Persepsi hoax di kalangan mahasiswa dan dosen Saya memilih calon penerima pesan saat akan...

27

Transcript of Persepsi hoax di kalangan mahasiswa dan dosen Saya memilih calon penerima pesan saat akan...

OUTLINE • MOTIVASI

• INFORMASI HOAX

• 9 DIMENSI (INDIKATOR) PENGUKURAN PERSEPSI HOAX

• DESKRIPSI RESPONDEN

• TINGKAT PELAKSANAAN DAN KEPENTINGAN LITERASI MEDIA DI KALANGAN MAHASISWA DAN DOSEN

• KESIMPULAN

MOTIVASI

• Tidak melek terhadap informasi yang dibawa media menimbulkan berbagai permasalahan.

• Masyarakat perlu mengetahui cara menyikapi sebuah informasi yang datang menerpa melalui

media baru, sehingga masyarakat tidak terombang-ambing oleh banjir informasi yang terjadi

saat ini.

• Tingkat literasi biasanya berhubungan dengan tingkat pendidikan dan daya kritis masyarakat.

Makin tinggi pendidikan dan daya kritis seseorang, makin tinggi tingkat literasinya.

• Sebagai kaum terdidik, mahasiswa dan dosen seharusnya mampu memahami, menganalisis,

menilai, dan mengkritisi informasi yang dibawa oleh teknologi komunikasi

• Adanya konsekuensi hukum UU NO. 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 11 TAHUN

2008 TENTANG ITE PASAL 27 S/D 35.

INFORMASI

•Informasi yang tidak benar atau informasi tipuan

•Dalam cambridge dictionary, kata hoax sendiri berarti

tipuan atau lelucon.

•Kegiatan menipu, trik penipuan, atau rencana penipuan

DIANTARA CIRI-CIRI INFORMASI

oMemuat kalimat yang mengajak untuk menyebarkan

informasi seluas-luasnya

oTidak mencantumkan tanggal dan deadline,

oTidak mencantumkan sumber yang valid

o Memakai nama perusahaan besar.

JENIS INFORMASI Situs hoaxbusters menyebutkan beberapa jenis hoax, antara lain:

Hoax hadiah (menyebutkan bahwa anda memenangkan sejumlah hadiah),

Hoax simpati (menyebarkan informasi tentang orang yang sakit, butuh bantuan atau

penculikan)

Hoax urband legend (menyebarkan tentang kekurangan produk tertentu).

Semi hoax, informasi yang pada esensinya benar tetapi kegunaan dan nilainya

dipertanyakan

9 DIMENSI (INDIKATOR) PENGUKURAN PERSEPSI HOAX

TABEL UNIT ANALISIS PENELITIAN, DIRUMUSKAN DARI TEORI LITERASI MEDIA BARU (JENKINS, 2009)

Unit Analisis Indikator Pertanyaan

1. Simulation

Bisa mengenali

kredibilitas

informasi yang

ditemui di media

massa

1. Saya mempertanyakan kebenaran informasi berita tersebut saat

membaca pesan

2. Saya memeriksa kelengkapan informasi tersebut

3. Saya membandingkan informasi tersebut dengan konteks dunia nyata

4. Saya membandingkan informasi dengan informasi dalam tautan

situs/sumber informasi yang tertera

5. Saya membandingkan pengetahuan yang didapat dari dengan

pengetahuan yang sama di media lain

6. Apakah mahasiswa dan dosen memberikan penilaian pada akhirnya

terhadap informasi tersebut, terkait kebenaran informasi

Unit Analisis Indikator Pertanyaan

2. Appropriation

1. Bisa menyadur informasi secara legal

dan etis.

2. Mampu memahami konsekuensi

penyebaran tak terbatas informasi

dalam media online.

7. Saya meminta izin pada pengirim informasi saat

akan mengedit dan atau menyebarkan informasi.

8. Saya mencantumkan sumber saat menyebarkan

informasi.

9. Saya memahami konsekuensi penyebaran sebuah

informasi yang tidak terbatas.

3. Multitasking

1. Mampu memindai pesan saat

membuka aplikasi online.

2. Mampu memetakan manfaat

informasi saat memindai pesan.

3. Mampu merespon pesan dengan

tepat sambil mengerjakan pekerjaan

lain.

10. Saya melakukan pemindaian pesan informasi.

11. Saya melakukan pemindaian langsung

memetakan manfaat pesan tersebut.

12. Saya dapat merespon pesan dengan tepat sambil

mengobrol dengan orang lain.

Unit Analisis Indikator Pertanyaan

4. Collective intelligence

Mampu menyatukan

pengetahuan yang didapat dari

informasi dan dari informasi di

sumber atau media lain menuju

tujuan bersama.

13. Saya menyertakan pengetahuan yang di dapat dari

sumber atau media lain dalam merespon

pesan/informasi.

14. Saya menyimpulkan pengetahuan - pengetahuan yang

didapatkan dari interaksi tersebut mengenai sebuah

informasi.

5. Judgment

Mampu mengenali kredibilitas

sumber informasi.

15. Apakah responden menganalisa keterpercayaan sumber

informasi?

16. Apakah responden mencari dan membandingkan

informasi yang sama disumber-sumber informasi

lainnya?

Unit Analisis Indikator Pertanyaan

6. Negotiation

1. Mampu memahami

adanya perbedaan

etika, nilai dan norma

antar anggota grup

media online.

2. Mampu merespon

pesan dengan bijak.

17. Saya memahami adanya perbedaan etika, nilai dan norma.

18. Saya menyikapi perbedaan pendapat mengenai sebuah pesan

informasi.

19. Saya dapat menahan diri dari mengeluarkan kata-kata yang dapat

menyinggung/menyulut konflik anggota lain.

20. Saya memilih calon penerima pesan saat akan menyebarkan

informasi.

21. Saya memberitahu ketika menemukan informasi hoax.

22. Saya mengkonfirmasi setelah mengetahui bahwa informasi yang

disebarkannya adalah hoax.

Unit Analisis Indikator Pertanyaan

7. Visualization

Mampu

mengedit/mengkreasikan/membuat

konten media/informasi dan

memahami representasi visual

informasi dalam tujuan

mengekspresikan ide, menemukan

pola-pola dan mengidentifikasikan

trend.

23. Saya mengedit/ mengkreasikan informasi yang diterima

atau membuat sendiri informasi sebelum disebarkan.

24. Saya mengetahui tujuan dikreasikannya konten

media/informasi tersebut.

8, Pengetahuan

tentang informasi

hoax

Mampu menyebutkan ciri-ciri

informasi hoax.

25. Saya dapat menjelaskan ciri-ciri informasi hoax.

Unit Analisis Indikator Pertanyaan

9. Motivasi

menyebarkan

informasi hoax

1. Kebutuhan sosial.

2. Kebutuhan penghargaan.

3. Kebutuhan aktualisasi diri.

26. Saya menyebarkan informasi hoax.

27. Saya menyebarkan informasi hoax agar mendapat tempat

atau diterima.

28. Saya menyebarkan informasi hoax agar diakui dan dihargai

kompetensi saya.

29. Saya menyebarkan informasi hoax untuk memenuhi rasa

ingin tahu mengenai penyebaran informasi hoax atau reaksi

orang terhadap informasi hoax

DESKRIPSI RESPONDEN

Jumlah responden 216 ORANG

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki – Laki 141 65,27

Perempuan 75 34,72

Jumlah 216

Status Frekuensi Persentase

Dosen 35 16,2

Mahasiswa S1 dan D3 123 56,94

Mahasiswa S2 29 13,42

Dosen tugas khusus 29 13,42

Jumlah 216

Usia Frekuensi Persentase

< 20 Tahun 30 13,8

20 – 35 Tahun 166 76,85

36 – 50 Tahun 20 0,093

Jumlah 216

Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase

SMU/Sederajat 100 46,29

Diploma 23 10,64

Sarjana 73 33,79

Pascasarjana 20 9,26

Jumlah 216

Masa Kerja Frekuensi Persentase

< 1 Tahun 123 56,94

1 – 3 Tahun 50 23,15

> 3 Tahun 43 19,9

Jumlah 216

Sumber : Data Hasil Pengolahan, 2017

INTERPRESTASI DARI DIAGRAM IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS:

1. KUADRAN A : PRIORITAS UTAMA

Menunjukkan faktor atau atribut yang mempengaruhi persepsi hoax berada dalam kuadran ini dan penanganannya perlu diprioritaskan karena

keberadaan faktor ini yang dinilai sangat penting oleh responden, sedangkan tingkat pelaksanaannya masih belum memuaskan.

2. KUADRAN B : PERTAHANKAN PRESTASI

Menunjukkan faktor-faktor atau atribut mempengaruhi persepsi hoax berada dalam kuadran ini perlu dipertahankan, karena pada umumnya

tingkat pelaksanaannya telah sesuai dengan kepentingan dan harapan responden.

3. KUADRAN C : PRIORITAS RENDAH

Menunjukkan faktor-faktor atau atribut mempengaruhi persepsi hoax berada dalam kuadran ini dinilai masih dianggap kurang penting bagi

responden, sedangkan kualitas pelaksanaannya biasa atau cukup saja.

4. KUADRAN D : BERLEBIHAN

Menunjukkan faktor atau atribut yang mempengaruhi persepsi hoax berada dalam kuadran ini dinilai berlebihan dalam pelaksanaannya, hal ini

terutama disebabkan karena responden menganggap tidak terlalu penting terhadap faktor tersebut, akan tetapi pelaksanaannya dilakukan dengan

baik sekali.

INTERPRESTASI TINGKAT PELAKSANAAN DAN KEPENTINGAN PERSEPSI HOAX DI KALANGAN MAHASISWA DAN DOSEN UNTUK KESELURUHAN RESPONDEN

PERTAHANKAN PRESTASI:(Persepsi dan harapan sudah sesuai):

1. Simulation (Mengenali kredibilitas Informasi).

2. Appropriation (Menyadur Informasi secara legal dan etis).

3. Multitasking (Memindai pesan+memetakan manfaat+merespon

pesan).

4. Collective Intelligence (mampu menyatukan informasi).

5. Judgment (Mengenali kredibilitas informasi)

6. Negotiation(Memahami perbedaan etika, nilai dan norma, merespon

dengan bijak).

PRIORITAS RENDAH:(Persepsi kurang penting dan pelaksaan

biasa saja)

7. Visualization (Mampu mengedit, mengkreasikan konten media).

8. Pengetahuan tentang informasi hoax (mampu mengenali ciri-ciri hoax).

9. Motivasi menyebarkan informasi hoax (Kebutuhan sosial, penghargaan

dan aktualisasi diri)

INTERPRESTASI TINGKAT PELAKSANAAN DAN KEPENTINGAN PERSEPSI HOAX DI KALANGAN MAHASISWA DAN DOSEN BERDASARKAN STATUS

PERTAHANKAN PRESTASI (Persepsi dan harapan sudah

sesuai): 1. Simulation (Mengenali kredibilitas Informasi).

2. Appropriation (Menyadur Informasi secara legal dan etis).

3. Multitasking (Memindai pesan+memetakan

manfaat+merespon pesan).

4. Collective Intelligence (mampu menyatukan informasi).

5. Judgment (Mengenali kredibilitas informasi)

6. Negotiation(Memahami perbedaan etika, nilai dan norma,

merespon dengan bijak).

PRIORITAS RENDAH (Persepsi kurang penting dan

pelaksaan biasa saja)

7. Visualization (Mampu mengedit, mengkreasikan konten media).

8. Pengetahuan tentang informasi hoax (mampu mengenali ciri-ciri

hoax).

9. Motivasi menyebarkan informasi hoax (Kebutuhan sosial,

penghargaan dan aktualisasi diri)

Berlebihan ( Dianggap tdk menjadi prioritas dan

pelaksanaan sudah baik sekali).

3.Multitasking (Memindai pesan+memetakan manfaat+merespon

pesan).

8. Pengetahuan tentang informasi hoax (mampu mengenali ciri-ciri

hoax).

INTERPRESTASI TINGKAT PELAKSANAAN DAN KEPENTINGAN PERSEPSI HOAX DI KALANGAN MAHASISWA DAN DOSEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN (DOSEN)

PERTAHANKAN PRESTASI (Persepsi dan harapan sudah sesuai): 1. Simulation (Mengenali kredibilitas Informasi).

2. Appropriation (Menyadur Informasi secara legal dan etis).

4. Collective Intelligence (mampu menyatukan informasi).

5. Judgment (Mengenali kredibilitas informasi)

6. Negotiation(Memahami perbedaan etika, nilai dan norma, merespon dengan bijak).

Prioritas Utama : Perlu diproritaskan dan dianggap penting oleh responden:

7. .Visualization (Mampu mengedit, mengkreasikan konten media).

PRIORITAS RENDAH (Persepsi kurang penting dan pelaksaan biasa saja)

7. Visualization (Mampu mengedit, mengkreasikan konten media).

8. Pengetahuan tentang informasi hoax (mampu mengenali ciri-ciri hoax).

9. Motivasi menyebarkan informasi hoax (Kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi

diri)

Berlebihan ( Dianggap tdk menjadi prioritas dan pelaksanaan sudah baik

sekali).

3.Multitasking (Memindai pesan+memetakan manfaat+merespon pesan).

INTERPRESTASI TINGKAT PELAKSANAAN DAN KEPENTINGAN PERSEPSI HOAX DI KALANGAN MAHASISWA DAN DOSEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN (MAHASISWA S2)

PERTAHANKAN PRESTASI (Persepsi dan harapan sudah sesuai): 1. Simulation (Mengenali kredibilitas Informasi).

2. Appropriation (Menyadur Informasi secara legal dan etis).

3. Multitasking (Memindai pesan+memetakan manfaat+merespon pesan).

4. Collective Intelligence (mampu menyatukan informasi).

5. Judgment (Mengenali kredibilitas informasi)

6. Negotiation(Memahami perbedaan etika, nilai dan norma, merespon dengan bijak).

Prioritas Utama : Perlu diproritaskan dan dianggap penting oleh responden:

8. Pengetahuan tentang informasi hoax (mampu mengenali ciri-ciri hoax).

PRIORITAS RENDAH (Persepsi kurang penting dan pelaksaan biasa saja)

7. Visualization (Mampu mengedit, mengkreasikan konten media).

9. Motivasi menyebarkan informasi hoax (Kebutuhan sosial, penghargaan dan

aktualisasi diri)

INTERPRESTASI TINGKAT PELAKSANAAN DAN KEPENTINGAN PERSEPSI HOAX DI KALANGAN MAHASISWA DAN DOSEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN (MAHASISWA S1 DAN D3)

PERTAHANKAN PRESTASI (Persepsi dan harapan sudah sesuai): 1. Simulation (Mengenali kredibilitas Informasi).

2. Appropriation (Menyadur Informasi secara legal dan etis).

3. Multitasking (Memindai pesan+memetakan manfaat+merespon pesan).

4. Collective Intelligence (mampu menyatukan informasi).

5. Judgment (Mengenali kredibilitas informasi)

6. Negotiation(Memahami perbedaan etika, nilai dan norma, merespon dengan bijak).

Berlebihan ( Dianggap tdk menjadi prioritas dan pelaksanaan sudah baik sekali).

3.Multitasking (Memindai pesan+memetakan manfaat+merespon pesan).

PRIORITAS RENDAH (Persepsi kurang penting dan pelaksaan biasa saja)

7. Visualization (Mampu mengedit, mengkreasikan konten media).

8. Pengetahuan tentang informasi hoax (mampu mengenali ciri-ciri hoax).

9. Motivasi menyebarkan informasi hoax (Kebutuhan sosial, penghargaan dan

aktualisasi diri)

DAN KREATIFITAS MAHASISWA

Juara Imagine Cup 2017 tingkat nasional yang diadakan oleh

Microsoft

Tim CIMOL ITB Raih Juara Tingkat ASEAN Microsoft Imagine Cup

2017

Hoax Analyzer, Karya Solutif dan Inovatif

KESIMPULAN

• Kemampuan literasi media yang perlu dipertahankan:

simulation (mengenali kredibilitas informasi).

appropriation (menyadur informasi secara legal dan etis).

multitasking (memindai pesan+memetakan manfaat+merespon pesan).

collective intelligence (mampu menyatukan informasi).

judgment (mengenali kredibilitas informasi)

negotiation(memahami perbedaan etika, nilai dan norma, merespon dengan bijak).

• Kemampuan literasi media perlu ditingkatkan seperti

visualization (mampu mengedit, mengkreasikan konten media).

pengetahuan tentang informasi hoax (mampu mengenali ciri-ciri hoax).

motivasi menyebarkan informasi hoax (kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri)

• Kecerdasan literasi media yang dipadu , kemajuan teknologi dan hoax juga memiliki sisi positif bagi ilmu pengetahuan.

• Tidak ada perbedaan persepsi informasi hoax untuk responden laki-laki dan perempuan

• Penting bagi masyarakat memiliki kemampuan literasi media, yaitu pendidikan yang mengajari khalayak media agar

memiliki kemampuan menganalisis pesan media, memahami bahwa media memiliki tujuan komersial/bisnis dan

politik sehingga mereka mampu bertanggungjawab dan memberikan respon yang benar ketika berhadapan dengan

media.

TERIMA KASIH