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Basrowi, M. S. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Daud, Kasianus. 2008. Seri Keimigrasian Perbatasan Wilayah Negara. Jakarta:

Direktorat Jendral Imigrasi Departemen Hukum dan HAM.

Dayakisni, Tri, dan Hudainah. 2012. Psikologi Sosial. Revisi. Malang: UMM Press.

Fahrudin, Adi. 2012. Kesejahteraan Sosial Internasional. Bandung: Alfabeta.

Gerungan, W. A. 1996. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.

Ghoni, M. Djunaidi, dan Fauzan Almansyur. 2012. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Hamid, Sulaiman. 2002. Lembaga Suaka dalam Hukum Internasional. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Ibn Manzur, Muhammad Ibn Mukarram. 2003. Lisan Al-Arab. 9 ed. kairo: Dar Al-

Hadith.

Jacobson, Karen. 2005. The Economic Life Of Refugee. US America: Kumarian

Press.

Jazuli, Ahzami Sami’un. 2006. Hijrah Dalam Pandangan AlQur’an. Terjemahan

Eko Yulianti. Jakarta: Gema Insani Press.

Luthfi, Ikhwan, Gazi Saloom, dan Hamdan Yasun. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta.

Mahmudah, Siti. 2012. Psikologi Sosial Teori & Model Penelitian. Malang: UIN-

Maliki Press.

Ma’rat. 1991. Sikap Manusia, Perubahan, serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Moeloeng, Lexy, J. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2011. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Nazir, Mohmmad. 2013. Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Oxford. 2008. Oxford Learner’s Pocket Dictionary. Oxford University Press.

Page 121: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

100

Pigay, Natalis. 2005. Migrasi Tenaga Kerja Internasional: Sejarah, Fenomena,

Masalah dan Solusinya. 1 ed. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Rahman, Agus Abdul. 2018. Psikologi Sosial Integrasi Pengetahuan Wahyu dan

Pengetahuan Empirik. 1 ed. Rajawali Pers.

Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar.

Bandung: Ghalia Indonesia.

Romsan, Ahmad. 2003. Pengantar Hukum Pengungsi Internasional. Bandung:

Sanic Offset.

Salam, Syamsir, dan Jaenal Aripin. 2006. Metodologi Penelitian Sosial. 1 ed.

Jakarta: UIN Jakarta Press.

Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Ke sebelas. Vol. 2. 1–2 vol. Jakarta:

PT Erlangga.

Sarosa, Samaji. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar. 1 ed. Jakarta: PT Indeks.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Sarwono, Sarlito W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Sarwono, Sarlito W., dan Eko A. Meinarno. 2014. Psikologi Sosial. Jakarta:

Salemba Humanika.

Shaleh, Abdul Rahman. 2004. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam.

Pertama. Jakarta: Prenamedia Group.

Soekanto, Soerjono. 2011. Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Soekanto, Soerjono, dan Budi Sulistyowati. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar.

Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. 20 ed.

Bandung: Alfabeta.

Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Taylor, Shelley E., Letitia Anne Peplau, dan David O. Sears. 2009. Psikologi Sosial.

Kedua belas. Jakarta: Prenadamedia Group.

Yunus, Mahmud. 1990. Kamus Arab-Indonesia. 9 ed. Jakarta: PT Hidakarya Agung.

Page 122: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

101

Jurnal

Martin, Adrian. 2005. “Environmental Conflict Between Refugee adn Host

Communities.” Sage Publications, Ltd, Journal of Peace Research, 42 (3):

329–46. https://doi.org/10.1177/0022343305052015.

Website/Blogpost

Ahmad. 2012. “Globalisasi dan Migrasi: Problematika Integrasi Imigran Turki ke

dalam Masyarakat Jerman.” Web Article UNAIR (blog). November 2012.

http://www.ahmad_m-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-67268-

Umum-Globalisasi-dan-Migrasi:-Problematika-Integrasi-Imigran-Turki-

ke-dalam-Masyarakat-Jerman.html.

Huber, Chris, dan Kathryn Reid. 2018. “Forced to Flee: Top Countries Refugees

Are Coming From.” World Vision (blog). 26 Juni 2018.

https://www.worldvision.org/.

IOM. 2017. “About IOM Indonesia.” 2017. http://www.indonesia.iom.int/about-

iom.

UNHCR. 2014. “Naskah Opsi I: Opsi Bagi Pemerintah Mengenai Pengaturan

Pengasuhan dan Penempatan Alternatif Selain Pendentensian Untuk Anak-

anak dan Keluarga.” Strategi Global. Genewa, Switzerland: United Nations

High Commissioner for Refugee. http://refworld.org.

———. 2018a. “UNHCR di Indonesia.” 2018.

http://www.indonesia.iom.int/id/iom-indonesia-0.

———. 2018b. “Figures at a Glance.” 19 Juni 2018. www.unhcr.org/fugres-at-a-

glace.html.

———. 2018c. “Forced Dispalcement Above 68m In 2017, New Global Deal on

Refugees Critical.” UNHCR The UN Refugee Agency (blog). 19 Juni 2018.

www.unhcr.org/news/press.

———. 2018d. “Global Trends: Forced Displacement in 2017.” Statistic. Global

Trends. Genewa, Switzerland: United Nations High Commissioner for

Refugee. http://www.unhcr.org/statistic.

Page 123: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

102

Skripsi/Thesis

Paryati, Andi Niniek. 2016. “Sinergi United Nations High Commissioner For

Refugees (UNHCR) dan International Organization For Migration (IOM)

Dalam Menangani Masalah Pengungsi di Makassar.” Jawa Timur:

Universitas Brawijaya.

Wawancara

Fa. 2019. wawancara dengan Bapak Fa.

Fachzi, Rizki Rizani. 2019. wawancara dengan Lurah Medang.

Rm. 2019. wawancara dengan Ibu Rm.

Sr. 2019. wawancara dengan Koordinator IOM-Kelurahan Medang Ibu Sr.

Sh. 2019. wawancara dengan Bapak Sh.

Ss. 2019. wawancara dengan Kader PKK Ibu Ss.

Zu. 2019. wawancara dengan Bapak Zu.

Page 124: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Lampiran

Page 125: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional
Page 126: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional
Page 127: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

PEDOMAN OBSERVASI

Tanggal :

Waktu :

Lokasi :

Daftar Pengamatan:

No. Variabel Indikator Variasi Pengamatan

1. Lokasi

(Demografi

Kelurahan

Medang)

Letak kelurahan Medang

Fasilitas dan sarana

Sanitasi

Sumber air

Ruang terbuka hijau/rekreasi

Aksesibilitas

Jalan

Rumah sakit

2. Faktor

Fungsional

Pengetahuan/latar

belakang

pendidikan

Fasilitas Pendidikan yang

terdapat di Kelurahan Medang

Pendidikan formal

Pendidikan khusus

Kebutuhan Lokasi perniagaan

Pasar/Toko

Penyewaan bangunan/tempat

tinggal

Agama yang dianut Mayoritas agama

Sarana peribadatan

Musala, Masjid, Gereja

(Terbuka untuk umum atau

eksklusif)

3. Faktor

Struktural

Lingkungan Pola interaksi masyarakat

Medang

Tata letak perumahan

Heterogenitas

Sistem keamanan

Page 128: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Nilai dan norma Organisasi masyarakat yang ada

di kelurahan Medang

Stake holder yang berpengaruh

Budaya Keberagaman suku

Penggunaan bahasa komunikasi

sehari-hari

Perayaan budaya

Page 129: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Laporan Hasil Observasi

Hari,

Tanggal Kegiatan observasi

Senin, 20

Mei 2019

Hari ini peneliti mengajukan surat permohonan izin

penelitian ke kantor KESBANGPOL Kabupaten Tangerang

dengan melengkapi berkas-berkas yang diminta seperti Proposal

penelitian, foto copy KTM, dan foto copy KTP. Proses

pengajuan surat rekomendasi penelitian KESBANGPOL

membutuhkan waktu satu minggu hingga surat dapat diambil.

Senin, 27

Mei 2019

Hari ini, peneliti melakukan observasi ketiga untuk mencari

tahu kondisi lingkungan Kelurahan Medang dari aspek sosial dan

budaya. Temuan yang didapat peneliti saat melakukan observasi

berkaitan dengan pola interaksi masyarakat Kelurahan Medang.

Dari hasil observasi peneliti pola interaksi masyarakat Kelurahan

Medang masih menganut nilai kegotong royongan dan budaya

ketimuran, hal ini dibuktikan ketika peneliti menghadiri acara

Buka Bersama yang diadakan atas kerja sama IOM dan

Kelurahan Medang bertempat di Kantor Kelurahan Medang,

warga secara swadaya menyiapkan hidangan berbuka. Tidak

hanya bekerja sama dengan warga sekitar tapi juga dengan para

refugee.

Pola interaksi yang peneliti lihat saat acara buka bersama

antara warga dan refugee sangat baik meskipun terbatas bahasa.

Mereka saling tegur sapa, dan beberapa ada yang mengajak

berbincang meskupun terbata-bata. Anak-anak pun juga

mencoba untuk mendekati anak-anak refugee dan meminta foto

bersama. Sikap ketebukaan antara dua pihak tersebut menjadikan

suasana buka bersama menjadi hangat.

Rabu, 29 Mei

2019

Hari ini peneliti mengambil surat rekomendasi penelitian di

Kantor KESBANGPOL Kabupaten Tangerang.

Rabu, 5 Juni

2019

Hari ini peneliti melakukan observasi pada saat pelaksanaan

sholat idul fitri. Banyak pengungsi internasional yang mengikuti

Page 130: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

pelaksanaan Sholat idul fitri di Masjid Umaamah. Setelah

melaksanakan sholat, beberapa pengungsi juga berjabat tangan

dengan warga Medang. Rata-rata yang mengikuti sholat idul fitri

adalah pengungsi internasional yang laki-laki.

Senin, 24

Juni 2019

Hari ini peneliti mengajukan surat izin penelitian ke Kantor

Kelurahan Medang, dengan menyertakan surat rekomendasi dari

KESBANGPOL Kabupaten Tangerang. Selama menunggu

proses surat didisposisi, peneliti meminta data demografi

Kelurahan Medang kepada staff dan bertanya tentang

ketersediaan Pak Lurah untuk di wawancarai.

Setelah menunggu beberapa saat, surat disposisi izin

penelitian dan surat rekomendasi akhirnya selesai. Kemudian

peneliti menguhubungi Bapak Lurah Rizki setelah para staff

memberikan nomor beliau kepada peneliti. Akhirnya peneliti

mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai Pak Lurah Rizki

sore ini.

Di sore harinya, peneliti menunggu Pak Lurah Rizki yang

sedang melakukan inpeksi ke wilayah pembangunan taman

kuliner di Perumahan Medang. Setelah menunggu beberapa saat,

penelti akhirnya bisa melakukan wawancara dengan Pak Lurah

Rizki. Kami berbincang tentang sejarah datangnya pengungsi

internasional di wilayah Kelurahan Medang dan peran

pemerintah Medang dalam menangani isu dan menjadi jembatan

bagi kedua belah pihak.

Senin, 24

Juni 2019

Hari ini peneliti melakukan observasi untuk mengetahui

demografi wilayah Kelurahan Medang. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui luas wilayah, penggunaan lahan, dan sumber-

sumber apa saja yang dimiliki oleh Kelurahan Medang.

Ditinjau dari segi geografis, Kelurahan Medang berada di

dataran rendah. Lokasi Kelurahan Medang saaat ini sudah berada

di tengah kota – lokasi perkantoran yang juga berdampingan

dengan real estate Summarecon Tangerang. Letaknya yang

Page 131: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

sangat strategis menjadikan Kelurahan Medang sebagai wilayah

perniagaan yang baik. Potensi lokasi Kelurahan Medang ini

dimanfaatkan oleh warga Kelurahan Medang Hal ini dibuktikan

dengan adanya ruko-ruko, kontrakan, kost-kostan, dan rumah

makan.

Fasilitas dan sarana yang dimiliki Kelurahan Medang sudah

baik, khususnya sumber air. Sumber air yang digunakan oleh

warga sudah cukup baik, warga Kelurahan Medang

mengandalkan air tanah dengan penggunaan jetpump atau

pompa air. Sanitasi sudah dikelola dengan baik, setiap warga

memiliki tempat penampungan/septic tank di masing-masing

rumah.

Selain sumber air dan pengelolaan limbah rumah tangga

yang sudah baik, ruang terbuka hijau yang terdapat di Kelurahan

Medang cukup banyak. Baru-baru ini pemerintah Kelurahan

Medang di bawah kepemerintahan Bapak Lurah Rizki Rizani

Fachzi, baru saja meresmikan ruang terbuka umum yakni sebuah

foodcourt di wilayah Perumahan Medang Lestari. Pengelolaan

ruang terbuka ini bekerja sama dengan masyarakat sekitar, untuk

pendataan ruang terbuka sendiri sudah baik. Setiap lokasi ruang

terbuka memiliki keterangan kepemilikan, kegunaan atau

pemanfaatan bangunan, dan luas lahan. Dengan banyaknya

ruang tebuka hijau menjadikan wilayah Kelurahan Medang

menjadi lebih asri dan tertata.

Akses menuju Kelurahan Medang sudah sangat baik. Akses

jalan sudah berupa aspal dan terdapat marka jalan. Karena

berdampingan dengan wilayah real estate, sebagian akses jalan

di Kelurahan Medang terbantu dengan adanya sistem

pengelolaan jalan oleh pihak Summarecon khususnya jalan-jalan

besar. Hanya saja belum banyak trayek angkutan umum yang

menjangkau Kelurahan Medang khususnya untuk wilayah

Perumahan Medang, Kp. Rawa Buaya, dan Kp. Pondok Jengkol.

Page 132: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Oleh karena itu warga harus menggunakan kendaraan pribadi

atau menggunakan layanan transportasi lain seperti ojek online.

Karena lokasinya berada di tengah-tengah pembangunan

wilayah real estate dan wilayah komersil

Fasilitas lainnya yang dimiliki oleh Kelurahan Medang

ialah fasilitas kesehatan. Tidak hanya POSYANDU dan

POSBINDU, di Kelurahan Medang terdapat rumah sakit swasta

yakni RS Mitra Keluarga. Meski tidak memiliki Puskesmas,

tetapi banyak terdapat klinik dokter maupun bidan di wilayah

Kelurahan Medang.

Minggu, 23

Juni 2019

Hari ini melakukan wawancari kepada Ibu Sri Sularsih.

Sebagai bagian dari warga Medang dan sebagai Kader Posyandu

di RW 09 Kelurahan Medang. Selain ibu Sri, peneliti juga

mewawancarai Bapak Fadil Ardiansyah. Peneliti bertanya

tentang respon pertama kali terhadap para pengungsi dan

pertanyaan-pertanyaan lainnya yang terdapat dalam pedoman

wawancara.

Jumat, 28

Juni 2019

Pada observasi kedua, peneliti melakukan observasi sesuai

dengan teori yang digunakan yakni berdasarkan Faktor

Fungsional dan faktor struktural yang mempengaruhi persepsi

seseorang. Observasi diawali dengan berkunjung ke beberapa

fasilitas Pendidikan yang terdapat di Kelurahan Medang.

Fasilitas pendidikan yang terdapat di Kelurahan Medang mulai

dari PAUD, Taman Kanak-kanak (TK), TPA/TPQ, SD/MI, dan

Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Beberapa dari fasilitas pendidikan tersebut milik Kelurahan

Medang, dan beberapa milik swasta. Fasilitas Pendidikan Negeri

yakni SD Negeri 01 Medang, SD Negeri Pondok Jengkol, MI

Negeri Pagedangan, dan fasilitas pendidikan swasta diantaranya

TK Mutiara Insani, RA Elsyifa, SDIT Mutiara Insani, SMPIT

Mutiara Insani, dan SDS Tiga Penuai. Untuk Sekolah Menengah

Pertama Negeri (SMPN) dibawah naungan Kecamatan

Page 133: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Pagedangan meskipun berlokasi di Kelurahan Medang. Fasilitas

dan sarana pendidikan dinilai sudah baik, dari segi gedung

semua, akses jalan menuju sekolah, dan lingkungan.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Medang

tidak memiliki kesulitan untuk menjangkau lokasi perniagaan.

Sebab Kelurahan Medang memiliki akses jalanyang sangat baik,

danbanyaknya pusat perbelanjaan maupun pasar. Kelurahan

Medang sendiri memiliki pasar tradisional yang berlokasi di

Perumahan Medang Lestari. Karena lokasinya yang dekat

dengan pusat perekonomian BSD (Bumi Serpong Damai) dan

Summarecon, Kelurahan Medang di kelilingi oleh pusat

perbelanjaan seperti pasar moderen, supermarket, dan lainnya.

Seiring dengan berkembangnya lokasi perniagaan BSD dan

Summarecon menjadikan Kelurahan Medang sendiri sangat

strategis untuk dijadikan lokasi perniagaan, baik untuk

berdagang maupun penyewaan bangunan seperti kontrakan

maupun kostan. Dengan banyaknya jumlah orang yang masuk ke

Kelurahan Medang banyak warga mendirikan bangunan yang

diperuntukan sebagai kostan maupun kontrakan.

Sebagai wilayah dengan masyarakat heterogen, mayoritas

masyarakat Kelurahan Medang beragama Islam. Hal ini

dibuktikan dengan banyaknya tempat ibadah khususnya Masjid

dan Mushollah di wilayah Kelurahan Medang. Fasilitas Masjid

dan Mushollah yang terdapat di kelurahan Medang dinilai sudah

cukup baik.

Jumat, 12

Juli 2019

Hari ini peneliti melakukan wawancara kepada Bapak

Zulhelmy Utama. Beliau bekerja sebagai driver salah satu

penyedia layanan antar-jemput online. Peneliti melakukan

wawancara dalam perjalanan ke suatu tempat. Wawancara kali

ini dilakukan secara tidak sengaja karena ketika Pak Zulhelmy

membuka obrolan tentang para pengungsi internasional barulah

peneliti meminta izin beliau untuk informasi yang disampaikan

Page 134: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

sebagai data dalam penelitian ini. Informasi yang didapat peneliti

lebih banyak tentang pengalaman Pak Zulhelmy saat menerima

order dari pengungsi internasional, dan bagaimana beliau

mendapatkan informasi-informasi tentang pengungsi

internasional dari sesama driver.

Sabtu, 13 Juli

2019

Hari ini peneliti melakukan wawancara dengan ibu

Rosmalina, seorang ibu rumah tangga yang memiliki usaha

(pedagang). Beliau tinggal di RW 04 Rawa Buaya, wilayah yang

paling dekat dengan shelter para pengungsi internasional.

Minggu, 14

Juli 2019

Kali ini peneliti melakukan wawancara dengan Bapak

Sholikhin, seorang pedagang. Beliau tinggal di RW 05 Kampung

Kandang, peneliti bertanya tentang bagaimana reaksi awal beliau

saat melihat pengungsi internasional dan bertanya tentang

pengalaman beliau berinteraksi dengan para pengungsi

internasional.

Minggu, 14

Juli 2019

Hari ini peneliti melakukan wawancara dengan Ibu

Sarminah, yang merupakan stake holder di wilayah Kp. Pondok

Jengkol dan koordinator Kelurahan Medang dengan IOM

Indonesia. Selain melakukan wawacara, peneliti juga berkunjung

ke PAUD Teratai. Penelti bertanya tentang bagaimana respon

masyarakat terhadap kedatangan dan keberadaan pengungsi

internasional di wilayah Kp. Pondok Jengkol ini. Selain itu

peneliti juga melihat-lihat bangunan PAUD Teratai yang

merupakan hasil kerja sama antara Kelurahan Medang dan IOM

Indonesia. Pelebaran bangunan dan sarana pendidikan yang ada

merupakan bantuan dari IOM Indonesia, dan para pengungsi

internasional yang menjadi tenaga bantu ajar bagi anak-anak.

Page 135: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

PEDOMAN WAWANCARA

Nama :

Tanggal :

Waktu :

Lokasi :

Daftar pertanyaan:

No. Variabel Indikator Variasi Pertanyaan

1. Faktor

Fungsional

Pengetahuan/latar

belakang

pendidikan

Apa yang ada ketahui tentang

pengungsi internasional atau

imigran?

Apakah anda menyukai informasi

tentang keberadaan pengungsi

internasional yang ada di

lingkungan anda? Apa informasi

yang anda sukai dari keberadaan

pengungsi internasional?

Apakah anda mencari tahu tentang

pengungsi internasional dan

keberadaannya di lingkungan anda?

Bagaimana cara anda mendapatkan

informasi tentang pengungsi

internasional?

Kebutuhan Apa yang menarik perhatian anda

terhadap pengungsi internasional

yang tinggal di lingkungan anda?

Jelaskan

Apakah perbedaan menjadi salah

satu ancaman atau menjadi

keuntungan bagi lingkungan tempat

tinggal anda? jelaskan

Page 136: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Menurut anda, apakah keberadaan

Pengungsi Internasional di

lingkungan anda mendatangkan hal

positif atau hal negatif? Jika positif

apa alasan anda?

Bagaimana cara anda menyikapi

perbedaan antara anda dan

pengungsi internasional?

Pengalaman masa

lalu

Apakah anda pernah tinggal atau

berkomunikasi dengan pengungsi

internasional sebelumnya? Jika

pernah, bagaimana cara anda

berkomunikasi dan informasi apa

yang didapat?

Atau apakah anda pernah

mengetahui problematika pengungsi

internasional yang ada di Indonesia

sebelumnya?

Bagaimana pendapat anda tentang

dinamika dan problematika

pengungsi internasional?

Apakah problematika pengungsi

internasional dapat mempengaruhi

lingkungan anda? Jelaskan

Bagaimana cara anda menyikapi

problematika dan pengungsi

internasional?

Agama yang

dianut

Dalam agama yang anda anut,

apakah perbedaan menjadi

penghalang dalam bermasyarakat?

jelaskan

Page 137: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Apakah ajaran dalam agama yang

dianut menjadi pertimbangan anda

dalam menilai pengungsi

internasional? Apa alasan anda?

Sebagai masyarakat yang hidup

berdampingan dengan pengungsi

internasional, apakah anda memiliki

kekhawatiran jika keberadaan

pengungsi internasional

mengganggu kenyamanan beribadah

anda? jelaskan

Apakah anda pernah berpikir jika

pengungsi internasional adalah

teroris? Apa pendapat anda tentang

mereka?

Sebagai umat beragama, bagaimana

menyikapi perbedaan anatara anda

dan pengungsi internasional yang

ada di lingkungan anda?

2. Faktor

Struktural

Lingkungan Apakah lingkungan tempat tinggal

anda memiliki pengaruh dalam

pandangan atau penilaian anda

terhadap Pengungsi Internasional?

jelaskan

Apakah lingkungan anda terbuka

untuk menerima orang baru?

jelaskan

Apakah lokasi tempat tinggal anda

memungkinkan untuk menjadi

tempat bagi pendatang? Jelaskan

Page 138: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Apakah dengan adanya pengungsi

internasional menjadikan

lingkungan anda tidak aman dan

nyaman? jelaskan

Apakah anda setuju jika pengungsi

internasional tinggal di lingkungan

anda? Jika tidak/iya apa alasan

anda?

Bagaimana cara anda menyikapi

pengungsi internasional yang

tinggal di lingkungan anda?

Adakah perizinan khusus bagi

pengungsi internasional untuk

tinggal di lingkungan anda?

Jika ada, bagaimana alur perizinan

bagi pengungsi internasional untuk

tinggal di lingkungan anda?

Bagaimana respon tetangga anda

dengan adanya pengungsi

internasional yang tinggal di

lingkungan anda?

Keluarga Apakah keluarga anda memiliki

penilaian yang berbeda dengan

penilaian anda tentang pengungsi

internasional? jelaskan

Apakah penilaian tersebut

mempengaruhi pandangan anda

terhadap pengungsi internasional?

Jika tidak/iya apa alasan anda?

Page 139: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Bagaimana cara anda menjelaskan

pemahaman dan penilaian anda

kepada keluarga anda?

Hukum yang

berlaku

Apakah anda mengetahui tentang

hukum atau undang-undang yang

mengatur tentang imigran atau

pengungsi internasional di

Indonesia? jelaskan

Apakah anda memahami tentang

hukum tersebut? Jelaskan

Apakah hukum yang berlaku

mempengaruhi penilaian dan

pandangan anda terhadap pengungsi

internasional? jelaskan

Menurut anda, apakah hukum yang

ada dapat menjadi jaminan

kenyamanan bagi dua belah pihak

(anda dan pengungsi internasional)?

Bagaimana cara anda jika

menemukan pelanggaran hukum

yang terjadi antara masyarakat dan

pengungsi internasional?

Nilai dan norma Adakah nilai dan norma di

lingkungan anda yang mengatur

anda dalam bermasyarakat?

Apakah nilai dan norma tersebut

membatasi anda untuk bersosialisasi

dengan pendatang baru (pengungsi

internasional) di lingkungan anda?

jelaskan

Page 140: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Apakah anda memiliki

kekhawatiran jika nilai yang

dimiliki pengungsi internasional

dapat mempengaruhi dan merusak

nilai di lingkungan anda? jelaskan

Bagaimana cara anda menyikapi

perbedaan nilai antara anda dan

pengungsi internasional?

Budaya Apa yang bisa anda pelajari tentang

budaya pengungsi internasional?

Apakah anda memiliki

kekhawatiran jika budaya yang

dimiliki pengungsi internasional

dapat merusak budaya anda?

Jelaskan

Bagaimana cara anda menyikapi

perbedaan budaya antara anda dan

pengungsi internasional?

Page 141: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Transkip Wawancara

Hari, Tanggal : Senin, 24 Juni 2019

Waktu Wawancara : 15:02 – 15:25

Tempat Wawancara : Lokasi Pembangunan Taman Kuliner

Perum Medang Lestari

Data Informan

Nama : Bpk. Rizki Rizani Fachzi, S.IP, M.Si.

Usia : 32 tahun

Pekerjaan : Lurah Medang

Pendidikan Terakhir : Magister (S2)

Alamat : Balaraja

No Pertanyaan – Jawaban

1. Pertanyaan:

Jadi, pertama kali mereka (pengungsi internasional) datang atau ada di

Kelurahan Medang ini pada tahun berapa pak?

Jawaban:

Mereka datang tahun berapanya saya kurang jelas pasti. Nanti bisa dilihat

dari rekam data kami. Yang penting adalah ketika saya datang kesini, saya

menjadi Lurah sudah 3 tahun 4 bulan, ketika saya datang kesini tahun 2016,

saya diberikan amanat oleh Pak Bupati dan juga ternyata disini ada berbagai

macam negara yang memang harus diamankan oleh kami, yaitu dari PBB

masuk ranahnya UNHCR dari situ masuk ke IOM International

Organization Of Migration, dan setelah itu saya berkoordinasi dengan ibu

Jumi dan Pak Rusdi, mereka berkoordinasi dengan saya terkait pengungsi

atau refugee yang ada di kelurahan medang khususnya.

Dari awalnya mereka kisaran, saat 2016-an sekitar 387-an sampai sekarang

itu ada sekitar 670-an. Mereka datang kesini itu untuk mencari suaka, bukan

berarti mereka bisa bekerja, karena mereka memang punya larangan

Page 142: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

bekerja, menikah dan sebagainya. Jadi mereka tidak boleh melanggar

larangan tersebut. Dan kalau tidak salah mereka diberikan uang saku

sebesar satu juta dua ratus per kepala kalau tidak salah. Dan ada yang

berkeluarga ada yang masih bujangan/masih gadis. Dan mereka dibedakan

mana tempat mereka untuk di Dormitori itu ada yang untuk berkeluarga,

untuk yang bujangan, untuk yang gadis atau yang anak-anak itu dibedakan.

Mereka juga belajar terkait local people yang ada di lingkungan kami, dan

juga kebudayaan indonesia, dan mereka juga ada yang kami berikan

sekolah, untuk mereka bisa berbaur dengan masyarakat yang bertempat di

SDN Pondok Jengkol dengan raport yang berbeda – khusus. Intinya adalah

mereka memang tidak bisa mendapatkan raport secara nasional tapi karena

mereka lebih baik bersekolah daripada diam saja dan tidak mendapat

pendidikan. Mereka disekolahkan oleh kami bersama-sama dengan warga

yang lain sehingga bisa berbaur dan kelak kedepannya mereka mempunyai

sejarah bahwa mereka pernah berada di kelurahan Medang, Kecamatan

Pagedangan, Kabupaten Tangeran, Banten Indonesia.

Saya pernah beberapa kali diminta untuk memberikan komentar, waktu itu

kalau tidak salah di Kedutaan Besar Amerika di acara Internatioanl

Organization of Migration IOM itu secara nasional, pada hari migran

intransional saya diberikan waktu untuk menjadi keynote speaker disana

dan saya memberikan infromasi bahwa di kelurahan Medang dengan 670

refugee – pengungsi internasional itu aman, nyaman, tentram, dan damai,

dan mereka dapat bersosialisasi dengan masyarakat.

Dan ada juga di RW 05 di Kampung Kandang disitu ada PAUD (Pendidikan

Anak Usia Dini) dengan Ibu Min sebagai koordinator. Mereka itu

(pengungsi) mengajar, ada bahasa Arab, bahasa Inggris dan sebagianya.

Dan mereka juga ada pelatihan-pelatihan yang memang mereka lakukan

untuk kemaslahatan bersama dengan masyarakat. Saya pun mengikut

sertakan mereka; mengambil bagian dalam program kemasyarakatan yaitu

kami bergotong-royong, terus juga pada hari sampah internasional atau hari

sampah nasional kalau tidak salah, mereka bekerja sama dengan masyarakat

berbaur dengan masyarakat membersihkan area se-Kelurahan Medang

khususnya di wilayah RW 05 Kampung Kandang saat itu, dan

Alhamdulillah berjalan dengan baik.

Ketika terkait dengan keamanan, kami dengan tiga pilar yaitu BINAMAS,

BABINSA, dan Lurah, tiga pilar itu kami sudah berkoordinasi bahwa 1x24

jam kami siap melayani mereka ketika ada Clash ada suatu permasalahan

kami selalu berkoordiasi dengan pihak POLSEK, pihak Koramil, dan

Page 143: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

sebagainya maka Alhamdulillah sampai saat ini adannya kejadian-kejadian

kami bisa kami selesaikan permasalahan tersebut dengan baik dan juga

ketika ada kematian pun kami selalu berkoordinasi dengan pihak imigrasi

dan dengan pihak pencatatan sipil, terkait mereka dikuburkan dimana.

2. Pertanyaan:

Kemudian, disini (kelurahan Medang) banyak pengungsi internasional yang

mengkontrak rumah sebenarnya mereka itu punya izin tinggal di luar shelter

atau tidak pak?

Jawaban:

Terkait dari para pengontrak dari pengusngi, disini diklasifikasikan ada

refugee yang memang terorganisir oleh IOM, dan ada yang tidak. Di dalam

keimigrasian pun mereka boleh saja berbaur dengan masyarakat dan sudah

mendapatkan side in nya, sudah mendapatkan lisence nya tapi mereka tidak

dibawah wewenang atau kewenangan IOM. Yang mendapat kewenangan

atau dibawah naungan dari IOM, mereka mendapatkan uang saku satu juta

dua ratus ribu rupiah dan ditempatkan di tempat-tempat yang sudah

disediakan – ditentukan. Dan mereka memiliki aturan, tapi bisa saja terjadi

ketika pengungsi atau refugee yang memiliki saudara disini atau ada orang

yang akan menampung – menerima mereka, silahkan saja. tapi mereka

mempunya peraturan dan juga dari pihak imigrasi selalu mengawasi

mereka.

3. Pertanyaan:

Saya pernah melakukan wawancara dengan pihak Rudenim jakarta terkait

pengungsi yang memiliki tempat tinggal di luar shelter IOM, mereka

menyatakan bahwa hal tersebut tidak diperbolehkan. Sebelumnya, apakah

Bapak sudah mengetahui tentang para pengungsi yang mengontrak? Apa

pendapat Bapak tentang hal tersebut?

Jawaban:

Sudah, bahkan didepan kantor Imigrasi (Rudenim) di Jakarta itu, banyak

dari mereka yang harus tinggal di hamparan-hamparan jalan karena tidak

semua dari mereka masuk ke dalam naungan IOM itu sendiri, mereka ada

di bawah keimigrasian karena ada berbagai satu dan lain hal yang saya

sendiri tidak begitu paham terkait indikator apa yang menjadikan mereka

layak untuk mendapatkan dukungan atau naungan dari IOM itu sendiri.

Tidak semua dapat memang, mungkin kebijakan dari pemerintah ada

indikator-indikator tertentu sehingga mereka bisa di bawah naungan IOM

ataupun tidak.

Page 144: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Dan para imigran ini, ada yang sekitar empat atau lima tahun mereka

mencari suaka ke Kanada, ke Netherland, dan Australia, dan amerika

ataupun ke negara lain sesuai dengan keinginan mereka – sesuai dengan

permintaan mereka, nanti mereka akan dipanggil misalkan empat tahun

kemudian atau lima tahun kemudian. Dan Alhamdulllah selama ini di

kelurahan Medang kami selalu welcome dengan mereka, selain itu kami

berkoordinasi dengan dinas sosial dan dengan dinas-dinas instansi terkait

seperti catatan sipil berkaitan dengan keberadaan mereka, dengan Satpol-

PP juga kami berkoordinasi. Bagaimana cara kami menjaga kepentingan-

kepentingan negara terkait masalah refugee ini.

Karena memang kami bisa lihat sendiri bahwa indikator-indikator kenapa

dan mengapa Indonesia dijadikan ketua atau Presiden Dewan Keamanan

PBB, ternyata satu atau mungkin dua hal yang memang menjadi ranah

indikatornya terindikasi dari keutuhan dan juga kebersamaan antara refugee

dengan warga – masyarakat lokal. Khususunya di Indonesia kemarin ketika

saya menjadi keynote speaker di Kedutaan, ternyata Kelurahan Medang

Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang Provinsi Banten ini, kami

yang lebih aman, kami yang lebih nyaman, dan kami yang lebih

terorganisir, keberagamannya diterima oleh masyakarat, penerimaan oleh

masyakarat, keberimbangannya antara mereka berbaur dengan masyakarat,

mereka mengisi waktu di masyarakat, bergotong royong dengan

masyarakat, hanya Kelurahan Medang yang mempunyai keberagaman

tersebut dan juga ada jadwal-jadwal kegiatan untuk mereka bisa bergabung

dengan masyarakat.

4. Pertanyaan:

Jadwal-jadwal kegitannya itu kapan saja pak? Dan apa saja kegiatannya?

Jawaban:

Jadwalnya itu setiap tahun pasti kami mengadakan Hari Refugee

Internasional dan kami baru saja melaksanakan buka puasa bersama mereka

yang kami lakukakan secara rutin setiap tahunnya. Bersama dengan para

refugee kami perkenalkan mereka kepada warga dan juga Alhamdulillah

sambutan, respon dan penerimaan dari masyarakat sangatlah positif. Dan

yang kami inginkan bahwa mereka itu adalah keluarga kami semua baik

mereka yang dari Iran, Pakistan, Palestina dan lain sebagainya.

Alhamdulillah pada acara buka bersama kemarin, mereka memasak

masakan khas negara mereka dan kami juga memasak masakan khas dari

indonesia khususnya mungkin tataran Sunda, Jawa, Betawi dan sebagainya;

ragam budaya yang ada di kelurahan medang, kami sajikan sehingga kami

Page 145: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

bisa bertukar dengan masakan mereka. Dan juga kami diberikan mandat

oleh pengurus IOM, silahkan saja memanfaatkan apa yang mereka punya

apa yang mereka bisa, karena refugee yang datang kesini kebanyakan dari

mereka adalah ahli, diantaranya ada yang dokter spesialis, ada juga mualim

atau guru, juga ada yang seorang chef, owner hotel dan sebagainya. kami

bisa memanfaatkan mereka untuk kemaslahatan bersama.

5. Pertanyaan:

Sebelumnya bapak mengatakan bahwa anak-anak refugee mendapatkan

pendidikan di SDN Pondok Jengkol, berarti setidaknya mereka paham

bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Apakah juga ada pelatihan atau

bimbingan bahasa untuk para ibu-ibu atau pengungsi perempuan?

Jawaban:

Ada, Di dalam gedung dormitori pada lantai pertama itu, mereka wajib

belajar terkait bahasa inggris dan juga bahasa indonesia. Jadi minimal

mereka ketika berada di indoensia merak harus bilingual language yaitu

english language or bahasa. Jadi ketika mereka datang kesini mereka harus

memperlancar bahasa dan juga memperlancar bahasa inggris.

Alhamdulillah mereka yang berasal dari berbagai macam negara yang sudah

setahun tinggal – minimal setahun tinggal mereka sudah sedikit lancar

berbahsa indonesia.

Dan juga kami selaku dari pihak pemerintah kelurahan Medang khususnya

dengan IOM dengan juga dinas pendidikan akan berkoordinasi terkait ada

pembelajarn khusus untuk mereka. Khususnya di kelurahan Medang kami

ada satu aula yang kami khususkan untuk mereka belajar bersama

masyarakat dengan anak-anak itu, kami satukan nanti ada guru yang kami

datangkan entah itu guru dari IOM yang sudah pilih atau guru yang dari

dinas pendidikan mereka akan belajar terkait bahasa dan juga keberagaman

budaya mereka masing-masing, jadi nanti ada pertukaran budaya.

6. Pertanyaan:

Saya mendapat informasi dari salah satu kader PKK yang ada di lingkungan

saya. bahwa ada refugee yang direkomendasikan oleh salah satu bidan di

lingkungan Medang ini untuk mendapatkan imunisasi. Sebenarnya apakah

mereka mendapatkan hak tersebut atau memang ada peraturannya pak?

Jawaban:

Untuk alasan kemanusiaan mereka punya Hak, terkait peraturan mereka

tidak bisa masuk ke ranah tersebut. Tapi jika berdasarkan kemanusiaan

mereka punya hak itu – hak Asasi manusianya. Sama seperti sekolah,

Page 146: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

sebetulnya mereka itu tidak bisa bersekolah yang berbicara secara nasional-

secara prosedural. Tapi mereka atas dasar ketentuan, dasar pemikiran

bersama Lurah dengan masyarakat dan juga kepala sekolah SDN Pondok

Jengkol, mereka bisa bersekolah, berbaur dengan anak-anak lainnya – anak-

anak yang dari Afghanistan, dari Irak, dari Pakistan itu mereka pun dengan

literatur dan gaya berbeda - dengan gaya pengajaran yang berbeda dan juga

raport yang berbeda dari raport nasional. Intinya adalah adalah kami

berusaha untuk mencerdaskan umat – seluruh manusia yang ada di dunia ini

dan juga kami menjaga amanah yang diberikan oleh PBB – UNHCR – dan

IOM.

7. Pertanyaan:

Selama tiga tahun menjabat ini, apakah ada kasus atau adakah pelanggaran

peraturan yang dilakukan oleh mereka?

Jawaban:

Terkait hal tersebut pelanggaran-pelangaran yang mereka buat itu lumrah,

sebagai manusia dimana ada peraturan pasti ada pelanggaran. Tetapi kami

dari pihak tiga pilar kami selalu berkoordinasi dengan pihak IOM. Jika ada

masalah-masalah kami selalu koordinasikan dengan pihak polsek dengan

koramil seperti yang sudah saya sebutkan. Setiap ada permasalahan kami

selalu konsolidasikan kami kami selalu musyawarah untuk mufakat.

Terhadap masyarakat juga pasti ada clash – ada persimpangan – selalu ada

permasalahan tapi Alhamdulillah selama ini ketika ada masalah besar kami

kecilkan, ketika ada masalah kecil kami hilangkan. Dan Alhamdulillah

berjalan dengan baik dan tidak ada permasalah apa-apa.

8. Pertanyaan:

Bisa dibilang bapak lebih sering berkoordinasi dengan pihak IOM ya pak,

apakah pihak Rudenim jugs datang dan mengecek kondisi di

shelter/dormitori?

Jawaban:

Sering, jadi mereka setiap bulan atau tiga bulan kalo tidak salah, mengecek

langsung ke lapangan dan berkoordinasi dengan kami. Dan kami juga

pernah diundang oleh pihak Imigrasi di salah satu hotel di Tangerang, kami

menjadi salah satu undangan dari wilayah jabodetabek yang ada refugee

nya, bersama juga tim SAR yang juga berkaitan dengan kedatangan mereka

menggunakan kapal laut, dan ada beberapa Camat Lurah juga hadir disana

dan dinas instansi-instansi terkait seperti Dinas Sosial, Dinas Catatan Sipil,

dan Satpol-PP dan juga Polres yang ada di Kabupaten Tangerang, yakni

Polres Tigaraksa, Polres Tangsel, dan Polsek Metro Kota Tangerang. Kami

Page 147: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

sudah berkoordinasi, dan kami dicek satu per satu sehingga muncul bahwa

Kelurahan Medang dengan kepemerintahan kami disini bisa aman, nyaman,

damai, tentram. Untuk para refugee bisa berbaur dengan masyarakat.

9. Pertanyaan:

Beberapa waktu lalau saya pernah bertemu dengan salah satu refugee,

sayangnya dia tidak bisa berbicara bahasa Inggirs. Jadi sebenarnya saya dan

warga Perumahan Medang ingin membantu mereka, tapi karena

keterbatasan antara bahasa kami dan mereka menjadi halangan, jadi terlihat

kami memberi jarak dan sulit bersosialisasi. Apa pendapat bapak tentang

hal tersebut?

Jawaban:

Sebenarnya mereka itu setiap negara memiliki koordinator. Misalnya

Afghanistan yang mereka itu sudah paham sekali berbahasa, baik bahasa

Inggris atau bahasa Indonesia. Begitu pula yang dari Irak, dan juga yang

dari Rohingya. Intinya sebelum mereka lancara bahasa, mereka wajib lancar

bahasa Inggris. Makanya warga kalau berbicara dengan mereka

menggunakan bahasa Inggris. Mereka berkoordinasi dengan warga

Kampung Kandang pun dengan isyarat awalnya. Mereka menggunakan

bahasa isyarat dan step by step dari pihak refugee, mereka belajar terkait

bahasa Indonesia. Dan Alhamdulillah mereka yang sudah setahun sudah

bisa bahasa Indonesia sehingga bisa lancar kedepannya.

Terbukti bahwa, karena memang mereka berdomisili kebanyakan di Rawa

Buaya – di Perkampungan Rawa Buaya, di Bojong Gintung, di Ongsi Baru,

mereka sholat di Kampung Rawa Buaya – di Kampung Medang, maka

mereka sudah biasa berkoordinasi, biasa berkumpul dengan warga-warga

disana. Dan ada juga di Umaamah, ada beberapa refugee dari berbagai

negara yang beragama muslim, mereka i’tikaf bersama selama sepuluh hari

menjelang lebaran. Mereka beri’tikaf bersama warga di Masjid Umaamah,

mereka yang tadinya tidak paham bahasa Indonesia sedikit demi sedikit

lancar berbahasa Indonseia, karena berbabur dengan masyarakat Kelurahan

Medang.

10. Pertanyaan:

Selama tiga tahun menjabat, pas awal kedatangan para refugee adakah

penolakan atau keluhan masyrakat tentang para refugee?

Jawaban:

Masyarakat yang mengeluh itu, ketika saya bertanya dengan pihak IOM itu

hanya di tahun pertama dan kedua keberadaan mereka disini. Nanti untuk

Page 148: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

lebih jelasnya nanti saya koordinasikan terkait sejarah mereka disini kepada

IOM.

Di Rawa buaya utamanya mereka salalu melakukan giat santunan kepada

anak yatim piatu, dan juga pemberian baju yang ala kadarnya dari mereka.

Karena mereka juga ada yang seorang dosen, seorang guru, dan seorang

chef ternama dari negara masing-masing. Mereka berbagi dengan

masyarakat ini sudah dilakukan secara rutin setiap tahunnya, juga ada buka

bersama dengan masyarakat, dan pada tahun 2017 kami adakan pekan

olahraga pengungsi pada hari Imigran Internasional. Kegiatan pekan olah

raga ini yaitu futsal, voli, dan sepak bola. Di depan Dormitori ada lapangan

– dan kami pakai itu, kami juga sudah berkoordinasi dengan pihak

Paramount. Dan Alhamdulillah masyarakat sangat antusias, dengan adanya

kegiatan ini. Hal ini menjadi indikasi yang sangat baik, sangat positif fan

juga banyak hal-hal baru yang mereka lakukan, dan juga banyak omongan

dari masyarakat bahwa inilah keinginan mereka berbaur bersama dengan

para refugee.

Page 149: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Transkip Wawancara

Hari, Tanggal : Minggu, 14 Juli 2019

Waktu Wawancara : 17:14 – 17:54

Tempat Wawancara : Kediaman Informan

(RW 05 Kampung Kandang)

Data Informan

Nama : SM

Usia : 56 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir : SD

Alamat : (RW 05 Kampung Kandang)

Tanda Tangan Informan

No Pertanyaan – Jawaban

1. Pertanyaan:

kira-kira kapan awalnya para imigran/pengungsi masuk ke wilayah tempat

tinggal ibu? Sudah berapa lama mereka tinggal disini?

Jawaban:

Awalnya mereka masuk itu saat kita ada Binwil (Bina Wilayah) di tahun

2016. Jadi tidak berselang lama setelah Pak Lurah Rizki menjabat sebagai

Lurah Medang. Jadi baru ketika pak Lurah menginjakan kaki di Medang,

mereka mulai berdatangan dan tinggal di lingkungan sini. Awalnya mereka

mengajukan izin ke Kelurahan, bahwa mereka mau mengabdi – istilahnya

di wilayah kita.

Kebetulan ketika Binwil ada di wilayah ibu sini, akhirnya mereka

ditempatkan disini. Terus jika ada kegiatan atau keperluan yang

berhubungan dengan IOM kebetulan ada angkat saya Murakaba yang

bekerja disana. Jadi di wilayah ini saya yang menjadi koordinator – menjadi

jembatan antara para imigran/pengungsi & IOM dengan para warga

masyarakat disini. Jadi ibu sering terima tamu dari kedutaan atau dari IOM

atau dari Imigrasi, mereka kesini untuk mengontrol keadaan. Sebagai yang

dituakan di lingkungan ini, saya terbuka dengan para pengurus baik dari

IOM maupun kedutaan – sudah saya anggap sebagai anak sendiri. Begitu

juga sama imigran-imigrannya, sudah saya anggap sebagai anak sendiri,

mereka juga sering main kesini. Kadang setiap sore mereka main ke rumah

Page 150: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

ibu, meski Cuma mau main, dan ketika ibu mampir ke dormitori juga

mereka menawarkan ibu untuk mampir ke tempatnya.

2. Pertanyaan:

Apakah ada kendala saat berkomunikasi?

Jawaban:

Awalnya memang pasti ada ya, paling kita pakai bahasa tubuh awalnya.

Tapi kan karena lama kelamaan kita yang tidak bisa bahasa inggris jadi mau

tidak mau belajar begitupula mereka jadi belajar bahasa inggris. Awalnya

karena ada anak-anak IOM jadi setiap komunikasi mereka yang bantu

terjemahin.

3. Pertanyaan:

waktu kedatangan mereka disini, apakah ada gejolak atau konflik atau

keluhan dan warga disini bu?

Jawaban:

Untuk masalah menerima atau tidak, konflik atau gejolak itu semua tidak

pernah ada/terjadi. Jadi warga masyarakat sini sangat menerima. Kalau

masyarakat sini ibaratnya sama ibu itu madang – nurut, karena memang ibu

dituakan ibaratnya tokoh masyarakat sini.

Biarpun mereka itu agamanya berbeda – seperti Sanu dari Srilanka yang

beragama Hindu, dia adalah salah satu imigran yang ikut mengajar di Paud

sini. Ya tidak jadi masalah selama dia tidak mengajarkan agama dia,

menghormati agama kita. Ya intinya tidak sampai mengganggu akidah kita.

Makanya dia hanya mengajar kesenian saja.

4. Pertanyaan:

Awal berdirinya Paud ini pada tahun berapa ya bu? Dan sejak kapan Paud

ini bekerjasama dengan IOM?

Jawaban:

Awal berdirinya Paud ini sendiri tahun 2013, tapi untuk kerjasama dengan

IOM ya pada tahun 2016 pas ada Pak Lurah Rizki. Kebetulan ibu saat itu

ada di Kelurahan (sebagai staff), lalu mereka mengutarakan bahwa mereka

ingin mengadakan bakti sosial kepada masyarakat disini. Awalnya pak

Lurah agak keberatan, tapi saya langsung beri penjelasan untuk terbuka dan

bekerja sama dengan mereka para imigran asalkan ketika mereka beda

agama, mereka tidak mengajarkan agama mereka. Ibaratnya tidak

mengganggu keyakinan warga sini. Itu batasan dari kami jika mereka ingin

berbaur dengan kami. Sejak saat itu saya diberi kepercayaan oleh Pak Lurah

Rizki untuk menjadi koordinator antara warga dengan IOM & imigran

khususnya di wilayah kampung Kandang.

Page 151: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Bangunan Paud ini juga dibantu oleh IOM, untuk perluasan kelas dan alat-

alat seperi papan tulis dan meja. Untuk tenaga ajar, guru-guru di Paud ini

dibagi menjadi dua, kalau hari-hari itu sama Ibu tika dan Pak Amin, terus

setiap hari rabu itu dari IOM – dari para imigran mereka juga didampingi

oleh pihak IOM. Paud nya ini diadakan siang hari jadi dari jam 2 sampai

dengan jam 4 sore.

5. Pertanyaan:

Selain mengabdi menjadi tenaga ajar di Paud ini, apa ada kegiatan lain yang

mereka lakukan untuk masyarakat?

Jawaban:

Adanya imigran ini sangat membantu sekali. Pernah ketika mau Bina

Wilayah, mereka mau membantu kami warga kampung kandang untuk

membersihkan lingkungan. mereka dengan senang hati membantu kami.

Jadi jika kami butuh bantuan mereka, saya langsung mengontak pihak IOM

jika ada kegiatan yang butuh bantuan mereka, atau kami ingin melibatkan

mereka bersama seperti ketika acara tujuh belas agustus.

Pokoknya setiap ada kegiatan yang melibatkan para pengungsi pasti saya

yang jadi jembatan antara kelurahan medang dengan IOM, sebab Pak Lurah

pun selalu memberi kepercayaan setiap ada acara bersama mereka. Ketika

ada acara pun dana yang dikeluarkan sebagian besar dari IOM seperti saat

Buka Bersama pada Ramadhan lalu. Tidak hanya itu, kegiatan para

pengungsi juga banyak disini, mereka rutin ikut tujuh belasan, merekajuga

ikut saat memberikan santunan kepada anak yatim.

6. Pertanyaan:

Sebelumnya pernahkah ibu bertemu dengan para imigran/pengungsi lainnya

selain di kelurahan medang ini?

Jawaban:

Belum pernah sama sekali, baru tau ini aja ketika ada pengungsi dari IOM

ini. Itupun tahu karena informasi dari IOM bahwa merekaakan tinggal

berdampingan dengan kita warga sini. Sebelumnya ibu kurang paham, ibu

kira Cuma bule biasa, tapi karena banyak ya lumayan bikin penasaran,

setelah penjelasan ketika ibu bertemu dengan IOM waktu lalu baru ibu

paham. Dan mengajak warga sini juga ikut berbaur dan saling bantu-

membantu.

7. Pertanyaan:

Pada awal mereka datang, apa yang menarik perhatian ibu terhadap mereka?

Jawaban:

Yang paling jelas penampilan mereka, banyak yang wajahnya seperti orang

Arab. Awalnya saya kira Cuma sedikit ternyata banyak juga. Belum lagi

yang berkulit hitam, benar-benar ibu tidak tahu mereka itu siapa.

Page 152: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

8. Pertanyaan:

Apakah dengan keberadaan mereka disini mengganggu kenyamanan

beribadah ibu?

Jawaban:

Ya seperti yang ibu katakan di awal tadi, mereka diterima disini untuk

menghargai dan menghormati kita sebagai warga sini yang kebanyakan

islam. tapi karena kebanyakan pengungsi yan datang ke rumah ibu itu islam

jadi ya nyaman-nyaman saja. Mereka banyak yang ikut jamaah di Masjid

sini. Dan menurut anak saya yang menjadi ketua DKM tidak ada masalah

dan sama-sama sholat berjamaah mau itu sholat wajib atau sholat jumat.

9. Pertanyaan:

Apakah adanya perbedaan itu ibu khawatir mereka akan membawa

perubahan buruk di lingkungan ibu?

Jawaban:

Sebenarnya ya cukup khawatir, kita menerima mereka asal mereka mau

menghormati kita sebagai warga asli sini, mereka mau menjaga keamanan

dan kenyamanan bagi bersama. Dan juga yang paling penting asal mereka

itu tidak merusak nilai-nilai dan keyakinan agama kita aja. Kan sama-sama

manusia ya harus saling membantu dan menghormati. Syarat ibu ya Cuma

satu, ketika mereka berbaur mereka tidak mengajarkan agama merekadan

merusak agama kita disini.

10. Pertanyaan:

Apakah mereka disini pernah sharing tentang budaya mereka bu?

Jawaban:

Sejauh ini paling Cuma makanan khas mereka saja, tapi ibu tidak pernah

coba karena terlihat aneh buat ibu. Paling mereka yang belajar budaya kita

disini, lebih banyak mereka yang mencoba untuk beradaptasi dengan

budaya sini. Bahkan ketika bukber kemarin, konsumsi yang paling cepat

habis masakan yang kita bikin. Mungkin mereka senang dengan masakan

sini (indonesia).

11. Pertanyaan:

Bagaimana cara ibu menyikapi perbedaan budaya antara ibu dan para

pengungsi?

Jawaban:

Kita saling menghargai saja, saling paham saja. Pokoknya disini antara

mereka dengan warga saling menghargai. Saya pribadi juga menghargai

setiap perbedaan baik itu dari bahasa, budaya, dan agama yang mereka anut.

Page 153: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Transkip Wawancara

Hari, Tanggal : Minggu, 23 Juni 2019

Waktu Wawancara : 19:39 – 20:20

Tempat Wawancara : Perumahan Medang Lestari (RW 09)

(Kediaman Informan)

Data Informan

Nama : FA

Usia : 22 tahun

Pekerjaan : Pelajaran

Pendidikan Terakhir : SMA

Alamat : Perumahan Medang Lestari (RW 09)

Tanda Tangan Informan

No Pertanyaan

1. Pertanyaan:

Apakah anda tahu jika ada imigran atau pengungsi internasional yang

tinggal di lingkungan anda?

Jawaban:

Saya tahu, karena saya pernah melihat mereka di lingkungan saya. saya

melihat banyak imigran yang tinggal disana (di dormitorio)

2. Pertanyaan:

Selain pengungsi atau imigran yang ada di kelurahan medang, apakah anda

pernah melihat, atau berkontak langsung dengan mereka sebelumnya?

Jawaban:

Selain di Medang tidak pernah, pernahnya warga negara asing tapi tidak

tahu mereka itu pengungsi internasional atau bukan.

3. Pertanyaan:

Pada saat pertama kali melihat mereka, apa yang ada di pikiran anda?

Jawaban:

Yang ada dipikiran saya saat itu hanya sebatas orang asing, berkulit gelap,

memiliki perawakan yang beda dari kita. Secara fisik intinya berbeda.

Page 154: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

4. Pertanyaan:

Apakah setelah melihat pertama kali, anda pernah bertemu atau berkontak

lagi dengan mereka?

Jawaban:

Pernah, saat saya sholat di masjid. Mereka juga ikut sholat bersama, satu

saf sama jamaah lainnya. Berkontak fisik ya paling saat bersalaman setelah

sholat, tapi tidak sampai ngobrol karena keterbatasan bahasa.

5. Pertanyaan:

Sebelumnya anda pernah berkontak dengan pengungsi saat sedang

beribadah di masjid, menurut anda apakah perbedaan yang mereka miliki

mengganggu saat beribadah?

Jawaban:

Sebenarnya perbedaan itu tidak berpengaruh dalam kegiatan ibadah, hanya

saja saya kurang nyaman dengan bau (aroma tubuh) mereka jika sholat

bersampingan dengan mereka. Mungkin karena mereka punya kebiasaan

yang berbeda, atau karena saya yang belum terbiasa dengan bau badan

mereka. Dan menurut saya agak mengganggu saat ibadah, selebihnya

tentang cara mereka sholat sama seperti jamaah lainnya. Tidak ada yang

beda.

6. Pertanyaan:

Sebagai seorang muslim, apa anda cenderung milih-milih untuk

bersosialisasi?

Jawaban:

Ya tentu tidak, sebenarnya yang jadi kendala itu kan bahasa yang berbeda,

jadi sulit untuk tegur sapa. Sebenarnya kalau saya bisa bahasa mereka, saya

ingin sekali berkomunikasi dengan mereka. Berteman dengan siapa saja,

asal tidak merusak akidah. Kayaknya tidak hanya islam yang mengajarkan

tentang kebersamaan dalam keberagaman, bergaul dengan sama siapa saja.

7. Pertanyaan:

Di indonesia kan ada perbedaan aliran, di luar pun juga demikian seperti

syiah-sunni, atau mazhab yang berbeda dengan yang diaplikasikan di

Indonesia. Apakah perbedaan tersebut menggangu?

Jawaban:

Yang saya lihat dan saya tahu, di masjid umaamah itu mau aliran apa saja

masuk. Terbuka untuk semua muslim yang ingin beribadah.

Page 155: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

8. Pertanyaan:

Secara global, apa anda tahu tentang alasan pengungsi masuk ke Indonesia?

Jawaban:

Setahu saya imigran yang datang ke indonesia karena perang di negaranya,

terus karena keterpaksaan soalnya ekonomi di negaranya buruk makanya

mereka cari tempat untuk berlindung.

9. Pertanyaan:

Otomatis para pengungsi ini punya problem kan, apakah anda khawatir jika

problem mereka mempengaruhi lingkungan anda?

Jawaban:

Kayaknya untuk saat ini belum ada kekhawatiran di masyarakat, khususnya

bagi saya ya. Karena masyarakat biasa-biasa aja. Mungkin karena kita

(masyarakat) tidak pernah bersosialisasi dengan mereka jadi kita tidak tahu

tentang mereka. Belum ada dampak yang signifikan

10. Pertanyaan:

Anda tahu isu tentang rape pemerkosaan, atau pelecehan yang terjadi baik

oleh imigran atau warga lokal, apakah anda memiliki kekhawatiran tentang

hal tersebut?

Jawaban:

Ya tentu khawatir, tapi kita tidak bisa langsung nge judge mereka. Belum

tentu mereka seperti itu

11. Pertanyaan:

Apakah perbedaan diantara pengungsi dan masyarakat mempengaruhi

lingkungan anda?

Jawaban:

Perbedaan itu ya biasa saja, maksudnya tergantung kitanya saja sebagai

mayoritas mau ngerangkul atau tidak.

12. Pertanyaan:

kita hidup di Indonesia yang notabene nya negara dengan banyak suku-suku

dan budaya yang berbeda. Menurut anda, apakah suku dan budaya anda

mempengaruhi pandangan dan penilaian anda terhadap pengungsi

internasional?

Jawaban:

Page 156: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Latar belakang suku budaya tidak berpengaruh lagi terhadap penilaian saya.

karena sebelumnya saya pernah tinggal bersama orang-orang dengan latar

belakang budaya dan suku yang berbeda dari dalam maupun luar indonesia.

Karena tinggal bersama itu saya bisa memahami sifat dan karakter dari

masing-masing suku atau budaya. Sehingga ketika saya melihat pengungsi

yang ada di medang ini, saya tidak memandang mereka sebagai bahaya atau

musuh, pandangan itu muncul karena kita belum mengenal mereka.

13. Pertanyaan:

Menurut anda, kemungkinan pendatang yang masuk ke ke Kelurahan

Medang apakah akan semakin banyak? Apakah ada kekhawatiran terhadap

masuknya pendatang?

Jawaban:

Pastinya semakin besar, karena banyak pembangunan dan perluasan

wilayah medang yang sangat memungkinkan untuk pendatang berdatangan

dan tinggal disini. Dulu mungkin hanya ditinggali oleh masyarakat asli

Medang dengan latar belakang suku sunda, jawa, bima, dan batak. Tapi

sekarang, bisa lihat sendiri ada dari papua hingga pengungsi internasional

yang dari luar indonesia tinggal disini bersama masyarakat. Sebagai

masyarakat Medang, saya pribadi menerima kedatangan mereka yang

memiliki itikad baik.

14. Pertanyaan:

Menurut anda, apakah dengan adanya pengungsi internasional disini

mengurangi kenyamanan dan keamanan lingkungan tinggal anda?

Jawaban:

Untuk nyaman dan amannya, selama mereka taat dan tertib terhadap

peraturan yang ada – baik yang mereka miliki ataupun peraturan dari

lingkungan kami, tidak masalah. Intinya, mereka harus respect terhadap

masyarakat lokal, begitu pula sebaliknya. Sama-sama tidak mengganggu

kenyamanan

15. Pertanyaan:

Terkait penilaian anda terhadap Pengungsi Internasional, apakah keluarga

anda memiliki pengaruh dalamhal tersebut?

Jawaban:

Tidak sama sekali. Karena baik orang tua atau saudara-saudara saya

memiliki kebebasan untuk menilai, memandang, dan menyikapi suatu hal.

Page 157: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

16. Pertanyaan:

Apakah anda mengetahui tentang peraturan dan hukum yang berlaku bagi

para migran atau pengungsi internasional selama beradadi indonesia?

Jawaban:

Untuk itu saya tidak tahu sama sekali hukum-hukumnya.

17. Pertanyaan:

Apakah dilingkungan anda memilikiniai dan norma? Apakah nilai dan

norma tersebut dapat mempengaruhi penilaian anda terhadap pengungsi

internasional?

Jawaban:

Nilai seperti gotong-royong tentunya masih ada, saling menjaga dan

membantu satu sama lain. Untuk mempengaruhi penilaian saya, mungkin

sedikit berpengaruh. Karena sudah menjadi kebiasaan kali ya, jadi tolong

menolong itu berlaku untuk siapa saja, terlebih mereka yang mengungsi

disini. Hanya saja keterbatasan bahasa, sedikit menghambat saya pribadi

khususnya.

18. Pertanyaan:

Pertanyaan terakhir, menurut anda apakah mereka (para pengungsi) terbuka

dengan masyarakat?

Jawaban:

Menurut saya ya mereka itu tertutup, terlihat lebih senang berkelompok –

lebih eksklusif. Itu yang saya lihat dan saya rasakan.

Page 158: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Transkip Wawancara

Hari, Tanggal : Minggu, 23 Juni 2019

Waktu Wawancara : 20:03 – 20:18

Tempat Wawancara : Perumahan Medang Lestari (RW 09)

(Kediaman Informan)

Data Informan

Nama : SS

Usia : 22 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir : Diploma (D3)

Alamat : Perumahan Medang Lestari (RW 09)

Tanda Tangan Informan

No Pertanyaan

1. Pertanyaan:

apakah ibu mengetahui tentang keberadaan Pengungsi

Internasional/imigran yang adadi kelurahan medang?

Jawaban:

Tahu, karena pertama saya tahu keberadaan mereka itu ketika Binwil dan

saya pernah mengikuti salah satu kegiatan yang diadakan kelurahan medang

atas kerja sama dengan IOM kalau tidak salah waktu itu acara hari migran.

Saya dan kader PKK lainnya diundang untuk menghadiri acara tersebut. Di

acara tersebut saya bisa tahu tentang kedatangan mereka kesini (Indonesia),

kemudian mereka juga menampilkan nyayian dan tarian negara mereka.

Dan juga disuguhkan masakan khas mereka.

2. Pertanyaan:

Pertama kali ibu melihat mereka, apa yang ada di benak/pikiran ibu?

Jawaban:

Ya mereka beda, secara fisik. Yang perempuannya cantik-cantik begitu pula

yang laki-laki ganteng-ganteng. Kayaknya kebanyakan dari daerah Arab

sana ya tapi juga ada yang kulit hitam. Hanya saja nasib mereka yang

kurang menyenangkan sehingga mereka harus pergi dari negara mereka,

karena banyak perang. Itu yang saya tahu tentang latar belakang mereka.

Tapi sebetulnya mereka yang kesini itu bukan orang yang biasa-biasa saja.

Page 159: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Beberapa dari mereka ada juga yang dokter atau dosen. Ibaratnya mereka

itu bukan orang bodoh lah ya.

3. Pertanyaan:

Sebelumnya apakah ibu pernah bertemu atau berinteraksi dengan imigran?

Jawaban:

Belum pernah, baru ini aja. Karena kebetulan tempat tinggal mereka dekat

dengan kediaman saya. dan interaksinya hanya sekedar sapa saja, belum

pernah ngobrol karena saya tidak bisa bahasanya. Ini juga karena ada

kegiatan – undangan, dari kelurahan jadi saya cukup tahu tentang mereka.

Terus ada juga pengungsi yang datang ke Posyandu.

4. Pertanyaan:

sebagai Kader PKK – Posyandu, apa memang ada program untuk mereka

para pengungsi?

Jawaban:

Sebenarnya belum lama datang ke Posyandu, pertama kali karena mereka

minta untuk imunisasi. Mereka diantar oleh bidan yang menangani

persalinannya, mungkin stok vaksinnya habis jadinya bidan yang nanganin

mereka minta kita untuk kasih vaksin bayinya. Tapi bayi yang kami tangani

– yang dari Imigran Cuma satu, nama bayinya Omed. Dari setelah vaksin

ibu Omed rutin datang ke Posyandu untuk menimbang dan memantau

kondisi anaknya.

5. Pertanyaan:

Bagaimana cara berkomunikasi ibu dan kader lainnya dalam memberikan

pelayanan untuk mereka?

Jawaban:

Pada awal datang ke Posyandu, karena di temani oleh bidan yang

menangani jadi semua dikomunikasikan oleh si bidan. Saya juga agak

canggung untuk berkomunikasi karena keterbatasan bahasa. Jadi ya, pakai

bahasa tubuh. Ketika kedatangan kedua, ibu Omed didampingi suaminya,

kalau suaminya masih bisa berbahasa Indonesia meskipun sedikit, dan kita

juga dibantu oleh bidan Kelurahan karena beliau bisa berbahasa Inggris.

Tapi kalau ibu Omed sendiri lebih banyak diam, mungkin juga sama karena

terbatas bahasa. Tapi kalau saya bertemu dengan dia pasti dia nyapa.

6. Pertanyaan:

Sebanarnya menurut ibu, masyarakat RW 09 ini terbuka atau tidak dengan

keberadaan pengungsi/imigran?

Jawaban:

Page 160: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Ya sebenarnya terbuka – menerima mereka, asal mereka mau bersosialisasi.

Asal mereka tau dan mau menghormati masyarakat lokal di sekitarnya. Tapi

ya kalau selama ini diperhatikan mereka lebih banyak di rumah, jadi

kesannya kayak menutup diri, untuk orang-orang dewasa khususnya. Kalau

yang anak-anak mereka masih mau main dengan anak-anak yang ada di

lingkungan saya tinggal. Mungkin karena masih anak-anak jadi mereka ya

berbaur aja asal ada yang mau diajak main.

7. Pertanyaan:

Di lingkungan ibu kan mayoritas beragama islam, apakah ada kekhawatiran

jika keberadaan mereka mengganggu kenyamanan ibadah/agama di

lingkungan ibu?

Jawaban:

Sebenarnya kita menerima mereka asal mereka menghormati agama

mayoritas disini. Jangan sampai mereka ikut campur dalam akidah kita,

mengajarkan agamanya atau menyebarluaskan. Jika mereka menghargai

keyakinan kita begitu pula sebaliknya. Saya pribadi tidak masalah dengan

agama apapun selama bisa saling paham satu sama lain tentang bahasan

terkait keyakinan, seperti dalam Alquran lakum diinukum waliadiin. Saat

bergaul atau bersosialisasi pun begitu, kita yang muslim harus menghargai

mereka yang beragama minoritas.

8. Pertanyaan:

Bagaimana dengan tetangga di lingkungan ibu? Apakah merekamemiliki

penilaian yang berbeda?

Jawaban:

Tentunya pasti berbeda, ada yang open minded terhadap keberadaan mereka

ada juga yang acuh. Tapi sepertinya warga perumahan lebih individual

ketimbang warga kampung Medang atau kampung Kandang, jadi tidak

begitu khawatir dengan keberadaan mereka, asal ya mereka respek dengan

kita dan tidak berlaku macam-macam. Dan juga imigran/pengungsi itu lebih

banyak beraktifitas atau berinteraksi dengan warga sana karena lokasi

tempat tinggal mereka yang tidak jauh. Kalau di Perumahan hanya beberapa

saja yang berinteraksi, itu pun karena imigran yang datang ke masjid

Umaamah untuk sholat berjamaah.

9. Pertanyaan:

Apakah lokasi tempat tinggal saat ini memungkinkan unutk menjadi tempat

bagi para imigran/pengungsi?

Jawaban:

Sangat memungkinkan, karena bukan hanya imigran yang tinggal

kebanyakan warga yang tinggal disini adalah pendatang khususnya yang di

Perumahan Medang. Disini sangat heterogen, macam-macam suku ada

Page 161: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

disini dan bisa hidup berdampingan dengan harmonis. Karena kita menjaga

dan menghormati latar belakang budaya maupun agama masing-masing.

Dan lagi sudah banyak juga kost-kostan di perumahan medang, jadi akan

sangat memungkinkan bagi pendatang baru untuk menetap disini.

10. Pertanyaan:

Apakah dengan adanya para imigran/pengungsi di lingkungan ibu, menjadi

tidak aman dan nyaman?

Jawaban:

Tidak begitu, asal mereka mau berbaur dan berlaku baik kepada kita. Sama-

sama saling menjaga, menghargai, dan menghormati kita sebagai tuan

rumah. Asal jangan sampai merusak atau ikut campur sama agama saja.

11. Pertanyaan:

Bagaimana dengan keluarga ibu? Apakah mereka punya penilaian yang

berbeda dengan ibu?

Jawaban:

Kurang tahu ya, sepertinya ya sama saja. Asal mereka tidak mengganggu

kenyamanan saja dan mau patuh dengan peraturan yang mereka harus

patuhi selama ada disini.

12. Pertanyaan:

Sebelumnya apakah ibu pernah mengetahui tentang undang-undang dan

hukum yang berlaku bagi mereka?

Jawaban:

Untuk undang-undang dan hukum yang jelasnya tidak tahu, pasal berapa

ayat berapanya saya tidak tahu. Tapi saya yakin mereka punya peraturan

yang harus dipatuhi selama mereka ada di Indonesia. Dan saya berharap

mereka patuhi, agar tidak terjadi kekacauan, agar kami sebagai warga sini

bisa merasa aman dan nyaman.

13. Pertanyaan:

Apakah ada nilai dan norma yang mengatur di likungan ibu?

Jawaban:

Nilai yang masih dijaga adalah gotong royong, disini meskipun berbeda –

berbeda suku atau agama kita semua bekerja sama saat kerja bakti. Kita

berbaur baik saat ada kematian atau hajatan.

14. Pertanyaan:

Nilai dan norma itu apakah jadi batasan ibu untuk bersosialisasi dengan para

imigran/pengungsi?

Page 162: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Jawaban:

Ya tentu tidak, para imigran pun mau melibatkan diri dalam kegiatan kerja

bakti. Bahkan saya lihat mereka lebih antusias, saya pernah lihat imigran

yang membantu DKM Umaamah yang kerja bakti membersihkan

lingkungan masjid, dia bahkan tidak ragu untuk membersihkan selokan.

Disitu saya merasa salut sekaligus senang mereka mau berbaur dengan

kami.

Page 163: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Transkip Wawancara

Hari, Tanggal : Sabtu, 13 Juli 2019

Waktu Wawancara : 13:05 – 13:25

Tempat Wawancara : Kediaman Informan

Data Informan

Nama : RM

Usia : 47 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga / Pedagang

Pendidikan Terakhir : SMA

Alamat : RW 04 Rawa Buaya

Tanda Tangan Informan

No Pertanyaan – Jawaban

1. Pertanyaan:

Sudah berapa lama ibu jualan disini?

Jawaban:

Sudah lama neng, pokonya dari anak ibu masih pada kecil-kecil.

2. Pertanyaan:

Apakah ibu tahu tentang keberadaan imigran/pengungsi yang tinggal di

belakang?

Jawaban:

Ya saya tau, mereka itu tinggalnya di dormitorio – di ruko sana. Banyak

sekali jumlahnya, kayaknya makin tahun makin banyak neng. Yang laki-

laki banyak yang makan disini atau mau beli sembako di warung ibu.

Kadang nongkrong bercanda-canda sama anak-anak sini. Padahal awalnya

mereka diam sekali, karena tidak tahu bahasa kita kali ya. Karena saya dan

tetangga sini iseng suka sapa mereka, ya manggil ‘mister mister hello’ lama-

lama mereka jadi baur sama kita. Berawal karena sok akrab neng jadinya

deket.

3. Pertanyaan:

Sebelumnya apa pernah ibu bertemu dengan imigran/pengungsi selain yang

ada di wilayah medang ini?

Page 164: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Jawaban:

Tidak pernah neng, ini pertama kali. Itu juga awalnya saya tidak tahu kan

kalau mereka pengungsi atau imigran yang cari perlindungan disini.

4. Pertanyaan:

Bagaimana respon ibu, keluarga ibu dan warga saat pertama kali tahu

banyak pengungsi di sini?

Jawaban:

Awalnya karena kita khususnya saya tidak tahu kalau mereka itu imigran

ya kita sangkanya bule aja gitu. Habis dari perwakannya putih-putih, hidung

mancung tinggi ya beda lah sama kita orang kampung. Pas tahu mereka itu

imigran/pengungsi dari palestina karena dikasih tahu sama pak lurah.

Seneng aja kita neng, bulenya ganteng-ganteng soalnya. Tapi saya jarang

sekali lihat bule yang perempuannya.

5. Pertanyaan:

Hehe, selain perbedaan fisik mereka yang tinggi, mancung, ganteng-

ganteng ada tidak perbedaan yang menjadi kekhawatiran kalau mereka

menggangu kenyamanan dan keamanan disini?

Jawaban:

Sejauh ini tidak ada ya, tapi awalnya saya agak takut sama bule yang hitam-

hitam itu, sudah hitam, tinggi, besar-besar lagi badannya. Tapi karena tiap

hari lihat mereka wara-wiri disini jadinya sudah tidak takut lagi.

kekhawatiran mereka ganggu yang penting mereka bisa jaga sikap aja, kan

mereka tinggal di kampung orang masa iya mereka mau seenaknya

bertingkah. Pokoknya harus bisa menghormati kita selaku warga sini. Tidak

ganggu saat ada acara-acara di kampung sini. Ya sadar diri saja merekanya.

6. Pertanyaan:

Tadi saya tanya kekhawatiran ibu tentang keberadaan mereka disini,

sekarang saya mau tanya ada tidak keuntungan yang bisa ibu ambil dari

keberadaan mereka disini?

Jawaban:

Lumayan sih, mereka kan suka belanja disini. Gas dan telur saya laku sama

mereka,mungkin karena warung saya tidak terlalu jauh dari dormitorio.

Banyak juga yang ngontrak di kontrakan sini. Bahkan sampe ada yang

bangun kontrakan baru. Maklum neng Medang ini kan di tengah-tengah

kantor-kantor elit pendatangnya orang-orang yang rantau dari kota lain buat

bekerja disini. Apalagi summarecon sekarang semakin berkembang

otomatis banyak lowongan kerja tuh. Makanya banyak orang-orang dari

daerah lain seperti dari bogor, atau dari luar provinsi. Jadi disini macam-

macam orangnya – ada bule, ada orang papua, ada jawa, ada sunda, macam-

Page 165: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

macam pokonya. Yang bisa diambil dari keberadaan mereka khususnya

bule-bule (imigran/pengungsi) ya bisa menguntungkan warga sini yang

punya usaha seperti warung saya ini atau kontrakan.

7. Pertanyaan:

Kalau soal ibadah, sebelah rumah ibu ini kan musholla apa pengungsi yang

ikut sholat disini?

Jawaban:

Ada neng, biasanya pas maghrib isya mereka sholat disini – bule yang laki-

laki biasanya. Saya lihat cara sholatnya sama saja seperti kita sholat. Cuma

memang bajunya saja, mereka tidak sarungan kayak kita. Pakai gamis atau

baju sedengkul sama celana. Alhamdulillah mereka tidak aneh-aneh neng.

Selepas sholat bahkan ada yang nunggu isya sambil ngobrol sama kita.

Kadang suka saya ajak makan malam di tempat saya ini. Tapi kali ada aja

yang nonmuslim, yang penting kita tidak saling usik agama satu sama lain.

8. Pertanyaan:

Jadi dari segi agama yang mereka anut ibu tidak terlalu permasalahkan ya

bu, bagaimana pandangan dalam agama ibu tentang perbedaan?

Jawaban:

Yang saya tahu selama ini asal kita tidak mengusik kenyamanan beribadah

ya kita harus saling tolong-menolong. Kalau kata pak ustadz lakumdinukum

waliadiin neng. Yang penting mereka tidak berulah aja disini, tidak

menyebarkan ajaran agama mereka di kampung sini. Apalagi sama bule

yang muslim, harusnya kita tolong karena saudara satu islam kan neng,

kasihan sebenarnya mereka neng, di kampungnya sana (negaranya) ada

perang jadinya mereka kabur kesini buat cari perlindungan. Pas sampai

disini mereka harus mencari lagi orang yang mau bantu mereka buat tinggal

disini. Untung kelurahan medang mau bantu ya, saya pernah dengar kalau

mereka tinggal disini itu ada yang biayain. Organisasi apa gitu, ibu lupa.

Jadi organisasi itu bantu mereka, ngasih mereka tempat tinggal – itu neng

dormitorio itu fasilitas yang dikasih organisasi itu, terus diberi uang saku

sama mereka, dikasih bahan makanan. Sudah enak sekali ya neng. Tapi

mereka disini tidak bisa cari kerja katanya, soalnya tidak diperbolehkan

katanya.

9. Pertanyaan:

Ibu tahu informasi ini darimana ya bu?

Jawaban:

Dari suami saya, dari orang-orang juga. Jujur saya tidak paham bahasa bule

jadi ya kalau ngobrol pakai bahasa isyarat. Tapi bulenya sudah ada yang

bisa bahasa indonesia, meskipun sedikit tapi kenapa saya rasanya senang

Page 166: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

sekali ya. Bangga aja gitu bule mau belajar dan baur sama orang kampung

sini.

10. Pertanyaan:

Bagaimana dengan tetangga ibu? Apakah mereka memiliki reaksi yang

berbeda dengan ibu?

Jawaban:

Kayaknya sama saja kayak saya, awalnya bingung ini kenapa jadi banyak

bule disini. Tapi lama-lama jadi biasa dengan kehadiran mereka disini, toh

mereka juga tidak macam-macam disini. Keluarga saya juga pada penasaran

sama mereka, makanya suka sok kenal gitu sama mereka. Kita mah senang

aja ada mereka gitu neng. Bisa belajar ngomong bahasa inggris juga sama

mereka. Mereka itu pintar-pintar neng, sebelumnya mereka itu kerjaannya

bagus-bagus. Yang saya kenal itu Umar dia dulu mahasiswa disana, terus

ada juga yang chef di hotel gitu neng. Saya pernah dikasih makanan yang

dimasak sama mereka, banyak rempah-rempahnya gitu neng.

11. Pertanyaan:

Apakah ibu tahu tentang kebudayaan mereka?

Jawaban:

Saya paling tahunya sekedar makanan saja yang berbeda. Mereka banyak

pakai rempah-rempah yang kita orang indonesia tidak pakai. Kalau budaya

yang kayak adat saya tidak tahu, mereka juga tidak pernah cerita-cerita

gimana budaya mereka. Malah kayaknya mereka tertarik sama keseharian

kita orang Indonesia gimana. Waktu itu pernah ibu ajak mereka ikut liwetan

pas kerja bakti. Mereka ikutanneng kerja bakti, makan bareng sama kita.

Mereka sepertinya sudah nyaman apa karena sudah kenal sama kita kali ya.

Meski tidak banyak yang mau gabung tapi warga sini senang sekali.

Page 167: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Transkip Wawancara

Hari, Tanggal : Minggu, 14 Juli 2019

Waktu Wawancara : 12:34 – 12:51

Tempat Wawancara : Kediaman Informan

Data Informan

Nama : SH

Usia : 48 tahun

Pekerjaan : Pedagang

Pendidikan Terakhir : SMA

Alamat : RW 05 Kampung Kadang

Tanda Tangan Informan

No Pertanyaan – Jawaban

1. Pertanyaan:

Apakah bapak pernah melihat atau berinteraksi dengan imigran/pengungsi

internasional?

Jawaban:

Kalau melihat sering sekali karena memang mereka kadang main futsal atau

ke warung buat beli gas atau keperluan lainnya. Kalo berinteraksi ya cuma

bisa pakai bahasa tubuh awalnya, karena saya tidak paham bahasa inggris,

tapi kalau sekarang sudah sedikit-sedikit bisa, mereka juga sudah bisa pakai

bahasa inggris. Kadang mereka juga suka menyapa warga disini, meski ada

juga yang tidak.

2. Pertanyaan:

Sebelumnya apakah bapak mengetahui bahwa mereka itu adalah

imigran/pengungsi yang datang ke Indonesia?

Jawaban:

Sebelumnya tidak tahu kalau mereka itu imigran, tau nya bule biasa aja yang

tinggal di summarecon. Terus mereka kan pernah ikut kerja bakti sama

warga sini, dapat informasi kalau mereka itu imigran dari pegawai IOM

yang dampingin mereka waktu kerja bakti disini. Mereka itu kesini karena

negara mereka tidak aman, banyak perang. Jadi mereka cari tempat

berlindung.

3. Pertanyaan:

waktu pertama kali bapak tau ada imigran disini, bagaimana reaksi bapak?

Page 168: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Jawaban:

Awalnya karena sebelumnya tida tahu kalau mereka imigran tapi setelah

melihat jumlah mereka ya agak kaget, mereka berkelompok gitu. Yang

bikin agak takut imigran yangberkulit hitam, karena badannya tinggi-tinggi.

Ada juga yang kaya orang india, dan kalau yang putih-putih yang kaya arab

itu masih mending, tapi ya mereka diam saja, tidak ada tegur-tegur ke kita.

Baru setelah kerja bakti baru mau berbaur.

4. Pertanyaan:

Memiliki perbedaan fisik dan bahasa, apakah perbedaan ini menjadi

kekhawatiran bagi bapak?

Jawaban:

Awalnya iya, saya takut mereka itu akan berulah disini, tapi setelah

berkenalan, berbaur dan berinteraksi dengan mereka jadi ya tidak

takut/khawatir lagi. Mereka baik-baik, kadang saya suka tertawa ketika

mereka belajar bahasa indonesia, begitu juga sebaliknya mereka juga

banyak mengajarkan kosakata dalam bahasa inggris.

Warga disini juga akhirnya banyak yang jadi senang dengan keberadaan

mereka disini. Karena mereka mau ikut bergabung saat kita ada kegiatan,

anak-anak merekajuga mau berbaur dengan anak-anak kita disini. Karena

anak-anak imigran juga ada yang sekolah di SD sini.

5. Pertanyaan:

Apakah ada kekhawatiran lainnya selain dari perbedaan fisik dan bahasa?

Jawaban:

Khawatir tentang agama mereka, tapi asal mereka menghormati kita sebagai

muslim tidak apa-apa. Kita juga sudah memberi pengertian kepada mereka,

saya pribadi menerima mereka jika mereka menghargai, menghormati

keyakinan saya dan tidak mengganggu kenyamanan beribadah dan

keyakinan saya. Tapi banyak juga imigran yang beragama muslim, yang

saya sering temui banyak yang islam. Kadang mereka juga ikut sholat

berjamaah di musholah. Sholatnya juga ya sama kayak kita, tidak berbeda.

6. Pertanyaan:

Sebelumnya apakah bapak pernah bertemu dengan imigran atau pengungsi

internasional selain yang ada di wilayah sini?

Jawaban:

Belum pernah, ini yang pertama. Tapi kalau lihat keberadaan mereka di

indonesia juga tahu dari berita di televisi. Tapi kalau lihat bule sudah, hanya

tidak tahu mereka itu Warga Negara Asing atau imigran.

7. Pertanyaan:

Mereka (imgran/pengungsi) datang ke Indonesia karena di Negaranya ada

perang atau tidak aman bagi mereka, apa pendapat bapak tentang mereka

yang terpaksa harus keluar dari negaranya?

Page 169: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Jawaban:

Kasihan sekali, mereka tidak bisa hidup dengan tenang. Seperti yang saya

lihat di TV – di palestina rumah dibom, kota sudah tidak hancur parah,

banyak yang meninggal. Syukur Alhamdulillah kita hidup di negara yang

aman dan nyaman. Makanya setelah tahu alasan mereka kesini untuk

mengungsi atau mencari perlindungan saya jadi berempati, jadi ingin

berbaur dengan mereka.

8. Pertanyaan:

Sebagai seorang muslim, bagaimana cara bapak menyikapi perbedaan yang

ada?

Jawaban:

Kalau di dalam agama islam, sebenarnya tidak ada larangan untuk bergaul

dengan siapa, dari segi suku atau agama. Tapi kita juga harus bisa

membatasi diri ketika pergaulannya sudah mengganggu akidah kita.

Ibaratnya urus urusan agama masing-masing, selain dari itu kita harus

berbaur dan saling tolong menolong. Tapi karena selama ini yang saya

temui imigran/pengungsi yang islam, jadi ya saat berbaur kita tidak ada

batasan, saya menganggap mereka sebagai saudara seiman saya. kan

seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya.

9. Pertanyaan:

Banyak juga imigran yang beragama lain seperti hindu atau kristen, apakah

dengan perbedaan agama tersebut menggangu kenyamanan beribadah

bapak?

Jawaban:

Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, saya dan warga sini menerima

mereka jika mereka mau menghormati kita sebagai mayoritas – sebagai tuan

rumah yang beragama islam. jika mereka bisa menghargai kita, kita juga

akan senang hati berbaur dengan mereka.

10. Pertanyaan:

Bagaimana reaksi warga di lingkungan bapak dengan keberadaan imigran

disini?

Jawaban:

Ya awalnya sama seperti saya, kaget dan heran kenapa banyak sekali bule-

bule. Tapi setelah ada interaksi dengan mereka, ada pengertian – pemberian

informasi tentang mereka jadi kita semua bisa paham. Perbedaan fisik

mereka yang mencolok yang awalnya menarik perhatian, tapi karena kita

tidak tahu mereka itu siapa – apa, dan kepentingan mereka disini apa

awalnya ya ada rasa khawatir. Tapi lama-lama hilang karena mereka juga

mau berbaur dengan kita.

11. Pertanyaan:

Apakah warga disini terbuka dengan orang baru?

Page 170: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Jawaban:

Disini terbuka dengan orang baru, saya sendiri juga bukan orang asli sini.

Saya juga pendatang tapi sudah lama sekali tinggal disini. Yang orang

indonesia saja banyak yang tinggal disini – maksudnya dari suku lain. Asal

ya mereka mau berbaur, mau menghormati satu sama lain, mau ikut terlibat

dalam kegiatan warga. Begitu juga buat imigran, kita akan terbuka jika

mereka juga mau berbaur, mau sama-sama menghormati satu sama lain,

maumenjaga keamanan dan kenyamanan satu sama lain. Yang penting tidak

memulai masalah dengan warga sini.

12. Pertanyaan:

Bagaimana dengan keluarga bapak, apakah mereka memiliki reaksi yang

sama?

Jawaban:

Ya pastinya sama, kaget sebagaimana reaksi saya.

13. Pertanyaan:

Apakah bapak tahu tentang hukum dan undang-undang yang berlaku

tentang imigran?

Jawaban:

Saya kurang tahu kalu tentang Hukum dan Undang-undang. Ya semoga saja

mereka mentaati hukum dan peraturan yang dibuat pemerintah. Kan jika

mereka taat aturan, kita sebagai warga asli sini kan merasa aman dan

nyaman. Dan mereka juga mau menjaga perilakunya selama tinggal

bersama kita disini.

14. Pertanyaan:

Selama berbaur dengan imigran, apakah mereka pernah sharing tentang

kebudayaan mereka?

Jawaban:

Kalau untuk kebudayaan kayaknya tidak pernah, cenderung mereka yang

belajar ke kita. Contohnya saat tujuh belasan, mereka mau ikut lomba panjat

pinang – yang mereka belum tahu itu apa. Mereka juga coba makan

makanan kita. Kalau saya malah belum pernah coba makanan mereka.

Saya senang sekali dengan keberadaan mereka disini, mereka mau berbaur

dengan kita.

Page 171: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Transkip Wawancara

Hari, Tanggal : Jumat, 12 Juli 2019

Waktu Wawancara : 16:11 – 16:36

Tempat Wawancara : Perjalanan menuju Gading Serpong

Data Informan

Nama : ZU

Usia : 48 tahun

Pekerjaan : Driver Grab Car

Pendidikan Terakhir : S1

Alamat : RW 10 Medang Lestari

Tanda Tangan Informan

No Pertanyaan – Jawaban

1. Pertanyaan:

Sudah berapa lama bapak bekerja sebagai driver grab?

Jawaban:

November ini sudah tiga tahun neng, awalnya cuma iseng aja ikutan teman

karena dapet (penghasilannya) lumayan berlanjut sampe sekarang.

2. Pertanyaan:

Apakah Bapak tahu tentang keberadaan pengungsi/imigran di wilayah

Medang?

Jawaban:

Tentu tahu, pertama kali lihat di daerah summarecon – di ruko-ruko.

Awalnya Cuma mikir banyak bule, saya tidak tahu kalo mereka itu imigran,

baru tahu setelah banyak informasi kalau mereka itu pengungsi.

3 Pertanyaan:

Sebelumnya bapak pernah tidak bertemu atau melihat atau tahu tentang

imigran atau pengungsi internasional yang ada di Indonesia?

Jawaban:

Saya Cuma sekedar tahu dari berita. Kalau bertemu orang asing sering, tapi

saya tidak tahu dia itu pengungsi atau bukan. Kalau yang sampai tahu kalo

itu imigran ya baru tahu yang di lingkungan sini.

4. Pertanyaan:

Selama ini apakah bapak pernah dapat penumpang imigran/pengungsi yang

tinggal di daerah medang?

Page 172: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Jawaban:

Sering sekali, setidaknya seminggu dua kali pasti dapet order dari imigran.

Kemarin minggu saya nganter pengungsi-pengungsi perempuan. Sampai

yang paling jauh dari Medang ke Kelapa Gading.

5. Pertanyaan:

Waktu pertama kali bapak terima order dari mereka bapak sudah tahu kalau

mereka itu pengungsi?

Jawaban:

Sudah, sudah tahu karena banyak info dari teman-temannya saya. Saya

sampai bisa tahu mereka dari mana ya karena informasi dari teman-teman

saya sesama grabcar.

6. Pertanyaan:

Pertama kali terima order dari mereka bagaimana reaksi bapak?

Jawaban:

Biasa aja, tapi kalau pas dapet orang-orang Niger yang item-item itu agak

ngeri. Mereka besar-besar badannya. Pernah sekali saya antar seorang

pengungsi Niger, malam-malam sekitar jam 11an. Saya rada ngeri aja

karena selama perjalanan saya ngerasa kalau dia ini bukan orang biasa. saya

perhatiin dia tertarik sekali dengan mobil-mobil mewah macam merci atau

bmw. Meski ngajak saya ngobrol tapi ya saya jawab ’yes yes’ aja takut salah

nanggepin terus jadi canggung. Pas mau sampai tempat tujuan dia kan mau

ambil barang di kursi belakang. Saya liat kaosnya keangkat, pas disitu saya

lihat ada pistol diselip di celananya. Dari situ saya mulai takut, tapi berusaha

biar dia tidak curiga kalau saya lihat dia bawa pistol. Dari kejadian ini saja

jadi agak was-was – khawatir kalau di medang banyak pengungsi yang

kayak gini. Bisa ganggu kenyamanan warga sekitar.

7. Pertanyaan:

Apakah ada pengalaman lain yang pernah bapak alami saat terima order dari

para pengungsi?

Jawaban:

Kalau yang seperti saya ceritakan tadi memang tidak ada lagi. paling

nganter pengungsi-pengungsi ke Gereja. Oh iya neng, tahu tidak kalau ada

kristenisasi di wilayah dormitorio. Jadi mereka (pengungsi) itu dijanjiin

bakalan dikasih uang lima ratus ribu per bulan dan sembako kalau mereka

mau dibaptis dan masuk kristen. Kan rata-rata pengungsi itu dari daerah

timur sana yang notabene nya muslim, macam Afghanistan. Ini saya tahu

informasi dari sesama driver ditambah cerita-cerita warga sekitar. Saya

khawatirnya orang-orang yang ajak mereka masuk kristen (misionaris)

sampai melakukan hal yang sama ke warga medang, kan jadinya

mengganggu kenyamanan warga yang mayoritasnya islam. Medang ini

sangat ketat bahkan menolak adanya pembangunan gereja di dalam wilayah

sini. Soalnya bakalan menganggu kita yang banyakan muslim. Tapi banyak

Page 173: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

juga pengungsi yang menolak untuk ikut masuk kristen hanya sekedar dapat

uanglimaratus ribu. Mungkin mereka itu pengungsi yang kuat imannya, dan

cenderung keras dalam beragama – maksudnya mereka bisa nolak dengan

tegas ajakan orang-orang itu. Toh mereka kan sebenarnya sudah dapat uang

dari yang ngurus mereka selama di Indonesia, dapat tempat tinggal lagi.

Miris juga saya melihat saudara seiman kita mudah sekali melepas imannya.

Termasuk dosa besar kan ya neng, tapi ya gimana ya saya sendiri juga ngga

ada kemampuan untuk bantu mereka. Harusnya isu ini diketahui sama

orang-orang yang ngurus mereka ya neng. Semoga Allah memberi hidayah

buat mereka.

8. Pertanyaan:

Dengan adanya isu ini apakah menjadi batasan bagi bapak untuk

bersosialisasi atau menerima mereka dilingkungan bapak?

Jawaban:

Sebenarnya selama mereka ngga bawa-bawa urusan agama mereka, saya

pribadi sih terima-terima aja. Asal mereka bisa menempatkan diri dan

mereka sadar kalau mereka menumpang hidup di wilayah kita, otomatis

mereka harus ikutin hukum-hukum bermasyarakat disini. Selama mereka

tidak mengusik kenyamana dan keamanan kami warga islam medang ya

tidak masalah.

Dalam islam juga kan tidak ada yang namanya mengotak-kotakan, semua

kan ciptaanya Allah, terlepas dari simbol agama, atau bentuk fisik harus

saling membantu, saling menghormati, saling menghargai. Apalagi kitadi

Indonesia, negara keragaman, banyak suku budayanya jadi ya untuk

menerima pendatang baru ya sebenarnya tidak susah, asal mau saling

menghormati satu sama lain.

9. Pertanyaan:

Kalau dari segi undang-undang, pernah tidak bapak membaca atau

mendengar tentang undang-undang yang mengatur mereka selama di

Indonesia?

Jawaban:

Kalau itu saya kurang tahu neng. Yang saya tahu Cuma sebatas mereka

tidak diizinkan untuk bekerja disini aja.

Page 174: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

DOKUMENTASI

1. Kelurahan Medang

Kantor Kelurahan Medang

(Dok. Pribadi)

Page 175: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Sarana Kesehatan Kelurahan Medang

(Dok. Pribadi)

Geliat Perniagaan di Kelurahan Medang

(Dok. Pribadi)

Page 176: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Sarana Pendidikan Kelurahan Medang

(Dok. Pribadi)

Sarana ibadah Kelurahan Medang

(Dok. Pribadi)

Page 177: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

Masjid Ummamah Kelurahan Medang

(dok. Pribadi)

Shelter IOM di El Dormitorio I

(dok. Pribadi)

Page 178: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

2. Kegiatan Masyarakat

(kegiatan buka bersama warga dengan pengungsi)

Dok. Pribadi

Kunjungan IOM ke SDN Pondok Jengkol

Dok. IOM (http://www.m.facebook.com/IOMIndonesia)

Page 179: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional

kegiatan kerja bakti warga dengan pengungsi

Dok. IOM (http://www.m.facebook.com/IOMIndonesia)

Page 180: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional
Page 181: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional
Page 182: PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT TENTANG KEBERADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ditunjuk oleh Kemenkumhan untuk menjadi shelter bagi para pengungsi internasional